TUGAS-MAKALAH-IKATAN-KIMIA(3) FIX

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/23/2019 TUGAS-MAKALAH-IKATAN-KIMIA(3) FIX

    1/24

    1

    TUGAS MAKALAH IKATAN KIMIA

    HIBRIDISASI DAN GAYA ANTAR MOLEKUL

    DISUSUN OLEH :

    1. Indri Savitri NIM 06101181320024

    2. Diah Permata Sari NIM 06101181320002

    3. Pirden Simanjuntak NIM 06121010032

    Dosen Pembimbing: Drs. M. Hadeli L., M.Si.

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SRIWIJAYA

    2015

  • 7/23/2019 TUGAS-MAKALAH-IKATAN-KIMIA(3) FIX

    2/24

    2

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

    rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah

    tentang Hibridisasi dan Gaya Antar Molekul ini dengan baik meskipun banyak

    kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak M. Hadeli selaku

    Dosen mata kuliah Ikatan Kimia Universitas Sriwijaya yang telah memberikan tugas

    ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka

    menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai dampak yang ditimbulkan dari

    sampah, dan juga bagaimana membuat sampah menjadi barang yang berguna.

    Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat

    kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,

    saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan

    datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

    Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

    Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun

    orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan

    kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yangmembangun demi perbaikan di masa depan.

    Indralaya, 04 November 2015

    Penyusun

  • 7/23/2019 TUGAS-MAKALAH-IKATAN-KIMIA(3) FIX

    3/24

    3

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

    BAB I .........................................................................................................................................4

    PENDAHULUAN .....................................................................................................................4

    1.1 Latar Belakang .................................................................................................................4

    1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................4

    1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................5

    BAB II........................................................................................................................................6

    PEMBAHASAN........................................................................................................................6

    2.1 HIBRIDISASI ..................................................................................................................6

    2.1.1 Sejarah Penemuan Hibridisasi ...................................................................................6

    2.1.2 Pengertian Hibridisasi................................................................................................7

    2.1.3 Proses Hibridisasi ......................................................................................................8

    2.1.4 Macam-macam Hibridisasi........................................................................................9

    2.2.5 Hibridisasi Dan Bentuk Molekul.............................................................................14

    2.2 GAYA ANTAR MOLEKUL.........................................................................................15

    2.2.1 Pengertian Gaya Antar Molekul..............................................................................15

    2.2.2 Jenis Gaya Tarik Antar Molekul ............................................................................15

    2.2.3 Pengaruh Gaya Antarmolekul terhadap Sifat Fisis dan kimia zat ...........................22

    BAB III ....................................................................................................................................23

    PENUTUP................................................................................................................................23

    3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................23

    3.2 Saran...............................................................................................................................23

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................24

  • 7/23/2019 TUGAS-MAKALAH-IKATAN-KIMIA(3) FIX

    4/24

    4

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Karakteristik materi bentuk geometri molekul ialah bersifat abstrak serta

    gabungan antara pemahaman konsep dan aplikasi. Karakteristik abstrak terdapat pada

    kajian yang membahas tentang elektron, padahal elektron tidak tampak dilihat secara

    nyata, sehingga ketika elektron membentuk ikatan juga tidak akan tampak secara

    nyata. Begitu juga ketika mempelajari bentuk geometri molekul seperti tetrahedral,

    trigonal bipiramida, oktahedral, dll yang digambarkan dalam bidang dua dimensi,

    maka bentuknya masih abstrak dan sulit untuk dibayangkan. Pemahaman konsep

    digunakan pada penjelasan teori domain elektron dan teori hibridisasi. Pada teori

    domain elektron terdapat konsep yang harus dipahami seperti konsep domain ikatan

    dan domain bukan ikatan, serta konsep tipe molekul. Sebagai contoh, jika rumus tipe

    molekul adalah AB2 maka bentuk molekulnya adalah linear, jika notasinya AB3

    maka bentuk geometrinya adalah segitiga datar. Pada teori hibridisasi juga terdapat

    konsep-konsep yang harus dipahami seperti: aturan Hund, prinsip Aufbau, dan asas

    larangan Pauli, serta hibrid yang terbentuk dari basil hibridisasi. Sebagai contoh, jika

    hibridisasnya adalah sp maka bentuk geometrinya adalah linear, jika hibridisasinya

    sp3 maka bentuk molekulnya adalah tetrahedral. Konsep-konsep ini kemudian harus

    diaplikasikan untuk merarnalkan bentuk geometri molekul. Sebagai contoh untuk

    penentuan bentuk geometri CH4 maka konsep yang harus diaplikasikan antara lain

    konsep konfigurasi elektron, pengisian elektron pada 5 orbital s dan p, eksitasi

    elektron, dan pengisian atom H pada orbital hibridisasi sehingga terbentuk hibridisasi

    sp3(tetrahedral).

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun merumuskan rumusan

    masalah sebagai berikut:

  • 7/23/2019 TUGAS-MAKALAH-IKATAN-KIMIA(3) FIX

    5/24

    5

    1. Bagaimanakah sejarah penemuan hibridisasi pertama kali?

    2. Apakah yang dimaksud dengan hibridisasi?

    3. Bagaimanakah proses hibridisasi dapat berlangsung?

    4. Apa sajakah macam-macam hibridisasi?

    5. Apakah yang dimaksud dengan gaya tarik antar molekul?

    6. Apa sajakah jenis gaya tarik antar molekul polar?

    7. Bagaimanakah pengaruh gaya Antar molekul terhadap sifat fisis dan kimia

    zat?

    1.3 Tujuan Penulisan

    1. Mengetahui sejarah penemuan hibridisasi

    2. Mengetahui kajian teori dari hibridisasi

    3. Mengetahui proses hibridisasi

    4. Mengetahui macam-macam hibridisasi

    5. Mengetahui kajian teori gaya tarik antar molekul

    6. Mengetahui jenis gaya tarik antar molekul polar

    7. Mengetahui pengaruh gaya Antar molekul terhadap Sifat Fisis dan kimia

    zat

  • 7/23/2019 TUGAS-MAKALAH-IKATAN-KIMIA(3) FIX

    6/24

    6

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 HIBRIDISASI

    2.1.1 Sejarah Penemuan Hibridisasi

    Teori hibridisasi dipromosikan oleh kimiawan Linus Pauling dalam

    menjelaskan struktur molekul seperti metana (CH4). Secara historis, konsep ini

    dikembangkan untuk sistem-sistem kimia yang sederhana, namun pendekatan ini

    selanjutnya diaplikasikan lebih luas, dan sekarang ini dianggap sebagai sebuah

    heuristik yang efektif untuk merasionalkan struktur senyawa organik. Teori hibridisasi

    tidaklah sepraktis teori orbital molekul dalam hal perhitungan kuantitatif. Masalah-

    masalah pada hibridisasi terlihat jelas pada ikatan yang melibatkan orbital d, seperti

    yang terdapat pada kimia koordinasi dan kimia organologam. Walaupun skema

    hibridisasi pada logam transisi dapat digunakan, ia umumnya tidak akurat.

    Sangatlah penting untuk dicatat bahwa orbital adalah sebuah model

    representasi dari tingkah laku elektron-elektron dalam molekul. Dalam kasushibridisasi yang sederhana, pendekatan ini didasarkan pada orbital-orbital atom

    hidrogen. Orbital-orbital yang terhibridisasikan diasumsikan sebagai gabungan dari

    orbital-orbital atom yang bertumpang tindih satu sama lainnya dengan proporsi yang

    bervariasi. Orbital-orbital hidrogen digunakan sebagai dasar skema hibridisasi karena

    ia adalah salah satu dari sedikit orbital yang persamaan Schrdingernya memiliki

    penyelesaian analitis yang diketahui. Orbital-orbital ini kemudian diasumsikan

    terdistorsi sedikit untuk atom-atom yang lebih berat seperti karbon, nitrogen, dan

    oksigen. Dengan asumsi-asumsi ini, teori hibridisasi barulah dapat diaplikasikan.

    Perlu dicatat bahwa kita tidak memerlukan hibridisasi untuk menjelaskan molekul,

    namun untuk molekul-molekul yang terdiri dari karbon, nitrogen, dan oksigen, teori

    hibridisasi menjadikan penjelasan strukturnya lebih mudah. Teori hibridisasi sering

    digunakan dalam kimia organik, biasanya digunakan untuk menjelaskan molekul yang

    terdiri dari atom C, N, dan O (kadang kala juga P dan S). Penjelasannya dimulai dari

    bagaimana sebuah ikatan terorganisasikan dalam metana.

  • 7/23/2019 TUGAS-MAKALAH-IKATAN-KIMIA(3) FIX

    7/24

    7

    2.1.2 Pengertian Hibridisasi

    Hibridisasi adalah sebuah konsep bersatunya orbital-orbital atom membentuk

    orbital hibrid yang baru yang sesuai dengan penjelasan kualitatif sifat ikatan atom.

    Konsep orbital-orbital yang terhibridisasi sangatlah berguna dalam menjelaskan

    bentuk orbital molekul dari sebuah molekul. Konsep ini adalah bagian tak terpisahkan

    dari teori ikatan valensi. Walaupun kadang-kadang diajarkan bersamaan dengan teori

    VSEPR, teori ikatan valensi dan hibridisasisebenarnya tidak ada hubungannya sama

    sekali dengan teori VSEPR. Hibridisasi adalah penyetaraan tingkat energi melalui

    penggabungan antar orbital senyawa kovalen atau kovalen koordinasi.

    Hibridasi

    Perhatikan konfigurasi elektron Be, B dan C

    Be : 1s2

    2s2

    B : 1s2

    2s2

    2p1

    C : 1s2

    2s2

    2p2

    Berilium dapat membentuk senyawa yang bersifat kovalen seperti BeH 2 dan

    BeCl2. Boron dapat membentuk senyawa dengan perbandingan 1:3 seperti BF3 dan

    BCl3. Pada senyawa karbon yang lebih dari sejuta banyaknya dapat dijumpai atom

    karbon yang terikat melalui empat pasangan elektron ikatan. Jika ditinjau dari

    konfigurasi elektron saja, maka dapat diduga bahwa, berilium yang orbitalnya terisi

    penuh tidak dapat membentuk satu ikatan kovalen, sedangkan karbon hanya dapat

    membentuk dua ikatan kovalen. Kontradiksi antara pengamatan eksperimen dan

    ramalan berdasarkan model atom, menunjukkan bahwa model orbital atom masih jauh

    dari sempurna untuk menjelaskan ikatan kimia. Oleh sebab itu, penyusunan elektron

    dalam orbital setiap bilangan kuantum utama perlu ditata kembali. Penyusunan

    kembali orbital dalam sebuah atom, untuk membentuk seperangkat orbital yang

    ekivalen dalam molekul disebut hibridisasi. Hibridisasi adalah proses pembentukan

    orbital-orbital hibrida dengan tingkat energi yang sama (orbital-orbital degenerat) dari

    orbital-orbital asli yang jenis dan tingkat energinya berbeda.

  • 7/23/2019 TUGAS-MAKALAH-IKATAN-KIMIA(3) FIX

    8/24

    8

    2.1.3 Proses Hibridisasi

    Proses hibridisasi berlangsung dalam tahap-tahap berikut :

    (1) Elektron mengalami promosi ke orbital yang tingkat energinya lebih tinggi.

    Misalnya pada Be : dari 2s ke 2p)

    (2) Orbital-orbital bercampur atau berhibridisasi membentuk orbital hibrida yang

    ekivalen.

    Contoh 1 : Be mempunyai konfigurasi elektron 1s2

    2s2. Satu elektron dari 2s

    mengalami promosi menghasilkan konfigurasi 1s2

    2s1

    2p1

    x. Orbital 2s dan 2p1

    xberhibridisasi membentuk dua orbital hibrida sp yang ekivalen berbentuk garis lurus.

    Contoh 2 : B mempunyai konfigurasi elektron terluar 2s2

    2p1. Suatu elektron dari 2s

    mengalami promosi menghasilkan konfigurasi elektron 2s1

    2p1x 2p

    1y. Orbital 2s 2px

    dan 2py berhibridisasi membentuk tiga orbital hibrida sp2 yang ekivalen berbentuk

    segitiga datar.

    Contoh 3 : C mempunyai konfigurasi elektron terluar 2s2 2p2. Satu elektron dari 2s

    mengalami promosi menghasilkan konfigurasi elektron 2s1 2p1x 2p1y 2p1z. Orbital

    2s. 2px. 2py dan 2pz berhibridisasi membentuk 4 orbital hibrida sp3 yang ekivalen

    berbentuk tetrahedral.

    Contoh 4 : P mengalami konfigurasi elektron terluar 3s2 3p3. Satu elektron dari 3s

    mengalami promosi menghasilkan konfigurasi elektron 3s1 3p1x 3p1y 3p1z 3d1.

    Orbital 3s, 3px, 3py, 3pz dan 3d1z membentuk 5 orbital hibrida sp3d yang ekivalen

    berbentuk trigonal bipiramida.

    Contoh 5 : S mempunyai konfigurasi elektron terluar 3s2 3p4. Satu elektron dari 3s

    dan satu elektron dari 3p mengalami promosi menghasilkan konfigurasi elektron 3s1

    3p2x 3p

    1y 3p

    1z 3d

    13d

    1x2-y2. Keenam orbitak diatas berhibridisasi membentuk 6 orbital

    hibrida sp3d2 yang ekivalen dengan bentuk oktahedral.

  • 7/23/2019 TUGAS-MAKALAH-IKATAN-KIMIA(3) FIX

    9/24

    9

    2.1.4 Macam-macam Hibridisasi

    2.1.4.1 Hibridisasi sp3

    Hibridisasi menjelaskan atom-atom yang berikatan dari sudut pandang sebuah

    atom. Untuk sebuah karbon yang berkoordinasi secara tetrahedral (seperti metana,

    CH4), maka karbon haruslah memiliki orbital-orbital yang memiliki simetri yang

    tepat dengan 4 atom hidrogen. Konfigurasi keadaan dasar karbon adalah 1s2 2s2 2px1

    2py1

    (Perhatikan bahwa orbital 1s memiliki energi lebih rendah dari orbital 2s, dan orbital

    2s berenergi sedikit lebih rendah dari orbital-orbital 2p). Teori ikatan valensi

    memprediksikan, berdasarkan pada keberadaan dua orbital p yang terisi setengah,

    bahwa C akan membentuk dua ikatan kovalen, yaitu CH2. Namun, metilena adalah

    molekul yang sangat reaktif (lihat pula: karbena), sehingga teori ikatan valensi saja

    tidak cukup untuk menjelaskan keberadaan CH4. setiap hidrogen pada CH4 dapat

    dilepaskan dari karbon dengan energi yang sama. Untuk menjelaskan keberadaan

    molekul CH4 ini, maka teori hibridisasi digunakan.

    Langkah awal hibridisasi adalah eksitasi dari satu (atau lebih)elektron:

    Proton yang membentuk inti atom hidrogen akan menarik salah satu elektron

    valensi karbon. Hal ini menyebabkan eksitasi, memindahkan elektron 2s ke orbital 2p.

    Hal ini meningkatkan pengaruh inti atom terhadap elektron-elektron valensi dengan

    meningkatkan potensial inti efektif.

    Kombinasi gaya-gaya ini membentuk fungsi-fungsi matematika yang baru

    yang dikenal sebagai orbital hibrid. Dalam kasus atom karbon yang berikatan dengan

    empat hidrogen, orbital 2s (orbital inti hampir tidak pernah terlibat dalam ikatan)

    "bergabung" dengan tiga orbital 2p membentuk hibrid sp3 (dibaca s-p-tiga) menjadi

  • 7/23/2019 TUGAS-MAKALAH-IKATAN-KIMIA(3) FIX

    10/24

    10

    Pada CH4, empat orbital hibrid sp3 bertumpang tindih dengan orbital 1s

    hidrogen, menghasilkan empat ikatan sigma. Empat ikatan ini memiliki panjang dan

    kuat ikat yang sama, sehingga sesuai dengan pengamatan.

    Sebuah pandangan alternatifnya adalah dengan memandang karbon sebagai anion C4

    .

    Dalam kasus ini, semua orbital karbon terisi:

    Jika kita menrekombinasi orbital-orbital ini dengan orbital-s 4 hidrogen (4 proton,

    H+) dan mengijinkan pemisahan maksimum antara 4 hidrogen (yakni tetrahedal),

    maka kita bisa melihat bahwa pada setiap orientasi orbital-orbital p, sebuah hidrogen

    tunggal akan bertumpang tindih sebesar 25% dengan orbital-s C dan 75% dengan tiga

    orbital-p C. HaL ini sama dengan persentase relatif antara s dan p dari orbital hibridsp3 (25% s dan 75% p). Menurut teori hibridisasi orbital, elektron-elektron valensi

    metana seharusnya memiliki tingkat energi yang sama, namun spektrum

    fotoelekronnya [3] menunjukkan bahwa terdapat dua pita, satu pada 12,7 eV (satu

    pasangan elektron) dan saty pada 23 eV (tiga pasangan elektron). Ketidakkonsistenan

    ini dapat dijelaskan apabila kita menganggap adanya penggabungan orbital tambahan

    yang terjadi ketika orbital-orbital sp3 bergabung dengan 4 orbital hidrogen.

    2.1.4.2 Hibridisasi sp2

    Senyawa karbon ataupun molekul lainnya dapat dijelaskan seperti yang

    dijelaskan pada metana. Misalnya etilena (C2H4) yang memiliki ikatan rangkap dua

    di antara karbon-karbonnya. Struktur Kekule metilena akan tampak seperti:

    Karbon akan melakukan hibridisasi sp2 karena orbtial-orbital hibrid hanya akan

  • 7/23/2019 TUGAS-MAKALAH-IKATAN-KIMIA(3) FIX

    11/24

    11

    membentuk ikatan sigma dan satu ikatan pi seperti yang disyaratkan untuk ikatan

    rangkap dua di antara karbon-karbon. Ikatan hidrogen-karbon memiliki panjang dan

    kuat ikat yang sama. Hal ini sesuai dengan data percobaan.

    Dalam hibridisasi sp2, orbital 2s hanya bergabung dengan dua orbital 2p:

    membentuk 3 orbital sp2 dengan satu orbital p tersisa. Dalam etilena, dua

    atom karbon membentuk sebuah ikatan sigma dengan bertumpang tindih dengan dua

    orbital sp2 karbon lainnya dan setiap karbon membentuk dua ikatan kovalen dengan

    hidrogen dengan tumpang tindih s-sp2 yang bersudut 120. Dalam kasus ini, geometri

    orbital terdistorsi dari yang seharusnya.

    2.1.4.3 Hibridisasi sp

    Ikatan kimia dalam senyawa seperti alkuna dengan ikatan rangkap tiga.

    Dalam model ini, orbital 2s hanya bergabung dengan satu orbital-p,

    menghasilkan dua orbital sp dan menyisakan dua orbital p. Ikatan kimia dalam

    asetilena (etuna) terdiri dari tumpang tindih sp-sp antara dua atom karbon membentuk

    ikatan sigma, dan dua ikatan pi tambahan yang dibentuk oleh tumpang tindih p-p.

    Setiap karbon juga berikatan dengan hidrogen dengan tumpang tindih s-sp bersudut

    1800.

    Pembentukan ikatan, juga sering dikatakan sebagai penataan kembali orbital

    atom menjadi orbital molekul, yang merupakan hasil tumpang tindih dari kedua

    orbital atom. Contoh sederhana proses penataan orbital molekul dengan model ini

    dapat ditunjukkan pada proses pembentukan molekul Asam Florida (HF).

    Konfigurasi atom H : 1s1 dan atom F : 1s2 2s2 2px2 2py2 2pz1, tampak

    kemungkinan terjadi pasangan elektron antara 1s1 dari atom H dan 2pz1, sehingga

    terjadi tumpang tindih kedua obital tersebut, dan membentuk orbital molekul sp, dan

    menghasilkan bentuk molekul yang linier, perhatikan Gambar 5.14.

  • 7/23/2019 TUGAS-MAKALAH-IKATAN-KIMIA(3) FIX

    12/24

    12

    Gambar 5.14. Model hibridisasi dan bentuk molekul sp

    Seperti yang dibahas pada pembentukan molekul BF3, proses perpindahan

    elektron dari tingkat orbital yang rendah ke yang lebih tinggi umum terjadi proses

    perpindahan ini dikenal dengan proses hibridisasi. Orbital hasil hibridisasi disebut

    orbital hibrid, dalam pembentukan BF3, terjadi orbital hibrid sp2, dimana ikatan akan

    terjadi pada orbital tersebut. Proses hibridisasi sp2, secara sederhana melalui tahap

    sebagai berikut. Elektron yang berada pada orbital 2s dipromosikan dan berpindah

    pada orbital 2Py.

    Sehingga terbentuk orbital hibrid sp2, yang dapat bereaksi dengan atom lain

    dengan membentuk ikatan yang hampir sama. Hal ini menyebabkan bentuk

    molekulnya sebagai segi tiga datar, lihat Gambar 5.15.

    Gambar 5.15. Bentuk molekul dengan hibridisasi sp2

  • 7/23/2019 TUGAS-MAKALAH-IKATAN-KIMIA(3) FIX

    13/24

    13

    Proses hibridisasi tipe lain, terjadi pada molekul gas metana (CH4), atom memiliki

    konfigurasi konfigurasi atom H: 1s1 dan konfigurasi atom C: 1s2 2s2 2Px1 2py1

    2pz0.

    Dalam mengikat 4 atom H menjadi CH4, maka 1 elektron (orbital 2s) dari

    atom C akan dipromosikan ke orbital 2pz, sehingga konfigurasi elektronnya menjadi:

    1s1 2s1 2px1 2py1 2pz1.

    Perubahan yang terjadi meliputi 1 orbital 2s dan 3 orbital 2p, maka disebut hibridisasi

    sp3, Kekuatan ikatan untuk keempat orbital relatif setara sehingga membentuk

    molekul tetrahedron, seperti Gambar 5.16. Struktur molekul tetrahedral cukup stabil,

    sehingga banyak molekul yang memiliki struktur ini.

    Gambar 5.16. Bentuk molekul dengan hibridisasi sp3

    Bentuk hibridisasi yang lebih kompleks jika banyak orbital yang terlibat dalam proses

    promosi elektron seperti orbital s, p, dan d, seperti pada hibridisasi dsp3 dengan

    bentuk molekul trigonal bipiramidal, sp2d ; dsp2 dengan bentuk molekul segiempat

    datar dan d2sp3 ; sp3d2 dengan bentuk molekul octahedron.

  • 7/23/2019 TUGAS-MAKALAH-IKATAN-KIMIA(3) FIX

    14/24

    14

    2.2.5 Hibridisasi Dan Bentuk Molekul

    Penggunaan orbital hibrida untuk menerangkan dan mengaitkan struktur tidak

    begitu lazim lagi pada tahun-tahun ini, untuk memberikan jalan bagi penggunaan

    yang umum dari teori orbital molekul. Bagaimanapun konsep orbital hibrida tetap

    memiliki kelebihan tertentu karena kesederhanaanya, dan dalam banyak hal

    memberikan cara yang sangat mudah untuk mengaitkan dan menerangkan struktur

    molekul.

    Orbital

    hibrida

    Jumlah PEI

    dan PEB

    Bentuk molekul Sudut ikatan Contoh

    Sp 2 Garis lurus, diagonal 180 BeCl2

    sp2 3 Trigonal 120

    C2H2sp3 4 Bujur sangkar 90 Ni(CN)4

    -

    sp3d 5 Bipiramida trigonal 120 dan 90 PCl5

    d2sp3 6 Oktahedral 90 Fe(CN)6-

    sp3d2 6 Oktahedral 90 SF6

    FeF63-

    Tabel susunan pasangan elektron, bentuk molekul dan hibridisasi

    No. senyawa PE Ikatan PE Non-ikatan Jumlah Susunanelektron Bentukmolekul Hibridisasiatom pusat

    1 BeCl2 2 0 2 linier linier Sp

    2 BCl3 3 0 3 Segitiga Segitiga Sp2

    3 CH4 4 0 4 Tetrahedral Tetrahedral Sp3

    4 NH3 3 1 4 tetrahedral Piramida Sp3

    5 PCl5 5 0 5 Trigonal

    bipiramida

    Trigonal

    bipiramida

    Sp3d

    6 AlCl3 3 0 3 Segitiga

    datar

    Segitiga datar Sp2

    7 KrF2 2 3 5 Trigonalbipiramida Linier Sp3d

    8 BrF3 3 2 5 Trigonal

    bipiramida

    Bentuk T Sp3d

    9 PH4+

    4 0 4 Tetrahedral Tetrahedral Sp3d

    10 PCl6 6 0 6 Oktahedral Oktahedral Sp3

    11 XeF4 4 2 6 Oktahedral Bujur sangkar Sp3d3

    12 OCl2 2 2 4 Tetrahedral Sudut Sp3d2

    13 BrF4 4 2 6 Oktahedral Bujur sangkar Sp3d2

    14 ICl3 3 2 5 Trigonal Bentuk T sp3d

    15 SiF5

    5 0 5 Trigonalbipiramida

    Trigonalbipiramida

    sp3d

  • 7/23/2019 TUGAS-MAKALAH-IKATAN-KIMIA(3) FIX

    15/24

    15

    2.2 GAYA ANTAR MOLEKUL

    2.2.1 Pengertian Gaya Antar Molekul

    Gaya antarmolekul adalah gaya elektromagnetik yang terjadi antara molekul-

    molekul atau antara bagian yang terpisah jauh dari suatu makromolekul. Gaya

    tersebut dapat berupa kohesi antara molekul serupa, seperti contohnya pada tegangan

    permukaan, atau adhesi antara molekul tak serupa, contohnya pada kapilaritasi. Gaya

    antar molekul ini memiliki sifat tarik menarik dan juga tolak-menolak antar molekul.

    Ketika dua molekulnya berdekatan, gaya tolak antara muatan yang sama akan timbul

    dan semakin tinggi energi tolaknya. Oleh karena itu akan dibutuhkan energi yang

    lebih tinggi pula untuk memampatkan suatu molekul. Penelitian gaya antarmolekul

    bermula dari pengamatan makroskopik yang menunjukkan adanya aksi gaya-gaya

    pada tingkat molekul atau mikroskopik. Pengamatan ini meliputi sikap termodinamik

    gas non-ideal yang dicerminkan oleh koefisien virial, tekanan uap, viskositas,

    tegangan permukaan dan data adsorpsi. Gaya antar molekul pada umumnya lebih

    lemah dibandingkan dengan ikatan kovalen. Misalnya untuk memutuskan gaya tarik

    antara molekul HCl dengan molekul HCl lain, hanya diperlukan energi sebesar 16

    kJ/mol, sedangkan untuk memutuskan ikatan kovalen antara atom H dan Cl pada

    molekul HCl dibutuhkan energi sebesar 431 kJ/mol. Ikatan kovalen dan gaya

    antarmolekul pada molekul HCl seperti tertera pada Gambar.

    Gambar ikatan kovalen (gaya intramolekul) dan gaya antarmolekul dalam molekul-molekul HCl

    2.2.2 Jenis Gaya Tarik Antar Molekul

    2.2.2.1 Gaya Antar Molekul Nonpolar

    Gaya tarik antarmolekul nonpolar pertama kali diuraikan oleh ilmuwan fisika,

    berasal dari Jerman, Fritz London, pada tahun 1930-an sehingga sering disebut gaya

    London, dan sering pula disebut gaya dispersi.

  • 7/23/2019 TUGAS-MAKALAH-IKATAN-KIMIA(3) FIX

    16/24

    16

    Molekul nonpolar penyebaran elektron dapat dianggap merata, sehingga

    molekul nonpolar digambarkan berbentuk bola dengan muatan positif dan negatif

    berimpit pada pusat bola seperti yang ditunjukan pada Gambar.

    Seperti yang diketahui elektron dalam molekul selalu dalam keadaan bergerak dan

    posisinya tidak dapat ditentukan secara pasti akibat berlakunya azas ketidakpastian

    heisenberg. Gerakan elektron menyebabkan pada saat-saat tertentu dalam waktu yang

    sangat singkat penyebaran elektron yang awalnya merata menjadi tidak merata

    sehingga molekul yang awalnya tidak memiliki dipol menjadi menjadi memiliki dipol

    atau menyebabkan muatan positif dan negatif yang awalnya berimpit dipusat bola

    menjadi memisah. Dipol yang timbul dalam waktu yang sangat singkat kemudian

    kembali lagi ke keadaan awal atau hilang. Karena hal inilah dipol yang timbul disebut

    dipol sesaat. Dipol sesaat yang timbul pada satu molekul, tentu saja akan

    mempengaruhi molekul tetangganya. Oleh sebab itu jika satu molekul mengalami

    dipol sesaat, maka akan mempengaruhi molekul yang paling dekat dengan dirinya

    sehingga timbul dipol juga atau muatan positif dan negatif yang awalnya berimpit

    menjadi memisah juga. Atau dapat dikatakan molekul yang mengalami dipol sesaat

    akan mengimbas atau menginduksi molekul-molekul yang berada di dekatnya. Karena

    hal inilah maka gaya antar molekul nonpolar disebut sebagai gaya dipol sesaat-gaya

    dipol terimbas atau terinduksi. Proses pembentukan dipol sesaat dan dipol induksian

    pada atom Ne yang memiliki dua elektron ditunjukan pada Gambar.

    Keterangan angka-angka pada molekul

    Nomor 1 molekul dengan dua elektron yang selalu dalam keadaan bergerak

    Nomor 2 molekul yang telah mengalami dipol sesaat

  • 7/23/2019 TUGAS-MAKALAH-IKATAN-KIMIA(3) FIX

    17/24

    17

    Nomor 3 molekul yang telah mengalami dipl sesaat karena diimbas diinduksi oleh

    molekul nomor 2.

    Gaya tarik antara molekul yang memiliki dipol sesaat dengan molekul yang

    memiliki dipol imbasan inilah yang disebut gaya London. Kemudahan suatu molekul

    untuk membentuk dipol sesaat ditunjukan dengan kebolehpolarran. Makin banyak

    elektron molekul memiliki kebolehpolaran yang besar atau makin mudah mengalami

    dipol sesaat. Jumlah elektron berbanding lurus dengan massa atom dan massa molekul

    relatif. Oleh sebab itu dapat dapat disimpulkan bahwa makin tinggi massa molekul

    relatif atau massa atom relatif suatu molekul maka makin mudah mengalami dipol

    sesaat atau gaya london yang terjadi makin kuat. Adanya gaya London antara

    molekul-molekul nonpolar menyebabkan pada waktu peleburan dan pendidihan

    diperlukan sejumlah energi untuk memperbesar jarak antara molekul-molekul

    nonpolar. semakin kuat gaya London antara molekul-molekul semakin besar pula

    energi yang diperlukan untuk terjadinya peleburan dan pendidihan.

    2.2.2.2 Gaya Antar molekul Polar

    Gaya tarik antar molekul polar disebut gaya tarik dipol-dipol. Hal ini disebabkan

    molekul polar memiliki penyebabran elektron yang tidak merata sehingga memiliki

    dipol yang tetap, tidak seperti pada molekul nonpolar yang dipolnya muncul pada

    saat-saat tertentu saja. Molekul-molekul polar yang memiliki fasa cair jika berada

    pada satu tempat, maka molekul-molekul yang ada akan menyusun diri sehingga dipol

    positif (muatan positif) dekat dengan dipol negatif, begitupun sebaliknya dipol negatif

    akan menyusun diri agar lebih dekat dengan dipol positif dari molekul tetangganya,

    seperti yang ditunjukan pada Gambar.

    Gambar Gaya tarik dan gaya tolak antara molekul-molekul polar

  • 7/23/2019 TUGAS-MAKALAH-IKATAN-KIMIA(3) FIX

    18/24

    18

    Dengan posisi seperti ini gaya tarik yang terjadi lebih kuat dibanding tolaknya.

    Karena dalam fasa cair molekulmolekul selalu bergerak dan bertumbukan satu

    dengan yang lain, maka posisi molekul-molekul selalu berubah namun pusat muatan

    positif dari satu molekul selalu berdekatan dengan pusat muatan negatif molekul-

    molekul yang lain, begitupun sebaliknya. Kenaikan energi termal (kenaikan suhu)

    menyebabkan tumbukan antarmolekul sering terjadidan susunan molekul-molekul

    menjadi semakin acak (random). Kekuatan gaya tarik antara molekul-molekul

    semakin berkurang sedangkan kekuatan gaya tolaknya bertambah, akan tetapi

    kekuatan gaya tarik masih lebih dominan daripada gaya tolak. Pada waktu temperatur

    mencapai titik didih cairan maka kekuatan antara gaya tarik dan gaya tolak adalah

    seimbang, cairan mulai mendidih. Titik didih berkaitan dengan energi yang

    diperlukan untuk memutuskan gaya antarmolekul bukan memutuskan ikatan

    antaratom. Semakin kuat gaya antarmolekul, semakin besar energi yang diperlukan

    untuk memutuskannya.

    Dalam fasa padat susunan molekul-molekul polar lebih teratur dibanding dalam fasa

    cair seperti yang ditunjukan pada Gambar berikut.

    Gambar Susunan molekul polar dalam fasa padat

    2.2.2.3 Ikatan Hidrogen

    Ikatan hidrogen merupakan gaya antar molekul polar yang paling kuat

    dibanding dua gaya lainnya. Ikatan hidrogen hanya terbentuk jika hidrogen di ikat

    oleh dua atom (selama ini hanya dua) yang berkeelektronegatifan tinggi, seperti yang

    ditunjukan pada gambar.

  • 7/23/2019 TUGAS-MAKALAH-IKATAN-KIMIA(3) FIX

    19/24

    19

    Atom-atom yang berkeelektronegatifan tinggi tersebut yaitu N, O dan F. Jadi dapat

    disimpulkan bahwa ikatan hidrogen hanya terbentuk bila molekul tersebut memiliki

    ikatan NH, OH dan OF. Pada gambar di atas jika A adalah N maka B dapat berupa

    N, O atau F selain ketiga atom tersebut maka ikatan yang terbentuk bukan merupakan

    ikatan hidrogen. Dilihat dari panjang ikatan, ikatan hidrogen selalu lebih panjang

    daripada ikatan kovalen. Contoh senyawa yang memiliki ikatan hidrogen yaitu

    molekul H2O, HF dan NH3. Dalam fasa cair H2O dengan dua atom hidrogen dan 2

    PEB mampu membentuk 4 atom hidrogen antarmolekul dengan 4 molekul H 2O lain

    yang ada di dekatnya seperti yang ditunjukan pada Gambar.

    Gambar ikatan hidrogen antar molekul H2O

    Pada molekul HF dengan satu atom hidrogen dan 3 PEB (pasangan elektron bebas)

    dan NH3 dengan 3 atom hidrogen dan 1 PEB hanya mampu membentuk 2 ikatan

    hidrogen dengan 2 molekul sejenis yang ada di dekatnya.

    Gambar Ikatan hidrogen molekul HF yang berbentuk zig-zag

  • 7/23/2019 TUGAS-MAKALAH-IKATAN-KIMIA(3) FIX

    20/24

    20

    Berdasarkan perbedaan keelktronegatifan atom N, O dan F diketahui bahwa

    kelektronegatifan F > O > N maka ikatan hidrogen yang dibentuk

    H-F > O- -H > N H (keterangan : = ikatan hidrogen)

    Walaupun demikian diperoleh bahwa titik didih H2O > HF > NH3. Hal ini disebabkan

    oleh banyaknya ikatan hidrogen yang terbentuk. Ikatan hidrogen molekul air lebih

    banyak dibanding ikatan hidrogen HF dan NH3. Sedangkan titik didih HF > NH3

    karena F lebih elektronegatif dibanding N sehingga ikatan hidrogennya antar molekul

    lebih kuat. Dalam fasa padat H2O tetap membentuk 4 ikatan hidrogen, demikian juga

    untuk HF dan NH3 tetap membentuk 2 ikatan hidrogen dengan dua molekul lain yang

    ada di dekatnya. Walaupun demikian pada keadaan padat titik lebur H2O > NH3 > HF.

    Hal ini terjadi dimungkinkan karena kemasan molekul-molekul tersebut dalam

    kristalnya. Ikatan hidrogen pada air cair inilah yang menyebabkan air mendidih pada

    suhu 100C walaupun massa molekul relatif air hanya 18. Sebagai perbandingan

    perhatikan titik didih beberapa senyawa berikut.

    Senyawa Massa molekul

    relatif (Mr)

    Titik didih (C)

    H2O

    H2S

    H2Se

    H2Te

    18

    34

    81

    130

    100

    -65

    -45

    -15

    Ikatan hidrogen digolongkan menjadi dua jenis yaitu

    1. Ikatan hidrogen intermolecule atau antarmolekul. Ikatan hidrogen yang terbentuk

    dari satu molekul dengan molekul tetangganya. Contohnya ikatan hidrpgen pada

    molekul H2O, HF dan NH3 yang telah dijelaskan di atas.

  • 7/23/2019 TUGAS-MAKALAH-IKATAN-KIMIA(3) FIX

    21/24

    21

    2. Ikatan hidrogen intramolekul atau ikatan hidrogen dalam satu molekul. Contoh

    ikatan hidrogen pada molekul asam benzoat seperti yang ditunjukan pada gambar

    berikut.

    Ikatan hidrogen antarmolekul dalam fasa cair dipengaruhi oleh konsentrasi

    artinya semakin besar konsentrasi semakin semakin kuat ikatan hidrogen yang

    terbentuk, sedangkan ikatan hidrogen intramolekul tidak dipengaruhi oleh jonsentrasi

    zat.

    2.2.2.4 Gaya Antar Molekul Polar atau Molekul Nonpolar dengan Ion

    Bila suatu ion dilarutkan dalam suatu pelarut polar, maka ion positif (kation) akan

    didekati oleh dipol negatif dari molekul polar, begitupun sebaliknya ion negatif

    (anion) akan didekati oleh dipol positif dari molekul polar, seperti yang ditunjukan

    pada Gambar.

    Gambar Gaya tarik antara molekul polar dengan kation dan anion

    Jika ion dimasukan ke dalam suatu molekul nonpolar, maka pembentukan dipol sesaat

    dan dipol induksian dapat terjadi dengan karena:

    1. gerakan elektron dalam molekul itu sendiri

    2. diinduksi oleh molekul yang telah mengalami dipol sesaat atau disebabkan oleh

    dipol sesaat dari molekul pada nomor 1.

    3. Karena diinduksi oleh ion baik anion maupun kation

  • 7/23/2019 TUGAS-MAKALAH-IKATAN-KIMIA(3) FIX

    22/24

    22

    4. Molekul nomor 3 dapat menginduksi molekul lain yang ada di dekatnya sehingga

    mengalami dipol induksian, demikian seterusnya.

    Susunan molekul yang mengalmi dipol sesaat dan dipol terimbas sama seperti

    pada molekul polar yaitu dipol sesaat atau dipol induksi yang bermuatan positif

    (ujung positif) lebih mengarah ke anion dan begitupun sebaliknya dipol sesaat atau

    dipol terimbas yang bermuatan negatif (ujung negatif) lebih dekat ke arah kation.

    Walaupun demikian gaya yang terjadi antar molekul nonpolar dengan suatu sangat

    lemah. Hal inilah yang menyebabkan molekul polar cenderung melarutkan zat-zat

    yang bersifat ion, karena gaya molekul polar dengan ion lebih kuat dibanding molekul

    nonpolar. Sedangkan molekul nonpolar cenderung melarutkan molekul atau zat yang

    bersifat nonpolar.

    2.2.3 Pengaruh Gaya Antarmolekul terhadap Sifat Fisis dan kimia zat

    Gaya yang terjadi antarmolekul terutama gaya tarik apat mempengaruhi sifat

    dan kimia zat. Sifat fisika zat yang dipengaruhi gaya antarmolekul antara lain, titik

    didih, titik lebur, kalor penguapan viskositas. Sedangkan sifat kimia yang dipengaruhioleh gaya antarmolekul terutama adalah sifat asam basa zat. Titik didih, titik lebur,

    kalor penguapan makin besar atau makin tinggi bila gaya antarmolekul makin kuat,

    begitupun sebaliknya.

    Viskositas atau kekentalan merupakan kemudahan suatu zat untuk mengalir.

    Semakin besar viskositas, maka zat tersebut semakin sukar mengalir, begitupun

    sebaliknya suatu zat akan semakin mudah mengalir bila viskositasnya kecil atau

    rendah. Contohnya air lebih mudah mengalir dibanding oli sehingga air memiliki

    viskositas yang lebih kecil atau lebih rendah dibanding oli.

    Viskositas zat berkaitan dengan gaya antarmolekulnya. Bila gaya

    antarmolekul kuat zat memiliki viskositas tinggi begitupun sebaliknya. Oleh sebab itu,

    viskositas dipengaruhi oleh suhu, suhu makin tinggi viskositas zat akan menurun

    sehingga lebih mudah mengalir.

  • 7/23/2019 TUGAS-MAKALAH-IKATAN-KIMIA(3) FIX

    23/24

    23

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Teori hibridisasi dipromosikan oleh kimiawan Linus Pauling dalam

    menjelaskan struktur molekul seperti metana (CH4). Hibridisasi adalah sebuah konsep

    bersatunya orbital-orbital atom membentuk orbital hibrid yang baru yang sesuai

    dengan penjelasan kualitatif sifat ikatan atom. Proses hibridisasi berlangsung dalam

    tahap-tahap berikut : (1) Elektron mengalami promosi ke orbital yang tingkat

    energinya lebih tinggi. Misalnya pada Be : dari 2s ke 2p). (2) Orbital-orbital

    bercampur atau berhibridisasi membentuk orbital hibrida yang ekivalen. Hibridisasi

    menjelaskan atom-atom yang berikatan dari sudut pandang sebuah atom. Untuk

    sebuah karbon yang berkoordinasi secara tetrahedral (seperti metana, CH4), maka

    karbon haruslah memiliki orbital-orbital yang memiliki simetri yang tepat dengan 4

    atom hidrogen. Gaya antarmolekul adalah gaya elektromagnetik yang terjadi antara

    molekul-molekul atau antara bagian yang terpisah jauh dari suatu makromolekul.

    Gaya antar molekul ini memiliki sifat tarik menarik dan juga tolak-menolak antar

    molekul. Gaya antar molekul memiliki beberapa jenis antara lain Gaya Antar molekul

    Polar, gaya antar molekul non polar dan gaya antar molekul ikatan hydrogen.

    3.2 Saran

    Semoga makalah hibridisasi dan gaya antar molekul ini dapat membantu

    mahasiswa dalam memahami konsep dari hibridisasi dan gaya antar molekul baik itu

    dalam bentuk kajian teori maupun aplikasi nya dalam pembelajaran.

  • 7/23/2019 TUGAS-MAKALAH-IKATAN-KIMIA(3) FIX

    24/24

    DAFTAR PUSTAKA

    Bohr, Niels. 1913. On the Constitution of Atoms and Molecules. Philosophical

    Magazine 26 (1): 476.29

    Bryson, Bill 2003. A Short History of Nearly Everything. Broadway Books.

    hlm. 141143.

    Daintith, J. 2004. Oxford Dictionary of Chemistry. New York: Oxford University

    Press

    Griffiths, David 1995. Introduction to Quantum Mechanics. Prentice Hall. hlm.

    190191.

    Nuraini. Intan. 2012. Hibridisasi. (Online).http//:www.scribe. hibridisasi.html.com

    (diakses pada 9 Oktober 2015)