Upload
anatomimanusia
View
164
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
restorasi amalgam kavitas klas 2 pada gigi decidui
Citation preview
Amalgam kedokteran gigi merupakan alloy yang terdiri dari merkuri, perak,
tembaga, dan timah,dan mungkin juga bisa mengandung palladium, zinc, dan elemen-
elemen lain untuk meningkatkan karakteristik dan kinerja klinis amalgam itu sendiri.
(Phillips’ Science of Dental Materials)
Komposisi dan fungsi masing-masing komponen
Perak (Ag) 67-74%
a. Elemen utama dalam reaksi
b. Menaikkan setting expansion
c. Menaikkan tarnish resistance dalam memproduksi amalgam
d. Memperputih alloy
e. Menaikkan strength
f. menurunkan creep
Timah (Sn) 25-28%
a. Mengontrol reaksi antara silver&mercury
b. Mengurangi strength & hardness
c. Mengurangi resistance terhadap tarnish & korosi
Tembaga (Cu) 0-6%
a. Menaikkan hardness & strength
b. Menaikkan setting expansion
Seng (Zn) 0-2%
a. Dalam jumlah kecil, tidak memengaruhi setting reaction & sifat amalgam
b. Zinc menyebabkan tertundanya ekspansi jika campuran amalgam
terkontaminasi oleh uap lembab selama manipulasi
c. Mencegah masuknya O2 ketika terjadi fusi logam paduan
Air raksa (Hg) 0-3%
Kadang-kadang ditambahkan untuk menciptakan kondisi pre-amalgamisasi pada
logam paduan.
A. Sifat Fisik Amalgam
1. Creep
Creep adalah sifat viskoelastik yang menjelaskan perubahan dimensi secara
bertahap yang terjadi ketika material diberi tekanan atau beban. Untuk tumpatan
amalgam, tekanan mengunyah yang berulang dapat menyebabkan creep. ANSI – ADA
specification no.1 menganjurkan agar creep kurang dari 3%. Amalgam yang rendah
tembaga lebih rentan mengalami kerusakan di bagian tepi, dibandingkan dengan
amalgam yang tinggi kandungan tembaga. (Craig, 2000)
Amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi mempunyai nilai creep yang
jauh lebih rendah, beberapa bahkan kurang dari 0,1%. Tidak ada data yang
menunjukkan bahwa mengurangi nilai creep 1% akan dapat mempengaruhi kerusakan
tepi. Secara umum besarnya creep yang terjadi adalah sebagai berikut :
Creep alloy konvensional > creep blonded alloy > creep alloy komposisi tunggal.
(Combe, 1992)
Kekurangan; Amalgam yang memiliki tingkat creep tinggi akan mengalami
kerusakan marginal dan mengakibatkan menurunnya nilai estetik.
2. Stabilitas Dimensional
Idealnya amalgam harus mengeras tanpa terjadi perubahan pada dimensinya
dan kemudian tetap stabil. Meskipun demikian ada beberapa faktor yang
mempengaruhi dimensi awal pada saat pengerasan dan stabilitas dimensional jangka
panjang.
Perubahan dimensional
Amalgam dapat meregang dan berkontraksi tergantung saat manipulasinya.
Idealnya perubahan dimensi amalgam terjadi pada skala kecil. Beberapa kontraksi
dapat mengakibatkan kebocoran mikro dan sekunder karies. (Phillips, 1981)
Beberapa faktor penting yang dapat mempengaruhi perubahan dimensi adalah :
1. komposisi alloy : semakin banyak jumlah silver dalam amalgam, maka akan
lebih besar pula expansi yang terjadi. Semakin besar jumlah tin, maka
kontraksi akan lebih besar.
2. rasio mercuri/alloy : makin banyak mercury, akan semakin besar tingkat
expansinya
3. ukuran partikel alloy : dengan berat yang sama, jika ukuran partikel menyusut,
maka total area permukaan alloy akan meningkat. Area permukaan yang lebih
besar akan menghasilkan mercury dengan kecepatan difusi ke partikel yang
lebih tinggi, saat triturasi. Hal ini akan mengakibatkan kemungkinan kontraksi
lebih tinggi saat tahap pertengahan.
4. waktu triturasi : merupakan faktor paling penting. Secara umum, semakin lama
waktu triturasi, maka expansi akan lebih kecil.
5. tekanan kondensasi : jika amalgam tidak mengalami kondensasi setelah
triturasi, akan terjadi kontraksi dalam skala besar karena tidak terganggunya
difusi mercury ke alloy.
3. Difusi termal
Difusi termal amalgam adalah empat puluh kali lebih besar dari dentin
sedangkan koefisien ekspansi termal amalgam 3 kali lebih besar dari dentin yang
mengakibatkan mikroleakage dan sekunder karies.
4. Abrasi
Proses abrasi yang terjadi saat mastikasi makanan, berefek pada hilangnya
sebuah substansi / zat, biasa disebut wear. Mastikasi melibatkan pemberian tekanan
pada tumpatan, yang mengakibatkan kerusakan dan terbentuknya pecahan/puing
amalgam.
B. Sifat Mekanik Amalgam
1. Kekuatan
Dental amalgam mempunyai berbagai macam struktur, dan kekuatan struktur
tersebut tergantung dari sifat individu dan hubungannya antara satu struktur dengan
struktur yang lainnya. Dental amalgam adalah material yang brittle/rapuh. Kekuatan
tensile amalgam lebih rendah dibanding kekuatan kompresif. Kekuatan kompresif ini
cukup baik untuk mempertahankan kekuatan amalgam, tetapi rendahnya kekuatan
tensile yang memperbesar kemungkinan terjadinya fraktur/retakan.
Beberapa faktor yang mengontrol/mempengaruhi kekuatan amalgam :
1. rasio mercury/alloy : jika mercury yang digunakan terlalu sedikit, maka
partikel alloy tidak akan terbasahi secara sempurna sehingga bagian restorasi
alloy tidak akan bereaksi dengan mercury, menyisakan peningkatan lokal
porositas dan membuat amalgam menjadi lebih rapuh.
2. Komposisi alloy : komposisi tidak terlalu berpengaruh terhadap kekuatan
amalgam. Beberapa sumber mengatakan amalgam yang tinggi copper dengan
tipe dispersi lebih kuat dibanding alloy dengan komposisi konvensional.
3. Ukuran dan bentuk partikel : kekuatan amalgam diperoleh dengan ukuran
partikel yang kecil, mendukung kecenderungan fine atau microfine particles.
4. Porositas : sejumlah kecil porositas pada amalgam akan mempengaruhi
kekuatan. Porositas dapat dikurangi dengan triturasi yang tepat, dan yang lebih
penting adalah teknik triturasi yang baik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan diantaranya.
1. Efek Triturasi. efek triturasi terhadap kekuatan tergantung pada jenis logam
campur amalgam, waktu triturasi, dan kecepatan amalgamator. Baik triturasi
yang kurang maupun yang berlebih akan dapat menurunkuan kekuatan dari
amalgam tradisional dan amalgam dengan tembaga yang tinggi
2. Efek Kandungan Merkuri. Faktor penting dalam mengontrol kekuatan adalah
kandungan merkuri dari restorasi tersebut. Merkuri dalam jumlah yang cukup
harus dicampur dengan logam campur untuk menutupi partikel-partikel logam
campur dan memungkinkan terjadinya amalgamasi yang menyeluruh. Masing-
masing partikel logam campur harus dibasahi oleh merkuri: bila tidak, akan
terbentuk adonan yang kering dan berbutir-butir. Adonan semacam itu
menghasilkan permukaan yang kasar dan berlubang-lubang yang dapat
menimbulkan korosi. Setiap kelebihan merkuri yang tertinggal pada restorasi
dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan dalam jumlah yang cukup besar.
3. Efek kondensasi. Tekanan kondensasi, dan bentuk partikel logam campur,
semuanya mempengaruhi sifat amalgam. Jika digunakan teknik kondensasi
tipikal dan logam campur lathe-cut, makin besar tekanan kondensasi, makin
tinggi kekuatan kompresinya, terutama kekuatan awal (misalnya pada 1 jam).
Teknik kondensasi yang baik akan memeras keluar merkuri dan menghasilkan
fraksi volume dari fase matriks yang lebih kecil. Tekanan kondensasi yang
tinggi diperlukan untuk mengurangi porositas dan mengeluarkan merkuri dari
amalgam lathe-cut. Sebaliknya, amalgam sferis yang dimampatkan dengan
tekanan ringan akan mempunyai kekuatan yang baik.
4. Efek Porositas. Ruang kosong dan porus adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi kekuatan kompresi dari amalgam yang sudah mengeras.
5. Efek Laju Pengerasan Amalgam. Laju pengerasan amalgam penting
diperhatikan oleh dokter gigi. Karena pasien pada umumnya diperbolehkan
pulang dari praktik gigi dalam waktu 20 menit setelah triturasi
amalgam,pertanyaan yang penting diperhatikan di sini adalah apakah amalgam
sudah mempunyai kekuatan yang cukup untuk menjalankan fungsinya. Ada
kemungkinan bahwa persentase patahnya restorasi amalgam yang tinggi.
Amalgam tidak memperoleh kekuatan secepat yang kita inginkan. Spesifikasi
ADA menyebutkan kekuatan kompresi minimal adalah 80 MPa pada 1 jam.
Kekuatan kompresi 1 jam dari amalgam komposisi tunggal yang kandungan
tembaganya tinggi sangatlah besar. (Anusavice, 2004)
Kelebihan;
Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada
umumnya lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor dalam
mulut yang saling berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut.
C. Sifat Kimia Amalgam
1. Reaksi Elektrokimia Sel Galvanik
Korosi galvanic atau bimetalik terjadi ketika dua atau lebih logam berbeda atau
alloy berkontak dalam larutan elektrolit , dalam hal ini adalah air ludah . Besarnya
arus galvanis dipengaruhi oleh lama / usia restorasi , perbedaan potensial korosi
sebelum berkontak dan daerah permukaan. Hubungan lama restorasi dengan besar arus
galvanic berbanding terbalik .artinya semakin lama usia restorasi amalgam dengan
tumpatan lainnya , semakin kecil arus galvanic yang dihasilkan.
Kekurangan; mengakibatkan rasa nyeri bila menimbulkan arus galvanis
bersama dengan tumpatan logam lain. Solusi; melepas tumpatan logam lain sebelum
memakai tumpatan amalgam.
1) Korosi
Korosi adalah reaksi elektrokimiawi yang akan menghasilkan degradasi
struktur dan properti mekanis. Banyak korosi amalgam terjadi pada bagian pits dan
cervical. Korosi dapat mengurangi kekuatan tumpatan sekitar 50%, serta
memperpendek keawetan penggunaan. (Marke, 1992)
Solusi;
1. memoles tumpatan amalgam
2. meminimalkan timbulnya arus galvanis
3. tidak memakan makanan mengandung asam secara terus menerus.
2) Tarnish
Reaksi elektrokimia yang tidak larut, adherent, serta permukaan film yang
terlihat dapat menyebabkan tarnish. Penyebab discoloration yang paling terkenal
adalah campuran silver dan copper sulfida karena reaksi dengan sulfur dalam makanan
dan minuman.
D. Sifat Biologi Amalgam
1. Alergi
Secara khas respon alergi mewakili antigen dengan reaksi antibodi yang
ditandai dengan rasa gatal, ruam, bersin, kesulitn bernafas, pembengkakan, dan gejala
lain. Dermaititis kontak atau reaksi hipersensitif tipe 4 dari Commbs mewakili efek
samping fisiologis yang paling mungkin terjadi pada amalgam gigi, tetapi reaksi ini
terjadi oleh kurang dari 1 % dari populasi yang di rawat..(Anusavice, 2004)
Solusi; tidak menggunakan tumpatan amalgam (tumpatan jenis lain yang dipakai)
2. Toksisitas
Suatu analisis pada dentin dibawah tambalan amalgam mengungkapkan
adanya air raksa yang turut berperan dalam perubahan warna gigi. Sejumlah air raksa
dilepaskan pada saat pengunyahan tetepi kemungkinan keracunan dari air raksa yang
menembus gigi atau sensititasi terhadap garam-garam air raksa yang larut dari
permukaan amalgam sangat jarang terjadi . kemungkinan yang paling menonjol bagi
asimilasi air raksa dari amalgam gigi adalah melalui tahap uapnya. (Anusavice, 2004)
Kekurangan;
Merkuri adalah elemen yang beracun, baik sebagai logam bebas maupun
unsur dari senyawa kimia. Raksa larut dalam lemak dan sewaktu-waktu dapat terhirup
oleh paru-paru yang mana akan teroksidasi menjasi Hg 2+. Kemudian ia akan
ditransportasikan dari paru-paru oleh sel darah merah ke jaringan lain termasuk sistem
saraf pusat. Merkuri dengan mudah menjadi senyawa metil merkuri, melewati barrier
darah-otak dan juga plasenta kepada janin. Konsekuensinya, metilmerkuri dapat
nerakumulasi di otak dan berefek kepada bayi yang akan dilahirkan. (Nicholson, 2002)
Solusi;
1. Material yang mengandung raksa harus disimpan jauh dari sumber panas.
2. menjamin adanya ventilasi yang baik pada pembedahan
3. penyimpanan amalgam di bawah air atau larutan fiksatif kimia
4. jangan disentuh dengan tangan
5. menggunakan masker
6. memakai teknik hand condensor
7. ruang tidak berkarpet
Tekhnik Preparasi Kavitas Klas II
Tedjosasongko, 2009
1. Proksimal Box
Anatomi servikal gigi sulung yang menyempit meningkatkan resiko rusaknya gingiva
di bagian interproksimal. Juga bila gingival wall terlalu dalam dapat membahayakan
pulpa
2. Gingival wall
Lebar gingival wall sekitar 1 mm. Pastikan dinding enamel didukung oleh dentin yang
sehat
3. Axial wall
Pada restorasi kecil, axial wall harus flat. Tetapi untuk restorasi yang luas axial wall
dibentuk pararel dengan kontur gigi aslinya. Kegagalan preparasi axial wall
menyebabkan pulpa terbuka
4. Konvergen
Dinding dan proximal box line angles dibentuk konvergen ke arah oklusal, mengikuti
permukaan bukal dan lingual gigi. Sudut cavosurface angle tetap dipertahankan 90°
5. Line angle
Bucco-gingival dan linguo-gingival line angle dibuat sedikit membulat
6. Cavosurface
Bukal dan lingual cavosurface angle jangan terlalu melebar. Preparasi cukup untuk
akses hand instrumen, tidak terlalu divergen untuk menghindari daerah yang rapuh
7. Cervical enamel rod
Tidak perlu membentuk bevel pada tiap dinding kavitas untuk menghindari
terbentuknya enamel rod yang unsupported. Inklinasi cervical enamel rod sedikit
mengarah ke oklusal
8. Retensi
Grove tambahan diletakkan pada bucco-axial dan lingual-axial line angle, tanpa
mengurangi enamel wall
9. Lebar isthmus
Lebar isthmus sekitar sepertiga lebar cusp bukal dan lingual. Fraktur isthmus sering
terjadi karena kontak prematur amalgam di daerah marginal ridge dengan gigi
antagonis. Cek kontak marginal ridge dengan articulating paper sebelum restorasi
untuk menghindari fraktur.
10. Axio-pulpal line angle
Dibulatkan dengan bur atau ekskavator yang tajam
11. Pulpal wall
Sebaiknya flat atau sedikit membulat, 0.5mm dibawah dentin. Hindari perluasan
berlebihan di daerah mesial
12. Occlusal wall
Dinding buccal dan lingual (Buccal & lingual walls)Harus mengerucut (converging) supaya kavitasnya retentif. Cavosurface angle harus tegak lurus supaya kekuatannya maksimum pada pertemuan enamel-amalgam
Preparasi dibuat sedikit konvergen ke arah oklusal
13. Dovetail
Diperluas hingga daerah yang terkena karies atau fissure yang dalam. Bentuknya
membulat, halus dengan retensi yang baik pada oklusal
DAFTAR PUSTAKA
1. Anusavice,Kenneth J.1996.Phillips’science Of Dental Materials. florida : W.B
2. Combe, E.C. 1992. Sari Dental Material. Balai Pustaka. Jakarta
3. Craig, R.G. et al. 2000. Dental Materials Properties and Manipulation 7th edition.
Toronto: Mosby
4. Marek, M. 1992. Interactions Between Dental Amalgams and the Oral
Environment dalam Adv Dent Res 6:100-109
5. Nicholson, J. W. 2002. The Chemistry of Medical and Dental Materials. RSC:
Cambridge
6. Phillips, R.W. 1991. Science Of Dental Materials 9 th Edition . W.B Saunders
Company. Philadelphia
7. Tedjosasongko, Udijanto. 2009. Perawatan Konservasi Gigi Sulung.
Dept.Kedokteran Gigi Anak. FKG UNAIR
MAKALAH
KONSERVASI GIGI ANAK
RESTORASI AMALGAM KAVITAS KLAS II DECIDUI
DISUSUN OLEH
WELLY ANGGARANI
112080045
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
2013