Tugas Kebudayaan.docx

Embed Size (px)

Citation preview

A.Sistem Kepercayaan Suku Sunda

Sunda Wiwitan

Pada proses perkembangan agama Islam, tidak seluruh wilayah tatar Sunda menerima sepenuhnya, di beberapa tempat terdapat komunitas yang bertahan dalam ajaran leluhurnya seperti komunitas masyarakat di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak yang dikenal dengan masyarakat Baduy. Mereka adalah komunitas yang tidak mau memeluk Islam dan terkungkung di satu wilayah religius yang khas; terpisah dari komunitas Muslim Sunda dan tetap melanggengkan ajaran Sunda Wiwitan.

Dasar religi masyarakat Baduy dalam ajaran Sunda Wiwitan adalah kepercayaan yang bersifat monoteis, penghormatan kepada roh nenek moyang, dan kepercayaan kepada satu kekuasaan yakni Sanghyang Keresa (Yang Maha Kuasa) yang disebut juga Batara Tunggal (Yang Maha Esa), Batara Jagat (Penguasa Alam), dan Batara Seda Niskala (Yang Maha Gaib) yang bersemayam di Buana Nyungcung (Buana Atas). Orientasi, konsep, dan pengamalan keagamaan ditujukan kepada pikukuh untuk menyejahterakan kehidupan di jagat mahpar (dunia ramai). Pada dimensi sebagai manusia sakti, Batara Tunggal memiliki keturunan tujuh orang batara yang dikirimkan ke dunia melalui Kabuyutan; titik awal bumi Sasaka Pusaka Buana. Konsep buana bagi orang Baduy berkaitan dengan titik awal perjalanan dan tempat akhir kehidupan. (Garna, 1992:5).

Menurut ajaran Sunda Wiwitan, perjalanan hidup manusia tidak terpisah dari wadah tiga buana, yaitu (1) Buana Nyungcung sama dengan Buana Luhur atau Ambu Luhur; tempat bersemayam Sang Hyang Keresa di tempat paling atas; (2) Buana Panca Tengah atau Ambu Tengah yang dalam dunia pewayangan sering disebut Mayapada atau Arcapada tempat hidup manusia dan mahluk lainnya; dan (3) Buana Larang sama dengan Buana Handap atau Ambu handap yaitu tempatnya neraka. Manusia yang hidup di Buana Panca Tengah suatu saat akan menemui Buana Akhir yaitu Buana Larang, sedangkan proses kelahirannya ditentukan di Buana Luhur. Antara Buana Nyungcung dan Buana Panca Tengah terdapat 18 lapisan alam yang tersusun dari atas ke bawah, lapisan teratas disebut Bumi Suci Alam Padang atau Kahyangan tempat Sunan Ambu dan para pohaci bersemayam.

Pada pelaksanaan ajaran Sunda Wiwitan di Kanekes, tradisi religius diwujudkan dalam berbagai upacara yang pada dasarnya memiliki empat tujuan utama: yaitu (1) menghormati para karuhun atau nenek moyang; (2) menyucikan Pancer Bumi atau isi jagat dan dunia pada umumnya; (3) menghormati dan menumbuhkan atau mengawinkan Dewi Padi; dan (4) melaksanakan pikukuh Baduy untuk mensejahterakan inti jagat. Dengan demikian, mantra-mantra yang diucapkan sebelum dan selama upacara berisikan permohonan izin dan keselamatan atas perkenan karuhun, menghindari marabahaya, serta perlindungan untuk kesejahteraan hidup di dunia damai sejahtera.

Masuknya agama Islam ke tatar Sunda menyebabkan terpisahnya komunitas penganut ajaran Sunda Wiwitan yang taat dengan mereka yang menganut Islam. Masyarakat penganut Sunda Wiwitan memisahkan diri dalam komunitas yang khas di pedalaman Kanekes ketika agama Islam memasuki kerajaan Pakuan Pajajaran. Hal ini dapat ditemukan dalam cerita Budak Buncireung, Dewa Kaladri, dan pantun Bogor versi Aki Buyut Baju Rambeng dalam lakon Pajajaran Seureun Papan.

Secara sadar, masyarakat Kanekes dengan tegas mengakui perbedaan mereka dengan masyarakat Sunda lainnya di luar Kanekes hanyalah dalam sistem religi, bukan etnis. Menurut Djatisunda (1992;2-3) mereka menyebut orang Sunda di luar Kanekes dengan sebutan Sunda Eslam (orang Sunda yang beragama Islam) dan dianggap sebagai urang Are atau dulur are. Arti dari istilah urang are atau dulur are dikemukakan Ayah Kaiti bekas seurat Tangtu Cikeusik bahwa: harti urang are ta, ja dulur are. Dulur-dulur na mah, ngan eslam hanteu sabagi kami di dieu (arti urang are yaitu dulur are. Saudara sih saudara, tetapi menganut agama Islam tidak seperti saya di sini). Ungkapan tersebut memperjelas pengakuan kedudukan etnis masyarakat Kanekes sebagai suku bangsa Sunda yang membedakannya hanyalah sistem religi karena tidak menganut agama Islam.

Madrais dan aliran perjalanan

Berbeda dengan masyarakat Baduy yang bertahan dengan tradisinya akibat desakan pengaruh Islam, perjumpaan Islam dengan budaya Sunda dalam komunitas lain malah melahirkan kepercayaan baru seperti yang dikembangkan Madrais di Cigugur Kabupaten Kuningan dan Mei Kartawinata di Ciparay Kabupaten Bandung.

Madrais semula dibesarkan dalam tradisi Islam kemudian melahirkan ajaran baru yang mengajarkan faham Islam dengan kepercayaan lama (pra-Islam) masyarakat Sunda yang agraris dan disebutnya sebagai Ajaran Djawa Sunda atau Madraisme pada tahun 1921. Ia menetapkan tanggal 1 Sura sebagai hari besar seren taun yang dirayakan secara besar-besaran antara lain dengan ngagondang (menumbukkan alu pada lesung sambil bernyanyi). Menurut ajarannya, Dewi Sri atau Sanghyang Sri adalah Dewi Padi yang perlu dihormati dengan upacara-upacara religius daur ulang penanaman padi serta ajaran budi pekerti dengan mengolah hawa nafsu agar hidup selamat. Di pihak lain, ia pun memuliakan Maulid Nabi Muhammad, tetapi menolak Alquran dengan anggapan bahwa Alquran yang sekarang tidak sah sebab Alquran yang sejati akan diturunkan menjelang kiamat.

Ajaran Madraisme ini, setelah Madrais meninggal dunia tahun 1939 dilanjutkan anaknya bernama Pangeran Tejabuana, serta cucunya Pangeran Jati Kusumah yang 11 Juli 1981 mendirikan Paguyuban Adat Cara Karuhun Urang (PACKU) mengharuskan para pengikutnya untuk melestarikan ajaran karuhun Sunda dan ke luar dari agama Islam.

Sementara itu, Mei Kartawinata (1898-1967) seorang tokoh kebatinan mendirikan aliran kepercayaan perjalanan yang dikenal dengan "Agama Kuring" (Agamaku) dan pendiri Partai Permai di Ciparay Kabupaten Bandung. Kisahnya, 17 September 1927, di Subang ia mendapat wangsit untuk berjuang melalui pendidikan, kerohanian, dan pengobatan melalui perkumpulan Perjalanan yang mengibaratkan hidup manusia seperti air dalam perjalanannya menuju laut dan bermanfaat sepanjang jalan. Dia menulis buku "Budi Daya" tahun 1935 yang dijadikan 'kitab suci' oleh para pengikutnya. Ajaran ini memadukan sinkretisme antara ajaran Sunda Wiwitan, Hindu, Budha, dan Islam.

B.SISTEM ORGANISASI KEMASYARKATAN SUNDA

Sistem merupakan kumpulan dari beberapa subsistem yang terakumulasi kedalam sebuah kesepakatan bersama yang bersifat abstrak. Sistem tersebut mengandung nilai dan kebutuhan yang kooperatif. Masyarakat adalah kelompok manusia sebagai individu yang hidup bersama di satu wilayah strategis berdasarkan pada nilai-nilai bersama untuk mencapai tujuan bersama. Sistem organisasi masyarakat Sunda berarti kesepakatan abstrak yang dimiliki oleh masyarakat Sunda.Masyarakat Sunda terdiri atas kelompok-kelompok kecil (individu). Pengorganisasian masyarakat Sunda ditentukan oleh sistem yang mengatur masyarakat Sunda itu.Secara natural, ia lahir sebagai makhluk yang tanpa daya upaya. Oleh karena itu, sangatlah penting sebuah sistem dalam pergumulan kehidupan sosial umat manusia. Dalam hal ini, masyarakat Sunda telah membuat sistem organisasi kemasyarakatannya secara bersama, dan diakui serta dijalankan secara sukarela. Akal, rasa, dan karsa yang merupakan unsur kekuatan jiwa manusia dapat mnciptakan hal-hal yang bermanfaat bagi masyarakat itu sendiri. Oleh karenanya, manusia hidup dalam kelompok yang menggunakan pola pengaturan yang sistematis (sistem kemasyarakat).Orang Sunda mengenal pengelompokan status dalam masyarakat berdasarkan materi. Ada orang kaya dan orang miskin. Orang miskin biasanya bekerja sebagai petani, buruh, pedagang asongan, dll. Sekalipun secara vertical terdapat hubungan yang bersifat supersuboordinasi, tetapi secara horizontal menunjukan hubungan kooperatif-inferior. Kenyataan bahwa hamper seluruh masyarakat Sunda yang hidup di pedesaan adalah berprofesi sebagai petani. Mereka menggunakan tanah sebagai pusat penghidupan sehari-hari. Tanah menjadi sebuah basis sentral dalam menjalankan misi dan visi kehidupan mereka. Berdasarkan kepemilikan tanah dalam sistem masyarakat Sunda, dibagi menjadi dua, pemilik tanah dan penggarap tanah.Berdasarkan umur seseorang dalam masyarakat Sunda, dikenal kelompok orang dewasa dan kelompok orang tua yang berpartisipasi penuh dalam kehidupan sosialnya. Kelompok tua lebih berperan sebagai pembimbing. Terdapat etika dan adab yang dijalankan oleh setiap individu pada masyarakat Sunda tanpa pemaksaan. Disini kita akan melihat betapa luhur dan agungnya budaya Sunda dalam aspek etika pergaulan di masyarakat. Seorang anak (kelompok dewasa) yang bertingkah mencampuri urusan orang tua (kelompok tua) disebutkokolot begog. Kurang baik apabila kelompok muda lebih berpartisipasi aktif melampaui perang kelompok tua, walaupun kapabilitas seorang pemuda lebih tinggi dari seorang tua, hal ini terkait adat dan kebiasaan masyarakat Sunda.Penerapan tenggang rasa dapat kita rasakan ketika melihat realitas di atas. Namun, dalam beberapa kasus, masih ada peran pemuda yang memporsikan lebih dari perang orang tua. Misalnya, seorang anak menjadi penanggungjawab keutuhan dan kebutuhan hidup keluarga dengan bekerja lebih dari pekerjaan orang tua. Terlepas dari hal ini, etika dalam sistem organisasi kemasyarakat Sunda merupapak potret ideal dalam menjalani kehidupan yang lebih dinamis. Kehidupan bersama dalam balutan gotong royong tampak terasa dalam kebiasaannguyang,yaitu memberikan sesuatu (biasanya palawija) kepada orang lain dengan mengharap balasan yang lebih besar. Hubungan dalam masyarakat Sunda sifatnya subjektif. Artinya, kepentingan individu adalah kepentingan bersama dan kepentingan kelompok juga merupakan kepentingan individu (perseorangan).Menyangkut masalah internal keluarga, dalam masyarakt Sunda, ayah biasa dipanggilabahdan ibu dipanggilema. Kakek dipangilakidan nenek dipanggilnini.Adik ayah dan ibu yang laki-laki dipanggilamangsedangkan adik ayah dan ibu yang perempuan dipanggilbibi. Dalam perkawinan, suami biasa panggilsalakidan istri dipanggilpamajikan.Kampong bukanlah satu-satunya tempat tinggal masyarakat Sunda di desa. Pada masyarakat Baduy dan beberapa kelompok masyarakat di daerah Banten dan Sukabumi Selatan yang mayoritas berprofesi sebagai peladang (ngahuma) terdapat paling sedikit dua macam pola organisasi tempat tinggal, yaitusaung huma(dangau ladang) dan kampung. Di Jawa Barat sebenarnya hampir tidak ada desa yang perumahannya terkonsentrir di bangunan dan rumah-rumah yang terkumpul dan berkelompok pada satu tempat saja. Desa tersebar dalam satu area tertentu dengan memiliki batas desa atau batas secara historis dan administratif disetujui oleh bersama. Biasanya batas ini ditandai dengan gapura dan patok vertikal dari beton yang terdapat tulisan nama desa tersebut.Di daerah datar, jarak antara rumah makin besar, begitu juga pekarangannya. Pola kampung seperti ini lebih diperlukan untukmenjaga tanaman pekarangan dari gangguan binatang. Berdasarkan pengelompokan rumah-rumah dan sarana lainnya dihubungkan dengan jalan raya, sungai dan lembah, pantai sebagai indikator, maka pola desa di Jawa Barat (Sunda) dapat dibagi menjadi:1. Desa linier; kampung desa yang berkelompok memanjang mengikuti alur jalan desa.2. Desa radial; kampung desa yang berkelompok pada persimpangan jalan.3. Desa di sekitar alun-alun atau lapangan terbuka; pola ini dianggap imitasi dalam bentuk kecil dari kota kabupaten atau kota kecamatan.Dalam pola desa yang menyebar, yang letaknya tersebar, biasanya penyediaan fasilitas desa terpusat di sekitar bale desa. Hal ini mengakibatkan warga desa memerlukan waktu yang cukup lama bila akan pergi ke sekolah, pasar, masjid, desa atau puskesmas. Selain itu, biasanya letak rumah penduduk berjauhan, sehingga hidup bertetangga agak terbatas pada rumah yang saling berdekatan.Baik kampong ataupun desa adalah suatu pemukiman yang mencakup sejumlah rumah dan bangunan-bangunan lainnya sebagai pelengkap dengan fungsi tertentu bagi kehidupan masyarakat dalam permukiman. Tempat bermukim yang terkecil ialah rumah dan yang terbesar adalah alam luar. Rumah dalam bahasa Sunda disebutimah, dannu di imahberarti istri yang memiliki wewenang sebagai pengelola rumah.Umpiatau rumah tangga merujuk pada suatu keluarga inti, terdiri atas suami, istri, dan anak-anaknya yang belum menikah. Anak-anak yang sudah berkeluarga kemudian akan membentukumpibaru yang dalam bahasa Sunda disebutbumen-bumenatauimah sorangan, rarabiataukurenanjika kemudian pasangan tersebut beranak. Itulah gambaran umum mengenai sistem organisasi kemasyarakatan pada masyarakat Sunda.

C.Sistem Pengetahuan Masyarakat Sunda

Orang sunda memiliki sistem pengetahuan tentang pergantian musim yakni musim kemarau, dan musim penghujan. Pengetahuan ini dimiliki secara turun temurun dan digunakan dalam bidang pertnian, taerutama dalam hal bertanam padi di sawah. Pengetahuan orang sunda menunjukan kesamaannya dengan pengetahuan di tanah jawa, sehingga ada anggapan bahwa pengetahuan tersebut berasal daari sana.Gejala-gejala alam seperti kedudukan matahari, hujan dan sebagainyaserta waktu-waktu terjadinya gejala-gejala alam tersebut dikuasai pengetahuannya oleh mereka semata-mata didasarkan pada hasil pengamatan dan pengalaman. Pengalama ini mereka ingat dan pergunakan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan hidup mereka termasuk dalam usaha-usaha bertani.Orang sunda mengetahui pula system peredaran bintang di langit. Yang terpenting ialah pengetahuan tentang bentang wuhulu (bintang belatik, orion) yang dipergunakan untuk menentukan permulaan mengerjakan sawah. Pada kira-kira permulaan bulan Nopember (mangsa kanem), bentang wuluku di waktu subuh kelihatan di upuk timur. Hal ini dianggap oleh petani sebagai petunjuk saat di mulainya penggarapan sawah-sawah mereka. Kemudian kira-kira dalam bulan April (mangsa desta), bentang wuluku itu pada petang (permulaan malam) di ufuk barat kelihatan terbalik. Ini dianggap oleh mereka sebagai pertanda untuk menyimpan bajak. Artinya sudah selesai menuai padi atau musim panen. Pada waktu itu umumnya orang-orang muali mengaso dengan cara bergembira, membersihkan rumah atau kegiatan-kegiatan lainnya. Di waktu itulah mereka menganggap sebagai saat yang baik untuk melangsungkan upacara-upacara selamatan dalam rangka perkawinan putra-putri mereka atau hajatan-hajatan lain dalam rangka membangun rumah.Dikalangan masyarakat sunda, cara yang digunakan untuk mengetahui pergantian musim seperti musim kemarau dan musim penghujan ialah dengan cara mempelajari pranata mangsa untuk kepentingan pertanian yakni mengadakan perhitungan-perhitungan bulan dan tahun menurut jalannya matahari yang terbagi dalam dua belas mangsa sebagai berikut :

Yang keNamaJumlah hariDimulai sesuai dengan kalender masehi

Ikasa4122 atau 23 juni

IIKaro232 atau 3 agustus

IIIKatiga2425 atau 26 agustus

IVKapat2518 atau 19 september

VKalmia2713 atau 14 oktober

VIKanem439 atau 10 november

VIIKapitu4322 atau 23 desember

VIIIKawolu273 atau 4 februari

IXKasanga251 atau 2 maret

XKasadasa2426 atau 27 maret

XIDesta2319 atau 20 april

XIISada4112 atau 13 mei

365 366 hari

Sistem Pengetahuan(Pendidikan) Masyarakat SundaSistem pengetahuan masyarakat sunda terutama mengenai masalah pendidikan di dalam masyarakat suku Sunda sudah bisa dibilang berkembang baik.Ini terlihat dari peran dari pemerintah Jawa Barat. Pemerintah Jawa Barat memiliki tugas dalam memberikan pelayanan pembangunan pendidikan bagi warganya, sebagai hak warga yang harus dipenuhi dalam pelayanan pemerintahan. Visi Pemerintah Jawa Barat, yakni Dengan Iman dan Takwa Jawa Barat sebagai Provinsi Termaju di Indonesia dan Mitra Terdepan Ibukota Negara Tahun 2010 merupakan kehendak, harapan, komitmen yang menjadi arah kolektif pemerintah bersama seluruh warga Jawa Barat dalam mencapai tujuan pembangunannya.Pada masyarakat tradisional Sunda, belajar sudah menjadi bagian dalam kehidupannya sejak dahulu, Carita Parahyangan mencatat, raja Sunda yang bernama Sang Rakeyan Darmasiksa (hidup sekitar abad ke 12 sampai 13) merupakan pendiri lembaga pendidikan di Tatar Sunda pada masa itu. Lembaganya diberi nama Sanghyang Binayapanti, sedangkan kompleks pendidikannya disebut Kabuyutan yang kemudian disebut juga mandala. Kedudukan mandala atau kabuyutan memperoleh tempat tersendiri yang tinggi kedudukannya sehingga sangat dihormati pada struktur kerajaan dan masyarakat Sunda masa itu.Keberadaan lembaga pendidikan (kabuyutan) bagi masyarakat Sunda dianggap sebagai tempat yang sakral dan secara formal perlu dilindungi oleh kerajaan. Pengakuan akan keberadaan Kabuyutan sebagai daerah khusus dan dilindungi keberadaannya oleh kerajaan terungkap pada prasasti Kebantenan I, II, III dan IV. Isi perasasti-prasasti tersebut merupakan amanat Raja Pajajaran yang menjadikan daerah Jayagiri dan Sunda Sembawa sebagai kabuyutan serta melindunginya dari berbagai ancaman, baik yang datang dari luar maupun dari dalam negeri. Berdasarkan naskah Amanat Galunggung, kedudukan kabuyutan di kerajaan Sunda sangat tinggi hingga seorang raja yang tidak dapat mempertahankan dari serangan musuh nilainya lebih rendah dibanding kulit lasun (Musang) di tempat sampah.Keberadaan kabuyutan sebagai lembaga pendidikan telah menghasilkan berbagai karya tulis yang isinya terutama berkenaan dengan tuntunan hidup manusia di dunia agar selamat di dunia dan akhirat kelak, diantaranya : Sewaka Darma (Koropak 408), Sanghyang Siksakandang Karesian (Koropak 630), dan Amanat Galunggung (koropak 632).Fasilitas yang cukup memadai dalam bidang pengetahuan(pendidikan)maupun informasi memudahkan masyarakatsundadalam memilih institusi pendidikan yang akan mereka masuki dalam berbagai jenjang. Seperti pada permulaan masa kemerdekaa di Jawa Barat terdapat 358.000 murid sekolah dasar, kemudian pada tahun 1965 bertambah menjadi 2.306.164 murid sekolah dasar. Jadi berarti mengalami kenaikan sebanyak 544%. Pada saat ini pada era ke- 20 disetiap ibukota kabupaten telah tersedia universitas-universitas, fakultas-fakultas, dan cabang-cabang universitas.Pada masyatakat sunda juga terdiri atas pendidikan formal dan non formal.Pendidikan formal adalah kegiatan yang sistematis, berstruktur, bertingkat, berjenjang, dimulai dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi dan yang setaraf denganya; termasuk ke dalamnya ialah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi, dan latihan profesional, yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus contoh : TK, SD, MI, SMP, MTS, SMA, SMK, Aliyah, dan Perguruan Tinggi. Sedangkanpendidikan non formal ialah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakanbagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu didalam mencapai tujuan belajarnya. Contohnya Pesantren, dllPembangunan pendidikandi Jawa barat yang mayoritas berpenduduk suku sundamerupakan salah satu bagian yang sangat vital dan fundamental untuk mendukung upaya-upaya pembangunan Jawa Barat. Pembangunan pendidikan merupakan dasar bagi pembangaunan lainnya, mengingat secara hakiki upaya pembangunan pendidikan adalah membangun potensi manusiamasyarakat sundayang kelak akan menjadi pelaku pembangunan.Dalam setiap upaya pembangunan, maka penting untuk senantiasa mempertimbangkan karakteristik dan potensi setempat. Dalam konteks ini, masyarakat suku Sunda memiliki potensi, budaya dan karakteristik tersendiri.Secara sosiologis-antropologis, falsafah kehidupan masyarakat Jawa Barat yang telah diakui memiliki makna mendalam adalahcageur, bageur, bener, pinter, tur singer. Dalam kaitan ini, filosofi tersebut harus dijadikan pedoman dalam mengimplementasikan setiap rencana pembangunan, termasuk di bidang pendidikan.Cageurmengandung makna sehat jasmani dan rohani.Bageurberperilaku baik, sopan santun, ramah, bertata krama.Beneryaitu jujur, amanah, penyayang dan takwa.Pinter, memiliki ilmu pengetahuan.Singerartinya kreatif dan inovatif. Sebagai sebuah upaya mewujudkan pembangunan pendidikan berfalsafahkancageur, bageur, bener, pinter, tur singertersebut, ditempuh pendekatansocial cultural heritage approach. Melalui pendekatan ini diharapkan akan lahir peran aktif masyarakat dalam menyukseskan program pembangunan pendidikan yang digulirkan pemerintah.

D.BAHASA SUNDABahasa Sunda(Basa Sunda, dalamaksara Sunda Baku adalah sebuah bahasa dari cabangMelayu-Polinesiadalamrumpun bahasa Austronesia. Bahasa ini dituturkan oleh setidaknya 38 juta orang dan merupakan bahasa Ibu dengan penutur terbanyak kedua diIndonesiasetelahBahasa Jawa. Bahasa Sunda dituturkan di hampir seluruh provinsiJawa BaratdanBanten, serta wilayah baratJawa Tengahmulai dari Kali Brebes (Sungai Cipamali) di wilayahKabupaten BrebesdanKali Serayu(Sungai Ciserayu) diKabupaten Cilacap, di sebagian kawasanJakarta, serta di seluruh provinsi diIndonesiadan luar negeri yang menjadi daerah urbanisasiSuku Sunda.Dari segilinguistik, bersamabahasa Baduy, bahasa Sunda membentuk suaturumpun bahasa Sundayang dimasukkan ke dalamrumpun bahasa Melayu-Sumbawa.Bahasa Sunda beragam, mulai dari dialek Sunda-Banten, hingga dialek Sunda-Jawa Tengahan yang mulai tercampurbahasa Jawa. Para pakar bahasa biasanya membedakan enam dialek yang berbeda[2]. Dialek-dialek ini adalah: Dialek Barat (Bahasa Banten) Dialek Utara Dialek Selatan (Priangan) Dialek Tengah Timur Dialek Timur Laut (termasukBahasa Sunda Cirebon) Dialek TenggaraDialek Barat dipertuturkan di daerah Banten[3]danLampung. Dialek Utara mencakup daerah Sunda utara termasukKota Bogordan sebagian daerahPantura. Lalu dialek Selatan adalah dialek Priangan yang mencakup kota Bandung dan sekitarnya. Sementara itu dialek Tengah Timur adalah dialek di sekitarKabupaten Majalengkadan sebagianKabupaten Indramayu. Dialek Timur Laut adalah dialek di sekitarKabupaten Cirebon,Kabupaten Kuninganjuga sebagian Kabupaten Brebes danKabupaten TegaldiJawa Tengah. Dan akhirnya dialek Tenggara adalah dialek sekitarKabupaten Ciamisjuga Kabupaten Cilacap danKabupaten BanyumasdiJawa Tengah.Bahasa Sunda Kuna adalah bentuk bahasa Sunda yang ditemukan pada beberapa catatan tertulis, baik di batu (prasasti) maupun lembaran daun kering (lontar). Tidak diketahui apakah bahasa ini adalah dialek tersendiri atau merupakan bentuk yang menjadi pendahulu bahasa Sunda modern. Sedikitnya literatur berbahasa Sunda menyulitkan kajian linguistik varian bahasa ini.Sejarah dan penyebaran Bahasa Sunda terutama dipertuturkan di sebelah barat pulau Jawa, di daerah yang dijuluki Tatar Sunda (Pasundan). Namun, bahasa Sunda juga dipertuturkan di bagian barat Jawa Tengah, khususnya diKabupaten BrebesdanCilacap, dikarenakan wilayah ini dahulunya berada dibawah kekuasaanKerajaan Galuh. Banyak nama-nama tempat di Cilacap yang masih merupakan nama Sunda dan bukan nama Jawa seperti KecamatanDayeuhluhur,Cimanggu, dan sebagainya.Selain itu menurut beberapa pakar bahasa Sunda sampai sekitarabad ke-6wilayah penuturannya sampai di sekitar Dataran TinggiDiengdiJawa Tengah, berdasarkan nama "Dieng" yang dianggap sebagai nama Sunda (asal katadihyangyang merupakan katabahasa Sunda Kuna). Seiring transmigrasi dan imigrasi yang dilakukan etnis Sunda, penutur bahasa ini telah menyebar sampai ke luar pulau Jawa. Misalkan di Lampung,Sumatera Selatan,Jambi,Riau,Kalimantan BaratdanSulawesi Tenggaradimana penduduk etnis Sunda dengan jumlah signifikan menetap di daerah luar Pasundan tersebut.Karena pengaruh budayaJawapada masa kekuasaan kerajaanMataram-Islam, bahasa Sunda - terutama di wilayahParahyangan- mengenalundak-usukatau tingkatan berbahasa, mulai dari bahasa halus, bahasaloma/lancaran, hingga bahasa kasar. Namun, di wilayah-wilayah pedesaan/pegunungan dan mayoritas daerah Banten, bahasa Sundaloma(bagi orang-orang daerah Bandung terdengar kasar) tetap dominan.Bahasa Sunda Bantenadalahbahasa Sundayang digunakan sebagian masyarakat diBanten, serta yang berada di daerah Priangan seperti Garut, Tasikmalaya, Bandung, dan lain sebagainya. Bahasa Sunda di Banten juga umumnya tidak mengenal tingkatan, dikarenakan wilayah Banten tidak pernah berada di bawah kekuasaanKesultanan Mataram. Bahasa Sunda tersebut masih terlihat memiliki hubungan erat dengan bahasa Sunda Kuna, namun oleh mayoritas orang-orang yang berbahasa Sunda yang memiliki tingkatan (Priangan), bahasa Sunda Banten di Rangkasbitung dan Pandeglang digolongkan sebagai bahasa Sunda kasar. Secara prakteknya, bahasa Sunda Banten digolongkan sebagai bahasa Sunda dialek Barat. Pengucapan bahasa Sunda di Banten umumnya berada di daerah Banten bagian selatan, yaitukabupaten Lebakdankabupaten Pandeglang.

E.KESENIAN SUNDA

Suku Sunda merupaka suku yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Suku sunda adalah salah satu suku yang memiliki berbagai kebudayaan daerah, diantaranya pakaian tradisional, kesenian tradisional, bahasa daerah, dan lain sebagainya.

Macam macam seni dan budaya masyarakat Sunda, Jawa Barat :1. Pakaian Adat/Khas jawa BaratSuku sunda mempunyai pakaian adat/tradisional yang sangat terkenal, yaitu kebaya. Kebaya merupakan pakaian khas Jawa Barat yang sangat terkenal, sehingga kini kebaya bukan hanya menjadi pakaian khas sunda saja tetapi sudah menjadi pakaian adat nasinal. Itu merupakan suatu bukti bahwa kebudayaan daerah merupakan bagian dari kebudayaan nasional.

2. Kesenian Khas Jawa Barata. Wayang GolekWayang Golek merupakan kesenian tradisional dari Jawa Barat yaitu kesenian yang menapilkan dan membawakan alur sebuah cerita yang bersejarah. Wayang Golek ini menampilkan golek yaitu semacam boneka yang terbuat dari kayu yang memerankan tokoh tertentu dalam cerita pawayangan serta dimainkan oleh seorang Dalang dan diiringi oleh nyanyian serta iringan musik tradisional Jawa Barat yang disebut dengan degung.b. JaipongJaipong merupakan tarian tradisional dari Jawa Barat, yang biasanya menampilkan penari dengan menggunakan pakaian khas Jawa Barat yang disebut kebaya, serta diiringi musik tradisional Jawa Bart yang disebut Musik Jaipong.Jaipong ini biasanya dimainkan oleh satu orang atau sekelompok penari yang menarikan berakan gerakan khas tari jaipong.c. DegungDegung merupakan sebuah kesenian sunda yang biasany dimainkan pada acara hajatan. Kesenian degung ini digunakan sebagai musik pengiring/pengantar.Degung ini merupakan gabungan dari peralatan musik khas Jawa Barat yaitu, gendang, goong, kempul, saron, bonang, kacapi, suling, rebab, dan sebagainya.Degung merupakan salah-satu kesenian yang paling populer di Jawa Barat, karena iringan musik degung ini selalu digunakan dalam setiap acara hajatan yang masih menganut adat tradisional, selain itu musik degung juga digunakan sebgai musik pengiring hampir pada setiap pertunjukan seni tradisional Jawa Barat lainnya.d. Rampak GendangRampak Gendang merupakan kesenian yang berasal dari Jawa Barat. Rampak Gendang ini adalah pemainan menabuh gendang secara bersama-sama dengan menggunakan irama tertentu serta menggunakan cara-cara tertentu untuk melakukannya, pada umumnya dimainkan oleh lebih dari empat orang yang telah mempunyai keahlian khusus dalam menabuh gendang. Biasanya rampak gendang ini diadakan pada acara pesta atau pada acara ritual.e. CalungDi daerah Jawa Barat terdapat kesenian yang disebut Calung, calung ini adalah kesenian yang dibawakan dengan cara memukul/mengetuk bambu yang telah dipotong dan dibentuk sedemikian rupa dengan pemukul/pentungan kecil sehingga menghasilkan nada-nada yang khas.Biasanya calung ini ditampilkan dengan dibawakan oleh 5 orang atau lebih. Calung ini biasanya digunakan sebagai pengiring nyanyian sunda atau pengiring dalam lawakan.f. Pencak SilatPencak silat merupakan kesenian yang berasal dari daerah Jawa Barat, yang kini sudah menjadi kesenian Nasional.Pada awalnya pencak Silat ini merupakan tarian yang menggunakan gerakan tertentu yang gerakannya itu mirip dengan gerakan bela diri. Pada umumnya pencak silat ini dibawakan oleh dua orang atau lebih, dengan memakai pakaian yang serba hitam, menggunakan ikat pinggang dari bahan kain yang diikatkan dipinggang, serta memakai ikat kepala dari bahan kain yang orang sunda menyebutnya Iket.Pada umumnya kesenian pencaksilat ini ditampilkan dengan diiringi oleh musik yang disebut gendang penca, yaitu musik pengiring yang alat musiknya menggunakan gendang dan terompet.g. SisingaanSisingaan merupakan kesenian yang berasal dari daerah Subang Jawa barat. Kesenian ini ditampilkan dengan cara menggotong patung yang berbentuk seperti singa yang ditunggangi oleh anak kecil dan digotong oleh empat orang serta diiringi oleh tabuhan gendang dan terompet. Kesenian ini biasanya ditampilkan pada acara peringatan hari-hari bersejarah.h. Kuda LumpingKuda Lumping merupakan kesenian yang beda dari yang lain, karena dimainkan dengan cara mengundang roh halus sehingga orang yang akan memainkannya seperti kesurupan. Kesenian ini dimainkan dengan cara orang yang sudah kesurupan itu menunggangi kayu yang dibentuk seperti kuda serta diringi dengan tabuhan gendang dan terompet. Keanehan kesenian ini adalah orang yang memerankannya akan mampu memakan kaca serta rumput. Selain itu orang yang memerankannya akan dicambuk seperti halnya menyambuk kuda. Biasanya kesenian ini dipimpin oleh seorang pawang.Kesenian ini merupakan kesenian yang dalam memainkannya membutuhkan keahlian yang sangat husus, karena merupakan kesenian yang cukup berbahaya.i. BajidoranBajidoran merupakan sebuah kesenian yang dalam memainkannya hampir sama dengan permainan musik modern, cuma lagu yang dialunkan merupakan lagu tradisional atau lagu daerah Jawa Barat serta alat-alat musik yang digunakannya adalah alat-alat musik tradisional Jawa Barat seperti Gendang, Goong, Saron, Bonang, Kacapi, Rebab, Jenglong serta Terompet.Bajidoran ini biasanya ditampilkan dalam sebuah panggung dalam acara pementasan atau acara pesta.j. CianjuranCianjuran merupakan kesenian khas Jawa Barat. Kesenian ini menampilkan nyanyian yang dibawakan oleh seorang penyanyi, lagu yang dibawakannya pun merupakan lagu khas Jawa Barat. Masyarakat Jawa Barat memberikan nama lain untuk nyanyian Cianjuran ini yaitu Mamaos yang artinya bernyanyi.k. Kacapi SulingKacapi suling adalah kesenian yang berasal dari daerah Jawa Barat, yaitu permainan alat musik tradisional yang hanya menggunakan Kacapi dan Suling. Kacapi suling ini biasanya digunakan untuk mengiringi nyanyian sunda yang pada umumnya nyanyian atau lagunya dibawakan oleh seorang penyanyi perempuan, yang dalam bahasa sunda disebut Sinden.l. ReogDi daerah Jawa Barat terdapat kesenian yang disebut Reog, kesenian ini pada umumnya ditampilkan dengan bodoran, serta diiringi dengan musik tradisional yang disebut Calung. Kesenian ini biasanya dimainkan oleh beberapa orang yang mempunyai bakat melawak dan berbakat seni. Kesenian ini ditampilkan dengan membawakan sebuah alur cerita yang kebanyakan cerita yang dibawakan adalah cerita lucu atau lelucon.Budaya sunda, seni kebudayaan dari sunda, kebudayaan asli sunda, seni dan budaya masyarakat sunda, macam macam kebudayaan sunda jawa barat, keunikan budaya sunda.

F. Mata Pencaharian Suku SundaMayoritas masyarakat Sunda berprofesi sebagai petani termasuk berhuma, penambang pasir, dan berladang.Sampai abad ke-19, banyak dari masyarakat Sunda yang berladang secara berpindah-pindah. Di wilayah perkotaan, banyak orang Sunda yang berprofesi sebagai buruh pabrik, pegawai negeri, dan pembantu rumah tangga.Profesi pedagang keliling banyak pula dilakoni oleh masyarakat Sunda, terutama asal Tasikmalaya dan Garut. Merekabanyak menjual aneka perabotan rumah. Kebanyakan tidak suka merantau atau hidup berpisah dengan orang-orang sekerabatnya. Kebutuhan orang Sunda terutama adalah hal meningkatkan tarafhidup.Menurut data dariBappenas (klipingDesember 1993) di Jawa Barat terdapat 75% desamiskin.Secaraumumkemiskinan di Jawa Barat disebabkan oleh kelangka ansumber daya manusia. Maka yang dibutuhkan adalah pengembangan sumber daya manusia yang berupa pendidikan, pembinaan, dll.Mata pencaharian pokok masyarakat Sunda adalaha.Bidang perkebunan, seperti tumbuhan teh, kelapa sawit, karet, dan kina.b.Bidang pertanian, seperti padi, palawija, dan sayur-sayuran.c.Bidang perikanan, seperti tambak udang, dan perikanan ikan payau. Selain bertani, berkebun dan mengelola perikanan, ada juga yang bermata pencaharian sebagai pedagang, pengrajin, dan peternak

G. SISTEM TEKNOLOGI PERALATANDidalam kehidupan masyarakat sunda saat ini, terutama dalam kehidupan masyarakat perkotaan sudah jarang sekali atau mungkin kita tidak akan dapat menemukan suatu sosok individu atau kelompok masyarakat sunda yang melakukan proses sosialisasi terhadap keluarganya mengenai budayanya sendiri. Sehingga wajar apabila terjadi dalam kehidupan generasi muda saat ini yang hidup diperkotaan ada yang tidak mengenal tentang adapt istiadat sunda, sejarah, bahasa, kesenian dan teknologi peralatannya, justru yang mereka kenal adalah budaya llllain yang diadopsidalm kehidupan sehari-hari seperti musik barat yang beraliran keras, pakaian model barat yang serba buka-bukaan, makanan produk barat yang mengandung lemak, perabot rumah tangga yang serba modern dan canggih, bahasa yang digunakan tidak lagi bahasa ibu ( bahasa daerah ) tetapi bahasa campuran yang tidak dimengerti oleh orang lain, rasa sopan santun sudah tidak, baik terhadap orang tua maupun orang lain dan lain sebagainya.Judistira K.Garna (1992 : 1) mengatakan bahwa suatu atau sejumlah perubahan selalu berlaku pada semua masyarakat manusia, setiap saat dimanapun mereka hidup dan berada. Kadangkala perubahan itu berlangsung secara tiba-tiba dan serentak. Menurut Astrid perubahan masyarakat dalam arti luas, diartikan sebagai perubahan atau perkembangan dalam arti positif maupun negative.Dari kedua pendapat diatas jelas sekali bahwa tidak ada suatu budaya pun didunia ini yang bersifat statis, namun perubahan itu tentunya akan mengarah kepada suatu perunahanyang sifatnya positif atau negative. Selama perubahan itu positif tentunya akan banyak bermanfaat bagi kehidupan pendukungnya dari kebudayaan tersebut, akan tetapi sebaliknya jika perubahan tersebut bersifat negative maka akan merusak terhadap kehidupan pendukungnya dari suatu kebudayaan itu.Sebagaimana halnya dengan masalah teknologi peralatan masyarakat sunda yang saat ini kurang diminati oleh masyarakat sunda sendiri di dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan masyarakat sunda yang berada diperkotaan, mereka lebih senang dan bangga terhadap teknologi peralatan ytang serba modern, yang lebih praktis pemakaiannya. Mereka yang biasa hidup dikota merasa gengsi atau malu apabila membeli atau menggunakan teknologi peralatan tradisional sunda, yang menurut anggapan mereka sudah tidak layak lagi dalam kehidupan modern ini.Sesuai dengan uraian Ahmad Hadi ( 1994:61-128) bahwa teknologi peralatan masyarakat sunda dapat dibagi kedalam empat bagian :

1) Teknologi peralatan rumah tangga2) Teknologi peralatan berburu3) Teknologi peralatan pertanian4) Teknologi poeralatan transportasi

1) Teknologi Peralatan Rumah TanggaTeknologi peralatan rumah tangga dalam kehidupan masyarakat sunda diantaranya : Aseupan, terbuat dari bambu gunanya untuk menanak nasi. Ayakan, terbuat dari bambu gunanya untuk mencuci sayuran atau untuk menangkap ikan. Baki, terbuat dari kayu gunanya untuk tempat gelas atau keler. Bakul, terbuat dari bambu gunanya untuk beras atau nasi. Baskom, terbuat dari alumunium gunanya untuk tempat beras, nasi, makanan, sayuran dll Boboko, terbuat dari bambu gunanya untuk beras atau nasi. Cecempeh, terbuat dari bambu gunanya untuk membersihkan beras atau menjemur makanan. Centong, terbuat dari kayu gunanya untuk mengambil nasi. Centing, terbuat dari tanah gunanya untuk menyimpan garam. Coet jeung mutu, coet terbuat dari tanah atau batu, mutu terbuat dari kayu atau batu gunanya untuk membuat bumbu masak atau sambel. Cukil, terbuat dari kayu atau bambu gunanya untuk mengambil nasi. Cumbung, terbuat dari bambu gunanya untuk tempat nasi pada waktu kendurian. Didingklik/jojodog, terbuat dari kayu gunanya untuk tempat duduk. Dingkul, boboko besar terbuat dari bamboo gunanya untuk tempat nasi atau tempat beras. Hihid, terbuat dari bambu gunanya untuk mengipasi nasi panas. Dulang, terbuat dari kayu gunanya untuk menghaluskan nasi atau membuat ulen. Emuk, terbuat dari seng atau kaleng gunanya untuk tempat air minum. Cangkir, terbuat dari seng atau kaleng gunanya untuk tempat air minum. Gayung, terbuat dari batok kelapa gunanya untuk mengambil air dari buyung. Gentong butung, terbuat dari tanah gunaynya untuk tempat air atau tempat beras. Halu, terbuat dari kayu gunanya untuk menumbuk padi. Hawu, terbuat dari tanah atau semen gunanya untuk memasak. Jodang, ayakan besar terbuat dari bambu gunanya untuk menjemur makanan seperti opak atau rengginang. Jubleg, semacam lisung terbuat dari kayu atau batu gunanya untuk membuat tepung. Jubung, terbuat dari bambu gunanya untuk menyimpan aseupan yang berisi nasi. Kalo, terbuat dari anyaman kawat atau bambu gunanya untuk menyaring tepung. Kameuti/kameron, terbuat dari anyaman daun pandan atau daun gebang gunanya untuk tempat makanan kalau bepergian kehutan. Kastrol, terbuat dari besi gunanya untuk menanak nasi atau memasak air. Katel, terbuat dari besi gunanya untuk menggoreng. Kekeb, terbuat dari bambu gunanya untuk menutupi aseupan kalau menanak nasi atau memasak masakan. Kekeba/ tingkeb, terbuat dari anyaman bambu gunanya untuk membawa oleh-oleh. Kempis/korang, terbuat dari anyaman bambu gunanya untuk tempat ikan pada waktu memancing. Kendi, terbuat dari tanah gunanya untuk menyimpan air. Koja, terbuat dari anyaman rotan gunanya untuk membawa makanan kalau pergi kehutan. Kolanding, terbuat dari ruas bambu gunanya untuk mengambil lahang. Nyiru, terbuat dari anyaman bambu gunanya untuk membersihkan gabah, beras dll. Parako, terbuat dari palupuh mamakai tanah gunanya untuk menyimpan hawu supaya tidak kebakaran. Parud, terbuat dari kayu memakai seng atau kawat gunanya untuk memarut kelapa. Piring, terbuat dari kaleng atau porselen gunanya untuk makan atau tempat makan. Poci, terbuat dari tanah atau kaleng gunanya untuk meneduh air the. Rampadan, terbuat dari kuningan gunanya untuk mengantarkan hidangan pada tamu. Ranggap, terbuat dari bambu gunanya untuk mengurung ayam. Rantang, terbuat dari kaleng untuk membawa makanan . Sair, terbuat dari bambu gunanya untuk menagkap ikan. Sangrayan, terbuat dari tanah gunaya untuk memasak kacang tanpa menggunakan minyak Seserok, terbuat dari seng atau kaleng gunanya untuk mengankat gorengan. Teko, terbuat dari dari kaleng atau aluminium gunanya tempat air. Tolombong, terbuat dari anyaman bambu gunanya untuk mengambil buah-buahan atau ubi-ubian dari kebun.2) Teknologi Peralatan BerburuTeknologi peralatan untuk menangkap binatang dalam kehidupan masyarakat sunda diantaranya : Bandring, terbuat dari kayu dan karet gunanya untuk melemparkan batu dalam menangkap burung. Bedog, terbuat dari besi gunanya untuk menyembelih binatang buruan atau untuk memotong pohon. Burang, terbuat dari bambu runcing gunanya untuk ranjau dalam menagkap binatang. Panah, terbuat dari bambu memaki besi gunanya untuk melukai binatangt. Sumpit, terbuat dari bambu kecil dengan peluru terbuat adri harupat kawung memakai kapuk atau kapas gunanya untuk menangkap burung. Tumbak, terbuat dari kayu memaki besi gunanya untuk menusuk binatang buruan.

3) Teknologi Peralatan Pertanian.Teknologi peralatan pertanian dalam kehidupan masyarakat sunda dibagi kedalam dua kelompok masyarakat yaitu:a. Masyarakat sawah, peralatan yang digunakan diantaranya adalah : pacul, terbuat dari tipis dan lebar memakai gagang guannya untuk menggali lobang untuk menggali lobang atau menggemburkan tanah. Etem, terbuat dari besi semacam silet besar memakai kayu gunanya untuk memotong padi. Garu, terbuat dari kayu seperti sisir gunanya untuki menghaluskan tanah yang sudah dicangkul atau setelah diwuluku. Arit, terbuat dari besi berbentuk berbentuk bulan sapasi gunanya untuk memotong rumput. Parang, terbuat dari besi besar keujung memakai gagang kayu gunanya untuk membersihkan rumput dipematang sawah. Gacok, terbuat dari besi dan kayu seperti garpu, memakai ngagang seperti cangkul gunanya untuk menggaruk rumput atau sampah. Susurung, terbuat dari kayu panjang memakai gagang gunanya untuk meratakan tanah sawah sebelum ditanami padi. Caplak, terbuat dari kayu seperti sisir dengan jarak 20 centimeter gunanya untuk mengatur jarak menanam padi

b. Masyarakat ladang, peralatan yang digunakan diantaranya adalah : Bedog, terbuat dari besi gunanya untuk memotong kayu atau pohon. Arit, terbuat dari besi berbentuk bulan sepasi gunanya untuk memotong rumput. Baliung, terbuat dari besi berbentuk patik tetapi bisa diputar gunaya untuk membelah atau mengupas kayu. Congkrang, terbuat dari besi dan kayu gunanya untuk mengambil kayu baker atau membersihkan rumput dan ranting. Gacok, terbuat dari besi dan kayu seperti garpu, mamakai gagang seperti cangkul gunanya untuk menggaruk rumput atau sampah. Gaet, terbuat dari besi semacam arit yang bentuknya lebih kecil dengan memakai pegangan yang panjang gunanya untuk mengambil daun pisang. Gobang, terbuat dari besi bentuknya seperti golok tapi panjang gunanya untuk memotong kayu atau senjata perang jaman dulu. Kampak, terbuat dari gigi berbentuk gigi mamakai kayu gunanya untuk membelah kayu atau memotong kayu. Kored, terbuat dari besi bentuknya kecil gunanya untuk membersihkan rumput. Pacul, terbuat dari besi tipis dan lebar memakai gagang (doran) gunanya untuk menggali lobang atau menggemburkan tanah. Patik, terbuat dari besi seperti kapak besar gagangnya panjang gunanya untuk memotong atau membelah kayu. Aseuk, terbuat dari kayu bulat panjang, ujungnya runcing gunanya untuk membuat lubang pada tanah yang akan ditanami.4) Teknologi Peralatan TransportasiTeknologi peralatan transportasi dalam kehidupan masyarakat sunda diantaranya adalah: Delman, kretek, alat transportasi yang terbuat dari kayu dan besi dengan tutup atas plastik atau terpal, kapasitas penumpang enam orang termasuk kusir dan ditarik oleh kuda dan kondisi kendaraan agak tinggi dari dokar dan sado. Dokar, sado, alat transportasi yang terbuat dari kayu dan besi dari tutup atas plastik atau terpal, kapasitas penumpang enam orang ditarik oleh kuda kondisi kendaraan agak pendek dari delman dan kretek. Padati, alat transportasi yang terbuat dari kayu dan besi berbentuk persegi empat dengan tutup atas plastik atau terpal, untuk mengangkut barang dan ditarik oleh sapi. Gorobag, terbuat dari kayu dan besi dengan ukuran berbentuk persegi empat lebih besar dari pedati dengan tutup atas plastik atau terpal, untuk mengangkut barang dan ditarik oleh dua ekor sapi. Parahu, terbuat dari kayu dengan ukuran kecil atau besar gunanya untuk mengankut barang atau oarang dalam menyebrang sungai. Rakit, terbuat dari susunan bambu yang diikat dengan menggunakan tali pegangan dati kawat yang membentang diantara dua tepi sungai atau dengan menggunakan tongkat sebagai alat penekan supaya maju, gunanya sebagai alat penyebrangan orang atau barang dan kendaraan kecil.

Teknologi peralatan tradisisonal masyarakat sunda ini, tentunya masih ada dan digunakan oleh sebagian kecil masyarakat sunda yang masih hidup dalam kesederhanaannya terutama di pedesaan. Mereka senantiasa bersatu dengan alamkarena kehidupan kesehariannya pada umumnya adalah berladang dan bersawah, anak-anak desa setiap harinya mempunyai pekerjaan membantu orang tua setelah pulang sekolah, mereka pergi keladang atau kesawah memotong rumput untuk ternaknya, setelah selesai baru mereka bermain, menjelang sore mereka mengaji dam pulang mengaji mereka belajar. Begitulah kiranya keseharian mereka dalam menjalani kehidupan di pedesaan.Bagaimana kehidupan dikota tentunya sangatlah derbeda dengan kebiasaan hidup dipedesaan. Dikota mereka sangat dimanjakan dengan berbagai suasana yang serba santai, tempat hiburan yang mengundang kebebasan, tanggung jawab membantu orang tua setelah pulang sekolah tidak ada, akhirnya mereka bergaul dengan bebas dalam kehidupan lingkungan kota yang menjanjikan kesenangan lahiriyah saja.