11
BAB 1 JUDUL : Banjir Rob di Kota Semarang Pengaruh/Faktor: Faktor Geografi. Daerah dataran rendah di Kota Semarang sangat sempit, yakni sekitar 4 kilometer dari garis pantai. Dataran rendah ini dikenal dengan sebutan kota bawah. Kawasan kota bawah seringkali dilanda banjir, dan di sejumlah kawasan, banjir ini disebabkan luapan air laut (rob). Di sebelah selatan merupakan dataran tinggi, yang dikenal dengan sebutan kota atas, di antaranya meliputi Kecamatan Candi, Mijen, Gunungpati,Tembalang dan Banyumanik. Pusat pertumbuhan di Semarang sebagai pusat aktivitas dan aglomerasi penduduk muncul menjadi kota kecil baru, seperti di Semarang bagian atas tumbuhnya daerah Banyumanik sebagai

TUGAS GEOGRAFI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

geografi

Citation preview

Slide 1

BAB 1JUDUL : Banjir Rob di Kota SemarangPengaruh/Faktor: Faktor Geografi. Daerah dataran rendah di Kota Semarang sangat sempit, yakni sekitar 4 kilometer dari garis pantai. Dataran rendah ini dikenal dengan sebutan kota bawah. Kawasan kota bawah seringkali dilanda banjir, dan di sejumlah kawasan, banjir ini disebabkan luapan air laut (rob). Di sebelah selatan merupakan dataran tinggi, yang dikenal dengan sebutan kota atas, di antaranya meliputi Kecamatan Candi, Mijen, Gunungpati,Tembalang dan Banyumanik. Pusat pertumbuhan di Semarang sebagai pusat aktivitas dan aglomerasi penduduk muncul menjadi kota kecil baru, seperti di Semarang bagian atas tumbuhnya daerah Banyumanik sebagai pusat aktivitas dan aglomerasi penduduk Kota Semarang bagian atas menjadikan daerah ini cukup padat. Fasilitas umum dan sosial yang mendukung aktivitas penduduk dalam bekerja maupun sebagai tempat tinggal juga telah terpenuhi. Banyumanik menjadi pusat pertumbuhan baru di Semarang bagian atas, dikarenakan munculnya aglomerasi perumahan di daerah iniDahulunya Banyumanik hanya merupakan daerah sepi tempat tinggal penduduk Semarang yang bekerja di Semarang bawah (hanya sebagai dormitory town). Namun saat ini daerah ini menjadi pusat aktivitas dan pertumbuhan baru di Kota Semarang, dengan dukungan infrastruktur jalan dan aksessibilitas yang terjangkau. Fasilitas perdagangan dan perumahan baru banyak bermunculan di daerah ini, seperti Carefour, Mall Banyumanik, Ada Swalayan, Perumahan Banyumanik, Perumahan Pucang Gading, dan fasilitas pendidikan baik negeri maupun swasta, seperti Undip, Polines, Unika, dll, dengan dukungan akses jalan tol dan terminal moda yang memperlancar transportasi. Cepatnya pertumbuhan di daerah ini dikarenakan kondisi lahan di Semarang bawah sering terkena bencana rob banjir. Pengaruh ParigeeApogee . Kekuatan gaya gravitasi suatu benda ditentukan oleh jarak. Demikian juga gaya gravitasi bulan, besarnya bergantung pada jarak dari bulan (garis orbit) ke pusat inti bumi. Orbit bulan berbentuk elip, karena itu jarak bulan dengan bumi selalu berubah. Jarak terjauh bulan dari pusat bumi ketika berevolusi mengelilingi bumi pada orbitnya disebut apogee, sedangkan jarak terdekatnya disebut perigee (Gambar 1)

Jarak perigee terdekat adalah 356,375km sedangkan jarak apogee terjauh adalah 406.720km. Jadi, selisih jarak apogee dengan perigee dapat mencapai 45.000km (lebih besar darpada keliling bumi). Selisih ini memberikan pengaruh cukup signifikan terhadap efek gravitasi bulan di permukaan bumi. Ketika posisi bulan berada pada titik perigee, efek gaya gravitasi bulan di bumi akan sangat besar Bila kondisi itu bersamaan pula dengan situasi bulan dan matahari berada pada satu garis lurus maka terbentuklah pasang yang sangat tinggi yang disebut perigean spring tide. Pasang jenis inilah yang sering menimbulkan masalah bagi masyarakat yang bermukim di kawasan pantai. Bila pasang tersebut disertai tiupan angin kencang yang durasinya panjang maka terjadilah fenomena gelombang pasang. Pengaruh Inklinasi Orbit Bulan dan Sumbu Bumi Faktor lain yang menentukan terjadi atau tidaknya perigean spring tide di suatu tempat adalah apakah tempat tersebut berada di bawah lintasan bulan atau tidak. Bidang orbit bulan selalu berinklinasi (tetap) terhadap bidang orbit bumi dengan sudut 5o8 (Gambar 9.11A), karena itu suatu ketika bulan dapat berada tepat pada bidang orbit bumi saat berevolusi. Titik dimana posisi bulan berada tepat di bidang orbit bumi saat dia bergerak turun (jika dilihat dari atas kutub utara) disebut simpul turun (descending node); sedangkan titik dimana posisi bulan tepat di bidang orbit bumi saat ia bergerak naik disebut simpul naik (ascending node). Ketika berada di simpul turun atau simpul naik itulah lintasan bulan sejajar dengan lintasan matahari (Gambar 2).

Tempat-tempat yang dapat berada di bawah simpul naik atau simpul turun itu selalu berubah secara siklik karena pengaruh inklinasi sumbu bumi terhadap bidang orbitnya. Seperti diketahui, ketika berevolusi mengelilingi matahari kemiringan sumbu bumi terhadap bidang orbitnya selalu berubah. Perubahan maksimum sumbu bumi bila dilihat dari atas kutub utara adalah 23,5o. Peristiwa itu menyebabkan bidang equator bumi berubah secara siklik terhadap bidang orbitnya. Ketika sumbu bumi condong ke arah matahari dengan besar sudut 23,5o maka lintasan matahari bila dilihat dari garis equator (katulistiwa) berada pada garis 23,5o Lintang Utara (LU). Sebaliknya, bila sumbu bumi condong menjauhi matahari sejauh 23,5o maka lintasan matahari berada pada garis 23,5o Lintang Selatan (LS). Untuk lebih mudah memahami perubahan tempat-tempat lintasan matahari itu simak contoh berikut. Kota Pontianak tepat berada di garis equator (katulistiwa) yakni pada garis lintang 0o, sementara Bandar Sri Begawan (Brunei) berada pada 5o LU, sedangkan Jakarta berada pada garis 6o LS. Pada tanggal 20-21 Maret atau 22 -23 September kota Pontianak berada tepat di bidang orbit bumi, sehingga lintasan matahari tepat diatas kota. tersebut. Pada saat itu, jika dilihat dari kota Bandar Sri Begawan, lintasan matahari berada 5o di selatan, sedangkan bila dilihat dari Jakarta lintasan matahari berada 6o di utara. Ketika Jakarta berada tepat di bidang orbit bumi dan pada saat itu bulan berada pada simpul naik atau simpul turun maka lintasan bulan dan matahari akan berada tepat di atas Jakarta. Bila pada saat itu bulan sedang dalam fase bulan baru atau purnama dan bulan sedang berada pada posisi perigee pada orbitnya, maka Jakarta dan tempat-tempat lain yang terletak pada atau di sekitar garis 6o LS akan mengalami pasang perigean spring tide yang sangat tinggi.Kerugian : TambakRusak. Pemerintah kota harus melakukan penyemprotan rutin, karena genangan air yang terjadi merupakan ancaman dalam bentuk berbagai penyakit, terutama penyakit kulit dan demam berdarah.

Ida Purnomowati dari Dinas Kelautan dan Perikanan, DKP, Kota Semarang mengatakan banyak tambak yang rusak di kawasan pesisir Semarang. "Di daerah kecamatan Tugu saja ada kurang lebih 110 hektar, tambak yang tidak dapat difungsingkan lagi untuk tahun 2006-2007. Ini tentunya memprihatinkan," kata Ida Purnomowati dari Dinas Kelautan dan Perikanan, DKP. Untuk menangani rob, Ida Purnomowati mengatakan pihaknya melakukan gerakan bersih pantai dan laut. Selain untuk mengatasi dampak rob di pantai, kata Ida, langkah itu juga menangani dampak rob di daratan.

Latar BelakangPesisir merupakan salah satu kawasan tempat tinggal paling penting bagi manusia dengan segala macam aktivitasnya. Pada awal tahun 1990, diperkirakan 50% - 70% penduduk dunia tinggal di pesisir. Apabila pada saat itu penduduk dunia berjumlah kurang lebih 5,3 milyar, maka 2,65 sampai 3,7 milyar tinggal di pesisir. Sampai tahun 2023, 75% penduduk dunia diprediksi tinggal di kawasan garis pesisir sampai sejauh 60 km ke daratan (Edgren 1993 dalam Nurmiladan 2009). Angka tersebut menunjukkan begitu pentingnya pesisir bagi manusia terutama untuk tempat tinggal.Panjang pesisir di Indonesia kurang lebih 81.000 km dan merupakan pesisir terpanjang di dunia setelah pesisir di Kanada. Dengan jumlah pulau mencapai 17.500, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan kawasan pesisir. Namun, dibalik potensinya yang besar, persoalan pesisir di Indonesia menjadi masalah yang serius akibat adanya bencana. Bencana-bencana yang terjadi di wilayah pesisir diantaranya adalah tsunami dan banjir pasang surut (Dahuri et all, 1996).

Wilayah pesisir merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap tekanan lingkungan baik yang berasal dari darat maupun dari laut. Salah satu tekanan yang akhir-akhir ini mengancam keberlangsungan wilayah pesisir di seluruh dunia adalah adanya kenaikan muka air laut. Secara umum, kenaikan muka air laut merupakan dampak dari pemanasan global (global warming) yang melanda seluruh belahan bumi. Berdasarkan laporan IPCC (International Panel On Climate Change), rata-rata suhu permukaan global meningkat 0,3 - 0,6 0C sejak akhir abad 19 dan sampai tahun 2100 suhu bumi diperkirakan akan naik sekitar 1,4 - 5,80C. Diperkirakan pada tahun 2100 mendatang, kenaikan muka air laut sekitar 1,4- 5,8m (Dahuri, 1996). Naiknya suhu permukaan global.Rumusan Masalah:1.Bagaimana proses terjadinya Rob ? 2. Upaya apa saja yang bisa mengatasi banjir rob di daerah Semarang ?3. Kapan banjir rob sering terjadi ? 4. Adakah keuntungan dari banjir rob ?

Tujuan Penelitian 1. Memberikan solusi penyelesaian dari bencana Abrasi atau Rob yang menyebabkan banjir di daerah pesisir. 2. Mengajak bencana atau masalah yang terjadi sehingga bencana tak lagi menjadi masalah namun dapat membawa berkah.Manfaat Penelitian Agar mengetahui, apa yang di maksud banjir rob, dampak dari banjir rob dan faktor yang mempengaruhi banjir rob di Semarang.