Upload
zaldyrusli
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/24/2019 Tugas FBDD
1/8
FRAGMEN-BASED DRUG DESIGN
Zaldy Rusli S.Farm., S2 Ilmu Kefarmasian, Universitas Indonesia
Tugas Pemodelan Molekul Obat
Email :[email protected]
PENDAHULUAN
Saat ini terdapat dua cara yang digunakan untuk penemuan bahan obat baru. Yang
pertama adalah skrining secara acak. Cara ini biasanya lamban dan memerlukan proses yang
panjang. Kemajuan ilmiah selama tiga dekade terakhir telah mengubah cara penelitian farmasi
dalam menghasilkan senyawa obat yang baru, yaitu dengan cara menggunakan teknologi
combinatorial chemistry dan high throughput screening (HTS). Yang kedua adalah dengan
menggunakan pendekatan struktur molekul obat yang disesuaikan dengan struktur target.
Struktur target merupakan suatu protein baik berupa reseptor atau enzim ataupun DNA
yang dapat ditentukan dan dapat diidentifikasi menggunakan perangkat bioinformatik atau
aktivitas farmakologiknya. Jika struktur dari target telah diketahui misalnya ditentukan dengan
cara Xray crystallography atau spektroskopi NMR, maka akan dapat ditentukan molekul obat
yang dapat secara tepat masuk ke dalam binding sites dari target, sehingga kita mampu
melakukan simulasi atau virtual screening (VS) untuk membuktikan adanya interaksi antara obat
dengan targetnya (Radji 2005).
VS merupakan cabang ilmu kimia medisinal untuk mencari calon obat berbasis
komputerisasi secara cepat dan murah. VS sangat memerlukan keberadaan database dari struktur
target/reseptor dan software. Saat ini terdapat tiga cara untuk melakukan VS, yaitu Structure-
Based Drug Design (SBDD), Ligand-Based Drug Design (LBDD) dan Fragment-Based Drug
Design(FBDD).
SBDD telah menjadi pelopor dalam penemuan obat baru selama 25 tahun terakhir dan
telah berhasil menemukan 40 senyawa baru pada tahap uji klinis dan 11 obat telah dipasarkan(Perola 2010). SBDD dapat digunakan ketika struktur molekul dari protein target tersedia,
dengan menggunakan metode docking dan scoring. Metode docking dilakukan dengan cara
penambatan molekul kecil pada sisi aktif dari reseptor dan melakukan optimasi berdasarkan
konformasi, translasi dan rotasinya. Scoringbertujuan untuk menilai kesesuaian ikatan kompleks
dengan cara membandingkan afinitasnya (Ning Li, Scott Thompson, Hualiang Jiang, Paul M.
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]7/24/2019 Tugas FBDD
2/8
Lieberman 2012). Siklus SBDD (Gambar 1) dimulai dari determinasi target, analisis dan desain
target, sintesis senyawa penuntun, pengujian secara in-vitro maupun in-vivo, uji klinis dan
dipasarkan. Tujuan SBDD adalah menggunakan informasi 3D dari struktur target untuk
mengidentifikasi inhibitor dan kemudian menggunakannya untuk mengoptimalkan kemampuan
senyawa tersebut dalam menghibisi reseptor (Reich & Webber 1993).
Gambar 1. Siklus SBDD
LBDD digunakan apabila struktur 3D dari target tidak diketahui, sehingga dibutuhkan
pengetahuan akan molekul-molekul kecil (ligan) dan kemampuannya dalam berikatan dengan
target biologis yang diinginkan, kemudian molekul-molekul tersebut digunakan untuk
merancang modelpharmacoporeyang memungkinkan untuk berikatan dengan target. Salah satu
software yang dapat digunakan adalah Sybyl 7.1. Melalui software ini, kita bisa mengetahui
gugus-gugus hidrofobik, sterik dan hidrofilik yang mengakibatkan dan yang mengurangi
aktivitas biologis (Ning Li, Scott Thompson, Hualiang Jiang, Paul M. Lieberman 2012).
7/24/2019 Tugas FBDD
3/8
Gambar 2 Alur LBDD
Pendekatan berdasarkan Fragmen
Pada tahun 1996, publikasi yang dilakukan oleh Shuker, Hajduk, Meadow dan Fesik dari
Abott Laboratorium mengenai structureactivity relationshipdengan metode Nuclear Magnetic
Resonance(NMR) mengidentifikasi komponen yang menunjukkan kemampuan molekul dengan
bobot molekul rendah, yang selanjutnya disebut dengan istilah fragmen, dalam berinteraksi
dengan target. Fragmen dipilih berdasarkan kemampuan mereka untuk mengikat atau menghibisi
target yang diinginkan. Fragmen-fragmen ini merupakan bagian yang menyusun suatu senyawa
penuntun yang kompleks, kemudian digabungkan atau dioptimalkan menjadi senyawa yangmemiliki aktivitas biologis (Shuker et al., 1996). Sejak saat itu, FBDD berkembang pesat dan
mulai digunakan untuk menemukan senyawa penuntun maupun senyawa obat yang baru.
Tahap pertama dalam FBDD adalah memperbanyak pengetahuan akan macam-macam
fragmen. Fragmen-fragmen yang nantinya akan digabungkan menjadi suatu senyawa obat, harus
mengikuti tiga dari rule of fiveLipinsky, yaitu bobot molekul < 300, C Log P 3 dan jumlah
donor dan proton dari ikatan hidrogen masing-masing 3 (Lipinski et al. 2001). Ilmuwan dari
Vertex Pharmaceuticals, membuat suatu perpustakaan fragmen yaitu SHAPES library, yang saat
ini berjumlah > 200 fragmen. Fragmen-fragmen tersebut dipilih tidak hanya mewakili fragmen
yang terdapat dalam obat-obat yang sudah ada, tetapi juga dipilih karena dapat larut dalam
konsentrasi yang tinggi, tidak reaktif dan tersedia secara komersial (Fejzo et al. 1999). Fragmen
tersebut digunakan untuk membuat model pharmacophore yang memiliki afinitas ikatan yang
kuat.
7/24/2019 Tugas FBDD
4/8
Gambar 3. a. beberapa contoh fragment; b optimasi struktur senyawa penuntun
Keuntungan FBDD
Kunci untuk penemuan obat berbasis fragmen terletak pada kenyataan bahwa fragmen yang akan
berinteraksi dengan protein target, sehingga akan memudahkan dalam optimasi. Kemudian
ilmuwan menyelidiki, dengan bantuan X-Ray crystallography, tentang bagaimana interaksi
antara fragmen dan protein target, lalu mendesain dan mensintesis analog yang mengandung fitur
yang dibutuhkan.
Dengan bobot molekul yang rendah (
7/24/2019 Tugas FBDD
5/8
spektroskopi massa, dimana teknik-teknik tersebut membutuhkan peralatan khusus, personil
dengan keahlian khusus, infrastruktur yang baik dan protein yang telah dimurnikan.
2. Dibutuhkan efisiensi dalam hal melakukan optimasi fragmen
Keragaman dari target (kinase, protease, ATPase, cyclase, dll) menjadikan sangat sulit untuk
mendapatkan senyawa hanya dengan mensistesis 20-100 molekul penuntun. Faktor penting
dalam FBDD adalah kolaborasi antara ahli kimia medisinal, biofisika, kimia komputasi dan
biologi. Faktor lain yang harus diingat bahwa fragmen yang berbeda dapat mengikat target
yang sama, dan ini dapat dioptimalkan secara masing-masing untuk mendapatkan senyawa
penuntun yang berbeda untuk kemudian diuji secara in-vivo.
Keberhasilan FBDD
Tabel 1 menunjukkan beberapa senyawa telah berhasil ditemukan menggunakan pendekatan
FBDD, dimana PLX-4032 telah disetujui FDA dan lebih dari sepuluh senyawa lain telah
memasuki tahap uji klinis.
Tabel 1. Daftar senyawa yang ditemukan melalui pendekatan FBDD
1. Penemuan PLX4032 sebagai inhibitor BRAF (Bollag et al. 2012)
PLX4032 (Vemurafenib) adalah penemuan FBDD pertama yang sukses karena telah
disetujuiFood Drug Association (FDA) dan dipasarkan dengan nama Zelboraf.
7/24/2019 Tugas FBDD
6/8
Gambar 4. Penemuan PLX4032
2. Penemuan AT7519 sebagai inhibitor CDK (Wyatt et al. 2008)
Cyclindependant kinase(CDK) 1 dan 2 berperan dalam siklus sel dan pada proses replikasi.
CDK aktif dalam tumor dan lymphomas. Gambar 4 adalah contoh beberapa fragmen dari
1000 fragmen yang diskrining menggunakan X-Ray kristalografi. Pada tahun 2011, AT7519
telah memasuki uji klinis fase 2.
Gambar 4. Penemuan AT7519
7/24/2019 Tugas FBDD
7/8
3. Penemuan ABT-263 sebagai inhibitor Bcl-XL
Gambar 5 merupakan ilustrasi penemuan ABT-263, sebuah senyawa yang kini memasuki
tahap uji klinis untuk pengobatan penyakit kanker paru-paru. ABT-263 dapat mengikat Bcl-
XLdan menghibisi interaksi dengan bagian helicase protein yang lain.
Gambar 4. Penemuan AT7519
7/24/2019 Tugas FBDD
8/8
DAFTAR PUSTAKA
Bollag, G. et al., 2012. Vemurafenib: the first drug approved for BRAF-mutant cancer.Nature
Reviews Drug Discovery, (October). Available at: http://dx.doi.org/10.1038/nrd3847.
Fejzo, J. et al., 1999. The SHAPES strategy: an NMR-based approach for lead generation in
drug discovery. Chemistry & biology, 6(10), pp.755769.
Lipinski, C. a et al., 2001. Experimental and computational approaches to estimate solubility and
permeability in drug discovery and development settings.Advanced Drug Delivery Reviews,46(1-3), pp.326.
Murray, C.W. & Rees, D.C., 2009. The rise of fragment-based drug discovery. Nature chemistry,
1(3), pp.187192.
Ning Li, Scott Thompson, Hualiang Jiang, Paul M. Lieberman, and C.L., 2012. NIH PublicAccess.Expert Opin Drug Discov, 29(6), pp.9971003.
Perola, E., 2010. An analysis of the binding efficiencies of drugs and their leads in successfuldrug discovery programs.Journal of Medicinal Chemistry, 53(7), pp.29862997.
Radji, M., 2005. Pendekatan Farmakogenomik.Majalah Ilmu Kefarmasian, II(1), pp.111.
Reich, S.H. & Webber, S.E., 1993. Structure-based drug design (SBDD): Every structure tells astory...Perspectives in Drug Discovery and Design, 1(2), pp.371390.
Wyatt, P.G. et al., 2008. Identification of N-(4-piperidinyl)-4-(2,6-dichlorobenzoylamino)-1H-pyrazole-3-carboxamide (AT7519), a novel cyclin dependent kinase inhibitor using
fragment-based X-ray crystallography and structure based drug design.Journal ofmedicinal chemistry, 51(16), pp.49864999.