9
TUGAS ETIKA BISNIS NAMA : RACHMAWATI PERDANI S NPM : 120620120504 MORAL PHILOSOPHY PERSPECTIVE TELEOLOGY Berasal dari kata Yunani, telos = tujuan, Yang diterjemahkan mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Bisa dikatakan bahwa teori ini berpendapat bahwa yang menentukan apakah tindakan atau keputusan bisnis tersebut tidak melanggar etika apabila tujuan atau akibat keputusan tersebut adalah baik. Farrel (2011) menyimpulkan bahwa teleology ini menilai suatu moral dengan melihat bagaimana konsekuensi yang terjadi. Ada 2 hal yang penting dalam konsep teleology bahwa keputusan yang dibuat berdasar konsep ini lebih cenderung bersifat egois dan utilitarianism. Egoism fokus pada ukuran kebaikan sebagai konsekuensi yang muncul pada tiap keputusan, sedang utilitarianism fokus pada kebaikan yang besar untuk sekelompok orang yang banyak pula. Beberapa point penting dalam Teleological ethical system (Sumber: http://n2cs.wordpress.com/2012/11/07/teori-tradisional-etika-bisnis/ ) a. Teleology berpendapat bahwa moralitas adalah sebuah keputusan bisnis yang di tentukan dengan mengukur hasil atau akibat yang dihasilkan oleh keputusan tersebut atau sangat ditentukan oleh tujuan keputusan tersebut sesuai dengan artinya, teleo (tujuan – yunani). b. Apakah yang dimaksudkan dengan tujuan yang baik? ; ialah tujuan yang mencari greatest good (kebaikan terbesar), greatest number (jumlah

TUGAS ETIKA BISNIS_moral filosofi.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TUGAS ETIKA BISNIS_moral filosofi.doc

TUGAS ETIKA BISNISNAMA : RACHMAWATI PERDANI SNPM : 120620120504

MORAL PHILOSOPHY PERSPECTIVE

TELEOLOGY

Berasal dari kata Yunani, telos = tujuan,

Yang diterjemahkan mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai

dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Bisa dikatakan bahwa

teori ini berpendapat bahwa yang menentukan apakah tindakan atau keputusan bisnis tersebut tidak

melanggar etika apabila tujuan atau akibat keputusan tersebut adalah baik.

Farrel (2011) menyimpulkan bahwa teleology ini menilai suatu moral dengan melihat bagaimana

konsekuensi yang terjadi. Ada 2 hal yang penting dalam konsep teleology bahwa keputusan yang dibuat

berdasar konsep ini lebih cenderung bersifat egois dan utilitarianism. Egoism fokus pada ukuran

kebaikan sebagai konsekuensi yang muncul pada tiap keputusan, sedang utilitarianism fokus pada

kebaikan yang besar untuk sekelompok orang yang banyak pula.

Beberapa point penting dalam Teleological ethical system (Sumber:

http://n2cs.wordpress.com/2012/11/07/teori-tradisional-etika-bisnis/)

a. Teleology berpendapat bahwa moralitas adalah sebuah keputusan bisnis yang di tentukan

dengan mengukur hasil atau akibat yang dihasilkan oleh keputusan tersebut atau sangat

ditentukan oleh tujuan keputusan tersebut sesuai dengan artinya, teleo (tujuan – yunani).

b. Apakah yang dimaksudkan dengan tujuan yang baik? ; ialah tujuan yang mencari greatest good

(kebaikan terbesar), greatest number (jumlah terbanyak), greatest utility (kegunaan terbesar),

greatest happiness (kebahagiaan terbesar).

c. Teleology melahirkan pula “aliran baru” dalam etika bisnis yang disebut UTILITARISME berasal

dari kata utility (berguna/ bermanfaat), 2 paham manajemen produksi yang mendukung

pandangan teleology dan utilitaris adalah JEREMY BENTH (1748-1832) dan JOHN STUART MILL

(1806-1873); mereka berpendapat bahwa tujuan akhir dari etika bisnis agar manfaat bisnis

harus berguna bagi banyak orang, oleh sebab itu mereka mendukung aliran UTILITARISME.

Page 2: TUGAS ETIKA BISNIS_moral filosofi.doc

d. Teori ekonomi dan produktivitas mengatakan segala-galanya harus efisien, efektif dan berdaya

guna. Rugi sekecil-kecilnya dan untung sebesar-besarnya. Cost harus sangat rendah agar

memperoleh laba benefit (manfaat yang besar).Oleh karena itu Teleology ini menjadi cocok

dengan teori cost-benefit analysis.

Contoh: Masing masing perusahaan memiliki aturan yang berbeda menurut aturan mereka, maka bagi

perusahaan A bisa jadi aturan di perusahaan B adalah buruk karena tidak sesuai dengan tujuan

perusahaan A.

Negative dari teori ini, bisa jadi hal negative menjadi baik dilakukan karena dasarnya adalah mencapai

tujuan perusahaan/individe/organisasi.

DEONTOLOGY

Berasal dari bahasa yunani Deon yang berarti kewajiban/ Sesuatu yang harus.

Teori Deontology ini diperkenalkan oleh Imanuel Kant pada tahun (1724-1804). Dalam teorinya Kant

mengatakan hal yang baik dalam pengertian yang sesungguhnya adalah hal yang berasal dari kehendak

yang baik. Dalam teorinya juga Kant menyimpulkan adanya otonomi kehendak, yang mana setiap

kehendak memiliki atau mengisyaratkan adanya kemampuan dan kebebasan individu dalam melakukan

sebuah perbuatan, yang sudah dipastikan setiap perbuatan tersebut didasarkan atas “kewajiban”.

Dalam pemahaman teori Deontologi memang terkesan berbeda dengan Utilitarisme/Teleology.

Jika Teleology menggantungkan moralitas perbuatan pada konsekuensi, maka dalam Deontologi benar-

benar melepaskan sama sekali moralitas dari konsekuensi perbuatan. Deontologi menekankan

perbuatan tidak dihalalkan karena tujuannya. Tujuan yang baik tidak menjadi perbuatan itu juga baik. Di

sini kita tidak boleh melakukan suatu perbuatan jahat agar sesuatu yang dihasilkan itu baik.

Contoh: Misalkan kita tidak boleh mencuri, berdusta untuk membantu orang lain, mencelakai orang lain

melalui perbuatan ataupun ucapan, karena dalam Teori Deontologi kewajiban itu tidak bisa ditawar lagi

karena ini merupakan suatu keharusan.

Farrel (2011) menyatakan teori ini sebagai filosofi moral yang fokus pada hak dari setiap individu

dalam sebiah lingkungan daripada konsekuensinya. Dasar utamanya adalah teori ini menyatakan bahwa

kita harus memberikan penghormatan atau perlakuan yang baik untuk semua orang. Utama

dalamsebuah perusahaan, maka jika ada kecelakaan kerja maka teori ini akan bertindak apapun

Page 3: TUGAS ETIKA BISNIS_moral filosofi.doc

termasuk memperbaiki mesin kerja dengan harga yang mahal hanya untuk menghindari kecelakaan

kerja yang serupa.

Deontological Ethics merupakan suatu konsep yang cukup umum yang menganggap bahwa

suatu kejadian dikatakan benar bukan ditentukan oleh konsekuensinya, melainkan ditentukan oleh

tindakan itu sendiri,apakah tindakan tersebut sudah mengikuti aturan dan tugas. Deontological ethics

ditandai dengan fokus pada kepatuhan terhadap aturan-aturan moralyang independen atau tugas.Untuk

membuat pilihan moral yang benar, orang-orang harusmemahami kewajiban moral mereka dan aturan

yang mengatur tugas-tugas mereka.

THE RELATIVIST PERSPECTIVE

Pada dokumen yang tertera di (http://id.scribd.com/doc/76112538/Deontological-Ethics) Ethical

relativism adalah teori yang menegaskan bahwa tidak ada kemutlakan moral, tidak ada moral yang

benar atau salah. Setiap masyarakat yang berbeda memiliki perbedaan kepercayaan etis yang berbeda.

Tidak ada hal etis yang standar yang mengatakan sesuatu mutlak benar untuk di terapkan pada

perusahaan dan orang-orang di lingkungan masyarakat. Relativisme adalah posisi bahwa semua sudut

pandang sama-sama sah dan individulah yang menentukan apa yang benar dan relatif bagi mereka.

Bahkan hampir setiap orang pernah mendengar slogan seorang relativis:

1. Apa yang menurut Anda baik belum tentu baik untuk Saya.

2. Apa yang baik untuk budaya saya belum tentu tepat untuk budaya Anda.

3. Tidak ada prinsip-prinsip moral yang benar bagi semua orang di sepanjang waktu dan di semua

tempat.

Dalam allaboutphilosophy.org,ethical relativism mewakili posisi bahwa tidak ada kemutlakan

moral, tidak ada moral yang benar atau salah. Posisi ini menegaskan bahwa moral kita berkembang dan

berubah dengan norma-norma sosial selama periode waktu.

Sedangkan Farrel (2011) menjelaskan bahwa teori ini menilai sebuah etika berdasarkan

pengalaman individu dan tim. Teori ini menggunakan budaya yang ada pada orang orang disekitar untuk

menentukan standar etika yang akan diberlakukan, macam dari teori ini adalah deskriptif relativism,

metaethical relativism, normative relativism. Deskriptif berbicara mengenai budaya yang ada

disekitarnya, metaethical berbicara mengenai sifat bawaan orang dalam menanggapi suatu situasi

kemudian normative berkeyakinan bahwa pendapat satu orang akan sama baiknya dengan pendapat

orang lain.

Page 4: TUGAS ETIKA BISNIS_moral filosofi.doc

VIRTUE ETHICS

Virtue ethics atau etika moralitas adalah tradisi yang tergolong pada etika philosofi yang

menitikberatkan kepada detail dari kebaikan yang merupakan bagian dari kehidupan manusia. Virtue

ethics melakukan pendekatan terhadap etika yang menekankan karakter agen (individu) daripada aturan

atau konsekuensi, sebagai elemen kunci dari pemikiran etis.(Wikipedia.com)

Jika pada Deontology dia fokus pada kewajiban yang muncul, yang berarti sesuatu yang bertujuan baik

pasti akan dilakukan dengan baik, lalu Teleology fokus bahwa etika ditentukan oleh tujuan yang hendak

dicapai yang bisa jadi menghalalkan segala cara.

Farrel (2011) menjelaskan moral ini terkait dengan nilai seseorang secara individu. Secara

Individu, seseorang memiliki karakter karakter yang sama yang bergantung pada individu tersebut ingin

mengembangkan sifat individu yang mana. Pada dasarnya setiap individu memiliki karakter untuk selalu

ingin menyampaikan apa yang dia inginkan, dalam hal ini sikap atau etika yang ingin disampaikan tentu

saja terkait dengan kebenaran.Maka Virtue ini menekankan pada karakter individu;

Contoh: Bagi individu tertentu berbohong adalah menyalahi tapi pada bagian tertentu seorang individu

menganggap berbohong adalah hal yang biasa. Hal ini dikarenakan etika bergantung pada sifat atau

karakter pribadi individu.

JUSTICE PERSPECTIVE

adalah konsep tentang nilai moral kebenaran, yang didasarkan pada etika, rasionalitas, hukum,

hukum alam, agama dan keadilan. Menjelaskan mengenai hak masyarakat, hak seluruh manusia untuk

dilindungi dari diskriminasi dari apapun itu. Bahwa Etika disini diartikan ketika seeorang individu atau

masyarakat diperlakukan adil terkait dengan apapun yang ada. Seperti John Rawls dalam Wikipedia.com

menjelaskan bahwa "Justice is the first virtue of social institutions, as truth is of systems of though”.

Berikut penjelasan mengenai macam keadilan:

1. Retribusi keadilan,

2. Restorative keadilan,

3. Distribusi keadilan,

Page 5: TUGAS ETIKA BISNIS_moral filosofi.doc

Keadilan sendiri diartikan banyak hal oleh para filsuf

1. Justice as harmony

2. Justice as divine command

3. Justice as natural law

4. Justice as human creation

5. Justice as trickery

6. Justice as mutual agreement

7. Justice as subordinate value

Dalam teorinya, John Rawal menggunakan argument kontrak sosial untuk menunjukkan seperti

apa itu keadilan, dan distribusi keadilan baginya adalah suatu bukti bentuk dari rasa kesetaraan.. Prinsip

keadilan menurut Rawls

1. Setiap orang memiliki kesamaan hak pada semua sistem. Kemerdekaan untuk semua hal.

2. Ekonomi dan sosial disusun sehingga masing masing mendapatkan manfaat yang sama dan

memiliki kesempatan yang sama untuk hal ekonomi (mencari penghasilan).

Farrel (2011) pun menjelaskan mengenai etika justice atau setika mengenai keadilan ini sebagai

berikut prinsip moral keadilan ini diterapkan dalam etika bisnis sebagai bentuk dari evaluasi atas

kesamaan atau keadilan yang telah perusahaan berikan terhadap masing masing individu. Hal ini

diartikan bahwa setiap keputusan yang dilakukan dalam bisnis mennetukan adil atau tidaknya

keputusan tersebut terhadap individu dalam entitas bisnis dan adil tidaknya keputusan tersebut

terhadap perusahaan.

3 Jenis keadilan dijelaskan oleh Farrel (2011) dalam bukunya:

1. Distributive justice; evaluasi atas hasil dari bisnis tersebut sudahkah member rasa adil?

2. Procedural justice; fokus pada bagaimana proses bisnis yang terjadi benarkah hasilnya baik?

Fokus pada evaluasi performance bisnis tersebut

3. Interactional Justice; fokus pada evaluasi atas proses komunikasi yang digunakan dalam proses

bisnis. Beracuan bahwa dengan komunikasi maka keputusan dan rasa adil akan mudah

terwujud.

Dalam bukunya Farrel (2011) menyimpulkan perbandingan antar filosopi sebagai berikut:

Page 6: TUGAS ETIKA BISNIS_moral filosofi.doc

A Comparison of The Philosophies used in Business Decisions

Teleology Stipulates that acts are morally right or acceptable if they produce some desired

result, such as realization of self-interes or utility

Deontology Focuses on the preservation of individual rightd and on the intentionassociated with

a particulas behavior rather than on its consequences

Relativist Evaluates ethicalness subjectively on the basis of individual and group experiences

Virtue ethics Assumes that what is moral in a given situation is not only what conventional

morality requires but also what the nature person with a “good” moral character

would deem appropriate

Justice Evaluates ethicalness on the basis of fairness: distributive, procedural, and

interactional.

Sumber

Farrell, OC,John,Linda. 2011. Business Ethics Ethical Decision Making and Cases. South Western:Cengage

Learning.

Wikipedia.com

http://id.scribd.com/doc/76112538/Deontological-Ethics

http://n2cs.wordpress.com/2012/11/07/teori-tradisional-etika-bisnis/)