Upload
paramitha-kusuma
View
200
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hukum
Citation preview
HUKUM ADAT
(HUKUM ADAT DELIK)
DOSEN :
Linda Rachmainy
NAMA :
Dwinta Nurul Puteri
110110120086
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2012
Hukum adat delik (ADATRECHT DELICTEN) atau hukum pidana adat atau hukum
pelanggaran adat ialah aturan-aturan hukum adat yang mengatur peristiwa atau
perbuatan kesalahan yang berakibat terganggunya keseimbangan masyarakat
sehingga perlu diselesaikan (dihukum) agar keseimbangan masyarakat tidak
terganggu.
Ter Haar mengartikan suatu delik itu sebagai tiap-tiap gangguan dari
keseimbangan,tiap-tiap gangguan pada barang-barang materil dan imateril milik-hidup
seorang atau kesatuan (persatuan) orang-orang,yang menyebabkan timbulnya suatu
reaksi adat.Dengan reaksi adat ini keseimbangan akan dan harus dapat dipulihkan
kembali.Macam serta besarnya reaksi ditentukan oleh hukum adat.lazimnya wujud
reaksi tersebut adalah suatu pembayaran delik dalam yang atau-barang.
Jadi menurut pengertian Ter Haar,untuk dapat disebut delik perbuatan itu harus
mengakibatkan kegoncangan dalam neraca keseimbangan masyarakat. Dan
kegoncangan ini tidak hanya terdapat ,apabila peraturan-peraturan hukum dalam suatu
masyarakat dilanggar,melainkan juga apabila norma-norma kesusilaan,keagamaan dan
sopan-santun dalam masyarakat dilanggar.
Menurut Prof.Dr.Mr.R.soepomo
Beliau tidak mengemukakan suatu definisi bagi suatu delik adat hanya dijelaskannya
sebagai berikut.
“bahwa juga di dalam sistem hukum adat segala perbuatan yang bertentangan dengan
peraturan hukum adat merupakan perbuatan yang illegal dan hukum adat mengenal
pula ikhtiar-ikhtiar untuk memperbaiki hukum jika hukum itu diperkosa”
SIFAT PELANGGARAN HUKUM ADAT
Hukum adat tidak mengadakan perpisahan antara pelanggaran hukum yang
mewajibkan tuntutan memperbaiki kembali hukum didalam lapangan hukum pidana dan
pelanggaran hukum yang hanya dapat dituntut dilapangan perdata.Oleh karena itu
maka sistem hukum adat hanya mengenal satu prosedur dalam hal penuntutan,satu
macam prosedur baik untuk penuntutan secara perdata maupun untuk penuntutan
secara kriminil.Ini berarti,bahwa petugas hukum yang berwenang untuk mengambil
tindakan-tindakan konkrit (reaksi adat) guna membetulkan hukum yang dilanggar
itu,adalah tidak seperti dalam sistem hukum barat,yaitu hakim pidana untuk perkara
pidana dan hakim perdata untuk perkara perdata,melainkan suatu pejabat saja,yakni
kepala adat,hakim perdamaian desa atau hakim pengadilan negeri untuk semua
macam pelanggaran hukum adat.
Contoh :
Yang pembetulan keseimbangannya hanya berwujud satu tindakan saja.
Hutang uang dan pada waktunya tidak membayar kembali.Tindakan koreksinya adalah
harus membayare kembali pinjamannya saja.
UNSUR-UNSUR DELIK ADAT (HUKUM PIDANA ADAT)
Apabila kita amati beberapa batasan atau pengertian mengenai hukum adat delik
sebagaimana dipaparkan diatas,maka pada pokoknya didalam hukum adat delik
terdapat 4(empat) unsure penting yaitu :
1) ada perbuatan yang dilakukan oleh perseorangan,kelompok atau pengurus
(pimpinan/pejabat) adat sendiri.
2) Perbuatan itu bertentangan dengan norma-norma hukum adat.
3) Perbuatan itu dipandang dapat menimbulkan kegoncangan karena menggangu
keseimbangan dalam masyarakat,dan
4) atas perbuatan itu timbul reaksi dari masyarakat yang berupa sanksi adat.
TERJADINYA/LAHIRNYA DELIK ADAT
Terjadinya atau lahirnya delik adat tidak berbeda dengan lahirnya tiap-tiap peraturan
yang tidak tertulis.suatu peraturan mengenai tingkah laku manusia pada suatu waktu
mendapat sifat hukum apabila pada suatu ketika petugas hukum yang bersangkutan
mempertahankannya terhadap orang yang melanggar peraturan itu atau suatau ketika
petugas hukum yang bersangkutan bertindak untuk mencegah pelanggaran itu.
Kemudian Cardozo menyatakan bahwa untuk adanya delik adat tergantung pada 4
(empat) factor yaitu :
a) sampai berapa jauh adat tadi diterima oleh masyarakat sebagai suatu yang
sewajarnya memang demikian.
b) Kekuatan mengikat dari keputusan-keputusan hakim pada waktu yang lalu
mengenai kasus yang sama.
c) Sifat dari hukum adat yang hidup di dalam masyarakat.
d) Kebebasan hakim di dalam memutus suatu perkara.
DELIK ADUAN
Apabila terjadi delik adat yang akibatnya menganggu keseimbangan keluarga maka
untuk menyelesaikannya tuntutan atau gugatan dari pihak yang dirugikan harus ada
pengaduan,harus ada pemberitauan dan permintaan untuk diselesaikan kepada kepala
adat.
Misalnya di dalam kitab Simbur Tjahaja (ST) yang berlaku didaerah Sumatera Selatan
(dahulu) pasal 20 nya mengatakan :
“jika seorang laki-laki memegang lengan gadis atau janda diatas sikunya ia dikenalkan
6 ringgit jka perempuan itu mengadu kepada rapat.Denda 3 ringgit diserahkan kepada
perempuan itu sebagai tekap malu dan 3 ringgit diserahkan kepada rapat (sebagai
uang sidang)”.(jadi apabila siperempuan tidak mengadu maka rapat adat untuk
memeriksa tuntutan ganti kerugian tidak dilakukan)”.
BEBERAPA MACAM DELIK ADAT
a. Jenis delik yang paling berat
Yaitu pelanggaran atas keseimbangan antara dunia lahir dan dunia ghaib yang
diantaranya adalah :
1) Perbuatan pernghinaan
Contoh: memperkosa
2) Membuka rahasia masyarakat
Contoh : sekongkol dengan golongan musuh
3) Perbuatan mengadakan pembakaran
Contoh :memusnahkan rumah prumah adalah menentang keselamatan
masyarakat
4) Perbuatan menghina secara pribadi terhadap kepala adat
Contoh : penghinaan terhadap kepala adat atau kepala suku atau raja dianggap
melibatkan atau merusak keseimbangan masyarakat
5) Perbuatan sihir atau tenung
Contoh : mencelakakan seluruh masyarakat
6) Perbuatan INCEST
Contoh : suatu hubungan seksual antara dua orang yang menurut hukum adat
tidak boleh (karena pelanggaran terhadap eksogami)
b. Jenis delik yang menentang kepentingan hukum masyarakat dan family
7) hamil diluar perkawinan
8) melarikan seorang oerempuan
9) perbuatan zinah
CARA PENYELESAIAN DELIK ADAT
a. Penyelesaian antara pribadi,keluarga,tetangga
Jika terjadi suatu peristiwa atau perbuatan delik adat dikampung,disusun,ditempat
pemukiman,ditempat pekerjaan dan lainnya maka untuk memulihkan gangguan
keseimbangan keluarga atau masyarakat bersangkutan diselesaikan langsung ditempat
kejadian antara pribadi yang bersangkutan atau diselesaikan langsung dirumah.
b. Penyelesaian kepala Adat
Adakalanya pertemuan yang diselenggarakan pribadi,keluarga atau tetangga tersebut
tidak mencapai kesepakatan atau karena salah satu dan lain hal tidak berkelanjutan
sehingga perkaranya perlu dilanjutkan kepada kepala kerabat atau kepala adat.Di
daerah Lampung misalnya yang harus ditangani kepala kerabat dan kepala adat adalah
perselisihan kwain lari diantara sesame orang Lampung.
c. Penyelesaian kepala desa
Apabila penyelesaian delik adat dilakukan oleh kepala kerabat atau oleh kepala adat
menyangkut perselisihan khusus dikalangan masyarakat adat kekerabatan yang tidak
termasuk kewenangan kepala desa atau juga yang masih berlaku dikalangan
masyarakat yang susunannya dengan kelompok- kelompok suku-suku maka
penyelesaian delik adat dari masyarakat yang bersifat ketetanggaan atau penduduknya
campuran dilaksanakan oleh kepala desa.
PERBEDAAN POKOK ANTARA SISTEM HUKUM PIDANA MENURUT KUHP
DENGAN SISTEM HUKUM ADAT DELIK
Menurut Van Vollenhoven di dalam bukunya “HET ADATRECHT VAN INDONESIERS”
menyatakan terdapat perbedaan-perbedaan pokok antara sistem hukum pidana
menurut kuhp dan sistem hukum Adat delik,yaitu :
Hukum Pidana : yang dapat dipidana hanyalah seorang manusia saja.
Hukum Adat Delik : kampung si penjahat adalah diwajibkan membayar denda atau
kerugian.
Sistem KUHP : mengenal dan membeda-bedakan masalah membantu perbuatan
delik,membujuk,dan ikut melakukan
Sistem Hukum Adat : siapa saja yang turut menentang peraturan hukum diharuskan
turut memenuhi usaha yang diwajibkan untuk memulihkan kembali perimbangan
hukum.
DAFTAR PUSTAKA
1.Surojo Wignjodipuro (Pengantar dan Asas – Asas Hukum Adat)
2.Tolib Setiady (Intisari Hukum Adat Indonesia)
3. Van Vollenhoven (Het adatrecht Van Indonesiers)