Upload
brenda-auny-pranita
View
143
Download
52
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Tugas Besar
“Propagasi Akustik Bawah Air”
KL3104 – AKUSTIK BAWAH AIR
Dosen : Irsan Soemantri Brodjonegoro, Ph.D
Disusun Oleh :
Sabrina Cita Verawaty Purba – 15512018
Abid Arham – 15512054
Deded Permana – 15512029
PROGRAM STUDI TEKNIK KELAUTAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2014
i
Daftar Isi
Daftar Isi ......................................................................................................... i
Daftar Gambar .............................................................................................. iii
Bab I. Latar Belakang .................................................................................... 1
Bab II. Dasar Teori
2.1. Pembagian Lapisan Laut ......................................................................... 2
2.2. Ray Tracing ............................................................................................ 3
2.3. Transmission Loss ................................................................................... 7
Bab III. Metodologi
3.1. Pemilihan Data ........................................................................................ 9
3.2. Pemilihan Transducer .............................................................................. 9
3.3. Ocean Data View (ODV) ...................................................................... 10
3.4. Pendekatan empiris menggunakan Software Matlab ............................. 11
3.5. Pendekatan dengan Metode Polyfit ........................................................ 12
3.6. Ray Tracing .......................................................................................... 12
Bab IV. Hasil
4.1. Ocean Data View (ODV) ...................................................................... 14
4.2. Pendekatan dengan Metode Empiris Medwin, Leroy, Mackenzie .......... 16
4.3. Pendekatan dengan Metode Polyfit dengan menggunakan orde 5, 15, 17, dan
24 ................................................................................................................ 20
4.4. Ray Tracing .......................................................................................... 23
ii
Bab V. Analisis ............................................................................................ 32
Bab VI. Kesimpulan ..................................................................................... 36
Daftar Pustaka .............................................................................................. 38
Lampiran
Coding
Kriteria Transducer/ Catalogue Transducer
iii
Daftar Gambar
Gambar 1. Grafik pembagian layer pada laut berdasarkan suhu dan kedalaman 3
Gambar 2. Atas dan bawah adalah Contoh hasil ray tracing ....................... 4-5
Gambar 3. Jenis – jenis transmission loss ...................................................... 7
Gambar 4. Stasiun data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10045-2.xls .... 10
Gambar 5. Stasiun data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10055-2.xls .... 10
Gambar 6. Stasiun data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10062-2.xls ..... 11
Gambar 7. Flowchart tahap – tahap pengerjaan ............................................ 13
Gambar 8. Hasil ODV data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10045-2.xls 14
Gambar 9. Hasil ODV data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10055-2.xls 14
Gambar 10. Hasil ODV data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10062-2.xls 15
Gambar 11. Hasil plot dari stasiun 45, 55, dan 62 ....................................... 15
Gambar 12. Grafik Empiris Stasiun 45 kedalaman terhadap kecepatan suara 16
Gambar 13. Grafik Empiris Stasiun 45 temperatur, salinitas, kecepatan suara
terhadap kedalaman ..................................................................................... 16
Gambar 14. Grafik Empiris Stasiun 55 kedalaman terhadap kecepatan suara . 17
Gambar 15. Grafik Empiris Stasiun 55 temperatur, salinitas, kecepatan suara
terhadap kedalaman ..................................................................................... 18
Gambar 16. Grafik Empiris Stasiun 62 kedalaman terhadap kecepatan suara 19
Gambar 17. Grafik Empiris Stasiun 62 temperatur, salinitas, kecepatan suara
terhadap kedalaman ...................................................................................... 19
Gambar 18. Grafik Polifit stasiun 45 ............................................................. 20
Gambar 19. Grafik Polyfit stasiun 55 ........................................................... 21
Gambar 20. Grafik Polyfit stasiun 62 ........................................................... 22
Gambar 21. Grafik SVP dan Ray Tracing Mixed Layer stasiun 45 .............. 23
iv
Gambar 22. Grafik Ray Tacing Mixed Layer stasiun 45 ............................... 23
Gambar 23. Grafik SVP dan Ray Tracing Thermocline stasiun 45 ............... 24
Gambar 24. Grafik Ray Tracing Thermocline stasiun 45 .............................. 24
Gambar 25. Grafik SVP dan Ray Tracing Deep Water Layer stasiun 45 ........ 25
Gambar 26. Grafik Ray Tracing Deep Water Layer stasiun 45 ..................... 25
Gambar 27. Grafik SVP dan Ray Tracing Mixed Layer stasiun 55 ................ 26
Gambar 28. Grafik Ray Tracing Mixed Layer stasiun 55 .............................. 26
Gambar 29. Grafik SVP dan Ray Tracing Thermocline stasiun 55 ............... 27
Gambar 30. Grafik Ray Tracing Thermocline stasiun 55 .............................. 27
Gambar 31. Grafik SVP dan Ray Tracing Deep Water Layer stasiun 55 ....... 28
Gambar 32. Grafik Ray Tracing Deep Water Layer stasiun 55 ..................... 28
Gambar 33. Grafik SVP dan Ray Tracing Mixed Layer stasiun 62 ............... 29
Gambar 34. Grafik Ray Tracing Mixed Layer stasiun 62 .............................. 29
Gambar 35. Grafik SVP dan Ray Tracing Thermocline stasiun 62 ............... 30
Gambar 36. Grafik Ray Tracing Thermocline stasiun 62 .............................. 30
Gambar 37. Grafik SVP dan Ray Tracing Deep Water Layer stasiun 62 ....... 31
Gambar 38. Grafik Ray Tracing Deep Water Layer stasiun 62 ..................... 31
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
1
Bab I. Latar Belakang
Akustik bawah air merupakan salah satu aplikasi dari ilmu akustik yang
dipakai pada perairan. Secara teoritis Akustik (acoustic) adalah teori tentang
gelombang suara dan perambatannya di suatu medium. Sementara akustik bawah
air adalah studi ilmiah mengenai suara di bawah air dan berhubungan dengan
suara yang dihasilkan alam maupun buatan manusia, termasuk bagaimana caranya
dihasilkan, pergerakannya, serta pemanfaatannya untuk kepentingan manusia.
Teknologi akustik bawah air biasa disebut hydroacoustic atau underwater
acoustics yang semula ditujukan untuk kepentingan militer telah berkembang
dengan sangat pesat dalam menunjang kegiatan non-militer. Dengan teknologi
mutahir, teknologi akustik bawah air dapat digunakan untuk kegiatan penelitian,
survei kelautan dan perikanan baik laut wilayah pesisir maupun laut lepas
termasuk laut dalam. Teknologi akustik bawah air dapat digunakan untuk
mendeteksi sumberdaya hayati dan non-hayati baik termasuk survei populasi ikan
yang relatif lebih akurat, cepat dan tidak merusak lingkungan dibandingkan
dengan teknik lain.
Pada tugas besar ini kami berperan menjadi kapal selam. Kapal selam pada
saat Perang Dunia I digunakan untuk memata-matai musuh. Karena itu diciptakan
teknologi akustik bawah air untuk mendeteksi keberadaan kapal selam.
Pendeteksian posisi kapal selam dapat berupa deteksi akustik pasif
(mendengarkan) ataupun deteksi akustik aktif (menghasilkan suara). Pada
dasarnya agar kapal selam kita tidak terdeteksi diperlukan penempatan transducer
pada posisi yang menghasilkan shadow zone (daerah bayangan) yaitu daerah atau
wilayah yang bebas dari sinyal akustik bawah air atau tidak terdapat ray tracing.
Untuk itu kita perlu mengerti gambaran Ray Tracing yang dihasilkan pada tiap
kondisi tertentu. Ray Tracing yang dihasilkan bermanfaat untuk mengetahui sifat
sonar yang dipancarkan oleh sumbernya (Source). Dengan mengetahui pola ray
tracing maka kita akan mengetahui penempatan transducer yang akan
menghasilkan shadow zone yang paling besar.
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
2
Bab II. Dasar teori
2.1. Pembagian lapisan laut
Untuk memodelkan suatu ray tracing dari sebuah sumber akustik
kita juga memerlukan data kecepatan suara dari setiap kedalaman di
daerah lautan yang akan kita tinjau. Data kecepatan suara juga di
pengaruhi oleh kondisi temperatur dan kedalaman dari laut tersebut.
Lapisan tersebut dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
a. Mixed layer adalah lapisan teratas dari suatu lautan, daerah ini
memiliki ketabalan 10 – 200 m dari permukaan laut dan
memiliki suhu yang sama dengan permukaan laut. Kedalaman
dan temperatur dari mixed layer selalu berubah sebagai akibat
dari penyinaran matahari di permukaan dan turbulensi yang di
akibatkan angin dan gelombang di permukaan laut. Hal
tersebut juga memberikan pengaruh pada kecepatan suara di
daerah tersebut.
b. Thermocline adalah Daerah perubahan drastis dari suhu air ini
di sebut dengan thermocline. Posisi thermocline juga berbeda –
beda tergantung dari posisi dan intensitas penyinaran matahari.
Namun kondisi temperatur dari thermocline ini tidak
dipengaruhi oleh turbulensi angin dan gelombang di
permukaan laut.
c. Deep Water Layer (Isoterm) adalah daerah di bawah lapisan
thermocline. Pada daerah ini pengaruh dari penyinaran
matahari dan turbulensi akibat angin dan gelombang di
permukaan sudah tidak lagi memberikan pengaruh pada
temperatur air dan kecepatan suara. Sehingga suhu pada daerah
ini cenderung rendah dan kecepatan suara di daerah ini di
pengaruhi oleh pertambahan kepadatan media rambat berupa
air yang bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman
laut.
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
3
Gambar 1. Grafik pembagian layer pada laut berdasarkan suhu dan kedalaman
2.2.Ray Tracing
Ray tracing adalah metode untuk mengetahui jalur atau arah
rambat gelombang yang di pancarkan oleh suatu sumber akustik yang
melalui berbagai kecepatan dan bentuk propagasi, penyerapan energi,
dan berbagai pemantulan. Ray tracing bekerja dengan asumsi bahwa
gelombang di gambarkan sebagai suatu bentuk garis yang arah dan
kecepatannya berbeda – beda pada setiap kedalaman laut. Dalam
bidang akustik bawah laut, metode ray tracing berguna sebagai alat
pemetaan arah dan jalur gelombang yang di pancarkan.
Dalam merumuskan atau memetakan ray tracing berikut adalah
formula perhitungan yang dipakai :
]1cos2[cos)1()2(
]1sin2[sin)1()2(
Rzz
Rxx
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
4
gaR
*
1 ;
3
3sin
2
2sin
1
1sin
CCCa
Keterangan:
R= Radius lingkaran (m)
g= Gradien kecepatan (1/s)
Dalam memodelkan ray tracing, arah dari suatu ray
dipengaruhi oleh sudut datang dan koefisien kecepatan suara pada
suatu kedalaman tertentu. Hal tersebut menyebabkan jalur yang akan
dilewati oleh ray satu dengan ray yang lainnya akan berbeda
tergantung pada sudut datang dan koefisien kecepatan suara pada
suatu kedalaman tertentu. Sudut datang dari suatu ray tracing di
tentukan oleh alat atau sumber yang kita gunakan, berapa lebar beam
pattern utamanya dan juga berapa ray yang akan di hasilkan
merupakan faktor yang menentukan arah dari ray tracing yang akan
terbentuk.
Berikut adalah contoh grafik hasil propagasi kecepatan suara dan
pemetaan ray tracing
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
5
Gambar 2. Atas dan bawah adalah Contoh hasil ray tracing
Untuk menentukan grafik propagasi kecepatan suara kita dapat
menggunakan tiga persamaan empiris yang berdasarkan pada
percobaan. Ketiga persamaan itu adalah persamaan medwin, leroy,
dan mackenzie. Berikut adalah bentuk dari ketiga persamaan tersebut.
a. Leroy
C = 1492.9 + 3 T − 10 − 6 × 10−3(T − 10)2 − 4 ×
10−2(T − 18)2 + 1.2 S − 35 − 10−2 T − 18 S − 35 +
D
61
b. Medwin
C = 1449.2 + 4.6T − 5.5 × 10−2T2 + 2.9 × 10−4T3 +
1.34 − 10−2T S − 35 + 1.6 × 10−2D
c. Mackenzie
C = 1448.96 + 4.591T − 5.304 × 10−2T2 + 2.374 ×
10−4T3 + 1.340 S − 35 + 1.630 × 10−2D + 1.675 ×
10−7D2 − 1.025 × 10−2T S − 35 − 7.139 × 10−13 TD3
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
6
Karena ketiga persamaan tersebut adalah persamaan empiris yang
berdasarkan dari percobaan yang telah dilakukan, maka perlu di cari
error untuk melihat selisih antara hasil dari ketiga persamaan tersebut
dengan keadaan sesungguhnya dari data di lapangan. Dengan
perhitungan error sebagai berikut.
1
𝑛Ʃ 𝐶𝑑𝑎𝑡𝑎 − 𝐶𝑒𝑚𝑝𝑖𝑟𝑖𝑠
𝐶𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑥 100%
Keterangan:
Cdata = Kecepatan suara data (m/s)
Cempiris = C (kecepatan suara) hasil perhitungan medwin leroy, dan
mackenzie (m/s)
n = jumlah data
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
7
2.3.Tramission Loss
Gelombang yang di pancarkan juga mengalami transmission loss
yang menyebabkan adanya energi yang hilang akibat adanya gesekan
antara gelombang akustik yang di pancarkan dengan medium rambatnya
yaitu air.
Gambar 3. Jenis – jenis Transmission Loss
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
8
Dengan nilai atau jumlah energi yang hilang berdasarkan pada
formula perhitungan berikut:
a. Sylindrical spreading loss
210log10 rTL dB
b. Spherical spreading loss
2
210log10 rTL dB
c. Absorption loss
.TL
d. Reflection loss
Reflection loss dibagi menjadi 2 jenis yaitu reflection loss di
permukaan dan di dasar laut
e. Transmiting voltage response (TVR)
voltPaV
PTVR /1 referensidengan log20 10
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
9
Bab III. Metodologi
3.1. Pemilihan Data
Data yang kami pilih adalah
data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10045-2.xls untuk laut dangkal,
data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10055-2 untuk laut intermediet
dan data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10062-2.xls untuk laut
dalam. Pemilihan ini didasarkan karena menurut kami, data-data ini dapat
mencakup gambaran ray tracing untuk laut dangkal, intermediet, dan
dalam. Data – data ini diperoleh dari laut di sebelah selatan Pulau Jawa.
3.2. Pemilihan Transducer
Sebelum melakukan proses perhitungan dengan matlab diperlukan
karakteristik alat yang akan dimasukkan dalam matlab seperti beam
pattern dari tranducer tersebut. Pemilihan ini didasarkan pada ketahanan
dan pengoperasian alat. Disini kami memilih tiga transducer untuk setiap
layer, yaitu:
1. Mixlayer TC2024
2. Thermocline TC3027
3. Isoterm TC1026
Keterangan : Untuk profil dan kriteria transducer dapat dilihat di lampiran.
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
10
3.3. Ocean Data View (ODV)
1. Data yang digunakan adalah pada file excel dengan nama:
a. data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10045-2.xls
Gambar 4. Stasiun data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10045-2.xls
b. data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10055-2
Gambar 5. Stasiun data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10055-2
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
11
b. data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10062-2.xls
Gambar 6. Stasiun data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10062-2.xls
2. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Ocean Data View
dilakukan pertama-tama dengan memindahkan data ke dalam format
text.
3. Pertama klik File→New lalu ketik nama file yang diiginkan. Setelah
itu akan muncul kotak dialog lalu pilih user specifies variables
manually, lalu klik ok
4. Lalu akan muncul kotak dialog define variable for d, tambahkan
variabel yang belum ada lalu klik ok
5. Data akan di import ke ODV, dengan meilih spreadsheet, lalu pilih
file data yang telah kita ubah tadi dengan format notepad
6. Beberapa variabel harus di associate terlebih dahulu
7. Jika sudah tinggal dilakukan pengaturan gambar sehingga
mendapatkan gambar yang baik di window layout
3.4. Pendekatan empiris menggunakan Software Matlab
Pendekatan empiris ini diperlukan untuk membandingkan grafik
yang didapat dari Software ODV dengan perhitungan empiris
menggunakan metode Medwin, Leroy, dan MacKenzie dengan
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
12
menggunakan software Matlab. Selanjutnya untuk menghitung error
pendekatan empiris dilakukan di software Matlab di command window
dengan mengetik rumus error 1
𝑛Ʃ
𝐶𝑑𝑎𝑡𝑎 −𝐶𝑒𝑚𝑝𝑖𝑟𝑖𝑠
𝐶𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑥 100%.
Keterangan :
n = jumlah data
Cdata = Kecepatan suara data ( m/s )
Cempiris = Kecepatan suara yang diperoleh dari pendekatan empiris ( m/s)
3.5. Pendekatan dengan Metode Polyfit
Pendekatan dengan metode polyfit ini dilakukan dengan rumusan
𝑦 = 𝑃1 𝐷𝑛 + 𝑃2𝐷
𝑛−2 + 𝑃3𝐷𝑛−3. Semakin besar orde polyfit yang
digunakan semakin maka metode polyfit tersebut akan semakin mendekati
data. Setelah itu dilakukan perhitunan error polyfit setiap orde yang
diinginkan di software Matlab di command window dengan rumus
1
𝑛Ʃ
𝐶𝑑𝑎𝑡𝑎 −𝐶𝑝𝑜𝑙𝑦𝑓𝑖𝑡
𝐶𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑥 100%. Pada langkah ini juga setiap koefisien polyfit
untuk setiap orde akan disimpan dalam bentuk format text
Keterangan :
n = jumlah data
Cdata = Kecepatan suara data ( m/s )
Cempiris = Kecepatan suara yang diperoleh dari pendekatan polyfit ( m/s )
3.6. Ray Tracing
Untuk menentukan grafik ray dari akustik bawah air dilakukan
dengan menggunakan software Matlab. Pada makalah ini kami
menggunakan file rayf_xx.m sebagai fungsi yang akan dipanggil oleh
rays1.m.
1. Pada rayf_xx.m tulis lagi rumusan polyfit dengan error yang paling kecil
beserta turunannya. Masukkan juga file dengan format text yang berisi
koefisien polyfit yang telah didapat dari langkah sebelumnya.
2. Selanjutnya pada rays1.m memanggil rayf_xx.m yang telah melakukan
perhitungan dan file pada pendekatan dengan metode polyfit sebelumnya.
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
13
Selain itu, beam pattern pada spek alat yang telah dipilih dimasukkan pada
tahap ini.
Keterangan:
Semua coding pada proses pendekatan empiris, pendekatan polyfit, dan ray
tracing akan dilampirkan di Lampiran.
Secara keseluruhan langkah-langkah pengerjaannya dapat dirangkum
dalam flowchart di bawah ini :
Gambar 7. Flowchart tahap – tahap pengerjaan
Pemilihan Data
Pemilihan Transducer
ODV (Ocean Data
View)
Medwin, Leroy,
Mackenzie
Polyfit
Ray Tracing
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
14
Bab IV. Hasil
4.1. Ocean Data View (ODV)
a. data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10045-2.xls
Gambar 8. Hasil ODV data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10045-2.xls
b. data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10055-2.xls
Gambar 9. Hasil ODV data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10055-2.xls
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
15
c. data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10062-2.xls
Gambar 10. Hasil ODV data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10062-2.xls
Gambar 11. Hasil plot dari stasiun 45, 55, dan 62
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
16
4.2. Pendekatan dengan Metode Empiris Medwin, Leroy, Mackenzie
a. data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10045-2.xls
Gambar 12. Grafik Empiris Stasiun 45 kedalaman terhadap kecepatan suara
Gambar 13. Grafik Empiris Stasiun 45 temperatur, salinitas, kecepatan suara terhadap kedalaman
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
17
Persentase error yang didapatkan:
Error Medwin : 0.001979764%
Error Leroy : 0.00054092%
Error Mackenzie : 0.728934887%
b. data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10055-2.xls
Gambar 14.Grafik Empiris stasiun 55 kedalaman terhadap kecepatan suara
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
18
Gambar 15. Grafik Empiris Stasiun 55 temperatur, salinitas, kecepatan suara terhadap kedalaman
Persentase Error yang didapatkan :
Error Medwin : 0.00072634%
Error Leroy : 0.0001538%
Error Mackenzie : 0.3878%
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
19
c. data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10062-2.xls
Gambar 16. Grafik Empiris Stasiun 62 kedalaman terhadap kecepatan suara
Gambar 17. Grafik Empiris Stasiun 62 temperatur, salinitas, kecepatan suara terhadap kedalaman
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
20
Persentase Error yang didapatkan :
Error Medwin : 0.0095%
Error Leroy : 0.0040%
Error Mackenzie : 1.9003%
4.3. Pendekatan dengan Metode Polyfit dengan menggunakan orde 5, 15,
17, dan 24
a. data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10045-2.xls
Gambar 18. Grafik Polifit stasiun 45
Persentase Error yang didapatkan :
Error polyfit untuk orde 5 : 0.0057%
Error polyfit untuk orde 15 : 0.00036658%
Error polyfit untuk orde 17 : 0.00026586%
Error polyfit untuk orde 24 : 0.00011814%
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
21
b. data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10055-2.xls
Gambar 19. Grafik Polyfit stasiun 55
Persentase Error yang didapatkan :
Error polyfit untuk orde 5 : 0.0041%
Error polyfit untuk orde 15 :0.000083421%
Error polyfit untuk orde 17 : 0.000076943%
Error polyfit untuk orde 24 : 0.000076394%
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
22
c. data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10062-2.xls
Gambar 20. Grafik Polyfit stasiun 62
Persentase Error yang didapatkan :
Error polyfit untuk orde 5 : 0.0061%
Error polyfit untuk orde 15 :0.00045823%
Error polyfit untuk orde 17 : 0.00016525%
Error polyfit untuk orde 24 : 0.00011689%
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
23
4.4. Ray Tracing
1. data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10045-2.xls
a. Mixlayer ( zs = 20.273m, C = 1537.34 m/s )
Gambar 21. Grafik SVP dan Ray Tracing Mixed Layer stasiun 45
Gambar 22. Grafik Ray Tacing Mixed Layer stasiun 45
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
24
b. Thermocline ( zs = 500.149m, C = 1492.41m/s )
Gambar 23. Grafik SVP dan Ray Tracing Thermocline stasiun 45
Gambar 24. Grafik Ray Tracing Thermocline stasiun 45
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
25
c. Deep Water Layer ( zs = 1500.72m, C = 1489.74m/s )
Gambar 25. Grafik SVP dan Ray Tracing Deep Water Layer stasiun 45
Gambar 26. Grafik Ray Tracing Deep Water Layer stasiun 45
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
26
2. data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10055-2.xls
a. Mixed Layer ( zs = 20.063m, C = 1535.61m/s )
Gambar 27. Grafik SVP dan Ray Tracing mixed layer stasiun 55
Gambar 28. Grafik Ray Tracing mixed layer stasiun 55
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
27
b. Thermocline ( zs = 500.487m, C = 1490.19m/s )
Gambar 29. Grafik SVP dan Ray Tracing thermocline stasiun 55
Gambar 30. Grafik Ray Tracing thermocline stasiun 55
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
28
c. Deep Water Layer ( zs = 1500.11m, C = 1489.31m/s )
Gambar 31. Grafik SVP dan Ray Tracing deep water layer stasiun 55
Gambar 32. Grafik Ray Tracing deep water layer stasiun 55
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
29
3. data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10062-2.xls
a. Mixed Layer ( zs = 20.344m, C = 1538.3m/s )
Gambar 33. Grafik SVP dan Ray Tracing Mixed Layer stasiun 62
Gambar 34. Grafik Ray Tracing Mixed Layer stasiun 62
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
30
b. Thermocline ( zs = 500.332m, C = 1490.28m/s)
Gambar 35. Grafik SVP dan Ray Tracing Thermocline stasiun 62
Gambar 36. Grafik Ray Tracing Thermocline stasiun 62
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
31
c. Deep Water Layer ( zs = 1500.09m, C = 1488.85m/s )
Gambar 37. Grafik SVP dan Ray Tracing Deep Water Layer stasiun 62
Gambar 38. Grafik Ray Tracing Deep Water Layer stasiun 62
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
32
Bab V. Analisis
Software ODV digunakan untuk mengetahui memplot grafik
salinitas, temperatur, dan kecepatan suara terhadap kedalaman. Selain itu
software ODV ini juga dapat memplot data lokasi beserta petanya. Dari
hasil yang didapatkan dapat diketahui bahwa salinitas akan semakin besar
seiring bertambahnya kedalaman laut, namun pada kedalaman tertentu
salinitas akan cenderung konstan sehingga hal pada kedalaman tersebut
dinamakan isohalo, sedangkan pada lapisan dimana terjadi gradien
terbesar dinamakan halocline. Sedangkan temperatur akan semakin turun
seiring bertambahnya kedalaman laut sampai temperatur tersebut konstan
pada kedalaman tertentu. Kecepatan suara akan semakin kecil seiring
bertambahnya kedalaman laut. Hal ini dikarenakan suhu pada lautan yang
dalam sangat kecil sedangkan salinitas semakin besar.
Berdasarkan hasil ODV didapat bahwa stasiun
data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10045-2.xls memiliki mixed
layer pada kedalaman 0 – 30m, thermocline pada kedalaman 30m –
1000m, dan deep water layer pada kedalaman 1000m – 4000m. Untuk
stasiun data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10055-2.xls memiliki
rentang yang sama dengan stasiun 45 yaitu, mixed layer pada kedalaman 0
– 30m, thermocline pada kedalaman 30m – 1000m dan deep water layer
pada kedalaman 1000m – 3000m. Sedangkan stasiun
data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10062-2.xls memiliki lapisan
mixed layer pada kedalaman 0 – 100m, thermocline pada kedalaman 100m
– 1000m, dan deep water layer pada kedalaman 1000m – 6000m.
Untuk pengerjaan ray tracing dilakukan dengan metode
pendekatan, salah satu yang dilakukan pada makalah ini adalah
pendekatan dengan metode empiris yaitu medwin, leroy, dan mackenzie.
Berdasarkan grafik yang didapat dari kedua stasiun dapat dilihat bahwa
metode leroy lebih dekat dengan data. Hal ini juga dibuktikan dari hasil
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
33
perhitungan error setiap metode pendekatan empiris terhadap data,
didapatkan bahwa error metode Leroy lebih kecil dari metode medwin dan
metode mackenzie. Dengan nilai error pada stasiun
data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10045-2.xls 0.00054092% ,
stasiun data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10055-2.xls
0.00015318%, dan pada stasiun
data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10062-2.xls 0.0040%.
Selain itu, juga dilakukan metode pendekatan lain untuk
perbandingan, yaitu metode pendekatan dengan polyfit. Metode polyfit
merupakan suatu fungsi polinomial yang berfungsi agar sesuai dengan
data. Sehingga data tersebut dapat dibentuk didalam sebuah fungsi yang
akan digunakan dalam menentukan ray tracing. Semakin besar pangkat
polinomial yang digunakan maka akan semakin mendekati data. Pada
tugas besar ini kami memakai empat orde polinomial yaitu orde 4, orde 15,
orde 17, dan orde 24. Setelah didapat grafik polyfit, hasilnya bahwa orde
24 lebih dekat ke data daripada orde lainnya. Hal ini juga terbukti dari
perhitungan error polyfit pada kedua stasiun yaitu, 0.00011814% pada
stasiun data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10045-2.xls,
0.000076394% pada stasiun
data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10062-2.xls, dan 0.00011689%
pada stasiun data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10062-2.xls .
Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah pengerjaan ray tracing
dengan menggunakan program rayf_xx.m dan rays1.m. Pada setiap layer
digunakan transducer yang berbeda sesuai dengan kedalaman transducer
dapat bertahan dan beroperasi. Hal ini tentunya nerpengaruh pada beam
pattern yang digunakan, pada mixed layer digunakan TC2024 dengan
beam width 9.5º, pada thermocline digunakan TC3027 dengan beam width
11.6º, dan pada deep water layer (isoterm) digunakan TC1026 dengan
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
34
beam width 70º. Hal ini tentunya berpengaruh pada hasil ray tracing, jika
beam width semakin besar maka hasilnya akan semakin tidak fokus,
begitu pula sebaliknya jika semakin kecil beam widthnya maka akan
semakin fokus dan semakin bagus juga hasilnya.
Pada stasiun data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10045-2.xls
didapatkan hasil ray tracing yang memiliki daerah shadow zone yang
berbeda, pada mixed layer memiliki shadow zone mulai kedalaman 1800
meter. Pada thermocline terdapat dua shadow zone yaitu 0 – 400meter dan
1800 meter – 4000 meter. Sedangkan pada deep water layer memilki pola
yang berbeda dimana polanya tidak beraturan. Pada deep water layer
stasiun ini memiliki shadow zone mulai 2000 meter sampai 4000 meter.
Dari hasil ini didapatkan bahwa daerah shadow zone yang paling besar
jika source di thermocline.
Pada stasiun data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10055-2.xls
didapatkan hasil ray tracing dengan pola yang berbeda pada stiap layer.
Begitu pula dengan daerah shadow zonenya berbeda, pada mixed layer
memiliki shadow zone mulai kedalaman 1250 meter sampai 3000 meter.
Pada thermocline terdapat dua shadow zone yaitu 0 – 150 meter dan 1000
meter – 3000 meter. Sedangkan pada deep water layer memilki pola yang
berbeda dimana polanya tidak beraturan. Pada deep water layer stasiun ini
memiliki shadow zone mulai 2600 meter – 3000 meter. Dari hasil deep
water layer terlihat bahwa shadow zone yang dihasilkan sangat kecil,
karena hampir semua terjangkau oleh transducer, dan kapal selam tidak
bisa diletakkan apabila transducer berada pada deep water layer. Dari
hasil ini didapatkan bahwa daerah shadow zone yang paling besar jika
source di thermocline.
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
35
Pada stasiun data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10062-2.xls
didapatkan hasil ray tracing dengan pola yang sama pada mixed layer dan
thermocline,dimana polanya menurun kebawah. Namun daerah shadow
zonenya berbeda, pada mixed layer 3000 meter sampai 6000 meter.
Sedangkan pada thermocline daerah shadow zone di 2000 meter sampai
6000 meter. Dari hasil ini didapatkan bahwa bila source diletakkan
dikedalaman 20 meter maka shadow zone yang terjadi lebih kecil
dibandingkan dengan meletakkan source di kedalaman 500 meter. Ray
tracing yang terjadi pada deep water layer memiliki pola yang menyebar
dan shadow zone yang lebih kecil dibanding di mixed layer dan
thermocline yaitu 3500 meter sampai 6000 meter.
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
36
Bab VI. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dengan menggunakan
software ODV (Ocean Data View) dan Matlab dapat diambil beberapa
kesimpulan seperti berikut:
1. Berdasarkan analisis empiris yang telah dilakukan didapat bahwa metode
empiris tersebut dipengaruhi oleh temperatur, salinitas, dan kecepatan
suara. Dengan dilakukan perhitungan error didapat bahwa metode
pendekatan Lerroy memiliki error yang paling kecil dan paling dekat
dengan data.
2. Berdasarkan analisis polyfit yang telah dilakukan didapat bahwa metode
polyfit dipengaruhi oleh koefisien polyfit dan kedalaman. Namun secara
umum hanya dipengaruhi oleh kedalaman saja. Berdasarkan hasil
perhitungan error terhadap metode polyfit didapat bahwa polyfit dengan
orde 24 memiliki error yang paling kecil dibanding polyfit dengan orde 5,
15, dan 17.
3. Dengan membandingkan hasil metode pendekatan empiris dengan metode
pendekatan polyfit maka didapat bahwa metode pendekatan polyfit
memiliki error yang paling kecil dibandingkan dengan metode pendekatan
empiris. Hal ini juga berpengaruh pada program rayf_xx.m dan pada
rays1.m menggunakan rumusan metode polyfit dengan orde 24.
4. Transducer yang digunakan berpengaruh pada beam width yang akan
digunakan pada program rayf_xx.m dan rays1.m. Dimana semakin besar
beam width yang digunakan maka hasilnya akan semakin fokus dan
semakin bagus begitu pula sebaliknya.
5. Pada stasiun data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10045-2.xls
didapatkan hasil shadow zone:
a. Mixed layer pada 1800 meter – 4000 meter.
b. Thermocline pada 0 – 400 meter dan 1800 meter – 4000 meter.
c. Deep water layer pada 2000 meter – 4000 meter.stasiun ini
memiliki shadow zone mulai 2000 meter sampai 4000 meter.
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
37
6. Pada stasiun data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10045-2.xls
didapatkan hasil shadow zone :
a. Mixed Layer pada 1250 meter – 3000 meter.
b. Thermocline pada 0 – 150 meter dan 1000 meter – 3000 meter.
c. Deep Water Layer pada 2600 meter – 3000 meter.
7. Pada stasiun data_KS_SONNE05_selatan_jawa_GeoB10045-2.xls
didapatkan hasil shadow zone :
a. Mixed layer pada 3000 meter – 6000 meter.
b. Thermocline pada 2000 meter – 6000 meter.
c. Deep water layer pada 3500 meter – 6000 meter.
8. Dari ketiga stasiun yaitu, stasiun 45, 55, dan 62 memiliki kesamaan pada
daerah shadow zone yang paling luas bila source transducer diletakkan di
thermocline. Sehingga kapal selam akan lebih tidak terdeteksi bila
transducer berada pada lapisan thermocline.
KL3104 AKUSTIK BAWAH AIR Laporan Tugas Besar
38
Daftar Pustaka
Slide kuliah “Propagasi_ABA_New.pdf”
Slide kuliah “Transmission_Loss_ABA.pdf”
Hx-Tx-Catalogue-_CAT13999-1.pdf
http://www.villasmunta.it/oceanografia/the_three.htm. Diakses pada tanggal 15
Juli 2014 pada pukul 11:14 AM.
Lampiran
1. Coding Metode Pendekatan Empiris
%clear all
%close all
% Baca EXCEL File
% A = Kedalaman, D (m), Sound Speed C (m/s), Temperatur T (deg C) dan Salinitas S (ppt)
% [A,B] = XLSREAD('suh01_sound_speed_vs_depth','SUH01'); [A,B] = XLSREAD('stasiun_145.xls','geo145');
D = A(:,1); % Kedalaman, D (m)
C = A(:,4); % Kec Suara, C (m/s) T = A(:,2); % Temperatur, T (deg C)
S = A(:,3); % Salinitas, S (ppt)
% Rumus Empiris Medwin
% Medwin
C_Medwin = 1449.2 + 4.6*T - 5.5e-2*T.^2 + 2.9e-4*T.^3 + (1.34 -1e-2*T).*(S
- 35) + 1.6e-2*D;
C_Leroy = 1492.9 + 3*(T - 10) - 6e-3*(T - 10).^2 - 4e-2*(T - 18).^2 + 1.2*(S -
35) - 1e-2*(T -18).*(S -35) + D/61; C_Mckenzie = 1448.96 + 4.591*T - 5.304e-2*T.^2 + 2.374e-4*T.^3 +
1.340*(S - 35) + 1.630e-2*D + 1.630e-2*D + 1.675e-7*D.^2 - 1.025e-2*T.*(S -
35) - 7.139e-13*T.*D.^3;
% Plot T vs D
% figure subplot(1,3,1), plot(T,D)
axis ij
xlabel('Temperatur, T (^oC)') ylabel('Depth, D (m)')
% Plot S vs D
%figure
subplot(1,3,2),plot(S,D)
axis ij xlabel('Salinitas, S (ppt)')
ylabel('Depth, D (m)')
% Plot C vs D
% figure subplot(1,3,3),plot(C,D,'k',C_Medwin,D,'r',C_Leroy,D,'g',C_Mckenzie,D,'b')
axis ij
xlabel('Sound Speed, C (m/s)')
ylabel('Depth, D (m)') % legend('Data','Medwin')
legend('Data','Medwin','Leroy','Mckenzie')
figure(2) plot(C,D,'k',C_Medwin,D,'r',C_Leroy,D,'g',C_Mckenzie,D,'b')
axis ij
xlabel('Sound Speed, C (m/s)') ylabel('Depth, D (m)')
legend('Data','Medwin','Leroy','Mckenzie')
2. Coding Metode Pendekatan Polyfit %clear all
%close all
% Baca EXCEL File
% A = Kedalaman, D (m) dan Sound Speed, C (m/s)
% [A,B] = XLSREAD('suh01_sound_speed_vs_depth','SUH01');
[A,B] = XLSREAD('stasiun_145.xls','geo145');
D = A(:,1); % Kedalaman, D (m)
C = A(:,4); % Sound Speed, C (m/s)
% Polyfit (P(1)X^N + P(2)X^(N-1) + .......
% Orde N=6
% Polyfit Data dgn Persamaan Pangkat N % CN = Sound Speed (m/s) dari Polyfit orde N
[P,S] = POLYFIT(D,C,5); C5 = P(1)*D.^5+P(2)*D.^4+P(3)*D.^3+P(4)*D.^2+P(5)*D.^1+P(6)*D.^0;
save plft_5.txt P -ASCII
[P,S] = POLYFIT(D,C,15); C15 =
P(1)*D.^15+P(2)*D.^14+P(3)*D.^13+P(4)*D.^12+P(5)*D.^11+P(6)*D.^10+P(7
)*D.^9+P(8)*D.^8+P(9)*D.^7+P(10)*D.^6+P(11)*D.^5+P(12)*D.^4+P(13)*D.^3+P(14)*D.^2+P(15)*D.^1+P(16)*D.^0;
save plft_15.txt P -ASCII
[P,S] = POLYFIT(D,C,17); C17=
P(1)*D.^17+P(2)*D.^16+P(3)*D.^15+P(4)*D.^14+P(5)*D.^13+P(6)*D.^12+P(7
)*D.^11+P(8)*D.^10+P(9)*D.^9+P(10)*D.^8+P(11)*D.^7+P(12)*D.^6+P(13)*D.^5+P(14)*D.^4+P(15)*D.^3+P(16)*D.^2+P(17)*D.^1+P(18)*D.^0;
save plft_18.txt P -ASCII
[P,S] = POLYFIT(D,C,24);
C24 =
P(1)*D.^24+P(2)*D.^23+P(3)*D.^22+P(4)*D.^21+P(5)*D.^20+P(6)*D.^19+P(7
)*D.^18+P(8)*D.^17+P(9)*D.^16+P(10)*D.^15+P(11)*D.^14+P(12)*D.^13+P(
13)*D.^12+P(14)*D.^11+P(15)*D.^10+P(16)*D.^9+P(17)*D.^8+P(18)*D.^7+P
(19)*D.^6+P(20)*D.^5+P(21)*D.^4+P(22)*D.^3+P(23)*D.^2+P(24)*D.^1+P(25)*D.^0;
save plft_24.txt P -ASCII
% Plot C1 vs d
% plot(C,D,'o',C17,D,'r',C20,D,'g',C24,D,'k')
% figure(1) subplot(1,2,1),plot(C,D,'o',C5,D,'m',C15,D,'r',C17,D,'g',C24,D,'k')
axis ij
xlabel('Sound Speed, C (m/s)') ylabel('Depth, D (m)')
legend('Data','N=5','N=15','N=17','N=24',5)
3. Coding Rayf_xx function xdot = f( s, x )
% Munk sound speed profile
% eps = 0.00737;
%c0 = 1500;
z = x( 2 );
% xt = 2 * ( z - 1300 ) / 1300; % c = c0 * ( 1 + eps * ( xt - 1 + exp( -xt ) ) );
load plft_24.txt
P = plft_24; D=z;
c =
P(1)*D.^24+P(2)*D.^23+P(3)*D.^22+P(4)*D.^21+P(5)*D.^20+P(6)*D.^19+P(7)*D.^18+P(8)*D.^17+P(9)*D.^16+P(10)*D.^15+P(11)*D.^14+P(12)*D.^13+P(
13)*D.^12+P(14)*D.^11+P(15)*D.^10+P(16)*D.^9+P(17)*D.^8+P(18)*D.^7+P
(19)*D.^6+P(20)*D.^5+P(21)*D.^4+P(22)*D.^3+P(23)*D.^2+P(24)*D.^1+P(25
)*D.^0; c2 = c^2;
% we also need derivatives of sound speed
% dxtdz = 2 / 1300;
% cz= c0 * eps * dxtdz * ( 1 - exp( -xt ) ); cz =
24*P(1)*D.^23+23*P(2)*D.^22+22*P(3)*D.^21+21*P(4)*D.^20+20*P(5)*D.^1
9+19*P(6)*D.^18+18*P(7)*D.^17+17*P(8)*D.^16+16*P(9)*D.^15+15*P(10)*D.^14+14*P(11)*D.^13+13*P(12)*D.^12+12*P(13)*D.^11+11*P(14)*D.^10+1
0*P(15)*D.^9+9*P(16)*D.^8+8*P(17)*D.^7+7*P(18)*D.^6+6*P(19)*D.^5+5*P
(20)*D.^4+4*P(21)*D.^3+3*P(22)*D.^2+2*P(23)*D.^1+P(24)*D.^0; cr = 0;
% here's the RHS
xdot = zeros( 4, 1 );
xdot( 1 ) = c * x( 3 );
xdot( 2 ) = c * x( 4 );
xdot( 3 ) = -cr / c2;
xdot( 4 ) = -cz / c2;
4. Coding Rays1 % ****************************************************** % Rays
% ******************************************************
% The equations we're solving are: % r' = c rho
% z' = c zeta
% rho' = -c_r / c2 % zeta' = -c_z / c2
clear all
close all
%send = 100000; % arclength for rays
send = 3000; % arclength for rays
%ntheta = 31; % number of rays
ntheta = 51; % number of rays
%theta = pi / 180 * linspace( -14.0, 14.0, ntheta );
theta = pi / 180 * linspace( -35, 35, ntheta );
%theta = pi / 180 * (-5.1281); %theta = pi / 180 * (0.0);
%zs = 1000.0; % source depth zs = 1500.09; % source depth
% plot of sound velocity profile svp_dalam
%c0 = 1501.4; % sound speed at source depth
c0 = 1488.85; % sound speed at source depth
for ith = 1:ntheta % loop over take-off angle
% ray initial condition:
x0 = [ 0 zs cos( theta( ith ) ) / c0 sin( theta( ith ) ) / c0 ];
% now solve the DE to trace the ray % [ s, x ] = ode45( 'rayf', 0.0, send, x0 );
% [ s, x ] = ode45( 'rayf', [0.0 send], x0 );
[ s, x ] = ode45( 'rayf_xx_dalam', [0.0 send], x0 );
% subplot(1,2,2), plot( x( : , 1 ), x( : , 2 ) );
% Take absolute value to flip the negative part to positive part
% to take care the reflection at the water surface
subplot(1,2,2), plot( x( : , 1 ), abs (x( : , 2 ) )); hold on; % hold the old rays on screen when plotting new rays
end
hold off;
% label the plot
xlabel( 'Range (m)' ) ylabel( 'Depth (m)' )
view( 0, -90 ); % flip plot so that z-axis is pointing down
figure(2)
for ith = 1:ntheta % loop over take-off angle
% ray initial condition:
x0 = [ 0 zs cos( theta( ith ) ) / c0 sin( theta( ith ) ) / c0 ];
% now solve the DE to trace the ray % [ s, x ] = ode45( 'rayf', 0.0, send, x0 );
% [ s, x ] = ode45( 'rayf', [0.0 send], x0 );
[ s, x ] = ode45( 'rayf_xx_dalam', [0.0 send], x0 );
% plot( x( : , 1 ), x( : , 2 ) );
% Take absolute value to flip the negative part to positive part
% to take care the reflection at the water surface
plot( x( : , 1 ), abs (x( : , 2 ) )); hold on; % hold the old rays on screen when plotting new rays
end
hold off;
% label the plot
xlabel( 'Range (m)' ) ylabel( 'Depth (m)' )
view( 0, -90 ); % flip plot so that z-axis is pointing down
5. Kriteria Transducer/ Catalogue Transducer
a. TC2024
b. TC 3027
c. TC 1026