80
TUGAS AKHIR PENGENDALIAN PERSEDIAAN TEPUNG TERIGU PEMBUAT WAFER DI PT XYZ DENGAN METODE MRP Diajukan guna melengkapi sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Klara Asteria BR Sembiring NIM : 41615120107 Program Studi : TeknikIndustri PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2017

TUGAS AKHIR PENGENDALIAN PERSEDIAAN TEPUNG …repository.unugha.ac.id/506/1/PENGENDALIAN...PENGENDALIAN PERSEDIAAN TEPUNG TERIGU PEMBUAT WAFER DI PT XYZ DENGAN METODE MRP Diajukan

  • Upload
    others

  • View
    23

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • TUGAS AKHIR

    PENGENDALIAN PERSEDIAAN TEPUNG TERIGU

    PEMBUAT WAFER DI PT XYZ DENGAN METODE MRP

    Diajukan guna melengkapi sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana

    Strata Satu (S1)

    Disusun Oleh :

    Nama : Klara Asteria BR Sembiring

    NIM : 41615120107

    Program Studi : TeknikIndustri

    PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS MERCU BUANA

    JAKARTA

    2017

  • i

  • ii

  • v

    ABSTRAK

    PT. XYZ merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang bergerak dalam

    industri makanan yang membuat wafer. Dalam menjalani operasional sering

    terjadi suatu kendala yaitu pemesanan dan penggunaan bahan baku yang tidak

    sesuai terkadang berlebih dan bisa juga kekurangan.

    Perencanaan kebutuhan material yang optimum dilakukan dengan menggunakan

    metode Material Requirement Planning (MRP). Metode tersebut diawali dengan

    melakukan peramalan akan jumlah permintaan untuk waktu yang akan datang.

    Peramalan ini dilakukan dengan metode Moving Average, Exponential smoothing

    dan Regresi Linear. Lalu ditentukan nilai terkecil kesalahan peramalan pada

    analisa pengujian.

    Setelah mengetahui harga bahan baku, data kebutuhan material, dan biaya untuk

    persediaan dan penyimpanan material, kemudian dilakukan perbandingan biaya

    perencanaan persediaan dengan menggunakan metode Lot-For-Lot (LFL), Least

    Unit Cost (LUC), dan Economic Order Quantity (EOQ). Dari hasil perhitungan

    ketiga metode tersebut dipilih metode yang menghasilkan biaya

    persediaan paling minimum. Teknik Lot-For-Lot (LFL) dan Least Unit Cost

    (LUC) menghasilkan biaya total persediaan yang terendah yaitu Rp 77.220.000

    Kata Kunci : Material Requirement Planning (MRP), Peramalan dan Lot-

    sizing

  • vi

    ABSTRACT

    PT. XYZ is one of the manufacturing companies in the food industry that makes

    wafers. In undergoing operational there is often a constraint that is ordering and

    use of inappropriate raw materials are sometimes overstock and can shortage.

    The planning of the optimum material needs is done by using Material

    Requirement Planning (MRP) method. The method begins by forecasting the

    number of requests for the time to come. This forecasting is done by Moving

    Average method, Exponential Smoothing and Linear Regression. Then determined

    the smallest value of forecasting error on the test analysis.

    After knowing the price of raw material, material requirement data, and cost for

    inventory and material storage, then comparison of inventory planning cost by

    using Lot-For-Lot (LFL) method, Least Unit Cost (LUC), and Economic Order

    Quantity (EOQ) . From the results of the calculation of the three methods are

    selected methods that produce the minimum inventory costs. The Lot-For-Lot

    (LFL) and Least Unit Cost (LUC) techniques result in the lowest total inventory

    cost of Rp 77.220.000

    Keywords: Material Requirement Planning (MRP), Forecasting and Lot- sizing

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

    atas berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan

    Tugas Akhir ini dengan baik dan tepat pada waktu yang telah ditentukan .

    Laporan Tugas Akhir ini yang berjudul “Pengendalian Persediaan Tepung

    Terigu Pembuat Wafer di PT XYZ” ini disusun sebagai salah satu syarat yang

    harus dipenuhi mahasiswa Jurusan Teknik Industri untuk menyelesaikan

    Pendidikan Sarjana (S1) Universitas Mercu Buana Jakarta.

    Dalam penulisan laporan tugas ini, penulis banyak menghadapi kendala,

    namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, penulis dapat

    menyelesaikan tugas akhir ini . Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

    kasih atas segala bantuan dan bimbingan yang di berikan .

    Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang

    sebesar-besar nya kepada :

    1. Ibu Dr. Zulfa Fitri Ikatrinasari, MT sebagai ketua program studi teknik

    industri Universitas Mercu Buana Jakarta;

    2. Ibu Ir.Silvi Ariyanti M.Sc., sebagai dosen pembimbing tugas akhir dengan

    segenap hati telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing penulis

    sehingga tugas akhir ini dapat selesai dengan baik ;

    3. Seluruh staf pengajar Jurusan Teknik Industri, Universitas Mercu Buana

    Jakarta;

    4. Teristimewa untuk orang tua penulis, Alm. B Sembiring dan M BR Sitepu

    yang sangat penulis cintai yang telah banyak memberikan bantuan moril,

    material dan doa serta motivasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini ;

    5. Saudara penulis Julia, Rapika, dan Erwina yang selalu memberi dukungan

    dan semangat untuk pantang menyerah ;

    6. Pimpinan dan seluruh rekan kerja di PT. UPA Karawang;

  • viii

    7. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 28, Jurusan Teknik Industri, Universitas

    Mercu Buana Jakarta;

    8. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

    membantu penulis selama pengerjaan Tugas Akhir ini baik secara

    langsung maupun tidak langsung.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih

    terdapat banyak kekurangan. Kritik dan saran dari berbagai pihak akademis

    maupun umun penulis harapkan demi perkembangan di dunia ilmu pengetahuan

    dan teknologi .

    Penulis mengharapkan semoga karya kecil berupa tugas akhir ini dapat

    bermanfaat bagi pembaca yang berkepentingan .

    Karawang , Juli 2017

    Hormat penulis,

    Klara Asteria BR Sembiring

    NIM. 41615120107

  • ix

    DAFTAR ISI

    Halaman Judul

    Lembar Pernyataan .......................................................................... i

    Lembar Pengesahan ....................................................... ................. ii

    Abstrak ............................................................................................. iii

    Kata Pengantar ................................................................................. v

    Daftar Isi ........................................................................................... vii

    Daftar Tabel ...................................................................................... x

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1

    1.1. LatarBelakang Masalah .................................................. 1

    1.2. Rumusan Masalah .......................................................... 4

    1.3. Batasan Masalah ............................................................ 5

    1.4. Tujuan Penelitian ........................................................... 5

    1.5. Sistematika Penulisan ................................................... 6

    BAB II LANDASAN TEORI ........................................................... 8

    2.1.Sistem Produksi ............................................................ 8

    2.2.Bahan Baku ................................................................... 9

    2.3.Persediaan ....................................................................... 11

    2.3.1. Fungsi Persediaan ................................................. 12

    2.3.2. Jenis-jenis Persediaan ........................................... 12

  • x

    2.3.3. Biaya Persediaan .................................................. 13

    2.4. Peramalan ....................................................................... 16

    2.4.1. Model Peramalan.................................................. 17

    2.4.2. Pengujian Model Peramalan................................. 19

    2.5. Material Requirement Planning (MRP) ......................... 20

    2.5.1. Tujuan dan Manfaat MRP ................................... 21

    2.5.2. Input Sistem MRP ............................................... 22

    2.5.3. Langkah Dasar Pengolahan MRP ........................ 24

    2.5.4. Proses Lotting ....................................................... 25

    2.6.Persediaan Pengaman ( Safety Stock ).......................... 30

    2.7.Reorder Point ( ROP ) ................................................... 31

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................... 33

    3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................ 33

    3.2. Jenis dan Sumber Data ................................................. 35

    3.3. Teknik Pengumpulan Data .......................................... 36

    3.4. Tahap Analisis Data ...................................................... 37

    3.5. Kerangka Pemikiran ..................................................... 38

    BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ............ 39

    4.1. Pengumpulan Data ....................................................... 39

    4.1.1.Data Permintaan Bahan Baku Tepung Terigu....... 39

    4.1.2.Struktur Biaya ....................................................... 41

    4.1.3.Lead Time (Waktu Tenggang) Pemesanan Bahan Baku

    ........................................................................................ 42

    4.2. Pengolahan Data ......................................................... 43

  • xi

    4.2.1.Peramalan Kebutuhan Bahan Baku ....................... 43

    4.2.2.Perencanaan Persediaan Bahan Baku .................... 50

    4.2.3.Perhitungan Waktu Pemesanan Kembali ( Reorder Point )

    ........................................................................................ 56

    BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN ...................................... 60

    5.1. Peramalam Kebutuhan Bahan Baku ............................ 60

    5.2.Analisa Perhitungan Material Requirement Planning (MRP)

    ............................................................................................. 62

    5.3. Waktu Pemesanan Kembali ( Reorder Point ) Bahan Baku

    ............................................................................................. 64

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .......................................... 65

    6.1. Kesimpulan .................................................................. 65

    6.2. Saran ............................................................................ 66

    DAFTAR PUSTAKA

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel1.1 Rencana Produksi VS Real Produksi April 2015 – Maret 2017 .......... 2

    Tabel1.2 Data Pemakaian dan Penerimaan TepungTerigu(April 2015 – Maret

    2017) ................................................................................................................... 3

    Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya ........................................................................ 32

    Tabel 4.1 Data Permintaan TepungTerigu (April 2015-Maret 2017) ................. 40

    Tabel 4.2 Perhitungan Biaya Pesan dan Biaya Simpan ...................................... 42

    Tabel 4.3 Peramalan dengan Metode Moving Average ...................................... 44

    Tabel 4.4 Peramalan dengan Metode Exponential Smooting ............................. 45

    Tabel 4.5 Peramalan Metode Regresi Linear ...................................................... 46

    Tabel 4.6 Perbandingan Nilai Error MAD, MSE dan MAPE ............................. 47

    Tabel 4.7 Hasil Peramalan Permintaan dengan Metode Regresi Linear ............. 47

    Tabel 4.8 Perhitungan Unit Cost ......................................................................... 51

    Tabel 4.9 Hasil Perencaan Persediaan LUC ....................................................... 52

    Tabel 5.1 Perbandingan Hasil Tingkat Kesalahan PeramalanTepungTerigu ..... 62

    Tabel 5.2 Perbandingan Biaya Pesan dan Biaya Simpan .................................... 53

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Dewasa ini perkembangan dunia industri manufaktur telah berkembang

    pesat, dengan bertambahnya produk-produk yang dihasilkan dan dalam hal

    tersebut tentunya akan menambah pangsa pasar di Indonesia. Dengan demikian

    kebutuhan akan faktor-faktor produksi menjadi lebih banyak dan sangat penting.

    Kegiatan perusahaan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan

    kegiatan produksi. Untuk mengadakan kegiatan produksi suatu perusahaan harus

    ada bahan baku yang akan diolah. Oleh karena itu didalam kegiatan industri

    manufaktur, bahan baku merupakan masalah yang penting sehingga sistem

    pemesanan yang tepat harus digunakan untuk menghindari keterlambatan

    kedatangan bahan baku dari suplier.

    Dampak dari kurang terkendalinya persediaan bahan baku akan

    merugikan perusahaan. Persediaan bahan baku berlebih maka akan terjadi

    overstok,

  • 2

    sehingga mengakibatkan penumpukan barang ataupun atau kekurangan barang

    akan mengakibatkan stop produksi. Untuk saat ini jika kekurangan stok maka

    harus pinjam ke plant yang di Jakarta, sudah dipastikan dengan adanya

    peminjaman barang ke Jakarta maka ada penambahan biaya transportasi dan biaya

    kuli bongkar. Dan jika pada saat kelebihan barang juga mengakibatkan tidak

    produktifnya modal yang tertanam dan terjadinya kenaikan biaya simpan serta

    kemungkinan terjadinya barang mati (non moving) sangat besar. Kehabisan

    persediaan atau barang dibutuhkan tidak ada (shortage/out of stok) mengakibatkan

    adanya permintaan yang tidak terpenuhi dan hilangnya kesempatan untuk

    memperoleh keuntungan.

    Tabel 1.1 Rencana Produksi VS Real Produksi April 2015 – Maret 2017

    No Periode Rencana Produksi Real Produksi Selisih

    % (karton) (karton) (karton)

    1 Apr'15 883.929 836.625 47.304 0,95%

    2 Mei'15 860.714 860.732 -18 1,00%

    3 Jun'15 925.000 808.679 116.321 0,87%

    4 Jul'15 607.143 553.411 53.732 0,91%

    5 Agu'15 816.071 747.786 68.286 0,92%

    6 Sep'15 814.286 720.054 94.232 0,88%

    7 Okt'15 371.429 469.893 -98.464 1,27%

    8 Nov'15 746.429 752.375 -5.946 1,01%

    9 Des'15 1.037.500 1.009.339 28.161 0,97%

    10 Jan'16 1.021.429 828.554 192.875 0,81%

    11 Feb'16 662.500 620.732 41.768 0,94%

    12 Mar'16 948.214 884.857 63.357 0,93%

    13 Apr'16 712.500 744.946 -32.446 1,05%

    14 Mei'16 499.982 382.000 117.982 0,76%

    15 Jun'16 1.001.804 921.446 80.357 0,92%

    16 Jul'16 628.571 573.214 55.357 0,91%

    17 Agu'16 923.214 944.893 -21.679 1,02%

    18 Sep'16 825.000 729.911 95.089 0,88%

    19 Okt'16 530.357 589.821 -59.464 1,11%

    20 Nov'16 535.714 520.214 15.500 0,97%

    21 Des'16 491.071 512.750 -21.679 1,04%

    22 Jan'17 57.143 683.875 -626.732 11,97%

    23 Feb'17 39.286 891.946 -852.661 22,70%

    24 Mar'17 271.429 995.375 -723.946 3,67%

    Total 16.210.714 17.583.429 -1.372.714 58,48%

    Average 675.446 732.643 -57.196 2,44%

  • 3

    Tabel 1.2 Data Pemakaian dan Penerimaan Tepung Terigu (April 2015 – Maret

    2017)

    No

    Periode Terigu Selisih Terigu

    (kg) % Selisih Penerimaan (kg) Pemakaian (kg)

    1 Apr'15 1.237.500 1.171.275 66.225 0,95%

    2 Mei'15 1.205.000 1.205.025 -25 1,00%

    3 Jun'15 1.295.000 1.132.150 162.850 0,87%

    4 Jul'15 850.000 774.775 75.225 0,91%

    5 Agu'15 1.142.500 1.046.900 95.600 0,92%

    6 Sep'15 1.140.000 1.008.075 131.925 0,88%

    7 Okt'15 520.000 657.850 -137.850 1,27%

    8 Nov'15 1.045.000 1.053.325 -8.325 1,01%

    9 Des'15 1.452.500 1.413.075 39.425 0,97%

    10 Jan'16 1.430.000 1.159.975 270.025 0,81%

    11 Feb'16 927.500 869.025 58.475 0,94%

    12 Mar'16 1.327.500 1.238.800 88.700 0,93%

    13 Apr'16 997.500 1.042.925 -45.425 1,05%

    14 Mei'16 699.975 534.800 165.175 0,76%

    15 Jun'16 1.402.525 1.290.025 112.500 0,92%

    16 Jul'16 880.000 802.500 77.500 0,91%

    17 Agu'16 1.292.500 1.322.850 -30.350 1,02%

    18 Sep'16 1.155.000 1.021.875 133.125 0,88%

    19 Okt'16 742.500 825.750 -83.250 1,11%

    20 Nov'16 750.000 728.300 21.700 0,97%

    21 Des'16 687.500 717.850 -30.350 1,04%

    22 Jan'17 80.000 957.425 -877.425 11,97%

    23 Feb'17 55.000 1.248.725 -1.193.725 22,70%

    24 Mar'17 380.000 1.393.525 -1.013.525 3,67%

    Total 22.695.000 24.616.800 -1.921.800 58,48%

    Average 945.625 1.025.700 -80.075 2,44%

    Sumber : Data Bag. PPIC PT XYZ

    Keterangan :

    (+) Overstock

    (-) Shortage

    Dari tabel diatas bisa diambil kesimpulan bahwa pada setiap bulan pabrik

    mengalami shortage rata-rata 2,44 % selama periode April 2015 – Maret 2017.

    Hal yang membuat terjadinya shortage adalah karena rata-rata dari hasil produksi

    lebih banyak dari rencana produksi yang sudah ditentukan sebelumnya.

    Peningkatan jumlah produksi bisanya dipengaruhi oleh permintaan pasar yang

  • 4

    meningkat pada periode tertentu. Oleh karena itu hal yang harus diperhatikan

    adalah bagaimana cara melakukan metode peramalan yang tepat untuk

    perencanaan kebutuhan produksi yang akan datang guna meningkatkan efisiensi

    biaya persediaan dan menurunkan biaya shortage produksi.

    PT. XYZ merupakan salah satu produsen produk makanan wafer terbesar

    di Indonesia yang berorientasi pada kepuasan pelanggan. Dalam memenuhi

    tuntutan pasar, maka perusahaan harus beroperasi secara produktif dan efisien

    tanpa menurunkan kualitas produk. Berdasarkan permasalah tersebut maka perlu

    dilakukan penelitian dengan judul “Analisa Pengendalian Persediaan Tepung

    Terigu Pembuat Wafer di PT.XYZ”

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang akan dibahas dari

    penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Berapa banyak jumlah rencana produksi wafer periode April 2017 s/d

    Maret 2018, untuk mengetahui jumlah tepung terigu yang harus disiapkan?

    2. Kapan bahan baku akan dibeli agar proses produksi berjalan sesuai dengan

    lead time yang ditentukan?

    3. Bagaimana hasil analisa perbandingan perhitungan Material Requirement

    Planning menggunakan metode metode Lot For Lot, Economical Order

    Quantity dan Least Unit Cost (LUC) dan metode apakah yang paling baik dari

    ketiga metode tersebut ?

  • 5

    1.3 Batasan Masalah

    Untuk menghindari perluasan masalah yang tidak perlu, dan akibat

    keterbatasan sumber data dan waktu, maka penulis memberikan batasan terhadap

    permasalahan yang dibahas dalam laporan ini yaitu :

    1. Penelitian hanya dilakukan pada bahan baku tepung terigu.

    2. Penelitian tidak mempertimbangankan jumlah supplier bahan baku tetapi hanya

    terbatas pada jumlah kebuttuhan bahan baku perusahaan dengan asumsi

    supplier bisa memenuhi pemesanan bahn baku yang akan dibuat.

    1.4 Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Untuk mengetahui jumlah terigu yang dibutuhkan untuk memproduksi wafer

    selama periode April 2017 s/d Maret 2018

    2. Menganalisis waktu yang tepat untuk melakukan proses pemesanan terigu

    kembali dengan metode MRP di PT XYZ.

    3. Menganalisis hasil perbandingan perhitungan biaya Material Requirement

    Planning menggunakan metode metode Lot For Lot, Economical Order

    Quantity dan Least Unit Cost (LUC) dan metode apakah yang paling sesuai

    dari ketiga metode tersebut agar biaya lebih efisien.

  • 6

    1.5 Sistematika Penulisan

    Adapun sistematika penulisan laporan tugas akhir ini adalah :

    Bab I. Pendahuluan

    Bab ini memuat latar belakang masalah dan rumusan penelitian serta

    memuat tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.

    Bab II. Landasan Teori

    Dalam bab ini terdapat sub bab dan landasan teori dari penelitian terdahulu

    yang memaparkan teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang

    diteliti serta beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti

    sebelumnya.

    Bab III . Metode Penelitian

    Bab ini menguraikan deskripsi tentang bagaimana penelitian akan

    dilaksanakan dengan menjelaskan variabel penelitian dan definisi

    operasional, penentuan jenis sampel, jenis dan sumber data, metode

    pengumpulan data, dan metode analisis.

    Bab IV. Pengumpulan dan Pengolahan Data

    Bab ini menguraikan tentang deskripsi objek penelitian melalui gambaran

    umum dan proses penginterpretasian data yang diperoleh untuk mencari

    makna dan implikasi dari hasil analisis.

    Bab V. Analisa Hasil

    Berisikan analisis terhadap hasil pengumpulan dan pengolahan data yang

    dilakukan pada bab IV diatas.

  • 7

    Bab VI Kesimpulan dan Saran

    Merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan penelitian serta saran-

    saran mengenai hal yang dapat dilakukan selanjutnya oleh pihak-pihak

    yang berkepentingan. Kesimpulan yang didapat, sesuai dengan tujuan

    penelitian yang dirumuskan pada bab I. Dalam bab terkhir ini juga

    diharapkan dapat diambil kesimpulan mengenai pengendalian bahan baku

    dengan MRP.

  • 8

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Sistem Produksi

    Menurut Herjanto, pada tahun 1999: “Secara umum, kegiatan produksi

    atau operasi merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan penciptaan atau

    pembuatan barang, jasa, atau kombinasinya, melalui proses transformasi dari

    masukan sumber daya produksi dan operasi keluaran yang diinginkan”.

    Menurut Herjanto, pada tahun 1999: “Istilah produksi cenderung dikaitkan

    dengan pabrik, mesin ataupun lini perakitan karena pada mulanya teknik dan

    metode dalam manajemen produksi memang digunakan untuk mengoperasikan

    pabrik atau kegiatan perakitan yang lain, namun selain itu juga ada yang bisa

    dihasilkan walaupun bukan berbentuk dengan produk barang jadi atau yang bisa

    disebut dengan jasa”.

    Menurut Nasution, pada tahun 2008: “Sistem produksi bertujuan untuk

    merencanakan dan mengendalikan produksi agar lebih efisien, efektif, dan

    produktif, atau optimal. Sistem produksi yang tepat bagi suatu industri akan

  • 9

    sangat tergantung pada jenis industrinya”. Berdasarkan cara pembuatan (dan masa

    pengerjaan), produksi dapat diklasifikan menjadi tipe-tipe berikut:

    1. Engineering To Order ( ETO ), yaitu bila pemesanan meminta produsen

    untuk membuat produk yang dimulai dari proses perancangannya

    (rekayasa).

    2. Make To Order ( MTO ), yaitu bila produsen menyelesaikan item akhirnya

    jika dan hanya jika telah menerima pesanan konsumen untuk item

    tersebut. Bila item tersebut bersifat unik dan mempunyai desain yang

    dibuat menurut pesanan, maka konsumen mungkin bersedia menunggu

    hingga produsen dapat menyelesaikannya.

    3. Assembly To Order ( ATO ), yaitu bila produsen membuat desain standar,

    modul-modul opsional standar yang sebelumnya dan merakit suatu

    kombinasi tertentu dari modul-modul tersebut sesuai dengan pesanan

    konsumen.

    4. Make To Stock ( MTS ), yaitu bila produsen membuat item-item yang

    diselesaikan dan ditempatkan sebagai persediaan sebelum pesanan

    konsumen diterima. Item akhir tersebut baru akan dari sistem persediaan

    setelah persediaan setelah pesanan konsumen diterima.

    2.2 Bahan Baku

    Menurut Indrajit dan Djokopranoto, pada tahun 2003: “Bahan baku atau

    yang lebih dikenal dengan sebutan raw material merupakan bahan mentah

    yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

    bersangkutan”.

  • 10

    Menurut Assauri, pada tahun 1993: “Bahan baku merupakan bahan

    yang harus diperhitungkan dalam kelangsungan proses produksi. Banyaknya

    bahan baku yang tersedia akan menentukan besarnya penggunaan sumber-sumber

    di dalam perusahaan dan kelancarannya. Hal ini menunjukkan bahwa bahan baku

    merupakan faktor penting dalam suatu proses produksi karena bila terjadi

    kekurangan bahan baku maka kegiatan perusahaan tidak dapat berjalan lancar.

    Menurut (Indrajit dan Djokopranoto, 2003): “Bahan baku dapat

    digolongkan berdasarkan beberapa hal diantaranya yaitu berdasarkan harga dan

    frekuensi penggunaan”. Klasifikasi bahan baku berdasarkan harga di bagi menjadi

    tiga bagian yaitu :

    1. Bahan Baku Berharga Tinggi ( High Value Items ), yaitu bahan baku yang

    biasanya berjumlah 10% dari jumlah jenis persediaan, namun jumlah

    nilainya mewakili sekitar 70% dari seluruh nilai persediaan, oleh karena

    itu memerlukan tingkat pengawasan yang sangat tinggi.

    2. Bahan Baku Berharga Menengah ( Medium Value Items ), yaitu bahan

    baku yang biasanya berjumlah 20% dari jumlah jenis persediaan, dan

    jumlah nilainya juga sekitar 20% dari jumlah nilai persediaan, sehingga

    memerlukan tingkat pengawasan yang cukup.

    3. Bahan Baku Berharga Rendah ( Low Value Items ), yaitu bahan baku ini

    biasanya berjumlah 70% dari seluruh jenis persediaan,tetapi memiliki nilai

    atau hargas ekitar 10% dari seluruh nilai atau harga persediaan, sehingga

    tidak memerlukan pengawasan yang tinggi.

  • 11

    2.3 Persediaan

    Persediaan (inventory) didefinisikan sebagai sumber daya yang di simpan

    untuk memenuhi permintaan saat ini maupun saat yang akan datang. Persediaan

    merupakan hal penting bagi suatu perusahaan manufaktur, dalam menjaga

    keberlangsungan proses produksi. Karena persediaan dalam hal ini adalah bahan

    baku, maka persediaan memiliki persentase terbesar dari modal kerja.

    Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik

    perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau

    persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan/proses produksi,

    ataupun persediaan bahan baku yang masih menunggu penggunaannya dalam

    suatu proses produksi (Rangkuti, 2007).

    “Persediaan adalah sejumlah bahan- bahan, bagian-bagian yang

    disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan

    untuk proses produksi, serta barang-barang jadi/produk yang disediakan untuk

    memenuhi permintaan dari konsumen atau langganan setiap waktu” (Rangkuti,

    2002).

    “Persediaan memiliki fungsi penting yang dapat meningkatkan efisiensi

    operasional suatu perusahaan. Dengan adanya persediaan maka proses produksi

    tidak terhambat oleh kekurangan bahan baku. Selain itu, prosedur untuk

    memperoleh dan menyimpan bahan baku yang dibutuhkan dapat dilaksanakan

    dengan biaya minimum” (Bedworth dan Bailey, 1982)

  • 12

    “Persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan, parts yang disediakan

    dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses

    produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi

    permintaan dari komponen atau langganan setiap waktu”. (Assauri, 1993; 219)

    2.1.1 Fungsi Persediaan

    Persediaan merupakan salah satu unsur paling aktif dalam operasi

    perusahaan. (Assauri, 1993): “Fungsi persediaan yang diadakan mulai dari

    persediaan yang berbentuk bahan mentah sampai dengan barang jadi antara lain:

    1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-

    bahan yang dibutuhkan oleh perusahaan.

    2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak memenuhi

    kualifikasi, sehingga harus dikembalikan.

    3. Menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga

    dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dipasaran.

    4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran

    arus produksi.

    2.1.2 Jenis-jenis Persediaan

    Setiap jenis persediaan mempunyai karakteristik tersendiri dan

    cara pengelolaan yang berbeda. Menurut jenisnya, persediaan fisik dibedakan

    menjadi (Rangkuti, 2007 ):

    1. Persediaan bahan mentah (raw material), yaitu persediaan persediaan

  • 13

    barang- barang berwujud seperti baja, kayu, dan komponen-komponen

    lainnya yang digunakan dalam proses produksi.

    2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/component),

    yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen

    yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat

    dirakit menjadi suatu produk.

    3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan

    barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi tetapi tidak

    merupakan bagian atau komponen barang jadi.

    4. Persediaan barang dalam proses (work in proses), yaitu persediaan

    barang- barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam

    proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi

    masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.

    5. Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang

    yang telah diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau

    dikirim ke pelanggan.

    2.1.3 Biaya Persediaan

    Untuk pengambilan keputusan penentuan besarnya jumlah persediaan

    biaya- biaya variable berikut ini harus dipertimbangkan, diantaranya (Rangkuti,

    2007) :

    a. Biaya penyimpanan (holding costs atau carrying costs).

    Merupakan biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan diadakannya

  • 14

    persediaan barang. Biaya ini terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara

    langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan

    semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak, atau rata-

    rata persediaan semakin tinggi. Biaya -biaya yang termasuk sebagai biaya

    penyimpanan adalah:

    1. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan,

    pemanas atau pendingin).

    2. Biaya modal (oportunity cost of capital, yaitu alternatif

    pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan)

    3. Biaya keusangan

    4. Biaya penghitungan fisik dan kondisi laporan

    5. Biaya asuransi persediaan

    6. Biaya pajak persediaan

    7. Biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan

    b. Biaya Pemesanan (Pembelian)

    Merupakan biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan

    pemesanan bahan sejak pemesanan bahan sampai bahan tersedia di gudang.

    Setiap kali barang dipesan, perusahaan menanggung biaya pemesanan

    (ordercosts atau procurement costs). Biaya-biaya pemesanan secara terperinci

    meliputi :

    1. Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi

    2. Upah

    3. Biaya telepon

    4. Pengeluaran surat menyurat

  • 15

    5. Biaya pengepakan dan penimbangan

    6. Biaya pemeriksaan penerimaan

    7. Biaya pengiriman kegudang

    8. Biaya hutang lancar dan sebagainya.

    Pada umumnya, biaya per pesanan (di luar biaya bahan dan potongan

    kuantitas) tidak naik bila kuantitas pesanan bertambah besar. Tetapi apabila

    semakin banyak komponen yang dipesan setiap kali pesan, jumlah pesanan per

    periode turun, maka biaya pemesanan total akan turun.

    c. Biaya penyiapan (manufacturing) atau set-up cost

    Hal ini terjadi apabila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri

    bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri "dalam pabrik" perusahaan

    menghadapi biaya penyiapan (setup costs) untuk memproduksi komponen

    tertentu. Biaya- biaya ini terdiri dari :

    1. Biaya mesin-mesin menganggur

    2. Biaya persiapan tenaga kerja langsung

    3. Biaya penjadwalan

    4. Biaya ekspedisi dan sebagainya.

    d. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (Shortage Costs)

    Merupakan biaya yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi

    adanya permintaan bahan baku. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan

    bahan adalah sebagai berikut :

    1. Kehilangan penjualan

    2. Biaya ekspedisi

  • 16

    3. Selisih harga

    4. Biaya pemesanan khusus

    5. Terganggunya operasi

    6. Tambahan pengeluaran manajerial dan sebagainya.

    2.4 Peramalan

    Peramalan dalam manajemen permintaan adalah meramalkan permintaan

    dari item-item independent demand di masa yang akan datang, untuk selanjutnya

    dikombinasikan dengan pelayanan pesanan (order service) yang bersifat pasti,

    agar kita dapat mengetahui total permintaan dari suatu item atau produk sehingga

    memudahkan dalam manajemen produksi dan inventori (Gaspersz, 2012).

    Menurut Gaspersz (dikutip dari Lindawati, 2003), pada dasarnya terdapat

    9 langkah yang harus diperhatikan untnuk menjamin efektifitas dan efisiensi dari

    sistem peramalan dalam manajemen permintaan, yaitu:

    a. Menentukan tujuan dari peramalan

    b. Memilih item independent demand yang akan diramalkan

    c. Menetukan horizon waktu dari peramalan (jangka pendek, menengah,

    atau panjang)

    d. Memilih model-model peramalan

    e. Memperoleh data yang dibutuhkan untuk melakukan peramalan

    f. Validasi model peramalan

    g. Membuat peramalan

    h. Implementasi hasil-hasil peramalan

    i. Memantau keandalan hasil-hasil peramalan.

  • 17

    Tujuan utama dari peramalan dalam menajemen persediaan adalah untuk

    meramalkan permintaan dari item-item independent demand dimasa yang akan

    datang. Penentuan horizon waktu peramalan akan tergantung pada situasi dan

    kondisi actual dari masing-masing indutri manufaktur serta tujuan dari

    peramalan itu sendiri. Bagaimanapun juga peramal harus memilih interval

    ramalan atau bagaimana mengembangkan suatu ramalan. Alternative yang

    umum dipilih adalah menggunakan interval waktu: harian, mingguan, bulanan,

    triwulan, semesteran, tahunan.

    Dalam industry manufaktur, pemilihan waktu mingguan dimaksudkan

    untuk peramalan jangka pendek, sedangka interval waktu bulanan untuk

    peramalan jangka menengah, dan interval waktu triwulan untuk peramalan

    jangka panjang.

    2.4.1 Model Peramalan

    Pemilihan model peramalan akan bergantung pada pola data dan horizon

    waktu dari peramalan. Terdapat sejumlah model peramalan yang telah

    dikembangkan pada saat ini. Beberapa model peramalan menurut Gaspersz

    (2012) adalah sebagai berikut :

    1. Model Rata-rata bergerak (Moving Average)

    Model rata-rata bergerak menggunakan sejumlah data aktual permintaan

    yang baru untuk mendapatkan data ramalan permintaan di masa yang

    akan datang. Model ini mengasumsikan bahwa permintaan pasar

    terhadap produk akan stabil sepanjang waktu.

  • 18

    2.Model Analisis Garis Kecenderungan (Trend linear Analysis)

    Model analisis garis kecenderungan dipergunakan sebagai model

    peramalan apabila pola historis dari data aktual permintaan menunjukan

    adanya suatu kecenderungan menaik dari waktu ke waktu.

    3.Model Pemulusan Eksponensial (Exponential Smoothing)

    Model pemulusan eksponensial digunakan apabila pola historis dari data

    aktual permintaan bergejolak atau tidak stabil dari waktu ke waktu.

    Ft = Ft-1 + α (At-1 – Ft-1)................................................................(2.1)

    Dimana :

    Ft = nilai ramalan untuk periode waktu ke-t

    Ft-1 = nilai ramalan untuk satu periode waktu yang lalu, t-1

    At-1 = nilai aktual untuk satu periode waktu yang lalu, t-1

    α = konstanta pemulusan (smoothing constant)

    Penetapan nilai alpha (α) yang diperkirakan tepat, kita dapat

    menggunakan panduan berikut :

    • Apabila pola historis dari data aktual permintaan sangat bergejolak

    atau tidak stabil dari waktu ke waktu, maka kita memilih nilai α

    yang mendekati satu .

    • Apabila pola historis dari data aktual permintaan tidak bergejolak

    atau relatif stabil dari waktu ke waktu, maka kita memilih nilai α

    yang mendekati nol.

    4.Model Rata-rata Bergerak Terbobot (Weighted Moving Averages)

    Model rata-rata bergerak terbobot lebih responsive terhadap

  • 19

    perubahan, karena data dari periode yang baru biasanya diberi bobot

    lebih besar.

    2.4.2 Pengujian Model Peramalan

    Pengujian model peramalan perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh

    mana keandalan dari model peramalan yang dipilih. Berikut beberapa cara

    pengujian model peramalan menurut Gasperzs (2012) :

    1. Mean Absolute Deviation (MAD)

    Mean Absolute Deviation (MAD) mengukur ketepatan ramalan dengan rata-

    rata perkiraan kesalahan (nilai absolut masing-masing kesalahan). MAD

    berguna untuk menganalisa atau mengukur kesalahan ramalan dalam unit

    yang sama sebagai deret asli. Berikut ini rumus untuk menghitung MAD.

    𝑴𝑨𝑫 =∑(𝐀𝐛𝐬𝐨𝐥𝐮𝐭𝐞 𝐝𝐚𝐫𝐢 𝐟𝐨𝐫𝐞𝐜𝐚𝐬𝐭 𝐞𝐫𝐫𝐨𝐫𝐬)

    𝐧 .................................................2.2

    Dimana :

    MAD = Mean Absolute Deviation

    n = periode peramalan

    Absolut forecast error = nilai absolute dari selisih permintaan actual

    terhadap forecast

    2. Mean Square Error (MSE)

    Mean Square Error adalah metode lain untuk mengevaluasi metode

    peramalan yang merupakan rata-rata dari nilai kuadrat simpangan data.

    Rumus penghitungan MSE sebagai berikut :

  • 20

    𝑴𝑺𝑬 =∑( 𝐟𝐨𝐫𝐞𝐜𝐚𝐬𝐭 𝐞𝐫𝐫𝐨𝐫𝐬)²

    𝐧 ......................................................2.3

    Dimana :

    MSE = Mean Square Error

    n = periode peramalan

    forecast error = nilai selisih permintaan aktual terhadap forecast

    3. Mean Absolute Percentage Error (MAPE)

    MAPE juga dapat digunakan untuk membandingkan ketepatan dari metode

    yang sama atau berbeda dalam dua deret yang berbeda sekali dan

    mengukur ketepatan nilai dugaan model yang dinyatakan dalam bentuk

    rata-rata persentase absolut kesalahan. MAPE dapat dihitung dengan rumus

    sebagai berikut :

    𝑴𝑨𝑷𝑬 =∑(𝐚𝐛𝐬𝐨𝐥𝐮𝐭 𝐟𝐨𝐫𝐞𝐜𝐚𝐬𝐭 𝐞𝐫𝐫𝐨𝐫𝐬)²

    𝐧 (𝐀) ......................................2.4

    Dimana :

    MAPE = Mean Absolute Persentage Error

    n = periode peramalan

    A = permintaan actual

    Absolut forecast error = nilai absolute dari selisih permintaan actual

    terhadap forecast

    2.5 Material Requirement Planning (MRP)

    Menurut Gaspersz, pada tahun 2012 Material Requirement Planning (MRP)

    dapat didefinisikan sebagai suatu teknik atau set prosedur yang sistematis dalam

    penentuan kuantitas serta waktu dalam proses pengendalian kebutuhan bahan

  • 21

    terhadap komponen-komponen permintaan yang saling bergantungan. (Dependent

    demand items).

    Menurut Heizer dan Render, pada tahun 2005 menyebutkan bahwa MRP

    adalah model permintaan terikat yang menggunakan daftar kebutuhan bahan,

    status persediaan, penerimaan yang diperkirakan, dan jadwal produksi induk, yang

    dipakai untuk menentukan kebutuhan material yang akan digunakan.

    Menurut Schroeder, R,G, pada tahun 1994 menyebutkan MRP sebagai suatu

    sistem informasi yang digunakan untuk merencanakan dan mengendalikan

    persediaan dan kapasitas.

    Menurut Tampubolon, pada tahun 2004 menyebutkan MRP merupakan

    komputerisasi sistem persediaan seluruh bahan yang dibutuhkan dalam proses

    konversi suatu perusahaan, baik usaha manufaktur maupun usaha jasa.

    Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh beberapa pakar yang

    dimaksud diatas, maka MRP dapat diartikan sabagai sebuah metode perencanaan

    dan pengendalian material (bahan baku, parts, komponen, dan subkomponen)

    yang terikat pada unit produksi yang akan dihasilkan, dengan menggunakan suatu

    sistem yang sudah terintegrasi dan berkaitan.

    2.5.1 Tujuan dan Manfaat Material Requirement Planning (MRP)

    Menurut Herjanto pada tahun 1999, tujuan MRP adalah:

    1. Meminimumkan persediaan (inventori)

    MRP merupakan seberapa banyak dan kapan suatu item diperlukan disesuaikan

    dengan Jadwal Produksi Induk

    2. Meningkatkan efisiensi

  • 22

    MRP juga mendorong peningkatan efisiensi karena jumlah persediaan, waktu

    produksi, dan waktu pengiriman barang dapat direncanakan lebih baik sesuai

    Jadwal Produksi Induk

    3. Mengurangi resiko karena keterlambatan produksi atau pengiriman

    4. MRP mengidentifikasikan banyaknya bahan dan item yang diperlukan baik dari

    segi jumlah dan waktunya dengan memperhatikan waktu tenggang produksi

    maupun pengadaan komponen.

    Menurut Render dan Heizer (dikutip oleh Rovianty, 2007), manfaat dari MRP

    adalah:

    1.Peningkatan pelayanan dan kepuasan konsumen

    2.Peningkatan pemanfaatan fasilitas dan tenaga kerja

    3.Perencanaan dan penjadwalan persediaan yang lebih baik

    4.Tanggapan yang lebih cepat terhadap perubahan dan pergeseran pasar

    5.Tingkat persediaan menurun tanpa mengurangi pelayanan terhadap konsumen

    2.5.2 Input Sistem Material Requirement Planning (MRP)

    Menurut Chase, et al (dikutip oleh Rovianty, 2007), MRP memiliki tiga

    input informasi yang diperlukan, yaitu:

    1. Jadwal Produksi Induk

    MPS adalah perencaan dalam suatu fase yang menentukan berapa banyak

    dan kapan perusahaan merencanakan, membuat tiap produk akhir. MPS dibuat

    dengan cara membagi rencana produksi total dalam bermacam- macam produk

    akhir yang akan dibuat, dimana hasil ramalan tersebut dipakai untuk membuat

    rencana produksi yang pada akhirnya dibuat rencana yang lebih terperinci atau

  • 23

    rencana jangka pendek. MPS merupakan proses alokasi untuk membuat sebuah

    produk yang diinginkan dengan memperhatikan kapasitas yang dimiliki. (dikutip

    oleh Rovianty, 2007)

    2. Struktur Produk (Bill of Material (BOM))

    BOM merupakan daftar item yang diperlukan untuk membuat atau merakit

    suatu unit produk jadi. BOM file berisi penjelasan yang lengkap atas produk, tidak

    hanya mencantumkan data mengenai urutan-urutan produksi. BOM juga sering

    disebut sebagai struktur pohon produk (product structure tree) karena BOM ini

    menunjukan bagaimana sebuah produk itu dibentuk oleh komponen-komponen.

    Struktur produk ini menunjukkan berapa banyak setiap item dan bagian produk

    yang akan diperlukan, urutan perakitan bila struktur produk dimasukkan ke dalam

    master BOM, yang terperinci semua nama komponen, nomor identitas, nomor

    gambar, dan sumber bahan baik yang dibuat dalam perusahaan ataupun yang

    dibeli dari pihak luar. Daftar komponen ini akan dirakit, sehingga master BOM

    juga merupakan suatu bentuk pemrosesan. (dikutip oleh Rovianty, 2007)

    3. Catatan Daftar Persediaan

    Catatan daftar persediaan merupakan catatan tentang persediaan item yang

    ada di gudang dan yang sudah dipesan tapi belum diterima. Catatan ini digunakan

    bila diperlukan dalam produksi. Isi catatan ini adalah nomor identifikasi, kuantitas

    yang tersedia, tingkat stok pengaman (safety stock), kuantitas yang telah

    direncanakan untuk produksi dan waktu tunggu pengadaan (procurement

    leadtime) untuk setiap item. Catatan ini harus selalu up to date dengan cara

    melakukan pencatatan atas transaksi-transaksi yang terjadi seperti penerimaan,

  • 24

    pengeluaran, produk gagal dan pemesanan, untuk menghindari adanya kekeliruan

    dalam perencanaan. (dikutip oleh Rovianty, 2007)

    2.5.3 Langkah Dasar Pengolahan MRP

    Menurut Hartini pada tahun 2006, empat langkah dasar dalam pengolahan

    MRP adalah sebagai berikut:

    1. Netting (perhitungan kebutuhan bersih)

    Kebutuhan bersih (NR) dihitung sebagai nilai dari kebutuhan kotor (GR)

    minus jadwal penerimaan (SR) minus persediaan ditangan (OH). Kebutuhan

    bersih dianggap nol bila NR lebih kecil dari atau sama dengan nol.

    2. Lotting (penentuan ukuran lot)

    Langkah ini bertujuan untuk menentukan besarnya pesanan individu yang

    optimal berdasarkan hasil dari perhitungan bersih. Langkah ini ditentukan

    berdasarkan teknik lotting/lot sizing yang tepat. Parameter yang digunakan

    biasanya adalah biaya simpan dan biaya pesan.

    3. Offsetting (Penentuan ukuran pemesanan)

    Langkah ini bertujuan agar kebutuhan item dapat tersedia tepat pada saat

    dibutuhkan dengan menghitung lead time pengadaan komponen tersebut.

    4. Explosion

    Langkah ini merupakan proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat

    item (komponen) pada tingkat yang lebih rendah dari struktur produk yang

    tersedia.

  • 25

    2.5.4 Proses Lotting

    Teknik lot sizing merupakan teknik untuk meminimalkan jumlah barang

    yang akan dipesan dan meminimalkan biaya persediaan. Objek dari manajemen

    persediaan adalah untuk menghitung tingkat persediaan yang optimum yang sesuai

    dengan permintaan pasar dan kapasitas perusahaan. (dikuti dari Fuad Aty

    Hary,2011)

    Teknik penentuan ukuran lot mana yang paling baik dan tepat bagi suatu

    perusahaan adalah persoalan yang sangat sulit, karena sangat tergantung pada

    hal- hal sebagai berikut (dikuti dari Fuad Aty Hary,2011):

    a. Variasi dari kebutuhan, baik dari segi jumlah maupun periodenya

    b. Lamanya horison perecanaan

    c. Lama periode (mingguan, bulanan dan sebagainya)

    d. Perbandingan biaya pesan dan biaya unit

    1. Economic Order Quantity (EOQ)

    Untuk menghitung pengendalian persediaan digunakan metode Economic

    Order Quantity (EOQ), yang merupakan metode persediaan yang sederhana.

    Metode ini bertujuan untuk menentukan ukuran pemesanan ekonomis yang dapat

    meminimasi biaya-biaya dalam persediaan. Metode pengendalian persediaan ini

    menjawab 2 pertanyaan penting, kapan harus memesan dan berapa banyak jumlah

    yang harus dipesan.

    Metode EOQ atau disebut metode Wilson pertama kali dicetuskan oleh Ford

    Harris pada tahun 1915, tetapi lebih dikenal dengan nama metode Wilson karena

    dikembangkan oleh Wilson pada tahun 1934.

  • 26

    Jika suatu barang dipesan dari pemasok, berapa pun jumlah barang yang

    dipesan, biaya pemesanan (telepon, pengiriman, administrasi, dan lain-lain)

    besarnya selalu sama. Artinya, biaya pemesanan tidak tergantung pada jumlah

    pemesanan melainkan pada berapa kali jumlah pemesanan.

    Jika suatu barang diproduksi, perusahaan harus men-‘set up’ mesin dan

    fasilitas produksi lainnya, harus membuat rencana, dan lain-lain yang biaya

    tersebut tidak akan berbeda untuk jumlah produksi yang berbeda.

    Fakta lainnya, ada biaya yang berubah jika jumlah unit yang diproduksi atau

    dipesan berubah. Biaya ini berbanding lurus dengan jumlah yang diproduksi.

    Termasuk harga barang, biaya penyimpanan, biaya penanganan dan lain-lain.

    Dengan adanya biaya-biaya tersebut maka total biaya akan menjadi berbeda

    apabila jumlah unit yang diproduksi juga berbeda.

    Jika jumlah pemesanan unit produk melebihi jumlah pemesanan yang

    ekonomis, maka akan membuat biaya penyimpanan menjadi lebih tinggi

    dibandingkan dengan biaya persediaan dari jumlah pemesanan yang ekonomis.

    Selain itu, bila jumlah pemesanan unit produk kurang dari jumlah

    pemesanan yang ekonomis, maka biaya pemesanan akan lebih besar. Hal ini

    disebabkan karena perusahaan harus memesan produk berkali-kali dengan biaya

    pemesanan yang dilipatgandakan.

    Perhitungan EOQ diformulasikan sebagai berikut:

    EOQ = √ (2AD)/H.............................................................................................(2.5)

    Dimana :

    A = Order Cost

    D =Demand Rata-rata

  • 27

    H =Holding Cost

    2. Lot For Lot (LFL)

    Menurut Purwati (2008), metode lot for lot (LFL), atau juga dikenal

    sebagai metode persediaan minimal, berdasarkan pada ide menyediakan

    persediaan (atau memproduksi) sesuai dengan yang diperlukan saja, jumlah

    persediaan diusahakan seminimal mungkin. Jumlah pesanan sesuai dengan jumlah

    sesungguhnya yang diperlukan (lot for lot) ini menghasilkan tidak adanya

    persediaan yang disimpan. Sehingga biaya yang timbul hanya berupa biaya

    pemesanan saja. Asumsi yang ada dibalik metode ini adalah bahwa pemasok (dari

    luar atau dari lantai pabrik) tidak mensyaratkan ukuran lot tertentu; artinya

    berapapun ukuran lot yang dipilih akan dapat dipenuhi.

    Metode ini mengandung resiko, yaitu jika terjadi keterlambatan dalam

    pengiriman barang. Jika persediaan itu berupa bahan baku, mengakibatkan

    terhentinya produksi. Jika persediaan itu berupa barang jadi, menyebabkan tidak

    terpenuhinya permintaan pelanggan. Pendekatan ini memperkecil biaya

    penyimpanan dan biasanya digunakan untuk jenis barang mahal. Metode ini

    cocok untuk jenis produk yang bersifat perishable goods, misalnya produk-

    produk makanan dan cocok untuk jenis inventori dengan biaya set up kecil, biaya

    simpan sangat besar, untuk produk dengan demand yang discontinuous.

    3 .Least Unit Cost (LUC)

    Pendekatan menggunakan konsep pemesanan dengan ongkos unit perkecil,

    dimana jumlah pemesanan ataupun interval pemesanan dapat bervariasi.

  • 28

    keputusan untuk pemesanan didasarkan yaitu menetapkan Lot Size dengan

    memperhitungkan sejumlah periode demand sedemikian sehingga total biaya per

    unit minimum.

    Jika suatu order tiba atau datang pada awal periode pertama dan mampu

    memenuhi kebutuhan sampai akhir periode T, maka rumusnya adalah:

    Total Biaya per unit = (Biaya Order + Biaya Holding sampai akhir periode T) /

    kumulatif demand sampai akhir periode T

    Periode pengisian kembali (replacement period direncanakan pada periode

    pertama dan selanjutnya pada periode-peride dimana total biaya per unit naik

    untuk pertama kali).

    4. Fixed Order Quantity ( FOQ )

    Pendekatan menggunakan konsep jumlah pemesanan tetap karena

    keterbatasan fasilitas. Misalnya : Kemampuang gudang, transportasim

    kemampuan supplier dan pabrik. Jadi dalam menentukan ukuran lot berdasarkan

    intuisi atau pengalaman sebelumnya (Amalia, 2013).

    5. Periode Order Quantity ( POQ )

    Pendekatan menggunakan konsep jumlah pemesanan ekonomis agar dapat

    dipakai pada periode bersifat permintaan diskrit, teknik ini dilandasi oleh model

    EOQ. Dengan mengambil dasar perhitungan pada model pesanan ekonomis

    maka akan diperoleh besarnya jumlah pesanan yang harus dilakukan dan interval

    periode pemesanannya adalah setahun (Amalia, 2013).

  • 29

    6. Part Periode Balancing ( PBB )

    Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot ditetapkan bila ongkos

    simpannya sama atau mendekati ongkos pesannya (Amalia, 2013).

    7. Fixed Periode Requirement ( FPR )

    Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot dengan periode tetap, dimana

    pesanan dilakukan berdasarkan periode waktu tertentu saja. Besarnya jumlah

    pesanan tidak didasarkan oleh ramalan tetapi dengan cara menggunakan

    penjumlahan kebutuhan bersih pada interval pemesanan dalam beberapa periode

    yang ditentukan (Amalia, 2013).

    8. Least Total Cost ( LTC )

    Pendekatan menggunakan konsep ongkos total akan diminimalisasikan

    apabila untuk setiap lot dalam suatu horizon perencanaan hamper sama besarnya.

    Hal ini dapat dicapai dengan memesan ukuran lot yang memiliki ongkos simpan

    perunit- nya hamper sama dengan ongkos pengadaannya per unit.

    9. Wagner Within ( WW )

    Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot dengan prosedur optimasi

    program liner, bersifat matematis. Pada prakteknya ini sulit diterapkan dalam

    MRP karena membutuhkan perhitungan yang rumit. Fokus utama dalam

    penyelesauian masalah ini adalah melakukan menimalisasi penggabungan ongkos

    total dari ongkos set-up dan ongkos simpan dan berusaha agar ongkos set-up dan

    ongkos simpan tersebut mendekati nilai yang sama untuk kuantitas pemesanan

    yang dilakukan.

  • 30

    10. Silver Mean ( SM )

    Menitik beratkan pada ukuran lot yang harus dapat meminimumkan

    ongkos total per-periode. Dimana ukuran lot didapatkan dengan cara

    menjumlahkan kebutuhan beberapa periode yang berturut-turut sebagai ukuran

    lot yang tentative (bersifat sementara). Penjumlahan dilakukan terus sampai

    ongkos totalnya dibagi dengan banyaknya periode yang kebutuhannya termasuk

    dalam ukuran lot tentative tersebut meningkat. Besarnya ukuran lot yang

    sebenarnya adalah ukuran lot tentative terakhir yang ongkos total periodenya

    masih menurun.

    Pada penelitian ini akan menggunakan 3 metode lot sizing MRP yaitu :

    Lot For Lot ( LFL), Economic Order Quantity (EOQ) dan Least Unit Cost (LUC )

    2.6 Persediaan Pengaman (Safety Stock)

    Persediaan pengaman adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk

    melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (stock out)

    (dikuti dari Fuad Aty Hary,2011).

    Ada beberapa faktor yang menentukan besarnya persediaan pengaman yaitu :

    1. Penggunaan bahan baku rata-rata

    2. Faktor waktu

    3. Biaya-biaya yang digunakan

    Rumus umum Persediaan Pengaman (Safety Stock) untuk tingkat

    permintaan variabel dan lead time yang konstan yaitu:

    SS = z (σd)..................................................................................................(2.6)

    (Sumber: Rangkuti, 2007)

  • 31

    Dimana :

    SS : Safety Stock

    Z : Service Level

    σd : Standar Deviasi dari tingkat kebutuhan

    LT : Waktu Tenggang (Lead Time)

    2.7 Reorder Point (ROP)

    Reorder point (ROP) menjawab pernyataan kapan mulai mengadakan

    pemesanan. ROP model terjadi apabila jumlah persediaan yang terdapat di dalam

    stok berkurang terus. Dengan demikian kita harus menentukan berapa banyak

    batas minimal tingkat persediaan yang harus dipertimbangkan sehingga tidak

    terjadi kekurangan persediaan. Jumlah yang diharapkan tersebut dihitung selama

    masa tenggang. Mungkin dapat juga ditambahkan dengan safety stock yang

    biasanya mengacu kepada probabilitas atau kemungkinan terjadinya kekurangan

    stock selama masa tenggang.

    ROP atau biasa disebut dengan batas/titik jumlah pemesanan kembali

    termasuk permintaan yang diinginkan atau dibutuhkan selama masa tenggang,

    misalnya suatu tambahan /ekstra stok (dikuti dari Fuad Aty Hary,2011).

    Rumus umum Reorder Point (ROP) untuk tingkat permintaan variabel dan lead

    time yang konstan yaitu:

    ROP = LT + SS...............................................................................(2.7)

    (Sumber: Rangkuti, 2007)

  • 32

    Dimana :

    : Rata-rata tingkat permintaan

    LT : Waktu tenggang (Lead Time) konstan

    SS : Safety Stock

    Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya

    Judul Tahun Penulis Metode Kesimpulan

    Demand Forecasting

    For Economic Order

    Quantity in

    Inventory

    Management

    2013

    Aju Mathew,

    Prof.E.M.Somasekaran

    Nair & Asst Prof.

    Jenson Joseph E

    Economic

    Order

    Quantity(EOQ)

    dan

    Exponential

    smoothing

    Mengestimasi persediaan dengan biaya

    yang lebih rendahdengan melalukan

    ROP 6 minggu tetapi dikarenakan

    faktor tempat maka dibuat 8 mingguan

    INVENTORY

    MANAGEMENT

    THROUGH EOQ

    MODEL

    2015 Eduina Guga

    Economic

    Order

    Quantity(EOQ)

    Penelitian ini menerapkan model

    manajemen persediaan EOQ

    (Economic Order Quantity) dan ROP

    (Reorder Point).Dan pemesanan

    kembali dilakukan setiap 6 minggu.

    Economic Order

    Quantity (EOQ)

    Model

    2016 Dr. Rakesh Kumar

    Economic

    Order

    Quantity(EOQ)

    EOQ adalah alat yang sangat berguna

    untuk pengendalian persediaan yang

    dapat diterapkan pada persediaan

    barang jadi, persediaan dalam proses

    dan persediaan bahan baku.

    Material

    Requirement

    Planning for

    Automobile Service

    Plant

    2014 Dinesh E. , Arun A.&

    Pranav R

    Material

    Requirement

    Planning

    Material Requirement Planning (MRP)

    mengurangi biaya pemeliharaan dan

    biaya industri. Ini memperbaiki rantai

    komponen yang tidak terputus untuk

    layanan dan pengirimann tepat waktu.

    A Study on MRP

    with Using Leads

    Time, Order Quality

    and Service Level

    over a Single

    Inventory

    2015

    Seyed Hassan Shojaie,

    Abbas Bahoosh &

    Mohammadreza

    Pourhassan

    Material

    Requirement

    Planning

    Metode yang dapat digunakan untuk

    mengendalikan persediaan adalah

    metode Exponential Smoothing,

    dengan perhitungan biaya paling

    rendah dengan EOQ

  • 33

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian

    1. Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana penelitian

    tersebut akan dilakukan. Adapun penelitian yang dilakukan mengambil lokasi di

    PT . XYZ dengan alamat Desa Mangga Besar, Klari,Karawang Timur.

    2. Waktu Penelitian

    Waktu yang digunakan dalam penelitian ini selama bulan April – Juni

    2017 di mulai pada saat pengambilan data sampai selesai .

    3. Tipe Penelitian

    Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis menggunakan tipe penelitian

    dengan studi kasus . Studi Kasus merupakan bentuk penelitian yang meneliti

    fenomena khusus yang hadir dalam suatu konteks yang terbatasi, meskipun batas-

    batas antara fenomena dan konteks tidak sepenuhnya jelas.

  • 34

    Kasus tersebut dapat berupa individu, organisasi, karakteristik atau atribut

    dari individu-individu, peristiwa atau insiden tertentu, dan sebagainya. Penelitian

    ini dilakukan pada suatu unit penelitian (benda, orang, tempat kerja, atau unit

    penelitian lain), selama kurun waktu tertentu secara mendalam untuk

    mengidentifikasi dan menganalisis berbagai variabel yang diperlukan. Namun

    karena sifat dari penelitian ini yang sangat mendalam, maka cakupan kajiannya

    menjadi kurang luas, terbatas pada unit penelitian yang diambil sehingga hasil

    penelitian tidak bisa dan tidak boleh digunakan untuk keadaan yang berlaku

    secara umum.

    Studi kasus terbagi menjadi 3 tipe, yaitu:

    a. Studi kasus intrinsik, penelitian dilakukan karena ketertarikan atau kepedulian

    pada suatu kasus khusus guna memahami secara utuh kasus tersebut tanpa

    harus dimaksudkan untuk menghasilkan konsep-konsep/teori ataupun tanpa

    ada upaya menggeneralisasi.

    b. Studi kasus instrumental, penelitian pada suatu kasus unik tertentu guna

    memahami isu dengan lebih baik, dan juga guna mengembangkan dan

    memperhalus teori.

    c. Studi kasus kolektif/majemuk/komparatif, suatu studi kasus instrumental yang

    diperluas sehingga mencakup beberapa kasus. Tujuannya adalah untuk

    mempelajari fenomena/populasi/kondisi umum dengan lebih mendalam.

  • 35

    3.2 Jenis dan Sumber Data

    Aktivitas penelitian tidak akan terlepas dari keberadaan data yang

    merupakan bahan baku informasi untuk memberikan gambaran spesifik mengenai

    obyek penelitian. Data adalah fakta empirik yang dikumpulkan oleh peneliti untuk

    kepentingan memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan penelitian.

    Data penelitian dapat berasal dari berbagai sumber yang dikumpulkan

    dengan menggunakan berbagai teknik selama kegiatan penelitian berlangsung.

    Berdasarkan sumbernya, data penelitian dapat dikelompokkan dalam dua

    jenis yaitu data primer dan data sekunder.

    a. Data Primer

    Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti

    secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data

    asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data

    primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat

    digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain observasi,

    wawancara, diskusi terfokus dan penyebaran kuesioner.

    b. Data Sekunder

    Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari

    berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder

    dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, laporan, jurnal, dan lain-

    lain. Dalam penulisan Tugas Akhir ini sebagian besar data sekunder yang

    diperoleh berasal dari dokumen-dokumen PT .XYZ.

    Untuk penelitian ini data yang dibutuhkan adalah :

  • 36

    a. Data pemakaian bahan baku tepung terigu periode April 2015 s/d

    Maret 2017.

    b. Biaya penyimpanan tepung terigu.

    c. Biaya pemesanan tepung terigu.

    d. Lead Time (waktu tenggang) pemesanan.

    3.3 Teknik Pengumpulan Data

    Teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    1. Teknik Interview

    Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

    melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data

    maupun peneliti terhadap narasumber atau sumber data atau pihak lain

    yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji. Wawancara dapat

    dilakukan dengan tatap muka maupun melalui telpon.

    2. Teknik Pengamatan Lapanagan (Field Research )

    Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer yang

    berhubungan denngan objek pengamatan secara langsung. Metode yang

    digunakan adalah observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan

    pengamatan secara langsung guna memperoleh data penggunaan tepung

    terigu pada produksi

  • 37

    3. Studi Pustaka (Librsry Research)

    Yaitu pengumpulan data dengan mempelajari referensi, literatur,

    laporan hasil penelitian dan sumber kepustakaan lain yang berhubungan

    dengan permasalahan yang diamati.

    3.4 Tahapan Analisis Data

    a. Pengumpulan Data

    Peneliti mencatat semua data secara obyektif dan apa adanya sesuai dengan

    hasil observasi dan dokumen (schedule) dari lapangan

    b. Metode Peramalan

    Menghitung ramalan permintaan bahan baku untuk 1 tahun ke depan dengan

    membandingkan 3 metode peramalan yaitu :

    1. Metode Single Exponential Smoothing untuk α = 0,1, α = 0,5, α = 0,9.

    dimana α merupakan suatu nilai (0

  • 38

    3.5 Kerangka Pemikiran

    Mulai

    Studi Pendahuluan

    - Observasi

    - Interview

    Studi Literatur

    Latar Belakang Masalah

    Identifikasi & Perumusan

    Masalah

    Tujuan Penelitian

    Pengumpulan Data

    1.Data pemakaian produksi dan penerimaan barang dari suplier

    2.Data Pemesanan : Biaya Simpan,Biaya Pemesanan dan Lead Time

    Pengolahan Data:

    1.Menentukan metode peramalan yang akan dipakai (Moving Average,Exponential

    Smooting,Regresi linear) dengan persentase error yang paling kecil

    2.Menganalisa persediaan bahan baku dengan metode MRP (Teknik hitung dengan EOQ ,Lot

    For Lot dan LUC)

    Analisis biaya persediaan yang paling kecil

    Kesimpulan & Saran

    Selesai

  • 39

    BAB IV

    PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

    4.1 Pengumpulan Data

    Data-data yang diperoleh dengan wawancara dan hasil pencatatan

    berdasarkan dokumentasi PT XYZ sebagai pihak yang terkait dengan masalah

    persediaan bahan baku utama pembuatan wafer yaitu terigu adalah sebagai

    berikut:

    4.1.1 Data Permintaan Bahan Baku Tepung Terigu

    Data ini digunakan sebagai dasar dalam melakukan proses peramalan

    permintaan bahan baku terigu untuk periode April 2017- April 2018. Data- data

    tersebut berasal dari laporan pemakaian bahan baku tepung terigu bagian PPIC

    PT XYZ.

  • 40

    Tabel 4.1 Data Permintaan Bahan Baku Tepung Terigu (April 2015-Maret 2017)

    No Periode

    Permintaan

    Tepung Terigu

    (kg)

    1 Apr'15 1.171.275

    2 Mei'15 1.205.025

    3 Jun'15 1.132.150

    4 Jul'15 774.775

    5 Agu'15 1.046.900

    6 Sep'15 1.008.075

    7 Okt'15 657.850

    8 Nov'15 1.053.325

    9 Des'15 1.413.075

    10 Jan'16 1.159.975

    11 Feb'16 869.025

    12 Mar'16 1.238.800

    13 Apr'16 1.042.925

    14 Mei'16 534.800

    15 Jun'16 1.290.025

    16 Jul'16 802.500

    17 Agu'16 1.322.850

    18 Sep'16 1.021.875

    19 Okt'16 825.750

    20 Nov'16 728.300

    21 Des'16 717.850

    22 Jan'17 957.425

    23 Feb'17 1.248.725

    24 Mar'17 1.393.525

    Total 24.616.800

    Sumber : Data Bag. PPIC PT XYZ

  • 41

    Sumber : Data Bag. PPIC PT XYZ

    Gambar 4.1 .Laju Permintaan Bahan Baku Periode April 2015 - Maret 2017

    4.1.2 Struktur Biaya

    Biaya Pemesanan merupakan seluruh biaya yang terjadi mulai dari

    pemesanan barang sampai tersedianya barang di gudang. Biaya pemesanan yang

    terjadi pada PT XYZ yaitu biaya administrasi pemesanan dan biaya transportasi

    (sewa truck). Biaya penyimpanan merupakan besarnya biaya yang dikeluarkan

    untuk menangani penyimpanan bahan baku tepung terigu. Dalam menangani

    penyimpanan bahan baku, PT XYZ menanggung biaya penghitungan fisik,

    asuransi, dan pajak. Data-data ini diolah dari jumlah biaya yang dikeluarkan

    oleh perusahaan per sekali pesan yang merupakan rata-rata biaya yang

    dikeluarkan oleh perusahaan.

  • 42

    Tabel 4.2. Perhitungan Biaya Pesan dan Biaya Simpan

    Harga Tepung Terigu/ kg

    7.150

    Biaya pemesanan meliputi

    Biaya kuli bongkar

    2.145.000

    Biaya telepon

    235.000

    Biaya Transportasi

    4.055.000

    Total Biaya Pemesanan

    6.435.000

    Biaya Penyimpanan meliputi :

    Biaya Kerusakan dan kehilangan : 1 % dari harga produk 72

    Biaya penanganan persediaan : 0,5 % dari harga produk 36

    Biaya Fasilitas Penyimpanan : 0,5 % dari harga bahan baku 36

    Total biaya penyimpanan : 2 % dari harga produk per bulan

    143

    4.1.3 Lead Time (Waktu Tenggang) Pemesanan Bahan baku

    Lead Time merupakan selisih atau perbedaan waktu antara saat

    pemesanan sampai dengan barang diterima. Berdasarkan hasil wawancara

    dengan bagian PPIC diketahui bahwa Lead time untuk bahan baku tepung terigu

    adalah 7 hari.

    4.1.4 Data Struktur Produk ( BOM )

    Merupakan daftar dari semua bahan baku dengan kuantitas yang

    dibutuhkan untuk memproduksi satu unit produk. MRP menggunakan BOM

    sebagai basis untuk perhitungan banyaknya setiap bahan baku yang dibutuhkan

  • 43

    untuk setiap periode waktu. Untuk produk wafer yang akan dibuat untuk

    hitungan 1 karton membutuhkan 1,5 kg tepung terigu.

    4.2 Pengolahan Data

    4.2.1 Peramalan Kebutuhan Bahan Baku

    Berdasarkan data permintaan bahan baku periode April 2015- Maret

    2017, terlihat bahwa terjadi fluktuasi permintaan bahan baku setiap bulan.

    Sehingga dalam penelitian ini menggunakan tiga metode peramalan, yaitu

    metode Moving Average ,metode Exponential Smoothing dan metode Regresi

    Linear.

    Sedangkan untuk memilih metode peramalan terbaik dari ketiga metode

    peramalan tersebut dapat diukur kesalahan antara permintaan actual periode April

    2015- Maret 2017 dengan hasil peramalannya dengan menggunakan Mean

    Absolute Deviation (MAD), Measurement of Error (MSE) dan Mean Absolute

    Percent Error (MAPE). Metode perhitungan tersebut dibandingkan pada

    masing-masing metode peramalan dan dicari yang nilai MAD MSE atau MAPE-

    nya paling kecil (paling mendekati nol) dengan menggunakan Microsoft Excel

    maka dapat dilihat perbandingan nilai MAD,MSE dan MAPE pada masing-

    masing metode peramalan yang digunakan.

  • 44

    Tabel 4.3 Peramalan dengan Metode Moving Average

    Periode Aktual MA (2 ) MAD (2) MSE (2)

    MAPE

    (2) MA (3 ) MAD (3) MSE (3)

    MAPE

    (3) MA (5 ) MAD (5) MSE (5)

    MAPE

    (5)

    Apr'15 1.171.275

    Mei'15 1.205.025

    Jun'15 1.132.150 1.188.150 56.000 3.136.000.000 4,95%

    Jul'15 774.775 1.168.588 393.813 155.088.285.156 50,83% 1.169.483 394.708 155.794.668.403 50,94%

    Agu'15 1.046.900 953.463 93.438 8.730.566.406 8,93% 1.037.317 9.583 91.840.278 0,92%

    Sep'15 1.008.075 910.838 97.238 9.455.131.406 9,65% 984.608 23.467 550.684.444 2,33% 1.066.025 57.950 3.358.202.500 5,75%

    Okt'15 657.850 1.027.488 369.638 136.631.881.406 56,19% 943.250 285.400 81.453.160.000 43,38% 1.033.385 375.535 141.026.536.225 57,09%

    Nov'15 1.053.325 832.963 220.363 48.559.631.406 20,92% 904.275 149.050 22.215.902.500 14,15% 923.950 129.375 16.737.890.625 12,28%

    Des'15 1.413.075 855.588 557.488 310.792.312.656 39,45% 906.417 506.658 256.702.666.736 35,86% 908.185 504.890 254.913.912.100 35,73%

    Jan'16 1.159.975 1.233.200 73.225 5.361.900.625 6,31% 1.041.417 118.558 14.056.078.403 10,22% 1.035.845 124.130 15.408.256.900 10,70%

    Feb'16 869.025 1.286.525 417.500 174.306.250.000 48,04% 1.208.792 339.767 115.441.387.778 39,10% 1.058.460 189.435 35.885.619.225 21,80%

    Mar'16 1.238.800 1.014.500 224.300 50.310.490.000 18,11% 1.147.358 91.442 8.361.578.403 7,38% 1.030.650 208.150 43.326.422.500 16,80%

    Apr'16 1.042.925 1.053.913 10.988 120.725.156 1,05% 1.089.267 46.342 2.147.550.069 4,44% 1.146.840 103.915 10.798.327.225 9,96%

    Mei'16 534.800 1.140.863 606.063 367.311.753.906 113,33% 1.050.250 515.450 265.688.702.500 96,38% 1.144.760 609.960 372.051.201.600 114,05%

    Jun'16 1.290.025 788.863 501.163 251.163.851.406 38,85% 938.842 351.183 123.329.733.611 27,22% 969.105 320.920 102.989.646.400 24,88%

    Jul'16 802.500 912.413 109.913 12.080.757.656 13,70% 955.917 153.417 23.536.673.611 19,12% 995.115 192.615 37.100.538.225 24,00%

    Agu'16 1.322.850 1.046.263 276.588 76.500.645.156 20,91% 875.775 447.075 199.876.055.625 33,80% 981.810 341.040 116.308.281.600 25,78%

    Sep'16 1.021.875 1.062.675 40.800 1.664.640.000 3,99% 1.138.458 116.583 13.591.673.611 11,41% 998.620 23.255 540.795.025 2,28%

    Okt'16 825.750 1.172.363 346.613 120.140.225.156 41,98% 1.049.075 223.325 49.874.055.625 27,05% 994.410 168.660 28.446.195.600 20,43%

    Nov'16 728.300 923.813 195.513 38.225.137.656 26,85% 1.056.825 328.525 107.928.675.625 45,11% 1.052.600 324.300 105.170.490.000 44,53%

    Des'16 717.850 777.025 59.175 3.501.680.625 8,24% 858.642 140.792 19.822.293.403 19,61% 940.255 222.405 49.463.984.025 30,98%

    Jan'17 957.425 723.075 234.350 54.919.922.500 24,48% 757.300 200.125 40.050.015.625 20,90% 923.325 34.100 1.162.810.000 3,56%

    Feb'17 1.248.725 837.638 411.088 168.992.932.656 32,92% 801.192 447.533 200.286.084.444 35,84% 850.240 398.485 158.790.295.225 31,91%

    Mar'17 1.393.525 1.103.075 290.450 84.361.202.500 20,84% 974.667 418.858 175.442.303.403 30,06% 895.610 497.915 247.919.347.225 35,73%

    Total 24.616.800 22.013.275 5.585.700 2.081.355.923.438 610,50% 20.889.125 5.307.842 1.876.241.784.097 575,21% 18.949.190 4.827.035 1.741.398.752.225 528,24%

    232.738 86.723.163.477 25,44% 221.160 78.176.741.004 23,97% 201.126 72.558.281.343 22,01%

  • 45

    Tabel 4.4 Peramalan dengan Metode Exponential Smooting

    Periode Aktual α = 0.1 α = 0.5 α = 0.9 MAD 0,1 MSE 0,1 MAPE

    0,1 MAD 0,5 MSE 0,5

    MAPE

    0,5 MAD 0,9 MSE 0,9

    MAPE

    0,9

    Apr'15 1.171.275

    Mei'15 1.205.025 1.171.275 1.171.275 1.171.275 33.750 1.139.062.500 2,80% 33.750 1.139.062.500 2,80% 33.750 1.139.062.500 2,80%

    Jun'15 1.132.150 1.174.650 1.188.150 1.201.650 42.500 1.806.250.000 3,75% 56.000 3.136.000.000 4,95% 69.500 4.830.250.000 6,14%

    Jul'15 774.775 1.170.400 1.160.150 1.139.100 395.625 156.519.140.625 51,06% 385.375 148.513.890.625 49,74% 364.325 132.732.705.625 47,02%

    Agu'15 1.046.900 1.130.838 967.463 811.208 83.938 7.045.503.906 8,02% 79.438 6.310.316.406 7,59% 235.693 55.550.954.556 22,51%

    Sep'15 1.008.075 1.122.444 1.007.181 1.023.331 114.369 13.080.210.977 11,35% 894 798.789 0,09% 15.256 232.737.908 1,51%

    Okt'15 657.850 1.111.007 1.007.628 1.009.601 453.157 205.351.153.360 68,88% 349.778 122.344.736.729 53,17% 351.751 123.728.467.013 53,47%

    Nov'15 1.053.325 1.065.691 832.739 693.025 12.366 152.922.593 1,17% 220.586 48.658.155.823 20,94% 360.300 129.816.048.566 34,21%

    Des'15 1.413.075 1.064.455 943.032 1.017.295 348.620 121.536.205.085 24,67% 470.043 220.940.392.471 33,26% 395.780 156.641.803.849 28,01%

    Jan'16 1.159.975 1.099.317 1.178.054 1.373.497 60.658 3.679.440.050 5,23% 18.079 326.832.727 1,56% 213.522 45.591.644.730 18,41%

    Feb'16 869.025 1.105.382 1.169.014 1.181.327 236.357 55.864.844.495 27,20% 299.989 89.993.554.803 34,52% 312.302 97.532.664.161 35,94%

    Mar'16 1.238.800 1.081.747 1.019.020 900.255 157.053 24.665.737.276 12,68% 219.780 48.303.411.518 17,74% 338.545 114.612.568.061 27,33%

    Apr'16 1.042.925 1.097.452 1.128.910 1.204.946 54.527 2.973.197.552 5,23% 85.985 7.393.388.317 8,24% 162.021 26.250.649.549 15,54%

    Mei'16 534.800 1.091.999 1.085.917 1.059.127 557.199 310.471.095.081 104,19% 551.117 303.730.396.548 103,05% 524.327 274.918.857.669 98,04%

    Jun'16 1.290.025 1.036.279 810.359 587.233 253.746 64.386.830.333 19,67% 479.666 230.079.755.889 37,18% 702.792 493.917.009.602 54,48%

    Jul'16 802.500 1.061.654 1.050.192 1.219.746 259.154 67.160.774.235 32,29% 247.692 61.351.253.451 30,87% 417.246 174.094.033.018 51,99%

    Agu'16 1.322.850 1.035.739 926.346 844.225 287.111 82.432.977.428 21,70% 396.504 157.215.480.775 29,97% 478.625 229.082.295.492 36,18%

    Sep'16 1.021.875 1.064.450 1.124.598 1.274.987 42.575 1.812.605.628 4,17% 102.723 10.552.007.118 10,05% 253.112 64.065.916.246 24,77%

    Okt'16 825.750 1.060.192 1.073.236 1.047.186 234.442 54.963.161.921 28,39% 247.486 61.249.558.513 29,97% 221.436 49.034.010.941 26,82%

    Nov'16 728.300 1.036.748 949.493 847.894 308.448 95.140.176.236 42,35% 221.193 48.926.449.748 30,37% 119.594 14.302.635.039 16,42%

    Des'16 717.850 1.005.903 838.897 740.259 288.053 82.974.652.361 40,13% 121.047 14.652.284.303 16,86% 22.409 502.179.526 3,12%

    Jan'17 957.425 977.098 778.373 720.091 19.673 387.022.597 2,05% 179.052 32.059.507.626 18,70% 237.334 56.327.457.818 24,79%

    Feb'17 1.248.725 975.131 867.899 933.692 273.594 74.853.895.219 21,91% 380.826 145.028.324.150 30,50% 315.033 99.246.047.133 25,23%

    Mar'17 1.393.525 1.002.490 1.058.312 1.217.222 391.035 152.908.339.309 28,06% 335.213 112.367.703.380 24,06% 176.303 31.082.867.920 12,65%

    Total 4.907.952 1.581.305.198.766 566,96% 5.482.216 1.874.273.262.209 596,19% 6.320.956 2.375.232.866.921 667,37%

    213.389 68.752.399.946 24,65% 238.357 81.490.141.835 25,92% 274.824 103.270.994.214 29,02%

  • 46

    Tabel 4.5 Peramalan Metode Regresi Linear

    Periode

    periode

    (x) Aktual (y) xy x^2 y^2 Y ''= 1.046.350 - 1.652X MAD y'' MAD MSE MAPE

    Apr'15 1 1.171.275 1.171.275 1 1.371.885.125.625 1.044.698 126.577 126.577 16.021.736.929 10,81%

    Mei'15 2 1.205.025 2.410.050 4 1.452.085.250.625 1.043.046 161.979 161.979 26.237.196.441 13,44%

    Jun'15 3 1.132.150 3.396.450 9 1.281.763.622.500 1.041.394 90.756 90.756 8.236.651.536 8,02%

    Jul'15 4 774.775 3.099.100 16 600.276.300.625 1.039.742 -264.967 264.967 70.207.511.089 34,20%

    Agu'15 5 1.046.900 5.234.500 25 1.095.999.610.000 1.038.090 8.810 8.810 77.616.100 0,84%

    Sep'15 6 1.008.075 6.048.450 36 1.016.215.205.625 1.036.438 -28.363 28.363 804.459.769 2,81%

    Okt'15 7 657.850 4.604.950 49 432.766.622.500 1.034.786 -376.936 376.936 142.080.748.096 57,30%

    Nov'15 8 1.053.325 8.426.600 64 1.109.493.555.625 1.033.134 20.191 20.191 407.676.481 1,92%

    Des'15 9 1.413.075 12.717.675 81 1.996.780.955.625 1.031.482 381.593 381.593 145.613.217.649 27,00%

    Jan'16 10 1.159.975 11.599.750 100 1.345.542.000.625 1.029.830 130.145 130.145 16.937.721.025 11,22%

    Feb'16 11 869.025 9.559.275 121 755.204.450.625 1.028.178 -159.153 159.153 25.329.677.409 18,31%

    Mar'16 12 1.238.800 14.865.600 144 1.534.625.440.000 1.026.526 212.274 212.274 45.060.251.076 17,14%

    Apr'16 13 1.042.925 13.558.025 169 1.087.692.555.625 1.024.874 18.051 18.051 325.838.601 1,73%

    Mei'16 14 534.800 7.487.200 196 286.011.040.000 1.023.222 -488.422 488.422 238.556.050.084 91,33%

    Jun'16 15 1.290.025 19.350.375 225 1.664.164.500.625 1.021.570 268.455 268.455 72.068.087.025 20,81%

    Jul'16 16 802.500 12.840.000 256 644.006.250.000 1.019.918 -217.418 217.418 47.270.586.724 27,09%

    Agu'16 17 1.322.850 22.488.450 289 1.749.932.122.500 1.018.266 304.584 304.584 92.771.413.056 23,02%

    Sep'16 18 1.021.875 18.393.750 324 1.044.228.515.625 1.016.614 5.261 5.261 27.678.121 0,51%

    Okt'16 19 825.750 15.689.250 361 681.863.062.500 1.014.962 -189.212 189.212 35.801.180.944 22,91%

    Nov'16 20 728.300 14.566.000 400 530.420.890.000 1.013.310 -285.010 285.010 81.230.700.100 39,13%

    Des'16 21 717.850 15.074.850 441 515.308.622.500 1.011.658 -293.808 293.808 86.323.140.864 40,93%

    Jan'17 22 957.425 21.063.350 484 916.662.630.625 1.010.006 -52.581 52.581 2.764.761.561 5,49%

    Feb'17 23 1.248.725 28.720.675 529 1.559.314.125.625 1.008.354 240.371 240.371 57.778.217.641 19,25%

    Mar'17 24 1.393.525 33.444.600 576 1.941.911.925.625 1.006.702 386.823 386.823 149.632.033.329 27,76%

    total 300 24.616.800 305.810.200 4.900 26.614.154.381.250 24.616.800 4.711.740 1.361.564.151.650 522,99%

    average 12,5 1.025.700 12.742.092 204 1.108.923.099.219 196.323 56.731.839.652 21,79%

  • 47

    Tabel 4.6 Perbandingan Nilai Error MAD, MSE dan MAPE

    Moving Average Exponential Smooting Regresi Linear

    2 bulan 3 bulan 5 bulan α = 0.1 α = 0.5 α = 0.9

    MAD 232.738 221.160 201.126 213.389 238.357 274.824 198.001

    MSE 86.723.163.477 78.176.741.004 72.558.281.343 68.752.399.946 81.490.141.835 103.270.994.214 56.805.397.533

    MAPE 25,44% 23,97% 22,01% 24,65% 25,92% 29,02% 21,99%

    Dari tabel dapat dilihat bahwa metode peramalan yang terpilih yaitu Regresi Linear karena memberikan nilai yang lebih kecil

    dibandingkan metode Moving Average ataupun Exponensial Smoting, dan bila kita melihat nilai MAPE yang terkecil maka akan

    diketahui peramalan dengan deviasi terkecil yaitu Regresi Linear karena memberikan nilai MAPE yang paling kecil (nilainya paling

    mendekati nol). Oleh karena itu untuk membuat peramalan 1 tahun kedepan metode yang digunakan adalah metode Regresi Linear

  • 48

    Y = a + b x

    b = n(Σxy) – (Σx) (Σy)

    n(Σx²) – (Σx)²

    b = 24 (305.810.200) – (300) (24.616.800)

    24 (4900) – (300)²

    b = -1652

    a = −−

    − xbY

    a = 1.025.700 – (-1652)(12,5)

    a = 1.046.350

    jadi Y(x) = 1.046.350 - 1.652 X

    Dengan demikian hasil peramalan untuk periode April 2017 – Maret 2018 adalah

    sebagai berikut :

    Y(25)= 1.046.350 - 1.652*25 = 1005050 kg

    Y(26)= 1.046.350 - 1.652*26 = 1003398 kg

    Y(27)= 1.046.350 - 1.652*27 = 1001746 kg

    Y(28)= 1.046.350 - 1.652*28 = 1000094 kg

    Y(29)= 1.046.350 - 1.652*28 = 998442 kg

    Y(30)= 1.046.350 - 1.652*28 = 996790 kg

    Y(31)= 1.046.350 - 1.652*28 = 995138 kg

  • 49

    Y(32)= 1.046.350 - 1.652*28 = 993486 kg

    Y(33)= 1.046.350 - 1.652*28 = 991834 kg

    Y(34)= 1.046.350 - 1.652*28 = 990182 kg

    Y(35)= 1.046.350 - 1.652*28 = 988530 kg

    Y(36)= 1.046.350 - 1.652*28 = 986878 kg

    Hasil peramalan permintaan dengan metode Regresi Linier untuk periode April

    2017 – Maret 2018 dapat dilihat pada tabel 4.

    Tabel 4.7 Hasil Peramalan Permintaan dengan Metode Regresi Linear

    No Periode Hasil Peramalan

    1 Apr'17 1.005.050

    2 Mei '17 1.003.398

    3 Jun'17 1.001.746

    4 Jul'17 1.000.094

    5 Aug'17 998.442

    6 Sep'17 996.790

    7 Oct'17 995.138

    8 Nov'17 993.486

    9 Dec'17 991.834

    10 Jan'18 990.182

    11 Feb'18 988.530

    12 Mar'18 986.878

    Total 11.951.568

    Average 995.964

    Standar Deviasi 5.956

  • 50

    4.2.2 Perencanaan Persediaan Bahan Baku

    Perencanaan persediaan bahan baku tepung terigu dengan metode Lot For Lot

    MRP Tepung Terigu

    LT= 7 hari Lot size =0

    Metode Lot For Lot

    Mar'17 Apr'17 Mei '17 Jun'17 Jul'17 Aug'17 Sep'17 Oct'17 Nov'17 Dec'17 Jan'18 Feb'18 Mar'18 Total

    Gross Reqruitemnt

    1.005.050

    1.003.398

    1.001.746

    1.000.094

    998.442

    996.790

    995.138

    993.486

    991.834

    990.182

    988.530

    986.878 11.951.568

    Schedule receipts 0

    On Hand 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

    Net Reqruitments

    1.005.050

    1.003.398

    1.001.746

    1.000.094

    998.442

    996.790

    995.138

    993.486

    991.834

    990.182

    988.530

    986.878 11.951.568

    Planned Order

    Receipts

    1.005.050

    1.003.398

    1.001.746

    1.000.094

    998.442

    996.790

    995.138

    993.486

    991.834

    990.182

    988.530

    986.878 11.951.568

    Planned Order Release

    1.005.050

    1.003.398

    1.001.746

    1.000.094

    998.442

    996.790

    995.138

    993.486

    991.834

    990.182

    988.530

    986.878 11.951.568

    Biaya pemesanan Tepung Terigu/ Tahun = 12 x Rp 6.435.000

    = Rp 77.220.000

    Biaya Persediaan = Biaya Pemesanan + Biaya Simpan

    = Rp 77.220.000+ 0

    = Rp 77.220.000

  • 51

    Perencanaan persediaan bahan baku tepung terigu dengan metode Least Unit Cost

    Tabel 4.8 Perhitungan Unit Cost

    QTY Periode Quantity

    Order Carrying Cost

    Order

    cost Total Cost Unit Cost

    1.005.050 1 1.005.050 0 650.000 650.000 0,6

    1-2 2.008.448 2.325.782.784.000 650.000 2.325.783.434.000

    1.158.000,3

    1.003.398 2 1.003.398 0 650.000 650.000 0,6

    2-3 2.005.144 2.321.956.752.000 650.000 2.321.957.402.000

    1.158.000,3

    1.001.746 3 1.001.746 0 650.000 650.000 0,6

    3-4 2.001.840 2.318.130.720.000 650.000 2.318.131.370.000

    1.158.000,3

    1.000.094 4 1.000.094 0 650.000 650.000 0,6

    4-5 1.998.536 2.314.304.688.000 650.000 2.314.305.338.000

    1.158.000,3

    998.442 5 998.442 0 650.000 650.000 0,7

    5-6 1.995.232 2.310.478.656.000 650.000 2.310.479.306.000

    1.158.000,3

    996.790 6 996.790 0 650.000 650.000 0,7

    6-7 1.991.928 2.306.652.624.000 650.000 2.306.653.274.000

    1.158.000,3

    995.138 7 995.138 0 650.000 650.000 0,7

    7-8 1.988.624 2.302.826.592.000 650.000 2.302.827.242.000

    1.158.000,3

    993.486 8 993.486 0 650.000 650.000 0,7

    8-9 1.985.320 2.299.000.560.000 650.000 2.299.001.210.000

    1.158.000,3

    991.834 9 991.834 0 650.000 650.000 0,7

    9-10 1.982.016 2.295.174.528.000 650.000 2.295.175.178.000

    1.158.000,3

    990.182 10 990.182 0 650.000 650.000 0,7

    10-11 1.978.712 2.291.348.496.000 650.000 2.291.349.146.000

    1.158.000,3

    988.530 11 988.530 0 650.000 650.000 0,7

    11-12 1.975.408 2.287.522.464.000 650.000 2.287.523.114.000

    1.158.000,3

    986.878 12 986.878 0 650.000 650.000 0,7

  • 52

    Dari hasil perhitungan perencanaan persediaan LUC, selalu terjadi kenaikan setiap

    2 kali periode pemesanan.

    Carrying Cost diperoleh dari biaya simpan dikali periode simpan dikali quantity

    order dan dijumlahkan dengan biaya simpan dengan periode sebelumnya. Dari

    hasil perhitungan unit cost disimpulkan bahwa perencanaan persediaan dilakukan

    setiap bulan.

    Tabel 4.9 Hasil Perencaan Persediaan LUC

    Mount Net

    Requirements

    Production

    Quantity

    Ending

    Inventory

    Holding

    Cost

    Setup

    Cost

    Total Cost

    1 1.005.050 1.005.050 0 0 650.000 650.000

    2 1.003.398 1.003.398 0 0 650.000 1.300.000

    3 1.001.746 1.001.746 0 0 650.000 1.950.000

    4 1.000.094 1.000.094 0 0 650.000 2.600.000

    5 998.442 998.442 0 0 650.000 3.250.000

    6 996.790 996.790 0 0 650.000 3.900.000

    7 995.138 995.138 0 0 650.000 4.550.000

    8 993.486 993.486 0 0 650.000 5.200.000

    9 991.834 991.834 0 0 650.000 5.850.000

    10 990.182 990.182 0 0 650.000 6.500.000

    11 988.530 988.530 0 0 650.000 7.150.000

    12 986.878 986.878 0 0 650.000 7.800.000

  • 53

    Biaya pemesanan Tepung Terigu/ Tahun = 12 x Rp 6.435.000

    = Rp 77.220.000

    Biaya Persediaan = Biaya Pemesanan + Biaya Simpan

    = Rp 77.220.000 + 0

    = Rp 77.220.000

    MRP Tepung Terigu

    LT= 7 hari Lot size =0

    Metode LUC

    Apr'17 Mei '17 Jun'17 Jul'17 Aug'17 Sep'17 Oct'17 Nov'17 Dec'17 Jan'18 Feb'18 Mar'18 Total

    Gross Reqruitemnt

    1.005.050

    1.003.398

    1.001.746

    1.000.094

    998.442,0

    996.790

    995.138 993.486