Upload
others
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS AKHIR
PENERAPAN KESEHATAN
DAN KESELAMATANKERJA(K3)
DENGAN PENDEKATAN JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)
(Studi Kasus di PT.Batang Hari Barisan Padang)
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh gelar Sarjana Teknik
OKTRIA ZENI AMELINA
1510024425033
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI (STTIND)
PADANG
2019
TUGAS AKHIR
PENERAPAN KESEHATAN
DAN KESELAMATANKERJA(K3)
DENGAN PENDEKATAN JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)
(Studi Kasus di PT.Batang Hari Barisan Padang)
OKTRIA ZENI AMELINA
1510024425033
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
PADANG
2019
PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
DENGAN PENDEKATAN JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)
ABSTRAK
PT. Batang Hari Barisan Padang bergerak di bidang pengolahan bahan
baku getah karet. PT. Batang Hari Barisan Padang memproduksi satu jenis
produk, yaitu produk SIR.20. Proses produksi pengolahan karet setengah jadi
terdapat bebarapa kecelakaan kerja.Masalah yang dialami oleh karyawan adalah
terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan terjadinya gangguan pada bagian
produksi. Ini dikarenakan kurangnya kesadaran karyawan akan keselamatan
dalam bekerja.Pada penelitian ini penulis melakukan analisa penyebab terjadinya
kecelakaan dengan menggunakan diagram fishbone dan menghitung jumlah jenis
keecelakaan yang dominan dengan menggunakan diagram pareto di bagian
produksi di PT. Batang Hari Barisan Padang. Untuk mengurangi kecelakaan
tersebut di terapkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dengan menggunakan
pendekatan Job Safety Analysis(JSA). Dengan harpan dapat menambah
kesadaraan pekerja dalam menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dan Penyakit
Akibat Kerja, sehingga dapat meningkatkan kesadaran pekerja bahwasanya
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting. Pentingnya pengawasan
dari pihak perusahaan terhadap tenaga kerja yang melanggar aturan.
Kata Kunci:Kecelakaan Kerja, Kesehatan Kerja, Job Safety Analysis (JSA), Alat
Pelindung Diri (APD).
APICATION OF HEALTH AND WORK SAFETY (K3) WITH
THE JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)
ABSTRACT
PT. Batang Hari Barisan Padang is engaged in processing rubber gum
raw materials. PT. Batang Hari Barisan Padang produces one type of product,
namely SIR 20. The semi-finished rubber processing production process has
several work accidents resulting in distription in the production secion. This is
due to a lack of employee awareness of safety in work. In this study the authors
analyzed the causes of the accident by using a fishbone diagram and calculating
the dominant number of accidents by using the pareto diagram in the production
section at PT. Batang Hari Barisan Padang. To reduce the accident,
Occcupational Health and Safety (K3) was implemented by using the Job Safety
Analysis approach. By being able to increase the awareness of workers in using
Personal Protective Equipment (PPE) and Occupational Diseases,, so as to
increase workers awareness that the use of Personal Protective Equipment (PPE)
is very important. The importance of supervision from the company on workers
who violate the rules.
Keywords: Work Accidents, Occupational Health, , Job Safety Analysis (JSA),
Personal Protective Equipment (PPE).
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Dengan Pendekatan Job
Safety Analysis (JSA) Studi Kasus di PT. Batang Hari Barisan Padang ”.
Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan, arahan
dan dukungan yang sangat berharga dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan dan
dukungan yang diberikan baik berupa moril maupun materil kepada:
1. Bapak Ir. H. Gamindra Jauhari, MP selaku dosen pembimbing I
2. Ibu Meldia Fitri ST, MP selaku dosen pembimbing II
3. Bapak Riko Ervil, MT sebagai Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Industri
(STTIND) Padang
4. Ibu Tri Ernita, ST. MP sebagai Ketua Program Studi Teknik Industri
(STTIND) Padang.
5. Bapak Drs. H. Asril Sutan Amir, Akt. Selaku Pimpinan Perusahaan PT.
Batang Hari Barisan Padang
6. Bapak Egi Hutri Norys, A.Md dan Ibuk Mega Oktavia S.Si selaku
Pembimbing Lapangan di PT. Batang Hari Barisan Padang
7. Teristimewa Ayah, Ibu tercinta, kakak, adek dan segenap anggota keluarga
yang telah memberikan bantuan, bimbingan, nasehat dan materi serta
dorongan moril sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
i
8. Kepada rekan-rekan, orang terdekat yang penulissayangidan semua pihak
yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
terutama Eldi Sadri Putra, Bima Harley, Audhio Alif Pratama dan Rahul
Mahendra,ST. Semoga skripsi ini bisa berguna untuk semua pembaca dan
penulis berdoa semoga segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan
mendapat balasan pahala dari Allah SWT serta kesuksesan selalu diberikan-
Nya kepada kita.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan. untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sangat membangun, semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, terutama bagi penulis dan
lingkungan prodi Teknik Industri (STTIND) Padang, Aamiin.
Padang, Juli 2019
Penulis
ii i
DAFTAR ISI
ABSTRAK................................................................................................. i
ABSTRACT.............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR............................................................................. iii
DAFTAR ISI.......... .................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Identifiksi Masalah ................................................................. 5
1.3 Batasan Masalah..................................................................... 5
1.4 Rumusan Maslah .................................................................... 5
1.5 Tujuan Penelitian ................................................................... 6
1.6 Manfaat Penelitian ................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasn Teori ....................................................................... 8
2.1.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja ............... 8
2.1.1.1 Tujuan, Saran dan Sasaran Kesehatan dan
Keselamatan Kerja .............................................. 9
2.1.1.2 Beberapa Istilah Dalam Kesehatandan Keselamatan
Kerja .................................................................... 11
2.1.1.3 Sejarah Perkembangan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja ...................................................................... 12
iii
2.1.1.4 Tiga Tujuan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja di Tempat Kerja .......................................... 13
2.1.1.5 Langkah-Langkah Penerapan K3 .......................... 14
2.1.1.6 Manfaat Penerapan K3 .......................................... 15
2.1.2 Pengertian Kecelakaan Kerja .......................................... 15
2.1.2.1 Sebab-Sebab Kecelakaan Kerja ............................ 19
2.1.2.2 Pencegahaaan Kecelakan ...................................... 23
2.1.3 Job Safety Analysis (JSA) ............................................ 24
2.1.3.1 Hal-hal yang Dilakukan Dalam Job Safety Analysis
(JSA) ................................................................................. 24
2.1.3.2 Tujuan Job Safety Analysis (JSA) ......................... 25
2.1.3.3 Fungsi Job Safety Analysis (JSA) ......................... 25
2.1.3.4 Langkah-langkah yang dilakukan dalam
Melaksanakan Job Safety Analysis (JSA) ............ 25
2.1.4 Pengertian Diagram Pareto ........................................... 31
2.1.4.1 Penggunaan Diagram Pareto ................................. 31
2.1.4.2 Manfaat Penggunaan Diagram Pareto ................... 32
2.1.4.3 Langkah-Langkah Penyusunan Diagram Pareto ... 32
2.1.5 Pengertian Diagram Fhisbone ..................................... 34
2.1.5.1 Manfaat Diagram Fhisbone................................... 34
2.1.5.2 Langkah-Langkah Pembuatan Diagram
Fhisbone ............................................................................ 35
2.2 Kerangka Konseptual ........................................................... 38
iv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ..................................................................... 40
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 40
3.3 Penggunaan Diagram Pareto ................................................ 41
3.3.1 Manfaat Menggunakan DiagramPareto ........................ 41
3.3.2 Langkah-Langkah DiagramPareto ................................ 41
3.4 Langkah-Langkah Pembuatan Fishbone .............................. 42
3.5 Variabel Penelitian ............................................................... 42
3.6 Data dan Sumber Data .......................................................... 42
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ................................... 43
3.7.1 Jenis Kecelakaan Kerja Yang Dominan ....................... 43
3.7.2 Langkah-Langkah Penerapan K3 .................................. 43
3.7.3 Penyebab Kecelakaan Kerja Dengan Menggunakan
Diagram Fishbone .................................................................. 44
3.8 Kerangka Metodologi ........................................................... 44
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data ................................................................ 47
4.1.1 Data Kecelakaan Kerja ................................................ 47
4.2 Pengolahan Data ................................................................... 49
4.2.1 Menentukan Tingkat Kecelakaan Kerja di PT. Batang
Hari Barisan Padang ..................................................... 49
4.2.2 Menentukan Jumlah Jenis Kecelakaan Yang Dominan
Dengan Menggunakan Diagram Pareto ........................ 51
4.2.3 Menentukan Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja
Dengan Menggunakan Diagram Fhisbone ................... 52
v
BAB V ANAALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA
5.1 Analisis Kecelakaan Kerja.................................................... 55
5.2 Jumlah Jenis Kecelakaan Dengan Menggunakan Diagram
Pareto .................................................................................... 56
5.3 Analisis Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja Dengan
Menggunakan Diagram Fishbone ........................................ 56
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ........................................................................... 57
6.2 Saran ..................................................................................... 57
DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Kecelakaan Kerja di Bagian Produksi di PT. Batang Hari
Barisan Padang...................................................................... 3
Tabel 4.1 Data Kecelakaan di PT. Batang Hari Barisan Padang
............................................................................................... 47
Tabel 4.2 Penyebab dan Solusi Kecelakaan Kerja di PT. Batang Hari
Barisan Padang...................................................................... 49
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ………................................................. 39
Gambar 3.1 Kerangka Metodologi Penelitian…………….……………… 46
Gambar 4.1 Diagram Pareto……………………………………………… 52
Gambar 4.2 Diagram Fishbone................................................................... 53
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki beranekaragam perusahaan manufaktur, baik itu
perusahaan besar maupun usaha kecil menengah yang mesti kita tinjau
perkembangan perusahaannya.
Penggunaan teknologi yang maju sangat diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian
yang tepat akan dapat terjadinya kecelakaan, terutama pada era industrialisasi
yang ditandai adanya proses mekanisasi, elektrifikasi, danmodernisasi. Dalam
keadaan demikian penggunaan mesin, instalasi, dan bahan-bahan berbahaya akan
terus meningkat sesuai kebutuhan industrialisasi.
Hal tersebut memberikan kemudahan bagi suatu proses produksi. Efek
samping yang tidak dapat dihindari adalah bertambahnya jumlah dan ragam
sumber bahaya bagi pengguna teknologi dan faktor lingkungan kerja yang tidak
memenuhi syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Menurut Tarwaka
(2008), proses kerja yang tidak aman dan sistem kerja yang modern dapat menjadi
ancaman tersendiri terjadinya kecelakaan kerja.Hal ini dikarenakan masih banyak
perusahaan yang menghiraukan keselamatan tenaga kerja dalam melakukan
pekerjaan.Selain itu banyak juga karyawan- karyawan yang tidak mematuhi
rambu-rambu kecelakaan kerja.
1
Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar
bagi kelangsungan sebuah perusahaan.Kecelakaan kerja dapat menimbulkan
beberapa kerugian bagi perusahaan, yaitu kerugian langsung dan kerugian tidak
langsung, Kerugian yang diderita tidak hanya kerugian materi yang cukup besar
namun dapat menimbulkan trauma yang menyebabkan karyawan berhenti dari
perusahaan.
Kehilangansumber daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat
besar, karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat
digantikan oleh teknologi.Kerugian langsung dari kecelakaan kerja adalah biaya
pengobatan dan biaya kompensasi kecelakaan.Sedangkan kerugian tidak langsung
adalah kerusakan alat-alat produksi, penataan manajemen yang lebih baik,
penghentian alat produksi, dan hilangnya waktu kerja yang disebabkan oleh
kecelakaan kerja.
Agar dapat melakukan tindakan pencegahan dan keselamatan kerja, perlu
diketahui dengan tepat bagaimana dan mengapa kecelakaan kerja terjadi. Agar
efektif upaya pencegahan harus didasari pengetahuan penyebab kecelakaan yang
lengkap dan tepat. Pengumpulan dan pencatatan data kecelakaan dimaksudkan
untuk mendapat informasi yang lengkap guna upaya pencegahan kecelakaan
tersebut (Sahab, 1997). Wawancara dengan korban kecelakaan bisa menggali
informasi mengenai kejadian yang langsung berkaitan dengan kejadian
kecelakaan.
PT. Batang Hari Barisan Padang bergerak dibidang pengolahan bahan
baku getah karet. PT. Batang Hari Barisan memproduksi satu jenis produk, yaitu
produk SIR.20 dengan total produksi mencapai 30.000 ton per tahun. Produk
2
SIR.20 tersebut dipasarkan ke negara produsen ban, seperti Jepang, Eropa dan
Amerika. Tenaga kerja PT. Batang Hari Barisan Padang berjumlah 324 orang.
Kategori tingkat kecelakaan yang terjadi di ruangan produksi pada PT. Batang
Hari Barisan Padang berupa ringan, sedang dan berat. Unuk data selangkapnya
bisa dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 1.1
Data Kecelakaan Kerja di Bagian Produksi di PT. Batang Hari Barisan Padang
No Proses Kecelakaan Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Pembongkaran Bokar
Sortir
Penimbangan Bokar
Pengambilan sampel DRC/KKK
Pengisian bak breaker
Pemungutan kontaminasi
hammermill
Pengisian Bak Mako Blending I
Pengisian bak mako blending II
Pemindahan ganula ke cepper
Pemungutan kontaminasi
Penggilingan
Pengecekkan ketebalan blangket
Penggulungan blangket
Penimbangan blangket
Penaikan blangket ke lift
Penggantungan blangket di
kamar gantung angin
Pengambilan contoh blangket
basah
Pengambilan contoh blangket
kering
Penurunan blangket kering
Peremahan/cutter
Tertimpa bahan baku
Tertimpa bahan baku
Tertimpah bahan baku
-
Tertimpa bahan baku
Tangan tergores pisau
-
-
-
-
Tangan tergores pisau
Tangan terjepit,
jari tangan terpotong
-
-
-
Tergelincir, terjatuh
Tergelincir, patah tulang
-
-
Tergelincir, Patah tulang,
Tangan terjepit, jari tangan
terpotong
Tangan terjepit, tergelincir,
telingga terasa sakit
5
2
7
-
3
1
-
-
-
-
2
5
-
-
-
3
6
-
-
6
5
Bersambung Ke Hal 4
3
Tabel 1.1 ( Lanjutan)
Data Kecelakaan Kerja di Bagian Produksi di PT. Batang Hari Barisan Padang
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Pencucian peremahan
Pengisian trolley
Driyer
Pengambilan contoh bandela
Pembongkaran trolley
Penimbangan bandela
Penggepakkan/press
Pemunggutan kontaminasi
Pengecekan metal detector
Penimbangan hasil produksi
Pengambilan contoh hasil
produksi
Pengantongan hasil produksi
Pengisiian ke peti
Penyimpanan di gudang
-
Tangan tergores, tangan terjepit
kepala terbentur
-
-
Tangan terjepit
Tangan tergores pisau,sesak
nafas
Tangan terjepit, kepala
terbentur,sesak nafas
Tangan tergores pisau
-
-
-
Sesak nafas
Sesak nafas, tangan terjepit
Tertimpah barang kemasan
-
4
-
-
6
5
3
2
-
-
-
2
2
3
Sumber : PT. Batang Hari Barisan Padang
Berdasarkan data kecelakaan diatas jenis kecelakaan yang terjadi seperti
tangan terjepit, tangan tergores, jari tangan terpotong, tergelincir, kepala terbentur,
sesak nafasdan patah tulang dalam melaksanakan proses produksi produk SIR 20
merupakan kecelakaan kategori ringan, sedang dan berat. Oleh karena itu
kurangnya kesadaran karyawan dalam kesehatan dan keselamatan kerja dalam
menggunakan alat pelindung diri merupakan faktor penyebab terjadinya
kecelakaan tersbut. Karena hal-hal tersebut bisa menyebabkan gangguan selama
proses produksi.
PT. Batang Hari Barisan Padang sudah menerapkan Kesehatan
Keselamatan Kerja (K3), tetapi penerapannya belum optimal.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
menggangkat judul“Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan
4
pendekatan Job Safety Analysis (JSA). Studi Kasus di PT. Batang Hari
Barisan Padang ”
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diidentifikasikan masalah yang ada yaitu:
1. Sering terjadinya kecelakaan kerja seperti tangan terjepit, tangan tergores,
tergelincir, sesak nafas, kepala terbentur.
2. Resiko tingkat pekerjaan yang sangat tinggi seperti tangan terjepit, jari
tangan terpotong, patah tulang.
3. Belum optimalnya penerapan Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3) di
PT. Batang Hari Barisan Padang.
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di bagian produksi di
PT. Batang Hari Barisan Padang dengan pendekatan JSA.
2. Data kecelakaan kerja yang digunakan adalah data tahun 2017-2018
1.4 Rumusan Masalah
Dari latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah diatas maka
dapat rumusan masalah yaitu:
1. Apa jenis kecelakaan kerja yang paling dominan di PT. Batang Hari
Barisan Padang?
2. Bagaimana penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan
pendekatan JSA dibagian produksi di PT. Batang Hari Barisan padang?
3. Faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi kecelakaan kerja di bagian
produksi di PT. Batang Hari Barisan padang?
5
1.5 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan yang telah penulis uraikan diatas, maka penulis melakukan
penelitian ini dengan tujuan sebagai berikut :
1. Menentukan jenis kecelakaan kerja yang paling dominan di PT. Batang
Hari Barisan Padang
2. Untuk mengetahui hasil penerapan Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)
dengan pendekatan JSA di bagian produksi di PT. Batang Hari Barisan
Padang.
3. Menentukan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kecelakaan kerja
di bagian produksi di PT. Batang Hari Barisan Padang.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
a. Penulis mengenal dan mengetahui penerapan Kesselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) dengan Pendekatan JSA di bagian produksi pada
PT. Batang Hari Barisan Padang.
b. Penulis dapat menambah pengetahuan tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di bagian produksi di PT. Batang Hari Barisan
Padang.
6
2. Bagi Perusahaan
a. Hasil penelitian dapat dijadikan input atau masukan bagi perusahaan
untuk memperbaiki kinerja dan aktifitas produksi atau masalah-masalah
yang berhubungan dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
b. Perusahaan akan lebih memperhatikan tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) karyawan serta kesadaran kerja yang lebih tinggi
untuk pekerja.
3. Bagi STTIND
Dapat dijadikan sebagai salah satu bahan masukan untuk pembuatan jurnal
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sebagai pedoman bagi mahasiswa
yang akan melakukan penelitian.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Menurut Okky (2011) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah
suatu program yang dibuat oleh pemerintah yang harus dipatuhi dan dilaksanakan
pengusaha maupun pekerja sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan akibat
kerja dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif
apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tujuannya adalah untuk
menciptakan tempat kerja yang nyaman, dan sehat sehingga dapat menekan
serendah mungkin resiko kecelakaan dan penyakit.Perhatian terhadap kesehatan
pekerjaan pada mulanya lebih menekankan pada masalah keselamatan kerja yaitu
perlindungan pekerjaan dari kerugian atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan
berkaitan dengan kerja.Kemudian seiring dengan perkembangan industri,
perusahaan mulai memperhatikan kesehatan pekerja dalam arti luas yaitu
terbebasnya pekerjaan dari kesakitan fisik maupun psikis (Mondy dan Noe III,
1993).
Kesehatan kerja ialah ilmu yang mempelajari hubungan antara pekerjaan
dan kesehatan. Hubungan itu dapat terjadi dua arah. Arah pertama adalah
bagaimana pekerjaan mempengaruhi kesehatan, sedangkan arah kedua
adalahbagaimana kesehatan mempengaruhi pekerjaan. Dalam hal tersebut pertama
8
dipelajari masalah kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan. Dalam hal kedua dipelajari bagaimana pekerjaan
yang sakit agar tetap dapat menjalankan pekerjaannya secara produktif (Tan
Malaka, 1996). Kesehatan kerja meliputi segala upaya untuk mencegah penyakit
akibat kerja dan penyakit lainnya pada tenaga kerja. Tujuannya ialah agar tenaga
kerja ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan
kondisi mentalnya sehingga setiap tenaga kerja berada dalam keadaan sehat dan
sejahtera pada saat ia mulai bekerja sampai selesai masa baktinya (Syukri Sahab,
2001).
Keselamatan kerja merupakan tanggung jawab keseluruhan organisasi. lini
dan staf sama-sama bertanggung jawab, dan antar keduanya perlu adanya
koordinasi serta pembagian tugas dan tanggung jawab (Depnaker, 1996). Kinerja
perusahaan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja sifatnya relatif, karena
tidak pernah ada keselamatan dan kesehatan kerja yang mencapai sempurna.
Dengan demikian selalu dapat diupayakan perbaikan (Sahab, 2001).
Sumber lain mengatakan bahwa, keselamatan kerja adalah keselamatan
yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses
pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan (Suma’mur, 1989).
2.1.1.1 Tujuan, Saran dan Sasaran Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Program keselamatan dan kesehatan kerja ditujukan untuk mencapai
sasaran jangka pendek dan jangka panjang. Dalam keadaan tertentu manajer
8
keselamatan dan kesehatan kerja dapat menyusun program cepat (Crash Program)
untuk mencapai sasaran yang mendesak (Depnaker, 1996).
Occupational Safety and Health Administration, suatu badan yang
berwenang mengawasi keselamatan dan kesehatan kerja di Amerika Serikat,
menyarankan 4 program keselamatan dan kesehatan kerja sebagai berikut:
1. Kemauan (commitment) manajemen dan keterlibatan pekerja
2. Analisis resiko tempat kerja
3. Pencegahan dan pengendalian bahaya
4. Pelatihan pekerja, penyelia, dan manajer (Depnaker, 1996).
Sasaran manajemen keselamatan dan kesehatan kerja ialah mengurangi
dan menghilangkan faktor-faktor yang berperan dalam kejadian kecelakaan dan
penyakit akibat kerja di tempat kerja sehingga terwujud suatu tempat kerja yang
aman dan sehat yang dapat mendukung proses berproduksi yang efisien dan
produktif (Sahab, 2001).
Keselamatan kerja menurut UU No.1 Tahun 1970 Pasal 3 ayat 1 tentang
Keselamatan Kerja, disebutkan bahwa tujuan pemerintah membuat aturan
keselamatan dan kesehatan kerja sebagai berikut:
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan,
2. Memberi pertolongan pada kecelakaan,
3. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja,
4. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
atau radiasi, suara dan getaran,
5. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai,
9
6. Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik,
7. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup,
8. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban,
9. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya,
10. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan,
11. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya,
12. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerja yang
bahaya kecelakaannya m
13. Menjadi bertambah tinggi.
2.1.1.2 Beberapa Istilah dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Ada beberapa istilah dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu :
1. Kecelakaan (accident)
Suatu kejadian yang tidak dikehendaki yang dapat menimbulkan yang
dapa menimbulkan harta benda dan korban manusia termasuk penyakit
akibat kerja.
2. Aman/selamat (safety)
Bebas dari malapetaka ( bebas dari bahaya).
3. Kondisi berbahaya ( danger condition)
Keadaan lingkungan kerja yang memberikan kemungkinan terjadinya
kecelakaan. Kecelakaan tidak terjadi karena kebetulan, melainkan adanya
sebabnya oleh karena itu kecelakaan dapat di cegah, asal kita cukup
keamanan untuk mencegahnya.
10
2.1.1.3 Sejarah Perkembangan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Sejarah revolusi industri di Inggris dimana banyak terjadi kecelakaan dan
banyak membawa korban, para pengusaha pada waktu itu masih berpendapat
bahwa hal tersebut merupakan resiko pekerja yang harus di tanggung oleh pekerja
itu sendiri.Kesehatan dan keselamatan kerja telah menjadi salah satu pilar penting
ekonomi makro maupun mikro, karena keselamatan dan kesehatan kerja tidak bisa
dipisahkan dari pro-duksi barang dan jasa (Enget al,2009). Untuk itu perusahaan
harus me-nekan risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja, karena kecelakaan
akan menyebabkan kelambatan produksi, padahal ketepatan waktu dapat
menghemat biaya yang besar, sebaliknya ketidaktepatan dalam memenuhi jadwal
dapat berakibat kerugian yang besar pada perusahaan dan pelanggan (Depnaker,
2012).
Pada mulanya tidak ada langkah yang di ambil untuk mengurangi
kecelakaan dan penderitaan para korban karena bagi para pengusaha sendiri hal
tersebut dapat dengan mudah di tanggulangi dengan jalan memperkerjakan tenaga
kerja baru. Akhirnya banyak orang berpendapat bahwa membiarkan korban
berjatuhan apabila tanpa ganti rugi bagi korban yang dianggap tidak
manusiawi(http://pusatk3.com/sejarah-perkembangan-pusat-k3/).
Pada tahun 1911 di Amerika Serikat dilakukan undang-undang “work
compensation low” dimana disebutkan bahwa memandang apakah kecelakaan
tersebut terjadi akibat kesalahan si korban atau tidak, yang bersangkutan akan
mendapatkan ganti rugi, jika terjadi dalam pekerjaan. Berdasarkan undang-undang
inilah menandai permulaan usaha pencegahan yang lebih terarah.
11 7
7
Di Inggris pada mulanya aturan undang-undang yang hampir sama telah
juga diperlakukan namun harus dibuktikan bahwa kecelakaan tersebut bukanlah
terjadi karena kesalahan dari korban. Jika terbukti kecelakan yang terjadi adalah
akibat kesalahan atau kelalaian si korban maka tidak akan di ganti rugi, karena
pekerja pada posisi yang lemah sebab pembuktian salah, tindakan yang
bersangkutan selalu merugikan korban.Di Indonesia perkembangan keselamatan
dan kesehatan kerja sudah di mulai sejak zaman penjajah Belanda dan mulai
dengan pengawasan terhadap pemakaian ketel uap. Kegiatan pengawasan tersebut
kemudian berkembang, serta juga dilakukan terhadap alat-alat yang lain sejalan
dengan perkembangan industri.
Pada umumnya peraturan tersebut berisfat represif dan lebih menitik
beratkan kepada pengamanan terhadap alat-alat produksi yang merupakan salah
satu kepentingan utama di pemerintahan colonial.
2.1.1.4 Tiga Tujuan Penerapan K3 di Tempat Kerja
Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) meiliki beberapa tujuan
dalam pelaksanaannya berdasarkan Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja.Di dalamnya terdapat tiga tujuan utama dalam penerapan K3
berdasarkan Undang-Undang N0.1 Tahun 1970 tentang Keselamtan Kerja yaitu
antara lain:
1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang
lain di tempat kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan
efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.
12 7
7
2.1.1.5 Langkah-Langkah Penerapan K3
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dapat didefenisikan sebagai ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam suatu usaha untuk mencegah kemungkinan
terjadinya berbagai jenis kecelakaan serta penyakit akibat kerja. Intinya K3 itu
dibuat untuk menjamin keselamatan pekerja dalam menjalankan tugasnya.
Langkah Keselamtan dan Kesehatan Kerja Tahap Persiapan perlu diketahui
terlebih dahulu bahwa setiap jenis kerja memiliki langkah dan prosedur
keselamatan dan kesehatan kerja yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut
tergantung pada sasaran dan lingkungan kerja. Berikut adalah tujuan utama
diterapkannya keselamatan dan kesehatan kerja.
1. Menjamin keselamtan dan kesehatan kerja atau orang yang berada di
tempat kerja.
2. Menjamin kelancaran prosedur produksi dalam memanfaatkan sumber
yang ada secara lancar.
Keselamatan dan Ksehatan Kerja (K3) harus diterapkan pada semua tempat kerja
yang melibatkan aspek manusia sebagai tenaga keja, entah itu empt kerja yang
sifatnya masih berkembang ataupun yang sudah maju. Berikut adalah aspek
perlindungan yang harus diperhatikan dalam K3.
1. Semua tenaga kerja dari semua jenis serta jenjang keahlian.
2. Peralatan serta bahan produksi yang di pergunakan.
3. Faktor- faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologi, kimia,
sampai dengan sosial.
4. Proses dalam produksi.
5. Krakteristik serta sifat pekerjaan.
13 7
7
6. Toknologi serta metodologi kerja yang diterapkan. (UU N0.1 tahun
1970).
2.1.1.6 Manfaat Penerapan K3
Pengaruh positif terbesar yang diraih akibat penerapan K3 pada
perusahaan adalah adanya pengurangan angka kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja. Selain itu, beberapa manfaat lain dari penerapan K3 adalah (Kawatu,
2012)
1. Melindungi pekerja
2. Patuh terhadap Undang-Undang
3. Menigkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan
4. Membuat sistem manajemen yang efektif
2.1.2 Pengertian Kecelakaan Kerja
Menurut Suma’mur (1992) kecelakaan kerja adalah kecelakaan
berhubungan dengan kerja. Hubungan kerja disini dapat berati bahwa kecelakaan
terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan.
Berdasrkan peraturan menteri Tenaga Kerja Nomor 04/Men/1993, tentang
kecelakaan kerja, kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan
dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja,
demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah
menuju tempat kerja, dan pulang kerumah melalui jalan yang biasa atau wajar
dilalui.
Menurut Suma’mur (1989), kecelakan akibat kerja adalah kecelakaan yang
berhubungan dengan kerja pada perusahaan, artinya bahwa kecelakaan kerja
terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan.
14 7
7
Sementara menurut silalahi dan silalahi (1995) kecelakan kerja adalah
setiap pembuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan
kecelakaan. Sedangkan sugandi (2003), menyatakan bahwa kecelakan kerja
(acident) merupakan suatu kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan yang
merugikan terhadap manusia, merusak harta benda atau kerugian terhadap proses.
Kecelakaan akibat kerja menurut organisasi perburuhan Internasional
tahun 1962dalam Suwardi, 2018 adalah sebagai berikut:
1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan
a. Terjatuh.
b. Tertimpa bendah jatuh.
c. Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda jatuh.
d. Terjepit oleh benda
e. Gerakan-grakan melebihi kemampuan.
f. Pengaruh suhu tinggi.
g. Terkena arus listrik
h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi.
2. Klasifikasi menurut penyebab
a. Mesin
1) Pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik
2) Mesin penyalur (Trasmisi)
3) Mesin-mesin untuk pengerjaan logam.
4) Mesin-mesin pengolahan kayu.
b. Alat angkut dan alat angkat
1) mesin angkat dan peralatannya.
15 7
7
2) Alat angkutan diatas rel
3) Alat angkut lain yang beroda, kecuali kereta api
4) Alat angkutan lain.
c. Peralatan lain
1) Bejana tekanan
2) Dapur pembakar dan pemanas
3) Instalasi pendingin
4) Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi dikecualikan alat-alat
listrik (tangan)
5) Perancah (streger)
6) Peralatan lain yang belum termasuk klasifikasi tersebut.
d. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi
1) Bahan peledak
2) Debu, gas, cairan dan zat-zat kimia, terkecuali bahan peledak
3) Benda-benda melayang
4) Radiasi
5) Bahan-bahan dan zat lain yang belum termasuk golongan tersebut.
e. Lingkungan kerja
1) Di luar bangunan
2) Di dalam bangunan
3) Di bawah tanah.
f. Penyebab-penyebab lain yang belum termsuk golongan-golongan tersebut.
1) Hewan
2) Penyebab lain.
16 7
7
3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan
a. Patah tulang
b. Dislokasi/keseleo
c. Regang otot
d. Memar dan luar dalam yg lain
e. Amputasi
f. Luka-luka lain
g. Pengaruh radiasi
h. Dan lain-lain
4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka ditubuh
a. Kepala
b. Leher
c. Badan
d. Anggota atas
e. Anggota bawah
f. Banyak tempat
g. Kelainan umum
2.1.2.1 Sebab-SebabKecelakaan (Accident cause)
Kecelakaan tidak terjadi begitu saja, kecelakaan terjadi karena tindakan
yang salah atau kondisi yang tidak aman. Kelalaian sebagai sebab kecelakaan
merupakan nilai tersendiri dari teknik keselamatan. Ada pepatah yang
mengungkapkan tindakan yang lain, seperti kegagalan dalam melihat atau berjalan
mencapai suatu yang jauh diatas sebuah tangga. Hal tersebut menujukan, cara
17 7
7
yang lebih baik selamat untuk menghilangkan kondisi kelalaian dan memperbaiki
kesadaran mengenai keselamatan setiap karyawan pabrik. (Suma’mur, 1987)
ILO (1989) Mengemukaakan bahwa kecelakaan akibat kerja pada
dasarnya disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor pekerja, pekerjaannya dan faktor
lingkungan di tempat kerja. Ketiga faktor tersebut dapat diuraikan menjadi :
1. Faktor Pekerja
a. Umur
Umur mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian akibat
keceakaan kerja. Golongan umur tua mempunyai kecenderungan yang
umur muda, karena umur muda mempunyai reaksi dan kegesitan yang
lebih tinggi (Hunter 1975). Namun umur mudapun sering mengalami
kasus kecelakaan akibat kerja, hal ini mungkin karena kecerobohan dan
sikap suka tergesa-gesa (Tresnaningsih 1991).
Dari hasil penelitian di Amerika Serikat diungkapkan bahwa pekerja
usia muda lebih banyak mengalami kecelakaan kerja dibanding pekerja
yang berusia tua. Pekerja usia muda bisanya kurang berpengalaman
dalam pekerjaannya (ILO, 1989).
Banyak alasan mengapa tenaga kerja golongan umur muda mempunyai
kecenderungan untuk menderita kecelakaan akibat kerja lebih tinggi
dibandingkan dengan golongan umur yang lebih tua. (Oborno 1982),
menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya tingkat
kejadian kecelakaan akibat kerja pada golongan umur muda antara lain
karena kurang perhatian, kurang disiplin, cenderung mengikuti kata
hati, ceroboh dan tergesa-gesa.
18 7
7
b. Tingkat Pendidikan
Pendidikan seseorang berpengaruh pada pola fikir seseorang dalam
menghadapi pekerjaan yang di percayakan kepadanya, selain itu
pendidikan juga akan mempengaruhi tingkat penyerapan terhadap
pelatihan yang mengandalkan fisik (Efrench, 1975).
Hal ini dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja karena beban
fisik yang berat dapat mengakibatkan kelelahan yang merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan akibat kerja.
Menurut Achmadi (1990) yang dimaksud denagan pendidikan adalah
pendidikan formal yang diperoleh disekolah dan ini sangat berpengaruh
terhadap perilaku pekerja. Namun disamping pendidikan formal,
pendidikan non formal seperti penyuluhan dan pelatihan juga dapat
berpengaruh terhadap pekerja dalam pekerjaannya.
c. Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
kecelakaan akibat kerja. Berdasarkan berbagai penelitian dengan
meningginya pengalaman dan keterampilan akan disertai dengan
menurunnya angka kecelakaan akibat kerja. Kewaspadaan terhadap
kecelakaan akibat kerja bertambah baik sejalan dengan partambahan
usia dan lamanya kerja di tempat kerja yang bersangkutan (Suma’mur
1989). Tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui secara mendalam
seluk-beluk pekerjaannya.
2. Pekerjaan
a. Giliran Kerja (Shitf)
19 7
7
Giliran kerja adalah pembagian kerja dalam waktu dua puluh empat jam
(Andrauler P, 1989). Terdapat dua masalah utama pada pekerja yang
bekerja yang bekerja secara giliran, yaitu ketidak mampuan pekerja
untuk berpartisipasi dengan sistem shiftt dan ketidak mampuan pekerja
untuk beradaptasi dengan kerja malam hari dan tidur pada siang hari
(Andreuler P, 1989). Pergeseran waktu kerja pagi, siang dan malam hari
dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan akibat keclakaan kerja
(Achmadi, 1980).
b. Jenis (Unit) Pekerjaan
Jenis pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap resiko terjadinya
kecelakaan akibat kerja (Suma’mur, 1989). Jumlah dan macam akibat
kecelakaan akibat kerja berbeda-beda di berbagai kesatuan operasi
dalam suatu proses.
3. Faktor Lingkungan
a. Lingkungan Fisik
Pencahayaan, Pencahayaan merupakan suatu aspek lingkungan fisik
yang penting bagi keselamatan kerja. Beberapa penelitian membuktikan
bahwa pencahayaan yang tepat dan yang sesuai dengan pekerjaan akan
dapat menghasilkan produksi yang maksimal dan dapat mengurangi
terjadinya kecelakaan akibat kerja (ILO, 1989).
Kebisingan, Kebisingan di tempat kerja dapat berpengaruh terhadap
pekerja karena kebisingan dapat menimbulkan gangguan perasaan,
gangguan komunikasi, sehingga dapat menyebabkan salah pengertian,
tidak mendengar isyarat yang diberikan, hal ini dapat berakibat
20 7
7
terjadinya kecelakaan akibat kerja, disamping itu kebisingan juga dapat
menyebabkan hilangnya pendengaran sementara atau mnetap. Nilai
ambang batas kebisingan adalah 85 dan 8 jam kerja sehari atau 40 jam
kerja dalam seminggu (Suma’mur, 1989)
b. Lingkungan Kimia
Faktor lingkungan kimia merupakan salah satu faktor lingkungan yang
memungkinkan suatu proses, penyebab kecelakaan kerja. Faktor
tersebut dapat berupa bahan baku suatu produk, hasil suatu produksi
dari suatu proses, proses produksi sendiri ataupun limbah dari suatu
proses produksi.
c. Lingkungan Biologi
Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari serangga
maupun binatang lain yang ada di tempat kerja. Berbagai macam
penyakit apat timbul seperti infeksi, allergi, dan sengatan serangga
maupun gigitan binatang berbisa berbagai penyakit serta bisa
menyebabkan kematian (Sahap 1998).
2.1.2.2 Pencegahan Kecelakaan
Suatu pencegahan kecelakaan yang efektif memerlukan pelaksanaan
pekerjaan dengan baik oleh setiap orang ditempat kerja. Semua pekerja harus
mengetahui bahaya dari bahan dan peralatan yang mereka tangani, semua bahaya
dari operasi perusahaan serta cara pengendaliannya. Untuk itu diperlukan
pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan pekerja mengenai keselamatan dan
kesehatan kerja atau dijadikan satu paket dengan pelatihan lain (Depnaker, 1996).
Pencegahan kecelakaan berdasarkan pengetahuan tentang sebab kecelakaan.
21 7
7
Sebab disuatu perusahaan diketahui dengan mengadakan analisa kecelakaan.
Pencegahan ditujukan kepada lingkungan, mesin, alat kerja, perkakas kerja, dan
manusia (Suma’mur, 1996).
Menurut Bennett NB. Silalahi (1995) ditinjau dari sudut dua sub sistem
perusahaan teknostruktural dan sosio proseksual, teknik pencegahan kecelakaan
harus didekati dari dua aspek, yaitu aspek perangkat keras (peralatan,
perlengkapan, mesin, letak dan sebagainya) dan perangkat lunak (manusia dan
segala unsur yang berkaitan). Menurut Julian B. Olishifski (1985) dalam Gempur
Santoso (2004) bahwa aktivitas pencegahan kecelakaan dalam keselamatan kerja
profesional dapat dilakukan dengan memperkecil (menekan) kejadian yang
membahayakan, memberikan alat pengaman, memberikan pendidikan (training),
dan memberikan alat pelindung diri.
Menurut ILO dalam ILO (1989) berbagai cara yang umum digunakan untuk
meningkatkan keselamatan kerja bidang industri dewasa ini yaitu, peraturan,
standarisasi, pengawasan, riset teknis, riset medis, riset psikologis, riset statistik,
riset pendidikan, pelatihan, persuasu, asuransi.
2.1.3 Job Safety Analysis (JSA)
Job Safety Analysis (JSA) adalah teknik manajemen keselamatan yang
berfokus pada identifikasi bahaya dan pengendalian bahaya yang berhubungan
dengan rangkaian pekerjaan atau tugas yang hendak dilakukan, dimana JSA ini
berfokus pada hubungan antara pekerja, tugas atau pekerjaan, peralatan dan
lingkungan kerja (Wadahtekno, 2018)
22 7
7
Job Safety Analysis (JSA) merupakan metode yang secara sistematis
menguraikan sebuah pekerjaan untuk mengenali bahaya, mengevaluasi resiko dan
menentukan tindakan pencegahan (Suryono dan Dendy, 2010).
2.1.3.1 Hal-Hal yang di Lakukan Dalam Job Safety Analysis (JSA)
Hal-hal yang dilakukan dalam Job Safety Analysis (JSA) adalah sebagai
berikut: (Suryono dan Dendy, 2010).
a. Identifikasi bahaya yang berhubungan dengan setiap langkah dari
pekerjaan yang berpotensi untuk menyebabkan bahaya seriyus.
b. Menentukan bagaimana untuk mengontrol bahaya.
2.1.3.2 Tujuan Job Safety Analysis(JSA)
Tujuan Job Safety Analysis (JSA) adalah untuk menjelaskan pelaksanaan
analisis keselamatan kerja atau JSA juga dapat membantu menyelesaikan
pekerjaan dengan aman. JSA umumnya dibuat ketika ada suatu pekerjaan yang
beresiko tinggi sebagai prosedur dan merencanakan metode kerja yang aman
(Pramono, 2018)
2.1.3.3 Fungsi Job Safety Analysis(JSA)
Terdapat beberapa kegunaan job safety analysis(JSA) yang dibuat untuk
sebagai berikut:
1. Mengenali “hazard” pada suatu pekerjaan
2. Menaksir kemungkinan untuk merugikan pada orang, peralatan, dan
lingkungan dari suatu “hazard”
3. Memikirkan langkah untuk mengendalikan resiko yang berhubungan
dengan suatu “hazard”
23 7
7
4. Memeriksa metode kerja dan mengembangkan suatu prosedur kerja yang
aman.
5. Menyediakan suatu pendekatan yang konsisten kepada semua karyawan
dan kontraktor dengan mematuhi pada manajemen resiko pekerjaan
(Wadahtekno, 2018).
2.1.3.4 Langkah-Langkah yang Dilakukan Dalam Melaksanakan Job Safety
Analysis (JSA)
Membentuk operasi kerja yang sistematis, membangun prosedur kerja
yang tepat dan aman serta memastikan setiap pekerja sudah mendapatkan
pelatihan dengan benar dapat membantu Anda dalam mencegah terjadinya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK) di tempat kerja.
Dalam hal ini, pelaksanaan JSA menjadi cara yang efektif untuk mewujudkan
ketiga hal tersebut melalui analisis bahaya yang terdapat di area kerja. Anda
sebagai supervisor dapat menggunakan hasil analisis tersebut untuk
mengendalikan bahaya di tempat kerja.
Job safety analysis (JSA), biasa disebut juga dengan job hazard
analysis(JHA) atau job task analysis(JTA) adalah teknik manajemen keselamatan
yang berfokus pada identifikasi bahaya dan pengendalian bahaya yang
berhubungan dengan rangkaian pekerjaan atau tugas yang hendak dilakukan di
area kerja. JSA umumnya melibatkan empat unsur penting sebagai berikut:
1. Langkah-langkah pekerjaan secara spesifik
2. Identifikasi bahaya yang terdapat pada setiap langkah pekerjaan
24 7
7
3. Menentukan skala bahaya atau urutan bahaya yang harus ditangani
terlebih dahulu (atau bahkan tidak perlu penanganan)
4. Merancang dan menerapkan pengendalian bahaya.
Melalui analisis bahaya yang sistematis mencakup identifikasi bahaya dan
pengendaliannya dalam setiap tahapan suatu proses pekerjaan di area kerja,
inidapat membantu Anda menciptakan lingkungan kerja yang aman.
Dengan melaksanakan JSA, sebetulnya Anda sebagai supervisor sudah
memastikan bahwa anda telah merencanakan dan membuat prosedur kerja dengan
benar dan pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan aman.
maka dari itu, JSA dapat dikatakan sebagai metode yang sangat penting dalam
manajemen risiko karena dapat membantu pekerja melakukan pekerjaannya
secara aman dan efisien, juga melindungi peralatan kerja dari kerusakan.Melalui
pelaksanaan JSA secara komprehensif, hal ini dapat berdampak juga pada
berkurangnya jumlah cedera dan penyakit akibat kerja berkurangnya absen
pekerja, biaya kompensasi pekerja jadi lebih rendah, bahkan meningkatkan
produktivitas.
1. Memilih pekerjaan yang akan dianalisis
Untuk memulai proses JSA, pilih pekerjaan atau tugas yang perlu dievaluasi.
Memilih pekerjaan untuk dianalisis mungkin terdengar sederhana, namun
dapat menjadi pertimbangan penting ketika Anda memiliki waktu dan sumber
daya terbatas untuk menganalisis semua tahapan proses pekerjaan.
Pada dasarnya, hampir semua jenis pekerjaan membutuhkan JSA. Namun,
ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan prioritas
pekerjaan yang harus dianalisa terlebih dahulu, di antaranya:
25 11
7
7
7
7
a. Pekerjaan dengan tingkat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja
tertinggi
b. Pekerjaan yang berpotensi menyebabkan cedera serius atau penyakit
akibat kerja yang mematikan, bahkan untuk pekerjaan yang tidak ada
riwayat kecelakaan sebelumnya
c. Pekerjaan di mana satu kelalaian kecil yang dilakukan pekerja dapat
menyebabkan kecelakaan fatal atau cedera serius.
d. Setiap pekerjaan baru atau pekerjaan yang telah mengalami perubahan
proses dan prosedur kerja
e. Pekerjaan yang cukup kompleks dan membutuhkan instruksi tertulis.
2. Merinci langkah-langkah pekerjaan dari awal hingga selesainya pekerjaan
untuk melaksanakan JSA yang tepat dan menyeluruh, setiap pekerjaan
harus dirinci. Langkah-langkah ini tidak hanya dibuat secara spesifik
untuk satu pekerjaan tertentu, tetapi juga khusus untuk satu area kerja
tertentu. Jika area kerja berubah tetapi jenis pekerjaan sama, tetap saja
langkah-langkah dari pekerjaan tersebut perlu berubah juga.
Penting untuk menghindari merinci pekerjaan terlalu sempit (detail) atau
terlalu luas. Umumnya, setiap pekerjaan mengandung tidak lebih dari 10
tugas perorangan. Jika ternyata tugas perorangan pada JSA melebihi
jumlah ini, pertimbangkan untuk membagi pekerjaan menjadi dua atau
lebih fase secara terpisah.Penting bagi supervisor untuk menjaga urutan
tugas dengan benar guna memastikan bahwa setiap tahap identifikasi
bahaya dan pengendaliannya sesuai urutan pekerjaan yang dilakukan para
26 11
7
7
7
7
pekerja.Perincian tugas biasanya dilakukan dengan cara pengamatan
langsung, setidaknya satu supervisor mengetahui tahapan pekerjaan secara
langsung dan mencatat serangkaian tugas yang dilakukan oleh pekerja
yang terlatih dan berpengalaman.Pengamatan langsung terhadap pekerja
yang berpengalaman membantu memastikan bahwa pekerjaan dilakukan
sesuai urutan yang tepat dengan tingkat pencegahan yang tinggi, ini
membantu supervisor mengidentifikasi bahaya yang tidak terduga jadi
lebih mudah. Hal ini juga membantu memastikan bahwa semua tugas,
termasuk langkah yang sering terlewatkan seperti pengaturan dan
pembersihan, dapat ditinjau ulang.
3. Identifikasi bahaya
Setiap bahaya harus diidentifikasi sesegera mungkin setelah pengamatan
dan perincian setiap langkah pekerjaan selesai dilakukan. Jika satu atau
lebih langkah pekerjaan perlu diulang, sebaiknya lakukan dengan segera,
jika memungkinkan.Identifikasi bahaya menjadi bagian paling penting
dalam pelaksanaan JSA. Berikut beberapa hal yang dapat dipertimbangkan
saat mengidentifikasi bahaya:
a. Penyebab kecelakaan kerja sebelumnya (jika ada)
b. Pekerjaan lain yang berada di dekat area kerja
c. Regulasi atau peraturan terkait pekerjaan yang hendak dilakukan
d. Instruksi produsen dalam mengoperasikan peralatan kerja.
4. Menentukan tindakan pengendalian
Setiap bahaya yang telah diidentifikasi sebelumnya tentu membutuhkan
pengendalian. Pengendalian ini menjelaskan bagaimana cara Anda akan
27 11
7
7
7
7
menghilangkan bahaya di area kerja atau bagaimana cara Anda akan
mengurangi risiko cedera secara signifikan.Hierarki kontrol/ pengendalian
bahaya adalah sebuah alat yang umum digunakan untuk mengembangkan
tindakan pengendalian bahaya yang terkait dengan pekerjaan. National
Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) membagi lima
hierarki pengendalian bahaya di tempat kerja, di antaranya:
a. Eliminasi − menghilangkan atau meminimalkan bahaya
b. Substitusi − mengganti alat, mesin, atau bahan lain yang berbahaya
menjadi kurang berbahaya
c. Rekayasa teknik − melakukan isolasi, memasang sistem ventilasi
tambahan, modifikasi alat, mesin atau tempat kerja jadi lebih aman
d. Pengendalian administratif – prosedur, aturan, pelatihan, durasi kerja,
rambu K3, poster K3, label, dll.
e. Alat pelindung diri (APD) -Eliminasi bahaya secara luas dianggap
sebagai solusi jangka panjang yang paling efektif untuk memperbaiki
keselamatan kerja di perusahaan. Namun, sering kali juga termasuk
upaya pengendalian bahaya yang paling sulit diterapkan dalam jangka
pendek dan memakan biaya yang mahal.Sementara, upaya
pengendalian administratif dan penggunaan APD cenderung lebih
murah dan mudah untuk diterapkan pada awalnya, namun sering kali
kurang efektif untuk mengendalikan bahaya dan sulit dipertahankan
dalam jangka panjang.
5. Dokumentasi dan komunikasikan temuan analisis bahaya kepada pekerja.
28 7
7
Setelah JSA selesai dilaksanakan, hasilnya harus didokumentasikan dan
diinformasikan kepada pekerja sehingga mereka mengetahui bahaya
terkait dengan pekerjaan yang akan mereka lakukan dan mengetahui
tindakan pencegahan/ pengendalian yang membantu mereka agar tetap
aman ketika bekerja.
Pada setiap pekerjaan yang dilakukan di PT. Batanghari Barisan Padang
tidak menutup kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja, dimulai dari proses
penerimaan bahan olah sampai kepada proses penyimpana produk akhir.
Penggunaan Alat Pelindung Dirimerupakan tahap akhir dari pengendalian
kecelakaan maupun penyakit akibat kerja. Pada kenyataannya masih banyak
juga pekerja yang tidak menggunakannya, walaupun telah diketahui besarnya
risiko yang ditimbukan. Hal inidisebabkan karena banyak faktoryang
mempengaruhi perilaku pekerja sehingga tidak menggunakan alat pelindung diri
tersebut.
2.1.4 Pengertian Diagram Pareto
Diagram Pareto adalah suatu grafik batang (nilai atau jumlah asal) yang
dipadukan dengan diagram garis (jumlah kumulatif %) yang terdiri dari berbagai
faktor yang behubungan dengan suatu variabel yang disusun menurut besarnya
dampak faktor tersebut. Diagram pareto ini di gunakan untuk mengklasifikasikan
masalah menurut sebab dan gejalanya, dengan menggunakan format grafik
batang, dimana 100% menunjukkan kerugian total. Prinsip yang mendasari
diagram ini adalah aturan 80-20 yang menyatakan bahwa 80% of the trouble
comes from 20% of the problems.( Fandy Tjiptono, 2014)
29 7
7
2.1.4.1 Penggunaan Diagram Pareto
Diagram pareto digunakan pada saat:
1. Menganalisis data tentang frekuensi masalah atau penyebab dalam suatu
proses.
2. Ingin fokus pada masalah atau penyebab yang paling signifikan dari sekian
banyak masalah atau penyebab.
3. Menganalisis faktor penyebab atau masalah yang luas dengan melihat hal
khusus dari penyebab/masalah tersebut.
4. Mengkomunikasikan data dengan pihak lain.
2.1.4.2 Manfaat Menggunakan Diagram Pareto
Manfaat dalam penggunaan pareto yaitu:
1. Dapat memilah masalah utama atau besar menjadi bagian yang lebih kecil
sehingga dapat fokus pada upaya perbaikannya.
2. Mengidentifikasidan mengurutkan menurut prioritas atau faktor yang
paling signifikan.
3. Memungkinkan pemanfaatan yang lebih baik sumber daya yang terbatas
2.1.4.3 Langkah-langkah Penyusunan Diagram Pareto
Untuk membangun sebuah Diagram Pareto, maka harus dimulai dengan
kepemilikan data yang telah dikumpulkan dan dikelompokkan. Langkah-langkah
selengkapnya sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
a. Mengidentifikasi topik,kejadian,masalah dan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap hal tersebut (kategori) yang akan
30 7
7
diteliti (misalnya, jenis kesalahan yang ditemukan selama persiapan
operasi). Biasanya menggunakan check sheet
b. Tentukan cara pengukuran yang tepat. Pengukuran umum adalah
frekuensi, kuantitas, biaya dan waktu.
c.Tentukan berapa lama cakupan diagram pareto: Satu siklus kerja, Satu
hari penuh, Seminggu, atau yang lain
d. Mengumpulkan data atau mengolah data yang sudah ada.
2. Olah data dengan Excel
a. Hasil pengumpulan/pengukuran data diberikan/diisikan pada masing-
masing kategori (pada dokumen Excel)
bUrutkan (sort) data yang dimiliki dari yang frekuensi tertinggi hingga
terendah
c. Hitung jumlah total hasil pengukuran keseluruhan kategori.
d. Hitunga persentase tiap kategori.
e. Hitung jumlah kumulatif persentase kategori.
d. Buat diagram pareto dengan Excel.
f. Atur diagram sesuai kelayakan informasi grafis
3. Tindak lanjut
a. Analisis atau Interpretasikan dan komunikasikan hasil diagram tersebut
Lakukan upaya perbaikan sesuai prioritas
c. Evaluasi hasilnya dengan langkah-langkah tersebut diatas untuk
perbandingan pasca intervensi.
31 7
7
2.1.5 PengertianDiagram Fishbone
Diagram sebab akibat yang sering juga disebut diagram tulang ikan
(Fishbone Diagram) atau diagram Ishikawa adalah suatu diagram yang
menunjukkan hubungan antara sebab-akibat. (Prima Fithri, MT, Regina yulinda
Sari, 2015)
Diagram Fishbone merupakan suatu alat untuk mengidentifikasi dan
secara grafik menggambarkan suatu suatu detail semua penyebab yang
berhubungan dengan suatu permasalahan. Diagram fishbone digunakan pada
tahap mengidentifikasi permasalahan dan meneentukan penyebab dari
munculnya permasalahan tersebut. Diagram fishbone juga dapat digunakan pada
proses perubahan. (https://www. Academia.edu)
2.1.5.1 Manfaat Diagram Fihsbone
Diagram Fishbone dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan baik
pada level individu, tim, maupun organisasi. Terdapat banyak kegunaan atau
manfaat dari diagram Fishbonetersebut antara lain:
1. Memfokuskan individu , tim, atau organisasi pada permasalahan utama.
Penggunaan diagram dalam tim/organisasi untuk menganalisis
permasalahan akan membantu anggota tim dalam memfokuskan
permasalahan pada masalah prioritas.
2. Memudahkan dalam mengilustrasikan gambaran singkat permasalahan
tim/organisasi. Diagram Fihsbon dapat mengilustrasikan permasalahan
utama secara ringkas sehingga tim akan mudah menangkap permasalahan
utama.
32 7
7
3. Menentukan kesepakatan mengenai penyebab suatu masalah. Dengan
menggunakan teknik Brainstorming paraa anggota tim akan memberikan
sumbangan saran mengenai penyebab munculnya masalah.
4. Membangun dukungan anggota tim untuk menghasilkan solusi. Setelah
ditentukan penyebab dari masalah, langkah untuk menghasilkan solusi
akan lebih mudah mendapatkan dukungan dari anggota tim.
5. Memfokuskan tim pada penyebab masalah. Diagram Fihsbone akan
memudahkan anggota tim pada penyebab masalah. Juga dapat
dikembangkan lebih lanjut dari setiap penyebab yang telah ditemukan.
6. Memudahkan visualisasi hubungan antara dengan masalah. Hubungan ini
akan terlihat dengan mudah pada diagram fishbone yang telah di buat.
7. Memudahkan tim beserta anggota tim untuk melakukan diskusi dan
menjadikan diskusi lebih terarah pada masalah dan penyebabnya.
(https://www. Academia.edu)
2.1.5.2 Langkah-langkah Pembuatan Diagram Fishbon
Ada beberapa langkah dalam pembuatan fhisbon diagram yaitu sebagai
berikut:
1. Langkah Pertama Yaitu Menyepakati Pernyataan Masalah
a. Sepakati Sebuah pernyataan masalah (Problem Statement)
Pernyataan masalah diinterpretasikan sebagai “ effect “ atau secara visual
dalam fishbone seperti “ kepala ikan “
b. Tuliskan masalah terdebut di tengah whiteboard di sebelah paling kanan,
misal; “ bahaya potensial pembersihan kabut oli “
33 7
7
c. Gambarkan sebuah kotak mengelilingi tulisan pernyataan masalah
tersebut ddan buat panah horizontal panjang menuju ke arah kotak
2. Langkah KeduaYaitu Mengidentifikasi Kategori Kategori
a. Dari garis horisontal utama, buat garis diagonl yang menjadi “cabang”.
Setiap cabang mewakili “sebab utama” dari masalah yang ditulis. Sebab
ini diintepretasikan sebagai “cause” , atau secara visual dalam fishbone.
b. Kategori sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa
sehingga masuk akal dengan situasi.
Kategori kategori ini antara lain :
Kategori 6M yang biasa digunakan dalam industri manufaktur :
a. Machine (mesin dan teknologi)
b. Method (metode atau proses)
c. Material (termasuk raw material, consumption, dan informasi)
d. Man power (tenaga kerja atau pekerjaan fisik)
e. Mind power (pekerjaan pikiran)
f. Measurement (pengukuran atau inspeksi)
g. Milieu (lingkungan)
Kategori 8P yang biasa digunakan dalam industri jasa:
a. Product (produk)
b. Price (harga)
c. Place (tempat)
d. Promotion (promosi)
e. People (orang)
Kategori 5S yan bisa digunakan dalam industrii jasa :
35 7
7
a. Surroundings (Lingkungan)
b. Syistem (Pemasok)
c. Skills (Keterampilan)
d. Safety (Keselamatan)
3. Langkah Ketiga Yaitu Menentukan Sebab-Sebab Potensial Denagan Cara
Brainstorming
a. Setiap kategori mempunyai sebab-sebab yang perlu diuraikan melalui sesi
Brainstorming.
b. Sebab- sebab ditemukan , tentukan bersama-sama di mana sebab tersebut
harus di tempatkan dalam Fishbone diagram, yaitu tentukan di bawah
kategori yang mana gagasan tersebut harus ditempatkan.
c. Sebab-sebab di tulis dengan garis horizontal sehingga banyak
“ulang”kecil keluar dari garisdiagonal.
d. Lalu mengapa sebab itu muncul?
e. Suatu sebab bisa di tulis di beberapa tempat jika sebab tersebut
berhubungan dengan beberapa kategori.
4. Langkah Ke Empat Yaitu Mengkaji dan Menyepakati Sebab-Sebab Yang
Paling Mungkin
a. Setelah setiap kategori di carilah, sebab-sebab paling mungkin di antara
semua sebab dan sub-subnya.
b. Jika ada sebab-sebab yang muncul pada lebih dari satu kategori.
36 7
7
2.2 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan rancangan penelitian terhadap hubungan
masalah atau variabel-variabel yang diteliti. Pada pendahuluan penulis telah
mengemukakan pokok masalah yaitu membahas mengenai seberapa besar
kecelakaan kerja yang terjadi di bagian produksi pada PT. Batang Hari Barisan
Padang. Data yang dibutuhkan ialah data penyebab utama terjadinya kecelakaan
kerja pada PT. Batang Hari Barisan Padang. Data tersebut diolah sehingga
didapatkan bagaimana cara menghindari terjadinya kecelakaan kerja pada
PT.Batang Hari Barisan Padang. Berikut adalah bagan kerangka konseptual dari
penelitian :
37 7
7
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
INPUT
1. Data kecelakaan
kerja di bagian
produksi di PT.
Batang Hari
Barisan Padang
PROSES
1. Jenis
kecelakaan
kerja yang
paling
dominan di
PT. Batang
Hari Barisan
Padang.
2. Langkah-
langkah
penerapan K3
3. Menentukan
penyebab
terjadinya
kecelakaan
kerja dengan
menggunakan
diagram
fisbone
OUTPUT
1. Kecelakaan
kerja yang
dominan
2. Hasil penerapan
Kesehatan dan
Keselamatan
Kerja (K3)
dengan
pendekakatan
JSAdi bagian
produksi di PT.
Batang Hari
Barisan Padang
3. Faktor-faktor
yang
mempengaruhik
ecelakaan kerja
di bagian
produksi di PT.
Batang Hari
Barisan Padang.
38 7
7
BAB V
ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA
5.1 Analisis Kecelakaan Kerja
Penyebab terjadinya kecelakaan kerja di bagian produksi di PT. Batang
Hari Barisan Padang disebebakan oleh kelalaian dari pekerja dalam penggunaan
Alat Pelindung Diri (APD). Kecelakaan yang beresiko tinggi terjadi di bagian
pembongkaran bokar sejumlah 5 kecelakaan, penyebab terjadinya kecelakaan
tersebut yaitu karena tidak memakai sepatu, dan tidak mematuhi perintah yang di
terapkan oleh kepala lapangan. Di bagian peenimbangan bokar sejumlah 7
kecelakaan, penyebab terjadinya kecelakaan tersebut yaitu karena tidak memakai
sepatu dan tidak mematuhiperintah yang di terapkan oleh perusahaan. Di bagian
penggilingan terjadi 5 kecelakaan, penyebab terjadinya kecelakaan tersebut yaitu
karena tidak memakai sarung tangan dan terlalu memakai aksesoris yang
berlebihan. Di bagiaan penggantungan blngket di kamar gantung angin terjadi 6
kecelakaan, penyebab terjadinya kecelakaan tersebut yaitu karena tidakmemakai
sepatu, tidak pakai helm, dan tidak mematuhi perintah yang sudah di terapkan. Di
bagian penurunan blangket kering terjadi 6 kecelakaan, penyebab terjadinya
kecelakaan tersebut yaitu karena tidakmemakai sepatu, tidak pakai sarung tangan,
tidak pakai helm dan terlalu banyak memakai aksesoris tangan. Di bagian
peremahan/cutter terjadi 5 kecelakaan,penyebab terjadinya kecelakaan tersebut
yaitu karena tidak pakai sepatu, tidak pakai sarung tangan dan tidak pakai masker.
Di bagian pembongkaran trolly terjadi 6 kecelakaan, penyebab terjadinya
kecelakaan tersebut yaitu karena tidak pakai sarung tangan dan tidak pakai
39 7
7
masker. Dan di bagian penimbangan bandela 5 kcelakaan, penyebab terjadinya
kecelakaan tersebut yaitu karena tidak pakai sarung tangan dan juga tidak
memakai masker pada saat melakukan pekerjaannya.
5.2 Analisis Jumlah Jenis Kecelakaan dengan Menggunakan Diagram
Pareto
Dari gambar diagram pareto dapat di tentukan jumlah jenis kecelakaan
yaitu terdapat 13 kali kecelkaan tangan terjepi, 12 kali tertimpa bahan bakau, 7
kali tergelincir, 3 kali patah tulang, 3 kali telingan terasa sakit, 3 kali tangan
tergores pisau, 2 kali jari tangan terpotong, dan 2 kali sesak nafas.
5.3 Analisis Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja dengan
Menggunakan Diagram Fishbone
Dari gambar diagram fishbone dapat di kelompokan penyebab terjadinya
kecelakaan yang di sebabkan oleh beberapa faktor .
1. Manusia, pekerja yang lalai dalam bekerja dan banyaknya pekerja yang
tidak ahli dibidangnya masing-masing.
2. Lingkungan, lantai yang licin dan kondisi ruangan yang bising
3. Metode, prosedur pekrjaan yang salah dan banyak diantara pekerja yang
tidak memakai Alat Pelindung Diri (APD)
4. Material, penumpukkan bahan baku.
40 7
7
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari analisis penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan
pendekatan Job Safety Analysis (JSA) dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kecelakaan kerja yang dominan terjadi di bagian produksi adalah Tangan
terjepit, tertimpah bahan baku, jari tangan terpotong, tergelincir, patah
tulang, telingga terasa sakit, tangan tergores pisau dan sesak nafas.
2. Hasil penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yaitu dapat
mengurangi kecelakaan-kecelakaan yang terjadi di PT. Batang Hari
Barisan Padang di bagian Produksi, kemudian akan menambah
pemahaman, kesadaran pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) dan penyakit Akibat Kerja (PAK)
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecelakaan kerja di PT. Batang Hari
Barisan Padang disebabkan karena kurangnya kesadaran dari para pekerja
dalam menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), Kurangnya pengawasan,
peringatan dan teguran yang di berikan oleh pihak perusahaan kepada para
pekerja sehingga banyak dianatara pekerja yang melanggar aturan selama
proses bekerja di bagian produksi.
6.2 Saran
1. Diharapkan kesadaran dari para pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD).
41 7
7
2. Pengawas lapangan harus bersikap tegas kepada pekerja dalam bekerja dan
memberikan sangsi kepada pekerja yang melangar aturan dalam
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) selama bekerja.
3. Pihak perusahaan harus menambah ketersediaan Alat Pelindung Diri
( APD) sesuai dengan jumlah pekerja
42 7
7
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Achmadi, Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup, Cetakan
Pertama Gava Media, Yogyakarta.1990.
Andrauler, P, Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup,
Cetakan Pertama Gava Media, Yogyakarta.1989.
DepnakerRI,IndonesianJournal of IndustrialHygiene Occupational Health and
Safety Volume XXIX No. 4, Jakarta: Depnaker, 1996.
Efrench, Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup, Cetakan
Pertama Gava Media, Yogyakarta.1975.
Hunter, Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup, Cetakan
Pertama Gava Media, Yogyakarta.1975.
https://ejournalhealth.com/index.php/mdkes/article/view/236/228. diakses
pada
29 november2018.
https://docplayer.info/48015174-Faktor-faktor-yang-berhubungan-dengan-
penerapan-sistem-manajemen-keselamatan-dan-kesehatan-kerja-smk3-
indonesia.html. diakses 09 Juli 2019
ILO, Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup, Cetakan
Pertama Gava Media, Yogyakarta.1995.
Labombang, Mastura. (2011). Manajemen Risiko Dalam Proyek
Konstruksi.Jurnal Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Tadulako, Palu, Vol. 9 No. 1, 39 –46.
Malaka, Tan, Keselamatan Kesehatan Kerja. Surakarta : UNIBA PRESS.2004
Oborno, Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup, Cetakan
Pertama Gava Media, Yogyakarta.1982.
Okky, Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup, Cetakan
Pertama Gava Media, Yogyakart, .2011.
Permanaker RI No.Per-04/MEN/1993,
Tentangkeselamatandankesehatankerjapadakonstruksibangunan. Jakarta :Dep. PU, 1993.
Ridley, J.Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Erlangga. 2008.
Santosa, G. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surabaya: Prestasi
pustaka.2004.
Silalahi, Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup, Cetakan
Pertama Gava Media, Yogyakarta, 1995.
Soputan, Gabby E. M. Manajemen Risiko Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
(K3) (Study Kasus Pada Pembangunan Gedung SMA Eben
Haezar).Jurnal Pascasarjana Teknik SipilUniversitas Sam Ratulangi,
Vol.4 No.4, 229-238. 2014
Sugandi,Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup, Cetakan
Pertama Gava Media, Yogyakart, 2003.
Suma’mur, Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup, Cetakan
Pertama Gava Media, Yogyakarta,1989.
Suma’mur, Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup, Cetakan
Pertama Gava Media, Yogyakarta,1992.
Suryono, Hadi , Setiadi, Dendy. Evaluasi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Dengan Metode Job Safety Analysis.Journal of industrial engineering
dan management systems vol. 3, No 1, February. 2010.
Suwardi.Daryanto.Pedoman Praktis K3LH, Penerbit Gava Media, Malang. 2018.
SyukriSahab, Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup,
Cetakan Pertama Gava Media, Yogyakart, .1998.
Tresnaningsih, Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup,
Cetakan Pertama Gava Media, Yogyakarta.1991.
BIODATA WISUDAWAN/TI
No. Urut :
Nama : Oktria Zeni Amelina
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tgl Lahir : Air Bangis, 09-Oktober-1996
Nomor Pokok
Mahasiswa
: 1510024425033
Program Studi : Teknik Industri
Tanggal Lulus : 17-Juli-2019
IPK : 3,33
Predikat Lulus : Sangat Memuaskan
Judul Skripsi : Penerapan Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja (K3) Dengan
Pendekatan Job Safety Analysis
(JSA) Studi Kasus di PT. Batang
Hari Barisan Padang
Dosen
Pembimbing
: 1. Ir. H. Gamindra Jauhari, MP
2. Meldia Fitri, ST, MP
Asal SMTA : SMA N1 Sungai Beremas
Nama Orang Tua : 1. Zadri
2. Syafni wati
Alamat /Telp/Hp : JL. STKIP PGRI Sumatra Barat.
Gunung Pangililun Perumahan
Bayamas. Gang Permata IV D6A
Kota Padang Sumatra Barat.
081276622799