TUGAS 2 PAI

Embed Size (px)

Citation preview

TUGAS 1 MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

NAMA NIM

: TRI ANGGONO : 017870963

TGL LAHIR : 09 JANUARI 1990 TAFSIR SURAT AL ANFAL AYAT 1 3A.

AYAT 1

ARTINYA : Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah: `Harta rampasan perang itu kepunyaan Allah dan Rasul, sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman`. TAFSIR : Ayat ini membicarakan persoalan harta rampasan perang yang diperoleh kaum Muslimin setelah usainya perang Badar Kubra. Perang ini berakhir dengan kemenangan kaum Muslimin. Mereka memperoleh harta rampasan perang yang banyak. Al-Anfal (Al-Ganimah) ialah segala macam harta yang diperoleh kaum Muslimin dari musuh dalam medan pertempuran. Harta rampasan perang dinamakan Al-Anfal (bentuk jamak dari Nafal) karena harta-harta ini menjadi harta kekayaan kaum Muslimin. Setelah kaum Muslimin memperoleh harta rampasan perang itu, terjadilah perselisihan pendapat di antara mereka yang ikut berperang. Perselisihan itu mengenai cara-cara pembagiannya, dan pihak-pihak manakah yang berhak mendapatnya. Pihak pemuda ataukah pihak orang-orang tua, pihak-pihak orang

Muhajirin atau pihak Ansar, ataukah pula masing-masing pihak sama-sama mendapat bagian. Persoalan itu dibawa kepada Rasulullah saw. agar mendapat keputusan yang adil. Perselisihan kaum Muslimin tentang harta rampasan perang yang menjadi latar belakang turunnya ayat ini diriwayatkan Ubadah bin Shamit, katanya: : : ) : :

( Artinya: Kami pergi bersama-sama Rasulullah dan saya turut menghadiri Badar. Orang-orang pun telah berhadapan muka satu dengan yang lain. Maka Allah telah menghancurkan musuh-musuhnya. Kemudian satu kelompok mengejar sambil menyerang dan menggempur musuh, dan satu kelompok menghadapi barisan untuk menghimpun mereka, dan sekelompok lagi melindungi Rasulullah saw. agar musuh tidak menyerang diri beliau secara tiba-tiba. (Peristiwa ini berlangsung) hingga malam tiba dan orang-orang telah bergabung kembali satu dengan yang lain. Orang-orang yang bertugas mengumpulkan harta rampasan perang berkata: "Kamilah yang merampas dan mengumpulkannya, maka tak ada seorang pun yang mendapat bagian selain kami." Sedang orangorang yang maju mengejar musuh berkata: "Kamu tidak lebih berhak untuk mendapatkannya daripada kami. Kamilah yang merampas harta rampasan perang itu dan kamilah yang menyerang mereka." Sedang Orang-orang yang melindungi Rasulullah, berkata: "Kamu tiadalah lebih berhak untuk mendapatkannya daripada kami, Kamilah yang melindungi Rasulullah, sedang kami khawatir kalau-kalau musuh menyerang beliau, kami sibuk melindungi beliau." Maka turunlah ayat ini. Setelah itu Rasulullah saw. membagi harta rampasan itu di antara kelompok kaum muslimin." (H.R Ahmad dan Al Bukhari dari Ubadah bin Samit) Sebagai jawaban atas pertanyaan kaum Muslimin itu Allah swt. memerintahkan kepada Rasulullah saw. untuk menetapkan hukumnya, bahwa harta rampasan perang itu adalah hak Allah dan Rasul-Nya. Oleh sebab itu yang menentukan pembagian harta rampasan itu bukan regu pemuda atau bukan regu orang-orang tua, bukan orang-orang Muhajirin atau orang-orang Ansar, bukan pula regu penyerang, regu pelindung, atau regu pengumpul harta rampasan perang tetapi Allahlah yang menentukan dengan wahyu-Nya yang diturunkan kepada Rasul-Nya. Rasulullah membagi harta rampasan perang itu secara merata di antara kaum Muslimin. Dalam ketentuan ini terkandung pelajaran yang tinggi bagi kaum Muslimin agar mereka tidak beranggapan, bahwa harta rampasan perang yang mereka peroleh itu merupakan imbalan jasa peperangan, tetapi semata-mata mereka peroleh karena karunia Allah. Kalau mereka beranggapan bahwa harta rampasan perang itu mereka peroleh sebagai imbalan jasa, maka perjuangan mereka tidak murni lagi, tidak semata-mata karena Allah dan Rasul-Nya. Dan memberi dorongan pula kepada kaum Muslimin agar mereka dalam menghadapi tanggungjawab yang berat, hendaklah mereka hadapi secara bersamasama, dan apabila mendapat kenikmatan supaya dirasakan bersama-sama pula. Mengenai pembagian harta rampasan perang secara terperinci akan diuraikan penafsirannya pada ayat 41 surah ini. Allah swt. memerintahkan pula kepada Rasulullah saw. agar kaum Muslimin bertakwa, menjauhi perselisihan dan persengketaan yang biasanya menimbulkan kesusahan dan menjerumuskan mereka kepada kemurkaan Allah. Takwa diperlukan dalam setiap keadaan, terlebih-lebih dalam peperangan, akibat perselisihan dapat dirasakan, yaitu

mengganggu persatuan dan menyebabkan perpecahan yang mengakibatkan kekalahan. Sesudah itu Allah swt. memerintahkan agar kaum Muslimin memperbaiki hubungan sesama muslim, yaitu menjalin cinta kasih dan memperkokoh kesatuan pendapat. Hal inilah yang dapat mengikat mereka dalam kesatuan gerak dalam mencapai cita-cita bersama, yaitu mempertinggi kalimat Allah. Persatuan dan kesatuan ini menjadi dasar kekuatan umat dalam segala bidang. Itulah sebabnya, maka memperbaiki hubungan di antara sesama muslim diwajibkan agar kaum Muslimin menyadari akan kepentingannya, yaitu menghindari bahaya yang mengancam mereka, bahaya keretakan yang mengguncangkan kesatuan umat. Hal ini jelas tergambar pada saat terjadinya perselisihan yang terjadi di antara kelompok-kelompok karena yang satu merasa lebih berjasa dari kelompok yang lain. Demikian pula hal ini terjadi karena mereka melupakan tugas mereka yang penting, yaitu bahwa tugas mempertahankan kebenaran itu adalah tugas keseluruhan mereka. Pada akhir ayat Allah swt. menegaskan agar kaum muslimin menaati Allah dan Rasul dalam hal ini menaati macam ketentuan perang, yaitu yang disampaikan kepada Rasulullah saw. dengan perantaraan wahyu. Ketentuan Allah wajib ditaati, lantaran Dia itu Tuhan seru sekalian alam dan Yang Maha Kuasa, sedang taat kepada Rasul dalam urusan agama berarti taat kepada Allah karena dialah yang menyampaikan agama itu dan memberikan penjelasan yang tertuang dalam perkataan, perbuatan serta keputusannya. Perintah ini ditegaskan pada saat kaum muslimin dalam keadaan bersengketa mengenai pembagian harta rampasan perang untuk mengingatkan mereka bahwa dalam saat-saat bagaimana pun juga kaum muslimin harus tetap menaati Allah dan Rasul-Nya, agar mereka tidak tersesat kepada perpecahan karena ambisi golongan dan kemauan hawa nafsu yang biasanya menjerumuskan mereka kepada kehancuran. Di dalam ayat ini terdapat beberapa anasir penting yang dapat memelihara kesatuan umat; yaitu takwa, memperbaiki hubungan sesama muslim, dan menaati Allah dan Rasul di dalam setiap keadaan. Tafsir / Indonesia / Jalalain / Surah Al Anfaal 1 (1) (Mereka menanyakan kepadamu) hai Muhammad (tentang harta rampasan) perang, siapakah yang berhak menerimanya (Katakanlah,) kepada mereka ("Harta rampasan perang itu kepunyaan Allah dan rasul-Nya) harta rampasan perang itu terserah menurut kesukaan Allah dan rasul-Nya; kemudian Rasulullah saw. membagi-bagikan harta rampasan itu secara merata kepada mereka semuanya. Demikianlah menurut hadis yang diriwayatkan oleh Imam AlHakim di dalam kitab Al-Mustadrak (sebab itu bertakwalah kalian kepada Allah dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu) yakni jalinlah kembali hubungan antara kalian dengan penuh kecintaan dan tinggalkanlah persengketaan (dan taatlah kalian kepada Allah dan rasul-Nya, jika kamu adalah orangorang yang beriman.") yang benar-benar beriman.

B.

AYAT 2

ARTINYA : Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, TAFSIR : Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Anfaal 2

(2) Allah swt. menjelaskan bahwa orang-orang mukmin ialah mereka yang menghiasi dirinya dengan sifat-sifat seperti tersebut dalam ayat ini. Tiga sifat disebutkan dalam ayat ini, sedang dua sifat lagi disebutkan dalam ayat berikutnya Sifat yang pertama: Ialah mereka yang apabila disebutkan nama Allah gemetarlah hatinya karena ingat keagungan dan kekuasaan-Nya. Pada saat itu timbullah alam jiwanya perasaan penuh haru mengingat besarnya nikmat dan karunia-Nya. Dalam pada itu mereka merasa takut apabila mereka tidak emenuhi tugas kewajiban sebagai hamba Allah, dan merasa berdosa apabila melanggar larangan-laranganNya. Gemetarlah hati sebagai perumpamaan dari perasaan takut adalah sikap mental yang bersifat abstrak yang hanya dapat dirasakan oleh yang bersangkutan dan hanya Allah sendiri yang mengetahuinya. Sedang orang lain dapat mengetahui dengan memperhatikan tanda-tanda lahiriah dari orang yang merasakannya yang terlukis dalam perkataan atau gerak-gerik dalam perbuatan. Sikap mental itu adakalanya tampak dalam perkataan sebagaimana tergambar dalam firman Allah:

)06(

Artinya: Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan dengan hati yang takut (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka. (Q.S Al Mu'minun: 60) Dan adakalanya tampak pada gerak-gerik dalam perbuatan, firman Allah swt.: )25( Artinya: Ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mereka mengucapkan "salam". Berkata Ibrahim: "Sesungguhnya kami merasa takut kepadamu."

(Q.S Al Hijr: 52) Sifat yang kedua: Ialah mereka yang apabila dibacakan ayat-ayat Allah bertambah iman mereka karena ayat-ayat itu mengandung dalil-dalil yang kuat yang mempengaruhi jiwanya sedemikian rupa, sehingga mereka bertambah yakin dan mantap serta dapat memahami kandungan isinya, sedang anggota badannya tergerak untuk melaksanakannya. Dalam ayat ini terdapat petunjuk bahwa iman seseorang dapat bertambah dan dapat berkurang sesuai dengan ilmu dan amalnya, Rasulullah bersabda:

Artinya: Iman itu ada 79 cabang yang tertinggi adalah pengakuan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. (H.R Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah) Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa bertambahnya iman seseorang tampak apabila ia lebih giat beramal. Iman dan amal adalah merupakan satu kesatuan yang bulat yang tak dapat dipisahkan. Firman Allah swt.: (173) Artinya: (Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu karena itu takutlah pada mereka." Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadikan Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung." (Q.S Ali Imran: 173) Dan firman Allah: (22) Artinya: Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: "Inilah yang dijanjikan Allah dan

Rasul-Nya kepada kita." Dan memang benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan. (Q.S Al ahzab: 22) Sifat yang ketiga: Ialah mereka yang bertawakal hanya kepada Allah Yang Maha Esa, tidak berserah diri kepada yang lain-Nya. Tawakal adalah tingkat tinggi dan tangga tauhid, dan merupakan senjata terakhir dan rentetan usaha seseorang dalam mewujudkan serentetan amal setelah dipersiapkan sarana-sarana dan syarat-syarat yang diperlukan guna terwujudnya rangkaian amal itu. Hal ini dapat dipahami, karena pada hakikatnya segala macam gerak dan perbuatan hanyalah terwujud menurut hukum-hukum yang berlaku yang tunduk di bawah kekuasaan Allah. Maka tidak benarlah apabila seseorang itu berserah diri kepada selain Allah.

C.

AYAT 3

TAFSIR :

ARTINYA : (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.

Sifat yang keempatIalah mereka yang mendirikan salat secara tetap dan sempurna syarat-syarat atau rukun-rukunnya, serta tepat pada waktunya, sedang jiwanya khusyuk mengikuti gerak lahiriyah dan tunduk semata kepada Allah swt. Sifat yang kelima:Ialah mereka yang membelanjakan sebagian dari harta yang diberikan kepadanya. Yang dimaksud dengan membelanjakan harta dalam ayat ini ialah pengeluaran zakat, memberi nafkah kepada keluarga dekat atau pun jauh atau membantu kegiatan sosial dan kepentingan agama serta kemaslahatan umat.