Upload
risman-chandra
View
46
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kelautan
Citation preview
Resume Perkembangan Penelitian Geologi Kelautan
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang besar, dimana sekitar 70% dari
luas wilayahnya terdiri dari lautan dan memiliki potensi sumber daya yang cukup
melimpah yang berada di laut, dasar laut, dan bawah dasar laut. Oleh karena itu
penelitian di lautan akan sangat bermanfaat dalam baik dalam sumber daya alam,
konservasi, peringatan kebencanaan, dan lain-lain. Untuk mempelajari penelitian
dilautan tersebut maka dibutuhkan ilmu atau pengetahuan di bidang geologi kelautan.
Geologi Kelautan berkaitan dengan oseanografi fisik dan tektonik lempeng.
Geologi Kelautan mencakup penelitian geofisika, geokimia, sedimentology, dan
paleontology di dsar samudra dan di daerah pesisir. Penelitian geologi kelautan
menjadi sangat penting untuk memberikan bukti mengenai pemekaran lantai
samudera dan tektonik lempeng. Dasar samudera secara esensial merupakan daerah
terakhir yang belum dieksplorasi dan dipetakan secara detail dengan dukungan tujuan
militer (kapal selam) dan tujuan ekonomi (penambangan logam dan minyak bumi)
sebagai alasan penelitian.
Secara tektonik, kepulauan Indonesia dapat dibagi menjadi tiga wilayah
lempeng tektonik, yaitu Indonesia Barat, Tengah, Timur. Sedangkan dilihat dari
potensi sumber daya geologi Indonesia memiliki 40 cekungan sedimen lepas pantai
yang diperkirakan dapat mengahasilkan miliaran barel minyak bumi. Dari 40 buah
cekungan sedimen lepas pantai in, 37 cekungan sedimen terdapat di kawasan
Indonesia Tengah dan Timur. Meski cadangan minyak dan gas bumi Indonesia
diperkirakan besar, namun cadangan ini tersebar pada lokasi perairan yang terpencil.
Dirjen Migas (2003) merilis bahwa sekitar 22 cekungan sedimen dikedua kawasan ini
masih belum diteliti atau dieksplorasi kandungannya secara mendetail.
Disamping potensi migas, berdasarkan bentuk topografi dasar lautnya perairan
Indonesia diperkirakan pula mengandung potensi mineral yang bernilai ekonomis
terutama di perairan utara Sulawesi, Maluku, Irian, dan Flores. Perkiraan ini
didasarkan kepada bentuk topografi dasar lautnya yang merupakan daerah aktivitas
magmatisma bawah laut. Topografi dasar laut daerah ini menyerupai bentuk topografi
dasra laut di perairan Bismarck, Papua Nugini. Sumber tambang dasar laut di Papua
Nugini telah diketahui mengandung tembaga, seng, emas, dan perak, sebagai contoh
di perairan utara Flores telah ditemukan sumber mineral logam hidrotermal, seperti
logam mulia emas dan perak, serta tembaga, seng, dan timbal.
Dengan semakin menipisnya cadangan mineral dan migas di daratan, maka
diperlukan akselerasi eksplorasi dan penemuan cadangan baru di laut. Akselerasi
pembangunan sektor energy dan sumber daya mineral ini menuntut pergeseran
aktivitas dari darat ke laut termasuk di dalamnya adalah aktivitas riset dan kajian
geologi. Hingga saat ini masih banyak wilayah laut Indonesia yang belum terpetakan
secara geologi oleh lembaga pemerintah, yaitu sekitar 85% termasuk di dalamnya
adalah batas wilayah dan landas kontinen.
Selain untuk bidang sumber daya alam, penelitian di laut juga untuk penelitian
peringatan kebencanaan yang mungkin timbul atau berasal dari laut. Contohnya yaitu
cincin api di sekitar Samudera Pasifik yang kehadirannya mengintensifkan
aktivitas vulkanisme dan seismik memberikan ancaman utama untuk bencana gempa
bumi, tsunami, dan letusan gunung api. Semua sistem peringatan dini untuk peristiwa
bencana ini membutuhkan pemahaman yang lebih detail mengenai geologi kelautan di
lingkungan pesisir dan busur kepulauan. Selain itu contoh lainyya seperti penelitian
pada lampiran yang menjelaskan mengenai penelitian gunung api bawah laut.
Penelitian tersebut dilakukan untuk mengantisipasi kebencanaan berupa meletus
gunung api bawah laut.
Di Indonesia perkembangan penelitian geologi kelautan dilakukan oleh
sebuah lembaga yang bernama Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
(PPPGL). PPPGL terbentuk pada tanggal 6 Maret 1984, yang merupakan gabungan
dari Seksi Geologi Marin dan Seksi Geofisika Marin pada Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi (P3G).
Pada awal terbentuknya, PPPGL didukung oleh 4 bidang teknis, yaitu:
Bidang Geologi Kelautan, Bidang Sarana Operasi Kelautan, Bidang Manejemen
Informasi dan Bagian Umum, dan saat itu sarana dan prasarana bersumber dari P3G.
Untuk lebih memudahkan penelitian, PPPGL membuat Kapal Peneliti yang bernama
Geomarin yang memiliki berbagai peralatan survei pantai, dan dioperasikan untuk
mendukung penelitian Geologi Kelautan pada perairan dangkal atau pesisir.
PPPGL memiliki tugas untuk melaksanakan penelitian dan pembangunan
pada bidang geologi kelautan di seluruh wilayah Laut Indonesia untuk menunjang
pembangunan Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral. PPPGL dikembangkan agar
menjadi lembaga yang menuju kemandirian dan pengembangan pelayanan jasa riset
dan teknologi. Penyelidikan dan pemetaan geologi kelautan semakin intensif
dilakukan, guna mencari cadangan sumber daya mineral baru, yang bersifat ekonomis
untuk menunjang pembangunan nasional. Hal ini berkaitan dengan semakin
menipisnya cadangan sumber daya mineral yang ada di darat. Kegiatan tersebut
merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah dan negara dalam menggali potensi
sumber daya mineral dan energi yang terdapat di wilayah laut Indonesia, mulai dari
garis pantai, hingga batas terluar Landas Kontinen termasuk Zona Ekonomi Ekslusif
(ZEE).
Saat ini PPPGL memiliki kapal Geomarin III, penyempurnaan dari kapal
Geomarin I & II. Kapal geomarin III di rancang sebagai kapal peneliti multi purposes
dan diharapkan berkemampuan untuk melaksanakan berbagai metoda peneletian
geologi, geofisika, oceanografi dan hidrografi. Kapal Geomarin III dilengkapi dengan
fasilitas DPS/DP-1 (Dynamic Positioning System), yaitu sistem manuver pergerakan
relatif terhadap gerakan sensor bawah laut.
PPPGL banyak melakukan penelitian dan pengembangan bidang geologi
kelautan di seluruh wilayah Indonesia dengan prirotas kegiatan melakukan penelitian
dan pengembangan di kawasan lepas pantai/laut, juga pengembangan pelayanan riset
dan teknologi. Selah satunya dengan melakukan eksplorasi dan utilisasi potensi
sumber-sumber gas biogenik atau gas methana di perairan dangkal sebagai sumber
energi alternatif masyarakat kawasan pantai terpencil dan upaya antisipasi kelangkaan
energi migas di masa yang akan datang.
Eksplorasi Geologi Kelautan di Indonesia
Perioda 1930 - 1980 :
Belanda (Ekspedisi Snellius, Ekspedisi Vening - Meinesz). AS - LDEO (R/V Robert Conrad, R/V Vema, R/V Maurice Ewing). AS - SIO (R/V Thomas Washington: Sio Rama, INDOPAC; R/V
Atlantis).
Perioda 1980 - 2004:
Belanda - NIOZ (R/V Tyro: Ekspedisi Snellius II). Perancis - Ifremer (R/V Coriolis: CORINDON, GEOINDON; R/V Jean
Charcot: Krakatau; R/V Baruna Jaya; R/V Marion Dufresne) Jerman (R/V Sonne: Ginco I). Jepang - Jamstec (R/V Natsushima-Shinkai).
Perioda 2005 - kini:
Multinasional (R/V Sonne: SeaCause I & II, SO-189; HMS Scott).
4. http://www.mgi.esdm.go.id/content/sejarah-puslitbang-geologi-kelautan
5.
http://www.mgi.esdm.go.id/content/p3gl-upayakan-percepatan-eksplorasi-
sumber-migas
6. http://www.mgi.esdm.go.id/content/p3gl-setelah-25-tahun
7. http://www.esdm.go.id/berita/artikel/56-artikel/4223-puslitbang-geologi-
kelautan-masuki-usia-27-tahun.html
8. http://www.slideshare.net/daengaslam/introduction-marine-geology
9. http://www.gvc.gu.se/Department_of_earth_sciences/Marine_Geology
10. http://mit.whoi.edu/marine-geology-and-geophysics