Upload
novias4
View
120
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/9/2018 Tug As - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tug-as-559bf8c518431 1/8
Tugas
PRESENTASI KASUS
GLOMERULONEFRITIS AKUT PASCA STREPTOKOKUS
PEMBIMBING : dr. RIRIE FACHRINA MALISIE, SpA
Oleh : Novia Kusuma SariNIM. 0508112019
1. Patofisiologi Terjadinya Hipertensi pada Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus
2. Indikasi Rawat dan Indikasi Pulang Pasien Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU
2011
5/9/2018 Tug As - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tug-as-559bf8c518431 2/8
1. Patofisiologi Terjadinya Hipertensi pada Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus
Terjadinya hipertensi pada penyakit ginjal antara lain karena:
1. Hipervolemia
Hipervolemia oleh karena retensi air dan natrium, efek mineralokortikoid terhadap
peningkatan reabsorpsi natrium dan air di tubuli distal, pemberian infus larutan garam
fisiologik, koloid, atau transfusi darah yang berlebihan pada anak dengan laju filtrasi
glomerulus yang buruk. Hipervolemia menyebabkan curah jantung meningkat dan
mengakibatkan hipertensi. Keadaan ini sering terjadi pada glomerulonefritis dan gagal ginjal.
2. Gangguan sistem renin, angiotensin dan aldosteron
Renin adalah enzim yang diekskresi oleh sel aparatus juksta glomerulus. Bila terjadi
penurunan aliran darah intrarenal dan penurunan laju filtrasi glomerulus, aparatus juksta
glomerulus terangsang untuk mensekresi renin yang akan merubah angiotensinogen yang
berasal dari hati menjadi angiotensin I. Kemudian angiotensin I oleh “angiotensin converting
enzym” diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II menimbulkan vasokonstriksi pembuluh
darah tepi, dan menyebabkan tekanan darah meningkat. Selanjutnya angiotensin II
merangsang korteks adrenal untuk mengeluarkan aldosteron. Aldosteron meningkatkan
retensi natrium dan air di tubuli ginjal, dan menyebabkan tekanan darah meningkat.
3. Berkurangnya zat vasodilator
Zat vasodilator yang dihasilkan oleh medula ginjal yaitu prostaglandin A2, kilidin, dan
bradikinin, berkurang pada penyakit ginjal kronik yang berperan penting dalam patofisiologi
hipertensi renal. Koarktasio aorta, feokromositoma, neuroblastoma, sindrom adrenogenital,
hiperaldosteronisme primer, sindrom Cushing, dapat pula menimbulkan hipertensi dengan
patofisiologi yang berbeda. Faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan hipertensi sekunder
pada anak antara lain, luka bakar, obat kontrasepsi, kortikosteroid, dan obat-obat yang
mengandung fenilepinefrin dan pseudoefedrin.
Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medula spinalis ke
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
5/9/2018 Tug As - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tug-as-559bf8c518431 3/8
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt
memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan
hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggung
jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya
regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, Bare,
2002).
Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah
garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan
darah juga meningkat.
Tekanan darah adalah hasil perkalian dari curah jantung dengan tahanan perifer. Pada
gagal ginjal, volum cairan tubuh meningkat sehingga meningkatkan curah jantung. Keadaan
ini meningkatkan tekanan darah. Selain itu, kerusakan nefron akan memacu sekresi renin
yang akan mempengaruhi tahanan perifer sehingga semakin meningkat.
Skema Patofisiologi Terjadinya Hipertensi pada Glomerulonefritis Akut PascaStreptokokus
5/9/2018 Tug As - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tug-as-559bf8c518431 4/8
Adanya penurunan aliran darah intrarenal
Penurunan GFR
Aparatus juxta glomerulus terangsang untuk mensekresi renin
Merubah angiotensinogen menjadi angiotensin I
Angiotensin I dirubah menjadi angiotensin II oleh angiotensin converting enzyme
Angiotensin II menimbulkan Merangsang korteks adrenal
vasokonstriksi pada pembuluh darah tepi
Sekresi aldosteron
Hipertensi
peningkatan retensi Na
Hipertensi pada anak adalah keadaan dimana rata-rata TD sistolik dan diastolik >95
persentil menurut umur dan jenis kelamin pada pengukuran tiga kali berturut-turut. Tabel di bawah, menunjukkan klasifikasi hipertensi:
Istilah Batasan
Normal TD sistolik dan diastolik <90 persentil
menurut umur dan jenis kelamin
Normal-tinggi* Rata-rata TD sistolik dan disatolik diantara
90 dan 95 persentil menurut umur dan jenis
kelamin
Hipertensi Rata-rata TD sistolik dan diastolik >95 persentil menurut umur dan jenis kelamin
pada pengukuran tiga kali berturut-turut
Menurut The Second Task Force on Blood Pressure Control in Children
*Jika tekanan darah yang terbaca normal-tinggi untuk umur, tetapi anak lebih tinggi atau
massa otot berlebih untuk umurnya, maka anak ini dianggap mempunyai nilai tekanan darah
yang normal.
Tabel Kriteria Derajat Hipertensi berdasarkan Kenaikan Tekanan Diastolik diatas Tekanan
Diastolik Normal sesuai dengan Umur
5/9/2018 Tug As - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tug-as-559bf8c518431 5/8
Derajat
Hipertensi
Presentase
kenaikan di atas
batas normal
Umur (tahun)
1-5 6-12
Td D (mmHg) Td D (mmHg)/
Ringan 5-15% 75-85 90-100
Sedang 15-30% 85-95 100-110
Berat 30-50% 95-112 110-120
Krisis >50% >112 >120
Pengobatan hipertensi non-krisis: (1) bila tekanan Diastolik 90-100 mmHg diberikan
Furosemid (2) pada tekanan diastolik 100-120 mmHg diberikan furosemid ditambah captopril
(3) jika tekanan darah diastolik belum turun, ditambah dengan pengobatan antihipertensi
golongan beta bloker atau golongan lain.
Kriteria krisis hipertensi adalah : (1) Tekanan sistolik ≥ 180mmHg dan/atau (2)
Diastolik ≥120mmHg, atau (3) setiap kenaikan tekanan darah yang mendadak dan disertai
gejala ensefalopati hipertensif, gagal ginjal, gagal jantung maupun retinopati.
Pengobatan pada krisis hipertensi dapat diberika (1) Nifedipin dengan dosis 0,1
mg/kgBB/kali peroral. Bila tekanan darah tidak turun dinaikkan 0,1/mg/kgBB/kali setiap 30
menit dengan dosis maksimal 10 mg/kali. Bila belum turun ditambahkan furosemid 1
mg/kgBB/kali sebanyak 2x/hari. Pemberian harus disertai pemberian captopril 0,3
mg/kgBB/kali sebanyak 2-3 kali/hari. (2) klonidin drip diberikan sebanyak 0,002
mg/kgBB/ba jam dalam 100ml Dekstrosa 5%. Deberikan dengan tetesan awal 12
mirkodrip.menit, bila belum turun dinaikkan 6 mikrodrip/menit setiap 30 meniti, dengan
maksimum pemberian 36 mikrodrip/menit.
Bila belum turun ditambah captopril 0,3 mg/kgBB/kali sebanyak 2-3x/hari,
maksimum pemberian 2 mg/kg/kali. Diberikan bersama furosemid 1 mg/kgBB/kali sebanyak
2x/hari.
Sumber : Noer MS,Soemyarso N.Hipertensi.Bagian Ilmu Kesehatan Anak UNAIR Surabaya.
[Internet].Diunduh dari URL:http://www.pediatrik.com/isi03.php
2. Indikasi Rawat dan Indikasi Pulang Pasien Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokusa. Indikasi rawat GNAPS
5/9/2018 Tug As - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tug-as-559bf8c518431 6/8
Rawat inap ditujukan terhadap penyakit yang mendasari dan komplikasi yang
ditimbulkan.
1. Tindakan umum
• Istirahat di tempat tidur sampai gejala-gejala edema dan kongesti vaskuler (dispnu,
edema paru, kardiomegali, hipertensi) menghilang.
2. Pengobatan terhadap penyakit penyebab
a. GNAPS tanpa komplikasi berat
○ Diuretika
Untuk penanggulangan edema dan hipertensi ringan disamping diit rendah
garam, diberikan furosemide 1-2 mg/kg BB/hari oral dibagi atas 2 dosis
sampai edema dan tekanan darah turun.
○ Antihipertensif
Bila hipertensi dalam derajat sedang sampai berat disamping pemberian
diuretika ditambahkan obat antihipertensif oral (propranolol atau kaptopril).
○ Antibiotika
Pemberian penisilin dapat dikombinasi dengan amoksislin 50 mg/kg BB dibagi 3
dosis selama 10 hari. Jika alergi terhadap golongan penisilin, diganti dengan
eritromisin 30 mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis.
b. Pengobatan GNAPS dengan komplikasi berat○ Kongesti vaskuler (edema paru, kardiomegali, hipertensi)
♦ Pemberian oksigen
♦ Diuretika furosemide parenteral (1-2 mg/kgBB/kali)
Antihipertensif oral (kaptopril 0,3 mg/kgBB/kali 2-3 kali pemberian/hari)
Bila disertai gagal jantung kongestif yang nyata dapat dipertimbangkan
pemberian digitalis.
○ Gagal ginjal akut
○ Ensefalopati hipertensi
○ Glomerulonefritis progresif cepat (GN kresentik). Merupakan bentuk GNAPS
berat yang ditandai serangan hematuria makroskopis, perburukan fungsi ginjal
yang berlangsung cepat dan progresif, dan pada biopsi ginjal dijumpai
gambaran glomerular crescent.
Disamping penanggulangan hipertensi gagal ginjal diberikan pula pulse
methylprednisolon.
5/9/2018 Tug As - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tug-as-559bf8c518431 7/8
○ 15 mg/kgBB metil prednisolon (tidak boleh melebihi 1 gram) perinfus sekitar
60-90 menit setiap hari selama 5-6 hari. Perlu dipantau
♦ Tanda-tanda fungsi vital (denyut nadi, tekanan darah, pernafasan)
♦ Kadar elektrolit
○ Lanjutkan dengan metil prednisolon oral, 2 mg/kgBB/hr selama 1 bulan. Lalu
dosis prednisolon diberikan secara alternate 2 mg/kgBB/ 2 hari selama 1
bulan, kemudian dilanjutkan separo dosis dengan interval 1 bulan, setelah
diberikan 0,2 mg/kg sekali 2 hari selama 1 bulan lalu obat dihentikan.
Tindak lanjut :
○ Timbang berat badan 2 kali seminggu.
○ Ukur masukan cairan dan diuresis setiap hari.
○ Ukur tekanan darah 3 kali sehari selama hipertensi masih ada, kemudian 1 kali
sehari bila tekanan darah sudah normal.
○ Pemeriksaaan darah tepi dilakukan pada saat penderita mulai dirawat, diulangi
1 kali seminggu atau saat penderita atau saat penderita mau dipulangkan.
Urinalisis minimal 2 kali seminggu selama perawatan. Perlu dilakukan biakan
urine untuk mencari kemungkinan adanya ISK. Bila ditemukan diobati sesuai
dengan hasil sensitifitas.
Pemeriksaan kimia darah dilakukan saat dirawat dan waktu dipulangkan.
Penderita dengan komplikasi berat pemeriksaan darah terutama ureum/
kreatinin dan elektrolit lebih sering dilakukan. Pemeriksaan EKG, foto torax
perlu dilakukan terutama pada penderita dengan segala kongestif vaskuler saat
dirawat. Pemeriksaan EKG perlu dilakukan secara serial, sedang foto toraks
diulangi bila gejala-gejala kongesti vaskuler sudah menghilang pada saat
penderita mau dipulangkan. Pemeriksaan funduskopi secara serial perlu
dilakukan bila penderita datang dengan berdasarkan indikasi terjadinya
perburukan faal ginjal secara cepat dan progresif (GN progresif cepat).
b. Indikasi pulang GNAPS
Keadaan penderita baik. Gejala-gejala menghilang. Pengamatan lebih lanjut perlu
dilakukan di poli khusus ginjal anak minimal 1 kali 1 bulan selama 1 tahun. Bila pada
pengamatan ASTO (+) dan C3 masih rendah setelah 8 minggu dari onset, proteinuria masih +
setelah 6 bulan dan hematuria mikroskopis masih dijumpai setelah 1 tahun, atau fungsi ginjal
5/9/2018 Tug As - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tug-as-559bf8c518431 8/8
menurun secara insidius progresif dalam waktu beberapa minggu atau bulan kemungkinan
penyakit jadi kronik perlu dilakukan biopsi ginjal.