14
TUBERCOLOSIS (TBC) Kuman mikobakterium adalah golongan kuman berbentuk batang yang agak sulit diwarnai, tetapi sekali berhasil diwarnai, sulit pula dihapuskan dengan zat asam. Oleh karena itu disebut juga basil (kuman) tahan sam (BTA). Saat ni dikenal ada 41 spesies yang diakui oleh ICSB (international committee on systematic bacteriology). Sebagian besar bersifat saprofit (organisme yang hidup pada materi tanaman atau hewan mati atau yang sedang membusuk-kamus kedokteran Dorland), dan bersifat pathogen bagi manusia hanya sebagian kecil, misalnya mycobacterium tubercolosae, mycobacterium leprae, dan lainnya yang dapat menyebabkan infeksi kronik (Azhar Tanjung & en. Keliat, 1674). A. Definisi Tuberculosis adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan bagian bawah yang sebagian besar basil tuberculosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami 1

TUBERCOLOSIS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan Pendahuluan

Citation preview

TUBERCOLOSIS (TBC)Kuman mikobakterium adalah golongan kuman berbentuk batang yang agak sulit diwarnai, tetapi sekali berhasil diwarnai, sulit pula dihapuskan dengan zat asam. Oleh karena itu disebut juga basil (kuman) tahan sam (BTA). Saat ni dikenal ada 41 spesies yang diakui oleh ICSB (international committee on systematic bacteriology). Sebagian besar bersifat saprofit (organisme yang hidup pada materi tanaman atau hewan mati atau yang sedang membusuk-kamus kedokteran Dorland), dan bersifat pathogen bagi manusia hanya sebagian kecil, misalnya mycobacterium tubercolosae, mycobacterium leprae, dan lainnya yang dapat menyebabkan infeksi kronik (Azhar Tanjung & en. Keliat, 1674).

A. Definisi Tuberculosis adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan bagian bawah yang sebagian besar basil tuberculosis masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai focus primer dari ghon (Andra Saferi Wijaya, 137).Batuk darah (hemoptis) adalah darah atau dahak berdarah yang dibatukkan berasal dari saluran pernafasan bagian bawah yaitu mulai dari glottis kearah distal, batuk darah akan berhenti sendiri jika asal robekan pembuluh darah tidak luas, sehingga penutupan luka dengan cepat terjadi (Andra Saferi Wijaya, 137).Infeksi paru akut atau kronis yang ditandai dengan infiltrasi paru dan pembentukan granulasi dengan perkejuan, fibrosis dan kafitasi. (Lippincot Williams & Wilkins : 1037)

B. EtiologiTuberkolosis paru disebabkan oleh basil TB (Mycobacterium tuberculosis humanis) (Halim Danusantoso, 163). Agen infeksius utama, Mycobacterium tuberculosis adalah batang aerobic tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan ultraviolet (Andra Saferi Wijaya, 137).Mycobacterium bovis dan Mycobacterium avium pernah, pada kejadian yang jarang, berkaitan dengan terjadinya infeksi tuberculosis (Andra Saferi Wijaya, 137).C. Klasifikasi Klasifikasi TB Paru di buat berdasarkan di buat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik, radiologic dan riwayat pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu factor determinan menetapkan strategi terapi yang tepat.Sesuai dengan progam Gedurnas P2TB klasifikasi TB Paru dibagi sebagai berikut:1. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:a. Dengan atau tanpa gejala klinikb. BTA Positif :Mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali di sokong biakan positif 1 kali atau disokong radiologic popsitif 1 kali.c. Gambaran radiologic sesuai dengan TB Paru.2. TB Paru BTA negative dengan kriteria:a. Gejala klinik dan gambaran radiologic sesuai dengan TB Paru aktifb. BTA negative, biakan negative tetapi radiologic positif3. Bekas TB Paru dengan kriteria:a. Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negativeb. Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paruc. Radiologic menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial foto yang tidak berubah.d. Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung)

D. Penularan dan Faktor ResikoTuberculosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara. Individu terinfeksi melalui berbicara, batuk bersin, tertawa atau bernyanyi, melepaskan droplet. Droplet yang besar menetap, sementara droplet yang kecil tertahan di udara dan terhirup oleh individu yang rentan. Individu yang rentan tertular tuberculosis adalah:1. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.2. Individu yang immunosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang dalam terapi kortikosteroid atau mereka yang terinveksi HIV)3. Penggunaan obat IV dan Alkoholik.4. Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma ;tahanan ;etnik dan ras minoritas, terutama anak-anak dibawah usia 15 sampai 44 tahun).5. Setiap ndividu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalnya: diabetes, gagal ginjal kronis, silicosis, penyimpangan gizi, bypass gastrektomi tau yeyunoileal)6. Imigran dari Negara dengan insiden TB yang tinggi (Asia Tenggara, Afrika, Amerika, Latin, Karbia).7. Setiap individu yang tinggal di Institusi (misalnya: fasilitas perawatan jangka panjang, institusi psikiatrik, penjara)8. Individu yang tinggal di daerah perumahan substandard kumuh9. Petugas kesehatan10. Resiko untuk tertular TB juga tergantung banyaknya organisme yang terdapat di udara.

E. PatofisiologiBasil tuberkel yang mencapai permukaan alveoli biasanya diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu atau tiga basil karena gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di ronga hidung dan menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus (biasanya di bagian bawah lobus atas atau di bagian atas lobus bawah) basil tuberculosis ini membangkitkan reaksi peradangan (Andra Saferi Wijaya, 138). Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan megafosit bakteri tetapi tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala-gejala pneumonia akut. Pneumonia ini dapat sembuh dengan sendirinya tanpa menimbulkan kerusakan jaringan paru atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau bekembang baik di dalam sel. Basil juga menyebar melalui kelenjar limfe regional. Makrofag yang mengalami infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini bisa berlangsung selama 10-20 hari. Nekrosis bagia sentral lesi memberikan gambaran yang relative padat seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epitoloid dan fibroblast menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa, membenetuk jaringan parut yang akhirnya membentuk suatu kapsul yang mengellilingi tuberkel (Andra Saferi Wijaya, 137).Lesi primer paru-paru disebut focus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjar limfe regional dan lesi primer dinamakan kompleks Ghon. Kompleks Ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram rutin. Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kafitas. Materi tubercular yang dilepaskan pada dinding kafitas akan masuk ke percabangan tracheobronchial. Proses ini dapat terung kembali pada bagian lain dari paru atau basil dapat terbawa ke laring, telinga tengah atau usus. Kafitas kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meniggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan brongkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga dapat mengalir melalui saluran yang ada dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini tidak menimbulkan gejala. Dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui saluran limfa atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar limfa akan mencapai aliran darah dalam jumlah yang lebih kecil yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain (ekstrapulmoner). Penyebaran hematogen merupakan fenomena akut yang menyebabkan tuberkolosis milier. Ini terjadi bila focus nekrotik merusak pembuluh darah senhingga banyak organisme masuk kedalan system vaskuler dan tersebar ke dalam system vaskuler ke organ-organ tubuh (Andra Saferi Wijaya, 139).

F. Manifestasi KlinisManifestasi biasanya orang yang mengidap penyakit tuberculosis menunjukkan gejala-gejala atau tanda-tanda sebagai berikut:1. Batuk-batuk berdahak lebih dari 4 minggu.2. Batuk mengeluarkan darah atau pernah mengeluarkan darah.3. Dada terasa sakit atau nyeri.4. Terasa sesak waktu bernafas.5. Suhu badan meningkat.6. Nafsu makan berkurang.7. Badan mengurus. (Hardhi Kusuma, Amin Huda Nurarif : 446)G. Komplikasi1. Kerusakan jaringan paru yang masif.2. Gagal nafas3. Fistula broncopleural4. Pneumothoraks5. Efusi pleura6. Pneumonia7. Infeksi organ tubuhlain oleh focus mikrobalteri kecil.8. Penyakit hati terjadi sekunder akibat terapi obat (Lippincot Williams & Wilkins : 1037).

H. Pemeriksaan Diagnostik1. Pemeriksaan sputum2. Pemeriksaan tuberkulin3. Pemeriksaan rontgen thoraks4. Pemeriksaan ct-scan5. Radiologis TB paru milier6. Pemeriksaan laboratorium

I. Insidens Secara keseluruhan TB mengalami penurunan tetapi lebih besar tetapi lebih besar di antara populasi yang beresiko tinggi. Dua kali lebih sering pada pria dibandingkan wanita. Empat kali lebih sering pada individu bukan kulit putih dibandingkan dengan ras kulit putih. Insidens lebih tinggi pada pria keturunan kulit hitam dan Hispanik yang berusia antara 25 sampai 44. Insidens paling tinggi pada individu yang tinggal di lingkungan padat, ventilasi buruk dan sanitasi yang buruk (Lippincot Williams & Wilkins : 1037).

J. Tanggung Jawab Perawat Sebagai Pelaksana Perawatan Di RumahSalah satu cara yang paling efektif untuk mencegah pennyebaran TB adalah pengetahuan klien tentang diagnosis. Walaupun tindakan pencegahan universal harus dilakukan pada semua pasien, namun tuberculosis paru merupkan masalah utama. Tindakan pencegahan khusus terhadap pernapasam akan berfariasi, bergantung pada kebijakan lembaga dan tipe tuberculosis yang resisten-obat-ganda atau resisten-obat-tunggal. Akan tetapi, direkomedasikan untuk mempertahankan tindakan pencegahan khusus selama tiga minggu setelah klien mendapat obat, pada saat perawat melakukan kunjungan pertama pada pasien. Perawat akan memperoleh gambaran lingkungan dan kondisi kehidupan, menetapkan apakah lingkungan yang padat merupakan maslah bagi pasisen tertentu, dan untuk mengatasi masalah tersebut. Perawat harus siap mengikuti protocol penggunaan masker (Sheryl Mara Zang :198)Meski pasien sebelumnya berada di Rumah Sakit yang menerapkan tindakan pencegahan isolasi, termasuk penggunaan masker, mungkin pasien tidak mengharapkan penggunaan masker tersebut berlanjut di rumah. Oleh karena itu, sangat penting bagi perawat untuk menyadari kemungkinan hal ini dan mendiskusikannya pada kunjungan pertama. Perawat harus sangat sensitive terhadap pasien dan kebutuhan keluarga dan mampu serta siap untuk mengatasi situasi dengan sikap professional, tetapi sedat mungkin dengan cara yang lembut (Sheryl Mara Zang :198).Perawat harus membawa masker untuk menutup hidung dan mulut sebagai bagian peralatan yang terdapat di dalam keperawatan. Banyak lembaga menyediakan peralatan sejenis ini untuk melindungi pasien dan pemberi perawatan. Selain bertujuan memberi perawatan, tujuan yang penting lainnya adalah mencegah penyebaran tuberculosis. Dan secara garis besar tindakan keperawatan yang dilakukan untuk penderita tuberculosis adalah:1. Tindakan pencegahan terhadap penyebaran penyakit2. Medikasi atau pengobatan yang teratur 3. Nutrisi yang tepat4. Aktifitas dan istirahat yang baik5. Perilaku hidup bersih dan sehat (Sheryl Mara Zang :199-201)

KESIMPULANPenatalaksanaan dan pengontrolan penyebaran tuberculosis sam pentingnya, baik di rumah maupun lingkungan perawatan akut. Perawat sebagai pelaksana perawatan kesehatan di rumah memainkan peranan penting dalam proses ini. Perawat bertanggung jawab untuk memberi pelayanan yang berkualitas, bukan saja bagi pasien tetapi juga bagi keluarga dan pemberi perawatan. Selain mencegah penyebaran tuberculosis kepada orang lain, perawata juga harus melakukan tindakan yang teapt supaya tidak tertular penyakit ini. Walaupun keperawatan kesehatan di rumah ini mencakup pelayanan yang diberikan kepada pasien dan keluarga di tempat tinggalnya, tetapi sebenarnya pencegahan penyebaran penyakit infeksi bermanfaat bagi komunitas secara luas.

DAFTAR PUSTAKA

Danusantoso, Halim. 2012. Buku saku ilmu penyakit paru. Edisi 2, Jakarta:EGC.Dorland, Newman. 2007. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 31, Jakarta:EGC.Kusuma, Hardhi & Amin Huda Nurarif. 2012. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan NANDA. Yogyakarta:Media hardy.Tanjung, azhar & en. Keliat. 2014. Buku ajar penyakit dalam. Jilid 1, Jakarta: Interna Publishing.Wijaya, andra saferi. 2013. Keperawatan medical bedah. Yogyakarta:Nuha Medika.Williams, Lippincot & Wilkins. 2009. Kapita selekta penyakit dengan implikasi keperawatan. Jakarta:EGC.Zang, Sheryl Mara. 2004. Manual perawatan di rumah. Jakarta :EGC.

1