Upload
prima-wati
View
26
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
TREND DAN ISSUE
PADA GANGGUAN SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI
PENGGUNAAN MADU
I. Definisi
Madu adalah cairan yang lengket dan manis yang dihasilkan oleh lebah dan serangga
lainnya dari nektar bunga. Madu merupakan cairan alami yang memiliki rasa manis yang
dihasilkan lebah madu dari sari bunga tanaman atau dari bagian lain dari tanaman atau
ekskresi serangga (Badan Standarisasi Nasional, 2000) Madu lebih manis dari gula meja dan
memiliki ciri-ciri kimia yang menarik untuk pemanggangan. Madu memiliki rasa yang
berbeda yang membuat orang lebih menyukainya daripada gula dan pemanis lainnya.
Kandungan madu
Madu memiliki komponen kimia yang memiliki efek koligemik yaitu asetilkolin.
Asetilkolin berfungsi untuk melancarkan peredaran darah dan mengurangi tekanan darah.
Gula yang terdapat dalam madu akan terserap langsung oleh darah sehingga menghasilkan
energi secara cepat bila dibandingkan dengan gula biasa. Disamping kandungan gulanya yang
tinggi (fruktosa 41,0 %; glukosa 35 %; sukrosa 1,9 %) madu juga mengandung komponen
lain seperti tepung sari dan berbagai enzim pencernaan. Disamping itu madu juga
mengandung berbagai vitamin seperti vitamin A, B1, B2, mineral seperti kalsium, natrium,
kalium, magnesium, besi, juga garam iodine bahkan radium. Selain itu madu juga
mengandung antibiotik dan berbagai asam organic seperti asam malat, tartarat, sitrat, laklat,
dan oksalat.
Jenis-jenis Madu
Kualitas madu umumnya ditentukan dari asal bunga seperti Mix Flower ( Aneka bunga
hutan ), Madu Bunga Klengkeng, Madu bunga Kopi , Madu Bunga Rambutan, Madu bunga
Kapuk.
Berdasarkan informasi penelitian madu yang termanis berasal dari nektar bunga Rambutan
(Nephelium lappaceum ).
1
II. Manfaat madu
1. Dilihat dari kandungan asam folatnya, madu sangat baik dikonsumsi ibu hamil. Asam
folat merupakan nutrien penting bagi pertumbuhan janin. Kekurangan asam folat pada
masa awal kehamilan dapat menyebabkan bayi yang lahir beresiko besar mengalami
cacat bawaan pembuluh syaraf. Madu yang mengandung asam folat dapat
menurunkan resiko kanker rahim dan penyakit jantung. Asam folat ini juga
dibutuhkan dalam metabolisme lemak, metabolisme kolesterol, dan sistem kekebalan
tubuh.
2. Madu yang diberikan kepada bayi yang telah makan dan minum selain ASI, dapat
memacu pertumbuhan sel darah merah dan otaknya. Madu juga baik bagi
pertumbuhan gigi bayi. Karena, madu mengandung antibiotika yang mampu
menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk.
3. Kandungan mineral dalam madu bermanfaat untuk menjaga kesehatan gigi yaitu
sebagai anti bakteri yang ada di mulut, menjaga kekuatan enamel dan dentin. Serta
kandungan zat besi dalam madu erat hubungannya dengan pewarnaan darah
(hemoglobin).
4. Madu bermanfaat juga untuk obat turun panas, mengurangi rasa mual, gangguan
pencernaan, mencegah radang usus besar, sariawan, gatal-gatal, gigitan serangga,
untuk mata bintiten dan untuk menjaga kesehatan mata.
5. Madu dapat dipergunakan sebagai obat penyakit hati (lever) dan hepatitis. Glukosa
yang terkandung di dalamnya menghasilkan hidrat arang putih dalam hati manusia
yang membantu kerja hati sebagai penyaring dan pelawan racun, bakteri dalam, serta
menjaga daya tahan tubuh dari infeksi.
6. Madu asli juga bermanfaat membantu proses penyembuhan berbagai penyakit dan
gangguan kesehatan, seperti :Tekanan darah tinggi, lemah jantung, anemia, infeksi,
gangguan saluran kemih, sembelit, sistem pencernaan, maag, masalah saluran
pernafasan termasuk batuk kronis, mengeluarkan reak pada perokok, gangguan sistem
saraf pusat termasuk sulit tidur, gangguan pikiran, sakit kepala, kejang-kejang dan
masalah kesehatan kulit.
2
7. Meningkatkan pertumbuhan bakteri yang menguntungkan serta menghambat bakteri
yang merugikan.
Madu membantu meningkatkan pertumbuhan bakteri bifido yang merupakan
bakteri yang sangat penting untuk menjaga kesehatan pencernaan.
Membantu menghambat bakteri yang merugikan seperti Helicobacter pylori,
yang dapat menyebabkan tukak pada lambung.
8. Memperbaiki dan melindungi sistem pencernaan.
Efektif dalam mengatasi diare, dengan cara membantu penyerapan elektrolit
dan air, serta dapat menghambat bakteri E.coli yang menyebabkan diare.
Membantu memperlancar buang air besar, sehingga dapat membantu
mengatasi konstipasi/sembelit.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa madu dapat membantu mengatasi
tukak (luka) pada lambung serta membantu melindungi lambung dari risiko
terjadinya iritasi yang disebabkan karena mengonsumsi minuman beralkohol
dan obat-obatan tertentu.
9. Membantu penyerapan kalsium. Kandungan asam glukonat dalam madu dapat
membantu meningkatkan penyerapan kalsium.
10. Sebagai sumber energi yang baik. Madu terdiri dari fruktosa dan glukosa yang mudah
diubah menjadi energy glukosa oleh tubuh.
11. Aman untuk penderita diabetes. Madu dapat digunakan sebagai pengganti gula, dan
aman untuk penderita diabetes.
12. Mempercepat penyembuhan luka.
Madu memiliki sifat higroskopis yang tinggi (mudah menyerap air). Ketika
dioleskan pada luka yang terbuka, madu menarik kandungan air dari luka
tersebut, membuat luka cepat kering, sehingga dapat membantu mempercepat
penyembuhan luka.
3
Madu juga dapat mengurangi pembengkakan pada luka sehingga luka dapat
sembuh lebih cepat.
Sifat antimikroba dari madu dapat membantu menghambat pertumbuhan
bakteri dan jamur penyebab infeksi pada luka.
14. Terdapat kandungan zat laktobasilin yang dapat menghambat pertumbuhan sel
kanker dan tumor, serta kandungan asam amino bebas dalam madu mampu membantu
penyembuhan penyakit, juga sebagai bahan pembentukan neurotransmitter atau
senyawa yang berperan dalam mengoptimalkan fungsi otak
15. Vitamin yang ada dalam kandungan madu, di antaranya: Vitamin B2
(Riboflavin), B5 (asam pantotenat), B6 (Piridoksin), vitamin A, vit C, vit K, dan
betakaroten. Vitamin A pegang peran penting bagi pertumbuhan dan perkembangan,
serta mempertahankan kesehatan tubuh. Juga berkaitan dengan hormon andrenalin
dan hormon teroid serta mengatur bekerjanya sel-sel saraf. B2 (Riboflavin) berfungsi
membantu pertumbuhan dan reproduksi. Kekurangan riboflavin mengakibatkan bibir
pecah-pecah, iritasi pada lidah, mata terasa gatal, dan seringkali terjadi katarak. B5
(Pantotenat) pegang peran dalam produksi hormon andrenalin dan sel-sel darah
merah. B6 (Piridoksin) pegang peran
penting sebagai benteng pertahanan keseimbangan hormon dan mengatur fungsi
kekebalan. Vit C (berguna sebagai suplemen) sangat berguna bagi penyembuhan luka,
antioksidan serta kekebalan.
III. Mekanisme klinis madu
Madu sebagai Antimikrobial
Madu dikenal memiliki efek antibakteri spektrum luas serta antifungal. Adapun yang
menjadikan alasan mengapa madu memiliki efek tersebut adalah sebagai berikut:
a) Efek osmotik madu
Konsentrasi gula yang tinggi menarik air keluar dari organisme sehingga membuat
organisme ini dehidrasi dan menyebabkan sel mati. Potensi antibacterial pada madu pertama
kali ditemukan pada tahun 1892 oleh Van Ketel. Potensi antibakterial ini sering diasumsikan
4
berkaitan erat dengan efek osmotik dari kandungan gula yang tinggi pada madu. Madu
sebagaimana sirup gula yang terlarut mempunyai osmolaritas yang cukup untuk menghambat
pertumbuhan mikroba, tetapi jika digunakan sebagai lapisan kontak pada luka, pengenceran
oleh eksudat luka mengurangi osmolaritasnya pada tingkat yang dapat menhentikan control
infeksi. Walaupun demikian, luka yang terinfeksi dengan staphilococcus aureus cepat dibuat
steril oleh madu. Madu mempunyai aktivitas antibacterial tingkat medium untuk mencegah
pertumbuhan staphilococcus aureus jika diencerkan 7-14 kali dari titik dimana
osmolaritasnya tidak mampu menjadi inhibitor lagi (Cooper, 1999).
Fakta bahwa efek antibacterial madu meningkat jika diencerkan telah terobservasi dengan
jelas dan dilaporkan pada tahun 1919. Penjelasan dari hal ini berasal dari penemuan bahwa
madu mengandung enzim yang mampu memproduksi hydrogen peroksida ketika diencerkan
(White, 1963). Agen ini pada awalnya lebih dikenal sebagai “inhibine” untuk
mengidentifikasinya sebagai peroksida hydrogen.
Hal yang penting dari aktivitas antibakteri madu adalah ketika efek terapeutik madu ini
dibandingkan dengan gula. Dalam studi eksperimen yang dilakukan pada luka bakar yang
diciptakan di kulit babi, ada lebih sedikit koloni bakteri yang terlihat pada luka yang diberi
madu jika dibandingkan dengan luka yang diberi gula, lebih sedikit pustula mikro pad
neoepidermis, dan lebih sedikit bakteri yang terlihat dalam eschar pada luka yang diobati
dengan madu. Sebuah laporan kasus klinik juga melaporkan adanya luka tekan dalam yang
berespon terhadap bermacam-macam pengobatan, termasuk pembalutan dengan gula, tetapi
dapat sembuh total dalam waktu 6 minggu ketika dibalut dengan madu (Hutton, 1966)
Madu juga menyediakan glukosa untui leukosit yang esensial untuk pembakaran
respiratori yang menghasilkan hydrogen peroksida sebagaimana senyawa ini adalah
komponen dominan untuk aktivitas antibakteri pada makrofag. Selanjutnya pembakaran
respiratori ini menyediakan substrat juga untuk glikolisis yang merupakan mekanisme utama
dalam produksi energi dalam makrofag, dan hal ini memungkinkan energy untuk difungsikan
bagi pemulihan sel yang rusak. Area yang mempunyai suplai oksigen yang baik juga
menyebabkan produksi eksudat yang rendah.
b) Keasaman madu
Keadaan asam ini menghambat pertumbuhan bakteri. Madu bersifat sangat asam dan
memiliki Ph antara 3 dan 4 yang dapat disamakan dengan keasaman jus jeruk atau sekaleng
koka kola. Bakteri akan terbunuh dalam lingkungan asam seperti ini. Namun, jika madu
5
diencerkan (misalnya pada saat pengeluaran cairan tubuh dari luka), keasaman madu menjadi
berkurang, menyebabkan bakteri dapat berkembang kembali.
c) Aksi dari hidrogen peroksida
Senyawa ini juga menghambat pertumbuhan bakteri. Walaupun hidrogen peroksida
terdapat pada madu, tetapi senyawa ini hanya teraktivasi ketika madu diencerkan (Bunting,
2001).Hidrogen peroksida terkenal sebagai agen antimikroba, pertama kali dikenalkan
sebagai antibakteri dan properti pembersih dalam praktek klinik. Pada akhirnya senyawa ini
tidak digunakan sebagaimana dikenalkan karena menyebabkan inflamasi dan merusak
jaringan. Walaupun demikian, konsentrasi hidogen peroksida yang dihasilkan madu ketika
teraktivasi saat pengenceran hanya sekitar 1 mmol/l, atau sekitar 100 kali lebih kecil daripada
larutan 3 % yang biasa digunakan sebagai antiseptik. Efek membahayakan dari hydrogen
peroksida jauh berkurang karena madu mengisolasi dan membuat besi bebas menjadi inaktif
yang mengkatalis formasi radikal bebas oksigen yang dihasilkan oleh hydrogen peroksida.
Komponen antioksidan ini juga membantu membersihkan radikal bebas oksigen. Studi
pada model binatang mendemonstrasikan bahwa madu mengurangi peradangan (dilihat dari
sisi histologi), jika dibandingkan dengan kelompok kontrol yang bervariasi dengan luka bakar
dalam dan superficial dan juga pada luka dalam.
Walaupun kadar hidrogen peroksida pada madu sangat kecil, kadar ini masih efektif
sebagai agen antimikroba. Studi dengan Escherichia coli yang dipaparkan secara konstan
dengan hidrogen peroksida menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri menjadi terhambat
oleh hidrogen peroksida 0,02-0,05 mmol/l, konsentrasi yang tidak berbahaya bagi sel
fibroblast pada kulit manusia.
d) Aksi dari phytochemical
Phytochemical (senyawa kimia tumbuhan) dikenal sebagai faktor antibacterial non
peroksida. Senyawa ini secara alami terdapat pada nectar bunga yang dikumpulkan oleh oleh
lebah madu. Sebagai contohnya pada madu yang didapat dari bunga pohon manuka New
Zealand lebih berpotensi dalam membunuh bakteri. Karena molekul dari senyawa ini belum
teridentifikasi secara pasti maka sifat madu ini dinamakan faktor manuka yang unik.
e) Madu menciptakan lingkungan penyembuhan yang lembab.
6
Hal ini memungkinkan sel untuk tumbuh kembali yang ditandai dengan permukaan
luka yang memerah. Kondisi ini dapat mencegah deformitas pada kulit. Jika terbentuk lapisan
luar luka yang kering, sel kulit hanya dapat tumbuh pada luka yang lebih dalam dari daerah
yang lembab saja.
f) Madu menyebabkan lapisan luar luka yang kering (keropeng).
sel-sel mati terlepas dari permukaan luka, menciptakan sebuah lingkungan luka yang
sehat dimana terjadi pertumbuhan kembali jaringan.
g) Madu menstimulasi pertumbuhan jaringan dalam proses penyembuhan luka.
Madu memicu pembentukan kapiler darah yang baru dan pertumbuhan fibroblast yang
menggantikan jaringan penyambung pad lapisan kulit yang lebih dalam serta menstimulasi
produksi serat kolagen yang memberikan kekuatan pada perbaikan jaringan. Madu juga
memicu pertumbuhan sel epitel yang membentuk kulit baru menutupi seluruh luka yang
sembuh. Madu jug mencegah pembentukan keropeng dan jaringan parut (keloid), sehingga
menghilangkan kebutuhan untuk cangkok kulit walaupun pada luka yang sangat lebar.
h) Madu mencegah timbulnya bau yang biasanya ditemukan pada luka yang parah dan
ulcer pada kulit.
Madu dapat mencegah timbulnya bau dengan membersihkan infeksi luka dengan lebih
cepat dengan menyediakan lingkungan gula untuk bakteri yang ada. Pada kondisi lingkungan
seperti ini akan terbentuk asam laktat walaupun juga bau sebagai hasil dari degradasi protein.
i) Madu dengan cepat dapat membersihkan infeksi dari luka.
Kemampuan madu ini dangat efektif bahkan untuk strain bakteri yang resisten terhadap
antibiotik. Madu tidak seperti antiseptik atau antibiotik, madu tidak menyebabkan kerusakan
pada proses penyembuhan luka melalui efek samping.
IV. Keuntungan madu
Secara umum madu memiliki keuntungan sebagai berikut :
a) Sangat baik dikosumsi oleh ibu hamil
7
b) Dapat memacu pertumbuhan sel darah merah ke otak pada bayi yang sudah
mengkonsumsi makanan selain ASI
c) Meningkatkan pertumbuhan bakteri baik
d) Melindungi sistem pencernaan
e) Bisa dikonsumsi oleh penderita diabetes
f) Dapat menyembuhkan luka
V. Kerugian madu
Madu, tidak selalu sehat. Karena dikumpulkan dari bunga-bunga di alam bebas, ada
saat-saat tertentu dan tempat ketika madu yang dihasilkan adalah beracun, lihat Grayanotoxin
. Rhododendron dan azalea memiliki nektar yang beracun untuk manusia walaupun tidak
berbahaya untuk lebah, memproduksi madu beracun. Di beberapa wilayah di dunia sarang
dikosongkan segera setelah musim berbunga dan dibersihkan dari residu apapun untuk
mencegah keracunan.
Chris Wagner dari Dallas Children's Medical Center, menceritakan pengalamannya
merawat pasien yang mengalami keracunan madu murni yang mana alergi terburuk yang
berpotensi muncul meliputi sesak napas, tekanan darah rendah, pusing, pingsan, hingga gagal
jantung. Chris juga mengatakan bahwa seseorang tidak dapat mengendalikan berapa banyak
tepung sari dalam madu murni yang dimakan sehingga dpat terjadi suatu keracunan ataupun
reaksi alergi.
Madu (dan juga pemanis lainnya) juga berpotensi sangat berbahaya bagi bayi. Ini
karena, ketika dicampur dengan cairan asam pencernaan non-bayi itu menciptakan media
yang ideal bagi botulinum spora tumbuh dan menghasilkan toksin. spora Botulinum adalah di
antara beberapa bakteri yang bertahan hidup dalam madu, tetapi juga banyak hadir di
lingkungan. Sementara ini spora tidak berbahaya bagi orang dewasa, karena keasaman perut,
pencernaan sistem bayi belum cukup berkembang untuk menghancurkan mereka, dan spora
dapat menyebabkan bayi berpotensi botulisme . Untuk alasan ini, disarankan bahwa madu
baik, maupun pemanis lainnya, harus diberikan kepada anak-anak di bawah usia 18 bulan.
8
VI. Peran perawat
Perawat sebagai peneliti
Perawat dapat meneliti kandungan yang terdapat dalam madu. Selain itu juga, perawat
meneliti reaksi dan efek samping madu jika digunakan sebagai obat berbagai macam
penyakit. Perawat juga melaksanakan monitoring terhadap perubahan yang terjadi pada
individu, keluarga, kelompok & masyarakat yang menyangkut reaksi, efek samping dan
sejauh mana penggunaan madu di masyarakat melalui kunjungan rumah, pertemuan,
observasi & pengumpulan data.
Perawat sebagai pendidik
Perawat memberikan HE yg berdasarkan dengan semua tahap kesehatan & tingkat
pencegahan, selain itu perawat harus mampu mengajarkan tindakan pelayanan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan dari penyakit dan menyusun program HE, memberikan
informasi yang tepat mengenai pemanfaatan madu.. Sebagai pendidik, perawat dapat
memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya madu sebagai alternative pengobatan
yang bisa didapatkan di masyarakat mengingat madu memiliki manfaat yang dapat berguna
di bidang kesehatan misalnya dalam penyembuhan sariawan. Dengan adanya pendidikan
kesehatan yang dilakukan oleh perawat, masyarakat dapat mengetahui penyakit apa saja yang
dapat diobati dengan madu sehingga memandirikan masyarakat dalam menangani masalah
kesehatan.
Perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan
Karena perawat sudah memiliki pengetahuan tentang kandungan madu, reaksi dan efek
samping madu, perawat dapat mengaplikasikannya dalam merawat pasien di rumah sakit
maupun home care. Perawat juga memberikan pelayanan kesehatan kepada individu,
keluarga, kelompok / masyarakat berupa asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi
pemberian asuhan pencegahan pada tingkat 1, ke 2 maupun yang 3 baik direct/indirect.
9
10