31
TRANSPORTASI ANAK GAWAT DARURAT Dalam tugas kita sehari-hari tentu kita pernah menghadapi keadaan dimana kita harus melakukan transportasi bayi/anak sakit kritis. Baik transportasi di dalam satu rumah sakit (antara Ruang Darurat gawat/ICU dengan ruang Bedah/ruang CT-scan dll), maupun antar Rumah sakit/unit. Problematika yang timbul diantaranya: 1. Berapa gawatnya sakit si anak a. Mampukah dia di transportasikan, perlukah stabilisasi ? b. Fasilitas yang diperlukannya dan yang kita punyai, c. Dimana kita berada : dijalan/di klinik pribadi/di Rumah Sakit 2. Kemana dia akan ditransportasikan/dirujuk a. RS tipe apa/unit apa yang dibutuhkannya b. Jarak dari tempat kita berada 3. Dengan apa dia akan di transportasikan a. Didorong dengan stretcher/kursi, lewat lift atau tidak b. Kendaraan umum/pribadi c. Ambulance darat/laut d. Fixed-wing e. Chopper (Rotor-wing aircraft)

Transportasi Anak Gawat Darurat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

n

Citation preview

Page 1: Transportasi Anak Gawat Darurat

TRANSPORTASI ANAK GAWAT DARURAT

Dalam tugas kita sehari-hari tentu kita pernah menghadapi keadaan dimana kita harus

melakukan transportasi bayi/anak sakit kritis. Baik transportasi di dalam satu rumah sakit (antara

Ruang Darurat gawat/ICU dengan ruang Bedah/ruang CT-scan dll), maupun antar Rumah

sakit/unit. Problematika yang timbul diantaranya:

1. Berapa gawatnya sakit si anak

a. Mampukah dia di transportasikan, perlukah stabilisasi ?

b. Fasilitas yang diperlukannya dan yang kita punyai,

c. Dimana kita berada : dijalan/di klinik pribadi/di Rumah Sakit

2. Kemana dia akan ditransportasikan/dirujuk

a. RS tipe apa/unit apa yang dibutuhkannya

b. Jarak dari tempat kita berada

3. Dengan apa dia akan di transportasikan

a. Didorong dengan stretcher/kursi, lewat lift atau tidak

b. Kendaraan umum/pribadi

c. Ambulance darat/laut

d. Fixed-wing

e. Chopper (Rotor-wing aircraft)

Semua problematika ini timbul karena tujuan yang akan/hendak dicapai yaitu

kesembuhan pasien.

Jadi untuk mencapai “kesembuhan” pasien, maka sejak pasien ditemukan/dilihat/

diperiksa, perawatan dan pengobatan harus langsung dimulai dan tetap berlangsung

selama transportasi serta kemudian dilanjutkan di RS/unit penerima.

Adalah salah bila kita menunda perawatan dan pengobatan sampai pasien tiba di rumah

sakit secunder atau tertier. Dengan kata lain, tujuan tim transport adalah berfungsi

sebagai kepanjangan tangan PICU/NICU, memberikan kualitas penanganan dan

perawatan yang sama dengan unit intensif sejak mulai dari tempat pengiriman, selama

Page 2: Transportasi Anak Gawat Darurat

perjalanan baik di darat/laut/udara dan selanjutnya tanpa terputusnya kontinuitas,

penanganan dan perawatan dilanjutkan di RS/unit penerima.

Pasien mungkin harus dirujuk ke RS pelayanan tertier, menggunakan ambulans setempat

yang disertai oleh dokter/nurse unit perujuk. Cara ini akan menghemat waktu, akan tetapi

ambulans setempat mungkin tidak mempunyai peralatan terutama peralatan perawatan

kritis, disamping petugasnya mungkin kurang berpengalaman dalam menunjang bayi dan

anak sakit kritis dalam perjalanan.

Kebutuhan akan transport bayi dan anak yang ahli dan terorganisir sudah mendunia.

Praktisi medis darurat gawat, unit perawatan intensif anak dan unit perawatan intensif

bayi seluruh dunia menyadari bahwa pelayanan transport yang terstruktur yang mampu

memberikan pelayanan keahlian segera, resusitasi dini dan transfer cepat pasien sakit

kritis akan menghasilkan penurunan angka kesakitan dan kematian.

Memahami apa yang disebutkan diatas maka langkah-langkah yang harus ditempuh dalam

melakukan transportasi bayi & anak sakit kritis :

1. Komunikasi

2. Advis Stabilisasi pasien

3. Persiapan pra transport

4. Kendaraan apa yang akan digunakan

5. Stabilisasi, penilaian dan evaluasi pra transport

6. Pemantauan dan tindakan dalam transport

7. Pencatatan dan pelaporan/rekam medik

8. Tugas institusi penerima

1. Komunikasi

Komunikasi merupakan unsur esensi dalam pelaksanaan transport anak sakit kritis.

Institusi perujuk harus melakukan komunikasi sedini dan sesegera mungkin dengan tempat yang

akan menerima atau bila ada suatu Pusat Komunikasi dimana terdapat dispatcher dan medical

control physician sehingga dapat segera diputuskan apakah permintaan transport diterima atau

ditolak serta rekomendasi apa yang dapat dikerjakan untuk manajemen pasien. Komunikasi ini

harus tersedia dan dapat dikerjakan 24 jam sehari kontinu.

Page 3: Transportasi Anak Gawat Darurat

Gambar 1. Form permintaan tempat/transport/konsultasi/bantuan lainnya

Page 4: Transportasi Anak Gawat Darurat

Pertimbangkan:

Urutan prioritas : Bangsal > UGD> Luar; Progno baik > buruk; Indikasi

Medik>Sos; Penyakit akut> kronik

RS/NICU/PICU penerima telepon juga harus siap 24 jam dan mampu melakukan triage,

secara cepat dan tepat memberikan advis untuk stabilisasi sesuai kebutuhan pasien. Untuk

mencegah terjadi transport kedua (kasus bayi premature hiperbilirubinemia di Jakarta),

merupakan tanggung jawab tim transport untuk memastikan dulu sebelum berangkat adanya

tempat dan peralatan serta kebutuhan lainnya di unit yang akan menerima, termasuk

kemungkinan tempat isolasi dan hadirnya spesialis dan subspesialis yang dibutuhkan.

Untuk memfasilitasi agar transisi perawatan pasien berlangsung lancar, unit penerima

harus pula tahu perkiraan waktu pasien akan tiba, dengan demikian kesiapan tim penerima

(dokter, nurse dan personil lain terkait, kesiapan peralatan yang dibutuhkan untuk kasus tersebut)

dapat dipastikan siap pada saat pasien tiba untuk segera melakukan perawatan sesuai

kebutuhannya. Informasi lengkap juga diperlukan untuk menentukan peralatan dan obat yang

dibutuhkan dalam perjalanan, berapa oksigen yang dibutuhkan dan berapa batere yang

diperlukan. Cuaca dan kepadatan lalu-lintas juga harus menjadi perhatian dan ikut

diperhitungkan.

Kecepatan tersedianya tim dan kendaraannya adakalanya sangat amat penting. Sekali tim

sudah ditetapkan maka komunikasi antara tim, medical control physician dan institusi perujuk

harus berjalan erat dan harmonis.

Page 5: Transportasi Anak Gawat Darurat

Pengumpulan data dan dokumentasi data

Untuk mencapai transport yang baik, aman dan berhasil, termasuk didalamnya peralatan,

obat, staff, dan cara yang baik, maka tim transport/penerima harus mencari dan mendapatkan

informasi yang cukup mengenai pasien saat teleponpertama kali.

Data yang diperlukan : riwayat singkat, tanda vital saat itu, berat badan dan usia,

pemeriksaan fisik yang penting, hasil laboratorium yang mendukung/ penting,dan semua terapi

yang sudah diberikan.

Untuk itu ada form standar yang dapat diisi pada saat telepon pertama. Form ini akan

dapat memberikan informasi yang cukup untuk seluruh tim dalam mempersiapkan transport,

peralatan yang dibutuhkan, dapat menentukan cara transport dan komposisi tim yang dibutuhkan.

Form ini juga akan dapat memenuhi kebutuhan informasi RS penerima.

2. Advis Stabilisasi Pasien

Advis stabilisasi dari RS penerima atau tim atau pusat komunikasi difokuskan

kepada pemeliharaan/maintenance

1. Jalan nafas

2. Ventilasi/pernafasan

3. Sirkulasi

Ini berhubungan dengan kebutuhan umum pasien selama transport yaitu :

1. Jalan nafas terbuka baik dan stabil

2. Ventilasi adekuat terjamin, baik spontan atau dengan bantuan

3. Tersedia akses vaskular yang baik dan terjamin

Bila terdapat keraguan akan ketiga hal diatas, dianjurkan untuk membuat tindakan untuk

memperbaikinya misalnya, jalan nafas yang meragukan , lakukan intubasi. Dengan komunikasi

dan updating keadaan pasien yang baik, maka persiapan dan stabilisasi dapat dikerjakan sebelum

tim tiba/sebelum berangkat, paling tidak pemeliharaan jalan nafas dasar, ventilasi & akses

vaskuler, dengan demikian akan memperpendek waktu transport untuk sampai di RS penerima.

Harus pula menjadi perhatian bahwa adakalanya tindakan yang dibutuhkan hanya dapat

dikerjakan di RS penerima, jadi waktu transport yang lebih pendek tentu berdampak baik untuk

keseluruhan kontinuitas perawatan dan penanganan pasien menuju kepada kesembuhan.

Page 6: Transportasi Anak Gawat Darurat

Intervensi lainnya seperti pemberian obat (antibiotika, anti kejang dan sedasi) dan atau

pemasangan sonde lambung dan kateter urin dapat pula dikerjakan. Jadi semua prosedur dan

persiapan yang dibutuhkan dan dapat dikerjakan sebelum diberangkatkan/tim tiba, harus

direkomendasikan, dengan demikian maka waktu tinggal tim di RS pengirim, dan atau waktu

untuk pergi/kembali ke RS penerima tidak lebih lama dari rencana, sehingga waktu transport

keseluruhan akan makin pendek. Prinsip ini sudah harus disampaikan kepada RS perujuk sejak

dari telepon pertama.

3. Persiapan pra transport

3.A. Sumber Daya Manusia

Komposisi tim

Tim dapat:

1. Tim dari RS penerima

2. Tim dari RS perujuk

3. Ambulans mandiri

Tim dapat terdiri atas:

1. Dokter

2. Nurse

3. Respiratory therapist

4. Dan atau hanya paramedis

Keputusan tim yang dibutuhkan bergantung kepada :

1. Kondisi pasien

2. Protokol tim

3. Pengalaman tim untuk kondisi kasus yang dihadapi. Misalnya harus

mampu melakukan penilaian, diagnosis dan bertindak.

4. Peralatan yang dipunyai, misal punya isolette bila membawa bayi.

Semua personel harus dilatih secara formal dalam bidang transport medis dan

juga mengerti akan perubahan-perubahan fisiologi yang terjadi pada ketinggian.

Syarat Anggota tim :

1. Kemampuan dan keterampilan dalam diagnosis dan klinis

2. Kemampuan interpersonal

Page 7: Transportasi Anak Gawat Darurat

3. Kondisi fisik umum baik

4. Respons yang favorable terhadap situasi stress

5. Kemampuan untuk menahan lelah

6. Tahan terhadap mabuk kendaraan

7. Physical dexterity

8. Antusias

9. Komitmen

Tanggung jawab pimpinan tim:

1. Stabilisasi dan perawatan selama transport

2. Koordinasi, superfisi, dan berpartisipasi dalam penanganan penderita

3. Menggalang komunikasi dengan petugas medik perujuk maupun penerima dan juga

dengan konsultan medic

3.B. Peralatan, Obat dan Sediaan lainnya :

Tim harus membawa semua peralatan yang mungkin dibutuhkan, begitu pula

supplies/persediaan dan obat.

Tabel 1. Kebutuhan ALKES untuk Transport

Page 8: Transportasi Anak Gawat Darurat

AAP Task Force on Interhospital Transport merekomendasikan guidelines berikut untuk

peralatan transport

1. Tersedianya peralatan untuk life support in the transport setting

2. Semua peralatan harus ringan & mampu dibawa oleh dua orang, portable dan self-

contained/mandiri dengan kemampuan batere 2 kali perkiraan waktu transport

3. Cukup kuat dan tahan terhadap perubahan altitude, suhu & acute decompression,

vibrations (4-G decelerative forces) dan mampu dipakai berulang-ulang.

Page 9: Transportasi Anak Gawat Darurat

4. Mudah dibersihkan dan dipelihara

5. Berkemampuan AC/DC

6. Tidak mempunyai electromagnetic field interference

7. Cukup ramping dan dapat difiksasi dalam ambulans darat/laut/udara

8. Disamping gurney juga harus punya isolette untuk bayi < 5kg

9. Sebaiknya monitor, ventilator, tabung oksigen dan pompa infus dapat dilekatkan pada

gurney/isolette sehingga tangan petugas bebas

10. Monitor kardiorespirasi sebaiknya mempunyai kemampuan non-invasive dan

invasive.

11. Cardioverter/defibrillator sebaiknya tersedia

12. Pengukur/pemantau tek darah sebaiknya digital invasive. Jadi arteri line sebaiknya

tersedia.

13. Ventilator sebaiknya menggunakan tenaga listrik, sebab kebutuhan akan udara dan

oksigen lebih rendah. Bila kendaraan tidak dilengkapi dengan sumber tenaga listrik yang

sesuai maka ventilator yang bekerja dengan tekanan harus tersedia sebagai alternative.

14. Bila tim untuk melakukan transport bayi dan anak, maka dibutuhkan ventilator yang

mampu untuk keduanya.

15. Ventilator harus mempunyai mode PEEP dan CPAP, serta alarm audio dan visual

yang memadai untuk pressure, volume dan flow

16. Ada yang mempunyai O2 blender, tapi umumnya sumber oksigen saja sudah cukup

17. Monitor harus mempunyai kemampuan memantau temperature tubuh, harus ada

probe tempt. Ada yang melengkapi dengan monitor O2 dan CO2 transkutan

18. Infusion or syringe pumps multi channel, volumenya kecil, dan bisa infuse multiple.

19. Sebaiknya sediaan dan obat terorganisir dalam kantong2 yang berbeda sesuai ukuran

pasien dan gunanya, misal : jalan nafas, akses vaskuler, medikasi dll.

20. Protokol dan tabel2 harus tersedia sehingga dapat dengan cepat menentukan alat

sesuai usia yang dibutuhkan, obat yang tepat dan dosis yang tepat.

21. Tersedia daftar isi kotak dan ada segelnya, sehingga dapat diyakini bahwa selama

segel ada, peralatan yang tersedia itu lengkap dan siap pakai.

Page 10: Transportasi Anak Gawat Darurat

Tabel 2. Obat untuk Transportasi

Page 11: Transportasi Anak Gawat Darurat

4. Kendaraan apa yang akan digunakan

Informasi detail pasien yang diterima dari RS perujuk sangat penting, sebab diagnosis

dan kondisi pasien merupakan determinan utama dalam menentukan alat angkut ini.

Macam kendaraan :

1. Ambulans darat

2. Ambulans air

3. Rotor wing aircraft

4. Fixed wing aircraft

Faktor2 yang harus dipertimbangkan dalam memilih alat angkut:

1. Severity and stability of injury or illness (diagnosis & kondisi). Ini determinan

terpenting.

2. Kepentingan untuk mendapatkan perawatan tingkat lanjutan (golden periode)

3. Waktu yang dibutuhkan untuk transport

4. Kendaraan yang tersedia

5. Kapasitas personel yang tersedia

6. Kondisi cuaca dan lalu lintas

7. Geografi dan demografi (kepadatan penduduk)

8. Keamanan

9. Biaya

Tingkat perawatannya di RS perujuk dapat pula menentukan kepentingannya untuk

dirujuk. Misal RS perujuk mempunyai kemampuan untuk diagnosis dan terapi maka transport

yang bukannya tanpa risiko tidaklah mempunyai tingkat prioritas yang tinggi lagi. Akan tetapi

anak dengan hematom epidural atau anak trauma yang masih berada di Tempat Kejadian

Perkara, tentunya membutuhkan transport segera ke senter tertier secepatnya dengan rotor-wing

aircraft. Tidak kalah pentingnya dalam menentukan kendaraan yang akan digunakan adalah

Page 12: Transportasi Anak Gawat Darurat

keselamatan dan keamanan tim transport. Pilot/pengemudi harus menentukan apakah aman

dengan mempertimbangkan cuaca dan geografi.

Tabel 3. Keuntungan & kekurangan kendaraan

Page 13: Transportasi Anak Gawat Darurat

Mabuk kendaraan adalah masalah umum pada ambulans darat yang dapat timbul dan

dapat diatasi dengan:

1. Premedikasi sebelum berangkat

2. Kabin dipertahankan cool

3. Fiksasi pandangan pada barang yang tidak bergerak

Page 14: Transportasi Anak Gawat Darurat

5. Stabilisasi, penilaian dan evaluasi pra-transport

Penelitian menunjukkan bahwa masalah utama tersering pada transport pediatric adalah

berhubungan dengan system respirasi dan saraf. Problematika ini seringkali disampaikan secara

umum saja, menggunakan terminologi umum saja, tidak spesifik/detil, atau detilnya memang

belum ada/belum sempat dicari sebelum transport, mungkin karena belum cukup waktu untuk

membuat diagnosis yang lebih tepat dan detil.

Diagnosis kejang merupakan penyebab terbanyak pada hampir semua transport.

Penyebab kejang bermacam macam, dan sebab yang benar seringkali belum jelas pada saat

telepon awal atau bahkan saat tim datang. Maka tim transport harus mulai mengevaluasi

penyebab-penyebab kejang segera setelah pasien mulai diterima dan harus pula mampu untuk

memberikan terapi sesuai kebutuhan/diagnosis, serta mempersiapkan apa yang mungkin

dibutuhkan selama dalam perjalanan.

5. A. Penilaian dan stabilisasi oleh tim transport.

Hal pertama yang harus dilakukan pada saat tim mencapai institusi pengirim :

1. Penilaian cepat pasien, fokus awal pada jalan napas, respirasi dan sirkulasi

2. Mengumpulkan semua info, lab, X-ray , semuanya yang sementara telah dikerjakan

oleh institusi pengirim

3. Melakukan evaluasi dan penilaian akan semuanya, serta membuat kesimpulan serta

sikap selanjutnya.

Untuk pra transport, pengobatan/tindakan utama adalah mengatasi masalah yang

mengancam kehidupan (life-threatening problems). Misalnya bila pasien tampak distress

respirasi berat maka pengukuran tekanan darah bukan prioritas, dapat ditunda 15 – 20 menit.

Prioritasnya adalah manajemen jalan nafas dan ventilasi. Diagnostic-specific evaluations tidak

dikerjakan sampai tiba di NICU/PICU.

Tujuan transport adalah mempersiapkan dan melakukan transport yang aman

dan sesuai waktu dengan rencana. Karena kendaraan yang akan membawa bisa berisik, pontang

panting/bumpy and cramped, maka prosedur stabilisasi antisipasi harus dikerjakan di institusi

pengirim sebelum berangkat. Pada kenyataannya banyak pasien yang tidak benar–benar stabil

sebelum transport dimulai, tapi tujuannya adalah membuatnya sestabil mungkin. Tim transport

haruslah sebagai kepanjangan tangan NICU/PICU , dengan memberikan kualitas penanganan

Page 15: Transportasi Anak Gawat Darurat

seperti di NICU/PICU sejak tim menerima pasien. Jadi disamping mengatasi problematika yang

mengancam kehidupan, tim harus memastikan bahwa semua pipa dan selang infus kokoh tidak

mudah lepas sebelum membawa pasien masuk kedalam kendaraan.

5. A.1.Jalan napas

Pastikan respirasi tidak terganggu selama perjalanan:

1. Pasien dengan kesadaran menurun mungkin cukup denganposisi ‘jaw thrust atau head

tilt-chin”. Pada bayi dan balita posisi ini dapat dicapai dengan menaruh gulungan kain

dibawah bahu. Sekret dibersihkan/diisap. Bila perlu gunakan tube oropharyngeal atau

nasopharyngeal.

2. Anak yang sadar tapi distress respirasi harus dibiarkan untuk mencari posisi yang

nyaman untuknya. Misalnya dipangku oleh pengasuhnya.

3. Pasien yang distress respirasi berat atau gagal napas, pasien yang tidak responsive lagi

dan hilang kemampuannya untuk menjaga jalan napasnya, serta pasien dengan tekanan

tinggi intra kranial yang tinggi sebaiknya diintubasi elektif

Pastikan suara napas dan gerak mengembangnya paru memadai baik napas spontan, atau napas

dengan bantuan, kalau perlu mintakan Chest X-ray untuk melihat paru dan posisi ETT serta

analisis gas darah (AGD).

Penentuan intubasi tidak mempunyai kriteria yang pasti, banyak hal harus

dipertimbangkan:

1. Kondisi pasien termasuk kesadaran, jalan nafas dan kemampuan respirasinya

2. Kendaraan yang akan digunakan

3. Jarak tempuh dan lamanya dijalan

4. Kemungkinan-kemungkinan yang mungkin akan terjadi selama perjalanan

Bila diintubasi, :

1. Pastikan posisinya baik dengan Chest x-ray

2. Pastikan keadaan baik dengan kilinis dan AGD

3. Pastikan ETT terfiksasi dengan kokoh, kalau perlu lakukan fiksasi ulang dengan cara

sendiri yang dirasakan paling aman untuk transportasi

5. A.2. Pernapasan

Penilaian pernafasan :

1. Frekuensi

Page 16: Transportasi Anak Gawat Darurat

2. Suara napas : kualitas dan kuantitas

3. Penggunaan otot napas tambahan (Work Of Breathing)

4. Warna kulit

5. Tingkat kesadaran

Bila diperlukan berikan O2 100%, dan lakukan nebulisasi kontinu bila diperlukan.

5. A.3. Sirkulasi

Penilaian sirkulasi termasuk

1. Denyut jantung

2. Perfusi kulit (capillary Refill, kualitas nadi sentral dan perifer, warna, suhu kulit)

3. Tekanan darah

4. Output urin

5. Status hidrasi (turgor kulit dan selaput lendir)

6. Tingkat kesadaran

Untuk transport paling tidak harus ada 1 buah akses vena yang baik dan aman, bisa:

1. Akses vena perifer

2. Akses vena sentral

3. Akses intraosseous

Idealnya ada 2 buah akses, tapi tidak selalu dibutuhkan.

Sinus takikardia dapat akibat

1. Sakit

2. Demam

3. Takut

4. Menangis

5. Distres respirasi

6. Renjatan

Jadi penilaian jangan hanya pada satu parameter, tapi lakukan secaramenyeluruh seluruh tubuh.

Yang harus dikerjakan sebelum berangkat adalah :

1. Bolus awal dari resusitasi cairan pada hipovolemik syok

2. Inotropik bila dibutuhkan harus dimulai sebelum berangkat

Dalam perjalanan yang dapat/harus mampu diatasi :

1. Disritmia

Page 17: Transportasi Anak Gawat Darurat

2. Defibrilasi

3. Obat : epinefrin, lidokain, atropin dan adenosin

5. A. 4. Status neurologik

Evaluasi tingkat kesadaran adalah evaluasi yang kontinu terus menerus, dilakukan secara

simultan dengan stabilisasi jalan napas, respirasi dan sirkulasi. Periksa pupil pada anak yang

tingkat kesadarannya menurun. Pada anak yang nampak masih aktif harus dikros ceck dengan

pengasuhnya mengenai tingkah laku sehari-hari, adakah perbedaan pada saat ini yang

menunjukkan adanya penurunan kesadaran.

Dapat menggunakan AVPU secara cepat

1. Alert

2. Respons to verbal stimuli

3. Respons only to painful stimuli

4. Unresponsive

Pasien dengan kemungkinan peningkatan tekanan intrakranial diterapi dengan tujuan tidak

timbul secondary injury:

1. Head elevate 30 derajat, posisi midline, posisi ditengah

2. Ventilasi mekanik dilakukan

3. Manitol

5. A. 5. Kontrol Suhu Tubuh

Ini merupakan hal penting pada transport atau penanganan bayi dan anak. Anak relatif

mempunyai luas permukaan tubuh terhadap masa tubuh yang lebih tinggi. Maka pemantauan

suhu tubuh sebelum dan selama transport aman penting. Rectalprobe dapat digunakan pada bayi

dan toddlers serta anak dengan penurunan kesadaran. Isolett tentu lebih menyenangkan sebab

memproteksi suhu dan tidak memerlukan selimut, sehingga mudah dipantau dari balik kaca.

Suhu tinggi atau rendah keduanya akan menyebabkan peningkatan kebutuhanmetabolisme.

5. A. 6. Riwayat

Sebelum meninggalkan institusi pengirim, pastikan segala sesuatu yang akan dibutuhkan

sudah tersedia, termasuk riwayat, yang bisa ditanyakan kepada orang tua atau pengasuh yang

masih ada.

Hal-hal yang penting :

1. Riwayat penyakit/kejadian

Page 18: Transportasi Anak Gawat Darurat

2. Riwayat tingkah laku dan kebiasaan (ditanyakan kepada pengasuh)

3. Flow sheet rinci mengenai tindakan, nama dan jumlah obat serta waktu diberikan

secara tepat, dilampiri hasil lab dan x-rays

4. Riwayat penyakit terdahulu dan obat apa yang dulu diterima

5. Riwayat imunisasi dan alergi

6. Riwayat kontak dengan penyakit menular

5. A. 7. Penilaian Head-to-toe

Sekali lagi sebelum berangkat periksa head-to-toe, mungkin masih ada hal-hal lain yang

sebelumnya tidak nampak

5. A. 8. Hal-hal lain

1. Sebaiknya semua pasien dengan kembung dan on ventilator dipasang NGT. NGT ini

ujungnya disambungkan pada kantong plastik penampung atau pada syring besar

sehingga dapat diisap

2. Urin kateter sebaiknya juga dipasang, walaupun tidak semua membutuhkannya.

Mereka yang baru syok atau pasca arrest tentu amat perlu untuk memantau output

urinnya.

3. Cairan harus disesuaikan, hati – hati hipoglikemia atau hiperglikemi (kenyang).

4. Oral intake harus benar2 dipertimbangkan, kecuali benar-benar dibutuhkan.

5. Pada yang diintubasi, perlu penenang (midazolam, morfin, fentanyl)

5. A. 9. Orang tua

Sebaiknya orang tua ada pada saat tim datang untuk menjemput pasien, agar tim dapat

melengkapi data yang dibutuhkan dari keluarga dan inform consent yang harus di tanda tangani

keluarga. Bila orang tua dan keluarga masih belum mengerti , tim harus menjelaskan apa

yang terjadi pada anaknya dan bagaimana kemungkinan kedepannya (diagnosis dan

prognosisnya) serta apa saja yang kemungkianan dapat terjadi dan kira2 bagaimana

mengatasinya. Bila orang tua tidak ada tentu akan menghambat. Aturan umum menyatakan

bahwa orang tua tidak ikut dalam transportasi.

Walaupun demikian fleksibilitas mungkin dapat diberikan atas pertimbangan :

1. Cara transport

2. Jarak tempuh

3. Jumlah dan komposisi tim

Page 19: Transportasi Anak Gawat Darurat

4. Status pasien

5. Tingkah laku orang tua

Kebanyakan toddlers dan anak sekolah yang sadar lebih baik disertai dengan pengasuhnya.

Tentu lebih baik menyertakan pengasuhnya dari pada sepanjang perjalanan pasien terus

menangis atau rewel. Pasien yang makin tidak responsif, makin tidak memerlukan pengasuhnya.

Orang tua dan pengasuh harus dinilai kemampuannya untuk tetap menurut dan tenang selama

transport. Sebab menangani kegawatan dalam transport sudah sangat menyita pikiran tenaga dan

konsentrasi, jangan ditambah lagi dengan orang tua/pengasuh yang ikut panik dan stress.

5. A.10. Keamanan

Walaupun semua stretchers mempunyai sabuk pengamam untuk memfiksasi pasien, tapi untuk

anak ini masih kurang cocok, sebab disainnya dibuat untuk dewasa, maka sebaiknya disilang

saja. Sebenarnya kursi umum beserta sabuknya untuk mobil adalah yang teraman untuk bayi dan

anak.

6. Pemantauan dan tindakan dalam transport

Penilaian secara terus menerus/kontinyu harus dilakukan pada kurun waktu tertentu selama

perjalanan. Tanda vital harus dicatat dan semua intervensi juga harus dirinci, termasuk jam

dan siapa yang mengerjakannya. Untuk itu terdapat form khusus untuk mendokumentasikannya.

7. Pencatatan dan pelaporan/rekam medik

Laporan/rekam medik yang lengkap adalah bagian dari semua program transport sesuai dengan

ketentuan akreditasi dan iso.

Data yang harus ada termasuk

1. Nama, usia, kelamin

2. Institusi pengirim

3. Informasi mengenai cara transport dan anggota timnya

4. Data klinis meliputi diagnosis, berat sakit, prosedur yang dikerjakan,

5. Data keuangan : pembayaran dan reimbursement

Idealnya semua komunikasi haruslah direkam di pita magnetik. Bila ini belum/tidak

memungkinkan, maka mencatat didalam buku harian kejadian secara amat rinci harus dikerjakan

dan disimpan dengan baik. Semua usulan medik harus tercatat dalam catatan medik. Semua usul

ini haruslah di review/ditelaah secara rutin oleh direktur medik untuk kepentingan perbaikan

Page 20: Transportasi Anak Gawat Darurat

kualitas dan sebagai bahan pelatihan. Semua data ini berguna untuk evaluasi, perbaikan dan

perencanaan kemasa depan.

Gambar 2. FORM PEMANTAUAN :

8. Tugas institusi penerima

Institusi penerima harus secara berkala melaporkan keadaan pasien kepada perujuk. Ini akan

memfasilitasi pengiriman kembali pasien pada saat pasien tidak lagi memerlukan perawatan di

Page 21: Transportasi Anak Gawat Darurat

institusi penerima. Dengan komunikasi dan feed back yang kontinyu ini akan terjadi sharing dan

edukasi serta updating pelayanan bayi dan anak sakit kritis.

Sistem transport seharusnya mendorong atau memfasilitasi kembalinya pasien ke unit/RS

perujuk sesegera pasien tidak membutuhkan lagi perawatan tersier. Dengan demikian fase

penyembuhan dapat terjadi dilingkungan keluarga. Cara ini juga akan membuat penggunaan

tempat tidur di senter tersier menjadi efisien dan akan terjadi/terbentuk kerjasama antar institusi

yang makin meningkat dan makin erat.

Page 22: Transportasi Anak Gawat Darurat

DAFTAR PUSTAKA

1. Mulyo, D. Transportasi Anak Gawat Darurat. Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia RS Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.