Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
28 e-ISSN: 2656-9442
p-ISSN: 2550-0627
TRADISI ZIARAH WALI DALAM MEMBANGUN DIMENSI
SPIRITUAL MASYARAKAT
Nur Khosiah
Email:[email protected]
STAI Muhammadiyah Probolinggo
Abstrak
Masyarakat modern adalah masyarakat yang haus dengan pengetahuan dan
lebih banyak bersandar pada logika. Apalagi Era berkemajuan saat ini banyak
dari mereka yang berlomba- lomba mendapatkan kekayaan, mengejar
pangkat, populalitas agar mereka mendapat penghormatan dari orang lain dan
masyarakat. Akan tetapi masih banyak juga dari mereka masih memikirkan
bagaimana mendapat ketenangan bathin, ibadah yang semakin menungkat,
sehingga banyak dari mereka yang meneruskan tradisi ziarah wali sebagai
salah satu cara dan media untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui jamaah ziarah wali di desa
Tambakrejo Kecamatan Tongas Kabupaten Probolinggo dalam membangun
dimensi spiritual masyarakatnya. Dalam tulisan ini penulis menggunakan
metode penelitian terdiri dari tehnik pengumpulan data dan tehnik analisis
data. Tehnik pengumpulan data peneliti menggunakan metode
observasi,wawancara yang melalui observasi, wawancara dan analisis
kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Tambakrejo
sanagat antusias dalam melaksanakan tradisi ziarah wali, dan membangun
spiritualnya dalam beribadah semakin meningkat dalam mengikuti shalat
berjamaah, mengikuti pengajian, berperilaku semakin baik, menjenguk orang
sakit, memberikan bantuan pada orang yan butuh, silaturahmi meningkat, tutur
katanya lembut dan tidak bergunjing dan lain sebagainya.
Kata Kunci: Tradisi, Ziarah Wali, Spiritual
Abstract
Modern society is a society that is hungry for knowledge and relies more on
logic. Moreover, the progressing era at this time many of them are competing
to get wealth, chasing rank, popularity so that they get respect from others and
society. But there are still many of them still thinking about how to get inner
peace, worship that is increasingly rising, so that many of them who continue
the tradition of the pilgrimage of trustees as a way and media to get closer to
the Creator. The purpose of this study was to determine the pilgrimage of
trustees in Tambakrejo Village, Tongas District, Probolinggo Regency in
building the spiritual dimension of their community. In this paper the author
JURNAL IMTIYAZ Vol 4 No 01 , Maret 2020
e-ISSN: 2656-9442
p-ISSN: 2550-0627
29
uses a research method consisting of data collection techniques and data
analysis techniques. The data collection techniques of researchers used the
method of observation, interviews through observation, interviews and
qualitative analysis. The results of this study indicate that the Tambakrejo
community is very enthusiastic in carrying out the tradition of guardian
pilgrimage, and building their spiritual in worship is increasingly increasing
in attending congregational prayers, following the recitation, behaving better,
visiting the sick, providing assistance to those in need, increased hospitality,
he said soft and not gossip and so forth.
Keywords: Tradition, Guardian Pilgrimage, Spiritual
PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu negara yang penduduknya banyak
menganut agama islam. Dan Indonesia juga menganut madzhab empat yaitu
madzhab maliki, madzhab hambali, madzhab syafi’i, madzhab hanafi).
Indonesia yang memiliki masyarakat majemuk awalnya sulit untuk menerima
keyakinan-keyakinan baru dalam kehidupannya karena sebelumnya
masyarakat indonesia sudah memiliki keyakinan turun temurun dari nenek
moyang mereka jadi penyebar agama islampun mempunyai cara tersendiri
dalam mempengaruhi keyakinan mereka agar mereka dapat menerima agama
yang mereka sebarkan di antaranya agama islam dan juga agama lain yang
berkembang dalam masyarakat Indonesia. Di masing –masing pulau di
indonesia mempunyai penyebar agama islam dan khususnya di pulau jawa
yang kita kenal dengan sebutan “ Sunan/Wali” dan yang kita kenal sampai
pada masa sekarang ini adalah wali songo (wali sembilan) yang tersebar di
pulau jawa. Yang di sebut Wali sembilan di pulau jawa ini antara lain:
1) Sunan Ampel (Raden Rachmad) yang menyebarkan Islam di Surabaya-
Jawa Timur
2) Sunan Bonang(Raden Makdum Ibrahim) yang menyebarkan Islam di
Tuban-Jawa Timur
3) Sunan Giri (Raden Ainul Yaqin) menyebarkan Islam di Gresik- Jawa
Timur
4) Sunan Drajat (Raden Qosim) yang menyebarkan Islam di Lamongan-Jawa
Timur
5) Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) yang menyebarkan Islam di
Gresik- Jawa Timur
6) Sunan Kudus (Raden Jakfar Sodiq) yang menyebarkan Islam di kudus-
Jawa Tengah
7) Sunan Kali jaga (Raden Syahid) yang menyebarkan Islam di kadilangu-
Jawa tengah
30 e-ISSN: 2656-9442
p-ISSN: 2550-0627
8) Sunan Muria (Raden Umar Said) yang menyebarkan Islam Di gunung
Muria- Jawa Tengah
9) Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah) yang menyebar Islam di
Cirebon- Jawa barat
Para wali ini adalah orang yang mengerti semua bidang keilmuan
terutama dalam bidang agama apalagi para wali ini memberikan ketauladanan
yang sangat luar biasa sehingga sampai saat zaman digital inipun jasa-jasa dan
nama beliau tidak akan pernah terhapus dari kehidupan masyarakat. Dengan
perantara para wali ini Islam masuk ke Indonesia dengan damai sehingga
masyarakat lebih memilih Islam sebagai agama mereka. Bagi masyarakat,
makam adalah tempat keramat dan pantas dihormati karena makam sebagai
peristirahatan terakhir bagi orang yang telah meninggal, Apalagi makam itu
milik tokoh terkemuka yang tentunya akan membawa ketertarikan tersendiri
bagi masyarakat untuk berziarah dengan berbagai tujuan ataupun sebagai
motivasi dalam meningkatkan ibadah kepada Sang Pencipta Alam Semesta.
Disamping Wali sembilan yang tersebar di pulau jawa para jama’ah desa
tambakrejo juga berziarah ke pulau Madura, karena pulau madura juga di
anggap banyak penyebar Islam yang sudah sepatutnya untuk di ziarahi selain
dari pada kedua Orang Tua mereka yang sudah perpulang menghadap Ilahi.
Diantara para Wali yang banyak menjadi tujuan ziarah di pulau madura adalah
1) Syaikhona Kholil yang disemayamkan di Bangkalan- Madura
2) Syeh Abdul Manan, Syeh Abu Syamsyudin, Syeh bujuk Tumpeng Batu
Ampar- Madura
3) Syeh bindoro Saud (Raja-raja Sumenep) di Sumenep- Madura
4) Ratu Ibu (Syarifah Ambani)
5) Dll
Para jama’ah desa tambakrejo ini mempunyai antusias yang cukup
tinggi dalam tradisi ziarah Wali, setahun mereka bisa mengadakan 2 kali
sampai 3 kali berziarah. Menarik sekali karena di era berkemajuan saat ini
banyak orang sudah mulai sibuk dengan pekerjaannya, ambisinya, gaya
hidupnya, dan kesibukan lainnya yang katanya tidak bisa di tinggalkan apalagi
dalam jangka waktu berhari-hari, sehingga mereka terkadang sampai tidak
sempat mendoakan kedua orang tuanya yang sudah meninggal. Akan tetapi di
desa Tambakrejo ini mereka meluangkan waktu untuk berziarah ke makam
para Wali. Meski mereka tidak serta merta tidak mempunyai tujuan, semuanya
mempunyai tujuan masing- masing. Sebagaimana dalam kehidupan ini,
Makhluk hidup pasti punya tujuan apalagi makhluk yang bernama “Manusia”
tentu mempunyai tujuan tersendiri dalam hidupnnya. Demikian juga sebagai
umat Islam sudah di berikan pedoman Alqur’an dan Hadist untuk
JURNAL IMTIYAZ Vol 4 No 01 , Maret 2020
e-ISSN: 2656-9442
p-ISSN: 2550-0627
31
memudahkan mencapai tujuan hidup yang jelas dalam mengarungi hidup di
dunia ini yaitu ibadah kepada Allah SWT.
Sebagaimana yang di kemukakan Istiqlal (1996:132) Agama, terutama
Islam mempunyai fungsi salah satunya sebagai motivatif yaitu memotivasi
manusia untuk berkomitmen terhadap perbuatan yang baik dan mulia.
Berkunjung ke makam pada mulanya tradisi agama hindu yang pada masa
lampau berupa pemujaan terhadap roh nenek moyang ataupun para raja-raja
yang menganut agama hindu maupun budha
Dalam hal ziarah baik kepada kedua orang tua maupun ziarah wali,
Islam khususnya warga Nahdatul Ulama yang merupakan salah satu organisasi
masyarakat Islam terbesar di Indonesia tidak melarang para penganutnya untuk
berziarah ke makam para Wali. Indonesia merupakan salah satu negara yang
penduduknya banyak menganut agama Islam, sebab dalam penyebarannya
agama Islam membawa kedamaian dan tidak serta merta melarang ataupun
menghilangkan tradisi yang sudah turun temurun dari nenek moyang yang
sudah ada di Indonesia terutama di pulau jawa, dan pulau-pulau lain yang di
wilayah Indonesia karena bangsa Indonesia mempunyai banyak tradisi yang
tersebar di seluruh Indonesia di sebabkan masyarakat Indonesia mempunyai
beraneka ragam suku, agama, adat istiadat yang berbeda cara dan
pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dari paparan di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian di
desa Tambakrejo Kecamatan Tongas Kabupaten Probolinggo terkait Ziarah
Wali dalam membangun spiritual masyarakat.
Metode dalam penelitian ini terdiri dari tehnik pengumpulan data dan
tehnik analisis data. Tehnik pengumpulan data peneliti menggunakan metode
participant observasi dan uncontrolled observation, wawancara dilakukan pada
ketua jamaah desa tambakrejo Tongas Probolinggo, Panitia dan para jamaah
ziarah wali, di tambah sumber lain yang dipilih sebagai sumber yang di anggap
dapat memberikan informasi yang relevan.
Penelitian ini tergolong penelitian kualitatif, maka analisis data yang
digunakan adalah analisis kualitatif. Pendekatannya menggunakan tool of
analysis, mengingat pendekatan ini dimungkinkan analisisnya berdasarkan
penghayatan intuitif sebagaimana didapatkan pengamatan partisipatoris dan
wawancara langsung yang mendalam. Dalam hal ini suatu penarikan
kesimpulan dengan menggunakan tiga langkah yaitu: interpretasi, ekstrapolasi
dan meaning.(Ilahi, n.d.)
MASYARAKAT DAN TRADISI
Indonesia yang beraneka ragam suku budayanya pastinya mempunyai
kebudayaan, adat, dan tradisi yang berbeda antara daerah yang satu dengan
yang lainnya. sebelumnya bangsa kita sudah mempunyai agama di antaranya
32 e-ISSN: 2656-9442
p-ISSN: 2550-0627
agama kepercayaan, aninisme dan dinamisme, agama Masyarakat hindu,
agama budha, yang terakhir datang ke Indonesia adalah agama Islam yang
dibawa oleh saudagar dan mubaligh dari Arab. Adapun Proses pembentukan
dan pengembangan Islam melalui berbagai macam kontak, antara lain melalui
perdagangan dengan cara jual beli, mengadakan perkawinan, dakwah langsung
baik secara perorangan maupun kelompok (Zuhairini, 2015:135). Dari
pendapat di atas tidak dapat di pungkiri memang seperti halnya yang terjadi
pada Wali Songo atau wali sembilan yang ada di pulau jawa penyiaran islam
di samping dengan berdagang dan menjadi mubaligh juga dengan menjadi
menantu di antara para penguasa jawa pada waktu itu sehingga memudahkan
Islam masuk dengan damai dikalangan bangsawan dan para masyarakatnya.
Namun demikian adat istiadat dan tradisi dari leluhur mereka masih di jalankan
dan juga tetap menghormati Islam sebagai agama baru yang juga membawa
ajaran baru bagi masyarakat.
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki banyak sekali
kebudayaan dikarenakan bangsa Indonesia awalnya terdiri dari banyak
kerajaan yang tentunya juga memiliki ragam budaya, ragam bahasa, ragam
adat yang tidak sama antara daerah yang satu dengan yang lain sehingga
banyak sekali hal yang sampai saat ini sudah menjadi warisan budaya di
Indonesia utamanya pulau jawa khususnya para jamaah di desa tambakrejo
antara lain: tradisi ziarah Wali, tradisi ziarah makam orang tua dan sanak
saudara yang dilakukan pada hari kamis malam jum’at, tradisi membuat bubur
Suro, tradisi bubur Safar yang dilakukan dalam bulan tertentu oleh masyarakat
desa Tambakrejo Kecamatan Tongas Kabupaten probolinggo.
Contoh lain tradisi tujuh bulanan pada wanita hamil, selamatan lepas
pusar, dan selamatan selapan (empat puluh hari pasca melahirlan), selamatan
ketika ada orang meninggal dunia, tahlil sampai tujuh hari, selamatan empat
puluh hari, seratus hari, setahun (pendak I), dua tahun (pendak 2) dan yang
terkhir seribu hari (3 tahun), setelah itu khol (tiap tahun pada hari wafatnya),
sebagaimana yang di ungkapkan oleh mustolulehudin bahwasannya Upacara
selametan yang dilakukan antara lain untuk memperingati kelahiran seorang
anak, kematian seseorang, terkena sihir, menempati rumah baru, bermimpi
buruk, memanjatkan doa pada arwah penjaga desa, mengadakan bersih desa,
khitanan, mantenan, dan lain-lain semuanaya itu awali dengan
selametan.(Mustolehudin, 2014)
Sedangkan adat budaya lain yang masuk sebagai tranformasi budaya
yang bercorak Islam di lingkungan masyarakat Tambakrejo adalah Banjari,
Diba’, tahlil, Manakib, pengajian kitab , pengajian umum dan ini di laksanakan
pada setiap minggu di hari yang berbeda. Masyarakat desa tambakrejo sangat
antusias dalam mengikuti adat, budaya dan tradisi yang ada di desa tambakrejo.
JURNAL IMTIYAZ Vol 4 No 01 , Maret 2020
e-ISSN: 2656-9442
p-ISSN: 2550-0627
33
Keanekaragaman budaya menjadi keunikan tersendiri dari plurarisme
Islam Nusantara. Salah satunya adalah munculnya tradisi Ziarah wali. Ziarah
ke makam para Wali atau biasa kita sebut perjalanan spiritual di anggap
memiliki dampak positif sehingga dapat berpengaruh besar bagi transformasi
sosial keagamaan masyarakat. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Jakfar
(1989:55) bahwasannya perjalanan spiritual ini sebenarnya sudah bertahun-
tahun menjadi tradisi pada sebagian besar masyarakat Islam yang menjadikan
ziarah sebagai bagian dari tawasul, mendoakan dan demi memperoleh
keberkahan dari Sang Kholik. Darori Amin (2002: 121) berpendapat bahwa
pesarean atau makam yang di jadikan tempat peziarah dalam ziarah Wali atau
perjalanan spiritualnya, dipandang sebagai cara atau media penghubung antara
manusia dengan Sang Pencipta.
Tradisi ziarah Wali tentunya bukan satu daerah saja tapi sudah tersebar
di pelosok Nusantara, berziarah ke makam kedua orang tua dan berziarah ke
makam para Wali Allah salah satunya bertujuan pertama mendoakan orang
yang sudah meninggal apalagi yang meninggal itu adalah kedua orang tua, ini
sudah menjadi kesunnahan untuk mendoakan orang yang sudah memberikan
kasih sayangnya bagi anak-anaknya dan keluarganya, kedua tawasul pada para
Wali Allah SWT yang di anggap orang yang dekat dengan Allah SWT dan
selalu memberi ketauladanan,berjasa syiar Islam semasa beliau hidup sehingga
meski para wali Allah ini sudah wafat akan tapi jasa-jasa beliau semasa
hidupnya dikenang sampai akhir hayat, ketiga berdoa di dekat tempat makam
kedua orang tua atau para wali ini di anggap lebih cepat terkabul karena para
wali ini di anggap orang suci ( jauh dari maksiat).
Sebagaimana Takdir Ilahi mengungkapkan Ziarah ke makam orang-
orang suci bisa di fahami sebagai bagian dari kekayaan keanekaragaman
budaya Indonesia yang unik, karena menyimpan khasanah luar biaya untuk
menciptakan keselarasan dan keseimbangan sosial budaya dalam raung
lingkup tradisi dan ritual masyarakat.(Ilahi, n.d.2016).
Bangsa Indonesia sebelum menjadi jajahan bangsa lain terdiri dari
kerajaan-kerajaan yang sudah makmur dan memiliki perdagangan jalur laut
yang sudah maju, karena terletak di jalur persimpangan internasional Timur
Tengah menuju tingkok, benua australia dan amerika. Indonesia juga memiliki
tanah yang subur sehingga untuk ditanami segala jenis tanaman apapun tetap
akan tumbuh subur. Masyarakatnya sudah mempunyai adat ketimuran yang
ramah tamah dalam menyambut tamu atau pendatang sehingga dengan jalur
perdagangan banyak juga adat budaya asing (luar Indonesia) yang di bawa oleh
para saudagar, baik itu saudagar arab, tiongkok, maupun saudagar asing
lainnya dan tentunya masih dapat kita temui samapai saat ini, di zaman yang
serba digital ini.
34 e-ISSN: 2656-9442
p-ISSN: 2550-0627
Pulau Jawa khususnya terdapat beberapa literatur mengenai kehidupan
para wali yang menggambarkan hubungan antara tradisi keulamaan dan tradisi
santri sebagai elemen penting dari pesantren. Kehudupan para wali memang
tidak lepas dari konsep sakral/ suci dan dawuh (perkataan) harus di laksanakan
dan jika tidak dilaksanakan akan kuwalat (sesuatu yang buruk akan menimpa
diri dan keluarganya). Ziarah ke makam-makam para wali di dasari oleh motif
yang lahir dari dalam diri para peziarah bersifat kolektif, yaitu motif tradisi
atau amalan yang telah menjadi tradisi dari sekelompok pendukung budaya
ziarah atau yang bersifat personal yang mempunyai latar belakang dan
orientasi peziarah yang berbeda. Karena itu, dimensi yang melekat dalam
tradisi ziarah bersifat beragam sesuai dengan kecenderungannya.
Sebagaimana yang di ungkapkan oleh (Falah, 2012) Keseluruhan
motif peziarah pada umumnya berangkat dari sistem kepercayaan yang
meyakini bahwasannya pesarean/ makam orang-orang sholeh atau para wali
Allah bersifat sakral dan dapat menjadi media tawassul untuk menyampaikan
harapannya atau berdoa meyampaikan hajat yang keinginannya. Para wali di
anggap mediator yang bisa menghubungkan dalam relasi kepada Allah dan
Rosul-Nya.
M.Takdir Ilahi juga mengungkapkan bahwa aspek penting dari ziarah
adalah manifestasi dari tujuan religius antara lain kesejahteaan hidup,
kedamaian lahir bathin, pengampunan dosa, terkabulnya do’a, pengalaman
spiritual agar memperoleh berkah dari Sang Kholik. . raung lingkup tradisi dan
ritual masyarakat.(Ilahi, n.d. 2016)
Para peziarah jamaah desa Tambakrejo Tonga Proboinggo bukan saja
tertarik pada ziarah wali songo (wali sembilan) yang ada di pulau jawa akan
tetapi peziarah juga berkunjung ke makam ulama setempat atau daerah
terdekat karena makam seorang ulam atau orang sholeh/kyai menjadi daya
tarik tersendiri bagi siapa saja yang ingin memeroleh keberkahan dan
keselamatan dunia akhirat.
TRADISI ZIARAH WALI
Masyarakat Indonesia tentu mempunyai banyak sekali tradisi yang
sudah tidak bisa dilepaskan lagi dalam kehidupan sehari-hari karena memang
sudah menjadi warisan turu temurun pada daerah tertentu. Tradisi Ziarah Wali
adalah salah satunya yang dilakukan Masyarakat hampir di seluruh daerah di
Indonesia mempunyai kegiatan ziarah wali akan tetapi letak perbedaannya
pada daerah yang di tuju, makam yang di ziarahi, dan ritual yang dilaksanakan.
Berdasarkan wawancara (07/01/2020) dengan Ustadz Machfud selaku ketua
jamaah desa tambakrejo kecamatan Tongas Kabupaten Probolinggo
bahwasannya tujuan utamanya mengadakan ziarah wali ini adalah ibadah
mendekatkan diri pada Allah SWT.
JURNAL IMTIYAZ Vol 4 No 01 , Maret 2020
e-ISSN: 2656-9442
p-ISSN: 2550-0627
35
Adapun selanjutnya ingin mendapatkan berkah dengan berdoa di
hadapan makam para wali yang menjadi tujuan berziarah, karena seorang wali
adalah orang yang sholeh dan dekat dengan Allah SWT. Dilihat dari nasab
keturunannya, pengetahuan Agama, toleransinya, rasa tolong- menolong, budi
pekertinya, kearifan dan kebijaksaannya selama masih hidup benar-benar
menberikan contoh yang sesuai dengan apa yang di ajarkan pada para murid
atau santrinya dan juga pada masyarakat sekitarnya.
Pemahaman masyarakat saat ini, pelaksanaan ziarah wali diutamakan
pada tokoh-tooh yang mempunyai peranan penting atau yang berjasa besar. Di
Indonesia, tradisi ziarah dalam artian umum adalah kunjungan ke makam para
wali (ulama) penyebar Islam, kedua orang tuanya, tokoh agama, raja beserta
keluarganya, masjid sebagai perwujudan dari kecintaannya. (Evy Rachmawati:
2007: 14).
Era globalisasi telah merasuki seluruh bidang kehidupan masyarakat,
akan tetapi nilai-nilai tradisional dalam masyarakat masih di yakini
keberadaannya contoh upacara adat, selamatan di bulan tertentu maupun
berziarah ke makam wali tidak dapat terabaikan begitu saja apalagi
terhapuskan. Masyarakat mempercayai bahwa ritual ziarah bukan saja bagian
dari proses relaksasi secara spiritual, akan tetapi ritual tersebut dapat mengatasi
permasalahan hidup yang sedang di hadapi oleh masyarakat baik personal
maupun kelompok. Oleh karenanya dimensi yang melekat pada tradisi ziarah
wali beragam sesuai dengan motif peziarah itu sendiri.(Falah, 2012). Dari sini
dapat kita lihat masyarakat kita masih tetap menjaga dan melestarikan budaya
tradisi utamanya tradisi ziarah yang sudah menjadi turun temurun warisan
leluhur bangsa ini.
Tradisi ziarah wali tersebut memiliki keberkahan baik keberkahan
rohaniah (ketenangan bathin) maupun keberkahan jasmaniah (ekonomi) yaitu
peziarah dari daerah lain mendorong ekonomi desa dan masyarakat sekitar area
makam para wali menjadi hidup karena penjualan asesoris, batik, gerabah,
makanan khas daerah dan penginapan.(Ari Rohmawati et al., 2017)
Kondisi “krisis psikologis” masyarakat modern saat ini mendorongnya
untuk mencari medium yang mereka dapat melakukan relaksasi secara
psikologis dengan melakukan olah spiritual. Salah satu cara dan medium yang
digunakan untuk mengekspresikan kebutuhan spiritualnya adalah berkunjung
ke tempat keramat yang di anggap suci termasuk ziarah wali (Falah, 2012)
Di Indonesia, setelah ajaran agama berkembang menata kehidupan
masyarakat, beberapa tradisi lokal mengalami kepunahan. Namun tidak sedikit
pula tradisi lokal yang tetap bertahan bahkan berpadu dengan ajaran agama.
Perpaduan budaya lokal dengan agama-agama besar terjadi hampir di seluruh
wilayah di Indonesia. Termasuk perpaduan ajaran Agama Islam dengan
36 e-ISSN: 2656-9442
p-ISSN: 2550-0627
budaya masyarakat atau tradisi lokal. Di tanah Jawa, perpaduan demikian
menghasilkan berbagai bentuk sinkritasi, sehingga sampai saat ini dikenal
adanya tradisi selametan, ziarah, tahlilan, yasinan (Sutiyono, 2010:5)
Masyarakat pemeluk agama Islam yang taat, dalam bulan tertentu
selalu menjalankan adat-istiadat dan tradisi yang di wariskan oleh para leluhur,
sehingga mereka mengenal dan melestarikan selamatan, upacara adat,
termasuk juga ziarah makam dan khoul pada orang yang sudah meninggal dan
beberapa aktivitas budaya lainnya.(Armini, 2016)
Tradisi ziarah wali yang dilakukan jamaah desa Tambakrejo
mempunyai ritual yang dilakukan dari segi bacaan yaitu mereka membaca
surah yasin dan tahlil yang di pimpin oleh ketua rombongan yang dalam hal
ini biasanya seorang ustadz, ustadzah, ketua yayasan, maupun seorang kyai
yang di khususnya kepada ruh para wali dan ahli kubur yang lain dan kaum
muslimin di sekitar makam para wali yang mereka ziarahi. Sebagaimana
pendapat Mustalehudin bahwasannya pelaksanaan ziarah ke makam para wali,
membaca manaqib, membaca tahlil, membaca surah yasin, doa dan mujadalah,
dilakukan secara bersama oleh masyarakat merupakan simbol kerjasama,
gotong-royong, kerukunan merupakan bentuk nyata yang di bangun oleh
masyarakat.(Mustolehudin, 2014)
Ritual ziarah wali ini bagi masyarakat tambakrejo tongas probolinggo
juga dijadikan ajang silaturahmi bagi sanak famili yang jauh dan teman - teman
lama, dengan mengikuti ziarah wali tentunya akan mendekatkan sesama
saudara. Setiap para peziarah mempunyai tujuan yang berbeda di antaranya:
1. Ibadah, Mendekatkan diri kepada Allah. Para jamaah ziarah wali yang di
pimpin oleh Ustadz Mahfud ini, niat awal para jamaah adalah ingin
mendekatkan diri kepada Allah SWT karena dengan berziarah wali
mereka berinspirasi dapat mencontoh dan mengenang kehidupan para wali
atas ketalaudanan beliau sehingga mereka beranggapan dalam kehidupan
sehari-hari lebih mudah manata hati untuk tidak memikirkan materi saja
sebab hidup bukan hanya senata-mata untuk dunia saja tetapi masih ada
kehidupan lain yaitu alam akhirat.(wawancara ustadz Mahfud)
2. Mendapatkan keberkahan. Dari hasil wawancara dengan para jamaah
lainnya bahwa mereka menginginkan berkah selamat dunia dan akhirat,
berkah dagangannya laris, berkah mendapatkan pekerjaan untuk putra-
putrinya, berkah untuk kenaikan jabatannya bagi mereka yang sudah
bekerja di perusahaan, PNS, mendapatkan jodoh untuk putra- putri mereka
dan lain sebagainya.
3. Di Sembuhkan dari penyakit. Diantara Para jamaah ada juga yang
menderita sakit yang menurut dokter sulit untuk disembuhkan akan tetapi
dengan izin Allah mereka beranggapan dengan berdoa di hadapan makam
JURNAL IMTIYAZ Vol 4 No 01 , Maret 2020
e-ISSN: 2656-9442
p-ISSN: 2550-0627
37
para wali do’a mereka lebih lekas terkabul untuk kesembuhan yang
penyakit mereka derita.
4. Memenuhi Nadzar. Salah satu tujuan dari peziarah juga memenuhi nadzar
karena sebelumnya mereka ada menahun, belum dapat jodoh, naik
pangkatnya , dapat pekerjaan, setelah semua itu terlaksana mereka
bernadzar untuk berziara wali.
5. Menguasai Ilmu Linuwih. Dari para peziarah desa tambakrejo juga ini ada
yang ingin mendapatkan ilmu linuwih yang tidak dapat di kuasai oleh
kebanyakan orang karena ilmun ini hanya di miliki orang tertentu saja.
Sebagaimana yang di ungkapkan oleh peneliti lainnya harmoni ziarah
dalam sebuah praktik atau ritual keagamaan, sesungguhnya mempunyai tujuan
yang sama pada intinya yaitu untuk memperoleh keberkatan dalam
meningkatkan dan memantapkan keimanan, ketaqwaan kepada Allah. Ritual
keagamaan dalam tradisi masyarakat tidak saja bertujuan untuk
mempertahankan nilai-nilai kultural yang sudah ada melainkan juga
sumbangsih pemikiran atas pentingnya penelitian yang berkaitan dengan
tradisi keagamaan yang telah melekat pada masyarakat dan telah menjadi
rutinitas tahunan, termasuk ziarah wali yang tidak bisa diabaikan apalagi di
tinggalkan bagi masyarakat penganutnya.(Ilahi, n.d.)
Tempat ziarah para wali ini para peziarah mengharapkan mendapat
pertolongan Allah SWT. Di antaranya sembuh dari penyakit, naik pangkat,
dapat jodoh, usaha maju, segera punya anak, lulus sekolah dan permintaan
lainnya. Semua dapat terkabul jika ada mukjizat dari Sang Pencipta dan juga
keyakinan kuaat yang telah tertanam dalam diri masing-masing.(Pada et al.,
2016). Para peziarah antusias mengikuti tradisi ini karena dengan datang dan
berdo’a di dekat makam para wali ini akan mendapatkaaan berkah semua
permintaan akan lekas terkabulkan. Tampaknya ziarah ke makam para wali ini
sudah menjadi rutinitas bagi sebagian umat Islam yang mampu beradaptasi
dengan kearifan lokal.
Praktik ziarah wali memang harus di sesuaikan dengan kearifan lokal
yang telah berkembang dalam dinamika masyarakat berbasis multikultural.
Para wali Songo (wali sembilan) tidak langsung melakukan peleburan budaya
lokal dan tradisi Islam akan tetapi melakukan identifikasi dan filterisasi
melalui pemahaman memdalam tentang budaya lokal yang berkembang. Dari
sinilah kita perlu belajar banyak dari pendekatan yang dilakukan Walisongo,
yang memiliki pemahaman mendalam tentang perkembangan dan estetika
budaya lokal di Indonesia.(Ilahi, n.d.)
Kita sebagai generasi bangsa dalam menghadapai era digital saat ini
harus mengikuti jejak para wali yakni dapat menidentifikasi dan mengfilter
budaya barat yang masuk ke Indonesia melalui pertukaran pelajar, pertukaran
38 e-ISSN: 2656-9442
p-ISSN: 2550-0627
tenaga kerja, HP, internet dan yang lainnya sehingga budaya Indonesia yang
sudah begitu indahnya perpaduan islam dan budaya lokal tetap terjaga dan kita
jaga, kita lestarikan agar anak cucu keturunan kita faham budaya Indonesia.
PELAKU ZIARAH WALI DALAM DIMENSI SPIRITUAL
Berdasarkan observasi dan wawancara yang peneliti lakukan, para
jamaah masyarakat desa Tambakrejo Tongas Probolinggo setelah
melaksanakan tradisi ziarah wali ini tingkat spriritual dalam dalam keseharian
meningkat, terutama dalam hal sholat berjamaah (wawancara dengan ibu
Karomah, 03/02/2020) mengatakan bahwa setelah ia sering mengikuti tradisi
ziarah wali ia merasakan lebih ingin berlama-lama dalam sholat dan selalu
pingin berjamaah di mushollah maupun di masjid, dan tata krama dalam
pergaulan lebih baik dari sebelum meaksanakan ziarah Wali, )
Dari peserta lainnya juga merasakan hal yang sama akan tetapi ini lebih
mengarah pada bantuan jika ada orang yang membutuhkan bantuan langsung
(uang) mereka bantu meski tidak sepenuhnya bantuan itu cukup (wawancara
dengan ibu Asiah, 07/02/2020)
Maimuna (10/02/2020) juga mengatakan jika ada jamaah yang sakit
segera di jenguk, karena pengalaman dia selama ini jika ada tetangganya sakit
belum pernah menjenguknya kwatir tertular penyakitnya padahal itu hanya
perasaannya saja.
Zainuri (15/02/2020) tradisi ziarah wali ini juga menjadi ajang saling
tukar pengetahuan dalam Agama, sebab yang jadi panitia ziarah wali
kebanyakan dari alumni pondok pesantren. Dan juga menurut mereka juga
saling mengingatkan dalam hal praktek Agama yang dilakukan dalam sehari-
hari agar lebih baik lagi.
Menurut anggota yang lainnya Sulaiman (18/02/2020) dapat mempererat
persaudaraan karena selama ini dia jarang berkomunikasi dengan familinya,
setelah mengikuti ziarah wali ini mereka semakin akrab dan selalu
mengingatkan dalam hal ibadah.
Menurut Anis (18/02/2020) dia ingin dapat mencontoh apa yang di
lakukankan para wali tersebut dalam kehidupan bermasyarakat dan dalam
menjalankan misinya yaitu syiar Islam d kalangan semua orang tidak
memandang pejabat, konglomerat, pedagang, petani. Dia berkawan dengan
siapapaun dan ingin aktif selalu mengikuti kegiatan ziarah wali.
Memperkaya pengetahuan kita Kata Yani “ dengan mengikuti ziarah
wali lebih memperkaya pengetahuan kita tentang sejarah penyebar Agama
Islam terutama di pulau jawa dan madura maupun daerah lainnya. (wawancara,
19/02/2020)
JURNAL IMTIYAZ Vol 4 No 01 , Maret 2020
e-ISSN: 2656-9442
p-ISSN: 2550-0627
39
Menurut Wati dengan berziarah akan mendapatkan ketenangan hati
karena dengan berziarah salah satu kebutuhan batin kita terpenuhi karena
merasa bahagia dan gembira dapat berkunjung ke makam-makam orang
sholeh, bukan hanya mendengar namanya tapi juga jadi tahu tempat
persemayaman terakhir para wali itu. (wawancara, 19/02/2020).
Hadi mengatakan dengan sering mengikuti ziarah wali ini hidupnya
terasa lebih bermakna sebab dalam hatinya selama ini sering merasakan
bingung dalam menjalani hidup dan memutuskan persoalan yang dia hadapi
bersama keluarganya. (wawancara,20/02/2020)
Para peziarah memeng punya niat yang berbeda akan tetapi dalam
keseharian mereka keinginan untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta
dan meningkatkan spiritual mereka berusaha maksimal terutama istiqomah
sholat lima waktu dan ibadah-ibadah sunnah yang lain seperti puasa sunnah
senin kamis, puasa rojab, sholat tahajud, sholat duha, dikir malam. Berjamaah
di masjid dan lain sebagainya. Tradisi ziarah wali ini juga merupakan bentuk
lain dari pendekatan atau metode wisata religi yang dapat memotivasi pelaku
peziarah dalam menanamkan nilai keagamaan pada dirinya sendiri dan juga
pada orang lain yang ada disekitarnya serta menemukan nilai-nilai sejarah dan
mengaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari menjadi bermanfaat.
` Jadi nilai-nilai yang terkandung dalam ziarah wali merupakan
pengalaman yang mampu meningkatkan nilai-nilai spiritual masyarakat Islam
pada umumnya dan khususnya jamaah masyarakat desa tambakrejo Tongas
probolinggo. Karena dalam zira wali mereka juga menerapkan tata krama atau
adab ziarah kubur antara lain memberi salam pada ahli kubur di awal masuk
pintu makam, memberikan do’a, tidak mencaci maki atau menjelek-jelekkan
penghuni kubur, tidak berjalan di atas kuburan, dan tidak duduk di atas
kuburan, karena mereka yang meninggal melihat apa yang mereka lakukan
dalam berziarah maka hendaknya dalam berziarah dilakukan dengan penuh
ketenangan, kekhusyu’an, khidmat dan penuh hormat kepada ahli kubur.
(Aprilia, 2019)
KESIMPULAN
Indonesia tentu mempunyai banyak sekali tradisi yang sudah tidak bisa
dilepaskan lagi dalam kehidupan sehari-hari karena sudah menjadi warisan
turun temurun pada daerah tertentu. Tradisi ziarah wali adalah salah satunya
yang dilakukan Masyarakat hampir di seluruh daerah di Indonesia mempunyai
kegiatan ziarah wali akan tetapi letak perbedaannya pada daerah yang di tuju,
makam yang di ziarahi, dan ritual yang dilaksanakan.
Tradisi ziarah wali memang harus di sesuaikan dengan kearifan lokal
yang telah berkembang dalam dinamika masyarakat berbasis multikultural.
40 e-ISSN: 2656-9442
p-ISSN: 2550-0627
Para wali Songo (wali sembilan) tidak langsung melakukan peleburan budaya
lokal dan tradisi Islam akan tetapi melakukan identifikasi dan filterisasi
melalui pemahaman memdalam tentang budaya lokal yang berkembang agar
peleburan budaya yang dilakukan tidak keluar dari ajaran Islam.
Sebagai generasi bangsa dalam menghadapai era digital saat ini harus
mengikuti jejak para wali yakni dapat menidentifikasi dan mengfilter budaya
barat yang masuk ke Indonesia melalui pertukaran pelajar, pertukaran tenaga
kerja, HP, internet dan yang lainnya sehingga budaya Indonesia yang sudah
begitu indahnya perpaduan islam dan budaya lokal tetap terjaga dan kita jaga,
kita lestarikan agar anak cucu keturunan kita faham budaya
Adapun tujuan dari para jamaah ziarah wali bervariatif antara lain, 1)
beribadah mendekatkan diri pada Sang Pencipta, 2) Mendapatkan keberkahan
dari Sang Maha Pemberi, 3) Disembuhkan dari penyakit, 4) Memenuhi
Nadzar, 5) Mendapatkan ilmu linuwih.
Dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan, para jamaah
masyarakat desa Tambakrejo Tongas Probolinggo setelah melaksanakan
tradisi ziarah wali ini tingkat spriritual dalam dalam keseharian meningkat,
terutama dalam hal sholat berjamaah, memberikan bantuan pada orang yang
membutuhkan, menjenguk orang sakit, saling tukar ilmu pengetahuan,
mempererat persaudaraan, mendapatkan ketenangan hati, hidup lebih
bermakna, memaksimalkan amalan ibadah, baik itu yang wajib maupun yang
sunnah dan istiqomah dalam menjalankannya. Tradisi ziarah wali ini juga
merupakan bentuk lain dari pendekatan atau metode wisata religi yang dapat
memotivasi pelaku peziarah dalam menanamkan nilai keagamaan pada dirinya
sendiri dan juga pada orang lain yang ada disekitarnya serta menemukan nilai-
nilai sejarah dan mengaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari menjadi
bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, R. (2019). Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama
Islam.
Amin Darori.(2002). Islam dan Budaya Jawa. Yogyakarta: Gama Media
Ari Rohmawati, Mahasiswa Pascasarjana (S3) UIN Raden Intan Lampung,
Habib Ismail, & IAIM-NU Metro Lampung. (2017). Ziarah Makam
Walisongo Dalam Peningkatan Spiritualitas Manusia Modern. Sumbula:
Jurnal Studi Keagamaan, Sosial Dan Budaya FAI Undar Jombang,
2(2), 612–627.
Armini, I. G. A. (2016). Tradisi ziarah dan berkaul pada makam keramat di
lombok nusa tenggara barat. Jurnal Penelitian Sejarah Dan Nilai
Tradisional, 23(Maret), 81–100.
JURNAL IMTIYAZ Vol 4 No 01 , Maret 2020
e-ISSN: 2656-9442
p-ISSN: 2550-0627
41
Festifal Istiqlal, Yayasan,1996.Ruh Islam dalam Budaya Bangsa:Agama dan
problematika masa kini.Jakarta:Bina Rena Pariwara
Falah, A. (2012). Spiritualitas Muria: Akomodasi Tradisi Dan Wisata.
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 20(2), 429.
https://doi.org/10.21580/ws.2012.20.2.207
Ilahi, M. T. (n.d.). ZIARAH DAN CITA RASA ISLAM NUSANTARA :
WISATA RELIGIUS DALAM BINGKAI Pendahuluan beragam cara
melalui pendekatan kultural yang menyesuaikan dengan sebagai agama
baru bagi mereka , melainkan berupaya mencairkan.
Jakfar Subhani.(1989).Tawasul, Tabarruk, Ziarah kubur, dan Karomah Wali:
Kritik atas faham wahabi: Jakarta:Pustaka Hidayah.
Mustolehudin. (2014). Merawat Tradisi Membangun Harmoni: Tinjauan
Sosiologis Tradisi Haul Dan Sedekah Bumi Di Gresik. Harmoni, 13(3),
22–35.
http://jurnalharmoni.kemenag.go.id/index.php/harmoni/article/view/110
Pada, M., Mula, A., Dalam, M., Katolik, T., Dunia, D., & Maria, P. (2016).
Tradisi ziarah gua maria kerep ambarawa dan pengaruh budaya jawa.
1–22.
Zuhairini,dkk,2015.Sejarah Pendidikan Islam.Jakarta: Bumi Aksara
Sutiyoso.2010. Benturan budaya Islam:Puritan dan Sinkretis. Jakarta: PT
Kampus Media Nusantara