98
i TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN SURAKARTA : SEJARAH DAN PEMAKNAANNYA DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DAN SEMIOTIKA C.S. PIERCE Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Oleh Nicolaus Ade Prasetyo NIM: 134114009 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA APRIL 2017 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

  • Upload
    others

  • View
    36

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

i

TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON

KASUNANAN SURAKARTA : SEJARAH DAN

PEMAKNAANNYA DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DAN

SEMIOTIKA C.S. PIERCE

Tugas Akhir

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Nicolaus Ade Prasetyo

NIM: 134114009

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

APRIL 2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

Halaman Persetujuan Pembimbing

Tugas Akhir

TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERA TON

KASUNANAN SURAKARTA : SEJARAH DAN

PEMAKNAANNYA DALAM PERSPEKTIF MASYARAKA T DAN

SEMIOTIKA C.S. PIERCE

Oleh

Nicolaus Ade Prasetyo

NIM: 134114009

Telah Disetujui Oleh

Pembimbing I

Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum tanggal 21 April 2017

p~~. Prof Dr. Praptomo Baryadi, M.Hum. tanggal 25 April 2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

SKRIPSI

TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERA TON KASUNANAN

SURAKARTA : SEJARAH DAN PEMAKNAANNY A DALAM

PERSPEKTIF MASYARAKA T DAN SEMIOTIKA C.S. PIERCE

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Nicolaus Ade Prasetyo

NIM: 134114009

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

pada tanggal 9 Mei 2017

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap

Ketua

Sekretaris

Anggota 1

Anggota2

Anggota3

Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum

Prof Dr. Praptomo Baryadi, M.Hum.

Dr. Ari Subagyo, M.Hum.

Prof Dr. Praptomo Baryadi, M.Hum.

Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum

iii

Yogyakarta, .?-?-. .. Y.~ . ?-!J ll Fakultas Sastra

niversitas Sanata Dhanna

Dekan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

PERNYATAAN HASIL KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Y ogyakarta, 6 Mei 2017

Penulis

Nicolaus Ade Prasetyo

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah

untuk Kepentingan Akademis

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasisa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Nicolaus Ade Prasetyo

NIM : 134114009

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang beryudul TRADISI KlRAB

KEBO KY AI SLAMET KERA TON KASUNANAN SURAKARTA : SEJARAH

DAN PEMAKNAANNY A DALAM PERSPEKTIF MASY ARAKA T DAN

SEMIOTlKA C.S. PIERCE

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas dan mempubIikasikannya di internet atau media yang lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenamya.

Dibuat di Y ogyakarta

Pada tanggal 16 Mei 2017

Yang menyatakan,

Nicolaus Ade Prasetyo

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa at as

berkat-Nya sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan. Tugas akhir ini merupakan

laporan yang ditulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SaIjana Sastra

Indonesia. Penelitian ini mengkaji tentang sejarah dan pemaknaan tradisi Kirab

Kebo Kyai Slamet Keraton Kasunanan Surakarta dalam perspektif Semiotika C.S

Pierce tentang Ikon, Indeks, dan Simbol.

Dalam proses penyusunan tugas akhir ini, banyak pihak yang telah

membantu memberikan dukungan, baik secara langsung maupun tidak Iangsung.

OIeh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Y oseph Yapi Taum, M.Hum. sebagai pembimbing skripsi I, terima

kasih telah membantu saya dalam mendalami sastra dan budaya melalui

proses penulisan tugas akhir ini.

2. Prof. Dr. Praptomo Baryadi, M.Hum. sebagai pembimbing skripsi II,

terimakasih atas saran dan masukan yang berguna untuk menyempurnakan

skripsi ini.

3. Para dosen program studi Sastra Indonesia (Dr. Paulus Ari Subagyo, M.

Hum, Drs. Herry Antono, M. Hum (AIm), Drs. B. Rahmanto, M. Hum.,

Susilawati Endah Peni Adji, S. S, M. Hum, Sony Christian Sudarsono, S.

S, M. A, Dra. Fransisca Tjandrasih Adji, M. Hum, Maria Magdalena Sinta

Wardani, S. S, M. A.) terima kasih atas segala ilmu yang telah diberikan.

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

4. Staf Sekretariat Fakultas Sastra yang membantu proses kelancaran skripsi

ini.

5. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan

berbagai buku yang sangat membantu dalam proses penyelesaian skripsi

ini.

6. Pihak Keraton Kasunanan Surakarta yang telah memberikan informasi

untuk mendapatkan data pengerjaan tugas akhir ini.

7. Bapak dan Ibu Sujatmiko yang selalu menjadi panutan hid up.

8. Adik - adikku Andreas Setya Adi Nugroho dan Robertus Ardian Yogi

Pamungkas yang selalu jadi pesaing dan penyemangat.

9. Teman-ternan angkatan 2013 Sastra Indonesia yang selama ini berjuang

bersama.

10. Teman - ternan OMK St. Pius X Karanganyar yang terus memberikan

seman gat dan doa.

11. Romo Vincentius Bondhan Prima Kumbara Pro Yang memberkan motivasi

dan dukungan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

12. Sedulur Angkatan Batu 96 Seminari Menengah Mertoyudan yang selalu

memberi inspirasi dalam berkarya, saling memberi motivasi, dan selalu

memegang teguh motto hidup Keras, Total, Merdeka.

Akhir kata, penulis ucapkan selamat membaca.

Yogyakarta, 16 Mei 2017

Penulis,

Nicolaus Ade Prasetyo

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

ix

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Karsa Dalem Kalampahana”

(Jadilah KehendakMu)

-Tuhan-

“Keras, Total, Merdeka”

-Angkatan Batu 96 Seminari Menengah Mertoyudan (2007-2011)-

Skripsi ini saya persembahkan untuk,

Diri saya sendiri

sebagai refleksi hidup tentang proses

menghargai waktu dan keuletan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

x

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji sejarah dan pemaknaan tradisi Kirab Kebo Kyai

Slamet Keraton Kasunanan Surakarta dalam perspektif Semiotika C.S Pierce tentang

Ikon, Indeks, dan Simbol. Tujuan penelitian ini yaitu; (1) Mengkaji dan

mengungkapkan sejarah tradisi Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton Kasunanan

Surakarta serta maksud dan tujuan diselenggarakannya. (2) Mengkaji dan

mengungkapkan makna Tradisi Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton Kasunanan

Surakarta dari perspektif masyarakat dan ditinjau dari perspektif teori semiotika

Charles Sanders Pierce.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sejarah

melalui (1) Perspektif folklore dengan menggunakan teori folklore. Kemudian,

dilanjutkan dengan (2) Teori Semiotika C.S Pierce tentang Ikon, Indeks, dan Simbol

untuk menganalisis pemaknaan dalam Kirab Kebo Kyai Slamet. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi dan wawancara.

Berdasarkan analisis, sejarah Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton Kasunanan

Surakarta sudah merupakan sebuah tradisi yang berlangsung sejak Pada masa

Pemerintahan Pakoe Boewono II, jaman Kraton Kartasura di sekitar abad ke 17.

Tradisi itu bertahan sampai sekarang karena didalamnya terdapat nilai nilai dan juga

manfaat yang sudah dipegang teguh oleh masyarakat sekitar. Namun pada jaman

sekarang fungsi kirab semakin berkembang. Pada mulanya kirab hanya sebagai

sarana doa dan perayaan syukur sekarang berkembang sebagai sarana edukasi dan

juga wisata. Kirab Kebo Kyai Slamet juga mempunyai pemaknaan yang berbeda.

Dapat dilihat dari perspektif masyarakat dan dari perspektif keilmuan melalui

pembongkaran tanda tanda dengan teori semiotika C.S Pierce tentang Ikon, Indeks,

dan Simbol.

Hasil analisis, (1) Berdasarkan sejarah folklore dapat dilihat bahwa tradisi

Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton Kasunanan Surakarta memiliki struktur kirab yang

berbeda dari kirab – kirab di wilayah lain. Selain itu terdapat juga maksud dantujuan

serta nilai nilai yang berguna untuk masyarakat. (2) Dilihat dari segi pemaknaannya,

tradisi Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton Kasunanan Surakarta terdapat perbedaan

dari perspektif masyarakat yang memaknai tradisi ini dari sudut pandang sejarah dan

tradisi warisan. Sedangkan dari perspektif semiotika C.S. Pierce pemaknaan kirab

dapat dilihat melalui analisis Ikon, Indeks, dan Simbol yang terdapat dalam tradisi

tersebut.

Prasetyo, Nicolaus Ade. 2017. Tradisi Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton

Kasunanan Surakarta : Sejarah dan Pemaknaannya Dalam Perspektif

Masyarakat dan Semiotika C.S Pierce. Skripsi Strata Satu (S1).

Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas

Sastra, Universitas Sanata Dharma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

xi

ABSTRACT

The Kirab Kebo Kyai Slamet Tradition of Kasunanan Surakarta Kingdom: The

History and Meaning in the Society and C.S Pierce’s Semiotic

Perspective. Undergraduate Thesis. Indonesian Literature Study

Program, Indonesian Literature Department, Faculty of Literature,

Sanata Dharma University.

The research discusses the history and meaning of the KirabKeboKyaiSlamet

Tradition of Kasunanan Surakarta Kingdomin the C.S Pierce’s Semiotic Perspective

on icons, indexes and symbols. The objective of the research is: (1) to review and

unveil the traditional history of the KirabKeboKyaiSlamet Traditionof Kasunanan

Surakarta Kingdom and the purpose of conducting it. (2) to review and unveil the

meaning of theKirabKeboKyaiSlamet Tradition of Kasunanan Surakarta Kingdom

from the society’s perspective and reviewed from C.S Pierce’s Semiotic Perspective.

The research uses the historical approach through the folklore perspective by

using (1) the folklore theory. Then, it is further abided using (2) the C.S Pierce’s

Semiotic Perspective on icons, indexes and symbols to analyze the meaning in the

KirabKeboKyaiSlamet. The Method usage in the research is the content and interview

based analysis.

Based on the historical analysis, the KirabKeboKyaiSlamet Tradition of

Kasunanan Surakarta Kingdom is a tradition which has been held since the rulership

of PakoeBowewono II, during the seventeenth century of the Kartasura Kingdom.

This tradition instills up to this day due to the values and usefulness which are strictly

held by the society. However, nowadays the use of kirab has undergone

developments. In the beginning, kirab is only used as a means of prayer and

thanksgiving as time passes by, it is then also used as means of education and

tourism. KirabKeboKyaiSlamet also has a different meaning. It can be seen from the

society’s perspective and varied scientific perspective through the dismemberments

of symbols using C.S Pierce’s semiotic theories on icons, indexes and symbols.

The analysis result (1) based on the folklore history implies that the

KirabKeboKyaiSlametTradition of Kasunanan Surakarta Kingdom has a different

kind of kirab structure from other kirabs in other regions. Besides that, (2) based on

the meaning, the KirabKeboKyaiSlametTradition of KasunananSurakartaKingdom

upholds differences from the society’s perspective that generates meaning from the

tradition through the historical perspective and inherited tradition. Meanwhile, based

on C.S Pierce’s Semiotic Perspective, the meaning of kirab can be observed through

the analysis on icons, indexes and symbols entail within the tradition.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ............................................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA ............................ iv

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ............................................ v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................. ix

ABSTRAK ........................................................................................................... x

ABSTRACT ........................................................................................................... xi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 4

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 5

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 5

1.5 Tinjauan Pustaka .............................................................................. 6

1.6 Landasan Teori ................................................................................. 7

1.6.1 Sejarah dalam Perspektif Folklore ……………………7

1.6.2 Teori Kebudayaan ……………………………………. 16

1.6.3 Pemaknaan dalam Perspektif Semiotika Charles

Sanders Pierce………………………………………… 19

1.7 Metode Penelitian ............................................................................ . 22

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

xiii

1.8 Sistematika Penyajian ....................................................................... ... 23

BAB II SEJARAH KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN

SURAKARTA

2.1 Pengantar ………………………………………………………….. 25

2.2 Sejarah Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton Kasunanan Surakarta … 27

2.3 Upacara Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton Kasunanan Surakarta… 33

2.4 Perlengkapan Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton Kasunanan Surakarta

2.4.1 Peralatan………………………………………………… 36

2.4.2 Sesaji …………………………………………………… 39

2.4.3 Pakaian …………………………………………………. 48

2.5 Maksud dan Tujuan Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton Kasunanan

Surakarta ………………………………………………………….. 50

2.6 Tradisi Kirab Sebagai Salah Satu Hasil Kebudayaan Masyarakat… 51

2.7 Nilai – Nilai Yang Terkandung dalam Tradisi Kirab…………….... 54

BAB III MAKNA TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON

KASUNANAN SURAKARTA DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DAN

PERSPEKTIF SEMIOTIKA C.S. PIERCE

3.1 Pengantar ……………………………………………………………. 58

3.2 Pemaknaan Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton Kasunanan Surakarta

Dalam Perspektif Masyarakat ………………………………………. 59

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

xiv

3.3 Pemaknaan Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton Kasunanan Surakarta

Menurut Perspektif Semiotika C.S. Pierce

3.3.1 Ikon dalam Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton Kasunanan

Surakarta …………………………………………………. 68

3.3.2 Indeks dalam Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton Kasunanan

Surakarta …………………………………………………. 70

3.3.3 Simbol dalam Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton Kasunanan

Surakarta …………………………………………………. 72

BAB IV : PENUTUP

4.1 Kesimpulan ……………………………………………………………77

4.2 Saran …………………………………………………………………. 80

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... …. 81

DAFTAR INFORMAN ……………………………………………………………. 83

BIOGRAFI PENULIS ………………………………………………………………84

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebudayaan merupakan sebuah kearifan lokal yang diwariskan dari nenek

moyang, sehingga membentuk peradaban di wilayah tersebut. Kebudayaan

Indonesia walau beraneka ragam, namun pada dasarnya terbenuk dan dipengaruhi

oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Eropa, Tionghoa, India, Arab

dan lain sebagainya. Menurut Koentjaraningrat (2000:181) kebudayaan dengan

kata dasar budaya berasal dari bahasa sangsakerta ”buddhayah”, yaitu bentuk

jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Jadi Koentjaraningrat,

mendefinisikan budaya sebagai “daya budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa,

sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa itu. Culture dari kata

Latin colere “mengolah”, “mengerjakan”, dan berhubungan dengan tanah atau

bertani sama dengan “kebudayaan”, berkembang menjadi” “segala daya upaya

serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam”.

(Koentjaraningrat. 2003:74). Kebudayaan di Indonesia pun beragam jenisnya dan

memiliki banyak keunikan. Dalam skripsi ini penulis akan membahas salah satu

budaya di Indonesia yang unik yaitu budaya kirab kebo Kyai Slamet di Keraton

kasunanan Surakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

2

Menurut sejarah sejak kepindahannya dari wilayah Kartasura (1745),

Keraton Kasunanan Surakarta diramalkan hanya akan berlangsung hingga 2 abad

lamanya. Selama melalui perjalanan panjang dan membuahkan berbagai

peradaban selama dua abad, tercatat 9 raja bertahta (Hadisiswoyo, 2009: 264).

Peradaban budaya berkembang secara dinamis, sebagai hasil dari proses

komunikasi lisan yang disebarkan dari mulut ke mulut. Saat ini Keraton

Kasunanan Surakarta berada di bawah pemerintah Indonesia, secara sistem sudah

tidak ada kerajaan lagi. Raja sekarang hanya memiliki posisi simbolis, sebagai

pemangku budaya dan adat istiadat serta tradisi yang berlaku di lingkungan

keraton, sebagai bagian dari budaya nasional (Susanto, 2010: 47). Keraton

Kasunanan Surakarta merupakan keraton tertua di nusantara yang masih utuh tata

cara kehidupan budaya keratonnya, serta mempunyai pengaruh di sebagian besar

masyarakat (Tim Penulis Solopos, 2004: 16).

Peristiwa Malam Satu Suro bagi masyarakat Jawa memiliki makna pergantian

tahun, atau tahun baru menurut kalender Jawa. Tradisi peringatan Satu Suro atau

Suran, dicanangkan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo raja Mataram terdahulu.

Penyelenggaraanya dari waktu ke waktu terus berkembang di Jawa, tata caranya

bersifat dinamis sehingga dapat disesuaikan dengan kecenderungan daerah

masing-masing. Keraton mengkomunikasikan melalui ritual tentang sifat tradisi

Suran yang prihatin, melatih kesiagaan lahir batin, mawas diri, pengendalian diri,

dan berserah diri kepada Tuhan. Salah satu bentuknya adalah menyiagakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

3

pusaka, di Surakarta hal ini dilakukan dengan tradisi kirab, yang baru berkembang

sekitar pertengahan abad 20. Kirab dilakukan oleh Keraton Kasunanan Surakarta

dan Pura Mangkunegaran bersama masyarakatnya masing-masing (Bratasiswara,

2000: 367).

Keraton membentuk berbagai simbol dengan pusaka keraton menjadi

komponen utama, diikuti para masyarakat keraton yang lengkap dengan pakaian

beskap hitam, blangkon, dan kain untuk pria. Sedangkan para wanita mengenakan

kebaya hitam, kain, dan rambut yang disanggul. Mereka yang bertugas membawa

pusaka, wajib memakai Sumpingan Gajah Oling rangkaian bunga melati yang

dipasang di telinga. Bagi yang tidak bertugas membawa pusaka, mereka

membawa lentera dan obor untuk menerangi rombongan kirab. Uniknya pada

kelompok barisan pertama ditempatkan pusaka berupa sekawanan kerbau albino

yang diberi nama Kebo Bule Kyai Slamet yang selalu menjadi pusat perhatian

tersendiri bagi masyarakat.

Keberadaan Kebo Kyai Slamet di Kirab Malam 1 Suro menyebabkan

munculnya fenomena budaya yang tidak sesuai dengan ajaran keraton. Kebo Bule

Kyai Slamet adalah simbol keselamatan, namun maknanya dilebih-lebihkan oleh

masyarakat di luar keraton sehingga menimbulkan perilaku yang berlebihan pada

saat kirab. Sebagai hewan yang istimewa, Kebo Bule diyakini oleh sebagian

masyarakat yang percaya, mempunyai kekuatan gaib yang mampu mendatangkan

berkah. Efeknya, banyak orang yang ngalap berkah (mencari berkah) dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

4

berebut semua hal yang berhubungan dengan kebo bule, mulai dari sisa makanan,

minuman, bunga melati yang jatuh dari kalungnya, bahkan kotorannya.

Dalam skripsi ini akan menyajikan penelitian tentang “Tradisi Kirab Kebo

Kyai Slamet Keraton Kasunanan Surakarta : Sejarah Dan Pemaknaannya Dalam

Perspektif Masyarakat dan Semiotika C.S. Pierce” hal yang akan dibahas antara

lain adalah sejarah kirab kebo kyai slamet dan pemaknaan kirab melalui

pandangan masyarakat Surakarta dan pandangan ilmu pengetahuan tentang kirab

kebo kyai slamet yang sebenarnya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dalam penelitian ini menghasilkan

rumusan masalah sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana sejarah tradisi kirab Kebo Kyai Slamet Keraton Kasunanan

Surakarta serta apa maksud dan tujuannya?

1.2.2 Apa makna tradisi kirab Kebo Kyai Slamet Keraton Kasunanan

Surakarta dari perspektif masyarakat dan ditinjau dari teori semiotika

Charles Sanders Pierce ?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

5

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini dapat adalah

sebagai berikut.

1.3.1 Mengkaji dan mengungkapkan sejarah tradisi Kirab Kebo Kyai Slamet

Keraton Kasunanan Surakarta serta maksud dan tujuan

diselenggarakannya. Hal ini akan dikaji dalam bab dua.

1.3.2 Mengkaji dan mengungkapkan makna Tradisi Kirab Kebo Kyai

Slamet Keraton Kasunanan Surakarta dari perspektif masyarakat dan

ditinjau dari perspektif teori semiotika Charles Sanders Pierce. Hal ini

akan dikaji dalam bab tiga.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan dicapai dari penelitian ini adalah dapat memberikan

manfaat secara teoretis dan secara praktis.

Manfaat teoretis penelitian ini adalah memberikan sumbangan teoretis

dalam bidang studi kebudayaan masyarakat atau kajian ilmu folklore tentang

sejarah, maksud dan tujuan diselenggarakannya Kirab Kebo Kai Slamet di

Keraton Kasunanan Surakarta. Selain itu juga memberikan sumbangan teoretis

mengenai makna yang ada pada saat Kirab Kebo Kyai Slamet berlangsung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

6

Manfaat praktis penelitian ini adalah sebagai sumber bagi masyarakat,

khususnya masyarakat kota Surakarta untuk memahami tradisi Kirab Kebo Kyai

Slamet sebagai salah satu upacara adat yang masih berlangsung hingga sekarang.

Selain itu juga sebagai sumber pelestarian budaya daerah untuk pengembangan

pariwisata kota Surakarta.

1.5 Tinjauan Pustaka

Berdasarkan hasil tinjauan peneliti tentang penelitian yang relevan

dengan topik penelitian ini, peneliti menemukan beberapa penelitian lain sebagai

tinjauan. Antara lain tesis yang ditulis oleh Nursodiq dari Universitas Negeri

Semarang yang berjudul “Tradisi Suran dalam Masyarakat Jawa : analisis

perbandingan wilayah Surakarta dengan Wonosobo”. Dalam karya tersebut

dideskripsikan pelaksanaan peringatan Malam Satu Suro di daerah Wonosobo dan

Surakarta.

Selain itu skripsi dari Riza Ayu Purnamasari, mahasiswi Universitas

Sebelas Maret dengan penelitian berjudul “Fenomena Kebo Bule Kyai Slamet

Dalam Kirab Satu Suro Keraton Kasunanan Surakarta (Studi Presepsi

Masyarakat Surakarta Terhadap Miskomunikasi di Balik Fenomena Kebo Bule

Kyai Slamet dalam Kirab Malam Satu Suro)”. Dalam penelitian ini dibahas

tentang sosok kebo bule yang begitu diagungagungkan oleh masyarakat dalam

pelaksanaan kirab.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

7

Penelitian relevan yang lain terdapat pada penelitian Aulia Fiddinia

dengan judul Upacara Grebeg Suro sebagai Penyampaian Nilai Moral pada

masyarakat di Kelurahan Baluwarti Pasar Kliwon Surakarta. Dalam penelitian ini

dibahas tentang tata cara upacara grebeg suro tersebut.

Selain penelitian - penelitian tersebut, terdapat juga buku - buku yang

membahas tentang tradisi kirab malam satu suro di Surakarta yang relevan dengan

penelitian ini.. Di antaranya adalah buku berjudul “Sesaji dan Wilujengan:

Tatacara Upacara Keraton Surakarta Hadiningrat”, karya G.P.H.Puger. Selain

itu Surjandjri Puspaningrat juga mengarang buku yang berjudul Tata Cara Adat

Kirab Pusaka Keraton Surakarta.

Berdasarkan tinjauan pustaka yang sudah ada memiliki objek penelitian

yang sama yaitu tentang tradisi kirab. Dalam skripsi ini penulis juga memiliki

objek penelitian berupa tradisi kirab, namun akan ditinjau dari segi yang berbeda

dan juga menggunakan teori yang berbeda.

1.6 Landasan Teori

1.6.1 Sejarah dalam Perspektif Folklore

Dundes (dikutip Danandjaja, 1997 :1) menjelaskan folk adalah

sekelompok orang yang memiliki ciri-ciri pengenal fisik, sosial dan kebudayaan

sehingga dapat dibedakan dengan kelompok-kelompok lainnya. Istilah lore

merupakan tradisi folk yang berarti sebagian kebudayaan yang diwariskan secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

8

turun-temurun, secara lisan, atau melalui contoh yang disertai gerak isyarat atau

alat bantu mengingat. Jika folk adalah mengingat, lore adalah tradisinya.

Danandjaja (1997:6) menyatakan bahwa folklor merupakan bagian kebudayaan

yang diwariskan melalui lisan saja. Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa folklor adalah kebudayaan yang diwariskan kepada

sekolompok orang melalui lisan.

Menurut Brunvand (dalam Danandjaja, 1997: 21) folklor dapat dibagi

menjadi tiga kelompok besar yakni folklor lisan, folklor sebagian lisan, dan

folklor bukan lisan.

Folklor Lisan Menurut Danandjaya (1997:21) folklor lisan diartikan

sebagai folklor yang bentuknya memang murni lisan. Bentuk dari jenis folklor ini

antara lain (a) bahasa rakyat (folk speech) seperti logat, julukan, pangkat

tradisional, dan titel kebangsawanan; (b) ungkapan tradisional, seperti peribahasa,

pepatah, dan pemeo; (c) pertanyaan tradisional, seperti tekateki; (d) puisi rakyat,

seperti pantun, gurindam, dan syair; (e) cerita prosa rakyat, seperti mite, legenda,

dan dongeng; (f) nyanyian rakyat. Berdasarkan pendapat di atas folklore lisan

dalam hal ini diartikan bahwa bentuknya disebarkan melalui lisan. Murni lisan ini

dapat berupa percakapan langsung dari satu orang ke orang lain. Percakapan

tersebut dituturkan langsung oleh orang yang mengalami folklor tersebut dari

mulut ke mulut, sehingga dapat dikatakan bahwa folklor tersebut murni lisan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

9

Jenis yang kedua adalah Folklor Sebagian Lisan. Menurut Danandjaya

(1997:22) folklor sebagian lisan diartikan sebagai folklor yang bentuknya

merupakan campuran unsur lisan dan bukan lisan. Bentuk folklor dari jenis ini

diantaranya mengenai kepercayaan, permainan rakyat, teater rakyat, tari rakyat,

adat-istiadat, upacara, pesta rakyat, dan lain-lain. Sejalan dengan pendapat di atas,

folklor sebagian lisan merupakan campuran bentuk unsur lisan dan bukan lisan.

Bentuk lisan dapat diartikan sebagai folklor yang dituturkan secara langsung oleh

pelaku dan bukan lisan dapat diartikan sebagai folklor yang bentuknya selain

tuturan atau percakapan, misalnya berupa gerakan, melalui kegiatan-kegiatan, dan

upacara.

Jenis yang ketiga adalah Foklor Bukan Lisan. Danandjaya (1997:22)

berpendapat bahwa folklor bukan lisan diartikan sebagai folklor yang bentuknya

bukan lisan, walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Bentuk dari

jenis folklor ini secara garis besar ada dua yakni material dan bukan material.

Material diantaranya arsitektur rakyat, kerajinan tangan, makanan dan minuman,

serta obat-obatan tradisional. Sebaliknya yang bukan material diantaranya gerak

isyarat tradisional, bunyi isyarat untuk komunikasi rakyat, dan musik rakyat.

Berdasarkan jenis folklor yang telah disebutkan di atas, penelitian yang akan

dilakukan peneliti ini merupakan foklor lisan. Penelitian ini selanjutnya akan

difokuskan pada salah satu jenis penelitian cerita rakyat, dimana dalam cerita

rakyat tersebut salah satunya adalah legenda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

10

Terlepas dari bentuknya, folklor memiliki ciri yang dapat digunakan

sebagai pembeda dengan kebudayaan lainnya. Danandjaja (1997: 3) menjelaskan

bahwa folklor memiliki ciri-ciri, yaitu

a. Penyebaran dan Pewarisannya Dilakukan Secara Lisan

Menurut Danandjaya (1997:3) maksud dari ciri ini adalah disebarkan

melalui tutur kata dari mulut ke mulut (atau dengan suatu contoh yang disertai

dengan gerak isyarat, dan alat pembantu pengingat) dari satu generasi ke generasi

berikutnya. Sejalan dengan pendapat Dananjaya di atas, bahwa penyebarannya

melalui pembicaraan antar seseorang yang mengetahui atau bisa jadi menjadi

sumber atau seseorang yang terlibat langsung di dalam folklor tersebut, sehingga

dapat disebarkan kepada orang lain atau dapat diceritakan kepada orang lain

terhadap apa yang dialaminya. Selain itu, cerita ini dapat diturunkan dari satu

generasi ke generasi selanjutnya, misalkan dari ayahnya yang menjadi seseorang

atau sumber yang terlibat langsung, lalu diceritakan hal tersebut kepada anak atau

pun cucunya. Cara seperti itu dianggap dapat melestarikan cerita secara turun-

temurun.

b. Folklor Bersifat Tradisional

Danandjaya (1997:3) berpendapat bahwa folklor bersifat tradisional

yakni disebarkan dalam bentuk relatif tetap dalam bentuk standar. Disebarkan di

antara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama (paling sedikit dua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

11

generasi). Berdasarkan pendapat di atas, tradisional dapat diartikan sebagai cerita

jaman dahulu yang dalam penyebarannya dianggap relatif tetap dalam cerita

tersebut, tidak ditambah atau dikurangi per bagian atau per kisah cerita tersebut

dan dalam bentuk standar. Bentuk standar dapat dianggap sebagai bentu keaslian

dari cerita tersebut, tidak dilebihlebihkan. Cerita tersebut disebarkan secara

kolektif, yaitu secara bersama atau gabungan antara generasi satu ke genrasi

selanjutnya, yang dalam hal ini paling sedikit terjadi dalam dua generasi.

c. Folklor (exist) Versi-Versi Bahkan Varian-Varian yang Berbeda

Sifatnya yang secara lisan, disebarkan dari mulut ke mulut dapat

dengan mudah mengalami perubahan. Hal ini dikarenakan pada jaman dahulu

belum adanya proses penyebaran melalui cetakan atau perekaman. Atas dasar hal

tersebut maka terdapat beberapa cara penyampaian atau isi substansinya

bervariasi, bisa diberi sisipan lain, atau bisa juga dalam penyampaian tersebut ada

hal yang berbeda dari aslinya, meskipun sebenarnya isi dari keseluruhannya

memiliki nilai kesamaan, hanya karena ada sisipan atau penambahan-penambahan

kata atau perbedaan pemilihan kata dalam menceritakan folklor tersebut yang

dapat disebabkan karena proses lupa alamiah manusia yang bisa terjadi kapan

saja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

12

Pendapat di atas diperkuat oleh pendapat Danandjaya (1997:4) yang

mengatakan bahwa cara penyebarannya dari mulut ke mulut (lisan), biasanya

bukan melalui cetakan atau rekaman, sehingga oleh proses lupa diri manusia atau

proses interpolasi (interpolation), folklor dengan mudah dapat mengalami

perubahan. Walaupun demikian perbedaannya hanya terletak pada bagian luarnya

saja, sedangkan bentuk dasarnya dapat tetap bertahan.

d. Folklor Bersifat Anonim

Menjelaskan ciri keempat yang diutarakan oleh Danandjaya (1997:4)

maksud folklor dapat bersifat anonim, hal ini dikarenakan terjadinya pada waktu

lampau, sehingga menyebabkan tidak diketahui nama penciptanya, dan tidak ada

generasi penerus dari empunya cerita tersebut. Proses alamiah kematian manusia

juga dapat menyebabkan nama penciptanya sudah tidak diketahui orang lain. Hal

itu dapat terjadi ketika empunya cerita ingin menceritakan folklor tersebut namun

sudah terlebih dahulu meninggal, sehingga empunya cerita tidak sempat

menceritakan apa yang dia ketahui mengenai cerita tersebut.

e. Folklor Mempunyai Bentuk Berumus atau Berpola

Menurut Danandjaya (1997:4) maksud dari bentuk berumus atau

berpola, misalnya selalu mepergunakan kata-kata klise, seperti “bulan empat belas

hari” untuk menggambarkan kecantikan sorang gadis dan “seperti ular berbelit-

belit” untuk menggambarkan kemarahan seseorang, atau ungkapan-ungkapan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

13

tradisional, ulangan-ulangan, dan kalimat-kalimat atau kata-kata pembukaan dan

penutup yang baku, seperti kata “sahibul hikayat...dan mereka pun hidup bahagia

untuk seterusnya,” atau dalam dongeng Jawa banyak yang dimulai dengan

kalimat Anuju sawijining dina (pada suatu hari), dan ditutup dengan kalimat: A

lan B urip rukun rukun bebarengan koyo mimi lan mintuno (A dan B hidup rukun

bagaikan mimi jantan dan mimi betina). Menambahkan pendapat Danandjaya di

atas, dapat disimpulkan bahwa berpola atau berumus penggunaannya dalam cerita

rakyat tergantung pada tiap daerah masing-masing. Penggunaan tersebut biasanya

menunjukkan identitas dari daerah tertentu. Tergantung dari mana cerita rakyat

tersebut berasal.

f. Folklor Mempunyai Kegunaan

Ciri yang diungkapkan oleh Danandjaya (1997:4) mengenai folklor

mempunyai kegunaan dapat diartikan bahwa cerita rakyat mempunyai kegunaan

sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan

terpendam. Sebagai alat pendidik misalnya dapat dijadikan sebagai suri teladan

dalam kehidupan, misalkan dalam legenda yang akan dilakukan penelitian oleh

peneliti yaitu Ki Singoprono memiliki sikap yang suka menolong, baik hati,

sopan santun, dan taat beribadah. Alat pendidik seperti itulah yang dimaksud

dalam hal ini. Selain itu dapat dijadikan sebagai pelipur lara, karena dalam cerita

rakyat tentunya mengandung hal-hal yang dapat dijadikan sebagai hiburan atau

pelajaran yang baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

14

Cerita rakyat juga dapat dijadikan protes sosial, dimana kehidupan

antara zaman dahulu dapat dibandingkan dengan kehidupan pada zaman sekarang

yang memiliki banyak perbedaan khususnya dalam kehidupan sosial. Selain itu

cerita rakyat merupakan suatu proyeksi keinginan terpendam. Hal ini dapat terjadi

karena dalam cerita rakyat tersebut ada sebuah gambaran keinginan yang ingin

dicapai yang terpendam, sehingga melalui cerita rakyat dapat dijadikan contoh

gambaran tersebut.

g. Folklor Bersifat Pralogis

Menurut Danandjaya (1997:4) mengenai folklor bersifat pralogis

maksudnya adalah mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika

umum. Ciri pengenal ini terutama berlaku bagi folklor lisan dan sebagian lisan.

Memperkuat pendapat di atas, logika tersendiri ini berbeda dengan

logika umum, bahkan terkesan tidak logis, atau di atas daya pikir manusia. Cerita

rakyat zaman dahulu dapat terjadi di luar batas kewajaran manusia, dan hal

tersebut umumnya dipercayai akan kebenarannya meskipun di luar daya pikir

manusia.

h. Foklor Menjadi Milik Bersama (collective) dari Kolektif Tertentu

Danandjaya (1997:4) berpendapat bahwa folklor menjadi milik

bersama (collective) dari kolektif tertentu diakibatkan karena penciptanya yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

15

pertama sudah tidak diketahui lagi, sehingga setiap anggota kolektif yang

bersangkutan merasa memilikinya.

Mendeskripsikan pernyataan di atas bahwa proses yang demikian ini

dapat terjadi karena banyak hal yang melatarbelakanginya. Misalkan dalam satu

generasi ada yang terlibat langsung dalam cerita rakyat tersebut, dalam hal ini

sang ayah, setelah ayahnya meninggal maka anak dari ayah yang terlibat langsung

dalam cerita tersebut merasa memiliki atas hal yang terjadi yang menimpa

ayahnya tersebut dalam hal ini cerita rakyat. Sehingga dapat terjadi ikatan batin

bahwa folklor tersebut dimiliki generasi itu karena anak itu beranggapan bahwa

ayahnya adalah orang yang terlibat dalam cerita rakyat itu.

i. Folklor pada Umumnya Bersifat Polos dan Lugu

Hal ini dapat dimengerti apabila mengingat bahwa banyak folklor

merupakan proyeksi emosi manusia yang paling jujur manifestasinya. Pada

zaman dahulu apa yang dilihat manusia adalah apa yang ia ceritakan, tanpa

adanya sifat mengada-ada atau pun berbohong, sehingga wujud cerita rakyat itu

memang aslinya apa yang diceritakan meskipun terkadang terlihat polos, lugu,

spontan, bahkan terkadang diluar batas kemampuan pikir manusia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

16

1.6.2 Teori Kebudayaan

Kata Kebudayaan, berasal dari kata Sanskerta buddhayah, bentuk jamak

dari buddhi yang berarti “budi” atau “kekal” (Koentjaraningrat. 2003:73).

Menurut BAKKER kata kebudayaan dari “Abhyudaya”, Sansekerta Kata

“Abhyudaya” menurut Sanskrit Dictionary (Macdonell, 1954): Hasil baik,

kemajuan, kemakmuran yang serba Iengkap.

Menurut Koentjaraningrat (2000:181) kebudayaan dengan kata dasar

budaya berasal dari bahasa sangsakerta ”buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari

buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Jadi Koentjaraningrat, mendefinisikan

budaya sebagai “daya budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan

kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa itu.

Culture dari kata Latin colere “mengolah”, “mengerjakan”, dan

berhubungan dengan tanah atau bertani sama dengan “kebudayaan”, berkembang

menjadi” “segala daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan

mengubah alam”. (Koentjaraningrat. 2003:74)

Pada awalnya, konsep kebudayaan yang benar-benar jelas yang pertama

kalinya di perkenalkan oleh Sir Edward Brnett Taylor. Seorang ahli Antropologi

Inggris pada tahun 1871, mendefinisikan kebudayaan sebagai kompleks

keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, mora,

kebiasaan, dn lain-lain. Pada waktu itu, banyak sekali definisi mengenai

kebudayaan baik dari par ahli antropologi, sosiologi, filsafat, sejarah dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

17

kesusastraan. Bahkan pada tahun 1950, A.L. Kroeber dan Clyde Kluchkhon telah

berhasil mengumpulkan lebih dari serats definisi ( 176 definisi ) yang diterbitkan

dalam buku berjudul Culture : A Critical Review of Concept and Definition

(1952).

Menurut Atmadja, teori kebudayaan adalah kebudayaan yang timbul

sebagai suatu usaha budi daya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan di

daerah-daerah seluruh Indonesia, terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha

kebudayaan harus menuj kearah kemajuan adab, budaya dan persatuan, dengan

tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat

mengembangkan atau memperkaya kebudayaan itu sendiri, serta mempertinggi

derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.

Dalam Koentjaraningrat, (2003 : 74 ) J.J Honingmann mengatakan bahwa

ada tiga wujud kebudayaan, yaitu :

1. Ideas

Wujud tersebut menunjukann wujud ide dari kebudayaan, sifatnya abstrak,

tak dapat diraba, dipegang ataupun difoto, dan tempatnya ada di alam pikiran

warga masyarakat dimana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup. Budaya ideal

mempunyai fungsi mengatur, mengendalikan, dan memberi arah kepada tindakan,

kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat sebagai sopan santun.

Kebudayaan ideal ini bisa juga disebut adat istiadat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

18

2. Activities

Wujud tersebut dinamakan sistem sosial, karena menyangkut tindakan dan

kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini bisa diobservasi, difoto dan

didokumentasikan karena dalam sistem ssosial ini terdapat aktivitas-aktivitas

manusia yang berinteraksi dan berhubungan serta bergaul satu dengan lainnya

dalam masyarakat. Bersifat konkret dalam wujud perilaku dan bahasa.

3. Artifacts

Wujud ini disebut juga kebudayaan fisik, dimana seluruhnya merupakan

hasil fisik. Sifatnya paling konkret dan bisa diraba, dilihat dan didokumentasikan.

Contohnya : candi, bangunan, baju, kain komputer dll.

Sedangkan (dalam Koentjaraningrat. 2003:81) terdapat tujuh unsur

kebudayaan menurut C. Kluckhon, antara lain :

a. Bahasa

b. Sistem pengetahuan

c. Organisasi sosial

d. Sistem peralatan hidup dan teknologi

e. Sistem mata pencarian hidup

f. Sistem religi

g. Kesenian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

19

1.6.3 Pemaknaan Dalam Perspektif Semiotika Charles Sanders Pierce

Charles Sanders Peirce mengemukakan teori segitiga makna (triangle

meaning) yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan

interpretant. Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh

panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan)

hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari simbol (tanda

yang muncul dari kesepakatan), ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik)

dan indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat). Adapun acuan tanda

ini disebut objek. Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi

referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda. Interpretant atau pengguna

tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan

menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak

seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Hal yang terpenting dalam

proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda

itu digunakan orang saat berkomunikasi. Tanda adalah sesuatu yang

merepresentasikan atau menggambarkan sesuatu yang lain (di dalam benak

seseorang yang memikirkan) (Denzin, 2009: 617).

Peirce memusatkan perhatian pada berfungsinya tanda pada umumnya.

Ia memberi tempat yang penting pada linguistik, namun bukan satu-satunya. Hal

yang berlaku bagi tanda pada umumnya berlaku pula bagi tanda linguistik, tapi

tidak sebaliknya. Menurut Peirce tanda-tanda berkaitan dengan objek-objek yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

20

menyerupainya, keberadaannya memiliki hubungan sebab-akibat dengan tanda-

tanda atau karena ikatan konvensional dengan tanda-tanda tersebut. Dengan

demikian sebenarnya Peirce telah menciptakan teori umum untuk tanda-tanda.

Bagi Peirce, tanda “is something which stands to somebody for

something in some respect or capacity.” Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa

berfungsi, oleh Peirce disebut ground. Konsekuensinya, tanda (sign atau

representamen) selalu terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground, object, dan

interpretant. Atas dasar hubungan ini, Peirce mengadakan klasifikasi tanda. Tanda

yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi qualisign, sinsign, dan legisign.

Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, keras,

lemah, lembut, merdu. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang

ada pada tanda; misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air

sungai keruh yang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai. Legisign adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

21

norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang

menandakan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia.

Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index

(indeks), dan symbol (simbol) (Kris Budiman, 2005:56).

Ikon merupakan tanda yang memiliki kemiripan "rupa". sebagai mana

yang telah ada wujud nyatanya. Penggambaran ikon ada dengan dua cara, yaitu

ilustratif (sesuai bentuk aslinya) dan diagramatik (dalam bentuk penyederhanaan).

contoh : pohon, gunung, daun, tempat sampah, buku, dsb.

Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara

tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda

yang langsung mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling jelas ialah asap

sebagai tanda adanya api.

Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara

penanda dengan petandanya. Hubungan di antaranya bersifat arbriter atau semena,

hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat. Simbol merupakan

tanda yang bersifat mewakili sebuah hal yang lebih besar yang ada

dibelakangnya. Simbol juga biasanya menunjukkan arti yang telah disepakati

bersama. contoh : logo perusahaan, simbol-simbol keagamaan (salib, bangunan

mesjid, kitab suci), dsb.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

22

1.7 Metode dan Teknik Penelitian

Penelitian tentang “Tradisi Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton Kasunanan

Surakarta : Sejarah dan Pemaknaannya dalam Perspektif Masyarakat dan

Semiotika C.S. Pierce” menggunakan metode penelitian kualitatif. HB Sutopo

(2002: 78) dalam Metodologi Penelitian Kualitatif menjelaskan penelitian

kualitatif cenderung bersifat kontekstual. Secara kontekstual, dalam penelitian ini

fokus pada penguraian fenomena kirab kebo bule Kyai Slamet yang terjadi di

Keraton Kasunanan Surakarta berdasarkan persepsi masyarakat.

1.7.1 Metode Pengumpulan Data

Dalam metode pengumpulan data peneliti menggunakan teknik

studi pustaka berupa sumber pustaka dan pengumpulan data lapangan yang

berupa hasil wawancara. Tahap pertama adalah mencari buku buku atau

jurnal yang membahas tentang Kirab Malam Satu Sura dan Kirab kebo

Kyai Slamet untuk diolah menjadi sumber data. Setelah itu dilakukan juga

pengumpulan data lewat informan-informan yang telah diwawancarai

sebagai data pelengkap. Informan - informan tersebut adalah masyarakat

biasa yang tinggal diluar keraton, bukan warga keraton.

1.7.2 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik analisis isi atau sering disebut content analysis. Teknik analisis isi

yang dimaksud adalah analisis dari hasil wawancara dan analisis isi sumber

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

23

sumber pustaka. Teknik ini digunakan untuk menekankan pemaknaan pada

teks dan sumber lisan yang diperoleh melalui sumber sumber pustaka dan

juga data hasil wawancara.

Teknik analisis yang kedua adalah menggunakan teknik analisis

teori semiotika C.S Pierce tentang ikon, indeks, dan ikon. Teknik ini

digunakan untuk menganalisis makna yang terkandung dalam tradisi kirab

Kebo Kyai Slamet berdasarkan ikon, indeks, dan simbolnya.

1.7.3 Metode Penyajian Data

Teknik penyajian data berupa deskripsi kualitatif dari hasil

penelitian sumber sumber data yang telah diperoleh baik itu dari sumber

pustaka maupun wawancara, yang pada akhirnya akan dihasilkan suatu

kesimpulan.

1.8 Sistematika Penyajian

Penelitian ini akan dibagi menjadi empat bab. Dalam empat bab

tersebut akan dirinci sistematika penelitiannya sebagai berikut:

Bab I: Berisi pendahuluan, yang berfungsi sebagai pengantar. Bab

ini dibagai menjadi delapan sub bab yaitu latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori,

metode penelitian, dan sistematika penyajian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

24

Bab II: Mengkaji dan mengungkapkan sejarah tradisi Kirab Kebo

Kyai Slamet Keraton Kasunanan Surakarta serta maksud dan tujuan

diselenggarakannya.

Bab III: Mengkaji dan mengungkapkan makna Tradisi Kirab Kebo

Kyai Slamet Keraton Kasunanan Surakarta dari perspektif masyarakat dan

ditinjau dari perspektif teori semiotika Charles Sanders Pierce.

. Bab IV : Merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran

dari hasil penelitian tentang “Tradisi Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton

Kasunanan Surakarta : Sejarah dan Pemaknaannya dalam Perspektif

Masyarakat dan Semiotika C.S. Pierce”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

25

BAB II

SEJARAH KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON

KASUNANAN SURAKARTA

2.1 Pengantar

Perayaan tahun baru biasanya dirayakan dengan berbagai kemeriahan,

seperti pesta kembang api dan arak-arakan di malam pergantian tahun. Lain

halnya dengan pergantian tahun baru Jawa yang jatuh tiap malam 1 Suro (1

Muharram) yang tidak disambut dengan kemeriahan, namun dengan berbagai

ritual sebagai bentuk introspeksi diri. Saat malam 1 Suro tiba, masyarakat

Jawa umumnya melakukan ritual tirakatan, lek-lekan (tidak tidur semalam

suntuk), dan tuguran (perenungan diri sambil berdoa). Bahkan sebagian orang

memilih menyepi untuk bersemedi di tempat sakaral seperti puncak gunung,

tepi laut, pohon besar, atau di makam keramat. Bagi masyarakat Jawa, bulan

Suro sebagai awal tahun Jawa juga dianggap sebagai bulan yang sakral atau

suci, bulan yang tepat untuk melakukan renungan, tafakur, dan introspeksi

untuk mendekatkan dengan Yang Maha Kuasa. Cara yang biasa digunakan

masyarakat Jawa untuk berinstrospeksi adalah dengan lelaku, yaitu

mengendalikan hawa nafsu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

26

Sepanjang bulan Suro masyarakat Jawa meyakini untuk terus bersikap

eling (ingat) dan waspada. Eling artinya manusia harus tetap ingat siapa

dirinya dan dimana kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan. Sedangkan

waspada berarti manusia juga harus terjaga dan waspada dari godaan yang

menyesatkan. Karenanya dapat dipahami jika kemudian masyarakat Jawa

pantang melakukan hajatan pernikahan selama bulan Suro. Pesta pernikahan

yang biasanya berlangsung dengan penuh gemerlap dianggap tidak selaras

dengan lelaku yang harus dijalani selama bulan Suro. Ritual 1 Suro telah

dikenal masyarakat Jawa sejak masa pemerintahan Sultan Agung (1613-1645

Masehi). Saat itu masyarakat Jawa masih mengikuti sistem penanggalan

Tahun Saka yang diwarisi dari tradisi Hindu. Sementara itu umat Islam pada

masa Sultan Agung menggunakan sistem kalender Hijriah. Sebagai upaya

memperluas ajaran Islam di tanah Jawa, kemudian Sultan Agung memadukan

antara tradisi Jawa dan Islam dengan menetapkan 1 Muharram sebagai tahun

baru Jawa.

Di Kraton Surakarta Hadiningrat kirab malam 1 Suro dipimpin oleh

Kebo Bule Kyai Slamet sebagai cucuking lampah. Kebo Bule merupakan

hewan kesayangan Susuhunan yang dianggap keramat. Di belakang Kebo

Bule barisan berikutnya adalah para putra Sentana Dalem (kerabat keraton)

yang membawa pusaka, kemudian diikuti masyarakat Solo dan sekitarnya

seperti Karanganyar, Boyolali, Sragen dan Wonogiri. Sementara itu di Kraton

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

27

Ngayogyakarta Hadiningrat memperingati Malam 1 Suro dengan cara

mengarak benda pusaka mengelilingi benteng kraton yang diikuti oleh ribuan

warga Yogyakarta dan sekitarnya. Selama melakukan ritual mubeng beteng

tidak diperkenankan untuk berbicara seperti halnya orang sedang bertapa.

Inilah yang dikenal dengan istilah “tapa mbisu mubeng beteng”. Selain di

Kraton, ritual 1 Suro juga diadakan oleh kelompok-kelompok penganut aliran

kepercayaan Kejawen yang masih banyak dijumpai di pedesaan. Mereka

menyambut datangnya tahun baru Jawa dengan tirakatan atau selamatan.

Terlepas dari mitos yang beredar dalam masyarakat Jawa berkaitan

dengan bulan Suro, namun harus diakui bersama bahwa introspeksi menjelang

pergantian tahun memang diperlukan agar lebih mawas diri. Dan bukankah

introspeksi tak cukup dilakukan semalam saat pergantian tahun saja. Semakin

panjang waktu yang digunakan untuk introspeksi, semakin bijak kita

menyikapi hidup ini. Inilah esensi lelaku yang diyakini masyakarat Jawa

sepanjang bulan Suro.

2.2 Sejarah Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton Kasunanan Surakarta

Pada masa Pemerintahan Pakoe Boewono II, jaman Kraton Kartasura

di sekitar abad ke 17, diceritakan bahwa di kerajaan terjadi pemberontakan

yang dilakukan oleh Pangeran Mangkubumi yang membuat ‟sinuwun‟ harus

melarikan diri ke Ponorogo. Di Ponorogo beliau ditampung oleh Bupati

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

28

Ponorogo dan berdiam di sana untuk beberapa saat hingga pemberontakan

berakhir. Pada masa pelariannya di Ponorogo, Sang Raja Kartasura

memperoleh petunjuk gaib bahwa pusaka Kyai Slamet harus „direkso‟ atau

dijaga oleh sepasang „kebo bule‟ atau kerbau albino jika ingin kerajaan aman

sentausa dan langgeng. Kuasa Tuhan yang luar biasa pada saat itu, seolah

hadiah, Sang Bupati Ponorogo tiba-tiba ingin menunjukkan bhaktinya kepada

rajanya dengan mempersembahkan sepasang „kebo bule‟ kepada sinuwun,

tepat disaat beliau membutuhkannya. Kebo bule atau kerbau albino pada masa

itu (mungkin juga pada masa sekarang) adalah kerbau yang sangat jarang

ditemui dan dimiliki orang kebanyakan dan merupakan hewan piaraan bernilai

tinggi. Maka sinuwun Pakue Boewono II menerima dengan baik „pisungsung‟

(persembahan) sang bupati dan berterimakasih atas persembahan yang sangat

sesuai dengan kebutuhannya. Sinuwun membawa sepasang kerbau bule itu

kembali ke Kraton Kartasura setelah pemberontakan usai dan hingga kerajaan

berpindah tempat ke Desa Sala dan berganti nama menjadi Kraton Surakarta

Hadiningrat.

Secara turun temurun kerbau bule terus bertindak sebagai penjaga

pusaka Kyai Slamet hingga masyarakat luas menyebut kerbau itu sebagai

Kerbau Kyai Slamet. Menurut penuturan KRT Kalinggo Honggopuro, humas

Kraton Surakarta, “ Sebetulnya Kyai Slamet bukanlah nama kerbau. Kerbau

Kyai Slamet berarti kerbau yang menjaga Kyai Slamet, sedangkan Kyai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

29

Slamet itu sendiri adalah sebuah pusaka yang tak kasat mata yang hanya Sang

Raja yang tahu dan bagi rakyat kebanyakan pusaka Kyai Slamet adalah tetap

misteri sehingga lebih mudah bagi mereka untuk menyebut sang kerbau saja

sebagai Kyai Slamet ” . Hingga kini kerbau Kyai Slamet telah beranak pinak

dan tetap dihormati dan disebut sebagai kerbau bule Kyai Slamet. Konon, saat

Paku Buwono II mencari lokasi untuk keraton yang baru, tahun 1725, leluhur

kebo-kebo bule tersebut dilepas, dan perjalanannya diikuti para abdi dalem

keraton, hingga akhirnya berhenti di tempat yang kini menjadi Keraton

Kasunanan Surakarta.

Sementara sejarawan dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS)

Solo, Sudarmono, menuturkan, “ selain dekat dengan kehidupan petani, sosok

kerbau memang banyak mewarnai sejarah kerajaan di Jawa. Semasa Kerajaan

Demak, misalnya, seekor kerbau bernama Kebo Marcuet mengamuk dan tak

ada satu prajurit pun yang bisa mengalahkannya. Karena meresahkan,

kerajaan menggelar sayembara: barang siapa mampu mengalahkannya akan

diangkat menjadi senopati “.

Secara mengejutkan, Jaka Tingkir atau Mas Karebet mampu

mengalahkan Kebo Marcuet dengan tongkatnya. Mas Karebet kemudian

mempersunting putri Raja Demak Sultan Trenggono, dan akhirnya

mengambil alih kekuasaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

30

”Jaka Tingkir sebenarnya keturunan Kebo Kenongo, Raja Pengging

Hindu yang dikalahkan Kerajaan Demak. Pemindahan kekuasaan dari Demak

ke Pajang, yang dekat Pengging, adalah upaya Joko Tingkir mengembalikan

pengaruh kekuasaan kerajaan ke pedalaman yang sarat tradisi agraris,”

katanya.

Dari sejarah itu, lanjut Sudarmono, kerbau selalu dijadikan alat

melegitimasi kekuasaan kerajaan. ”Dalam budaya agraris, kerbau simbolisasi

kekuatan petani. Sosok kerbau dihadirkan dalam kirab, yang diikuti abdi

dalem dan rakyat, sebenarnya ingin menunjukkan legitimasi keraton atas

rakyatnya yang sebagian besar petani.”

Kemunculan kebo bule Kyai Slamet dalam kirab, kata Sudarmono,

adalah perpaduan antara legenda dan sage (cerita rakyat yang mendewakan

binatang). Dalam pendekatan periodisasi sejarah, sosok kebo bule ditengarai

hadir semasa Paku Buwono (PB) VI pada abad XVII. PB VI merupakan raja

yang dianggap memberontak kekuasaan penjajah Belanda dan sempat dibuang

ke Ambon.

”Meski PB VI dibuang ke Ambon, namun semangat pemberontakan

dan keberaniannya menghidupi rakyatnya. Dalam peringatan naik takhta,

sekaligus pergantian tahun dalam penanggalan Jawa malam 1 Sura, muncul

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

31

kreativitas menghadirkan sosok kebo bule yang dipercaya sebagai penjelmaan

pusaka Kyai Slamet dalam kirab pusaka,” tambah Sudarmono.

Pada sisi lain Gusti Puger menuturkan, Keraton Surakarta tidak pernah

menyatakan tlethong (kotoran) kerbau bisa mendatangkan berkah. ”Kalau

tlethong dianggap menyuburkan sawah karena dapat dibuat pupuk, itu masih

diterima akal. Namun kami memahami ini sebagai cara masyarakat

menciptakan media untuk membuat permohonan. Mereka sekedar

membutuhkan semangat untuk bangkit.”

Winarno mengungkapkan, saat ini kebo bule keraton berjumlah 12

ekor. Namun kebo bule yang dipercaya sebagai keturunan asli Kyai Slamet

sendiri hingga saat ini hanya tersisa enam ekor. Mereka adalah Kiai Bodong,

Joko Semengit, Debleng Sepuh, Manis Sepuh, Manis Muda, dan Debleng

Muda.

“Yang menjadi pemimpin kirab biasanya adalah Kyai Bodong, karena

dia sebagai jantan tertua keturunan murni Kyai Slamet. Disebut keturunan

murni, karena mereka dan induk-induknya tidak pernah berhubungan dengan

kerbau kampung.”

Kyai Bodong sendiri memiliki adik laki-laki yang diberi nama Kyai

Bagong. Namun, kata Winarno, kerbau tersebut sekarang ini berada di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

32

kawasan Solo Baru, Sukoharjo, dan dengan alasan yang enggan disebutkan,

kebo bule itu tidak bisa dibawa pulang ke Keraton Surakarta.

Sejak dulu, sekawanan kebo keramat tersebut memang memiliki

banyak keunikan. Kawanan kerbau ini, misalnya, sering berkelana ke tempat-

tempat jauh untuk mencari makan, tanpa diikuti abdi dalem yang bertugas

menggembalakannya. Mereka sering sampai ke Cilacap yang jaraknya lebih

100 km dari Solo, atau Madiun di Jawa Timur. Namun anehnya, menjelang

Tahun Baru Jawa, yakni 1 Sura atau 1 Hijriah, mereka akan kembali ke

keraton karena akan mengikuti ritual kirab pusaka.

Winarno menambahkan, malam 1 Sura sangat berarti bagi orang Jawa,

karena tidak saja memiliki dimensi fisik perubahan tahun, namun juga

mempunyai dimensi spiritual. Sebagian masyarakat Jawa yakin, bahwa

perubahan tahun Jawa menandakan babak baru dalam tata kehidupan kosmis

Jawa, terutama kehidupan masyarakat agraris.

Peran kebo bule Kyai Slamet adalah sebagai simbol kekuatan yang

secara praktis digunakan sebagai alat pengolah pertanian, sumber mata

pencaharian hidup bagi orang-orang Jawa. Di luar itu, kerbau secara umum

juga mempunyai nilai tinggi dalam sebuah ritual, tidak saja di keraton

Surakarta, tetapi juga di Sulawesi, Kalimantan, sehingga secara material ia

menjadi simbol kejayaan dan kesuburan. Sebuah cita-cita yang ingin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

33

diwujudkan oleh raja beserta rakyatnya. “Kyai Slamet adalah sebuah visi

Raja. Secara harfiah, visi Keraton Surakarta, yaitu ingin mewujudkan

keselamatan, kemakmuran, dan rasa aman bagi masyarakatnya.”

2.3 Upacara Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton Kasunanan Surakarta

Malam 1 sura dalam masyarakat Jawa adalah suatu perayaan tahun

baru menurut kalender Jawa. Dalam perhitungan jawa, malam 1 sura dimulai

dari terbenamnya matahari pada hari terakhir bulan terakhir kelender jawa

(29/30 bulan Besar) sampai terbitnya sang matahari pada hari pertama bulan

pertama tahun berikutnya.

Dilingkungan keraton Surakarta Hadiningrat upacara ini diperingati

dengan kegiatan kirab mengililingi beteng keraton. Sebelumnya mengelilingi

benteng keraton, akan diadakan doa slametan bersama dan persiapan sesaji.

Selain itu juga diadakan prosesi memandikan kebo Kyai Slamet sebelum

diarak keliling keraton. Setelah itu baru dimulailah prosesi keliling keraton.

Dimulai dari kompleks Kemandungan Utara melalui gerbang

Brojonolo kemudian mengintari seluruh kawasan keraton dengan arah

berlawanan arah putaran jarum jam dan berakhir di halaman Kemandungan

Utara. Dalam profesi pusaka keraton menjadi bagian utama pada barisan

terdepan baru kemudian diikuti para pembesar keraton, kerabat dan jajaran

keraton yang lengkap dengan pakaian keratonnya, dan akhirnya oleh

masyarakat. Uniknya pada lapisan barisan terdepan ditempatkan pusaka yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

34

berupa sekawanan kerbau albino yang diberi nama Kyai Slamet yang selalu

menjadi pusat perhatian tersendiri bagi masyarakat.

Kirab Pusaka 1 Sura ini melibatkan sekitar 600 abdi dalem yang

mengusung 13 pusaka Kraton Surakarta. Kirab dilakukan dengan membawa

penerangan obor dan lampu ting mengelilingi kompleks Keraton melalui

Gladag-Jl Jenderal Sudirman-Jl Mayor Kusmanto-Jl Kapten Mulyadi-Jl

Veteran-Jl Yos Sudarso-Jl Slamet Riyadi-Gladag dan kembali ke kraton. Dari

Pringgitan KGPAA Mangkunegaran IX, berjalan menuju teras Pendhapi

Ageng untuk melepas empat pusaka. Sebelum diarak mengelilingi Pura

Mangkunegaran yang diikuti oleh kerabat kerjaan serta masyarakat, pusaka

tersebut dibasuh air terlebih dahulu. Setelah itu barulah saatnya kirab kerbau

kyai slamet. Kirab itu sendiri berlangsung tengah malam, biasanya tepat

tengah malam, tergantung kemauan dari kebo Kyai Slamet. Sebab, adakalanya

kebo keramat baru keluar dari kandang selepas pukul 01.00. Kirab pusaka ini

sepenuhnya memang sangat tergantung pada kebo keramat Kyai Slamet. Jika

saatnya tiba, biasanya tanpa harus digiring kawanan kebo bule akan berjalan

dari kandangnya menuju halaman keraton. Maka, kirab pun dimulai. Kawanan

kerbau keramat akan berada di barisan terdepan, mengawal pusaka keraton

Kyai Slamet yang dibawa para abdi dalem keraton. Kerumunan orang pun

menyemut dari keraton hingga di sepanjang perjalanan yang dilalui arak-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

35

arakan. Selama kirab berlangsung, Sinuhun Pakubuwono akan berdoa dengan

bersemedi di dalam keraton.

Bagi masyarakat Solo, dan kota-kota di sekitarnya, seperti

Karanganyar, Sragen, Boyolali, Klaten, Sukoharjo, dan Wonogiri, kebo bule

Kyai Slamet bukan lagi sebagai hewan yang asing. Setiap malam 1 Sura

menurut penanggalan Jawa, atau malam tanggal 1 Muharam menurut kalender

Islam (Hijriah), sekawanan kebo keramat ini selalu dikirab, menjadi cucuk

lampah sejumlah pusaka keraton. Ritual kirab malam 1 Sura itu sendiri sangat

ditunggu-tunggu masyarakat. Ribuan orang tumpah ruah di sekitar istana, juga

di jalan-jalan yang akan dilalui kirab. Masyarakat meyakini akan mendapat

berkah dari keraton jika menyaksikan kirab.

Orang-orang menyikapi kekeramatan kerbau Kyai Slamet sedemikian

rupa, sehingga cenderung tidak masuk akal. Mereka berjalan mengikuti kirab,

saling berebut berusaha menyentuh atau menjamah tubuh kebo bule. Tak

cukup menyentuh tubuh kebo, orang-orang tersebut terus berjalan di belakang

kerbau, menunggu sekawanan kebo bule buang kotoran.

Begitu kotoran jatuh ke jalan, orang-orang pun saling berebut

mendapatkannya. Tidak masuk akal memang. Tapi mereka meyakini bahwa

kotoran sang kerbau akan memberikan berkah, keselamatan, dan rejeki

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

36

berlimpah. Mereka menyebut berebut kotoran tersebut sebagai sebagai tradisi

ngalap berkah atau mencari berkah Kyai Slamet.

2.4 Perlengkapan Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton Kasunanan

Surakarta

a. Peralatan

a. Angle dan kemenyan

Angle/anglo adalah suatu benda yang terbuat dari tanah lihat yang

berfungsi sebagai tungku pembakaran untuk media arang

danmembakar kemeyan tungku kecil tersebut biasanya digunakan

membakar arang yang di campur dupa/kemeyan. Kemeyan

adalahsuatu bentuk dupa yang berbau wangi kalau dibakar dan

digunakan sebagai media untuk mendatangkan makhluk halus dan

merupakan santapan kegemarannya sehingga mereka percaya dengan

membaka rkemeyan makhluk halus tersebut datang untuk memberikan

ijin pelaksanaan upacara kirab tersebut dapat berlangsung baik tanpa

ada halangan apa- apa karena mereka sudah diberi santapan.

b. Kipas dan Arang

Kipas ini terbuat dari batang bambu yang dianyam dan dibentuk

bervariasi segi lima. Empat dan lain sebagainya yang berfungsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

37

untukmengobarkan api arang supaya pembakarannya berlangsung baik

danterus menerus. Arang adalah bahan bakar yang terbuat dari

kayumlanding, jati yang sudah dibakar dan didinginkan serta

dikeringkan. Arang yang berwarna hitam ini melambangkan

keburukan/ kejahatandibakar dengan kemeyan sehingga hal- hal buruk

dimuka bumi ini ikut terbakar dan hilang dengan sendirinya.

c. Songsong ( payung)

Songsong atau payung terbuat dari kertas dan kain yang

berfungsiuntuk memayungi/ menutupi pusaka- pusaka yang akan

dikirab supaya unsur magis dalam pusaka tidak keluar sehingga harus

dipayungi.Selain itu payumh ini berfungsi untuk melindungi pusaka

pusaka yang dikirab supaya terhindar dari hujan maupun unsur debu,

dan perusak lainnya.

d. Cambuk

Alat ini khusus digunakan untuk mengirab pusaka kraton kerbau

bule Kyai Slamet. Cambuk ini digunakan untuk menggiring kerbau

tersebut pada waktu upacara kirab pusaka berlangsung. Makna lainnya

adalah cambuk ini berfungsi untuk mencambuk manusia yang berjalan

diluar yang dikehendaki dan supaya tetap berjalan di jalan yang di

kehendaki oleh Allah SWT.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

38

e. Pengaron dan Rumput

Pengaron adalah suatu tempat gerabah yang terbuat dari tanah liat

yang digunakan untuk membersihkan kanjeng Kyai Slamet (Kebo

bule) milik istana Kasunanan yang dianggap keramat dan merupakan

salah satu benda pusaka. Pengaron tersebut diisi air dengan diberi

kembang setaman sewaktu dilakukan upacara membersihkan

(menjamas) kerbau tersebut. Penggaron yang lain juga digunakan

untuk meletakkan rumput yang digunakan untuk makan kerbau Bule

Kyai Selamet. Pengaron yang ditaburi bunga tersebut nerupakan

perlambang air suci yang melambangkan kesucian dan kekuatan

kanjeng Kyai selamet. Sedangkan rumput melambangkan kesuburan

dan memberikan berkah kesuburan bagi tanaman di wilayah Surakarta.

f. Oncor, Ting dan Petromak

Oncor merupakan alat penerang yang terbuat dari satu bilah bambu

utuh yang dipotong sesuai ukuran 50 cm yang berisi minyak tanah dan

sumbunya terbuat dari kain.Ting fungsinya sama sebagai alat penerang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

39

bentuknya seperti petromak dan merupakan lampu kecil bertangkai

kayu. Petromak fungsinya sama tetapi terbuat dari bahan pabrikan

yang sinarnya terang seperti lampu listrik tetapi bahan bakar terbuat

dari minyak tanah dan dipompa dengan tangan. Alat penerangan ini

melambangkan manusia harus memiliki hati yang terang benderang

seperti sinar alat penerang tersebut, selain berfungsi sebagai alat

penolak bala dan mengusir makluk halus serta menerangi pada waktu

upacara tradisi kirap pusaka dilakukan.

b. Sesaji

Sesaji yang digunakan pada waktu pelaksanaan upacara kirab

tersebut terbagi menjadi 3 bagian yaitu (a) sesaji sebelum pelaksanaan,

(b) sesaji pada waktu pelaksanaan dan (c) sesaji pada waktu

wilujengan. Macam- macam dan rincian sesaji tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Sesaji Sebelum Pelaksanaan

1. Sesaji (sajen) Kanjeng Kyai Karu Bathok

Sesaji ini terbuat dari bathok/ tempurung kelapa yang telah

dibersihkan dan diletakkan dalam posisi tengkurap, dilengkapi

dengan 4 warna ketan yaitu hitam, kuning, merah, biru yang

diatasnya diletakkan enten- enten kelapa parut yang diberi gula

jawa dan putih, bunga setaman yang terdiri dari bunga mawar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

40

merah, putih ,kanthil, dan melati, gantan (kinang) dan dua

batang rokok. Beras ketan yang terdiri dari empat warna

tersebut melambangkan 4 hawa nafsu manusia yang dalam

Agama Islam yaitu, nafsu aluawah, mutmainah, sufiah dan

amarah. Enten- enten kelapa parut tersebut melambangkan ujian

yang diberikan Tuhan kepada umatnya apakah dia bertahan atau

tidak.. Sedangkan bunga setaman melambangkan keharuman

benda pusaka, kejernihan hati dan keserasihan lingkungan

alam.Kinang atau ganten melambangkan kekuatan yang dimiliki

oleh Kanjeng Kyai Karu Bathok Rokok melambangkan media

api yang berfungsi untuk menolak bala dari roh jahat yang dapat

mengganggu kirab.

2. Sesaji/ sajen pepak Ageng

Sesaji diletakkan diatas encek suatu tempat yang terbuat dari

tampah anyaman bambu yang berbentuk bundar dan persegi

empat jumlahnya 4 buah.

- Encek pertama berisi dua buah jongkong biji, ketan warna

empat( papat), sebuah serabi putih besar dan dua buah serabi

putih kecil, sebuah serabi merah besar dan dua buah serabi

merah kecil, irisan gula jawa dan parutan kelapa. Makanan

yang disebut jongkong adalah terbuat dari parutan singkong

yang dibungkus dengan daun pisang kemudian dikukus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

41

Jongkong dua biji tersebut berwarna merah dan putih

melambangkan asal muasal manusia yang terdiri dari warna

merah lambang air kehidupan dari ibu dan warna putih

melambangkan air kehidupan dari ayah. Ketan empat warna

melambangkan sifat dasar manusia dan enten- enten kelapa

dan gula jawa melambangkan ujian buat manusia. Serabi

berwarna merah putih , gula jawa dan kelapa parut

melambangkan sangkan paraning dumadi.

- Encek kedua dilengkapi oleh sepasang bekakak, yang

terbuat dari tepung beras yang dibuat seperti boneka yang

terdiri dari bekakak lanang yang merupakan pengantin

Pangeran Mataram dan bekakak wanita melambangkan

pengantin Kanjeng Ratu Kidul. Sepasang pengantin bekakak

tersebut dahulunya terdiri dari korban manusia, akan tetapi

pada jaman mataram korban tersebut terbuat dari tepung

beras ketan.

- Encek ketiga berisi nasi tumpeng , sepasang nasi golong,

pecel pithik jangan menir, lauk pauk berupa gereh/ikan asin,

ragi, tempe goreng dan kerupuk.Makna simbolik dari nasi

tumpeng yang dibuat mengerucut melambangkan gunung

mahameru tempat bersemayamnya para dewa sehingga

segala keinginan/permohonan supaya dikabulkan oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

42

Tuhan Yang Maha Esa. Nasi golong malambangkan

perpaduan antara golongan masyarakat yang ada dibumi

mataram. Pecel pithik jangan menir merupakan santapa

kegemaran dan persembahan kepada Panembahan Senopati

pendiri dinasti Mataram Islam. Lauk pauk segala jenis

melambangkan kehidupan manusia yang cukup bervariasi.

- Encek keempat berisi dua sisir pisang raja, jajan pasar, pis

pohong, singkong mentah utuh, ketela mentah utuh, tape

singkong, kacang tanah, dua takir bubur abang putih/ merah

putih, dua buah takir bubur katul. Pisang raja

melambangkan keperkasaan dan kemuliaan raja, jajan pasar

melambangkan keanekaragaman kehidupan masyarakat dan

sesaji yang sudah lengkap. Pis pohung, ketela mentah, tape

singkong dan kacang tanah melambangkan kesuburan tanah.

Bubur abang putih melambangkan asal muasal manusia dan

bubur katul/ dedak melambangkan segala kehidupan

manusia yang mbededek supaya diberi kelancaran. Keempat

encek tersebut masing- masing dilengkapi seekor ayam .

b. Sesaji Waktu Pelaksanaan

1. Sesaji untuk Sunan Lawu

Sesaji ini berupa nasi jagung dengan lauk dakchan, yaitu kedelai

yang dikupas, dipepes dan dikukus. Sesaji ini melambangkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

43

kegemaran Sunan Lawu yang tinggal dan menguasai Gunung

Lawu.

2. Sesaji untuk Krendhawahana

Sesaji ini berupa dua buah kendhil yang masing-masing

sepasang lele dan gecok bakal. Sesaji itu melambangkan

kegemaran Kanjeng Ratu Kaluyawati penguasa Hutan

Krendhawahana.

3. Sesaji untuk Sekar Kedhaten

Sesaji ini terdiri dari nasi golong 12 buah, pecel pitik jangan

menir, dan lauk pauk yaitu ragi, bergedel, sambal goreng,

rempeyek, dakohan, dan kerupuk berwarna merah. Semua jenis

makanan itu melambangkan makanan kegemaran Kangjeng

Ratu Sekar Kedhaten yang tinggal di Gunung Merapi.

4. Sesaji untuk Kangjeng Ratu Kidul

Sesaji ini terdirii atas nasi wuduk dengan pisang, ketan biru

diberi enten-enten, tumpeng megana dan tumpeng asahan yang

ditata dalam encek, dengan lauk ragi, dendeng, paru, kedelai,

tempe, sambat goreng, mihun dan kerupuk. Tumpeng megana

adalah nasi putih yang dibentuk kerucut dan diberi telur di

ujungnya. Tumpeng asahan adalah nasi putih yang dibentuk

kerucut. Sesaji ini melambangkan kegemaran penguasa Pantai

Selatan Kangjeng Ratu Kidul.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

44

5. Jenang Keblat Sekawan

Jenang kebat sekawan terdiri atas jenang abang putih, jenang

katul, jenang blowok, jenang sungsum, jenang sliringan, jenang

sengkala, dan ketan warna papat. Jenang abang putih

melambangkan asal-usul manusia. Jenang katul melambangkan

kehidupan manusia. Jenang blowok melambangkan arah

kehidupan manusia. Manusia yang semula putih akan

ditentukan oleh tingkah lakunya. Dengan keimanan maka ia

akan selamat. Jenang sungsum dengan cairan gula jawa

melambangkan asal usul manusia. Jenang sliringan yang dibuat

dari tepung beras yang diberi warna merah, hijau dan kuning

memiliki makna bahwa manusia akan menjauhi perbuatan jahat.

Jenang sengkala melambangkan agar dijauhkan dari

malapetaka. Ketan warna papat menggambarkan empat sifat

manusia.

6. Sesaji untuk Sunan Kalijaga

Sesaji ini berupa nasi tumpeng dengan lauk gereh bakaran,

dendheng bakaran, kacang panjang, dendheng age sayur-

sayuran yang tumbuh di sekitar sumur, dan sambal plelek (dari

cabe hijau). Sesaji itu melambangkan makanan kegemaran

Sunan Kalijaga.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

45

7. Panggang Tumpeng

Sesaji ini berupa nasi tumpeng dan seekor ayam panggang.

Makna sesaji ini adalah agar semua permohonan dalam

pelaksanaan upacara dikabulkan.

8. Sesajen Ageng

Sesaji ini terdiri atas 8 unsur: satu encek nasi tumpeng dengan

lauk pauk; satu encek sepasang bekakak; satu encek berisi

jongkong inthil, serabi, ketan warna papat; satu encek jenang

baro-baro; satu encek jajan pasar, sebutir kelapa, sepasang gula

jawa, jungkat suri, kisi, pengilon, lawe wenang setugel, letrek,

wes, wos, kinang, sekar boreh, gula jawa; seekor ayam; serta

minyak goreng dalam botol, clupak, jlodog, kendhi kecil, dan

uang paling sedikit seratus rupiah. Makna nasi tumpeng dan

lauk pauknya, sepasang bekakak, jongkon inthil, serabi, ketan

warna papat dan jenang baro-baro dan jajan pasar sama dengan

yang telah disebut sebelumnya. Sebutir kelapa melambangkan

keutuhan sebuah kerajaan yang semak

c. Makanan Dalam Wilujengan

Makanan yang digunakan dalam wilujengan disebut wuku dhukut,

terdiri atas unsur-unsur sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

46

1. Nasi Tumpeng Uduk

Makanan ini juga disebut rasulan, terdiri atas nasi tumpeng

gurih, seekor ayam panggang, dan kedelai, cabe hijau,

mentimun, serta garam, masing-masing dalam takir. Sesuai

dengan namanya makanan ini melambangkan memberikan

keluhuran kepada Nabi Muhammad saw., Rasul yang telah

memberikan keselamatan pada umatnya yang berbakti kepada

Tuhan. Ingkung ayam (ayam panggang) melambangkan

pengorbanan yang tulus dan ucapan terima kasih baik kepada

Tuhan maupun leluhur yang telah memberikan keselamatan dan

perlindungan.

2. Nasi Golong Sak Ambeng

Makanan ini terdiri atas 17 bungkus daun pisang, yang masing-

masing berisi 2 butir nasi sebesar kepalan tangan manusia,

melambangkan kesatupaduan tekad, semangat, dan tujuan

peserta Kirab Pusaka.

3. Nasi Asahan Sak Ambeng

Nasi asahan ini melambangkan keberuntungan dan mengandung

permohonan agar semua yang terlibat dalam Kirab Pusaka

mendapat kesempatan dan banyak rezeki.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

47

4. Nasi Tumpeng Ropoh

Nasi Tumpeng Ropoh adalah nasi tumpeng dengan lauk-pauk

berupa sayuran yang ditempatkan di atas puter. Maknanya

adalah perbuatan yang telah dilakukan telah menimbulkan

persoalan bagi orang lain. Panganan

5. Wolung Warna

Makanan ini terdiri atas wajik, ketan warna-warni, jadah pisang,

hawug-hawug, apem, serabi, dan dakohan. Makanan ini

melambangkan arah delapan penjuru mata angin.

6. Jenang Nem Warna

Enam macam jenang diletakkan di dalam centhang, yaitu jenang

katul, jenang ketan hitam, jenang lang, jenang pathi, jenang

grendhul, dan jenang abang putih. jenang ketan hitam

melambangkan pengiriman doa kepada arwah leluhur. Jenang

pathi melambangkan permohonan doa restu kepada orang tua.

Jenang grendul melambangkan kehidupan yang penuh dengan

cobaan. Jenang abang putih melambangkan asal-usul kehidupan

manusia.

7. Hasil Bumi

Buah-buahan terdiri atas 5 macam yaitu pala kasimpar(waluh,

semangka, melon, dan lain-lain), pala kependhem(kentang,

ketela, singkong, bengkoang, ubi, dan lain-lain), dan pala

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

48

gumantung (pepaya, jambu, jeruk, pisang, dan lain-lain). Hasil

bumi itu melambangkan kesuburan tanah.

8. Kolak Pisang Mas

Makanan ini memiliki makna penolakan terhadap semua

perbuatan buruk dan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan.

c. Pakaian

Pakaian yang digunakan terdiri dari empat yaitu jarik, beskap

dan kebaya, samir dan gajah Ngoling.

a. Jarik

Jarik merupakan kain yang digunakan oleh kerabat,abdi dalem,

dan masyarakat umum. Kerabat keraton dengan motif lereng yang

melambangkan keagungan keluarga kerajaan mataram, sedangkan abdi

dalem dan masyarakat umum mengggunakan motif selain motif

tersebut di atas. Sementara para abdi dalem memang bertugas sebagai

pelaksana kirap pusaka dan masyarakat memakai pakaian jarik

tersebut hanya berfungsi sebagai partisipan yang mencintai budaya

jawa.

b. Beskap dan Kebaya

Pakaian beskap digunakan oleh peserta kirab pusaka yang

berjenis kelamin laki- laki sedangkan yang perempuan harus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

49

menggunakan kebaya karena semua peserta baik laki- laki maupun

perempuan harus menggunakan pakaian adat jawa lengkap yang

berwarna hitam. Menurut informan warna hitam melambangkan

keagungan dan keabadian serta kesempurnaan. Warna hitam juga

dimaknai sebagai bentuk simbol keteguhan hati dan cita- cita yang

luhur dalam melaksanakan upacara dari leluhur.

c. Samir

Samir ini biasanya terbuat sari kain yang berwarna kuning atau

merah , dan fungsinya sebagai tanda pengikut dan pelaksana upacara

kirab pusaka. Samir ini biasanya wajib dikenakan pada prosesi upacara

karena membedakan mana yang partisipan dan mana yang petugas dari

keraton. Pemilihan warna merah dimaksudkan sebagai lambang

keberanian dan keuletan, warna kuning melambangkan kemakmuran

dan ketentraman hidup manusia. Selain itu warna kuning juga

mengandung arti penolak balak dari makhluk halus dan roh jahat.

d. Gajah Ngoling

Sebutan gajah ngoling ini sebenarnya untuk menggambarkan

rangkaian bunga melati yang dibentuk setengah lingkaran dan dipakai

ditelingan bagi yang akan ngampil dan buntar pusaka. Bunga melati

melambangkan kesucian, sehingga para ngampil dan buntar pusaka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

50

terdiri dari orang- orang yang benar- benar suci sehingga mereka

mampu membawa dan dekat dengan pusaka keraton.

2.5 Maksud dan Tujuan Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton Kasunanan

Surakarta

Dalam komunitas masyarakat baik yang ada di kota maupun di desa

tentu memiliki cara yang berbeda dalam melaksanakan suatu upacara tradisi

walaupun tujuannya sama. Dalam prosesi pelaksanaan upacara tradisi kirab di

Surakarta tujuan yang hendak dicapai dalam melaksanakan upacara tersebut

antara lain adalah sebagai berikut:

a. Memperingati tahun baru (1 Suro) dalam penanggalan Jawa

sekaligus memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa supaya

diberi limpahan berkat.

b. Melaksanakan tradisi para leluhur yang sudah berlangsung

lama karena kalau upacara tradisi tidak dilaksanakan takut

terjadi sesuatu dikemudian hari.

c. Dalam menjaga pusaka yang didapat dengan susah dan cerita

yang berbau mistis dengan olah tapa dan lain sebagainya maka

untuk menjaga kesaktian dan keampuhan dari pusaka tersebut

maka dilakukan prosesi pembersihan pusaka pusaka yang

dimiliki.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

51

d. Oleh masyarakat baik di lingkup istana maupun diluar istana

untuk membersihkan diri baik secara lahir maupun batin

dengan cara tirakatan, berdoa, sholat, semedi dan lain

sebagainya.

e. Ada sebagian orang yang percaya terhadap hal- hal yang

berbau tahayul meminta bekas air untuk membersihkan benda-

benda pusaka tersebut untuk obat, penglarisan, jimat dan lain

sebagainya.

f. Menyebarkan daya magis dari pusaka yang dikirap tersebut

supaya membawa keselamatan, kesejahteraan bagi keraton,

masyarakat dan bangsa Indonesia.

2.6 Tradisi Kirab sebagai Salah Satu Hasil Kebudayaan Masyarakat

Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat

oleh suatu rasa identitas bersama (Koentjaraningrat, 2000). Suatu

masyarakat akan menghasilkan kebudayaan dan diantara masyarakat

dengan kebudayaan tidak dapat dipisahkan, keduanya merupakan satu

kesatuan sehingga tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai

kebudayaan. Sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa adanya masyarakat.

Indonesia merupakan salah satu negara yang masyarakatnya sangat

beragam dan tentu saja mempunyai kebudayaan yang beragam.

Keberagaman kebudayaan yang dimiliki masyarakat Indonesia ditandai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

52

dengan banyaknya adat tradisi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia,

dimana di setiap daerah atau wilayah masyarakatnya mempunyai tradisi

khusus yang berbeda antara satu dengan yang lainnya termasuk

masyarakat Kota Surakarta.

Di Kota Surakarta ada sebuah tradisi yang diselenggarakan setiap

tahunnya yaitu tradisi Kirab, dikatakan sebuah tradisi karena acara

tersebut diselenggarakan dari zaman Paku Buwono X dan diwariskan dari

generasi berikutnya sampai saat ini yaitu generasi Paku Buwono XIII. Hal

ini sesuai dengan pendapat Harjono (1975),

“tradisi adalah suatu pengetahuan atau ajaran yang diturunkan

dari masa ke masa yang memuat tentang prinsip universal yang

digambarkan menjadi kenyataan dan kebebasan relative.

Dengan demikian segala kebenaran dan kenyataan dalam alam

yang lebih rendah adalah peruntukkan (application) dari

prinsip universal” (hlm. 23).

Sebagai suatu tradisi, tradisi Kirab didalamnya mengandung

pengetahuan atau ajaran dasar yang bersifat prinsip yang secara implisit

maupun eksplisit disampaikan kepada masyarakat karena memang

pengetahuan atau ajaran yang bersifat prinsip itu disampaikan dengan

menggunakan simbol-simbol yang ada pada rangkaian acaranya. Tradisi

Kirab pun diwariskan dari generasi ke generasi sehingga sampai saat sini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

53

masih diselenggarakan. Karena merupakan sebuah tradisi maka dapat

dikatakan bahwa tradisi Kirab adalah hasil kebudayaan. Sebagai hasil

kebudayaan suatu masyarakat khususnya masyarakat Kota Surakarta,

maka tradisi Kirab mengandung sistem gagasan, nilai, pengetahuan,

kepercayaan dan kesenian.

Sistem gagasan, nilai, pengetahuan, kepercayaan, dan kesenian dapat

di lihat dari rangkaian acara Kirab yaitu Kirab Pusaka dan Tirakatan.

Sistem gagasan dan kesenian dapat dilihat dari bentuk penyajian acara

yang disajikan dimana tujuan dari rangkaian acara Kirab adalah

penyembahan kepada Tuhan YME, akan tetapi dikemas dengan

pendekatan budaya, yaitu percampuran antara Islam, Hindu dan budaya

Jawa yang syarat akan nilai seni yang tinggi. Hal tersebut dapat kita lihat

dari rangkaian acaranya yaitu adanya wilujengan haul atau berdoa

bersama untuk memperingati wafatnya Paku Buwono X, Kirab Pusaka

yang terdapat dupa serta Kerbau Kyai Slamet, selain itu terdapat tabuhan

atau gamelan beserta waranggono dan wirosworo sebagai unsur seninya.

Sedangkan sistem nilai, pengetahuan, kepercayaan agaknya lebih abtrak

lagi karena semua itu berasal dari konsep yang ada di alam pikiran yang

dianggap penting dan berharga dalam hidup, akan tetapi konsep tersebut

sebenarnya telah disampaikan dan diwujudkan dalam bentuk simbol-

simbol.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

54

Seperti makna dan nilai, kita bisa menemukannya pada pusaka

termasuk Kerbau Kyai Slamet, perilaku petugas saat prosesi acara, pada

gunungan atau tumpeng besar dan segala atribut yang digunakan. Setelah

dikaji lebih dalam memang tradisi Kirab bukan sembarang acara biasa

tetapi disana ada makna dan nilai yang bersifat luhur yakni merupakan

tradisi dalam rangka melakukan penyembahan kepada Tuhan YME dan

ada beberapa nilai yang bisa diambil yaitu nilai historis, nilai edukasi,

nilai religius serta nilai kehidupan lainnya. Semua makna dan nilai

tersebutlah yang meresap ke dalam setiap anggota masyarakat dan

dijadikan pedoman mereka dalam bersikap dan berperilaku karena

memang dianggap berharga dan penting dalam hidup.

2.7 Nilai – Nilai Yang Terkandung Dalam Tradisi Kirab

Tradisi Kirab bukan sebuah tradisi biasa akan tetapi merupakan sebuah

tradisi yang mengandung nilai yang bersifat adi luhur, yaitu nilai historis,

nilai edukasi dan nilai religius. Nilai-nilai yang dianggap berharga dan

penting tersebut masih bersifat abstrak. Oleh karena itu nilai-nilai tersebut

kemudian diwujudkan dalam bentuk norma. Norma merupakan aturan-

aturan dengan sanksi-sanksinya yang dimaksudkan untuk mengatur

masyarakat guna mencapai nilai-nilai yang dianggap berharga dan penting

tersebut. Seperti nilai yang terkandung pada tradisi Kirab antara lain yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

55

a. Nilai Religius

Nilai religius, nilai religius ini kemudian bisa terbagi lagi

menjadi nilai kepatuhan, nilai ketakwaan dan nilai keimanan.

Nilai-nilai tersebut kemudian dijadikan pedoman mereka dalam

bersikap dan bertindak, karena masih bersifat abstrak maka

kemudian diwujudkan dalam bentuk norma yaitu norma

agama. Contoh norma yang mengandung nilai kepatuhan, nilai

ketakwaan dan keimanan adalah tidak berbuat dosa seperti

tidak berbuat ngalap berkah, tidak melakukan perbuatan dosa

seperti mencuri, berjudi, menghina orang lain, selalu beribadah

serta berdoa dan sebagainya.

b. Nilai Historis

Nilai historis ini dimaksudkan agar masyarakat selalu

menghargai dan bangga akan segala peninggalan nenek

moyang. Hasil akhir dari nilai ini adalah masyarakat cinta akan

budaya sendiri dan meneruskan budaya yang ada dari generasi

ke generasi serta melakukan adat istiadat yang terkandung

dalam budaya itu sendiri, contohnya mendukung adanya tradisi

Kirab, menyelenggarakan tradisi Kirab sesuai dengan

pakemnya, mengenakan pakaian sopan dan bermotif batik saat

berkunjung ke keraton, menggunakan bahasa daerah atau

bahasa Jawa saat berkomunikasi dengan orang yang lebih tua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

56

dan berkomunikasi dengan orang-orang keraton karena

mempunyai kesan lebih menghargai dan menghormati.

c. Nilai Edukasi

Nilai edukasi ini didapat dari nilai historis yaitu dari sejarah

tradisi Kirab maka masyarakat akan mengingat kembali cerita

raja-raja zaman dahulu yang bisa untuk diteladani. Nilai

edukasi ini meliputi nilai kepatriotan, nilai keberanian, nilai

kegigihan, nilai kebijaksanaan dan nilai kepedulian. Nilai-nilai

tersebut diharapkan bisa masuk meresap ke dalam jiwa

masyarakat yang kemudian terinternalisasi dalam diri

masyarakat. Hasil akhirnya adalah membentuk cirri

kepribadian masyarakat yaitu pribadi yang patriot, pemberani,

pekerja keras, bertanggung jawab dan mempunyai kepedulian

terhadap orang lain. Kepribadian yang seperti itulah yang

diharapkan dimiliki masyarakat dalam rangka menjalankan

kehidupan bermasyarakat dan mengadakan interaksi dengan

orang lain.

Jadi pada dasarnya segala sesuatu yang terkandung dalam tradisi Kirab

merupakan konsep-konsepi yang ada dalam pikiran manusia mengenai

hal-hal yang dianggap berharga dan penting dalam hidup yang telah

meresap pada sebagian masyarakat sehingga dijadikan pedoman bagi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

57

mereka dalam bersikap dan berperilaku. Makna dan nilai-nilai yang ada di

tradisi Kirab kemudian meresap dan tertanam pada jiwa masyarakat yang

pada akhirnya dijadikan prinsip hidup serta tolak ukur segala sikap dan

perilaku mereka dalam mengadakan interaksi dengan Tuhan YME dan

dengan anggota masyarakat lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

58

BAB III

MAKNA TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET

KERATON KASUNANAN SURAKARTA DALAM PERSPEKTIF

MASYARAKAT DAN PERSPEKTIF SEMIOTIKA C.S. PIERCE

3.1 Pengantar

Keberadaan manusia di dunia ini tidak terlepas dari budaya yang

menyertainya. suatu masyarakat akan menghasilkan kebudayaan dan di setiap

masyarakat pun mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda tak terkecuali dengan

masyarakat Kota Surakarta. Kota Surakarta adalah kota yang sangat kental dengan

tradisi atau adat budayanya karena Kota ini terdapat Keraton, maka tidak

mengherankan jika di Kota Surakarta sering mengadakan upacara-upacara adat yang

unik dan menarik salah satunya adalah tradisi Kirab. Kirab merupakan suatu tradisi

yang diselenggarakan pada malam satu suro di bulan Suro pada kalender Jawa.

Tradisi Kirab telah berlangsung sejak dari dulu dan sudah menjadi agenda tahunan di

Kota Surakarta. Dalam tradisi Kirab ini tentunya terdapat nilai-nilai tertentu yang

dijunjung tinggi oleh masyarakat dan mempunyai makna tertentu pula, terbukti

bahwa tradisi ini tetap ada dan nilai-nilai tersebut telah dipegang di masyarakat kota

Surakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

59

Pada saat pelaksanaannya pun masyarakat sangat antusias dan melakukan

tindakan yang cukup unik seperti berusaha menjamah tubuh Kebo Bule yang di kirab

bahkan berebut untuk mendapatkan kotorannya. Hal ini memnunjukkan bahwa

masyarakat Kota Surakarta mempunyai perepsi dan pandangan tertentu mengenai

tradisi Grebeg Suro sebagai salah satu tradisi untuk melestarikan budaya bangsa.

Akan tetapi tidak semua warga masyarakat mendukung adanya tradisi Kirab karena

setiap anggota masyarakat tentunya memiliki latarbelakang budaya, pendidikan dan

pekerjaan yang berbeda beda yang mempengaruhi pandangan dan sikap mereka

mengenai tradisi Kirab

Selain melalui perspektif masyarakat, sebuah kebudayaan juga dapat dilihat

nilai nilai dan pemaknaannya melalui perspektif keilmuan. Misalnya dengan teori

teori dalam sebuah ilmu yang dapat digunakan untuk mengkaji suatu fenomena

budaya yang terdapat di suatu daerah. Dalam bab ini akan dibahas mengenai

pemaknaan kirab tidak hanya dari perspektif masyarakat setempat, melainkan juga

pemaknaannya melalui analisis keilmuan dilihat dari perspektif semiotika Charles

Sanders Pierce tentang Ikon, Indeks, dan Simbol yang terdapat dalam tradisi Kirab.

3.2 Pemaknaan dalam Perspektif Masyarakat

Tradisi Kirab merupakan salah satu acara besar di Kota Surakarta. Tradisi ini

selalu menyedot perhatian masyarakat luas khususnya masyarakat Surakarta dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

60

sekitarnya seperti Boyolali, Klaten dan Karanganyar. Pada saat pelaksanaannya,

ribuan masyarakat memadati jalan-jalan raya yang merupakan rute dari Kirab Pusaka.

Hal ini sepadan dengan pernyataan dari Bapak Lurah Baluwarti, (salah satu

kelurahan di kota Surakarta, letaknya didalam kompleks keraton) terkait antusiasme

masyarakat dengan adanya tradisi Kirab sebagai berikut:

“Kirab terrmasuk event yang besar, banyak orang yang terlibat dalam

acara ini dan juga ribuan masyarakat datang mas ada yang dari

Boyolali, Klaten, Karanganyar ya daerah sekita Solo ini. Jadi memang

Kirab bisa menyatukan masyarakat, diharapkan juga bisa lebih

mengeratkan persaudaaran masyarakat”(Bapak Lh/16/02/2017).

Hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Mg salah satu remaja di Kelurahan

Baluwarti sebagai berikut:

“iya mas, menurut saya Kirab terutama pas acara Kirab Pusaka itu

termasuk acara yang besar soalnya masyarakat yang nonton banyak

sekali. Mesti kalau ditanya sebagian njawabnya pingin ngliat Kebo

Bule” (Mg/16/02/2017).

Tradisi Kirab memang tradisi dalam rangka untuk menyambut tahun baru

Jawa tepatnya bulan Suro. Masyarakat khususnya masyarakat Jawa, mengartikan

bulan Suro sebagai bulan prihatin. Bulan prihatin tersebut ditandai dengan

masyarakat melakukan laku prihatin. Laku prihatin yang dilakukan masyarakat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

61

bermacam-macam antara lain lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME, tidak

mengadakan hajatan besar dan lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas.

Hal ini sepadan dengan pernyataan Ibu St, salah satu ibu rumah tangga di

Kelurahan Baluwarti sebagai berikut:

“Kirab itu acara yang biasa buat nyambut 1 Suro. Kalau bulan Suro

sendiri artinya bulan priatin, jadi pas bulan Suro itu orang - orang

biasane lewih ati-ati bahasa Jawanya mas. Makanya itu mas, kalau

bulan Suro jarang sekali orang yang mengadakan hajatan atau acara-

acara” (Ibu St/16/02/2017).

Sehubungan dengan hal tersebut, golongan pedagang yaitu Ibu Pj dan Bapak

Hd salah satu penarik becak (jasa angkutan becak untuk wisatawan) sependapat

terkait dengan makna bulan Suro sebagai berikut:

“suro itu bulan pertama kalender Jawa. Orang Jawa itu mengartikan

bulan Suro bulan yang priatin. Priatinnya itu maksudnya gini mas,

orang-orang Jawa itu apa-apanya lebih ati-ati lagi, jadi kalau biasanya

berani ngadain acara apa hajatan di bulan Suro itu ngga berani mas“

(Bapak Hd/07/02/2017).

Pendapat Bapak Hd sepadan dengan Ibu Pj sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

62

“nggih wulan Suro niku artine wulan mongso priatin mas, tiyang

tiyang nggih yen Suro mboten wani ndados damel, menopo mawon.

Terus nggih yen Suro nopo-nopone lewih ati-ati malih” (Ibu

Pj/17/02/2017).

Ada informan khususnya remaja yang mempunyai persepsi tersendiri terkait

dengan makna bulan Suro yaitu Mg yang merupakan remaja di Kelurahan Baluwarti.

Menurut Mg bulan Suro tidak berbeda dengan bulan-bulan lain dimana pada dasarnya

setiap manusia diharuskan selalu berbuat baik dan menjadi lebih baik. Hal ini sesuai

dengan pernyataan Mg:

“Tetapi menurut saya si mas, sebenarnya semua bulan sama dan

seharusnya memang kita sebagai manusia selalu memperbaiki setiap

kesalahan dan selalu berbuat baik dan menjadi lebih baik, jadi ga cuma

pas bulan Suro aja” (Mg/16/02/2017).

Selain remaja di atas, Bapak Lurah Baluwarti mempunyai persepsi sendiri

terkait makna bulan Suro. Menurut Bapak Lurah bulan Suro artinya bulan penuh

keajaiban jika dilihat dari Islam dan merupakan bulan berani yang artinya pada saat

bulan Suro diharapkan berani melakukan hal-hal yang bermanfaat, sesuai dengan

pernyataan Bapak Lurah sebagai berikut:

“Suro itu terkenal bulan yang istimewa dan juga dalam Islam 1

Muharram itu bulan yang penuh keajaiban. Kalau di dalam 1 Suro

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

63

menurut Jawa artinya wani, wani tapi yo wani sing apik. Jadi saat Suro

diperbanyak hal yang baik dan positif dan biasanya khusus Surakarta

sendiri ada acara Grebeg Suro, itu yang mengadakan keraton” (Bapak

Lh/16/02/2017).

Para tokoh agama pun mempunyai persepsi tersendiri terkait dengan makna

bulan Suro. Para tokoh agama memaknai bulan Suro dari kacamata Islam bahwa

bulan Suro dimaknai sebagai bulan berkabung dan perenungan karena bertepatan

dengan bulan Suro, Nabi Muhammad sedang dalam keadaan bersedih dikarenakan

cucu kembar Nabi dibantai secara sadis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Jk

sebagai berikut:

“ya memang orang Jawa itu mengartikan bulan Suro, bulan yang

keramat karena keramat itu maka diprihatini jadi bisa diartikan juga

sebagai bulan priatin. Lha kalau secara Islam, Suro itu bulan

berkabung karena apa..karena nabi Muhammad bersedih, cucu kembar

Nabi dibantai dengan sadis, makanya pada saat itu untuk merenung”

(Bapak Jk/18/02/2017).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga pendapat

berkaitan dengan makna bulan Suro yaitu pertama adalah bulan Suro dimaknai

sebagai bulan prihatin, kedua adalah bulan Suro merupakan bulan berkabung dan

perenungan, dan ketiga adalah bulan Suro tidak berbeda dengan bulan yang lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

64

Tradisi Kirab merupakan salah satu acara yang diselenggarakan setiap tahun

dan keraton sangat mengupayakan tradisi ini selalu ada. Melihat masyarakat dan

keraton mempertahankan tradisi Kirab untuk tetap ada, menunjukkan bahwa tradisi

Kirab tersebut penting untuk diselenggarakan berkaitan dengan makna dari tradisi

tersebut. Bulan Suro merupakan bulan istimewa, khususnya bagi masyarakat Jawa.

Salah satu acara dalam rangka menyambut Bulan Suro yang dilakukan oleh Kota

Surakarta khususnya Keraton Surakarta adalah dengan adanya tradisi Kirab ini.

Secara umum pun masyarakat memaknai tradisi Kirab sebagai acara dalam rangka

menyambut bulan Suro.

Hal ini sepadan dengan pernyataan Ibu St salah satu ibu rumah terkait Kirab

sebagai acara dalam rangka menyanbut bulan Suro, sebagai berikut:

“acara Kirab yang ada pusaka sama Kebo Bule itu ya mas,ya apa ya

mas, ya mungkin cuma acara buat nyambut Suro tadi mas, saya

kurang paham mas sama artinya” (Ibu St/03/03/2012).

Bapak Ek seorang penarik becak pun sependapat dengan Ibu St yaitu:

“Kirab itu event yang biasanya buat nyambut bulan Suro. Kalau

maknanya apa ya mas, ya mungkin itu untuk menyambut Suro”

(Bapak Ek/18/02/2017).

. Sepadan juga dengan pendapat Bapak Hd, sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

65

“Kirab ya itu acara buat nyambut 1 Suro. Terus kalau Kirab Pusaka itu

keraton ngirit Kebo Bule sama pusaka-pusaka keraton…” (Bapak

Hd/19/02/2017).

Para remaja Baluwarti pun sependapat bahwa tradisi Kirab dimaknai sebagai

acara untuk menyambut bulan Suro. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mg:

“Setau saya si memang Kirab acara buat nyambut bulan Suro.

Masyarakat pasti udah tau kalau mau masuk 1 Suro malemnya ada

Kirab” (Mg/16/02/2017).

Makna selanjutnya, tradisi Kirab dimaknai sebagai bentuk penyembahan

kepada Tuhan YME, yaitu untuk berdoa dan sebagai wujud syukur kepada Tuhan

YME. Acara Kirab Pusaka dimaknai sebagai acara untuk memanjatkan doa kepada

Tuhan, hal tersebut ditandai dengan diamnya para petugas pembawa pusaka saat

Kirab Pusaka berlangsung sehingga terlihat khusuk dan kesan religius sangat terasa.

Acara Tirakatan dimaknai sebagai wujud syukur kepada Tuhan YME. Hal tersebut

ditandai dengan adanya gunungan atau tumpeng besar. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Bapak Lurah Baluwarti:

“Pada saat acara Kirab Pusaka itu mas, biasanya yang bawa pusaka itu

diam semua, seperti lagi meditasi, mungkin ya itu mereka sedang

berdoa kepada Tuhan. Terus pada saat Tirakatan biasanya ada

gunungan, istilahnya itu tumpeng tapi ukurane besar mas, itu juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

66

punya arti tertentu, untuk lebih jelasnya mas’nya langsung bertanya

saja pada keraton kalau masalah itu” (Bapak Lh/16/02/2017).

Sehubungan dengan hal tersebut para remaja sependapat bahwa Kirab

dimaknai sebagai acara untuk berdoa dan bentuk syukur kepada Tuhan YME, Selain

itu mereka menuturkan bahwa tradisi Kirab yang merupakan acara dalam rangka

menyambut tahun baru Jawa berbeda dengan perayaan menyambut tahun baru

Masehi yang penuh hura-hura dan kesenangan. Tradisi Kirab menurut mereka acara

yang menarik karena dikemas dengan budaya lokal. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Mg:

“Kalau saya sendiri si mas, berpandangan seperti ini, kalau

menyambut tahun baru masehi kan biasanya dengan pesta dan seneng-

seneng, tapi kalau 1 Suro dengan adanya acara kirab itu berasanya

lebih penuh hikmat, acaranya itu juga mendekatkan diri ke Allah,

kesannya lebih religius aja sih mas, Cuma kan kirab ini ada budayanya

juga….ya saya kurang tau makna dari tradisi kirab itu sendiri apa

sebenarnya, tapi menurut saya ngliat acara Kirab sama Tirakatan yang

ada tumpeng besar itu maknanya ini, kita lebih diingatkan dan

didekatkan lagi pada Tuhan. Ngliat kekhusukan pas Kirab itu artinya

lagi berdoa atau nyembah, terus pas acara tumpeng besar itu kayak

syukuran gitu soalnya ada banyak olahan makanan. Ya itu mungkin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

67

karena Suro bulan istimewa jadi moment yang pas buat berdoa, juga

buat syukuran, menurut saya si seperti itu mas” (Mg/16/02/2017).

Berbeda dengan tokoh agama terkait dengan makna tradisi Kirab, di mana

pemikiran mereka menggunakan pendekatan agama khusunya agama Islam. Tradisi

Kirab mempunyai arti tersendiri jika dilihat dari sudut pandang Islam. Para tokoh

agama menuturkan bahwa tradisi Kirab selain merupakan acara dalam rangka

mendekatkan diri dan berdoa kepada Tuhan YME yang dikemas dengan

menggunakan pendekatan budaya, Kirab juga merupakan salah satu media dakwah

yang digunakan para wali dalam rangka menyebarkan ajaran Islam kepada

masyarakat. Cara tersebut dilakukan oleh para wali karena dengan cara tersebut

ajaran Islam dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Hal ini sesuai dengan

pendapat bapak Jk:

“Lha untuk masalah tradisi Kirab itu sendiri, dilihat secara Islam itu

ceritanya sebagai sarana berdakwah para wali sanga. Karena dulu

untuk mengenalkan Islam dan ajarannya para wali sanga

menggunakan budaya setempat agar mudah diterima oleh

masyarakatnya” (Bapak Jk/18/02/2017)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 makna yang

terkandung dalam tradisi Kirab bagi masyarakat Surakarta. Pertama, tradisi Kirab

dimaknai sebagai acara dalam rangka menyambut bulan Suro. Kedua, tradisi Kirab

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

68

dimaknai sebagai bentuk penyembahan kepada Tuhan YME, yaitu untuk berdoa dan

sebagai wujud syukur kepada Tuhan YME. Ketiga, tradisi Kirab merupakan salah

satu media dakwah yang digunakan para wali dalam rangka menyebarkan ajaran

Islam kepada masyarakat.

3.3 Pemaknaan dalam Perspektif Semiotika C.S. Pierce

Setelah melihat pemaknaan Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton Kasunanan

Surakarta Menurut Perspektif masyarakat setempat, dalam sub bab ini akan

membahas tentang pemaknaan dengan membongkar tanda – tanda semiotika Charles

Sanders Pierce tentang Ikon, Indeks, dan Simbol yang terdapat dalam tradisi Kirab.

3.3.1 Ikon dalam Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton Kasunanan Surakarta

Dalam teori semiotika C.S Pierce, Ikon adalah tanda yang secara Inheren

memiliki kesamaandengan arti yang ditunjuk. Misalnya sebuah foto dengan objek

fotonya, atau sebuah peta dengan daerah geografisnya.

Ikon yang terdapat dalam Upacara Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton

Kasunanan Surakarta adalah Hewan Kerbau Bule yang bernama Kyai Slamet. Kerbau

tersebut menjadi sosok sentral dalam upacara kirab ini. Ada beberapa hal yang

menarik dari sosok kerbau ini, selain karena memiliki bentuk dan warna fisik yang

berbeda dengan seekor kerbau biasa, kerbau Kyai Slamet juga dianggap keramat oleh

masyarakat Surakarta dan sekitarnya pada saat upacara kirab. Bagi masyarakat Solo,

dan kota-kota di sekitarnya, seperti Karanganyar, Sragen, Boyolali, Klaten,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

69

Sukoharjo, dan Wonogiri, kebo bule Kyai Slamet bukan lagi sebagai hewan yang

asing. Setiap malam 1 Sura menurut penanggalan Jawa, atau malam tanggal 1

Muharam menurut kalender Islam (Hijriah), sekawanan kebo keramat ini selalu

dikirab, menjadi cucuk lampah sejumlah pusaka keraton.

Berbeda dengan kirab kirab yang dilakukan di berbagai daerah pada saat

tanggal 1 Muharam. hanya di Keraton Kasunanan Surakartalah yang menggunakan

sosok binatang. Hal ini terjadi karena Keraton Kasunanan juga menganggap sosok

Kerbau Kyai Slamet merupakan hewan kesayangan Susuhunan yang dianggap

keramat. Selain itu, pada saat kirab berlangsung orang-orang menyikapi kekeramatan

kerbau Kyai Slamet sedemikian rupa, sehingga cenderung tidak masuk akal. Mereka

berjalan mengikuti kirab, saling berebut berusaha menyentuh atau menjamah tubuh

kebo bule. Tak cukup menyentuh tubuh kebo, orang-orang tersebut terus berjalan di

belakang kerbau, menunggu sekawanan kebo bule buang kotoran.

Begitu kotoran jatuh ke jalan, orang-orang pun saling berebut

mendapatkannya. Tidak masuk akal memang. Tapi mereka meyakini bahwa kotoran

sang kerbau akan memberikan berkah, keselamatan, dan rejeki berlimpah. Mereka

menyebut berebut kotoran tersebut sebagai sebagai tradisi ngalap berkah atau mencari

berkah Kyai Slamet.

Dari sanalah dapat dilihat peranan sentral dari Kebo Kyai Slamet. Selain

berbeda dari bentuk dan warna fisiknya, keunikan yang lain yaitu kekeramatan hewan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

70

ini yang sudah diyakini dalam tradisi masyarakat setempat menjadikan Kebo Kyai

Slamet Ikon dalam kirab. Maka dari itu penamaan tradisi kirab satu suro di Keraton

Kasunanan Surakarta sering disebut Kirab Kebo Kyai Slamet karena dalam kirab

yang menjadi Ikonnya adalah sosok Kebo Kyai Slamet.

3.3.2 Indeks dalam Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton Kasunanan Surakarta

Dalam teori semiotika C.S Pierce, Indeks adalah tanda yang mengandung

hubungan kausal dengan apa yang ditandakan. Misalnya Asap yang menandakan

adanya api, atau mendung yang menandakan akan turun hujan.

Pada Upacara Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton Kasunanan Surakarta juga

terdapat indeks – indeks yang menjadi sebuah tanda pada saat proses upacara Kirab

Kebo Kyai Slamet berlangsung. Indeks – Indeks tersebut sebagai berikut.

a. Upacara Perarakan Pusaka Keraton

Upacara Perarakan Pusaka Keraton merupakan sebuah indeks dalam

upacara Kirab Kebo Kyai Slamet. Upacara ini diperingati dengan kegiatan

kirab mengililingi beteng keraton. Dimulai dari kompleks Kemandungan

Utara melalui gerbang Brojonolo kemudian mengintari seluruh kawasan

keraton dengan arah berlawanan arah putaran jarum jam dan berakhir di

halaman Kemandungan Utara. Dalam profesi pusaka keraton menjadi bagian

utama pada barisan terdepan termasuk juga Kebo Kyai Slamet baru kemudian

diikuti para pembesar keraton, kerabat dan jajaran keraton yang lengkap

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

71

dengan pakaian keratonnya, dan akhirnya oleh masyarakat. Hal ini dimaknai

oleh masyarakat keraton sebagai lambang penghormatan terhadap pusaka

pusaka yang selama ini telah menjadi pelindung keraton.

Upacara ini merupakan indikasi dalam Tradisi Kirab Kebo Kyai

Slamet. Karena dengan adanya rangkaian upacara ini, masyarakat dapat

mengetahui bahwa sedang berlangsungnya Upacara Keirab Kebo Kyai

Slamet.

b. Upacara Ngalap Berkah

Upacara ngalap berkah atau mencari berkah merupakan indeks dalam

Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton Kasunanan Surakarta. Walaupun dalam

upacara kirab kirab di daerah lain juga ada tradisi ngalap berkah, namun yang

menjadikan indeks dalam upacara kirab Kebo Kyai Slamet Keraton

Kasunanan Surakarta adalah cara ngalap berkah yang berbeda dan unik.

Masyarakat sekitar yang mengikuti upacara kirab memiliki cara unik saat

melakukan prosesi ngalap berkah, yaitu dengan berjalan mengikuti kirab,

saling berebut berusaha menyentuh atau menjamah tubuh kebo bule. Tak

cukup menyentuh tubuh kebo, orang-orang tersebut terus berjalan di belakang

kerbau, menunggu sekawanan kebo bule buang kotoran. Begitu kotoran jatuh

ke jalan, orang-orang pun saling berebut mendapatkannya. Tidak masuk akal

memang. Tapi mereka meyakini bahwa kotoran sang kerbau akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

72

memberikan berkah, keselamatan, dan rejeki berlimpah. Mereka menyebut

berebut kotoran tersebut sebagai sebagai tradisi ngalap berkah atau mencari

berkah Kyai Slamet.

Masyarakat mempercayai bahwa kebo bule tersebut memiliki suatu

spirit (kekuatan) dan dianggap keramat sehingga dipercaya dapat membawa

berkah pada mereka. Dari hal tersebut maka banyak masyarakat yang

melakukan tindakan irasional seperti memegang tubuh kebo dan berebut

kotoran kebo yang dipercaya dapat menimbulkan berkah pada mereka. Dari

tindakan tersebut yang dilakukan seseorang akan ditiru oleh orang-orang lain

yang juga mengharapkan berkah dari kebo tersebut.

Upacara ini juga merupakan indikasi dalam Tradisi Kirab Kebo Kyai

Slamet. Karena dengan adanya rangkaian upacara ngalap berkah , masyarakat

dapat mengetahui bahwa sedang berlangsungnya kirab Kebo Kyai Slamet.

3.3.3 Simbol dalam Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton Kasunanan Surakarta

Yang dimaksud dengan Simbol atau biasa disebut tanda dalam teori C.S

Pierce adalah suatu tanda yang memiliki hubungan makna dengan yang ditandakan

bersifat arbriter, sesuai dengan konvensi suatu lingkungan sosial tertentu. Dalam sub

bab ini tidak akan dikaji semua simbol yang ada dalam upacara Kirab Kebo Kyai

Slamet hanya akan disebutkan beberapa dari bagian bagiannya yang telah

digolongkan berdasarkan wujud kebudayaan berdasarkan Koentjaraningrat, (2003 :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

73

74 ) J.J Honingmann yaitu ideas (ide), activities (sistem sosial) dan artifacts (wujud

fisik).

1. Ideas (ide)

Wujud tersebut menunjukann wujud ide dari kebudayaan, sifatnya

abstrak, tak dapat diraba, dipegang ataupun difoto, dan tempatnya ada di alam

pikiran warga masyarakat dimana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup.

Budaya ideal mempunyai fungsi mengatur, mengendalikan, dan memberi arah

kepada tindakan, kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat sebagai

sopan santun. Kebudayaan ideal ini bisa juga disebut adat istiadat.

Dalam tradisi kirab kebo Kyai Slamet budaya yang berbentuk ide ini

dapat dilihat dalam bentuk simbol berupa Doa- doa yang digunakan dalam

upacara Kirab Pusaka bersifat sinkretis, artinya merupakan perpaduan antara

doa-doa yang digunakan dalam agama Hindu dan Islam dengan menggunakan

bahasa Arab, Kawl (jawa kuna) dan Jawa Baru. Ada doa utama dalam Upacara

Kirab Pusaka, yaitu : Doa Caos Dhahar dan Wilujengan untuk mengawali dan

mengakhiri Kirab Pusaka. Doa doa ini merupakan simbol dari ucapan syukur

kepada Sang Pencipta melalui komunikasi pribadi dalam bentuk ucapan mantra

yang mengandung makna tertentu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

74

2. Activities (sistem sosial)

Wujud tersebut dinamakan sistem sosial, karena menyangkut tindakan

dan kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud ini bisa diobservasi,

difoto dan didokumentasikan karena dalam sistem ssosial ini terdapat aktivitas-

aktivitas manusia yang berinteraksi dan berhubungan serta bergaul satu dengan

lainnya dalam masyarakat. Bersifat konkret dalam wujud perilaku dan bahasa.

Dalam tradisi kirab kebo Kyai Slamet budaya yang berbentuk sistem

sosial dapat dilihat dalam bentuk simbol berupa sesaji. Terdapat berbagai Sesaji

pada saat berlangsungnya upacara Kirab Kebo Kyai Slamet. Dari setiap sesaji

mengandung simbol simbol tersendiri. Sesaji yang digunakan pada waktu

pelaksanaan upacara kirab tersebut terbagi menjadi 3 bagian yaitu sesaji

sebelum pelaksanaan, sesaji pada waktu pelaksanaan dan sesaji pada waktu

wilujengan. Simbol sesaji dan bentuk bentuknya sudah dipaparkan pada bab dua

secara detail. Pada intinya keseluruhan sesaji yang disajikan pada saat upacara

Kirab merupakan simbol ucapan terima kasih dalam bentuk hasil hasil alam

kepada alam semesta dan Sang Pencipta atas rahmat hidup yang diberikan.

3. Artifacts (wujud fisik).

Wujud ini disebut juga kebudayaan fisik, dimana seluruhnya

merupakan hasil fisik. Sifatnya paling konkret dan bisa diraba, dilihat dan

didokumentasikan. Contohnya : candi, bangunan, baju, kain komputer dll.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

75

Dalam tradisi kirab kebo Kyai Slamet budaya yang berbentuk artifact dapat

dilihat dalam bentuk simbol berupa

a. Kebo Bule

Hewan Kebo Bule yaitu Kebo Kyai Slamet menjadi sebuah simbol

keselamatan yang diyakini oleh masyarakat setempat. Seperti yang sudah

dipaparkan pada pembahasan pembahasan sebelumnya, Kebo Kyai Slamet

dianggap memiliki kekuatan sakral yang dapat menghasilkan berkah.

Penyimbolan ini merupakan bagian dari jenis budaya artifact. Masyarakat

membentuk suatu budaya dengan mempercayai suatu dari bentuk fisik, bentuk

nyata yang dapat dilihat. yaitu hewan kebo bule tersebut

b. Pakaian Kirab

Pakaian yang digunakan terdiri dari empat yaitu jarik, beskap dan

kebaya hitam, samir dan gajah Ngoling. Jarik sebagai simbol keagungan

keluarga kerajaan mataram, Beskap dan kebaya hitam warna hitam

melambangkan keagungan dan keabadian serta kesempurnaan. Warna hitam

juga dimaknai sebagai bentuk simbol keteguhan hati dan cita- cita yang luhur

dalam melaksanakan upacara dari leluhur. Samir warna merah, kuning dan

gajah Ngoling. Samir warna merah dimaksudkan sebagai lambang keberanian

dan keuletan, warna kuning melambangkan kemakmuran dan ketentraman

hidup manusia. Selain itu warna kuning juga mengandung arti penolak balak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

76

dari makhluk halus dan roh jahat. Gajah Ngoling adalah rangkaian bunga melati

yang dibentuk setengah lingkaran dan dipakai ditelingan bagi yang akan

ngampil dan buntar pusaka. Bunga melati melambangkan kesucian.

Penyimbolan ini merupakan bagian dari jenis budaya artifact. Masyarakat

membentuk suatu budaya dengan mempercayai sesuatu dengan melihat bentuk

nyata yaitu berupa pakaian dan motif motifnya.

3.4 Rangkuman

Dilihat dari segi pemaknaannya, tradisi Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton

Kasunanan Surakarta terdapat perbedaan dari perspektif masyarakat yang

memaknai tradisi ini dari sudut pandang sejarah dan tradisi warisan. Sedangkan

dari perspektif semiotika C.S. Pierce pemaknaan kirab dapat dilihat melalui

analisis Ikon, Indeks, dan Simbol yang terdapat dalam tradisi tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

77

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pelaksanaan upacara tradisi Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton Kasunanan

Surakarta yang dilaksanakan di lingkungan istana Kasunanan Surakarta merupakan

tradisi yang sudah lama dilakukan. Pada awalnya tradisi ini bertujuan untuk

memperingati datangnya tahun baru dalam penanggalan Jawa (1 Suro) dengan

berbagai macam kegiatan. Misalnya kungkum di sungai atau sendang. tirakatan tidak

tidur semalam suntuk. Berpuasa dan lain sebagainya.

Kirab yang dilaksanakan di Keraton Kasunanan Surakarta juga memiliki cara

yang berbeda. Keraton melakukan Kirab Kebo Bule yang sering disebut Kebo Kyai

Slamet. Kerbau tersebut bagi masyarakat keraton dan masyarakat setempat diyakini

mempunyai kekuatan sakral yang sudah diturunkan oleh Kyai Slamet. Selain itu tata

cara yang berbeda juga dimiliki Keraton Kasunanan Serakarta dalam melakukan

Kirab. Mulai dari cara perarakan, peralatan yang digunakan, sampai adanya upacara

Ngalap Berkah kotoran Kebo Kyai Slamet. Bagi masyarakat tradisi ngalap berkah

merupakan momen yang ditunggu – tunggu dalam upacara Kirab Kebo Kyai Slamet.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

78

Sebagian masyarakat percaya dengan mengikuti upacara Ngalap Berkah, mereka

akan mendapatkan berkah dan diberi kelimpahan rejeki.

Tradisi Kirab Kebo Kyai Slamet merupakan sebuah tradisi yang dihasilkan

dari kepercayaan masyarakat. Maka dari itu didalamnya pun terdapat maksud dan

tujuan kenapa diadakan Kirab. Masyarakat mempunyai tujuan tersendiri mengikuti

upacara kirab. Selain sebagai tradisi yang sudah turun temurun diwariskan, upacara

kirab ini juga sudah menjadi suatu ikon kebudayaan tersendiri bagi masyarakat

Surakarta. Selain itu, Tradisi Kirab bukan sebuah tradisi biasa akan tetapi merupakan

sebuah tradisi yang mengandung nilai yang bersifat adi luhur, yaitu nilai historis, nilai

edukasi dan nilai religius. Nilai-nilai yang dianggap berharga dan penting tersebut

masih bersifat abstrak. Oleh karena itu nilai-nilai tersebut kemudian diwujudkan

dalam bentuk norma. Norma merupakan aturan-aturan dengan sanksi-sanksinya yang

dimaksudkan untuk mengatur masyarakat guna mencapai nilai-nilai yang dianggap

berharga dan penting tersebut. Seperti nilai yang terkandung pada tradisi Kirab antara

lain yaitu nilai religious, nilai historis, dan nilai edukasi.

Pada masa sekarang tradisi Kirab oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

dijadikan paket wisata. Upacara tradisi Kirab merupakan salah satu bentuk upacara

tradisi kolektif yang masih dapat bertahan karena dalam pelaksanaannya masyarakat

selalu menunggu datangnya hari tersebut selain sebagai bentuk refleksi baik secara

individu maupun kelompok berfungsi juga sebagai ajang mawas diri untuk menjadi

manusia yang lebih baik. meneruskan tradisi leluhur dan lain sebagainya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

79

Selain mengandung nilai nilai, tradisi Kirab Kebo Kyai Slamet juga

mengandung berbagai bentuk makna. Tradisi Kirab dimaknai sebagai acara dalam

rangka menyambut bulan Suro sebagai bentuk penyembahan kepada Tuhan YME,

yaitu untuk berdoa dan sebagai wujud syukur kepada Tuhan YME. Selain itu tradisi

Kirab merupakan salah satu media dakwah yang digunakan para wali dalam rangka

menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat. Demikianlah pemaknaan kirab dari

pandangan masyarakat setempat.

Selain dari masyarakat setempat, pemaknaan Tradisi Kirab Kebo Kyai Slamet

juga dapat dilihat dari sudut pandang keilmuan. Melalui teori Semiotika C.S Pierce,

dengan membongkar tanda – tanda semiotika C.S Pierce tentang Ikon, Indeks, dan

Simbol yang terdapat dalam tradisi Kirab. Melalui teori ini dapat dilihat tiga hal

tersebut. Ikon yang ada dalam Upacara Kirab Kebo Kyai Slamet adalah Seekor

Kerbau Bule atau Kerbau Albino yang sering disebut Kebo Kyai Slamet. Binatang ini

menjadi Ikon karena memiliki peranan sentral dalam upacara Kirab sehingga menjadi

sebuah Ikon dan menjadi sebuah nama dalam pelaksanaan Upacara Kirab di Keraton

Kasunanan Surakarta. Kirab Kebo Kyai Slamet juga mempunyai sebuah indeks

sebagai tanda yang mengindikasikan bahwa tradisi ini hanya dapat ditemukan pada

Upacara Kirab Kebo Kyai Slamet yaitu pada Upacara Perarakan Pusaka Keraton, dan

Juga Tradisi Ngalap Berkah Kotoran Kebo Kyai Slamet. Kedua hal ini menjadi

sebuah indeks yang mengandung makna tersendiri dari tradisi Kirab Kebo Kyai

Slamet. Dan yang terakhir adalah simbol simbol dalam Kirab Kebo Kyai Slamet.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

80

Terdapat banyak sekali simbol – simbol antara lain yang terdapat pada Hewan

Kerbau Bule sebagai simbol keselamatan, Pakaian Kirab sebagai simbol warga

kerajaan dan juga kesucian, Sesaji sebagai simbol ucapan terimakasih kepada Sang

Pencipta dan alam semesta dalam bentuk hasil alam, dan Doa – doa dalam bentuk

mantra yang bermakna sebagai simbol komunikasi ucapan syukur kepada Sang

Pencipta.

4.2 Saran

Keraton Kasusanan Surakarta memahami benar bahwa tradisi Kirab Kebo

Kyai Slamet mengandung makna dan nilai yang bersifat adi luhur. Makna dan nilai

tersebut dianggap sesuatu yang berharga dan penting dalam hidup serta dijadikan

pedoman untuk bersikap dan berperilaku. Oleh karena itu, semoga keraton selalu

berusaha mempertahankan tradisi Kirab Kebo Kyai Slamet ditengah-tengah

masyarakat. Selain itu semoga pihak keraton dapat memberikan edukasi kepada

masyarakat tentang pemaknaan kirab. Supaya makna dan nilai historis kirab yang

kurang tersampaikan secara utuh kepada masyarakat tidak menimbulkan interpretasi

yang berbeda dan membentuk persepsi masyarakat yang berlebihan. Dampaknya

adalah masyarakat dalam memaknai tradisi Kirab Kebo Kyai Slamet hanya

berdasarkan persepsi mereka masing-masing tanpa mengerti dan memahami makna

sebenarnya dari tradisi Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton Kasunanan Surakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

81

DAFTAR PUSTAKA

Aart van Beek (1990). Images of Asia: "Life in the Javanese Kraton". Singapore:

Oxford University Press. ISBN 979-497-123-5.

Bratasiswara, Harmanto. (2000). Bauwarna Adat Tata Cara Jawa. Jakarta: Yayasan

Suryo Sumirat

Christomy, T. dan Untung Yuono. 2004. Semiotika Budaya. Jakarta : Pusat Penelitian

Kemasyarakatan dan Budaya, Universitas Indonesia

Hadisiswaya,A.M. (2009). Filosofi Wahyu Keraton. Klaten : CV.Sahabat.

Littlejohn, Stephen W. (1998). Theories of Human Communication. United States of

America: Wadsworth Publishing Company

Partana, Paina dan, Sugiyanto. (2011). Adiluhung: Kajian Budaya Jawa. Surakarta:

Institut Javanologi

Periplus Edition Singapura (1997). Periplus Adventure Guide "Java Indonesia".

Periplus Singapura

Pettinasarany, Sally. 1996. Dasar – Dasar Semiotika. Jakarta : Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Purnamasari, Riza Ayu. (2014). Fenomena Kebo Bule di Keraton Kasunanan

Surakarta. Skripsi S1 Prodi Ilmu Komunikasi FISIP UNS Surakarta

Ramayulis. (2002). Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia

Rochwulaningsih, Yety. dkk. 2007. Penulisan dan Penulisan Upacara Tradisional Di

Surakarta. Subdin Kebudayaan. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi

Jawa Tengah

Rudianto, A. (2011, 27 November). Kirab 1 Suro. Solopos. Diperoleh 19

Januari2012, dari http://www.solopos.com/2011/feature/kirab-1-sura-126073

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

82

Rusmiyatun, Siti. 2001. Upacara Kirab Kyai Slamet: Kajian Historis dan Fungsi

Upacara Dalam Kehidupan Masyarakat Keraton Surakarta Hadiningrat.

Skripsi Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Saussure, de Ferdinand. 1988. Pengantar Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada

University Perss

Soeratman, D. (2000). Kehidupan Dunia Keraton Surakarta 1830-1939. Yogyakarta:

Yayasan untuk Indonesia

Sri Ahimsa Putra, Heddy. 1999. “Strukturalisme Levi Strauss untuk Arkeologi

Semiotik”. dalam Humaniora no 12. Jogjakarta: Fakultas Sastra Universitas

Gadjah Mada. Studi Antropologi. Program Pasca SarjanaUniversitas Gadjah

Mada

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta : Duta

Wacana University Perss

Sujiman, Panuti dan Art Van Zoes. 1992. Serba Serbi Semiotika. Jakarta : Gramedia

Pertaka Utama

Susanto, Lies Heri, dkk. (2010). Pemangku Budaya Yang Berwawasan Nusantara.

Surakarta: Aditya Communication

Taum, Yoseph Yapi. (2011). Studi Sastra Lisan. Yogyakarta: Penerbit Lamalera

Tim Penulis Solopos. (2004). Di Balik Suksesi Keraton Kasunanan

Surakarta.Surakarta: PT. Aksara Solopos

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

83

DAFTAR INFORMAN

1. Bapak Lurah Baluwarti. (Bapak Lh/16/02/2017)

2. Remaja Baluwarti atas nama Mega. (Mg/16/02/2017)

3. Ibu rumah tangga Kelurahan Baluwarti atas nama Ibu Siti. (Ibu

St/16/02/2017)

4. Pedagang atas nama Ibu Puji. (Ibu Pj/17/02/2017)

5. Penarik becak atas nama Bapak Hadi. (Bapak Hd/07/02/2017)

6. Tokoh masyarakat atas nama Bapak Joko. (Bapak Jk/18/02/2017)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: TRADISI KIRAB KEBO KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN …

84

BIOGRAFI PENULIS

Nicolaus Ade Prasetyo atau lebih akrab dipanggil

dengan panggilan Nico, lahir di Solo, Jawa Tengah, 11

Juni 1992.

Lulus SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta

tahun 2011. Setelah itu sempat mengenyam kuliah di

Institut Seni Indonesia Surakarta jurusan Desain. Pada

tahun 2013 melanjutkan pendidikannya di Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta jurusan Sastra Indonesia.

Pada pengerjaan tugas akhir untuk memenuhi syarat gelar sarjana, penulis

memilih mengambil topik skripsi budaya. Yang dibahas dalam tugas akhirnya

adalah tentang fenomena tradisi Kirab Kebo Kyai Slamet di Keraton

Kasunanan Surakarta. Dengan judul tugas akhir “TRADISI KIRAB KEBO

KYAI SLAMET KERATON KASUNANAN SURAKARTA : SEJARAH DAN

PEMAKNAANNYA DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DAN

SEMIOTIKA C.S. PIERCE.”

Selamat membaca, apabila ada saran dan masukan berkaitan dengan hasil

tugas akhir ini, bisa dikirimkan kepada penulis melalui emai

[email protected]. Terima kasih, Berkah Dalem.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI