82
TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Desa Tanakaraeng Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Ahwal Syakhsiyah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh Asmirawati 105 2611 041 16 PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSIYAH FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1441H/2020M

TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

(Studi Kasus di Desa Tanakaraeng Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

pada Program Studi Ahwal Syakhsiyah Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

Asmirawati

105 2611 041 16

PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSIYAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

1441H/2020M

Page 2: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Page 3: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Page 4: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Page 5: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Page 6: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

iv

KATA PENGANTAR

Assalaamu Alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirabbil‘alamin, Segala Puji hanya milik Allah SWT yang

Maha Pengasih lagi Maha Pengampun, yang Maha Mulia lagi Maha

Perkasa, Rabb yang telah melimpahkan segala rezki dan kasih sayang-Nya

kepada semua makhluk-Nya di alam semesta ini.

Shalawat serta salam pun senantiasa dipersembahkan kepada

kekasih dan panutan kita, Rasulullah Muhammad Saw, sosok yang tiada

mewariskan dinar maupun dirham, melainkan berupa ilmu yang

bermanfaat. Atas berkat rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis

dengan segala kelebihan dan kekurangan dapat menyelesaikan skripsi ini

sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Program Studi

Ahwal Syakhsiyah di Universitas Muhammadiyah Makassar dengan judul

“Tradisi Angngiori dalam perspektif Islam”.

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis

meminta kepada para pembaca agar senantiasa dapat memberikan kritik

dan saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaan skripsi ini.

Skripsi ini saya persembahkan khusus untuk orang tua dan suami

tercinta dan yang saya hormati, serta saudara-saudaraku yang telah

Page 7: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

v

memberikan dorongan moril, materil dan spiritual serta do’a restu kepada

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Rahman Rahim, SE.,MM. selaku rektor dan

segenap birokrasi institute yang telah menyediakan fasilitas dan

kemudahan berupa instrument-instrument Unismuh, dimana penulis

menimba ilmu.

2. Syaikh Dr.(HC) Muhammad Muhammad Thayyib Khoory Donatur AMCF

beserta jajarannya atas semua bantuan dan kerjasamanya.

3. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I. Dekan Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Makassar, para wakil dekan, staf pengajar

dan seluruh karyawan yang telah memberikan bantuan kepada penulis

selama mengikuti pendidikan di program studi di pendidikan di Ahwal

Syakhsiyah Unismuh Makassar

4. H. Lukman Abd Shamad, Lc. Mudir Ma’had Al-Birr Universitas

Muhammadiyah Makassar beserta jajarannya atas semua bantuan dan

kerjasamanya.

5. Dr. M. Ilham Muchtar, Lc, MA selaku ketua Program Studi S1 Ahwal

Syahsiyah bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama

mengikuti pendidikan di Ahwal Syakhsiyah Unismuh Makassar.

6. Dr. Azwar Kamaruddin, Lc., M.A. selaku Pembimbing I dan Dr.

Muhammad Ali Bakri, M.Pd. selaku pembimbing II atas segala

Page 8: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

vi

bimbingan dan perhatiannya di sela-sela kesibukannya serta

memberikan masukan dan arahan-arahan yang bermanfaat bagi penulis

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Dosen serta Staf Program Studi Ahwal Syakhsiyah Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan bantuan, bimbingan,

pengetahuan dan keterampilan yang bermanfaat bagi penulis selama

mengikuti pembelajaran,.

8. Para dosen yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas segala

bimbingan dan ilmu yang diajarkan kepada penulis selama di bangku

perkuliahan, semoga menjadi amal jariyah yang diterima Allah swt.

9. Kepada seluruh teman-teman di Mahad Al-Birr khususnya di jurusan

Ahwal Syakhsiyah Fakultas Agama Islam terkhusus teman-teman

angkatan 2016 dan segenap pengurus Himaprodi Ahwal Syakhshiyah

periode 2018-2019 yang telah bersama-sama menjalani perkuliahan

dengan suka dan duka.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan semoga

kebaikan serta bantuan yang telah diberikan kepada penulis akan diberikan

balasan yang setimpal oleh Allah Azza Wa Jalla dengan sebaik-baik

balasan.

Makassar, 10 September 2020

Penulis

Page 9: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

ABSTRAK

Nama : Asmirawati,105261104116.2020. Tradisi Angngiori dalam perspektif Islam. Skripsi. Program Studi Ahwal Syakhshiyah(Hukum Keluarga), Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Azwar Kamaruddin dan Muhammad Ali Bakri

Pokok permasalahan yang akan diteliti pada skripsi ini yaitu bagaimana Tradisi Angngiori dalam Perspektif Hukum Islam (studi kasus di Desa Tanakaraeng Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa). Kemudian dijabarkan kedalam submasalah yaitu bagaimana gambaran tradisi Angngiori yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tanakaraeng Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa? dan bagaimana pelaksanaan serta pengaruhnya pada masyarakat Desa Tanakaraeng.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif lapangan yang digunakan adalah : metode pendekatan ilmu ushul fiqh. Adapun sumber data penelitian ini adalah Tokoh agama, pemerintah dan masyarakat Desa Tanakaraeng disemua dusun yang berjumlah 3 (tiga) dusun. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi. Kemudian instrumen penelitian yang dipakai dalam Penelitian, adalah pedoman wawancara, buku tulis, alat tulis dan Kamera. Selanjutnya analisis data tersebut di tulis secara deskriptif guna memberikan pemahaman yang jelas dan terarah dari hasil penelitian dan menarik kesimpulan.

Hasil penelitian tersebut memberikan kita penjelasan bahwa dalam pelaksanaan tradisi Angngiori memiliki nilai positif dan negatif, hal tersebut dilihat karena adat Angngiori membantu dalam hal sosial ekonomi terhadap kelengkapan pesta, disisi lain seseorang akan terikat dalam memenuhi undangan dikarenakan adanya pencatatan nominal, maka kami ingin memperjelas hukum dari tradisi Angngiori itu sendiri, apakah dia termasuk hadiah atau hutang. Karena tidak jarang tradisi ini menimbulkan cibiran dan rasa kecewa dari masyarakat terhadap pelaku. Angngiori bukanlah ajaran Islam namun masuk kedalam urf´ sehingga apabila masyarakat yang melakukan tradisi Angngiori benar benar ikhlas tanpa mengharapkan balasan maka tradisi Angngiori hukumnya sunnah.

Kata kunci: Tradisi, Angngiori, Hukum Islam.

Page 10: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

ABSTRACT

Name: Asmirawati, 105261104116.2020. The Angngiori tradition in an Islamic perspective. Essay. Ahwal Syakhshiyah Study Program (Family Law), Faculty of Islamic Religion, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Azwar Kamaruddin and Muhammad Ali Bakri.

The main problem that will be examined in this thesis is how the Angngiori Tradition in Islamic Law Perspective (case study in Tanakaraeng Village, Manuju District, Gowa Regency). Then it is translated into sub-problems, namely how is the description of the Angngiori tradition carried out by the people of Tanakaraeng Village, Manuju District, Gowa Regency? and how its implementation and influence on the people of Tanakaraeng Village.

This research is a type of qualitative field research used is: The method of the ushul fiqh approach. The data sources of this study were religious leaders and the people of Tanakaraeng Village in all 3 (three) hamlets. The data collection methods used were interviews and observation. Then the research instruments used in the study were interview guides, notebooks, stationery and cameras. Furthermore, the data analysis is written descriptively in order to provide a clear and directed understanding of the research results and draw conclusions.

The results of this study, it provides us with an explanation that in carrying out the Angngiori tradition it has positive and negative values, this is seen because the Angngiori custom helps in socio-economic terms with the completeness of the party, on the other hand someone will be bound to fulfill the invitation due to nominal recording, but sometimes There are also people who do not Angngiori or do not return according to expectations so that there is ridicule and insults for the community. With this incident Angngiori will not feel disappointed in the teachings of Islam so that if people who do the Angngiori tradition are truly sincere without expecting anything in return, then the Anggigiori tradition of law is changed.

Keywords: Tradition, Angngiori, Islamic Law.

Page 11: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................... iii

BERITA ACARA MUNAQASYAH .............................................................. iv

PERYATAAN KEASLIAN ......................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................. vi

ABSTRAK .................................................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar belakang Masalah ............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 9

A. Tradisi .......................................................................................... 9

1. Pengertian dan Fungsi Tradisi ................................................. 9

2. Tradisi Menurut Islam ............................................................. 10

3. Macam-macam Al-‘Urf ............................................................ 11

4. Kedudukan al-‘Urf Sebagai Sumber Hukum ........................... 13

5. Syarat-syarat Pemakaian Al-‘Urf Sebagai Sumber Hukum ..... 15

B. Angngiori ..................................................................................... 16

1. Pengertian ............................................................................ 16

Page 12: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

v

2. Jenis-jenis Angngiori ............................................................. 17

3. Pandangan syariat tentang Angngiori ................................... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 20

A. Lokasi dan Jenis Penelitian ......................................................... 20

B. Instrumen Penelitian ................................................................... 21

C. Metode Pengumpulan Data......................................................... 23

D. Metode Pengolahan dan Analsis Data ........................................ 24

BAB IV TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

(STUDI KASUS DI DESA TANAKARAENG KECAMATAN MANUJU

KABUPATEN GOWA) ............................................................................... 26

A. Gambaran umum lokasi penelitian dan pemahaman masyarakat

tentang tradisi Angngiori ............................................................ 26

B. Pelaksanaan dan pengaruh tradisi Angngiori dalam kehidupan

masyarakat ................................................................................ 30

C. Angngiori Hutang ataukah Hadiah ............................................. 39

D. Tradisi Angngiori dalam perspektif hukum islam.......................40

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN ............................ 56

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 58

LAMPIRAN ................................................................................................ 62

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................

Page 13: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah mahluk sosial, di dalam kehidupan

senantiasa saling berkaitan dan saling membutuhkan satu sama lain.

Dalam kehidupan sehari hari manusia tidak dapat hidup sendiri atau

mencukupi kebutuhan sendiri, meskipun dia memiliki kedudukan dan

kekayaan, kerjasama sosial merupakan syarat untuk kehidupan yang baik

dalam masyarakat yang saling membutuhkan.

Sebagaimana firman Allah subhanahu wataala surah At-

taubah ayat 71:

وف ر ع م ال ون ب ر م أ ض ي اء بع ي ل و م أ ه ض ات بع ن م ؤ م ال ون و ن م ؤ م ال و

ل ون الص يم ق ي ر و ك ن م ن ال ن ع و ه ن ي و اة ك ون ال ؤ ي و ن ة عو ي ط ي و

إن ئك سيرحمهم ٱلل ورسولهۥ أول كوة ويطيعون ٱلل لوة ويؤون ٱل ويقيمون ٱلص

عي حكيم ٧ ١٧ٱلل

Terjemahan :

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan

perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi

penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka

1Lihat Kementrian Agama RI, Al-Bayan, (Nur Ilmu : Surabaya,2017) h.198

Page 14: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

2

menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari

yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat

dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka

itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya

Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana2”

Dalam hadits Rasulullah Saw:

عنه عن عليه وسلم أبي هريرة رضي الل صلى الل من قال عن النبي

نـفس عن مؤمن كـربة من كرب الدنيا ، نـفس الله عنه كـربة من كـرب

يوم القيامة، ومن يسر علـى مـعسر ، يسـر الله عليه فـي الدنيا والخرة ،

فـي الدنيا والخرة ، والله فـي عون العبد ، سـره الله ومن سـر مسلمـا

.3ما كان العبد في عون أخيه

Artinya :

“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi

wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang melapangkan satu

kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allâh

melapangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barang

siapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan (dalam

masalah hutang), maka Allâh Azza wa Jalla memudahkan

baginya (dari kesulitan) di dunia dan akhirat. Barangsiapa

menutupi (aib) seorang Muslim, maka Allâh akan menutup

(aib)nya di dunia dan akhirat. Allâh senantiasa menolong

seorang hamba selama hamba tersebut menolong

saudaranya. (HR.Muslim).

Masyarakat Makassar adalah masyarakat yang kental akan

kebudayaan dan tidak lepas dari tradisi turun menurun. Tolong-menolong

2Lihat Kementrian Agama RI, Al-Bayan, (Nur Ilmu : Surabaya,2017) h.198 3 Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani. Subulussalam-Syarah Bulughul

Maram (Cet.4. Jakarta : Darus sunnah, 2019) h. 501

Page 15: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

3

merupakan salah satu hal yang sangat melekat, dan dikenal dengan

budaya siri’ na pacce.

Budaya itu sendiri berarti hasil buah budi manusia untuk

mencapai kesempurnaan hidup atau segala sesuatu yang diciptakan

manusia baik yang konkrit maupun abstrak4.Termasuk didalam budaya siri

na pacce salah satunya adalah “Tradisi Angngiori”, yang mana merupakan

wujud nyata dari prinsip gotong-royong yang dipegang oleh masyarakat

Makassar.

Meski budaya global telah banyak membawa perubahan di

seluruh penjuru tanah air namun masyarakat yang masih berpegang

teguh, tradisi ini berhasil bertahan, ini dikarenakan budaya siri’ na pacce

itu sendiri dapat diterima secara nasional, juga dikarenakan budaya ini

terdapat kesamaan di berbagai daerah di Indonesia.

Bagi masyarakat Makassar siri’ adalah sistem nilai yang

paling fundamental, kesadaran untuk memelihara siri’ merupakan hal yang

mutlak bagi setiap individu. Tidak ada hal yang paling berharga melebihi

siri’ apapun bisa dipertaruhkan termasuk jiwa sekalipun. Makna siri’

mendapat tambahan terkait dengan istilah Arab sirr berarti sembunyi ,

mengandung pengertian sesuatu yang tersembunyi yakni jati diri atau

kepribadian dan berarti juga rasa malu yang mendalam dan harga diri. Di

samping itu siri’ dimaknai pula dengan rasa malu jika tidak melakukan

4 Djoko Widagdho, dkk. Ilmu Budaya Dasar. (Cet. 2, Jakarta : Bumi Aksara,

1991) h. 20

Page 16: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

4

kebaikan, termasuk jika tidak menjalankan perintah agama atau jika

terlihat melakukan pelanggaran terhadap ajaran agama ataupun adat.5

Konsepsi tentang siri’ merupakan pijakan utama dalam

pembentukan cara pandang masyarakat Makassar tentang manusia. Nilai

hidup seseorang diukur melalui komitmennya terhadap siri’, seseorang

yang tidak memiliki kesadaran tentang siri’ tidak bisa dianggap sebagai

manusia yang bermartabat. Bahkan orang seperti ini dipandang sama

dengan binatang, dimata orang Makassar telah hilang kehormatan dan

dipandang orang hina

5 Nurman Said. Membumikan Islam di Tanah Bugis. ( Cet.1, Makassar :

Alauddin Press, 2011) h. 32,34,35

Page 17: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

5

Pacce mengandung makna belas kasih, setia kawan dan solidaritas

sosial. Kata pacce sering digandengkan dengan kata siri’ sehingga

menjadi siri’na pacce yang bermakna malu atau harga diri dan belas

kasih, kesadaran tentang pacce dikalangan masyarakat Makassar berakar

pada keyakinan tentang kesatuan sosial masyarakat yang diekspresikan

melalui ungkapan Abbulo Sibatang yang mengisyaratkan makna bahwa

manusia laksana sebatang bambu, dengan kata lain masyarakat

sesungguhnya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan

antara satu dengan yang lainnya.

Siri’ lebih menekankan pada implikasi individual tanpa

mengabaikan implikasi sosialnya sementara pacce lebih menekankan

implikasi sosial tanpa mengabaikan implikasi individualnya, artinya siri’

tanpa diimbangi pacce bisa menimbulkan kesan egoisme yang berlebihan

sedangkan pacce tanpa disertai siri’ dapat menimbulkan sikap alturistik

yang berlebihan. Dengan demikian pacce menjadi faktor penyeimbang

terhadap siri’ demikian pula sebaliknya.6

Angngiori adalah tradisi tolong menolong antar individu

masyarakat makassar dalam bentuk uang, emas, hewan ternak, bahkan

tanah dan ini diberikan secara simbolis dihadapan keluarga besar serta

disaksikan pemangku adat ketika seseorang mengadakan resepsi

pernikahan sunatan atau hajatan yang lain.

6 Nurman Said, Membumikan Islam di Tanah Bugis. h.36

Page 18: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

6

Hal ini sekilas tampak biasa, namun jika kita memahami lebih

dalam tentang tradisi ini akan kita temukan kenyataan yang ironi dengan

maksud dari solidaritas ini, karena pada akhirnya bentuk pemberian ini

dikemudian hari menyerupai hutang bagi penerima.

Dan sudah menjadi rahasia umum, serta beban individu

bahwa uang, ternak atau tanah yang diterima oleh pihak yg terdahulu

harus dilebihkan saat tiba masa pengembalian, Pengembalian tersebut

saat si pemberi mengadakan hajatan.

Sehingga tak jarang kita temukan masyarakat yang masih

terikat dan melakukan tradisi ini menjual asset bahkan meminjam ke

rentenir hingga ada yang merantau ke luar negeri menjadi tenaga kerja

semata mata terbebani dengan pangngioriang tersebut.

Jika kita lihat fenomena ini maka dapat kita simpulkan bahwa

tradisi ini sudah sangat bertolak belakang dengan prinsip dasar dari siri’

na pacce. Dan bagaimana pandangan syariat Islam akan hal ini, apakah

budaya ini termasuk pada hal yang mubah atau haram.

Dari uraian latar belakang diatas penulis tertarik untuk

melakukan penelitian lebih lanjut dalam bentuk skripsi penelitian ini

dengan judul “ Tradisi Angngiori Dalam Perspektif Islam”

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis mengungkapkan

pokok masalah tentang bagaimana tradisi angngiori dalam masyarakat

Page 19: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

7

Makassar. Adapun sub masalah dari pokok permasalahan tersebut

sebagai berikut:

1. Apa itu tradisi Angngiori ?

2. Bagaimana pelaksanaan dan pengaruh tradisi Angngiori dalam

kehidupan masyarakat di desa Tanakaraeng kecamatan manuju

kabupaten Gowa ?

3. Bagaimana pandangan syariat Islam terhadap tradisi Angngiori

dalam masyarakat di desa Tanakaraeng kecamatan manuju

kabupaten Gowa ?

C. Tujuan penelitian

Penulisan ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui pengertian tradisi Angngiori

2. Mengetahui pelaksanaan dan pengaruh tradisi Angngiori dalam

kehidupan masyarakat di desa Tanakaraeng kecamatan manuju

kabupaten gowa.

3. Mengetahui pandangan syariat Islam terhadap tradisi Angngiori

dalam masyarakat di desa Tanakaraeng kecamatan manuju

kabupaten gowa.

Page 20: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

8

D. Manfaat penelitian

Dengan adanya tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian

ini, maka diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan antara

lain :

1. Manfaat teoritis

Diharapkan dari penelitian ini bermanfaat pada perkembangan ilmu

pengetahuan khususnya tradisi yang ada pada masyarakat

Makassar. Hasilnya dapat dimanfaatkan lebih lanjut dengan baik,

sebagai bacaan bagi generasi penerus atau menjadi bahan acuan

dalam penelitian yang lebih lanjut, serta memberikan informasi bagi

pembaca tentang pandangan syariat Islam pada tradisi Angngiori.

2. Manfaat Praktis

Diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat Makassar dalam

pelaksanaan Angngiori dapat menimbang baik dan buruknya.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam

melakukan penelitian, serta menerapkan pengetahuan yang telah

diperoleh.

Page 21: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tradisi

1. Pengertian dan fungsi tradisi

Tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun (dari nenek

moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat7, berasal dari bahasa

latin trader yang mengandung beberapa pengertian, dan yang agak

mengena antara lain: menyampaikan; mengantarkan; mewariskan dan

menyalurkan. Dari kata dasar ini dalam kata “tradisi” terlihat adanya

proses yang berulang tentang sesuatu yang disampaikan, diwariskan dan

seterusnya dari masa lalu dan masih berlaku hingga masa sekarang.

Tetapi harus diakui pula bahwa tidak selamanya sebuah tradisi dapat

bertahan. Oleh karenanya dapat dimaklumi adanya pandangan skeptik

yang meyakini tradisi ada .8

Beberapa fungsi dari tradisi berikut ini

a. Penyedia fragmen warisan historis

Sebagai penyedia fragmen warisan historis yang kita

pandang bermanfaat. Tradisi yang seperti gagasan dan material yang bisa

dipergunakan orang dalam tindakan saat ini dan untuk membangun masa

depan dengan dasar pengalaman masa lalu

7 Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: kamus pusat bahasa, 2008) h.

1543 8 Djoko Widagdho, dkk. Ilmu Budaya Dasar, (Cet. 2, Jakarta : Bumi Aksara,

1991) h. 31,33

Page 22: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

10

b. Memberikan legitimasi pandangan hidup

Sebagai pemberi legitimasi pada pandangan hidup,

keyakinan, pranata dan aturan yang telah ada.semuanya ini

membutuhkan pembenaran,agar bisa mengikat anggotanya.

c. Menyediakan simbol identitas kolektif

Menyediakan simbol identitas kolektif yang meyakinkan,

memperkuat loyalitas primodial kepada bangsa, komunitas dan kelompok.

d. Sebagai tempat pelarian.

Untuk membantu sebagai tempat pelarian dari keluhan,

ketidakpuasan dan kekecewaan kehidupan modern. tradisi yang

mengesankan masa lalu yang lebih bahagia menyediakan sumber

pengganti kebanggaan jika masyarakat berada dalam kritis.9

2. Tradisi Menurut Islam

Dalam Islam tradisi dikenal dengan al- ‘urf

Al- ‘Urf secara etimologi berasal dari kata ‘arafa’, yu’rifu (

يعرف –)عرف sering diartikan dengan al- ma’ruf ( )المعروف dengan arti

“sesuatu yang dikenal. Atau berarti yang baik.kalau dikatakan فلن اولى

maksudnya ,(si fulan lebih baik dari yang lain dari segi ‘urf- nya) فلناعرفا

bahwa seseorang lebih dikenal dibandingkan dengan orang lain.

9Portal Media Pengetahuan Online. Diakses

https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/10/pengertian-tradisi-tujuan-fungsi-macam-macam-contoh-penyebab-perubahan.html pada 17 Februari 2020 pukul 08.50 Wita.

Page 23: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

11

pengertian dikenal ini lebih dekat kepada pengertian, diakui oleh orang

lain.10

Adapun dari segi terminologi pakar Ushul fikih Kata al-

‘urf mengandung makna sesuatu yang telah menjadi kebiasaan

kebanyakan manusia serta merupakan perbuatan yang telah umum dan

dikenal diantara mereka atau dapat pula didefinisikan sebagai sebuah

lafadz yang telah dikenal diantara manusia yang jika dimutlakan akan

mengarah pada makna khusus dimana tidak ada makna lain yang

terbetikdalam diri ketika mendengarkannya selain makna khusus tersebut,

selama tidak bertentangan dengan Al- Quran dan sunnah.

Dikatakan pula bahwa al ‘urf adalah sesuatu yang telah

tetap (konstan) dalam jiwa diakui dan diterima oleh akal, dan dia

merupakan hujjah serta mudah dipahami.11

3. Macam-macam al- ‘Urf

Para Ulama Ushul fiqh membagi al- ‘Urf kepada tiga

macam:

a. Dari segi objeknya :

1) Al-‘Urf al-Qauli (kebiasaan yang menyangkut ungkapan).

Adalah kebiasaan masyarakat dalam mempergunakan lafal

atau ungkapan tertentu dalam mengungkapkan sesuatu,

10 Totok Jumantoro, Samsul Munir Amin. Kamus Ilmu Ushul Fikih (Jakarta :

Amzah, 2009) h.333 11 Ali bin Muhammad bin Ali Al Jurjani, At Ta’rifaat (beirut, Darul kitab Al Arabi,

cet.1, 1405) h. 193.

Page 24: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

12

sehingga makna ungkapan itulah yang dipahami dan

terlintas dalam pikiran masyarakat.

2) Al-‘urf al-‘amali ( kebiasaan yang berbentuk perbuatan).

Adalah kebiasaan masyarakat yang berkaitan dengan

perbuatan biasa atau mu’amalah keperdataan. Yang

dimaksud

“perbuatan biasa” adalah kebiasaan masyarakat dalam

masalah kehidupan mereka yang tidak terkait dengan

kepentingan orang lain.

b. Dari segi cakupannya:

1) Al-‘urf al-‘am (kebiasaan yang bersifat umum).

Adalah kebiasaan tertentu yang berlaku secara luas di

seluruh masyarakat dan diseluruh daerah.

2) Al-‘urf al-khash (kebiasaan yang bersifat khusus).

Adalah kebiasaan yang berlaku di daerah dan masyrakat

tertentu.

c. Dari segi keabsahannya dari pandangan syara’ :

1) Al-‘urf al-Shahih ( kebiasaan yang dianggap sah)

Adalah kebiasaan yang berlaku ditengah-tengah masyarakat

yang tidak bertentangan dengan nash (ayat atau hadits)

tidak menghilangkan kemaslahatan mereka, dan tidak pula

membawa mudarat kepada mereka.

2) Al-‘urf al-fasid ( kebiasaan yang dianggap rusak).

Page 25: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

13

Adalah kebiasaan yang bertentangan dengan dalil-dalil

syara’ dan kaidah-kaidah dasar yang ada dalam syara’.12

4. Kedudukan al- ‘Urf sebagai Sumber Hukum

Para ulama sepakat menolak ‘urf fasid untuk dijadikan

landasan hukum. Menurut hasil penelitian Al- Tayyib Khudari Al- Sayyid,

guru besar ushul fiqh di Universitas al- Azhar mesir dalam karyanya al-

ijtihad fi ma la nassa fih, bahwa mazhab yang dikenal banyak

menggunakan ‘urf sebagai landasan hukum adalah kalangan hanafiyyah

dan kalangan malikiyyah, dan selanjutnya oleh kalangan Hanabilah dan

kalangan Syafi’iyah. Menurutnya, pada prinsipnya mazhab- mazhab

besar fikih tersebut sepakat menerimanya sebagai landasan

pembentukan hukum, meskipun dalam jumlah dan rinciannya terdapat

perbedaan diantara mazhab- mazhab tersebut, sehingga al- ‘Urf

dimasukkan ke dalam kelompok dalil- dalil yang diperselisihkan

dikalangan Ulama.

Al-‘Urf mereka terima sebagai landasan hukum dengan

beberapa alasan, antara lain:

a. Ayat 199 Surah al-A’raf:

خذ العفو وأمر بالعرف واعرض عن الجاهلين 13

Terjemahan :

12 Zaidan Abdul Karim, Al- Wajiz Fi Ushul Fiqh (Beirut, Muassasah Ar-Risalah,

1987) h. 252 13 Surah al -A’raf: 199

Page 26: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

14

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang-orang

mengerjakan yang ma’ruf serta berpalinglah daripada orang-

orang yang bodoh”.

Kata al- ‘Urfi dalam ayat tersebut, dimana Dalam kehidupan

sosial dalam masyarakat manusia yang tidak mempunyai

undang-undang (hukum-hukum), maka al- ‘Urf adalah

(kebiasaan) yang menjadi Undang-undang yang mengatur

mereka. Jadi sejak zaman dahulu al- ‘Urf mempunyai fungsi

sebagai hukum dalam kehidupan manusia umat manusia

disuruh mengerjakannya, oleh para ulama ushul fiqh dipahami

sebagai sesuatu yang baik dan telah menjadi kebiasaan

masyarakat. Berdasarkan itu, maka ayat tersebut dipahami

sebagai perintah untuk mengerjakan sesuatu yang telah

dianggap baik sehingga telah menjadi tradisi dalam suatu

masyarakat.

b. Pada dasarnya, syariat Islam dari masa awal banyak

menampung dan mengakui adat atau tradisi yang baik dalam

masyarakat selama tradisi itu tidak bertentangan dengan Al-

Quran dan Sunnah Rasulullah. Kedatangan Islam bukan

menghapuskan sama sekali tradisi yang telah menyatu dengan

masyarakat. Tetapi secara selektif ada yang diakui dan

dilestarikan serta ada pula yang dihapuskan. Misal adat

kebiasaan yang diakui, kerja sama dagang dengan cara berbagi

Page 27: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

15

untung (al- mudarabah). Praktik seperti ini sudah berkembang

dikalangan bangsa arab sebelum Islam, dan kemudian diakui

oleh Islam sehingga menjadi hukum Islam. Berdasarkan

kenyataan ini, para ulama menyimpulkan bahwa adat istiadat

atau tradisi yang baik secara sah dapat dijadikan landasan

hukum, bilamana memenuhi persyaratan.14

5. Syarat-syarat Pemakaian Al- ‘Urf sebagai Sumber Hukum

Syarat-syarat ‘urf yang bisa diterima oleh hukum Islam :

a. al- ‘Urf harus berlaku terus menerus atau kebanyakannya

berlaku

b. al- ‘Urf yang dijadikan sumber hukum bagi sesuatu tindakan

harus terdapat pada waktu diadaknnya tindakan tersebut.

Bagi al- ‘urf yang timbul dari sesuatu perbuatan tidak bisa

dipegangi, dan hal ini adalah untuk menjaga kestabilan

ketentuan sesuatu hukum. Misalnya, kalau kata-kata “Sabilillah”

dalam pembagia harta zakat menurut al- ‘urf pada suatu ketika

diartikan semua keperluan jihad untuk agama, atau semua jalan

kebaikan dengan mutlak, menurut perbedaan pendapat para

ulama dalam hal ini, atau kata-kata “Ibnus-Sabil” diartikan

kepada orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan.

Kemudian pengertian yang dibiasakan tersebut berubah,

sehingga Sabilillah diartikan anak pungut yang tidak mempunyai

14 Satria Effendi, Ushul Fiqh, (Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2005)

Page 28: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

16

keluarga, maka nash-nash hukum tersebut tetap diartikan

kepada pengertian al- ‘urf pertama, yaitu yang berlaku pada

waktu keluarnya nash tersebut, karena pengertian tersebut

itulah yang dikehendaki oleh Syara’, sedang pengertian-

pengertian yang timbul sesudah keluarnya nash tidak menjadi

pertimbangan.

c. Tidak ada penegasan (nash) yang berlawanan dengan Al- ‘urf.

Penetapan hukum berdasarkan Al- ‘urf dalam hal ini

termasuk dalam penetapan berdasarkan kesimpulan (menurut

yang tersirat).Akan tetapi apabila penetapan tersebut

berlawanan dengan penegasan, maka hapuslah penetapan

tersebut.15

B. Angngiori

1. Pengertian

Angngiori adalah suatu tradisi turun temurun yang terdapat

dalam masyarakat. Angngiori merupakan bahasa Makassar yang berarti

hadiah, kado, oleh- oleh.16. Angngiori di kenal oleh masyarakat makassar

dengan istilah “rera”” atau dalam Bahasa Indonesia adalah bantuan yang

akan dibalas. Dilakukan pada acara pernikahan atau khitanan dimana

setiap orang membawa uang dan barang-barang tertentu dengan maksud

15 Al- Khadimi Nuruddin Mukhtar, Ta’lim Ilmu Ushul, (Riyadh, Maktabah Al-

Abikan, Cet.2, 2005) h. 261 16 Abueraerah Arief. Kamus Makassar-Indonesia, (Ujung pandang : Yayasan

YAPIK DDI, 1995) h. 203

Page 29: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

17

mengharapkan balasan dari apa yang diberikannya. Angngiori ini

bertujuan saling membantu dalam melengkapi kebutuhan dalam suatu

acara.

Sebagaimana hadits Rasulullah Sallallahu alaihi wasallam:

)حق ل:رسول الله صلى الله عليه وسلم قا أن هريرة رضي الله عنه عن أبي

إذا لقيه فسلم عليه، وإذا )قيل: ما هنيا رسول الله؟ قال: (المسلم على المسلم ست

وإذا اسنصحك فانصح له، وإذا عطس فحمد الله فسمه، وإذا دعاك فأجبه،

٧١مرض فعده، وإذا مات فابعه(

Artinya:

“Dari Abu Hurairah Radiyallahu Anhu sesungguhnya Rasulullah

Shallallahu Alaihi Wasallam berkata: “hak seorang muslim terhadap

sesama muslim itu ada enam.” Dikatakan : apa itu ya Rasulullah? Ia

berkata: “jika kamu bertemu dengannya maka ucapkanlah salam, jika ia

mengundangmu maka penuhilah undangannya, jika ia meminta nasihat

kepadamu maka berilah ia nasihat, jika ia bersin dan mengucapkan

Alhamdulillah maka doakanlah ia dengan yarhamkallah, jika ia sakit maka

jenguklah ia, dan jika ia meninggal dunia maka iringilah jenazahnya.”HR.

MUSLIM 2162

2. Jenis-jenis Angngiori

a. Angngiori dengan undangan

Angngiori dengan undangan yaitu hampir sama yang

dilakukan pada umumnya memberikan sebuah undangan yang berisi uang

17 Muslim bin Al-Hajjaj Abu Al-Hasan Al-Qusyairi An Naisaburi, shohih muslim,

bab hak seorang muslim terhadap sesama muslim, juz 4,( beirut, Daar ihyaa at-turats al-arabiy) h. 1705

Page 30: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

18

disimpan pada tempat tertentu biasanya juga langsung diberikan pada

tuan rumah, ditulis nama si pemberi undangan.

b. Angngiori dengan barang

Angngiori dengan barang adalah Angngiori yang dicatat

secara langsung dengan nama, alamat, dan jumlah uang serta barang-

barang yang dibawa oleh undangan.

c. Angngiori dengan diumumkan

Angngiori ini mempunyai istilah “akkio-kio” atau “adde’de’

kappara” atau dalam bahasa Indonesia memanggil-manggil. Maksud dari

memanggil-manggil disini yaitu menyebut nama, alamat, dan jumlah uang

atau barang orang yang angngiori Dengan menggunakan pengeras suara

yang dilakukan oleh Tokoh Agama atau Imam Desa dan Kepala Desa

dengan mencatat dan menghitung keseluruhan pangngioriang. Yang

disaksikan berbagai pihak, biasanya angngiori dengan akkio-kio hanya

dilakukan oleh keluarga terdekat dan para tetangga. Tradisi ini juga

biasanya memacu angngiori dengan jumlah ratusan hingga jutaan

rupiah.18

18 Nurcayanti, Skripsi : Aspek Mudharat Tradisi Anynyori Dalam Perspektif

Hukum Islam Terhadap Hukum Adat, ( Makassar: Universitas Islam Negeri, 2017) h.13-14

Page 31: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

19

3. Pandangan Syariat Tentang Angngiori

Angngiori merupakan bahasa Makassar yang berarti hadiah, kado, oleh-

oleh. Dalam bahasa Indonesia berarti pemberian, dalil yang menyebutkan

tentang pemberian terdapat dalam al- Quran dan sunnah: Allah SWT

berfirman:19

به عليم ) ا حبون وما نفقوا من شيء فإن الل (29لن نالوا البر حى نفقوا مم

Terjemahan:

"Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan

sebagian harta yang kamu cintai. Dan apapun yang kamu infakkan,

tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui"

Dari hadits, Rasulullah Saw bersabda :

قال: كان رسول أن عمر رضي الله عالى عنه رضي الله عنهما عمرابن عن

إليه مني، من هو أفقر ليعطيني العطاء، فأقول: أعطه صلى الله عليه وسلم الله

، إذا جاءك من هذا المال شيء وأنت غير مشرف ولا سائل، فخذهخذه، :فقال

عبد قال سالم ابن كله، وإن شئت صدق به، وما لا، فل بعه نفسكففإن شئت

لا يسأل أحدا شيئا، ولا يرد شيئا أعطيه. مفق عليه : فمن أجل ذلك كان عمرالله

Artinya :

“Dari ibnu Umar, ia mengataka bahwa Umar RA berkata, Rasulullah SAW

pernah memberikanku sesuatu, lalu aku berkata berkata kepada beliau,

“Berikanlah kepada orang yang lebih membutuhkan”, Beliau berkata:

“apabila ada orang yang memberikanmu harta sementara kamu tidak

mempunyai ambisi untuk itu dan tidak meminta-minta, maka ambillah.

19 Surah Ali Imran : 92

Page 32: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

20

Jika kamu ingin maka makanlah, tetapi jika kamu ingin maka

sedekahkanlah. Tetapi jika tidak seperti itu (kamu mempunyai ambisi dan

meminta-minta) maka janganlah kamu menurutkan hawa nafsumu. Salim

bin Abdullah berkata, “oleh karena itulah ibnu Umar tidak pernah meminta

sesuatu kepada seseorang dan tidak pernah menolak apa yang diberikan

kepadanya”.(Shohih Bukhari)20

20 Shahih Bukhari, kitab az-zakat (bab man a’tahu Allah syai’an min ghairi

mas’alatin wala isyrof -1473, 7163, 7164-)

Page 33: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

21

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah merupakan rangkaian langkah yang

dilakukan secara terencana dan sistematis berdasarkan pedoman, untuk

mendapatkan pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban terhadap

pertanyaan-pertanyaan tertentu. Dalam pelaksanaanya dibutuhkan

langkah-langkah yang serasi dan saling mendukung satu sama lain, agar

penelitian yang dilakukan mempunyai bobot yang cukup memadai dan

memberikan kesimpulan-kesimpulan yang tidak meragukan.21

A. Lokasi dan Jenis Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini terletak di Desa Tanakaraeng Kecamatan Manuju

Kabupaten Gowa, sasaran penelitian adalah masyarakat yang sedang

melakukan tradisi Angngiori. Peneliti memilih lokasi penelitian ini

berhubung lokasinya mudah diakses, serta bahasa yang digunakan juga

bahasa khas daerah Makassar.

2. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat

kualitatif atau gambaran terhadap suatu masalah.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menitikberatkan pada

keutuhan (entity) sebuah fenomena dalam rangka mengkaji dari sikap

21 Saifullah, buku pedoman metodologi penelitian (malang, Fakultas Syariah UIN,

2006), h.21

Page 34: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

22

atau tindakan individu di tengah lingkungan sosialnya dengan segala

subjektifitas pemaknaannya.22

Bodgan dan taylor mendefinisikan metodologi penelitian kualitatif

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata yang tertulis dari orang-orang prilaku yang diamati.23

Oleh sebab itu, data yang muncul dalam penelitian ini berwujud

kata-kata bukan angka-angka. Data ini dikumpulkan dan diperoleh

langsung dari sumbernya, dicatat dan diolah sendiri, yang semua ini

diperoleh dari lapangan penelitian yang berupa hasil wawancara dari

pihak berkompeten.

B. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam

mengumpulkan data penelitian. Instrument yang digunakan adalah

istrumen utama yaitu manusia dan istrumen penunjang yaitu observasi

dan wawancara

1. Instrumen utama dalam penelitian ini yaitu peneliti sendiri, dalam

penelitian kualitatif peneliti merupakan pelaksana, perencana,

pengumpulan data, analisis, penafsiran data, dan juga merupakan

pelapor hasil penelitian.

Di antara ciri-ciri umum instrument utama dalam hal ini adalah

peneliti itu sendiri di antaranya:

22 Zuwardi Endswarsa, Metodologi Penelitian Kebudayaan (Yogyakarta: Gajah

Mada University Press, 2003), h.16 23 Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum ( Jakarta:Rineka cipta 1988), h.20-

21

Page 35: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

23

a. Responsif, manusia merespon terhadap lingkungan dan terhadap

pribadi pribadi yang menciptakan lingkungan.

b. Dapat menyesuaikan diri, manusia dapat menyesuaikan diri pada

keadaan dan situasi pengumpulan data.

c. Menekankan keutuhan, manusia memanfaatkan imajinasi dan

kreativitasnya dalam memandang dunia ini sebagai suatu

keutuhan, jadi sebagai konteks yang berkesinambungan dimana

mereka memandang dirinya sendiri dan kehidupannya sebagai

sesuatu yang real, benar, dan mempunyai arti.

d. Mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan, manusia sudah

mempunyai pengetahuan yang cukup sebagai bekal dalam

mengadakan penelitian.

e. Memproses data secepatnya, manusia dapat memproses data

secepatnya setelah diperolehnya, menyusunnya kembali,

mengubah arah inkuiri atas dasar penemuannya, merumuskan

hipotesis kerja ketika di lapangan, dan mengetes hipotesis kerja

itu pada respondennya.

f. Memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasikan dan

mengikhtisarkan, manusia memiliki kemampuan untuk

menjelaskan sesuatu yang kurang dipahami oleh subjek atau

responden.

g. Memanfaatkan kesempatan untuk mencari respons yang tidak

lazim dan disinkratik, manusia memiliki kemampuan untuk

Page 36: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

24

menggali informasi yang lain dari yang lain, yang tidak

direncanakan semula, yang tidak diduga sebelumnya, atau yang

tidak lazim terjadi.24 Kemudian dalam instrumen penunjang

wawancara dan observsi dalam menggunakan kedua instrument

tersebut, Suharmisi Arikunto mengemukakan pemilihan metode

yang akan digunakan peneliti ditentukan oleh tujuan penelitian,

sampel penelitian, lokasi, pelaksana, biaya dan waktu, dan data

yang ingin diperoleh.25 Setelah ditentukan metode yang

digunakan, maka peneliti menyusun instrument pengumpul data

yang diperlukan untuk me ngumpulkan data yang diperlukan.

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, peneliti mengunakan beberapa

metode di antaranya yaitu:

1. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang

digunakan untuk menghimpun data penelitian, dalam arti bahwa data

tersebut dihimpun melalui pengamatan dengan panca indra.26

Observasi merupakan pencatatan secara sistematik

kejadian-kejadian, perilaku objek yang dilihat dan hal-hal yang diperlukan

dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan dengan

24 Wawan Saputra, Pesan Dakwah Dalam Tradisi Mappadendang Di Desa Kebo

Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng (Makassar:Skripsi (UIN), 2016), h.36-37 25 Arikunto, ProsedurPenelitianSuatu PendekatanPraktek, (Jakarta: Rineka

Cipta,1996), h.154-155 26 Burhan Bungin, Metode Penelitian Social, format-format Kuantitatif dan

Kualitatif ( Surabya: PT Airlangga,2001), h.209

Page 37: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

25

menggunakan teknik pengamatan secara langsung terhadap objek

penelitian.

2. Wawancara dan Interview

Wawancara dan Interview dalah proses menerima

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara infroman dengan pewancara.27 Teknik ini dilakukan

untuk memperoleh data primer tentang tradisi Angngiori.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk mencari data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku,

majalah, buku, notulen rapat, agenda dan sebagainya sehingga data yang

diperoleh diharapkan dapat mendukung penelitian yang dilakukan.

D. Metode Pengelolaan Data dan Analisis Data

Metode analisis data adalah salah satu langkah yang

ditempuh oleh peneliti untuk menganalisis hasil temuan data yang telah

dikumpulkan melalui metode pengumpulan data yang telah diterapkan.

Dalam menganalisis data. Peneliti akan memilih data mana yang penting

dan yang akan dipelajari kemudian membuat kesimpulan sehingga

memudahkan dalam memahami objek yang dikaji. Dalam pengolahan

data digunakan metode-metode sebagai berikut:

a. Metode Induktif yaitu bertitik tolak pada unsur-unsur yang bersifat

khusus kemudian mengambil kesimpulan yang bersifat umum.

27 M. Nasir, Metode Penelitian (Jakarta: PT Ghalia Indonesia, 2003), h.193-194

Page 38: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

26

b. Metode Deduktif yaitu menganalisis data dari masalah yang

bersifat umum kemudian yang bersifat khusus.

Page 39: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

27

BAB IV

TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM STUDI

KASUS DI DESA TANAKARAENG KECAMATAN MANUJU

KABUPATEN GOWA

A. Gambaran umum lokasi penelitian dan pemahaman masyarakat

tentang tradisi Angngiori.

1. Lokasi dan penduduknya 28

Kecamatan manuju terdapat beberapa Desa diantaranya

desa pattallikang, tamalatea, manuju, bilalang, moncongloe, tassese dan

tanakaraeng. Desa tanakaraeng dengan luas 9 km2, jumlah dusun

sebanyak 3 (tiga) yaitu: dusun mannyampa, bilampang dan tanakaraeng,

jumlah penduduk Desa tanakaraeng sebanyak 2.261 jiwa yang

diantaranya 1.126 jiwa laki-laki dan perempuan sebanyak 1135. Dan

penganut agama Islam 100%.

Tabel 1. Profil desa

Provinsi Sulawesi selatan

Kecamatan Manuju

Desa/kelurahan Tanakaraeng

Alamat kantor desa Jl. Poros Bili-Bili – Sapaya

Nama kepala desa

Nomor telepon

28 Data profil desa Tanakaraeng Tahun 2016

Page 40: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

28

Tabel 2. Batas wilayah

Utara Moncongloe

Selatan Desa Barugaya Kabupaten Takalar

Barat Desa Towata Kabupaten Takalar

Timur Desa Pattallikang

Tabel 3.Kondisi Geografis

Ketinggian Tanah

Curah hujan Sedang

Topografi Wilayah Dataran Tinggi

Tabel 4. Jarak Desa

Jarak dari Desa Ke Jarak Waktu Tempuh

Kantor Kecamatan 5 Km 20 menit

Kantor Kabupaten/kota 25 Km 50 menit

Ibu kota Provinsi 38 Km 1 jam 11 menit

Ibu kota Negara 1.635 Km 2 hari (laut)

Sumber: data profil desa tanakaraeng tahun 2016

2. Keadaan sosial ekonominya29

Keadaan sosial ekonomi di desa tanakaraeng dipengaruhi

juga oleh kondisi tanah dan curah hujan, sebagaimana desa desa lain di

Indonesia yang memiliki dua musim, penggunaan tanah di desa

tanakaraeng sebagian besar diperuntukkan untuk tanah pertanian sawah

dan ladang sisanya adalah bangunan dan fasilitas fasilitas lainnya.

29Hasil wawancara dengan Staff kantor desa Tanakaraeng , oleh Penulis , pada

tanggal 29 Juli 2020.

Page 41: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

29

Mata pencaharian penduduk desa tanakaraeng terbagi

beberapa bidang dan lapangan kerja antara lain: petani, pedagang, sopir,

buruh, karyawan swasta, Guru/PNS, TNI/POLRI, dan nelayan.

3. Pemahaman Masyarakat Terhadap Tradisi Angngiori Di Desa

Tanakaraeng.

Bagi masyarakat desa tanakaraeng menghadiri undangan

pernikahan merupakan suatu keharusan, dan untuk pihak keluarga serta

tetangga terdekat undangan tidak mesti dengan lisan secara langsung,

saat seseorang melakukan acara secara otomatis keluarga,tetangga

terdekat ataupun teman karib, akan datang membawa pemberian dalam

bentuk barang.

Tradisi Angngiori berbeda-beda setiap desa maupun dari

suku di makassar, Tradisi Angngiori di Desa Tanakaraeng adalah saling

membantu sebab banyaknya biaya yang digunakan, seperti perlengkapan

pesta apalagi pesta pihak laki-laki, walaupun kesiapan-kesiapan

menghadapi orang yang pernah Angngiori harus membalas apa yang

diberikan.atau bisa dikatakan bantuan yang diterima akan dibalas saat

orang yang memberi melakukan hajatan.ini juga dilakukan oleh anggota

keluarga inti/terdekat, atau orang lain yang sudah saling mengenal dengan

baik.

Perbedaan tingkat sosial masyarakat juga sangat

mempengaruhi seseorang Angngiori dengan jumlah yang banyak, hal ini

Page 42: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

30

dilihat dari kemampuan seorang untuk mengembalikannya.masyarakat

desa tanakaraeng juga tidak asal memberi sesuai keinginan akan tetapi

mempertimbangkan apakah sipenerima sanggup mengembalikannya di

kemudian hari.30

Namun ini bukanlah hutang piutang, hanya sekedar saling

membantu dan mendukung meskipun pada dasarnya setiap perbuatan

ada untung rugi, baik dan buruknya.masyarakat desa tanakaraeng

menyadari hal tersebut dan menganggap bahwa tradisi ini sudah menjadi

bagian penting dalam kehidupan bermasyarakat, mereka beranggapan

tradisi ini dapat mempererat ikatan silaturahmi dan meninggalkannya

merupakan suatu hal sulit karena sudah menjadi ikatan dalam

bermasyarakat, sejak kecil orang tua sudah mulai mendaftarkan anak-

anaknya, dengan kata lain mereka melaksanakan tradisi Angngiori ini atas

nama anak mereka sehingga setelah menikah anak tersebut memiliki

kewajiban untuk membayarnya jika orang tua sudah tidak mampu.

Masyarakat desa tanakaraeng menyadari bahwa Angngiori

bukanlah hutang piutang sebab rukun hutang adalah adanya ijab kabul

atau kesepakatan pihak yang terkait. mereka menganggap ini adalah

rera’ atau dalam bahasa indonesia pemberian yang diharapkan

pengembaliannya. 31bisa juga dianggap sebagai tabungan dan ada juga

yang beranggapan ini seperti arisan, bukan hutang akan tetapi mereka

30Hasil wawancara dengan Masyarakat Manynyampa’ desa Tanakaraeng, oleh

Penulis , pada tanggal 28 Juli 2020 31Hasil wawancara dengan Faridah Parawansyah, Sekertaris desa Tanakaraeng,

oleh Penulis , pada tanggal 28 Juli 2020

Page 43: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

31

sudah sadar dengan sendirinya bahwa mereka memiliki kewajiban untuk

membalasnya.

Dari bermacam macam anggapan tersebut tidak lepas dari

dampak baik dan buruknya seperti: adanya persaingan saat pelaksanaan,

dan pengembalian yang harus dipenuhi saat pemberi melakukan hajatan,

dan jika sipenerima tidak memiliki uang untuk mengembalikan mereka

tidak segan untuk meminjam. masyarakat desa tanakaraeng sendiri

terbagi 2 dalam menyikapi tradisi ini ada yang setuju, bahkan

menganggap tradisi ini harus tetap dilestarikan32 dan ada yang berharap

agar tradisi ini ditiadakan mengingat adanya sisi negatif yang ditimbulkan.

B. Pelaksanaan dan pengaruh tradisi Angngiori dalam kehidupan

masyarakat.

1. Pelaksanaan tradisi Angngiori

Berdasarkan wawancara dengan narasumber dilapangan

didapatkan jawaban seputar pelaksanaan tradisi Angngiori, masalah yang

ditimbulkan serta pengaruhnya di masyarakat. Tradisi Angngiori dikenal

sebagai bentuk tolong menolong, atau saling si pappaccei dalam

masyarakat makassar, dikarenakan saat melakukan hajatan apakah

berupa pernikahan atau sunatan membutuhkan biaya yang tidak sedikit,

sehingga mereka mengambil inisiatif saling membantu dengan harapan

ketika melakukan hajatan, keluarga yang dibantu juga mengambil andil

32Hasil wawancara dengan H. Sampara S.IP, Kepala desa Tanakaraeng, oleh

Penulis , pada tanggal 23 Juli 2020.

Page 44: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

32

saat mereka membutuhkan. Ini sudah ada sejak zaman nenek moyang

mereka meski untuk sebagian golongan masyarakat yang tinggal di desa

tanakaraeng mengatakan tradisi tersebut tidak dilakukan oleh orang tua

mereka karena faktor ekonomi yang tidak mampu.33

Pada mulanya tradisi ini terbentuk dengan sendirinya dilatar

belakangi keinginan saling membantu sesama kerabat. Nenek moyang

mereka melakukan tradisi Angngiori ini memberikan pemberian kepada

keluarga terdekat berupa: sawah dan ternak, namun seiring waktu

pemberian ini mengikuti perkembangan zaman yang mana uang

merupakan hal yang paling penting di masyarakat, akan tetapi sebagian

masyarakat yang masih memiliki ternak juga masih meneruskan tradisi ini,

khusus di desa tanakaraeng sendiri saat ini untuk pemberian berupa

sawah sudah jarang ditemui atau sdh tidak ada .34

Penentuan nominal dari Angngiori itu sendiri biasanya

dikondisikan dengan keluarga yang akan diberikan bantuan, dan tidak

jarang ditemui juga keluarga yang saling bernegosiasi tentang jumlah

yang akan diterima, hal ini dilakukan agar dikemudian hari tidak

menimbulkan masalah, peneliti menemukan semua dusun di desa

tanakaraeng melakukan hal tersebut, sebelum melakukan tradisi ini

mereka saling menyepakati nominal yang akan di berikan, apalagi jika

33Hasil wawancara dengan Dg.Kenna, Masyarakat desa Tanakaraeng, oleh

Penulis , pada tanggal 27 Juli 2020 34Hasil wawancara dengan H. Sampara S.IP, Kepala desa Tanakaraeng, oleh

Penulis , pada tanggal 23 Juli 2020.

Page 45: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

33

keluarga yang diberi termasuk ekonomi rendah, biasanya pihak yang akan

memberi juga menyesuaikan.35

Meskipun tidak ada pembinaan/anjuran dari pemerintah

setempat tentang tradisi ini, akan tetapi tradisi Angngiori masih tetap eksis

bertahan ditengah generasi milenial sekarang, ini disebabkan karena

masyarakat turun temurun tidak meninggalkan tradisi ini disebabkan oleh

beberapa faktor termasuk diantaranya banyaknya masyarakat yang

mendukung kegiatan ini.

Masyarakat mayoritas setuju dengan tradisi ini karena

beberapa faktor:

1. Mempererat silaturahmi, mereka beranggapan saat

melaksanakan tradisi Angngiori ini, keluarga berbondong

bondong datang dan bersuka cita menantikan acara

tersebut.36

2. Saling tolong menolong, keluarga yang kurang mampu

saat melakukan hajatan merasa terbantu untuk

memenuhi kebutuhannya.

3. Hasil dari Pangngioriang tersebut setelah hajatan bisa

dijadikan modal usaha, atau membuat rumah dan

keperluan penting yang lainnya.

35Hasil wawancara dengan Abdul Shamad, Imam desa Tanakaraeng, oleh

Penulis , pada tanggal 29 Juli 2020 36Hasil wawancara dengan Masyarakat dusun Bilampang desa Tanakaraeng,

oleh Penulis , pada tanggal 29 Juli 2020

Page 46: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

34

Angngiori itu sendiri dalam anggapan masyarakat desa

tanakaraeng merupakan tabungan, pemberian, semacam arisan. Mereka

secara otomatis melaksanakan tradisi ini. selain dari faktor yang

disebutkan diatas, sebagian kecil dari masyarakat desa tanakaraeng

merasa bahwa ini adalah kewajiban meski pada dasarnya mereka tidak

ingin melaksanakannya tapi mereka tidak bisa mengelak, begitu orang tua

mereka menyebutkan nama mereka sebelumnya pada hajatan keluarga

sudah tentu mereka suatu saat akan melaksanakannya juga37. Dalam

artian mereka merasa rugi jika tidak melakukan tradisi ini , uang atau

pemberian mereka kepada keluarga yang lain tidak akan kembali saat

mereka meninggalkan tradisi ini.

Karena pentingnya tradisi Angngiori ini, baik kalangan atas,

kalangan menengah, maupun kalangan bawah melaksanakan kegiatan

ini. Dan oleh karena pemberian ini mereka anggap sebagai tabungan

(ammoli’) maka dilakukan pencatatan nama, alamat, jumlah nominal, dan

barang barang yang dibawa (bintingang). Ini juga dijadikan patokan saat

mengembalikan bisa sesuai yang diterima atau dilebihkan, asal tidak

dibawah/kurang dari yang diterima,38 karena biasanya menimbulkan rasa

kecewa antara keluarga. Karena pada dasarnya Angngiori seperti ini

hanya dilakukan kerabat terdekat atau teman terdekat.

37Hasil wawancara dengan Irfan, Staff kantor desa Tanakaraeng, oleh Penulis,

pada tanggal 28 Juli 2020. 38Hasil wawancara dengan Masyarakat dusun Manynyampa desa Tanakaraeng,

oleh Penulis, pada tanggal 29 Juli 2020

Page 47: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

35

Namun didusun bilampang ditemukan juga masyarakat

pendatang yang mengatakan bahwa mereka tidak melakukan hal tersebut.

Akan tetapi mereka biasanya tetap berbaur saat pelaksanaan acara.

Tradisi Angngiori pada masyarakat desa tanakaraeng walaupun tidak

diatur dalam hukum islam namun tradisi ini dilakukan demi kelengkapan

acara.

Angngiori di Desa tanakaraeng kecamatan manuju

kabupaten gowa saat pelaksanaannya dihadiri oleh imam desa, dan para

pemangku jabatan desa, seperti kepala desa, kepala dusun dan tetua

kampung, mereka merasa bangga atau terhormat saat perangkat desa

dan orang orang penting hadir pada acara tersebut meski bukanlah

merupakan syarat terlaksananya tradisi tersebut.

Angngiori di desa tanakaraeng kecamatan manuju kabupaten gowa

terbagi dalam tiga cara yaitu:

1. Angngiori dengan undangan

Angngiori dengan undangan adalah memberikan secara langsung kepada

pemiliki pesta ataupun disimpan pada tempat tertentu, hal ini biasanya

dilakukan oleh kerabat jauh, dan undangan umum yang biasa dilakukan

oleh masyarakat di Sulawesi selatan.

2. Angngiori dengan Barang.

Angngiori dengan Barang dicatat secara langsung kepada seseorang

yang diberikan kepercayaan pada pihak pemilik pesta, biasanya keluarga

Page 48: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

36

inti, warga yang memilih cara ini biasanya dilakukan oleh para kerabat

dekat dan para tentangga Accata’ dengan barang (bintingan).

3. Angngiori dengan (a’kio-kio/a’de’de kappara’).39

Angngiori dengan cara diumumkan adalah Angngiori yang biasanya

dilakukan oleh kerabat dekat, cara inilah yang biasa memacu warga untuk

Angngiori dengan jumlah banyak, dicatat oleh imam desa setelah acara

khatam Alquran dimalam sebelum acara akad nikah40 atau sunatan.

39Hasil wawancara dengan H. Sampara S.IP, Kepala desa Tanakaraeng, oleh

Penulis, pada tanggal 23 Juli 2020. 40Hasil wawancara dengan Abdul Shamad, Imam desa Tanakaraeng, oleh

Penulis , pada tanggal 29 Juli 2020

Page 49: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

37

2. pengaruh tradisi Angngiori dalam kehidupan masyarakat

Dalam pelaksanaannya tradisi Angngiori di desa

tanakaraeng tetap saja tidak lepas dari pro dan kontra penduduk

setempat terutama generasi muda yang sudah semakin faham ilmu

agama dan berpendidikan. Mereka menyadari dampak baik dan buruknya

namun karena tradisi ini telah mendarah daging sehingga membuat

mereka tidak serta merta dengan mudah bisa meninggalkan tradisi ini.

Adapun dampak pada masyarakat sebagai berikut:

a. Dampak positif

1. Hasil dari Angngiori tersebut dapat dijadikan modal usaha,

bagi warga desa tanakaraeng saat merasa telah banyak

Angngiori kepada kerabat, mereka cenderung ingin

melakukan hajatan, meski berupa khitanan. Tujuannya agar

uang yang sudah diberi akan kembali sehingga dapat

Page 50: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

38

dipergunakan sesuai kebutuhannya, akan tetapi untuk pesta

pernikahan biasanya tidak sesuai mengingat pada pesta

pernikahan biaya yang dikeluarkan cukup besar.

2. Membantu meringankan biaya biaya pesta, ini sangat

menguntungkan apalagi pada acara pernikahan pihak laki

laki disebabkan adanya uang panaik yang menjadi

kewajiban, tradisi Angngiori ini sangat sangat membantu

untuk memenuhi biaya konsumsi dan lain lain.

b. Dampak negatif.

1. Merasa terbebani, ini sangat dirasakan masyarakat ketika

sudah tiba masanya pemberi melakukan hajatan, dan terjadi

berturut turut bahkan bersamaan, tidak jarang dari mereka

yang meminjam untuk memenuhi pangngioriang tersebut.

2. Adanya keterikatan, keterikatan yang dimaksud adalah

merasa memiliki kewajiban,dan merasa malu saat tidak bisa

memberi. Secara otomatis mereka juga terikat dengan tradisi

karena saat melakukan hajatan mereka juga akan

melakukannya.

3. Tidak adanya rasa ikhlas dan menimbulkan sifat riya,

meskipun pada dasarnya lebih banyak masyarakat yang

mengatakan tradisi ini baik dalam masyarakat, akan tetapi

tidak dapat dipungkiri bahwa rasa kecewa selalu ada, dan

terkadang menjadi bahan omongan umum, jika orang yang

Page 51: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

39

berkewajiban memiliki udzur untuk memenuhi kewajibannya.

Serta saat pelaksanaannya yang diumumkan membuat

keluarga berlomba lomba saling memperlihatkan nominal

yang lebih banyak.

pandangan masyarakat terhadap adanya tradisi Angngiori:

a. Setuju: Masyarakat yang lebih setuju terhadap tradisi

Angngiori mengatakan tradisi ini merupakan dari nenek

moyang dan beranggapan jika tidak ada tradisi Angngiori

seseorang tidak akan dapat hasil Pangngioriang dengan

puluhan juta sampai ratusan juta rupiah. Masyarakat

cenderung lebih banyak merasa memberikan pengaruh baik

dalam kehidupannya karena dengan Angngiorilah dapat

membantu kekurangan biaya dalam pesta, dikarena

perlengkapannya seperti, tenda, undangan, sampai dengan

hiburan bagi masyarakat, dapat dibayar selepas

mengadakan pesta, maka dalam Angngiori perperan penting

untuk membayar biaya-biaya tersebut disamping juga dapat

mempererat tali silahturahim dengan kerabat jauh41.

b. Tidak setuju: sebagaian Masyarakat mengatakan, tidak setuju

adanya tradisi ini dikarenakan Angngiori memberikan pengaruh

yang memberatkan ataupun menjadi bahan omongan

41Hasil wawancara dengan Masyarakat dusun Bilampang desa Tanakaraeng,

oleh Penulis , pada tanggal 29 Juli 2020

Page 52: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

40

disebabkan tidak adanya pengembalian ataupun tidak sesuai

dengan harapan. Adapula yang merasa tradisi tersebut

menyusahkan disebabkan seringnya mendapatkan undangan

yang berangsur-angsur atau secara bersamaan.42

C. Angngiori Hutang, ataukah Hadiah?

Dalam pelaksanaannya Angngiori memberikan dua

pandangan apakah ini adalah sebuah hutang, ataukah hadiah?

Jika kita melihat kembali pelaksanaan tradisi Angngiori ini, masyarakat

umum kebanyakan menganggapnya seperti hutang karena dilakukan

pencatatan dan saling memahami bahwa bantuan ini akan dikembalikan,

akan tetapi meski demikian Angngiori pada dasarnya adalah hadiah atau

bantuan kepada kerabat. karena meskipun saling mengerti maksud

masing masing pihak tapi tidak ada kewajiban dalam hal ini untuk

membalas. pada pelaksanaannya mereka hanya merasa malu jika tidak

bisa membalas pemberian saudaranya. sehingga berusaha semampunya

untuk membalas pemberian tersebut, baik setara dengan yg diberikan

sebelumnya dan kebanyakan mereka melebihkan sebagai rasa

terimakasih.

Ini juga dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam

dalam sirah, bahwa setiap menerima hadiah Rasulullah pasti membalas

hadiah itu, agar tak ada seorangpun yang memiliki semacam hutang budi

42Hasil wawancara dengan Masyarakat dusun Tanakaraeng , oleh Penulis, pada

tanggal 28 Juli 2020.

Page 53: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

41

yang harus dibayar oleh beliau dan tidak ada seorang pun yang merasa

lebih memberi nikmat kepada beliau43

D. Tradisi Angngiori dalam perspektif hukum islam

Jika ditinjau dari hukum islam, menghadiri undangan

pernikahan merupakan suatu kewajiban baik memiliki uang maupun tidak

ada uang, hal tersebut adalah dasarnya undangan, jumhur ulama

berpendapat bahwa memenuhi undangan untuk resepsi pernikahan itu

hukumnya wajib –kecuali ada udzur- dalilnya:

Hadits Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma bahwa Rasulullah Shallallahu

Alaihi wa Sallam bersabda,

اذا دعي أحدكم الى الوليمة فليأ ها

Artinya:

“Apabila salah seorang diantara kalian diundang untuk menghadiri

resepsi pernikahan, maka penuhilah,”44

Sebagaimana yang telah diuraikan diatas bahwa tradisi

Angngiori dalam pandangan masyarakat desa tanakaraeng merupakan

pemberian berupa uang, barang atau ternak saat melakukan hajatan baik

pernikahan atau khitanan, yang diharapkan pengembaliannya saat

pemberi melakukan acara, Atau dengan kata lain tabungan. Sementara

43 Syaikh Muhammad Abdullah Ath-Thawil, 2 al- Hadiyya tubain alHalal wal Haram, terj Wafi Marzuki Ammar, Kapan Hadia h = S u a p ?. (Surabaya: Pustaka Yassir, 2009) h. 36

44As- Sayyid Salim Abu Malik Kamal, Shahih Fikhi Sunnah, (Jakarta, Darus Sunnah Cet.3, 2018) h. 190.

Page 54: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

42

pengertian yang sebenarnya dalam kamus bahasa Makassar Angngiori

yaitu hadiah/oleh oleh,45 dalam islam pemberian ada beberapa macam

termasuk didalamnya hadiah. Syariat islam sangat menganjurkan saling

memberi memberi hadiah.

1. Pengertian hadiah.

Hadiah menurut arti leksikal adalah : pemberian, ganjaran

sebagai pengharapan.46 Sedangkan Secara terminologi, hadiah

seringkali diartikan sebagai sesuatu yang diberikan kepada orang lain

karena penghormatan atau pemuliaan.47Sementara al- Jurjani

mengatakan bahwa hadiah adalah sesuatu yang didapatkan tanpa ada

syarat mengembalikan.48

Maksud yang kedua adalah memberikan hadiah dengan

dasar kasih sayang dan untuk memberikan penghormatan kepadanya

serta menumbukan kecintaan. Dan jika tidak demikian maka namanya

hibah‛.49 Dalam al-Qur’an, lafal hadiyyah digunakan 2 kali, yaitu yang

pertama pada surah An-Naml /27:35 terkait dengan keinginan Ratu Balqis

untuk mengirimkan hadiah kepada Nabi Sulaiman as.:

45 Abueraerah Arief. Kamus Makassar-Indonesia, (Ujung pandang : Yayasan

YAPIK DDI, 1995) h. 203 46 Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Gitamedia Press, 2006)

h. 160 47Abd al-Rauf al-Manawi, Faid al- Qadir Syarh al- Jami‘ al- Sagir , Juz. V (Cet. I;

Mesir: al Maktabah al-Tijariyah al-Kubra, 1356 H.), h. 740 48 Ali ibn Muhammad ibn ‘Ali al-Jurjani, al- Ta‘ rifat (Cet.I; Beirut: Dar al-Kitab al-

‘Arabi, 1405 H.) h. 319. 49 Syaikh Muhammad Abdullah Ath-Thawil, al- Hadiyya tubain al- Halal w al

Haram, terj Wafi Marzuki Ammar, Kapan Hadia h = S u a p ? , (Surabaya: Pustaka Yassir, 2009), h. 17

Page 55: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

43

بم يرجع ٱلمرسلون ٥٣٣0وإن ي مرسلة إليهم بهدية فناظرة

Terjemahan:

“Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan

(membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa

kembali oleh utusan-utusan itu".

Mustafa al-Maragi menjelaskan bahwa tujuan Ratu Balqis

mengirimkan hadiah kepada Nabi Sulaiman untuk mengetahui apakah dia

termasuk nabi yang diutus oleh Allah Subhanahu Wata’ala atau dia

hanyalah seorang raja. Jika Nabi Sulaiman menerima hadiah tersebut

berarti dia bukanlah nabi akan tetapi seorang raja yang senang terhadap

harta benda. Namun jika Nabi Sulaiman seorang nabi maka dia akan

menolak hadiah itu karena keinginannya hanyalah bagaimana mengajak

orang lain masuk ke dalam agamanya dan dia tidak memiliki keinginan

duniawi.51

Lafal hadiyyah yang kedua pada surah yang sama ayat 36

terkait dengan tanggapan Nabi Sulaiman as. terhadap hadiah Ratu

Balqis:

ا ءاىكم بل أنم ب م خير م ن قال أمدونن بمال فما ءاىنۦ ٱلل ا جاء سليم كم فلم هدي

٥٣فرحون

Terjemahan:

50Lihat Kementrian Agama RI, Al-Bayan, (Nur Ilmu : Surabaya,2017) h.379 51Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir al - Maragi, Juz. XIX (Cet. I; Mesir: Mustafa al-

Babi al-Hilbi wa Auladuh, 1365 H./1946 M.), h. 138.

Page 56: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

44

“Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaiman berkata:

"Apakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? maka apa yang

diberikan Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya

٣9”ahmu.tetapi kamu merasa bangga dengan hadi kepadamu Dari kedua ayat tersebut, dapat diungkapkan bahwa

sebenarnya hadiah adalah pemberian dalam bentuk materi kepada orang

lain dengan tujuan penghormatan atau pemulyaan kepadanya. Hal

tersebut ditegaskan al-Bagawi bahwa hadiah adalah pemberian karena

dorongan al - multafah /perlakuan yang baik atau rayuan.53

Menurut al-Razi lafal al - hadyu merupakan bentukan dari

lafal hadiyyah. Al Hadyu seringkali diartikan dengan hewan ternak yang

disembelih sebagai kurban atau sanksi. Menurutnya, al- hadyu adalah

bentuk am‘u/flural dari bentuk tunggal hadiyyah. Dengan demikian,

menurutnya al - hadyu adalah hewan yang dihadiahkan di Baitullah karena

mendekatkan diri kepada Allah swt. begitu juga hadiah. Lebih lanjut, al-

Razi mengatakan hadiah merupakan bentuk pemberian manusia kepada

sesama dengan tujuan mendekatkan diri, baik sebagai penghormatan

maupun sebagai rayuan.54

Sedangkan dalam hadits,

لم ى الل عليه وس عن أبي هريرة رضي الل عنه عن الن بي صل

قال: هادوا حابوا. رواه البخاري

52 Lihat Kementrian Agama RI, Al-Bayan, (Nur Ilmu : Surabaya,2017) h.380 53 Abu Muhammad al-Husain ibn Mas‘ud al-Bagawi, Ma‘ alim al- Tanzil, Juz. VI

(Cet. IV; t.t.: Dar Tayyibah li al-Nasyr, 1417 H./1997 M.), h. 160 54Muhammad Fakhr al-Din al-Razi, Mafatih al- Gaib , Juz. V (Cet. I; Beirut: Dar

al-Fikr, 1401 H./1981 M.), h. 160.

Page 57: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

45

Artinya:

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, Dari Nabi Shallallahu Alaihi

Wasallam beliau bersabda,”Hendaklah kalian saling memberi hadiah, agar

kalian saling mencintai” (HR. Al- Bukhari)55

Dengan demikian, baik dalam al-Qur’an maupun dalam hadis

Nabi, lafal hadiyyah hanya digunakan pada makna pemberian dalam

bentuk materi. Sedangkan penggunaannya dalam makna pemberian non

materi tidak ditemukan.

Di samping itu, hadiah memiliki fungsi penting dalam

menjalin hubungan komunikasi dengan sesama, baik secara individu

maupun secara kelompok atau lembaga. Oleh karena itu, Nabi pernah

memerintahkan untuk saling memberi hadiah karena dapat

menghilangkan rasa marah, dengki, dendam dan penyakit hati lainnya.

عليه و صلى الل عنه قال: قال رسول الل سلم: عن أنس رضي الل

هادوا،فاءن الهدية سل السخيمة.رواه البار

Artinya:

Dari Anas Radhiyallahu Anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi

Wasallam bersabda, “Hendaklah kalian saling memberi hadiah, karena

hadiah itu akan menghilangkan kedengkian”. (HR.Al- Bazzar)56

55 Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani. Subulussalam-Syarah Bulughul

Maram (Cet.4. Jakarta : Darus sunnah, 2019) h. 194

56 Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani. Subulussalam-Syarah Bulughul

Maram (Cet.4. Jakarta : Darus sunnah, 2019) h. 194

Page 58: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

46

Dalam sebuah peristiwa, Nabi saw. pernah diberi hadiah

oleh al-Sa‘ab ibn Jusamah al-Laisi lalu Nabi menolaknya. Penolakan

tersebut membuat al-Sa‘ab tidak senang kemudian Nabi menjelaskan

alasan penolakannya yaitu karena Nabi sedang melaksanakan ihram

dengan mengatakan (Kami bukan menolak pemberianmu akan tetapi kami

sedang ihram).57

Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa Nabi saw.

menganjurkan bahkan memerintahkan untuk memberikan hadiah karena

sangat berguna dalam membangun komunikasi dan persaudaraan, dan

Nabi saw. tidak pernah menolak hadiah dari siapapun kecuali karena

alasan-alasan tertentu. Alasan-alasan itu seperti yang dialami Nabi

Sulaiman yang menganggap pemberian itu mangandung maksud lain.

2. Terminologi yang Semakna dengan Hadiah

Hadiah adalah merupakan suatu pemberian dari seseorang

kepada orang lain, dalam al-Qur’an juga terdapat kata yang berarti

pemberian yaitu: hibah, shadaqah, dan infaq.

1.Hibah

Hibah merupakan bahasa Arab yang telah disadur ke dalam

bahasa Indonesia. Hibah dalam Kamus Bahasa Indonesia

57Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah al-Ju’fiy al-

Bukhariy (Selanjutnya ditulis al-Bukhariy), al- Jami’ al- Sahih- Sahih Imam al- Bukhariy ,cet 1 ( t.tp : Dar Tauq an Najah, 1422 H), Juz. II, h. 917.

Page 59: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

47

diartikan sebagai pemberian dengan sukarela dengan

mengalihkan hak atas sesuatu kepada orang lain.58

Sedangkan dalam bahasa Arab, hibah artinya adalah

pemberian yang sepi dari imbalan dan tujuan.59

Hibah adalah pemberian yang diberikan kepada seseorang

tanpa mengharapkan imbalan ataupun tujuan tertentu.

sedangkan Al- Waahib atau pemberi hibah memberikan

sesuatu tanpa tujuan dan kepentingan tertentu. Oleh karena

itu, Allah swt. menggunakan lafal tersebut sebagai salah

satu nama-Nya yaitu al- Wahhab (Zat yang Maha Pemberi).

Al- Jurjani mengatakan bahwa hibah secara etimologi

adalah at- tabarru‘/sedekah atau derma, sedangkan secara

terminologi adalah memilikkan suatu materi tanpa ada unsur

imbalan.60

Dalam al-Qur’an, lafal hibah digunakan sebanyak 25 kali

dalam berbagai derivasinya. Dalam bentuk fi‘l al- madi

sebanyak 12 kali, fi‘l al- mudari’ sebanyak 3 kali dan fi‘l al -

58Departemen Pendidikan RI, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 520 59Muhammad ibn Mukrim ibn Manzur al-Afrīqī, Lisān al - ‘ Arab , Juz. I (Cet. I;

Beirut: Dār Sādir, t. th.), h. 803. 60Ali ibn Muhammad ibn ‘Ali al-Jurjani, al- Ta‘rifat (Cet. I; Beirut: Dar al-Kitab al-

‘Arabi, 1405 H.), h. 319.

Page 60: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

48

amr sebanyak 7 kali. Sedangkan dalam bentuk isim berulang

3 kali sebagai salah satu al- asma’ al- husna.61

Terdapat dalam surat Ibrahim ayat 39, yang berbunyi:

ٱلذي وهب لي على ق إن رب ي ٱلحمد لل عيل وإسح ٱلكبر إسم

٥2لسميع ٱلدعاء

Terjemahan:

Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan

kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya

Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan)

doa.62

terdapat dalam surat ali-Imran ayat 8, yang berbunyi:

ربنا لا غ قلوبنا بعد إذ هدينا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت

٨ٱلوهاب

Terjemahan:

(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau

jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah

Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah

kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya

Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)".63

Berdasarkan pengertian dari para pakar fikih , akad hibah

semata-mata bersifat penyerahan harta kepada orang lain

61Muhammad Fuad ‘Abd al-Baqi, al- Mu‘jam al- Mufahras li Alfaz al- Qur’an al-

Karim (alQahirah: Dar al-Kutub al-Misriyyah, 1364 H.) h. 768 62Lihat Kementrian Agama RI, Al-Bayan, (Nur Ilmu : Surabaya,2017) h.260 63Lihat Kementrian Agama RI, Al-Bayan, (Nur Ilmu : Surabaya,2017) h.50

Page 61: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

49

secara sukarela tanpa mengharapkan imbalan apapun.

Penyerahan itu dilakukan pemilik selama dia masih hidup.

Dengan demikian, akad hibah tidak terkait dengan syarat

apapun .

2. Shadaqah

Sedekah merupakan bahasa Indonesia yang disadur dari

bahasa Arab. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, sedekah

adalah:

a. Pemberian sesuatu kepada fakir miskin atau yang berhak

menerimanya di luar kewajiban zakat dan zakat fitrah sesuai

dengan kemampuan pemberi; derma.

b. Selamatan; kenduri.

c. Makanan (bunga-bungan dan sebagainya) yang disajikan

kepada orang halus, roh penunggu dan sebagainya.64

Dalam bahasa Arab, sedekah dikenal dengan nama صدقح

yang terambil dari akar kata ق-د-ص . Makna dasar dari

kata tersebut adalah kuat atau tegar pada sesuatu.65

yang seringkali diartikan dengan kejujuran merupakanاىصدق

64 Departemen Pendidikan RI, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h.1279 . 65Abu al-Husain Ahmad ibn Faris ibn Zakariya, Mu‘jam Maqayis al- Lugah , Juz.

V (Beirut: Dar al-Fikr, 1423 H./2002 M.), h339

Page 62: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

50

manipestasi dari makna kuat atau tegar, yaitu kekuatan atau

ketegaran yang ada dalam diri seseorang, bahkan semua

kata yang berasal dari akar kata ق-د-ص menunjukkan arti

tegar atau kuat. Oleh karena itu, اىصدقح adalah kekuatan

yang ada dalam diri seseorang untuk berbuat baik dalam

segala hal, baik untuk dirinya maupun untuk orang lain,

berupa harta atau hanya berupa tenaga atau yang lain.

Dikutip dalam kitab at-Ta‘arif karya al-Manawi bahwa

sedekah adalah perbuatan yang menampakkan kebenaran

iman seseorang terhadap hal gaib, termasuk masalah rezki.

Ibn Kamal mengatakan bahwa sedekah adalah pemberian

yang bertujuan untuk mencari ganjaran dari Allah swt.

sedangkan al-Ragib al-Asfahani berkata bahwa sedekah

adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang karena tujuan

mendekatkan diri kepada Allah swt.66

Namun dalam istilah ulama fikih, definisi sedekah

adalah pemberian seorang muslim kepada orang lain secara

spontan dan sukarela tanpa dibatasi waktu dan jumlah

tertentu.67 Shadaqah adalah pemberian yang diberikan

kepada seseorang karena mengharapkan keridhoaan dan

66Abd al- Rauf al-Manawi, Faid al- Qadir Syarh al- Jami‘ al- Sagir , Juz. V (Cet. I;

Mesir, al Maktabah al-Tijariyah al-Kubra, 1356 H.), h. 452 67Azyumardi Azra, dkk.Ensiklopedi Islam , Juz. III (Jakarta, Ichtiar Baru van

Hoeve, 2005), h. 187.

Page 63: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

51

pahala dari Allah Swt. Seperti halnya zakat ataupun infaq.

Perbedaannya dengan risywah adalah bahwa seseorang

yang bersedekah ia memberikan sesuatu hanya karena

mengharapkan pahala dan keridhaan Allah semata tanpa

unsur keduniawian yang dia harapkan dari pemberian

tersebut.

Dalam al-Qur’an, sedekah digunakan pada makna

pemberian dalam bentuk materi saja, baik pemberian

tersebut berstatus wajib yang lebih dikenal dengan zakat,

seperti dalam QS. al - Taubah /9: 103

يهم بها وصل عليهم إن رهم وك لهم صدقة طه خذ من أمو

سميع عليم ٧0٥صلوك سكن لهم وٱلل

Terjemahan:

"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat

itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan

mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu

(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha

Mendengar lagi Maha Mengetahui."68

Yang menjelaskan tentang perintah mengambil zakat

maupun berstatus sunnah/anjuran, seperti dalam QS. al -

Mujadalah /58: 12 tentang sedekah yang diberikan kepada

68Lihat Kementrian Agama RI, Al-Bayan, (Nur Ilmu : Surabaya,2017) h.203

Page 64: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

52

Nabi saw. jika bertamu ke rumahnya dan QS. al - Baqarah

/2: 271 tentang anjuran menyamarkan sedekah.

3.Infaq

Pengertian Infaq yaitu memberikan harta atau semacamnya

untuk memperoleh kebaikan.69

infaq tidak mengenal nisab atau jumlah harta yang

ditentukan secara hukum. Infaq tidak harus diberikan

kepada mustahik tertentu, melainkan kepada siapapun

misalnya orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, atau

orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dengan

demikian pengertian infaq adalah pengeluaran suka rela

yang di lakukan seseorang. Allah memberi kebebasan

kepada pemiliknya untuk menentukan jenis harta, berapa

jumlah yang sebaiknya diserahkan. setiap kali ia

memperoleh rizki, sebanyak yang ia kehendaki

Infaq ada yang wajib dan ada pula yang sunnah. Infaq wajib

diantaranya zakat, kafarat, nadzar, dan lain-lain. Infaq

sunnah diantara nya, infaq kepada fakir miskin sesama

muslim, infaq bencana alam, infaq kemanusiaan, dan lain

lain. Terkait dengan infaq ini Rasulullah SAW bersabda

dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim

69Ibrahim Mustofa, Ahmad Hasan Az Ziyan, Hamid AbdulQadir, Muhammad Ali

Annajjar, mu”jam Al wasit, juz 1 (Istanbul Turki, Maktabah Al Islamiyyah) h.942

Page 65: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

53

عليه و سلم عن أبي هريرة رضي الله عنه: أن النبي صلى الله

إلا ملكان ينلان فيقول ما من يوم يصبح العباد فيه قال: )

أحدهما اللهم أعط منفقا خلفا ويقول الخر اللهم أعط ممسكا لفا(

Artinya:

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu sesungguhnya nabi

shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tiada pagi hari

melainkan ada dua malaikat yang turun kemudian salah

satunya berucap (berdo’a): “Ya Allah berilah orang yang

berinfaq pengganti, sedangkan yang lain berdo’a: “Ya Allah

timpakanlah kepada orang yang kikir (tidak berinfaq)

kehancuran”70HR Bukhari 1374

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kata

“Infaq” digunakan tidak hanya menyangkut sesuatu yang

wajib, tetapi mencakup segala macam pengeluaran /

nafkah. Bahkan, kata itu digunakan untuk pengeluaran

yang tidak ikhlas sekalipun. Firman Allah dalam QS al-

Baqarah (2) : 265

وثبي غاء مرضات الل ا من أنفسهم ومثل الذين ينفقون أموالهم اب

م يصبها كمثل جنة بربوة أصابها وابل فآت أكلها ضعفين فإن ل بما عملون بصير )9٣٣(71 وابل فطل والل

Terjemahan:

70 Muhammad bin Ismail Abu Abdillah Al Bukhari Al Ja’fi, Shohih Al bukhari , Bab

Qaulillahu Ta’ala fa amman ‘ata, Juz 2, (Beirut, Daar Ibnu Katsir, cet 3, 1987) h. 522 71Lihat Kementrian Agama RI, Al-Bayan, (Nur Ilmu : Surabaya,2017) h.

Page 66: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

54

“Dan perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya

untuk mencari rida Allah dan untuk memperteguh jiwa

mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran

tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu

menghasilkan buah-buahan dua kali lipat. Jika hujan lebat

tidak menyiraminya, maka embun (pun memadai). Allah

maha melihat apa yang kamu kerjakan.”

3. Tujuan Hadiah

Berdasarkan uraian yang tertera dalam latar belakang,

praktek pemberian hadiah pada dasarnya merupakan suatu tindakan yang

dianjurkan oleh agama islam (sunnah), karena dengan praktek pemberian

hadiah dapat menumbuhkan rasa kasih sayang sesama manusia, hal itu

berdasar pada hadis Nabi saw, beliau bersabda:

قال مسلم عبدالل الخراسانيعن عطاء بن أبى و قال رسول الل

عليه وسلم صأفحوا يذهب الغل و هادوا حابوا وذهب الس حاء.صلى الل

Artinya:

Dari ‘Atha’ ibn Abi Muslim ‘Abdullah al-Khurasai berkata, Rasulullah saw.

bersabda ‚Saling berjabat tanganlah kalian karena berjabat tangan

menghilangkan kemarahan dan saling memberi hadialah kalian kalian

akan saling mencintai dan menghilangkan permusuhan atau

percekcokan‛. 72

72Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah al-Ju’fiy al-

Bukhariy (Selanjutnya ditulis al-Bukhariy, al- Jami’ al- Sahih Imam al- Buk hariy, cet 1 ( ttp : Dar Tauq alNajah, 1422 H), Juz. II, h. 917.

Page 67: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

55

Hadits di atas sangat jelas dalam menjelaskan posisi dan

tujuan hadiah, yaitu hadiah dapat menumbuhkan rasa saling mencintai

dan menghilangkan permusuhan atau percekcokan sesama manusia, hal

itu dapat terlihat jelas dalam realitas sosial di masyarakat, dimana ketika

terdapat dua orang yang selalu saling memberikan hadiah satu sama lain,

maka kedua orang tersebut akan terjalin keakraban yang lebih di

bandingkan seseorang yang tidak selalu berbagi..

Saling memberi hadiah adalah cara yang lazim dalam

mengeratkan interaksi maupun berbagi ikatan antar manusia. Rasa cinta

seorang suami kepada isterinya, orang tua kepada anaknya, maupun

sebaliknya di antaranya diungkapkan dengan memberi hadiah. Eratnya

persahabatan dan persaudaraan juga diekspresikan dengan memberi

hadiah, akan tetapi hadiah juga dapat menimbulkan perselisihan karena

banyak orang yang menyusahkan orang lain dengan hadiah. Dengan

demikian hadiah seolah menampilkan dua wajah yang berlawanan, baik

dan buruk. Meskipun nash sudah menyebutkan hadiah adalah baik.

Page 68: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

56

BAB V

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan dari hasil penelitian

yang penulis lakukan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bagian ini

penulis akan mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Angngiori di Desa Tanakaraeng Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa

terbagi dalam tiga cara yaitu: dengan undangan (memberikan amplop),

dengan barang, dengan cara diumumkan. Pandangan masyarakat yang

lebih banyak setuju terhadap tradisi Angngiori mengatakan bahwa

Angngiori ini merupakan tradisi dari nenek moyang dan Masyarakat

cenderung lebih banyak mendapat pengaruh baik dalam kehidupannya,

karena dengan Angngiorilah mereka dapat saling membantu kekurangan

biaya dalam pesta dan dapat mempererat tali silaturahim dengan kerabat

jauh. Adapula pandangan masyarakat yang tidak setuju dengan tradisi

Angngiori mengatakan: Merasa terbebani, Adanya keterikatan, Tidak

adanya rasa ikhlas (saling pamer).

Pandangan hukum Islam tentang Tradisi Angngiori (studi kasus di

Desa Tanakaraeng Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa). Tradisi

Angngiori bukanlah ajaran dalam Islam sehingga apabila masyarakat

melakukan tradisi Angngiori benar-benar ikhlas tanpa mengharapkan

balasan maka tradisi Angngiori hukumnya Sunnah.

Page 69: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

57

B. Implikasi Penelitian

Implikasi dari penelitian ini pentingnya mengetahui arti tolong

menolong antara anggota masyarakat bukan hanya sekedar mengikuti

adat yang berlaku dalam suatu daerah melainkan belajar akan pentingnya

memberi dengan keikhlasan tanpa mengharapkan balasan. Adapun

saran-saran tersebut diantaranya:

1. Tradisi Angngiori tetap ada, terhadap pelaksanaan pencatatan

nama masih berlaku tanpa harus adanya pencatatan nominal

sebagai upaya menghindari pemahaman dan masalah yang akan

terjadi dalam masyarakat, dengan demikian adat tersebut berubah

menjadi gudang untuk beramal.

2. Penelitian ini juga merekomendasikan kepada pemerintah, baik itu

imam dusun, kepala dusun, imam desa sampai dengan kepala

desa agar dilakukan sosialisasi kepada masyarakat setempat

tentang hakikat dan makna Angngiori.

Page 70: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

58

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahannya. 2017. Al-Bayan. Surabaya : Nur Ilmu.

Abd al-Baqi, Muhammad Fuad, 1364 H. al- Mu‘jam al- Mufahras li Alfaz al-

Qur’an al- Karim. alQahirah: Dar al-Kutub al-Misriyyah.

Abu Al-Hasan Al-Qusyairi An Naisaburi, Muslim bin Al-Hajjaj, shohih

muslim, bab hak seorang muslim terhadap sesama muslim. Beirut:

Daar ihyaa at-turats al-arabiy

Abu al-Husain Ahmad ibn Faris ibn Zakariya, 1423 H/2002 M .Mu‘jam

Maqayis al - Lugah, Juz. V. Beirut: Dar al-Fikr

Abu Hilal, al-‘Askari, 1412 H, al- Furuq al- Lugawiyah. Cet. I. Qum al-

Muqaddasah: Muassasah al-Nasyr al-Islami.

Abu Malik Kamal, As- Sayyid Salim, 2018. Shahih Fikhi Sunnah, cet. 3.

Jakarta: Darus Sunnah.

Al-Afrīqī, Muhammad ibn Mukrim ibn Manzur Lisān al - ‘ Arab , Juz. I, Cet.

I. Beirut: Dār Sādir.

Al-Bukhariy, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah

al-Ju’fiy, 1422 H al- Jami’ al- Sahih- Sahih Imam al- Bukhariy ,cet

1. Dar Tauq an Najah.

Al-Bagawi , Abu Muhammad al-Husain ibn Mas‘ud, 1417 H./1997 M. Ma‘

alim al- Tanzil, Juz. VI. Cet. IV. Dar Tayyibah li al-Nasyr.

Al- Khadimi Nuruddin Mukhtar, 2005, Ta’lim Ilmu Ushul, Maktabah Al-

Abikan : Riyadh

Al-Manawi , Abd al-Rauf, 1356 H. Faid al- Qadir Syarh al- Jami‘ al- Sagir ,

Juz. V. Cet. I. Mesir: al Maktabah al-Tijariyah al-Kubra.

Page 71: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

59

Al-Maragi, Ahmad Mustafa, 1365 H./1946 M.Tafsir al – Maragi. Juz.

XIX.Cet. I. Mesir: Mustafa al-Babi al-Hilbi wa Auladuh.

Al-Jurjani, Ali ibn Muhammad ibn ‘Ali, 1405 H, al- Ta‘rifat. Cet. I. Beirut:

Dar al-Kitab al-‘Arabi.

Al-Razi, Muhammad Fakhr al-Din, 1401 H./1981 M. Mafatih al- Gaib, Juz.

V. Cet. I. Beirut: Dar al-Fikr.

Arief, Abueraerah. 1995 Kamus Makassar-Indonesia, Ujung pandang :

Yayasan YAPIK DDI

Arikunto, 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:

Rineka Cipta

Ashofa, Burhan.1988. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka cipta

1988).

Ash-Shan’ani, Muhammad bin Ismail Al-Amir. 2019. Subulussalam-Syarah

Bulughul Maram. Cet.4. Jakarta : Darus sunnah.

Ath-Thawil, Syaikh Muhammad Abdullah, 2009. al- Hadiyya tubain al-

Halal wal Haram, terj Wafi Marzuki Ammar, Kapan Hadia h = S u

a p ?. Surabaya: Pustaka Yassir

Azyumardi Azra, dkk. 2005. Ensiklopedi Islam. Juz. III. Jakarta: Ichtiar

Baru van Hoeve.

Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Social, format-format Kuantitatif

dan Kualitatif. Surabaya: PT Airlangga.

Data profil desa Tanakaraeng Tahun 2016

Dusun Bilampang, Masyarakat desa Tanakaraeng, Wawacara oleh

Penulis , Tanakaraeng II 29 Juli 2020

Dusun Manynyampa, Masyarakat desa Tanakaraeng, wawancara oleh

Penulis, Tanakaraeng II 29 Juli 2020

Dusun Tanakaraeng, Masyarakat, Wawacara oleh Penulis , Tanakaraeng

II 28 Juli 2020.

Page 72: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

60

Departemen Pendidikan RI, 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta:

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional

Effendi Satria, 2005. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Hanafi,Djohan. Melayu-Jawa Citra Budaya dan Sejarah Palembang. 1995.

Jakarta : PT Raja Grafindo.

Irfan, Staff kantor desa Tanakaraeng, Wawancara oleh Penulis,

Tanakaraeng II 28 Juli 2020.

Jumantoro, Totok dan Samsul Munir Amin. 2009. Kamus Ilmu Ushul Fikih.

Jakarta : Amzah

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. Jakarta: kamus pusat bahasa.

Mustofa Ibrahim, Ahmad Hasan Az Ziyan, Hamid Abdul Qadir, Muhammad Ali Annajjar. Mu”jam Al wasit. Istanbul Turki: Maktabah Al Islamiyyah

Nasir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: PT Ghalia Indonesia.

Nurcayanti. 2017. Aspek Mudharat Tradisi Anynyori Dalam Perspektif

Hukum Islam Terhadap Hukum Adat. Makassar: Universitas Islam

Negeri.

Parawansyah, Faridah, Sekertaris desa Tanakaraeng, Wawacara oleh

Penulis , Tanakaraeng II 28 Juli 2020

Quraish, Shihab, dkk., 2007. Ensiklopedia al - Qur’an : Kajian Kosa kata,

Juz. II. Cet. I. Jakarta: Lentera Hati

Saifullah. 2006. Buku Pedoman Metodologi Penelitian. Malang : Fakultas

Syariah

Said, Nurman. 2011. Membumikan Islam di Tanah Bugis, Cet.1. Makassar

: Alauddin press.

Sampara, H. S.IP, Kepala desa Tanakaraeng, Wawacara oleh Penulis

Tanakaraeng II 23 Juli 2020

Page 73: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

61

Salamah Abi Islam Mustafa Bin Muhammad,2007, Ta’sis Fi Ushul Fiqh

‘Ala Daw’i Kitab Wassunnah, Maktabah Al- Islamiyah

Linnasyr Wattauzi’ :Kairo

Saputra, Wawan. 2016. Pesan Dakwah Dalam Tradisi Mappadendang Di

Desa Kebo Kecamatan Lilirilau Kabupaten Soppeng.

Makassar:Skripsi (UIN).

Shamad, Abdul, Imam desa Tanakaraeng, Wawacara oleh Penulis ,

Tanakaraeng II 29 Juli 2020

Staff kantor desa Tanakaraeng , Wawacara oleh Penulis , tanakaraeng 29

Juli 2020.

Tim Prima Pena, 2006. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Gitamedia

Press.

Widagdho, Djoko dkk. 1991. Ilmu Budaya Dasar, Bumi Aksara,

Jakarta1991.

Zaidan Abdul Karim, 1987, Al- Wajiz Fi Ushul Fiqh, Muassasah Ar-Risalah

: Beirut.

Portal Media Pengetahuan

Online.https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/10/pengertian

-tradisi-tujuan-fungsi-macam-macam-contoh-penyebab-

perubahan.html. (Diakses 17 Februari 2020).

Page 74: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

62

Lampiran.

1. Peta Desa Tanakaraeng.

Page 75: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

63

2. Wawancara penulis dengan Kepala Desa Tanakaraeng.

3. Wawancara Penulis Dengan Imam Desa Tanakaraeng.

Page 76: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

RIWAYAT HIDUP

Asmirawati dilahirkan di Bontomanai, Sulawesi Selatan, pada

tanggal 11 Februari 1983 dari seorang Ayah Attas Tiwi dan Ibu Minah

Penulis merupakan anak keempat dari 4 bersaudara.

Adapun jenjang yang ditempuh oleh penulis : Tamat SDN 246

Rantebelu, Kab. Luwu tahun 1994. Tamat MTs Keppe, Kab. Luwu tahun 1997.

Tamat SMK Gunung Sari Makassar 2001. Tamat D2 I’dad Lughowiy Ma’had All

Birr Makassar 2016.

Kemudian penulis melanjutkan studi pendidikan pada Fakultas

Agama Islam Muhammadiyah Makassar, Prodi Ahwal Syakhshiyah (Hukum

Keluarga) dan lulus pada tahun 2020.

Selama mengikuti perkuliahan penulis juga aktif dalam kegiatan

organisasi HMJ ahwal syakhshiyah periode 2018-2019.

Page 77: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Page 78: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Page 79: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Page 80: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Page 81: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Page 82: TRADISI ANGNGIORI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM