10
1 I. SINOPSIS KASUS XXX. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Operating Exposure Operating Exposure atau dapat disebut economic exposure, competitive exposure dan di beberapa kesempatan strategic exposure adalah kegiatan yang memperhitungkan semua perubahan akan present value dari sebuah perusahaan yang akan menghasilkan operating cash flow di masa depan yang disebabkan perubahan akan kurs mata uang. Untuk menghitung operating exposure dari sebuah perusahaan membutuhkan forecasting dan analisis akan semua dampak transaksi perusahaan di masa depan bersama-sama dengan eksposur masa depan semua kompetitor perusahaan dan perusahaan uang berpotensi menjadi kompetitor. Keadaan akan perubahan kurs mata uang tidak dapat diprediksi, menyebabkan kebutuhan akan analisis dari operating exposure. Pada perusshaan multinasional, cash flow dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu operating cash flow dan financing cash flow. Operating cash flow berasal dari piutang intercompany (antara perusahaan terkait) dan intracompany (antara unit perusahaan yang sama) dan hutang, sewa dan pembayaran sewa, royalti dan biaya lisensi dan berbagai macam biaya manajemen. Sementara financing cash flow adalah pembayaran dari pinjaman (pokok pinjaman dan bunganya), suntikan modal dan dividen yang berasal dari intercompany ataupun intracompany.

Toyota - Isi (1)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

international finance

Citation preview

2

I. SINOPSIS KASUSXXX.

II. TINJAUAN PUSTAKAA. Operating ExposureOperating Exposure atau dapat disebut economic exposure, competitive exposure dan di beberapa kesempatan strategic exposure adalah kegiatan yang memperhitungkan semua perubahan akan present value dari sebuah perusahaan yang akan menghasilkan operating cash flow di masa depan yang disebabkan perubahan akan kurs mata uang.Untuk menghitung operating exposure dari sebuah perusahaan membutuhkan forecasting dan analisis akan semua dampak transaksi perusahaan di masa depan bersama-sama dengan eksposur masa depan semua kompetitor perusahaan dan perusahaan uang berpotensi menjadi kompetitor. Keadaan akan perubahan kurs mata uang tidak dapat diprediksi, menyebabkan kebutuhan akan analisis dari operating exposure.Pada perusshaan multinasional, cash flow dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu operating cash flow dan financing cash flow. Operating cash flow berasal dari piutang intercompany (antara perusahaan terkait) dan intracompany (antara unit perusahaan yang sama) dan hutang, sewa dan pembayaran sewa, royalti dan biaya lisensi dan berbagai macam biaya manajemen. Sementara financing cash flow adalah pembayaran dari pinjaman (pokok pinjaman dan bunganya), suntikan modal dan dividen yang berasal dari intercompany ataupun intracompany.

Figure 1 Financial and Operating Cash Flows Between Parent and SubsidiaryOperating cash flow dapat dikatakan lebih penting untuk jangka waktu panjang akan keadaan dari sebuah bisnis daripada perubahan yang disebabkan akan eksposur transaksi atau translasi. Namun, operating exposure bersifat subjektif karena tergantung pada perkiraan perubahan arus kas di masa depan melalui horizon waktu yang sewenang-wenang. Perencanaan akan operating exposure adalah tanggung jawab dari managemen perusahaan karena bergantung kepada interaksi dari strategi akan keuangan, pemasaran dan pembelian dan produksi. Managemen dan investor harus memperhitungkan perubahan akan nilai kurs yang tidak dapat terprediksi ke dalam evaluasi akan operasi dan nilai pasar. Dari perspektif investor, jika pasar valuta asing efisien, maka informasi mengenai perubahan nilai tukar harus tercermin dalam nilai pasar perusahaan. Hanya perubahan yang tak terduga dalam nilai tukar, atau pasar valuta asing tidak efisien, yang menyebabkan nilai pasar berubah. B. Pengukuran akan Dampak dari Operating ExposurePerubahan yang tak terduga akan nilai mata uang berdampak akan expected cash flow sebuah perusahaan mempunyai empat level yang bergantung akan waktu yang digunakan yaitu: short run, medium run : equlibrium, medium run: disequilibrium, long run.

Strategi operasional akan pengeloloan dari operating exposure menekankan akan penataan operasi perusahaan dalam rangka menciptakan pencocokan aliran cash flows akan nilai tukar.Tujuan dari manajemen operating adalah untuk mengantisipasi dan mempengaruhi efek dari perubahan tak terduga dalam nilai tukar pada arus kas masa depan perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, manajemen dapat melakukan diversifikasi operasi dan pendanaan dasar perusahaan. Manajemen juga dapat mengubah kebijakan operasi dan pembiayaan perusahaan. Sebuah strategi diversifikasi tidak memerlukan manajemen untuk memprediksi diseuquilibrium, hanya untuk mengenalinya ketika itu terjadi. Jika operasi perusahaan yang terdiversifikasi secara internasional, manajemen dapat mengenali ketidakseimbangan ketika terjadi dan bereaksi kompetitif. Menyadari perubahan sementara dalam kondisi kompetitif memungkinkan manajemen untuk melakukan perubahan dalam strategi operasi. Perusahaan domestik dapat terkena dampak penuh dari paparan operasi valuta asing dan tidak memiliki pilihan untuk bereaksi dengan cara yang sama seperti yang dilakukan perusahaan multinasional. Jika sumber pembiayaan perusahaan terdiversifikasi, maka perusahaan akan dapat mengambil keuntungan dari penyimpangan sementara dari international fisher effect. Namun, untuk beralih sumber pembiayaan perusahaan harus sudah terkenal di komunitas investasi internasional. Pilihan ini tidak berlaku bagi perusahaan domestik (jika telah membatasi pembiayaan ke salah satu pasar modal).C. Proactive Management of Operating ExposureOperating exposure dapat dikelola sebagian dengan mengadopsi kebijakan operasional yang mengimbangi antisipasi eksposur valuta asing. Terdapat enam kebijakan yang biasa digunakan yaitu: Matching currency cash flowsSalah satu cara untuk mengantisipasi akan eksposur secara terus-menerus pada perusahaan adalah untuk memperoleh utang dalam mata uang yang mempunyai eksposure terbesar. Risk sharing agreementsPada strategi ini terdapat perjanjian kontraktual di mana pembeli dan penjual setuju untuk berbagi dampak pergerakan mata uang pada pembayaran antara kedua pihak.Perjanjian ini dimaksudkan untuk mengurangi dampak pada kedua belah pihak dari pergerakan nilai tukar stabil dan tak terduga. Back to-back / parallel loansKetika dua perusahaan di negara yang berbeda melakukan perjanjian untuk meminjam mata uang masing-masing untuk jangka waktu tertentu dan pada tanggal yang disepakati untuk mengembalikan uang yang dipinjam. Curency swapsStrategi ini menyerupai strategi back-to-back kecuali bahwa pada strategi ini pertukaran yang terjadi tidak muncul di neraca perusahaan. Perusahaan dan dealer pertukaran atau swap bank setuju untuk bertukar jumlah yang setara dengan dua mata uang yang berbeda untuk jumlah waktu tertentu. Leads and lagsPerusahaan dapat mengurangi operating exposure dan transaction exposure dengan mempercepat atau melambat waktu pembayaran yang harus dibuat atau diterima dalam mata uang asing. Pada intracompany, startegi ini lebih layak dilakukan untuk sejumlah perusahaan yang mempunyai tujuan yang hampir sama. Pada intercompany memerlukan preferensi waktu yang independen. Reinvoicing centerAda tiga manfaat dasar yang timbul dari penciptaan reinvoicing center, yaitu: mengelola eksposur valuta asing, menjamin nilai tukar di masa depan, mengelola arus kas intrasubsidiary.Beberapa perusahaan multinasional sekarang berusaha untuk melindungi operating exposurea dengan melindungi nilai kontrak. Kemampuan untuk melindungi nilai "unhedgeable" tergantung pada: prediktabilitas arus kas masa depan perusahaan dan prediktabilitas respon perusahaan pesaing kepada perubahan suku bungaIII. PEMBAHASAN1. Why do you think Toyota waited so long to move its manufacturing for European sales to Europe?

Menurut kami, banyak hal yang menjadi bahan pertimbangan bagi TMEM dalam keputusannya untuk membangun fasilitas manufaktur di Eropa. Dalam manufaktur, faktor terpenting yang harus diperhatikan adalah perlunya dibangun suatu fasilitas pabrik. Dimana pabrik tersebut akan digunakan sebagai fasilitas pengolahan bahan baku menjadi barang yang siap dijual.Dalam membangun suatu pabrik, harus diperhatikan bahwa perlu adanya modal keuangan yang cukup besar. Hal ini akan sangat sulit dilakukan, karena selain TMEM telah mengalami kerugian sebelumnya, pangsa pasar yang dimiliki oleh TMEM di Eropa cukup kecil, hanya berfokus pada kendaraan Yaris saja.Berlanjut dari poin sebelumnya, industri yang digeluti oleh TMEM adalah suatu industri yang memerlukan adanya suntikan dana investasi yang berkala. Hal ini untuk menunjang keberlangsungan daya saing yang dimiliki perusahaan. Dengan adanya suntikan dana investasi secara berkala, maka dapat dimungkinkan untuk terjadi perkembangan usaha karena adanya akses terhadap teknologi-teknologi baru.Selain itu, dari sisi economies of scale, hal ini dilihat masih belum menguntungkan bagi TMEM. Meskipun dengan membangun pabrik baru dapat dikurangi biaya produksi, tetapi pangsa pasar yang kecil membuat TMEM berada pada keadaan yang cukup sulit. Seperti disampaikan pada paparan kasus, beberapa komponen penting pun akhirnya masih harus diimpor dari Jepang atau Inggris.

2. If the British pound were to join the European Monetary Union would the problem be resolved? How likely do you think this is?

Menurut kami, masalah ini belum bisa diselesaikan hanya karena Great Britain Poundsterling (GBP) bergabung dengan Euro. Hal ini mungkin akan menyelesaikan permasalahan nilai tukar antara GBP dan Euro saja. Tetapi yang menjadi permasalahan adalah menguatnya nilai tukar Yen dibandingkan dengan Euro. Sehingga jika GBP bergabung masalah besarnya belum akan terselesaikan.Menurut kami, hal ini juga tidak mungkin dilakukan karena kuatnya posisi nilai tukar GBP jika dibandingkan dengan Euro. Seperti dapat kita ketahui, hingga tahun 2015 ini GBP masih berdiri kuat. Pertimbangan negara Inggris pun pasti akan sangat banyak, karena dengan bergabung dengan Euro, GBP akan menjadi salah satu penopang ekonomi Eropa seperti yang terjadi pada Jerman.

3. If you were Mr. Shuhei, how would you categorize your problems and solutions? What was a short-term problem? What was a long-term problem?

Akar dari permasalahan yang dialami Toyota Motor European Manufacturing (TMEM) adalah melemahnya nilai tukar Euro (EUR) relatif terhadap Japanese Yen (JPY) dan British Poundsterling (GBP). Melemahnya nilai EUR tersebut menjadi masalah bagi TMEM mengingat seluruh penjualan Toyota di Eropa berasal dari impor complete autos dan key subcomponents asal Jepang, yang pembayarannya dilakukan dalam mata uang JPY. Dengan demikian TMEM mendapatkan operating exposure dari pelemahan nilai tukar EUR.Implikasi dari operating exposure yang dirasakan oleh TMEM adalah peningkatan biaya per unit dari setiap penjualan Toyota di Eropa. Dari total penjualan Toyota di Eropa, 74% merupakan impor complete autos yang diimpor dari Jepang, sedangkan 26% merupakan produk yang dirakit di Uni Eropa menggunakan key subcomponents yang diimpor dari Jepang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa seluruh atau sebagian besar komposisi cost strucutre per unit penjualan Toyota diimpor dengan JPY sebagai alat pembayaran.Mengingat produk otomotif berada pada pasar yang memiliki sifat price elastic, maka implikasi dari perubahan nilai tukar tidak dapat dibebankan kepada harga penjualan (no complete pass-through). TMEM akan mengalami penurunan market share apabila implikasi perubahan nilai tukar dibebankan kepada harga. Akan tetapi, jika tidak ada penanggulangan masalah lebih lanjut, maka TMEM akan mengalami penurunan margin ataupun loss akibat pembengkakan cost structure.Dari paparan di atas, permasalahan TMEM dapat dikategorisasi menjadi dua kategori, yakni permasalahan jangka pendek dan permasalahan jangka panjang. Dalam jangka pendek, sulit dilakukan perubahan harga yang dibebankan kepada konsumen dan cost structure. Sehingga, TMEM akan mengalami penurunan laba operasional dibanding proyeksi awal ataupun operational loss pada tahun anggaran berjalan.Dalam jangka panjang, TMEM akan mengalami kerugian yang berkelanjutan jika tidak menanggulangi masalah yang ada. Jika permasalahan ditanggulangi dengan peningkatan harga, maka akan ada permasalahan baru yang akan dialami oleh TMEM, yakni penurunan daya saing dan market share. Hal ini dikarenakan dua alasan utama. Pertama, sifat produk yang memiliki price elasticity. Kedua, struktur kompetisi TMEM di Eropa, dimana sebagian pesiang TMEM merupakan perusahaan otomotif yang berbasis di Eropa dan mengalami operational exposure pada tingkat yang relatif lebih rendah dibanding TMEM.

4. What measures would you recommend that Toyota Europe take to resolve the continuing operating losses?

Sesuai dengan permasalahan yang sudah diidentifikasi dan dikategorisasi pada jawaban soal 3.3, maka terdapat dua rekomendasi bagi permasalahan TMEM. Dalam jangka pendek, TMEM direkomendasikan untuk tetap melanjutkan kebijakan operasional dan kebijakan penetapan harga yang sedang dijalankan. Hal ini tetap direkomendasikan meskipun gross margin yang dinikmati tetap minim, dengan tujuan agar TMEM dapat tetap menjaga market share dan momentum penjualan Yaris. Sebagai tambahan, pada akhir 2001 EUR mulai menguat realtif terhadap JPY dan GBP, sehingga dapat menurunakn nilai kerugaian yang dialami TMEM.Dalam jangka panjang, TMEM perlu memnyaperbaiki cost structure perusahaan yang sensitif terhadap perubahan nilai tukar EUR. Hal ini dapat dilakukan dengan pembangunan dan memulai operasi fasilitas manufaktur di Eropa. Cakupan dari kegiatan manufaktur yang dilakukan direkomendasikan agar tidak hanya terbatas pada kegiatan perakitan, namun menyertakan kegiatan sourcing, procurement, dan produksi key components. Selain itu, kegiatan manufaktur direkomendasikan untuk dijalankan di Eropa, tepatnya di lokasi yang menggunakan EUR, bukan di Jepang, Britania Raya, ataupun Turki.

DAFTAR PUSTAKA

Eitman, David K., Stonehill, A. I., & Moffett, M. H. (2013). Multinational Business Finance. Pearson Global Edition; 13th Edition.1