Upload
cky-achsan
View
784
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I. PENDAHULUAN
Tonometer adalah alat yang mengeksploitasi sifat fisik mata untuk
mendapatkan tekanan intra okular tanpa perlu mengkanulasi mata.( 1 ).
Sifat fisik kornea normal memberi batasan keakuratan tonometer untuk
mengukur tekanan intra okular, dan sejumlah usaha telah dilakukan untuk
mendesign tonometer yang dapat diaplikasikan juga pada konjungtiva atau pada
kelopak mata. ( 1 )
Tonometer pertama yang paling praktis dan sederhana ditemukan oleh
Maklakoff pada tahun 1885. Ficks pada tahun 1888 menemukan tonometer
sebagai pelopor tonometer Goldman (1954), yang sekarang secara umum
dipertimbangkan sebagai alat paling akurat secara klinis, berdasarkan
pertimbangan cermat area optimal kornea untuk dipipihkan dan tekanan keluar
yang disebabkan oleh elastisitas kornea serta meminimalisir gaya ke dalam yang
disebabkan oleh tekanan permukaan air mata. ( 1 )
Kemudian ditemukan tonometer Schiotz yang tidak memerlukan zat
pewarna tertentu dan lebih cepat dalam penghitungan. ( 1 )
Tonometer Goldman versi pegangan tangan dikenal dengan Draeger dan
Perkins, instrument lanjutan ini cukup nyaman, dapat dipergunakan pada posisi
apapun, mudah dikalibrasi dan telah luas dipakai dalam klinis ofthalmologi.
Tonometer Perkins paling dapat diterima pasien dan bisa dipakai pada anak-anak
tanpa anestesi. ( 1 )
Tonometer Bigliano (Tonometer Durham, Tonometer Applanatic) seperti
yang dimodifikasi oleh Webb ( Pneumatonometer ) dengan menggunakan aliran
gas, piringan metalik pipih dan membrane fleksibel yang diaplikasikan pada
kornea. ( 1 )
Suatu peralatan yang meminimalisir efek penarikan air mata dan gaya
lengkung kornea adalah tonometer Mackay-Marg, dalam situasi dimana kornea
cukup abnormal peralatan ini dapat menyajikan hasil yang dapat dipercaya.
Tonometer non kontak adalah suatu tonometer yang mengukur tekanan intra
okuler tanpa kontak langsung dengan kornea dan tanpa anestesi. ( 1 )
1
Semua tonometer yang ada tidak akan memberikan hasil pemeriksaan
yang maksimal jika pemeriksa tidak mengetahui tehnik secara benar yang
menyebabkan terjadinya kesalahan.
2
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 FISIOLOGI AQUOUS HUMOR
Tonometer berguna untuk mengukur tekanan intra okuli. Tekanan intra
okuli tergantung dari kecepatan produksi aquos humor, tahanan terhadap
keluarnya air mata dan tekana vena episklera. (6)
Nilai normal tekanan intra okuli 11-21 mmHg (rata-rata 16±2,5 mmHg). (6)
Gambar 1 Fisiologi Aquos Humor ( Sumber : Clinical Ophthalmology hal 186 )
Aquos humor dihasilkan oleh korpus siliari dengan
Aktif sekresi
Pasif sekeresi melalui ultrafiltrasi dan difusi (6)
3
Fisiologi aliran keluar aquos humor:
Aquos humor mengalir dari camera okuli posterior masuk ke kamera okuli
anterior melewati pupil dan dialirkan keluar melalui trabecular (a), uveoskleral
(b), dan iris (c). (6) (gambar 1)
Faktor lain yang dapat mempengaruhi tekanan intra okuli:
obat-obatan
penekanan pada mata
peningkatan temperature tubuh
latihan fisik yang melelahkan
Hormonal
Peningkatan tekanan vena
Asupan cairan
Metabolic atau respiratorik asidosis
Fluktuasi tekanan intra okuli ( 5 )
2.2 KLASIFIKASI TONOMETER
Tonometer secara umum diklasifikasikan menjadi 2 ( dua ) metode : ( 2 )
1. Metode langsung
Metode langsung : dengan menggunakan kanul di insersikan kedalam bilik mata
depan, dan salah satu ujung yang lain dihubungkan dengan alat manometrik untuk
mengukur tekanan yang diberikan. Walau metode ini merupakan cara yang paling
akurat tapi sangat tidak mungkin oleh karena sangat diluar kelaziman.
2. Metode tidak langsung
Metode tidak langsung terbagi menjadi
• Metode kontak terbagi
- indentasi tonometer
- applanasi tonometer.
• Metode non kontak ( 2 )
4
Indentasi tonometer
Secara prinsip sebagai alat pengukur jumlah indentasi ( deformasi menjadi
pipih ) pada kornea terhadap tekanan yang diberikan.
Contoh : tonometer schiotz ( 2 )
Gambar 2 Indentasi Tonometer ( Sumber : Clinical Ophthalmology hal 189 )
Applanasi tonometer
Gambar 3 Aplanasi Tonometer ( Sumber : Clinical Ophthalmology hal 188 )
Secara prinsip diartikan sebagai alat pengukur besarnya gaya yang
dibutuhkan untuk memipihkan ( mendatarkan ) kornea. ( 2,3 )
2.3 KALIBRASI
5
Semua tonometer harus dikalibrasi untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Kalibrasi tonometer selalu memerlukan korelasi antara pembacaan alat dan
pengukuran simultan pembacaan manometrik bila mata dikanulasi. ( 1 )
Dua metode kalibrasi tonometer yang berbeda secara mendasar terbagi
menjadi : (1)
Metode keran tertutup
Metode keran terbuka.
Prosedur kalibrasi metode keran tertutup, mata dihubungkan pada
manometer secara hidrolik dengan menggunakan kanul.. Keran pada kanul lalu
ditutup sehingga mata sementara tidak berhubungan dengan manometer.
Tonometri dilakukan dengan segera.
Prosedur kalibrasi metode keran terbuka, dilakukan pada keadaan yang
sama kecuali keran dibiarkan terbuka, membiarkan tonometer dan sistem
manometer seimbang.
Sejumlah usaha dilakukan untuk menstandarkan tonometer, berakhir pada
tahun 1942 dengan terbentuknya Komite Standarisasi Tonometer, Akademi
Oftalmologi Amerika, dan Otolaringologi Amerika. Tonometer merupakan alat
pengukur tekanan intra okuler yang harus memenuhi standarisasi sehingga
menghasilkan pengukuran nilai yang sama pada pasien yang sama . ( 1 )
6
2.4 TEHNIK – TEHNIK TONOMETER
Pengukuran tekanan bola mata bukan hanya tergantung dari alat yang
sudah terstandarisasi dan terkalibrasi dengan baik tapi juga ketelitian serta tehnik
melakukan tonometer. ( 1 )
1. Tonometer digital palpasi
Merupakan pengukuran bola mata dengan jari pemeriksa
Alat :
Jari telunjuk kedua tangan
Tehnik :
Menjelaskan apa saja yang akan kita lakukan pada saat pemeriksaan
Pasien disuruh menutup mata
Pandangan kedua mata seakan-akan menghadap ke bawah
Jari-jari lainnya bersandar pada dahi dan pipi pasien
Kedua jari telunjuk menekan bola mata pada bagian belakang kornea
bergantian
Satu telunjuk mengimbangi tekanan saat telunjuk lainnya menekan bola
mata
Gambar 4 Digital Palpasi ( Sumber : Dasar tehnik pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata hal 182)
7
Penilaian :
Cara ini memerlukan pengalaman pemeriksa karena terdapat faktor subjektif.
Penilaian dapat dicatat, mata N+1, N+2 , N+3 , atau N-1, N-2, N-3 yang
menyatakan tekanan lebih tinggi atau lebih rendah dari normal. ( 4,7,10 )
2. Tonometer Schiotz
Merupakan tonometer indentasi atau menekan permukaan kornea (bagian
kornea yang dipipihkan) dengan suatu beban yang dapat bergerak bebas pada
sumbunya. Bila tekanan bola mata lebih rendah maka beban akan mengindentasi
lebih dalam permukaan kornea dibanding tekanan bola mata lebih tinggi.
Alat :
Tonometer terdiri dari bagian :
• Frame : skala, penunjuk, pemegang, tapak berbentuk konkaf
• Pencelup
• Beban : 5,5mg ; 7,5 mg ; 10 mg ; 15 mg
Gambar 5 Tonometri Schiotz ( Sumber : Clinical Ophthalmology hal 189 )
8
Tehnik :
• Menjelaskan apa saja yang akan kita lakukan pada saat pemeriksaan
• Pasien diarahkan pada posisi duduk miring atau terlentang dengan kepala
dan mata berada pada posisi vertikal .
• Mata ditetesi anestesi lokal misalnya pantochain lebih kurang satu atau dua
tetes, ditunggu sampai pasien tidak merasa pedas pada matanya.
• Tonometer harus dibersihkan terlebih dahulu
• Tonometer diberi pemberat 5,5 gr
• Tonometer diperiksa dengan batang penguji
• Kelopak mata pasien dibuka dengan telunjuk dan ibu jari, jangan tertekan
bola mata
• Pasien diarahkan untuk menatap vertical dapat dibantu dengan alat
(misalnya sinar fiksasi yang berkedip-kedip atau ibu jari pasien)
• Alat tonometer direndahkan hingga hampir menyentuh kornea,
dinasehatkan agar beberapa detik untuk membiarkan pasien untuk rileks,
sambil pemeriksa mengarahkan bila alat tonometer diletakkan nantinya
berada tepat diatas kornea serta skala harus pada posisi menghadap
pemeriksa
• Tonometer Schiotz harus dipastikan terletak pada kornea kemudian
pemeriksa membaca penunjuk pada skala bacaan tometer
• Alat diangkat dari mata dan subjek dizinkan untuk mengedipkan kelopak
matanya
• Bila skala bacaan adalah 4 atau kurang, maka salah satu pemberat pada
pencelup harus ditambah untuk mendapatkan keakuratan tonometri ( 2 )
• Kemudian pemeriksaan dilanjutkan pada mata yang satunya lagi sesuai
dengan prosedur mata yang terlebih dahulu telah diperiksa
• Tonometer harus dibersihkan atau disterilkan bila subjek yang diperiksa
diduga mengidap penyakit menular. ( 1,2,4,6,7,10,12 )
Penilaian :
Hasil pembacaan skala dikonversikan dengan tabel yang telah ditentukan untuk
mengetahui tekanan bola mata dalam millimeter air raksa. ( 1,2,4,10,11,12,13 )
9
3. Tonometer Goldmann
Merupakan alat untuk mengukur tekanan berdasarkan gaya ( jumlah tenaga yang
diberikan ) dibagi luas penampang ( kornea ) yang ditekan alat ( 2,3,4,5,11,12,13 )
Alat :
- Slit lamp dengan sinar biru
- Tonometer applanasi
- Fluorisen strip
- Obat tetes anestesi local
Gambar 6 Tonometer Goldman ( Sumber : "http://en.wikipedia.org/wiki/Tonometry" )
Gambar 7 Metode Pemeriksaan Tonometer Goldman ( Sumber : Clinical Ophthalmology hal 189 )
Tehnik :
10
• Menjelaskan apa saja yang akan kita lakukan pada saat pemeriksaan
• Permukaan depan prisma dibersihakan dengan air dan dikeringkan dengan
tisu kering, bahan yang mungkin meninggalkan residu tosik bagi retina
harus dihindari
• Slit lamp digeser sesuai dengan posisi yang nyaman bagi pemeriksa
• Penyaring biru dimasukkan ke dalam jalur sinar slit lamp dan dibuka pada
posisi yang paling lebar dan harus cukup oblik dari sisi tepi iluminasi
prisma sehingga tidak menimbulkan refleksi yang mengganggu
• Obat anestesi local ditetes pada kornea, berguna untuk keakuratan
tonometri.
• Diberikan zat pendar untuk mengamati batas meniscus kontak kornea dan
tonometer, zat pendar harus segera dibersihkan segera setelah tonometer
• Slit lamp diatur sehingga pasien juga merasa nyaman.Pasien disuruh
menatap lurus kedepan dan menahan kedipan mata
• Slit lamp digeser sepanjang aksis optikus untuk mencapai kornea, dengan
menggeser joystick ke belakang, keseluruhan alat bergerak kira-kira 2 mm
sampai 3 mm anterior ke arah kornea. Posisi awal harus lebih rendah dari
aksis visual sehingga memungkinkan untuk menyelipkan di bawah bulu
kelopak mata tanpa menyentuhnya, bila perlu kelopak mata diangkat
sedikit lalu prisma diposisikan berada di tengah
• Pemeriksa mulai melihat dari biomikroskop, citra yang direfleksikan dari
ujung tonometer bisa jadi penuntun. Citra yang tampak menyerupai busur
berwarna ungu pucat dan bergerak sebagaimana posisi disesuaikan. Bila
busur tampak simetris dalam dua pertengahan biprisma, instrument dalam
posisi benar.
• Joystick diarahkan kedepan dengan perlahan, tepat permukaan kornea
tersentuh, tampak dua busur berwarna terang dan arkus akan saling
bertemu.
• Bagi pemeriksa berpengalaman bila kornea keluar sedikit dari garis
pelurusan bisa disesuaikan tanpa harus menarik kembali tonometer. Cakra
11
tombol tonometer harus disesuaikan sehingga tepi bagian dalam arkus
superior dan bagian dalam arkus inferior saling bertemu dengan tepat
• Bila salah satu semilingkaran terganggu, prosedur pemeriksaan harus
diulang
• Bila semilingkaran saling tumpang tindih dan ukuran tidak berubah saat
tombol cakra diubah, maka tonometer telah terlalu terdorong ke depan dan
harus ditarik
Pasien harus dibiarkan mengedip sebelum prosedur ulang dilakukan
• Dianjurkan pemeriksaan dilakukan pada kedua mata
• Bila tonometri telah selesai dilakukan prisma dibersihkan dengan air dan
diseka dengan tissue bersih dan kering. (1,2,3)
Gambar 8 Cakra Disc ( Sumber : "http://en.wikipedia.org/wiki/Tonometry" )
Gambar 9 Cakra Disc Semilingkaran ( Sumber : Diagnostic procedures in ophthalmology hal 49 )
12
Penilaian :
Melalui biomikroskop terlihat gambaran dua semi lingkaran yang
berukuran sama dimana sisi dalam kedua semi lingkaran atas dan bawah saling
bertemu dan sejajar. Nilai yang terbaca pada tombol cakra tonometer dikalikan 10
untuk mendapatkan nilai dalam mmHg. ( 2 )
4. Tonometer Perkins
Merupakan tonometer applanasi yang hampir sama dengan tonometer
Goldmann hanya saja tonometer Perkins dapat digunakan dalam berbagai posisi
oleh karena bersifat portable , keakuratannya dapat disamakan baik dalam posisi
vertical atau horizontal, tonometri dapat dilakukan pada bayi, anak, dan di kamar
operasi serta pada kornea yang mengalami astigmatisma. Tekanan intra ocular
dapat lebih akurat dari pengukuran dengan menggunakan tonometer Goldmann
jika saat pemeriksaan pasien mau menahan nafas, melonggarkan dasi, cemas
terhadap pemeriksaan dengan memakai slit lamp, dan dapat digunakan di dalam
kamar operasi. ( 1,2,3,5 )
Alat :
• Bersifat portable
• Pencahayaan pada prisma berasal dari baterai.
• Tekanan yang diberikan secara manual.
Gambar 10 Tonometer Perkins ( Sumber : Clinical Ophthalmology hal 190 )
13
Tehnik :
• Menjelaskan apa saja yang akan kita lakukan pada saat pemeriksaan
• Dianjurkan untuk memakai konsentrat zat pendar yang lebih besar
• Dilakukan pada ruangan gelap dan tenaga baterai harus baik sehingga
illuminasi dapat adekuat
• Kelopak mata tidak boleh menyentuh tonometer pada saat pemeriksaan
• Pemeriksa harus cermat terhadap kelebihan air mata sehingga tidak
menyamarkan ujungujung dari meniscus yang akan menuntun pada
kesalahan besar. Kewaspadaan ini terutama memeriksa mata pada beberapa
hari setelah operasi
Penilaian :
Gambaran yang dijumpai sama dengan gambaran tonometer Goldmann.
(1,2,3,6,11,12,13)
5. Tonometer Daeger
Merupakan tonometer applanasi, hampir sama dengan tonometer
Goldmann dan Perkins. Perbedaannya pada bentuk prisma yang digunakan serta
tekanan yang diberikan berasal dari motor elektrik. Bersifat portable.
Membutuhkan latihan untuk menggunakannya dan mempunyai tingkat kesulitan
yang sama dengan tonometer Goldmann. (3)
6. Tonometer Mackay-Marg
Merupakan tonometer applanasi , dan cukup akurat untuk pengukuran tekanan
intra ocular pada mata yang mengalami sikatrik, odema atau irregular kornea dan
pada mata yang memakai lensa kontak lunak. ( 1,2,3,5 )
Alat :
Pencelup dengan diameter 1,5 mm yang sedikit menonjol dari piringan
dasar yang mengelilinginya. Ujung dari alat ini ditutupi film plastik untuk
mencegah penularan penyakit. Pergerakan dari pencelup dimonitor oleh
transduser dan di rekam pada kertas.
14
Tehnik :
• Menjelaskan apa saja yang akan kita lakukan pada saat pemeriksaan
• Gerakkkan perlahan tonometer menuju mata, diaplikasikan pada kornea
dengan perlahan
• Indentasi kornea diperlukan untuk memastikan bahwa posisi alat sudah
tepat
• Ketidaksiapan pemeriksa atau pasien dan terlalu lambatnya penarikkan
dapat menyebabkan terjadi artefak
• Kesalahan yang paling sering terjadi adalah menggerakkan ujung dan maju
secara cepat (pergerakkan cepat menimbulkan gaya bermakna oleh karena
tranduser yang sensitive terhadap tekanan )
15
Gambar 11 Tonometer Mackay-Marg ( Sumber : Diagnostic procedures in ophthalmology hal
51)
Penilaian :
• Tonometer ( plunger ) diletakkan pada kornea.
Penilaian : cetakan pada kertas mulai meningkat mewakili tekanan yang
diberikan pada plunger
• Ketika seluruh permukaan plunger dengan diameter 1,5 mm menyentuh
kornea. Pada keadaan ini tekanan yang diberikan pada plunger merupakan
akumulasi dari tekanan intra ocular dan tekanan yang diperlukan untuk
merubah bentuk kornea.
Penilaian : cetakan pada kertas mencapai puncak.
• Kemudian tekanan diteruskan ke piringan yang mengelilingi plunger.
Penilaian : cetakan kertas dijumpai takikan
• Area aplanasi kornea terus bertambah sebanding luas dari piringan yang
mengelilingi plunger.
Penilaian : cetakan pada kertas semakin meningkat ( 2 )
7. Pneumatonometer
Merupakan tonometer yang mempunyai kemampuan sensitifitas seperti
tonometer Mackay-Marg. Pengukuran tekanan intra ocular dengan memberikan
tekanan udara pada seluruh struktur kornea yang digunakan untuk mendatarkan
kornea. Berguna untuk kornea yang irregular, sikatrik dan odema serta mata yang
memakai soft kontak lens. Dan pada kasus diatas hasil pengukuran tekanan intra
16
okuler lebih konsisten dan objectif. Dapat digunakan untuk mengukur tekanan
intra ocular secara berkesinambungan dan sebagai tonografi ( 1,2,3,5,7,10,11,13 )
Alat :
• Pompa sumber tekanan udara sebagai pengaktif sensor
• Sensor untuk mengukur tekanan intra ocular yang diletakkan pada mata
• Tranduser yang mengubah tekanan udara menjadi signal elektrik
• Unit penguat dan pencatat signal serta pengubah tampilan kedalam
rekaman kertas atau dalam bentuk digital
Tehnik :
• Menjelaskan apa saja yang akan kita lakukan pada saat pemeriksaan
• Dapat dilakukan pada berbagai posisi
• Ujung tonometer diletakkan pada kornea dan alat akan mengeluarkan bunyi
bernada tinggi.(1)
Penilaian :
Hasil pengukuran tampil secara digital atau terekam dalam bentuk grafik. ( 1 )
8. Tono pen
Merupakan tonometer portable dengan sumber energi dari baterai.
Gambar 12 Tonopen ( Sumber : Clinical Ophthalmology hal 190 )
17
Tehnik :
• Menjelaskan apa saja yang akan kita lakukan pada saat pemeriksaan
• Meletakkan ujung alat tegak lurus pada kornea sampai kornea pipih
• Pengukuran diterima apabila terdengar bunyi klik, pengukuran ini akan
berulang-ulang sampai data dirasa cukup dan terdengar tanda beep yang
menyatakan data telah terkumpul
Penilaian :
Hasil pengukuran tampil secara digital, di dapat berdasarkan nilai rata- rata
statistic yang diproses secara elektronik.
Pada irregular cornea hasil pengukuran tonopen sebanding dengan
pembacaan Mackay-Karg.
Pada beberapa penelitian hasil pembacaan tonopen dibawah rata-rata pada
tekanan intra okuli tinggi dan diatas rata-rata pada tekanan intra okuli rendah. ( 2,5,6,10,11,13 )
9. Tonometer non kontak
Gambar 13 Tonometer Non Kontak( Sumber : Clinical Ophthalmology hal 190 )
18
Secara prinsip sama dengan tonometer Goldman, tonometer non kontak
menggunakan semburan udara sebagai pengganti prisma untuk meratakan kornea,
sehingga tidak ada kontak langsung antara mata dengan alat yang dapat mencegah
penularan penyakit.
Alat ini juga mengeluarkan cahaya yang diarahkan ke kornea yang sudah
diratakan oleh semburan udara, cahaya ini kemudian direfleksikan oleh kornea
yang sudah rata ke photoreceptor yang mengaktifkan penghentian semburan
udara.
Tehnik :
• Menjelaskan apa saja yang akan kita lakukan pada saat pemeriksaan
• Mengatur ketinggian alat sehingga posisi pasien tepat
• Pasien dilarang untuk berkedip dan menghindar apabila ada hembusan
udara mengenai matanya
• Dapat dioperasikan oleh personil non medis
Penilaian :
Pengukuran tekanan intra ocular dengan alat tonometer non kontak sangat singkat,
dan hasil pengukuran tampil secara digital pada layar. ( 5,6,7,10,11,13 )
10. Dynamic Contour Tonometry
Merupakan tehnik pengukuran terbaru dengan penyesuaian permukaan
(contour matching) dan ujung tonometer yang diletakkan dipermukaan kornea
mempunyai tekanan yang konstan, ini yang membedakannya dari tonometer
aplanasi yang lain.
19
Gambar 14 Dynamic Contour Tonometry ( Sumber : "http://en.wikipedia.org/wiki/Tonometry" )
Alat :
• Ujung tonometer (tip) yang mempunyai kemampuan penyesuaian bentuk
terhadap kornea (bentuk konkaf dengan diameter 10,5 mm )
• Sensor tekan mini ditanamkan pada ujung tip
• Penghasil suara memastikan posisi tip tepat kontak pada kornea
• Pascal computer berguna untuk menetralkan efek yang bervariasi pada tiap
individu serta mengkalkulasikan perubahan yang terjadi pada saat
diberikan tekanan
• Layar tempat pembacaan hasil pengukuran dan kalkulasi tekanan oleh
computer pascal
Tehnik :
• Menjelaskan apa saja yang akan kita lakukan pada saat pemeriksaan
• Meletakkan ujung tip pada permukaan cornea
• Pada saat bagian kornea ditutupi oleh ujung tip, sensor melakukan
penghitungan tekanan
• sebanyak 100 x / i , penghitungan komplit selama 8 detik
• Pada saat pengukuran akan timbul suara sebagai acuan bahwa posisi tip
tepat pada kornea
20
• Hasil pembacaan dapat dilihat pada layar
Penilaian :
Hasil pengukuran tampil secara digital pada layar. ( 8 )
11. Transpalpebra tonometer
Pengukuran dilakukan melalui kelopak mata sehingga tidak terjadi kontak
dengan kornea untuk mengurangi proses penularan penyakit dan tidak
membutuhkan anestesi topical.
Pemakaian alat dianjurkan untuk pasien yang harus melakukan
pemeriksaan TIO rutin, pada anak-anak atau pasien yang baru menjalani operasi
kornea. Keakuratan pengukuran tergantung posisi meletakkan alat. Kontra
indikasi pemakaian alat ini ( bila dijumpai ) :
• Proses patologi pada palpebra
• Proses patologi pada sclera dan conjungtiva ( 9 )
Alat :
Gambar 15 Transpaplebra Tonometer( Sumber : http://www.tonometerdiaton.com )
21
Gambar 16 Transpaplebra Tonometer ( Sumber : http://www.tonometerdiaton.com )
• Tip Operation button
• Rod Stop button
• Display Memakai tenaga baterai
• Cap Indicator suara
Gambar 17 Teknik Transpaplebra Tonometer ( Sumber : http://www.tonometerdiaton.com )
22
Gambar 18 Transpaplebra Tonometer ( Sumber : http://www.tonometerdiaton.com )
Gambar 19 Teknik Transpaplebra Tonometer ( Sumber : http://www.tonometerdiaton.com )
23
Tehnik :
• Menjelaskan apa yang akan dilakukan pada saat pemeriksaan kepada
pasien
• Mangatur posisi pasien dengan baik
• Buka penutup alat
• Aktifkan alat dengan menekan tombol “ operation “
• Posisi pasien kepala dalam keadaan horizontal
• Tarik kelopak mata atas dengan ujung jari tapi jangan sampai terjadi
tegangan pada kelopak mata dan tekanan pada bola mata
• Letakkan alat pada posisi, alat akan mengeluarkan suara “Interrupted
signal “ apabila posisi belum tepat pada awal pengukuran ataupun pada
saat pengukuran terjadi perubahan posisi
• Apabila tepat ditandai dengan “the lack of the sound signal “
• Pengukuran dianggap selesai bila terdengar bunyi “ Single long signal “
• Hasil pembacaan dapat dilihat pada layar
• Bersihkan alat dan kemudian tutup alat ( 9)
Penilaian :
Hasil pengukuran tampil secara digital pada layar. ( 9 )
24
BAB III. KESIMPULAN
1. Klasifikasi tonometer
Tonometer Digital
Tonometer Indentasi
- Tonometer Schiotz
Tonometer Aplanasi
- Tonometer Goldman
- Tonometeri Parkins
- Tonometer Daeger
- Tonometer Mackay Marg
Pneumatonometer
- Non Kontak Tonometri Air Puff
Elektronik Indentation Tonometri
- Tonopen
- Dynamic Contour Tonometry
- Transpalpebra Tonometer
2. Gold standar pemeriksaan tonometry adalah Tonometer Goldmann
25
3 DAFTAR PUSTAKA
1. Tasman W, Tonometry in Duane’s Clinical Opthalmology, Chapter 47,
Volume 3, Lippincott Williams and Wilkins, New York, 2004, Hal 1-7
2. Nema HV; Nema N, Tonometry in Diagnostic Procedures in
Ophthalmology, Chapter 4, Jaypee Brothers Medical Publishers ( P ) LTD,
New Delhi, 2002, Hal 44-49
3. Stamper RL; Lieberman MF; Drake MV, Intraocular Pressure in
Diagnostic and Therapy of the Glaucomas Becker Shaffer’s, Chapter 5,
Edisi 7, Mosby, California, 1999, Hal 65-74
4. Ilyas S, Glaukoma pada Dasar Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit
Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2006, Hal 181-
195
5. Basic And Clinical Science Course, Intraocular Pressure and Aqueous
Humor Dynamics in Glaucoma, Chapter 2, Section 10, American
Academy of Ophthalmology, USA, 2005, Hal 17-29
6. Kanski JJ, The Glaukoma in Clinical Ophthalmology, Edition 4,
Butterworth Heinemann, British, 2000, Hal 188-190
7. Pavan D; Langston, Ocular Examination Techniques and Diagnostic Test
in Manual of Ocular Diagnosis and Therapy, Chapter 1, Edition 5,
Lippincott Williams Wilkins, USA, 2002, Hal 9-11
8. Dynamic Contour Tonometry at "http://en.wikipedia.org/wiki/Tonometry
9. Transpalpebra tonometer at http://www.tonometerdiaton.com
10. Nema HV; Nema N, Examination of The Eye in Text Book of
Ophthalmology, Chapter 9, Edisi 4, Jaypee Brother, New Delhi, 2002, Hal
58-61
11. Vaughan D; Asbury T, Tonometri pada Ofthalmologi Umum, Chapter 2,
Edisi 14, Widya Medika, Jakarta, 2004, Hal 39-41
12. Ang CL; Chee SP; Jap AHE, Primary Open Angle Glaukoma in Clinical
Ophthalmology, Chapter 2, A Publication of Singapore National Eye
Center, Singapura, 2005, Hal 137-149
26
13. Khurana AK, Clinical Methods in Ophthalmology, Chapter 2, New Age
International, New Delhi, Hal 27-31
27