10
1. TONGKONAN Tongkonan adalah rumah tradisional Toraja yang berdiri di atas tumpukan kayu dan dihiasi dengan ukiran berwarna merah, hitam, dan kuning. Kata "tongkonan" berasal dari bahasa Toraja tongkon ("duduk"). 2. BENTUK RUMAH ADAT TORAJA (TONGKONAN) Seperti halnya rumah adat suku-suku lain di Indonesia yang umumnya dibedakan karena bentuk atapnya, rumah adat Toraja inipun mempunyai bentuk atap yang khas. Memang mirip dengan rumah adat suku Batak, tetapi meskipun begitu rumah adat suku Toraja tetap memiliki ciri-ciri tersendiri. Berikut perkembangan dan bentuk Rumah Adat Suku Toraja : 1. Perkembangan Rumah Adat Suku Toraja

Tong Konan (Rumah Adat Suku Toraja)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

perkembangan arsitektur

Citation preview

Page 1: Tong Konan (Rumah Adat Suku Toraja)

1. TONGKONAN

Tongkonan adalah rumah tradisional Toraja yang berdiri di atas tumpukan kayu dan dihiasi dengan ukiran berwarna merah, hitam, dan kuning. Kata "tongkonan" berasal dari bahasa Toraja tongkon ("duduk").

2. BENTUK RUMAH ADAT TORAJA (TONGKONAN)

Seperti halnya rumah adat suku-suku lain di Indonesia yang umumnya dibedakan karena bentuk atapnya, rumah adat Toraja inipun mempunyai bentuk atap yang khas. Memang mirip dengan rumah adat suku Batak, tetapi meskipun begitu rumah adat suku Toraja tetap memiliki ciri-ciri tersendiri. Berikut perkembangan dan bentuk Rumah Adat Suku Toraja :

1. Perkembangan Rumah Adat Suku Toraja

Rumah Adat Suku Toraja mengalami perkembangan terus sampai kepada rumah yang dikenal sekarang ini. Perkembangan itu meliputi penggunaan ruangan, pemakaian bahan, bentuk, sampai cara membangun.

I. Pada mulanya rumah yang didirikan masih berupa semacam pondok yang diberi nama Lantang Tolumio. Ini masih berupa atap yang disangga dangan dua tiang + dinding tebing (gambar 1).

Page 2: Tong Konan (Rumah Adat Suku Toraja)

II. Bentuk kedua dinamakan Pandoko Dena. Bentuk ini biasa disebut pondok pipit karena letak-nya yang diatas pohon. Pada prinsipnya rumah ini dibuat atas 4 pohon yang berdekatan dan berfungsi sebagai tiang. Hal pemindahan tempat ini mungkin disebabkan adanya gangguan binatang buas (gambar 2) .

III. Perkembangan ketiga ialah ditandai dengan mulainya pemakaian tiang buatan. Bentuk ini memakai 2 tiang yang berupa pohon hidup dan 1 tiang buatan. Mungkin ini disebabkan oleh sukarnya mencari 4 buah pohon yang berdekatan. Bentuk ini disebut Re'neba Longtongapa (gambar 3).

IV. Berikutnya adalah rumah panggung yang seluruhnya mempergunakan tiang buatan. Dibawahnya sering digunakan untuk menyimpan padi (paliku), ini bentuk pertama terjadinya lumbung. (gambar 4) .

Page 3: Tong Konan (Rumah Adat Suku Toraja)

V. Perkembangan ke~5 masih berupa rumah pangqung sederhana tetapi dengan tiang yang lain. Untuk keamanan hewan yang dikandangkan dikolong rumah itu. tiang-tiang dibuat sedemikian ru pa sehingga cukup aman. Biasanya tiang itu tidak dipasang dalam posisi vertikal tetapi merupakan susunan batang yang disusun secara horisontal (gambar 5).

VI. Lama sesudah itu terjadi perobahan yang agak banyak. Perubahan itu sudah meliputi atap, fungsi ruang dan bahan. Dalam periode ini tiang-tiang kembali dipasang vertikal tetapi dengan jumlah yang tertentu. Atap mulai memakai bambu dan bentuknya mulai berexpansi ke depan (menjorok). Tetapi garis teratas dari atap masih datar. Dinding yang dibuat dari papan mulai diukir begitu juga tiang penyangga. Bentuk ini dikenal dengan nama Banua Mellao Langi, (Gambar 6).

Page 4: Tong Konan (Rumah Adat Suku Toraja)

VII. Berikutnya adalah rumah adat yang dinamakan Banua Bilolong Tedon (Gambar 7). Perkembangan ini terdapat pada Lantai yang mengalami perobahan sesuai fungsinya.

VIII. Pada periode ini hanya terjadi perkembangan pada lantai dan tangga yang berada di bagian depan (gambar 8).

IX. Pada periode ini letak tangga pindah ke bawah serta perubahan permainan lantai (gambar 9)

Page 5: Tong Konan (Rumah Adat Suku Toraja)

Berikutnya adalah perubahan lantai yang menjadi datar dan ruang hanya dibagi dua.Setelah periode ini perkembangan selanjutnya tidak lagi berdasarkan adat, tetapi lebih banyak karena persoalan kebutuhan akan ruang dan konstruksi. Bagitu juga dalam penggunaan materi mulai dipakainya bahan produk mutakhir, seperti seng, sirap, paku, dan sebagainya.Jadi dapat disimpulkan bahwa perkembangan yang terakhir merupakan puncak perkembangan dari rumah adat Toraja.

Sampai pada keadaannya yang sekarang rumah adat suku Toraja berhenti dalam proses perkembangan. Sekalipun begitu, sejak asalnya rumah adat ini sudah punya ciri yang khas. Ciri ini terjadi karena pengaruh lingkungan hidup dan adat istiadat suku Toraja sendiri.

( berikut adalah contoh-contoh) RUMAH ADAT TORAJA

Page 6: Tong Konan (Rumah Adat Suku Toraja)

2. Tata Letak

Semua rumah mnghadap ke Utara, karena ada kepercayaan bahwa Utara merupakan lambang kehidupan. Sedang arah Selatan darimana timbul kehidupan (kelahiran) merupakan tujuan kemana setiap insan akan pergi (kenatian). Letak lumbung di karnpung ini tidak dapat tepat di depan rumah, lebih tepatnya agak disamping.

3. Perencanaan

Direncanakan oleh tukang-tukang dan keluarga yang akan menempati rumah dengan dibantu beberapa tukang ukir. Cara pelaksanaan dengan sistim gotong-royong rakyat setempat.

4. Pembagian ruangan

Ruangan-ruangan terletak dibagian atas rumah (panggung) dibagi atas tiga bagian, dengan urutan dari Utara ke Selatan.Ruang I : SALI, tempat duduk, ruang tamu, entrance, dapur, termpat tidur anak,Ruang II : INAN TENGA (SALI TENGA) , tempat tidur orang tua, ruang makan.Ruang III: SUMBUNG, tempat tidur orang tua (nenek) dan orang-orang terhormat.Sedang dibagian bawah (kolong) dengan tiang-tiang merupakan kandang kerbau. Kandang babi terbuat terpisah dari rumah adat.

5. Organisasi ruangan

Fungsi ruangan umumnya berganda. Organisasinya masih amat sederhana dan antara ruangan dengan ruangan lain tidak disekat secara tegas. Satu satunya cara membedakan fungsi ruangan adalah dengan permainan tinggi rendahnya lantai.Permainan ini berhubungan erat dengan stratifikasi sosial masyarakat Toraja.

6. Ornamen/Hiasan bangunan

Ornamen (hiasan bangunan) yang terdapat pada rumah-rumah adat sebagian besar mempunyai arti. Arti ini biasanya berhubungan dengan adat istiadat yang masih diipertahankan. Disamping itu ada pula yang hanya merupakan hiasan saja, misalnya :Sumbang dan Katombe yang merupakan sirip-sirip kayu berukir pada tiap-tiap sudut rumah adat.

Ornamen (hiasan) ini dibagi dalam beberapa macam ornamen, masing-masing ialah :

Page 7: Tong Konan (Rumah Adat Suku Toraja)

a) Ornamen binatang

Kerbau, sebagai binatang yang sering disembelih dalam upacara-upacara, bagian- bagian badannya banyak dipergunakan untuk ornamen. Misalnya tanduk, kepala ( tiruannya). Selain itu motif kerbau juga ada dalam ukiran di dinding papan rumah adat. Kepala kerbau ( tiruan dari kayu ) biasanya dipasang pada ujung-ujung balok lantai bagian depan (pata sere).Tanduk kerbau disusun pada tiang yang utama (tulak- sonba) artinya menyatakan jumlah generasi yang pernah tinggal di rumah adat itu.Ayam jantan, sebagai lambang Kasta Tana’ Bulaan (kasatria) diukirkan pada bagian depan/belakang rumah, juga dipintu-pintu.Babi, sebagai lambang binatang sajian.

b) Ornamen Senjata

Keris dan pedang, diukirkan sebagai lambang Kasta Tana Bulaan (kasatria).

c) Ornamen Tumbuh-tumbuhan

Daun Sirih, bunga, diukirkan pada tiang utama tulak somba, rinding (dinding), langit-langit lumbung sebagai ruang tamu, juga di pintu-pintu.

Ornamen ukiran kayunya menggunakan kayu URU. Ornamen ini diukir dulu baru dipasang di tempat. Penyelesaian ukiran biasanya dengan zat pewarna yang dibikin dari tanah +tuak atau arang + cuka + air.

7. Kenyamanan Hunian

Kondisi Tana Toraja bahwa udara dingin adalah alasan untuk desain arsitektur rumah yang umumnya didasarkan pada ukuran pintu dan jendela relatif kecil dan dinding dan lantai dari bahan kayu yang dirancang lebih tebal. Demikian juga, atap, atap desain rumah adat Toraja yang terbuat dari struktur bambu yang sangat kental. Tujuan dari ini tentu saja desain konstruksi yang suhu interior udara lebih hangat.