Toleransi Umat Beragama Dalam Islam

Embed Size (px)

DESCRIPTION

hgg

Citation preview

TOLERANSI UMAT BERAGAMA DALAM ISLAMFebrianti Ayu A.F (1306370764)

1. Pengertian ToleransiDalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata toleran (Inggris: tolerance; Arab: tasamuh) yang berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan. Secara etimologi, toleransi adalah kesabaran, ketahanan emosional, dan kelapangan dada. Sedangkan menurut istilah (terminology), toleransi yaitu bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya. Jadi, toleransi beragama adalah sikap sabar dan menahan diri untuk tidak mengganggu dan tidak melecehkan agama atau sistem keyakinan dan ibadah penganut agama-agama lain.

2. Toleransi Dalam Islam Toleransi mengarah kepada sikap terbuka dan mau mengakui adanya berbagai macam perbedaan. . Landasan dasar pemikiran ini adalah firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat 13:Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal

Toleransi antar umat beragama yang berbeda termasuk ke dalam salah satu risalah penting yang ada dalam system teologi Islam. Toleransi beragama harus dipahami sebagai bentuk pengakuan kita akan adanya agama-agama lain selain agama kita dengan segala bentuk system, dan tata cara peribadatannya dan memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama masing-masing. Keyakinan umat Islam kepada Allah tidak sama dengan keyakinan para penganut agama lain terhadap tuhan-tuhan mereka. Demikian juga dengan tata cara ibadahnya. Bahkan Islam melarang penganutnya mencela Tuhan dalam agama manapun. Maka kata tasamuh atau toleransi dalam Islam bukanlah barang baru, tetapi sudah diaplikasikan dalam kehidupan sejak agama Islam itu lahir.3. Toleransi Antar Umat BeragamaToleransi hendaknya dapat dimaknai sebagai suatu sikap untuk dapat hidup bersama masyarakat penganut agama lain, dengan memiliki kebebasan untuk menjalankan prinsip-prinsip keagamaan (ibadah) masing-masing, tanpa adanya paksaan dan tekanan, baik untuk beribadah maupun tidak beribadah, dari satu pihak ke pihak lain. Sikap toleransi antar umat beragama bisa dimulai dari hidup bertetangga baik dengan tetangga yang seiman dengan kita atau tidak. Sikap toleransi itu direfleksikan dengan cara saling menghormati, saling memuliakan dan saling tolong-menolong. Jadi sudah jelas, bahwa sisi akidah atau teologi bukanlah urusan manusia, melainkan Tuhan SWT dan tidak ada kompromi serta sikap toleran di dalamnya. Sedangkan kita bermuamalah dari sisi kemanusiaan kita.

Allah juga menjelaskan tentang prinsip dimana setiap pemeluk agama mempunyai system dan ajaran masing-masing sehingga tidak perlu saling menghujat. Al-Quran juga menganjurkan agar mencari titik temu dan titik singgung antar pemeluk agama. Al-Quran menganjurkan agar dalam interaksi sosial, bila tidak ditemukan persamaan, hendaknya masing-masing mengakui keberadaan pihak lain dan tidak perlu saling menyalahkan.

(QS. Saba:24-26):24. Katakanlah: "Siapakan yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?" Katakanlah: "Allah", dan Sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata.

25. Katakanlah: "Kamu tidak akan ditanya (bertanggung jawab) tentang dosa yang kami perbuat dan kami tidak akan ditanya (pula) tentang apa yang kamu perbuat".

26.Katakanlah: "Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, Kemudian dia memberi Keputusan antara kita dengan benar. dan Dia-lah Maha pemberi Keputusan lagi Maha Mengetahui".

4. Batasan toleransi dalam IslamMasalah yang sering terjadi mengenai penerapan toleransi antar umat beragama ialah ketika toleransi muamalah menyenggol segi aqidah dan ibadah, banyak orang beranggapan bahwa tidak masalah jika mengucapkan selamat natal atau menghadiri undangan prosesi perayaan hari raya orang non-muslim dengan dasar toleransi atau saling menghargai padahal sudah jelas dalam Islam mempertahankan Aqidah adalah sesuatu yang mutlak dan tidak dapat dikompromi, sehingga sekecil apapun perkara yang dapat mencederai Aqidah keislaman kita harus kita jauhi.

Mengakui keberadaan agama-agama tidak sama dengan mengakui kebenaran agama-agama lain selain Islam. Kita boleh berbuat baik dan saling menghargai dan menghormati umat agama lain sebatas apa yang kita lakukan tidak dapat mencampuradukkan aqidah maupun ibadah serta tidak melukai keimanan kita.

5. Contoh bahwa Islam toleran dengan umat agama lain Rasulullah SAW ketika di Madinah beliau memimpin rakyat Madinah yang terdiri dari beberapa suku dan agama yang berbeda, dan Rasulullah tidak memerintahkan umat Islam Madinah baik untuk memaksa umat Yahudi dan Nasrani untuk masuk Islam maupun menghalang-halangi umat agama lain untuk menjalankan ibadah sesuai keyakinannya.Contoh lain ialah ketika Muhammad Al Fatih sultan Turki Utsmani yang memimpin penaklukan benteng Konstantinopel, setelah benteng dapat dikuasai pasukan Islam maka Sultan Al Fatih mempersilahkan penghuni Konstantinopel yang beragama Kristen untuk bebas hidup dan menjalankan ibadah serta keyakinannya bahkan dijamin keamanannya.

6. Toleransi Umat Beragama di IndonesiaGagasan ini muncul terutama dilatarbelakangi oleh meruncingnya hubungan antar umat beragama. Sebab munculnya ketegangan intern umat beragama tersebut antara lain:1. Sifat dari masing-masing agama, yang mengandung tugas dakwah atau misi.2. Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan agama pihak lain.3. Para pemeluk agama tidak mampu menahan diri, sehingga kurang menghormati bahkan memandang randah agama lain.4. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan toleransi dalam kehidupan masyarakat.5. Kecurigaan masing-masing akan kejujuran pihak lain, baik intern umat beragama, antar umat beragama, maupun antara umat beragama dengan pemerintah.6. Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan pendapat.Pluralitas agama hanya akan bisa dicapai apabila masing-masing golongan bersikap lapang dada satu sama lain. Sikap lapang dada kehidupan beragama akan memiliki makna bagi kehidupan dan kemajuan masyarakat plural, apabila ia diwujudkan dalam:1. Sikap saling menahan diri terhadap ajaran, keyakinan dan kebiasan golongan agama lain yang berbeda, yang mungkin berlawanan dengan ajaran, keyakinan dan kebiasaan sendiri.2. Sikap saling menghormati hak orang lain untuk menganut dengan sungguh-sungguh ajaran agamanya.3. Sikap saling mempercayai atas itikad baik golongan agama lain.4. Perbuatan yang diwujudkan dalam: Usaha untuk memahami ajaran dan keyakinan agama orang lain. Usaha untuk mengemukakan keyakinan agama sendiri dengan sebijaksana mungkin untuk tidak menyinggung keyakinan agama lain. Untuk saling membantu dalam kegiatan-kegiatan social untuk mengatasi keterbelakangan bersama. Usaha saling belajar dari keunggulan dan kelebihan pihak lain sehingga terjadi saling tukar pengalaman untuk mencapai tujuan bersama.(Tarmizi Taher, 1997:9).