317
Tipongtuktuk http://tipongtuktuk.wordpress.com/ Hendra Wibawa Ibn Tato Wangsa Widjaja

Tipong Tuktu k

Embed Size (px)

Citation preview

Tipongtuktuk

http://tipongtuktuk.wordpress.com/

Hendra Wibawa Ibn Tato Wangsa Widjaja

| 1 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

It’s Mine …

http://tipongtuktuk.wordpress.com/

I am a pathfinder and I have been walking

along the right path of pious predecessors ...

Hendra Wibawa Ibn Tato Wangsa Widjaja

| 2 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Daftar Isi ...

It’s Mine ... 1

Daftar Isi ... 2

Dahulu ... 5

Terpatahkan ...

Melukai itu Mewarnai ...

Cinta itu Niskala, Kekasih ...

6

7

8

Alih Aksara ... 9

Apakah Kita Orang-Orang yang Ikhlas?

Jejak Nasihat ...

Seperti Batu Seperti Hati ...

Nun Yahudiyah Lam Jahmiyah ...

Buku Apakah Teman Dudukmu?

Tentang Anak-Anak Kita ...

Zakat Fithri dengan Makanan Pokok ...

Bolehkah Menyegerakan Zakat Fithri?

Tak Enggan Menerima Kebenaran ...

Perangai-Perangai di Belantara Ilmu ...

Tentang Fitnah di Awal Mazilah Akhirat Kita ...

Satu Rahmat yang Diturunkan ...

Perkataan Tak Berharga ...

Aku Berlindung dari Fitnah Hidup dan Mati ...

Sujudkah Mu‟adz kepada Rasulullah –shallallahu „alaihi wa sallam?

Di Depan Mata Pengembara Sahara, Kambing itu Menghampiri Nabi

–shallallahu „alaihi wa sallam ...

Bahu dengan Bahu, Kaki dengan Kaki ...

Tentang Abu Hurirah dan Dua Wadah Ilmu ...

„Umar Tidaklah Berkirim Surat kepada Sungai Nil ...

Kerapuhan Penuturan tentang Kisah Halimah as-Sa‟diyah ...

Tentang Berlutut Seperti Unta yang Menderum ...

Seperti Inikah Awal Keislaman al-Faruq –radhiyallahu „anhu?

Jika Kau Kembali ke Negerimu ...

Setakut Itukah kepada Istri?

Mereka Bilang, Pejuang Badr itu Merangkak ke Surga ...

Katanya, Hindun Mengunyah Hati Hamzah di Perang Uhud ...

Lantas Siapa yang Menamainya Tahun Kesedihan?

Salah Satunya adalah Sebaik-Baik Raja ...

Pertanyaannya itu Menjadi Pelajaran ...

10

15

18

19

24

27

33

35

38

40

43

48

50

52

56

61

64

69

75

84

93

111

121

126

131

137

145

149

167

| 3 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Tulisanku ... 183

Rindu ...

Satu Keluh Saja ...

Tapi Kau Memilih Buku dan Menyebutku Api ...

Kau Tetap Gemintang di antara Kemelut Berapi-Api ...

Padahal Malam Selalu Membutakanmu Tanpa Cahaya ...

Setelah Bisik-Bisik Itu ...

Di Suatu Tempat, di Balik Gulita ... (I am Loosing Ground)

Rrrggghh ...!

Tulisanmu ...

Harus Punya Kamus ...

Sampai Api Menghabiskan Lilin ...

Tanda Seru Untukku ...!

Suara-Suara Percakapan ...

Meranggaskan Darah dan Jiwa ...

Kau dan Jejak serta Lafaz dan Makna ...

Durja ...

Saga ...

Tentang Perjalanan ...

Janji ...

Talbis ...

Nasihatmu Kepadaku ...

Waktu dan Rembulan ...

Musuh dan Permusuhan ...

Waktu dan Matahari ...

Lesap ...

Negeri Fitnah-Fitnah ...

Belajar ...

Ke Arah Mana?

Analogi Pertama dan Ayah Kita yang Pertama ...

Aku Teringat Lalu Mempermaklumkan ...

Geligis ...

Tentang Pintu Menuju Api ...

Air, Sungai, dan Thalut ...

Ringkai ...

Meniriskan Kuyup ...

Ayah Lupa Sehingga Kita pun Lupa ...

Khaiyth al-Abyadh ...

Pinta ...

Dua Hal yang Merembah, Dua Jejak yang Membekas ...

Membatinkan Cita untuk Bercerita kepada Anak-Anakku ...

Bukan Cinta yang Lazim Diperbincangkan ...

Mengapi lalu Mengasap ...

184

185

186

187

188

189

190

191

192

193

195

196

197

198

199

200

201

202

203

204

205

206

207

200

210

211

212

214

215

217

219

220

221

223

224

225

226

227

228

230

232

234

| 4 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Memanjangkan ...

Musim Semi di Tanah Air Hati ...

Berseluk Bersimpul Jerat ...

Mungkin Akal Mereka Serupa Burung Gagak ...

Menungkai Rintih ...

Waktu, Lelatu Api ...

Cinta Menakik Bilur pada Ingatan ...

235

236

238

239

240

243

244

Catatan Kecil ... 246

Menyimak Nasihat tentang Ilmu ...

Syair, Demam, dan Rindu ...

bayang-bayang, tanah kering, dan rumput mati ...

Fonem ...

Ummul Walad ...

Aku Menangkap Pelangi ...

Memandang Cela yang Jauh ...

Dari Pintu Mana ...

Asas dari Sikap ...

Semangat di Bumi Hijau ...

Bunga Karang Bejana Kaca ...

Hanya Saja Tak Ada Asalnya ...

Tidakkah Kau Rela …?

Secepat Apa Kita Lafalkan …?

Seperti Hewan, Memutar Pandang Memaruh Darah …

247

248

251

252

253

254

255

256

257

260

261

262

263

267

269

Uncategorized ... 275

Peran, Babak demi Babaknya …

Minum Susu …

Alas Kaki …

Bukan Review untuk “Jejak-Jejak yang Terserak” …

Musa dan Ayah Dua Perempuan Madyan …

Khaulah binti Azwar, Tokoh Dongeng Belaka …

Tulang-Tulang Nabi Yusuf? Padahal Bumi Tidaklah Memakan Jasad

Para Nabi –shalawatullah „alaihim wa salamuhu …

Sungguh Permintaan Kita Kepada-Nya Bukanlah Tuduhan dan

Kecurigaan …

Kebodohan yang Menyibukkan, Hawa Nafsu yang Menindas …

Lantaran Kebenaran Itu Hanya Satu-Satunya …

Tak Mungkin Berdusta untuk Bermalam di Rumah Penghuni Surga …

276

277

278

279

280

284

289

293

296

298

301

Desis ... 308

| 5 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

DAHULU ...

| 6 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Terpatahkan ...

Jiwa meretak di satu malam ketika kau memulai kata dengan

terpatah-patah. Tiada hiruk pikuk di sekelilingku selain sunyi

yang mengambang bersama pekat, bahkan tiada suara selain

suaramu yang terlampir bersama dingin dalam helai-helai

angin, sedang malam tak kunjung jenuh merangkum tutur

katamu menjadi satu makna yang tak terselubung …

Kau terdengar bijak saat berkata dengan mata berkaca-kaca,

menyuarakan ujaran-ujaran hati dalam peribahasa seorang

puteri yang teramat santun, mengutarakan kata pamit dalam

lambang-lambang bunyi yang lugas. Kau bahkan menukas

sempurna kewibawaan palsu pada setiap kata di lidah keluku.

Melelaikan lengan-lenganku hingga tak kuasa menyeka

keringat yang merembah dingin di pelipis …

Di bawah candra, kau menikam mayang putih di dada usangku, menorehkan luka terdalam di

pematang renjana merahku, seolah aku tersunu lelatu api yang memercik nyala di titik yang

tertikam. Jiwa pun melenting oleh bakaran hati, lalu melanting jauh ke langit tanpa warna …

Kau akhirnya berlalu di akhir kata-katamu, sementara aku terkelupas di antara rintangan ranting

berdaun-daun. Mungkin kau menyelisik belantara malam menuju sekat-sekat ruangmu yang

tersembunyi … melangkah menjauh menjadi setitik renik, lalu raib dari sudut-sudut mataku,

meninggalkan wangi yang menyelusup pori dan nadi di perjalanan darahku …

Aku menerawang hampa ke satu arah di mata angin. Meraung sumbang di sepanjang sisa malamku.

Melenguhkan keluh kesah cinta dari sebentuk hati yang terpatahkan. Merentak kaki di atas tanah

malam yang berdebu, tertatih terbatuk-batuk. Aku terkulai dengan mata yang ternanarkan. Kosong,

teramat kosong … merasa hampa dan tercampakkan hingga letih merambat di semesta sadarku,

menghitamkan babak-babak pada mimpi di sepanjang tidur lelahku …

Waktu berputaran mengiringi kemelut hati yang berpusingan. Kemarin, hari ini … buana rasaku

sedemikian terlantarkan. Sepanjang hari menjadi sepanjang tahun yang menyedihkan. Aku

menghitung detik yang berdetak lewat denyut di urat nadiku, sementara bayangmu selalu

menyelinap di khayal-khayal semuku, menguntit di angan-angan mayaku. Kau memang tertoreh

sempurna di alur-alur fikirku bahkan menjadi cinta yang menyejarah di pustaka benakku …

Kekasih … (betapa ingin kusebut kau demikian). Kau mencipta sunyi yang tersunyi pada jiwa

kelelakianku. Padahal kaulah keindahan terindah di semesta bentuk dan warna. Betapa rindu aku

pada remang cahaya di ruangmu, pada keramahtamahan yang kau tuangkan dalam seduhan teh dan

kopi, juga pada gemintang di hitam mata intanmu …

Bandung, 6 Juni 2010

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 7 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Melukai itu Mewarnai ...

Mentari di atas kepala saat kesumat mencipta bara.

Pijarnya memancarkan titik-titik api yang membakar

sabar. Satu tikaman membunuhmu di jalan setapak,

lalu menaruhmu di alam terbuka, di bawah langit

yang panas …

Wajah tawar itu tak tertawa, tak menangis … tidak

juga di antara keduanya. Tangan dinginnya teramat

keji menorehkan luka di dada kirimu, melukiskan

wajah kelam angkara yang murka …

Dan … sebilah pisau terpaku di dada lengasmu.

Karat-karatnya mencipta nanah dalam luka.

Meracuni jantung dan melemahkan degup-

degupnya. Segala pahitnya menyertai gumpalan

darah, merahnya tak terpahami sebagaimana

baunya yang teramat asing … kau pun begitu pangling pada bunyi nafasmu …

Kau terkulai, terduduk ngilu di sudut perih, tulang belakangmu bersandar pada tunggul yang mati.

Tapi kau tak mau bisu … perang belum usai, katamu, padahal tangan bekumu tak lagi mampu

menggenggam gaman, sementara mulutmu meluik warna setetes demi setetes … warnanya merah

tua, bahkan teramat tua, sebagaimana warna kematian …

Rebahkan dirimu, biar mentari mengeringkan lukamu, kataku … tapi kau tak mau terlelap sebelum

kujanjikan mimpi tentang pijar buana merdeka. Aku bersila menyusun kata, memantapkan hati dari

segala gamangnya, tersebab janji adalah ucapan yang nirmala …

Melukai itu mewarnai, katamu, tiada beda seperti jeritan elang dan rajawali. Aku berpaling

mengorak sila, tersebab senyummu diliputi selubung warna yang menyedihkan aku. Kafani aku

dengan rumput-rumput izkir, katamu lagi … lirih teramat lirih, padahal tak pernah sekali pun kau

berbisik. Aku terdiam, berharap angin melelapkanmu …

Berembus, angin pun mengelus … satu daun menamparku bersama suaramu yang sayup sampai di

telingaku. Kuburkan aku bersama dendamku di satu lahad, katamu … lalu maut pun menggamitkan

jari-jarinya ke jiwamu. Pupuslah hayatmu sementara khayalku mengejarmu ke angkasa, tiada batas

kecuali lelah …

Dan satu nyala meranggas daun, saat duka cita menginap di dada. Jantung berdetak ngilu di rumah

duka …

Bandung, 6 Juni 2010

–HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA—

| 8 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Cinta itu Niskala, Kekasih ...

Bertahun mencari bentuk di belantara bayang, cinta

digonggong anjing di perjalanan … aku menempuh jarak di

rembang rindu yang berapi-api, merambah misteri warna pada

wajah peradabanmu yang teramat pongah …

Aku menduga-duga arah di belukar, berlari timpang melawan

angin sambil mengeja letak bintang-bintang … aku menandai

jalanku dengan keringat dan tapak kaki, namun tersesat jua di

tanah mati, kesangsang di cagak-cagak pohon saat cakrawala

menyisakan sedikit warna lembayung … kecewaku terkekeh

melawan tangis, berteriak menghempas isak, memandang

buana yang mengerut menjadi daun …

Cinta itu niskala, katamu … namun menyentuh benda-benda,

melibatkan benda-benda … aku terbuang ke rimba batu saat

kau menampik seloroh baraku, melalau seluruh hasratku yang

mencoba menjangkaumu … kau menikamku dengan nirasamu yang begitu senyap, teramat dingin

hingga di titik yang paling beku …

Kau menumpah dingin, setetes … saat terlunta panjangku membisu hampa, saat semua simpul

terlepas dari rusuk di dada, juga di saat ruang-ruang akrabku menjadi kosong …

Kau terpakan wangi, seangin … saat api hilang asa dan perkasa, saat kepak juangku terkulai di bawah

rembulan, setelah purnama yang sempurna mengecoh aku di satu malam … kebebasan rasa

dibelenggu beku di dalam bisu …

Ah, segala cinta yang tak pernah singgah … telah kuhancurkan ruang tempat harapan bermalam. Aku

membakar rindu yang bermukim di perapian hitam, membiarkannya mati bersuluh bulan … terkubur

ribuan puing dan batu, bersenyawa dengan aroma tanah dan getah …

Nafas … aku menghirup cinta riuh rendah, mengembuskan resah bara dan salju. Aku meruah

kemelut merah ke segara terjauh. Merdekalah tanah air hati dari nestapa peperangan panjang …

biar kupenuhi wadah udaraku dengan nafas yang merdeka, maka pupuslah merah dari ungu,

mengejawantah menjadi lazuardi berbintang-bintang …

Cinta itu niskala, kekasih … namun menjadi tuangan di lembaga rasa, riak-riaknya mencipta kisah-

kisah hati, di antara bisik kekasih, di antara dendam, rindu dan kesumat, sedang kisah tentangnya

telah teramat tua …

Bandung, 6 Juni 2010

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 9 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Alih Aksara ...

| 10 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Apakah Kita Orang-Orang yang Ikhlas?

هل نحن مخلصون ؟Syaikh Abu Malik Abdul Hamid bin Khaliwiy al-

Juhaniy*

diterjemahkan dari situs:

http://abumalik.net/play.php?catsmktba=1584

قاؿ ا تعاذل وقدمنا إذل ما عملوا من عمل فجعلناه ىباء منثورا

Allah Ta’ala berfirman, “Dan Kami hadapi segala

amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan

amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.”

(QS. al-Furqon: 23)

ألنو دل يكن خالصا لوجو ا تعاذل, وىكذا كل عمل يعملو اإلنساف , ال يبتغي بو وجو ا تعاذل

Hal itu dikarenakan (perbuatan-perbuatan tersebut) tidak murni dilakukan semata karena Allah

Ta’ala. Dan memang begitulah jadinya setiap amal perbuatan manusia yang tak ditujukan untuk

mengharapkan wajah Allah Ta’ala (ikhlas).

فما الفائدة إذف من التعب والنصب وا٤بعاناة ب مزاولة األعماؿ , إذا كاف مصبىا أف تكوف ىباء منثورا ؟

Maka apa gunanya semua kelelahan, keletihan, dan kepayahan selama mengerjakan amal-amal

tersebut jika pada akhirnya semua itu hanya menjadi debu yang beterbangan?

فيا أيها العامل : اإلخبلص ! اإلخبلص ! .

Oleh karena itu, wahai sekalian pelaku amal (kerjakan amal dengan), “Ikhlas! Ikhlas!”

خلص :ىذا, ومن عبلمة ا٤ب

Berikut ini sebagian dari tanda-tanda orang yg ikhlas:

أنو برص على صحة العمل وسبلمتو من كل ما يبطلو أو ينقص ثوابو , فيتقرب إذل ا تعاذل بعمل صاحل موافق للسنة.

Bahwasanya (orang yg ikhlas itu) sangat menginginkan amal yang baik dan keselamatan amal itu dari

segala sesuatu yang bisa membatalkannya atau mengurangi pahalanya, dan senantiasa dia

mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dengan amal shalih yang sesuai dengan Sunnah.

ومن عبلمة ا٤بخلص :

Tanda-tanda lainnya adalah:

| 11 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

دائما بعب االزدراء والتقصب, فبل يعجب بنفسو وال يغب بعملو , وىو يعمل وٱبشى أف ا تعاذل ال يتقبل منو . أنو ينظر إذل نفسو

Dia terus-menerus berintrospeksi, memandang hina diri sendiri dan menganggap diri penuh

kekurangan, tidak merasa takjub (bangga) pada diri sendiri dan tidak pula tertipu (merasa aman)

dengan amal yang dilakukannya. Dia beramal disertai perasaan takut kalau-kalau Allah Ta’ala tidak

menerima amalnya.

ومن عبلمة ا٤بخلص :

Tanda-tanda lainnya adalah:

و , } بل ا ٲبن عليكم أف ىداكم لئلٲباف إف كنتم صادقب {أنو ال يزىو بعملو على غبه , وال ٲبن بو على رب

Dia tak membanggakan amalnya (sombong) kepada orang lain dan tidak pula menganggap bahwa

dirinya telah memberi karunia (bermurah hati menolong agama) Rabb-nya dengan amalnya itu.

(Allah berfirman), “Sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan

menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar.” (QS. al-Hujurat: 17)

ومن عبلمة ا٤بخلص :

Tanda-tanda lainnya adalah:

أف يظهر عملو أماـ الناس , بل إخفاء العمل وكتمو أحب إليو من إظهاره ونشره .أنو ال بب

Dia tak suka amalnya diketahui manusia, bahkan sebaliknya dia lebih senang menutupi dan

menyembunyikan amalnya daripada menampakkan dan menyiar-nyiarkannya kepada manusia.

5/103إذا بكى , حوؿ وجهو إذل ا٢بائط , ويقوؿ ألصحابو : إف ىذا زكاـ )ا٢بلية –أحد عباد السلف –مرو بن قيس كاف ع

‘Amr bin Qais -salah seorang di antara para ‘abid salaf- akan memalingkan wajahnya ke arah

dinding jika dia menangis, -dan setelah itu- dia mengatakan kepada para sahabatnya, “Ini pilek.” (al-

Hilyah: 5/103)

ومن عبلمة ا٤بخلص :

Tanda-tanda lainnya adalah:

وكم من دح الناس وإطرائهم . أنو زاىد ب الثناء وا٤بدح , ال ببو وال يرغب فيو وال برص عليو , فالزىد ليس ب متاع الدنيا فقط , بل الزىد األشد ىو الزىد ب م زاىد ب الدنيا , راغب ب ثناء الناس ومدحهم . وال يعلم ما ب القلوب إال عبلـ الغيوب .

Dia itu zahid (orang yang zuhud) dalam hal pujian dan sanjungan manusia. Dia tak menyukai pujian,

tak menginginkan sanjungan, dan tak bergairah untuk mendapatkannya. Zuhud bukanlah

menghindari dunia semata, bahkan jauh lebih besar daripada itu, zuhud terhadap sanjungan

manusia dan puja-puji mereka. Berapa banyak orang zuhud terhadap dunia namun termasuk

pencinta pujian dan sanjungan manusia. Tak ada yang mengetahui isi hati kecuali Yang Maha

Mengetahui yang gaib.

| 12 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

ومن عبلمة ا٤بخلص :

Tanda-tanda lainnya adalah:

رة , فأصبح يلتمس أنو ال بب أف يشتهر, وال يسعى للشهرة , بل يفر منها دائما , لعلمو أهنا ربا أفسدت عليو اإلخبلص , فكم من عامل ٨بلص أفسدتو الشه رضا الناس بسخط ا .

Dia tak suka menjadi terkenal dan tidak pula berupaya untuk mencapai kemasyhuran. Bahkan dia

senantiasa menghindari kemasyhuran karena tahu bahwa hal itu sangat mungkin merusak

keikhlasan. Berapa banyak orang yang ikhlas menjadi rusak oleh kemasyhuran, lalu jadilah dia

mencari-cari kerelaan manusia dalam kemurkaan Allah.

3/6قاؿ أيوب السختياين : وا ما صدؽ عبد إال سره أف ال يشعر بكانو )ا٢بلية

Ayyub as-Sakhtiyani berkata, “Demi Allah, tidaklah seorang hamba dianggap tulus (kepada Allah)

kecuali jika dia merasa senang tak diketahui.” (al-Hilyah: 3/6)

خلص :ومن عبلمة ا٤ب

Tanda-tanda lainnya adalah:

, وليس إذل بجيد أنو بب اإلصبلح وانتشار ا٣بب وإقباؿ ا٣بلق على طاعة ا تعاذل , سواء أكاف ذلك على يده أـ على يد غبه , ألنو يسعى إذل مرضاة ا نفسو وطلب ا٤بنزلة ٥با بب ا٣بلق .

Dia senang melakukan perbaikan, senang menyebarkan kebaikan, dan mengarahkan manusia

menuju ketaatan kepada Allah Ta’ala. Sama saja baginya –yakni dia tetap senang- apakah kebaikan

itu dicapai melalui tangannya atau melalui tangan orang lain. Hal itu dikarenakan dia hanya mencari

keridhaan Allah dan bukan bermaksud untuk membesarkan dirinya di mata manusia atau pun

mencari-cari kedudukan di antara manusia.

9/119قاؿ اإلماـ الشافعي ربو ا : وددت أف كل علم أعلمو , يعلمو الناس , أؤجر عليو , وال بمدوين )ا٢بلية

Imam asy-Syafi’i –rahimahullah- berkata, “Aku sangat ingin jika semua pengetahuan yang kuketahui

dipelajari oleh manusia. Aku diberi ganjaran karenanya dan manusia tak memujiku.” (al-Hilyah:

9/119)

ومن عبلمة ا٤بخلص :

Tanda-tanda lainnya adalah:

وأثب على أىلها , أنو ال ينتقص جهود اآلخرين العاملب ب حقل الدعوة واإلصبلح ؛ ليظهر جهده وفضلو عليهم , فلو كاف صادقا ٨بلصا لبارؾ تلك ا١بهود , لكن أىب ا٤برائي أف يزكي غب عملو .وفرح ا , و

Dia tak mencela jerih payah orang-orang lain di lapangan dakwah dan perbaikan hanya karena ingin

upaya dan keutamaan dirinya terlihat menonjol di mata mereka. Kalau memang dia jujur dan tulus,

niscaya dia mendoakan keberkahan bagi upaya-upaya dakwah dan perbaikan (yang dilakukan orang

lain) itu, juga memuji si pelaku dakwah dan perbaikan sekaligus turut berbahagia karenanya. Akan

| 13 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

tetapi, orang yang berbuat riya memang selalu menolak untuk menganggap baik peran orang lain

(hanya dia saja yang ingin dianggap berperan).

ليو أحد , وا٤بخلص ٧ببوب . قاؿ ابن ا١بوزي : ليعلم ا٤برائي أف الذي يقصده يفوتو , وىو التفات القلوب إليو . فإنو مب دل ٱبلص حـر ٧ببة القلوب , ودل يلتفت إ 387فلو علم ا٤برائي أف قلوب الذين يرائيهم بيد من يعصيو , ٤با فعل . ا.ىػ )صيد ا٣باطر ص

Ibnu al-Jauzi berkata, “Selayaknya orang yang riya mengetahui bahwa apa yang dia tuju tidaklah

akan tercapai, (dan yang ditujunya) itu berupa menolehnya hati manusia kepadanya (perhatian

manusia). Sesungguhnya kapan pun dia beramal tanpa ketulusan, maka kecintaan hati manusia pun

akan terhalang darinya, takkan ada seorang pun yang menaruh perhatian kepadanya. Sebaliknya,

orang yang ikhlas akan dicintai. Kalau saja orang yang riya itu mengetahui bahwa hati orang-orang

yang dia inginkan untuk memandang kepadanya itu berada di tangan (Allah) yang dia maksiati

(dengan perbuatan riya), niscaya dia tak akan melakukan perbuatan riya tersebut.” (Shaid al-

Khathir: 387)

ومن عبلمة ا٤بخلص :

Tanda-tanda lainnya adalah:

بب وجهة –وكاف الناقد ناصحا –ن تراجعو وشكر الناقد , وإف كاف نقدا غب صحيح أنو ال يضيق ذرعا بالنقد , بل ينظر فيو , فإف كاف نقدا صحيحا أعلن عشتغل بو , أخذا باألدب نظره وأباف عن أدلتو ودافع عن حجتو باألسلوب ا٤بؤدب الذي يستفيد منو ناقده وقارئو , وإف كاف الناقد مغرضا متعنتا أعرض عنو ودل ي

اىلب القرآين : } وأعرض عن ا١ب

Dia tak menjadi lemah karena kritik yang diarahkan kepadanya, bahkan dia akan menelaahnya

sehingga apabila kritik itu benar, dia pun secara terang-terangan akan rujuk dan berterima kasih

kepada si pengkritik. Sebaliknya, apabila kritik itu tidak benar –dan pengkritik itu pemberi nasihat,

maka dia akan menjelaskan penelaahannya, menerangkan dalil-dalilnya, dan mempertahankan

hujjahnya dengan cara yang baik sehingga dapat memberi faidah kepada si pengkritik. Lain lagi

urusannya kalau si pengkritik itu memang keras kepala dan terus berputar-putar (mencari-cari

pembenaran), selayaknya dia berpaling darinya tanpa menyibukkan diri menghadapinya demi

mengikuti petunjuk Qur’ani, “Dan berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (QS. al-A’raf: 199)

ومن عبلمة ا٤بخلص :

Tanda-tanda lainnya adalah:

عند بعض الشباب , –مع األسف –أنو ال يستعجل ب الظهور قبل اشتداد العود , وال يشتغل بعلم وغبه أوذل منو , ليناؿ بو رتبة عند أىل الدنيا , كما تراه لة ب الطهارة ٤با عرؼ ا١بواب ! وآخروف أكثروا من التجريح لؤلشخاص وباسروا على يطبعوف الرسائل ويكثروف من بريج ا٢بديث , وأحدىم لو سئل عن مسأ

!ذلك لصرؼ األنظار إليهم أهنم من أىل النقد ومن أىل ا١برح والتعديل , وبعضهم ال بسن تبلوة القرآف ! فوآسفاه على من كانت ىذه حالو

Dia tak tergesa-gesa muncul (untuk menyampaikan) sebelum benar-benar siap (dengan hujjah). Dia

juga tidak menyibukkan diri dengan ilmu tertentu ketika ada ilmu lain yang sebenarnya lebih utama

baginya untuk dipelajari hanya karena ingin mencapai suatu kedudukan (diakui sebagai orang

pandai) oleh ahli dunia, sebagaimana kau lihat saat ini –dengan menyesal saya katakan- sebagian

pemuda gemar sekali menulis risalah-risalah dan kebanyakan tentang takhrij hadits (padahal) ketika

ditanya tentang masalah thaharah, mereka tak bisa menjawabnya. Sebagian pemuda lainnya sibuk

| 14 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

melakukan tajrih (celaan) terhadap person-person tertentu. Mereka berbuat lancang seperti itu

untuk mengarahkan pandangan manusia kepada diri mereka (sehingga diakui) sebagai Ahli Naqd

atau sebagai Ahli Jarh wa Ta’dil, padahal kenyataannya sebagian dari mereka itu belum baik dalam

bertilawah al-Quran. Betapa menyedihkan keadaan orang yang seperti itu.

ومن عبلمة ا٤بخلص :

Tanda-tanda lainnya adalah:

ومرضاتو ولو سخط أنو ال ينقطع عن العمل بذـ بعض الناس لو , وعدـ رضاىم عنو ؛ ألنو ال يعمل ٥بم , بل يعمل تعاذل , فهو مستمر ب عملو ب طاعة ا ؛ ألنو يسعى إذل مرضاة ا , ويدعو إذل ا وليس إذل نفسو .بقلة ا٤بستفيدين منو أو كثرهتم –كذلك –عليو من سخط , وال يتأثر

Dia tak menghentikan amalnya hanya karena celaan manusia kepadanya, tidak juga (menghentikan

amalnya) hanya karena manusia tak rela kepadanya. Hal itu dikarenakan dia bukan beramal karena

manusia melainkan karena Allah Ta’ala. Dia terus-menerus beramal sebagai bentuk ketaatan kepada

Allah dan mengharapkan keridhaan-Nya meskipun mendapatkan kemurkaan orang yang murka. Dia

tidak terpengaruh oleh jumlah orang yang mengambil manfaat darinya, apakah sedikit ataukah

banyak, karena dia hanya berupaya untuk mendapatkan ridha Allah dengan menyeru manusia

kepada Allah, bukan menyeru mereka kepada dirinya.

دل حبل ؟ قاؿ : ال . قاؿ : ألهنم قاؿ علي بن الفضيل بن عياض ألبيو : يا أبت , ما أحلى كبلـ أصحاب ٧بمد ) صلى ا عليو وسلم ( فقاؿ : يا بب , وتدري 10/23أرادوا ا بو )ا٢بلية

‘Ali, putra al-Fudhail bin ‘Iyadh berkata, “Wahai Ayah, betapa manis ucapan para shahabat

Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam itu.” Al-Fudhail bin ‘Iyadh berkata, “Anakku, tahukah kau

mengapa ucapan mereka begitu manis?” ‘Ali menjawab, “Tidak.” Al-Fudhail bin ‘Iyadh berkata lagi,

“Karena mereka hanya menginginkan Allah dengan ucapan mereka.” (al-Hilyah: 10/23)

--------------------------------------------------------

*Syaikh Abu Malik Abdul Hamid bin Khaliwiy al-Juhaniy –hafizhahullah, Imam dan Khatib masjid

‘Umar bin al-Khaththab di Yanbu al-Bahr, pemimpin di Darul Hadits di Kota Yanbu al-Bahr, juga

sebagai da’i di Kementrian Wakaf, Dakwah, dan Bimbingan Kerajaan Saudi Arabia.

Bandung, 13 Juli 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 15 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Jejak Nasihat ...

Syaikh Husain bin ‘Audah al-‘Awayisyah*

diterjemahkan dari situs:

http://www.alawaysheh.com/play.php?catsmktba=205

عن حكيم بن حزاـ رضي ا عنو قاؿ :يا حكيم ! « سألت رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم فأعطاين، ب سألتو فأعطاين، ب سألتو فأعطاين، ب قاؿ : «

إف ىذا ا٤باؿ خضرة حلوة ، فمن أخذه بسخاوة نفس بورؾ لو فيو ، ومن أخذه بإشراؼ نفس دل يبارؾ لو فيو، قاؿ حكيم : فقلت: يا رسوؿ ا ، والذي بعثك » يشبع ، واليد العليا خب من اليد السفلىكالذي يأكل وال

با٢بق ال أرزأ ]أي: ال أنقص مالو بالطلب منو[ أحدا بعدؾ شيئا حب أفارؽ الدنيا . فكاف أبو بكر رضي ا عنو عاه ليعطيو ، فأىب أف يقبل منو شيئا ، فقاؿ يدعو حكيما إذل العطاء فيأىب أف يقبلو ، ب إف عمر رضي ا عنو د

عمر : إين أشهدكم يا معشر ا٤بسلمب على حكيم ،أين أعرض عليو حقو من ىذا الفيء ، فيأىب أف يأخذه ، فلم ، 1472]أخرجو البخاري : » صلى ا عليو وسلم حب توب يرزأ حكيم أحدا من الناس بعد رسوؿ ا

1035ومسلم :

Dari Hakim bin Hizam –radhiyallahu ‘anhu- dia berkata:

Aku meminta kepada Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan beliau memberiku, lalu aku

meminta lagi dan beliau memberiku, lalu meminta lagi dan beliau memberiku. Kemudian beliau

bersabda, “Wahai Hakim! Sesungguhnya harta ini hijau dan manis, maka siapa yang mengambilnya

dengan kedermawanan jiwa, niscaya dia diberkahi pada harta itu. Namun siapa yang mengambilnya

dengan ketamakan jiwa, niscaya dia tak diberkahi pada harta itu, tiada beda seperti orang yang

makan namun tak merasa kenyang. Dan tangan di atas itu lebih baik daripada tangan di bawah.”

Aku pun berkata, “Wahai Rasulullah, demi (Allah) yang telah mengutusmu dengan kebenaran, aku

tak akan pernah lagi mengurangi sesuatu (dengan cara mengambil atau menerimanya)dari

seseorang sesudahmu sampai aku berpisah dengan dunia.”

Dan Abu Bakr –radhiyallahu ‘anhu- (saat menjabat sebagai khalifah) memanggil Hakim bin Hizam

untuk memberinya (bagian harta), namun dia menolak untuk menerima. Kemudian ketika ‘Umar –

radhiyallahu ‘anhu- (menjabat sebagai khalifah) memangilnya untuk memberinya (bagian harta), dia

pun menolak untuk menerima, lalu ‘Umar berkata, “Sungguh aku bersaksi kepada kalian, wahai

kaum muslimin, tentang Hakim bin Hizam. Sungguh aku telah menawarkan kepadanya bagian dari

harta al-fai’ yang menjadi haknya, namun dia menolak untuk mengambilnya.”

Dan Hakim tidak pernah mengambil sesuatu dari manusia sesudah Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa

sallam- sampai dirinya wafat. (HR. al-Bukhari 1472; Muslim 1035)

زهتا وعدـ السؤاؿ ، فماذا لقد سأؿ حكيم رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم فأعطاه ، وكاف ذلك ثبلث مرات ، ب وجهو النيب صلى ا عليو وسلم إذل عفة النفس وع شيئا ، حب يفارؽ الدنيا . أنو لن يعود ٤بثل ىذا ، ولن ينقص من أحد -تعاذل-كاف من أمر حكيم رضي ا عنو ؟ لقد أقسم با

Sungguh Hakim bin Hizam telah meminta kepada Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan

beliau pun memberinya. Hal itu terjadi sampai tiga kali. Selanjutnya Nabi –shallallahu ‘alaihi wa

| 16 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

sallam- mengarahkan Hakim bin Hizam untuk berbuat ‘iffah (menjaga kesucian jiwa) dan ‘izzah

(menjaga kehormatan jiwa) serta tidak meminta (kepada manusia). Lalu apa yang terjadi dengan

Hakim –radhiyallahu ‘anhu (setelah mendengar arahan Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-

itu)? Hakim bin Hizam bersumpah dengan nama Allah Ta’ala bahwa dirinya tidak akan berbuat hal

seperti itu lagi dan tidak pula dia akan mengurangi (harta) manusia (dengan cara meminta,

mengambil, atau menerimanya) sampai dirinya berpisah dengan dunia.

لقد بقي على العهد ب حياة النيب دل يسمع رضي ا عنو ا٤بوعظة ، ويهز رأسو متأثرا باكيا ، ب يعود ب اليـو التارل إذل ما كاف عليو ، وكأف شيئا دل يكن . فة عمر رضي ا عنو ، وقد كاف يعرض عليو حقو الذي وأىب بكر رضي ا عنو فقد كاف يدعوه ليعطيو العطاء فيأىب. وىكذا استمر حب خبل صلى ا عليو وسلم

، وظل على حالو ىذه ، حب توب رضي ا عنو. قسم ا تعاذل من فوؽ سبع ٠باوات؛ من الفيء ، فيأىب ذلك تأثرا من موعظة رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم

Tidaklah saat mendengar nasihat itu Hakim bin Hizam –radhiyallahu ‘anhu- bergoyang kepalanya

karena menangis tersentuh lalu pada hari-hari selanjutnya dia kembali kepada keadaannya semula

seolah-olah tidak ada sesuatu pun yang terjadi. (Bukan begitu yang terjadi), tetapi sungguh (nasihat)

itu tetap meresap pada jiwanya di sepanjang masa kehidupan Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Bahkan ketika Abu Bakr –radhiyallahu ‘anhu- (yang menjabat sebagai khalifah) memanggilnya untuk

memberinya (suatu pemberian), Hakim bin Hizam tak mau menerimanya. Hal itu juga tetap bertahan

pada masa Khalifah ‘Umar –radhiyallahu ‘anhu, Hakim bin Hizam tak mau menerima haknya dari

bagian harta al-fai’ yang telah Allah Ta’ala peruntukkan (bagi yang berhak) dari atas tujuh lapis

langit. (Sikap Hakim bin Hizam) itu merupakan jejak pengaruh dari nasihat Rasulullah –shallallahu

‘alaihi wa sallam- kepadanya yang terus-menerus membekas pada jiwanya hingga kematian

menjemputnya –radhiyallahu ‘anhu.

فنمضي وننفذ النصائح بقي مفعوؿ النصيحة إذل آخر ٢بظة من حياتو رضي ا عنو وحب واراه الثرى . ىذا ىو العمل وىكذا ينبغي أف نكوف ، نسمع ما نسمع ، ٤بواعظ، وكأهنا للثقافة وا٤بعرفة، ال للعمل والتنفيذ، فإذل وا٤بواعظ ، لتتغب أحوالنا ، وأحواؿ أمتنا ، ولكن واحزناه ٢بالنا ، لقد أكثرنا من الكتب وااضرات وا٣بطب وا

ا تعاذل ا٤بشتكى .

Pengaruh nasihat itu meresap abadi hingga ke penghujung saat dari kehidupan Hakim bin Hizam –

radhiyallahu ‘anhu- bahkan sampai pun dirinya berkalangkan tanah. Inilah amal itu, dan demikianlah

seharusnya yang terjadi pada diri kita, menyimak pengingat-penginat dan nasihat-nasihat seraya

memberlangsungkan pengejawantahannya untuk mengubah ahwal diri kita dan umat. Akan tetapi

betapa menyedihkannya ihwal kita saat ini, sungguh sebagian besar buku-buku, kuliah-kuliah,

ceramah-ceramah, dan nasihat-nasihat, seakan-akan tak lebih dari sekadar kelengkapan budaya dan

pengetahuan saja, (sama sekali) tak menjadi amal dan pelaksanaan. Maka hanya kepada Allah Ta’ala

kita mengadu …

ورسولو صلى ا عليو وسلم أبل منو ، وأحلى وأغلى . كم كلف حكيما رضي ا عنو ىذا ا٢بب ؟ كلفو -تعاذل-ما أبل ا٤باؿ وما أحبله ! لكن حب ا الكثب الكثب . لقد سطر ألمتنا دروسا ب الصرب ، ودوف لنا كتبا ب قوة ا٥بمة والعـز والعمل

Betapa indah dan betapa menawannya harta, namun mencintai Allah Ta’ala dan Rasul-Nya jauh

lebih indah daripada itu, jauh lebih menawan dan jauh lebih mahal. Berapa banyak cinta ini

membebani Hakim –radhiyallahu ‘anhu? Sangat banyak, sangat berlimpah. Dan sungguh dia telah

| 17 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

menggariskan kepada umat ini suatu pelajaran tentang sabar, juga menuliskan kepada kita suatu

catatan tentang keinginan hati yang kuat dan keteguhan amal …

--------------------------------------------------------------

*Syakh Husain bin ‘Audah al-‘Awayisyah –hafizhahullah- tinggal di kota ‘Amman, Yordania. Beliau

termasuk salah seorang murid Syaikh al-Albani –rahimahullah …

Bandung, 22 Juli 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 18 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Seperti Batu Seperti Hati ...

Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman

diterjemahkan dari situs:

http://almenhaj.net/makal.php?linkid=736

السؤاؿ: ىل صحيح أف ا٢بجر األسود من حجارة ا١بنة نزؿ أبيضا فسودتو خطايا العباد؟

Pertanyaan untuk Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman -

hafizhahullah:

Shahihkah hadits yang menyebutkan bahwa Hajar Aswad itu batu

dari surga, turun ke bumi berwarna putih lalu menjadi hitam

karena dosa-dosa hamba?

ا١بواب: نعم ؛ ثبت ذلك ب جامع اإلماـ البمذي: }نزؿ ا٢بجر األسود من ا١بنة أبيض من الثلج فسودتو بالكم بأثرىا على قلب أنظروا إذل أثر الذنوب على القلوب فإف كاف أثرىا ىكذا على ا٢بجر فما” خطايا بب آدـ{ قاؿ ابن العريب ا٤بالكي ب شرحو البمذي:

”البشر؟ … أعلم فهذا حديث صحيح وثابت وللذنوب أثر عظيم على سائر ا٢بياة ومن يتتبع النصوص يعلم ذلك حب أف أثرىا كاف أثرىا على ا٢بجر فسودتو ، وا

Syaikh Masyhur bin Hasan Alu salman –hafizhahullah- menjawab:

Ya benar, telah tetap hadits itu di dalam Jami’ al-Imam at-Tirmidzi, “Hajar Aswad turun dari surga

dalam keadaan lebih putih daripada salju. Kemudian dosa-dosa anak Adam menghitamkannya.”

Berkata Ibnu al-‘Arabi al-Maliki dalam menjelaskan hadits at-Tirmidzi itu, “Lihatlah tapak-tapak

(pengaruh) dosa pada hati, jika tapaknya saja seperti itu pada batu, maka bagaimana pula

tapaknya pada hati manusia?”

Maka hadits ini adalah hadits shahih dan tsabit (kukuh). Siapa pun yang mau mengikuti nash-nash

(petunjuk), niscaya dia mengetahui bahwa dosa-dosa itu mempunyai pengaruh yang besar terhadap

kehidupan seluruhnya, bahkan sampai-sampai berpengaruh terhadap batu dan menghitamkannya,

wallahu a’lamu …

----------------------------------------------------------------

*Syaikh Abu Ubaidah Masyhur bin Hasan Alu Salman -hafizhahullah, lahir di Palestina pada tahun

1380 H (1960 M). Beliau merupakah salah seorang dari murid Syaikh al-Albani -rahimahullah, dan

kini tinggal di Amman, Yordania …

Bandung, 25 Juli 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 19 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Nun Yahudiyah Lam Jahmiyah ...

Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman Ibrahim al-

Jibrin

diterjemahkan dari situs: http://ibn-

jebreen.com/?t=books&cat=1&book=98&page=5

977

األمة من تشبو باليهود ب التعطيل، ومن تشبو بالنصارى ب التمثيل، وٮبا وجد ب طرفا نقيض؛ ا٤بشبهة وا٤بعطلة ب طرب نقيض. ا٤بعطلة أكثر وأشهر؛ فلذلك بل

عليهم أىل السنة وأكثروا من التحذير منهم، وكذلك بلوا أيضا على ا٤بشبهة،

Didapati di (tubuh sebagian kaum muslimin) sikap tasyabbuh kepada Yahudi dalam masalah ta’thil

(meniadakan/menolak sifat-sifat Allah) dan sikap tasyabbuh kepada Nasrani dalam masalah tamtsil

(menyerupakan sifat Allah dengan makhluk). Kedua jenis tasyabbuh tersebut saling berlawanan,

kaum Mu’aththilah (pelaku ta’thil) di satu sisi dan kaum Musyabbihah (pelaku tasybih/tamtsil) di sisi

yang lain, hanyasanya kaum Mu’aththilah jauh lebih banyak dan jauh lebih terkenal. Maka telah

menjadi kewajiban Ahlus Sunnah untuk melawan mereka dan mengingatkan umat dari bahaya

(pemikiran) mereka …

وب ذلك يقوؿ ابن القيم:

Mengenai kedua bahaya ini, Ibnul Qayyim berkata (dalam syair Nuniyyah-nya):

لسنا نشبو ربنا بصفاتنا *** إف ا٤بشبو عابد األوثاف كبل وال ٬بليو من أوصافو *** إف ا٤بعطل عابد البهتاف

Tidaklah kami menyerupakan rabb kami dengan sifat-sifat kami,

sungguh musyabbih itu hamba berhala …

Tidak! kami sama sekali tak meniadakan sifat-sifat-Nya,

sungguh Mu’aththil itu hamba kebohongan (hal yang tak nyata) …

ل يعبد عدما، وا٤بوحد يعبد إ٥با واحدا فردا صمدا. ويقوؿ آخر: من شبو ا بلقو فقد كفر، ومن جحد وذكروا عن بعض السلف أنو قاؿ: ا٤بشبو يعبد صنما، وا٤بعط ما وصف ا بو نفسو فقد كفر، وليس فيما وصف ا بو نفسو من الصفات تشبيو؛

Disebutkan bahwa sebagian Salaf berkata, “Musyabbih itu menyembah arca, Mu’aththil menyembah

ketiadaan, sedangkan Muwahhid menyembah Allah, ilah yang Esa yang menjadi tujuan.”

Yang lainnya berkata, “Siapa yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya, sungguh dia kafir.

Siapa yang mengingkari sifat-sifat yang telah Allah tetapkan bagi diri-Nya sendiri, sungguh dia kafir.

Dan di dalam sifat-sifat yang telah Allah tetapkan bagi diri-Nya itu tidaklah terdapat keserupaan

dengan makhluk.”

| 20 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

إثبات ببل بثيل، فهذا ىو القوؿ الوسط، وىو أف نثبت الصفات، وال نصل ب اإلثبات إذل التشبيو، وال نعطل فنجحد صفات ا تعاذل فنكوف بذلك معطلب؛ بل وتنزيو ببل تعطيل. ىكذا يقوؿ أىل السنة.

Maka inilah ucapan yang pertengahan (adil), yaitu kami menetapkan sifat-sifat Allah (sebagaimana

yang Allah sifatkan bagi diri-Nya sendiri) tanpa menyerupakan sifat-sifat itu (dengan makhluk). Kami

juga tidak meniadakan dan mengingkari sifat-fifat Allah ta’ala karena jika (kami berbuat begitu)

berarti kami termasuk orang-orang yang mengingkari sifat-sifat Allah. Bahkan (secara tegas) kami

menetapkan sifat Allah tanpa tamtsil, dan kami juga menyucikan sifat Allah tanpa ta’thil.

Demikianlah ucapan Ahlu Sunnah …

لم عن مواضعو وب آية أخرى: من ا٤بعطلة ٤با جاءهتم ىذه النصوص ماذا فعلوا؟ سلطوا عليها التأويبلت فلما سلطوا عليها التأويبلت أصبحوا من الذين برفوف الك بػعد مواضعو

Apa yang dilakukan oleh orang-orang Mu’aththilah ketika mendapati nushus (dalil-dalil) tentang

sifat? Mereka memaksakan penakwilan terhadap dalil-dalil itu, sehingga jadilah mereka termasuk

orang-orang yang (disebutkan dalam ayat), “Mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya.”

(QS. al-Baqarah: 46), dan dalam ayat lain, “Dari tempat-tempatnya yang telah ada.”

ف استوى بعب استوذل والتحريف ذكروا أنو نوعاف: أف التحريف نوعاف: بريف لفظ، وبريف معب. بريف اللفظ تغيب الكلمة بزيادة أو بنقص، ومن ذلك قو٥بم: إ وقولوا حطة فقالوا: حنطة. فهي زائدة.زيادة الـ؛ ىذا بريف لفظ، وىذه البلـ ما وجدت ب القرآف فهي زائدة شبيهة بالنوف الب زادىا اليهود ٤با قاؿ ا:

Dan tahrif (mengubah perkataan) itu ada dua macam, yaitu tahrif lafzhi (mengubah lafal) dan tahrif

ma’na (mengubah makna).

Tahrif lafzhi yaitu mengubah kata dengan cara menambah atau mengurangi huruf. Di antara contoh

tahrif lafzhi adalah ucapan mereka (kaum Mu’aththilah/Jahmiyah), “Sesungguhnya Istawa itu

bermakna Istaula.” Ada tambahan huruf ‘lam’. Inilah tahrif lafzhi, dan huruf ‘lam’ yang tak terdapat

dalam al-Quran ini merupakan tambahan yang serupa dengan huruf ‘nun’ yang ditambahkan oleh

orang-orang Yahudi terhadap firman Allah, “Katakanlah oleh kalian hiththah (ampuni dosa kami).”

Lalu orang-orang Yahudi itu malah mengatakan, “Hinthah (biji-biji gandum).” Maka huruf ‘nun’ itu

merupakan tambahan.

يقوؿ ابن القيم ب النونية:

Ibnul Qayyim berkata dalam an-Nuniyyah:

نػوف اليهػود والـ جهمي ٮبا *** ب وحي رب العرش زائدتاف

Nun Yahudiah dan Lam Jahmiyah, keduanya

merupakan tambahan terhadap wahyu Rabb al-‘Arsy

| 21 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

استوذل؛ كبلٮبا زائدة ب وحي ا تعاذل، فالذين قالوا: استوى بعب استوذل حرفوا بريفا لفظيا.نوف اليهود ب: حنطة، والـ ا١بهمي ب:

Nun Yahudiah (yang disisipkan) dalam ucapan, “Hinthah,” dan Lam Jahmiyah dalam kata, “Istaula,”

keduanya merupakan tambahan terhadap wahyu Allah ta’ala. Oleh karena itu, orang-orang yang

mengatakan bahwa, “Makna istawa adalah istaula,” berarti telah melakukan tahrif lafzhi

(pengubahan lafal).

( )وكلم ا(، وأرادوا أف موسى ىو ومن التحريف اللفظي أيضا ما ذكروا أف بعض ارفب وبعض النفاة قرءوا قوؿ ا تعاذل ب سورة النساء: )وكلم اللو موسى تكليما الذي كلم ا

Di antara contoh tahrif lafzhi lainnya adalah apa yang dikatakan oleh orang-orang yang mengubah

lafal dan orang-orang yang menafikan sifat Allah dalam membaca surah an-Nisa’ berikut:

ى تكليماوكلم اللو موس

Wa kallamallaahu muusaa takliimaa

“Dan Allah telah berbicara kepada Musa secara langsung.” (QS. An-Nisa: 164)

Mereka membacanya, “Wa kallamallaaha,” yaitu (mengubah harakat dhammah ‘Hu’ pada lafal

‘Allah’ menjadi harakat fat-hah ‘Ha’ untuk mengubah posisi ‘Musa’ dari maf’ul (objek) menjadi

fa’il (subjek) –pent), hal itu mereka lakukan karena mereka menginginkan pemaknaan bahwa nabi

Musa-lah yang berbicara kepada Allah (bukan Allah yang berbicara kepada Musa karena menurut

mereka Allah tak berkata-kata).

ا جاء موسى لميقاتنا وكذلك ب سورة البقرة: )منهم من كلم اللو( غبوا وبدلوا؛ ألف القرآف جاء بقولو: وكلم اللو موسى تكليما وأوضح ذلك ب قولو تعاذل: ولم وكلمو ربو ىذه اآلية ال يقدروف على تغيبىا وكلمو ربو

Dan seperti itu pulalah terhadap ayat dalam surah al-Baqarah ayat 253, “Minhum man

kallamallaahu,” mereka mengubah dan menggantinya. Padahal (ayat al-Quran surah an-Nisa’ ayat

164 itu) turun dengan ucapan:

وكلم اللو موسى تكليما

Wa kallamallaahu muusaa takliimaa

“Dan Allah telah berbicara kepada Musa secara langsung.” (QS. An-Nisa: 164)

dan (bahwa Allah berbicara kepada Musa) itu dijelaskan pula dalam firman Allah ta’ala yang mereka

tak kuasa mengubahnya:

ا جاء موسى لميقاتنا وك لمو ربو ولم

“Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan

Rabb telah berfirman (langsung kepadanya).” (QS. al-A’raf: 143)

| 22 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

فهذا من التحريف اللفظي.

Inilah sebagian daripada (contoh) tahrif terhadap lafal (al-Quran) …

أما التحريف ا٤بعنوي فهو صرؼ اللفظ عن ظاىره، أو عن ما يدؿ عليو؛ كثب منهم أولوا قولو تعاذل:

Adapun tahrif ma’na, yaitu memalingkan lafal dari zhahirnya atau dari arti yang ditunjukkannya.

Kebanyakan dari mereka menakwilkan firman Allah ta’ala:

تػبارؾ الذي بيده الملك

“Tabaarakal ladzii bi yadihil mulku.” (QS. al-A’raf: 143)

ب يو الصبلة والسبلـ ذكر ذلك أيضا قالوا: بيده أي بت تصرفو وتقديره بيدؾ ا٣بيػر أي: بقدرتك. معلـو أف القدرة عامة. ا تعاذل ذكر أف بيده ا٤بلك، والنيب علب ا مؤلى ال أحاديث كثبة؛ ب حديث الذكر: بيده ا٣بب وىو على كل شيء قدير وب التلبية: لبيك وسعديك وا٣بب بيديك وب حديث سعة النفقة يقوؿ: ٲب

القسط ٱبفض ويرفع فأثبت تعاذل تغيضها نفقة، سحاء الليل والنهار. أرأيتم ما أنفق منذ خلق السماوات واألرض؟ فإنو دل يغض ما ب ٲبينو، وبيده األخرى اليدين.

Para pen-tahrif itu mengatakan, “Makna biyadihi (di tangan-Nya) adalah di bawah pengaturan dan

kekuasaan-Nya.” Biyadikal khair (kebaikan ada di tangan-Nya) mereka artikan “kebaikan ada dalam

kekuasaan-Mu.” Padahal sudah jelas bahwa kekuasaan itu sangatlah umum, (sementara) Allah ta’ala

telah menyebutkan bahwa di tangan-Nya-lah segala kerajaan, dan Nabi -‘alaihish shalatu wassalam-

telah menyebutkan demikian pula di banyak hadits. Misalnya dalam hadits dzikir, “Di tangan-Nya

kebaikan dan Dia menguasai segala sesuatu,” juga dalam hadits talbiyah, “Aku penuhi panggilan-Mu

dan seluruh kebaikan ada di tangan-Mu,” juga dalam hadits tentang nafkah, “Tangan kanan Allah

selalu penuh dan sama sekali tidak pernah kurang karena bederma, padahal Dia selalu memberi baik

siang maupun malam. Tidakkah kalian tahu apa yang telah diinfaqkan-Nya semenjak Dia

menciptakan langit dan bumi, dan itu semua tidak mengurangi apa yang berada di tangan kanan-

Nya? Dan arsy-Nya berada di atas air, dan di tangan-Nya yang lain urusan memberi atau menahan,

karenanya Dia meninggikan atau merendahkan.” Maka (jelaslah bahwa) Allah ta’ala menetapkan

sifat dua tangan (bagi diri-Nya).

د لما خلقت بيدي قالوا: أي بقدرب أو بنعمب، وىذا من النفاة وا٤بعطلة قالوا ب قولو تعاذل: بل يداه مبسوطتاف قالوا: ا٤براد بقدرتو، قالوا ب قولو: ما منػعك أف تسج التحريف؛ بريف معنوي.

Orang-orang yang menafikan dan meniadakan sifat Allah itu berkata tentang firman Allah, “Bahkan

kedua tangan Allah itu terbuka.” (QS. al-Maidah: 64), kata mereka, “Maknanya adalah kekuasaan-

Nya.” Mereka juga berkata tentang firman Allah, “Apa yang menghalangimu untuk sujud kepada

yang telah kuciptakan dengan kedua tangan-Ku?” (QS. Shad: 75), kata mereka, “Yaitu dengan

kekuasaan-Ku dan dengan nikmat-Ku.” Inilah bentuk tahrif, yakni tahrif ma’na.

| 23 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

من صفاتو، وكبل القولب فعرؼ بذلك أف ىناؾ من أثبت تعاذل صفة اليد، وجعلها كيد ا٤بخلوؽ، وىناؾ من نفاىا ونفى أف يكوف تعاذل يد حقيقية، وأهنا صفة باطل؛

Maka jelaslah bahwa di sana terdapat kelompok Musyabbihah yang menetapkan sifat tangan bagi

Allah namun menganggap bahwa tangan Allah itu sama dengan tangan makhluk. Di sisi lain, ada juga

kelompok Mu’aththilah yang menafikan dan mengingkari bahwa Allah memiliki tangan secara hakiki.

Kedua kelompok tersebut sama-sama bathil.

ليد واليدين كما أثبت، وقلنا: إهنا ال تشبو صفات ا٤بخلوقب فليس علينا اعباض. ىذا دليل على أف التوسط بب اليهود والنصارى ىو إذا أثبتنا أف تعاذل صفة ا أيضا توسط بب ا٤بعطلة وا٤بشبهة.

Apabila (kami katakan) bahwa kami menetapkan sifat tangan bagi Allah ta’ala dan menetapkan dua

tangan bagi-Nya sebagaimana yang telah ditetapkan-Nya, maka kami katakan pula, “Sesungguhnya

(kami menetapkan sifat tangan bagi Allah itu) tanpa tasybih (menyerupakannya) dengan makhluk,

sehingga tidak ada pertentangan dalam ucapan kami.” Inilah petunjuk yang adil (pertengahan) di

antara (dua kesesatan) Yahudi dan Nasrani. Inilah pula petunjuk yang adil (pertengahan) di antara

(dua kesesatan) Mu’aththilah dan Musyabbihah …

-----------------------------------------------------------------

catatan: Ada pembahasan senada dari Syaikh Muhammad Musa Alu Nashr tentang masalah ini di sini

(http://www.al-sunna.net/articles/file.php?id=290). Di antaranya beliau berkata, “Dan umat Islam

apabila mengikuti jalan Yahudi dalam tahrif dan tabdil, niscaya akan menimpa kaum muslimin apa

yang menimpa Yahudi. Dulu Yahudi mengubah “hiththah” menjadi “Hinthah” dengan menambahkan

huruf ‘nun’, lalu sebagian kaum muslimin –yang mengikuti langkah setan- juga mengganti “Istawa”

menjadi “Istaula”. Maka apa bedanya antara Nun Yahudiyah dengan Lam Jahmiyah?”

Bandung, 30 Juli 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 24 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Buku Apakah Teman Dudukmu?

Sukainah binti Muhammad Nashiruddin al-Albani

diterjemahkan dari situs:

http://tamammennah.blogspot.com/2008/10/blog-post_20.html

بسم ا الربن الرحيم ا٢بمد ، والصبلة والسبلـ على خاب رسل ا

: 17 – 15ص” كشف زيف التصوؼ“ب كتابو –حفظو ا –قاؿ فضيلة الشيخ ربيع ا٤بدخلي

Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali –hafizhahullah- berkata dalam

kitabnya Kasyfu Zaif at-Tashawwuf (15-17):

ىي كتابات ا٢بارث بن أسد ااسيب أحد تبلميذ يزيد بن ىاروف الذي -فيما أعلم-بداية كتابات الصوفية يعد ب أتباع التابعب آخر القروف ا٤بفضلة، وكاف ا٢بارث من ا٤بعاصرين لئلماـ أبد وإخوانو من أئمة ا٢بديث

ومنهم اإلماـ ا٢بافظ أبو زرعة والسنة. ألف ا٢بارث كتبا للصوفية فأنكرىا أىل السنة

Setahuku, Bidayah Kitabat ash-Shufiyyah itu merupakan kumpulan tulisan al-Harits bin Asad al-

Muhasibi, salah seorang murid dari Yazid bin Harun yang masih terhitung tabi’ut tabi’in akhir kurun

mufadhalah. Al-Harits al-Muhasibi itu sezaman dengan al-Imam Ahmad dan sahabat-sahabatnya dari

kalangan para imam ahli hadits dan sunnah, dan dia (al-Harits a-Muhasibi) menyusun karangan bagi

kaum sufi sehingga mendapat kecaman (pengingkaran) dari Ahlus Sunnah, termasuk (kecaman) dari

al-Imam al-Hafizh Abu Zur’ah.

قاؿ ا٢بافظ الذىيب : قاؿ ا٢بافظ سعيد بن عمرو الربذعي:

Al-Hafizh adz-Dzahabi berkata, “Al-Hafizh Sa’id bin ‘Amr al-Barda’i berkata:

قيل ” فإنك بد فيو ما يػغنيكإياؾ وىذه الكتب، ىذه كتب بدع وضبلالت، عليك باألثر؛ “شهدت أبا زرعة وقد سئل عن ا٢بارث ااسيب وكتبو فقاؿ للسائل : ب من دل يكن لو ب كتاب ا عربة؛ فليس لو ب ىذه الكتب عربة، بػلغكم أف سفياف ومالكا واألوزاعي صنفوا ىذه الكتب “لو: ب ىذه الكتب عربة، فقاؿ:

”ا٣بطرات والوساوس؟! ما أسرع الناس إذل البدع!

Aku melihat Abu Zur’ah ditanya oleh seseorang tentang al-Harits al-Muhasibi dan kitab-kitabnya.

Abu Zur’ah pun berkata, “Berhati-hatilah kamu terhadap buku-buku ini. Ini merupakan buku-buku

bid’ah dan sesat. Wajib bagimu berpegang kepada atsar (salafush shalih) karena sesungguhnya kamu

akan mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu (dari atsar).” Si penanya itu berkata lagi, “(Tapi) di

dalam kitab-kitab ini terdapat ‘ibrah.” Abu Zur’ah menjawab, “Siapa yang tak memperoleh ‘ibrah

dari kitab Allah, maka tidak pula dia akan memperoleh ‘ibrah dari kitab-kitab ini. Apakah kalian

pernah mendapati Sufyan, Malik, dan al-Auza’i menulis kitab-kitab (seperti ini) tentang lintasan-

lintasan hati dan waswas? Ah, betapa cepatnya manusia berpaling kepada bid’ah!” (Diriwayatkan

oleh al-Barda’i dalam Su-alatahu li Abi Zur’ah: 2/561-562; al-Khathib dalam Tarikh: 8/215)

| 25 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

القوت؟! كيف لو رأى مات ا٢بارث سنة ثبلث وأربعب ومائتب، وأين مثل ا٢بارث؟ فكيف لو رأى أبو زرعة تصانيف ا٤بتأخرين كػ )القوت( أليب طالب؟! وأين مثل من ” اإلحياء“ما ب جة األسرار البن جهضم , وحقائق التفسب للسلمي؟!؛ لطار لبو، كيف لو رأى تصانيف أيب حامد الطوسي ب ذلك على كثرة

؟! بلى، ٤با كاف ا٢بارث لساف القـو ب ذاؾ ”الفتوحات ا٤بكية”و” فصوص ا٢بكم“للشيخ عبد القادر؟! كيف لو رأى ” الغنية“ا٤بوضوعات؟! كيف لو رأى دبيسي وابن شحانة كاف قطب العارفب العصر كاف معاصره ألف إماـ ب ا٢بديث فيهم مثل أبد بن حنبل وابن راىويو، و٤با صار أئمة ا٢بديث مثل ابن ال

2/166” )ميزاف االعتداؿ ب نقد الرجاؿ“وابن سفياف (كذا والصواب ابن سبعب) ، نسأؿ ا العفو وا٤بسا٧بة. آمب( ” الفصوص“كصاحب

(Imam adz-Dzahabi melanjutkan), “Al-Harits al-Muhasibi meninggal pada tahun 243 Hijriyah. Dan

manakah yang seperti al-Harits al-Muhasibi? Bagaimana jika Abu Zur’ah melihat buku-buku dari para

penulis mutaakhir seperti kitab al-Qut karya Abu Thalib (yakni al-Qut al-Qulub karya Muhammad bin

‘Ali bin ‘Athiyah Abu Thalib al-Makki -pent)?. Manakah yang seperti al-Qut? Bagaimana jika Abu

Zur’ah melihat kitab Bahjah al-Asrar karangan Ibnu Jahdham dan kitab Haqa-iq al-Tafsir karangan as-

Sulami? Pasti akan melayanglah jantungnya. Bagaimana jika Abu Zur’ah melihat karangan-karangan

Abu Hamid –al-Ghazali- ath-Thusi yang dipenuhi dengan hadits-hadits palsu dalam kitab al-Ihya?

Bagaimana jika Abu Zur’ah melihat kitab al-Ghunyah karangan Syaikh ‘Abdul Qadir (al-Jilani)?

Bagaimana pula jika beliau melihat kitab Fushush al-Hikam dan kitab al-Futhuhat al-Makkiyah (karya

Ibn ‘Arabi)? Benar, tatkala al-Harits al-Muhasibi berbicara kepada kaumnya pada masa itu, di sana

ada banyak imam di bidang hadits semisal Ahmad bin Hanbal dan Ibnu Rahawaih. Tatkala dia telah

menjadi semisal Ibnu Dakhmasi dan Ibnu Syahanah di kalangan para ahli hadits, jadilah dia

pemimpin para sufi (di masanya) seperti pengarang kitab al-Fushush dan Ibnu Sab’in (di masa

mereka masing-masing). Kami memohon pemaafan dan ampunan kepada Allah. Aamiin.”

ما تكلم فيها “قاؿ: ٠بعت أبد بن حنبل وقد سئل عن الوساوس وا٣بطرات فقاؿ : “قاؿ: وباإلسناد إذل أيب يعقوب إسحاؽ بن حية “وقاؿ ابن ا١بوزي: وقد روينا ب أوؿ كتابنا ىذا عن ذي النوف ٫بو ىذا.” الصحابة وال التابعوف

”ال أرى لك أف بالسهم“وروينا عن أبد بن حنبل أنو ٠بع كبلـ ا٢بارث ااسيب ، فقاؿ لصاحب لو:

Ibnu al-Jauzi berkata, “Dan dengan sanad sampai kepada Abu Ya’qub Ishaq bin Hayyah, dia berkata:

Aku mendengar Ahmad bin Hanbal ditanya tentang masalah waswas dan lintasan-lintasan hati, lalu

dia menjawab, “Para shahabat dan para tabi’in tidak pernah membicarakan hal itu.”

Dan telah kami riwayatkan pula pada awal kitab kami ini (kabar) dari Dzun Nun yang seperti ini. Kami

juga meriwayatkan dari Ahmad bin Hanbal, bahwasanya dia mendengar ucapan al-Harits al-

Muhasibi, lalu Imam Ahmad berkata kepada sahabatnya, “Aku tak menganggap boleh bagimu untuk

duduk di majelis mereka.”

يعب ب حوادث كبلـ -حذروا من ا٢بارث أشد التحذير , ا٢بارث أصل البلية “عن أبد بن حنبل أنو قاؿ: ” السنة“وقاؿ ابن ا١بوزي: وقد ذكر ا٣ببلؿ ب كتاب تلبيس ”. أي جهم ما زاؿ مأوى أصحاب الكبلـ، حارث بنزلة األسد ا٤برابط، ينظر أي يوـ يثب على الناس، ذاؾ جالسو فبلف وفبلف وأخرجهم إذل ر -جهم

151إبليس )ص

Ibnu al-Jauzi berkata, “Al-Khallal menyebutkan di dalam kitab as-Sunnah dari Ahmad bin Hanbal,

bahwasanya dia berkata:

“Waspadalah terhadap al-Harits al-Muhasibi dengan sebenar-benar kewaspadaan. Al-Harits al-

Muhasibi itu sumber kebinasaan –yakni dalam menyusupkan ucapan Jahm bin Shafwan (Jahmiyah).

Fulan juga fulan datang seorang demi seorang untuk duduk bermajelis dengannya, lalu al-Harits

| 26 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

mengarahkan mereka kepada pemikiran Jahm (bin Shafwan) yang senantiasa menjadi tempat pulang

(rujukan) para ahlul kalam. Al-Harits itu serupa singa yang terikat, maka perhatikanlah pada hari apa

saja dia menerkam manusia!” (Talbis Iblis, hal 151).

150ص/ تلبيس إبليس” , إهنا كتب بدع وضبلالت .. إخل “ب نقل ما ذكره الذىيب عن أيب زرعة قولو عن كتب ا٢بارث:

Kemudian Ibnu al-Jauzi juga menukil apa yang telah disebutkan oleh adz-Dzahabi dari Abu Zur’ah

tentang kitab-kitab al-Harits al-Muhasibi, “Sesungguhnya ini merupakan kitab-kitab bid’ah dan

kesesatan … -dst.” (Talbis Iblis, hal 150)

ا.ىػ”. فهذا ىو موقف أئمة اإلسبلـ الناصحب من التصوؼ وأىلو: إدانة ٤بؤلفاهتم وبذير من ضبلالهتم وشطحاهتم

Inilah pendirian para imam dan ulama Islam terhadap tashawwuf dan para sufi, “Menyibak

kerendahan tulisan-tulisan mereka dan memberikan peringatan (kepada umat) dari kesesatan dan

igauan mabuk mereka (para sufi).”

Bandung, 3 Agustus 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 27 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Tentang Anak-Anak Kita ...

Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilaly

diterjemahkan dari situs: http://www.alhilaly.net/news-

41.html

1-.تربيتهم على التوحيد ا٣بالص وبذيرىم من الشرؾ بكل ألوانو وصوره

Pertama:

Didiklah mereka di atas kemurnian tauhid dan

peringatkanlah mereka dari syirik dalam setiap jenis dan

bentuknya …

ب ال تشرؾ باللو إف الشرؾ لظلم عظيم﴾ قاؿ تعاذل: ﴿وإذ قاؿ لقماف البنو وىو يعظو يا بػ 13لقماف:

Allah ta’ala berfirman:

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya,

“Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)

adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (QS. Luqman: 13)

تعليمهم الصبلة وحثهم عليها: -2

Kedua:

Ajarkan mereka shalat dan doronglah mereka untuk mendirikannya …

132و: قاؿ تعاذل: ﴿وأمر أىلك بالصبلة واصطرب عليػها﴾ ط

Allah ta’ala berfirman:

Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam

mengerjakannya. (QS. Thaha: 132)

نب، واضربوىم عليها وىم أبناء عشر مروا أوالدكم بالصبلة وىم أبناء سبع س»عن النيب صلى ا عليو وسلم، قاؿ: -رضي ا عنهما-عن عبد ا بن عمرو 5868صحيح ا١بامع: « سنب، وفرقوا بينهم ب ا٤بضاجع

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr –radhiyallahu ‘anhu- dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- beliau

bersabda, “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan

pukullah mereka (jika tak mengerjakan shalat) pada usia sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat

tidur mereka.” (Shahih al-Jami’: 5868)

عدـ التفريق بب الذكور واألناث: -3

Ketiga:

Jangan membeda-bedakan (kasih sayang) terhadap anak laki-laki dengan anak perempuan …

| 28 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

3206«: الصحيحة« ]»ال تكرىوا البنات؛ فإهنن ا٤بؤنسات الغاليات»، قاؿ رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم: -رضي ا عنو–عن عقبة بن عامر

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir –radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

“Janganlah kalian membenci anak-anak perempuan karena sesungguhnya mereka itu penyejuk mata

yang berharga.” (ash-Shahihah: 3206)

.2492حةالصحي« ]»من عاؿ ثبلثا من بنات يكفيهن ويربهن ويرفق ن؛ فهو ب ا١بنة»قاؿ: قاؿ رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم: -رضي ا عنو-وعن جابر

Dan dari Jabir –radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Barangsiapa

yang menanggung tiga anak perempuan, mencukupi nafkah mereka, menyayangi dan berlaku baik

kepada mereka, maka dia di surga.” (ash-Shahihah: 2492)

من كاف لو أختاف أو بنتاف، فأحسن إليهما ما صحبتاه، كنت أنا وىو ب ا١بنو كهاتب، وقرف بب »، عن النيب صلى ا عليو وسلم: -رضي ا عنو-عن أنس 1026«: )الصحيحة« ]»أصبعيو

Dari Anas –radhiyallahu ‘anhu- dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang memiliki

dua saudara perempuan atau dua anak perempuan lalu dia berbuat baik kepada keduanya selama

bersama dengannya, maka aku bersamanya di surga seperti ini,” seraya beliau menyandingkan

kedua jarinya.” (ash-Shahihah: 1026)

لذكور والبنات.العدؿ بب األوالد: ا -4

Keempat:

Bersikap adil terhadap anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan …

« اعدلوا بب أوالدكم، اعدلوا بب أوالدكم، اعدلوا بب أوالدكم»قاؿ: قاؿ رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم: -رضي ا عنو–عن النعماف بن بشب 1240 الصحيحة]»

Dari an-Nu’man bin Basyir –radhiyallahu ‘anhu- dia berkata, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-

bersabda, “Bersikap adillah di antara anak-anakmu! Bersikap adillah di antara anak-anakmu!

Bersikap adillah di antara anak-anakmu!” (ash-Shahihah: 1240)

لةوالعدؿ يكو ف ب ا٥بدية والعطية والقبػ

Dan sikap adil itu mencakup masalah pemberian, hadiah, juga ciuman kasih sayang terhadap anak-

anak …

هد عليها رسوؿ ا عن عامر؛ قاؿ ٠بعت النعماف بن بشب وىو ٱبطب على ا٤بنرب، فقاؿ: تصدؽ أيب علي بصدقة، فقالت عمرة بنت رواحة: ال أرضى حب تش -أتشهد عليها رسوؿ صلى ا عليو وسلم، فأتى بشب رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم؛ فقاؿ: إين تصدقت على ابب بصدقة، فقالت عمرة بنت رواحة: ال أرضى حب

ىذا جور؛ فبل »، قاؿ: ال. قاؿ: «مثلما أعطيت فكلهم أعطيت»قاؿ: نعم، قاؿ: « ألك بنوف غبه؟»ا صلى ا عليو وسلم، فقاؿ صلى ا عليو وسلم: 3946الصحيحة « ]»تشهدين عليو، اتقوا ا، واعدلوا ين أوالدكم، كما ببوف أف يربوكم

Dari ‘Amir dia berkata, aku mendengar an-Nu’man bin Basyir berkata saat berkhutbah di atas

mimbar:

| 29 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Ayahku memberi suatu pemberian kepadaku, lalu ibuku (‘Amrah binti Rawahah) berkata, “Aku tak

rela sampai kau mempersaksikan hal itu kepada Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Maka

ayahku (Basyir) pun mendatangi Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan berkata, “Aku

memberi anakku suatu pemberian, lalu ‘Amrah binti Rawahah mengatakan dia tak rela sampai aku

mempersaksikannya kepada Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Rasulullah –shallallahu ‘alaihi

wa sallam- pun bersabda, “Apakah kau memiliki anak selain dia?” Ayahku menjawab, “Ya, punya.”

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Apakah semua anakmu kamu beri yang seperti

itu?” Ayahku menjawab, “Tidak.” Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Ini kezaliman.

Aku tak akan bersaksi untuk ketidakadilan. Bertakwalah kepada Allah, berbuat adillah di antara anak-

anakmu sebagaimana kalian senang diperlakukan dengan baik.” (ash-Shahihah: 3946)

إذل جنبو، فقاؿ النيب وعن أنس؛ قاؿ: كاف رجل جالس مع النيب صلى ا عليو وسلم فجاءه ابن لو فأخذه، فقبػلو ب أجلسو ب حجره، وجاءت ابنة لو، فأخذىا 2994و2883الصحيحة: )»، يعب: بب ابنو وبنتو ب تقبيلهما. «أال عدلت بينهما»صلى ا عليو وسلم:

Dari Anas, dia berkata:

Seorang lelaki duduk bersama Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu datanglah anak dari lelaki itu.

Lelaki itu mengambil anaknya, mencium dan mendudukkannya di pangkuannya. Kemudian datang

pula anak perempuan dari lelaki itu, lalu dia mendudukkannya di sampingnya. Nabi –shallallahu

‘alaihi wa sallam- pun berkata, “Berbuat adillah kamu terhadap mereka berdua.” Yakni, dalam hal

mencium keduanya, baik terhadap anak lelaki maupun anak perempuannya. (ash-Shahihah: 2883

dan 2994)

التعامل معهم بصدؽ ب كل األمور. -5

Keenam:

Berkomunikasi dengan mereka dengan jujur dalam semua urusan …

يا عبد ا! »أنو قاؿ: أتى رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم ب بيتنا وأنا صيب، قاؿ : فذىبت أخرج أللعب، فقالت أمي: -رضي ا عنو-عن عبد ا بن عامر 748«: الصحيحة« »أما إنك لو دل تعطو شيئا كتبت عليك كذبة»قالت: أعطيو برا. فقاؿ: « وما أردت أف تعطيو؟»، فقاؿ رسوؿ ا: «أعطيكتعاؿ

Dari ‘Dari ‘Abdullah bin ‘Amir –radhiyallahu ‘anhu- bahwasanya dia berkata:

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkunjung ke rumah kami, saat itu aku masih kecil, lalu

aku keluar untuk bermain. Ibuku memanggilku, “Wahai ‘Abdullah, kemarilah kamu. Nanti kuberi

sesuatu.” Kemudian Rasulullah bersabda, “Apakah kau memang bermaksud memberinya sesuatu?”

Ibuku menjawab, “Aku akan memberinya kurma.” Rasulullah bersabda, “Adapun jika kau tak

memberinya (setelah dia kemari), niscaya dicatat bagimu satu kedustaan.” (ash-Shahihah: 748)

مبلعبتهم وتدليلهم دوف إفراط وتغريط. -6

Keenam:

Bersenda gurau dan bercengkrama tanpa berlebihan dan melampaui batas …

70«: الصحيحة« ]»كاف رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم ليدلع لسانو للحسن بن علي؛ فبى الصيب بره لسانو؛فيهش إليو -رضي ا عنو–عن أيب ىريرة

Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah menjulurkan

lidahnya kepada Hasan bin ‘Ali. Hasan kecil pun melihat lidah Rasulullah yang merah sehingga dia

gembira karenanya. (ash-Shahihah: 70)

| 30 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

2141«: )الصحيحة»ا عليو وسلم يبلعب زينب بنت أـ سلمة ، وىو يقوؿ: يا زوينب! يا زوينب مرارا.] وعن أنس: كاف صلى

Dari Anas, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah bercanda dengan Zainab binti Ummu

Salamah, dan saat itu beliau mengatakan berulang kali, “Wahai Zainab cilik! Wahai Zainab cilik!

Wahai Zainab cilik!” (ash-Shahihah: 2141)

عدـ الدعاء على األوالد بل الدعاء ٥بم. -7

Ketujuh:

Jangan mendoakan anak-anak dengan keburukan, tetapi doakanlah kebaikan …

ال تدعوا على أنفسكم، وال تدعوا على أوالدكم، وال تدعوا على خدمكم، وال تدعوا على »عن النيب صلى ا عليو وسلم قاؿ: -رضي ا عنو-عن جابر 7467«: )صحيح ا١بامع« ]»أموالكم، ال توافقوا من ا ساعة يسأؿ فيها عطاء فيستجاب لكم

Dari Jabir –radhiyallahu ‘anhu- dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Janganlah

kalian berdoa buruk untuk diri kalian, janganlah kalian berdoa buruk untuk anak-anak kalian,

janganlah kalian berdoa buruk untuk pelayan-pelayan kalian, janganlah kalian berdoa buruk untuk

harta-harta kalian, dan jangan sampai (doa buruk kalian itu) bertepatan dengan saat

Allah mengabulkan doa, karena Allah akan mengabulkan doa kalian.” (ash-Shahihah: 7467)

اختيار األوقات ا٤بناسبة للعب وبنيبهم األوقات ا٤بنهي عنها -8

Kedelapan:

Bijaksana memilih waktu yang tepat dalam memperbolehkan dan melarang mereka bermain …

905«: الصحيحة« ]»بؽ فيها الشياطباحبسوا صبيانكم حب تذىب فوعة العشاء؛ فإهنا ساعة ب»عن جابر: أف رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم قاؿ:

Dari Jabir, bahwasanya Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Tahanlah anak-anak

kalian (jangan sampai keluar rumah ketika matahari tenggelam) hingga datang waktu isya, karena

pada saat itu setan sedang berkeliaran.” (ash-Shahihah: 905)

1366«: الصحيحة« ]»إذا اغربت الشمس فكفوا صبيانكم؟ فإهنا ساعة تنتشر فيها الشياطب»وعن ابن عباس قاؿ: قاؿ رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم:

Dan dari Ibnu ‘Abbas, dia berkata, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Apabila

matahari terbenam, tahanlah anak-anak kalian (jangan sampai keluar rumah), karena pada saat itu

setan-setan sedang berkeliaran.” (ash-Shahihah: 1366)

إبعادىم عن ا٤باؿ ا٢براـ والغذاء ا٢براـ -9

Kesembilan:

Jauhkan mereka dari harta yang haram dan makanan haram …

؛ ليطرحها، ب قاؿ: «كخ كخ »قاؿ: أخذ ا٢بسن بن علي برة من بر الصدقة، فجعلها ب فمو، فقاؿ النيب صلى ا عليو وسلم: -رضي ا عنو-عن أيب ىريرة متفق عليو.«. أما شعرت أنا ال نأكل الصدقة»

Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “(Suatu ketika) Hasan bin ‘Ali mengambil sebutir

kurma dari kurma sedekah lalu memasukkan kurma itu ke mulutnya. Nabi –shallallahu ‘alaihi wa

| 31 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

sallam- pun bersabda, “Kikh! Kikh!” Agar Hasan menjauhkan kurma itu dari mulutnya. Kemudian

beliau bersabda, “Tidakkah kau tahu bahwa kita tidak boleh memakan sedekah?” (Muttafaqun

‘Alaih)

األمر باللباس الشرعي والبعد عن ا٤ببلبس الفاضحة الشفافة أو اسمة. -10

Kesepuluh:

Perintahkan mereka untuk berpakaian sesuai syariat dan jauhkan mereka dari pakaian yang terbuka,

tipis, atau ketat …

59]األحزاب: وبػناتك ونساء المؤمنب يدنب عليهن من جبلبيبهن ذلك أدن أف يػعرفن فبل يػؤذين﴾ قاؿ ا تعاذل:﴿يا أيػها النيب قل ألزواجك

Allah ta’ala berfirman:

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin,

“Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya

mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. (QS. al-Ahzab: 59)

يػبدين زينتػهن إال لبػعولتهن أو ظن فػروجهن وال يػبدين زينتػهن إال ما ظهر منػها وليضربن بمرىن على جيون وال وقاؿ: ﴿وقل للمؤمنات يػغضضن من أبصارىن وبف نػهن أو التابعب غب أورل اإلربة من لتهن أو إخواهنن أو بب إخواهنن أو بب أخواهتن أو نسائهن أو ما ملكت أٲباآبائهن أو آباء بػعولتهن أو أبػنائهن أو أبػناء بػعو

يعا أيػها ال الرجاؿ أو الطفل الذين دل يظهروا على عورات الن مؤمنوف لعلكم تػفلحوف﴾ النور: ساء وال يضربن بأرجلهن ليػعلم ما ٱبفب من زينتهن وتوبوا إذل اللو ب31

Allah berfirman:

Katakanlah kepada wanita yang beriman, “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan

kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari

padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah

menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami

mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-

laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan

mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-

laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti

tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang

mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman

supaya kamu beruntung. (QS. an-Nur: 31)

يا أ٠باء أف ا٤برأة إذا بلغت »عن عائشة، أف أ٠باء بنت أيب بكر دخلت على النيب صلى ا عليو وسلم ثياب رقاؽ؟ فأعرض عنها رسوؿ صلى ا عليو وسلم وقاؿ: 7847«: )صحيح ا١بامع« ]»ايض دل يصلح أف يرى منها شيئ إال ىذا وىذا وأشار إذل وجهو وكفيو

Dari ‘Aisyah, bahwa Asma binti Abu Bakr masuk ke rumah Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dengan

pakaian yang tipis, maka Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pun berpaling darinya seraya

bersabda, “Wahai Asma, sesungguhnya perempuan itu apabila telah baligh tidak boleh terlihat

darinya kecuali ini dan ini,” seraya beliau menunjuk wajah dan kedua telapak tangannya. (Shahih al-

Jami’: 7848)

***

| 32 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

من سنن ا١بمعة: استقباؿ الناس ا٣بطيب بأجسامهم ووجوىهم.

Di antara Sunnah yang berkaitan dengan shalat Jumat, yaitu para jamaah menghadapkan badan dan

wajahnya ke arah khatib …

2080«: )الصحيحو]»؛ أقبلنا بوجوىنا إليو عن مطيع الغزاؿ، عن أبيو، عن جده؛ قاؿ: كاف رسوؿ صلى ا عليو وسلم إذا صعد ا٤بنرب

Dari Muthi’ bin al-Ghazal, dari ayahnya, dari kakeknya, dia berkata, “Apabila Rasulullah –shallallahu

‘alaihi wa sallam- telah naik mimbar (untuk berkhutbah), kami pun (para jamaah Jumat)

menghadapkan wajah-wajah kami kepada beliau.” (ash-Shahihah: 2080)

السنة عندنا اف يستقبل الناس االماـ يـو ا١بمعة إذا أراد أف بطب، من كاف منهم يلي القبلة وغبىا«: »ا٤بوطأ»قاؿ االماـ مالك ب

Imam Malik berkata dalam kitab al-Muwaththa’, “Sunnah menurut kami bahwa manusia (jamaah

Jumat) menghadap ke arah imam pada hari Jumat ketika imam sedang berkhutbah, baik jamaah

yang menghadap dekat kiblat maupun yang berada di sisi lain.”

؛ قاؿ: قلت اليب عبدا عن القبلة، فقاؿ: نعم تنحرؼ إليو يكوف اإلماـ متباعدا، فإذا أردت أف أ٫برؼ إليو حولت وجهي -أبد بن حنبل–وعن األثـر

Dan dari al-Atsram, dia berkata:

Aku berkata kepada Abu ‘Abdillah (Ahmad bin Hanbal), “Apabila khatib berada jauh (dari sisi

tempatku duduk), maka apakah jika aku ingin menghadap kepadanya, aku harus memalingkan

wajahku dari arah kiblat?” Imam Ahmad pun menjawab, “Ya, palingkan wajahmu kepada khatib.”

، وأبد، وإسحاؽ، وىذا مذىب ابن عمر، وأنس، وشريح، وعطاء، ومالك، والثوري، واألوزاعي، وسعيد بن عبد العزيز، وابن جابر، ويزيد بن أيب مرمي، والشافعي ا كاإلباع.وأصحاب الرأي. قاؿ ابن ا٤بنذر: ىذ

Dan ini merupakan pendapat yang dipegangi oleh Ibnu ‘Umar, Anas, Syuraih, ‘Atha’, Malik, ats-

Tsauri, al-Auza’i, Sa’id bin ‘Abdul ‘Aziz, Ibnu Jabir, Yazid bin Abi Maryam, asy-Syafi’i, Ahmad, Ishaq,

dan juga ashabur ra’yi. Berkata Ibnu al-Mundzir, “Hal ini bagaikan ijma.”

Bandung, 7 Agustus 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 33 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Zakat Fithri dengan Makanan Pokok ...

Syaikh Abu Ishaq alHuwainiy ditanya:

Apakah zakat berbuka (zakat fitrah) itu ditunaikan

dengan mengeluarkan makanan ataukah uang?

الصحيح الراجح عند أكثر العلماء عند أصحاب ا٤بذاىب الثبلثة عند مالك والشافعي وأبد أهنا برج من قوت أىل البلد وىم يروف أف من أخرج ماال ال ٯبزئو ذلك وعليو أف يعيد إخراج زكاة الفطر مرة أخري ، وكاف الصحابة أصحاب أمواؿ

ؿ ومع ذلك ما ندم رسوؿ وليس كما يدعي البعض أهنم دل يكن عندىم أمواا_ صلي ا عليو وسلم_ وال أمرىم بإخراج ا٤باؿ ، إ٭با كما قاؿ بن عمر ب ا٢بديث ا٤بعروؼ )فرض النيب صلي ا عليو وسلم زكاة الفطر على كل حر وعبد ذكر وأنثي صغب وكبب صاع من بر أو صاع من شعب( ، فأنت إف دل تكن

لكن أنت تشبي ذا ا٤باؿ الزكوات من مطعـو أىل صاحب زرع حب برج شعب البلد ب برجو بعد ظهور ىبلؿ العيد .

Syaikh Abu Ishaq al-Huwainiy menjawab:

Yang shahih lagi rajih menurut mayoritas ulama dari kalangan ulama-ulama ketiga mazhab, yaitu

Malik, asy-Syafi’i, dan Ahmad, bahwa zakat fitrah itu ditunaikan dengan mengeluarkan makanan

pokok penduduk negeri. Mereka berpendapat bahwa seseorang tidak boleh mengeluarkannya

dalam bentuk harta (uang). Jika dia telah kasip mengeluarkannya (dalam bentuk uang), maka wajib

baginya untuk mengeluarkannya lagi (dalam bentuk makanan pokok).

Dan tidak sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian orang bahwa para shahabat mengeluarkan

zakat fitrah dalam bentuk makanan pokok karena mereka tidak memiliki harta. (Bukan begitu), dulu

para shahabat pun memiliki harta (uang), namun bersamaan dengan keadaan itu, tidaklah Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan mereka untuk mengeluarkan zakat fitrah berupa uang,

melainkan sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu ‘Umar dalam hadits yang makruf, “Nabi shallallahu

‘alaihi wa sallam mewajibkan penunaian zakat fitrah untuk setiap orang merdeka dan budak, laki-laki

maupun perempuan, anak kecil maupun dewasa, berupa satu sha’ kurma atau satu sha’ gandum.”

Oleh karena itu, meskipun kamu bukan petani gandum (makanan pokok), namun kamu bisa membeli

dengan uangmu itu makanan pokok negerimu, lalu mengeluarkannya sebagai zakat setelah muncul

hilal ‘ied …

أدخل الدنيا ب زكاة الفطر ؟ ىذه عبادة أما االحتجاج بسألة أنك برجها ماال بػ ) أنتم أعلم بأمور دنياكم ( فنقوؿ أف زكاة الفطر ليست من الدنيا ، ما الذي مشروعة وفيها نص كما ذكرتو لكم .

Adapun mengeluarkan zakat fitrah dengan uang karena beralasan dengan hadits, “Kalian lebih

mengetahui urusan duniamu,” maka kami katakan bahwa zakat fitrah itu bukanlah urusan dunia.

Apa yang memasukkan dunia ke dalam zakat fitrah? Ini adalah ibadah yang disyariatkan, di dalam

masalah ini terdapat nash sebagaimana yang telah kusebutkan kepadamu …

| 34 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Sumber dari sini: http://alheweny.org/aws/play.php?catsmktba=9138

-----------------------------------------------

ىل ٱبرج صدقة الفطر عن ا١بنب؟

Syaikh Husain bin ‘Audah al-‘Awayisyah ditanya:

Apakah dikeluarkan zakat fithrah untuk janin dalam kandungan?

البب زكاة الفطر عن ا١بنب.، وانظر اإلرواء -رضي ا عنو–ف؛ ألف فيو انقطاعا بب قتادة وعثماف ب تصدقو عن ا١بنب، لكن ىذا األثر ضعي -رضي ا عنو–وىناؾ من يذكر أثرا عن عثماف

(841.)

Syaikh Husain bin ‘Audah al-‘Awayisyah menjawab:

Tidak wajib mengeluarkan zakat fitrah untuk janin. Memang terdapat atsar dari ‘Utsman –

radhiyallahu ‘anhu- tentang zakat fitrah untuk janin dalam kandungan. Akan tetapi atsar tersebut

dha’if (lemah) karena inqitha’ (terputus) dalam sanadnya antara Qatadah dan ‘Utsman –radhiyallahu

‘anhu. Lihat kitab al-Irwa’ nomor 841.

Sumber dari sini: http://www.alawaysheh.com/play.php?catsmktba=403

--------------------------------------------------------

*Atsar dha’if yang dimaksud oleh Syaikh Husain bin ‘Audah al-‘Awayisyah adalah:

أف عثماف بن عفاف كاف يعطى صدقة الفطر عن الصغب والكبب وا٢بمل

“Bahwa ‘Utsman bin ‘Affan pernah mengeluarkan zakat fitrah untuk anak kecil, orang dewasa, juga

bayi dalam kandungan (janin).” –dan sebagaimana dikatakan oleh beliau, atsar ini dha’if- …

Bandung, 17 Agustus 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 35 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Bolehkah Menyegerakan Zakat Fithri?

لسؤاؿ :ىل ٯبوز تعجيل زكاة الفطر ب أوؿ شهر رمضاف ؟

Syaikh Muhammad al-Hamud an-Najdi ditanya:

Bolehkah menyegerakan pembayaran zakat

fitrah di awal Ramadhan?

ا٢بمد ، والصبلة والسبلـ على رسوؿ ا ، وآلو وصحبو ومن ١بواب : اىتدى داه وبعد فالصحيح انو ال ٯبزئ إخراج زكاة الفطر ب أوؿ رمضاف وال ب وسطو ، وإ٭با ا٤بشروع إخراجها ب آخره ، وقبل صبلة العيد ، أو قبل العيد

بيـو أو يومب أو ثبلثة .ضي ا عنهما : أف النيب صلى ا عليو وسلم أمر بزكاة الفطر فعن ابن عمر ر

( باب الصدقة قبل العيد. 1509قبل خروج الناس إذل الصبلة . رواه البخاري ب الزكاة )

Syaikh Muhammad al-Hamud an-Najdi menjawab:

Yang shahih bahwasanya tidak boleh mengeluarkan zakat fitrah di awal Ramadhan, tidak juga pada

pertengahan Ramadhan. Hanyalah yang disyariatkan itu adalah mengeluarkannya di akhir

Ramadhan, yaitu satu hari sebelum hari ‘ied atau dua hari atau tiga hari sebelumnya.

Dari Ibnu ‘Umar –radhiyallahu ‘anhuma, bahwasanya Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-

memerintahkan mengeluarkan zakat fitrah sebelum manusia keluar untuk shalat ‘ied. (HR. al-Bukhari

di kitab Zakat 1509, bab Sedekah sebelum ‘Ied)

أي : قبل خروج الناس لصبلة العيد ، وبعد صبلة الفجر” قبل الصبلة ” ومعب قولو ذكر اسم ربو فصلى ( وروى سفياف بن عيينة ب تفسبه : عن عكرمة قاؿ : يقدـ الرجل زكاتو يـو الفطر بب يدي صبلتو ، فإف ا يقوؿ ) قد أفلح من تزكى * و

.15-14األعلى :

Dan makna ucapan “sebelum shalat” adalah sebelum manusia keluar melaksanakan shalat ‘ied

seusai shalat subuh. Sufyan bin ‘Uyainah meriwayatkan dalam tafsirnya, dari ‘Ikrimah, dia berkata:

Didahulukannya zakat fitrah sebelum shalat karena sesungguhnya Allah berfirman, “Sungguh

beruntung orang yang menyucikan jiwanya, dan dia mengingat nama Rabbnya lalu menegakkan

shalat.” (Al-A’la: 14-15)

رواه البخاري ” وكانوا يعطوف قبل الفطر بيـو أو يومب ” وٯبزئ إخراج زكاة الفطر قبل العيد بيـو أو يومب أو ثبلثة .كما ب األثر عن ابن عمر رضي ا عنو : 1511

. ورواه مالك ب ا٤بوطأ : عن نافع عنو : كاف يبعث زكاة الفطر إذل الذي ٯبمع عنده قبل الفطر بيومب أو ثبلثة وأخرجو الشافعي عنو وقاؿ : ىذا حسن ، وأنا استحبو .

276/ 3قاؿ ا٢بافظ ابن حجر : يعب تعجيلها قبل يـو الفطر الفتح

| 36 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Dan diperbolehkan mengeluarkan zakat fitrah sehari sebelum ‘ied, atau dua hari sebelumnya, atau

tiga hari sebelumnya, sebagaimana terdapat dalam atsar dari Ibnu ‘Umar –radhiyallahu ‘anhu, “Dan

mereka mengeluarkannya sehari atau dua hari sebelum hari berbuka.” (HR. al-Bukhari 1511)

Dan Malik meriwayatkannya dalam al-Muwaththo’ dari Nafi’ dari Ibnu ‘Umar, “Ibnu ‘Umar

menyerahkan zakat Fitrah kepada pangurus pengumpulan zakat dua hari atau tiga hari sebelum hari

berbuka.”

Dan Imam asy-Syafi’i mengeluarkan juga riwayat darinya dengan mengatakan, “Hadits ini hasan, dan

aku menganggap hal itu mustahab.”

Berkata al-Hafizh Ibnu Hajar, “Yakni menyegerakannya sebelum hari berbuka.”

ا٢بديث … ” كاة رمضاف وقاؿ : ويدؿ على ذلك أيضا : ما أخرجو البخاري ب الوكالة وغبىا : عن ايب ىريرة قاؿ : وكلب رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم بفظ ز أنو أمسك الشيطاف ثبلث لياؿ ، فدؿ على أهنم كانوا يعجلوهنا . وفيو

Ibnu Hajar berkata lagi: dalil lainnya adalah riwayat yang dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam

shahihnya kitab al-Wakalah dan selainnya, dari Abu Hurairah, dia berkata, “Rasulullah –shallallahu

‘alaihi wa sallam- menugasiku menjaga zakat Ramadhan …,” al-hadits. Dan di dalam hadits ini

dikisahkan bahwa Abu Hurairah menangkap setan selama tiga malam berturut-turut. Maka terdapat

dalil bahwa mereka menyegerakannya …

ىذا إشارة إذل بيعهم ، فيكوف إباعا” كانوا يعطوف ” فقولو

Ucapan “Mereka mengeluarkannya” –dalam riwayat Ibnu ‘Umar di atas- merupakan isyarat tentang

pengumpulan zakat fitrah agar terkumpul***

الذي أنت فيو ، وال تنقل لبلد آخر .وانظر ما قالو الشيخ ابن عثيمب ربو ا ب الشرح ا٤بمتع. وقاؿ أىل العلم : وزكاة الفطر متعلقة بالبدف ، فتخرج ب ا٤بكاف وا تعاذل أعلم

Dan para ulama berkata, “Dan zakat fitrah itu berkaitan dengan badan****, maka keluarkanlah di

tempat kamu berada tanpa boleh memindahkannya ke negeri lain.” Silakan merujuk kepada apa

yang dikatakan oleh Syaikh Ibnu ‘Utsaimin –rahimahullah- dalam kitab Syarh al-Mumti’. Wallahu

ta’ala a’lamu …

وصلى ا على نبينا ٧بمد وآلو وصحبو أبعب

Dan semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepada Nabi kami Muhammad, juga kepada

keluarga beliau dan para shahabat semuanya …

Sumber dari sini:

http://www.al-athary.net/index.php?option=com_content&task=view&id=1293&Itemid=14

---------------------------------------------------------------------

Sedikit catatan dari saya:

***Adapun menurut Imam al-Bukhari, seperti terdapat dalam Fath al-Bari, bahwa yang dimaksud

dengan mengeluarkan sehari atau dua hari itu adalah lil jam’i (untuk dikumpulkan di pengurus zakat)

dan la lil fuqara’ (dan bukan untuk diserahkan kepada fakir miskin). Imam al-Bukhari mengatakan:

| 37 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

wallahu a’lamu … (untuk dikumpulkan dan bukan untuk diserahkan kepada fakir miskin) ٤ـغ ال لوشحء

****Maksudnya, zakat fitrah itu berkaitan dengan badan bukan terkait dengan harta. Oleh karena

itu, zakat fitrah harus dikeluarkan di tempat mana orang itu berada. Misalnya, jika seseorang pada

hari ‘iedul fitri sedang safar ke tempat lain, maka zakat fitrahnya dikeluarkan di tempat dia berada …

Mengenai hal ini, Syaikh Ibn ‘Utsaimin berkata dalam Syarh Mumti’ bab Ikhraj az-Zakat:

ؿ، وٱبرج فطرة نفسو ب البلد الذي إذا كاف صاحب ا٤باؿ ب بلد، ومالو ب بلد آخر، وال سيما إذا كاف ا٤باؿ ظاىرا كا٤بواشي والثمار، فإنو ٱبرج زكاة ا٤باؿ ب بلد ا٤با وف إذل العيد األفضل أف يؤدوا الزكاة ب مكةىو فيو؛ ألف زكاة الفطر تتعلق بالبدف، وا٤باؿ زكاتو تتعلق بو، فالذين يذىبوف إذل العمرة ب رمضاف ويبق

“Apabila shahibul mal (pemilik harta) berada di suatu negeri sementara hartanya berada di negeri

lain, lebih-lebih jika harta itu berupa hewan ternak dan buah-buahan, maka dia mengeluarkan zakat

hartanya di tempat mana hartanya berada. (Sedangkan untuk zakat fitri) maka dia mengeluarkannya

di negeri mana dia berada saat itu karena zakat fitrah itu terkait dengan badan, sedangkan harta itu

terkait dengan harta itu sendiri. Oleh karena itu, orang-orang yang pergi melaksanakan umrah pada

waktu Ramadhan dan tetap di sana sampai datangnya hari ‘ied, maka lebih utama baginya untuk

menunaikan zakat fitrah di Makah …”

Juga perkataan Ibnu Qudamah dalam al-Mughni:

فأما زكاة الفطر فإنو ٱبرجها ب البلد الذي وجبت عليو فيو ، سواء كاف مالو فيو أو دل يكن

“Adapun zakat fitrah, maka hal itu dikeluarkan di negeri mana orang tersebut berada (pada saat

waktu penunaiannya tiba). Sama saja apakah hartanya ada bersamanya ataupun tidak.” (al-Mughni:

4/134) … -pent …

Bandung, 17 Agustus 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 38 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Tak Enggan Menerima Kebenaran ...

Syaikh ‘Ali bin Hasan al-Halabi al-Atsari

Sumber: http://www.alhalaby.com/play.php?catsmktba=972

عاين! دل -جزاىم ا خبا –بػعض أفاضل تبلمذب –أمس –أوقػفب على كليمة وجيػزة األلفاظ، جزلة ا٤ب

أر نػفسي إال مسارعا إذل نشرىا؛ ليػعم أثػرىا، ويػنتػفع ا

Kemarin aku berbincang dengan sebagian pelajar utama dalam

suatu pembicaraan yang singkat namun sarat makna –

jazahumullahu khairan. Aku tak memandang lain kecuali

bersegera untuk menyebarkannya ke kalangan luas agar bisa

diambil manfaatnya …

سلف قليل كثب البػركة : كبلـ ال-قدٲبا-وما أبل ما قيل

Betapa indah apa yang dikatakan oleh orang-orang terdahulu, “Perkataan salaf itu sedikit

namun banyak berkahnya (dipenuhi hikmah).”

ـ أبو عمر ابن عبدالبػر ب كتابو العجاب (:9/237« )التمهيد»قاؿ اإلما

Imam Abu ‘Umar bin ‘Abdilbar berkata dalam kitabnya yang mengagumkan, at-Tamhid (9/237),

sebagai berikut:

كوف آخر عهدىا الطواؼ بالبػيت! فػقاؿ ابن ائض قػبل أف يقاؿ عبدالرزاؽ: وأخربنا معمر ، عن ابن طاوس، عن أبيو، أف زيد بن ثابت وابن عباس باريا ب صدر ا٢ب عباس: تػنفر، وقاؿ زيد: ال تػنفر!

فدخل زيد على عائشة، فسأ٥با؟ فػقالت: تػنفر. …فخرج زيد وىو يػبتسم، ويقوؿ: ما الكبلـ إال ما قلت

‘Abdurrazaq berkata, telah mengabarkan kepadaku Ma’mar dari Ibnu Thawus dari ayahnya,

bahwasanya Zaid bin Tsabit dan Ibnu ‘Abbas berdebat tentang kembalinya perempuan haid sebelum

melaksanakan thawaf (wada’) di baitullah. Ibnu ‘Abbas berkata (tentang hal itu), “Dia boleh bertolak

(meninggalkan Makkah).” Sementara Zaid bin Tsabit berkata, “Dia tak boleh bertolak

(meninggalkan Makkah).” Zaid bin Tsabit pun mendatangi ‘Aisyah untuk memastikan hal itu, lalu

‘Aisyah menjawab, “Dia boleh bertolak.” Kemudian Zaid bin Tsabit keluar (dari rumah ‘Aisyah)

seraya tersenyum dan berkata (kepada Ibnu ‘Abbas), “(Kamu benar), tak ada ucapan selain yang

telah kaukatakan.”

ستعاف قاؿ أبو عمر: ىكذا يكوف اإلنصاؼ؛ وزيد معلم ابن عباس، فما لنا ال نػقتدي م؟! وا ا٤ب

Abu ‘Umar (Imam Ibnu ‘Abdilbar) berkata, “Demikianlah sikap al-inshaf (bersikap adil/objektif

sehingga mau menerima dalil kebenaran), padahal Zaid bin Tsabit itu guru Ibnu ‘Abbas. Maka

mengapa kita tidak mengikuti jejak mereka? Wallahul musta’an.”

| 39 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

؟!-كافة –بطبػقاتنا العلمية -كاف ا لو: نػعم؛ ما لنا ال نػقتدي م -أبو ا٢بارث قاؿ …-يا أىل ا٢بق -فا ا ب ا٢بق

(Aku) Abu al-Harits berkata, “Ya. Mengapa kita tidak mengikuti jejak mereka secara kaffah –dengan

tingkat keilmuan kita …?”

1328« )صحيح مسلم »وأصل ا٢بديث ب …-أبعب-وصلى ا على نبينا ٧بمد، وعلى آلو وصحبو

Dan asal hadits terdapat dalam shahih Muslim 1328 …

Dan semoga shalawat terlimpahkan kepada nabi kita Muhammad, juga kepada keluarga dan para

sahabatnya –semua- …

--------------------------------------------------------

Tambahan dari saya:

قاؿ اإلماـ الشوكاين ربو ا ب شرح الصدور بتحرمي رفع القبور

Imam asy-Syaukani –rahimahullah- berkata dalam kitab Syarhu ash-Shudur bi Tahrim Raf’i al-Qubur:

ئرة أف يقوؿ: إنا٢بق بيد من يقتدي بو من العلماء، إف كاف دليل الكتاب والسنة بيد غبه. فإف ذلك جهل عظيم، وتعصب ذميم، وخروج من دا -وإف كاف مقصرا، ومن دل يكن معصوما فإنو ٯبوز اإلنصاؼ با٤برة؛ ألف ا٢بق ال يعرؼ بالرجاؿ، بل الرجاؿ يعرفوف با٢بق، وليس أحد من العلماء ا تهدين واألئمة اققب بعصـو

عليو ا٣بطأ كما ٯبوز عليو الصواب، فيصيب تارة وٱبطئ أخرى

Dan apabila orang yang ngawur mengatakan, “Sesungguhnya kebenaran itu berada di pihak tokoh

panutan dari kalangan ulama meskipun dalil kitab dan sunnah tidak bersamanya.” Sungguh (ucapan)

ini merupakan kebodohan yang besar, fanatisme yang tercela, dan keluar jauh dari lingkar al-inshaf

(keadilan), karena kebenaran itu tidak dikenali lewat tokohnya, namun sebaliknya, tokohlah yang

dikenali lewat kebenaran (yang dibawa/disampaikannya). Tiada seorang pun yang ma’shum di

antara para ulama mujtahidin dan para muhaqqiqin. Oleh karena itu, siapa pun yang tidak ma’shum

bisa saja dia terjatuh ke dalam kesalahan sebagaimana bisa saja dia dalam keadaan benar, terkadang

benar terkadang salah.

قاؿ الشيخ العبلمة بب بن علي ا٢بجوري حفظو ا:

Syaikh Yahya al-Hajury –hafizhahullah- berkata:

ك ا٢بق ومن أرد أف يذؿ نفسو ب الدنيا فا٢بق أقوى من الرجاؿ من أراد أف يعز نفسو ب الدنيا واآلخرة فليمس… ا٢بق أقوى من الرجاؿ وال ٲبكن تغطية ا٢بق أبدا واآلخرة فليتفلت عن ا٢بق من أجل فبلف أو عبلف أو أنا على كذا أو فبلف على كذا

“Kebenaran itu lebih kuat daripada para tokoh, tidak mungkin menutupi kebenaran selamanya …

maka kebenaran itu lebih kuat daripada para tokoh. Barangsiapa menginginkan kemuliaan jiwa di

dunia dan akhirat, berpegangteguhlah pada kebenaran, dan baransiapa yang menginginkan

kehinaan dunia dan akhirat, maka tolaklah kebenaran dengan sebab si Fulan atau si ‘Alan atau aku

begini atau karena Fulan berpendirian begini ….”

Bandung, 25 Agustus 2012

--Hendra Wibawa Ibn Tato Wangsa Widjaja--

| 40 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Perangai-Perangai di Belantara Ilmu ...

ذكر الشيخ ا٢بويب أنو كلما قابل الشيخ األلباين ، قبل يده ، فكاف الشيخ ينتزعها بشدة ويأىب ، فذكرا٢بويب أنو قرأ ب بعض أباث الشيخ ب )السلسلة الصحيحة( أف تقبيل يد العادل جائز

Kata Syaikh al-Huwaini, dirinya pernah berbicara di depan

Syaikh al-Albani lalu mengambil dan mencium tangan Syaikh

al-Albani. Akan tetapi Syaikh al-Albani menarik tangannya

dengan keras dan menolak hal itu. Syaikh al-Huwaini pun

menyebutkan kepada Syaikh al-Albani bahwa dirinya telah

membaca pembahasan Syaikh al-Albani di kitab Silsilah ash-

Shahihah tentang kebolehan mencium tangan orang yang

‘alim (ulama).

فقاؿ لو الشيخ : وىل رأيت بعينيك عا٤با قط؟

(Mendengar itu), Syaikh al-Albani berkata, “Memangnya kau

melihat dengan kedua matamu seorang yang ‘alim?”

فقاؿ ا٢بويب : نعم أرى اآلف .

Syaikh al-Huwaini menjawab, “Ya, aku melihatnya saat ini.”

إ٭با أنا طويلب علم ، إ٭با مثلي ومثلكم كقوؿ القائل: إف البغاث بأرضنا يستنسر. فقاؿ الشيخ :

Syaikh al-Albani berkata, “Aku hanyalah seorang thuwailib al-‘ilmi (pelajar kecil penuntut ilmu).

Perumpamaanku dengan kalian adalah sebagaimana ucapan pepatah: Sesungguhnya pipit di negeri

kami telah menjadi nasar.”

Sumber dari sini: http://www.kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?t=5101

------------------------------------------------

Catatan dari saya:

- Saya menangkap sikap tawadhu’ (rendah hati) dari ucapan Syaikh al-Albani ini, “Aku hanyalah

seorang thuwailib al-‘ilmi.”

Thuwailib (pelajar kecil/penuntut kecil) adalah bentuk tashghir (pengecilan) dari kata thalib

(pelajar/penuntut), dan ini semakin menunjukkan sikap tawadhu’ beliau di tengah belantara ilmu …

padahal –pada kenyataannya- beliau adalah seorang yang benar-benar ‘alim, seorang ulama ahlus

sunnah yang berjalan di atas manhaj para pendahulu yang shalih, dan itu bisa dibuktikan dengan

menelaah kitab-kitab yang beliau tulis …

| 41 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

- Semangat Syaikh al-Huwaini dalam menelaah kitab Syaikh al-Albani, bukan hanya dalam masalah

takhrij hadits tetapi juga dalam masalah fiqih dan fawaid hadits sebagaimana yang dibahas dan

dikemukakan oleh Syaikh al-Albani di kitabnya –namun hal itu tak membuat Syaikh al-Huwaini

menjadi seorang muqallid (orang taklid). Syaikh al-Huwaini menelaahnya lalu menerapkannya. Di sisi

lain, hal ini menunjukkan bahwa Syaikh al-Albani juga sangat ‘alim dalam masalah fiqih dan fawaid

hadits. Hal ini tidak seperti anggapan sebagian orang yang mengatakan bahwa Syaikh al-Albani

hanyalah peneliti hadits dan bukan orang yang mengerti fiqih. Jauh, sungguh jauh hal itu dari

kenyataan yang sebenarnya. Jauh, sungguh jauh dari bukti yang tertulis di kitab-kitab beliau … -

semoga Allah merahmati beliau …

- Adapun tentang mencium tangan ulama, Syaikh al-Albani mengatakan dalam Silsilah ash-Shahihah

(170) sebagai berikut:

ن رسوؿ ا صلي ا عليو وسلم والسلف ، فنرى جواز )تقبيل يد العادل ( إذا أما ) تقبيل اليد ( ففي الباب أحاديث وأثار كثبة يدؿ ٦بموعها على ثبوت ذلك ع توفرت الشروط اآلتية :

Adapun tentang (mencium tangan), maka dalam masalah ini terdapat hadits-hadits dan atsar-atsar

yang banyak, yang menunjukkan bahwa semua itu tsabit dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan

dari para salaf. Oleh karena itu, kami memandang boleh mencium tangan ulama apabila memenuhi

beberapa syarat berikut:

النيب صلي ا عليو وسلم وإف قبلت يده ؛ فإ٭با كاف _ أف ال يتخذ عادة بيث يتطبع العادل على مد يده إذل تبلمذتو ، ويتطبع ىؤالء على التربؾ بذلك ، فإف 1 ذلك على الندرة ، وما كاف كذلك ؛ فبل ٯبوز أف ٯبعل سنة مستمرة ؛ كما ىو معلـو من القواعد الفقهية .

Pertama: hendaknya hal itu tidak dijadikan sebagai kebiasaan yang karenanya orang ‘alim itu

menjadi biasa untuk menjulurkan tangannya kepada para murid dan sebaliknya para murid pun

menjadi biasa mencium tangan guru (dengan anggapan) tabarruk. Sesungguhnya Nabi -shallallahu

‘alaihi wa sallam- pun sangat jarang dicium tangannya (oleh para shahabat). Oleh karena itu, tidak

boleh menjadikan hal itu sebagai kebiasaan yang terus menerus sebagaimana telah maklum

menurut qawa’id fiqhiyah (kaidah-kaidah fikih) …

_ أف ال يدعو ذلك إذل تكرب العادل على غبه ورؤيتو لنفسو ؛ كما ىو الواقع مع بعض ا٤بشايخ اليـو . 2

Kedua: hendaknya hal itu tidak menimbulkan perasaan sombong dari ulama tersebut terhadap

orang lain dan dia merasa bangga terhadap dirinya sendiri sebagaimana hal itu menimpa sebagian

kiyai pada saat ini …

نوب ا٤بتصافحب ؛ _ أف اليؤدي ذلك إذل تعطيل سنة معلومة ؛ كسنة ا٤بصافحة ؛ فإهنا مشروعة بفعلو صلي ا عليو وسلم وقولو ، وىي سبب شرعي لتساقط ذ 3 أحوالو أنو جائز . ( ا.ىػكما روي ب غب ما حديث واحد ؛ فبل ٯبوز إلغاؤىا من أجل أمر أحسن

Ketiga: hendaknya hal itu tidak menyebabkan hilangnya sunnah yang sudah dimaklumi semisal

sunnah jabat tangan. Sesungguhnya jabat tangan itu disyariatkan berdasarkan perbuatan Nabi –

shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan merupakan penyebab syar’iyah bagi terhapusnya dosa orang yang

| 42 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

berjabat tangan sebagaimana hal itu (dijelaskan) bukan hanya dalam satu buah hadits saja. Maka

tidak boleh mengabaikan (suatu sunnah) hanya karena suatu amal yang perkaranya tidak lebih dari

sekadar boleh saja …

- Saya tak tahu pasti makna pepatah Arab yang disebutkan oleh Syaikh al-Albani:

إف البغاث بأرضنا يستنسر

“Sesungguhnya pipit di negeri kita telah menjadi nasar.”

Akan tetapi di antara pengertian yang saya temukan adalah:

أي إف الضعيف يزعم أنو صار قويا

“Orang lemah menyangka bahwa dirinya menjadi kuat.”

Atau mungkin bisa saja maknanya, “Karena kelemahan negeri kita dan ketiadaan kekuatan, maka

sesuatu yang lemah pun kita anggap begitu kuat.” Wallahu a’lamu …

Bandung, 31 Agustus 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 43 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Tentang Fitnah di Awal Mazilah Akhirat Kita ...

يخ اإلسبلـ ابن تيمية: و من اإلٲباف باليـو اآلخر اإلٲباف بكل ما قاؿ شأخرب بو النيب صلى ا عليو و سلم ٩با يكوف بعد ا٤بوت ، فيؤمنوف بفتنة

-القرب ، وبعذاب القرب و بنعيمو فأما الفتنة فإف الناس يفتنوف ب قبورىم العقيدة الواسطية

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Dan

yang termasuk iman kepada hari akhir adalah

beriman terhadap segala sesuatu yang

dikabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang apa yang akan terjadi setelah kematian,

lalu mereka meyakini fitnah kubur serta azab dan nikmat kubur. Adapun finah (kubur), maka

sesunggungnya manusia itu akan diuji di dalam kubur mereka.” (al-‘Aqidah al-Wasithiyah)

---------------------------------------------------

الشيخ عبد العزيز الراجحي بياف الفرؽ بب عذاب القرب وفتنة القرب

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz ar-Rajihi –hafizhahullah-

Sumber: http://www.om-sunna.com/vb/showthread.php?t=3146

عذاب القرب وفتنة القرب؟السؤاؿ: ىل ىناؾ فرؽ بب

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz ar-Rajihi ditanya:

Adakah perbedaan antara azab kubur dengan fitnah kubur?

السؤاؿ: من ربك؟ ما تربانو با١بواب: نعم، فالعذاب أف يعذب اإلنساف ويضرب، ويفتح لو باب من النار، والفتنة: االختبار واالمتحاف، فيأب نكب ومنكر يبتليانو وٱبعذب، والفتنة ىي دينك؟ ومن نبيك؟ ب تأب العقوبة بعد ذلك، فيفب بالسؤاؿ ب يعذب، فالعذاب شيء والفتنة شيء. والعذاب نتيجة الفتنة فبعد أف يفتب ي

يهلكاالختبار، فقد يكوف مؤمنا وقد يكوف كافرا، فا٤بؤمن يفب فينجو ويسلمو ا وٯبيب، والكافر يفتب ف

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz ar-Rajihi menjawab:

Ya (kedua hal itu berbeda). Azab (kubur) itu, manusia disiksa, dipukul, dan dibukakan pintu neraka

untuknya. Adapun fitnah (kubur), yaitu ujian dan cobaan (di dalam kubur), datang kepadanya

malaikat Nakir dan malaikat Munkar untuk mengujinya dengan pertanyaan, “Siapa Rabb-mu? Apa

agamamu? Siapa Nabimu?” Kemudian diberikanlah hukuman kepadanya setelah itu. Dia diuji

dengan pertanyaan lalu diazab (jika tak mampu menjawab pertanyaan). Dengan demikian, azab

(kubur) adalah suatu perkara dan fitnah (kubur) adalah perkara yang lain. Azab merupakan

konsekuensi dari fitnah, yaitu dia ditanya lalu diazab (karena tak mampu menjawabnya). Fitnah itu

ikhtibar (ujian) yang benar-benar akan menimpa orang mukmin maupun kafir. Orang mukmin

mendapat fitnah (kubur) namun berhasil melaluinya karena Allah menyelamatkannya sehingga

| 44 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

mampu menjawab ujian itu. Orang kafir pun diuji lalu binasa (karena tak bisa menjawab

pertanyaan).

نػيا وب اآلخرة ويضل اللو الظالمب ويػفعل اللو ما يشاء ]إبراىقاؿ تعاذل: يػثبت اللو الذين آمنوا بالقو [، نسأؿ ا أف يثبتنا وإياكم 27يم:ؿ الثابت ب ا٢بياة الد بالقوؿ الثابت.

Allah ta’ala berfirman, “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang

teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim

dan berbuat apa yang Dia kehendaki.” (Qs. Ibrahim : 27)

Kami memohon kepada Allah agar kita semua diberi keteguhan dengan ucapan yang kukuh …

لسؤاؿ: ىل ىذه الفتنة خاصة بأمة ٧بمد صلى ا عليو وسلم؟ا

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz ar-Rajihi ditanya:

Apakah fitnah kubur itu hanya khusus menimpa umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam saja?

[، ويػوـ يػناديهم فػيػقوؿ ماذا أجبتم المرسلب 6ين أرسل إليهم ولنسألن المرسلب ]األعراؼ:ا١بواب: ال، ىي عامة ب كل أحد، قاؿ تعاذل: فػلنسألن الذ [.65]القصص:

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz ar-Rajihi menjawab:

Tidak. Fitnah kubur itu umum, menimpa setiap orang.

Allah ta’ala berfirman, “Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus

rasul-rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami).” (QS. al-

A’raf: 6)

(Allah juga berfirman), “Dan (ingatlah) hari (di waktu) Allah menyeru mereka, seraya berkata:

“Apakah jawabanmu kepada para rasul?” (QS. al-Qashash: 65)

-------------------------------------------------------

Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin

Menukil dari sini: http://www.alnasiha.net/cms/node/31

قاؿ الشيخ ٧بمد بن صاحل العثيمب ربو ا ب شرح ٤بعة اإلعتقاد:

Syaikh Muhammad Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin –rahimahullah- berkata dalam Syarh Lum’ati

al-I’tiqad:

فتنة القرب

Fitnah Kubur

| 45 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

. سؤاؿ ا٤بيت عن ربو، ودينو، ونبيو، وىي ثابتة بالكتاب والسنة : القرب وفتنة . االختبار : الفتنة لغةنػيا وب اآلخرة : قاؿ ا تعاذل ا٤بسلم إذا سئل ب م :وقاؿ النيب صلى ا عليو وسل . 27: سورة إبراىيم، اآلية- يػثبت اللو الذين آمنوا بالقوؿ الثابت ب ا٢بياة الد

نػيا وب اآلخرة : القرب شهد أف ال إلو إال ا، وأف ٧بمدا رسوؿ ا، فذلك قولو تعاذل 27 : سورة إبراىيم، اآلية – يػثبت اللو الذين آمنوا بالقوؿ الثابت ب ا٢بياة الد 2871 ، كتاب ا١بنة 1369 )رواه البخاري، كتاب ا١بنائز

Fitnah secara bahasa adalah al-ikhtibar (ujian). Fitnah kubur adalah pertanyaan kepada orang yang

telah mati tentang Rabb-nya, tentang agamanya, dan tentang nabinya. Hal ini tsabit berdasarkan

kitab dan sunnah.

Allah ta’ala berfirman, “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang

teguh itudalam kehidupan di dunia dan di akhirat.”(Qs. Ibrahim : 27)

Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Seorang muslim jika ditanya di dalam kuburnya lalu

dia bersaksi bahwa tidak ada yang berhak untuk diibadahi kecuali Allah dan bahwa Muhammad

adalah utusan Allah, maka itulah makna firman Allah ta’ala: Allah meneguhkan (iman) orang-orang

yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (HR. al-

Bukhari kitab al-Jana-iz 1369; kitab al-Jannah 2871)

رواه . …( يأتيو ملكاف فيقعدانو : إف العبد إذا وضع ب قربه وتوذل عنو أصحابو إنو ليسمع قرع نعا٥بم، قاؿ ) : والسائل ملكاف، لقوؿ النيب ػ صلى ا عليو وسلم ػ 1338ورواه البخاري، كتاب ا١بنائز ، 2870 مسلم كتاب ا١بنة

Pertanyaan dua malaikat berdasarkan sabda Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Sesungguhnya seorang hamba apabila telah diletakkan di dalam kuburnya, dan para pengantar

telah pergi dari kuburnya, maka dia pun mendengar pijak suara sandal-sandal mereka.” Beliau

bersabda (lagi), “Dua malaikat mendatanginya lalu mendudukkannya ….” (HR. Muslim kitab al-

Jannah 2870; al-Bukhari kitab al-Jana-iz 1338)

وسنده حسن وىو على : قاؿ األلباين . ( 1071 ) سنن البمذي، كتاب ا١بنائز -وا٠بهما منكر ونكب كما رواه البمذي عن أيب ىريرة مرفوعا وقاؿ حسن غريب شرط مسلم

Nama kedua malaikat itu (yang satu) Munkar dan (yang lainnya) Nakir sebagaimana diriwayatkan

oleh at-Tirmidzi dari Abu Hurairah dengan sanad marfu’ (sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa

sallam). At-Tirmidzi mengatakan, “Hadits hasan gharib.” (Sunan at-Tirmidzi, kitab al-Jana-iz 1071).

Syaikh al-Albani berkata, “Sanadnya hasan atas syarat Muslim.”

( الروح ) لقوؿ الصحيح، وب غب ا٤بكلفب خبلؼ، وظاىر كبلـ ابن القيم ب كتاب والسؤاؿ عاـ للمكلفب من ا٤بؤمنب والكافرين، ومن ىذه األمة وغبىم على ا . ترجيح السؤاؿ

Pertanyaan ini menimpa mukallaf (orang-orang yang terkena beban syariat) secara umum, baik

kaum mukminin maupun orang-orang kafir, baik umat ini maupun umat-umat lain menurut

pendapat yang shahih. Sedangkan terhadap orang-orang ghairu mukallaf (yang belum/tidak terkena

beban syariat) terjadi perbedaan pendapat. Zhahir ucapan Ibnu al-Qayyim di dalam kitab ar-Ruh me-

rajih-kan adanya pertanyaan bagi ghairu mukallaf.

| 46 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

كفى ببارقة السيوؼ على ) : قاؿ ؟ يا رسوؿ ا، ما باؿ ا٤بؤمنب يفتنوف ب قبورىم إال الشهيد : وىو أف رجبل قاؿ ويستثب من ذلك الشهيد؛ ٢بديث رواه النسائي ( 2053سنن النسائي، كتاب ا١بنائز - رأسو فتنة

(Akan tetapi fitnah kubur itu) dikecualikan bagi orang yang mati syahid berdasarkan hadits yang

diriwayatkan oleh Imam an-Nasa-i berikut:

Seorang laki-laki bertanya, “Wahai Rasulullah,mengapa kaum mukminin mendapatkan fitnah kubur

(pertanyaan Munkar dan Nakir) sedangkan orang yang mati syahid tidak?” Rasulullah –shallallahu

‘alaihi wa sallam- pun menjawab, “Kilatan pedang di atas kepalanya telah cukup sebagai fitnah

baginya.” (HR. an-Nasa-i, kitab al-Jana-iz 2053)*

*Hadits ini dishahikan oleh al-Albani dalam Ahkam al-Jana-iz -pent …

. رباط يـو وليلة خب من صياـ شهر وقيامو ) : ٠بعت رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم يقوؿ : وىو عن سلماف قاؿ ] ومن مات مرابطا ب سبيل ا ٢بديث رواه مسلم 1913صحيح مسلم كتاب ا١بهاد - وإف مات جرى عليو عملو الذي كاف يعملو، وأجري عليو رزقو، وأمن الفتاف

(Dikecualikan pula fitnah kubur itu) bagi orang yang mati dalam keadaan ribath fi sabilillah (bersiaga

untuk jihad di jalan Allah) berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, dari Salman yang

mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ribath sehari semalam itu lebih baik

daripada puasa dan shalat malam sebulan penuh, dan jika dia mati (karenanya), maka amalnya akan

senantiasa mengalir sebagaimana yg dia lakukan, mengalir terus rezekinya, dan dia terbebas dari

fitnah.” (HR. Muslim, kitab al-Jihad 1913)

عذاب القرب أو نعيموAzab dan Nikmat Kubur

وقاؿ النيب ػ صلى ا عليو وسلم ػ ب حديث الرباء بن عازب ا٤بشهور ب قصة فتنة . وكاف النيب ػ صلى ا عليو وسلم ػ يتعوذ با من عذاب القرب، وأمر أمتو بذلكالسماء أف صدؽ عبدي فافرشوه من ا١بنة، والبسوه من ا١بنة، وافتحوا لو بابا إذل ا١بنة، فيأتيو من ربها، وطيبها، ويفسح لو فينادي مناد من : القرب، قاؿ ب ا٤بؤمن

ومها، ويضيق عليو قربه فينادي مناد من السماء أف كذب عبدي فافرشوه من النار، وافتحوا لو بابا من النار، فيأتيو من حرىا و٠ب : وقاؿ ب الكافر . ب قربه مد بصره ، وصححو األلباين ( 4753 ) ، وأبو داود، كتاب السنة ( 4/287 ) مسند أبد ] ا٢بديث رواه أبد وأبو داود- حب بتلف أضبلعو

Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- memohon perlindungan kepada Allah dari azab kubur. Beliau juga

memerintahkan umatnya untuk memohon perlindungan kepada Allah dari azab kubur. Nabi –

shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda dalam hadits al-Bara’ bin ‘Azib yang masyhur tentang kisah

fitnah kubur. (Dalam hadits itu) beliau bersabda tentang (jenazah) mukmin (di kuburnya):

… kemudian ada penyeru yang menyeru dari langit dengan ucapan, “Hamba-Ku benar.

Hamparkanlah permadani dari surga untuknya, pakaikan kepadanya pakaian dari surga dan

bukakanlah pintu menuju surga untuknya.” Selanjutnya didatangkan wewangian dari surga

kepadanya sedangkan kuburannya diluaskan sejauh pandangan matanya …

Dan beliau bersabda tentang (jenazah) kafir (di kuburnya):

… kemudian ada penyeru yang menyeru dari langit dengan ucapan, “Dia dusta. Hamparkanlah alas

dari neraka untuknya dan bukakan pintu neraka untuknya.” Kemudian didatangkan kepadanya panas

| 47 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

neraka dan racunnya. Selain itu, disempitkan pula kuburnya sehingga meremukkan tulang-tulangnya

… (Musnad Ahmad 4/287; Sunan Abi Dawud, kitab Sunnah 4753; dishahihkan oleh al-Albani)

وأنكر ا٤ببلحدة عذاب القرب متعللب بأننا لو نبشنا القرب لوجدناه . ( الروح ) وقد اتفق السلف وأىل السنة على إثبات عذاب القرب ونعيمو ذكره ابن القيم ب كتاب . كما ىو

: نرد عليهم بأمرين . داللة الكتاب، والسنة، وإباع السلف على ذلك -1 . تقاس بأحواؿ الدنيا فليس العذاب أو النعيم ب القرب اسوس ب الدنياأف أحواؿ اآلخرة ال -2

Kaum salaf dan ahlus sunnah telah sepakat atas penetapan adanya azab dan nikmat kubur. Ibnu al-

Qayyim menyebutkan hal itu dalam kitab ar-Ruh. Kaum Mulhid (kafir/ateis) mengingkari adanya

azab kubur dengan mengemukakan alasan bahwa jika kita menggali kuburan maka akan didapati

mayat dalam keadaan seperti semula (tidak ada bukti siksaan). Kami menyanggah (pendapat kaum

mulhid ini) dengan dua hal:

Pertama: dalil-dalil kitab, sunnah, dan ijma salaf atas adanya azab kubur …

Kedua: bahwa ahwal akhirat itu tidak bisa dianalogikan dengan ahwal dunia. Tidaklah azab dan

nikmat kubur itu bisa diindra di dunia …

---------------------------------------------------------------

Bandung, 7 September 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 48 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Satu Rahmat yang Diturunkan ...

Syaikh Akram Muhammad Ziyadah –

hafizhahullah …

Sumber dari sini:

http://ziyadeh.com/node/1847

99فجعل عنده 100الربة حديث اف ا عز وجل جعل السؤاؿ:وانزؿ واحدة فهل ىذه الربة ىي صفة الربة ا٤ببلزمة للذات اـ ىي

٨بلوقة ؟؟

Syaikh Akram Muhammad Ziyadah –

hafizhahullah- ditanya:

Hadits bahwa Allah ‘azza wa jalla menjadikan seratus rahmat lalu menyimpan yang sembilan-puluh-

sembilan di sisi-Nya dan menurunkan yang satu (kepada makhluk di dunia). Apakah rahmat yang

dimaksud (dalam hadits) ini merupakan sifat yang melekat pada dzat-Nya ataukah merupakan

makhluk?

ا٢بمد والصبلة والسبلـ على رسولو الكرمي ا١بواب: ا ػ سبحانو ػ ٨بلوقة، وىي ا٤ببلزمة للمخلوقب.الربة الب أنز٥ب

ال ىو ػ سبحانو ػ ألنو:والربات التسع والتسعوف الب ادخرىا لعباده ربات ٨بلوقة أيضا تصيبهم ب اآلخرة وأما الربة الب ىي صفة الذات فبل يعلم كنهها إ )ليس كمثلو شيء وىو السميع البصب( ب أي شيء من صفاتو سبحانو

Alhamdulillah, wash shalatu was salamu ‘ala rasulillahil karim …

Rahmat yang diturunkan Allah -subhanahu- (seperti yang disebutkan dalam hadits tersebut) adalah

makhluk, dan rahmat tersebut melekat pada diri para makhluk. (Demikian pula) sembilan-puluh-

sembilan rahmat (lainnya) yang Allah simpan untuk para hamba-Nya, itu juga merupakan makhluk

yang kelak akan didapati oleh mereka di akhirat. Adapun rahmat yang merupakan sifat dzatiyah

Allah, maka tidak ada yang mengetahui hakikatnya kecuali Allah –subhanahu- karena (Allah

berfirman) tentang hal yang berkaitan dengan sifat-sifat-Nya, “Tiada sesuatu pun yang serupa

dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

وا أعلم وصلى ا على نبينا ٧بمد وعلى آلو وصحبو أبعب

Wallahu a’lamu.

Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in …

------------------------------------------------------------------

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah ar-Rajihi –hafizhahullah …

Menukil dari sini: http://portal.shrajhi.com/Books/ID/286

| 49 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

قاؿ الشيخ عبد العزيز بن عبج ا الراجحي: فإف الربة ربتاف:

قاؿ الشيخ عبد العزيز بن عبد ا الراجحي: ا. ربة ىي صفة من صفات ا قائمة بذاتو تليق ببللو وعظمتو.

فهذه ربة ٨بلوقة، وكما ب ا٢بديث … نة: أنت ربب قاؿ، عن ا١ب -تعاذل-قاؿ: إف ا –صلى ا عليو وسلم –ب. ربة ٨بلوقة كما سيأب ب ا٢بديث أف وىذه الربة … مائة ربة، أنزؿ إذل األرض ربة واحدة فبها يباحم ا٣بلق، حب إف الدابة لبفع حافرىا، عن ولدىا خشية أف تصيبو -تعاذل-اآلخر : إف

.الب ىي صفة من صفاتو -عز وجل-ا٤بخلوقة ىي أثر من آثار ربة ا

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah ar-Rajihi berkata:

Maka sesungguhnya rahmat itu ada dua, yaitu:

Pertama: yaitu rahmat yang merupakan salah satu sifat di antara sifat-sifat Allah, sifat yang

senantiasa ada pada dzat-Nya sesuai dengan kemuliaan dan keagungan-Nya …

Kedua: yaitu rahmat yang merupakan makhluk sebagaimana telah datang (kabarnya) di dalam hadits

bahwa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

Sesungguhnya Allah ta’ala berfirman kepada surga, “Kamu adalah rahmatku.”

Maka ini adalah rahmat yang merupakan makhluk. Demikian juga di dalam hadits yang lain,

(Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda), “Sesungguhnya Allah ta’ala memiliki seratus

rahmat. Satu rahmat diturunkan ke bumi sehingga dengannya makhluk saling berkasih sayang

sampai-sampai binatang pun mengangkat kaki dari anaknya karena khawatir melukai anaknya itu.”

Ini adalah rahmat yang merupakan makhluk, rahmat yang (keberadaannya) merupakan atsar (bukti)

dari sifat rahmat Allah ‘azza wa jalla (sebagai salah satu) sifat dari sifat-sifat Allah …

وقاؿ الشيخ أيضا:

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah ar-Rajihi juga berkata:

Menukil dari sini: http://audio.islamweb.net/audio/index.php?page=FullContent&audioid=220511

فا تعاذل رحيم، وال يقاؿ: إنو ب وقت رحيم وب وقت ليس برحيم؛ ألهنا من صفات ا الذاتية.

Maka Allah ta’ala itu rahim (yang memberikan rahmat), dan tidak bisa dikatakan, “Dia itu memberi

rahmat pada suatu waktu, dan pada waktu yang lain tidak memberi rahmat,” karena sesungguhnya

rahmat itu merupakan salah satu sifat di antara sifat-sifat dzatiyah Allah …

Bandung, 9 September 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 50 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Perkataan Tak Berharga ...

Syaikh ‘Ali bin Hasan al-Halabi al-Atsari -

hafizhahullah

Sumber dari sini:

http://www.kulalsalafiyeen.com/vb/sho

wthread.php?t=31002&page=2

يقوؿ السائل: يقوؿ أحدىم: )من قاؿ لكم أنو ٯبب تعلم ثبلثة من ربك؟ ما دينك؟ وماذا تقوؿ ب الرجل الذي بعث »مسائل:

، وكذا ا٣بوض ب الصفات، وتقسيم التوحيد إذل: ربوبية، «فيكم؟يب وألوىية، وأ٠باء وصفات؛ فهذا ٩با ليس عليو دليل، ودل يأمر بو الن

(؟-صلى ا عليو وسلم-

Syaikh ‘Ali bin Hasan al-Halabi al-Atsari –hafizhahullah- ditanya:

Ada orang mengatakan, “Barangsiapa mengatakan kepada kalian tentang keharusan mempelajari

tiga masalah*, yaitu: ‘siapa Rabb-mu? Apa agamamu? Apa pendapatmu tentang orang yang diutus

kepadamu?’, demikian juga jika dia larut (sibuk) dalam masalah shifat dan membagi tauhid menjadi

‘rububiyyah, uluhiyyah, dan asma’ wa shifat’, maka hal ini termasuk perkara yang dia tak memiliki

dalil atasnya, tidak pula diperintahkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

*mungkin yang dimaksud dengan tiga masalah oleh orang tersebut adalah dakwah Syaikh

Muhammad bin ‘Abdul Wahhab –rahimahullah- yang menulis kitab berjudul Ushul Tsalatsah, yang

memang membahas mengenai ketiga hal tersebut –pent …

ا١بواب:: -سبحانو وتعاذل -، وىو القائل -الب ما خلقك ا إال من أجلها-ىذا كبلـ باطل، وقوؿ ال وزف لو، وال حقيقة لو. فكيف تكوف عبدا ربانيا، بقق معب العبودية

ال تعرؼ ربك، وال تعرؼ نبيك، وال تعرؼ دينك، وأنت ال تعرؼ ألوىية ا، وأف تفرده بالعبادة، وأف تثبت لو ما }وما خلقت ا١بن واإلنس إال ليعبدوف{، وأنت أثبتو لنفسو

Syaikh ‘Ali bin Hasan al-Halabi al-Atsari –hafizhahullah- menjawab:

Ucapan tersebut batil, perkataan tak berharga dan tak memiliki hakikat. Lantas bagaimana bisa

menjadi hamba-rabbani yang mengejawantahkan makna ‘ubudiyyah –yang tidaklah Allah

menciptakanmu kecuali karena hal itu, dan Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Tidaklah Aku

menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (Bagaimana bisa menjadi

hamba-rabbani) sementara kamu tak mengenal Rabb-mu, tak mengenal nabimu, dan tidak pula

mengenal agamamu? (Bagaimana bisa menjadi hamba-rabbani) sementara kamu tak mengenal

uluhiyyah Allah yang Dia itu diesakan dalam ibadah serta ditetapkan bagi-Nya (sifat dan nama) yang

telah Dia tetapkan bagi diri-Nya sendiri.

| 51 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

وبالتارل: ما بب الدفتب، أو التوحيد الثبلثة،بل إذا تأملت سورة الفابة وجدهتا قائمة على أنواع التوحيد الثبلثة، وإذا تأملت سورة الناس وجدهتا قائمة على أقساـ ؛ كلو يدؿ على ىذه ا٤بعاين، وكلو يدؿ على ىذه األحكاـ، وما دل يكن كذلك؛ فهو سبيل إليها.-من أوؿ القرآف وآخره-ما بب ىاتب السورتب

Bahkan jika kamu bertadabbur atas surah al-Fatihah, niscaya akan kautemukan landasan dari tiga

pembagian tauhid tersebut. (Demikian juga) jika kamu bertadabbur atas surah an-Nas, niscaya

kaudapati landasan dari tiga pembagian tauhid tersebut. Bahkan apa yang terdapat di antara kedua

sampul, atau yang terdapat di antara kedua surah tersebut, yakni di antara surah awal dan surah

akhir al-Quran, seluruhnya menunjukkan kepada makna-makna tersebut, dan seluruhnya juga

menunjukkan kepada hukum-hukum tersebut. Dan (ayat) mana pun yang tidak seperti itu, (pastilah)

dia merupakan jalan menuju hal itu …

ظمة ا، للتثبيت على الطاعة والعلم فالقرآف عقيدة، وأحكاـ، وقصص. القصص دل تذكر إال للتثبيت؛ للتثبيت على ماذا؟ للتثبيت على العبودية، للتثبيت على ع النافع والعمل الصاحل.

ـ دل ترد ب القرآف ب ربوبيتو، تعظيما لو ب -تعاذل -الكرمي إال للعلم ا، والعمل ا، وااللتزاـ ا، والدعوة إليها. كل ذلك تعظيما كذلك األحكاـ: األحكاـ على-من قبل ومن بعد -يقوؿ -تبارؾ وتعاذل-ألوىيتو، تعظيما لو ب أ٠بائو وصفاتو، وا قلوب أقفا٥با. : أفبل يتدبروف القرآف أ

Maka al-Quran itu (mengandung) aqidah, ahkam (hukum-hukum), dan kisah-kisah. Tidaklah kisah-

kisah (dalam al-Quran) itu disebutkan kecuali untuk tatsbit (menetapkan/mengukuhkan). Tatsbit

terhadap apa? Tatsbit terhadap ‘ubudiyyah (peribadahan), tatsbit tentang keagungan Allah, juga

tatsbit tentang ketaatan, ilmu yang bermanfaat, dan amal yang saleh …

Demikian juga ahkam (hukum-hukum). Tidaklah (ayat-ayat) ahkam itu disebutkan di dalam al-Quran

al-Karim kecuali untuk diketahui, diamalkan, dan diikuti (berkomitmen dengannya) serta berdakwah

kepadanya. Semua itu merupakan wujud pengagungan terhadap Allah ta’ala dalam hal rububiyyah,

uluhiyyah, dan juga asma’ wa shifat-Nya. Dan Allah –tabaraka wa ta’ala- berfirman, “Maka apakah

mereka tidak memerhatikan (mentadabburi) al-Quran ataukah hati mereka terkunci?”

، -عليو الصبلة والسبلـ -ديث رسوؿ ا فهذا الذي يدعي أنو ال دليل على ذلك؛ ىذا كبلمو من أتفو القوؿ! ألنو يناقض صريح القرآف، وصريح السنة، وصريح ح ، فستظل دعوتو قائمة ب الناس إذل أف يرث ا األرض ومن عليها.-تبارؾ وتعاذل-منذ أف بعثو ا إذل أف توفاه ا-العملية والعلمية والتارٱبية- وسبتو، وسنتو

Maka orang yang mengatakan bahwasanya tidak ada dalil atas hal tersebut, perkataannya itu

merupakan sebodoh-bodoh ucapan karena menentang kejelasan (ayat-ayat) al-Quran dan kejelasan

Sunnah. Menentang kejelasanan hadits Rasulullah –‘alaihish shalatu was salam, perjalanan hidup

beliau, juga sunnah ‘amaliah-’ilmiyah-tarikhiyah beliau dari semenjak diutus hingga diwafatkan Allah

–tabaraka wa ta’ala. Maka (sungguh) dakwah beliau –shallallahu ‘alaihi wa salam- (yang demikian

itu) akan tetap berlangsung hingga Allah mewarisi bumi dan isinya …

Bandung, 10 September 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 52 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Aku Berlindung dari Fitnah Hidup dan Mati ...

اللهم إين أعوذ بك من عذاب جهنم, ومن عذاب القرب, ومن فتنة ايا وا٤بمات, ومن فتنة ا٤بسيح الدجاؿ

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari

azab neraka jahanam dan dari azab kubur, dari fitnah

hidup dan mati, dan dari fitnah al-Masih ad-Dajjal …

قاؿ لشيخ عبدالربن بن عبد ا السحيم ربو ا:

Syaikh ‘Abdurrahman bin ‘Abdillah as-Suhaim –

rahimahullah- berkata:

وفتنة ا٤بمات فسرت بأهنا: فتنة االحتضار

فتنة القرب عليو وسلم : ولقد أوحي إرل أنكم تفتنوف ب القبور مثل أو قريبا من فتنة الدجاؿ . رواه البخاري.وقد قاؿ النيب صلى ا

اف قاؿ : وعزتك يا وأما عند االحتضار فإف الشيطاف برص على إغواء بب آدـ ما دامت أرواحهم ب أجسادىم ، كما قاؿ النيب صلى ا عليو وسلم : إف الشيط بادؾ ما دامت أرواحهم ب أجسادىم . فقاؿ الرب تبارؾ وتعاذل : وعزب وجبلرل ال أزاؿ أغفر ٥بم ما استغفروين . رواه ا٢باكم وصححو .رب ال أبرح أغوي ع

Dan fitnah mati itu diartikan:

Pertama: fitnah al-ihtidhar (fitnah ketika sakaratul maut/saat-saat menjelang kematian)

Kedua: fitnah kubur

Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Sesungguhnya telah diwahyukan kepadaku bahwa

kalian akan diuji di dalam kubur-kubur kalian (dengan fitnah) seperti atau hampir seperti fitnah al-

Masih Dajjal.” (HR. Bukhari)

Adapun pada saat ihtidhar (sakaratul maut/saat-saat menjelang kematian), setan bersemangat

untuk menggoda anak-anak Adam selama arwah mereka masih berada dalam jasad-jasad mereka

sebagaimana sabda Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut:

Sesungguhnya setan berkata, “Demi kemuliaan-Mu, wahai Rabb-ku. Aku takkan henti menggoda

hamba-hamba-Mu selama arwah mereka masih berada dalam jasad-jasad mereka.” Rabb tabaraka

wa ta’ala berfirman, “Demi kemuliaan dan keagungan-Ku. Aku takkan henti mengampuni mereka

selama mereka meminta ampun kepada-Ku.” (Shahih al-Jami’ al-Albani: 2/32)

قاؿ الشيخ ٧بمد بن صاحل العثيمب ربو ا:

Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin –rahimahullah- berkata:

ى ا ، وىي تدور عل وا٤براد بالفتنة : اختبار ا٤برء ب دينو ؛ ب حياتو وبعد ٩باتو ، وفتنة ا٢بياة عظيمة وشديدة ، وقل من يتخلص منها إال من شاء ، وإذا رأى ا٢بق باطبل بنبو )شبهات , شهوات(. أما الشبهات : فتعرض لئلنساف ب علمو ، فيلتبس عليو ا٢بق بالباطل ، فبى الباطل حقا ، وا٢بق باطبل شيئب:

| 53 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

شهواتو ما كاف ٧برما عليو ، وىذه فتنة عظيمة ، فما أكثر الذين يروف الربا غنيمة ، وإذا رأى الباطل حقا فػعلو. وأما الشهوات فتعرض لئلنساف ب إرادتو ، فبيد بالنساء تلذذا وبتعا وحرية ، فيطلق لنفسو فينتهكونو ! وما أكثر الذين يروف غش الناس شطارة وجودة ب البيع والشراء فيغشوف ! وما أكثر الذين يروف النظر إذل

طى عليو شهادات ومراتب!نظر للنساء ! بل ما أكثر الذين يشربوف ا٣بمر ويرونو لذة وطربا ! وما أكثر الذين يروف آالت اللهو وا٤بعازؼ فنا يدرس ويعال

Yang dimaksud dengan fitnah ialah ujian terhadap manusia yang berkaitan dengan agamanya,

baik pada waktu hidupnya maupun setelah kematiannya. Dan fitnah hidup itu sangat besar dan

kuat, sedikit sekali manusia yang terlepas darinya kecuali yang dikehendaki Allah.

Fitnah hidup itu mencakup dua hal, yaitu syubhat dan syahwat. Syubhat merintangi manusia

berkaitan dengan ilmunya sehingga menjadi tak jelaslah baginya antara yang benar dengan yang

batil. Dia memandang kebatilan sebagai kebenaran dan melihat kebenaran sebagai kebatilan.

Tatkala melihat kebenaran sebagai kebatilan, dia pun menjauhinya. Sebaliknya, tatkala melihat

kebatilan sebagai kebenaran, dia pun melakukannya. Adapun syahwat, hal ini menimpa manusia

dalam hal keinginannya. Dorongan syahwat membuatnya berkeinginan terhadap hal yang haram

baginya, dan ini merupakan fitnah yang sangat besar. Maka, berapa banyak manusia yang

memandang riba sebagai ghanimah (kesempatan yang menguntungkan) lalu terus-menerus

melakukannya. Berapa banyak manusia menganggap kecurangan manusia sebagai kecerdasan siasat

perdagangan lalu larut dalam penipuan. Berapa banyak manusia beranggapan bahwa memandang

wanita itu merupakan kesenangan, kenikmatan, dan kebebasan sehingga memutlakkan kebebasan

bagi dirinya untuk memandang wanita. Berapa banyak manusia yang meminum khamr seraya

menganggap itu sebagai kelezatan dan kesenangan. Berapa banyak manusia yang memandang

permainan dan alat musik sebagai seni yang harus dipelajari dan patut untuk diberi ijazah

penghargaan serta martabat yang terpandang.

وأما فتنة ا٤بمات : فاختلف فيها العلماء على قولب:نو أوحي إرل أنكم تفتنوف ب قبوركم مثل أو القوؿ األوؿ : إف فتنة ا٤بمات : سؤاؿ ا٤بلكب للميت ب قػربه عن ربو ، ودينو ونبيو ؛ لقوؿ النيب صلى ا عليو وسلم : إ

، فأما من كاف إٲبانو خالصا فهذا يسهل عليو ا١بواب.قريبا من فتنة ا٤بسيح الدجاؿ فإذا سئل : من ربك ؟ قاؿ : ريب ا

من نبيك ؟ قاؿ : نبيي ٧بمد ما دينك ؟ قاؿ : ديب اإلسبلـ ، بكل سهولة

Adapun fitnah mati, maka para ulama berbeda pandang mengenai hal ini menjadi dua pendapat.

Pendapat pertama mengatakan, “Fitnah mati adalah pertanyaan dua malaikat kepada mayit di

dalam kuburnya mengenai Rab-nya, mengenai agamanya, dan mengenai nabinya.” (Hal ini

berdasarkan) sabda Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya telah diwahyukan kepadaku

bahwa kalian akan diuji di dalam kubur-kubur kalian (dengan fitnah) seperti atau hampir seperti

fitnah al-Masih Dajjal.” Bagi orang yang imannya benar, akan mudah baginya menjawab pertanyaan

itu.

Tatkala dia ditanya, “Siapa Rabb-mu?” Dia pun menjawab, “Rabb-ku Allah.”

“Siapa nabimu?” Dia pun menjawab, “Nabiku Muhammad.”

“Apa agamamu?” Dia pun menjawab, “Agamaku Islam.” Semuanya mudah …

وال أدري ؛ ٠بعت الناس يقولوف شيئا فقلت… ىاه … فإذا سئل قاؿ : ىاه –والعياذ با –وأما غبه كأنو كاف يعلم شيئا فنسيو ، وما أشد ا٢بسرة ب شيء علمتو ب نسيتو ؛… ” ىاه … ىاه ” وتأمل قولو :

| 54 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

ة عظيمة ؛ أسأؿ ا أف ألف ا١باىل دل يكسب شيئا ، لكن الناسي كسب الشيء فخسره ، والنتيجة يقوؿ : ال أدري من ريب ، ما ديب ، من نبيي ، فهذه فتنبكل سهولة ، وإف كاف يب وإياكم منها ، وىي ب ا٢بقيقة تدور على ما ب القلب ، فإذا كاف القلب مؤمنا حقيقة : يرى أمور الغيب كرأي العب ، فهذا ٯبيبينج

األمر بالعكس : فاألمر بالعكس

Adapun orang selainnya (yang imannya tak benar), wal ‘iyadzu billah, maka tatkala ditanya dia

menjawab, “Hah … hah! Aku tak tahu. Aku mendengar orang-orang mengatakan sesuatu maka aku

pun mengatakan seperti itu.”

Cobalah kau renungkan jawabannya itu, “Hah … hah!” Seakan-akan dulu dia mengetahui sesuatu

kemudian lupa. Betapa besarnya kesedihan akan sesuatu yang kauketahui kemudian lupa, karena

orang bodoh memanglah tidak pernah memperoleh sesuatu, sedangkan orang yang lupa pernah

memperoleh sesuatu kemudian hilang. Pada akhirnya, dia akan mengatakan, “Aku tidak tahu siapa

Rabb-ku, apa agamaku, siapa nabiku.” Maka inilah fitnah yang besar. Aku memohon kepada Allah

keselamatan untuk diriku dan kalian dari fitnah ini. Dan pada hakikatnya, fitnah tersebut berkaitan

dengan apa yang terdapat dalam kalbu. Apabila iman dalam kalbunya benar, dia melihat perkara

ghaib seakan perkara indrawi (yakni meyakini kebenarannya -pent), maka dia akan menjawab

dengan mudah. Akan tetapi, apabila dia dalam keadaan sebaliknya, maka perkaranya pun sebaliknya

pula …

لعظمها وأٮبيتها ، كما نص على فتنة –وإف كانت من فتنة ا٢بياة –ما يكوف عند ا٤بوت ب آخر ا٢بياة ، ونص عليها ” : فتنة ا٤بمات ” القوؿ الثاين : ا٤براد بػ ما يكوف ؛ وذلك ألف اإلنساف عند موتو ووداع العمل صائر إما إذل الدجاؿ مع أهنا من فتنة ايا ، فهي فتنة ٩بات ؛ ألهنا قرب ا٤بمات ، وخصها بالذكر ألهنا أشد

راع ، فيسبق عليو الكتاب ؛ سعادة ، وإما إذل شقاوة ، قاؿ الرسوؿ صلى ا عليو وسلم : ) إف أحدكم ليعمل بعمل أىل ا١بنة حب ما يكوف بينو وبينها إال ذ ةفيعمل بعمل أىل النار ( فالفتنة عظيم

Pendapat kedua mengatakan, “Yang dimaksud dengan fitnah mati adalah fitnah yang terjadi di akhir

kehidupan (saat-saat kematian).” Meskipun pada dasarnya fitnah ini terjadi dalam kehidupan

sebagaimana halnya fitnah Dajjal, namun dikatakan sebagai fitnah mati karena besar dan seriusnya

keadaan tersebut dan karena dekatnya dengan kematian. Fitnah (mati) ini juga disebutkan (dalam

hadits) secara khusus karena besarnya peristiwa tersebut. Demikianlah, karena manusia pada saat

kematiannya berpisah dengan amal dan beranjak menuju (salah satu dari dua hal), bisa jadi menuju

kebahagiaan atau bisa jadi menuju kebinasaan. Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

“Sesungguhnya seseorang di antara kamu benar-benar melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak

antara dirinya dengan surga hanya tinggal sehasta, namun takdir Allah telah ditetapkan baginya

sehingga dia pun melakukan perbuatan ahli neraka.” Maka fitnah ini benar-benar besar …

عصوـ من عصمو ا ، يأب إليو ب ىذه ا٢باؿ ا٢برجة الب ال يتصورىا إال من وقع فيها ، وأشد ما يكوف الشيطاف حرصا على إغواء بب آدـ ب تلك اللحظة ، وا٤ب، حاؿ حرجة 30 –26لمساؽ ( القيامة/الساؽ . إذل ربك يػومئذ اقاؿ تعاذل : ) كبل إذا بػلغت التػراقي . وقيل من راؽ . وظن أنو الفراؽ . والتػفت الساؽ ب

ا٤بغنم للشيطاف ، حب إنو كما قاؿ عظيمة ، اإلنساف فيها ضعيف النػفس ، ضعيف اإلرادة ، ضعيف القوة ، ضيق الصدر ، فيأتيو الشيطاف ليغويو ؛ ألف ىذا وقت ، واإلسبلمية بصورة أبويو ، فيعرضاف عليو اليهودية والنصرانية واإلسبلمية ، ويشباف عليو باليهودية أو أىل العلم : قد يعرض لئلنساف األدياف اليهودية ، والنصرانية

بالنصرانية ، والشيطاف يتمثل كل واحد إال النيب صلى ا عليو وسلم ، وىذه أعظم الفب

| 55 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Pada saat-saat tersebut (saat-saat kematian), setan lebih bersemangat lagi untuk menggoda anak

Adam, dan orang yang selamat (dari hal itu) hanyalah orang yang dilindungi Allah. (Pertolongan

Allah) datang kepadanya dalam keadaan genting itu, keadaan genting yang tak bisa dibayangkan

oleh siapa pun selain oleh orang yang mengalaminya. Allah berfirman, “Sekali-kali jangan. Apabila

nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan, dan dikatakan (kepadanya), ‘Siapakah

yang dapat menyembuhkan?’ dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan

dunia), dan bertaut betis (kiri) dan betis (kanan), kepada Rabb-mulah pada hari itu kamu dihalau (QS.

al-Qiyamah: 26-30).”

Keadaan yang benar-benar sulit. Jiwa manusa benar-benar lemah pada saat itu, keinginannya lemah

dan tiada kekuatan, dada pun terasa sempit. Lalu datanglah setan kepadanya -karena bagi setan saat

tersebut merupakan kesempatan emas untuk menggoda. Sampai-sampai, sebagaimana dikatakan

oleh para ulama, “Setan datang kepada manusia (yang sedang sekarat) dalam rupa kedua orang

tuanya seraya meperlihatkan agama Yahudi, agama Nasrani, dan juga agama Islam. Setan

menawarkan agama Yahudi, Nasrani, dan Islam seraya menyarankan kepadanya untuk memilih

Yahudi dan Nasrani. Setan (datang) bisa dalam rupa siapa pun, kecuali rupa Nabi –shallallahu ‘alaihi

wa sallam.” Dan ini merupakan sebesar-besar fitnah …

ال يكوف لكل أحد ، كما قالو شيخ اإلسبلـ ابن تيمية ربو ا ، وحب لو كاف اإلنساف ال يتمكن الشيطاف من أف يصل إذل ىذه –وا٢بمد –ولكن ىذا الدرجة معو ، لكن مع ذلك ٱبشى عليو منو .

عد ، بعد ، فلما أفاؽ قيل لو ب ذلك ؟ قاؿ : إف الشيطاف كاف يعض أناملو يقوؿ : فػتب يا يقاؿ : إف اإلماـ أبد وىو ب سكرات ا٤بوت كاف يسمع وىو يقوؿ : بدامت الروح ب البدف فكل شيء أبد ، يعض أناملو ندما وحسرة كيف دل يغو اإلماـ أبد ! فيقوؿ لو أبد : بعد ، بعد ، أي : إذل اآلف ما خرجت الروح ، فما

، ب ىذه ا٢باؿ فتنة عظيمة جدا ، و٥بذا نص النيب صلى ا عليو وسلم عليها قاؿ : من فتنة ايا ٧8بتمل ، ) ربػنا ال تزغ قػلوبػنا بػعد إذ ىديػتػنا ( آؿ عمراف/وارد و 188 – 3:185وا٤بمات ) الشرح ا٤بمتع

Akan tetapi hal ini –walhamdulillah- tidaklah menimpa setiap orang sebagaimana dikatakan oleh

Syaikh Islam Ibn Taimiyah –rahimahullah. Hanya saja, meskipun manusia tidak sampai dikalahkan

oleh setan sehingga membersamai dalam kedudukannya, namun tetap saja terdapat kekhawatiran

atasnya dari (godaan) setan.

Ditakatan (bahwa) Imam Ahmad pada saat berada dalam sakaratul maut terdengar mengucapkan,

“Menjaulah, menjauhlah!” Tatkala dia mendusin, ditanyakanlah kepadanya tentang hal itu. Imam

Ahmad pun berkata, “Sesungguhnya setan menggigit ujung jarinya seraya berkata, ‘Wahai Ahmad,

kau lolos dariku!’”

Setan menggigit ujung jarinya dengan penuh sesal dan sedih karena tak berhasil menggoda Imam

Ahmad, lalu Imam Ahmad berkata kepada setan, “Menjauhlah, menjauhlah!” -yakni, sampai saat itu

ruh belum terlepas dari jasad. Maka, selama ruh masih membersamai badan, segala sesuatu (baik-

buruk) bisa saja terjadi.

“Wahai Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau

memberi petunjuk kepada kami (QS. Ali ‘Imran: 8).” Keadaan ini merupakan fitnah yang sangat

besar, karenanya Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “… dari fitnah hidup dan mati.”

Bandung, 13 September 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 56 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Sujudkah Mu‟adz kepada Rasulullah –shallallahu „alaihi wa

sallam?

Sumber:

http://www.sahab.net/home/?p=727

(:1853” )سننو“قاؿ اإلماـ ابن ماجو ربو ا ب حدثنا أزىر بن مرواف، حدثنا باد بن زيد ، عن أيوب، عن القاسم الشيباين، عن عبد ا بن أيب أوؼ، قاؿ : )٤با قدـ معاذ من الشاـ, سجد للنيب صلى ا عليو وسلم، قاؿ: ما ىذا يا معاذ

ألساقفتهم وبطارقتهم، ؟ قاؿ: أتيت الشاـ, فوافقتهم يسجدوففوددت ب نفسي أف نفعل ذلك بك، فقاؿ رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم: فبل تفعلوا، فإين لو كنت آمرا أحدا أف يسجد لغب ا، ألمرت ا٤برأة أف تسجد لزوجها، والذي نفس ٧بمد بيده، ال

قتب دل بنعو(.تؤدي ا٤برأة حق را حب تؤدي حق زوجها، ولو سأ٥با نفسها وىي على

Imam Ibnu Majah –rahimahullah- berkata dalam kitab Sunan-nya (1853):

Telah mengabarkan kepada kami Azhar bin Marwan, telah mengabarkan kepada kami Hammad bin

Zaid, dari Ayyub dari al-Qasim asy-Syaibani, dari ‘Abdullah bin Abu Aufa, dia berkata:

Tatkala Mu’adz tiba dari Syam, dia bersujud kepada Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi pun

bertanya, “Apa ini, wahai Mu’adz?” Mu’adz menjawab, “Aku datang ke Syam dan kudapati orang-

orang di sana bersujud kepada Asaqifah (para uskup) dan Bathariqah (para panglima perang)

sehingga hatiku berkeinginan agar kami pun melakukannya kepadamu.” Rasulullah –shallallahu

‘alaihi wa sallam- bersabda, “Jangan kalian lakukan hal itu! Sesungguhnya, seandainya aku boleh

memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada selain Allah, niscaya kuperintahkan perempuan

untuk bersujud kepada suaminya. Demi (Allah) yang jiwa Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam-

berada di tangan-Nya, tidaklah seorang istri (dianggap) telah menunaikan hak Rabb-nya sebelum

dia menunaikan hak suaminya. Kalau pun suaminya itu meminta kepadanya dalam keadaan di atas

hewan tunggangan, maka dia tak boleh menolaknya.”

قاؿ الشيخ العبلمة ادث ربيع بن ىادي حفظو ا تعاذل: ب سجوده للنيب صلى ا عليو وسلم ،دل يصح إسناده وال يصح معناه. -رضي ا عنو-حديث معاذ

Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali –hafizhahullah ta’ala- berkata:

Hadits Mu’adz –radhiyallahu ‘anhu- tentang sujudnya kepada Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-

tidaklah shahih sanadnya, tidak shahih pula maknanya …

اعوف ومات بالط –رضي ا عنو -أما من جهة معناه فإنو دل يثبت أنو ذىب إذل الشاـ ب حياة النيب وإ٭با الثابت ذىابو إذل الشاـ ب عهد عمر بن ا٣بطاب -1ليو وسلم وىو باليمن، ىناؾ ، وب ا٢بديث )حب رجوعو من اليمن( وىو دل يذىب إذل اليمن إال ب آخر حياة النيب صلى ا عليو وسلم ، ومات النيب صلى ا ع

رضي ا عنو.-حيث دل يعد إال ب خبلفة أيب بكر

| 57 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

ذه الدرجة من ا١بهل.ب ىو من كبار الصحابة وفقهائهم الكبار بعيد جدا أف يكوف ومن جهة ا٤بب ففيو اختبلؼ سيأب بيانو.

Pertama:

Adapun dari segi makna, sesungguhnya tidaklah benar bahwa Mu’adz bin Jabal pergi ke negeri Syam

pada masa kehidupan Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yang benar, Mu’adz bin Jabal pergi ke

negeri Syam pada masa (kekhalifahan) ‘Umar bin al-Khaththab –radhiyallahu ‘anhu- dan wafat di

sana ketika terjadi wabah penyakit tha’un. Sedangkan dalam hadits lain (dengan matan), “Tatkala

Mu’adz kembali dari Yaman,” maka Mu’adz tidaklah (diutus) pergi ke Yaman kecuali di akhir masa

kehidupan Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- yang mana beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam-

wafat ketika Mu’adz bin Jabal masih berada di Yaman. Mu’adz sendiri tidaklah kembali (ke Madinah)

dari Yaman kecuali pada masa kekhalifahan Abu Bakr –radhiyallahu ‘anhu.

Mu’adz bin Jabal itu termasuk sebagai jajaran ulama dan fuqaha’ di kalangan shahabat, sungguh

sangat jauh kedudukannya dari derajat kebodohan seperti itu. Sedangkan dari segi matan, maka di

dalamnya terdapat perbedaan yang penjelasannya akan dikemukakan selanjutnya …

ؿ أبو وأما من جهة اإلسناد ففيو نكارة، ومداره على القاسم بن عوؼ الشيباين ضعفو بب بن سعيد القطاف وشعبة كما أشار إذل ذلك القطاف وقا -2لف ب ٨بت” : “الكاشف“، وقاؿ الذىيب ب ”الثقات“، وذكره ابن حباف ب ”ضعيف“، وقاؿ النسائي : ” مضطرب ا٢بديث، و٧بلو عندي الصدؽ“حاب: ”.صدوؽ يغرب“، وقاؿ ا٢بافظ: ”حالو

” التقريب”للذىيب و” الكاشف”( و3/376للذىيب )” ا٤بيزاف“( و37/ 6البن عدي)” الكامل“( و327-8/326” )هتذيب التهذيب“انظر تربتو ب للحافظ ابن حجر.

Kedua:

Adapun dari segi sanad, di dalamnya ada yang diingkari (ditolak) dan itu berporos pada al-Qasim bin

Auf asy-Syaibani. Yahya bin Sa’id al-Qaththan dan Syu’bah telah melemahkannya sebagaimana hal

itu telah diisyaratkan oleh al-Qaththan, dan Abu Hatim berkata, “Mudhtharib al-hadits, dan

menurutku dia jujur,” dan an-Nasa’i berkata, “Dha’if,” dan Ibnu Hiban menyebutkannya di dalam

ats-Tsiqat. Adz-Dzahabi berkata dalam al-Kasyaf, “Diperselisihkan tentangnya,” sedangkan al-Hafizh

berkata, “Jujur, suka meriwayatkan hadits gharib.”

Lihatlah biografinya di dalam Tahdzib at-Tahdzib (8/326-327), al-Kamil karya Ibnu Hadi (6/37), al-

Mizan karya adz-Dzahabi (3/376), al-Kasyaf karya adz-Dzahabi, dan at-Taqrib karya al-Hafizh Ibnu

Hajar …

بن أيب أوب قاؿ: قدـ معاذ اليمن أو قاؿ ( من طريق إ٠باعيل ابن علية عن أيوب عن القاسم بن عوؼ الشيباين عن عبد ا4/381وقد روى ىذا ا٢بديث أبد )يت النصارى تسجد لبطارقتها الشاـ، فرأى النصارى تسجد لبطارقتها وأساقفتها، فػروأ ب نفسو أف رسوؿ ا أحق أف يػعظم، فلما قدـ قاؿ: يا رسوؿ ا! رأ

أحدا أف يسجد ألحد ألمرت ا٤برأة أف تسجد لزوجها( وأساقفتها فروأت ب نفسي أنك أحق أف تعظم فقاؿ : )لو كنت آمرا

Ahmad meriwayatkan hadits ini (4/381) dari jalan Ismail bin ‘Ulayyah dari Ayyub dari al-Qasim bin

Auf asy-Syaibani, dari ‘Abdullah bin Abi Aufa, dia berkata:

Mu’adz tiba dari negeri Yaman –atau dia mengatakan negeri Syam, di sana dia melihat kaum Nasrani

bersujud kepada Bathariqah (para panglima perang) dan Asaqifah (para uskup), lalu dia pun berbatin

bahwa Rasulullah lebih berhak untuk diagungkan. Maka tatkala Mu’adz tiba (di Madinah), dia pun

berkata, “Wahai Rasulullah, aku melihat kaum Nasrani bersujud kepada Bathariqah dan Asaqifah

| 58 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

sehingga aku pun berbatin bahwa dirimu lebih berhak untuk diagungkan.” Maka Rasulullah –

shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk

bersujud kepada selain Allah, niscaya kuperintahkan perempuan untuk bersujud kepada suaminya.”

قاؿ : )لو كنت ورواه أبد عن وكيع عن األعمش عن أيب ظبياف عن معاذ بن جبل قاؿ : يا رسوؿ ا! رأيت رجاال باليمن يسجد بعضهم لبعض أفبل نسجد لك ف يسجد لبشر ألمرت ا٤برأة أف تسجد لزوجها(آمرا بشرا أ

(4/277ورواه من طريق ابن ٭بب ٠بعت أبا ظبياف بدث عن رجل من األنصار عن معاذ بعناه . ا٤بسند )

Ahmad (juga) meriwayatkannya dari Waki’ dari al-A’masy dari Abu Zhabyan, dari Mu’adz bin Jabal,

dia berkata, “Wahai Rasulullah, aku melihat orang-orang Yaman saling bersujud satu sama lain.

Apakah kami boleh bersujud kepadamu?” Maka Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pun

bersabda, “Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada selain Allah,

niscaya kuperintahkan perempuan untuk bersujud kepada suaminya.” Beliau juga meriwayatkan dari

jalan Ibnu Numair yang mendengar hadits Abu Zhabyan dari seorang lelaki Anshar dari Mu’adz yang

semakna dengan itu. (al-Musnad: 4/277)

فا٢بديث من طريق القاسم وأيب ظبياف ليس فيو أف معاذا سجد للنيب وإ٭با فيو عرض السجود للرسوؿ ب رد الرسوؿ ذلك.

Maka hadits dari jalan al-Qasim dan Abu Zhabyan tidaklah terdapat di dalamnya (kisah) bahwa

Mu’adz bersujud kepada Nabi, melainkan hanya sekedar meminta pertimbangan untuk bersujud

kepada Rasul yang kemudian hal itu ditolak oleh Rasul …

( وكذلك أعلو 2/253البنو ) ” العلل“ىذا مضموف ىذا ا٢بديث من ىذين الوجهب، ومع ذلك فا٢بديث من طريق القاسم قد أعلو أبو حاب باالضطراب، انظر ( .38-6/37” ) عللو“الدار قطب ب

Inilah kandungan hadits dari kedua riwayat tersebut, yang bersamaan dengan itu, maka hadits dari

jalan al-Qasim ini telah diterangkan ‘illat (cacatnya) berupa idhthirab oleh Abu Hatim -lihat kitab al-

‘Ilal karya Ibnu Abi Hatim. Demikian juga dengan ad-Daraquthni, beliau telah menjelaskan ‘illat al-

Qasim dalam kitab ‘Ilal-nya (6/37-38) …

(.40-6/39” )العلل“وأعل حديث أيب ظبياف باالختبلؼ ب إسناده ب باالنقطاع؛ ألف أبا ظبياف دل يسمع من معاذ، انظر

Dan ad-Daraquthni juga menjelaskan tentang cacat hadits Abu Zhabyan berupa adanya perbedaan

dalam sanadnya kemudian juga ‘inqitha’ (terputus sanadnya) karena Abu Zhabyan itu tidak

mendengar hadits dari Mu’adz –lihat al-‘Ilal (6/39-40) …

( من 7/292( والبيهقي )4171( وابن حباف ب صحيحو حديث )1853وأما التصريح بأف معاذا سجد للنيب صلى ا عليو وسلم ، فرواه ابن ماجة حديث ) الشيباين عن عبد ا بن أيب أوب بو، وفيو سجد معاذ للنيب ا٢بديث فمدار ىذه الطرؽ على القاسم الشيباين. طرؽ عن باد بن زيد عن القاسم

Adapun penjelasan bahwa Mu’adz bersujud kepada Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-

diriwayatkan oleh Ibnu Majah pada hadits (1853), Ibnu Hiban dalam kitab Shahih-nya pada hadits

(4171), al-Baihaqi (7/292), dari jalan Hammad bin Zaid, dari al-Qasim asy-Syaibani, dari ‘Abdullah bin

Abu Aufa, maka jalan sanadnya berporos pada al-Qasim asy-Syaibani …

| 59 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

سبق. ( لو طرقا أخرى منها ما39-6/37” )عللو“وذكر الدار قطب ب ومنها عنو عن زيد ابن أرقم عن معاذ.

ومنها عنو عن عبد الربن ابن أيب ليلى عن أبيو عن معاذ. ومنها عن عبد الربن بن أيب ليلى عن أبيو عن صهيب عن معاذ.

ب قاؿ : واالضطراب فيو من القاسم بن عوؼ.

Dan ad-Daraquthni telah menyebutkan dalam kitab ‘Ilal-nya (6/37-39) jalan lain dari al-Qasim, di

antaranya dari al-Qasim dari Zaid bin Arqam dari Mu’adz. Juga dari al-Qasim dari ‘Abdurrahman bin

Abi Laila dari ayahnya dari Mu’adz. Juga dari al-Qasim dari ‘Abdurrahman bin Abi Laila dari ayahnya

dari Shuhaib dari Mu’adz. Kemudian ad-Daraquthni mengatakan, “Idhthirab di dalamnya dari al-

Qasim bin Auf.”

فهذا حاؿ ىذا ا٢بديث ا٤بنسوب إذل معاذ فيو عدة علل: األوذل : ضعف القاسم بن عوؼ الشيباين.-1 الثانية : اضطرابو ب األسانيد.-2 االختبلؼ ب ا٤بب.-3 االنقطاع ب إسناد أيب ظبياف بينو وبب معاذ.-4 رضي ا عنو.-ليل معاذ ابن جبل االختبلؼ عليو، و٫بن نستبعد وقوع مثل ىذا من ىذا الصحايب الفقيو ا١ب-5

Maka keadaan hadits yang disandarkan kepada Mu’adz ini memiliki sejumlah cacat, yaitu:

Pertama: kelemahan perawi al-Qasim bin Auf asy-Syaibani …

Kedua: Idhthirab-nya (keguncangannya) dalam sanad …

Ketiga: Perbedaan dalam matan …

Keempat: Keterputusan sanad antara Abu Zhabyan dan Mu’adz (Abu Zhabyan tidaklah mendengar

dari Mu’adz –pent) …

Kelima: perselisihan tentangnya; dan kami menganggap mustahil perbuatan seperti itu dilakukan

oleh shahabat mulia nan faqih, Mu’adz bin Jabal –radhiyallahu ‘anhu …

وما كاف كذلك ال يبب عليو حكم شرعي فضبل عن عقيدة.للعبلمة األلباين ” اإلرواء“أما حديث )لو كنت آمرا أحدا أف يسجد ألحد اخل( فهو حديث ثابت إف شاء ا بجموع طرقو عن أيب ىريرة وأنس وعائشة . راجع

(7/54-55.)

Jika demikian perihalnya (hadits tentang sujud Mu’adz), maka tidaklah dibangun hukum syariat

berdasarkan hadits ini, terutama tentang masalah akidah …

Adapun redaksi hadits, “Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada

selain Allah, niscaya kuperintahkan perempuan untuk bersujud kepada suaminya. Demi (Allah)

yang jiwa Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam- berada di tangan-Nya, tidaklah seorang istri

(dianggap) telah menunaikan hak Rabb-nya sebelum dia menunaikan hak suaminya. Kalau pun

suaminya itu meminta kepadanya dalam keadaan di atas hewan tunggangan, maka dia tak boleh

menolaknya,” maka redaksi hadits ini tsabit, insya Allah, dengan keseluruhan jalannya dari Abu

| 60 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Hurairah, Anas bin Malik, dan juga Aisyah –silakan merujuk kitab al-Irwa’ karya al-‘Allamah al-Albani

(7/54-55) …

-------------------------------------------------------------

*Tambahan: menurut sebagian ulama, hadits tentang sujud Mu’adz bin Jabal kepada Rasulullah –

shallallahu ‘alaihi wa sallam- ini berderajat hasan berdasarkan jalan-jalan riwayat yang banyak;

disertai pula dengan perbedaan pendapat mengenai jenis (sifat) sujud Mu’adz bin Jabal kepada

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam, apakah merupakan sujud ibadah ataukah sujud tahiyyah

(penghormatan) … –pent … wallahu a’lamu …

Bandung, 22 Oktober 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 61 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Di Depan Mata Pengembara Sahara, Kambing itu

Menghampiri Nabi –shallallahu „alaihi wa sallam ...

–صلى ا عليو وسلم –عن ثوباف موذل رسوؿ ا صلى –قاؿ: نزؿ بنا ضيف بدوي، فجلس رسوؿ ا

أماـ بيوتو فجعل يسألو عن الناس –ا عليو وسلم كيف فرحهم باإلسبلـ ؟ وكيف حدم على الصبلة ؟ فما زاؿ ٱبربه من ذلك بالذي يسره حب رأيت وجو

نضرا، فلما –سلم صلى ا عليو و –رسوؿ ا انتصف النهار، وحاف أكل الطعاـ، دعاين مستخفيا ال

فأخربىا أف –رضي ا عنها –يألو: أف أئت عائشة ضيفا، فقالت: –صلى ا عليو وسلم –لرسوؿ ا

والذي بعثو با٥بدى ودين ا٢بق ما أصبح ب يدي شيء با يأكلو أحد من الناس، فردين إذل نسائو كلهن يعتذرف

خسف ، فقاؿ البدوي: إنا أىل البادية معانوف على زماننا، لسنا بأىل –صلى ا عليو وسلم –فرأيت لوف رسوؿ ا –رضي ا عنها –اعتذرت بو عائشة –كنا نسميها )بر بر( فدعا رسوؿ ا ا٢باضر، فإ٭با يكفي القبضة من التمر يشرب عليها من اللنب أو ا٤باء فذلك ا٣بصب! فمرت عند ذلك عنز لنا قد احتلبت،

حطت( با٠بها: )بر بر( فأقبلت إليو بمحم، فأخذ برجلها باسم ا، ب اعتقلها باسم ا، ب مسح سرهتا باسم ا ، فحفلت )األصل : ف –صلى ا عليو وسلم : -صلى ا عليو وسلم –منو شربة ضخمة، ب أراد أف يضعو، فقاؿ رسوؿ ا فدعاين بحلب فأتيتو بو، فحلب باسم ا، فمؤله فدفعو إذل الضيف، فشرب

منو ما بدا ٥با، ب رجعت )عل(. ب أراد أف يضعو، فقاؿ لو: )عل(. فكرره عليو حب امتؤل وشرب ما شاء ب حلب باسم ا ومؤله وقاؿ: )أبلغ عائشة ىذا( فشربت بو إذل نسائو، كلما شرب منو رددتو إليو ، فحلب باسم ا فمؤله ، ب قاؿ: )ادفعو إذل الضيف(، فدفعتو إليو، فقاؿ: باسم إليو، فحلب فيو باسم ا، ب أرسلب

فيها. هم بارؾ ألىلها ا، فشرب منو ما شاء، ب أعطاين، فلم آؿ أف أضع شفب على درج شفتو، فشربت شرابا أحلى من العسل، وأطيب من ا٤بسك، ب قاؿ : )الل يعب العنز(.

Dari Tsauban, maula Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam, dia berkata:

Seorang arab badui bertamu kepada kami, maka Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- duduk di

muka rumah seraya bertanya-tanya kepada tamu badui itu tentang kondisi masyarakatnya, tentang

kegembiraan mereka dengan Islam, tentang kecenderungan mereka terhadap shalat. Maka tak

henti-hentinya dikabarkan kepada Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- sesuatu yang membuat

beliau senang berkaitan dengan hal itu, sampai-sampai wajah Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa

sallam- terlihat begitu cerah.

Tatkala hari telah mencapai pertengahan siang dan telah tiba pula waktu makan, Rasulullah –

shallallahu ‘alaihi wa sallam- memanggilku secara tersembunyi (berbicara tanpa terdengar oleh

tamu) agar aku mendatangi ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha- dan mengabarkan kepadanya bahwa

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- mempunyai tamu (yakni dengan maksud agar ‘Aisyah

menyiapkan makanan -pent).

| 62 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

‘Aisyah berkata, “Demi yang telah mengutus beliau dengan membawa petunjuk dan agama yang

benar, tidaklah aku melalui pagi sementara pada diriku terdapat sesuatu yang bisa dimakan.” Maka

aku pun berbalik dan mendatangi istri-istri Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- lainnya, namun

mereka semua mengemukakan alasan yang sama seperti uzur yang dikemukakan oleh ‘Aisyah –

radhiyallahu ‘anha. Maka aku pun menampak Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- yang

memang begitu pucat (karena lapar).

Tamu badui itu berkata, “Sesungguhnya kaum pengembara sahara (badui) dalam keadaan tertolong

pada masa kami ini. Kami bukanlah kaum yang suka tinggal menetap. Telah cukup (bagi kami)

segenggam kurma lalu meminum susu atau air, maka inilah kehidupan yang mewah.”

Dalam keadaan demikian, tiba-tiba lewatlah seekor kambing betina yang telah diperah susunya.

Kami menamai kambing betina itu dengan sebutan “tsamar tsamar” (harta yang

menghasilkan/produktif). Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- lantas memanggil (kambing

betina itu) dengan menyebut namanya, “Tsamar tsamar,” lalu kambing betina itu menghampiri

beliau sambil mengembik pelan, maka beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pun memegang kaki

kambing betina itu seraya menyebut nama Allah, kemudian menahannya seraya menyebut nama

Allah, kemudian mengusap tengah perutnya seraya menyebut nama Allah, sehingga terkumpullah

susunya (terkandung pada ambing susunya).

Setelah itu, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- memanggilku agar mengambilkan bejana susu,

maka aku memberikannya kepada beliau. Mulailah beliau memerah susu dengan bertadahkan

bejana sambil menyebut nama Allah lalu memberikannya kepada tamu. Orang arab badui itu pun

meminumnya dengan satu tegukan besar. Kemudian, ketika dia bermaksud untuk meletakkan

bejana itu, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Minumlah lagi.” Kemudian orang

Arab badui itu hendak meletakkan bejana lagi, lalu Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- kembali

bersabda, “Minumlah lagi.” Berulang beliau –shallallahu ‘alaihi wasallam- menyuruhnya untuk

minum lagi sampai orang arab badui itu puas sesuai keinginannya.

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- kembali memerah kambing itu seraya menyebut nama

Allah dan memenuhi bejana dengan susu. Beliau bersabda, “Sampaikan (bejana berisi susu) ini

kepada ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha!” Maka (setelah menerimanya), ‘Aisyah pun meminum susu itu

sampai habis dan mengembalikannya kepada Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- memerah lagi susu kambing itu sambil menyebut nama

Allah, dan beliau mengutusku untuk memberikannya kepada istri-istri beliau lainnya. Setiap kali susu

itu telah diminum (oleh salah seorang istri beliau), aku pun mengembalikan bejana itu kepada

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- sehingga beliau memerah lagi dengan menyebut nama

Allah dan mengisi bejana itu sampai penuh. Setelah itu beliau bersabda, “Berikan ini kepada tamu

(badui)!” Maka aku pun memberikannya kepada orang arab badui itu.

Kemudian Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- mengucapkan, “Bismillah,” lalu meminumnya

sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah dan kemudian memberikan bejana itu kepadaku. Maka

tidaklah berkurang saat kuletakkan bibirku pada bekas minumnya, lalu aku meminum minuman yang

| 63 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

lebih manis daripada madu dan lebih wangi daripada misk (minyak kesturi). Kemudian Rasulullah –

shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkata, “Allahumma barik li ahliha fiha -yakni kambing betina itu.”

(. 1977رقم 626 -4/625ن ب السلسلة الصحيحة )صحيفة ا٢بديث أخرجو أسلم بن سهل الرزاز الواسطى )كنيتو أبو ا٢بسن ولقبو بشل( وصححو األلبا و ىذا إسناد صحيح رجالو كلهم ثقات من رجاؿ )التهذيب(… مصورة ا٤بكتب( 29 – 27تاريخ واسط )ص قاؿ الشيخ األلباين: أخرجو بشل ب

Hadits di atas dikeluarkan oleh Aslam bin Sahl ar-Razaz al-Wasithi (kuniyah-nya Abu al-Hasan,

julukannya Bahsyal). Hadits tersebut dinilai shahih oleh al-Albani dalam Silsilah ash-Shahihah (4/625-

626; no. 1977). Syaikh al-Albani berkata, “Dikeluarkan oleh Bahsyal dalam Tarikh Wasith (27-29) …

sanad hadits ini shahih, semua perawinya tsiqat dan merupakan para perawi at-Tahdzib.”

Bandung, 26 Oktober 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 64 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Bahu dengan Bahu, Kaki dengan Kaki ...

Syaikh Muhammad Nashir ad-Din al-Albani

Sumber: http://www.4salaf.com/vb/showthread.php?t=447

(:- قاؿ الشيخ ٧بمد ناصر الدين األلباين ب سلسلة األحاديث الصحيحة )األحاديث رقم

Syaikh Muhammad Nashir ad-Din al-Albani berkata di kitab Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah

(hadits no. 31-32)

م فضبل عن استفاضت األحاديث الصحيحة عن النيب صلى ا عليو وسلم ب األمر بإقامة الصفوؼ وتسويتها ، بيث يندر أف بفى على أحد من طبلب العلحب يأمروف –ض أئمة ا٤بساجد الشيوخ ، ولكن ربا ٱبفى على الكثبين منهم أف إقامة الصف تسويتو باألقداـ ، وليس فقط با٤بناكب ، بل لقد ٠بعنا مرارا من بع

ر ماورد من التنبيو على أف السنة فيها إ٭با ىي با٤بناكب فقط دوف األقداـ ، و٤با كاف ذلك خبلؼ الثابت ب السنة الصحيحة ، رأيت أنو ال بد من ذك –بالتسوية لفاشية ب األمة.ا٢بديث ، تذكبا ٤بن أراد أف يعمل با صح من السنة ، غب مغب بالعادات والتقاليد ا

Begitu banyak hadits-hadits shahih dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- mengenai perintah

untuk meluruskan shaf dan merapatkannya. (Hadits-hadits tersebut) hampir tak tersembunyi dari

seorang pun penuntut ilmu yang belajar dari para guru. Akan tetapi barangkali telah tersebunyi dari

kebanyakan di antara mereka bahwa (yang dimaksud dengan) menyusun shaf shalat adalah juga

dengan menempelkan kaki (seseorang dengan kaki orang di sebelahnya), bukan hanya semata-mata

menempelkan bahu (seseorang dengan bahu orang di sebelahnya). Sungguh sering kita dengar dari

sebagian imam masjid, suatu imbauan –yakni pada saat mereka memerintahkan makmum untuk

meluruskan shaf- bahwa yang merupakan sunnah dalam hal ini hanyalah dengan merapatkan bahu

dengan bahu saja tanpa harus merapatkan kaki dengan kaki. Tentu saja imbauan itu bertentangan

dengan apa yang telah tsabit dari sunnah yang shahih. Oleh karena itu, aku memandang perlu untuk

| 65 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

menyebutkan apa yang datang dari hadits sebagai peringatan bagi orang yang ingin beramal dengan

amal yang bersumber dari sunnah yang shahih, bukannya teperdaya oleh adat kebiasaan dan

mengikuti apa yang tersebar di masyarakat.

فأقوؿ: لقد صح ب ذلك حديثاف: األوؿ: من حديث أنس. واآلخر: من حديث النعماف بن بشب رضي ا عنهما. أما حديث أنس فهو:

Maka aku katakan, “Sungguh telah shahih dua hadits mengenai hal tersebut. Pertama hadits dari

Anas, dan kedua hadits dari an-Nu’man bin Basyir –radhiyallahu ‘anhuma. Adapun hadits Anas

adalah sebagai berikut:

أقيموا صفوفكم وتراصوا فإين أراكم من وراء ظهري. -

31 – “Luruskan shaf-shaf kalian dan rapatkanlah! Sesungguhnya aku bisa melihat kalian dari

belakang punggungku.”

فقاؿ: فذكره. زاد رواه البخاري، وأبد من طرؽ عن بيد الطويل: ثنا أنس بن مالك قاؿ: أقيمت الصبلة، فأقبل علينا رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم بوجهو،عند ا٤بخلص، وكذا ابن ايب شيبة بلفظ: )قاؿ البخاري ب رواية: )قبل أف يكرب(، وزاد أيضا ب آخره: )وكاف أحدنا يلزؽ منكبو بنكب صاحبو، وقدمو بقدمو. وىي

، لنفر أحدكم كأنو بغل مشوس. وترجم البخاري ٥ب ذا ا٢بديث بقولو أنس: فلقد رأيت احدنا يلصق منكبو بنكب صاحبو وقدمو بقدمو ، فلو ذىبت تفعل ىذا اليـو )باب إلزاؽ ا٤بنكب با٤بنكب والقدـ بالقدـ ب الصف.

Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Ahmad dari beberapa jalan dari Humaid ath-Thawil, telah

mengabarkan Anas bin Malik, dia berkata, “Iqamah shalat diserukan lalu Rasulullah –shallallahu

‘alaihi wa sallam- menghadap ke arah kami seraya berkata …,” –lalu menyebutkan sabda di atas.

Dalam riwayat lain, al-Bukhari menambahkan redaksi, “… sebelum bertakbir,” dan juga

menambahkan redaksi (ucapan Anas –pent) di akhir hadits, “Dan setiap orang dari kami pun

menempelkan bahunya dengan bahu orang di sampingnya, juga menempelkan kakinya dengan

kaki orang di sebelahnya.”

Sedangkan di dalam al-Mukhallish, demikian juga Ibnu Abi Syaibah, dengan redaksi: Anas berkata,

“Dan sungguh aku melihat setiap orang dari kami menempelkan bahunya dengan bahu orang di

sampingnya dan menempelkan juga kakinya dengan kaki orang di sebelahnya. Seandainya hal itu

dilakukan pada hari ini, niscaya setiap orang dari kalian akan lari tak ubahnya keledai yang

memberontak,” dan al-Bukhari menuliskan bab terhadap hadits ini dengan ucapan, “Bab

Menempelkan Bahu dengan Bahu dan Kaki dengan Kaki di dalam Shaf.”

وأما حديث النعماف فهو:

Adapun hadits an-Nu’man adalah sebagai berikut:

أقيموا صفوفكم ]ثبلثا[ وا لتقيمن صفوفكم أو ليخالفن اللو بػب قػلوبكم. -

32- “Luruskan shaf-shaf kalian! (Beliau mengatakannya tiga kali). Demi Allah, kalian luruskan

shaf-shaf kalian atau Allah akan menjadikan hati kalian saling berpaling satu sama lain!”

| 66 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

وب ىذين ا٢بديثب فوائد ىامة:

Di dalam kedua hadits di atas terkandung beberapa faidah yang penting, yaitu:

رينة ىنا تؤكد الوجوب ، األوذل : وجوب إقامة الصفوؼ وتسويتها والباص فيها ، لؤلمر بذلك ، واألصل فيو الوجوب ، إال لقرينة ، كما ىو مقرر ب األصوؿ ، والق ( ، فإف مثل ىذا التهديد ال يقاؿ فيما ليس بواجب ، كما ال ٱبفى.وىو قولو صلى ا عليو وسلم )أو ليخالفن اللو بػب قػلوبكم

Pertama:

Wajib meluruskan shaf dan merapatkannya karena terdapat perintah terhadap hal itu, sedangkan

asal dari perintah adalah wajib, kecuali (jika) terdapat qarinah (isyarat yang memalingkannya dari

hukum wajib) sebagaimana yang ditetapkan dalam kaidah ushul, sedangkan qarinah yang terdapat di

dalam hadits ini jelas-jelas menetapkan wajibnya merapatkan shaf, yaitu ucapan Nabi –shallallahu

‘alaihi wa sallam, “… atau Allah akan menjadikan hati kalian saling berpaling satu sama lain!”

Sesungguhnya perkataan semacam ini merupakan ancaman yang tidak akan diucapkan untuk

perkara yang bukan wajib sebagaimana tak tersembunyi perihalnya.

حب أمروا بإقامة الصفوؼ ، الثانية : أف التسوية ا٤بذكورة إ٭با تكوف بلصق ا٤بنكب با٤بنكب ، وحافة القدـ بالقدـ ، ألف ىذا ىو الذي فعلو الصحابة رضي ا عنهموأفاد ىذا التصريح أف الفعل ا٤بذكور كاف ب زمن والباص فيها ، و٥بذا قاؿ ا٢بافظ ب )الفتح( بعد أف ساؽ الزيادة الب أوردهتا ب ا٢بديث األوؿ من قوؿ أنس: )

هتاوف ا ا٤بسلموف ، بل النيب صلى ا عليو وسلم ، وذا يتم االحتجاج بو على بياف ا٤براد بإقامة الصف وتسويتو(. ومن ا٤بؤسف أف ىذه السنة من التسوية قد ىػ( حريصب على التمسك ا كغبىا من سنن ىل ا٢بديث ، فإين رأيتهم ب مكة سنة )أضاعوىا ، إال القليل منهم ، فإين دل أرىا عند طائفة منهم إال أ

فقد صارت ىذه السنة عندىم نسيا منسيا ، بل إهنم –ال أستثب منهم حب ا٢بنابلة –ا٤بصطفى عليو الصبلة والسبلـ ، ببلؼ غبىم من أتباع ا٤بذاىب األربعة ها ، ذلك ألف أكثر مذاىبهم نصت على أف السنة ب القياـ التفريج بب القدمب بقدر أربع أصابع ، فإف زاد كره ، كما جاء تتابعوا على ىجرىا واإلعراض عن

ال ( ، والتقدير ا٤بذكور ال أصل لو ب السنة ، وإ٭با ىو ٦برد رأي ، ولو صح لوجب تقييده باإلماـ وا٤بنفرد حب\مفصبل ب )الفقو على ا٤بذاىب األربعة: يعارض بو ىذه السنة الصحيحة ، كما تقتضيو القواعد األصولية.

ا٢بريصب على اتباعو صلى ا عليو وسلم ، واكتساب فضلية إحياء سنتو صلى ا عليو وسلم ، –وباصة أئمة ا٤بساجد –وخبلصة القوؿ: إنب أىيب با٤بسلمب اس إليها ، حب ٯبتمعوا عليها بيعا ، وبذلك ينجوف من هتديد: )أو ليخالفن اللو بػب قػلوبكم(.أف يعملوا ذه السنة ، وبرصوا عليها ، ويدعوا الن

Kedua:

Bahwasanya perbuatan ‘merapatkan’ yang disebutkan (dalam hadits) itu adalah dengan cara

menempelkan bahu (seseorang) dengan bahu (orang di sampingnya) dan sisi kaki (seseorang)

dengan sisi kaki (orang di sebelahnya), karena perbuatan itulah yang dilakukan oleh para shahabat –

radhiyallahu ‘anhum- tatkala mereka diperintahkan untuk meluruskan dan merapatkan shaf.

Sehubungan dengan masalah ini, al-Hafizh (Ibnu Hajar al-Asqalani) berkata di dalam kitab al-Fath,

setelah beliau menyebutkan tambahan redaksi di dalam hadits pertama dari ucapan Anas,

“Keterangan ini memberikan faidah bahwa perbuatan yang disebutkan itu (yakni para shahabat

menempelkan bahunya dengan bahu orang di sampingnya dan kakinya dengan kaki orang di

sebelahnya -pent) berlangsung pada masa Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan itu merupakan

hujjah yang sempurna untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan meluruskan dan

merapatkan shaf.”

| 67 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

(Akan tetapi), di antara hal yang memprihatinkan, bahwasanya Sunnah merapatkan shaf ini telah

dianggap remeh oleh kaum muslimin, bahkan mereka telah menelantarkannya -kecuali sebagian

kecil saja dari mereka. Sungguh aku tidak melihat (Sunnah) ini dilakukan oleh kelompok kaum

muslimin kecuali ahli hadits, dan aku telah melihat mereka (yang melakukan Sunnah merapatkan

shaf ini) di Makkah pada tahun 1368 Hijriyah, yang mana mereka begitu bersemangat berpegang

pada Sunnah ini sebagaimana juga terhadap Sunnah lainnya dari sunnah-sunnah al-Musthafa –

‘alaihish shalatu was salam, dan itu berlainan dengan orang-orang selain mereka dari kalangan para

pengikut mazhab yang empat –tak terkecuali para pengikut mazhab hanabilah- sehingga jadilah

Sunnah ini tak berarti dan dilupakan oleh mereka (para pengikut mazhab). Bahkan sungguh mereka

itu mengikuti langkah-langkah menjauhi sunnah dan berpaling darinya. Hal itu dikarenakan

kebanyakan mazhab itu menetapkan bahwa sunnah di dalam berdiri (shalat) itu dengan

merenggangkan jarak kedua kaki sejauh empat jari, makruh jika jaraknya lebih dari itu, sebagaimana

terdapat perinciannya di dalam kitab Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Arba’ah (1/207), padahal ukuran jarak

yang disebutkan itu tidaklah memiliki asal di dalam Sunnah, dan itu hanya murni ra’yu (pendapat

akal) semata. Kalaupun ra’yu tersebut benar, maka wajib membatasinya untuk imam atau orang

yang shalat sendirian agar tidak bertentangan dengan Sunnah yang shahih sebagaimana yang

ditetapkan oleh kaidah-kaidah ushuliyah.

Sebagai kesimpulan, sesungguhnya aku menyerukan kepada kaum muslimin -khususnya kepada para

pengurus masjid- yang memiliki semangat dalam mengikuti Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan

(bersemangat pula) dalam meraih keutamaan dari menghidupkan Sunnah beliau –shallallahu

‘alaihi wa sallam, agar mengamalkan Sunnah ini dan bergairah atasnya serta mengajak manusia

untuk mengamalkannya hingga mereka pun berhimpun bersama-sama mengamalkannya. Dengan

demikian semua akan terhindar dari ancaman, “… atau Allah akan menjadikan hati kalian saling

berpaling satu sama lain!”

ى ا عليو وسلم عليها ، وأزيد ب ىذه الطبعة فأقوؿ: لقد بلغب عن أحد الدعاة أنو يهوف من شأف ىذه السنة العملية الب جرى عليها الصحابة ، وأقرىم النيب صل، وأنو صلى ا عليو وسلم قد أقرىم عليو ثانيا ، إذل ذلك فهم منهم أوال –وا أعلم –ويلمح إذل أنو دل يكن من تعليمو صلى ا عليو وسلم إياىم ، ودل ينتبو

وذلك كاؼ عند أىل السنة ب إثبات شرعية ذلك ، ألف الشاىد يرى ما ال يرى الغائب ، وىم القـو ال يشقى متبع سبيلهم.

Dan sebagai tambahan dalam edisi penerbitan kali ini, maka aku katakan, “Telah sampai kepadaku

(kabar) tentang salah seorang dai bahwasanya dia meremehkan orang yang mengikuti sunnah

amaliyah yang dilakukan oleh para shahabat dan disetujui oleh Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-

ini. Dan dia memandang dengan sambil lalu bahwasanya hal itu (perbuatan shahabat saling

menempelkan bahu dan kaki) bukanlah termasuk dari pengajaran Nabi –shallallahu ‘alaihi wa

sallam- kepada para shahabat. Dia juga tidak mengambil perhatian –wallahu a’lamu- terhadap

pemahaman para shahabat yang selanjutnya disetujui oleh Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Padahal yang demikian itu telah cukup bagi Ahlus Sunnah untuk menetapkan syariat (meluruskan

shaf), karena orang yang hadir itu melihat apa yang tak dilihat oleh orang yang tak hadir, dan

mereka (para shahabat) adalah suatu kaum yang tidak akan celaka orang yang mengikuti jalan

mereka.”

| 68 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

هنا خاصة ب حالة كونو الثالثة : ب ا٢بديث األوؿ معجزة ظاىرة للنيب صلى ا عليو وسلم ، وىي رؤيتو صلى ا عليو وسلم من ورائو ، ولكن ينبغي أف يعلم أ صلى ا عليو وسلم ب الصبلة ، إذ دل يرد ب شئ من السنة أنو كاف يرى كذلك خارج الصبلة أيضا، وا أعلم.

Ketiga:

Di dalam hadits yang pertama (no. 31 di atas) terdapat (kabar mengenai) mukjizat Nabi –shallallahu

‘alaihi wa sallam, yaitu mukjizat berupa kemampuan beliau untuk melihat (para shahabat) yang

berada di belakang punggung beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam. Akan tetapi harus diketahui

bahwa mukjizat tersebut hanya terjadi secara khusus pada saat beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam-

shalat saja -selama tidak terdapat penjelasan yang berasal dari Sunnah bahwa beliau juga bisa

melihat seperti itu di luar shalat, wallahu a’lamu.

فساد الباطن ، والعكس الرابعة : ب ا٢بديثب دليل واضح على أمر ال يعلمو كثب من الناس ، وأف كاف صار معروفا ب علم النفس ، وىو أف فساد الظاىر يؤثر ب رى إف شاء ا تعاذل.بالعكس، وب ىذا ا٤بعب أحاديث كثبة ، لعلنا نتعرض ١بمعها وبرٯبها ب مناسبة أخ

Keempat:

Pada kedua hadits di atas terdapat dalil yang benderang mengenai perkara yang tak diketahui oleh

kebanyakan manusia meskipun telah makruf menurut ilmu jiwa bahwa kerusakan lahir itu

berpengaruh terhadap kerusakan batin. Begitu juga sebaliknya, dan hadits-hadits dengan kandungan

seperti itu sangatlah banyak, barangkali pada kesempatan lain akan kami kemukakan beserta takhrij-

nya, insya Allah.

، ٤بخالفتها للسنة الصحيحة ، كما يدؿ على ذلك ىذاف ا٢بديثاف ، ال ا٣بامسة : أف شروع اإلماـ ب تكببة اإلحراـ عند قوؿ ا٤بؤذف : )قد قامت الصبلة( بدعة ٥بم ا ، فإنو مسؤوؿ عنهم : سيما األوؿ منهما ، فإهنما يفيداف أف على اإلماـ بعد إقامة الصبلة واجبا ينبغي عليو القياـ بو ، وىو أمر الناس بالتسوية ، مذكرا

عن رعيتو.)كلكم راع وكلكم مسئوؿ

Kelima:

Bahwasanya perbuatan imam yang mengawali takbir al-ihram pada saat muazin mengucapkan, “Qad

qamati ash-shalah,” adalah bid’ah karena bertentangan dengan Sunnah yang shahih sebagaimana

ditunjukkan oleh kedua hadits di atas, terutama hadits yang pertama. Kedua hadits di atas

memberikan faidah bahwa setelah iqamah diserukan, wajib bagi imam untuk memerintahkan para

makmum agar merapatkan shaf dan mengingatkan mereka akan hal itu karena sesungguhnya imam

akan dimintai pertanggungjawaban atas mereka (yang dipimpinnya), “Setiap orang dari kalian

adalah pemimpin, dan setiap orang dari kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas

kepemimpinannya.”

Bandung, 2 Desember 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 69 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Tentang Abu Hurirah dan Dua Wadah Ilmu ...

Sumber dari sini:

http://islamqa.info/ar/ref/139569

خر فكتمتو ولو بثثتو اآل السؤاؿ: ورد ب صحيح البخاري أف أبا ىريرة رضي ا عنو قاؿ : )حفظت عن النيب صلى ا عليو وسلم وعائب ، أما أحدٮبا فبثثتو وأما( فما معب ىذا ا٢بديث ؟ و٤باذا يكتم أبو ىريرة ىذا العلم؟ أرجو الشرح والتفصيل. لقطع ىذا ا٢بلقـو

Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid –hafizhahullah- ditanya:

Terdapat riwayat dalam Shahih al-Bukhari bahwa Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- mengatakan,

“Aku menghafal dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dua bejana ilmu, satu bejana aku sebarkan

sedangkan yang lainnya kusembunyikan. Seandainya (isi bejana yang kusembunyikan itu)

kusebarkan, niscaya terputuslah tenggorokan ini.” Kenapa Abu Hurairah menyembunyikan ilmu

tersebut? Aku mengharapkan penjelasan yang terperinci …

ا١بواب:

Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid –hafizhahullah- menjawab:

…ا٢بمد ثثتو ، وأما اآلخر فػلو بػثثتو قطع ىذا ن : فأما أحدٮبا فػب ( عن أيب ىريػرة رضي اللو عنو قاؿ: حفظت من رسوؿ اللو صلى اللو عليو وسلم وعاءي روى البخاري )

البػلعوـ.

Alhamdulillah …

Imam al-Bukhari meriwayatkan (120) dari Abu Hurairah -radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:

“Aku menghafal dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dua bejana ilmu. Bejana yang satu

kusebarkan, sedangkan yang satu bejana lagi, seandainya aku sebarkan, niscaya terputuslah

tenggorokan ini.”

| 70 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

قاؿ ا٢بافظ ربو ا: انتهى ملخصا.” ديث لو كتب لمؤل وعاءين أي : نػوعب من العلم , ومراده : أف ٧بفوظو من ا٢ب … قػولو: )وعاءين( أي ظرفػب

Al-Hafizh (Ibnu Hajar al-Asqalani) –rahimahullah- berkata:

Ucapan Abu Hurairah, “Wi’a-ain (dua bejana),” maksudnya adalah, “Zharfain (dua wadah),” … yaitu

dua macam ilmu. Jadi maksud ucapan Abu Hurairah itu, bahwasanya dia menghafal ilmu dari hadits,

yang seandainya ilmu itu dituliskan, niscaya memenuhi dua wadah … –selesai ucapan al-Hafizh

secara ringkas.

وبثثتو : أذعتو ونشرتو . والبلعـو : ٦برى الطعاـ

Dan (ucapan Abu Hurairah), “Kusebarkan,” maksudnya adalah, “Kusiarkan,” dan, “kuberitahukan.”

Dan (ucapan Abu Hurairah), “Tenggorokan,” yaitu, “Kerongkongan tempat saluran makanan.”

(:/” )الفتح“قاؿ ا٢بافظ ب بو خوفا على بيب أسامي أمراء السوء وأحوا٥بم وزمنهم , وقد كاف أبو ىريػرة يكب عن بػعضو وال يصرح بل العلماء الوعاء الذي دل يػبثو على األحاديث الب فيها تػ “

فة يزيد بن معاوية ، ألنػها كانت سنة ستب من ا٥بجرة . واستجاب اللو دعاء أيب نػفسو منػهم , كقولو : )أعوذ با من رأس الستب وإمارة الصبػياف( . يشب إذل خبل ىريػرة فمات قػبلها بسنة.

Al-Hafizh (Ibnu Hajar al-Asqalani) berkata di dalam al-Fath (1/216):

Para ulama mempersamakan (menafsirkan) bahwa wadah yang tidak dikabarkan oleh Abu Hurairah

itu adalah hadits-hadits yang memuat keterangan tentang nama-nama para pemimpin yang buruk,

tentang ahwal mereka, dan tentang zaman kehidupan mereka. (Sebetulnya) Abu Hurairah pun

mengemukakan hakikat sebagian dari para pemimpin itu, namun secara samar saja tanpa terang-

terangan karena khawatir akan keselamatan dirinya dari (tindakan) mereka. Hal ini sebagaimana

ucapan Abu Hurairah (dalam sebuah atsar), “Aku berlindung kepada Allah dari permulaan tahun 60

dan dari kepemimpinan anak kecil.” (Ucapan Abu Hurairah) tersebut mengisyaratkan kepada

kekhilafahan Yazid bin Mu’awiyah karena kepemimpinannya itu terjadi pada tahun 60 Hijriyah. Allah

mengabulkan doa Abu Hurairah tersebut yang memang wafat setahun sebelum masa kepemimpinan

Yazid bin Mu’awiyah.

ا أراد أبو ىريػرة بقولو : حاديث المكتومة لو أي : قطع أىل ا١بور رأسو إذا ٠بعوا عيبو لفعلهم وتضليلو لسعيهم , ويػؤيد ذلك أف األ ” قطع ” قاؿ ابن المنب : وإ٭بتػعلق بأشراط الساعة وتػغب األحواؿ والمبلحم ب آخر كاـ الشرعية ما وسعو كتماهنا . وقاؿ غبه : بتمل أف يكوف أراد مع الصنف المذكور ما يػ كانت من األح

انتهى ملخصا.” عبض عليو من ال شعور لو بو الزماف , فػيػنكر ذلك من دل يألفو , ويػ

Ibn al-Munir berkata:

Maksud ucapan Abu Hurairah, “Niscaya terputuslah,” yaitu orang-orang lalim akan memenggal

kepalanya jika mereka mendengar dirinya mencela perbuatan buruk mereka dan menganggap sesat

tindakan-tindakan mereka. Hal ini dikuatkan dengan (alasan) bahwa jika hadits-hadits yang

disembunyikan oleh Abu Hurairah itu merupakan hadits-hadits yang memuat hukum-hukum syariat,

maka tentunya dia tidak diperkenankan untuk menyembunyikannya. Ada juga yang mengatakan,

| 71 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

“Terkandung pengertian bahwa maksud dari (hal yang disembunyikan) itu adalah hal yang berkaitan

dengan tanda-tanda kiamat, perubahan-perubahan kondisi, dan peperangan di akhir zaman, lalu

(jika hal itu disiarkan) akan diingkari oleh orang yang tak menyukai hal itu serta akan menentangnya

pula orang yang tak memiliki kearifan.” –selesai secara ringkas …

من أخبار الفب كذلك كتمو وقاؿ العيب :أراد بو نوعب من العلم ، وأراد باألوؿ الذي حفظو من السنن ا٤بذاعة لو كتبت الحتمل أف ٲبؤل منها وعاء ، وبالثاين ما (./” )عمدة القاري“انتهى . ” .ويقاؿ : بل الوعاء الثاين على األحاديث الب فيها تبيب أسامي أمراء ا١بور وأحوا٥بم وذمهم

Imam al-‘Aini berkata:

Yang dimaksud oleh Abu Hurairah adalah dua jenis ilmu. Jenis ilmu yang pertama adalah (ilmu) yang

dihafalnya berupa sunnah-sunnah yang disebarkan. Apabila dia menuliskan (ilmu jenis pertama itu),

maka akan penuhlah sebuah wadah dengannya. Adapun ilmu jenis kedua adalah ilmu yang

disembunyikannya, yaitu ilmu berupa kabar-kabar tentang fitnah. Dan ada yang mengatakan,

“Wadah ilmu yang kedua adalah hadits-hadits yang menjelaskan tentang nama-nama para

pemimpin yang lalim, keadaan-keadaan mereka, dan keburukan-keburukan mereka.” -selesai

penukilan (‘Umdah al-Qari 3/364)

التيسب بشرح ا١بامع .”انتهى ” بل على ما يتعلق بالفب من أ٠باء ا٤بنافقب و٫بوه ، أما كتمو عن غب أىلو فمطلوب بل واجب ” وقاؿ القرطيب ربو ا : (./” )الصغب

Imam al-Qurthubi –rahimahullah- berkata:

Dibawa kepada pengertian tentang hal yang terkait dengan fitnah-fitnah berupa nama-nama orang-

orang munafik dan yang semacam itu. Adapun disembunyikannya hal itu dari selain ahlinya, maka

itulah yang memang seharusnya dilakukan, bahkan wajib (menyembunyikannya). –selesai penukilan

(at-Taisir bi Syarh al-Jami’ ash-Shaghir 2/852)

وقاؿ ابن بطاؿ ربو ا :اؿ ، والتضييع ٢بقوؽ ا قاؿ ا٤بهلب ، وأبو الزناد : يعب أهنا كانت أحاديث أشراط الساعة ، وما عرؼ بو صلى ا عليو وسلم من فساد الدين ، وتغيب األحو ”

من قريش ( ، وكاف أبو ىريرة يقوؿ : لو شئت أف أ٠بيهم بأ٠بائهم ، تعاذل ، كقولو صلى ا عليو وسلم : ) يكوف فساد ىذا الدين على يدى أغيلمة سفهاء دل بدث ا من فخشى على نفسو ، فلم يصرح . وكذلك ينبغى لكل من أمر بعروؼ إذا خاؼ على نفسو ب التصريح أف يػعرض . ولو كانت األحاديث الب

” ، ب يتلو : ) إف الذين يكتموف ما أنػزلنا من البػيػنات وا٥بدى ( البقرة /” آيتاف ب كتاب ا ما حدثتكملوال ” ا٢ببلؿ وا٢براـ ما وسعو تركها ، ألنو قاؿ : (./البن بطاؿ )” شرح صحيح البخارى.”)انتهى

Ibnu Bathal –rahimahullah- berkata, “Imam al-Muhallab dan Abu az-Zinad mengatakan:

Yaitu hadits-hadits tentang tanda-tanda kiamat dan tentang hal-hal yang diberitakan oleh Rasulullah

–shallallahu ‘alaihi wa sallam- mengenai kerusakan agama, perubahan keadaan-keadaan, dan

pengabaian terhadap hak-hak Allah ta’ala sebagaimana sabda Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa

sallam, “Akan rusak agama ini di tangan anak-anak muda bodoh dari kalangan Quraisy,” dan Abu

Hurairah pernah berkata, “Kalau aku mau, akan kusebut mereka dengan nama-nama mereka,” akan

tetapi Abu Hurairah khawatir akan keselamatan dirinya, maka dia pun tak menjelaskannya. Memang

demikianlah seharusnya sikap yang diambil oleh setiap penyeru kebaikan apabila khawatir atas

keamanan dirinya jika menjelaskan (hal-hal seperti itu). (Berbeda halnya) jika hadits-hadits yang

tidak disebarkan itu merupakan hadits-hadits tentang halal dan haram, maka tentunya Abu Hurairah

| 72 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

tidak mungkin memiliki keleluasaan untuk menyembunyikannya karena dia telah berkata, “Kalau

bukan karena dua ayat di dalam al-Quran, niscaya aku tidak akan mengabarkan hadits kepada

kalian,” kemudian Abu Hurairah membaca ayat (QS. Al-Baqarah: 159), “Sesungguhnya orang-orang

yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas)

dan petunjuk.” –selesai ucapan (Syarh Shahih al-Bukhari li Ibn Bathal: 1/195)

وقاؿ ابن ا١بوزي ربو ا:يو وسلم ما إذا ذكر ولقائل أف يقوؿ : كيف استجاز كتم ا٢بديث عن رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم وقد قاؿ: )بلغوا عب( ؟ وكيف يقوؿ رسوؿ ا صلى ا عل“

سوؿ ا صلى ا عليو وسلم ؟قتل راويو ؟ وكيف يستجيز ا٤بسلموف من الصحابة األخيار والتابعب قتل من يروي عن ر وىي قولو : )إف الذين ” لوال آية ب كتاب ا ما حدثتكم ” فا١بواب : أف ىذا الذي كتمو ليس من أمر الشريعة ؛ فإنو ال ٯبوز كتماهنا وقد كاف أبو ىريرة يقوؿ :

ىذه اآلية وبعد أمر رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم أف يبلغ عنو ؟ وقد كاف يكتموف ما أنزلنا من البينات وا٥بدى( فكيف يظن بو أف يكتم شيئا من الشريعة بعدلمة من قريش( بنو فبلف يقوؿ ٥بم : ) ليبلغ الشاىد منكم الغائب ( وإ٭با ىذا ا٤بكتـو مثل أف يقوؿ : فبلف منافق ، وستقتلوف عثماف ، و)ىبلؾ أمب على يدي أغي

) )ص/” كشف ا٤بشكل من حديث الصحيحب.”ى انته” ، فلو صرح بأ٠بائهم لكذبوه وقتلوه

Ibn al-Jauzi –rahimahullah- berkata:

Dan kepada orang yang mengatakan, “Bagaimana mungkin diperbolehkan menyembunyikan hadits

dari Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- padahal beliau telah bersabda: (sampaikan yang

datang dariku)? Dan bagaimana mungkin Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- mengatakan

sesuatu yang jika hal itu disebutkan, dibunuhlah orang yang meriwayatkannya? Bagaimana boleh

kaum muslimin dari kalangan para shahabat yang mulia dan para tabi’in membunuh orang yang

meriwayatkan hadits dari Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam?”

Maka jawabannya adalah, bahwa hal yang disembunyikannya itu bukanlah perkara syariat, karena

sesungguhnya tidak boleh menyembunyikan perkara syariat. Dan Abu Hurairah pun telah berkata,

“Kalau bukan karena ayat di dalam al-Quran, niscaya aku tidak akan mengabarkan hadits kepada

kalian.” Dan ayat yang dimaksud oleh Abu Hurairah adalah firman Allah (QS. Al-Baqarah: 159),

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa

keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk.” Lantas bagaimana bisa berprasangka kepada Abu

Hurairah bahwa dia menyembunyikan sesuatu dari perkara syariat setelah (dia mengetahui) ayat

tersebut dan setelah adanya perintah dari Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- untuk

menyampaikan apa yang datang dari beliau? Dan sungguh Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-

telah bersabda kepada para shahabat, “Hendaklah orang yang hadir di antara kalian

menyampaikan kepada orang yang tidak hadir.” (Oleh karena itu, wadah) yang disembunyikan

(oleh Abu Hurairah) itu hanyalah perkara semisal ucapan, “Si Fulan adalah seorang munafik, kalian

akan membunuh ‘Utsman,” juga semisal (sabda Rasulullah), “Kebinasaan umatku di tangan anak-

anak kecil dari Quraisy,” juga semisal, “Anak-anak keturunan fulan,” maka seandainya Abu Hurairah

menyebutkan nama-nama mereka secara jelas, niscaya mereka akan mendustakan dan

membunuhnya. –selesai ucapan yang dinukil (Kasyfu al-Musykil min Hadits ash-Shahihain, hal.

1014).

وا٣ببلصة :الزماف من تغب األحواؿ ووقوع أف ما كتمو أبو ىريرة رضي ا عنو من العلم ٨بتص بأخبار الفب وأمراء السوء وأحوا٥بم وزماهنم ، وأ٠باء ا٤بنافقب ، وما بصل آخر

جحة ؛ فإنو لو ذكر أمراء السوء ، أو عب أحدا منهم ، أو كب عنو با الفب و٫بو ذلك ٩با ال يألفو الناس. وإ٭با كتمو أبو ىريرة رضي ا عنو ودل ينشره للمصلحة الرا

| 73 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

عندىم وأثار القبلقل يدؿ عليو لوقع الناس ب الفب ، ولكثر القيل والقاؿ ، ولتعرض أبو ىريرة لؤلذى ، ولتحمس بعض ىؤالء األحداث ٩بن ال علم ٥بم وال رويةذين أخرب عنهم النيب صلى ا عليو وسلم ، وال بد من تطهب األرض منهم وإراحة الناس من شرىم وأذاىم ، وأحدث الفب ، بدعوى أف ىؤالء أمراء السوء ال

كثب ٩بن ال علم لو من فيخرجوف على ا٣بلفاء واألمراء ، وبدثوف الفب. وكذا لو أخرب أبو ىريرة رضي ا عنو با بصل من ا٤ببلحم والفب آخر الزماف لسارععن االنشغاؿ با يهمهم من أمر –كما ىي عادهتم ب مثل ذلك –لدٮباء إذل تكذيبو ، ولكثر ا١بدؿ والحتد النقاش فيما يرويو ويقولو ، فينصرؼ الناس السفهاء وا

دينهم ودنياىم إذل أندية ا١بدؿ و٧باط ا٣بصاـ .وي ب ا٢ببلؿ وا٢براـ ، فكيف لو روى ٥بم شيئا من أحاديث الفب ؟! فكاف وقد كانوا ال يقبلوف بعض ما يروي من أحاديث األحكاـ ، ويستكثروف عليو ما ير

كتمانو ىذا النوع من العلم من حكمتو وباـ فقهو وعلمو رضي ا عنو.

Kesimpulan:

Bahwa (bejana ilmu) yang disembunyikan oleh Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- itu merupakan

perkara khusus tentang kabar-kabar fitnah, tentang para pemimpin yang buruk beserta hal ihwal

dan zaman kehidupan mereka, tentang nama-nama orang munafik, tentang peristiwa-peristiwa yang

terjadi pada akhir zaman berupa perubahan-perubahan kondisi dan realitas-realitas fitnah, juga hal-

hal semacam itu yang takkan disukai oleh manusia. Abu Hurairah menyembunyikan hal itu -tanpa

mengabarkannya- demi kemaslahatan atau demi tercapai kebaikan yang lebih banyak, karena

sesungguhnya apabila dia menyebutkan para pemimpin yang buruk, atau menyebutkan kejelekan-

kejelekan salah seorang dari mereka, atau menyingkap hakikatnya dengan apa yang ditunjukkan

oleh (kabar-kabar yang disimpan oleh Abu Hurairah itu), niscaya manusia terjatuh ke dalam berbagai

fitnah, bahkan pembicaraan gosip “katanya dan katanya” akan merebak luas dan Abu Hurairah pun

tertimpa bahaya. (Selain itu) hadits-hadits itu akan menyulut amarah orang-orang yang tak memiliki

ilmu dan pertimbangan akal sehat sehingga menimbulkan kerusuhan dan fitnah-fitnah seraya

menyerukan bahwa para pemimpin mereka itu adalah para pemimpin yang buruk berdasarkan kabar

dari Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- sehingga dunia harus bersih dari keberadaan (para

pemimpin) seperti itu dan manusia harus terlepas dari keburukan dan gangguan mereka. Maka

orang-orang pun memberontak kepada para khalifah dan para pemimpin, dan terjadilah beragam

fitnah.

Demikian juga jika seandainya Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- mengabarkan peristiwa-peristiwa

peperangan dan fitnah akhir zaman, niscaya kebanyakan dari kalangan masyarakat yang tak memiliki

ilmu lagi bodoh akan dengan terburu-buru mendustakannya. Mereka akan menyanggah dan

membantah kabar-kabar yang diriwayatkan dan dikatakan olehnya. Akibatnya, manusia pun

berpaling dari kesibukan dan perhatian terhadap urusan agama dan dunia mereka menuju majelis-

majelis perdebatan dan perbantahan –sebagaimana hal ini merupakan kebiasaan mereka dalam hal

yang seperti ini.

Pada kenyataanya, sebagian dari apa yang diriwayatkan dalam hadits-hadits hukum saja banyak yang

tidak diterima oleh orang-orang, dan kebanyakannya tentang masalah halal dan haram. Lantas

bagaimana pula jadinya kalau yang diriwayatkan kepada mereka itu berupa hadits-hadits tentang

berbagai fitnah? Oleh karena itu, tindakan penyembunyian satu bejana ilmu yang dilakukan oleh Abu

Hurairah tersebut terlahir dari kebijaksanaannya, juga terlahir dari kesempurnaan pemahaman dan

pengetahuannya –radhiyallahu ‘anhu.

| 74 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

( عنو رضي اللو عنو قاؿ: يػقولوف إف أبا ىريػرة يكثر ا٢بديث ، ( ومسلم )أما أحاديث األحكاـ و٫بوىا : فلم يكن بد من روايتها ، روى البخاري )ثوف مثل أحاديثو ، وإف إخوب من المهاجرين كاف يشغلهم الصفق باألسواؽ ، وإف إ واللو الموعد ، ويػقولوف : ما للمهاجرين واألنصار ال ب خوب من األنصار كاف د

إذل أف قاؿ : واللو … للو عليو وسلم على ملء بطب ، فأحضر حب يغيبوف ، وأعي حب يػنسوف يشغلهم عمل أموا٥بم ، وكنت امرأ مسكينا ألزـ رسوؿ اللو صلى اثػتكم شيئا أبدا : )إف الذين يكتموف ما أنزلنا من ال يػنات وا٥بدى من بػعد ما بػيػناه للناس ب الكتاب أولئك يػلعنػهم اللو ويػلعنػهم بػ لوال آيػتاف ب كتاب اللو ما حد

يم.البلعنوف * إال الذين تابوا وأصلحوا وبػيػنوا فأولئك أتوب عليهم وأنا التػواب الرح

Adapun mengenai hadits-hadits tentang hukum-hukum syariat dan sejenisnya, tentu saja terdapat

riwayat-riwayat darinya. Imam al-Bukhari (2350) dan Muslim (2492) meriwayatkan bahwa Abu

Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- berkata:

Orang-orang mengatakan bahwa Abu Hurairah banyak sekali meriwayatkan hadits, wallahu al-

mau’id. Dan orang-orang juga mengatakan, “Mengapa orang-orang Muhajirin dan Anshar tidak

meriwayatkan hadits seperti yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah?” Sesungguhnya saudara-

saudaraku dari kalangan Muhajirin disibukkan oleh kegiatan perdagangan di pasar, dan saudara-

saudaraku dari kalangan Anshar disibukkan oleh kegiatan mengurus harta-harta mereka (pertanian),

sedangkan aku sendiri hanyalah seorang lelaki miskin yang senantiasa ber-mulazamah kepada

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- untuk memenuhi kecukupan isi perutku. Aku selalu hadir

(di majelis Rasulullah) ketika yang lain tidak hadir, dan aku pun selalu mengingat (apa yang datang

dari Rasulullah) ketika mereka lupa … –demikian seterusnya hingga ucapan Abu Hurairah berikut:

“Demi Allah, kalau bukan karena dua ayat di dalam al-Quran, niscaya aku tidak akan meriwayatkan

sesuatu pun kepada kalian selamanya.”

Yaitu ayat:

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa

keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia

dalam al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat

melaknati. Kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan

(kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha

Menerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 159-160)

Bandung, 7 Desember 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 75 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

„Umar Tidaklah Berkirim Surat kepada Sungai Nil ...

Syaikh ‘Ali Hasyisy al-Mishri –hafizhahullah-

Sumber:

http://www.forsanhaq.com/showthread.php?t=152312

عن القصة واىية الب اشتهرت على ألسنة ا٣بطباء والوعاظ والقصاص: إف عمر بن ا٣بطاب رضي ا عنو كتب رسالة إذل -حفظو ا–قاؿ الشيخ على حشيش …نيل مصر

Syaikh ‘Ali Hasyisy –hafizhahullah- berkata tentang kisah lemah yang tersebar melalui lisan para

khatib, para pemberi nasihat, dan para pencerita: bahwa ‘Umar bin al-Khaththab –radhiyallahu

‘anhu- menulis surat kepada sungai Nil Mesir …

أوال ا٤ببPertama: Matan (Redaksi) Kisah

، فقالوا لو أيها األمب، إف لنيلنا ىذا سنة ال ٯبري إال ا، فقاؿ ٥بم ٤با فتح عمرو بن العاص مصر أتى أىلها إذل عمرو بن العاص حب دخل بؤونة من أشهر العجملي والثياب أفضل ما يكوف، ب وما ذاؾ؟ قالوا إنو إذا كاف لثنب عشرة ليلة بلو من ىذا الشهر عمدنا إذل جارية بكر بب أبويها فأرضينا أبويها وجعلنا عليها من ا٢ب

ا حب . فقاؿ ٥بم عمرو إف ىذا ال يكوف ب اإلسبلـ، وإف اإلسبلـ يهدـ ما قبلو، فأقاموا بؤونة وأبيب ومسرى ال ٯبري قليبل وال كثب ألقيناىا ب ىذا النيل، فيجريببطاقة فألقها ب ٮبوا با١ببلء، فلما رأى ذلك عمرو، كتب إذل عمر بن ا٣بطاب بذلك، فكتب إليو عمر قد أصبت، إف اإلسبلـ يهدـ ما قبلو، وقد بعثت إليك

أما بعد فإف كنت بري من داخل النيل إذا أتاؾ كتايب فلما قدـ الكتاب على عمرو، وفتح البطاقة، فإذا فيها: )من عبد ا عمر أمب ا٤بؤمنب، إذل نيل أىل مصر،فعرفهم عمرو بكتاب أمب ا٤بؤمنب والبطاقة، ب ألقاىا فألقى عمرو قبلك فبل بر، وإف كاف ا الواحد القهار الذي ٯبريك فنسأؿ ا الواحد القهار أف ٯبريك(.

، وقد هتيأ أىل مصر للجبلء وا٣بروج منها ألنو ال يقـو بصلحتهم فيها إال النيل، فأصبحوا يـو الصليب وقد أجراه ا ستة البطاقة ب النيل قبل يـو الصليب بيـو ة السوء عن أىل مصر.عشر ذراعا ب ليلة، وقطع ا تلك السن

| 76 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Tatkala ‘Amr bin al-‘Ash memenangi negeri Mesir, para penduduk pun mendatanginya di awal bulan

Ba-unah (bulan kesepuluh dari penanggalan tahun Mesir) seraya berkata kepada ‘Amr bin al-‘Ash,

“Wahai Pemimpin, sesungguhnya kami memiliki tradisi berkaitan dengan sungai Nil kami ini, dan

sungai ini takkan mengalir kecuali dengan (menjalankan) tradisi itu.”

‘Amr bin al-‘Ash bertanya kepada mereka, “Tradisi apakah itu?”

Mereka menjawab, “Apabila telah berlalu dua belas malam dari bulan ini, kami mengambil gadis

perawan dari kedua orang tuanya setelah sebelumnya kami buat rela kedua orang tuanya itu. Kami

mempercantik gadis perawan itu dengan perhiasan dan pakaian yang terbaik lalu melemparkannya

ke sungai Nil ini sehingga air sungai pun kembali mengalir.”

‘Amr bin al-‘Ash berkata, “Perbuatan itu tak diperbolehkan oleh Islam, dan sesungguhnya Islam itu

(datang) untuk meruntuhkan ajaran yang ada sebelumnya.”

Akhirnya penduduk sungai Nil pun (memutuskan) untuk menunggu (kemungkinan yang akan terjadi)

sepanjang bulan Ba-unah, Abib, dan Misra. Apabila memang air sungai Nil tetap tidak mengalir, baik

sedikit maupun banyak, mereka bermaksud pindah ke tempat lain. Melihat hal itu, ‘Amr bin al-‘Ash

pun menulis surat kepada ‘Umar bin al-Khaththab tentang keadaan tersebut.

‘Umar pun menulis surat balasan kepada ‘Amr bin al-‘Ash dengan mengatakan dalam suratnya,

“Kamu telah bertindak benar. Sesungguhnya Islam itu (datang) untuk meruntuhkan ajaran yang ada

sebelumnya. Aku melampirkan bithaqah (sehelai surat/warkat/kartu) dalam suratku ini. Jika suratku

ini telah kau terima, lemparkanlah bithaqah tersebut ke sungai Nil!”

Ketika surat itu sampai ke tangan ‘Amr bin al-‘Ash, ternyata di dalamnya memang terlampir

bithaqah yang bertuliskan:

“Dari hamba Allah, ‘Umar Amir al-Mu’minin, kepada Nil, sungai penduduk Mesir. Amma ba’d. Jika

kamu mengalir karena keinginanmu sendiri, maka tak usahlah kau mengalir. Akan tetapi jika Allah

al-Wahid al-Qahhar yang membuatmu mengalir, maka kami memohon kepada Allah al-Wahid al-

Qahhar agar mengalirkanmu.”

‘Amr bin al-‘Ash pun memberitahukan surat dan bithaqah dari Amir al-Mukminin itu kepada para

penduduk Mesir. Setelah itu dia melemparkan bithaqah itu ke sungai Nil, tepatnya satu hari sebelum

hari raya penyaliban (hari raya kaum Nasrani). Pada saat itu sebetulnya penduduk Mesir telah

bersiap-siap untuk berpindah keluar dari tempat itu karena tiada lagi kemaslahatan bagi mereka di

tempat itu selain dengan mengalirnya sungai Nil.

Kemudian pada keesokan harinya, yakni pada hari raya penyaliban, Allah pun mengalirkan air sungai

Nil. Dalam semalam saja ketinggian air telah mencapai enam belas hasta, dan dengan itulah Allah

menghilangkan tradisi buruk penduduk Mesir.

ثانيا التخريج

Kedua: Takhrij (Sumber Pemberitaan Kisah)

«فتوح مصر وأخبارىا»ا٣برب الذي جاءت بو ىذه القصة أخرجو ابن عبد ا٢بكم، وىو عبد الربن بن عبد ا بن عبد ا٢بكم بن أعب بن الليث بن رافع ب كتابو القصة« ٤با فتح عمرو بن العاص مصر أتى أىلها إليو »ا٢بجاج عن من حدثو قاؿ ص حيث قاؿ حدثنا عثماف بن صاحل عن ابن ٥بيعة عن قيس بن

ص ا٣برب قاؿ أخربنا ٧بمد بن عبد الباقي، أنبأنا أبو بكر أبد « الرقة والبكاء»وأخرج ىذه القصة أيضا ابن قدامة وىو عبد ا بن أبد بن ٧بمد بن قدامة ب كتابو انب وأربعمائة، أنبأنا أبو القاسم ىبة ا بن ا٢بسن الطربي حدثنا ٧بمد بن أيب بكر، حدثنا ٧بمد بن ٨بلد، حدثنا ٧بمد بن إسحاؽ، بن زكريا الطرثيثي سنة ثبلث وب

حدثنا عبد ا بن صاحل، حدثب ابن ٥بيعة عن قيس بن ا٢بجاج عن من حدثو قاؿ

| 77 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Kabar mengenai kisah ini dikeluarkan oleh Ibn ‘Abd al-Hakim, yaitu ‘Abdurrahman bin ‘Abdullah bin

‘Abd al-Hakim bin A’yan bin al-Laits bin ar-Rafi’ di dalam kitabnya Futuh Mishri wa Akhbariha

(Penaklukkan Mesir dan Kabar-Kabarnya). Di kitab itu dia berkata: telah mengabarkan kepadaku

‘Utsman bin Shalih, dari Ibn Luhai’ah, dari Qais bin al-Hajjaj, dari seseorang yang mengabarkan

kepadanya, dia berkata, “Tatkala ‘Amr bin al-‘Ash memenangi negeri Mesir, para penduduk pun

mendatanginya …,” –kisah di atas …

Juga dikeluarkan oleh Ibn Qudamah, yaitu ‘Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah di

dalam kitabnya ar-Riqqah wa al-Buka’ (Kelembutan dan Tangis). Di kitab itu dia berkata: telah

mengabarkan kepada kami Muhammad bin ‘Abd al-Baqi’, telah mengabarkan kepada kami Abu Bakr

Ahmad bin Zakariya ath-Thurtsitsi pada tahun 83 Hijriyah, telah mengabarkan kepada kami Abu al-

Qasim Hibatullah bin al-Hasan ath-Thabari, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Abu

Bakr, telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Makhlad, telah mengabarkan kepada kami

Muhammad bin Ishaq, telah mengabarkan kepada kami ‘Abdullah bin Shalih, telah mengabarkan

kepadaku Ibn Luhai’ah dari Qais bin al-Hajjaj, dari seseorang yang mengabarkan kepadanya, dia

berkata … -kisah di atas …

ثالثا التحقيق

Ketiga: Tahqiq (Penelitian atas Validitas Kisah)

واىية، وفيها علتاف:القصة األوذل عبد ا بن ٥بيعة وىو عبد ا بن ٥بيعة بن عقبة بن فرعاف بن ربيعة بن ثوباف ا٢بضرمي أبو عبدالربن ا٤بصري

Kisah tersebut lemah karena mengandung dua cacat (penyakit) di dalamnya:

Cacat (penyakit) yang pertama: adalah (keberadaan perawi) ‘Abdullah bin Luhai’ah bin ‘Uqbah bin

Far’an bin Rabi’ah bin Tsauban al-Hadhrami Abu ‘Abdurrahman al-Mishri …

«اروحب»قاؿ اإلماـ ابن حباف ب دا، وما ال أصل لو من رواية ا٤بتقدمب كثبا، فرجعت إذل قد سربت أخبار ابن ٥بيعة من رواية ا٤بتقدمب وا٤بتأخرين عنو فرأيت التخليط ب رواية ا٤بتأخرين عنو موجو »أ

«االعتبار فرأيتو كاف يدلس عن أقواـ ضعفى عن أقواـ رآىم ابن ٥بيعة ثقات فالتزقت تلك ا٤بوضوعات بو

Imam Ibn Hibban berkata (tentang Ibn Luhai’ah) di dalam kitab al-Majruhin:

(1) Aku telah meneliti riwayat-riwayat Ibn Luhai’ah dari riwayat-riwayat ulama mutaqaddimin

(terdahulu) dan muta-akhirin (belakangan), lalu tahulah aku bahwa terdapat takhlith (campur aduk)

dalam riwayat-riwayat ulama muta-akhirin yang berasal darinya, sedangkan dalam riwayat-riwayat

ulama mutaqaddimin yang berasal darinya ditemukan banyak hadits yang tidak ada asalnya. Aku pun

kembali mempertimbangkan (mendalami penelitian tentangnya), lalu kuketahui bahwa Ibn Luhai’ah

biasa melakukan tadlis (menyembunyikan) para perawi lemah yang menerima riwayat dari para

perawi yang dipandang tsiqah (tepercaya) olehnya sehingga bercampurlah karenanya masalah-

masalah …

| 78 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

غب حديثو فوجب التنكب وأما رواية ا٤بتأخرين عنو بعد احباؽ كتبو ففيها مناكب كثبة، وذاؾ أنو كاف ال يبارل ما دفع إليو قراءة سواء كاف من حديثو أو»ب ب قاؿ عنو بعد احباؽ كتبو ٤با فيو ٩با عن رواية ا٤بتقدمب عنو قبل احباؽ كتبو ٤با فيو من األخبار ا٤بدلسة عن الضعفاء وا٤ببوكب، ووجب ترؾ االحتجاج برواية ا٤بتأخرين

«ليس من حديثو

(2) Kemudian Ibn Hibban berkata:

Adapun riwayat-riwayat yang diterima oleh para ulama muta-akhirin dari Ibn Luhai’ah, itu terjadi

setelah kitab-kitab Ibn Luhai’ah terbakar, sehingga di dalam riwayat-riwayat itu terdapat banyak

sekali kemungkaran. Dia tidak pula mengindahkan redaksi-redaksi yang dimasukkan ke dalamnya

apakah itu dari riwayatnya ataukah dari riwayat selainnya. Oleh karena itu wajib untuk menjauh dari

riwayat-riwayat ulama mutaqaddimin yang menerima darinya sebelum kitabnya terbakar karena di

dalamnya terdapat tadlis riwayat dari para perawi dha’if (lemah) dan matruk (ditinggalkan), dan

wajib pula untuk meninggalkan riwayat-riwayat ulama muta-akhirin yang menerima darinya setelah

kitabnya terbakar karena di dalamnya terdapat riwayat-riwayat yang bukan merupakan riwayatnya.

عبد ا بن ٥بيعة ا٢بضرمي اختلط ب آخر عمره، وكثرت عنو ا٤بناكب ب »ا٤برتبة ا٣بامسة رقم حيث قاؿ « طبقات ا٤بدلسب» لذلك أورده ا٢بافظ ابن حجر ب «روايتو

Mengenai hal ini, al-Hafizh Ibn Hajar berkata di dalam kitab Thabaqat al-Mudallisin –pada bagian

perawi tingkat kelima, “’Abdullah bin Luhai’ah al-Hadhrami mengalami takhlith

(perubahan/kekacauan) hafalannya pada akhir usianya, dan semakin bertambah banyaklah

kemungkaran di dalam riwayatnya.”

«إنو كاف يدلس عن الضعفاء»قلت وأقر قوؿ اإلماـ ابن حباف «من ضعف بأمر آخر سوى التدليس فحديثهم مردود ولو صرحوا بالسماع« »ا٤بقدمة»افظ ابن حجر ب وا٤برتبة ا٣بامسة ىي الب قاؿ فيها ا٢ب

Aku katakan, “Dan ucapan al-Imam Ibn Hibban menyatakan bahwasanya Ibn Luhai’ah itu biasa

melakukan tadlis perawi dha’if.”

Adapun yang dimaksud dengan perawi tingkat kelima adalah para perawi yang sebagaimana

dikatakan oleh al-Hafizh Ibn Hajar di dalam al-Muqaddimah, “Orang-orang yang pada masa akhirnya

menjadi dha’if selain tindakan tadlis-nya, maka hadits-hadits mereka tertolak meskipun mereka

menerangkan tentang penyimakan hadits.”

كتب يعب ابن »عن اإلماـ أبد بن حنبل قاؿ « التهذيب»لو أصل عملي نقلو ا٢بافظ ابن حجر ب « أنو كاف يدلس على الضعفاء»قلت قوؿ اإلماـ ابن حباف «٥بيعة عن ا٤بثب بن الصباح عن عمرو بن شعيب وكاف بعد بدث ا عن عمرو بن شعيب

Aku berkata, ucapan al-Imam Ibn Hibban, “… bahwa Ibn Luhai’ah biasa melakukan tadlis perawi

dha’if,” penjelasan atas pelaksanaan tadlis Ibnu Luhai’ah tersebut telah dinukil oleh al-Hafizh Ibnu

Hajar di dalam kitab at-Tahdzib dari al-Imam Ahmad bin Hanbal yang mengatakan, “Ibn Luhai’ah

menulis dari al-Mutsanna bin ash-Shabbah, dari ‘Amr bin Syu’aib, dan dia mengabarkan bahwa

hadits itu dari ‘Amr bin Syu’aib.”

| 79 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

ء وا٤ببوكب، وذلك قلت يتبب أف ابن ٥بيعة أسقط ا٤بثب بن الصباح الذي كتب عنو وحدث ا عن عمرو بن شعيب، وذا ثبت أف ابن ٥بيعة كاف يدلس عن الضعفا «ا٤بثب بن الصباح مبوؾ»تربة « الضعفاء وا٤ببوكب»ألف ا٤بثب بن الصباح مبوؾ. فقد قاؿ اإلماـ النسائي ب كتابو

Aku katakan, “Jelaslah bahwa Ibnu Luhai’ah menggugurkan al-Mutsanna bin ash-Shabbah

(menghilangkan dari sanad) yang darinyalah dia menulis, lalu Ibnu Luhai’ah mengabarkan bahwa

hadits itu dari ‘Amr bin Syu’aib. Dengan demikian menjadi kukuhlah bahwa Ibnu Luhai’ah

menyembunyikan para perawi dha’if dan matruk, dan al-Mutsanna bin ash-Shabbah itu seorang

perawi matruk. Imam an-Nasa’i pun telah mengatakannya di dalam kitab adh-Dhu’afa’ wa al-

Matrukin, dalam biografi al-Mutsanna bin as-Shabbah.”

و٥بذا كاف مذىب النسائي أف ال يبؾ حديث الرجل حب ٯبتمع »ص « شرح النخبة»قلت وىذا ا٤بصطلح عند النسائي لو معناه، فقد قاؿ ا٢بافظ ابن حجر ب وذا تسقط القصة بتدليس ابن ٥بيعة وعنعنتو وعدـ التصريح بالسماع« ا١بميع على تركو

تربة « الضعفاء الصغب»سوى التدليس فإثبات ذلك يتبب من أقاؿ أمب ا٤بؤمنب ب ا٢بديث اإلماـ البخاري ب كتابو أما عن القوؿ بأف ابن ٥بيعة ضعف بأمر آخر «كاف ال يراه شيئا عبد ا بن ٥بيعة ويقاؿ ابن عقبة أبو عبد الربن ا٢بضرمي ويقاؿ الغافقي، قاضي مصر حدثنا ٧بمد، حدثنا ا٢بميدي عن بب بن سعيد أنو» ، ب نقل عن األئمة « التهذيب»ت ونقل ىذا ا٢بافظ ابن حجر ب قل

«ال أبل عن ابن ٥بيعة قليبل وال كثبا»وقاؿ ابن ا٤بديب عن ابن مهدي «ليس بثقة»وقاؿ عبد الكرمي بن عبد الربن النسائي عن أبيو

وقاؿ ابن معب كاف ضعيفا ال بتج بديثو، كاف من يشاء يقوؿ لو حديثا «أحرقت كتبو فكاف من جاء بشيء قرأه عليو حب لو وضع أحد حديثا وجاء بو إليو قرأه عليو»اؿ ابن خرش وق

«فمن ب كثرت ا٤بناكب ب روايتو لتساىلو»وقاؿ ا٣بطيب «ال يوقف على حديثو وال ينبغي أف بتج بو، وال يغب بروايتو»وقاؿ ا١بوزجاين

اىػ« إف ابن ٥بيعة لو أحاديث منكرات يطوؿ ذكرىا إذا ذكرناىا« »الكامل»وقاؿ اإلماـ ابن عدي ب

Aku katakan, yang dimaksud dengan istilah matruk menurut Imam an-Nasa’i telah dikatakan oleh al-

Hafizh Ibn Hajar di dalam kitab Syarh an-Nukhbah, “Menurut pendapat an-Nasa’i, seorang perawi itu

tidak ditinggalkan riwayatnya (matruk) sampai semua ulama bersepakat untuk meninggalkannya.”

Dengan demikian, gugurlah validitas kisah (tentang surat ‘Umar ini) dengan sebab tadlis mu’an’anah

Ibn Luhai’ah, juga tidak adanya penjelasan tentang penyimakan.

Adapun mengenai ucapan bahwa Ibn Luhai’ah pada masa akhirnya menjadi dha’if selain tindakan

tadlis-nya, maka pemastian tersebut menjadi jelas dengan ucapan Amir al-Mu’minin di bidang

hadits, al-Imam al-Bukhari di dalam kitabnya adh-Dhu’afa ash-Shaghir, “Abdullah bin Luhai’ah

disebut juga Ibnu ‘Uqbah Abu ‘Abdurrahman al-Hadhrami al-Ghafiqi, seorang hakim di Mesir. Telah

mengabarkan kepada kami Muhammad, telah mengabarkan kepada kami al-Hamidi dari Yahya bin

Sa’id bahwasanya dia tak menganggap haditsnya sama sekali.”

Aku katakan, al-Hafizh Ibn Hajar telah menukil hal ini di dalam kitab at-Tahdzib, kemudian menukil

pula dari para ulama.

Ibn al-Madini berkata dari Ibn Mahdi, “Aku tidak membawakan hadits dari Ibn Luhai’ah, baik sedikit

maupun banyak.”

‘Abd al-Karim bin ‘Abdurrahman an-Nasa’i, dari dari ayahnya, dia berkata, “Dia (Ibn Luhai’ah) bukan

orang tepercaya.”

Ibn Ma’in mengatakan, “Dia (Ibn Luhai’ah) seorang yang dha’if, haditsnya tidak bisa dijadikan

hujjah. Dia akan menceritakan hadits kepada siapa yang dikehendakinya.”

| 80 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Ibnu Kharrasy berkata, “Kitab-kitabnya terbakar, maka siapa saja yang datang kepadanya dengan

membawa hadits, dia akan meriwayatkannya. Sampai-sampai jika seseorang yang memalsukan

hadits datang kepadanya, dia akan meriwayatkannya.”

Al-Khathib berkata, “Karena itu bertambah banyaklah kemungkaran di dalam riwayat-riwayat Ibnu

Luhai’ah lantaran sikap tasahul (bermudah-mudah).”

Al-Jaujazani berkata, “Tidak boleh berhenti pada hadits Ibnu Luhai’ah dan tidak layak

menjadikannya sebagai hujjah. Jangan tertipu oleh riwayatnya.”

Imam Ibnu ‘Adi berkata di dalam kitab al-Kamil, “Sesungguhnya Ibn Luhai’ah memiliki hadits-hadits

mungkar, akan sangat panjang jika kami menyebutkannya.”

ملحوظة ىامة:كما بينا آنفا، « طبقات ا٤بدلسب»البعض قد يغفل عن قوؿ اإلماـ ابن حباف ب أف ابن ٥بيعة من ا٤بدلسب ورمي بالتدليس عن الضعفاء وا٤ببوكب، ونقلو ا٢بافظ ب

عن عبد الغب بن سعيد « التهذيب»نقلو ا٢بافظ ابن حجر ب ، ويغفل أيضا عن بريح ىؤالء األئمة األعبلـ الذي أوردناه آنفا ويتعلق با« التهذيب»ونقلو ب إذا روى العبادلة عن ابن ٥بيعة فهو صحيح ابن ا٤ببارؾ، وابن وىب وا٤بقري ، وذكر الساجي وغبه مثلو»األزدي قاؿ

Catatan Penting:

Sebagian orang lupa akan ucapan al-Imam Ibn Hibban yang mengatakan bahwa Ibn Luhai’ah

termasuk golongan mudallis dan tertuduh sebagai pelaku tadlis dari perawi dha’if dan matruk. Al-

Hafizh Ibn Hajar telah menukilnya di dalam kitab Thabaqat al-Mudallisin sebagaimana telah kami

jelaskan di atas, dan beliau pun telah menukilnya pula di kitab at-Tahdzib. Sebagian orang juga telah

lupa akan tajrih (celaan) para imam ahli hadits yang telah kami sebutkan di atas, dan hanya

bergantung kepada nukilan al-Hafizh Ibn Hajar di kitab at-Tahdzib, dari ‘Abd al-Ghani bin Sa’id al-Azdi

yang mengatakan, “Jika al-‘Abadilah (orang-orang yang bernama ‘Abdullah) meriwayatkan hadits

dari Ibn Luhai’ah, maka haditsnya shahih. (Al-‘Abadillah) yang dimaksud adalah Ibn al-Mubarak, Ibn

Wahb, dan al-Muqri,” dan hal ini disebutkan pula oleh as-Saji dan yang lainnya.

وقلت وحب ىذا القوؿ ال ينطبق على ىذا ا٣برب الذي جاءت بو ىذه القصة الواىية ا٤بنكرة

Dan aku katakan, ucapan tersebut tidak berlaku terhadap riwayat tentang kisah (surat ‘Umar) yang

lemah dan mungkar ini, (dengan alasan):

قري، كما ىو مبب ب أ فالعبادلة ا٤بذكوروف ب ىذا القو ب الذين رووا عن ابن « هتذيب الكماؿ»ؿ ىم عبد ا بن ا٤ببارؾ، وعبد ا بن وىب، وعبدا بن يزيد ا٤ب

٥بيعة

(1) Al-‘Abadilah yang disebutkan dalam ucapan itu adalah ‘Abdullah bin al-Mubarak, ‘Abdullah bin

Wahb, dan ‘Abdullah bin Yazid al-Muqri sebagaimana dijelaskan di dalam kitab Tahdzib al-Kamal

tentang orang-orang yang meriwayatkan dari Ibn Luhai’ah.

حلاف بن صاب وبالرجوع إذل طرؽ القصة من التخريج الذي أوردناه آنفا ٪بد ب الطريق الذي أخرجو ابن عبد ا٢بكم أف الذي روى عن ابن ٥بيعة ىو عثم و٪بد ب الطريق الذي أخرجو ابن قدامة أف الذي روى عن ابن ٥بيعة ىو عبد ا بن صاحل ا٤بصري

(2) Setelah memeriksa jalan-jalan periwayatan dari kisah yang telah kami sebutkan takhrij-nya di

atas, kami dapati pada jalan riwayat yang dikeluarkan oleh Ibn ‘Abd al-Hakim bahwa perawi yang

| 81 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

meriwayatkan kisah itu dari Ibn Luhai’ah adalah ‘Utsman bin Shalih. Sedangkan yang kami dapati

pada jalan riwayat yang dikeluarkan oleh Ibn Qudamah bahwa perawi yang meriwayatkan kisah itu

dari Ibn Luhai’ah adalah ‘Abdullah bin Shalih al-Mishri (bukan termasuk al-‘Abadilah yang dimaksud

–pent).

للدارقطب تربة ، « الضعفاء وا٤ببوكب»ذا يتبب خلو الطريقب من العبادلة الثبلثة ابن ا٤ببارؾ، وابن وىب، وا٤بقري، فالقصة بتطبيق ىذا القوؿ واىية أيضا كما ب حيث إف ابن ٥بيعة مبوؾ إال من رواية ىؤالء الثبلثة عنو

Dengan ini jelaslah bahwa ketiga orang al-‘Abadilah, yakni Ibn al-Mubarak, Ibn Wahb, dan al-Muqri,

sama sekali tidak terdapat di dalam kedua jalan periwayatan (kisah surat ‘Umar) tersebut. Dengan

demikian, penerapan ucapan tersebut terhadap kisah ini merupakan penerapan yang lemah juga

sebagaimana (disebutkan) di dalam kitab adh-Dhu’afa’ wa al-Matrukin susunan al-Imam ad-

Daruquthni yang (menyebutkan), “Sesungguhnya Ibn Luhai’ah itu matruk (ditinggalkan haditsnya)

kecuali dari hadits ketiga al-‘Abadilah yang meriwayatkan darinya.”

العلة األخرى٤با »من طريق ابن ٥بيعة عن قيس بن ا٢بجاج عن من حدثو قاؿ « الرقة»، وابن قدامة ب «فتوح مصر»من التخريج ٪بد أف خرب القصة أخرجو ابن عبد ا٢بكم ب

القصة« فتح عمرو بن العاص مصر جاج تفرد بو ابن ٥بيعة٪بد أف ىذا ا٣برب فيو راو مبهم دل يروه عن ىذا ا٤ببهم اهوؿ إال قيس بن ا٢ب

Cacat (penyakit) yang kedua: dari takhrij yang kami dapati bahwa kisah ini dikeluarkan oleh Ibn ‘Abd

al-Hakim di kitab Futuh Mishri wa Akhbariha (Penaklukkan Mesir dan Kabar-Kabarnya), dan

dikeluarkan juga oleh Ibn Qudamah di kitab ar-Riqqah wa al-Buka’ (Kelembutan dan Tangis), melalui

jalan Ibn Luhai’ah dari Qais bin al-Hajjaj dari seseorang yang mengabarkan kepadanya, “Tatkala

‘Amr bin al-‘Ash memenangi negeri Mesir …,” –hingga akhir kisah seperti telah diceritakan di atas-

Kami dapati bahwa riwayat ini di dalamnya terdapat seorang perawi yang mubham (perawi yang

tidak disebutkan namanya), tidak ada yang meriwayatkan kisah tersebut dari perawi mubham

majhul ini selain Qais bin al-Hajjaj. Ibn Luhai’ah menyendiri dengan riwayat ini.

اىػ« ومبهم ما فيو راو دل يسم»وا٢بديث ا٤ببهم ىو ا٢بديث الذي فيو راو دل يصرح با٠بو قاؿ البيقوين ب منظومتو بهم ما دل يسم ألف شرط قبوؿ ا٣برب عدالة راويو ومن أم ا٠بو ال تعرؼ عينو فكيف تعرؼ عدالتو؟« »شرح النخبة»قاؿ ا٢بافظ ب

اىػ« وال يقبل حديث ا٤ب

Dan hadits mubham adalah hadits yang di dalam sanadnya terdapat perawi yang tidak disebutkan

namanya. Al-Baiquni berkata di Manzhumah-nya, “Dan mubham itu apa yang di dalamnya terdapat

periwayat tanpa nama.”

Al-Hafizh berkata di kitab Syarh an-Nukhbah, “Tidaklah diterima hadits dari perawi mubham, yaitu

yang tidak disebutkan namanya karena syarat diterimanya riwayat itu adalah keadilan perawi.

Barang siapa disamarkan namanya, takkan dikenali jati dirinya. Lantas bagaimana mungkin

diketahui keadilannya?”

حيث قاؿ ا٢بافظ ابن « التقريب»قلت وىذه العلة بعل ىذا ا٣برب مردودا وتزيد القصة وىنا على وىن خاصة وأف قيس بن ا٢بجاج من الطبقة السادسة كما ب »قيس بن ا٢بجاج الكبلعي ا٤بصري من السادسة»حجر

| 82 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

»الصحابةدل يثبت ٥بم لقاء أحد من »وبب ا٢بافظ ب ا٤بقدمة أف الطبقة السادسة فقيس بن ا٢بجاج دل ير عمرو بن العاص، ودل ير عمر بن ا٣بطاب، وروى القصة عنهما عن طريق مبهم دل يسم

Aku katakan, cacat (penyakit) ini menjadikan riwayat ini tertolak sehingga menambah kelemahan

kisah ini secara khusus, dan bahwa Qais bin al-Hajjaj itu termasuk ke dalam thabaqah as-sadisah

(kelompok perawi tingkat keenam) sebagaimana dikatakan oleh al-Hafizh Ibn Hajar dalam at-Taqrib,

“Qais bin al-Hajjaj al-Kala’i al-Mishri termasuk kelompok keenam.”

Dan al-Hafizh telah menjelaskan di dalam al-Muqaddimah bahwa ath-thabaqah as-sadisah itu,

“Tidak ditetapkan bagi mereka pertemuan dengan salah seorang dari kalangan shahabat.”

فالقصة باطلة واىية بالتدليس والطعن ب ابن ٥بيعة ورواية شيخو عن ٦بهوؿ مبهم فهي من منكرات ابن ٥بيعة الب يطوؿ ذكرىاوب مصر إال لنهر النيل وإف تعجب فعجب أف ىذه القصة الواىية دل تقع ألي بلد على النيل إال ٤بصر من ا٤بنبع إذل ا٤بصب. ودل يقع ىذا ا٣برب ألي هنر ب العادل

بالذات ذه القصة الواىية

Oleh karena itu, kisah ini lemah dan batil dengan sebab tadlis dan celaan terhadap Ibn Luhai’ah, juga

terhadap periwayatan gurunya dari perawi majhul mubham. Dan kisah ini termasuk dari riwayat-

riwayat mungkar Ibn Luhai’ah yang sangat panjang pembahasannya.

Dan jika ada sesuatu yang mengherankan, maka yang patut untuk diherankan adalah bahwa

(peristiwa yang terjadi) dalam kisah yang lemah ini tidak menimpa negeri-negeri sungai Nil selain

Mesir, dari mulai mata air (hulu) sampai ke pertemuan dengan laut (hilir). Dan tidak terjadi pula di

sungai-sungai mana pun selain di sungai Nil di Mesir menurut kisah lemah ini.

يعبد إال ا، وىو توحيد ومن حاوؿ تأويل ا٣برب فهو غافل ألف السند تالف واألهنار سخرىا ا لكل من على األرض ليقرر توحيد الربوبية، وأف ذلك مستلـز أف ال األلوىية

فيجعل األوؿ دليبل على الثاين، قاؿ ا تعاذل:

Barang siapa yang mencoba untuk melakukan penakwilan atas kabar –lemah- ini, maka dia

teperdaya dalam kelengahan karena pijakan yang lemah, padahal Allah sajalah yang menundukkan

sungai-sungai itu untuk semua penduduk bumi agar mengakui tauhid rububiyyah, dan bahwasanya

dari pengakuan terhadap tauhid rububiyyah itu kemudian mengharuskan untuk tidak beribadah

kepada selain Allah, dan itulah tauhid uluhiyyah. Dengan demikian, jadilah perkara pertama (tauhid

rubbubiyyah) sebagai dalil atas perkara kedua (tauhid uluhiyyah). Allah ta’ala berfirman:

أإلو مع اللو بل أكثػرىم ال يػعلموف.أمن جعل األرض قػرارا وجعل خبل٥با أنػهارا وجعل ٥با رواسي وجعل بػب البحرين حاجزا

“Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-

sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengukuhkan)nya dan

menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah di samping Allah ada ilah (sesembahan) yang

lain? Bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui.” (QS. An Naml : 61)

ىذا ما وفقب ا إليو، وىو وحده من وراء القصد

| 83 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Inilah yang –semoga- Allah memberikan taufik kepadaku terhadap tulisan ini, dan Dia-lah satu-satu-

Nya yang menjadi tujuan …

----------------------------------------------------

Tambahan:

حل ا٤بنجد عن ىذه القصة واىية:قاؿ الشيخ ٧بمد صا

Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid berkata tentang kisah yang lemah ini:

( وابن /( والبللكائي ب شرح اعتقاد أىل السنة )وىكذا رواه ابن عبد ا٢بكم ب فتوح مصر )ص(. ۰-/۷” )البداية والنهاية“انتهى من … ( من طريق ابن ٥بيعة بو.۲/( وأبو الشيخ ب العظمة )/دمشق ) عساكر ب تاريخ

… hingga akhir kisah di dalam kitab al-Bidayah wa an-Nihayah (7/114-115), dan demikian juga

diriwayatkan oleh Ibn ‘Abd al-Hakim di kitab Futuh Mishri (halaman 165), al-Lalika-i di kitab Syarh

I’tiqad Ahl as-Sunnah (6/463), Ibn ‘Asakir di kitab Tarikh Dimasyq (44/336), dan Abu asy-Syaikh di

kitab al-‘Uzhmah (4/1424), dari jalan periwayatan Ibn Luhai’ah.

عة بن عقبة ، ضعيف كاف قد اختلط ، وىو مع ذلك مدلس ، راجع وىذا إسناد ضعيف ال يصح ، وال يثبت بثلو ىذا ا٣برب ، وابن ٥بيعة ، وا٠بو عبد ا بن ٥بي (.۸-۷/۲(، ميزاف االعتداؿ )-۲۷/التهذيب )“

Sanad riwayat ini lemah, tidak shahih sehingga kabar di dalamnya tidak bisa ditetapkan dengan

sanad seperti ini. Ibn Luhai’ah, namanya adalah ‘Abdullah bin Luhai’ah bin ‘Uqbah, perawi lemah

yang hafalannya kacau (campur aduk). Selain itu, dia juga seorang yang mudallis. Silakan merujuk

kitab at-Tahdzib (5/328-331) dan Mizan al-I’tidal (2/407-484).

وكاف تارة (. ۲۰/حجر ، وىم الذين دل يثبت ٥بم لقاء أحد من الصحابة. انظر: تقريب التهذيب ) وقيس بن ا٢بجاج صدوؽ من الطبقة السادسة عند ا٢بافظ ابن يرويو مرسبل ، وتارة يرويو عمن حدثو ، ومن حدثو ٦بهوؿ ال يعرؼ. فا٣برب ضعيف ال يصح.

Dan Qais bin al-Hajjaj adalah perawi shaduq dari ath-thabaqah as-sadisah menurut al-Hafizh Ibn

Hajar, dan thabaqat tersebut tidak ditetapkan bagi mereka pertemuan dengan salah seorang dari

kalangan shahabat, silakan melihat Taqrib at-Tahdzib (1/25). Terkadang Qais bin al-Hajjaj itu

meriwayatkan secara mursal dan terkadang pula meriwayatkan dari seseorang yang mengabarkan

kepadanya, yakni dari seseorang yang majhul tanpa diketahui jati dirinya sehingga riwayat ini dha’if

tidak memiliki validitas.

Bandung, 16 Desember 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 84 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Kerapuhan Penuturan tentang Kisah Halimah as-

Sa‟diyah ...

Salah satu di antara kisah-kisah lemah yang sering kita dengar atau baca adalah kisah tentang

perjalanan Halimah as-Sa’diyah bersama suami dan para perempuan kabilah Bani Sa’d bin Bakr

menuju Mekah untuk mencari anak-anak susuan. Berikut ini saya nukilkan –juga alihbahasakan-

penjelasan Syaikh ‘Ali Hasyisy al-Mishri –hafizhahullah- di kitab Tahdzir ad-Da’iyah min al-Qishah al-

Wahiyah (1/42-48) mengenai kelemahan kisah tersebut …

MATAN (Redaksi) Kisah

لك وب سنة قاؿ ابن إسحاؽ كانت حليمة بدث: )أهنا خرجت من بلدىا مع زوجها وابن ٥با ترضعو ب نسوة من بب سعد بن بكر، تلتمس الرضعاء، قالت: وذلذي معنا من بكائو من ا١بوع، ما شهباء دل تبق لنا شيئا، قالت: فخرجت على أتاف رل قمراء، معنا شارؼ لنا، وا ما تبض بقطرة، وال نناـ ليلتنا أبع من صبينا ا

فا وعجفا، حب ب ثديي ما يغنيو، وما ب شارفنا ما يغذيو، ولكنا نرجوا الغيث والفرج، فخرجت على أتاين تلك، فلقد أذمت بالركب حب شق ذلك عليهم ضع{ فتأباه، إذا قيل ٥با: إنو يتيم، وذلك أنا إ٭با كنا نرجو ا٤بعروؼ من قدمنا مكة نلتمس الرضعاء، فما منا امرأة إال وقد عرض عليها رسوؿ ا }صلى ا عليو وسلم

االنطبلؽ قلت أيب الصيب، فكنا نقوؿ: يتيم ما عسى أف تصنع أمو وجده؟ فكنا نكرىو لذلك، فما بقيت امرأة قدمت معي إال أخذت رضيعا غبي، فلما أبعناخذ رضيعا وا ألذىنب إذل ذلك اليتيم فآلخذنو، قاؿ ال عليك أف تفعلي عسى ا أف ٯبعل لنا فيو بركة، لصاحيب وا إين ألكره أف أرجع من بب صواحيب ودل آ

ي با شاء من لنب قالت: فذىبت إليو فأخذتو وما بلب على أخذه إال أين دل أجد غبه. فلما أخذتو رجعت بو إذل رحلى فلما وضعتو ب حجري أقبل عليو ثديارب معو أخوه حب روى، ب ناما، وما كنا نناـ معو قبل ذلك، وقاـ زوجي إذل شارفنا تلك، فإذا ىي حافل، فحلب منها ما شرب وشربت فشرب حب روى، وش

حب انتهينا ريا وشبعا، فبتنا بب ليلة.جو ذلك. قالت: ب خرجنا وركبت أنا أتاين، وبلتو قالت: يقوؿ صاحيب حب أصبحنا: تعلمي وا يا حليمة، لقد أخذت نسمة مباركة، قلت: فقلت: وا إين ألر

ه أتانك الب كنت عليها معي، فوا لقطعت بالركب ما يقدر علي شيء من برىم، حب إف صواحيب ليقلن رل: يا ابنة أيب ذؤيب، وبك اربعي علينا، أليست ىذأنا. قالت: ب قدمنا منازلنا من ببلد بب سعد، وال أعلم أرضا من أرض ا أجدب منها، خرجت عليها، فأقوؿ ٥بن: بلى وا إهنا ٥بي ىي، فيقلن: وا إف ٥با ش

قومنا يقولوف فكانت غنمى تروح علي حب قدمنا بو معنا شباعا لبنا، فنحلب ونشرب، وما بلب إنساف قطرة لنب، وال ٯبدىا ب ضرع، حب كاف ا٢باضروف مني بنت أيب ذؤيب، فبوح أغناىم جياعا ما تبض بقطرة لنب، وتروح غنمي شباعا لبنا، فلم نزؿ نتعرؼ من ا الزيادة وا٣بب لرعياهنم، ويلكم اسرحوا حيث يسرح راع

| 85 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

لى مكثو فينا، ٤با حب مضت سنتاف وفصلتو، وكاف يشب شبابا ال يشبو الغلماف، فلم يبلغ سنتيو حب كاف غبلما جفرا. قالت: فقدمنا بو على أمو، و٫بن أحرص ع كنا نرى من بركتو، فكلمنا أمو، وقلت ٥با: لو تركت ابب عندي حب يغلظ، فإين أخشى عليو وباء مكة. قالت: فلم نزؿ ا حب ردتو معنا(

Ibn Ishaq mengatakan:

Halimah mengisahkan bahwa dirinya pergi dari kampung halamannya bersama suami dan anaknya

yang masih menyusu, juga para perempuan Bani Sa’d bin Bakr untuk mencari anak-anak yang bisa

mereka susui (anak susuan).

Halimah mengatakan:

Itu terjadi pada tahun paceklik yang tak memberikan apa pun kepada kami. Aku berangkat dengan

mengendarai keledai betina berwarna putih kehijau-hijauan. Kami juga membawa unta betina tua

yang –demi Allah- sudah tak banyak mengeluarkan susu. Kami melewati malam tanpa bisa tidur

karena tangis lapar anak kami, sementara payudaraku sudah tak mengeluarkan susu yang

mencukupi baginya (karena kurang asupan makanan –pent), begitu juga dengan (susu) dari unta

betina tua kami. (Dalam kondisi seperti itu), kami mengharapkan hujan dan (air) lembah. Aku

melanjutkan perjalanan mengendarai keledai betinaku yang telah begitu lemah dan kurus sehingga

menghambat dan menyusahkan kabilah sampai akhirnya kami sampai di Mekah dan mencari anak-

anak susuan.

Tak ada seorang pun perempuan dari kabilah kami yang menerima Muhammad –shallallahu ‘alaihi

wa sallam- sebagai anak susuan saat dikatakan, “Dia ini anak yatim.” Hal itu dikarenakan kami

memang mengharapkan imbalan dari ayah si anak. Kami berpikir, “Apa yang bisa diperbuat oleh ibu

dan kakek dari seorang anak yatim (untuk membayar kami)?” Karena itulah kami enggan untuk

menerima Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Hanya tinggal aku saja yang belum mendapatkan anak susuan di antara semua perempuan yang

datang bersamaku. Tatkala kami akan kembali ke kampung halaman, aku lantas berkata kepada

suamiku, “Demi Allah, aku enggan pulang bersama rombongan tanpa mendapatkan anak susuan.

Demi Allah, aku benar-benar akan kembali ke tempat anak yatim itu dan benar-benar akan

mengambilnya sebagai anak susuan!” Suamiku pun berkata, “Tiada halangan untuk kau lakukan,

semoga Allah menjadikan pada dirinya keberkahan bagi kita.”

Aku pun kembali kepada (keluarga) Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan mengambilnya

sebagai anak susuan. Tidak ada yang mendorongku untuk membawanya kecuali karena aku tak

mendapatkan anak lain.

Setelah mendapatkannya, aku pun membawa anak susuku menaiki tungganganku dan memberikan

payudaraku yang ternyata penuh dengan susu kepadanya. Dia pun menyusu sampai puas kemudian

tidur. Demikian juga dengan saudara sepersusuannya (anakku), padahal sebelumnya kami tak

pernah bisa tidur karena (anakku) selalu menangis. Sementara itu, suamiku beranjak menuju unta

betina tua kami, dan ternyata ambing susunya padat berisi. Suamiku pun memerahnya hingga aku

minum susu bersamanya sampai puas dan kenyang lalu menghabiskan malam dengan indah.

Ketika hari telah mendusin, suamiku berkata, “Demi Allah aku tahu, wahai Halimah! Sungguh kamu

telah mengambil jiwa yang penuh berkah.” Aku lantas berkata, “Demi Allah, itulah yang

kuharapkan.”

| 86 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Kemudian kami melanjutkan perjalanan. Aku menunggangi lagi keledai betinaku dengan membawa

anak susuanku. Maka demi Allah, keledai betinaku berlari begitu cepat mengalahkan keledai-keledai

mereka, sampai-sampai kawan-kawanku berkata kepadaku, “Celaka kamu, Wahai putri Abu Dzu’aib!

Berhenti dan tunggulah kami! Apakah keledai betinamu ini bukan keledai betina yang kau kendarai

saat kau pergi?” Maka aku pun menjawab, “Bahkan, demi Allah, ini keledai betinaku yang kemarin!”

Mereka berkata lagi, “Demi Allah, pasti ada sesuatu yang terjadi dengannya!” Kemudian kami pun

tiba di kampung halaman kami, Kabilah Bani Sa’d.

Aku tak mengetahui negeri mana di bumi Allah yang lebih gersang dari perkampungan Bani Sa’d,

namun kambingku selalu pulang (dari tempat penggembalaan) di sore hari dalam keadaan penuh

dengan susu sehingga kami pun memerah dan meminumnya. Berbeda dengan kaumku, mereka tak

mendapatkan setetes pun susu dari ambing kambing yang mereka perah. (Mengetahui hal itu),

orang-orang dari kabilah kami pun berkata kepada para penggembala kambing, “Celaka kalian!

Gembalakanlah kambing-kambing kami di tempat penggembala kambing putri Abu Dzu’aib

menggembalakan kambingnya!” Akan tetapi, tetap saja kambing-kambing mereka pulang dalam

keadaan lapar dan tak mengeluarkan setetes susu pun, sementara kambingku pulang dalam keadaan

penuh dengan susu. Terus-menerus kami memperoleh rezeki dari Allah ini selama dua tahun hingga

tiba waktu penyapihan bagi anak susuku, dan dia mengalami pertumbuhan melebihi pertumbuhan

anak-anak lainnya, dan tidaklah dia mencapai usia itu melainkan sebagai seorang anak yang kuat.

Kami mengembalikan anak susuan kami itu kepada ibunya, sementara kami sangat ingin agar dia

tetap tinggal bersama kami setelah kami melihat keberkahan pada dirinya. Kami pun berbincang

dengan ibunya dan kukatakan kepadanya, “Seandainya kau biarkan dia tinggal bersamaku hingga

besar, karena aku sungguh khawatir iklim kota Mekah tidak cocok baginya.” Tak henti-hentinya

kami meminta (kepada ibunya) hingga akhirnya dia mengizinkan anaknya dibawa lagi oleh kami.

TAKHRIJ (Sumber Pemberitaan kisah)

( ح -/(، وأبو نعيم ب دالئل النبوة )( ح )/(، والطرباين ب الكبب )( ح )/قصة أخرج حديثها: أبو يعلى ب مسنده )الاطب ( كلهم من طريق ابن إسحاؽ قاؿ: حدثب جهم بن أىب جهم موذل ا٢باريث بن ح۲/موارد(، وابن ىشاـ ب السبة )-۹(، وابن حباف ح )۹)

لم الب أرضعتو ا١بمحى، عن عبد ا بن جعفر بن أىب طالب، أو عمن حدثو عنو، قاؿ: )كانت حليمة بنت أىب ذؤيب السعدية أـ رسوؿ ا صلى ا عليو وس القصة…( بدث أهنا خرجت من بلدىا مع زودىا

Kisah di atas dikeluarkan oleh Abu Ya’la di kitab Musnad (13/93; nomor hadits 8163), ath-Thabarani

di kitab al-Kabir (24/213; nomor hadits 545), Abu Nu’aim di kitab Dala-il an-Nubuwwah (1/193-196;

nomor hadits 93), Ibn Hibban di kitab Mawarid (293), dan Ibn Hisyam di kitab Sirah (1/211); semua

dari jalan Ibn Ishaq, dia mengatakan: telah mengabarkan kepadaku Jahm bin Abu Jahm maula al-

Harits bin Hatib al-Jamhi, dari ‘Abdullah bin Ja’far bin Abu Thalib atau dari seseorang yang memberi

kabar dari ‘Abdullah bin Ja’far bin Abu Thalib, dia berkata, “Halimah binti Abu Dzu’aib as-Sa’diyah,

ibu susu Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- mengabarkan bahwa dirinya pergi dari kampung

halamannya bersama suaminya….” –sampai akhir kisah …

| 87 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

ة بنت ايب ذؤيب السعدية وما ظهر عليها من الربكة ( بت عنواف )رضاعو عليو الصبلة والسبلـ من حليم/۲ا٢بديث أورده ابن كثب ب البداية والنهاية )وارث بن حاطب، وآيات النبوة( حيث قاؿ: قاؿ ابن إسحاؽ: حدثب جهم بن أىب جهم موذل المرأة من بب بيم كانت عند ا٢بارث بن حاطب، ويقاؿ لو: موذل ا٢ب

…(ا٢بارث أهنا قالت: قدمت إذل مكة ب نسوة قاؿ: حدثب من ٠بع عبد ا بن جعفر بن أىب طالب، قاؿ: حدثت عن حليمة بنت

Hadits ini juga disebutkan oleh Ibn Katsir di kitab al-Bidayah wa an-Nihayah (2/661) di bawah tajuk

“Penyusuan Beliau –‘alaihish shalatu was salam- kepada Halimah binti Abu Dzu’aib as-Sa’diyah dan

apa yang Tampak bagi Halimah dari Keberkahan dan Tanda-Tanda Kenabian”. Di tempat itu Ibn

Katsir berkata:

Ibn Ishaq mengatakan: telah mengabarkan kepadaku Jahm bin Abu Jahm maula dari salah seorang

perempuan Bani Tamim (dan ada yang mengatakan bahwa dia itu maula al-Harits bin Hathib), bahwa

dia pernah berada di dekat al-Harits bin Hathib, dia berkata: telah mengabarkan kepadaku

seseorang yang mendengar ‘Abdullah bin Ja’far bin Abu Hathib, dia berkata: dikabarkan kepadaku

dari Halimah binti al-Harits, bahwasanya dia berkata, “Aku pergi menuju Mekah bersama para

perempuan ….”

( من طريق ابن إسحاؽ قاؿ: حدثب جهم بن أىب جهم موذل المرأة من بب بيم كانت عند ا٢بارث بن -۲/وا٢بديث أخرجو البيهقي ب دالئل النبوة ) بن جعفر بن أىب طالب، يقوؿ: حدثت عن حليمة بنت ا٢بارث أـ رسوؿ ا صلى حاطب، فكاف يقاؿ: موذل ا٢بارث بن حاطب، قاؿ: حدثب من ٠بع عبد ا

…(ا عليو وسلم الب أرضعتو أهنا قالت: قدمت مكة ب نسوة من بب سعد بن بكر

Hadits ini juga dikeluarkan oleh al-Baihaqi di kitab Dala-il an-Nubuwwah (1/132-133) dari jalan Ibn

Ishaq, dia berkata: telah mengabarkan kepadaku Jahm bin Abu Jahm maula dari salah seorang

perempuan Bani Tamim (dikatakan juga dia itu maula al-Harits bin Hathib), bahwa dia pernah berada

di dekat al-Harits bin Hathib, dia berkata: telah mengabarkan kepadaku seseorang yang mendengar

‘Abdullah bin Ja’far bin Abu Thalib berkata: dikabarkan kepadaku dari Halimah binti al-Harits, ibu

susu Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya dia berkata, “Aku pergi ke Mekah

bersama para perempuan Bani Sa’d bin Bakr ….”

TAHQIQ (Penelitian atas Validitas Hadits)

القصة ليست صحيحة، وفيها علتاف:

Kisah di atas tidak shahih karena mengandung dua cacat (penyakit) di dalamnya:

عن ابن جعفر بن أىب طالب، وعنو ٧بمد ابن (: جهم بن أىب ا١بهم۸/۲/وىو ٦بهوؿ ا٢باؿ. قاؿ الذىىب ب ا٤بيزاف )–األوذل: جهم بن أىب جهم إسحاؽ، ال يعرؼ، لو قصة حليمة السعدية(

(۲۷/۲)-(۷۸/وأقره ابن حجر ب اللساف )

Pertama:

Keberadaan Jahm bin Abu Jahm, dan dia seorang yang majhul al-hal (tertutupi/tidak diketahui

keadaannya).

Adz-Dhahabi berkata di kitab al-Mizan (1/427/1583), “Jahm bin Abu al-Jahm menerima riwayat dari

Ibn Ja’far bin Abu Thalib. Muhammad bin Ishaq mengambil riwayat darinya. Dia tidak dikenal, dan

dia memiliki kisah tentang Halimah as-Sa’diyah.”

| 88 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Ibn Hajar menyetujui ucapan adz-Dzahabi tersebut di kitab al-Lisan (1/178)-(274-2141).

الثانية: فيو انقطاع: بب جهم بن أىب جهم وبب عبد ا بن جعفر بن أىب طالب –أ

وكذلك بب عبد ا بن جعفر و بب حليمة السعدية –ب

Kedua:

Ada inqitha’ (keterputusan) pada sanadnya, yaitu:

(1) Keterputusan antara Jahm bin Abu Jahm dengan ‘Abdullah bin Ja’far bin Abu Thalib.

(2) Demikian juga keterputusan antara ‘Abdullah bin Ja’far dengan Halimah as-Sa’diyah.

FAIDAH PENTING

( باختصار)أ( لقد أورد الدكتور ٧بمد سعيد رمضاف البوطى ىذه القصة ب كتابو فقو السبة ص ) )ب( الرد:

، فقاؿ:(۰-۹ب كتابو دفاع عن ا٢بديث النبوى والسبة ب الرد على جهاالت الدكتور البوطى ب كتاب فقو السبة ص ) -ربو ا–فرد عليو الشيخ األلباين

(1) Doktor Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi telah menyebutkan kisah ini di kitabnya Fiqh as-

Sirah (halaman 49) secara ringkas …

(2) Syaikh al-Albani –rahimahullah- telah menuliskan bantahan terhadap Doktor Muhammad Sa’id

Ramadhan al-Buthi itu di kitab beliau Difa’ ‘an al-Hadits an-Nabawwi wa as-Sirah fi ar-Radd ‘ala

Jahalat ad-Duktur al-Buthi fi Kitab Fiqh as-Sirah (Pembelaan terhadap Hadits Nabawi dan Sejarah

dalam Membantah Kejahilan Doktor al-Buthi di Kitab Fiqh as-Sirah) pada halaman 39-40:

… ارث السعدية إف القصة دل تأت بأسناد تقـو بو ا٢بجة، وأشهر طرقها ما رواه ٧بمد بن إسحاؽ عن جهم بن أىب جهم، عن عبد ا بن جعفر، حليمة بنت ا٢ب وىذا إسناد ضعيف، وفيو علتاف:

وب األخرى تصربو بالتحديث، مع تصريح ا١بهم بأنو دل يسمعو األوذل: اإلضطراب ب إسناده، كما ىو ظاىر، ففي الرواية األوذل عنعنة ابن إسحاؽ بيع رواتو، بالتدليس. وعلى الرواية من عبد ا بن جعفر، وتصريح ىذا بأنو دل يسمعو من حليمة. فعلى الرواية األوذل، فيو انقطاع بب ابن إسحاؽ وا١بهم، ألف األوؿ مشهور

(: وصرح ابن حباف ب صحيحو بالتحديث بب عبد ا وحليمة، فإنو ال ۲/فظ ب اإلصابة حيث قاؿ )األخرى اإلنقطاع ب موضعب منو، ومنو تعلم وىم ا٢باوسلم، فإنو ٤با توب أصل ٥بذا التحديث عند ابن حباف، وال عند غبه ٩بن ذكرنا، ويستبعد جدا أف يدرؾ عبد ا بن جعفر حليمة مرضعة الرسوؿ صلى ا عليو

أعلم، و وسلم كاف عبد ا ابن عشر سنب، وىي وإف دل يذكروا ٥با وفاة فمن ا٤بفروض عادة أهنا توفيت قبل رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم، واالنيب صلى ا علي وسواء كاف الراجح الرواية األوذل أو األخرى فاألسناد منقطع ال ٧بالة.

ا٢باؿ، قاؿ الذىيب ب ا٤بيزاف: ال يعرؼ، لو قصة حليمة السعدية.والعلة األخرى: أف مدارة على جهم بن أىب جهم، وىو ٦بهوؿ

Sesungguhnya kisah ini tidak datang dengan sanad yang bisa dijadikan hujjah, sementara jalan

periwayatannya yang paling terkenal adalah yang diriwayatkan oleh Muhammad bin Ishaq dari Jahm

bin Abu Jahm, dari Halimah binti al-harits al-Asa’diyah … dan sanad ini dha’if (lemah), di dalamnya

terdapat dua cacat (penyakit), yaitu:

Cacat pertama, terdapat idh-thirab (keguncangan) dalam sanadnya, sebagaimana tampak dengan

jelas. Pada riwayat pertama disebutkan ‘an’anah Ibn Ishaq pada keseluruhan riwayat, sementara

pada riwayat yang lain dia menjelaskan tahdits (ucapan: haddatsana/haddatsani) bersama adanya

| 89 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

penjelasan bahwa al-Jahm bin Abu Jahm tidak mendengar (secara langsung) dari ‘Abdullah bin Ja’far,

dan tidak pula ‘Abdullah bin Ja’far itu mendengar (langsung) dari Halimah. Oleh karena itu, riwayat

pertama inqitha’ (terputus) antara Ibn Ishaq dengan al-Jahm karena Ibn Ishaq telah diketahui

melakukan tadlis, sedangkan pada riwayat yang lain terdapat dua keterputusan (yaitu keterputusan

antara Jahm bin Abu Jahm dengan ‘Abdullah bin Jafar dan keterputusan antara ‘Abdullah bin Ja’far

dengan Halimah –pent). Dari sini bisa diketahui bahwa al-Hafizh telah melakukan kesalahan dalam

ucapannya di kitab al-Ishabah (4/266), “Ibn Hibban telah menjelaskan di kitab shahih-nya tentang

adanya tahdits antara ‘Abdullah dan Halimah,” padahal penjelasan tentang tahdits tersebut tidak

dikatakan oleh Ibn Hibban, tidak pula oleh yang lain dari para ulama yang kami sebutkan. Dan

sungguh sangat jauh jarak antara ‘Abdullah bin Ja’far dengan Halimah ibu susu Rasulullah –

shallallahu ‘alaihi wa sallam- karena ketika Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- wafat, ‘Abdullah bin

Ja’far itu baru berusia sepuluh tahun, sedangkan Halimah, meskipun tidak disebutkan kapan

wafatnya, namun besar dugaan dia telah lebih dulu wafat sebelum Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa

sallam. Wallahu a’lamu. Dan yang benar sama saja, baik riwayat pertama maupun yang lainnya,

tiada keraguan tentang kelemahan sanadnya.

Cacat kedua, hadits ini berporos pada Jahm bin Abu al-Jahm, dan dia itu seorang yang majhul al-hal.

Adz-Dzahabi berkata di kitab al-Mizan, Dia tidak dikenal, dan dia memiliki kisah tentang Halimah as-

Sa’diyah.”

JALUR PERIWAYATAN LAIN

قاؿ: أخربنا ٧بمد بن عمر بن واقد األسلمي، أخربنا زكرياء بن بب بن يزيد السعدي عن أبيو قاؿ: )قدـ ( ۲/وللقصة طريق آخر أخرجو ابن سعد ب الطبقات ) فذكر القصة…( مكة عشر نسوة من بب سعد بن بكر يطلنب الرضاع، فأصنب الرضاع كلهن إال حليمة

Jalan periwayatan lain atas kisah di atas dikeluarkan oleh Ibn Sa’d di kitab ath-Thabaqat (1/52). Ibn

Sa’d berkata: telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin ‘Umar bin Waqid al-Aslami, telah

mengabarkan kepada kami Zakariya bin Yahya bin Yazid as-Sa’di dari ayahnya, dia berkata, “Sepuluh

orang perempuan dari kabilah Bani Sa’d bin Bakr pergi ke Mekah untuk mencari anak-anak susuan.

Mereka semua berhasil mendapatkan anak susuan kecuali Halimah ….” –lalu menyebutkan kisahnya

TAHQIQ (Penelitian atas Validitas Jalur Periwayatan Lain)

( حيث قاؿ: )قاؿ ۲۲/۷۹۹/قلت: والقصة من ىذا طريق أيضا واىية، علتها: ٧بمد بن عمر بن واقد األسلمي، موالىم الواقدي، أورده الذىىب ب ا٤بيزاف ) أبد بن حنبل: ىو كذاب، يقلب األحاديث(

وقاؿ ابن معب: ليس بثقة. وقاؿ مرة: ال يكتب حديثو. : مبوؾ. وقاؿ أبو حاب أيضا والنسائى: يضع ا٢بديث.وقاؿ البخارى وأبو حاب

وقاؿ الدارقطب: فيو ضعف. وقاؿ ابن عدى: أحاديثو غب ٧بفوظة، والببلء منو. الواقدي وقاؿ البخارى: سكتوا عنو، ما عندي لو حرؼ. وقاؿ ابن راىوية: ىو عندي ٩بن يضع ا٢بديث. ب ختم تربتو بقولو: واستقر اإلباع على وىن

Aku berkata:

| 90 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Kisah melalui jalur periwayatan ini juga lemah. Sumber cacat (penyakit)nya adalah Muhammad bin

‘Umar bin Waqid al-Aslami al-Waqidi. Imam adz-Dzahabi telah menyebutkan al-Waqidi ini di kitab al-

Mizan (3/262/7993) dengan mengatakan, “Ahmad bin Hanbal mengatakan, dia (al-Waqidi) itu

pendusta, suka membolak-balik hadits.”

Ibn Ma’in berkata, “Tidak bisa dipercaya,” juga mengatakan, “Jangan ditulis haditsnya.”

Imam al-Bukhari dan Abu Hatim mengatakan, “Dia matruk (ditinggalkan haditsnya),” dan Abu Hatim

juga bersama Imam an-Nasai mengatakan, “Dia memalsukan hadits.”

Imam ad-Daruquthni berkata, “Lemah pada dirinya,” sedangkan Ibn ‘Adi mengatakan, “Hadits-

haditsnya tidak terjaga, dan kerusakan berasal darinya.”

Imam al-Bukhari mengatakan, “Mereka diam darinya, dan aku sama sekali tak memiliki huruf

darinya.” Dan Ibn Rahawiyah mengatakan, “Dalam pandanganku, dia itu termasuk pemalsu hadits,”

kemudian Ibn Rahawiyah menutup biografi al-Waqidi dengan ucapan, “Ijma’ menetapkan

kelemahan al-Waqidi.”

( حيث قاؿ:۲/۲۹قلت: وأورده ابن حباف ب اروحب )

Aku katakan, Ibn Hiban telah menyebutkan al-Waqidi di kitab al-Majruhin (2/290) dengan

mengatakan:

ة، مات سنة سبع ومائتب أو بعدىا بقريب ببغداد ٧بمد بن عمر بن واقد الواقدى األسلمى ا٤بدن قاضى بغداد، كنيتو أبو عبد ا، يروى عن مالك وأىل ا٤بدين - ربا سبق إذل يـو الثبلثاء، ألثنب عشرة خلت من رجب، كاف ٩بن بفظ أياـ الناس وسبىم، وكاف يروى عن الثقات ا٤بقلوبات، وعن األثبات ا٤بعضبلت، حب

القلب أنو كاف ا٤بعتمد لذلك، كاف أبد بن حنبل يكذبو

(1) Muhammad bin ‘Umar bin Waqid al-Waqidi al-Aslami al-Madini, seorang Hakim di Bagdad,

dengan nama kun-yah Abu ‘Abdillah. Dia meriwayatkan hadits dari Imam Malik dan ahli Madinah,

wafat pada tahun 207 Hijriyah atau sesudahnya di suatu daerah di dekat Bagdad pada hari Selasa 12

Rajab. Dia termasuk salah seorang penulis sejarah, dan dia mencampurbaurkan riwayat dari orang-

orang tepercaya serta meriwayatkan secara mu’dhal (gugur sanad) dari orang-orang yang jujur,

sampai-sampai tertanam dalam hati bahwa al-Waqidi memang senantiasa melakukan hal seperti itu,

makanya Ahmad bin Hanbal menganggapnya pendusta.

وقاؿ: ٠بعت ٧بمد بن ا٤بنذر، ٠بعت عباس بن ٧بمد، ٠بعت بب بن معب يقوؿ: الواقد ليس بشيء -۲

(2) Dan Ibn Hibban berkata: Aku mendengar Muhammad bin al-Mundzir, aku mendengar ‘Abbas bin

Muhammad, aku mendengar Yahya bin Ma’in mengatakan, “Al-Waqidi itu tidak ada apa-apanya.”

وقاؿ: أخربين ٧بمد بن عبد الربن، ٠بعت أبا غالب ابن بنت معاوية بن عمرو، ٠بعت علي ابن ا٤بديب يقوؿ: الواقدى يضع ا٢بديث باف ب قوؿ بب بن معب وعلي ابن ا٤بديب لتوثيق ما نقلناه من قوؿ اإلماـ الذىىب عنهما ببل سندقلت: وىذا الذي أخرجناه بسنده عن ابن ح

(3) Dan Ibn Hibban berkata: Telah mengabarkan kepadaku Muhammad bin ‘Abdurrahman, aku

mendengar Abu Ghalib ibn binti Mu’awiyah bin ‘Amr, aku mendengar ‘Ali ibn al-Madini mengatakan,

“Al-Waqidi memalsukan hadits.”

Aku katakan, inilah takhrij kami dengan sanadnya dari Ibn Hibban mengenai ucapan Yahya bin Ma’in

dan ‘Ali ibn al-Madini. Dengan demikian semakin kuatlah apa yang telah kami nukil dari ucapan

| 91 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Imam adz-Dzahabi yang disampaikan tanpa sanad tentang pen-dha’if-an al-Waqidi oleh Yahya bin

Ma’in dan ‘Ali ibn al-Madini.

(: ٧بمد بن عمر الواقدي مدين، قاضى بغداد، عن معمر ومالك، سكتوا عنو، تركو أبد وابن ٭بب، مات سنة /۷۸/قلت: وقاؿ البخارى ب التاريخ الكبب ) سبع ومائتب أو بعدىا بقليل

قلت: وىذا توثيق ٤با نقلناه عن اإلماـ الذىىب من قوؿ البخارى ب الواقدى: سكتوا عنو

Aku katakan, al-Bukhari berkata di kitab at-Tarikh al-Kabir (1/178/543): Muhammad bin ‘Umar al-

Waqidi, orang Madinah dan menjadi hakim di Bagdad, dia meriwayatkan dari Ma’mar dan Malik,

mereka diam darinya (para ulama mendiamkannya), sedangkan Ahmad dan Ibn Numair

meninggalkan riwayat al-Waqidi. Dia wafat pada tahun 207 Hijriyah atau setelahnya tidak terlalu

jauh dari tahun itu.

Aku katakan, (nukilan) ini merupakan peneguh atas nukilan yang telah kami kemukakan dari Imam

adz-Dzahabi tentang ucapan al-Bukhari mengenai al-Waqidi, “Mereka diam darinya.”

بت تنبهات حيث قاؿ: البخاري يطلق: فيو ( ۹/وىذا ا٤بصطلح لو معناه، بسبو البعض ىينا، وىو عند أىل الفن عظيم. فقد أورد السيوطي ب التدريب ) ية عنو.نظر، وسكتوا عنو. فيمن تركوا حديثو، ويطلق: منكر ا٢بديث. على من ال بل الروا

Dan istilah tersebut memiliki pengertian tersendiri bagi al-Bukhari -sebagian orang menganggap

remeh hal itu padahal menurut para ulama hadits sangatlah penting. Imam as-Suyuthi telah

menyebutkan di kitab at-Tadrib (1/349) pada bagian tanbihat (peringatan) dengan mengatakan:

ucapan al-Bukhari, “Fihi nazhar (pada dirinya ada pertimbangan),” dan, “Sakatu ‘anhu (mereka diam

darinya),” digunakan untuk perawi yang haditsnya ditinggalkan, sedangkan ucapan al-Bukhari,

“Munkar al-hadits,” digunakan untuk perawi yang tidak boleh diambil riwayatnya.

(، وقاؿ: ٧بمد بن عمر الواقدى مبوؾ ا٢بديثقلت: ولقد أورده اإلماـ النسائي ب الضعفاء وا٤ببوكب برقم )نخبة: مذىب النسائي أف قلت: وىذا توثيق أيضأ ٤با نقلناه عن اإلماـ الذىىب. وىذا ا٤بصطلح لو معناه عند اإلماـ النسائي، حيث قاؿ ا٢بافظ ابن حجر ب شرح ال

ؾ حديث الرجل حب ٯبتمع ا١بميع على تركوال يب

Aku katakan, al-Imam an-Nasa-i telah menyebutkan di kitab adh-Dhu’afa’ wa al-Matrukin pada

nomor (531) dengan mengatakan, “Muhammad bin ‘Umar al-Waqidi matruk al-hadits (haditsnya

ditinggalkan).”

Aku katakan, ini juga merupakan peneguhan atas hal yang telah kami nukil dari al-Imam adz-

Dzahabi, dan istilah ini memiliki pengertian tersendiri bagi al-Imam an-Nasa-i sebagaimana yang

telah dikatakan oleh al-Hafizh Ibn Hajar di kitab Syarh an-Nukhbah, “Imam an-Nasa-i berpendapat

bahwa seorang perawi tidaklah ditinggalkan haditsnya sampai semua ulama sepakat untuk

meninggalkannya.”

KAIDAH PENTING

(: قاؿ الشيخ أبو عمرو: ىذا الطريق ال يصلح للمتابعات وال الشواىد، بل يزيد القضة وىنا على وىن. فقد قاؿ ا٢بافظ ابن كثب ب اختصار علـو ا٢بديث ص )كونو تابعا أو متبوعا، كرواية الكذابب ال يلـز من ورود ا٢بديث من طرؽ متعددة أف يكوف حسنا، ألف الضعف يتفاوت، فمنو ما ال يزوؿ با٤بتابعات، يعب ال يؤثر

وا٤ببوكب

| 92 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Jalur periwayatan ini (jalur al-Waqidi) tidak bisa dijadikan sebagai mutabi’at maupun syawahid,

bahkan malah merupakan tambahan kisah yang sangat lemah. Al-Hafizh Ibn Katsir telah berkata di

kitab Ikhtishar ‘Ulum al-Hadits (halaman 33): Syaikh Abu ‘Amr mengatakan, “Adanya periwayatan

dari beberapa jalur lain tidaklah selalu mengharuskan suatu hadits menjadi hasan. Hal itu

dikarenakan tingkat kelemahan hadits itu berbeda-beda, sebagian di antaranya ada yang tingkat

kelemahannya tidak bisa hilang dengan keberadaan mutabi’at, yakni baik itu hadits tabi’ maupun

hadits matbu’, keduanya sama-sama tidak berpengaruh, sebagaimana halnya riwayat dari para

perawi dusta dan matruk.”

يقوي بعضها قلت: وقد ذكرت ىذه القاعدة حب ال يتقوؿ علينا متقوؿ ٩بن ال دراية لو بتحليل طرؽ القصة، ويقوؿ: إف للقصة متابعات وشواىد جاءت بطرؽ بعضا.

Aku katakan, telah kusebutkan kaidah ini agar orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan tentang

jalur periwayatan kisah ini tidak berbuat kebohongan terhadap kami dengan mengatakan,

“Sesungguhnya kisah ini memiliki mutabi’at dan syawahid dengan jalur-jalur periwayatan yang

saling menguatkan satu sama lain.”

ب كتابو الرد على جهاالت -ربو ا–ابن سعد، ومدارىا على الواقدى، وىو كذاب، وقاؿ الشيخ األلباين )فائدة(: ٩با أوردناه آنفا يتبب أف القصة أخرجها أيضا (: وللقصة عند أىب نعيم طريقاف آخراف، مدارٮبا على الواقدى، وىو كذاب، أحدٮبا عن شيخو موسى بن شيبة وىو لب ا٢بديث، البوطي ب فقو السبة ص )

وىؤالء ٦بهولوف.… لتقريب. واألخرى عن عبد الصمد بن ٧بمد السعدى عن أبيو عن جده قاؿ: حدثب بعض من كاف يرعى غنم حليمة كما قاؿ ا٢بافظ ب ا

(Faidah): apa yang kami kemukakan di atas menjelaskan bahwa kisah tersebut dikeluarkan juga oleh

Ibn Sa’d dengan poros periwayatan al-Waqidi, dan al-Waqidi ini seorang pendusta. Syaikh al-Albani –

rahimahullah- berkata dalam kitabnya ar-Radd ‘ala Jahalat al-Buthi fi Fiqh as-Sirah (40) sebagai

berikut:

… dan di sisi Abu Nu’aim, kisah tersebut memiliki dua jalan periwayatan yang berporos pada al-

Waqidi, dan al-Waqidi itu seorang pendusta. Jalan periwayatan pertama diterima dari gurunya, yaitu

Musa bin Syaibah, dan Musa bin Syaibah itu layyin al-hadits (perawi lunak/lemah) sebagaimana yang

dikatakan oleh al-Hafizh di kitab at-Taqrib. Adapun jalan periwayatan kedua, diterima dari ‘Abd ash-

Shamad bin Muhammad, dari ayahnya, dari kakeknya yang mengatakan, “Telah mengabarkan

kepadaku beberapa orang penggembala kambing Halimah …,” dan mereka itu majhul semua.

ألخرى تزيدىا وىنا على وىن.قلت: ذا يتبب أف القصة واىية، وأف طرقها ا

Aku berkata, “Dengan ini jelaslah bahwa kisah (Halimah as-Sa’diyah) tersebut lemah, dan

bahwasanya jalan-jalan periwayatan lainnya pun hanya menambah kelemahan lainnya.”

Bandung, 22 Desember 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 93 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Tentang Berlutut Seperti Unta yang Menderum ...

Syaikh Abu Ishaq al-Huwaini

Sumber dari sini:

http://www.alheweny.org/aws/play.php?catsmktba=662

kitab Nahyu ash-Shuhbah ‘an an-Nuzul bi ar-Rukbah (27-47)

يدين لصحة األدلة ب اختلف الناس ب ىيئة ا٣برور إذل السجود أىي على اليدين أـ ىي على الركبتب؟ والراجح الصحيح ب ىذا الباب أف النزوؿ إ٭با ىو على ال ذلك ووضوح معناىا. وا٢بجة ب ىذا الباب ىي حديث أيب ىريرة رضي ا تعاذل عنو قاؿ:

Manusia berselisih pendapat mengenai cara turun menuju sujud, apakah dengan meletakkan kedua

tangan terlebih dahulu ataukah dengan kedua lutut terlebih dahulu? Dan yang benar lagi shahih

mengenai hal ini, bahwasanya tata cara turun menuju sujud itu dilakukan dengan meletakkan kedua

tangan terlebih dahulu berdasarkan penunjukkan dalil yang shahih beserta kejelasan maknanya.

Adapun dalil yang dimaksud mengenai hal tersebut, yaitu hadits yang diterima dari Abu Hurairah –

radhiyallahu ‘anhu ta’ala- yang mengatakan sebagai berikut:

”إذا سجد أحدكم فبل يربؾ كما يربؾ البعب وليضع يديو قبل ركبتيو.“قاؿ رسوؿ ا صلى ا عليو وآلو وسلم: ” شرح معاين اآلثار“( والطحاوي ب /والنسائي )( ۹//”)التاريخ الكبب“عوف( والبخاري ب /( وأبو داود )/أخرجو أبد )

( وابن -/( والبيهقي )-/( والدارقطب )-)ص ” االعتبار” ( وكذا أخرجو ا٢بازمي ب-/ ” )ا٤بشكل“(وب /)( من طريق الدراوردي ثنا ٧بمد بن عبد ا بن ا٢بسن عن أيب الزناد عن األعرج -/” )شرح السنة“والبغوي ب ( ۹-/” )الى“حـز ب

ه.عن أيب ىريرة مرفوعا فذكر

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Jika salah seorang dari kalian bersujud,

janganlah dia berlutut seperti unta yang menderum, tetapi hendaklah dia meletakkan kedua

tangannya terlebih dahulu sebelum kedua lututnya.”

| 94 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Hadits tersebut dikeluarkan oleh Ahmad (2/381), Abu Dawud (3/70 –‘Aun al-Ma’bud), al-Bukhari di

kitab at-Tarikh al-Kabir (1/1/139), an-Nasa’i (2/208), dan ath-Thahawi di kitab Syarh Ma’ani al-Atsar

(1/253) dan di kitab al-Musykil (1/65-66). Juga dikeluarkan oleh al-Hazimi di kitab al-I’tibar (halaman

158-159), ad-Daruquthni (1/344-345), al-Baihaqi (2/99-100), Ibn Hazm di kitab al-Muhalla (4/128-

129), dan al-Baghawi di kitab Syarh as-Sunnah (3/134-135), dari jalan ad-Darawardi: telah

mengabarkan kepada kami Muhammad bin ‘Abdullah bin al-Hasan, dari Abu az-Zinad, dari al-A’raj,

dari Abu Hurairah secara marfu’ … -lalu menyebutkan hadits di atas …

زاد ا٤بعاد “( ولكن شيخ اإلسبلـ ابن القيم رضي ا عنو أعلو ب كتابو الفذ /” )اموع“قلت:وإسناده صحيح ال غبار عليو وجود إسناده النووي ب بعدة علل، ىي عند التحقيق ليست كذلك، فأنا أوردىا بلة، ب أكر عليها بالرد تفصيبل وا ا٤بستعاف وعليو التكبلف.“

Aku katakan, sanad hadits tersebut shahih tanpa debu sedikit pun, dan an-Nawawi membaguskan

sanadnya di kitab al-Majmu’ (3/421). Akan tetapi Syaikh al-Islam Ibn al-Qayyim –radhiyallahu ‘anhu-

melemahkannya di kitabnya yang tiada duanya, az-Zad al-Ma’ad, dengan sejumlah kelemahan,

padahal berdasarkan penelitian tidaklah seperti itu. Oleh karena itu, aku menyebutkannya secara

umum kemudian mengulanginya dengan menyertakan bantahan secara terperinci, dan hanya Allah

saja yang dimintai pertolongan, dan hanya kepada-Nya berserah diri.

ALASAN IBN AL-QAYYIM

( ما ملخصو:-/” )هتذيب سنن أيب داود“( وب -/” )الزاد“قاؿ شيخ اإلسبلـ ابن القيم ب

Syaikh al-Islam Ibn al-Qayyim berkata di kitab az-Zad al-Ma’ad (1/57-58), juga di kitab Tahdzib Sunan

Abi Dawud (3/73-75) yang kesimpulannya sebagai berikut:

وقاؿ ب حديث أيب ىريرة: ” حسن غريب“: حديث وائل بن حجر رضي ا عنو أثبت من حديث أيب ىريرة كما قاؿ ذلك ا٣بطايب. وقد قاؿ فيو البمذي: أوال ودل يذكر فيو حسنا.” غريب“

Pertama: hadits Wa-il bin Hujr –radhiyallahu ‘anhu- lebih kukuh dari hadits Abu Hurairah

sebagaimana yang dikatakan oleh al-Khaththabi. Imam at-Tirmidzi sendiri mengatakan (tentang

hadits Wa-il bin Hujr), “Hasan gharib,” sementara terhadap hadits Abu Hurairah, dia mengatakan,

“Gharib,” tanpa menyebutkan ungkapan, “Hasan.”

فإف أولو ٱبالف آخره. قاؿ: وقد رواه كذلك أبو بكر ابن أيب شيبة ” وليضع ركبتيو قبل يديو“ل متنو انقلب على بعض الرواة ولعل صوابو: ثانيا: حديث أيب ىريرة لعبتيو قبل يديو إذا سجد أحدكم فليبدأ برك”فقاؿ: حدثنا ٧بمد بن فضيل عن عبد ا بن سعيد عن جده عن أيب ىريرة عن النيب صلى ا عليو وآلو وسلم أنو قاؿ:

عن أيب بكر كذلك. وقد روى عن أيب ىريرة عن النيب صلى ا عليو وسلم ما يصدؽ ذلك ويوافق حديث وائل بن ” سننو“رواه األثـر ب ”. وال يربؾ كربوؾ الفحل صلى ا عليو وآلو وسلم أنو كاف إذا سجد حجر. قاؿ أيب داود: حدثنا يوسف بن عدى حدثنا ابن فضيل عن عبد ا بن سعيد عن جده عن أيب ىريرة عن النيب

بدأ بركبتيو قبل يديو.

Kedua: hadits Abu Hurairah, kemungkinan telah mengalami inqilab (keterbalikan) matan (redaksi)

oleh sebagian perawi. Kemungkinan redaksi yang benar –seharusnya- adalah, “tetapi hendaklah dia

meletakkan kedua lututnya terlebih dahulu sebelum kedua tangannya,” hal itu dikarenakan bagian

awalnya menempati bagian akhirnya (redaksinya terbalik -pent).

| 95 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Abu Bakr bin Abu Syaibah sendiri telah meriwayatkan redaksi yang seperti itu dengan mengatakan:

(haddatsana) Muhammad bin Fudhail, (‘an) ‘Abdullah bin Sa’id, (‘an) kakeknya, (‘an) Abu Hurairah,

(‘an) Nabi –shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam- bahwasanya beliau bersabda, “Jika salah seorang

dari kalian bersujud, maka mulailah dengan kedua lututnya sebelum kedua tangannya, dan

janganlah dia berlutut seperti hewan jantan yang menderum.”

Al-Atsram juga meriwayatkan dari Abu Bakr di kitab Sunan seperti itu, bahkan telah diriwayatkan

pula dari Abu Hurairah dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- riwayat yang membenarkan hal itu

sekaligus bersesuaian dengan hadits dari Wa-il bin Hujr.

Abu Dawud mengatakan: (haddatsana) Yusuf bin ‘Adi, (haddatsana) Ibn Fudhail, (‘an) ‘Abdullah bin

Sa’id, (‘an) kakeknya, (‘an) Abu Hurairah, (‘an) Nabi –shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam:

bahwasanya apabila beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersujud, beliau memulai dengan kedua

lututnya sebelum kedua tangannya.

كنا نضع اليدين ”قاؿ:” صحيحو“ٲبة ب ثالثا: إف كاف حديث أيب ىريرة ٧بفوظا فهو منسوخ بديث مصعب بن سعد بن أيب وقاص عن أبيو، والذي رواه ابن خز ”قبل الركبتب فأمرنا بوضع الركبتب قبل اليدين.

Ketiga: kalaupun (redaksi) hadits Abu Hurairah itu terpelihara (benar redaksinya), maka dia telah

mansukh (dihapuskan) oleh hadits Mush’ab bin Sa’d bin Abu Waqqash, dari ayahnya -yang

diriwayatkan oleh Ibn Khuzaimah di kitab Shahih-nya, dia berkata, “Kami dulu biasa meletakkan

kedua tangan sebelum kedua lutut, lalu kami diperintahkan untuk lebih dulu meletakkan kedua lutut

sebelum kedua tangan.”

كما ” وليضع يديو على ركبتيو”ومنهم من يقوؿ بالعكس. ومنهم من يقوؿ:” وليضع يديو قبل ركبتيو”ا٤بب. فإف منهم من يقوؿ: رابعا: حديث أيب ىريرة مضطرب رواه البيهقي.

Keempat: redaksi hadits Abu Hurairah itu idh-thirab (kacau/guncang), karena sebagian di antara

hadits-hadits itu ada yang mengatakan, “Tetapi hendaklah dia meletakkan kedua tangannya terlebih

dahulu sebelum kedua lututnya,” sebagian lagi mengatakan hal yang sebaliknya (yakni: kedua lutut

terlebih dahulu sebelum kedua tangan –pent), bahkan sebagian lainnya mengatakan, “Tetapi

hendaklah meletakkan kedua tangan pada kedua lututnya.”

وقاؿ ” ٧بمد بن عبد ا بن ا٢بسن ال يتابع عليو، وال أدري أ٠بع من أيب الزناد أـ ال؟“خامسا: أف رواة حديث أيب ىريرة قد تكلموا فيهم. قاؿ البخاري: ي.وأعلو الدارقطب أيضا بتفرد أصبغ بن الفرج عن الدروارد” تفرد بو الدرواردي عن ٧بمد بن عبد ا ا٤بذكور.“الدارقطب:

Kelima: para ulama memperbincangkan riwayat Abu Hurairah tersebut. Imam al-Bukhari berkata,

“Muhammad bin ‘Abdullah bin al-Hasan tidak ada muttabi’ atasnya, dan aku tak mengetahui

apakah dia mendengar dari Abu az-Zinad ataukah tidak.” Imam ad-Daruquthni berkata, “Ad-

Darawardi menyendiri dengan riwayat yang tersebut itu dari Muhammad bin ‘Abdullah,” dan ad-

Daruquthni juga melemahkan hadits itu dengan alasan tafarrud (kesendirian) Ashbagh bin al-Faraj

dari ad-Darawardi.

| 96 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

ىد، أما حديث أيب ىريرة فليس لو شاىد!سادسا: أف ٢بديث وائل بن حجر شوا

Keenam: bahwa hadits Wa-il bin Hujr memiliki syawahid (hadits-hadits lain yang mendukung),

sedangkan hadits Abu Hurairah tak memiliki syahid.

بة فإ٭با ىو على سبيل التغليب! وأف القوؿ بأف ركبة البعب ب يده ال يعرفو أىل اللغة.سابعا:أف ركبة البعب ليست ب يده وإف أطلقوا على اللتب ب اليدين اسم الرك

Ketujuh: bahwa lutut unta bukanlah berada pada tangannya, dan kalaupun mereka (orang-orang)

mengatakan bahwa lutut (unta) itu berada pada tangannya, maka hal itu hanyalah penyebutan

secara sabil at-taghlib (menurut yang berlaku umum di masyarakat), padahal –sebenarnya- ucapan

bahwa lutut unta itu berada pada tangannya tidaklah dikenal oleh para ahli bahasa.

BANTAHAN TERHADAP IBN AL-QAYYIM

ا أشرت ػ قبل ػ مطاعن ال تثبت على النقد. وا١بواب عليها من وجوه مراعيا البتيب.قلت : ىذه كانت بلة ا٤بطاعن وىي كم

Aku (Syaikh Abu Ishaq al-Huwainy) katakan, (kesimpulan Ibn al-Qayyim) ini merupakan sejumlah

kritik terhadap hadits (Abu Hurairah), dan semua itu, sebagaimana yang telah kuisyaratkan

sebelumnya, merupakan kritikan yang tidak ditetapkan berdasarkan penelitian. Ada pun

bantahannya adalah sebagai berikut berdasarkan tertib urutannya:

( /( والدرامي )/جة )( وابن ما-/ عوف( والنسائي ) -/األوؿ: أف حديث وائل بن حجر حديث ضعيف. فأخرجو أبو داود)شرح “( والبغوي ب ۹/( والبيهقي )( وابن حباف )/” )ا٤بستدرؾ“( وا٢باكم ب /( والدارقطب)/” )شرح ا٤بعاين“والطحاوي ب

ائل بن حجر رضي ا تعاذل عنو قاؿ: ( من طريق شريك النخعي عن عاصم بن كليب عن أبيو عن و -)ص ” االعتبار” ( وا٢بازمي ب/” )السنةىذا حديث حسن غريب. ال نعرؼ “قاؿ البمذي: ” رأيت رسوؿ ا صلى ا عليو وآلو وسلم إذا سجد يضع ركبتيو قبل يديو وإذا هنض رفع يديو قبل ركبتيو.“

تفرد بو يزيد بن ىاروف عن شريك ودل بدث بو عن “ارقطب: وكذا ا٢بازمي. وقاؿ الد” حديث حسن“وتبعو البغوي فقاؿ: “أحدا رواه مثل ىذا عن شريك. ىذا حديث يعد ب أفراد شريك “وقاؿ أيضا: ” إسناده ضعيف.(: “/وقاؿ البيهقي )” عاصم بن كليب غب شريك.وشريك ليس بالقوي فيما تفرد بو.

” عارضة األحوذي“من ا٢بفاظ ا٤بتقدمب ربهم ا تعاذل. وقاؿ ابن العريب ب وىكذا ذكره البخاري وغبه ” القاضي وإ٭با تابعو ٮباـ من ىذا الوجو مرسبل. ”حديث غريب.(: “۹-/)

Bantahan Pertama:

Justru hadits Wa-il bin Hujr itu merupakan hadits yang dha’if, dikeluarkan oleh Abu Dawud (3/68-74

–‘Aun al-Ma’bud), an-Nasa’i (2/206-207), Ibn Majah (1/287), ad-Darami (1/245), ath-Thahawi di

kitab Syarh al-Ma’ani (1/255), ad-Daruquthni (1/345), al-Hakim di kitab al-Mustadrak (1/226), Ibn

Hibban (487), al-Baihaqi (2/98), al-Baghawi di kitab Syarh as-Sunnah (3/113), al-Hazimi di kitab al-

I’tibar (halaman 160-161), dari jalan Syarik an-Nakha’i, dari ‘Ashim bin Kulaib, dari ayahnya, dari Wa-

il bin Hujr –radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Aku melihat Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa alihi wa

sallam- apabila bersujud meletakkan kedua lututnya sebelum kedua tangannya, dan apabila bangkit

mengangkat kedua tangannya sebelum kedua lututnya.”

Imam at-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan gharib, kami tak mengetahui seorang pun yang

meriwayatkan seperti ini dari Syarik,” dan al-Baghawi mengikuti at-Tirmidzi dengan mengatakan,

“Hadits hasan,” demikian juga al-Hazimi.

| 97 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Imam ad-Daruquthni berkata, “Telah menyendiri dengan hadits ini Yazid bin Harun dari Syarik, dan

tidak ada yang meriwayatkan hadits ini dari ‘Ashim bin Kulaib selain Syarik, sedangkan Syarik itu

bukan perawi yang kuat jika tafarrud (menyendiri).”

Imam al-Baihaqi (2/101) berkata, “Sanadnya dha’if,” dan dia juga mengatakan, “Hadits ini termasuk

hadits yang diriwayatkan secara menyendiri oleh Syarik al-Qadhi, dan hanya diikuti oleh Hammam

dari jalan ini secara mursal,” dan demikian pulalah yang disebutkan oleh al-Bukhari dan yang lainnya

dari kalangan huffazh terdahulu –rahimahumullah ta’ala, dan Ibn al-‘Arabi berkata di kitab ‘Aridhah

al-Ahwadzi (2/68-69), “Hadits gharib.”

ناده كما يأب بيانو إف قلت: وىذا القوؿ منهم ىو الذي تطمئن إليو نفس ا٤برء ا٤بنصف. فإنو ال يعلم بتة لشريك متابع عليو إال ٮباـ. ومع ذلك فقد خالفو ب إس” أخطأ شريك ب أربعمائة حديث: “شاء ا. وشريك كاف سبء ا٢بفظ. وسبء ا٢بفظ ال بتج بو إذا انفرد ، فكيف إذا خالف! قاؿ إبراىيم بن سعد ا١بوىري

” صحيح على شرط مسلم“غب حسن. وأشد منو قوؿ ا٢باكم ” حديث حسن“وضعفو بب بن سعيد جدا.وعليو فقوؿ البمذي: ” ليس بالقوي“وقاؿ النسائي: ب كأنو ذىل عنو. ” ا٤بيزاف” صرح بذلك الذىيب نفسو ب وإف وافقو الذىيب! فشريك إ٭با أخرج لو مسلم متابعة ودل ٱبرج لو احتجاجا. فأن يكوف على شرطو؟ وقد

فسبحاف من ال يسهو.

Aku katakan, inilah ucapan para ulama yang membuat jiwa orang yang bersikap adil (objektif)

berkecenderungan kepadanya (merasa tenteram) dikarenakan tak diketahui sama sekali adanya

mutabi’ bagi Syarik selain Hammam. Selain itu, sanad Hammam pun berlainan dengan Syarik

sebagaimana akan datang penjelasannya, insya Allah. Dan Syarik itu memiliki hafalan yang buruk,

sedangkan perawi dengan hafalan yang buruk tidak bisa dijadikan sebagai hujjah jika infirad

(bersendirian), lebih-lebih jika sanadnya pun berlainan.

Ibrahim bin Sa’d al-Jauhari berkata, “Syarik melakukan kesalahan di sebanyak empat ratus hadits.”

Imam an-Nasa’i berkata, “Bukan perawi yang kuat.” Yahya bin Sa’id menganggap Syarik perawi yang

sangat lemah. Dengan demikian, ucapan at-Tirmidzi, “Hadits hasan,” kenyataannya tidaklah hasan.

Ucapan yang paling berat adalah ucapan al-Hakim yang mengatakan, “Shahih menurut syarat

Muslim.” Dan meskipun adz-Dzahabi menyetujui ucapan al-Hakim itu, maka –sebagai jawabannya-

Syarik dikeluarkan (dipakai riwayatnya) oleh Muslim hanyalah sebagai mutabi’ dan bukan digunakan

sebagai hujjah. Dengan demikian, di mana letak ketepatannya dengan syarat Muslim? Padahal Imam

adz-Dzahabi sendiri telah pernah menjelaskan hal itu di kitab al-Mizan, namun kemudian seakan-

akan dia lupa akan hal itu, maka Maha Suci Allah yang tidak pernah lupa.

ن كليب عن أبيو مرسبل عنو ثنا شقيق أبو الليث قاؿ: حدثب عاصم ب( ۹۹/عوف( والبيهقي ) ۹/” )سننو“أما ٨بالفة ٮباـ لشريك فأخرجها أبو داود ب ”وقد خالف شقيق شريكا القاضي أرسلو.” قاؿ عفاف: ىذا ا٢بديث غريب“بنحوه.قاؿ البيهقي:

وأخرجو أبو داود ” ٦بهوؿ.“فقاؿ: ” التقريب“وأقره ا٢بافظ ب ” شقيق بن عاصم بن كليب وعنو ٮباـ ال يعرؼ“قلت: ولكن شقيق ىذا ٦بهوؿ. قاؿ الذىيب: ع من أبيو. ق ٮباـ ثنا ٧بمد بن جحادة عن عبد ا١ببار ابن وائل عن أبيو عن النيب صلى ا عليو وآلو وسلم. ولكنو حديث واه. فعبد ا١ببار دل يسموالبيهقي من طري

فتبب ٩با قد ”فوظ.وا٤برسل ىو ا(: “)ص” االعتبار“(. ودل يعترب ا٢بافظ ا٢بازمي ىذه الطريق شيئا فقاؿ ب /” )التلخيص“كما قاؿ ا٢بافظ ب ذكرتو أف حديث وائل ضعيف بعلتب:

األوذل: ضعف شريك. ٨بالفة ٮباـ لو. وا أعلم. الثانية:

| 98 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Adapun penyelisihan sanad Hammam terhadap Syarik telah dikeluarkan oleh Abu Dawud di kitab

Sunan (3/69 –‘Aun al-Ma’bud), al-Baihaqi (2/99), dari Hammam: mengabarkan kepada kami Syaqiq

Abu al-Laits, dia berkata: telah mengabarkan kepadaku ‘Ashim bin Kulaib dari ayahnya –secara

mursal dengan riwayat seperti itu. Imam al-Baihaqi mengatakan, (bahwa) ‘Affan berkata, “Ini hadits

gharib,” dan Syaqiq telah menyelisihi sanad Syarik al-Qadhi dan me-mursal-kannya (yakni: tidak

menyebutkan Wa-il bin Hujr –pent).

Aku katakan, Syaqiq ini seorang yang majhul. Imam adz-Dzahabi berkata, “Syaqiq bin ‘Ashim bin

Kulaib, dan darinya Hammam meriwayatkan, tidaklah diketahui,” dan Ibn Hajar menetapkan pula

hal itu di kitab at-Taqrib dengan mengatakan, “Majhul.”

Abu Dawud dan al-Baihaqi mengeluarkan riwayat tersebut dari jalan Hammam, telah mengabarkan

kepada kami Muhammad bin Juhadah, dari ‘Abd al-Jabbar ibn Wa-il, dari ayahnya (Wa-il bin Hujr),

dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam, akan tetapi ini merupakan hadits yang lemah karena

‘Abd al-Jabbar tidak mendengar dari ayahnya (Wa-il bin Hujr) sebagaimana yang dikatakan oleh al-

Hafizh Ibn Hajar di kitab at-Talkhis (1/245), dan al-Hafizh al-Hazimi pun sama sekali tak

mengindahkan sanad dengan jalur ini, dan dia mengatakan di kitab al-I’tibar (halaman 161), “Yang

benar, hadits ini mursal.”

Dengan demikian, dari yang telah kukemukakan di atas, jelaslah bahwa hadits Wa-il bin Hujr itu

dha’if (lemah) berdasarkan dua cacat (penyakit), yaitu (pertama): kelemahan perawi Syarik, dan

(kedua): sanad Hammam menyelisihi sanad Syarik (yakni: sanad Hammam mursal, sedangkan sanad

Syarik marfu’ –pent), wallahu a’lamu.

وكنت ب باديء أمري أظنها متابعة منو لشريك. ” إسرائيل”: “شريك“للحافظ نور الدين ا٥بيثمي بدؿ ” موارد الظماف إذل زوائد ابن حباف“)تنبيو( وقع ب عن شريك ب إنو ال وجعلت أتعجب ب نفسي كيف خفيت على الدارقطب وغبه حب قالوا: دل يروه عن عاصم إال شريك غب أين قلت ب نفسي لعلها تصحفت

شيخنا األلباين حفظو ا تعاذل فإذا األمر على ما كنت أحسب ” ضعيفة“ٲبكن القطع ب مثل ىذا دوف دليل قوي. وظللت ىكذا حب وصلب ا١بزء الثاين من ناسخ وليس من الطابع، فقد رجعت إذل األصل وىو خطأ من ال” شريك“بدؿ ” إسرائيل“وقع ب ا٤بوارد: (: “۹/ وا٢بمد . قاؿ شيخنا حفظو ا تعاذل )

اىػ”كما ب ا٤بطبوعة عنو فليتنبو” إسرائيل(: “/ا٤بخطوط افوظ ب ا٤بكتبة امودية ب ا٤بدينة ا٤بنورة فرأيتو ب )ؽ

Catatan Penting:

Di kitab Mawarid azh-Zham’an ila Zawa-id Ibn Hibban karya al-Hafizh Nur ad-Din al-Haitsami, tertera

nama Israil pada rangkaian sanad dan bukannya Syarik. Pada mulanya aku menyangka bahwa Israil

itu mutabi’ dari ‘Ashim bagi Syarik. Akan tetapi dugaan itu malah membuatku terheran-heran dan

bertanya-tanya sendiri, (kalau memang benar dugaanku itu), bagaimana bisa hal itu tersembunyi

dari ad-Daruquthni dan ahli hadits lainnya sehingga mereka sama mengatakan, “Tidaklah

meriwayatkan dari ‘Ashim kecuali Syarik.” Selain itu, aku pun berkata-kata dalam hati, jangan-jangan

itu merupakan mushahhaf (kesalahan dikte/eja/tulisan) untuk nama Syarik, namun tidak mungkin

memastikan hal seperti ini tanpa petunjuk yang kuat. Terus-menerus hal itu membayangiku hingga

akhirnya aku sampai pada juz kedua dari kitab Silsilah adh-Dha’ifah karya guru kami, Syaikh al-Albani

–hafizhahullah ta’ala (ini ditulis sebelum Syaikh wafat –pent), dan ternyata perkara tersebut

memang seperti yang kuduga (yakni terjadi mushahhaf penulisan Syarik menjadi Israil -pent). Guru

kami –hafizhahullah ta’ala- berkata (2/329), “Tertera di kitab al-Mawarid penulisan (Israil)

menggantikan nama (Syarik), dan itu merupakan kesalahan dari penyalin naskah, bukan kesalahan

| 99 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

dari percetakan. Aku telah merujuk langsung makhthuthah asli (manuskrip/naskah tulisan tangan)

yang tersimpan di al-Maktabah al-Mahmudiyah, Madinah al-Munawwarah, dan memang kulihat di

sana (1/35) tertulis nama (Israil) sebagaimana yang tertulis dalam naskah tercetak, maka

perhatikanlah.”

اخل” .. وحديث أيب ىريرة لعل متنو انقلب“الوجو الثاين: قاؿ شيخ اإلسبلـ ػ ابن القيم ػ رضي ا عنو: ” مرقاة ا٤بفاتيح“تعاذل ب قلت:أصاب شيخ اإلسبلـ أجرا واحدا. فما قالو أقرب إذل الرجم بالغيب منو إذل التحقيق العلمي. وقد رده الشيخ على القاري ربو ا

اىػ ” وقوؿ ابن القيم أف حديث أيب ىريرة انقلب متنو على راويو فيو نظر إذ لو فتح ىذا الباب دل يبق اعتماد على رواية راو مع كوهنا صحيحة“فقاؿ: (۲/) وصدؽ يربو ا. فلو فتح ىذا الباب لرد الناس كثبا من السنن دو٭با دليل بجة أف راويو أخطأ فيو ولعلو كذا.

Bantahan Kedua:

Syaikh al-Islam Ibn al-Qayyim –radhiyallahu ‘anhu- mengatakan, “Hadits Abu Hurairah,

kemungkinan telah mengalami inqilab (keterbalikan) matan (redaksi) oleh sebagian perawi …” –

sampai akhir ucapannya.

Aku katakan, Syaikh al-Islam Ibn al-Qayyim patut mendapatkan satu pahala (atas ijtihadnya –pent).

Hal yang dikatakannya lebih dekat kepada “berbicara tentang hal yang tak diketahui” daripada

kepada “penelitian ilmiah”. Syaikh ‘Ali al-Qari –rahimahullah ta’ala- telah membantahnya di kitab

Mirqah al-Mafatih (1/552) dengan mengatakan, “Dan ucapan Ibn al-Qayyim yang mengatakan

bahwa redaksi hadits Abu Hurairah mengalami inqilab dari perawi, maka ini harus diteliti lagi. Jika

pintu ini dibuka (dengan cara seperti itu), niscaya takkan tersisa lagi riwayat yang bisa dipegangi

dari rawi yang shahih.”

Benar sekali ucapan Syaikh ‘Ali al-Qari itu, semoga Allah merahmatinya, karena seandainya pintu ini

dibuka (dengan cara demikian), niscaya manusia akan menolak kebanyakan sunnah tanpa dalil

dengan asal berargumentasi, “Riwayatnya salah, dan kemungkinannya demikian.”

واحد. فأخرجو ابن أيب الوجو الثالث: أف األحاديث الب أوردىا معلولة ال تقـو بثلها حجة! فبل يعوؿ على شيء منها عند أئمة النقد. وا٢بديثاف اصلهما حديث طريق ٧بمد بن فضيل عن عبد ا بن سعيد عن جده عن أيب ىريرة مرفوعا فذكره. ( من/۲(والبيهقي )۲/( )ب( وكذا الطحاوي )۲/شيبة )

عامة ما يرويو الضعف “وقاؿ ابن عدي: ”. منكر ا٢بديث مبوؾ ا٢بديث“قلت: وإسناده ساقط! وآفتو عبد ا بن سعيد ىذا فقد كذبو بب القطاف. وقاؿ أبد: إسناده ضعيف.(: “۲/۲۹” )الفتح“والكبلـ فيو طويل الذيل. ولذا قاؿ ا٢بافظ ب ” ديثذاىب ا٢ب“وقاؿ ا٢باكم أبو أبد: ” عليو بب

Bantahan Ketiga:

Bahwa hadits-hadits yang disebutkan oleh Ibn al-Qayyim (pada poin kedua tentang kemungkinan

inqilab), merupakan hadits-hadits ma’lul (cacat/lemah) yang tidak memungkinkan untuk mendirikan

hujjah di atasnya sehingga para imam pun tidak mengindahkan hadits-hadits itu sama sekali. Dan

kedua hadits yang disebutkannya itu sebenarnya berasal dari hadits yang satu. Ibn Abi Syaibah

mengeluarkannya (1/263), demikian juga ath-Thahawi (1/255) dan al-Baihaqi (2/100) dari jalan

Muhammad bin Fudhail, dari ‘Abdullah bin Sa’id, dari kakeknya, dari Abu Hurairah secara marfu’,

kemudian menyebutkan haditsnya.

Aku katakan, sanadnya saqith (tidak berharga/sangat lemah). Penyebabnya adalah ‘Abdullah bin

Sa’id, dan dia telah didustakan oleh Yahya al-Qaththan. Imam Ahmad berkata, “’Abdullah bin Sa’id

| 100 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

munkar al-hadits, matruk al-hadits.” Ibn ‘Adi berkata, “Pada umumnya hadits-hadits yang

diriwayatkannya dha’if secara jelas.” Al-Hakim Abu Ahmad berkata, “Haditsnya tersingkir (tak

berguna/sia-sia).” Dan pembicaraan mengenai hal ini sangatlah panjang, oleh karena itu al-Hafizh

Ibn Hajar berkata di kitab al-Fath (2/291), “Sanadnya dha’if.”

…”إف كاف حديث أيب ىريرة ٧بفوظا فهو منسوخ “الوجو الرابع: قاؿ شيخ اإلسبلـ ابن القيم: ىذا قلت: وىو تعلق متداع!وقد سبقو إليو إبن خزٲبة وا٣بطايب. ولكن ا٢بديث الذي زعموا أنو ناسخ حديث ضعيف. فكيف ينهض لنسخ حديث صحيح؟ و

من طريق إبراىيم بن إ٠باعيل بن بب بن سلمة بن كميل قاؿ ” االعتبار“( وا٢بازمي ب /والبيهقي ) (۹/” )صحيحو“ا٢بديث أخرجو ابن خزٲبة ب حدثب أيب عن أبيو عن سلمة عن مصعب بن سعد بن أيب وقاص عن أبيو. فذكره. ولكن إسناده ضعيف جدا! ولو علتاف بل ثبلثة:

Bantahan Keempat:

Syaikh al-Islam Ibn al-Qayyim mengatakan, “Kalaupun (redaksi) hadits Abu Hurairah itu terpelihara

(benar redaksinya), maka dia telah mansukh (dihapuskan) ….”

Aku katakan, ini merupakan komentar yang ringkih, sungguh Ibn Khuzaimah dan al-Khathabi telah

lebih dulu berkomentar seperti itu. Akan tetapi hadits yang mereka klaim sebagai hadits yang

menghapus adalah hadits yang dha’if, lantas bagaimana bisa hadits yang dha’if menghapuskan

hadits yang shahih? Hadits tersebut dikeluarkan oleh Ibn Khuzaimah di kitab Shahih-nya (1/139), al-

Baihaqi (1/100), dan al-Hazimi di kitab al-I’tibar dari jalan Ibrahim bin Isma’il bin Yahya bin Salamah

bin Kumail, dia berkata: telah mengabarkan kepadaku ayahku dari ayahnya, dari Salamah, dari

Mush’ab bin Sa’d bin Abu Waqqash, dari ayahnya … -lalu menyebutkan haditsnya, akan tetapi

sanadnya sangatlah dha’if karena terdapat dua cacat (penyakit), bahkan tiga cacat, yaitu:

”دل يكن إبراىيم يقيم ا٢بديث.“وكذا قاؿ ابن ٭بب. وقاؿ العقيلي: ” ب روايتو عن أبيو بعض ا٤بناكب“األوذل: إبراىيم بن إ٠باعيل ىذا قاؿ فيو ابن حباف: وقد ادعى ابن خزٲبة النسخ ولو صح : “(۲/۲۹” )الفتح” الثانية : أبوه إ٠باعيل بن بب مبوؾ كما قاؿ األزدى والدارقطب. وقد أ٤بح إذل ذلك ا٢بافظ فقاؿ ب

”حديث النسخ لكاف قاطعا للنزاع. ولكنو من أفراد إبراىيم بن إ٠باعيل بن سلمة بن كميل عن أبيو وٮبا ضعيفاف.أما حديث سعد “ظ ا٢بازمي: وقاؿ ا٢باف”ال يكتب حديثو.“وقاؿ ابن معب: ” منكر ا٢بديث“الثالثة: بب بن سلمة واه. تركو النسائي، وقاؿ أبو حاب وغبه:

” اموع“اىػ. وقاؿ النووي ب ” ففي إسناده مقاؿ ولو كاف ٧بفوظا لدؿ على النسخ غب أف افوظ عن مصعب عن أبيو حديث نسخ التطبيق. وا أعلم كناسخ. وقاؿ شيخنا األلباين ب تعليقو على ورغم ذلك أورده ” الزاد“قلت: وأقره شيخ اإلسبلـ ابن القيم ب ” وال حجة فيو ألنو ضعيف.(: “۲۲/)وىذا يعب قوؿ ا٣بطايب ب دعوى النسخ أبعد ما يكوف عن الصواب من وجهب:األوؿ: أف ىذا إسناد صحيح “بعد قوؿ ا٣بطايب ب النسخ: (۲۸۲/” )ا٤بشكاة“على الفعل عند التعارض .ب وجو ثالث: وىو أف لو شاىدا من فعلو وحديث وائل ضعيف. الثاين: إف ىذا قوؿ وذاؾ فعل والقوؿ مقدـ -يعب حديث أيب ىريرة-

ؿ مالك وعن أبد ٫بوه كما ب صلى ا عليو وآلو وسلم. فاألخذ بفعلو ا٤بوافق لقولو أوذل من األخذ بفعلو ا٤بخالف لو وىذا بب ال ٱبفى إف شاء ا تعاذل. وبو قا اىػ” البن ا١بوزي” التحقيق“

Pertama: Ibrahim bin Isma’il ini telah dikatakan oleh Ibn Hibban, “Di dalam riwayatnya dari ayahnya

terdapat beberapa kemungkaran,” seperti itu pulalah yang dikatakan oleh Ibn Numair. Imam al-

‘Uqaili berkata, “Tidaklah Ibrahim menegakkan hadits.”

Kedua: ayahnya Ibrahim, yaitu Isma’il bin Yahya adalah perawi matruk sebagaimana dikatakan oleh

al-Azdi dan ad-Daruquthni. Imam al-Hafizh Ibn Hajar pun telah menyinggung hal itu di kitab al-Fath

(2/291) dengan mengatakan, “Ibn Khuzaimah telah mengklaim adanya nasakh (penghapusan).

Seandainya saja hadits yang menghapus itu shahih, niscaya akan mengakhiri perselisihan (dalam

| 101 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

perkara ini). Akan tetapi hadits tersebut termasuk hadits-hadits yang Ibrahim bin Isma’il bin Salamah

bin Kumail menyendiri dalam meriwayatkan dari ayahnya, sementara dia dan ayahnya itu sama-

sama dha’if.”

Ketiga: Yahya bin Salamah perawi lemah. Imam an-Nasa’i meninggalkan hadits-hadits yahya bin

Salamah. Abu Hatim dan yang lainnya mengatakan, “Munkar al-hadits.” Ibn Ma’in mengatakan,

“Jangan ditulis haditsnya.” Al-Hafizh al-Hazimi berkata, “Adapun hadits Sa’d, di dalam sanadnya

terdapat pembicaraan (yakni lemah). Kalau saja hadits tersebut shahih, niscaya menjadi dalil atas

adanya penghapusan. Tidaklah terpelihara dari Mush’ab, dari ayahnya, hadits yang menghapus

pelaksanaan tersebut, wallahu a’lamu.” Imam an-Nawawi berkata di kitab al-Majmu’ (3/422), “Tidak

ada hujjah dalam hadits ini karena dha’if.”

Aku katakan, Syaikh al-Islam Ibn al-Qayyim menetapkan hadits (lemah) tersebut di kitab az-Zad al-

Ma’ad seraya memaksakannya sebagai hadits nasikh (yang menghapus). Guru kami, al-Albani,

berkata dalam catatan kakinya terhadap kitab al-Misykah al-Mashabih (1/282), setelah perkataan al-

Khaththabi mengenai nasakh, “Dan ini, yakni ucapan al-Khaththabi yang mengklaim tentang adanya

nasakh, sangatlah jauh dari kebenaran ditinjau dari dua segi, yaitu (1) (karena) bahwasanya sanad

hadits Abu Hurairah itu shahih sedangkan sanad hadits Wa-il bin Hujr dha’if, dan (2) sesungguhnya

(hadits Abu Hurairah) ini merupakan ucapan (sabda berupa perintah) dan (hadits Wa-il bin Hujr) itu

merupakan perbuatan, sementara apabila terjadi ta’arudh (pertentangan) di antara ucapan dan

perbuatan, maka yang didahulukan adalah ucapan. Kemudian ada lagi segi yang ketiga, yaitu

bahwa hadits Abu Hurairah itu memiliki syahid (hadits penguat) berupa perbuatan Nabi –shallallahi

‘alaihi wa alihi wa sallam. Dengan demikian, mengambil perbuatan Nabi yang bersesuaian dengan

ucapan beliau sendiri lebih utama daripada mengambil perbuatan beliau yang bertentangan dengan

ucapan beliau sendiri, dan hal ini jelas tanpa kesamaran, insya Allah. Imam Malik pun berpendapat

demikian, juga Imam Ahmad sebagaimana terdapat di kitab at-Tahqiq karya Imam al-Jauzi.”

”يث أيب ىريرة مضطرب ا٤بب.وحد“الوجو ا٣بامس: قاؿ شيخ اإلسبلـ ابن القيم رضي ا عنو: وجو، ومرة أخرى على قلت: ليس كما قاؿ. فاالضطراب ىو أف يروى ا٢بديث على أوجو ٨بتلفة متقاربة.ب إف االختبلؼ قد يكوف من راو واحد بأف رواه مرة على

راب موجب لضعف ا٢بديث ألنو يشعر بعدـ ضبط رواتو. ويقع وجو آخر ٨بالف لو ، أو يكوف أزيد من واحد بأف رواه كل باعة على وجو ٨بالف لآلخر. واالضطيحات فا٢بكم للراجحة ب اإلسناد وا٤بب كليهما. ب إف رجحت إحدى الروايتب أو الروايات على األخرى بفظ راويها أو كثرة صحبتو أو غب ذلك من وجوه البج

وال يكوف ا٢بديثرضواف ا عليهم للحديث الذي يتنازع ب أنو مضطرب. فإف علم ذلك فإف ا٢بديث ا٤بعارض ٢بديث الباب حديث مضطربا. ىذه ىي القاعدة الب وضعها أسبلفنا

ساقط اإلسناد لضعف عبد ا بن سعيد الشديد حب لقد اهتمو بب القطاف بأنو يكذب. وتقدـ ا ا٤بوفق .شرح ذلك. فيزوؿ االضطراب ببجيح حديث أيب ىريرة الذي ىو حجة لنا ب الباب. و

Bantahan Kelima:

Syaikh al-Islam Ibn al-Qayyim –radhiyallahu ‘anhu- mengatakan, “Redaksi hadits Abu Hurairah itu

idh-thirab (kacau/guncang).”

Aku katakan, hal itu tidak seperti yang dikatakan oleh Ibn al-Qayyim, karena yang dimaksud dengan

idh-thirab itu adalah periwatan hadits dengan beberapa redaksi yang berlainan dengan perbedaan

yang tidak jauh. Selain itu, perbedaan yang terjadi pun muncul dari seorang perawi yang pada suatu

| 102 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

waktu dia meriwayatkan dengan redaksi tertentu namun pada kesempatan lain dia meriwayatkan

dengan redaksi yang berbeda dari redaksi sebelumnya. Atau bisa juga menyangkut lebih dari satu

perawi yang ternyata dari masing-masing perawi itu teriwayatkanlah redaksi yang berbeda-beda.

Dan idh-thirab itu menjadi alasan atas kelemahan suatu hadits karena keadaan itu menandakan

tiadanya dhabt (kekuatan hafalan) para perawinya, dan idh-thirab itu bisa terjadi pada sanad dan

redaksinya. (Akan tetapi) kemudian, apabila salah satu dari kedua riwayat itu ada yang rajih (valid) -

atau salah satu dari beberapa riwayat itu ada yang rajih, baik karena kekuatan hafalan para

perawinya, atau karena perawi tersebut dikenal lama membersamai guru (yang memberikan riwayat

kepadanya), atau hal-hal selain itu berdasarkan pertimbangan tarjih, maka hadits tersebut

ditetapkan memiliki validitas dan bukan merupakan hadits idh-thirab. Inilah kaidah yang ditetapkan

oleh para salaf (pendahulu) kita –ridhwanullah ‘alaihim- terhadap hadits yang diperselisihkan bahwa

di dalamnya terdapat idh-thirab.

Setelah permasalahannya diketahui seperti itu, maka sesungguhnya hadits yang menjadi penentang

terhadap hadits dalam permasalahan ini adalah hadits dengan sanad yang saqith (tidak

berharga/lemah) karena adanya perawi ‘Abdullah bin Sa’id yang sangat lemah, bahkan saking

lemahnya sampai-sampai dituduh pendusta oleh Yahya al-Qaththan -sebagaimana telah berlalu

penjelasan mengenai celaan yahya al-Qaththan ini. Maka hilanglah idh-thirab dengan ke-rajih-an

hadits Abu Hurairah yang merupakan hujjah bagi kami dalam permasalahan ini, wallah al-muwaffiq.

”٧بمد بن عبد ا بن ا٢بسن ال أدري أ٠بع من أيب الزناد أو ال.“الوجو السادس: قوؿ البخاري: ا١بوىر ” ماين بقلت: ليس ب ذلك شبء بتة. وشرط البخاري معروؼ. وا١بمهور على خبلفو من االكتفاء با٤بعاصرة إذا أمن من التدليس. ولذا قاؿ ابن البك

اىػ“ليس بصريح ب ا١برح، فبل يعارض توثيق النسائي ” ال يتابع على حديثو”بن ا٢بسن وثقو النسائي، وقوؿ البخاري:٧بمد بن عبد ا ”: “النقيال “أما قوؿ البخاري: (: “/۲” )بفة األحوذي“و٧بمد ىذا كاف يلقب بالنفس الزكية وىو براء من التدليس فتحمل عنعنتو على االتصاؿ.قاؿ ا٤بباركفوري ب

اىػ” فليس بضر فإنو ثقة و٢بديثو شاىد من حديث ابن عمر” عليويتابع -۲۸/” )تعليقو على الى“( وانتصر لذلك الشيخ ادث أبو األشباؿ أبد بن ٧بمد شاكر ب ۲/۲۸” )نيل األوطار“وسبقو الشوكاين إذل مثل ذلك ب

بن عبد ا بن ا٢بسن ىو النفس الزكية وىو ثقة. وقد أعل البخاري ا٢بديث بأنو ال يدري وىذا إسناد صحيح.٧بمد “فقاؿ بعد أف ساؽ حديث أيب ىريرة: ( ۰با٤بدينة.و٧بمد مدين أيضا غلب على (٠۰بع ٧بمد من أيب الزناد أـ ال. وىذه ليست علة.وشرط البخاري معروؼ دل يتابعو عليو أحد، وأبو الزناد مات سنة )

اىػ” ( سنة فقد أدرؾ أبا الزناد طويبل ره )( وعما٤بدينة ب قتل سنة )

Bantahan Keenam:

Ucapan Imam al-Bukhari, “Muhammad bin ‘Abdullah bin al-Hasan, aku tak mengetahui apakah dia

mendengar dari Abu az-Zinad ataukah tidak.”

Aku katakan, ucapan al-Bukhari itu tak teranggap (sebagai celaan) sama sekali. Syarat al-Bukhari itu

telah dikenal dan jumhur ahli hadits berbeda dengannya. Jumhur menganggap cukup dengan

isytirath al-mu’asharah (syarat sezaman) selama aman dari tadlis. Mengenai hal ini, Ibn at-

Turkumani berkata di kitab al-Jauhar an-Naqi, “Muhammad bin ‘Abdullah bin al-Hasan dianggap

tsiqah (terpercaya) oleh an-Nasa’i, sedangkan perkataan al-Bukhari bahwa Muhammad bin

‘Abdullah bin al-Hasan tidak ada muttabi’ atasnya, maka itu tidaklah tegas sebagai celaan, sehingga

tidak pula bertentangan dengan tautsiq dari an-Nasa’i.”

| 103 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Dan Muhammad (bin ‘Abdullah bin al-Hasan) ini dijuluki dengan an-Nafs az-Zakiyah (jiwa yang

bersih), dan dia terbebas dari tadlis sehingga ‘an’anah-nya dianggap sebagai al-ittishal (tersambung).

Al-Mubarakfuri berkata di kitab Tuhfah al-Ahwazdi (2/135), “Adapun ucapan al-Bukhari bahwa dia

(Muhammad bin ‘Abdullah bin al-Hasan) tidak ada muttabi’ atasnya, maka itu tidaklah

membahayakan (menjatuhkan)nya karena Muhammad bin ‘Abdullah bin al-Hasan itu perawi tsiqah

dan haditsnya mempunyai syahid dari hadits Ibn ‘Umar.”

Imam asy-Syaukani telah mendahului al-Mubarakfuri dengan pernyataan semisal itu di kitab Nail al-

Authar (2/284), dan Syaikh al-Muhaddits Abu al-Asybal Ahmad bin Muhammad Syakir menganggap

unggul pernyataan itu dalam komentarnya terhadap kitab al-Muhalla setelah menyebutkan hadits

Abu Hurairah, “Sanad hadits ini shahih. Muhammad bin ‘Abdullah bin al-Hasan itu (berjuluk) an-Nafs

az-Zakiyah (jiwa yang bersih), dan dia perawi yang tsiqah. Imam al-Bukhari memang telah

menganggap cacat hadits ini, dan hal itu dikerenakan Imam al-Bukhari tidak mengetahui apakah

Muhammad mendengar dari Abu az-Zinad ataukah tidak. Akan tetapi –sebetulnya- ini bukanlah

suatu cacat. Syarat al-Bukhari itu telah diketahui tidak diikuti oleh seorang ulama pun. Abu az-Zinad

itu wafat di Madinah pada tahun 130 Hijriyah, dan Muhammad itu orang Madinah juga, menguasai

Madinah kemudian terbunuh pada tahun 145 Hijriyah di usia 53 tahun. Dengan demikian,

Muhammad bertemu dengan Abu az-Zinad dalam masa yang panjang.”

الوجو السابع: إعبلؿ الدارقطب أنو تفرد بو الدرواردي.بعو عبد ا بن نافع عن قلت: فيو نظر. فإف الدراوردي وا٠بو عبد العزيز بن ٧بمد ثقة من رجاؿ مسلم فتفرده ال يضر ا٢بديث شيئا. غب أنو دل يتفرد بو. فقد تا

شاكر(. وقد تعقب ا٢بافظ ا٤بنذري الدارقطب بثل ذلك، والشوكاين ب ۸-۷/۲والبمذي )( ۲/۲۰۷( والنسائي )۸و داود )٧بمد بن عبد ا بو. أخرجو أب. ” صحيحو“وال ضب ب تفرد الدراوردي فإنو قد أخرج لو مسلم ب ( “۲/۲۸” )نيل األوطار“ واحتج بو وأخرج لو البخاري مقرونا بعبد العزيز بن أيب حاـز

(./۲” )بفة األحوذي“اىػ وأقره صاحب ” ٧بتجا يو” صحيحو“ك تفرد بو أصبغ فإنو حدث عنو البخاري ب وكذل

Bantahan Ketujuh:

(Adapun mengenai) i’lal (pencacatan) ad-Daruquthni bahwa ad-Darawardi tafarrud dengan hadits

tersebut, maka aku katakan, ini perlu diteliti lagi karena ad-Darawardi yang bernama ‘Abd al-‘Aziz

bin Muhammad itu adalah perawi yang tsiqah dan termasuk di antara rijal (perawi yang dipakai)

oleh Imam Muslim. Oleh karena itu, tafarrud ad-Darawardi itu sama sekali tidak membahayakan

hadits. Bahkan ad-Darawardi ini tidaklah menyendiri dengan hadits tersebut karena ‘Abdullah bin

Nafi’ telah mengikutinya dengan hadits tersebut dari Muhammad bin ‘Abdullah. Hadits tersebut

dikeluarkan oleh Abu Dawud (841), an-Nasa’i (2/207), dan at-Tirmidzi (2/57-58 –ta’liq Ahmad

Syakir).

Al-Hafizh al-Mundziri telah mengkritik Imam ad-Daraquthni dengan bantahan semisal ini, begitu juga

dengan Imam asy-Syaukani di kitab Nail al-Authar (2/286), “Dan tidaklah kesendirian ad-Darawardi

itu membahayakan (membuat lemah) karena Imam Muslim pun telah mengeluarkan riwayatnya di

kitab Shahih-nya dan menjadikannya sebagai hujjah. Imam al-Bukhari juga mengeluarkan

riwayatnya sebagai maqrun (riwayat pendamping) bagi riwayat ‘Abd al-‘Aziz bin Abu Hazim.

Demikian juga halnya dengan tafarrud Ashbagh (bin al-Faraj), karena al-Bukhari meriwayatkan

tahdits darinya di kitab Shahih-nya dan ber-hujjah pula dengannya. Dan hal ini disetujui pula oleh

penulis Tuhfah al-Ahwadzi (2/135).”

| 104 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

ئل لو شواىد أما حديث أيب ىريرة فليس لو شاىد.وحديث وا“الوجو الثامن: قاؿ شيخ اإلسبلـ ابن القيم رضي ا عنو: تعاذل.قلت: أبعد شيخ اإلسبلـ النجعة ب ذلك! فإف شاىد حديث أيب ىريرة أقوى من شواىد حديث وائل ٦بتمعة كما يأب شرحو قريبا إف شاء ا

Bantahan Kedelapan:

Syaikh al-Islam Ibn al-Qayyim mengatakan, “Dan hadits Wa-il itu mempunyai syawahid (hadits-hadits

lain yang mendukung), sedangkan hadits Abu Hurairah tidak mempunyai syahid.”

Aku katakan, betapa jauh Syaikh a-Islam dari padang rumput dan ladang hujan (jauh dari benar),

karena sesungguhnya syahid hadits Abu Hurairah itu lebih kuat daripada semua syawahid hadits Wa-

il sebagaimana akan datang penjelasannya sebentar lagi, insya Allah ta’ala.

وأبو داود ( ۹-۸/ عمدة( ووصلو ابن خزٲبة ) ۷۹-۷۸/ تعليقا )” صحيحو“أما شاىد حديث أيب ىريرة فهو من حديث ابن عمر. أخرجو البخاري ب مي ب وا٢باز ( ۰۰/۲( والبيهقي )۲/( وا٢باكم )/( وكذا الدارقطب )۲/” )شرح ا٤بعاين“(. والطحاوي /” )أطراؼ ا٤بزي“كما ب

( للحافظ، من طريق الدراوردي عن عبيد ا بن عمر عن نافع عن ابن /۷۷)ؽ ” التعليق“كما ب ” الناسخ وا٤بنسوخ“وأبو الشيخ ب ( ۰)ص ” االعتبار“ووافقو الذىيب. وىو كما ” سلمصحيح على شرط م“قاؿ ا٢باكم: ” كاف النيب صلى ا عليو وآلو وسلم يفعل ذلك.“عمر أنو كاف يضع يديو قبل ركبتيو. وقاؿ:

” صحيحو“حديث ابن عمر ا٤بذكور أوال أخرجو ابن خزٲبة ب “يعب رفعو فتعقبو ابن البكماين: ” كذا قاؿ عبد العزيز وال أراه إال وٮبا “قاال. أما البيهقي فقاؿ: خر. وحديث أيب ىريرة ا٤بذكور أوال داللتو قولية وقد تأيد بديث ابن عمر وما عللو بو البيهقي من حديثو ا٤بذكور فيو نظر ألف كبل منهما معناه منفصل عن اآل اىػ“فيمكن ترجيحو على حديث وائل ألف داللتو فعليو على ما ىو األرجح عند األصوليب

Adapun yang menjadi syahid bagi hadits Abu Hurairah yaitu hadits Ibn ‘Umar. Imam al-Bukhari

mengeluarkannya di kitab Shahih (6/78-79 –‘Umdah al-Qari’) secara mu’alaq (tidak menyebut awal

sanadnya) tetapi disambungkan sanadnya oleh Ibn Khuzaimah (1/318-319), juga dikeluarkan oleh

Abu Dawud sebagaimana terdapat di kitab Athraf al-Mizi (6/156), ath-Thahawi di kitab Syarh al-

Ma’ani (1/254), demikian juga ad-Daruquthni (1/344), al-Hakim (1/266), al-Baihaqi (2/100), al-Hazimi

di kitab al-I’tibar (halaman 160), Abu asy-Syaikh di kitab an-Nasikh wa al-Mansukh sebagaimana

terdapat di kitab at-Ta’liq (no. 1/77) karya al-hafizh Ibn Hajar dari jalan ad-Darawardi, dari

‘Ubaidillah bin ‘Umar, dari Nafi’, dari Ibn ‘Umar:

bahwasanya dia (Ibn ‘Umar) meletakkan kedua tangannya sebelum kedua lututnya. Dan Ibn ‘Umar

berkata, “Nabi –shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam- berbuat demikian.”

Al-Hakim berkata, “Shahih atas syarat Muslim,” dan adz-Dzahabi pun berpendapat sama dengannya.

Dan keadaan hadits itu memang seperti yang dikatakan oleh mereka berdua (al-Hakim dan adz-

Dzahabi).

Adapun ucapan Imam al-Baihaqi, “Demikianlah yang diucapkan (diriwayatkan) oleh ‘Abd al-‘Aziz,

dan aku tak memandang lain kecuali wahm (ragu),” yakni al-Baihaqi meragukan status marfu’ hadits

‘Abd al-‘Aziz ad-Darawardi ini, namun Imam at-Turkumani mengkritik ucapan al-Baihaqi itu dengan

mengatakan, “Hadits Ibn ‘Umar yang disebutkan pertama itu dikeluarkan oleh Ibn Khuzaimah di

kitab Shahih-nya, dan apa yang (digunakan) oleh al-Baihaqi untuk menerangkan sebabnya berupa

hadits yang disebutkannya (bahwa yang masyhur dari Ibn ‘Umar mengenai sujud adalah yang

berikutnya dalam Sunan al-Kubra –pent), harus diteliti lagi, karena masing-masing dari kedua hadits

itu maknanya tak berhubungan. Dan hadits Abu Hurairah yang disebutkan pertama itu merupakan

dalil qauliyah lalu dikuatkan dengan hadits Ibn ‘Umar sehingga mungkin mengunggulkannya

menurut kaidah ushuliyah atas hadits Wa-il yang merupakan dalil fi’liyah.”

| 105 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

قلت: ىذا حديث ابن عمر الذي ىو شاىد حديث أىب ىريرة وىو حسن بانضمامو إذل سابقو كما ترى فلننظر ب شواىد حديث وائل بن حجر:

Aku katakan, hadits Ibn ‘Umar yang merupakan syahid atas hadits Abu Hurairah itu derajatnya hasan

dengan menggabungkannya kepada yang sebelumnya sebagaimana kau lihat, lalu kita lihat syawahid

hadits Wa-il bin Hujr (sebagai berikut):

الشاىد األوؿ: ”رأيت رسوؿ ا صلى ا عليو وآلو وسلم ا٫بط بالتكبب فسبقت ركبتاه يديو.“حديث أنس:

Tentang Syahid pertama untuk hadits Wa-il bin Hujr:

Yaitu hadits Anas, “Aku melihat Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam- turun (menuju

sujud) dengan bertakbir, lalu kedua lututnya mendahului kedua tangannya.”

من طريق العبلء من ( ۹)ص ” االعتبار“ازمي ب وا٢ب( ۲۹/” )الي“وابن حـز ب ( ۹۹/۲( والبيهقي )۲/( وا٢باكم )/أخرجو الدار قطب ) إ٠باعيل العطار ثنا حفص بن غياث عن عاصم األحواؿ عن أنس بو.

(Syahid tersebut) dikeluarkan oleh ad-Daruquthni (1/345), al-Hakim (1/266), al-Baihaqi (99/2), Ibn

Hazm di kitab al-Muhalla (4/129), dan al-Hazimi di kitab al-I’tibar (halaman 159), dari jalan al-‘Ala’

dari Isma’il al-‘Aththar: telah mengabarkan kepada kami Hafsh bin Ghayyats, dari ‘Ashim bin al-

Ahwal, dari Anas.

”تفرد بو العبلء بن إ٠باعيل عن حفص ذا اإلسناد.“قاؿ الدارقطب وتبعو البيهقي: صحيح على شرط “وأقر ابن القيم ذلك. أما ا٢باكم فقاؿ: ” تفرد بو العبلء وىو ٦بهوؿ.” ا٤بعرفة“قاؿ البيهقي ب (: “۲/” )التلخيص“ وقاؿ ا٢بافظ ب

!”.الزاد“وأقره ب ” حديث منكر“ (:۸۸/” )العلل“ووافقو الذىيب!! وىذا عجب، فقد عرفت علة ا٢بديث. ونقل ابن أيب حاب عن أبيو ب ” الشيخب

Imam ad-Daruquthni diikuti oleh Imam al-Baihaqi mengatakan, “Al-‘Ala’ bin Isma’il tafarrud dengan

hadits ini dari Hafsh dengan sanad ini.” Al-Hafidz Ibn Hajar berkata di kitab at-Talkhish (1/254) dan

disetujui oleh Ibn al-Qayyim, “Al-Baihaqi mengatakan di kitab al-Ma’rifah bahwa al-‘Ala’ tafarrud

dengan hadits ini, dan dia itu majhul.”

Imam al-Hakim berkata, “Shahih menurut syarat al-Bukhari dan Muslim,” dan disetujui oleh Imam

adz-Dzahabi. Sungguh mengherankan (anggapan al-Hakim dan adz-Dzahabi) ini, padahal kautahu

cacat hadits tersebut. Ibn Abi Hatim telah menukil dari ayahnya di kitab al-‘Illal (1/188), “Hadits

munkar,” dan Ibn al-Qayyim pun menyetujuinya di kitab az-Zad.

طريق عمر بن حفص بن غياث ثنا أيب ثنا األعمش قاؿ حدثب إبراىيم ( من۲/” )شرح ا٤بعاين“قلت: و٩با يدؿ على نكارة ىذا ا٣برب ما أخرجو الطحاوي ب ”حفظنا عن عمر ب صبلتو أنو خر بعد ركوعو على ركبتيو كما ٱبر البعب ووضع ركبتيو قبل يديو.“عن أصحاب عبد ا: علقمة واألسود قاال:

Aku katakan, di antara hal yang menunjukkan kemungkaran riwayat tersebut adalah riwayat yang

dikeluarkan oleh Imam ath-Thahawi di kitab Syarh al-Ma’ani (1/256), dari jalan ‘Umar bin Hafsh bin

Ghayyats: telah mengabarkan kepada kami ayahku (yakni Hafsh bin Ghayyats), telah mengabarkan

kepada kami al-A’masy, dia berkata: telah mengabarkan kepadaku Ibrahim, dari sahabat ‘Abdullah,

| 106 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

yaitu ‘Alqamah dan al-Aswad yang keduanya berkata, “Kami hafal dari ‘Umar (bin al-Khaththab)

mengenai shalatnya, bahwasanya dia turun setelah rukuknya dengan kedua lututnya sebagaimana

unta yang menderum dengan meletakkan kedua lututnya sebelum kedua tangannya.”

فقاؿ: ” اللساف“فأنت ترى أف عمر بن حفص وىو من أثبت الناس ب أبيو قد خالف العبلء فجعلو عن عمر دل يتجاوزه فهذه علة أخرى. وقد أقرىا ا٢بافظ ب ب أبيو فرواه عن أبيو عن األعمش عن إبراىيم عن علقمة وغبه عن عمر موقوفا عليو. وىذا ىو وقد خالفو عمر بن حفص بن غياث وىو من من أثبت الناس“

اىػ“افوظ

Maka kau tahu bahwa ‘Umar bin Hafsh itu –yang merupakan perawi tepercaya yang meriwayatkan

dari ayahnya (Hafsh bin Ghayyats)- telah menyelisihi riwayat al-‘Ala’ itu. ‘Umar bin Hafsh menjadikan

riwayatnya itu dari ‘Umar bin al-Khaththab saja tidak lebih (yakni hanya perbuatan ‘Umar saja secara

mauquf, tidak seperti riwayat al-‘Ala’ yang juga dari Hafsh bin Ghayyats -pent). Dengan demikian, ini

menjadi ‘illah (cacat) yang lain. Al-Hafizh Ibn Hajar pun telah menetapkan hal ini di kitab al-Lisan

dengan mengatakan, “’Umar bin Hafsh bin Ghayyats telah menyelisihi al-‘Ala’, sementara ‘Umar bin

Hafsh itu perawi yang paling tepercaya yang menerima dari ayahnya (Hafsh bin Ghayyats), lalu dia

meriwayatkan dari ayahnya, dari al-A’masy dari Ibrahim dari ‘Alqamah dan selainnya dari ‘Umar bin

al-Khaththab secara mauquf, dan riwayat inilah yang terpelihara.”

يضع “لنا ال علينا. وذلك أنو قرر أف عمر كاف ٱبر كما ٱبر البعب ، ب وضح الكيفية فقاؿ: ب إف العاقل لو تأمل األثر الوارد عن عمر رضي ا عنو لوجد أنو حجةشيخ و٫بن مأموروف أف ٬بالف البعب فوجب وضع اليدين قبل الركبتب وىذا بب ال ٱبفى على ا٤بنصف إف شاء ا تعاذل. ولست أدري كيف أورده ” ركبتيو قبل يديو

٧بتجا بو؟“زاد ال“اإلسبلـ ابن القيم ب

Seandainya orang yang sadar merenungkan atsar yang datang dari ‘Umar –radhiyallahu ‘anhu- itu,

niscaya akan dia dapati bahwa atsar tersebut merupakan hujjah bagi kami dan bukan atas kami.

Atsar tersebut menetapkan bahwa ‘Umar bin al-Khththab turun menuju sujud seperti turunnya unta

yang menderum, kemudian atsar itu pun menjelaskan dengan ucapan, “ … meletakkan kedua

lututnya sebelum kedua tangannya,” sedangkan kita diperintahkan untuk menyelisihi (cara turun)

unta, maka wajib meletakkan kedua tangan sebelum kedua lutut, dan penjelasan ini tidaklah

tersembunyi atas orang yang objektif, insya Allah ta’ala. Tidaklah aku mengetahui bagaimana bisa

Syaikh al-Islam Ibn al-Qayyim menjadikannya sebagai hujjah di kitab az-Zad.

: األوؿ : أنو ليس ب حديث أنس أنو كاف يضع رك بتيو قبل يديو ، ب ىب أف حديث أنس رضي ا عنو يكوف صحيحا فإنو ال حجة فيو ألمرين كما قاؿ ابن حـزفيو وضع الركبتب قبل اليدين لكاف ذلك وإ٭با فيو الركبتاف ، واليداف فقط ، وقد ٲبكن أف يكوف السبق ب حركتهما ال ب وضعهما فيتفق ا٣برباف. الثاين: أنو لو كاف

ترؾ اليقب لظن كاذب.موافقا ٤بعهود األصل ب إباحة ذلك ولكاف خرب أيب ىريرة واردا بشرع زائد رافع لئلباحة السالفة ببل شك ناىية عنها بيقب وال بل

Anggaplah bahwa hadits Anas –radhiyallahu ‘anhu- itu shahih, namun tetap saja hal itu bukanlah

merupakan hujjah karena dua perkara sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ibn Hazm, yaitu,

“Pertama: tidaklah disebutkan dalam hadits hadits Anas itu bahwa beliau meletakkan kedua lutut

sebelum kedua tangan karena di dalam hadits itu hanya disebutkan ‘kedua lutut’ dan ‘kedua tangan’

saja. Bisa jadi bahwa yang dimaksud dengan kata ‘mendahului’ itu adalah mendahului dalam

‘menggerakkan keduanya’ dan bukan mendahului dalam ‘meletakkan keduanya’. Dengan demikian,

kedua riwayat itu jadi bersesuaian (yakni riwayat Abu Hurairah dengan Anas). Kedua: kalau pun

memang maksudnya adalah meletakkan kedua lutut sebelum kedua tangan, maka itu bersesuaian

| 107 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

dengan perkara asal yang membolehkan hal tersebut. Akan tetapi riwayat Abu Hurairah datang

dengan membawa syariat tambahan yang menghilangkan kebolehan perbuatan sebelumnya tanpa

keraguan dan melarang perbuatan tersebut dengan yakin, dan tidaklah diperbolehkan untuk

meninggalkan hal yang yakin kepada persangkaan yang dusta.”

وقد تقدـ شرح علتو.” كنا نضع اليدين قبل الركبتب فأمرنا بوضع الركبتب قبل اليدين“الشاىد الثاين: حديث سعد بن أيب وقاص رضي ا عنو:

Tentang Syahid kedua untuk hadits Wa-il bin Hujr:

Hadits Sa’d bin Abu Waqqash –radhiyallahu ‘anhu, “Kami dulu biasa meletakkan kedua tangan

sebelum kedua lutut, lalu kami diperintahkan untuk lebih dulu meletakkan kedua lutut sebelum

kedua tangan.”

Penjelasan tentang cacat hadits ini telah dikemukakan sebelumnya.

( ۲/۹۹أخرجو البيهقي )” آلو وسلم ب سجد فكاف أوؿ ما وصل إذل األرض ركبتاه.صليت خلف النيب صلى ا عليو و “الشاىد الثالث: حديث وائل بن حجر: من طريق ٧بمد بن حجر ثنا سعيد بن عبد ا١ببار بن وائل عن أمو عن وائل بن حجر بو.

قلت: وىو حديث ضعيف ال بتج بو ، ولو علتاف: ”لو مناكب.“ىيب: وقاؿ الذ” فيو بعض النظر“األوذل: ٧بمد بن حجر ىذا ، قاؿ البخاري: وليس ىو سعيد بن عبد ا١ببار القرشي الكرابيسي فإف ىذا من شيوخ مسلم.” ليس بالقوي“الثانية: سعيد ابن عبد ا١ببار قاؿ النسائي:

Tentang Syahid ketiga untuk hadits Wa-il bin Hujr:

Hadits Wa-il bin Hujr juga, “Aku shalat di belakang Nabi -shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam-

kemudian beliau bersujud dan yang pertama kali mencapai tanah adalah kedua lututnya.”

Hadits ini dikeluarkan oleh al-Baihaqi (2/99) dari jalan Muhammad bin Hujr: telah mengabarkan

kepada kami Sa’id bin ‘Abd al-Jabbar bin Wa-il, dari ibunya, dari Wa-il bin Hujr.

Aku katakan, ini hadits dha’if, tidak bisa dijadikan sebagai hujjah. Hadits ini memiliki dua cacat, yaitu

(1) Muhammad bin Hujr telah dikatakan oleh al-Bukhari, “Ada beberapa pandangan terhadapnya,”

sedangkan adz-Dzahabi mengatakan, “Dia memiliki riwayat-riwayat mungkar.” (2) Sa’id bin ‘Abd al-

Jabbar telah dikatakan oleh an-Nasa’i, “Bukan perawi yang kuat,” dan dia itu bukanlah Sa’id bin ‘Abd

al-Jabbar al-Qurasyi al-Karabisyi yang merupakan salah seorang di antara para guru Imam Muslim.

الشاىد الرابع: أف عبد ا بن مسعود كاف يضع ركبتيو قبل يديو.حفظ عن عبد ا بن مسعود رضي ا عنو أنو “( من طريق باد بن سلمة عن ا٢بجاج بن ارطأة قاؿ قاؿ إبراىيم النخعي: ۲/قلت: أخرجو الطحاوي )

ع كونو موقوفا! فا٢بجاج بن أرطأة ضعيف ا٢بفظ مدلس وقد استخدـ ما يدؿ على التدليس ولكن إسناده ضيعف واه م” كانت ركبتاه تقعاف إذل األرض قبل يديوب إف إبراىيم النخعي دل يدرؾ عبد ا بن مسعود رضي ا عنو. وحب لو صح ٤با كاف فيو حجة لكونو موقوفا. وال تعارض سنة …” قاؿ إبراىيم “قطعا بقوؿ:

عل الصحايب وا ا٤بوفق.النيب صلى ا عليو وآلو وسلم بف

Tentang Syahid keempat untuk hadits Wa-il bin Hujr:

Bahwasanya ‘Abdullah bin Mas’ud biasa meletakkan kedua lututnya sebelum kedua tangannya.

Aku katakan, hadits tersebut dikeluarkan oleh ath-Thahawi (1/256) dari jalan Hammad bin Salamah,

dari al-Hajjaj bin Artha-ah, dia berkata: Ibrahim an-Nakha’i berkata, “Aku hafal dari ‘Abdullah bin

Mas’ud –radhiyallahu ‘anhu- bahwasanya kedua lututnya mencapai tanah sebelum kedua

| 108 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

tangannya.” Akan tetapi sanadnya dha’if wahin, selain keadaannya juga mauquf. Perawi al-Hajjaj bin

Artha-ah itu lemah dan juga mudallis, dia menggunakan hal yang menunjukkan tadlis keterputusan

sanad dengan ucapan, “Qala Ibrahim (Ibrahim berkata) ….” Kemudian sesungguhnya Ibrahim an-

Nakha’i itu tidak berjumpa dengan ‘Abdullah bin Mas’ud –radhiyallahu ‘anhu. Dan kalau pun riwayat

ini shahih, tetap saja tidak menjadi hujjah karena riwayat tersebut mauquf, sedangkan Sunnah Nabi

–shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam- tidaklah dibantah dengan perbuatan shahabat, wallahu al-

muwaffiq.

(، عن األعمش، عن ۷/ ۲( وعبد الرزاؽ )/أخرجو ابن أيب شيبة )” أف عمر بن ا٣بطاب رضي ا عنو كاف يضع ركبتيو قبل يديو.“الشاىد ا٣بامس: على ركبتيو.فذكره. ب أخرجو ابن أيب شيبة من طريق يعلى، عن األعمش، عن إبراىيم، عن األسود، عن عمر أنو كاف يقع … إبراىيم، أف عمر كاف يضع

أيب صاحل وإبراىيم قلت: والوجو األوؿ منقطع ألف إبراىيم دل يدرؾ عمر، وأما الثاين فصحيح، إال ما كاف من عنعنة األعمش، ولكن الذىيب مشاىا فيما روى عن وباعة. وٯباب عنو بثل ا١بواب ا٤بتقدـ ب أثر ابن مسعود. وا أعلم.

Tentang Syahid kelima untuk hadits Wa-il bin Hujr:

Bahwasanyaa ‘Umar bin al-Khththab –radhiyallahu ‘anhu- biasa meletakkan kedua lututnya sebelum

kedua tangannya.

Hadits ini dikeluarkan oleh Ibn Abi Syaibah (1/63), ‘Abd ar-Razaq (2/176), dari al-A’masy, dari

Ibrahim, bahwasanya ‘Umar biasa meletakkan … -lalu menyebutkan hadits tersebut.

Kemudian Ibn Abi Syaibah mengeluarkannya dari jalan Ya’la, dari al-A’masy, dari Ibrahim, dari al-

Aswad, dari ‘Umar bahwasanya dia turun dengan kedua lututnya.

Aku katakan, riwayat pertama munqathi’, karena Ibrahim itu tidak berjumpa dengan ‘Umar. Adapun

riwayat kedua, maka itu shahih, kecuali pada ‘an’anah al-A’masy, namun adz-Dzahabi

membersamainya dengan yang diriwayatkan dari Abu Shalih dan Ibrahim serta jama’ah. Akan tetapi

jawaban terhadap riwayat ini sama dengan jawaban terdahulu terhadap atsar Ibn Mas’ud, wallahu

a’lamu.

وحديث أيب ىريرة نص صريح ومع ىذا فإف بعض العلماء ومنهم ابن القيم حاوؿ أف يعللو (: “۹-۸/ ۲” )شرح البمذي“قاؿ الشيخ ادث أبو األشباؿ ب عيفة وبأف البعب إذا برؾ وضع ب ذىب ينصر قولو ببعض الروايات الض” وليضع ركبتيو قبل يديو“بعلة غريبة فزعم أف متنو انقلب على راويو وأف صحة لفظو لعلها:

ألرض بقوة وىذا يديو قبل ركبتيو فمقتضى النهي عن التشبو بو ىو أف يضع الساجد ركبتيو قبل يديو. وىو رأي غب سائغ ألف النهي ىو أف يسجد فينحط على ا اىػ” ال كما زعم ابن القيم.“لساف العرب ” نصوص عليو ب يكوف إذا نزؿ بركبتيو أوال والبعب يفعل ىذا أيضا ولكن ركبتاه ب يديو ال ب رجليو وىو م

Syaikh al-Muhaddits Abu al-Asybal Ahmad bin Muhammad Syakir berkata di kitab Syarh at-Tirmidzi

(2/58-59):

… dan Hadits Abu Hurairah ini merupakan perkataan (dalil) yang terang. Bersamaan dengan itu,

sesungguhnya sebagian ulama, di antaranya Ibn al-Qayyim, berupaya untuk melemahkannya

dengan alasan yang aneh seraya mengklaim bahwa redaksi hadits Abu Hurairah itu mengalami

inqilab dari perawinya, juga menduga bahwa kemungkinan redaksi yang benar adalah, “… tetapi

hendaklah dia meletakkan kedua lututnya terlebih dahulu sebelum kedua tangannya,” kemudian

menunjang pendapatnya itu dengan beberapa riwayat yang lemah. Selain itu, juga mengatakan

bahwa apabila unta menderum, dia akan meletakkan kedua tangannya sebelum kedua lututnya,

sehingga hal itu menuntut atas terlarangnya perbuatan menyerupai unta, dan hendaklah orang

| 109 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

yang sujud itu meletakkan kedua lututnya sebelum kedua tangannya. Dan pendapat ini bukanlah

pendapat yang bisa diterima karena yang dilarang itu ialah bersujud dengan cara turun ke tanah

dengan kuat, dan hal ini hanya terjadi jika meletakkan kedua lutut terlebih dahulu. Dan unta juga

melakukan hal yang demikian, hanya saja lutut unta itu berada pada tangannya bukan pada

kakinya, dan (penjelasan mengenai) ini terdapat di kitab Lisan al-‘Arab, tidak seperti anggapan Ibn

al-Qayyim.

”وركبة البعب ليست ب يده“الوجو التاسع:قاؿ شيخ اإلسبلـ ابن القيم رضي ا عنو: قلت: فيو نظر وركبة البعب ب يده ونص أىل اللغة على ذلك وإف أنكر شيخ اإلسبلـ.

”وركبة البعب ب يده.(: “۲/” )لساف العرب“ور ب قاؿ ابن منظوركبة البعب ب يده.وركبتا البعب ا٤بفصبلف اللذاف يلياف البطن إذا برؾ ، وأما ا٤بفصبلف الناتئاف من خلف فهما (: “ ۲/ ۰” )هتذيب اللغة“وقاؿ األزىري ب

”العرقوباف. ”وكل ذي أربع ركبتاه ب يديو، وعرقوباه ب رجليو.(: “/۷” )اكم وايط األعظم“وقاؿ ابن سيدة ب ”وركبتا البعب ىي ب ذراعيو.(: “۲۹/” )الى“وقاؿ ابن حـز ب

Bantahan Kesembilan:

Syaikh al-Islam Ibn al-Qayyim –radhiyallahu ‘anhu- mengatakan, “Dan lutut unta bukan berada di

tangannya.”

Aku katakan, ucapan ini harus diteliti. Lutut unta itu memang berada di tangannya. Ahli lughah

(bahasa) telah menetapkan hal itu meskipun diingkari oleh Syaikh al-Islam.

Ibn al-Manzhur berkata di kitab Lisan al-‘Arab (14/236), “Dan lutut unta itu terdapat di tangannya.”

Al-Azhari berkata di kitab Tahdzib al-Lughah (10/216), “Dan lutut unta itu terdapat di tangannya,

dan kedua lutut unta itu merupakan dua persendian yang berada dekat perut ketika unta

menderum. Adapun dua sendi yang menonjol dari belakang kedua lutut, itu adalah al-‘urqub (urat

palingan).”

Ibn Sayyidah berkata di kitab al-Muhkan wa al-Muhith al-A’zham (7/16), “Dan semua (binatang)

berkaki empat, maka kedua lututnya berada di kedua tangannya, sedangkan kedua ‘urqub-nya ada

di kedua kakinya.”

Ibn Hazm berkata di kitab al-Muhalla (4/129), “Dan kedua lutut unta berada pada kedua lengannya.”

ىذا ب “قاؿ اإلماـ: ” ال يربؾ أحد بروؾ البعب الشارد.“بسند صحيح عن أيب ىريرة أنو قاؿ: ( ۲/۷۰” )غريب ا٢بديث“وروى أبو القاسم السرقسبطي ب ”صفة الصبلة.“خنا األلباين ب ذكره شي” السجود يقوؿ: ال يـر بنفسو معا كما تفعل البعب الشارد غب ا٤بطمئن ا٤بواتر ولكن ينحط مطمئنا يضع يديو ب ركبتيو.

Dan Abu al-Qasim as-Saraqasbithi meriwayatkan di kitab Gharib al-Hadits (2/70) dengan sanad yang

shahih dari Abu Hurairah, bahwasanya dia berkata, “Janganlah seseorang berlutut seperti unta yang

bingung.” Al-Imam as-Saraqasbithi berkata, “Ini di saat sujud, yaitu dia mengatakan: janganlah

menjatuhkan diri secara sekaligus sebagaimana perbuatan unta bingung yang tak tenang tak

beraturan, tetapi hendaklah dia turun dengan tenang sambil meletakkan kedua tangannya lalu

kedua lututnya.” Guru kami, al-Albani, telah menyebutkan riwayat ini di kitab Shifat ash-Shalah.

| 110 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

ب قصة سراقة بن مالك رضي ا (۸۷-۸ /۲” )الدالئل“( والبيهقي ب /( وا٢باكم )۷/فتح( وأبد ) ۷/۲۹يؤيد ذلك كلو ما أخرجو البخاري ) ٢بمد على التوفيق.فهذا يؤيد أف الركبة ب يد البعب.فبل متعلق لشيخ اإلسبلـ فيو. وا…” وساخت يدا فرسي ب األرض حب بلغتا الركبتب “.. عنو قاؿ:

Semua keterangan di atas dikuatkan lagi dengan riwayat yang dikeluarkan oleh al-Bukhari (7/239 –

Fath al-Bari), Ahmad (4/176), al-Hakim (3/6), dan al-Baihaqi di kitab ad-Dala-il (2/485-487) mengenai

kisah Suraqah bin Malik –radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “…dan kedua tangan kudaku terbenam ke

dalam tanah sedalam kedua lututnya …,” maka riwayat ini semakin mengukuhkan bahwa lutut unta

itu berada di tangannya. Maka, tiada penyangga bagi Syaikh al-Islam dalam hal ini, dan segala puji

bagi Allah atas taufiq-Nya.

فقاؿ قائل: ىذا كبلـ مستحيل، ألنو هناه إذا سجد أف يربؾ كما يربؾ البعب. والبعب ينزؿ يديو، ب “بعد أف روى حديث أيب ىريرة: ” ا٤بشكل“وقاؿ الطحاوي ب تاملنا ما قاؿ ذلك، فوجدناه ٧باال، ووجدنا ما أتبع ذلك بأف قاؿ: ولكن ليضع يديو قبل ركبتيو، فكاف ما ب ىذا ا٢بديث ٩با هناه عنو ب أولو، قد أمره بو ب آخره؟ ف

، وبنو آدـ ببلؼ ذلك، روى عن رسوؿ ا صلى ا عليو وآلو وسلم مستقيما ال إحالة فيو. وذلك أف البعب، ركبتاه ب يديو، وكذلك كل ذي أربع من ا٢بيواناتوآلو وسلم ب ىذا ا٢بديث ا٤بصلي أف ٱبر على ركبتيو اللتب ب رجليو ولكن ٱبر ب سجوده ألف ركبتهم ب أرجلهم، ال ب أيديهم. فنهى رسوؿ ا صلى ا عليو

ف ما ب ىذا ا٢بديث عن على خبلؼ ذلك، فيخر على يديو اللتب ليس فيهما ركبتاه ببلؼ ما ٱبر البعب على يديو اللتب فيهما ركبتاه. فباف بمد ا ونعمتو أ اىػ” آلو وسلم كبلـ صحيح ال تضاد فيو وال استحالة. وا نسألو التوفيقرسوؿ ا صلى ا عليو و

Imam ath-Thahawi berkata di kitab al-Musykil setelah meriwayatkan hadits Abu Hurairah:

Ada orang yang mengatakan, “Ucapan (dalam hadits Abu Hurairah) ini mustahil, karena beliau –

shallallahu ‘alaihi wa sallam- melarang bersujud dengan cara berlutut seperti unta yang menderum,

padahal unta itu turun dengan kedua tangannya. Selanjutnya beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam-

berkata lagi agar seseorang itu meletakkan kedua tangannya sebelum kedua lututnya. Padahal,

bukankah itu merupakan hal yang dilarang untuk dilakukan pada bagian awal hadits? Lantas kenapa

malah jadi diperintahkan di akhir hadits?” Maka kami pun merenungkan ucapan orang tersebut, lalu

kami dapati bahwa ucapan (orang) itulah yang mustahil. Sebaliknya, kami dapati apa yang

diriwayatkan dari Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam- itu sangatlah lurus tanpa

mengandung kemustahilan. Hal itu dikarenakan lutut unta itu berada di tangannya, dan seperti itu

pulalah setiap binatang yang berkaki empat. Berbeda halnya dengan anak-anak Adam, lutut mereka

terdapat di kaki mereka, bukan di tangan mereka. Maka, dalam hadits ini, Rasulullah –shallallahu

‘alaihi wa alihi wa sallam- melarang orang yang shalat dari melakukan sujud dengan

(mendahulukan) kedua lututnya yang berada di kedua kakinya, namun hendaknya dia itu turun

menuju sujud dengan cara yang berbeda, yaitu turun dengan (mendahulukan) kedua tangannya

yang memang tak ada lututnya agar berbeda dengan unta yang menderum dengan (mendahulukan)

kedua tangan yang ada lututnya. Maka dengan memuji Allah dan atas nikmat-Nya, jelaslah bahwa

hadits (Abu Hurairah) ini merupakan ucapan yang shahih yang tiada pertentangan dan kemustahilan

di dalamnya, dan hanya kepada Allah kami memohon taufiq.

Bandung, 2 Januari 2013

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 111 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Seperti Inikah Awal Keislaman al-Faruq –radhiyallahu

„anhu?

Salah satu di antara kisah-kisah lemah yang tersebar luas di kalangan kaum muslimin adalah kisah

tentang pemukulan yang dilakukan oleh ‘Umar bin al-Khaththab –radhiyallahu ‘anhu- terhadap

saudarinya yang telah masuk Islam. Pemukulan itu terjadi sebelum ‘Umar masuk Islam. Diceritakan

dalam kisah itu bahwa selanjutnya ‘Umar terdorong untuk memeluk Islam setelah membaca ayat-

ayat al-Quran yang terdapat pada kitab atau lembaran yang ada di rumah saudarinya itu …

Berikut ini penjelasan dari Syaikh ‘Ali Hasyisy al-Mishri –hafizhahullah- mengenai sisi kelemahan

kisah tersebut … –dan pada akhir tulisan, beliau menyebutkan riwayat yang shahih tentang kisah

keislaman ‘Umar bin al-Khaththab –radhiyallahu ‘anhu …

Syaikh ‘Ali Hasyisy al-Mishri –hafizhahullah-

Dari sini: http://forsanhaq.com/showthread.php?s=bec9071e7e2501f5473325f0ed6f7fae&t=131793

MATAN (REDAKSI KISAH)

يف تأمن من بب يروى عن أنس بن مالك قاؿ )خرج عمر متقلد السيف، فلقيو رجل من بب زىرة، فقاؿ لو أين تعمد يا عمر؟ فقاؿ أريد أف أقتل ٧بمدا قاؿ وك٧بمدا ؟ قاؿ فقاؿ لو عمر ما أراؾ إال قد صبوت وتركت دينك الذي أنت عليو، قاؿ أفبل أدلك على العجب، إف ختنك وأختك قد ىاشم وبب زىرة وقد قتلت

ر توارى ب البيت،صبوا وتركا دينك الذي أنت عليو، قاؿ فمشى عمر ذامرا حب أتاٮبا، وعندٮبا رجل من ا٤بهاجرين يقاؿ لو خباب قاؿ فلما ٠بع خباب بس عمبوبا، فقاؿ لو ختنو يا عمر إف فدخل عليهما فقاؿ ما ىذه ا٥بينمة الب ٠بعتها عندكم ؟ قاؿ وكانوا يقرأوف طو، فقاال ما عدا حديثا بدثناه بيننا، قاؿ فلعلكما قد ص

لت وىي غضىب وإف كاف ا٢بق ب غب دينك؟ كاف ا٢بق ب غب دينك ؟ قاؿ فوثب عمر على ختنو، فوطئو وطأ شديدا، قاؿ فجاءت أختو لتدفعو عن زوجها، فقا

| 112 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

فقالت أختو إنك رجس، إين أشهد أف ال إلو إال ا، وأشهد أف ٧بمدا رسوؿ ا فقاؿ عمر أعطوين الكتاب الذي ىو عندكم فأقرأه، قاؿ وكاف عمر يقرأ الكتب، طو حب انتهى إذل إنب أنا ا ال إلو إال أنا فاعبدين وأقم الصبلة »الكتاب فقرأ وإنو ال ٲبسو إال ا٤بطهروف، فقم فاغتسل أو توضأ، قاؿ فقاـ عمر فتوضأ، ب أخذ

ميس اللهم قاؿ فقاؿ عمر دلوين على ٧بمد، فلما ٠بع خباب قوؿ عمر، خرج من البيت، فقاؿ أبشر يا عمر، فإين أرجو أف تكوف دعوة رسوؿ ا ليلة ا٣ب« لذكريرو بن ىشاـ وكاف رسوؿ ا ب الدار الب ب أصل الصفا قاؿ فانطلق عمر، حب أتى الدار، وعلى باب الدار بزة وطلحة، أعز اإلسبلـ بعمر بن ا٣بطاب، أو بعم

ينا غب ذلك يكن قتلو عل وناس من أصحاب رسوؿ ا ، فلما رأى بزة وجل القـو من عمر فقاؿ بزة ىذا عمر إف يرد ا بعمر خبا يسلم، فيتبع النيب ، وإف يرد ينزؿ ا عز وجل بك ىينا قاؿ والنيب داخل يوحى إليو، قاؿ فخرج رسوؿ ا ، حب أتى عمر، فأخذ بجامع ثوبو وبائل السيف، فقاؿ ما أنت بنتو يا عمر حب

، فقاؿ عمر أشهد أف ال إلو إال ا وأنك عبده من ا٣بزي والنكاؿ ما أنزؿ بالوليد بن ا٤بغبة، فهذا عمر بن ا٣بطاب اللهم أعز اإلسبلـ أو الدين بعمر بن ا٣بطاب ورسولو، وأسلم وقاؿ أخرج يا رسوؿ ا(

Diriwayatkan dari Anas bin Malik, dia berkata:

‘Umar keluar sambil menyandang pedang lalu berpapasan dengan seorang lelaki dari Bani Zuhrah.

Lelaki Bani Zuhrah itu bertanya, “Hendak ke mana kamu, Wahai ‘Umar?”

‘Umar pun menjawab, “Aku hendak membunuh Muhammad!”

Lelaki Bani Zuhrah itu berkata, “Lantas Bagaimana caranya kau mengamankan diri dari Bani Hasyim

dan Bani Zuhrah jika kau membunuh Muhammad?”

‘Umar berkata, “Sepertinya kamu telah berpindah agama dan meninggalkan agamamu!”

Lelaki Bani Zuhrah itu berkata, “Maukah kutunjukkan sesuatu yang akan mengagetkanmu?

Sesungguhnya saudara iparmu dan juga saudarimu telah berpindah agama dan meninggalkan

agamamu!”

‘Umar pun berjalan dengan marah menuju rumah saudari dan iparnya itu, ternyata di sana ada

seseorang dari kalangan Muhajirin yang bernama Khabab (bin al-Arat). Tatkala Khabab mendengar

kedatangan ‘Umar, dia pun segera bersembunyi di dalam rumah.

‘Umar masuk ke dalam rumah, lalu berkata kepada saudari dan iparnya itu, “Seruan apa yang kalian

bisik-bisikkan itu?” Pada saat itu mereka memang sedang membaca surah Thaha.

Lalu saudari dan iparnya itu berkata, “Tidak ada selain perbincangan biasa di antara kami saja.”

‘Umar berkata, “Jangan-jangan kalian berdua sudah berpindah agama.”

Saudara ipar ‘Umar pun berkata, “Wahai ‘Umar, bagaimana jika kebenaran itu berada pada selain

agamamu?”

(Mendengar itu), ‘Umar pun meloncat ke arah saudara iparnya itu lalu membanting dan

menginjaknya dengan keras. (Melihat hal itu), saudarinya ‘Umar segera beranjak untuk membela

suaminya, lalu berkata dengan perasaan marah, “Bagaimana jika kebenaran itu bukan pada

agamamu? Sesungguhnya aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak untuk diibadahi

kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah!”

‘Umar lantas berkata, “Berikan kepadaku kitab yang ada pada kalian biar kubaca!” -Dan ‘Umar

memang termasuk orang yang sudah bisa membaca.

Saudarinya ‘Umar berkata, “Sesungguhnya kamu kotor, tidak suci dari najis! Dan sesungguhnya tidak

ada yang menyentuh kitab ini melainkan orang-orang yang berada dalam keadaan suci. Pergilah kau

untuk mandi atau berwudu!”

‘Umar pun segera beranjak dan berwudu, lalu mengambil kitab itu dan membaca surah Thaha

sampai kepada ayat berikut:

| 113 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

و أقم الصبلة لذكري أنا ا ال إلو إال أنا فاعبدين إنب

“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan

dirikanlah salat untuk mengingat-Ku.” (QS. Thaha: 14)

‘Umar berkata, “Tunjukkan kepadaku tempat Muhammad!”

Mendengar perkataan ‘Umar itu, Khabab pun keluar dari tempat persembunyiannya, lalu berkata,

“Kabar gembira bagimu, wahai ‘Umar! Sesungguhnya aku berharap kamulah jawaban atas doa

Rasulullah pada malam kamis yang lalu di sebuah rumah di bukit ash-Shafa: Allahumma, kuatkanlah

Islam dengan keislaman ‘Umar bin al-Khaththab atau dengan keislaman ‘Amr bin Hisyam (yakni Abu

Jahal –pent).”

Selanjutnya ‘Umar pun bertolak hingga sampai di tempat Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Di muka rumah ada Hamzah dan Thalhah beserta beberapa orang lainnya dari para shahabat

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Tatkala melihat orang-orang merasa takut atas kedatangan ‘Umar, Hamzah pun berkata, “Itu ‘Umar.

Jika Allah menghendaki kebaikan baginya, niscaya dia akan masuk Islam lalu mengikuti Nabi, namun

jika Allah menghendaki yang selain itu, maka kita akan membunuhnya dengan mudah.”

Saat itu Nabi yang sedang berada di dalam rumah diberitahu akan hal itu. Rasulullah pun keluar

menemui ‘Umar lalu mencengkram baju dan sarung pedang ‘Umar seraya berkata, “Apakah kau tak

hendak berhenti, Wahai ‘Umar, hingga Allah -‘azza wa jalla- menimpakan kepadamu kehinaan dan

siksaan yang telah ditimpakkan kepada al-Walid bin al-Mughirah! Maka inilah ‘Umar bin al-

Khaththab, Allahumma kuatkanlah Islam –atau agama- dengan keislaman ‘Umar bin al-Khaththab.”

Kemudian ‘Umar pun berkata, “Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak untuk diibadahi

selain Allah, dan sesungguhnya kamu adalah hamba dan utusan-Nya.”

Dan ‘Umar pun masuk Islam, lalu berkata, “Keluarlah (tidak perlu sembunyi lagi), wahai Rasulullah!”

TAKHRIJ (SUMBER PEMBERITAAN KISAH)

د ا بن بشراف ببغداد، قاؿ أخربنا أبو جعفر ٧بمد بن عمرو الرزاز، قاؿ أخربنا أبو ا٢بسب علي بن ٧بمد بن عب»، حيث قاؿ «الدالئل»القصة أخرجها البيهقي ب مالك قاؿ فذكر حدثنا ٧بمد بن عبيد ا ىو ابن يزيد ا٢بناوي، قاؿ حدثنا إسحاؽ بن يوسف يعب األزرؽ، قاؿ حدثنا القاسم بن عثماف البصري، عن أنس بن

٨بتصرا« األوسط»٨بتصرا، والطرباين ب « السنن»ارقطب ب ، والد«الطبقات الكربى»القصة وأخرجها ابن سعد ب

Kisah di atas dikeluarkan oleh al-Baihaqi di kitab ad-Dala-il, dan dia mengatakan, “Telah

mengabarkan kepada kami Abu al-Husain ‘Ali bin Muhammad bin ‘Abdullah bin Basyran di Baghdad,

dia mengatakan: telah mengabarkan kepadaku Abu Ja’far Muhammad bin ‘Amr ar-Razaz, dia

berkata: telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Ubaidullah, dia adalah Ibn Yazid al-

Hanawi, dia berkata: telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Yusuf, yakni al-Azraq, dia berkata:

telah menceritakan kepada kami al-Qasim bin ‘Utsman al-Bashri, dari Anas bin Malik, dia berkata,”

kemudian menyebutkan kisah tersebut.

| 114 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Ibnu Sa’d juga mengeluarkannya di kitab ath-Thabaqat al-Kubra, juga ad-Daraquthni di kitab as-

Sunan secara ringkas, dan ath-Thabarani di kitab al-Ausath secara ringkas juga …

TAHQIQ (PENELITIAN VALIDITAS HADITS)

ال تروى عن أنس إال ذا اإلسناد تفرد ا »ىذه القصة واىية، وعلتها القاسم بن عثماف أبو العبلء البصري ولقد انفرد ا عن أنس ولذلك قاؿ اإلماـ الطرباين اىػ « القاسم

القاسم بن عثماف البصري عن أنس قاؿ البخاري لو أحاديث ال يتابع عليها ب قاؿ الذىيب حدث عنو إسحاؽ األزرؽ »وقاؿ « ا٤بيزاف»قلت وأورده اإلماـ الذىيب ب اىػ« بقصة إسبلـ عمر وىي منكرة جدا

Kisah ini rapuh, dan penyakitnya adalah al-Qasim bin ‘Utsman Abu al-‘Ala al-Bashri. Dia menyendiri

dengan kisah ini dari Anas. Oleh karena itu Imam ath-Thabarani berkata, “Tidak diriwayatkan dari

Anas kecuali dengan sanad ini, al-Qasim menyendiri dengan sanad ini.” Aku katakan, Imam adz-

Dzahabi telah menyebutkan hadits ini di kitab al-Mizan, dan dia mengatakan, “Al-Qasim bin ‘Utsman

al-Bashri dari Anas, dikatakan oleh al-Bukhari bahwa dia memiliki hadits-hadits tanpa mutaba’ah

(tak diikuti oleh perawi lain).” Kemudian adz-Dzahabi berkata, “Ishaq al-Azraq mengabarkan dari

al-Qasim ini kisah keislaman ‘Umar, dan kisah tersebut sangat munkar.”

القاسم بن عثماف، عن أنس، ال يتابع على حديثو، حدث عنو إسحاؽ األزرؽ أحاديث ال يتابع منها على »وقاؿ « الضعفاء الكبب»قلت وأورده اإلماـ العقيلي ب اىػ « شيء

ماـ البخاري وقوؿ اإلماـ العقيلي وحكم اإلماـ الذىيب على قصة إسبلـ عمر بأهنا منكرة جداقلت وأقر ا٢بافظ ابن حجر قوؿ اإل

Aku katakan, Imam al-‘Uqaili menyebutkan di kitab adh-Dhu’afa’ al-Kabir, dan dia mengatakan, “Al-

Qasim bin ‘Utsman dari Anas tak memiliki mutaba’ah atas haditsnya. Mengabarkan darinya Ishaq

al-Azraq hadits-hadits tanpa mutaba’ah sama sekali.” Aku katakan pula, (bahwa) al-Hafizh Ibnu

Hajar telah menyetujui ucapan Imam al-Bukhari dan Imam al-‘Uqaili (tentang al-Qasim bin ‘Utsman –

pent), lalu beliau menilai bahwa hadits tentang keislaman ‘Umar itu sebagai hadits yang sangat

munkar.

JALAN PERIWAYATAN LAIN

ا القصة أخرجها اإلماـ وإذل القارئ الكرمي قصة إسبلـ عمر وضربو ألختو يتخذىا القصاص والوعاظ شاىدا من حديث ثوباف ٥بذه القصة الواىية الب أوردناىا آنف ة ثنا أبو األشعث عن ثوباف قاؿ قاؿ حدثنا أبد بن ٧بمد بن بب بن بزة ثنا إسحاؽ بن إبراىيم حدثنا يزيد بن ربيع»حيث قاؿ « ا٤بعجم الكبب»الطربي ب حب ظن أنو قتلها ب قاـ من السحر فسمع « اقرأ باسم ربك الذي خلق»، وقد ضرب أختو أوؿ الليل وىي تقرأ «اللهم أعز اإلسبلـ بعمر بن ا٣بطاب»رسوؿ ا ى رسوؿ ا فوجد ببلال على الباب فدفع الباب فقاؿ ببلؿ من ىذا؟ فقاؿ وا ما ىذا بشعر وال ٮبهمة، فذىب حب أت« اقرأ باسم ربك الذي خلق»صوهتا تقرأ

فقاؿ « إف يرد ا بعمر خبا أدخلو ب الدين»فقاؿ عمر بن ا٣بطاب فقاؿ حب أستأذف لك على رسوؿ ا ، فقاؿ ببلؿ يا رسوؿ ا، عمر بالباب فقاؿ رسوؿ ا تشهد أف ال إلو إال ا »وما الذي جئت ؟ فقاؿ لو عمر اعرض علي الذي تدعو إليو، قاؿ « ما الذي تريد؟»ؿ ، وأخذ رسوؿ ا بضبعيو فهزه فقا«افتح»لببلؿ

«أخرج»فأسلم عمر مكانو وقاؿ « وحده ال شريك لو وأف ٧بمدا عبده ورسولو

Pembaca yang mulia, kisah rapuh yang kami sebutkan di atas tentang keislaman ‘Umar dan

pemukulannya terhadap saudarinya, yang sering diceritakan oleh para tukang cerita dan para

pemberi nasihat, memiliki syahid dari hadits Tsauban yang dikeluarkan oleh al-Imam ath-Thabari di

| 115 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

kitab al-Mu’jam al-Kabir. Di kitab itu ath-Thabari mengatakan: telah menceritakan kepada kami

Ahmad bin Muhammad bin Yahya bin Hamzah, telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim,

telah menceritakan kepada kami Yazid bin Rabi’ah, telah menceritakan kepada kami Abu al-Ats’ats,

dari Tsauban, dia berkata:

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan ‘Umar bin

al-Khaththab,” dan sungguh ‘Umar telah memukul saudarinya pada awal malam ketika saudarinya

itu sedang membaca ayat, “Bacalah dengan nama Rabb-mu yang telah menciptakan!” Sampai-

sampai ‘Umar menyangka bahwa dirinya telah membunuh saudarinya itu. Kemudian ‘Umar

terbangun pada akhir malam dan mendengar suara adik perempuannya membaca ayat, “Bacalah

dengan nama Rabb-mu yang telah menciptakan!” ‘Umar pun berkata, “Demi Allah, ini bukanlah

syair dan bukan pula gumaman,” lalu dia beranjak mendatangi Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa

sallam- dan mendapati Bilal menjaga pintu. Bilal berkata, “Siapa di luar!” ‘Umar menjawab, “’Umar

bin al-Khaththab.” Bilal berkata, “Tunggulah sampai aku memintakan izin untukmu kepada

Rasulullah.” Bilal berkata kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, ada ‘Umar di depan pintu.”

Rasulullah berkata, “Jika Allah menghendaki kebaikan bagi ‘Umar, Dia akan memasukkannya ke

dalam Islam,” kemudian beliau berkata kepada Bilal, “Bukalah pintunya!” Rasulullah memegang

‘Umar dengan kedua tangan lalu menggoncangkannya seraya bersabda, “Apa yang kau inginkan dan

apa yang membuatmu kemari?” ‘Umar berkata kepada Rasulullah, “Tunjukkan kepadaku apa yang

kau dakwahkan.” Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Persaksikanlah olehmu bahwa

tiada yang berhak untuk diibadahi kecuali Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwa

Muhammad itu adalah hamba dan utusan-Nya.” Maka ‘Umar pun masuk Islam, lalu berkata,

“Keluarlah (tak perlu bersembunyi lagi)!”

« التاريخ الكبب»خاري ب كتابو وىذه أيضا قصة واىية ال تصلح للشواىد وال ا٤بتابعات، بل تزيد القصة وىنا على وىن، وعلتها يزيد بن ربيعة الرحيب أورده اإلماـ البتربة « الضعفاء وا٤ببوكب»وأورده اإلماـ النسائي ب « الصنعاين صنعاء دمشق عن أيب أ٠باء حديثو مناكبيزيد بن ربيعة أبو كامل الرحيب الدمشقي »تربة وقاؿ

«يزيد بن ربيعة، مبوؾ ا٢بديث»وقاؿ

Namun kisah ini juga sama rapuhnya, tidak bisa dijadikan sebagai syawahid maupun mutabi’at,

bahkan malah menambah kelemahan di atas kelemahan. Cacat (penyakit) riwayat ini adalah perawi

Yazid bin Rabi’ah ar-Rahbi. Imam al-Bukhari telah menyebutkan Yazid bin Rabi’ah ini di kitab at-

Tarikh al-Kabir dengan mengatakan, “Yazid bin Rabi’ah Abu Kamil ar-Rahbi ad-Dimasyqi ash-

Shan’ani Shana’a Damaskus, dari Abu Asma haditsnya munkar.” Imam an-Nasa’i menyebutkannya

juga di kitab adh-Dhu’afa’ wa al-Matrukin dengan mengatakan, “Yazid bin Rabi’ah, haditsnya

ditinggalkan.”

الضعفاء »وأورده اإلماـ الدارقطب ب « و٥بذا كاف مذىب النسائي أف ال يبؾ حديث الرجل حب ٯبتمع ا١بميع على تركو»ص « شرح النخبة»فائدة: قاؿ ا٢بافظ ب اىػ« يزيد بن ربيعة أبو كامل الرحيب، من صنعاء دمشق»تربة وقاؿ « وا٤ببوكب

لئلماـ الدارقطب، بقولو الذي أوردناه ب يزيد بن ربيعة، أف الدارقطب سكت عنو، وال يدري أنو بجرد ذكر ا٠بو ب « بوكبالضعفاء وا٤ب»يظن من ال دراية لو بكتاب دارقطب طالت ٧باورب مع ابن بكاف أليب ا٢بسن علي بن عمر ال»حيث قاؿ اإلماـ الربقاين « ا٤بقدمة»إباع على تركو، كما جاء ب « الضعفاء وا٤ببوكب»كتابو

اىػ« عفا ا عب وعنهما ب ا٤ببوكب من أصحاب ا٢بديث، فتقرر بيننا وبينو على ترؾ من أثبتو على حروؼ ا٤بعجم ب ىذه الورقات قلت وذا التحقيق تصبح القصة واىية ذا الشاىد الذي ال يزيدىا إال وىنا على وىن

| 116 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Faidah: al-Hafizh Ibn Hajar berkata di kitab Syarh an-Nukhbah, “Nasa’i berpendapat bahwa seorang

perawi tidaklah ditinggalkan haditsnya sampai para ahli hadits sepakat untuk meninggalkannya.”

Imam ad-Daruquthni menyebutkan pula perihal Yazid bin Rabi’ah ini di kitab adh-Dhu’afa’ wa al-

Matrukin dengan mengatakan, “Yazid bin Rabi’ah Abu Kamil ar-Rahbi, dari Shana’a Damaskus.”

Orang yang tak memiliki pengetahuan tentang kitab adh-Dhu’afa’ wa al-Matrukin karya Imam ad-

Daruquthni, dia menyangka bahwa ucapan Imam ad-Daruquthni yang kami sebutkan tentang Yazid

bin Rabi’ah ini, merupakan sikap diam ad-Daruquthni tentangnya. Orang ini tidak mengetahui

bahwasanya Imam ad-Daruquthni dengan menyebutkan nama si perawi di kitabnya tersebut, adh-

Dhu’afa’ wa al-Matrukin, berarti ad-Daruquthni sepakat atas kematrukannya, hal ini sebagaimana

ucapan Imam al-Barqani yang terdapat di al-Muqadimah yang mengatakan, “Aku bertanya-tanya

panjang bersama Ibn Himkan kepada Abu al-Hasan ‘Ali bin ‘Amr ad-Daruquthni –semoga Allah

memaafkanku dan mereka berdua- mengenai orang-orang matruk dari kalangan perawi hadits, lalu

menjadi tetaplah di antara kami atas kematrukan nama-nama perawi yang telah ditetapkannya di

dalam kitabnya.”

Aku katakan, dengan tahqiq ini, menjadi lemahlah kisah dengan syahid ini, syahid yang tak memberi

tambahan apa pun selain kelemahan yang bertambah-tambah …

ال »تنطبق باـ االنطباؽ على ىذه القصة الواىية، ٤با فيها من مبوكب، حيث نقل عن ابن الصبلح قولو « اختصار علـو ا٢بديث»فائدة: أوردىا ا٢بافظ ابن كثب ب ر كونو تابعا أو متبوعا، كرواية الكذابب يلـز من ورود ا٢بديث من طرؽ متعددة، أف يكوف حسنا، ألف الضعف يتفاوت، فمنو ما ال يزوؿ با٤بتابعات، يعب ال يؤث

اىػ« وا٤ببوكب

Faidah: al-Hafizh Ibn Katsir menyebutkan kisah ini di kitab Ikhtishar ‘Ulum al-Hadits, bersesuaian

dengan kisah yang lemah ini karena di dalamnya ada perawi yang termasuk matruk. Beliau menukil

ucapan Ibn Shalah, “Adanya periwayatan dari beberapa jalur lain tidaklah selalu mengharuskan

suatu hadits menjadi hasan. Hal itu dikerenakan tingkat kelemahan hadits itu berbeda-beda,

sebagian di antaranya ada yang tingkat kelemahannya tidak bisa hilang dengan keberadaan

mutabi’at, yakni baik itu hadits tabi’ maupun hadits matbu’, keduanya sama-sama tidak

berpengaruh, sebagaimana halnya riwayat dari para perawi dusta dan matruk.”

RIWAYAT YANG SHAHIH tentang Kisah Keislaman ‘Umar bin al-Khaththab –radhiyallahu ‘anhu-

بابا رقم إسبلـ عمر بن ا٣بطاب رضي ا عنو، وبت ىذه الببة أخرج حديث فقاؿ « مناقب األنصار»ب كتاب « صحيحو»لقد بوب اإلماـ البخاري ب ر، اجتمع الناس عند داره وقالوا صبأ عمر حدثنا علي بن عبد ا حدثنا سفياف قاؿ عمرو بن دينار ٠بعتو قاؿ قاؿ عبد ا بن عمر رضي ا عنهما ٤با أسلم عم»

ىذا ؟ قالوا العاص وأنا غبلـ فوؽ ظهر بيب فجاء رجل عليو قباء من ديباج فقاؿ قد صبأ عمر، فما ذاؾ؟ فأنا لو جار، قاؿ فرأيت الناس تصدعوا عنو، فقلت من اىػ« بن وائل

Imam al-Bukhari telah membuat satu bab di kitab Shahih-nya, yakni di kitab Manaqib al-Anshar, bab

Keislaman ‘Umar bin al-Khaththab –radhiyallahu ‘anhu. Beliau mengeluarkan hadits di bawah judul

ini dengan mengatakan: telah menceritakan kepada kami ‘Ali bin ‘Abdullah, telah menceritakan

Sufyan, dia berkata: aku mendengar ‘Amr bin Dinar berkata: ‘Abdullah bin ‘Umar –radhiyallahu

‘anhuma- berkata tentang Keislaman ‘Umar:

| 117 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Orang-orang (musyrikin Mekah) berkumpul di depan rumah ‘Umar seraya mengatakan, “Umar

telah murtad (keluar dari agama)!” Saat itu aku masih kecil, dan aku sedang berada di atap

rumahku. Tiba-tiba datanglah seorang lelaki yang mengenakan pakaian luar dari sutra. Lelaki itu

berkata, “’Umar memang telah berpindah agama, lalu kenapa? Aku pelindungnya!” Maka aku

melihat orang-orang pada bubar dari lelaki itu. Aku pun bertanya, “Siapa dia?” Orang-orang

menjawab, “Al-‘Ash bin Wa-il.”

ب إسبلـ عمر بن ا٣بطاب قاؿ ابن إسحاؽ وحدثب نافع موذل ابن عمر عن ابن عمر قاؿ ٤با أسلم عمر قاؿ أي قريش « البداية والنهاية»وأورده ا٢بافظ ابن كثب ب ل كل ما رأيت، حب جاءه فقاؿ لو أنقل للحديث؟ فقيل لو بيل بن معمر ا١بمحي فغدا عليو، قاؿ عبد ا وغدوت أتبع أثره، وأنظر ما يفعل وأنا غبلـ أعق

باب ا٤بسجد صرخ بأعلى أعلمت يا بيل أين أسلمت ودخلت ب دين ٧بمد ؟ قاؿ فوا، ما راجعو حب قاـ ٯبر رداءه، واتبعو عمر، واتبعتو أنا، حب إذا قاـ على ؿ عمر من خلفو كذب، ولكب قد أسلمت، وشهدت أف ال إلو إال ا صوتو يا معشر قريش، وىم ب أنديتهم حوؿ الكعبة، أال إف ابن ا٣بطاب قد صبا، قاؿ يقو

ؿ افعلوا ما بدا لكم، وأف ٧بمدا رسوؿ ا، وثاروا إليو فما برح يقاتلهم ويقاتلونو حب قامت الشمس على رؤوسهم، قاؿ وطلح فقعد، وقاموا على رأسو وىو يقو ا لكم، أو تركتموىا لنا قاؿ فبينما ىم على ذلك، إذ أقبل شيخ من قريش عليو حلة حربة وقميص موشى حب فأحلف با أف لو قد كنا ثبلبائة رجل لقد تركناى

؟ خلوا عن الرجل وقف عليهم، فقاؿ ما شأنكم؟ فقالوا صبأ عمر، قاؿ فمو، رجل اختار لنفسو أمرا، فماذا تريدوف ؟ أتروف بب عدي يسلموف لكم صاحبكم ىكذااتلونك؟ قاؿ ذاؾ لكأ٭با كانوا ثوبا كشط عنو، قاؿ فقلت أليب بعد أف ىاجر إذل ا٤بدينة يا أبت من الرجل الذي زجر القـو عنك بكة يـو أسلمت وىم يققاؿ فوا

«أي بب، العاص بن وائل السهمي

Al-Hafizh Ibn Katsir telah menyebutkannya di kitab al-Bidayah wa an-Nihayah tentang keislaman

‘Umar bin al-Khtahthab: Ibn Ishaq berkata: dan telah menceritakan kepadaku Nafi’ maula Ibn ‘Umar

dari Ibn ‘Umar, dia berkata:

Tatkala ‘Umar masuk Islam, dia berkata, “Siapa orang Quraisy yang paling pandai mengabarkan

berita?” Maka dikatakan kepada ‘Umar, “Jamil bin Ma’mar al-Jumahi.” ‘Umar pun berangkat

menemui Jamil bin Ma’mar bin al-Jumahi. ‘Abdullah bin ‘Umar berkata, “Aku pun menguntit dan

membuntuti ayahku. Aku melihat apa yang diperbuat ayahku, dan saat itu aku seorang anak kecil

yang telah mengerti semua yang kulihat.” ‘Umar pun mendatangi Jamil bin Ma’mar al-Juhami dan

berkata kepadanya, “Tahukah kau wahai Jamil, bahwa aku telah berislam dan masuk ke dalam

agama Muhammad?” Maka demi Allah, tanpa mengulang ucapan beranjaklah Jamil bin Ma’mar al-

Juhami sambil menyeret pakaiannya. ‘Umar pun mengikutinya, dan aku pun mengikuti ayahku.

Sesampainya di pintu masjid (Ka’bah), Jamil bin Ma’mar pun berseru dengan suara tinggi, “Wahai

sekalian orang Quraisy! Ketahuilah, bahwa ‘Umar bin al-Khaththab telah murtad (berpindah

agama)!” Saat itu kaum Quraisy sedang berada di nadwah (tempat berkumpul) mereka di sekitar

Ka’bah. ‘Umar lantas berseru dari belakang Jamil bin Ma’mar, “Jamil telah berdusta! Yang benar, aku

telah memeluk Islam, dan aku bersaksi bahwa tiada yang berhak untuk diibadahi kecuali Allah, dan

bahwa Muhammad itu utusan Allah!” Mendengar itu, kaum Quraisy pun marah dan menyerang

‘Umar, maka tak henti-hentinya ‘Umar memukuli mereka dan mereka pun memukulinya hingga

matahari berada di atas kepala. Akhirnya ‘Umar terkapar kepayahan. Orang-orang Quraisy berdiri (di

sekelilingnya), dan ‘Umar berkata kepada mereka, “Lakukanlah apa yang terlintas dalam pikiran

kalian! Aku bersumpah dengan nama Allah, jika saja kami berjumlah tiga ratus orang, niscaya kami

akan meninggalkannya untuk kalian atau kalian meninggalkannya untuk kami.” [1] Dalam keadaan

seperti itu, tiba-tiba datanglah seorang syaikh Quraisy yang mengenakan jubah dan gamis bersulam.

Syaikh Quraisy itu berhenti di antara kerumunan orang-orang, lalu berkata, “Ada apa dengan

kalian?” Orang-orang Quraisy pun menjawab, “’Umar telah murtad!” Syaikh itu berkata,

| 118 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

“Memangnya kenapa? Seseorang itu boleh memilih urusannya sendiri, lalu apa yang kalian

inginkan? Apakah kalian kira Bani ‘Adi (kabilah ‘Umar -pent) akan menerima begitu saja perbuatan

kalian terhadap sahabat kalian ini? Lepaskanlah dia!” Maka demi Allah, orang-orang (Quraisy) itu

seakan-akan pakaian yang dihempaskan (setelah mendengar ucapan lelaki itu). Kemudian setelah

hijrah ke Madinah, aku bertanya kepada ayahku, “Wahai ayah, siapakah lelaki yang membuat

orang-orang yang hendak membunuhmu bubar pada hari kamu masuk Islam di Mekah?” ‘Umar

menjawab, “Lelaki itu, wahai anakku, dia adalah al-‘Ash bin Wa-il as-Sahmi.”

و يدؿ على تأخر إسبلـ عمر، ألف ابن عمر عرض يـو أحد وىو ابن أربع عشرة سنة، وكانت أحد ب سنة ثبلث من ا٥بجرة، وقد كاف وىذا إسناد جيد قوي، وى اىػ« ٩بيزا يـو أسلم أبوه، فيكوف إسبلمو قبل ا٥بجرة بنحو من أربع سنب، وذلك بعد البعثة بنحو تسع سنب، وا أعلم

Sanad riwayat ini bagus dan kuat, dan riwayat ini menunjukkan bahwa ‘Umar termasuk yang lambat

masuk Islam karena Ibn ‘Umar ketika meminta untuk ikut serta dalam perang Uhud, saat itu usianya

empat belas tahun, dan perang Uhud itu terjadi pada tahun ketiga Hijriyah, sementara pada waktu

‘Umar masuk Islam, Ibn ‘Umar sudah mumayyiz (anak kecil yang sudah mengerti). Dengan demikian,

keislaman ‘Umar terjadi sekitar empat tahun sebelum hijrah dan sekitar sembilan tahun setelah

pengutusan Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam, wallahu a’lamu …

نقبل عن ابن إسحاؽ، ب ذكر ىذا التحقيق، وكذا ابن ىشاـ ب السبة النبوية ح نقبل أيضا « السبة النبوية»قلت وأورد ىذه القصة أيضا ا٢بافظ ابن كثب ب كتاب ووافقو الذىيب، « صحيح على شرط مسلم»سحاؽ وقاؿ نقبل عن ابن إسحاؽ، وأخرجو ا٢باكم من طريق ابن إ« أسد الغابة»عن ابن إسحاؽ، وكذا ابن األثب ب

اىػ« وىذا إسناد جيد قوي»وىو كما بينا آنفا، قاؿ ابن كثب

Aku katakan, kisah ini juga diriwayatkan oleh al-Hafizh Ibn Katsir di kitab as-Sirah an-Nabawiyyah

dengan menukil dari Ibn Ishaq kemudian menyebutkan tahqiq ini. Demikian juga Ibn Hisyam di kitab

as-Sirah an-Nabawiyyah yang juga menukil dari Ibn Ishaq, dan seperti itu pula Ibn al-Atsir di kitab

Asad al-Ghabah, menukil dari Ibn Ishaq. Al-Hakim mengeluarkannya dari jalan Ibn Ishaq, dan dia

berkata, “Shahih sesuai dengan syarat Muslim,” dan adz-Dzahabi menyetujuinya sebagaimana yang

telah kami sebutkan di atas. Ibn Katsir berkata, “Sanad riwayat ini bagus dan kuat.”

حدثنا بب بن سليماف قاؿ حدثب ابن وىب، قاؿ حدثب عمر بن ٧بمد قاؿ فأخربين جدي زيد بن عبد ا »قلت ويزداد قوة بأف البخاري أخرجو ح حيث قاؿ من بب سهم وىم حلفاؤنا بينما ىو ب الدار خائفا إذ جاءه العاص بن وائل السهمي أبو عمرو عليو حلة حربة وقميص مكفوؼ برير وىو»بن عمر عن أبيو قاؿ

اؿ م الوادي فقاؿ ب ا١باىلية فقاؿ ما بالك؟ قاؿ زعم قومك أهنم سيقتلونب إف أسلمت قاؿ ال سبيل إليك، بعد أف قا٥با أمنت فخرج العاص فلقي الناس قد س اىػ« أين تريدوف ؟ فقالوا نريد ىذا ابن ا٣بطاب الذي صبأ قاؿ ال سبيل إليو، فكر الناس

Aku katakan, dan yang menambah kekuatan riwayat ini, bahwa al-Bukhari (dalam Shahih-nya)

mengeluarkannya seraya mengatakan: telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sulaiman, dia

berkata: telah menceritakan kepadaku Ibn Wahb, dia berkata: telah menceritakan kepadaku ‘Umar

bin Muhammad, dia berkata: telah mengabarkan kepadaku kakekku Zaid bin ‘Abdullah bin ‘Umar,

dari ayahnya, dia berkata:

Ketika dia (‘Umar) berada di rumah dalam keadaan ketakutan, tiba-tiba datanglah al-‘Ash bin Wa-il

as-Sahmi Abu ‘Amr yang mengenakan jubah dan gamis bersulam sutra. Dia itu berasal dari Bani

Sahm, sekutu kabilah kami di masa jahiliyah. Lalu al-‘Ash bin Wa-il berkata, “Ada apa denganmu?”

| 119 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

‘Umar menjawab, “Kaummu mengatakan bahwa mereka akan membunuhku jika aku masuk Islam.”

Al-‘Ash bin Wa-il berkata, “Tak ada jalan (bagi mereka) untuk mendapatkanmu.” Aku pun percaya

setelah dia mengatakan hal itu, lalu al-‘Ash bin Wa-il keluar menemui orang-orang yang sedang pada

mengumpat. Al-‘Ash bi Wa-il berkata, “Hendak ke mana kalian?” Orang-orang berkata, “Kami

menginginkan Ibn al-Khaththab yang telah murtad!” Al-‘Ash bin Wa-il berkata, “Tak ada jalan (bagi

kalian) untuk mendapatkannya.” Maka orang-orang pun pergi …

م من قصص واىية وضعت ب يـو إسبلـ عمر، كما بينا آنفا ب ىذه القصة قلت ذا التحقيق يتبب الصحيح من السقيم ب قصة إسبلـ عمر رضي ا عنو؛ فكة ب أحدٮبا، وعمر ب الواىية ا٤بركبة من قصص واىيات، ومن قبل قد بينا القصة الواىية ا٤بوضوعة ب إسبلـ عمر، والب جعلت عمر ٱبرج ب مظاىرة ب صفب بز

وؿ التحقيق دليبل على مشروعية ا٤بظاىرات، وما تسبب عنها من أضرار ب الببلد وقتل للعباداآلخر، وابذىا من ال دراية ٥بم بالتخريج وأص ىذا ما وفقب ا إليو، وىو وحده من وراء القصد

Aku katakan, dengan tahqiq ini menjadi jelaslah yang shahih dari yang sakit mengenai kisah

keislaman ‘Umar bin al-Khaththab –radhiyallahu ‘anhu. Maka betapa banyak kisah-kisah lemah

tentang keislaman ‘Umar sebagaimana telah kami jelaskan di atas mengenai kisah yang lemah ini.

Bahkan sebelumnya kami pun pernah menjelaskan kisah lemah dan palsu tentang keislaman ‘Umar

yang isinya menceritakan bahwa ‘Umar keluar untuk melakukan muzhaharah (demonstrasi) dalam

dua barisan, barisan pertama dipimpin oleh Hamzah dan barisan kedua dipimpin oleh ‘Umar. Kisah

‘Umar dan Hamzah itu dipergunakan oleh orang-orang yang tak memiliki pengetahuan mengenai

takhrij dan ushul tahqiqsebagai dalil tentang disyariatkannya demonstrasi, danhal itu malah

menimbulkan kerusakan di negeri-negeri dan pembunuhan terhadap manusia … [2]

Inilah yang –semoga Allah memberi taufik kepadaku terhadap tulisan ini, dan Dia-lah satu-satunya

yang menjadi tujuan …

***

—————————-

Catatan dari saya:

[1] Ucapan ‘Umar –radhiyallahu ‘anhu:

فأحلف با أف لو قد كنا ثبلبائة رجل لقد تركناىا لكم، أو تركتموىا لنا

“Aku bersumpah dengan nama Allah, jika saja kami berjumlah tiga ratus orang, niscaya kami akan

meninggalkannya untuk kalian atau kalian meninggalkannya untuk kami.”

Makna ucapan ‘Umar –radhiyallahu ‘anhu- tersebut pernah ditanyakan oleh seseorang kepada

Syaikh Doktor Ahmad bin ‘Abdurrahman al-Qadhi –hafizhahullah- sebagai berikut:

| 120 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

أرجوا التوضيح بارؾ ا فيكم . تركتموىا لناس: ما معب قوؿ عمر ابن ا٣بطاب رضي ا عنو : فأحلف با أف لو كنا ثبلبائة رجل لقد تركناىا لكم أو

Tanya: apa makna dari ucapan ‘Umar bin al-Khaththab –radhiyallahu ‘anhu, “Aku bersumpah dengan

nama Allah, jika saja kami berjumlah tiga ratus orang, niscaya kami akan meninggalkannya untuk

kalian atau kalian meninggalkannya untuk kami,” saya mengharapkan penjelasan, semoga Allah

memberkahimu …

تلناكم، حب يفب أحد ج: دل أجد، بعد البحث ب كتب السبة، والتواريخ، من فسرىا. ويظهر رل أف مراده رضي ا عنو، أف لو بلغ عدد من أسلم ىذا القدر، لقا، مرجع الضمب ب )تركناىا( مكة، شرفها ا، أو الدنيا. وذلك إلظهار التصميم والثبات على الدين. أقوؿ ذلك اجتهادا فإف أصبت فمن االفريقب اآلخر! ولعل

وإف أخطأت فمب ومن الشيطاف، والفاروؽ، رضي ا عنو، بريء ٩با دل يرد.

Syaikh Doktor Ahmad bin ‘Abdurrahman al-Qadhi –hafizhahullah- menjawab: saya tidak

mendapatkan -setelah menelaah kitab-kitab sirah dan tarikh- seorang pun yang menjelaskan makna

ucapan tersebut. Hanya saja tampak bagiku, bahwa yang dimaksudkan oleh ‘Umar –radhiyallahu

‘anhu adalah, “Kalau saja jumlah yang masuk Islam itu telah mencapai bilangan tersebut, niscaya

kami akan memerangi kalian sampai salah satu dari kedua golongan mengalahkan yang lain,” dan

barangkali dhamir (kata ganti) “-nya” dalam kata taraknaahaa (kami akan meninggalkan-nya) itu

adalah kota Mekah –semoga Allah memuliakannya- atau mungkin saja maksudnya adalah dunia. Dan

ucapannya itu untuk menunjukkan kebulatan tekad dan keteguhan hati terhadap agama. Ini

kuucapkan sebagai ijtihadku semata, kalau ternyata benar, maka itu dari Allah. Kalau ternyata salah,

maka itu dariku dan dari setan, sedangkan al-Faruq –radhiyallahu ‘anhu- berlepas diri dari apa yang

tidak dimaksudkan olehnya …

[2] penjelasan mengenai kelemahan –bahkan kepalsuan- riwayat muzhaharah (demonstrasi) ‘Umar

dan Hamzah –radhiyallahu ‘anhuma- bisa dilihat di kitab Qashash al-Wahiyah karya Syaikh ‘Ali

Hasyisy al-Mishri –hafizhahullah, kisah nomor 44 halaman 435-442 …

Bandung, 2 Februari 2013

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 121 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Jika Kau Kembali ke Negerimu ...

Ini nasihat yang indah dari Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali –hafizhahullah- kepada para penuntut

ilmu, nasihat yang beliau sisipkan di antara kalimat-kalimat jawaban beliau mengenai salah satu

permasalahan fikih -yang para ulama berbeda pendapat dalam hal tersebut dari sejak dulu hingga

sekarang …

**

*

Syaikh Rabi’ bin Hadi bin Muhammad ‘Umair al-Madkhali –hafizhahullah-

Dari sini: http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=95242

حوف حديث ابن عمر ب رفع اليدين ب صبلة ا١بنازة مرفوعا؟ىل تصح

Syaikh Rabi’ bin Hadi –hafizhahullah- ditanya:

Apakah kalian menshahihkan kemarfu’an hadits Ibn ‘Umar mengenai mengangkat kedua tangan

dalam shalat jenazah?

وتابعو ا٢بافظ ابن حجر وحسنو الشيخ ابن باز وأجرينا عليو دراسة ووجدنا أنو ب درجة ا٢بسن أو يصل إذل درجة الصحة، الشيخ: إف شاء ا، ىذا عللو الدارقطب ودرسنا ىذه ا٤بخالفة فلم ٪بد٥با تأثبا على رواية عمر ابن شبة. ألف الذي رفعو وىو عمر بن شبة. قاؿ الدار قطب: خالفو غبه،

Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali menjawab:

Insya Allah, ad-Daruquthni menjelaskan alasannya (yakni: alasan tentang kemauqufannya -pent) dan

al-Hafizh Ibn Hajar mengikutinya (yakni: menganggapnya mauquf juga di kitab at-Talkhis al-Khabir –

| 122 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

pent). Syaikh Ibn Baz menganggapnya hasan. Kami juga telah meneliti hadits tersebut dan mendapati

bahwa hadits tersebut berderajat hasan atau sampai kepada derajat shahih karena perawi yang

memarfu’kannya adalah ‘Umar bin Syaibah. Imam ad-Daruquthni berkata, “Para perawi lain

menyelisihi ‘Umar bin Syaibah.”

Kami telah meneliti penyelisihan ini namun kami tak menemukan pengaruh (dari penyelisihan itu)

terhadap riwayat ‘Umar bin Syaibah, (dengan alasan):

أوال: دل يسم الدار قطب ىؤالء ا٤بخالفب.وقد عضده آثار، منها أثر عبد ا بن عمر وعمر ابن عبد العزيز وبعض -إف شاء ا-أنو ثقة. فا٢بديث ثابت ثقة أو صدوؽ، الظاىر -يعب ابن شبة-ثانيا: ىو

السلف وىذا ٩با يتقوى بو ا٢بديث سواء كاف مرسبل أو فيو شيء من الضعف فكيف إذا كاف ثابتا.

Pertama: Imam ad-Daruquthni tidak menyebutkan para perawi yang menyelisihi riwayat ‘Umar bin

Syaibah.

Kedua: ‘Umar bin Syaibah itu perawi yang tsiqah atau shaduq, yang tampak dia adalah tsiqah.

Dengan demikian, hadits tersebut tsabit, insya Allah, dan dibantu pula oleh beberapa atsar, di

antaranya adalah atsar ‘Abdullah bin ‘Umar, atsar ‘Umar bin ‘Abd al-‘Aziz, dan atsar beberapa salaf

lainnya, dan ini termasuk hal yang bisa memperkuat hadits, baik karena mursal maupun karena di

dalamnya terdapat kelemahan, apalagi kalau hadits (yang diperkuat) itu tsabit.

ربو ا، لكن منهج السلف أف ا٢بق أكرب من الشخص كائنا من كاف، ىذا األلباين حبيبنا و شيخنا ولو جهود عظيمة، ولكن إذا أخطأ نرد -الشيخ األلباين شيخنا خطأ وال نقبلو، و نرده بأدب واحباـ.

Syaikh al-Albani adalah guru kami, semoga Allah merahmati beliau. Akan tetapi (menurut) manhaj

salaf, kebenaran itu lebih besar daripada tokoh, siapa pun orangnya. Al-Albani adalah orang yang

kami cintai, guru kami yang memiliki kesungguhan yang besar (dalam penelitian ilmiah), namun

apabila beliau salah, kami pun membantah kesalahannya dan tidak menerimanya, dan kami

membantahnya dengan adab dan penghormatan yang baik.

ة. ىنا تعارض الوقف والرفع ا٢بديث عللو الدارقطنيب بالوقف، تعارض الوقف والرفع ىنا ماذا تفعل إذا تعارض الرفع و الوقف؟ ننظر إذل األدلة فنرجح ما ترجحو األدلوعضده آثار، عن عبد ا بن عمر ى على ا١بنازة، ووجدنا األحاديث الب تعلق نفسو كاف يرفع يديو إذا صل -رضي ا عنهما-فوجدنا أف الرفع أرجح من الوقف

منها: حديث أيب ىريرة فيو ضعف شديد وحديث عبد ا بن عباس فيو ضعف شديد -ربو ا-ا الشيخ األلباين ضعيفة جدا وىي مذكورة ب السنن للدارقطب وما سانده من اآلثار. -رضي ا عنو-أيضا وىي ال تقاـو حديث ابن عمر

Hadits Ibn ‘Umar itu dijelaskan ‘illah-nya oleh ad-Daruquthni sebagai hadits mauquf. Di sana

terdapat pertentangan antara riwayat yang mauquf dengan riwayat yang marfu’. Apa yang akan

kauperbuat jika terdapat pertentangan di antara yang mauquf dengan yang marfu’? Kita memeriksa

dalil-dalinya dan memilih dalil yang lebih unggul. Dalam hal ini terdapat pertentangan di antara

riwayat yang mauquf dengan riwayat yang marfu’, lalu kami dapati bahwa riwayat yang marfu’ lebih

unggul dari riwayat yang mauquf, dan itu diperkuat pula oleh beberapa atsar, (di antaranya atsar)

dari ‘Abdullah bin ‘Umar sendiri –radhiyallahu ‘anhuma, beliau mengangkat kedua tangannya

apabila shalat jenazah. Malahan kami mendapati hadits-hadits yang dijadikan pegangan oleh Syaikh

al-Albani –rahimahullah- (sebagai penunjang bagi pendapatnya) merupakan hadits-hadits yang

| 123 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

sangat lemah, dan semua itu disebutkan di kitab as-Sunan karya ad-Daruquthni –rahimahullah, di

antaranya adalah hadits Abu Hurairah yang dha’f syadid (sangat lemah), juga hadits ‘Abdullah bin

‘Abbas yang juga dha’f syadid. Semua itu tidak bisa menandingi hadits Ibn ‘Umar –radhiyallahu

‘anhu- beserta atsar-atsar yang menguatkannya.

ب ا٤بسجد النبوي خارج ا٤بسجد، صلينا -ربو ا-نيب ب درست ا٢بديث فغبت رأيي، فصلى ليلة إذل جا -ربو ا -وأنا كنت قدٲبا آخذا بذىب الشيخ األلباينقبلها بأدبو واحبامو على جنازة فكاف ال يرفع وأنا أرفع و أنا بنبو فقلت لو: شيخنا كنت على رأيك ب خالفتك فيو، قاؿ: طيب، فأعطيتو بعض حججي وأدلب فت

بعض األفاضل كذا وكذا , ىذا إشارة إذل تنبيهي أنا. وبعد ذلك أشار إرل ب كتابو ا١بنائز فقاؿ: ورأى -ربو ا-

Aku sendiri dulu berpendapat dengan pendapat Syaikh al-Albani –rahimahullah, namun kemudian

aku berubah pendirian setelah menelaah hadits (dalam masalah ini). Pada suatu malam, Syaikh al-

Albani –rahimahullah- pernah shalat di sampingku. (Waktu itu) kami shalat jenazah di bagian luar

masjid Nabawi. Beliau tidak mengangkat tangan (selain takbirah al-ihram saja -pent) sedangkan aku

mengangkat tangan (pada semua takbir –pent), dan aku berdiri di samping beliau. (Seusai shalat),

aku berkata kepada beliau, “Guru, dulu aku berpegang dengan pendapatmu kemudian (sekarang)

aku berlainan pendapat denganmu dalam masalah ini.”

Syaikh al-Albani menjawab, “Baik.”

Aku lantas mengemukakan sebagian argumentasi dan dalil-dalilku kepada beliau, dan beliau

menerimanya dengan adab dan penghormatannya yang baik, semoga Allah merahmatinya. Setelah

itu, beliau mengisyaratkan kepadaku (akan ucapan beliau) yang terdapat di kitabnya al-Jana-iz,

beliau berkata, “Sebagian ulama berpendapat begini dan begitu,” dan (ucapannya ini) merupakan

isyarat kepada argumentasi yang kukemukakan.

ال يرفع فناقشتو فصمم على رأيو فجئنا ىنا إذل ا٤بكتبة ودرسنا ا٢بديث، حب وصل ىو نفسو إذل ا٢بكم -حفظو ا-ب رأيت الشيخ ٧بمد عبد الوىاب الوصايب بالصحة ٢بديث عمر بن شيبة.

Kemudian (pada waktu yang lain), aku melihat Syaikh Muhammad ‘Abd al-Wahhab al-Washabi –

hafizhahullah- tidak mengangkat tangan (pada saat shalat jenazah -pent). Aku pun berdiskusi

dengannya namun dia berteguh hati dengan pendapatnya. Kami pun mendatangi perpustakaan

untuk mempelajari hadits (mengenai masalah ini) hingga akhirnya dirinya (Syaikh Muhammad ‘Abd

al-Wahhab al-Washabi) sampai pada keputusan tentang keshahihan hadits ‘Umar bin Syaibah (yakni:

perawi yang riwayatnya memarfu’kan hadits Ibn ‘Umar –pent).

مع ابة واالحباـ لبعضهم بعض، وا٣ببلفات بينهم ليست خصومة إذا كاف معهم على العقيدة وا٤بنهج ب أخطأ فبل -إف شاء ا-أىل ا٢بديث يدوروف مع ا٢بق ف ب مثل ىذه ا٤بسائل وينتقدوف ٱبرج عن دائرة األجر، اتهد إف أصاب فلو أجراف وإف أخطأ فلو أجر واحد، و٥بذا نرى أىل حديث من فجر التاريخ ٱبتلفو

ا٤بقاالت واألشخاص لكن بأدب واحباـ بدوف سب، بدوف بقب بدوف شتم ألف قصدىم النصيحة وبياف ا٢بق.

Ahli hadits itu berjalan bersama kebenaran, insya Allah, dengan menyertakan kecintaan dan

penghormatan terhadap sesama mereka. Perselisihan pendapat di antara mereka bukanlah

permusuhan. Jika ada yang keliru di antara mereka, sementara mereka berada di atas akidah dan

manhaj yang satu, maka tidaklah kekeliruan itu mengeluarkannya dari lingkaran pahala. Seorang

mujtahid, apabila benar mendapatkan dua pahala, namun jika keliru, dia mendapatkan satu pahala.

Oleh karena itu, kita melihat para ahli hadits -dari semenjak terbit fajar sejarah- berselisih pendapat

| 124 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

dalam masalah-masalah semisal ini. Mereka mengkritik makalah-makalah dan individu-individu,

namun tentu saja dengan adab dan penghormatan yang baik tanpa menghina, memandang rendah,

dan mencaci maki karena tujuan mereka adalah nasihat dan menjelaskan kebenaran.

ل با تعلمونو وتطبيق ذلك ب حياتكم ونشر ذلك. فكل واحد منكم إذا رجع إذل بلده وأخبا: نوصيكم بتقوى ا، وطلب العلم ا١باد بتوسع وصرب وجلد، ب العم يصدؽ عليو قوؿ ا تبارؾ وتعاذل:

Terakhir, kami wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, menuntut ilmu yang baik

secara mendalam, sabar, dan tabah kemudian mengamalkan apa yang kalian ketahui,

mengejawantahkannya dalam kehidupan, serta menyebarluaskannya. Setiap orang dari kalian,

apabila dia kembali ke negerinya, hendaklah dia menepati firman Allah tabaraka wa ta’ala berikut:

ا ب الدين ولينذروا قومهم إذا رجعوا إليهم لعلهم بذروف()فلوال نفر من كل فرقة منهم طائفة ليتفقهو

Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam

pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila

mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS. at-Taubah: 122)

معناىا. وأنتم تعرفوف فضل ا٤ببتدعة غب فقهاء وغب ناصحب بل ىم غشاشوف، ويرجعوف إذل أمتهم فيزيدوهنم فسادا. وأنتم ارجعوا مصلحب، طبقوا ىذه اآلية وما ب ذا تضع أجنحتها لطالب العلم رضى با يصنع واحبموا العلم واحبموا ا٤ببلئكة، وما أظنها تضع أجنحتها ألىل البدع واألىواء أبدا ألف ىطالب العلم وأف ا٤ببلئكة

م، ويرفع ا بكمن التعاوف على اإلب والعدواف وحاشاىم من ذلك. افهموا ىذا، وحافظوا على ىذه ا٤بزية وادعوا ا عز وجل أف يرضى عنكم، وا٤ببلئكة ب درجاتكم.

Mubtadi’ (ahli bid’ah) bukanlah orang-orang faqih dan bukan pula orang-orang yang memberi

nasihat. Bahkan mubtadi’ itu adalah orang-orang yang melakukan tipu daya (memalingkan manusia

dari kebenaran). Mereka kembali (pulang) kepada kaum mereka lalu menambahkan kerusakan

kepada kaum mereka. Adapun kalian, kembalilah sebagai orang-orang yang melakukan perbaikan.

Ejawantahkan ayat ini beserta makna yang terkandung di dalamnya. Kalian pun tahu tentang

keutamaan penuntut ilmu, bahwasanya malaikat merendahkan sayap-sayapnya kepada penuntut

ilmu karena mereka rela terhadap apa yang diperbuat oleh penuntut ilmu. Hormatilah ilmu

hormatilah malaikat. Aku yakin, selamanya malaikat tidak akan merendahkan sayap-sayapnya

kepada ahli bid’ah dan pengikut hawa nafsu karena hal tersebut termasuk tolong-menolong dalam

dosa dan permusuhan, dan malaikat berlepas diri dari hal itu. Kalian pahamilah hal ini dan jagalah

keutamaan ini! Aku berdoa kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar Dia meridai kalian, agar malaikat

mencintai kalian, dan semoga Allah meninggikan derajat-derajat kalian.

قاؿ تعاذل: )يرفع ا الذين آمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات(.

Allah ta’ala berfirman, “… niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu

dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. al-Mujadilah: 11)

و إياكم و٧بدثات األمور فإف كل ٧بدثة بدعة وكل بدعة ضبللة. وال تنسوا ما قالو اإلماـ أبد ب ابن أيب قتلية ٤با قاؿ: )أىل الوعد ال يتناوؿ أىل البدع،ىذا ا٢بديث قـو سوء(!! قاؿ أبد: )زنديق، زنديق( ودخل وأقفل الباب. قاؿ ابن تيمية: ألنو عرؼ مغزاه.

| 125 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Janji ini tidak akan diterima oleh ahli bid’ah. Waspadalah kalian dari perkara-perkara muhdats

(perkara baru dalam agama), karena setiap muhdats itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat. Janganlah

kalian lupa akan apa yang diucapkan oleh Imam Ahmad tentang Ibn Qatilah yang mengatakan, “Ahli

hadits itu kaum yang buruk!” Imam Ahmad berkata, “Dia ini zindiq, dia ini zindiq.” Imam Ahmad pun

masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu. Ibn Taimiyah berkata, “Karena Imam Ahmad

memahami maksud ucapan Ibn Qatilah.”

ذروا ىؤالء ىو يطعن ب أىل ا٢بديث وأىل السنة إلسقاط السنة، فكم من إنساف يدعي أنو على السنة وىو يطعن ب أىل السنة أىل ا٢بديث والتوحيد فاحجاء بو ٧بمد صلى ا عليو و واحرصوا على أف ترضوا ا ب عملكم وأف بلصوا فيو حب ببمكم ا٤ببلئكة وتضع لكم أجنحتها ألف العلم ىو العلم النبوي الذي نسأؿ ا العافية.-سلم فمن طلبو لوجو ا وأخلص فيو يلقى ىذه الكرامة من ا وىذا اإلكراـ و االحباـ. ومن لو ىوى فهذا يسخط ا تبارؾ وتعاذل

Ibn Qatilah mencela ahli hadits dan ahlu sunnah untuk merobohkan as-Sunnah. Berapa banyak

orang mengaku bahwa dirinya berdiri di atas Sunnah namun pada kenyataannya dia mencela ahlu

sunnah, ahli hadits dan tauhid. Maka berhati-hatilah kalian terhadap mereka, bersemangatlah

menggapai keridaan Allah dalam amal-amal kalian, ikhlaslah kalian di dalam amal-amal kalian

sehingga malaikat pun menghormati kalian dan merendahkan sayap-sayapnya untuk kalian karena

ilmu itu adalah ilmu nabawi yang datang melalui Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam. Barang

siapa yang mencarinya karena Allah semata dengan ikhlas, niscaya dia akan mendapatkan kemuliaan

ini dari Allah, dan ini adalah pemuliaan dan penghormatan. Dan barang siapa yang mendasarkannya

kepada hawa nafsu, niscaya dia mendapatkan kemurkaan Allah tabaraka wa ta’ala –kita memohon

keselamatan kepada Allah.

ـ والصدؽ ٫بن مع ا٢بق والذي ٱبطئ حب من علماء السنة ال نقبل خطأه، ٫بن نقبل ا٢بق، لكن ليس بالسفاىة والطيش والعداء ولكن باألدب واالحبا واإلخبلص.

Kita (harus) bersama kebenaran. Adapun orang yang keliru, sekali pun dia dari kalangan ulama

Sunnah, tidaklah kita terima kekeliruannya. Kita menerima kebenaran saja. Akan tetapi tidak dengan

kebodohan kita bersikap, tidak dengan gegabah kita bersikap, tidak juga dengan permusuhan. Kita

bersikap dengan penuh adab, penghormatan, jujur, dan ikhlas.

وعلى آلو وخطاكم وثبتنا وإياكم على السنة. وجنبنا وإياكم الفب ما ظهر منها وما بطن. إف ربنا لسميع الدعاء. وصلى ا على نبينا ٧بمد وفقكم ا وسدد وصحبو وسلم.

Semoga Allah memberikan taufiq kepada kalian dan meluruskan langkah kalian. Semoga Allah

meneguhkan kami dan kalian di atas Sunnah, menjauhkan kami dan kalian dari fitnah-fitnah yang

tampak maupun yang samar. Sesungguhnya Rabb kita benar-benar mendengar doa. Dan semoga

Allah melimpahkan shalawat dan salam kepada nabi kita Muhammad, kepada keluarganya, juga

kepada para shahabatnya …

Bandung, 7 Februari 2013

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 126 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Setakut Itukah kepada Istri?

Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid –hafizhahullah-

Dari sini: http://islamqa.info/ar/ref/179442

السؤاؿ: ىب إذل عػمػر بن ا٣بػطػاب أفيدوين يربكم ا ب صحة ا٣برب ا٤بنتشر ب اآلونة األخبة على اإلنبنت، وفيو أف رجبل غضب من زوجتو؛ ألهنا ترفع صوهتا عليو، فذ

جع ٯبر أذياؿ ا٣بيبة. فما صحة ىذا ا٣برب؟ وإذا صح: فهل يستدؿ بو على ليشكوىا، وعندما وصل وىم بطرؽ الباب، ٠بع زوجة عمر صوهتا يعلو على صوتو! فر جواز رفع صوت الزوجة على زوجها؟

Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid –hafizhahullah- ditanya:

Berikan kami faidah -semoga Allah menyayangi kalian- mengenai kesahihan kisah yang akhir-akhir ini

tersebar di (situs-situs) internet. Di dalamnya dikisahkan bahwa seorang laki-laki diomeli oleh

istrinya. Istrinya itu meninggikan suara kepadanya. Lelaki itu pun pergi untuk mengadu kepada

‘Umar bin al-Khaththab, namun tatkala sampai di rumah ‘Umar dan hendak mengetuk pintu, dia

mendengar omelan istri ‘Umar mengalahkan suara ‘Umar. Akhirnya lelaki itu kembali dengan

membawa kekecewaan. Apakah kisah ini sahih? Kalau memang sahih, apakah bisa menjadi dalil

kebolehan bagi seorang istri meninggikan suara terhadap suaminya?

ا١بواب: ا٢بمد

أوال:انصرؼ مع امرأتو تستطيل عليو بلساهنا وىو ساكت ال يػرد عليػها، ف ىذه القصة والب مفادىا أف رجبل جاء إذل عمر يشكو إليو خلق زوجتو فػوقف ببابو يػنتظره فس رآه موليا فػناداه: ما حاجتك يا أخي؟ فػقاؿ: يا أمب المؤمنب جئت الرجل قائبل: إذا كاف ىذا حاؿ أمب المؤمنب عمر بن ا٣بطاب فكيف حارل؟ فخرج عمر فػ

ا جب واستطالتػها علي فسمعت زوجتك كذلك فػرجعت وقػلت: إذا كاف ىذا حاؿ أمب المؤمنب أشكو إليك خلق زو مع زوجتو فكيف حارل؟ فػقاؿ لو عمر: إ٭ب: إنػها طباخة لطع لتػها ٢بقوؽ ٥با علي الة لثيايب رضاعة لولدي، وليس ذلك بواجب عليػها، ويسكن قػليب بم لها لذلك، امي خبازة ٣ببزي غس ، فأنا أبم ا عن ا٢براـ

ة يسبة. فػقاؿ الرجل: يا أمب المؤمنب وكذلك زوجب؟ قاؿ: ا ىي مد لها يا أخي فإ٭ب فػتحم

| 127 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid –hafizhahullah menjawab:

Alhamdulillah …

Pertama: isi kisah ini, bahwasanya seorang lelaki mendatangi ‘Umar untuk mengadu tentang

perangai istrinya, lalu lelaki itu berdiri di depan pintu rumah ‘Umar dan mendengar suara omelan

istri ‘Umar kepada ‘Umar. ‘Umar sendiri diam tak bersuara, tak membalas omelan istrinya itu. Lelaki

itu pun berbalik pergi seraya berkata (dalam hati), “Jika keadaan Amir al-Mu’minin ‘Umar bin al-

Khtahthab saja seperti ini, bagaimana bisa (aku mengadukan) perihalku.” ‘Umar keluar dari rumah

dan melihat lelaki itu pergi. ‘Umar memanggil lelaki itu, “Apa keperluanmu, wahai saudaraku?”

Lelaki itu berkata, “Wahai Amir al-Mu’minin, aku datang untuk mengadu kepadamu tentang

perangai istriku yang selalu mengomeliku, namun barusan aku mendengar istrimu pun berbuat

demikian kepadamu sehingga aku pun kembali seraya berkata (dalam hati) kalau keadaan Amir al-

Mu’minin dengan istrinya pun seperti ini, bagaimana bisa (aku mengadukan) perihalku.” ‘Umar pun

berkata kepada lelaki itu, “Aku menanggung omelannya (dengan sikap diamku) karena hak-hak yang

dimilikinya dariku. Istriku memasak makanan dan mengadon roti untukku, dia mencuci bajuku dan

menyusui anakku padahal semua itu bukanlah kewajiban baginya. Selain itu, hatiku pun merasa

tenang kepadanya dan (terjauhkan) dari hal-hal yang haram. Itulah yang membuatku (bersikap

diam) menanggung omelannya.” Lelaki itu berkata, “Wahai Amir al-Mu’minin, seperti itu pulakah

istriku?” ‘Umar menjawab, “Kau tanggunglah beban itu, wahai saudaraku. Karena semua (omelan)

itu hanya sejenak saja.”

فقيو الشافعي ب فهذه القصة دل ٪بد ٥با أصبل، وال وجدنا أحدا من أىل العلم با٢بديث تكلم عليها بشيء، وإ٭با ذكرىا الشيخ سليماف بن ٧بمد البجبمي ال، وكذا ابن حجر (۷ )ص:” تنبيو الغافلب“، كما ذكرىا أيضا أبو الليث السمرقندي الفقيو ا٢بنفي ب كتابو (۲-/” )حاشيتو على شرح ا٤بنهج“

روى أف “، “ذكر أف رجبل ” ودل يذكر واحد منهم إسنادىا، بل صدروىا كلهم بصيغة التمريض الب تفيد التضعيف عادة: ( ۲/۸۰” )الزواجر“ا٥بيتمي ب ، وىذا ٩با يدؿ على أف القصة ال تصح، ويؤيد ذلك ما يلي:”رجبل

Kami tidak mendapati asal bagi kisah ini, tidak pula kami dapati seorang pun dari ulama hadits yang

membicarakan hadits ini. Kisah ini hanya disebutkan oleh Syaikh Sulaiman bin Muhammad al-

Bujairami, ahli fikih mazhab asy-Syafi’i, di kitab Hasyiyah ‘ala Syarh al-Minhaj (3/441-442)

sebagaimana disebutkan juga oleh Abu al-Laits as-Samarqandi, ahli fikih mazhab al-Hanafi, di kitab

Tanbih al-Ghafilin (halaman 518), demikian juga Ibn Hajar al-Haitami di kitab az-Zawajir (2/80). Akan

tetapi tak seorang pun dari ketiganya yang menyebutkan sanad bagi kisah tersebut, bahkan mereka

mengemukakannya dengan shighah at-tamridh yang menunjukkan kelemahan riwayat seperti,

“Dzukira anna rajulan (disebutkan bahwa seorang lelaki),” atau, “Ruwiya anna rajulan (diriwayatkan

bahwa seorang lelaki),” dan penyebutan (shighah tamridh) ini mengindikasikan bahwa kisah

tersebut tidaklah sahih, dan ini dikuatkan pula oleh hal-hal berikut:

مكثت سنة أريد أف “٨بالفتها للمشهور عن عمر رضي ا عنو ب سبتو من كونو كاف مهابا ب الناس، فكيف بزوجاتو؟ وقد قاؿ ابن عباس رضي ا عنهما: - (.۷۹( ومسلم )۹رواه البخاري )” أسأؿ عمر بن ا٣بطاب عن آية فما أستطيع أف أسألو ىيبة لو

(./” )حلية األولياء” “كاف رجبل مهيباشهدت عمر رضي اللو عنو يػوـ طعن فما منػعب أف أكوف ب الصف األوؿ إال ىيبتو، و : “وقاؿ عمرو بن ميموف

(1) Kisah ini berlawanan dengan hal yang masyhur dalam sejarah ‘Umar –radhiyallahu ‘anhu-

tentang keadaannya yang disegani manusia. Lantas bagaimana dengan istrinya? Ibn ‘Abbas –

| 128 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

radhiyallahu ‘anhuma- berkata, “Setahun lamanya aku menahan diri untuk bertanya kepada ‘Umar

bin al-Khaththab mengenai satu ayat al-Quran. Aku tak berani menanyakannya karena

kewibawaannya.” –Diriwayatkan oleh al-Bukhari (4913) dan Muslim (1479).

‘Amr bin Maimun berkata, “Aku menyaksikan ‘Umar –radhiyallahu ‘anhu- pada hari beliau ditikam.

Tidak ada hal yang menghalangiku untuk berada di shaf pertama kecuali kewibawaannya. ‘Umar

memang lelaki yang disegani.” –Hilyah al-Auliya’ (4/151).

لقطع، وىو رفع صوت زوجة عمر عليو رضي ا عنهما حب يسمعها من با٣بارج وىو ساكت منكر غب ٧بتمل، والذي يعرؼ حاؿ أمب ا٤بؤمنب ينكر ذلك با - فجا لسلك الشيطاف فجا غب فجو، ورفع النساء أصواهتن واستطالتهن على أزواجهن ال يعرؼ ب السلف. الذي كاف ٱباؼ الشيطاف منو، ولو سلك

(2) Suara keras yang ditujukan kepada ‘Umar –radhiyallahu ‘anhu- oleh istrinya sampai-sampai

terdengar oleh orang yang berada di luar rumah, sementara ‘Umar hanya berdiam diri saja adalah

kemungkaran bukan kesabaran, dan yang diketahui dari ahwal Amir al-Mu’minin, beliau akan

mengingkari perkara demikian dengan menghentikannya. ‘Umar adalah orang yang ditakuti oleh

setan. Seandainya ‘Umar melewati sebuah jalan, niscaya setan akan melewati jalan lain yang tak

dilewati oleh ‘Umar. Perempuan-perempuan yang meninggikan suara dan mengomeli suami mereka

tidaklah dikenali di kalangan salaf.

الة لثيايب رضاعة لولدي، وليس ذلك بواجب عل “قولو: - قوؿ غب صحيح، وخدمة ا٤برأة زوجها واجبة عليها با٤بعروؼ، ” يػهاإنػها طباخة لطعامي خبازة ٣ببزي غسإرضاع أوالدىا إذا كانت ب عصمة زوجها ببل أجرة، راجع جواب السؤاؿ رقم وخاصة الرضاع، فإنو ٯبب عليها ( ۹۷۰راجع جواب السؤاؿ رقم: )

(۰.)

(3) Ucapan ‘Umar, “Istriku memasak makanan dan mengadon roti untukku, dia mencuci bajuku dan

menyusui anakku padahal semua itu bukanlah kewajiban baginya,” merupakan ucapan yang tidak

sahih. Pelayanan istri terhadap suaminya merupakan kewajiban menurut cara yang ma’ruf (silakan

merujuk jawaban kami terhadap soal nomor 11973) dan khususnya masalah penyusuan. Wajib bagi

istri untuk menyusui anak-anaknya tanpa upah apabila dia masih menjadi istri suaminya (silakan

merujuk jawaban kami terhadap soal nomor 130137).

وا٣ببلصة: أف ىذه القصة ال أصل ٥با، ومتنها ينادي عليها بالنكارة وعدـ الصحة. وعلى ذلك: فبل يصح االستدالؿ ا على جواز رفع الزوجة صوهتا على زوجها.

Kesimpulan: kisah di atas tidak ada asalnya, matannya berisi kemungkran dan tidak sahih. Oleh

karena itu tidak benar menjadikannya sebagai dalil tentang kebolehan bagi istri untuk meninggikan

suara terhadap suaminya.

ثانيا: رفع الزوجة صوهتا على زوجها من سوء األدب وسوء العشرة ، فبل ٯبوز ذلك.

Kedua: meninggikan suara terhadap suami merupakan perangai dan pergaulan yang buruk. Hal itu

tidak diperbolehkan.

| 129 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

سئل الشيخ ابن عثيمب: ما حكم الزوجة الب ترفع صوهتا على الزوج ب أمور حياهتم الزوجية؟

فينبغي أف ببمو وأف نقوؿ ٥بذه الزوجة إف رفع صوهتا على زوجها من سوء األدب؛ وذلك ألف الزوج ىو القواـ عليها وىو الراعي ٥با “فأجاب ربو ا تعاذل: تبارؾ وتعاذل: )وعاشروىن باطبو باألدب؛ ألف ذلك أحرى أف يؤدـ بينهما وأف تبقى األلفة بينهما. كما أف الزوج أيضا يعاشرىا كذلك، فالعشرة متبادلة، قاؿ ا

ل اللو فيو خبا كثبا( .بالمعروؼ فإف كرىتموىن فػعسى أف تكرىوا شيئا وٯبع فتاوى ”انتهى من”. فنصيحب ٥بذه الزوجة أف تتقي ا عز وجل ب نفسها وزوجها، وأف ال ترفع صوهتا عليو ال سيما إذا كاف ىو ٱباطبها دوء وخفض الصوت

ببقيم الشاملة. –( ۲/” )نور على الدرب

Syaikh Ibn ‘Utsaimin pernah ditanya:

Bagaimana hukumnya seorang istri yang meninggikan suara terhadap suaminya dalam hubungan

rumah tangga mereka?

Maka Syaikh–rahimahullah ta’ala- menjawab:

Kami katakan kepada istri (yang berbuat seperti itu) bahwa meninggikan suara kepada suaminya itu

merupakan perangai yang buruk. Suami adalah penanggung jawab dan pemimpin baginya maka

sudah selayaknya untuk dihormati dan diajak berkomunikasi dengan budi bahasa yang baik karena

hal itu lebih memungkinkan untuk mencapai kerukunan dan kecintaan di antara pasangan suami

istri. Demikian juga dengan suami, dia harus mempergauli istrinya dengan baik pula sehingga

terwujud kesalingan pergaulan yang baik. Allah tabaraka wa ta’ala berfirman, “Bergaullah kalian

dengan mereka secara patut. Kemudian jika kalian tidak menyukai mereka (maka bersabarlah)

karena mungkin kalian tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang

banyak.” (QS. An-Nisa: 19)

Maka nasihatku kepada istri (yang melakukan perbuatan ini), hendaklah dia bertakwa kepada Allah

‘Azza wa Jalla mengenai dirinya dan suaminya. Janganlah meninggikan suara kepada suaminya

terutama tatkala suaminya itu mengajak bicara kepadanya dengan tenang dan lembut. –sekian dari

Fatawa Nur ‘ala ad-Darb (2/19).

(.۲۷وراجع لبلستزادة جواب السؤاؿ رقم : ) وا تعاذل أعلم.

Untuk menambah faidah, silakan merujuk kepada jawaban kami atas soal nomor (125374).

Wallahu a’lamu …

-------------------------------------------------------

| 130 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

*Tambahan dari saya:

، فػلما ؿ: استأذف عمر على رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم وعنده نساء من قػريش يكلمنو ويس عن سعد بن أيب وقاص رضي ا عنو قا تكثرنو، عالية أصواتػهنرسوؿ ى ا عليو وسلم، ورسوؿ ا صلى ا عليو وسلم يضحك، فػقاؿ عمر: أضحك ا سنك، يااستأذف عمر قمن يػبتدرف ا٢بجاب، فأذف لو رسوؿ ا صل

ب كن عندي، فػلما ٠بعن صوتك ابػتدرف ا٢بجاب، قاؿ ع مر: فأنت يا رسوؿ ا، كنت أحق أف يػهنب، ب قاؿ: يا عدوات أنػفسهن ا، قاؿ: عجبت من ىؤالء البلنب وال تػهنب رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم! قػلن: نػعم، أنت أفظ وأغلظ من رس و وسلم. فػقاؿ رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم إيها يا ابن وؿ ا صلى ا علي أتػهبػ

ر فجك (۹( ومسلم )روى البخاري )-ا٣بطاب والذي نػفسي بيده ما لقيك الشيطاف سالكا فجا قط إال سلك فجا غيػ

Dari Sa’ad bin Abu Waqqash –radhiyallahu ‘anhu- dia berkata:

‘Umar meminta izin masuk kepada Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saat itu di rumah

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- ada beberapa perempuan Quraisy yang sedang

berbincang-bincang lama dengan beliau seraya mengangkat suara mereka. Ketika mengetahui ‘Umar

meminta izin untuk masuk, para perempuan itu terdiam dan bergegas-gegas untuk berhijab.

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- mengizinkan ‘Umar masuk. Rasulullah –shallallahu ‘alaihi

wa sallam- tertawa, lalu ‘Umar berkata, “Semoga Allah senantiasa membahagiakanmu, wahai

Rasulullah.” Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Aku heran dengan para perempuan

yang ada di sini, ketika mendengar suaramu, mereka langsung saja berhijab.” ‘Umar berkata,

“Wahai Rasulullah, engkaulah yang lebih patut untuk mereka segani.” Kemudian ‘Umar berkata

(kepada para perempuan itu), “Wahai musuh-musuh bagi jiwa-jiwa kalian sendiri! Kenapa kalian

takut kepadaku tapi tak takut kepada Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wa sallam!” Para perempuan itu

berkata, “Iya! Karena kamu lebih galak dan lebih kasar daripada Rasulullah-shallallahu ‘alaihi wa

sallam.” Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pun bersabda, “Wahai Ibn al-Khaththab, demi

Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya. Tidaklah setan mendapatimu melalui satu jalan kecuali dia

akan mengambil jalan yang berbeda dengan jalan yang kaulalui.” (HR. al-Bukhari 3120 dan Muslim

2397)

Bandung, 11 Februari 2013

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 131 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Mereka Bilang, Pejuang Badr itu Merangkak ke Surga ...

Sering kali saya dengar –dalam ceramah-ceramah- bahwa ‘Abdurrahman bin ‘Auf –radhiyallahu

‘anhu- akan memasuki surga dengan cara merangkak karena terhambat oleh hartanya. Beberapa kali

pula saya membaca kisah tersebut melalui buku-buku, buletin-buletin, maupun jurnal-jurnal dunia

maya … -dan nyatanya, kisah tersebut dusta …

Berikut ini saya nukilkan penjelasan para ulama atas kerapuhan kisah tersebut …

**

*

-حفظو ا-الشيخ على حشيش ا٤بصري Syaikh ‘Ali Hasyisy al-Mishri –hafizhahullah-

أوال: مب القصة:

MATAN (Redaksi Kisah)

ت سبع مائة وكانبينما عائشة رضي ا عنها ب بيتها إذ ٠بعت صوتا رجت منو ا٤بدينة فقالت: ما ىذا؟ فقالوا عب قدمت لعبد الربن بن عوؼ من الشاـ، “ رأيت عبد“راحلة، فقالت عائشة رضي ا عنها: أما إين ٠بعت رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم يقوؿ:

وا ىػ.”.فبلغ ذلك عبد الربن فأتاىا فسأ٥با عما بلغو فحدثتو قاؿ: فإين أشهدؾ أهنا بأبا٥با وأقتاا وأحبلسها ب سبيل ا”. الربن بن عوؼ يدخل ا١بنة حبػ رواية قاؿ: إف استطعت ألدخلنها قائما فجعلها بأقتاا وأبا٥با ب سبيل ا وكانت سبعمائة بعب فاربت ا٤بدينة من الصوت.وب

| 132 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Ketika ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha- sedang berada di rumahnya, tiba-tiba terdengar olehnya suara

yang mengguncangkan Madinah. ‘Aisyah pun berkata, “Suara apa itu?” Orang-orang menjawab, “Itu

suara kafilah dagang ‘Abdurrahman bin ‘Auf yang baru datang dari Syam sebanyak tujuh ratus

unta.” ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha- berkata:

Adapun aku pernah mendengar Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Aku melihat

‘Abdurrahman bin ‘Auf memasuki surga dengan merangkak.”

Ucapan itu sampai ke telinga ‘Abdurrahman bin ‘Auf, lalu ‘Abdurrahman bin ‘Auf mendatangi ‘Aisyah

untuk menanyakan hal itu. ‘Aisyah pun menceritakan hadits tersebut. ‘Abdurrahman bin ‘Auf

berkata, “Sesungguhnya kupersaksikan kepadamu, bahwa semua unta ini beserta beban yang

dibawanya, juga semua pelana dan sekedupnya, aku berikan untuk perjuangan di jalan Allah.”

-dan dalam riwayat lain, ‘Abdurrahman bin ‘Auf berkata, “Seandainya aku mampu, niscaya kumasuki

surga dengan berjalan,” lalu dia pun memberikan semua unta beserta pelana-pelana dan muatannya

untuk perjuangan di jalan Allah. Dan itu sebanyak tujuh ratus ekor unta yang suaranya

mengguncangkan Madinah.

ثانيا: التخريج:

TAKHRIJ (Sumber Periwayatan Kisah)

ا٢بديث الذي جاءت بو ىذه القصة أخرجو:، )۸/” )ا٢بلية“(، وب ۸/” )معرفة الصحابة“)، وأبو نعيم ب ۲( ح)۲/” )ا٤بعجم“(، والطرباين ب ۲۸۸( ح)/” )ا٤بسند“أبد ب

)كلهم من طريق عمارة بن زاذاف عن ثابت البناين، عن أنس بن مالك قاؿ فذكره. /۲ا٤بوضوعات(“وابن ا١بوزي ب

Hadits yang datang membawa kisah ini dikeluarkan oleh Ahmad di kitab Musnad (1/115; 24886),

ath-Thabarani di kitab al-Mu’jam (1/129; 264), Abu Nu’aim di kitab Ma’rifah ash-Shahabah (1/384)

dan di kitab al-Hilyah (1/98), Ibn al-Jauzi di kitab al-Maudhu’at (2/13); semuanya dari jalan ‘Umarah

bin Zadzan dari Tsabit al-Bunani dari Anas bin Malik, dia berkata … -lalu menyebutkan hadits

tersebut …

ثالثا: التحقيق:

TAHQIQ (Penelitian atas Validitas Kisah)

ىذه القصة واىية وعلتها: عمارة بن زاذاف الصيدالين أبو سلمة البصري:

( وقاؿ:/۷” )التهذيب“أورده ا٢بافظ ب - قاؿ األثـر عن أبد: يروي عن ثابت عن أنس أحاديث مناكب. -أ

وقاؿ اآلجري عن أيب داود: ليس بذاؾ. -ب يء وال يقوى ب ا٢بديث.وقاؿ الساجي: فيو ضعف ليس بش -ج

| 133 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Kisah di atas rapuh, dan yang menjadi cacat (penyakit)nya adalah ‘Umarah bin Zadzan ash-Shidalani

Abu Salamah al-Bashri …

Pertama: al-Hafizh Ibn Hajar al-Asqalani menyebutkan ‘Umarah bin Zadzan di kitab at-Tahdzib

(7/365), dan beliau mengatakan:

(1) telah berkata al-Atsram dari Ahmad, “Yang diriwayatkan dari Tsabit dari Anas adalah hadits-

hadits mungkar.”

(2) dan berkata al-Ajurri dari Abu Dawud, “Laisa bi dzaka.”

(3) dan as-Saji berkata, “Padanya terdapat kelemahan, tidak ada apa-apanya dan tidak kuat dalam

hadits.”

اىػ.”. عمارة بن زاذاف الصيدالين بصري روى عن ثابت وأيب غالب فػزور“وقاؿ: ( ۸۲رقم )” الضعفاء وا٤ببوكب“وأورده اإلماـ الدارقطب ب -۲لراوي مبوكا كما ىو مبب قلت: وقد يظن بكتاب الدارقطب ىذا: أف الدارقطب باقتصاره على ذكر اسم الراوي فقط أنو سكت عنو. ولكن ٦برد ذكر االسم يكوف ا

ب القاعدة ا٤بذكورة ب أوؿ الكتاب.ب ا٤ببوكب من أصحاب ا٢بديث فتقرر بيننا وبينو على -عفا ا عب وعنهما-طالت ٧باورب مع ابن بكاف لئلماـ أيب ا٢بسب علي بن عمر “قاؿ اإلماـ الربقاين:

اىػ. ”ترؾ من أثبتو على حروؼ ا٤بعجم ب ىذه الورقات. قلت: من ىذه القاعدة يتبب أف عمارة بن زاذاف مبوؾ.

Kedua: dan Imam ad-Daruquthni menyebutkan ‘Umarah bin Zadzan di kitab adh-Dhu’afa wa al-

Matrukin (382) seraya mengatakan, “’Umarah bin Zadzan ash-Shidalani, orang Bashrah, dia

meriwayatkan dari Tsabit al-Bunani dan Abu Ghalib lalu memalsukannya.”

Aku katakan, dan orang telah menyangka melalui kitab ad-Daruquthni ini (yakni kitab adh-Dhu’afa

wa al-Matrukin), bahwa Imam adh-Daruquthni dengan hanya mencukupkan penyebutan nama

perawi saja, itu berarti beliau diam darinya (tidak melakukan jarh/celaan). Padahal dengan hanya

sekedar menyebutkan nama perawi (di kitab itu pun) sudah mengartikan bahwa keadaan perawi

tersebut matruk sebagaimana tampak jelas dalam kaidah yang disebutkan di awal kitab (adh-

Dhu’afa wa al-Matrukin).

Imam al-Barqani berkata, “Aku bertanya-tanya panjang bersama Ibn Himkan kepada Abu al-Hasan

‘Ali bin ‘Amr (yakni ad-Daruquthni –pent) –semoga Allah memaafkanku dan mereka berdua-

mengenai orang-orang matruk dari kalangan perawi hadits, lalu menjadi tetaplah di antara kami

atas kematrukan nama-nama perawi yang telah ditetapkannya di dalam kitabnya.”

Aku katakan, dari kaidah (yang terdapat di awal kitab) ini, menjadi jelaslah bahwa ‘Umarah bin

Zadzan itu perawi yang matruk.

:(/۲” )ا٤بوضوعات“قاؿ ابن ا١بوزي ب - قاؿ أبد بن حنبل: ىذا ا٢بديث كذب منكر، قاؿ: وعمارة يروي أحاديث مناكب. -أ

قاؿ أبو حاب الرازي: عمارة بن زاذاف ال بتج بو. -بيابن عوؼ إنك من األغنياء، وإنك ال تدخل ا١بنة إال : “وقد روى ا١براح بن منهاؿ إسنادا لو عن عبد الربن بن عوؼ أف النيب صلى ا عليو وسلم قاؿ -ج

”.زحفا فاقرض ربك يطلق قدميك

| 134 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

حباف: كاف قاؿ النسائي: ىذا حديث موضوع، وا١براح مبوؾ ا٢بديث، وقاؿ بب: ليس حديث ا١براح بشيء، وقاؿ ابن ا٤بديب ال يكتب حديثو، وقاؿ ابن اىػ.” فقلب ا٠بو فقاؿ منهاؿ ابن ا١براح وىو مبوؾ.يكذب، وقاؿ الدارقطب: روى عنو ابن إسحاؽ

Ketiga: Imam Ibn al-Jauzi di kitab al-Maudhu’at (2/13):

(1) Imam Ahmad bin Hanbal berkata, “Hadits ini dusta dan mungkar.” Dia berkata, “’Umarah bin

Zadzan tidak bisa dijadikan hujjah.”

(2) Imam Abu Hatim ar-Razi berkata, “’Umarah bin Zadzan tidak bisa dijadikan hujjah.”

(3) al-Jarah bin Minhal meriwayatkan dengan sanad miliknya dari ‘Abdurrahman bin ‘Auf bahwa Nabi

–shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Wahai Ibn ‘Auf, sesunggunya kamu termasuk kalangan

orang kaya, dan sesungguhnya kamu tidak memasuki surga kecuali dengan merayap. Maka berikan

pinjaman untuk Rabb-mu (dari hartamu), niscaya Allah akan melepaskan kedua kakimu (hingga bisa

berjalan).”

Imam an-Nasa’i berkata, “Hadits ini palsu. Al-Jarah bin Minhal matruk al-hadits.” Yahya berkata,

“Hadits al-Jarah tidak ada apa-apanya.” Ibn al-Madini berkata, “Haditsnya jangan ditulis.” Ibn

Hibban berkata, “Dia biasa berdusta.” Ad-Daruquthni berkata, “Ibn Ishaq meriwayatkan darinya lalu

membalikkan namanya menjadi Minhal bin al-Jarah, dan dia itu matruk.”

وبثل ىذا ا٢بديث الباطل تتعلق جهلة ا٤بتزىدين ويروف أف ا٤باؿ مانع من السبق إذل ا٣بب، ويقولوف: إذا كاف ابن عوؼ يدخل ا١بنة “ب قاؿ اإلماـ ابن ا١بوزي: -السبق ألف بع ا٤باؿ مباح، وإ٭با ا٤بذمـو كسبو زحفا ألجل مالو كفى ذلك ب ذـ ا٤باؿ، وا٢بديث ال يصح، وحاشا عبد الربن ا٤بشهود لو با١بنة أف ٲبنعو مالو من

مذمـو ألخرجوا من غب وجهو، ومنع ا٢بق الواجب فيو، وعبد الربن بن عوؼ منزه عن ا٢بالب، وقد خلف طلحة الذىب وخلف الزبب وغبه، ولو علموا أف ذلك اىػ.” ر العلماء الذين يعرفوف الصحيح ويفهموف األصوؿ.الكل، وكم قاص يتشدؽ بثل ىذا ا٢بديث بث على الفقر، ويذـ الغب فيا د

Keempat: kemudian Imam Ibn al-Jauzi berkata: Hadits batil semisal ini terkait dengan kepandiran

orang-orang yang zuhud. Mereka memandang bahwa harta itu merupakan penghalang dari

kesegeraan menuju kebaikan. Mereka juga mengatakan, “Jika Ibn ‘Auf memasuki surga sambil

merayap dengan sebab hartanya, maka itu sudah cukup menjadi alasan tentang ketercelaan harta.”

Padahal hadits ini tidaklah shahih, dan ‘Abdurrahman bin ‘Auf –shahabat yang telah dipersaksikan

baginya surga- terlepas dari (anggapan) bahwa dia terhalang oleh hartanya dari kesegeraan (menuju

surga), karena mengumpulkan harta itu memang mubah, yang tercela itu adalah cara

mendapatkannya yang tidak benar dan tidak mengeluarkan kewajiban atas harta itu di dalamnya,

sedangkan ‘Abdurrahman bin ‘Auf itu terlepas dari kedua hal itu. Thalhah pun telah mewariskan

emas, demikian juga az-Zubair dan para shahabat lain. Jika mereka mengetahui bahwa

mengumpulkan harta itu buruk, niscaya mereka akan mengeluarkan semuanya. Dan berapa banyak

tukang cerita yang menyebarluaskan hadits semacam ini yang menganjurkan kepada kefakiran dan

mencela kekayaan, maka semoga Allah membanyakkan ulama yang mengetahui yang shahih dan

memahami ushul.

(: والذي أراه عدـ التوسع ب الكبلـ عليو فإنو يكفينا شهادة اإلماـ أبد بأنو كذب، وأوذل ٦باملة أف ۲)ص ” القوؿ ا٤بسدد“وقاؿ ا٢بافظ ابن حجر ب -عبد ا كتب ا٢بديث وأخل نقوؿ: ىو من األحاديث الب أمر اإلماـ أبد أف يضرب عليها، فإما أف يكوف الضرب ترؾ سهوا، وإما أف يكوف بعض من كتبو عن

اىػ.” بالضرب وا أعلم.

Kelima: dan al-Hafizh Ibn Hajar al-Asqalani berkata di kitab al-Qaul al-Musaddad (halaman 25):

| 135 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Aku melihatnya tidak meluaskan pembicaraan atas kisah ini, maka cukuplah bagi kita persaksian

Imam Ahmad bahwa kisah itu dusta. Lebih utama kita katakan, “Kisah ini termasuk di antara hadits-

hadits yang diperintahkan oleh Imam Ahmad untuk disingkirkan, bisa jadi dari yang seharusnya

disingkirkan itu tertinggal karena lupa atau bisa jadi sebagian lagi dari yang (ditambahkan) oleh

‘Abdullah (bin Ahmad bin Hanbal) dan luput disingkirkan, wallahu a’lamu.

ا. حيث قلت: لقد اكتفى ا٢بافظ ابن حجر على كذب القصة بشهادة اإلماـ أبد ألف ا٢بافظ ربو ا يعرؼ مكانة الصحايب عبد الربن بن عوؼ ربو -أبو ٧بمد، أحد العشرة ): عبد الربن بن عوؼ بن عبد ا٢بارث بن زىرة بن كبلب القرشي الزىري۸) تربة (/” )اإلصابة ب بييز الصحابة“قاؿ ب

تو أمرىم إليو حب بايع ا٤بشهود ٥بم با١بنة، وأحد الستة أصحاب الشورى الذين أخرب عمر عن رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم أنو توب وىو عنهم راض، وأسند رفق عثماف ثبت ذلك ب الصحيح. اىػ.

ار األرقم، وىاجر ا٥بجرتب، وشهد بدرا وسائر ا٤بشاىد.ب قاؿ: ولد بعد الفيل بعشر سنب، وأسلم قدٲبا قبل دخوؿ د

Keenam: aku katakan, al-Hafizh Ibn Hajar telah merasa cukup dengan persaksian Imam Ahmad atas

kedustaan kisah tersebut karena al-Hafizh –rahimahullah- mengenal kedudukan shahabat

‘Abdurrahman bin ‘Auf –rahimahullah. Al-Hafizh berkata di kitab al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah

(4/346; 5183), “’Abdurrahman bin ‘Auf bin ‘Abd al-Harits bin Zuhrah bin Kilab al-Qurasyi az-Zuhri Abu

Muhammad, salah seorang dari sepuluh shahabat yang dipersaksikan mendapatkan surga, juga

salah seorang dari enam shahabat ahli musyawarah yang telah dikabarkan oleh ‘Umar dari

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam- bahwasanya beliau –shallallahu ‘alaihi wa salllam-

wafat dalam keadaan rida terhadap mereka, dan ahli syura menyerahkan urusan mereka kepadanya

hingga akhirnya dibai’atlah ‘Utsman bin ‘Affan (sebagai khalifah), hal ini terdapat di dalam ash-

Shahih.”

Kemudian al-Hafisz berkata, “’Abdurrahman bin ‘Auf lahir sepuluh tahun setelah tahun gajah, masuk

Islam awal-awal sebelum (kaum muslimin) memasuki Dar al-Arqam, dan melakukan hijrah dua kali.

Dia mengikuti perang Badr dan semua peperangan (bersama Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa

sallam).”

*Diambil dari: Qashash al-Wahiyah li Syaikh ‘Ali Hasyisy al-Mishri (2/85-88) …

-------------------------------------------------------------------

*Tambahan:

…وما روي: أف ابن عوؼ يدخل ا١بنة حبوا، كبلـ موضوع ال أصل لو ): “… ۲۸/ب ٦بموع الفتاوى ) -ربو ا-قاؿ الشيخ اإلسبلـ ابن تيمية

Syaikh al-Islam Ibn Taimiyah –rahimahullah- berkata di kitab Majmu’ al-Fatawa (11/128):

… dan apa yang diriwayatkan, “Bahwa ‘Abdurrahman bin ‘Auf memasuki surga dengan merangkak,”

merupakan ucapan yang palsu tidak ada asalnya …

ه والطرباين وفيو عمارة بن زاذاف ضعفو النسائي والدارقطب. وقد شهد عبد الربن بن عوؼ رضي ا رواه أبد والبزار بنحو “الزوائد: قاؿ ا٢بافظ ا٥بيثمي ب ٦بمع ”عنو بدرا وا٢بديبية وشهد لو رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم با١بنة وصلى خلفو.

”بد: لو مناكب. وقاؿ أبو حاب: ال بتج بو. وضعفو الدارقطب.قاؿ ا٢بافظ ا٥بيثمي ب كشف األستار: قلت: ىذا منكر، وعلتو )عمارة بن زاذاف( : قاؿ اإلماـ أ

| 136 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Al-Hafizh al-Haitsami berkata di kitab Majma’ az-Zawa-id, “Diriwayatkan oleh Ahmad dan al-Bazar

seperti itu, juga ath-Thabarani dan di dalam sanadnya ada ‘Umarah bin Zadzan yang dilemahkan

oleh an-Nasa’i dan ad-Daruquthni. Dan sungguh ‘Abdurrahman bin ‘Auf –radhiyallahu ‘anhu- itu

mengikuti perang Badr dan perjanjian Hudaibiyah, dan Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-

mempersaksikan baginya surga serta pernah pula beliau shalat di belakang ‘Abdurrahman bin ‘Auf.”

Dan telah berkata al-Hafizh al-Haitsami di kitab Kasyf al-Astar:

Aku katakan, “Ini mungkar, dan penyakitnya adalah ‘Umarah bin Zadzan. Imam Ahmad mengatakan

‘Umarah memiliki riwayat-riwayat mungkar, Abu Hatim mengatakan, ‘Umarah tidak bisa dijadikan

hujjah. ‘Umarah dilemahkan oleh ad-Daruquthni.”

بتحقيق ا٤بعلمي: رواه أبد، وب إسناده: عمارة، وىو يروي ا٤بناكب، وقد قاؿ أبد: ىذا ا٢بديث كذب منكر. قاؿ ابن حجر: دل -قاؿ الشوكاين ب الفوائد اموعة لبزار من طريق أغلب بن بيم، وأغلب شبيو عمارة بن زاذاف ب الضعف، لكن دل أر من اهتمو بالكذب، وقد روى من طريق يتفرد بو عمارة بن زاذاف، فقد رواه ا

أخرى فيها مبوؾ.

Imam asy-Syaukani berkata di kitab al-Fawa-id al-Majmu’ah –dengan tahqiq Syaikh ‘Abdurrahman

bin Yahya al-Mu’allimi, “Diriwayatkan oleh Ahmad dan di dalam sanadnya ada ‘Umarah, seorang

perawi yang meriwayatkan hadits-hadits mungkar. Imam Ahmad mengatakan hadits ini dusta dan

mungkar. Ibn Hajar mengatakan, ‘Umarah bin Zadzan tidak menyendiri dengan hadits ini (karena)

al-Bazar telah meriwayatkan dari jalan Aghlab bin Tamim yang menyamai kelemahan ‘Umarah bin

Zadzan, namun tidak tertuduh sebagai pendusta, dan diriwayatkan juga dari jalan lain namun di

dalamnya ada perawi matruk.”

(، وعنو ابن ا١بوزي ب /أخرجو أبد ب )مسند عائشة( )” كذب.“عن ىذا ا٢بديث: ( ۰ب الضعيفة ) -ربو ا-قاؿ الشيخ األلباين (، ۹-۹/” )ا٤بعجم الكبب“كشف(، والطرباين ب - /۹/)، والبزار )/” )تاريخ دمشق“(، وكذا ابن عساكر ب /” )ا٤بوضوعات“ …( من طرؽ عن عمارة ابن زاذاف عن ثابت عن أنس ۹/” )ا٢بلية“نو أبو نعيم ب وع

Syaikh al-Albani berkata tentang hadits ini di kitab adh-Dha’ifah (6590), “Dusta. Dikeluarkan oleh

Ahmad dalam Musnad ‘Aisyah (3/115), dan darinya Ibn al-Jauzi di kitab al-Maudhu’at (2/13), juga

Ibn Asakir di kitab Tarikh Dimasq (10/124), al-Bazar (3/209/2586 –Kasyf), ath-Thabarani di kitab al-

Mu’jam al-Kabir (1/89-90), dan darinya Abu Nu’aim di kitab al-Hilyah (1/98) dari jalan ‘Umarah bin

Zadzan dari Tsabit dari Anas ….”

------------------------------------------------------

Bandung, 19 Februari 2013

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 137 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Katanya, Hindun Mengunyah Hati Hamzah di Perang

Uhud ... Benar bahwa dalam perang Uhud, kaum

musyrikin Quraisy merusak jasad para syuhada

kaum muslimin yang gugur, namun tidaklah

benar bahwa Hindun binti ‘Utbah –radhiyallahu

‘anha- mengunyah dan memakan hati Hamzah

–radhiyallahu ‘anhu. Kisah tentang kebiadaban

Hindun mengunyah hati Hamzah ini tersebar

luas di kalangan kaum muslimin … -dan kabar

itu tidaklah benar …

**

*

الشيخ ٧بمد بن عبد ا العوشنSyaikh Muhammad bin ‘Abdullah al-‘Ausyan

Dari kitab: Ma Sya’a wa lam Yatsbut fi as-Sirah an-Nabawiyah (147-152)

ا صلى ا عليو وسلم ٯبدعن والنسوة البلب معها ٲبثلن بالقتلى من أضحاب رسوؿ -كما حدثب صاحل بن كيساف-قاؿ ابن إسحاؽ: )ووقعت ىند بنت عتبة وقبلئد، وأعطت خدمها وقبلئدىا وقرطها وحشيا، غبلـ جبب بن مطعيم، وبقرت عن كبد ]١[ اآلذاف واألنوؼ، حب ابذت ىند من آذاف الرجاؿ وأنوفهم خدما

]۲[ بزة، فبلكتها، فلم تستطع أف تسيغها فلفظتها ...(

Ibn Ishaq berkata, “Dan Hindun binti ‘Utbah mengumpat –sebagaimana diceritakan oleh Shalih bin

Kaisan kepadaku- juga para perempuan yang turut serta dengannya. Mereka sama-sama melakukan

pengrusakan terhadap jasad para shahabat yang gugur. Mereka memotong telinga dan hidung para

shahabat yang gugur, bahkan Hindun malah menjadikan telinga-telinga dan hidung para shahabat itu

sebagai khadaman (gelang kaki) [1] dan kalung. Hindun memberikan gelang kaki, kalung, dan anting

itu kepada Wahsyi, seorang hamba sahaya milik Jubair bin Muth’im. Hindun membedah perut

Hamzah untuk mendapatkan kabid (hati/lever) Hamzah, lalu mengunyahnya namun tak sanggup

untuk menelannya hingga dia pun memuntahkannya … [2]

[1] yakni bentuk jamak dari khadamah, dan itu adalah al-khulkhul (gelang kaki) … -(Lisan al-‘Arab;

madah: khadama)

[2] ar-Raudh al-Unf (6/15)

وصاحل بن كيساف ثقة، من رجاؿ ا١بماعة، وىو مؤدب ولد عمر بن عبد العزيز، لكن ا٣برب مرسل.

| 138 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Shalih bin Kaisan itu orang yang tsiqah (tepercaya) dan termasuk perawi yang dipakai oleh al-

Jama’ah. Dia itu guru dari ‘Umar bin ‘Abd al-‘Aziz. Akan tetapi kabar tersebut (riwayat di atas) mursal

يتلمس بزة بن عبد ا٤بطلب، فوجده ببطن الوادي قد بقر بطنو عن كبده، ومثل بو، -فيما بلغب–ب قاؿ ابن إسحاؽ: )وخرج رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم ويكوف سنة من بعدي ، ]٣[ اؿ حب رأى ما رأى: )لوال أف بزف صفية فجدع أنفو وأذناه(. فحدثب ٧بمد بن جعفر بن الزبب أف رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم ق

ى ا٤بسلموف حزف رسوؿ لبكتو حب يكوف ب بطوف السباع، وحواصل الطب، ولئن أظهرين ا على قريش ب موطن من ا٤بواطن ألمثلن بثبلثب رجبل منهم(. فلما رأ. وا٣برب ]٤[فعل، قالوا: وا لئن أظهرنا ا م يوما من الدىر لنمثلن م مثلة دل ٲبثلها أحد من العرب ا صلى ا عليو وسلم وغيظو على من فعل بعمو ما

مرسل.

Kemudian Ibn Ishaq berkata, “Menurut kabar yang sampai kepadaku, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi

wa sallam- keluar untuk mencari Hamzah bin ‘Abd al-Muthalib, lalu beliau mendapati Hamzah di

perut lembah dalam keadaan terbedah perutnya dari bagian hati. Tubuhnya dirusak, hidung dan

telinganya dipotong,” lalu Muhammad bin Ja’far bin az-Zubair menceritakan kepadaku bahwa

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkata saat melihat keadaan itu, “Kalau saja Shafiyyah[3]

tidak akan dibuat sedih, dan kalau saja tidak akan menjadi sunnah setelahku, niscaya kutinggalkan

saja jasad Hamzah hingga memenuhi perut binatang buas dan tembolok burung-burung. Dan kalau

Allah memenangkanku atas Quraisy dalam suatu medan pertempuran di antara padang-padang

pertempuran, niscaya akan kusiksa tiga puluh orang lelaki dari kalangan mereka.” Ketika kaum

Muslimin melihat kesedihan dan kemarahan Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- atas apa yang

diperbuat oleh (orang-orang Qurais) kepada pamannya, mereka pun berkata, “Dan kalau suatu hari

nanti Allah memenangkan kami atas mereka, niscaya akan kami siksa mereka dengan siksaan yang

tak pernah dirasakan oleh seorang pun dari bangsa Arab.” [4] … dan riwayat ini mursal …

[3] yakni Shafiyyah binti ‘Abd al-Muthalib –radhiyallahu ‘anha, saudari kandung Hamzah –

radhiyallahu ‘anhu. Imam adz-Dzahabi berkata, “Yang sahih, bahwasanya tidak ada di antara para

bibi Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- yang masuk Islam selain Shafiyyah.” –as-Sair (2/270) …

[4] ar-Raudh al-Unf (6/20)

نزؿ ب ذلك، من قوؿ ب قاؿ ابن إسحاؽ: )وحدثب بريدة بن سفياف بن فروة األسلمي، عن ٧بمد بن كعب القرظي، وحدثب من دل اهتم عن ابن عباس، أف ا عز أرؾ إال با وال بزف عليهم وال رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم وقوؿ أصحابو: )وإف عاقػبتم فػعاقبوا بثل ما عوقبتم بو ولئن ر للصابرين واصرب وما صبػ صبػرب ٥بو خيػ

.])٥[تك ب ضيق ٩با ٲبكروف( فعفا رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم، وصرب، وهنى عن ا٤بثلة

Kemudian Ibn Ishaq berkata:

Dan telah menceritakan kepadaku Buraidah bin Sufyan bin Farwah al-Aslami, dari Muhammad bin

Ka’b al-Qurazhi, dan telah menceritakan kepadaku seseorang yang tidak tertuduh dari Ibn ‘Abbas,

bahwasanya Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan ayat berkaitan dengan peristiwa itu, yakni berkaitan

dengan ucapan Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan para shahabat beliau, (yakni surah an-

Nahl: 126-127), “Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama

dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah

yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah

kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap

(kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan,”

| 139 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

maka Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pun menahan diri, bersabar, dan melarang dari

penyiksaan. [5]

[5] ar-Raudh al-Unf (6/21)

.])٦[أعلم وذكرىا ابن كثب ب البداية عن ابن إسحاؽ ب قاؿ: )قلت: ىذه اآلية مكية، وقصة أحد بعد ا٢بجرة بثبلث سنب، فكيف يلتئم ىذا؟ فا

Dan Ibn Katsir menyebutkan kisah itu di kitab al-Bidayah dari Ibn Ishaq, kemudian Ibn Katsir berkata,

“Aku katakan, ayat tersebut merupakan ayat makiyyah (ayat yang turun di Mekah), sedangkan kisah

perang Uhud itu terjadi tiga tahun setelah hijrah, lantas bagaimana mungkin ayat ini bertepatan

dengan peristiwa Uhud? Fallahu a’lamu.” [6]

[6] al-Bidayah wa an-Nihayah (4/40)

عن ابن أيب ليلى، عن ا٢بكم، عن مقسم، عن ابن عباس، قاؿ: قاؿ رسوؿ ا صلى ا -ىو ابن الربيع–ا٢بماين: حدثنيا قيس ببقاؿ الذىيب ب ا٤بغازي: )وقاؿ ر للصابرين( فقاؿ عليو وسلم يـو قتل بزة ومثل بو: )لئن ظفرت بقريش ألمثلن بسبعب منهم(. فنزلت: )وإف عاقػبتم فػعاقبو ا بثل ما عوقبتم بو ولئن صبػرب ٥بو خيػ

عن -وىو ضعيف–رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم: )بل نصرب يارب(. إسناده ضعيف من قبل قيس. وقد روى ٫بوه حجاج بن منهاؿ، وغبه، عن صاحل ا٤بري ]۷[ي، عن أيب ىريره، وزاد: فنطر إذل منظر دل ينظر إذل شيء قط أوجع منو لقلبو(. سليماف التيمي، عن أيب عثماف النهد

Imam adz-Dzahabi berkata di kitab al-Maghazi:

Yahya al-Hammani berkata: telah menceritakan kepadaku Qais –dia adalah Ibn ar-Rabi’- dari Ibn Abi

Laila, dari al-Hakam, dari Miqsam, dari Ibn ‘Abbas, dia berkata:

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkata pada hari terbunuhnya Hamzah dan dirusak

jasadnya, “Jika aku mengalahkan Qurais, niscaya akan benar-benar kusiksa tujuh puluh orang dari

mereka,” lalu diturunkanlah ayat, “Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan

balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar,

sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.” Maka Rasulullah –shallallahu

‘alaihi wa sallam- pun bersabda, “Ya, kami bersabar, wahai Rabb-ku.” –sanad hadits ini lemah

karena adanya Qais. Dan telah meriwayatkan pula Hajjaj bin Minhal dan yang lainnya riwayat yang

seperti itu dari Shalih al-Murri –dan Shalih ini perawi lemah- dari Sulaiman at-Taimi, dari Abu

‘Utsman an-Nahdi, dari Abu Hurairah, dengan tambahan redaksi pada kisah, “Lalu Rasulullah

menerawangkan pandang ke suatu arah seraya menahan derita yang menyakitkan hatinya.” [7]

[7] al-Maghazi (209-210)

ونظر إليو وقد مثل بو، فقاؿ: ربة ا عليك إف كنت ما علمت لوصوال للرحم فعوال للخبات، وا لوال حزف من )… وذكر ىذه الرواية ا٥بيثمي ب امع وفيو: تتك. فنزؿ جربيل عليو السبلـ على ٧بمد أما وا على ذلك ألمثلن بسبعب كمي -أو كلمة ٫بوىا–بعدؾ عليك لسرين أف أتركك حب بشرؾ ا من بطوف السباء

صلى ا عليو وسلم، وأمسك عن ذلك(. ب قاؿ صلى ا عليو وسلم ذه سورة، وقرأ: وإف عاقػبتم فػعاقبوا بثل ما عوقبتم بو إذل آخر اآلية فكفر رسوؿ ا ]۹[وىو ضعيف. ]۸[ا٤بري ا٥بيثمي: )رواه البزار والطرباين، وفيو صاحل بن بشب

Dan al-Haitsami pun telah menyebutkan riwayat ini di kitab al-Majma’, dan di dalamnya terdapat

redaksi berikut:

| 140 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

… dan beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam- memandang jasad Hamzah yang dirusak, lalu bersabda,

“Semoga Allah merahmatimu. Sesungguhnya sejauh pengetahuanku, kamu selalu menjalin

silaturahim dan melakukan kebaikan-kebaikan. Demi Allah, seandainya saja tak ada yang bersedih

setelah kepergianmu, niscaya aku berlalu dan meninggalkan jasadmu hingga Allah mengumpulkan

(kembali jasad)mu dari perut-perut binatang buas –atau kalimat semisal ini. Adapun aku, demi Allah,

akan benar-benar menyiksa tujuh puluh orang (dari mereka) sebagaimana siksaan yang mereka

lakukan terhadapmu,” lalu turunlah Jibril –‘alaihi as-salam- kepada Muhammad –shallallahu ‘alaihi

wa sallam- dengan membawa ayat berikut, “Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah

dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu,” hingga akhir ayat. Maka

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pun mengampuni (perbuatan mereka) dan menahan diri

dari penyiksaan.

Kemudian al-Haitsami berkata, “Diriwayatkan oleh al-Bazzar dan ath-Thabarani, dan di dalam

sanadnya ada Shalih bin Basyir al-Murri[8], dia dia itu seorang yang lemah. [9]

[8] di dalam sumber asalnya tertulis al-Muzani …

[9] Majma’ az-Zawa-id (9/119). Dan diriwayatkan pula oleh al-Hakim di kitab al-Mustadrak (3/218)

dengan nomor hadits (4894), dan al-Hakim diam terhadap hadits ini, sedangkan adz-Dzahabi

menganggap Shalih al-Murri itu lemah. Al-Hafizh Ibn Hajar pun menyebutkan hadits ini di kitab al-

Fath (7/371) seraya mengisyaratkan kelemahannya.

فمثلوا م، وفيهم وروى ا٢باكم ب ا٤بستدرؾ عن أيب بن كعب رضي ا عنو قاؿ: ٤با كاف يـو أحد أصيب من األنصار أربعة وستوف رجبل، ومن ا٤بهاجرين ستة، عاقػبتم فػعاقبوا بثل ما عوقبتم بو ولئن صبػرب ٥بو بزة، فقالت األنصار: لئن أصبناىم يوما مثل ىذا لنربب عليهم، فلما كاف يـو الفتح ا٤بكة أنزؿ ا عز وجل: )وإف

رؾ إال با ر للصابرين واصرب وما صبػ (، فقاؿ رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم: )كفوا عن القـو غب أربعة(. ب قاؿ ا٢باكم: …( خيػ فقاؿ رجل: )ال قريش بعد اليـو .]١١[ذا ا٢بديث صحيح اإلسناد، ودل ٱبرجاه(، ووافقو الذىيب )ى

Al-Hakim telah meriwayatkan di kitab al-Mustadrak dari Ubay bin Ka’b –radhiyallahu ‘anhu, dia

berkata:

Pada peristiwa perang Uhud telah gugur enam puluh empat orang dari kalangan Anshar sedangkan

dari kalangan Muhajirin sebanyak enam orang. Jasad mereka dirusak (oleh kaum Quraisy), termasuk

jasad Hamzah. Orang Anshar berkata, “Kalau kami bisa menimpakkan yang semisal ini kepada

mereka pada suatu hari, niscaya kami benar-benar akan menambahkan siksaan kepada mereka.”

Lalu pada hari Fath al-Makkah, Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan ayat, “Dan jika kamu memberikan

balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu.

Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.

Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah

…,” lalu seseorang berkata, “Takkan ada lagi Quraisy setelah hari ini!” Maka Rasulullah –shallallahu

‘alaihi wa sallam- bersabda, “Biarkan orang- orang Quraisy kecuali empat orang!”

Kemudian al-Hakim berkata, “Sanad hadits ini sahih, namun al-Bukhari dan Muslim tidak

mengeluarkannya,” dan Imam adz-Dzahabi menyetujuinya [10]

[10] al-Mustadrak (2/391, 484)

. قاؿ األلباين: ]١١[ قاؿ ابن ىشاـ: )و٤با وقف رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم على بزة قاؿ: لن أصاب بثلك أبدا. ما وقفت موقفا قط أغيظ إرل من ىذا( .]١۲[ودل يوصبله( ) ۷/۲۹۷فتح )، وابن حجر ب ال(۰/)حديث ال يصح، ذكره ابن ىشاـ بدوف إسناد، ودل أجده عند غبه، وقد نقلو عنو ا٢بافظ ابن كثب )

| 141 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Ibn Hisyam berkata:

Tatkala Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- berhenti di depan jasad Hamzah, beliau berkata,

“Takkan pernah terjadi lagi musibah sepertimu yang kaualami ini selamanya. Tidaklah aku sekadar

berhenti dan berdiri saja, melainkan juga merasa marah atas hal ini.” [11] Syaikh al-Albani berkata,

“Hadits ini tidak sahih. Hadits ini disebutkan oleh Ibn Hisyam tanpa sanad, dan aku tak mendapatinya

dari selain Ibn Hisyam. Al-Hafizh Ibn Katsir telah menukilnya dari Ibn Hisyam (4/40), juga Ibn Hajar di

kitab al-Fath (7/297), namun Ibn Hajar tidak menyambungkan sanadnya. [12]

[11] ar-Raudh al-Unf (6/20)

[12] Takhrij Fiqh as-Sirah (264); al-Waqidi pun meriwayatkannya di kitab al-Maghazi (1/290)

فنظروا فإذا بزة قد بقر بطنو، وأخذت )… وروى اإلماـ أبد قاؿ: حدثنا عفاف قاؿ: حدثنا باد قاؿ: حدثنا عطاء بن السائب عن الشعيب عن ابن مسعود قاؿ: ف ا ليدخل شيئا من بزة ب النار( ىند كبده فبلكتها، فلم تستطع أف بغضها، فقاؿ رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم: )أكلت شيئا؟( قالوا: ال، قاؿ: ما كا

. وفيو صبلتو على بزة سبعب صبلة.]١٣[

Dan Imam Ahmad meriwayatkan, dia berkata:

Telah menceritakan kepada kami ‘Affan, dia berkata: telah menceritakan kepada kami Hammad, dia

berkata: telah menceritakan kepada kami ‘Atha’ bin as-Sa-ib dari asy-Sya’bi dari Ibn Mas’ud, dia

berkata:

… lalu para shahabat sama mencari lalu menemukan Hamzah dalam keadaan terbedah perutnya.

Hindun telah mengambil kabid (hati/lever) Hamzah dan mengunyahnya, namun dia tak kuasa untuk

menelannya. Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bertanya, “Apakah dia memakan sesuatu

(dari tubuh Hamzah)?” Para shahabat menjawab, “Tidak!” Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-

bersabda, “Tidaklah Allah akan memasukkan sesuatu pun dari jasad Hamzah ke dalam neraka.” [13]

–dan di dalam hadits ini disebutkan tentang shalat Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- untuk

Hamzah sebanyak tujuh puluh kali …

[13] al-Musnad (6/191)

قاؿ الشيخ األلباين: )وىذا ىو الصواب، خبلفا ]١٤[السائب، فا أعلم( قاؿ ابن كثب ب البداية: )تفرد بو أبد، وىذا إسناد فيو ضعف، من جهة عطاء بن ] ١٥[لقوؿ الشيخ ٧بمد أبد شاكر: إنو صحيح، فإنو ذىل عما ذكر من ٠باعو منو ب االخطبلط

، وابن ]١٦[ة: ا٢باكم، والدرقطب، وأبو حاب ب إف الراوي عن ابن مسعود ىو عامر بن شراىيل الشعيب، وال يصح لو ٠باع من ابن مسعود، كما قاؿ ذلك األئم .]١۷[باز

Ibn Katsir berkata di kitab al-Bidayah, “Ahmad menyendiri dengannya, dan sanad hadits ini

mengandung kelemahan dari arah ‘Atha’ bin as-Sa-ib, fallahu a’lamu.” [14] Syaikh al-Albani berkata,

“Dan inilah yang benar (yakni ucapan Ibn Katsir yang mengatakan lemah -pet), berbeda dengan

ucapan asy-Syaikh Muhammad Ahmad Syakir yang mengatakan bahwa dia itu sahih. Sesungguhnya

dia dikacaukan dengan riwayat dari penyimakan terhadapnya pada saat ikhtilath.” [15]

Kemudian sesungguhnya perawi yang meriwayatkan dari Ibn Mas’ud adalah ‘Amir bin Syarahil asy-

Sya’bi, dan tidaklah sahih bahwa dia mendengar dari Ibn Mas’ud sebagaimana dikatakan oleh para

imam seperti al-Hakim, ad-Daruquthni, Abu Hatim [16], dan Ibn Baz [17].

| 142 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

[14] al-Bidayah wa an-Nihayah (4/14)

[15] Hasyiyah Fiqh as-Sirah (halaman 260)

[16] Tahdzib at-Tahdzib (5/68)

[17] Aqwal as-Samahah asy-Syaikh ‘Abd al-‘Aziz bin Baz fi ar-Rijal, susunan al-Akh al-Fadhil asy-

Syaikh Fahd as-Sunaid, halaman 19, cetakan pertama, Dar al-Wathan.

: )وقاؿ ٧بمد بن إسحاؽ عن بعض أصحابو عن عطاء بن يسار قاؿ: نزلت -من سورة النهل ۲اآلية –وقاؿ ابن كثب ب تفسب قولو تعلى )وإف عاقػبتم فػعاقبوا( و ومثل بو، فقاؿ رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم: سورة النهل كلها بكة، وىي مكية، إال ثبلث آيات من آخرىا نزلت با٤بدينة بعد أحد حب قتل بزة رضي ا عن

ها أحد من العرب بأحد قط، فأنزؿ )لئن أظهرين ا عليهم ألمثلن بثبلثب رجبل منهم( فلما ٠بع ا٤بسلموف ذلك قالوا: وا لئن طهرنا عليهم لنمثلن م مثلة دل ٲبثلوقبتم بو( إذل آخر السورة. وىذا مرسل، وفيو رجل مبهم دل يسم(. ب قاؿ: وقد روي ىذا من وجو آخر متصل، فقاؿ ا٢بافظ أبو ا: )وإف عاقػبتم فػعاقبوا بثل ما ع

بد حدثنا صاحل ا٤بري عن سليماف التيمي عن أيب عثماف عن أيب ىريرة رضي ا عنو أف رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم وقف على بزة بن ع… بكر البزار: وذكر الرواية الب نقلها ا٥بيثمي، ب قاؿ ابن كثب: ىذا إسناد فيو ضعف؛ ألف صا٢با ىو ابن بشب ا٤بري ضعيف عند …(. ا٤بطلب رضي ا عنو حب استشهد

.]١۸[األئمة، وقاؿ البخاري: ىو منكر ا٢بديث

Dan Ibn Katsir berkata dalam menafsirkan firman Allah ta’ala, “Dan jika kamu memberikan balasan,

maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu,” - ayat ke-

126 dari surah an-Nahl: dan Muhammad bin Ishaq berkata dari beberapa sahabatnya dari ‘Atha’ bin

Yasar, dia berkata:

Surah an-Nahl seluruhnya turun di Mekah, dan dia merupakan surah al-Makiyyah, kecuali tiga ayat

terakhir yang turun di Madinah setelah perang Uhud ketika Hamzah –radhiyallahu ‘anhu- terbunuh

dan jasadnya dirusak. (Saat itu) Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Kalau Allah

memenangkanku atas mereka kelak, niscaya akan benar-benar kusiksa tiga puluh orang dari

mereka.” Ketika kaum Muslimin mendengar ucapan beliau, mereka pun berkata, “Kalau Allah

memenangkan kami atas mereka kelak, niscaya akan kami timpakan siksaan kepada mereka dengan

siksaan yang belum pernah dirasakan oleh seorang Arab pun di Uhud.” Maka Allah menurunkan

ayat, “Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan

siksaan yang ditimpakan kepadamu,” hingga akhir surah.

(Ibn Katsir berkata), “Dan riwayat ini mursal, di dalam sanadnya ada perawi yang mubham yang

tidak disebutkan namanya.”

Kemudian Ibn Katsir berkata lagi: Dan diriwayatkan dari jalan lain secara muttashil (tersambung

sanadnya), lalu berkata al-hafizh Abu Bakr al-Bazzar, “… telah menceritakan kepada kami Shalih al-

Murri dari Sulaiman bin at-Taimi dari Abu ‘Utsman dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- bahwa

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- berhenti di depan jasad Hamzah bin ‘Abd al-Muthalib –

radhiyallahu ‘anhu- yang gugur sebagai syahid …,” dan dia menyebutkan riwayat yang telah dinukil

oleh al-Haitsami.

Kemudian Ibn Katsir berkata lagi: Sanad hadits ini mengandung kelemahan karena Shalih itu adalah

Ibn Basyir al-Murri yang dilemahkan oleh para imam, dan Imam al-Bukhari berkata, “Dia munkar al-

hadits.” [18]

[18] Tafsir Ibn Katsir (2/953)

( عن أنس أف رسوؿ ا صلى /( وا٣بطيب ب التلخيص )/طرؽ أخرى، فأخرج ا٢باكم )ثبت بعضو ٨بتصرا من وضعف ا٢بديث األلباين، وقاؿ: )وقد د لبكتو حب بشره ا من بطوف الطب والسبا ع( فكفنو ب ٭برة. وقاؿ ا٢باكم: ا عليو وسلم مر بمزة يـو أحد وقد جدع، ومثل بو فقاؿ: )لوال أف صفية تج

)صحيح على شرط مسلم(، ووافقو الذىيب، وىو كما قاال.

| 143 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

، وقد سبق.]١١[وذكر ا٢بديث …( ب قاؿ الشيخ األلباين: )وسبب نزوؿ اآلية السابقة ب ىذه ا٢بادثة صحيح، فقد قاؿ أيب بن كعب: )٤با كاف يـو أحد .]۲١[(. وأخرجو أيضا اإلماـ أبد ب مسنده ]۲۲[بلصة: )رواه أبو داود بإسناد حسن، والبمذي وقاؿ: حسن وا٢بديث ا٤بذكور قاؿ عنو النووي ب ا٣ب

: )وبدوف مثلة دل آمر ا ودل -وكاف زعيم ا٤بشركب يومها–وبثيل ا٤بشركب بشهداء ا٤بسلمب يـو أحد ثابت، كما ب البخاري من قوؿ أيب سفياف بعد هناية ا٤بعركة (.]۲۲[ تسؤين

Asy-Syaikh al-Albani melemahkan hadits ini, dan beliau berkata:

Telah tetap sebagian (isinya)nya secara ringkas dari jalan-jalan lain, al-Hakim mengeluarkannya

(3/196), al-Khathib di kitab at-Talkhis (44/1), dari Anas bahwa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa

sallam- melewati jasad Hamzah pada hari Uhud dalam keadaan dipotong dan dirusak, lalu beliau

bersabda, “Kalau saja bukan karena Shafiyah, niscaya kutinggalkan jasadnya di sini hingga kelak

Allah mengumpulkan jasadnya dari perut burung dan binatang buas,” lalu beliau mengafaninya

dengan sehelai kain namirah. Al-Hakim berkata, “Sahih berdasarkan syarat Muslim,” dan adz-

Dzahabi menyetujuinya. Dan keadaan hadits itu memang seperti yang dikatakan oleh al-Hakim dan

adz-Dzahabi.

Kemudian asy-Syaikh al-Albani berkata, “Dan sebab turunnya ayat dalam hadits ini sahih, Ubay bin

Ka’b berkata: pada peristiwa perang Uhud …,” lalu asy-Syaikh al-Albani menyebutkan haditsnya [19],

dan telah disebutkan di atas …

Dan hadits yang disebutkan itu, dikatakan oleh Imam an-Nawawi di kitab al-Khulashah: diriwayatkan

oleh Abu Dawud dengan sanad hasan, juga at-Tirmidzi dan dia mengatakan, “Hasan,” [20].

Dikeluarkan juga oleh al-Imam Ahmad di kitab Musnad-nya [21].

Dan perusakan jasad yang dilakukan oleh pasukan kaum musyrikin terhadap para syuhada Muslimin

adalah tsabit (tetap/kukuh), sebagaimana disebutkan dalam Shahih al-Bukhari dari ucapan Abu

Sufyan seusai peperangan –dan pada hari perang Uhud itu Abu Sufyan memang pemimpin kaum

musyrikin- dengan ucapan, “Dan kalian akan mendapati perusakan terhadap (jasad), dan itu tidak

kuperintahkan namun tidak pula membuatku menyesal!” [22]

[19] Silsilah al-Ahadits adh-Dha’ifah (2/28) nomor (550), dan lihat pula Ahkam al-Jana-iz wa

Bida’uha halaman (60).

[20] al-Khulashah (2/946), dikeluarkan oleh Abu Dawud di kitab al-Jana-iz bab asy-Syahid Yughassal

(8/410 –‘Aun al-Ma’bud); dan at-Tirmidzi di kitab al-Jaza-iz bab Ma Ja-a fi Qatla Uhud wa Dzikr

Hamzah (4/96 –Tuhfah al-Ahwadzi)

[21] al-Fath ar-Rabbani (18/192), dan as-Sa’ati berkata tentang hadits tersebut, “Hadits ini termasuk

di antara az-Zawa-id (yang ditambahkan) oleh ‘Abdullah bin al-Imam Ahmad terhadap Musnad

ayahnya –semoga Allah merahmati keduanya.”

[22] Bab Ghazwah Uhud (7/350 –Fath al-Bari)

. وقاؿ ابن حجر: )إف طرؽ ]٣٣[وقاؿ ابن عبد الرب: )ورووا آثارا كثبة أكثرىا مراسيل أف النيب صلى ا عليو وسلم صلى على بزة وعلى سائر شهداء أحد( تتبع مرويات الصبلة على . وقد أفاض الشيخ سعد ا٢بميد ب]٣٥[. وذىب األلباين إذل بسب حديث الصبلة على بزة رضي ا عنو ]٣٤[ا٢بديث واىية(

.]٣٦[بزة رضي ا عنو

Ibn ‘Abd al-Barr berkata, “Diriwayatkan banyak sekali hadits yang mayoritasnya mursal bahwa Nabi

–shallallahu ‘alaihi wa sallam- shalat atas jenazah Hamzah dan atas seluruh syuhada Uhud [23].” Ibn

Hajar berkata, “Sesungguhnya jalur-jalur hadits (mengenai shalat terhadap Hamzah dan para

| 144 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

syuhada Uhud) lemah [24].” Dan asy-Syaikh al-Albani menghasankan hadits tentang shalat terhadap

jenazah Hamzah –radhiyallahu ‘anhu- itu. Asy-Syaikh Sa’d al-Humayyid telah meluaskan penelitian

mengenai riwayat-riwayat shalat terhadap jenazah Hamzah –radhiyallahu ‘anhu [26].

[23] at-Tamhid (24/244)

[24] Ajwibah al-Hafizh Ibn Hajar ‘ala As-ilah ba’dhi Talamidzihi (halaman 54)

[25] Ahkam al-Jana-iz (halaman 60)

[26] Mukhtashar Istidrak adz-Dzahabi ‘ala Mustadrak al-Hakim li Ibn al-Mulaqqin (4/1768); dan

beliau merajihkan bahwa hadits mengenai shalat terhadap jenazah Hamzah itu shahih li ghairaihi.

—————————————————————————

Tambahan dari saya:

*Syaikh ‘Utsman bin Muhammad bin al-Khumais –hafizhahullah- berkata ketika ditanya mengenai

kisah bahwa Hindun binti ‘Utbah –radhiyallahu ‘anha- mengunyah hati Hamzah:

وإ٭با الذي أرسلو ىو جبب بن مطعم ألنو بزة رضي ا عنو قتل طعيمة بن عدي ب بدر، فجبب بن مطعم … دل يثبت ىذا أبدا وىند بنت عتبة ال شأف ٥با بمزة ىند بنت عتبة كبد بزة رضي فوحشي أرسلو جبب ودل ترسلو ىند وبالتارل دل تأكل … ىو سيد وحشي أي ىو الذي ٲبلكو وكاف وحشي عبدا عند جبب بن مطعم

ا عنو

“Itu sama sekali tidak benar. Hindun binti ‘Utbah tidak mempunyai urusan dengan Hamzah … yang

mengutus Wahsyi (untuk membunuh Hamzah) adalah Jubair bin Muth’im karena Hamzah telah

membunuh Thu’aimah bin ‘Adi (paman dari Jubair bin Muth’im) dalam perang Badr. Maka Jubair bin

Muth’im adalah tuan bagi Wahsyi, yaitu orang yang berkuasa atas Wahsyi dan Wahsyi adalah

budak bagi Jubair bin Muth’im … maka Wahsyi diutus (untuk membunuh Hamzah) oleh Jubair bin

Muth’im. Bukan Hindun yang menyuruhnya, dan tidak pula Hindun binti ‘Utbah itu memakan hati

Hamzah –radhiyallahu ‘anhu.”

*Memang bukan Hindun yang menyuruh Wahsyi untuk membunuh Hamzah, tetapi Jubair bin

Muth’im sebagaimana dalam hadits berikut:

صحيح البخاري–قاؿ وحشي: )فقاؿ رل موالي جبب بن مطعم: إف قتلت بزة بعمي فأنت حر(.

Wahsyi berkata: Tuanku, Jubair bin Muth’im, berkata kepadaku, “Jika kamu berhasil membunuh

Hamzah demi (membalas dendam kematian) pamanku, maka kamu bebas!”

Dan tidaklah –dalam riwayat-riwayat yang shahih- terdapat keterangan bahwa Hindun –radhiyallahu

‘anha- memakan hati Hamzah –radhiyallahu ‘anhu.

Bandung, 22 Februari 2013

–HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA–

| 145 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Lantas Siapa yang Menamainya Tahun Kesedihan?

مد بن عبد ا العوشنالشيخ ٧بSyaikh Muhammad bin ‘Abdullah al-‘Ausyan

Dari kitab: Ma Sya’a wa lam Yatsbut fi as-Sirah an-Nabawiyah (67-69)

ب عم رسوؿ ا صلى ا عليو ذلك أف ىذا العاـ قد شهد وفاة أـ ا٤بؤمنب خدٯبة رضي ا عنها وأيب طال ،عرؼ العاـ العاشر من البعثة عند ا٤بتأخرين بعاـ ا٢بزف وذكروا أنو صلى ا عليو وسلم لشدة حزنو ٠بى ىذا العاـ عاـ ا٢بزف. فهل صح ذلك؟ ،وسلم وكاف بب وفاتيهما أياـ يسبة

Dikenal di kalangan muta-akhirin bahwa tahun kesepuluh dari masa pengutusan Nabi –shallallahu

‘alaihi wa sallam- itu sebagai “Tahun Kesedihan”. Hal itu dikarenakan pada tahun tersebut Ummul

Mukminin Khadijah –radhiyallahu ‘anha- dan Abu Thalib, paman Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa

sallam- wafat. Jarak waktu kematian keduanya sangatlah dekat. Mereka menyebutkan bahwa

lantaran begitu dalamnya kesedihan beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam- sampai-sampai beliau

menamai tahun itu dengan sebutan Tahun Kesedihan. Lantas apakah hal tersebut sahih?

يلي، ودل يذكر ترد ىذه التسمية ب شيء من األحاديث الصحيحة، بل وال الضعيفة، وال ب شيء من كتب السبة وشروحها، كسبة ابن إسحاؽ وشرحها للسهدلن حجر ربو ا، قاؿ الشيخ الساعاب ىذا اللفظ ػ فيما أعلم ػ أحد ٩بن كتب ب السبة كابن القيم والذىيب وابن كثب، وال غبىم من شراح األحاديث كالنووي واب

]١[ ."ربو ا ب )الفتح الرباين(: "وكاف رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم يسمي ذلك العاـ عاـ ا٢بزف كذا ب ا٤بواىب اللدنية

Penamaan tersebut tidak ada sama sekali dalam hadits-hadits yang sahih, bahkan tidak ada pula di

dalam hadits yang lemah. Tidak ada juga di dalam kitab-kitab sirah dan syarah-syarah-nya seperti

Sirah Ibn Ishaq dan syarah-nya karya as-Suhaili. Penamaan (Tahun Kesedihan) ini –sejauh

pengetahuanku- tidak pernah disebutkan oleh seorang pun ulama yang menulis sirah seperti Ibn al-

Qayyim, adz-Dzahabi, dan Ibn Katsir. Tidak juga disebutkan oleh selain mereka dari kalangan

pemberi syarah hadits seperti an-Nawawi dan Ibn Hajar –rahimahullah, sedangkan Syaikh as-Sa’ati –

rahimahullah- berkata di kitab al-Fath ar-Rabbani, “Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-

| 146 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

menyebut tahun itu dengan Tahun Kesedihan, demikian yang terdapat di dalam kitab al-Mawahib

al-Laduniyah.” [1]

[1] al-Fath ar-Rabbani (20/226).

النيب صلى ا عليو وسلم على ىذا العاـ )عاـ ا٢بزف( لشدة ما كابد فيو من الشدائد ب سبيل وقاؿ الشيخ األلباين ب تعقيبو على البوطي ب قولو: )ولقد أطلق٩با تقـو بو ا٢بجة؟ فإين بعد مزيد البحث دل -إف كاف لو إسناد -"من أي مصدر من ا٤بصادر ا٤بوثوقة أخذ الدكتور ىذا ا٣برب؟ وىل إسناده الدعوة( قاؿ ربو ا:

فيما ذكره صاعد( وصاعد ىذا ىو ابن عبيد البجلي : )در الوحيد الذي رأيتو قد أورده إ٭با ىو القسطبلين ب )ا٤بواىب اللدنية( فلم يزد على قولوأقف عليو ... وا٤بصث إذا دل يتابع، كما ىو حالو ب إذل أنو لب ا٢بدي ]۲[كما قاؿ الزرقاين ب شرحو عليو فما حاؿ صاعد ىذا؟ إنو ٦بهوؿ ال يعرؼ، ودل يوثقو أحد، بل أشار ا٢بافظ

ب ولو كاف صاعد معروفا ىذا ا٣برب. على أف قوؿ القسطبلين: )فيما ذكره صاعد( يشعر أنو ذكره معلقا بدوف إسناد فيكوف معضبل، فيكوف ا٣برب ضعيفا ال يصح، ح .".أ. ىػ كبلـ األلباين]٣[بالثقة وا٢بفظ، وىيهات ىيهات

Syaikh al-Albani berkata dalam bantahannya terhadap al-Buthi yang mengatakan, “Nabi –shallallahu

‘alaihi wa sallam- memberikan sebutan terhadap tahun ini dengan Tahun Kesedihan karena

kesedihan hati beliau di dalamnya berupa kesukaran-kesukaran di jalan dakwah,” dan Syaikh al-

Albani –rahimahullah- berkata, “Dari sumber mana Doktor ini (yakni al-Buthi) mengambil kabar

tersebut? Dan apakah sanadnya –jika memang ada sanadnya- kuat untuk menopang hujjah? Saya

sendiri, setelah meneliti lebih dalam, tidaklah menemukan sumbernya ... dan sumber rujukan satu-

satunya yang saya ketahui menyebutkan (istilah Tahun Kesedihan) hanyalah al-Qasthalani di kitab

al-Mawahib al-Laduniyah. Di situ al-Qasthalani mengatakan: ‘(menurut yang disebutkan oleh

Sha’id),’ tanpa memberikan keterangan lainnya. Adapun Sha’id, dia itu adalah Ibn ‘Ubaid al-Bajali

sebagaimana yang dikatakan oleh az-Zarqani dalam syarahnya terhadap kitab tersebut. Lantas

bagaimana kedudukan Sha’id ini? Dia itu seorang yang majhul, tidak diketahui. Tak ada seorang

ulama pun yang menguatkan Sha’id. Bahkan al-Hafizh [2] memberikan isyarat bahwa Sha’id itu

seorang yang layyin al-hadits (perawi lemah) jika tak diikuti oleh perawi lainnya sebagaimana halnya

dengan kabar mengenai Tahun Kesedihan ini. Tentang ucapan al-Qasthalani: ‘(menurut yang

disebutkan Sha’id),’ diketahui bahwa dia menyebutkannya secara mu’allaq tanpa sanad sehingga

riwayat tersebut mu’dhal (dua perawi atau lebih gugur dari sanadnya). Dengan demikian, kabar

tersebut lemah, tidak sahih. Bahkan, jika pun Sha’id itu seorang yang diketahui tsiqah dan kuat

hafalannya, (tetap saja hadits itu lemah karena banyak perawi gugur dari sanad) ... sungguh jauh,

sungguh jauh.” [3] –selesai ucapan Syaikh al-Albani ...

[2] yakni Ibn Hajar; beliau berkata di kitab at-Taqrib mengenai Sha’id, “Maqbul.” Hanya saja tertera

dalam mukadimah at-Taqrib bahwa dirinya diperikan maqbul itu jika memiliki muttabi’, sedangkan

jika tidak ada muttabi’, maka dia itu layyin al-hadits.

[3] Difa’ ‘an al-Hadits wa as-Sirah (halaman 18).

ان والشدائد الكثب، ومن ناحية ا٤بب فيبعد أف يسميو الرسوؿ صلى ا عليو وسلم أو أحد من أصحابو بذلك، وقد مر عليو صلى ا عليو وسلم وا٤بسلموف من ـ كاف أشد من يـو أحد؟ قاؿ: " لقد قبل ا٥بجرة وبعدىا، فقد روى الشيخاف عن عائشة رضي ا عنها أهنا قالت للنيب صلى ا عليو وسلم: ىل أتى عليك يو

انطلقت وأنا مهمـو لقيت من قومك ما لقيت، وكاف أشد ما لقيت منهم يـو العقبة، إذا عرضت نفسي على ابن عبد ياليل بن عبد كبلؿ فلم ٯببب إذل ما أردت، ف ]٤[ا٢بديث ..." على وجهي فلم استفق إال وأنا بقرف الثعالب

Sedangkan dari segi matan, maka sungguh jauh (kemungkinannya) bahwa Rasulullah –shallallahu

‘alaihi wa sallam- atau salah seorang dari para shahabat menamainya dengan nama itu. Sungguh

| 147 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan kaum Muslimin telah melewati banyak sekali ujian dan

kesukaran, baik sebelum hijrah maupun setelahnya. Al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari

‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha- bahwa dirinya bertanya kepada Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Pernahkah kau mengalami hari yang lebih berat dari hari Uhud?” Beliau menjawab, “Aku pernah

mengalami kesulitan yang kuterima dari kaummu. Itulah kesulitan paling berat yang kuterima dari

mereka pada hari al-‘Aqabah. Aku meminta (bantuan) kepada Ibn ‘Abd Yalil bin ‘Abd Kulal namun

dia tak menerima permintaanku. Aku pun berlalu meninggalkannya dengan wajah yang murung

dalam kesedihan. Aku tak menyadari (keadaan diri dan sekelilingku) kecuali setelah aku berada di

Qarn ats-Tsa’alib …” [4]

[4] al-Bukhari (6/312 –al-Fath); Muslim (12/153 –an-Nawawi).

رأيتو وجد على أحد ما وجد وب قصة بعثو صلى ا عليو وسلم سبعب رجبل من أصحابو يسموف بالقراء إذل أحياء من سليم فقتلوىم، قاؿ أنس رضي ا عنو فمانس رضي ا عنو "دعا النيب صلى ا عليو كامبل يدعو على قاتليهم، قاؿ أ عليهم أنو مكث شهرا -صلى ا عليو وسلم-حب كاف من شدة حزنو ]٥[عليهم

]٦[ ."وسلم على الذين قتلوا أصحاب بئر معونة ثبلثب صباحا حب يدعو على رعل و٢بياف وعصية عصت ا ورسولو

Dan dalam kisah pengutusan tujuh puluh orang al-Qurra’ (penghafal dan pembaca al-Quran) oleh

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- kepada kabilah Bani Sulaim yang kemudian para al-Qurra’

itu dibunuh, Anas bin Malik –radhiyallahu ‘anhu- berkata, “Belum pernah aku melihat beliau –

shallallahu ‘alaihi wa sallam- marah kepada seseorang melebihi kemarahan beliau kepada mereka.”

[5] Sampai-sampai karena besarnya kesedihan beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam (atas hal itu),

beliau mendoakan (kebinasaan) bagi para pembunuh itu selama sebulan penuh. Anas –radhiyallahu

‘anhu- berkata, “Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- mendoakan kebinasaan bagi kaum yang

membunuh para shahabat di Bi’r Ma’unah selama tiga puluh hari, beliau mendoakan kebinasaan

untuk kabilah Ri’l, Lihyan, dan ‘Ushayyah yang durhaka terhadap Allah dan rasul-Nya.” [6]

[5] al-Bukhari (6/272 –al-Fath)

[6] al-Bukhari (7/389 –al-Fath)

ة قصبة حادثة أخرى تعرؼ باء وكانت ىذه ا٢بادثة ا٤بؤ٤بة الب قتل فيها سبعوف رجبل، من الصحابة من قرائهم قد وقعت ب أوائل العاـ الرابع للهجرة، وسبقها بفب ي ا عنهم، وكاف رسوؿ ا صلى ا عليو الرجيع لعشرة من الصحابة منهم: خبيب بن عدي وعاصم بن ثابت وزيد بن الدثنة ومرثد بن أيب مرثد وغبىم رض

صلى ا عليو وسلم وا٤بسلموف قد أصيبوا ب شواؿ من العاـ الثالث للهجرة )غزة أحد( باستشهاد سبعب رجبل كاف منهم: بزة بن عبد ا٤بطلب عم رسوؿ ار(، واليماف )والد حذيفة(، وعبد ا بن جبب أمب الرماة يومها، وغبىم رضي وسلم، ومصعب بن عمب، وأنس بن النضر، وعبد ا بن عمرو بن حراـ )والد جاب

]۷[ .ا عنهم بل شج رأسو صلى ا عليو وسلم وكسرت رباعيتو ودمي وجهو الشريف

Peristiwa yang sangat menyakitkan tersebut, yang di dalamnya sebanyak tujuh puluh orang dari

kalangan shahabat penghafal al-Quran dibunuh, terjadi pada awal-awal tahun keempat Hijrah, dan

sebelumnya dalam jarak waktu yang dekat, telah terjadi pula peristiwa lain yang dikenal dengan

peristiwa ar-Raji’ yang menimpa sepuluh orang shahabat yang di antaranya adalah Khubaib bin ‘Adi,

‘Ashim bin Tsabit, Zaid bin ad-Datsinah, Martsad bin Abi Martsad, dan selain mereka –radhiyallahu

‘anhum. Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan kaum Muslimin pun tertimpa tragedi pada

bulan Syawwal tahun ketiga Hijrah, yakni perang Uhud dengan gugurnya tujuh puluh orang shahabat

yang di antaranya adalah Hamzah bin ‘Abd al-Muthalib (paman Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa

| 148 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

sallam), Mush’ab bin ‘Umair, Anas bin Nadhr, ‘Abdullah bin ‘Amr bin Haram (ayah Jabir bin

‘Abdullah), al-Yaman (ayah Hudzaifah), ‘Abdullah bin Jubair (pemimpin para pemanah pada hari

Uhud), juga selain mereka –radhiyallahu ‘anhum, bahkan Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-

pun terluka kepalanya, pecah gigi depannya, dan berdarah pula wajahnya yang mulia. [7]

[7] Muslim (12/148 –an-Nawawi)

على -عليو وسلم كل تلك ا٢بوادث وقعت ب أقل من ستة أشهر، واستشهد خبل٥با ما يقارب من مائة وبسب صحابيا رضي ا عنهم ودل ينقل أنو صلى ا

."٠باه بأي اسم يدؿ على ا٢بزف أو ٫بوه -شدة حزنو

Semua peristiwa itu terjadi setidaknya dalam enam bulan, telah gugur di dalam peristiwa-peristiwa

itu sedikitnya seratus lima puluh orang shahabat -radhiyallahu ‘anhum. Akan tetapi tidaklah

ditemukan adanya dalil (yang menyebutkan) bahwa -dengan kesedihan beliau yang mendalam- itu,

beliau menamai (tahun terjadinya peristiwa-peristiwa tersebut) dengan nama yang menyiratkan

kesedihan atau yang semisalnya …

Bandung, 24 Februari 2013

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 149 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Salah Satunya adalah Sebaik-Baik Raja ...

-كلظ هللا– ػزذ حلغ ر كذ حؼزخد حزذس حش٤خ

Syaikh ‘Abd al-Muhsin bin Hammad al-‘Abbad al-Badr –hafizhahullah-

Dari sini: http://www.al-abbaad.com/index.php/articles/82-1433-09-06

حلذ هلل سد حؼخ٤، ط٠ هللا ع رخسى ػ٠ ػزذ سع ز٤خ لذ، ػ٠ آ طلز أؿؼ٤، طزؼ

ربكغخ ا٠ ٣ حذ٣.

أخ رؼذ؛ كب حؼ أ خ٤ش حزشش حألز٤خء حشع طحص هللا عال رشخط ػ٤، خ٤ش ع٤ذ خخط

ز٤خ لذ ػ٤ ش ش أخشؿض خط طؤ خ٤ش أ ظ حظالس حغال، أظ ٢ خ٤ش حأل؛ خ هخ هللا ػض ؿ: )

رخهلل(، خ٤ش ز حألش أطلخد سع هللا ط٠ هللا ػ٤ ع خ٤ش ح طئ ش ح ػ ط ؼشف خلخء رخ

حخد حذ٣: أر رش ػ ػش ػ ػؼخ ػ ػ٢ سػ٢ هللا ػ أؿؼ٤، كوذ أش هللا رخؿد ك٢ صخ حشحشذ

ششك رظلزظ حـخد ؼ طو٢ حظخد حغش ػ ط٠ هللا ػ٤ ع ارالؿخ ا٠ رؼذ؛ كؼخث

كذ٣غ:

Amma ba’d, sesungguhnya termasuk di antara hal yang telah diketahui bahwasanya sebaik-baik

manusia adalah para nabi dan rasul –shalawatullahu wa salamuhu wa barakatuhu ‘alaihim, dan

yang terbaik di antara mereka adalah pemimpin mereka yang menjadi penutup para nabi dan rasul,

nabi kita Muhammad –‘alaihi ash-Shalah wa as-salam. Dan umat beliau (Muhammad –shallallahu

‘alaihi wa sallam) adalah umat terbaik sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla:

رخهلل طئ ش ح ػ ط ؼشف رخ ش ش أخشؿض خط طؤ خ٤ش أ ظ

“Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan

mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali ‘Imran: 110)

| 150 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Dan yang terbaik dari umat ini adalah para shahabat Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam,

sedangkan yang terbaik di antara para shahabat adalah Khulafa’ ar-Rasyidin yang memberi

bimbingan dan mendapat petunjuk, yaitu Abu Bakr kemudian ‘Umar kemudian ‘Utsman kemudian

‘Ali –radhiyallahu ‘anhum ajma’in. Dan sungguh Allah telah memuliakan para shahabat dengan

keberadaan mereka di zaman Nabi, meninggikan kedudukan mereka dengan persahabatan terhadap

Nabi, berjihad bersama beliau, dan mengambil Kitab dan Sunnah dari beliau –shallallahu ‘alaihi wa

sallam- (untuk selanjutnya) menyampaikan Kitab dan Sunnah itu kepada orang-orang setelah

mereka … dan di antara keutamaan para shahabat (disebutkan dalam) hadits berikut:

(())خ٤ش ح ٣ حز٣ ، ػ ٣ حز٣ خط هش٢، ػ

( ۲غ )( ػ ػزذ هللا ر غؼد سػ٢ هللا ػ، سح حزخخس١ )( ۲( غ )سح حزخخس١ )

( ػ أر٢ ۲غ )ػ ػخثشش سػ٢ هللا ػخ، سح ( ۲۷ػ ػشح ر كظ٤ سػ٢ هللا ػ، سح غ )

ش٣شس سػ٢ هللا ػ

“Sebaik-baik manusia adalah orang-orang pada masaku kemudian orang-orang yang datang setelah

mereka kemudian orang-orang yang datang sesudah mereka.”

-diriwayatkan oleh al-Bukhari (3651) dan Muslim (6472) dari ‘Abdullah bin Mas’ud –radhiyallahu

‘anhu, dan diriwayatkan oleh al-Bukhari (3651) dan Muslim (6475) dari ‘Imran bin Hushain –

radhiyallahu ‘anhu, dan diriwayatkan oleh Muslim (6478) dari ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha, dan

diriwayatkan oleh Muslim (6473) dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu.

ه ط٠ هللا ػ٤ ع:

))٣ؤط٠ ػ٠ حخط صخ ٣ـض كجخ حخط ك٤وخ ك٤ سأ سع هللا ط٠ هللا ػ٤ ع؟ ك٤و. ؼ ك٤لظق

ػ ٣ـض كجخ حخط ك٤وخ : ك٤ سأ طلذ سع هللا ط٠ هللا ػ٤ ع؟ ك٤و: ؼ، ك٤لظق

٣ـض كجخ حخط، ك٤وخ : ك٤ سأ طلذ طلذ سع هللا ط٠ هللا ػ٤ ع؟ ك٤و: ، ػ

ػ أر٢ عؼ٤ذ سػ٢ هللا ػ،( ۲غ )( ۹ؼ ك٤لظق (( سح حزخخس١ )

Dan sabda beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam- berikut:

Akan datang kepada manusia suatu zaman yang ketika itu ada sekelompok orang yang hendak

berperang, lalu ditanyakan kepada mereka, “Apakah di antara kalian ada yang pernah melihat

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam?” Mereka menjawab, “Ya,” lalu mereka pun diberi

kemenangan. Kemudian (akan datang zaman ketika) ada sekelompok orang yang akan berperang,

lalu ditanyakan kepada mereka, “Apakah di antara kalian ada yang pernah melihat shahabat

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam?” Mereka menjawab, “Ya,” lalu mereka pun diberi

kemenangan. Kemudian (akan datang zaman ketika) ada sekelompok orang yang akan berperang,

lalu ditanyakan kepada mereka,“Apakah di antara kalian ada yang pernah melihat orang yang

melihat para shahabat Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam?” Mereka menjawab, “Ya,” lalu

mereka pun diberi kemenangan.

-diriwayatkan oleh al-Bukhari (3649) dan Muslim (6467) dari Abu Sa’id al-Khudri –radhiyallahu ‘anhu.

حوش حؼالػش حلؼش: هش حظلخرش حظخرؼ٤ أطزخع حظخرؼ٤، كخظلخرش سػ٢ هللا ػ سأص ػ٤ سع هللا

ط٠ هللا ػ٤ ع، حظخرؼ سك هللا سأح حؼ٤ حظ٢ سأط ط٠ هللا ػ٤ ع، أطزخع حظخرؼ٤ سك هللا سأح

ػ، هذ خ حظخرؼ ٣لشك كشكخ شذ٣ذح روخء ححكذ حظلخرش ٣ؼظزش حؼ٤ حظ٢ سأص حظلخرش سػ٢ هللا

ري ؿ٤ش؛

| 151 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Dan tiga kurun terbaik itu adalah kurun shahabat, kurun tabi’in, dan kurun tabi’ut tabi’in. Para

shahabat –radhiyallahu ‘anhum- melihat Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dengan mata

kepala mereka, para tabi’in –rahimahumullah- melihat dengan mata kepala mereka orang-orang

yang melihat Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam, sedangkan para tabi’ut tabi’in –

rahimahumullah- melihat dengan mata kepala mereka orang-orang yang melihat para shahabat –

radhiyallahu ‘anhum. Bahkan para tabi’in itu akan merasakan kegembiraan yang besar dengan

pertemuan dengan satu orang saja dari para shahabat, dan mereka akan menganggap hal itu

sebagai ghanimah (keuntungan yang besar).

ي ك٢ ( ۹۷كل٢ ع أر٢ دحد ) ٢ رؼغ أطلخر٢: هش، كوخ ض حش : ))هذ ٣غخف، هخ ر ال ربعخد طل٤ق ػ

ض حرظش، ه ش، كذكؼخ ا٠ ض: ؿ٤ : ه ، ط٠ هللا ػ٤ ع؟ هخ أطلخد حز٢ ، سؿ ظش ا٠ د ظخكز٢: زذأ ك

ذ ػ٠ ػظخ ك٢ ط ؼظ ارح رشظ خض أؿزش، ، س الؽجش رحص أر٤ غ ه (( حلذ٣غ، حرظش ر ؼزذ كبرح ػ٤ الط

كـش،سػ٢ هللا ػ حؼش٣ خ ك٢ طوش٣ذ حظز٣ذ الر

Di dalam Sunan Abu Dawud (948) dengan sanad yang sahih, dari Hilal bin Yasaf, dia berkata:

Aku tiba di ar-Raqqah (salah satu wilayah di negeri di Syam -pent) lalu sebagian kawanku bertanya

kepadaku, “Apakah kau ingin bertemu dengan salah seorang shahabat Nabi –shallallahu ‘alaihi wa

sallam?” Aku menjawab, “(Tentu), itu merupakan ghanimah.” Lalu kami pun menuju ke kediaman

Wabishah (yakni salah seorang shahabat Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam -pent). Aku berkata

kepada kawanku, “Kita mulai dengan memerhatikan penampilannya dulu, ya.” Ketika kami melihat

Wabishah, ternyata dia memakai peci kecil dan mengenakan mantel bertudung warna kelabu. Saat

itu dia sedang shalat sambil bersandar pada tongkatnya.

Dan Wabishah bin Ma’bad –radhiyallahu ‘anhu- itu termasuk di antara shahabat yang berumur

panjang sebagaimana (disebutkan) di kitab Taqrib at-Tahdzib karya Ibn Hajar.

هذ ؿخء ك٢ حوشآ حش٣ آ٣خص دحش ػ٠ كؼ حظلخرش سػ٢ هللا ػ ك٢ عس حأللخ حظرش حلظق حلذ٣ذ حلشش

ش حؼخء ػ٤ ك٢ حظحسس حإلـ٤ هز أ ٣ؿذح هز أ ٣ؤط٢ صخ؛ هخ هللا ػض ر ؿخء ك٢ آ٣ش عسس حلظق ر

ؿ:

Sungguh telah ada di dalam al-Quran al-Karim ayat-ayat yang menunjukkan keutamaan para

shahabat –radhiyallahu ‘anhum, di surah al-Anfal, at-Taubah, al-Fath, al-Hadid, dan al-Hasyr. Bahkan

terdapat dalam salah satu ayat di surah al-Fath tentang penyebutan para shahabat dan pujian

kepada mereka di kitab Taurat dan Injil dari masa sebelum keberadaan mereka dan dari sebelum

datangnya zaman mereka. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

ذح ٣ ـ ؼخ ع س طشح خء ر٤ لخس سك حء ػ٠ ح ؼ أشذ حز٣ هللا ع ذ س ل ك٢ } خ حخ ع٤ سػ هللا كؼال ـ زظ

سحس ك٢ حظ ؼ د ري ـ أػش حغ ؿ ػ٠ عه ع كخعظ ـ ضسع أخشؽ شطؤ كآصس كخعظ ٤ ـ ك٢ حإل ؼ

لش ـ خلخص ح حظ ػ ح آ حز٣ ػذ هللا لخس ح ٤ع ر ـ حع ٤ س ذ حض ـ خ{،٣ؼ أؿشح ػظ٤ س

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras

terhadap orang-orang kafir tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka rukuk dan

sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka

dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil,

yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat

| 152 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati

penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan

kekuatan orang-orang Mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan

mengerjakan amal yang shalih di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Fath: 29)

سؿ ٣ظوض أطلخد -أ١ حإلخ خي-رش ر٤ ٣ذ٣ :) )۹/ك٤خ أ حلخس ٣ـخظ ر، ك٢ ششف حغش زـ١ )

لخس حء ػ٠ ح ؼ أشذ حز٣ هللا ع ذ س ل ٤ع سع هللا ط٠ هللا ػ٤ ع، كوشأ خي ز ح٣٥ش: } ـ {ا٠ ه: }٤

لخس{، ػ هخ: أطزق حخط ك٢ هز ؿ ػ٠ أكذ أطلخد حز٢ ط٠ هللا ػ٤ ع، كوذ أطخرظ ز ر ح

ح٣٥ش(،

Di dalam ayat tersebut terkandung penjelasan bahwa orang-orang kafir itu merasa jengkel (merasa

marah dan berkesal hati) terhadap para shahabat. Di dalam kitab Syarh as-Sunnah karya al-Baghawi

(1/229) disebutkan:

… dan disebutkan di hadapan Imam Malik seseorang yang mencela para shahabat Rasulullah –

shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Imam Malik pun membacakan ayat ini,“Muhammad itu adalah

utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang

kafir …,” sampai firman berikut, “… karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang

kafir,” kemudian Imam Malik berkata, “Barang siapa yang di dalam hatinya terdapat kedengkian

terhadap satu orang saja dari para shahabat Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam, sungguh dia

terkena dengan ayat ini.”

( ك٢ ه: )( ز٤خ حـظ ال ظزؼ٤غ، حشحد ك٤خ أ حظلخرش ؿ٤ؼخ ػذح رخـلشس حألؿش حؼظ٤، كشف )

حػذ ك٢ ز ح٣٥ش ـ٤غ حظلخرش ٤ظ زؼؼ،أ زح

Dan di dalam ayat tersebut (dijelaskan) bahwa para shahabat itu semuanya dijanjikan dengan

ampunan dan pahala yang besar. Huruf (min) dalam firman Allah, “Minhum (di antara

mereka),” adalah li bayan al-jinsi (untuk menerangkan jenis/menyatakan keseluruhan dari jenis yang

sama) bukan sebagai li at-tab’idh (menunjukkan sebagian dari keseluruhan), dan maksudnya bahwa

janji (ampunan dan pahala yang besar) dalam ayat tersebut adalah untuk seluruh shahabat, bukan

untuk sebagian dari para shahabat saja …

(: ))ك٢ ظخد /هذ طق حر حألزخس١ حز٣ هخح: اخ ظزؼ٤غ رخضذهش، هخ حر شخ ك٢ ـ٢ حز٤ذ )

خلخص ح حظ ػ ح آ حز٣ ػذ هللا لشس{ك٢ حظخكق الر حألزخس١: أ رؼغ حضخدهش طغي رو طؼخ٠: } ـ

ك٤خ ظز٤٤ ال ظزؼ٤غ أ١ حز٣ آح ئالء((، حطؼ ػ٠ رؼغ حظلخرش، حلن أ

Dan Ibn al-Anbari telah menyifati orang-orang yang mengatakan, “Sesungguhnya itu adalah li at-

tab’idh,” sebagai orang-orang zindiq.

Ibn Hisyam berkata di kitab Mughni al-Labib (2/15):

… dan di kitab al-Mushahif karya Ibn al-Anbari (disebutkan) bahwa beberapa kalangan zindiq

berpegang dengan firman Allah, “Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan

mengerjakan amal yang shalih di antara mereka ampunan dan pahala yang besar,” untuk mencela

sebagian shahabat. Padahal yang benar, huruf (min) di dalam ayat tersebut dimaksudkan sebagai

keseluruhan bukan untuk menyatakan sebagian, yakni orang-orang yang beriman adalah mereka

(para shahabat) semuanya …

| 153 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

{٢ طؼ حألششحس؛ هخ هللا ػض { طؼ حظلخرش حألخ٤خس ؼخ آ٣ش حخثذس حظ٢ ك٤خ } ز ح٣٥ش حظ٢ ك٤خ ش }

٣ ا حكذ اال ا ا خ ػخغ ػالػش هللا هخح ا لش حز٣ ظح ػ ؿ: )وذ لشح حز٣ غ ٤ خ ٣و

ػخغ ػ هللا (، كب حػذ ك٢ آ٣ش حلظق ظلخرش ال زؼؼ، حػ٤ذ ك٢ آ٣ش حخثذس هخ: }ا الػش{ال ػزحد أ٤

كؼخث حظلخرش حشح سػ٢ هللا ػ أ حح عطش ر٤ حشع ط٠ هللا ػ٤ ع ر٤ ؿخء زؼؼ، أؿ

رؼذ، كخ ػشف حخط حظخد حغش ال ػشكح كوخ ال ذ اال ؽش٣و، طلخر٢ س كذ٣ؼخ ػ حز٢ ط٠

هللا ػ٤ ع ك ؼ أؿس ػ ر ا٠ ٣ حو٤خش؛ و ط٠ هللا ػ٤ ع:

Dan ayat tersebut (surah al-Fath), yang di dalamnya terdapat kalimat (minhum), meliputkan seluruh

shahabat sebagai orang-orang terpilih. Ayat semisal itu yang juga menunjukkan peliputan secara

menyeluruh terdapat dalam surah al-Ma-idah yang di dalamnya juga terdapat kalimat (minhum), dan

itu meliputkan keburukan secara menyeluruh. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

٣ظح ا حكذ اال ا ا خ ػخغ ػالػش هللا هخح ا لش حز٣ وذ ػزحد أ٤ لشح حز٣ غ ٤ خ ٣و ػ

Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan, “Sesungguhnya Allah salah satu dari yang

tiga,” padahal sekali-kali tidak ada yang berhak disembah selain (Allah) Tuhan Yang Esa. Jika mereka

tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan

ditimpa siksaan yang pedih. (QS. al-Maidah: 73)

Maka sesungguhnya janji yang terdapat dalam surah al-Fath itu adalah bagi seluruh shahabat, bukan

hanya untuk sebagian di antara mereka, sedangkan ancaman dalam surah al-Ma-idah itu ditujukan

bagi semua yang mengatakan, “Sesungguhnya Allah salah satu dari yang tiga,” bukan untuk

sebagian saja dari mereka.

Dan di antara yang termasuk keutamaan-keutamaan terbesar dari para shahabat yang mulia –

radhiyallahu ‘anhum- bahwasanya mereka itu menjadi perantara di antara Rasulullah –shallallahu

‘alaihi wa sallam- dengan orang-orang yang datang setelah mereka. Maka tidaklah al-Kitab dan as-

Sunnah itu diketahui oleh manusia dan tidak pula manusia itu mengetahui kebenaran dan petunjuk

kecuali melalui para shahabat. Dan setiap shahabat yang meriwayatkan hadits dari Nabi –shallallahu

‘alaihi wa sallam- akan mendapatkan pahala semisal pahala setiap orang yang beramal dengan

kabar yang disampaikan shahabat tersebut sampai hari kiamat. Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah

–shallallahu ‘alaihi wa sallam- berikut:

(( سح غ ) أؿش كخػ ؼ ػ٠ خ٤ش ك د ( ػ أر٢ غؼد حألظخس١ حزذس١ سػ٢ هللا ػ،۷۹۹))

“Barang siapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka baginya pahala semisal pahala yang

diterima oleh orang yang mengerjakan amal tersebut.”

-diriwayatkan oleh Muslim (4899) dari Abu Mas’ud al-Anshari al-Badri –radhiyallahu ‘anhu.

وض ري طزؼ، ال ٣ أؿس ؼ حألؿش خ دػخ ا٠ ذ، ش٤جخ، ه ط٠ هللا ػ٤ ع: )) أؿس

ش٤جخ(( آػخ وض ري طزؼ، ال ٣ آػخ ؼ حإلػ ػ٤ خ ( ػ أر٢ ۷سح غ )دػخ ا٠ ػالش،

ش٣شس سػ٢ هللا ػ،

Juga sabda Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- berikut, “Barang siapa yang menyeru kepada

petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala yang diterima oleh orang yang mengikutinya tanpa

mengurangi pahala orang yang mengikutinya itu sedikit pun. Dan barang siapa yang menyeru

| 154 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa semisal dosa-dosa orang-orang yang mengikutinya

tanpa mengurangi dosa-dosa mereka yang mengikutinya itu sedikit pun.”

-diriwayatkan oleh Muslim (6804) dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu.

خطق لغ لذ حخ٤ش خ ػ٤ أ ٣ظت هز رلز طؼظ٤ حظؼظ٤ حالثن ر، أ ٣ غخ سؽزخ رزش

رخـ٤ حالثن ر، كال ٣زش اال رخ٤ش، أ ٣لزس رش رؤ١ ش٢ء ال ٤٣ن ر غ ظخكش هز حـ ، ز

ؿخء رؼذ، ز خرؽ ال حـ٤:ؽش٣وش عق ز حألش حظخرؼ٤

Dan setiap orang yang menasihati jiwanya dan mencintai kebaikan bagi dirinya, wajib baginya untuk

mengisi hatinya dengan perasaan cinta terhadap para shahabat, wajib pula mengagungkan mereka

dengan pengagungan yang tulus dan sesuai dengan kedudukan mereka. Hendaklah seseorang

menjadikan lisannya basah dengan sebutan-sebutan yang baik kepada para shahabat sesuai dengan

kedudukan mereka dan janganlah menyebut-nyebut para shahabat kecuali dengan kebaikan.

Seyogianya pula seseorang itu menjauh dari penyebutan para shahabat dengan sesuatu yang tak

sesuai dengan kedudukan mereka seraya membersihkan hatinya dari kedengkian terhadap mereka.

Inilah jalan penempuhan Salaf (para pendahulu) umat ini dari kalangan tabi’in dan orang-orang yang

datang setelah mereka.

Dan berikut ini beberapa contoh ucapan yang baik (dari para salaf berkenaan dengan shahabat):

٣زـغ أكذح ۹/ـ( سك هللا، هخ حزـ١ ك٢ ششف حغش )۲۹حإلخ خي ر أظ ) - (: ))هخ خي:

ك٤ظ كن ك٢ ك٢ء حغ٤، ػ هشأ ه عزلخ أطلخد سع هللا ط ٠ هللا ػ٤ ع خ ك٢ هز ػ٤ ؿ

سر ٣و رؼذ ؿخإ حز٣ وش{، ا٠ ه:} ح أ ػ٠ سع حخ ح طؼخ٠: }خ أكخء هللا إلخ خ حؿلش خ ز٣

{ح٣٥ش. خ عزوخ رخإل٣

(1) Imam Malik bin Anas (179 H) –rahimahullah-

Al-Baghawi berkata di kitab Syarh as-Sunnah (1/229):

Imam Malik berkata, “Barang siapa yang membenci salah seorang dari shahabat Rasulullah –

shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan di dalam hatinya terdapat perasaan dengki terhadapnya, maka dia

tidak berhak untuk mendapatkan harta fai-i kaum Muslimin,” kemudian Imam Malik membacakan

firman Allah subhanahu wa ta’ala, “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada

Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-kota,” hingga firman-Nya, “Dan orang-orang yang

datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdo’a: Ya Rabb kami, beri ampunlah kami

dan saudara-saudara kami, yang telah beriman lebih dahulu dari kami.” (QS. al-Hasyr: 7-10)

ـ( سك هللا، هخ ك٢ ظخر حغش: )) حغش رش لخع أطلخد سع هللا ط٠ هللا حإلخ أكذ ر كز ) -

عذ أطلخد سع هللا ط٠ هللا ػ٤ ع أ حكذح أؿؼ٤، حق ػ حز١ ؿش ر٤، ك ػ٤ ع

عش حذػخء هشرش حالهظذحء ر ع٤ش حألخز رآػخس كؼ٤ش((، هخ: ))ال ٣ـص ألكذ أ ك زظذع ، كز سحكؼ٢

ػ كؼ ري كوذ ؿذ ػ٠ حغطخ طؤد٣ز ػورظ ٤ظ أ ٣ؼل ٣زش ش٤جخ غخث ال ٣طؼ ػ٠ أكذ ك

٣غظظ٤ز ا ٣ظذ أػخد ػ٤ حؼورش خذ ك٢ حلزظ كظ٠ ٣ظد ٣شحؿغ.(( ر ٣ؼخهز ػ كب طخد هز

(2) Imam Ahmad bin Hanbal (241 H) –rahimahullah-

Imam Ahmad berkata di kitabnya as-Sunnah, “Dan termasuk dari Sunnah adalah menyebutkan

kebaikan-kebaikan para shahabat Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- semuanya (tanpa

kecuali), juga wajib menahan diri dari (berkata-kata yang tak pantas) tentang perselisihan yang

| 155 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

terjadi di antara mereka. Maka barang siapa yang mencaci maki para shahabat Rasulullah –

shallallahu ‘alaihi wa sallam- atau salah seorang saja di antara mereka, maka dia adalah seorang

ahli bid’ah, seorang Rafidhah. Mencintai para shahabat itu Sunnah dan mendoakan kebaikan bagi

mereka itu merupakan qurbah (jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah), mengikuti mereka

merupakan wasilah, dan mengambil jejak mereka merupakan keutamaan,” dan beliau juga

berkata, “Dan tidak diperkenankan bagi seorang pun untuk menyebutkan kesalahan mereka, tidak

pula diperbolehkan untuk mencela salah seorang dari mereka. Barang siapa yang melakukan hal itu,

maka wajib bagi penguasa untuk mendisiplinkannya dan menghukumnya, tidak boleh baginya

diberikan maaf tetapi harus menghukumnya dan memintanya bertobat. Apabila dia betobat, maka

penguasa harus menerimanya (memberikan pengampunan), namun jika dia tidak mau bertobat

maka penguasa harus memberikan lagi hukuman dan memenjarakannya sampai dia bertobat dan

kembali (kepada keyakinan yang benar).”

ربعخد ا٤ هخ: ( ۹ـ( سك هللا، س حخط٤ذ حزـذحد١ ك٢ ظخر حلخ٣ش )ص:264حإلخ أر صسػش حشحص١ ) -

سع هللا ط٠ هللا ٣ظوض أكذح أطلخد سع هللا ط٠ هللا ػ٤ ع كخػ أ صذ٣ن؛ ري أ ))ارح سأ٣ض حشؿ

أطلخد سع هللا ط٠ هللا ػ٤ ع ا حغ خ أد ا٤خ زح حوشآ ، ا خ ٣ش٣ذ ػ٤ ع ػذخ كن حوشآ كن

أ ٣ـشكح شدخ ٤زطح حظخد حغش، حـشف ر أ٠ صخدهش.((

(3) Imam Abu Zur’ah ar-Raziy (264 H) –rahimahullah-

Al-Khathib al-Bahdadi meriwayatkan di dalam kitabnya al-Kifayah (halaman 49) dengan sanad yang

sampai kepada Abu Zur’ah. Abu Zur’ah berkata, “Jika kau melihat seseorang yang mencela salah

seorang saja dari para shahabat Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ketahuilah bahwa

dia itu zindiq. Hal itu (karena) di sisi kami Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- itu haq dan al-

Quran itu haq, sementara para shahabatlah yang menyampaikan al-Quran dan Sunnah itu kepada

kita. Orang-orang yang mencela para shahabat itu hanyalah ingin merusak persaksian kita

(terhadap para shahabat) sehingga mereka dapat membatalkan al-Kitab dan as-Sunnah (yang

disampaikan oleh para shahabat). Padahal mereka (para pencela) itulah yang lebih layak untuk

dicela karena mereka itu zindiq.”

ط٠ ـ( سك هللا: هخ ك٢ ػو٤ذس أ حغش حـخػش: ))لذ أطلخد سع هللاحإلخ أر ؿؼلش حطلخ١ ) -

أ أكذ ، زـغ ٣زـؼ رـ٤ش حخ٤ش ٣زش، ال زش هللا ػ٤ ع ال لشؽ ك٢ كذ أكذ ، ال ظزش

)). ، رـؼ لش لخم ؽـ٤خ اكغخ ا٣خ اال رخ٤ش، كز د٣

(4) Imam Abu Ja’far ath-Thahawi (322 H) –rahimahullah-

Imam Abu Ja’far ath-Thahawi berkata di kitab Ahl as-Sunnah wa al-Jama’ah, “Dan kami mencintai

para shahabat Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan kami tidak berlebih-lebihan dalam

mencintai salah seorang dari mereka, tidak pula kami bersikap bara’ terhadap salah seorang dari

mereka. Kami membenci orang yang membenci para shahabat (dan membenci) orang yang berkata

tidak baik tentang mereka. Tidaklah kami menyebut para shahabat kecuali dengan kebaikan.

Mencintai para shahabat adalah agama, iman, dan ihsan. Membenci para shahabat adalah

kekufuran, kemunafikan, dan sikap melampaui batas.”

۷حإلخ حر أر٢ ص٣ذ حو٤شح٢ ) - حز٣ سأح سع خ٤ش حوش حوش ـ( سك هللا، هخ ك٢ وذش سعخظ: ))أ

حز٣ ٣ حز٣ ٣، أكؼ حظلخرش حخلخء حشحشذ حذ٣: أر رش، هللا ط٠ هللا ػ٤ ع آح ر، ػ ، ػ

| 156 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

ػ ػش، ػ ػؼخ،ػ ػ٢ سػ٢ هللا ػ أؿؼ٤، أ ال ٣زش أكذ طلخرش حشع ط٠ هللا ػ٤ ع اال رؤكغ

أكن حخط أ ٣ظظ أكغ ح خ شـش ر٤، أ حزحذ((، هذ رش، حإلغخى ػ ر أكغ خخسؽ، ٣ظ

ششكض ز حوذش رشعخش رؼح: ))هطق حـ٠ حذح٢ ششف وذش سعخش حر أر٢ ص٣ذ حو٤شح٢(( ؽزؼض لشدس

(.۷۹-۲/ؽزؼض ػ ـع ظز٢ سعخث٢ )

(5) Imam Ibn Abi Zaid al-Qairuwani (386 H) –rahimahullah-

Imam Ibn Abi Zaid al-Qairuwani berkata dalam Muqaddimah ar-Risalah-nya, “Dan bahwasanya

sebaik-baik kurun itu adalah kurun orang-orang yang melihat Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa

sallam- dan beriman kepada beliau, kemudian orang-orang setelah mereka, kemudian orang-orang

setelah mereka. Shahabat yang paling utama adalah al-Khulafa-u ar-Rasyidun al-Mahdiyyun, yakni

Abu Bakr, kemudian ‘Umar, kemudian ‘Utsman, kemudian ‘Ali –radhiyallahu ‘anhum ajma’in. Tidak

boleh seorang pun dari para shahabat Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- itu disebut-sebut

kecuali dengan sebaik-baik penyebutan. Dan wajib untuk menahan diri dari (membicarakan)

perselisihan di antara mereka -sesungguhnya para shahabat itu adalah orang-orang yang paling

layak mendapatkan jalan keluar terbaik- dan wajib bersangka tentang mereka dengan sebaik-baik

persangkaan.”

Dan aku (Syaikh ‘Abd al-Muhsin al-‘Abbad –pent) telah men-syarah (memberikan penjelasan)

terhadap Muqaddimah ini dalam sebuah risalah berjudul Qathf al-Jana ad-Dani Syarh Muqaddimah

Ibn Abi Zaid al-Qairuwani. Aku mencetaknya secara terpisah (menyendiri) dan juga mencetaknya

dalam himpunan bunga rampai kitab-kitab dan risalah-risalahku (4/7-189).

خ ـ( سك هللا، هخ ك٢ ظخر ػو٤ذس حغق أطلخد حلذ٣غ: ))۹حإلخ أر ػؼخ حظخر٢ ) - ٣ش حق ػ

ػ٤زخ أ وظخ ك٤ ٣ش شـش ر٤ أطلخد سع هللا ط٠ هللا ػ٤ ع طط٤ش حألغش ػ رش خ ٣ظؼ

ػ٠ ؿ٤ؼ ححالس خكظ.(( حظشك

(6) Imam Abu ‘Utsman ash-Shabuni (449 H) –rahimahullah-

Imam Abu ‘Utsman ash-Shabuni berkata di dalam kitabnya ‘Aqidah as-Salaf wa Ash-hab al-

Hadits, “Dan mereka (para salaf/ahli hadits) berpendirian untuk menahan diri (membicarakan)

perselisihan yang terjadi di antara para shahabat Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam,

membersihkan lisan-lisan mereka dari perkataan yang mengandung aib atau penghinaan terhadap

para shahabat. Mereka juga memandang wajib untuk memohonkan rahmat (kepada Allah) bagi

seluruh shahabat serta (wajib pula bagi mereka) untuk memberikan loyalitas kepada seluruh

shahabat.”

ع ا٠ ؿخذ /ـ( سك هللا، و حلخكع ك٢ حلظق )۷۹حإلخ أر حظلش حغؼخ٢ ) -۲ ( ػ أ هخ: ))حظؼش

حظلخرش ػالش ػ٠ خزال كخػ، ر رذػش ػالش.((

(7) Imam Abu al-Muzhaffar as-Sam’ani (489 H) –rahimahullah-

Al-Hafizh di kitab al-Fath (4/365) telah menukil ucapan dari Imam Abu al-Muzhaffar as-Sam’ani yang

mengatakan, “Mencela shahabat merupakan tanda ketelantaran (kehinaan) pelakunya, bahkan hal

itu merupakan bid’ah dan kesesatan.”

هللا، هخ ك٢ ظخر حؼو٤ذس ححعط٤ش: )) أط أ حغش حـخػش عالش ـ( سك۲۷ش٤خ حإلعال حر ط٤٤ش ) -۷

س ٣و رؼذ ؿخإح حز٣ خ هر أغظ ألطلخد سع هللا ط٠ هللا ػ٤ ع خ طل هللا ك٢ ه: } ر

| 157 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

عزو حخ حز٣ إلخ {، ؽخػش ز٢ ط٠ حؿلش خ ك٤ خ اي سإف س ح سر آ ك٢ هرخ ؿال ز٣ ؼ ـ ال ط خ خ رخإل٣

ذ أكذ ال أكذ رزخ خ رؾ أكذ ألن ؼ هللا ػ٤ ع ك٢ ه: )ال طغزح أطلخر٢، كحز١ لغ٢ ر٤ذ أ

ظ٤ل.((

(8) Syaikh al-Islam Ibn Taimiyah (728 H) –rahimahullah-

Syaikh al-Islam Ibn Taimiyah berkata di kitabnya al-‘Aqidah al-Wasithiyah:

Dan di antara ushul Ahlu as-Sunnah wa al-Jama’ah adalah ketulusan hati dan lisan mereka terhadap

para shahabat Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- sebagaimana yang telah disifatkan oleh

Allah di dalam firman-Nya (QS. al-Hasyr: 10), “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka

(Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara

kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam

hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha

Penyantun lagi Maha Penyayang,” serta sebagai ketaatan terhadap sabda Nabi –shallallahu ‘alaihi

wa sallam,“Jangan mencaci shahabat-shahabatku. Demi (Allah) yang jiwaku berada di tangan-Nya,

seandainya salah seorang di antara kalian menginfakkan emas sebesar gunung Uhud, niscaya itu

tidak akan menyamai satu mudd salah seorang di antara mereka, tidak pula setengahnya.”

٣ ك٢ هز ۹ـ( سك هللا، هخ ك٢ ششف حطلخ٣ش )ص:۲۹حش٤خ حر أر٢ حؼض حلل٢ ) -۹ (: ))ك أػ

ػ٠ خ٤خس حئ٤ عخدحص أ٤خء هللا طؼخ٠ رؼذ حز٤٤، ر هذ كؼ ح٤د حظخس رخظش، ه٤ ٤د خ٤ش ؿ

أ ظ؟ هخح: أطلخد ع٠، ه٤ ظخس: خ٤ش أ ظ؟ كوخح: أطلخد ػ٤غ٠، ه٤ شحكؼش: شش

حعظؼ رؤػؼخف أ ظ؟ كوخح: أطلخد لذ، ٣غظؼح اال حو٤، ك٤ عز خ٤ش

ؼخػلش.((

(9) Asy-Syaikh Ibn Abi al-‘Izz al-Hanafi (792 H) –rahimahullah-

Asy-Syaikh Ibn Abi al-‘Izz al-Hanafi berkata di kitab Syarh ath-Thahawiyah (halaman 696):

Maka siapakah yang lebih sesat daripada orang yang di dalam hatinya terdapat kedengkian terhadap

orang-orang Mukmin terbaik dan pemimpin para wali Allah ta’ala setelah para nabi? Bahkan

sungguh pekerti orang Yahudi dan Nasrani pun masih lebih baik daripada mereka. Ditanyakan

kepada Yahudi, “Siapakah orang-orang terbaik dari kalangan penganut agama kalian?” Mereka pun

menjawab, “Para shahabat Musa.” Dan ditanyakan kepada Nasrani, “Siapakah orang-orang terbaik

di kalangan penganut agama kalian?” Mereka pun menjawab, “Para shahabat ‘Isa.” Dan ditanyakan

kepada Rafidhah, “Siapakah orang-orang terburuk di kalangan penganut agama kalian?”Mereka

pun menjawab, “Para shahabat Muhammad,” dan tidaklah Rafidhah itu mengecualikan dari para

shahabat itu kecuali sedikit sekali, dan (bahkan) di antara yang mereka cela itu terdapat orang yang

(kedudukannya) jauh lebih baik daripada yang mereka kecualikan.

زح حؼ٠ ؿخء ك٢ شؼش أكذ ػخث ر٤ حوش حؼخ٢ ػشش حؼخغ ػشش حـش١، خظ حألصس١، كوخ:

Dan makna tersebut (yakni celaan Rafidhah terhadap shahabat seperti yang dinyatakan oleh Ibn Abi

al-‘Izz) terdapat di dalam syair salah seorang ulama Rafidhah di antara kurun kedua belas dan ketiga

belas hijriyah, dan ulama Rafidhah penulis syair tersebut adalah Kazhim al-Uzri yang mengatakan:

ط ٤خص رحى ر أشوخخ!!! ** أ خ٤ش أش أخشؿض خ

| 158 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Apakah mereka sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk manusia … sungguh jauh panggang itu dari

api, bahkan merekalah sesial-sialnya umat …

(.هلض ػ٤ ك٢ وذ حألعظخر لد حالف وظ٤ذط حألصس٣ش حطزع رؼح: ))حشص٣ش ك٢ حوظ٤ذس حألصس٣ش(( )ص:

Aku (Syaikh ‘Abd al-Muhsin al-‘Abbad –pent) mendapati syair tersebut dalam (sebuah kitab yang

berisi) kritikan Ustadz Mahmud al-Mallah terhadap kasidah al-Uzriyah tersebut (halaman 51) dan

tercetak dengan judul ar-Raziyah fi al-Qashidah al-Uzriyah(Musibah dalam Kasidah al-Uzriyah) …

ك٢ أ٤ش حئ٤ ػ٢ سػ٢ هللا ػ حـلخء ك٢ حظلخرش خ ؿخء ك٢ زح ح ز٤ض ؿخ٣ش ك٢ حـلخء حخزغ، ؼ ك٢ حـ

(:ه )ص:

Dan apa yang terdapat dalam bait tersebut berpuncak pada kebatilan dan kekejian, juga yang

semisal itu dalam hal berlebih-lebihan terhadap Amir al-Mu’minin ‘Ali –radhiyallahu ‘anhu- dan

(dalam hal) menistakan para shahabat (yang lain), misalnya dalam bait pada halaman 45 berikut:

؟!! طؼخ٠ حـ ط٢ خ ٣و علخخ!!! ** أز٢ رال ـ ػ

Apakah seorang nabi tanpa wasiat? Sungguh Maha Tinggi Allah dari apa yang diucapkan oleh orang

yang tolol …

ك٢ ػ٢ سػ٢ هللا ػ ه خ ك٢ )ص: (: ؿ

Dan di antara perkataan Kazhim al-Uzri yang berlebih-lebihan terhadap ‘Ali –radhiyallahu ‘anhu-

terdapat di halaman 34:

كل٢ ػ٤ ش٢ء طشحخ!!! ** ك٢ ح ح٣٥ش حل٤طش

Dan dia (‘Ali) itu ayat yang meliputi di semesta … maka di dalam inti sari segala

sesuatukau melihatnya …

(:ه خ ك٢ )ص:

Juga ucapan Kazhim al-Uzri pada halaman 36:

ك٢ ؿ٠ أكخخ!!! اظ ** سأص هغسح حػظشػظ حـ حـ

Mulia perkasa … kalau pun jin dan manusia merintanginya dalam peperangan, dia

membinasakannya …

حز٤ظخ حألخ٤شح ٣ظذم ػ٤خ حطق حشس: ٣ؼلي ح ك٢ هشحخ، حل ك٢ خال٣خخ!

Dan kedua bait terakhir itu sangatlah sesuai dengan ungkapan yang masyhur,“Ditertawakan oleh

semut di sarangnya juga oleh lebah di rumahnya.”

| 159 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

حغش ػ٠ ؿد /ـ( سك هللا، هخ ك٢ ظخر كظق حزخس١ )۷حلخكع حر كـش حؼغوال٢ ) - (: ))حطلن أ

٣وخطح ك٢ طي حلشد اال غ حطؼ ػ٠ أكذ حظلخرش رغزذ خ هغ كشد ػشف حلن ؛ أل

حظ٤ذ ٣ئؿش أؿش٣((. ػ حؿظخد هذ ػلخ هللا طؼخ٠ ػ حخطت ك٢ حالؿظخد ر ػزض أ ٣ئؿش أؿشح حكذح أ

(10) Al-Hafizh Ibn Hajar al-‘Asqalani (852 H) –rahimahullah-

Al-Hafizh Ibn Hajar al-‘Asqalani berkata di kitabnya Fath al-Bari (34/13), “Dan ahlu as-Sunnah telah

bersepakat atas kewajiban untuk menghindari celaan terhadap satu orang pun dari para shahabat

dengan sebab peperangan yang terjadi (di antara mereka) meskipun diketahui mana yang benar di

antara mereka. Hal itu dikarenakan para shahabat tidaklah melakukan peperangan itu kecuali atas

dasar ijtihad, dan Allah ta’ala memaafkan orang yang salah dalam ijtihadnya -bahkan telah tetap

bahwa orang yang salah dalam ijtihadnya akan diberi satu pahala, sedangkan bagi yang benar

dalam ijtihadnya akan diberi dua pahala.”

خ ؿخء أكخد٣غ آػخس ك٢ كؼ حظلخرش ػخ كب ؼخ٣ش ر أر٢ عل٤خ سػ٢ هللا ػخ دحخ ك٤خ، هذ ؿخء

ػ رؼغ حغق آػخس خظظش ر، ز خرؽ خ:

Dan semua yang terdapat dalam hadits dan atsar mengenai keutamaan shahabat itu bersifat umum

(meliputi semua shahabat), dengan demikian Mu’awiyah bin Abi Sufyan –radhiyallahu ‘anhuma- pun

termasuk dalam keumuman tersebut. Malahan ada juga atsar dari beberapa salaf yang secara

khusus menyebutkan keutamaan Mu’awiyah bin Abi Sufyan –radhiyallahu ‘anhuma, dan di

antaranya adalah sebagai berikut:

ـ( سك هللا، هخ ارشح٤ ر ٤غشس: ))خ سأ٣ض ػش ر ػزذ حؼض٣ض ػشد اغخخ حخ٤لش ػش ر ػزذ حؼض٣ض ) -

(.-/هؾ اال اغخخ شظ ؼخ٣ش كب ػشر أعحؽخ((، حزذح٣ش حخ٣ش الر ؼ٤ش )

Pertama: Khalifah ‘Umar bin ‘Abd al-‘Aziz (101 H) –rahimahullah-

Ibrahim bin Maisarah berkata, “Tidak pernah sama sekali aku melihat ‘Umar bin ‘Abd al-‘Aziz

memukul seseorang kecuali terhadap orang yang mencaci maki Mu’awiyah. Maka ‘Umar bin ‘Abd al-

‘Aziz memukulnya dengan cambuk.” –al-Bidayah wa an-Nihayah li Ibn Katsir (11/450-451).

لش، ك سأ٣خ ٣ظش ا٤ شضسح حطخ ػ٠ ۷حإلخ ػزذ هللا ر حزخسى ) - ـ( سك هللا، هخ: ))ؼخ٣ش ػذخ

حو(( ٣ؼ٢ حظلخرش(، عج ػ ؼخ٣ش، كوخ: ))خ أه ك٢ سؿ هخ سع هللا ط٠ هللا ػ٤ ع: )عغ هللا

لذ، كو٤: أ٣خ أكؼ أ ػش ر ػزذ حؼض٣ض؟ كوخ: ظشحد ك٢ خش١ ؼخ٣ش غ كذ(، كوخ خل: سرخ ي ح

(.۹/سع هللا ط٠ هللا ػ٤ ع خ٤ش أكؼ ػش ر ػزذ حؼض٣ض(( حزذح٣ش حخ٣ش )

Kedua: Imam ‘Abdullah bin al-Mubarak (181 H) –rahimahullah-

Imam ‘Abdullah bin al-Mubarak berkata, “Mu’awiyah di sisi kami itu merupakan ujian, maka barang

siapa yang kami dapati memandang Mu’awiyah dengan permusuhan, tentu kami pun

mencurigai pandangannya terhadap kaum –yakni terhadap para shahabat lainnya.”

Dan Imam Ibn al-Mubarak ditanya tentang Mu’awiyah, lalu beliau menjawab:

Apa yang harus kukatakan terhadap orang yang (apabila) Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-

mengucapkan, “Sami’allahu li man hamidah,” lalu dia berucap di belakang beliau, “Rabbana wa laka

al-hamdu.”

Lalu (Ibn al-Mubarak) ditanya, “Siapa yang lebih utama, Mu’awiyah ataukah ‘Umar bin ‘Abd al-

‘Aziz?” Maka Ibn al-Mubarak menjawab, “Betapa rugi diriku, Mu’awiyah dengan penyertaannya

| 160 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

terhadap Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- tentu lebih baik -atau lebih utama- daripada

‘Umar bin ‘Abd al-‘Aziz.” –al-Bidayah wa an-Nihayah (11/449)

ـ( سك هللا، هخ هذ عج: أ٣خ أكؼ ؼخ٣ش أ ػش ر ػزذ حؼض٣ض؟ كـؼذ، ۷حؼخك٠ ر ػشح حط٢ ) -

هخ غخث: ))طـؼ سؿال حظلخرش ؼ سؿ حظخرؼ٤؟! ؼخ٣ش طخكز طش خطز أ٤ ػ٠ ك٢ هللا((

(./حزذح٣ش حخ٣ش )

Ketiga: Al-Mu’afi bin ‘Imran al-Maushili (185 H) –rahimahullah-

Al-Mu’afi bin ‘Imran al-Maushili ditanya, “Siapa yang lebih utama, Mu’awiyah ataukah ‘Umar bin

‘Abd al-‘Azizi?” (Mendengar itu) dia pun marah, lalu berkata kepada si penanya,“Kau hendak

memperbandingkan seorang shahabat dengan seorang tabi’in? Mu’awiyah itu shahabat beliau, ipar

beliau, juga kerani beliau yang dipercaya untuk menulis wahyu dari Allah.” –al-Bidayah wa an-

Nihayah (11/450).

حإلخ أكذ ر كز سك هللا، هخ حلؼ ر ص٣خد: عؼض أرخ ػزذ هللا عج ػ سؿ حظوض ؼخ٣ش ػش ر -

حؼخص، أ٣وخ سحكؼ٢؟ كوخ: ))ا ٣ـظشة ػ٤خ اال خز٤جش عء، خ حظوض أكذ أكذح حظلخرش اال دحخش

(./عء(( حزذح٣ش حخ٣ش )

Keempat: Imam Ahmad bin Hanbal –rahimahullah-

Al-Fadhl bin Ziyad berkata:

Aku mendengar Abu ‘Abdillah (Ahmad bin Hanbal) ditanya tentang seseorang yang mencela

Mu’awiyah dan ‘Amr bin al-‘Ash, “Apakah dia boleh dikatakan pengikut Rafidhah?” Beliau

menjawab, “Sesungguhnya tidak mungkin dia berani mencela keduanya kalau bukan karena di

dalam dirinya terdapat isi batin yang buruk. Tidak mungkin seseorang itu mencela salah seorang dari

kalangan shahabat kecuali jika orang itu memiliki isi batin yang buruk.” –al-Bidayah wa an-

Nihayah (11/450).

ـ( سك هللا، هخ: ))ؼخ٣ش عظش ألطلخد لذ ط٠ هللا ػ٤ ع كبرح شق أر طرش حشر٤غ ر خكغ حلز٢ ) -

(./حشؿ حغظش حؿظشأ ػ٠ خ سحء(( حزذح٣ش حخ٣ش )

Kelima: Abu Taubah ar-Rabi’ bin Nafi’ al-Halabi (241 H) –rahimahullah-

Abu Taubah ar-Rabi’ bin Nafi’ al-Halabi berkata, “Mu’awiyah itu tabir bagi para shahabat

Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apabila seseorang menyingkap tabir itu, niscaya dia akan

berani (mengusik) apa yang berada di belakang tabir tersebut.” –al-Bidayah wa an-

Nihayah (11/450).

، هخ: أل هخط ػ٤خ، كوخ أر - حإلخ أر صسػش حشحص١ سك هللا، هخ سؿ: ا٢ أرـغ ؼخ٣ش، كوخ :

صسػش: )٣لي ا سد ؼخ٣ش سد سك٤ خظ ؼخ٣ش خظ ش٣، كؤ٣ش دخي أض ر٤خ؟! سػ٢ هللا ػخ( حزذح٣ش

(.۲/حخ٣ش )

Keenam: Imam Abu Zur’ah ar-Razi –rahimahullah-

Seseorang berkata kepada Abu Zur’ah, “Sesungguhnya aku membenci Mu’awiyah.” Abu Zur’ah pun

bertanya, “Kenapa?” Orang itu menjawab, “Karena dia telah memerangi ‘Ali.”Abu Zur’ah lantas

berkata kepadanya, “Celaka kamu! Sesungguhnya Rabb-nya Mu’awiyah itu Rabb Yang Penyayang,

sedangkan yang menjadi lawan Mu’awiyah adalah lawan yang mulia. Maka urusan apa yang

| 161 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

membuatmu mencampuri urusan di antara mereka berdua? Semoga Allah meridai mereka

merdua.” –al-Bidayah wa an-Nihayah (11/427).

ـ( سك هللا، هخ خ ك٢ طشؿظ ك٢ طز٣ذ حخ ض١، هذ عج ػ ؼخ٣ش حإلخ أر ػزذ حشك حغخث٢ ) -۲

كوخ: ))اخ حإلعال ذحس خ رخد، كزخد حإلعال حظلخرش، ك آر حظلخرش اخ أسحد حإلعال، وش حزخد اخ ٣ش٣ذ

حذحس؛ هخ : ك أسحد ؼخ٣ش كبخ أسحد حظلخرش.دخ

Ketujuh: Imam Abu ‘Abd ar-Rahman an-Nasa-i (303 H) –rahimahullah-

Imam an-Nasa-i -sebagaimana terdapat dalam riwayat hidupnya di kitab Tahdzib al-Kamal karya al-

Mizi- ditanya mengenai Mu’awiyah, lalu dia berkata, “Sesungguhnya Islam itu seperti rumah yang

mempunyai pintu, dan pintu Islam adalah para shahabat. Barang siapa yang menyakiti shahabat,

sesungguhnya yang dikehendakinya hanyalah menyakiti Islam sebagaimana orang yang mendobrak

pintu sebenarnya yang dikehendakinya adalah memasuki rumah.”

Beliau juga berkata, “Maka siapa yang menghendaki Mu’awiyah, sesungguhnya yang dia inginkan

adalah para shahabat.”

ـ( سك هللا، هخ ك٢ ظخر ؼش حالػظوخد: ))ؼخ٣ش خخ حئ٤ خطذ ك٢ هللا حإلخ حر هذحش حوذع٢ ) -۷

أكذ خلخء حغ٤ سػ٢ هللا ػ.((

Kedelapan: Imam Ibn Qudamah al-Maqdisi (620 H) –rahimahullah-

Ibn Qudamah al-Maqdisi berkata di kitabnya Lum’ah al-I’tiqad, “Dan Mu’awiyah itu paman dari

kaum Mukminin, kerani yang menulis wahyu Allah, dan salah seorang dari khalifah kaum Muslimin –

radhiyallahu ‘anhu.”

حئ٤ ي حإلعال.(( أ٤ش(: ))/ـ( سك هللا، هخ ك٢ ظخر ع٤ش أػال حزالء )۲۷حإلخ حلخكع حزز٢ ) -۹

Kesembilan: Imam al-Hafizh adz-Dzahabi (748 H) –rahimahullah-

Imam adz-Dzahabi berkata di kitabnya Sair A’lam an-Nubala’ (3/120), “Amir al-Mu’minin, Malik al-

Islam.”

أ ى حغ٤ (: ))۲و٤ذس حطلخ٣ش )صحش٤خ حر أر٢ حؼض حلل٢ سك هللا، هخ ك٢ ظخر ششف حؼ -

ؼخ٣ش خ٤ش ى حغ٤.((

Kesepuluh: Asy-Syaikh Ibn Abi al-‘Izz al-Hanafi –rahimahullah-

Ibn Abi al-‘Izz al-Hanafi berkata di kitabnya Syarh al-‘Aqidah ath-Thahawiyah (halaman 722), “Raja

pertama kaum Muslimin adalah Mu’awiyah dan beliau adalah sebaik-baik raja kaum Muslimin.”

ؼخ٣ش سػ٢ هللا ػ ك٢ حظذ حغظش خ ك٢ خالطش طز٤ذ طز٣ذ حخ خضسؿ٢ خثش ػالػ كذ٣ؼخ حطلن حزخخس١

غ ػ٠ أسرؼش حلشد حزخخس١ رؤسرؼش غ رخغش.

Dan terdapat seratus tiga puluh hadits yang bersumber dari Mu’awiyah di Kutub as-

Sittahsebagaimana (disebutkan) dalam Khulashah Tahdzibu Tahdzib al-Kamal karya al-Khazraji. Al-

Bukhari dan Muslim menyepakati empat hadits di antaranya, empat hadits lainnya dikeluarkan oleh

al-Bukhari secara menyendiri, sedangkan Muslim mengeluarkan (secara menyendiri pula) sebanyak

lima hadits.

| 162 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

أ سع هللا ط٠ هللا ػ٤ ع هخ ك٢ ؼخ٣ش: ))ال أشزغ هللا رط((، كش رغذ ( ۷هذ سد ك٢ طل٤ق غ )

ا٠ حر ػزخط هخ: ض أؼذ غ حظز٤خ، كـخء سع هللا ط٠ هللا ػ٤ ع كظحس٣ض خق حزخد، هخ: كـخء كلطؤ٢

خ: كـجض كوض: ٣ؤ، ػ هخ: ))حرذ كخدع ٢ ؼخ٣ش((، هخ: كـجض كطؤس، هخ: ))حرذ حدع ٢ ؼخ٣ش((، ه

كوض: ٣ؤ، كوخ: ))ال أشزغ هللا رط((، ؼ٠ كطؤ٢ كطؤس: ػشد ر٤ذ ر٤ ظل٢، هذ خظ غ سك هللا رزح

ذ دػخء ػ٠ أكذ ٤ظ أال حلذ٣غ حألكخد٣غ ححسدس ك٢ دػخء حز٢ ط٠ هللا ػ٤ ع أ ٣ـؼ خ طذس ع

زي أ ٣ـؼ صخس، أؿشح، سكش، ري و: ))طشرض ٤٣ي، ػظي أي، ػوش كو٠، ال زشص عي((،

Terdapat hadits di Shahih Muslim (6628), bahwa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkata

tentang Mu’awiyah, “Semoga Allah tidak mengenyangkan perutnya,”dan Muslim meriwayatkannya

dengan sanadnya sampai kepada Ibn ‘Abbas. Ibn ‘Abbas berkata:

Ketika aku sedang bermain dengan anak-anak, tiba-tiba Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-

datang, maka aku pun bersembunyi di belakang pintu. Beliau datang dan menampar tengkukku

sekali tampar, dan beliau berkata, “Pergilah dan panggil Mu’awiyah kemari.” (Tak lama kemudian)

aku kembali dan kukatakan, “Mu’awiyah sedang makan.” Beliau bersabda lagi, “Pergilah dan panggil

Mu’awiyah kemari.” Ketika kembali lagi, aku berkata, “Mu’awiyah sedang makan.” Beliau pun

bersabda, “Semoga Allah tak mengenyangkan perutnya.” (HR. Muslim)

Adapun makna, “Beliau datang dan menampar tengkukku sekali tampar,” yaitu menepuk bagian

belakang pundak dengan tangan.

Dan dengan hadits inilah Imam Muslim –rahimahullah- menutup (bab yang berisi) hadits-hadits

mengenai doa Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- (kepada Allah) tentang apa yang keluar dari diri

beliau berupa cacian dan doa kepada seseorang yang orang tersebut bukan ahlinya (tidak pantas

mendapatkannya), agar (Allah) menjadikan hal itu sebagai pembersih bagi orang tersebut.

كوذ أسد ك٢ طل٤ل ػذس أكخد٣غ، أكذخ زح حلذ٣غ، هز كذ٣غ أظ ر خي سػ٢ هللا ػ هخ: خض ػذ أ ع٤

٢ أ أظ، كشآخ سع هللا ط٠ هللا ػ٤ ع كوخ: ))آض ٢ وذ زشص ال زش عي((، كشؿؼض ٣ظ٤ش، أ ع٤

ح٤ظ٤ش ا٠ أ ع٤ طز٢، كوخض خ أ ع٤: خ ي ٣خ ر٤ش؟ كوخض حـخس٣ش: دػخ ػ٢ حز٢ ط٠ هللا ػ٤ ع أ ال ٣زش

٢، كخشؿض أ ع٤ غظؼـش طع خخسخ، كظ٠ و٤ض سع هللا ط٠ هللا ع٢، كخ٥ ال ٣زش ع٢ أرذح، أ هخض هش

ػ٤ ع ، كوخ خ سع هللا ط٠ هللا ػ٤ ع: ))خ ي ٣خ أ ع٤؟((، هخض: ٣خ ز٢ هللا، أدػص ػ٠ ٣ظ٤ظ٢؟ هخ:

ض أي دػص ػ٤خ أ ال ٣زش عخ ال ٣زش هشخ، هخ: كؼلي سع هللا ط٠ هللا ))خ رحى ٣خ أ ع٤؟((، هخض: صػ

ػ٤ ع ػ هخ: ))٣خ أ ع٤، أخ طؼ٤ أ ششؽ٢ ػ٠ سر٢ أ٢ حشظشؽض ػ٠ سر٢ كوض: اخ أخ رشش أسػ٠ خ

٣شػ٠ حزشش، أؿؼذ خ ٣ـؼذ حزشش، كؤ٣خ أكذ دػص ػ٤ أظ٢ رذػس ٤ظ خ رؤ أ ٣ـؼخ ؽسح

هشرش ٣وشر رخ ٣ حو٤خش((،صخس

Imam Muslim membawakan sejumlah hadits dalam kitab Shahih-nya, salah satunya adalah hadits

(yang barusan) tersebut, dan sebelumnya adalah hadits Anas bin Malik –radhiyallahu ‘anhu, dia

berkata:

Ummu Sulaim mengasuh seorang anak perempuan yatim -dan Ummu Sulaim itu adalah ibunya Anas.

(Suatu hari) Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- melihat anak perempuan yatim tersebut, lalu

berkata kepadanya, “Kamu rupanya, ya. Kamu sudah tambah besar, semoga usiamu tak

bertambah.” (Mendengar itu), anak perempuan yatim itu kembali kepada Ummu Sulaim sambil

menangis. Ummu Sulaim pun bertanya kepadanya, “Apa yang terjadi denganmu, Nak?” Anak itu pun

menjawab, “Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- mendoakan usiaku tak bertambah. Kini, usiaku

takkan bertambah selamanya –atau dia mengatakan: waktuku?” Ummu Sulaim pun keluar dan

| 163 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

bergegas mengenakan kerudungnya hingga bertemu dengan Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa

sallam. Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bertanya kepada Ummu Sulaim,“Ada apa

denganmu, wahai Ummu Sulaim?” Ummu Sulaim berkata, “Wahai Nabi Allah, apakah kau

mendoakan kejelekan kepada anak yatimku?” Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-

bertanya, “Apa itu, wahai Ummu Sulaim?” Ummu Sulaim menjawab, “Dia menyangka kau

telah mendoakannya supaya usianya tak bertambah dan tidak bertambah juga

waktunya.” (Mendengar itu) Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pun tertawa, kemudian

berkata, “Wahai Ummu Sulaim, apakah kau tak tahu perjanjianku dengan Rabb-ku? Sesungguhnya

aku meminta syarat kepada Rabb-ku lalu aku mengatakan bahwa aku hanyalah manusia biasa, aku

bisa rela sebagaimana manusia rela, dan aku pun bisa marah sebagaimana manusia marah. Oleh

karena itu, siapa saja dari kalangan umatku yang aku doakan (kejelekan) padahal dia tidaklah

pantas mendapatkannya, hendaklah Allah jadikan hal itu sebagai pembersih, penyuci, dan qurbah

yang akan mendekatkan dirinya (kepada Allah) pada hari kiamat.” (HR. Muslim)

خ ك٤ سع هللا ط٠ هللا ػ٤ ع ك٢ ؼخ٣ش: ))ال أشزغ ػوذ زح حلذ٣غ زخششس أسد غ سك هللا حلذ٣غ حز١ ه

هللا رط((، زح كغ ط٤غ غ سك هللا ؿدس طشط٤ز ظل٤ل، ده٤ن ك، كغ حعظزخؽ سك

ش ٣ غظلوخ (: ))هذ ك غ سك هللا زح حلذ٣غ أ ؼخ٣/هللا، هذ هخ ح١ سك هللا ك٢ ششك )

ذػخء ػ٤، كزح أدخ ك٢ زح حزخد، ؿؼ ؿ٤ش خهذ ؼخ٣ش((، ٣ؼ٢ ؿؼ ؿ٤ش غ خهذ ؼخ٣ش؛ أل

٣ظ٤ش ك٢ حلو٤وش دػخء .

Dan datang sesudah hadits (anak perempuan yatim) tersebut secara langsung dibawakan oleh Imam

Muslim –rahimahullah, yaitu hadits yang di dalamnya Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-

bersabda tentang Mu’awiyah, “Semoga Allah tak mengenyangkan perutnya.” Dan ini merupakan

bagian dari kemahiran Muslim –rahimahullah- dan keindahan penyusunan (tertib urutan hadits)

terhadap kitab Shahih-nya, dan hal itu muncul dari kedalaman pemahaman dan

keelokan istinbath beliau –rahimahullah. Imam an-Nawawi –rahimahullah- berkata di dalam Syarh-

nya (16/156), “Imam Muslim –rahimahullah- mengambil pemahaman dari hadits ini bahwa

Mu’awiyah bukan termasuk yang pantas mendapatkan doa yang ditujukan kepadanya, oleh karena

itu beliau mengeluarkan hadits (tentang doa kepada Mu’awiyah) tersebut di dalam bab ini, dan yang

selainnya telah menjadikan hadits ini termasuk dari manaqib (budi pekerti) Mu’awiyah.” Yakni,

hadits ini telah dijadikan oleh selain Muslim termasuk dari manaqib (budi pekerti) Mu’awiyah,

karena dikembalikan kepada hakikat doa terhadapnya itu.

هذ ظزض سعخش رؼح: ))ػو٤ذس أ حغش حـخػش ك٢ حظلخرش حشح سػ٢ هللا ػ أسػخ(( ؽزؼض لشدس

(، سعخش رؼح: )) أهح حظل٤ ك٢ حظلخر٢ حخ٤لش -۹/ؽزؼض ػ ـع ظز٢ سعخث٢ )

(._۹۲/خث٢ )ؼخ٣ش سػ٢ هللا ػ(( ؽزؼض لشدس ؽزؼض ػ ـع ظز٢ سع

Aku (Syaikh ‘Abd al-Muhsin al-‘Abbad –pent) telah menulis sebuah risalah dengan judul‘Aqidah Ahl

as-Sunnah wa al-Jama’ah fi ash-Shahabah al-Kiram Radhiyallahu ‘Anhum wa Ardhahum, yang

kucetak secara terpisah (menyendiri) dan juga mencetaknya dalam himpunan bunga rampai kitab-

kitab dan risalah-risalahku (4/191-250), juga menulis risalah (lainnya) berjudul Min Aqwal al-

Munshifin fi ash-Shahabi al-Khalifah Mu’awiyah Radhiyallahu ‘anhu, yang juga kucetak secara

terpisah (menyendiri) dan juga mencetaknya dalam himpunan bunga rampai kitab-kitab dan risalah-

risalahku (6/397-424).

| 164 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

حز٣ ـح ك٢ أػشحع حظلخرش حشح سػ٢ هللا ػ أسػخ صذ٣ن حشحكؼش ٣وخ : ٣خعش حلز٤ذ،

ك٢ حلو٤وش ػخعش رـ٤غ، صذ٣ن ٣ظغذ ا٠ أ حغش زرخ صسح : كغ كشكخ حخ٢، هذ ظزض سعخش ك٢ حشد

ك٢ رؼغ حوشحرش ؿلخء ك٢ حألز٤خء حظلخرش؟!(( ؽزؼض لشدس ؽزؼض ػ ػ٠ حؼخعش حزـ٤غ رؼح: ))أؿ

(، ٢ سد ػ٠ ال ك٢ ؿخ٣ش حخزغ حغء حوزق، صػ ك٤ أ أرخ رش ػش -۲/۲ـع ظز٢ سعخث٢ )

٤ظ ك٤خ، صػ أ سػ٢ هللا ػخ خ أعأ خه٤ ك٢ ح ز رذء حخ٤وش، أخ ٣ؼزرخ ك٢ ؿ أشذ ػزحد ار

ارشح٤ حخ٤ د حألز٤خء ك٢ حلؼ أض دسؿش حألثش حإلػ٢ ػشش ػذ،

Dan di antara orang yang menistakan kehormatan para shahabat mulia –radhiyallahu ‘anhum wa

ardhahum- adalah seorang zindiq dari kalangan Rafidhah yang bernama Yasir al-Habib –padahal

pada hakikatnya dia adalah ‘Asir al-Baghidh (yang sangat membenci dan tukang menindas), juga

seorang zindiq yang secara dusta dan palsu menisbatkan diri kepada Ahl as-Sunnah, yaitu Hassan

Furhan al-Maliki. Aku (Syaikh ‘Abd al-Muhsin al-‘Abbad –pent) telah menulis sebuah risalah yang

berisi bantahan terhadap al-‘Asir al-Baghidh dengan judul Aghuluwwun fi Ba‘dhi al-Qarabah wa Jufa-

un fi al-Anbiya-i wa ash-Shahabah? Aku mencetaknya secara terpisah (menyendiri) dan juga

terhimpun dalam bunga rampai kitab-kitab dan risalah-risalahku (7/7-31), dan risalah itu merupakan

bantahan terhadap ucapannya yang buruk, jahat, dan keji. Dia meyakini bahwa Abu Bakr dan ‘Umar

–radhiyallahu ‘anhuma- merupakan dua makhluk yang paling buruk di semesta semenjak permulaan

kekhalifahan, dan bahwasanya keduanya akan diazab di neraka dengan azab yang lebih keras

daripada azab yang dirasakan oleh Iblis. Dia juga meyakini bahwa Ibrahim al-Khalil dan selainnya dari

kalangan para nabi berkedudukan lebih rendah dibandingkan dengan kedua belas imam mereka.

ظزض سعخظ٤ ك٢ حشد ػ٠ كغ كشكخ حخ٢: اكذحخ رؼح: ))حالظظخس ظلخرش حألخ٤خس ك٢ سد أرخؽ٤ كغ

ؽزؼظخ ػ حخ٢((، حؼخ٤ش رؼح: ))حالظظخس أل حغش حلذ٣غ ك٢ سد أرخؽ٤ كغ حخ٢(( ؽزؼظخ لشدط٤

(،۹-/۲ـع ظز٢ سعخث٢ )

Dan aku telah menulis dua buah risalah yang berisi bantahan terhadap Hasan Furhan al-Maliki, salah

satunya berjudul al-Intishar li ash-Shahabah al-Akhyar fi Radd Abathil Hassan al-Maliki, sedangkan

yang kedua berjudul al-Intishar li Ahl as-Sunnah wa al-hadits fi Radd Abathil Hassan al-Maliki. Aku

telah mencetak masing-masing dari keduanya secara terpisah selain juga memasukkan keduanya ke

dalam bunga rampai titab-kitab dan risalah-risalahku (7/22-393).

غ ػ٠ خط٤ حشعخظ٤ ٣ؼشف صذهش كغ حخ٢ ر ٣ل٢ ك٢ ري حالؽالع ػ٠ حوذش حلخسط خ، ٣ط

أرخؽ٤: صػ أ حؼزخط حر ػزذ هللا خخذ ر ح٤ذ ؼخ٣ش ػش ر حؼخص أؼخ أع رؼذ حلذ٣ز٤ش سػ٢

طلزظ ـ٣ش ظلزش حخكو٤ حلخس، هذ ألن ر حـ٤شس ر هللا ػ ٤غح حظلخرش حظلزش حششػ٤ش أ

شؼزش سػ٢ هللا ػ لوذ ػ٤، شذ حلذ٣ز٤ش؛ ر حوخث ػ٠ سأط حشع ط٠ هللا ػ٤ ع ؼ

ار ٣ز ٤ ئ ح ػ شس{، هظش حظلزش حغ٤ق ٣لشع، دحخ طلض ه طؼخ٠: }وذ سػ٢ هللا ـ خ٣ؼي طلض حش

ػ٠ حز٣ أعح هز حلذ٣ز٤ش لذػخص حوش حخخظ ػشش، ظزض ػ أ٣ؼخ ش رؼح: ))أكؼ٠ طؼد ا٠ سكغ

ـ. //سأعخ ؿذ٣ذ لغ عخ(( ششص ك٢

Dan siapa yang membaca kedua risalahku tersebut, dia akan mengetahui ke-zindiq-an Hassan Furhan

al-Maliki, bahkan cukuplah untuk mengetahui ke-zindiqan-nya itu melalui mukadimah dan daftar isi

kedua risalahku tersebut. Dan di antara kebatilan Hassan Furhan al-Maliki, dia meyakini bahwa al-

’Abbas dan putranya ‘Abdullan (bin ‘Abbas), juga Khalid bin al-Walid, Mu’awiyah, dan ‘Amr bin al-

‘Ash serta yang semisal mereka yang masuk Islam setelah al-Hudaibiyah –radhiyallahu ‘anhum-

| 165 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

bukanlah termasuk sebagaishahabah asy-syar’iyah (shahabat secara syar’i), dan bahwasanya

persahabatan mereka itu hanyalah secara bahasa saja sebagaimana sahabat dari kalangan munafik

dan sahabat dari kalangan kafir. (Menurutnya) termasuk di antara mereka juga adalah al-Mughirah

bin Syu’bah –radhiyallahu ‘anhu- karena dendam kepada Rasulullah, padahal al-Mughirah bin

Syu’bah itu termasuk peserta perjanjian al-Hudaibiyah, bahkan (sebelumnya) dia itu berdiri di dekat

kepala Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- seraya menghunus pedang untuk melindungi beliau.

Tentu saja al-Mughirah bin Syu’bah ini termasuk ke dalam firman Allah ta’ala (QS. al-Fath:

18), “Sesungguhnya Allah telah rida terhadap orang-orang Mukmin ketika mereka berjanji setia

kepadamu di bawah pohon.” Dan Hassan Furhan al-Maliki telah membatasi shahabat itu hanya

mencakup orang-orang yang masuk Islam sebelum perjanjian al-Hudaibiyah saja –dan (keyakinan) ini

termasuk di antara perkara-perkara baru (bid’ah) yang muncul pada abad kelima belas hijriyah. Aku

juga membuat tulisan yang berkaitan dengan Hassan Furhan al-Maliki ini dengan judulAf’a Ta’udu ila

Raf’i Ra’siha min Jadid li nafatsi Sumumuha, yang kusebarkan pada 15/1/1431 H.

ا خ ٣ئعق أ رؼغ حوحص حظلق طزغ طشش الخ عخهطخ زؼغ حظل٤ ك٢ ح٤ أ٤ش حئ٤ أ

ل٤خ سػ٢ هللا ػخ؛ زح سأ٣ض ظخرش ز حش ررخ ػ حظلخرش ػخ ى حغ٤ خ٤ش ؼخ٣ش ر أر٢ ع

ؼخ٣ش خظطخ ظلخ ئالء طغ لغ ح٤ أ١ حكذ حظلخرش سػ٢ هللا ػ أؿؼ٤، أ ٣

ك٤: غ لغ ػذ ه٤ش حز٣ ؿؼح ر٤ عالش حوذ حغخ حز٣ هخ هللا

Dan di antara hal yang sangat disayangkan bahwa sebagian saluran televisi dan koran-koran

menyiarkan dan menyebarluaskan perkataan-perkataan hina dari sebagian orang yang mengada-ada

dalam mencaci maki Amir al-Mu’minin, raja pertama dan sebaik-baik raja kaum muslimin,

Mu’awiyah bin Abi Sufyan –radhiyallahu ‘anhuma. Oleh karena itu aku memandang tulisan ini

sebagai pembelaan terhadap para shahabat secara umum dan terhadap Mu’awiyah secara khusus,

juga sebagai nasihat kepada semuanya dan kepada orang yang terbujuk oleh nafsunya dalam

mencaci maki seseorang di antara para shahabat –radhiyallahu ‘anhum ajma’in, dan hendaklah

setiap muslim menjadikan bagi dirinya suatu nilai (yang menjadi ciri) dari orang-orang yang

memadukan antara kebersihan hati dan lisannya, yaitu orang-orang yang Allah berfirman tentang

mereka:

ال ط خ عزوخ رخإل٣ حخ حز٣ إلخ خ حؿلش خ سر ٣و رؼذ ؿخإح حز٣ خ اي ح سر آ ك٢ هرخ ؿال ز٣ ؼ ـ

ك٤ سإف س

Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa,“Ya Rabb

kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan

janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya

Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hasyr: 10)

خد ش اي أض ح ذي سك ذ خ خ ال طضؽ هرخ رؼذ ار ذ٣ظخ سر

(Mereka berdo’a), “Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan

sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi

Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).”(QS. Ali ‘Imran: 8)

| 166 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

آ ز٣ ك٢ هرخ ؿال ؼ ـ ال ط خ عزوخ رخإل٣ حخ حز٣ إلخ خ حؿلش خ سر ك٤ خ اي سإف س ح سر

“Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari

kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang

beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-

Hasyr: 10)

ز٤خ لذ ػ٠ آ طلز طزؼ ربكغخ ا٠ حلذ هلل سد حؼخ٤، ط٠ هللا ع رخسى ػ٠ ػزذ سع

٣ حذ٣.

Dan segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dan semoga Allah melimpahkan shalawat, salam,

serta keberkahan kepada hamba dan rasul-Nya, nabi kami Muhammad, juga kepada keluarganya,

para shahabatnya, dan orang-orang mengikuti mereka dengan baik hingga hari akhir …

Bandung, 3 Maret 2013

-HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA–

| 167 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Pertanyaannya itu Menjadi Pelajaran ...

Berikut ini saya nukilkan beberapa faidah –sebagian kecil saja dari sekian banyak faidah dan

penjelasan lainnya- dari tulisan Syaikh ‘Abd al-Muhsin bin Hammad al-‘Abbad al-Badr –

hafizhahullah- yang berjudul Syarh Hadits Jibril fi Ta’lim ad-Din …

*

**

ػ ٣ل٠٤ ر ٣ؼش هخ: ))خ أ هخ ك٢ حوذس رخزظشس ؼزذ حـ٢، كخطوض أخ ك٤ذ حر ػزذ حشك حل٤ش١

خ ٣و ئالء ك٢ حوذس، ٤ أ ؼظش٣، كوخ: و٤خ أكذح أطلخد سع هللا ط٠ هللا ػ٤ ع كغؤخ ػ كخؿ

كن خ ػزذ هللا ر ػش ر ك حخطخد دحخال حغـذ، كخظلظ أخ طخكز٢، أكذخ ػ ٤٣ ح٥خش ػ شخ، كظض أ

، رش شؤ، ، كوض: أرخ ػزذ حشك! ا هذ ظش هزخ خط ٣وشإ حوشآ ٣ظولش حؼ ا٢ حال طخكز٢ ع٤

حألش أ ٣ضػ أ ال هذس، أ رشآء ٢، حز١ ٣لق أ ق، هخ: كبرح و٤ض أجي كؤخزش أ٢ رش١ء ، أ

رخوذس، ػ هخ: كذػ٢ أر٢ ػش ر ألكذ ؼ أكذ رزخ كؤلو خ هز هللا كظ٠ ٣ئ ر ػزذ هللا ر ػش! أ

شذ٣ذ ر٤خع حؼ٤خد، شذ٣ذ عحد حخطخد، هخ: ر٤خ ل ػذ سع هللا ط٠ هللا ػ٤ ع رحص ٣ ار ؽغ ػ٤خ سؿ

حشؼش، ال ٣ش ػ٤ أػش حغلش ال ٣ؼشك خ أكذ، كظ٠ ؿظ ا٠ حز٢ ط٠ هللا ػ٤ ع، كؤعذ سزظ٤ ا٠ سزظ٤،

أ طشذ أ ال ػغ ل٤ ػ٠ كخز٣، هخ: ٣خ لذ أخزش٢ ػ حإلعال؟ كوخ سع هللا ط٠ هللا ػ٤ ع: حإلعال

لذح سع هللا ط٠ هللا ػ٤ ع، طو٤ حظالس، طئط٢ حضخس، طظ سؼخ، طلؾ حز٤ض ا ا اال هللا أ

رخ هلل الثظ حعظطؼض ا٤ عز٤ال، هخ: طذهض، هخ: كؼـزخ ٣غؤ ٣ظذه، هخ: كؤخزش٢ ػ حإل٣خ؟ هخ: أ طئ

ظز سع ح٤ ح٥خش، طئ رخوذس خ٤ش شش، هخ: طذهض، هخ: كؤخزش٢ ػ حإلكغخ؟ هخ: أ طؼزذ هللا ؤي

حغخث، هخ: كؤخزش٢ ػ طشح، كب ط طشح كب ٣شحى، هخ: كؤخزش٢ ػ حغخػش؟ هخ: خ حغج ػخ رؤػ

خسحطخ؟ هخ حطن كزؼض ٤خأ ش سرظخ، أ طش حللخس حؼشحس حؼخش سػخء حشخء ٣ظطخ ك٢ حز٤خ، هخ: ػ : أ طذ حأل

د٣ ((. حغخث؟ هض: هللا سع أػ، هخ: كب ؿزش٣ أطخ ٣ؼ سح غ–ػ هخ ٢: ٣خ ػش أطذس١

| 168 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Dari Yahya bin Ya’mar, dia berkata:

Orang pertama yang membicarakan masalah takdir di Bashrah adalah Ma’bad al-Juhani, lalu aku pun

berangkat bersama Humaid bin ‘Abd ar-Rahman al-Himyari untuk melaksanakan haji -atau ‘umrah.

Kami berdua berkata, “Kalau kita bertemu dengan salah seorang shahabat Rasulullah –shallallahu

‘alaihi wa sallam, kita tanyakan kepadanya apa yang diperbincangkan oleh orang-orang itu

mengenai takdir.” Sungguh kebetulan sekali, kami dan ‘Abdullah bin ‘Umar bin al-Khaththab

memasuki masjid, maka aku dan temanku pun mengapitnya sehingga salah seorang dari kami

berada di sebelah kanannya sedangkan seorang lagi di sebelah kirinya. Aku menduga bahwa

temanku menyerahkan pembicaraan kepadaku.

Maka aku pun berkata, “Wahai Abu ‘Abd ar-Rahman (yakni Ibn ‘Umar -pent)! Sesungguhnya telah

muncul di hadapan kami orang-orang yang membaca al-Quran dan menuntut ilmu –lalu dia

menyebutkan perihal dan kedudukan mereka- dan bahwa mereka itu beranggapan bahwa takdir itu

tidak ada dan suatu perkara itu bersifat unuf (tidak didahului oleh takdir dan ilmu Allah).”

Ibn ‘Umar pun berkata, “Jika kau bertemu dengan mereka, maka kau kabarkanlah kepada mereka

bahwa sungguh aku berlepas diri dari mereka dan mereka pun berlepas diri dariku. Dan demi (Allah)

yang ‘Abdullah bin ‘Umar bersumpah dengan (nama)-Nya, seandainya salah seorang dari mereka itu

memiliki emas sebesar gunung Uhud lalu dia menginfakkannya, maka tidaklah Allah akan

menerimanya sampai dia beriman kepada takdir.”

Kemudian ‘Abdullah bin ‘Umar berkata: telah menceritakan kepadaku ayahku, ‘Umar bin al-

Khaththab, dia berkata:

Pada suatu hari, tatkala kami sedang berada di sisi Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- tiba-tiba

muncullah ke hadapan kami seorang lelaki dengan baju yang sangat putih dan rambut yang sangat

hitam. Tidak tampak pada dirinya bekas-bekas penempuhan perjalanan, dan tidak ada seorang pun

di antara kami yang mengenalnya, hingga lelaki itu duduk di hadapan Nabi –shallallahu ‘alaihi wa

sallam- seraya menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutut nabi dan meletakkan kedua telapak

tangannya pada kedua paha nabi.

Lelaki itu berkata, “Wahai Muhammad, kabarkan kepadaku tentang Islam.”

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pun menjawab, “Islam itu kamu bersaksi bahwa tiada

sesembahan yang berhak untuk diibadahi kecuali Allah dan bahwasanya Muhammad itu utusan

Allah, kamu mendirikan shalat, kamu menunaikan zakat, kamu mengerjakan shaum Ramadhan, dan

kamu melaksanakan haji ke baitullah jika mempunyai kemampuan untuk ke sana.”

Lelaki itu berkata, “Kamu benar.”

Tentu saja kami merasa heran, dia yang bertanya dan dia pula yang mengatakan benar (terhadap

jawaban Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam).

Lelaki itu berkata, “Kabarkan kepadaku tentang iman.”

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- menjawab, “Kamu beriman kepada Allah, malaikat-

malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan kamu juga beriman kepada takdir

yang baik dan buruk.”

| 169 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Lelaki itu berkata, “Kamu benar. Kabarkan kepadaku tentang ihsan.”

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- menjawab, “Kamu beribadah kepada Allah seakan-akan

kamu melihat-Nya, maka jika pun kamu tidak bisa melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.”

Lelaki itu berkata, “Kabarkan kepadaku tentang waktu kiamat.”

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- menjawab, “Tidaklah yang ditanya itu lebih mengetahui

dari yang bertanya tentangnya.”

Lelaki itu berkata, “Kalau begitu beritahukan kepadaku tentang amaaraat (tanda-tanda)-nya.”

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- menjawab, “Jika para ibu telah melahirkan tuan-tuannya.

Jika kau telah melihat orang yang bertelanjang kaki, tak berpakaian, faqir, dan para penggembala

kambing telah berlomba-lomba dalam meninggikan bangunan.”

Kemudian lelaki itu pergi dan aku terdiam (dalam keheranan) cukup lama. Kemudian Rasulullah –

shallallahu ‘alaihi wa sallam- bertanya kepadaku, “Wahai ‘Umar, tahukah kamu siapa orang yang

bertanya itu?”

Aku menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.”

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Sesungguhnya dia itu Jibril. Dia datang kepada

kalian untuk mengajari kalian tentang agama kalian.”

(HR. Muslim)

*

**

-حفظه هللا-الشيخ عبذ المحسن بن حمذ العباد البذر

شرح حذيث جبريل في تعليم الذين

Asy-Syaikh ‘Abd al-Muhsin bin Hammad al-‘Abbad al-Badr –hafizhahullah-

Syarh Hadits Jibril fi Ta’lim ad-Din

*

**

| 170 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

ش حظ٢ أسدخ غ هز ع٤خم حلذ٣غ ػ ٣ل٠٤ ر ٣ؼش ك٤ذ ر ػزذ حشك حل٤ش١ كحثذ: ك٢ حوظ

Di dalam kisah Yahya bin Ya’mar dan Humaid bin ‘Abd ar-Rahman al-Himyari yang disebutkan oleh

Imam Muslim tersebut –sebelum redaksi hadits (tentang penjelasan Islam, iman, dan ihsan)-

terdapat beberapa faidah, yaitu:

رذػش حو رل٢ حوذس ظشص رخزظشس ك٢ ػظش حظلخرش ك٢ ك٤خس حر ػش، خض كخط عش )األولى ـ(.۲: أ

Pertama: bahwasanya bid’ah berupa ucapan (keyakinan) yang menafikan takdir telah muncul di

Bashrah (yakni salah satu kota di Irak -pent) pada zaman shahabat, yaitu pada masa kehidupan Ibn

‘Umar –radhiyallahu ‘anhu, dan Ibn ‘Umar itu wafat pada tahun 73 Hijriyah.

ؼشكش ك خ ٣وغ أس شش، عحء خ ري ك٢ حؼوخثذ أ ؿ٤شخ، زح : سؿع حظخرؼ٤ ا٠ حظلخرش ك٢ الثانية

: غ أ ٣شؿغ ك٢ أس د٣ ا٠ أ حؼ؛ و هللا ػض ؿ ححؿذ ػ٠

Kedua: sikap rujuk para tabi’in (mengembalikan urusan dengan bertanya) kepada para shahabat

untuk mengetahui hukum dari permasalahan-permasalahan yang samar (pelik). Sama saja (bagi

mereka), baik itu dalam perkara-perkara akidah maupun dalam perkara-perkara lainnya, dan hal

tersebut memang wajib bagi setiap muslim, yakni harus senantiasa merujuk kepada ahli ilmu dalam

perkara-perkara agama berdasarkan ucapan Allah ‘Azza wa Jalla:

ال طؼ ظ ش ا حز كخعؤح أ

“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS.

an-Nahl: 43)

ح خعزش رخر ا٠ حلش٤ ظلو الثالثة خؽ حؼظش٣ أ ٣غظـ ـ ك٢ حذ٣ حشؿع ا٠ أ حؼ ك٢ : أ ٣غظلذ ل

ؼشكش خ ٣ش ػ٤ أكخ د٣، خ كظ ٣ل٠٤ ر ٣ؼش ك٤ذ ر ػزذ حشك حل٤ش١ ك٢ ز حوظش،

، خ ك٢ طل٤ق كو هللا طلو ك٢ حذ٣ حغالش حهع ك٢ حشش ( ۹غ ) حظخثؾ حط٤زش حظ٢ ٣ظلش رخ

خشؽ ػ٠ ، ػ ل٢ سأ١ سأ١ حخحسؽ، كخشؿخ ك٢ ػظخرش ر١ ػذد ش٣ذ أ لؾ ـ ػ ٣ض٣ذ حلو٤ش هخ: ))ض هذ ش

ػ سع هللا ط٠ هللا ػ٤ ع، -ؿخظ ا٠ عخس٣ش -حخط، هخ: كشسخ ػ٠ حذ٣ش كبرح ؿخرش ر ػزذ هللا ٣لذع حو

طذخ هخ: كبر خ اي ٤٤، هخ: كوض : ٣خ طخكذ سع هللا! خ زح حز١ طلذػ؟ هللا ٣و: )سر ح هذ رش حـ

| 171 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

خ أػ٤ذح ك٤خ( كخ زح حز١ طو؟ هخ: كوخ: ٣خشؿح خ أسحدح أ ؟ هض: ؼ! أ حخس كوذ أخض٣ظ( ) طوشأ حوشآ

هخ: ك عؼض روخ لذ ػ٤ حغال، ٣ؼ٢ حز١ ٣زؼؼ ك٤؟ هض: ؼ! هخ: كب وخ لذ ط٠ هللا ػ٤ ع

شحؽ ش حخط ػ٤، هخ: أخخف أ ال أ أكلع رحى. ؼض ػغ حظ ٣خشؽ. هخ: ػ حلد حز١ ٣خشؽ هللا ر

ػ٤ذح حغخع، هخ: ه هخ ٣خشؿ حخس رؼذ أ ٣ح ك٤خ، هخ: ٣ؼ٢ ك٤خشؿ ؤ خ: ؿ٤ش أ هذ صػ أ

حش٤خ ٣زد ػ٠ ٣ل! أطش حوشحؽ٤ظ. كشؿؼخ، هخ: ك٤ذخ شح أخس حـش ك٤ـظغ ك٤، ك٤خشؿ ؤ

خ خشؽ خ ؿ٤ش سؿ حكذ، أ خ هخ أر ؼ٤ ((. أر ؼ٤ -هللا!- ػ٤ ع؟! كشؿؼخ، كال سع هللا ط٠ هللا

حلؼ ر د٤ أكذ سؿخ حإلعخد.

Ketiga: bahwasanya diperbolehkan bagi para jamaah haji dan umrah menyertakan tujuan kepergian

mereka ke al-Haramain (dua tanah haram, Mekah dan Madinah) untuktafaqquh fi ad-

din (memperdalam agama) seraya rujuk kepada ahli ilmu untuk mengetahui permasalahan-

permasalahan yang samar (pelik) mengenai hukum-hukum agama sebagaimana yang dilakukan oleh

Yahya bin Ya’mar dan Humaid bin ‘Abd ar-Rahman dalam kisah di atas. Dan di antara akibat baik

yang dicapai melalui hal tersebut (yakni dengan merujuk kepada ahli ilmu) dialami oleh seseorang

yang diberi taufiq oleh Allah untuk tafaqquh fi ad-din dan diselamatkan dari keterjatuhan ke dalam

keburukan sebagaimana terdapat kisahnya dalam Shahih Muslim (191) berikut:

Dari Yazid al-Faqir, dia berkata:

Dulu aku pernah terpengaruh dan begitu menyukai suatu pemikiran dari pemikiran Khawarij, lalu

kami keluar bersama sekelompok orang banyak dengan maksud melaksanakan haji. Kami pun keluar

(membaur bersama) manusia. Kemudian tatkala kami melewati Madinah, kami mendapati Jabir bin

‘Abdullah –radhiyallahu ‘anhuma- yang tengah duduk bersama para musafir seraya mengabarkan

hadits dari Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wassalam- kepada orang-orang, dan dia menyebutkan

tentang al-jahannamiyun (orang-orang yang dikeluarkan dari neraka -pent).

Aku pun berkata kepada Jabir bin ‘Abdullah, “Wahai shahabat Rasulullah, apa yang sedang kau

bicarakan ini? Padahal Allah berfirman …:

حخس كوذ أخض٣ظ طذخ خ اي سر

“Wahai Rabb kami, sesungguhnya siapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh

telah Engkau hinakan dia.” (QS. Ali ‘Imran: 192)

… juga firman Allah:

٣خشؿ خ أسحدح أ خ أػ٤ذح ك٤خ ح

“Setiap kali mereka (para penghuni neraka) hendak keluar daripadanya, mereka dikembalikan (lagi)

ke dalamnya.” (QS. As-Sajdah: 20)

| 172 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

… lalu apa yang sedang kalian katakan ini?”

Maka Jabir bin ‘Abdullah –radhiyallah ‘anhuma- pun berkata, “Apakah kau membaca al-Quran?”

Aku menjawab, “Ya, aku membaca al-Quran.”

Jabir bin ‘Abdullah berkata, “Lantas apakah kau mendengar tentang kedudukan Muhammad ‘alaihi

as-salam? Yakni kedudukan yang beliau diberi wewenang di dalamnya?”

Aku menjawab, “Ya.”

Jabir bin ‘Abdullah berkata, “Maka sesungguhnya itulah kedudukan Muhammad –shallallahu ‘alaihi

wa sallam- yang terpuji, yang dengan kedudukan itulah Allah (mengizinkan) untuk mengeluarkan

orang yang dikeluarkan (dari neraka).”

Kemudian Jabir bin ‘abdullah menjelaskan tentang letak shirath dan (bagaimana) manusia

melintasinya. Aku khawatir tidak menghafalnya, hanya saja Jabir mengatakan bahwa ada orang-

orang yang dikeluarkan dari neraka setelah mereka berada di dalamnya, yakni dia mengatakan, “Lalu

mereka dikeluarkan (dari neraka) seakan-akan mereka itu potongan kayu dan biji-bijian kering yang

telah dijemur, lalu mereka dimasukkan ke sebuah sungai dari sungai-sungai surga dan dicucilah

mereka di situ, lalu dikeluarkan lagi seakan-akan mereka itu kertas yang putih.” Lalu kami pun

kembali (kepada pemahaman yang benar), lalu kami mengatakan, “Celakalah kalian! Apakah kalian

pikir Syaikh itu (Jabir bin ‘Abdullah) akan berdusta atas nama Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa

sallam?” Dan kami kembali (ke kampung halaman), dan demi Allah, tidaklah ada yang keluar dari

kelompok kami kecuali seorang lelaki saja. Atau sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Nu’aim.

-dan Abu Nu’aim itu adalah al-Fadhl bin Dakin, salah seorang perawi dalam sanad hadits ini.

أطلخد حزخثش ال ٣خشؿ حخس، كح ح٣٥خص حظ٢ كز حؼظخرش ؿخإح ا٠ حلؾ هذ حرظح رل خخؽت، أ

سدص ك٢ حلخس ػ٠ حغ٤ أ٣ؼخ، زح ػو٤ذس حخحسؽ، هذ أسحدص ز حؼظخرش أ طظش ػ٠ حخط رز حؼو٤ذس

حشكش ح٤ش كو هللا الظوخء رـخرش ر ػزذ هللا حألظخس١ سػ٢ هللا ػخ، كؤػق حزخؽش رؼذ حلؾ، ك٢ ز

خ خح ػضح ػ٤، ٣خشؽ رزح حزخؽ اال حكذ . كغخد ك، كؼذح ػ

Kelompok tersebut berangkat untuk melaksanakan ibadah haji sambil terfitnah oleh pemahaman

yang salah. Pemahaman salah yang dimaksud adalah bahwa pelaku dosa besar itu tidak akan keluar

dari neraka. Kelompok tersebut (yang memengaruhi Yazid al-Faqir) membawa ayat-ayat yang datang

mengenai orang-orang kafir untuk dikenakan juga kepada kaum Muslimin. Pemahaman ini termasuk

di antara aqidah Khawarij. Kelompok ini tadinya bermaksud menampakkan aqidah batil tersebut

kepada manusia seusai haji. Akan tetapi dalam perjalanan yang berkah tersebut, Allah memberikan

taufiq kepada mereka untuk bertemu dengan Jabir bin ‘Abdullah al-Anshari –radhiyallahu ‘anhuma-

sehingga menjadi jelaslah bagi mereka tentang rusaknya pemahaman mereka. Mereka pun

meluruskan pemahaman manusia yang meyakini hal itu, namun tidak ada di antara mereka yang

keluar dari pemahaman batil tersebut kecuali seorang saja.

| 173 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

ؿ٤ ػزذ هللا ر ػش، كظخس حكذ خ ػ ٤٣، الرابعة : ك٢ ز حوظش أحع حألدد، خ حظخف أكذ ز٣ حش

ػ٢ خ ٣و ط٠ هللا ػ٤ ع، خ خخؽزظ حكذ خ ظ حكذ ػ ٣غخس، ك٢ ري هشد

، خ شحػخس كن حظخكذ ػذ عزو ا٠ حلذ٣غ اال ارح ك خ ٣شؼش رخ٤ش، كغ حألدد ك٢ حخطخد

طخكز عض ٣زذأ رخال غ ػزذ هللا ر ػش، كل أ طشى حلذ٣غ . ٣ل٠٤ ر ٣ؼش سأ أ سػخ رزي، ؼ

Keempat: di dalam kisah ini (yakni kisah Yahya bin Ya’mar dan Humaid bin ‘Abd ar-Rahman)

terkandung beberapa macam adab, di antaranya adalah:

- mereka berdua mengapit ‘Abdullah bin ‘Umar dan menjadikan salah seorang dari mereka berada di

sebelah kanan Ibn ‘Umar dan yang lain di sebelah kirinya, dengan demikian masing-masing dekat

kepada Ibn ‘Umar sehingga memungkinkan bagi mereka berdua untuk menangkap dan memahami

hadits yang dikatakan oleh Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- (yang dikabarkan oleh Ibn

‘Umar).

-berbicara dengan menyebut nama kun-yah orang yang diajak bicara, dan hal ini termasuk adab yang

baik dalam berbicara (dalam kisah ini, Yahya bin Ya’mar memanggil ‘Abdullah bin ‘Umar dengan

nama kun-yah, yaitu Abu ‘Abd ar-Rahman -pent).

- mura’ah (memerhatikan/menghormati) hak teman dan menahan diri dari mendahului teman

dalam berbicara kecuali jika memang memahami atau mengetahui tanda-tanda kerelaan teman

terhadap hal itu. Barangkali (dalam kisah ini) Yahya bin Ya’mar melihat bahwa temannya (Humaid

bin ‘Abd ar-Rahman) diam saja dan tidak memulai pembicaraan kepada ‘Abdullah bin ‘Umar, lalu

Yahya bin Ya’mar pun memahami bahwa temannya itu meninggalkan pembicaraan karena

memercayakan pembicaraan kepadanya.

الخامسة حالعظلظخء أخز حؼ ػ حؼخ خ ٣ ك٢ كخ ؿع، ٣ أ٣ؼخ ك٢ كخ ش٤؛ أل ز٣ حظخرؼ٤٤ عؤال : أ

ػش سػ٢ هللا ػخ أؿخرخ ػ٠ خ عؤال ٣ش٢، ك٢ طل٤ق حزخخس١ ك٢ ظخد حؼ: )) رخد حلظ٤خ حر

حهق ػ٠ حذحرش ؿ٤شخ ((، )) رخد حغئح حلظ٤خ ػذ س٢ حـخس ((.

Kelima: bahwa meminta fatwa dan mengambil ilmu dari ulama, sebagaimana bisa dilakukan di

dalam majelis ulama tersebut, bisa juga dilakukan pada saat berjalan kaki. (Di dalam kisah ini), kedua

tabi’in tersebut (yakni Yahya bin Ya’mar dan Humaid bin ‘Abd ar-Rahman) bertanya kepada Ibn

‘Umar –radhiyallahu ‘anhuma- dalam keadaan berjalan kaki, dan Ibn ‘Umar pun menjawab

pertanyaan mereka berdua dalam keadaan berjalan kaki. Di dalam kitab Shahih al-Bukhari, yakni di

kitab al-‘Ilm terdapat sebuah bab dengan judul Bab al-Futya wa Huwa waqif ‘ala ad-Dabbah wa

Ghairiha (Bab Fatwa di Atas Kendaraan dan Selainnya) juga bab dengan judul Bab as-Su-al wa al-

Futya ‘inda Ramyi al-Jimar (Bab Pertanyaan dan Fatwa pada Saat Melempar Jumrah).

غخرن، هخ حر سؿذ : ك٢ ؿحد حر ػش سػ٢ هللا ػخ ز٣ حغخث٤ ر٤خ خطسس رذػش حو رل٢ حوذس حالسادسة

(: ))حإل٣خ رخوذس ػ٠ دسؿظ٤:-/ك٢ ؿخغ حؼ حل )

| 174 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

هللا طؼخ٠ عزن ك٢ ػ خ ٣ؼ حؼزخد خ٤ش شش ؽخػش ؼظ٤ش هز خو ا٣ـخد، رؤ اكذحخ: حإل٣خ

حؼوخد ؿضحء ألػخ هز خو ط٣، أ ظذ ري ػذ أ حـش، أ حخس، أػذ حؼحد

أػخ حؼزخد طـش١ ػ٠ خ عزن ك٢ ػ ظخر. أكظخ، أ

خ حلش حإل٣خ حطخػش حؼظ٤خ، شخءخ ، كز حذسؿش هللا طؼخ٠ خن أكؼخ ػزخد حذسؿش حؼخ٤ش: أ

حـخػش، ٣شخ حوذس٣ش، حذسؿش حأل٠ أػزظخ ؼ٤ش حوذس٣ش، لخخ ؿالط، ؼزذ حـ٢، حز١ ٣ؼزظخ أ حغش

ػش ػ وخظ، ؼش ر ػز٤ذ ؿ٤ش. عج حر

ح ر خظح، ا ؿلذ كوذ لشح. ٣ش٣ذ ش حغق: خظشح حوذس٣ش رخؼ، كب أهش أش هذ هخ ؼ٤ش أث أ

هللا هغ هز خو ا٠ شو٢ عؼ٤ذ، ظذ ري ػذ ك٢ ظخد كل٤ع، كوذ زد حؼ حوذ٣ حغخرن رؤكؼخ حؼزخد أ

هللا خن أكؼخ ػزخد شخءخ أسحدخ اسحدس ٤ش هذس٣ش، كوذ ح رزي أشح أ رخوشآ، ك٤لش رزي، ا أهش

أش حؼ حوذ٣، خظح؛ أل خ ش ػ٤ ك٤خ أش، ك٢ طل٤ش ئالء ضحع شس ر٤ حؼخء، أ ـ ح ر ك خ أهش

ش حإلعال ((. كض حشخكؼ٢ أكذ ػ٠ طل٤ش، زي ؿ٤شخ أث

Keenam: dalam jawaban Ibn ‘Umar –radhiyallahu ‘anhuma- terhadap kedua penanya tersebut

(Yahya bin Ya’mar dan Humaid bin ‘Abd ar-Rahman) terdapat penjelasan penting tentang bid’ahnya

ucapan (keyakinan) yang menafikan keterdahuluan takdir.

Ibn Rajab (al-Hanbali) berkata di kitab Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam (1/103-104):

Dan beriman pada dua martabat takdir, yaitu:

Martabat pertama: beriman bahwa Allah ta’ala telah mengetahui dengan ilmu-Nya tentang apa yang

akan diperbuat oleh para hamba berupa kebaikan dan keburukan, ketaatan dan kemaksiatan, dari

sebelum Dia menciptakan mereka. Allah telah mengetahui siapa yang termasuk ahli surga dan siapa

yang termasuk sebagai ahli neraka. Allah juga telah menyediakan ganjaran dan hukuman bagi para

hamba sebagai pembalasan atas amal-amal mereka dari sebelum Allah menciptakan dan menjadikan

mereka, dan bahwasanya hal itu telah dituliskan dan terhitung di sisi-Nya, dan bahwasanya amal-

amal hamba itu berjalan sesuai dengan apa yang terdahulu dalam ilmu-Nya dan sesuai dengan apa

yang telah dituliskan-Nya.

Martabat kedua: bahwa Allah ta’ala menciptakan semua perbuatan hamba-hamba-Nya, baik berupa

kekufuran, keimanan, ketaatan, kemaksiatan, dan juga kehendak mereka. Derajat kedua ini

ditetapkan oleh Ahl as-Sunnah wa al-Jama’ah namun dingkari oleh al-Qadariyah. Adapun martabat

yang pertama, (selain ditetapkan oleh Ahl as-Sunnah wa al-Jama’ah) banyak juga dari kalangan al-

Qadariyah yang menetapkannya, namun diingkari oleh kalangan al-Qadariyah yang melampaui batas

seperti Ma’bad al-Juhani yang ucapannya telah ditanyakan kepada Ibn ‘Umar (oleh Yahya bin Ya’mar

dan Humaid bin ‘Abd ar-Rahman -pent), juga seperti ‘Amr bin ‘Ubaid dan selainnya.

Banyak para imam salaf berkata, “Bantahlah al-Qadariyah dengan ilmu. Jika mereka mengakui

berarti mereka terbantah, namun jika mereka mengingkari berarti mereka kafir.” Maksud dari

ucapan para imam salaf itu adalah, barang siapa yang mengingkari tentang ilmu Allah yang

mendahului perbuatan para hamba dan mengingkari bahwa Allah telah membagi para hamba dari

sebelum menciptakan mereka ke dalam golongan yang celaka dan bahagia dan menuliskan hal itu

pada kitab yang terjaga di sisi-Nya, maka berarti orang itu mendustakan al-Quran dan kafir

karenanya. (Kemudian) seandainya mereka mengakui hal itu (yakni mengakui bahwa ilmu Allah

| 175 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

mendahului perbuatan hamba –pent) namun mengingkari bahwa Allah menciptakan perbuatan

hamba-hamba-Nya, kehendak dan keinginan hamba-hamba-Nya sebagai Iradah Kauniyah Qadariyah

(sunatullah -pent), maka berarti mereka terbantahkan karena apa yang mereka akui itu menjadi

hujjah atas mereka terhadap apa yang mereka ingkari. Adapun tentang pengkafiran terhadap al-

Qadariyah terdapat perselisihan yang masyhur di kalangan ulama. Adapun terhadap orang yang

mengingkari ilmu Allah yang terdahulu, maka Imam Syafi’i dan Imam Ahmad menganggapnya kafir,

demikian pula menurut para Imam Islam selain mereka berdua.

خ ػذ طوظ٤ش اػشحع ػ حطخػش كغ السابعة ش٤طخ ك٢ اػال حخط اؿحث ؽش٣و٤، ك : أ

، غ (۷۲حشحص، هذ هخ ط٠ هللا ػ٤ ع: )) كلض حـش رخخس، كلض حخس رخشحص (( سح حزخخس١ )

خ (۷) شع(، أ ز غ حز١ ك٢ ه ك٤ط و رخ خ ، ٣وخ زح شع حشس، ه طؼخ٠: )كال طخؼؼ

حز ( : ك٤خ اوخء حشزخص ػ٤، هخ هللا ػض ؿ ػ٤ي أ حطخػش حؼزخدس، أطخ حش٤طخ ػ ؽش٣ن حـ ض ١ أ

ص٣ؾ ك٢ هر خ حز٣ ظشخرخص كؤ أخش ظخد ح أ خص ل آ٣خص ظخد لظش ح خء ح ـ حرظ خ طشخر ك٤ظزؼ

(، ك٢ طل٤ق حزخخس١ ) ٣خء طؤ ـ حرظ حز٢ ط٠ هللا ػ٤ ، غ )(۲ ( ػ ػخثشش سػ٢ هللا ػخ: أ

٠ هللا كخكزس ((، ٣وخ زح شع ع طال ز ح٣٥ش، كوخ: )) ارح سأ٣ظ حز٣ ٣ظزؼ خ طشخر كؤجي حز٣ ع

هللا شع كضحد سؿغخ ا٠ حشزش، ه طؼخ٠: )ك٢ هر شع كضحدط ك٢ هر خ حز٣ أ شػخ(، ه: )

أ ػزخدس، كوخ: )) ا ظش هزخ خط ٣وشإ (، ئالء حز٣ عج ػ حر ػش طل ٣ل٠٤ ر ٣ؼش رؤ سؿغ

أؼخ أ حزذع ٣ؤط٤ حش٤طخ إلؿحث اػال ػ ؽش٣ن حوشآ ٣ظولش حؼ، رش شؤ ((، ئالء

حشزخص.

Ketujuh: bahwasanya setan menempuh dua jalan dalam upaya menyesatkan dan membujuk

manusia, maka barang siapa yang lalai dan berpaling dari ketaatan (kepada Allah), syahwat pun

menjadi indah baginya. Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Surga itu dikelilingi oleh

perkara-perkara yang dibenci sedangkan neraka dikelilingi oleh perkara-perkara yang dicenderungi

oleh syahwat.” –al-Bukhari (6487) dan Muslim (2822). Dan inilah yang disebut sebagai sebagai

penyakit syahwat, di antaranya (sebagaimana) difirmankan oleh Allah ta’ala:

شع ز غ حز١ ك٢ ه ك٤ط و رخ كال طخؼؼ

“Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit

dalam hatinya.” (QS. al-Ahzab: 32)

Adapun terhadap ahli ketaatan dan ahli ibadah, setan mendatanginya dari jalan ghuluw(perbuatan

berlebih-lebihan) dan melemparkan syubhat kepadanya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

ض حز١ أ ك٢ هر خ حز٣ ظشخرخص كؤ أخش ظخد ح أ خص ل آ٣خص ظخد خ طشخر ػ٤ي ح ص٣ؾ ك٤ظزؼ

٣ خء طؤ ـ حرظ لظش خء ح ـ حرظ

“Dialah yang menurunkan al-Kitab (al-Qur’an) kepada kamu, di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang

muhkamat, itulah pokok-pokok isi al-Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat. Adapun orang-

| 176 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat

yang mutasyabihat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari takwilnya.” (QS. Ali

‘Imran: 7)

Dan di dalam Shahih al-Bukhari (4547) dan Shahih Muslim (2665), dari ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha-

bahwasanya Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- membaca ayat tersebut (QS. Ali ‘Imran: 7) lalu

beliau bersabda, “Jika kalian melihat orang-orang yang mengikuti sebagian ayat-ayat mutasyabihat,

maka mereka itulah orang-orang yang disebut oleh Allah (dalam ayat tersebut). Waspadalah kalian

terhadap mereka!”

Dan inilah yang disebut sebagai penyakit syubhat, di antaranya (sebagaimana) yang difirmankan oleh

Allah ta’ala:

شػخ هللا شع كضحد ك٢ هر

“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya.” (QS. al-Baqarah: 10)

Juga firman Allah:

سؿغخ ا٠ سؿغ شع كضحدط ك٢ هر خ حز٣ أ

“Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu

bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada).” (QS. at-Taubah: 125)

Mereka itulah orang-orang yang ditanyakan perihal mereka kepada Ibn ‘Umar dan ciri-cirinya

diperikan oleh Yahya bin Ya’mar sebagai ahli ibadah dengan ucapan, “Sesungguhnya telah muncul di

hadapan kami orang-orang yang membaca al-Quran dan menuntut ilmu –lalu dia menyebutkan

perihal dan kedudukan mereka,” mereka itulah -juga orang-orang semisal mereka dari kalangan ahli

bid’ah- yang didatangi oleh setan melalui jalan syubhat dengan maksud menyesatkan dan membujuk

mereka.

الثامنة : ؿ ػزذ هللا ر ػش سػ٢ هللا ػخ رش سأ٣ ك٢ ئالء رشحءط ، ػ غ حلظ٢ ر٤ رش حل د٤؛ كب

أط حإل٣خ حإل٣خ رخوذس. عخم غظذال ػ٠ ري كذ٣غ ؿزش٣ حشظ ػ٠ أ

| 177 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Kedelapan: Seorang mufti (yang memberikan fatwa) menghimpun antara penyebutan hukum

dengan dalil yang menopangnya. Sesungguhnya Ibn ‘Umar –radhiyallahu ‘anhuma- pun

menyebutkan pendapat (hukum)nya mengenai orang-orang (yang menafikan takdir) itu seraya

menyatakan berlepas diri dari mereka kemudian menyebutkan dalil (yang menopang hukum

tesebut), yaitu hadits Jibril yang menyatakan bahwa di antara hal yang termasuk ushul iman adalah

beriman kepada takdir.

حلخكظش ػ٠ حأللخظ ك٢ حألعخ٤ذ حظ، رش حلذ٣غ خ د طوط٤غ -سك هللا-: ؽش٣وش حإلخ غ التاسعة

خظظخس، زح عخم كذ٣غ ؿزش٣ خ رظخ ٣خظظش ك٤وظظش ػ٠ رش حإل٣خ رخوذس، هخ حلخكع حر كـش ك٢ أ ح

رؼغ طشؿش حإلخ غ ك٢ طز٣ذ حظز٣ذ: ))كظ غ ك٢ ظخر كع ػظ٤ لشؽ ٣لظ ألكذ ؼ، رل٤غ ا

ػ٠ طل٤ق لذ ر اعخػ٤؛ ر خ حخظض ؿغ حطشم ؿدس حغ٤خم حلخكظش ػ٠ أدحء حخط خ ٣لؼ ي

حأللخظ خ ٢ ؿ٤ش طوط٤غ ال سح٣ش رؼ٠، هذ غؾ ػ٠ ح خن ح٤غخرس٤٣ ك ٣زـح شؤ، كلظض

طق حغظخشؽ ػ٠ غ، كغزلخ حؼط٢ حخد! (( . أؼش ػشش٣ اخخ

Kesembilan: termasuk di antara thariqah Imam Muslim –rahimahullah- adalah memelihara

keterjagaan lafal-lafal dalam sanad maupun matan, juga menyebutkan hadits sebagaimana adanya

hadits tersebut tanpa memotong atau meringkasnya. Demikian juga dengan hadits Jibril (di atas),

disebutkan secara sempurna (lengkap) tanpa peringkasan dan tanpa mencukupkan dengan

penyebutan iman terhadap takdir saja. Al-Hafizh Ibn Hajar berkata dalam tarjamah (riwayat hidup)

Imam Muslim di kitab Tahdzib at-Tahdzib, “Telah dicapai oleh Muslim di dalam kitabnya suatu

keberuntungan yang besar yang tidak dicapai oleh orang selainnya yang seperti itu. Sebagian orang

lebih mengunggulkan Shahih Muslim daripada Shahih Muhammad bin Isma’il (Shahih al-Bukhari),

dan hal itu dikarenakan keistimewaan (yang ditempuh) dalam penghimpunanjalan-jalan

riwayat, kecermatan dalam penuturan redaksi, juga perhatian terhadap keterjagaan penyampaian

lafal-lafal (sanad dan matan) sebagaimana adanya hadits tersebut tanpa peringkasan maupun

periwayatan secara makna. Telah disusun menurut metodenya dari kalangan penduduk Naisabur

namun tidaklah mencapai tujuannya, dan aku hafal dari mereka lebih dari dua puluh Imam yang

menyusun Mustakhraj ‘ala Muslim, fa subhana al-Mu’thi al-Wahhab.”

*

**

حفظه هللا:-عبذ المحسن بن حمذ العباد البذر الشيخ وقال أيضا

Syaikh ‘Abd al-Muhsin bin Hammad al-‘Abbad al-Badr –hafizhahullah- juga berkata:

| 178 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

شذ٣ذ ر٤خع حؼ٤خد، شذ٣ذ عحد حشؼش، ه: ))ر٤خ ل ػذ سع هللا ط٠ هللا ػ٤ ع رحص ٣ ار ؽغ ػ٤خ سؿ

أػش حغلش ال ٣ؼشك خ أكذ، كظ٠ ؿظ ا٠ حز٢ ط٠ هللا ػ٤ ع، كؤعذ سزظ٤ ا٠ سزظ٤، ػغ ال ٣ش ػ٤

ل٤ ػ٠ كخز٣ ((، ػ عؤ ػ حإلعال حإل٣خ حإلكغخ حغخػش أخسحطخ، هخ رؼذ ري: ))كب ؿزش٣ أطخ ٣ؼ

د٣(( ك٤ كحثذ:

Ucapan (‘Umar bin al-Khaththab –radhiyallahu ‘anhu- dalam hadits di atas), “Pada suatu hari,

tatkala kami sedang berada di sisi Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- tiba-tiba muncullah ke

hadapan kami seorang lelaki dengan baju yang sangat putih dan rambut yang sangat hitam. Tidak

tampak pada dirinya bekas-bekas penempuhan perjalanan, dan tidak ada seorang pun di antara

kami yang mengenalnya, hingga lelaki itu duduk di hadapan Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-

seraya menyandarkan kedua lututnya pada kedua lutut nabi dan meletakkan kedua telapak

tangannya pada kedua paha nabi,” kemudian bertanya tentang Islam, iman, Islam, kiamat, dan

tanda-tandanya, lalu beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda setelah itu, “Sesungguhnya dia

itu Jibril. Dia datang kepada kalian untuk mengajari kalian tentang agama kalian,” di dalamnya

terdapat beberapa faidah, yaitu:

ػ أر٢ ش٣شس هخ: ))خ حز٢ ط٠ هللا ػ٤ ع رخسصح ٣خ ( ۹( غ )حأل٠: ؿخء ك٢ طل٤ق حزخخس١ )

طل٤ق ػ أر٢ رس أر٢ ش٣شس هخال: ))خ سع هللا ط٠ هللا ػ٤ ع ربعخد( ۹۷خط((، ك٢ ع أر٢ دحد )

كظ٠ ٣غؤ، كطزخ ا٠ سع هللا ط٠ هللا ػ٤ ع أ ٣ـظ ر٤ ظشح٢ أطلخر، ك٤ـ٢ء حـش٣ذ كال ٣ذس١ أ٣

ـغخ ٣ؼشك حـش٣ذ ارح أطخ، هخ: كز٤خ دخخ ؽ٤، كـظ ػ٤ ػ٠ ـؼ ، خ ـظ رـزظ٤((، ك٢ زح د٤

أ ٣زـ٢ ؼ أ ٣ ػ٠ خ شطلغ ٢ ٣ؼشف ٤شح حلخػش ؿ٤ؼخ، ال ع٤خ ارح خ حـغ ؼ٤شح، ك٤ظ

حـ٤غ حالعظلخدس .

Pertama: terdapat di dalam Shahih al-Bukhari (50) dan Shahih Muslim (9), dari Abu Hurairah –

radiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Pada suatu hari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- muncul ke

hadapan orang-orang,” sedangkan dalam Sunan Abu Dawud (4698) dengan sanad yang shahih dari

Abu Dzar dan Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhuma, keduanya berkata, “Rasulullah –shallallahu

‘alaihi wa sallam- duduk di hadapan para shahabat beliau, lalu datanglah orang asing, maka

tidaklah orang asing itu mengetahui yang mana Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- di antara

orang-orang hingga dia bertanya. Maka kami pun meminta kepada Rasulullah –shallallahu ‘alaihi

wa sallam- agar kami membuatkan tempat duduk untuk beliau sehingga jika ada orang asing yang

datang, orang asing itu pun akan mengenali beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lantas kami pun

membuatkan untuk beliau sebuah tempat duduk dari tanah. Beliau pun duduk di atasnya, sementara

kami duduk di sekitar beliau.” Di dalam riwayat ini terdapat dalil yang menunjukkan kebolehan bagi

pengajar (guru) untuk menempati tempat yang agak tinggi supaya bisa diketahui dan dilihat oleh

semua orang yang hadir di majelis, terutama jika banyak sekali yang hadir, sehingga memungkinkan

bagi para hadirin untuk mengambil manfaat darinya.

| 179 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

حالثش طؤط٢ ا٠ حزشش ػ٠ ش حزشش، ؼ ري خ ؿخء ك٢ حوشآ ـ٢ء ؿزش٣ ا٠ ش٣ ك٢ طسس حؼخ٤ش: أ

ػ ح٤جش حظ٢ خوح ػ٤خ روذسس هللا ػض ؿ رشش، ـ٢ء حالثش ا٠ ارشح٤ ؽ ك٢ طسس رشش، ٣ظل

خ كخؽش حغ ذ هلل ل ك٢ خن حالثش: )ح ش سعال أ٢ ا٠ ٤جش حزشش، هذ هخ هللا ػض ؿ الث ح حألسع ؿخػ حص

خ ٣شخء(، ك٢ طل٤ق حزخخس١ ) ن خ سرخع ٣ض٣ذ ك٢ ح ػالع ؼ٠ حز٢ ط٠ هللا ( ۷، غ )(۷۲أؿلش أ

، خ ػزض ك٢ طل٤ق حزخخس١ ػ٤ ع سأ ؿزش٣ عظخثش ؿخف، ؼ حالثش ك٢ حـ٢ء ػ٠ ٤جش حزشش: حـ

خ ) ػ٠ ٤جش حزشش؛ كب ش حز١ ٣ؤط٢ ا٤ ٣لؼ حطؼخ، خ طؤط٢ حـ ( ػ أر٢ ش٣شس سػ٢ هللا ػ ك٢ هظ

(.طؤط٢ ػ٠ ٤جش حل٤خص، خ ك٢ طل٤ق غ )

ػ٠ ٤جظ ٣ش حزشش هز٤ حالثش حـ ٣شح : )ا ػ حـ ك٤غ ال ٣ش، هذ هخ هللا ػض ؿ

) ك٤غ ال طش

Kedua: bahwa malaikat mendatangi manusia dalam rupa manusia, contohnya seperti apa yang

terdapat dalam al-Qur’an tentang kedatangan Jibril kepada Maryam dalam rupa manusia, juga

kedatangan malaikat kepada Ibrahim dan Luth dalam rupa manusia. Dengan kekuasaan Allah ‘Azza

wa Jalla, para malaikat itu berubah wujud dari wujud mereka yang asli –yang Allah menciptakan

mereka dalam rupa itu- kepada wujud manusia. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman tentang penciptaan

malaikat:

سر ػالع ؼ٠ ش سعال أ٢ أؿلش الث ح حألسع ؿخػ حص خ كخؽش حغ ذ هلل ل خ ٣شخءح ن خ خع ٣ض٣ذ ك٢ ح

“Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan

(untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua,

tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya.” (QS. Fathir: 1)

Dan di dalam Shahih al-Bukhari (4857) dan Shahih Muslim (280), bahwasanya Nabi –shallallahu

‘alaihi wa sallam- melihat Jibril, dan Jibril itu memiliki enam ratus sayap. Selain malaikat, yang

datang kepada manusia dalam rupa manusia pula adalah jin, sebagaimana telah tsabat dalam Shahih

al-Bukhari (2311) dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- mengenai kisah kedatangan jin kepadanya

(dalam rupa manusia) seraya meraup makanan (zakat yang dijaga oleh Abu Hurairah). Dan

sebagaimana jin bisa mendatangi manusia dalam rupa manusia, jin pun bisa pula datang dalam rupa

makhluk hidup sebagaimana terdapat dalam Shahih Muslim (2236). Malaikat dan jin dalam rupa

mereka (masing-masing) melihat manusia dari suatu tempat sedangkan manusia tidak dapat melihat

mereka. Allah ‘Azza wa Jalla berkata tentang jin:

ك٤غ ال طش هز٤ ٣شح ا

| 180 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

“Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa

melihat mereka.” (QS. al-A’raf: 27)

حؼخ خ كذع ك٢ زح حضخ حظؼ٤ حز١ ع حزد؛ أل ؼش: ٤ظ ك٢ ـ٢ء ؿزش٣ ػ٠ ٤جش حزشش د٤

ػ ٤جظ حظ٢ خن ػ٤خ عظخثش ؿخف ا٠ ٤جش رشش. روذسس هللا ار ػض ؿ ؿزش٣ طل

Ketiga: kedatangan Jibril dalam wujud manusia bukanlah dalil untuk (kebolehan) sandiwara

(sinetron) yang muncul pada zaman ini, dan sandiwara itu merupakan salah satu jenis kedustaan

karena –dalam hal ini- Jibril berubah wujud dengan qudrah dan izin Allah ‘Azza wa Jalla, yaitu

berubah dari bentuk aslinya yang diciptakan dengan enam ratus sayap kepada wujud manusia.

، حشحرؼش: ك٢ ـ٢ء ؿزش٣ ا٠ سع هللا ط٠ هللا ػ٤ ع ؿع ر٤ ٣ذ٣ ر٤خ ش٢ء آدحد ؽزش حؼ ػذ حؼ

ال ٣وظظش عئح ػ٠ أس ٣ـ كخ، ر ٣زـ٢ أ ٣غؤ ؿ٤ش حغخث ػخ رخل ٤غغ حلخػش أ

د٣ حـحد، زح غذ ا٤ حشع ط٠ هللا ػ٤ ع ك٢ آخش حلذ٣غ حظؼ٤، ك٤غ هخ: )) كب ؿزش٣ أطخ ٣ؼ

حز٢ ط٠ هللا ػ٤ ع؛ أل حزخشش ، ؼخف ا٠ ؿزش٣؛ حظغزذ ك٤ ، ك٢ ((، حظؼ٤ كخط

ػ أر٢ ش٣شس هخ: هخ سع هللا ط٠ هللا ػ٤ ع: )) ع٢، كخر أ ٣غؤ ((، كـخء سؿ ( طل٤ق غ )

ح ار طغؤح((. كغؤ، ك٢ آخش هخ ط٠ هللا ػ٤ ع: ))زح ؿزش٣ أسحد أ طؼ

Keempat: Kedatangan Jibril kepada Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- dan duduknya Jibril di

hadapan beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam- mengandung penjelasan tentang adab penuntut ilmu

terhadap pengajar, dan bahwasanya seorang penanya (penuntut ilmu) tidak hanya mencukupkan

diri dengan pertanyaan yang tidak dia ketahui hukumnya saja, bahkan boleh baginya untuk bertanya

kepada pengajar dalam keadaan dia (si penanya) mengetahui hukum tentang sesuatu yang

ditanyakannya itu dengan maksud agar jawaban tentang hukum tersebut bisa diketahui oleh hadirin

lain (yang tak mengetahui hukumnya). Hal ini disebutkan oleh Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa

sallam- pada akhir hadits at-ta’lim dengan ucapan, “Sesungguhnya dia itu Jibril. Dia datang kepada

kalian untuk mengajari kalian tentang agama kalian,” dan at-ta’lim (pengajaran berupa jawaban)

pun diperoleh dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam secara langsung dengan sebab yang tersandar

kepada (pertanyaan) Jibril. Dan di dalam Shahih Muslim(10) dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu-

dia berkata, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Bertanyalah kepadaku!” Akan

tetapi para shahabat merasa segan untuk bertanya kepada beliau, lalu datanglah seorang laki-laki

dan bertanya kepada beliau, dan di akhir hadits, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-

bersabda, “Dia itu Jibril yang ingin kalian mempelajari (agama) ketika kalian tak bertanya.”

حخخغش: ٣شد ك٢ حظل٤ل٤ عال ؿزش٣ ػذ ـ٤ج ا٠ حز٢ ط٠ هللا ػ٤ ع، ك٢ كذ٣غ أر٢ ش٣شس أر٢ رس

كظ٠ ع ؽشف حغخؽ، كوخ: حغال ػ٤ي ٣خ لذ، -كزش ٤جظ-ػذ أر٢ دحد حز١ أششص ا٤ هش٣زخ: ))كؤهز سؿ

هخ: كشد ػ٤ حز٢ ط٠ هللا ػ٤ ع((.

| 181 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Kelima: tidak disebutkan di dalam ash-Shahihain mengenai ucapan salam Jibril ketika mendatangi

Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- sedangkan dalam hadits Abu Hurairah dan Abu Dzar –

radhiyallahu ‘anhuma- yang terdapat dalam Sunan Abu Dawud -yang telah kuisyaratkan

sebelumnya: … kemudian datanglah seorang lelaki –lalu menyebutkan keadaan lelaki itu- hingga

lelaki itu mengucapkan salam dari ujung barisan hadirin, “As-Salamu ‘alaika ya Muhammad,” lalu

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pun menjawab salamnya.

*

**

حفظه هللا:-الشيخ عبذ المحسن بن حمذ العباد البذر وقال أيضا

Syaikh ‘Abd al-Muhsin bin Hammad al-‘Abbad al-Badr –hafizhahullah- juga berkata:

هذ ؿخء ػ ؿخػش أ حؼ ر٤خ ػظ شؤ زح حلذ٣غ:

Terdapat penjelasan dari sekelompok ahli ilmu mengenai kedudukan agung hadits ini:

ظخثق زح حلذ٣غ هذ حشظ ػ٠ ششف ؿ٤غ (: ))۷/هخ حوخػ٢ ػ٤خع خ ك٢ ششف ح١ ػ٠ طل٤ق غ )

حؼزخدحص حظخشس حزخؽش، ػود حإل٣خ أػخ حـحسف اخالص حغشحثش حظللع آكخص حألػخ، كظ٠ ا

زش (( خ سحؿؼش ا٤ ظشؼ حشش٣ؼش ػ

Al-Qadhi ‘Iyadh berkata –sebagaimana terdapat di kitab Syarh an-Nawawi ‘ala Shahih

Muslim (1/158), “Hadits ini mencakup penjelasan mengenai seluruh pekerjaan-pekerjaan ibadah

lahir maupun batin, baik berupa simpul iman, amal-amal anggota badan, keikhlasan niat, dan

kewaspadaan dari perusak-perusak amal, sampai-sampai semua ilmu-ilmu syariat pun kembali

kepada hadits ini dan merupakan cabang dari hadits ini.”

زح حلذ٣غ ٣ـغ أحػخ حؼ حؼخسف ح٥دحد حطخثق، ر أط /هخ ح١ ) (: ))حػ أ

حإلعال، خ ك٤خ ػ حوخػ٢ ػ٤خع((.

| 182 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Imam an-Nawawi berkata (1/160), “Ketahuilah bahwasanya hadits ini menghimpun berbagai macam

ilmu, makrifat, adab, dan kelembutan. Bahkan hadits ini merupakan ushul Islam sebagaimana hal itu

telah kami riwayatkan dari al-Qadhi ‘Iyadh.”

ؿ ػ حغش((. (: ))زح حلذ٣غ ٣ظق أ ٣وخ /هخ حوشؽز٢ خ ك٢ حلظق ) خ طؼ أ حغش؛

Imam al-Qurthubi berkata –sebagaimana terdapat di kitab al-Fath (1/125), “Hadits ini pantas disebut

sebagai Umm as-Sunnah (induk as-Sunnah) karena terkandung di dalamnya sejumlah besar ilmu

sunnah.”

ظ ؿؼخ ؼخ٢ هخ خ طؼ ٤ض حلخطلش أ حوشآ؛ غش، خ ع حر ده٤ن حؼ٤ذ ك٢ ششف حألسرؼ٤: ))ك خأل

حوشآ((.

Ibn Daqiq al-‘Id berkata di dalam Syarh al-Arba’in, “Hadits ini tak ubahnya induk bagi as-Sunnah

sebagaimana halnya surah al-Fatihah disebut sebagai Umm al-Qur’an (induk al-Qur’an) karena

terkumpul di dalamnya keseluruhan kandungan al-Quran.”

، زح هخ حز٢ ط٠ (: ))۹۲/هخ حر سؿذ ك٢ ؿخغ حؼ حل ) كذ٣غ ػظ٤ ٣شظ ػ٠ ششف حذ٣

د٣(، رؼذ أ ششف دسؿش حإلعال دسؿش حإل٣خ دسؿش حإلكغخ، هللا ػ٤ ع ك٢ آخش: ) زح ؿزش٣ أطخ ٣ؼ

كـؼ ري د٣خ((.

Ibn Rajab berkata di kitab Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam (1/97), “Ini merupakan hadits yang agung,

hadits yang mencakup penjelasan agama secara keseluruhan, dan Nabi –shallallahu ‘alaihi wa

sallam- pun mengatakan di akhir hadits: (dia itu Jibril, dia datang kepada kalian untuk mengajari

kalian tentang agama kalian) setelah menjelaskan kedudukan Islam, kedudukan iman, dan

kedudukan ihsan, dan beliau menjadikan semua itu sebagai agama.”

*

**

Bandung, 10 Maret 2013

–HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA–

| 183 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

TULISANKU ...

| 184 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Rindu ...

Kurun waktu tanpa persuaan, kau tersebut sebagai masa lalu

… sebuah tempat persinggahan dengan kopi-kopi hangat dan

dedak-dedaknya yang tersisa.

Dulu katamu, sedu sedan dan air mata itu menetes ke sisi lain

dari hati. Adapun kertas dan tinta yang terbuang, berawal dari

prahara di sebelah dalam dada. Maka, bicaralah ke dada milik

diri. Niscaya keluhnya bermuara di sana …

Kini, waktu memikul usia yang semakin tua dan renta. Namun

tak pernah selelah nafasku yang disinggahi rindu …

Bandung, 10 Juni 2010

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 185 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Satu Keluh Saja ...

Menyandi, menyusun sandi-sandi … mengutarakan

pemikiran menjadi makna-makna. Dalam

abstraksimu terdapat pemilihan kata-kata. Namun,

di sejumlah malam, kau seakan mengembun di

antara kening dan pelipis, menjadi hening yang tak

bicara, tak bersuara … tiada lebih, hanya semisal

dingin yang merayap di luar selimut …

Suatu waktu, kau melampirkan amarah di antara

kelunya lidah angin. Aku tersiksa gulana saat rasa

menjadi bara. Telah nyata, pancar dari

matamu mengecoh aku, sedang tangan-tanganku

tak kuasa merangkum silir-silir angin. Berputaran,

menjatuhkan aku di air mengalir …

Suaramu, kekasih … paduan angin, ranting, dan daun. Apa yang kuresapi dalam dekap tadi malam?

Cintaku menetes sebelum embun sampai di daun-daun …

Maka merapuhlah aku, saat seluruh hasrat mencederai hati. Begitu mudahnya terlepas apa yang

teramat sulit diraih, sementara dingin menggigilkanku di sementara sendi dan belulang hampa.

Lantas, tiadakah merah yang mewakili luka? Seolah jerit diri pun terdengar salah saat mengabarkan

rasa sakit. Mungkin nelangsa sedemikian keruh menjamah kebeningan hati … merampas keheningan

menjadi erangan palsu …

Satu keluh saja, kekasih … karena cinta menyerap segara marah. Satu keluh saja … sekadar

melarungkan sisa-sisa malam yang terpenggal lelap …

Bandung, 13 Juni 2010

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 186 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Tapi Kau memilih Buku dan Menyebutku Api ...

Kekasih … setiap perkataan yang agung pastilah berawal dari

pemahaman yang benar. Hanya kebodohan dan amarahlah yang

setia menyanjung sebuah igauan sebagai kebijaksanaan …

memandang semu sebagai nyata dan berharap meminum air

dari fatamorgana …

Tapi, kau sungguh mabuk oleh rasa cinta … padahal cinta yang

benar tidaklah memabukkan. Lalu kau katakan bahwa kau telah

melakukan pendakian menuju tuhan. Aku tertawa … bagiku, kau

tak lebih dari sekedar mencipta tuhan yang bisa mabuk

bersamamu … tuhan bisu yang tertidur saat kau terlelap …

Kekasih … sungguh tiada satu huruf pun yang hilang dari hatimu.

Hanya saja, jiwamu telah mengabaikan bahasa para

pendahulumu yang santun. Seandainya bisa, pastilah kutuliskan

kesantunan itu di atas kata hatimu.

Maka tetaplah bersamaku, bukan bersama buku-buku itu. Sebab, bila setiap buku memiliki

pengaruh, maka aku memiliki api yang akan membakarnya …

Tapi … kau memilih buku dan menyebutku api …

Bandung, 20 Juni 2010

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 187 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Kau Tetap Gemintang di antara Kemelut Berapi-Api ...

Meninjau bara bekas prahara, kulihat marahmu

terlebih merah dari matahari yang tenggelam …

dan kau tak meninggalkan apa pun di sini, kecuali

aku. Suaraku terjatuh di belakang langkahmu yang

menjauh. Takkan terdengar … bahkan takkan lagi

ingin kau dengarkan …

Mungkin kau mencari teduh, mencari tempat di

lingkung suara-suara alam. Padahal kicau burung

telah mati di gumpalan hitam, terkulai di antara

cerobong-cerobong asap … sedang hawanya terasa sampai di jantung dan menghitamkan perbuatan

Atau mungkin kau mencari hijau, mencari warna di lambai tetumbuhan. Padahal tanah yang retak

tak lagi memeluk akar. Kau terjebak dalam tandus dan kekeringan … sedang teriknya terasa sampai

di darah dan menghitamkan isi hati …

Ah, telah jadi sunyi jiwamu yang tak selaras. Tersudutlah seutas angkuhnya … rapuh dan berdebu.

Kau kehilangan banyak sentuhan dan kedekatan. Lilit temali pun pada terlepas dari kebijaksanaan

palsu. Padahal dulu katamu, belajar kepada si bodoh seperti mengeluhkan dahaga kepada api,

sedang guru tanpa kecintaan kepada ilmu tiada beda dengan lelaki tanpa kecemburuan …

Kekasih, kau terlalu sering menyajikan sajak-sajak angin, sedang kata-katamu tiada yang memijak

bumi. Perilakumu pun senyap membungkus hasrat yang gaduh … mungkin matamu terhalang awan

yang membelantara di langit …

Tetapi, kekasih … kau tetap putih di antara koyak moyak kota, di antara seloroh yang menggelar

nafsu-nafsu. Kau tetap gemintang di antara kemelut yang berapi-api …

Bandung, 22 Juni 2010

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 188 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Padahal Malam Selalu Membutakanmu Tanpa Cahaya ...

Kekasih, gagasan apa yang ingin kau torehkan

sehingga memaksamu merebut pena dari para

cendekiawan? Kini dunia dipenuhi buku, tentang

kisah pagi dan riwayat senja … juga tentang jika dan

maka. Sungguh angan yang membusukkan, yang

menguliti malam dan melarungkan siang …

Kekasih, celaanku kepadamu adalah cahaya yang

menjelaskan. Tidakkah kau membaca pepatah lama

guru-guru bumi? Jika kau adalah tonggak yang

bengkok, sungguh tak mungkin melihat para

pemujamu menjadi bayang-bayangmu yang lurus …

Tapi kau enggan … padahal malam selalu membutakanmu tanpa cahaya …

Di sini, masih kau rasakan waktu berjalan terus menerus. Dia menampilkan perubahan dramatis

pada wajah peradaban karena tindakan-tindakan manusia. Maka, cobalah kau hitung dengan

hitungan yang takkan membuatmu lelah. Sungguh para pemilik kesadaran itu tidaklah banyak,

bahkan teramat sedikit dan teramat asing … terkucil sebagai setitik putih di kehitaman zaman …

Bandung, 26 Juni 2010

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 189 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Setelah Bisik-Bisik Itu ...

Tiba-tiba, bayangmu melekat erat di pelupuk, mungkin

bersenyawa dengan riak dada di lubuk. Dengan apa kau buka

pintu-pintu batuku? Tak sekali pun kudengar lentikmu mengetuk

Lantas, kehangatanmu membakarku. Jika saja tiada hujan dalam

badai tadi malam, mungkin kau kan mendapatiku sebagai abu di

pagi hari …

Ada saatnya cinta menyeduh kemanusiaanmu, bisikmu, kecuali

jika maut mendahuluinya. Dan, seakan masih kurasakan angin

dari bisikanmu itu …

Tapi, kekasih … bukan tak mungkin jika aku terpelanting terbawa

angin musim gugur, lalu kau lupakan aku pada musim dingin yang bersalju. Maka, biarkan kutulis

saja alur sejarah ini di pendakian. Tentang tawa kita di beranda, setelah bisik-bisik itu …

Bandung, 26 Juni 2010

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA—

| 190 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Di Suatu Tempat, di Balik Gulita ...

(I am Loosing Ground)

Dis, kalau tak dapat memahat di air, harus kau

bekukan air … lantas kau nikmati saja pencairannya.

Dan semestinya terdapat alasan untuk setiap senyum

yang tak mampu kau sembunyikan pada awal malam

itu. Mampukah kau melukis perasaan itu?

Mencecahkan pena pada tinta, menggoreskan kata

hatimu yang terlepas dari pasungan bisu …

Dis, kaulah yang telah menakik nama kecilku di tulang

rawanmu. Mengapa tak kau berikan saja selaksa

daunmu pada ranting-ranting keringku, biar kutuang

jua warna mengalirku pada bejanamu … lantas kita

menjadi bagian sempurna dari wujud semesta …

Atau, Dis … adakah seseorang di sana? Di suatu tempat, di balik gulita yang tak terjangkau oleh

lampuku yang temaram? Mengendap-endap di sementara kelengahan malam dan siangku,

menaburkan pesona yang mengalahkan pancawarnaku …

Jika demikian, Dis … benarlah ucapan para pemilik lembah itu, betapa sulitnya mencapai kelegaan

jika kekasih membelah diri dan bergumam pada buluh-buluh perindu …

Kini, tiada beda antara pulang dan pergi … tiada beda antara mataku yang terbuka dan terpejam

karena kau telah berada dalam selaput mataku. Biar saja, Dis … kan kuyakini kemarin sebagai sebuah

mitos, sebagai kisah dari langit yang membumi di tanahku dan membuatku menangis dan tertawa.

Biar saja, Dis … biar kutunggu angin buat membuang bayangmu … jauh ke bara mentari …

Bandung, 9 Juli 2010

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 191 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Rrrggghh ...!

+ Aku pernah berbincang dengan seorang perempuan di sebuah beranda. – Siapa? Kenalanmu? + Bukan. Tapi hujan memaksaku untuk singgah di sana dan berhasil memperkenalkan kami. – Ramahkah? + Sebanding dengan keramahanmu. – Apa yang disuguhkannya? + Kopi panas … – Apa yang kalian perbincangkan? + Banyak hal, terutama tentang kesendirian kami. – Pandaikah dia? + Tentu saja, dia banyak membaca dan menulis. – He he … sebingung aku, dong? + Semengerti kamu. – Cantikkah dia? + Aku tak bisa mengatakannya kalau berada di depanmu. – Kebiasaan! Harus kamu katakan! + Hmm … benar-benar sulit membedakannya denganmu. – Hmm … + Kenapa? Tak percaya? – Hmm … kenapa kamu tak ke sana lagi? + Sebetulnya dia menungguku untuk ke sana lagi. – Terus, kapan kamu mau ke sana lagi? + Jika tembakauku sudah tak berasap lagi. – He he he … mana mungkin bisa! + Kenapa bicara begitu? – Huh! Pikirkan saja sendiri! + Aku tak bisa memikirkan hal itu jika berada di depanmu. – Lalu apa yang bisa kamu pikirkan jika berada di depanku? + Dia …! – Huh! Kamu memang menyebalkan! + Kenapa kamu bilang aku menyebalkan? – Tentu saja! Kamu memang benar-benar menyebalkan! Kamu tak punya hati! + Apa kamu bilang?!? – Kamu tak punya hati, tau!!! + Hei! Hati-hati kalau bicara! – Hati-hati apa? Kenyataannya kamu memang tak punya hati, kok! + Punya! – Tidak! + Punya! – Bohong! + Punya! – Bohong! + Rrrggghh …! Huh! Kalau saja kamu bukan foto, pasti sudah kubuktikan kepadamu bahwa aku benar-benar punya hati!

Bandung, 11 Juli 2010 --HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 192 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Tulisanmu ...

Langit senja hampir kehilangan cahayanya. Jika saja wajah mentari

telah benar-benar tenggelam, niscaya para muadzin akan

menyuarakan adzan magrib. Ufuk yang tampak keriput dalam

nuansa warna lembayung, seolah menitahkan hiruk pikuk hari agar

berlalu, lantas memberi izin kepada malam untuk menyajikan

keramaiannya sendiri … keramaian yang bertumpu pada lampu-

lampu jalanan yang mulai menyala.

Ketika langit semakin gelap, cahaya kecil dari pelita-pelita di dalam

misykat cukup mampu memudarkan gelap di sekelilingku. Aku

masih saja membisu. Duduk dengan kedua tangan di atas meja.

Mataku menatap lurus ke arah seorang lelaki tua yang duduk

bersila di salah satu sudut di sana. Lelaki tua itu terlihat begitu

menikmati rokok yang diisapnya. Warna asapnya tampak kelabu di bawah cahaya lampu. Lelatu-

lelatu api berloncatan seperti kunang-kunang yang merah.

Aku mereguk kopi dari cangkir di tanganku tanpa melepaskan pandangan dari asap kelabu yang

diembuskan lelaki tua itu. “Seharusnya kopi ini kuminum bersama isapan rokok,” pikirku. “Tapi aku

masih cukup pintar untuk tidak berbuat bodoh. Aku masih cukup kuat untuk tidak menjadi benar-

benar lemah.”

Beberapa detik berlalu. Aku berkeinginan untuk membaca lagi tulisanmu. Tulisan tanganmu pada

secarik kertas yang kutemukan di ruangmu, di bawah tumpukan buku-bukumu yang berdebu. Aku

merogoh kantung bajuku, mengeluarkan kertasmu, lalu meletakkannya di atas meja dan

membacanya:

Kurasa detik masih berdetak saat buanaku mengkerut menjadi daun. Dan dari seratus dua puluh

enam lembaran kertas, terdapatlah seratus sepuluh macam tuangan perasaan … yakni, kisah-kisah

perjalanan yang dilembagakan dalam kata-kata.

Melintasi batas-batas hari, tersebutlah lima tahun perjalanan mencoret kata, menempuh masa

terbilang lima puluh enam bulan. Lelah yang kuhela melahirkan coretan hati sekadarnya …

mengejawantah “Sekadar Coretan Hati” …

Aku mengangkat dagu dan memutarkan pandanganku. Lelaki tua itu sudah menghilang, tapi angin

masih mengantarkan aroma tembakaunya ke hidungku. Aku memandang ke tempatnya tadi bersila

… menerawang kosong sambil bergumam, “Harus kucari lembaran-lembaranmu itu. Harus

kutemukan! Sekadar mengindra bekas-bekas isi hatimu. Sekadar mengingat-ingat pribadimu yang

didewasakan perjalanan tahun.”

Bandung, 12 Juli 2010

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 193 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Harus Punya Kamus ...

- Kamu mau ke mana?

+ Aku juga tidak tahu mau ke mana.

- Kalau begitu temani saja aku.

+ Ke mana?

- Tidak tahu juga, sih …

+ Ha ha ha …

- He he he …

+ Pelatihan ini benar-benar membosankan.

- Menurutku sih membingungkan.

+ Kenapa membingungkan?

- Kamu sendiri kenapa bilang membosankan?

+ Oh, aku dulu yang jawab, ya?

- Iya, dong. Setelah itu baru aku.

+ Aku bosan. Orang-orang di sini pada senang bicara, kata si ini kata si itu, buku ini buku itu …

- Nah, itu juga yang membuatku bingung.

+ Wah, kok sama, ya? Tapi kok akibatnya beda, ya? Atau jangan-jangan bosan dan bingung itu

sama?

- Seharusnya kalau penyebabnya sama, akibatnya juga harus sama. Iya benar! Berarti bosan dan

bingung itu pasti sama artinya … tapi biar yakin harus lihat kamus, sih …

+ Begitu, ya? Ah, pokoknya selama disuruh ikut pelatihan ini, aku benar-benar bingung.

- Lho? Katanya bosan barusan?

+ Lho? Bukankah artinya sama barusan?

- Wah … aku jadi bosan ngobrol denganmu.

+ Memangnya aku tidak bingung ngobrol denganmu?

- Eh, ada tempat buat selonjoran di balik pagar kawat ini. Bagaimana kalau kita merokok saja di

sana?

+ Sambil minum kopi, ya …

- Spuuuuuuuuuhhhhhh …! Slluuurrrrrrpp …!

+ Spuuuuuuuuuhhhhhh …! Slluuurrrrrrpp …!

Teng …! Teng …! Teng …!

- Wah, belnya sudah bunyi lagi! Ayo kita bingung lagi … he he he …

+ Bel? Kok, suaranya seperti lonceng?

- Mungkin bel dan lonceng itu sama saja bendanya.

+ Oh, sama juga, ya? Sepertinya aku memang harus punya kamus seperti peserta lain …

- Ah, tidak perlu! Aku yakin dia punya dua nama … kadang disebut lonceng, kadang disebut bel …

+ Iya, kamu benar! Banyak kok yang punya dua nama …

- Contohnya?

+ Ya itu tadi contohnya! Nama lain bel, lonceng … nama lain bingung, bosan … nama lain Zahra, Rara

… nama lain Melisa, Imel …

| 194 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

- ?!?! @# *! !!

+ Lho? Kenapa wajahmu jadi seperti dedak kopi?

- Kamu pikir nama lain dari sepatuku itu asbak!

+ Aku tidak berpikir sepatumu punya nama lain, kok …

- Lalu kenapa kamu buang abu rokokmu di sepatuku?

+ Kupikir sama saja …

- Sama bagaimana? Bentuknya saja beda …

+ Sama-sama bau …

Bandung, 16 Juli 2010

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 195 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Sampai Api Menghabiskan Lilin ...

Menghayati siang dalam ruang, sosok diri hanya diam di

remang hening. Bayang-bayang menari di dinding bisu,

bergerak-gerak bersama api yang menggeliat di puncak lilin.

Aku menguraikan nestapa dari wadahnya, mengafani rindu

yang tak jua mati, mengabaikan geliat api yang menggoyang

bayang menjadi gemulai … sementara angin hilir mudik

tanpa suara …

Dis, dalam gigihnya semua angin, awan meludahkan hujan

bersama serapah petir-petir. Meski telah kupudarkan

mendung dengan dian dan suluh-suluh api, aku tak kuasa

menyurutkan jenuh dari wadahnya. Dan seperti kemarin,

hujan hari ini mampu mendinginkan amarah mentari,

namun tak cukup kuat memaksamu berteduh di ruangku.

Seakan tak kau sisakan satu degup pun tentangku di lemah rindu … mungkin karena semestamu

berbeda warna dengan cakrawalaku …

Dis, sekian jauh asaku berpadu menempuh jarak, namun terkelupas jua di rentang waktu. Betapa

sulitnya mencipta kata dalam desakan rindu, selain tamsil-tamsil bunyi yang terdengar sayup-sayup

makna … atau suara-suara retakan hati yang terpelanting. Betapa ingin menakik semangat di rahim

milikmu, agar tertanam mata hati menjadi kasih sayang … menjadi cikal-bakal pujangga yang syahid

Mengingatmu, Dis … putri tercantik di dunia dongengku, ketika kau menghamparkan sunyi yang

menjadi mendung di bawah gemintang yang katamu ada sejuta …

Maka biarkan sesaat lagi aku mengingatmu, agar tak rusak rasaku direncah angkara. Sesaat saja, Dis

… sampai api menghabiskan lilin dan memadamkan dirinya sendiri …

Bandung, 6 Agustus 2010

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 196 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Tanda Seru Untukku ...!

Berkaca pada air di baskom, bayang wajahmu bergoyang-goyang …

semulah air mukamu. Seharusnya kau berkaca pada cermin-cermin kaca

Dan dalam cemarnya isi benakmu, hatimu teracuni jua. Berapa lama kau

mewajahkan baktimu kepada timur dan barat? Sedemikian seringnya

mulutmu menukas ucapan-ucapan mulia dari manusia-manusia yang

memiliki pemahaman …

Hai, kamu! Camkan ucapanku …! Sungguh pada setiap pijakan yang

rapuh, pastilah terdapat pendirian yang lemah! Dan di semua buku-buku

yang kau tulis … yang memenuhi rak-rak panjang peradaban itu, pastilah

terdapat alur-alur pemikiran yang bengkok! Kini, tengoklah isi hati dan

kepalamu, niscaya kau temukan gumpalan-gumpalan karat yang

menyumbat akal dan pemikiranmu! Maka berhentilah menokoh diri …

mengagungkan syahwat dan syubhat batinmu yang kau ajarkan kepada manusia dengan hati

picikmu!

Bandung, 10 Agustus 2010

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 197 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Suara-Suara Percakapan ...

Suara-suara percakapan, cinta memadu dua nafas di dalam ruang. Aku

mengembunkan semua khayal di lelapnya lelah … namun gambaran

pikiran mengubahnya menjadi bunga tidur yang menyedihkan …

Ah, jiwa tersengat geletar berkepanjangan di sepanjang rentang

temalimu. Aku terhenti di tanah lengas saat air membeku dan diam

seluruhnya … rasa pun teramat kuyup, namun dahaga …

Bandung, 19 September 2010

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 198 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Meranggaskan Darah dan Jiwa ...

Kudengar lirihmu bersama suara sesak dalam isakmu saat kau membaca

helai-helai suhuf yang mulia. Juga kudengar itu saat keningmu

menyentuh tanah yang berdebu di bawah langit yang berasap. Kau

menundukkan hatimu saat lisanmu melafalkan nama-nama dan sifat-

sifat Rabb semesta …

Namun bagiku, kau tak lebih dari sekadar manusia yang berselubung

syubhat yang teramat pekat. Syubhat yang mendidihkanmu hingga

meranggas darah dan jiwa-jiwa yang haram … syubhat yang

menghasungmu untuk menyembunyikan siasat pada kematian bidak-

bidak …

Bandung, 29 September 2010

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 199 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Kau dan Jejak serta Lafaz dan Makna ...

Kau berangin-angin di depanku dalam jarak yang teramat

memabukkanku. Menghadapiku di depan sisa hati yang

tersembunyi, lalu menukasku yang berkata-kata dalam bahasa

bangsaku. Seberapa muda usiamu? Betapa lugasnya lisanmu

saat menakik hati tuaku …

Masih kuingat ucapanmu tentang buih yang mengambang

terbawa arus. Buih yang akan hilang sebagai sesuatu yang tak

berharga. Buih di timur dan di barat … juga di sepanjang jarak

antara keduanya, di semua tempat keberadaannya di bumi yang

berair …

Dan aku melupakan warna langit di atasku saat kau menunjuk

bulan yang berbentuk arit para pencari rumput. Bulan yang tak

purnama, katamu … tapi kesempurnaan perjalanannya tak pernah menyimpang dari ketetapan falak

dan manzilahnya. Dan kelak, dia akan terikat di neraka bersama matahari yang kau kenal …

mataharimu yang tak pernah lupa untuk bersujud di bawah ‘Arsy yang meliputi langit dan bumi …

Ah, aku terbungkam … seakan tak mampu membina bisu menjadi kata-kata. Terlebih ketika kau

menyalakan damar di ruang-ruang gelap yang menyembunyikan setiap huruf yang seharusnya

terbaca. Dan suaramu terdengar di belakang kepalaku seperti sebuah bisikan. Katamu, setiap lafazh

dalam kitab yang agung pastilah memiliki makna yang benar meskipun akal orang-orang yang

sombong menolak dan menyimpangkannya …

Ah, aku tak mau bungkam. Sekian waktu mengumpulkan kata untuk bisa mencela dan

mencederaimu … namun suaraku tergagap gugup saja di hadapan lisanmu yang menyuarakan ilmu.

Ikuti jejak-jejak itu, bisikmu … jejak-jejak mereka yang mengetahui makna yang benar dari setiap

lafazh yang kau yakini. Ikuti jejak-jejak itu, bisikmu lagi … jejak-jejak mereka yang tersenyum dan

menangis bersama khalilullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– dan keempat khalifah yang pertama …

Kini aku berhenti tak percaya pada apa yang seharusnya kuyakini … namun tak pernah yakin tentang

alasanku mencintaimu. Keindahanmu? Ataukah kebenaran yang kuyakini dalam kata-katamu?

Bandung, 8 Oktober 2010

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 200 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Durja ...

Hempaskan muram itu, bisikmu …

Biar teranggit warna-warna durjamu

Melangitlah mewarnai cakrawala

Menganduhkan lengkung-lengkung bianglala …

Tapi kau mati di kaki langit

Gigilkan suara sebelum beku

Sebelum mewarnaiku dengan merah bibirmu …

Bandung, 26 Oktober 2010

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 201 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Saga ...

Kau melelakan pena bertinta merah itu, menebalkan huruf-huruf

kecemburuanmu di atas kain yang usang. Katamu, ribuan saga telah

membunuh sanad dan riwayat-riwayat sabda … kisah-kisah khayal yang

membenalu pada atsar-atsar sejarah, membumikan prosa-prosa para

ashaghir dan narasi kaum yang papa …

Kau pun menunjuk bait-bait khamriyyat Abu Nuwwas yang bau arak,

lalu mencela helai-helai buku tentang kisah malam di negeri Bagdad.

Falasifah yang kelam, bisikmu … sekelam kerancuan para salik yang

mabuk tentang tabiat tuhannya, juga sekelam tarekat dalam masjid-

masjid di atas tanah orang-orang mati …

Ah, kaulah wewangian alam yang menghimpun semua bunga … tak

ubahnya ratu yang memahami sikap duduknya di singgasana di sisi raja.

Aku bersila menyembunyikan cinta di balik jubahku … merembahkan harap menanti musim tanam di

pematang merahmu …

Tapi akhir kata-katamu membuatku bisu. Renungkan manazil akhirat itu, bisikmu … sebelum Maut

membawa salah satu kabar di antara dua kabar untukmu …

Bandung, 1 November 2010

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 202 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Tentang Perjalanan ...

Aku melimbang ke ngarai Awwab saat matahari membakar peluh anak-anak

unta. Kulihat sutrah-mu masih menancap di atas tanah, di depan iftirasy-mu

yang begitu sunyi … sedang rakaat-rakaatmu telah usai menggenapkan waktu

duhamu …

Kau lantas berpaling dari sunyi tasyahudmu … mengorak sila ke arahku dan

bersandar di dekat qirbah-mu. Aku pun bertanya tentang gigil yang menjalari

sekujurmu, juga tentang isak tangis yang mendahului kata-katamu …

Aku memikirkan perjalanan yang jauh, katamu … sedang akhir kehidupan itu

teramat samar dan tersembunyi. Aku tak tahu dengan kafan apa para malaikat

akan menyelimuti ruhku saat mendaki langit. Namun, dia yang menuai ruh itu

bernama Maut … begitulah yang termaktub dalam kedua wahyu yang suci …

bukan Izra-il sebagaimana yang kau dengar dari lisan penduduk gunung dan lembah …

Renungkan keadaan tulang belakangmu jika Rabb semesta menyingkapkan betis-Nya sebelum

jembatan itu terbentang … dan renungkan kekekalanmu saat kematian menjadi kambing yang

disembelih di antara dua tempat yang kekal …

Ah, anganku meranggas saat kau menularkan gigil lewat udara yang menampung huruf-huruf

suaramu. Aku melepuh oleh ucapan kematian yang kau hidangkan di atas abu dan pasir. Sungguh

telah nyata terjatuhku di depan kedua matamu yang menangis … bahkan telah tersisih kecongkakan

hati hingga ke batas takut …

Kau sungguh seperti langit yang tak pernah menggurui bumi …

Bandung, 14 November 2010

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 203 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Janji ...

Aku menyulutkan nyala ke kayu arang, membakar dingin yang

menyumsum di perapian batu hingga sulang-sulang asap

mengirimkan jelaga ke wajahku. Aku melelas cangkir

bercendawan saat temaram merambakkan nirasa yang

merimpuhkanku … kata hati dipaksa bisu oleh suara hujan

dan gemuruh langit, sedang bintang-bintang bersembunyi

bersama arah dan mata angin yang kucari …

Ah, alam yang rawan tak kunjung ramah … prahara

berkelebat kalap sebelum merebat jalan-jalan persuaan …

Aku membubuh gula pada kopiku sambil mengingat

ucapanmu tentang hiasan langit. Katamu, gemintang itu ada

di atas hujan, di petala langit yang terdekat … dan hujan

takkan mampu memadamkan pijar-pijarnya. Aku lantas

menyeka wajah mengurai lelah, meniscayakan semesta diri

tentang air matamu … berharap tetes-tetesnya tak memadamkan pijar bintang di matamu …

Namun, Dis … waktu terus mengukir usia di jalan-jalan yang kulalui bersama matahari yang timbul

tenggelam. Aku pun terhenti di berandamu yang berdebu, lalu merapuh mendapati kosong di balik

pintumu yang terkunci …

Bandung, 25 November 2010

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 204 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Talbis ...

Kau menutupi kepalamu dengan khimar, namun berbuat seperti kaum yang menutupi

akal mereka dengan khamr … menaburkan ribuan kelopak bunga di atas kubur-kubur

senyap sambil mengajak bicara mayat-mayat yang tak mendengar …

Kau mengabaikan beribu hadits di atas sabil yang benderang, lalu memunguti ribuan

muhdats dari subul yang gelap … mengikuti setiap langkah ke lubang-lubang dhab dan

menyalakan lilin-lilin kemanusiaan semu di depan prasasti yang diusung oleh kaum

yang dimurkai dan tersesat …

Bagaimana bisa kau berdiri dalam lingkaran … memagutkan genggam bersama

mereka yang menyeru alihah yang tak berdaya?

Bandung, 13 Desember 2010

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 205 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Nasihatmu Kepadaku ...

Aku bertanya kepadamu tentang ucapan mereka, “Biarkan Allah

memelukku malam ini,” juga ucapan mereka, “Biarkan Allah membelaiku

dengan lembut dalam kesendirianku.”

“Di mana kau temukan ucapan-ucapan itu?” tanyamu.

“Di dalam syair-syair atau catatan-catatan yang mereka tuliskan,”

jawabku.

Kau membuka mushaf yang kau pegang, lalu menunjukkan sebuah ayat

kepadaku …

-وأف تػقولوا على اللو ما ال تػعلموف -

“… dan –mengharamkan- mengatakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui …” (QS. al-A’raf :

33)

“Ucapan mereka bukanlah ucapan yang benar,” katamu.

“Jelaskanlah kepadaku,” pintaku.

“Maksudnya, janganlah berbicara tentang Allah tanpa ilmu, jangan mengada-ada tentang nama-

nama Allah, sifat-sifat-Nya, perbuatan-Nya, dan juga syariat-Nya,” jawabmu. “Adakah kau temui di

dalam al-Quran atau as-Sunnah bahwa Allah memeluk dan membelai?”

“Tidak kutemukan atau mungkin belum kutemukan,” jawabku.

“Memang tidak ada dan itulah kenyataannya,” jawabmu. “Sifatkanlah Rabb-mu dengan apa yang Dia

sifatkan bagi diri-Nya sendiri … dan sifatkanlah dengan apa yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa

sallam sifatkan tentang Rabb-mu. Berhentilah dari apa yang tidak disifatkan oleh Allah dan Rasul-Nya

dan janganlah kau melampaui al-Quran dan as-Sunnah.”

“Maka berikan aku nasihat setelah ucapanmu ini,” kataku.

“Hendaklah kau hilangkan kegelapan al-Jahl dengan cahaya ilmu,” katamu sambil menutup mushaf,

lalu berkata lagi, “Bergairahlah terhadap ilmu … sesungguhnya ketiadaan perhatianmu terhadap

ilmu termasuk kebodohan yang mencelakakanmu.”

Bandung, 28 Desember 2010

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 206 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Waktu dan Rembulan ...

Aku menghidu aroma tanah yang diembus angin

selepas Isya, sementara kau tengadah di atas batu

hitam tanpa melepaskan matamu dari bulatan bulan

yang mengalahkan cahaya bintang-bintang …

Satu rembulan sepanjang masa, ujarmu … rembulan

yang sama dengan rembulan yang dilihat oleh bapak

para nabi ketika terbit dan tenggelamnya, rembulan

yang tergambar dalam mimpi putra Israil yang mulia,

juga rembulan yang pernah terbelah menjadi dua

bagian pada kurun pertama manusia-manusia

terbaik pengikut ash-shaadiqul mashduuq di awal embusan angin kiamat yang teramat lembut …

Aku lantas tersadar bahwa cahaya purnama …

Ayyaamul biydl? Gumamku … seakan baru kemarin aku melihatnya dalam bentuk tandan nyiur

kering yang melengkung. Ah, waktu yang berkelebat tak menyisakan apa pun selain usiaku yang

semakin pendek, sedang aku selalu terengah-engah di belakang keinginanku yang memanjang …

Bandung, 9 Januari 2011

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 207 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Musuh dan Permusuhan ...

Aku bertanya kepadamu tentang para musuh dan permusuhan mereka. Katamu,

ucapan para musuh itu sama pada setiap generasi, dulu maupun sekarang.

Bahkan hati mereka serupa …

Kau pun membacakan sebuah ayat:

كذلك قاؿ الذين من قػبلهم مثل قػو٥بم تشابػهت قػلوبػهم قد بػيػنا اآليات لقوـ يوقنوف

… demikian pula orang-orang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan

mereka itu. Hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-

tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin. (QS. Al-Baqarah: 118)

Katamu, yang dilaknat pertama kali, Iblis … dialah yang memulai peperangan

dengan menjadikan akalnya sebagai hakim bagi ucapan-ucapan Rabb-nya. Iblislah

yang pertama kali menjadi musuh, dialah yang membuat jalan-jalan bagi para

pengikutnya pada setiap generasi. Maka ketahuilah … sungguh jalan-jalan para

musuh itu selalu sama di sepanjang sejarahnya. Seakan mereka saling berwasiat kepada generasi

setelahnya …

Kau membacakan lagi sebuah ayat:

أتػواصوا بو بل ىم قػوـ طاغوف

Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu. Sebenarnya mereka adalah kaum

yang melampaui batas. (QS. Adz-Dzariyat: 53)

Pahamilah keserupaan mereka karena setiap musuh selalu melontarkan kebatilan dengan busur

yang sama pada setiap zaman … yang sekarang tak berbeda dengan yang dulu …

قػبلهم كفروا بآيات اللو فأخذىم اللو بذنوم إف اللو قوي شديد العقاب كدأب آؿ فرعوف والذين من

(Keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir’aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang

yang sebelumnya. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan

dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi amat keras siksaan-Nya.(QS. Al-Anfal : 52)

مثل دأب قػوـ نوح وعاد وبود والذين من بػعدىم وما اللو يريد ظلما للعباد

(Yakni) seperti keadaan kaum Nuh, ‘Aad, Tsamud dan orang-orang yang datang sesudah mereka.

Dan Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya. (QS. Al-Mu’min : 31)

| 208 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Kini aku menasihati diriku sendiri dan juga kamu … jika kita telah yakin dengan permusuhan mereka,

maka sungguh tidak pantas bagi kita untuk meninggikan ucapan-ucapan, pemikiran-pemikiran, dan

syi’ar-syi’ar mereka. Sesungguhnya kemenangan kaum muslimin itu berasal dari pertolongan Allah

‘Azza wa Jalla … dan tidak akan ada pertolongan jika kaum muslimin seperti musuh-musuh mereka

sebagaimana ucapan Rabbku ‘Azza wa Jalla …

ذي جاءؾ من العلم ما لك من اللو من ورل وال نصب اتػبػعت أىواءىم بػعد ال ولن تػرضى عنك اليػهود وال النصارى حب تػتبع ملتػهم قل إف ىدى اللو ىو ا٥بدى ولئن

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama

mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar). Dan sesungguhnya

jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi

menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS. Al-Baqarah : 120)

*Nasihat untukku di surau kecil …

Bandung, 11 Januari 2011

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 209 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Waktu dan Matahari ...

Semenjak jarak menghambat suaramu sampai ke

telingaku, aku membuka lagi semua catatan yang

dulu kutulis di depan nasihat-nasihatmu. Masih

kuingat saat tanganku menorehkan pena

mengejar kata-katamu, seakan tanganku begitu

berhasrat terhadap setiap huruf yang kau

ucapkan di majelismu … huruf-huruf yang jika

hilang akan mengaburkan pengertian-pengertian

Dan terkadang, aku tak peduli dengan renjis

ludahmu yang mengenai wajah dan kertasku …

Yusya’ bin Nun … demikianlah nama yang kau

sebutkan saat membaca riwayat tentang lelaki itu … lelaki mulia yang mengiringi Musa menemui

Khidir di tempat bertemunya dua lautan, lelaki mulia yang menjadi nabi setelah Musa dan membawa

kaumnya keluar dari padang pasir hingga memasuki Bait al-Maqdis …

Kau pun membacakan lagi beberapa riwayat tentang kisah mereka … tentang bekal perjalanan

mereka, tentang ikan mati yang mendapati jalannya ke laut, juga tentang duduknya Khidir di atas

farwah putih yang bergerak-gerak hijau di belakangnya. Adapun Musa, dia terhalang oleh takdirnya

sejauh jarak lemparan batu dari tanah al-Muqaddasah, lalu jasadnya dikubur di samping bukit pasir

yang merah, di luar tanah suci itu …

Ah, matahari hari ini hampir terbenam … dan itu menyadarkanku akan sisa usiaku yang semakin

pendek. Namun masih kuingat kisah itu … kisah yang kau bacakan tentang terhentinya matahari

dalam perjalanan menuju terbenamnya atas permintaan Yusya’ bin Nun kepada Rabb al-A’la …

Kini, aku mengarahkan langkahku menuju masjid mengiringi senja yang berjalan … sedang matahari

di kaki langit itu sedang tenggelam di antara dua tanduk setan yang diagungkan oleh kaum yang kafir

Bandung, 22 Januari 2011

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 210 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Lesap ...

Satu mimpi buatku, tentang bentuk yang pudar

warna. Aku meradang saat kerontang dadaku

merambak seluruh, sedang asap itu mengepul dari

titik didihku ke langit perak …

Mata rantai pun berceraian, sebuah jawab menjadi

duri di dada. Kau terbawa khayali jika seringai itu

terartikan lain -padahal siasat dan nasihat mereka

bermuara pada benda-benda …

Aku berkata, “Kau yang hilang huruf-huruf! Cukuplah

air mata yang mewakili wujud nestapa … bukan

ucapan yang tak santun dan bekunya karya cipta! Biar

kukunyah saja kasih sayang dari bibirmu, lalu kupapah

semangatmu menyeruak belantara durja dan pundak-pundak nestapa!”

Tapi kau senyap di titik bekumu yang berasap … -sedang makna-makna pada lesap di belukar bahasa

Bandung, 20 Februari 2011

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 211 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Negeri Fitnah-Fitnah ...

Malam itu kau tak sekadar membicarakan letak sebuah

negeri di lembah sungai semata, tapi membicarakan pula

realitas sejarahnya yang menakjubkan beserta fantasi khayali

dan mitos-mitos peradaban yang menyertainya. Ada

romantisisme dan kekejaman di dalamnya, ada peralihan

kekuasaan dan kemegahan peradaban, juga sastra dan

budaya serta ilmu pengetahuan dan khurafat. Katamu, dari

sisi mana pun aku memulai, ada hal-hal menakjubkan yang

akan kudapati … baik dari sisi-sisi sedihnya maupun dari sisi-

sisinya yang membanggakan …

Kau juga berkata, negeri itu telah mengisi benak sejarah

dengan warna-warna kelam dan terang. Filsafat dan logika

Hellenic yang dialihbahasakan mungkin menjadi bagian dari

warna-warna sejarahnya yang kelam, demikian juga tahkim al-‘aql dan kerancuan kaum yang i’tizal

dari majelis ilmu. Semua itu jauh lebih kelam daripada malam yang diliputi kabut … mungkin sekelam

angan-angan para salik yang tak mampu membedakan antara hamba dengan tuhannya. Namun

seperti katamu, negeri itu memancarkan pula kilau cahayanya yang terang. Kemilau fuqaha misalnya

… juga ahlu al-hadits dan jarh wa ta’dil …

Pertengahan malam masih jauh ketika kau membacakan sabda Nabi yang mulia -shallallahu ‘alaihi

wa sallam- tentang negeri itu, negeri tempat munculnya tanduk setan dan keguncangan fitnah-

fitnah. Ardlun murtafi’ah, katamu … najd di sebelah timur kota Madinah yang disebut Irak …

ىناؾ الزالزؿ والفب وا يطلع قػرف الشيطاف

“Di sana akan ada keguncangan dan fitnah-fitnah, di sana pula akan muncul tanduk setan.”

(HR. al-Bukhari)

Itulah Irak, ulu hati Mesopotamia … negeri yang telah meluluhlantakkan benteng-benteng Asia dan

Eropa, negeri yang sungainya seakan-akan mengalirkan tinta-tinta ilmu pengetahuan, kisah-kisah

dusta, dan kerancuan berpikir. Itulah Irak, negeri yang kekuasaannya dibunuh secara dramatis oleh

pedang-pedang para tiran hingga warna darahnya bercampur dengan bakaran puing-puing negeri …

dan itulah Irak, negeri yang memang dipenuhi fitnah-fitnah sebagaimana ucapan Nabi yang mulia -

shallallahu ‘alaihi wa sallam- …

Bandung, 8 Maret 2011

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 212 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Belajar ...

Aku memastikan pensil-pensilku telah sempurna kuraut

sebelum memasuki majelismu, berangin-angin sejenak di luar

pintumu untuk mengeringkan peluh dari penat perjalananku.

Tak ada yang memaksaku untuk berpayah-payah menempuh

jalan dan menapaki undak-undakan batu yang berlumut itu,

kecuali karena hak ilmu dan keutamaannya …

Ilmu itu didatangi, demikianlah menurut ucapan dan perbuatan

para pendahulu kami … dan aku telah menuliskannya pada

selembar kertas selain mengikatnya dalam ingatan …

Kau menandai lembar-lembar halaman yang kau perlukan

dengan penanda kertas, lalu menyampaikan setiap bab dengan

suara dan sikap tawadhu’. Seperti biasa, kau pun menyertakan

senyum meski tak pernah menggubah tawa di majelismu … sementara kami hampir selalu tertunduk

walau tak ada burung di atas kepala kami …

Katamu, kearifan itu tergantung pada kedekatan akal dengan ilmu … yakni kedekatan dengan dua

perkara yang agung, kitabullah dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka belajarlah!

Karena satu generasi yang terlahir tidaklah membawa pengetahuan ketika keluar dari rahim ibu-ibu

mereka …

ف أمهاتكم ال تػعلموف شيئا وجعل لكم السمع واألبصار واألفئدة لعلكم تشكروف :واللو أخرجكم من بطو

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan

Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur. (QS. an-Nahl:78)

Lalu kau pun membacakan sabda yang agung dari manusia yang paling mulia shallallahu ‘alaihi wa

sallam:

ر يػعطو ومن ا العلم بالتػعلم وا٢بلم بالتحلم ومن يػتحر ا٣بيػ يػتػوؽ الشر يوقو إ٭ب

Sesungguhnya ilmu itu hanya diperoleh dengan belajar, dan kesabaran diperoleh dengan berlatih

sabar. Barang siapa menapaki jalan kebaikan, dia akan diberi. Barang siapa yang menjaga diri dari

kejahatan, dia akan dijauhkan dari kejahatan itu. (Silsilah Ash-Shahihah no. 342)

Di akhir pelajaran hari itu, kau memberi nasihat atas permintaanku. Bentangkanlah dadamu untuk

ilmu dan hormatilah ahli ilmu, katamu … lalu rendahkan hatimu terhadap saudara-saudaramu dan

jalinlah persahabatan, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda …

| 213 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

ر فيمن ال يألف وال يػؤلف ؤمن مألفة وال خيػ ا٤ب

Orang mukmin itu tempat persahabatan. Tiada kebaikan sedikit pun pada diri orang yang tidak

bersahabat dan tidak bisa dijadikan sahabat.” (Silsilah Ash-Shahihah no. 426)

Bandung, 27 Maret 2011

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 214 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Ke Arah Mana? Aku menebang setiap dalih yang menopang segala ucapan

dan perbuatanku di hadapan nasihatmu yang terdengar

seperti celaan terhadap akalku. Katamu, agama itu

nasihat … dan tidaklah mungkin kau sampaikan jika bukan

karena perhatian dan kecemburuanmu terhadap

kemungkaran yang kau lihat …

Kau berkata, “Katakan kepada saudara-saudaramu,

bagaimana bisa mereka menyeru manusia untuk

berkumpul merayakan ‘Id yang bukan ‘Id kaum Muslimin?

Memakaikan pakaian muhasabah dan jubah ukhuwah

untuk menghiasi bid’ah putaran tahun yang terlewati?”

Maka bacakanlah kepada saudara-saudaramu firman

Rabb-ku Yang Maha Tinggi:

ال ٣ش حز٣ خ شح ح ش ـ ح رخ ش ارح س حض ۲ذ

dan –hamba-hamba Yang Maha Penyayang- itu adalah orang-orang yang tidak menghadiri az-zur;

dan apabila mereka melewati (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak

berfaidah, mereka pun berlalu seraya menjaga kehormatan diri. (QS al-Furqan : 72)

Tidakkah kau membaca apa itu az-Zur? Itulah perayaan-perayaan yang diserukan oleh kaum

musyrikin. Lantas patutkah kalian menyeru manusia untuk berkumpul dalam keburukan seperti itu

dan menggantikan apa yang diucapan oleh Rabb-ku yang Maha Penyayang:

ح خ أخ هللا عزلخ حطزؼ٢ ػ٠ رظ٤شس أخ عز٢٤ أدػ ا٠ هللا ز ه ٤ ۷شش

Katakanlah, “Inilah jalanku. Aku dan orang-orang yang mengikutiku menyeru (kamu) kepada Allah

dengan bashirah. Maha suci Allah, dan tidaklah aku termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS. Yusuf

: 108)

Maka biar kukatakan kepadamu sebuah ungkapan yang bisa kau sampaikan kepada saudara-

saudaramu:

ا ظ٤زش أػظ ض طذس١ كخ ا ظ٤زش ض ال طذس١ كظي

Jika kamu tak tahu maka itu merupakan musibah … dan jika kamu mengetahui maka itu musibah

yang lebih besar lagi

Hai, kamu! Cukuplah Sunnah bagimu dan gigitlah dengan gigi gerahammu! Karena sesungguhnya

bid’ah tidaklah mungkin menopang kemuliaan dan kejayaan meskipun berkumpul padanya ribuan

manusia …

Bandung, 26 April 2011

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 215 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Analogi Pertama dan Ayah Kita yang Pertama ...

Aku terpaku pada pelajaran yang kau bacakan

selepas asar hingga hilanglah segala keengganan

yang menyerangku di awal malam. Nushush al-

Wahyi, katamu … teks-teks kenabian yang tak

membutuhkan tahrif dari akal-akal kami; lafazh

dan makna yang benar, kalamullah dan bukan

makhluk …

Iblislah yang pertama kali mengagungkan akal di

hadapan nash yang benderang -jauh lebih

benderang dari siang hari … dia enggan menerima

keutamaan tanah atas api lalu menyombongkan

diri terhadap perintah Rabb al-A’la seraya menyuarakan analoginya yang batil …

: ؽ٤ خوظ خس خوظ٢ أخ خ٤ش

“Aku lebih baik darinya. Engkau menciptakan aku dari api sedangkan dia Kau ciptakan dari tanah. ”

(QS. al-A’raf : 12)

Demikianlah ucapan Iblis yang kau bacakan dari kitabullah yang mulia … dan kami menyimak lagi

kata-katamu saat membacakan perkataan ahli ilmu tentangnya:

هخط أ هخط ار٤ظ،

“Iblis beranalogi, dan dialah yang pertama kali beranalogi.” 1

هخط ار٤ظ وخ٤٣ظ أ ش اال رخ و ح ظ خ ػزذص حش

“Iblislah yang pertama kali beranalogi, dan tidaklah matahari dan bulan disembah melainkan

dengan cara analogi.” 2

Tahkim al-‘aql, katamu … mengutamakan akal daripada naql, menentang nash sambil berpijak kaki di

atas keputusan akal. Seperti itulah tarekat Iblis, juga tarekat para penempuhnya dari kafilah al-

‘Aqlaniyyah … kafilah yang gonggongannya lebih keras daripada gonggongan anjing-anjing yang

dilaluinya …

Maka, terimalah apa yang datang dari kitab dan sunnah tanpa menentangnya dengan akal.

Terimalah sebagaimana para pendahulu kita -ridhwanullah ‘alaihim ajma’in- menerimanya dengan

pasrah dan berserah diri …

| 216 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

حالعظغال ش حظغ٤ اال ػ٠ ظ حإلعال ال ٣ؼزض هذ

“Dan tidaklah kaki Islam itu berdiri dengan kukuh kecuali di atas dasar taslim dan istislam.” (al-

‘Aqidah ath-Thahawiyyah)

Lalu kau bertutur tentang ayah kita yang pertama, Adam -‘alaihish shalatu was salam. Katamu, dia

diciptakan dengan kedua tangan Allah ‘Azza wa Jalla dari tanah yang digenggam dengan genggaman-

Nya dari seluruh penjuru bumi … tanah yang diberi bentuk lalu ditiupkan ruh kepadanya …

ش زخس ٤ ظخ ٣ذ١ سر٢ ٣

“Dan kedua tangan Rabb-ku adalah tangan kanan yang penuh berkah.” (HR. at-Tirmidzi)

Dan itulah ucapan ayah kita -‘alaihish shalatu was salam- kepada Rabb al-A’la … kemudian seluruh

keturunannya ditampakkan kepadanya di telapak tangan Rabb-nya yang terbuka, sementara umur-

umur mereka termaktub dalam kilau cahaya di antara kedua mata mereka …

Ah, aku tersentak memikirkan batas umurku sendiri yang tak kuketahui, sementara akhir kehidupan

itu teramat samar. Aku terdiam dan menunduk … dan aku berlindung kepada Allah dari akhir

kehidupan yang buruk …

( طللخ حلخكع حر ؼ٤ش ك٢ طلغ٤ش حوشآ حؼظ٤ 7/98حر ؿش٣ش ك٢ ؿخغ حز٤خ ) سحخ (2/212) :2 & 1

Bandung, 26 Mei 2011

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 217 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Aku Teringat Lalu Mempermaklumkan ...

Aku teringat akan ucapan Maryam, ibunda ‘Isa -‘alaihis salam-

ketika dia menyisihkan diri dari kaumnya ke tempat yang jauh lalu

bersandar pada sebatang pohon kurma:

يا ليتب مت قػبل ىذا وكنت نسيا منسيا :

“Aduhai, seandainya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi

sesuatu yang tak berarti lagi dilupakan.” (QS. Maryam: 23)

Dialah Maryam putri ‘Imran, perempuan yang tak tersentuh oleh

jari jemari setan pada saat kelahirannya, perempuan mulia yang

dipanggil oleh kaumnya dengan sebutan “Saudara Perempuan

Harun” … dialah ash-Shiddiqah yang senantiasa ber-khidmah di

mihrab Bait al-Maqdis dalam asuhan Zakariyya …

Aku juga teringat akan ucapan putri ash-Shiddiq, ‘Aisyah -

radhiyallahu ‘anha- di akhir kehidupannya setelah mendengar tazkiyah dari Hibr al-Ummah:

ووددت أين كنت نسيا منسيا

“Betapa inginnya aku menjadi sesuatu yang tak berarti dan dilupakan.” (HR. al-Bukhari)

Dialah ‘Aisyah, perempuan yang kesuciannya difirmankan Allah dari atas petala langit ketujuh,

perempuan yang kalungnya terjatuh di al-Abwa’ yang tak berair hingga Allah berkenan menurunkan

wahyu tentang debu yang suci. Dialah Humaira’, istri Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wassalam- dan

perempuan yang paling dicintainya … Ummul Mu’minin, ibunda kami -dan aku seorang mukmin,

insya Allah …

Lalu aku teringat akan ucapan Usaid bin Hudhair-radhiyallahu ‘anhu … lelaki Anshar dan pemuka

kabilah ‘Aus, lelaki yang tongkatnya pernah bersinar di kegelapan malam, lelaki yang pernah

memandangi payung-payung awan yang seperti lampu di langit ketika para malaikat mendengarkan

qira’ah-nya. Dan inilah ucapannya kepada ibunda kami:

فيو خيػراجزاؾ اللو خيػرا فػواللو ما نػزؿ بك أمر تكرىينو إال جعل اللو ذلك لك وللمسلمب

“Semoga Allah memberi balasan yang baik kepadamu. Demi Allah, tidaklah menimpamu sesuatu

yang kau benci, melainkan Alloh menjadikan dengannya kebaikan bagimu dan bagi kaum muslimin.”

(HR. al-Bukhari)

Namun … kini aku teringat pula akan suatu kaum yang menyebut ibunda kami sebagai Ummusy

Syaithan, perempuan pezina, dan juga putri dari thaghut Quraisy -semoga Allah memburukkan

| 218 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

wajah-wajah kaum itu. Demi Allah, tak ada sesuatu pun yang kutemukan dalam ajaran kaum itu

selain dari bencana dan kedustaan …

Maka, semoga Allah menyayangi dan menyucikan ruh Ibnu Hazm yang telah berkata tentang kaum

itu:

۲/۲۲الفصل ب ا٤بلل والنحل: -فإف الروافض ليسوا من المسلمب

“Sesungguhnya kaum Syi’ah itu bukanlah bagian dari kaum muslimin.” (al-Fishal fi al-Milal wa an-

Nihal: 2/213)

Dan semoga Allah pun menyayangi dan menyucikan ruh Abu ‘Abdillah, Ahmad bin Hanbal yang telah

berkata tentang kaum itu yang senantiasa mencela Abu Bakr, ‘Umar, dan ibunda kami:

/۲ا٣ببلؿ / السنة : -ماأراه على االسبلـ

“Aku memandangnya bukan Islam.” (al-Khalal dalam as-Sunnah: 2/557)

Sungguh telah kuingat semua itu dan aku mempermaklumkan apa yang kuyakini dalam dada …

tidaklah Syi’ah menjadi bagian dari Islam sedikit pun meski sebagian manusia menasabkannya

kepada Islam. Sungguh Islam terlepas dari kekotoran Syi’ah sebagaimana terlepasnya Ya’qub -‘alaihis

salam- dari kekotoran Yahudi. Syi’ah adalah sebuah agama dan Islam juga sebuah agama, sementara

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

ين عند اللو اإلسبلـ ۲۹: إف الد

“Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah adalah Islam.” (QS. Ali ‘Imran: 19)

Maka, tidaklah kukatakan semua ini kecuali:

۲: ليػهلك من ىلك عن بػيػنة وبب من حي عن بػيػنة وإف اللو لسميع عليم

“Agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu

hidupnya dengan keterangan yang nyata pula. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha

Mengetahui.” (QS. Al-Anfal: 42)

Bandung, 13 Juni 2011

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 219 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Geligis ...

Ini bukanlah tentangmu yang dulu membelitku dengan alis matamu

Kupastikan itu berlalu meski lentikmu pernah acap ke batang jiwaku

Sila kau tanya tentang lukaku,

meski merahnya seperti paluh yang mengacapi dusun …

Ini bukanlah tentang malam berkabut yang tak berunggun api

Kupastikan itu kulewati meski dinginnya pernah menggeser huruf dari makhrajnya

Sila kau tanya tentang sepiku,

meski kau tahu bayang-bayang pun tiada tanpa cahaya …

Lantas, geletar apa yang membisukan kelakar?

Ini tentang maut yang menjadikan rembas segala hidup yang kutempuh

Sila kau renungi fananya setiap penempuhan,

semoga pada ‘illiyyun-lah coretan-coretan tentangku tertulis …

Bandung, 20 Juni 2011

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 220 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Tentang Pintu Menuju Api ...

Aku mendapati buku berisi tulisan tanganmu di

salah satu sudut ruang yang sebelumnya tak

terjamah oleh pencarianku. Ada banyak majas

yang kau tuliskan di situ, majas-majas yang

sebagiannya telah kau ajarkan kepadaku, juga

tamsil-tamsil tentang harapan dan rasa takut.

Adapun cinta, kau menuliskannya sebanyak

kebencian yang kau terima … bahkan lebih

banyak lagi …

Betapa ingin menambahkan catatan kaki untuk

setiap aksen pada tulisanmu, namun air mataku telah lebih dulu memenuhi bagian bawah helai-helai

bukumu sebelum tinta dari mata penaku menempatinya. Setidaknya, aku telah menandai

penjelasanmu tentang dua pintu kebinasaan, yakni dua pintu menuju api yang membinasakan dan

menistakan setiap kesombongan …

Kau menuliskan kata syubhat untuk pintu pertama, pintu kesamaran yang mengaburkan pandangan

hati dan menjadikan mata hati memandang bid’ah sebagai sunnah. Ada ungkapan yang kau

coretkan tentangnya:

Cacat itu pada kerucut mata jika ahmar terlihat buram, mata hati yang sakit menghadiahkan

bunga kepada orang yang mati …

Adapun pintu kedua, telah kau garis bawahi kata syahwat untuknya, yakni pintu nafsu dan

kecenderungan, juga pintu hasrat dan perilaku cinta yang tak absah …

Aku tahu dengan pengetahuan yang yakin bahwa kau tak mungkin lagi hadir di sini setelah kedua

tanganku ikut menimbunkan tanah kuburmu hingga membukit seperti punuk unta setinggi jengkal

tanganku. Akan tetapi, apa yang dulu kau sampaikan kepadaku lewat lisan dan tulisanmu seakan-

akan tetap berlalu-lalang dalam benak sadarku …

*semoga Allah merahmati ayahku …

Bandung, 7 Juli 2011

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 221 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Air, Sungai, dan Thalut ...

Cikapundung, sungai yang berhulu di

utara itu membelah kotaku untuk

sampai ke muaranya di selatan.

Kemarin, aku melihat lagi aliran

kemaraunya yang cukup deras

meskipun tak sejernih dulu. Aku duduk

di atas batu, menikmati suara air sambil

mengingat beberapa hal tentang air dan

sungai …

Sebagian orang berkata tentang air, “Air

itu tercakup dalam keumuman

pengertian makanan.” Mereka juga

berkata, “Makanan itu mencakup segala sesuatu yang dimakan dan diminum.” Mungkin mereka

menyimpulkan hal itu dari perkataan yang diucapkan oleh Thalut kepada bala tentaranya sebelum

menyeberangi sungai:

ا فصل طالوت با١بنود قاؿ إف اللو مبت يده ليكم بنػهر فمن شرب منو فػليس مب ومن دل يطعمو فإنو مب إال من اغتػرؼ غرفة ب فػلم

Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, dia berkata, “Sesungguhnya Allah akan menguji

kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya, dia bukanlah pengikutku.

Dan siapa yang tidak yath’amhu (memakannya), kecuali menceduk seceduk tangan, maka dia adalah

pengikutku.” (QS. al-Baqarah:249)

قاؿ القرطيب : دؿ على أف ا٤باء طعاـ )ا١بامع ألحكاـ القرآف

Imam al-Qurthubi berkata, “(Ayat) Ini menjadi dalil bahwa air itu tergolong sebagai makanan.” (al-

Jami’u Li Ahkam al-Quran)

Tentu saja sungai yang dulu diseberangi oleh Thalut dan bala tentaranya itu bukanlah sungai

Cikapundung yang kemarin kududuki batu-batunya, melainkan sungai lain yang berada di jazirah

yang sangat jauh dari kotaku. Menurut beberapa kabar, sungai itu dinamakan sungai Syariah dan

berada di antara negeri Palestina dan negeri Yordania …

دف، وىو ا٤بسمى بالشريعة )صحيح قصص األنبياء الشيخ سليم بن عيد ا٥ببلرلقاؿ ابن عباس وكثب من ا٤بفسرين: ىذا النهر ىو هنر األر

Ibnu ‘Abbas dan kebanyakan ahli tafsir mengatakan, “Sungai itu adalah sungai Yordania, dan dia

dinamakan sungai Syari’ah. (Shahih Qashash al-Anbiya’; Syaikh Salim bin ‘Id al-Hilali)

| 222 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Tidaklah Thalut menyeberangi sungai itu kecuali bersama sejumlah kecil tentara yang beriman. Tiga

ratus sekian belas orang saja jumlah mereka, namun mampu mengalahkan pasukan Jalut yang

berjumlah jauh lebih besar dari mereka …

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

كم من فئة قليلة غلبت فئة كثبة بإذف اللو واللو مع الصابرين

Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin

Allah, dan Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. al-Baqarah : 249)

Benarlah ucapan Allah itu dengan sebenar-benar ucapan. Sungguh para pendahulu kami dari

kalangan ahlul Badr pun telah mengalami kemenangan seperti itu dengan izin Allah …

ة أصحاب طالوت الذين جاوزوا معو النػهر، وم عن البػراء ػ رضى ا عنو ػ قاؿ كنا نػتحدث أ ا جاوز معو إال مؤمن ف أصحاب بدر ثبلبائة وبضعة عشر، بعد

Dari al-Bara’ -radhiyallahu ‘anhu- dia berkata, “Kami (para shahabat nabi) biasa berbincang tentang

ahlul Badr yang berjumlah sekitar tiga ratus sekian belas orang saja, jumlah yang sama dengan

jumlah pasukan Thalut yang menyeberangi sungai bersamanya. Dan tiada seorang pun yang

menyeberangi sungai bersama Thalut kecuali seorang yang beriman.” (HR. al-Bukhari)

Bandung, 24 Juli 2011

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 223 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Ringkai ...

Kau bersambang dengan hati bersuluk tasawuf. Tak ada yang kudengar darimu selain mersik

khayalmu yang melafalkan rajah-rajah orang yang mabuk. Tahafut-lah makrifatmu sebagaimana akal

para pengusung falasifah. Kelam dan menyesatkan …

Aku berkata, “Kau dan cinta, wahai Sufi! Tiada beda ibarat gagak dan bangkai! Berapa lama kau

meringkaikan jantungmu dari basahnya ilmu? Begitu kabur arah mata angin di kegelapan manhaj-

mu, sementara dahaga itu nyaris membinasakan akalmu!”

Bandung, 25 september 2011

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 224 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Meniriskan Kuyup ...

Pasang bulan sesal itu di bulat matamu. Kuyakin beningnya merembah seperti

getah kayu damar yang kau toreh. Aku mengatup bibir di bawah candra yang

purnama, memenjara serapahku yang ditiup marah, lalu memilih duduk

bertongkat lutut sambil meniriskan kuyup dari patahan hati yang kau rencah …

Dis, seruah jarak aku melaungmu, namun kau abai dari lukaku …

Bandung, 28 september 2011

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 225 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Ayah Lupa Sehingga Kita pun Lupa ...

Seribu tahun usia ayah kita ditetapkan, namun cahaya di wajah Dawud yang menakjubkan telah

membuat ayah merelakan empat puluh tahun dari usianya untuk keturunan Israil yang mulia itu.

Kemudian ayah turun ke bumi, ia menjalani kehidupan sambil menghitung sendiri usia yang

dilewatinya. Seribu tahun perjalanan, itulah kurun waktu yang selalu tertera dalam ingatan ayah …

Suatu hari, Maut datang menemui ayah di tahun kehidupan yang ke sembilan-ratus-enam-puluh.

Penuai ruh itu mengatakan bahwa waktu kepulangan ayah telah tiba. Tentu saja ayah mengingkari

ucapan Maut. Menurut ayah, seribu tahun perjalanan untuknya itu belum lagi tergenapkan. Ah, ayah

telah lupa tentang empat puluh tahun yang diberikannya kepada Dawud. Sungguh ayah telah lupa

sehingga kita pun lupa, ayah mengingkari sehingga kita pun mengingkari …

***

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يػتو ونسي فػنسيت ذريػتو فجحد ذلك فجحدت ذر

“Adam mengingkari sehingga keturunannya pun mengingkari, dan Adam lupa sehingga

keturunannya pun lupa.” (H.R al-Hakim dan at-Tirmidzi; Shahih al-Jami’ no. 5209, al-Albani)

Bandung, 17 Oktober 2011

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 226 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Khaiyth al-Abyadh ...

Ketika fajar berdusta, kusebut ia Kadzib. Kau lihatlah cahayanya yang menjulang itu, tinggi

mengangkasa seperti Dzanab as-Sirhan, si Ekor Serigala. Sila kau kunyah hidangan sederhana ini

sampai fajar berkata jujur. Sungguh Khaiyth al-Abyadh pun takkan hadir di kaki langit sebelum fajar

berkata jujur …

Bandung, 19 Oktober 2011

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 227 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Pinta ...

Aku menyampaikan pinta bertadah tanya ketika kau menyarak

pena dari tinta. Kuyakin kau tahu, meski kedua tanduk hilal di

atas matahari yang terbenam itu menghalangimu dari kuku dan

rambut, tidaklah keduanya kan mencegahmu berbincang

dengan sejarah. Kuharap kau iba, setakat fajar kubertumpu cinta

sambil menumbuk rindu yang rawan, tak rebah menantimu

melelakan tangan menuliskan alusi di atas kertas bergaris-garis

Dis, cecahkan pena itu! Agar bisa kumarkahi lagi kata-kata dan

peristiwa yang kau suling dari gorong-gorong zaman …

Bandung, 31 Oktober 2011

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 228 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Dua Hal yang Merembah, Dua Jejak yang Membekas ...

Aku berjalan di salah satu tepian siang yang dingin, mencakah mencari kelembutan hati melewati

kalakanji yang meredam suara langkahku. Perdu-perdu liar yang pemalu tampak berkelompok-

kelompok di sepanjang tepi-jalan-setapak yang kulalui …

“Putri-putri yang pemalu,” batinku. Daun-daun sirip mereka yang menawan langsung menguncup

saat terlanggar sandal kulitku. Hijau dan ungu warna mereka …

Aku melambatkan langkah di depan maqbarah yang senyap, mengucapkan salam kepada para

penghuni dunia barzakh sambil menanggalkan sandal sebelum berjalan di antara rumah-rumah

kaum yang mati. Tubuhku menggeligis menjenaki kubur-kubur bisu, menggeletar berselubung

khasyah dan bersimbah pikiran tentang maut dan akhirat. Aku menekuri diri sambil mengenang para

fulan dan fulanah, mengenang kaum kerabat yang mendahuluiku ke manzil akhirat yang pertama –

semoga Allah mengampuni dan menyayangi mereka …

Berteman bayang-bayang-diri aku berbalik ke jalan setapak yang tadi kulalui, menginjak-injak lagi

kemuncup dan putri-putri-malu sambil mengingat-ingat nasihat yang pernah kau sampaikan

kepadaku dahulu …

“Kubur itu penasihat yang bisu,” katamu lirih, sementara matamu berkaca-kaca. “Dia mengingatkan

kita tanpa suara dan ucap kata.”

Aku menyeka air yang mengering di bawah mataku, membuka lagi catatan-catatan pelajaran yang

tak mampu kusulam dalam ingatan. Aku mencari dalil-dalil tentang kubur dan riwayat tangis Dzun

Nurain, namun mataku terpaku pada riwayat sabda yang menggetarkan hati …

| 229 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

يل ا، وأما األثػراف فأثػر ب سبيل ا وأثػر ب فريضة من فػرائض ليس شيء أحب إذل ا من قطرتػب وأثػرين: قطرة من دموع ب خشية ا، وقطرة دـ تػهراؽ ب سب 1363 مذي، وصححو األلباين ب صحيح البمذيرواه الب ا

“Tiada sesuatu pun yang lebih Allah cintai dibandingkan dengan dua hal yang merembah dan dua

jejak yang membekas, tetes air mata yang mengalir karena takut kepada Allah dan tetes darah yang

mengucur di jalan Allah. Adapun kedua jejak yang membekas adalah jejak di jalan Allah dan jejak

dalam menjalankan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan Allah.” (HR. at-Tirmidzi, disahihkan

oleh al-Albani dalah Shahih at-Tirmidzi 1363)

موا وآثارىم و (كل شيء أحصيػناه ب إماـ مبب )ونكتب ما قد

dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan jejak-jejak yang mereka tinggalkan, dan

segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab induk yang nyata. (QS. Yasin: 12)

Aku menangis merenungi jejak-jejak yang memang harus kusesali, namun tak mau kehilangan asa

untuk menikmati air telaga dengan cangkir-cangkir sebanyak bintang di langit …

Bandung, 21 November 2011

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 230 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Membatinkan Cita untuk Bercerita kepada Anak-Anakku

...

Ingin kukisahkan kepada anak-anakku tentang kerelaan hati Hajar Ummu Isma’il, ibu dari anak-anak

air langit. Ia berjuang mencari wahah di padang gersang sebelum mendapati malaikat yang mengais-

ngais tanah dengan sayapnya. Ingin kukabarkan kepada mereka tentang Jurhum dan burung yang

mengitari langit di padang tandus, juga tentang tiga tanah suci di muka bumi …

***

Ini tentang kisah-kisah terbaik yang dulu kauceritakan di masjid-tanpa-mihrab selepas kutuntaskan

zikir fajarku. Para pengunjung subuh telah mengusai dan bersarak pulang ketika kau memulai kata

dengan khutbah al-hajah. Begitu jelas kudengar lisanmu berkata-kata, lugas beriwayat menuturkan

jalan cerita, fasih mengiringi matahari yang meniti garis waktu hingga kau berhenti di titik asar

sebelum azan dan ikamah disuarakan oleh muazin kami. Seingatku, tak ada saat yang menawarkan

jeda selain zuhur yang kita tunaikan dalam barisan di bawah mendung. Adapun asar, ia kutegakkan

dengan kesucian wudu yang telah kuambil di waktu zawal …

Ah, aku mengenangkan majelismu di masa lalu, membangkitkan kembali ingatan tentang kisah-kisah

yang seakan-akan meluncur seperti tombak yang melesapkan aum kegelisahan singa. Aku

membayangkan lagi kalimat-kalimat panjang di pelintasan siang yang mempertemukan kita dengan

al-bardain, kedua birai siang yang sejuk atau apa yang kausebut dengan fajar yang disaksikan dan

asar yang ditegaskan. Tak kusangkal bahwa kantuk kerap membebani kelopak mataku kala itu, tetapi

telah kuyakinkan bahwa ia tak cukup kuat untuk mengalahkan keinginanku menyimak kisah-kisah

yang kauambil dari riwayat-riwayat dengan rantai sanad yang terjaga …

Kemarin, aku membuka lagi ayat-ayat yang dulu kaubacakan kepadaku:

ن اؾ من لدنا ذكراكذلك نػقص عليك من أنػباء ما قد سبق وقد آتػيػ

Demikianlah Kami kisahkan kepadamu sebagian kisah umat yang telah lalu, dan sesungguhnya telah

Kami berikan kepadamu dari sisi Kami suatu peringatan. (QS. Thaha: 99)

| 231 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

اللو إف ىذا ٥بو القصص ا٢بق وما من إلو إال

Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan yang berhak untuk disembah selain

Allah (QS. Ali ‘Imran: 62)

وكبل نػقص عليك من أنػباء الرسل ما نػثبت بو فػؤادؾ

Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami

teguhkan hatimu. (QS. Hud: 120)

فاقصص القصص لعلهم يػتػفكروف

Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. (QS. al-A’raf: 176)

Kini, aku menggugah asa bertemankan jiwa yang menyesali diri, membatinkan cita untuk bercerita –

insya Allah- kepada anak-anakku kelak tentang kisah-kisah yang benar dan meneguhkan hati. Kisah-

kisah yang kuharap membekaskan sabar dan semangat pada jiwa tauhid anak-anakku nanti,

menumbuhkan kecintaan mereka terhadap keimanan dan menumbuhkan pula kebencian meraka

terhadap kekufuran. Biarlah kukubur lembaran-lembaran buku yang menyimpan angan-angan dusta

dan khayalan-khayalan semu para penulis, menjauhkan mata dan telinga anak-anakku dari kisah-

kisah peri dan legenda-legenda negeri antah-berantah, juga dari kisah-kisah tentang kasih sayang

dan semangat persahabatan yang ditiupkan ke arah api di atas lilin-lilin putaran tahun …

Bandung, 4 Desember 2011

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 232 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Bukan Cinta yang Lazim Diperbincangkan ...

Kau pernah berkata tentang al-khullah kepadaku. Katamu, ia merupakan pemuncak dari mahabbah.

Begitu istimewa perihalnya, sempurna dalam ahwal keakraban dengan kekasih yang dicintai, utuh

tak mendua juga kukuh tak merambang. Ia tinggi melangit di atas segala cinta yang lazim

diperbincangkan. Tak ada yang mampu mencapainya di dunia selain dua orang …

Allah ta’ala berkata:

خ٤ال : ٤ ارشح حطخز هللا

… dan Allah menjadikan Ibrahim sebagai khalil –kekasih-Nya yang tersayang. (QS. an-Nisa’: 125)

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkata:

خ٤ال ٤ خ حطخز ارشح هللا طؼخ٠ هذ حطخز٢ خ٤ال، كب

Sungguh Allah ta’ala menjadikanku sebagai khalil –kekasih-Nya yang tersayang- sebagaimana Allah

menjadikan Ibrahim sebagai khalil. (HR. Muslim)

“Maka perhatikanlah! Bagaimana mungkin kau menyebut habibullah kepada nabi Muhammad –

shallallahu ‘alaihi wa sallam- yang telah Allah jadikan sebagai khalil-Nya? Sungguh tak cukup dan tak

sempurna penyifatan itu, sangat kurang bahkan merendahkan kedudukan.”

“Al-Khalil keturunan al-Khalil akan menanti di ‘arshatul qiyamah, di sebuah telaga dengan cangkir-

cangkir sebanyak jumlah bintang di langit. Kaubacalah ucapan Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa

sallam- sebagaimana yang termaktub dalam kitab-kitab para muhadditsun.”

ع ل ػ٠ ح …أخ كشؽ

Aku akan telah berada di telaga menanti kedatangan kalian … (HR. al-Bukhari dan Muslim)

| 233 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

سد كششد ؤ رؼذخ أرذح ٣ظ

… siapa yang mendatangi dan meminum airnya, ia takkan merasa haus selamanya. (HR. Muslim)

Ah, betapa ingin meminum air dari telaga nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam. Menikmati kesegaran

bersama para pencinta pada yaum al-mahsyar. Akan tetapi, ucapanmu yang lain membuatku cemas

hingga seakan-akan jiwaku menggerisik, “Sungguh tiada jalan untuk bisa meminumnya selain

menjadi seorang pencinta, sementara kejujuran seorang pencinta takkan terbukti kecuali dengan

ittiba’.”

Ah, kau mengingatkanku akan ungkapan seseorang yang bersyair:

٣لووح خطح كووح ه٤ ا خ *** ال ٣لوو ال أه ٣و

Mereka mengucapkan suatu ucapan yang tak sesuai dengan hakikatnya

Apabila dikatakan, “Buktikanlah!” Sungguh mereka tak mampu membuktikannya

Kini, aku merenungi diri seraya merisik kebenaran dari pengakuan ittiba’-ku, merenungi kabar

tentang orang-orang yang terusir dari telaga karena bid’ah yang mereka perbuat. Sungguh aku

cemas jika kelak termasuk bagian dari kaum yang terusir …

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

نػهم ـ أعرفػهم ويػعرفوين ب باؿ بػيب وبػيػ دثوا بػعدؾ فأقوؿ إنػهم مب فػيػقاؿ إنك ال تدري ما أح … لبدف علي أقػوا فأقوؿ سحقا سحقا لمن غيػر بػعدي

Sungguh akan ada beberapa kaum yang mendatangiku (di telaga). Aku mengenal mereka dan

mereka pun mengenalku, namun kemudian aku terhalang dari mereka … aku berucap, “(Wahai

Rabb-ku), mereka itu bagian dariku (umatku).” Akan tetapi dikatakan kepadaku, “Sungguh kamu

tidak mengetahui muhdats yang mereka perbuat sepeninggalmu.” Maka aku pun berkata,

“Menjauhlah! Menjauhlah (dariku) orang yang mengubah (agama) sepeninggalku!” (HR. al-Bukhari)

Bandung, 9 Januari 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 234 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Mengapi lalu Mengasap ...

Para pendahulu kami yang shalih mengampu persaksian di

atas pilar-pilar nafyu dan itsbat. Mereka tetap berkabar naql

ketika orang-orang bodoh dan para pengembara akal

tertindih hina di bawah reruntuhan kata yang tak kukuh.

Mustahil kaudapati petunjuk dari tinta para filsuf dan dawat

tasawuf. Buang saja semua ceracau itu ke tanur batu jika tak

mungkin kaulemparkan ke bintang-bintang. Sungguh tak ada

sesuatu pun yang mereka wariskan selain tumpahan tinta

yang meliuri kitab dan mencederai akal peradaban …

Hai, kamu! Perhatikanlah tanwir para penjaga hadits tentang

falasifah yang mengapi dan tasawuf yang mengasap. Salah

satunya membakar, salah satunya menjadi sulang asap yang

hitam …

خ٤ش : أد٠ رخز١ حز١ أطغظزذ

Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? (QS. al-Baqarah: 61)

Bandung, 7 februari 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 235 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Memanjangkan ...

Aku menyadur isi hati menjadi buku yang bercerita tentangmu. Tahukah kau, meski tak sulit

menggumamkan namamu, namun jiwa yang malu tak jua bebas menuliskannya selain berupa

hamzah selepas alif yang tercantum dalam warna-warna …

Kau mulailah dari mukadimahku, niscaya kautemukan pula sekian banyak hamzah selepas alif pada

setiap alinea yang mewartakan air di padang pasir yang terhampar di bawah langit kita …

------------------------------------------------------------

cokelat عشحء hijau خؼشحء biru صسهخء hitam عدحء putih ر٤ؼخء kuning طلشحء merah كشحء

langit عخء padang pasir طلشحء air خء permulaan حرظذحء

Bandung, 4 Maret 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 236 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Musim Semi di Tanah Air Hati ...

Aku melucuti kesah dari wilayah dada dan berhenti mengeluhkan Rabb-ku kepada manusia. Katamu,

harus kucari wasilah berupa qurbah sebagaimana yang tertera dalam hikayat sabar dan riwayat

syukur, berlapang dada memurnikan ‘ubudiyyah seraya meneladan perilaku hamba yang tak henti

menyanjung Rabbul ‘Arsy dengan menyebut nama-nama-Nya yang indah …

“Al-kamal fauqal kamal,” ucapmu. “Betapa sering Rabb kita menyandingkan dua nama-Nya yang

indah dalam firman-Nya, dan sungguh setiap kesempurnaan itu hanyalah milik-Nya.”

Aku lantas melimbang fawaid yang kauraup dari khazanah pemilik dua kitab silsilah, berpenat-penat

menyalin suaramu menjadi aksara karena ingatan sering kali terhalang rintangan. Aku menggoreskan

lambang-lambang bunyi berwujud huruf-huruf mati dan harakat hidup, berjerih menapis fasal-fasal

yang kauambil dari peninggalan para pemilik ilmu …

Kau berkata, “Harus kaupersiapkan musim semi di tanah air hati agar pengetahuan, kehendak, dan

cinta yang bermukim di sana tak raib disesap kekhawatiran yang membenalu.” Sececah mata aku

tersadar. Tak ayal kata-kataku berinaian sebagaimana rintik permohonan seorang hamba yang

berdekap gundah:

أف تػجعل القرآف ربيع قػليب ونػور صدري

“… agar Engkau menjadikan al-Quran sebagai musim semi di hatiku dan cahaya di dadaku.”

(Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah no. 199)

Ah, betapa ingin berpaling dari sebab-sebab penelantaran hati lalu berlindung kepada Rabb-ku dari

sikap yang dicela-Nya dalam firman-Nya:

| 237 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

مهجورا :وقاؿ الرسوؿ يا رب إف قػومي ابذوا ىذا القرآف

Dan Rasul berkata, “Wahai Rabb-ku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Quran itu sesuatu yang

tak diacuhkan.” (QS. al-Furqan: 30)

***

-------------------------------------------------

Ibnu Qayyim berkata:

ور صدرى. الربيع ا٤بطر الذي بب األرض، شبو القرآف بو ٢بياة القلوب بووقولو: اف بعل القرآف ربيع قلىب ون

Ucapan doa “agar Engkau menjadikan al-Quran sebagai musim semi di hatiku dan cahaya di

dadaku”, yang dimaksud dengan ar-Rabi’ (musim semi) adalah hujan yang menghidupkan tanah.

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wassalam- mengumpamakan al-Quran dengan hujan musim semi –

yang menghidupkan tanah- karena al-Quran itu menghidupkan hati … (Fawa-id al-Fawa-id li Ibni

Qayyim, tahqiq: Syaikh ‘Ali Hasan ‘Ali al-Halabi)

Ibnul Manzhur berkata:

ث الدعاء: اللهم اجعل القرآف ربيع قػليب؛ جعلو ربيعا لو ألف اإلنساف يرتاح قلبو ب الربيع من األزماف وٲبيل إليووب حديDan di dalam hadits doa “Ya Allah, jadikanlah al-Quran sebagai musim semi di hatiku”, dijadikan

musim semi baginya karena hati manusia itu merasa senang dengan kedatangan musim semi dan

menaruh minat kepadanya … (Lisan al-‘Arab)

Bandung, 3 April 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 238 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Berseluk Bersimpul Jerat ...

Angin melabuh usap ke peluhmu semasa kaubersinggah di selasar rumah kayu.

Bersila di atas galih meranti, kaubacakan risalah akal para pencinta puak. Tiada

hujah selain pikiran, cinta pun berseluk seperti tali yang bersimpul jerat hizbiyyah …

Aku berkata, “Bersandarlah! Sungguh tak ada yang patut kauambil selain halaman

kosong di akhir buku.”

-----------------------------------------------

asy-Syaikh ‘Abdurrahman ibn Yahya al-Yamani* –rahimahullah- berkata:

ؼ٤شح خ طـغ حلزش رزؼغ حخط كظخط٠ حلـش ٣لخسرخ, كن ػ أ ري خف لزش حششػش,

)رذح٣ش حغ ك٢ طلؼ٤ حشع; طلو٤ن حش٤خ حألزخ٢(هللا حغظؼخ

“Acap kali perasaan cinta terhadap sebagian manusia membuat seseorang

menyimpang dari hujah dan bahkan memeranginya, sementara orang yang menepati petunjuk

mengetahui bahwa perbuatan tersebut justru bersimpangan dengan cinta yang masyru’. Wallahul

musta’an.” (Bidayatus Sul fi Tafdhil ar-rasul; tahqiq asy-Syaikh al-Albani)

------------------------------------------------

*Beliau adalah Abu ‘Abdillah ‘Abdurrahman bin Yahya bin ‘Ali bin Abu Bakr al-Mu’allimi al-‘Utmi al-

Yamani (1313 H -1387 H), seorang muhaddits dan muhaqqiq, ulama yang berasal dari Bani Mu’allim

di daerah Utmah, Yaman. Semoga Allah merahmati beliau …

Bandung, 19 April 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 239 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Mungkin Akal Mereka Serupa Burung Gagak ...

Orang-orang menyesap tabiat Luka’ bin Luka’ saat menyauk ucapan di perigi Ruwaibidhah. Mereka

sama bertimpuh dalam khusyuk, tetapi semadi. Mungkin akal mereka serupa burung gagak dalam

gambaran sanjak Mustathraf milik al-Absyihi, melulu berpandu hasrat hingga tiada arah yang

terpetakan selain isyarat naluri terhadap bangkai-bangkai …

Kau lihatlah! Khalayak-ramai pada merintis angan-angan menjadi buku bertajuk langit dengan helai-

helai halaman berisi bumi. Begitu kering huruf awalnya, begitu kerontang titik akhirnya. Tandus dan

menggersangkan seumpama sahara tanpa wahah. Tiada mungkin kau dapati kesantunan terhadap

ilmu karena kepandiran telah menanarkan mata hati hingga tak bimbang menetak atsar-atsar salaf

sebagai ranting-ranting-ringkai tak berdaun …

Tak bisa tidak! Berteguhlah kau di atas jejak-jejak salafmu yang shalih! Berkukuhlah kau, sebelum

kasip kaudapati fitnah-fitnah itu melarutkanmu ke dalam warna malam yang paling kelam.

Bersabarlah kau, meski harus lesap dari mata manusia dan bergamit dengan keasingan …

-----------------------------------------------------

قاؿ اإلماـ الشاطيب ربو ائب من شوافلما أردت االستقامة على طريق; وجدت نفسي غريبا ب بهور أىل الوقت; لكوف خططهم قد غلبت عليها العوائد ، ودخلت على سننها األصلية

اإلعتصاـ: بقيق الشيج سليم بن عيد ا٥ببلرل(…)فرأيت أف ا٥ببلؾ ب اتباع السنة ىو النجاة ، وأف الناس لن يغنوا عب من ا شيئا… ادثات الزوائد

Imam asy-Syathibi –rahimahullah-berkata:

“Dan ketika aku ingin berteguh pendirian di atas jalan (Sunnah), ternyata kudapati diriku terasing di

tengah mayoritas manusia. Keadaan mereka telah diselimuti oleh adat-istiadat sementara sunnah-

sunnah telah dicemari oleh kotoran-kotoran bid’ah … namun kuyakin bahwa kesengsaraan dalam

mengikuti sunnah itu merupakan pertolongan, dan manusia tidaklah sedikit pun mampu

menolongku dari azab Allah ….” (al-I’tisham, tahqiq Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali -hafizhahullah).

*nasihat untukku dari sahabat …

Bandung, 31 Mei 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 240 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Menungkai Rintih ...

Aku menyergahkan ajak untuk menungkai rintih pada awal musibah di hadapan bilah kerelaan dan

kesabaran. Kuyakin kau belum lagi lupa akan petuah para tetua kaum kita, takkan ada kesedihan-

panjang di segara kerelaan terhadap takdir dan kesabaran di tengah musibah …

Akan tetapi kau menukasku dingin. Katamu hari kemarin bukanlah kala yang purba, masih begitu

banyak repih darinya selain remah kenangan. Aku lantas menyisih merahasiakan tangis tanpa ingin

menyusuli kata-katamu. Biar saja sejurus kaumengasing, sekadar mengajuk kisahan hati seraya

menjenaki babad hari yang katamu masih hangat dan teramat jauh dari purwa yang kuna …

Aku tahu, beberapa tangkai ingatan masih saja mencagak rindu yang bukan melulu milikmu,

menyelisik seludang mayang yang senyap lalu merajang riwayat sepotong demi sepotong. Tetapi

mungkin kau tak tahu tentang seberapa kerap bilangan hari itu menyerantaku. Sungguh dia gugur

berbantal lengan kiriku …

Kini, kaulihatlah peradaban yang telah dia bangun pada ketegaran langkah kaki anak-anaknya … -dari

saat-saat kepergiannya hingga selepas kauiringi jenazahnya tanpa suara dan api …

*Semoga Allah merahmati kakakku …

| 241 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

-----------------------------------------------------

Shalat jenazah dengan empat takbir, berdasarkan hadits:

بػر أربػعاعن جابر رضي ا عنو أف النيب صلى اللو عليو وسلم صلى على أصحمة النجاشي فك

“Dari Jabir –radhiyallahu ‘anhu- bahwasanya Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- shalat atas jenazah

Ash-hamah an-Najasyi, lalu beliau bertakbir empat kali.” (HR. al-Bukhari)

Shalat Jenazah dengan lima takbir, berdasarkan hadits:

لى قاؿ: كاف زيد يكبػر على جنائزنا أربعا. وإنو كبػر على ة بسا. فسألتو فػقاؿ: كاف رسوؿ اللو صلى ا عليو وسلم يكبػرىاجناز عن عبد الربن بن أيب ليػ

Dari ‘Abdullah bin Abi Laila, dia berkata, “Zaid (bin Arqam) biasa bertakbir empat kali dalam

menshalati jenazah-jenazah kami, dan dia pernah bertakbir lima kali atas satu jenazah. Aku lantas

bertanya tentang hal itu kepadanya, lalu dia menjawab, “Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-

pun bertakbir seperti itu.” (HR. Muslim)

Shalat jenazah dengan enam takbir dan tujuh takbir, berdasarkan atsar berikut:

د ا بن معقل أف عليا رضي ا عنو صلى على سهل بن حنػيف فكبػر عليو ستاعن عب

“Dari ‘Abdullah bin Mughaffal, bahwasanya ‘Ali (bin Abi Thalib) –radhiyallahu ‘anhu- shalat atas

jenazah Sahl bin Hunaif, lalu dia bertakbir enam kali.” (Diriwayatkan oleh ath-Thabarani dalam al-

Kabir)

عن موسى بن عبد ا أف عليا صلى على أبا قػتادة، فكبػر عليو سبعا

“Dari Musa bin ‘Abdillah, bahwasanya ‘Ali (bin Abi Thalib) shalat atas jenazah Abu Qatadah, lalu dia

bertakbir tujuh kali.” (Diriwayatkan oleh ath-Thahawi dan al-Baihaqi)

Syaikh al-Albani –rahimahullah- berkata dalam Ahkam al-Jana-iz wa Bida’uha:

ى ا على مشهد من الصحابة دوف أف يعبض وأما لست والسبع ، ففيها بعض االثار ا٤بوقوفة ، ولكنها ب حكم االحاديث ا٤برفوعة ، الف بعض كبار الصحابة أت عليو أحد منهم

Adapun (shalat jenazah) dengan enam kali takbir dan tujuh kali takbir, maka dalam hal tersebut

terdapat beberapa atsar berupa riwayat-riwayat yang mauquf. Akan tetapi atsar-atsar tersebut

memiliki status hukum yang sama dengan riwayat-riwayat yang marfu’ (kepada Nabi -shallallahu

‘alaihi wa sallam) karena beberapa pembesar shahabat pernah mengerjakannya dengan penyaksian

para shahabat lainnya tanpa seorang pun di antara mereka yang membantahnya …

Syaikh al-Albani juga berkata dalam catatan kaki Ahkam al-Jana-iz wa Bida’uha:

| 242 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

دعى االباع على قلت : فهذه آثار صحيحو عن الصحابة تدؿ على أف العمل با٣بمس والست تكببات الستمر إذل ما بعد النيب صلى ا عليو وسلم خبلفا ٤بن ا ( . 125 – 124/ 5” ) ال ” ه الدعوى ابن حـز ب االربع فقط ، وقد حقق القوؿ ب بطبلف ىذ

Aku katakan, “Atsar-atsar ini shahih bersumber dari shahabat dan menunjukkan bahwa pelaksanaan

shalat jenazah dengan lima takbir dan enam takbir terus berlanjut sepeninggal Nabi –shallallahu

‘alaihi wa sallam. Hal ini bertentangan dengan pengakuan orang yang mengklaim tentang adanya

ijma’ (kesepakatan) bahwa takbir shalat jenazah itu hanya empat kali saja. Dan Ibnu Hazm telah

menguatkan pendapat yang membatalkan klaim ijma’ tersebut di dalam kitab al-Muhalla (5/124-

125) …

Shalat jenazah dengan sembilan takbir, berdasarkan hadits berikut:

عن عبد ا بن الزبب: أف النيب صلى ا عليو وسلم صلى على بزة فكرب عليو تسع تكببات

Dari ‘Abdullah bin az-Zubair, bahwasanya Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- shalat atas jenazah

Hamzah lalu beliau bertakbir sembilan kali. (Dikeluarkan oleh ath-Thahawi dalam al-Ma’ani al-Atsar

1/290)

أمر بو فهب إذل القبلة ، ب كرب عليو تسعا… ٤با وقف رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم على بزة:”عن عبد ا بن عباس قاؿ

Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas, dia berkata, “Tatkala Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- berhenti di

dekat jenazah Hamzah … beliau pun memerintahkan agar jenazah Hamzah disiapkan ke arah kiblat,

lalu beliau pun shalat atas jenazahnya dengan sembilan takbir.” (Dikeluarkan oleh ath-Thabarani

dalam Mu’jam al-Kabir)

Bandung, 14 Oktober 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 243 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Waktu, Lelatu Api ...

Telah nyata jemari senja menjentik senda gurauku. Ia bilang, waktu telah menjadi lelatu api. Sila

kaulihat, meski harapan berputaran menjadi candu, mimpi-mimpi tetaplah berkalang tanah … -

kaupikir di mana kemarin dan ke mana kemarin? Barangkali mintakat yang berasap turut

menghalangi mataku dari kejelasan … -hanya hati, ia menjadi rumah sederhana tempatku menetap

dan menatap binar-binar gemintang langit …

--------------------------------------------------

*renungan:

، ويكوف اليوـ كالساعة، : ال تقوـ الساعة حب يتقارب الزماف، فتكوف السنة كالشهر، والشهر كا١بمعة، وتك-صلى ا عليو وسلم -قاؿ رسوؿ ا وف ا١بمعة كاليوـحديث صحيح رواه أبد والبمذي عن أنس ورواه أبد وابن حباف عن أيب ىريرة وىو ب صحيح ا١بامع لشيخ األلباين برقم -وتكوف الساعة كالضرمة بالنار.

(۷۲۲)

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Takkan terjadi kiamat hingga jarak waktu jadi

semakin berdekatan. Satu tahun seakan jadi sebulan, satu bulan seakan jadi sejumat, satu Jumat

seakan jadi sehari, satu hari seakan jadi sesaat, dan sesaat seakan jadi sepercik api.”

(Hadits shahih, diriwayatkan oleh Ahmad dan at-Tidmidzi dari Anas; dan diriwayatkan oleh Ahmad

dan Ibn Hibban dari Abu Hurairah; terdapat di kitab Shahih al-Jami’ no. 7422 susunan Syaikh al-

Albani)

Bandung, 24 Desember 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 244 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Cinta Menakik Bilur pada Ingatan ...

Kau mengarau riak di telaga, bersampan kayu menakar jelaga dengan cangkir-cangkir kopi; butiran

arang meruah ke dalam arus seperti prahara hitam yang kalah …

Aku tertawa menokoh renjana yang menggigis, terduduk ilu menyampang arah ke bibir daratan;

tuntas merampai semua kama yang melabuh sauh menjadi antologi meski lantas kaukaramkan jua

sedalam rahasia …

Benar, penanda waktu tak henti berkisaran selepas itu, palut usia pun terkelupas melintasi hujan dan

kemarau. Tak lengkara ribuan matahari telah karam di luar hitunganku semenjak kau menjarak dari

kedekatan, namun beribu-ribu malam yang panjang tak jua melesapkanmu dari ingatan –begitu juga

warna luka yang kaupilihkan …

“Cinta telah menakik bilur pada ingatan, seorang pencinta menyadap pitawat dari lukanya,” itu

semiang majasmu di hujung pertemuan, namun seakan-akan baru kemarin kau menggerisik di dekat

hatiku yang terjatuh …

******************

| 245 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Pitawat:

لى ا، وفيو وحشة ال يزيلها إال األنس بو ب خلوتو ، وفيو حزف ال يذىبو إال السرور بعرفتو ب القلب شعث ال يلمو إال اإلقباؿ ع… قاؿ ابن قيم ربو ا: مدارج السالكب –… وصدؽ معاملتو

Ibn Qayyim –rahimahullah- berkata, “… di hati terdapat serpihan-serpihan terserak yang takkan bisa

terhimpun kecuali dengan mendatangi Allah, ada kegundahan karena kesendirian yang takkan

hilang selain dengan kesenangan bersunyi-sunyi dengan-Nya, ada kesedihan yang takkan berlalu

kecuali dengan kegembiraan mengenal-Nya dan benar dalam berhubungan dengan-Nya ….” –

Madarij as-Salikin …

Bandung, 27 Januari 2013

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 246 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Catatan kecil ...

| 247 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Menyimak Nasihat tentang Ilmu ...

Hari ini, aku menyimak sebuah nasihat klasik yang

tertulis di dalam buku tua dengan halaman-

halaman berwarna kuning kecokelatan. Sebuah

nasihat dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiayallahu ‘anhu

kepada Kumail bin Ziyyad, muridnya. Menurutku,

nasihat beliau itu sangatlah sederhana, tetapi

begitu agung dan sulit untuk dilakukan …

Dalam tulisan itu, Kumail bin Ziyyad berkata:

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu

menggenggam tanganku, lalu mengajakku ke luar

menuju dataran tinggi. Ketika kami telah berada di tempat yang tinggi, Ali bin Abi Thalib pun duduk

seraya menarik nafas panjang, kemudian berkata, “Wahai Kumail, sesungguhnya hati itu adalah

wadah, dan sebaik-baiknya hati adalah yang paling memiliki kesadaran. Resapilah apa yang

kukatakan kepadamu ini. Manusia itu terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu ulama rabbani, penuntut

ilmu di atas jalan keselamatan, dan rakyat jelata yang mengikuti semua penyeru. (kelompok

terakhir) akan miring bersama hembusan angin, tidak bersinar dengan cahaya ilmu, dan tidak

bersandar pada pilar yang kokoh. Wahai Kumail, ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu itu

menjagamu sedang kamu menjaga harta. Ilmu semakin berkembang jika diamalkan sedang harta

semakin berkurang jika dikeluarkan. Wahai Kumail, mencintai ilmu adalah agama. Ilmu membuat

ulama ditaati sepanjang hidupnya dan tetap dikenang sepeninggal hidupnya. Adapun kebaikan

karena harta, dia akan hilang bersama hilangnya harta itu. Ilmu merupakan hakim sementara harta

dibebani hukum. Wahai Kumail, para penyimpan harta itu telah mati meskipun mereka masih hidup.

Adapun para ulama, mereka seakan abadi sepanjang masa. Diri mereka telah sirna, namun suri

teladan mereka tetap melekat di sanubari. Sesungguhnya di sini —Ali menunjuk ke dadanya—

terdapat ilmu jika aku menerimanya dengan benar.” (Kanzul ‘Umal, nomor: 29391).

Bandung, 21 Juni 2010

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 248 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Syair, Demam, dan Rindu ...

ـ رسوؿ اللو صلى اللو عليو وسلم المدي ا قد نة وعك أبو بكر وببلؿ عن عائشة رضي اللو عنػها أنػها قالت لميف بدؾ قالت فكاف أبو بكر إذا أخذتو ا٢بمى قالت فدخلت عليهما فػقلت يا أبت كيف بدؾ ويا ببلؿ ك

يػقوؿ:

والموت أدن من شراؾ نػعلو —كل امرئ مصبح ب أىلو

وكاف ببلؿ إذا أقػلع عنو ا٢بمى يػرفع عقبتو ويػقوؿ: لة أال ليت بواد وحورل إذخر وجليل —شعري ىل أبيب ليػ

وىل يػبدوف رل شامة وطفيل —وىل أردف يػوما مياه ٦بنة

ة أو أشد وصححها وبارؾ لنا ب صاعها ومدى قالت عائشة فجئت رسوؿ اللو صلى اللو عليو وسلم فأخبػرتو فػقاؿ نا المدينة كحبػنا مك ا وانػقل باىا اللهم حبب إليػ رواه البخاري –فاجعلها با١بحفة

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata:

Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah (hijrah), Abu Bakr dan Bilal terserang

demam tinggi. Aku pergi menjenguk mereka berdua, lalu kutanyakan kepada mereka, “Wahai

ayahku, bagaimana keadaanmu? Dan kamu, wahai Bilal, bagaimana pula keadaanmu?”

Adapun Abu Bakr, ketika demam yang tinggi itu menyerangnya, ia berucap (syair):

Setiap orang bersambut pagi di tengah keluarganya

Padahal kematian lebih dekat kepada dirinya daripada tali sandalnya

Adapun Bilal, ketika demamnya itu mereda, ia mengangkat suaranya seraya menahan tangis dan

berucap (syair):

Aduhai diri,

masih mungkinkah kubersamai malam

di lembah yang dipenuhi rumput Idzkhir dan tanaman Jalil

Adakah mungkin kutemui lagi gemercik air Mijannah

Menampak lagi bukit Syamah dan Thufail yang menjulang

Mendengar hal itu, aku pun mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan

mengabarkannya. Beliau pun berdoa, “Allahumma, jadikanlah hati kami mencintai Madinah

sebagaimana kami mencintai Makkah atau lebih besar lagi. Allahumma, jadikanlah Madinah ini

negeri yang sehat, berkahilah kami dalam takaran dan timbangannya, dan pindahkanlah penyakit

demam yang menyerang ini ke Juhfah.” (HR. Al-Bukhari)

***

| 249 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

فتح الباري شرح صحيح –بقية النهار وىو مقيم بأىلو قاؿ ابن حجر العسقبلين :وقيل: ا٤براد أنو يقاؿ لو وىو مقيم بأىلو صبحك ا با٣بب، وقد يفجأه ا٤بوت ب البخاري

Berkata Ibnu Hajar al-Asqalani, “Ada yang mengatakan bahwa makna -bersambut pagi- dalam

ucapan Abu Bakr itu adalah ucapan, “Shabbahakallahu bil khair (selamat pagi),” pada saat seseorang

berada di tengah keluarganya, sementara maut bisa saja mendatanginya pada siang hari ketika ia

tengah bersama keluarganya itu. (Fath al-Bari, Syarh Shahih al-Bukhari)

Ucapan Bilal dalam syairnya itu merupakan ungkapan kerinduan terhadap Makkah. Saat itu ia baru

saja Hijrah ke Madinah bersama kaum Muslimin. Demam tinggi yang menyerangnya itu membuat

dirinya mengenang Makkah yang ditinggalkannya, seakan-akan ia ingin melewati malam di lembah

(Makkah) yang dikelilingi dengan rumput idzkhir dan juga tanaman jalil, memandang lagi bukit

Syamah dan bukit Thufail, atau mendatangi lagi telaga Mijannah.

Idzkhir dan Jalil adalah jenis-jenis tanaman yang tumbuh di Makkah; idzkhir itu sejenis rumput

wangi. Rumput idzkhir inilah yang dipakai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk

mengafani Mush’ab bin ‘Umair yang gugur dalam perang Uhud. Dalam sebuah hadits, Khabbab bin

al-Arat bertutur:

مضى دل يأخذ من أجره شيئا منػهم مصعب بن عمب قتل يػوـ أحد وتػرؾ ٭برة فكنا من ىاجرنا مع النيب صلى اللو عليو وسلم نريد وجو اللو فػوقع أجرنا على اللو فمنانا رجليو بدا رأسو فأمرنا رسوؿ اللو صل نا ا رأسو بدت رجبله وإذا غطيػ و عليو وسلم أف نػغطي رأسو و٪بعل على رجليو شيئا من إذخر ومنا من أيػنػعت ى الل إذا غطيػ

رواه مسلم –لو برتو فػهو يػهدبػها

Kami berhijrah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mengharapkan wajah Allah

semata, dan Allah telah menetapkan pahala bagi kami. Di antara kami ada yang gugur sebelum

menikmati hasilnya sedikit pun di dunia ini, salah satunya Mush’ab bin Umair yang gugur di kancah

Uhud. Ia hanya meninggalkan sehelai namirah (kain wol bercorak garis-garis) yang jika kain itu ditarik

ke atas kepalanya, terbukalah kedua kakinya. Sebaliknya, jika kain itu ditarik ke bagian kakinya,

terbukalah kepalanya. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Tutupkanlah kain

itu ke bagian kepalanya, biar kakinya ditutupi dengan rumput idzkhir.” Dan di antara kami, ada juga

yang merasakan hasilnya di dunia ini.” (HR. Muslim)

Mijannah, sebuah telaga di Makkah di dekat pasar ‘Ukazh. Wallahu a’lamu.

Syamah dan Thufail, dua buah bukit yang berada di Makkah.

Juhfah, yaitu sebuah dusun yang terletak di antara Makkah dan Madinah, kurang lebih 180 kilometer

dari Makkah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memohon agar penyakit demam dipindahkan

ke Juhfah karena pada saat itu Juhfah didiami oleh kaum Musyrikin. Selanjutnya, Juhfah ini

ditetapkan oleh Allah sebagai salah satu miqat makani (tempat memulai ihram) bagi jamaah haji

yang berasal dari negeri Syam (kini: Libanon, Yordania, Syiria, dan Palestina) dan juga negeri yang

searah dengannya seperti Mesir dan Maroko.

| 250 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

فة أـ ا١بحفة وألىل ٪بد قػرف المنازؿ وألىل اليمن يػلملم عن ابن عباس قاؿ إف النيب صلى اللو عليو وسلم وقت ألىل المدينة ذا ا٢بليػ لبخاريرواه ا –وألىل الش

Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menentukan tempat-

tempat miqat, Dzul Hulaifah bagi penduduk Madinah, Juhfah bagi penduduk Syam, Qarnul Manazil

bagi penduduk Najd, dan Yalamlam bagi penduduk Yaman. (HR. al-Bukhari)

Bandung, 24 Agustus 2011

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 251 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

bayang-bayang, tanah kering, dan rumput mati ...

menatap sosok cantikmu, mata hatiku berkunang-kunang …

Bandung, 19 september 2011

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 252 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Fonem ...

Kau melafalkan satu fonem lalu menuliskan

satu aksara sebagai lambangnya …

“Udara, alat ucap, dan artikulasi,” katamu.

“Seperti itulah bunyi ujaran yang terkecil, ia

mampu membedakan arti.”

***

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda:

على تلك ا٢بلقة cي كفضل تلك ما السماوات السبع ب الكرسي إال كحلقة ملقاة بأرض فبلة، وفضل العرش على الكرس

“Langit yang tujuh jika dibandingkan dengan al-kursiy tak ubahnya seperti gelang di al-falah.

Demikian pula keunggulan al-‘arsy atas al-kursiy, yaitu seperti keunggulanan al-falah atas gelang.”

(Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah no. 109)

Kata حلالس(al-falah) dalam hadits di atas ditutup dengan aksara س(ta’ marbuthah) di akhir kata, dan

kata ini memiliki arti gurun sahara.

Jika seorang muadzin melafalkan fonem /س/ ketika mengucapkan:

حى على الفبلح

“Mari menuju kemenangan”

Tentu artinya bukan lagi, “Mari menuju kemenangan,” tetapi, “Mari menuju gurun sahara.”

Bandung, 7 Oktober 2011

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 253 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Ummul Walad ...

Aku telah mencintaimu

-jauh sebelum kemerdekaanku bertakziah di hari kematianmu …

*Dulu dikenal sebutan ummul walad. Menurut para ulama, ummul walad adalah hamba yang

melahirkan anak tuannya, dan ia beroleh kemerdekaan seiring kematian tuannya …

Bandung, 17Oktober 2011

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 254 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Aku Menangkap Pelangi ...

Tentang langit di seberang atas bumi, ia terjarak dan berjarak dari tempatku berpijak. Kuyakin ia

luas, tetapi memiliki batas …

“Kau lihatlah bianglala itu! Ia terlukis begitu dekat. Jauh lebih dekat daripada bintang-bintang di

petala langit yang terdekat.”

***

Akhirnya, setelah sekian tahun tak melihatnya, saya bisa menyaksikan lagi qausun quzah, si lengkung

bianglala …

-Senja tadi, sesaat sebelum magrib …

Bandung, 20 Januari 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 255 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Memandang Cela yang Jauh ...

Seberapa dalam aku menyelami jiwa sendiri? Sungguh ketakjuban pada diri sendiri membuat mataku

tak mampu melihat apa pun selain cela pada orang selainku …

ب عب نػفسو –أو ا١بذع –يػبصر أحدكم القذاة ب عب أخيو ويػنسى ا١بذؿ

“Salah seorang dari kalian mampu melihat kotoran kecil di mata saudaranya tetapi lupa akan

tonggak -batang kayu- di pelupuk mata sendiri.” (Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah Syaikh al-Albani

hadits no. 33)

Bandung, 7 Februari 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 256 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Dari Pintu Mana ...

Imam asy-Syaukani –rahimahullah- berkata:

ولكنو جاء ب ا٤بتأخرين من اشتغل بعلـو أخرى خارجة عن العلـو الشرعية ب استعملها ب العلـو الشرعية, فجاء من بعده فظن , فإف أهنا من علـو الشريعة, فبعدت عليهم, ا٤بسافة وطالت عليهم الطرؽ, فربا بات دوف ا٤بنزؿ, ودل يبلغ إذل مقصده

وصل,]يصل[ بذىن كليل, وفهم عليل

“Kemudian datanglah generasi muta-akhir yang sibuk menekuni ilmu-ilmu

selain ilmu syar’i lalu menerapkannya terhadap ilmu-ilmu syar’i. Akibatnya,

orang-orang setelahnya menganggap hal itu sebagai ilmu-ilmu syar’i sehingga

membuat jarak mereka semakin jauh dari jalan yang seharusnya mereka

tempuh, bagaikan bermalam tanpa tempat bermalam. Tidaklah hal itu akan

menyampaikan kepada tujuan –atau- kalau pun sampai, sungguh

pemahamannya itu lemah dan sakit …”

Syaikh ‘Ali bin Hasan ‘Abdul Hamid al-Halabi –semoga Allah menjaganya- berkata tentang ucapan,

“bagaikan bermalam tanpa tempat bermalam.”:

أورد اإلماـ ىذا الكبلـ مورد ا٤بثل,أي:إف الذي يأب الشريعة من غب أبواا قد ٱبرج عنها, ويبتعد منها

Imam (asy-Syaukani) membawakan perkataan ini sebagai suatu amsal, yang maksudnya,

“Sesungguhnya orang yang mendatangi syariat bukan dari pintu-pintunya, sungguh ia akan keluar

darinya dalam keadaan yang semakin jauh dari syariat itu …”

Syaikh ‘Ali bin Hasan ‘Abdul Hamid al-Halabi juga berkata:

ده أعظم ٩با يصلحوأف العلم ىو الفرقاف الذي ٲبيز ا٣ببيث من الطيب, ا٢بق من الباطل,والداعية ا١باىل ضاؿ ب نفسو,مضل لغبه,ضرره أكثر من نفعو,وما يفس

Ilmu itu pembeda antara yang buruk dan yang baik, antara yang haq dan yang batil. Seorang penyeru

yang bodoh pastilah sesat dan menyesatkan, mudaratnya lebih besar daripada manfaatnya, juga

lebih merusak daripada memperbaiki …

-----------------------------------------------------------------

-Imam asy-Syaukani adalah Muhammad bin ‘Ali bin ‘Abdullah, seorang faqih mujtahid, ulama yang

berasal dari kota Shan’a, Yaman. Beliau lahir tahun 1173 Hijiriyah dan wafat pada tahun 1250

Hijriyah …

*dibacakan kepadaku dari kitab: Audah Ilas Sunnah, karya Syaikh ‘Ali bin Hasan ‘Abdul Hamid al-

Halabi –semoga Allah menjaganya …

Bandung, 1 Maret 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 257 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Asas dari Sikap ...

terima kasih atas cinta yang kausampaikan

dalam lipatan kertas …

jazakallahu khairan …

***

:قاؿ رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم ر الناس، أو من خيار الناس -نة، فػيخرج إليو يػومئذ رجل الدجاؿ وىو ٧برـ عليو أف يدخل نقاب المدينة، فػيػنزؿ بػعض السباخ الب تلي المدي يأب فػيػقوؿ: -وىو خيػ

ثػنا رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم حديثو أشهد أنك الد .فػيػقوؿ الدجاؿ: أرأيػتم إف قػتػلت ىذا ب أحيػيتو، ىل تشكوف ب األمر؟ فػيػقولوف: ال .جاؿ الذي حد رواه البخاري ومسلم-ما كنت فيك أشد بصبة مب اليػوـ. فػبيد الدجاؿ أف يػقتػلو فبل يسلط عليو فػيػقتػلو ب بييو، فػيػقوؿ: وا

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Dajjal muncul namun diharamkan baginya memasuki jalan-jalan Madinah. Dia pun singgah di tanah

gersang yang berada di dekat Madinah. Kemudian keluarlah seorang lelaki dan mendatangi Dajjal –

lelaki itu merupakan manusia terbaik atau termasuk salah seorang manusia terbaik. Lelaki itu

berkata, “Aku bersaksi bahwa kamu adalah Dajjal yang telah dikabarkan oleh Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits beliau.” Dajjal lantas berkata (kepada para pengikutnya),

“Apa pendapat kalian jika lelaki ini kubunuh lalu kuhidupkan lagi? Apakah kalian akan meragukanku

dalam perkara ini?” Para pengikutnya menjawab, “Tidak, kami tak meragukanmu!” Maka Dajjal pun

membunuh lelaki itu lalu menghidupkannya lagi. Lelaki yang hidup kembali itu berkata, “Demi Allah,

kini semakin kuatlah pengetahuanku (terhadap kabar) mengenai dirimu!” Maka Dajjal pun

berkeinginan untuk membunuh lelaki itu, namun tak kuasa melakukannya.” (HR. al-Bukhari dan

Muslim)

:قاؿ الشيخ عبد ا بن عبد العزيز العنقري ربو اثػنا رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم حديثو ( ا لطالب العلم؛ ففيها فضيلة عظيمة لطلب العلم وىذه فيها )الذي حد ، وأف ىذا العلم -علم ا٢بديث -فائدة كببة جد

، فػهذا الرجل أتى إليو وقاؿ: أنت الدجاؿ. على أي أساس؟ ق نو عنبة طافية، وأخبػر أ نػفع أىلو عند الفب ف اؿ: ألف النيب صلى ا عليو وسلم قاؿ كذا، أخبػر أف عيػنػيو شرح كتاب الفب من صحيح - … غتػر ا الناس. فػهذا من شرؼ علم ا٢بديث، وأخبػر أنو يدعي الربوبية، وأخبػر بأمر ا٣بوارؽ الب ا«كافر »مكتوبا بػب عيػ

االماـ البخاري

Syaikh ‘Abdullah bin ‘Abdul ’Aziz al-Anqari –rahimahullah- berkata:

“Dalam ucapan lelaki itu (yakni ucapan: yang telah dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi

wasallam dalam hadits beliau), terkandung faidah yang sangat besar mengenai para pencari ilmu,

kalimat ini mengungkap keutamaan yang sangat agung dari para pencari ilmu, bahwasanya ilmu itu

| 258 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

memberikan manfaat kepada pemiliknya pada masa-masa yang dipenuhi fitnah. (Perhatikanlah),

lelaki itu mendatangi Dajjal lalu mengatakan, “Kamulah Dajjal!”

Apa yang mendasari ucapan lelaki itu (hingga dia meyakini bahwa orang yang dihadapinya itu

Dajjal)? Tak lain tak bukan, -keyakinan itu datang dari ilmu yang dipelajarinya- karena Nabi

shallallahu ‘alaihi wassalam telah mengabarkan tentang Dajjal –di dalam banyak hadits. Beliau

shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan bahwa Dajjal itu (buta sebelah) matanya seperti

buah anggur yang mencuat, juga mengabarkan bahwasanya termaktub di antara kedua matanya

kalimat ‘kafir’, juga mengabarkan bahwasanya Dajjal itu mengklaim sebagai pemilik rububiyyah,

juga mengabarkan tentang perkara-perkara luar biasa yang dibawa oleh Dajjal sampai-sampai

manusia tertipu dibuatnya. Inilah di antara kemuliaan ilmu hadits.” (Syarah kitab Fitan min Shahih

al-Imam al-Bukhari)

***

Laki-laki itu tegak di atas ilmu. Dia bersikap dan bertindak berdasarkan ilmu. Ilmu membimbingnya

untuk bersikap benar terhadap fitnah sehingga tak larut dalam fitnah atau menjadi bagian dari

fitnah-fitnah. Orang tak berilmu sangat mungkin terbawa arus, tenggelam dan larut dalam fitnah

bahkan ikut menebar-nebar fitnah tanpa dia sadari. Sungguh orang tak berilmu sangat mungkin

terbuai dalam fitnah, ucapannya menjadi fitnah, cinta dan pembelaannya menjadi fitnah yang

bertolak belakang dengan kebenaran, kebencian dan permusuhannya menjadi pedang yang

diarahkan kepada kebenaran …

***

‘Ali bin Abi Thalib –radhiyallahu ‘anhu- pernah berpetuah kepada Kumail bin Ziyad:

80-1/79عيم فيا٢بليو الناس ثبلثة: فػعادل رباين، ومتبع على سبيل ٪باة، وٮبج رعاع أتػباع كل ناعق أخرجو أبو ن

“Manusia itu terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu (1) ulama rabbani, (2) penuntut ilmu di atas jalan

keselamatan, dan (3) rakyat jelata yang mengikuti semua penyeru.” (Atsar riwayat Abu Nu’aim, al-

Hilyah: 1/79-80)

قاؿ الشيخ علي حسن ا٢بليب األثري حفظو ا :عن ىذه األصناؼ الثبلثة -كيفما كانوا، وأيػنما كانوا-ال ٱبرج الناس

.، ويريب الناس على ذلك-جل جبللو-أي منسوب إذل الرب العظيم «: ين عادل رباما عنواف النجاة، وما سو «: متبع على سبيل ٪باة »أو ار اآلخرة؛ ألهن ا يريد ا والد بب، بقدر بلفو ى ذاؾ؛ فليس مقلدا، وال متػعصبا، وال متحزبا، وإ٭ب

إذل ا٣بسراف ا٤ب

ليست عندىم القواعد العلمية، وال األصوؿ الشرعية، وال السبل «: ٮبج رعاع، أتباع كل ناعق »عن ىذا؛ ينالو من ذاؾ؛ فمقل أو مستكثر والصنف الثالث: رعية، ب إطار الشريعة اإلسبلمية

ا يصيحوف مع كل مناد، ويتيهوف ب كل واد، ٮبج رعاع، ليس من علم بركهم، وال من شريعة تدفعهم، أتبا واألسس ا٤ب ع كل ، وإ٭ب .ناعق، بقدر ما كاف نعاؽ ىذا الناعق أشد، وبقدر ما كاف صياحو أعلى؛ بقدر ما وجد من األتباع أكثر، ومن األعداد أوفر

ر ما عنده من التبعية والعصبية وا١بهل فلباجع نفسو، وليتأمل مواضع قدميو، وحركات فؤاده، وبركات لسانو؛ حب ال يكوف عنده من اإلب، ومن ا٤بخالفة بقد … كلمة حوؿ أحداث مصر -وا٢بمية

Syaikh ‘Ali Hasan al-Halabi al-Atsari –hafizhahullah- berkata:

| 259 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Manusia pastilah berada pada salah satu dari ketiga macam kelompok itu:

(1) bisa jadi sebagai ulama robbani, yakni ahli ilmu yang keutamaannya dinisbatkan kepada Rabb

yang Maha Agung, yang mendidik manusia di atas sifat ini;

(2) atau –jika tidak yang pertama- bisa jadi sebagai seorang penuntut ilmu yang meneladan di atas

jalan keselamatan. Dia bukanlah muqallid (pengekor), muta’ashshib (fanatik golongan) maupun

mutahazzib (pengikut setia hizb). Dia -tidaklah seperti itu melainkan- orang yang hanya

mengharapkan Allah dan negeri akhirat saja karena hal itu merupakan jalan keselamatan. Adapun

jalan selain itu hanyalah jalan-jalan yang mengantarkannya kepada kerugian yang nyata menurut

tingkat penyimpangannya, sedikit maupun banyak;

(3) atau –jika bukan pertama atau kedua- mungkin termasuk kelompok ketiga, yaitu rakyat jelata

yang mengikuti semua penyeru. Mereka tidak berbekal kaidah ilmiah maupun pijakan syariat, tidak

pula memiliki kerangka dan asas menurut syariat Islam. Mereka hanyalah orang yang berteriak

mengikuti setiap teriakan para penyeru dan ikut-ikutan merapah di setiap lembah. Mereka inilah

masyarakat jelata yang tidak digerakkan oleh ilmu dan tidak pula didorong oleh pengetahuan

syariat. Mereka membebek karena terpengaruh oleh seloroh dan ocehan yang keras, ikut-ikutan

karena terpengaruh oleh jumlah dan banyaknya manusia.

… karena itu, hendaklah seseorang itu senantiasa menyelami diri dan memerhatikan tempat bagi

kedua kakinya berpijak. Perhatikan pulalah pergerakan hati dan pergerakan lisan agar tidak ada lagi

pada dirinya dosa dan penyimpangan berupa sikap mengekor belaka, melulu fanatisme, juga

kebodohan dan semangat yang berapi-api semata.(Syaikh ‘Ali Hasan; Kalimah haula ahdats Mishri)

***

Maka belajarlah! Perkuat dirimu dengan ilmu agar kau tak miring mengikuti arah angin berembus.

Belajarlah, karena sesungguhnya fitnah-fitnah itu telah mengembun hingga ke celah-celah rumah

kita …

رواه مسلم-فإين ألرى الفب تػقع خبلؿ بػيوتكم كوقع القطر

“Sesungguhnya aku melihat fitnah-fitnah memasuki celah-celah rumah kalian bagaikan tetes-tetes

air.” (HR. Muslim)

*Sebuah nasihat untukku …

Bandung, 11 Juni 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 260 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Semangat di Bumi Hijau ...

Kutemukan secarik kertas yang terselip di antara

deretan buku tua yang telah menguning. Tiada yang

tertulis pada kertas itu selain nukilan semangat:

تأخرت أستبقي ا٢بياة فلم أجد *** لنفسي حياة مثل أف أتػقدما

Aku berlari ke belakang untuk mengekalkan kehidupan,

namun tak kudapati kehidupan (hakiki) bagi jiwaku

semisal jika kubergerak ke depan (hingga syahid

melawan musuh-musuhku) …

من دل ٲبت غبطة ٲبت ىرما *** الموت كأس والمرء ذائقها

Siapa tak mati dalam kegagahan, niscaya mati dalam kelemahan. Sungguh kematian itu ibarat air

di gelas, dan setiap orang kan mereguknya …

Tak tertera tanggal pada kertas itu, dan aku menduga bait-bait itu dinukil oleh si pemilik kertas pada

masa perjuangan –atau aku menduga si penukil itu pernah melewati masa-masa perjuangan di

ardhul khadhra’, bumi pertiwi yang hijau ini … wallahu a’lamu …

Bandung, 14 Juni 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 261 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Bunga Karang Bejana Kaca ...

نصيحة شيخ اإلسبلـ ابن تيمية لتلميذه ابن قيم ا١بوزية ، قاؿ :ال بعل قلبك لئليرادات والشبهات مثل السفنجة فيشرا ، فبل ينضح إال ا ، ولكن اجعلو كالزجاجة ا٤بصمتة ، بر الشبهات بظاىرىا وال تستفز ا ، فباىا بصفائو ، ويدفعها بصبلبتو ، وإال فإذا أشربت قلبك كل شبهة بر عليو

خ علي حسن علي ا٢بليب ، صار مقرا للشبهات. )علم أصوؿ البدع لشي (304االثري:

Nasihat Syaikh al-Islam Ibn Taimiyah kepada

muridnya, Ibn Qayyim al-Jauziyah:

“Jangan kaujadikan hatimu terhadap keinginan-keinginan dan syubhat-syubhat itu seperti bunga

karang (yang menyerap air), dia mereguknya lalu tak-menyiramkan-percik selain apa yang

diserapnya. Akan tetapi jadikanlah hatimu semisal bejana kaca yang tak retak, (yang membuat)

syubhat-syubhat hanya berlalu-lalang (di luar bejana kaca) tanpa pengaruh, lalu hati pun

memandang syubhat-syubhat itu dengan kejernihannya dan menolak (mereka) dengan kekuatannya.

Sebaliknya, jika hatimu mereguk semua syubhat yang melintas, niscaya dia menjadi tempat

pengakuan terhadap syubhat-syubhat.” (‘Ilmu Ushul Bida’, Syaikh ‘Ali Hasan al-Halabi al-Atsari: 304)

--------------------------------------------------------

* Isfanjah merupakan sebutan orang Arab untuk bunga karang. Dia termasuk hewan laut atau

mungkin tanaman air yang hidup di dasar laut. Hewan atau tanaman ini berongga dan memiliki

lubang-lubang halus tempat masuknya air (menyerap air) yang berisi makanan dan oksigen baginya.

Di Indonesia, isfanjah ini disebut dengan bunga karang dan juga koral, sedangkan nama Latin

untuknya adalah Hedyotis uncinella. Isfanjah –bagi orang Arab- juga merupakan sebutan untuk busa

–pencuci piring- yang dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan spons (Inggris: sponge)…

*Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diterangkan sebagai berikut:

spons n 1 bunga karang; 2 benda serupa bunga karang (dr karet busa dsb) yg dapat mengisap air

Bandung, 26 September 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 262 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Hanya Saja Tak Ada Asalnya ...

Di antara ucapan yang terkenal dan dianggap sebagai

hadits Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- padahal

tidak ada asalnya dan tidak pula ada sanadnya:

)قاؿ ابن كثب ربو ا ب تفسبه … أنا أفصح من نطق بالضاد بيد أن من قريش -۲۲۹صفحة -آلخر سورة الفابة: ال أصل لو. وقاؿ األلباين ب أحكاـ ا١بنازة وبدعها

(۲فبل أصل لو كما قاؿ الشوكاين ب الفوائد اموعة :

“Aku orang Arab yang paling fasih melafalkan huruf Dhadh, hanya saja aku seorang Quraisy ….”

(Ibnu Katsir –rahimahullah- berkata dalam tafsirnya di bagian akhir tafsir surah al-Fatihah, “(Hadits

ini) tidak ada asalnya,” dan Syaikh al-Albani berkata dalam Ahkam al-Jana-iz wa Bida’uha, halaman

229, “(Hadits ini) tidak ada asalnya sebagaimana yang dikatakan oleh Imam asy-Syaukani dalam al-

Fawa-id al-Majmu’ah 321.”)

Barangkali kata “baida (hanya saja)” dalam redaksi di atas masuk ke dalam uslub ungkapan:

ـ تأكيد المدح با يشبو الذ

“Memperkuat pujian dengan apa yang menyerupai celaan.”

Jika demikian, mungkin makna dari hadits yang tak ada asalnya itu adalah, “Aku orang Arab yang

paling fasih melafalkan huruf Dhadh dengan sebab aku seorang Quraisy …,” atau barangkali, “Selain

aku seorang Quraisy, aku juga orang Arab yang paling fasih melafalkan huruf Dhadh ….”

Dalam redaksi yang lain -yang juga terkenal dan sama-sama tidak ada asalnya, tidak ada sanadnya,

juga tidak diketahui orang yang mengeluarkannya- adalah:

)قاؿ السيوطي : أورده أصحاب الغرائب ، وال يعلم من خرجو وال إسناده(… العرب، بيد أين من قريش أنا أفصح

“Aku sefasih-fasih orang Arab dengan sebab aku seorang Quraisy ….”

(Imam as-Suyuthi berkata, “Hadits ini berasal dari ash-hab al-ghara-ib, dan tak diketahui siapa yang

mengeluarkannya, tidak juga sanadnya.”)

Bandung, 11 November 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 263 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Tidakkah Kau Rela …?

Kau pernah berkata kepadaku –semoga Allah menjagamu, “Kerugian bagi mereka yang menemui

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- sebagai musuh dan keberuntungan bagi mereka yang

menemui beliau sebagai sahabat. Demikian pula dengan sikap terhadap Sunnah yang suci …

kerugian bagi mereka yang abai lagi enggan dan keberuntungan bagi mereka yang menerimanya.”

Seingatku, itu kau ucapkan setelah kau membacakan hadits ini:

ن دل يأتوا بعد )رواه مسلم(قاؿ رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم: وددت أنا قد رأينا إخواننا، قالوا أو لسنا إخوانك يارسوؿ ا؟ قاؿ أنتم أصحايب، وإخواننا الذي

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Aku merindukan saat pertemuan dengan

saudara-saudara kita.” Para shahabat lantas bertanya, “Bukankah kami ini saudara-saudaramu,

wahai Rasulullah?” Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- menjawab, “Kalian itu para

shahabatku, sedangkan saudara-saudara kita adalah orang-orang yang belum datang saat ini.”

(HR. Muslim)

Lantas kau menandaskan tanya, “Tidakkah kita rela dengan Sunnah beliau –shallallahu ‘alaihi wa

sallam- bersama kebencian terhadap bid’ah?”

**

*

طمة بشي كأف مشيتها مشي النيب صلى ا عليو وسلم، فقاؿ النيب صلى ا عليو وسلم: )مرحبا بابنب(. ب أجلسها عن عن عائشة رضي ا عنها قالت: أقبلت فا، حزف، فسألتها عما قاؿ ٲبينو أو عن مشالو، ب أسر إليها حديثا فبكت، فقلت ٥با: دل تبكب؟ ب أسر إليها حديثا فضحكت، فقلت: ما رأيت كاليـو فرحا أقرب من

يعارضب القرآف كل فقالت: ما كنت ألفشي سر رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم، حب قبض النيب صلى ا عليو وسلم فسألتها، فقالت: أسر إرل: )إف جربيل كاف ف تكوين سيدة أىل ا١بنة، أو نساء سنة مرة، وإنو عارضب العاـ مرتب، وال أراه إال حضر أجلي، وإنك أوؿ أىل بيب ٢باقا يب(. فبكيت، فقاؿ: )أما ترضب أ

ا٤بؤمنب(.فضحكت لذلك )رواه البخاري(

| 264 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Dari ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anhu-, dia berkata:

Fathimah datang dengan gaya berjalan yang serupa dengan cara berjalan Nabi –shallallahu ‘alaihi

wa sallam. Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pun menyambutnya, “Selamat datang, putriku.”

Beliau mendudukkan Fathimah di sebelah kanan –atau sebelah kiri- beliau, lalu membisikkan sesuatu

kepada Fathimah hingga membuatnya menangis. Aku bertanya kepada Fathimah, “Apa yang

membuatmu menangis?” Nabi berbisik lagi kepada Fathimah, dan (kali ini) Fathimah tertawa

karenanya. Tidak pernah kulihat sebelumnya hal seperti (yang kulihat) hari itu, kegembiraan begitu

dekat mengiringi kesedihan. Aku lantas bertanya kepada Fathimah tentang hal yang dikatakan oleh

Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam. Fathimah menjawab, “Aku takkan menyiarkan pembicaraan

rahasia Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Tatkala Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- wafat,

aku bertanya lagi kepada Fathimah, dan Fathimah menjawab, “(Waktu itu) Rasulullah berbisik

kepadaku:

“Sesungguhnya Jibril biasa membacakan dan menyimak al-Quran sebanyak satu kali setiap tahun,

namun tahun ini dia membacakan dan menyimak al-Quran dua kali. Aku tak melihat hal itu selain

sebagai isyarat tentang kematianku, dan sesungguhnya kamu merupakan orang pertama dari ahli

baitku yang akan menyusul kepergianku.” Maka aku pun menangis karenanya, lalu beliau berkata

lagi, “Tidakkah kau rela menjadi pemimpin (para wanita) di surga –atau para wanita mukminin?”

Maka aku pun tertawa karenanya.

(Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari)

***

ت: بلى، رضي ا عنها:أف رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم ذكر فاطمة، قلت: فكلمت أنا. فقاؿ: أما ترضب أف تكوين زوجب ب الدنيا واآلخرة؟ قل-قالت عائشة وا٢باكم، قاؿ شعيب األرنؤوط: إسناده صحيح، وصححو الشيخ األلباين ب -۸اإلحساف –آلخرة. )أخرجو ابن حباف وا. قاؿ:فأنت زوجب ب الدنيا وا

(سلسلة الصحيحة

‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha- berkata:

Bahwasanya Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- menyebut Fathimah. Aku lantas

membicarakan diriku. Maka Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pun berkata, “Tidakkah kau

rela menjadi istriku di dunia dan akhirat?” ‘Aisyah menjawab, “Tentu saja aku rela.” Rasulullah –

shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Maka kaulah istriku di dunia dan akhirat.”

(Dikeluarkan oleh Ibnu Hiban -al-Ihsan: 8053- dan al-Hakim; Syaikh Syu’aib al-Arnauth berkata,

“Sanadnya Shahih,” dan Syaikh al-Albani juga menshahihkannya dalam Silsilah ash-Shahihah 3011)

***

وإنو لعلى حصب ما بينو وبينو شيء وبت رأسو وسادة من أدـ حشوىا ليف وإف عند … عنو قاؿ: وب صحيحب عن ابن عباس أف عمر بن ا٣بطاب رضي افيو وأنت رسوؿ ا رجليو قرظا مصبوبا وعند رأسو أىب معلقة فرأيت أثر ا٢بصب ب جنبو فبكيت فقاؿ ما يبكيك فقلت يا رسوؿ ا إف كسرى وقيصر فيما ٮبا

الدنيا ولنا اآلخرة )رواه البخاري ومسلم(فقاؿ أما ترضى أف تكوف ٥بم

Dan di dalam dua kitab Shahih, dari Ibnu ‘Abbas, bahwasanya ‘Umar bin al-Khaththab –radhiyallahu

‘anhu- berkata:

| 265 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

… dan sungguh beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam- berbaring di atas tikar tanpa ada alas lainnya di

antara tubuh beliau dengan tikar itu, sementara di bawah kepala beliau terdapat bantal kulit yang

berisi sabut. Di dekat kaki beliau terdapat sekumpulan daun-daun perdu yang biasa dipakai untuk

menyamak kulit, sedangkan di dekat kepala beliau tergantung kulit yang telah disamak. Aku juga

melihat jejak tikar yang membekas pada lambung beliau sampai-sampai aku menangis karenanya.

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bertanya (kepadaku), “Apa yang membuatmu menangis?”

Aku (‘Umar) pun menjawab, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Kisra Persia dan Kaisar Romawi

berada dalam (kemewahan hidup) sedangkan kau utusan Allah (berada dalam keadaan seperti ini).”

Maka Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pun bersabda, “Tidakkah kau rela bahwa mereka

memperoleh dunia sedangkan kita memperoleh akhirat?”

(Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim)

***

النساء والصبياف فقاؿ عن سعد بن أيب وقاص قاؿ: ٠بعت رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم يقوؿ لو وقد خلفو ب بعض مغازيو فقاؿ لو علي يا رسوؿ ا بلفب مع هم من طريق أما ترضى أف تكوف مب بنزلة ىاروف من موسى إال أنو النبوة بعدي )رواه مسلم والبمذي وابن أيب عاصم ب السنة وا٢باكم وأبد بيعلو رسوؿ ا

بكب بن مسمار وقاؿ أبو إسحاؽ ا٢بويب: إسناده صحيح(

Dari Sa’ad bin Abi Waqash, dia berkata:

Aku mendengar Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkata kepada ‘Ali untuk (tinggal di

Madinah) mewakili beliau (yang hendak pergi) menuju suatu peperangan. Kemudian ‘Ali berkata

kepada beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, kau pergi meninggalkanku bersama

para perempuan dan anak-anak kecil?”

Maka Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- pun berkata kepada ‘Ali, “Tidakkah kau rela bahwa

kedudukanmu di sisiku seumpama kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tiada lagi kenabian

sesudahku?”

Dan aku juga mendengar Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda pada hari perang

Khaibar, “Aku benar-benar akan memberikan bendera perang ini kepada orang yang mencintai Allah

dan Rasul-Nya, sementara dia pun dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya,” maka kami pun bersaing dan

berangan-angan untuk mendapatkan bendera itu, lalu Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-

bersabda, “Panggil ‘Ali kemari,” maka ‘Ali pun datang dalam keadaan sakit mata, lalu Rasulullah –

shallallahu ‘alaihi wa sallam- meludahi kedua mata ‘Ali dan memberikan bendera perang kepadanya

hingga akhirnya Allah menganugerahkan kemenangan melalui (kepemimpinan) ‘Ali.

(Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim, at-Tirmidzi, Ibnu Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah, al-Hakim, dan

Ahmad; semuanya dari jalan Bukair bin Mismar; Syaikh Abu Ishaq al-Huwaini berkata, “Sanadnya

shahih.”)

***

، قاؿ: استشهد أيب مع النيب صلى ا عليو وسلم ب بعض غزواتو، فمر يب النيب صلى ا عليو وسلم وأنا أبكي، فقاؿ رل: -رضي ا عنو-عن بشر بن عقربة ، وأخرجو ابن عساكر من طريق أخرى عن عبد ا بن عثماف (۲مك؟ )رواه اإلماـ البخاري ب التاريخ الكبب )اسكت، أما ترضى أف أكوف أنا أبوؾ، وعائشة أ

(۲، وحسنو األلباين ب سلسلة األحاديث الصحيحة …دوف قولو أسكت وذكر مكاهنا: يا حبيب ما يبكيك؟ أما ترضى

| 266 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Dari Bisyr bin ‘Aqrabah –radhiyallahu ‘anhu- dia berkata:

Ayahku terbunuh dalam suatu peperangan yang diikutinya bersama Nabi –shallallahu ‘alaihi wa

sallam, lalu Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- berjalan menghampiri diriku yang sedang menangis.

Beliau berkata (kepadaku), “Diamlah, tidakkah kau rela menjadikan aku sebagai ayahmu dan

‘Aisyah sebagai ibumu?”

(Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam at-Tarikh al-Kabir: 462, dan Ibnu ‘Asakir

mengeluarkannya dari jalan yang lain dari ‘Abdullah bin ‘Utsman tanpa perkataan, “Diamlah,”

namun menempatkan perkataan, “Wahai yang mencintai, tidakkah kau rela …,” dan hadits ini

dihasankan oleh al-Albani dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah: 3249)

Bandung, 15 November 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 267 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Secepat Apa Kita Lafalkan …?

hanya saja kita bertarak menekuri kelaziman … -pikiran yang mengasing tak lagi hirau akan lafal

dari lisan sendiri …

****

**

Syaikh Muhammad Nashir ad-Din al-Albani -rahimahullah-

Menukil dari sini: http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=175701

:۹الشريط رقم -ب سلسلة ا٥بدى و النور -ربو ا-قاؿ الشيخ ٧بمد ناصر الدين األلباين

Syaikh Muhammad Nashir ad-Din al-Albani –rahimahullah- berkata di dalam Silsilah al-Huda wa an-

Nur (pita kaset nomor 190):

م ملتزمب والتسبيح والتحميد والتكبب و٫بو -مثبل -بل وبالنوافل وباألمور ا٤بستحبة، كالذكر بعد الصبلة -ليس فقط بالفرائض-أرى كثبا من الناس الذين يظهر أهن صلى ا عليو وسلم:–ذلك؛ أرى بعضهم حينما يريد أف يعمل بقولو

Aku melihat banyak orang yang menampakkan kelaziman mereka terhadap perkara-perkara yang

bukan saja fardhu tetapi juga nafilah dan mustahab seperti zikir selepas shalat –semisal- ucapan

tasbih, tahmid, takbir, dan yang selain itu. Akan tetapi kulihat pula sebagian di antara mereka tatkala

hendak mengamalkan Sunnah Nabi –shallallahu ‘alaihi wa salam- berikut …:

وحده ال شريك لو، لو ا٤بلك ولو ا٢بمد وىو من سبح ا دبر كل صبلة ثبلث وثبلثب، وبد ا ثبلثا وثبلثب، وكرب ا ثبلثا وثبلثب، ب قاؿ باـ ا٤بئة ال إلو إال ا قدير، غفرت لو ذنوبو وإف كانت مثل زبد البحر على كل شئ

-ىذا حديث صحيح، ورواه اإلماـ مسلم ب صحيحو -

| 268 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Barang siapa yang bertasbih (menyucikan Allah) di akhir setiap shalat sebanyak tiga puluh tiga kali,

bertahmid (memuji Allah) tiga puluh tiga kali, bertakbir (mengagungkan Allah) tiga puluh tiga kali,

kemudian menggenapkannya menjadi seratus dengan ucapan, “La ilaha illallahu wahdahu la

syarika lahu, lahu al-mulku wa lahu al-hamdu, wa huwa ‘ala kulli syai-in qadir,” niscaya diampuni

dosa-dosanya meskipun sebanyak buih lautan.

- Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh Imam Muslim di kitab Shahih –

حينما يريدوف العمل ذا ا٢بديث، ترى بعضهم ال يكاد يبب بلسانو عن تسبيح ا وبميده وتكببه؛

… ketika mereka bermaksud mengamalkan hadits ini, kaulihat sebagian di antara mereka tidaklah

melafalkan tasbih, tahmid, dan takbir secara benar.

…(فماذا تسمع؟ )سبحاناللسبحاناللسبحانا ب ىذه الدعوة.. . ىذه ماذا نسميها؟ )سبسبة( -يعب-رأيتم كما رأيت أنا أظن؟ لست وحدي

Maka apa yang kaudengar? (yaitu ucapan), “Subhn … subhn … subhn … subhnllah ….”

Kalian lihat sebagaimana yang kulihat karena kupikir bukan aku saja yang mengetahuinya. Kita namai

apa pelafalan seperti itu? (Tiada lain) namanya adalah sabsabah (padang tandus tak berair) …

ا وليس بميدا؛فهذا ليس تسبيح…( ب: )ا٢بمدللها٢بمدللها٢بمد بلحظات..بثواين انتهى من ا٤بئة )!(…( )اللهأكرباللهأكرباللهأكرب

Kemudian juga mengucapkan, “Alhamdelahm alhamdelahm delahm …,” maka ini bukanlah kalimat

tasbih dan bukan pula kalimat tahmid; (demikian juga), “Allhakbarel lahkbarel lahkbar …,” sekejap

demi sekejap hingga mencapai yang keseratus.

.. إ٭با ٯبب أف يتأن؛ فيقوؿ: ىذه ا٤بئة من جاء ا، ما أجرىا؟ غفر ا لو ذنوبو، وإف كانت مثل زبد البحر، ولو كاف اإلتياف ا بثل ىذه ))البسبسة((؟ حاشا ، إذل آخره.”ا٢بمد “، ”ا٢بمد “، ”٢بمد ا” … “سبحاف ا“، ”سبحاف ا“، ”سبحاف ا“

Keseratus kalimat yang diucapkan ini, apakah pahalanya? Diampuni dosa-dosanya meskipun

sebanyak buih lautan. Akan tetapi, akankah (teraih pahalanya) walaupun diucapkan dengan

sabsabah seperti itu? Maha suci Allah, hanyalah hal itu wajib dilakukan dengan sabar, maka

ucapkanlah, “Subhanallah … subhanallah … subhanallah,” juga “Alhamdulillah … alhamdulillah …

alhamdulillah,” demikian sampai akhir …

Bandung, 8 Januari 2013

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 269 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Seperti Hewan, Memutar Pandang Memaruh Darah …

Imam ash-Shan’ani berkata di kitab Subul as-Salam (1/538):

بع، كافباش السوقد ثبت عن النيب صلى ا عليو وسلم األمر بخالفة سائر ا٢بيوانات ب ىيئات الصبلة، فنهى عن التفات كالتفات الثعلب، وعن افباش … وٯبمعها قولنا :… -أي حاؿ السبلـ-وإقعاء كإقعاء الكلب، ونقر كنقر الغراب، ورفع األيدي كأذناب خيل مشس

إذا ٫بن قمنا ب الصبلة فإننا ** هنينا عن اإلتياف فيها بستة بروؾ بعب والتفات كثعلب ** ونقر غراب ب سجود الفريضة

عند فعل التحيةوإقعاء كلب أو كبسط ذراعو ** وأذناب خيل

… telah kukuh dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- perintah untuk menyalahi tabiat hewan-

hewan pada sejumlah kaifiat shalat. Beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam- melarang dari

mengalihkan pandang seperti rubah, dari menghamparkan (kedua hasta) seperti binatang buas, dari

duduk bertinggung anjing, dari mematuk seperti burung gagak, dari mengangkat tangan –yakni pada

saat salam- seperti ekor-ekor kuda yang bergerak-gerak … dan semua itu terhimpun dalam ucapan

kami berikut:

Jika kita berdiri shalat, terlarang bagi kita enam hal …

melutut unta, memutar pandang seperti rubah, memaruh dalam sujud tak ubahnya burung gagak …

begitu juga bercangkung anjing, membaringkan hasta (ke tanah), dan (isyarat) ekor-ekor kuda di

saat tahiyat …

***

| 270 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

* Kitab Subul as-Salam ditulis oleh Imam ash-Shan’ani, ulama dari kota Shan’a di negeri Yaman. Kitab

tersebut berisikan penjelasan beliau atas kitab Bulugh al-Maram karya al-Hafizh Ibn Hajar al-

Asqalani –rahimahumallah- …

Berikut ini beberapa hadits yang menyebutkan tentang larangan menyerupai tabiat hewan pada saat

shalat …

Pertama: Melutut Unta

… yaitu larangan menyerupai tabiat unta yang menderum. Orang yang shalat tidak boleh bersujud

dengan cara melutut seperti unta yang menderum, yakni dengan mendahulukan kedua lutut

sebelum kedua tangan …

)أخرجو أبد وأبو داود(” إذا سجد أحدكم فبل يربؾ كما يربؾ البعب وليضع يديو قبل ركبتيو.“عن أيب ىريرة قاؿ رسوؿ ا صلى ا عليو وآلو وسلم:

Dari Abu Hurairah, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Jika salah seorang dari

kalian bersujud, janganlah dia berlutut seperti unta yang menderum, tetapi hendaklah dia

meletakkan kedua tangannya terlebih dahulu sebelum kedua lututnya.” (HR. Ahmad dan Abu

Dawud)

Kedua: Memutar Pandang Seperti Rubah

… yaitu larangan menoleh pada saat shalat, baik dengan kepala maupun dengan pandangan mata …

والتفات كالتفات الثعلب… عن أيب ىريرة رضي ا عنو قاؿ: أمرين رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم بثبلث وهناين عن ثبلث باين ب صفة الصبلة.أبد شاكر وحسنو األل رواه أبد ب ا٤بسند، صححو

Dari Abu Hurairah, dia berkata, “Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- memerintahkanku dengan

tiga perkara dan melarangku dari tiga perkara … dan (beliau melarangku) dari memutar pandang

seperti rubah.” (HR. Ahmad di kitab Musnad; disahihkan oleh Ahmad Syakir dan dihasankan oleh al-

Albani di kitab Shifah ash-Shalah)

Sering juga saya melihat orang yang sedang shalat melakukan hal ini dengan ekor matanya –seperti

memandang ke atas, memandang ke arah kanan atau kiri untuk memerhatikan atau memandang

sekilas orang yang berada di masjid …

Kata Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam, berpaling atau memutar pandang seperti itu

merupakan pencurian yang dilakukan oleh setan dari orang yang shalat sebagaimana disebutkan

dalam hadits berikut:

بد. رواه البخاريعن عائشة رضي ا عنها قالت: سألت النيب صلى ا عليو وسلم عن االلتفات ب الصبلة؟ فقاؿ: ىو اختبلس ٱبتلسو الشيطاف من صبلة الع

Dari ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha, dia berkata, “Aku bertanya kepada Nabi –shallallahu ‘alaihi wa

sallam- tentang menoleh (memutar-mutar pandang) pada saat shalat,” lalu beliau bersabda, “Itu

merupakan pencurian yang dilakukan oleh setan terhadap shalat seorang hamba.” (HR. al-Bukhari)

| 271 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Ketiga: Memaruh Tak Ubahnya Burung Gagak atau Ayam

… yaitu tidak menyempurnakan rukuk dan sujud, tidak thuma’ninah (tenang) dalam shalat. Syaikh

Ibn Jibrin –rahimahullah- berkata tentang memaruh seperti gagak:

…يعب إذا سجد ساعة ما يصل إذل األرض يرفع رأسو كأنو الغراب الذي ينقر …

… yakni apabila bersujud hanya sesaat saja, sebelum mencapai tanah dengan sempurna akan

mengangkat kepalanya lagi seakan-akan burung gagak yang mematuk …

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- melarang perbuatan seperti itu sebagaimana disebutkan

dalam hadits-hadits berikut:

وهناين عن نقرة كنقرة الديك… ي ا عنو قاؿ: أمرين رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم بثبلث وهناين عن ثبلث عن أيب ىريرة رض أبد شاكر وحسنو األلباين ب صفة الصبلة. رواه أبد ب ا٤بسند، صححو

Dari Abu Hurairah, dia berkata, “Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- memerintahkanku dengan

tiga perkara dan melarangku dari tiga perkara … dan beliau melarangku dari mematuk seperti

patukan ayam.” (HR. Ahmad di kitab Musnad; disahihkan oleh Ahmad Syakir dan dihasankan oleh al-

Albani di kitab Shifah ash-Shalah)

جوده، ا األشعري، قاؿ: صلى رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم بأصحابو، ب جلس ب طائفة منهم، فدخل رجل، فقاـ يصلي، فجعل يركع وينقر ب سعن أيب عبد مثل الذي يركع وينقر ب أتروف ىذا، من مات على ىذا، مات على غب ملة ٧بمد، ينقر صبلتو كما ينقر الغراب الدـ، إ٭با“فقاؿ النيب صلى ا عليو وسلم:

قاؿ أبو صاحل: فقلت أليب عبد ” ود.سجوده، كا١بائع ال يأكل إال التمرة والتمرتب، فماذا تغنياف عنو، فأسبغوا الوضوء، ويل لؤلعقاب من النار، أبوا الركوع والسجعاص، وخالد بن الوليد، ويزيد بن أيب سفياف، وشرحبيل بن حسنة، كل ىؤالء ٠بعوه من ا األشعري: من حدثك ذا ا٢بديث؟ فقاؿ: أمراء األجناد: عمرو بن ال

النيب صلى ا عليو وسلم.، وابن أيب ۲۷/ب التاريخ الكبب . وأخرجو أيضا: البخاري ۲/، وابن عساكر ۲، رقم ۲/۸۹، والبيهقي ، رقم ۲/)أخرجو ابن خزٲبة

(.. وحسنو األلباين ب صحيح ابن خزٲبة رقم ۹، رقم ۷۲/عاصم ب اآلحاد وا٤بثاين

Dari Abu ‘Abdullah al-Asy’ari, dia berkata:

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- shalat mengimami para shahabat. (Seusai shalat), beliau

duduk-duduk bersama sekelompok para shahabat. Tiba-tiba seorang lelaki memasuki masjid dan

mendirikan shalat. Lelaki itu rukuk dan mematuk-matuk dalam sujudnya. (Melihat itu), Nabi –

shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Apakah kalian melihat (yang dilakukan orang) ini? Barang

siapa yang mati (dengan shalat) seperti ini, maka dia mati di luar millah Muhammad –shallallahu

‘alaihi wa sallam. Dia mematuk-matuk dalam shalatnya tak ubahnya burung gagak yang memaruh

darah. Sesungguhnya perumpamaan orang yang rukuk dan mematuk-matuk dalam sujudnya itu

hanyalah bagaikan orang lapar yang tidak memakan apa pun selain sebutir dua butir kurma yang

tentu tak mengenyangkannya. Oleh karena itu, hendaklah kalian menyempurnakan wudu. Betapa

celaka tumit-tumit yang terbakar api neraka (karena tak terbasuh sempurna dalam wudu)!

Sempurnakanlah rukuk dan sujud kalian!”

Abu Shalih berkata, “Maka aku bertanya kepada Abu ‘Abdullah al-Asy’ari, siapa orang yang

mengabarkan hadits ini kepadamu?” Abu ‘Abdullah al-‘Asy’ari pun menjawab, “Para pemimpin

pasukanlah (yang mengabarkannya kepadaku), yaitu ‘Amr bin al-‘Ash, Khalid bin al-Walid, Yazid bin

| 272 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Abu Sufyan, dan Surahbil bin Hasanah. Mereka semua telah mendengar hadits ini dari Nabi –

shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Hadits ini dikeluarkan oleh Ibn Khuzaimah (1/332; 665), al-Baihaqi (2/89; 2406), Ibn ‘Asakir (65/239).

Dikeluarkan juga oleh al-Bukhari di kitab at-Tarikh al-Kabir (4/247), Ibn Abu ‘Ashim di kitab al-Ahad

wa al-Matsani (1/372; 494); Dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahih Ibn Khuzaimah (665).

Keempat: Duduk Bertinggung Anjing

… yaitu larangan melakukan salah satu dari dua macam duduk ‘iq’a. Duduk ‘iq’a yang pertama

merupakan Sunnah, sedangkan duduk ‘iq’a yang kedua termasuk hal yang dilarang dalam shalat.

Duduk ‘iq’a yang dilarang itu adalah ‘iq’a kalb, yaitu duduk bertinggung anjing, duduk dengan

menegakkan kedua telapak kaki namun menempelkan pantat ke tanah.

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- telah melarang ‘iq’a kalb, yakni cara duduk bertinggung

anjing …

وإقعاء كإقعاء الكلب… عن أيب ىريرة رضي ا عنو قاؿ: أمرين رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم بثبلث وهناين عن ثبلث أبد شاكر وحسنو األلباين ب صفة الصبلة. رواه أبد ب ا٤بسند، صححو

Dari Abu Hurairah, dia berkata, “Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- memerintahkanku dengan

tiga perkara dan melarangku dari tiga perkara … dan (beliau melarangku) dari duduk bercangkung

anjing.” (HR. Ahmad di kitab Musnad; disahihkan oleh Ahmad Syakir dan dihasankan oleh al-Albani

di kitab Shifah ash-Shalah)

أف يلصق أليتيو باألرض، وينصب ساقيو، ويضع يديو باألرض، كما يقعي الكلب(: ۹/ابن األثب ب النهاية ب غريب ا٢بديث واألثر ) قاؿ

Ibn al-Atsir berkata di kitab an-Nihayah fi Gharib al-Hadits wa al-Atsar (4/89), “Menempelkan pantat

ke tanah, menegakkan kaki dan menaruh tangan di tanah sebagaimana anjing yang bercangkung.”

Syaikh Ibn Jibrin –rahimahullah- berkata:

…بل يكوف شبيها بإقعاء الكلب الذي يقعي على ذنبو ويرفع يديو ويعتمد عليهما ال شك أف ىذا يدؿ على عدـ الطمأنينة ب الصبلة …

“… bahkan hal itu menyerupai anjing yang bercangkung, anjing yang menduduki ekornya seraya

mendirikan kedua tangannya dan bertumpu pada keduanya. Tidak syak lagi, hal ini menunjukkan

akan ketiadaan thuma’ninah dalam shalat ….”

Adapun duduk ‘iq’a yang diperbolehkan adalah duduk ‘iq’a dengan cara menegakkan kedua telapak

kaki, menempelkan pantat di atas kedua tumit, dan menaruh tangan pada paha atau lutut. Cara

duduk ‘iq’a yang seperti ini diperbolehkan pada saat duduk di antara dua sujud -dan ini terkadang

dilakukan oleh Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- di samping duduk iftirasy yang biasa beliau

lakukan.

بل ىي سنة نبيك صلى عن طاووس بن كيساف قاؿ: قلنا البن عباس ب اإلقعاء على القدمب؛ فقاؿ: ىي السنة؛ فقلنا لو: إنا لنراه جفاء بالرجل؛ فقاؿ ابن عباس: )رواه مسلم(… ا عليو وسلم

Dari Thawus bin Kaisan, dia berkata:

| 273 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Kami bertanya kepada Ibn ‘Abbas tentang ‘iq’a (duduk) di atas kedua kaki, lalu Ibn ‘Abbas menjawab,

“Itu adalah Sunnah.” Kami berkata lagi kepadanya, “Kami memandang itu perangai yang buruk,” lalu

Ibn ‘Abbas berkata, “Bahkan itu merupakan Sunnah nabimu –shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR.

Muslim 536)

Kelima: Menghamparkan Hasta Seperti Anjing dan Binatang Buas

… yaitu larangan membentangkan atau membaringkan kedua hasta ke tanah ketika bersujud, atau

dengan kata lain, larangan menempelkan kedua lengan (yakni dari mulai pergelangan sampai siku)

dengan tanah pada saat bersujud. Cara seperti inilah yang dikatakan menyerupai anjing dan

binatang buas, yakni menyerupai anjing dan binatang buas yang sedang berdekam …

Tak jarang saya melihat orang yang shalat melakukan hal yang dilarang oleh Rasulullah –shallallahu

‘alaihi wa sallam- ini …

)رواه البخاري(… عن أنس قاؿ: قاؿ رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم: اعتدلوا ب السجود، وال يبسط أحدكم ذراعيو انبساط الكلب

Dari Anas, dia berkata, Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Seimbanglah kalian saat

bersujud, janganlah salah seorang dari kalian menghamparkan kedua hastanya (membaringkan

kedua lengannya) seperti anjing yang menghamparkan (kedua kakinya saat berdekam).” (HR. al-

Bukhari)

…وينهى أف يفبش الرجل ذراعيو افباش السبع … عن عائشة، قالت:

Dari ‘Aisyah, dia berkata, “… dan melarang seorang menghamparkan kedua hastanya

(membaringkan kedua lengannya) seperti binatang buas yang menghamparkan (kedua kakinya saat

berdekam).” (HR. Muslim)

Syaikh Ibn Jibrin –rahimahullah- berkata:

…الكلب إذا برؾ بسط ذراعيو أمامو فالساجد إذا سجد يرفع ذراعيو عن األرض ال يبسطهما وٲبدٮبا على األرض، فيكوف شبيها بالكلب …

… jika anjing berdekam, dia menghamparkan kedua hastanya ke depan. Oleh karena itu, jika orang

yang shalat itu bersujud, dia mengangkat kedua hastanya dari tanah, bukan menghamparkan

keduanya di tanah hingga menyerupai anjing …

Keenam: Isyarat Tangan Seperti Ekor Kuda yang Bergerak-Gerak

… yaitu larangan memberikan isyarat dengan tangan pada saat mengucapkan salam ke kanan dan ke

kiri. Isyarat tangan yang dimaksud bisa saja dengan cara menunjuk, mengangkat tangan, atau

menggerakkan tangan ke kanan dan ke kiri bersamaan dengan ucapan salam.

Beberapa kali sudah saya melihat orang-orang yang shalat melakukan hal yang semacam ini. Orang-

orang itu membalikkan telapak tangan kanannya yang bertelangkup jadi menelentang pada saat

mengucapkan salam yang pertama, kemudian membalikkan telapak tangan kirinya yang

bertelangkup jadi menelentang pada saat mengucapkan salam yang kedua …

Dulu, para shahabat –radhiyallahu ‘anhum- pun memberikan isyarat tangan ke kanan dan kiri pada

waktu mengucapkan salam, namun kemudian dilarang oleh Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam

| 274 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

ا١بانبب فقاؿ رسوؿ بن ٠برة قاؿ كنا إذا صلينا مع رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم قلنا السبلـ عليكم وربة ا السبلـ عليكم وربة ا وأشار بيده إذل عن جابر لى أخيو من على ٲبينو ومشالوا صلى ا عليو وسلم عبلـ تومئوف بأيديكم كأهنا أذناب خيل مشس إ٭با يكفي أحدكم أف يضع يده على فخذه ب يسلم ع

Dari Jabir bin Samurah dia berkata:

Dulu apabila kami shalat bersama Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami mengucapkan,

“Assalamu ‘alaikum wa rahmatullah, assalamu ‘alaikum wa rahmatullah,” seraya mengisyaratkan

tangan ke arah kanan dan kiri. Maka Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Untuk apa

kalian mengisyaratkan tangan-tangan kalian seakan-akan itu ekor-ekor kuda yang bergerak-gerak.

Cukuplah tiap orang dari kalian meletakkan tangan di pahanya kemudian mengucapkan salam

kepada saudaranya yang berada di samping kanan dan kirinya.” (HR. Muslim)

Bandung, 13 Januari 2013

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 275 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

uncategorized ...

| 276 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Peran, Babak demi Babaknya …

Al-Muhakah, bermain peran … mereka berpura-pura menjadi seseorang

di atas panggung atau di layar-layar cahaya. Drama-drama pun

dipentaskan babak demi babaknya, fragmen-fragmen yang dinukil dari

kehidupan nyata atau pun karya-karya khayalan …

Di belakang panggung di belakang kamera, lelaki tak berjanggut

menempelkan hiasan janggut pada dagunya … dia melingkarkan ‘imamah

di kepalanya, sedang wajahnya dibedaki oleh lelaki-lelaki yang gemulai …

Babatun ba’da babatin … orang-orang pun tampil silih berganti, berjalan

dengan gaya berjalan orang lain dan berbicara dengan gaya bicara orang lain …

Aku termenung membaca sabda Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam:

( األلباين / ۲صحيح البمذي ) –ما أحب أين حكيت إنسانا وإف رل كذا وكذا

“Sungguh aku tak suka berbuat muhakah (menirukan), bahwa bagiku menirukan seperti ini dan

seperti itu.” (Shahih at-Tirmidzi 2/306; al-Albani)

Bandung, 14 Juni 2011

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 277 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Minum Susu …

Malam ini saya menuangkan susu dari dalam pasu. Bagian atas gelas saya

pun dipenuhi ruap …

عن ابن عباس أف النيب صلى ا عليو وسلم شرب لبنا. فدعا باء فػتمضمض، وقاؿ: إف لو د٠با

Dari Ibnu ‘Abbas bahwasanya Nabi -shalallahu ‘alaihi wa sallam- meminum

susu kemudian meminta dibawakan air untuk berkumur-kumur. Beliau

bersabda, “Sesungguhnya susu itu mengandung lemak.” (HR. al-Bukhari

dan Muslim)

هخ ح١ ك٢ )ششف غ( : ك٤ حعظلزخد حؼؼش ششد حز

Imam an-Nawawi berkata (Syarh Muslim), “Di dalamnya terdapat anjuran

untuk berkumur-kumur setelah minum susu.”

قاؿ ابن حجر ب )الفتح ) : إ٭با فيو بياف العلة للمضمضة من اللنب فيدؿ على استحباا من كل شيء دسم

Ibnu Hajar berkata (Fathul Bari), “Di dalam hadits ini terdapat penjelasan tentang sebab

dianjurkannya berkumur-kumur setelah minum susu, lalu ini pun menjadi dalil tentang anjuran

berkumur-kumur dari setiap (makanan atau minuman) yang mengandung lemak.”

, لينظف فمو من الدسم , كتاب األطعمة: فيو دليل على أنو ينبغي ٤بن شرب اللنب أف يتمضمض –وقاؿ الشيخ العبلمة ابن عثيمب ب )شرح صحيح البخاري ينتج عنو روائح ويلحق بو كل طعاـ أو شراب فيو دسم , فإنو ينبغي لئلنساف أف يتمضمض حب يزوؿ ما ب فمو من ىذا الدسم , ألف بقاء الدسم ب الفم ربا

كريهة , أو أمراض على اللثة أو اللساف

Syaikh Muhammad bin ‘Utsaimin berkata (dalam Syarah Shahih al-Bukhari; Kitab al-Ath-imah), “Ini

menjadi dalil bahwa orang yang minum susu hendaknya berkumur-kumur untuk membersihkan

mulut dari lemak, termasuk –berkumur-kumur dari- makanan atau minuman yang mengandung

lemak. Hendaklah ia berkumur-kumur sampai lemak yang ada di mulutnya itu hilang, sebab sisa

lemak di mulut itu dapat menyebabkan bau yang tidak enak atau penyakit pada gusi atau lidah.”

Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

لنا فيو وزدنا منو ومن سقاه اللو لبػنا فليقل: اللهم بارؾ

Dan barangsiapa yang telah Allah beri minuman berupa susu hendaknya ia berdoa: Allahumma barik

lana fihi wa zidna minhu -Ya Allah, berilah keberkahan kepada kami dalam susu ini dan berilah kami

tambahan susu- (HR. Ahmad dishahihkan oleh Ahmad Syakir; at-Tirmidzi, dishahihkan oleh al-Albani)

Bandung, 18 Agustus 2011

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 278 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Alas Kaki …

Karena saya suka memakai alas kaki, semoga saya tak lupa

akan adab yang berkaitan dengannya …

ة أف رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم قاؿ: إذا انػتػعل أحدكم فػليبدأ باليمب وإذا نػزع عن أيب ىريػر مذى(فػليبدأ بالشماؿ ولتكن اليمب أو٥بما تػنػعل وآخرٮبا تػنػزع )رواه البخاري ومسلم وأبو داود والب

Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- bahwasanya

Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Apabila

salah seorang di antara kamu memasang alas kaki,

dahulukanlah kaki kanan, namun apabila hendak

menanggalkannya, tanggalkanlah yang kiri terlebih dahulu.

Hendaklah yang kanan itu yang mula-mula dipasang dan yang

terakhir ditanggalkan.” (HR. al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud,

at-Tirmidzi)

، وطهوره)رواه مسلمجلو عن عائشة قالت: كاف رسوؿ اللو صلى ا عليو وسلم بب التػيمن ب شأنو كلو. ب نػعليو، وتػر

Dari ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha- adalah Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- menyukai

mendahulukan yang kanan dalam segala urusan, baik ketika memakai sandal, ketika bersisir, juga

ketika bersuci.” (HR. Muslim)

قليم ىذه قاعدة مستمرة ب الشرع، وىي إ٭با كاف من باب التكرمي والتشريف، كلبس الثوب والسراويل وا٣بف ودخوؿ ا٤بسجد والسواؾ واالكتحاؿ وتقاؿ النووي: الشرب و األظفار وقص الشارب وترجيل الشعر وىو مشطو ونتف اإلبط وحلق الرأس والسبلـ من الصبلة وغسل أعضاء الطهارة وا٣بروج من ا٣ببلء واألكل

االمتخاط واالستنجاء وا٤بصافحة واستبلـ ا٢بجر األسود، وغب ذلك ٩با ىو ب معناه يستحب التيامن فيو. وأما ما كاف بضده كدخوؿ ا٣ببلء وا٣بروج من ا٤بسجد و مسلم بشرح النووي( وخلع الثوب والساويل وا٣بف وما أشبو ذلك فيستحب التياسر فيو، وذلك كلو بكرامة اليمب وشرفها وا أعلم )صحيح

Imam an-Nawawi berkata, “Hadits -‘Aisyah- ini mengandung kaidah baku dalam syariat, bahwa

segala sesuatu yang mulia dan baik dianjurkan untuk mendahulukan yang kanan, misalnya saat

memakai baju, celana, sepatu, memasuki masjid, bersiwak, bercelak, memotong kuku, menggunting

kumis, menyisir rambut, mencabut bulu ketiak, mencukur kepala, mengucapkan salam sebagai tanda

selesai shalat, membasuh anggota wudhu, keluar dari WC, makan dan minum, berjabat tangan,

menyentuh hajar aswad dan lain-lain. Sedangkan hal-hal yang sebaliknya dianjurkan untuk

mendahulukan yang kiri, misalnya memasuki WC, keluar dari masjid, membuang ingus, istinja’,

membuka baju, membuka celana dan sepatu. Itu semua dikarenakan bagian kanan itu memiliki

kelebihan dan kemuliaan. Wallahu a’lamu. (Syarah an-Nawawi)

Bandung, 19 Agustus 2011

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 279 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Bukan Review untuk “Jejak-Jejak yang Terserak” …

Penulis : Rifki

Ukuran : 14 X 21

Kertas : HVS 70

Halaman : x + 191

Cover : Softcover

ISBN : 978-979-762-103-2

Rifki tak hanya menandai jalan-jalan yang dilaluinya dengan tapak

kaki semata, tetapi juga dengan coretan-coretan yang berisi

renungan, pemikiran, dan puisi. Jejak-jejak kakinya memang

berserak di sana-sini, namun pemaknaan atas fragmen-fragmen

kehidupan yang dijalaninya tersusun dengan rapi dan indah.

Saya menyukai buku lelaki betawi ini, bab demi babnya, judul demi judulnya. Ada lima-puluh-enam

judul yang ditulisnya untuk delapan bab yang dibuatnya. Isinya tentu saja sesederhana dan serumit

kehidupan kita, namun Rifki menghiasinya dengan argumen-argumen kesadaran yang positif.

Simaklah judul-judul dan ucapan yang Rifki tuliskan dalam fragmen-fragmen kehidupannya:

Berkata Karena Perlu, Bukan Hanya Karena Mau (hal. 57)

Karena Tak Semua yang Kita Ucapkan, Kita Inginkan (hal. 54)

Selagi masih ada kesempatan, suapilah si kecil sepenuh hati sebelum ia malu menerima suapan dari

tangan kita …. Peluklah dengan kehangatan cinta, sebelum si kecil merasa risih diperlakukan

demikian. (Hal. 156)

Saya katakan, Rifki mengajak kita melalui tulisan-tulisannya yang barfaidah ini –dan dengan judul-

judulnya yang baik- untuk membangun kesadaran dan bertindak bijaksana, untuk belajar dan peduli.

Sayangnya –harus saya katakan, penerbitan buku ini tidak dikerjakan dengan baik dan matang.

Tampaknya, penulis melupakan tiga orang yang sangat penting dalam penerbitan sebuah buku, yaitu

editor, penata letak, dan penyelaras aksara. Tak heran jika selama membaca, saya disuguhi dengan

editing yang buruk, tata letak yang buruk, dan aksara-aksara yang tak selaras.

Saya sarankan kepada penulis untuk menghubungi ahlinya pada edisi/cetakan berikutnya dari buku

ini. Saya teringat kepada para ahli di bidang itu (editor, penata letak, dan penyelaras aksara) di dunia

multiply ini, yaitu Novi (http://nikinput.multiply.com) dan Novi (http://akunovi.multiply.com). Dua

orang dengan nama yang sama … he he he …

Bandung, 4 November 2011

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 280 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Musa dan Ayah Dua Perempuan Madyan …

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (surah al-Qashash):

ا ورد ماء مدين وجد عليو أمة من الناس يسقوف ووجد من دوهنم امرأتػب تذوداف ( التا ال نسقي حب يصدر الرعاء وأبونا شيخ كبب )قاؿ ما خطبكما ق ولمأيب يدعوؾ ليجزيك أجر ما سقيت لنا ( فجاءتو إحداٮبا بشي على استحياء قالت إف فسقى ٥بما ب تػوذل إذل الظل فػقاؿ رب إين لما أنزلت إرل من خب فقب )ا جاءه وقص عليو القصص قاؿ ال بف ٪بوت من القوـ الظالمب ) (فػلم

(23) Dan tatkala Musa sampai di sumber air negeri Madyan, dia menjumpai di sana sekumpulan

orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan dia menjumpai di belakang orang banyak itu dua

orang perempuan yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata, “Apakah maksudmu

(dengan berbuat begitu)?” Kedua perempuan itu menjawab, “Kami tidak dapat meminumkan

(ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang ayah kami

adalah seorang yang telah lanjut usia.”

(24) Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke

tempat yang teduh lalu berdoa, “Ya Rabb-ku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu

kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku.”

(25) Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua perempuan itu yang berjalan

dengan malu-malu, dia (perempuan itu) berkata, “Sesungguhnya ayahku memanggilmu agar dia

memberi balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami.” Maka tatkala Musa

mendatangi ayahnya dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya), (ayah kedua

perempuan itu) pun berkata, “Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang

zalim itu.”

Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di –rahimahullah- berkata dalam kitab Tafsir Kalam al-

Manan:

| 281 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

زح حشؿ، أر حشأط٤، طخكذ ذ٣، ٤ظ رشؼ٤ذ حز٢ حؼشف، خ حشظش ػذ ؼ٤ش حخط، كب زح، ه ٣ذ ػ٤

…٤ د

Dan lelaki tersebut, ayah dua orang perempuan (yang merupakan) penduduk Madyan, bukanlah

Syu’aib Nabi yang telah ma’ruf –(tidak) sebagaimana yang tersiar di kalangan masyarakat luas. Maka

anggapan ini (bahwa lelaki itu adalah Syu’aib) tidaklah ditunjang oleh dalil …

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad as-Sadhan berkata dalam kitab Tahta al-Mijhar:

يدؿ صراحة على أنو شاع عند كثب من الناس أنو شعيب عليو السبلـ ولعل ٩با بلهم على ذلك كونو من مدين وكونو من الرجاؿ الصا٢بب. لكن ليس ب اآلية ما …السبلـ شعيب عليو

أما شيخ اإلسبلـ فقد ذكر أف كثبا من ا٤بذكورين بالعلم يظن أف شعيبا بو موسى وقاؿ : إف ىذا قوؿ طائفة من ا١بهاؿ…

Telah tersiar di kalangan masyarakat luas bahwasanya dia (ayah dari kedua perempuan yang ditemui

Musa –‘alaihis salam) itu adalah Nabi Syu’aib –‘alaihis salam. Barangkali mereka menyimpulkan hal

itu dari keberadaannya sebagai penduduk Madyan dan termasuk lelaki saleh. Akan tetapi, ayat-ayat

tersebut tidaklah menunjukkan secara jelas bahwa beliau adalah Nabi Syu’aib –‘alaihis salam …

… adapun Syaikh al-Islam Ibn Taimiyah, sungguh beliau telah menyebutkan tentang banyaknya orang

yang disebut sebagai ulama yang menyangka bahwa Nabi Syu’aib itu mertua Nabi Musa. Beliau

mengatakan, “Sesungguhnya ini merupakan ucapan sekelompok orang dari kalangan orang-orang

jahil.”

Syaikh Ibnu Jibrin –rahimahullah- berkata, sebagaimana disebutkan dalam Tahta al-Mijhar:

ى وشعيب فحكى ااشتهر عند كثب من ا٤بفسرين أنو شعيب، ألف شعيبا أرسل إذل مدين، وليس ىناؾ مايعتمد عليو أنو شعيب، واألظهر أنو غبه للبعد بب موس عن قـو شعيب ) وما قـو لوط منكم ببعيد( وقـو لوط ب عهد إبراىيم، وإبراىيم بعيد عن موسى

Telah masyhur di kalangan mayoritas ahli tafsir bahwasanya dia itu adalah Nabi Syu’aib –‘alaihis

salam- karena Syu’aib diutus kepada penduduk Madyan. (Akan tetapi sebetulnya) tidaklah terdapat

penjelasan yang bisa dipegang mengenai hal itu (yang menunjukkan) bahwa beliau itu Nabi Syu’aib.

Justru yang tampak jelas, (lelaki itu) itu bukanlah Syu’aib karena (jarak waktu) antara Musa dengan

Syu’aib itu sangat jauh …

Allah menyebutkan kisah tentang kaum Nabi Syu’aib:

“Sedangkan kaum Luth tidak (pula) jauh dari kalian.” (QS. Hud: 89)

Kaum Nabi Luth –‘alaihis salam- itu hidup pada zaman Nabi Ibrahim –‘alaihis salam, sedangkan masa

kehidupan Nabi Ibrahim itu sangat jauh dari masa kehidupan Musa –‘alaihis salam …

Syaikh ‘Abdul Malik ar-Ramadhani al-Jazairi –hafizhahulah- berkata dalam kitab Min Kulli Surah

Faidah:

ا ب كتاب ا:ذكر بعض ا٤بفسرين أف الشيخ الكبب ا٤بشار إليو ب ىذه اآلية ىو نيب ا شعيب عليو السبلـ لكن يشكل عليو أمراف جاء

| 282 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Sebagian ahli tafsir menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Syaikh al-Kabir (orang yang telah

lanjut usia) dalam surah al-Qashash ayat 23 itu adalah Nabi Syu’aib –‘alaihis salam. Akan tetapi ada

dua keterangan di dalam al-Quran yang merancukan pendapat ini …

ا تعاذل قص فيها ما جرى األوؿ : أف ا ذكر ب سورة األعراؼ ما يدؿ على أف موسى عليو السبلـ دل يكن ب زمن شعيب عليو السبلـ وإ٭با كاف بعده وذلك أف بعدىم موسى بآياتنا إذل فرعوف وملئو فظلموا ا فانظر كيف كاف عاقبة لنوح وىود وصاحل ولوط وشعيب عليهم الصبلة والسبلـ ب ختم ذلك بقولو : )ب بعثنا من

فدخل شعيب صلى ا عليو وسلم فيمن بعث ا من بعدىم موسى 103ا٤بفسدين االعراؼ :

Pertama: Bahwasanya Allah telah menyebutkan di dalam surah al-A’raf hal yang menunjukkan

bahwa Nabi Musa –‘alaihis salam- berbeda zaman dengan masa kehidupan Nabi Syu’aib –‘alaihis

salam. Nabi Musa itu hidup sesudah masa Nabi Syu’aib. Allah ta’ala mengisahkan tentang apa yang

terjadi dengan Nuh, Hud, Shalih, Luth, dan Syu’aib –‘alaihimush shalatu wassalam- kemudian

menutup kisah tersebut dengan firman-Nya, “Kemudian Kami utus Musa sesudah mereka (rasul-

rasul itu) dengan membawa ayat-ayat Kami kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya, lalu

mereka mengingkari ayat-ayat itu. Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang

membuat kerusakan.” (QS. al-A’raf: 103)

Maka Syu’aib –shallallahu ‘alaihi wa sallam- itu termasuk (di antara) rasul-rasul yang (kemudian)

Allah mengutus Musa setelah mereka …

وما قػوـ لوط منكم ” قاؿ آخروف : كاف شعيب قبل زماف موسى بدة طويلة ألنو قاؿ لقومو : الثاين :ذكر ابن كثب دليبل ٥بذا القوؿ فقاؿ ب تفسب آية الباب : )و وقد كاف ىبلؾ قـو لوط ب زمن ا٣بليل بنص القرآف وقد علم أنو كاف بب موسى وا٣بليل مدة طويلة تزيد على أربعمائة سنة كما ذكره غب 89)ىود : ” ببعيد واحد

Kedua: Ibnu Katsir menyebutkan dalil terhadap pendapat ini dalam tafsirnya, “Dan yang lainnya

berkata, ‘Syu’aib berada pada masa sebelum zaman Musa dengan rentang waktu yang jauh, karena

Syu’aib mengatakan kepada kaumnya, ‘Sedangkan kaum Luth tidak (pula) jauh dari kalian.’” (QS.

Hud: 89)

Dan sungguh kebinasaan kaum Luth itu terjadi pada zaman al-Khalil (Ibrahim) berdasarkan nash al-

Quran, dan telah maklum bahwa rentang masa antara Musa dengan al-Khalil itu sangatlah jauh,

yakni sekitar empat ratus tahun sebagaimana telah disebutkan bukan hanya oleh satu orang saja …

Syaikh al-Islam Ibn Taimiyah –rahimahullah- berkata dalam kitab al-Jawab ash Shahih:

ىو كاف بو موسى وليس ب القرآف فكم ٩بن يفسر القرآف با ال يدؿ عليو لفظ القرآف بل وال قالو أحد من الصحابة بل وال التابعب. كمن يقوؿ إف شعيبا النيب …والسنة وكبلـ الصحابة

وغبىم خبلؼ كوف شعيب النيب كاف بو موسى عليو السبلـ كما تقولو طائفة من ا١بهاؿ وا٤بتواتر عند أىل الكتاب وعند ا٤بسلمب من الصحابة والتابعب… ذلك

Dan berapa banyak orang yang menafsirkan al-Quran dengan apa yang tidak ditunjukkan oleh lafal

al-Quran, tidak juga oleh apa yang dikatakan oleh shahabat, bahkan tidak juga dengan apa yang

| 283 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

dikatakan oleh tabi’in, sebagaimana orang yang mengatakan bahwa Nabi Syu’aib itu mertua Nabi

Musa, (padahal hal itu) tidak terdapat di dalam al-Quran, Sunnah, dan ucapan shahabat …

… Nabi Syu’aib menjadi mertua Nabi Musa sebagaimana dikatakan oleh sekelompok orang dari

kalangan orang-orang jahil, padahal yang mutawatir menurut ahli kitab dan juga kaum muslimin dari

kalangan shahabat, tabi’in, dan selain mereka adalah (ucapan) yang berbeda dari ucapan tersebut …

Imam Ibnu Katsir –rahimahullah- berkata dalam kitab tafsirnya terhadap surah al-Qashash:

القرآف ىهنا وما جاء ب بعض األحاديث من التصريح بذكره ب قصة موسى دل ب من ا٤بقوي لكونو ليس بشعيب أنو لو كاف إياه ألوشك أف ينص على ا٠بو ب …يصح إسناده

Kemudian di antara hal yang menguatkan bahwa beliau bukanlah Nabi Syu’aib, yaitu bahwasanya

jika seandainya beliau memang Syu’aib, niscaya namanya akan disebutkan dengan jelas dalam ayat

al-Quran tersebut. Sedangkan apa yang terdapat dalam beberapa hadits tentang penyebutan nama

beliau secara jelas mengenai kisah Musa, maka (hadits-hadits) itu tidaklah shahih sanad-sanadnya …

Bandung, 2 Oktober 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 284 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Khaulah binti Azwar, Tokoh Dongeng Belaka …

Kisah tentang tokoh ini, wanita pemberani yang membuat Khalid bin al-Walid dan kaum muslimin

takjub atas keberaniannya, begitu mudah ditemukan di buku-buku yang beredar di masyarakat

maupun di halaman-halaman jurnal dunia maya. Diceritakan bahwa Khaulah binti al-Azwar

menunggangi kuda dengan selubung yang menutupi seluruh tubuhnya, bertempur dengan

keberanian dan ketangkasan seperti Khalid bin al-Walid, tiada rasa takut di tengah kecamuk perang

***

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad as-Sadhan berkata (Tahta al-Mijhar: 40-41):

خرب: خولة بنت األزور: …وقصتها مشهورة ب إنقاذ أخيها ضرار من األسر عندما ركبت جوادىا ووضعت لثاما لتخفي وجهها.. اخل

Kisah Khaulah binti al-Azwar sangat terkenal dalam upaya penyelamatan saudara lelakinya, Dhirar

bin al-Azwar, yang ditawan musuh. (Pada kisah itu) Khaulah menunggangi kuda sambil mengenakan

cadar untuk menutupi wajahnya … dan seterusnya hingga akhir cerita …

ور وقضية إنقاذ أخيها من األسر كلو من األخبار الواىية الب ال تستند على برىاف قوي. ومن األدلة الب ساقها ب قولو ذىب بعض الباحثب إذل أف خولة بنت األز مايلي:

Sebagian peneliti berpendapat bahwa (kisah tentang) Khaulah binti al-Azwar dan upaya

penyelamatan saudara lelakinya yang ditawan musuh itu, semua berasal dari kabar-kabar yang

lemah, kabar-kabar yang tak bersanggakan bukti yang kuat. Di antara bukti-bukti yang disebutkan

sebagai penunjang pendapat ini adalah sebagai berikut:

| 285 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

كتب السبة ال تشب من قريب أو بعيد إذل تربة خولة.

Kitab-kitab sejarah tidaklah memberikan isyarat, baik secara dekat maupun jauh, kepada biografi

Khaulah binti al-Azwar.

ضمن ة،دل يذكرىا إطبلقاكتب الباجم الب تبجم لضرار ال تشب إذل خولة، ال ب أخبار أخيها وال ب تراجم النساء الصحابيات،فمثبل ا٢بافظ ابن حجر ب اإلصاب من أحصى من النسوة حب أولئك البلب دل ينلن لقب صحابيات.

Kitab-kitab biografi yang menuliskan riwayat hidup Dhirar bin al-Aswad tidaklah memberikan isyarat

akan keberadaan Khaulah binti al-Azwar, tidak di dalam kabar saudara lelakinya itu dan tidak pula di

dalam riwayat hidup para shahabiyah. Misalnya saja al-Hafizh Ibnu Hajar di dalam kitab al-Ishabah,

beliau sama sekali tidak menyebutkan perihal Khaulah binti al-Azwar di antara para shahabiyah

perempuan, sampai pun pada mereka yang tidak memiliki gelar shahabiyah.

٧بمد بن سعد صاحب الطبقات: ذكر بس عشرة خولة ليس بينهن خولة بنت األزور. أما ا٤بصادر األدبية فلم يذكرىا أي كتاب من أمهات الكتب األدبية.

Muhammad bin Sa’ad, penulis kitab ath-Thabaqat, menyebutkan lima belas nama Khaulah (di dalam

kitabnya), namun di antara nama-nama itu tidak terdapat Khaulah binti al-Azwar. Al-Mashadir al-

Adabiyah pun, yakni kitab yang termasuk di antara kitab-kitab induk adab, sama sekali tidak

menyebutkan nama Khaulah binti al-Azwar.

ت األزور بينهن، وكذلك صاحب كتاب الشعر والشعراء.فصاحب األغاين ذكر ست خوالت ليست بن

Penulis kitab al-Aghani menyebutkan enam nama Khaulah, namun tidak terdapat di antara mereka

itu Khaulah binti al-Azwar. Demikian pula penulis kitab asy-Syi’r wa asy-Syu’ara’ (yakni Ibnu Qutaibah

–pent).

ىػ.280وكذلك الشأف ب الكتب الب اىتمت قدٲبا بأخبار النساء بصفة خاصة مثل كتاب ببلغات النساء البن طيفور ا٤بتوب سنة

Demikian pula perihalnya di dalam kitab-kitab terdahulu yang menaruh perhatian mengenai kabar-

kabar para perempuan berkarakter khusus seperti kitab Balaghah an-Nisa’ karya Ibnu Thaifur (wafat

tahun 289 H).

كذلك كتب اللغة، فصاحب القاموس ايط أحصى ا٣بوالت من الصحابيات واستدرؾ عليو صاحب تاج العروس فلم يذكرىا أحد االثنب. وىكذا أغفلت ذكرىا كتب التاريخ واألدب واللغة بيعا.

Demikian pula dengan kitab-kitab lughah, penulis kitab Qamus al-Muhith menghitung beberapa

nama Khaulah dari kalangan para shahabiyah yang kemudian disempurnakan oleh penulis Taj al-

‘Arus, namun keduanya tidak menyebutkan nama Khaulah binti al-Azwar. Demikianlah, kitab-kitab

tarikh, adab, dan lughah telah sama-sama luput menyebutkan nama Khaulah binti al-Azwar.

| 286 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

بن الوليد ب ببلهتا, ب ذكر الباحث أنو وجد ٥با تربة ب كتاب)) األعبلـ للزر كلي(( فقد ذكر صاحب األعبلـ خولة بنت األزور األسدي وذكر أهنا تشبو بالدذ عمر ا أخبار كثبة ب فتوح الشاـ وب شعرىا جزالة، توفيت ب أواخر عهد عثماف رضي ا عنو، و٥با تربة ب كتاب )أعبلـ النساء ( لؤلستاوىي أخت ضرار و٥ب

كحالة وكلها تعتمد على كتاب )الدر ا٤بنثور( لزينب بنت فواز العاملية وكتاب )فتوح الشاـ( للوا قدي وكتاب )شرح ديواف ا٣بنساء(.

Peneliti menyebutkan bahwa dia mendapati biografi Khaulah binti al-Azwar di dalam kitab al-A’lam

karya az-Zarikli. Penulis al-A’lam itu menyebutkan nama Khaulah binti al-Azwar al-Asadi seraya

menyebutkan pula bahwa Khaulah itu menyerupai Khalid bin al-Walid dalam hal kehebatan

berperang, dan dia (Khaulah) itu saudara perempuan Dhirar bin al-Azwar. Dia memiliki banyak cerita

tentang penaklukkan negeri Syam, demikian juga syair-syairnya yang melimpah. Khaulah wafat pada

akhir masa pemerintahan ‘Utsman bin ‘Affan –radhiyallahu ‘anhu. Biografinya juga terdapat di dalam

kitab ad-Dur al-Mantsur (fi Thabaqati Rabbati al-Khudur -pent) karya Zainab binti Fawwaz al-

‘Amiliyah, juga kitab Futuh as-Syam karya al-Waqidi dan kitab Syarh Diwan al-Khansa’.

ىػ ولذا فبل بتج بقو٥با ألهنا معاصرة 1332-1276كتاب )الدر ا٤بنثور ب ذكريات ربات ا٣بدور( فوجد أف مؤلفة الكتاب عاشت مابب وقد رجع الباحث إذل وقد أخطأت صاحبة الكتاب فنسبت خولة إذل كندة مع أهنا من أسد.

Peneliti kembali lagi kepada kitab ad-Dur al-Mantsur (karya Zainab binti Fawwaz) dan mendapati

bahwa penulisnya hidup di antara tahun 1276 H – 1332 H, sehingga tidak mungkin untuk

menjadikannya sebagai hujjah (atas kisah Khaulah) karena beliau termasuk penulis kontemporer.

Dan sungguh penulis kitab ini pun telah keliru menisbatkan Khaulah kepada Bani Kindah (Khaulah

binti al-Azwar al-Kindi) bersamaan bahwa Khaulah itu dari Bani Asad (Khaulah binti al-Azwar al-

Asadi).

.أما كتاب )شرح ديواف ا٣بنساء( فليس يعرؼ اسم مؤلفو أو جامع مادتو وىو يعتمد على ماساقو الواقدي ب كتاب )فتوح الشاـ(

Adapun kitab Syarah Diwan al-Khansa’, maka nama penulis atau penyusun bunga rampainya tidaklah

diketahui, sementara kitab ini pun bersandar kepada apa yang telah disebutkan oleh al-Waqidi

dalam kitab Futuh asy-Syam.

اب فتوح الشاـ للواقدي، والواقدي ىو ٧بمد بن عمر بن واقد السهمي األسلمي بالوالء. ب عرج الباحث بالكبلـ على كتاب وعلى ىذا فيكوف ا٤برجع الوحيد ىو كت فتوح الشاـ وذكر أف الكتاب فيو شك بالنسبة للواقدي وذكر أف من أدلة ذلك:

ساطب وا٢بكايات،وفيو تناقض وتباين ب ا٤بعلومات ب توصل إذل أف أف أسلوب الكتاب ٱبالف أسلوب الواقدي ا٤بعروؼ، فهذا الكتاب أشبو بكتاب لسرد األ الكتاب إف كاف للواقدي فقد حصل فيو زيادات وتشويو.

Dengan demikian, menjadi jelaslah bahwa (kisah ini) hanya berasal dari satu sumber saja, yaitu kitab

Futuh asy-Syam karya al-Waqidi, dan yang dimaksud dengan al-Waqidi adalah Muhammad bin

‘Umar bin Waqid as-Sahmi al-Aslami, nisbat berdasarkan perwalian. Kemudian peneliti membahas

lebih jauh tentang kitab Futuh asy-Syam tersebut seraya menyebutkan tentang adanya keraguan

mengenai penisbatan kitab tersebut kepada al-Waqidi, di antaranya adalah bahwa uslub (metode)

penulisan kitab tersebut berbeda dengan uslub al-Waqidi yang makruf. Kitab Futuh asy-Syam ini

menyerupai kitab yang menarasikan dongeng dan hikayat, dan di dalamnya terdapat kontradiksi dan

perbedaan dalam kabar-kabarnya, lalu sampailah (pada kesimpulan) bahwa jika memang kitab ini

milik al-Waqidi, maka sungguh telah terdapat di dalamnya tambahan-tambahan dan penyimpangan.

| 287 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

---------------------------------------------------------

Syaikh Mahsyhur bin Hasan Alu Salman, setelah membicarakan kitab Futuh asy-Syam dan kitab

Syarah Diwan al-Khansa’ secara panjang lebar, beliau –hafizhahullah- berkata (Kutub Hadzdzara

minha al-‘Ulama’: 2/291):

جود ٥با ب الواقع بل إف خولة ال ذكر ٥با البتة ب كتب الباجم والسب بل وال ب كتب اللغة واألدب فهي أف خولة بنت األزور وقصصها البطولية مع أخيها ضرار الو حاؿ -أخي القارىء–على الراجح شخصية وٮبية وكل من يثبت عنها شيئا فإ٭با اعتماده على فتوح الشاـ ا٤بنسوب للواقدي وعلى شرح ديواف ا٣بنساء, وقد علمت

إهنما ٩با ال يعتمد على ما فهماىذين الكتابب ف

Bahwasanya Khaulah binti al-Azwar dan kisah keberaniannya bersama saudara lelakinya, Dhirar bin

al-Azwar, tidaklah ada dalam realitas sejarah. Sesungguhnya Khaulah binti al-Azwar sama sekali tidak

disebutkan dalam kitab-kitab biografi dan sejarah, bahkan tidak pula di kitab-kitab lughah dan adab.

Yang benar, Khaulah binti al-Azwar itu hanya merupakan tokoh khayalan, dan semua hal yang

berkaitan dengannya hanya bersandar kepada kitab Futuh asy-Syam yang dinisbatkan kepada al-

Waqidi dan juga bersandar kepada kitab Syarah Diwan al-Khansa’, dan telah kau ketahui –saudaraku

pembaca- keadaan kedua kitab ini, sungguh keduanya termasuk di antara kitab-kitab yang isinya tak

memiliki sandaran …

ا٤بسألة ب كتاب ) خولة بنت األزور(, وخلص إذل ما توصلنا إليو, وعرج على كتاب فتوح الشاـ وشكك ب صحة نسبتو وقد بث األستاذ عبد العزيز الرفاعي ىذه يات, وفيو تناقض للواقدي أيضا معتمدا على أف أسلوب الكتاب ٱبالف أسلوب الواقدي ا٤بعروؼ, وقاؿ عن ىذا الكتاب بأنو أشبو بكتاب لسرد األساطب وا٢بكا

ا٤بعلومات ب توصل إذل أف الكتاب إف كاف للواقدي فقد حصل فيو زيادات وتشويو.وتباين ب

Dan sungguh al-Ustadz ‘Abdul ‘Aziz ar-Rafi’i telah meneliti masalah ini di dalam kibab Khaulah binti

al-Azwar, dan beliau berkesimpulan seperti kesimpulan kami. Beliau juga memeriksa kitab Futuh asy-

Syam dan meragukkan penisbatan kitab tersebut kepada al-Waqidi dengan memandang bahwa

uslub penulisan kitab itu berbeda dengan uslub al-Waqidi yang telah makruf. Beliau juga

mengatakan bahwa kitab ini menyerupai kitab yang menarasikan dongeng dan hikayat, di dalamnya

terdapat kontradiksi dan perbedaan dalam informasi-informasinya. Kemudian beliau berkesimpulan

bahwa jika pun kitab tersebut memang milik al-Waqidi, maka sungguh telah terjadi padanya

penambahan-penambahan dan penyimpangan.

و٬بلص ٩با سبق أف ىذا الكتاب منحوؿ على الواقدي وىو منو بريء, وا أعلم

Dan kami berkesimpulan dari apa yang telah kami kemukakan di muka bahwa kitab ini dipalsukan

kepada al-Waqidi sementara al-Waqidi terlepas darinya, wallahu a’lamu …

----------------------------------------------------------------

Doktor Muhammad bin ‘Abdillah al-Qanash berkata:

خولة بنت األزور: ال وجود ٥با ب كتب معرفة الصحابة، وال ب كتب التاريخ تصح نسبتو للواقدي، وىذا أمر معروؼ عند الباحثب.والباجم، وإ٭با ذكرت ب كتاب )فتوح الشاـ( ا٤بتداوؿ بب الناس، وا٤بنسوب للواقدي، وال

| 288 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Khaulah binti al-Azwar, tidaklah ditemukan keberadaannya di dalam kitab-kitab ma’rifah shahabah,

tidak juga dalam kitab-kitab sejarah dan biografi. Khaulah binti al-Azwar hanya disebutkan di kitab

Futuh asy-Syam yang beredar –dari mulut ke mulut- di antara manusia. Kitab tersebut dinisbatkan

kepada al-Waqidi, namun tidaklah shahih penisbatan tersebut kepada al-Waqidi, dan hal ini telah

makruf dalam pandangan para peneliti.

أف ا٤برأة ال تشارؾ الرجاؿ ب القتاؿ، وإ٭با تقـو بداواة ا١برحى وسقي الغزاة -رضي ا عنهم-وأصحابو -ا عليو وسلمصلى -ب إف ا٤بعروؼ ب حروب النيب معروفة دل يذكر ب تربتو أف لو أختا تسمى خولة، ولو كانت مشهورة -رضي ا عنو-ومساعدهتم، ودل تكن تباشر القتاؿ، ب إف الصحايب ا١بليل ضرار بن األزور

لناسب ذكرىا، والذي يظهر أف خولة بنت األزور شخصية أسطورية، ال وجود ٥با،

وا أعلم.

Kemudian, sungguh telah diketahui dalam peperangan-peperangan Nabi –shallallahu ‘alaihi wa

sallam- dan para shahabat –radhiyallahu ‘anhum- bahwasanya perempuan tidak ikut bergabung

bersama laki-laki dalam perang. Para perempuan hanya ikut serta untuk merawat orang-orang yang

terluka, memberi minum para tentara, dan memberi bantuan kepada mereka tanpa ikut bertempur.

Kemudian, sesungguhnya dalam biografi shahabat mulia Dhirar bin al-Azwar –radhiyallahu ‘anhu,

tidak pernah disebutkan bahwa beliau memiliki saudara perempuan yang bernama Khaulah

meskipun penyebutan Khaulah terhadap nasab itu begitu masyhur dan dikenal. Dengan demikian,

yang tampak jelas, bahwasanya Khaulah binti al-Azwar itu hanya merupakan tokoh dongeng belaka,

tokoh yang tiada keberadaannya … wallahu a’lamu …

Bandung, 7 Oktober 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 289 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Tulang-Tulang Nabi Yusuf? Padahal Bumi Tidaklah

Memakan Jasad Para Nabi –shalawatullah „alaihim wa

salamuhu …

Hadits Pertama:

ؿ ا صلى ا عليو وسلم عن أيب موسى األشعري رضي ا عنو قاؿ: أتى النيب صلى ا عليو وسلم أعرابيا فأكرمو فقاؿ لو: ائتنا، فأتاه، )وب رواية: نزؿ رسو لم: تعهدنا ائتنا، فأتاه األعرايب( فقاؿ لو سوؿ ا صلى ا عليو وسلم(: سل حاجتك، فقاؿ: ناقة برحلها بأعرايب فأكرمو، فقاؿ لو رسوؿ ا صلى ا عليو وس

وز بب إسرائيل؟ قاؿ: إف وأعنزا بلبها أىلي، فقاؿ رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم أعجزب أف تكونوا مثل عجوز بب إسرائيل؟ فقاؿ أصحابو: يا رسوؿ ا وما عجف ال ٱبرج من ا سار ببب إسرائيل من مصر، ضلوا لطريق فقاؿ: ما ىذا؟ فقاؿ علماؤىم: ٫بن ٫بدثك، إف يوسف ٤با حضره ا٤بوت أخذ علينا موثقا من ا أموسى ٤ب

و فقاؿ: دلوين ذل قرب يوسف، مصر حب ننقل عظامو معنا، قاؿ: فمن يعلم موضع قربه؟ قالوا: ما ندري أين قرب يوسف إال عجوز من بب إسرائيل، فبعث إليها فأتتكمها، فانطلقت قالت: ال وا ال أفعل حب تعطيب حكمي، قاؿ: وما حكمك؟ قالت: أكوف معك ب ا١بنة، فكره أف يعطيها ذلك فأوحى ا إليو أف أعطها ح

ـ يوسف فلما أقلوىا إذل األرض إذا الطريق مثل ضوء النهارم إذل ببة موضع مستنقع ماء، فقالت: انضبوا ىذا ا٤باء فأنضبوا، قالت: احفروا واستخرجوا عظا-( من ثبلث طرؽ عن يونس بن أيب إسحاؽ عن أيب بردة عن أيب موسى -و -/(، وا٢باكم )/أخرجو أبو يعلى ب مسنده )

(وصححو األلباين ب سلسلة الصحيحة

Dari Abu Musa al-Asy’ari –radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:

Seorang arab badui mendatangi Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- lalu nabi pun bersikap hormat

kepadanya. Beliau bersabda kepada lelaki badui itu, “Mendekatlah kau kemari,” maka lelaki badui

itu pun mendekati beliau. (Redaksi dalam riwayat lain: Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-

turun dari kendaraannya di depan seorang arab badui. Beliau bersikap hormat kepada lelaki badui

itu, lalu berkata kepadanya, “Kemarilah, bergabunglah bersama kami,” maka lelaki badui itu pun

mendekati beliau. Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Sila kaupinta kebutuhanmu!”

| 290 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Lelaki badui itu berkata, “Unta beserta pelananya, juga kambing betina yang bakal diperah oleh

keluargaku.” Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Apakah kalian tak sanggup

(memiliki keinginan) seperti (keinginan) perempuan tua Bani Israil?” Maka para shahabat beliau –

shallallahu ‘alaihi wa sallam- pun bertanya, “Wahai Rasulullah, memangnya kenapa dengan

perempuan tua Bani Israil?” Beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

Sesungguhnya tatkala Musa berjalan memimpin Bani Israil (keluar) dari Mesir, mereka tersesat di

jalan. Maka Musa pun berkata, “Kenapa begini?” Lalu para ulama Bani Israil berkata, “Akan kami

ceritakan kepadamu. Sesungguhnya Nabi Yusuf pada saat menjelang kematiannya telah mengambil

perjanjian dari kami dengan persaksian Allah agar tak meninggalkan negeri Mesir kecuali dengan

membawa serta ‘izhamun (tulang-tulang) beliau bersama kami.” Nabi Musa lantas bertanya, “Kalau

begitu, siapa yang tahu letak kuburan beliau?” Mereka menjawab, “Tidak ada yang mengetahui

letak kuburan Nabi Yusuf kecuali seorang perempuan tua Bani Israil.” Maka Nabi Musa mengutus

seseorang untuk membawa perempuan tua itu. Perempuan tua itu pun datang menghadap beliau,

lalu Nabi Musa berkata, “Tunjukkan kepadaku letak kuburan Yusuf!” Perempuan tua itu menjawab,

“Tidak, demi Allah! Aku takkan menunjukkan kuburan Yusuf kepadamu sampai kau menuruti

ketentuanku!” Musa pun bertanya, “Apa ketentuanmu?” Perempuan tua itu menjawab, “Jadikan aku

bersamamu di surga!” Musa enggan untuk menuruti hal itu, lalu Allah mewahyukan agar beliau

menuruti ketentuan perempuan tua itu. Maka perempuan tua itu pun berangkat membawa mereka

menuju buhairah (danau), suatu tempat yang dipenuhi dengan air. Perempuan tua itu berkata,

“Surutkanlah air danau ini!” Maka mereka pun mengeringkan danau itu. Perempuan tua itu berkata

lagi, “Galilah (kuburannya) dan keluarkan ‘izhamun (tulang-tulang) Yusuf!” Tatkala ‘izhamun Yusuf

itu diangkat ke permukaan tanah, maka jalan pun menjadi jelas seumpama cahaya siang.

(Hadits ini dikeluarkan oleh Abu Ya’la dalam Musnad-nya:1/344, juga al-Hakim: 2/404-405 dan 571-

572, dari tiga jalan dari Yunus bin Abi Ishaq, dari Abu Burdah, dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu;

dishahikan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah ash-Shahihah: 313).

Hadits Kedua:

و الصعقة، فأكثروا علي عن أوس بن أوس قاؿ: قاؿ رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم: إف من أفضل أيامكم يوـ ا١بمعة؛ فيو خلق آدـ، وفيو قبض، وفيو النفخة، وفيفقاؿ: إف ا عز وجل حرـ -أي يػقولوف قد بليت -عروضة علي. قاؿ: قالوا: يا رسوؿ ا! وكيف تعرض صبلتنا عليك وقد أرمت؟ من الصبلة فيو؛ فإف صبلتكم م

على األرض أجساد األنبياء( ، /(، ا٢باكم )(، ابن حباف )و -/( ابن ماجو )/(، الدارمي )/( النسائي )(، أبو داود )/أخرجو أبد )

(( وصححو األلباين ب صحيح أيب داود )/والبيهقي )

Dari Aus bin Aus, dia berkata:

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Sesungguhnya hari yang paling utama di antara

hari-hari kalian adalah hari Jumat. Pada hari itu Adam diciptakan dan pada hari itu pula dia

diwafatkan, pada hari itu akan ditiup sangkakala dan pada hari itu pula semesta akan dibinasakan.

Oleh karena itu perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari Jumat karena sesungguhnya shalawat

kalian akan diperlihatkan kepadaku.” Para shahabat lantas bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana

bisa shalawat kami diperlihatkan kepadamu sementara kau telah rusak (hancur menjadi tanah)?”

Maka Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Sesungguhnya Allah –‘azza wa Jalla-

mengharamkan bumi untuk memakan (menghancurkan) jasad para nabi.”

| 291 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

(Hadits ini dikeluarkan oleh Ahmad: 4/8, Abu Dawud: 1047, an-Nasa’i: 3/21, ad-Darimi: 1/369, Ibnu

Majah: 1/336-337, Ibnu Hiban: 550, al-Hakim: 1/278, al-Baihaqi: 3/248; dishahihkan oleh al-Albani

dalam Shahih Abu Dawud: 925).

Secara zhahir, seakan-akan terdapat pertentangan di antara kedua hadits di atas. Pada hadits

pertama dikatakan bahwa Nabi Musa bersama Bani Israil mengangkat ‘izhamun (tulang-tulang) Nabi

Yusuf, sementara pada hadits kedua dijelaskan bahwasanya jasad para nabi itu pastilah utuh karena

Allah telah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para nabi. Padahal sebagaimana kita ketahui,

bahwasanya Yusuf –‘alaihis salam- itu adalah seorang nabi. Jadi bagaimana mungkin jasad nabi

Yusuf hanya tinggal tulang-tulang belaka jika bumi tidak memakan jasad para nabi? Dan bukankah di

dalam suatu permasalahan ilmiyah itu diharuskan adanya tsubut ad-dalil (kukuhnya dalil) dan

salamah min al-mu’aridh (selamat dari pertentangan)?

Sebenarnya tidak ada pertentangan di antara kedua hadits di atas. Terlebih terdapat hadits lain yang

bisa dijadikan sebagai penjelas tentang tidak adanya pertentangan di antara kedua hadits di atas,

yaitu hadits Ibnu ‘Umar berikut ini:

Hadits Ketiga:

ا بدف قاؿ لو بيم الداري أال أبذ لك منربا يا رسوؿ ا ٯبمع أو بعن اب ذ لو ن عمر رضي ا عنهما أف النيب صلى ا عليو وسلم لم مل عظامك قاؿ بلى فاب منربا مرقاتب

(/( وصححو األلباين ب سلسلة الصحيحة )أخرجو أبو داود )

Dari Ibnu ‘Umar –radhiyallahu ‘anhuma- bahwasanya tatkala Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam-

telah semakin tua, berkatalah Tamim ad-Dari kepada beliau, “Bolehkan aku membuatkanmu mimbar

untuk membawa atau mengangkat ‘izhamun-mu, wahai Rasulullah?” Rasululah –shallallahu ‘alaihi

wa sallam- menjawab, “Boleh.” Maka Tamim ad-Dari pun membuatkan mimbar dua tingkat untuk

beliau.

(Hadits ini dikeluarkan oleh Abu Dawud: 1081; dishahihkan oleh al-Albani dalam Silsilah ash-

Shahihah: 1/624)

Ucapan Tamim ad-Dari –radhiyallah ‘anhu- dalam hadits ketiga tersebut memberikan gambaran

bahwa perkataan ‘izhamun bisa dimaksudkan juga sebagai jasad, tubuh, atau badan. Hal itu

dikarenakan mimbar tersebut -pada kenyataannya- diperuntukkan bagi Rasulullah –shallallahu

‘alaihi wa sallam- untuk menopang tubuh beliau. Dengan demikian, makna ‘izhamun dalam hadits

pertama dan hadits ketiga adalah jasad atau tubuh atau badan, bukan tulang-tulang atau kerangka

… -dan perkataan tersebut termasuk ke dalam bab ithlaq al-juz’i wa iradah al-kulli (menyebutkan

sebagian namun yang dimaksudkan adalah seluruhnya), yakni sebagaimana ucapan kita, “Belum

terlihat batang hidungnya,” padahal yang dimaksudkan adalah, “Belum terlihat orangnya.”

Mengenai hal ini, Syaikh ‘Umar bin Sulaiman al-Asyqar –rahimahullah- berkata:

د أنو بلي ودل يبق يناقض ىذا ا٢بديث ما صح عن رسولنا من أف ا حرـ على األرض أكل أجساد األنبياء، وا٤براد بعظاـ يوسف ب ا٢بديث جثتو، وليس ا٤بقصو ال (-منو اال عظامو )صحيح القصص النبوي:

| 292 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Hadits ini (hadits pertama –pent) tidaklah bertentangan dengan hadits shahih dari Rasulullah (yang

menyebutkan) bahwa Allah telah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para nabi (yakni hadits

kedua -pent). Dan yang dimaksud dengan ‘izhamun Yusuf dalam hadits tersebut adalah jasadnya,

bukan tubuh yang telah rusak dan hanya tersisa tulang-tulangnya saja. (Shahih al-Qashash an-

Nabawiy: 107-108)

Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani –rahimahullah- berkata:

ساد األنبياء( حب إف ا حـر على األرض أف تأكؤلج)كنت استشكلت قدٲبا قولو ب ىذا ا٢بديث )عظاـ يوسف( ألنو يتعارض بظاىره مع ا٢بديث الصحيح: ٯبمع أو بمل عظامك وقفت على حديث ابن عمر رضي ا عنهما: )أف النيب صلى ا عليو وسلم ٤با بدف ، قاؿ لو بيم الداري: أال أبذ لك منربا يا رسوؿ ا

كلو، من باب إطبلؽ ا١بزء و إرادة الكل، كقولو تعاذل: )وقرآف ؟ قاؿ : بلى .فابذ لو منربا مرقاتب( فعلمت منو أهنم كانوا يطلقوف )العظاـ(، و يريدوف البدف (-/الفجر( أي صبلة الفجر . فزاؿ اإلشكاؿ وا٢بمد ، فكتبت ىذا لبيانو. )سلسلة الصحيحة :

Semenjak jauh hari, aku telah dibuat samar dengan sabda beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam- di

dalam hadits ini (hadits pertama -pent), yakni ‘izhamun (tulang-tulang) Yusuf, karena secara lahiriah

ucapan tersebut bertentangan dengan hadits shahih, “Sesungguhnya Allah telah mengharamkan

bumi untuk memakan (menghancurkan) jasad para nabi,” sampai akhirnya aku berhenti pada hadits

Ibnu ‘Umar –radhiyallahu ‘anhuma:

(bahwasanya tatkala Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- telah semakin tua, berkatalah Tamim ad-

Dari kepada beliau, “Bolehkan aku membuatkanmu mimbar untuk membawa atau mengangkat

‘izhamun-mu, wahai Rasulullah?” Rasululah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- menjawab, “Boleh.”

Maka Tamim ad-Dari pun membuatkan beliau mimbar dua tingkat).

Maka tahulah aku, bahwasanya para shahabat mengungkapkan kata ‘izhamun dengan maksud

seluruh badan, (yakni) termasuk ke dalam bab ithlaq al-juz’i wa iradah al-kulli (menyebutkan

sebagian namun yang dimaksudkan adalah seluruhnya), sebagaimana firman Allah ta’ala, “Wa qur-

anal fajri (bacaan fajar),” yang dimaksud adalah shalat fajar. Dengan demikian hilanglah kesamaran,

dan segala puji bagi Allah, lalu kutuliskan penjelasan ini. (Silsilah ash-Shahihah: 1/623-624)

Bandung, 31 Oktober 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 293 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Sungguh Permintaan Kita Kepada-Nya Bukanlah

Tuduhan dan Kecurigaan …

٤با رموا بو ب ا٤بنجنيق … أف إبراىيم عليو الصبلة والسبلـ روي عن كعب األحبار: إذل النار استقبلو جربيل فقاؿ : يا إبراىيم ألك حاجة ؟ قاؿ : أما إليك فبل ، قاؿ جربيل: فسل ربك ، فقاؿ إبراىيم: حسيب من سؤارل علمو بارل )قاؿ الشيخ األلباين

أورده بعضهم من قوؿ إبراىيم (: ال أصل لو.۲/ ب سلسلة األحاديث الضعيفة )ب وجدت … عليو الصبلة و السبلـ ، و ىو من اإلسرائيليات و ال أصل لو ب ا٤برفوع

ا٢بديث قد أورده ابن عراؽ ب تنزيو الشريعة ا٤برفوعة عن األخبار الشنيعة ا٤بوضوعة وقاؿ (: قاؿ ابن تيمية موضوع( ۲/)

Diriwayatkan dari Ka’ab al-Ahbar, bahwasanya Nabi

Ibrahim -‘alaihish shalatu was salam, tatkala beliau dilemparkan ke dalam api dengan menggunakan

manjaniq (katapel perang), datanglah Jibril seraya berkata kepada beliau, “Wahai Ibrahim, apakah

kau mempunyai kebutuhan?”

Ibrahim menjawab, “Adapun darimu, aku tak membutuhkan apa pun.”

Jibril berkata, “Maka memohonlah kepada Rabb-mu!”

Ibrahim menjawab, “Cukuplah bagiku pengetahuan-Nya tentang keadaanku sebagai permohonan

(kepada-Nya).”

(Syaikh al-Albani berkara dalam Silsilah al-Ahadits adh-Dha’ifah 1/21: Hadits ini tidak ada asalnya.

Sebagian di antara mereka menyebutkannya sebagai ucapan Ibrahim ‘alaihish shalatu was salam,

padahal itu merupakan riwayat Israiliyah yang tak ada asalnya secara marfu’ … kemudian aku

temukan hadits ini disebutkan oleh Ibnu ‘Iraq di dalam Tanzih asy-Syari’ah al-Marfu’ah ‘an al-Akhbar

asy-Syani’ah al-Maudhu’ah 1/250, dan Ibnu ‘Iraq berkata, “Ibnu Taimiyah mengatakan hadits ini

palsu.”)

Barangkali hadits palsu inilah yang menjadi dasar bagi ucapan sebagian kaum Sufi yang mengatakan:

وطلبك لو غيبو منك عنو طلبك منو اهتاـ لو

“Permintaanmu (akan sesuatu) dari-Nya merupakan kecurigaanmu kepada-Nya, permintaanmu

bagi-Nya akan diri-Nya menunjukkan ketidakhadiran-Nya darimu.”

Ucapan tersebut merupakan ucapan Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari, penulis kitab al-Hikam, seorang

Sufi dari thariqah asy-Syadziliyyah. Ibnu Katsir berkata tentang Ibnu ‘Athaillah:

و أشياء دل يثبت ىػ، حيث ادعى علي(۷۰۷وكاف ٩بن قاـ على شيخ اإلسبلـ ابن تيمية ربو ا ، وتسبب مع باعة من الصوفية ب حبسو ظلما بصر سنة )… (۷/منها شيء )البداية والنهاية

| 294 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

“… (Ibnu ‘Athaillah) termasuk di antara orang-orang yang bangkit (menentang) Syaikh Islam Ibn

Taimiyah –rahimahullah, dan bersama-sama dengan kelompok sufi menjadi penyebab Syaikh Islam

Ibn Taimiyah dipenjara secara zalim di negeri Mesir pada tahun 707 Hijriyah, dengan menuduhkan

hal-hal yang sama sekali tidak benar.” (al-Bidayah wa an-Nihayah: 14/47)

ث باطل على لساف إبراىيم عليو الصبلة ويستدؿ ابن عطاء ا على ذلك بدي (:۸۸قاؿ الشيخ ٧بمود مهدي اإلستانبورل ربو ا ب كتب ليست من اإلسبلـ )دعوين أستجب لكم إف الذين والسبلـ: حسيب من سؤارل علمو بارل، وىو ٨بالف لآليات واألحاديث الكثبة الب بض على دعاء ا كقولو تعاذل: وقاؿ ربكم ا

60دخلوف جهنم داخرين ( غافر/ سي -أي : عن دعائي -يستكربوف عن عبادب

Syaikh Mahmud Mahdi al-Istanbuli –rahimahullah- berkata di dalam Kutub Laisat Min al-Islam

(88):

Ibnu ‘Athaillah telah berdalil atas ucapannya itu (yakni ucapan: Permintaanmu akan sesuatu dari-

Nya merupakan kecurigaanmu kepada-Nya, permintaanmu bagi-Nya akan diri-Nya menunjukkan

ketidakhadiran-Nya darimu –pent) dengan hadits batil (yang dikatakan sebagai) ucapan Nabi

Ibrahim –‘alaihis shalatu was salam, “Cukuplah bagiku pengetahuan-Nya tentang keadaanku

sebagai permohonan (kepada-Nya),” padahal itu bertentangan dengan banyak ayat dan hadits yang

menganjurkan untuk berdoa kepada Allah, sebagaimana firman-Nya ta’ala, “Dan Rabb-mu

berfirman: Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang

yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku (yakni: dari berdoa kepadaku) akan masuk neraka

Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS. al-Mu’min: 60)

” سؤالك منو اهتاـ لو“ة الصوفية فقاؿ: (: وقد أخذ ىذا ا٤بعب بعض من صنف ب ا٢بكمة على طريق۲/ قاؿ األلباين ربو ا ب سلسلة األحاديث الضعيفة )قوؿ: ربػنا إين أسكنت من وىذه ضبللة كربى ! فهل كاف األنبياء صلوات ا عليهم متهمب لرم حب سألوه ٨بتلف األسئلة ؟ فهذا إبراىيم عليو الصبلة والسبلـ ي

-۷لعلهم يشكروف * ربػنا . . . )إبراىيم /حرـ ربػنا ليقيموا الصبلة فاجعل أفئدة من الناس تػهوي إليهم وارزقػهم من الثمرات ذريب بواد غب ذي زرع عند بػيتك الم بصى ، والقائل ا٤بشار إليو قد غفل عن كوف الدعاء الذي ىو تضرع والتجاء إذل إذل آخر اآليات ، وكلها أدعية وأدعية األنبياء ب الكتاب والسنة ال تكاد ( .۸

قولو تعاذل : ) وقاؿ ربكم ادعوين ا تعاذل عبادة عظيمة، بغض النظر عن ماىية ا٢باجة ا٤بسؤولة ، و٥بذا قاؿ النيب صلى ا عليو وسلم: )الدعاء ىو العبادة ( ب تبل .60م إف الذين يستكربوف عن عبادب سيدخلوف جهنم داخرين( غافر/أستجب لك

بل جـر جاءت وذلك ألف الدعاء يظهر عبودية العبد لربو وحاجتو إليو ومسكنتو بب يديو ، من رغب عن دعائو ، فكأنو رغب عن عبادتو سبحانو وتعاذل ، فوصححو ووافقو الذىيب -/-)أخرجو ا٢باكم ” من ال يدع ا يغضب عليو ” مر بو وا٢بض عليو حب قاؿ صلى ا عليو وسلم: األحاديث متضافرة ب األ

وىو حديث حسن(ولو شاىد من بسند حسن، -رقم -وقاؿ صلى ا عليو وسلم: سلوا ا كل شيء حب الشسع، فإف ا عز وجل إف دل ييسره دل يتيسر )أخرجو ابن السب

وغبه(( ۲۲/حديث أنس عن البمذي )

Syaikh al-Albani –rahimahullah- berkata di dalam Silsilah al-Ahadits adh-Dha’ifah (1/21):

Makna dari hadits ini (yakni hadits palsu di atas –pent) telah diambil oleh orang yang menyusun

hikmah di atas thariqah shufiyyah dengan mengatakan, “Permintaanmu (akan sesuatu) dari-Nya

merupakan kecurigaanmu kepada-Nya,” dan ucapan ini merupakan kesesatan yang besar. Apakah

mungkin para nabi –shalawatullah ‘alaihim- mencurigai (menuduh) Rabb mereka ketika memohon

kepada-Nya? (Padahal) Nabi Ibrahim –‘alaihish shalatu was salam- pun berdoa, “Wahai Rabb kami,

sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai

tanam-tanaman di dekat rumah-Mu (baitullah) yang dihormati. Wahai Rabb kami, (yang demikian

| 295 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada

mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. Wahai

Rabb kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami

lahirkan,” (QS. Ibrahim: 37-38), semuanya merupakan doa dan doa para nabi di dalam kitab dan

sunnah hampir-hampir tak terhitung jumlahnya.

Orang yang mengatakan ucapan tersebut (yakni ucapan: Permintaanmu akan sesuatu dari-Nya

merupakan kecurigaanmu kepada-Nya -pent), telah lalai akan hakikat doa yang merupakan ibadah

yang sangat agung -yang dengannya dia tunduk dan bersandar kepada Allah ta’ala, terlepas dari hal

apa yang diminta. Mengenai hal ini Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Doa itu

ibadah,” kemudian beliau –shallallahu ‘alaihi wa sallam- membacakan firman Allah, “Dan Rabb-mu

berfirman: Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang

yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku -yakni: dari berdoa kepadaku- akan masuk neraka

Jahannam dalam keadaan hina dina.” (QS. al-Mu’min: 60)

Demikianlah, karena doa itu menunjukkan peribadahan seorang hamba kepada Rabb-nya dan

(menunjukkan pula) kebutuhan dirinya terhadap-Nya serta ketidakberdayaannya. Barangsiapa yang

meninggalkan doa kepada Allah maka seakan-akan dia meningalkan ibadah kepada Allah –

subhanahu wa ta’ala. Telah pasti pula hadits-hadits yang mendorong dan menganjurkan untuk

berdoa, sampai-sampai Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

“Siapa yang tak berdoa kepada Allah, maka Allah murka kepadanya.”

(Hadits ini dekeluarkan oleh al-Hakim 1/491, dan dia menyatakan shahih dan adz-Dzahabi

menyetujuinya, dan ini merupakan hadits hasan)

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- juga bersabda:

“Mintalah apa pun kepada Allah sampai pun tali sandal karena jika Allah -‘azza wa jalla- tak

memberikan kemudahan, maka hal itu takkan menjadi mudah.”

(Hadits ini dikeluarkan oleh Ibnu as-Sunni nomor 349 dengan sanad hasan, dan baginya terdapat

syahid dari hadits Anas yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi 4/292 dan selainnya)

Bandung, 19 November 2012

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 296 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Kebodohan yang Menyibukkan, Hawa Nafsu yang

Menindas …

Kebodohan seringkali mendorongku untuk

mencela seseorang secara zalim –tentu saja

lantaran pemahamanku yang buruk,

sementara hawa nafsu membuatku lalai

dari ilmu dan malah bersibuk-sibuk

mengumpulkan kabar-kabar yang katanya

adalah katanya; seorang guru mengatakan,

celaan orang berilmu adalah nasihat

kepada Sunnah dan kaum muslimin, celaan

orang bodoh dan pengikut hawa nafsu

adalah fitnah dan kezaliman terhadap

Sunnah dan kaum muslimin …

***

*

Asy-Syaikh ‘Ali bin Hasan bin ‘Ali bin ‘Abd al-Hamid al-Halabi al-Atsari –hafizhahullah-

Dari sini: http://www.kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?t=21942

حفظو ا:–علي بن حسن قاؿ الشيخ

Asy-Syaikh ‘Ali bin Hasan –hafizhahullah- berkata:

فبي»، وابن عساكر ب «ياءحلية األول»روى أبو نػعيم ب -ىا ىنا-، عن الربيع بن صبيح، قاؿ: قلت للحسن: إف «الزىد الكبب»، والبيهقي ب «تبيب كذب ا٤ب

نفسي ب خلود ا١بناف، فطمعت وأطمعتها ب جوار قوما يتتبػعوف السقط من كبلمك؛ ليجدوا إذل الوقيعة فيك سبيبل! قاؿ: ال يكبػر ذلك عليك! فقد أطمعت القهم، فعلمت أنػهم ال يرضوف عن ٨بلوؽ مثلهمالربن، فطمعت.. وأطمعتها ب السبلمة من الناس، فلم أجد إذل ذلك سبيبل؛ ألين رأيت الناس ال يرضوف عن خ

تسقطوف-نا الصا٢بوف؛ فأين سلفكم ىؤالء ىم سلف

؟!-أيها ا٤ب

ىكذا )ناسهم(؛ فكيف )ناسنا(؟!… ىكذا ٨بالفوىم؛ فكيف ٨بالفونا؟! … ىذا واقعهم؛ فكيف واقعنا؟! … فرببكم: ولكن: ىكذا أخبلؽ )صا٢بيهم(؛ فهل تكوف مثلهم أخبلقنا؟!

Abu Nu’aim meriwayatkan di kitab Hilyah al-Auliya’, juga Ibn ‘Asakir di kitab Tabyin Kadzib al-

Muftari, dan al-Baihaqi di kitab az-Zuhd al-Kabir, dari ar-Rabi’ bin Shabih, dia berkata:

Aku berkata kepada al-Hasan, “Sesungguhnya di sini ada orang-orang yang mencari-cari kekeliruan

dari ucapanmu agar mereka mendapatkan jalan untuk menjatuhkanmu.” Al-Hasan al-Bashri pun

berkata, “Jangan sampai hal itu membuatmu susah. Sungguh aku menyemangati jiwaku akan

keabadian surga, maka jiwaku pun menginginkannya (tersemangati untuk menapaki jalan

ketaatan). Aku menyemangati jiwaku akan perlindungan ar-Rahman, maka jiwaku pun

| 297 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

menginginkannya (tersemangati untuk manjauhi jalan keburukan). Aku menginginkan agar jiwaku

selamat dari manusia, namun tak kutemukan jalan untuk mendapatkannya karena kulihat manusia

itu tidak rela kepada khaliq, maka aku pun tahu mereka tidak mungkin rela terhadap makhluk

semisal mereka.”

Mereka itulah para pendahulu kami yang shalih, maka di manakah para pendahulu kalian, wahai

orang-orang yang suka mengumpulkan kabar dan mencari-cari kesalahan?

Maka, demi Rabb kalian … inilah realitas mereka (para pendahulu yang shalih), lantas bagaimana

dengan realitas kita?

… demikian itulah orang-orang yang memusuhi mereka, lantas bagaimana dengan orang-orang yang

memusuhi kita?

… seperti itulah perihal mereka, lantas bagaimana dengan perihal kita?

Hanya saja … seperti itulah perangai orang-orang saleh mereka (dalam sikap dan perbuatan), lantas

apakah perangai kita seperti mereka?

عن مالك بن دينار، أنو قاؿ:« الزىد » ما رواه البيهقي ب -بػعد -وما أبل «.منذ عرفت الناس ما أبارل من بدين، وال من ذمب؛ ألين ال أرى إال حامدا مفرطا؛ أو ذاما مفرطا »

Betapa indah apa yang diriwayatakan oleh al-Baihaqi di kitab az-Zuhd, dari Malik bin Dinar,

bahwasanya dia berkata, “Sejak aku memahami manusia, aku tak lagi peduli akan orang yang

memujiku, tidak pula terhadap orang yang mencelaku, karena aku tidak melihat manusia kecuali

orang yang memuji dengan berlebih-lebihan atau orang yang mencela dengan berlebih-lebihan.”

…والوسط قليل … قلت: وىذا ىو )الواقع(، ما لو من دافع …()وقليل من عبادي الشكور

وقد كانوا إذا عدوا قليبل *** وقد صاروا أعز من القليل منهم. -وإياكم-جعلب ا …

Aku berkata, “Dan ini memang realitas yang tak terelakkan, sementara orang yang bersikap

pertengahan itu sangat sedikit.”

“Dan sedikit sekali dari hamba-hambaku yang bersyukur.” (QS. Saba’ : 13)

Sungguh mereka itu sedikit jika dihitung *** dan sungguh mereka menjadi yang paling mulia dari

yang sedikit

Semoga Allah menjadikan aku dan kalian termasuk golongan mereka (yang sedikit) …

Bandung, 29 Januari 2013

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 298 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Lantaran Kebenaran Itu Hanya Satu-Satunya …

زائريأبو عبد ا ببلؿ القسنطيب ا١ب (al-Akh: Abu ‘Abdillah Bilal al-Qusnathini al-Jaza-iri)

dari sini: http://www.albaidha.net/vb/showthread.php?t=44805

قاؿ ابن القيم ربو ا تعاذل: ا بنورىم( فوحده، ب قاؿ: )وتػركهم ب ظلمات( فجمعها. فإف ا٢بق واحد، وىو صراط ا ا٤بستقيم، الذي ال صراط يوصلوتأمل كيف قاؿ ا تعاذل: )ذىب

ا بو رسولو صلى ا ا بعثإليو سواه، وىو عبادة ا وحده ال شريك لو با شرعو على لساف رسولو صلى ا عليو وسلم، وال باألىواء والبدع، وطرؽ ا٣بارجب عم عليو وسلم، من ا٥بدى ودين ا٢بق، ببلؼ طرؽ الباطل. فإهنا متعددة متشعبة.

Ibn al-Qayyim –rahimahullah ta’ala- berkata:

… dan renungkanlah bagaimana firman Allah ta’ala (QS. Al-Baqarah: 17), “Allah melenyapkan nur

(cahaya) mereka …,” maka Allah menyebutkan (cahaya) dalam bentuk tunggal, kemudian

mengatakan, “… dan membiarkan mereka dalam zhulumat (kegelapan),” dengan menyebutkan

(kegelapan) dalam bentuk jamak, karena sesungguhnya kebenaran itu hanya satu-satunya, dan itu

adalah jalan Allah yang lurus (shirath al-mustaqim), jalan yang tiada jalan lain lagi yang bisa

menyampaikan kepada-Nya, yaitu beribadah kepada Allah dengan mengesakan-Nya tanpa membuat

sekutu bagi-Nya, dengan cara yang telah disyariatkan oleh-Nya melalui lisan Rasulullah –shallallahu

‘alaihi wa sallam, dan bukanlah beribadah berdasarkan hawa nafsu dan bid’ah, bukan pula dengan

mengikuti jalan-jalan yang keluar dari risalah yang Allah telah mengutus Rasulullah -shallallahu

‘alaihi wa sallam- dengan risalah tersebut berupa petunjuk dan agama yang benar yang berlawanan

dengan jalan-jalan kebatilan karena sesungguhnya jalan-jalan kebatilan itu berbilang-bilang

jumlahnya dan mencerai-beraikan …

نور آمنوا ٱبرجهم من الظلمات إذل النور، والذين كفروا أولياؤىم الطاغوت ٱبرجونػهم من الو٥بذا يفرد ا سبحانو ا٢بق وٯبمع الباطل، كقولو تعاذل: )ا ورل الذين بل فػتػ إذل الظلمات(]البقرة : [ فجمع سبيل الباطل، فرؽ بكم عن سبيلو( ]األنعاـ : [ وقاؿ تعاذل: )وأف ىذا صراطي مستقيما فاتبعوه وال تػتبعوا الس

ووحد سبيل ا٢بق.

| 299 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Oleh karena itu, Allah subhanahu menunggalkan kebenaran dan menjamakkan kebatilan,

sebagaimana ucapan Allah ta’ala:

“Allah adalah penolong bagi orang-orang yang beriman, Dia mengeluarkan mereka dari zhulumat

(kegelapan-kegelapan) menuju nur (cahaya), adapun orang-orang kafir penolong-penolong mereka

adalah thaghut yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan-kegelapan.” (QS. al-

Baqarah: 257)

Allah juga berfirman:

“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan

janganlah kamu mengikuti subul (jalan-jalan) yang lain, karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan

kamu dari sabil (jalan)-Nya.” (QS. al-An’am: 153)

Maka Allah menjamakkan jalan yang batil dan menunggalkan jalan yang hak (benar) …

(]ا٤بائدة : [ فإف تلك ىي طرؽ مرضاتو الب ٯبمعها سبيلو الواحد، وصراطو ا٤بستقيم. وال يناقض ىذا قولو تعاذل: )يػهدي بو ا من اتػبع رضوانو سبل السبلـ جع إذل صراط واحد وسبيل واحد، وىي سبيلو الب ال سبيل إليو إال منها.فإف طرؽ مرضاتو كلها تر

Dan ini tidaklah bertentangan dengan firman Allah ta’ala berikut:

“Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke subul as-salam

(jalan-jalan keselamatan).” (QS. Al-Ma-idah: 16)

karena semua itu (subul as-salam) maksudnya adalah jalan-jalan keridaan-Nya, jalan-jalan keridaan

yang tercakup di dalam jalan-Nya yang satu, shirath al-mustaqim. Sesungguhnya jalan-jalan

keridaan-Nya itu, seluruhnya akan bermuara kepada shirath yang satu, sabil yang satu, dan itu

adalah jalan-Nya yang tiada jalan lain untuk menuju kepada-Nya kecuali dengan meniti jalan

tersebut …

وعن مشالو، وقاؿ: ىذه سبل، على كل سبيل خط خطا مستقيما، وقاؿ: ىذا سبيل ا، ب خط خطوطا عن ٲبينو”وقد صح عن النيب صلى ا عليو وسلم أنو: بل فػتػفر ؽ بكم عن سبيلو. ذلكم وصاكم بو لعلكم تػتػقوف([ األنعاـ : منها شيطاف يدعو إليو، ب قرأ قولو تعاذل: )وأف ىذا صراطي مستقيما فاتبعوه وال تػتبعوا الس

[

Sungguh telah shahih dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bahwasanya beliau menorehkan satu

garis yang lurus (di tanah) seraya bersabda, “Inilah sabil (jalan) Allah,” kemudian beliau menorehkan

garis-garis lain di sebelah kanan dan kiri garis (yang pertama tadi) sambil bersabda, “Ini adalah subul

(jalan-jalan) yang pada masing-masing jalan ini ada setan yang menyeru (manusia) agar

menempuhnya.” Kemudian beliau membaca firman Allah ta’ala (QS. Al-An’am: 153), “Dan bahwa

(yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu

mengikuti subul (jalan-jalan) yang lain, karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari sabil

(jalan)-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” [1],[2]

| 300 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

ما الصراط ا٤بستقيم؟ قاؿ: تػركنا ٧بمد صلى ا عليو وآلو وسلم ب أدناه وطرفو ب ا١بنة، وعن ٲبينو ”ثب أف رجبل سأؿ ابن مسعود رضي ا عنو: وقد ذكر ابن كيدعوف من مر م، فمن أخذ ب تلك ا١بواد انتهت بو إذل النار، ومن أخذ على الصراط انتهى بو إذل ا١بنة، ب قرأ ابن ( وعن يساره جواد، ب رجاؿ[3]جواد)

(.[4]”)مسعود اآلية

Ibn Katsir telah menyebutkan bahwa seseorang bertanya kepada Ibn Mas’ud –radhiyallahu ‘anhu,

“Apakah shirath al-mustaqim (jalan yang lurus) itu?” Ibn Mas’ud –radhiyallahu ‘anhu- pun

menjawab, “Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam- meninggalkan kami di atas jalan

yang ujungnya di surga, di sebelah kanan jalan itu ada jawad (jalan yang banyak) [3] dan di sebelah

kirinya ada jawad (jalan yang banyak) pula. Kemudian (pada masing-masing jalan) ada orang-orang

yang menyeru kepada setiap yang lewat (agar menempuh jalan-jalan itu). Siapa pun yang

mengambil jalan-jalan itu, dia akan disampaikan ke neraka, namun siapa yang menempuh shirath,

dia akan disampaikan ke surga,” kemudian Ibn Mas’ud membaca ayat tersebut (al-An’am: 153). [4]

-----------------------------------------------------

Catatan Kaki:

(، وا٢باكم ب ا٤بستدرؾ (، وابن حباف ب مقدمة صحيحو:باب االعتصاـ بالسنة وما يتعلق ا نقبل وأمرا وزجرا )أخرجو الدارمي ب سننو ) ا٢بديث-سند اإلماـ أبد (، من حديث عبد ا بن مسعود رضي ا عنو. وا٢بديث صححو أبد شاكر ب بقيقو ٤ب(، والبزار ب مسنده )(، وأبد )) ((، وحسنو العبلمة األلباين كما ب ا٤بشكاة )/)

[1] Hadits ini dikeluarkan oleh ad-Darimi di kitab Sunan-nya (206), Ibn Hibban di Muqadimah Shahih-

nya bab al-I’tisham bi as-Sunnah wa ma yata’allaq biha Naqlan wa Amran wa Zajran (7), al-Hakim di

kitab al-Mustadrak (3241), Ahmad (4131), al-Bazar di kitab Musnad-nya (1718), dari hadits ‘Abdullah

bin Mas’ud –radhiyallahu ‘anhu. Dishahihkan oleh Ahmad Syakir dalam tahqiq-nya terhadap Musnad

al-Imam Ahmad (6/89), dan dihasankan oleh al-Albani sebagaimana terdapat dalam al-Misykah

(166).

(التفسب القيم )ص:

[2] at-Tafsir al-Qayyim (halaman 128).

(./ا١بواد: بع جادة، وىي معظم الطريق، وأصل الكلمة من جدد.]النهايةالبن األثب)

[3] al-jawaad merupakan bentuk jamak dari jaaddah, yaitu jalan yang besar, asalnya dari kata

jadada … -an-Nihayah li Ibn al-Atsir (1/313)

(.۹/طلغ٤ش حر ؼ٤ش )

[4] Tafsir Ibn Katsir (2/191).

Bandung, 30 Januari 2013

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 301 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Tak Mungkin Berdusta untuk Bermalam di Rumah

Penghuni Surga …

Dulu saya pernah membaca sebuah hadits yang bertutur tentang ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash dan

lelaki dari kalangan Anshar. Beberapa kali pula saya mendengarkan penuturan tentang kisah itu

melalui ceramah-ceramah. Secara umum hadits itu berisi anjuran yang baik, anjuran untuk

membersihkan hati dari kedengkian. Akan tetapi setelah membaca hadits itu pada kali pertama, saya

malah bertanya-tanya sendiri dalam hati, “Kok, ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash –radhiyallahu

‘anhuma- berdusta, ya?” Seperti itu pula pertanyaan yang terbetik dalam hati setiap kali

mendengarnya dikisahkan di mimbar-mimbar …

Sejauh itu saya selalu berhusnuzhan kepada ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash –dan itu wajib- karena

para shahabat adalah sebaik-baik manusia di muka bumi. Saya mengulang-ulang ucapan dalam hati,

“Para shahabat adalah sebaik-baik manusia. Jika hadits ini sahih lalu ada kemuskilan tentang

shahahat dalam kepalaku, itu pasti karena aku masih terhalang dari ilmu dan penjelasan yang

benar.”

Alhamdulillah, pada akhirnya saya mendapatkan kejelasan tentang kelemahan hadits tersebut.

Berikut saya nukilkan penjelasan dari Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid –hafizhahullah- tentang

kelemahan hadits tersebut …

**

*

Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid –hafizhahullah-

Dari sini: http://www.islam-qa.com/ar/ref/147249

(:قاؿ اإلماـ أبد ربو ا ب مسنده )ثػنا معمر عن الزىري قاؿ أخبػرين أنس بن ثػنا عبد الرزاؽ حد مالك رضي ا عنو قاؿ: حد

| 302 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Imam Ahmad –rahimahullah- berkata di kitab Musnad (12720):

Telah menceritakan kepada kami ‘Abd ar-Razaq, telah menceritakan kepada kami Ma’mar dari az-

Zuhri, dia berkata: telah mengabarkan kepadaku Anas bin Malik –radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:

نة( فطلع رجل من األنصار تػنطف ٢بيتو من وضوئو قد تػعلق نػعليو ب كنا جلوسا مع رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم فػقاؿ: )يطلع عليكم اآلف رجل من أىل ا١ب ا كاف اليػوـ الثالث قاؿ النيب صلى ا عليو وسلم يده الشماؿ، فػلما كاف الغد قاؿ النيب صلى ا عليو وسلم مثل ذلك، فطلع ذلك الر جل مثل المرة األوذل، فػلم

ـ النيب صلى ا عليو وس مثل مق ا قا لم تبعو عبد ا بن عمرو بن العاص فػقاؿ: إين الحيت أيب فأقسمت أف التو أيضا فطلع ذلك الرجل على مثل حالو األوذل، فػلمث أنو بات معو تلك الليارل الثبلث فػلم يػره يػقوـ من الليل ثا، فإف رأيت أف تػؤويب إليك حب بضي فػعلت. قاؿ نػعم قاؿ أنس: وكاف عبد ا بد ال أدخل عليو ثبل

ر أنو إذا تػعار ا مضت الثبلث لياؿ وتػقلب على فراشو ذكر ا عز وجل وكبػر حب يػقوـ لصبلة الفجر. قاؿ عبد ا: غيػر شيئا، غيػ را. فػلم أين دل أ٠بعو يػقوؿ إال خيػيو وسلم يػقوؿ لك ثبلث مرار: )يطلع بد ا إين دل يكن بػيب وبػب أيب غضب وال ىجر ب، ولكن ٠بعت رسوؿ ا صلى ا عل وكدت أف أحتقر عملو قػلت: يا ع

فما الذي بػلغ بك ما ث مرار، فأردت أف آوي إليك ألنظر ما عملك فأقػتدي بو، فػلم أرؾ تػعمل كثب عمل،عليكم اآلف رجل من أىل ا١بنة( فطلعت أنت الثبل ر أين ال أجد ب نػفسي ألحد من المسلم قاؿ رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم؟ فػقاؿ ما ىو إال ما رأيت، قاؿ: فػل ا وليت دعاين فػقاؿ: ما ىو إال ما رأيت؛ غيػ ب م

لب ال نطيق.ا غشا وال أحسد أحدا على خب أعطاه ا إياه. فػقاؿ عبد ا: ىذه الب بػلغت بك، وىي

Kami pernah duduk bersama Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- lalu beliau bersabda,

“Sebentar lagi akan datang (ke hadapan kalian) seorang lelaki dari kalangan penghuni surga,” lalu

muncullah seorang lelaki dari kalangan Anshar dengan janggut yang masih basah dengan air wudu

sambil menjinjing kedua sandal di tangan kirinya. Pada keesokan harinya, Nabi –shallallahu ‘alaihi

wa sallam- berkata seperti itu lagi, lalu lelaki Anshar itu muncul lagi ke hadapan kami seperti

kemarin. Pada hari ketiga, lagi-lagi Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkata seperti itu lalu

lewatlah lelaki Anshar itu dengan keadaan seperti kemarin. Setelah Nabi –shallallahu ‘alaihi wa

sallam- beranjak dari majelis, ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash mengikuti lelaki Anshar itu lalu berkata

kepadanya, “Aku bertengkar dengan ayahku lalu aku bersumpah tidak akan menemuinya selama

tiga hari. Jika kau tak keberatan, aku akan menginap di rumahmu sampai sumpahku terpenuhi.”

Lelaki Anshar itu menjawab, “Iya, boleh.” ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash pun menuturkan bahwa

dirinya bermalam bersama lelaki Anshar itu hingga hari ketiga, namun tak sekali pun dia melihat

lelaki Anshar itu melakukan shalat malam. Hanya saja jika lelaki Anshar itu terjaga dan berbalik di

tempat tidurnya, dia pun berzikir dan bertakbir kepada Allah ‘Azza wa Jalla hingga datang waktu

shalat subuh.

‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash berkata:

Hanya saja aku sama sekali tidak mendengarnya berbicara kecuali ucapan yang baik. Setelah berlalu

tiga hari, dan hampir-hampir kuremehkan amalnya, aku berkata, “Wahai hamba Allah, sesunguhnya

tidaklah antara aku dan ayahku terjadi pertengkaran dan tidak pula penghindaran. Hanya saja aku

mendengar Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkata tentangmu sampai tiga kali (bahwa)

sebentar lagi akan datang (ke hadapan kalian) seorang lelaki dari kalangan penghuni surga, lalu

muncullah kamu selama tiga kali sehingga aku ingin bermalam di tempatmu untuk melihat amal

yang kaulakukan agar bisa kutiru. Akan tetapi aku tak melihatmu melakukan banyak amal.

Sebetulnya apa sih yang kaulakukan sampai Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkata

seperti itu?” Lelaki Anshar itu menjawab, “Tidak ada selain yang kaulihat.” Tatkala aku pergi

meninggalkannya, lelaki Anshar itu memanggilku dan berkata, “Tidak ada selain yang kaulihat.

Hanya saja tidak kudapati dalam jiwaku perasaan iri terhadap seorang pun dari kaum muslimin dan

tidak pula perasaan dengki terhadap siapa pun atas kebaikan yang Allah berikan kepadanya.”

| 303 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash berkata, “Inilah hal yang menyampaikanmu (kepada hal yang

dikatakan Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam), dan itu merupakan hal yang tak mampu kami

capai.”

( ” )مسنده“وعبد بن بيد ب ( ۹۹” )الكربى“سائي ب ( والن۹” )الزىد“وابن ا٤ببارؾ ب ( ۹” )ا٤بصنف“وىكذا رواه عبد الرزاؽ ب ( وابن )ص ” أدب اإلمبلء“( والسمعاين ب ” )عمل اليـو والليلة“( وابن السب ب ” )الشعب“والبيهقي ب ( ۹” )ا٤بختارة“والضياء ب بو. ( كلهم من طريق معمر عن الزىري عن أنس/” )التمهيد“عبد الرب ب

Seperti ini pula yang diriwayatkan oleh ‘Abd ar-Razaq di kitab al-Mushannaf (20559), Ibn al-Mubarak

di kitab az-Zuhd (694), an-Nasa’i di kitab al-Kubra (10699), ‘Abd bin Humaid di kitab Musnad (1157),

adh-Dhiya’ di kitab al-Mukhtarah (2619), al-Baihaqi di kitab Syu’ab al-Iman (6605), Ibn as-Sunni di

kitab ‘Amal al-yaum wa al-Lailah (754), as-Sam’ani di kitab Adab al-Imla’ (halaman 122), dan Ibn

‘Abd al-Bar di kitab at-Tamhid (6/122), semuanya dari jalan Ma’mar dari az-Zuhri dari Anas.

لماء ب ىذا ا٢بديث:وقد اختلف الع ”رجاؿ أبد رجاؿ الصحيح.(: “۹/” )امع“فقاؿ ا٥بيثمي ب ”رواه أبد بإسناد على شرط البخاري ومسلم.(: “/” )البغيب والبىيب“وقاؿ ا٤بنذري ب

”.ىذا إسناد صحيح على شرط البخاري ومسلم(: “/” )اباؼ ا٣ببة ا٤بهرة“وقاؿ البوصبي ب (/” )الضعيفة“األلباين ػ أوالػ ب وصححو

Para ulama berbeda pendapat mengenai (kesahihan) hadits ini. Imam al-Haitsami berkata di kitab al-

Majma’ (8/79), “Para perawi Ahmad para perawi sahih.”

Imam al-Mundziri berkata di kitab at-Targhib wa at-Tarhib (3/348), “Diriwayatkan oleh Ahmad

dengan sanad sahih berdasarkan syarat al-Bukhari dan Muslim.”

Imam al-Bushiri berkata di kitab Ittihaf al-Khairah al-Mahrah (6/25), “Sanad hadits ini sahih

berdasarkan syarat al-Bukhari dan Muslim.”

Dan -pada mulanya- al-Albani mensahihkan hadits ini di kitab adh-Dha’ifah (1/25).

وأعلو غب واحد:ىذا ا٢بديث دل يسمعو الزىري من أنس. رواه شعيب بن أيب بزة ، وعقيل ، عن الزىري ، قاؿ: حدثب من ال أهتم ، (: “/” )العلل“فقاؿ الدارقطب ب

انتهى.” عن أنس، وىو الصواب “.دل يسمعو الزىري من أنس، رواه عن رجل عن أنس. كذلك رواه عقيل وإسحاؽ بن راشد وغب واحد عن الزىري، وىو الصواب “ ا٢بافظ: وقاؿ بزة الكناين

(.۹/” )بفة األشراؼ“ي عن أنس، ورواه شعيب بن أيب بزة عن ىكذا قاؿ عبد الرزاؽ عن معمر عن الزىري قاؿ أخربين أنس، ورواه ابن ا٤ببارؾ عن معمر فقاؿ عن الزىر “وقاؿ البيهقي:

وكذلك رواه عقيل بن خالد عن الزىري ب اإلسناد، غب أنو قاؿ ب متنو: فطلع سعد بن أيب وقاص دل يقل ” الزىري قاؿ: حدثب من ال أهتم عن أنس بن مالك. (.-/” )شعب اإلٲباف“انتهى ٨بتصرا. ” رجل من األنصار

(.۹/” )النكت الظراؼ“حجر ب وكذا أعلو ا٢بافظ ابن

Dan tak hanya satu orang saja ulama yang menganggap hadits ini cacat. Imam ad-Daruquthni

berkata di kitab al-‘Ilal (12/203), “Az-Zuhri tidak mendengar hadits ini dari Anas. Syu’aib bin Abu

| 304 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Hamzah dan ‘Uqail telah meriwayatkannya dari az-Zuhri, dia berkata: telah menceritakan kepadaku

seseorang yang tak tertuduh, dari Anas. Dan inilah yang benar.”

Al-Hafizh Hamzah al-Kinani berkata, “Az-Zuhri tidak mendenganrnya dari Anas, dia meriwayatkannya

dari seseorang dari Anas. Seperti inilah ‘Uqail, Ishaq bin Rasyid, dan yang lainnya meriwayatkannya

dari az-Zuhri, dan ini benar.” –Tuhfah al-Asyraf (1/394).

Imam al-Baihaqi berkata, “Seperti ini yang dikatakan ‘Abd ar-Razaq dari Ma’mar dari az-Zuhri, dia

mengatakan: telah mengabarkan kepadaku Anas, sedangkan Ibn al-Mubarak telah

meriwayatkannya dari Ma’mar, lalu dia berkata dari az-Zuhri dari Anas. Dan Syu’aib bin Abu Hamzah

meriwayatkannya dari az-Zuhri, dia berkata: telah menceritakan kepadaku seseorang yang tak

tertuduh dari Anas bin Malik. Seperti ini juga ‘Uqail bin Khalid meriwayatkan dari az-Zuhri dalam

sanadnya, hanya saja dia mengatakan dalam matannya: lalu muncullah Sa’ad bin Abu Waqqash,

bukan mengatakan seseorang lelaki dari kalangan Anshar,” secara ringkas –Syu’ab al-Iman (5/274-

275).

Demikian juga al-Hafizh Ibn Hajar melemahkannya di kitab an-Nukat azh-Zhiraf (1/394).

بارؾ وغبه عن وقد اضطرب فيو عبد الرزاؽ، فكاف تارة يقوؿ عن معمر عن الزىري أخربين أنس، وتارة يقوؿ عن معمر عن الزىري عن أنس، وىي رواية ابن ا٤ب إال أنو كاف بدث أحيانا فيخطئ. -وإف كاف من أوثق الناس ب الزىري –ومعمر بن راشد معمر، وىو الصحيح.

قاؿ أبو حاب: ما حدث معمر بالبصرة فيو أغاليط وىو صاحل ا٢بديث. وقاؿ الذىيب: لو أوىاـ معروفة.

وقاؿ أبد: كاف بدثهم بطأ بالبصرة. قدـ عليهم فيو اضطراب، ألف كتبو دل تكن معو. وقاؿ يعقوب بن شيبة: ٠باع أىل البصرة من معمر حب

وقاؿ ابن رجب: حديثو بالبصرة فيو اضطراب كثب، وحديثو باليمن جيد. وقاؿ ابن حجر: ثقة ثبت فاضل، إال أف ب روايتو عن ثابت واألعمش وىشاـ بن عروة شيئا، وكذا فيما حدث بو بالبصرة.

)ص ” تقريب التهذيب“ –( )ص ” شرح علل البمذي( “/” )ميزاف االعتداؿ“ –( /” )ا١برح والتعديل“ –( /” )التهذيب“۹.)

Idhthirab ‘Abd ar-Razaq dalam periwayatannya, terkadang riwayat mengatakan, “Dari Ma’mar dari

az-Zuhri, telah mengabarkan kepadaku Anas,” dan terkadang mengatakan, “Dari Ma’mar dari az-

Zuhri dari Anas,” dan yang ini riwayat Ibn al-Mubarak dan selainnya dari Ma’mar, ini yang benar.

Dan Ma’mar bin Rasyid –meskipun termasuk orang yang paling tsiqah mengenai riwayat az-Zuhri-

namun terkadang keliru meriwayatkan.

Abu Hatim berkata, “Apa yang diriwayatkan oleh Ma’mar di Bashrah terdapat kekeliruan-kekeliruan,

dan dia shalih al-hadits.”

Imam adz-Dzahabi berkata, “Dia (Ma’mar) dikenal memiliki beberapa wahm.”

Imam Ahmad berkata, “Dia meriwayatkan kepada mereka secara keliru di Bashrah.”

| 305 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Ayyub bin Syaibah berkata, “Penyimakan riwayat penduduk Basrah dari Ma’mar –ketika dia datang

ke Bashrah- terdapat idhthirab di dalamnya karena Ma’mar tak membawa serta kitabnya.”

Ibn Rajab berkata, “Haditsnya di Bashrah banyak idhthirab, sedangkan haditsnya di Yaman bagus.”

Ibn Hajar berkata, “Tsiqah, tsabat, fadhil, hanya saja dalam riwayatnya dari Tsabit, al-A’masy, dan

Hisyam bin ‘Urwah terdapat sesuatu, demikian juga dengan apa yang diriwayatkannya di Bashrah.”

At-Tahdzib (10/245), al-Jarh wa at-Ta’dil (8/256), Mizan al-I’tidal (4/154), Syarh ‘Ilal at-Tirmidzi

(halaman 247), Taqrib at-Tahdzib (halaman 961).

من يسمعو وقد خالفو ا١بماعة: عقيل بن خالد وشعيب بن أيب بزة وإسحاؽ بن راشد فرووه كلهم عن الزىري عن رجل عن أنس ، ٩با يدؿ على أف الزىري دل أنس، وأف بينهما رجبل ٦بهوال.

فا٢بديث معلوؿ بهالة الواسطة بب الزىري وأنس رضي ا عنو.

Jama’ah perawi menyelisihi (riwayat ‘Abd ar-Razaq): ‘Uqail bin Khalid, Syu’aib bin Abu Hamzah, dan

Ishaq bin Rasyid, semua meriwayatkannya dari az-Zuhri dari seseorang dari Anas, yang menunjukkan

bahwa az-Zuhri tidak mendengar hadits tersebut dari Anas, namun di antara az-Zuhri dan Anas itu

ada seorang perawi yang majhul.

Oleh karena itu, hadits tersebut ma’lul (cacat) karena ada perawi majhul di antara az-Zuhri dan Anas

–radhiyallahu a’nhu.

وإذل القوؿ بإعبلؿ ا٢بديث عاد الشيخ األلباين ربو ا، بعد ما كاف يصححو أوال. قاؿ ربو ا تعليقا على تصحيح ا٢بافظ ا٤بنذري إلسناده:

ب الناجي، وقاؿ ]أي : الناجي[: وىذه العلة دل يتنبو ٥با …ىو كما قاؿ، لوال أنو منقطع بب الزىري وأنس، بينهما رجل دل يسم، كما قاؿ ا٢بافظ بزة الكناين “ ..”ا٤بؤلف ]يعب : ا٢بافظ ا٤بنذري[

Syaikh al-Albani –rahimahullah- akhirnya menyetujui pendapat yang melemahkan hadits tersebut

setelah sebelumnya beliau menganggapnya sahih. Syaikh al-Albani –rahimahullah- berkata dalam

komentarnya terhadap pensahihan al-Hafizh al-Mundziri terhadap sanadnya, “Keadaannya memang

seperti yang dikatakan al-Mundziri kalau tidak inqitha’ antara az-Zuhri dan Anas. Di antara az-Zuhri

dan Anas ada seorang perawi yang tak disebutkan namanya (majhul), sebagaimana ucapan al-

Hafizh Hamzah al-Kinani … kemudian an-Naji, dan dia (yakni an-Naji) berkata: penulis (yakni al-

Hafizh al-Mundziri) tidak memerhatikan cacat tersebut ….”

عبد الرزاؽ: ب قاؿ الشيخ األلباين ربو ا، بعد ما نقل إسناده عن(، وجرينا على ذلك برىة من الزمن حب تبينت العلة؛ فقاؿ البيهقي عقبو /” )بريج اإلحياء“وىذا إسناد ظاىره الصحة، وعليو جرى ا٤بؤلف والعراقي ب “، … ىري، قاؿ: حدثب من ال أهتم عن أنس ورواه ابن ا٤ببارؾ عن معمر، فقاؿ: عن معمر، عن الزىري، عن أنس. ورواه شعيب بن أيب بزة عن الز (: “/)

فقد ظهر أنو ”: “النكت الظراؼ على األطراؼ“، ولذلك قاؿ ا٢بافظ عقبو ب (۹/وانظر: أعبلـ النببلء )”. وكذلك رواه عقيل بن خالد عن الزىري (.( ىامش )/” )ضعيف البغيب“انتهى. ” معلوؿ.

Kemudian Syaikh al-Albani –rahimahullah- berkata setelah menukil sanad ‘Abd ar-Razaq:

| 306 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Secara zhahir sanad ini sahih, dan berdasarkan sanad inilah penulis (yakni Imam al-Mundziri) dan

al’Iraqi di kitab Takhrij al-Ihya’ (3/187) menetapkan (kesahihannya). Kami pun untuk beberapa waktu

lamanya telah menetapkan kesahihannya berdasarkan sanad ini hingga menjadi jelas indikasi

cacatnya. Imam al-Baihaqi berkata -menerangkan cacatnya- (5/265), “Ibn al-Mubarak

meriwayatkannya dari Ma’mar, lalu dia (Ibn al-Mubarak) berkata: dari Ma’mar, dari az-Zuhri, dari

Anas.” Syu’aib bin Abu Hamzah meriwayatkan juga dari az-Zuhri, dia (az-Zuhri) berkata, “Telah

menceritakan kepadaku seseorang yang tak tertuduh, dari Anas …,” Seperti itu pula ‘Uqail bin Khalid

meriwayatkan dari az-Zuhri.

Lihatlah kitab A’lam an-Nubala’ (1/109), dan terhadap hal ini al-Hafizh berkata -menerangkan

cacatnya- di kitab an-Nukat azh-Zhiraf ‘ala al-Athraf, “Tampak jelas bahwa hadits ini ma’lul (cacat).”

–Dha’if at-Targhib (2/248), catatan pinggir (1).

( من طريق معاذ بن خالد أنا صاحل عن عمرو بن دينار عن سادل بن عبد ا عن أبيو قاؿ: كنا جلوسا ” )افشعب اإلٲب“وللحديث شاىد رواه البيهقي ب ا٢بديث بنحوه.… عند رسوؿ ا صلى ا عليو وسلم فقاؿ: ليطلعن عليكم رجل من ىذا الباب من أىل ا١بنة

Hadits (Anas di atas) memiliki syahid yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi di kitab Syu’ab al-Iman

(6607), dari jalan Mu’adz bin Khalid: telah mengabarkan kepada kami Shalih dari ‘Amr bin Dinar dari

Salim bin ‘Abdullah dari ayahnya (‘Abdullah bin ‘Umar), dia berkata: Kami duduk di hadapan

Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- lalu beliau berkata, “Sungguh akan muncul ke hadapan

kalian lewat pintu ini seorang lelaki dari kalangan penghuni surga …,” –hadits seperti riwayat di atas

وىذا إسناد ضعيف جدا: معاذ بن خالد قاؿ الذىيب: لو مناكب، وقد احتمل.

(./” )العتداؿميزاف ا“ديث بدث وصاحل ىو ابن بشب بن وادع ا٤بعروؼ با٤بري مبوؾ، قاؿ ابن معب وابن ا٤بديب وصاحل بن ٧بمد: ليس بشيء. وقاؿ عمرو بن علي: ضعيف ا٢ب

ي: مبوؾ ا٢بديث. وقاؿ ابن عدي :عامة بأحاديث مناكب عن قـو ثقات. وقاؿ ا١بوزجاين: كاف قاصا واىي ا٢بديث. وقاؿ البخاري: منكر ا٢بديث. وقاؿ النسائ (/” )هتذيب التهذيب“أحاديثو منكرات تنكرىا األئمة عليو.

Sanad hadits (yang menjadi syahid) ini sangat lemah. Imam adz-Dzahabi berkata tentang Mu’adz bin

Khalid, “Dia memiliki riwayat-riwayat mungkar, haditsnya diambil.” –Mizan al-I’tidal (4/132).

Adapun Shalih, dia adalah Ibn Basyir bin Wadi’, dikenal dengan sebutan al-Murri, dia perawi matruk.

Ibn Ma’in, Ibn al-Madini, dan Shalih bin Muhammad berkata, “Tidak ada apa-apanya.” ‘Amr bin ‘Ali

berkata, “Dha’if al-hadits, dia meriwayatkan hadits-hadits mungkar dari para perawi tsiqah.” Al-

Jauzajani berkata, “Dia menceritakan hadits yang lemah.” Imam al-Bukhari berkata, “Munkar al-

hadits.” Imam an-Nasa’i berkata, “Matruk al-hadits.” Ibn ‘Adi berkata, “Secara umum hadits-

haditsnya mungkar, para ulama mengingkarinya.” –Tahdzib at-Tahdzib (16/4).

” ضعيف البغيب“اىػ ”فيو صاحل ا٤بري، وىو ضعيف، وىو ٨بالف للحديث قبلو من وجوه، كما ىو ظاىر“قاؿ الشيخ األلباين ربو ا عن ىذا الشاىد: (.( ىػ)/)

| 307 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Syaikh al-Albani –rahimahullah- berkata mengenai hadits yang menjadi syahid ini, “Di dalam

sanadnya ada Shalih al-Murri, dia itu perawi yang lemah dan menyelisihi hadits sebelumnya dari

beberapa segi sebagaimana tampak dengan jelas.” –Dha’if at-Targhib (2/247), catatan pinggir (2).

لماء العلل بلصة: أف ىذا ا٢بديث ٨بتلف ب تصحيحو بب أىل العلم، فمن أىل العلم من يصححو، ومنهم من يعلو، وقد رجح غب واحد من نقاد ا٢بديث، وعوا٣ب ضعف ا٢بديث وانقطاعو، ولعل القوؿ بتضعيف ا٢بديث أقرب وأوذل بالصواب.

وا أعلم.

Kesimpulan: para ulama telah berbeda pendapat mengenai kesahihan hadits ini, sebagian

mensahihkannya dan sebagian lain melemahkannya. Bukan satu ulama saja dari kalangan kritikus

hadits yang menguatkan hadits ini, sedangkan para ulama ahli ‘ilal melemahkannya dan menyatakan

munqathi’. Barangkali pendapat yang melemahkan hadits ini lebih tepat dan lebih dekat kepada

kebenaran. Wallahu a’lamu …

---------------------------------------------------------

Tambahan dari saya:

- Syaikh al-Muhaddits ‘Abd al-Muhsin al-‘Abbad al-Badr –hafizhahullah- pun mengingkari kesahihan

hadits ini …

- Sebagian orang menjadikan hadits lemah ini sebagai argumentasi atas pembolehan dusta sebagai

wasilah untuk mencapai kemaslahatan dakwah dan tujuan yang baik … -wal ‘iyadzu billah …

- Syaikh Taqiyuddin al-Hilali –rahimahullah- berkata tentang hadits di atas:

أنو خاصم أباه فغضب عليو، وابذ ذلك وسيلة إذل أف يكوف ضيفا عند األنصاري -رضي ا عنهما-ولكن عندنا ىنا إشكاال ب ادعاء عبد ا بن عمرو … ء بالكذب البحت، ليتوصل إذل خب، وىو ما يسمونو ب لغة أىل ىذا الزماف لباقب عملو بالليل من صبلة، وقراءة قرآف ودعاء، فهل كاف جائزا أف يتذرع ا٤بر

)تقومي اللسانب، للعبلمة ٧بمد … ا٤بأخوذة من اللغات األجنبية:! )الغاية تسوغ الواسطة!( والذي نفهمو من أدلة الكتاب والسنة أف الكذب ب مثل ىذا ال ٯبوز (۸تقي الدين ا٥ببلرل )ص

Akan tetapi menurut kami terdapat kemuskilan dalam hal kepura-puraan ‘Abdullah bin ‘Amr –

radhiyallahu ‘anhuma- bahwa dia bertengkar dan marah kepada ayahnya lalu menjadikan hal itu

(kepura-puraannya itu) sebagai wasilah untuk menjadi tamu dari lelaki Anshar itu dengan maksud

memerhatikan amal malam hari lelaki Anshar itu berupa shalat, tilawah al-Quran, dan doa. Maka

apakah boleh bagi seseorang menggunakan kebohongan untuk mengantarkannya kepada kebaikan?

Dan ini adalah apa yang disebut oleh orang-orang zaman sekarang dengan istilah “tujuan

menghalalkan segala cara” yang diambil dari peristilahan bangsa asing. Dan yang kami pahami,

berdasarkan dalil-dalil Kitab dan Sunnah, kebohongan dalam hal seperti ini tidaklah diperbolehkan …

(Taqwim al-Lisanain, Syaikh Muhammad Taqiyuddin al-Hilali, halaman 83).

Bandung, 12 Februari 2013

--HENDRA WIBAWA IBN TATO WANGSA WIDJAJA--

| 308 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Desis ...

| 309 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Desis: 1

Hanya saja, teramat sulit mencari kesejajaran ... sedang jalan tak selalu tidak mendaki. Bahwasanya, aku berada di titik bisu. Bebas, tetapi sunyi ...

-9 Juni 2010-

Desis: 2

Tetapi aku tak selalu dapat bercerita. Ada banyak kata yang terbuang dalam beberapa perbincangan. Dalam banyak tulisan, lebih banyak lagi tinta yang kutumpahkan daripada kesadaran yang kutuliskan ...

-9 Juni 2010-

Desis: 3

Keranda mayat kita tak lagi berisi mayat. Kita mengisinya dengan nilai-nilai, lalu mengebumikannya di lubang-lubang tanah dengan kafan yang berwarna-warni ...

-15 Juni 2010-

Desis: 4

Aku sunyi di sini, sebagaimana di mana pun. Teduh bila teduh dan terik bila terik ... sedang rindu itu di antara keduanya, pada keduanya. Maka biarkan segala corat-coret ini ... selagi masih rindu ...

-18 Juni 2010-

Desis: 5

Kau setergesa api dan tertipu oleh pijarnya yang menyala ... padahal dia bersekutu dengan kegelapan ...

-20 Juni 2010-

Desis: 6

Seperti berteduh di ruang tanpa atap, aku kuyup oleh rindu yang menggusarkan. Rindu benar-benar menjadi hujan di sebagian malam ... --sepertinya kau memang menyejarah di benak zaman—

-13 September 2010-

Desis: 7

Adapun iblis, dia tak mau memahami keutamaan tanah atas api ...

-19 September 2010-

| 310 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Desis: 8

Dan semesta belumlah tercipta ketika pena itu menulis tentangmu ...

-21 September 2010-

Desis: 9

Pulanglah dari perbincangan dengan kekasih saat rindu belum habis ... simpan untuk esok setiap sisa kata-kata ...

-22 September 2010-

Desis: 10

Seperti katamu, setiap penempuhan pastilah menikam kesabaran ... sedang kebenaran itu hanya satu-satunya ...

-24 September 2010-

Desis: 11

Bagaimana bisa meminta diri dari hati yang kosong? Dari rumah yang mati lagi hampa ... dari ruang kosong yang bertutur tentang hidup yang tertumpas ...

-25 September 2010-

Desis: 12

Aku sambangi kau pada malam tanpa bulan ... dan teh yang kau seduh itu menenggelamkan renjanaku ke dasar cangkir ...

-30 September 2010-

Desis: 13

Lantaran ketundukan itu melekat pada kesejatian hamba ... maka sungguh bodoh orang yang menampakkan cinta namun meniadakan takut dan harapan ...

-30 September 2010-

Desis: 14

Dan segumpal kabut belum pupus kala kau hampakan aku ... seakan matamu menuai ruh dari jasadku yang terpana ...

-4 Oktober 2010-

| 311 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Desis: 15

Sungguh telah berlalu ucapanmu sebagaimana yang kudengar. Hanya beberapa patah kata saja ... dan itu mampu melarutkanku ke dalam warna malam hingga fajar menyadarkanku sebelum alam benar-benar mendusin ...

-6 Oktobe 2010-

Desis: 16

Pena telah diangkat meninggalkan semua catatannya yang mengering pada lembaran-lembaran yang terjaga. Takkan terjangkau, bisikmu ... dia tersimpan di tempatnya yang tinggi. Lantas, mengapa kau begitu berduka atas kepingan dunia yang terluput darimu ... sementara kau tahu bahwa semua tentangmu pun termaktub di sana ...

-14 Oktober 2010-

Desis: 17

Siapa yang tak tahu, diamlah dari berkata-kata ... agar kejelasan tak menjadi suram dengan perdebatan yang panjang. Sungguh tak cukup hanya memenuhi pena dengan tinta, sedang ilmu kau tinggalkan di belakang punggungmu ...

-17 Oktober 2010-

Desis: 18

Aku membakar pepohonan di sepanjang malam yang menjadikanku begitu terasing ... dan kau mencelaku di antara asap yang memayahkan nafasmu, “Air yang jauh takkan mungkin memadamkan apimu ... sungguh bukan begitu cara menyalakan terang di malam hari!”

-19 Oktober 2010-

Desis: 19

Dan semua coretanmu pada dinding-dinding itu, tutur demi tuturnya mampu meluruskan arah tawajuhku. Perhatikan darimana kau mengambil setiap kisah dan riwayat, tulismu ... karena ucapan dusta bukanlah bagian dari kebenaran meskipun mampu menggerakkan hatimu untuk menangis dan bersemangat ...

-20 Oktober 2010-

Desis: 20

Kau mengganti semua kunci ruang-ruangmu yang riuh, lalu membiarkanku duduk dalam kekosongan bersama semua ingatan tentang riuh rendahmu. Tetaplah di situ, katamu ... atau berjalanlah ke arah lain sampai waktu yang kau kenal meninggalkanmu di bilik-bilik barzakh ...

-22 Oktober 2010-

| 312 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Desis: 21

Aku terdiam saat kau mengingkari Jabal Rahmah dan keutamaannya. Namanya Jabal Alal, bisikmu ... demikianlah yang tertulis dalam syair-syair kabilah pengembara. Dia tak lebih dari sekadar gunung di antara gunung-gunung di Arafah, tak lebih dari itu ...

-30 Oktober 2010-

Desis: 22

Katamu, cinta itu sesuatu yang amat purba. Aku lantas bertanya, “Mana yang lebih purba ... cinta ataukah bahasa?” Tapi kau diam, seakan menyesal telah berkata-kata tentang hal yang tak kau ketahui ...

-9 November 2010-

Desis: 23

Mereka menumpahkan minuman yang dihinggapi lalat, lalu meminum air cangkir yang telah dijilati anjing ... sungguh akal mereka lebih butuh kepada ilmu daripada tenggorokan mereka terhadap air. Lantas, bagaimana bisa kau menukil ucapan mereka sebagai sebuah kebijaksanaan?

-17 Desember 2010-

Desis: 24

Apa yang kau tulis akan menjadi kepingan dari peradabanmu ... maka tuliskanlah kepingan terbaik bagi peradabanmu ...

-19 Desember 2010-

Desis: 25

Sungguh kisah-kisah perjalanan itu masih melekat pada benakku sebagaimana melekatnya debu-debu pada pakaianku. Lantas, di mana kau menyimpan kebijaksanaan itu? Kuyakin kau menakiknya pada qalbu yang terlindungi oleh tulang dadamu ...

-5 Januari 2011-

Desis: 26

Kegelapan bukanlah warna meskipun tampak hitam ... –atau mungkin dia satu-satunya warna yang membenci cahaya-

-30 Januari 2011-

| 313 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Desis: 27

Jika kau berpakaian seperti musuh-musuhmu, niscaya kau menjadi sasaran anak panah saudara-saudaramu ...

-22 Februari 2011-

Desis: 28

Ketika setan dibelenggu, pengaruhnya belum tentu hilang dari hatimu. Kau bilang, dia seumpama teman duduk yang pergi setelah mewariskan perangai buruk kepadamu ...

-2 Maret 2011-

Desis: 29

Bayangmu geming dalam kedipku. Tiada beranjak, tak jua bergerak ... padahal aku menjejak-jejak bumi yang terhenti dan tenang di semesta ...

-3 Maret 2011-

Desis: 30

Karena keadilan itu tak bisa tegak dengan kejahilan, maka tak heran jika kau mensejajarkan anjing dengan singa atau menganggap sama rumah laba-laba dengan sarang lebah ...

-24 Maret 2011-

Desis: 31

Katamu, buku yang kubaca ini tak lebih baik dari potongan kayu di perapianku ... bahkan tak lebih layak dari debu-debu yang memenuhi rak-rak perpustakaanku ...

-1 Juni 2011-

Desis: 32

Kau berkata tentang hampai sayap si pencari air, tentang kepak perjalanan jauhnya dan kabar yang dibawanya. Katamu, Hudhud punya alasan atas keterlambatannya ... dia cemburu melihat penduduk semenanjung itu mengabahkan wajah kepada mentari ...

-6 Juli 2011-

| 314 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Desis: 33

Kau merinai satu surah di dalam ruang, menyuarakan kisah dan amsal di dalamnya dengan tartil … mizmar yang membasahkan hati, tak ubahnya seperti rinai musim ini yang membasahkan tanah di luar ruang kita …

-17 Juli 2011-

Desis: 34

Sejauh jarak yang terlihat mata aku melaungmu. Sepemanggil saja, sesayup-sayup mata dan sekuat perlawanan angin. Ah, bagaimana bisa anak panahnya mendahului suaraku ke dadamu yang berhati ...

-30 Juli 2011-

Desis: 35

Tiga marhalah jaraknya dari Naisabur ketika mereka menyambut lelaki dari Bukhara itu. “Pergilah kepada lelaki shalih itu dan simaklah pelajaran darinya!” Akan tetapi fitnah tak mau diam sebelum ia menunjukkan taringnya di antara gigi para pendusta ...

-18 Agustus 2011-

Desis: 36

Ada hikayat talbis dalam seruan mereka. Lemah dan tertolak seperti matan riwayat dengan sanad-sanad yang luruh. Tidakkah mereka peduli bahwa seruan itu dengan ilmu dan menuju ilmu? Nirmala dengan tashfiyah dan bertumbuh dengan tarbiyah ...

-3 September 2011-

Desis: 37

Kau lembut seperti lumut, merintis lengas di keringnya pemikiranku, melapukkan kerasnya perangai dan aksaraku ...

-30 September 2011-

Desis: 38

Aku membaca riwayat tangis para khalifah yang berjalan di atas dunia. Pedang-pedang mereka serupa kunci yang membuka pintu-pintu dunia di bawah mata hati yang tak henti mencandrakan akhirat. Kini kutahu, masa depan bukanlah dunia yang kubangun, melainkan akhirat selepas kematianku ...

-11 Oktober 2011-

| 315 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Desis: 39

Wahai fulan, di ruang gelap manakah kau menyimpan akalmu? Sampai-sampai kau memohon perlindungan dari sesuatu yang tak kau yakini ada ...

-17 Oktober 2011-

Desis: 40

Biar kusandang kun-yah berkait nama ayahku meski telah kubunuh budaya yang diusung oleh kaum dan leluhurnya ...

-9 November 2011-

Desis: 41

Aku berjalan di persawangan, menghirup udara sawang langit. Kau lihatlah! Asaku berkibar di antara langit dan bumi ...

-25 November 2011-

Desis: 42

Ada semangat yang kupindai lewat tabung kaca. Meski berupa aksara, kutahu ia bukan tak berwajah ...

-4 Januari 2012-

Desis: 43

Kau mengingkari fulan karena kecintaannya kepada kabilah akal. Katamu, ia menyalakan semangat dakwah namun enggan membuka pintu-pintu ilmu. “Ia membakar bukan menerangi.”

-24 Januari 2012-

Desis: 44

Tinggalkan larik-larik huruf dalam syair Mimiyah si pemilik burdah dari kota Bushir. Sungguh ia telah menggubah rima kemusyrikan lewat seratus-enam-puluh bait qafiyah mim. Meski begitu dekat kedudukan huruf mim dari nun pada baris hijaiyah, namun jarak kehinaan Mimiyah lelaki Bushiri itu begitu jauh dari faidah Nuniyah putra al-Qayyim di madrasah Jauziyah ...

-8 Februari 2012-

| 316 P a g e

ht

tp

:/

/t

ipo

ng

tu

kt

uk

.w

or

dp

re

ss

.c

om

/

Desis: 45

Seandainya tak ada lafzhul jalalah pada beratus-ratus halaman tulisanmu, niscaya setiap helai kertasnya telah kujadikan bungkus makanan. Tak bisa tidak, harus kunyalakan api malam ini. Sekadar memperbuat apa yang dulu diperbuat oleh Ka’ab terhadap surat dari seorang raja -juga sebagaimana perbuatan ‘Amr putra al-‘Ash di Iskandariyah ...

-27 Februari 2012-

Desis: 46

Ibnu Sina al-Qaramithah, lelaki sakit itu menamai racun yang ditulisnya dengan sebutan obat. Ia menyangga kekufuran di atas jejak paganisme dan kepandiran aristotel ...

-8 Maret 2012-

Desis: 47

Khayalku telah sampai di kediamanmu meninggalkan langkahku yang bertambat pada rintangan. Jika saja ketidakhadiran itu tak mencacati cinta, niscaya kuteriakkan isi hati dari jauh. Akan tetapi orang-orang tua dari kaumku berkata, "Lelaki takkan mengutarakan janji jika tak mampu menghadirkan dua bukti di hadapan keluarga kekasih, dada yang menyimpan kejujuran dan mata yang memancarkan kesungguhan."

-9 April 2012-