Upload
cempaka-irawati
View
233
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/19/2019 Tiphoid
1/34
Tugas Postest Infeksi
DEMAM TYPHOID
Oleh:
Triono Agung S. G9911!! " #$9$%!1&
D'i Ariono G99111% " A$1$%!1&
I(an Aristo G99111) " A$&$%!1&
Pe*+i*+ing:
H. ,usta* Siregar- r.- S/. A
0EPAITE,AA 02II0 SM3 I2M4 0ESEHATA AA0
3A042TAS 0EDO0TE,A 4S" ,S4D D, MOE5A,DI
S4,A0A,TA
%!1&
1
8/19/2019 Tiphoid
2/34
#A# I
PEDAH424A
Penyakit Demam Tifoid (bahasa Inggris: Typhoid fever) yang biasa juga
disebut typhus atau types dalam bahasa Indonesianya, merupakan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella enteria, khususnya turunannya yaitu
Salmonella Typhi terutama menyerang bagian saluran penernaan! Demam tifoid
adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat (endemik) di
Indonesia, mulai dari usia balita, anak"anak dan de#asa$%,$&!
Penyakit ini pertama kali munul dalam #abah yang terjadi di 'thena
sampai Sparta unani pada tahun *+" S-! Sejarah yang tidak kalah menarik
adalah tentang “Tifoid Marry” yang pada tahun $.+% menjadi seorang arier/
pemba#a penyakit tifoid di 'merika, dimana setiap restoran tempat dia bekerja
selalu terjadi epidemi tifoid+!
Di Indonesia, diperkirakan antara &++ " $++!+++ orang terkena penyakit
tifus atau demam tifoid sepanjang tahun! Demam ini terutama munul di musim
kemarau dan konon anak perempuan lebih sering terserang, peningkatan kasus
saat ini terjadi pada usia diba#ah 0 tahun$!
Insiden demam tifoid bervariasi di tiap daerah dan biasanya terkait dengan
sanitasi lingkungan! Di daerah rural (1a#a 2arat) didapatkan $0% kasus per
$++!+++ penduduk, sedangkan di daerah urban ditemukan %3+"&$+ kasus per
$++!+++ penduduk! Perbedaan insiden di perkotaan berhubungan erat dengan
penyediaan air bersih yang belum memadai serta sanitasi lingkungan dengan salah
satunya tempat pembuangan sampah yang kurang memenuhi syarat kesehatan
lingkungan&!
Prevalensi kasus .$4 demam tifoid terjadi pada usia *"$. tahun, kejadian
meningkat setelah usia 0 tahun! Pada minggu pertama sakit, demam tifoid sangat
sukar dibedakan dengan penyakit demam lainnya sehingga untuk memastikan
diagnosis diperlukan pemeriksaan biakan kuman untuk konfirmasi! Demam yang
terjadi biasanya bertipe berkepanjangan ( prolonged fever ), yaitu demam yang
berlangsung minimal lebih dari 0 hari dengan pola yang biasanya khas/klasik
yaitu demam yang rendah dan perlahan"lahan lalu meningkat dari hari ke hari
2
8/19/2019 Tiphoid
3/34
hingga enderung konstan tinggi! 5amun pola demam yang seperti itu sudah
jarang ditemui karena pengaruh pemakaian antibiotik dalam pengobatan pribadi
(ashodhara, +$$)!
2akteri penyebab demam tifoid adalah Salmonella typhii bersama turunan
lainnya Salmonella paratyphii A dan parathypii B kedua kuman ini dapat
menemari makanan dan minuman penderita karena paling sering ditemukan di
tinja atau air kemih penderita! Sanitasi yang kurang adalah penyebab utama
seperti penuian tangan yang kurang bersih, makanan atau minuman yang
teremar vektor pemba#a penyakit seperti lalat sehingga memudahkan penularan
penyakit melalui media feal"oral$!
Pada anak" anak demam tifoid ukup sering ditemui, salah satu
penyebabnya selain sanitasi adalah system kekebalan atau imunitas yang belum
berkembang dengan baik! 6omplikasi atau penyulit pun tidak jarang terjadi
seperti gangguan SSP (delirium sampai gangguan kesadaran) dan perforasi usus
yang menyebabkan peritonitis! Sedangkan pada bayi relative jarang ditemukan
karena masih mendapatkan perlindungan dari 'SI yang mengandung Ig'
sekretorik yang memberikan proteksi loal khususnya pada saluran erna$!
Seringkali keterlambatan diagnosis dan ketidakpahaman orang tua
terhadap apa yang dialami oleh anak menjadikan demam tifoid ukup serius untuk
ditangani! Penularan yang ukup mungkin terjadi adalah pada orang tua atau
orang" orang serumah yang kontak dengan penderita! Sangatlah mungkin dari
penderita yang sifatnya tidak memperlihatkan gejala tapi sesungguhnya memba#a
penyakit dalam tubuhnya (carier )$&!
Pada tahun $&.%, 'lmorth 7d#ard 8right mengembangkan vaksin untuk
penyakit ini disusul pada tahun $.+. 9rederik 9! ussell, seorang dokter 'ngkatanDarat 'S yang mengembangkan vaksin ini untuk kemudian divaksinasikan guna
mengeliminasi epidemi tifus kala itu+!
Saat ini telah berkembang imunisasi untuk demam tifoid ini yaitu Ty$a
dan ;i
8/19/2019 Tiphoid
4/34
#A# II
ISI
1. Definisi
Demam tifoid adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram
negatif Salmonella typhii! Disebut Tifoid karena pada a#alnya penyakit ini
memiliki mnanifestasi yang hampir sama dengan Demam Tifus yang disebabkan
oleh bakteri Rickettsia oleh karena itu penyakit ini diberi akhiran =id> yang berarti
mirip!
Di Indonesia sendiri penyakit ini lebih akrab dengan sebutan Tifus atau
Tipes karena kemiripannya dengan demam Tifus tersebut! Demam tifoid
merupakan suatu infeksi 9eal"?ral yang pada nantinya akan menyerang saluran
erna khususnya usus halus (jejunum dan ileum) dilanjutkan dengan masuknya ke
dalam aliran darah (bakteremia) yang akan menyebabkan gejala atau tanda yang
khas tempat dimana kuman mele#ati organ selama bakteremia tersebut ('rjyal,
+$)
%. Etiologi
Salmonella sp! adalah salah satu strain dari bakteri gram negative bentuk
bail atau batang, tidak berspora, tidak berkapsul, bergerak dengan flagella
peritrik, memiliki ukuran " @m A +,0 "+,& @m! 6uman ini tumbuh dalam suasana
aerob dan fakultatif anaerob, mati dalam suhu 03o< dan pada keadaan kering! Di
dalam air dapat bertahan selama minggu dan hidup subur dalam media yang
mengandung garam empedu! -emiliki * maam antigen yaitu antigen ? (somatik
berupa kompleks polisakarida), antigen B (flagel) dan antigen ;i
2erdasarkan serotipenya kuman Salmonella dibedakan menjadi :
Salmonella typhi, Salmonella paratyphi ', Salmonella paratyphi 2, dan Serotipe
group D!
Salmonella typhi, Paratyphi ', dan Paratyphi 2 merupakan penyebab
infeksi utama pada manusia, bakteri ini selalu masuk melalui jalan oral, biasanya
dengan mengkontaminasi makanan dan minuman! 9aktor" faktor lain yang
4
8/19/2019 Tiphoid
5/34
mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap infeksi Salmonella sp! adalah keasaman
lambung, flora normal usus, dan ketahanan usus loal&!
6. E/ie*ologiDemam tifoid dan paratifoid merupakan salah satu penyakit infeksi
endemi di 'sia, 'frika, 'merika Catin, kepulauan 6aribia, dan ?eania,
termasuk Indonesia! Penyakit ini tergolong menular yang dapat menyerang
banyak orang melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi!
5
8/19/2019 Tiphoid
6/34
Insiden demam tifoid di seluruh dunia menurut data pada tahun ++
sekitar $3 juta per tahun, 3++!+++ diantaranya berakhir dengan kematian! Di
Indonesia prevalensi .$4 kasus demam tifoid terjadi pada umur *"$. tahun
dengan kejadian yang meningkat setelah usia 0 tahun!
'da dua sumber penularan penyakit ini yaitu pasien yang menderita
demam tifoid dan yang lebih sering adalah dari arier yaitu orang yang sudah
sembuh dari demam tifoid tapi masih mengekskresikan S! typhii dalam tinja
selama lebih dari setahun$+!
Salmonella typhi dapat hidup di dalam tubuh manusia (manusia sebagai
natural reservoir)! -anusia yang terinfeksi Salmonella typhi dapat
mengekskresikannya melalui seret saluran nafas, urin, tinja dalam jangka #aktu
yang sangat bervariasi! Salmonella typhi yang berada di luar tubuh manusia dapat
hidup untuk beberapa minggu apabila berada di dalam air, es, debu, atau kotoran
yang kering maupun pada pakaian! -udah mati pada klorisasi dan pasteurinisasi
(temperatur 3*o
8/19/2019 Tiphoid
7/34
. Patofisiologi
Patogenesis demam tifoid melibatkan proses kompleks yang mengikuti
ingesti organism, yaitu:
a! Penempelan dan invasi sel" sel pada Peyer Path,
b! 2akteri bertahan hidup dan bermultiplikasi dalam makrofag Peyer
Path, nodus limfatikus mesenteria, dan organ" organ eAtra intestinal sistem
retikuloendotelial,
! 2akteri bertahan hidup di dalam aliran darah,
d! Produksi enterotoksin yang meningkatkan kadar '-P di dalam kripta
usus dan meningkatkan permeabilitas membran usus sehingga menyebabkan
keluarnya elektrolit dan air ke dalam lumen intestinal$3!
-asuknya kuman Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi ke dalam
tubuh manusia terjadi melalui makanan yang terkontaminasi kuman! Sebagian
kuman dimusnahkan dalam lambung karena suasana asam di lambung (pB )
banyak yang mati namun sebagian lolos masuk ke dalam usus dan berkembang
biak dalam peyer path dalam usus! Entuk diketahui, jumlah kuman yang masuk
dan dapat menyebabkan infeksi minimal berjumlah $+0 dan jumlah bisa saja
meningkat bila keadaan lokal pada lambung yang menurun seperti aklorhidria,
post gastrektomi, penggunaan obat" obatan seperti antasida, B"bloker, dan Proton
Pump Inhibitor!
2akteri yang masih hidup akan menapai usus halus tepatnya di jejnum
dan ileum! 2ila respon imunitas humoral mukosa usus (Ig') kurang baik maka
kuman akan menembus sel" sel epitel (sel"- merupakan selnepitel khusus yang
yang melapisi Peyer Path, merupakan port de entry dari kuman ini) dan
selanjutnya ke lamina propria! Di lamina propria kuman berkembang biak dandifagosit oleh sel" sel fagosit terutama makrofag! 6uman dapat hidup dan
berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya diba#a ke peyer patch di
ileum distal dan kemudian kelenjar getah bening mesenterika!
Selanjutnya melalui dutus thoraius, kuman yang terdapat dalam
makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakteremia pertama
yang sifatnya asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ etikuloendotelial
tubuh terutama hati dan Cimpa! Di organ" organ 7S ini kuman meninggalkan
7
8/19/2019 Tiphoid
8/34
sel" sel fagosit dan kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan
selanjutnya kembali masuk ke sirkulasi sistemik yang mengakibatkan bakteremia
kedua dengan disertai tanda" tanda dan gejala infeksi sistemik!
Di dalam hepar, kuman masuk ke dalam kandung empedu, berkembang
biak, dan bersama airan empedu diekskresikan seara =intermitten> ke dalam
lumen usus! Sebagian kuman dikeluarkan bersama feses dan sebagian masuk lagi
ke dalam sirkulasi setelah menembus usus! Proses yang sama terulang kembali,
berhubung makrofag telah teraktivasi dan hiperaktif maka pada saat fagositosis
kuman Salmonella terjadi beberapa pelepasan mediator inflamasi yang
selanjutnya akan menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik seperti demam,
malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, diare diselingi konstipasi, sampai
gangguan mental dalam hal ini adalah delirium! Pada anak" anak gangguan mental
ini biasanya terjadi se#aktu tidur berupa mengigau yang terjadi dalam * hari
berturut" turut!
Dalam Peyer Path makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hiperplasi
jaringan (S! typhi intra makrofag menginduksi reaksi hipersensitivitas tipe lambat,
hyperplasia jaringan dan nekrosis organ)! Perdarahan saluran erna dapat terjadi
akibat erosi pembuluh darah sekitar peyer path yang sedang mengalami nekrosis
dan hiperplasi akibat akumulasi sel" sel mononulear di dinding usus3!
Proses patologis jaringan limfoid ini dapat berkembang hingga ke lapisan
otot, serosa usus, dan dapat mengakibatkan perforasi! 7ndotoAin dapat menempel
di reseptor sel endotel kapiler dengan akibat timbulnya komplikasi seperti
gangguan neuropsikiatrik, kardiovaskuler, respirasi, dan gangguan organ lainnya!
Peran endotoksin dalam pathogenesis demam tifoid tidak jelas, hal tersebut
terbukti dengan tidak terdeteksinya endotoksin dalam sirkulasi penderita melalui pemeriksaan limulus! Diduga endotoksin dari salmonella typhi ini menstimulasi
makrofag di dalam hepar, lien, folikel usus halus dan kelenjar limfe mesenterika
untuk memproduksi sitokin dan Fat" Fat lain! Produk dari makrofag inilah yang
dapat menimbulkan kelainan anatomis seperti nekrosis sel, sistem vaskuler, yang
tidak stabiil, demam, depresi sumsum tulang, kelainan pada darah dan juga
menstimulasi sistem imunologis*$!
2agan patomekanisme Infeksi Salmonella typhi :
8
8/19/2019 Tiphoid
9/34
&. Ge7ala 0linis
6eluhan dan gejala Demam Tifoid umumnya tidak khas, dan bervariasi
dari gejala yang menyerupai flu ringan sampai sakit berat dan fatal yang mengenai
banyak sistem organ! Seara klinis gambaran penyakit demam tifoid berupa
demam berkepanjangan, gangguan gastrointestinal dan keluhan susunan saraf
pusat!
9
8/19/2019 Tiphoid
10/34
-asa tunas demam tifoid berlangsung antara $+"$ hari! Demam lebih dari
% hari, biasanya mulai dengan subfebris yang makin hari makin meninggi,
sehingga pada minggu ke panas tinggi terus menerus terutama pada malam hari!
Demam yang terjadi biasanya khas tinggi pada sore hingga malam hari dapat
menapai *."+o< dan enderung turun menjelang pagi! Dalam minggu kedua,
penderita terus berada dalam keadaan demam! Pada minggu ketiga suhu badan
berangsur" angsur turun dan normal pada akhir minggu ketiga! Perlu diperhatikan
bah#a tidak selalu ada bentuk demam yang khas seperti di atas pada demam
tifoid! Tipe deman menjadi tidak beraturan, mungkin karena intervensi
pengobatan (penggunaan antipiretik atau antibioti lebih a#al) atau komplikasi
yang terjadi lebih a#al! Pada khususnya anak balita, demam tinggi dapat
menyebabkan kejang*,0!
-ekanisme demam sendiri tidak jauh berbeda dengan mekanisme demam
akibat infeksi pada umumnya! Dimana 2akteri Salmonella typhi yang
memproduksi endotoksin merupakan pirogen eksogen selain mediator" mediator
radang yang disekresi oleh sel" sel mukosa usus yang mengalami infeksi (IC"$,
IC"3, T59"alfa, G I95"3) yang merupakan pirogen endogen! 6edua pirogen ini
akan mengaktivasi pelepasan 9osfolipase ' pada membran sel yang mana akan
mengaktivasi asam arakidonat yang melalui jalur siklooksigenase memproduksi
Prostaglandin 7 (PH7)! Prostaglandin 7 bersama dengan '-P siklik yang
diaktivasinya akan mengubah seting termostat yang terdapat di hipothalamus
sehingga terjadilah demam!
Hejala sistem gastrointestinal dapat berupa obstipasi, diare, mual, muntah,
perut kembung, lidah kotor, sampai hepato"splenomegali! Hastrointestinal
problem biasanya dipengaruhi oleh peredaran bakteri atau endotoksinnya padasirkulasi! Dari avum oris didapatkan lidah kotor yaitu ditutupi selaput putih
dengan tepi yang kemerehan kadangkala #aktu lidah dijulurkan lidah akan
tremor kesemua tanda pada lidah ini disebut dengan Tifoid Tongue! -eskipun
jarang ditemukan pada anak" anak tapi ukup berarti diagnostik! Hejala" gejala
lain yang tidak spesifik seperti mual, anoreksia! 6arena bakteri menempel pada
mukosa usus dan berkembang biak dalam Peyer path di dalamnya maka tidak
jarang akan munul gejala" gejala seperti diare atau kadang diselingi konstipasi!
10
8/19/2019 Tiphoid
11/34
Diare merupakan respon terhadap adanya bakteri dalam lumen usus yang perlu
untuk seepatnya dikeluarkan, namun diare pada demam tifoid tidak sampai
menyebabkan dehidrasi, pun begitu dengan konstipasi yang mungkin baru dialami
setelah mengalami diare beberapa kali! Penderita anak" anak lebih sering
mengalami diare daripada konstipasi de#asa sebaliknya, hal itulah yang kadang"
kadang membuat sering miss diagnosis ketika penderita datang berobat!
6uman yang mengalami perjalanan dalam sirkulasi (bekteremia) juga
menimbulkan gejala pada organ etikulo 7ndotelial System salah satunya Bepar
dan Cien! Bepato" splenomegali terjadi akibat dari replikasi kuman dalam sel" sel
fagosit atau sinusoid! eplikasi dalam hepar dan lien ini tentunya akan
menyebabkan respon inflamasi lokal yang melibatkan mediator radang seperti
InterCeukin (IC"$, IC"3), Prostaglandin (PH7") dimana menyebabkan
permeabilitas kapiler akan meningkat sehingga terjadi oedema! Pembesaran pada
hepar"lien ini umumnya tidak selalu nyeri tekan dan hanya berlangsung singkat
(terutama terjadi #aktu bakteremia sekunder)! Penanda ini ukup spesifik dalam
membantu diagnostik!
Hangguan Sistem Saraf terjadi bila ada toksin yang menembus 2lood
2rain 2arier, pada anak gangguan sistem saraf akibat tifoid ini lebih sering
bersifat Sindrom Otak Organik yang berarti kelainan eAtra ranial mengakibatkan
gangguan kesadaran seperti Delirium, gelisah, somnolen, supor hingga koma!
Pada anak" anak tanda" tanda ini sering munul #aktu mereka tidur dengan
manifestasi khas “mengigau atau nglindur” yang terjadi selama periode demam
tifoid tersebut! Hangguan otak organik ini biasanya lebih berat ditemukan pada
demam tifoid pada keadaan lanjut yang sudah mengalami komplikasi! Pada
keadaan ini biasanya gangguan kesadaran tidak lagi ditemukan hanya se#aktutidur saja melainkan bisa timbul se#aktu" #aktu!
Pada ekstremitas, punggung, atau perut mungkin didapatkan floresensi
kulit berupa ruam makulo papular kemerahan dengan ukuran $"0 mm yang mirip
dengan ptehiae disebut dengan Roseola Rose Spot! Penyebab roseola ini karena
emboli basil dalam kapiler kulit terkumpul di ba#ah permukaan kulit sehingga
menyerupai bentuk bunga roseola! uam ini munul paa hari ke %"$+ dan
11
8/19/2019 Tiphoid
12/34
beratahn selama "* hari! 5amun menurut ID'I penyakit tropik infeksi ruam/rose
spot ini hampir tidak pernah dilaporkan pada kasus anak di Indonesia$$!
2radikardi elatif, adalah tanda lain yang mungkin ditemukan pada infeksi
tifoid! Pada umumnya tiap kenaikan suhu $o< akan diikuti oleh peningkatan
denyut nadi sampai $+A tiap menitnya! 5amun pada demam tifoid peningkatan
suhu tubuh tidak diikuti oleh peningkatan denyut nadi sehingga dikatakan
2radikardi yang relatif pada demam! 2radikardi relatif ini juga enderung jarang
terjadi pada anak!
Pada anak, periode inkubasi demam tifoid antara 0"+ hari dengan rata"
rata antar $+"$ hari! Hejala klinis demam tifoid sangat bervariasi, dari gejala
klinis ringan dan tidak memerlukan pera#atan khusus sampai dengan berat
sehingga harus dira#at! ;ariasi gejala ini disebabkan faktor galur Salmonella,
status nutrisi dan imunologik pejamu serta lama sakit dirumahnya!
Semua pasien demam tifoid selalu menderita demam pada a#al penyakit!
2anyak orangtua pasien melaporkan bah#a demam lebih tinggi saat sore hari dan
malam hari dibandingkan dengan pagi harinya! Pada saat demam sudah tinggi,
pada kasus demam tifoid dapat disertai gejala system saraf pusat, seperti
kesadaran berkabut atau delirium, atau penurunan kesadaran mulai apati sampai
koma3,%!
12
8/19/2019 Tiphoid
13/34
). Diagnosis
a. Ana*nesis
Diagnosis ukup ditegakkan dengan gejala klinis yaitu anamnesis
dan pemeriksaan fisik! 6arena pemeriksaan kuman melalui metode kultur
memerlukan #aktu yang lebih lama untuk mendapatkan hasil pasti
Salmonella typhi!
'namnesis yang perlu dievaluasi untuk mengarahkan keurigaan
terhadap demam tifoid:
$) Demam, onset (hitung lama demam dari a#al sakit sampai diba#a ke
pusat pengobatan), tipe demam (demam terutama pada malam hari
dan turun menjelang pagi hari), menggigil atau tidak, keringat dingin,
sejak kapan mulai demam tinggi terus tanpa suhu turun, disertai
kejang atau tidak
) Hejala gastrointestinal, Diare (sejak kapan, frekuensi, ampas /",
konsistensi, volume tiap diare, #arna, darah, lender), konstipasi
(sejak kapan mulai tidak 2'2), mual atau muntah, anoreksia,
malaise, perut kembung
*) Hejala SSP, apakah anak sempat mengalami tidak sadarJ 'tau hanya
sebatas ngelindur atau mengigau saja #aktu tidur!
) i#ayat Penyakit dahulu ditanyakan untuk menari tahu apakah
pernah sakit seperti ini, karena demam tifoid adalah infeksi yang
sangat mungkin menjadikan penderitanya sebagai arier atau
pemba#a meskipun tidak menunjukkan gejala
0) i#ayat Terapi, bila sudah mendapatkan terapi baik hanya antipiretik
dan atau antibiotika klinis penyakit kemungkinan sangat mungkinsudah mengalami perubahan
3) i#ayat kehidupan sosial adalah yang tidak boleh dilupakan
mengingat salah satu faktor resiko terjadinya penyakit adalah
lingkungan yang padat dan sanitasi perorangan yang kurang baik!
%) i#ayat makanan penderita perlu diari kebiasaan makan atau
minum sembarangan atau di tempat yang kurang sehat dan mudah
dihinggapi lalat dan vektor penyakit yang lain! i#ayat pemberian
13
8/19/2019 Tiphoid
14/34
'SI juga perlu diketahui karena pentingnya 'SI dalam pembentukan
Ig' yang berperan dalam imunologi lokal dalam saluran erna! 'nak
yang minum susu formula sejak keil tentunya memiliki saluran
erna yang kurang diproteksi dengan baik oleh Imunoglobulin!
&) i#ayat Imunisasi! Selain imunisasi #ajib pemerintah juga telah
ditemukan vaksin untuk penyakit ini! 2ila setelah diimunisasi pasien
tetap terinfeksi Tifoid sangat mungkin titer antibodi yang dibentuk
oleh vaksinasi sebelumnya tidak ukup kuat untuk mengantisipasi
infeksi berikutnya! 'tau terdapat kegagalan dalam vaksinasi yang
dipengaruhi banyak fator $!
+. Pe*eriksaan 3isik
Pemeriksaan fisik penderita sangat tergantung pada keadaan pasien
yang bervariasi menurut sudah sampai dimana perjalanan penyakitnya!
6eadaan Emum anak biasanya tampak lemah atau lebih re#el dari
biasanya! Pada keadaan yang sudah terjadi komplikasi sangat mungkin
keadaan menjadi toksik, salah satunya adalah penurunan kesadaran mulai
dari delirium, stupor hingga koma!
Pada pemeriksaan kepala dan leher observasi tanda" tanda dehidrasi
yang mungkin terjadi akibat diare sebagai suatu symptom yang dapat
terjadi pada infeksi demam tifoid! Tanda" tanda dehidrasi dapat dinilai
dari mata o#ong dan bibir kering dengan rasa haus yang meningkat!
Pemeriksaan intra oral evaluasi lidah apakah didapatkan Tifoid Tongue
dengan pinggir yang hiperemi sampai tremor!
Pemeriksaan ThoraA pada umumnya jarang didapatkan kelainan,
keuali pada demam tifoid yang sangat berat dengan komplikasieAtraintestinal pada avum pleura yang menyebabkan pleuritis, namun
sangat jaarang terjadi pada anak" anak!
Pemeriksaan 'bdomen adalah yang paling penting dari
pemeriksaan fisik pada demam tifoid! -eteorismus dapat terjadi karena
pengaruh kuman Salmonella typhi pada intestinal atau akibat pengaruh
diare yang diselingi konstipasi! 2ising usus biasanya meningkat baik
pada saat diare maupun saat konstipasi! Palpasi organ kemungkinan
14
8/19/2019 Tiphoid
15/34
didapatkan hepato"splenomegali ringan permukaan rata dengan nyeri
tekan minimal!
Pada eAtremitas, thoraA, abdomen, atau punggung biasanya
didapatkan rose spot atau oseola, yaitu ruam makulopapular kemerahan
dengan diameter $"0 mm! 5amun sangat jarang terjadi pada anak" anak .!
8. Pe*eriksaan Penun7ang
Darah 2engka/
Pada darah lengkap infeksi bakteri akan menunjukkan
leukositosis dengan hitung jenis yang enderung ke kiri (Diff! ount
shift to the Ceft)! 5amun untuk tifoid leukosit enderung normal atau
bahkan sampai leukopenia! Penyebab dari leukopenia ini belumdiketahui seara jelas, tetapi diyakini akibat replikasi kuman di dalam
Peyer Path yang merupakan makrofag jaringan usus sehingga tidak
mampu dideteksi oleh polimorfonuklear leukosit granul seperti
5etrofil stab ataupun segmen! -akrofag jaringan merupakan Cimfosit
sehingga tidak jarang terjadi Cimfositosis relatif, karena makrofag
meningkat sedangkan lekosit P-5 normal sampai menurun, hitung
jenis bisa jadi Shift to ight ataupun Shift to Ceft bergantung pada
perjalanan penyakitnya! 5amun tidak jarang ditemukan leukosit yang
meningkat (leukositosis) bisa primer ataupun sekunder! Primer dari
penyakit demam tifoid itu sendiri, sedangkan sekunder bisa terjadi
akibat infeksi tumpangan!
Pada keadaan Demam Tifoid yang sudah terjadi komplikasi
berupa perdarahan usus sangat mungkin didapatkan anemia dengan
tipe Bipokromik -ikrositik! Trombosit jumlahnya menurun, SH?T
dan SHPT seringkali meningkat tetapi akan kembali ke normal setelah
sembuh! 6enaikan SHPT dan SH?T tidak memerlukan penanganan
khusus! Hambaran susmsum tulang menunjukan normoseluler, eritroid
dan myeloid system normal, jumlah megakariosit dalam batas normal
(2addam, +$)!
47i 5ial
15
8/19/2019 Tiphoid
16/34
Eji #idal dilakukan untuk deteksi antibodi terhadap kuman
Salmonella typhi! Pada uji #idal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara
antigen kuman Salmonella typhi dengan antibody penderita yang
disebut aglutinin! 'ntigen yang digunakan pada uji #idal adalah
suspense bakteri Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di
laboratorium! -aksud uji #idal adalah untuk menentukan adanya
agglutinin/antibodi dalam serum penderita tersangka demam tifoid
yaitu: antigen ? (dari tubuh kuman itu sendiri), antigen B (dari flagella
kuman), antigen ;i (simpai kuman) dan antigen Paratyphi ' dan 2
(antigen dari Salmonella Paratyphi ' dan 2)
oEji 8idal menggunakan ara klasik dengan menggunakan tabung
(Tube Aglutination Test ), dengan rinian sebagai berikut:
Tabung I II III I; ;
Carutan
garam
fisiologis
(ml)
+,. +,0 +,0 +,0 +,0
Serum
pasien (ml)
+,$ +,0 +,0 +,0 +,0
Suspensi
antigen (ml)
+,0 +,0 +,0 +,0 +,0
Titer
antibodi
1"1! 1"%! 1"! 1"! 1"1)!
oDengan keterangan sebagai berikut: Tabung I K solut : +,$ ml
serum pasien, solven: +,. larutan garam fisiologis "L +,$ dibagi +,.
+,$ K +,$/+,$ K $/$+! Tabung II K +,0 ml ampuran larutan garam
fisiologis dan serum pasien tabung I ($/$+) +,0 ml larutan garam
fisiologis tabung II K $/+
Titer $/$+ mengandung arti dalam $ ml serum terdapat $+ unit
antibodi
8/19/2019 Tiphoid
17/34
Titer $/$+ $/+ $/+ $/&+ $/$3+
Deretan
Tabung
" " "
o6eterangan: tanda () berarti terjadi aglutinat yaitu terjadi reaksi
antigen antibodi dan yang digunakan adalah tabung aglutinat
terakhir (titer $/$3+)
oEji #idal dianggap positif apabila didapatkan titer $/++ atau
terjadi peningkatan sebanyak A
Dari keempat aglutinin tersebut hanya aglutinin ? dan B yang
digunakan untuk diagnosis demam tifoid! Semakin tinggi titernya
semakin besar kemungkinan terinfeksi kuman ini!
Pembentukan antibodi mulai terjadi pada akhir minggu pertama
demam atau a#al minggu kedua, kemudian meningkat seara epat dan
menapai punak pada minggu keempat dan tetap tinggi selama
beberapa minggu! Pada fase akut mula" mula timbul agglutinin ?,
kemudian diikuti oleh agglutinin B! pada penderita yang sudah sembuhagglutinin ? masih tetap dijumpai setelah "3 bulan, sedangkan
agglutinin B dapat menetap ."$ bulan! ?leh karena itu uji 8idal bukan
untuk menentukan kesembuhan penyakit!
'da beberapa faktor yang mempengaruhi uji 8idal yaitu:
a) Pengobatan dini dengan antibiotik,
b) Hangguan pembentukan antibody/immunoompromissed,
) Pemberian kortikosteroid,
d) 8aktu pengambilan darah,
e) i#ayat vaksinasi,
f) eaksi amnestik, yaitu peningkatan titer antibodi pada non infeksi
tifoid atau infeksi tifoid pada masa lalu,
g) 9aktor teknik pemeriksaan antara laboratorium,akibat aglutinasi
silang dan strain salmonella yang digunakan untuk suspense antigen!
17
8/19/2019 Tiphoid
18/34
Tromnositopeni juga sangat mungkin terjadi bila terjadi penekanan
sumsum tulang akibat bakteremia kuman$.!
0ultur
Basil biakan darah yang positif memastikan demam tifoid,
akan tetapi hasil negatif tidak menyingkirkan demam tifoid, karena
mungkin disebabkan beberapa hal sebagai berikut:
a) Telah mendapat terapi antibiotik! 2ila pasien sebelum dilakukan
kultur darah telah mendapat antibiotik, pertumbuhan kuman dalam
media biakan terhambat dan hasil mungkin negatif,
b) ;olume darah yang kurang ( 0 darah)! 2ila volume darah yang
dibiakkan terlalu sedikit hasil biakan kuman bisa negative! Darah
yang diambil sebaiknya seara bedsaide langsung dimasukkan ke
media air empedu (oAgall) untuk pertumbuhan kuman!
) i#ayat vaksinasi! ;aksinasi di masa lalu dapat menimbulkan
antibodi dalam darah pasien! 'ntibodi in dapat menekan
bakteremia hingga biakan darah dapat negatif,
d) Saat pengambilan darah yang kurang tepat pada #aktu antibodi
meningkat (minggu pertama)!
?leh karena itu untuk pengambilan spesimen yang akan
dikultur sebaiknya diambil #aktu a#al minggu kedua setelah sakit
karena sensitifitasnya ukup tinggi, dikarenakan kuman hampir pasti
didapatkan diseluruh organ dan jaringan tubuh!
6ultur kuman dapat diambil dari darah, urin, atau feses! 'rti
diagnostik yang penting didapat dari gall kultur (kultur di media biakan
garam empedu) karena kemampuan hidup bakteri salmonella sangat
tinggi di media ini! Spesimen lain yang mengandung arti diagnostik
penting adalah biopsi sumsum tulang yang memiliki hasil positif
hampir .+4 kasus! Pada biakan feses yang perlu diari adalah "ecal
Monocyte sebagai respon dari usus yang mengalami reaksi dengan
skuman salmonella yang bereplikasi di dalamnya! 2iakan dari feses ini
khususnya bermanfaat bagi arier tifoid,0!
Pe*eriksaan Serologi IgM an IgG anti Sal*onella;
Ig- anti salmonella atau yang dikenal dengan TE27M tes
adalah pemeriksaan diagnosti in vitro semikuantitatif yang epat dan
18
8/19/2019 Tiphoid
19/34
mudah untuk mendeteksi infeksi Tifoid akut! Pemeriksaan ini
mendeteksi antibody Ig- terhadap antigen Cipo Polisakarida bakteri
Salmonella typhi dengan sensitivitas dan spesifitas menapai L .04
dan L .$4!
Prinsip pemeriksaan dengan metode Inhibition -agneti
2inding Immunoassay (I-2I)! 'ntibodi Ig- terhadap
Cipopolisakarida bakteri dideteksi melalui kemampuannya untuk
menghambat reaksi antara kedua tipe partikel reagen yaitu indikator
mikrosfer lateA yang disensitisasi dengan antibodi monolonal anti +.
(reagen #arna biru) dan mikrosfer magneti yang disensitisasi dengan
CPS Salmonella typhi (reagen #arna oklat)! Setelah sedimentasi
partikel dengan kekuatan magnetik, konsentrasi partikel indikator yang
tersisa dalam airan menunjukkan daya inhibisi! Tingkat inhibisi yang
dihasilkan adalah setara dengan konsentrasi Ig- Salmonella typhi
dalam sampel! Basil dibaa seara visual dengan membandingkan
#arna akhir reaksi terhadap skala #arna!
'da interpretasi hasil :
a) Skala "* adalah 5egatif 2orderline! Tidak menunjukkan infeksi
demam tifoid! Sebaiknya dilakukan pemeriksaan ulang *"0 hari
kemudian!
b) Skala "0 adalah Positif! -enunjukkan infeksi demam tifoid
) Skala L 3 adalah positif! Indikasi kuat infeksi demam tifoid
Penggunaan antigen +. CPS memiliki sifat" sifat sebagai
berikut:
a) Immunodominan yang kuat b) 2ersifat thymus independent tipe $, imunogenik pada bayi
(antigen ;i dan B kurang imunogenik) dan merupakan mitogen
yang sangat kuat terhadap sel 2!
) Dapat menstimulasi sel limfosit 2 tanpa bantuan limfosit T
sehingga respon antibodi dapat terdeteksi lebih epat!
19
8/19/2019 Tiphoid
20/34
d) Cipopolisakarida dapat menimbulkan respon antibodi yang kuat
dan epat melalui aktivasi sel 2 via reseptor sel 2 dan reseptor
yang lain!
e) Spesifitas yang tinggi (.+4) dikarenakan antigen +. yang jarang
ditemukan baik di alam maupun diantara mikroorganisme
6elebihan pemeriksaan menggunakan Ig- anti Salmonella:
a) -endeteksi infeksi akut Salmonella
b) -unul pada hari ke * demam
) Sensifitas dan spesifitas yang tinggi terhadap kuman Salmonella
d) Sampel darah yang diperlukan relatif sedikit
e) Basil dapat diperoleh lebih epat
(?nyido, +$)
Pe*eriksaan raiologi
2ukan merupakan pemeriksaan #ajib untuk menegakkan
diagnosa, tapi untuk evaluasi sudah terjadi komplikasi atau belum:
a) 9oto thoraA, apabila saat pera#atan didapatkan sesak, sangat
mungkin terjadi infeksi sekunder berupa pneumonia
b) 9oto Polos abdomen (2?9), bila diduga sudah terjadi
komplikasi intestinal seperti perforasi usus! Hambaran yang
tampak bisa distribusi udara yang tidak merata, air fluid level ,
bayangan radiolusen di daerah hepar, tanda" tanda udara bebas
dalam avum abdomen!
Metoe En
8/19/2019 Tiphoid
21/34
TyphidotN telah dilakukan inaktivasi dari IgH total sehingga
menghilangkan pengikatan kompetitif dan memungkinkan pengikatan
antigen terhadap Ig- spesifik!
Eji dot 7I' tidak mengadakan reaksi silang dengan
salmonellosis non tifoid bila dibandingkan dengan 8idal! Dengan
demikian bila dibandingkan dengan uji 8idal, sensitivitas uji dot 7I'
lebih tinggi oleh karena kultur positif yang bermakna tidak selalu
diikiuti uji 8idal positif! Dikatakan bah#a Typhidot"-N ini dapat
menggantikan uji 8idal bila digunakan bersama dengan kultur untuk
mendapatkan diagnosis demam tifoid akut yang epat dan akurat!
2eberapa keuntungan metode ini adalah memberikan
sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dengan keil kemungkinan
untuk terjadinya reaksi silang dengan penyakit demam lainnya, murah
(karena menggunakan antigen dan membrane nitroselulosa sedikit),
tidak menggunakan alat yang khusus sehingga dapat digunakan seara
luas di tempat yang hanya mempunyai fasilitas kesehatan sederhana
dan belum tersedia sarana biakan kuman! 6euntungan lain adalah
antigen pada membrane lempengan nitroselulosa yang belum ditandai
dan diblok dapat tetap stabil selama 3 bulan bila disimpan pada suhu
+< dan bila hasil didapatkan dalam #aktu * jam setelah penerimaan
serum pasien%!
Metoe Enzyme linked Immunosorbent Assay E2ISA;,
Eji #n$yme linked %mmunosor&ent Assay (7CIS') dipakai
untuk melaak antibody IgH, Ig-, dan Ig' terhadap antigen CPS +.,
antibody IgH terhadap antigen flagella d (Bd) dan antibody terhadap
antigen ;i Salmonella typhi! Eji 7CIS' yang sering dipakai untuk
mendeteksi adanya antigen Salmonella Typhi dalam speimen klinis
adalah double antibody sand#ith 7CIS'! Pemeriksaan terhadap
antigen ;i urine masih memerlukan penelitian lebih lanjut akan tetapi
tampaknya ukup menjanjikan terutama bila dilakukan pada minggu
pertama sesudah panas timbul, namun perlu diperhitungkan adanya
nilai positif juga pada kasus dengan 2ruellosis!
>. Diagnosa #aning
21
8/19/2019 Tiphoid
22/34
Pada stadium dini demam tifoid, beberapa penyakit kadang" kadang seara
klinis dapat menjadi diagnosis banding dari demam tifoid diantaranya
influenFa/ommon old, gastroenteritis akut, bronhitis atau bronkopneumonia
bila didapatkan tanda" tanda sesak, batuk dan demam! Pada demam tifoid yang
berat sepsis, leukemia, limfoma dan penyakit Bodgkin dapat sebagai diagnosis
banding*!
. Penatalaksanaan
Prinsip utama dalam pengobatan demam tifoid adalah Istirahat dan
pera#atan, diet dan terapi penunjang (simtomatik dan suportif), serta pemberian
antibiotika! Pada kasus tifoid yang berat hasus dira#at di rumah sakit agar
pemenuhan airan, eletrolit, serta nutrisi disamping observasi kemungkinan
penyulit!
Istirahat dan pera#atan bertujuan untuk menghentikan dan menegah
penyebaran kuman! 'nak yang menderita demam tifoid sebaiknya tirah baring/
Bed rest total dengan pera#atan sepenuhnya di tempat seperti makan, minum,
mandi, buang air keil, dan buang besar akan membantu dan memperepat masa
penyembuhan! Dalam pera#atan perlu sekali dijaga kebersihan tempat tidur *+
!
a) Pakaian dan perlengkapan yang dipakai
Posisi anak juga perlu dia#asi untuk menegah dekubitus dan pneumonia
ortostatik serta hygiene perorangan tetap perlu diperhatikan dan dijaga!
b) Diet dan Terapi Penunjang (simtomatik dan suportif)
2ertujuan untuk mengembalikan rasa nyaman dan kesehatan pasien seara
optimal! Diet merupakan hal yang ukup penting dalam proses
penyembuhan penyakit demam tifoid terutama sekali pada anak" anak,karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum dan giFi
penderita akan semakin turun serta proses penyembuhan yang akan menjadi
lama!
Pemberian diet penderita demam tifoid a#alnya diberi bubur saring,
kemudian ditingkatkan menjadi bubur kasar dan akhirnya diberikan
nasi,yang mana perubahan diet tersebut disesuaikan dengan tingkat
kesembuhan pasien! Pemberian bubur saring tersebut ditujukan untuk
22
8/19/2019 Tiphoid
23/34
menghindari komplikasi perdarahan saluran erna atau perforasi usus! Bal
ini disebabkan karena usus harus diistirahatkan! Pemberian makanan padat
dini terutama tinggi serat seperti sayur dan daging dapat meningkatkan kerja
dan peristalti usus sedangkan keadaan usus sedang kurang baik karena
infeksi mukosa dan epitel oleh kuman Salmonella typhi! Pemberian
makanan tinggi kalori dan tinggi protein (T6TP) rendah serat adalah yang
paling membantu dalam memenuhi nutrisi penderita namun tidak
memperburuk kondisi usus!
) Terapi penunjang/suportif lain yang dapat diberikan tergantung gejala yang
munul pada anak yang sakit tersebut
Pemberian infus pada anak" anak penting tapi tidak mutlak, mengingatresiko untuk terjadinya phlebitis ukup tinggi! ?leh karena itu pemberian
infuse sebaiknya diberikan bagi anak yang sakit dengan intake per?ral yang
kurang! 1enis infus yang diberikan tergantung usia: * bln"* tahun D0 O
5ormal saline, L * tahun D0 5ormal saline! 1umlah pemberian infus
disesuaikan dengan kebutuhan kalori pada anak! 6ebutuhan kalori anak pada
infus setara dengan kebutuhan airan rumatannya!
Panas yang merupakan gejala utama pada tifoid dapat diberi antipiretik! 2ila
mungkin peroral sebaiknya diberikan yang paling aman dalam hal ini adalah
Paraetamol dengan dosis $+ mg/kg/kali minum, sedapat mungkin untuk
menghindari aspirin dan turunannya karena mempunyai efek mengiritasi
saluran erna dengan keadaan saluran erna yang masih rentan kemungkinan
untuk diperberat keadaannya sangatlah mungkin! 2ila tidak mampu intake
peroral dapat diberikan via parenteral, obat yang masih dianjurkan adalah
yang mengandung -ethamiFole 5a yaitu antrain atau 5ovalgin.!
d) Anti+iotika
8/19/2019 Tiphoid
24/34
karena hidrolisis ester ini tidak dapat diramalkan dan tempat suntikan
terasa nyeri! Pada kasus malnutrisi atau didapatkan infeksi sekunder
pengobatan diperpanjang sampai $ hari! 6elemahan dari antibiotik
jenis ini adalah mudahnya terjadi relaps atau kambuh, dan arier!
8/19/2019 Tiphoid
25/34
Pada demam tifoid berat kasus berat seperti delirium, stupor, koma sampai
syok dapat diberikan kortikosteroid I; (deAametasone) * mg/kg dalam *+
menit untuk dosis a#al, dilanjutkan $ mg/kg tiap 3 jam sampai & jam!
Entuk demam tifoid dengan penyulit perdarahan usus kadang" kadang
diperlukan tranfusi darah! Sedangkan yang sudah terjadi perforasi harus
segera dilakukan laparotomi disertai penambahan antibiotika
metronidaFole$!
9. Pen8egahan
Penegahan demam tifoid sangatlah penting, selain utntuk meningkatkan
kualitas kesehatan masyarakat penegahan juga berperan dalam mengurangi
penderita arier sehingga resiko penularannya akan berkurang! ang terpenting
adalah hygiene pribadi dengan menjaga kebersihan dan kualitas makanan yang
dikonsumsi! -aam" maam penegahan untuk demam tifoid antara lain:
a! Preventif dan ontrol penularan
-erupakan tindakan penegahan penularan dan peledakan 6asus Cuar
2iasa (6C2) demam tifoid! -enakup kuman Salmonella typhi, faktor
pejamu, serta faktor lingkungan! Seara garis besar ada * strategi pokok
untuk memutuskan tranmisi tifoid:
$) Identifikasi dan eradikasi Salmonella typhi pada pasien Tifoid
'simtomatik, arier, dan akut!
8/19/2019 Tiphoid
26/34
kekebalannya terbatas, disamping efek samping lokal pada tempat
suntikan yang ukup sering! ;aksin yang berisi kuman Salmonella typhi
hidup yang dilemahkan disebut : Ty$a (vivotif 2erna) pemberiannya
seara ?ral belum beredar di Indonesia, parenteral: ;i
8/19/2019 Tiphoid
27/34
Seara garis besar terdapat maam komplikasi yaitu komplikasi
intestinal dan komplikasi ekstra intestinal!
a! 6omplikasi intestinal menakup perdarahan intestinal dan perforasi usus!
Pada perdarahan intestinal dia#ali dari Peyer Path yang
mengalami infeksi terutama pada ileum terminal dapat terbentuk
tukak/luka yang berbentuk lonjong dan memanjang terhadap sumbu usus!
2ila luka menembus lumen usus dan mengenai pembuluh darah maka
akan terjadi perdarahan! Selanjutnya bila tukak menembus dinding usus
maka perforasi dapat terjadi! Selain karena faktor luka, perdarahan juga
dapat terjadi gangguan koagulasi darah atau gabungan keduanya! Sekitar
04 penderita demam tifoid dapat mengalami perdarahan minor dan tidak memerlukan tranfusi darah! Perdarahan yang hebat dapat terjadi hingga
penderita dapat mengalami syok hipovilemik! Seara klinis perdarahan
akut darurat bedah ditegakkan bila terdapat perdarahan sebanyak 0
ml/kg/jam dengan fator hemostasis yang masih dalam batas normal!
Perforasi Esus terjadi sekitar *4 penderita yang dira#at! 2iasanya
timbul pada minggu ketiga namun dapat pula terjadi pada minggu
pertama! Selain gejala umum demam tifoid yang biasa terjadi, penderita
demam tifoid dengan perforasi usus akan mengeluh nyeri perut yang hebat
terutama di daerah kuadran kanan ba#ah lalu menyebar ke seluruh lapang
perut dan disertai tanda" tanda ileus! 2ising usus melemah, pekak hapar
juga menghilang yang menandakan adanya udara bebas dalam avum
abdomen! Entuk lebih menguatkan kea rah perforasi usus dapat dilakukan
pemeriksaan foto polos abdomen 'P dan lateral dimana akan didapatka
gambaran air fluid level dan &ayangan radiolusen pada hepar!
2ila sudah terjadi perforasi maka harus segera diberikan antibiotik
spetrum luas untuk infeksi kuman Salmonella typhi dengan kombinasi
8/19/2019 Tiphoid
28/34
b! 6omplikasi eAtraintestinal yang paling sering terjadi pada anak"anak
adalah manifestasi neuropsikiatrik yang mana sering terjadi delirium dan
atau Sindroma ?tak ?rganik yang lain! Bal ini sering juga disebut sebagai
tifoid toAi atau tofoid ensefalopati! Pengobatannya ditambah dengan
6ortikosteroid (deAamethasone) *A0 mg%,*!
11. Prognosis
Prognosis pasien demam tifoid tergantung ketepatan terapi, usia, keadaan
kesehatan sebelumnya dan ada tidaknya komplikasi! Di 5egara maju, dengan
terapi antibioti yang adekuat, angka mortalitas $4! Di 5egara berkembang,
angka mortalitasnya L $+4, biasanya karena keterlambatan diagnosis, pera#atan
dan pengobatan! -unulnya komplikasi seperti perforasi gastrointestinal atau
perdarahan hebat, meningitis, endokarditis, dan pneumonia dapat mengakibatkan
morbiditas dan mortalitas yang tinggi!
elaps atau kambuh dapat timbuh beberapa kali! Individu yang
mengeluarkan Salmonella typhi lebih dari * bulan setelah infeksi umumnya
menjadi arier yang kronis! esiko menjadi arier pada anak" anak rendah dan
meningkat sesuai usia!
8/19/2019 Tiphoid
29/34
#A# III
0ESIMP42A
Demam tifoid pada anak disebabkan oleh bakteri gram negatif Salmonella
typhi yang ditularkan melalui jalur feal"oral yang mana pada nantinya akan
masuk ke saluran erna dan melakukan replikasi dapal ileum terminal!
1umlah minimal kuman yang masuk saluran erna minimal berjumlah $+ 0
dimana kuman ini akan masuk ke lamina propria usus kemudian difagosit oleh
makrofag jaringan yang mana kuman akan melakukan replikasi di dalam
makrofag itu sendiri dan diba#a ke Peyer Path lalu mengalami bakteremia
primer dan sekunder mele#ati organ" organ etikulo 7ndotelial Sistem
diantaranya Bepar dan Cien! 2aketermia ini sendiri akan memberikan gejala
seperti hepatosplenomegali karena proses inflamasi lokal organ! Calu akan
kembali lagi ke dalam usus tempat masuknya kuman pertama kali!
Demam tifoid pada anak memiliki gejala yang ukup spesifik berupa
demam, gangguan gastro intestinal, dan gangguan saraf pusat! Demam yang
terjadi lebih dari % hari terutama pada sore menjelang malam dan turun pada pagi
hari! Hejala gastro intestinal bisa terjadi diare yang diselingi konstipasi! Pada
avum oris bisa didapatkan Tifoid Tongue yaitu lidah kotor dengan tepi hiperemi
yang mungkin disertai tremor! Hangguan Susunan Saraf Pusat berupa Sindroma
?tak ?rganik, biasanya anak sering ngelindur #aktu tidur! Dalam keadaan yang
berat dapat terjadi penurunan kesadaran seperti delirium, supor sampai koma!
Diagnosis ukup ditegakkan seara klinis! Pemeriksaan penunjang yang
dapat menunjang infeksi Demam Tifoid ini adalah Darah Cengkap, Eji 8idal,
atau pemeriksaan serologi khusus yaitu Ig- dan IgH antiSalmonella!
Penatalaksanaan penyakit ini meliputi * pokok utama yaitu: istirahat
dengan tirah baring yang ukup, Diet Tinggi 6alori Tinggi Protein endah Serat,
dan 'ntibiotika yang memiliki efektivitas yang ukup tinggi terhadap kuman
Salmonella typhi!
6omplikasi terdiri dari Intraintestinal dan ekstraintestinal! 6omplikasi
intraintestinal berupa perdarahan sampai perforasi usus! Sedangkan komplikasi
29
8/19/2019 Tiphoid
30/34
ekstraintestinal yang tersering didapatkan gangguan neuropsikiatrik selain
gangguan hematologi!
Penegahan demam tifoid terutama menjaga sanitasi atau hygiene pribadi
atau lingkungan, mengurangi makanan yang memiliki resiko tertular penyakit ini,
serta dengan vaksinasi (Ty$a dan ;i
8/19/2019 Tiphoid
31/34
DA3TA, P4STA0A
$! 'nagha 6 , Deepika 2 , Shahriar , et al! (+$)! The #asy and #arly
'iagnosis of Typhoid "ever ! 1ournal of
8/19/2019 Tiphoid
32/34
$+! Busain -, 6han 5, ehmani 2, et al! (+$$)! Omental 5atch Techni8ue for
the %leal 5erforation Secondary to Typhoid "ever ! Saudi 1 Hastroenterol $%
(*): +&"$$!
$$! Bussain -2, Bannan ', 'khtar 5, et al! (+$0)! #valuation of the
Anti&acterial Activity of Selected 5akistani 6oneys Against Multi-'rug
Resistant Salmonella Typhi! 2-<
8/19/2019 Tiphoid
33/34
$.! -ohamed B, Bifna#y T, et al! (+$$)! +eftria)one *ersus +hloramphenicol
for Treatment of Acute Typhoid "ever ! 7gypt: Cife Siene 1ournal &()!
+! -uniraj 6, Padhi S, Phansalkar -, et al! (+$0)! Bone Marro7 (ranuloma inTyphoid "ever: A Morphological Approach and .iterature Revie7!
8/19/2019 Tiphoid
34/34
.! Shreiber 9, 6ay S, 9rankel H, et al! (+$0)! The 6d/ 6C/ And 6$== "lagella
*ariants of Salmonella #nterica Serovar Typhi Modify 6ost Responses and
+ellular %nteractions! Si ep 0: %.%!
*+! Sharma , 'rya ;, 1ain S, et al! (+$)! 'engue and Typhoid +o-infection
Study from a (overnment 6ospital in 4orth 'elhi! 1