21
TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan penderita yang dilakukan secara multi disiplin oleh berbagai kelompok profesional terdidik dan terlatih yang menggunakan prasarana dan sarana fisik,perbekalan farmasi dan alat kesehatan. Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No.983/Menkes/SK/XI/1992 tentang pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum, maka rumah sakit adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik, dan subspesialistik.Pelayanan medis spesialistik dasar adalah pelayanan spesialistik penyakit dalam, kebidanan dan penyakit kandungan, bedah dan kesehatan anak. Pelayanan medis spesialistik luas adalah pelayanan medis spesialistik dasar ditambah dengan pelayanan spesialistik telinga, hidung, dan tenggorokan, mata, syaraf, jiwa, kulit, dan kelamin, jantung, paru, radiologi, anestesi, rehabilitasi medis, patologi anatomi. Pelayanan medis subspesialistik luas adalah pelayanan subspesialistik di setiap spesialisasi yang ada. Contoh: endokrinologi, gastrohepatologi, nefrologi, geriatri, dan lain-lain. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Berdasarkan Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum, maka rumah sakit

Tinjauan Umum Rumah Sakit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

mk

Citation preview

Page 1: Tinjauan Umum Rumah Sakit

TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur, tempat

pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan

kesehatan penderita yang dilakukan secara multi disiplin oleh berbagai

kelompok profesional terdidik dan terlatih yang menggunakan prasarana dan

sarana fisik,perbekalan farmasi dan alat kesehatan. Berdasarkan keputusan

Menteri Kesehatan RI No.983/Menkes/SK/XI/1992 tentang pedoman

Organisasi Rumah Sakit Umum, maka rumah sakit adalah rumah sakit yang

memberikan pelayanan kesehatan yang

bersifat dasar, spesialistik, dan subspesialistik.Pelayanan medis spesialistik

dasar adalah pelayanan spesialistik penyakit dalam, kebidanan dan penyakit

kandungan, bedah dan kesehatan anak. Pelayanan medis spesialistik luas

adalah pelayanan medis spesialistik dasar ditambah dengan pelayanan

spesialistik telinga, hidung, dan tenggorokan, mata, syaraf, jiwa, kulit, dan

kelamin, jantung, paru, radiologi, anestesi, rehabilitasi medis, patologi

anatomi. Pelayanan medis subspesialistik luas adalah pelayanan

subspesialistik di setiap spesialisasi yang ada. Contoh: endokrinologi,

gastrohepatologi, nefrologi, geriatri, dan lain-lain.

Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Berdasarkan Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum, maka rumah sakit

umum mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan

adalah

setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang

bertujuan

mewujudkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal. Upaya

kesehatan

dilakukan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

(promotif),

Page 2: Tinjauan Umum Rumah Sakit

pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), yang

dilaksanakan secara serasi dan terpadu serta berkesinambungan.

Berdasarkan SK

MenKes RI No. 983/MenKes/SK/XI/1992 rumah sakit umum mempunyai

fungsi:

a. menyelenggarakan pelayanan medis

b. menyelenggarakan pelayanan penunjang medis

c. menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan

d. menyelenggarakan pelayanan rujukan

e. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan

f. menyelenggarakan penelitian dan pengembangan

g. menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.

Klasifikasi Rumah Sakit

Klasifikasi Rumah Sakit Secara Umum

Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria sebagai

berikut:

A. Berdasarkan Kepemilikan

1. Rumah Sakit Pemerintah, terdiri dari:

a. Rumah sakit yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan

b. Rumah Sakit Pemerintah Daerah

c. Rumah Sakit Militer

d. Rumah Sakit BUMN

2. Rumah Sakit Swasta yang dikelola oleh masyarakat.

B. Berdasarkan Jenis Pelayanan

Berdasarkan jenis pelayanannya, rumah sakit terdiri atas:

1. Rumah Sakit Umum, memberi pelayanan kepada pasien dengan beragam

jenis penyakit.

2. Rumah Sakit Khusus, memberi pelayanan pengobatan untuk pasien

dengan kondisi medik tertentu baik bedah maupun non bedah. Contoh:

rumah sakit kanker, rumah sakit bersalin.

C. Berdasarkan Afiliasi Pendidikan

Page 3: Tinjauan Umum Rumah Sakit

Terdiri atas 2 jenis, yaitu:

1. Rumah Sakit Pendidikan, yaitu rumah sakit yang menyelenggarakan

program latihan untuk berbagai profesi.

2. Rumah Sakit Non Pendidikan, yaitu rumah sakit yang tidak

menyelenggarakan program latihan untuk berbagai profesi dan tidak

memiliki hubungan kerjasama dengan universitas.

Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah

Rumah sakit umum pemerintah pusat dan daerah diklasifikasikan menjadi

Rumah sakit kelas A, B, C, dan D. Klasifikasi tersebut didasarkan pada unsur

pelayanan, ketenagaan, fisik dan peralatan.

a. Rumah sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan

subspesialistik luas.

b. Rumah sakit umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya sebelas

spesialistik dan subspesialistik terbatas.

c. Rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.

d. Rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang mempunyai

fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.

Misi dan Visi Rumah Sakit

Misi rumah sakit merupakan pernyataan mengenai mengapa sebuah rumah

sakit didirikan, apa tugasnya dan untuk siapa rumah sakit tersebut

melakukan

kegiatan. Visi rumah sakit adalah gambaran keadaan rumah sakit di masa

Page 4: Tinjauan Umum Rumah Sakit

mendatang dalam menjalankan misinya. Isi pernyataan visi tidak hanya

berupa

gagasan-gagasan kosong, visi merupakan gambaran mengenai keadaan

lembaga

di masa depan yang berpijak dari masa sekarang. Adapun pernyataan misi

dan visi

merupakan hasil pemikiran bersama dan disepakati oleh seluruh anggota

rumah

sakit. Misi dan visi bersama ini memberikan fokus dan energi untuk

pengembangan organisasi.

Rumah sakit umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan

yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan

derajat

kesehatan masyarakat (Trisnantoro, 2005).

Indikator Pelayanan Rumah Sakit

Program akreditasi rumah sakit yang dilaksanakan sejak tahun 1995

diawali dengan 5 jenis pelayanan yaitu pelayanan medis, pelayanan

keperawatan,

rekam medis, administrasi dan manajemen dan pelayanan gawat darurat.

Pada

tahun 1997, program diperluas menjadi 12 pelayanan yaitu kamar operasi,

pelayanan perinata resiko tinggi, pelayanan radiologi, pelayanan farmasi,

pelayanan laboratorium, pengendalian infeksi dan kecelakaan keselamatan

serta

kewaspadaan bencana. Pada tahun 2000 dikembangkan instrumen 16

bidang

pelayanan di rumah sakit. Pelatihan akreditasi rumah sakit oleh Balai

Pelatihan

Kesehatan dilakukan untuk membantu proses persiapan akreditasi.

Beberapa indikator pelayanan di rumah sakit antara lain adalah:

Page 5: Tinjauan Umum Rumah Sakit

1. Bed Occupancy Rate (BOR): angka penggunaan tempat tidur

BOR digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur

rumah sakit. Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan

fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang tinggi

(lebih

dari 85 %) menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi

sehingga

perlu pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat tidur.

2. Length Of Stay (LOS): lamanya dirawat

LOS digunakan untuk mengukur efisiensi pelayanan rumah sakit yang

tidak dapat dilakukan sendiri tetapi harus bersama dengan interpretasi BTO

dan

TOI.

3. Bed Turn Over (BTO): frekuensi penggunaan tempat tidur

Bersama-sama indikator TOI dan LOS dapat digunakan untuk mengetahui

tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur rumah sakit.

4. Turn Over Interval (TOI): interval penggunaan tempat tidur

Bersama-sama dengan LOS merupakan indikator tentang efisiensi

penggunaan tempat tidur. Semakin besar TOI maka efisiensi penggunaan

tempat

tidur semakin jelek.

Rekam Medik

Rekam medik adalah sejarah ringkas, jelas dan akurat dari kehidupan dan

kesakitan penderita dan ditulis dari sudut pandang medik. Setiap rumah

sakit

dipersyaratkan mengadakan dan memelihara rekam medik yang memadai

dari

setiap pasien, baik pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan.

Suatu rekam medik yang lengkap mencakup data identifikasi dan

Page 6: Tinjauan Umum Rumah Sakit

sosiologis, sejarah famili pribadi, sejarah kesakitan yang sekarang,

pemeriksaan

fisik, pemeriksaan khusus seperti: konsultasi, data laboratorium klinis,

pemeriksaan sinar X dan pemeriksaan lain, diagnosis sementara, diagnosis

kerja,

penanganan medik atau bedah, patologi mikroskopik dan nyata, kondisi

pada

waktu pembebasan, tindak lanjut dan temuan otopsi (Siregar dan Amalia,

2004).

Kegunaan rekam medik:

a. dasar perencanaan dan keberkelanjutan perawatan penderita

b. merupakan suatu sarana komunikasi antara dokter dan setiap profesional

yang

berkontribusi pada perawatan penderita

c. melengkapi bukti dokumen terjadinya atau penyebab penyakit penderita

dan

penanganan atau pengobatan selama dirawat di rumah sakit.

d. digunakan sebagai dasar untuk kaji ulang studi dan evaluasi perawatan

yang

diberikan kepada penderita.

e. membantu perlindungan kepentingan hukum penderita, rumah sakit dan

praktisi yang bertanggung jawab

f. menyediakan data untuk digunakan dalam penelitian dan pendidikan

g. dasar perhitungan biaya karena dengan menggunakan data dalam rekam

medik mempermudah bagian keuangan untuk menetapkan besarnya biaya

pengobatan seorang penderita (Siregar dan Amalia, 2004).

Komite Medik dan Panitia Farmasi dan Terapi (PFT)

Komite medik adalah wadah non struktural yang keanggotaannya dipilih

dari Ketua Staf Medis Fungsional (SMF) atau yang mewakili SMF yang ada di

Rumah Sakit. Komite Medis berada dibawah dan bertanggung jawab kepada

Page 7: Tinjauan Umum Rumah Sakit

Direktur Utama.

PFT adalah sekelompok penasehat dari staf medik dan bertindak sebagai

garis komunikasi organisasi antara staf medik dan Instalasi Farmasi Rumah

Sakit

(IFRS). Pembentukan suatu PFT yang efektif akan memberikan kemudahan

dalam

pengadaan sistem formularium yang membawa perhatian staf medik pada

obat

yang terbaik dan membantu mereka dalam menyeleksi obat terapi yang

tepat bagi

pengobatan penderita tertentu. Panitia ini difungsikan rumah sakit untuk

mencapai

terapi obat yang rasional.

Ketua PFT dipilih dari dokter yang diusulkan oleh komite medik dan

disetujui pimpinan rumah sakit. Ketua adalah seorang anggota staf medik

yang

memahami benar dan pendukung kemajuan IFRS dan ia adalah dokter yang

mempunyai pengetahuan mendalam di bidang farmakologi klinik. Sekretaris

panitia adalah kepala IFRS atau apoteker senior lain yang ditunjuk oleh

kepala

IFRS. Susunan anggota PFT harus mencakup dari tiap SMF yang ada di

rumah

sakit. Fungsi dan ruang lingkup PFT adalah:

1. menyusun formularium rumah sakit sebagai pedoman utama bagi para

dokter

dalam memberi terapi kepada pasien. Pemilihan obat untuk dimasukkan ke

dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi terhadap efek terapi,

keamanan serta harga obat dan juga harus meminimalkan duplikasi produk

obat yang sama. PFT berdasarkan kesepakatan dapat menyetujui atau

menolak

produk obat atau dosis obat yang diusulkan oleh SMF

Page 8: Tinjauan Umum Rumah Sakit

2. menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang

termasuk kategori khusus

3. melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan

meneliti

rekam medik kemudian dibandingkan dengan standar diagnosa dan terapi

4. mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat

5. mengembangkan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf

medis

dan perawat

6. membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap

kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di

rumah sakit sesuai dengan peraturan yang berlaku secara lokal maupun

nasional

7. membuat Pedoman Penggunaan Antibiotik (Siregar dan Amalia, 2004)

PFT ini meningkatkan penggunaan obat secara rasional melalui

pengembangan kebijakan dan prosedur yang relevan untuk seleksi obat,

pengadaan, penggunaan dan melalui edukasi tentang obat bagi penderita

dan staf

profesional.

Formularium Rumah Sakit

Formularium rumah sakit adalah daftar obat baku yang dipakai oleh rumah

sakit yang dipilih secara rasional dan dilengkapi penjelasan, sehingga

merupakan

informasi obat yang lengkap untuk pelayanan medik rumah sakit, terdiri dari

obatobatan

yang tercantum Daftar Obat Essensial Nasional (DOEN) dan beberapa

jenis obat yang sangat diperlukan oleh rumah sakit serta dapat ditinjau

kembali

sesuai dengan perkembangan bidang kefarmasian dan terapi serta

keperluan

Page 9: Tinjauan Umum Rumah Sakit

rumah sakit yang bersangkutan (SK Dirjen YanMed

No.0428/YanMed/RSKS/SK/89 tentang Petunjuk Pelaksanaan Permenkes

No.085/MenKes/Per/I/1989).

Penyusunan formularium rumah sakit merupakan tugas PFT. Adanya

formularium diharapkan dapat menjadi pegangan para dokter staf medis

fungsional dalam memberi pelayanan kepada pasien sehingga tercapai

penggunaan obat yang efektif dan efisien serta mempermudah upaya

menata

manajemen kefarmasian di rumah sakit.

Kegunaan formularium di rumah sakit:

1. membantu menyakinkan mutu dan ketepatan penggunaan obat di rumah

sakit

2. sebagai bahan edukasi bagi staf medik tentang terapi obat yang benar

3. memberi ratio manfaat yang tinggi dengan biaya yang minimal (Siregar

dan

Amalia, 2004).

2.5 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)

IFRS adalah fasilitas pelayanan penunjang medis, di bawah pimpinan

seorang apoteker dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi

persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan kompeten

secara profesional, yang bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta

pelayanan kefarmasian, yang terdiri atas pelayanan paripurna, mencakup

perencanaan; pengadaan; produksi; penyimpanan perbekalan

kesehatan/sediaan farmasi;

dispensing obat berdasarkan resep bagi penderita rawat tinggal dan rawat

jalan;

pengendalian mutu dan pengendalian distribusi dan penggunaan seluruh

perbekalan kesehatan di rumah sakit; serta pelayanan farmasi klinis (Siregar

dan

Amalia, 2004).

2.5.1 Pelayanan Kefarmasian

Page 10: Tinjauan Umum Rumah Sakit

Pelayanan kefarmasian dibagi menjadi 2 bagian yaitu pelayanan farmasi

minimal dan pelayanan farmasi klinis.

2.5.1.1 Pelayanan Farmasi Minimal

Dalam pelaksanaannya, pelayanan farmasi minimal dibagi atas:

a. Produksi

Instalasi farmasi rumah sakit memproduksi produk non steril serta

pengemasan kembali produk-produk tertentu.

b. Perbekalan

Merupakan unit pelaksana instalasi farmasi rumah sakit yang meliputi

pengadaan dan penyimpanan perbekalan farmasi. Pengadaan merupakan

proses

kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi.

Pengadaan

bertujuan untuk mendapatkan jenis dan jumlah sesuai dengan kebutuhan

dan

anggaran serta menghindari kekosongan obat.

Pedoman perencanaan berdasarkan:

1. Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) atau formularium, standar terapi

rumah sakit dan ketentuan setempat yang berlaku.

2. data catatan medik

3. anggaran yang tersedia

4. penetapan prioritas

5. siklus penyakit

6. sisa stok

7. data pemakaian periode lalu

8. perencanaan pengembangan

Pengadaan perbekalan farmasi merupakan kegiatan untuk merealisasikan

kebutuhan yang telah direncanakan. Penyimpanan perbekalan farmasi

merupakan

kegiatan pengaturan sediaan farmasi di dalam ruang penyimpanan dengan

tujuan

Page 11: Tinjauan Umum Rumah Sakit

untuk:

1. menjamin mutu tetap baik, yaitu kondisi penyimpanan disesuaikan

dengan

sifat obat, misalnya dalam hal suhu dan kelembaban.

2. memudahkan dalam pencarian, misalnya disusun berdasarkan abjad.

3. memudahkan pengawasan persediaan/stok dan barang kadaluarsa, yaitu

disusun berdasarkan First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out

(FEFO)

4. menjamin pelayanan yang cepat dan tepat.

c. Distribusi

Distribusi merupakan serangkaian kegiatan dalam rangka penyaluran

obatobatan

dan alat kesehatan.

Sistem distribusi obat harus menjamin:

1. obat yang tepat diberikan kepada pasien yang tepat

2. dosis yang tepat dan jumlah yang tepat

3. kemasan yang menjamin mutu obat

d. Administrasi

Administrasi yang teratur sangat dibutuhkan untuk menjamin

terselenggaranya sistem pembukuan yang baik. Oleh karena itu tugas

administrasi

di instalasi farmasi dikoordinir oleh koordinator yang bertanggung jawab

langsung kepada kepala instalasi farmasi rumah sakit.

2.5.1.2 Pelayanan Farmasi Klinis

Pelayanan farmasi klinis adalah praktek kefarmasian berorientasi kepada

pasien dengan penerapan pengetahuan dan keahlian farmasi dalam

membantu

memaksimalkan efek obat dan meminimalkan toksisitas bagi pasien secara

individual.

Tujuan pelayanan farmasi klinis adalah meningkatkan keuntungan terapi

Page 12: Tinjauan Umum Rumah Sakit

obat dan mengoreksi kekurangan yang terdeteksi dalam proses penggunaan

obat

karena itu tujuan farmasi klinis adalah meningkatkan dan memastikan

kerasionalan, kemanfaatan dan keamanan terapi obat.

Menurut SK MenKes No.436/MenKes/SK/VI/1993 pelayanan farmasi

klinis meliputi:

a. melakukan konseling

b. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

c. pencampuran obat suntik secara aseptik

d. menganalisa efektivitas biaya secara farmakoekonomi

e. penentuan kadar obat dalam darah

f. penanganan obat sitostatika

g. penyiapan Total Parenteral Nutrisi (TPN)

h. pemantauan dan pengkajian penggunaan obat

i. pendidikan dan penelitian (Aslam, dkk., 2003).

2.5.2 Pengelolaan dan Penggunaan Obat Secara Rasional (PPOSR)

PPOSR adalah pengelolaan obat yang dilaksanakan secara efektif dan

efisien dimana pemanfaatan atau efikasi, keamanan (safety) dan mutu (quality)

obat terjamin; serta penggunaan obat secara 4 T + 1 W, artinya obat harus

diberikan dengan tepat pasien, tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis dan

senantiasa

waspada terhadap kemungkinan terjadinya efek samping obat yang tidak

diinginkan.

Kegiatan pengelolaan dan penggunaan obat dimulai dari:

a. pemilihan jenis obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan

b. perencanaan untuk mengadakan obat dan alat kesehatan tersebut dalam

jenis,

jumlah, waktu dan tempat yang tepat

c. pengadaan berdasarkan pertimbangan dana yang tersedia dan skala

prioritas

untuk pengadaan yang tepat

Page 13: Tinjauan Umum Rumah Sakit

d. penyimpanan yang tepat sesuai dengan sifat masing-masing obat dan alat

kesehatan

e. penyaluran kepada unit-unit pelayanan dan penunjang yang

membutuhkan

obat dan alat kesehatan tersebut di Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Bedah

Pusat, Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Rawat Inap

f. penulisan resep oleh dokter (Prescribing Process)

g. peracikan oleh farmasis (Dispensing Process)

h. pemberian oleh perawat kepada penderita (Administration Process)

i. penggunaan oleh penderita (Consuming Process)

j. pemantauan khasiat dan keamanan obat oleh dokter, perawat, farmasis

dan

penderita.

Seluruh kegiatan pengelolaan dan penggunaan obat yang dimulai dari

pertama sampai langkah ke 10 disebut sebagai Lingkar Sepuluh Kegiatan

Pengelolaan Dan Penggunaan Obat Secara Rasional (LSK-PPOSR), dimana

jika semua langkah dilakukan dengan tepat, maka diharapkan akan dapat

mencegah timbulnya masalah-masalah yang berkaitan dalam pengelolaan

dan

penggunaan obat serta alat kesehatan.

Instalasi Central Sterilization Supply Department (CSSD)

Central Sterilization Supply Department (CSSD) atau Instalasi Pusat

Pelayanan Sterilisasi merupakan satu unit atau departemen dari rumah sakit

yang

menyelenggarakan proses pencucian, pengemasan, sterilisasi terhadap

semua alat

atau bahan yang membutuhkan kondisi steril. Berdirinya CSSD di rumah

sakit dilatar belakangi oleh:

a. besarnya angka kematian akibat infeksi nasokomial.

Page 14: Tinjauan Umum Rumah Sakit

b. kuman mudah menyebar, mengkontaminasi benda dan menginfeksi

manusia

di lingkungan rumah sakit.

Fungsi utama CSSD adalah menyiapkan alat-alat bersih dan steril untuk

keperluan perawatan pasien di rumah sakit. Secara lebih rinci fungsinya

adalah

menerima, memproses, mensterilkan, menyimpan serta mendistribusikan

peralatan medis ke berbagai ruangan di rumah sakit untuk kepentingan

perawatan

pasien. Alur aktivitas fungsional CSSD dimulai dari proses pembilasan,

pembersihan/dekontaminasi, pengeringan, inspeksi dan pengemasan,

memberi

label, sterilisasi, sampai proses distribusi (Hidayat, 2003).

Lokasi CSSD sebaiknya berdekatan dengan ruangan pemakai alat steril

terbesar. Dengan pemilihan lokasi seperti ini maka selain meningkatkan

pengendalian infeksi dengan meminimalkan resiko kontaminasi silang, serta

meminimalkan lalu lintas transportasi alat steril (Hidayat, 2003).

Instalasi Gas Medis

Defenisi Gas Medis

a. instalasi gas medis adalah seperangkat sentral gas medis, instalasi pipa

gas

medis sampai ke outlet.

b. gas medis adalah gas dengan spesifikasi khusus yang digunakan untuk

pelayanan medis pada sarana kesehatan

c. instalasi pipa gas medis adalah seperangkat prasarana perpipaan beserta

peralatan yang menyediakan gas medis tertentu yang dibutuhkan untuk

penyaluran gas medis ke titik outlet ke ruang tindakan dan ruang perawatan.

d. sentral gas medis adalah seperangkat prasarana peralatan dan atau

tabung

Page 15: Tinjauan Umum Rumah Sakit

gas/liquid yang menyimpan beberapa gas medis tertentu yang dapat

disalurkan

melalui pipa instalasi gas medis.

e. Outlet adalah keluaran gas medis melalui dinding.

2.7.2 Penyimpanan Gas Medis

Persyaratan penyimpanan gas medis:

a. tabung-tabung gas medis harus disimpan berdiri, dipasang penutup kran

dan dilengkapi tali pengaman untuk menghindari jatuh pada saat terjadi

bencana

b. lokasi penyimpanan harus khusus dan masing-masing gas medis

dibedakan tempatnya

c. penyimpanan tabung gas medis yang berisi dan tabung gas medis yang

kosong dipisahkan untuk memudahkan pemeriksaan dan penggantian

d. lokasi penyimpanan diusahakan jauh dari sumber panas, listrik dan oli

atau

sejenisnya

e. gas medis yang sudah cukup lama disimpan, agar dilakukan uji atau tes

kepada produsen untuk mengetahui kondisi gas medis tersebut (SK

Menkes No. 1439/Menkes/SK/XI/2002).