Upload
fantau
View
1.811
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Edisi Desember 2012
Citation preview
DAFTAR ISI
Pembina : Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Pengarah : Sekretaris Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian, Deputi Ekonomi Makro dan Keuangan Koordinator : Bobby
Hamzar Rafinus Editor : Edi Prio Pambudi, M Edy Yusuf Analis : Rista Amal l ia, Windy Pradipta,
Sandra Kurniawati , Fauzia Suryani Puteri , Masyitha Mutiara Ramadhan, Fitria Faradila, Insani
Sukandar, Alexcius Winang, Andi Distribusi : Chandra Mercury Kontributor : Ratih Purbasari
Kania, Adji Dharma, Ahmad Rifa' i Sapta, M. Syarif Hodayatul lah, Edimon Ginting, Anton Gunawan,
Destry Damayanti , Prakriti Sofat, Budi Hikmat, Tim Pemantauan dan Pengendal ian Inflasi , Komite
Kebijakan KUR, Tim Koordinasi Kebijakan Stabil isasi Harga Pangan Pokok.
PROSPEK EKONOMI INDONESIA 2013 6
Strategi Kebijakan Fiskal Tahun 2013 |
Perkembangan dan Prospek Sektor Moneter di
Indonesia |
Perkembangan Produksi dan Harga Bahan
Pangan Pokok Tahun 2012 |
Prospek Industri Non-Migas Indonesia 2013 |
Meningkatkan Ketahanan Energi di Tahun 2013 |
Perkembangan Ekspor-Impor Tahun 2012 |
Arah Kebijakan dalam Mendorong Investasi
Tahun 2013 |
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan diterbitkan dalam rangka meningkatkan pemahaman pimpinan daerah terhadap perkembanganindikator ekonomi makro dan APBN, sebagai salah satu Direktif Presiden pada retreat di Bogor, Agustus 2010
KOORDINASI KEBIJAKAN EKONOMI 2
Remitansi Perlu Ditingkatkan
EKONOMI INTERNASIONAL 3
Perspektif Ekonomi Global 2013
EKONOMI DOMESTIK 4
Perkembangan Inflasi November 2012
EKONOMI DAERAH 5
Pengelolaan Keuangan Daerah untuk
Memperkuat Perekonomian Domestik
KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) & UKM 26
Realisasi Penyaluran KUR November 2012
OPINI PAKAR 16
Edimon Ginting (ADB) | Anton Gunawan (Bank
Danamon) | Destry Damayanti (Bank Mandiri) |
Prakriti Sofat (Barclays Capital) | Budi Hikmat
(Bahana TCW Investment Management) |
FISKAL & REGULASI EKONOMI 24
Subsidi BBM vs Subsidi Transportasi Publik
BUMN 25
Peningkatan Kinerja BUMN melalui
Restrukturisasi dan Privatisasi
KEUANGAN 27
Perspektif Pasar Komoditas Tahun 2013
MP3EI 28
Meneropong 2013 melalui MP3EI
Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi - Republik Indonesia
KETENAGAKERJAAN 24
Tingkat Pengangguran Tahun 2013
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian - Republik Indonesia
ndonesia dinilai memil iki struktur ekonomi yang
makin kuat di tahun 2012 dalam menghadapi
pelemahan dan ketidakpastian ekonomi global .
Dalam publ ikasi Bank Dunia ‘Indonesia Economic
Quarterly’ edisi Desember 2012 dinyatakan bahwa
‘Global economic weakness and elevated uncertainty in
2012 have not prevented Indonesia’s economy from
growing robustly’. Konsumsi rumah tangga menunjukan
peningkatan pertumbuhan dari 5,2% (yoy) pada
triwulan II menjadi 5,7% pada triwulan III. Sementara itu
peran investasi semakin besar dalam pembentukan PDB
dari 25% pada tahun 2007 menjadi 33% pada tahun
2012.
Publ ikasi tersebut juga mengingatkan resiko penurunan
kinerja ekonomi Indonesia dapat berasal dari luar
maupun dalam negeri memasuki tahun 2013.
Permintaan ekspor dan arus investasi masuk
diperkirakan menurun terutama dari Eropa, Amerika
Serikat (AS), dan Cina. Gejolak keuangan internasional
yang berasal dari Eropa mungkin terjadi kembal i akibat
besarnya kewajiban pembayaran utang pemerintah dan
krisis perbankan yang belum mereda. Sementara
ketidakpastian penyelesaian ‘fiscal cliff’ akan
menurunkan potensi pertumbuhan AS. Sedangkan
China masih berjuang mempertahankan tingkat
pertumbuhan dan menghindari ‘hard landing’ dengan
mengupayakan sumber pertumbuhan yang lebih
beragam.
Penurunan investasi merupakan resiko dari dalam
negeri yang penting diwaspadai akibat harga komoditi
primer yang menurun dan regulasi yang kurang
kondusif seperti upah minimum regional (UMR).
Tekanan non-ekonomi terhadap ikl im investasi
cenderung meningkat menjelang pemil ihan umum
2014. Resiko yang lain adalah kenaikan inflasi karena
adanya penyesuaian tarif l istrik dan UMR serta belanja
persiapan pemilu yang meningkat. Kurangnya
ketersediaan energi dan infrastruktur menjadi resiko
berikutnya yang akan menghambat laju kegiatan
ekonomi.
Menghadapi berbagai resiko tersebut maka Pemerintah
disarankan fokus pada perumusan kebijakan yang
berkual itas, seperti melanjutkan langkah-langkah
mitigasi resiko dengan mengadakan dana kontijensi
dan memperkuat crisis management protocol serta
meningkatkan penyerapan anggaran belanja modal .
Selain itu juga menjaga kerangka regulasi yang
konsisten dan mengkomunikasikannya dengan baik
kepada sektor swasta agar tetap meningkatkan
investasinya. Menko Perekonomian mengajak kita
semua untuk optimis dan bekerjasama mencapai
investasi yang lebih tinggi di tahun 2013. Selamat
tinggal tahun 2012, selamat datang tahun 2013.
Editorial
Bobby Hamzar Rafinus
I
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 2012 1
*kumulatif, NPI : Neraca Pembayaran Indonesia
Indikator Ekonomi
Kinerja remitansi sebenarnya tidaklah
mengecewakan dimana pada tahun 2012 diperkirakan
mencapai US$ 7,1 mil iar sedikit mengalami peningkatan
dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai US$ 7
mil iar.
Ada l ima hal penting yang bisa dilakukan untuk
mendongkrak kinerja dari remitansi ini . Yang pertama
adalah perlunya penurunan biaya remintansi. Hal ini
penting mengingat masih banyak perbankan maupun
Kegiatan Usaha Pengiriman Uang lain (KUPU) yang
membebankan biaya yang masih tinggi. Apalagi
dampak yang ditimbulkan akibat dari penurunan biaya
pengiriman uang akan meningkatkan jumlah uang yang
dikirimkan yang tentunya akan membawa efek yang
postif pada daerah tujuan.
Perlu diketahui bahwa negara-negara yang tergabung
dalam G-20 sepakat untuk menurunkan biaya remitansi
sebesar 5% pada 2014. Oleh karena itu mengingat
hampir 60% uang remitansi asal dan tujuannya ada
pada negara-negara yang tergabung dalam G20
sehingga jika anggota G20 sudah sepakat menurunkan
biaya remitansi maka akan menular ke negara-negara
lainnya. Hal ini diperkirakan akan meningkatkan
remitansi sampai dengan UDS 15 mil iar.
Kedua adalah pelayanan dari jasa
pengiriman uang tersebut. J ika pelayanan
dapat diberikan sampai dengan ke wilayah-
wilayah terpencil hal ini akan membuat
semakin banyak orang yang tertarik
mengirimkan uang lewat jalur yang resmi
sehingga akan meningkatkan jumlah uang
yang dikirim.
Ketiga adalah memaksimalkan penggunaan mobile
money dengan mel ibatkan perusahaan telekomunikasi
yang membuat pengiriman uang menjadi lebih
sederhana, mudah dan cepat. PT (Persero) Telkom, Tbk
sendiri sudah mengluncurkan model pengiriman uang
ini di Malaysia dan Hongkong di mana kedua negara
tersebut merupakan negara tujuan TKI yang utama.
Keempat adalah perlunya sinergitas antara perbankan,
perusahaan telekomunikasi dan KUPU. Dan yang
terakhir adalah perlunya kompetensi yang sehat
sehingga menjadikan konsumen memil ih jasa
pengiriman uang yang bonafid, aman, murah dan
cepat.
J ika hal-hal diatas bisa dilakukan ditambah adanya
kerjasama yang baik antara berbagai pihak: instansi
pemerintah, Bank Indonesia, perbankan, perusahaan
telekomunikasi , KUPU dan lembaga/ unit usaha (tempat
penguangan tunai/ TPT) maka remitansi Indonesia
setidaknya akan bisa meningkat minimal 50%.
Meskipun dengan kenaikan sebesar USD 3,5 mil iar
menjadi USD 10,1 mil iar nilainya masih jauh
dibandingkan dengan negara tetangga (Fil ipina) yang
juga mengirim migrant worker (remitansi Fl i l ipina
mencapai US 21 mil iar dol lar) , namun dengan nilai
sebesar itu tentu akan semakin mendorong
perekonomian bergerak dan mendongkrak
perekonomian daerah setempat.
Remitansi Perlu DitingkatkanInsani Sukandar
Koordinasi Kebijakan Ekonomi
2 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 20122
sumber: 123rf.com
sumber: www.dalmujifi les.wordpress.com
erekonomian dunia diperkirakan
membaik pada tahun 2013.
International Monetary Fund (IMF)
dan OECD memperkirakan adanya
pemul ihan ekonomi dunia tahun
depan. IMF dan OECD masing-
masing memprediksi pertumbuhan PDB rii l
g lobal tahun 2012 sebesar 3% (yoy) dan 3,3%
(yoy). Untuk tahun 2013, proyeksi OECD atas
pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2013 sebesar 3,5%
(yoy) sedikit lebih rendah dari perkiraan IMF sekitar
3,6%.
Penilaian atas prospek ekonomi tahun 2013 sejalan
dengan perkembangan berbagai indikator ekonomi
global terkini. Indeks manufaktur, HSBC Purchasing
Manager’s Index (PMI), Cina pada November 2012 untuk
pertama kal inya selama 13 bulan terakhir tumbuh
positif. Lebih jauh lagi, Think Thank pemerintah Cina
meyakini ekonomi negaranya dapat tumbuh dari 7,7%
(yoy) tahun ini , hingga 8,2% (yoy) tahun 2013.
Optimisme pemul ihan ekonomi Cina juga mendorong
International Energy Agency (IEA) untuk meningkatkan
proyeksi permintaan minyak dunia tahun 2013 hingga
900 ribu barel/hari . Sementara IMF memperkirakan
harga minyak dunia tahun 2013 sekitar US$ 105 sedikit
lebih rendah dari proyeksi tahun ini sebesar US$ 106.
Selain minyak, volume perdagangan internasional
beberapa komoditas pangan juga diperkirakan
meningkat pada tahun 2013. Proyeksi FAO untuk
ekspor beras dan gula tahun 2013 masing-masing
tumbuh 0,5% dan 1,5% (yoy). Sementara ekspor
beberapa komoditas pangan lain seperti gandum dan
jagung diperkirakan menurun tahun depan akibat
kekeringan yang masih berlangsung di berbagai negara
produsen.
Dibandingkan pasar komoditas, risiko stabil itas pasar
finansial pada tahun 2013 lebih rentan. Perhatian
investor global masih terpusat pada permasalahan Krisis
Eropa. Perkembangan berbagai indikator ekonomi
Eropa menunjukkan perlambatan masih berlangsung.
Meskipun berbagai upaya dari para pemimpin negara
dan ECB terus dilakukan untuk menggenjot
perekonomian.
Hingga triwulan III-2012 pertumbuhan PDB rii l Kawasan
Eropa tercatat -0,6% (yoy). Lebih jauh lagi, pertumbuhan
produksi pada Oktober 2012 masih menunjukkan
kontraksi 1,4% (yoy). Secara tahunan, untuk tahun 2012
dan 2013 pertumbuhan ekonomi Kawasan Eropa
diperkirakan masing-masing -0,3% dan 0,4% (yoy).
Gel iat perekonomian belum juga terl ihat, hal ini
tercermin dari laju inflasi yang terus turun hingga 2,2%
(yoy) pada November 2012.
Imbas dari kinerja perekonomian yang buruk terutama
dirasakan pada pasar tenaga kerja. Selama tahun 2012,
tingkat pengangguran Kawasan Eropa terus turun
hingga 11,7% pada bulan Oktober. Prospek pasar
tenaga kerja serupa disampaikan ILO yang
memperkirakan tingkat pengangguran dunia menjadi
6,2% tahun 2013 dibandingkan 6,1% pada tahun
sebelumnya. Perkembangan pasar tenaga kerja justru
mengindikasikan pemul ihan ekonomi AS. Tingkat
pengangguran AS yang selama tahun 2012 rata-rata di
atas 8%, pada bulan November tercatat 7,7%. Akan
tetapi, pemul ihan ekonomi AS masih harus menghadapi
risiko fiskal .
Rencana pengetatan anggaran dan batasan defisit fiskal
tidak hanya terjadi di AS. Paska lonjakan defisit
anggaran selama krisis global , serta upaya berbagai
negara untuk memastikan kesinambungan jangka
panjang,berbuah kebijakan kontraksi fiskal . IMF
memperkirakan pada tahun 2013, defisit fiskal global
sekitar -3,5% terhadap PDB dari -4,2% pada tahun ini.
Oleh karena itu dalam menyongsong tahun 2013,
optimisme atas prospek perekonomian yang lebih baik,
perlu terus dipupuk. Meskipun demikian, berbagai risiko
tetap harus diperhitungkan.
Perspektif Ekonomi Global 2013Rista Amal l ia
P
EKONOMI INTERNASIONAL
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 2012 3
ingkat harga mengalamipenurunan pada bulan November2012. Inflasi tercatat 0,07%dibandingkan dengan bulansebelumnya (mtm) dan 4,32%
dibandingkan dengan bulan yang samadi tahun 2011 (yoy). Penurunan inflasi inibersumber dari tingkat inflasi inti danadministered prices yang rendah, sertamasih terjadi deflasi pada volatile food.
Inflasi inti tercatat 0,14% (mtm) dan 4,40%
(yoy) pada bulan November 2012. Tingkat
inflasi inti yang rendah ini disebabkan oleh
(i) meredanya tekanan imported inflation
akibat dari penurunan harga komoditas
pangan dan energi global ; (i i ) ekspektasi
inflasi yang stabil ; (i i i ) ni lai Rupiah yang
terjaga; dan (iv) respon sisi penawaran
yang masih sensitif terhadap
permintaan.
Sementara itu inflasi administered
prices tercatat 0,05% (mtm) dan
2,70% (yoy). Kondisi ini menurun
dibandingkan dengan posisi bulan
Oktober 2012 yang mencapai 0,23%
(mtm) dan 2,80% (yoy). Penurunan
ini bersumber dari koreksi harga
BBM non-subsidi dan tidak adanya
kebijakan administered prices yang
strategis.
Volatile food kembal i mengalami
deflasi pada bulan November 2012,
setelah sebelumnya tercatat -1,17%
(mtm) pada bulan September dan -0,41%
(mtm) pada bulan Oktober 2012. Deflasi
volatile food tercatat 0,11% (mtm) dan inflasi
sebesar 5,78% (yoy) pada bulan November
2012. Pasokan yang mel impah, distribusi yang
tidak mengalami hambatan, cuaca yang
kondusif, dan harga pangan yang mengalami
penurunan mendorong deflasi pada volatile
food.
Secara spasial , dari 66 kota IHK di Indonesia,
kota yang mengalami inflasi dan deflasi
masing-masing sebesar 33 kota. Inflasi
terbesar terjadi di kota Manado sebesar 1,01%
(mtm), sedangkan deflasi terbesar terjadi di
kota Manokwari sebesar 0,96% (mtm).
Hingga akhir tahun 2012 diperkirakan tingkat
inflasi akan stabil dan berada di kisaran bawah
dari rentang sasaran 3,5%-5,5%. Tren harga
pangan yang diperkirakan terus menurun
akan menekan tingkat inflasi . Selain itu,
pergerakan beberapa leading indikator seperti
M1, penjualan eceran, dan WPI impor
menunjukkan bahwa tekanan inflasi akan
terkendal i .
Pada tahun 2013, baik TPI pusat dan TPI
daerah akan meningkatkan koordinasi untuk
meminimal isir dampak inflasi . Peningkatan
koordinasi ini di lakukan dengan
meningkatkan kerjasama perdagangan antar
daerah agar stabil itas harga tercapai.
Referensi: Analisis Inflasi November 2012 -Tim Pengendali Inflasi
T
Inflasi November 2012Inflasi November 201 2 sebesar 0,07% (mtm) dan 4,32% (yoy)
Fitria Faradila
Ekonomi Domestik
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 20124
ercepatan pembangunan daerah-daerah di
Indonesia sangat diperlukan dalam rangka
menunjang keberhasilan pembangunan
nasional . Setelah dua belas tahun era
desentral isasi fiskal berjalan, ada beberapa
daerah yang mengalami kemajuan pesat.
Namun ada sebagian daerah lain justru lebih buruk.
Kondisi ini dikarenakan pelaksanaan pembangunan
pada local government masih terbentur berbagai
permasalahan seperti rendahnya penyerapan anggaran.
Seperti yang diri l is Unit Kerja Presiden Bidang
Pengawasan dan Pengendal ian Pembangunan (UKP4)
pada triwulan IV, terl ihat rata-rata real isasi pengeluaran
pemerintah baru mencapai 71.8% sampai dengan 14
November 2012. Pengeluaran untuk Belanja Modal
pada APBD secara umum masih rendah dan mayoritas
digunakan untuk pengadaan barang dan jasa
dibandingkan untuk alokasi pembangunan infrastruktur
dan prasarana publ ik.
Hingga saat ini , alokasi APBD untuk Kab/Kota, masih
terkonsentrasi pada komponen Belanja Pegawai yaitu
lebih dari 50% terhadap total APBD. Alokasi APBD untuk
penyediaan sarana prasarana dan pelayanan publ ik
relatif lebih kecil dibandingkan dengan yang digunakan
untuk Belanja Operasional Pemerintah. Dibandingkan
propinsi lainnya, kab/kota di propinsi Kal imantan Timur
memil iki rasio belanja modal tertinggi. Sebal iknya
kab/kota di propinsi DIY memil iki proporsi belanja
modal terendah.
Dalam hal kual itas pengelolaan keuangan daerah,
berdasarkan hasil audit BPK atas Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD), jumlah LKPD yang
mendapatkan opini WTP sebesar 4% dan WDP sebesar
65% untuk wilayah kabupaten, sedangkan untuk Kota,
13% mendapatkan opini WTP dan 72% mendapatkan
opini WDP. Terkait perkembangan pembentukan LPSE,
hingga dengan April 2012, sebanyak 32 Propinsi sudah
memil iki LPSE, hanya propinsi Papua Barat yang belum.
Adapun untuk Kab/Kota, sebanyak 312 Kab/kota atau
sebesar 62,78% telah memil iki LPSE. Namun
perkembangan pembentukan LPSE tersebut belum
sejalan dengan pengimplementasian e-procurement
dalam proses lelang. Baru 44,87% Kab/Kota yang telah
mengimplementasikan e-procurement dalam proses
lelang.
Perekonomian di sebagian besar daerah diperkirakan
masih relatif tumbuh kuat di akhir 2012. Struktur
perekonomian Indonesia secara spasial masih
didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang
berkontribusi terhadap PDB sebesar 57,52%. Investasi di
sebagian besar daerah diperkirakan tumbuh cukup
tinggi namun menunjukkan indikasi melambat, Untuk
wilayah Jawa, perkembangan investasi masih
menunjukkan penguatan karena didukung oleh kredit
investasi yang semakin meningkat, pembangunan
infrastruktur publ ik, properti , serta optimisme pelaku
usaha terhadap pasar domestik.
Secara umum kebijakan fiskal 2013 masih bersifat
ekspansif untuk menjaga momentum pertumbuhan
dengan tetap mengendal ikan defisit dalam batas aman.
Salah satunya, pembangunan infrastruktur sebagaimana
yang tercantum dalam MP3EI untuk mendukung daya
saing sektor rii l , ikl im investasi serta distribusi produk
domestik ke berbagai wilayah. Dengan demikian,
pengelolaan keuangan daerah pada tahun 2013
diharapkan dapat mendukung penguatan ekonomi
domestik yang lebih baik.
P
Pengelolaan Keuangan Daerah untukMemperkuat Perekonomian DomestikRatih Purbasari Kania
sumber: l inkportal .com
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 2012 5
EKONOMI DAERAH
ank Indonesia menilai bahwa perekonomian
Indonesia tahun 2012 tumbuh cukup baik
ditengah ketidakpastian dan perlambatan
ekonomi global . Pertumbuhan ekonomi pada
triwulan IV-2012 diperkirakan sekitar 6,2%
sehingga keseluruhan tahun 2012 mencapai sekitar
6,3%, melambat dibandingkan tahun sebelumnya.
Perlambatan ekonomi tersebut disebabkan oleh
menurunnya kinerja eksternal sejalan dengan kinerja
perdagangan internasional yang memburuk terutama
paruh kedua tahun 2012. Namun, masih kuatnya
permintaan domestik mampu menopang pertumbuhan
ekonomi sehingga tetap tumbuh tinggi di atas 6%.
Konsumsi rumah tangga tumbuh tinggi mencapai titik
tertingginya sejak krisis finansial global tahun
2008/2009. Hal tersebut didukung oleh keyakinan
konsumen yang terus menguat dan daya bel i yang
relatif terjaga. Peranan konsumsi pemerintah juga
mengalami peningkatan terkait adanya upaya
peningkatan belanja pemerintah. Kinerja investasi
tumbuh meningkat dibandingkan tahun sebelumnya
didukung oleh optimisme pelaku usaha dan ikl im usaha
yang kondusif. Sementara itu, ekspor tumbuh melemah
seiring dengan masih terpuruknya proses pemul ihan
perekonomian dunia. Kinerja impor juga mengalami
pelemahan merespon kinerja ekspor yang menurun,
namun masih relatif tinggi didorong oleh masih kuatnya
permintaan domestik.
BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun
2013 berkisar 6,3%-6,7%. Hal ini menunjukkan target
pertumbuhan yang ditetapkan oleh pemerintah berada
pada presi (batas atas) angka perkiraan BI. Optimisme
atas perekonomian Indonesia didorong oleh prospek
ekonomi global yang diperkirakan mulai meningkat
secara gradual seiring dengan langkah-langkah
kebijakan perbaikan ekonomi di AS dan Eropa. Kinerja
perekonomian global yang lebih baik akan diikuti
dengan peningkatan aktivitas perdagangan
internasional dan perbaikan harga komoditas
internasional . IMF memperkirakan terjadi kenaikan
volume perdagangan dunia dari 3,2% di tahun 2012
menjadi 4,5% di tahun 2013. Hal ini secara langsung
akan mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia menjadi
lebih baik.
Pada tahun 2013, permintaan domestik diperkirakan
akan tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan,
baik dari sisi konsumsi maupun investasi . Konsumsi
rumah tangga tetap akan tumbuh kuat, Pertumbuhan
tersebut didukung oleh meningkatnya pendapatan
masyarakat dan inflasi yang relatif terkendal i sehingga
akan meningkatkan optimisme dan daya bel i
masyarakat. Selain itu, aktivitas terkait Pemilu 2014 dan
perekonomian global yang membaik (yang pada
gil irannya akan meningkatkan pendapatan masyarakat
melalui pertumbuhan ekspor) juga akan meningkatkan
sisi konsumsi masyarakat.
B
Sumber : http://www.l iputan6.com
Perkembangan dan Prospek Sektor Moneter
di IndonesiaFauzia Suryani Puteri
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan November 2012 12Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 2012 6
Laporan Utama
Investasi diperkirakan tumbuh 11,3%-
11,8%, lebih tinggi dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Hal itu
didasarkan pada tren pertumbuhan
konsumsi rumah tangga domestik yang
menguat serta prospek kinerja ekspor
ke depan yang membaik. Selain itu,
perkiraan meningkatnya investasi juga
didukung oleh adanya alokasi belanja
modal pemerintah yang lebih tinggi,
relatif rendahnya suku bunga, serta
membaiknya ikl im usaha domestik.
Pertumbuhan ekspor berpotensi
meningkat pada 2013. Ban Indonesia
memperkirakan pertumbuhan ekspor
barang dan jasa akan mencapai kisaran
3,0%-3,5%, lebih tinggi dari tahun 2012
terkait pertumbuhan perekonomian
global yang lebih baik diikuti dengan
peningkatan harga komoditas. Kinerja
ekspor Indonesia diperkirakan
meningkat terkait membaiknya
pertumbuhan ekonomi negara-negara
Asia seperti China dan India. Sementara
itu, pertumbuhan impor barang dan
jasa juga akan meningkat. Dengan
perkiraan laju pertumbuhan ekspor
yang mulai meningkat, pelaku produksi
akan menambah penggunaan bahan
baku dan barang modal impor untuk
keperluan produksi barang-barang
ekspor.
Dari sisi sektoral , struktur
perekonomian tahun 2013 masih
didominasi oleh sektor industri
pengolahan; perdagangan, hotel , dan
restoran (PHR); serta pengangkutan
dan komunikasi. Sebagai mesin
pertumbuhan ekonomi, peran ketiga
sektor tersebut mencapai 63%.
Beberapa sektor perekonomian pada
triwulan III-2012 mengalami penurunan
pertumbuhan dibandingkan triwulan
sebelumnya (qtq), disisi lain terdapat
beberapa sektor yang masih bertahan
dan mengalami peningkatan
pertumbuhan Hal tersebut diperkirakan
masih akan berlanjut di tahun 2013.
Terkait dengan prospek inflasi , inflasi
tahun 2013 diperkirakan akan tetap
terkendal i dalam kisaran sasaran yang
telah ditetapkan yaitu 4,5% ±1%.
Optimisme untuk membawa inflasi
pada kisaran targetnya tersebut antara
lain dilandasi oleh keberhasilan dalam
mengendal ikan tekanan inflasi baik
yang berasal dari faktor eksternal
maupun domestik sekal igus menjaga
ekspektasi inflasi . Pada saat bersamaan,
komitmen Pemerintah untuk menjaga
kecukupan pasokan dan kelancaran
distribusi bahan pangan, termasuk
kebutuhan pokok bagi golongan
masyarakat miskin, serta tersedianya
Pusat Informasi Harga Pangan Strategis
(PIHPS) turut mendukung tetap
terkendal inya inflasi kelompok volati le
foods di tahun 2012.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank
Indonesia pada tanggal 11 Desember
2012 memutuskan untuk
mempertahankan BI Rate sebesar
5,75%. Tingkat suku bunga masih
konsisten dengan tekanan inflasi yang
rendah dan terkendal i sesuai dengan
sasaran inflasi tahun 2013-2014,
sebesar 4,5% 1%. Evaluasi terhadap
kinerja tahun 2012 dan prospek tahun
2013-2014 secara umum menunjukkan
bahwa perekonomian domestik
tumbuh tetap baik dengan stabil itas
yang terjaga. Ke depan, dengan
mencermati risiko perekonomian
global , Bank Indonesia akan
memperkuat kebijakan untuk
mengelola keseimbangan eksternal ke
tingkat yang berkesinambungan
dengan tetap memberikan dukungan
terhadap pertumbuhan ekonomi
domestik. Bank Indonesia meyakini
bahwa penerapan bauran kebijakan
moneter dan makroprudensial serta
dukungan koordinasi dengan
Pemerintah akan mampu menjaga
kestabilan ekonomi makro dan
kesinambungan pertumbuhan ekonomi
nasional .
Referensi:
Laporan Kebijakan Moneter Triwulan
IV-2012, Bank Indonesia
BI memperkirakan
pertumbuhan
ekonomi pada tahun
2013 berkisar 6,3%-
6,7%. Optimisme
atas perekonomian
Indonesia didorong
oleh prospek
ekonomi global yang
diperkirakan mulai
meningkat
2 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 20127
S
Laporan Utama
Strategi Kebijakan Fiskal di Tahun 2013
Secara umum, perekonomian Indonesia pada tahun
2012 masih menunjukan optimisme di tengah
ketidakpastian perekonomian global . Perkembangan
indikator ekonomi makro terl ihat cukup
menggembirakan. Sampai dengan triwulan III-2012,
ekonomi Indonesia dapat tumbuh di atas enam persen.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Bambang
Brodjonegoro, menjelaskan beberapa faktor yang
pendukung terjaganya pertumbuhan ekonomi. Faktor
tersebut antara lain konsumsi masyarakat yang tinggi,
aktivitas investasi yang terus meningkat, laju inflasi
yang relatif terkendal i , serta kondisi pasar keuangan
yang cukup baik.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa perekonomian
Indonesia masih dibayang-bayangi oleh risiko internal
dan eksternal . Risiko yang dihadapi yaitu perlambatan
ekonomi negara-negara maju dan negara mitra dagang
utama, masih bergejolak harga minyak dunia, dan
depresiasi ni lai tukar.
Sampai dengan November 2012, penyerapan anggaran
tercatat 72,8% dari pagu Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) 2012. Bambang menjelaskan
empat faktor yang menyebabkan belum optimalnya
penyerapan belanja negara. Pertama, kompleksitas
pengadaan tanah. Sul itnya mencari tanah yang sesuai
dengan spesifikasi tanah yang diperlukan serta masalah
pembebasan yang memerlukan waktu yang cukup
panjang. Kedua, permasalahan internal kementerian
atau lembaga terkait (K/L). Kelambatan proses
administrasi dan belum optimalnya perencanaan
mengakibatkan tidak optimalnya tingkat penyerapan
(slow & low) pada K/L terkait. Ketiga, masalah
mekanisme pengadaan barang dan jasa serta revisi
yang relatif panjang. Keempat, faktor geografis serta
keterbatasan kapasitas pihak ketiga di daerah.
Untuk itu, Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk
mengoptimalkan penyerapan anggaran. Langkah-
langkah yang telah ditempuh Pemerintah dalam rangka
meningkatkan penyerapan belanja antara lain: (i)
Menyempurnakan implementasi Performance Based
Budgeting (PBB) dan Medium Term Expenditure
Framework (MTEF). Hal ini dimaksudkan agar terjadi
keselarasan antara penganggaran dan target yang
hendak dicapai serta menjamin keberlanjutan
pendanaan sehingga dapat meningkatkan kual itas
perencanaan dan penganggaran K/L, (i i ) Memperbaiki
pola penyerapan agar lebih proporsional melalui upaya
pendisipl inkan anggaran (TEPPA), (i i i ) Peningkatkan
penyerapan anggaran melalui penguatan perencanaan
di K/L, meningkatkan fleksibil itas K/L dalam
pelaksanaan anggaran, penyempuraan mekanisme
(pengadaan, revisi dan pencairan anggaran),
monitoring secara periodik dalam rangka
mendisipl inkan anggaran, dan (iv) Mempercepat
proses pengadaan lahan melalui penerbitan regulasi
Arah kebijakan fiskal tahun 2013 di fokuskan untukmendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif danberkelanjutan melalui upaya penyehatan fiskal
Fitria Faradila
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan November 2012 12Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 2012 8
(UU tentang pembebasan lahan) sebagai payung
hukum. Melalui berbagai upaya tersebut diharapkan
penyerapan belanja akan lebih optimal sehingga peran
APBN sebagai instrumen untuk menstimulasi
perekonomian akan dapat berfungsi secara optimal .
Pemerintah berharap APBN mampu merespon
dinamika perekonomian. Dengan begitu, APBN akan
mampu menjawab tantangan, mengurai permasalahan
strategis dan mendukung pencapaian target
pembangunan. Untuk mencapai harapan tersebut,
Pemerintah menghadapi tantangan pembangunan
2013 yang mel iputi peningkatan daya saing, daya tahan
perekonomian, perluasan kesejahteraan rakyat serta
pemantapan stabil itas sosial pol itik.
Sejalan dengan hal tersebut maka arah kebijakan fiskal
tahun 2013 di fokuskan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan
melalui upaya penyehatan fiskal . Adapun strategi untuk
menyehatkan fiskal ditempuh dengan empat hal pokok,
yaitu optimal isasi pendapatan, pengutaan kual itas
belanja, efisiensi pembiayaan dan mitigasi kritis.
Kementerian Keuangan menerapkan beberapa strategi
untuk mengoptimalkan pendapatan negara. Salah satu
cara yang ditempuh adalah dengan memberikan
insentif fiskal bagi kegiatan ekonomi strategis yang
mendukung ikl im investasi . Selain dengan intensif fiskal ,
optimal isasi pendapatan dilakukan dengan penargetan
tax ratio sebesar 12,87% pada tahun 2013. Pemerintah
akan terus menggal i potensi dan memperluas basis
pajak untuk mencapai target tersebut.
Kual itas belanja merupakan hal penting yang harus
segera dibenahi. BKF berkomitmen untuk terus
meningkatkan kual itas belanja negara. Langkah-
langkah yang akan ditempuh antara lain: efisiensi
belanja operasional dengan penghematan perjalanan
dinas, pembatasan kegiatan kurang produktif,
penyesuaian Tarif Tenaga Listrik (TTL), fleksibil itas
subsidi energi, peningkatan belanja modal dan
realokasi penghematan untuk infrasruktur.
Selain itu, BKF akan terus berupaya untuk
meningkatkan efisiensi pembiayaan dan mitigasi krisis.
BKF akan mengendal ikan defisit anggaran dalam batas
aman sebesar 1,65% dan memberlakukan kebijakan net
negative flow pinjaman luar negeri untuk
meningkatkan efisiensi pembiayaan.
Pemerintah memprediksi bahwa perkembangan
ekonomi global pada tahun 2013 berpotensi
memberikan tekanan yang cukup berat terhadap
perekonomian domestik. Tekanan ini terutama
bersumber dari perlambatan ekonomi dan permintaan
global serta adanya potensi fluktuasi harga komoditas
pangan dan energi. Untuk mengantisipasi
ketidakpastian global pada tahun 2013, Pemerintah
telah menetapkan beberapa kebijakan fiskal yang
diharapkan mampu menjaga perekonomian dan kondisi
fiskal dari risiko krisis pada tahun 2013, antara lain: (i)
Mengendal ikan defisit anggaran dan menjaga rasio
utang terhadap PDB dalam batas terkendal i , (i i )
Mendorong pertumbuhan dan perl indungan
masyarakat miskin melalui belanja modal dan bantuan
sosial serta subsidi yang tepat sasaran. (i i i )
Meningkatkan kual itas belanja melalui peningkatan
belanja modal yang difokuskan untuk pembangunan
infrastruktur. (iv) Upaya pencegahan dan mitigasi krisis
melalui cadangan risiko fiskal .
Terkait penyerapan anggaran 2013, Pemerintah telah
mengambil beberapa kebijakan untuk mengoptimalkan
penyerapan serta memperbaiki pola penyerapan,
diantaranya:
1. Memperbaiki serta mempercepat proses
administrasi anggaran, diantaranya mempercepat
penyerahan DIPA tahun anggaran 2013 serta
mempercepat penetapan pejabat pengelola
keuangan.
2. Menyederhanakan mekanisme untuk mempercepat
prosedur atau business process melalui perbaikan
regulasi .
3. Meningkatkan fleksibil itas K/L dalam pelaksanaan
anggaran dengan meningkatkan kewenangan K/L
dalam melakukan revisi dengan tetap menjaga
pencapaian output;
4. Mendisipl inkan pelaksanaan anggaran dengan
penerapan reward & punishment secara konsisten
dan objektif serta melakukan pengawasan dan
evaluasi secara periodik kinerja anggaran oleh Tim
Evaluasi dan Pengawasan Penyerapan Anggaran
(TEPPA).
Pemerintah berpandangan bahwa APBN 2013 akan
mampu berperan optimal sebagai instrumen fiskal
utama dalam mendorong perekonomian sekal igus
dalam upaya pencapaian kesejahteraan rakyat.
Referensi:
Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan
Republik Indonesia
2 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 20129
Ketahanan pangan makin penting diupayakan dengan
terus meningkatnya harga pangan di pasar dunia.
Perubahan ikl im global telah menyebabkan gangguan
produksi di beberapa lumbung pangan dunia, seperti
Amerika Serikat dan Rusia untuk gandum, serta Thailand
dan Vietnam untuk beras.
Untuk menghadapi kondisi tersebut, Pemerintah telah
mencanangkan target swasembada dalam waktu dekat
pada beberapa komoditi pangan seperti beras, jagung,
dan gula. Dalam jangka menengah kondisi swasembada
ditargetkan untuk kedelai dan daging sapi. Salah satu
langkah yang dilakukan adalah mendorong
pengembangan produksi dalam negeri.
Menko Perekonomian dalam suatu kesempatan
menyampaikan bahwa swasembada daging dan kedelai
masih sul it dicapai. Namun Pemerintah akan konsisten
mendorong produksi dalam negeri ketimbang impor.
Dengan langkah ini para peternak dan petani tetap
mendapat kepastian aksesnya kepada pasar.
Dari pengamatan produksi bahan pangan pokok tahun
2012 tercatat produksi padi, berdasarkan ARAM II 2012,
capaian produksinya telah berhasil melebihi target
tahun 2012. Sebal iknya, produksi kedelai dan gula
belum melebihi target 2012. Produksi padi saat ini telah
mencapai 68,94 juta ton, melebihi target tahun 2012
sebesar 67,82 juta ton. Jumlah pengadaan beras dalam
negeri tercatat 3,44 juta ton dan ketersediaan stok akhir
beras per Desember 2012 sebesar 1,3 juta ton.
Diharapkan produksi beras mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun guna mencapai swasembada yang
berkelanjutan dan mencapai target surplus beras 10 juta
ton pada tahun 2014. Kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah demi tercapainya target surplus produksi
beras sebesar 10 juta ton pada tahun 2014 yakni: (1)
peningkatan produktivitas, (2) perluasan areal dan
optimasi lahan, (3) penurunan
konsumsi beras, (4)
penyempurnaan manajemen, (5)
pengurangan impor. Di saat yang
sama berdasarkan ARAM II 2012,
produksi kedelai tercatat 783 ribu
ton. Kondisi ini masih berada di
bawah target capaian tahun 2012
sebesar 1,1 juta ton. Untuk
memenuhi kebutuhan domestik,
kekurangan pasokan
dikompensasi melalui impor.
Pada tahun 2014, pemerintah
menargetkan swasembada kedelai sebesar 2,7 juta ton.
Untuk memenuhi capaian target tersebut perlu
dilakukan upaya yang integratif demi peningkatan
produksi kedelai domestik antara lain: (i) penggunaan
varietas unggul kedelai ; (i i ) pengembangan sistem
perbenihan; (i i i ) penerapan paket teknologi spesifik
lokasi; dan (iv) penentuan tarif dan non tarif untuk
mengatur pasokan dari impor.
Terkait komoditas gula, perkiraan produksi tahun 2012
mencapai 2,66 juta ton. Kondisi ini jauh berada di bawah
target capaian 2012 sebesar 5,34 juta ton. Oleh karena
itu, diperlukan upaya peningkatkan produktivitas antara
lain: (i) rehabil itasi irigasi; (i i ) investasi perkebunan
pabrik gula diluar Jawa; (i i i ) revital isasi untuk
meningkatkan kapasitas produksi pabrik gula dalam
rangka menjaga kesinambungan pasokan gula
domestik. Dengan berbagai upaya tersebut diharapkan
target swasembada gula tahun 2014 sebesar 5,7 juta ton
dapat tercapai.
Demi menjamin ketersediaan pasokan dan kelancaran
distribusi bahan pangan, upaya yang mendukung
stabil itas harga seperti pelaksanaan operasi pasar murah
akan terus dilanjutkan. Selain itu, sistem pemantauan
pasar dalam kerangka kerja stabil itas dan penurunan
disparitas harga bahan pokok serta pembentukan
sistem informasi akan terus disempurnakan untuk
mendukung pemantauan pasar bahan pokok.
Diharapkan peranan Bulog dalam rangka pemenuhan
pasokan dan stabil itas harga pangan pokok. Sementara
itu, untuk meningkatkan antisipasi dan efektivitas
pengendal ian harga, dilakukan penguatan jaringan
sistem pengamatan harga melalui Sistem Informasi
Logistik (SIL) Onl ine yang berfungsi sebagai early
warning system.
Perkembangan Produksi dan Harga BahanPangan Pokok Tahun 2012
Windy Pradipta
Laporan Utama Sektoral
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan November 2012 12Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 2012 10
Sumber: BPS
CAPAIAN PRODUKSI BAHAN PANGAN
ada akhir tahun 2012, diperkirakan industri
makanan, minuman, dan tembakau akan
mencatatkan pertumbuhan tertinggi yaitu
9,25%. Begitu pula pada tahun 2013, industri
makanan, minuman, dan tembakau
diperkirakan masih mencatat pertumbuhan tertinggi
yaitu 9.43%, disusul industri semen dan barang gal ian
bukan logam sebesar 8,06% dan industri alat angkutan
mesin dan peralatannya 7,60%.
Secara umum di tahun 2013, seluruh sektor industri
non-migas diperkirakan akan mengalami peningkatan.
Walaupun begitu, pemerintah akan menghadapi
berbagai tantangan antara lain:
1. Ketidakjelasan ekonomi global
2. Ketergantungan pada impor bahan baku/bahan
penolong
3. Masih tingginya ekspor bahan mentah dan bahan
setengah jadi
4. Besarnya biaya logistik akibat infrastruktur yang
belum memadai
5. Belum terpenuhinya kebutuhan l istik untuk sektor
industri
6. Bea masuk Indonesia yang tergolong rendah
dibandingkan negara lain
7. Pembiayaan investasi yang relatif mahal
8. Isu perburuhan dan ketidakpastian penetapan UMR
Untuk mendorong percepatan pertumbuhan industri
ditengah berbagai tantangan tersebut, Kementerian
Perindustrian akan melakukan tiga program prioritas,
antara lain: (i) H il irisasi Industri Berbasis Agro, Migas,
dan Bahan Tambang Mineral ; (i i ) Peningkatan Daya
Saing Industri Berbasis SDM, Pasar Domestik, dan
Ekspor; dan (ii i ) Pengembangan
Industri Kecil dan Menengah
(IKM).
Dalam rangka hil isasi industri
berbasis agro, migas, dan bahan
tambang mineral , Pemerintah
menghadapi permasalahan utama
berupa tingginya ekspor bahan
mentah seperti CPO, kakao, karet,
rotan, dan barang mineral . Bahan
mentah tersebut sebaiknya
dimanfaatkan oleh industri
domestik untuk nilai tambah
ekspor yang lebih tinggi. Dengan
demikian pemerintah akan
melakukan kebijakan, antara lain:
1. Penetapan Domestic Market
Obl igation (DMO) untuk
mineral dan batubara
2. Penetapan tarif bea keluar komoditi primer (CPO
dan kakao)
3. Penetapan tarif bea keluar 65 jenis bij ih mineral
4. Larangan ekspor rotan
5. Insentif Tax Hol iday bagi 5 bidang industri dan Tax
Al lowance 37 bidang usaha tertentu dan 39 bidang
usaha tertentu di daerah tertentu
6. Pengembangan Kawasan Industri
Untuk meningkatkan daya saing industri berbasis SDM,
pasar domestik, dan ekspor, pemerintah juga akan
melakukan kebijakan, yaitu:
1. Insentif fiskal (BMDTP, Tax Holiday, dan Tax
Allowance, pembebasan PPN/PPNBM, serta
pembebasan bea masuk impor mesin dan
komponen)
2. Restrukturisasi permesinan
3. Peningkatan SDM
4. Program Low Carbon Emission Technology
5. Promosi investasi dan produk industri
6. Program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam
Negeri (P3DN)
Di saat yang sama, pemerintah menghadapi
permasalahan berupa ketergantungan bahan baku
impor, teknologi yang tertinggal , kual itas SDM yang
masih rendah, dan membanjirnya produk impor.
Referensi: Kementerian Perindustrian
P
Prospek Industri Non-Migas Indonesia 2013Andi
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan November 20122 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 201211
Sumber: Kementerian Perindustrian
ektor energi dan sumber daya mineral (ESDM)
merupakan salah satu sektor utama pendorong
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sampai
dengan Oktober 2012, sektor ESDM mampu
menyumbang Rp 388 tri l iun atau sekitar 28%
penerimaan negara. Ikl im investasi yang kondusif juga
mendorong kenaikan investasi sektor ESDM hingga
mencapai US$ 27 mil iar pada tahun 2011.
Tak dapat dipungkiri , sektor ESDM masih menghadapi
berbagai masalah seperti keterbatasan infrastruktur,
ketergantungan terhadap energi fosil yang tinggi, dan
pemberian subsidi yang belum tepat sasaran.
Kesemuanya itu menjadi pekerjaan rumah yang harus
diselesaikan demi tercapainya ketahanan energi
nasional .
Sepanjang tahun 2012, sumber energi yang menjadi
sorotan antara lain minyak bumi, gas dan l istrik. Minyak
bumi menempati porsi terbesar dalam bauran energi,
yakni sebesar 49,7%. Kedepannya, Pemerintah akan
mengupayakan peral ihan penggunaan minyak ke gas
bumi. Akan tetapi, sebagian besar gas bumi nasional
masih dimanfaatkan untuk ekspor (56%) dan sisanya
dimanfaatkan untuk konsumsi domestik.
Sampai dengan 21 Oktober 2012, real isasi l ifting minyak
bumi mencapai 866 ribu barel per hari . Real isasi ini
telah mencapai 90,2% dari target yang dituangkan
dalam APBNP 2012 sebesar 930 ribu barel per hari .
Untuk mencapai target tersebut, pemerintah
menghadapi kendala berupa pengikisan l ingkungan,
adanya tumpang tindih lahan, kendala peraturan dan
birokrasi perizinan.
Untuk mengatasi berbagai kendala tersebut, kebijakan
yang akan ditempuh
antara lain: (i)
peningkatan eksplorasi
sehingga reserve
replacement ratio
mendekati satu, (i i )
mengganti infrastruktur
lama dan (ii i )
optimal isasi pelaksanaan
Inpres 2/2012 tentang
peningkatan produksi
minyak bumi nasional .
Untuk mensubstitusi minyak bumi, produksi gas bumi
akan terus ditingkatkan. Pemerintah akan fokus
membangun infrastruktur gas berupa Floating Storage
and Regasification Unit (FSRU) di Jawa Barat dan Jawa
Tengah serta revital isasi FSRU di Arun. FSRU Jawa Barat
telah onstream pada Mei 2012, namun baru beroperasi
menggunakan setengah kapasitasnya. Kedepannya,
Kementerian ESDM akan memprioritaskan pemanfaatan
gas dari lapangan gas baru dan gas yang berasal dari
Sempra Diversion untuk memenuhi kebutuhan
domestik.
Program pembangunan pembangkit 10.000 MW juga
merupakan salah satu target Pemerintah jangka
panjang. Sampai Jul i akhir 2012, program elektrifikasi
tahap I telah beroperasi sebesar 4.450 MW. Sampai
dengan akhir 2012, diharapkan akan ada tambahan lain
dari unit satu PLTU Pacitan sebesar 315 MW dan dua
PLTU Pelabuhan Ratu sebesar 700 MW.
Langkah kebijakan yang akan ditempuh Direktorat
Jenderal Ketenagal istrikan (DJK) untuk mencapai
pembangunan pembangkit 10.000 MW adalah
mengintensifkan kegiatan
monitorong dan evaluasi
dalam pelaksanaan
pembangunan pembangkit
l istrik. Selain itu, DJK akan
melakukan koordinasi
sosial isasi yang lebih
intensif dengan pemda-
pemda dan sektor terkait
guna memastikan
pencapaian target pada
waktunya.
S
Sumber: Kementerian ESDM
Masyitha Mutiara Ramadhan
Kedepannya, Pemerintah akan mengupayakan
peralihan penggunaan minyak ke gas bumi.
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan November 2012 12Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 2012 12
Meningkatkan Ketahanan Energi di Tahun 2013
EKSPORIMPOR 2012ecara akumulasi , ekspor
Januari-Oktober 2012
tercatat US$ 158,67 mil iar,
yaitu tumbuh -6,22%
(yoy). Baik ekspor migas
maupun non migas menurun
masing-masing -8,23% (yoy) dan
-5,70% (yoy). Walaupun menurun,
ekspor non migas masih menjadi
penopang ekspor secara
keseluruhan. Sebesar 80,06%
ekspor Januari-Oktober 2012
merupakan ekspor non migas.
Sebagian besar ekspor non migas
berasal dari sektor industri US$
96,56 mil iar, diikuti sektor
pertambangan US$ 25,80 mil iar dan
sektor pertanian US$ 4,67 mil iar.
Menurut negara tujuan, ekspor non
migas terbesar ditujukan ke Cina
US$ 16,82 mil iar, disusul Jepang
US$ 14,40 mil iar dan Amerika
Serikat US$ 12,23 mil iar.
Berbeda dengan ekspor, impor
justru menunjukkan peningkatan
yang cukup signifikan. Nilai impor
pada bulan Oktober 2012 sebesar
US$ 17,21 mil iar, meningkat
12,16% (mtm). Baik impor migas
maupun non migas mengalami
peningkatan yang cukup
signifikan yaitu masing-masing
sebesar 11,48% dan 12,35%
(mtm). Impor migas terbesar
ditopang oleh komoditas minyak
tanah. Impor minyak tanah
tercatat US$ 1,08 mil iar, tumbuh
37,86% (mtm). Sementara itu,
impor nonmigas terbesar dari
golongan kapal terbang dan
bagiannya yang tumbuh 152,63%
(mtm).
Selama Januari-Oktober 2012,
impor berada di posisi US$ 159,18
mil iar, meningkat 9,35% (yoy).
Impor non migas sebagai
penyumbang impor terbesar
(78,14%) tumbuh 11,10% (yoy).
Sementara itu, impor migas tercatat
US$ 34,8 mil iar atau meningkat
3,53% (yoy).
Menurut negara asal , akumulasi
impor nonmigas terbesar berasal
dari Cina sebesar US$ 24 mil iar,
disusul Jepang sebesar US$ 19,33
mil iar dan Amerika Serikat US$ 9,65
mil iar. Berdasarkan penggunaan
barang, kontribusi terbesar dari
impor bahan baku/penolong
(73,04%) yang tercatat US$ 116,27
mil iar, diikuti barang modal US$
31,86 mil iar dan barang konsumsi
sebesar US$ 11,05 mil iar.
Performa ekspor yang kurang baik
mendorong defisit neraca
perdagangan sebesar US$ 1,5 Mil iar
pada bulan Oktober 2012. Besarnya
defisit ini merupakan nilai tertinggi
sepanjang tahun 2012.
Kedepannya, pemerintah berupaya
lebih sinergis melakukan kebijakan
yang dapat mendorong ekspor
antara lain:
a. Intensifikasi promosi dan
diplomasi perdagangan
internasional melalui
pendekatan komoditi dan
negara tujuan
b. Peningkatan ekspor produk
bernilai tambah tinggi untuk
mengantisipasi penurunan
harga komoditas di pasar
internasional
c. Tujuan ekspor ke pasar-pasar
non-konvensional dengan
pertumbuhan ekonomi yang
masih tinggi
d. Perl indungan dan penguatan
pasar domestik untuk menjaga
tingkat permintaan
S
Perkembangan Ekspor - Impor IndonesiaTahun 2012
Neraca Perdagangan Januari - Oktober sebesar US$ 158,67 mil iar
Fitria Faradila
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan November 20122 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 201213
Arah Kebijakan Investasi Tahun 2013
DFitria Faradila
Ditengah perlambatan ekonomi global , konsumsi
domestik dan investasi telah menjadi motor penggerak
pertumbuhan ekonomi selama dua tahun terakhir dan
kemungkinan berlanjut beberapa tahun ke depan.
Real isasi investasi pada periode Januari-September
2012 tercatat mencapai Rp229,9 tri l iun, meningkat 27%
dibanding real isasi Januari-September 2011 yang
sebesar Rp181 tri l iun. Dil ihat dari proporsi antara
Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN), 71,4% dari total real isasi
investasi atau sebesar Rp164,2 tri l iun merupakan PMA,
sedangkan 28,6% atau sebesar Rp65,7 tri l iun merupakan
PMDN. Hingga triwulan III, capaian real isasi investasi
tercatat 81,1% dari target real isasi investasi tahun 2012
sebesar Rp283,5 tri l iun.
Pada tahun 2013, Indonesia diprediksi masih memil iki
peluang besar untuk memanfaatkan penanaman modal
sebagai salah satu pilar pertumbuhan ekonomi. Faktor
yang membuat Indonesia menarik bagi investor adalah
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang meningkat
ditengah perekonomian global sedang mengalami
kontraksi. Walaupun demikian, masih terdapat sejumlah
tantangan dalam mendorong investasi di Indonesia,
seperti : (i) ketidakpastian gejolak eksternal ; (i i ) fluktuasi
harga-harga komoditas strategis di pasar dunia; (i i i )
impl ikasi kesepakatan organisasi internasional , seperti
WTO, APEC, dan AFTA yang akan mendorong l iberal isasi
perdagangan yang semakin bebas dengan tingkat
persaingan yang semakin tinggi; dan (iv) reformasi
birokrasi untuk membangun tata kelola pemerintahan
yang transparan dan akuntabel .
Persaingan global yang semakin tinggi mendorong
pemerintah melakukan kebijakan penanaman modal
yang diarahkan untuk mendorong daya saing
perekonomian. Arah kebijakan
tersebut dituangkan dalam Peraturan
Presiden RI Nomor 16 Tahun 2012
tentang Rencana Umum Penanaman
Modal (RUPM) serta Rencana
Strategis (Renstra) Badan Koordinasi
Penanaman Modal (BKPM) Tahun
2010-2014.
Berdasarkan RUPM, arah kebijakan
penanaman modal terdiri dari : (i)
perbaikan ikl im penanaman modal ;
(i i ) persebaran penanaman modal ;
(i i i ) fokus pengembangan pangan,
infrastruktur, dan energi; (iv)
penanaman modal yang berwawasan l ingkungan (green
investment) ; (v) pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil ,
Menengah, dan Koperasi (UMKMK); (vi) pemberian
fasi l itas, kemudahan, dan insentif penanaman modal ;
serta (vii) promosi penanaman modal .
Dalam upaya mengimplementasikan RUPM, Pemerintah
mengeluarkan peta panduan (roadmap) yang terdiri dari
empat fase yang dilakukan secara paralel , simultan, dan
sal ing berkaitan satu dengan yang lain. Empat fase ini
terdiri dari :
1. Fase 1: pengembangan penanaman modal yang
relatif mudah dan cepat menghasilkan
2. Fase 2: percepatan pembangunan infrastruktur dan
energi
3. Fase 3: Pengembangan industri skala besar
4. Fase 4: Pengembangan ekonomi berbasis
pengetahuan (knowledge-based economy) .
Implementasi fase I dimaksudkan untuk mencapai
prioritas penanaman modal jangka pendek, yaitu tahun
2012 hingga 2014. Kegiatan yang dilakukan pada fase
ini adalah mendorong dan memfasil itasi penanam
modal yang siap menanamkan modalnya.
Arah penanaman modal yang digariskan dalam RUPM
tersebut telah dijabarkan ke langkah-langkah konkrit
pelaksanaan yang lebih bersifat jangka pendek, berupa
Rencana Strategis Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM) Tahun 2010-2014. Arah kebijakan dalam Renstra
BKPM antara lain: (i) memperkuat kontribusi penanaman
modal terhadap perekonomian nasional dan
mendukung pembangunan berkelanjutan, (i i )
mendorong terciptanya ikl im penanaman modal yang
berdaya saing, kondusif, dan responsif terhadap
perubahan l ingkungan lokal maupun global ;
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan November 2012 12Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 2012 14
BKPM memproyeksikan realisasiinvestasi tahun 2013 sebesar
Rp390,3 Triliun yang terdiri dariRp117,7 triliun PMDN dan
Rp272,6 triliun PMA.
Sumber : http://www.indonetwork.co.id
(i i i ) mendorong kegiatan penanaman modal untuk
mengatasi pengangguran, meningkatkan
perekonomian daerah, dan mengembangkan kemitraan
modal dengan sektor UKM; serta (iv) memperkuat
kapasitas kelembagaan. Berdasarkan Renstra 2010-
2014, BKPM memproyeksikan real isasi investasi tahun
2013 sebesar Rp390,3 Tri l iun. Nilai ini terdiri dari
Rp117,7 tri l iun PMDN dan Rp272,6 tri l iun PMA.
Walaupun real isasi penanaman modal diperkirakaan
akan meningkat, masih terdapat faktor penghambat
penanaman modal di Indonesia. Deputi Perencanaan
Penanaman Modal BKPM, Tamba Hutapea, menjelaskan
bahwa perizinan yang masih tumpang tindih serta
prosesnya yang tidak sederhana merupakan faktor
penghambat penanaman modal di Indonesia.
Pemerintah melalui Peraturan Presiden No.27 Tahun
2009, sudah memberlakukan Sistem Pelayanan Terpadu
Satu Pintu (PTSP) untuk memotong kerumitan birokrasi
sehingga mempercepat proses perizinan usaha bagi
para investor. Namun, menurut Tamba, saat ini masih
terdapat perbedaan persepsi antardaerah dalam
melaksanakan PTSP tersebut. Beberapa daerah masih
menganggap biaya perizinan merupakan sumber
pendapatan dan tidak memikirkan investasi ke
depannya. Kondisi ini menyebabkan biaya investasi oleh
investor menjadi mahal . Tamba berpendapat,
seharusnya pendapatan daerah diharapkan berasal dari
pungutan pajak-pajak resmi yang dibayarkan investor
atas hasil investasinya, bukan dari biaya perizinan.
Perizinan seharusnya gratis sebagai bentuk pelayanan
pemerintah kepada masyarakat dunia usaha.
Tamba menambahkan, seharusnya terdapat sistem
streamlining dan tracking perizinan dalam
meminimal isir biaya investasi . Sistem streamlining
merupakan sistem penyederhanaan proses perizinan
mulai dari kelembagaan pusat hingga daerah. Perizinan
apa saja yang diperlukan oleh investor dalam berusaha
dan berinvestasi . Sementara itu, sistem tracking
merupakan sistem pelacakan perizinan yang
dikeluarkan kelembagaan terkait, dimana saja sedang
diproses, dari level pusat hingga daerah sehingga
investor memil iki kepastian atas perizinan yang
diperlukannya dalam berusaha dan berinvestasi .
Standar Operating Procedure setiap perizinan harus
jelas dan transparan. Menurut Tamba, kedua sistem ini
perlu dilakukan agar investor dapat menghitung biaya
waktu dan biaya perizinan atau biaya investasi yang
harus dikeluarkan.
Narasumber:
Ir. Tamba Hutapea, MCP.
Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal, Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Referensi:
Rencana Strategis BKPM 2010-2014, Perpres No. 16
Tahun 2012 tentang Rencana Umum Penanaman Modal
Sumber : http://www.indonetwork.co.id
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan November 20122 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 201215
M enjelang akhir tahun 201 2, kondisi ekonomi dunia
membaik walaupun dengan laju yang lambat dan
tidak merata. Data manufaktur dan indeks manufaktur,
Purchasing Managers’ Index, di Amerika
memperl ihatkan perkembangan yang mengecewakan
dan perlambatan yang berlanjut di Eropa. Walaupun
demikian, ekonomi Cina memberikan sebuah indikasi
positif, yang dimana berorientasi pengeksport-an di
l intas Asia. Data keuangan menunjukan tren ekuitas
dan obligasi negara di pasar negara-negara
berkembang mengarah kepada peningkatan harga-
harga saham dan mengecilnya spread (sel isih harga
beli dan jual saham).
Perkembangan-perkembangan ini telah memberikan
dampak pada kinerja ekspor perdagangan Indonesia.
Hal tersebut terl ihat dari tingkat ekspor berjalan hingga
bulan Oktober yang turun sebesar 6,2% dibanding
tahun 2011 untuk periode yang sama, sedangkan
permintaan impor terus meningkat. Akibatnya, secara
kumulatif neraca perdagangan pada tahun 2012
tercatat defisit sebesar USD 500 juta dan nilai tukar
Rupiah terdepresiasi sebesar 6,0%.
Penurunan tingkat ekspor Indonesia yang diakibatkan
oleh pelemahan ekonomi global dan peningkatan
ketidakpastian di tahun 2012 tidak menghambat
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini disebabkan
oleh permintaan swasta yang kuat yaitu meningkat dari
5,2% (yoy) pada kuartal kedua menjadi 5,7% (yoy) pada
kuartal ketiga.
Peristiwa menarik pada tahun 2012 untuk
perekonomian Indonesia adalah kuatnya investasi tetap
(fixed investment) yang membuat nilai investasi
mencapai sepertiga dari PDB nominal . Walaupun laju
pertumbuhan Indonesia tetap kuat, tekanan harga
barang konsumsi masih tetap lemah karena tidak
adanya kenaikan yang tajam, baik dalam harga bahan
pangan maupun harga-harga yang diatur oleh
pemerintah.
Dari sisi fiskal , tingkat defisit APBN di tahun 2012
tergolong masih kecil dan secara agregat masih tetap
sehat. Pada tahun 2013, Bank Dunia menargetkan defisit
APBN Indonesia sebesar 1,7% dari PDB dengan jumlah
hutang pemerintah yang tetap rendah dan kemajuan
pembiayaan tetap kuat.
Pada tahun 2012, penerimaan pendapatan negara
Indonesia mengalami penurunan yang disebabkan oleh
melambatnya pertumbuhan PDB nominal . Akibat dari
komonditas dan volume produksi minyak mentah yang
tidak berubah.
Dari segi pengeluaran, real isasi pengeluaran negara
secara keseluruhan diproyeksikan mendekati APBN-P
Tahun 2012. Persoalan fiskal Indonesia yang menjadi
perhatian penting adalah kecenderungan pengeluaran
di tahun 2012 yang mengarah kepada over budgeting,
d imana opportunity cost dari subsidi energi terus
meningkat melebihi anggaran sebesar Rp 200 juta.
Untuk itu, penataan ulang dalam pengalokasian dana
dan kual itas belanja negara harus menjadi prioritas di
tahun 2013 yang dilakukan terkait peran penting
Pemerintah dalam meningkatan capaian pelayanan
publ ik.
Bank Dunia memproyeksikan bahwa pertumbuhan PDB
di tahun 2013 sebesar 6,3%. Pertumbuhan tersebut
diproyeksikan dengan asumsi pertumbuhan konsumsi
dan investasi yang meningkat, didukung dengan sedikit
pemul ihan kinerja ekspor. Namun, peningkatan
investasi juga menjadi sebuah tantangan berisiko secara
domestik.
Sementara itu, terkait pasar tenaga kerja, kenaikan upah
44% telah ditetapkan pada tahun 2013 yaitu sebesar
Rp2,2 juta per bulan untuk wilayah Jakarta dan sekitar.
Kebijakan ini mendorong upah minimum di Jakarta
lebih tinggi daripada negara-negara berkembang
lainnya di Asia sehingga hal tersebut mempengaruhi
daya saing Indonesia.
Upah minimum dapat menjadi salah satu faktor untuk
mengatasi kegagalan pasar tenaga kerja. Namun, pada
waktu yang bersamaan, kebijakan tersebut dapat
membawa risiko-risiko negatif yang tidak diinginkan.
Kebijakan kenaikan upah minimum dapat dipandang
sebagai penurunan insentif bagi pencipta lapangan
pekerjaan di sektor formal dan mendorong segmentasi
yang membatasi pekerjaan dan mobil itas sosial .
Referensi : Publikasi World Bank, Desember 2012,
Perkembangan Triwulan Perekonomian Indonesia:
Menyoroti Kebijakan
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 20128
Abstraksi Opini Pakar
Insani Sukandar
Potensi Ekonomi Indonesia Tahun 201 3
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan November 2012 12Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 2012 16
http: //m. l i .co. id/tender/detai l .php?id=1 5698
PPerkembangan Ekonomi Global dan Regionalterhadap Perekonomian Indonesia Tahun 201 3
Peristiwa penting yang mempengaruhi
perekonomian global pada tahun 2012
adalah masalah krisis utang di Euro
Area. Sebelumnya, pada tahun 2011,
perhatian dunia masih terfokus pada
utang pemerintah Yunani dan Portugal .
Namun pada tahun 2012, yang
dikhawatirkan banyak anal is ternyata
menjadi kenyataan. Beberapa negara
besar di Eropa lainnya seperti Ital ia dan
Spanyol juga terseret ke dalam masalah
krisis utang. Masalah ini kemudian
bersamaan dengan pemilu di Yunani
dan pergantian pemerintahan di Ital ia.
Di sisi lain, upaya untuk mencapai
kesepakatan dan mengeluarkan
kebijakan untuk
keluar dari krisis
juga memerlukan
konsultasi yang
cukup panjang
antarpemerintah
di Euro Area.
Dampak ekonomi
dari krisis utang
ini ternyata sangat
signifikan
mengakibatkan beberapa negara di
Euro Area jatuh ke dalam resesi.
Menurut perkiraan terakhir dari ADB,
pertumbuhan ekonomi Euro Area secara
keseluruhan akan terkontraksi sebesar
0,4% pada tahun 2012. Perlambatan
pertumbuhan di Euro Area dan
sentimen negatif yang ditimbulkan
mempunyai dampak yang signifikan
terhadap pertumbuhan global .
Transmisinya adalah melalui
perdagangan dan sektor keuangan.
Ekspor dari beberapa negara Asia,
termasuk Indonesia, terkoreksi secara
tajam. Indonesia juga terpengaruh oleh
capital outflow pada bulan Mei dan Juni
2012.
Namun di sisi lain, walaupun ekonomi
Asia terpengaruh oleh perlambatan
pertumbuhan ekonomi global , ternyata
pertumbuhan ekonomi di kawasan ini
masih cukup tinggi. Negara
berkembang di Asia (Developing Asia) ,
termasuk Republ ik Rakyat Cina (RRC),
India, dan Indonesia, secara keseluruhan
masih tumbuh sebesar 6%. Beberapa
negara seperti RRC, Indonesia, dan
Fil ipina bahkan masih tumbuh di atas
6%. Berdasarkan perkembangan
ekonomi di tahun 2012, muncul sebuah
fenomena baru sering disebut dengan
double track growth dimana negara
maju dan negara berkembang di Asia
tumbuh dengan kecepatan yang
berbeda.
Perkembangan
ekonomi
Amerika
ternyata juga
lebih baik dari
yang
diperkirakan
sebelumnya
tumbuh
dengan 2,2%
tahun ini
karena strong recovery pada kuartal III.
Kepercayaan konsumen sudah semakin
membaik, beberapa anal is menyebutkan
bahwa pasar perumahan sudah
bergairah. Salah satu indikator makro,
angka pengangguran, pada bulan
November turun ke level 7,7%, terendah
setelah krisis global 2008. Namun di sisi
lain, Jepang diperkirakan akan tumbuh
sedikit lebih lemah sekitar 1,7%, lebih
rendah dari perkiraan semula sebesar
2,3%. Hal ini disebabkan oleh
penurunan ekspor terkait dengan
adanya persel isihan Jepang dengan RRC
serta proses pemul ihan dari bencana
gempa bumi Maret 2011 yang berjalan
lebih lambat.
Saat ini masih banyak ketidakpastian
terkait dengan prospek ekonomi global
Sandra Kurniawati
Edimon GintingEkonom Senior
Asian Development Bank (ADB)
Indonesia Resident Mission
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 2012 8Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 2012
http: //www.1 23rf.com/
17
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 20128Tinjauan Ekonomi dan Keuangan November 2012 12Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 2012 18
untuk 2013. Resolusi penanganan utang di Yunani dan
beberapa negara lainnya akan membaik namun masih
akan mengandung beberapa ketidakpastian. Dengan
demikian, walaupun membaik, pertumbuhan di Euro
Area hanya sekitar 0,4%. Di sisi lain, ADB
memperkirakan pertumbuhan ekonomi Amerika
mencapai 2,1%, apabila tidak terjadi Fiscal Cl iff. Untuk
mendukung pertumbuhan, Federal Reserve, bank sentral
Amerika Serikat, akan tetap melanjutkan kebijakan suku
bunga yang rendah ditambah quantity easing versi III
dengan pembel ian $40 milyar mortgage-backed
securities.
Untuk Asia, pertumbuhan di RRC diperkirakan akan
lebih baik mencapai kisaran 8,1%. Pertumbuhan di India
juga akan membaik dari 5,4% pada tahun 2012 menjadi
6,5% pada tahun 2013. Dengan demikian, pertumbuhan
di kawasan Developing Asia juga akan membaik dari 6%
tahun ini menjadi 6,6% di tahun 2013. Perkiraan
pertumbuhan tersebut didasari oleh asumsi bahwa
Fiscal Cliff tidak akan terjadi. J ika Fiscal Cliff terjadi,
dampaknya akan sangat signifikan tidak hanya terhadap
pertumbuhan Amerika, tapi juga pertumbuhan global .
"Karena dampaknya akan sangat besar, saya percaya
Fiscal Cliff tidak akan terjadi. Presiden Obama dan Partai
Republ ican akan menemukan jalan tengah terkait
kebijakan Fiscal Cliff." jelas Edimon
Ekonomi Indonesia kembal i menunjukkan ketahanan
(resilience) yang sangat baik dengan pertumbuhan
sekitar 6,3% di tahun 2012. Alasan utamanya adalah
pertumbuhan investasi yang tetap tinggi dapat
mengkompensasi pelemahan kontribusi net-ekspor.
Penanaman Modal Asing (PMA) tumbuh dengan cukup
pesat, demikian pula investasi domestik didukung oleh
peningkatan kredit perbankan dan equity financing.
Indonesia juga beruntung memil iki konsumen yang
mengalami peningkatan daya bel i serta Pemerintah
yang memil iki fiscal space untuk mendukung kenaikan
pengeluaran infrastruktur. Selain itu, Indonesia juga
memil iki pengalaman yang sangat baik dalam
mengelola kebijakan makro dan crisis management.
Kenaikan defisit transaksi berjalan (current account)
yang diperkirakan mencapai 2,1% pada akhir tahun
2012 lebih banyak disebabkan oleh penurunan harga
komoditi dan tetap kuatnya impor bahan modal dan
bahan baku. Jadi, hal tersebut bukan merupakan
masalah ekonomi struktural yang dapat mengganggu
kesinambungan pertumbuhan jangka panjang.
Depresiasi rupiah juga sudah membantu dalam mencari
keseimbangan baru, terbukti dengan menurunnya
impor untuk barang-barang konsumsi. Di sisi lain,
pelemahan rupiah akan mendorong perbaikan daya
saing terhadap ekpor. Investor asing tetap mempunyai
confidence yang tinggi terhadap ekonomi Indonesia,
terbukti dengan terus meningkatnya Penanaman Modal
Asing (PMA) dan pemil ikan Surat Utang Negara (SUN).
Dengan proyeksi perbaikan ekonomi global , ekonomi
Indonesia diharapkan akan tumbuh lebih baik di tahun
2013. "Tidak seperti pada tahun 2012 dimana net ekspor
mempunyai kontribusi negatif terhadap pertumbuhan,
kita berharap ekspor akan membaik di tahun 2013
seiring dengan perbaikan ekonomi global ."ungkap
Edimon. Namun demikian, investasi akan tetap menjadi
sumber pertumbuhan yang penting bersama dengan
konsumsi swasta. Kebijakan fiskal pemerintah juga
masih supportive dengan kenaikan belanja modal
sebesar 21% juga akan ikut membantu. Dengan
demikian, ADB memperkirakan pertumbuhan di 2013
akan mencapai 6,6%.
Sama halnya dengan tahun 2012, strategi untuk
mendukung ketahanan ekonomi nasional yang terbaik
adalah dengan memperkuat permintaan domestik.
Sektor-sektor seperti transportasi , komunikasi , jasa, dan
sektor yang terkait dengan konsumsi kelas menengah
akan tetap menjadi sektor utama dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2013. Dengan
banyaknya pembangunan infrastuktur dan real estate,
sektor konstruksi juga akan tumbuh cukup pesat di
tahun 2013. Permintaan domestik seperti pembangunan
infrastruktur adalah bagian dari permintaan domestik
yang memil iki daya dukung dan efek multipl ier yang
besar. Selain mendukung pertumbuhan jangka pendek,
permintaan domestik tersebut juga mendukung
pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.
Berdasarkan laporan World Economic Forum 2012-2013,
daya saing Indonesia terus menurun terl ihat dari
peringkat kita yang turun selama tiga tahun berturut-
turut dari 40 di tahun 2010 menjadi 50 di tahun 2012.
Salah satunya penyebabnya adalah infrastruktur yang
semakin tidak memadai. Dari segi infrastruktur itu
sendiri , kita memil iki peringkat pal ing buruk misalnya
untuk pelabuhan, kita berada di peringkat 105. Sebagai
negara maritim, tentu perbaikan pelabuhan tidak hanya
akan memberi daya dorong pertumbuhan yang sangat
besar, tetapi juga membantu dalam pemerataan
pertumbuhan ekonomi.
Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan
PDB terutama ditopang oleh
komponen konsumsi dan investasi .
Besarnya ukuran pasar dengan laju
pertumbuhan penduduk
berpendapatan menengah yang tinggi
menjadi alasan utama terjaganya
tingkat permintaan domestik. Hal ini
didukung oleh laju kredit konsumsi
termasuk kredit mikro yang tinggi.
Namun yang disayangkan
pertumbuhan konsumsi disinyal ir
terutama berasal dari kelompok
pendapatan tinggi. Untuk menjaga
tingkat konsumsi sekal igus
mendukung pemerataan
kesejahteraan salah satunya dengan
kebijakan peningkatan kual itas
sumber daya manusia. Penurunan
tingkat pengangguran terbuka
Indonesia perlu diiringi dengan
penurunan pengangguran
terselubung, terutama mengingat
sebagian besar tenaga kerja Indonesia
bekerja pada sektor informal .
Meskipun masih sangat kuat,
pertumbuhan konsumsi mulai
melemah sementara investasi semakin
tumbuh. Pencapaian investment grade
menjadi salah satu faktor pendukung
gel iat investasi termasuk investasi
asing di Indonesia. Ditengah
menurunnya arus modal dari Eropa
dan Amerika Serikat, minat investasi
negara-negara Asia seperti Korea
Selatan ke Indonesia justru meningkat.
Seiring dengan diferensiasi sumber
investasi , kedepannya risiko arus
modal keluar diharapkan menurun. Di
sisi lain, kenaikan investasi
mendorong peningkatan impor
khususnya impor barang modal dan
bahan baku. Hal ini berkontribusi
pada kinerja neraca perdagangan
yang selama tahun 2012 mencatat
defisit.
Secara sektoral , kenaikan investasi
berupa Penanaman Modal Asing
(PMA) yang cukup besar pada sektor
manufaktur ikut mendorong kinerja
industri manufaktur domestik. Untuk
mendukung kinerja industri domestik
dan ekspor, diperlukan kebijakan
hil irisasi yang komprehensif. Program
hil irisasi memerlukan payung
kebijakan tidak hanya kebijakan harga
seperti pajak ekspor, melainkan
mencakup kebijakan industrial isasi ,
substitusi impor yang tidak sekadar
proteksi tetapi juga peningkatan
produktivitas industri domestik
melalui pelatihan dan pendampingan,
serta peningkatan akses pasar dengan
pembangunan konektivitas khususnya
transportasi barang antar pulau.
Pada tahun 2013, Tim Ekonom Bank
Danamon memperkirakan
pertumbuhan ekonomi Indonesia
sekitar 6,3% dengan risiko
meningkatnya inflasi hingga 6,17%.
Proyeksi inflasi tersebut telah
memasukan berbagai asumsi
mencakup: kenaikan harga pangan,
instabil itas pol itik menjelang pemilu ,
kebijakan impor beras, kenaikan TTL
0,3-0,5% serta kenaikan harga BBM Rp
500/l iter. Di samping itu, kebijakan
prioritas pembangunan pada tahun
2013 perlu memperhatikan
perkembangan perekonomian Cina,
geopol itik di Timur Tengah, pasar
finansial Eropa serta kebijakan fiskal
Amerika Serikat.
Catatan dan Proyeksi Perekonomian IndonesiaTahun 201 2-201 3
Rista Amal l ia
Kepala Ekonom Bank
Danamon, Anton
Gunawan menilai kinerja
perekonomian Indonesia
selama tahun 201 2 cukup baik
ditengah badai ekonomi global.
Hingga akhir tahun 201 2,
pertumbuhan PDB rii l
diperkirakan sekitar 6,24%
(yoy) dengan tingkat inflasi
4,6% (yoy). Menurut
penilaiannya, kinerja
perekonomian tersebut
merupakan hasil dari
fundamental ekonomi yang
kuat didukung oleh berbagai
kebijakan pemerintah.
Misalnya tingkat inflasi yang
rendah didukung oleh
koordinasi TPI-TPID dan
subsidi BBM. Akan tetapi,
untuk memastikan
kesinambungan pertumbuhan
ekonomi Indonesia, distorsi
harga BBM akibat subsidi perlu
dihentikan.
Anton GunawanKepala EkonomBank Danamon
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 2012 8Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 201219
Kondisi perekonomian Indonesia
selama tahun 2012 masih kuat
walaupun melambat di tengah kondisi
ekonomi global yang penuh
ketidakpastian. Kondisi fundamental
ekonomi yang cukup kuat di tahun
2012 telah memberikan dampak
positif bagi sektor finansial Indonesia.
Kredit perbankan nasional sampai
dengan bulan September 2012 telah
mencapai Rp2.581,2 tri l iun atau
tumbuh 22,9% (yoy). Pertumbuhan
kredit tertinggi berasal dari Kredit
Investasi yang mencapai 30,3% (yoy),
sementara Kredit Modal Kerja dan
Kredit Konsumsi tumbuh masing-
masing sebesar 21,9% dan 19,6%
(yoy). Kredit produktif masih
mendominasi sekitar 70% dari total
kredit perbankan nasional ,
memberikan konfirmasi dari sisi
penawaran bahwa perekonomian
bukan hanya didorong sektor
konsumsi.
Pertumbuhan kredit yang masih
signifikan di tengah-tengah gejolak
perekonomian dunia tidak lepas dari
indikator perekonomian domestik
yang sangat mendukung. Tingkat
inflasi di tahun 2012 masih terkendal i
setelah rencana kenaikan harga BBM
bersubsidi batal di laksanakan di bulan
April lalu . Tingkat inflasi yang rendah
juga mendorong Bank Indonesia
untuk mempertahankan tingkat
bunga acuan di 5,75%. Kombinasi
inflasi dan tingkat bunga acuan yang
rendah memberikan insentif bagi
dunia usaha, terutama yang berbasis
perekonomian domestik, untuk
melakukan ekspansi usaha dan
meningkatkan permintaan kredit.
Di sisi lain, kebijakan BI dalam
mengatur besaran Loan To Value (LTV)
untuk Kredit Kepemil ikan Rumah
(KPR) dan Down Payment (DP) untuk
Kredit Kendaraan Bermotor (KKB)
pada bulan Maret lalu hanya
berdampak kepada penurunan
pengajuan KKB terutama untuk motor.
Sementara, kinerja KPR masih cukup
sol id sampai dengan bulan Jul i
tumbuh sekitar 44% (yoy). Secara
umum, penyaluran kredit tersebut
juga diikuti dengan penerapan
manajemen resiko yang baik sehingga
perbankan masih mampu menjaga
rasio kredit bermasalah / non-
performing loan (NPL) gross di bawah
5%. Rasio NPL pada September 2012
sebesar 2,07%, lebih rendah
dibandingkan dengan bulan Agustus
2011 yang mencapai 2,21%.
Perhimpunan Dana Perbankan (DPK)
perbankan nasional juga mencatat
perkembangan yang
menggembirakan. DPK yang tumbuh
sebesar 19,9% (yoy) menunjukkan
perekonomian domestik memang
tetap kuat di tengah gejolak dunia.
Tingkat pertumbuhan DPK tersebut
jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan pertumbuhan DPK di bulan
Jul i 2011 yang mencapai 18,3% (yoy).
Satu hal yang patut dicatat adalah
bahwa Demand Deposit yang tumbuh
25,1% (yoy) adalah yang pal ing tinggi
dibandingkan dengan Saving
Accounts dan Time Deposit. Hal ini
menggambarkan bahwa perbankan
nasional telah mampu menghimpun
dana-dana murah dan akan
memberikan dampak positif terhadap
posisi neraca perbankan.
Untuk tahun 2013 tantangan
persaingan bisnis perbankan akan
semakin ketat, bukan hanya pada
dimensi konvensional seperti produk,
jasa keuangan, dan harga namun juga
pada keseluruhan dimensi bisnis dan
non bisnis perbankan. Persaingan
bisnis perbankan yang semakin ketat
ini diperkirakan akibat perekonomian
yang global akan mengalami rebound
setelah tahun 2012 mengalami krisis
yang cukup lama. Perekonomian
dunia yang membaik akan
memberikan pengaruh positif kepada
perekonomian Indonesia dan
khususnya sektor perbankan.
Sudut Pandang Sektor Perbankan dan Keuangandi Indonesia
Fauzia Suryani Puteri
Destry DamayantiKepala EkonomBank Mandiri
Pemul ihan ekonomi domestik akan
mendorong pertumbuhan
pendapatan masyarakat yang lebih
tinggi serta l ikuiditas Rupiah dan
valas ke sektor perbankan.
Namun, patut dicermati bahwa risiko
gejolak kurs masih mungkin terjadi
walaupun diperkirakan tingkat
volati l itasnya tidak setinggi saat ini .
Hal ini disebabkan oleh masih
besarnya potensi krisis di kawasan
Uni Eropa masih dapat terjadi tahun
depan karena nilai utang yang jatuh
tempo masih cukup besar. Seperti di
awal tahun 2012, gejolak kurs
tersebut akan menimbulkan ketatnya
l ikuiditas USD di pasar uang antar
bank sehingga akan dapat memaksa
bank untuk menahan kredit valasnya.
Lebih lanjut, tekanan volati l itas USD
akan dapat meningkatkan suku
bunga valas di Pasar Uang Antar
Bank.
Dengan kondisi perekonomian dunia
dan domestik yang membaik
tersebut, diperkirakan pertumbuhan
kredit dan DPK akan tumbuh lebih
tinggi lagi. Pada tahun 2012,
pertumbuhan kredit diperkirakan
akan mencapai 21-22% sementara
pertumbuhan DPK mencapai 15,7%.
Pada tahun 2013, kredit diperkirakan
akan tumbuh sebesar 19-21% (yoy).
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 20128Tinjauan Ekonomi dan Keuangan November 2012 12Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 2012 20
Permasalahan negara maju masih
terpusat pada Amerika Serikat dan
Kawasan Eropa. Barclays meyakini
kebijakan fiskal AS yang akan
disepakati akhir tahun ini mengarah
pada tidak sekedar lereng fiskal (fiscal
slope) melainkan berupa tebing fiskal
(fiscal cliff) yaitu penurunan yang tajam.
Dengan demikian, sumber
pertumbuhan ekonomi AS tahun depan
diperkirakan berasal dari sektor sikl is
seperti otomotif dan perumahan. Di
saat yang sama, BC memperkirakan
kawasan Eropa masih mencatat resesi
meskipun ada indikasi penguatan
sektor ri i l seiring dengan menurunnya
risiko finansial.
Ulasan Domestik
D itengah berbagai risiko eksternal
yang ada, Indonesia menghadapi
tantangan utama untuk menekan
intervensi terhadap harga komoditas.
Ketergantungan tinggi pada komoditas
primer menyebabkan neraca
perdagangan Indonesia rentan
terhadap kinerja perekonomian negara
importir khususnya Cina. Pemerintah
perlu merumuskan strategi yang jelas
untuk meningkatkan nilai tambah serta
kontribusi sektor manufaktur pada total
ekspor.
BC memperkirakan neraca pembayaran
masih lemah pada tahun 2013.
Khususnya, risiko stabil itas pol itik
menjelang Pemilu diperkirakan akan
menstimul i depresiasi Rupiah terhadap
Dolar AS hingga level 9.900 selama 12
bulan ke depan. Tantangan lain
menjelang Pemilu adalah kerangka
kebijakan yang lebih popul is dapat
mempengaruhi arus investasi baik
portofol io maupun investasi langsung.
Barclays menilai investasi Indonesia
pada tahun 2013 tumbuh moderat
seiring menurunnya Terms ofTrade
(harga relatif ekspor terhadap impor).
Selain itu, tren impor barang modal ,
pinjaman perusahaan dan penjualan
kendaraan bermotor yang mulai
melemah memperkuat nilai investasi .
Proyeksi pertumbuhan investasi tahun
2012 dan 2013 masing-masing 10% dan
8,9% (yoy). Sektor utama yang
mendorong pertumbuhan tersebut
adalah sektor yang berorientasi
konsumsi seperti manufaktur dan jasa.
Secara umum, Barclays memprediksi
ekonomi Indonesia tahun 2013 tumbuh
6,3%, sama seperti tahun 2012.
Meskipun PDB potensial diprediksi pada
kisaran 6,5% sehingga celah output
masih negatif dalam rangka menjaga
tingkat inflasi inti . Tanpa memasukan
risiko kenaikan harga BBM dan l istrik,
Barclays memperkirakan tingkat inflasi
tahun 2013 sekitar 5,4% (yoy) yang
didorong oleh kenaikan upah minimum.
Meskipun demikian, Barclays
merekomendasikan penyesuaian harga
BBM secara bertahap untuk dapat
mencerminkan kondisi pasar.
Harapannya, kebijakan tersebut dapat
mengurangi beban impor sekal igus
memberikan ruang lebih bagi
pembangunan infrastruktur.
Potensi Investasi Indonesia di Mata Investor Global
Tahun 201 3
Rista Amall ia
Ulasan Eksternal
Barclays Capital (BC)
memproyeksikan
pertumbuhan PDB dunia tahun
2013 sebesar 3,3% (yoy).
Proyeksi pertumbuhan PDB
dunia pada tahun 2013 lebih
tinggi dibandingkan tahun
2012 sebesar 3,1% (yoy).
Sumber pertumbuhan
diperkirakan berasal dari
negara-negara sumber
pertumbuhan baru, termasuk
Indonesia, pada kisaran 5,4%
(yoy). Sebal iknya, BC
memperkirakan negara-negara
maju hanya tumbuh sekitar
1,25% (yoy).
Prakriti SofatRegional EconomistBarclays Capital for
Indonesia, Phil ippines, SriLangka and Vietnam
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 2012 8Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 201221
PProfil makroekonomi Indonesia selama 2012 dapat dinilai
prima jika dil ihat dari pertumbuhan ekonomi, inflasi , dan
suku bunga. Inflasi tetap terkendal i pada kisaran di
bawah l ima persen yang memungkinkan BI rate
dipertahankan hanya 5,75%. Faktor internal yang
membantu dalam mengendal ikan inflasi adalah
keputusan pemerintah tidak menaikkan harga BBM dan
relatif stabilnya harga makanan. Sementara faktor
eksternal mel iputi penurunan harga emas dan barang
elektronik yang diimpor. Namun, di sisi lain, pada tahun
2012 Rupiah cenderung melemah sementara mata uang
regional lainnya menguat. Pelemahan rupiah merupakan
konsekuensi kebijakan fiskal populer terutama selama
Pemerintah mempertahankan subsidi BBM.
Sepanjang tahun 2012, total pengembal ian IHSG hingga
8 Desember 2012 mencapai 14,7% dimana 12,3%
merupakan kenaikan harga (capital gain) . Saham
berorientasi domestik menjadi mendorong bursa (leading
movers) , sedangkan sektor pertambangan dan
perkebunan menjadi penekan (lagging movers) . Bahana
TCW Investment Management memandang bahwa
terdapat saham yang cenderung turut menjadi proxy
sektor konsumsi. Hal ini disebabkan oleh adalah
perubahan gaya hidup yang diuntungkan oleh potensi
demografi dimana sekitar 37% penduduk Indonesia
berusia dibawah 20 tahun. Dengan semakin
terjangkaunya harga smartphone telah memacu
pertumbuhan konsumsi data untuk social
communication.
Bahana TCW Investment Management memproyeksikan
l ingkungan makroekonomi Indonesia pada tahun 2013
akan tetap kondusif untuk berinvestasi di pasar modal ,
terutama saham. Mencermati perkembangan l ingkungan
makroekonomi eksternal dan kebijakan pemerintah, kami
mempertahankan saran untuk tetap lebih banyak
berinvestasi di dalam aset saham. Indonesia dinilai tetap
menikmati virtuous cycle of declining government bond
yield. Lonjakan kepemil ikan asing atas Surat Utang
Negara (SUN) nampaknya mengindikasikan pelemahan
rupiah relatif terbatas. Walaupun nominal yield yang
bukan yang pal ing tinggi, namun dengan proyeksi rupiah
yang relatif stabil dan pengelolaan utang yang berhati-
hati , Indonesia tetap menarik bagi investor asing. India
merupakan contoh negara yang memberikan nominal
yield yang lebih tinggi dibanding Indonesia. Namun,
negara ini memil iki risiko pelemahan mata uang yang
lebih besar dibanding Indonesia akibat defisit anggaran
dan neraca berjalan yang jauh lebih besar daripada
Indonesia.
Berbeda dengan investor asing, obl igasi negara akan
kurang menarik bagi investor lokal yang lebih
mempertimbangkan inflasi . Dengan proyeksi inflasi 5%,
investor lokal kurang terproteksi terhadap risiko inflasi
j ika yield Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun berkisar
5,3%, terutama terbuka risiko kelebihan pasokan akibat
keputusan pemerintah mempertahankan subsidi BBM.
Namun, dengan yield SUN 10 tahun dan 30 tahun yang
masing-masing berkisar 5,3% dan 6,2%, sektor properti
dapat diproyeksikan tetap marak karena bunga KPR
dapat tetap terjaga seperti kondisi saat ini .
Sama halnya dengan tahun 2012, strategi berinvestasi
terbaik tetap dengan overweight alokasi saham. Kinerja
portfol io akan ditentukan oleh kehandalan stock picking
dan stock rotation mengingat bursa akan tetap
menunjukkan perkembangan bergejolak. Untuk
pemil ihan sektor, saham berorientasi domestik lebih
menarik karena diuntungkan oleh faktor demografi ,
urbanisasi , subsidi BBM serta kenaikan Upah Minimum
Regional (UMR). Nilai kebijakan subsidi BBM pemerintah
selama tiga tahun terakhir turut mendorong perluasan
kelompok menengah. Dengan perubahan pola konsumsi
kelompok menengah ini , nampaknya para investor perlu
mempertimbangkan saham konsumsi yang bersifat life-
style.
Walaupun beberapa saham dalam sektor komoditi telah
mengalami koreksi yang sangat tajam, sebaiknya investor
tetap berhati-hati untuk mulai berinvestasi di saham
tersebut. Keputusan menaikan UMR dianggap kurang
menguntungkan sektor perkebunan. Selain menghadapi
risiko penurunan harga jual komoditas, sektor ini
menghadapi risiko kenaikan biaya. Berbagai indikator
ekonomi global nampak kurang mendukung sektor ini ,
seperti trend purchasing manager index dan Baltic dry
index yang masih belum kuat.
Untuk penetapan acuan proyeksi IHSG selama tahun
2013 sebaiknya tetap bersikap konservatif karena
tantangan yang dihadapi adalah besar kemungkinan
potensi upside IHSG hanya bersumber dari pertumbuhan
laba (earning) bukan karena penghargaan kenaikan PER.
Dalam bahasa populer boleh dibilang cuan IHSG
diharapkan dari “manfaat” (earning growth) bukan
kenaikan “martabat” (upgrading price to earning ratio
PER) . Penyebabnya tidak lain karena kebijakan subsidi
BBM yang cenderung membatasi penguatan rupiah
disamping terus menumbuhkan dugaan bahwa ekonomi
Indonesia telah overheated. Belum lagi j ika investor
akhirnya kecewa karena pencapaian penyediaan
infrastruktur kurang memuaskan .
Narasumber: Budi Hikmat
Chief Economist and Director for Investor Relation
PT. Bahan TCW Investment Management
Referensi: Catatan Akhir Tahun 2012, PT. Bahan TCW
Investment Management
Sandra Kurniawati
Evaluasi dan Strategi Investasi 201 3
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan November 2012 12Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 2012 22
ika ingin sampai di tempat kerja tepat pada
waktunya, jam empat harus bangun. Terlambat
setengah jam saja bangun maka alamat sampai
di tempat kerja akan kesiangan. Jakarta ini kota pal ing
macet sedunia!”. Penggalan dialog tersebut merupakan
kisah fiksi kemacetan Jakarta dalam novel KCB karya
Kang Abik. Kisah nyatanya pasti sudah dinikmati oleh
sebagian besar masyarakat Jakarta, mengingat Jakarta
masuk ke dalam 10 kota dengan tingkat kemacetan
terbesar di dunia versi BBC News.
Pertumbuhan jalan yang tidak sebanding dengan
pertumbuhan kendaraan bermotor menyebabkan
terjadinya kemacetan. Banyaknya jumlah kendaraan
bermotor mendorong konsumsi BBM yang semakin
meningkat. Lebih jauh lagi subsidi BBM telah
menyebabkan permintaan BBM tidak terkontrol koreksi
harga. Apabila hal ini terus dibiarkan, maka kemacetan
akan semakin parah dan beban anggaran negara juga
akan semakin membengkak. Di sisi lain, penyediaan
fasi l itas publ ik seperti infrastruktur, kesehatan, dan
pendidikan juga membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Pada akhir tahun 2012, pemerintah memperkirakan
konsumsi BBM bersubsidi akan mencapai 40 juta kilo
l iter. Konsumsi BBM bersubsidi merupakan salah satu
dasar perhitungan subsidi BBM dalam APBN. Semakin
besar konsumsi BBM bersubsidi , maka akan semakin
besar pula beban anggaran pemerintah. Pada APBN
2013, porsi subsidi BBM yang terdiri atas LPG dan BBN
tercatat sebesar Rp 193,8 tri l iun meningkat dari Rp
137,4 tri l iun pada APBN-P 2012.
Hal yang menjadi perhatian adalah
bagaimana mengkonversi subsidi BBM
menjadi subsidi transportasi publ ik.
Apalagi pola subsidi BBM terl ihat lebih
sederhana karena pemerintah tinggal
menetapkan harga (administered price) .
Meskipun demikian, subsidi transportasi
publ ik bukanlah hal yang mustahil .
Salah satu contohnya kebijakan subsidi
transportasi publ ik di Kota Santiago,
Chile.
Kenaikan harga minyak dunia
menyebabkan kenaikan harga tiket bis
di Kota Santiago meningkat 31% pada
kurun waktu 2003-2006. Akibatnya,
pada periode yang sama tingkat inflasi
melonjak 7,1%. Dampak dari lonjakan
harga tersebut terutama dirasakan oleh kelompok
miskin. Sebagai respon atas keadaan tersebut, sejak
tahun 2004 pemerintah menerapkan kebijakan subsidi
langsung secara tunai kepada penduduk miskin sebagai
kompensasi atas kenaikan biaya transportasi. Langkah
serupa juga diterapkan pada tahun 2005 dan 2006.
Studi yang dilakukan oleh Gomez-Lobo pada tahun
2007 menunjukkan bahwa skema subsidi langsung
tersebut lebih tepat sasaran dibandingkan skema
subsidi sisi suplai .
Subsidi langsung bukanlah hal baru bagi rakyat
Indonesia. Pada tahun 2005 dan 2008, pemerintah
mengucurkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebagai
bentuk kompensasi kebijakan kenaikan harga BBM
bersubsidi. Meskipun masih menuai banyak kritik serta
menimbulkan berbagai konfl ik, studi yang dilakukan
SMERU pada tahun 2011 menyimpulkan bahwa
program BLT masih relevan dan dapat membantu rakyat
miskin ditengah guncangan kenaikan harga BBM.
Berdasarkan studi yang sama, SMERU menemukan
beberapa kelemahan program BLT terutama terkait
dengan aspek kelembagaan, penetapan sasaran dan
pengaduan/penyelesaian masalah.
Pada tahun 2013, risiko peningkatan beban anggaran
atas subsidi BBM semakin besar diantaranya akibat
konfl ik geopol itik Timur Tengah yang masih
berlangsung. Untuk menjaga kesinambungan fiskal
tanpa membebani rakyat miskin, pemerintah terus
berupaya merumuskan kebijakan subsidi energi yang
lebih tepat sasaran. Dukungan seluruh elemen
masyarakat diperlukan untuk memastikan efektifitas
upaya tersebut.
Subsidi BBM vs SubsidiTransportasi PublikAhmad Rifa'i Sapta
23 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 2012
Fiskal dan Regulasi Ekonomi
J
Elastisitas per 1% Pertumbuhan Ekonomi
Tingkat Pengangguran Tahun 2013Ditargetkan Sebesar 5,8%
Insani Sukandar
24
http: //hqeem.wordpress.com
KETENAGAKERJAAN
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 2012
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Muhaimin Iskandar mengatakan bahwa pada
tahun 2013, pemerintah mentargetkan adanya
peningkatan kesempatan kerja sebesar 2,5
juta dan penurunan tingkat penggangguran
menjadi 5,8%.
Peningkatan kesempatan kerja ini didasari
asumsi optimisme target pertumbuhan
ekonomi di tahun 2013 sebesar 6,8%, dimana
setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi dapat
menciptakan lebih dari 350.000 kesempatan
kerja, dengan melaksanakan seluruh rencana
aksi instansi pemerintah pusat, daerah, dan swasta
dalam mewujudkan Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
2011-2025.
Dalam Rapat Koordinasi Kementerian Koordinasi Bidang
Perekonomian, Kepala Bappenas menyampaikan bahwa
tambahan angkatan kerja telah melebihi tambahan
kesempatan kerja pada tahun 2002-2005. Oleh karena
itu jumlah penggangguran pada periode tersebut
meningkat karena tidak mendapatkan kesempatan kerja
netto. Pada periode 2008-2012, kesempatan kerja netto
berada pada kisaran 350 ribu hingga 600 ribu.
Proyeksi penyerapan tenaga kerja yang dilakukan oleh
Bappenas mempertimbangkan beberapa hal , antara
lain memperhitungkan elastisitas jangka panjang
tahun 2000-2012, dengan tetap mempertimbangkan
kemampuan ekonomi dalam menyerap tenaga kerja.
Selain itu, Bappenas juga memperhatikan pengalaman
yang menunjukan adanya perbedaan elastisitas pada
saat ekonomi tumbuh dengan tingkat yang berbeda.
Juga menjaga pertumbuhan produktivitas
(PDB/Pekerja) tidak menurun.
Faktor lain yang dapat menurunkan tingkat
pengangguran adalah perubahan tren dari pekerjaan di
sektor informal menjadi sektor formal di pasar kerja.
Peran lembaga mediasi seperti job fair dan kerja onl ine
akan sangat membantu.Selain itu, peningkatan
kesadaran masyarakat akan pendidikan yang didukung
oleh program Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, yaitu wajib sekolah 12 tahun dan
peningkatan anggaran pendidikan.
Pada tahun 2013 pengangguran terbuka diperkirakan
akan turun menjadi 6,96 juta atau sebesar 5,8 persen.
Dibandingkan dengan periode Agustus 2012 yang
mencapai angka 6,14%, berarti tingkat pengangguran
terbuka pada tahun depan mengalami penurunan.
Sementara itu, jumlah penduduk yang bekerja dengan
status pekerja formal selalu diharapkan untuk
meningkat. Hal ini dikarenakan dengan perubahan
status tersebut, pekerjaan akan semakin layak. Oleh
karena itu, dalam mendukung penempatan tenaga kerja
pada tahun 2013 pemerintah akan memperbanyak
jumlah pegawai pengantar kerja, jumlah supervisor
serta pengawas tenaga kerja untuk memastikan tingkat
kesejahteraan para pekerja dapat terjaga.
PPerusahaan BUMN memil iki peran yang sangat
signifikan terhadap pembangunan nasional , baik dalam
hal kontribusi langsung terhadap anggaran,
pengembangan sektor usaha, maupun dukungan
terhadap kegiatan pro rakyat lainnya. Namun dari 141
BUMN yang ada saat ini hanya 110 BUMN yang masih
memberikan keuntungan. Untuk mengatasi masalah
tersebut, diperlukan langkah-langkah strategis
diantaranya melalui program restrukturisasi dan
privatisasi .
Dalam usaha peningkatan kinerja, Kementerian BUMN
pada tahun 2011 melakukan restrukturisasi dengan cara
downsizing (penyusutan jumlah) perusahaan BUMN yaitu
dari 142 BUMN tahun 2010 menjadi 141. Dalam laporan
kinerja BUMN selama 5 tahun terakhir, kinerja BUMN
mengalami pertumbuhan yang cukup baik terl ihat dari
total aset, total ekuitas, total pendapatan, dan total laba
bersih. Pertumbuhan kinerja kel ima aspek keuangan
tersebut pada tahun 2007-2011 menunjukkan fluktuasi
pada kisaran 5%-25% per tahun. Total aset BUMN
mengalami pertumbuhan sebesar rata-rata 12,9% per
tahun, sedangkan ekuitas mengalami pertumbuhan rata-
rata 10,6% per tahun. Pertumbuhan rata-rata total
pendapatan adalah 14,56% per tahun dan total laba
bersih mengalami pertumbuhan rata-rata 23,5% per
tahun.
Adji Dharma dan Fauzia Suryani Puteri
Hal ini menunjukkan program restrukturisasi dan
privatisasi yang dilakukan telah memberikan
pengaruh terhadap peningkatan kinerja. Meski
demikian ditengarai pencapaian laba tersebut lebih
banyak berasal dari pendapatan yang bukan bisnis
utama perusahaan (non-core business) .
Penilaian kinerja BUMN lain dapat dil ihat dari agregat
Return on Asset (ROA). Penilaian melalui agregat ROA
bertujuan untuk mengetahui suatu ukuran efisiensi
operasi BUMN secara keseluruhan. ROA BUMN
periode 2007-2011 rata-rata sebesar 3,57% per tahun.
Sedangkan ROE BUMN rata-rata sebesar 14,25% per
tahun. Hal ini menunjukan bahwa masih banyak aset
BUMN yang belum dapat dioperasikan secara
optimal . Berbagai indikator tersebut menunjukkan
kinerja BUMN dapat lebih ditingkatkan.
Masterplan BUMN 2012-2014 menargetkan
optimal isasi BUMN melalui restrukturisasi menjadi
±114 BUMN tahun 2012 dan ±91 BUMN tahun
2013. Restrukturisasi tersebut dilakukan melalui
tiga alternatif tindakan yaitu penggabungan,
peleburan, dan pengambilal ihan sebagian besar
maupun seluruh saham BUMN sesuai dengan
ketentuan dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Dengan adanya peningkatan kinerja
BUMN melalui program restrukturisasi dan
revital isasi tersebut, dapat dil ihat bahwa BUMN
memil iki potensi untuk dapat berkembang menjadi
sebuah entitas bisnis yang besar dan kuat.
Restrukturisasi dan privatisasi yangdilakukan dalam beberapa tahun ini ,
memil iki dampak meningkatkan kinerjaBUMN.
Peningkatan Kinerja BUMNMelalui Restrukturisasi Dan Privatisasi
25 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 2012
BUMN
www.vibiznews.com
enjelang akhir tahun 2012, penyaluran KUR
optimis akan dapat mencapai target, yakni
sebesar Rp 30 tri l iun. Tercatat pada bulan
November 2012 penyaluran KUR mencapai Rp
2,88 tri l iun. KUR yang telah disalurkan sejak
Januari hingga November 2012 tercatat sebesar Rp
29,8 tri l iun. Sedangkan penyaluran KUR selama 3 tahun
ini , terhitung dari November 2007 mencapai Rp 93,2
tri l iun dengan jumlah debitur sebanyak 7,4 juta orang.
Rata-rata setiap debitur menerima kredit sebesar Rp
12,5 juta dengan tingkat NPL sebesar 4%.
Bank penyalur tertinggi adalah Bank BRI.
Khusus untuk KUR Mikro, hingga November 2012
real isasinya mencapai Rp 44,9 tri l iun. Sedangkan untuk
KUR Ritel real isasinya mencapai Rp 12,2 tri l iun.
Real isasi KUR oleh BPD pada bulan November 2012
tercatat sebesar Rp 208 mil iar dengan jumlah debitur
sebanyak 2.788 orang. Tingkat NPL rata-rata BPD
sebesar 6.6%. Real isasi penyaluran KUR oleh BPD
tertinggi disalurkan oleh Bank Jatim dan Jabar Banten,
masing-masing sebesar Rp 3,2 tri l iun dan Rp 2,2 tri l iun.
Dil ihat dari sektor yang menerima KUR pada bulan
November 2012, sektor perdagangan mendapatkan
KUR terbanyak hingga 57%. Selanjutnya, untuk urutan
kedua adalah sektor pertanian yang mencapai 16%.
Berdasarkan sebaran regional , penyaluran KUR
terbanyak berada di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa
Barat masing-masing sebesar Rp 14,3 tri l iun, Rp 13,9
tri l iun dan Rp 12 tri l iun.
Penting adanya kerjasama
antar pemerintah daerah
dan perbankan agar
sebaran KUR di bagian
timur Indonesia
meningkat.
Dalam penyaluran KUR
masih terdapat beberapa
kendala seperti regulasi ,
perbankan, suku bunga
dan debitur/ masyarakat.
Dari sisi regulasi , relaksasi
SOP KUR masih ditunggu
pengesahannya,
mengingat akan berakibat
BPKP kesul itan untuk
melakukan pengawasan.
Dari sisi perbankan, dalam prakteknya masih meminta
agunan untuk pinjaman dibawah Rp 20 juta, padahal
dalam SOP KUR dijelaskan tidak diperlukan adanya
agunan bila pinjaman dibawah Rp 20 juta. Selain itu,
suka bunga KUR dianggap masih tinggi oleh
masyarakat, karena masyarakat membandingkan
dengan program pemerintah yang lain seperti PNPM
Mandiri . Dari sisi debitur, masih banyak masyarakat
belum memahami untuk mendapatkan KUR, yang
mereka ketahui KUR merupakan dana dari pemerintah
seperti dana hibah.
Sementara itu, untuk KUR TKI, kinerjanya terus
mengalami peningkatan baik jumlah debitur maupun
dana yang disalurkan. Pada bulan November 2012
tercatat penyaluran KUR TKI mencapai Rp 25,52 M
dengan jumlah debitur sebanyak 2.912 TKI.
Penyaluran KUR TKI tertinggi diberikan kepada pekerja
dengan negara tujuan Korea dan Malaysia. Masing-
masing sebesar Rp 16,3 mil iar dan Rp 3,9 mil iar.
Sedangkan penyaluran KUR TKI menurut lapangan
pekerjaan mayoritas diberikan kepada sektor
manufakturing dan konstruksi, masing-masing sebesar
Rp 17,1 mil iar dan Rp 2,8 mil iar.
Diharapkan pada tahun 2013 penyaluran KUR TKI
dapat lebih ditingkatkan. Total target debitur pada
tahun 2013 diharapkan mencapai 25.000 TKI. Untuk
mencapai target ini , perlu adanya sinergitas antara
semua stakeholder terkait baik Kemenakertrans,
BNP2TKI, perbankan, lembaga perbankan, PPTKIS
maupun agency.
Realisasi Penyaluran KUR November 2012Windy Pradipta
26Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 2012
KUR dan UKMKUR dan UKM
M
arga komoditas dunia dipekirakan akan
meningkat pada awal tahun 2013, demikian
diungkapkan Barclays. Hal serupa terjadi pada
tahun 2011 dan 2012. Ekspektasi ini diperkuat
tren menurun harga komoditas selama triwulan IV
tahun 2012 akibat kekhawatiran pasar terhadap
kebijakan pol itisi dalam menghadapi tekanan finansial .
Paska penurunan harga tersebut, diperkirakan koreksi
harga akan terjadi pada triwulan berikutnya. Kenaikan
harga komoditas juga tergantung dari dampak
pengetatan anggaran dan batasan defisit fiskal AS.
Pada awal tahun 2013 diperkirakan akan terdapat
kelebihan pasokan tembaga seiring berkurangya
permintaan Cina. Meskipun pemerintah Cina
diperkirakan akan menerapkan kebijakan pajak ekspor
tembaga untuk mendorong kinerja ekspor sepanjang
tahun. Sementara dalam jangka panjang kebutuhan
tembaga untuk negara-negara Asia memil iki
kecenderungan menurun. Selain itu permasalah pekerja
tambang di Afrika dan Chile dapat memberikan
pengaruh pada sisi penawaran.
Surplus produksi yang diperkirakan akan meningkat
hampir dua kal i l ipat pada tahun 2013 menyebabkan
koreksi proyeksi harga. Pada minggu kedua bulan
Desember, Barclays mengoreksi perkiraan harga
tembaga sebesar -6,6% menjadi USD 7.925 per metric
ton, dari perkiraan sebelumnya sebesar USD 8.450 per
metric ton. Demikian juga untuk Nikel dikoreksi menjadi
USD 17.750 per ton, dibandingkan estimasi sebelumnya
sebesar USD 18.500 per ton.
Di sisi lain harga bij ih besi diperkirakan naik. Hal ini
terjadi menyusul perbaikan ekonomi Cina yang
beberapa kuartal sebelumnya cenderung stagnan.
Menurut Austral ia, sebagai produsen bij ih besi terbesar
di dunia, harga komoditas ini mencapai USD 106 per
metrik ton pada tahun 2013. Proyeksi ini meningkat
dibandingkan dengan estimasi pada September lalu ,
yakni sebesar USD 101 per metrik ton. Austral ia
menaikkan proyeksi harga terkait ekpektasi peningkatan
pembel ian Cina. Sebagai importir utama bij ih besi, Cina
diperkirakan akan meningkatkan pembel ian bij ih besi
terkait perkembangan proyek-proyek infrastruktur dan
stimulus dari pemerintahnya.
Pada perdagangan minggu kedua bulan Desember
2012, harga bij ih besi mengalami kenaikan mencapai
harga tertinggi dalam empat bulan terakhir. Kenaikan
harga tersebut ditengarai oleh ekspektasi bahwa
ekonomi Cina akan mengalami rebound, setelah selama
tujuh kuartal mengalami perlambatan.
Untuk logam mulia, Barclays memperkirakan emas akan
diperdagangkan pada harga USD 1.815 per ons pada
tahun 2013. Harga emas sempat tergerus mendekati
akhir tahun akibat aksi “profit taking” dan
ketidakpastian dampak pengetatan anggaran dan
defisit fiskal AS. Permintaan pasar semakin meningkat
menanggapi rendahnya harga emas. Pembel ian oleh
Bank Sentral terus berjalan, dan sejumlah faktor pemicu
harga diharapkan dapat mendukung harga emas pada
beberapa bulan yang akan datang.
Menurut Barclays, platinum akan diperdagangkan pada
harga USD 1.690 per ons dan paladium pada harga USD
736 per ons. Harga platinum menurun dari harga
tertinggi pada bulan Oktober 2012. Hal ini disebabkan
produsen di Afrika Selatan telah mencapai kesepakatan
dengan pekerja tambang, yang mengakhiri gangguan
pasokan platinum. Mengingat kondisi permintaan di
Eropa yang cenderung rendah, risiko kenaikan harga
diperkirakan akan tetap rendah. Secara fundamental
harga akan berkembang secara konstruktif pada tahun
2013.
Perspektif Pasar Komoditas Tahun 2013
Alexcius Winang
27 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 2012
Keuangan
H
www.inilah.com
S etiap tahunnya WEF melansir Global Competitivnes
Index (GCI) yang memuat berbagai indeks
mengenai daya saing setiap negara. Pada GCI tahun
2012-2013, Indonesia menempati peringkat ke-50,
turun 4 peringkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Sejumlah faktor mempengaruhi turunnya peringkat
tersebut.
Terdapat sejumlah indikator yang menyebabkan
turunnya peringkat Indonesia, seperti infrastruktur,
kual itas pendidikan, dan penguasaan teknologi.
Indonesia menempati peringkat 78 dalam hal
infrastruktur, turun 2 peringkat dari tahun sebelumnya.
Selain itu, peringkat pendidikan dan teknologi
Indonesia juga sangat rendah. Pada GCI peringkat
pendidikan Indonesia untuk higher education training
menempati peringkat 73, sedangkan untuk
technological readiness Indonesia terpuruk di peringkat
85. Dapat disimpulkan bahwa menurut WEF, buruknya
infrastruktur, kual itas pendidikan, dan lemahnya
penguasaan teknologi menjadi permasalahan mendasar
bagi Indonesia.
WEF memil iki standar yang tinggi dalam menilai daya
saing suatu negara. GCI yang dikeluarkan WEF adalah
salah satu parameter yang pal ing sering digunakan
investor untuk menilai kelayakan investasi di suatu
negara.
Saat ini , Indonesia
memil iki
Masterplan
Percepatan dan
Perluasan
Pembangunan
Ekonomi Indonesia
(MP3EI). MP3EI
berisikan upaya
pemerintah untuk
memperbaiki daya
saing dan
mempercepat
pembangunan
ekonomi
Indonesia.
Ditargetkan
Indonesia menjadi
big player
perekonomian global pada tahun 2025 dengan
GDP/Kapita mencapai US$ 14.500 dan GDP sebesar US$
4,5 Tri l iun. Untuk menggapai cita-cita tersebut, MP3EI
mencanangkan tiga pilar pembangunan, yaitu: (1)
pembangunan infrastruktur, (2) perbaikan regulasi , dan
(3) pengembangan IPTEK. Dalam hal pembangunan
infrastruktur, MP3EI mencanangkan investasi (hingga
2014) sebesar Rp 1700 Trilun. Selain itu, MP3EI juga
mencanangkan pengembangan IPTEK sebagai landasan
penciptaan daya saing bangsa (knowledge based
economy) .
Guna mendukung terlaksananya MP3EI, terdapat dua
momentum besar di tahun 2013 yang dapat
dimanfaatkan, yaitu: disahkannya sejumlah regulasi
terkait Pembebasan Lahan dan semakin naiknya
peringkat utang Indonesia.
Pertama, terselesaikannya UU Pengadaan Lahan
diharapkan dapat menuntaskan permasalahan lahan di
Indonesia selama ini. Dalam UU ini diatur empat proses
pengadaan lahan, yaitu perencanaan, pengadaan,
pelaksanaan dan penyerahan hasil . Waktu yang
ditargetkan oleh UU ini untuk membebaskan lahan
pal ing cepat 319 hari , dan pal ing lama (dengan estimasi
ada keberatan dari pemil ik lahan) mencapai 583 hari.
Guna menunjang UU ini, Pemerintah juga sudah
menerbitkan Peraturan pelaksanannya dalam Perpes
71/2012. Pada Perpres ini diatur mengenai komitmen
pemerintah untuk menjamin ketersediaan lahan,
mekanisme penitipan ganti kerugian dan independent
appraisal dalam penilaian tanah.
Kedua, sejumlah lembaga rating sudah memasukan
Indonesia kedalam kategori Investment Grade. Status
investment grade ini diharapkan dapat memperderas
arus modal asing ke Indonesia. Derasnya arus modal
asing ini dapat dimanfaatkan Indonesia untuk
mempercepat pembangunan infrastruktur, khususnya
untuk membiayai proyek Publ ic Private Partnership
(PPP). Sudah terdapat 58 proyek PPP infrastruktur
senilai US$ 51 Mil iar, dimana 3 diantaranya dalam
status “ready for offer projects” (PPP Book 2011,
Bappenas). J ika modal asing bisa diarahkan untuk
membiayai proyek-proyek ini, tentunya akan sangat
menopang upaya percepatan pembangunan
infrastruktur di Indonesia.
Meneropong 201 3 melalui MP3EI
M. Syarif Hidayatul lah
28 Tinjauan Ekonomi dan Keuangan Desember 2012
Kolom MP3EI
KALEIDOSKOP EKONOMI INDONESIA
November :Pembubaran BP
Migas
18 Oktober: R&I menaikanSovereign Credit Ratingmenjadi BBB- atau Stable
Outlook
27 Mei: UlangTahun MP3EI yang
pertama
November : HargaDaging Sapi menyentuh
Rp100.000/kg
18 Januari: Moody'sInvestor Service menaikanperingkat utang Indonesiamenjadi layak investasi
April: Cadangan Devisamencapai level tertinggisebesar US$ 114,93
mil iar
9 Februari : BankIndonesia
menurunkan BIRate menjadi
5,75%
21 November: FitchRatings melakukan
afirmasi Sovereign CreditRating Indonesia pada
tingkat BBB-
28 Januari :Produk Minyaksawit dari Indonesia resmi
ditolak AS karena dinilai tidakramah l ingkungan
18 April: Penandatanganan Kesepakatandan Perjanjian Bersama dalam rangka
melaksanakan Program Pro Rakyat KalsterIV Bidang Penangangan Rumah Sangat
Murah
Desember:Penerimaan BeaCukai lampauitarget APBN
November: IHSGmencapai level
Rp4.375
Januari:PembentukanOtoritas Jasa
Keuangan (OJK)
Februari:Pemerintah
bersinergi dalampenyelesaianmasalah
perburuhan
13 November: JapanCredit Rating Agency (JCR)
melakukan afirmasiSovereign Credit RatingIndonesia pada tingkat
BBB-
2012
Untuk informasi lebih lanjut hubungi :
Redaksi Tinjauan Ekonomi dan Keuangan
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Gedung Sjafruddin Prawiranegara (d.h. Gd. PAIK I I ) Lantai 4
Jalan Lapangan Banteng Timur No. 2-4 Jakarta, 1 071 0
Telepon. 021 -3521 843, Fax. 021 -3521 836
Email : tinjauan.ekon@gmail .com
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan dapat di-download pada website
www.ekon.go. id