Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
2018
TINGKAT PENGETAHUAN SISWA / SISWI SMA NEGERI 2
MAKASSAR TENTANG PERSONAL HYGIENE TERHADAP
PENYAKIT PANU (PITYRIASIS VERSICOLOR)
Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar
Sarjana Kedokteran
Alifah Syafiqah Zata Ismah Zulkifli
C11115008
Pembimbing:
Dr. dr. Siswanto Wahab, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
ii
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berka rahmat dan izin-Nya, penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat penyelesaian pendidikan Sarjana (S1)
Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin dengan judul :” "Tingkat Pengetahuan Siswa / Siswi SMA Negeri 2
Makassar Tentang Personal Hygiene Terhadap Penyakit Panu (Pityriasis
Versicolor)".
Penyusunan skripsi dapat selesai dikarenakan berkat bimbingan, kerjasama, serta
bantuan moril dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesarrnya secara tulus dan ikhlas kepada yang
terhormat:
1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A selaku Rektor Universitas Hasanuddin
2. Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
3. Dr. dr. Siswanto Wahab, Sp.KK(K), FINSDV, FAADV selaku Dosen Pembimbing
yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan penulis
dalam penyusunan skripsi ini.
4. Dr. dr. Faridha Ilyas, Sp.KK dan Dr. dr. Suryani Tawali, MPH selaku penguji pada
ujian skripsi yang telah banyak memberikan saran yang membangun terhadap
penelitian ini.
5. Kepala Sekolah SMAN 2 Makassar yang telah memberi ijin kepada penulis untuk
mengambil data dalam pembuatan skripsi ini, serta Guru-guru dan Staff SMAN 2
Makassar yang telah membantu melaksanakan penelitian ini.
vii
6. Kedua orang tua penulis dan keluarga yang selalu memberikan dorangan doa dan
penyemangat dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Seluruh Responden yang telah berpartisipasi dalam pengambilan dara penelitian
skripsi ini.
8. Seluruh dosen dan staff program studi pendidikan dokter Universitas Hasanuddin
atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis untuk menambah wawasan
9. Sejawat Angkatan 2015 pendidikan dokter Universitas Hasanuddin dan KKN-PK
Desa Bontoparang yang telah memberikan masukan dan arahan serta dukungan
sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik
10. Teman-teman EXPOSIFOUR SMADA 2015 sebagai inspirasi dan penyemangat
dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Semua pihak yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak
langsung yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis bernilai
pahala dari Allah SWT. Penulis menyadari, skripsi ini tidak luput dari
ketidaksempurnaan, mulai dari tahap persiapan sampai tahap penyelesaian. Semoga dapat
menjadi bahan introspeksi dan motivasi bagi penulis kedepannya. Akhir kata, semoga
yang penulis lakukan ini dapat bermanfaat dan mendapat berkah dari Allah SWT.
Makassar, Desember 2018
Penulis
viii
ABSTRAK
Latar belakang: Kulit adalah bagian tubuh yang terletak paling luar, yang membatasi
lingkungan dalam dan luar tubuh manusia. Penyakit kulit dapat disebabkan oleh berbagai
hal seperti jamur, virus, dan lain-lain. Indonesia merupakan negara kepulauan yang
berada pada garis khatulistiwa dan beriklim tropis, sehingga memungkinkan untuk
berkembangnya penyakit infeksi yang di sebabkan oleh jamur. Penyakit kulit yang sering
timbul adalah Penyakit kulit akibat jamur superficialis contohnya penyakit panu (
Pityriasis versicolor ) . Infeksi oleh pityriasis versicolor biasanya menginfeksi pada
remaja dan dewasa muda karena peningkatan produksi sebum oleh kelenjar sebaceous
yang memungkinkan untuk lingkungan yang lebih kaya lipid di mana Malassezia dapat
tumbuh dan ditambah dengan tidak memperhatikan personal hygiene (kebersihan diri),
dapat dipastikan akan menjadi faktor pemicu terinfeksinya penyakit panu Tujuan
penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa / siswi
SMA Negeri 2 Makassar tentang personal hygiene terhadap penyakit panu (Pityriasis
versicolor). Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif
menggunakan desain cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah siswa / siswi
kelas II SMAN 2 Makassar. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode total sampling.
Jumlah sampel sebanyak 244 orang . Pengumpulan data menggunakan data primer
berupa kuesioner yang terdiri dari 20 pertanyaan. Hasil Penelitian : Hasil Penelitian ini
menunjukkan tingkat pengetahuan siswa SMA Negeri 2 Makassar tentang Penyakit Panu
adalah baik sebanyak 153 responden(62,7%), cukup sebanyak 87 responden (35,7%)
dan kurang sebanyak 4 orang (1,6%). Setelah dilakukan penghitungan secara statistic
dengan uji Chi-Square, diperoleh suatu kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara tingkat pengetahuan responden terhadap penyakit panu, yang terlihat
pada nilai p-Value = 0,289 >0,05. Sedangkan Pengetahuan Hygiene personal siswa /
siswi SMAN 2 Makassar terhadap panu menunjukkan sebanyak 22 orang (9,0% )
memiliki pengetahuan yang kurang dan sebanyak 86 orang (35,2%) memiliki
pengetahuan cukup serta 136 orang (55,7%) memiliki pengetahuan baik. setelah
dilakukan penghitungan secara statistic dengan uji Chi-Square, diperoleh suatu
kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna mengenai hygiene personal
responden terhadap penyakit panu, yang terlihat pada nilai p-Value = 0,943 > 0,05.
Kesimpulan : Dari hasil penelitian yang dilakukan, Tingkat pengetahuan siswa / siswi
SMA Negeri 2 Makassar tentang Hygiene Personal terhadap penyakit panu menunjukkan
bahwa sebagian besar pengetahuan siswa / siswi berada dalam ketegori baik.
Kata kunci : Pengetahuan, Hygiene Personal, Penyakit Panu.
ix
ABSTRACT
Background: Skin is the outermost body part, which limits the inner and outer
environment of the human body. Skin diseases can be caused by various things such as
fungi, viruses, etc. Indonesia is an archipelagic country located on the equator and has a
tropical climate, allowing for the development of infectious diseases caused by fungi.
Skin diseases that often arise are superficial fungal skin diseases, for example, Pityriasis
versicolor. Infection by pityriasis versicolor usually infects teenagers and young adults
due to increased sebum production by the sebaceous glands which allows for a lipid-
richer environment where Malassezia can grow and add to not paying attention personal
hygiene can certainly be a trigger factor for infection with pityriasis versicolor. Research
Objectives: This study aims to study the level of knowledge of Makassar 2 High School
students about personal hygiene towards Pityriasis Versicolor. Method: This study uses a
type of descriptive research using a cross-sectional design. The population in this study
was the second grade of students of SMAN 2 Makassar. Sample selection is done by total
sampling method. The number of samples is 244 people. Data collection uses primary
data in the form of a questionnaire consisting of 20 questions. Research Results: The
results of this study indicate that the level of knowledge of Makassar 2 Senior High
School students about pityriasis versicolor is good as many as 153 respondents (62.7%),
enough as many as 87 respondents (35.7%) and less than 4 people (1.6%). After a
statistical calculation using the Chi-Square test, a conclusion is reached that there is no
significant relationship between the level of knowledge of respondents to pityriasis
versicolor seen in p-Value = 0.289> 0.05. While the personal hygiene knowledge of
students of SMAN 2 Makassar towards pityriasis versicolor showed as many as 22
people (9.0%) had less knowledge and as many as 86 people (35.2%) had sufficient
knowledge and 136 people (55.7%) had good knowledge. after a statistical calculation
using the Chi-Square test, it was concluded that there was no significant relationship
regarding the personal hygiene of respondents to pityriasis versicolor, which was seen in
the p-Value = 0.943> 0.05.
Conclusion: From the results of the research conducted, the level of knowledge of
students of Makassar 2 High School about Personal Hygiene towards Pityriasis
Versicolor shows that most of the students' knowledge is in the good category.
Keywords: Knowledge, Personal Hygiene, Pityriasis Versicolor
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN ORISINALITAS KARYA v
KATA PENGANTAR vi
ABSTRAK viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penulisan 3
1.3.1 Tujuan Umum 3
1.3.2 Tujuan Khusus 3
1.4 Manfaat Penulisan 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan 5
2.1.1 Pengertian Pengetahuan 5
2.1.2 Tingkat Pengetahuan 5
2.2 Pityriasis Versicolor 6
xi
2.2.1 Definisi Pityriasis Versicolor 6
2.2.2 Patogenesis 7
2.2.3 Gambaran Klinis 8
2.2.4 Diagnosis 9
2.2.5 Diagnosis Banding 9
2.2.6 Pengobatan 10
2.2.7 Prognosis 10
2.3 Personal Hygiene 11
2.3.1 Definisi 11
2.3.2 Tujuan Personal Hygiene 11
2.3.3 Macam-Macam Personal Hygiene 12
2.3.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Personal Hygiene 15
2.3.5 Dampak Personal Hygiene 16
III. KERANGKA KONSEPTUAL HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Teori…………………………………………………...…17
3.2 Kerangka Konsep……………………………………………………18
3.3 Hipotesis…………………………………………………………….18
3.4 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif…………………………19
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian 20
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian 20
4.1.1 Populasi 20
4.1.2 Sampel 20
xii
4.3 Waktu dan Lokasi Penelitian 21
4.4 Pengumpulan Data 21
4.5 Pengolahan dan Penyajian Data 21
4.6 Etika Penelitian 21
4.7 Alur Penelitian 22
V. HASIL
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitia…………………………...…...23
5.2 Deskripsi Karakteristik Responden………………………………..23
5.3 Hasil Analisis Data……………………………………………......25
VI. PEMBAHASAN
6.1 Analisis Univariat dan Bivariat…………………………………...31
6.2 Keterbatasan Penelitian..………………………………….………34
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan………………………………………………………..36
7.2 Saran……..………………………………………………………..36
DAFTAR PUSTAKA 38
LAMPIRAN 41
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.4 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif 19
Tabel 5.2.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 23
Tabel 5.2.2 Data Responden Berdasarkan Umur 24
Tabel 5.2.3 Data Responden Berdasarkan Tempat Tinggal 24
Tabel 5.2.4 Data Kejadian Panu Pada Responden 25
Tabel 5.3.1.1 Pengetahuan Siswa / Siswi Terhadap Penyakit Panu 26
Tabel 5.3.1.2 Hygiene Personal Siswa / Siswi Terhadap Panu 26
Tabel 5.3.2.1 Data Frekuensi Jawaban Pada Variabel Pengetahuan Panu 27
Tabel 5.3.3.1 Data Frekuensi Jawaban Pada Variabel Hygiene Personal 28
Tabel 5.3.4.1 Hubungan Tingkat Pengetahuan Siswa / Siswi Terhadap Panu 29
Tabel 5.3.4.2 Hubungan Hygiene Personal Siswa / Siswi Terhadap Panu 30
\
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Teori 17
Gambar 3.2 Kerangka Konsep 18
Gambar 4.7 Alur Penelitian 22
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Biodata Peneliti 41
Lampiran 2 Naskah Penjelasan Untuk Mendapatkan Izin Meneliti 42
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden 43
Lampiran 4 Kuesioner Penelitian 44
Lampiran 5 Analisis Data 47
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian 54
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kulit adalah bagian tubuh yang terletak paling luar, yang membatasi lingkungan
dalam dan luar tubuh manusia. Kulit merupakan lapisan utama untuk melindungi tubuh
dari penyakit. Salah satu fungsi kulit adalah melindungi jaringan dari kerusakan fisik,
pengatur panas, alat indera peraba ,dan membantu kerja ginjal melalui mekanisme
pengeluaran keringat. Penyakit kulit dapat disebabkan oleh berbagai hal sepetu jamur,
virus , kuman, parasit, hewan, dan lain-lain (Hayati, I & Handayani, Z.P, 2014).
Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada pada garis khatulistiwa dan
beriklim tropis, sehingga memungkinkan untuk berkembangnya penyakit infeksi yang di
sebabkan oleh jamur. Daerah tropis dengan suhu udara dan kelembaban udara yang tinggi
menjadi lahan yang subur tumbuhnya jamur. Penyakit-penyakit akibat jamur seringkali
menjangkiti masyarakat. Banyak masyarakat tak menyadari bahwa dirinya terinfeksi oleh
jamur. Jamur bisa menginfeksi manusia dari kepala hingga ujung kaki, bayi, orang
dewasa dan orang lanjut usia. Banyak orang meremehkan penyakit karena jamur, seperti
panu. Penyakit ini bisa menular lewat persentuhan kulit, atau juga dari pakaian yang
terkontaminasi spora jamur (Hayati, I & Handayani, Z.P, 2014).
Penyakit kulit yang sering timbul adalah Penyakit kulit akibat jamur superficialis
contohnya penyakit panu ( Pityriasis versicolor ) . Malassezia furfur adalah spesies
tunggal yang menyebabkan penyakit Pityriasis versikolor (panu). Jamur ini menyerang
stratum korneum dari epidermis kulit, biasanya diderita oleh seseorang yang sudah mulai
2
banyak beraktifitas dan mengeluarkan keringat. Jamur Malassezia furfur sangat mudah
menginfeksi kulit orang yang selalu terkontaminasi dengan air dalam waktu yang lama
dan disertai dengan kurangnya kesadaran akan kebersihan diri dan lingkungan disekitar.
Pityriasis versikolor merupakan infeksi jamur di permukaan kulit yang ditandai dengan
adanya macula di kulit, skuama halus dan disertai rasa gatal ringan (Hayati, I &
Handayani, Z.P, 2014).
Infeksi kulit ini memiliki distribusi di seluruh dunia, terutama di daerah tropis.
Infeksi oleh pityriasis versicolor biasanya menginfeksi pada remaja dan dewasa muda
karena peningkatan produksi sebum oleh kelenjar sebaceous yang memungkinkan untuk
lingkungan yang lebih kaya lipid di mana Malassezia dapat tumbuh dan ditambah
dengan tidak memperhatikan personal hygiene (kebersihan diri) , dapat dipastikan akan
menjadi faktor pemicu terinfeksinya penyakit panu (pityriasis versicolor) .Penyakit kulit
mudah menginfeksi bila kebiasaan tidak menjaga kebersihan, terutama kebersihan
pribadi. Penerapan kebersihan pribadi dapat memutuskan mata rantai penularan agen
penyebab penyakit kulit dari tempat hidupnya ke host. Penyakit kulit akan lebih mudah
menyerang apabila imun seseorang turun. Prevalensi penyakit ini 30-40% telah
dilaporkan di daerah tropis di seluruh dunia. Faktor risiko terjadinya penyakit ini adalah
musim panas, banyak berkeringat, malnutrisi, penyakit Cushing, kehamilan, dan
penggunaan pil kontrasepsi oral (Kannur & Kerala, 2017).
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan
judul "Tingkat pengetahuan siswa / siswi SMA Negeri 2 Makassar tentang personal
hygiene terhadap penyakit panu (Pityriasis Versicolor)".
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah
bagaimanakah tingkat pengetahuan siswa / siswi SMA Negeri 2 Makassar tentang
personal hygiene terhadap penyakit panu (Pityriasis versicolor) ?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus.
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa / siswi SMA Negeri 2
Makassar tentang personal hygiene terhadap penyakit panu (Pityriasis versicolor).
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa / siswi SMA Negeri 2 Makassar
tentang personal hygiene
2. Mengetahui tingkat pengetahuan siswa / siswi SMA Negeri 2 Makassar
tentang penyakit panu (Pityriasis versicolor)
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yaitu untuk :
1. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan kemampuan menggali tentang personal
hygiene terhadap penyakit panu (Pityriasis versicolor).
4
2. Bagi Pelajar
Dapat menambah pengetahuan tentang bagaimana menjaga personal hygiene
dan juga tentang Penyakit kulit yang disebabkan oleh kurangnya menjaga
personal hygiene khususnya Penyakit Panu (Pityriasis versicolor).
3. Bagi Pihak Sekolah
Sebagai bahan masukan untuk memberikan penyuluhan tentang personal
hygiene terhadap penyakit panu (Pityriasis versicolor)
4. Bagi Pengembangan Ilmu
Sebagai masukan bagi pihak yang akan melanjutkan penelitian ini ataupun
melakukan penelitian yang ada hubungannya dengan penelitian ini.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengetahuan berarti segala
sesuatu yg diketahui; kepandaian: atau segala sesuatu yg diketahui berkenaan dengan hal
(mata pelajaran). Pengetahuan adalah suatu fakta yang bersifat empiris atau gagasan
rasional yang dibangun oleh individu melalui percobaan dan pengalaman yang teruji
kebenarannya (Izzatur R & Zakiul , 2015).
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
Menurut Sunaryo (2004) ada 6 (enam) tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam
domain kognitif, yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu artinya dapat mengingat
kembali suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang ia tahu,
adalah ia dapat menyebutkan , menguraikan, mendefinisikan dan menyatakan
2. Memahami (comprehension)
Memahami, artinya kemapuan untuk menjelaskan dan mengintepretasikan dengan benar
tentang objek yang diketahui. Seseorang yang teah paham tentang sesuatu harus dapat
menjelaskan, memberikan contoh, dan menyimpulkan
3. Aplikasi (application)
6
Aplikasi , yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
dan kondisi nyata
4. Analisis (analysis)
Analisi, artinya kemampuan untuk menguraikan atau memisahkan , kemudian mencari
hubungan antara komponen yang terdapat dalam satu masalah atau objek yang diketahui
5. Sintesis (synthesis).
Sintesis yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru . Ukuran kemampuan adalah ia dapat menyusun,
Meringkaskan, merencanakan, menyesuaikan suatu teori atau rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek. Evaluasi
dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun sediri.
2.2 Pityriasis Versicolor
2.2.1 Definisi
Pityriasis versicolor (PV) adalah infeksi jamur kulit kronis yang disebabkan oleh
proliferasi ragi lipofilik (Malassezia spesies) di stratum korneum . Spesies Malassezia
yang paling umum yang terkait dengan PV adalah M. globosa, dengan M. sympodialis
dan M. furfur juga sering terlihat. Dalam kebanyakan kasus PV, Malassezia, sebagai
bagian dari flora kulit normal, tidak bersifat patogenik kecuali mereka menganggap
bentuk miselium. ini mungkin dipicu oleh berbagai faktor, termasuk kelembaban dan
suhu tinggi, hiperhidrosis, kerentanan keluarga, dan imunosupresi Akibatnya, PV lebih
7
sering terjadi di iklim tropis (sebanyak 40%) dibandingkan dengan daerah beriklim
sedang (Aditya & Kelly, 2015).
Penyakit ini lebih umum terjadi antara masa pubertas dan usia menengah, ketika
ada jumlah maksimum ragi Malassezia pada kulit yaitu dengan peningkatan produksi
kelenjar sebaseous. Pasien dengan PV ditandai dengan lesi bulat atau oval yang berbatas
jelas pada batang tubuh, leher, dan PV ditandai dengan makula yang lebih rendah hingga
lebih bersisik yang dapat muncul.sebagai hiperpigmentasi pada jenis kulit yang lebih
terang dan hipopigmentasi pada kulit yang lebih gelap atau kecokelatan dan dapat
bervariasi dalam warna. Selain itu, spesies Malassezia adalah agen etiologi penyaki kulit
lain seperti; fungemia, dermatitis seboroik, folikulitis (Aditya & Kelly, 2015), (Farzad et
al, 2014).
2.2.2 Patogenesis
Pityriasis versikolor disebabkan oleh infeksi jamur Malassezia spp. organisme ini
sering hadir dalam bentuk ragi sebagai penjajah kulit normal . spora organisme ini
berkembang biak di lapisan luar stratum korneum, sering dimulai di area folikel., infeksi
terjadi ketika bentuk spora berubah bentuk menjadi struktur hypha (James & Fitzpatrick,
2007). Kondisi atau faktor predisposisi yang diduga dapat menyebabkan perubahan
tersebut berupa suhu, kelembaban lingkungan yang tinggi, dan tegangan CO2 tinggi
permukaan kulit akibat oklusi, faktor genetik, hiperhidrosis, kondisi imunosupresif, dan
malnutrisi (Linuwih S, 2016). Ketika telah berubah bentuk menjadi struktur hifa maka
organisme ini menyerang lebih dalam ke stratum korneum, tetapi mereka tidak dapat
menembus lapisan epidermis dengan sempurna. mereka menyebabkan penebalan dan
8
gangguan stratum korneum, dinyatakan secara klinis sebagai skuama halus (James &
Fitzpatrick, 2007).
Beberapa mekanisme dianggap merupakan penyebab perubahan warna pada lesi
kulit, yakni hipopigmentasi dapat dihasilkan dari dua mekanisme:
1. Enzim jamur bertindak pada lipid permukaan dan menghasilkan asam
dikarboksilat yang berdifusi ke epidermis. asam ini menghambat tyrosinase,
enzim dalam melanosit yang bertanggung jawab untuk produksi melanin.
2. Infeksi menebal stratum korneum dapat berfungsi sebagai tabir surya, sehingga
mencegah sinar ultraviolet mencapai dan merangsang melanosit underlaying.
Sedangkan Mekanisme terjadinya lesi hiperpigmentasi belum jelas, tetapi satu
studi menunjukkan pada pemeriksaan mikroskop elektron didapati ukuran melanosom
yang lebih besar dari normal dan Lapisan keratin yang lebih tebal juga dijumpai pada lesi
hiperpigmentasi (Linuwih S, 2016).
2.2.3 Gambaran klinis
Umumnya bersifat asymptomatic, meskipun beberapa pasien mengeluhkan
pruritus ringan sebab organisme malassezia furfur membutuhkan daerah yang hangat dan
lembab tinggi dalam lipid,. Pityriasis versicolor umumnya tidak muncul sebelum
pubertas (Frankel, David H. 1999). Lesi Pityriasis versicolor terdiri atas skuama halus
dan mempunyai bervariasi warna yaitu dari putih dan merah muda ke coklat terang atau
coklat kekuningan. tanda awal yang khas yaitu terdapat banyak 3 hingga 5 mm makula
bundar atau oval di lapisan superfisial kulit (Kenneth A, 2014) ditandai oleh
hiperpigmetasi atau hipopigmetasi yang berbatas tegas pada badan bagian atas , leher,
dan perut, lengan proksimal , kadang ditemukan pada wajah dan scalp, aksila, lipat paha,
9
serta genitalia (Linuwih S, 2016). pasien sering tidak menyadari kondisi penyakit PV ini
sampai lesi mereka coklat atau hypopigmentasi yang menyebabkan pityriasis vescicolor
lebih terlihat. faktor predisposisi penyakit Pityriasis versicolor yaitu iklim hangat dan
lembab, paparan sinar matahari, predisposisi genetik, immunisupression, hiperhidrosis,
kehamilan, malnutrion, aplikasi steroid topikal (Kenneth A, 2014).
2.2.4 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan mikroskopis,
dan pemeriksaan menggunakan lampu wood. Ditemukannya gambaran klinis seperti yang
sudah dijelakaskan sebelumnya. Pemeriksaan mikroskopis yaitu Lesi Pityriasis
Versicolor di ambil kemudian di warnai dengan potassium hydroxide untuk dilihat
secara mikroskopis gambaran yang akan menunjukkan banyak hypae yang cenderung
pecah menjadi fragmen-fragmen pendek berbentuk batang yang tercampur dengan spora-
spora bundar dalam kelompok-kelompok seperti anggur, memberikan apa yang disebut
pola " spagetti and meatballs” (Frankel, David H. 1999). Pemeriksaan dengan lampu
wood yaitu pemeriksaan yang dilakukan di ruangan gelap yan gmana pada daerah yang
terkena infeksi akan memperlihatkan fluoresensi warna kuning keemasan sampai orange
(James & Fitzpatrick, 2007).
2.2.5 Diagnosis Banding
Penyakit pityriasis versicolor harus dibedakan dengan penyakit lain seperti
vitiligo, pitiriasis rosea , pityriasis alba, eritrasma, dermatitis seboroik, Morbus hansen
tipe tuberkoloid, postinflammatory hypopigmentation (Linuwih S, 2016).
10
2.2.6 Pengobatan
Mengidentifikasi factor predisposisi dan menyingkirkan yang dapat dihindari
merupkan hal yang penting dalam tatalaksana pityriasis versicolor selain terapi. Terapi
dapat menggunakan terapi topical atau sistemik, dengan beberapa pertimbangan, antara
lain luas lesi, biaya, kepatuhan pasien, kontraindikasi, dan efek samping
Pengobatan topical :
Topical shampoos : Ketoconazole 2 % (Nizoral) shamppo , atau selenium sulfide, atau
cirlopirox shampoo, atau zinc pyrithione (head and shoulders) shampoo. Dosis untuk
kepala atau kulit untuk setiap hari sampai 14 hari , di diamkan selama 5 -10 menit
sebelum mandi
Topical antifungals : Imidazole creams ( ketoconazole, bitonazole, miconazole,
econazole, dan clottimazole) , Allylamine creams ( naftifine dan terbinafine), Cilopirox
cream , Tolnaftate cream, Haloprogin cream. Dosis : dioleskan di area yang terkena
penyakit setiap sehari 1-2 kali sehabis mandi selama 1-4 minggu
Pengobatan sistemik :
Obat sistemik dipertimbangkan pada lesi luas, kambuhan dan merupkan lini kedua untuk
pengobatan setelah pengobatan dengan terapi topical yaitu Ketoconazole 200 mg/ hari
selama 10 hari atau itraconazole 200 g/ hari selama 5-7 hari atau dengan Fluconazole
200-400 mg / minggu selama 2-4 minggu (Aditya & Kelly, 2015) , (Kenneth A, 2014).
2.2.7.Prognosis
Prognosis baik jika pengobatan dilakukan secar ekun dan kosisten, serta factor
predisposisi dihindari .skuama menghilang dalam beberapa minggu, tetapi pigmentasi
tidak kembali normal selama beberapa bulan. Sayangnya, meskipun pityriasis versicolor
11
dapat diperlakukan dengan sangat efektif, tetapi dapat penyakit ini dapat terjadi lagi.
rekurensi dapat terjadi setiap tahun hingga 20 tahun. pasien harus diperingatkan tentang
kekambuhan di bulan musim panas atau selama musim dingin jika mereka adalah
pengamat olahraga yang setia (Frankel, David H. 1999).
2.3 Personal Hygiene
2.3.1 Definisi
Mengingat pentingnya kulit sebagai organ terluar dan terluas di tubuh yang juga
berfungsi sebagai pelindung organ-organ di dalamnya, maka kulit perlu dijaga
kesehatannya. Penyakit pada kulit dapat disebabkan oleh jamur, virus, kuman, parasit
hewani, dan lainnya. Salah satu jamur yang sering menyebabkan gangguan kesehatan
kulit ialah PV (Khrisnamurti, 2014).
Personal hygiene adalah salah satu kemampuan individu dalam memenuhi
kebutuhan dasar untuk mempertahankan hidupnya, kesehatan, dan kesejahteraan sesuai
dengan kondisi kesehatannya. Seseorang dikatakan terganggu keperawatan dirinya jika
tidak dapat melakukan perawatan diri ( Direja, 2003).
2.3.2 Tujuan personal hygiene
Menurut Isro’in dan Andarmoyo (2012) tujuan personal hygiene diantaranya :
Meningkatkan derajad kesehatan seseorang
Memelihara kebersihan diri seseorang
Memperbaiki personal hygiene yang kurang
Pencegahan penyakit
Memperbaiki percaya diri seseorang
12
Menciptakan keindahan
2.3.3 Macam-macam personal hygiene
Menurut Potter (2009) macam-macam higiene personal dan tujuannya, antara
lain:
a. Perawatan kulit
Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai pelindung dari berbagai
kuman atau trauma, sekresi, eksresi, pengatur temperature, dan sensasi, sehingga
diperlukan perawatan yang adekuat dalam mempertahankan fungsinya. Kebersihan kulit
merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama memberi kesan, oleh karena itu
perlu memelihara kulit sebaik-sebaiknya. Pemeliharaan kesehatan kulit tidak dapat
terlepas dari kebersihan lingkungan, makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup
sehari-hari. Untuk selalu memelihara kebersihan kulit, kebiasaan sehat yang harus selalu
diperhatikan seperti:
Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri
Mandi minimal 2x sehari
Mandi memakai sabun
Menjaga kebersihan pakaian
Makan yang bergizi terutama sayur dan buah
Menjaga kebersihan lingkungan.
b. Hygiene mulut
Perawatan mulut harus dilakukan setiap hari dan bergantung terhadap keadaan
mulut seseorang. Gigi dan mulut merupakan bagian penting yang harus dipertahankan
kebersihannya sebab melalui organ ini berbagai kuman dapat masuk. Hygiene mulut
13
membantu mempertahankan status kesehatan mulut, gigi, gusi, dan bibir, menggosok
membersihkan gigi dari partikel – partikel makanan, plak, bakteri, memasase gusi, dan
mengurangi ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman.
c. Perawatan mata, hidung dan telinga
Higiene telinga mempunyai implikasi untuk ketajaman pendengaran. Bila benda
asing berkumpul pada kanal telinga luar, maka akan mengganggu konduksi suara. Tujuan
perawatan mata, hidung, dan telinga adalah untuk memiliki organ sensorik yang
berfungsi normal, mata, hidung, dan telinga pasien akan bebas dari infeksi, dan pasien
akan mampu melakukan perawatan mata, hidung, dan telinga seharihari. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam kebersihan mata adalah :
Membaca di tempat yang terang
Memakan makanan yang bergizi
Istirahat yang cukup dan teratur
Memakai peralatan sendiri dan bersih ( seperti handuk dan sapu tangan)
Memelihara kebersihan lingkungan.
Hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan telinga adalah :
Membersihkan telinga secara teratur
Jangan mengorek-ngorek telinga dengan benda tajam.
d. Kebersihan rambut
Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat membuat terpelihara dengan
subur dan indah sehingga akan menimbulkan kesan cantik dan tidak berbau apek. Dengan
selalu memelihara kebersihan kebersihan rambut dan kulit kepala, maka perlu
diperhatikan sebagai berikut:
14
Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang -
kurangnya 2x seminggu.
Mencuci ranbut memakai shampoo atau bahan pencuci rambut lainnya.
Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri.
e. Kebersihan gigi
Menggosok gigi dengan teratur dan baik akan menguatkan dan membersihkan
gigi sehingga terlihat cemerlang. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga
kesehatan gigi adalah:
Menggosok gigi secara benar dan teratur dianjurkan setiap
sehabis makan
Memakai sikat gigi sendiri
Menghindari makan-makanan yang merusak gigi
Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi
Memeriksa gigi secara teratur
f. Kebersihan tangan, kaki dan kuku
Seperti halnya kulit, tangan,kaki dan kuku harus dipelihara dan ini tidak terlepas
dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari-hari. Selain indah
dipandang, mata, tangan, kaki, dan kuku yang bersih juga menghindarkan kita dari
berbagai penyakit. Kuku dan tangan yang kotor dapat menyebabkan bahaya kontaminasi
dan menimbulkan penyakit-penyakit tertentu. Untuk menghindari hal tersebut maka perlu
diperhatikan sebagai berikut :
15
Membersihkan tangan sebelum makan
Memotong kuku secara teratur
Membersihkan lingkungan
Mencuci kaki sebelum tidur
2.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
Menurut Potter (2009), sikap seseorang melakukan higiene personal dipengaruhi
oleh sejumlah faktor, antara lain:
a. Citra tubuh (body image)
Menurut Wartonah (2003), citra tubuh merupakan gambaran individu terhadap
dirinya yang mempengaruhi kebersihan diri, misalnya dengan adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya. Penampilan umum dapat
menggambarkan pentingnya higiene personal pada orang tersebut. Citra tubuh merupakan
konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Higiene personal yang baik akan
mempengaruhi terhadap peningkatan citra tubuh individu.
b. Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola higiene personal sedangkan pada kelompok - kelompok sosial,
wadah seseorang berhubungan dapat mempengaruhi bagaimana orang tersebut dalam
pelaksanaan praktik higiene personal (Wartonah, 2003).
c. Status sosial ekonomi
Higiene personal memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
16
Pengetahuan tentang higiene personal sangat penting, karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Pengetahuan tentang pentingnya higiene dan
implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik higiene.
e. Kebudayaan
Kebudayaan dan nilai pribadi mempengaruhi kemampuan perawatan higiene
personal. Seseorang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda, mengikuti praktek
perawatan higiene personal yang berbeda.
f. Kebiasaan dan kondisi fisik
Kebiasaan seseorang, yaitu ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain. Kondisi
fisik atau psikis, yaitu pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya (Wartonah, 2003).
2.3.5 Dampak Personal Hygiene
Hygiene personal yang kurang baik dapat memberikan dampak terhadap fisik
maupun psikososial seseorang. Menurut Isro’in dan Andarmoyo (2012) dampak personal
hygiene diantaranya :
a) Dampak Fisik
Dampak fisik personal hygiene berupa gangguan integrasi kulit, gangguan
membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku
b) Gangguan Psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, aktualisasi diri menurun, dan
gangguan dalam interaksi sosial
17
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL HIPOTESIS PENELITIAN
3. 1 Kerangka Teori
Pityriasis Versicolor
AgentMalassezia
spp
Lingkungan
Kelembapan Udara
Suhu Tinggi
Kepadatan Penduduk
Host
Personal Hygiene
Kebersihan Kulit
Kebersihan Rambut
Kebersihan Gigi dan Mulut
Tingkat Imunitas
Produksi Keringat
Kondisi sosial
ekonomiPengetahuan
Tingkat Pengetahuan
Tahu
Memahami
Aplikasi
Analisis
Sintesis
Evaluasi
Faktor yang mempengaruhi
Pendidikan
Pekerjaan
Budaya
Jenis Kelamin
Umur
Malnutrisi
18
3.2 Kerangka Konsep
Keterangan :
: Variabel dependen
: Variabel Independen
3.3 Hipotesis
Hipotesis penilitian ini adalah :
1. Ada hubungan tingkat pengetahuan siswa / siswi SMA Negeri 2 Makassar dengan
angka kejadian penyakit panu (Pityriasis versicolor)
2. Ada hubungan antara personal hygiene dengan kejadian penyakit panu pada siswa
/ siswi SMA Negeri 2 Makassar
Tingkat Pengetahuan
Hygiene Personal terhadap Penyakit Panu (Pityriasis
Versicolor)
19
3.4 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1 Penyakit
Panu
(Pityriasis
Versicolor)
Penyakit yang
disebabkan oleh jamur
superficial
yang kronik, tidak
memberikan keluhan
subjektif, berupa
bercak berskuama
halus yang berwarna
putih sampai coklat
hitam, terutama
meliputi badan dan
kadang-kadang dapat
menyerang ketiak,
lipat paha, lengan,
muka dan kulit kepala
yang berambut
2 Tingkat
Pengetahuan
Pengetahuan adalah
segala sesuatu yang
diketahui tentang
personal hygiene
terhadap penyakit
panu
Kuisioner
a. Baik : Nilai
yang didapat 8
– 10
b. Cukup : Nilai
yang didapat 5
– 7
c. Kurang: Nilai
yang didapat 0
– 4
Ordinal
3
Personal
Hygiene
Personal hygiene
adalah kemampuan
seseorang dalam
menjaga kebersihan
dirinya sehingga tidak
mudah terserang
penyakit
Kuisioner a. Baik : Nilai
yang didapat 8
– 10
b. Cukup : Nilai
yang didapat 5
– 7
c. Kurang: Nilai
yang didapat 0
– 4
Ordinal
20
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan studi Cross-sectional.
Deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat. Crosssectional adalah
studi penelitian yang melakukan pengukuran variabel pada satu saat tertentu
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa / Siswi SMA Negeri 2 Makassar
4.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini Siswa / Siswi SMA Negeri 2 Makassar yang memenuhi
kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi.
o Kriteria inklusi
siswa / siswi kelas II SMA Negeri 2 Makassar
o Kriteria ekslusi
Tidak bersedia diberi dan mengisi lembar kuesioner
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti. Pada penelitian ini,
sampel ditentukan dengan cara Total Sampling yaitu semua sampel yang
memenuhi kriteria penelitian akan dimasukkan semua sebagai sampel
penelitian.
21
4.3 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober- Desember tahun 2018 di SMA
Negeri 2 Makassar
4.4 Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data primer, yaitu data
yang berasal dari sampel penelitian dan pengumpulan data dilakukan dengan metode
kuisioner yang dibagikan kepada responden.
4.5 Pengolahan dan Penyajian Data
Untuk mendapatkan hasil yang akurat, dibutuhkan pengolahan dan analisis data
secara tepat. Pada penelitian ini, setelah data terkumpul, data akan diolah dan disajikan
dalam tabel distribusi frekuensi, dan dianalisis. Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan program komputer SPSS.
4.6 Etika Penelitian
Sebelum melaksanakan penelitian, proposal ini akan diajukan ke pembimbing
akademik, staf dosen metodologi penelitian, komisi etik fakultas kedokteran unhas untuk
mendapatkan persetujuan etik. Hal ini bertujuan untuk memperoleh legitimasi secara etik.
Setelah mendapat persetujuan,maka peneliti akan memberikan pemberitahuan dan
penjelasan kepada subjek yang terpilih sebagai sampel mengenai gambaran penelitian ini,
baik secara lisan maupun tulisan, yaitu melalui inform consent. Yang dimana inform
22
consent tersebut menyatakan lembaran persetujuan subjek peneliti untuk keikutsertaan
dalam penelitian, dan peneliti menjaga kerahasiaan indentitas masing-masing subjek
penelitian.
4.7 Alur Penelitian
Peneiliti melakukan penarikan kesimpulan dari penelitian
Peneliti merakapitulasi dan mengarsipkan seluruh hasil penelitian yang telah terkumpul untuk disusun menjadi laporan penelitian
Baik : Nilai yang didapat 8 –10
Cukup : Nilai yang didapat 5 – 7
Kurang: Nilai yang didapat 0 – 4
Hasil penilaian kemudian di bagi sesuai dengan kategori
Kuisioner yang telah di isi kemudian diperiksa oleh peneliti untuk diberikan penilaian
Peneliti mengumpulkan kuisioner yang telah diisi
Peneliti membagikan kuisioner kepada calon subjek penelitian yang telah setuju
Peneliti meminta kesediaan partisipan untuk mengisi kuisioner penelitian (inform Consent)
Peneliti melakukan penjelasan mengenai penelitian ini kepada calon subjek penelitian
Peneliti berkunjung ke lokasi penelitian yang telah ditetapkan
Mengusulkan perizinan berupa izin etik penelitian dan perizinan pengambilan data di lokasi penelitian
Penyusunan Proposal Penelitian dan mengajukannya ke pada pembimbing
23
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Makassar yang terletak di jalan Baji
Gau 3 No. 41, Makassar, Sulawesi Selatan pada tanggal 16 November 2018. Sekolah ini
merupakan sekolah dengan akreditasi A. Selain memiliki segudang prestasi dibidang
akademik, sekolah ini juga memiliki banyak prestasi di bidang ekstrakulikuler yaitu
olahraga (futsal dan basket), Paskibra (Pasukan Pengibar Bendera), dan PMR (Palang
Merah Remaja)
5.2 Deskripsi Karakteristik Responden
Responden pada peniltian ini adalah siswa / siswi SMAN 2 Makassar sebanyak
244 orang. Tabel di bawah ini memperlihatkan data responden yang berasal dari
kuisioner penelitian yang telah dilakukan pada sekolah ini.
Tabel 5.2.1 Distibusi Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi %
Perempuan 164 67,2
Laki-Laki 80 32,8
Total 244 100
24
Berdasarkan table 5.2.1 menunjukkan bahwa 244 siswa / siswi SMAN 2 Makassar
sebagai responden pada penelitian ini sebanyak 164 orang (67,2%) responden berjenis
kelamin perempuan dan 80 orang (32,8%) adalah laki-laki.
Tabel 5.2.2 Distibusi Karakteristik Berdasarkan Umur
Umur Frekuensi %
15 Tahun 39 16,0
16 Tahun 171 70,1
17 Tahun 33 13,5
18 Tahun 1 0,4
Total 244 100
Berdasarkan tabel 5.2.2 menunjukkan bahwa umur terendah siswa / siswi SMAN 2
Makassar adalah 15 tahun dan tertinggi adalah 18 tahun. Responden yang terbanyak
adalah berumur 16 tahun yakni sebanyak 171 orang (70,1%) ,kemudian berumur 15 tahun
yakni 39 orang (16%), lalu berumur 17 tahun yakni 33 orang (13,5%) serta berumur 18
tahun yakni 1 orang (0,4%).
Tabel 5.2.3 Distibusi Karakteristik Berdasarkan Tempat Tinggal
Tempat Tinggal Frekuensi %
Rumah Orang Tua 236 96,7
Rumah Saudara 1 0,4
Kos 1 0,4
Lain-Lain 6 2,5
Total 244 100
25
Pada umumnya responden tinggal bersama orang tua, seperti yang terlihat pada table
5.2.3. Responden yang bertempat tinggal dengan orang tua sebesar 236 orang (96,7%),
sedangkan yang bertempat tinggal dengan rumah saudara sebanyak 1 orang (0,4%) ,
bertempat tinggal di tempat kos sebanyak 1 orang (0,4%) dan bertempat tinggal selain
tiga tempat tersebut ada 6 orang (2,5%).
Tabel 5.2.4 Distibusi Kejadian Panu
Penyakit Panu Frekuensi %
Ada 2 0,8
Tidak Ada 242 99,2
Total 244 100
Untuk mengetahui tentang kejadian panu, penulis tidak melakukan pemeriksaan langsung
namun dengan memberikan arahan kepada respoden agar respon dapat memeriksa sendiri
dan mampu menyimpulkan bahwa responden terkna panu, kemudian jika ditemukan ada
panu maka responden dapat mengisi kuesioner pada pertanyaan kejadian panu dengan
pilihan Ya. Dari 244 responden terdapat 2 kejadian panu (0,8%) sedangkan pada 242
respoden lainnya tidak ditemukan panu (99,2%).
5.3 Hasil Analisis Data
5.3.1 Tingkat Pengetahuan Responden
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa / siswi SMAN 2 Makassar tentang
pengetahuan terkait penyakit panu ada pada pertanyaan nomor 1-10 sedangkan pada
pertanyaan nomor 11-20 merupakan pertanyaan tentang hygiene personal tentang
penyakit panu yang diberikan melalui kuesioner, dimana responden mencentang pada
26
kolom benar atau kolom salah yang tersedia pada kuesioner. Dari hasil isian kusioner
untuk jawaban yang nilainya mendapat 0 – 4 poin maka dikategorikan sebagai kurang, 5
- 7 poin dikategorikan cukup, dan untuk 8 – 10 poin dikategorikan sebagai baik.
Pengisian kuesioner oleh responden lalu direkap dengan exel kemudian di olah di SPSS.
Tabel 5.3.1.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Siswa / Siswi terhadap Penyakit
Panu
Tingkat Pengetahuan Frekuensi %
Kurang 4 1,6
Cukup 87 35,7
Baik 153 62,7
Total 244 100
Berdasarkan tabel 5.3.1.1, Pengetahuan siswa / siswi SMAN 2 Makassar tentang panu
(Pytirasis Versicolor) menunjukkan bahwa hanya 4 orang (1,6%) responden yang tingkat
pengetahuannya tentang panu kurang sedangkan 87 responden (35,7%) memiliki tingkat
pengetahuan yang cukup dan 153 responden(62,7%) memiliki tingkat pengetahuannya
baik.
Table 5.3.1.2 Distribusi Frekuensi Hygiene Personal Siswa / Siswi Terhadap Panu
Personal Hygiene Frekuensi %
Kurang 22 9,0
Cukup 86 35,2
Baik 136 55,7
Total 244 100
27
Berdasarkan tabel 5.3.1.2, Pengetahuan Hygiene personal siswa / siswi SMAN 2
Makassar terhadap panu menunjukkan sebanyak 22 orang (9,0% ) memiliki pengetahuan
yang kurang dan sebanyak 86 orang (35,2%) memiliki pengetahuan cukup serta 136
orang (55,7%) memiliki pengetahuan baik.
5.3.2 Pengetahuan Responden Terhadap Penyakit Panu
Tabel 5.3.2.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Pada Pengetahuan Panu
No Pertanyaan
Jawaban Responden Total
Benar Salah
n % n % n %
1 Pengertian Panu 241 99 3 1 244 100
2
Penularan Panu lewat
penggunaan pakaian bersama 211 86 33 14 244 100
3 Mandi dua Kali sehari 232 95 12 5 244 100
4
Usia sebagai Faktor Pendukung
panu 122 50 122 50 244 100
5
Suhu > 28 celsius sebagai
penyebab panu 197 81 47 19 244 100
6
Sinar matahari sebagai penyebab
panu 158 65 86 35 244 100
7
Gizi dan keturunan faktor
pemberat panu 98 40 146 60 244 100
8
Sehabis banyak keringat,
langsung mandi 172 70 72 30 244 100
9 Bagian tubuh yang berkeringat 226 93 18 7 244 100
10
Penyakit panu dapat di
sembuhkan dengan menjaga
kebersihan diri dan melakukan
pengobatan 237 97 7 3 244 100
28
Berdasarkan tabel 5.3.2.1 diatas dapat dilihat bahwa pertanyan yang paling banyak di
jawab benar oleh responden adalah pertanyaan nomor 1 yaitu dengan presentase 99%
sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab salah oleh responden adalah
pertanyaan nomor 7 dengan presentase sebesar 60%.
5.3.3 Hygiene Personal Responden Terhadap Penyakit Panu
Tabel 5.3.3.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Pada Hygiene Personal
No Pertanyaan
Jawaban
Responden Total
Benar Salah
n % n % n %
1
Anda mandi setidaknya dua kali
sehari 219
90 25 10 244 100
2
Anda mandi dengan menggunakan
perlatan bersama 83 34 161 66 244 100
3
Anda mengganti pakaian dua kali
sehari dan mengganti setiap habis
mandi 221 91 23 9 244 100
4
Anda sering bertukar pakaian
dengan orang lain 48 20 196 80 244 100
5
Anda sering bertukar handuk
dengan orang lain 38 16 206 84 244 100
6
Anda mencuci tangan setelah
beraktivitas 219 90 25 10 244 100
7
Anda menggunting kuku apabila
sudah panjang 215 88 29 12 244 100
8
Anda menjemur kasur tempat
tidur anda sekali seminggu 81 33 163 67 244 100
9
Anda mengganti sprei tidur anda
sekali seminggu 132 54 112 46 244 100
10
Anda sering bertukar tempat tidur
dengan orang lain 80 33 164 67 244 100
29
Berdasarkan tabel 5.3.3.1 diatas dapat dilihat bahwa pertanyaan yang paling banyak di
dilakukan responden dengan benar adalah pertanyaan nomor 3 yaitu dengan presentase
91% sedangkan pertanyaan yang paling banyak dilakukan responden dengan salah
adalah pertanyaan nomor 8 dengan presentase sebesar 67%.
5.3.4 Karakterstik Responden Dan Tingkat Pengetahuan Siswa / Siswi Terhadap
Panu
Table 5.3.4.1 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Siswa / Siswi Terhadap Panu
Panu
Total
x2
hitung
df
x2
tabel
P Tidak Ada Ada
Pengetahuan Kurang n 4 0 4
1,199
2
5,99
0,289
% 100 0 100
Cukup n 87 0 87
% 100 0 100
Baik n 151 2 153
% 98,7 1,3 100
Total n 242 2 244
% 99,2 0,8 100
Chi-Square
Berdasrkan Tabel diatas terlihat bahwa setelah dilakukan penghitungan secara statistic
dengan uji Chi-Square, didapatkan pada chi hitung (x2 hitung) sebesar 1,199 yang lebih
kecil dari chi tabel (x2 tabel), yaitu 5,99 Selain itu diperoleh nilai p-value sebesar 0,289
yang lebih besar dari 0,05. Oleh karena itu, cukup alasan untuk menolak H1 maka H0
diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara tingkat pengetahuan responden terhadap penyakit panu.
30
Table 5.3.4.2 Hubungan Antara Hygiene Personal Siswa / Siswi Terhadap Panu
Panu
Total
x2
hitung
df
x2
tabel
P Tidak
Ada Ada
Hygiene
Personal
Kurang n 22 0 22
0,318
2
5,99
0,94
3
% 100 0 100
Cukup n 85 1 86
% 98,8 1,2 100
Baik n 135 1 136
% 99,3 0,7 100
Total n 242 2 244
% 99,2 0,8 100
Berdasrkan Tabel diatas terlihat bahwa setelah dilakukan penghitungan secara statistic
dengan uji Chi-Square, didapatkan pada chi hitung (x2 hitung)csebesar 0,318 yang lebih
kecil dari chitabel (x2 tabel), yaitu 5,99 Selain itu diperoleh nilai p-value sebesar 0,943
yang lebih besar dari 0,05. Oleh karena itu, cukup alasan untuk menolak H1 maka H0
diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara hygiene personal responden terhadap penyakit panu
31
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Analisis Univariat Dan Bivariat
Di SMAN 2 Makassar, subjek penelitian dengan pityriasis versicolor didapatkan
pada usia 16 tahun dan 17 tahun. %. Hal serupa juga ditemukan oleh Ebrahimadeh
(2009) di Iran 60% pada usia 10-20 tahun, menurun pada usia 20 -30 tahun. Kumar
(2005) mendapatkan bahwa 31,7% penderita pityriasis versicolor berusia 8-12 tahun.
sendangkan Banerjee (2011) menyebutkan bahwa frekuensi terbanyak penderita pityriasis
versicolor adalah anak usia 11 hingga 14 tahun. Menurut WHO, kejadian pityriasis
versicolor di negara berkembang 16% pada usia 13 tahun, 8-18% pada usia 14-15 tahun,
dan 1% pada usia 5-9 tahun. Infeksi pityriasis versicolor akan meningkat sesuai usia
akibat produksi sebum dan aktivitas fisik. Di SMAN 2 Makassar banyak dilakukan
aktivitas fisik seperti kegiatan ektrakurikuler (PMR dan Paskibraka) dan olahraga pagi,
yaitu sepak bola, jogging, dan voli , serta tennis.
Subjek penelitian dengan pityriasis versicolor terjadi pada laki-laki (100%),
berdasarkan hasil observasi karena kebiasaan siswa laki-laki banyak melakukan aktivitas
olaharaga yang banyak mengeluarkan keringat tanpa memperhatikan kebersihaan dirinya.
Kecenderungan jenis kelamin pada penyakit pityriasis versicolor masih belum jelas.
Penelitian sebelumnya yaitu Benarjee (2011) dan Elsanata (2015) menunjukkan kejadian
pityriasis versicolor lebih banyak pada laki-laki. pada penelitian Ebrahimzadeh (2009),
perempuan memiliki insidens lebih tinggi; tidak ditemukan perbedaan signifikan kejadian
pityriasis versicolor antar gender.
32
Subjek penelitian dengan pityriasis versicolor semuanya tinggal bersama orang
tuanya. Observasi perilaku kebiasaan seperti mandi satu kali sehari, tidak segera
mengganti pakaian lembap setelah berolahraga, dan kurangnya kesadaran berobat apabila
terinfeksi pityriasis versicolor juga dapat berpengaruh. Perilaku tersebut dapat menjadi
faktor risiko pityriasis versicolor. (Kannur & Kerala, 2017)
Pengetahuan seorang terhadap objek mempunyai tingkatan yang berbeda-beda
dan secara garis besarnya terbagi dalam beberapa tingkat pengetahuan yakni tahu,
memahami, mengamplikasikan, hingga evaluasi yakni berkaitan dengan kemampuan
sesorang untuk melakukan penilaian terhadap objek tertentu. Pengetahuan adalah hasil
dari tahu setelah orang tersebut melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu,
terjadinya penginderaan melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri
sendiri maupun pengalaman orang lain, media massa, dan lingkungan. Pengetahuan atau
kognitif merupakan hal yang sangat penting untuk membangun tindakan seseorang .
(Notoadmojo ,2010)
Pengetahuan tentang penyakit pityriasis versicolor tergolong kategori baik pada
62,4% subjek penelitian tidak berpenyakit pityriasis versicolor dan pada 100% subjek
berpenyakit pityriasis versicolor (p >0,05), menunjukkan tidak ada hubungan antara
pengetahuan pityriasis versicolor dan kejadian pityriasis versicolor pada SMAN 2
Makassar. Hasil ini sama dengan penelitian Diana (2018) yang dimana pengetahuan
santri MTs di Pondok Pesantren X Kecamatan Mempawah Hilir tentang penyakit
pityriasis versicolor tergolong kategori baik pada 60,4% subjek penelitian tidak
berpenyakit pityriasis versicolor dan pada 57,8% subjek berpenyakit pityriasis versicolor
33
(p >0,05), menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan pityriasis versicolor dan
kejadian pityriasis versicolor.
Sedangkan Hasil ini berbeda dari penelitian Ramdan (2013) yang mendapatkan
bahwa mayoritas santri yang berperilaku tidak sehat karena kurangnya pengetahuan santri
terhadap kesehatan pribadi ataupun lingkungan. Pengetahuan santri tentang penyakit
panu atau pityriasis versicolor tergolong kategori baik karena penyakit ini mudah dikenali
berupa bercakbercak hipopigmentasi atau hiperpigmentasi di kulit, juga menyebabkan
masalah kosmetik.
Panu menandakan kebersihan badan kurang baik, meliputi: mandi kurang dari dua
kali sehari, bertukar pakaian dengan teman sekamar, tidak mengganti pakaian yang basah
oleh keringat, dan tidak menjemur handuk dan kasur di sinar matahari. Higiene personal
adalah suatu sikap dan praktik yang dilakukan oleh seseorang untuk meningkatkan
derajat kesehatan, memilihara kebersihan diri, meningkatkan rasa percaya diri,
menciptakan keindahan dan mencegah timbulnya penyakit. Adapun tujuan dari higiene
personal untuk meningkatkan derajat kesehatan, memilihara kebersihan diri, mencegah
timbulnya penyakit penyakit, menciptakan keindahan dan meningkatkan rasa percaya diri
(Mardani, 2000)
Hygiene personal siswa / siswi SMAN 2 Makassar tergolong kategori baik pada
55.7% seluruh subjek penelitian dan 50 % pada subjek dengan pityriasis versicolor.
Sedangkan yang tergolong cukup pada seluruh subjek penelitian yaitu 35.2% dan 50 %
pada subjek dengan pityriasis versicolor ; tidak terdapat hubungan antara Personal
Hygiene dan kejadian pityriasis versicolor pada siswa / siswi di SMAN 2 Makassar (p
>0,05). Pada penelitian Diana (2018) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tergolong
34
kategori baik pada 90,6% seluruh subjek penelitian dan pada 93,3% subjek dengan
pityriasis versicolor; tidak terdapat hubungan antara PHBS dan kejadian pityriasis
versicolor pada santri MTs di Pondok Pesantren X.
Sedangkan pada penelitian Soni (2017) menunjukkan bahwa 58,6% responden
memiliki higiene personal yang buruk dan 21,4% responden mengalami Tinea versicolor
yang mana dari analisis uji chi square, diperoleh bahwa ada hubungan antara higiene
personal dengan kejadian Tinea versicolor pada santri pondok pesantren Darussa’adah
Mojo Agung. Hal tersebut karena perilaku kebersihan diri dipengaruhi oleh beberapa
factor yaitu Citra tubuh (body image), Praktik social, Status sosial ekonomi,
Pengetahuan, Kebudayaan, Kebiasaan dan kondisi fisik. (Potter, 2009)
Dari uraian-urain diatas maka didapatkan pengetahuan siswa / siswi tentang
pityriasis versicolor dan hygiene personal termasuk kategori baik. Hasil uji statistik
menunjukkan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan pityriasis versicolor dan
hygiene personal dengan kejadian pityriasis versicolor pada siswa / siswi SMAN 2
Makassar . Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa factor yang mempengaruhi
pengetahuan dan hygiene personal. Factor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu faktor
internal (Pendidikan ,Pekerjaan, Umur), Faktor Eksternal (Lingkungan dan Sosial
Budaya). (Notoatmodjo, 2003)
6.2 Keterbatasn Penelitian
1. Penelitian ini dilakukan pada saat jam istirahat sehingga dikhawatirkan siswa
tidak fokus dalam pengisian kuesioner penelitian karena ingin cepat keluar untuk
beristirhat
35
2. Peneliti menggunakan kuesioner tertutup sehingga kurang dapat menggali
pengetahuan responden karena memungkinkan responden untuk asal menjawab
dan kebetulan memilih jawaban dengan pilihan benar.
36
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh peneliti, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Pengetahuan siswa / siswi SMAN 2 Makassar tentang penyakit panu mayoritas
berada dalam kategori baik, yaitu 62,7%.
2. Pengetahuan siswa / siswi SMAN 2 Makassar tentang hygiene personal terhadap
penyakit panu mayoritas berada dalam ketegori baik, yaitu 55,7%
3. Kejadian penyakit panu (Pytiriasis Versicolor) pada siswa / siswi SMAN 2
Makassar adalah 0,8%
4. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian penyakit panu
(Pytiriasis Versicolor) pada siswa / siswi SMAN 2 Makassar
5. Tidak ada hubungan antara hygiene personal dengan kejadian penyakit panu
(Pytiriasis Versicolor) pada siswa / siswi SMAN 2 Makassar
7.2 Saran
Berdasarkan dari kesimpulan diatas, peneliti memberikan saran, yaitu :
1. Bagi siswa / siswi SMAN 2 Makassar diharapkan agar bisa lebih meningkatkan
pengetahuannya mengenai hygiene personal khususnya terhadap penyakit panu
serta membangikan ilmu yang telah didapatnya tersebut kepada teman serta orang
terdekatnya yang lain yang masih kurang pengetahuannya
37
2. Bagi peneliti selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode
penelitian yang berbeda, variabel yang berbeda, tempat dan jumlah populasi
berbeda sehingga diperoleh hasil yang lebih baik
38
DAFTAR PUSTAKA
Aditya K. Gupta and Kelly A. Foley.2015. Antifungal Treatment for Pityriasis
Versicolor. Jurnal of fungi. University of Toronto,Canada.
Banerjee S. Clinical profile of pityriasis versicolor in a referral hospital West Bengal.
J PAD. 2011;21(4):248–52.
Diana Natalia, Sari R, Riska N. Hubungan antara Pengetahuan mengenai Pityriasis
versicolor dan PHBS dengan Kejadian Pityriasis versicolor pada Santri
Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren X Kecamatan Mempawah Hili.
CDK-260/ vol. 45 no. 1 th. 2018.
Direja. 2003, asuhan keperawatan jiwa, Salemba Medika, Yogyakarta
Ebrahimzadeh A. A survey on pityriasis versicolor in the University Students in
Southeast of Iran.2009;29(1):1–5
Elsanata U. Hubungan praktik kebersihan terhadap kejadian pityriasis versicolor studi
observasi analitik pada santri laki-laki di Pondok Pesantren Asy-Syarifah Demak.
Semarang: Universitas Sultan Agung; 2015.
Farzad et al. 2014. Molecular Identification and Prevalence of Malassezia Species in
Pityriasis Versicolor Patients From Kashan. Dermatology Department, Kashan.
7(8): e11561
Frankel, David H. 1999. Field Guide to Clinical Dermatology. Philadelphia :
Lippicott Williams & Wilkins.66-67p
39
Hayati,I., & Handayani, Z. P. 2014. Identifikasi Jamur Malassezia Furufur pada
nelayan penderita penyakit kulit di RT 09 Kelurahan Malabro Kota
Bengkulu. Jurnal Gradien, 10(1), 972-975.
Isro’in, L. dan Andarmoyo, S., 2012. Personal Hygiene. In Yogyakarta: Graha Ilmu,
pp. 1– 51.
Izzatur R, Zakiul F. 2015. Ilmu Pengetahuan dari John Locke ke Al-Attas. Takengon
Aceh Tengah. Jurnal Pencerahan Volume 9, Nomor 1, Halaman 12-22 .
James E, Fitzpatrick, Joseph. 2007. Dermatology secrets in color. 3rd edition,
Philadelphia : Elsevier. 190p
Kannur, Kerala, 2017. A Clinical and Epidemiological Study of Pityriasis Versicolor.
International Journal of Scientific Study .Vol 5 India.
Kenneth A. Arndt. Jeffrey, 2014. Manual of Dermatologic therapeutics. 8th
edition,Philadelphia : Lippicott Williams & Wilkins.136p
Khrisnamurti, A., 2014. Tingkat pengetahuan siswa SMAN 1 Semarang tentang
Hygiene personal terhadap penyakit panu‟,
Kumar JD, Sengupta S, Dwari BC, Ram MK. Pityriasis versicolor in the pediatric
group. Indian J Dermatol Venerol Leprol. 2005;71(4):259–61.
Mahe A, Hay RJ. Epidemiology and management of common skin diseases in
children in developing countries. 12th ed. Geneva: World Health
Organization; 2005. p. 1-8.
Mardani A. 2000. Infeksi Jamur Kulit. Dalam : Harahap M, editor. Ilmu Penyakit
Kulit. Jakarta : Hipokrates.
Notoadmojo. 2003, Pendidikan perilaku kesehatan,Rineka cipta, Jakarta
40
Notoadmojo. 2010, Promosi kesehatan teori dan aplikasi, Rineka cipta, Jakarta
Potter PA, Perry AG. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawtan: Konsep, Proses dan
Praktik Edisi 4. Jakarta: EGC
Ramdan AA, Iswari R, Wijaya A. Pola penyakit santri di pondok pesantren modern
Asslamah. J Unnes. 2013;2(1):1–8.
Soni Setiya Wardana. Hubungan hygiene personal terhadap kejadian tinea versicolor
pada santri pria di pondok pesantren darussa’adah mojo agung, lampung
tengah. Fakultas kedokteran universitas lampung Bandar. 2007.
Sri Linuwih, Kusmarinah B, Wresti I. 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
ke-7. Jakarta : Badan Penerbit UI.103-105p
Sunaryo, 2004. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC. 25-27p
Wartonah, Tarwoto. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medik.
41
Lampiran 1
BIODATA PENELITI
Nama Lengkap : Alifah Syafiqah Zata Ismah Zulkifli
Nama Panggilan : Alifah / Fiqah
NIM : C111 15 008
Tempat, Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 14 Januari 1998
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Jurusan/Fakultas : Pendidikan Dokter
Nama Orang Tua
Ayah : Zulkifli Djafar
Ibu : Fithriyah Arief Wangsa
Anak Ke : 4
Alamat : Perumahan Dosen UNHAS Tamalanrea Blok AB 25
Telepon : 082296760800
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
SDI Kampus Unhas 1 (2009)
SMPN 12 Makassar (2012)
SMAN 2 Makassar (2015)
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin ( 2015-
Sekarang)
42
Lampiran 2
NASKAH PENJELASAN UNTUK MENDAPATKAN PERSETUJUAN DARI SUBJEK
PENELITIAN
Assalamualaikum Wr Wb / Salam sejahtera. Saya Alifah Syafiqah Zata Ismah Zulkifli
adalah mahasiswa angkatan 2015 dari Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin . Saya ini
sedang melakukan penelitian mengenai ”Tingkat Pengetahuan Siswa / Siswi SMA Negeri 2
Makassar tentang Personal Hygiene terhadap Penyakit Panu”. Subjek dalam penelitian ini
merupakan siswa / siswi SMA yang sedang mengikuti pembelajaran di SMA Negeri 2 Makassar.
Saya meminta waktunya saudara/i untuk mengisi lembar kuesioner yang hanya
mengambil masa sekitar 5-10 menit. Diharapkan agar saudara/i bersedia untuk menjadi sampel
penelitian saya secara sukarela dan tanpa paksaan. Selama dalam penelitian ini, saudara/i dapat
mengundurkan diri sepanjang waktu penelitian dijalankan tanpa mengurangi pelayanan saudara/i
selama di SMA Negeri 2 Makassar.Manfaat yang bisa diperoleh adalah mendapat pengetahuan
tentang personal hygiene terhadap penyakit panu (Pityriasis versicolor) yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat khususnya golongan remaja
Mohon maaf sebelumnya, selama penelitian ini saya tidak memberikan sebarang bentuk
kompensasi kepada saudara/i. Saya mohon kerjasamanya kepada responden dalam memberikan
data yang dibutuhkan dan informasi responden yang diberikan merupakan rahasia.
Sekiranya saudara/i bersetuju untuk menjadi sampel penelitian saya, diminta agar saudara/i dapat
mengisi surat persetujuan responden atau Informed Consent. Terima kasih atas kerjasamanya.
43
Lampiran 3
FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : .............................................................
Umur : .............................................................
Alamat : ............................................................
Setelah mendengar dan mengerti penjelasan yang diberikan mengenai tujuan, manfaat apa yang
akan dilakukan pada penelitian ini, menyatakan setuju untuk ikut dalam penelitian ini secara
sukarela tanpa paksaan.
Saya tahu bahwa keikutsertaan saya ini bersifat sukarela tanpa paksaan, sehingga saya bisa
menolak ikut atau mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa kehilangan hak saya untuk
mendapat pelayanan kesehatan. Juga saya berhak bertanya atau meminta penjelasan pada peneliti
bila masih ada hal yang belum jelas atau masih ada hal yang ingin saya ketahui tentang
penelitian ini.
Bila terjadi perbedaan pendapat dikemudian hari kami akan menyelesaikannya secara
kekeluargaan.
NAMA TANDA TANGAN TGL/BLN/THN
Responden
…………………… ……………………… ……………………
Saksi 1
…………………… ……………………… ……………………
Saksi 2
…………………… ……………………… ……………………
44
Lampiran 4
FORMULIR KUESIONER
I. Karakteristik Responden
Isilah sesuai pernyataan yang di ajukan dan berilah tanda silang (X) terhadap jawaban
yang sesuai
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Perempuan
Laki-laki
Kota Asal :
Makassar
Luar Makassar …………………………
Tempat Tinggal :
Rumah Orang Tua
Kos
Rumah Saudara
Lain-lain …………………………
Riwayat Penyakit Kulit :
Tidak
Ya …………………………
P
L
45
II. Pertanyaan
Petunjuk pengisian : centang (V) jawaban yang dianggap tepat.
No Pertanyaan Benar Salah
1 Penyakit panu adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
jamur yang bersifat kronik, memberikan tanda serupa bercak
halus yang berwarna putih sampai coklay hitam, terutama
meliputi badan dan kadang- kadang dapat menyerang ketiak,
lipat paha, lengan dan muka
2. Penyakit panu dapat menular dari seseorang ke orang lain
melaui penggunaan baju ataupun handuk yang sama
3 Menurut para ahli mandi sebaiknya dilakukan 2 kali dalam
sehari
4 Usia merupakan salah satu faktor yang berperan terhadap
terjadinya penyakit panu, remaja merupakan usia yang paling
berpotensi terkena penyakit panu
5 Bersuhu hangat dan lembab (>28 C) merupakan suhu yang
sangat cocok untuk pertumbuhan penyakit panu
6 Terlalu lama terpapar oleh sinar ultraviolet atau sinar
matahari dapat menjadi salah satu penyebab terkenanya
penyakit panu
7 Ada beberapa faktor yang memperberat infeksi penyakit panu
yaitu gizi buruk dan faktor keturunan
8 Sehabis melalukan aktifitas ekstrakulikuler dan kegiatan
lainnya yang mengeluarkan banyak keringat sebaiknya mandi
untuk menghindari perkembangbiakan dari mikrooganisme
dan penyebab penyakit panu
9 Bagian tubuh yang paling sering terkena panu adalah bagian
tubuh yang sering berkeringat
10 Penyakit panu dapat di sembuhkan dengan menjaga
kebersihan diri dan melakukan pengobatan yang teratur
46
dengan menggunakan obat anti jamur
11 Anda mandi setidaknya dua kali sehari
12 Anda mandi dengan menggunakan perlatan bersama
(handuk / sabun batang)
13 Anda mengganti pakaian dua kali sehari dan mengganti setiap
habis mandi
14 Anda sering bertukar pakaian dengan orang lain
15 Anda sering bertukar handuk dengan orang lain
16 Anda mencuci tangan setelah beraktivitas
17 Anda menggunting kuku apabila sudah panjang
18 Anda menjemur kasur tempat tidur anda sekali seminggu
19 Anda mengganti sprei tidur anda sekali seminggu
20 Anda sering bertukar tempat tidur dengan orang lain
47
Lampiran 5
Analisis Data
Jenis_Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Perempuan 164 67.2 67.2 67.2
Laki-Laki 80 32.8 32.8 100.0
Total 244 100.0 100.0
umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 15 Tahun 39 16.0 16.0 16.0
16 Tahun 171 70.1 70.1 86.1
17 Tahun 33 13.5 13.5 99.6
18 Tahun 1 .4 .4 100.0
Total 244 100.0 100.0
Tempat_Tinggal
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Rumah Orang Tua 236 96.7 96.7 96.7
Rumah Saudara 1 .4 .4 97.1
Kos 1 .4 .4 97.5
Lain-Lain 6 2.5 2.5 100.0
Total 244 100.0 100.0
panu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Tidak Ada 242 99.2 99.2 99.2
Ada 2 .8 .8 100.0
Total 244 100.0 100.0
Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Kurang 4 1.6 1.6 1.6
Cukup 87 35.7 35.7 37.3
Baik 153 62.7 62.7 100.0
Total 244 100.0 100.0
48
Hygiene_Personal
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Kurang 22 9.0 9.0 9.0
Cukup 86 35.2 35.2 44.3
Baik 136 55.7 55.7 100.0
Total 244 100.0 100.0
Frekuensi jawaban responden pada pengetahuan panu
No Pertanyaan
Jawaban
Responden Total
Benar Salah
n % n % n %
1 Pengertian Panu 241 0.99 3 0.01 244 1.0
2 Penularan Panu lewat penggunaan pakaian bersama 211 0.86 33 0.14 244 1.0
3 Mandi dua Kali sehari 232 0.95 12 0.05 244 1.0
4 Usia sebagai Faktor Pendukung panu 122 0.50 122 0.50 244 1.0
5 Suhu > 28 celsius sebagai penyebab panu 197 0.81 47 0.19 244 1.0
6 sinar matahari sebagai penyebab panu 158 0.65 86 0.35 244 1.0
7 gizi dan keturunan faktor pemberat panu 98 0.40 146 0.60 244 1.0
8 sehabis banyak keringat, langsung mandi 172 0.70 72 0.30 244 1.0
9 bagian tubuh yang berkeringat 226 0.93 18 0.07 244 1.0
10
Penyakit panu dapat di sembuhkan dengan
menjaga kebersihan diri dan melakukan
pengobatan 237 0.97 7 0.03 244 1.0
Frekuensi jawaban responden pada hygiene personal
No Pertanyaan
Jawaban
Responden Total
Benar Salah
n % n % n %
1 Anda mandi setidaknya dua kali sehari 219 0.90 25 0.10 244 1.0
2
Anda mandi dengan menggunakan perlatan
bersama 83 0.34 161 0.66 244 1.0
3
Anda mengganti pakaian dua kali sehari dan
mengganti setiap habis mandi 221 0.91 23 0.09 244 1.0
4 Anda sering bertukar pakaian dengan orang lain 48 0.20 196 0.80 244 1.0
5 Anda sering bertukar handuk dengan orang lain 38 0.16 206 0.84 244 1.0
6 Anda mencuci tangan setelah beraktivitas 219 0.90 25 0.10 244 1.0
7 Anda menggunting kuku apabila sudah panjang 215 0.88 29 0.12 244 1.0
8
Anda menjemur kasur tempat tidur anda sekali
seminggu 81 0.33 163 0.67 244 1.0
49
9
Anda mengganti sprei tidur anda sekali
seminggu 132 0.54 112 0.46 244 1.0
10
Anda sering bertukar tempat tidur dengan orang
lain 80 0.33 164 0.67 244 1.0
Pengetahuan * panu Crosstabulation
panu
Total Tidak Ada Ada
Pengetahuan Kurang Count 4 0 4
% within Pengetahuan 100.0% 0.0% 100.0%
Cukup Count 87 0 87
% within Pengetahuan 100.0% 0.0% 100.0%
Baik Count 151 2 153
% within Pengetahuan 98.7% 1.3% 100.0%
Total Count 242 2 244
% within Pengetahuan 99.2% 0.8% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance (2-sided)
Pearson Chi-Square 1.199a 2 .549
Likelihood Ratio 1.877 2 .391
Linear-by-Linear Association 1.125 1 .289 N of Valid Cases 244
a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .03.
Symmetric Measures
Value
Asymptotic
Standardized
Errora Approximate Tb
Approximate
Significance
Interval by Interval Pearson's R .068 .024 1.061 .290c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .070 .025 1.088 .278c
N of Valid Cases 244 a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Hygiene_Personal * panu Crosstabulation
panu
Total Tidak Ada Ada
Hygiene_Personal Kurang Count 22 0 22
% within Hygiene_Personal 100.0% 0.0% 100.0%
Cukup Count 85 1 86
% within Hygiene_Personal 98.8% 1.2% 100.0%
Baik Count 135 1 136
% within Hygiene_Personal 99.3% 0.7% 100.0%
Total Count 242 2 244
% within Hygiene_Personal 99.2% 0.8% 100.0%
50
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic Significance (2-
sided)
Pearson Chi-Square .318a 2 .853
Likelihood Ratio .485 2 .785 Linear-by-Linear Association .005 1 .943
N of Valid Cases 244 a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .18.
Symmetric Measures
Value
Asymptotic
Standardized
Errora Approximate Tb
Approximate
Significance
Interval by Interval Pearson's R .005 .049 .071 .944c Ordinal by Ordinal Spearman Correlation -.002 .057 -.034 .973c
N of Valid Cases 244 a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Pengetahuan * Umur
umur
Total 15 Tahun 16 Tahun 17 Tahun 18 Tahun
Pengetahuan Kurang Count 1 3 0 0 4
% within Pengetahuan 25.0% 75.0% 0.0% 0.0% 100.0%
Cukup Count 13 61 13 0 87
% within Pengetahuan 14.9% 70.1% 14.9% 0.0% 100.0%
Baik Count 25 107 20 1 153
% within Pengetahuan 16.3% 69.9% 13.1% 0.7% 100.0%
Total Count 39 171 33 1 244
% within Pengetahuan 16.0% 70.1% 13.5% 0.4% 100.0%
Pengetahuan * Jenis Kelamin
Jenis_Kelamin
Total Perempuan Laki-Laki
Pengetahuan Kurang Count 4 0 4
% within Pengetahuan 100.0% 0.0% 100.0%
Cukup Count 54 33 87
% within Pengetahuan 62.1% 37.9% 100.0%
Baik Count 106 47 153
% within Pengetahuan 69.3% 30.7% 100.0%
Total Count 164 80 244
% within Pengetahuan 67.2% 32.8% 100.0%
51
Pengetahuan * Tempat Tinggal
Tempat_Tinggal
Total
Rumah
Orang Tua
Rumah
Saudara Kos Lain-Lain
Pengetahuan Kurang Count 3 0 0 1 4
% within Pengetahuan 75.0% 0.0% 0.0% 25.0% 100.0%
Cukup Count 84 0 1 2 87
% within Pengetahuan 96.6% 0.0% 1.1% 2.3% 100.0%
Baik Count 149 1 0 3 153
% within Pengetahuan 97.4% 0.7% 0.0% 2.0% 100.0%
Total Count 236 1 1 6 244
% within Pengetahuan 96.7% 0.4% 0.4% 2.5% 100.0%
Hygiene Personal * Umur
umur
Total 15 Tahun 16 Tahun 17 Tahun 18 Tahun
Hygiene_Personal Kurang Count 7 11 4 0 22
% within Hygiene_Personal 31.8% 50.0% 18.2% 0.0% 100.0%
Cukup Count 10 64 12 0 86
% within Hygiene_Personal 11.6% 74.4% 14.0% 0.0% 100.0%
Baik Count 22 96 17 1 136
% within Hygiene_Personal 16.2% 70.6% 12.5% 0.7% 100.0%
Total Count 39 171 33 1 244
% within Hygiene_Personal 16.0% 70.1% 13.5% 0.4% 100.0%
Hygiene Personal *Jenis Kelamin
Jenis_Kelamin
Total Perempuan Laki-Laki
Hygiene_Personal Kurang Count 11 11 22
% within Hygiene_Personal 50.0% 50.0% 100.0%
Cukup Count 57 29 86
% within Hygiene_Personal 66.3% 33.7% 100.0%
Baik Count 96 40 136
52
% within Hygiene_Personal 70.6% 29.4% 100.0%
Total Count 164 80 244
% within Hygiene_Personal 67.2% 32.8% 100.0%
Hygiene Personal *Tempat Tinggal
Tempat_Tinggal
Total
Rumah
Orang Tua
Rumah
Saudara Kos
Lain-
Lain
Hygiene_Personal Kurang Count 21 0 0 1 22
% within Hygiene_Personal
95.5% 0.0% 0.0% 4.5% 100.0%
Cukup Count 83 0 1 2 86
% within
Hygiene_Personal 96.5% 0.0% 1.2% 2.3% 100.0%
Baik Count 132 1 0 3 136
% within
Hygiene_Personal 97.1% 0.7% 0.0% 2.2% 100.0%
Total Count 236 1 1 6 244
% within
Hygiene_Personal 96.7% 0.4% 0.4% 2.5% 100.0%
Panu*Umur
umur
Total 15 Tahun 16 Tahun 17 Tahun 18 Tahun
panu Tidak Ada Count 39 170 32 1 242
% within panu 16.1% 70.2% 13.2% 0.4% 100.0%
Ada Count 0 1 1 0 2
% within panu 0.0% 50.0% 50.0% 0.0% 100.0%
Total Count 39 171 33 1 244
% within panu 16.0% 70.1% 13.5% 0.4% 100.0%
Panu*Jenis Kelamin
Jenis_Kelamin
Total Perempuan Laki-Laki
panu Tidak Ada Count 164 78 242
% within panu 67.8% 32.2% 100.0%
Ada Count 0 2 2
% within panu 0.0% 100.0% 100.0%
Total Count 164 80 244
% within panu 67.2% 32.8% 100.0%
Panu*Tempat Tinggal
Tempat_Tinggal
Total
Rumah Orang
Tua Rumah Saudara Kos Lain-Lain
panu Tidak Ada Count 234 1 1 6 242
% within panu 96.7% 0.4% 0.4% 2.5% 100.0%
Ada Count 2 0 0 0 2
% within panu 100.0% 0.0% 0.0% 0.0% 100.0%
Total Count 236 1 1 6 244
% within panu 96.7% 0.4% 0.4% 2.5% 100.0%
53
Pengetahuan * Hygiene_Personal Crosstabulation
Hygiene_Personal
Total Kurang Cukup Baik
Pengetahuan Kurang Count 1 0 3 4
% within Pengetahuan 25.0% 0.0% 75.0% 100.0%
Cukup Count 10 34 43 87
% within Pengetahuan 11.5% 39.1% 49.4% 100.0%
Baik Count 11 52 90 153
% within Pengetahuan 7.2% 34.0% 58.8% 100.0%
Total Count 22 86 136 244
% within Pengetahuan 9.0% 35.2% 55.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymptotic
Significance (2-sided)
Pearson Chi-Square 5.283a 4 .259
Likelihood Ratio 6.298 4 .178
Linear-by-Linear Association 1.917 1 .166 N of Valid Cases 244
a. 3 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is .36.
UJI BIVARIAT
umur Jenis_Kelamin Tempat_T
inggal panu Pengetahuan Hygiene_Personal
umur Pearson Correlation 1 .114 -.055 .084 .006 .021
Sig. (2-tailed) .074 .388 .190 .923 .745
N 244 244 244 244 244 244
Jenis_Kelamin Pearson Correlation .114 1 .020 .130* -.031 -.112
Sig. (2-tailed) .074 .755 .042 .629 .082
N 244 244 244 244 244 244
Tempat_Tinggal Pearson Correlation -.055 .020 1 -.016 -.095 -.036
Sig. (2-tailed) .388 .755 .802 .140 .572
N 244 244 244 244 244 244
panu Pearson Correlation .084 .130* -.016 1 .068 .005
Sig. (2-tailed) .190 .042 .802 .290 .944
N 244 244 244 244 244 244
Pengetahuan Pearson Correlation .006 -.031 -.095 .068 1 .089
Sig. (2-tailed) .923 .629 .140 .290 .167
N 244 244 244 244 244 244
Hygiene_Personal Pearson Correlation .021 -.112 -.036 .005 .089 1
Sig. (2-tailed) .745 .082 .572 .944 .167 N 244 244 244 244 244 244
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
54
Lampiran 6
55
56
57
58