Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TINGKAT PENGETAHUAN PETANI JAGUNG TERHADAP PENGGUNAAN PUPUK DAN PESTISIDA SINTETIS
DI DESA PABBENTENGANG KECAMATAN BAJENG KABUPATEN GOWA
SUHARTINA 105960184515
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
ii
TINGKAT PENGETAHUAN PETANI JAGUNG TERHADAP PENGGUNAAN PUPUK DAN PESTISIDA SINTESIS
DI DESA PABBENTENGANG KECAMATAN BAJENG KABUPATEN GOWA
SUHARTINA 105960184515
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBIBSNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Tingkat Pengetahuan Petani Jagung Terhadap
Penggunaan Pupuk dan Pestisida Sintetis di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa
Nama : Suhartina
NIM : 105960184515
Program Studi : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
Disetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ir. Hj. Ratnawati Tahir, M.Si Amanda Patappari F, S.P., M.P NIDN. 0012046603 NIDN. 0909078604
Diketahui:
Dekan Fakultas Pertanian Ketua Prodi Agribisnis
Dr. H. Burhanuddin, S. Pi., M.P Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P NDN.0912066901 NIDN. 0921037003
iv
HALAMAN KOMISI PENGUJI
Judul : Tingkat Pengetahuan Petani Jagung Terhadap
Penggunaan Pupuk dan Pestisida Sintetis di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa
Nama : Suhartina
NIM : 105960184515
Program Studi : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
KOMISI PENGUJI
Nama TandaTangan
1. Prof. Dr. Ir. Hj. Ratnawati Tahir, M.Si
Ketua Sidang
2. Amanda Patappari F, S.P., M.P Sekertaris
3. Dr. Jumiati., S.P., M.M Anggota
4. Ardi Rumallang, S.P., M.M Anggota
Tanggal Lulus :..............................................
v
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : Tingkat
Pengetahuan Petani Jagung Terhadap Penggunaan Pupuk dan Pestisida
Sintetis di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa adalah
benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir
skripsi ini.
Makassar, Juli 2019
Suhartina
105960184515
vi
ABSTRAK
SUHARTINA 1059600184515. Tingkat Pengetahuan Petani Jagung Terhadap Penggunaan Pupuk dan Pestisida Sintetis di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. Di bimbing oleh RATNAWATI TAHIR dan AMANDA PATAPPARI FIRMANSYAH.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan petani jagung terhadap penggunaan pupuk dan pestisida sintetis. Populasi dalam penelitian ini adalah semua petani jagung di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa dengan jumlah 200 orang. Sampel diambil 10% dari total populasi sehingga sampel berjumlah 20 orang. Pengambilan sampel sebanyak 20 orang yang didapatkan secara purposive sampling atau secara sengaja. Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dengan kuisioner dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian, menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan petani jagung terhadap penggunaan pupuk dan pestisida sintetis termasuk ke dalam kategori tinggi dengan mengukur beberapa variabel yaitu pupuk sintetis yang digunakan dengan skor rata-rata 2.75 dan pestisida sintetis yang digunakan dengan skor rata-rata 2.68. Metode pengaplikasin pupuk sintetis mendapatkan skor rata-rata 2.81 dan 2.66 untuk metode pengaplikasian pestisida. Waktu pengaplikasian pupuk sintetis tergolong tinggi dengan skor rata-rata 2.71 dan nilai skor 3 untuk waktu pengaplikasian pestisida sintetis. Nilai skor dengan kategori tinggi yang dihasilkan ketiga variabel dapat diartikan bahwa petani jagung di lokasi penelitian mengetahui ketepatan penggunaan pupuk dan pestisida sintetis dilihat dari keberhasilan petani dalam melakukan budidaya jagung.
Kata kunci : petani jagung, pengetahuan, pupuk dan pestisida sintetis
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukir penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-nya. Shalawat dan salam
tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat
dan para pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul “Tingkat Pengetahuan Petani Jagung Terhadap Penggunaan Pupuk dan
Pestisida Sintetis di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memeperoleh Sarjana Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.gelar
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi in tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Prof. Dr. Ir. Hj. Ratnawati Tahir, M.Si, selaku pembimbing I dan Amanda
Patappari F, S.P.,M.P, selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan
waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi dapat
diselsaikan.
2. Bapak Dr. H. Burhanuddin, S. Pi., M.P, selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Dr. Sri Mardiyati, S.P.,M.P selaku ketua Prodi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
viii
4. Kedua Orangtua ayahanda Dg Rani dan Ibu Mariati dan segenap keluarga yang
senantiasa memberikan bantuan, baik moril maupun material sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
5. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada
penulis.
6. Kepada pihak pemerintah Desa Pabbentengang yang telah mengizinkan penulis
untuk melakukan penelitian di Daerah tersebut.
7. Semua pihak yang membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir yang
penulis tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih kepasa semua piahak yang terkait
dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Semoga
kristal-kristal Allah senantiasa tercurahkan kepadanya. Amin.
Makassar, Juli 2019
Suhartina
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTRA ISI ........................................................................................................ v
I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1.LatarBelakang ........................................................................................... 1
1.2.RumusanMasalah ...................................................................................... 4
1.3.TujuandanKegunaanPenelitian .................................................................. 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 5
2.1.Pengetahuan .............................................................................................. 5
2.2.Petani ......................................................................................................... 11
2.3.Komoditas Jagung ..................................................................................... 13
2.4.Pupuk Sintetis ........................................................................................... 14
2.5.Pestisida Sintetis ....................................................................................... 18
2.6.Kerangka Pikir .......................................................................................... 21
III. METODE PENELITIAN ............................................................................... 23
3.1. Lokasidan Waktu Penelitian ................................................................... 23
3.2. Teknik Penentuan Sample ....................................................................... 23
3.3. Jenisdan Sumber Data ............................................................................. 24
3.4. Tehnik Pengumpualan Data .................................................................... 24
3.5. Teknik Analisis Data............................................................................... 25
3.6. Definisi Operasional ............................................................................... 25
x
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .......................................... 27
4.1.Letak geografi ......................................................................................... 27
4.2.Letak demografis .................................................................................... 27
4.3.Sarana dan Infrastruktur Desa ................................................................. 31
4.4.Kondisi ekonomi ..................................................................................... 33
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 34
5.1. Identitas Petani Responden ..................................................................... 34
5.2. Deskripsi Hasil Penelitian Tingkat Pengetahuan Petani Jagung Terhadap Penggunaan Pupuk dan Pestisida Sintetis ............................... 39
5.3. Pengetahuan Petani Jagung Terhadap Penggunaan Pupuk dan Pestisida Sintetis ..................................................................................... 40
5.4. Pengetahuan Petani Jagung Terhadap Metode Pengaplikasian pupuk dan Pestisida sintetis ............................................................................. 45
5.5. Pengetahuan petani jagung terhadap waktu pengaplikasian pupuk dan pestisida sintetis ................................................................................ 51
VI. KESIMPULAN DAN DARAN ..................................................................... 57
6.1.Kesimpulan ............................................................................................. 57
6.2.Saran ....................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa ............................................................... 28
2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa .................................................................................. 28
3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian di Desa
Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa ..................................... 39
4. Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa ............................................................... 30
5. Sarana Transportasi di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa .............................................................................................. 31
6. Sarana dan Prasarana Kesehatan di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa ............................................................... 32
7. Sarana dan Prasarana Pendidikan di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa ............................................................... 32
8. Sarana Umum Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa .... 33
9. Klasifikasi Petani Responden Berdasarkan Umur di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa ............................................................... 35
10. Klasifikasi Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa ..................................... 36
11. Klasifikasi Petani Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Kelurga di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa ........................ 37
12. Klasifikasi Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Berusaha Tani di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa ...................... 38
13. Pengetahuan Petani Jagung Terhadap Pupuk Sintetis yang Digunakan ........ 40
14. Pengetahuan Petani Jagung Terhadap Pestisida Sintetis yang Digunakan .... 43
15. Pengetahuan Petani Jagung terhadap metode pengaplikasian pupuk ............ 46
xii
16. Pengetahuan Petani Jagung Terhadap Metode Pengaplikasian Pestisida ..... 48
17. Pengetahuan Petani Jagung Terhadap waktu pengaplikasian pupuk ............. 51
18. Pengetahuan Petani Jagung Terhadap Waktu Pengaplikasian Pestisida ........ 53
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian Tingkat Pengetahuan Petani Jagung Terhadap Penggunaan Pupuk Dan Pestisida Sintetis ..............................22
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Nomor
1. Kuisioner penelitian ..................................................................................... 59
2. Peta lokasi penelitian ................................................................................... 67
3. Identitas Petani Responden di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa ............................................................................ 68
4. Rekapitulasi data Pengetahuan petani jagung terhadap penggunaan Pupuk sintetis ............................................................................................... 69
5. Rekapitulasi data Pengetahuan petani jagung terhadap penggunaan pestisida sintetis ........................................................................................... 70
6. Dokumentasi penelitian ............................................................................... 71
7. Surat izin penelitian ..................................................................................... 75
1 I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang
cukup penting dalam pembangunan pertanian di Indonesia, karena selain komoditi
ini dimanfaatkan sebagai bahan karbohidrat setelah padi, di beberapa Daerah di
Indonesia jagung dijadikan sebagai bahan pangan utama, dan juga sebagai bahan
pakan ternak dan industri.
Produksi jagung di Indonesia pada lima tahun terakhir terus meningkat,
pada tahun 2014 sekitar 19 juta ton, tahun 2015 mencapai 19.2 ton, meningkat di
tahun 2016 yaitu sebesar 23. 57 juta ton dan terus mengalami peningkatan di dua
tahun terakhir yaitu 28.924 juta ton pada tahun 2017 dan pada tahun 2018 sebesar
30.055 juta ton, (Dinas Kementerian Pertanian Republik Indonesia, 2016).
Produksi jagung di atas berdasarkan data dari Dinas Kementerian Pertanian
Republik Indonesia yang menunjukkan bahwa pada lima tahun terakhir produksi
jagungnasional terus mengalami peningktatan, begitu pula dengan produksi
jagung yang ada di Daerah Sulawesi Selatan yang terus mengalami peningkatan.
Sulawesi Selatan merupakan wilayah penghasil jagung terbesar selain Jawa
Timur, Jawa Tengah, Lampung dan Nusa Tenggara Timur.Potensi pertanaman
jagung di Sulawesi Selatan mencapai seluas 420.984 Ha.Produksi jagung pada
lima tahun terakhir di Sulawesi selatan terus mengalami peningkatan diantaranya,
Produksi jagung pada tahun 2014 sebesar 1.490 juta ton, tahun 2015 sebesar 1.528
juta ton, di tahunn 2016 mencapai 2.065, d dua tahun selanjutnya produksi jagung
2 tidak mengalami peningkatan yaitu, pada tahun 2017 sebesar 2. 341 juta ton dan
di tahun 2018 sebesar 2.341 juta ton (Dinas Kementerian Pertanian Republik
Indonesia, 2016).
Hal ini bisa tercapai jika petani mengetahui apa yang harus dilakukan
untuk meningkatkan produksi tanaman jagung yang diusahakannya misalkan
pemberian pupuk dan pestisida yang tepat yang sesuai dengan kebutuhan
tanaman. Upaya peningkatan produksi jagung melalui intensifikasi maupun
ekstensifikasi selalu diiringi penggunaan pupuk untuk memenuhi kebutuhan hara
pada tanaman, pemupukan dilakukan scara berimbang, sesuai kebutuhan hara
tanaman, dengan mempertimbangkan kemampuan tanah menyediakan hara secara
alami, keberlanjutan system produksi dan keuntungan yang memadai bagi petani
Pupuk dan pestisida merupakan dua sisi yang sulit dipisahkan dalam
kegiatan bercocok tanam, peningkatan hasil pertanian merupakan harapan para
petani. Untuk meningkatkan produksi pertanian dalam hal ini tanaman jagung,
maka diperlukan perawatan yang sesuai seperti pemberian unsur hara yang cukup
atau pemupukan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman agar kebutuhan akan
unsur hara dapat terpenuhi guna membantu pertumbuhan tanaman, terutama bagi
tanaman jagung dan juga pengendalian hama yang sesui.
Pupuk merupakan unsur hara yang digunakan petani yang diberikan ke
dalam tanah guna membantu pertumbuhan tanaman, terutama bagi tanaman
jagung , terutama kandungan Nitrogen (N), Fospor (P), dan Kalium (K).
Selain pemberian pupuk untuk menambah nutrisi pada tanaman, juga
diperlukan pembasmian hama penyakit dan gulma bagi tanaman, dengan
3 memberikan pestisida agar tanaman dapat tumbuh dengan baik, sebelum
memberikan pestisida petani jangung harus tahu dulu jenis pengganggu apa yang
menyerang tanaman jagung tersebut agar tidak salah sarana.
Pestisida atau pembasmi hama adalah bahan yang digunakan untuk
mengendalikan, menolak, atau membasmi organisme pengganggu. Sasarannya
bermacam-macam,seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan,
atau mikroba yang dianggap mengganggu. Penggunaan pestisida tanpa mengikuti
aturan yang diberikan membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan, serta
juga dapat merusak ekosistem.
Salah satu tugas pokok di dalam pembanguna pertanian adalah
menemukan cara berusaha tani yang dapat dipraktekkan dengan efektif oleh
petani yang mempunyai kemampuan rendah asalkan mereka mau saja belajar
sedikit dan mau mengembangkan keterampilan yang baik. Pengetahuan petani
harus terus meningkat dan berubah agar pembangunan pertanian dapat terlaksana,
petani mengembangkan sikap baru yang berbeda terhadap pertanian, terhadap
alam sekitar dan terhadap diri mereka sendiri.Dengan hal tersebut diharapkan
dapat meningkatkan produksi dan mempertinggi rasa percaya diri.
Salah satu wilayah di Kabupaten Gowa tepatnya di Desa Pabbentengang
hampir keseluruhan petaninya menanam jagung dan untuk pemberian unsur hara
dan pembasmian hamam menggunakan pupuk dan pestisida sintetis. Kita ketahui
bahwa apabila pupuk dan pestisida sintetis digunakan secara berlebihan, tidak
sesuai dengan takaran ataupun kebutuhan tanaman makan dapat berdampak buruk
bagi tanaman, tanah, lingkungan maupun kesehatan.
4 Berdasarkan latar belakang tersebut, maksa penulis bermaksud
mengadakan penelitian secara lanjut untuk mengetahui tingkat pengetahuan petani
jagung terhadap penggunaan pupuk dan pestisida sintetisdi Desa Pabbentengang
Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,maka adapun masalah yang dapat
dirumuskan yaitu, Bagaimanakahtingkat pengetahuan petani jagung
terhadappenggunaan pupuk dan pestisida sintetisdi Desa Pabbentengan
Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan
petani jagung terhadappenggunaan pupuk dan pestisida sintetis di Desa
Pabbentengan Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagaibahan informasi bagi
para pembaca,baik bagi rekan akademisi maupun bagi orang orang yang
berkecimpung di bidang pertanian.
5 II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari suatu kumpulan pemikiran individu
atau manusia yang diterima satu atau lebih panca indera. Sesuatu yang hadir dan
terwujud dalam pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi persentuhan dan
hubungan dengan alam sekitarnya. Pengetahuan petani mempengaruhi perubahan
perilaku dan memungkinkan dirinya berpartisipasi dalam kehidupan sosial untuk
meningkatkan masyarakat dan kehidupannya.
Hal ini terjadi oleh karena pengetahuan yang cukup memotivasi seseorang
untuk banyak berbuat dalam memenuhi kehidupan sendiri. Tingkat pengetahuan
dalam menerima suatu pembaharuan tergantung bagaimana cara penyuluhan
pertanian untuk menerapkan metode penyuluhan yang cocok dengan kondisi.
Petani menyatakan sesungguhnya media untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat desa khususnya petani telah disiapkan oleh pemerintah dan telah
diberikan kemudahan-kemudahan melalui program penyuluhan pertanian. Baik itu
tentang usahatani maupun penerapan teknologi baru (Syafiuddin, 2010).
Pengetahuan petani dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang diketahui
oleh para petani berkenaan dengan kegiatan petani jagung dalam penggunaan
pupuk dan pestisisda sintetis dan juga peluang berusaha atau kesempatan kerja
bagi petani. Pengetahuan merupakan aspek prilaku yang terutama berhubungan
dengan kemampuan mengingat materi yang telah dipelajari dan kemampuan
mengembangkan intelegensia. Yang dimaksud pengetahuan adalah kesan di dalam
6 fikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indranya, yang berbeda sekali
dengan kepercayaan, takhyul, dan penerangan-penerangan yang keliru (Soekanto,
1999).
Dalam pembangunan saat ini, disadari bahwa pengetahuan terhadap
sesuatu yang baru merupakan alat yang cukup vital. Terutama dalam mewujudkan
harapan yang diinginkan bersama yaitu menciptakan masyarakat yang adil dan
makmur. Akibatnya mutlak dipikirkan dan dicari suatu konsep yang dapat
menjembatangi antara realita pembangunan dengan peningkatan pengetahuan
(Zuckerman, 2002).
Belajar bagi petani dan keluarganya selain untuk mengembangkan
pengetahuan juga untuk meningkatkan partisipasisosial mereka. Hasil belajar akan
nampak pada perubahan perilaku antara lain peningkatan pengetahuan baik jenis
maupun jumlahnya (Syafiuddin, 2010).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dalam diri seseorang yaitu
1. Pendidikan.
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang
makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan
tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari
orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk
semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan
7 sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.
Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak
berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak
mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada
pendidikan nonformal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga
mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang
akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin
banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin
positif terhadap obyek tersebut.
2. Informasi/media massa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal
dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan
tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan
masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk
media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam
penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula
pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya
informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
8 3. Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan
bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang
juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan
tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang.
4. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan
tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang
akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
5. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa
lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan
pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama
bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang
merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang
bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
9 6. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia
madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial
serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri
menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan
banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan
kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua
sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan selama hidup :
1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai
dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah
pengetahuannya.
2) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua
karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat diperkirakan
bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada
beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan
umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan menurun
cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.
Saefuddin (1999), menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan tahap
awal terjadinya persepsi yang kemudian melahirkan sikap dan pada gilirannya
melahirkan perbuatan atau tindakan. Adanya pengetahuan yang baik tentang suatu
hal, akan mendorong terjadinya perubahan perilaku pada diri individu, dimana
10 pengetahuan tentang manfaat suatu hal akan menyebabkan seseorang bersikap
positif terhadap hal tersebut, demikian pula sebaliknya. Adanya niat yang
sungguh-sungguh untuk melakukan suatu kegiatan akhirnya dapat menentukan
apakah kegiatan itu betul-betul dilakukan.pengetahuan memiliki peranan dalam
memunculkan sikap dan persepsi seseorang terhadap suatu objek tertentu yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor pengalaman, proses belajar dan pengetahuannya.
Pengetahuan manusia menurut Notoatmodjo (2007) di bagi menjadi 6
tingkatan seperti:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang sudah dipelajari
sebelumnya.Termasuk pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang sudah diterima.Oleh sebab itu tahu merupakan tingkatan yang paling
rendah. Sebagai contoh : dapat menyebutkan maksud dari perkembangan motorik.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami adalah sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang apa yang sudah diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, minyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi bisa diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi yang nyata.
11 4. Analisis (Analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen- komponen, tetapi masih di dalam stuktur organisasi
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintetis (Syintesis)
Suatu kemampuan untuk menyususun atau menghubungkan,
merencanakan, meringkas, menyesuaikan sesuatu terhadap teori atau rumusan
yang sudah ada.
6. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek, penilaian ini berdasarkan kriteria yang sudah
ditentukan sendiri.
2.2. Petani
Petani merupakan seseorang yang bergerak dibidang pertanian, utamanya
dengan cara melakukan pengolahan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan
memelihara tanaman, dengan harapan untuk memperolah hasil dari tanaman
tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya ke orang lain. Mereka juga
dapat menyediakan bahan mentah bagi industri. Seseorang bisa jadi petani
(asalkan punya sebidang tanah atau lebih), walau ia sudah punya pekerjaan bukan
sebagai petani. Maksud kalimat tersebut bukan berarti pemilik tanah yang harus
mengolah sendiri tanah miliknya, tetapi bisa bekerjasama dengan petani tulen
12 untuk bercocok tanam di tanah pertanian miliknya. Apabila ini diterapkan, berarti
pemilik tanah itu telah memberi pekerjaan kepada orang lain walau hasilnya tidak
banyak (Syafiuddin, 2010).
Petani adalah setiap orang melakukan kegiatan usaha untuk memenuhu
sebagian atau keseluruhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti luas yang
meliputu usahatani pertanian, peternakan, perikanan dan pemungutan hasil laut.
Peranan petani sebagai pengelola usaha tani berfungsi mengambil keputusan
dalam mengorganisis faktor-faktor yang di ketahui (Hernanto, 2002)
Bahrin (2005) mengemukakan bahwa petani adalah bagian dari
sekelompok masyarakat yang menjalankan kegiatan usaha tani, yakni
memanfaatkan permukaan bumi dengan dukungan energy matahari, suhu dan air
untuk tumbuh dan berkembangnya tanmana dan ternak.
Peranan dari tiap petani adalah memelihara tanaman dan hewan guna
mendapatkan hasil-hasil yang bermanfaat.Dalam tanaman ini mencakup
persemaian, penyebaran benih, penanaman pemeliharaan, pannen dan pasca
panen, sedangkan dalam pemeliharaan hewan mencakup pengaturan pembiakan
ternak, member makan melindungi dari serangan penyakit .dan menyediakan
kandang. Peranan lain yang dilakukan petani dalam kegiatan usaha taninyaadalah
sebagai manajer mencakup kegiatan otak yang didorong oleh kemampuan yang
tercakup didalamnya terutama dalam mengambil keputusan atas penetapan
pilihan-pilihan dari alternative yang ada (Bahrin, 2005).
13 2.3. Komoditas Jagung
Jagung (Zea mays L) adalah salah satu tanaman pangan
penghasil karbohidrat yang terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Bagi
penduduk Amerika Tengah dan Selatan, bulir jagung adalah pangan pokok,
sebagaimana bagi sebagian penduduk Afrika dan beberapa daerah di Indonesia.
Pada masa kini, jagung juga sudah menjadi komponen
penting pakan ternak.Penggunaan lainnya adalah sebagai sumber minyak
pangan dan bahan dasar tepung maizena. Berbagai produk turunan hasil jagung
menjadi bahan baku berbagai produk industri farmasi, kosmetika, dan kimia.
Jagung merupakan tanaman model yang menarik, khususnya di
bidang biologi dan pertanian.Sejak awal abad ke-20, tanaman ini menjadi
objek penelitian genetika yang intensif, dan membantu terbentuknya
teknologi kultivar hibrida yang revolusioner.
Dari sisi fisiologi, tanaman ini tergolong tanaman C4 sehingga sangat
efisien memanfaatkan sinar matahari.Tanaman semusim yang dalam budidayanya
menyelesaikan satu daur hidupnya dalam 80-150. Istila seumur jagung
menggambarkan usia rata-rata jagung yang berkisar tiga sampai empat bulan.
Sekitar paru pertama dari daur hidup merupakan tahap pertumbuhan vegetatife
dan paru ke dua untuk tahap reproduktif.Tanaman jagung merupakan tanaman
biji-bijian yang jumlah produksi setiap tahunnya terbesar dibanding tanaman biji-
bijian yang lain (Malti, 2011).
14 2.4. Pupuk Sintetis
Pupuk adalah suatu bahan atau material yang diberikan pada tanaman,
berfungsi mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah untuk melengkapi
ketersediaan unsur hara sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik.
Berdasarkan surat keputusan Menteri Pertanian nomor 505 tahun 2006,
Pupuk adalah bahan kimia atau organisme yang berperan dalam penyediaan unsur
hara bagi keperluan tanaman secara langsung atau tidak langsung.
Menurut Novizan (2005), pupuk adalah material yang ditambahkan ke
tanah atau tajuk tanaman dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur
hara. Bahan pupuk yang paling awal digunakan adalah kotoran hewan, sisa
pelapukan tanaman, dan arang kayu.
Berdasarkan proses pembuatannya pupuk dibedakan menjadi pupuk alami
dan pupuk buatan Novizan (2002). Pupuk alami adalah pupuk yang didapat
langsung dari alam, contohnya fosfat alam, pupuk kandang, pupuk hijau,
kompos.Jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung di dalamnya sangat
bervariasi. Sebagian dari pupuk alam dapat disebut sebagai pupuk organik karena
merupakan hasil proses dekomposisi dari material mahluk hidup seperti, sisa
tanaman, kotoran ternak, dan lain-lain.
Sedangkan pupuk buatan atau sintetis adalah pupuk yang dihasilkan dari
proses pembuatan pabrik. Kadar, hara, jenis hara, dan komposisi hara di dalam
pupuk buatan sudah ditentukan oleh produsen dan menjadi ciri khas dari
penamaan/merek pupuk.
15 Pupuk buatan dapat juga dikatakan sebagai pupuk yang dibuat
oleh pabrik dengan cara meramu berbagai bahan kimia sehingga dapat menjadi
nilai jual yang tinggi. Pupuk buatan salah satunya terdiri dari dua jenis
yaitu pupuktunggal dan pupuk majemuk.Pupuk tunggal merupakan pupuk yang
hanya mengadung satu unsur saja biasanya hanya berupa unsur hara
makro primer misalnya pupuk urea yang hanya mengandung unsur nitrogen.
Pupuk majemuk merupakan pupuk yang kandungan unsurnya lebih dari
satu. Penggunaan pupuk majemuk lebih praktis karena hanya dengan satu kali
penebaran karena beberapa jenis unsur hara dalam pupuk dapat langsung
diberikan. Namun kendala dari pupuk majemuk yang harga jual yang cukup
mahal. Contoh pupuk majemuk yaitu diamonium phosphat yang mengandung
unsur nitrogen dan phosphor kemudian pupuk NKP mutiara yang mengandung
unsur nitrogen, phosphor dan kalium.
a. Manfaat pupuk
Manfaat pupuk adalah menyediakan unsur hara yang kurang atau
bahkan tidak tersedia di tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman.Menurut
Marsono dan Lingga (2005), terdapat dua manfaat pupuk yaitu yang berkaitan
dengan perbaikan sifat fisik dan kimia tanah.
1. Berkaitan dengan sifat fisik tanah, manfaat pupuk dalam hal ini adalah
memperbaiki struktur tanah dari padat menjadi gembur. Pemberian pupuk
organik terutama dapat memperbaiki struktur tanah dengan menyediakan
ruang pada tanah untuk udara dan air. Manfaat lain adalah mengurangi erosi
16 pada permukaan tanah, berfungsi sebagai penutup tanah dan memperkuat
struktur tanah di bagian permukaan sehingga tanah tidak mudah tergerus air.
2. Berkaitan dengan kimia, menyediakan unsur hara yang diperlukan tanaman
untuk membantu mencegah terjadinya kehilangan unsur hara seperti N, P, K
yang sifatnya sangat mudah hilang karena penguapan.
b. Jenis Dan Manfaat Unsur Hara Bagi Tanaman Jagung
Pada umumnya pupuk yang digunakan pada tanaman jagung adalah pupuk
tunggal yaitu urea sebagai pupuk (N), SP-36 sebagai pupuk (P), KCL sebagai
pupuk (K) dan ZA sebagai pupuk (S). Karena sekarang pupuk tunggal KCL susah
ditemui di pasaran maka pupuk kalium diambil dari pupuk majemuk NPK.
Dosis pupuk sintetis yang dianjurkan oleh Balai Penelitian Tanaman
Sereali yaitu untuk pemakaian pupuk tunggal 300 kg Urea, 200 kg SP-36, 100 kg
KCL dan 50 kg ZA untuk setiap hektarnya dan untuk pemakaian pupuk majemuk
yaitu NPK Phonska 300 kg/Ha dan Urea 350 kg/Ha dengan dosis yang diberikan
4-5 gr/pohon. Untuk sakala pemupukan sebanyak 2 kali diberikan pada 7 – 10 hst
dan 25 - 30 hst, sementara itu frekuensi pemupukan 3 kali diberikan pada umur 7-
10 hst, 20-30 hst, dan 40-45 hst.
1. Nitrogen (N)
Nitrogen (N) merupakan salah satu unsur hara utama dalam tanah yang
sangat berperan dalam merangsang pertumbuhan dan memberi warna hijau pada
daun. Kekurangan nitrogen dalam tanah menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman terganggu dan hasil tanaman menurun karena
pembentukan klorofil yang sangat penting untuk proses fotosintetis terganggu.
17 Bentuk senyawa N umumnya berupa nitrat, amonium, amin, sianida.
Contoh: Kalium nitrat (KNO3), amonium fosfat [(NH4)3PO4], urea (NH2CONH2)
dan kalsium sianida (CaCN2). Bentuk pupuk N ini berupa kristal, prill, pellet,
tablet maupun cair.
Manfaat unsur hara nitrogen bagi tanaman jagung yaitu:
a. Dapat membuat tanaman tumbuh lebih hijau dan segar
b. Memicu pertumbuhan tanaman, baik tinggi tanaman, jumlah cabang atau
jumlah anakan lebih cepat tumbuh
c. Membuat kandungan protein hasil panen menjadi lebih meningkat
2. Fosfor (P)
Fosfor (P) merupakan unsur hara yang diperlukan dalam jumlah besar
(hara makro). Jumlah fosfor dalam tanaman lebih kecil dibandingkan Nitrogen
dan Kalium.Tetapi fosfor dianggap sebagai kunci kehidupan (Key of life).Unsur
ini merupakan komponen tiap sel hidup dan cenderung terkonsentrasi dalam biji
dan titik tumbuh tanaman. Adapun manfaatnya bagi tanaman jagung yaitu:
a. Akar akan tumbuh dan terbentuk dengan baik
b. Mempercepat pembentukan bunga serta masaknya buah dan biji
c. Meningkatkan komponen hasil panen tanaman biji-bijian.
3. Kalium (K)
Kalium merupakan unsur hara esensial yang digunakan hampir pada
semua proses untuk menunjang hidup tanaman. Kalium (K) merupakan unsur hara
utama ketiga setelah N dan P. adapun manfaatnta bagi tanaman jagung yaitu:
a. Membuat tanaman tumbuh lebih tegak dan kokoh
18 b. Daya tahan tanaman terhadap serangan hama, penyakit dan kekeringan
menjadi lebih meningkat
c. Pembentukan gula dan pati menjadi lebih meningkat
d. Hasil panen menjadi lebih tahan selama pengangkutan dan
penyimpanan.
4. Sulfur (S)
Unsur Sulfur yang lebih dikenal dengan nama Belerang diserap
tanaman dalam bentuk ion sulfat (SO4). Adapun manfaatnya bagi tanaman yaitu:
a. Meningkatkan kualitas hasil panen dengan memperbaiki warna, rasa,
aroma, dan besar biji
b. Membuat tanaman lebih hijau
2.5. Pestisida Sintetis
Pestisida adalah semua bahan racun yang digunakan untuk membunuh
organisme hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya yang
dibudidayakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya. Pestisida berasal dari kata
pest yang berarti hama dan sida berasal dari kata caedo berarti pembunuh.
Pestisida dapat diartikan secara sederhana sebagai pembunuh hama.
Pestisida didefinisikan sebagai zat atau senyawa kimia, zat pengatur tubuh
atau perangsang tumbuh, bahan lain, serta mikroorganisme atau virus yang
digunakan untuk perlindungan tanaman.Pestisida sebagai zat atau campuran zat
yang digunakan untuk mencegah, memusnahkan, menolak, atau memusuhi hama
dalam bentuk hewan, tanaman, dan mikroorganisme penggangu (Soemirat, 2003).
19 Menurut peraturan pemerintah RI No. 7 tahun 1973, Pestisida adalah
campuran bahan kimia yang digunakan untuk mencegah, membasmi dan
mengendalikan hewan/tumbuhan penggangu seperti binatang pengerat, termasuk
serangga penyebar penyakit, dengan tujuan kesejahteraan manusia yang
dipergunakan untuk :
1. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit yang
merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian.
2. Memberantas rerumputan atau tanaman pengganggu/gulma.
3. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.
4. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian
tanaman, tidak termasuk pupuk.
5. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan
peliharaan dan ternak.
6. Memberantas atau mencegah hama-hama air.
7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik
dalam rumah tangga, bangunan dan alat-alat pengangkutan.
8. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia dan binatang yang perlu dilindungi dengan
penggunaan pada tanaman, tanah dan air.
Pestisida merupakan bahan yang telah banyak memberikan manfaat
untuk keberlangsungan dunia produksi pertanian.Banyaknya Organisme
Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang dapat menurunkan hasil panen, dapat
diminimalisir dengan pestisida. Sehingga kehilangan hasil akibat OPT tidak
20 terlalu besar. Selain bidang pertanian, pestisida juga memberikan banyak manfaat
untuk membantu masalah yang timbul akibat adanya organisme pengganggu di
tingkat rumah tangga. Seperti pembasmian nyamuk misalnya, dengan adanya
pestisida maka proses pembasmian nyamuk akan menjadi lebih cepat dan efisien.
Bahkan masih banyak lagi peranan pestisida bagi kehidupan manusia di berbagai
bidang.
a. Jenis Pestisida
Pestisida oleh para ahli dikelompokan untuk mempermudah pengenalanya.
Pestisida dapat dikelompokkan berdasarkan jenis sasaran, bentuk fisik, bentuk
formulasi, cara kerjanya, cara masuk, golongan senyawa, dan asal bahan aktifnya.
Ditinjau dari jenis organisme yang menjadi sasaran penggunaan pestisida
dapat dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain:
a) Akarisida, berasal dari kata akari, yang dalam bahasa Yunani berarti
tungau atau kutu. Fungsinya untuk membunuh tungau atau kutu.
b) Bakterisida, Berasal dari kata latin bacterium, atau kata Yunani bakron,
berfungsi untuk membunuh bakteri.
c) Fungsida, berasal dari kata latin fungus, atau kata Yunani spongos yang
artinya jamur, berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.
d) Herbisida, berasal dari kata lain herba, artinya tanaman setahun, berfungsi
untuk membunuh gulma.
e) Insektisida, berasal dari kata latin insectum, artinya potongan, keratan
segmen tubuh, berfungsi untuk membunuh serangga.
21 f) Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodere, berarti pengerat berfungsi
untuk membunuh binatang pengerat.
2.6. Kerangka Pikir
Petani jagung merupakan pelaku usahatani yang membudidayakan
tanaman jagung yang menggunakan pupuk dan pestisida sintetis.
Pengetahuan petani kan penggunaaan pupuk dan pestisida sintetis harus
terus meningkat dan terperbaharui agar pembangunan pertanian dapat terlaksana,
namun petani mempertimbangkan kondisi alam sekitar dan diri mereka sendiri
sebagai pengguna. Dengan hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan produksi
dan mempertinggi rasa percaya diri mereka.
Tingkat pengetahuan petani akan mempengaruhi hasil produksi jagung.
Dengan tingkat pengetahuan petani tinggi maka diharapkan akan menghasilkan
produksi yang optimal dengan kualitas yang baik.
22
Gambar 1. Kerangka Pikir PenelitianTingkat Pengetahuan Petani Jagung Terhadap Penggunaan Pupuk dan Pestisida Sintetis di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa
pengetahuan petani jagung
Pestisida sintetis
Petani jagung
• Pupuk dan pestisida yang digunakan
• Metode pengaplikasian • Waktu pengaplikasian
Tingkat pengetahuan petani jagung
Pupuk Sintetis
23 III. METODE PENELITIAN
3.1.Tempat dan waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Pabbentengang Kecematan Bajeng
Kabupaten Gowa pada bulan Mei sampai Juli 2019.Lokasi penelitian di pilih
karena Daerah ini merupakan salah satu Daerah yang terdapat banyak petani
jagung yang menggunakan pupuk dan pestisida sintetis.
3.2. Teknik Penentuan Sampel
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2011).
Populasi dalam penelitian ini adalah petani jagung yang ada di Desa
Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa yang berjumlah 200 orang.
Selanjutnya jika jumlah subjek cukup besar, maka diambil sampel antara 10-15%
atau antara 20-25% tergantung dari waktu biaya dan tenaga yang tersedia
(Suharsimi, 2003). Dari defenisi tersebut maka sampel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu 10% dari total populasi 200 orang, sehingga jumlah sampel
yang digunakan adalah sebanyak 20 orang. Setelah sampel ditentukan yaitu
sebanyak 20 orang maka untuk memperoleh sampel tersebut dilakukan dengan
cara purposive sampling atau secara sengaja sehingga mencapai 20 sampel/orang.
24 3.3. Jenis Dan Sumber Data
Terdapat dua jenis data yang di perlukan pada penelitian ini yaitu data
primer dan data sekunder baik yang bersifat kualitatif maupun bersifat kuantitatif
yaitu:
1. Data primer dilakukan dengan metode survai yaitu dengan melakukan
wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan/kuesioner yang telah
di persiapkan sebelumnya.
2. Data sekunder di peroleh dari berbagai instansi dan dari buku-
buku/laporan-laporan penelitian dan sebagainya yang berkenaan dengan
penelitian ini.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.
1. Observasi yaitu, pengambilan data yang dilakukan melalui pengamatan
langsung pada petani jagung di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng
Kabupaten Gowa.
2. Wawancara yaitu, pengambilan data yang diambil melalui interview langsung
dengan setiap petani jagung yang ada di Desa Pabbentengang Kecamatan
Bajeng Kabupaten Gowa. Untuk memudahkan dalam proses interview
digunakan kusioner atau daftar pertanyaan yang diberikan kepada setiap petani.
3. Dokumentasi yaitu, dengan mengambil foto atau gambar-gambar di tempat
penelitian.
25 3.5. Teknik Analisis Data
Data yang di peroleh melalui wawancara dan pegamatan dideskripsikan
secara kualitatif, proses analisis di mulai sejak awal penelitian hingga akhir
penulisan laporan. Adapun tahap yang di tempuh adalah menelaah seluruh data
yang diperoleh kemudian diklasifikasi berdasarkan kategorinya kemudian mencari
hubungan-hubungan dengan kategori yang lain agar tergambar pengetahuan
petani jagung terhadap penggunaan pupuk dan pestisida sintetis di Desa
Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.
Cara penggolongan tingkat pengetahuan petani secara keseluruhan dibagi
dalam kategori kelas (tinggi, sedang, rendah) dengan nilai 3,2,1 dan digunakan
interval dengan rumus (Sugiyono, 2012). kelas kategori = ���� ����� ��� − ���� ���� ��ℎ�����ℎ �����
Skoring yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3, 2, dan 1 dengan
kriteria adalah sebagai berikut:
1. Tinggi = 2,34 - 3,00
2. Sedang = 1,67 - 2, 33
3. Rendah = 1,00-1,66
3.6. Definisi Operasional
1. Petani jagung adalah orangyang membudidayakan tanaman jagung.
2. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang di ketahui para petani jagung
yang bekenaan dengan kegiatan penggunaan pupuk dan pestisida sintetis.
26 3. Pupuk sintetis yaitu material yang tebuat dari bahan kimia yang diberikan
pada tanaman, berfungsi mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah
untuk melengkapi ketersediaan unsur hara sehingga pertumbuhan
tanaman menjadi lebih baik.
4. Pestisida sintetis yaitu campuran senyawa kimia yang digunakan untuk
membunuh organisme hidup yang mengganggu tanman jagung
dibudidayakan manusia untuk kesejahteraan hidupnya.
5. Pupuk dan pestisida yang digunakan merupakan ragam pupuk dan
pestisida yang digunakan petani jagung yang sesuai dengan kebutuhan
tanaman.
6. Metode pengaplikasian yaitu cara-cara yang digunakan petni jagung
dalam pengaplikasian pupuk dan pestisida sintetis.
7. Waktu pengaplikasian yaitu waktu yang tepat dalam pemberian pupuk
dan pestisida sintetis oleh petani pada tanaman jagung.
8. Tingkat pengetahuan petani jagung adalah tingkatan atau jenjang
pengetahuan yang dimiliki petani jagung tentang penggunaan pupuk dan
pestisida sintetis di Desa Pabbentengan kecamatan Bajeng Kabupaten
Gowa.
27 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Kondisi Geografis
Desa Pabbentengang merupakan salah satu Desa yang berada di
Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa, yang berjarak kurang lebih 22 km dari ibu
kota provinsi, berjarak kurang lebih 16 KM dri ibu kota kabupaten gowa dan
berjarak kurang lebih 7 km dari ibu kota kecamatan dengan jumlah penduduk
keseluruhan 5.107 jiwa dengan jumlah KK 1.429.
Luas keseluruhan wilayah Desa Pabbentengang kurang lebih 11.96 KM
bujur sangkar, dengan luar tanah pertanian kurang lebih 470.6 Ha, dan luar tanah
perumahan kurang lebih sekitar 99.33 Ha. Dengan batasan-batasan wilayah antara
lain:
Sebelah Utara : Desa Paraikatte
Sebelah Timur : Desa Towata Kec. Polut Kab. Takalar
Sebelah Selatan : Desa Lassang Dan Desa Panyanyangkalang
Sebelah Barat : Desa Maccini Baji
4.2. Kondisi Demografis
4.2.1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk Desa Pabbentengang menurut jenis kelamin dapat di
jabarkan dalam tabel jumlah per dusun berdasarkan data yang ada di desa adalah
sebagai berikut:
28 Tabel 1. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.
No. Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentasi (%) 1 Laki-Laki 2.554 50 2 Perempuan 2.553 50
Total 5.107 100 Sumber : profil Desa Pabbentengang,2018
Tabel 1 menunjukkan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa
Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa, dimana jumlah penduduk
yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
penduduk yang berjenis kelamin perempuan yaitu jumlah penduduk berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 2.554 jiwa dan perempuan sebanyak 2.553 jiwa.
4.2.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
Jumlah penduduk di Desa Pabbentengang menurut kelompok umur
dapat di jabarkan dalam tabel jumlah perdusun berdasarkan data yang ada di desa
adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa
Kelompok Umur (tahun)
Desa Pabbentengang Laki-laki Perempuan
0 – 4 167 158 5 – 9 243 249
10 – 14 236 218 15 – 19 255 250 20 – 29 418 412 30 – 39 397 431 40 – 49 387 349 50 – 59 237 234 60 – 69 145 148
70 ke atas 69 1104 Jumlah 2.554 2.553
Sumber : Profil Desa Pabbentengang,2018
29 Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah penduduk berdasarkan umur di desa
pabbentengang kecamatan bajeng kabupaten gowa, dimana penduduk antara umur
70 ke atas paling tinggi sbanyak 1.104 jiwa yang terdiri dari laki-laki dan
perempuan dan umur yang palinga muda antara umur 0-4 tahun sebanyak 325
jiwa yang juga terdiri dari laki-laki dan perempuan.
4.2.3. Keadaan Penduduk Berdasarka Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk di desa pabbentengan sangat beragam tetapi
mayoritas penduduknya bermata pencaharian di sektor pertanian. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat berdasarkan Tabel berikut :
Tabel 3. Keadaan penduduk berdasarkan Mata Pencarian di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa
No. Uraian Jumlah Jiwa (Orang) Persentase (%) 1 Buruh Tani 2 Petani 1.963 66.97 3 Pedagang 79 2.69 4 tukang kayu 7 0.70 5 tukang batu 286 9.76 6 Penjahit 10 0.34 7 PNS 63 2.15 8 TNI/Polri 19 0.64 9 Swasta 319 10.89
10 Supir 50 1.70 11 montir/ mekanik 10 0.34 12 guru swasta 24 0.81 13 lain-lain/ pemulung 100 3.41
Total 2.931 100% Sumber : Profil Desa Pabbentengang, 2018
Tabel 4 menunjukkan jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian
terbanyak adalah sebagai petani yaitu sebanyak 1.963 jiwa dengan persentase
sebesar 66.97%, dan yang paling rendah adalah profesi sebagai tukang kayu
sebanyak 7 orang dengan persentase 0.70%.
30 4.2.4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng
Kabupaten Gowa berfariasi di antaranya yaitu ada yang belum sekolah dan tidak
sekolah, SD, SMP, SMA, Diploma/ Sarjana.
Pendidikan juga merupakan salah satu hal penting dalam memajukan
tingkat kesejahteraan pada umumnya dan tingkat perekonomian pada khususnya.
Disamping itu Dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka akan mendongkrak
tingkat kecakapan. Tingkat kecakapan juga akan mendorong tumbuhnya
keterampilan kewirausahaan dan pada gilirannya akan mendorong munculnya
lapangan pekerjaan baru. Dengan demikian akan membantu program pemerintah
untuk pembukaan lapangan kerja baru guna mengatasi pengangguran. Pendidikan
biasanya mempermudah menerima informasi yang lebih maju.
dapat dilihat berdasarkan Tabel 4 yaitu :
Tabel 4. Tingkat Pendidikan Penduduk di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa
No. Tingkat Pendidikan Jumlah jiwa (orang) Persentase (%) 1 belum sekolah 404 7.91 2 SD / Sederajar 1.415 27.70 3 SMP / Sederajat 1.462 28.62 4 SMA / Sederajat 1.384 27.10 5 Diploma / Sarjana 208 4.07 6 tidak sekolah 234 4.58
total 5.107 100 % Sumber : Profil Desa Pabbentengang, 2018
Berdasarkan Tabel 4, tingkat pendidikan yang paling banyak yaitu SMA
dengan anga 1.462 jiwa dengan persentase 28.62%. Dan yang paling sedikit
adalah tingkat DiplomaSarjana dengan angka 208 jiwa dengan persentase 4.07% .
31 tingkat pendidikan penduduk berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan dalam
berbagai bidang seperti pertanian.
4.3. Sarana dan Infrastruktur Desa
4.3.1. Sarana Pemerintahan
Sarana pemerintahan yaitu sarana yang digunakan yang ada di Desa
sebagai tempat pelayanan dan pertemuan masyarakat dengan lembaga
pemerintahan yang ada di desa dan tempat pengaduan masyarakat terhadap
Pemerintah desa, sarana tersebut antara lain Kantor Desa dan Balai Desa
Pabbentengang.
4.3.2. Transportasi
Transportasi di Desa Pabbentengang seperti Jalan baik itu jalan desa dan
jalan dusun merupakan satu Prasarana dalam menunjang sekaligus memperlancar
perekonomian masyarakat dan akan mempermudah lalu lintas barang. Adapun
jalan menurut jenisnya yang ada di Desa Pabbentengang adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Sarana Transportasi di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa
No. Uraian Jumlah Satuan 1 Jalan Hotmix 3.000 M 2 Jalan Aspal Penetrasan 2.000 M 3 Jalan Sirtu / Koral 1.000 M 4 Jalan Rabat Beton 1.450 M 5 Jalan Tanah 15.000 M
Sumber : profil Desa Pabbentengang,2018
4.3.3. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Sarana dan prasarana kesehatan yang terdapat di Desa Pabbentengang
terdiri dari puskesmas, posyandu dan polindes, untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada table 6 antara lain:
32 Tabel 6. Sarana dan Prasarana Kesehatan di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.
No. Uraian Jumlah (Unit) 1 Puskesmas 1 2 Posyandu 8 3 Polindes 1
Jumlah 10 Sumber : profil Desa Pabbentengang, 2018
Tabel 6 menunjukkan bahwa sarana dan prasarana kesehatan yang ada di
Desa Pabbentengang berupa bagunan puskesmas 1 unit, posyandu 8 unit dan
polindes juga 1 unit.
4.3.4. Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sarana dan prasarana pendidikan yang ada di Desa Pabbentengang
bangunan SD, SMP, TK/PAUD, TPQ untuk lebih jelsnya dapat dilihat pada table
7 antara lain sebagai berikut:
Tabel 7. Sarana dan Prasarana Pendidikan di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.
No. Uraian Jumlah (Unit) 1 SD / Sederajat 3 2 SMP / Sederajat 1 3 TK / PAUD 4 4 TPQ 9
Jumlah 17 Sumber : Profil Desa Pabbentengang, 2018
Tabel 7 berisi tentang sarana pendidikan yang ada di Desa Pabbentengang
berupa bangunan Sekolah Dasar sebanyak 3 unit, bangunan SMP sebanyak 1 unit,
bangunan TK/PAUD 4 unit dan bangunan TPQ sebanyak 9 unit.
33 4.3.5. Sarana umum
Sarana umum di Desa Pabbentengang yang di gunakan masyarakat untuk
kegiatan sehari-hari dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8. Sarana Umum di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.
No. Uraian Jumlah 1. Tempat Pemakaman Umum 6 titik 2. Poskamling 3 unit 3. Mushollah 3 unit 4 Masjid 8 unit
Sumber : Profil Desa Pabbentengang, 2018
Tabel 8 menunjukkan bahwa sarana umum yang ada di Desa Pabbentengang
berupa tempat pemakaman umum pada 6 titik, poskamling, sebanyak 3 unit,
mushollah sebanyak 3 unit dan masjid sebanyak 8 unit.
4.4. Kondisi Ekonomi
Penduduk Desa Pabbentengang pada umumnya bermata pencaharian
sebagai petani. Sumberdaya yang dihasilkan seperti padi, jagung, kacang hujau,
kacang panjang, ubi jalar, ubi kayu, pisang dan lain-lain.
Sebagian kecil warga berprofesi sebagai pedagang hasil tanaman yang
dibudidayakan, pedagang eceran, kelontong, usah perbengkelan, usah batu merah
dan sebagian masyarakat ada yang bergelut dibidang pemerintahan (PNS).
Jenis mata pencaharian pokok masyarakat desa pabbentengang
berdasarkan perjajakan terdiri dari : PNS, Pengusaha, Pedagang, Petani/Peternak,
Pertukangan, Sopir, Buruh Tani, Buruh Bangunan, Ojek, Guru hinorer, dan Guru
konterak.
34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Identitas Responden
Responden dalam penelitian ini adalah petani jagung yang menggunakan
pupuk dan pestisida sintetis yang ada di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng
Kabupaten Gowa, berdasarkan data dari 20 petani responden. Pengumpulan data
dengan menggunakan kuisioner, data yang diperoleh yaitu nama, jenis kelamin,
umur, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman berusaha tani, tingkat pendidikan
yaitu sebagai berikut :
5.1.1. Umur Petani Responden
Umur seseorang sangat mempengaruhi kemampuan fisiknya dalam bekerja
dan berpikir. Potensi umur petani menjadi tolak ukur kemampuan seseorang
dalam melaksanakan suatu aktivitas.
Petani yang berumur muda mempunyai kemampuan yang lebih besar dari
petani yang lebih tua, yang berusia muda cenderung menerima hal-hal yang baru
dianjurkan untuk menambah pengalaman, sehingga cepat mendapat pengalaman-
pengalaman baru yang berharga dalam berusaha tani. Sedangkan yang berusia tua
mempunyai kapasitas mengelolah usaha tani lebih baik dan sangat berhati-hati
dalam bertindak, dikarenakan telah banyak pengalaman yang dirasakannya
maupun keluarganya, keadaan umur responden di desa pabbentengang kecamatan
bajeng kabupaten gowa dapat disajikan pada Tabel di bawah ini:
35 Tabel 9. Klasifikasi Petani Responden Berdasarkan Umur di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.
No. Umur Responden Jumlah (orang) Persentase (%) 1 32 – 36 3 15 2 37 – 41 3 15 3 42 – 46 4 20 4 47 – 51 9 45 5 52 – 56 1 5
Jumlah 20 100% Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019.
Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah responden terbanyak adalah
golongan usia 47 – 51 tahun yaitu sebanyak 9 orang dengan persentase 45 %, di
susul dengan usia antara 42 - 46 tahun sebanyak 4 orang dengan persentase 20%
kemudian umur antara 37 – 41 tahun dan 32 – 36 tahun dengan jumlah masing-
masing 3 orang sebanyak 15 %, dan yang paling sedikit antara umur 52 – 56 tahun
sebnayak 1 orang dengan persentase 5%
Petani yang berumur produktif mempunyai kemampuan fisik yang lebih
baik dan lebih giat dalam mengadopsi teknolgi dan informasi dibandingkan
dengan petani yang berumur tua, namun petani yang berumur tua mempunyai
pengalaman yang jauh lebih banyak dibanding lebih muda sehingga lebih matang
dalam mengelola usahataninya dan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan
dan menghadapi tekhnologi dan informasi. Kematangan umur akan berpengaruh
terhadap pola pikir dan perilaku baik sesorang.
5.1.2. Tingkat Pendidikan Petani Responden
Tingkat pendidikan petani dapat mempengaruhi pola pikir petani. Petani
yang berpendidikan tinggi lebih cepat mengerti dandapat memahami penggunaan
teknologi dan inovasi baru. Tingkat pendidikan juga sangat berpengaruh dalam
penentuan dan pengambilan keputusan yang tepat untuk pengembangan usaha
36 taninya. Pengetahuan dan keterampilan ini dapat diperoleh dari dua sumber yaitu
pendidikan formal maupun nonformal. Pendidikan merupakan proses timbal balik
dari setiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, teman dan
alam semesta. Pendidikan dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun
nonformal. Tingkat pendidikan petani baikformal maupun nonformal akan
mempengaruhi cara berpikir yang diterapkan pada usahataninya.
Tabel 10. Klasifikasi Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Tidak Sekolah 2 10 2 SD 8 40 3 SMP 7 35 4 SMA 2 10 5 SI 1 5
Total 20 100% Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019.
Table 10 dijelaskan bahwa tingkat pendidikan petani jagung di desa
pabbentengang kecamatan bajeng kabupaten gowa yang paling mendominasi
adalah tingkat pendidikan SD sebanyak 8 orang dengan persentase 40%,
kemudian diikuti SMP sebanyak 7 orang atau 35% kemudian SMA 2 orang atau
10% dan yang paling sedikit adalah tingkat pendidikan Strata 1 atau SI sebanyak 1
orang dengan persentase 5%.
Tingkat pendidikan petani responden yang ada di Desa Pabbentengang
Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa, menunjukkan bahwa pendidikan petani
responden masih relative rendah sehingga dianggap sulit atau kurang mampu
menyerap dan menerima informasi baru, namun tingkat pengalaman berusaha tani
yang dimiliki oleh petani cukup tinggi sebagian besar diatas 10 tahun sehingga
37 mampu menyeimbangi.Namun seiring berkembangnya waktu terus mengalami
perkembangan pendidikan yang maju untuk masyarakat.
5.1.3. Jumlah Tanggungan Keluarga
Tanggungan keluarga adalah semua orang yang tinggal dalam suatu rumah
dengan biaya dan kebutuhan hidup lainnya ditanggung kepala keluarga. Makin
besar tanggungan keluarga petani, maka petani akan cenderung untuk lebih giat
berusaha mengembangkan usahataninya demi kebutuhan hidup keluarganya
karena kebutuhan keluarga selalu meningkat.
Jumlah tanggungan keluarga petani responden di Desa Pabbentengang
Kecamatan Bajeng Kabuoaten Gowa berkisar antara 1-6 orang. Untuk lebih
jelasnya rata-rata jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 11. Klasifikasi Petani Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.
No. Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 2 2 10 2 3 6 30 3 4 6 30 4 5 5 25 5 6 1 5 Jumlah 20 100%
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019.
Tabel 11 menunjukkan bahwa hanya satu petani responden yang memiliki
jumlah tanggungan keluarga terbanyak yaitu 6 tanggungan keluarga dengan
pesentase 5%, dan tanggungan keluarga yang paling sedikit yaitu 2 orang dari 2
responden dengan persentasi 10%
Semakin besar tanggungan keluarga petani, maka petani akan cenderung
untuk lebih giat berusaha mengembangkan usahataninya demi kebutuhan hidup
38 keluarganya karena kebutuhan keluarga selalu meningkat.
Keadaan demikian sangat mempengaruhi terhadap tingkat kesejahteraan
keluarga dan untuk peningkatan produksi dalam memenuhi kebutuhannya hal ini
sesuai dengan pendapat Fatmawati (2004) yang menyatakan bahwa Jumlah
tanggungan keluarga sering dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan untuk menerima suatu inovasi baru guna meningkatkan hasil usaha
tanianya.
5.1.4. Pengalaman Berusaha Tani
Pengalaman dapat dilihat dari lamanya seorang petani menekuni suatu
usahatani. Semakin lama petani melakukan usahanya maka semakin besar
pengalaman yang dimiliki. Dengan pengalaman yang cukup besar akan
berkembang suatu keterampilan dan keahlian dalam menentukan cara yang lebih
tepat untuk mengembangkan usahatani secara efektif dan efisien. Pengalaman
petani responden di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa
berkisar antara 12 – 33 tahun, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel 12. Klasifikasi Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Berusaha Tani di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.
No. Pengalaman Usah Tani (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 12 – 15 4 20 2 16 – 19 2 10 3 20 – 23 4 20 4 24 - 27 2 10 5 28 – 33 8 40
Total 20 100% Sumber : Data Primer Yang Sudah Diolah, 2019.
39 Tabel 12 menjelaskan mengenai pengalaman usahatani petani responden
yang paling lama antara 28 – 33 tahu sebanyak 8 orang dengan persentase sebesar
40%, sedangakan pengalaman berusaha tani yang paling rendah antara 12 – 15
tahun sebanyak 4 orang dengan persentase 20%. Hal ini tentu berpengaruh dalam
pengelolaan usahatani masing-masing responden khususnya dalam pencapaian
hasil produksi yang lebih baik. Dari data tersebut menunjukkan bahwa
pengalaman merupakan suatu potensi dalam pengetahuan petani jagung terhadap
penggunaan pupuk dan pestisida sintetis di Desa Pabbentengang dengan asumsi
bahwa pengalaman dapat menambah kemampuan dalam mempertimbangkan
segala resiko dalam berusahatani.
5.2. Deskripsi Hasil Penelitian Pengetahuan Petani Jagung Terhadap Penggunaan Pupuk dan Pestisida Sintetis
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng
Kabupaten Gowa. Data dalam penelitian ini diperoleh peneliti melalui beberapa
metode yaitu metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode observasi
digunakan untuk mengamati kondisi Desa Pabbentengang dalam hal ini mengenai
keadaan penduduk, kegiatan petani jagung terhadap penggunaan pupuk dan
pestisida sintetis. Metode wawancara digunakan untuk memperoleh data dari para
responden mengenai pengetahuan mereka terhadap penggunaan pupuk dan
pestisida sintetis. Sedangkan metode dokumentasi digunakan oleh peneliti untuk
memperoleh data-data dari Desa Pabbentengang selama turun lapangan.
Berkaitan dengan metode wawancara, dalam hal ini petani memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan tiga kegiatan yaitu, pupuk dan
pestisida yang digunakan, metode pengaplikasian dan waktu pengaplikasian,
40 masing-masing kegiatan mempunyai beberapa aspek yang diukur, tehadap sampel
penelitian yang terpilih untuk mengetahui tingkat pengetahuan petani jagung
terhadap pupuk dan pestisida sintetis.
Hasil penelitian yang telah diperoleh peneliti dideskripsikan secara rincih
untuk masing-masing kegiatan. Data yang diolah berbentuk angka skor yang
kemudian ditafsirkan secara kualitatif.
5.3. Pengetahuan Petani Jagung terhadap Pupuk dan Pestisida Sintetis yang digunakan
Pengetahuan petani jagung terhadap pupuk dan pestisida sintetis yang
digunakan di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa dapat
dilihat dari beberapa aspek yang telah diukur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel 13 untuk pupuk sintetis yang digunakan dan pada tabel 14 pengetahuan
petani jagung terhadap pestisida sintetis yang digunkan yaitu:
Tabel 13. Pengetahuan Petani Jagung Terhadap Pupuk Sintetis yang Digunakan
No. Aspek yang Diukur Nilai Skor Rata-Rata
Skor Kategori 1 Jenis Pupuk yang digunakan 55 2.75 Tinggi 2 Manfaat Pemupukan Jagung 50 2.5 Tinggi
3 Dosis Pupuk yang Digunakan 60 3 Tinggi
Jumlah 8.25 Tinggi Rata-Rata 2.75
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019
Tabel 13 menunjukkan bahwa pengetahuan petani jagung mengenai pupuk
yang digunakan mendapatkan nilai 2,75 atau termasuk dalam kategori tinggi yang
dapat diartikan bahwa beberapa dari petani responden sudah mengetahui
ketepatan pupuk sintetis yang digunakan untuk jagung. Para petani jagung di
Desa Pabbentengang mendapatkan informasi mengenai pupuk yang digunakan
41 dari sesama petani jagung yang juga menggunakan pupuk sintetis, mereka saling
berbagi informasi mengenai penggunaan pupuk sintetis yang baik dan benar
meskipun ada beberapa dari petani responden yang kurang paham atau kurang
tahu dalam penggunaan pupuk sintetis. Mengenai pupuk sintetis yang digunakan
ada beberapa aspek yang diukur antara lain sebagai berikut:
Aspek pertama yaitu, jenis pupuk yang digunakan mendapatkan nilai skor
2.75 yang termasuk kategori tinggi, petani responden mengetahui ketepatan jenis
pupuk yang digunakan untuk tanaman jagung sehingga dapat menjelaskan pupuk
sintetis yang digunakan untuk budidaya jagung dan jenis pupuk sintetis yang
digunakan sesuai dengan anjuran penggunaan pupuk sintetis dari Balit Sereali
yaitu NPK Phonska dan Urea, selain menggunakan pupuk anjuran dari Balit
Sereali Petani Responden juga menggunakan jenis pupuk lain yang sesuai dengan
kebiasaan mereka selama berusahatani jagung seperti pupuk ZA, Petani responden
mendapatkan informasi tentang jenis pupuk sintetis yang baik digunakan untuk
tanaman jagung dari sesama petani jagung, meskipun ada beberapa yang kurang
tahu tentang jenis pupuk yang dapat digunakan untuk tanaman jagung.
Aspek kedua yaitu, manfaat pemupukan untuk tanaman jagung
mendapatkan nilai dengan kategori tinggi yaitu 2,5 beberapa petani jagung di
tempat penelitian mengetahui manfaat pemupukan sehingga dapat menjelaskan
manfaat pemupukan tanaman jagung yaitu dapat merangsang pertumbuhan
tanaman, membuat tanaman lebih hijau, mempercepat pembentukan bunga dan
serta masaknya buah dan biji, memperbaiki kualitas rasa dan buah, meskipun ada
42 petani responden yang kurang mengetahui tentang manfaat terhadap pemupukan
jagung.
Aspek ketiga yaitu, dosis pupuk yang digunakan juga mendapatkan
kategori tinggi dengan nilai 3, petani responden di tempat penelitian mengetahui
ketepatan dalam penggunaan dosis pupuk sehingga mereka dapat menjelaskan
dengan baik dosis pupuk yang digunakan untuk tanaman jagung yaitu, 5 gram
perpohon dengan menggunakan takaran sendok makan. Pemberian pupuk yang
sesuai dengan kebutuhan tanaman akan berdampak pada kualitas tanaman,
pemberian pupuk yang berlebihan pada tanaman jagung akan membuat
pertumbuhan tanaman tidak stabil begitupun jika pupuk yang diberikan kurang
dari takaran yang sesui karena kekurangan nutrisi.
Pengetahuan petani jagung terhadap pupuk sintetis yang digunakan
termasuk dalam kategori tinggi yang dapat diartikan bahwa rata-rata petani
responden mengetahui ketepatan pupuk sintetis yang digunakan untuk tanaman
jagung dengan mengukur beberapa aspek di antaranya jenis pupuk untuk tanaman
jagung, manfaat pemupukan tanaman jagung dan dosis pupuk yang digunakan di
mana ketiga aspek tersebut mendapatka nilai skor yang dapat dikategorikan tinggi,
meskipun begitu, ada beberapa petani yang kurang tahu tentang pupuk sintetis
untuk jagung. Petani responden mendapatkan informasi tentang pupuk sintetis
yang digunakan untuk tanaman jagung dari sesama petani jagung, mereka saling
bertukar informasi antara petani satu dengan petani lainnya.
Selain Tabel 13 yang berisi tentang pengetahuan petani jagung terhadap
pupuk sintetis yang digunakan selanjutnya pada Tabel 14 dapat dilihat
43 pengetahuan petani terhadap pestisida yang digunakan dengan beberapa aspek
yang diukur di antaranya jenis pestisida yang digunakan, manfaat pestisida dan
mengikuti aturan pengendalian OPT yang ada pada label pestisida untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Table 14. Pengetahuan Petani Jagung Terhadap Pestisida Sintetis yang Digunakan No. Aspek Yang Diukur Nilai Rata-Rata Kategori 1 Jenis pestisida untuk jagung 60 3 Tinggi 2 Manfaat pestisida yang digunakan 60 3 Tinggi
3 Mengikuti aturan pengendalian OPT yang ada pada label pestisida 41 2.05 Sedang
Jumlah 8.05 Tinggi Rata-Rata 2.68
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 14, dapat dilihat bahwa pengetahuan petani jagung
mengenai pestisida yang digunakan dapat dikategorikan tinggi dengan rata-rata
skor 2.68, kategori tinggi yang didapatka oleh petani responden dapat diartikan
bahwa dalam pestisida sintetis yang digunakan para petani responden mengetahui
jenis pestisida yang dibutuhkan sesui dengan OPT yang mengganggu tanaman
jagung yang dibudidayakan sehingga tidak keliru dalam penggunaan pestisida
sintetis dan pestisida yang diaplikasikan sesuai dengan sasaran. Dalam pestisida
sintetis yang digunakan ada beberapa aspek yang diukur sehingga mendapatkan
kategori tinggi antara lain sebagai berikut:
Aspek pertama yaitu jenis pestisida untuk jagung, mendapatakan nilai skor
3 (tiga) yang dikategorikan tinggi, petani di lokasi penelitian mengetahui jenis
pestisida yang tepat untuk jagung sehingga petani mampu menjelaskan pestisida
yang digunakan untuk tanaman jagung sesuai dengan OPT yang menyerang
contohnya jenis pestisida untuk serangga petani menggunakan insektisida salah
44 satunya jenis furadan yang berbentuk butiran dan pestisida jenis rodentisida untuk
membasmih tikus.
Aspek kedua yaitu manfaat pestisida yang digunakan mendapat nilai skor
3 yang dikategorikan tinggi, petani jagung yang ada di tempat penelitian dapat
menejelaskan manfaat pestisida yang digunakannya sesui dengan kebutuhan
tanaman jagung sehingga dalam pengaplikasian pestisida sesusi dengan kebutuhan
tanaman atau sesuai dengan OPT yang menyerang.
Aspek ketiga yaitu mengikuti aturan pengendalian OPT yang ada pada
label pestisida mendapatkan kategori sedang dengan nilai skor 2.05, petani jagung
yang ada di lokasi penelitian terkadang tidak mengikuti atuaran pengendalian
mengenai jenis OPT yang lebih spesifik yang dianjurkan contohnya penggunaan
herbisida untuk gulma, petani responden tidak memperhatikan jenis gulma yang
ada di sekitar tanaman jagung sebelum melakukan pengaplikasian, mereka
menggunakan jenis herbisida kontak untuk semua jenis gulma dengan alasan
menghemat waktu dan biaya, tetapi untuk penggunaan insektisida mereka
mengikuti aturan yang sesuai sebagai contoh untuk perlakuan benih jagung agar
terhindar dari serangga jenis semut petani menggunakan insektisida jenis furadan
agar terhindar dari semut, untuk hama yang menyerang adalah tikus petani
responden menggunakan pestisida jenis rodentisida.
Pengetahuan petani jagung terhadap pestisida sintetis yang digunakan
mendapatkan nilai dengan kategori tinggi hal ini menggambarkan bahwa petani
responden mengetahui ketepatan pestisida sintetis yang digunakan untuk tanaman
jagung yang dibudidayakan sehingga dalam pengaplikasian tepat sasaran hal ini
45 dikarenakan petani responden memperhatikan dengan baik tentang hama dan
penyakit yang menyerang tanaman sebelum melakukan pengaplikasian sehingga
pestisida yang digunakan sesuai dengan kebutuhan tanaman jagung tersebut,
meskipun ada aspek yang telah diukur dan mendapat nilai skor dengan kategori
sedang. Aspek yang diukur dalam pestisida sintetis antara lain pestisida yang
digunakan yang mendapatkan nilai dengan skor tinggi, manfaat pestisida yang
digunakan juga mendapatkan nilai dengan skortinggi lain halnya dengan kegiatan
mengikuti aturan pengendalian OPT yang ada pada label mendapatka nilai skor
dengan kategori sedang karena rata-rata petani responden tidak mengikuti aturan
pengendalian OPT yang ada pada kemasan contohnya penggunaan herbisida
untuk gulma berdaun lebar dan berdaun sempit, petani responden rata-rata
menggunakan herbisida kontak dan tidak memperhatikan jenis gulma yang
menyerang tanaman dengan alasan menghemat waktu dan biaya.
Pengetahuan petani jagung terhadap pupuk dan pestisida sintetis yamg
digunakan termasuk dalam kategori tinggi yang ditunjang dengan pengalaman
dalam berusahatani jagung dan juga disebabkan karena petani menginginkan
produktivitas yang tinggi untuk menunjang ekonominya. Petani Responden
menggunakan pupuk dan pestisida sintetis karena mudah didapatkan, harga yang
terjangkau selain itu juga petani mendapatkan informasi tentang penggunaan
pupuk dan pestisida sintetis dari sesama petani jagung.
5.4. Pengetahuan Petani Jagung Terhadap Metode Pengaplikasian Pupuk dan Pestisida Sintetis
Metode pengaplikasian merupakan cara-cara yang dilakukan dalam
pengaplikasian pupuk dan pestisida sintetis yang digunakan, untuk mengetahui
46 pengetahuan petani responden mengenai metode pengaplikasian pupuk dan
pestisida sintesis dapat diukur dari beberapa aspek di antaraya jarak antara tempat
pupuk dan tanaman, cara pengaplikasian dan Syarat pengaplikasian pupuk (alat
perlindungan untuk petani) , begitu pula dengan metode pengaplikasian pestisida
sintetis juga diukur dari beberapa aspek yaitu dosis pestisida yang digunakan, cara
pengaplikasian dan Syarat pengaplikasian pestisida (alat perlindungan untuk
petani), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 15 dan tabel 16 yaitu sebagai
berikt:
Table 15. Pengetahuan Petani Jagung Terhadap Metode Pengaplikasian Pupuk Sintetis
No. Aspek yang Diukur Nilai Rata-Rata Kategori
1 Jarak antara tempat pupuk dengan tanaman 60 3 Tinggi
2 Cara pengaplikasian 58 2.9 Tinggi
3 Syarat pengaplikasian pupuk (alat perlindungan untuk petani) 51 2.55 Tinggi
Jumlah 8.45 Tinggi Rata-Rata 2.81
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 15 , dapat dilihat bahwa pengetahuan petani jagung
mengenai metode pengaplikasian pupuk mendapatkan kategori tinggi dengan nilai
2.81. Nilai dengan kategori tinggi yang dihasilkan dapat diartikan bahwa petani
responden di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa sudah
mengetahui kegiatan di dalam metode pengaplikasian pupuk dengan tepat
meskipun ada beberapa aspek dalam meteode pengaplikasian pupuk yang mereka
kurang tahu, mereka mengetahui metode pengaplikasian pupuk sintetis dengan
cara melihat lalu mencari tahu kepada teman sesama petani jagung dalam
melakukan kegiatan metode pengaplikasian pupuk sintetis. Dalam metode
47 pengaplikasian pupuk sintetis ada beberapa aspek yang diukur antara lain sebagai
berikut:
Aspek pertama yaitu jarak antara tempat pupuk dengan tanaman
mendapatkan nilai 3 yang dikategorikan tinggi, petani jagung ditempat penelitian
menegetahui jarak yang tepat antara tempat penyimpanan pupuk dengan tanaman
yaitu 5 – 10 cm. Rata-rata jarak yang digunakan petani responden adalah 10 cm
dari tanaman jagung, adanya jarak antara tempat pupuk dengan tanaman jagung
agar tanaman jagung tidak terkena langsung oleh pupuk sitetis yang dapat
membuat tanaman jagung berubah warna menjadi agak kuning kecoklatan selain
itu juga bisa membuat tanaman jagung menjadi layu.
Aspek kedua yaitu cara pengaplikasian yang juga dikategorikan tinggi
dengan nilai 2.9, rata-rata petani responden menegtahui cara pengaplikasian
pupuk yang baik bukan hanya sekedar ditaburkan di dekat tanaman namun juga
dapat dilakukan dengan cara membuat lubang di dekat tanaman sebagai tempat
pupuk lalu ditutup lagi dengan tanah namun petani responden menggunakan cara
menabur atau meletakkan pupuk di dekat tanaman dibandingkan dengan
membuatkan lubang untuk pupuk dengan alasan untuk lebih menghemat waktu
dan tenaga.
Aspek ketiga yaitu syarat pengaplikasian mendapkan nilai 2.55 yang dapat
dikategorikan tinggi, petani di tempat penelitian mengetahui bahwa sebelum
melakukan pemupukan harus dilengkapi dengan alat perlindungan diri seperti
sarung tangan, celana dan baju panjang, topi dan lain sebagainya agar terhindar
dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti terkena langsung oleh pupuk sintetis
48 yang dapat berimbas kepada kesehatan kulit, meskipun ada beberapa petani
jagung yang kurang memperhatikan tentang syarat pengaplikasian pupuk bagi
petani sebelum melakukan pengaplikasian.
Pengetahuan petani jagung terhadap metode pengaplikasian pupuk sintetis
dapat dikategorikan tinggi. Kategori tinggi yang diperoleh dapat diartikan bahwa
petani responden di tempat penelitian mengetahui ketepatan dalam metode
pengaplikasian pupuk sintetis dengan mengukur beberapa aspek diantaranya, jarak
antara tempat pupuk dan tanaman jagung, cara pemberian pupuk dan syarat
pengaplikasian pupuk (alat perlindungan untuk petani) yang masing-masing aspek
mendapatkan nilai dengan kategori tinggi meskipun ada beberapa petani
responden yang kurang mengetahui tentang metode pengaplikasian pupuk.
Di bawah ini dijelaskan tentang pengetahuan petani jagung terhadap
metode pengaplikasian pestisida yang dapat dilihat pada Tabel 16 dengan
beberapa aspek yang diukur di antaranya dosis pestisida yang digunakan, cara
pengaplikasian pestisida dan syarat pengaplikasian pestisida untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 16. Pengetahuan Petani Jagung Terhadap Metode Pengaplikasian Pestisida. No. Aspek Yang Diukur Nilai Rata-Rata Kategori 1 Dosis pestisida yang digunakan 46 2.3 Tinggi 2 Cara pengaplikasian pestisida 60 3 Tinggi
3 Syarat pengaplikasian pestisida (alat perlindungan untuk petani) 54 2.7 Tinggi
Jumlah 8 Tinggi Rata-Rata 2.66
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019
Tabel 16 menunjukkan bahwa pengetahuan petani jagung mengenai
metode pengaplikasian pestisida mendapatkan nilai skor 2.66 yang dapat
49 dikategorikan tinggi dengan kata lain petani responden di Desa Pabbentengang
mengetahui ketepatan dalam metode pengaplikasian pestisida sintetis dengan
mengukur bebarapa aspek meskipun ada beberapa dari petani responden yang
kurang tahu dengan metode pengaplikasian pestisida sintetis, dengan kategori
tinggi yang didapatkan, dalam metode pengaplikasian pestisida sintetis petani
responden mampu mengikuti aturan pengaplikasian yang telah dianjurkan dalam
setiap label pstisida yang digunakan. Dalam metode pegaplikasian pestisida
sintetis ada beberapa aspek yang diukur antara lain sebgi berikut:
Aspek pertama yaitu dosis pestisida yang digunakan dengan nilai skor 2.3
yang dapat dikategorikan tinggi, rata-rata petani di lokasi penelitian mengetahui
ketepatan penggunaan dosis pestisida dengan mengikuti petunjuk yang ada pada
label pestisida sintetis yang digunakan sehingga pestisida yang diaplikasikan
efektif dalam membasmi OPT yang menjadi sasaran, meskipun ada beberapa
petani responden yang hanya memperkirakan dalam pemberian dosis,
menambahkan ataupun mengurangi dosis pestisida yang digunakan.
Aspek kedua yaitu cara pengaplikasian pestisida mendapat nilai skor 3
yang dikategorikan tinggi, petani dilokasi penelitian menegtahui cara yang tepat
untuk pengaplikasian pestisida yang baik sesuai dengan jenis pestisida yang
digunakan baik itu penyemprotan maupun pengumpanan sehingga dalam
pengaplikasian pestisida tepat sasaran yang sesuai dengan kebutuhan tanaman
jagung.
Aspek ketiga yaitu syarat pengaplikasian pestisida mendapatkan nilai skor
2.7 yang dapat dikategorikan tinggi, sebelum melakukan aplikasi rata-rata petani
50 di tempat penelitian mengetahui syarat pengaplikasian pestisida yaitu
menggunakan alat perlindungan diri seperti masker, topi, baju lengan panjang,
celana panjang, sepatu boots dan lain sebagianya agar tidak terkena pestisida yang
diaplikasikan secara langsung yang dapat mengganggu kesehatan, meskipun ada
beberapa petani responden yang menggunakan alat perlindungan namun kurang
lengkap hal ini dapat membahayakan kesehatan apabila terkena pestisida ataupun
menghirup bau pestisida karena dapat mengganggu kesehatan.
Pengetahuan petani jagung terhadap metode pengaplikasian pestisida
sintetis dikategorikan tinggi dengan beberapa aspek yang diukur diantaranya dosis
pestisida yang digunakan, cara pengaplikasian pestisida dan syarat pengaplikasian
pestisida (alat perlindungan bagi petani) yang masing-masing mendapatkan nilai
dengan skor tinggi. Petani responden mengikuti aturan pengaplikasin yang
dianjurkan dalam label kemasan pestisida sehingga petani responden mengetahui
ketepatan dalam metode pengaplikasian pestisida sintetis, meskipun ada beberapa
petani yang kurang tahu tentang metode pengaplikasian pestisida sintetis.
Pengetahuan petani jagung terhadap metode pengaplikasian pupuk dan
pestisida sintetis termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini disebabkan karena petani
jagung memeperhatikan dengan baik metode yang digunakan sesuai dengan
kebutuhan tanaman jagung agar pupuk dan pestisida yang diaplikasikan tepat
sasaran. Petani Responden mengetahui metode pengaplikasian pupuk sintetis dari
teman sesama petani jagung yang menggunakan pupuk sintetis begitu pula dengan
metode pengaplikasian pestisida, selain itu dalam pengaplikasian pestisida rata-
51 rata petani mengikuti aturan penggunaan yang ada pada kemasan pestisida
mekipunada beberapa yang kurang paham tentang itu.
5.5. Pengetahuan Petani Terhadap Waktu Pengaplikasian Pupuk dan Pestisida Sintetis
Waktu pengaplikasian yaitu waktu atau kondisi yang tepat atau sesuai dalam
pengaplikasian pupuk dan pestisida sintetis yang harus diperhatikan petani jagung
ketika melakukan aplikasi terhadap tanaman jagung yang dibudidayakan, ada
beberapa aspek yang diukur mengenai waktu pengaplikasian pupuk sintetis pada
Tabel 17 dan waktu pengaplikasian pestisida sintetis pada Tabel 18 antara lain
sebagai berikut:
Table 17. Pengetahuan Petani Jagung Terhadap Waktu Pengaplikasian Pupuk Sintetis
No. Aspek Yang Diukur Nilai Rata-Rata Kategori 1 Waktu pengaplikasian pupuk 54 2.7 Tinggi 2 Tahap pengaplikasian 55 2.75 Tinggi 3 Kondisi lingkungan yang baik 54 2.7 Tinggi
Jumlah 8.15 Tinggi Rata-Rata 2.71
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2019
Brdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa pengetahuan petani jagung di
tempat penelitian mendapkan nilai dengan skor 2.71 yang termasuk dalam
kategori tinggi. Kategori tinggi yang diperoleh petani responden di Desa
Pabbentengang dapat diartikan bahwa mereka mengetahui waktu yang tepat dalam
pengaplikasian pupuk sintetis dengan melakukan pengukuran terhadap beberapa
aspek meskipun ada beberapa dari petani responden yang kurang paham mengenai
waktu pengaplikasian pupuk sintetis. Dalam waktu pengaplikasian pupuk sintetis
ada beberapa aspek yang diukur antara lain sebagai berikut:
52 Aspek pertama yaitu waktu pengaplikasian pupuk dengana nilai skor 2.7
yang dikategorikan tinggi, rata-rata petani di tempat penelitian mengetahui
ketepatan waktu pengaplikasian pupuk yaitu pagi dan sore hari, dilakukan di pagi
hari karena kondisi tanah masih lembab sehingga pupuk mudah diserap dan
dilakukan pada sore hari karena matahari tidak terlalu terik jika dilakukan pada
saat matahari terlalu terik atau di siang hari kualitas pupuk akan berkurang karena
terjadi penguapan.
Aspek kedua yaitu tahap pengaplikasian dapat dikategorikan tinggi dengan
nilai skor 2.75, rata-rata petani di tempat penelitian mengetahui tahapan
pengaplikasian pupuk yang benar untuk tanaman jagung yaitu tahap pertaman 7-
10 hst, kedua 25-30 hst dan ketiga 40-45 hst, meskipun frekuensi pemupukan
yang mereka lakukan ada 2 kali dan ada yang 3 kali. Frekuensi pemupukan 2 kali
dilakukan petani responden pada tahap petama yaitu 7 – 10 hst dan tahap kedua
yaitu pada hari ke 30 hst pemupukan tahap ketiga dilakukan petani responden jika
dibutuhkan yang dilihat dari kondisi pertanaman jagung. Ketepatan waktu dalam
tahap pemberian pupuk diperlukan agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang
dengan optimal.
Aspek ketiga yaitu kondisi lingkungan yang baik mendapat nilai skor 2.7
yang dikategorikan tinggi, rata-rata petani di tempat penelitian mengetahui
kondisi lingkungan yang tepat untuk pengaplikasian pupuk yaitu pada saat tidak
hujan agar pupuk yang diaplikasikan tidak terbawa aliran air hujan dan panas
tidak telalu terik agar pupuk yang diaplikasikan tidak menguap akibat paparan
sinar matahari sehingga tidak mengurangi kualitas pupuk yang diaplikasikan.
53 Pengetahuan petani jagung terhadap waktu pengaplikasian pupuk sintetis
dikategorikan tinggi hal ini dapat diartikan bahwa petani jagung yang ada di Desa
Pabbentengan mengetahui ketepatan waktu pengaplikasian pupuk sintetis dilihat
dari beberapa aspek yang telah diukur yang terdapat pada tabel 16 di mana aspek
tersebut adalah waktu pengaplikasian pupuk, tahap pengaplikasian pupuk dan
kondisi lingkungan yang baik di mana aspek-aspek tersebut masing-masing
mendapatkan nilai skor yang dapat dikategorikan tinggi, meskipun dari beberapa
aspek yang diukur masih terdapat petani responden yang kurang tahu mengenai
waktu pengaplikasian pupuk.
Selanjutnya, pengetahuan petani jagung terhadap waktu pengaplikasian
pestisida dapat dilihat pada Tabel 18 dengan beberapa aspek yang diukur antara
lain sebagai berikut:
Table 18. Pengetahuan Petani Jagung Terhadap Waktu Pengaplikasian Pestisida Sintetis
No. Aspek Yang Diukur Nilai Rata-Rata Kategori 1 Waktu pengaplikasian pestisida 60 3 Tinggi 2 Tahap pengaplikasian 60 3 Tinggi 3 Kondisi lingkungan yang baik 60 3 Tinggi
Jumlah 9 Tinggi Rata-Rata 3
Suber : Data Primer Setelah Diolah, 2019
Tabel 18 menunjukkan bahwa pengetahuan petani jagung mengenai
waktu pengaplikasian dikategorikan tinggi dengan nilai skor 3. Petani responden
di Desa Pabbentengang mendapatkan nilai denga skor tinggi terkait dengan waktu
yang dapat diartikan bahwa para petani responden mengetahui ketepatan terhadap
waktu pengaplikasian pestisida sintetis untuk tanaman jagung yang dibudidayakan
sehingga pestisida yang diaplikasiakan tepat sasaran dengan mengukur beberapa
54 aspek. Aspek yang diukur dalam waktu pengaplikasian pestisida sintetis antara
lain sebagai berikut:
Aspek pertama yaitu waktu pengaplikasian dengan nilai skor 3, petani
jagung di lokasi penelitian mengetahui ketepatan waktu pengaplikasian sehingga
dapat menjelaskan waktu yang baik dalam melakukan pengaplikasian pestisida
yaitu pagi hari dan sore hari dilakukan pada pagi hari agar pestisida yang
diaplikasiakan dapat bekerja dengan baik begitupun dengan sore hari, karena
pada saat itu stomata pada daun masih terbuka kecuali dilakukan pada siang hari
pestisida tidak dapat berkerja dengan baik karena dapat menguap akibat terkena
panas.
Aspek kedua yaitu tahapan pengaplikasin mendapatkan nilai skor 3 yang
dikategorikan tinggi, petani responden di lokasi penelitian mengetahui dan dapat
menjelaskan tahap pengaplikasian pestisida yaitu melakukan pencampuran
terhadap benih jagung sebelum ditanam baik itu insektisida maupun fungisida
agar terhindar dari serangga dan penyakit, untuk pengaplikasian selanjutnya
dilakukan bila diperlukan contohnya jika terdapat gulma atau tanaman
pengganggu diluar tanaman yang dibudidayakan.
Aspek ketiga yaitu kondisi lingkungan yang baik juga dikategorikan tinggi
karena mendapatkan nilai skor 3, Petani Responden mengetahui dan mampu
menjelaskan kondisi lingkungan yang tepat dalam pengaplikasian pestisida seperti
pada saat tidak turun hujan, agar pestisida yang diaplikasiakan tidak tercuci
dengan air hujan, pengaplikasian pestisida pada saat kondisi angin tidak telalu
kencang agar pestisida yang siaplikasiakan tidak terbawah oleh angin dan pada
55 saat matahari tidak terlalu terik agar pestisida yang diaplikasikan tidak menguap
akibat terkena panas yang berlebihan.
Pengetahuan petani jagung terhadap waktu pengaplikasian pestisida
sintetis dikategorikan tinggi yang dapat diartikan bahwa petani responden
mengetahui ketepatan waktu pengaplikasian pestisida sintetis sehingga pestisida
yang diaplikasikan efektif dalam membeasmi OPT hal ini bisa dilihat dari
beberapa aspek yang telah diukur yaitu waktu pengaplikasian, tahap
pengaplikasian dan kondisi lingkungan yang baik dalam pengaplikasian pestisida
yang masing-masing aspek mendapatkan nilai dengan skor yang tinggi yang dapat
menunjang keberhasilan dalam pengaplikasian pestisida.
Pengetahuan petani mengenai waktu pengaplikasian pupuk lebih rendah
dibandingkan dengan pengetahuan petani mengenai waktu pengaplikasian
pestisida, meskipun ada perbedaan terhadap nilai skor yang diperoleh namun
keduanya masih dikategorikan tinggi hal ini menunjukkan bahwa petani jagung
yang ada di tempat penelitian rata-rata memperhatikan dengan baik ketepatan
waktu sehingga mengetahui waktu yang tepat untuk pengaplikasian agar pupuk
dan pestisida yang diaplikasikan dapat memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur
hara dan perawatan yang tepat. Hal ini juga dikarenakan petani menyadari, bahwa
dalam mengaplikasiakan pupuk atau pestisida sintetis pagi atau sore hari dan juga
memperhatikan kondisi lingkungan agar terhindar dari paparan sinar matahari,
hujan dan angin kencang yang mampu menurunkan kualitas pupuk maupun
pestisida.
56 VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
petani jagung terhadap penggunaan pupuk dan pestisida sintetis termasuk ke
dalam kategori tinggi dengan mengukur beberapa variabel yaitu pupuk sintetis
yang digunakan dengan skor rata-rata 2.75 dan pestisida sintetis yang digunakan
dengan skor rata-rata 2.68. Metode pengaplikasin pupuk sintetis mendapatkan
skor rata-rata 2.81 dan 2.66 untuk metode pengaplikasian pestisida. Waktu
pengaplikasian pupuk sintetis tergolong tinggi dengan skor rata-rata 2.71 dan nilai
skor 3 untuk waktu pengaplikasian pestisida sintetis. Nilai skor dengan kategori
tinggi yang dihasilkan ketiga variabel dapat diartikan bahwa petani jagung di
lokasi penelitian mengetahui ketepatan penggunaan pupuk dan pestisida sintetis
dilihat dari keberhasilan petani dalam melakukan budidaya jagung.
6.2. Saran
Agar petani responden yang sudah megetahui ketepatan terhadap
penggunaan pupuk dan pestisida sintetis untuk mempertahankan kemampuannya
dan bagi petani responden yang kurang mengetahui dengan baik terhadap
penggunaan pupuk maupun pestisida sintetis agar petani diharapakan untuk selalu
mencari informasi – informasi mengenai penggunaan pupuk dan pestisida sintetis
baik dari media – media, maupun dari penyuluhan pertanian agar kiranya dalam
penggunaan pupuk dan pestisida sintetis sesuai dengan yang seharusnya.
57 DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2018. Manfaat unsur hara bagi tanaman jagung. https:https://www.nuansa.web.id/perkebunan/cara-pemupukan-jagung/14/42018. Diakses pada tanggal 2 mei 2019.
Anonim2. 2018. Pupuk. https://id.wikipedia.org/wiki/Pupuk/24/8/2018. Diakses pada tanggal 2 mei 2019.
Anonim3. 2018. Pestisida. https://id.wikipedia.org/wiki/Pestisida/18/ Januari /2018. Diakses pada tanggal 30 april 2019.
Bahrin. 2005. Pengertian Petani
https://tanahmenangis.wordpress.com/2013/10/7pengertian-petani-dalam-perfektif-sosiologi.html. diakses pada tanggal 2 mei 2019.
Balitra. 2015 http://balittra.litbang.pertanian.go.id/12/May/ 2015. Diakses pada tanggal 2 mei 2019.
Damanik, M. M. B., Bachtiar, E. H., Fauzi, Sarifuddin dan Hamidah, Hanum. 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. MEDAN: USU Press.
Dinas Kementrian Pertanian Republik Indonesia.2016. hasil produksi jagung. 2014-2018. https: pertanian.go.id.bdsp/id/indikator. Diakses pada tanggal 2 mei 2019.
Fatmawati. 2004. Pendidikan Bertani dalam Usahatani.Univesitas Hasanuddin, Makassar.
Malti. 2011. Defenisi Tanaman Jagung. http:id.Wikipedia. org/wiki/sssd.
Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Novizan.2002.Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Penerbit:PT Agro Media Pustaka.61-62
Notoadmojo. 2007. Tingkat Pengetahuan. https://www.silabus.web.id/pengertian-pengetahuan.html. diakses pada tanggal 2 mei 2019
Saefuddin, 1999. Media Intruksionel Eukatif. Rineka Cipta : Jakarta.Sugiono. 20011.
Soekanto, 1999. Pengetahuan Pertanian. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Soemirat, 2003. Toksikologi Lingkungan. Gajah Mada Universitas Prees, Bandung.
Subiyanto. 1998. Evaluasi Pendidikan Dan Pengetahuan Alam. DEPDIKBUD: Jakarta.
58 Suharsimi. 2003.manajemen penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Sugiyano,2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung : Setyabook.
Sutedjo, M.M. 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta.
Syafiuddin, 2010. Kemampuan Petani. Depdiknas : Jakarta.
Zuckerman, 2002. Prinsip-Prinsip Dasar Penyuluhan Pertanian. Bima : Aksara Makassar.
59 Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
KUISIONER PENELITIAN A. Identitas Responden
1. Nama : .........................
2. Jenis Kelamin : Perempuan/lakilaki
3. Umur : ......................Tahun
4. Pendidikan : SD/SMP/SMA/SEDERAJAT
5. Pengalaman Berusahatani : ......................Tahun
6. Jumlah Tanggungan Keluarga : ........................Orang
7. Luas lahan :.........................Hektar
B. Pengetahuan Petani Jagung Terhadap Penggunaan Pupuk Sintetis
No.
Kegiatan Dalam
Penggunaan Pupuk Sintetis
Aspek yang Diukur Parameter Pengetahuan Petani
T (3)
KT (2)
TT (1)
1.
Pupuk yang digunakan
a. Jenis pupuk untuk jagung • UREA • ZA • SP-36 • KCL • NPK
• Tahu, apabila petani dapat menyebutkan 3 jenis pupuk.
• Kurang tahu, apabila petani hanya menyebutan 2 jenis pupuk
• Tidak tahu, apabila petani hanya menyebutkan 1 jenis pupuk
b. Manfaat penggunaan pupuk • Dapat merangsang
pertumbuhan tanaman
• Membuat tanaman lebih hijau
• Mempercepat pembentukan bunga serta masaknya buah dan biji
• Memperbaiki kualitas rasa dan warna
• Tahu apabila petani dapat menyebutkan 3 manfaat pupuk
• Kurang tahu apabila petani hanya menyebutkan 2 manfaat pupuk
• Tidak tahu apabila petni hanya mentebutkan 1 maanfaat pupuk
60 c. Dosis pupuk yang digunakan • 4-5 gr/perpohon
• Tahu apabila petani menggunakan dosis 4-5 gr/phn
• Kurang tahu apabila petani menggunakan dosis 2-3 gr/phn
• Tidak tahu apa bila petani menggunakan dosis sembarangan
2.
Metode pengaplikasian
a. Jarak antara tempat pupuk dengan tanaman yaitu 5-10 cm
• Tahu apabila petani menggunakan jarak 5-10 cm
• Kurang tahu apabila petani menggunakan jarak 3-4 cm
• Tidak tahu apabila pemupukan tanpa mempertimbangkan jarak
b. Cara pemberian pupuk • Membuat lubang
pupuk di dekat tanaman
• Menaburkan didekat tanaman diantara baris tanaman
• Tahu, apabila petani menjelaskan ke 2 cara pemberian pupuk
• Kurang tahu, apabila hanya menjelaskan 1 cara pemberian pupuk
• Tidak tahu, apabila petani tidak dapat menyebutkan pemberian pupuk yang yang dianjurkan
c. Syarat pengaplikasian pupuk (alat perlindungan untuk petani) • Sarung tangan • Masker • Topi • Sepatu • Baju lengan dan
celana panjang
• Tahu, apabila petani dapat menyebutkan 3 syarat pengeplikasian pupuk
• Kurang tahu, apabila petani hanya meyebutkan 2 syarat pegaplikasian
• Tidak tahu, apa bila petani hanya menyebutka 1 atau tidak sama sekali syarat pengeplikasian
3.
Waktu pengaplikasi
a
a. Waktu pengaplikasin pupuk untuk jagung Yaitu
pada pagi dan sore hari
• Tahu, apabila petani menyebutkan waktu pengaplikasian pupu dapat dilakukan pagi dan sore hari
• Kurang tahu,
61 apabilang hanya menyebutkan salah satu waktu pengaplikasian
• Tidak tahu, apabila petahi tdk dapat menjelaskan waktu pengaplikasian yang baik
b. Tahap pemberian pupuk 1. 2 kali
pengaplikasian • 7 – 10 HST • 25 – 30 HST
2. 3 kali pemupukan • 7 - 10 HST • 25 - 30 HST • 40 - 45 HST
• Tahu, jika petani mengaplikasikan pupuk sesuai tahap pemberian pupuk yang benar
• Kurang tahu, apabila pengaplikasian pupuk dilakukan tanpa mengikuti tahap yang benar
• Tidak tahu apabila petani tidak dapat menjelaskan tahap pemberian pupuk
c. Kondisi lingkungan yang baik • Pada saat matahari tidak
terlalu terik • Pada saat tidak turun
hujan
• Tahu, apabila petani menjelaskan pemberian pupuk baik dilkukan pada saat matahari tidak terlalu terik dan tidak turun hujan
• Kurang tahu apa bila petani hanya menjelasakan 1 waktu
• Tidak tahu, apabila petani tidak dapat menjelaska kondisi lingkungan yang baik dalam pengaplikasian pupuk
T = Tahu
KT = Kurang Tahu
TT = Tidak Tahu
62 PERTANYAAN
1. Pupuk yang digunakan a. Jenis pupuk apakah yang bapak/ibu petani gunakan dalam memupuk
tanaman jangung yang dibudidayakan? Jawab:
b. Apakah bapak/ibu petani tahu manfaat pemupukan unruk tanaman jagung ? Jawab:
c. Berapakah dosis pupuk yang bapak/ibu petanin gunakan untuk tanaman jagung? Jawab :
2. Metode pengaplikasian
a. Jarak berapakah yang bapak/ibu petani gunakan antara tempat pupuk dan tanaman jagung? Jawab :
b. Apakah bapak/ibu petani tahu cara pemberian pupuk sintetis yang baik untuk tanaman jagung? Jawab :
c. Apakah bapak/ibu petani tahu syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan pengaplikasian pupuk sintetis? Jawab:
3. Waktu pengaplikasian
a. Apakah bapak/ibu petani tahu waktu pemberian pupuk yang baik untuk tanaman jagung?
Jawab:
b. Apakah bapak/ ibu tahu tahap pengaplikasian pemupuk sintetis untuk tanaman jagung ? Jawab:
c. Bagaimanakah kondisi lingkungan yang baik untuk pengaplikasian pupuk? Jawab?
63 C. Pengetahuan Petani Jagung Terhadap Penggunaan Pestisida Sintetis
No.
Kegiatan dalam
penggunaan pestisida sintetis
Aspek yang diukur Parameter pengetahuan petani
T (3)
KT (2)
TT (2)
1.
Pestisida yang digunakan
a. Jenis pestisida untuk jagung • Herbisida • Insektisida • Fungisida • Rodentisida
• Tahu, jika petani dapat menjelaskan pestisida yang digunkan sesui dengan kebutuhan tanaman
• Kurang tahu, apabila petani sembarang memakai pestisida tanpa mengenai sasaran yang tepat
• Tidak tahu, apabila petani tidak dapat menjelaskan jenis pestisidan yang digunakan
b. Manfaat pestisida yang digunakan • Memberantas atau
mencegah OPT (organisme pengganggu tanaman)
• Mengurangi kerusakan yang ditimbulkan OPT
• Tahu, jika petani dapat menjelaskan manfaat pestisida yang digunakan dengan baik
• Kurang tahu, jika petani hanya menjelaskan bahwa pestisidan baik untuk tanaman
• Tidak tahu, apabila petani tdk dapat menjelaskan manfaat pestisida yang digunakan
c. Mengikuti aturan pengendalian OPT yang ada pada label pestisida
• Tahu, apabila petani mengikuti aturan penggunaan yang ada pada label kemasan pestisida yang sesuai
• Kurang tahu, apabila petani hanya menjelaskan bahwa iya hanya melihat petunjuk tanpa tahu cara pengaplikasian
• Tidak tahu, jika tidak mengikuti aturan yang ada pada kemasan
2.
Metode pengaplikasian
a. Dosis pestisida yang digunakan yaitu mengikuti anjuran dosis yang ada pada
• Tahu, apabila petani mengukuti pengguanaan dosis yang sesusi pada label
64 kemasan pestisida
kemasan • Kurang tahu, jika
petani mengurangi atau menambah dosis pestisida yang ada pada pekemasan
• Tidak tahu, apabila petani tidak mengikuti anjuran yang sesua
b. Cara pengaplikasian pestisida • Penyemprotan
(spraying) • Pengumpanan
• Tahu, apabila petani menjelaskan cara pengaplikasian pestisida yang sesuai dengan kebutuhan tanaman yaitu penyemprotan atau pemgumpanan
• Kurang tahu, apabila petani hanya menjelaskan 1 cara yg dapat dilakukan tanpa memperhatikan kebutuhan tanaman jagung
• Tidak tahu, apabila petani tidak dapat menjelaskan cara yang tepat untuk pengaplikasian pestisida untuk jagung
c. Syarat pengaplikasian pestisida (petani) • Masker • Topi • Sarung tangan • Sepatu • Baju lengan dan
celana panjang
• Tahu apabila petani dapat menjelaskan 3 atau lebih syarat untuk prngaplikasian pestisida
• Kurang tahu, apabila petani hanya menjelaskan 2 syarat untuk prmgaplikasian pestisida
• Tidk, tahu apabila petani hanya menyebutkan 1syarat pengaplikasian pestisida
3.
Waktu pengaplikasian
a. Waktu untuk pemberian pestisida • Pagi hari • Sore hari
• Tahu, apabila petani menjelaskan 2 waktu pemberian pestisida yang baik
• Kurang tahu, apabila petani hanya menjelaskan 1 waktu unruk pemberian pestisida
• Tidak tahu, apabila
65 petani tidak dapat menjelaskan kapan waktu yang baik untuk pemberian pestisida
b. Tahapan pemberian pestisida sesuai tahapan budidaya jagung • Pencampuran
fungisida atau insektisida pada benih (biji) jagung sebelum ditanam
• Pengaplikasiaan selanjutnya jika diperlukan
• Tahu, apabila petani menjelaskan tahap pertama dalam penggunaan pestisida yaitu pada saat melakukan perendaman pada benih jagung sebelum ditanam
• Kurang tahu, jika petani hanya menjelaska pemberian pestisida dapat dilakukan kapan saja
• Tidak tahu, jika petani tidak dapat menjelaskan kapan pestisida harus di berikan pada tanaman
c. Kondisi lingkungan yang baik untuk pengaplikasian pestisida • Cuaca tidak terlalu
panas • Tidak turun hujan • Kondisi angin stabil
• Tahu, apabila petani menjelaskan kondisi lingkungangan yang baik dalam pengaplikasian pestisida yaitu cuaca tidak terlalu panas, tidak turun hujan dan kondisi angin stabil
• Kurang tahu, apabila petani hanya menjelaskan dua kondisi lingkungan yang baik
• Tidak tahu, apabila petani hanya menjelaskan pemberian pestisida dapat dilakaukan kapan saja tanpa melihat kondisi lingkungan
T = Tahu
KT = Kurang Tahu
TT = Tidak Tahu
66 PERTANYAAAN
1. Pestisida yang digunakan a. Jenis pestisida apakah yang bapak/ibu petani gunakan dalam memupuk
tanaman jangung yang dibudidayakan? Jawab:
b. Apakah bapak/ibu petani tahu manfaat dari pestisida yang digunakan? Jawab:
c. Apakah bapak /ibu petani mengikuti aturan pengendalian OPT sesuai yang ada pada kemasan pestisida ? Jawab :
2. Metode pengaplikasian
a. Dalam penggunaan dosis pestisida untuk jagung, apakah bapak/ibu
mengikuti anjuaran yang ada pada label kemasan pestisida? Jawab :
b. Apakah bapak/ibu petani tahu cara pemberian pestisidayang baik untuk tanaman jagung? Jawab :
c. Apakah bapak/ibu petani tahu syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan pengaplikasian pestisida? Jawab:
a. Waktu pengaplikasian
a. Apakah bapak/ibu petani tahu waktu pemberian pestisida yang baik untuk tanaman jagung? Jawab:
b. Apakah bapak ibu tahu tahapan dalam penggunaan pestisida dalam budidaya jagung?
Jawab:
c. Bagaimanakah kondisi lingkungan yang baik untuk pengaplikasian pestisida? Jawab:
67 Lampiran 2 Peta lokasi Penelitian
68 Lampiran 3. Identitas Petani Responden di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa
No. Nama Jenis Kelamin Umur Pendidikan
Pengalaman Berusaha
Tani (Tahun)
Jumlah Tanggungan
Keluarga 1 Syamsuddin Nyonri Laki-Laki 44 SD 30 2 2 Bati Perempuan 35 SD 15 5
3 Saing Laki-Laki 45 Tidak Sekolah 33 3
4 Arafah Laki-Laki 50 SMA 30 3 5 Dg Lalang Laki-Laki 50 SMP 30 4 6 Dg Ngati Laki-Laki 40 SD 15 4 7 Arsyad Laki-Laki 56 SD 33 6 8 Dg Ngopa Laki-Laki 42 SMP 16 3 9 Syarifuddin Laki-Laki 34 SD 16 5
10 Suwarni Perempuan 32 SMP 12 5 11 Junaedi Laki-Laki 50 SD 20 4 12 Nur Salam Laki-Laki 50 SI 27 4 13 Ahmadi Laki-Laki 50 SMA 25 4 14 Syakir Laki-Laki 40 SMP 20 5 15 Ahmad Laki-Laki 50 SD 30 3 16 Amir Laki-Laki 45 SMP 15 3 17 Muhammad Laki-Laki 50 SMP 30 4 18 Sarring Laki-Laki 40 SD 20 5 19 Basir Narang Laki-Laki 50 SMA 20 3
20 Sattu Tiro Laki-Laki 50 Tidak Sekolah 30 2
Total 903 467 77 Rata-Rata 47.65 23.33 3.85
69 Lampiran 4. Rekapitulasi data pengetahuan petani jagung terhadap penggunaan pupuk sintetis
No. Responden
Pupuk Yang Digunakan
Metode Pengaplikasian
Waktu Pengaplikasian
P1 P2 P3 P1 P2 P3 P1 P2 P3
1 Syamsuddin Nyonri 2 1 3 3 3 2 2 2 2
2 Bati 2 1 3 3 3 3 2 3 2 3 Saing 3 1 3 3 3 3 3 3 3 4 Arafah 3 3 3 3 3 3 3 2 3 5 Dg Lalang 2 2 3 3 3 2 2 3 2 6 Dg Ngati 2 2 3 3 3 2 2 3 2 7 Arsyad Gassing 3 3 3 3 3 3 3 3 3 8 Dg Ngopa 3 3 3 3 3 3 3 3 3
9 Syaripuddin Nuntung 3 3 3 3 3 3 3 3 3
10 Suwarni 3 3 3 3 2 3 3 3 3
11 Junaedi Jalling 3 2 3 3 3 2 3 3 3 12 Nur Salam 3 3 3 3 3 3 3 3 3 13 Ahmadi 3 3 3 3 3 3 3 3 3 14 Syakir Nyaling 3 3 3 3 3 3 2 3 2 15 Ahmad 3 3 3 3 3 2 3 2 3 16 Amir Rowa 3 3 3 3 3 2 3 2 3 17 Muhammad 3 3 3 3 3 2 3 2 3 18 Sarring Bantang 3 3 3 3 2 3 3 3 3 19 Basir Narang 2 2 3 3 3 2 3 3 3 20 Sattu Tiro 3 3 3 3 3 2 2 3 2
Jumlah 55 50 60 60 58 51 54 55 54
Rata-Rata 2.75 2.5 3 3 2.9 2.55 2.7 2.75 2.7 1. Tinggi = 2,34 - 3,00
2. Sedang = 1,67 - 2, 33
3. Rendah = 1,00-1,66
70 Lampiran 5. Rekapitulasi data pengetahuan petani jagung terhadap penggunaan pestisida sintetis
No Responden
Pupuk Yang
Digunakan Metode
Pengaplikasian Waktu
Pengaplikasian
P1 P2 P3 P1 P2 P3 P1 P2 P3
1 Syamsuddin Nyonri 3 3 2 3 3 2 3 3 3
2 Bati 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 Saing 3 3 2 3 3 2 3 3 3 4 Arafah 3 3 2 2 3 3 3 3 3 5 Dg Lalang 3 3 2 2 3 2 3 3 3 6 Dg Ngati 3 3 2 2 3 2 3 3 3 7 Arsyad Gassing 3 3 2 2 3 3 3 3 3 8 Dg Ngopa 3 3 2 2 3 3 3 3 3
9 Syaripuddin Nuntung 3 3 2 2 3 3 3 3 3
10 Suwarni 3 3 2 1 3 3 3 3 3 11 Junaedi Jalling 3 3 2 1 3 2 3 3 3 12 Nur Salam 3 3 3 3 3 3 3 3 3 13 Ahmadi 3 3 2 3 3 3 3 3 3 14 Syakir Nyaling 3 3 2 2 3 3 3 3 3 15 Ahmad 3 3 2 3 3 2 3 3 3 16 Amir Rowa 3 3 2 3 3 3 3 3 3 17 Muhammad 3 3 2 3 3 3 3 3 3 18 Sarring Bantang 3 3 2 1 3 3 3 3 3 19 Basir Narang 3 3 2 3 3 3 3 3 3 20 Sattu Tiro 3 3 2 2 3 3 3 3 3
Jumlah 60 60 41 46 60 54 60 60 60
Rata-Rata 3 3 2.05 2.3 3 2.7 3 3 3
1. Tinggi = 2,34 - 3,00
2. Sedang = 1,67 - 2, 33
3. Rendah = 1,00-1,66
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
KUISIONER PENELITIAN A. Identitas Responden
1. Nama : .........................
2. Jenis Kelamin : Perempuan/lakilaki
3. Umur : ......................Tahun
4. Pendidikan : SD/SMP/SMA/SEDERAJAT
5. Pengalaman Berusahatani : ......................Tahun
6. Jumlah Tanggungan Keluarga : ......................Orang
7. Luas lahan :......................Hektar
B. Pengetahuan Petani Jagung Terhadap Penggunaan Pupuk Sintetis
No.
Kegiatan dalam
penggunaan pupuk sintetis
Aspek Yang Diukur Para meter pengetahuan petani
T (3)
KT (2)
TT (1)
1.
Pupuk yang digunakan
a. Jenis pupuk untuk jagung • UREA • ZA • SP-36 • KCL • NPK
• Tahu, apabila petani dapat menyebutkan 3 jenis pupuk.
• Kurang tahu, apabila petani hanya menyebutan 2 jenis pupuk
• Tidak tahu, apabila petani hanya menyebutkan 1 jenis pupuk
b. Manfaat penggunaan pupuk • Dapat merangsang
pertumbuhan tanaman • Membuat tanaman
lebih hijau • Mempercepat
pembentukan bunga serta masaknya buah dan biji
• Memperbaiki kualitas rasa dan warna
• Tahu apabila petani dapat menyebutkan 3 manfaat pupuk
• Kurang tahu apabila petani hanya menyebutkan 2 manfaat pupuk
• Tidak tahu apabila petni hanya mentebutkan 1 maanfaat pupuk
c. Dosis pupuk yang digunakan • 4-5 gr/perpohon
• Tahu apabila petani menggunakan dosis 4-5 gr/phn
• Kurang tahu apabila petani menggunakan dosis 2-3 gr/phn
• Tidak tahu apa bila petani menggunakan dosis sembarangan
2.
Metode pengaplikasian
a. Jarak antara tempat pupuk dengan tanaman yaitu 5-10 cm
• Tahu apabila petani menggunakan jarak 5-10 cm
• Kurang tahu apabila petani menggunakan jarak 3-4 cm
• Tidak tahu apabila pemupukan tanpa mempertimbangkan jarak
b. Cara pemberian pupuk • Membuat lubang pupuk
di dekat tanaman • Menaburkan didekat
tanaman diantara baris tanaman
• Tahu, apabila petani menjelaskan ke 2 cara pemberian pupuk
• Kurang tahu, apabila hanya menjelaskan 1 cara pemberian pupuk
• Tidak tahu, apabila petani tidak dapat menyebutkan pemberian pupuk yang yang dianjurkan
c. Syarat pengaplikasian pupuk (alat perlindungan untuk petani) • Sarung tangan • Masker • Topi • Sepatu • Baju lengan dan celana
panjang
• Tahu, apabila petani dapat menyebutkan 3 syarat pengeplikasian pupuk
• Kurang tahu, apabila petani hanya meyebutkan 2 syarat pegaplikasian
• Tidak tahu, apa bila petani hanya menyebutka 1 atau tidak sama sekali syarat pengeplikasian
3.
Waktu pengaplikasia
a. Waktu pengaplikasin pupuk untuk jagung Yaitu pada
pagi dan sore hari
• Tahu, apabila petani menyebutkan waktu pengaplikasian pupu dapat dilakukan pagi dan sore hari
• Kurang tahu, apabilang hanya
menyebutkan salah satu waktu pengaplikasian
• Tidak tahu, apabila petahi tdk dapat menjelaskan waktu pengaplikasian yang baik
b. Tahap pemberian pupuk 1. 2 kali pengaplikasian
• 7 – 10 HST • 25 – 30 HST
2. 3 kali pemupukan • 7 - 10 HST • 25 - 30 HST • 40 - 45 HST
• Tahu, jika petani mengaplikasikan pupuk sesuai tahap pemberian pupuk yang benar
• Kurang tahu, apabila pengaplikasian pupuk dilakukan tanpa mengikuti tahap yang benar
• Tidak tahu apabila petani tidak dapat menjelaskan tahap pemberian pupuk
c. Kondisi lingkungan yang baik • Pada saat matahari tidak
terlalu terik • Pada saat tidak turun hujan
• Tahu, apabila petani menjelaskan pemberian pupuk baik dilkukan pada saat matahari tidak terlalu terik dan tidak turun hujan
• Kurang tahu apa bila petani hanya menjelasakan 1 waktu
• Tidak tahu, apabila petani tidak dapat menjelaska kondisi lingkungan yang baik dalam pengaplikasian pupuk
Pertanyaan
1. Pupuk yang digunakan a. Jenis pupuk apakah yang bapak/ibu petani gunakan dalam memupuk tanaman
jangung yang dibudidayakan? Jawab:
b. Apakah bapak/ibu petani tahu manfaat pemupukan unruk tanaman jagung ? Jawab:
c. Berapakah dosis pupuk yang bapak/ibu petanin gunakan untuk tanaman jagung? Jawab :
2. Metode pengaplikasian
a. Jarak berapakah yang bapak/ibu petani gunakan antara tempat pupuk dan tanaman jagung? Jawab :
b. Apakah bapak/ibu petani tahu cara pemberian pupuk sintetis yang baik untuk tanaman jagung? Jawab :
c. Apakah bapak/ibu petani tahu syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan pengaplikasian pupuk sintetis? Jawab:
3. Waktu pengaplikasian
a. Apakah bapak/ibu petani tahu waktu pemberian pupuk yang baik untuk tanaman jagung?
Jawab:
b. Apakah bapak/ ibu tahu tahap pengaplikasian pemupuk sintetis untuk tanaman jagung ? Jawab:
c. Bagaimanakah kondisi lingkungan yang baik untuk pengaplikasian pupuk? Jawab
C. Pengetahuan Petani Jagung Terhadap Penggunaan Pestisida Sintetis
No.
Kegiatan dalam
penggunaan pestisida sintetis
Aspek yang diukur Parameter pengetahuan petani T (3)
KT (2)
TT (2)
1.
Pestisida yang digunakan
a. Jenis pestisida untuk jagung • Herbisida • Insektisida • Fungisida • Rodentisida
• Tahu, jika petani dapat menjelaskan pestisida yang digunkan sesui dengan kebutuhan tanaman
• Kurang tahu, apabila petani sembarang memakai pestisida tanpa mengenai sasaran yang tepat
• Tidak tahu, apabila petani tidak dapat menjelaskan jenis pestisidan yang digunakan
b. Manfaat pestisida yang digunakan • Memberantas
atau mencegah OPT (organisme pengganggu tanaman)
• Mengurangi kerusakan yang ditimbulkan OPT
• Tahu, jika petani dapat menjelaskan manfaat pestisida yang digunakan dengan baik
• Kurang tahu, jika petani hanya menjelaskan bahwa pestisidan baik untuk tanaman
• Tidak tahu, apabila petani tdk dapat menjelaskan manfaat pestisida yang digunakan
c. Mengikuti aturan pengendalian OPT yang ada pada label pestisida
• Tahu, apabila petani mengikuti aturan penggunaan yang ada pada label kemasan pestisida yang sesuai
• Kurang tahu, apabila petani hanya menjelaskan bahwa iya hanya melihat petunjuk tanpa tahu cara pengaplikasian
• Tidak tahu, jika tidak mengikuti aturan yang ada pada kemasan
2.
Metode pengaplikasian
a. Dosis pestisida yang digunakan yaitu mengikuti anjuran dosis yang ada pada kemasan pestisida
• Tahu, apabila petani mengukuti pengguanaan dosis yang sesusi pada label kemasan
• Kurang tahu, jika petani mengurangi atau menambah dosis pestisida yang ada pada pekemasan
• Tidak tahu, apabila petani tidak mengikuti anjuran yang sesua
b. Cara pengaplikasian
• Tahu, apabila petani menjelaskan cara
pestisida • Penyemprotan
(spraying) • Pengumpanan
pengaplikasian pestisida yang sesuai dengan kebutuhan tanaman yaitu penyemprotan atau pemgumpanan
• Kurang tahu, apabila petani hanya menjelaskan 1 cara yg dapat dilakukan tanpa memperhatikan kebutuhan tanaman jagung
• Tidak tahu, apabila petani tidak dapat menjelaskan cara yang tepat untuk pengaplikasian pestisida untuk jagung
c. Syarat pengaplikasian pestisida (petani) • Masker • Topi • Sarung tangan • Sepatu • Baju lengan dan
celana panjang
• Tahu apabila petani dapat menjelaskan 3 atau lebih syarat untuk prngaplikasian pestisida
• Kurang tahu, apabila petani hanya menjelaskan 2 syarat untuk prmgaplikasian pestisida
• Tidk, tahu apabila petani hanya menyebutkan 1syarat pengaplikasian pestisida
3.
Waktu pengaplikasian
a. Waktu untuk pemberian pestisida • Pagi hari • Sore hari
• Tahu, apabila petani menjelaskan 2 waktu pemberian pestisida yang baik
• Kurang tahu, apabila petani hanya menjelaskan 1 waktu unruk pemberian pestisida
• Tidak tahu, apabila petani tidak dapat menjelaskan kapan waktu yang baik untuk pemberian pestisida
b. Tahapan pemberian pestisida sesuai tahapan budidaya jagung • Pencampuran
fungisida atau insektisida pada benih (biji) jagung sebelum ditanam
• Pengaplikasiaan selanjutnya jika diperlukan
• Tahu, apabila petani menjelaskan tahap pertama dalam penggunaan pestisida yaitu pada saat melakukan perendaman pada benih jagung sebelum ditanam
• Kurang tahu, jika petani hanya menjelaska pemberian pestisida dapat dilakukan kapan saja
• Tidak tahu, jika petani tidak dapat menjelaskan kapan pestisida harus di berikan pada tanaman
c. Kondisi lingkungan yang baik untuk pengaplikasian pestisida • Cuaca tidak terlalu
• Tahu, apabila petani menjelaskan kondisi lingkungangan yang baik dalam pengaplikasian pestisida yaitu cuaca tidak terlalu panas,
panas • Tidak turun hujan • Kondisi angin
stabil
tidak turun hujan dan kondisi angin stabil
• Kurang tahu, apabila petani hanya menjelaskan dua kondisi lingkungan yang baik
• Tidak tahu, apabila petani hanya menjelaskan pemberian pestisida dapat dilakaukan kapan saja tanpa melihat kondisi lingkungan
PERTANYAAAN
1. Pestisida yang digunakan a. Jenis pestisida apakah yang bapak/ibu petani gunakan dalam memupuk
tanaman jangung yang dibudidayakan? Jawab:
b. Apakah bapak/ibu petani tahu manfaat dari pestisida yang digunakan? Jawab:
c. Apakah bapak /ibu petani mengikuti aturan pengendalian OPT sesuai yang ada pada kemasan pestisida ? Jawab :
2. Metode pengaplikasian a. Dalam penggunaan dosis pestisida untuk jagung, apakah bapak/ibu mengikuti
anjuaran yang ada pada label kemasan pestisida? Jawab :
b. Apakah bapak/ibu petani tahu cara pemberian pestisidayang baik untuk tanaman jagung? Jawab :
c. Apakah bapak/ibu petani tahu syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan pengaplikasian pestisida? Jawab:
a. Waktu pengaplikasian a. Apakah bapak/ibu petani tahu waktu pemberian pestisida yang baik untuk
tanaman jagung? Jawab:
b. Apakah bapak ibu tahu tahapan dalam penggunaan pestisida dalam budidaya jagung?
Jawab: c. Bagaimanakah kondisi lingkungan yang baik untuk pengaplikasian pestisida?
Jawab?
67 Lampiran 2. Peta Lokasi
Lampiran 3. Identitas Petani Responden di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa
No. Nama Jenis Kelamin Umur Pendidikan
Pengalaman Berusaha
Tani (Tahun)
Jumlah Tanggungan
Keluarga
1 Syamsuddin Nyonri Laki-Laki 44 SD 35 2
2 Bati Perempuan 35 SD 15 5
3 Saing Laki-Laki 45 Tidak Sekolah 35 3
4 Arafah Laki-Laki 50 SMA 30 3 5 Dg Lalang Laki-Laki 50 SMP 30 4 6 Dg Ngati Laki-Laki 40 SD 15 4 7 Arsyad Laki-Laki 57 SD 35 6 8 Dg Ngopa Laki-Laki 42 SMP 15 3 9 Syarifuddin Laki-Laki 34 SD 15 5
10 Suwarni Perempuan 32 SMP 14 5 11 Junaedi Laki-Laki 50 SD 20 4 12 Nur Salam Laki-Laki 50 SI 27 4 13 Ahmadi Laki-Laki 50 SMA 35 4 14 Syakir Laki-Laki 40 SMP 20 5 15 Ahmad Laki-Laki 50 SD 35 3 16 Amir Laki-Laki 45 SMP 15 3 17 Muhammad Laki-Laki 50 SMP 30 4 18 Sarring Laki-Laki 40 SD 20 5 19 Basir Narang Laki-Laki 50 SMA 30 3
20 Sattu Tiro Laki-Laki 50 Tidak Sekolah 30 2
Total 904 501 77 Rata-Rata 4.52 2,50 386
Lampiran 4. Rekapitulasi data pengetahuan petani jagung terhadap penggunaan pupuk sintetis
No. Responden Pupuk Yang Digunakan
Metode Pengaplikasian
Waktu Pengaplikasian
P1 P2 P3 P1 P2 P3 P1 P2 P3 1 Syamsuddin Nyonri 2 1 3 3 3 2 2 2 2 2 Bati 2 1 3 3 3 3 2 3 2 3 Saing 3 1 3 3 3 3 3 3 3 4 Arafah 3 3 3 3 3 3 3 2 3 5 Dg Lalang 2 2 3 3 3 2 2 3 2 6 Dg Ngati 2 2 3 3 3 2 2 3 2 7 Arsyad Gassing 3 3 3 3 3 3 3 3 3 8 Dg Ngopa 3 3 3 3 3 3 3 3 3 9 Syaripuddin Nuntung 3 3 3 3 3 3 3 3 3
10 Suwarni 3 3 3 3 2 3 3 3 3 11 Junaedi Jalling 3 2 3 3 3 2 3 3 3 12 Nur Salam 3 3 3 3 3 3 3 3 3 13 Ahmadi 3 3 3 3 3 3 3 3 3 14 Syakir Nyaling 3 3 3 3 3 3 2 3 2 15 Ahmad 3 3 3 3 3 2 3 2 3 16 Amir Rowa 3 3 3 3 3 2 3 2 3 17 Muhammad 3 3 3 3 3 2 3 2 3 18 Sarring Bantang 3 3 3 3 2 3 3 3 3 19 Basir Narang 2 2 3 3 3 2 3 3 3 20 Sattu Tiro 3 3 3 3 3 2 2 3 2
Jumlah 55 51 60 60 58 51 54 56 54
Rata-Rata 2.75 2.5 3 3 2.9 2.5 2.7 2.8 2.7 1. Tinggi = 2,34 - 3,00
2. Sedang = 1,67 - 2, 33
3. Rendah = 1,00-1,66
Lampiran 5. Rekapitulasi data pengetahuan petani jagung terhadap penggunaan pestisida sintetis
No Responden Pupuk Yang Digunakan
Metode Pengaplikasian
Waktu Pengaplikasian
P1 P2 P3 P1 P2 P3 P1 P2 P3 1 Syamsuddin Nyonri 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 Bati 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 Saing 3 3 2 3 3 2 3 3 3 4 Arafah 3 3 2 2 3 3 3 3 3 5 Dg Lalang 3 3 2 2 3 2 3 3 3 6 Dg Ngati 3 3 2 2 3 2 3 3 3 7 Arsyad Gassing 3 3 2 2 3 3 3 3 3 8 Dg Ngopa 3 3 2 2 3 3 3 3 3 9 Syaripuddin Nuntung 3 3 2 2 3 3 3 3 3
10 Suwarni 3 3 2 1 3 3 3 3 3 11 Junaedi Jalling 3 3 2 1 3 2 3 3 3 12 Nur Salam 3 3 3 3 3 3 3 3 3 13 Ahmadi 3 3 2 3 3 3 3 3 3 14 Syakir Nyaling 3 3 2 2 3 3 3 3 3 15 Ahmad 3 3 2 3 3 2 3 3 3 16 Amir Rowa 3 3 2 3 3 3 3 3 3 17 Muhammad 3 3 2 3 3 3 3 3 3 18 Sarring Bantang 3 3 2 1 3 3 3 3 3 19 Basir Narang 3 3 2 3 3 3 3 3 3 20 Sattu Tiro 3 3 2 2 3 3 3 3 3
Jumlah 60 60 41 46 60 55 60 60 60 Rata-Rata 3 3 2.05 2.3 3 2.75 3 3 3
1. Tinggi = 2,34 - 3,00
2. Sedang = 1,67 - 2, 33
3. Rendah = 1,00-1,66
71 DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1. Petani responden Gambar 2. Wawan cara dengan petani responden
72 Gambar 3. Petani responden
Gambar 4. Wawancara dengan petani responden
73
Gambar 5. Jenis pupuk sintetis
Gambar 6. Jenis pestisida
74
Gamabr 7. Jenis pestisida
Gambar 8.Tanaman jagung umur 15 hari
RIWAYAT HIDUP
Suhartina, dilahirkan di Rannaya tanggal 10 oktober 1996
tepatnya di Desa Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten
Gowa, buah hati dari ayahanda Daeng Rani dan ibu Mariati,
dan merupakan anak ke dua dari dua bersaudara.
Jenjang Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah
SD Inpres BBukkangraki, tamat pada tahun 2009, pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan di SMP NEGERI 4 BAJENG, tamat pada tahun 2011,
kemudian melanjutkan jenjang menengah atas di SMK NEGERI 1 LIMBUNG yang
sekarang berubah nama menjadi SMK NEGERI 1 GOWA lulus tahun 2014. Pada
tahun 2015 penulis melanjutkan pendidikan di bangku perkuliahan dengan
mengambil jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah
Makassar. Penulis juga pernah aktif dalam sebuah organisasi di antaranya, Himpunan
Mahasiswa Agribisnis (HIMAGRI) periode 2015-2016. Tugas akhir dalam
pendidikan tinggi di selesaikan dengan menulis skripsi yang berjudul “ Tingkat
Pengetahuan Petani Jagung Terhadap Penggunaan Pupuk dan Sintetis di Desa
Pabbentengang Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.