39
TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI DI INDONESIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK DEWAN SEBAGAI SALAH SATU MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE RATNA WARDHANI Universitas Indonesia ABSTRAKSI The objective of this research is to investigate the effect of board characteristics as part of corporate governance to conservatism in financial reporting. This research uses two measurements of conservatism, accrual as accounting based measure and book to market ratio as market based measure. Boards characteristics examine in this research are independency of boards, managerial ownership, and existence of audit committee. The result show that the existence of audit committee has a significant positive effect to conservatism measured by accrual, board independency has a significant positive effect to conservatism measured by book to market ratio, and managerial ownership has a significant negative effect to conservatism measured by book to market ratio. By using two proxy of conservatism, this research gives inconclusive evidence on the effect of board characteristic to conservatism. In conclusion, the effect of board characteristic to conservatism in financial reporting depends on the proxies to measure conservatism. Keywords: conservatism, accrual, book to market ratio, corporate governance, board characteristics, board independency, managerial ownership, and audit committee 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Prinsip akuntansi yang berlaku umum (Generally Accepted Accounting Principles) memberikan fleksibilitas bagi manajemen dalam menentukan metode maupun estimasi akuntansi yang dapat digunakan. Fleksibilitas tersebut akan mempengaruhi perilaku manajer dalam melakukan pencatatan

TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI DI … · Web viewTINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI DI INDONESIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK DEWAN SEBAGAI SALAH SATU MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE

Embed Size (px)

Citation preview

TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI DI INDONESIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK DEWAN SEBAGAI SALAH SATU MEKANISME

CORPORATE GOVERNANCE

RATNA WARDHANIUniversitas Indonesia

ABSTRAKSI

The objective of this research is to investigate the effect of board characteristics as part of corporate governance to conservatism in financial reporting. This research uses two measurements of conservatism, accrual as accounting based measure and book to market ratio as market based measure. Boards characteristics examine in this research are independency of boards, managerial ownership, and existence of audit committee. The result show that the existence of audit committee has a significant positive effect to conservatism measured by accrual, board independency has a significant positive effect to conservatism measured by book to market ratio, and managerial ownership has a significant negative effect to conservatism measured by book to market ratio. By using two proxy of conservatism, this research gives inconclusive evidence on the effect of board characteristic to conservatism. In conclusion, the effect of board characteristic to conservatism in financial reporting depends on the proxies to measure conservatism.

Keywords: conservatism, accrual, book to market ratio, corporate governance, board characteristics, board independency, managerial ownership, and audit committee

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Prinsip akuntansi yang berlaku umum (Generally Accepted Accounting Principles)

memberikan fleksibilitas bagi manajemen dalam menentukan metode maupun estimasi akuntansi

yang dapat digunakan. Fleksibilitas tersebut akan mempengaruhi perilaku manajer dalam

melakukan pencatatan akuntansi dan pelaporan transaksi keuangan perusahaan. Dalam kondisi

keragu-raguan, seorang manajer harus menerapkan prinsip akuntansi yang bersifat konservatis.

Konservatisme dapat didefinisikan sebagai tendensi yang dimiliki oleh seorang akuntan

yang mensyaratkan tingkat verifikasi yang lebih tinggi untuk mengakui laba (good news in

earnings) dibandingkan mengakui rugi (bad news in earnings) (Basu, 1997). Secara tradisional,

konservatisme dalam akuntansi dapat diterjemahkan melalui pernyataan “tidak mengantisipasi

keuntungan, tetapi mengantisipasi semua kerugian” (Bliss, 1924 dalam Watts, 2003a).

Konservatisme dalam akuntansi ini mengimplikasikan adanya persyaratan verifikasi yang asimetris

antara pengakuan laba dan rugi. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat perbedaan dalam verifikasi

yang disyaratkan untuk pengakuan laba versus pengakuan rugi, maka semakin tinggi tingkat

konservatisme akuntansinya (Watts, 2003a).

Konservatisme akuntansi dalam perusahaan diterapkan dalam tingkatan yang berbeda-beda.

Salah satu faktor yang sangat menentukan tingkatan konservatisme dalam pelaporan keuangan

suatu perusahaan adalah komitmen manajemen dan pihak internal perusahaan dalam memberikan

informasi yang transparan, akurat dan tidak menyesatkan bagi investornya. Hal tersebut merupakan

suatu bagian dari implementasi good corporate governance. Implementasi dari corporate

governance dilakukan oleh seluruh pihak dalam perusahaan, dengan aktor utamanya adalah

manajemen puncak perusahaan yang berwenang untuk menetapkan kebijakan perusahaan dan

mengimplementasikan kebijakan tersebut. Salah satu dari kebijakan ini terkait dengan prinsip

konservatisme yang digunakan oleh perusahaan dalam melaporkan kondisi keuangannya. Oleh

karena itu, karakteristik dari manajemen puncak perusahaan akan mempengaruhi tingkatan

konservatisme yang akan digunakan perusahaan dalam menyusun laporan keuangannya.

Penelitian sebelumnya menunjukkan adanya hubungan antara karakteristik dewan dengan

tingkat konservatisme akuntansi. Ahmed dan Duellman (2007) menyatakan bahwa terdapat

hubungan antara praktek akuntansi yang konservatis dengan karakteristik board of directors1.

Secara spesifik penelitian mereka menyimpulkan adanya hubungan yang negatif antara persentase

inside directors dalam dewan dengan konservatisme dan hubungan yang positif antara persentase

1 Board of director yang mengacu pada one tier system, dimana BOD berfungsi sebagai pihak yang melakukan pengawasan terhadap kinerja manajemen. Hasil-hasil penelitian di negara lain yang digunakan dalam penelitian ini kebanyakan mengacu pada fungsi BOD pada negara dengan one tier system. Di Indonesia, struktur dewan dalam perusahaan menganut two tier system dimana terdapat pemisahan antara direksi sebagai pengelola dan komisaris sebagai pihak yang melakukan pengawasan. Istilah BOD dalam negara yang menganut one tier system tidak memiliki arti yang sama dengan yang digunakan di Indonesia, namun peran BOD dapat dianalogikan dengan peran komisaris pada perusahaan di Indonesia. Oleh karena itu, istilah BOD dalam penelitian ini mengacu pada fungsi BOD pada perusahaan dengan one tier system dan istilah komisaris mengacu pada perusahaan pada two tier system.

kepemilikan perusahaan oleh outside directors dan konservatisme. Secara keseluruhan penelitian ini

menegaskan adanya bukti yang konsisten terhadap pendapat yang menyatakan bahwa

konservatisme dalam akuntansi akan membantu direksi untuk mengurangi biaya agensi dalam

perusahaan.

Aspek lain dalam corporate governance yang berkaitan dengan board of directors adalah

keberadaan komite audit dalam perusahaan. Komite audit merupakan pihak akhir yang memonitor

proses pelaporan keuangan perusahaan dan mereka akan mempengaruhi kebijakan yang diambil

perusahaan berkaitan dengan prinsip yang digunakan dalam pelaporan keuangan, termasuk

didalamnya prinsip konservatisme. Dechow et al. (1996), McMullen (1996), dan Beasley et al.

(2000) menyatakan bahwa adanya komite audit berhubungan dengan tingkat kecurangan yang lebih

rendah. Selain itu, Krishnan dan Visuanathan (2006) membuktikan bahwa keberadaan komite audit

berpengaruh positif terhadap tingkat konservatisme laporan keuangan dan latar belakang keahlian

dari komite audit tersebut juga berkaitan secara positif terhadap konservatisme. Hasil penelitian

tersebut konsisten dengan pendapat yang menyatakan bahwa keahlian akuntansi yang dimiliki oleh

komite audit memberikan kontribusi terhadap tingkat monitoring yang lebih besar oleh anggota

komite audit tersebut sehingga akan meningkatkan tingkat konservatisme yang digunakan dalam

proses pelaporan keuangan.

Penelitian yang menghubungkan konservatisme akuntansi dengan karakteristik board of

directors sebagai bagian dari implementasi corporate governance belum banyak dilakukan,

terutama di Indonesia. Banyaknya kasus kecurangan di Indonesia secara tidak langsung

mengindikasikan rendahnya tingkat konservatisme yang diterapkan oleh perusahaan dalam

menyusun laporan keuangannya. Oleh sebab itu, penelitian ini hendak mengetahui bukti empiris

bagaimana pengaruh dari karakteristik board sebagai motor dari implementasi corporate

governance terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Karakteristik board yang akan diteliti dalam

penelitian ini berkaitan dengan independensi komisaris, kepemilikan oleh dewan, dan keberadaan

komite audit.

Tujuan dari penelitian ini yaitu: (i) mengetahui dan menganalisa pengaruh karakteristik

board of directors yang terkait dengan independensi dari dewan komisaris terhadap praktek

konservatisme di Indonesia; (ii) mengetahui dan menganalisa pengaruh karakteristik board of

directors yang terkait dengan kepemilikan oleh dewan terhadap praktek konservatisme di

Indonesia; (iii) mengetahui dan menganalisa pengaruh karakteristik board of directors yang terkait

dengan keberadaan komite audit terhadap praktek konservatisme di Indonesia.

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan

praktisi. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti

empiris mengenai bagaimana pengaruh implementasi corporate governance yang terkait dengan

karakteristik board of directors terhadap praktek konservatisme di Indonesia. Sedangkan bagi

praktisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tingkat konservatisme

yang diterapkan oleh perusahaan dan pengaruh implementasi corporate governance dan

implikasinya bagi investor.

Penelitian ini akan terbagi menjadi lima bagian. Bagian pertama berisi pendahuluan yang

akan membahas mengenai latar belakang penulisan, tujuan penelitian, dan ruang lingkupnya.

Sedangkan bagian kedua adalah landasan teori dan pengembangan hipotesis. Pada bagian tiga akan

dibahas mengenai metodologi penelitian yang berkaitan dengan pemilihan sampel, model empiris

yang digunakan, operasionalisasi variabel, dan pengujian modelnya. Sedangkan pada bagian empat

akan membahas mengenai hasil penelitian ini. Akhirnya, di bagian lima akan dibahas mengenai

kesimpulan, keterbatasan, dan potensi bagi riset di masa mendatang.

2. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis

2.1. Konservatisme Akuntansi dan Implementasi Corporate Governance

Teori agensi menyatakan bahwa apabila terdapat pemisahan antara pemilik sebagai prinsipal

dan manajer sebagai agen yang menjalankan perusahaan maka akan muncul permasalahan agensi

karena masing-masing pihak tersebut akan selalu berusaha untuk memaksimalisasikan fungsi

utilitasnya (Jensen & Meckling,1976). Untuk meminimalisasi permasalahan agensi tersebut, maka

dibuatlah kontrak-kontrak dalam perusahaan baik kontrak antara pemegang saham dengan

manajernya maupun kontrak antara manajemen dengan karyawan, pemasok, dan kreditur. Namun,

konflik tersebut tidak dapat diatasi secara menyeluruh dengan menggunakan kontrak tersebut

karena biaya untuk membuat kontrak yang lengkap sangatlah mahal, dan apabila tidak merupakan

hal yang tidak mungkin (Fama dan Jensen, 1983; Hart, 1995). Jadi, dalam kondisi dimana kontrak

tidak dapat dibuat secara sempurna, mekanisme corporate governance memainkan peranan dalam

memitigasi konflik tersebut. Mekanisme corporate governance (seperti board of directors,

kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial, pengawasan oleh tenaga kerja, auditor, dan lain-lain)

berbeda antar satu perusahaan dengan perusahaan lainnya.

Dalam mekanisme corporate governance , board of directors memegang peranan yang

sangat vital. Dalam proses pelaporan keuangan, board of directors membutuhkan informasi yang

akurat agar dapat memonitor kinerja manajer secara efektif dan efisien. Sistem akuntansi dan

pelaporan keuangan merupakan salah satu informasi yang dapat diandalkan dalam memonitor dan

mengevaluasi manajer dan dalam proses pengambilan keputusan dan penetapan strategi (Watts dan

Zimmerman, 1986; Bushman dan Smith, 2001 dalam Ahmed dan Duellman, 2007). Konservatisme

merupakan salah satu karakteristik yang sangat penting dalam sistem akuntansi perusahaan yang

dapat membantu board of directors dalam mengurangi biaya agensi dan meningkatkan kualitas

informasi laporan keuangan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan dan harga

sahamnya (Watts, 2003, 2006 dalam Ahmed dan Duellman, 2007).

Ahmed dan Duellman (2007) menyatakan bahwa board of directors yang kuat akan

mensyaratkan konservatisme yang lebih tinggi sehingga dapat membantunya dalam mengurangi

biaya agensi yang timbul karena adanya informasi yang asimetris antara manajer dengan pihak lain.

Sedangkan Ball (2001) yang menyatakan bahwa konservatisme akan memfasilitasi implementasi

governance melalui perannya sebagai fungsi monitoring terhadap kebijakan investasi perusahaan.

Dengan mensyaratkan pengakuan yang lebih cepat atas ekspektasi kerugian, konservatisme

membantu manajer untuk mengidentifikasikan proyek yang memiliki NPV negatif atau investasi

yang memiliki kinerja buruk. Konservatisme juga akan membatasi kerugian yang mungkin muncul

dari keputusan investasi yang berkinerja buruk dan sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan

(Ahmed dan Duellman, 2007).

Argumentasi di atas menunjukkan bahwa konservatisme merupakan alat yang sangat

berguna bagi board of directors (terutama direksi luar) dalam menjalankan fungsi mereka sebagai

pengambil keputusan dan pihak yang memonitor manajemen. Berdasarkan pandangan tersebut,

maka kekuatan karakteristik dari board of directors sebagai salah satu mekanisme corporate

governance akan berhubungan secara positif dengan konservatisme akuntansi.

2.2. Pengembangan Hipotesis

Penelitian ini akan meneliti karakteristik board of directors yang secara spesifik berkaitan

dengan independensi dari komisaris, kepemilikan perusahaan oleh komisaris dan direksi, dan

ada/tidaknya komite audit. Karakteristik dewan tersebut merupakan mekanisme corporate

governance yang sangat penting yang akan mempengaruhi kebijakan perusahaan dalam pelaporan

kondisi keuangan perusahaan, terutama yang terkait dengan konservatisme akuntansi.

2.2.1. Independensi Komisaris

Komisaris independen merupakan pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham

pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lain, dan perusahaan itu sendiri baik dalam bentuk

hubungan bisnis maupun kekeluargaan. Salah satu fungsi utama dari komisaris independen adalah

untuk menjalankan fungsi monitoring yang bersifat independen terhadap kinerja manajemen

perusahaan. Keberadaan komisaris dapat menyeimbangkan kekuatan pihak manajemen (terutama

CEO) dalam pengelolaan perusahaan melalui fungsi monitoringnya.

Dalam menjalankan fungsinya, komisaris independen akan sangat membutuhkan informasi

yang akurat dan berkualitas. Konservatisme merupakan alat yang sangat berguna bagi board of

directors (terutama komisaris independen) dalam menjalankan fungsi mereka sebagai pengambil

keputusan dan pihak yang memonitor manajemen. Board of directors yang kuat (board of directors

yang didominasi oleh komisaris independen) akan mensyaratkan informasi yang lebih berkualitas

sehingga mereka akan cenderung untuk lebih menggunakan prinsip akuntansi yang lebih

konservatif. Dilain pihak, board of directors yang didominasi oleh pihak internal atau board of

directors yang memiliki insentif monitoring yang lemah akan memberikan kesempatan yang lebih

besar bagi manajer untuk menggunakan prinsip akuntansi yang lebih agresif (kurang konservatif)

(Ahmed dan Duellman, 2007). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dibentuklah hipotesis berikut

ini:

H1: Independensi dari komisaris berpengaruh secara positif terhadap tingkat konservatisme

akuntansi perusahaan

2.2.2. Kepemilikan Perusahaan oleh Komisaris dan Direksi

Jensen & Meckling (1976) membentuk suatu teori yang menyatakan bahwa kepemilikan

saham oleh manajemen akan menurunkan permasalahan agensi karena semakin banyak saham yang

dimiliki oleh manajemen maka semakin kuat motivasi mereka untuk bekerja dalam meningkatkan

nilai saham perusahaan. Berdasarkan teori agensi klasik, semakin besar kepemilikan oleh inside

directors (komisaris yang terafiliasi/ komisaris diluar komisaris independen) akan mengarahkan

pada kesesuaian tujuan antara pihak manajemen dengan pemegang saham. Namun, dilain pihak

sebagai pemilik inside directors dapat mempergunakan kekuatan votingnya untuk melakukan

ekspropriasi terhadap perusahaan.

Dalam konteks konservatisme, kepemilikan oleh inside directors dan manajemen ini

memiliki dua pandangan yang berbeda. Kepemilikan oleh inside directors dan manajemen ini dapat

berperan sebagai fungsi monitoring dalam proses pelaporan keuangan, dan juga dapat menjadi

faktor pendorong dilakukannya ekspropriasi terhadap pemegang saham minoritas. Apabila inside

directors dan manajemen menjalankan fungsi monitoringnya dengan baik, maka ia akan

mensyaratkan informasi dari pelaporan keuangan yang memiliki kualitas tinggi sehinga mereka

akan menuntut penggunaan prinsip konservatisme yang lebih tinggi pula. Namun, apabila

kepemilikan mereka tersebut justru mendorong dilakukannya ekspropriasi terhadap perusahaan,

maka mereka akan lebih cenderung untuk menggunakan prinsip akuntansi yang lebih liberal (lebih

agresif).

LaFond dan Roychowdhury (2007) menyatakan bahwa konservatisme dalam pelaporan

keuangan ini merupakan salah satu mekanisme dalam mengatasi permasalahan agensi ketika timbul

pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian. Mereka menghipotesiskan bahwa dengan semakin

kecilnya kepemilikan manajerial maka permasalahan agensi yang muncul akan semakin besar

sehingga permintaan atas laporan yang bersifat konservatif akan semakin meningkat. Konsisten

dengan hipotesa tersebut, mereka menemukan adanya hubungan yang negatif antara kepemilikan

manajerial dengan konservatisme yang diukur dengan menggunakan ukuran asymmetric timeliness

dari pengakuan laba dan rugi.

Wu (2006) juga meneliti dampak dari kepemilikan manajerial terhadap kualitas laba yang

salah satu ukurannya adalah konservatisme dalam pelaporan keuangan. Ia menghipotesiskan

hubungan dua arah antara kedua variabel tersebut. Di satu sisi, manajer dengan kepemilikan ekuitas

tinggi akan memilih untuk menggunakan tingkat konservatisme yang lebih rendah untuk

menghindari penurunan harga saham. Di sisi lain, akuntansi yang lebih konservatif akan digunakan

karena kreditor yang rasional akan mengekspektasikan manajer dengan kepemilikan yang tinggi

akan lebih sejalan dengan pemegang saham sehingga kreditor tersebut butuh mekanisme tertentu

untuk melindungi nilai investasi mereka. Selain itu, pemegang saham juga akan melihat adanya

potensi dilakukannya manajemen laba dengan semakin besarnya kepemilikan manajerial tersebut

sehingga menuntut tingkat konservatisme yang tinggi untuk menghindari oportunistik jangka

pendek dari manajer. Hasil penelitian Wu (2006) menyimpulkan bahwa perusahaan yang memiliki

persentase kepemilikan manajerial yang lebih tinggi menunjukkan pola yang lebih konservatif

dalam pelaporan pendapatannya. Hal ini menunjukkan bukti bahwa ada hubungan yang positif

antara kepemilikan manajerial dengan tingkat konservatisme dalam perusahaan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka hubungan antara kepemilikan oleh inside directors

dan manajemen dengan tingkat konservatisme yang digunakan sebagai prinsip penyusunan laporan

keuangan dapat dilihat dari dua sisi yang berbeda. Oleh karena itu, dalam penelitian ini tidak ada

prediksi yang a priori terhadap arah hubungan keduanya. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka

dibentuklah hipotesis berikut ini:

H2: Kepemilikan oleh komisaris yang terafiliasi dan direksi dalam perusahaan berhubungan

dengan tingkat konservatisme akuntansi perusahaan

2.2.3. Komite Audit

Komite audit bertugas untuk membantu dewan komisairs untuk memastikan bahwa laporan

keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, struktur

pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, pelaksanaan audit internal dan

eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan tindak lanjut temuan hasil

audit dilaksanakan oleh manajemen. Dengan adanya komite audit dalam suatu perusahaan, maka

proses pelaporan keuangan perusahaan akan termonitor dengan baik. Komite audit ini akan

memastikan bahwa perusahaan menerapkan prinsip-prinsip akuntansi yang akan menghasilkan

informasi keuangan perusahaan yang akurat dan berkualitas. Oleh karena itu keberadaan komite

audit ini akan mendorong penggunaan prinsip konservatisme yang lebih tinggi dalam proses

pelaporan keuangan perusahaan. Komite audit ini akan meningkatkan kualitas keseluruhan dari

proses pelaporan keuangan perusahaan dengan penggunaan prinsip konservatisme. Berdasarkan

penjelasan tersebut, maka dibentuklah hipotesis berikut ini:

H3: Keberadaan komite audit akan berpengaruh secara positif terhadap tingkat konservatisme

akuntansi perusahaan

3. Metodologi Penelitian

3.1. Sumber Data dan Pemilihan Sampel

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil dari Indonesian Capital Market

Directory (ICMD). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Adapun

kriteria yang digunakan yaitu: (i) terdaftar sebagai perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia (BEI)

dari tahun 2003 hingga 2006; (ii) perusahaan yang bergerak pada industri manufaktur; (iii) memiliki

nilai buku ekuitas positif; (iv) terdapat kelengkapan data yang dibutuhkan berturut-turut dari tahun

2003 hingga 2006.

3.2. Model Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan dua ukuran tersebut sebagai ukuran konservatisme yaitu

dengan menggunakan ukuran akrual dan nilai pasar. Ukuran konservatisme dengan menggunakan

akrual, sesuai dengan Givoly dan Hayn (2000). Nilai yang digunakan sebagai proksi dari tingkat

konservatisme adalah nilai rata-rata selama tiga tahun dengan nilai tengah pad periode t, dikali

dengan negatif satu untuk memastikan bahwa nilai yang positif mengindikasikan konservatisme

yang lebih tinggi. Intuisi dalam ukuran ini adalah bahwa akuntansi yang konservatif merupakan

hasil dari akrual negatif yang persisten (Givoly dan Hayn, 2000). Semakin negatif tingkat akrual

rata-rata selama periode tertentu, maka prinsip akuntansi yang digunakan semakin konservatif.

Tujuan dari perata-rataan selama periode tertentu adalah untuk memitigasi dampak dari nilai akrual

yang besar yang bersifat temporer, karena akrual memiliki kecenderungan untuk membalik pada

periode satu hingga dua tahun (Richardson et al., 2005).

Sedangkan ukuran konservatisme berdasarkan nilai pasar perusahaan merupakan nilai rasio

book-to-market perusahaan (Beaver dan Ryan, 2000). Nilai tersebut dikali dengan nilai negatif satu

agar nilai positif mencerminkan tingkat konservatisme yang lebih tinggi. Hal ini karena apabila

perusahaan menggunakan prinsip konservatisme, maka nilai buku perusahaan akan cenderung lebih

rendah dibandingkan dengan nilai pasarnya sehingga rasio book-to-market akan lebih rendah

dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menerapkan prinsip konservatisme.

Kedua ukuran konservatisme tersebut di atas merupakan variabel dependen dalam model

penelitian. Sedangkan karakteristik dewan yang akan diteliti dalam penelitian ini berkaitan dengan

independensi dari komisaris, kepemilikan perusahaan oleh komisaris dan direksi, dan ada/tidaknya

komite audit. Karakteristik dewan tersebut merupakan variabel independen dalam penelitian ini.

Selain itu, penelitian ini menggunakan beberapa variabel pengendali. Pertama, kepemilikan

institusional sebagai salah satu variabel pengendali sesuai dengan Ahmed dan Duellman (2007).

Hal ini dikarenakan kepemilikan oleh investor institusional merupakan mekanisme alternatif dari

corporate governance. Dengan adanya kepemilikan saham oleh investor institusional yang tinggi

ini maka pemegang saham institusionl ini dapat menggantikan atau memperkuat fungsi monitoring

dari dewan dalam perusahaan. Kedua, mengendalikan dampak dari ukuran perusahaan. Ukuran

perusahaan akan mempengaruhi tingkat biaya politis yang dihadapi perusahaan sehingga akan

mempengaruhi penggunaan prinsip akuntansi yang konservatis (Watts dan Zimmerman, 1978).

Perusahaan yang memiliki ukuran besar akan menghadapi biaya politis yang lebih tinggi, sehingga

akan mendorong mereka untuk lebih menggunakan prinsip akuntansi yang konservatis untuk

mengurangi biaya politis tersebut. Ketiga, mengendalikan dampak pertumbuhan penjualan . Ahmed

et al. (2002) menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan akan mempengaruhi konservatisme melalui

ukuran akrual dan nilai pasar karena pertumbuhan penjualan akan mempengaruhi tingkat akrual

perusahaan seperti persediaan dan piutang dan pertumbuhan penjualan yang tinggi seringkali

meningkatkan ekspektasi pasar terhadap arus kas di masa depan sehingga akan mempengaruhi

ukuran konservatisme melalui nilai pasar (dalam Ahmed dan Duellman, 2007). Keempat,

mengendalikan profitabilitas perusahaan karena perusahaan yang lebih menguntungkan cenderung

untuk lebih menggunakan prinsip akuntansi konservatis (Ahmed et al., 2002). Kelima,

mengendalikan dampak dari leverage terhadap konservatisme. Hal ini karena semakin tinggi tingkat

leverage maka semakin besar kemungkinan konflik yang akan muncul antara pemegang saham dan

pemegang obligasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi permintaan kontraktual terhadap

akuntansi yang konservatis (Ahmed dan Duellman, 2007). Akhirnya, untuk pengukuran

konservatisme dengan menggunakan nilai pasar penelitian ini mengikuti Beaver dan Ryan (2000)

yang memasukkan return saham kini dan lag return satu tahun dalam regresi pada ukuran

konservatisme dengan nilai pasar.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka model penelitian yang dibentuk adalah sebagai berikut:

i) Konservatisme dengan ukuran akrual

KON-ACCi,t = β0 + β1INDEP_COMi,t + β2BOARD_OWNi,t + β3COM_AUDi,t + β4INS_OWNi,t + β5FIRM_SIZEi,t + β6SALES_GROWTHi,t + β7PROFi,t + β8 LEVi,t + εi,t

(1)Dimana:

KON-ACCi,t : Tingkat konseratisme dengan ukuran akrual perusahaan i pada waktu t

COM_SIZEi,t : Jumlah komisaris (termasuk komisaris independen) perusahaan i pada waktu t

INDEP_COMi,t : Proporsi komisaris independen terhadap jumlah total komisaris perusahaan i

pada waktu t

BOARD_OWNi,t : Persentase kepemilikan saham oleh komisaris dan direksi perusahaan i pada

waktu t

COM_AUDi,t : Ada atau tidaknya komite audit pada perusahaan i pada waktu t

INS_OWNi,t : Persentase kepemilikan saham oleh institusi keuangan pada perusahaan i pada

waktu t

FIRM_SIZEi,t : Rata-rata total aset perusahaan i pada waktu t

SALES_GROWTHi,t : Pertumbuhan penjualan perusahaan i pada waktu t

PROFi,t : Profitabilitas perusahaan i pada waktu t

LEVi,t : Leverage (tingkat hutang) perusahaan i pada waktu t

ii) Konservatisme dengan ukuran nilai pasar

KON-MKTi,t = β0 + β1INDEP_COMi,t + β2BOARD_OWNi,t + β3COM_AUDi,t + β4INS_OWNi,t + β5FIRM_SIZEi,t + β6SALES_GROWTHi,t + β7PROFi,t + β8LEVi,t + β9CURR_RETi,t+ β10 LAG_RETi,t+ εi,t

(2)Dimana:

KON-MKTi,t : Tingkat konservatisme dengan ukuran pasar (rasio book-to-market)

perusahaan i pada waktu t

CURR_RETi,t : Holding period return satu tahun perusahaan i pada waktu t

LAG_RETi,t : Return periode sebelumnya

Ekspektasi dari model diatas adalah: β1 > 0, β2 ≠ 0, β3 > 0, β4 > 0, β5 > 0, β6 > 0, β7 > 0, β8 > 0, β9 > 0,

β10 > 0

Operasionalisasi varibel yang digunakan dalam model tersebut diatas dapat dilihat pada Tabel 1

pada Lampiran 1.

3.3. Pengujian Model

Model di atas akan diestimasi dengan menggunakan regresi OLS dengan pooled data dan

analisis panel data dengan menggunakan model efek tetap. Dalam pengujian ini juga akan diuji

terpenuhinya asumsi BLUE (Best Linear Unbiased Estimate) dimana model tersebut harus

memenuhi asumsi terdistribusi secara normal, tidak terjadi heteroskedastisitas, tidak terjadi

multicollinearity, dan tidak terjadi autokorelasi. Pengujian dilakukan dengan menggunakan

software statistik SPSS untuk mendapatkan estimasi dari nilai parameter dalam model.

4. Analisis Hasil Penelitian

4.1. Statististik Deskriptif

Penelitian ini mengambil sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan

laporan keuangan dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2006. Total sampel yang diambil dalam

penelitian ini terdiri dari 69 perusahaan yang terdiri dari 235 firm year. Karakteristik dari sampel

dapat dilihat dari Tabel 2 pada Lampiran 2. Dari Tabel 1 tersebut dapat dilihat bahwa proporsi

komisaris independen rata-rata sebesar 0.277. Jumlah ini masih sedikit dibawah yang disyaratkan

oleh Bapepam yaitu 33%. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan sudah mulai menaati aturan

Bapepam yang dikeluarkan sejak tahun 2002, namun secara rata-rata keseluruhan dari tahun 2002

hingga 2006 masih belum memenuhi ketentuan yang berlaku. Sedangkan untuk variabel komite

audit sebagian besar perusahaan telah memiliki komite audit untuk tahun laporan keuangan 2005

dan 2006, namun secara rata-rata keseluruhan dari tahun 2002 hingga 2006 sebagian besar

perusahaan belum memiliki komite audit.

4.2. Analisis Pengaruh Karakteristik Dewan terhadap Tingkat Konservatisme

Untuk menginvestigasi dan menganalisa pengaruh implementasi corporate governance

yang terkait dengan karakteristik dewan terhadap praktek konservatisme di Indonesia maka

dilakukan pengujian dengan menggunakan persamaan regresi yang telah dijelaskan pada Model 1

dan 2 di atas. Hasil pengujian Model 1 dapat dilihat pada Tabel 3 pada Lampiran 2.

Berdasarkan hasil pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa angka R square sebesar 0,570 yang

berarti bahwa 57,0% dari konservatisme akrual dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam

model tersebut dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain. Sedangkan F test menunjukkan bahwa

secara keseluruhan variabel independen dalam model tersebut berpengaruh secara signifikan

terhadap variabel dependen. Berdasarkan uji t untuk masing-masing variabel menunjukkan variabel

yang berhubungan dengan karakteristik dewan, hanya variabel COM_AUD signifikan pada level

5%. Penelitian ini tidak dapat membuktikan pengaruh dari independensi komisaris dan kepemilikan

manajerial terhadap tingkat konservatisme akuntansi perusahaan yang diukur dengan menggunakan

ukuran akrual. Sedangkan variabel control yang signifikan adalah FIRM_SIZE (dengan tingkat

signifikansi 1%), PROF (dengan tingkat signifikansi 1%), dan LEV (dengan tingkat signifikansi

1%).

Variabel COM_AUD signifikan positif dengan nilai koefisien sebesar 0,0213 dan nilai p

sebesar 0,052. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel COM_AUD mempengaruhi konservatisme

akuntansi yang diukur dengan nilai akrual secara positif, yaitu keberadaan komite audit akan

meningkatkan konservatisme akuntansi perusahaan. Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis yang

telah dibentuk pada Hipotesis 3. Hasil di atas menunjukkan bahwa dengan adanya komite audit

dalam suatu perusahaan, maka proses pelaporan keuangan perusahaan akan termonitor dengan baik.

Oleh karena itu keberadaan komite audit ini akan mendorong penggunaan prinsip konservatisme

yang lebih tinggi dalam proses pelaporan keuangan perusahaan. Komite audit ini akan

meningkatkan kualitas keseluruhan dari proses pelaporan keuangan perusahaan dengan penggunaan

prinsip konservatisme.

Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa ukuran perusahaan justru berhubungan

negatif dengan tingkat konservatisme akrual perusahaan. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa

perusahaan besar akan cenderung menggunakan prinsip akuntansi yang kurang konservatif (lebih

agresif) dengan menggunakan media akrual. Variabel kontrol lainnya yang juga signifikan adalah

PROF dan LEV dengan tanda signifikan positif. Variabel ini menunjukkan bahwa semakin besar

profitabilitas dan tingkat hutang perusahaan maka tingkat konservatisme akuntansi dengan ukuran

akrual akan semakin besar.

Adapun hasil pengujian Model 2 dapat dilihat pada Tabel 4 pada Lampiran 2. Berdasarkan

Tabel 4 tersebut dapat dilihat bahwa angka R square sebesar 0,154 yang berarti bahwa hanya 15,4%

dari konservatisme pasar dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam model tersebut dan

sisanya dijelaskan oleh variabel lain. Sedangkan F test menunjukkan bahwa secara keseluruhan

variabel independen dalam model tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependen. Berdasarkan uji t untuk masing-masing variabel menunjukkan variabel yang

berhubungan dengan karakteritik dewan yaitu INDEP_COM dan BOARD_OWN signifikan pada

level 1%. Penelitian ini tidak dapat membuktikan pengaruh dari COM_AUD terhadap tingkat

konservatisme akuntansi perusahaan yang diukur dengan menggunakan ukuran pasar. Sedangkan

variabel control yang signifikan adalah PROF dan CURR_RET dengan tingkat signifikansi 1%.

Variabel INDEP_COM signifikan dengan nilai koefisien sebesar 1,696 dan nilai p sebesar

0,001. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel INDEP_COM mempengaruhi konservatisme

akuntansi yang diukur dengan nilai rasio book-to-market secara positif, yaitu semakin tinggi

proporsi komisaris independen terhadap total jumlah komisaris maka semakin besar pula tingkat

konservatisme akuntansi yang diukur dengan ukuran pasar. Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis

yang telah dibentuk pada Hipotesis 2. Hasil di atas menunjukkan bahwa board of directors yang

kuat (dewan yang memiliki komisaris independent dalam proporsi lebih tinggi) akan mensyaratkan

informasi yang lebih berkualitas sehingga mereka akan cenderung untuk lebih menggunakan prinsip

akuntansi yang lebih konservatif. Dilain pihak, board of directors yang didominasi oleh pihak

internal atau board of directors yang memiliki insentif monitoring yang lemah akan memberikan

kesempatan yang lebih besar bagi manajer untuk menggunakan prinsip akuntansi yang lebih agresif

(kurang konservatif) (Ahmed dan Duellman, 2007).

Variabel BOARD_OWN signifikan dengan nilai koefisien sebesar -0,048 dan nilai p

sebesar 0,090. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel BOARD_OWN mempengaruhi

konservatisme akuntansi yang diukur dengan nilai rasio book-to-market secara negatif, yaitu

semakin tinggi kepemilikan oleh dewan maka semakin rendah tingkat konservatisme akuntansi

yang diukur dengan ukuran pasar. Wu (2006) menjelaskan bahwa hubungan negatif antara

konservatisme dengan kepemilikan manajerial dapat disebabkan oleh adanya kecenderungan

manajer dengan kepemilikan ekuitas tinggi akan memilih untuk menggunakan tingkat

konservatisme yang lebih rendah untuk menghindari penurunan harga saham. Hasil penelitian ini

konsisten dengan LaFond dan Roychowdhury (2007) yang menyatakan bahwa konservatisme

dalam pelaporan keuangan ini merupakan salah satu mekanisme dalam mengatasi permasalahan

agensi ketika timbul pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian. Dengan semakin kecilnya

kepemilikan manajerial maka permasalahan agensi yang muncul akan semakin besar sehingga

permintaan atas laporan yang bersifat konservatif akan semakin meningkat.

Selain itu, penelitian ini menunjukkan bahwa PROF dan CURR_RET berpengaruh secara

positif terhadap tingkat konservatisme akuntansi yang diukur dengan ukuran pasar pada level 1%.

hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi profitabilitas perusahaan dan semakin besar

return sahamnya maka semakin tinggi pula tingkat konservatisme yang diukur dengan ukuran pasar.

5. Kesimpulan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh karakteristik board of

directors sebagai bagian dari implementasi corporate governance terhadap praktek konservatisme.

Untuk mencapai tujuan tersebut maka dibentuk model penelitian yang menghubungkan antara

tingkat konservatisme dengan karakteristik board of directors. Penelitian ini menggunakan dua

ukuran konservatisme yaitu ukuran akrual dan nilai pasar. Sedangkan karakteristik board of

directors yang diteliti dalam penelitian ini mencakup independensi dari komisaris, kepemilikan

perusahaan oleh komisaris dan direksi, dan ada/tidaknya komite audit.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan komite audit berpengaruh secara

positif dan signifikan terhadap tingkat konservatisme dengan menggunakan ukuran akrual. Hasil ini

menunjukkan bahwa dengan adanya komite audit dalam suatu perusahaan, maka proses pelaporan

keuangan perusahaan akan termonitor dengan baik. Komite audit ini akan memastikan bahwa

perusahaan menerapkan prinsip-prinsip akuntansi yang akan menghasilkan informasi keuangan

perusahaan yang akurat dan berkualitas melalui penggunaan prinsip konservatisme yang lebih

tinggi dalam proses pelaporan keuangan perusahaan. Penelitian ini tidak dapat membuktikan

pengaruh dari independensi komisaris dan kepemilikan manajerial terhadap tingkat konservatisme

akuntansi perusahaan yang diukur dengan menggunakan ukuran akrual.

Lebih lanjut, dengan menggunakan ukuran konservatisme pasar, penelitian ini menunjukkan

bahwa semakin tinggi proporsi komisaris independen terhadap total jumlah komisaris maka

semakin besar pula tingkat konservatisme akuntansi yang diukur dengan ukuran pasar. Hasil di atas

menunjukkan bahwa board of directors yang kuat (dewan yang memiliki komisaris independent

dalam proporsi lebih tinggi) akan mensyaratkan informasi yang lebih berkualitas sehingga mereka

akan cenderung untuk lebih menggunakan prinsip akuntansi yang lebih konservatif (Ahmed dan

Duellman, 2007). Kemudian, penelitian ini juga menunjukkan bahwa semakin tinggi kepemilikan

oleh dewan maka semakin rendah tingkat konservatisme akuntansi yang diukur dengan ukuran

pasar. Wu (2006) menjelaskan bahwa hubungan negatif antara konservatisme dengan kepemilikan

manajerial dapat disebabkan oleh adanya kecenderungan manajer dengan kepemilikan ekuitas

tinggi akan memilih untuk menggunakan tingkat konservatisme yang lebih rendah untuk

menghindari penurunan harga saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan LaFond dan

Roychowdhury (2007) yang menyatakan bahwa konservatisme dalam pelaporan keuangan ini

merupakan salah satu mekanisme dalam mengatasi permasalahan agensi ketika timbul pemisahan

antara kepemilikan dan pengendalian. Dengan semakin kecilnya kepemilikan manajerial maka

permasalahan agensi yang muncul akan semakin besar sehingga permintaan atas laporan yang

bersifat konservatif akan semakin meningkat.

Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa semakin besar kepemilikan institusional

dalam struktur kepemilikan perusahaan maka semakin mendorong penggunaan prinsip akuntansi

yang konservatis yang diukur dengan ukuran akrual, perusahaan besar dan perusahaan yang

mengalami pertumbuhan yang baik akan cenderung menggunakan prinsip akuntansi yang kurang

konservatif (lebih agresif) dengan menggunakan media akrual, dan semakin besar profitabilitas dan

tingkat hutang perusahaan maka tingkat konservatisme akuntansi dengan ukuran akrual akan

semakin besar. Kemudian variabel profitabilitas dan return berjalan berpengaruh secara positif

terhadap tingkat konservatisme akuntansi yang diukur dengan ukuran pasar. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa semakin tinggi profitabilitas perusahaan dan semakin besar return sahamnya

maka semakin tinggi pula tingkat konservatisme yang diukur dengan ukuran pasar.

Dengan menggunakan dua proxi ukuran konservatisme yang berbeda, penelitian ini

menemukan bukti yang tidak konsisten tentang pengaruh karakteritik dewan terhadap tingkat

konservatisme. Oleh sebab itu penelitian ini menyimpulkan bahwa pengaruh karakteristik dewan

terhadap tingkat konservatisme akuntansi sangat dipengaruhi oleh ukuran konservatisme yang

digunakan.

Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu: (1) Sedikitnya rentang waktu periode

penelitian yaitu dari tahun 2003 hingga 2006. Hal ini dikarenakan implementasi corporate

governance di Indonesia baru mulai efektif pada tahun 2003. Penelitian selanjutnya dapat

memperbaiki kelemahan tersebut dengan mengambil periode waktu yang lebih panjang; (2)

Penelitian ini hanya menggunakan dua ukuran konservatisme yaitu akrual dan ukuran pasar.

Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan menggunakan ukuran lain dari

konservatisme agar mendapatkan hasil yang lebih komprehensif; (3) Penelitian ini hanya

menggunakan tiga ukuran dari karakteristik dewan yaitu independensi dewan, kepemilikan dewan

dan keberadaan komite audit. Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan

menambah karakteristik dewan dan efektifitas dewan dalam mengimplementasikan corporate

governance di perusahaannya.

DAFTAR REFERENSI

Agrawal and Chadha, 2005. Corporate governance and accounting scandals. Journal of Law and Economics.

Agrawal, A., Knoeber, C., 1996. Firm performance and mechanisms to control agency problems between managers and shareholders. Journal of Financial and Quantitative Analysis 31, 377–396.

Ahmed, A.S., Duellman, S., 2007. Accounting conservatism and board of director characteristics: An empirical analysis, Journal of Accounting and Economics

Ahmed, A.S., R.M. Morton and T.F. Schaefer. 2000. Accounting conservatism and the valuation of accounting numbers: Evidence on the Feltham-Ohlson (1996) model. Journal of Accounting, Auditing & Finance 15 (Summer): 271-292.

Ahmed, A.S., Billings, B.K., Morton, R.M., Stanford-Harris, M., 2002. The role of accounting conservatism in mitigating bondholder–shareholder conflicts over dividend policy and in reducing debt costs. The Accounting Review 77, 867–890.

Ahmed, A.S., 1994. Accounting earnings and future economic rents: an empirical analysis. Journal of Accounting and Economics 17, 377–400.

Ball, R., 2001. Infrastructure requirements for an economically ef.cient system of public .nancial reporting and disclosure. Brookings–Wharton Papers on Financial Services, pp. 127–169.

Ball, R., S.P. Kothari, and A. Robin. 2000. The effect of international institutional factors on properties of accounting earnings. Journal of Accounting and Economics 29 (February): 1–51.

Basu, S., 1997. The conservatism principle and the asymmetric timeliness of earnings. Journal of Accounting and Economics 24, 3–37.

Beasley, M. S. , 1996. An Empirical Analysis of the Relation between the Board of Director Composition and Financial Statement Fraud. The Accounting Review, vol. 71 no. 4 (Oct.), pp: 443-465

Beasley, M.S., J.V. Carcello, and P.R. Hermanson. 1999. Fraudulent financial reporting: 1987–97, an analysis of U.S. public companies. Research Report Commissioned by the Committee of Sponsoring Organizations of Treadway Commission (COSO), Jersey City, NJ: AICPA.

Beaver, W.H., Ryan, S.G., 2000. Biases and lags in book value and their effects on the ability of the book-tomarket ratio to predict book return on equity. Journal of Accounting Research 38, 127–148.

Beekes, W., Pope, P., Young, S., 2004. The link between earnings timeliness, earnings conservatism and board composition: evidence from the UK. Corporate Governance: An International Review 12, 47–59.

Berle, A.A., Means, G.C., 1932. The Modern Corporation and Private Property. MacMillan, New York.

Boone, A., Field, L., Karpoff, J., Rahega, C., 2006. The determinants of corporate board size: an empirical analysis. Working Paper, Vanderbilt University.

Bushman, R., Smith, A., 2001. Financial accounting information and corporate governance. Journal of Accounting and Economics 32, 237–333.

Dechow, P.M., R.G. Sloan and A.P. Sweeney, 1996, Cases and consequences of earnings manipulations: an analysis of firms subject to enforcement actions by the SEC, Contemporary Accounting Research 13 (1996) (1), pp. 1–36.

Dewi, A. A. A. Ratna., 2004. Pengaruh konservatisma laporan keuangan terhadap Earnings Response Coefficient. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 7 No. 2, Mei: 207-223.

Fama, E.F., Jensen, M.C., 1983. Separation of ownership and control. Journal of Law and Economics 26, 301–325.

Feltham, G.E., and J.A. Ohlson. 1995. Valuation and clean surplus accounting for operating and financial activities. Contemporary Accounting Research 11 (Spring): 689–731.

Givoly, D., Hayn, C., 2000. The changing time-series properties of earnings, cash flows and accruals: has financial reporting become more conservative? Journal of Accounting and Economics 29, 287–320.

Givoly, D. and C. Hayn. 2002. Rising conservatism: Implications for financial analysis. Financial Analyst Journal (January/February): 56–74.

Givoly, D., Hayn, C., Natarajan, A., 2007. Measuring reporting conservatism. The Accounting Review 82, 65–106.

Greenball, M., 1969. Appraising alternative methods of accounting for accelerated tax depreciation: A relative accuracy approach. Journal of Accounting Research: 262-289.

Gujarati, Damodar N., 2003. Basic Econometrics 4th ed, McGraw Hill. Hart, O., 1995. Corporate governance: some theory and implications. The Economic Journal 105,

678–689.Hermalin, B.E., Weisbach, M.S., 2003. Boards of directors as an endogenously determined

institution: a survey of the economic literature. Economic Policy Review 9, 7–26.Holthausen, R.W., and R.L. Watts. 2001. The relevance of value-relevance literature for financial

accounting standard setting. Journal of Accounting and Economics 31 (September): 3–75.Jensen, Michael, and William Meckling, 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency

Cost, and ownership Structure, Journal of Financial Economics, 3, 305-360.Jensen, M.C., 1993. The modern industrial revolution, exit and failure of internal control systems.

Journal of Finance 48, 831–880.Krishnan, Gopal V., and Gnanakumar Visuanathan. 2006. Does SOX definition of accounting

expert matter? The association between audit committee director’s expertise and conservatism, Working Paper, Goerge Manson University – Accounting Program.

LaFond, Ryan., and Sugata Roychowdhury., 2007. Managerial ownership and accounting conservatism. Working Paper, Massachusetts Institute of Technology.

Leftwich, R., Watts, R., Zimmerman, J., 1981. Voluntary corporate disclosure: the case for interim reporting. Journal of Accounting Research 19, 50–77.

Lindenberg, B., Ross, S., 1981. Tobin’s q ratio and industrial organization. Journal of Business 51, 1–32.

Liu, Jing., and James A. Ohlson., 1999. The Feltham-Ohlson (1995) model: Empirical implications. Social Science Research Network: 1-18.

Lorsch, J.W. 1989. Pawns or Potentates: The Reality of America’s Corporate Board. Boston Harvard Business School Press.

Lubberink, M., and G. Huiggen. 2001. A wealth-based explanation for earnings conservatism. Working paper, Lancaster University, UK.

Mayangsari, Sekar., dan Wilopo., 2002. Konservatisme akuntansi, value relevance dan discretionary accruals: Implikasi empiris model Feltham-Ohlson (1996). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol 5 No. 3 September: 291-310.

Mizruchi, M. S., 1983. Who Control Whom? An Examination of the Relation between Management and boards of Directors in Large American Corporation. Academy of Management Review, 8, 426-435.

Penman, S. and X. Zhang. 2002. Accounting conservatism, the quality of earnings, and stock returns. The Accounting Review 77.2 (April): 237–264.

Richardson, S.A., Sloan, R.G., Soliman, M.T., Tuna, I.A., 2005. Accrual reliability, earnings persistence and stock prices. Journal of Accounting and Economics 39, 437–485.

Roychowdhury, S., Watts, R.L., 2006. Asymmetric timeliness of earnings, market-to-book and conservatism in financial reporting. Journal of Accounting and Economics.

Shleifer, Andrei., Robert Vishny. 1997. A Survey of Corporate Governance. The Journal of Finance. June, Vol. 52 (2), 737-783.

Warfield, T.D., Wild, J.J., Wild, K.L., 1995. Managerial ownership, accounting choices, and informativeness of earnings. Journal of Accounting and Economics 20, 61–92.

Watts, R.L., 2003a. Conservatism in accounting part I: explanations and implications. Accounting Horizons 17, 207–221.

Watts, R.L. 2003b. Conservatism in accounting part 2: Evidence and research opportunities. Accounting Horizons (December): 287–301.

Watts, R.L., Zimmerman, J.L., 1978. Toward a positive theory of the determination of accounting standards. The Accounting Review 53, 112–134.

Watts, R. dan J. Zimmerman. 1986 Positive Accounting Theory. Prentice-Hall, Englewood Cliffs, NJ.

Watts, R.L. 1993. A proposal for research on conservatism. Working paper, University of Rochester (presented at American Accounting Association national meeting, San Francisco, CA).

Watts, R.L., 2006. What has the invisible hand achieved. Working Paper, Massachusetts Institute of Technology.

Wilopo 2006, Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi: Studi pada perusahaan publik dan badan usaha milik negara di Indonesia, Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, 21-69.

Shuo, Wu., 2006. Managerial ownership and earnings quality. Working Paper, Sauder School of Business University of British Columbia

Yermack, 1996 D. Yermack, Higher market valuations of companies with a small board of directors, Journal of Financial Economics 40 (1996), pp. 185–211.

LAMPIRAN 1OPERASIONALISASI VARIABEL

Tabel 1. Operasionalisasi Variabel

Nama Variabel Operasionalisasi VariabelKonservatisme Ukuran Akrual

Yaitu selisih dari laba sebelum extra-ordinary items dikurangi arus kas operasi ditambah biaya depresiasi dan dideflasikan oleh rata-rata total aktiva. Nilai yang digunakan sebagai proksi dari tingkat konservatisme adalah nilai rata-rata selama tiga tahun dengan nilai tengah pad periode t, dikali dengan negatif satu untuk memastikan bahwa nilai yang positif mengindikasikan konservatisme yang lebih tinggi. Ukuran Nilai PasarYaitu nilai rasio book-to-market perusahaan. Nilai tersebut dikali dengan nilai negatif satu agar nilai positif mencerminkan tingkat konservatisme yang lebih tinggi.

Komisaris Independen Jumlah komisaris independen dibagi dengan total jumlah komisaris. Informasi mengenai jumlah Komisaris Independen diperoleh dari Laporan Tahunan perusahaan dan dari pengumuman yang dikeluarkan oleh BEI.

Kepemilikan oleh Komisaris dan Direksi

Jumlah lembar saham yang dimiliki oleh komisairs terafiliasi (diluar komisaris independen) dan direksi dibagi dengan total jumlah lembar saham yang beredar.

Keberadaan Komite Audit

Variabel dummy dengan nilai 1 untuk perusahaan yang memiliki komite audit, dan nilai 0 untuk lainnya. Informasi mengenai ada atau tidaknya komite audit diperoleh dari Laporan Tahunan perusahaan dan dari pengumuman yang dikeluarkan oleh BEI.

Latar Belakang Komite Audit

Lamanya pengalaman komite audit di bidang akuntansi dan keuangan. Informasi mengenai lamanya pengalaman tersebut dilihat dari annual report perusahaan.

Kepemilikan Institusional

Jumlah lembar saham yang dimiliki oleh investor institusional dibagi dengan total jumlah lembar saham yang beredar. Investor institusional mencakup bank, dana pensiun, perusahaan asuransi, dan lembaga keuangan lainnya.

Ukuran Perusahaan Logaritma natural dari rata-rata Total Aset. Rata-rata Total Aset adalah jumlah total aset periode t dan t-1 dibagi 2.

Pertumbuhan Penjualan

Persentase pertumbuhan total penjualan secara tahunan yang diukur dengan cara total penjualan tahun t dikurangi dengan total penjualan tahun t-1 dibagi dengan total penjualan tahun t-1.

Profitabilitas Diukur dengan menggunakan ukuran arus kas dari operasi dibagi dengan rata-rata total aset.

Leverage Total hutang jangka panjang dibagi dengan rata-rata total aset.

LAMPIRAN 2HASIL OUTPUT STATISTIK

Tabel 2Statistik DeskriptifDescriptive Statistics

3,82E-02 9,875396E-02 162,2876187 ,1686760 162

1,8215033 4,7211740 16211,29071 19,0621104 162,5061728 ,5015122 16227,07539 1,4727904 162,1825213 ,3634219 1624,71E-02 ,1186397 162,1737733 ,1798367 162

KON_ACCPROP_KIMGRL_OWNINS_OWNKASIZESALES GROWTHPROFLEV

Mean Std. Deviation N

TABEL 3. Output Model 1: Konservatisme dengan Ukuran Akrual

Model PengujianKON-ACCi,t = β0 + β1COM_SIZEi,t + β2KIi,t + β3BOARD_OWNi,t + β4KAi,t +

β5KA_BACKGROUNDi,t + β6INS_OWNi,t + β7FIRM_SIZEi,t + β8SALES_GROWTHi,t + β9PROFi,t + β10LEVi,t + εi,t

Dependen Variabel: KON_ACC Independen

VariabelEkspektas

i TandaKoefisien Signifikansi

Constant ? *** 0,3630 0,003INDEP_COM + -0,0192 0,551BOARD_OWN ? 0,0010 0,385COM_AUD + ** 0,0213 0,052INS_OWN + 0,0002 0,312FIRM_SIZE + *** -0,0145 0,002SALES_GROWTH + -0,0195 0,177PROF + *** 0,5950 0,000LEV + *** 0,1980 0,000F test Sign 0,000Adj R Square 0,570****Signifikan pada level 1%**Signifikan pada level 5%*Signifikan pada level 10%KON_ACC (Konservatisme Akrual): selisih dari laba sebelum extra-ordinary items dikurangi arus kas operasi ditambah biaya depresiasi dan dideflasikan oleh rata-rata total aktiva. INDEP_COM (Komisaris Independen): Jumlah komisaris independen dibagi dengan total jumlah komisaris. BOARD_OWN (Kepemilikan oleh Komisaris dan Direksi): Jumlah lembar saham yang dimiliki oleh komisairs terafiliasi (diluar komisaris independen) dan direksi dibagi dengan total jumlah lembar saham yang beredar. COM_AUD (Keberadaan Komite Audit): Variabel dummy dengan nilai 1 untuk perusahaan yang memiliki komite audit, dan nilai 0 untuk lainnya. INS_OWN (Kepemilikan Institusional): Jumlah lembar saham yang dimiliki oleh investor institusional dibagi dengan total jumlah lembar saham yang beredar. FIRM_SIZE (Ukuran

Perusahaan): Logaritma natural dari rata-rata Total Aset. SALES_GROWTH (Pertumbuhan Penjualan): Persentase pertumbuhan total penjualan secara tahunan. PROF (Profitabilitas): Arus kas dari operasi dibagi dengan rata-rata total aset. LEV (Leverage): Total hutang jangka panjang dibagi dengan rata-rata total aset.

TABEL 4. Output Model 2: Konservatisme dengan Ukuran Akrual Nilai Pasar

Model PengujianKON-MKTi,t = β0 + β1COM_SIZEi,t + β2INDEP_COMi,t + β3BOARD_OWNi,t + β4

COM_AUDi,t + β5 COM_AUD_BACKGROUNDi,t + β6INS_OWNi,t + β7FIRM_SIZEi,t + β8SALES_GROWTHi,t + β9PROFi,t + β10LEVi,t + β11

CURR_RETi,t+ β12 LAG_RETi,t+ εi,t

Dependen Variabel: KON_MKT Independen

VariabelEkspektas

i TandaKoefisien Signifikansi

Constant ? -2,824 0,133INDEP_COM + *** 1,696 0,001BOARD_OWN ? *** -0,048 0,009COM_AUD + -0,260 0,139INS_OWN + -0,004 0,292FIRM_SIZE + 0,041 0,563SALES_GROWTH + 0,122 0,586PROF + *** 1,973 0,007LEV + -0,082 0,879CURR_RET + *** 0,380 0,002LAG_RET + 0,057 0,586F test Sign 0,000Adj R Square 0,154****Signifikan pada level 1%**Signifikan pada level 5%*Signifikan pada level 10%KON_MKT (Konservatisme Pasar): Tingkat konservatisme dengan ukuran pasar (rasio book-to-market) perusahaan i pada waktu t. COM_SIZE (Ukuran Dewan): Logaritma Natural dari jumlah komisaris dalam perusahaan (termasuk komisaris independen). INDEP_COM (Komisaris Independen): Jumlah komisaris independen dibagi dengan total jumlah komisaris. BOARD_OWN (Kepemilikan oleh Komisaris dan Direksi): Jumlah lembar saham yang dimiliki oleh komisairs terafiliasi (diluar komisaris independen) dan direksi dibagi dengan total jumlah lembar saham yang beredar. COM_AUD (Keberadaan Komite Audit): Variabel dummy dengan nilai 1 untuk perusahaan yang memiliki komite audit, dan nilai 0 untuk lainnya. INS_OWN (Kepemilikan Institusional): Jumlah lembar saham yang dimiliki oleh investor institusional dibagi dengan total jumlah lembar saham yang beredar. FIRM_SIZE (Ukuran Perusahaan): Logaritma natural dari rata-rata Total Aset. SALES_GROWTH (Pertumbuhan Penjualan): Persentase pertumbuhan total penjualan secara tahunan. PROF (Profitabilitas): Arus kas dari operasi dibagi dengan rata-rata total aset. LEV (Leverage): Total hutang jangka panjang dibagi dengan rata-rata total aset.