7
Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 12 Nomor 2 (Oktober 2019) 272 OPEN ACCES Vol. 12 No. 2: 272-278 Oktober 2019 Peer-Reviewed AGRIKAN Jurnal Agribisnis Perikanan (E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072) URL: https:https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/ DOI: 10.29239/j.agrikan.12.2.272-278 Tingkat Kerusakan Batang Akibat Serangan Rayap pada Tegakan Jati ( Level Of Stem Demage Due to The Termite Infestation on Teak Stands) Martini Wali 1 dan Edy Said Ningkeula 1 1 Universitas Iqra Buru, Namlea, Indonesia. E-mail: [email protected]; [email protected] Info Artikel: Diterima: 10 Sept 2019 Disetujui: 31 Okt. 2019 Dipublikasi: 04 Okt. 2019 Artikel Penelitian Keyword: Jati, persentase serangan, tingkat kerusakan, Nasutitermes sp. Korespondensi: Martini Wali Universitas Iqra Buru, Indonesia Email: [email protected] Copyright© Oktober 2019 AGRIKAN Abstrak. Jati (Tectona grandis Linn) merupakan salah satu kayu komersil bermutu tinggi dan termasuk salah satu jenis tanaman hutan andalan yang banyak dikembangkan. Penanaman jati di kabupaten buru di mulai pada tahun 2006 dalam bentuk monokultur. Bentuk hutan tanaman yang homogen menyebabkan tanaman jati rentan terhadap serangan hama di lapangan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui persentase tingkat kerusakan batang serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman jati di desa Lamahang. Pengamatan dilakukan pada 4 petak contoh dengan ukuran masing-masing plot yaitu 20 m x 50 m (0.1 Ha). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hama yang menyerang batang jati adalah rayap genus Nasutitermes sp. Rata-rata persentase serangan rayap termasuk dalam kategori sedang (23.85%) sedangkan persentase tingkat kerusakan batang rata-rata termasuk dalam kategori ringan (10.05%). Abstact. Teak (Tectona grandis Linn) is one of high-quality commercial wood and is one of the mainstay types of forest plants that are widely developed. Teak planting in the district of Buru began in 2006 in the form of monocultures. Homogeneous form of plantations makes teak plants vulnerable to pest attacks in the field. The aims of this research was to determine the percentage of the level of stem damage and its effect on the growth of teak plants in the village of Lamahang. Observations were made in 4 sample plots with the size of each plot that is 20 m x 50 m (0.1 Ha). The results showed that the pest that attacks the teak is the termite genus Nasutitermes sp. The average percentage of termite attacks is included in the medium category (23.85%) while the average percentage of damage to the stem is included in the mild category (10.05%). I. PENDAHULUAN Ketersediaan sumber daya hutan pada sebagian besar wilayah Indonesia saat ini mengalami penurunan dan tidak berfungsi secara maksimal akibat dari eksploitasi kepentingan manusia baik secara sengaja maupun tidak disengaja. Hal ini dapat dijumpai pada hutan alam maupun hutan tanaman industri yang sementara dikembangkan. Berbagai upaya pelestarian telah dilakukan karena ini menjadi pekerjaan rumah bagi para silvikulturis dan pelaku hutan lainnya serta pemerintah pada umumnya. Mengingat tinggi dan pentingya nilai hutan. Peningkatan produktivitas dan pelestarian serta perlindungan hutan harus mempunyai tujuan jangka panjang, oleh karena itu perlu dicari solusi yang tepat untuk mempertahankan produktivitas tegakan ataupun ekosistem hutan. Pembangunan hutan tanaman rakyat menjadi alternatif terbaik dalam memecahkan permasalahan penurunan fungsi hutan. Jati (Tectona grandis) merupakan salah satu kayu komersil bermutu tinggi dan termasuk salah satu jenis tanaman hutan andalan yang banyak dikembangkan. Pramono (2010) menyatakan, tanaman jati telah banyak dikembangkan, bahkan di beberapa tempat menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan tradisional masyarakat. Kayu yang dihasilkan mempunyai kualitas yang tinggi serta hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan. Perkembangan jati di Kabupaten Buru dimulai pada tahun 2005 dan mulai dilakukan dengan penanaman secara monokultur dalam skala luas pada tahun 2006. Hutan tanaman jati di Kabupaten Buru di budidayakan dalam bentuk hutan tanaman rakyat yang dikelolah langsung oleh masyarakat. Salah satu daerah penanaman jati adalah desa Lamahang. Luas keseluruhan khusus tanaman hutan jati rakyat di desa Lamahang mencapai 120 Ha (Data Monografi Desa Tahun 2016). Ciri khas hutan tanaman adalah hanya satu jenis tanaman (monokultur) yang ditanam sehingga ekosistemnya homogen. Hal ini tentunya rentan terhadap serangan hama dan penyakit di lapangan. Serangan hama dan penyakit dapat menurunkan potensi tegakan, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dalam sistem silvikultur intensif, perlindungan terhadap hama dan

Tingkat Kerusakan Batang Akibat Serangan Rayap pada

  • Upload
    others

  • View
    20

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tingkat Kerusakan Batang Akibat Serangan Rayap pada

Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 12 Nomor 2 (Oktober 2019)

272

OPEN ACCES

Vol. 12 No. 2: 272-278 Oktober 2019

Peer-Reviewed

AGRIKAN

Jurnal Agribisnis Perikanan (E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072)

URL: https:https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/

DOI: 10.29239/j.agrikan.12.2.272-278

Tingkat Kerusakan Batang Akibat Serangan Rayap pada Tegakan Jati

(Level Of Stem Demage Due to The Termite Infestation on Teak Stands)

Martini Wali1 dan Edy Said Ningkeula1

1 Universitas Iqra Buru, Namlea, Indonesia. E-mail: [email protected]; [email protected]

Info Artikel:

Diterima: 10 Sept 2019

Disetujui: 31 Okt. 2019

Dipublikasi: 04 Okt. 2019

Artikel Penelitian

Keyword:

Jati, persentase serangan, tingkat

kerusakan, Nasutitermes sp.

Korespondensi:

Martini Wali

Universitas Iqra Buru, Indonesia

Email:

[email protected]

Copyright©

Oktober 2019 AGRIKAN

Abstrak. Jati (Tectona grandis Linn) merupakan salah satu kayu komersil bermutu tinggi dan termasuk

salah satu jenis tanaman hutan andalan yang banyak dikembangkan. Penanaman jati di kabupaten buru di

mulai pada tahun 2006 dalam bentuk monokultur. Bentuk hutan tanaman yang homogen menyebabkan

tanaman jati rentan terhadap serangan hama di lapangan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui

persentase tingkat kerusakan batang serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman jati di desa

Lamahang. Pengamatan dilakukan pada 4 petak contoh dengan ukuran masing-masing plot yaitu 20 m x 50

m (0.1 Ha). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hama yang menyerang batang jati adalah rayap genus

Nasutitermes sp. Rata-rata persentase serangan rayap termasuk dalam kategori sedang (23.85%) sedangkan

persentase tingkat kerusakan batang rata-rata termasuk dalam kategori ringan (10.05%).

Abstact. Teak (Tectona grandis Linn) is one of high-quality commercial wood and is one of the mainstay

types of forest plants that are widely developed. Teak planting in the district of Buru began in 2006 in the

form of monocultures. Homogeneous form of plantations makes teak plants vulnerable to pest attacks in the

field. The aims of this research was to determine the percentage of the level of stem damage and its effect on

the growth of teak plants in the village of Lamahang. Observations were made in 4 sample plots with the size

of each plot that is 20 m x 50 m (0.1 Ha). The results showed that the pest that attacks the teak is the termite

genus Nasutitermes sp. The average percentage of termite attacks is included in the medium category

(23.85%) while the average percentage of damage to the stem is included in the mild category (10.05%).

I. PENDAHULUAN

Ketersediaan sumber daya hutan pada

sebagian besar wilayah Indonesia saat ini

mengalami penurunan dan tidak berfungsi secara

maksimal akibat dari eksploitasi kepentingan

manusia baik secara sengaja maupun tidak

disengaja. Hal ini dapat dijumpai pada hutan alam

maupun hutan tanaman industri yang sementara

dikembangkan. Berbagai upaya pelestarian telah

dilakukan karena ini menjadi pekerjaan rumah

bagi para silvikulturis dan pelaku hutan lainnya

serta pemerintah pada umumnya. Mengingat

tinggi dan pentingya nilai hutan. Peningkatan

produktivitas dan pelestarian serta perlindungan

hutan harus mempunyai tujuan jangka panjang,

oleh karena itu perlu dicari solusi yang tepat

untuk mempertahankan produktivitas tegakan

ataupun ekosistem hutan. Pembangunan hutan

tanaman rakyat menjadi alternatif terbaik dalam

memecahkan permasalahan penurunan fungsi

hutan.

Jati (Tectona grandis) merupakan salah satu

kayu komersil bermutu tinggi dan termasuk salah

satu jenis tanaman hutan andalan yang banyak

dikembangkan. Pramono (2010) menyatakan,

tanaman jati telah banyak dikembangkan, bahkan

di beberapa tempat menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dari kehidupan tradisional

masyarakat. Kayu yang dihasilkan mempunyai

kualitas yang tinggi serta hampir seluruh bagian

tanaman dapat dimanfaatkan.

Perkembangan jati di Kabupaten Buru

dimulai pada tahun 2005 dan mulai dilakukan

dengan penanaman secara monokultur dalam

skala luas pada tahun 2006. Hutan tanaman jati di

Kabupaten Buru di budidayakan dalam bentuk

hutan tanaman rakyat yang dikelolah langsung

oleh masyarakat. Salah satu daerah penanaman jati

adalah desa Lamahang. Luas keseluruhan khusus

tanaman hutan jati rakyat di desa Lamahang

mencapai 120 Ha (Data Monografi Desa Tahun

2016).

Ciri khas hutan tanaman adalah hanya satu

jenis tanaman (monokultur) yang ditanam

sehingga ekosistemnya homogen. Hal ini tentunya

rentan terhadap serangan hama dan penyakit di

lapangan. Serangan hama dan penyakit dapat

menurunkan potensi tegakan, baik kualitas

maupun kuantitasnya. Dalam sistem silvikultur

intensif, perlindungan terhadap hama dan

Page 2: Tingkat Kerusakan Batang Akibat Serangan Rayap pada

Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 12 Nomor 2 (Oktober 2019)

273

penyakit menjadi salah satu komponen penting

disamping penggunaan materi dengan kualitas

genetic unggul dan manipulasi lingkungan.

Rayap merupakan serangga sosial dengan

sistem kasta polimorfik, pemakan selulosa dan

tinggal di dalam sarang atau termitarium yang

dibangunnya. Selain itu serangga ini memiliki

tubuh yang sangat kecil (Borror, Triplehorn and

Johnson, (1992). Rayap berperan penting dalam

dekomposisi, perputaran unsur hara dan proses di

dalam tanah. Akan tetapi seiring

perkembangannya rayap juga dapat merusak dan

menyerang pohon dan tanaman hidup sehingga

menjadi hama yang potensial. Penelitian mengenai

rayap telah banyak dilakukan diantaranya

Syaukani & Thompson (2011), Handru (2012);

Haneda et al. (2017); Pratiknyo et al. (2017). Akan

tetapi penelitian rayap pada tegakan jati belum

banyak dilakukan. Herdiana (2010), melaporkan

bahwa hama utama yang dilaporkan sering

menyerang batang tanaman jati di Indonesia

antara lain Zeuzera coffeae Nietn. atau disebut

penggerek cabang merah, Xyleborus destruens

Bldf. Hama ini menyebabkan kerusakan pada

bagian batang. Sedangkan informasi kerusakan

tanaman jati akibat serangan rayap belum banyak

diketahui. Berdasarkan uraian di atas maka

penelitian tentang hama rayap pada tegakan jati

perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat

kerusakan batang akibat serangan hama rayap di

lapangan.

II. METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada Hutan

Tanaman Jati di Desa Lamahang, Kecamatan

Waplau. Penelitian dilakukan dari bulan April

sampai Juni 2019. Alat yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Meter roll Xander fiber 100

M, Hand counter, kamera digital, alat tulis menulis

dan peralatan lapangan seperti parang dan sepatu

boot. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu

tegakan jati umur 13 Tahun, Tally sheet, alcohol

70% untuk mengawetkan serangga hama, plastik

sampel untuk wadah serangga, kertas label dan

spidol.

Penelitian lapangan dilakukan dengan

melakukan monitoring serta mengamati gejala dan

tanda serangan hama. Plot pengamatan ditentukan

dengan metode sistemic sampling. Namun peta

kawasan hutan rakyat di desa Lamahang tidak

tersedia sehingga perlu dilakukan orientasi

lapangan terlebih dahulu untuk mengetahui

keadaan lokasi penelitian. Diperoleh informasi

tegakan jati yang ditanam pada lahan yang relatif

datar dengan jarak tanam 3 m x 3 m, sehingga

diperolah 1.111 pohon/Ha.

Jumlah plot pengamatan sebanyak 4 plot,

dengan ukuran plot 20 m x 50 m (0,1 Ha). Jarak

antar plot adalah 100 m. Plot pertama diletakkan

secara acak sedangkan plot-plot berikutnya secara

sistemik dengan jarak tertentu dari plot pertama,

sehingga gambaran penempatan plot di lapangan

berada di tengah-tengah lahan (Gambar 1). Untuk

menghindari pengamatan yang dilakukan secara

berulang, maka pohon-pohon dalam setiap plot

pengamatan diberi nomor urut dari nomor 1

sampai selanjutnya (111 pohon contoh/plot

pengamatan). Cara penomoran seperti pada

Gambar 2.

Gambar 1. Penentuan plot pengamatan di lapangan Gambar 2. Cara penomoran pohon pada plot pengamatan

Parameter pengukuran yang dianalisis

adalah persentase serangan (P) dan tingkat

kerusakan batang akibat serangan hama di

lapangan (I).

a. Perhitungan Persentase Serangan

Persentase serangan hama (P) dihitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

b. Perhitungan Tingkat Kerusakan

Perhitungan tingkat kerusakan ditentukan

menggunakan rumus Pribadi (2010); Wali et al,

(2015):

Page 3: Tingkat Kerusakan Batang Akibat Serangan Rayap pada

Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 12 Nomor 2 (Oktober 2019)

274

Dimana: I= tingkat kerusakan tanaman, ni =

jumlah pohon yang terserang dengan klasifikasi

tertentu, vj= Nilai untuk klasifikasi tertentu, Z = Nilai

tertinggi dalam klasifikasi, N = Jumlah pohon

seluruhnya dalam suatu petak contoh.

Penilaian intensitas kerusakan akibat

serangan hama perusak batang dibagi ke dalam

beberapa katagori berdasarkan rumus yang

digunakan Herdiana (2010) seperti yang disajikan

pada Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi tingkat kerusakan batang jati akibat serangan hama

Tingkat kerusakan Tanda kerusakan yang terlihat

pada tanaman

Nilai

Sehat - Batang rusak 0 % 0

Ringan - Batang rusak antara 1 % - 20 % 1

Sedang - Batang rusak antara 21 % - 40 % 2

Agak Berat - Batang rusak antara 41 % - 60 % 3

Berat - Batang rusak antara 61 % - 80 % 4

Sangat Berat - Batang rusak di atas 80 % 5

Gagal - Pohon tumbang /patah/mati 6

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan

identifikasi di laboratorium, kerusakan batang

disebabkan serangan rayap Nasutitermes sp.

Secara fisik batang mengalami kerusakan pada

bagian kulit luar dan menjalar ke dalam jaringan

batang. Sarang rayap berada di atas pohon dengan

ketinggian mulai dari 1 meter sampai 3 meter.

Selain itu ditemukan lorong kembara pada batang

pohon jati yang hidup maupun pada pohon yang

mati (Gambar 3).

Menurut Thorne and haverty (2000), Riny

(2007); Kuswanto dan Pratama (2012) melaporkan

bahwa Nasutitermes merupakan rayap tanah

(ground-dweller) yang bersifat arboreal karena

sarangnya banyak ditemukan pada ranting

maupun batang pohon. Jenis sarang rayap ini

berupa sarang carton (carton-nest) yang terbentuk

dari campuran tanah, serasah kayu, saliva dan

cairan feses. Sifat konstruksi sarang seperti kertas,

rapuh dan mudah patah. Lorong – lorong kembara

dibuat dari sarang melintas bagian pohon yang

lain, menuju arah bawah atau masuk ke dalam

pohon. Lorong-lorong kembara ini berfungsi

sebagai penghubung serang dengan sumber

makanan di berbagai tempat. Riny (2007)

menambahkan, selain pada jati rayap ini juga

ditemukan pada pohon akasia, sengon, damar,

melinjo, jengkol, jambu bol, mangga, kelapa sawit

dan palem kipas.

Gambar 3. Contoh batang jati yang terserang rayap N. javanicus. (a),

pohon jati yang mati akibat serangan rayap N. javanicus. (b).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

persentase serangan rayap Nasutitermes sp. pada

Hutan Tanaman Rakyat jati bervariasi dan

termasuk dalam kategori Ringan – Sedang. Persen

kerusakan sedang terdapat pada 3 petak yaitu I, II

dan IV sedangkan petak III termasuk dalam

kategori ringan. Rata-rata persen serangan hama

termasuk dalam kategori sedang yaitu 23.85%.

(Tabel 2).

Page 4: Tingkat Kerusakan Batang Akibat Serangan Rayap pada

Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 12 Nomor 2 (Oktober 2019)

275

Tabel 2. Persentase serangan rayap pada tanaman jati (T. grandis) di HTR Desa Lamahang

Petak/

plot

Umur

Tanaman

(Tahun)

Jumlah Pohon

Intensitas Serangan

(%)

Sehat Terserang

I 13 84 27 24.3

II 13 86 25 22.5

III 13 90 21 19.8

IV 13 79 32 28.8

Jumlah 339 125 95.4

Rata-rata 23.85

*Keterangan: tanggal pengamatan di lapangan 14 – 15 April 2019

Tindakan pemeliharaan berpengaruh

terhadap persentase serangan hama rayap di

lapangan. Kondisi di bawah areal tanaman pada

petak II dan III cenderung bersih dari gulma,

karena keberadaan dekat dengan posko atau

tempat beristirahat petani sehingga lebih

diperhatikan dibandingkan dengan petak I dan IV

yang kurang diperhatikan. Rayap merupakan

serangga yang dapat hidup di semua habitat hanya

saja yang menjadi faktor pembatas adalah suhu

dan ketersediaan pakan. Kondisi areal pertanaman

yang kurang pemeliharaan menjadi sarang hama

dan organisme pengganggu. Hal ini sejalan

dengan penelitian Pratiknyo et al, (2017) yang

melaporkan bahwa kondisi areal yang kurang

pemeliharaan menyebabkan kelembaban

meningkat dan intensitas matahari rendah

sehingga kondisi dibawah kanopi menjadi relatif

basah dan lembab sehingga banyak ditumbuhi

lumut. Sehingga terdapat perbedaan bentuk

batang jati yang terserang rayap dengan batang jati

yang sehat. Batang yang sehat pertumbuhannya

lebih baik daripadaa batang yang terganggu serta

bentuk batang terlihat lebih besar daripada pohon

yang terserang (Gambar 4).

Gambar 4. Perbandingan batang jati yang terserang

rayap (a), batang jati yang sehat (b).

Tabel 3. Persentase tingkat kerusakan batang pada HTR Jati di Desa Lamahang

Plot/

Petak

Umur

Tanaman

(Thn)

Nilai Skala Tingkat

Kerusakan

Batang (%) 0 1 2 3 4 5 6

I 13 84 - 24 - - - 3 9.9

II 13 86 - 19 - - - 6 11.1

III 13 90 - 21 - - - 1 7.2

IV 13 79 - 28 - - - 4 12.0

Jumlah 339 92 14 40.2

Rata-rata 10.05

*Keterangan: tanggal pengamatan lapangan 14-15 April 2019

Berdasarkan pengamatan di lapangan,

tingkat kerusakan batang akibat serangan rayap

termasuk dalam ketegori ringan dengan rata-rata

persentase kerusakan 10.05 %. Rendahnya tingkat

Page 5: Tingkat Kerusakan Batang Akibat Serangan Rayap pada

Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 12 Nomor 2 (Oktober 2019)

276

kerusakan batang disebabkan karena sedikitnya

batang yang rusak karena rayap yaitu berkisar

antara 19 – 28 pohon per petak contoh. Jumlah total

pohon sehat (tidak terserang) 339 pohon

sedangkan pohon terserang 92 pohon dan pohon

yang mati sebanyak 14 pohon per petak contoh

(Tabel 3). Hasil pengamatan kerusakan karena

rayap berkisar antara 1 - 6 pohon per petak contoh.

Rendahnya persen kerusakan batang diduga

bahwa tanaman jati memiliki katahanan morfologi

yang mempengaruhi perkembangan rayap. Jati

termasuk pohon dengan kelas kuat 1 sehingga

rayap membutuhkan waktu yang lama untuk

mencerna selulosa pada batang jati. Selain itu,

daun jati mengandung senyawa anthraquinone

yang dinamakan tectone sehingga kurang disukai

hama. Selain itu juga lambat terurai di lantai

hutan. Hal ini sejalan dengan penelitian Shukla et

al., 2010 yang melaporkan bahwa daun jati yang di

ekstrak melalui pengujian fitokimia mengandung

anthraquinone, dan senyawa metabolik sekunder

lainnya seperti terpenoid, flavonoid, flavon

glikosida, dan fenol glikosida yang bermanfaat

sebagai anti mikroba.

Beberapa kondisi di lapangan diduga dapat

memicu serangan rayap mengingat fase

perusaknya dalam bentuk koloni. Pada musim

penghujan kelembaban disekitar areal tanaman

akan meningkat. Kondisi yang lembab dan

tumbuhnya gulma menjadi kondisi yang optimum

untuk perkembangan rayap. Selain itu,

tersedianya makanan pada habitat dengan tegakan

yang monokultur dan kurangnya musuh alami

(predator) menguntungkan untuk perkembangan

hama rayap. Nandika et al. (2003), menyatakan

bahwa faktor lingkungan seperti curah hujan,

suhu, kelembaban, ketersediaan makanan dan

rendahnya musuh alami mempengaruhi

perkembangan populasi dan penyebaran rayap

selain tipe tanah yang cocok. Selanjutnya

Pratiknyo et al. (2017) melaporkan bahwa

komposisi komunitas rayap sangat dipengaruhi

oleh faktor lingkungan seperti kanopi hutan,

temperatur udara dan kelembaban udara.

Rapatnya kanopi pada suatu pohon akan

menyebabkan terjaganya kelembaban tanah. Hal

ini diperkuat dengan penelitian Davies et al. (2003)

yang melaporkan bahwa terdapat hubungan

koeksistensi antara populasi rayap dengan

vegetasi. Namun demikian rayap jenis

Nasutitermes sp. tidak berpotensi sebagai hama

yang merugikan karena rayap ini tidak banyak

ditemukan. Selain itu, makanan menjadi faktor

pembatas utama rayap ini. Hal ini sejalan dengan

penelitian Haneda dan Firmansyah (2012) yang

melaporkan bahwa rayap Nasutitermes paling

sedikit ditemukan, hanya ditemukan pada satu

jenis pohon (puspa). Selain itu, bila suatu

organisme memiliki habitat wilayah yang baik

maka wilayah jelajahnya cenderung sempit.

Namun apabila kualitas habitatnya rendah maka

organisme tersebut cenderung memperluas

wilayah jelajahnya.

Faktor jarak tanam dan pemeliharaan

setelah penanaman berpegaruh terhadap serangan

hama pada tegakan jati. Hasil wawancara di

lapangan diperoleh informasi bahwa tindakan

pemeliharaan tanaman dari gulma dilakukan

dengan cara pembakaran terkendali dan tidak

dilakukan penyiangan secara manual ataupun

mekanik. Tindakan pembakaran yang diterapkan

tentu salah karena panas api akan merusak

jaringan epidermis luar dari batang sehingga

menyebabkan turgorsitas dari batang menurun.

Selain itu efek buruk dari kebakaran dapat

membunuh mikro-organisme tanah, sehingga

dapat menurunkan kesuburan tanah dan sistem

tata air tanah di sekitar hutan. Hal ini menjelaskan

bahwa tingkat keparahan kebakaran tidak hanya

dinyatakan sebagai ukuran kuantitatif tunggal,

namun banyak dampak yang timbul diantaranya

dapat memicuh serangan hama dan penyakit pada

tanaman yang terbakar terutama pada tegakan

berdiri. Hal ini sejalan dengan Syaufina (2008),

yang menyatakan bahwa kebakaran hutan

menyebabkan kematian vegetasi, dan untuk

vegetasi yang hidup akan mengakibatkan luka

yang dapat merangsang pertumbuhan hama dan

penyakit. Selain itu luka pada kulit batang dapat

menyebabkan cacat permanen dan

konsekuensinya menurunkan riap dan

menghambat proses regenerasi hutan.

Faktor lingkungan juga berpengaruh

terhadap keberhasilan suatu tanaman. Namun

berdasarkan pengamatan secara langsung di

lapangan dan referensi yang diperoleh, desa

lamahang merupakan daerah dataran rendah yang

terletak di pesisir pantai dengan suhu udara

berkisar antara 26.8 0C, kelembaban rata-rata 89%,

curah hujan 235.7 mm3 dengan hari hujan rata-rata

19 hari (Sumber BPS Kabupaten Buru 2018). Iklim

mikro berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangan pohon di lapangan.

Hingga saat ini belum diketahui cara efektif

untuk pengendalian serangan rayap di lapangan.

Namun, menurut Nandika et al, (2003) beberapa

Page 6: Tingkat Kerusakan Batang Akibat Serangan Rayap pada

Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 12 Nomor 2 (Oktober 2019)

277

strategi pencegahan dapat dilakukan, seperti

menjaga kondisi areal tanaman agar tidak lembab.

Kelembaban dapat mempengaruhi perkembangan

dan reproduksi rayap. Selain itu kondisi lembab

juga mempengaruhi ketersediaan makanan.

Kondisi yang lembab menyebabkan batang kayu

berlumut. Lumut juga merupakan salah satu

pakan dari rayap. Selain itu, menjaga agar sinar

matahari sampai pada dasar hutan. Hal ini dapat

dilakukan dengan melalukan prunning pada

dahan dan ranting yang mengganggu

perkembangan jati.

IV. PENUTUP

Hama yang menyebabkan kerusakan pada

batang jati adalah rayap Nesutitermes sp. (Isoptera

: Termitidae). Persentase kerusakan hama

termasuk dalam kategori sedang (petak I, II dan

IV), sebaliknya petak III termasuk dalam kategori

ringan. Rata-rata persen serangan adalah sedang

(23.85%). Tingkat kerusakan batang akibat

serangan rayap rata-rata masih dalam kategori

ringan (10.05%), serta belum berpotensi menjadi

hama yang membahayakan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih kami sampaikan

kepada Dirjen Riset dan Teknologi atas dukungan

dana yang memungkinan penelitian ini terlaksana.

Tulisan ini adalah sebagian dari hasil penelitian

yang didanai oleh Dirjen Riset dan Teknologi

melalui dana DRPM.

DAFTAR PUSTAKA

Borror JD, Triplehorn AC. dan Johnson FN. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga, Edisi keenam.Gadjah

Mada University Press. Yogyakarta.

Davies, R.G. Hernandes L.M., Eggleton, P., Didham R.K., Fagn. L.L. & Wincester, N.N. 2003

Environmental and spatial influence upon species composition of a termites assemblage across

neotropical forest islands. Journal of Tropical Ecology 19:509-524.

Haneda NF, Firmansyah A. 2012. Keanekaragaman Rayap Tanah di Hutan Pendidikan Gunung Walat

Sukabumi. Jurnal Silvikultur Tropika 3 (2): 92-96.

Haneda NF, Retmadhona IY, Nandika D, Arinana. 2017. Biodiversity of Subterranean Termites On The

Acacia crassicarpa Plantation. Biodiversitas. Vol 18 (4) Pages: 1657 – 1662.

Handru A. 2012. Jenis-Jenis Rayap (Isoptera) Di Kawasan Hutan Bukit Tengah Pulau Dalam Areal

Perkebunan Kelapa Sawit, Solok Selatan. Skripsi Sarjana Biologi FMIPA Universitas Andalas,

Padang.

Herdiana N. 2010. Potensi Serangan hama Tanaman Jati Rakyat dan Upaya Pengendaliannya di Rumpin,

Bogor. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. Bogor. Vol 7 (4) Hal: 201-209.

Husaeni, E. A. 2000. Diktat Hama Hutan Tanaman di Indonesia. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian

Bogor. Bogor.

Kuswanto E dan Pratama AOS. 2012. Sebaran Dan Ukuran Koloni Sarang Rayap Pohon Nasutitermes Sp

(Isoptera: Termitidae) Di Pulau Sebesi Lampung Sebagai Sumber Belajar Biologi. Bioedukasi

Vol (3): 2. Lampung

Mahfudz 2004. Sekilas jati (Tektona grandis Linn. f). Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi

dan Pemuliaan Tanaman Hutan.Yogyakarta.

Nandika D, Rismayadi Y, Diba F. 2003. Rayap: Biologi dan Pengendaliannya. Surakarta: Muhamadiyah

University Press.

Pratiknyo H, Darsono, Basuki E, Suparjana TB. 2017. Komposisi Rayap (O: Isoptera) Pada Ekosistem

Hutan Pinus Dan Damar (700-900 M Dpl) Di Lereng Selatan Gunung Slamet. Prosiding Seminar

Nasional dan Call for Papers ”Pengembangan Sumber Daya Perdesaan dan Kearifan Lokal

Berkelanjutan VII ”17- 18 November 2017 “. Purwokerto.

Pribadi A. 2010. Serangan Hama dan Tingkat Kerusakan Daun Akibat Hama Defoliator pada Tegakan

Jabon (Anthocephalus cadamba Miq). J. Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Riau. Vol 7 (4)

Hal: 451-458.

Page 7: Tingkat Kerusakan Batang Akibat Serangan Rayap pada

Jurnal Ilmiah agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 12 Nomor 2 (Oktober 2019)

278

Riny, S.M. 2007. Identifikasi Rayap Kasta Prajurit di Wilayah Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi (Puspiptek) Serpong, Banten. Skripsi Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Santoso R., Yolanda R., Purnama AA. 2015. Jenis-Jenis Rayap (Insekta: Isoptera) Yang Terdapat Di

Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau. Jurusan Biologi. Fakultas

Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Pasir Pengaraian. [skripsi].

Sukhla, N., Kumar, M., Akanksha, Ahmad, G., Rahuja, N., Singh, A.B., Srivastava, A.K., Rajendran, S.M.,

& Maurya, R., 2010. Tectone, A New Antihyperglycemic Anthraquinone from Tectona grandis

Leaves, Nad Prod Commun.

Sumarna Y. 2005. Budidaya jati. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

Sutisna U, Kalima T, Purnadjaja. 1998. Seri Manual: pedoman pengenalan pohon hutan di Indonesia.

Yayasan PROSEA Bogor dan Pusat Diklat Pegawai dan SDM Kehutanan. Bogor.

Syaufina L. 2008. Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia “Perilaku api, penyebab, dan dampak

kebakaran’. Penerbit Banyumedia Publishing. Malang.

Syaukani, Thompson GJ. 2011. Taxonomic notes on Nasutitermes and Bulbitermes (Termitidae,

Nasutitermitinae) from the Sunda region of Southeast Asia based on morphological and

molecular characters. Zookeys 148: 135-160.

Thorne BL, Haverty ML,. 2000. Nest growt and survivorship in three species of Neotropical Nasutitermes

(Isoptera: Termitidae). Environ Entomol 29 (2): 256-264.

Wali M, Soamole S. 2015. Studi Tingkat Kerusakan Hama Daun pada Tanaman Meranti Merah (Shorea

leprosula) di Areal Persemaian PT. Gema Hutani Lestari Kecamatan Fena Leisela. Jurnal

Agrikan. Vol 8 (2) Hal : 36 - 45.