11

Click here to load reader

Tin A

  • Upload
    jduana

  • View
    263

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tin A

Oleh :FELING POLWANDARI

NIM : 2006.01.0184

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANGPROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN

2008

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrahim,Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada By. Ny. “ E “ NCB Umur 6 Jam Dengan Caput Succedaneum Di Ruang Neonatus“ dengan mengambil lokasi di RSD MARDI WALUYO BLITAR.Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak maka Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat terwujud, untuk itu dengan segala kerendahan hati perkenankan saya menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada :a. Dr. Husain Abdurrahman, selaku Direktur RDS Mardi Waluyo blitar.b. Ibu Enik Ekawati, Amd. Keb., selaku CI Ruang Neonatus RSD Mardi Waluyo Biltar.c. Ibu Dra. Soelijah Hadi, M.Kes, MM. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Jombang.d. Ibu Ruliati, SKM. selaku pembimbing yang telah banyak menghabiskan waktu pemikiran dan perhatian dalam membimbing serta mengarahkan saya menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Akhirnya, semoga bimbingan dan bantuan beliau dicatat sebagai amal baik oleh Allah SWT. Semoga Karya Tulis Ilmiah yang masih jauh dari kesempurnaan ini juga bermanfaat untuk perkembangan ilmu kebidanan.

Jombang, April 2008

Penulis

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangBayi baru lahir ( neonatus ) adalah bayi, dari lahir sampai usia 4 minggu lahir biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu. ( Donna L. Wong, 2003 )Caput Succedaneum adalah benjolan yang membulat disebabkan kepala tertekan leher rahim yang saat itu belum membuka penuh yang akan menghilang dalam waktu satu dua hari. ( www.begaul.com )Kelainan pada ibu dan bayi dapat terjadi di beberapa saat sesudah persalinan bahkan persalinan normal sekalipun. Pada umumnya kelahiran bayi normal cukup bulan merupakan tanggung jawab penuh seorang bidan terhadap keselamatannya dan juga pada ibu pada persalinan normal. Saat ini angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih sangat tinggi bahkan tertinggi di Asia Tenggara. Di Indonesia, berdasarkan perhitungan oleh BPS diperoleh AKI tahun 2007 sebesar 248/100.000 kelahiran hidup. Sementara untuk AKB, berdasarkan perhitungan dari BPS, pada tahun 2007 diperoleh AKB sebesar 26.9/1.000 kelahiran hidup. ( www.tenaga-kesehatan.or.id )Di Jawa Timur AKI dan AKB pada tahun 2006 adalah mencapai 72/100.000 kelahiran. ( www.dinkesjatim.go.id ). Sedangkan untuk daerah Blitar sendiri pada tahun 2007 tercatat AKB sebesar 100,2/100.000 kelahiran hidup. Dan AKI sebesar 3,06/1.000 kelahiran hidup. ( www.dinkesblitar.go.id ).Dan untuk masalah terjadinya caput succedaneum pada bayi khususnya di RSD Mardi Waluyo Blitar di awal tahun 2008 adalah disebabkan persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi dan kala II memanjang. Dengan angka kejadian untuk persalinan dengan vakum ekstraksi 40 dari 809 persalinan dan kala II memanjang 27 dari 809 persalinan di RSD Mardi Waluyo Blitar. Untuk Caput Succedaneum tidak tercatat dalam dalam data Ruang Neonatus RSD Mardi Waluyo.Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi ( Abdul Bari Saifuddin, 2001 )Sebagian besar cedera lahir terjadi selama persalinan lama dan berlarut-larut atau kesulitan lahir. Cedera lahir dapat terjadi apabila janin besar atau presentasi atau posisi janin abnormal. Akan tetapi, terdapat kasus terjadinya cedera in utero. ( Helen Varney dkk, 2007 ) Untuk penanganan caput succedanaum tidak ada penanganan khusus karena dapat menghilang dengan sendirinya ( www.anakku.net ) Dan dari sumber lain caput akan menghilang dalam 2-4 hari setelah lahir. ( Prof. dr. Abdul Bari Saifuddin, SpOG, MPH ) Bahkan akan menghilang dalam 1 hari.( www.ayahbunda-online.com ).Perawatan kebidanan yang dilakukan adalah mengubah posisi bayi baru lahir dengan hati-hati pada sisi yang berlawanan dengan area yang terkena dan konsultasi dengan tim pediatri. ( Helen Varney dkk, 2007 )Penatalaksanaan caput succedaneum adalah bayi dirawat seperti pada perawatan bayi normal, awasi keadaan umum bayi, lingkungan

Page 2: Tin A

harus dalam keadaan baik ( cukup ventilasi masuk sinar matahari ), pemberian ASI yang adekuat, mencegah terjadinya infeksi, memberikan penyuluhan kepada orang tua tentang keadaan trauma pada bayi, parawatan bayi sehari-hari dan manfaat ASI.

1.2 Rumusan MasalahMengingat luasnya permasalahan yang terjadi pada bayi baru lahir, maka pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis merumuskan masalah asuhan kebidanan pada By. Ny. ” E ” NCB umur 6 jam dengan caput succedaneum di ruang neonatus RSD Mardi Waluyo Blitar.

1.3 Tujuan Penulisan Asuhan Kebidanan1.3.1. Tujuan UmumMahasiswa mampu menerapkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan pada By. Ny. ” E ” NCB umur 6 jam dengan caput succedaneum di Ruang Neonatus RSD Mardi Waluyo Blitar.

1.3.2. Tujuan KhususDalam pelaksanaan Asuhan Kebidanan pada By. Ny. ” E ” NCB umur 6 jam dengan caput succedaneum di RSD Mardi Waluyo Blitar, penulis diharapkan mampu : 1.3.2.1 Melakukan pengkajian data.1.3.2.2 Mengidentifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan.1.3.2.3 Mengidentifikasi masalah potensial.1.3.2.4 Mengidentifikasi kebutuhan segera.1.3.2.5 Merumuskan suatu rencana tindakan yang komprehensif.1.3.2.6 Melakukan tindakan menurut rencana.1.3.2.7 Mengevaluasi pelaksanaan asuhan kebidanan.

1.4 Manfaat Penyusunan Asuhan Kebidanan 1.4.1 Manfaat teoritisManfaat temuan dari hasil Karya Tulis Ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan ( akademik ) adalah dapat dimanfaatkan oleh ilmuan lain dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, seni serta diaplikasikan dalam asuhan keprofesian pada bayi khususnya bayi dengan caput succedaneum. 1.4.2 Manfaat praktis1.4.2.1 Bagi lahan praktekDari hasil penulisan ini dapat memberikan masukan terhadap tenaga kesehatan khususnya di ruang neonatus RSD Mardi Waluyo Blitar untuk lebih memperhatikan dan meningkatkan pelayanan kepada bayi dengan caput succedaneum.1.4.2.2 Bagi institusi pendidikanSebagai salah satu Karya Tulis Ilmiah yang dapat menambah bacaan semua pihak serta dapat menambah bahan kepustakaan bagi yang membutuhkan acuan pembanding dan penanganan kasus bayi dengan caput succedaneum, selain itu sebagai bukti telah melaksanakan tugas akhir.1.4.2.3 Bagi penulisMenambah pengetahuan dan pengalaman serta merupakan kesempatan untuk mempelajari lebih jauh permasalahan yang ada pada kasus bayi dengan caput succedaneum.1.4.2.4 Bagi klien dan keluargaSebagai bahan masukan agar dapat memahami dengan menerima keadaan sehingga dapat mengambil suatu keputusan atau sikap sesuai dengan masalah, serta ikut memperhatikan dan melaksanakan tindakan yg telah diberikan bidan dan petugas kes.BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Teori BBL2.1.1 DefinisiBayi baru lahir ( neonatus ) adalah bayi, dari lahir sampai usia 4 minggu lahir biasanya dengan usia gestasi 38-42 minggu. ( Donna L. Wong, 2003 )Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. ( Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002)

BAB IIITINJAUAN KASUS

3.1 PengkajianMRS : 03 April 2008 Jam : 04.00 WIBTanggal pengkajian : 03 April 2008 Jam : 10.00 WIBNo. register : 2777Tempat : Ruang Neonatus RSD Mardi Waluyo Blitar3.1.1 Data Subyektif3.1.1.1 BiodataNama : By. Ny. “E” Umur : 6 jam Jenis kelamin : Perempuan Agama : Islam Anak ke : I

Page 3: Tin A

Biodata orang tua Nama : Ny. “E” Nama suami : Tn. “H”Umur : 34 tahun Umur : 40 tahunAgama : Islam Agama : Islam Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/IndonesiaPendidikan : SMP Pendidikan : SMAPekerjaan : IRT Pekerjaan : SwastaPenghasilan : - Penghasilan : -Kawin ke : I Kawin ke : ILama kawin : 3 tahun Lama kawin : 3 tahunAlamat : Jln. Kalimantan Gg. Buntu Blitar Alamat : Jln. Kalimantan Gg. Buntu Blitar3.1.1.2 Keluhan utamaIbu mengatakan bayinya menangis kuat, kulit kemerahan, bernapas tanpa menggunakan alat bantu, gerakan aktif dan pada kepala bayi bagian belakang terdapat benjolan yang teraba lunak.3.1.1.3 Riwayat kesehatan sekarangIbu mengatakan telah melahirkan anak ke 1 pada tanggal 03 April 2008 pada jam 04.00 WIB bayi lahir spontan, belakang kepala, tangis kuat, napas spontan, gerakan aktif, kulit kemerahan dengan jenis kelamin perempuan, ditolong bidan Ny. “S” dengan BBL : 3300 gram, PB : 50 cm, LD : 36 cm, MO : 39 cm, FO : 37 cm, SOB : 35 cm, A-S : 7 – 8 dan terdapat benjolan teraba lunak di belakang kepala.3.1.1.4 Riwayat kesehatan keluargaIbu mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, HIV/AIDS dan penyakit menurun seperti DM, jantung, asma dan tidak ada riwayat kembar.3.1.1.5 Riwayat neonatala. Riwayat prenatalHamil ke : IHPHT : 29 – 07 – 2007 HPL : 05 – 04 – 2008UK : 39 minggu 5 hariANCTM I : 3x di BPS Ny. “S”, dengan keluhan mual muntah.TM II : 3x di BPS Ny. “S”, dengan tidak ada keluhan.TM III : 4x di BPS Ny. “S”, dengan tidak ada keluhan.Obat-obatan yang didapat :TM I: B6 1x1 125 mg, Fe 1x1 500 mg, Vit. C 1x1 125 mgTM II : Fe 1x1 500 mg, Kalk 1x1 125 mg, Vit. C 1x1 125 mgTM III: Fe 1x1 500 mg, Kalk 1x1 125 mg, Vit. C 1x1 125 mgPenyuluhan yang didapat :TM I : Cukup istirahat, gizi seimbang, makan sedikit tapi sering dan kontrol 1 bulan atau bila ada keluhanTM II : Senam hamil dan kontrol 1 bulan atau bila ada keluhan.

TM III : Perawatan payudara, beritahu tanda-tanda persalinan dan kontrol 1 minggu atau bila ada keluhan. Imunisasi TTTT CPW : 1xSaat hamil 2x (UK 16 dan 20 minggu)Gerakan janin dirasakan pada UK 16 minggu.

b. Riwayat natalBayi lahir pada kehamilan 40 minggu, merupakan kehamilan tunggal. Pada tanggal 02 April 2008 jam 12.00 WIB mengeluarkan lendir bercampur darah dan perutnya merasa kenceng-kenceng, kemudian ibu pergi ke bidan Ny. " S ". Dan jam 13.15 WIB DJJ Å 140 x / menit serta dilakukan pemeriksaan dalam oleh bidan Ny. " S " dengan hasil Æ 1 cm, ketuban Å, letkep, denominator UUK. Jam 17.15 WIB DJJ Å 136 x / menit serta dilakukan pemeriksaan dalam oleh bidan Ny. " S " dengan hasil Æ 4 cm, ketuban Å, letkep, denominator UUK. Kala I berjalan ± 15 jam, kemudian pada tanggal 03 April 2008 pukul 03.00 WIB bidan Ny. " S " merujuk pasien ke RSD Mardi Waluyo melalui UGD. Dan di ruang VK RSD Mardi Waluyo jam 03.15 WIB DJJ Å 136 x / menit serta dilakukan pemeriksaan dalam oleh Bidan Ny. " E " dengan hasil Æ 9 cm, ketuban Å, letkep, denominator UUK. Pukul 03.30 WIB terdapat tanda-tanda kala persalinan yaitu dorongan mengejan, tekanan anus, perineum menonjol dan vulva membuka, dan dipimpin persalinan. Saat kala II keadaan umum ibu lelah sehingga dilakukan inform konsen untuk dilakukan persalinan dengan vakum ekstraksi. Pukul 03.45 WIB dipimpin persalinan dengan vakum ekstraksi dan pukul 04.00 WIB bayi lahir dengan ekstraksi vakum, belakang kepala, warna ketuban jernih, ketika lahir langsung menangis keras, bernapas spontan A-S : 7 – 8, gerakan aktif, tidak ada kelainan, jenis kelamin perempuan, BB : 3300 gram, PB : 50 cm, MO : 39 cm, FO : 37 cm dan SOB : 35 cm. Terdapat caput Succedaneum.

c. Riwayat post natalSetelah lahir segera dibersihkan, dikeringkan, dihangatkan dan langsung diberi ASI setelah 30 menit. Dilakukan reflek rooting, suckling dan swallowing, tali pusat tidak berdarah, bayi diberi salep mata tetracycline 1% 2,5 mg dan diinjeksi vitamin K 1 mg IM.

Page 4: Tin A

3.1.1.6 Riwayat imunisasiHB uniject 5BCG 5Polio 5555DPT 555Hepatitis 5Campak 53.1.1.7 Pola Kebiasaan Sehari-Haria. Pola nutrisiReflek rooting, reflek suckling dan reflek swallowing aktif.Mendapat ASI ± 50 cc disertai ASI SGM ± 30 cc tidak tumpah.b. Pola aktivitasSaat pengkajian: Bayi tidur, terbangun saat bayi menetek dan menangis bila BAB dan BAK.c. Pola istirahatSaat pengkajian: Bayi tidur ± selama 3 jam dan terjaga saat pengkajian.d. Pola eliminasiSaat pengkajian: BAK 3x bau khas, warna kuning jernih.BAB 1x, berupa mekoneum, warna hitam kehijauan, konsistensi lunak, bau khas.

e. Pola personal hygieneSaat pengkajian: Bayi belum dimandikan sampai 6 jam setelah persalinan hanya dibersihkan dari sisa ketuban tanpa membersihkan vernik kaseosa pada tubuh bayi, ganti popok dengan segera setiap kali basah, BAK dan BAB.3.1.2 Data Obyektif3.1.2.1 Keadaan umum : BaikBBL : 3300 gramPB : 50 cmLD : 36 cmMO : 39 cmFO : 37 cmSOB : 35 cmLILA : 10 cmA-S : 7 – 8 .3.1.2.2 TTVNadi : 140x/ menitRR : 40x/ menitSuhu : 36,8oC

3.1.2.3 Pemeriksaan Fisika. InspeksiKepala : Rambut hitam lurus merata, UUB belum menutup dan UUK sudah menutup, bentuk simetris, terdapat caput succedaneum, bersih, tidak cepal hematoma.Muka : Bersih, tidak ada oedem, tidak puacat, tidak icterus.Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih keruh, tidak ada sekret, terdapat bekas salep mata..Hidung : Bersih, tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak oedem, tidak ada miliasis.Telinga : Simetris, sedikit kotor, terdapat sedikit lanugo.Bibir : Bentuk normal, warna merah muda, bersih, tidak ada labio schizis dan labio palato schizis.Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis.Dada : Kedua putting susu simetris dan warna jaringan putting susu jelas ( kehitaman ), tidak ada benjolan, tidak ada tarikan intercosta. Axilla : Tidak ada lesi, tidak ada pembesaran limfe.Abdomen : Tali pusat basah dan belum lepas, tali pusat bersih, tidak bau, tidak ada tanda-tanda infeksi tali pusat.Punggung : Simetris, tidak ada spina bifida.Genetalia : Labia mayora sudah menutup labia minora, tidak pseudomenorea, terdapat introitus vagina.Anus : Tidak atresia ani.Ekstremitas atas : Simetris, tidak ada kelainan gerak, jumlah jari lengkap, tidak oedem, pergerakan aktif.Ekstremitas bawah : Simetris, tidak ada kelainan gerak, jumlah jari lengkap, tidak oedem, pergerakan aktif, tidak ada perdarahan pada paha kiri bekas injeksi vitamin K.Integumen : Tidak ada tanda lahir, warna kemerahan, turgor baik, terdapat sedikit lanugo dan masih terdapat vernik kaseosa.. b. PalpasiKepala : Tidak ada oedem, tidak ada benjolan atau cekungan pada ubun-ubun tidak ada molase, tidak ada cepal hematoma dan terdapat caput succedaneum, teraba lunak melewati garis sutura.Hidung : Tidak ada polip.Mulut : Tidak ada sub mukosa yang terbelah, reflek rooting Å, reflek suckling Å, reflek swallowing Å.Muka : Tidak oedem.Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis, tonick neck reflek Å.Dada : Tidak ada benjolan.Axilla : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe.Abdomen : Tidak ada pembesaran hati (hepatomegali).

Page 5: Tin A

Punggung : Tidak ada benjolan spina bifida.Ekstremitas atas : Graps reflek Å/Å.Ekstremitas bawah : Babynski reflek Å/Å.c. AuskultasiDada : Tidak ada terdengar ronchi dan wheezing, bunyi nafas normal atau bersih.Abdomen : Terdengar bising usus 8x/menit.d. PerkusiAbdomen : Tidak meteorismus.

Reflek-reflek :a. Reflek pelindungMorro reflek : ÅTonik neck reflek : ÅGrasp reflek : Å / ÅReflek berkedip : Å / Åb. Reflek makanRooting reflek : ÅSuckling reflek : ÅSwallowing reflek : Åc. Reflek babynski : Å / Å3.1.2.4 Pemerikasaan penunjangTidak ada3.1.2.5 Terapi yang diberikan- Ampicillin 125 mg im 2x / hari- Vit. K 1 mg- Salep mata 1 % 2,5 mg

3.2 Identifikasi Diagnosa, Masalah dan KebutuhanDx : By. Ny. “E” NCB Umur 6 Jam dengan caput succedaneum.DS : Ibu mengatakan telah melahirkan anak ke I dengan normal, jenis kelamin perempuan pada tanggal 03 April 2008 jam 04.00 WIB dan mengatakan pada kepala bayinya teraba benjolan lunak.DO : Keadaan umum cukupTTVNadi : 140x/ menit RR : 40x/menitSuhu : 36,8oC BB : 3300 gramPB : 50 cmLD : 36 cmLK : MO : 39 cmFO : 37 cmSOB : 35 cmLILA : 10 cmA-S : 7-8Bayi menangis kuatReflek makanReflek rooting Å Reflek swallowing Å Reflek suckling ÅReflek pelindungReflek moro Å Reflek graps Å / ÅReflek babynski Å / ÅReflek berkedip Å / ÅTonick neck reflek ÅWarna kulit kemerahanJenis kelamin perempuan InspeksiKepala : Kepala terdapat benjolanPalpasiKepala : Terdapat caput succedaneum, teraba benjolan lunak melewati garis sutura

3.3 Antisipasi Masalah PotensialTidak ada

3.4 Identifikasi Kebutuhan SegeraTidak ada

3.5 IntervensiDiagnosa : By. Ny. “E” NCB Umur 6Jam.

Page 6: Tin A

Masalah : Caput succedaneumTujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1 x 24 jam diharapkan keadaan umum bayi sehat.Kriteria : TTV dalam batas normalSuhu : 36,5 – 37,5oCNadi : 120 – 160x/menitRR : 40 – 60x/menitKulit tubuh berwarna merahAkral hangatKuku bayi tidak pucatTidak ada tanda-tanda infeksiReflek rooting : Å Reflek suckling : Å Reflek swallowing : Å Integumen : Warna kemerahan, turgor baik, terdapat sedikit lanugo dan masih terdapat vernik kaseosa.. Abdomen : Tali pusat basah dan belum lepas, tidak ada tanda-tanda infeksi.Benjolan caput succedaneum berkurangIntervensi1. Lakukan bina hubungan saling percaya pada ibu dan keluarga klien.Rasional : Terjadi hubungan yang baik dan menciptakan kepercayaan klien terhadap tenaga kesehatan.2. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.Rasional : Mencegah terjadi infeksi.3. Ganti popok yang basah karena BAK dan BAB bayi dengan segera.Rasional : Mencegah pelepasan panas secara evaporasi.4. Letakkan bayi di bawah lampu pemanas 60 watt dengan jarak minimum 60 cm dari bayi.Rasional : Menjadikan lingkungan yang hangat dan mencegah hilangnya panas tubuh.5. Observasi TTV setiap 6 jamRasional : TTV sebagai parameter untuk mengetahui keadaan pasien apakah dalam keadaan baik atau tidak.6. Pelihara peralatan individual dan bahan-bahan persediaan untuk setiap bayi.Rasional : Membantu mencegah kontaminasi silang terhadap bayi melalui kontak langsung atau infeksi droplet.7. Pantau petugas, orang tua dan pengunjung terhadap penyakit, batasi kontak dengan bayi secara tepat.Rasional : Membantu mencegah penyebaran infeksi ke bayi baru lahir.8. Ajarkan teknik pencucian tangan yang tepat sebelum memegang bayi kepada orang tua dan sibling dengan menggunakan sabun desinfektan dan membilasnya di bawah air mengalir.Rasional : Mencuci tangan yang benar adalah faktor tunggal yang paling penting dalam melindungi bayi baru lahir dari infeksi. Penggunaan sabun desinfektan efektif dalam melawan baik organisme gram positif dan gram negatif.9. Gambarkan pada orang tua rasional yang tepat dari tindakan-tindakan yang diambil untuk mencegah cedera.Rasional : Mengurangi ansietas orang tua yang disebabkan kurangnya pemahaman.10. Anjurkan ibu untuk segera menyusui 2 – 3 jam sekali atau sesering mungkin.Rasional : Kebutuhan zat gizi yang diperlukan oleh bayi akan tercukupi dan dapat membantu mempercepat involusi uterus dan memberikan kesempatan untuk orang tua dan bayi baru lahir memulai pengenalan dan proses kedekatan.11. Instruksikan orang tua berkenaan dengan posisi bayi baru lahir setelah pemberian makan. Perhatikan reflek gag bayi.Rasional : Kelemahan reflek gag membuat bayi baru lahir cenderung untuk aspirasi. Memberi posisi bayi baru lahir pada abdomen atau miring dengan gulungan handuk di punggung memungkinkan drainase eksternal mukus atau muntahan, menurunkan resiko aspirasi. Bila bayi ditempatkan pada keranjang, kepala harus dinaikkan 30-45 o. 12. Ajarkan ibu tentang perawatan tali pusat dengan benar.Rasional : Dengan perawatan tali pusat yang benar dapat mencegah terjadinya infeksi.13. Diskusikan perilaku bayi baru lahir setelah periode pertama dan selama periode reaktivitas kedua..Rasional : Meningkatkan pemahaman tentang perilaku bayi.

3.6 ImplementasiTanggal : 03 April 2008 Jam : 10.15 WIBDiagnosa : By. Ny. “E” NCB Umur 6Jam dengan caput succedaneum.Implementasi1. Jam 10.15 WIBMelakukan bina hubungan saling percaya pada ibu dan keluarga klien.2. Jam 10.17 WIBMencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.3. Jam 10.18 WIBengganti popok yang basah karena BAK dan BAB bayi dengan segera.4. Jam 10.20 WIBMeletakkan bayi di bawah lampu pemanas 60 watt dengan jarak minimum 60 cm dari bayi.5. Jam 11.00Mengobservasi TTV setiap 6 jamHasil : Suhu : 36,8oCNadi : 140 x / menitRR : 40 x / menit6. Jam 11.15 WIBMemelihara peralatan individual dan bahan-bahan persediaan untuk setiap bayi.

Page 7: Tin A

7. Jam 15.00 WIBMemantau petugas, orang tua dan pengunjung terhadap penyakit, batasi kontak dengan bayi secara tepat.8. Jam 15.02 WIBMengajarkan teknik pencucian tangan yang tepat sebelum memegang bayi kepada orang tua dan sibling dengan menggunakan sabun desinfektan dan membilasnya di bawah air mengalir.9. Jam 16.00 WIBMenggambarkan pada orang tua rasional yang tepat dari tindakan-tindakan yang diambil untuk mencegah cedera yaitu dengan tidak sering-sering mengangkat tubuh bayi dan memposisikan tidur bayi pada kepala yang tidak terdapat benjolan dan memberitahu orang tua bahwa benjolan pada kepala bayinya tidak perlu pengobatan. Jangan terlalu sering menyentuh benjolan pada bayi.10. Jam 16.15 WIBMenganjurkan ibu untuk segera menyusui 2 – 3 jam sekali atau sesering mungkin.11. Jam 16. 20 WIBMenginstruksikan orang tua berkenaan dengan posisi bayi baru lahir setelah pemberian makan. Perhatikan reflek gag bayi.12. Jam 05.00 WIB ( tanggal 04 April 2008 )Mengajarkan ibu tentang perawatan tali pusat dengan benar yaitu tidak membubuhkan apapun pada tali pusat dan tidak menutupnya dengan kassa.13. Jam 10.15 WIBMendiskusikan perilaku bayi baru lahir setelah periode pertama dan selama periode reaktivitas kedua. Yaitu setelah periode reaktivitas pertama, bayi biasanya jatuh tertidur lelap, diikuti dengan periode kedua reaktivitas, yang meliputi terbangun, regurgitasi mukus, gag dan sering mengeluarkan feses mekonium pertama.

3.7 EvaluasiTanggal : 04 April 2008 Jam : 10.15 WIBDiagnosa : By. Ny. “E” NCB Umur 2 hari dengan caput succedaneum.S : Ibu mengatakan benjolan lunak di kepala bayinya terlihat lebih kecil dari hari sebelumnya.O : Keadaan umum baikBB : 3.350 grTTV : Suhu : 36,7oCNadi : 140 x / mntRR : 40 x / mntAntropometriMO : 38 cmSOB : 35 cmFO : 36 cmInjeksi HB uniject dipaha kiriTangis kuatReflek rooting : ÅReflek suckling : ÅReflek swallowing : ÅInspeksiKepala : Benjolan caput succedaneum berkurangPalpasiKepala : Teraba benjolan caput succedaneum mengecil dengan hasil pengukuran 10 cm.Integumen : Warna kulit kemerahan Abdomen : Tali pusat basah dan belum lepas, tidak bau, tidak ada tanda-tanda infeksi.A : By. Ny. “E” NCB Umur 2 hari dengan caput succedaneum. Tujuan tercapai sebagian.P : Intervensi dilanjutkan :1) Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.2) Ganti popok yang basah karena BAK dan BAB bayi dengan segera.3) Letakkan bayi di bawah lampu pemanas 60 watt dengan jarak minimum 60 cm dari bayi.4) Observasi TTV setiap 6 jam5) Anjurkan ibu untuk segera menyusui 2 – 3 jam sekali atau sesering mungkin.

BAB IVPEMBAHASAN

Pembahasan merupakan bagian dari studi kasus yang membahas tentang beberapa kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus sehingga dari kesenjangan itu dapat dicari pemecahan masalah untuk memperbaiki dan meningkatkan asuhan kebidanan.Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada By. Ny. " E " NCB umur 6 jam dengan caput succedaneum di ruang neonatus RSD Mardi Waluyo Blitar.

4.1 Pengkajian DataPengkajian dan pengumpulan data merupakan awal untuk mendapatkan data klien berupa data subyektif maupun obyektif ditunjang dengan pemeriksaan penunjang bila dibutuhkan. Dimana pengertian caput succedaneum sendiri adalah terjadinya edema di bawah

Page 8: Tin A

kulit kepala bayi sebagai akibat pengeluaran cairan serum dari pembuluh darah. Saat melakukan pengkajian, dengan inspeksi ditemukan adanya benjolan pada kepala bayi dan dengan palpasi ditemukan adanya perabaan benjolan lunak melewati garis sutura pada kepala bayi. Jadi tidak ada kesenjangan antara tinjauan kasus dan tinjauan teori.

4.2 Identifikasi Diagnosa, Masalah Dan KebutuhanPada teori didapatkan satu diagnosa kebidanan yaitu NCB umur 6 jam dengan caput succedaneum dan dalam tinjauan teori terdapat penatalaksanaan bayi dengan caput succedaneum. Dan pada kenyataanya klien tidak mengalami masalah. Jadi tidak ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus.

4.3 Antisipasi Masalah PotensialPada langkah ini secara teori tidak terdapat komplikasi atau bahaya dari caput succedaneum hanya keluarga diharapkan tidak khawatir akan keadaan bayinya karena caput succedaneum akan menghilang dalam waktu 2-5 hari. Pada kasus ini tidak ada antisipasi masalah potensial dikarenakan tindakan pada caput succedaneum tidak diperlukan pengobatan. Sehingga tidak terjadi kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus.

4.4 Identifikasi Kebutuhan SegeraPada tinjauan pustaka dan tinjauan kasus tidak ditemukan adanya kesenjangan karena pada caput succedaneum tidak perlu pengobatan hanya ASI tetap diberikan. Selain itu klien telah mendapatkan informasi tentang keadaan yang terjadi pada bayinya yaitu dengan caput succedaneum. Sehingga tidak ada kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus.

4.5 IntervensiPada langkah ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus karena perencanaan asuhan kebidanan yang disusun telah disesuaikan dengan yang ditemukan penulis. Dimana perencanaan pada tinjauan kasus tidak jauh berbeda dengan tinjauan pustaka yaitu Lakukan bina hubungan saling percaya pada ibu dan keluarga klien, cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan, ganti popok yang basah karena BAK dan BAB bayi dengan segera, observasi TTV setiap 6 jam, letakkan bayi di bawah lampu pemanas 60 watt dengan jarak minimum 60 cm dari bayi, pelihara peralatan individual dan bahan-bahan persediaan untuk setiap bayi, pantau petugas, orang tua dan pengunjung terhadap penyakit, batasi kontak dengan bayi secara tepat, ajarkan teknik pencucian tangan yang tepat sebelum memegang bayi kepada orang tua dan sibling dengan menggunakan sabun desinfektan dan membilasnya di bawah air mengalir, gambarkan pada orang tua rasional yang tepat dari tindakan-tindakan yang diambil untuk mencegah cedera, anjurkan ibu untuk segera menyusui 2 – 3 jam sekali atau sesering mungkin, instruksikan orang tua berkenaan dengan posisi bayi baru lahir setelah pemberian makan. Perhatikan reflek gag bayi, ajarkan ibu tentang perawatan tali pusat dengan benar, diskusikan perilaku bayi baru lahir setelah periode pertama dan selama periode reaktivitas kedua.Sehingga tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus.

4.6 ImplementasiPada tahap implementasi penulis dapat melaksanakan asuhan kebidanan sesuai tujuan, kriteria dan waktu yang telah ditentukan dalam mengintervensi yang telah disusun, didukung oleh hubungan antara penulis sebagai petugas, klien, sarana dan prasarana. Jadi implementasi merupakan tindakan yang nyata yang dilakukan pada klien secara komprehensif dengan melihat kondisi klien dengan caput succedaneum. Sehingga tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus.

4.7 EvaluasiMerupakan penilaian dari pelaksanaan sesuai dengan kriteria hasil dan alokasi waktu yang telah ditentukan. Keberhasilan evaluasi bergantung pada kerjasama antara pasien, keluarga, petugas serta sarana dan prasarana yang tersedia, juga penatalaksanaan asuhan kebidanan yang sesuai dengan standar kebidanan. Pada evaluasi didapatkan NCB umur 2 hari dengan caput succedaneum. Keadaan umum baik, BB : 3.350 gr, TTV ; Suhu : 36,7oC, Nadi : 140 x / mnt, RR : 40 x / mnt, antropometri ; MO : 38 cm, SOB : 35 cm, FO : 36 cm, injeksi HB uniject dipaha kiri, tangis kuat, reflek rooting : baik, reflek suckling : baik, reflek swallowing : baik, inspeksi kepala : benjolan caput succedaneum berkurang, palpasi kepala : teraba benjolan caput succedaneum mengecil, integumen, warna kulit kemerahan, abdomen : tali pusat basah dan belum lepas, tidak bau, tidak ada tanda-tanda infeksi.

5.1 KesimpulanSetelah penulis menyelesaikan asuhan kebidanan pada By. Ny. “E” usia 6 jam di Ruang Neonatus RSD Mardi Waluyo Blitar, maka penulis menarik kesimpulan dalam pengkajian ibu mengatakan telah melahirkan anak pertama dengan berat badan 3300 gram, panjang badan 50 cm, jenis kelamin perempuan , S : 36,8oC, nadi 140x/ menit, pernafasan 40 x/ menit, reflek moro, suckling, babynski, tonick neck reflek dan graps reflek kuat. Inspeksi dan palpasi terdapat benjolan pada belakang kepala. Setelah dilakukan pemeriksaan dapat ditarik diagnosa By. Ny. “E” NCB Umur 6 Jam dengan caput succedaneum.Dalam kasus ini tidak ada antisipasi masalah potensial sehingga identifikasi kebutuhan segera tidak ditemukan. Rencana yang ditentukan pada kasus ini sesuai dengan perencanaan pada tinjauan kasus dimana pada penatalaksaan caput succedaneum ini seperti pada perawatan bayi normal lainnya hanya saat pemberian ASI dan tindakan lainnya bayi tidak boleh sering diangkat.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Lahan PraktekPerkembangan ilmu pengetahuan dn teknologi mendorong beberapa teknis medik kesehatan menurut peran setiap petugas kesehatan untuk memperluas wawasan dan mempertinggi keterampilan guna diterapkan pada bayi dengan caput succedaneum. 5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Page 9: Tin A

Dalam pemberian asuhan kebidanan memerlukan berbagai sumber kepustakaan. Untuk menambah pengetahuan dan materi tentang asuhan kebidanan pada bayi dengan caput succedaneum.