15
1 Nama : Yustia Yulianti NIM : A24120103 Kelas paralel : Kamis 2 Kelompok : 2 Topik Penelitian : Mikropropagasi Anggrek Phalaenopsis MIKROPROPAGASI TANAMAN ANGGREK BULAN MELALUI BEBERAPA KONSENTRASI AIR KELAPA DAN BAP SECARA IN VITRO PENDAHULUAN Latar Belakang Budaya menggunakan tanaman hias dan bunga bagi tujuan kesenangan dan usaha komersial, pada mulanya hanya masyarakat di negara-negara maju yang pada akhirnya meluas hampir ke seluruh dunia. Salah satu jenis tanaman hias penting di dunia adalah anggrek. Terdapat lebih dari 30.000 spesies anggrek, yang mencakup 660 genera, dengan 75.000 hibrida terdaftar. Potensi plasma nutfah anggrek di Indonesia diperkirakan lebih dari 5.000 jenis. Di antara jenis anggrek yang terdapat di Indonesia, anggrek bulan (Phalaenopsis sp.) merupakan salah satu anggrek kebanggan nasional. Anggrek bulan dari spesies Phalaenopsis amabilis resmi dinobatkan sebagai bunga nasional, dengan sebutan Puspa Pesona. Anggrek tersebut memiliki ciri khas bunga berwarna putih bersih dengan lidah kuning keemasan (Rukmana, 2000). Penyediaan bibit anggrek bulan selama ini dilakukan secara konvensional. Hal tersebut membuat produksi tanaman anggrek sedikit karena penyediaan bibit secara konvensional melakukan perkecambahan secara alami yang memiliki persentase hidup biji anggrek rendah dan pertumbuhan vegetatif yang panjang sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama. Menurut Yogie (2008) produsen anggrek belum mampu memenuhi permintaan terhadap anggrek yang terus meningkat, sehingga diperlukan adanya suatu teknologi yang bisa membuat tanaman anggrek bisa diperbanyak dalam waktu yang relatif cepat dengan hasil

Tiket Masuk Tpijhg

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gysa

Citation preview

Page 1: Tiket Masuk Tpijhg

1

Nama : Yustia YuliantiNIM : A24120103Kelas paralel : Kamis 2Kelompok : 2

Topik Penelitian : Mikropropagasi Anggrek Phalaenopsis

MIKROPROPAGASI TANAMAN ANGGREK BULAN MELALUI BEBERAPA KONSENTRASI AIR KELAPA DAN BAP SECARA IN VITRO

PENDAHULUANLatar Belakang

Budaya menggunakan tanaman hias dan bunga bagi tujuan kesenangan dan usaha komersial, pada mulanya hanya masyarakat di negara-negara maju yang pada akhirnya meluas hampir ke seluruh dunia. Salah satu jenis tanaman hias penting di dunia adalah anggrek. Terdapat lebih dari 30.000 spesies anggrek, yang mencakup 660 genera, dengan 75.000 hibrida terdaftar. Potensi plasma nutfah anggrek di Indonesia diperkirakan lebih dari 5.000 jenis. Di antara jenis anggrek yang terdapat di Indonesia, anggrek bulan (Phalaenopsis sp.) merupakan salah satu anggrek kebanggan nasional. Anggrek bulan dari spesies Phalaenopsis amabilis resmi dinobatkan sebagai bunga nasional, dengan sebutan Puspa Pesona. Anggrek tersebut memiliki ciri khas bunga berwarna putih bersih dengan lidah kuning keemasan (Rukmana, 2000).

Penyediaan bibit anggrek bulan selama ini dilakukan secara konvensional. Hal tersebut membuat produksi tanaman anggrek sedikit karena penyediaan bibit secara konvensional melakukan perkecambahan secara alami yang memiliki persentase hidup biji anggrek rendah dan pertumbuhan vegetatif yang panjang sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama. Menurut Yogie (2008) produsen anggrek belum mampu memenuhi permintaan terhadap anggrek yang terus meningkat, sehingga diperlukan adanya suatu teknologi yang bisa membuat tanaman anggrek bisa diperbanyak dalam waktu yang relatif cepat dengan hasil yang seragam agar bisa memenuhi permintaan masyarakat terhadap anggrek.

Salah satu teknik yang bisa dilakukan adalah dengan teknik kultur in vitro. Kultur in vitro merupakan salah satu metode untuk melakukan perbanyakan tanaman pada kondisi yang aseptik. Perbanyakan tanaman secara in vitro pada anggrek dilakukan dengan metode pembentukan tunas aksilar dan tunas adventif. Aplikasi pembentukan tunas aksilar pada perbanyakan tanaman secara in vitro dapat menghasilkan tanaman baru yang identik dengan induknya (true-to-type) pada persentase yang sangat tinggi. Sedangkan aplikasi pembentukan adventif menghasilkan tanaman baru dengan persentase true-to-type yang lebih rendah (Winarto, 2014).

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan perbanyakan tanaman secara in vitro adalah media dan lingkungan. Komposisi media buatan yang digunakan sangat menentukan pertumbuhan planlet anggrek dalam botol. Menurut Agriani (2010) khusus perbanyakan anggrek secara kultur jaringan, jenis media yang sering

Page 2: Tiket Masuk Tpijhg

2

digunakan ialah media Knudson C. Media tersebut dapat dimodifikasi dengan penambahan air kelapa yang merupakan salah satu bahan organik yang dibutuhkan oleh eksplan anggrek dan ZPT sistetik berupa BAP (Benzyl Amino Purine). Air kelapa merupakan ZPT alami yang banyak digunakan dalam perbanyakan in vitro berbagai tanaman hias diantaranya anggrek karena memiliki sitokonin (Kristina dan Syahid, 2012). Sitokinin yang dapat ditemukan dalam air kelapa mempunyai peran yang hampir sama dengan auksin, yaitu pembelahan sel dan pembentukan tunas aksilar.

Tujuan PenelitianMenganalisis pengaruh kombinasi zat pengatur tumbuh air kelapa dan BAP

terhadap mikropropagasi tanaman anggrek bulan Phalaenopsis sp. dalam kultur in vitro.

Hipotesis• Terdapat pengaruh konsentrasi air kelapa terhadap pertumbuhan planlet

anggrek.• Terdapat pengaruh konsentrasi BAP terhadap pertumbuhan planlet anggrek.• Terdapat interaksi antara konsentrasi air kelapa dengan konsentrasi BAP

terhadap pertumbuhan planlet anggrek.

Page 3: Tiket Masuk Tpijhg

3

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Anggrek PhalaenopsisSentrum utama asal tanaman anggrek bulan ditemukan di kawasan Asia

tropik, terutama Indonesia, Filipina, dan Malaysia. Penyebaran tanaman anggrek bulan sudah meluas ke daerah sub-tropis. Susunan tubuh tanaman anggrek bulan terdiri atas akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji. Tanaman anggrek bersifat epifit. Tanaman epifit ditandai dengan karakter pertumbuhannya yang melekat pada permukaan kulit pohon, dengan seluruh bagian tumbuhan (akar, batang, daun) berada di udara. Akar tanaman anggrek bulan terdiri atas dua macam, yaitu akar lekat dan akar udara. Akar lekat yang berfungsi untuk melekatkan dan menahan keseluruhan tanaman agar tetap berada pada posisinya. Akar udara berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena memiliki kemampuan menyerap unsur hara. Batang tanaman anggrek bulan berukuran pendek, bahkan terkadang tidak tamapak karena tertutup oleh pelepah daun. Daun berbentuk lanset dengan panjang antara 20-30 cm dan lebar 3 cm-12 cm, dan berdaging tebal (Rukmana, 2000).

Pertumbuhan tanaman anggrek tergolong dalam tipe simpodial, yaitu memiliki tipe pertumbuhan ujung batang ke satu arah (ke atas) dan terbatas. Tipe pertumbuhan bunganya adalah pleurentei yang berarti karang bunganya (inflorescentia) tumbuh dari pangkal atau samping batang. Bunga tersusun dalam rangkaian yang berbentuk tandan bercabang. Tangkai bunga berukuran panjang antara 15 cm - 100 cm. Ciri khas bunga nggrek bulan adalah memiliki 3 sepal daun bunga (calyx), 3 petal daun mahkota bunga (corolla), dan 1 gynostenium (putik dan benang sari bersatu). Bunga anggrek bulan mekar secara bertahap mulai dari bagian pangkal hingga ujung tandan. Periode mekar bunga berlangsung antara 7-30 hari (Rukmana, 2000).

Mikropropagasi TanamanMikropropagasi merupakan suatu bentuk aplikasi teknik kultur jaringan yang

bertujuan untu perbanayak tanaman.Teknik mikropropagasi dimulai dari bagian tanaman yang terorganisasi, selanjutnya proses kultur dengan memelihara organisasi jaringan ini dengan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya ke arah penggandaan dan regenerasi tanaman lengkap. Sejak pengambilan eksplan sampai dihasilkannya tanaman baru, proses mikropropagasi melibatkan sebagian atau keseluruhan tahapan seperti pemilihan bahan tanaman yang sesuai, kultur aseptik, penggandaan pucul, pemanjangan pucuk, pembentukan akar, dan penanaman pada kondisi in vivo (Zulkarnain, 2009).

Perkembangan Teknik Kultur JaringanPerkembangan teknik kultur jaringan dimulai ketika Schwan dan Schleiden

mengemukakan teori totipotensi yang menyatakan bahwa sel-sel bersifat otonom, dan pada prinsipnya mampu beregenerasi menjadi tanaman lengkap. Keberhasilan aplikasi teknik kultur jaringan sebagai sarana perbanyakan tanaman secara vegetatif pertama kali dilaporkan oleh White pada tahun 1934, yaitu melalui kultur akar

Page 4: Tiket Masuk Tpijhg

4

tanaman tomat. Setelah Perang Dunia II, perkembangan teknik kultur jaringan sangat cepat, dan menghasilkan berbagai penelitian yang memiliki arti penting bagi dunia pertanian, kehutanan, dan hortikultura yang telah dipublikasikan. Sejak tahun 1980 sampai sekarang, teknik kultur jaringan tanaman sudah berkembang sangat pesat di seluruh penjuru dunia sehingga sulit untuk dipantau. Banyak terobosan yang memiliki nilai komersial tinggi yang diciptakan oleh institusi-institusi riset pada berbagai perusahaan besar (Zulkarnain, 2009).

Prinsip Dasar Teknik Kultur JaringanPrinsip dasar kultur jaringan bersandar pada teori sel dari Schwan dan

Schleiden pada tahun 1834. Teori sel atau yang lebih dikenal dengan teori totipotensi menyatakan bahwa setiap sel tanaman hidup mempunyai informasi genetik dan perangkat fisiologis yang lengkap untuk dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh jika kondisinya sesuai. Sel-sel tersebut merupakan kesatuan biologis terkecil yang mempunyai kemampuan untuk mengadakan berbagai aktivitas hidup seperti metabolisme, reproduksi, pertumbuhan, dan beregenerasi. Orang pertama yang membuktikan teori totipotensi sel adalah Heberlant pada tahun 1902. Penelitian tersebut didasari oleh teori sel dan pemikiran bahwa setiap sel tumbuhan di dalam medium dan lingkungan yang cocok pada hakikatnya mampu mengadakan regenerasi membentuk organ yang sama atau membentuk organisme serupa (Sandra, 2012).

Kultur Jaringan pada Tanaman AnggrekMorel melakukan percobaan pada tahun 1960 dengan mencoba mendapatkan

tanaman Cymbidium yang bebas virus dari salah satu tanaman induk yang terserang virus, dengan cara menanam bagian pucuk tanaman yang angat kecil yaitu kurang lebih 0.1 mm, daerah tersebut disebut meristem. Percobaan Morel tersebut dilakukan berdasarkan informasi dari Limmaset dan Convert yang mendapatkan bahwa ujung-ujung tanaman tidak mengandung virus. Kultur meristem Morel ternyata tumbuh dan berkembang menjadi tanaman kecil-kecil yang banyak sekali. Morel memproyeksikan sejumlah empat juta anggrek dapat diperoleh dalam setahun berdasarkan kecepatan perkembangannya. Sejak saat itu berbagai percobaan pada bermacam-macam anggrek telah dilakukan. Beberapa nursery dan grower kemudian menerapkan metode ini untuk memperoleh klon-klon anggrek yang sangat ekslusif (Gunawan, 1998).

Menurut Lestari (2008), kultur jaringan pada tanaman anggrek dimulai dalam rangka untuk memperbanyak tanaman dari biji hasil persilangan. Kultur jaringan anggrek telah dilakukan secara intensif dalam bentuk home industry di Kabupaten Malang dengan menggunakan alat yang sederhana sehingga terbentuk "Kelompok Pengkultur Bibit Anggrek". Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan sel pada metode kultur jaringan di antaranya sumber eksplan, media, hormon, zat pengatur tumbuh (ZPT), dan lingkungan fisik kultur jaringan (Sandra, 2012). Perbanyakan anggrek melalui kultur jaringan selama ini dilakukan dengan menggunakan eksplan biji hasil persilangan. Dalam satu botol kultur dapat dihasilkan ratusan planlet siap tanam. Penggunaan mutagen fisik seperti sinar gamma

Page 5: Tiket Masuk Tpijhg

5

mempunyai peluang sangat besar untuk menghasilkan mutan-mutan baru dengan warna, bentuk, serta ukuran bunga sehingga lebih menarik (Lestari, 2008).

Bahan yang digunakan untuk kultur jaringan merupakan jaringan yang di perkirakan dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman, jaringan yang sedang aktif pertumbuhannya yang mempengaruhi pertumbuhan sel, dengan sendirinya mempengaruhi pertumbuhan. Bahan yang diambil perlu dijaga sterilitasnya. Gagal tidaknya kultur jaringan terutama terletak pada gagal tidaknya menjaga sterilitas. Bahan yang baik adalah bahan yang diambil semuda mungkin. Media merupakan senyawa-senyawa anorganik maupun senyawa-senyawa organik yang dipergunakan untuk pertumbuhan tanaman dengan syarat-syarat tertentu. Dalam pembuatan media yang perlu mendapat perhatian adalah unsur-unsur makro, unsur-unsur mikro, suplemen, dan zat pengatur tumbuh (Soeryowinoto dan Moeso, 1977).

Menurut Agriani (2010) khusus perbanyakan anggrek secara kultur jaringan, jenis media yang sering digunakan ialah media Knudson C. Modifikasi media kultur dengan penambahan bahan organik mampu meningkatkan viabilitas anggrek dibandingkan anggrek hasil dari alam. Bahan organik yang dapat ditambahkan kedalam media kultur adalah air kelapa. Air kelapa merupakan ZPT alami yang banyak digunakan dalam perbanyakan in vitro berbagai tanaman hias diantaranya anggrek karena memiliki sitokonin (Kristina dan Syahid, 2012). Sitokinin yang dapat ditemukan dalam air kelapa mempunyai peran yang hampir sama dengan auksin, yaitu pembelahan sel dan pembentukan tunas aksilar.

Mnurut Erfa et al (2012), secara umum penambahan air kelapa pada media sub kultur pertama protokorm anggrek Phalaenopsis menghasilkan pertumbuhan seedling yang lebih baik. Semakin tinggi konsentrasi air kelapa yang ditambahkan (150-225 ml L-1), menyebabkan pertumbuhan tinggi seedling makin baik. Hal tersebut sesuai dengan yang diperoleh Widiasteoty (1997) bahwa penambhan air kelapa sebanyak 1590 mg L-1 pada media dapat mendorong pertumbuhan tinggi, panjang dan lebar daun, serta panjang dan jumlah akar planlet anggrek Dendrobium sp..

Menurut Rismunandar (1999) zat pengatur tumbuh eksogen yang dapat digunakan untuk mendorong tumbuhnya tunas adventif adalah sitokinin, dengan jenis yang sering dipakai adalah BAP (Benzyl Amino Purine). Sitokinin seperti kinetin, 2-IP dan BAP pada konsentrasi 0.1-10 mg L-1 aktif dalam pembentukan tunas adventif tetapi menghambat pembentukan akar. BAP sebagai salah satu anggota golongan sitokinin bersama-sama dengan auksin akan mendorong pembelahan sel dan berinteraksi dengan auksin dalam menentukan arah terjadinya diferensiasi sel (Kusumo, 1984).

Page 6: Tiket Masuk Tpijhg

6

METODE PENELITIAN

Tempat dan WaktuPenelitian ini mulai dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Departemen

Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Juni 2016.

Bahan dan AlatBahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah tangkai bunga

anggrek Phalaenopsis sp.. Bahan lain yang digunakan adalah media dasar Murashige-Skoog (MS), agar-agar, gula, aquades steril, zat pengatur tumbuh berupa air kelapa dan BAP. Bahan untuk sterilisasi tanaman menggunakan Dithane, Agrept, alkohol 70%, Clorox (5.25%) dengan konsentrasi 10% dan 30%, dan aquades steril.

Peralatan yang digunakan adalah pH meter, timbangan analitik, erlenmeyer, pipet, gelas ukur, hand sprayer, autoklaf, Laminar Airflow Cabinet (LAC), lampu spirtus, alat tanam, botol kultur, plastik wrap, shaker, dan rak kultur.

Prosedur Percobaan

Persiapan BahanTangkai bunga anggrek Phalaenopsis sp. diperoleh dari Rumah Angle Kebun

Percobaan IPB Leuwikopo, Darmaga, Bogor. Tangkai bunga segera disterilisasi di laboratorium dengan menggunakan Natrium hipoclorit. Air kelapa diperoleh dari buah kelapa yang masih muda yang kemudian disaring dan disimpan didalam lemari es selama satu malam. Air kelapa kemudian ditambahkan ke dalam media MS sebanyak yang dibutuhkan untuk perlakuan.

Sterilisasi Botol dan Alat TanamAlat-alat yang digunakan untuk penanaman harus dalam keadaan steril. Botol

kultur dan alat tanam (scalpel, pinset, cawan petri, dan gunting) dicuci terlebih dahulu, setelah itu dikeringkan. Peralatan yang telah dikeringkan tadi dibungkus dengan kertas lalu disterilisasi dengan autoklaf dalam suhu 121 0C selama satu jam dengan tekanan 17.5 psi (pound per square inch).

Pembuatan MediaMedia dibuat dengan mencampur larutan stok A hingga E, Fe, vitamin, Myo-

inositol, dan gula. Campuran stok tersebut dicampur dengan air kelapa yang telah disaring dan BAP (Benzyl Adenin Purin) sesuai dengan perlakuan, kemudian ditambahkan air aquades hingga volume menjadi satu liter. Setelah itu HCl 1 N juga ditambahkan ke dalam larutan tersebut hingga mencapai pH 5.9. Larutan dimasukkan ke dalam panci yang ditambahkan gula sebanyak 30 g L-1 dan agar-agar sebanyak 7 g L-1, aduk dan didihkan. Setelah mendidih, larutan dituang kedalam botol kultur yang telah disterilisasi sebelumnya sebanyak 25 ml. Botol kultur ditutup dengan plastik dan diikat dengan karet gelang serta diberi label. Botol yang telah terisi media disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121 0C dengan tekanan 17.5 psi selama 30

Page 7: Tiket Masuk Tpijhg

7

menit. Setelah sterilisasi, media disimpan selama 3-6 hari dalam ruang penyimpanan untuk melihat ada tidaknya kontaminasi.

Sterilisasi dan Penanaman Bahan TanamSterilisasi bahan tanam dilakukan di dua tempat, yaitu di luar laminar dan di

dalam laminar. Tangkai bunga yang diperoleh di lapang dicuci hingga bersih menggunakan air aquades. Tangkai bunga direndam dalam Streptomisin sulfat dari agrept dan Mankozeb dari dithane kurang lebih selama tiga jam. Sterilisasi di dalam laminar dilakukan dengan membilas bahan tanaman dengan aquades steril sebanyak dua kali. Bahan tanaman direndam ke dalam clorox 30% dan dikocok menggunakan shaker selama 30 menit, setelah itu dibilas satu kali. Bahan tanaman direndam kembali ke dalam clorox 10% dan dikocok selama 10 menit. Bahan tanaman dibilas dua kali menggunakan aquades steril untuk menghilangkan sisa clorox yang menempel, kemudian bahan tanaman ditiriskan dan dipotong di cawan petri, setelah itu ditanam ke dalam media, masing-masing satu potongan per botol.

Subkultur EksplanKultur eksplan dilakukan di dalam laminar yang telah disterilkan dengan

alkohol 70%. Sebelum kegiatan penanaman dilakukan, peralatan yang akan dimasukkan ke dalam laminar harus disemprot terlebih dahulu dengan alkohol 70%. Gunting dan pinset yang digunakan untuk memindahkan bahan tanaman dibakar dahulu kemudian diletakkan pada cawan petri. Eksplan yang digunakan adalah potongan tangkai bunga anggrek Phalenopsis sp. dengan panjang 0.5 cm. Tangkai bunga yang telah dipotong dikeluarkan dari botol kultur kemudian diletakan pada cawan petri. Eksplan kemudian ditanam pada media yang telah diberi penambah zat pengatur tumbuh sesuai dengan perlakuan dan setiap botol kultur terdapat satu eksplan. Setelah eksplan ditanam, botol ditutup dengan plastik dan diikat rapat menggunakan karet gelang serta plastik wrap. Botol kultur siap dipindah ke ruang kultur.

PengamatanPeubah yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, saat

terbentuk tunas, jumlah tunas, jumlah tunas berakar, dan jumlah daun. Kegiatan pengamatan dilakukan pada saat planlet berumur 1 MST hingga 12 MST.

• Tinggi tanamanTinggi tanaman diukur mulai dari 1 MST hingga 12 MST. Proses

pengukuran menggunakan penggaris yang ditempel pada dinding botol kultur, dimana tanaman tidak dikeluarkan dari botol kultur. Pengukuran dimulai dari batas atas media hingga permukaan atas tanaman.

• Saat terbentuk tunasTerbentuknya tunas diamati pada MST berapa planlet bertunas.

• Jumlah tunasJumlah tunas dihitung mulai dari tunas yang telah terbentuk muncul

pertama kali. Jumlah tunas dihitung setiap minggu hingga 12 MST.

Page 8: Tiket Masuk Tpijhg

8

• Jumlah tunas berakarJumlah tunas yang berakar dihitung dari akar yang telah tumbuh

pertama kali. Jumlah tunas yang berakar dihitung setiap minggu hingga 12 MST.

• Jumlah daunJumlah daun dihitung mulai dari daun yang telah terbuka penuh

muncul pertama kali. Jumlah daun dihitung setiap minggu hingga 12 MST.

Rancangan PercobaanRancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

faktorial dengan dua faktor yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap. Faktor pertama adalah pemberian air kelapa dengan 4 taraf konsentrasi yaitu 0 ml L -1 (A0); 25 ml L-1 (A1); 50 ml L-1 (A2); dan 75 ml L-1 (A3). Faktor kedua adalah pemberian BAP dengan 4 taraf konsentrasi 0 mg L-1 (B0) ; 0.5 mg L-1 (B1) ; 2.5 mg L-1(B2) ; 5 mg L-1(B3). Kombinasi dua faktor tersebut akan menghasilkan 16 perlakuan yang masing-masing diulang sebanyak 5 kali, sehingga terdapat 80 satuan percobaan. Setiap ulangan terdiri dari satu botol yang berisi satu eksplan.

Model aditif linier yang digunakan adalah :Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk

Dimana :Yijk : Nilai pengamatan pada konsentrasi air kelapa ke-i, konsentrasi BAP

ke-j, dan ulangan ke-k.µ : Rataan umum.αi : Pengaruh utama konsentrasi air kelapa ke-i .

βj : Pengaruh utama konsentrasi BAP ke-j.(αβ)ij : Interaksi dari konsentrasi air kelapa ke-i dan konsentrasi BAP ke-j.εijk : Pengaeuh galat percobaan yang menyebar normal (0,σ) pada konsentrasi

air kelapa ke-I, konsentrasi BAP ke-j, dan ulangan ke-k.i : 1, 2, 3, 4j : 1, 2, 3, 4k : 1, 2, 3, 4, 5

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan sidik ragam. Jika perlakuan berpengaruh nyata, maka akan dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT taraf 5%.

Page 9: Tiket Masuk Tpijhg

9

Jadwal Pertanaman

Bulan1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan 7 Bulan 8

Persiapan Bahan

Sterilisasi Botol dan

Alat Tanam

Pembuatan Media

Sterilisasi dan

Penanaman Bahan

Tanam

Subkultur Eksplan

Pengamatan

Pengolahan Data

Penulisan Skripsi

Layout Percobaan

A1B1 A0B2 A1B3 A2B1 A1B2 A2B1 A2B0 A0B3

A2B2 A3B2 A3B0 A1B2 A3B1 A0B2 A0B0 A2B1

A3B3 A0B1 A0B0 A2B2 A0B2 A3B2 A1B2 A1B0

A1B3 A1B1 A2B0 A1B3 A3B3 A2B3 A2B2 A0B0

A1B2 A0B1 A0B3 A3B2 A3B0 A3B1 A3B2 A2B2

A1B1 A3B2 A2B1 A0B2 A3B3 A2B1 A2B3 A0B3

A2B0 A0B3 A0B0 A1B1 A1B0 A3B1 A1B0 A3B0

A0B1 A1B3 A1B2 A0B0 A0B2 A1B3 A3B3 A2B3

A1B0 A2B0 A1B0 A3B1 A3B0 A2B3 A3B0 A2B2

A0B1 A1B1 A3B1 A0B3 A0B1 A2B0 A2B3 A3B3

Keterangan :A : Air kelapaB : BAP

Page 10: Tiket Masuk Tpijhg

10

DAFTAR PUSTAKA

Agriani, S.M. 2010. Pengaruh konsentrasi ekstrak ubi jalar dan emulsi Ikan terhadappertumbuhan plb anggrek persilangan Phalaenopsis pinlong cinderella xvanda tricolor pada media Knudson C. Skripsi. Surakarta. UniversitasSebelas Maret.

Erfa, L., Ferziana, dan Yuriansyah. 2012. Pengaruh formulasi media dan konsentrasiair kelapaterhadap pertumbuhan protokorm anggrek Phalaenopsis in vitro.Jurnal. Penelitian Pertanian Terapan. 12(3):169-174.

Gunawan, L.W. 1998. Budidaya Anggrek. PT Penebar Swadaya. Bogor, Indonesia.Kristina dan Syahid. 2012. Pengaruh air kelapa terhadap multiplikasi tunas in vitro,

produksi rimpang, dan kandungan xanthorrizhol temulawak di lapangan. Jurnal. Litri. 18(3): 125-134.

Kusumo, S. 1984. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. CV Yasaguna. Jakarta, Indonesia.Lestari, E.G. 2008. Kultur Jaringan. AkaDemiA. Bogor, Indonesia.Rismunandar. 1999. Hormon Tanaman dan Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta,

Indonesia.Rukmana, R. 2000. Anggrek Bulan. Kanisius. Yogyakarta, Indonesia.Sandra, E. 2012. Cara Mudah Memahami dan Menguasai Kultur Jaringan Skala

Rumah Tangga. IPB Press. Bogor, Indonesia.Soeryowinoto, S.M dan M. Soeryowinoto. 1977. Perbanyakan Vegetatif pada

Anggrek. Kanisius. YogyakartA, Indonesia.Widiastoety, D., S. Kusumo, dan Syafni. 1997. Pengaruh tingkat ketuaan air kelapa

dan jenis kelapa terhadap pertumbuhan planlet anggrek Dendrobium. Jurnal. Hortikultura 7(3):768-772.

Winarto B. 2014. Perbanyakan Tanaman Hias Secara In Vitro. Pusat Penelitian danPengembangan Hortikultura. Jakarta, Indonesia.

Yogie. 2008. Mengapa kita masih mengimpor bibit Anggrek.http://langitlangit.com/ [7 Maret 2015].

Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman. PT Bumi Aksara. Jakarta, Indonesia.