Upload
hendriawan-kurniadi
View
85
Download
8
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Pada umumnya, model dari dinding penahan tanah adalah dinding satu sisi, artinya ada dinding pada salah satu sisi model, dan ada boundary pada sisi lainnya. Pada kenyataannya, dinding di dunia nyata umumnya adalah dinding dua sisi, artinya ada dinding pada sisi kiri, dinding pada sisi kanan, dan backfill di antaranya. Pada penelitian ini, perilaku seismik dari dinding satu sisi, dan dinding dua sisi diamati. Model dari dinding penahan tanah yang mendapatkan beban seismik dimodelkan dengan menggunakan PLAXIS. Jenis dari dinding adalah modular block, tinggi dinding 6 m, dan digunakan perkuatan geogrid. Panjang dari geogrid adalah 0,7 H. Variabel bebas pada penelitian ini adalah frekuensi gempa, akselerasi gempa, elevasi titik pengamatan, dan jumlah sisi (satu atau dua). Variabel terikat adalah faktor amplifikasi (Am), dan frequency spectrum. Dapat disimpulkan bahwa frekuensi gempa mempunyai pengaruh yang besar terhadap respon amplifikasi dari sistem. Dari frequency spectrum, dapat disimpulkan pula bahwa perilaku dari dinding satu sisi, dan dinding dua sisi berbeda.Generally, models of earth retaining wall are single sided wall, it means that there is a wall on one side of the model, and there is a boundary on the other side of the model. In fact, there are a lot of double sided wall, it means that there is a wall on the left side of the model, a wall on the right side of the model, and backfill in between. In this research, the seismic behaviours of the one sided wall, and the two sided wall are observed. The models of the earth retaining wall that receive seismic loading are modeled using PLAXIS. The type of the walls are modular block, the height of the walls are 6 m, and geogrid reinforcements are used. The length of the geogrids are 0,7 H. The independent variables for this research are earthquake frequencies, earthquake accelerations, elevation of observation point, and number of side (one or two). The dependent variables are amplification factor (Am), and frequency spectrum. It can be infered that earthquake frequencies have big impact on the amplification responses of the walls. From frequency spectrum, it can be infered too that the behaviour of the one sided wall and behaviour of double sided wall are different.
Citation preview
UNIVERSITAS INDONESIA
RESPON SEISMIK MSE WALL SATU DAN DUA SISI
TESIS
HENDRIAWAN KURNIADI
0906630292
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
SEISMIC RESPONSES OF SINGLE AND DOUBLE SIDED
MSE WALL
THESIS
HENDRIAWAN KURNIADI
0906630292
CIVIL ENGINEERING DEPARTEMENT
FACULTY OF ENGINEERING
UNIVERSITY OF INDONESIA
DEPOK 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
RESPON SEISMIK MSE WALL SATU DAN DUA SISI
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master Teknik
HENDRIAWAN KURNIADI
0906630292
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2014
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
SEISMIC RESPONSES OF SINGLE AND DOUBLE SIDED
MSE WALL
THESIS
Proposed as one of the requirement to obtain a Master Degree
HENDRIAWAN KURNIADI
0906630292
CIVIL ENGINEERING DEPARTEMENT
FACULTY OF ENGINEERING
UNIVERSITY OF INDONESIA
DEPOK 2014
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
Nama : Hendriawan Kurniadi
NPM : 0906630292
Tanda Tangan :
Tanggal :
iv
STATEMENT OF AUTHENTICITY
I declare that this thesis is one of my own research,
and all of references either quoted or cited here
have been mentioned properly
Name : Hendriawan Kurniadi
Student ID : 0906630292
Signature :
Date :
v
HALAMAN PENGESAHAN
Tesis ini diajukan oleh:
Nama : Hendriawan Kurniadi
NPM : 0906630292
Program Studi : Teknik Sipil
Judul Tesis : Respon Seismik MSE Wall Satu dan Dua Sisi
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Master Teknik pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Indonesia
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : Ir. Widjojo A. Prakoso Ph.D ( )
Penguji : Erly Bahsan S.T., M.Kom. ( )
Penguji : Prof. Dr. Ir. Tommy Ilyas M.Eng. ( )
Penguji : Dr. Ir. Wiwik Rahayu DEA ( )
Ditetapkan di : Depok
Tanggal :
vi
STATEMENT OF LEGITIMATION
This thesis submitted by:
Name : Hendriawan Kurniadi
Student ID : 0906630292
Course : Civil Engineering
Title : Seismic Responses of Single and Double Sided MSE Wall
Has been succesfully defended in front of the Council Examiners and was
accepted as part of the requirement necessary to obtain a Master of
Engineering degree in Civil Engineering Program, Faculty of Engineering,
Universitas Indonesia.
BOARD EXAMINERS
Advisor : Ir. Widjojo A. Prakoso Ph.D ( )
Examiner : Erly Bahsan S.T., M.Kom. ( )
Examiner : Prof. Dr. Ir. Tommy Ilyas M.Eng. ( )
Examiner : Dr. Ir. Wiwik Rahayu DEA ( )
Defined in : Depok
Date :
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan thesis ini. Penulisan
thesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Master Teknik jurusan Teknk Sipil pada Fakultas Teknik Universitas
Indonesia. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, sangatlah
sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ir. Widjojo A. Prakoso Ph.D, selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penulisan thesis ini.
2. Para dosen di Kelompok Ilmu Geoteknik Departemen Teknik Sipil
Universitas Indonesia yang telah memberikan pengetahuan berharga
mengenai Bidang Ilmu Geoteknik.
3. Teman-teman Geoteknik UI yang telah manjadi rekan diskusi yang baik
selama penulisan skripsi ini.
4. Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Indonensia yang telah
memfasilitasi segala kepentingan dalam penulisan thesis ini.
5. Semua pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat
memberikan kontribusi positif dan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Depok, Juli 2014
Penulis
viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Hendriawan Kurniadi
NPM : 0906630292
Program Studi : Teknik Sipil
Departemen : Teknik Sipil
Fakultas : Teknik
Jenis Karya : Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
RESPON SEISMIK MSE WALL SATU DAN DUA SISI
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia bebas menyimpan, mengalih
media/formatkan mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan pemilih Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal :
Yang menyatakan
ix
STATEMENT OF AGREEMENT OF FINAL REPORT PUBLICATION
FOR ACADEMIC PURPOSES
As a civitas academica of University of Indonesia, the undersigned :
Name : Hendriawan Kurniadi
Student ID : 0906630292
Course : Civil Engineering
Departement : Civil Engineering
Faculty : Engineering
Type of work : Thesis
For the sake of science development, hereby agree to provide University of
Indonesia Non-exclusive Royalty Free Right for my scientific work entitled:
SEISMIC RESPONSES OF SINGLE AND DOUBLE SIDED MSE WALL
Together with the entire devices (if necessary). With Non-exclusive Royalty Free
Right, Universitas Indonesia has rights to store, convert, manage in the form of
database, keep, and publish my final report as long as list my name as the author
and copyright owner.
I certify that the above statement is true.
Signed at : Depok
Date :
The Declared,
x
ABSTRAK
Nama : Hendriawan Kurniadi
Program Studi : Teknik Sipil
Judul : Respon Seismik MSE Wall Satu dan Dua Sisi
Pada umumnya, model dari dinding penahan tanah adalah dinding satu sisi,
artinya ada dinding pada salah satu sisi model, dan ada boundary pada sisi
lainnya. Pada kenyataannya, dinding di dunia nyata umumnya adalah dinding dua
sisi, artinya ada dinding pada sisi kiri, dinding pada sisi kanan, dan backfill di
antaranya. Pada penelitian ini, perilaku seismik dari dinding satu sisi, dan dinding
dua sisi diamati. Model dari dinding penahan tanah yang mendapatkan beban
seismik dimodelkan dengan menggunakan PLAXIS. Jenis dari dinding adalah
modular block, tinggi dinding 6 m, dan digunakan perkuatan geogrid. Panjang
dari geogrid adalah 0,7 H. Variabel bebas pada penelitian ini adalah frekuensi
gempa, akselerasi gempa, elevasi titik pengamatan, dan jumlah sisi (satu atau
dua). Variabel terikat adalah faktor amplifikasi (Am), dan frequency spectrum.
Dapat disimpulkan bahwa frekuensi gempa mempunyai pengaruh yang besar
terhadap respon amplifikasi dari sistem. Dari frequency spectrum, dapat
disimpulkan pula bahwa perilaku dari dinding satu sisi, dan dinding dua sisi
berbeda.
kata kunci:
dinding penahan tanah, respon seismik, dinding dua sisi
xi
ABSTRACT
Name : Hendriawan Kurniadi
Study Program : Civil Engineering
Title : Seismic Responses of Single and Double Sided MSE Wall
Generally, models of earth retaining wall are single sided wall, it means that there
is a wall on one side of the model, and there is a boundary on the other side of the
model. In fact, there are a lot of double sided wall, it means that there is a wall on
the left side of the model, a wall on the right side of the model, and backfill in
between. In this research, the seismic behaviours of the one sided wall, and the
two sided wall are observed. The models of the earth retaining wall that receive
seismic loading are modeled using PLAXIS. The type of the walls are modular
block, the height of the walls are 6 m, and geogrid reinforcements are used. The
length of the geogrids are 0,7 H. The independent variables for this research are
earthquake frequencies, earthquake accelerations, elevation of observation point,
and number of side (one or two). The dependent variables are amplification factor
(Am), and frequency spectrum. It can be infered that earthquake frequencies have
big impact on the amplification responses of the walls. From frequency spectrum,
it can be infered too that the behaviour of the one sided wall and behaviour of
double sided wall are different.
key word:
earth retaining wall, seismic responses, two sided wall
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
TITLE PAGE ....................................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... iii
STATEMENT OF AUTHENTICITY ................................................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. v
STATEMENT OF LEGITIMATION .................................................................. vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............................ viii
STATEMENT OF AGREEMENT OF FINAL REPORT PUBLICATION FOR
ACADEMIC PURPOSES .................................................................................... ix
ABSTRAK ........................................................................................................... x
ABSTRACT ......................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xxv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.2. Batasan Penelitian .................................................................................. 4 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................... 4 1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 5
2.1. Pendahuluan ........................................................................................... 5 2.2. Penelitian Sebelumnya Terkait MSEW ................................................. 5 2.3. Pseudo-static .......................................................................................... 21 2.4. Displacement Based ............................................................................... 25 2.5. Numerical Method ................................................................................. 28 2.6. Penelitian oleh Kencana (2012) ............................................................. 30 2.7. Penelitian oleh Guler et al (2011) .......................................................... 37 2.8. Prediksi Frekuensi Natural Sistem ......................................................... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 42
3.1 Gambaran Umum Penelitian .................................................................. 42 3.2 Diagram Alir Penelitian ......................................................................... 43 3.3 Permodelan Dinding Satu Sisi ............................................................... 44 3.4 Validasi .................................................................................................. 59 3.5 Permodelan Dinding Dua Sisi ................................................................ 59 3.6 Analisa ................................................................................................... 60 3.7 Kesimpulan ............................................................................................ 60
BAB IV HASIL DAN ANALISA ...................................................................... 61
4.1 Validasi .................................................................................................. 61 4.2 Faktor Amplifikasi Dinding Satu Sisi dengan Natural Soil ................... 65 4.3 Faktor Amplifikasi Dinding Satu Sisi tanpa Natural Soil ..................... 73 4.4 Faktor Amplifikasi Dinding Dua Sisi ... ................................................. 81 4.5 Frequency Spectrum Dinding Satu Sisi tanpa Natural Soil ................... 97 4.6 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi .................................................. 110
xiii
4.7 Perbandingan Respon Seismik Dinding Satu Sisi dengan Respon Seismik Dinding Dua Sisi ...................................................................... 133
BAB V KESIMPULAN ..................................................................................... 148
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 149
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Potongan Mechanically Stabilized Earth Walls (MSEW) ............ 1
Gambar 1.2 Railway Embankment .................................................................. 2
Gambar 1.3 Road Embankment ....................................................................... 3
Gambar 2.1 Pseudo Static Approach ................................................................ 22
Gambar 2.2 Mononobe-Okabe Method ............................................................ 24
Gambar 2.3 Model MSEW yang Diuji dengan Alat Centrifuge ...................... 26
Gambar 2.4 Model Tiga Block Lateral Wall Displacement ............................ 27
Gambar 2.5 Lateral Displacement yang Terukur Terhadap Waktu ................. 27
Gambar 2.6 Perbandingan Hasil Analisa FLAC dengan Hasil Analisa Berbasis
FEM oleh Ho (1993) .................................................................... 29
Gambar 2.7 Grafik Am vs ag untuk Bagian Atas Dinding ................................ 30
Gambar 2.8 Grafik Am vs ag untuk Bagian Tengah Dinding ........................... 31
Gambar 2.9 Grafik Am vs ag untuk Bagian Bawah Dinding ............................ 31
Gambar 2.10 Perbandingan Trendline Am vs ag Bagian Atas, Tengah, dan
Bawah Dinding ............................................................................. 32
Gambar 2.11 Grafik z/H vs Am .............................................................................................................. 32
Gambar 2.12 Grafik Am vs ag dengan Variasi pada ........................................ 33
Gambar 2.13 Grafik Am vs ag dengan Variasi pada Initial Dr ............................ 34
Gambar 2.14 Grafik Am vs ag dengan Variasi pada Tult ........................................................ 34
Gambar 2.15 Grafik Am vs ag dengan Variasi pada Sv ...................................... 35
Gambar 2.16 Grafik Am vs ag dengan Variasi pada Frekuensi ........................... 35
Gambar 2.17 Grafik Am vs ag dengan Variasi pada Frekuensi ........................... 36
Gambar 2.18 Grafik Wall Elevation vs Horizontal Wall Displacement dengan
Variasi pada Kekakuan perkuatan ... ............................................. 38
xv
Gambar 2.19 Wall Elevation vs Reinforcement Tensile Load dengan Variasi
pada Kekakuan Perkuatan dan Jenis Pembebanan ....................... 39
Gambar 2.20 Wall Elevation vs Horizontal Wall Displacement dengan Variasi
pada Kekakuan Perkuatan dan Jenis Backfill ............................... 40
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ................................................................ 43
Gambar 3.2 Geometri Model Dinding satu sisi pada
Penelitian Guler et al (2011) ... ...................................................... 44
Gambar 3.3 Geometri Model Dinding satu sisi
(tanpa natural soil) pada Penelitian Ini ......................................... 45
Gambar 3.4 Geometri Model Dinding satu sisi
(dengan natural soil) pada Penelitian Ini ..................................... 45
Gambar 3.5 Modular Block Faced Retaining Wall .......................................... 46
Gambar 3.6 Akselerogram dengan Akselerasi Puncak 0,1 g dan Frekuensi
1 Hz .............................................................................................. 50
Gambar 3.7 Akselerogram dengan Akselerasi Puncak 0,2 g dan Frekuensi
1 Hz .............................................................................................. 51
Gambar 3.8 Akselerogram dengan Akselerasi Puncak 0,3 g dan Frekuensi
1 Hz .............................................................................................. 51
Gambar 3.9 Akselerogram dengan Akselerasi Puncak 0,5 g dan Frekuensi
1 Hz .............................................................................................. 52
Gambar 3.10 Akselerogram dengan Akselerasi Puncak 0,7 g dan Frekuensi
1 Hz .............................................................................................. 52
Gambar 3.11 Akselerogram dengan Akselerasi Puncak 0,9 g dan Frekuensi
1 Hz .............................................................................................. 53
Gambar 3.12 Akselerogram dengan Akselerasi Puncak 0,1 g dan Frekuensi
3 Hz .............................................................................................. 53
Gambar 3.13 Akselerogram dengan Akselerasi Puncak 0,2 g dan Frekuensi
3 Hz .............................................................................................. 54
Gambar 3.14 Akselerogram dengan Akselerasi Puncak 0,3 g dan Frekuensi
3 Hz .............................................................................................. 54
Gambar 3.15 Akselerogram dengan Akselerasi Puncak 0,5 g dan Frekuensi
3 Hz .............................................................................................. 55
xvi
Gambar 3.16 Akselerogram dengan Akselerasi Puncak 0,7 g dan Frekuensi
3 Hz .............................................................................................. 55
Gambar 3.17 Akselerogram dengan Akselerasi Puncak 0,9 g dan Frekuensi
3 Hz .............................................................................................. 56
Gambar 3.18 Akselerogram dengan Akselerasi Puncak 0,1 g dan Frekuensi
5 Hz .............................................................................................. 56
Gambar 3.19 Akselerogram dengan Akselerasi Puncak 0,2 g dan Frekuensi
5 Hz .............................................................................................. 57
Gambar 3.20 Akselerogram dengan Akselerasi Puncak 0,3 g dan Frekuensi
5 Hz .............................................................................................. 57
Gambar 3.21 Akselerogram dengan Akselerasi Puncak 0,5 g dan Frekuensi
5 Hz .............................................................................................. 58
Gambar 3.22 Akselerogram dengan Akselerasi Puncak 0,7 g dan Frekuensi
5 Hz .............................................................................................. 58
Gambar 3.23 Akselerogram dengan Akselerasi Puncak 0,9 g dan Frekuensi
5 Hz .............................................................................................. 59
Gambar 4.1 Geometri Model Dinding satu sisi (dengan natural soil) ............. 61
Gambar 4.2 Grafik Displacement Statik ........................................................... 62
Gambar 4.3 Grafik Displacement Dinamik pada Penelitian Ini ....................... 63
Gambar 4.4 Grafik Displacement Dinamik pada Penelitian
Guler et al (2011)........................................................................... 63
Gambar 4.5 Grafik Am vs ag pada Penelitian Kencana (2012) ......................... 64
Gambar 4.6 Geometri Model Dinding Satu Sisi (dengan natural soil) ........... 65
Gambar 4.7 Grafik Am vs Frekuensi pada Elevasi 0,5 m pada Berbagai
Akselerasi Gempa ......................................................................... 65
Gambar 4.8 Grafik Am vs Frekuensi pada Elevasi 1,5 m pada Berbagai
Akselerasi Gempa ......................................................................... 66
Gambar 4.9 Grafik Am vs Frekuensi pada Elevasi 2,5 m pada Berbagai
Akselerasi Gempa ......................................................................... 66
Gambar 4.10 Grafik Am vs Frekuensi pada Elevasi 3,5 m pada Berbagai
Akselerasi Gempa ......................................................................... 67
xvii
Gambar 4.11 Grafik Am vs Frekuensi pada Elevasi 4,5 m pada Berbagai
Akselerasi Gempa ......................................................................... 67
Gambar 4.12 Grafik Am vs Frekuensi pada Elevasi 5,5 m pada Berbagai
Akselerasi Gempa ......................................................................... 68
Gambar 4.13 Grafik Am vs Frekuensi pada Elevasi 6 m pada Berbagai
Akselerasi Gempa ......................................................................... 68
Gambar 4.14 Grafik Am vs base acceleration untuk Frekuensi 1 Hz pada
Berbagai Elevasi Dinding ............................................................. 69
Gambar 4.15 Grafik Am vs base acceleration untuk Frekuensi 3 Hz pada
Berbagai Elevasi Dinding ............................................................. 70
Gambar 4.16 Grafik Am vs base acceleration untuk Frekuensi 5 Hz pada
Berbagai Elevasi Dinding ............................................................. 70
Gambar 4.17 Grafik Elevasi vs Am untuk Frekuensi 1 Hz pada Berbagai
Akselerasi Gempa ......................................................................... 71
Gambar 4.18 Grafik Elevasi vs Am untuk Frekuensi 3 Hz pada Berbagai
Akselerasi Gempa ......................................................................... 72
Gambar 4.19 Grafik Elevasi vs Am untuk Frekuensi 5 Hz pada Berbagai
Akselerasi Gempa ......................................................................... 72
Gambar 4.20 Geometri Model Dinding Satu Sisi (tanpa natural soil) .............. 73
Gambar 4.21 Grafik Am vs Frekuensi pada Elevasi 0,5 m pada Berbagai
Akselerasi Gempa ......................................................................... 74
Gambar 4.22 Grafik Am vs Frekuensi pada Elevasi 1,5 m pada Berbagai
Akselerasi Gempa ......................................................................... 74
Gambar 4.23 Grafik Am vs Frekuensi pada Elevasi 2,5 m pada Berbagai
Akselerasi Gempa ......................................................................... 75
Gambar 4.24 Grafik Am vs Frekuensi pada Elevasi 3,5 m pada Berbagai
Akselerasi Gempa ......................................................................... 75
Gambar 4.25 Grafik Am vs Frekuensi pada Elevasi 4,5 m pada Berbagai
Akselerasi Gempa ......................................................................... 76
Gambar 4.26 Grafik Am vs Frekuensi pada Elevasi 5,5 m pada Berbagai
Akselerasi Gempa ......................................................................... 76
xviii
Gambar 4.27 Grafik Am vs Frekuensi pada Elevasi 6 m pada Berbagai
Akselerasi Gempa ......................................................................... 77
Gambar 4.28 Grafik Am vs base acceleration untuk Frekuensi 1 Hz pada
Berbagai Elevasi Dinding ............................................................. 77
Gambar 4.29 Grafik Am vs base acceleration untuk Frekuensi 3 Hz pada
Berbagai Elevasi Dinding ............................................................. 78
Gambar 4.30 Grafik Am vs base acceleration untuk Frekuensi 5 Hz pada
Berbagai Elevasi Dinding ............................................................. 78
Gambar 4.31 Grafik Elevasi vs Am untuk Frekuensi 1 Hz pada Berbagai
Akselerasi Gempa ......................................................................... 79
Gambar 4.32 Grafik Elevasi vs Am untuk Frekuensi 3 Hz pada Berbagai
Akselerasi Gempa ......................................................................... 79
Gambar 4.33 Grafik Elevasi vs Am untuk Frekuensi 5 Hz pada Berbagai
Akselerasi Gempa ......................................................................... 80
Gambar 4.34 Geometri Model Dinding Dua Sisi ............................................... 81
Gambar 4.35 Grafik Am vs Frekuensi pada Elevasi 0,5 m pada Berbagai
Akselerasi Gempa untuk Dinding Sebelah Kiri ........................... 82
Gambar 4.36 Grafik Am vs Frekuensi pada Elevasi 0,5 m pada Berbagai
Akselerasi Gempa untuk Dinding Sebelah Kanan ....................... 82
Gambar 4.37 Grafik Am vs Frekuensi pada Elevasi 1,5 m pada Berbagai
Akselerasi Gempa untuk Dinding Sebelah Kiri ........................... 83
Gambar 4.38 Grafik Am vs Frekuensi pada Elevasi 1,5 m pada Berbagai
Akselerasi Gempa untuk Dinding Sebelah Kanan ....................... 83
Gambar 4.39 Grafik Am vs Frekuensi pada Elevasi 2,5 m pada Berbagai
Akselerasi Gempa untuk Dinding Sebelah Kiri ........................... 84
Gambar 4.40 Grafik Am vs Frekuensi pada Elevasi 2,5 m pada Berbagai
Akselerasi Gempa untuk Dinding Sebelah Kanan ....................... 84
Gambar 4.41 Grafik Am vs Frekuensi pada Elevasi 3,5 m pada Berbagai
Akselerasi Gempa untuk Dinding Sebelah Kiri ........................... 85
Gambar 4.42 Grafik Am vs Frekuensi pada Elevasi 3,5 m pada Berbagai
Akselerasi Gempa untuk Dinding Sebelah Kanan ....................... 85
xix
Gambar 4.43 Grafik Am vs Frekuensi pada Elevasi 4,5 m pada Berbagai
Akselerasi Gempa untuk Dinding Sebelah Kiri ........................... 86
Gambar 4.44 Grafik Am vs Frekuensi pada Elevasi 4,5 m pada Berbagai
Akselerasi Gempa untuk Dinding Sebelah Kanan ....................... 86
Gambar 4.45 Grafik Am vs Frekuensi pada Elevasi 5,5 m pada Berbagai
Akselerasi Gempa untuk Dinding Sebelah Kiri ........................... 87
Gambar 4.46 Grafik Am vs Frekuensi pada Elevasi 5,5 m pada Berbagai
Akselerasi Gempa untuk Dinding Sebelah Kanan ....................... 87
Gambar 4.47 Grafik Am vs Frekuensi pada Elevasi 6 m pada Berbagai
Akselerasi Gempa untuk Dinding Sebelah Kiri ........................... 88
Gambar 4.48 Grafik Am vs Frekuensi pada Elevasi 6 m pada Berbagai
Akselerasi Gempa untuk Dinding Sebelah Kanan ....................... 88
Gambar 4.49 Grafik Am vs base acceleration untuk Frekuensi 1 Hz pada
Berbagai Elevasi Dinding Sebelah Kiri ........................................ 90
Gambar 4.50 Grafik Am vs base acceleration untuk Frekuensi 1 Hz pada
Berbagai Elevasi Dinding Sebelah Kanan .................................... 90
Gambar 4.51 Grafik Am vs base acceleration untuk Frekuensi 3 Hz pada
Berbagai Elevasi Dinding Sebelah Kiri ........................................ 91
Gambar 4.52 Grafik Am vs base acceleration untuk Frekuensi 3 Hz pada
Berbagai Elevasi Dinding Sebelah Kanan .................................... 91
Gambar 4.53 Grafik Am vs base acceleration untuk Frekuensi 5 Hz pada pada
Berbagai Elevasi Dinding Sebelah Kiri ........................................ 92
Gambar 4.54 Grafik Am vs base acceleration untuk Frekuensi 5 Hz pada
Berbagai Elevasi Dinding Sebelah Kanan .................................... 92
Gambar 4.55 Grafik Elevasi vs Am untuk Frekuensi 1 Hz pada Berbagai
Akselerasi Gempa untuk Dinding Sebelah Kiri ........................... 94
Gambar 4.56 Grafik Elevasi vs Am untuk Frekuensi 1 Hz pada Berbagai
Akselerasi Gempa untuk Dinding Sebelah Kanan ....................... 94
Gambar 4.57 Grafik Elevasi vs Am untuk Frekuensi 3 Hz pada Berbagai
Akselerasi Gempa untuk Dinding Sebelah Kiri ........................... 95
Gambar 4.58 Grafik Elevasi vs Am untuk Frekuensi 3 Hz pada Berbagai
Akselerasi Gempa untuk Dinding Sebelah Kanan ....................... 95
xx
Gambar 4.59 Grafik Elevasi vs Am untuk Frekuensi 5 Hz pada Berbagai
Akselerasi Gempa untuk Dinding Sebelah Kiri ........................... 96
Gambar 4.60 Grafik Elevasi vs Am untuk Frekuensi 5 Hz pada Berbagai
Akselerasi Gempa untuk Dinding Sebelah Kanan ....................... 96
Gambar 4.61 Frequency Spectrum Dinding Satu Sisi untuk Kasus 0,1 g; 1 Hz . 97
Gambar 4.62 Frequency Spectrum Dinding Satu Sisi untuk Kasus 0,1 g; 3 Hz . 98
Gambar 4.63 Frequency Spectrum Dinding Satu Sisi untuk Kasus 0,1 g; 5 Hz . 98
Gambar 4.64 Frequency Spectrum Dinding Satu Sisi untuk Kasus
0,2 g; 1 Hz .................................................................................... 99
Gambar 4.65 Frequency Spectrum Dinding Satu Sisi untuk Kasus
0,2 g; 3 Hz .................................................................................... 99
Gambar 4.66 Frequency Spectrum Dinding Satu Sisi untuk Kasus
0,2 g; 5 Hz .................................................................................... 100
Gambar 4.67 Frequency Spectrum Dinding Satu Sisi untuk Kasus
0,3 g; 1 Hz .................................................................................... 100
Gambar 4.68 Frequency Spectrum Dinding Satu Sisi untuk Kasus
0,3 g; 3 Hz .................................................................................... 101
Gambar 4.69 Frequency Spectrum Dinding Satu Sisi untuk Kasus
0,3 g; 5 Hz .................................................................................... 101
Gambar 4.70 Frequency Spectrum Dinding Satu Sisi untuk Kasus
0,5 g; 1 Hz .................................................................................... 102
Gambar 4.71 Frequency Spectrum Dinding Satu Sisi untuk Kasus
0,5 g; 3 Hz .................................................................................... 102
Gambar 4.72 Frequency Spectrum Dinding Satu Sisi untuk Kasus
0,5 g; 5 Hz .................................................................................... 103
Gambar 4.73 Frequency Spectrum Dinding Satu Sisi untuk Kasus
0,7 g; 1 Hz .................................................................................... 103
Gambar 4.74 Frequency Spectrum Dinding Satu Sisi untuk Kasus
0,7 g; 3 Hz .................................................................................... 104
Gambar 4.75 Frequency Spectrum Dinding Satu Sisi untuk Kasus
0,7 g; 5 Hz .................................................................................... 104
xxi
Gambar 4.76 Frequency Spectrum Dinding Satu Sisi untuk Kasus
0,9 g; 1 Hz .................................................................................... 105
Gambar 4.77 Frequency Spectrum Dinding Satu Sisi untuk Kasus
0,9 g; 3 Hz .................................................................................... 105
Gambar 4.78 Frequency Spectrum Dinding Satu Sisi untuk Kasus
0,9 g; 5 Hz .................................................................................... 106
Gambar 4.79 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,1 g; 1 Hz Left ............................................................................. 110
Gambar 4.80 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,1 g; 1 Hz Right .......................................................................... 110
Gambar 4.81 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,1 g; 3 Hz Left ............................................................................. 111
Gambar 4.82 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,1 g; 3 Hz Right .......................................................................... 111
Gambar 4.83 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,1 g; 5 Hz Left ............................................................................. 112
Gambar 4.84 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,1 g; 5 Hz Right .......................................................................... 112
Gambar 4.85 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,2 g; 1 Hz Left ............................................................................. 113
Gambar 4.86 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,2 g; 1 Hz Right .......................................................................... 113
Gambar 4.87 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,2 g; 3 Hz Left ............................................................................. 114
Gambar 4.88 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,2 g; 3 Hz Right .......................................................................... 114
Gambar 4.89 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,2 g; 5 Hz Left ............................................................................. 115
Gambar 4.90 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,2 g; 5 Hz Right .......................................................................... 115
Gambar 4.91 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,3 g; 1 Hz Left ............................................................................. 116
xxii
Gambar 4.92 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,3 g; 1 Hz Right .......................................................................... 116
Gambar 4.93 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,3 g; 3 Hz Left ............................................................................. 117
Gambar 4.94 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,3 g; 3 Hz Right .......................................................................... 117
Gambar 4.95 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,3 g; 5 Hz Left ............................................................................. 118
Gambar 4.96 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,3 g; 5 Hz Right .......................................................................... 118
Gambar 4.97 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,5 g; 1 Hz Left ............................................................................. 119
Gambar 4.98 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,5 g; 1 Hz Right .......................................................................... 119
Gambar 4.99 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,5 g; 3 Hz Left ............................................................................. 120
Gambar 4.100 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,5 g; 3 Hz Right .......................................................................... 120
Gambar 4.101 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,5 g; 5 Hz Left ............................................................................. 121
Gambar 4.102 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,5 g; 5 Hz Right .......................................................................... 121
Gambar 4.103 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,7 g; 1 Hz Left ............................................................................. 122
Gambar 4.104 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,7 g; 1 Hz Right .......................................................................... 122
Gambar 4.105 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,7 g; 3 Hz Left ............................................................................. 123
Gambar 4.106 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,7 g; 3 Hz Right .......................................................................... 123
Gambar 4.107 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,7 g; 5 Hz Left ............................................................................. 124
xxiii
Gambar 4.108 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,7 g; 5 Hz Right .......................................................................... 124
Gambar 4.109 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,9 g; 1 Hz Left ............................................................................. 125
Gambar 4.110 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,9 g; 1 Hz Right .......................................................................... 125
Gambar 4.111 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,9 g; 3 Hz Left ............................................................................. 126
Gambar 4.112 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,9 g; 3 Hz Right .......................................................................... 126
Gambar 4.113 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,9 g; 5 Hz Left ............................................................................. 127
Gambar 4.114 Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Kasus
0,9 g; 5 Hz Right .......................................................................... 127
Gambar 4.115 Komparasi Frequency Spectrum Dinding Satu Sisi dengan
Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Akselerasi Rendah,
Frekuensi 1 Hz (Sample A g = 0,1 g) ........................................... 135
Gambar 4.116 Komparasi Frequency Spectrum Dinding Satu Sisi dengan
Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Akselerasi Sedang,
Frekuensi 1 Hz (Sample A g = 0,5 g) ........................................... 136
Gambar 4.117 Komparasi Frequency Spectrum Dinding Satu Sisi dengan
Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Akselerasi Tinggi,
Frekuensi 1 Hz (Sample A g = 0,9 g) ........................................... 137
Gambar 4.118 Komparasi Frequency Spectrum Dinding Satu Sisi dengan
Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Akselerasi Rendah,
Frekuensi 5 Hz (Sample Ag = 0,1 g) ........................................... 139
Gambar 4.119 Komparasi Frequency Spectrum Dinding Satu Sisi dengan
Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Akselerasi Sedang,
Frekuensi 5 Hz (Sample Ag = 0,5 g) ............................................ 140
Gambar 4.120 Komparasi Frequency Spectrum Dinding Satu Sisi dengan
Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Akselerasi Tinggi,
Frekuensi 5 Hz (Sample Ag = 0,9 g) ............................................ 141
Gambar 4.121 Komparasi Frequency Spectrum Dinding Satu Sisi dengan
Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Akselerasi Rendah,
Frekuensi 3 Hz (Sample Ag = 0,1 g) ............................................ 144
xxiv
Gambar 4.122 Komparasi Frequency Spectrum Dinding Satu Sisi dengan
Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Akselerasi Sedang,
Frekuensi 3 Hz (Sample Ag = 0,5 g) ............................................ 145
Gambar 4.123 Komparasi Frequency Spectrum Dinding Satu Sisi dengan
Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi untuk Akselerasi Tinggi,
Frekuensi 3 Hz (Sample Ag = 0,9 g) ............................................ 146
Gambar 4.124 Salah Satu Sample Blunder pada Grafik Time Domain untuk
Kasus Dinding Satu Sisi 0,9 g; 3 Hz, Point A .............................. 147
xxv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Rangkuman Penelitian Terkait Respon Seismik MSEW ............. 6
Tabel 2.2 Pengaruh Berbagai Faktor terhadap MSEW ................................ 36
Tabel 2.3 Detail Kalkulasi analisis FEM ...................................................... 37
Tabel 4.1 Rangkuman Frequency spectrum Dinding Satu Sisi .................... 106
Tabel 4.2 Rangkuman Frequency spectrum Dinding Dua Sisi .................... 128
Tabel 4.3 Amplitude Relatif pada Frequency Spectrum Dinding Satu Sisi
untuk Kasus 0,1 g; 5 Hz ............................................................... 142
Tabel 4.4 Amplitude Relatif pada Frequency Spectrum Dinding Dua Sisi
untuk Kasus 0,1 g; 5 Hz L ............................................................ 142
1
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu alternatif dinding penahan tanah selain gravity wall, cantilever
wall, anchored wall, dan soil nailed wall adalah MSEW (Mechanically Stabilized
Earth Wall). Pada MSEW ini, digunakan perkuatan berupa geosintetik
(extensible) atau logam (inextensible) di dalam tanah yang ingin diperkuat,
dengan facing yang vertikal atau hampir vertikal. Jenis geosintetik yang
digunakan pada MSEW ini biasanya geogrid, karena geogrid memang mempunyai
fungsi perkuatan, walaupun geotextile juga dapat digunakan.
Gambar 1.1 Potongan Mechanically Stabilized Earth Walls (MSEW)
MSEW modern termasuk sesuatu yang baru. Yang pertama kali
mempelopori penggunaan MSEW adalah seorang engineer Perancis, Henri Vidal,
pada tahun 1960an. MSEW pertama di Amerika Serikat dibangun pada tahun
1971 dekat Los Angeles. Hingga saat ini, behaviour dari MSEW ini belum terlalu
dimengerti, salah satu contoh kasus terkait hal tersebut adalah adanya MSEW di
Padang yang secara desain seharusnya runtuh karena gempa Padang, namun pada
kenyataannya tidak runtuh. Dari kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa cara
mendesain MSEW cenderung konservatif, dari sisi teknis memang aman, namun
dari sisi ekonomi terjadi pemborosan.
2
UNIVERSITAS INDONESIA
Pada umumnya penelitian numerik mengenai perilaku seismik MSEW,
hanya berpusat pada dinding satu sisi saja, padahal dalam kehidupan nyata, pada
umumnya yang dapat ditemukan adalah dinding dua sisi, seperti dalam kasus
timbunan untuk jalan, atau timbunan untuk rel kereta api seperti yang dapat dilihat
pada gambar 1.2 dan 1.3 di bawah. Yang dimaksud dinding satu sisi adalah
timbunan yang salah satu sisinya ditahan oleh dinding, sedangkan pada sisi
lainnya tidak terdapat dinding, melainkan boundary dari model, sedangkan
dinding dua sisi adalah timbunan yang sisi kiri dan kanannya ditahan oleh dinding
penahan tanah. Berdasarkan hal tersebut dirasa perlu untuk dilakukan penelitian
tentang perilaku seismik dari MSWE dua sisi, karena bisa saja perilaku seismik
dari MSEW dua sisi ini berbeda dengan perilaku seismik MSEW satu sisi.
Perilaku seismik yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah faktor amplifikasi
(Am), yang merupakan rasio antara akselerasi pada suatu titik pada ketinggian
tertentu pada MSEW, dengan akselerasi gempa. Selain itu juga akan diperhatikan
frequency spectrum-nya.
Gambar 1.2 Railway Embankment
(http://www.nunatsiaqonline.ca/pub/photos/embankments.jpg)
3
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 1.3 Road Embankment
(TECHNICAL RECOMMENDATIONS FOR HIGHWAYS CONSTRUCTION OF ROAD EMBANKMENTS, Department of Transport Republic of South Africa, 1982)
4
UNIVERSITAS INDONESIA
1.2 Batasan Penelitian
Batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Perilaku seismik yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah faktor
amplifikasi (Am), dan frequency spectrum.
Backfill yang digunakan adalah pasir.
Geosintetik yang digunakan berjenis geogrid.
Facing yang digunakan berjenis modular block.
Lebar timbunan dinding satu sisi adalah 36,5 m, dan lebar timbunan dinding
dua sisi adalah 20 m.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi respon seismik dari MSEW,
dan bagaimana pengaruhnya terdahap MSEW.
Mengetahui perbedaan perilaku seismik dari MSEW dengan perkuatan pada
satu sisi dengan perilaku seismik dari MSEW dengan perkuatan pada dua
sisi.
Faktor-faktor yang dimaksud terkait dengan karakteristik gempa
(frekuensi dan akselerasi gempa).
Perilaku seismik yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah faktor
amplifikasi (Am), yang merupakan rasio antara akselerasi pada suatu titik pada
ketinggian tertentu pada MSEW, dengan akselerasi gempa, dan frequency
spectrum.
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan diketahuinya perilaku MSEW dua sisi (yang mungkin berbeda
dengan perilaku MSEW satu sisi), maka akan didapatkan suatu asumsi design
yang lebih akurat untuk MSEW dengan perkuatan pada dua sisi.
5
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendahuluan
Secara umum, dalam menganalisa MSEW yang mengalami beban
seismik, dapat digunakan empat pendekatan yaitu pseudo-static method, pseudo-
dynamic method, displacement based analysis, dan numerical method.
Pada pendekatan pseudo-static, akselerasi puncak gempa diconvert
menjadi suatu gaya statik yang membebani dinding. Pendekatan pseudo-dynamic,
merupakan peningkatan dari pendekatan pseudo-static, karena pada pendekatan
pseudo-dynamic ini, juga mempertimbangkan efek dari waktu, shear wave, dan
primary wave dari gempa. Gaya-gaya yang sudah didapatkan dari pendekatan
pseudo-static maupun pseudo-dynamic dapat digunakan sebagai input dari analisa
limit equilibrium, di mana diperhatikan kestabilan sistem pada berbagai kasus,
antara lain: kasus sliding, kasus overturning, dan sebagainya.
Pada pendekatan pseudo-static dan pseudo-dynamic yang menjadi fokus
adalah gaya, namun ada pendekatan lain yang berfokus pada displacement, yaitu
displacement based analysis.
Metode yang paling canggih dan kompleks adalah numerical method.
Pada numerical method ini, sistem dimodelkan dengan program komputer dan
dilakukan simulasi pada model tersebut. Numerical method terdiri dari beberapa
jenis, yang masing-masing mempunyai cara hitung masing-masing, contohnya
finite element method, finite difference method, finite volume method, dan
sebagainya. Pada penelitian ini, digunakan program Plaxis yang menggunakan
finite element method.
2.2 Penelitian Sebelumnya terkait MSEW
Pada sub-bab ini akan dipaparkan ringkasan kronologis dari penelitian-
penelitian terkait MSEW yang telah dilakukan.
6
UNIVERSITAS INDONESIA
Tabel 2.1 Rangkuman Penelitian Terkait MSEW
Penulis &
Tahun Gambaran Umum Hasil Variabel Bebas Variable Terikat
Bathurst & Cai
1995
Pada penelitian ini dilakukan
pengamatan terhadap stabilitas
dari segmental facing MSEW
dengan menggunakan metode
pseudo-static.
PAE berbanding lurus dengan kh
PAE berbanding terbalik dengan
PAE berbanding lurus dengan
AE berbanding terbalik dengan kh
AE berbanding terbalik dengan
PAE berbanding lurus dengan kv, untuk kh < 0,35
FSbsl berbanding lurus dengan kh
FSbsl berbanding lurus dengan
FSbsl berbanding terbalik dengan kv
m berbanding lurus dengan kh
m berbanding lurus dengan
kh
kv
(wall inclination angle)
(backslope angle)
(sudut geser tanah dengan
dinding)
L/H
z/H (normalized
depth)
PAE
AE (sudut antara horizontal dengan
bidang
keruntuhan)
FSbsl (FS static
terhadap base
sliding untuk
memberikan FS
dinamis terhadap
base sliding
1,125)
m (lokasi dari
normalized
dynamic moment
arm
FSbot (FS static
terhadap
7
UNIVERSITAS INDONESIA
m berbanding lurus dengan
FSbot berbanding lurus dengan kh FSbot berbanding lurus dengan L/H
FSbot berbanding lurus dengan
FSbot berbanding terbalik dengan kv
rF berbanding lurus dengan kh
rF berbanding terbalik dengan z/H
Ldyn/Lsta berbanding lurus dengan kh
Ldyn/Lsta berbanding terbalik dengan kv
Ldyn/Lsta berbanding terbalik dengan
FSSC (dynamic) / FSSC (static)
berbanding terbalik dengan kh
FSSC (dynamic) / FSSC (static)
berbanding lurus dengan z/H
FSlot (dynamic) / FSlot (static) berbanding
terbalik dengan kh
overturning
untuk
memberikan FS
dinamis terhadap
overturning 1,5)
rF (dynamic
reinforcement
force
amplification
factor)
Ldyn/Lsta (rasio
antara L dinamis
dengan L stasis
agar geosintetik
menyentuh
bidang
keruntuhan)
FSSC (dynamic) /
FSSC (static)
FSlot (dynamic) /
FSlot (static)
8
UNIVERSITAS INDONESIA
FSlot (dynamic) / FSlot (static) berbanding
lurus dengan z/H
FSlot (dynamic) / FSlot (static) berbanding
lurus dengan kv
Koseki et al
1998
Pada penelitian ini diamati
kestabilan MSEW & dinding
penahan tanah konvensional
terhadap beban seismik pada
shaking dan tilt table test.
Pada kasus overturning, observed critical
seismic acceleration coefficient
cenderung lebih kecil jika dibandingkan
dengan predicted critical seismic
acceleration coefficient pada dinding
jenis kantilever, gravity, dan leaning.
Pada kasus overturning, observed critical
seismic acceleration coefficient
cenderung lebih besar jika dibandingkan
dengan predicted critical seismic
acceleration coefficient pada MSEW.
Pada kasus sliding, observed critical
seismic acceleration coefficient
cenderung lebih kecil jika dibandingkan
dengan predicted critical seismic
acceleration coefficient pada semua jenis
dinding.
jenis dinding percepatan
gempa
9
UNIVERSITAS INDONESIA
Matsuo et al
1998
Pada penelitian ini diamati respon
MSEW terhadap beban seismik
dengan shaking table test.
Panjang perkuatan adalah cara paling
efektif untuk mengurangi deformasi
dinding.
Tinggi dinding tidak terlalu berpengaruh
terhadap deformasi dinding.
Getaran sinusiodal menyebabkan
deformasi dinding yang lebih besar dari
pada getaran getaran gempa asli.
Deformasi pada dinding dengan facing
continuous lebih besar jika dibandingkan
dengan deformasi pada dinding dengan
facing discrete.
Kemiringan dinding tidak terlalu
berpengaruh terhadap deformasi dinding.
Respon akselerasi forward lebih tinggi
dari pada respon akselerasi backward.
Tekanan lateral tanah berbanding lurus
dengan kedalaman.
Tekanan lateral tanah berbanding lurus
dengan percepatan gempa.
Kenaikan tekanan lateral tanah karena
panjang perkuatan
tinggi dinding
jenis facing
kemiringan
dinding
jenis getaran
kedalaman
deformasi
dinding
tekanan lateral
tanah
gaya dalam tarik
pada
reinforcement
10
UNIVERSITAS INDONESIA
ada gempa lebih signifikan pada bagian
bawah dibandingkan dengan bagian atas.
Gaya dalam tarik pada reinforcement
berbanding lurus dengan kedalaman.
Gaya dalam tarik pada reinforcement
berbanding lurus dengan percepatan
gempa.
Bathurst &
Hatami 1998
Pada penelitian ini dilakukan
analisis mengenai respon dari
MSEW menggunakan program
FLAC.
Semakin tinggi elevasi, maka semakin
besar pula displacement.
Semakin besar kekakuan perkuatan,
maka semakin kecil displacement.
Seamakin panjang perkuatan, maka
maximum displacement akan semakin
kecil.
Dinding dengan fix base menghasilkan
end of seismic shaking displacement
yang lebih besar dari pada end of seismic
shaking displacement pada dinding
dengan sliding base.
Pada dinding dengan sliding base,
Base condition
(fix/sliding)
panjang perkuatan
kekakuan
perkuatan
jarak boundary
soil damping ratio
displacement
dinding
connection load
11
UNIVERSITAS INDONESIA
semakin tinggi elevasi, maka semakin
rendah connection load.
Pada dinding dengan fix base, connection
load terkonsentrasi pada bagian tengah
dinding.
Semakin besar kekakuan perkuatan,
maka beban maksimum yang di
tanggung perkuatan akan semakin besar.
Semakin jauh jarak boundary, maka
horizontal displacement juga akan
semakin besar.
Semakin jauh jarak boundary, maka
connection load juga akan semakin
besar.
Dinding dengan fix base akan
menghasilkan connection load yang lebih
kecil dibandingkan connection load pada
dinding dengan sliding base.
Semakin besar damping value, maka
displacement akan semakin kecil.
Damping ratio berbanding terbalik
12
UNIVERSITAS INDONESIA
dengan peak horizontal acceleration.
Helwany et al
2001
Pada penelitian ini dilakukan
analisis perilaku segmental
retaining wall yang mendapatkan
beban seismik dengan FEA.
Permanent displacement hasil
perhitungan dengan Permanent
displacement hasil pengukuran tidak jauh
berbeda.
Terdapat perbedaan pada percepatan
gempa hasil perhitungan dengan
percepatan gempa hasil pengukuran,
karena terdapat noise pada pengukuran
percepatan gempa.
Displacement pada layer atas lebih besar
dibandingkan dengan displacement pada
layer di bawahnya.
Hasil pullout test dengan program
DYNA3D tidak jauh berbeda dengan
hasil pullout test di laboratorium.
posisi (ketinggian)
displacement
percepatan
gempa
Koseki et al
2004
Pada penelitian ini dilakukan
perbandingan antara displacement
(displacement of wall bottom &
tilting angle) hasil pengukuran
dengan hasil perhitungan dengan
metode Newmark pada MSEW
Sinusoidal excitation measured computed
Irregular excitation measured > computed
Percepatan gempa
Type getaran
(sinusoidal/tak
beraturan).
Displacement of
wall bottom
Tilting angle
13
UNIVERSITAS INDONESIA
dengan full height rigid facing
yang mendapatkan beban seismik
sinusoidal dan tak beraturan.
Displacement berbanding lurus dengan
percepatan gempa
El Emam et al
2004
Pada penelitian ini dilakukan
dilakukan komparasi antara respon
seismik dinding MSE hasil
metode numerik (menggunakan
program FLAC) dengan respon
seismik model dinding MSE yang
diperkecil (menggunakan shaking
table).
Pada model dinding hinged toe, top
displacement hasil pengukuran tidak jauh
berbeda dengan top displacement hasil
perhitungan.
Pada model dinding sliding toe, top
displacement hasil pengukuran tidak jauh
berbeda dengan top displacement hasil
perhitungan.
Pada model dinding sliding toe, toe
displacement hasil pengukuran berbeda
dengan toe displacement hasil
perhitungan.
Bidang keruntuhan hasil metode M-O
tidak jauh berbeda dengan bidang
keruntuhan hasil metode numerik
(FLAC) pada percepatan gempa yang
tidak terlalu tinggi (< 0,27g), sedangkan
pada percepatan gempa yang tinggi
metode M-O cenderung menghasilkan
failure surface yang lebih kecil
14
UNIVERSITAS INDONESIA
dibandingkan kenyataannya.
Ling et al 2005 Pada penelitian ini diamati respon
modular block reinforced soil
retaining wall yang mendapat
beban seismik dengan shaking
table test.
Semakin tinggi, maka horizontal
displacement akan semakin besar.
Residual horizontal displacement pada
first shaking wall 1 dan 2 lebih besar
dibandingkan dengan peak horizontal
displacementnya.
Residual horizontal displacement pada
first shaking wall 3 lebih kecil
dibandingkan dengan peak horizontal
displacementnya.
Residual horizontal displacement pada
second shaking semua wall lebih kecil
dibandingkan dengan peak horizontal
displacementnya.
Tegangan lateral tanah tidaklah konsisten
terhadap ketinggian.
Tegangan vertikal tanah agak seragam
pada bagian yang jauh dari dinding,
namun agak acak pada bagian yang dekat
dengan dinding.
Posisi (ketinggian,
jarak dari dinding)
horizontal
displacement
tegangan lateral
tanah
tegangan vertikal
tanah
settlement
15
UNIVERSITAS INDONESIA
Settlement pada first shaking kecil dan
dapat diabaikan.
Nouri et al 2007
Pada penelitian ini dilakukan
penyelidikan terdapat efek gaya
pseudostatik vertikal dan
horizontal terhadap MSEW.
Penelitian difokuskan pada efek
magnitude dan amplifikasi dari
gempa terhadap kestabilan dari
MSEW dan reinforced slope,
menggunakan Horizontal Slice
Method (HSM).
Semakin besar , maka bidang gelincir akan semakin kecil.
Semakin curam lereng, maka bidang
gelincir akan semakin besar.
Semakin besar kh, maka bidang gelincir
akan semakin besar.
Semakin besar , maka panjang geosintetik yang dibutuhkan akan
semakin pendek.
Semakin besar kh, maka panjang
geosintetik yang dibutuhkan akan
semakin panjang.
Semakin besar , maka kekuatan yang dibutuhkan untuk mempertahankan
kestabilan akan semakin kecil.
Semakin besar kh, kekuatan yang
dibutuhkan untuk mempertahankan
kestabilan akan semakin besar.
(sudut inklinasi slope)
kh
Bidang
keruntuhan
16
UNIVERSITAS INDONESIA
Siddharthan et
al. 2010
Pada penelitian ini dilakukan
perbandingan displacement yang
terjadi karena beban seismik
antara MSEW dengan panjang
geosintetik seragam (L = 0,7H),
dengan MSEW yang panjang
geosintetik bagian atasnya lebih
panjang (L = H).
Geosintetik yang lebih panjang yang
terletak dekat permukaan atas backfill
menyebabkan displacement yang lebih
kecil.
Displacement berbanding lurus dengan
percepatan gempa
Displacement berbanding lurus dengan
tinggi dinding
Displacement berbanding lurus dengan
magnitude gempa
Panjang
geosintetik
(seragam/tidak
seragam),
Percepatan gempa,
tinggi dinding
Lateral
permanent
displacement
Basha &
Basudhar 2010
Pada penelitian ini dilakukan
pengamatan kestabilan dari
MSEW dengan metode
pseudostatic limit equilibrium.
Kestabilan yang dimaksudkan
adalah kestabilan terhadap pullout,
fracture, sliding, overturning,
eccentricity, dan bearing failure.
Semakin dalam, maka SFt akan semakin
kecil.
Semakin dalam, maka SFpo akan semakin
besar.
Semakin besar , maka SFt akan semakin kecil.
Semakin besar kh, maka SFt akan
semakin besar.
Semakin besar Q, maka SFt akan
kh
Surcharge
coefficient (Q)
kedalaman
Factor of Safety
Pullout length
17
UNIVERSITAS INDONESIA
semakin besar untuk n > 4.
Semakin besar Q, maka SFt akan
semakin kecil untuk n < 4.
Semakin besar , maka SFpo akan semakin besar.
Semakin besar kh, maka SFpo akan
semakin kecil.
Semakin besar Q, maka SFpo akan
semakin kecil.
Ling et al 2010
Pada penelitian ini dilakukan
pengamatan respon full scale
modular block MSEW terhadap
beban seismik dengan metode
finite element. Dilakukan juga
validasi terhadap hasil analisa
dengan finite element tersebut.
Terdapat perbedaan horizontal
displacement antara hasil pengukuran
dengan hasil perhitungan terutama pada
bagian atas dinding.
Settlement pada backfill bagian depan
cukup dapat disimulasikan, sedangkan
settlement pada bagian belakang backfill
kurang dapat disimulasikan.
Semakin tinggi, maka residual
displacement akan semakin besar.
waktu
ketinggian
jarak dari facing
horizontal
displacement
residual
displacement
backfill
settlement
tensile force in
reinforcement
18
UNIVERSITAS INDONESIA
Residual displacement hasil pengukuran
tidak jauh berbeda dengan residual
displacement hasil perhitungan.
Akselerasi pada backfill dapat
disimulasikan dengan baik.
Tensile force hasil perhitungan
cenderung lebih tinggi dibandingkan
dengan tensile force hasil pengukuran.
Guler et al 2011 Pada penelitian ini dilakukan
analisis mengenai respon dari
MSEW dengan backfill tanah
lempung menggunakan FEM.
Dilakukan juga perbandingan
respon MSEW dengan bacfill
tanah lempung dengan respon
MSEW dengan backfill tanah
granular.
Semakin tinggi, maka horizontal
displacement akan semakin besar.
Horizontal displacement hasil FEM
sangat dekat jika dibandingkan dengan
horizontal displacement hasil
pengukuran.
Maximum geogrid tensile load hasil
FEM sangat dekat jika dibandingkan
dengan maximum geogrid tensile load
hasil pengukuran.
Horizontal displacement berbanding
terbalik dengan kekuatan geogrid.
ketinggian
jenis perkuatan
jenis tanah
percepatan gempa
horizontal
displacement
maximum
geogrid tensile
load
19
UNIVERSITAS INDONESIA
Reinforcement bagian bawah
menanggung beban yang lebih besar
dibandingkan dengan reinforcement
bagian atas.
Beban yang ditanggung reinforcement
berbanding lurus dengan kekuatannya.
Wall displacement cenderung lebih kecil
jika menggunakan backfill tanah
lempung jika dibandingkan dengan
displacement jika menggunakan tanah
granular.
Beban yang di tanggung oleh
reinforement cenderung lebih kecil jika
digunakan material backfill tanah
lempung.
Horizontal displacement berbanding
lurus dengan percepatan gempa.
20
UNIVERSITAS INDONESIA
Kencana et al
2012
Pada penelitian ini dilakukan
pengamatan terhadap fenomena
amplifikasi dan atenuasi pada
MSEW.
Am berbanding terbalik dengan amax.
Am berbanding lurus dengan z/H, pada
amax < 0,4g
Am berbanding terbalik dengan z/H, pada
amax > 0,4g
Am berbanding lurus dengan frekuensi.
amax
Lokasi (z/H)
Frekuensi
Am
NB:
PAE = gaya total aktif yang bekerja pada dinding (PA + PE) = sudut geser tanah
kh = koefisien gempa vertikal = sudut geser tanah dengan dinding
kv = koefisien gempa horizontal L = panjang geosintetik
= wall inclination angle H = tinggi dinding
= backslope angle z = jarak titik yang ditinjau dari puncak dinding
AE = sudut antara horizontal dengan bidang keruntuhan Am = faktor amplifikasi
21
UNIVERSITAS INDONESIA
Pada tabel di atas dapat terlihat penelitian-penelitian yang telah dilakukan
terkait MSEW yang mendapatkan beban seismik. Dari situ dapat terlihat bahwa
belum ada penelitian yang secara khusus membahas tentang perbandingan antara
respon seismik MSEW satu sisi dengan respon seismik MSEW dua sisi.
2.3 Pseudo-static
Pada pendekatan ini, sesuai namanya yang mengandung kata statik,
beban dinamik gempa dianggap sebagai beban statik, dan tidak memperhatikan
efek dari waktu, dengan kata lain tidak ada perubahan beban terhadap waktu. Pada
pendekatan ini digunakan koefisien gempa untuk merepresentasikan kekuatan
gempa, yaitu koefisien horizontal (kh) dan koefisien vertikal (kv). Gaya gempa
merupakan hasil perkalian antara koefisien gempa dengan berat dari massa yang
mengalami gaya gempa. Gaya ini bekerja pada titik berat dari massa yang
mengalami gaya gempa.
(2.1)
(2.2)
Percepatan gempa merupakan hasil perkalian antara koefisien gempa
dengan percepatan gravitasi (g).
(2.3)
(2.4)
22
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 2.1 Pseudo Static Approach
(modified Ebeling, et al., 2007)
Yang termasuk dalam dalam metode pseudo-static ini antara lain namun
tidak terbatas pada:
Mononobe-Okabe (1926, 1929)
Metode Mononobe-Okabe merupakan salah satu cara yang paling sering
digunakan untuk mendapatkan beban seismik aktif.
(2.5)
(2.6)
23
UNIVERSITAS INDONESIA
[ {
}
]
(2.7).
[ {
}
]
(2.8).
Pae = seismic active force per unit length of the wall
Ppe = seismic passive force per unit length of the wall
Kae = seismic active earth pressure coefficient
Kpe = seismic passive earth pressure coefficient
= unit weight of soil
H = height of the retaining wall
= soil friction angle
= tan-1[kh/(1-kv)]
= angel of friction between the wall and the soil
= backfil slope angle
= angle of backface of the wall with the vertical
24
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 2.2 Mononobe-Okabe Method
(Munfakh, et. al., 1998)
Gaya Pae ini bekerja pada ketinggian m H dari toe dinding, dengan H
adalah tinggi dinding, dan m adalah faktor dengan nilai antara 0,33 hingga 0,6.
Metode Mononobe-Okabe ini dapat menghasilkan gaya yang sangat
besar bahkan cenderung mendekati tak terhingga dalam kasus percepatan gempa
yang besar atau kemiringan dari slope backfill sangat curam. Hal ini dapat terjadi
jika salah satu atau kedua kondisi berikut terpenuhi:
(2.9)
(2.10)
25
UNIVERSITAS INDONESIA
2.4 Displacement Based
Pada pendekatan displacement based ini, diasumsikan dinding akan
mengalami deformasi pada saat gempa, dan akan dicari seberapa besar deformasi
tersebut.
Yang termasuk dalam dalam pendekatan displacement based ini antara
lain namun tidak terbatas pada:
Newmark (1965)
Pada metode Newmark ini, diprediksi displacement total dinding
yang mendapat beban seismik. Pada metode ini, akselerasi gempa kecil
dianggap tidak akan menyebabkan displacement pada dinding, hanya
akselerasi gempa yang lebih besar yang akan menyebabkan displacement
pada dinding. Batas akselerasi yang dapat menyebabkan displacement pada
dinding, dengan akselerasi yang tidak dapat menyebabkan displacement
pada dinding adalah ay, dengan kata lain akselerasi di bawah ay tidak akan
menyebabkan displacement, sedangkan akselerasi di atas ay akan
menyebabkan displacement. Pada kasus akselerasi gempa sama dengan ay,
SF pseudo-static adalah 1.
Rumus displacement adalah sebagai berikut:
[(
)
(
)
]
d = displacement keluar (cm)
ay = yield acceleration
amax = max acceleration
Siddharthan et al. (2010)
Siddharthan et al telah melakukan penelitian tentang efek panjang
geosintetik yang tidak seragam pada MSEW yang mendapatkan beban
seismik. Dilakukan pengujian pada dua dinding yang saling membelakangi
dengan menggunakan alat centrifuge. Pada wall 1 dipasang geosintetik
26
UNIVERSITAS INDONESIA
dengan panjang seragam 0,7 H, sedangkan pada wall 2, dipasang geosintetik
dengan panjang 1,4 H pada bagian atas, dan 0,7 H pada bagian tengah dan
bawah seperti gambar di bawah. Pada pengujian ini digunakan faktor skala
24 (percepatan 24 g), sehingga dimensi dari model lebih kecil 24 kali
dibandingkan dengan dimensi dari prototipe.
Gambar 2.3 Model MSEW yang Diuji dengan Alat Centrifuge
(Siddharthan et al, 2010)
Berdasarkan hasil pengujian centrifuge, digunakan mekanisme
keruntuhan yang terdiri dari 3 block seperti gambar berikut:
27
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 2.4 Model Tiga Block Lateral Wall Displacement
(Siddharthan et al, 2010)
Gambar 2.5 Lateral Displacement yang Terukur Terhadap Waktu
(Siddharthan et al, 2010)
Dalam uji centrifuge ini, diukur displacement dari bagian tengah
dinding dan hasilnya diplot pada grafik di atas. Pada grafik di atas dapat
terlihat kurva permanent component dan kurva cyclic component.
Permanent component adalah displacement dari wall yang menjauh dari
28
UNIVERSITAS INDONESIA
backfill, sedangkan cyclic componet adalah displacement seketika dari wall
akibat dari getaran gempa. Setelah 12 sekon, hanya ada permanent
component. Pada grafik juga dapat terlihat kurva penjumlahan displacement
kedua dinding dimana tidak terlihat cyclic componet yang signifikan pada
kurva ini. Dari hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa (1) permanent
displacement dari wall terjadi secara proggressif menjauhi backfill dengan
cyclic component yang dapat diabaikan, (2) cyclic component terjadi sebagai
akibat dari gaya inersia dari getaran, (3) Pergerakan dinding mendekati
backfill sangatlah kecil sehingga dapat diabaikan.
Dari grafik 2.5 di atas, dapat terlihat bahwa displacement dari wall
1, lebih besar jika dibandingkan dengan displacement dari wall 2, sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan geosintetik yang lebih panjang
pada bagian atas wall dapat mengurangi displacement akibat beban seismik.
2.5 Numerical Method
Bathurst & Hatami (1998)
Bathurst & Hatami melakukan penelitian tentang pengaruh dari
kekakuan perkuatan, panjang perkuatan, dan kondisi batas dari dasar
dinding terhadap respon MSEW terhadap beban seismik. Analisa dilakukan
dengan menggunakan program FLAC (Fast Lagrangian Analysis of
Continua yang menggunakan metode finite difference.
Dilakukan komparasi antara hasil analisa dari FLAC dengan hasil
analisa berbasis FEM yang telah ada, hal ini dilakukan untuk memastikan
bahwa hasil dari program FLAC ini valid.
29
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 2.6 Perbandingan Hasil Analisa FLAC dengan Hasil Analisa
Berbasis FEM oleh Ho (1993)
(Bathurst & Hatami, 1998)
Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa hasil analisa FLAC dengan
hasil analisa berbasis FEM oleh Ho tidak jauh berbeda, sehingga dapat
30
UNIVERSITAS INDONESIA
diambil kesimpulan bahwa program FLAC ini menghasilkan result yang
valid.
2.6 Penelitian oleh Kencana (2012)
Pada penelitian ini dilakukan dynamic centrifuge test dan hasilnya
digabungkan dengan kompilasi penelitian-penelitian sebelumnya tentang
MSEW. Dari kompilasi tersebut, dilakukan evaluasi terhadap pengaruh
berbagai faktor (lokasi, kemiringan facing, initial Dr, kekuatan geosintetik,
spasi vertikal, beban luar, frekuensi, dan akselerasi gempa) terhadap faktor
amplifikasi (Am) dan beban perkuatan dinamik pada MSEW.
Gambar 2.7 Grafik Am vs ag untuk Bagian Atas Dinding
(Kencana, 2012)
31
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 2.8 Grafik Am vs ag untuk Bagian Tengah Dinding
(Kencana, 2012)
Gambar 2.9 Grafik Am vs ag untuk Bagian Bawah Dinding
(Kencana, 2012)
32
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 2.10 Perbandingan Trendline Am vs ag Bagian Atas, Tengah, dan
Bawah Dinding
(Kencana, 2012)
Gambar 2.11 Grafik z/H vs Am
(Kencana, 2012)
33
UNIVERSITAS INDONESIA
Dari grafik 2.7 hingga 2.10 dapat terlihat bahwa semakin tinggi
akselerasi gempa, maka faktor amplifikasi akan semakin rendah, bahkan
pada akselerasi di atas 0,4 g terjadi atenuasi.
Dari grafik 2.11 dapat terlihat bahwa faktor amplifikasi tidaklah
linear terhadap ketinggian (atas, tengah, bawah). Dari grafik z/H vs Am di
bawah ini juga dapat terlihat bahwa hubungan Am dengan ketinggian
tidaklah linear.
Gambar 2.12 Grafik Am vs ag dengan Variasi pada
(Kencana, 2012)
Dari gambar 2.12 di atas, dapat terlihat bahwa semakin besar ,
maka akan semakin besar pula faktor amplifikasi.
34
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 2.13 Grafik Am vs ag dengan Variasi pada initial Dr
(Kencana, 2012)
Pada gambar 2.13 di atas dapat terlihat bahwa kenaikan initial Dr
akan menyebabkan kenaikan faktor amplifikasi.
Gambar 2.14 Grafik Am vs ag dengan Variasi pada Tult
(Kencana, 2012)
Pada gambar 2.14 di atas dapat terlihat bahwa kenaikan kekuatan
geosintetik akan mengakibatkan turunnya faktor amplifikasi
35
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 2.15 Grafik Am vs ag dengan Variasi pada Sv
(Kencana, 2012)
Pada gambar 2.15 di atas dapat terlihat bahwa penurunan Sv akan
mengakibatkan naiknya faktor amplifikasi.
Gambar 2.16 Grafik Am vs ag dengan Variasi pada Frekuensi
(Kencana, 2012)
36
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 2.17 Grafik Am vs ag dengan Variasi pada Frekuensi
(Kencana, 2012)
Pada gambar 2.16 dan 2.17 di atas dapat terlihat bahwa
peningkatan frekuensi akan mengakibatkan naiknya faktor amplifikasi.
Tabel 2.2 Pengaruh Berbagai Faktor terhadap MSEW
(Kencana, 2012)
37
UNIVERSITAS INDONESIA
Secara ringkas, berdasarkan penelitian Kencana (2012), pengaruh dari
berbagai faktor terhadap MSEW dapat di lihat pada tabel 2.2 di atas. Dari tabel
tersebut dapat terlihat bahwa frekuensi dan akselerasi gempa merupakan faktor
yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap faktor amplifikasi.
2.7 Penelitian oleh Guler et al (2011)
Pada penelitian ini dilakukan analisis mengenai respon dari MSEW
dengan backfill tanah lempung menggunakan FEM. Dilakukan juga perbandingan
respon MSEW dengan bacfill tanah lempung dengan respon MSEW dengan
backfill tanah granular. Variabel terikat yang diamati adalah gaya dalam tarik
maksimum pada perkuatan, dan perpindahan horizontal dinding, sedangkan
vatiabel bebasnya adalah properti backfill, jenis facing, akselerasi puncak,
kekakuan perkuatan.
Tabel 2.3 Detail Kalkulasi analisis FEM
(Guler, 2011)
38
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 2.18 Grafik Wall Elevation vs Horizontal Wall Displacement dengan
Variasi pada Kekakuan perkuatan: a. Concrete panel facing pada akhir konstruksi;
b. Concrete panel facing pada akhir gempa; c. Modular block facing pada akhir
konstruksi; d. Modular block facing pada akhir gempa (Guler et al, 2011)
Dari gambar 2.18 di atas dapat terlihat bahwa semakin kaku perkuatan,
maka displacement dinding akan semakin kecil. Dapat terlihat pula pada dinding
dengan facing concrete panel, perpindahan maksimum pada akhir konstruksi
terjadi pada puncak dinding, namum pada akhir gempa, perpindahan maksimum
pindah ke ujung bawah dinding.
39
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 2.19 Wall Elevation vs Reinforcement Tensile Load dengan Variasi
pada Kekakuan Perkuatan dan Jenis Pembebanan: a. Concrete Panel
Facing; b. Modular Block Facing (Guler et al, 2011)
Dari gambar 2.19 di atas dapat terlihat bahwa semakin rendah posisi
perkuatan, semakin tinggi pula beban yang ditahan oleh perkuatan tersebut.
Terlihat pula bahwa semakin tinggi kekakuann perkuatan, maka beban yang
ditahan oleh perkuatan tersebut juga semakin tinggi.
40
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 2.20 Wall Elevation vs Horizontal Wall Displacement dengan Variasi
pada Kekakuan Perkuatan dan Jenis Backfill: a. Concrete panel facing pada akhir
konstruksi; b. Concrete panel facing pada akhir gempa; c. Modular block facing
pada akhir konstruksi; d. Modular block facing pada akhir gempa (Guler et al, 2011)
Dari gambar 2.20 di atas dapat terlihat bahwa pada dinding dengan
backfill tanah kohesif mempunyai pergerakan horizontal yang lebih kecil
dibandingkan dengan dinding dengan backfill tanah granular. Dapat terlihat pula
bahwa pada dinding dengan backfill tanah kohesif, displacement yang terjadi pada
dinding cenderung tidak berubah jauh dengan adanya perubahan kekakuan
perkuatan pada kasus pembebanan statik.
41
UNIVERSITAS INDONESIA
2.8 Prediksi Frekuensi Natural Sistem
Berdasarkan Bathurst dan Hatami (1998), frekuensi natural dari media
linear elastik dua dimensi, dengan lebar B, tinggi H, dan terletak di antara dua
batasan vertikal kaku, dasar yang kaku, dan mendapatkan beban getaran
horizontal dapat dihitung dengan persamaan berikut:
((
) (
)
)
fn = frekuensi natural (Hz)
H = tinggi dinding (m)
B = lebar backfill (m)
G = modulus geser backfill (kN/m2)
= massa jenis backfill (ton/m3)
= poissons ratio backfill
Pada penelitian ini, tinggi dinding 6 m, modulus geser backfill 11540
kN/m2, massa jenis backfill 1,835 ton/m
3, poissons ratio backfill 0,3. Untuk kasus
dinding satu sisi dengan natural soil, lebar backfill 26,5 m, untuk kasus dinding
satu sisi tanpa natural soil, lebar backfill 36,5 m, sedangkan untuk kasus dinding
dua sisi, lebar backfill 20 m, maka didapatkan frekuensi natural 3,54 Hz untuk
kasus dinding satu sisi dengan natural soil, 3,43 Hz untuk kasus dinding satu sisi
tanpa natural soil, dan 3,7 Hz untuk kasus dinding dua sisi.
Frekuensi natural tersebut hanya sebagai perkiraaan kasar, karena rumus
frekuensi natural Bathurst dan Hatami (1998) memiliki asumsi-asumsi yang harus
terpenuhi agar rumus valid. Dalam penelitian ini, tidak semua asumsi-asumsi
tersebut terpenuhi dengan baik, misalnya batasan vertikal dan dasar backfill yang
tidak sepenuhnya kaku.
42
UNIVERSITAS INDONESIA
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Gambaran Umum Penelitian
Secara garis besar penelitian ini dapat dibagi menjadi dua bagian besar,
yaitu permodelan dinding satu sisi, dan yang kedua adalah permodelan dinding
dua sisi.
Permodelan dinding satu sisi ini bertujuan untuk mengkalibrasi model
dengan acuan penelitian Kencana (2012) dan Guler et al (2011). Model dinding
satu sisi dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan perilaku yang sama
dengan dinding pada penelitian Guler et al (2011) untuk displacement dan
menghasilkan perilaku dengan trend mirip dengan penelitian Kencana (2012)
untuk akselerasi. Pada kasus ini, perilaku dinding pada penelitian Guler et al
(2011) dan Kencana (2012) dianggap sebagai perilaku dinding yang benar,
sehingga model dinding satu sisi dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan
perilaku yang mendekati kebenaran tersebut.
Setelah didapatkan model dinding satu sisi yang benar, penelitian
dilanjutkan dengan permodelan dinding dua sisi. Permodelan dinding dua sisi ini
masih menggunakan dasar konfigurasi dan spesifikasi yang sama dengan dinding
satu sisi, hanya saja dinding dibuat pada dua sisi, sisi kiri dan sisi kanan, tidak
seperti dinding satu sisi dimana hanya terdapat dinding pada satu sisi, sedangkan
pada sisi lainnya terdapat boundary model. Pada dinding dua sini ini juga akan
diperhatikan bagaimana perilakunya. Bisa saja perilaku dinding dua sisi ini tidak
sama dengan dinding dengan perkuatan hanya pada satu sisi saja.
Perilaku dinding dua sisi ini akan dibandingkan dengan perilaku dinding
satu sisi. Hasil dari perbandingan tersebut akan dianalisa, dan diharapkan
memberikan gambaran yang lebih luas mengenai perilaku dinding dua sisi yang
mendapatkan beban seismik.
43
UNIVERSITAS INDONESIA
3.2 Diagram Alir Penelitian
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
44
UNIVERSITAS INDONESIA
3.3 Permodelan Dinding Satu Sisi
Pada tahapan ini akan dilakukan permodelan dinding satu sisi. Yang
menjadi variabel bebas adalah frekuensi gempa, dan akselerasi gempa. Dengan
perubahan variabel bebas ini, akan diamati perubahan dari faktor amplifikasi
(Am), dan Frequency Spectrum-nya.
Dinding dengan perkuatan satu sisi yang akan dibandingkan dengan
dinding dua sisi adalah dinding dengan perkuatan satu sisi tanpa natural soil
seperti yang dapat terlihat pada gambar 3.3, dengan alasan dinding satu sisi harus
semirip mungkin dengan dinding dua sisi agar perbedaan perilaku antara dinding
satu sisi dengan dinding dua sisi murni terjadi hanya karena perbedaan satu sisi
dengan dua sisi, tanpa ada bias dari adanya natural soil pada dinding satu sisi
(perlu diperhatikan bahwa pada dinding dua sisi sudah pasti tidak ada natural
soil). Sedangkan dinding pada penelitian Guler et al (2011) merupakan dinding
satu sisi dengan natural soil. Untuk memfasilitasi validasi dinding dengan
perkuatan satu sisi dengan dinding pada penelitian Guler et al (2011), dibuat juga
model dinding satu sisi dengan natural soil, seperti yang dapat terlihat pada
gambar 3.4.
Gambar 3.2 Geometri Model Dinding satu sisi pada Penelitian Guler et al (2011)
(Guler et al, 2011)
45
UNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 3.3 Geometri Model Dinding satu sisi (tanpa natural soil) pada Penelitian
Ini
Gambar 3.4 Geometri Model Dinding satu sisi (dengan natural soil) pada
Penelitian Ini
3.3.1 Spesifikasi Dinding
Pada penelitian ini digunakan dinding dengan spesifikasi sama dengan
dinding modular block pada penelitian Guler et al (2011). Dinding yang
digunakan berjenis modular block, dengan tinggi 6 m. Spesifikasi yang dipilih
merupakan spesifikasi yang umum digunakan.
Spesifikasi detail dinding adalah sebagai berikut:
Jenis facing : Modular Block
Material model : Mohr-Coulomb
Ketinggian dinding (H) : 6 m
Tebal blok : 50 cm
Tinggi blok : 25 cm
Material : Beton
46
UNIVERSITAS INDONESIA
Berat jenis () : 20 kN/m3
Modulus elastisitas (E) : 30000 kN/m2
Kohesi (c) : 200 kN/m2
Sudut geser () : 35
Sudut dilatansi () : 0
Modulus geser (G) : 13640 kN/m2
Poisson ratio () : 0,1
Rinter : 0,7
Gambar 3.5 Modular Block Faced Retaining Wall
(http://www.allanblock.com/newsletter/images/mn15.jpg)
Digunakan juga selapis tipis tanah setebal 2 cm di bawah dinding,
dengan maksud agar bagian bawah dinding dapat mengalami displacement.
47
UNIVERSITAS INDONESIA
3.3.2 Spesifikasi Perkuatan
Pada penelitian ini digunakan perkuatan dengan spesifikasi sama dengan
perkuatan geogrid pada penelitian Guler et al (2011). Geogrid merupakan salah
satu jenis geosintetik yang memang umum digunakan sebagai perkuatan tanah.
Spesifikasi detail geogrid adalah sebagai berikut:
Jenis pe