Upload
mydomzzz
View
343
Download
0
Tags:
Embed Size (px)
Citation preview
HYBRID1 (ANFIS)
THEORY AND IMPLEMENTATION FOR POWER SYSTEM
Disusun Oleh :
Akhmad Frandicahya P 0810633026
Gigih Prayogi 0910632007
M. Iqbal Gama Agniya 0910632008
URUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Terus melonjaknya harga minyak mentah, gas dan batu bara mengakibatkan
pengunaan energi fosil-khususnya untuk bahan bakar pembangkit listrik-bukan saja menjadi
mahal, melainkan juga langka.
Dalam kondisi krisis energi seperti ini, pelaku usaha di bidang kelistrikan mencoba
menggalakkan pengunaan energi terbarukan (renewable) seperti tenaga panas bumi.
Sayangnya, penggunaan energi alternatif tadi memerlukan biaya mahal karena teknologinya
belum 100% dikuasai oleh para ahli kelistrikan Indonesia.
Ditambah lagi, pendirian Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) hanya bisa
dilakukan di daerah pegunungan yang memiliki kandungan uap panas bumi yang besar.
Sudah tentu fasilitas alam tadi tidak dimiliki oleh semua daerah.
Lantas, pembangkit berbahan bakar apa yang layak dikembangkan di daerah pelosok
di tengah krisis energi dan tidak memiliki banyak pilihan bahan bakar?
Tampaknya pembangkit berbahan bakar tenaga air dan tenaga surya dan biofuel (hibrida)
cocok untuk diterapkan di daerah terpencil karena pertimbangan bukan hanya murah,
melainkan juga sumber energinya terbarukan.
Vice President Energi Terbarukan PLN Ario Senoaji mengakui penyediaan energi
terbarukan melalui PLTH tidak saja murah, tetapi juga efisien dan ramah lingkungan.
Atas dasar petimbangan itu, manajemen PLN sekarang ini mengarahkan
pengembangan bahan bakar pada energi hibrida, sebab jika dikelola dengan baik, jenis energi
ini akan menjadi berkesinambungan.
Ario mengaku prihatin melihat beberapa daerah di Indonesia belum teraliri listrik,
padahal daerah tadi memiliki potensi energi terbarukan yang cukup besar.
Misalnya Rote Ndao, Bali, dan Pantai Selatan Pulau Jawa yang memiliki potensi
angin luar biasa. Hanya saja untuk Pulau Jawa, karena jumlah penduduk dan industri yang
beropersi sangat banyak, tidak layak untuk dikembangkan PLTH.
Rencana PLN untuk mengembangkan energi terbarukan sebenarnya sudah dirancang
lama. Bahkan, sejak era 1980-an, BUMN itu sudah memulai pemakaian energi terbarukan,
meskipun belum mengklasifikasikannya.
PLN bahkan sudah melakukan studi indentifikasi jika 75.000 MW bisa dihasilkan
dari tenaga hibrida. "Waktu itu sulit berkembang, karena BBM disubsidi. Namun, saat harga
BBM naik dan subsidi dikurangi, maka energi ini menjadi semakin kompetitif.
Dia membenarkan tadinya tenaga surya sangat mahal, sekarang sebaliknya. Bahkan
di tempat-tempat tertentu seperti Kabupaten Wamena, Papua, bahan bakar pembangkit harus
diangkut dengan pesawat terbang, tentu harga listrik yang dihasilkan jauh lebih mahal. Oleh
karena itu, pemanfaatan tenaga surya menjadi lebih murah dan efisien.
Atas pertimbangan tersebut, saat ini PLN meminta ke unit-unit untuk memetakan
potensi dari energi terbarukan apakah itu dari surya, biofuel, atau biotermal.
Saat ini banyak daerah di Tanah Air yang mengembangkan energi hibrida untuk
kapasitas pembangkit 80 kWh. Pertanyaannya jika bisa dibangun pembangkit tenaga Hibrida
sebesar 150 kWh.
Dengan begitu pelanggan PLN bisa bertambah, produksinya juga lebih murah dan
operasi yang tadinya hanya 12 jam, bisa menjadi 24 jam. Pemanfaatan tenaga hibrida di Rote
bisa menjadi contoh untuk pengembangan tenaga hibrida di daerah lain. Dengan potensi
energi terbarukan yang dimiliki daerah itu, Rote bisa mengembangkan PLTH insolasi
matahari rata-rata 5 kWh/ m2/ hari dan kecepatan angin rata-rata 3,1-5,6 m/detik.
Sukses PLTM Rote memberikan pelajaran bahwa pemanfaatan tenaga matahari,
angin, dan biofuel sangat mungkin diterapkan untuk penyebaran listrik di daerah terpencil
yang berlum tersentuh jaringan PLN.
Dengan kata lain, keadilan untuk menikmati terang-benderangnya aliran listrik perlu
aksi konkret dari pemerintah. Pelaksanaan aksi itu harus dilakukan berbarengan antara di
perkotaan dan daerah terpencil. Sebab penduduk di daerah pelosok statusnya sama yakni
bangsa Indonesia.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sabagai berikut:
1. Bagaimana teori dari penggunaan Hybrid Power System?
2. Apa saja implementasi dari Hybrid Power System?
3. Kriteria apa saja yang dipertimbangkan dalam menentukan Hybrid Power System?
1.3. TUJUAN
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sabagai berikut:
1. Mengetahui teorema dari Hybrid Power System
2. Mengetahui peranan dari Hybrid Power System dalam ketersediaan tenaga listrik
diperkotaan maupun dipedesaan
3. Mengetahui implementasi dari Hybrid Power System?
4. Mengetahui Kriteria apa saja yang dipertimbangkan dalam menentukan Hybrid Power
System ?
BAB II
TEORI DASAR
2.1. SISTEM HIBRIDA
Sistem Hybrid adalah system pembangkit listrik yang terdiri dari 2 atau lebih system
pembangkit dengan sumber energy berbeda. Misalnya Listrik Tenaga Surya (Photovoltaic, -
PV) dipadu dengan genset, maka disebut Hybrid PV-Genset. System Hybrid yang pernah
diterapkan di Indonesia adalah: Hybrid PV-Genset, Hybrid PV-Mikrohydro, Hybrid PV-Bayu
( angin) , dan bahkan Hybrid PV-Bayu-Genset.
Dilihat dari cara pendistribusian listriknya, system hybrid adalah system centralized,
yakni pembangkit berada disuatu lokasi, dan listrik yang dihasilkan didistribusikan melalui
jaringan distribusi ke rumah-rumah konsumen. Istilah hybrid sering juga digunakan untuk
system Grid Connected PV (yakni menggabungkan/ " mencantolkan" Pembangkit Listrik
Tenaga Surya ke jaringan PLN) . System hybrid yang penempatan PLTS nya diselaraskan
dengan arsitektur bangunan ( tidak sekadar ditempelkan) disebut BIPV ( Building Integration
PV) . Sistem seperti ini belum pernah ada di Indonesia.System hybrid PLTS tidak hanya
diterapkan di listrik pedesaan tetapi juga banyak diterapkan di perkotaan.
Alasan teknis dimanfaatkannya system hybrid adalah sebagai berikut:
Saling melengkapi keunggulan dan kelemahan masing-masing pembangkit :
Misalnya untuk Hybrid PV-Mikrohydro, pada musim penghujan air banyak tetapi
matahari relatif sedikit, dan sebaliknya jika musim kemarau.
Mengoptimalkan kemampuan system pembangkit :
pada Hybrid PV-Genset, genset untuk memenuhi kebutuhan pada saat " peak load" ,
sedangkan pada saat " base load" genset dimatikan dan PLTS mencatu listrik ke
jaringan, dengan demikian masing-masing pembangkit dapat beroperasi pada
kapasitas optimalnya.
Mengurangi ketergantungan pada suplai BBM:
pada Hybrid PV-Genset pemakaian genset dapat dikurangi sampai dengan 75% ,
tanpa mengganggu suplai kebutuhan listrik, sehingga ketergantungan suplai BBM
untuk genset dapat dikurangi.
Meningkatkan keandalan ( reliability) dan kualitas suplai listrik. Grid connected/
BIPV dapat meningkatkan keandalan dan kualitas suplai listrik karena listrik yang
disuplai lebih stabil dan dapat di-set agar memiliki fungsi back up.
Alasan ekonomisnya adalah sebagai berikut:
Meningkatkan efisiensi system pembangkit:
Hybrid PV-Genset mengurangi biaya operasional system, karena pada saat " base
load" dimana kebutuhan listrik konsumen jauh dibawah kapasitas genset, maka genset
dapat dimatikan dan PLTS menggantikan, sehingga genset tidak dibiarkan beroperasi
pada kapasitas dibawah kapasitas optimum.
Meningkatkan keandalan ( reliability) dan pelayanan, secara ekonomis. Listrik
pedesaan yang beroperasi 6-12 jam per hari dapat ditingkatkan menjadi beroperasi
penuh 24 jam/ hari secara ekonomis. Apabila peningkatan dilakukan dengan
menggunakan genset saja maka investasi yang dibutuhkan kecil tetapi biaya operasi
akan meningkat karena pada saat " base load" genset terus beroperasi, ketergantungan
terhadap suplai BBM juga semakin tinggi ( di pedesaan/ pulau terpencil sulit
diharapkan kepastian suplai BBM) . Apabila peningkatan dilakukan dengan
menambah PV saja, meskipun biaya operasi menjadi nol tetapi biaya investasi akan
membengkak. Hybrid PV-genset dapat meningkatkan keandalan dan suply listrik 24
jam ( layanan kepada pelanggan) dengan menghindari penambahan investasi awal
yang terlalu besar, menghindari biaya operasi yang besar, dan mengurangi
ketergantungan terhadap suplai BBM.
System hybrid pada dasarnya adalah customized system. Sistem dirancang dengan
memperhatikan kebutuhan spesifik dan target yang ingin dicapai, oleh karenanya komposisi
kontribusi masing-masing pembangkit dapat diatur agar target dapat dicapai dengan baik.
System Hybrid PV-Genset untuk listrik pedesaan di isolated grid misalnya, umumnya
dirancang 20-30% PLTS dan 70-80% genset, rancangan ini didasarkan pada load profile
listrik pedesaan dimana umumnya " base load" berkisar antara 20-30% dari " peak load" .
Kapasitas System Hybrid umumnya adalah 10kW, 20kW, 40kW, 60kW, 80kW, 100kW.
Sistem paling besar yang pernah diterapkan di dunia adalah 10MW.
Dengan menggunakan teknologi moduler, system hybrid kami dapat dibangun dengan
prinsip rumah tumbuh, misalnya jika diinginkan system hybrid 100kW tetapi kesiapan
investasi hanya cukup untuk 20kW dahulu, maka dapat dibangun system yang 10kW dulu
kemudian sisanya dibangun menyusul, system yang sdh dipasang terdahulu tidak akan
dibuang.
Hybrid System atau Pembangkit Listrik Tenaga Hibrida (PLTH) merupakan salah
satu alternatif sistem pembangkit yang tepat diaplikasikan pada daerah-daerah yang sukar
dijangkau oleh sistem pembangkit besar seperti jaringan PLN atau PLTD. PLTH ini
memanfaatkan renewable energy sebagai sumber utama (primer) yang dikombinasikan
dengan Diesel Generator sebagai sumber energi cadangan (sekunder).
Pada PLTH, renewable energy yang digunakan dapat berasal dari energi matahari,
angin, dan lain-lain yang dikombinasikan dengan Diesel-Generator Set sehingga menjadi
suatu pembangkit yang lebih efisien, efektif dan handal untuk dapat mensuplai kebutuhan
energi listrik baik sebagai penerangan rumah atau kebutuhan peralatan listrik yang lain
seperti TV, pompa air, strika listrik serta kebutuhan industri kecil di daerah tersebut. Dengan
adanya kombinasi dari sumber-sumber energi tersebut, diharapkan dapat menyediakan catu
daya listrik yang kontinyu dengan efisiensi yang paling optimal.
Gambar berikut memperlihatkan contoh sistem PLTH yang mengkombinasikan
Tenaga Surya, Tenaga Angin, dan Diesel Generator
Gambar berikut memperlihatkan contoh sistem PLTH yang mengkombinasikan
Tenaga Surya, Tenaga Angin, dan Diesel Generator
Gambar 1. Sistem PLTH yang mengkombinasikan Tenaga Surya, Tenaga Angin, dan Diesel
Generator
2.2. PRINSIP KERJA PLTH
Cara kerja Pembangkit Listrik Sistem Hybrida Surya Bayu dan Diesel sangat
tergantung dari bentuk beban atau fluktuasi pemakain energi (load profile) yang mana selama
24 jam distribusi beban tidak merata untuk setiap waktunya. Load profil ini sangat
dipengaruhi penyediaan energinya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka kombinasi
sumber energi antara Sumber energi terbarukan dan Diesel Generator atau disebut
Pembangkit Listrik Sistem Hibrida adalah salah satu solusi paling cocok untuk sistem
pembangkitan yang terisolir dengan jaringan yang lebih besar seperti jaringan PLN.
Pada umumnya PLTH bekerja sesuai urutan sebagai berikut:
1. Pada kodisi beban rendah, maka beban disuplai 100% dari baterai dan PV module, selama
kondisi baterai masih penuh sehingga diesel tidak perlu beroperasi.
2. Untuk beban diatas 75% beban inverter (tergantung setting parameter) atau kondisi baterai
sudah kosong sampai level yang disyaratkan, diesel mulai beroperasi untuk mensuplai
beban dan sebagian mengisi baterai sampai beban diesel mencapai 70-80% kapasitasnya
(tergantung setting parameter). Pada kondisi ini Hybrid Controller bekerja sebagai charger
(merubah tegangan AC dari generator menjadi tegangan DC) untuk mengisi baterai.
3. Pada kondisi beban puncak baik diesel maupun inverter akan beroperasi dua-duanya untuk
menuju paralel sistem apabila kapasitas terpasang diesel tidak mampu sampai beban
puncak. Jika kapasitas genset cukup untuk mensuplai beban puncak, maka inverter tidak
akan beroperasi paralel dengan genset.
Semua proses kerja tersebut diatas diatur oleh System Command Unit yang terdapat
pada Hybrid Controller. Proses kontrol ini bukan sekedar mengaktifkan dan menonaktifkan
diesel tetapi yang utama adalah pengaturan energi agar pemakain BBM diesel menjadi
efisien. Parameter Pemakaian BBM dinyatakan dengan Specified Fuel Consumption
(SFC),yaitu besar atau volume bahan bakar untuk dapat menghasilkan energi tertentu dari
suatu diesel-generator. Nilai SFC tergantung efisiensi engine dan berapa persen daya yang
dipikul oleh engine terhadap kapasitas maksimumnya, yang nilainya antara 0.25 - 0.5
liter/kWh. NIlai optimum diperoleh saat pembebanan genset 75%-80%.
Gambar 2. Ilustrasi pemanfaatan Hybrid System
Berikut contoh grafik pemanfaatan Hybrid di lokasi Wini, TTU, Nusa Tenggara Timur
2.3. SISTEM SCADA
SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition) merupakan sistem yang
mengkombinasikan telemetri (pengukuran jarak jauh) dan akuisisi data. SCADA
mengumpulkan informasi dari peralatan di lapangan yang selanjutnya dikirimkan ke pusat,
kemudian dilakukan analisa dan pengendalian yang diperlukan dan menampilkan informasi
tersebut pada layar operator. SCADA berfungsi untuk memantau dan mengendalikan
peralatan di lapangan dari jarak jauh menggunakan jaringan telekomunikasi [14]. SCADA
umumnya digunakan di indutsri [14], sistem pengendalian tenaga listrik [15], jaringan
penyedia air bersih [16]. Arsitektur suatu SCADA terdiri dari komponenkomponen sebagai
berikut :
1. Peralatan lapangan (sensor dan aktuator) :
Peralatan instrumentasi di lapangan berupa sensor digunakan untuk membaca sinyal
analog atau digital yang diukur, sedangkan aktuator digunakan untuk mnegendalikan
peralatan seperti motor, saklar, katup, dll. 2. Remote terminal unit (RTU) :
RTU atau remote station umumnya berupa PLC (Programmable Logic Controller) yang
berfungsi untuk mengendalikan aktuator, membaca sinyal dari sensor dan berkomunikasi
dengan pusat pengendali.
3. Jaringan komunikasi :
Digunakan untuk menghubungkan RTU dengan stasiun pusat pengendali yang berupa
jaringan kabel, atau radio.
4. Stasiun pusat pengendali :
Merupakan stasiun pusat monitoring dan pengendalian dimana terdapat komputer host
dengan perangkat lunak SCADA/HMI (Human Machine Interface) yang memudahkan
operator melakukan monitoring dan pengendalian peralatan-peralatan di lapangan.
Gambar 3 memperlihatkan rancangan sistem SCADA pada pembangkit listrik tenaga
hibrida (PLTB dan PLTS).
Gambar 3. Sistem SCADA pada pembangkit tenagan hibrida
2.4. MODEL PLTS
Komponen utama dari PLTS adalah Photovoltaic (PV) yang mengubah energi
matahari menjadi energi listrik. Dewasa ini, seiring dengan krisis energi berbahan bakar
minyak dan dampak dari pemanasan global, penelitian PV banyak dilakukan. Umumnya para
peneliti membuat model PV untuk mempermudah perancangan dan analisa sistem PLTS,
mengingat harga PV yang relatif masih mahal. Dengan model ini, banyak simulator PV
menggunakan program komputer (MATLAB) yang dikembangkan oleh para peneliti.
Rangkaian ekivalen PV yang paling sederhana terdiri dari sebuah sumber arus yang dirangkai
paralel dengan sebuah dioda. Output dari sumber arus berbanding lurus dengan cahaya yang
menyinari sel PV. Parameter dioda menentukan karakteristik I-V dari sel PV tersebut. Model
yang lebih komplek [9] dibuat dengan menambahkan beberapa parameter seperti: pengaruh
suhu terhadap arus foto IL, arus saturasi dari dioda I0, sebuah tahanan seri RS (lihat gambar
di bawah ini).
Gambar 4. Rangkaian Ekivalen model PV
Karakteristik I-V dari sel PV dinyatakan dengan persamaan-persamaan berikut :
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Dimana :q = muatan litsrik = 1.6e-19n =faktor kualitas diodak =konstanta Boltzman =1.38e-23T = temperatur kerjaT 1= temperatur referensi-1T2 = temperatur referensi-2G = radiasi sinar matahariIsc =arus hubung pendekVoc =tegangan rangkaian terbukaVg =tegangan jarak pita (band gap)
2.5. MODEL PLTB
Pada PLTB, turbin angin digunakan untuk mengubah energi kinetik angin menjadi
energi listrik. Turbin angin terdiri dari rotor dengan dua atau lebih bilah (blade) yang
terhubung secara mekanik dengan sebuah generator listrik. Energi listrik yang dihasilkan
tergantung dari energi angin yang ditangkap rotor. Energi listrik yang dihasilkan dapat
dimodelkan dengan persamaan berikut ini. Energi kinetik dari udara dengan massa m yang
bergerak dengan kecepatan V diberikan oleh :
(9)
Daya dari udara yang bergerak adalah kecepatan alir dari energi kinetik per detik. Sehingga :
(10)
Jika didefiniskan :
P= daya mekanik pada udara yang bergerak
ρ= densitas udara, kg/m3
A= luas daerah yang disapu bilah-bilah rotor, m2
V= kecepatan udara, m/det,
Maka daya pada persamaan (10) dapat dinyatakan oleh :
(11)
Daya aktual yang diserap oleh rotor adalah perbedaan antara daya angin yang masuk dan
keluar. Sehingga :
(12)
Dimana :
Po=daya mekanik yang diserap rotor, yaitu daya output
V= kecepatan angin yang masuk ke rotor
Vo= kecepatan angin yang keluar dari rotor.
Kecepatan alir massa yang melewati rotor dapat diasumsikan sebagai hasil kali dari densitas
dan rata-rata kecepatan, atau :
(13)
Daya mekanik yang diserap motor, yang digunakan untuk menggerakkan generator listrik
adalah:
(14)
Persamaan dapat dituliskan sebagai :
(15)
Dimana:
(16)
Faktor Cp disebut sebagai efisiensi rotor. Secara teori, nilai maksimum Cp adalah 0,59.
Dari persamaan (15), terlihat bahwa daya output dari turbin angin bervariasi secara linier
dengan luas daerah yang disapu oleh rotor. Untuk turbin angin dengan sumbu horisontal, luas
daerah ini dinyatakan oleh :
(17)
dimana D adalah diameter motor.
2.6. PERANGKAT LUNAK SCADA/HMI
Perangkat lunak SCADA/HMI yang digunakan dalam penelitian ini adalah
WINLOG SCADA [8]. WINLOG SCADA merupakan perangkat lunak SCADA yang
sederhana dan fleksibel untuk supervisi proses industri. Perangkat lunak ini dilengkapi
dengan bermacammacam library driver untuk digunakan berkomunikasi dengan berbagai
jenis RTU/PLC yang mempunyai protokol komunikasi yang berbeda. Untuk mempermudah
pengembangan aplikasi SCADA, WINLOG SCADA dilengkapi dengan beberapa tool seperti
Gate Builder, Template Builder, Code Builder.
Gate Builder : digunakan untuk setting gate (tags), seperti definisi nama, alamat, unit
pengukuran, faktor skala, dll. Terdapat berbagai macam gate, yaitu : numeric, digital,
string, compound, even, alarm. Gate merupakan variable proses yang dapat dibaca dari
peralatan luar, seperti PLC, indikator, modul data akuisisi, atau dihasilkan oleh program
sendiri.
Template builder : digunakan untuk membuat template dan menampilkannya di layar.
Sebuah template digunakan untuk menyusun obyek yang digunakan, seperti gambar
bitmap, teks, nilai, status bar, led indicator, dll.
Code builder : digunakan untuk memperkaya aplikasi menggunakan bahasa pemrograman
seperti bahasa C yang memungkinkan programmer berinteraksi dengan semuaelemen
Winlog. Sperti membuat “looping” atau kondisi “if-then-else”.
2.7. PRTOTOKOL KOMUNIKASI MODBUS
Terdapat berbagai macam protokol yang dapat digunakan untuk komunikasi MTU
dan RTU/PLC, seperti MODBUS (Modicon), Profibus (Siemens), DeviceNet (Allen
Bradley), dll. Dalam penelitian ini digunakan protokol MODBUS karena merupakan protokol
yang banyak digunakan oleh manufaktur peralatan instrumentasi. MODBUS merupakan
protokol pesan yang terletak pada lapisan ke-7 (Application Layer) pada model OSI (Open
Systems Interconnection) yang mendukung komunikasi client-server antara PLC dan
peralatan-peralatan yang terkonek pada suatu jaringan. MODBUS diimplementasikan
menggunakan (lihat gambar 5) :
TCP/IP melalui Ethernet
Transmisi serial asinkron (EIA-232-E,EIA- 422,EIA-485-A, dll)
MODBUS PLUS melalui jaringan kecepatan tinggi.
Gambar 5. Komunikasi MODBUS
Dengan protokol MODBUS, komunikasi pada semua tipe arsitektur jaringan dapat
dilakukan dengan mudah seperti diilustrasikan pada gambar 5. Setiap peralatan seperti PLC,
HMI, piranti I/O, motion control, dll dapat menggunakan protokol MODBUS untuk
pengoperasian secara jarak jauh (remote). Komunikasi yang sama dapat dilakukan juga pada
komunikasi serial atau jaringan TCP/IP.
Gambar 6. Arsitektur Jaringan MODBUS
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. ARSITEKTUR PEMBANGKIT TENAGA HIBRIDA
Pembangkit listrik tenaga hibrida merupakan kombinasi dari beberapa pembangkit
listrik, seperti PLTS,PLTB,PLTD dan baterai penyimpanan. Terdapat beberapa arsitektur
untuk menginterkoneksikan bermacam-macam pembangkit tersebut ke jaringan listrik (grid),
seperti terlihat pada gambar dibawah ini.
(a) (b)
(c)
Gambar 7 . Arsitektur sistem pembangkit tenaga hibrida:(a) Centralized AC-bus; (b)
Distributed AC-bus; (c) Centralized Dcbus [5].
Pada gambar 1(a), pembangkit-pembangkit dan baterai dipasang di suatu lokasi dan
dihubungkan ke AC bus sebelum dikoneksikan ke grid. Sistem ini disebut terpusat
(centralized) karena daya listrik yang dikirimkan setiap pembangkit dan baterai diumpankan
ke grid melalui satu titik.
Pada gambar 1(b), pembangkit-pembangkit tidak harus dipasang berdekatan lokasinya, dan
tidak perlu dikoneksikan ke satu AC bus. Pembangkit terdistribusi pada lokasi yang berbeda
dan setiap pembangkit dikoneksikan ke grid secara terpisah.
Pada gambar 1(c), dilakukan konversi tegangan AC ke DC pada pembangkit yang
menghasilkan daya AC yaitu PLTB dan PLTD. Selanjutnya daya DC tersebut dikoneksikan
ke DC bus, dan sebuah pengubah tegangan DC ke AC digunakan untuk mengumpankan ke
grid (AC).
3.2. IMPLEMENTASIDalam penelitian ini, model PLTB dan PLTS disimulasikan dengan menggunakan
bahasa pemrograman Delphi. Sedangkan komunikasi antara pembangkit dengan Winlog
SCADA menggunakan protocol MODBUS TCP yang dapat dihubungan melalui LAN (Local
Area Network). Parameter - parameter utama yang dimonitor dalam sistem SCADA ini
adalah : kecepatan angin, intensitas atau radiasi sinar matahari, dan daya yang dihasilkan
masing-masing pembangkit. Berikut penjelasan dari implementasi dan pengujian dari
simulator sistem
pembangkit dan sistem SCADA.
3.3. SIMULATOR PLTB
Gambar 6 memperlihatkan tampilan dari simulator PLTB. Data masukan yang
diperlukan adalah paramater turbin angin, seperti densitas udara, diameter bilah (blade),
koefisien daya turbin, data kecepatan angin yang dapat diambil dari file data angin.
Gambar 8. Simulatro PLTB
Pada saat simulasi berjalan, maka data-data seperti waktu simulasi, kecepatan angin
dan daya output saat itu akan ditampilkan pada simulator.
Menu “output setting “ di gunakan untuk memilih tipe output dari simulator yang digunakan.
Dalam penelitian ini digunakan komunikasi MODBUS TCP untuk berkomunikasi dengan
SCADA melalui jaringan TCP/IP.
3.4. SIMULATOR PLTS
Tampilan simulator PLTS diperlihatkan pada gambar 7. Menu yang ada hampir
sama dengan simulator PTLB, hanya berbeda pada parameter masukan dan data yang
ditampilkan saat simulasi berlangsung. Parameter masukan yang digunakan adalah tegangan
dan jumlah modul PV. Sedangkan data yang ditampilkan saat simulasi adalah waktu simulasi,
besarnya radiasi sinar matahari, suhu dan daya output pembangkit.
Gambar 9. Photovolatic (PV Simulator.
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Adapun dapat ditarik kesimpulan dari makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Sistem Hybrid adalah system pembangkit listrik yang terdiri dari 2 atau lebih system
pembangkit dengan sumber energy berbeda. Misalnya Listrik Tenaga Surya
( Photovoltaic, -PV) dipadu dengan genset, maka disebut Hybrid PV-Genset. System
Hybrid yang pernah diterapkan di Indonesia adalah: Hybrid PV-Genset, Hybrid PV-
Mikrohydro, Hybrid PV-Bayu ( angin) , dan bahkan Hybrid PV-Bayu-Genset.
2. SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition) merupakan sistem yang
mengkombinasikan telemetri (pengukuran jarak jauh) dan akuisisi data. SCADA
mengumpulkan informasi dari peralatan di lapangan yang selanjutnya dikirimkan ke
pusat, kemudian dilakukan analisa dan pengendalian yang diperlukan dan
menampilkan informasi tersebut pada layar operator. SCADA berfungsi untuk
memantau dan mengendalikan peralatan di lapangan dari jarak jauh menggunakan
jaringan telekomunikasi [14]. SCADA umumnya digunakan di indutsri [14], sistem
pengendalian tenaga listrik [15], jaringan penyedia air bersih [16]. Arsitektur suatu
SCADA terdiri dari komponenkomponen sebagai berikut :
3. Pada makalah ini dijelaskan pengembangan sistem SCADA untuk memonitor dan
mengendalikan pembangkit listrik tenaga hibrida yang terdiri dari PLTB dan PLTS.
Dengan aplikasi SCADA ini, proses monitoring dan pengendalian pembangkit-
pembangkit yang lokasinya berjauhan dilakukan secara terpusat dengan bantuan
perangkat muka yang mempermudah dalam pengambilan keputusan untuk
pengendalian sistem. Pengembangan lebih lanjut yang akan dilakukan adalah
penambahan jumlah pembangkit dan parameter input yang dimonitor dan output yang
dikendalikan, dan implementasi pada pembangkit yang sebenarnya.
4. Dalam makalah ini kami mengambil 2 model implementasi yaitu model Pembangkit
Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan model Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin
(PLTB).
5. Implementasi dari makalah Hybrid Power System ini yaitu dengan menggunakan
SCADA. SCADA inilah yang akan mengontrol dengan jarak jauh kinerja dari
pembangkit melalui jaringan telekomunikasi.