Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
THE RELATIONSHIP BETWEEN EXCLUSIVE BREASTFEEDING WITH THE
INCIDENCE OF DIARRHEA IN INFANTS 0-6 MONTHS OLD IN BARA-
BARAYA CLINICS MAKASSAR
HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN ANGKA KEJADIAN
DIARE PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS BARA-BARAYA
KOTA MAKASSAR
NADYA TENRIANY NAJIB
NIM 10542 0304 11
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kedokteran
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2015
FAKULTAS KEDOTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
TELAH DISETUJUI UNTUK DICETAK DAN DIPERBANYAK
Judul Skripsi :
HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN
ANGKA KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI
PUSKESMAS BARA-BARAYA KOTA MAKASSAR
MAKASSAR, MARET 2015
Pembimbing,
Dr.dr. Sri Ramadany, M.Kes
PANITIA SIDANG UJIAN
FAKULTAS KEDOTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
Skripsi dengan judul “HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DENGAN ANGKA KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI
PUSKESMAS BARA-BARAYA KOTA MAKASSAR”. Telah diperiksa,
disetujui, serta dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Makassar pada :
Hari/Tanggal : Selasa, 17 Maret 2015
Waktu : 09.00-09.30 WITA
Tempat : Ruang Rapat FK Unismuh Gedung F
Lantai 2
Ketua Tim Penguji :
( Dr. dr. Sri Ramadany, M.Kes )
Anggota Tim Penguji :
Anggota I
Anggota II
(dr. St. Nurul Rezki W, M.kes)
(Dahlan Lamabawa, S.Ag.,M.Ag)
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur, hormat dan kemuliaan hanya kepada Allah SWT. yang
telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Hubungan antara pemberian ASI
Eksklusif dengan angka kejadian Diare pada bayi usia 0-6 bulan di puskesmas
Bara-Baraya Makassar” untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
menyelesaikan program Pendidikan Dokter pada Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Makassar (FK Unismuh).
Dalam menyelesaikan skripsi ini, banyak sekali kendala yang dihadapi tapi
keterlibatan banyak pihak yang telah memberi dorongan, semangat dan masukan
sangat berarti bagi penulis. Untuk itu pada kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. dr. Sri
Ramadany, M.Kes selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu dan
perhatiannya dengan penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :
1. Orang tua yang menjadi inspirasi penulis dalam menjalani hidup, terima
kasih atas semua dorongan, semangat, pengorbanan waktu serta doa yang
tulus yang telah kalian berikan selama penulis menjalani pendidikan.
2. dr. St. Nurul Rezki Wahyuni, M.kes. dan Bapak Dahlan Lambawa
S.Ag.,M.Ag selaku penguji, terima kasih atas segala bimbingan, saran dan
masukan, semoga kedepannya penulis dapat lebih baik lagi.
3. Segenap dosen Fakultas Kedokteran Unismuh yang telah banyak
membekali ilmu pengetahuan yang tiada ternilai dan sangat berarti bagi
penulis. Semoga penulis bisa mengamalkan ilmu tersebut demi kemajuan
dunia kesehatan.
4. Seluruh teman sejawat khususnya teman-teman angkatan 2011, saya
mengucapkan terimakasih atas kerjasama, bimbingan yang baik serta
saling membantu dan memotivasi.
5. Terkhusus untuk teman-teman terdekat Amanda, Aswiny, Aan, Caca, Ushi
yang telah banyak membantu dan memberi semangat dan teman-teman
satu pembimbing Hajar, dan Asma.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
skripsi ini dan penulis berharap adanya masukan yang membangun untuk
menghasilkan karya yang lebih baik lagi dikemudian hari. Semoga skripsi ini
dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi kita semua.
Makassar, 17 Maret 2015
Penulis,
( Nadya Tenriany Najib )
FACULTY OF MEDICINE
MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR
Skripsi, Maret 2015
NADYA TENRIANY
Sri Ramadany
"THE RELATIONSHIP BETWEEN EXCLUSIVE BREASTFEEDING
WITH THE INCIDENCE OF DIARRHEA IN INFANTS 0-6 MONTHS
OLD IN BARA-BARAYA CLINICS MAKASSAR" (xiv+ 62 pages + 5attachments )
ABSTRACT
BACKGROUND: The incidence and mortality due to diarrhea in children in
developing countries are developing are still high. Especially for children who
received formula milk, the number was significantly higher compared with
children who are breastfed. This is due to the high nutritional value of breast
milk, the presence of antibodies in breast milk, leukocyte cells, enzymes,
hormones, and others that protect the baby against various infections. It is
generally understood that the best nutrition for babies is breast milk (ASI).
Especially for infants younger than 6 month, exclusive breastfeeding is defenitely
recommended given.
OBJECTIVE: To determine the relationship between exclusive breastfeeding
with the incidence of diarrhea in infants aged 0-6 months old.
METHODS: The study used in this research is an analytic descriptive (all
variables measured / observed in a given moment, one moment does not mean that
all subjects were observed exactly at the same time but it means that the subject is
only observed one subject variables and measurement was made during the
examination) with cross sectional study design. This research assessed the
relationship between exclusive breastfeeding with an incidence of diarrhea in
infants aged 0-6 months. The research instrument used questionnaire. Data were
analyzed using Chi - square with p> 0.05 and processed by computerized using
SPSS.
RESULTS: The number of samples involved in this study were 74 samples. There were
more male samples than female sampels with total 39 infants (52.7%) and by age, the
sample was 2 months older was 21 infants (28.4%). Of the 30 infants (40.5%) were given
exclusive breastfeeding with diarrhea as much as four infants (13.3%) and who do not
have diarrhea as much as 26 infants (86.7%). While the non-breastfed infants were 44
infants Exclusive (59.5%), ie with diarrhea as many as 23 infants (52.3%), and diarrhea
are not as many as 21 infants (47.7%)
CONCLUSION: From the calculation of the statistical test "chi-square" treated with the
Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 21 For Windows. Statistical analysis
showed that the value of P = <0.001 (p <0.05), then Ho is rejected and Ha accepted.
This means that there is a relationship between exclusive breastfeeding with the incidence
of diarrhea in infants aged 0-6 months
Keywords: exclusive breastfeeding, the incidence of diarrhea
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Skripsi, Maret 2015
NADYA TENRIANY
Sri Ramadany
“HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN ANGKA
KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS
BARA-BARAYYA KOTA MAKASSAR”
(xiv+ 62 halaman + 5 lampiran)
ABSTRAK
LATAR BELAKANG: Angka kejadian dan kematian akibat diare pada anak-
anak di negara-negara yang sedang berkembang masih tinggi. Lebih-lebih pada
anak yang mendapat susu formula, angka tersebut lebih tinggi secara bermakna
dibandingkan dengan anak-anak yang mendapat ASI. Hal ini disebabkan karena
nilai gizi ASI yang tinggi, adanya antibodi pada ASI, sel-sel leukosit, enzim,
hormon, dan lain-lain yang melindungi bayi terhadap berbagai infeksi. Secara
umum dipahami bahwa gizi terbaik untuk bayi adalah Air Susu Ibu (ASI). Khusus
bagi bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dianjurkan diberi ASI Eksklusif.
TUJUAN: Untuk mengetahui adakah hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan
angka kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan.
METODE: Jenis penelitian yang dipakai adalah jenis penelitian deskriptif
analitik (semua variabel diukur/diamati dalam satu saat tertentu, satu saat bukan
berarti semua subjek diamati tepat pada satu saat yang sama tetapi artinya subjek
hanya diamati satu kali dan pengukuran variabel subjek dilakukan pada saat
pemeriksaan tersebut) dengan rancangan penelitian Cross Sectional.
Pada
penelitian ini akan dinilai hubungan antara variabel yang diamati, yaitu variabel
hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan variabel kejadian diare pada bayi usia
0-6 bulan. Instrumen penelitian menggunakan lembar wawancara. Analisis data
dengan Chi - square dengan p> 0,05 dan diolah secara komputerisasi
menggunakan SPSS.
HASIL: Jumlah sampel yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 74 sampel.
Sampel berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibanding berjenis kelamin
perempuan yaitu sejumlah 39 bayi (52,7%) dan berdasarkan usia, sampel berusia
2 bulan lebih banyak yaitu 21 bayi (28,4%). Dari 30 bayi (40,5%) yang diberi ASI
Eksklusif yang mengalami diare sebanyak 4 bayi (13.3%) dan yang tidak
mengalami diare sebanyak 26 bayi (86.7%). Sedangkan bayi dengan non ASI
Eksklusif sebanyak 44 bayi (59.5%), yakni yang mengalami diare sebanyak 23
bayi (52.3%), dan yang tidak diare sebanyak 21 bayi (47.7%).
KESIMPULAN: Dari perhitungan dengan uji statistik “chi square” yang diolah
dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 21 For Windows. Hasil uji
statistik menunjukkan bahwa nilai P = < 0,001 (p<0,05), berarti Ho di tolak dan
Ha diterima. Hal ini berarti terdapat hubungan antara pemberian ASI Eksklusif
dengan angka kejadian Diare pada bayi usia 0-6 bulan
Kata kunci: ASI eksklusif, kejadian diare.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .......................................................... i
LEMBAR PANITIA SIDANG UJIAN ................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................................................. v
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 6
A. Tinjauan umum tentang ASI Eksklusif .......................................................... 6
1. Definisi ASI ............................................................................................ 6
2. Macam-macam ASI ................................................................................ 8
3. Kandungan hebat dalam ASI ................................................................... 9
4. Pentingnya pemberian ASI Eksklusif ..................................................... 11
5. Langkah-langkah menyusui yang benar ................................................. 11
6. Cara mencapai ASI Eksklusif ................................................................. 13
7. Keuntungan pemberian ASI Eksklusif ................................................... 13
B. Tinjauan umum tentang Diare ..................................................................... 15
1. Definisi Diare .......................................................................................... 15
2. Patogenesis Diare .................................................................................... 16
3. Patofisiologi ............................................................................................ 17
4. Gejala klinis Diare .................................................................................. 17
5. Penatalaksanaan Diare ............................................................................ 18
6. Komplikasi .............................................................................................. 18
7. Faktor Terjadinya Diare .......................................................................... 19
8. Jenis Dehidrasi ........................................................................................ 19
C. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare ......................... 19
D. Kerangka Teori............................................................................................... .. 21
BAB III KERANGKA KERJA PENELITIAN….................................................... 22
A. Kerangka Konsep ......................................................................................... 22
B. Hipotesis Penilitian ...................................................................................... 23
C. Definisi Operasional ................................................................................... 23
BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................................... 25
A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 25
B. Tempat dan waktu ...................................................................................... 25
C. Populasi dan Sampel ................................................................................... 25
D. Cara pengumpulan data .............................................................................. 28
E. Pengolahan dan penyajian data ................................................................. . 28
F. Analisis Data .......................................................... .................................... 28
G. Etika penelitian ........................................................................................... 29
BAB V HASIL PENELITIAN .................................................................................. 31
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.............................................................. .. 31
1. Batas-batas Wilayah Kerja ...................................................................... .. 31
2. Wilayah Kerja......................................................................................... … 32
3. Visi dan Misi Puskesmas ........................................................................… 33
4. Pos Pelayanan Terpadu ........................................................................... .. 33
B. Gambaran Umum Pupolasi dan Sampel ......................................................…. 33
C. Deskripsi Karakteristik Subjek .....................................................................… 34
D. Analisis Variabel .............................................................................................. 35
1. Analisis Univariat .................................................................................... .. 35
2. Analisis Bivariat ...................................................................................... .. 37
BAB VI PEMBAHASAN ......................................................................................... 40
A. Hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare .......................... 40
B. Keterbatasan Penelitian ................................................................................. .. 44
BAB VII TINJAUAN KEISLAMAN ..................................................................... 45
A. Klasifikasi Ayat dan Hadist ............................................................................ 45
B. Asbabun Nuzul ................................................................................................ 51
C. Pandangan Ilmuwan Kontemporer .................................................................. 53
D. Analisis Pengembangan Penulis ..................................................................... 57
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 58
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 58
B. Saran............................................................................................................... . 58
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 60
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel. 1 Batas-batas Wilayah Kerja Puskesmas Bara-Baraya
Tabel. 2 Jenis Kelamin
Tabel. 3 Usia Bayi
Tabel. 4 Riwayat Pemberian ASI
Tabel. 5 Kejadian Diare.
Tabel. 6 Hubungan pemberia ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare.
DAFTAR GAMBAR
NO JUDUL HALAMAN
2.4 Kerangka Teori 21
3.1 Kerangka Konsep 22
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat penelitian kepada kantor walikota Makassar
2. Surat penelitian kepada kanttor dinas kesehatan kota Makassar
3. Lembar kuisioner penelitian
4. Data master tabel Excel
5. Analisis data SPSS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum dipahami bahwa gizi terbaik untuk bayi adalah Air Susu Ibu
(ASI). Khusus bagi bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dianjurkan diberi ASI
Eksklusif. Pemberian ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi tanpa
diberi makanan dan minuman lain sejak dari lahir sampai 6 bulan, kecuali obat dan
vitamin. ASI Eksklusif mendapat dilegitimasi dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Peraturan Pemerintah Nomor 33
Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif, Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Pemberian ASI secara Eksklusif, dan
Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 6 tahun 2010 tentang ASI
Eksklusif.1
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI akan mencegah malnutrisi
karena ASI mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan bayi dengan tepat, mudah
digunakan secara efisien oleh tubuh bayi dan melindungi bayi terhadap infeksi.
Kira-kira selama setahun pertama kehidupannya, sistem kekebalan bayi belum
sepenuhnya berkembang dan tidak bisa melawan infeksi seperti halnya anak yang
lebih besar atau orang dewasa oleh sebab itu zat kekebalan yang terkandung
dalam ASI sangat berguna.2
Menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif baik bagi ibu
maupun bayinya. Bagi bayi, menyusui mempunyai peran penting untuk
menunjang pertumbuhan, kesehatan, dan kelangsungan hidup bayi karena ASI
kaya dengan zat gizi dan antibodi. Sedangkan bagi ibu, menyusui dapat
mengurangi morbiditas dan mortalitas karena proses menyusui akan merangsang
kontraksi uterus sehingga mengurangi perdarahan pasca melahirkan
(postpartum).3
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, didapatkan
bahwa penyebab kematian bayi (usia 29 hari-11 bulan) yang terbanyak adalah
diare (31,4%) dan pneumonia (23,8%). Hasil Survei Morbiditas Diare dari tahun
2000 s.d. 2010 didapatkan angka kesakitan diare balita Tahun 2000-2010 tidak
menunjukkan pola kenaikan maupun pola penurunan (berfluktuasi). Pada tahun
2000 angka kesakitan balita 1.278 per 1000, sedikit menurun di tahun 2003 (1.100
per 1000), agak meningkat pada tahun 2006 (1.330 per 1000), dan di tahun 2010
angka morbiditas kembali menurun (1.310 per 1000). Dilihat dari distribusi umur
balita penderita diare di tahun 2010 didapatkan proporsi terbesar adalah kelompok
umur 6 – 11 bulan yaitu sebesar 21,65%, lalu kelompok umur 12-17 bulan sebesar
14,43%, kelompok umur 24-29 bulan sebesar 12,37%, sedangkan proporsi
terkecil pada kelompok umur 54 – 59 bulan yaitu 2,06%.1
Diare adalah suatu kondisi buang air besar dengan frekuensi sangat sering
dan biasanya terjadi lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Adapun tinja yang
dikeluarkan lebih lunak dari biasanya atau cair sama sekali (dapat berbentuk cair
saja).4
Frekuensi kejadian diare pada negara-negara berkembang termasuk
indonesia lebih banyak 2-3 kali dibandingkan negara maju. Kematian yang terjadi,
kebanyakan berhubungan dengan kejadian diare pada anak-anak atau usia lanjut
usia, dimana kesehatan pada usia pasien tersebut rentan terhadap dehidrasi
sedang-berat.5
Angka kejadian dan kematian akibat diare pada anak-anak di negara-
negara yang sedang berkembang masih tinggi. Lebih-lebih pada anak yang
mendapat susu formula, angka tersebut lebih tinggi secara bermakna
dibandingkan dengan anak-anak yang mendapat ASI. Hal ini disebabkan karena
nilai gizi ASI yang tinggi, adanya antibodi pada ASI, sel-sel leukosit, enzim,
hormon, dan lain-lain yang melindungi bayi terhadap berbagai infeksi.6
Rendahnya pemberian ASI Eksklusif oleh ibu menyusui di Indonesia
disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi rendahnya
pengetahuan dan sikap ibu, dan faktor eksternal meliputi kurangnya dukungan
keluarga, masyarakat, petugas kesehatan maupun pemerintah, gencarnya promosi
susu formula, faktor sosial budaya serta kurangnya ketersediaan fasilitas
pelayanan kesehatan ibu dan anak. Para pemangku kepentingan bidang kesehatan
menyimpulkan bahwa sebab dasar rendahnya cakupan ASI Eksklusif adalah akses
bayi terhadap ASI Eksklusif yang rendah akses yang rendah tersebut sangat
dipengaruhi oleh potensi spesifik ibu sebagai figur utama, yaitu perilaku ibu.
Hasil kajian beberapa variabel dalam kaitannya dengan perilaku ibu
menyimpulkan bahwa pengetahuan, sikap, dan kepercayaan berpengaruh terhadap
keputusan ibu untuk memberikan ASI Eksklusif pada bayinya.7
Meskipun ASI Ekslusif sudah diketahui manfaat dan dampaknya serta
menjadi amanat konstitusi, namun kecendrungan pada ibu untuk menyusui bayi
secara eksklusif masih rendah. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2010
menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan ASI esklusif secara nasional sebesar
15,3% dan Sulawesi Selatan sebesar 30,1%.7
Dengan melihat hal tersebut di atas, penilitian ini dilakukan untuk
memberikan informasi lebih lanjut mengenai hubungan antara pemberian ASI
Eksklusif dengan angka kejadian Diare pada bayi umur 0-6 bulan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah ada hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan angka kejadian
Diare pada bayi umur 0-6 bulan di puskesmas Bara-baraya Makassar pada tahun
2015 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui adakah hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan
angka kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas Bara-baraya
Makassar.
2. Tujuan Khusus
Diketahuinya angka kejadian diare pada bayi dengan ASI Ekslusif di
Puskesmas Bara-baraya Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk Puskesmas Bara-baraya Makassar
Memberikan informasi tentang hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan
angka kejadian Diare pada bayi usia 0-6 bulan, sehingga pihak puskesmas bisa
memberikan penyuluhan tentang pentingnya ASI Eksklusif.
2. Untuk masyarakat
Memberikan tambahan pengetahuan kepada ibu tentang manfaat dan
pentingnya pemberian ASI Eksklusif.
3. Untuk penulis
Sebagai wadah mengaplikasikan ilmu metodologi penelitian yang didapat di
bangku kuliah serta bermanfaat dalam menambah wawasan dan pengetahuan.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di puskesmas Bara-baraya Makassar pada
tahun 2015.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ASI Eksklusif
1. Definisi ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara
ibu, yang berguna sebagai makanan utama bagi bayi. Eksklusif adalah terpisah
dari yang lain atau disebut khusus. Menurut pengertian lainnya, ASI Eksklusif
adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk,
madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya,
bubur susu, biscuit dan nasi tim. Pemberian ASI dianjurkan dalam jangka waktu 6
bulan.8
ASI adalah susu yang diproduksi seorang ibu untuk konsumsi bayi dan
merupakan sumber gizi utama bayi yang belum bias mencerna makanan padat.
ASI diproduksi di dalam alveoli karena pengaruh hormone prolactin dan acytocin
setelah kelahiran bayi. ASI tersebut dapat mengalir masuk berkat kerja otot-otot
halus yang mengelilingi alveoli. Air susu kemudian mengalir ke saluran yang
lebih besar yang selanjutnya masuk ke dalam jaringan penyimpan air susu yang
terletak tepat dibawah areola. Jaringan ini berfungsi seperti bak penampung air
susu sementara, sampai saatnya tiba menghisapnya, melalui celah pada putting
susu.9
Menyusui merupakan proses fisiologis untuk memberikan nutrisi kepada
bayi secara optimal. Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi ideal untuk menunjang
kesehatan, pertumbuhan, perkembangan bayi secara optimal. ASI mengandung
lemak, karbohidrat, protein, nutrien, mikro dan antibodi dalam jumlah yang tepat
untuk pencernaan, perkembangan, otak dan pertumbuhan bayi. Bayi yang
mendapat susu formula mungkin saja lebih gemuk dibandingkan bayi yang
mendapat ASI, tetapi belum tentu lebih sehat.8
ASI memang tidak ada
bandingannya dengan susu-susu botol. Zat-zat yang terkandung di dalam ASI
sangatlah bagus bila disbanding dengan susu botol. Di dalam ASI terdapat
beberapa zat yang sangat bermanfaat bagi bayi. Mengapa harus ASI dan tidak
susu botol?, karena :
a. ASI mempunyai suhu yang cocok untuk bayi
b. ASI mengandung segala gizi yang dibutuhkan oleh bayi
c. ASI tidak mengandung bakteri apapun
d. ASI keluar dari tempat yang baik
e. Kandungan ASI cocok dengan bayi sehingga tidak menyebabkan muntah
f. ASI tidak bersentuhan dengan udara sehingga ASI tidak mungkin basi jika
masih dalam tubuh ibu
g. Bersifat praktis karena ASI bersifat cair sehingga tidak perlu menyeduh, ASI
praktis dan estetis karena menyatu dengan tubuh ibu
h. Ekonomis, karena tidak perlu membeli. Bagi ibu yang kondisi ekonominya pas-
pasan tidak perlu pusing untuk memberikan susu bagi anaknya.9
2. Macam-macam ASI
a. Kolostrum
Merupakan cairan yang pertama kali keluar, berwarna kekuning-kuningan.
Banyak mengandung protein dan antibody (kekebalan tubuh).
Komponen yang terdapat dalam kolostrum:
Komposisi Kepentingan
Kaya antibodi Perlindungan terhadap infeksi dan alergi.
Banyak lekosit Perlindungan terhadap infeksi.
Purgatif Pengeluaran mekonium (kotoran bayi) dan
membantu mencegah terjadinya ikterus
(penyakit kuning).
Membantu pematangan usus dan mencegah
alergi intoleransi
Kaya vitamin A Menurunkan keparahan infeksi dan
mencegah penyakit mata.
b. Air Susu Masa Peralihan
Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI matur. Terjadi
pada hari 4-10, berisi karbohidrat dan lemak serta volume ASI meningkat.
c. Air Susu Matur
Merupakan cairan yang berwarna putih kekuningan, mengandung semua
nutrisi. Terjadi pada hari ke 10 sampai seterusnya.10
3. Kandungan hebat dalam ASI
Beberapa kandungan hebat yang ada dalam ASI adalah :
a. LPUFAs
ASI mengandung banyak gizi diantaranya adalah LPUFAs (Long Chain
Poyunsaturated Fatty). LPUFAs sangat diperlukan oleh bayi karena
mengandung fungsi mental, penglihatan dan perkembangan psikomotorik bayi.
Di dalam LPUFAs terdapat dua komponen, yaitu asam arakkhidonat, asam
dokosaheksanoat, merupakan komponen dasar kortek dan ARA (Arachidonic
Acid) yang berperan penting dalam proses tumbuh kembang otak. Menurut studi
selama 17 tahun anak yang mengkonsumsi ASI terdapat peningkatan IQ dan
keterampilan. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan kemampuan reflek
kognitif merupakan efek dari LPUFAs pada masa perkembangan saraf bayi.
b. Zat besi
Meskipun dalam ASI terdapat sedikit zat besi, namun bayi yang
menyusu ASI tidak akan kekurangan zat besi (anemia). Hal ini dikarenakan zat
besi yang terkandung dalam ASI mudah dicerna oleh bayi untuk memproduksi
hemoglobin, bagian dari sel-sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh
tubuh, zat besi pun esensiak untuk tumbuh kembang otak bayi.
c. Mineral
ASI memang mengandung mineral lebih sedikit disbanding dengan susu
sapi. Bahkan susu sapi mengandung empat kali lebih banyak daripada ASI.
Namun, jika bayi mengonsumsi susu sapi maka ginjal bayi akan semakin
bekerja keras.
d. Sodium
Ternyata jumlah sodium pada ASI sangat cocok untuk bayi. Sodium
yang terdapat pada susu sapi lebih rendah daripada ASI setelah mendapatkan
proses modifikasi (proses perubahan susu segar ke dalam susu kaleng atau
bubuk).
e. Kalsium, Fosfor dan Magnesium
Kalsium, fosfor dan magnesium pada susu botol atau formula memang
lebih banyak disbanding yang terdapat pada ASI. Namun, setelah kalium, fosfor
dan magnesium menjadi susu formula maka akan menyusut atau berkurang.
Oleh karenanya, walaupun zat tersebut hanya sedikit yang terkandung dalam
ASI namun harus tetap diberikan kepada bayi secara eksklusif yaitu selama
enam bulan.
f. Taurin
Fungsi utama taurin adalah membantu perkembangan mata si kecil. Pada
mata, taurin banyak terdapat di retina, terutama terkonsentrasi di epitel pigmen
retina dan lapisan fotoreseptor. Asupan taurin yang adekuat dapat menjaga
penglihatan si kecil dari gangguan retina. Selain itu, ia juga berfungsi dalam
perkembangan otak dan sisitem saraf.
g. Lactobacillus
Lactobacillus dalam ASI berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan
mikroorganisme seperti bakteri E.coli yang sering menyebabkan diare pada
bayi. Bayi yang lebih banyak mengonsumsi susu formula akan lebih sering
terkena diare karena dalam susu formula hanya sedikit lactobacillusnya.
h. Mengandung Air
Sebagian besar ASI mengandung air. Untuk itu, jika ibu ingin ASI-nya
selalu produktif maka ia harus sering minum air putih.9
4. Pentingnya pemberian ASI Eksklusif
Berikut ini adalah beberapa alasan pentingnya pemberian ASI Eksklusif
selama 6 bulan pertama :
a. Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI Eksklusif selama 6
bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya
tahan hidup bayi, pertumbuhan dan perkembangannya.
b. ASI memberi semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan selama enam
bulan pertama hidupnya.
c. Pemberian ASI Eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan
berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti diare dan radang
paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan
kelahiran.11
5. Langkah-langkah Menyusui yang Benar
a. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada puting
dan disekitar kalang payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan
dan menjaga kelembaban putting susu.
b. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.
1) Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah dan punggung ibu bersandar pada
sandaran kursi
2) Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi
terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah dan
bokong bayi ditahan dengan telapak tangan)
3) Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu, dan yang satu didepan.
4) Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara
(tidak membelokkan kepala bayi)
5) Telinga dan lengan bayi terletak satu garis lurus
6) Ibu menatap bayi dengan kasih saying.
c. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah,
jangan menekan putting susu atau kalang payudara saja.
d. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara:
1) Menyentuh pipi dengan putting susu, atau
2) Menyentuh sisi mulut bayi
e. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara
ibu dan puting serta kalang payudara dimasukkan ke mulut bayi:
1) Usahakan sebagian besar kalang payudara dapat masuk ke mulut bayi
sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan
menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah
kalang payudara. Posisi yang salah, yaitu apabila bayi hanya menghisap
pada puting susu saja., akan mengakibatkan masukan ASI yang tidak
adekuat dan putting susu lecet.
2) Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau disangga
lagi.12
6. Cara Mencapai ASI Eksklusif
WHO dan UNICEF merekomendasikan langkah-langkah berikut untuk
memulai dan mencapai ASI Eksklusif, antara lain :
a. Menyusui dalam satu jam setelah kelahiran.
b. Menyusui secara eksklusif : hanya ASI. Artinya, tidak ditambah makanan atau
minuman lain, bahkan air putih sekalipun.
c. Menyusui kapanpun bayi meminta (on-demand), sesering yang bayi mau, siang
dan malam.
d. Tidak menggunakan botol susu maupun empeng.
e. Mengeluarkan ASI dengan memompa atau memerah dengan tangan, disaat tidak
bersama anak.
f. Mengendalikan emosi dan pikiran agar tenang.11
7. Keuntungan Pemberian ASI Eksklusif
Berikut ini adalah sepuluh keuntungan pemberian ASI Eksklusif pada
bayi, yaitu :
a. Enam hingga delapan kali lebih jarang menderita kanker anak (leukemia
limphositik, neuroblastoma, Lymphoma Maligna).
b. Risiko dirawat dengan sakit saluran pernapasan 3 kali lebih jarang dari bayi
yang rutin konsumsi susu formula.
c. Sebanyak 47 persen lebih jarang diare.
d. Mengurangi resiko alami kekurangan gizi dan vitamin.
e. Mengurangi resiko kencing manis.
f. Lebih kebal terkena alergi.
g. Mengurangi resiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
h. Mengurangi penyakit menahun seperti usus besar.
i. Mengurangi kemungkinan terkena asma (penelitian yang dimuat dalam
European Respiratory Journal menyebutkan, anak-anak yang tidak pernah
disusui memiliki resiko asma dan penyakit gangguan pernapasan lain pada
empat tahun pertama kehidupannya disbanding dengan bayi yang mendapat ASI
selama 6 bulan atau lebih)
j. Mengurangi resiko terkena bakteri E sakazakii dari bubuk susu.11
Professional kesehatan sepakat bahwa ASI memberikan bentuk nutrisi
yang paling lengkap untuk bayi, termasuk bayi prematur dan bayi baru lahir
yang sakit. Akan tetapi, terdapat pengecualian yang jarang ketika ASI tidak
dianjurkan. Pada kondisi tertentu, dokter perlu melakukan pengkajian kasus
demi kasus untuk menentukan apakah pemajanan lingkungan wanita atau
kondisi medisnya sendiri mengharuskan ia memutus atau menghentikan
pemberian ASI.11
Menyusui tidak dianjurkan jika satu atau lebih dari kondisi
berikut terjadi: Bayi didiagnosis galaktosemia (gangguan metabolik genetik
yang jarang terjadi), Bayi yang memiliki ibu yang terinfeksi HIV, mengonsumsi
obat antiretrovirus, mengidap tuberculosis aktif yang belum diobati, terinfeksi
virus limfotropik sel T tipe I atau tipe II, sedang menggunakan atau mengalami
ketergantungan obat terlarang, mengonsumsi agens kemoterapi kanker yang
diprogramkan (seperti antimetabolit, yang mengganggu replikasi DNA dan
pembelahan sel) dan sedang menjalani terapi radiasi tetapi, ibu hanya perlu
menghentikan sejenak pemberian ASI saat menjalani terapi tersebut.13
B. Diare
1. Definisi Diare
Diare adalah keluarnya tinja air dan elektrolit yang hebat. Pada bayi
volume tinja lebih dari 15 g/kg/24 jam disebut diare. Pada umur 3 tahun, yang
volume tinjanya sudah sama dengan volume orang dewasa, volume lebih dari
200g/24 jam disebut diare.14
Diare juga dapat diartikan sebagai buang air besar
yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi buang air besar
lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air
besar lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak
lebih dari 3 kali.15
Pengertian lainnya, diare merupakan peningkatan fluiditas atau volume
feses dan frekuensi defekasi. Faktor-faktor yang memengaruhi volume serta
konsistensi feses meliputi kandungan air di dalam kolon serta keberadaan
makanan yang tidak diserap, bahan yang tidak terserap, dan sekresi intestinal.
Diare dengan volume yang banyak biasanya terjadi karena terdaduanya dalam
jumlah yang berlebihanpat air, sekret atau keduanya dalam jumlah yang
berlebihan didalam usus halus. Diare dengan volume yang sedikit biasanya
disebabkan oleh motilitas intestinal yang berlebihan. Diare dapat pula terjadi
karena stimulasi parasimpatis usus yang ditimbulkan oleh faktor-faktor psikologis
seperti rasa takut atau stress.16
Diare dapat disebabkan beberapa hal, seperti infeksi, termasuk didalamnya
virus, bakteri dan parasit. Penyebab lainnya adalah penyebab noninfeksi, seperti
intoleransi laktosa, alergi makanan, keracunan dan lain sebagainya.4
Diare dibedakan menjadi dua berdasarkan waktu serangan (onset), yaitu :
a. Diare akut ( < 2 minggu)
b. Diare kronik ( > 2 minggu).4
2. Patogenesis Diare
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah :
a. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya oleh toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltic
usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya
dapat menimbulkan diare pula.15
3. Patofisiologi
Sebagai akibat diare akut maupun kronis akan terjadi kehilangan air dan
elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya gangguan keseimbangan
asam-basa (asidosis metabolik, hipokalemia dan sebagainya), gangguan gizi
sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran bertambah),
hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.15
4. Gejala Klinis Diare
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja
cair dan mungkin disertai lender atau darah. Warna tinja makin lama makin
berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan
daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin
asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat, yang bearasal dari laktosa
yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi
sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut
meradang akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita
telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai
tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar
menjadi cekung, selaput lender bibir dan mulut serta kulit tampak kering.15
5. Penatalaksanaan Diare
Terapi harus diarahkan untuk mengobati kejadian awal, mengkoreksi
dehidrasi dan defisit cairan serta elektrolit yang sedang berlangsung, dan untuk
menangani komplikasi sekunder akibat jejas mukosa. Pengobatan defisit cairan
memerlukan perkiraan derajat dehidrasi dan penentuan setiap ketidakseimbangan
elektrolit, seperti hipernatremia, hiponatremia atau asidosis metabolik.17
6. Komplikasi
Menurut Hasan dan Alatas (1998), sebagai akibat kehilangan cairan dan
elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti
dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik), renjatan
hipovolemik, hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
bradikardia, perubahan pada elektrokardiogram), hipoglikemia, intoleransi laktosa
sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena kerusakan vili mukosa
usus halus, kejang (terutama pada dehidrasi hipertonik) dan malnutrisi energy
protein (karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan).15
Dari komplikasi tersebut diatas yang sering terjadi adalah dehidrasi.
Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan asupan oral terbatas karena nausea dan
muntah, terutama pada anak kecil dan lanjut usia. Diare bermanifestasi sebagai
rasa haus yang meningkat, berkurangnya jumlah buang air kecil dan warna urin
gelap, tidak mampu berkeringat dan perubahan ortostatik.5
7. Faktor Terjadinya Diare
Diare dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
a. Keadaan lingkungan
b. Pelayanan masyarakat
c. Pemberian ASI
d. Pendidikan
e. Keadaan sosial ekonomi.4
8. Jenis Dehidrasi
Dehidrasi menurut keadaan klinisnya dapat dibagi atas 3 tingkatan:
a. Dehidrasi Ringan (hilang cairan 2-5% BB): gambaran klinisnya turgor kurang,
serak (vox cholerica), pasien belum jatuh dalam presyok.
b. Dehidrasi Sedang (hilang cairan 5-8% BB): turgor buruk, suara serak, pasien
jatuh dalam presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam.
c. Dehidrasi Berat (hilang cairan 8-10% BB): tanda dehidrasi sedang ditambah
kesadaran menurun (apatis sampai koma), otot-otot kaku, sianosis.5
C. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare
Air Susu Ibu (ASI) mempunyai nilai gizi tinggi dan berperan di bidang
imunologik melalui imunoglublin dan sel fagosit. Pemberian ASI Eksklusif pada
bayi baru lahir mempunyai daya perlindungan 4 x lebih besar terhadap diare
daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. ASI juga bermanfaat
mengurangi diare berulang.18
Pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya, bayi belum dapat
membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. ASI memberikan zat-zat
kekebalan yang belum dapat dibuat oleh bayi tersebut, sehingga bayi yang minum
ASI lebih jarang sakit, terutama pada awal dari kehidupannya. Komponen zat anti
infeksi yang banyak dalam ASI akan melindungi bayi dari berbagai macam
infeksi, baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan antigen lainnya.1
Menurut Suradi, bayi yang mendapat ASI lebih jarang terkena diare
karena adanya zat protektif saluran cerna seperti Lactobacillus bifidus, laktoferin,
lisozim, SIgA, faktor alergi, serta limfosit T dan B. Zat protektif ini berfungsi
sebagai daya tahan tubuh imunologik terhadap zat asing yang masuk dalam tubuh.
Penelitian oleh Lamberti et al18 yang dilakukan di negara-negara berkembang
menunjukkan perbandingan risiko diare pada bayi yang tidak mendapat ASI
Eksklusif lebih tinggi dibanding yang mendapatkan ASI secara eksklusif.1
Komponen dalam ASI berperan dalam pencegahan dan penatalaksanaan
diare akut. Adanya komponen antiinfeksi, antiinflamatori, imunoglobin,
komponen seluler, enzim, hormon, serta zat-zat gizi yang terdapat pada ASI akan
melindungi saluran pencernaan anak terhadap infestasi pencernaan makanan.
Disamping itu dengan adanya faktor-faktor diatas, maka anak yang menderita
diare akut akan lebih cepat sembuh apabila ASI tetap diteruskan.6
D. Kerangka Teori
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya diare pada bayi,
yakni diantaranya ialah keadaan lingkungan, pelayanan masyarakat, pemberian
ASI, pendidikan dan keadaan social. Namun dalam penelitian ini tidak semua
faktor yang dapat menyebabkan diare pada bayi akan diteliti, hal ini disebabkan
oleh keterbatasan waktu.
Keterangan
= Variabel independen tidak diteliti
= Variabel independen yang diteliti
= Variabel dependen
Keadaan Lingkungan
Pelayanan
Masyarakat
Pemberian ASI
Pendidikan
Keadaan Sosial
Ekonomi
Diare
BAB III
KERANGKA KERJA PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik, untuk
mengetahui adanya kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan yang diberi ASI
Eksklusif di Puskesmas Bara-baraya Makassar. Adapun kerangka konsep
penelitian ini secara sistematis digambarkan sebagai berikut:
Ibu yang memiliki bayi usia
0-6 bulan.
ASI eksklusif
Tidak Diare Diare
HASIL
Analisis Data
Tidak Diare Diare
Non ASI Eksklusif
B. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Alternatif (Ha)
Terdapat hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan angka kejadian diare
pada bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas Bara-baraya Makassar.
2. Hipotesis Null (Ho)
Tidak terdapat hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan angka kejadian
diare pada bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas Bara-baraya Makassar.
C. Definisi Operasional
1. Pemberian ASI Eksklusif
Definisi : Memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi sejak lahir sampai
dengan bayi berumur 6 (enam) bulan tanpa tambahan makanan dan minuman
lainnya.
Alat ukur : Lembar wawancara
Cara ukur : Wawancara
Hasil ukur : 1. Ya
2. Tidak
Skala ukur : Nominal
2. Diare pada bayi 0-6 bulan
Definisi : Buang air besar pada bayi yang tidak normal atau bentuk tinja yang
encer dengan frekuensi buang air besar lebih banyak dari biasanya.
Alat ukur : Lembar wawancara
Cara ukur : Wawancara
Hasil ukur : 1. Ya
2. Tidak
Skala ukur : Nominal
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini, jenis penelitian yang dipakai adalah jenis penelitian
deskriptif analitik (semua variabel diukur/diamati dalam satu saat tertentu, satu
saat bukan berarti semua subjek diamati tepat pada satu saat yang sama tetapi
artinya subjek hanya diamati satu kali dan pengukuran variabel subjek dilakukan
pada saat pemeriksaan tersebut) dengan rancangan penelitian Cross Sectional.19
Pada penelitian ini akan dinilai hubungan antara variabel yang diamati, yaitu
variabel hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan variabel kejadian diare pada
bayi usia 0-6 bulan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di Puskesmas Bara-baraya Makassar.
2. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi di
Puskesmas Bara-baraya.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi yang
berusia 0-6 bulan di Puskesmas Bara-baraya.
3. Besar sampel dan Rumus Besar Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus (buku
besar sampel dan cara pengambilan).
√ √
Keterangan :
Zα2
: Deviat baku alfa =1,282
Zb : Deviat baku beta = 0,842
P2 : Proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya = 0,3
Q2 : 1- P2 = 1-0.3 = 0.7
P1 : Proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement
peneliti = P2 + 0.2 = 0.5
Q1 : 1-P1 = 1- 0.5 = 0.5
P Proporsi total = P1+P2 = 0.7+0.5 = 0.6
2 2
Q 1-P = 1- 0.4 = 0.6
Maka :
√ √
Jadi, terdapat 52 responden yang dijadikan sampel dalam melakukan
analisis. Metode pengumpulan sampel adalah Nonprobabilitiy Sampling dengan
menggunakan teknik consecutive sampling yaitu dengan cara pengambilan sampel
ini dilakukan dengan memilih sampel yang memenuhi kriteria penelitian sampai
kurun waktu tertentu sehingga sampel terpenuhi.19.
Teknik pengambilan sampel
didasarkan pada kriteria inklusi dan ekslusi yang telah di tetapkan oleh peneliti
untuk menetukan dapat tidaknya sampel tersebut digunakan, tujuannya agar
sampel yang ada dapat mewakili keseluruhan popoulasi yg ada.
4. Kriteria Seleksi
a. Kriteria Inklusi
1) Ibu yang memiliki bayi berusia 0-6 bulan.
2) Responden masih kooperatif.
3) Responden bersedia menjadi sampel penelitian.
b. Kriteria Eksklusi
1) Tidak bersedia menjadi responden.
2) Ibu dengan gangguan psikologis.
D. Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data Primer. Data
yang diperoleh dari pengamatan langsung di lokasi penelitian dengan cara
wawancara kepada ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Bara-baraya Makassar pada bulan januari 2015.
E. Pengolahan dan Penyajian Data
Pengolahan data dilakukan untuk menguji hubungan antara pemberian ASI
Eksklusif dengan angka kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan, dengan
menggunakan uji statistik Chi square dan akan diolah dengan Statistical Product
and Service Solution (SPSS) 21 for windows.
Pada penelitian ini tahap-tahap pengolahan data yang digunakan adalah sebagai
berikut :
1. Editing : memeriksa kembali data dan menyelesaikannya dengan rencana
semula seperti yang di inginkan, apakah tidak ada yang salah
2. Coding : pemberian nomor kode atau bobot pada jawaban yang bersifat kategori
3. Entry : memasukkan data ke program computer untuk kebutuhan analisis.
4. Cleaning : membersihkan data dengan melihat variabel yang digunakan apakah
datanya sudah benar atau belum.
F. Analisis Data
Data yang dikumpulkan akan dianalisis dengan bantuan computer.
Analisis data akan dilakukan dalam dua tahap, meliputi :
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan
proporsi masing-masing variabel independen (bebas) dan variabel dependen
(terikat).
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat kemaknaan hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam penelitian ini akan dibandingkan
distribusi silang anatar kedua variabel yang berhubungan. Kemudian akan
dilakukan uji statistik untuk menyimpulkan hubungan antara kedua variabel
tersebut bermakna atau tidak.
Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-square (X2) dengan derajat
kemaknaan 95%. Bila nilai p < 0,05, berarti hasil perhitungan statistik bermakna
(signifikan) dan nilai p > 0,05, berarti hasil perhitungan statistik tidak bermakna.
Jika tidak memenuhi syarat maka akan dilakukan Fisher.
G. Etika Penelitian
1. Informed Consent
Sebelum melakukan penelitian maka akan diedarkan lembar persetujuan
untuk menjadi responden, dengan tujuan agar subjek mengerti maksud dan
tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia maka
responden harus menandatangani lembar persetujuan dan jika bersedia maka
peneliti harus menghormati hak pasien.
2. Anonimity (tanpa nama)
Menjelaskan bentuk alat ukur dengan tidak perlu mencantumkan nama
pada lembar pengumpulan data.
3. Confidentially
Kerahasian informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
riset.
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar.
Puskesmas Bara-Baraya merupakan satu dari tiga puskesmas yang berada di
Kecamatan Makassar Kota Makassar. Letaknya tidak jauh dari pusat Kota
Makassar, yaitu di Kelurahan Bara-Baraya tepatnya di Jalan Abu Bakar Lambogo
No. 141 Makassar. Saat ini Puskesmas Bara-Baraya dipimpin oleh dr. Hj. Fauziah
Dachlan Saleh, M. Kes.
Secara geografis Puskesmas Bara-Baraya terletak di daerah bukan pantai
dengan ketinggian dari permukaan laut kurang dari 500 m, sehingga mudah
dijangkau dengan kendaraan mobil ataupun motor sampai ke wilayah kerja.
Puskesmas Bara-Baraya memiliki prasarana satu unit gedung untuk puskesmas
induk dan satu unit gedung untuk puskesmas pembantu (pustu). Luas bangunan
untuk puskesmas induk sebesar 120 m2
sedangkan luas tanah 875 m2, yang
mempunyai jarak tempuh sekitar 5 km dari Kantor Dinas Kesehatan Kota
Makassar.
1. Batas-Batas Wilayah Kerja
Wilayah kerja Puskesmas Bara-Baraya secara keseluruhan adalah 0,98
km2 atau sekitar 43,5% dari luas Kecamatan Makassar.
Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Bara-Baraya adalah sebagai
berikut.
a. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Tamamaung.
b. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Maccini.
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Rappocini
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Maradekaya dan Pisang
Utara.
2. Wilayah Kerja
Luas wilayah kerja Puskesmas Bara-Baraya di Kecamatan Makassar,
meliputi Kelurahan Bara-Baraya Induk, Bara-Baraya Timur, Bara-Baraya
Utara, Bara-Baraya Selatan, Lariangbangi, dan Barana; dengan jumlah RW,
RT, KK, dan luas wilayah masing-masing kelurahan sebagai berikut.
Tabel 5.1. Batas-batas Wilayah Kerja Puskesmas Bara-Baraya
Wilayah Kerja Jumlah RW Jumlah RT Jumlah KK Luas Wilayah
(km2)
Kel. Bara-Baraya Induk 5 32 1.058 0, 16
Kel. Bara-Baraya Timur 5 28 1.898 0,15
Kel. Bara-Baraya Utara 5 19 875 0,11
Kel. Bara-Baraya Selatan 4 26 1.678 0,14
Kel. Lariangbangi 4 29 1.009 0,20
Kel. Barana 4 32 1.298 0,22
Sumber : Profil Puskemas Bara-Baraya, 2014
3. Visi dan Misi Puskesmas
Visi Puskesmas Bara-Baraya, yaitu menjadi puskesmas dengan pelayanan
terbaik di Sulawesi Selatan, Lima terbaik di Indonesia Timur, dan Sepuluh
terbaik di Indonesia.
Sedangkan Misi Puskesmas Bara-Baraya, yaitu sebagai berikut.
a. Meningkatkan Sarana & Prasarana
b. Meningkatkan Profesionalisme Sumber Daya
c. Mengembangkan Jenis Layanan & Mutu Pelayanan Kesehatan
d. Meningkatkan System Informasi & Manajemen Puskesmas
e. Mengembangkan Kemitraan
f. Meningkatkan Upaya Kemandirian Masyarakat
4. Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU)
Terdapat 47 buah posyandu di wilayah kerja Puskesmas Bara-baraya Kota
Makassar dengan distribusi posyandu di tiap-tiap kelurahan, yaitu di Kel.
Bara-baraya Induk sebanyak 7 Posyandu, di Kel. Bara-baraya Timur sebanyak
9 Posyandu, di Kel. Bara-baraya Utara sebanyak 9 Posyandu, di Kel. Bara-
Baraya Selatan sebanyak 9 Posyandu, di Kel. Lariangbangi sebanyak 6
Posyandu, dan di Kel. Barana sebanyak 8 Posyandu.
B. GAMBARAN UMUM POPULASI DAN SAMPEL
Penelitian ini berlangsung selama 10 hari terhitung mulai tanggal 18 Januari
2015 hingga 28 Januari 2015 tentang hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan
angka kejadian Diare pada bayi umur 0-6 bulan di Puskesmas Bara-baraya Kota
Makassar. Responden yang dipilih sebagai sampel merupakan ibu yang memiliki
bayi nusia 0-6 bulan. Jumlah responden ibu menjadi 74 orang karena hanya 74
orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dimana hal tersebut telah
memenuhi standar sampel minimal. Berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya
diperoleh jumlah sampel minimal adalah sebanyak 52 sampel.
Subjek dalam penelitian ini adalah bayi berusia 0-6 bulan serta memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi sebagai sampel yang secara acak diperoleh peneliti.
Data dalam penelitian merupakan data primer dengan menggunakan teknik
wawancara langsung kepada responden.
Data diperoleh berdasarkan jawaban yang diberikan oleh responden. Setelah
data terkumpul, selanjutnya data tersebut disusun dalam tabel induk (Master
Table) dengan menggunakan program komputerisasi yaitu Microsoft Excel. Dari
tabel Dari tabel induk tersebutlah kemudian data dipindahkan dan diolah
menggunakan program SPSS 21 dan kemudian disajikan dalam bentuk tabel
frekuensi maupun tabel silang (cross table).
C. DESKRIPSI KARAKTERISTIK SUBJEK
Karakteristik subjek mencakup jenis kelamin dan usia bayi.
Adapun hasil penelitian disajikan dalam tabel yang disertai narasi sebagai
penjelasan tabel sebagai berikut.
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Dan Presentase (%) Subjek Berdasarkan
Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)
Laki-laki 39 52.7
Perempuan 35 47.3
Total 74 100.0
Sumber : Data Primer, 2015
Dari tabel 5.2. menunjukkan distribusi subjek berdasarkan jenis kelamin,
dimana terlihat bahwa persentase tertinggi subjek adalah berjenis kelamin
laki-laki sebesar 52.7% (39 subjek) dan persentase terendah subjek adalah
berjenis kelamin perempuan sebesar 47.3% (35 subjek).
Tabel 5.3. Distribusi frekuensi dan presentase (%) subjek berdasarkan umur
Umur Bayi (bulan) Frekuensi (n) Persentase (%)
1 12 16.2
2 21 28.4
3 9 12.2
4 11 14.9
5 9 12.2
6 12 16.2
Total 74 100
Sumber : Data Primer, 2015
Dari tabel 5.3. menunjukkan distribusi subjek berdasarkan umur, dimana
terlihat bahwa persentase tertinggi subjek adalah berusia 2 bulan, yaitu sebesar
28.4% (21subjek) dan persentase terendah subjek adalah berusia 3 dan 5
bulan, yaitu sebesar 12.2% (9 subjek).
D. ANALISIS VARIABEL
Analisis hasil penelitian terdiri atas analisis univariat dan analisis bivariat.
1. Analisis Univariat
Tahap pertama dari analisis data adalah analisis univariat. Analisis
univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi dari
masing-masing variabel yang diteliti yaitu variabel pola pemberian ASI dan
kejadian diare.
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Dan Presentase (%) Subjek Berdasarkan
Riwayat Pemberian ASI.
Riwayat ASI Frekuensi (n) Persentase (%)
ASI Eksklusif 30 40.5
Non-ASI Eksklusif 44 59.5
Total 74 100.0
Sumber : Data Primer, 2015
Tabel 5.4. menunjukkan distribusi sampel berdasarkan riwayat pemberian
ASI, dimana terlihat bahwa persentase tertinggi subjek adalah Non-ASI
Eksklusif, yaitu sebesar 59.5% (44 subjek) dan persentase terendah subjek
adalah ASI Eksklusif, yaitu sebesar 40.5% (30 subjek).
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Dan Presentase (%) Subjek Berdasarkan
kejadian diare.
Diare Frekuensi (n) Persentase (%)
Iya 27 36.5
Tidak 47 63.5
Total 74 100.0
Sumber : Data Primer, 2015
Tabel 5.5. menunjukkan distribusi sampel berdasarkan kejadian diare,
dimana terlihat bahwa persentase tertinggi subjek adalah tidak diare, yaitu
sebesar 63.5% (47 subjek) dan persentase terendah subjek adalah diare, yaitu
sebesar 36.5% (27 subjek).
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Pengujian hipotesis penelitian ini
menggunakan uji Chi Square. Pengujian data penelitian menggunakan
bantuan program SPSS versi 21.00 for Windows berikut langkah-langkah
penentuan uji hipotesis.
Adapun hasil analisis bivariat mengenai hubungan antara pola pemberian
ASI terhadap kejadian diare disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 5.6. Distribusi Bayi yang mengalami Diare pada Bayi dengan ASI
Eksklusif dan pada Bayi non-ASI Eksklusif di Puskesmas Bara-Baraya
Makassar Tanggal 18 – 28 Januari 2015.
ASI Eksklusif
DIARE
P OR
95% CI
Iya Tidak Total
N % N % N % upper lower
Iya 4 13.3 26 86.7 30 100
0.001 0.140 0.470 0.042
Tidak 23 52.3 21 47.7 44 100
Total 27 36.5 47 63.5 74 100
Sumber : Data Primer, 2015
Dari Tabel 5.6. dapat dilihat bahwa pada bayi yang diberi ASI Eksklusif
terdapat 30 bayi (40.5 %), yakni yang mengalami diare sebanyak 4 bayi (13.3%)
dan yang tidak mengalami diare sebanyak 26 bayi (86.7%). Sedangkan bayi
dengan non ASI Eksklusif sebanyak 44 bayi (59.5%), yakni yang mengalami
diare sebanyak 23 bayi (52.3%), dan yang tidak diare sebanyak 21 bayi (47.7%).
Dari perhitungan dengan uji statistik “chi square” yang diolah dengan
Statistical Product and Service Solution (SPSS) 21 For Windows. Hasil uji
statistik menunjukkan bahwa nilai P = < 0,001 (p<0,05), berarti Ho di tolak dan
Ha diterima. Hal ini berarti terdapat hubungan antara pemberian ASI Eksklusif
dengan angka kejadian Diare pada bayi usia 0-6 bulan.
Untuk mengetahui tingginya kejadian diare pada bayi dengan non-ASI
Eksklusif maka dapat dilihat nilai OR= 0.140 (95% CI= 0.470-0.042). Hal ini
berarti bahwa bayi dengan non-ASI Eksklusif 0.14 kali lebih mudah mengalami
diare dibandingkan dengan bayi dengan ASI Eksklusif.
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan pemberian ASI Eksklusif
dengan kejadian Diare pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Bara-
baraya Kota Makassar Tahun 2015.
Berdasarkan hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel 5.6, bahwa
semakin lama pemberian ASI kepada bayi maka semakin rendah pula prevalensi
terjadinya diare pada sampel yang diteliti. Dan semakin singkat pemberian ASI
maka akan meningkatkan prevalensi terjadinya diare pada bayi. Berdasarkan hasil
tersebut, dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
riwayat pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan.
Hal ini sesuai dengan teori Tumbelaka pada tahun 2008 yang menyebutkan
bahwa pemberian ASI saja sampai bayi mencapai usia 6 bulan, akan memberikan
kekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam penyakit karena ASI adalah
cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari
berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit. Oleh karena itu,
dengan adanya zat anti infeksi dari ASI, maka bayi dengan ASI Eksklusif akan
terlindungi dari berbagai macam infeksi.20
Menurut Purwanti (2005), kekebalan tubuh pada bayi umur 0-6 bulan belum
sempurna. Peran ASI belum mampu digantikan oleh susu formula seperti peran
bakteriostatik, anti alergi ataupun peran psikososial. Pemberian ASI pada bayi
tersebut dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh bayi. ASI mengandung
sIgA, limfosit T, limfosit B dan laktoferin yang dapat merangsang peningkatan
status imun pada bayi.21
Dari teori yang dikemukakan Hegar yang dikutip oleh Eka dan Gustina
(2013) menyebutkan bahwa salah satu kandungan unik ASI adalah oligosakarida
yang akan menciptakan suasana asam dalam saluran cerna. Suasana asam ini
berfungsi sebagai sinyal untuk pertahanan saluran cerna, yaitu SigA (Secretory
Imunonnoglobulin A) yang juga terdapat dalam ASI itu sendiri. SigA dapat
mengikat mikroba patogen, mencegah perlekatannya pada sel enterosit di usus
dan mencegah reaksi imun yang bersifat inflamasi sehingga diare tidak terjadi.
Hal ini sesuai dengan penelitian Lely yang mencari peran ASI Eksklusif
yang mengandung SigA terhadap resiko diare akut. Yang dimana pada penelitian
tersebut menggambarkan kejadian Diare akut pada bayi dengan ASI Eksklusif
34,8%. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan kejadian diare akut pada bayi
tanpa ASI Eksklusif, yaitu 65,2 %.1
Dari data penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar dari sampel yang
diteliti mengatakan bahwa memberikan susu formula (non-ASI Eksklusif) kepada
bayinya sebelum usianya hingga 6 bulan. Setelah dilakukan wawancara, ibu dari
bayi tersebut mengatakan bahwa mereka memberi ASI dan susu formula pada
bayinya sebelum bayinya berusia 6 bulan dengan alasan merasa bahwa ASI yang
di milikinya kurang cukup untuk sang bayi dan sebagian ibu yang lain juga
mengaku kurangnya pengetahuan mengenai manfaat ASI itu sendiri. Sedangkan
Ibu yang memberikan ASI saja dari lahir hingga usia 6 bulan, mengaku bahwa
memberikan ASI lebih praktis dan ekonomis sehingga tidak terbebani oleh biaya.
Dalam hal ini ekonomi keluarga juga memberikan pengaruh terhadap lama
pemberian ASI kepada bayi. Keluarga dengan ekonomi rendah, cenderung akan
memberikan ASI kepada bayinya, sedangkan keluarga dengan ekonomi
menengah-tinggi cenderung lebih memilih untuk memberikan susu formula tapi
ditunjang juga dengan pengetahuan dan kesadaran ibu itu sendiri tentang
pentingnya pemberian ASI Eksklusif kepada bayinya.
Pemberian ASI non-Eksklusif menyebabkan anak rentan mengalami diare di
masa kini ataupun di masa yang akan datang.
Hal tersebut di dukung oleh hasil penelitian Winda pada tahun 2010 yang
menegaskan tentang manfaat pemberian ASI Eksklusif serta dampak negatif
pemberian cairan tambahan tanpa nilai gizi terhadap timbulnya diare. Seorang
bayi yang diberi air putih atau minuman herbal lainnya beresiko terkena diare 2-3
kali lebih banyak dibandingkan bayi yang diberi ASI Eksklusif. 22
ASI memegang peranan penting untuk pencegahan dan penatalaksanaan
diare karena didalam ASI terdapat berbagai komponen yang penting baik dalam
pencegahan maupun dalam terapi diare akut. ASI juga dapat memberikan zat-zat
kekebalan yang belum dibuat oleh bayi.
Seperti molekul pertahanan lainnya, sel-sel imun pada ASI juga
mengandung sel-sel darah putih atau leukosit yang dapat melawan agen infeksius.
Kandungan sel darah putih ini paling banyak terdapat pada kolustrum. Tipe yang
paling banyak ditemukan adalah neutrofil yang bersirkulasi dalam aliran darah.
Tipe lainnya yang juga ditemukan dalam ASI adalah makrofag.23
Berdasarkan penelitian oleh Lamberti pada tahun 2011 yang dilakukan di
negara-negara berkembang menunjukkan perbandingan risiko diare pada bayi
yang tidak mendapat ASI eksklusif lebih tinggi (2,65) dibanding dengan bayi
yang mendapatkan ASI secara eksklusif (1,26).24
Namun hal berbeda terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Lisa pada
tahun 2013 dimana hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare di
wilayah kerja Puskesmas Peukan Blang Bintang Kecamatan Blang Bintang
Kabupaten Aceh Besar. Yang mana pada penelitian tersebut didapatkan hasil
bahwa dari 21 responden yang memberikan ASI eksklusif ternyata 66,7% pernah
menderita diare, sedangkan dari 46 responden yang bayinya tidak diberikan ASI
eksklusif ternyata 52,2% juga pernah mengalami diare.25
Berdasarkan hasil penelitian atau dapat kita lihat pada tabel 5.6, dimana
dari 44 bayi yang non ASI Eksklusif didapatkan bahwa bayi yang mengalami
diare sebanyak 23 bayi (52,3%) dan bayi yang tidak mengalami diare sebanyak 21
bayi (47,7%), dimana perbedaan antara bayi yang mengalami diare dan tidak itu
hanya sedikit. Tingginya persentasi bayi yang tidak mengalami kejadian diare ini
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor yang mendukung yaitu
karena bayi yang dijadikan sampel dalam penelitian ini semuanya berstatus gizi
baik. Dalam keadaan yang demikian tubuh mempunyai cukup kemampuan untuk
mempertahankan diri terhadap penyakit infeksi (diare).
Hal ini sesuai dengan teori dari Sitorus (2008) yang mengatakan bahwa anak
yang tidak kurang gizi akan tahan terhadap serangan penyakit, sedangkan yang
kurang gizi akan mudah sakit. Gizi dan infeksi diare sangat erat kaitannya. Anak
yang mengalami diare dapat menjadi kurang gizi sehingga mudah terkena infeksi.
Infeksi dapat pula menyebabkan diare. Hubungan ini membentuk siklus yang
berbentuk lingkaran karena saling berhubungan dan masing-masing memberi
pengaruh negatif.26
Hasil penelitian diatas juga menunjukkan bayi yang mendapatkan ASI
Eksklusif dari 30 bayi hanya 4 bayi yang mengalami diare, ini dikarenakan
komposisi yang terkandung dalam ASI yaitu salah satunya Lactobacillus yang
berfungsi menghambat pertumbuhan mikroorganisame seperti bakteri E.Coli yang
dapat menyebabkan diare pada bayi. Bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif
namun tetap mengalami diare, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yakni
bayi mengalami infeksi dari luar misalnya ibu kurang menjaga personal hygiene
pada payudara salah satunya dengan tidak mencuci tangan saat menyusui,
sehingga hal ini dapat berpengaruh pada bayi dan atau kesehatan ibu sedang
terganggu saat proses menyusui.
Kejadian Diare pada bayi dapat disebabkan karena kesalahan dalam
pemberian makan, dimana bayi sudah diberi makan selain ASI sebelum berusia 6
bulan. Perilaku tersebut sangat beresiko bagi bayi untuk terkena diare.
Pengganti ASI diantaranya berbagai produk formula, untuk adaptasi maupun
formula komplit komposisinya mendekati ASI, kecuali dalam hal komposisi
mineral dan immunoglobulin. Jika keseimbangan gizi dan cairan tidak terpenuhi
maka pertumbuhan mekanisme perlindungan alami terganggu, potensi tumbuh
kembangpun tidak optimal.
Dikutip dari penelitian Tuti dkk (2013) menyatakan bahwa penelitian di
Bangladesh, Vietnam, Brazil, maupun negara-negara Eropa melaporkan
prevalensi tertinggi diare rotavirus pada kelompok usia 6-23 bulan, kemudian
menurun dengan bertambahnya umur. Angka kesakitan pada bayi dan anak
berhubungan dengan daya tahan tubuhnya sehingga anak dan terutama bayi
memiliki resiko yang lebih besar untuk menderita diare, diduga berhubungan
dengan antibodi ibu yang disalurkan melalui air susu ibu, sedangkan anak lebih
dari 23 bulan kemungkinan telah memiliki kekebalan alamiah yang mampu
memberikan perlindungan pada infeksi berikutnya.27
Menurut hasil penelitian sebelumnya memang terdapat hubungan yang
signifikan antara pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian diare namun masih
ada faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan diare pada bayi usia 0-6 bulan
selain pemberian ASI Eksklusif, misalnya faktor kebersihan payudara ibu saat
menyusui, pemberian makanan tambahan selain ASI sebelum waktunya dan
faktor lingkungan.28
Hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang dikemukakan pada bab
sebelumnya, yaitu ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI Eksklusif
dengan angka kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Bara-baraya
Kota Makassar Tahun 2015.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yang murni dari peneliti maupun dari
metode yang digunakan, serta keadaan diluar kemampuan peneliti.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, yaitu penelitian yang
dilakukan saat ini dengan pengambilan data dependen dan independen dalam
waktu yang bersamaan. Penelitian ini juga dibatasi oleh waktu dan sumber daya
manusia sehingga pada penelitian ini dilaksanakan hanya sebagian kecil populasi
yang dapat dijadikan sampel. Sementara untuk penelitian analitis, semakin banyak
sampel penelitian maka akan semakin valid pula penelitian tersebut. Selain itu,
karena keterbatasan waktu juga sehingga semua variabel berupa faktor-faktor lain
yang mempengaruhi terjadinya diare pada bayi tidak dapat diteliti. Sementara
diare itu tidak berdiri sendiri atau multifaktorial. Tidak bisa hanya ditentukan dari
variabel yang diteliti yakni konsumsi ASI Eksklusif. Tapi, setidaknya ini
menandakan bahwa terdapat keterkaitan ASI dengan peluang untuk terjadinya
diare pada bayi.
BAB VII
TINJAUAN KEISLAMAN
A. Klasifikasi Ayat dan Hadits
1. ASI menurut pandangan Islam
ASI adalah makanan terbaik dan yang paling sesuai, yang mana Sang Khalik
Yang Maha Penyayang telah mempersiapkan makanan alami dan bermanfaat ini
dalam payudara ibu, bagi anak yang lahir sebelum kelahirannya. Nabi Muhammad
saw. bersabda, “ Tiada yang lebih baik dan utama bagi bayi daripada susu ibu”.
Jadi untuk menjamin kesehatan jiwa dan raga, keseimbangan anggota-anggota
badan , kecerdasan dan potensi pertumbuhan yang baik serta kekuatan anak, baik
sekali bila selama waktu tertentu anak tidak diberikan makanan apapun selain
susu ibu. Sebab makanan-makanan yang lain, selain tidak akan menjamin
kebutuhan gizi jasmani dan rohani anak, statusnya juga diragukan dari segi
kesehatan dan kesucian, juga makanan selain ASI dapat menyebabkan anak
mengalami kekurangan gizi.29
ASI diberikan kepada bayi dengan anjuran lama pemberian 6 bulan secara
eksklusif dan diteruskan hingga 2 tahun. Allah SWT. berfirman:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua orang
tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada
dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu“ [QS Luqman: 14]
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu
bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya
dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga
puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat
puluh tahun ia berdoa: “Wahai Robb-ku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat
Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan
supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan
kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku
bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
berserah diri”.” [QS al-Ahqof: 15]
Bahwa lama kehamilan minimal adalah 6 bulan, dan ini adalah istimbath
yang kuat dan shohih. Dan „Utsman dan sekelompok shohabat menyepakati
pendapatnya tersebut, radhiyAllahu anhum. –selesai nukilan dari Ibnu Katsir-
Dan al-Hafidz Ibnu Katsir juga membawakan tafsir ayat ini dari Ibnu
„Abbas rodhiy Allahu anhuma dari riwayat Ibnu Abi Hatim. Beliau berkata:
Berkata Ibnu Abi Hatim:
Haddatsana Ayahku (Abu Hatim, pent), Haddatsana Farwah bin Abil
Maghro‟, haddatsana Ali bin Mishar, dari Dawud bin Abi hind, dari Ikrimah, dari
Ibnu Abbas, ia berkata : “Jika seorang wanita melahirkan pada usia kehamilan 9
bulan, maka cukup bagi anaknya menyusu selama 21 bulan. Jika ia melahirkan
pada usia kehamilan 7 bulan, maka cukup bagi anaknya menyusu selama 23
bulan. Dan jika ia melahirkan pada usia kehamilan 6 bulan, maka 2 tahun penuh.
Karena Allah ta‟alaberfirman:
“Dan mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan.” [QS. Al-
Ahqof: 15]
ASI Menumbuhkan Tulang Dan Daging
Ibnu Mas‟ud rodhiyAllahu anhu berkata:
ظم م لا ع لا
“Tidaklah dikatakan persusuan kecuali apa-apa yang menguatkan tulang
dan menumbuhkan daging.” [HR. Abu Dawud, dishohihkan al-Albani (yakni
secara mauquf dengan syawahid-nya pada riwayat Ahmad, ad-Daruquthni dan al-
Baihaqi)]
ASI dan keutamaannya sebagai salah satu “Imunisasi Nabawi“
Alloh „azza wa jalla berfirman :
م لا م
“Alloh mewasiatkan kepada kalian tentang anak-anak kalian” [QS. an-Nisa‟ : 11]
Di antara tanggung jawab pertama orang tua ketika si buah hati lahir
adalah memberinya nafkah yang mencukupi kebutuhannya, mulai dari pakaian
sampai makanan. Dan al-Hamdulillah, di antara tanda kesempurnaan ciptaan
Alloh ta‟ala adalah diciptakannya ASI bagi para wanita (bahkan hewan mamalia
betina) yang telah melahirkan sebagai makanan bagi anaknya. Dan menurut
penelitian para Dokter sekarang ini bahwa ASI adalah makanan terbaik bagi bayi,
bahkan bagi bayi yang lahir premature.
2. Konsep Islam Dalam Pencegahan Diare
Al-quran dan sunnah telah menjelaskan beberapa cara untuk mencegah diare
disertai beberapa konsep spiritual yang bersifat preventif. Diare dapat dicegah
melalui penegakkan tuntunan Al-quran dan sunnah seperti dengan peningkatan
imunitas populasi, perbaikan sanitasi, prilaku hidup bersih, dan lain hal. Islam
memiliki beberapa konsep dalam mencegah penyakit diare akibat infeksi.
Al-quran dan sunnah sebagai dua pusaka yang ditinggalkan Rasulullah untuk
ummatnya telah menjabarkan berbagai cara untuk menghindari penyakit diare. Al-
quran dan sunnah sudah mengatur kehidupan manusia secara detail agar terhindar
dari infeksi patogen diare bahkan jauh sebelum pola distribusi, penyebab utama,
dan ilmu pengetahuan tentang diare hadir.
B. Asbabun Nuzul
Allah berfirman dalam Al-quran Surat Al-baqarah ayat 233:
لد على الم ضاعة ليه كامليه لمه أراد أن يتم الر لده ح الدات يرضعه أ ال ل
ل م لدا الدة ب سعا ل تضار ته بالمعرف ل تكلف وفس إل كس لد ل رزقه
ر فل جىاح علي تشا ارث مثل ذلك فإن أرادا فصالا عه تراض مىما على ال لدي ما ب
لدكم فل جىاح عليكم إذا سلمتم ما آتيتم با إن أردتم أن تسترضعا أ اتقا الل لمعرف
بما تعملن بصير اعلما أن الل
Artinya :“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah
memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma‟ruf. Seseorang
tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu
menderita kesengsaraannya karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya,
dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih
(sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka
tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang
lain, maka tidak ada dosa bagimu bila kamu memberikan pembayaran menurut
yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha
melihat apa yang kamu kerjakan.”(Q.S Al Baqarah:233).
Ayat ini turun (asbabunnuzul) sebagai petunjuk atas beberapa peristiwa yang
dianggap melecehkan posisi bayi pada zaman jahiliyyah. Sehingga dibutuhkan
penegasan (petunjuk) atas perilaku kasih sayang kepada seorang anak lewat
penyusuan.Setiap ibu (meskipun janda) berkewajiban menyusui anaknya sampai
anak itu mencapai usia dua tahun. Kalau dikurangi dari masa tersebut apabila
kedua ibu-bapak memandang ada masalahnya.
Allah mewajibkan kepada ibu untuk menyusui bayinya, guna membuktikan
bahwa air susu ibu mempunyai pengaruh yang besar kepada si anak. Di samping
ibu dengan fitrah kejadiannya memiliki rasa kasih sayang yang mendalam
sehingga penyusuan langsung dari ibu ini berhubungan erat dengan
perkembangan jiwa dan mental anak. Dengan demikian kurang tepat tindakan
sementara para ibu yang tidak mau menyusui anaknya secara langsung hanya
kepentingan pribadinya, umpama; untuk memelihara kecantikan. Padahal ini
bertentangan dengan fitrahnya sendiri dan secara tidak langsung ia tidak
membina dasar hubungan keibuan dengan anaknya sendiri dalam bidang mental
dan kepribadian.30
Sejak kelahiran hingga dua tahun penuh, para ibu diperintahkan untuk
menyusukan anak-anaknya. Dua tahun adalah batas maksimal dari kesempurnaan
penyusuan. Di sisi lain, bilangan itu juga mengisyaratkan bahwa yang menyusu
setelah usia tersebut bukanlah penyusuan yang mempunyai dampak hukum yang
mengakibatkan anak yang disusui berstatus sama dalam sejumlah hal dengan anak
kandung yang menyusunya. Penyusuan yang selama dua tahun itu, walaupun
diperintahkan, tetapi bukanlah kewajiban. Ini dipahami dari penggalan ayat yang
mengatakan, bagi yang ingin menyumpurnakan penyusuan. Namun demikian, ia
adalah anjuran yang sangat ditekankah, seakan-akan ia adalah perintah wajib. Jika
ibu bapak sepakat untuk mengurangi masa tersebut, maka tidak apa-apa. Tetapi,
hendaknya jangan berlebih dari dua tahun, karena dua tahun telah dinilai
sempurna oleh Allah. Di sisi lain, penetapan waktu dua tahun itu, adalah untuk
menjadi tolok ukur bila terjadi perbedaan pendapat misalnya ibu atau bapak ingin
memperpanjang masa penyusuan.
C. Pandangan Ilmuwan Kontemporer
Para ilmuwan dibidang kesehatan awal Abad 20 sepakat bahwa makanan
sempurna untuk bayi adalah air susu ibu. Riset selama setengah abad, para
ilmuwan menemukan manfaat baru dari susu ibu bahwa ASI memberikan
kekebalan tubuh terhadap berbagai bakteri dan virus. Para ilmuwan menemukan
bahwa jumlah bakteri dalam usus bayi yang diberi susu sapi adalah sepuluh kali
lipat lebih banyak daripada yang ada dalam usus bayi yang diberi susu ibu.
Rekomendasi para ilmuwan tersebut kemudian diadopsi oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO). Bagi masyarakat Islam, anjuran penggunaan air susu
ibu sudah diperintahkan Al-Qur‟an empat belas abad yang lalu.
Sejak zaman dahulu, seluruh bangsa di dunia ini telah sepakat dengan ilmu
kedokteran modern juga menguatkan kesepakatan ini bahwa tidak ada makanan
yang lebih baik dari ASI bagi seorang bayi. ASI mengiringi pertumbuhan bayi
dengan detail, seperti yang terjadi saat pertumbuhannya di dalam rahim.
Kandungan ASI sangat sesuai untuk bayi pada hari-hari pertamanya. Dengan
pertumbuhan bayi, kandungan air susu ibu bertambah dengan materi-materi baru,
disamping materi-materi lama yang makin bertambah banyak. Dan Kolostrum
(ASI yang keluar di awal-awal setelah melahirkan, berwarna kekuning-kuningan)
menurut beberapa literatur merupakan “imunisasi alami” bagi bayi atau sebagai
obat yang mengandung zat kekebalan yang sangat berguna bagi bayi, karena dapat
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi dan alergi.30
Muhammad Nasib Ar-Rifa‟i dalam tafsir Ibnu Katsir berpendapat bahwa
anjuran Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 233 merupakan bimbingan bagi para
ibu, hendaknya mereka menyusui anak-anaknya secara sempurna, yaitu selama
dua tahun. Setelah itu tiada lagi penyusuan. Oleh karena itu, Allah berfirman,
“Bagi orang yang hendak menyempurnakan penyusuan.” Mayoritas imam
mengatakan bahwa tidak dilarang penyusuan kecuali yang kurang dari dua tahun.
Jadi, apabila bayi yang berusia lebih dari dua tahun menyusu, maka tidak dilarang
(tidak diharamkan).29
Menurut Dr. Abdul Hakim Al-Sayyid Abdullah bahwasanya fiirman
Allah diatas menunjukkan perintah yang wajib dilaksanakan oleh sebagian ibu,
namun sunah bagi sebagian ibu yang lain. Artinya, bagi para ibu yang tidak ada
hambatan atau halangan dalam menyusukan anaknya, maka wajib ibu tersebut
menyusui. Sebaliknya ibu-ibu yang apabila menyusui bayinya justru
mengakibatkan bahaya baik bagi bayi maupun ibunya, maka sunah hukumnya.
Bahaya itu bisa disebabkan ASI kering, ASI terkena bibit penyakit, dan alasan
lain yang sah untuk tidak menyusui bayinya dengan ASI. Hal ini untuk menjaga
agar kondisi fisik anak tetap terawat dan tidak terjangkit suatu penyakit yang
membahayakan anak.
Pemberian ASI selama dua tahun sebenarnya telah memenuhi standard
gizi yang cukup memadahi bagi si bayi, tidak boleh lebih atau kurang. Karenanya,
ASI merupakan hak bayi yang harus dipenuhi oleh orang tua. Sebab ini langkah
proporsional. Karena masa bayi adalah masa yang peka dalam kehidupan
manusia, maka kegiatan menyusui oleh seorang ibu amatlah penting dan besar
artinya bagi perkembangan dan pertumbuhan anak selanjutnya.
Menurut dr. Hendrawan Nadesul, pilihan ibu tidak memberi bayinya ASI
mengurangi hak anak. Hak untuk memperoleh makanan terbaiknya. Pada saat
anak belum mampu memilih. Pada saat anak tidak mampu menolak. Padahal masa
itu tak mungkin diputar balik. Masa yang menentukan itu akan berlalu.
Air susu ibu (ASI), makanan terbaik bagi bayi, makanan utama dan satu-
satunya pilihan terunggul untuk bayi. Sampai sekarang belum ada susu sebaik
ASI. ASI memiliki kandungan zat-zat yang sangat berguna bagi kesehatan bayi. F.
Savage King menyebutkan kandungan ASI sebagai berikut :
1. ASI mengandung protein dan lemak yang paling cocok untuk bayi dalam
jumlah tepat.
2. ASI mengandung lebih banyak laktosa (gula susu) daripada susu lainnya
dan laktosa merupakan zat yang diperlukan bagi bayi.
3. ASI mengandung vitamin yang cukup bagi bayi. Bayi selama 6 bulan
pertama tidak memerlukan vitamin tambahan.
4. ASI mengandung zat besi yang cukup untuk bayi. Tidak terlalu banyak zat
yang dikandung, tetapi zat ini diserap usus bayi dengan baik. Bayi yang
disusui tidak akan menderita anemia kekuarangan zat besi.
5. ASI mengandung cukup air bagi bayi bahkan pada iklim yang panas.
6. ASI mengandung garam, kalsium, dan dan fosfat dalam jumlah yang
tepat.32
Kaitannya dengan kolostrum, terdapat fakta yang menarik bahwa dalam
fiqh dikenal hukum wajib bagi seorang ibu untuk memberikan kolostrum (al
laba‟) kepada bayinya. Karena kolostrum adalah bekal hidup yang paling utama
bagi bayi. Hal itu secara gamblang tertulis di dalam kitab I‟anatut Thalibin Juz IV
Hal. 113:
“Wajib bagi ibu untuk memberikan allaba‟ (kolostrum), karena biasanya anak
tidak akan mampu hidup dan tidak bisa berkembang dengan baik tanpa
kolostrum.”
Kewajiban yang dimaksud dalam teks tersebut adalah kewajiban secara
moral dan hanya berlaku dalam pemberian kolostrum. Karena kolostrum ini
sangat dibutuhkan anak untuk bertahan hidup.33
Oleh karena itu jelaslah ASI mempunyai beberapa kelebihan dibanding
susu buatan atau yang lainnya. Bayi yang disusui ibunya umumnya lebih
terlindung dari serangan infeksi terutama diare dan mempunyai peluang yang
lebih besar untuk hidup daripada bayi yang diberi susu botol.
D. Analisis Pengembangan Penulis
Al-quran dan sunnah sudah mengatur kehidupan manusia secara detail
agar terhindar dari berbagai penyakit seperti salah satunya penyakit infeksi
(diare). Hal ini sejalan dengan pemikiran dan hasil dari penelitian penulis yang
dimana didapatkan bahwa untuk menghindari terjadinya diare pencegahan yang
pertama dapat dilakukan adalah dengan pemberian ASI. ASI merupakan salah
satu keajaiban ciptaan Allah dengan segudang manfaat yang dapat ditemukan
dalam kandungannya. ASI berguna untuk meningkatkan imunitas anak dan
mengikatkan hubungan batin yang kuat antara ibu dengan sang anak. Manfaat
akan sangat terasa dan menjadi berkah bila dilakukan sesuai tuntunan dalam
firman Allah. Firman Allah dalam beberapa surat tersebut diatas sangat jelas
mewajibkan setiap ibu agar memberikan ASI kepada anak-anaknya selama dua
tahun bagi yang ingin menyempurnakan masa susuannya.
Perintah Allah itu bukan tanpa tujuan. Lebih dari 1,5 juta anak-anak di
dunia meninggal karena diare pada tahun 2004 dimana 80% diantaranya adalah
usia dibawah dua tahun. Kejadian tersebut berhubungan dengan imunitas anak
yang buruk, sehingga perlu adanya perbaikan imunitas melalui pemberian ASI
agar tidak mudah terinfeksi.
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 74
responden di puskesmas bara-baraya kota makassar maka peneliti dapat
mengambil kesimpulan :
1. Ibu yang memberikan ASI Eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Bara-Baraya lebih sedikit dibandingkan dengan ibu
yang non ASI Eksklusif.
2. Kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Bara-Baraya pada
bayi usia 0-6 bulan, bayi yang tidak menderita Diare sebanyak
47 bayi dan yang menderita Diare sebanyak 27 bayi.
3. Terdapat hubungan antara pemberian ASI Eksklusif dengan
angka kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan. Pada bayi yang
diberi ASI Eksklusif presentase bayi yang tidak mengalami
diare lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang mengalami
diare.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian diatas, maka saran-saran
yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
1. Bagi ibu-ibu yang memiliki bayi di wilayah kerja Puskesmas Bara-
baraya Makassar harus berusaha memberikan ASI Eksklusif sampai
bayi berusia 6 bulan.
2. Bagi Puskesmas diharapkan dapat memberikan penyuluhan-
penyuluhan, pembinaan dan konseling secara merata baik di
Puskesmas maupun di wilayah kerja Puskesmas dengan melibatkan
kader Posyandu. Dengan cara membagikan pamflet atau brosur yang
menarik agar ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan akan lebih
tertarik untuk meningkatkan pengetahuannya tentang manfaat ASI,
keunggulan dan kandungan ASI yang salah satunya berperan dalam
penatalaksanaan Diare, sehingga paranibu dapat memberikan ASI
Eksklusif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Eka putri, dkk. “Hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan Angka Kejadian
Diare Akut pada Bayi Usia 0-1 tahun di puskesmas Kuranji kota Padang”.
Sumber : http://jurnal.fk.unand.ac.id/articles/vol_2no_2/62-66.pdf (Diakses
tanggal 16 oktober 2014).
2. IDAI. 2010. Indonesia Menyusui. Badan Penerbit IDAI: Jakarta.
3. Kementrian Kesehatan RI. Laporan Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta.
Sumber:
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202
013.pdf (Diakses tanggal 16 oktober 2014).
4. Widoyono. 2011. Penyakit Tropis. Erlangga: Jakarta
5. Sudoyono AW, dkk. 2009. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Interna Publishing:
Jakarta. Hal 548
6. Soetjiningsih. 2012. ASI. EGC: Jakarta
7. Yuliana nana, dkk. Hubungan antara pengetahuan, sikap dan kepercayaan ibu
dengan pemberian ASI Eksklusif. Sumber :
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5560/JURNAL.pdf?se
quence=1. (Diakses tanggal 16 Oktober 2014)
8. Schwartz W. 2005. PEDIATRI. EGC: Jakarta
9. Nirwana AB. 2014. ASI dan Susu Formula. Nuha Medika: Yogyakarta.
10. Haryono R. dkk. 2014. Manfaat ASI Untuk Buah Hati Anda. Gosyen
Publishing:Yogyakarta
11. Maryunani A. Inisiasi Menyusu Dini, ASI Eksklusif dan Manajemen Laktasi.
2012. Jakarta : TIM
12. Damayanti RS, dkk. 2011. Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik. IDI:
Jakarta
13. Cadwell K, Cindy TM. 2012. Manajemen Laktasi. EGC: Jakarta
14. Behrman R, dkk. 2012. Ilmu Kesehatan Anak. EGC: Jakarta
15. Hasan R, Husein A. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. FK UI: Jakarta
16. Kowalak, dkk. 2011. PATOFISIOLOGI. EGC: Jakarta
17. Behrman R, Robert MK. 2010. Esensi Pediatri. EGC: Jakarta
18. Permatasari DP. 2012. Perbedaan Durasi Penyembuhan Diare Dehidrasi
Ringan-sedang Balita yang Diberikan ASI dan Seng. Semarang. Sumber :
http://eprints.undip.ac.id/37465/1/Devina_putri,G2A008051,LAP.pdf (Diakses
tanggal 4 November 2014).
19. Sastroasmoro S.2011. Dasar Dasar Metodelogi Penelitian Klinis. Sagung
Seto:Jakarta.
20. Tumbelaka A.R. 2008. Air Susu Ibu dan Pengendalian Infeksi. In : IDAI. Bedah
ASI : kajian dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,
83-97.
21. Purwati S.H. 2005. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta.
22. Wijayanti. W. 2010. Hubungan Antara Pemberian Asi Eksklusif Dengan Angka
Kejadian Diare Pada Bayi Umur 0-6 Bulan. Surakarta: Universitas sebelas
maret.
23. Newman. 2007. how breastmilk protects Newborns.
http://www.breastfeedingonline.com (14 februari 2015)
24. Lamberti, Laura M et al. breastfeeding and the risk for diarrhea morbidity and
mortality. 2011. http://www.biomedcentral.com/1471-2458/11/S3/S15.
25. Risnanda. L. 2013. Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Angka Kejadian
Diare Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang.
Aceh Besar: STIKES U‟Budiyah.
26. Sitorus RH. Pedoman Perawatan Kesehatan Anak. Bandung: YramaWidya,
2008; 84-9
27. Tuti, dkk. 2013. Hubungan riwayat pemberian asi eksklusif dengan angka
kejadian diare akut pada anak. Manado: Universitas Sam Ratulangi.
28. Endah.S.N. 2009. Hubungan pemberian asi eksklusif dengan angka kejadian
diare pada bayi usia 0-6 bulan. Jurnal kesehatan kartika, 26-33.
29. Lahij, Rod. Dalam Buaian Nabi Merajut Kebahagiaan Si Kecil.anggota IKAPI.
Jakarta: 2005
30. Izzuddin, Taufiq Muhammad. 2006. Dalil Anfus Al-Qura‟an dan Embriologi.
Anggota IKAPI. Solo: PT.Tigaserangkai.
31. Departemen Agama RI. 1990. Al-Qur‟aan dan Tafsirnya, jilid 1-2-3: hal 393.
32. F. Savage King. 1991. Menolong Ibu Menyusui. Terj. Sukwan Handali. Jakarta
Gramedia: hal 23.
33. Departemen Agama. 1991. Buku Pedoman Peningkatan Kesejahteraan Ibu dan
Penggunaan Air Susu Ibu (ASI) dalam Ajaran Islam. Depag RI. Jakarta. hal
103-105.
DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare pada Bayi Usia
0-6 bulan di Puskesmas Bara-baraya Makassar
No. Responden :
Tanggal :
__________________________________________________________________
A. Identitas Responden
Yang bertanda tangan dibawah ini bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini.
I. Identitas ibu
Nama Ibu : …………………………….
Umur : …………………………….
Pekerjaan : …………………………….
Alamat : …………………………….
Pendidikan terakhir : …………………….
II. Identitas Bayi
Nama : …………………………….
Umur : …………………………….
Jenis kelamin : …………………………….
B. Pertanyaan
I. Wawancara ASI
1. Apakah bayi ibu diberi ASI ?
Jawab: (YA / TIDAK)
2. Apakah bayi ibu diberi ASI sejak lahir (usia 0 hari) ?
Jawab: (YA / TIDAK)
3. Apakah bayi ibu diberi ASI sampai saat ini/sampai usia 6 bulan ?
Jawab: (YA / TIDAK)
4. Apakah pada saat bayi ibu diberikan ASI, diberikan secara terus-menerus
setiap hari ?
Jawab: (YA / TIDAK)
5. Apakah bayi ibu diberi makanan/minuman tambahan sebelum usia 6 bulan
?
Jawab: (YA / TIDAK)
II. Wawancara Diare
1. Apakah bayi ibu pernah diare ?
Jawab: (YA / TIDAK)
2. Sampai hari ini, berapakali bayi ibu mengalami diare ?
Jawab: …………………………
3. Apakah bayi juga muntah saat mengalami diare ?
Jawab: (YA / TIDAK)
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
AsiEkslusif * Diare 74 100.0% 0 0.0% 74 100.0%
AsiEkslusif * Diare Crosstabulation
Diare Total
iya tidak
AsiEkslusif
iya
Count 4 26 30
Expected Count 10.9 19.1 30.0
% within AsiEkslusif 13.3% 86.7% 100.0%
% of Total 5.4% 35.1% 40.5%
tidak
Count 23 21 44
Expected Count 16.1 27.9 44.0
% within AsiEkslusif 52.3% 47.7% 100.0%
% of Total 31.1% 28.4% 59.5%
Total
Count 27 47 74
Expected Count 27.0 47.0 74.0
% within AsiEkslusif 36.5% 63.5% 100.0%
% of Total 36.5% 63.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 11.671a 1 .001
Continuity Correctionb 10.052 1 .002
Likelihood Ratio 12.646 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear Association 11.514 1 .001
N of Valid Cases 74
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.95.
b. Computed only for a 2x2 table
Directional Measures
Value Asymp. Std.
Errora
Approx. Tb Approx. Sig.
Nominal by Nominal
Lambda
Symmetric .123 .194 .608 .543
AsiEkslusif Dependent .167 .209 .732 .464
Diare Dependent .074 .236 .302 .763
Goodman and Kruskal tau AsiEkslusif Dependent .158 .076 .001
c
Diare Dependent .158 .076 .001c
Uncertainty Coefficient
Symmetric .128 .066 1.932 .000d
AsiEkslusif Dependent .127 .065 1.932 .000d
Diare Dependent .130 .067 1.932 .000d
Ordinal by Ordinal Somers' d
Symmetric -.397 .097 -3.928 .000
AsiEkslusif Dependent -.405 .100 -3.928 .000
Diare Dependent -.389 .098 -3.928 .000
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on chi-square approximation
d. Likelihood ratio chi-square probability.
Symmetric Measures
Value Asymp. Std.
Errora
Approx. Tb Approx. Sig.
Nominal by Nominal
Phi -.397 .001
Cramer's V .397 .001
Contingency Coefficient .369 .001
Ordinal by Ordinal
Kendall's tau-b -.397 .097 -3.928 .000
Kendall's tau-c -.375 .096 -3.928 .000
Gamma -.754 .133 -3.928 .000
Spearman Correlation -.397 .097 -3.672 .000c
Interval by Interval Pearson's R -.397 .097 -3.672 .000c
N of Valid Cases 74
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for AsiEkslusif (iya
/ tidak)
.140 .042 .470
For cohort Diare = iya .255 .098 .663
For cohort Diare = tidak 1.816 1.293 2.550
N of Valid Cases 74
Frequency Table
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
1 12 16.2 16.2 16.2
2 21 28.4 28.4 44.6
3 9 12.2 12.2 56.8
4 11 14.9 14.9 71.6
5 9 12.2 12.2 83.8
6 12 16.2 16.2 100.0
Total 74 100.0 100.0
Jeniskelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
laki-laki 39 52.7 52.7 52.7
perempuan 35 47.3 47.3 100.0
Total 74 100.0 100.0
RIWAYAT HIDUP
Nama : Nadya Tenriany Najib
Stambuk : 10542 0304 11
Tempat/ Tanggal Lahir : Makassar, 29 Mei 1992
Agama : Islam
Alamat : Jalan Rusa No. 23 Makassar
NamaOrang Tua
Ayah : Dr. H. Muh. Najib Kasim, SE., Msi
Ibu : Hj. Nuraeni Nonci, SE., MM
Riwayat Pendidikan
1998-2003 : SDN 1 MAMUJU
2004-2007 : SMPN 3 PALOPO
2007-2010 : SMAN 1 PALOPO
2011- Sekarang : FAKULTAS KEDOKTERAN UNISMUH
MAKASSAR
Riwayat Organisasi
- Anggota Tim Bantuan Medis (TBM) Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Makassar periode 2012-sekarang
- Anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Makassar periode 2012-2013
- Anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Makassar periode 2013-2014