41
Resume John Dewey and the Art of Teaching Pembimbing : Prof. Thomas Sukardi Disusun Oleh : Fauziah Amalia Devi 15722251003 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN PROGRAM PASCASARJANA

The Art of Teaching (John Dewey)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

the art of teaching

Citation preview

Page 1: The Art of Teaching (John Dewey)

Resume

John Dewey and the Art of Teaching

Pembimbing : Prof. Thomas Sukardi

Disusun Oleh :

Fauziah Amalia Devi

15722251003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2015

Page 2: The Art of Teaching (John Dewey)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan hanya bagi Allah SWT, pemelihara

seluruh alam raya, yang atas limpahan rahmat, taufik dan segala hidayah. Atas

kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan resume buku yang berjudul ”John

Dewey and the Art of Teaching”

Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh

kelulusan pada mata kuliah manajemen diklat vokasional

Terselesaikannya tugas ini tentunya tak lepas dari dorongan dan uluran

tangan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih

kepada :

1. Bapak Prof. Thomas Sukardi selaku Dosen Pengampu

2. Teman-teman Magister Pendidikan Teknik Mesin angkatan 2015 yang

telah membantu penulis dalam menyusun laporan

Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kebaikan

bersama. Semoga tugas ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua.

Aamiin.

Yogyakarta, Januari 2016

Penulis

Page 3: The Art of Teaching (John Dewey)

1. The Teacher as Artist

“ Saya percaya bahwa mengajar adalah seni, sehingga memberikan bentuk untuk

kekuatan manusia dan mereka beradaptasi untuk pelayanan sosial, itu adalah seni

tertinggi, satu panggilan ke layanan yang terbaik, bahwa tidak ada wawasan,

simpati, kebijaksanaan, kekuasaan eksekutif terlalu besar untuk layanan seperti ini

- John Dewey (EW 5:94)

Siapakah yang ingin menjadi artis? Mungkin salah satu dari kita pernah

menginginkannya. Idealnya jika kita menginginkan menjadi seorang pendidik

maka kita tidak perlu memikirkan mengenai bakat seni , apakah kita punya atau

tidak. Akan tetapi lebih ke bagaimana kita men support, memanfaatkan dan

menggunakan kemampuan kita semaksimal mungkin.

Perbedaan antara pendidik dengan guru terletak pada subjeknya, dimana

guru misalnya terdiri dari guru matematika, fisika, kimia dan sebagainya.

Sedangkan artis terbagi menjadi actor, pelukis, konduktor music dan sebagainya.

Sebenarnya definisi artis antara artis dan guru hampir mirip yaitu mengenai

kultur, konteks, ketertarikan.

Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai makna artis, mari kita lihat

pendapat dari Dewey dalam buku “MY Pedagogic Creed: (1987). Dewey

berpendapat bahwa pendidik adalah seseorang yang membantu untuk membentuk

karakter dan adaptasi kemampuan dari anak-anak dan remaja. Beberapa tahun

kemudian dalam buku “Experience and education”, dia melanjutkan hal yang

sama. Berpendapat bahwa guru harus mampu mengambil impuls dari siswa, dan

keinginan mereka untuk memperbaharui sesuatu yang ada. Proses transformasi

antara kerjasama guru dan murid seperti actor dan produsernya. Dimana murid

menjadi lebih tinggi kapabilitas intelektualnya,lebih mandiri, dan

bertanggungjawab secara social.

Mengajar bukan berarti mendidik seseorang yang kemampuannya kurang,

tetapi mendidik seseorang agar lebih bisa memacu kemampuan di dalam

pribadinya. Menurut Dewey, murid tidak perlu menekan dirinya untuk belajar

segala hal secara bersamaan serta menguasainya dan hanya bertujuan untuk

Page 4: The Art of Teaching (John Dewey)

masuk ke universitas yang favorit. Akan tetapi yang lebih penting adalah murid

harus bisa mengembangkan pandangan mengenai hisup dimana bisa membantu

mereka menjadi seseorang yang menarik dan dapat mempertimbangkan

ketertarikan akan hal lain termasuk sekolah, lingkungan kelompok, Negara dan

dunia.

Implikasi untuk guru :

Pertama

Ia mengajukan gagasan bahwa artis ditandai dengan telah berkembang baiknya

"wawasan simpati, kebijaksanaan dan kekuasaan eksekutif"

Meskipun ia tidak memberikan informasi yang cukup untuk menafsirkan dari

beberapa konsep, kami masih bisa mengajukan beberapa pertanyaan:

Dalam hal apa seorang guru yang paling membutuhkan wawasan? simpati?

kebijaksanaan? kekuasaan eksekutif?.

Kedua

Dewey memberikan informasi bahwa pendidik itu membentuk dan mengadaptasi

kekuatan manusia.

Ketiga

Seni seperti mengajar adalah sebuah aktivitas kegiatan. Aktivitas mengajar

mungkin akan artistic jika bertemu dengan kondisi tertentu.

Page 5: The Art of Teaching (John Dewey)

2. The Teacher as Lover

“Cinta alam kontak dengan yang muda, cinta alam berkomunikasi

pengetahuan, cinta pengetahuan, cinta membangkitkan orang lain untuk

kepentingan yang sama intelektual dan antusiasme, cinta yang tidak biasa, subjek

seseorang, cinta belajar, (mencirikan sukses guru) “

Ia mengatakan dua hal tentang seni mengajar, yaitu mengenai wawasan

siswa dan kemampuan untuk mendiagnosa kebutuhan mereka, merupakan

prasyarat untuk menjadi seorang guru. Dewey mempercayai bahwa guru harus

mencintai murid seperti mencintai dirinya sendiri.

Setelah membahas cinta dari kontak dengan siswa dewey menyebutkan

dua hal lainnya mengenai cinta yang diperlukan untuk mensukseskan pedagogis

yaitu :

a. cinta pengetahuan

b. cinta berkomunikasi

Kedua jenis cinta tersebut yang diperlukan untuk menjadi sukses sebagai

seorang guru. Hal tersebut harus dilakukan secara nyata tidak hanya imajinasi

tetapi harus ada visualisasinya.

Pada tahap ini guru perlu memeriksa lebih lanjut idenya bagaiman

menciptakan lingkungan belajar. Empat poin yang pantas untuk diperhatikan

antara lain:

a. Pertama, sangat penting untuk memahami bagaiman seorang guru

mencintai dan belajar ilmu pengetahuan yang proses yang berkelanjutan

mengenai sebuah penciptaan diri.

b. Kedua, proses penciptaan pribadi seorang guru menciptakan dirinya

dengan terus tumbuh merupakan bagian intrinsik dari aktivitas

penciptaan lingkungan belajar bagi siswa. Itulah guru yang secara aktif

mempersiapkan aspek signifikan dari lingkungan belajar sendiri ketika

dia belajar tentang siswa, seni mengajar, belajar, masyarakat, dan materi

pelajaran.

c. Ketiga, menciptakan lingkungan belajar yang lebih luas tetapi tidak

bergeser dengan konteks utama mata pelajaran yang disajikan.

Page 6: The Art of Teaching (John Dewey)

Pada akhirnya kombinasi pengetahuan dan kematangan dari guru lah yang akan

menjadikan guru sebagai pemimpin di mata siswa di kelas.

Page 7: The Art of Teaching (John Dewey)

3. The Teacher as A Wise Mother

“Ibu yang bijaksana memperhitungkan kebutuhan anak tetapi tidak dengan cara

membagi-bagikan tanggung jawab sendiri untuk mengatur kondisi obyektif yang

memuaskan kebutuhan. Jika dia adalah seorang ibu yang bijaksana dalam hal ini,

ia mengacu pada pengalaman masa lalu serta pengalaman sendiri untuk membuka

wawasan bagaiman tindakan yang paling kondusif untuk perkembangan normal

seorang anak”

Seberapa sering kita menganggap rumah merupakan pendidikan yag

paling baik? Tetapi dewey berpendapat bahwa tidak seluruh rumah memiliki

lingkungan yang baik serta seratus persen merupakan lingkungan yang

positif.Dewey membandingkan antara guru dengan orangtua, terutama orangtua

yang baik (bapak dan ibu). Dewey berpendapat bahwa rumah merupakan refleksi

dari sekolah karena sekolah bukan rumah begitu pula sebaliknya. Anak-anak

belajar dirumah merupakan sesuatu yang baik karena rumah merupakan sesuatu

yang natural. Rumah juga tempat dimana orangtua mengembangkan kemampuan,

ide dan keterampilan yang mereka miliki untuk mendidik anak-anak mereka.

Dewey mencoba mengemukakan bagaimana dan mengapa rumah bisa

menjadi powerfull dan mengapa sekolah harus meniru itu. Tidak hanya sebagai

tempat untuk menghabiskan tenaga dan pikiran murid selama lima hari dalam

seminggu. Seperti yang dikutip dari Experience and Education (LW 13: 23-24)

menjawab dari pertanyaan ini: Ibu adalah seseorang yang bijaksana. Dia

merefleksikan segala sesuatu, dia adala model untuk guru yang harus berpikir

untuk memberikan keputusan pada muridnya. Keputusan yang dibuat ibu lebih

reflektif, rumit dan melibatkan hati nurani dalam tanggungjawabnya seperti

pendidik yang professional. Guru yang bijaksana tidak meninggalkan pendapat

sendiri berdasarkan pengalaman belajar, analisis yang reflektif, dan evaluasi

secara kritis hanya karena belajar tentang teori dan pengalaman baru.

“Orang tua yang bijaksana tidak akan suka melihat anak terlalu mudah

putus asa dalam menghadapi kendala. Jika anak sehat secara fisik, tetapi

menyerah akan suatu tindakan adalah gejala buruk. Karena hal itu menunjukkan

Page 8: The Art of Teaching (John Dewey)

bahwa anak melakukan isyarat perlawanan. Permintaan dalam berusaha adalah

permintaan untuk kelangsungan dalam menghadapi kesulitan. (MW 7:174-175)

Pada kesimpulannya, Dewey membayangkan seorang guru yang seperti orang tua

yang bijaksana, yang mampu membuat informasi, melakukan penilaian yang sulit

dan cerdas, dn dewey beranggapan setiap orang penting untuk mmiliki

kemampuan yang reflektif. (LW 8: 214-215)

Page 9: The Art of Teaching (John Dewey)

4. Teacher as A Navigator

“Karena belajar adalah sesuatu yang murid harus lakukan dan untuk dirinya

sendiri, inisiatif terletak pada peserta didik. Guru sebagai panduan dan direktur; ia

mengarahkan perahu tetapi energi yang mendorong siswa untuk belajar harus

datang dari mereka yang belajar sendiri”

-John Dewey (LW 8:140)

Gagasan pertama yang Dewey tekankan bahwa belajar adalah sesuatu yang siswa

lakukan dan tidak untuk dirinya sendiri. Belajar adalah suatu kegiatan dan dengan

demikian merupakan keterlibatan yang dapat mengakibatkan pengalaman edukatif

oleh siswa. Guru dapat melakukan pembelajaran sendiri dengan cara yang

edukatif, tapi dia tidak bisa belajar bagi siswa. Dia memainkan peran penting

dalam proses belajar siswa, tetapi akhirnya hanya siswa dapat belajar untuk

dirinya sendiri.

Gagasan kedua, menurut dewey dorongan belajar terbesar siswa berada pada usia

anak-anak sampai dengan usia remaja. Tetapi tidak mengesampingkan peran guru

dan sekolah dalam proses pembelajaran. Sebaliknya, mereka adalah faktor penting

yang mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Tetapi guru dan sekolah tidak

sendirian dalam mendorong minat mereka dalam belajar. Siswa tidak hanya

tertarik untuk belajar. Dia benar-benar berusaha untuk belajar.

Sebagai navigator guru tentunya harus membiarkan siswa menjadi dirinya sendiri.

Dia mengakui bahwa siswa tidak mungkin meraih tujuannya tanpa kesadaran

reflektif dari dirinya sendiri. Kemudin guru juga tidak bisa sembarangan

mengarahkan siswa jika tidak sesuai dengan minat dn bakatnya masing-masing.

Sebagai navigator guru harus memiliki pengalaman yang memberikan tambahan

pengetahuan di masa sekarang dan menciptakan peluang untuk pembangunan

masa depan. Seluruh urutan peristiwa yang guru alami merupakan scenario positif

untuk masa depan seorang siswa.

Bagaimana analogi dewey tentang guru sebagai panduan, pemimpin, dan

navigator? Jelas dinyatakan, bahwa guru mengarahkan siswa kemana dia harus

pergi dan apa saja yang harus dipertimbangkan. Akan tetapi fungsi guru ini tidak

Page 10: The Art of Teaching (John Dewey)

dapat dijalankan apabila guru tidak memahami siswa dan tidak mengerti apa

tujuan siswa yang sebenarnya.

Oleh karena itu navigator perlu tahu di mana hal edukatif berada dan bagaimana

ini mungkin masuk paling berhasil oleh masing-masing siswa. Guru ibarat

nahkoda yang mengarahkan kemudi siswa, membimbing agar dapat berlayar serta

berlabuh ditempat yang tepat. Sebagai pendidik kita perlu mengarahkan mereka

ke arah masalah-masalah sosial, simpati dan keterlibatan dengan masyarakat.

Dengan tambatan sosial yang tepat mereka bisa menjadi peserta aktif dalam

membangun, memperluas dan mempertahankan demokrasi kebijakan, lembaga,

masyarakat dan pemerintah. Semua siswa pada akhirnya memperkaya kehidupan

mereka dengan segala pengalaman yang ada.

Page 11: The Art of Teaching (John Dewey)

5. The Teacher as Gardener

a. Kapasitas asli siswa adalah titik awal dari berkembang dan tumbuhnya

pendidikan

b. Lingkungan pendidikan adalah sarana pengembangan kapasitas asli

c. Pendidik merupakan sesorang yang menyediakan lingkungan pendidikan

untuk memelihara kemampuan asli siswa

d. Pendidikan merupakan sesuatu yang terus tumbuh dan tidak akan pernah

berakhir.

“ Proses perkembangan mental pada dasarnya adalah sebuah proses partisipasi

social” (LW 11: 206)

Bahkan dalam merencanakan pendidikan siswa secara individu dikontribusikan

oleh "semua yang terlibat dalam proses pembelajaran"., termasuk guru, yang

memimpin kelompok sosial atau kelas yang membentuk sebuah intelegensi dalam

bidang social.

Oleh karena itu dalam kegiatan pembelajaran siswa perlu dikenalkan

pembelajaran dalam lingkungan masyarakat , bukan mengenai kurikulu, guru atau

belajar hanya di dalam kelas saja. Mengingat Dewey yang mampu memahami

karakter siswa tidak dari berdiam diri dikelas saja, tetapi dewey menagamti juga

kegiatan siswa dari alam sekitar

Dari beberapa diskusi yang telah dilakukan dewey berpendapat bahwa kita harus

mempelajari karakter murid kita. Karakter siswa di kelas, diluar kelas maupun

dilingkungan mereka.

dari perspektif dewey belajar tidak pernah sepenuhnya lengkap dan tidak akan

berhenti sebelum otak terpenuhi oleh rangsangan dan pikiran mengenai hal yang

dipelajari. Ini berarti belajar tidak akan berhenti sampai dengan sejauh mana otak

siswa mampu menyerap pengetahuan yang didapatkan. Kemudian bagaimana

siswa memperbaiki dirinya dan menerapkan ilmu yang dimiliki setelah

berinteraksi dengan orang lain, mengungkapkan unsur dipelajari dari lingkungan,

menanggapi rangsangan, membangun makna, mengekspresikan pemikiran dia,

mengeluarkan ide dan menggunakan keterampilannya.

Page 12: The Art of Teaching (John Dewey)

Dalam penelitian terhadap siswa bisa diibaratkan seperti tukang kebun mengamati

berbagai jenis tanaman dan tanggapan tanaman terhadap berbagai rangsangan.

Jadi jika kita ingin tanaman tersebut tumbuh berkembang dan sehat sama seperti

ibarat siswa kita harus tahu bagaimana memperlakukan mereka sesuai dengan apa

yang seharusnya didapatkan.

Page 13: The Art of Teaching (John Dewey)

6. The Teacher as Educational Pioneer

Sepert kita ketahaui bahwa Dewey telah memikirkan beberapa permasalahan

terkaitan dengan pengajar. Salah satu dari permasalahan yang dikemukaan oleh

Dewey dan mungkin kita sebut sebagai pendidikan atau “reformasi sekolah”,

disebut oleh dewey sebagai “renovasi radikal dari sistem sekolah”

Kesimpulan dari pemikirannnya yang mungkin mengejutkan kita adalah : kita

membutuhkan pengajar yang tidak diatur oleh tradisi, adat, ketakutan, kebiasaan,

kepuasaan, kepatuhan dan kemalasan tetapi pengajar yang beransi, imjainatif,

tegas, senang berexperimen, kreatif, dan berjiwa petualang. Dewey yakin bahwa

jika kita mengembangkan sikap kita seperti kataegori kedua, kita dapat

mengembangkat seni mengarjar “seni rekayasa pendidikan”

Terdapat tujuh pemikiran dari dewey sehingga ia dapat mencapai kesimpulan

tersebut :

a. Dia percaya bahwa sekolah yang memiliki system yang didominasi oleh

tradisi tidak cukup dipengaruhi oleh experiment dan penerapan dari

penemuan/pembelajaran yang terbaru

b. Dia berfikir bahwa teori pendidikan telah menghasilkan ide baru mengenai

sekolah dan pembelajaran yang telah melebihi apa yang biasanya

diperbolehkan di sekolah. Walaupun terdapat teori pendidikan yang bagus

hal tersebut tidak akan berarti apabila kebebasan dan keingintahuan akan

penerapan dari hal tersebut

c. Dia berpendapat bahwa teradapat perkembangan ilmu dari pendidikan

yang tidak di aplikasikan secara optimal

d. Dia takut jika pengajar terlalu mementingkan mengenai menemukan

informasi tertentu(bukan pembelajaran secara keseluruhan) yang secara

eksplisit, memberi araha secara detail tentang bagaiman cara mengajar

setiap murid

e. Dia merasa bahwa terlalu banyak orang yang berharap ilmu mengenai

pendidikan segera diterapkan sebelum adanya experiment yang cukup

Page 14: The Art of Teaching (John Dewey)

f. Dia berkata bahwa terlalu banyak peneliti yang berfokus kepada

mengembangkan ilmu atau tradisi yagn sudah ada, tidak kepada

mengembangkan suatu jenis pendidikan yang baru

g. Terakhir, yang dia anggap paling banyak, atau dapat dikatakan hampir

keselurhan, adalah harus mempertimbangkan perubahan di sekolah tentang

kebiasaan dalam “verbal grab” atau di dalam label “noval wrapper”

Kita harus menggunakan pikiran, imajinasi, dan sikap kita selagi kita

berksperiment dengan bebergai cara mengajar, ketika kita menggunakan pekiran

kita, kita haris merubah pikiran kita untuk berfikir “keluar dari jalur tentang

kebiasaan dan adat”. Hal ini seperti “ Berfikir di luar kotak”. Apapun keamaannya

kita tidak perlu mengganti satu kotak, satu set garis, atau dogma dengan yang lain.

Kita juga tidak harus berkonsentrasi hanya kepada mengevaluasi dna mengkritik

dari garis atau box yang lain. Kita mempunyai kebiasaan, tradisi sendiri yang

menutup dan membatasi kemampuan berfikir kita walaupun kita telah

membebaskan cara berfikir kita. Jadi kita harus mengarah kepada megkritik diri

kita sendiri baru kita berfikir tentang orang lain, atau paling tidak kita haraus

mengevaluasi mereka secara simultan

Dewey tahu bahwa berfikir, menggunaan imaginasi kita, bereksperiment tidak lah

mudah. Lingkungan, kepercayaan, nilai dan posisi kita berpengaruh secara

signifikan dalam membuat sekolah kita dan kita seperti sekarang. Tetapi kita juga

tidak boleh berubah terlalu mudah, karena hal ini memerlukan waktu untuk

difikirkan secara mendalam, menyelami ide baru, bereksperimen dan

mengevaluasi teori baru. Tetapi ada factor lain yang membuat berfikir dan

berubah menjadi sulit, yaitu : ketakutan. Pada dasarnya, kita terlalu takut untuk

berubah. Takut,intimidasi, dan malu adalah musuh terbesar kita.

Kita dapat dengan mudah menyimpulkan bahwa terdapat banyak teman dan

musuh dari pengajar pelopor. Seharusnya kita akan mennempatkan dirikita

dengan teman dari semangar artistic dan mencari cara untuk

mengurangi/memusnahkan pengaruh dimana menolak hal yang baru . Teman dari

Pengajar Pelopor antara lain : keberanian, keberagaman, imaginasi, ketegasan,

kreatif, keahlian untuk menciptakan sesuatu, kepetualangan, eksperimen,

pemikiran, ilmu, kepercayaan. Kita harus memilih teman kita atau kolega kita

Page 15: The Art of Teaching (John Dewey)

secara hati-hati, kita membutuhkan pengajar di sekitra kita yang memiliki

karakteristik seperti disebut diatas bukan musuh(takut, pengulangan, sesuatu yang

biasa, kepatuhan, kebisaaan, kemalasan, malu, tradisi, kebiasaan, ketidakyakinan,

keasyikan)

Page 16: The Art of Teaching (John Dewey)

7. The Teacher as Servant

Menurut Dewey demokrasi berpengaruh terhadap kelas dan sekolah. Untuk

memulai kita harus ingat bahwa kelas dan sekolah harus merupakan tempat

berlajar demokrasi. Mulanya kita akan berfikir bahawa ide ini omongkosong jika

kita telah digiring untuk percaya bahwa initisari dari demokrasi adalah suara

terbanyak. Dewey Setuju dan tidak menyarankan bahwa murid-murid harus

memberikan pilihan apakah mereka menginginkan guru, kepala sekolah, komitem

atau kurikulum. Pada titik ini sama seperti politik demokrasi tidak mengijinkan

kita untuk memilih apakah kita ingin memilki perdana menteri atau preseiden,

parlement atau kongres, piagam atau konstitusi. Karena itu Dewey menentang

segala bentuk demokrasi yang tidak melindungi hak kaum minoritas. Hak mereka

tidak dapat dikesampingkan karena pilihan suara terbanyak. Dewey mengacu

kepada implikasi positif dari demokrasi dan demokrasi di kelas dan sekolah.

Pemikirannya bersumber dari tiga interpretasi dari demokrasi : “ bentuk dari

pemerintah”; “ cara untuk bermasyarakat”;”cara hidup seseorang”

Karena murid telah belajar dan mempunyai pengalaman tentang demokrasi sama

seperti di pemerintahan, Dewey berharap bahwa pembelajaran masyarakat berisi

untuk mengembangkan setiap siswa sehingga mereka memilki:

a. Kapasistas untuk memilih dengan cerdas

b. Memposisikan untuk mematuhi hukum etika

c. Kompetensi untuk memberikan kontribusi ekonomi kepada masyarakat

d. Pengetahuan untuk menjalankan fungsi secara menyeluruh sebagai bagian

dari keluarga

e. Kemampuan untuk berfikir secara independen

f. Kemampuan untuk bersimpati sebagai bagian dari masyarakat

g. Kemampuan untuk memimpian secara demkrasi

Kunci yang harus dipertimbangkan oleh setiap guru/pengajar adalah bagaimana

cara kita membantu sekolah dan mendesin kelas kita untuk merenungkan dan

memlihara kapasitas terebut. Pertanyaan, tentu saja. Apa yang dapat kita lakukan

untuk menjamin bahwa setiap murid berpartisipasi di setiap peluang

kepemimpinan demokratis? Bagaimana kita membuat setiap murid untuk

Page 17: The Art of Teaching (John Dewey)

melayani satu sama lain dank e masyarakat? Apakah merupakan cara berfikir

yang lama bahwa murid harus belajar berfungsi sebagai bagian dari keluarga? Apa

sebenarnya maksud dari pertanyaan tersebut? Apakah kamu yakin akan

mendiskusikan hal ini ketika berpotensi untuk melanggar hukum, bahkan hukum

etika? Apakah maksud dari mematuhi hukum etika?

Kemudian, masri kita lihat beberapa ide dari Dewey pada konsep demokrasi

sebagai bagian dari hidup. Sadar bahwa demokrasi pemeintah terlalu dangkal jika

kesuksesan utama terlepas dari lingkungan yang mendukung fasilitas dan keadilan

social, kebebasan dasar, respek terhadap individu, dan kemanan pribadi, Dewey

mendorong ide nya di luar masalah kepemerintahan kedalam komunitas dan

sekolah

Dampak dari demokrasi di kehidupan sehari-hari termasuk di cita-cita mereka,

praktik untuk memelihara di murid :

a. Kecenderungan untuk mendorong kesempatan yang sama untuk

pengembangan setiap orang

b. Kecenderungan untuk mendukung kebebasan hidup kepada setiap orang

c. Kecenderungan untuk mempormosikan komunikasi terbuka diantara orang

yang berfikri setuju dan tidak setuju

d. Berpihak kepada pengembangan aktivitas yang koorperatif untuk tujuan

yang sama

e. Kecondongan untuk mencari jalan keluar dari ketidak cocokan dengan

berdiskusi dan berinteraksi

f. Kemauan untuk berkerja ke kebutuhan dasar yang dibutuhkan semua

orang

g. Kecondongan untuk mempertimbangkan keinginan dan inspirasi dari

setaip orang

h. Kecenderungan untuk mendukung pertumbuhan dari kebutuhan umum dan

kebutuhan perorangan

Kita harus mempertimbangan demokrasi sebagai cara hidup. Dewey

menambahakan tema atau subtema terkait maslah ini, untuk menghindari

kesalahpahaman yang penting. Dia ingin mengklarifikasi bahwa hukum

pemerintah dan kehidupan social sangat penting tetapi tidak cukup jika masing-

Page 18: The Art of Teaching (John Dewey)

masing individu tetap tidak merubah sikap,perasaan, dan cara berfikir mereka.

Demokrasi ditemukan di dalam bagian dari sikap seseorang, bukan hanya sekedar

hukum. Konsekuensinya, dia berpendapat bahwa sekolah dan guru harus tertarik

terhdapa edukasi moral yang melampaui pendidikan kewarganegaraan dan

interaksi masyarakat dan hars memumbuhkan sebagai bagian dari siswa :

a. Sikap seseorang terhadap nilai demokraasi walaupun hukum dan

lingkungan masyrakat tidak mendukung

b. Karakter yang dapat membuat seseorang memilih demokrasi yang ideal

tanpa terpengaruh keuntungan diri sendiri dan social

c. Kebiasaan yan cenderung setiap orang untuk mengunakan demokrasi di

setiap kegiatan nya dan pilihnnya

d. Kepercayaan yang memungkinkan seseorang untuk mengikuti demokrasi

Sebagai pengajar, kita ingin mengembangkan bagaiman kita dapat dan harus

membantu perkembangan sikap, karakter, kebiasaan, kepercayaan mereka, tanpa

tidak etis dan secara kritis.

Page 19: The Art of Teaching (John Dewey)

8. The Teacher as Social Engineer

Guru sebagai perekayasa social dalam hal ini mengacu pada pendidikan

sebagai jenis rekayasa sosial (LW 5: 20). Tidak diragukan lagi analogi tersebut

mungkin bagi kita merupakan hal yang tidak menarik. Karena guru merupakan

pendidik bukan lah insinyur ataupun engineer. Tetapi dalam hal ini hal yang

dimaksud merupakan istilah insinyur social.

Hanya membaca kata-kata dapat menyebabkan kita bertanya-tanya

mengapa dewey akan menggunakan ilustrasi mechanictisc seperti rekayasa sosial

untuk menggambarkan pekerjaan guru. Apakah dia entah bagaimana lupa bahwa

guru bekerja dengan manusia, bukan benda-benda fisik atau materi? Padahal

sebagai insinyur seharusnya bekerja dengan benda-benda mati seperti mesin dan

bangunan. Pendapat ini dapat juga ditafsirkan bahwa guru dapat mengubah

ataupun memanipulasi siswa yang terbentuk sebelumnya.

Mari kita ingat bahwa gagasan ini dari guru sebagai insinyur konstruktif

atau pelopor pendidikan dosis tidak berarti bahwa ia telah melupakan dimensi

manusia pendidikan.Buku ini hanya mengibaratkan bahwa sebagai guru kita bisa

melakoni layaknya sebagai profesi apa saja untuk mendidik karakter siswa.

Faktanya bahwa terdapat banyak subjek dalam teori pendidikan mengisyaratkan

bahwa terdapat banyak pengaruh penting yang mempengaruhi kompleksitas

pembelajaran, mengajar dan sekolah.

Kekhawatiran lain mengenai pendapat ini adalah karena insinyur bekerja

secara mandiri tanpa adanya factor social yang berpengaruh maka guru

mengembangkan pendidikan dengan cara tidak menggunakan kemampuan

reflektif, analitis, interpretif dan sintetis. Ketika masa depan dan guru saat ini

dipandang sebagai sesuatu yang bisa mengubah kearah hal yang lebih baik,

padahal guru tidak bisa mengharapkan pengaruh belajar dan sekolah positif.

Ketika kita memperlakukan guru sebagai pusat saluran informasi, kita

meninggalkan kesan bahwa universitas dan sekolah-sekolah merupakan satu garis

dan lini. Mungkin sekarang adalah waktu yang tepat untuk merujuk kembali ke

komentar sebelumnya yang dibuatyaitu, pikiran dan suara guru selalu dibutuhkan

Page 20: The Art of Teaching (John Dewey)

jika apa yang kita sedang berusaha untuk belajar dan menerapkan akan bekerja

secara efektif dengan anak-anak dan remaja di sekolah. Seerti yang dewey

tekankan "Sebuah jumlah tertentu benar-benar berpikir terjadi diam-diam di

kepala adalah sebagai diperlukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan apapun

adalah kegiatan indra dan tangan di laboratorium”.

Implikasinya bahwa mengajar merupakan sebuah rekayasa social

merupakan guru melakukan sebuah pekerjaan yang merupakan perpaduan antara

berbagai disiplin ilmu dan hal tersebut akan terus berkembang. Tetapi mengajar

akan menjadi sebuah seni jika seorang guru memiliki kemampuan yang akan

mendukung tanggung jawabnya bersama kecerdasan , imajinasi serta keterampilan

yang dimilikinya.

Page 21: The Art of Teaching (John Dewey)

9. The Teacher as Composer

“Karya nyata dari seorang seniman adalah untuk membangun sebuah

pengalaman yang koheren dalam persepsi sambil bergerak dengan perubahan

konstan dalam perkembangannya”

Seperti kita ketahui sebelumnya dalam diskusi kita tentang “guru sebagai

ibu yang bijaksana”, pemahaman yang benar tentang pengalaman bagi dewey

memainkan peran penting dalam seni mengajar. Ide-ide guru serta pengalaman

mengubah persepsi, tujuan dan perilaku guru sendiri. Guru dapat melihat dan

memahami secara berbeda mengenai bidang ini. Sekarang kita dapat

mengontekstualisasikan ide-ide yang terkait, menguraikan pentingnya pendidikan

dan mendiskusikan peran guru dalam menciptakan lingkungan yang membantu

guru menulis pengalaman edukatif untuk semua anak-anak didik di kelas nya.

Kita dapat mengetahui bahwa para rekan dewey yang sudah

berpengalaman baik dengan pengalaman khusus maupun biasa mengidentifikasi

resistensi dan konflik sebagai stimulan untuk kesadaran. Dia mengacu pada

interaksi kita dengan bahan dan dunia manusia di sekitar kita. Demikian juga ia

menyebutkan bahwa emosi dan ide-ide menjadi melekat atau memenuhi syarat

pengalaman yang kita miliki. Dia mengaitkan pengalaman dengan menarik anda

di lingkungan kita, mengembangkan niat dan memiliki emosi dan ide-ide.

Dewey menambahkan bahwa peralatan fisik dan penataan ruang sekolah

rata-rata memperngaruhi kenyamanan situasi dalam kondisi pembelajaran. Ibarat

composer kita sebagai guru, dapat berhenti dan mulai, kita bisa melontarkan

pertanyaan kepada siswa, kemudian siswa yang menjawabnya. Guru bisa

memunculkan ide-ide yang dia pikirkan. Walaupun mungkin profesi guru tidak

akan pernah seterkenal composer music akan tetapi guru tetap diapresiasi sebagai

sebuah profesi yang harus memiliki keterampilan yang tinggi.

Page 22: The Art of Teaching (John Dewey)

10. The Teacher as Wise Physician

“Guru harus menjadi seorang dokter jiwa yang bijaksana untuk

memenangkan hati para siswa”

Tantangan memfasilitasi, merancang, dan kegiatan yang semakin

bergerak ke arah mahasiswa yang memiliki serangkaian pengalaman menyusun,

dan pengalaman dan pengalaman estetis mungkin tampak luar biasa. Standar yang

ditetapkan oleh guru merupakan tanggung jawab guru. Tetapi banyak hal yang

tidak bisa dikontrol oleh guru misalnya gaya belajar serta perilaku siswa.

Sebagian besar siswa merasa ditarik dan didorong di begitu banyak arah oleh

orang tua, kepala sekolah dan lain-lain.

Sebagian besar guru merasa bahwa terlalu jarang mendapatkan

kesempatan untuk mempraktekkan apa yang mereka ketahui dan mengerti di

dalam kelas. Mereka merasa tidak dapat bebas mengeksplorasi kemampuan yang

dimiliki karena adanyainspeksi, pemeriksaan dan standarisasi dalam lingkungan

pendidikan. Guru merasa harus ada kekuatan besar untuk bekerja melawan prinsip

tersebut agar bisa melaksanakan prinsip individualitas dalam pendidikan.

Kami mengeksplorasi kearifan sebelumnya ketika melihat guru sebagai

ibu yang bijaksana. Jadi kita akan menghindari kata sifat dan fokus pada frase

"dokter jiwa". Tapi tentu saja, dalam prakteknya tidak akan mengabaikan

pengembangan dan penggunaan kebijaksanaan. Bagaimana murid saat mengalami

masalah dan bagaimanakah sikap murid tersebut terhadap guru? Tentu saja dalam

hal ini guru harus mengerti dan memahami apa yang murid rasakan. Seperti yang

dewey katakana bahwa guru harus masuk dalam kehidupan yang terdalam dari

siswa. Siswa akan mengerti jika gurunya bersimpati pada dia.

Gagasan Dewey jiwa atau pikiran tidak sempit secara intelektual saja tapi

juga meliputi perasaan siswa dan tujuan. Pikiran seseorang itu tidak entitas statis

tetapi juga berproses dan tumbuh berkembang ditandai dengan "fase khas

kapasitas dan kepentingan". Akibatnya, kita tidak bisa berasumsi bahwa siswa kita

yang kita pahami tahun lalu adalah sama saat kita akan mengajar dia di tahun ini.

Apalagi lima tahun kemudian ketika dia remaja. Anak-anak seperti orang lain,

akan mengalami sebuah perubahan dan bukan hanya secara fisik. Tapi kita bisa

Page 23: The Art of Teaching (John Dewey)

berasumsi bahwa karena kita mengajar siswa dinamis dan berkembang kita tidak

perlu untuk menarik keluar ide-ide mereka atau menuangkan ide ke dalam mereka

dalam setiap siswa atau anak.

Guru dan siswa tentu saja harus berkolaborasi atau bekerja sama dalam

konversi dan transformasi impuls ke keinginan dan ke tujuan. Tapi kerjasama

akan kurang jika keduanya tidak memahami proses konversi dan peran hambatan

karena mereka memblokir atau menghambat impuls. Di permukaan, rintangan dan

hambatan muncul kontra produktif, tetapi dewey berpikir bahwa mereka adalah

bagian eessential dan berharga dari proses pematangan pribadi, pendidikan dan

sosial.

Skenario ini, ada yang berhasil ada yang tidak, bahkan ketika sebagian

besar berhasil. Ada kali juga ketika seseorang atau siswa tidak menghindari atau

mengatasi hambatan. Kadang-kadang kita kecewa ketika konsekuensi yang tidak

diinginkan muncul tapi kami berharap siswa tidak akan bisa dikalahkan. Jika

seorang guru yang cerdas dan peduli serta memberi panduan, dia akan mendapat

dukungan yang dia butuhkan untuk kembali ke analisis kegiatan dan rencana

belajar untuk tindakan masa depan.

Page 24: The Art of Teaching (John Dewey)

11. The Teacher as Builder

Dalam bab ini kita mengikat ide dari pengalaman siswa dan tujuanguru

sebagai pembangun. Guru sebagai pembangun berarti guru merupakan

konstruktor dari kurikulum dan siswa itu sendiri. Pada bagian, ini berarti bahwa

pengalaman edukatif guru tidak terlepas dari keterlibatannya sebagai pembangun

kurikulum atau dalam arti kurikulum untuk setiap siswa. Hal ini menunjukkan

bahwa saat ia menggunakan pengetahuan itu dari pikiran siswa, dia lebih mampu

menciptakan lingkungan yang penuh dengan kesenian dan pengalaman edukatif.

Pengetahuan dan kesenian nya, karena itu memainkan peran yang terlibat dalam

dirinya. Dewey mengistilahkan "yang terbesar dari semua konstruksi-bangunan

dari karakter bebas dan kuat".

Guru membangun sebuah suasana kelas, komunitas sekolah dan juga

kurikulum. Dalam ketiga hal tersebut guru harus menguasainya secara mendalam.

Terdapat beberapa ide dari dewey sdan Goodwin yang harus guru

perhatikan sebelum membangun siswa serta kurikulum, antara lain mengakui

bahwa guru adalah atau seharusnya :

a. Terlibat dalam hubungan mediasi siswa dan pengalaman siswa

b. Berkaitan dengan pengembangan kepribadian siswa

c. Mengetahui informasi tentang anak dan remaja pertumbuhan

d. Siap untuk mengajar lebih dari satu mata pelajaran

e. Ditandai dengan membangun kurikulum yang muncul dari penelitian

sebelumnya dan tumbuh kesadaran kehidupan masyarakat

f. Mengetahui pemahaman yang menyeluruh tentang perkembangan siswa

Mungkin sebagian besar dari kita mempertanyakan atau meragukan

pendapat tersebut. Hal itu wajar, sebagai seorang guru kita tidak boleh

mempercayai begitu saja argument yang dilontarkan oleh orang lain. Untuk

melakukan apa dewey sarankan, guru harus memahami interaksi dinamis siswa

dan lingkungan pendidikan nya, termasuk dimensi sosial dan fisik.

Contoh kongkrit adalah dalam sebuah kelas terdapat 30 siswa. Berarti

terdapat 30 pemikiran yang berbeda dari masing-masing siswa. Tantangan guru

adalah menjaga banyak pikiran dengan berbagai pergeseran intelektual mrupakan

Page 25: The Art of Teaching (John Dewey)

pikiran yang membingungkan. Hal ini menuntut seorang guru yang dipersiapkan

dengan baik sehingga dia bisa melupakan informasi, fakta dan interpretasi

sehingga dia bisa fokus pada pemikiran siswa. Tidak heran dewey berbicara

tentang guru ibarat sebagai konduktor orchestra.

Page 26: The Art of Teaching (John Dewey)

12. The Teacher as Leader

Pada teori jaman dahulu anggapan bahwa guru memerintah sebagai

dictator. Pada saat ini anggapan itu masih ada bahwa kadang-kadang

memperlakukan guru sebagai seorang yang jahat dan suka memerintah. Pada

kenyataannya guru adalah pemimpin intelektual dari kelompok sosial.

Kepemimpinan seorang guru bukan merupakan kepemimpinan yang resmi atau

merupakan suatu jabatan tetapi malah lebih luas dan mendalam karena

berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman matang.

Misalnya, jika guru benar benar reflektif maka guru tahu bahwa mereka

harus mengarahkan, mendorong, membimbing dan memberitahu siswa apa yang

harus dilakukan agar membuat mereka berpartisipasi dalam kegiatan yang

mengarah pada hasil belajar yang ditentukan oleh sekolah. Boleh jadi guru disebut

dictator akan tetapi guru lebih paham dan mengerti mengenai bagaimana

menyikapi keadaan dengan lebih bijaksana. Guru selalu mengusahakan yang

terbaik dari anak-anak yang belum dewasa dan remaja. Di sisi lain ada perspektif

lain yang mengatakan jika kita adalah guru yang benar-benar cerdas dan peduli,

kita mengakui bahwa kita harus hanya membuka alam semesta untuk siswa dan

memungkinkan mereka untuk menemukan, menciptakan dan membangun sendiri.

Memahami jenis pikiran para siswa, apa hal yang membuat para siswa

menjadi bermasalah serta menjadi tidak produktif merupakan hal yang penting

bagi guru. Mengapa penting? Karena guru bertindak sebagai leader yang

intelektual di muka rekan-rekan sejawat, komite sekolah dan anggota masyarakat.

Guru pun terutama dianggap seorang intelektual terutama di kelas di depan murid-

murid.

Memiliki pikiran yang terbuka dan terus belajar untuk berpikir terbuka

memiliki banyak implikasi bagi guru. Seni mengajar seperti yang kita ketahui

merupakan bagian gabungan dari seni berpikir dan seni bertanya. Guru yang

memiliki pikiran yang terbuka menikmati manfaat dari sifatnya tersebut. Dewey

mengatakan ada beberapa ide yang bisa kita ingat, antara lain:

Page 27: The Art of Teaching (John Dewey)

a. mengembangkan refleksi siswa dengan mengajak mereka untuk

menggunakan informasi, ide, dan teori-teori mereka sudah mengerti

untuk memecahkan masalah baru

b. Focus perhatian siswa pada mata pelajaran atau masalah bukan pada

menebak apa pendapat guru

c. Meminta siswa untuk berpikir secara luas dan menilai masalah dari sudut

pandang yang lebih lebar

d. Merangsang siswa berpikir untuk meninjau seluruh set ide-ide sehingga

mereka memahami makna dan konteks apa yang telah mereka pelajari

e. Meningkatkan harapan siswa dengan memunculkan ide kreatif yang akan

diselidiki.

Page 28: The Art of Teaching (John Dewey)

13. The Teacher as Classroom Teacher

Konsep ini mungkin tampak biasa dan tidak memiliki sesuatu yang

tampak kreatif seperti konsep-konsep sebelumnya yang telah dijabarkan.Tetapi

guru sebagai guru dikelas adalah istilah yang terhormat dan memiliki makna siapa

kita dan apa yang kita lakukan secara teratur. Pada kenyataannya, guru merupakan

seorang guru kelas walaupun mereka telah bergabung dengan jajaran pengurus

atau kepala sekolah dsb.

Apapun maknanya kita merupakan seorang guru yang tugas utamanya

adalah mendidik dan peduli dengan pembelajaran siswa. Guru merupakan

pendidik yang sebenarnya bahkan lebih luas dari apa yang elah dicantumkan oleh

kurikulum.Guru dapat melayani di komite, dan kegiatan pengembangan staf dan

melakukan hal-hal proffesional lain. Hampir segala sesuatu yang kita telah

diperiksa sejauh ini tidak langsung atau langsung berhubungan dengan kelas.

Sekarang kita ingin memusatkan perhatian kita kepada guru kelas sebagai

seniman. Dalam proses mengejar pemahaman ini kita akan mengkaji beberapa

pertanyaan:

a. Perilaku guru yang seperti apa yang memberi karakteristik bahwa guru

dikelas merupakan seorang yang menjadi pusat perhatian?

b. Apa yang kita ketahui tentang metode guru kelas yang artistic?

c. Bagaimana kita menilai bahwa sebuah kelas telah berhasil?

Pertanyaan di atas jawabannya sebenarnya telah diketahui dari bagian

bagian sebelumnya dari ringkasan ini.

Guru yang memahami benak siswa, kondisi sekolah dan ruang kelas

dapat dipercaya untuk memilih kondisi spesifik atau metode yang lebih sempit

dan lebih teknis yang terkait dengan mengajar mata pelajaran yang khusus dan

spesifik. Dalam mengajar sebaiknya dan seharusnya guru memahami bahwa

dalam kondisi yang berbeda beda cara mengajarnya pun harus berbeda pula.

Teragntung dengan kondisi siswa, kelas maupun sekolah. Maka dari itu dewey

mempercayai bahwa, mengajar merupakan sebuah seni dan sebuah aksi nyata

secara langsung. Guru harus menggunakan kebijaksanaan ini sebagai refleksi dan

penelitian kolektif. Guru tidak boleh kehilangan persepsi emosional dan imajinatif

Page 29: The Art of Teaching (John Dewey)

saat dia mengajar ditambah dia menggunakan metode klasik dalam cara-cara baru

dan inovatif.