62
BAB 1 PRINSIP DAN SISTEM NILAI DALAM EKONOMI ISLAM A. Prinsip Dasar Ajaran Islam Membicarakan tentang prinsip dasar ajaran islam, maka tema besar yang diusung adalah iman, islam dan ihsan yang berujung pada taqwa. Sementara sumber utamanya adalah Al- Quran, As-ssunah dan Ijtihad. Ketiga tema pokok nilai ajaran Islam tersebut merupakan kebutuhan dasar manusia dalam mencapai kesempurnaannya, mencapai kesempurnaan paripurna (ahsan taqwin) dalam bentuk wujud dan hakikat 9insan kamil). Ahsan taqwin dan insan kamil merupakam manifestasi dari ketaqwaan (manusia paripurna) yang diperolehnya (kuliatas dan bermutu tinggi). Karenanya, dalam konteks ini sering dikatakan bahwa iman adalah pondasi yang harus kokoh dan kuat dlaam sebuah bangunan. Secara fungsional, prinsip dasar aaran islam tersebut harus sjalan dan sebangun dengan filosif rumah yang ditempati dengan suasana sejuk, damai dan menyenangkan. Karenanya 3 dasar prinsip tersebut menjadi landasan operasional lembaga-lembaga keungan syariah Indonesia.hal ini dapat diiustrasikan secara sederhana dalam wujud yang bersifat matei sebagai berikut: Atap Dinding Filosofi Rumah Harta (ihsan) Pengetahu an Keimana n

Tgs Etika Bisnis

  • Upload
    lalaapa

  • View
    184

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

etika

Citation preview

Page 1: Tgs Etika Bisnis

BAB 1PRINSIP DAN SISTEM NILAI DALAM EKONOMI ISLAM

A. Prinsip Dasar Ajaran IslamMembicarakan tentang prinsip dasar ajaran islam, maka tema besar yang diusung

adalah iman, islam dan ihsan yang berujung pada taqwa. Sementara sumber utamanya adalah Al-Quran, As-ssunah dan Ijtihad. Ketiga tema pokok nilai ajaran Islam tersebut merupakan kebutuhan dasar manusia dalam mencapai kesempurnaannya, mencapai kesempurnaan paripurna (ahsan taqwin) dalam bentuk wujud dan hakikat 9insan kamil). Ahsan taqwin dan insan kamil merupakam manifestasi dari ketaqwaan (manusia paripurna) yang diperolehnya (kuliatas dan bermutu tinggi). Karenanya, dalam konteks ini sering dikatakan bahwa iman adalah pondasi yang harus kokoh dan kuat dlaam sebuah bangunan.

Secara fungsional, prinsip dasar aaran islam tersebut harus sjalan dan sebangun dengan filosif rumah yang ditempati dengan suasana sejuk, damai dan menyenangkan. Karenanya 3 dasar prinsip tersebut menjadi landasan operasional lembaga-lembaga keungan syariah Indonesia.hal ini dapat diiustrasikan secara sederhana dalam wujud yang bersifat matei sebagai berikut:

Atap

Dinding

Pondasi

Filosofi Rumah

Harta

(ihsan)

Pengetahuan

(Islam)

Keimanan

(Tauhid)

Page 2: Tgs Etika Bisnis

Atap (ihsan), sebagaiman gambar diatas dapat dikiyaskan dalam bentuk harta, uang, kekayaaan apapun kistilahnya sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Siapapun pasti memerlukannya dan bahkan kebanyakan manusia mungkin sangat menginginkannya (FALAH). Namun ternyata harta bukan hanya mendatangkan manfaat, tetapi juga mendatangkan mudharat atau bahkan mencana (bila tidak disekapi dengan ihsan).

Dinding (islam), merupakan knowledge (pengetahuan) yang dapat menjadi obor (penerang, jalan dan penunjuk). Dalam ajaran islam, pengetahuan yang merupakan dmain akal mneenpati kedudukan yang cukup strategis.

Dalam konteks dinding Islm di atas yang disombolkan sebagai penngetahuan (knowledge) merupaka pengejawatan dari peranan akal dalam kita beragama Islam, dalam kita memahami arti Al-Quran dan Sunah Nabi juga amat ditekankan oleh Al-Quran sendiri.

Menurut Juhaya S. Praja (2012: 6), bahwa sistem nilai dlam bisnis (eonomi syariah) menempatkan al-falah sebagai tujuan utamanya. Al-falah adalah ksejahteraan lahiriyah yang dibarengi kesejahteran batiniah (al-shalah), kesenangan duniawi dan urawi, keseimbangan materiil dan immaterial. Tujuan ini memperlihatkan dengan jelas bahwa hakikat sistem nilai dalam bisnis (ekonomi syariah) merupakan rahmat bagi sekalian alam (rahmatan lilalamin).

Dengan demikian dapat dsimpulkan bahwa prinsip dasar ajaran Islam berpusat pada prinsip tauhid yang akan berbuah pada etika islam shingga mampu mewujudkan tujuan syariat (maqasid asy-syariah), yaitu memelihara iman (faith), hidup (life), nalar (intellect), keturunan(posterity), dan kekayaan (wealth). Dengan konsep ini, menurut Umar CHapra, berkeyakinan bahwa sistem ekonomi dapat dibangun sejak awal dari suatu keyakinan (iman) dan berakhir dengan kekayaan (wealth or capital). Pada gilirannya tidak akan muncul kesenjangan eonomi atau perilaku ekonomi yang bertentangan dengan prinsi-prinsip syariat.

B. Sistem Nilai Dalam Islam

1. Konsep NilaiSebagaimana nilai-nilai dasar Islam yang diutarakan JUhaya tersebut di atas, Dr. M.

Abd El-Kader Hatem dalam Value of Islam (1999: 5), secara rinci menjabarkan tentang bangunan konsep nilai-nilai Islam yang didasarkan atas 11 sistem nilai, yaitu:

a. Iman kepada allah (Belief in God)b. Kemanusiaan (man)c. Persamaan (equality)d. Persaudaraan (fraternity)

Page 3: Tgs Etika Bisnis

e. Bebas dan Kebebasan (Liberty and Liberation)f. Social dan Keadilan Ekonomi (Social and Economi Justice)g. Bimbingan h. Etikai. Keluarga dan spirit kemanusiaan dalam islamj. Perdamaian dan Peradaban Islamk. Pengetahuan Islam

Konsep nilai dalam islam yang paling utama adalah nilai ketauhidan. Konsep nilai islami yang bersumber dari tauhid ini, kata Abdul Al-Salim Makram (2004: 4), merupakan elemen dan ruh (yng dapat memencarkan petunjuk) bagi keimanan.

2. Nilai Moral Penilaian pada moral atau moralitas pada dasarnya bermula dari aktifitas dan

tingkah laku seseorang. Karena setiap tindakan adalah suatu sarana untuk suatu tujuan, dan tidak ada tindakan yang secara alami, dilakukan demi tindakan itu sendiri. Nilai setiap tindakan dan keinginan terhadapnya tunduk pula terhadap hasil yang diperoleh dari tindakan itu.

3. Tolak Ukur Nilai MoralNilai moral dalam Islam mempunyai tolak ukur yang jelas. Tolak ukur nilai dalam

pandangan islam adalah kesempurnaan yang muncul dalam jiwa manusia dan yang akan mengantarkannya kepada penyembahan kepada allah, mendekat kepadanya dan mendapatkan keridoannya.

4. Nilai KebebasanNilai kebebasan bukanlah semata sebagai tolak ukur sistem nilai dari moral,

melainkan sebagai bentuk dan wujud ekspresi seseorang dalam memilih kebaikan dan keburukan. Tepatnya, sebagaimana dalam Al-quran Allah memberikan kebebasaan kepada manusia untuk apakah mau beriman atau kafir.

C. Sistem Ekonomi IslamSistem eonomi Islam yang dikutipkan dari tulisan Mohammad Naeem Khan

berjudul Islamic Ekonomi System sebagai berikut:

A. Divine Economic Plan (rencana ekonomi kebutuhan)Islam merupakan ekosistem dari ilmu ekonomi, ilmu alam, ilmu social, dan ilmu

agama untuk kemajuan kesejahteraan manusia dan keadilan.B. Mission of Islam

Dalam sistem ekonomi islam, allah SWT menciptakan manusia sebagai individu untuk dikontrak (mengikat).

Page 4: Tgs Etika Bisnis

C. Target of Islam

D. Economic Principles of Islam

E. Dimension of Islamic Ekonomi System1) Tujuan utama dalam islam adalah sistem spiritual2) Sistem hokum untuk menjaga hak asasi manusia3) Menjaga kekayaan dan pendapatan yang diperoleh secara legal dan sesuai dengan

syar`i4) Focus sistem islam memaksimalkan keuntungan social membatasi kebebasan

yang berlebihan, terutama dari mereka yang paling kaya dan sangnat kuat.F. Status of Sources of Income

Kewirausahaan dapat diartikan sebagai sebuah kegitan ekonomi yang memerlukan usaha dan beresiko rugi. Buruh dan tenaga kerja adalah pekerjaan yang baik.

Target Islam

PRINSIP – PRINSIP EONOMI ISLAM

Page 5: Tgs Etika Bisnis

G. Distribution ChannelZakat dan infak sebagai bentuk pendistribusian kekayaan.

BAB IIKONSEP ETIKA BISNIS ISLAM

A. Pengertian Etika Bisnis Islami

Jika ditelusuri secara historis, etika adalah cabang filsafat yang mencari hakikat nilai-nilai baik dan buruk yang berkaitan dengan perbuatan dan tindakan seseorang, yang dilakukan dengan oenuh kesadaran berdasarkan pertimbangan pemikirannya. Persoalan etikan adalah persoalan yang berhubungan dengan eksistensi manusia, dalam segala aspeknya, baik individu maupun masyarakat, baik denngan hubungan dengan tuhan, dengan sesame manusia dan dirinya, maupun dengan alam sekitarnya, baik kaitannyan dengan eksistensi manusia di bidang social, ekonomi, polotik, budya maupun agama. (Musa Asy`ari, 2001: 92).

1. Etika (Akhlak)Menurut Muhammad Ilaan Shadiqy bin Ash akhlak adalah suatu pembawaan

dalam diri manusia yang dapat menimbulkan perbuatan baik, dengan cara yang mudah (tanpa dorongan dari orang lain).

Disamping masalah akhlak juga dikenal istilah etika dan moral. Ketiga istilah itu sama-sama menentukan nilai baik dan buruk sikap dan perbuatan manusia. Perbedaannya terletak pada standar masing-masing.

Norma adalah sesuatu yang sudah pasti yang dapat kita pakai untuk membandingkan sesuatu yang lan yang kita ragukan hakikatnya, besar kecilnya, ukurannya, atau kualitasnnya. Jadi, norma moralitas adalah aturan, standar, atau ukuran yang dapat kita gunakan untuk mengukur kebaikan atau keburukan suatu perbuatan.

Moral adalah penjabaran dari nilai tapi tidak seoperasional etika. Jadi moral, etika dan nilai jika dilihat dari sumber pada hakikatnya bermuara pada wahyu ilahi ataupun berasal dari budaya.

2. Bisnis (Perdagangan)Kata “Bisnis” dalam bahasa Indonesia diserap dari kata “business” dari bahas

Inggris yang berarti kesibukan. Secara terminology, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau kelompok orang sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Musselman dan Jakson (1992) mereka mengartikan bahwa bisnis adalah suatu aktifitas yang memenuhi kebutuhan dan keinginan ekonimis masyarakat, perusahaan yang diorganisasikan untuk terlibat dalam aktifitas tersebut.

Page 6: Tgs Etika Bisnis

Dari pendapat diats dapat disimpulkan bahwa bisnis adalah kegitan yang dilakukan individu atau sekelompok orang yang menciptakan nilai melalui penciptaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan memperoleh keuntungan melalui transaksi.

3. IslamiAl Islam adalah nama suatu Ad-din (jalan hidup) yang ada di sisi allah. Addin

maknanya adalah al-millah ash-shirot atau jalan hidup, ia berupa bentuk-bentuk keyakinan dan perbuatan. Addin atau Al-Islam adalah penamaan dari allah sendiri, bukan dari manusia. Suatu nama biasanya memilki arti, demikian juga dengan al-islam memiliki arti yakni tunduk, patuh, berserah diri kepada perintah dan larangannya yang memerintah tanpa penolakan.

Dalam kata islam sebagai ajaran biasanya diidentikan dengan kata syariat. Secara istilah syariat sepadan dengan makna perundang-undangan yang diturunkan allah swt melaui Rosulullah SAW untuk seluruh umat manusia baik menyangkut masalah ibadah, akhlak, makanan, minuman, pakaian, maupun muamalah (interaksi sesame manusia dalam berbagai aspek kehidupan) guna meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.

4. Etika Bisnis IslamEtika bisnis islam merupakan suatu proses dan upaya untuk mengetahui hal-hal

yang benar dan yang salah yag selanjutnya tentu melakukan hal yang benar berkenaan denga produk, pelayanaan perusahaan dengan pihak yag berkepentingan dengan tuntunan perusahaan.

Karakteristik standar moral bisnis, lanjutnya, harus: tingkah laku yang diperhatikan dari konsekuensi serius untuk kesejahteraan manusia dan memeperhatikan validitas yang cukup tinggi dari bantuan atau keadilan.

B. Prinsip-prinsip Etika Bisnis Islami

Etika bisnis secara umum menurut Suarny Amran, harus berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

A. Prinsip Otonomi yaitu kemampuan untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan keselarasan tentang apa yang baik untuk dilakukan dan bertanggungjawab secara moral atas keputusan yang diambil.

B. Prinsip Kejujuran dalam hal ini kejujuran adalah merupakan kunci keberhasilan suatu bisnis, kejujuran dalam pelaksanaa control terhdap konsumen, dalam hubungan kerja.

C. Prinsip Keadilan bahwa setiap orang dalam berbisnis diperlakukan sesuai dengan haknya masing-masing dan tidak ada yang boleh dirugikan.

D. Prinsip Saling menguntungkan juga dalam bisnis yang kompetitif

Page 7: Tgs Etika Bisnis

E. Prinsip Integritas moral merupakan dasar dalam berbisnis, harus menjaga nama baik perusahaan tetap dipercaya dan merupakan perusahaan terbaik

Prinsip – prinsip dasar etika bisnis islam harus mencakup:

A. Kesatuan (utility). Adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep tauhi yang memadukan keseluruhan spek-aspek kehidupan muslim baik dalam bidang ekonomi, politik, social, menjadi keseluruhan yang homogeny, serta mementimngkan konsep konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh.

B. Keseimbangan (Equilibrium). Dalam beraktifitas di dunia kerja dan bisnis, islam mengharuskan untuk berbuat adil, tak terkecuali pada pihak yang tidak disukai.

C. Kehendak bebas (Free Will). Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis islam, tetapi kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolktif.

D. Tanggungjawab (Responsibility). Kebebasan tanpa batas merupakan hal yang tanpa batas adalah suatu hal yag mustahil dilakukan oleh manusia karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabiltas untuk memenuhi tuntutan keadilan dan kesatuan, manusia perlu mempertanggungjawabkan tindakannya.

E. Kebenaran: kebajikan dan kejujuran. Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran lawan dari kesalahan, mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan kejujuran.

C. Ruang Lingkup Etika Bisnis IslamRuang lingkup etika bisnis Islam dalam buku ini di kelompokan menjdi 4 bagian

penting, yaitu:

1. Konsepsi islam dan nilai-nilai yang ada di dalamnya2. Konsep dasar etika bisnis secara umum dan landasan teori-teori yang membentuknya3. Akhlak islami sebagai fondasi dasar peletakan etika bisnis islam dan masalah-masalah

yang terkandung didalamnya perspektif al-Quran dan al-Hadist.4. Internalisasi akhlak islam dalam bisnis yang difokuskan pada perilaku produsen,

konsumen, distributor bagi perusahaan, pelaku pasar, etika perbankan dan,5. Lembaga yang mengatasi persengketaan

Page 8: Tgs Etika Bisnis

BAB IIIKONSEPSI DAN TEORI ETIKA

A. Konsepsi Etika

Etika pada umumnya diidentikan dengan moral (atau moralitas). Tetapi, meskipun sama terkait dengan baik buruk tindakan manusia, etika dan moral memiliki pengertian yang berbeda. Moral lebih terkait dengan nilai baik dan buruk setiap perbuatan manusia sedangn etika lebih merupakan ilmu yang mempelajari tentang baik buruk tersebut. (Hendar Riyadi, 2007: 114)

Akhlak, moral dan etika merupakan komponen dsar dalam pembangunan suatu bangsa. Sebagai syarat mtlak, norma akhlak harus dapat dijalnkan oleh setiap insan dalam kehidupannya. Hal ini yangoleh Rosulullah SAW, menegaskan bahwa “sesungguhnya aku diutus oleh Allah adalah untuk menyempurnakan akhlak terpuji”.

B. Pendekatan Etika Versus Akhlak

Ilmu mempunya dua jalan untuk mendekati objeknya. Mana yang dipakai, bergantung pada hakikat objek materialnya dan objek formalnya karena jalan itu dipilih dengan maksud untuk mencapai tujuannya. Dua metode tersebut menurut W. Poespoprodjo adalah:

1. Metode deduktif, sintesis, a priori atau disebut juga degan metode rasional. Metode ini bertolak dari prinsip-prinsip, postulat-postulat, aksioma-aksioma, dan kemudian menguraikan pengarahan ke penerapannya. Ilmu matematika adalah suatu contoh utama yang memakai metode ini.

2. Metode induktif, analisis, a posteoroori, atau metode empiris adalah metode yang yang bertitik tolak dari dunia pengalaman, dan bergerak maju dengan cara pengamatan (observasi), eksperimen, dan membuat klasifikasi dengan tujuan menyusun hokum-hukum yang umum. Metode ini merupakan metode khas ilmu-ilmu alam.

Ada 4 macam pendekatan dalam menilai suatu pendapat moral yaitu:

1. Pendekatan empiris-deskriptif dapat menyelidiki, seperti: apa pendapat umum yang berlaku di Indonesia, sejak kapan pendapat itu berlaku di Indonesia, bagaimana pendapat masyarakat lain tentang pendapat itu.

2. Pendekatan fenomenologi memperlihatkan bagaimana kiranya kesadaran seseorang yang sependapat bahwa ia berkewajiban untuk pernikahannya. Unsur apa saja yang terkandung dalam keadarsan moral, diperhatikan dengan seksama.

Page 9: Tgs Etika Bisnis

3. Pendekatan normative. Melalui pendektan ini dipersoalkan apakah suatu norma moral yang diterima umum atau dalam masyarakat tertentu memang tepat ataukah sebetulnya tidak berlaku atau malah harus ditolak. Melalui pendektan ini kita dapat bertanya apakah pendapat mahasiswa Indonesia itu benar.

4. Akhirnya dapat juga dipersoalkan apakah arti “Wajib” yang terdapat dalam kalomat tentang pendapat mahasiswa Indonesia itu. Pendekatan ini berupa analisis bahsa moral, dan merupakan tugas dari apa yang disebut metaetika. Meta etika berusaha untuk mencegah kekeliruan dan kekaburan dalam penyelidikan fenomenologis dan normative dengan cara mempersoalkan arti tepat dari istilah-istilah moral menurut macamnya secara mempersoalkan bagaimana suatu pernyataan moral dapat dibenarkan.

Prinsip Etika Qur`ani

Prinsip Etika Qur`ani1 Tauhid

(Unity)Konsep tauhid sebagai the principle of metaphysics dan the principle of social ethnic value

2 Iman 1. Apabila disebut nama Allah hatinya bergetar2. Apabila di “baca”kan ayat-ayat Allah, kualitas Iman naik3. Bertawakal terhadap keimanan pada (Allah, Malaikat, kitab-kitab,Rosul

dan para nabi, hari akhir serta takdir)3 Islam Menyerah tunduh dan selamat, kebebasan, kesucian, kebahagiaan,

kesejahteraan, sebagai efek dr penyerahan diri kepada allah4 Ihsan Profesionalisme dalam mengabdi kepada allah seolah-olah kamu melihatnya,

dan apabila kamu tidak dapat melihatnya maka allah melihatmu5 Taqwa Kesatuan dari iman, islam dan ihsan (insan kamil/ahsan taqwin)

Page 10: Tgs Etika Bisnis

C. Teori-teori Etika Barat

1. Teori Deontologis

Teori ini mengatakan bahwa betul salahnya suatu tindakan tidak dapat ditentukan dari akibat-akibat tindakan itu melainkan ada cara bertindak yang begitu saja terlarang, atau begitu saja wajib. Etika Deontologi sangat menekankan motivasi, kemauan baik dan watak yang kuat dari pelaku. Atau sebagaimana dikatakan Immanuel Kant (1734-1804), kemauan baik harus dinilai baik pada dirinya sendiri terlepas dari apa pun juga. Maka, dalam menilai seluruh tindakan kita, kemauan baik harus selalu dinilai paling pertama dan menjadi kondisi dari segalanya. Dalam deontology jumlah terbnayak bukanlah ukuran yang mneentukan kebaikan tetapi prinsiplah yang menentukan yaitu prinsip bawa pembunuhan alah perbuatan buruk dan bagaimanapun juga anjing itu tidak boleh dibunuh.

2. Teori Teleologis

Berbeda dengan etika deontology, etika teologis jutsru mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan oleh tindakan itu. Suatu tindakan dinilai baik, kalau bertujuan mencapai sesuatu yang baik, atau kalu akibat yang ditimbulkan baik dan berguna. Teori ini mengatkan bahwa “betul” atau “salah” bergantung kepada kesan sesuatu perbuatan yang dikenali sebagai konsekuensialisme.

3. Teori Egoisme Etis

Egoisme etis merupakan kelanjutan dari teori teleologis. Teori ini banyak myoroti tentang akibat baik dari perbuatan bagi kepentingan pribadi, bukan kepentingan orang banyak. Teori ini berpendapat bahwa orang yang betul-betul hidup sesuai dengan kepentingannya sendiri yang nyata itu seseorang yang matang dan tahu tanggungjawab. Orang itu tidak menurut begitu saja segala mavcam keinginan, dorongan nafsu, seperti mau balas dendam, iri hati an sebgainya. Melainkan ia mengadakan penilaian dulu tentang apa yang paling cocok untuknya, kemudan bertindak sesuai dengan penilaian itu. Egois semacam itu perlu diilai ukup tinggin secara moral.

Hedonisme Egois

kaidah dasar hedonism egois ialah: “bertindaklah sedemikian rupa sehingga engkau mencapai jumlah akibat yang paling besar. Dan hindarilah segala macam yang bisa menimbulkan rasa sakit darimu”.

Eudominisme

Page 11: Tgs Etika Bisnis

Eudominisme mengajarkan bahwa segala tindakan manusia ada tujuannya. Ada tujuan yang dicari demi suatu tujuan selanjutnya da nada tujuan yang dicari demi dirinya sendiri. Eudominisme mengemukakan suatu kaidah dasar etikanya yang berbunyi: “bertindaklah engkau sedemikian rupa sehingga engkau mencapai kebahagiaan:. Menurut kaidah ini tindakan manusia ditunjukkan untuk mencapai kebahagiaan.

4. Teori Utilitarian

Sesuai dengan namanya utilitarisme berasal dari kata utility dengan bahasa latinnya utilis yang artinya “bermanfaat”. Teori ini menekankan pada perbuatan yang menghasilkan manfaat, tentu bukan sembarang manfaat, tentu bukan sembarang manfaat tetapi manfaat yang paling banyak membawa kebahagian bagi banyak orang. Secara historis utilitarianisme terbit ari hedonisme. Jeremy Bentham dinggap sebagai bapak aliran ini.

Utilitarisme adalah sebuah teori teleologis universal. Dikatakan teleologis karena utilitarisme menilai betul salahnya tindakan manusa ditinjau dari segi manfaat akibatnya. Larangan untuk berbuat korupsi itu lebih buruk dari pada kita tidak berbuat korupsi.

Secara histori utilitarisme lahir dari hedonism. Jeremy Bentham dianggap sebagai bapak aliran ini. Bertolak dari gagasan bahwasanya kesenangan dan kesedihan itu adalah satu-satunya motif yang memerintah manusia. Aliran utilitarisme mencapai perkembangan sepenuhnya dalam diri John Stuart Mill.

5. StoisismeStoisisme merupakan suatu bentuk materialism, panteisme, dan fatalism. Bagi

kaum stoisis, dunia ini terdiri dari badan dunia yang terdiri dari materi kasar yang nampak ada pancaindra kita dan jiwa dunia, dan materi halus yang berhembus sebagai angina melintas dunia, menggerakan dunia dan membuatnya laksana binatang besar. Aliran ini berpandangan bahwa kebajikan adalah yang baik satu-satunya. Ini bukan jalan kearah suatu tujuan melainkan tujuan itu sendiri.

6. Evolusionisme

Teori evolusi sebenarnhya hanya menyatakan bahwa manusia selalu bisa lebih sempurna dan kemajuan itu tidak mengenal batas, hanya dalam istilah-istilah biologis yaitu suatu gagasan yang sangat berpengaruh dalam abad XX. Kemajuan, perkembangan dipandang sebagai tujuan hidup. Maju,berevolusi, berkembang adalah hal yang penting.

7. Teori TeonomSekarang kita aka membicarakan pendapat yang mendasarkan norma-norma

moral terhadap kehendak ALLAH. Sehingga teori ini dinamai teonom yang erdiri dari

Page 12: Tgs Etika Bisnis

dua kata theos yang berarti ALLAh dan nomos yang berarti hokum. Teori inin dibagi menjadi dua, yaitu:

Pertama, etika teonom murni. Etika ini mengajarkan bahwa suatu tindakan dikatakan bnar bila sesuai dengan kehendak allah, dan dikatakan salah apabila tidak sesuai. Suatu tindakan wajib dikerjakan jika diperintahkan allah. Teori ini banyak dipegang oleh orang-orang beragama.

Kedua, teori hukum kodrat. Hukum abadi berada dalam tuhan. Selama diterapan pada makhluk, disebut hokum kodrat. Teori ini mengatakan bahwa baik dan buruk ditentukan oleh allah seakan-akan secara sewenang-wenang. Sesuatu dikatakan benar jika sesuai dengan tujuan manusia atau sesuai dengan kodrat manusia.

D. Etika Islami Perbedaan etika bisnis islam dengan bisnis konvensional yang selaama ini

dipahami dalam kajian ekonomi terletak pada landasan tauhid dan orientasi jangka panjang. Prinsip ini dipastikan lebih mengikat dan tegas sanksinya. Etika bisnis islami memiliki dua cakupan.

Pertama, cakupan internal, yang berarti perusahaan memiliki management internal yang memperhatikan aspek kesejahteraan karyawan, perlakuan yang menausiawi dan tidak diskriminatif plus pendidikan.

Kedua, cakupan eksternail meliputi aspek transparansi, akuntabilitas, kejujuran dan tanggung jawab. Demikian pula kesediaan perusahaan untuk memperhatikan aspek lingkungan dan masyarakat sebagai stake holder perusahaan.

Kapitalisme menonjolkan sifat individualism dari manusia, dan sosialisme pada kolektivisme, maka ilsam menekankan empat sifat sekaligus yaitu:

1. Kesatuan (unity)2. Keseibangan (equilibrium)3. Kebebasan (free will)4. Tanggungjawab (responsibility)

Etika bisnis islam menjungjung tinggi semangat saling percaya, kejujuran, dan keadilan, sedangkan antara pemilik perusahaan dan karyawan berkembang semangat kekeluargaan (brotherhood). Misalnya dalam perusahaan yang islami gaji karyawan dapat diturunkan jika perusahaan benar-benar merugi dan karyawan juga mendapat bonus jika perusahaan keuntungannya meningkat.

Page 13: Tgs Etika Bisnis

BAB IVKONSEPSI ETIKA DALAM AL-QURAN

A. Landasan FilosofisStudi empiris tentang etika usaha (bisnis) itu akan banyak membawa manfaat

yang bisa menjadikan faktor pendorong bagi tumbuhnya ekonomi taruhlah dalam hal ini dimayarakat islam. Tetapi studi empiris ini bukanya sama sekali tidak mermasalah terkadang dalam etika dalam ilmu ini mengambil posisi netral (bertolak dalam pijakan metodologi positivistis) maka temuan hasil stui netral itu sepertinya kabal terhadap penilaian-penilaian etis.

Menarik untuk disoroti adalah bagaimana dan adakah konsep islam menawarkan etika bisnis bagi pendorong bangkitnya roda ekonomi. Filosofi dasar yang menjadi catatan penting bagi bisnis islami adalah bahwa, dalam setiap gerak langkah kehidupan manusia adalah konsep hubungan manusia dengan manusia, lingkungannya serta manusia dengan tuhan.

Kunci etis dan moral bisnis sesungguhnya terletak pada pelakunya itu sebabnya misi diutusnya rosulullah kedunia adalah utuk memperbaiki akhlak manusia yang telah rusak.

Sifat toleran merupakan kunci sukses pebisnis muslim, toleran membuka kunci rezeki dan sarana hidup tenang. Manfaat hidup toleran adalah mempermudah pergaulan, mempermudah urausan juanl beli, dan mempercepat kembalinya modal “allah mengasihi orang yang lapang dada dalam menjual, dalam membeli serta melunasi utang” (hadis).

B. Al-quran sebagai pedoman etikaNilai-nilai khusus adalah atura yang berlaku dalam bidang kegiatan atau

kehidupan khusus, misalnya aturan olahraga, aturan pendidikan, llebih khusus lagi aturan disekolah. Nila-nilai mum sebaliknya lebih bersifat umum dan sampai tingkat tertentu boleh dikatakan bersifat universal, yaitu: nilai sopan santun, nilai hukum, dan nilai moral. (A. Sonny Kera, 1998:18)

Bagi kehidupan ekonomi, teori nilai yang erkaitan dengan konsumsi, produksi dan pertukaran komoditi dipasar barangkali berkaitan dengan tiga hal tersebut.

C. Konsep kunci etika Al-quranKonsep kunci etika Al-quran.

1. Tauhid: dasar moralitas qurani bagi kaum beriman. Tauhid merupakan konsep sentral yang berisi ajaran bahwa tuhan adalah pusat

dari segala sesuatu, dan bahwa manusia harus mengabdikan diri sepenuhnya kepada Nya.

Page 14: Tgs Etika Bisnis

2. Iman, Islam, Ikhsan kunci meraih ketaqwaan

1. Iman yang berarti percaya atau merasakan tidak adanya kegoncangandlam diri seseorang. Iman sebgai respon pribadi kepada tuhan, tidak dapat dibatasi pada komunitas sosio-relitigus tertentu. Tetapi, iman sebagai keyakinan batin terdalam bersifat universal dan berlakubagi setiap manusia.

2. Islam berarti penyerahan diri kepada allah. Islam adalah suatu ajaran yang bersifat penyerahan tunduk dan patuh, terhadap perintah-perintah tuhan.

3. Ikhsan merupakan modal yang kini menjadi sesuatu yang langka. Ikhsan adalah profesionalisme yang merupakan perinsip ajaran islam. Akan tetapi moral ini telah hilang dari kita. Ikhsan merupakan muatan komponen yang meliputi pengetahuan management, orientasi dan sistem.

4. Taqwa sebagai konsep moral mengandung suatu butir khusus yakni bahwa manusia sebagai hasil beberapa prilaku, merasa baha kesempurnaan dan kesucian jiwanya dan nilai dari wujudnya terancam bahaya.

D. Etika islam sebuah problem solver Sistem ekonomi islam berangkat dari kesadaran etika , sedangkan sistem ekonomi

lain, baik kapitalisme maupun sosialisme berangkat dari kepentingan. Oleh karena itu etika islam yang mewarnai sistem ekonomi islam bermaksud menjelaskan bahwa islam sebagai way of life merupakan bentuk ibadah. Sehingga tak seorangpun boleh menganggap bahwa islam hanya terfokus pada aspek ritualitas keagamaan, tanpa aspek social yang melingkupinya.

Page 15: Tgs Etika Bisnis

BAB VETKA BISNIS PERSPEKTIF ISLAM

A. Etika Bisnis Konvensional Versus IslamDalam kaitannya dengan paradigma islam tentang etika bisnis, maka landasan

filosofis yang harus dibangun dalam pribadi muslim adalah adanya onsepsi hubungan manusia dengan manusia dan lingkungannya, serta hubungan manusia dengan tuhannya. Daam kehidupan ini setiap manusia seringkali mengalami ketegangan atau dilema etis antara harus memilih keputusan etis dan keputusan bisnis dan keputusan bisnis sempit semata sesuai dengan lingkup dan peran tanggungjawabnya, tetapi jika kita percaya kepada sabda nabi SAW atau logika ekonomi maka percayalah jika kita memilih keputusan etis maka pada hakikat nya kita juga sedang meraih bisnis.

B. Konsep AL-QURAN Tentang BisnisSebagaimana kita ketahui bahwa Al-quran adalah sumber nilai sumber dari segala

sumber untuk pegangan hidup umat islam. Maka terkait itu, Al-quran telah membicarakan bisnis, sekaligus merupakan bukti bahwa islam mmberikan perhatian tehadap bisnis sebagai pranata social. Bahkan, menurut Afzalurahman, Al-quran juga memotifasi usaha komersial dan perdagangan dengan cara memberikan keberanian atas semngat untuk berwiraswasta.

C. Konsep AL-HADIS Tentang Bisnis

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh imam muslim dan tirmidzi maksud hadis tersebut tidak berarti memperbolehkan meminta-minta, tetapi memotivasi agara seorang muslim mau berusaha dengan keras agar dapat mmenjadi tangan diatas, yaitu rang yang mampu membantu dan memberi sesuatu pada orang lain dari hasil jerih payahnya. Nabi Muhammad menyatakan bahwa usaha yang paling baik adalah berbuat sesuatu dengan tangannya sendiri dengan syarat dilakukan dengan baik dan jujur.

D. Implementasi Bisnis dalam konsep Al-quran dan Al-hadis

Konsep yang general dan umum yang ada pada kita tentang istilah nilai, sebenarnya adalah konsep ekonomi. Hubungan suatu komoditi atau jasa dengan barang yang mau dibayarkan orang untuk mendapatkannya memunculkan konsep nilai. Tetapi, makna nilai dan sistem nilai.

Kegiatan bisnis harus mengacu pada hukum syariat yang berlaku. Perputaran modal pada kegiatan bisnis tidak boleh disalurkan kepada jenis industry yang melaksanakan kegiatan yang diharamkan seperti perdagangan minuman keras. Semua transaksi dalam bisnis harus atas dasar suka sama suka, tidak ada unsur paksaan, tidak

Page 16: Tgs Etika Bisnis

ada pihak yang didzolimi atau mendzolimi. Tidak ada unsur riba, tidak bersifat spekulatif atau judi dan semua transakasi harus transparan, diharamkan adanya insider trading.

BAB VIETOS KERJA DALAM BISNIS ISLAMI

Menurut Hasan Al-Banna, bahwa Islam memberikan perhatian --terhadap etos kerja (usaha) serta mendorong umatnya agar bekerja dan selalu berusaha. Islam tidak berharap seseorang itu menganggur. Islam mengajarkan umatnya untuk bekerja guna memperbaiki kondisi keluarga maupun sosial lainnya. Bekerja dan berusaha dinilai ibadat

Dengan demikian etos kerja adalah refleksi sikap hidup seseorang yang mendasar dalam menghadapi kerja. Etos yang berarti sikap adalah aspek perilaku yang biasanya dinyatakan dalam bentuk respon positif atau negatif. Sikap erat kaitannya dengan penilaian tertentu dari seseorang terhadap suatu obyek sehingga dari pikiran tersebut seseorang akan memiliki perasaan tertentu terhadap suatu obyek yaitu perasaan mendukung atau tidak mendukung. Etos yang juga mempunyai makna nilai moral adalah suatu pandangan batin yang bersifat mendarah daging. Sikap itu sendiri tidak muncul dengan seketika, tetapi dapat dibentuk dan dipelajari sepanjang perkembangan manusia.

Bekerja adalah segala aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani) dan di dalam mencapai tujuannya tersebut dia berupaya dengan penuh kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal. Dalam literature budaya organisasi dapat juga disebut basic assumption tentang sesuatu, Dalam hal ini kerja. etos kerja adalah suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup atau sikap hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan kekuatan pendorong, membudaya dalam kehidupan pribadi atau suatu kelompok masyarakat dan organisasi, kemudian ter-cermin dari sikap menjadi perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai "kerja" atau "bekerja".

Sebagai sikap hidup yang mendasar dalam menghadapi kerja, maka etos kerja pada dasarnya juga merupakan cerminan dari pandangan hidup yang berorientasi pada nilai-nilai ketuhanan. Etos kerja dalam arti luas menyangkut akan akhlak dalam pekerjaan. Untuk bisa menimbang bagaimana akhlak seseorang dalam bekerja sangat tergantung dari cara melihat arti kerja dalam kehidupan, cara bekerja dan hakikat bekerja. Dalam Islam, iman banyak dikaitkan dengan amal. Dengan kata lain, kerja yang merupakan bagian dari amal tak lepas dari kaitan iman seseorang.

Adapun pengertian bisnis (perdagangan), akan dikemukakan dua definisi dari dua sudut padang yang berbeda, yaitu menurut mufassir dan ilmu fikih adalah (a) Menurut para mufassir bisnis ialah pengelolaan modal untuk mendapatkan keuntungan, dan (b) Menurut tinjauan ahli fiqih, bisnis adalah saling menukarkan harta dengan harta secara suka sama suka, atau memindah kan hak miliki dengan adanya penggantian menurut cara yang diperbolehkan.

Page 17: Tgs Etika Bisnis

Maka dapat dipahami bahwa bisnis (perdagangan) adalah:

1. Bisnis adalah satu bagian muamalah yang berbentuk transaksi antara seseorang dengan orang lain.

2. Transaksi bisnis itu dilakukan dalam bentuk jual beli yang diwujudkan dalam bentuk ijab dan qabul.

3. Bisnis bertujuan atau dengan motif untuk mencari keuntungan (laba).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa etos kerja untuk pengembangan bisnis Islami harus didasarkan pada niat beribadah karena Allah dalam rangka mencari ma'isyah atau fadzilah Allah dengan sungguh-sungguh mencarinya. Kesungguhan dan semangat kerja yang tinggi melalui profesionalisme dalam bisnis sangat diapresiasi oleh Allah melalui wujud mu'min yang kuat lebih dicintai dibanding dengan mukmin yang dhaif (lemah). Karenanya, apresiasi ini oleh Rasul Allah bahkan menjadi argumentasi bahwa sebaik-baiknya bisnis adalah dengan tanganya sendiri, jerih payah sendiri bukan dari usaha orang lain serta dengan bisnis yang jujur, adil dan tidak curang.

Dalam konteks Islam, etos kerja dalam bisnis akan meningkatkan produktivitas seseorang. Karena jika produktivitas dipercaya mempunyai kaitan erat dengan etos kerja, maka etos kerja dipandang terkait dengan nilai-nilai yang di anut oleh seorang yang beragamanya kuat. Hal ini, menurut hasil penelitian, bahwa diantara nilai yang dianut seseorang yang dianggap sangat dominan mempengaruhi kejiwaan dan sikap seseorang adalah karena nilai-nilai yang berasal dari agama yang dianutnya. Dan, nilai-nilai ini pulalah yang mengkarakteristikan etos kerja seseorang.

"Dalam sebuah hadits Rasul saw bersabda: Barang siapa pada malam hari merasakan kelelahan karena bekerja pada siang hari, maka pada malam itu is diampuni Allah" (Hadits Riwayat Ahmad & Ibnu Asakir)

"Rasulullah saw pernah ditanya, Pekerjaan apakah yang paling baik? Beliau menjawab, Pekerjaan terbaik adalah usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan semua perjualbelian yang dianggap baik," (HR Ahmad dan Baihaqi).

Dalam hadits-hadits yang disebutkan di atas, menunjukkan bahwa bekerja merupakan perbuatan yang sangat mulia dalam ajaran Islam. Rasulullah saw memberikan pelajaran menarik tentang pentingnya bekerja. Dalam Islam bekerja bukan sekadar memenuhi kebutuhan perut, tapi juga untuk memelihara harga diri dan martabat kemanusiaan yang seharusnya dijunjung tinggi. Karenanya, bekerja dalam Islam menempati posisi yang teramat mulia. Islam sangat menghargai orang yang bekerja dengan tangannya sendiri.

Ketika seseorang merasa kelelahan atau capai setelah pulang bekerja, maka Allah Swt mengampuni dosa-dosanya saat itu juga. Selain itu, orang yang bekerja, berusaha untuk mendapatkan penghasilan dengan tangannya sendiri baik untuk membiayai kebutuhannya sendiri

Page 18: Tgs Etika Bisnis

ataupun kebutuhan anak dan isteri (jika sudah berkeluarga), dalam Islam orang seperti ini dikategorikan jihad fi sabilillah. Dengan demikian Islam memberikan apresiasi yang sangat tinggi bagi mereka yang mau berusaha dengan sekuat tenaga dalam mencari nafkah (penghasilan).

Kerja juga berkait dengan martabat manusia. Seorang yang telah bekerja dan bersungguh-sungguh dalam pekerjaannya akan bertambah martabat dan kemuliannya. Sebaliknya, orang yang tidak bekerja alias menganggur, selain kehilangan martabat dan harga diri di hadapan dirinya sendiri, juga di hadapan orang lain.

Mencari rezeki yang halal itu wajib sesudah menunaikan yang fardhu (seperti shalat, puasa dan sebagainya), (HR ath-Thabrani dan al-Baihaqi).

Etos kerja adalah motor penggerak produktivitas. Islam mengajarkan pada umatnya mau bekerja keras untuk mengubah nasibnya sendiri, berlaku jujur dalam berbisnis, mencari usaha dari tangannya sendiri, berlomba-lomba dalam kebaikan. Bahkan ada ayat al-Qur'an yang secara khusus menggunakan bahasa "untung-rugi", misalnya surat al-Asyr. (Muhammad Yunus, 2008: 10)

Page 19: Tgs Etika Bisnis

BAB VIIETIKA PRODUKSI PERSPEKTIF ISLAM

Dalam pembahasan etika seorang Muslim disebutkan bahwa bila akan memulai sesuatu yang berguna maka dianjurkan dengan sangat untuk membaca Bismillahirrahmanirrahim. Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya mengatakan bahwa setiap akan memulai sesuatu yang baik tanpa membaca bismillah…. maka "kemanfaatannya" akan terputus.Dengan menyebut dan mengucap nama Allah SWT, dalam ajaran Islam memberikan upaya penting dalam memberikan pembelajaran etika bagi manusia bahwa hanya dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Kasih Tak Pilih Kasih dan Maha Sayang Tak Pandang Bulu merupakan manifestasi dari ajaran Islam untuk berbuat sesuatu dengan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat pula, baik untuk din sendiri mau pun orang lain.

Pada masa Rasullulah, orang-orang biasa memproduksi barang dan beliau pun mendiamkan aktivitas mereka. Sehingga diamnya beliau menunjukkan adanya pengakuan (taqrir) beliau terhadap aktivitas berproduksi mereka. Status taqrir dan perbuatan Rasul itu sama dengan sabda beliau, artinya sama-sama merupakan dalil syara'. (Abdul Aziz, 2008: 53)

Pada sisi yang sama dinyatakan kegiatan produksi dalam ilmu ekonomi diartikan sebagai kegiatan yang menciptakan manfaat (utility) baik di masa kini mau pun masa yang akan datang. Perusahaan selalu diasumsikan untuk memaksimumkan keuntungan dalam berproduksi Dalam Islam, produksi dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk memperbaiki kondisi fisik material dan moralitas sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup sesuai syariat Islam, kebahagian dunia dan akhirat (Monzer Khaf).

Dalam berproduksi tidak boleh mengeksploitasi kekayaan alam secara berlebihan, tetapi harus dikelola dengan cara yang baik, sebagaimana firman Allah Swt bahwa manusia tidak boleh melampaui batas, (Q.S. Al-Maidah, 5: 87). Nabi juga mengancam penghasilan yang didapat dengan cara yang tidak sesuai prinsip syariah, seperti jual beli seks, barang najis seperti anjing dan canthuk sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan Turmudzi (1196), Nasa'i (4220), Abi Daud (2976, 2973), Ahmad (15251) dan Darimi (2507), sebagaimana dikutip Ilfi Nur Diana (2008: 35). Nabi bersabda: "Sejelek-jelek usaha adalah penghasilan dari pekerja seks, hasil penjualan anjing, dan usaha canthuk".

Dalam pandangan Islam, produksi merupakan upaya manusia untuk meningkatkan tidak hanya kondisi materialnya tetapi juga moralnya dan sebagai sarana untuk mencapai tujuannya di hari akhirat kelak. Karena, Islam mengancang tujuan ini dengan dua sasaran, yaitu ajaran etik (akhlak) dan hukum.

Ajaran-ajaran etik yang bersumber dari Al-Qur'an dan Al-Hadits banyak memberikan tuntunan dan bimbingan ke arah produksi yang lebih baik, sebagai-mana tersebut dalam Q.S. Al-Nahl dan Hadits-hadits tersebut di atas. Intinya, ajaran Islam memberikan respon positif dalam hal

Page 20: Tgs Etika Bisnis

produksi dan produktivitas umat manusia, bahkan itu akan diberi pahala oleh Tuhan bila perbuatannya (baca: produksi) mendatangkan kebaikan. Namun diberikan dosa dan nista bila perbuatan yang dihasilkan mendatangkan kemudaratan dan kezaliman.

Adapun aspek hukum juga dapat berperan dalam produksi dengan memberikan justifikasi apakah barang itu halal diproduksi tidak, atau sebaliknya. Meskipun dalam urusan ekonomi (baca: muamalah), semuanya diperbolehkan kecuali ada dalil yang melarang-nya.

Artinya: "Asal mula bermuamalah itu mubah kecuali ada ketetapan dalil yang tidak memperbolehkannya".

motif produksi adalah menciptakan kemaslahatan atau kesejahteraan individu (self interest) dan kesejahteraan kolektif (social interest).. Prinsip-prinsip etika produksi yang implementatif terkandung dalam prinsip tauhid, prinsip keadilan, prinsip kebajikan, prinsip kemanusiaan, serta prinsip kebebasan dan tanggung jawab. Implementasi prinsip etika produksi ini akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan keadilan distributif, kelestarian lingkungan hidup, serta tanggung jawab sosial produsen. Untuk mengupayakan prinsip etika yang implementatif diperlukan pengujian epistemologi dari aksioma-aksioma moral dalam al-Qur'an.

Adapun pembahasan prinsip etika produksi Islam dilakukan dengan menjadikan al-Qur'an sebagai landasan ontologis kegiatan produksi. Kaidah-kaidah moral imperatif dalam al-Qur'an dipetakan secara rasional untuk menentukan pemberlakuannya, mengidentifikasi unsur hak dan kewajiban yang terkandung di dalamnya, dan relevansi nya dengan konsep lain. Morality concept tersebut dirumuskan menjadi aksioma etika serta diujicoba untuk mencari konvergensinya dengan aksioma yang lain. Setelah itu baru meletakkan aksioma tersebut dalam ranah pemikiran ekonomi Islam dan mengaitkannya dengan pembahasan etika dalam Islam.

Dan sebagai akhir kata dalam bahasan etika produksi tentu hams diakhiri dengan ucapan ALHAMDULILLAHIRABBIL 'ALAMIN sebagaimana ketika akan memulai berproduksi mengucap BISMILLAHIR RAHMANIRRAHIM, bentuk ucapan itu merupakan bentuk syukur ni'mat atas upaya manusia dapat hidup mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan di dunia ini. Kata-kata ini merupakan bentuk syukur bi lisan yang artinya ucapan syukur kepada Allah atas segala nikmat dan karunia-Nya. Nikmat berupa anugerahanugerah atau rezeki-rezeki Allah yang dapat dimanfaatkan yang tak terkira banyaknya, sehingga bila dihitung secara kuantitatif pun tidak bisa.

Page 21: Tgs Etika Bisnis

BAB VIII ETIKA KONSUMSI PERSPEKTIF ISLAMI

Konsumsi merupakan bagian aktivitas ekonomi yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Konsumsi adalah fitrah manusia untuk mempertahankan hidup nya. Jika manusia masih berada dalam fitrah yang suci, maka manusia sadar bahwa konsumsi memiliki keterbatasan baik dari segi kemampuan harta maupun apa yang akan dikonsumsi sesuai dengan kebutuhannya. Teori etika konsumsi Islami membatasi konsumsi berdasarkan konsep harta dan berbagai jenis konsumsi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam demi keberlangsungan dan kesejahteraan itu sendiri. Dalam Islam aktivitas konsumsi telah diatur dalam bingkai syariah, sehingga dapat menuntun seorang muslim agar tidak terjerumus dalam keharaman dan apa yang dikonsumsinya menjadi berkah.

Etika Islami memberikan ajaran untuk memulai mengkonsumsi (makan) dengan membaca do'a sebagai berikut, yaitu:

Adalah bacaan do'a untuk supaya dalam mengkonsumsi barang atau jasa dapat berdaya guna. Bukan berdaya guna saja, akan tetapi memberikan multiplier effect pada tatanan kehidupan selanjutnya. Nilai ajaran ini memberikan kontribusi penting dalam mengkonsumsi barang dan jasa.

Dalam konsumsi, seorang muslim harus memperhatikan kebaikan (kehalalan) sesuatu yang akan dikonsumsinya. Para fuqaha menjadikan konsumsi hal-hal yang baik ke dalam empat tingkatan.

1. Wajib mengkonsumsi sesuatu yang dapat menghindarkan diri dari kebinasaan dan tidak mengkonsumsi kada ini - padahal mampu yang berdampak pada dosa.

2. Sunnah, yaitu mengkonsumsi yang lebih dari kadar yang menghindarkan diri dari kebinasaan dan menjadikan seseorang muslim mampu shalat dengan berdiri dan mudah berpuasa.

3. Mubah yaitu mengkonsumsi sesuatu yang lebih dari yang sunnah sampai batas kenyang.4. Konsumsi yang melebihi batas kenyang, yang dalam hal ini terdapat dua, pendapat ada

yang mengatakan makruh yang satunya mengatakan haram.

Konsumsi bagi seorang muslim hanya sekedar perantara untuk menambah kekuatan dalam mentaati Allah, yang ini memiliki indikasi positif dalam kehidupannya. Seorang muslim tidak akan merugikan dirinya di dunia dan akhirat, karena memberikan kesempatan pada dirinya untuk mendapat kan dan memenuhi konsumsinya pada tingkat melampaui batas, membuatnya sibuk mengejar dan menikmati kesenangan dunia sehingga melalaikan tugas utamanya dalam kehidupan ini. "Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniawi (saja) dan kamu telah bersenang-senang dengan-nya". (Al-Qur'an, Surat alAhqaf, 20).

Page 22: Tgs Etika Bisnis

Jadi, konsumsi Islam akan menjauhkan seseorang dari sifat egois (ananiyah), sehingga seorang muslim akan menafkahkan hartanya untuk kerabat terdekat (sebaik-baiknya infak), fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan dalam rangka mendekatkan diri kepada penciptanya.

Menurut Arif Pujiyono bahwa prinsip-prinsip dasar konsumsi Islami ini akan memiliki konsekuensi bagi pelakunya. Pertama, seseorang yang melakukan konsumsi hams beriman kepada Allah dan akhirat di mana setiap konsumsi akan berakibat pada kehidupan di akhirat. Kedua, pada hakikatnya semua anugerah dan kenikmatan dari segala sumberdaya yang diterima manusia merupakan ciptaan dan milik Allah secara mutlak dan akan kembali kepada-Nya, (Q.S. A1-Baqarah, 2: 29). Manusia hanya sebagai pengemban amanah atas bumf untuk memakmurkannya. Konsekuensinya adalah manusia harus menggunakan amanah harta yang telah dianugerahkan kepadanya pada jalan yang disyariakan. Ketiga, tingkat pengetahuan dan ketakwaan akan mempengaruhi perilaku konsumsi seseorang. Seseorang itu dinilai berdasarkan ketakwaannya. "Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa".

etika Islam berarti seseorang ketika mengkonsumsi barang-barang atau rezeki harus dengan cara yang halal dan baik. Artinya, per-buatan yang baik dalam mencari barang-barang atau rezeki baik untuk dikonsumsi mau pun diproduksi adalah bentuk ketaatan terhadap Allah SWT., sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an: "Wahai umat manusia, makanlah apa yang ada di bumi, dengan cara yang sah dan baik", (QS. A1-Baqarah, 2: 268). Karena itu, orang mu'min berusaha mencari kenikmatan dengan menaati perintah-perintah-Nya dan memuaskan dirinya sendiri dengan barang-barang dan anugerahanugerah yang dicipta Allah untuk umat manusia. Konsumsi dan pemuasan kebutuhan tidak dikutuk dalam Islam selama keduanya tidak melibatkan hal-hal yang tidak baik atau merusak.

Salah satu ciri dalam etika Islam adalah bahwa ia tidak hanya mengubah nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat tetapi juga menyajikan kerangka legislatif yang perlu untuk mendukung dan memperkuat tujuan-tujuan ini dan menghindari penyalahgunaannya. Ciri khas Islam ini juga memiliki daya aplikatif-nya terhadap kasus orang yang terlibat dalam pemborosan atau tabzir.

Konsumsi berlebih-lebihan, yang merupakan ciri khas masyarakat yang tidak mengenal Tuhan, dikutuk dalam Islam dan disebut dengan istilah ishraf (pemborosan) atau tabzir (menghambur-hamburkan harta tanpa guna). Tabzir berarti mempergunakan harta dengan cara yang salah, yakni untuk menuju tujuan-tujuan yang terlarang seperti penyuapan (riswah), hal-hal yang melanggar hukum atau dengan cara yang tanpa aturan.

Etika Islami akan mampu membentuk pribadipribadi muslim-mu'min, yang tidak hanya menghasilkan kepuasan konsumtif melainkan mampu menciptakan kepuasan kreatif untuk menghasilkan kepuasan produktif. Pribadi-pribadi muslim demikian, tentu tidak akan menjadi

Page 23: Tgs Etika Bisnis

mushrif atau mubzir, tetapi mampu menciptakan produktivitas yang optimal yang membawa maslahat dan rahmat 1i1 'alamin, bukan mafsadat.

BAB IX ETIKA DISTRIBUSI PERSPEKTIF ISLAM

Distribusi merupakan kegiatan ekonomi lebih lanjut setelah produksi dan konsumsi. Hasil produksi yang diperoleh kemudian disebarkan dan dipindahtangankan dari satu pihak ke pihak lain. Mekanisme yang digunakan dalam distribusi ini tiada lain adalah dengan cara pertukaran (mubadalah) antara hasil produksi dengan hasil produksi lainnya atau antara hasil produksi dengan alat tukar (uang). Di dalam syariat Islam bentuk distribusi ini dikemukakan dalam pembahasan tentang 'aqad (transaksi).

Adapun prinsip utama dalam konsep distribusi menurut pandangan Islam ialah peningkatan dan pembagian bagi hasil kekayaan agar sirkulasi kekayaan dapat ditingkatkan. Dengan demikian, kekayaan yang ada dapat melimpah secara merata dan tidak hanya beredar di antara golongan tertentu saja (Rahman, 1995: 93). Sementara Anas Zarqa mengemukakan bahwa definisi distribusi ialah transfer (mentasharufkan) pendapatan kekayaan antarindividu dengan cara pertukaran (melalui pasar) atau dengan cara yang lain, seperti warisan, shadaqah, wakaf dan zakat, (Zarqa, 1995: 181).

Demikian konsep ekonomi di bidang distribusi yang ditawarkan oleh Islam. Islam mengenalkan konsep pemerataan pembagian hasil kekayaan negara melalui distribusi tersebut, seperti zakat, wakaf, warisan dan lain sebagai nya

Distribusi atau juga bisa disebut Marketing dan Islam ibarat dua sisi mata uang logam. Keduanya tidak bisa dipisahkan. Seseorang yang ingin menekuni dunia distributor (marketing) harus memenuhi beberapa persyaratan. Persyaratan itu di antaranya adalah: Pertama, memiliki daya analisis yang bagus terhadap calon konsumennya. Konsep ini sejalan dengan ayat berikut:

"Apabila telah ditunaikan salat maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan cari lah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung." (QS. al-Jumu'ah [62]:10).

Berikutnya, senang bergaul atau bertemu dengan orang lain. Islam mengajarkan, silaturahmi dapat melahirkan kebaikan, baik usia mau pun rezeki. Syarat selanjutnya, tidak lekas putus asa dan selalu memiliki strategi. Terakhir, dapat menentukan produk yang akan dijual.

Kedua, kesungguhan dalam menjual. Allah berfirman:

Page 24: Tgs Etika Bisnis

"Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan mu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak mencintai orang-orang yang merusak" (QS. alQashshash [28]: 77).

Ketiga, selalu berbuat jujur. Seorang marketer dituntut jujur. Rasulullah bersabda, "Allah akan memberikan rahmat kepada orang yang berusaha dengan yang halal, membelanjakan harta dengan hemat, dan dapat menyisih kan uang pada saat is fakir dan membutuhkannya."

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam distribusi barang dan jasa secara umum, para pelaku hams memperhatikan etika ekonomi, yakni:

1. Pemerataana. Pemerataan ke berbagai daerah, distribusi hams merata ke berbagai daerah yang

membutuhkan.b. Pemerataan kesempatan usaha, produsen besar harus memberi kan kesempatan

kepada pedagang eceran dan agen untuk berusaha.

2. Keadilana. Keadilan terhadap produsen sejenis. Dalam memasarkan produk, tidak boleh saling

menjatuhkan satu sama lain. Boleh memamerkan keunggulan, tetapi tidak boleh menjelekkan produk lain.

b. Keadilan terhadap konsumen. Produsen sebaiknya memberikan informasi yang jelas, sehingga konsumen tidak dirugikan. Contoh: setiap kemasan dituliskan masa kadaluarsa dan label halal.

Imam al-Ghazali dalam kitab monumentalnya berjudul Ihya Ulumuddin menjelaskan beberapa etika yang perlu disikapi oleh para distributor ataupun marketing diantaranya adalah:

1. Sebagai seorang distributor (marketing) harus bersifat amanah. Amanah berarti setia dan jujur dalam melaksanakan kegiatan dengan penuh tanggung-jawab, baik berupa tugas, harta maupun benda. Sifat amanah ini merupakan perintah Allah kepada setiap Muslim.

2. Sebagai seorang distributor (marketing) harus bisa menempati janji yang di buat bersama, baik kepada sesama muslim maupun non muslim.

3. Sebagai seorang distributor (marketing) hendaknya berlaku benar dalam perkataan dan juga perbuatan. Benar dalam perkataan ialah menyatakan perkara yang benar dan tidak

Page 25: Tgs Etika Bisnis

menyembunyikan rahasia kecuali untuk menjaga nama baik seseorang. Benar dalam perbuatan ialah mengerjakan sesuatu selaras dengan tuntunan agamanya.

4. Sebagai seorang distributor (marketing) hendaknya bersikap ikhlas. Ikhlas berarti suatu pekerjaan karena Allah semata-mata dan bukan karena mengharapkan balasan, pujian atau kemasyhuran. Ini artinya, ketika memasarkan suatu produk, maka tidak boleh menghalalkan segala cara.

5. Sebagai seorang distributor (marketing) harus berlaku adil yakni memberikan hak kepada orang yang memiliki hak tanpa menguranginya. Berlaku adil kepada sesama manusia, baik muslim maupun non muslim adalah perintah Allah. (Q.S. 16: 90)

"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran".

6. Sebagai seorang distributor (marketing) harus bisa menjaga kesabaran dalam menghadapi ujian, cobaan, dan kesulitan di lapangan maupun di tempat kerja.

7. Sebagai seorang distributor (marketing) harus mempunyai sifat kasih dan sayang kepada sesama, baik sebagai pelanggan tetap maupun tidak.

8. Sebagai seorang distributor (marketing) juga harus bisa atau mudah memaafkan. Sifat sedia memaafkan kesalahan dan kekhilaf an orang sangatlah dianjurkan oleh Islam.

9. Sebagai seorang distributor (marketing) harus berani mengambil risiko tetapi perhitungan. Artinya, berani dalam arti mampu menguasai hawa nafsu dan jiwa pada waktu marah dan dalam keadaan dicoba. Berani yang dimaksudkan adalah berani sesuai dengan sikap kepatutan dan bukan berani yang bersifat membabi buta.

10. Sebagai seorang distributor (marketing) harus kuat dan tabah serta mempunyai sifat malu. Kuat dalam arti mau bekerja keras untuk melawan ke-malasan dalam bekerja. Seorang muslim juga disamping kuat jasmani hams kuat rohani.

11. Memelihara kesucian diri merupakan bagian penting bagi seorang distributor atau marketing. Sifat iffah menjaga diri dari segala keburukan supaya terpelihara kehormatan diri.

Page 26: Tgs Etika Bisnis

BAB XETIKA KERJA DALAM ISLAM

Al-Qur'an dan Hadis tersebut menganjurkan kepada manusia, khususnya umat Islam agar memacu diri untuk bekerja keras dan berusaha semaksimal mungkin, dalam arti seorang muslim harus memiliki etos kerja tinggi sehingga dapat meraih sukses dan berhasil dalam menempuh kehidupan dunianya di samping kehidupan akhiratnya. Istilah 'kerja' dalam Islam bukanlah semata-mata merujuk kepada mencari rezeki untuk menghidupi diri dan keluarga dengan menghabiskan waktu siang maupun malam, dari pagi hingga sore, terus menerus tak kenal lelah, tetapi kerja mencakup segala bentuk amalan atau pekerjaan yang mempunyai unsur kebaikan dan keberkahan bagi diri, keluarga dan masyarakat sekelilingnya serta negara.

Etos kerja adalah respon yang unik dari seseorang atau kelompok atau masyarakat terhadap kehidupan; respon atau tindakan yang muncul dari keyakinan yang diterima dan respon itu menjadi kebiasaan atau karakter pada diri seseorang atau kelompok atau masyarakat. Dengan kata lain, etika kerja merupakan produk dari sistem kepercayaan yang diterima seseorang atau kelompok atau masyarakat. Menurut Jansen Sinamo menyajikan 8 Etos Kerja Profesional dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1. Kerja adalah Rahmat2. Kerja adalah Amanah3. Kerja adalah Panggilan4. Kerja adalah Aktualisasi5. Kerja adalah Ibadah6. Kerja adalah Seni7. Kerja adalah Kehormatan8. Kerja adalah Pelayanan

Dalam Islam, Rohadi Abdul Fatah, mengungkapkan pengertian kerja dapat dibagi dalam dua bagian. Pertama, kerja dalam arti umum yaitu semua bentuk usaha yang dilakukan manusia baik dalam hal materi atau non materi, intelektual atau fisik maupun hal-hal yang berkaitan dengan masalah keduniaan dan keakhiratan. Kedua, kerja dalam arti sempit ialah kerja untuk memenuhi tuntutan hidup manusia berupa sandang, pangan dan papan yang merupakan kebutuhan bagi setiap manusia dan muaranya adalah ibadah.Dengan kata lain, Islam sangat membenci pada orang yang malas dan bergantung pada orang lain

Nabi Muhammad saw pernah bersabda, bahwa orang-orang yang menyediakan makanan dan kebutuhan lain untuk dirinya dan keluarganya lebih baik dari pada orang yang menghabiskan waktunya untuk beribadat, tanpa mencoba berusaha mendapat penghasilan untuk dirinya sendiri. Bekerja adalah hak setiap seorang dan sekaligus sebagai kewajiban.

Page 27: Tgs Etika Bisnis

Dalam ekonomi Islam, perspektif kerja dan produktifitas adalah untuk mencapai tiga sasaran, yaitu: Mencukupi kebutuhan hidup, meraih laba yang wajar dan menciptakan kemakmuran lingkungan sosial maupun alamiyah .

Ketiga sasaran tersebut harus terwujud secara harmonis. Apabila terjadi sengketa antara pekerja dan pemodal (majikan). Islam menyelesaikannya dengan cara yang baik, yakni ada posisi tawar-menawar antara pekerja yang meminta upah yang cukup untuk hidup keluarganya dan tingkat laba bagi pemodal (majikan) untuk melanjutkan produksinya. (Agustianto, 2011)

Page 28: Tgs Etika Bisnis

BAB XI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PERSPEKTIF ISLAM

Konsep pertanggungjawaban bermula dari pemahaman bahwa setiap orang akan dipertanggungjawabkan amalnya, kemudian keluarga dan perusahaan miliknya. Walaupun tanggungjawab keluarga dan perusahaan bermula pula dari bagaimana setiap individu dapat pemahaman bahwa aksinya merupakan tanggung jawab atas perbuatan nya itu. Karenanya, dalam Islam setiap orang bertanggung-jawab atasdirinya, keluarganya dan apa yang dimilikinya juga merupakan tanggungjawabnya, termasuk kepemilikan perusahaan. Dalam kepemilikan perusahaan dikenal dengan istilah tanggung jawab sosial.

Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya perusahaan adalah memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan.

CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", di mana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan faktor keuangan, misalnya keuntungan atau deviden melainkan juga hams berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini maupun untuk jangka panjang.

Konsep tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR), muncul sebagai akibat adanya kenyataan bahwa pada dasarnya karakter alami dari setiap perusahaan adalah mencari keuntungan semaksimal mungkin tanpa memperdulikan kesejahteraan karyawan, masyarakat dan lingkungan alam. Seiring dengan meningkatnya kesadaran dan kepekaan dari stakeholder perusahaan maka konsep tanggung jawab sosial muncul dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang.

Sesuai dengan ajaran Islam, sebenarnya ada konsep yang lebih agung dan mulia terkait dengan tanggungjawab sosial, yaitu salah satu dalam rukun Islam melalui ZAKAT, dan instrumen sunnah lainnya, seperti INFAK dan SHADAQAH. Melalui pengumpulan instrumeninstrumen ini dapat dibangun masyarakat sejahtera.

Karenanya, sudah saatnya setiap perusahaan memberikan perhatian yang serius kepada masalah tanggung jawab sosial, karena terbukti tanggung jawab sosial perusahaan memiliki peranan yang signifikan dalam keberhasilan perusahaan di masa yang akan datang. Disamping itu, tanggung jawab sosial perusahaan dapat menyeimbangkan perusahaan dalam mencapai tujuan komersil dan tujuan non-komersial. Sesuai dengan ajaran Islam, sebenarnya ada konsep yang lebih agung terkait dengan CSR, yaitu salah satu dari rukun Islam tentang pengeluaran ZAKAT. Melalui pengumpulan zakat akan dapat dibangun masyarakat sejahtera. Bahkan dalam instrumen ilmu ekonomi Islam sebagaimana para ahli berpendapat bahwa instrumen ekonomi Islam sebagai bentuk dari tanggungjawab pribadi maupun sosial adalah perangkat ZIS, yaitu Zakat, Infak dan Shadaqah.

Page 29: Tgs Etika Bisnis

Zakat adalah salah satu rukun Islam yang merupakan kewajiban agama yang dibebankan atas harta kekayaan seseorang menurut aturan tertentu. Dalam ekonomi Islam, zakat merupakan instrumen penting dalam membuat distribusi kekayaan yang adil. Zakat sebagai institusi atau instrumen ekonomi berperan sebagai distribusi pendapatan sebagaimana tersebut di atas. Lewat institusi zakat, Ausaf Ahmad umpamanya, dengan memasukkan variabel zakat ke dalam model distribusi pendapatan Kaldor-Pasinetti (dalam Dawam Rahardjo), membuktikan bahwa sistem ekonomi Islam yang mengandung instrumen distribusi pendapatan, mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang mantap.

Jadi, zakat dilihat dari sudut pandang ekonomi banyak membawa efek dan dampak serta pengaruh positif. Ahmad Muhammad Al-'Assal dan Fathi Ahmad Abdul Karim mencatat, tiga hal penting dari zakat terhadap pengaruh ekonomi, yaitu:

1. Pengaruh zakat pada usaha produktif. Dalam hal ini, terdapat dua aspek dari zakat, yaitu aspek pengumpulan dan aspek pengeluaran. Pengumpulan zakat biasanya mendorong orang untuk mengembang kan hartanya. Kalau tidak, is terkena wajib zakat. Pengeluaran zakat kepada lembaga-lembaga yang berhak menerimanya, memiliki pengaruh di bidang ekonomi. Mereka yang menerima zakat akan mengeluarkannya kembali dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan konsumsinya, baik yang berupa barang-barang mau pun jasa-jasa. Ini biasanya mempercepat arus konsumsi. Dalam masalah perekonomian meningkatnya konsumsi menimbulkan usaha berproduksi.

2. Pengaruh zakat dalam mengembalikan pembagian pendapatan. Zakat memegang peranan penting dalam mengembalikan pembagian kekayaaan dalam masyarakat. Berhasilnya zakat sebagai salah satu cara mengembalikan distribusi kekayaan adalah karena zakat itu diwajibkan atas segala macam harta yang tumbuh sehingga zakat itu bersifat menyeluruh dan luas kaidah penerapan nya. Di samping itu, karena zakat dilakukan setiap tahun maka zakat itu merupakan alat permanen (instrumen) bagi pengembalian distribusi kekayaan.

3. Pengaruh zakat atas kerja. Zakat dapat menggerakkan roda perekonomian dengan cara memberikan kesempatan bekerja. Pasalnya, zakat hanya diberikan kepada mereka yang tidak mampu berusaha. Artinya, zakat diarahkan kepada kelompok dalam masyarakat yang konsumtif akan menyebabkan meningkatnya permintaan barang, sehingga bertambahlah pula kesempatan-kesempatan kerja yang baru.

Menurut Didin S. Damanhuri dalam bukunya Pilar-Pilar Reformasi Ekonomi Politik, Zakat merupakan nilai ajaran Islam yang diturunkan agar membawa rahmat bagi seluruh alam yang sebenarnya sangat empiris. Dalam penanganan kemiskinan, misalnya, Didin memberikan gambaran bahwa beberapa instrumen penangkalnya telah dikenalkan bahkan telah terbukti dalam sejarah. Kejayaan Umar bin Khattab dalam mobilisasi zakat, infak dan shodaqoh serta mendirikan bait al-maal, merupakan bukti konkrit. Pendirian bait al-maal, sebagai perbendaharaan negara tersebut diletakkan dalam kerangka makro struktural karena kemudian membawa implikasi positif pembangunan ekonomi negara masa itu. Bahkan secara ekstrim khalifah sebelumnya, Abu Bakar Shiddiq memerangi orang-orang yang tidak membayar zakat.

Page 30: Tgs Etika Bisnis

BAB XII

ETIKA PROFESI DALAM ISLAM

Bisnis atau usaha perniagaan/perdagangan atau usaha komersial merupakan salah satu yang penting bagi kehidupan manusia, oleh karena bisnis beroperasi dalam rangka suatu system ekonomi, maka sebagaian dari tugas etika bisnis sesungguhnya ialah mengemukakan pertanyaan-pertanyaan tentang sistem ekonomi yang umum dan khusus, yang pada gilirannya akan berbicara tentang tepat atau tidaknya pemakaian bahasa moral untuk menilai system tersebut. Al-qur’an memberikan informasi yang cukup banyak berkaitan dengan hal tersebut. Diantaranya QS. An Nisa:29Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.Dan disisi lain Rasulullah mempunyai misi penting dalam penyempurnaan Akhlaq, sehingga dalam berniaga/berbisnis pun ada aturan perilaku dalam melaksanakannya., salah satunya sabda Rasulullah saw:Diriwayatkan daripada Ibnu Umar r.a katanya: Sesungguhnya Rasulullah s.a.w melarang menahan barang dagangan sebelum tiba di pasaran. Ini adalah lafaz dari Ibnu Numair. Sedangkan menurut perawi yang lain, sesungguhnya Nabi s.a.w melarang pembelian barang dagangan sebelum dipasarkan

Dalam pandangan moral manusia manapun pastilah tidak membenarkan seorang mengambil milik orang lain dengan cara merampas, dalam sebuah perusahaan seorang pejabat ataupun pekerja tidak dibenarkan memiliki barang/uang milik perusahaan menjadi milik pribadi. Seorang pekerja yang sadar akan etika bisnis, yang terlanjur mengambil milik perusahan , maka ia wajib mengembalikan, kesadaran inilah yang disebut sebagai kesadaran moral, karena ia harus mempertanggung jawabkan hal tersebut bukan hanya ia seorang karyawan tetapi ia sadar bahwa ia juga seorang hamba Tuhan.

Seorang yang menimbun barang dagangan akan dianggap sebagai seorang yang dzalim dengan melakukan monopoli padahal rakyat sangat sullit mencari barang tersbut. Dari ayat dan hadits tersebut sudah cukup jelaslah bahwa dalam Islam berbisnis adalah seuatu yang dibenarkan dan dalam mejalankannya pun terdapat aturan berperilaku yang harus diperhatikan oleh pelaku bisnis tersebut. Dalam mejalankan usaha tersebut pastilah dibutuhkan bekerja untuk mencapai tujuan dari usaha/niaga/bisnis, apakah itu dengan cara pribadi, kelompok kecil atau kelompok besar.

Page 31: Tgs Etika Bisnis

Etika dalam BekerjaDalam melakukan bisnis atau usaha tentulah seseorang perlu bekerja. Bekerja adalah

sebuah aktivitas yang menggunakan daya yang dimiliki oleh manusia yang merupakan pemberian Allah. Secara garis besar ada empat daya pokok yang dimiliki manusia, pertama daya fisik yang menghasilkan kegiatan gerak tubuh dan keterampilan, kedua daya fikir yang mendorong manusia untuk melakukan telaah atas apa yang ada dialam semesta dan menghasilkan ilmu pengetahuan, ketiga daya Qalbu yang menjadikan manusia mampu berimajinasi, beriman, merasa serta berhubungan dengan manusia lain dan sang Khaliq, dan keempat daya hidup yang mengahasilkan daya juang, kemampuan menghadapi tantangan dan kesulitan.

a. Bekerja Sebagai IbadahBekerja dalam pandangan Islam memilki nilai ibadah, firman allah dalam surat Adzariyat:56: “sesungguhnya tidak aku ciptakan Jin dan Manusia kecuaali agar beribadah kepada-Ku”, kata Li Ya’budun dalam surat tersbut mengandung arti dampak atau akibat atau kesudahan, bahakan dalam melaksanakan shalat kita selalu bersumpah dan berpasrah bahwa hidupku, matiku lillahi rabbil ‘alamiin.Namun kerja yang diluar ibadah ritual bagaimana yang akan berdampak ibadah?Kerja bernilai ibadah apabila ia didasari keikhlasan dan menjadikan si pekerja tidak semata-mata mengharapkan ibalan duniawi saja tetapi ia juga berharap akan balasan yang kekal diyaumil akhirah. Dengan niatan bahwa ia bekerja untuk mendapatkan harta yang akan ia jadikan sebagai sarana bagi dirinya untuk menyelamatkan dirinya dan keluarganya sehingga dapat melakukan perintah allah yang lain.

b. Bekerja sebagai sebuah AmanahKata amanah,aman dan iman berasal dari akar kata yang sama. Seorang disebut beriman bila ia telah menunaikan amanat. Tidak disebut beriman orang yang tidak menunaikan amanat. Seorang yang menunaikan amanat akan melahirkan rasa aman bagi dirinya dan orang lain. Di dalam al Qur’an banyak ayat yang memerintahkan agar manusia menunaikan amanat yang telah dipercayakan kepadanya. Diantaranya:Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,(QS. al Ahzab/33:72)

Menurut Murtadha Muthahhari amanat dalam ayat ini artinya taklif , tanggung jawab dan hukum . Artinya amanat manusia harus dibangun berdasarkan tugas dan tanggung jawab. Pendapat senada dikemukakan juga oleh Muhammad Ali al Shobumi, amanah dalam ayat ini adalah taklif syari’at, keharusan menta’atinya dan meninggalkan kemaksiatan . Itulah sebabnya, langit dan bumi tidak sanggup menerimanya. Makhluk-makhluk lain selain manusia, diberi oleh Allah instink termasuk bumi dan langit. Dengan instink ini langit dan bumi tidak dapat menerima amanat seperti tersebut diatas. Apabila amanat itu berupa materi mungkin ia dapat menerima,

Page 32: Tgs Etika Bisnis

tanpa ada tanggungjawab ia hanya menerima saja. Seperti amanat Allah kepada Matahari agar ia beredar pada porosnya, demikian pula bumi dan bulan.Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.(QS Yasiin/36:38-40)Dalam konteks ini, matahari, bumi dan bulan dalam menerima amanah, mau atau tidak mau, suka atau tidak suka. Ia tidak mempunyai pilihan, yang ada hanya instink untuk mengikuti aturan yang telah ditetapkan.Dan kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan (QS ali Imron/3:83)Berbeda dengan makhluk Allah SWT yang lain, manusia diberi potensi berupa akal. Dengan akal itu manusia sanggup dan mampu menerima amanat yang ditawarkan kepadanya. Sebagaimana dikemukakan oleh Abdul Wahab Kholaf bahwa seluruh aktivitas manusia, baik yang berkaitan dengan ibadah, muamalah, jinayat atau berbagai transaksi lainnya mempunyai konsekwensi hukum . Dan manusia mempunyai hak untuk memilih dan mengikuti atau tidak melaksanakan apa yang ditawarkan kepadanya. Tetapi mengapa manusia saat menerima tawaran Allah berupa amanat disebut sebagai dzaluman Jahula (amat zalim dan bodoh) ? Setelah manusia menerima amanah itu, manusia mempunyai tanggung jawab dan konsekwensi hukum dari semua yang diperbuatnya. Apabila ia menunaikan amanat dengan menggunakan akalnya, ia termasuk manusia yang cerdas, tetapi sebaliknya bila ia tidak sanggup menggunakan akal pikirannya untuk menunaikan amanat itu, maka manusia disebut sebagai menzalimi dirinya sendiri dan bersikap bodoh.Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk disisi Allah adalah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mau menggunakan akalnya. (QS. al Anfal/8:22)Binatang yang paling buruk adalah manusia yang diberi akal dan hati, tetapi ia tidak memahami, diberi telinga, tetapi tidak mendengar dan dibekali mata, namun ia tidak sanggup melihat. Bahkan untuk mereka disediakan neraka Jahanam. Manusia yang tidak pandai memilih kebenaran yang ada dihadapannya, dan tidak sanggup memperjuangkan keadilan yang didengarnya dan matanya tidak dapat melihat kebenaran yang ada disekelilingnya itulah yang disebut dzaluman Jahula.Dalam ayat lain Allah menegaskan bahwa siapa yang diberi kebebasan dan amanat yang jelas kebaikannya dan ia telah merasakan nikmat dari amanat itu, lalu ia memilih yang tidak sesuai dengan hati nurani, tempat yang layak baginya adalah neraka Jahannam.Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. al A’raf /7:179)

Page 33: Tgs Etika Bisnis

Para mufassirin sepakat bahwa makna amanat dalam ayat ini (al Ahzab/33:72) amanat dalam bentuk spiritual atau immateri. Yakni sebuah taklif atau tanggungjawab yang harus dipikul oleh orang yang diberi amanat dan juga bermakna hukum, yaitu ketentuan yang telah ditetapkan untuk dilaksanakan. Dalam kontek ini, amanat dapat disamakan dengan imarat al maknawiyah yakni mengisi dan meningkatkan kualitas dan intensitas bekerja sebagai “sebuah gerakan” yang terus menerus, dinamis dan inovatif

c. Bekerja Dengan Bersungguh-sungguhKatakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini. Sesungguhnya, orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapat keberuntungan.Ayat diatas menunjukkan kepada kita bahwa dalam melakukan sesuatu haruslah dengan kesungguhan dan kemampuan, hal ini berlaku bukan hanya bagi pribadi namun juga akan berlaku juga dalam kelompok atau dengan kata lain sebuah organisasi atau perusahaan.Sebuah kata bijak (atsar) mengatakan bahwa : “kebaikkan yang tidak terencana/terorganisasi /didasari oleh kemampuan akan dapat dikalahkan oleh kejahatan yang terencana/ terornaisasi dengan baik”.Rasulullah saww pernah bersabda:“sesungguhnya allah senang apabila salah seorang dianatara kamu mengerjakan suatu pekerjaan, bila dikerjakan dengan baik(jitu)”

d. Menghargai Waktu

Islam sangat istimewa dalam membicarakan tentang waktu, bahkan salah satu surat dalam Al-qur’an khusus menuliskan bagaiman apabila kita tidak mengahargai waktu, yaitu dalam surat Al-Ashr. Dalam surat ini Allah dengan jelas memperingatkan kepada manusia (pribadi/kelompok) apabila ia tidak betul-betul memperhatikan waktu, dengan ancaman kerugian (dalam hal ini kerugian mencakup secara materi maupun immaterial) dan hal tersbut dapat terhindari apbila ia mampu menjaga komitmen (amanu) dengan konsekwen menjalankan aturan dan kewajiban (amilu Ash-sholihat)

Imam Ali mengatakan “ Waktu adalah Pedang, apabila ia tidak tepat dimanfaatkan maka ia dapat melukai/membunuh diri sendiri”

e. Kerjasama

Dalam ibadah shalat kita selalu membaca “iyyaka na’budu….” Ayat tersebut dikemukakan secara jamak yang berati “hanya kepadaMu kami menyembah…”, Islam begitu mengutamakan sesuatu yang dilakukan secara berjamaah. Dalam kesehariannya rasululahpun selalu mengingatkan untuk saling bekerjasama.

Page 34: Tgs Etika Bisnis

Pernah pada suatu hari rasulullah dan para sahabat ingin melakukan makan bersama, salah seorang sahabat mengatakan “ aku akan mencari kambingnya”, lalu sahabat kedua mengatakan “saya akan menyembelihnya”, dan sahabat ketiga mengatakan “ saya akan mengulitinya”, dan yang kempat mengatakan “saya akan memasaknya. Maka Rasulullah saww bersabda: saya akan mengumpulkan kayu bakarnya.

Dalam kisah lain, pada saat membangun masjid nabawi para sahabat menganjurkan Rasulullah untuk beristirahat/tidak perlu ikut turun tangan, namun rasulullah tetap ikut dalam pembangunan masjid tersebut. Dari sini jelaslah bahwa Islam sangat menganjurkan Budaya Bekerjasama dalam hal kebaikan.

…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS:Al-Maidah:2)

f. Bekerja dengan pengetahuan(Ilmu)

Dalam melakukan sebuah pekerjaan seharusnyalah seseorang memiliki pengetahuan atas apa yang akan ia kerjakan, hal ini akan berdampak pada apa yang akan dihasilkan dari pekerjaan itu.

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.(QS:Al-Isra:36)

Dalam surah yang lain allah menjanjikan bahwa orang yang memliki pengetahuan lebih mulia beberapa derajat.ٌ�Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS:Al-Mujaadilah:11)

g. Bekerja dengan memiliki keahlian

Selain Ilmu yang dimiliki kita juga harus memliki keahlian(spesialisasi) dalam bekerja yang juga akan berdampak pada hasil yang kita dapatkan.

Rasulullah Saww bersabda:“Apabila suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancurannya”(HR. Bukhori)

Page 35: Tgs Etika Bisnis

h. Pengendalian Mutu

Setelah pekerjaan dilakukan dengan amanah, berdsarakan ilmu dan keahlian maka tugas terakhir dalam pekerjaan tersebut adalah melakukan pengendalian mutu dari apa yang kita kerjakan.karena hal tersbut harus dipertanggung jawabkan apakah itu kepada manusia lain atu sang khaliq.

Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan".(QS:At-Taubah:105)

BAB XIV

ETIKA BISNIS DALAM PASAR ISLAMI

Dewasa ini, secara umum dapat disampaikan bahwa kemunculan pesan moral Islam dan pencerahan teori pasar, dapat dikaitkan sebagai bagian dari reaksi penolakan atas sistem sosialisme dan sekularisme. Meskipun tidak secara keseluruhan dari kedua sistem itu bertentangan dengan Islam. Namun Islam hendak menempatkan segala sesuatu sesuai pada porsinya, tidak ada yang dirugikan, dan dapat mencerminkan sebagai bagian dari the holistic live kehidupan duniawi dan ukhrowi manusia.

Oleh sebab itu, sangat utama bagi umat Islam untuk secara kumulatif mencurahkan semua dukungannya kepada ide keberdayaan, kemajuan dan kecerahan peradaban bisnis dan perdagangan. Islam secara ketat memacu umatnya untuk bergiat dalam aktivitas keuangan dan usaha-usaha yang dapat meningkatkan kesejahteraan social.

Berdagang adalah aktivitas yang paling umum dilakukan di pasar. Untuk itu teks-teks Al Qur’an selain memberikan stimulasi imperative untuk berdagang, di lain pihak juga mencerahkan aktivitas tersebut dengan sejumlah rambu atau aturan main yang bisa diterapkan di pasar dalam upaya menegakkan kepentingan semua pihak, baik individu maupun kelompok.

Konsep Islam menegaskan bahwa pasar harus berdiri di atas prinsip persaingan bebas (perfect competition). Namun demikian bukan berarti kebebasan tersebut berlaku mutlak, akan tetapi kebebasan yang dibungkus oleh frame syari’ah. Dalam Islam, Transaksi terjadi secara sukarela (antaradim minkum/mutual goodwill, Sebagaimana disebutkn dalam Qur’an surat An Nisa’ ayat 29. Didukung pula oleh hadits riwayat Abu dawud, Turmudzi, dan Ibnu Majjah dan as Syaukani sebagai berikut:

Page 36: Tgs Etika Bisnis

”Orang-orang berkata: “Wahai Rasulullah, harga mulai mahal. Patoklah harga untuk kami!” Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah-lah yang mematok harga, yang menyempitkan dan yang melapangkan rizki, dan aku sungguh berharap untuk bertemu Allah dalam kondisi tidak seorangpun dari kalian yang menuntut kepadaku dengan suatu kezhaliman-pun dalam darah dan harta”. (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan asy-Syaukani).

Selanjutnya pasar yang adil akan melahirkan harga yang wajar dan juga tingkat laba yang tidak berlebihan, sehingga tidak termasuk riba yang diharamkan oleh Allah SWT. sebagaimana ayat berikut;

Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS Al Baqarah: 275)

Dalam pada itu, transaksi yang dilakukan secara benar dan tidak masuk dalam riba dalam mencari keutamaan Allah bahkan mendapat dukungan yang kuat dalam agama.

“Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia dan berbuat baiklah … (QS. Al Qoshos: 77)

Prinsip-prinsip Mekanisme Pasar Islami

Konsep mekanisme pasar dalam Islam dibangun atas prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Ar-Ridha, yakni segala transaksi yang dilakukan haruslah atas dasar kerelaan antara masing-masing pihak (freedom contract). Hal ini sesuai dengan Qur’an Surat an Nisa’ ayat 29:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”(Qs: Annisa’ 29)

2. Berdasarkan persaingan sehat (fair competition). Mekanisme pasar akan terhambat bekerja jika terjadi penimbunan (ihtikar) atau monopoli. Monopoli dapat diartikan, setiap barang yang penahanannya akan membahayakan konsumen atau orang banyak.

Page 37: Tgs Etika Bisnis

3. Kejujuran (honesty), kejujuran merupakan pilar yang sangat penting dalam Islam, sebab kejujuran adalah nama lain dari kebenaran itu sendiri. Islam melarang tegas melakukan kebohongan dan penipuan dalam bentuk apapun. Sebab, nilai kebenaran ini akan berdampak langsung kepada para pihak yang melakukan transaksi dalam perdagangan dan masyarakat secara luas.

4. Keterbukaan (transparancy) serta keadilan (justice). Pelaksanaan prinsip ini adalah transaksi yang dilakukan dituntut untuk berlaku benar dalam pengungkapan kehendak dan keadaan yang sesungguhnya.

BAB XV

ETIKA LEMBAGA BISNIS SYARIAH

Dasar-dasar Etika Perbankan Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa, bank merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran. Lembaga keuangan adalah semua badan yang kegiatannya menarik uang dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat. Jadi tugas utama bank sebagai lembaga keuangan ialah, operasi perkreditan aktif ( penciptaan atau pemberian kredit yang dilakukan oleh bank ) dan pasif ( menerima simpanan berbentuk giro, deposit, tabungan ataupun bentuk titipan lainnya yang dipercayakan oleh masyarakat ) serta sebagai perantara dibidang perkreditan, contohnya memberikan jasa-jasa yang lainnya misalnya, inkaso, transfer, informasi dan lain-lain. Dengan adanya beberapa tugas utama bank seperti diatas, maka factor kepercayaan dari pihak lain dan nasabah merupakan penunjang utama bagi lancarnya operasional bank. Selain itu hal ini juga merupakan etika perbankan dalam hubungannya dengan pihak lain. Dalam ini hal bankir yang mempunyai peran dalam hal memiliki akhlak, moral dan keahlian dibidang perbankan / keuangan. Karna, para bankir ini mempunyai misi untuk memberikan nasihat yang objektif bagi nasabahnya dan harus mampu mendidk nasabahnya dalama arti dapay memberikan penjelasan dibidang administrasi, pembukuan, pemasaran dan lain-lain. Nasihat yang objektif adalah seorang bankir harus dapat bersikap objektif, tidak memihak, jujur terhadap nasabah dan dapat memilih produk atau jasa yang paling tepat bagi nasabahnya, artinya tidak memaksakan nasabah untuk membeli apa saja yang ditawarkan oleh bankir tanpa mempertimbangkan kondisi dan status nasabah. Bankir juga harus menjaga agar mekanisme arus surat-surat berharga ( flow of documents ) dapat berjalan lancar dan menindak jika,terjadi permainan yang curang dalam pengelolaan arus dokumen berharga tersebut di dalam bank. Dalam hal demikian, pimpinan bank berkewajiban dan bertanggungjawab :1. Mengembalikan seluruh atau sebagian simpanan pada waktu diminta oleh nasabah secara pribadi maupun dengan surat kuasa.2. Menjaga kerahasiaan keuangan bank menurut kelaziman dalam dunia perbankan.

Page 38: Tgs Etika Bisnis

3. Memberi informasi yang akurat dan obyek jika diminta oleh nasabah.4. Turut menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah.5. Menjaga dan memlihara organisasi, tata kerja dan administrasi dengan baik.6. Menyalurkan kredit secara lebih selektif kepada calon debitur. Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa disini pimpinan bank harus lebih mengutamakan kepentingan masyarakat luas daripada kepentingan bank atau pribadi. Para pemegang saham pun harus mengetahui bahwa semua keputusan rapat pemegang saham harus sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Dan apabila ada kebijakan-kebijakan yang menyimpang dari anggaran dasar maka harus disetujui secara bersama. Selain itu para pemegang saham juga harus menyadari bahwa bisnis perbankan bukan bisnis untuk memperoleh atau mencari keuntungan semata, tapi bisnis perbankan lebih mengutamakan kepentingan social ekonomi masyarakat banyak. Bisnis perbankan adalah bisnis yang terikat dalam suatu system moneter dalam Negara tertentu dan tinggi tingkat keterikatannya dengan lembaga perbankan atau lembaga keuangan secara keseluruhan maupun dengan kehidupan perekonomian Negara tersebut. Dengan demikian, bila salah satu bisnis perbankan tidak patuh terhadap standar etika perbankan, maka seluruh lembaga perbankan atau lembaga keuangan lainnya juga terkena dampaknya. Etika dan kewajibannya sehubungan dengan tugas di lingkungan perbankan untuk setiap petugas bank, bankir maupun pimpinan sebagai berikut :

1. Bank wajib memberikan laporan pada Bank Indonesia untuk mengetahui posisi perbankan dan moneter serta kegiatan perekonomian dan pemerintah dapat menentukan kebijakn ekonomi dan moneter.

2. Setiap bank wajib mengumumkan Neraca dan Laporan rugi-laba yang sebenarnya tiap tahun dengan diterbitkan pada surat kabar, agar masyarakat dapat mengetahuinya.

3. Bank wajib menjaga kerahasian keuangan para nasabah dari siapapun, kecuali jika ada syarat resmi dari Mentri Keuangan secara tertulis untuk keperluan perpajakan dan peradilan.

4. Petugas bank mempunyai kewajiban untuk tidak membicarakan tentang keuangan nasabahnya di luar kepentingan dinas dan berkewajiban untuk menjaga dan memelihara arsi atau surat-surat antara bank dengan nasabahnya.

5. Dalam hal pembayaran pajak, para bankir harus melaksanakan pemotongan pajak pendapatan atas gaji, upah atau honorarium para karyawannya dan berkewajiban membayar pajak perusahaan.

6. Bank harus mengupayakan untuk selalu dapat memenuhi janji atau persetujuan yang telah disepakati dengan para nasabahnya.

7. Bank juga harus memberikan nasihat yang obyektif, tidak memihak dan tidak mengikat bagi para nasabahnya. Sebab, nasabah yang dating ke bank adakalanya penuh suasana serba tidak pasti, jenis jasa apa yang sebaiknya akan dipilihnya. Oleh karenanya, bank harus dapat menampilkan beberapa pilihan produk / jasa bank bagi para nasabahnya.

Page 39: Tgs Etika Bisnis

Salah satu hal yang harus dihindari antara bankir dan nasabah adalah menghindari adanya hubungan pribadi sehingga dapat menjurus ke arah hubungan hubungan yang kurang sehat misalkan, bankir memberikan kemudahan-kemudahan bagi seseorang nasabah dikarenakan adanya upeti atau gift dan sejenisnya. Karena hal ini akan merugikan nasabah lain yang berperilaku wajar dalam hubungan kerjanya dengan bank.Etika Bankir Bankir yang professional adalah bankir yang memiliki integritas pribadi, keahlian dan tanggungjawab social yang tinggi serta wawasan yang luas agar mampu melaksanakan pla manajemen bank yang professional pula. Bankir yang professional memang dituntut melaksanakan 2 hal penting yaitu, dapat menciptakan laba dan menciptakan iklim bisnis perbankan yang sehat. Namun dalam penciptaan laba tersebut, bankir harus tetap terkendali ( prudent ). Menjadi bankir yang professional memerlukan beberapa persyaratan, diantaranya adalah :1. Memiliki skill (keterampilan) dan knowledge (pengetahuan)2. Mampu menerima tekanan dari pihak manapun tanpa mengurangi kinerjanya3. Memiliki inisiatif dan aktif dalam pencapaian tujuan serta tidak bersikap menunggu4. Memilik job motivation yang tinggi5. Memiliki jiwa kepemimpinan (leadership ability)6. Mempunyai sales ability7. Memiliki kemampuan untuk : menyusun rencana, mengorganisasikan, menetapkan prosedur kerja dan mengendalikan tugas pekerjaan agar menuju kea rah pencapaian tujuan bank Setiap bankir di Indonesia wajib mengelola bank secara sehat dan menghormati norma-norma perbankan yang berlaku, menaati semua tata nilai sebagai pedoman dasar dalam menentukan sikap dan tindakannya. Norma-norma perbankan yang diakui, diterima dan ditaati tersebut tertuang dalam Kode Etik Bankir di Indonesia yang isinya sebagai berikut :

1. Seorang bankir patuh dan taat pada ketentuan perundang-undangan dan peraturan yang berlaku.

2. Melakukan pencatatan yang benar mengenai segala transaksi yang bertalian dengan kegiatan banknya.

3. Menghindarkan diri dari persaingan yang tidak sehat.4. Tidak menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan pribadi.5. Menghindarkan diri dari keterlibatan pengambilan keputusan dalam hal terdapat

pertentangan kepentingan.6. Menjaga kerahasian nasabah dan banknya.7. Dapat memperhitungkan dampak yang merugikandari setiap kebijakan yang

ditetapkan banknya terhadap ekonomi, social dan lingkungannya.8. Tidak menerima hadiah atau imbalan yang memperkaya diri pribadi maupun

keluarga.9. Tidak melakukan perbuatan tercela yang dapat merugikan citra profesinya.

Prinsip Dasar Etika Perbankan

Page 40: Tgs Etika Bisnis

Para bankir dalam prinsip pengelolaan bank harus mengupayakan terselenggaranya iklim usaha perbankan yang sehat yaitu dengan menjaga :

1 Likuiditas Bank atau kelancaran operasional bank2 Solvabilitas Bank atau terpeliharanya kekayaan bank agar kokoh dan mampu

memenuhi seluruh kewajiban finansialnya3 Rentabilitas atau tingkat keuntungan yang dapat dicapai bank.4 Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank (bonafiditas).

Sedangkan kewajiban bank terhadap beberapa pihak (Stakeholders) adalah pertanggung jawaban bank terhadap pihak-pihak :

a. MasyarakatMereka menghendaki adanya pelayanan yang baik, perlakuan yang sama.

b. NasabahBerkepentingan atas dalam hal keamanan uang mereka yang mereka simpan di bank, layanan yang baik seta bunga yang wajar.

c. PemerintahBerharap bahwa bank dapat memberikan lapangan kerja serta penigkatan taraf hidup yang layak dan dapat menjaga stabilitas ekonomi dan politik.

d. Pemilik atau InvestorMenghendaki adanya kepastian hukum dalam perbankan dan memperoleh keuntungan yang wajar.

e. KaryawanBertindak sebagai pelaku dan penggerak organisasi bank yang mengharapkan jaminan materi dan non materi seperti, kesinambungan bekerja, keadilan, jaminan pension dan sebagainya.

Prinsip etika perbankan sendiri ada 8 yaitu :a. Prinsip kepatuhan

Pada prinsipnya semua orang dimanapun mempunyai peraturan yang harus mereka patuhi, begitu juga para bankir yang diharuskan mematuhi peraturan perbankan, undang-undang, kebijakan pemerintah, peraturan ketenaga kerjaan yang menyangkut masyarakat, nasabah, pemerintah, pemilik dan karyawan.

b. Prinsip KerahasiaanPara bankir dituntut agar dapat menjaga kerahasiaan terutama dengan nasabah serta kerahasiaan kejabatannya.

c. Prinsip Kebenaran PencatatanSetiap petugas bank wajib memelihara arsip atau dokumen dan mencatat semua transaksi dengan benar serta menjaga kerahasiaannya

d. Prinsip Kesehatan bersaingPersaingan ini dapat bersifat intern yaitu, antar bagian dalam bank itu sendiri dan bersifat ekstern yaitu persaingan antar sesama bank. Dalam hal lebih kepada untuk memberikan pelayanan serta promosi atas jasa-jasa apa saja yang diberikan oleh bank tersebut, tapi setiap bank harus tetap menjaga agar tercipta iklim persaingan yang sehat.

Page 41: Tgs Etika Bisnis

e. Prinsip Kejujuran WewenangKepercayaan dan wewenang yang telah diberikan oleh para pihak terkait dalam hal ini pemerintah, nasabah, pemilik, masyarakat dam karyawan hendaknya tetap dinomor satukan dan tidak disalahgunakan untuk kepentingan di luar etika yang telah disepakati bersama.

f. Prinsip Keterbatasan KeteranganMeskipun petugas bank dan bankir diminta untuk bersikap informative terhadap pihak luar, namun sifatnya terbatas.

g. Prinsip Kehormatan ProfesiSetiap petugas bank ataupun bankir diharuskan taat manjaga kehormatan profesi dengan cara menghindarkan diri dari hal-hal semacam kolusi, pemberian hadiah, upeti, dan fasilitas dari pihak lain yang menginginkan kemudahan dalam hal prosedur bank.

h. Prinsip PertanggungjawabanSosial Pertanggungjawaban ini lebih di arahkan pada pemerintah, nasabah, pemilik ataupun masyarakat dalam hal melaksanakan operasional perbankan.