17
LAPORAN PRATIKUM AGENT PENYAKIT “TEST TUBEX” Di susun oleh : Nama : Aulia Rakhman NIM : N 201 12 018 Kelompok : 1 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS TADULAKO 2013

Test Tubex

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Test Tubex

LAPORAN PRATIKUM AGENT PENYAKIT

“TEST TUBEX”

Di susun oleh :

Nama : Aulia Rakhman

NIM : N 201 12 018

Kelompok : 1

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2013

Page 2: Test Tubex

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam tifoid merupakan infeksi akut pada usus halus yang disebabkab oleh

Salmonella typhi. Gejala penyakit ini ditandai dengan demam satu minggu atau

lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan

kesadaran. Penyakit ini disebabkan oleh Salmonella typhi dan hanya didapatkan

pada manusia. Penularan penyakit ini hampir selalu terjadi melalui makanan dan

minuman yang terkontaminasi

Salmonella adalah bakteri gram negatif, tidak berkapsul, mempunyai

flagella, dan tidak membentuk spora. Salmonella typhi mempunyai tiga macam

antigen yaitu : antigan O, antigen H dan K. Salmonella typhi masuk kedalam

tubuh manusia melalui makanan dan minuman yang tercemar. Sebagian kuman

dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian masuk ke usus halus dan mencapai

jaringan limfoid plak Peyeri di ileum terminalis yang hipertrofi. Bila terjadi

komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal, kuman menembus lamina propia,

masuk aliran darah melalui duktus torasikus.

Salmonella typhi lain dapat mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus.

Salmonella typhi bersarang di plak Peyeri, limpa, hati, dan bagian-bagian lain pada

sistem retikuloendotelial. Andoksin S. typhi berperan dalam proses inflamasi lokal

pada jaringan tempa kuman tersebut berkembang biak sehingga merangsang

sintesis dan pelepasan zat pirogen dan leukosit pada jaringan yang meradang

sehingga terjadi demam.

Tes Tubex merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif yang

sederhana dan cepat (kurang lebih 2 menit) dengan menggunakan partikel yang

berwarna untuk meningkatkan sensitivitas. Spesifisitas ditingkatkan dengan

menggunakan antigen O9 yang benar-benar spesifik yang hanya ditemukan pada

Salmonella serogrup D. Tes ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut karena

Page 3: Test Tubex

hanya mendeteksi adanya antibodi IgM dan tidak mendeteksi antibodi IgG dalam

waktu beberapa menit.

Pada masa penyembuhan, penderita pada masih mengandung Salmonella

didalam kandung empedu atau di dalam ginjal. Sebanyak 5% penderita demam

tifoid kelak akan menjadi karier sementara, sedang 2 % yang lain akan menjadi

karier yang menahun.Sebagian besar dari karier tersebut merupakan karier

intestinal (intestinal type) sedang yang lain termasuk urinary type. Kekambuhan

yang yang ringan pada karier demam tifoid,terutama pada karier jenis

intestinal,sukar diketahui karena gejala dan keluhannya tidak jelas. Berdasarkan

uraian diatas maka yang melatarbelakangi praktek ini adalah untuk mengetahui

pemeriksaan Salmonella typhi dengan teknik Tes Tubex.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan sehingga dilaksanakan percobaan ini adalah :

1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan Tes Tubex

2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya bakteri Salmonella typhi penyebab tifus

pada serum.

2.3 Manfaat

Adapun manfaat sehingga dilaksanakan percobaan ini yang dihubungkan

dengan kesehatan yaitu untuk mengetahui penyebab demam tifoid yaitu

Salmonella typhi agar nantinya bisa dicegah dengan pola hidup yang baik dan

bersih.

Page 4: Test Tubex

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Salmonella typhi merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang, bersifat

fakultatif aerob. Salmonella typhi dapat hidup tahan lama dalam air, tanah atau bahan

makanan. Bakteri ini memiliki antigen O9 dan O12 LPS, antigen protein flagelar Hd

dan antigen kapsular Vi (Handojo, 1982).

Salmonella typhi atau paratyphi dalam dosis yang infektif (>105) masuk

kedalam saluran pencernaan dari seorang penderita yang tidak mempunyai daya tahan

terhadap kuman tersebut, maka kuman ini akan menembus sel-sel epitel usus dan

masuk ke dalam kelenjar-kelenjar limpa dari mesentrium. Kuman-kuman ini akan

berkembang biak, kemudian melalui ductus thoracicus akan masuk ke aliran darah

untuk selanjutnya menyebar ke organ-organ seperti hati, kandung empedu, limpa,

ginjal dan sum-sum tulang. Dalam organ-organ ini kuman-kuman tersebut akan

berkembang biak lagi dan menimbulkan keradangan. Proses ini akan berlangsung

selama 7-10 hari. Selanjutnya kuman-kuman tersebut akan menyebar ke dalam aliran

darah dan menimbulkan bakteremia untuk kedua kalinya (Handojo, 1982).

Dalam stadium bakteremi kedua ini, Salmonella typhi akan melepaskan

endotoksinnya yang di duga sebagai penyebab dari timbulnya gejala-gejala klinik

demam typhoid. Tubuh berusaha untuk menetralkan efek dari endotoksin ini (AgO)

dengan menggunakan jalur alternatif dari system komplemen. Salmonella typhi, amat

sukar untuk di fagositosis oleh sel-sel makrofag karena terlindung oleh kapsulnya (Ag

Vi). Baru setelah kuman-kuman ini agak lama berada dalam peredaran darah, sel-sel

fagosit atau makrofag berhasil memfagositosis kuman-kuman tersebut. Untuk ini

penderita harus mengerahkan semua sel-sel makrofag yang terdapat dalam jaringan

RES seperti hati dan limpa. Sehingga seringkali sampai menimbulkan pembengkakan

dari organ-organ tersebut di atas (Handojo, 1982).

Page 5: Test Tubex

Sebagai hasil dari fagositosis ini maka umumnya pada akhir minggu kedua,

dapat dikatakan sudah tidak di temukan Salmonella typhi lagi dalam darah dan

pembentukan antibodi (Aglutinin O kemudian di susul oleh H dan Vi) mulai terjadi

lebih aktif. Bila kemudian oleh karena pengobatan penderita sembuh, maka kadar Ab

dalam darah akan di pertahankan selama beberapa bulan, untuk selanjutnya menurun

secara perlahan. Biasanya agglutinin O menghilang terlebih dahulu yang diikuti oleh

aglutinin H dan Vi (Handojo, 1982).

Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever.

Demam tipoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran

pencernaan (usus halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai

gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran

(Widiastuti Samekto, 2001).

1. Infectious Agent

Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella

paratyphi dari Genus Salmonella. Bakteri ini berbentuk batang, gram negatip,

tidak membentuk spora, motil, berkapsul dan mempunyai flagella (bergerak

dengan rambut getar). Bakteri ini dapat hidup sampai beberapa minggu di alam

bebas seperti di dalam air, es, sampah dan debu. Bakteri ini dapat mati dengan

pemanasan (suhu 600C) selama 15 – 20 menit, pasteurisasi, pendidihan dan

khlorinisasi (Soemarno, 2000).

2. Patogenesis

Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi masuk kedalam tubuh manusia

melalui makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan oleh

asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan berkembang biak.

Bila respon imunitas humoral mukosa IgA usus kurang baik maka kuman akan

menembus sel-sel epitel terutama sel M dan selanjutnya ke lamina propia. Di lamina

propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh

makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan

Page 6: Test Tubex

selanjutnya dibawa ke plaque Peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah

bening mesenterika. Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman yang terdapat di

dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakterimia

pertama yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh

terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan

kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke

dalam sirkulasi darah lagi yang mengakibatkan bakterimia yang kedua kalinya dengan

disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik, seperti demam, malaise,

mialgia, sakit kepala dan sakit perut (Soemarno, 2000).

1. Gejala Klinis

Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibanding

dengan penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10 – 20 hari. Setelah masa

inkubasi maka ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu,

nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat. Kemudian menyusul gejala klinis yang

biasa ditemukan, yaitu :

a. Demam

Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat

febris remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu

tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi

hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua,

penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu

tubuh berangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.

b. Ganguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan

pecah-pecah (ragaden) . Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue),

ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin

ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar

Page 7: Test Tubex

disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi, akan tetapi

mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.

c. Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam,

yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah

(Soemarno, 2000).

2. Pencegahan deman tifoid

a. Lingkungan hidup

1. Sediakan air minum yang memenuhi syarat. Misalnya, diambil dari tempat

yang higienis, seperti sumur dan produk minuman yang terjamin. Jangan

gunakan air yang sudah tercemar. Jangan lupa, masak air terlebih dulu

hingga mendidih (100 derajat C).

2. Pembuangan kotoran manusia harus pada tempatnya. Juga jangan pernah

membuangnya secara sembarangan sehingga mengundang lalat karena

lalat akan membawa bakteri Salmonella typhi. Terutama ke makanan.

3. Bila di rumah banyak lalat, basmi hingga tuntas (Dwijoseputro 1989).

b. Diri sendiri

1. Lakukan vaksinasi terhadap seluruh keluarga. Vaksinasi dapat mencegah

kuman masuk dan berkembang biak. Saat ini pencegahan terhadap

kuman Salmonella sudah bisa dilakukan dengan vaksinasi bernama

chotipa (cholera tifoid paratifoid) atau tipa (tifoid paratifoid). Untuk

anak usia 2 tahun yang masih rentan, bisa juga divaksinasi.

2. Menemukan dan mengawasi pengidap kuman (carrier). Pengawasan

diperlukan agar dia tidak lengah terhadap kuman yang dibawanya. Sebab

Page 8: Test Tubex

jika dia lengah, sewaktu-waktu penyakitnya akan kambuh

(Dwijoseputro, 1989).

c. Epidemiologi demam tifoid

Demam tifoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada

iklim. Kebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit ini

meskipun lingkungan hidup umumnya adalah baik. Perbaikan sanitasi dan

penyediaan sarana air yang baik dapat mengurangi penyebaran penyakit ini

(Dwijoseputro, 1989).

d. Pengobatan demam tifoid

1. Perawatan umum

Pasien demam tifoid perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi,

observasi dan pengobatan. Pasien harus tirah baring absolut sampai minimal

7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Maksud tirah baring

adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan usus atau

perforasi usus. Mobilisasi pasien harus dilakukan secara bertahap, sesuai

dengan pulihnya kekuatan pasien.

Pasien dengan kesadaran menurun, posisi tubuhnya harus

diubah-ubah pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari komplikasi

pneumonia hipostatik dan dekubitus.

Defekasi dan buang air kecil harus dperhatikan karena kadang-kadang

terjadi obstipasi dan retensi air kemih. Pengobatan simtomik diberikan

untuk menekan gejala-gejala simtomatik yang dijumpai seperti demam,

diare, sembelit, mual, muntah, dan meteorismus. Sembelit bila lebih dari 3

hari perlu dibantu dengan paraffin atau lavase dengan glistering. Obat

bentuk laksan ataupun enema tidak dianjurkan karena dapat memberikan

akibat perdarahan maupun perforasi intestinal.

Pengobatan suportif dimaksudkan untuk memperbaiki keadaan

penderita, misalnya pemberian cairan, elektrolit, bila terjadi gangguan

Page 9: Test Tubex

keseimbangan cairan, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh dan

kortikosteroid untuk mempercepat penurunan demam (Dwijoseputro,

1989).

e. Virulensi demam tifoid

Demam tifoid disebabkan oleh Salmonella typhi. Salmonella typhi

memiliki kombinasi karakteristik yang menjadikannya patogen efektif. Spesies

ini berisi endotoksin khas dari organisme gram negatif, serta antigen Vi yang

ini diyakini akan meningkatkan virulensi. Hal ini juga memproduksi dan

mengeluarkannya protein yang dikenal sebagai "invasin" yang memungkinkan

sel-sel non fagosit untuk mengambil bakteri, di mana ia dapat hidup intrasel.

Hal ini juga mampu menghambat meledak oksidatif leukosit, membuat respons

imun bawaan tidak efektif (Dwijoseputro, 1989).

BAB III

METODOLOGI2

3

3.1 Waktu dan tempat

Adapun waktu dan tempat pada saat melakukan percobaan ini yaitu :

Hari/Tanggal : Sabtu, 18 Mei 2013.

Waktu : 13.15 WITA – Selesai.

Tempat :Laboratorium Terpadu FKIK UNTAD.

3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu :

3.2.1 Alat

1. Cawan Petri

Page 10: Test Tubex

2. Wadah Tubex

3. Pipet Tubex

4. Literatur Warna

5. Handsprayer

5..22 Bahan

1. Serum darah

2. Reagen Blue

3. Reagen Brown

4. Mikropipet

5. Tissue

6. Alkohol 70%

7. Handskun

8. Masker

8.3 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada saat melakukan percobaan ini adalah:

1. Memasukkan 3 tetes serum kedalam wadah Tubex menggunakan pipet mikro

2. Memasukkan reagen brown 3 tetes, kemudian diamkan 2 menit, masukkan

reagen blue 5 tetes baru dihomogenkan dengan bentuk L atau separasi selama

25-30 detik

3. Mengamati hasil yang terjadi.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.

2.

3.

4.

4.1. Hasil Pengamatan

Page 11: Test Tubex

Adapun hasil Pengamatan yang diperoleh pada saat melakukan percobaan ini

yaitu :

N

o

Sampel Gambar Ket

1. I Positif

2. II Positif Aktif

Page 12: Test Tubex

4.2 Pembahasan

Tes Tubex merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif yang

sederhana dan cepat (kurang lebih 2 menit) dengan menggunakan partikel yang

berwarna untuk meningkatkan sensitivitas. Spesifisitas ditingkatkan dengan

menggunakan antigen O9 yang benar-benar spesifik yang hanya ditemukan pada

Salmonella serogrup D.

Pada pratikum ini, langkah yang dilakukan pada saat melakukan pratikum

ini yaitu memasukkan 3 tetes serum kedalam wadah Tubex menggunakan pipet

mikro, lalu memasukkan Reagen brown 3 tetes, kemudian diamkan 2 menit,

masukkan Reagen blue 5 tetes baru dihomogenkan dengan bentuk L atau separasi

selama 25-30 detik dan mengamati hasil yang terjadi. Medium yang digunakan

adalah Reagen brown yang mengandung partikel magnetik yang diselubungi

dengan antigen Salmonella typhi O9 dan digunakan untuk meningkatkan

sensitivitas dan mempercepat reaksi homogenisasi. Reagen Blue mengandung

partikel lateks berwarna biru yang diselubungi dengan antibody monoklonal

spesifik untuk antigen O9 dan digunakan untuk mempercepat reaksi separasi.

Berdasarkan hasil pengamatan dari percobaan Tes Tubex yaitu pada sampel

serum 1 hasilnya positif tidak aktif karena berwarna orange keabu-abuan karena

menurut literatur yang ada, warna orange keabu-abuan menunjukkan bahwa serum

tersebut positif tidak aktif. Ini artinya bakteri salmonella typhi sudah menginfeksi

orang tersebut dengan parah karena sudah berada pada tingkat infeksi positif.

Pada sampel serum kedua, setelah dilakukan Tes Tubex didapatkan hasil

positif aktif dan serumnya berwarna abu-abu karena telah tercampur pada saat

dihomogenkan sesuai dengan literatur yang ada, serum tersebut tidak

mengandung antibodi terhadap O9, reagen brown akan bereaksi dengan reagen

blue. Ketika diletakkan pada daerah yang mengandung medan magnet (magnet

rak), komponen mag-net yang dikandung reagen brown akan tertarik pada

Page 13: Test Tubex

magnet rak, dengan membawa serta pewarna yang dikandung oleh reagen blue.

Sebagai akibatnya, terlihat warna abu-abu pada tabung yang sesungguhnya

merupakan gambaran serum yang lisis. Ini artinya penderita yang diambil

serumnnya adalah penderita infeksi aktif salmonella typhi. Infeksi aktif adalah

infeksi dimana mikoorganisme penyebab penyakit secara aktif mereplikasi dan

menginfeksi sel-sel baru.

Page 14: Test Tubex

BAB V

PENUTUP5

6

6.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:

1. Teknik pemeriksaan Tes Tubex sangat baik digunakan pada peraktikum

dibandingkan dengan uji widal karena Tes Tubex menggunakan bahan reagen

brown dan reagen blue yang mana bahan tersebut berfungsi untuk

mempercepat reaksi. Adapun keunggulan Tes Tubex yakni untuk Mendeteksi

secara dini infeksi akut akibat Salmonella typhi karena antibody IgM muncul

pada hari ke 3 terjadinya demam, Mempunyai sensitivitas yang tinggi

terhadap kuman Salmonella ( > 95 %) dan Hanya dibutuhkan sample darah

sedikit dan Hasil dapat diperoleh lebih cepat.

2. Tingkat keaktifan bakteri Salmonella typhi yang didapatkan pada hasil

pengamatan yakni pada sampel 1 didapatkan hasil positif berarti penderita

yang diambil sampel serumnya menderita penyakit yang parah karena

didapatkan hasil yang aktif sedangkan pada sampel serum 2 didapatkan hasil

positif aktif berarti penderita yang diambil sampel serumnya sangat parah.

Infeksi aktif adalah infeksi dimana mikoorganisme penyebab penyakit secara

aktif mereplikasi dan menginfeksi sel-sel baru.

2.2 Saran

Adapun saran yang diberikan oleh penulis adalah sebaiknya dalam

melakukan percobaan, di perlukan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan, serta ada

Page 15: Test Tubex

baiknya alat dan bahan yang akan digunakan lebih dilengkapi, sehingga menunjang

proses kerja pada saat melakukan praktek.

DAFTAR PUSTAKA

Dwijoseputro. 1989. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan. Malang. Dikutip darijurnal Lucky Hartati Moehario. Validitas pemeriksaan uji aglutinin o dan Hs.typhi dalam menegakkan diagnosis dini Demam tifoid. 2012. Surabaya.Diakses pada hari minggu, 19 mei 2013 pukul 12.20 WITA.

Handojo. 1982. Diktat Kuliah FK Unair Serologi Klinik. Bagian Patologi KlinikFakultas Kedokteran UNAIR. Jakarta. Dikutip dari jurnal Suryantini.Perawatan Singkat Demam Tifoid pada Anak. 2001. Jakarta. Diakses pada hariSabtu, 18 Mei 2013 Pukul 10.11 WITA.

Soemarno. 2000. Pengertian demam tifoid, pathogenesis, dan gejala klinis.Surabaya. Dikutip dari jurnal Dasril Daud. Perawatan Singkat Demam Tifoidpada Anak. 2001. Jakarta. Diakses pada hari Sabtu 18 Mei Pukul 13.10 WITA.

Widiastuti Samekto. 2001. Bakteri salmonella typhi. Badan Penerbit UniversitasDiponegoro. Semarang. Dikutip dari jurnal Paulus Patrianto. Widal slideagglutination test using antigens from locally prevalent Salmonella typhi fordiagnosis of typhoid fever in children. 2001. Jakarta. Diakses pada hari Sabtu18 Mei 2013 Pukul 10.22 WITA.

Page 16: Test Tubex

LEMBAR ASISTENSI

Nama : Aulia Rakhman

NIM : N 201 12 018

Kelompok : 1 (Satu)

Kelas : B

Asisten: Muh.Syahrir. S.Si

No

.

Hari/tanggal Koreksi paraf

Page 17: Test Tubex