117
ANALISIS BIAYA SATUAN PELAYANAN DI UNIT HEMODIALISIS RUMAH SAKIT UMUM METHODIST MEDAN TAHUN 2006 TESIS Oleh YOHAN PRANATA 037013017/AKK SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008 S E K O L A H P A S C A S A R J A N A Universitas Sumatera Utara

TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

  • Upload
    others

  • View
    24

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

ANALISIS BIAYA SATUAN PELAYANAN DI UNIT HEMODIALISIS RUMAH SAKIT UMUM METHODIST MEDAN

TAHUN 2006

TESIS

Oleh

YOHAN PRANATA 037013017/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008

S

EK O L A

H

PASCASAR J

ANA

id15807109 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com

Universitas Sumatera Utara

Page 2: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

ANALISIS BIAYA SATUAN PELAYANAN DI UNIT HEMODIALISIS RUMAH SAKIT UMUM METHODIST MEDAN

TAHUN 2006

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

YOHAN PRANATA 037013017/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008

Universitas Sumatera Utara

Page 3: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Judul Tesis : ANALISIS BIAYA SATUAN PELAYANAN DI UNIT HEMODIALISIS RUMAH SAKIT UMUM METHODIST MEDAN TAHUN 2006

Nama Mahasiswa : Yohan Pranata

Nomor Pokok : 037013017

Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Konsentrasi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. dr. Harun Rasyid Lubis, Sp.PD.KGH) Ketua

(Syahyunan, SE, M.Si) Anggota

(Drs. Syamsul Bahri TRB, Ak, MM) Anggota

Ketua Program Studi,

(Dr. Drs. Surya Utama, MS)

Direktur,

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)

Tanggal lulus: 27 Februari 2008

Universitas Sumatera Utara

Page 4: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Telah diuji pada

Tanggal : 27 Februari 2008

PANITIA PENGUJI TESIS:

Ketua : Prof. dr. Harun Rasyid Lubis, Sp.PD.KGH

Anggota : 1. Syahyunan, SE, M.Si

2. Drs. Syamsul Bahri TRB, Ak, MM

3. Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, M.Si

4. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si

Universitas Sumatera Utara

Page 5: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

PERNYATAAN

ANALISIS BIAYA SATUAN PELAYANAN DI UNIT HEMODIALISIS RUMAH SAKIT UMUM METHODIST MEDAN TAHUN 2006

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Februari 2008

(Yohan Pranata)

Universitas Sumatera Utara

Page 6: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

ABSTRAK

Banyak faktor yang merupakan ukuran keberhasilan manajemen rumah sakit. Salah satu faktor tersebut adalah masalah pembiayaan yang harus diatur oleh manajemen rumah sakit sehingga terdapat keseimbangan antara pendapatan dan biaya. Dalam hal ini penentuan tarif yang rasional yang berdasarkan biaya satuan menjadi penting. Dalam perhitungan biaya satuan dapat diketahui berapa persen investasi gedung, mesin hemodialisis, peralatan medis lain, peralatan non medis, biaya bahan habis pakai/obat, honorarium supervisor medis, insentif perawat, berapa persen biaya pemeliharaan dan operasional dan lain-lain yang berguna untuk menentukan kebijakan tarif pelayanan hemodialisis apakah bersubsidi sebagai salah satu satu fungsi sosial rumah sakit atau mengambil profit yang besarnya sesuai dengan kebijakan manajemen. Tujuan penelitian ini adalah menghitung biaya satuan, komponen yang terkait dalam biaya satuan pelayanan Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan serta membandingkannya dengan tarif yang berlaku saat ini. Objek penelitian adalah data rekam medik di Unit Hemodialisis, data keuangan yang berhubungan dengan pelayanan Unit Hemodialisis, data tentang peralatan, gedung serta unit lainnya dan data tentang unit penunjang yang terkait dengan Unit Hemodialisis periode Januari 2006 sampai Desember 2006. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan penerapan analisis biaya dengan menggunakan metode distribusi ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan pentarifan Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan dilakukan tidak mengacu kepada kaidah ekonomi kesehatan yang berlaku, khususnya tidak dilakukan dengan menggunakan metode analisis biaya satuan. Walaupun biaya satuan yang didapat lebih kecil dari tarif hemodialisis yang berlaku di rumah sakit, tetapi secara keseluruhan Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan tidak dapat memenuhi total financial requirements atau defisit, karena kebijakan pemberian potongan harga kepada pasien-pasien kurang mampu sebagai wujud fungsi sosial rumah sakit yang berbasis keagamaan. Dengan perhitungan berbasis biaya yaitu biaya satuan yang didapat tarif hemodialisis yang berlaku sekarang masih memberikan profit. Margin profit untuk single use 15,57% dan reuse 2,58%.

Untuk itu disarankan agar pihak manajemen RSU Methodist Medan dapat lebih selektif dalam memberikan potongan harga dengan menerapkan ketentuan dan kriteria yang lebih ketat, menentukan tarif pelayanan hemodialisis yang baru berdasarkan analisis biaya satuan terutama tarif hemodialisis reuse yang margin profitnya sangat sedikit, atau dengan tarif lama tetapi meningkatkan efisiensi pemakaian mesin hemodialisis.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Kata Kunci: Analisis Biaya, Biaya Satuan, Deskriptif, Metode Distribusi Ganda, Tarif.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

ABSTRACT

Many factors can be used as measurement of success of a hospital management. One of them is financing which has to be controlled by the hospital management to balance cost and revenue. In this context, the determination of a rational tariff based on unit price becomes necessary. Unit cost calculation helps find out the percentage of building investment, haemodialysis machines, other medical instruments, non-medical instruments, consumable goods/medications, medical supervisor stipend, nurse insentive, maintenance and operational cost and so forth which is useful to determine the tariff of haemodialysis service whether it is subsidized as one of the social functions of the hospital or profit is taken in accordance with the policy of the hospital management.

The purpose of this descriptive study applying cost analysis with double distribution method is to calculate the unit cost and the component included in the unit cost of Haemodialysis Unit service of Methodist General Hospital Medan and compare it with the currently existing price. The data for this study were obtained from the medical record available in the Haemodialysis Unit, the financial reports related to the service provided by the Haemodialysis Unit, the instrument, building and other unit records, and the record of supporting unit related to Haemodialysis Unit for the period of January to December 2006.

The result of this study reveals that the application of tariff policy in Haemodialysis Unit of Methodist General Hospital is not based on the health economy norms, especially the unit cost analysis method. Even though the unit cost calculated is smaller than the haemodialysis currently existing tariff in the hospital, but aggregately the Haemodialysis Unit of Methodist General Hospital Medan cannot meet the total financial requirements or in other words, deficit, because of the hospital management policy to give discount to poor patients as a materialization of their religion-based social function. With cost-based calculation, the currently existing haemodialysis tariff can still bring profit. The profit margin for single use is 15,57% and for reuse 2,58%.

It is suggested that the management of Methodist General Hospital Medan be more selective in giving discount by applying the stricter terms and conditions and criteria, determining a new unit-cost-based tariff for haemodialysis service especially for the reuse haemodialysis whose profit margin is very small or applying the old tariff but increasing the efficiency use of haemodialysis machines. Keywords: Cost Analysis, Unit Cost, Descriptive, Double Distribution Method,

Tariff.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha

Pengasih atas rahmat dan karuniaNya yang begitu besar sehingga tesis yang berjudul:

�Analisis Biaya Satuan Pelayanan di Unit Hemodialisis Rumah Sakit Umum

Methodist Tahun 2006� ini dapat diselesaikan.

Penulisan tesis ini merupakan persyaratan dalam penyelesaian pendidikan

Magister Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Konsentrasi Administrasi Rumah

Sakit pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Selama proses penelitian ini penulis banyak mendapatkan dukungan dari

berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sumono, MS., sebagai Pembantu Rektor I Universitas

Sumatera Utara Medan.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc., sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS., sebagai Ketua Program Studi Administrasi

dan Kebijakan Kesehatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Medan.

4. Bapak Prof. dr. Harun Rasyid Lubis, Sp.PD.KGH., sebagai Ketua Pembimbing

yang telah memberikan banyak masukan pada penulisan tesis ini.

5. Bapak Syahyunan, SE, MSi., selaku Pembimbing II yang telah banyak membantu

penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

6. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, Ak, MM., selaku Pembimbing III yang telah

banyak membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

7. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, MSi dan Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi.,

selaku Penguji I dan II.

8. Alm. Prof. dr. Harwinta F. Eyanoer, MSc, MPH, Dr.PH., yang semasa hidup

almarhum banyak memberikan bimbingan kepada penulis dan Bapak Drs. Amru

Nasution, M.Kes yang terus memberikan dorongan kepada penulis dalam

menyelesaikan tesis ini.

9. Seluruh Staf dan Pegawai Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

10. Ibu Kurniati Djuang, Ketua Yayasan dan seluruh anggota Yayasan Rumah Sakit

Gereja Methodist Indonesia Gloria dan jajaran Direksi RSU Methodist Medan

terutama dr. S. Tanizar selaku Direktur, dr. Leo Elmansyah mantan Direktur dan

dr. Hendra W. Djuang, MARS sebagai Wakil Direktur Pelayanan Medis, beserta

seluruh staf dan pegawai yang telah memberikan dukungan, bantuan dan

dorongan dalam menyelesaikan studi ini.

11. Seluruh keluarga penulis, terutama kedua orang tua (Ayah Surya Pranata dan Ibu

Joliana), Istri (Parida Lautan) dan Anak tercinta (Hanny Putri) yang senantiasa

dengan sabar memberi semangat, perhatian, motivasi dan doa selama masa studi

sehingga penulis tetap bersemangat dalam menyelesaikan studi ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

12. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Program Magister Administrasi dan Kebijakan

Kesehatan Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit yang telah saling memberikan

semangat dan dorongan dalam menyelesaikan studi ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih

memerlukan koreksi serta lanjutan penelitian agar nantinya dapat memberikan

kontribusi yang berarti di bidang pengelolaan Administrasi Rumah Sakit khususnya

dan ilmu pengetahuan umumnya.

Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang membalas segala

kebaikan Bapak, Ibu dan Saudara-saudara dengan berlipat ganda. Amin.

Medan, Februari 2008

Penulis

Universitas Sumatera Utara

Page 12: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

RIWAYAT HIDUP

Nama : Yohan Pranata

Tempat/Tanggal Lahir : Batang Kuis, 31 Desember 1956

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Kirana No. 38 Medan

Ayah : Surya Pranata

Ibu : Joliana

Istri : Parida Lautan

Anak : Hanny Putri

Profesi/Jabatan : 1. Dokter

2. Wakil Direktur Administrasi dan Keuangan RSU Methodist Medan

3. Koordinator Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan

Organisasi Profesi : IDI

Riwayat Pendidikan :

1. 1964-1969 : SD Perguruan Kristen Methodist-2 Medan

2. 1970-1972 : SMP Perguruan Kristen Methodist-2 Medan

3. 1973-1975 : SMA Prayatna Medan

4. 1977-1984 : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan

5. 1990 : Latihan Kerja �Hemodialisis� di RS PGI Tjikini Jakarta

Riwayat Pekerjaan :

1. 1985-1999 : Staf Dokter Jaga RSU Methodist Medan

2. 2000-sekarang : Wakil Direktur Administrasi dan Keuangan RSU

Methodist Medan

3. 2003-sekarang : Koordinator Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan

Universitas Sumatera Utara

Page 13: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK...................................................................................................... i ABSTRACT .................................................................................................... ii KATA PENGANTAR .................................................................................. iii RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... vi DAFTAR ISI ................................................................................................. vii DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiii BAB I : PENDAHULUAN .................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................. 1 1.2 Perasalahan ...................................................................... 8 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................ 9 1.4 Hipotesis .......................................................................... 9 1.5 Manfaat Penelitian ........................................................... 9

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 10

2.1 Pelayanan Hemodialisis ................................................... 10 2.2 Aspek Ekonomi Pelayanan Kesehatan............................. 15 2.3. Pengertian Biaya .............................................................. 17 2.4. Jenis Biaya ....................................................................... 18 2.5. Analisis Biaya .................................................................. 21 2.6. Biaya Satuan (Unit Cost) ................................................. 24 2.7. Biaya Kesempatan ........................................................... 26 2.8. Biaya Penyusutan (Depreciation Cost)............................ 26 2.9. Pusat Biaya (Cost Center) dalam Pelayanan Kesehatan.. 27

2.9.1. Pengertian Pusat Biaya ....................................... 27 2.9.2. Pusat Biaya Sistem Rumah Sakit ........................ 28

2.10. Tarif Pelayanan ............................................................... 28 2.10.1. Pengertian Tarif Pelayanan Kesehatan ............... 28 2.10.2. Kebutuhan terhadap Pelayanan Kesehatan.......... 29 2.10.3. Tujuan Penetapan Tarif ....................................... 31 2.10.4. Strategi Penetapan Tarif .................................... 33 2.10.5. Langkah-langkah Penetapan Tarif ...................... 35

2.11. Landasan Teori................................................................. 37 2.12. Kerangka Pikir................................................................. 40 2.13. Kerangka Konsep ............................................................ 41

Universitas Sumatera Utara

Page 14: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

BAB III : METODE PENELITIAN ...................................................... 42 3.1. Jenis Penelitian................................................................. 42 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................... 43 3.3. Metode Pengumpulan Data.............................................. 43 3.4. Definisi Operasional ........................................................ 44 3.5. Metode Analisis Data ...................................................... 46

BAB IV : HASIL PENELITIAN............................................................. 50

4.1. Profil Umum RSU Methodist Medan .............................. 50 4.1.1 Sejarah Perkembangan. ....................................... 50 4.1.2 Falsafah, Visi dan Misi........................................ 51 4.1.3 Struktur Organisasi .............................................. 52 4.1.4. Jenis Pelayanan ................................................... 54 4.1.5. Ketenagaan/Sumber Daya Manusia (SDM).... 57 4.1.6. Tarif Hemodialisis ............................................... 58 4.1.7. Produk Pelayanan Unit Hemodialisis.................. 59

4.2. Mekanisme Perhitungan Biaya Satuan ............................ 60 4.2.1 Biaya Langsung................................................... 61 4.2.2 Biaya Tidak Langsung ........................................ 74 4.2.3. Biaya Total .......................................................... 81 4.2.4. Biaya Satuan ..................................................... 83

BAB V : PEMBAHASAN ...................................................................... 84

5.1. Pendapatan Unit Pelayanan Hemodialisis RSU Methodist Medan ............................................................. 84

5.2. Total Financial Requirements Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan ............................................................ 86

5.3. Biaya Satuan Versus Tarif ............................................... 86 BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 88

6.1. Kesimpulan ..................................................................... 88 6.2. Saran ................................................................................ 90

DAFTAR PUSTAKA 92

Universitas Sumatera Utara

Page 15: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Jumlah Pelayanan Hemodialisis di RSU Methodist Medan Tahun 2003 � 2006 ................................................................ 4 1.2 Perbandingan Tarif Hemodialisis di RSU Methodist Medan dengan Rumah Sakit Lain di Kota Medan Tahun 2006 ........ 7 2.1 Berbagai Jenis Terapi Pengganti ........................................... 10 3.1 Contoh Pembuatan Spreadsheet Metode Distribusi Ganda

dengan Dasar Alokasi Variabel - 01 ...................................... 48 4.1 Distribusi Tempat Tidur RSU Methodist Medan Tahun 2006........................................................................................ 55 4.2. Data Kegiatan Pelayanan RSU Methodist Medan Januari � Desember 2006....................................................................... 57 4.3. Klasifikasi Ketenagaan RSU Methodist Medan Tahun 2006 58 4.4. Tarif Pelayanan Hemodialisis RSU Methodist Medan 2006 . 59 4.5. Jumlah Pelayanan Hemodialisis di RSU Methodist Medan Tahun 2006............................................................................. 59 4.6. Distribusi Luas Lantai di RSU Methodist Medan Tahun 2006........................................................................................ 62 4.7 Data Biaya Penyusutan Gedung RSU Methodist Medan Tahun 2006............................................................................. 63 4.8 Data Distribusi Pemakaian Listrik di Masing-Masing Unit Kerja di RSU Methodist Medan Tahun 2006 ........................ 64 4.9 Data Biaya Penyusutan Peralatan Medis Lain RSU Methodist Medan Tahun 2006 66 4.10 Data Biaya Penyusutan Peralatan Non-Medis RSU Methodist Medan Tahun 2006 ............................................... 67

Universitas Sumatera Utara

Page 16: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

4.11 Daftar Gaji Personel Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan Tahun 2006 ................................................................ 67 4.12 Biaya Tetap Unit Hemodialisis RSU Methodist Selama Tahun 2006............................................................................. 68 4.13 Data Distribusi Biaya Pemakaian Listrik di RSU Methodist Medan Tahun 2006 ................................................................ 69 4.14 Data Distribusi Pemakaian Air di Masing-Masing Unit Pelayanan di RSU Methodist Medan Tahun 2006................. 70 4.15 Bahan Habis Pakai dalam Proses Sekali Hemodialisis Tahun 2006........................................................................................ 71 4.16 Data distribusi Cucian RSU Methodist Medan Tahun 2006.. 73 4.17 Biaya Variabel Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan Tahun 2006............................................................................. 73 4.18 Biaya Langsung Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan Tahun 2006............................................................................. 74 4.19 Alokasi Biaya Penyusutan Gedung dari Unit-unit Penunjang ke Unit Hemodialisis RSU Metodist Medan Tahun 2006 ..... 76 4.20 Alokasi Biaya Penyusutan Peralatan Medis Lain dari Unit Penunjang ke Unit Hemodialisis Tahun 2006........................ 76 4.21 Alokasi Biaya Penyusutan Peralatan Non-Medis dari Unit penunjang ke Unit Hemodialisis Tahun 2006........................ 77 4.22 Data Distribusi Gaji Berdasarkan Jumlah Pegawai di RSU Methodist Medan Tahun 2006 ............................................... 78 4.23 Alokasi Biaya Gaji Pegawai dari Unit penunjang ke Unit Hemodialisis Tahun 2006 ...................................................... 78

Universitas Sumatera Utara

Page 17: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

4.24 Alokasi Biaya Listrik dari Unit Penunjang ke Unit Hemodialisis Tahun 2006 ...................................................... 79 4.25 Alokasi Biaya Air dari Unit Penunjang ke Unit Hemodialisis Tahun 2006............................................................................. 80

4.26 Alokasi Biaya Tidak Langsung dari Unit-Unit Penunjang ke

Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan Tahun 2006 ........ 81 4.27. Biaya Total Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan Tahun 2006............................................................................. 82 5.1 Pendapatan yang Seharusnya Unit Pelayanan Hemodialisis RSU Methodist Medan, Periode Januari 2006 �

Desember 2006....................................................................... 84 5.2 Pendapatan yang Sebenarnya Unit Hemodialisis RSU Methodist yang Diperoleh dari Laporan Keuangan Rumah Sakit Selama Tahun 2006....................................................... 85

Universitas Sumatera Utara

Page 18: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 2.1 Kerangka Konsep ................................................................... 41 4.1. Struktur Organisasi RSU Methodist Medan ......................... 53

Universitas Sumatera Utara

Page 19: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Alokasi Penyusutan Gedung ..................................................... 96

2. Alokasi Penyusutan Peralatan Medis Lain................................ 97

3. Alokasi Penyusutan Peralatan Non Medis ................................ 98

4. Alokasi Gaji Pegawai ............................................................... 99

5. Alokasi Biaya Listrik ................................................................ 100

6. Alokasi Biaya Air...................................................................... 101

Universitas Sumatera Utara

Page 20: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

ABSTRAK

Banyak faktor yang merupakan ukuran keberhasilan manajemen rumah sakit. Salah satu faktor tersebut adalah masalah pembiayaan yang harus diatur oleh manajemen rumah sakit sehingga terdapat keseimbangan antara pendapatan dan biaya. Dalam hal ini penentuan tarif yang rasional yang berdasarkan biaya satuan menjadi penting. Dalam perhitungan biaya satuan dapat diketahui berapa persen investasi gedung, mesin hemodialisis, peralatan medis lain, peralatan non medis, biaya bahan habis pakai/obat, honorarium supervisor medis, insentif perawat, berapa persen biaya pemeliharaan dan operasional dan lain-lain yang berguna untuk menentukan kebijakan tarif pelayanan hemodialisis apakah bersubsidi sebagai salah satu satu fungsi sosial rumah sakit atau mengambil profit yang besarnya sesuai dengan kebijakan manajemen. Tujuan penelitian ini adalah menghitung biaya satuan, komponen yang terkait dalam biaya satuan pelayanan Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan serta membandingkannya dengan tarif yang berlaku saat ini. Objek penelitian adalah data rekam medik di Unit Hemodialisis, data keuangan yang berhubungan dengan pelayanan Unit Hemodialisis, data tentang peralatan, gedung serta unit lainnya dan data tentang unit penunjang yang terkait dengan Unit Hemodialisis periode Januari 2006 sampai Desember 2006. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan penerapan analisis biaya dengan menggunakan metode distribusi ganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan pentarifan Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan dilakukan tidak mengacu kepada kaidah ekonomi kesehatan yang berlaku, khususnya tidak dilakukan dengan menggunakan metode analisis biaya satuan. Walaupun biaya satuan yang didapat lebih kecil dari tarif hemodialisis yang berlaku di rumah sakit, tetapi secara keseluruhan Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan tidak dapat memenuhi total financial requirements atau defisit, karena kebijakan pemberian potongan harga kepada pasien-pasien kurang mampu sebagai wujud fungsi sosial rumah sakit yang berbasis keagamaan. Dengan perhitungan berbasis biaya yaitu biaya satuan yang didapat tarif hemodialisis yang berlaku sekarang masih memberikan profit. Margin profit untuk single use 15,57% dan reuse 2,58%.

Untuk itu disarankan agar pihak manajemen RSU Methodist Medan dapat lebih selektif dalam memberikan potongan harga dengan menerapkan ketentuan dan kriteria yang lebih ketat, menentukan tarif pelayanan hemodialisis yang baru berdasarkan analisis biaya satuan terutama tarif hemodialisis reuse yang margin profitnya sangat sedikit, atau dengan tarif lama tetapi meningkatkan efisiensi pemakaian mesin hemodialisis.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Kata Kunci: Analisis Biaya, Biaya Satuan, Deskriptif, Metode Distribusi Ganda, Tarif.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

ABSTRACT

Many factors can be used as measurement of success of a hospital management. One of them is financing which has to be controlled by the hospital management to balance cost and revenue. In this context, the determination of a rational tariff based on unit price becomes necessary. Unit cost calculation helps find out the percentage of building investment, haemodialysis machines, other medical instruments, non-medical instruments, consumable goods/medications, medical supervisor stipend, nurse insentive, maintenance and operational cost and so forth which is useful to determine the tariff of haemodialysis service whether it is subsidized as one of the social functions of the hospital or profit is taken in accordance with the policy of the hospital management.

The purpose of this descriptive study applying cost analysis with double distribution method is to calculate the unit cost and the component included in the unit cost of Haemodialysis Unit service of Methodist General Hospital Medan and compare it with the currently existing price. The data for this study were obtained from the medical record available in the Haemodialysis Unit, the financial reports related to the service provided by the Haemodialysis Unit, the instrument, building and other unit records, and the record of supporting unit related to Haemodialysis Unit for the period of January to December 2006.

The result of this study reveals that the application of tariff policy in Haemodialysis Unit of Methodist General Hospital is not based on the health economy norms, especially the unit cost analysis method. Even though the unit cost calculated is smaller than the haemodialysis currently existing tariff in the hospital, but aggregately the Haemodialysis Unit of Methodist General Hospital Medan cannot meet the total financial requirements or in other words, deficit, because of the hospital management policy to give discount to poor patients as a materialization of their religion-based social function. With cost-based calculation, the currently existing haemodialysis tariff can still bring profit. The profit margin for single use is 15,57% and for reuse 2,58%.

It is suggested that the management of Methodist General Hospital Medan be more selective in giving discount by applying the stricter terms and conditions and criteria, determining a new unit-cost-based tariff for haemodialysis service especially for the reuse haemodialysis whose profit margin is very small or applying the old tariff but increasing the efficiency use of haemodialysis machines. Keywords: Cost Analysis, Unit Cost, Descriptive, Double Distribution Method,

Tariff.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada mulanya rumah sakit di Indonesia banyak didirikan dengan tujuan sosial

tanpa terlalu mempertimbangkan segi ekonominya. Pada masa itu kebanyakan rumah

sakit mendapat subsidi dari pemerintah maupun dari badan misi sosial keagamaan

baik dari dalam negeri maupun bantuan dari luar negeri. Fungsi sosial berarti bahwa

sebuah rumah sakit harus melayani pasien atas dasar kebutuhan mediknya dan tidak

berdasarkan kemampuan pasien untuk membayar. Sedangkan fungsi ekonomi berarti

rumah sakit harus memikirkan keuntungan dengan melaksanakan manajemennya,

termasuk manajemen keuangan dan pembiayaannya mengikuti kaidah-kaidah

ekonomi dengan memperhitungkan biaya yang realistik dan rasional.

Rumah sakit sebagai institusi kesehatan terikat PERMENKES No. 378 Tahun

1993 yang mengatur tentang pelayanan fungsi sosial rumah sakit swasta. Di dalam

peraturan tersebut telah tertuang beberapa ketentuan yang harus dijalankan oleh

rumah sakit sebagai sarana kesehatan umum dalam menjalankan usahanya. Bahwa

rumah sakit wajib menjalankan fungsi sosialnya, seperti pengaturan tarif pelayanan

dengan memberikan keringanan atau pembebasan pelayanan kesehatan bagi

masyarakat yang kurang mampu dan pelayanan gawat darurat 24 jam tanpa

mensyaratkan uang muka, tetapi mengutamakan kesehatan (Depkes RI, 1997).

Universitas Sumatera Utara

Page 24: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Dalam perkembangannya rumah sakit di samping menjalankan fungsi sosial

juga menjalankan fungsi ekonomis sekaligus. Dengan demikian untuk

mempertahankan operasional rumah sakit, maka rumah sakit harus mencari

keseimbangan antara fungsi sosial dan fungsi ekonomi (Gani, 2002). Bahkan sejak

tahun 2000 sudah 13 Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) menjadi Rumah Sakit

Perusahaan Jawatan (RS Perjan) dan tiga Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

menjadi Perseroan Terbatas (PT) di Jakarta yang mengarah pada business oriented

sebagai Badan Usaha Milik Negara atau Daerah (BUMN/BUMD). Ini sebenarnya

bertentangan dengan dengan Pasal 34 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 yang

menyatakan bahwa �Negara bertanggung jawab atas persediaan fasilitas pelayanan

kesehatan dan fasilitas umum yang layak� (Kusnadi, 2006). Rumah sakit di Kota

Medan milik pemerintah seperti Rumah Sakit Pirngadi, milik Pemerintah Daerah

Kota Medan dan Rumah Sakit Adam Malik, milik Pemerintah Pusat juga telah

berubah status menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dan Badan Layanan

Umum Pusat (BLUP), diharapkan bisa swakelola dan swadana dalam menjalankan

fungsinya.

Rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat umum

dituntut untuk dapat menghadapi tantangan persaingan bebas rumah sakit dengan

memberikan pelayanan yang baik, efisien, efektif dan tarif yang sesuai (rasional).

Masalah pembiayaan yang penting dan harus diatur oleh manajemen rumah

sakit adalah keseimbangan antara pendapatan dan biaya, sehingga diketahui apakah

rumah sakit itu dalam keadaan untung, kembali modal atau rugi. Hal lain yang

berkaitan dengan pembiayaan rumah sakit adalah dilema subsidi dan survival. Di satu

Universitas Sumatera Utara

Page 25: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

sisi rumah sakit ingin menyediakan pelayanan yang murah bagi pasien, tetapi disisi

lain rumah sakit perlu survive. Dalam hal ini penentuan tarif yang optimal menjadi

sangat penting. Di mana �tarif optimal� adalah tarif yang masih �sanggup dibayar�

oleh masyarakat, akan tetapi masih �dapat ditoleransi� bagi kemampuan rumah sakit.

Dalam menghadapi era globalisasi yang juga merambah ke sektor kesehatan,

manajemen rumah sakit harus menyadari adanya persaingan dalam memberikan

pelayanan yang baik, efisien, efektif dan tarif yang rasional. Manajemen rumah sakit

mengalami proses perubahan yang sangat dipengaruhi oleh pemerintah, investor baik

lokal maupun asing, masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan dan industri

perasuransian sebagai faktor pembiayaan. Jadi pembiayaan rumah sakit berasal dari

berbagai sumber seperti dibiayai sendiri oleh pasien, asuransi kesehatan, bantuan

pemerintah, bantuan asing serta dana-dana masyarakat.

Rumah sakit yang merupakan industri jasa, bila ingin tetap bertahan dan

berkembang haruslah dapat mengupayakan agar biaya yang dikeluarkan untuk

pelayanan kesehatan dapat dilampaui oleh pendapatan dari pelayanan yang diberikan.

Dengan perkataan lain sedapat mungkin diusahakan semua unit kegiatan rumah sakit

yang merupakan pusat pendapatan, termasuk Unit Hemodialisis, dapat ditingkatkan

dan yang merupakan pusat biaya harus mengalami efisiensi agar tidak menjadi beban

subsidi rumah sakit.

RSU Methodist Medan sejak tahun 2003 sudah mulai merintis pelayanan Unit

Hemodialisis dengan 2 (dua) unit mesin hemodialisis. Dari tahun ke tahun pelayanan

hemodialisis di RSU Methodist Medan menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat

dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Tabel 1.1. Jumlah Pelayanan Hemodialisis di RSU Methodist Medan Tahun 2003 � 2006

Tahun No Bulan

2003 2004 2005 2006 1 Januari - 7 30 67 2 Februari - 10 25 62 3 Maret - 28 49 75 4 April - 30 57 78 5 Mei - 30 61 100 6 Juni - 25 71 100 7 Juli - 40 79 125 8 Agustus - 12 81 144 9 September - 18 91 123 10 Oktober - 30 84 160 11 November - 24 82 146 12 Desember 1 30 67 131

Jumlah 1 284 777 1.311

Dari jumlah pelayanan hemodialisis tahun 2006 di RSU Methodist Medan

yang berjumlah 1.311 kali pelayanan hemodialisis sebanyak 18 kali merupakan single

use sedangkan sisanya sebesar 1.293 kali merupakan reused.

Pada tahun 2006 Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan sudah memiliki 4

(empat) unit mesin hemodialisis. Jumlah ini sudah bertambah dibandingkan tahun

2003 yang hanya memiliki 2 unit mesin hemodialisis.

Unit Pelayanan Hemodialisis (cuci darah) merupakan salah satu pelayanan

yang cukup mahal, karena sangat dipengaruhi harga medical supply, obat dan bahan

habis pakai, yang sangat dipengaruhi oleh krisis moneter yang terjadi saat ini.

Tarif hemodialisis merupakan suatu elemen yang amat esensial bagi rumah

sakit yang tidak dibiayai penuh oleh pemerintah atau pihak ketiga. Rumah sakit

swasta, baik yang bersifat mencari laba maupun yang nirlaba harus mampu

Universitas Sumatera Utara

Page 27: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

mendapatkan biaya atau keuntungan untuk membiayai segala aktivitasnya dan untuk

dapat terus memberikan pelayanan kepada masyarakat. Rumah sakit pemerintah yang

tidak mendapatkan dana yang memadai untuk memberikan pelayanan secara cuma-

cuma kepada masyarakat, juga harus menentukan tarif pelayanan yang rasionil

supaya bisa bertahan.

Di Indonesia, praktis seluruh rumah sakit, baik itu rumah sakit pemerintah,

rumah sakit perusahaan ataupun rumah sakit swasta harus mencari dana yang

memadai untuk membiayai pelayanannya.

Setiap rumah sakit akan menetapkan tarif unit pelayanan sesuai dengan

misinya masing-masing. Akan tetapi ada pertimbangan yang relatif sama di dalam

penetapan tarif tersebut yaitu mendapatkan pendapatan yang mencukupi untuk

menjalankan fungsi rumah sakit, baik dari sumber pengguna jasa maupun dari sumber

lain. Ada rumah sakit yang membutuhkan pendapatan untuk membeli bahan-bahan

habis pakai saja, dan ada rumah sakit yang membutuhkan pendapatan untuk segala

macam pengeluaran, termasuk keuntungan pemegang saham.

Pada era modernisasi ini biaya operasional dan investasi rumah sakit

senantiasa terus bertambah mahal. Rumah sakit dituntut untuk menyediakan fasilitas,

peralatan dan keahlian yang sesuai dengan pola penyakit yang makin canggih. Dalam

kenyataan memang ada segmen masyarakat yang mempunyai kebutuhan yang lebih

tinggi terhadap pelayanan dengan kualitas tinggi, terlepas dari kemungkinan bahwa

kebutuhan tersebut sebetulnya adalah induced demand atau tidak. Kenyataan ini

menyebabkan rumah sakit perlu memperhitungkan depresiasi investasi yang telah

Universitas Sumatera Utara

Page 28: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

dilakukan serta kemungkinan perlunya melakukan pengembangan dan peningkatan

kualitas di masa yang akan datang. Penyesuaian tarif adalah salah satu alternatif

menghadapi fenomena tersebut.

Pasar pelayanan kesehatan ternyata memiliki karakteristik tersendiri, yang

sering kali tidak dapat mengikuti kaedah pasar bebas. Misalnya, pemakai jasa sektor

kesehatan (pasien) selalu berada dalam posisi yang lemah untuk menentukan harga

pelayanan yang diberikan. Pasien pada umumnya tidak mengetahui apakah harga

pelayanan yang dibayarkan sesuai dengan nilai manfaat yang diterimanya. Selain itu,

pasien biasanya tidak pernah tahu dengan tepat jenis pelayanan kesehatan yang

diperlukannya.

Walaupun pasien berada dalam posisi yang lemah, pihak manajemen rumah

sakit tidak boleh semena-mena menentukan tarif yang akan dikenakan kepada pasien.

Rumah sakit harus mempunyai fungsi sosial terutama untuk golongan pasien yang

miskin tetapi membutuhkan pelayanan di rumah sakit. Tarif yang terlampau tinggi

akan membuat pasien merasa dirugikan dan mencari alternatif lain atau pindah ke

rumah sakit yang lain, sedangkan tarif yang terlalu murah akan mengakibatkan rumah

sakit mengalami kerugian atau bahkan membuat pasien berfikir bahwa pelayanan

yang diberikan di bawah standar, sehingga mereka tidak mau memanfaatkan

pelayanan tersebut. Semua ini menjadi dilema bagi pihak manajemen rumah sakit

karena akan mengurangi jumlah pasien yang memakai jasa pelayanan rumah sakit,

yang pada akhirnya akan memyebabkan pendapatan rumah sakit tidak mencukupi

untuk dapat mempertahankan pelayanan dengan standar mutu tertentu.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Dalam menetapkan tarif, umumnya rumah sakit menggunakan cara yang

praktis dan sederhana, serta dapat dilakukan dengan waktu yang singkat. Cara

tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor pesaing, sebagai contoh pemeriksaan foto

rontgen hampir seluruh rumah sakit swasta di Kota Medan menetapkan tarif yang

relatif sama padahal biaya investasi, utilitas dan biaya lain-lain berbeda-beda atau

dengan perkataan lain fixed cost dan variable cost-nya berbeda-beda. Dalam hal ini

tarif yang ditetapkan tidak dihitung berdasarkan biaya satuan pelayanan yang ada

pada rumah sakit tersebut. Demikian juga hal yang sama dalam menentukan tarif

hemodialisis di RSU Methodist Medan sebesar Rp. 600.000.- (enam ratus ribu

rupiah) per kali pelayanan hemodialisis untuk single use dan Rp. 520.000 (lima ratus

dua puluh ribu rupiah) per kali pelayanan hemodialisis untuk reused ditentukan hanya

dengan memperbandingkan dengan tarif hemodialisis rumah sakit lain yang setaraf

di Kota Medan.

Adapun perbandingan tarif hemodialisis di beberapa rumah sakit di Kota

Medan pada tahun 2006 adalah seperti pada Tabel 1.2 berikut ini:

Tabel 1.2. Perbandingan Tarif Hemodialisis di RSU Methodist Medan dengan Rumah Sakit Lain di Kota Medan Tahun 2006

Tarif Hemodialisis Per Kali Pelayanan

No Rumah Sakit Single Use (Rp)

Reused (Rp)

1 A -- 420.000,- 2 B 750.000,- 650.000,- 3 C 935.000,- 687.500,- 4 RSU Methodist Medan 600.000,- 520.000,-

Universitas Sumatera Utara

Page 30: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Keterangan:

a. Rumah Sakit A adalah Rumah Sakit Pemerintah. Tarif tersebut untuk Pasien Non

ASKES dan Non GAKIN.

b. Rumah Sakit B adalah Rumah Sakit Swasta berbentuk Yayasan Keagamaan.

c. Rumah Sakit C adalah Rumah Sakit Swasta berbentuk Perseroan Terbatas.

d. Rumah Sakit Methodist Medan adalah Rumah Sakit Swasta berbentuk Yayasan

Keagamaan.

Pelayanan Hemodialisis dapat berbentuk single use di mana dialyzer atau

ginjal buatan hanya dipakai sekali tetapi jika dalam bentuk reused, dialyzer bisa

dipakai berulang kali. Pada umumnya untuk reused, dialyzer dapat digunakan

sebanyak 5 kali.

Salah satu kesulitan dalam menetapkan tarif yang rasional adalah langkanya

informasi tentang biaya satuan pelayanan (unit cost).

1.2. Permasalahan

Permasalahan penelitian adalah apakah tarif pelayanan hemodialisis yang

berlaku sekarang di RSU Methodist Medan sudah mampu mendanai atau menutupi

biaya yang dikeluarkan di Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah tarif pelayanan

hemodialisis yang berlaku sekarang di RSU Methodist Medan sudah sesuai dengan

biaya satuan (unit cost) pelayanan yang dikeluarkan.

1.4. Hipotesis

Tarif hemodialisis yang berlaku cukup untuk membiayai total financial

requirements Unit Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Methodist Medan Tahun

2006.

1.5. Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak manajemen RSU

Methodist Medan dalam penetapan tarif pelayanan hemodialisis yang rasional

dan optimal yang berbasis biaya.

b. Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan dalam hal memberikan cara

dalam penetapan tarif pelayanan di rumah sakit berbasis biaya khususnya tarif

pelayanan hemodialisis dan tarif pelayanan kesehatan lainnya sehingga dapat

dikembangkan dan didapatkan formulasi yang lebih rasional dan optimal yang

dapat diterapkan di rumah sakit lainnya.

c. Menambah wawasan peneliti dan aplikasi di bidang manajemen rumah sakit,

khususnya mengenai penentuan biaya satuan unit hemodialisis di rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pelayanan Hemodialisis

Pada pasien penyakit ginjal dengan faal ginjal yang menurun atau yang masih

tersisa sudah sangat sedikit sehingga usaha-usaha pengobatan biasa yang berupa diet,

pembatasan minum, obat-obatan dan lain-lain tidak memberi pertolongan yang

diharapkan lagi, maka pasien perlu mendapat pengobatan atau terapi pengganti.

Keadaan pasien di mana faal ginjal sudah menurun, diukur dengan klirens kreatinin

(KK) yang tidak lebih dari 15 ml/menit. Keadaan ini disebut Gagal Ginjal Terminal

(GGT).

Penderita GGT, apapun etiologi penyakit ginjalnya, memerlukan pengobatan

khusus yang disebut pengobatan atau terapi pengganti. Pada Tabel 2.1 di bawah ini

dapat dilihat beberapa terapi pengganti yang lazim dilaksanakan dewasa ini.

Tabel 2.1. Berbagai Jenis Terapi Pengganti

No Berbagai Jenis Terapi Pengganti A Dialisis 1. Dialisis peritoneal (DP)

1.1. DP Intermiten (DPI) 1.2. DP Mandiri Berkesinambungan (DPMB) 1.3. DP Dialirkan Berkesinambungan (DPDB) 1.4. DP Nokturnal (DPN)

2. Hemoperfusi 3. Hemofiltrasi 4. Hemodialisis (HD)

B Transplantasi Ginjal (TG) 1. TG Donor Hidup (TGDH) 2. TG Donor Jenazah (TGDJ)

Sumber: Soeparman, 1990.

Universitas Sumatera Utara

Page 33: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Dari beberapa terapi pengganti di atas, hemodialisis sampai sekarang masih

merupakan pilihan utama (Soeparman, 1990).

Hemodialisis (cuci darah) diperlukan jika fungsi ginjal sudah sangat menurun

atau pada keadaan GGT. Pada keadaan ini ginjal tidak dapat lagi menyaring/

membuang racun, sisa pembakaran/metabolisme, mengatur keseimbangan garam

maupun cairan di dalam tubuh pasien. Dengan hemodialisis darah dibersihkan

melalui mesin dengan menggunakan dialyzer (ginjal buatan) dan cairan pembersih

khusus. Sewaktu �cuci darah�, sisa-sisa racun, sisa metabolisme dibuang dari tubuh,

garam dan cairan diseimbangkan sehingga tubuh menjadi normal kembali. Pasien

dengan gagal ginjal terminal perlu �cuci darah� 2-3 kali per minggu. Setiap kali cuci

darah butuh waktu rata-rata 4 jam. Pengobatan dengan proses hemodialisis tersebut

akan terus dibutuhkan jika pasien tidak menempuh proses pengobatan dengan

cangkok ginjal.

Dalam melaksanakan pelayanan hemodialisis dibutuhkan beberapa prasarana

dan sarana antara lain:

a. Fasilitas ruangan

1). Ruang Hemodialisis dengan segala perlengkapannya antara lain tempat tidur

pasien, mesin hemodialisis, trolley, timbangan berat badan, meja makan

pasien (overbad table), meja pasien (nakhas), meja perawat, kursi, kulkas

obat, lampu tindakan, tiang infus, lemari obat, kursi, tempat sampah, tempat

linen kotor dan lain sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

Page 34: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Demi kenyamanan pasien dan untuk mengusir kebosanan selama berlangsungnya

terapi hemodialisis, umumnya ruang hemodialisis dilengkapi dengan alat

pengatur suhu ruangan (AC) dan perangkat televisi.

2). Ruang Konsultasi Dokter.

3). Ruang Perawat.

4). Ruang Gudang Penyimpanan Consumable Goods.

5). Ruang Water Treatment di mana sistem pemurni air yang dipakai adalah

Reverse Osmosis (RO) dengan perangkat seperti tangki air, pompa air,

multimedia-filter, activated carbon, softener, tabung reverse osmosis, ultra-

violet filter, bacteria filter dan lain sebagainya. Air yang dihasilkan adalah air

murni yang bebas logam berat maupun bakteri yang sangat penting untuk

dipakai dalam proses hemodialisis di mana pada umumnya rata-rata

diperkirakan dibutuhkan sekitar 30 liter per jam.

6). Ruang reuse dialyzer di mana dialyzer yang sudah dipakai dibersihkan atau

diproses untuk dapat dipakai kembali pada pasien yang sama pada terapi

hemodialisis berikutnya.

7). Ruang Kamar Mandi (Pasien dan Perawat).

b. Bahan Habis Pakai (Consumable Goods) yang terdiri dari antara lain:

1). Dialyzer (ginjal buatan) dan blood-lines (selang darah).

2). Pada pasien GGT, hemodialisis dilakukan dengan mengalirkan darah

melalui selang darah kedalam dialyzer atau ginjal buatan yang terdiri dari dua

Universitas Sumatera Utara

Page 35: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

kompartemen. Kompartemen pertama adalah kompartemen darah yang

di dalamnya mengalir darah dibatasi oleh selaput semipermeable buatan

dengan kompartemen kedua berisi cairan untuk hemodialisis atau dialisat.

Melalui membrane inilah proses pembersihan darah pasien berlangsung.

3). Cairan dialisat merupakan cairan dengan komposisi khusus yang dipakai

dalam proses hemodialisis, yang terdiri dari cairan acetate dan bicarbonate.

Saat ini yang lebih banyak dipakai adalah bicarbonate dialysis, hemodialisis

dengan menggunakan cairan bicarbonate karena efek samping pasca

hemodialisis yang lebih minimal.

4). Bahan medis lain yang dibutuhkan seperti set infus, cairan infus, spuit, kapas

alkohol, kassa steril, cairan antiseptik (seperti bethadine solution), powder

antibiotic, plester micropore, band-aid (pelekat), verban gulung, sarung

tangan dan lain sebagainya.

c. Peralatan medis yang dapat dipakai ulang antara lain: klem, gunting, piala ginjal

(nierbeken), thermometer, alas perlak, senter, tourniquet, steteskop, mangkok,

gelas ukur, tensimeter, ECG monitor, tabung oksigen, kertas observasi, status

pasien, apron, masker, bantalan pasir berbagai ukuran dan lain sebagainya.

d. Untuk bahan linen dibutuhkan antara lain: selimut, sprei, sarung bantal, waslap,

handuk kecil, serbet tangan, dan sebagainya lainnya.

e. Untuk perawatan mesin diperlukan cairan desinfectant seperti Sodium

hypochloride 2.5%, Havox/Bayclin 5,25%, Citrosteril 3%, Puristeril 3%, Actril

0,7%, Citic Acid 50% (Fresenius Medical Care, 2001).

Universitas Sumatera Utara

Page 36: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Proses hemodialisis merupakan proses pelayanan kesehatan yang cukup rumit

sehingga diperlukan tenaga perawat khusus untuk melaksanakan pelayanan ini.

Di samping itu pelayanan hemodialisis (cuci darah) merupakan salah satu

pelayanan yang cukup mahal, karena sangat dipengaruhi harga medical supply, obat

dan bahan habis pakai, yang sangat dipengaruhi oleh krisis moneter yang terjadi saat

ini. Salah satu cara untuk mengurangi cost dalam pelayanan hemodialisis ini adalah

dengan cara reuse di mana dialyzer yang harganya cukup mahal tersebut dipakai

berulang kali. Ada juga pusat-pusat dialisis tertentu selain reuse dialyzer juga

melakukan reuse blood-lines. Reuse jelas dapat memberikan keuntungan secara

ekonomis (Brown, 2001).

Cara reuse dipakai dilebih dari 80% pusat-pusat dialysis di Amerika Serikat.

Proses pemakaian berulang dialyzer untuk pasien terbukti aman dan clearance

characteristics dialiyzer reuse tidak berubah jika proses pembersihan dializer

dilaksanakan dengan benar. Reuse selain menghemat biaya, juga dapat meningkatkan

biocompatibility dan mengurangi frekwensi first-use-syndrome pada pasien

hemodialisis (Pasten dan Bailey, 1998).

Ariono dalam penelitiannya: Analisis Biaya dan Alternatif Tarif Hemodialisis

di Unit Renal RSPAD Gatot Soebroto selama Tahun Anggaran 1997/1998

mendapatkan bahwa biaya satuan hemodialisis yang didapat dari analisis biaya lebih

tinggi dari tarif yang berlaku, sehingga diketahui selama Tahun Anggaran 1997/1998

sebenarnya terjadi defisit yang merupakan subsidi rumah sakit kepada pasien swasta.

Universitas Sumatera Utara

Page 37: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

2.2. Aspek Ekonomi Pelayanan Kesehatan

Tugas dan tanggung jawab manajemen berkisar pada perencanaan dan

pengawasan. Perencanaan mencakup penentuan serta penggarisan cara-cara

bagaimana tujuan akan dicapai. Pengawasan mencakup langkah-langkah maupun

metode-metode yang digunakan untuk menjamin pencapaian tujuan dimaksud. Agar

perencanaan dan pengawasan dapat dilaksanakan dengan baik, manajemen

memerlukan informasi-informasi mengenai kegiatan organisasi. Dari segi akuntansi

informasi yang diperlukan oleh manajer sering berupa biaya-biaya yang berkaitan

dengan kegiatan usaha (Tambunan, 2001).

Salah satu subsistem yang terdapat dalam sistem kesehatan ialah subsistem

pembiayaan kesehatan, maka untuk dapat memahami dengan lengkap sistem

kesehatan, perlulah dipahami pula tentang subsistem pembiayaan kesehatan tersebut.

Pembicaraan subsistem pembiayaan kesehatan ini juga tidak mudah. Sebagai

akibat dari luasnya pengertian sehat, maka yang termasuk dalam subsistem

pembiayaan kesehatan, mencakup bidang yang amat luas pula. Jika ditinjau dari

definisi sehat sebagaimana yang dirumuskan oleh WHO yang berbunyi: Sehat adalah

suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan

segala faktor keturunan dan lingkungan yang dipunyainya, maka pembiayaan

pembangunan perumahan dan atau pembiayaan pengadaan pangan, yang juga

memiliki dampak terhadap kesehatan, seharusnya turut pula diperhitungkan.

Universitas Sumatera Utara

Page 38: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Hanya saja, seperti juga pada subsistem pembiayaan kesehatan, peninjauan

yang luas seperti ini tidaklah mungkin dilakukan. Sesuai dengan disiplin ilmu yang

dimiliki, maka dalam membicarakan subsistem pembiayaan kesehatan, pembahasan

dibatasi hanya pada pembiayaannya untuk program kesehatan saja, yakni program-

program yang berhubungan erat dengan penerapan langsung ilmu dan tekhnologi

kedokteran.

Pada akhir-akhir ini, dengan makin kompleksnya pelayanan kesehatan serta

makin langkanya sumber dana yang tersedia, maka perhatian terhadap subsistem

pembiayaan kesehatan makin meningkat saja. Pembahasan tentang subsistem

pembiayaan kesehatan ini tercakup dalam suatu cabang ilmu khusus yang dikenal

dengan nama ekonomi kesehatan atau health economic (Azwar, 1988).

Dari aspek pembiayaan, secara makro dijumpai beberapa hal yang menarik

di mana didapati bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan suatu negara semakin

besar negara itu mengeluarkan biaya kesehatan, baik dilihat dari segi angka absolut

maupun relatif dari tingkat pendapatan negara tersebut (Sulastomo, 2003).

Pembiayaan rumah sakit yang semakin besar, sedangkan subsidi semakin

sedikit atau bahkan sama sekali tidak ada, menyebabkan rumah sakit harus

melakukan pengendalian biaya operasional seefektif mungkin dan menetapkan tarif

rasional berdasarkan perhitungan biaya satuan (unit cost).

Dalam menghadapi persaingan bebas, rumah sakit dituntut dapat memberikan

pelayanan yang baik, efisien, efektif dan tarif yang sesuai. Pelayanan Hemodialisis

(cuci darah) merupakan salah satu layanan yang cukup mahal, karena sangat

Universitas Sumatera Utara

Page 39: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

dipengaruhi harga medical supply, obat, dan bahan habis pakai. Untuk itu perlu

dilakukan penetapan tarif yang berbasis biaya.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 582/Menkes/SK/

1997 tentang Pola Tarif Rumah Sakit Pemerintah, telah ditetapkan bahwa tarif rumah

sakit pemerintah diperhitungkan atas dasar biaya satuan.

2.3. Pengertian Biaya

Untuk menghasilkan biaya suatu produk (output) diperlukan sejumlah input.

Biaya adalah nilai dari sejumlah input (faktor produksi) yang dipakai untuk

menghasilkan suatu produk (Gani, 1995). Output atau produk bisa berupa barang atau

jasa pelayanan kesehatan. Untuk menghasilkan pelayanan kesehatan di rumah sakit,

misalnya diperlukan sejumlah input yang antara lain berupa obat, alat kedokteran,

tenaga medis maupun non medis, listrik, gedung dan sebagainya.

Biaya juga sering diartikan sebagai nilai dari suatu pengorbanan untuk

memperoleh suatu output tertentu. Pengorbanan itu bisa berupa uang, barang, tenaga,

waktu, maupun kesempatan (Supriyono, 1999). Dalam analisis ekonomi nilai

kesempatan untuk memperoleh sesuatu yang hilang karena melakukan suatu kegiatan

juga dihitung sebagai biaya yang disebut dengan biaya kesempatan (opportunity

cost).

Universitas Sumatera Utara

Page 40: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

2.4. Jenis Biaya

Biaya dikelompokkan berdasarkan kriteria-kriteria untuk keperluan analisis

biaya. Klasifikasi biaya berdasarkan beberapa kriteria antara lain (Gani, 1995):

2.4.1. Berdasarkan pada Perubahan Jumlah Produk (Output)

a. Biaya tetap (fixed cost)

Biaya tetap adalah biaya yang secara relatif tidak dipengaruhi oleh

besarnya jumlah produksi (Sjaaf, 1994). Biaya ini harus tetap dikeluarkan

terlepas dari persoalan apakah pelayanan diberikan atau tidak. Contoh

biaya tetap adalah nilai dari gedung yang digunakan, nilai dari mesin

hemodialisis, nilai dari peralatan kedokteran lainnya, nilai peralatan non

medis, gaji personel dan sebagainya. Jadi dalam klasifikasi ini termasuk

barang-barang investasi, sehingga biaya tetap ini juga disebut biaya

investasi.

b. Biaya variabel (variable cost)

Biaya variabel adalah biaya yang besarnya dipengaruhi oleh banyaknya

output/produksi (Gani, 1996). Contoh yang termasuk dalam biaya variabel

adalah biaya listrik, biaya air, biaya bahan habis pakai/obat, biaya honor

supervisor medis, insentif perawat, biaya cucian dan sebagainya.

c. Biaya total (total cost)

Biaya total adalah jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel.

Universitas Sumatera Utara

Page 41: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

2.4.2. Berdasarkan Sifat Kegunaannya

a. Biaya investasi (invesment cost)

Biaya investasi adalah biaya yang kegunaannya dapat berlangsung dalam

waktu yang relatif lama. Biasanya batas waktu untuk biaya investasi

ditetapkan lebih dari satu tahun. Batas satu tahun ditetapkan atas dasar

kebiasaan bahwa anggaran biasanya direncanakan dan direalisir untuk satu

tahun. Biaya investasi ini biasanya berhubungan dengan pembangunan

atau pengembangan infrastruktur fisik dan kapasitas produksi. Contoh

yang termasuk dalam biaya investasi antara lain biaya pembangunan

gedung dan sebagainya (Shepard et al, 2000).

b. Biaya pemeliharaan

Biaya pemeliharaan adalah biaya yang fungsinya untuk mempertahankan

atau memperpanjang kapasitas barang investasi. Contoh biaya

pemeliharaan gedung, biaya pemeliharaan alat medik, biaya pemeliharaan

alat non medik (FKM UI, 1998).

c. Biaya operasional

Biaya operasional (operational cost) adalah biaya yang diperlukan untuk

melaksanakan, memfungsikan atau mengoperasikan barang investasi.

Termasuk dalam klasifikasi ini adalah gaji, biaya obat, biaya makan, biaya

alat tulis kantor biaya umum seperti listrik, air, telepon, perjalanan dan

lain-lain (FKM UI, 1998). Biaya operasional ini memiliki sifat habis pakai

Universitas Sumatera Utara

Page 42: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

dalam kurun waktu yang relatif singkat atau kurang dari satu tahun (Sjaaf,

2000). Antara biaya operasional dan biaya pemeliharaan dalam praktek

sering disatukan menjadi biaya operasional dan pemeliharaan

(Operational and Maintainance Cost).

2.4.3. Berdasarkan Fungsinya dalam Proses Produksi

Terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung. Konsep biaya lansung

(direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost) sering dipergunakan ketika

menghitung satuan (unit cost).

Biaya langsung adalah biaya yang secara jelas penggunaannya dilakukan

dalam suatu unit kegiatan tertentu sedangkan biaya tak langsung adalah biaya yang

penggunaannya dilakukan bukan di unit kegiatan yang bersangkutan (Sjaaf, 1994).

Dalam suatu unit usaha, misalnya di rumah sakit terdapat jenis kegiatan yaitu

unit produksi seperti rawat jalan, rawat inap, unit hemodialisis dan sebagainya dan

unit penunjang seperti instalasi gizi, bagian administrasi, bagian keuangan dan

sebagainya yang semua kegiatan ini memerlukan biaya dan saling menunjang untuk

berjalannya suatu kegiatan (Supriono, 1999).

Mengingat ada unit penunjang maka untuk menghitung biaya satuan

hemodialisis misalnya, biaya yang dihitung bukan saja biaya yang ada di unit

produksi yang secara langsung (direct) berkaitan dengan pelayanan (output), tetapi

harus dihitung juga biaya yang ada di unit penunjang meskipun biaya di unit

penunjang tidak secara langsung (indirect) berkaitan dengan pelayanan hemodialisis

tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 43: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Biaya-biaya yang dikeluarkan pada unit-unit yang langsung melayani pasien

disebut biaya langsung (direct cost).

Dengan demikian penggolongan biaya langsung dan biaya tidak langsung

didasarkan pada penempatan biaya tersebut, apakah biaya itu ditempatkan di unit

yang berhubungan dengan pelayanan (produk) secara langsung atau secara tidak

langsung.

2.5. Analisis Biaya

Analisis biaya adalah proses menata kembali data atau informasi yang ada

dalam laporan kuangan untuk memperoleh usulan biaya pelayanan rumah sakit.

Dengan perkataan lain analisis biaya merupakan pendistribusian biaya dari unit

pemeliharaan, unit operasional dan unit pelayanan umum lainnya ke bagian

perawatan, gawat darurat, atau pendapatan rumah sakit dari layanan yang diberikan

kepada pasien (Berman, 1996).

Analisis biaya lebih luas daripada penelusuran biaya, karena penelusuran

biaya hanya terbatas pada upaya mencari besarnya biaya layanan kesehatan di pusat

layanan kesehatan. Upaya ini dilakukan secara sederhana dengan metode

pengalokasian yaitu pemindahan biaya tidak langsung menjadi biaya langsung (Sjaaf,

1991)

Berman (1996) melengkapi dengan persyaratan dalam melakukan analisis

biaya, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Page 44: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

a. Harus dapat organogram rumah sakit yang menyatakan pusat-pusat

pertanggungjawaban.

b. Harus jelas identifikasi semua pusat biaya penunjang dan biaya produksi.

c. Harus ada sistem akuntansi yang dapat menyediakan data keuangan pada setiap

biaya.

d. Harus ada sistem yang memenuhi kebutuhan data non keuangan pada masing-

masing pusat biaya, sebagai dasar alokasi dari pusat biaya penunjang ke pusat

biaya produksi dan perhitungan biaya satuan pada pusat biaya produksi.

e. Metode perhitungan yang dipilih harus dapat dipergunakan sesuai dengan situasi

rumah sakit.

Dalam analisis biaya juga memiliki keterbatasan, seperti yang diungkapkan

Braganza (1982) dalam hal-hal sebagai berikut:

a. Asumsi tentang keseragaman

Dengan asumsi bahwa ukuran dasar alokasi yang dipergunakan untuk

mendistribusikan biaya asli dari pusat penunjang ke pusat biaya produksi adalah

seragam. Sebenarnya biaya untuk produk yang dihasilkan akan berbeda menurut

bentuk dan jenisnya, seperti perbedaan biaya antara makanan diet dan biasa, jenis

dan ukuran linen yang dicuci.

b. Tidak dapat memperhitungkan faktor kualitatif, seperti etos kerja yang dapat

berpengaruh pada efisiensi penggunaan biaya.

Universitas Sumatera Utara

Page 45: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

c. Idealnya pengambilan data dilakukan berdasarkan observasi pada masing-masing

pusat biaya, tetapi karena adanya keterbatasan waktu, biaya dan tenaga, maka

dasar alokasi berdasarkan luas lantai atau jumlah karyawan yang dianggap

memadai dalam mengalokasikan biaya (Isanov, 2003).

Salah satu hasil akhir analisis biaya adalah penghitungan biaya satuan. Dalam

memproduksi suatu output tertentu, misalnya pelayanan hemodialisis, diperlukan

dukungan dari unit-unit penunjang, maka biaya-biaya yang dikeluarkan di unit

penunjang tersebut perlu didistribusikan ke unit produksi. Dengan perkataan lain,

analisis biaya memerlukan distribusi biaya tidak langsung ke biaya-biaya langsung ini

dilakukan baik terhadap biaya operasional maupun biaya investasi.

Tehnik analisa biaya untuk rumah sakit dikembangkan secara khusus, oleh

karena sebagai suatu unit produksi jasa pelayanan kesehatan, rumah sakit mempunyai

keunikan.

a. Begitu banyak jenis input yang diperlukan, seperti berbagai jenis tenaga, obat,

bahan, makanan dan lain-lain.

b. Rumah sakit terdiri dari demikian banyak unit, dan antara unit-unit tersebut

terjadi tranfer jasa yang sangat kompleks.

c. Rumah sakit menghasilkan produk yang sangat banyak jenisnya.

Prinsip dasar analisis biaya rumah sakit adalah mendistribusikan biaya tidak

langsung ke pusat-pusat produksi di mana biaya langsung dikeluarkan. Maksudnya

adalah agar dalam perhitungan biaya satuan, biaya tidak langsung juga sudah

diperhitungkan.

Universitas Sumatera Utara

Page 46: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Di rumah sakit dalam konteks analisis biaya, yang disebut biaya tidak

langsung adalah biaya yang dikeluarkan pada pusat biaya penunjang, seperti direksi,

Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS), laundry dan lain-lain.

Sedangkan biaya langsung adalah biaya yang dikeluarkan di pusat biaya produksi,

yaitu unit-unit rumah sakit yang langsung melayani pasien.

Konsep biaya penyusutan penting diketahui dalam analisis biaya, terutama

dalam upaya menyebar biaya investasi pada beberapa satuan waktu. Sebagaimana

diketahui bahwa biaya yang timbul dari barang-barang investasi berlangsung untuk

dalam satu kurun waktu yang lama (lebih dari satu tahun). Padahal lazimnya analisis

biaya dilakukan untuk suatu kurun waktu tertentu, misalnya satu tahun anggaran.

Apabila analisis biaya dilakukan dalam satuan kurun waktu satu tahun anggaran,

maka perlu dicari nilai biaya investasi satu tahun. Nilai biaya investasi satu tahun ini

disebut nilai tahunan biaya investasi (Annualized Invesment Cost atau AIC).

2.6. Biaya Satuan (Unit Cost)

Biaya satuan adalah biaya yang dihitung untuk satu satuan produk

(pelayanan). Biaya satuan diperoleh dari biaya total (TC) dibagi jumlah produk (Q)

atau TC/Q. Dengan demikian dalam menghitung biaya satuan harus ditetapkan

terlebih dahulu besaran produk (cakupan pelayanan). Perdefinisi biaya satuan

seringkali disamakan dengan biaya rata-rata (average cost).

Universitas Sumatera Utara

Page 47: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Di rumah sakit misalnya, apakah satuan produk dihitung dalam satuan rawat

jalan atau dapat diperinci lagi. Penetapan besaran satuan produk itu dilakukan sesuai

dengan kebutuhan. Makin kecil satuan produk/pelayanan akan makin rumit dalam

menghitung biaya satuan.

Dengan melihat rumus biaya satuan (TC/Q) tersebut, maka jelas tinggi

rendahnya biaya satuan suatu produk tidak saja dipengaruhi oleh besarnya biaya total

tetapi juga dipengaruhi oleh besarnya produk atau pelayanan. Pada rumah sakit

penghitungan biaya satuan dengan rumus di atas banyak dipengaruhi oleh tingkat

utilisasi. Makin tinggi tingkat utilisasi akan makin kecil biaya satuan pelayanan.

Sebaliknya makin rendah tingkat utilisasi akan makin besar satuan pelayanan.

Biaya satuan ada 2 macam, yaitu:

a. Biaya satuan actual

Yaitu biaya yang dikeluarkan unit produksi pelayanan kesehatan untuk

menghasilkan satu output berdasarkan besaran produk pelayanan kesehatan.

b. Biaya satuan normative

Yaitu biaya yang diperlukan untuk menghasilkan satu jenis pelayanan kesehatan

menurut standar baku dengan melihat kapasitas dan utilitasnya.

Penetapan tarif yang rasional mutlak memerlukan informasi tentang biaya

satuan. Dalam kenyataan tidak mudah menghitung biaya satuan, antara lain karena

produk rumah sakit sangat banyak.

Universitas Sumatera Utara

Page 48: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

2.7. Biaya Kesempatan

Biaya kesempatan adalah biaya yang terjadi dari suatu kesempatan yang

hilang akibat melakukan suatu pilihan kegiatan. Setiap pilihan yag diambil akan

membawa resiko (biaya) untuk tidak menikmati pilihan lain yang tidak diambil.

Dengan kata lain, biaya kesempatan adalah biaya yang timbul akibat pengabaian

terhadap pilihan-pilihan yang tidak diambil.

Konsep biaya kesempatan biasanya dipakai dalam kaitan menghitung nilai

investasi suatu usaha. Misalnya di rumah sakit ada sejumlah dana yang akan

digunakan apakah untuk membeli stetoskop atau membeli tensimeter. Jika dana

tersebut diinvestasikan untuk membeli stetoskop, maka ada kesempatan yang hilang

yaitu tidak bisa menggunakan tensimeter. Sebaliknya bila dana tersebut digunakan

untuk membeli tensimeter maka ada kesempatan yang hilang yaitu tidak bisa

menggunakan stetoskop.

2.8. Biaya Penyusutan (Depreciation Cost)

Biaya penyusutan adalah biaya yang timbul akibat terjadinya pengurangan

nilai barang investasi (aset) sebagai akibat penggunaannya dalam proses produksi.

Setiap barang investasi yang dipakai dalam proses produksi akan mengalami

penyusutan nilai, baik karena makin usang atau karena mengalami kerusakan fisik.

Nilai penyusutan dari barang investasi seperti gedung, kendaraan, peralatan disebut

biaya penyusutan.

Universitas Sumatera Utara

Page 49: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Ada beberapa metode yang dipakai untuk menghitung penyusutan yaitu

metode garis lurus (straight line), metode saldo menurun (declining balance), jumlah

angka-angka tahun (sum of the years digit) dan metode unit produksi (unit of

production). Salah satu metode yang paling umum digunakan adalah penyusutan

menurut metode garis lurus di mana jumlah historis yang sama dikurangi setiap

tahun.

2.9. Pusat Biaya (Cost Center) dalam Pelayanan Kesehatan

2.9.1. Pengertian Pusat Biaya

Pusat biaya adalah unit-unit yang ada dalam sistem pelayanan kesehatan

bersangkutan di mana biaya dipakai. Semua unit di mana kegiatan spesifik dilakukan

dapat disebut pusat biaya.

Ada pusat biaya tertentu yang sekaligus merupakan unit di mana disebut

sebagai pusat pendapatan. Unit dapur dan rawat jalan di sebuah rumah sakit adalah

pusat biaya. Dalam hal ini rawat jalan tersebut sekaligus juga berfungsi sebagai pusat

pendapatan (revenue center).

Secara umum pusat biaya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

a. Pusat produksi yaitu unit di mana output rumah sakit dihasilkan berupa pelayanan

kesehatan.

b. Pusat bagi penunjang yaitu yang berfungsi menunjang unit-unit produksi.

Universitas Sumatera Utara

Page 50: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

2.9.2. Pusat Biaya Sistem Rumah Sakit

Dalam sistem rumah sakit pusat produksi terdiri dari unit-unit yang

menghasilkan pelayanan sebagai berikut:

a. Rawat inap.

b. Rawat jalan.

c. Tindakan diagnostic.

d. Tindakan medis (pengobatan) antara lain Unit Hemodialisis.

Sedangkan pusat biaya penunjang meliputi:

a. Unit-unit administrasi dan manajemen.

b. Unit-unit pemeliharaan.

c. Unit penunjang khusus seperti laundry.

2.10. Tarif Pelayanan

2.10.1. Pengertian Tarif Pelayanan Kesehatan

Sekalipun tarif dan harga menunjuk pada besarnya biaya yang harus

dikeluarkan konsumen, namun pengertian tarif tidaklah sama dengan harga (Gani,

1992b). Tarif ternyata lebih terkait pada besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk

memperoleh jasa pelayanan, sedangkan pengertian harga lebih terkait pada besarnya

biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang. Sekalipun perbedaan antara tarif

dengan harga cukup jelas, namun bagi kebanyakan anggota masyarakat, perbedaan

yang seperti ini sulit untuk dimengerti oleh masyarakat pemakai jasa kesehatan, tarif

diartikan sama dengan seluruh biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh

Universitas Sumatera Utara

Page 51: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

pelayanan kesehatan. Adanya pengertian yang seperti ini jelas tidak sesuai. Karena

dalam pengertian seluruh biaya tersebut, telah termasuk harga barang, dan untuk

Indonesia misalnya obat-obatan, yang memang pengelolaan sering dilakukan terpisah

dengan pengelolaan sarana pelayanan kesehatan.

Namun terlepas dari adanya perbedaan pengertian, peranan tarif dalam

pelayanan kesehatan memang amat penting. Untuk dapat menjamin kesinambungan

pelayanan, setiap sarana kesehatan harus dapat menetapkan besarnya tarif yang dapat

menjamin total yang lebih besar dari pengeluarannya.

Sesungguhnya pada saat ini sebagai akibat dari mulai berkurangnya pihak-

pihak yang mau menyumbang dana pada pelayanan kesehatan misal Rumah Sakit,

maka sumber keuangan utama kebanyakan sarana kesehatan hanyalah dari

pendapatan saja. Untuk ini jelaslah bahwa kecermatan menetapkan besarnya tarif

memegang peranan yang amat penting. Apabila tarif tersebut terlalu rendah dapat

menyebabkan total pendapatan (income) yang rendah pula, yang apabila ternyata juga

lebih rendah dari total pengeluaran (expenses), pasti menimbulkan kerugian dan

sebagai akibatnya akan menimbulkan kesulitan keuangan (Azwar, 1988).

2.10.2. Kebutuhan terhadap Pelayanan Kesehatan

Secara umum pengertian kebutuhan (demand) adalah jumlah suatu komoditi

yang mau dan mampu dibeli oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu

tertentu (Gani, 1992b). Kebutuhan terhadap suatu komoditi tertentu dipengaruhi oleh

banyak faktor, antara lain adalah harga komoditi, tingkat pendapatan dan faktor

Universitas Sumatera Utara

Page 52: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

faktor, antara lain seperti ada tidaknya komoditi pengganti (substitutive goods) dan

selera atau preferensi pasien.

Untuk pelayanan kesehatan di rumah sakit, faktor harga (tarif) biasanya

dinyatakan dengan konsep elastisitas kebutuhan yang tidak berlaku secara murni,

karena:

a. Pasien umumnya tidak tahu tentang jenis pelayanan apa yang diperoleh dari

rumah sakit dan berapa banyak yang diperlukan (consumer ignorance).

b. Banyak orang berobat ke rumah sakit sebagai pasien rujukan, di sini pengambil

keputusan adalah pihak ketiga yaitu provider (tenaga kesehatan).

c. Biasanya orang berobat ke rumah sakit adalah karena penyakitnya memang tidak

dapat diatasi oleh fasilitas pelayanan kesehatan primer seperti Puskesmas atau

Poliklinik.

2.10.3. Tujuan Penetapan Tarif

Dalam pelayanan jasa kesehatan di rumah sakit terdapat kompensasi biaya,

berupa nilai jasa pelayanan atau tarif. Berdasarkan nilai tarif tersebut, rumah sakit

bersedia memberikan jasa pelayanannya kepada pasien.

Tarif dapat ditetapkan dengan berbagai tujuan, antara lain:

a. Peningkatan pemulihan biaya (cost recovery). Terutama untuk rumah sakit yang

berorientasi non profit di mana subsidi semakin lama semakin berkurang, dan

mulai berupaya untuk menswadanisasikan pelayanannya. Untuk dapat menutupi

biaya yang dikeluarkan pada tingkat cost recovery yang diharapkan, tarif rumah

sakit harus dihitung berdasarkan analisis biaya satuan (Depkes RI, 1992).

Universitas Sumatera Utara

Page 53: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

b. Subsidi silang (cross subsidy)

Penetapan tarif juga bertujuan untuk keseimbangan pemanfaatan pelayanan bagi

masyarakat ekonomi atas, dasar pemanfaatan kelas, atau pelayanan profit dan non

profit dapat dilakukan dalam 2 bentuk:

1). Subsidi silang dalam rumah sakit.

2). Subsidi silang di luar rumah sakit berupa pelayanan oleh perusahaan asuransi

atau perusahaan pengguna jasa kesehatan rumah sakit.

Dalam pelayanan rumah sakit, aplikasi konsep subsidized seperti pada rumah

sakit pemerintah ini menyebabkan tarif rumah sakit dapat ditekan (Gani, 1996a).

c. Maksimal pemanfaatan pelayanan

Untuk memaksimalkan pemanfaatan pelayanan kesehatan, tidak jarang rumah

sakit melakukan penekanan tarif serendah mungkin, terutama ditekan tarif

pelayanan yang mempunyai biaya tetap yang kecil. Kondisi yang ingin dicapai

minimal adalah total biaya sama dengan pendapatan total. Pada keadaan di mana

rumah sakit memiliki tingkat hunian yang rendah, tarif juga ditekan serendah

mungkin. Seringkali kondisi ini menimbulkan persepsi bahwa harga murah

identik dengan mutu rendah (Depkes RI, 1992; Thabrany, 1996).

d. Maksimalkan pendapatan

Penetapan tarif yang memaksimalkan pendapatan sehingga lebih besar dari biaya

yang dikeluarkan, akan menghasilkan surplus. Total biaya yang jauh terlampaui

akan berdampak baik untuk menutupi biaya tetap. Maksimalisasi pendapatan juga

bisa merupakan minimalisasi subsidi. Misalnya pada keadaan pasar yang dikuasai

Universitas Sumatera Utara

Page 54: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

satu rumah sakit (monopoli), tanpa kehadiran pesaing, serta suasana kebutuhan

yang tinggi, maka tarif dapat dipasang pada level yang setinggi-tingginya. Pada

akhirnya rumah sakit memperoleh surplus maksimal (LPPM, 1996). Bila

diharapkan akan laba/sisa hasil usaha yang maksimal, penetapan tarif ini dapat

direkonstruksi berdasarkan tingkat permintaan yang tentunya terkait langsung

dengan besarnya biaya produksi. Biasanya penetapan tarif ini dibuat secara

teoritis dengan menyusun model persamaan matematika (Trisnantoro, 1994).

e. Mengurangi pesaing

Penetapan tarif dapat dilakukan dengan tujuan mengurangi pembangunan rumah

sakit baru yang akan menjadi pesaing. Rumah sakit yang sudah terlebih dahulu

beroperasi menyusun strategi sedemikian rupa agar tarif tidak dapat disamai oleh

rumah sakit baru (Trisnantoro, 1994).

f. Menciptakan corporate image

Tarif dapat ditetapkan dengan tujuan meningkatkan citra sebagai rumah sakit

untuk golongan masyarakat kelas atas yang berkenan seolah-olah berlomba untuk

mendapatkan citra rumah sakit paling mewah.

Kotler dan Clarke mengemukakan tujuan penetapan tarif juga berkaitan dengan

pemasaran yakni dengan maksud publisitas yang dilakukan rumah sakitnya

(Kotler, 1987). Bila ada unit yang dipublikasikan, maka penetapan tarif

disesuaikan dengan persepsi pasien yang menjadi pangsanya berdasarkan nilai

publisitasnya. Oleh karenanya dalam penetapan tarif unit yang dipublikasikan

Universitas Sumatera Utara

Page 55: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

harganya lebih rendah dari pada yang tidak dipublikasikan, tetapi memang rumah

sakit tidak mengharapkan pendapatan yang tinggi, tetapi memang sesungguhnya

untuk penciptaan image rumah sakit tersebut dalam pelayanan kesehatan.

g. Market Skimming

Penetapan tarif ini bertujuan untuk meraih volume besar. Biasanya dipasang tarif

tinggi pada permulaan, kemudian perlahan-lahan diturunkan. Persyaratan untuk

dapat dilaksanakannya market skimming hádala:

1). Pasar sangat price sensitive, atau pasien cukup sensitif terhadap harga.

2). Biaya produksi dan distribusi tidak bervariasi besar, sehingga tarif dapat

ditekan ketingkat yang terjangkau pasien dalam volume besar.

Kemungkinan pesaing masuk dalam waktu singkat sangat kecil sebab adanya

hambatan-hambatan yang cukup besar seperti perlunya hak paten, investasi yang

besar, adanya kontrol kualitas pelayanan, serta biaya promosi. Dengan harga

terendah, diharapkan penetrasi menjadi lebih mudah.

Persyaratan dapat dilaksanakannya siasat penetrasi pasar ini adalah:

1). Pasar sangat price sentive, atau pasien cukup sensitif terhadap harga.

2). Biaya produksi dan distribusi turun dengan cepat bilamana produksi

dinaikkan atau volume bertambah (LPPM, 1996).

Universitas Sumatera Utara

Page 56: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

2.10.4. Strategi Penetapan Tarif

Dasar strategi penetapan tarif adalah antara lain:

a. Berorientasi kepada biaya

Penetapan tarif biasanya dilakukan berdasarkan biaya ditambah mark-up yaitu

dilebihkan dari biaya yang dikeluarkan. Strategi ini banyak digunakan karena

sifatnya lebih pasti daripada berdasarkan kebutuhan (Gani, 1992a). Penetapan

tarif dengan cara ini dianggap wajar oleh konsumen dan persaingan.

b. Berorientasi kepada kebutuhan

Penetapan tarif lebih menekankan kebutuhan dari pada biaya dan harga ditetapkan

berdasarkan preferensi pasien terhadap produk tersebut. Bentuk strategi ini adalah

diskriminasi harga tetap produk, atau waktu layanan. Untuk melaksanakan

strategi ini, perlu diidentifikasi segmen pasar yang sensitif terhadap perubahan

harga. Masalahnya dalam pelayanan kesehatan dengan mekanisme pembayaran

out-of-pocket, walaupun terjadi perubahan harga, prioritas utama adalah pada

aspek kuratifnya dan persepsi bahwa mutu simetris dengan harga. Ada uang ada

pelayanan berkualitas.

c. Berorientasi kepada pesaing

Penetapan tarif ini tidak berorientasi pada biaya ataupun permintaan-permintaan,

tetapi menetapkan tarif apakah di atas, di bawah atau dengan tarif pesaing.

Bentuk strategi adalah dengan menghitung rata-rata antarpesaing (average rate

imitative pricing). Hal ini disebabkan kesulitan dalam menghitung biaya satuan

Universitas Sumatera Utara

Page 57: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

atau kecenderungan pembagian pasar antarpesaing untuk mendapatkan

penghasilan yang adil.

d. Berdasarkan pembayaran maksimal

Penetapan tarif ini dilakukan berdasarkan batas atas yang mampu dibayar pihak

ketiga. Sebenarnya cara ini merupakan bentuk penyimpangan dari penetapan tarif

berdasarkan permintaan dan seringkali mencerminkan keinginan prodiver untuk

mendapatkan penghasilan lebih banyak secara sepihak (Trisnantoro, 1994).

2.10.5. Langkah-langkah Penetapan Tarif

Dalam penetapan tarif rumah sakit mungkin tidak selalu dapat melakukan

analisis biaya dengan satu metode tertentu, karena perlu berbagai faktor atau

modifikasi yang memerlukan judgement tersendiri. Di bawah ini akan diuraikan

langkah-langkah penentuan tersebut:

a. Tahap analisis biaya satuan (unit cost)

Setiap produk layanan baik yang homogen dan produk heterogen perlu dianalisis

besaran biaya satuannya. Produk layanan rumah sakit ada dua jenis yaitu produk

layanan homogen dan produk layanan heterogen. Untuk produk layanan yang

homogen dapat dihitung langsung besarannya dengan memperhatikan total biaya,

kapasitas, dan output layanan. Sedangkan untuk produk layanan yang heterogen

dilakukan penghitungan dan pembobotan Relative Value Unit (RVU). Untuk

hemodialisis yang homogen, tidak perlu dilakukan perhitungan RVU.

Universitas Sumatera Utara

Page 58: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Analisis biaya ini menghasilkan daftar biaya satuan untuk berbagai produk rumah

sakit. Pada rumah sakit yang mendapatkan subsidi, maka produk-produk yang

mendapatkan subsidi tersebut nilai biaya satuan pelayanan perlu dikurangi dengan

elemen biaya yang disubsidi (Shuver et al, 1995).

b. Perkiraan posisi pendapatan impas (break even) dengan biaya satuan tanpa

subsidi silang.

Kondisi ini dikenal sebagai kondisi impas jika keadaan posisi di mana pendapatan

menyamai biaya. Perhitungan jumlah pendapatan diawali dengan perkiraan

tingkat utilisasi untuk masa mendatang, berdasarkan tingkat utilisasi pada tahun-

tahun sebelumnya. Angka-angka tersebut dikalikan dengan tarif yang nilainya

sama dengan biaya satuan. Hasilnya adalah pendapatan per tahun yang akan

dihasilkan setiap unit produktif (revenue centres) atau jumlah total pendapatan

tanpa subsidi kemudian dibandingkan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan.

c. Penentuan tingkat pendapatan yang diinginkan

Tahap berikutnya rumah sakit dapat menentukan jumlah pendapatan yang perlu

diperoleh untuk tahun mendatang, agar dapat memberi insentif tenaga medis,

insentif tenaga penunjang, mendanai biaya perbaikan dan pemeliharaan fisik

pelayanan dan sebagainya. Untuk itu, disusun dulu distribusi biaya menurut

masing-masing unit produksi, dengan mempertimbangkan proyeksi utilisasi

pelayanan dari setiap unit yang bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara

Page 59: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

d. Alternatif tarif dengan subsidi dan tingkat yang diinginkan

Dari hasil tahap ketiga tersebut barulah dapat ditentukan tarif di masing-masing

unit. Besar tarif adalah berdasarkan biaya satuan, ditambah rata-rata beban (jasa

medis + dana insentif + dana lainnya) dibagi perkiraan jumlah pelayanan di tahun

mendatang. Pada tahap ini sudah dapat dilakukan subsidi silang dan dapat dilihat

pengaruh tingkat utilisasi terhadap besarnya beban dana tambahan. Bila suatu unit

produksi utilitasnya rendah maka besar dana tambahan harus tinggi, sehingga

perhitungan tarif menjadi melambung.

e. Tarif dengan pertimbangan kemampuan membayar

Setelah tahap keempat dilakukan akan diperolah daftar tarif sementara.

Selanjutnya dilakukan analisis kemungkinan tingkat utilitas yang akan terjadi bila

tarif sementara tersebut diberlakukan. Secara teoritis peningkatan tarif akan

menurunkan demand, tetapi untuk pelayanan rumah sakit, apalagi yang bersifat

emergency, tingkat utilitas diperkirakan bersifat inelastis terhadap perubahan tarif

(Gani, 1992a).

2.11. Landasan Teori

Teknik analisis biaya satuan umumnya dikenal 4 (empat) metode yang

dikembangkan, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Page 60: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

a. Simple Distribution Method

Sesuai dengan namanya, tehnik ini sangat sederhana, yaitu melakukan distribusi

biaya-biaya yang dikeluarkan di pusat biaya penunjang, langsung ke berbagai

pusat biaya produksi. Distribusi ini dilakukan satu persatu dari masing-masing

pusat biaya penunjang. Tujuan distribusi dari suatu unit penunjang tertentu unit-

unit produksi yang relevan, yaitu yang secara fungsional diketahui mendapat

dukungan dari unit penunjang tertentu tersebut.

Kelebihan cara adalah kesederhanaannya sehingga mudah dilakukan. Namun

kelemahannya adalah asumsi bahwa dukungan fungsional hanya terjadi antara

unit penunjang dengan unit penunjang bisa juga terjadi transfer jasa, misalnya

direksi yang mengawasi unit dapur, unit dapur yang memberi makan kepada

direksi dan staff tata usaha dan lain-lain.

b. Step Down Method

Untuk mengatasi kelemahan simple distribution method tersebut, dikembangkan

metode distribusi anak tangga. Dalam metode ini, dilakukan distribusi biaya unit

penunjang kepada unit penunjang lain dan unit produksi. Caranya, distribusi biaya

dilakukan secara berturut-turut, dimulai dengan unit penunjang yang biasanya

terbesar. Biaya unit penunjang tersebut didistribusikan ke unit-unit lain

(penunjang dan produksi yang relevan). Setelah selesai dilanjutkan dengan

distribusi biaya dari unit penunjang lain yang biayanya nomor dua terbesar.

Proses ini terus dilakukan sampai semua biaya dari unit penunjang habis

didistribusikan ke unit produksi. Perlu dicatat dalam metode ini biaya yang

Universitas Sumatera Utara

Page 61: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

didistribusikan dari unit penunjang kedua, ketiga, keempat dan seterusnya

mengandung dua elemen biaya yaitu asli unit penunjang yang bersangkutan

ditambah biaya yang ia terima dari unit penunjang lain.

Kelebihan metode ini adalah sudah dilakukannya distribusi dari unit penunjang ke

unit penunjang lain. Namun distribusi ini sebetulnya belum sempurna, karena

distribusi tersebut hanya terjadi satu arah, seakan-akan fungsi tunjang menunjang

antara sesama unit penunjang hanya terjadi sepihak. Padahal dalam kenyataan,

bisa saja hubungan tersebut timbal balik. Misalnya bagian umum melakukan

pemeliharaan alat-alat dapur dan sebaliknya dapur memberi makanan staff bagian

umum.

c. Double Distribution Method

Dalam metode ini, pada tahap pertama dilakukan distribusi biaya yang

dikeluarkan di unit penunjang lain dan unit produksi. Hasilnya sebagian unit

penunjang sudah didistribusikan ke unit produksi, akan tetapi sebagian masih

berada di unit penunjang. Artinya, ada biaya yang tertinggal di unit penunjang,

yaitu biaya yang diterimanya dari unit penunjang lain. Biaya yang masih berada

di unit penunjang ini dalam tahap selanjutnya didistribusikan ke unit produksi,

sehingga tidak ada lagi biaya yang tersisa di unit penunjang. Karena metode ini

dilakukan dua kali distribusi biaya, maka metode ini dinamakan metode distribusi

ganda. Kelebihan meode ini sudah dilakukan distribusi dari unit penunjang ke

unit penunjang lain, dan sudah terjadi hubungan timbal balik antara unit

Universitas Sumatera Utara

Page 62: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

penunjang dengan unit penunjang lain secara fungsional. Metode ini merupakan

metode yang terpilih unuk analisis biaya puskesmas maupun rumah sakit

di Indonesia (Gani, 1996).

d. Multiple Distribution Method

Dalam metode ini, distribusi biaya dilakukan secara lengkap, yaitu antara sesama

unit penunjang, dari unit penunjang ke unit produksi, dan antara sesama unit

produksi. Tentu saja distribusi antara unit tersebut dilakukan kalau memang ada

hubungan fungsional antarkeduanya. Jadi dapat dikatakan bahwa multiple

distribution method pada dasarnya adalah double distribution method plus alokasi

antara sesama unit produksi. Sebagai misal, antara unit neonatologi dengan

kebidanan ada distribusi biaya, oleh karena bisa terjadi spesialis neonatologi harus

membantu bagian kebidanan manakala menghadapi kelahiran dari ibu dengan

kelainan jantung. Demikian juga, akan ada alokasi dari bagian jantung ke bagian

kebidanan oleh karena untuk kelahiran semacam itu diperlukan jasa ahli jantung

di bagian kebidanan. Dari ilustrasi tersebut jelas tampak bagaimana kompleksnya

multiple distribution method ini. Perhitungan sulit dilakukan oleh karena

diperlukan catatan hubungan kerja antara unit-unit produksi yang sangat banyak.

Dalam praktek tehnik ini sangat jarang dilakukan. Sejauh ini yang lazim

dipergunakan adalah double distribution method.

Universitas Sumatera Utara

Page 63: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

2.12. Kerangka Pikir

Rumah sakit sebagai unit pelayanan kesehatan mempunyai karakteristik yang

unik yaitu di satu pihak rumah sakit dituntut memberikan pelayanan medik yang

optimal dan sebaik-baiknya dan bersifat sosial tanpa mempertimbangkan keuntungan

dan di lain pihak harus menjaga kelangsungan rumah sakit tersebut tetap mandiri

secara ekonomis.

Di dalam biaya satuan terkandung semua elemen biaya yang dapat dibagi atas

biaya langsung yaitu biaya yang dimanfaatkan secara langsung untuk pelayanan

di Unit Hemodialisis tersebut serta biaya tidak langsung yang berasal dari unit-unit

penunjang terkait seperti dari administrasi, IPSRS (Instalasi Pemeliharaan Sarana

Rumah Sakit), dan laundry. Biaya langsung merupakan penjumlahan biaya tetap dan

biaya variabel.

Proses analisis biaya satuan pelayanan di Unit Hemodialisis untuk tujuan

penetapan tarif hemodialisis tersebut dilakukan dengan menggunakan metode

distribusi ganda. Dengan metode ini distribusi biaya dilakukan dalam dua tahap

di mana pada tahap pertama biaya dari unit penunjang dialokasikan ke unit penunjang

lain dan ke unit produksi. Pada tahap kedua, unit penunjang yang telah menyerap

biaya dari alokasi tahap pertama dialokasikan kembali ke unit produksi, sehingga

biaya di unit penunjang habis terbagi ke unit produksi.

Universitas Sumatera Utara

Page 64: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

2.13. Kerangka Konsep

Gambar 2.1. Kerangka Konsep

BIAYA TETAP : - Investasi Gedung - Mesin Hemodialisis - Peralatan Medis Lain - Peralatan Non Medis - Gaji Personel

BIAYA LANGSUNG

BIAYA VARIABEL : - Biaya listrik - Biaya air - Bahan habis pakai/obat - Honor supervisor medis - Insentif perawat - Biaya cucian

BIAYA TOTAL

BIAYA TAK LANGSUNG : - Biaya Administrasi - IPSRS - Laundry

BIAYA SATUAN

PRODUK PELAYANAN

HEMODIALISIS

Universitas Sumatera Utara

Page 65: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan penerapan analisis biaya

sehingga didapatkan biaya satuan unit hemodialisis dan dibandingkan dengan tarif

yang berlaku sekarang. Metode analisis biaya yang dipakai adalah metode distribusi

ganda.

Adapun alasan dipergunakannya metode distribusi ganda untuk

mengalokasikan biaya dari unit penunjang ke unit produksi adalah karena metode ini

lebih akurat dan lebih objektif dibandingkan metode distribusi sederhana atau

distribusi anak tangga. Metode distribusi ganda ini tidaklah serumit metode distribusi

multiple yang biasanya digunakan untuk pembuatan laporan financial.

Objek penelitian adalah:

1. Data Rekam Medik di Unit Hemodialisis.

2. Data keuangan yang berhubungan dengan pelayanan Unit Hemodialisis.

3. Data tentang peralatan dan gedung Unit Hemodialisis serta unit lainnya dari

IPSRS (Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit).

4. Data tentang unit-unit penunjang yang terkait dengan kegiatan Unit Hemodialisis

seperti Direktur dan Administrasi, IPSRS (Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah

Sakit), laundry dan lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Page 66: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Objek penelitian yang diambil ini berasal dari data periode Januari 2006

sampai Desember 2006.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Unit Hemodialisis RSU Methodist yang beralamat

Jalan Thamrin No. 105 Medan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dimulai dari penelusuran pustaka, konsultasi dengan dosen

pembimbing, persiapan proposal penelitian, pelaksanaan seminar proposal penelitian,

persiapan penelitian dan sidang akhir. Penelitian direncanakan berlangsung selama

kurang lebih 6 bulan (Agustus 2007 sampai dengan Januari 2008).

3.3. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder ini diperoleh dari

catatan laporan keuangan RSU Methodist Medan tahun 2006.

Kemudian dilakukan penentuan pusat biaya (cost centre), baik pusat biaya

penunjang maupun pusat biaya produksi. Kemudian dikumpulkan semua data biaya

total yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel masing-masing unit selama tahun

2006 dan dilakukan identifikasi semua komponen biaya yang ada di masing-masing

unit tersebut, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

Page 67: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

a. Biaya tetap

1). Investasi gedung,

2). Biaya penyusutan mesin hemodialisis,

3). Biaya penyusutan peralatan medis lain,

4). Biaya penyusutan peralatan non-medis,

5). Gaji personel.

b. Biaya variabel

1). Biaya listrik,

2). Biaya air,

3). Biaya bahan habis pakai/obat,

4). Honor supervisor medis,

5). Insentif perawat,

6). Biaya cucian.

3.4. Definisi Operasional

a. Biaya tetap

Biaya tetap adalah biaya di Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan selama

tahun 2006 yang besarnya relatif tidak dipengaruhi oleh jumlah pelayanan

di Unit Hemodialisis, yang terdiri dari: biaya investasi gedung, biaya mesin

hemodialisis, biaya peralatan medis lain, biaya peralatan non medis, dan biaya

gaji personel.

Universitas Sumatera Utara

Page 68: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

b. Biaya variabel

Biaya variabel adalah biaya di Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan selama

tahun 2006 yang besarnya dipengaruhi oleh banyaknya jumlah pelayanan di Unit

Hemodialisis, yang terdiri dari: biaya listrik, biaya air, biaya bahan habis

pakai/obat, honor supervisor medis, insentif perawat, dan biaya cucian.

c. Biaya langsung

Biaya langsung adalah biaya yang dimanfaatkan secara langsung di Unit

Hemodialisis RSU Methodist Medan untuk melaksanakan kegiatannya selama

tahun 2006, yang merupakan penggabungan biaya tetap dan biaya variabel.

d. Biaya tak langsung

Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dimanfaatkan secara langsung akan

tetapi merupakan biaya yang diperlukan untuk menunjang kegiatan-kegiatan di

Unit Hemodialisis RSU Methodist selama tahun 2006, yang terdiri dari: biaya

direksi dan administrasi, Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS),

laundry, dan lain-lain.

e. Biaya total

Biaya total adalah jumlah biaya yang dikeluarkan oleh Unit Hemodialisis RSU

Methodist Medan tahun 2006 yang merupakan penjumlahan biaya langsung dan

tidak langsung.

Universitas Sumatera Utara

Page 69: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

f. Produk pelayanan hemodialisis

Produk pelayanan hemodialisis adalah hasil/jumlah pelayanan hemodialisis yang

diberikan oleh RSU Methodist Medan kepada pasien selama tahun 2006.

g. Biaya satuan

Biaya satuan adalah biaya yang dikeluarkan oleh Unit Hemodialisis RSU

Methodist Medan untuk menghasilkan satu output atau tindakan hemodialisis

pada setiap pasien selama tahun 2006.

3.5. Metode Analisis Data

Hasil pengumpulan data di atas dianalisis melalui pendekatan biaya-biaya

tetap dan biaya variabel yang merupakan biaya langsung yang terjadi di Unit

Hemodialisis. Setelah itu data biaya dari unit penunjang yang merupakan biaya tidak

langsung ditelusuri berdasarkan bobot atau persentase pembebanan dengan cara

distribusi ganda dan digabungkan dengan biaya langsung menjadi biaya total. Jumlah

biaya total ini selanjutnya dipergunakan untuk menghitung biaya satuan setelah

dibagi dengan banyaknya tindakan hemodialisis.

Pendistribusian biaya dilakukan dari unit penunjang ke unit penunjang lainnya

serta ke unit produksi berdasarkan beberapa asumsi antara lain:

a. Luas lantai untuk distribusi biaya gedung dan air,

b. Jumlah personil untuk distribusi biaya gaji,

Universitas Sumatera Utara

Page 70: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

c. Berat (kg) cucian kering untuk distribusi biaya laundry,

d. Jumlah pemakaian listrik (KVA) untuk distribusi biaya peralatan medis dan non

medis.

Pembuatan spreadsheet dengan menggunakan program �Microsoft Excel�

yang dibagi atas dua kelompok, yaitu:

i. Unit penunjang diletakkan di bagian kiri matriks.

ii. Unit produksi diletakkan di bagian kanan matriks.

Universitas Sumatera Utara

Page 71: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Tabel 3.1. Contoh Pembuatan Spreadsheet Metode Distribusi Ganda dengan Dasar Alokasi Variabel - 01

Universitas Sumatera Utara

Page 72: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

RUMUS-RUMUS : E3 = SUM (B3:D3) F16 = F3/I3*B13 E4 = SUM (B4:D4) F17 = F3/I3*C13 E5 = SUM (B5:D5) F18 = F3/I3*D13 E7 = SUM (B7:D7) F19 = SUM (F16:F18) I3 = SUM (F3:H3) F20 = F7+F13+F19 I4 = SUM (F4:H4) G16 = G3/I3*B13 I5 = SUM (F5:H5) G17 = G3/I3*C13 I7 = SUM (I3:I5) G18 = G3/I3*D13 J3 = E3+I3 G19 = SUM (G16:G18) J4 = E4+I4 G20 = G7+G13+G19 J5 = E5+I5 H16 = H3/I3*B13 J7 = E7+I7 H17 = H3/I3*C13 C10 = C3/(J3-B3)*B7 H18 = H3/I3*D13 C12 = C3/(J3-D3)*D7 H20 = H7+H13+H19 C13 = SUM (C10:C12) I10 = SUM (F10:H10) B11 = B3/(J3-C3)*C7 I11 = SUM (F11:H11) B12 = B3/(J3-D3)*D7 I12 = SUM (F12:H12) B13 = SUM (B11:B12) I13 = SUM(I10:I12) D10 = D3/(J3-B3)*B7 I16 = SUM (F16:H16) D11 = D3/(J3-C3)*C7 I17 = SUM (F17:H17) D13 = SUM (D10:D11) I18 = SUM (F18:H18) E10 = SUM (C10:D10) I19 = SUM (I16:I18) E11 = SUM (B11:D11) I 20 = I7+I13+I19 E12 = SUM (B12:C12) J10 = E10+I10 E13 = SUM (E10:E12) J11 = E11+I11 F10 = F3/(J3-B3)*B7 J12 = E12+I12 F11 = F3/(J3-C3)*C7 J13 = SUM(J10:J12) F12 = F3/(J3-D3)*D7 J16 = I16 F13 = SUM (F10:F12) J17 = I17 G10 = G3/(J3-B3)*B7 J18 = I18 G11 = G3/(J3-C3)*C7 J19 = I19 G12 = G3/(J3-D3)*D7 J20 = I20 = J7 G13 = SUM (G10:G12) H10 = H3/(J3-B3)*B7 H11 = H3/(J3-C3)*C7 H12 = H3/(J3-D3)*D7 H13 = SUM (H10:H12)

Universitas Sumatera Utara

Page 73: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Profil Umum RSU Methodist Medan

4.1.1. Sejarah Perkembangan

Pekerjaan pembangunan RSU Methodist Medan pertama kali dimulai pada

pertengahan tahun 1975 dalam bentuk bangunan dua lantai empat persegi panjang

pada lahan bekas sekolah Perguruan Kesatria, dan diresmikan pemakaiannya pada

tanggal 16 Oktober 1976. Setelah mengalami beberapa kali renovasi serta

penambahan bangunan-bangunan sesuai dengan kebutuhannya tanpa perencanaan

jangka panjang, maka pada pertengahan tahun 1996, 60% gedung rumah sakit

dibongkar total dan dimulai pembangunan gedung baru berlantai empat yang

kemudian diresmikan pemakaiannya pada tanggal 20 Februari 1999.

Sisa gedung lama yang 40% yang dipakai untuk pelayanan dan perawatan

pasien rumah sakit selama pembangunan berjalan, di mana tidak mungkin seluruh

kegiatan rumah sakit dihentikan, seyogianya juga akan dibongkar dan dibangun bila

pembangunan gedung utama selesai, tetapi pelaksanaannya tertunda karena gejolak

krisis moneter, hingga saat ini belum dapat dilaksanakan.

RSU Methodist memiliki fasilitas-fasilitas pelayanan antara lain: Ruang

UGD, Kamar Bedah (3 kamar operasi), Intensive Care Unit (ICU) dan Recovery,

Ruang Rawat Inap (Royal Suite, Super Vip, Vip, Klas I, Klas II, Klas III, Kebidanan

dan Neonati), Ruang Treadmill, Farmasi, Laboratorium, Radiologi, Ruang Radiologi

Universitas Sumatera Utara

Page 74: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

(Rongent, CT-Scan, dan USG, Ruang Hemodialisis dan klinik-klinik praktek spesialis

antara lain Gigi, Penyakit Dalam dan Neurologi.

4.1.2. Falsafah, Visi dan Misi

Rumah Sakit Methodist Medan adalah milik Yayasan Rumah Sakit Gereja

Methodist Indonesia Gloria. Sifat corporate Rumah Sakit Methodist adalah non-

profit, sesuai dengan misi gereja yang mengutamakan segi sosial.

Falsafah RSU Methodist Medan:

Mengutamakan keselamatan dan kenyamanan pasien, pelayanan pengobatan

yang manusiawi dan pelayanan perawatan dengan sentuhan Kasih Tuhan.

Visi RSU Methodist Medan:

Mengobati dan melayani dengan kasih serta tercapainya derajat kesehatan

yang optimal pada pasien-pasien.

Dalam mencapai visi ini Rumah Sakit Methodist Medan telah menetapkan

misinya.

Misi Rumah Sakit Methodist Medan:

1. Turut mendukung program pemerintah di bidang kesehatan dan memuliakan

nama Tuhan melalui pelayanan kesehatan.

2. Menyelenggarakan pelayanan medis.

3. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medis dan non-medis.

4. Menyelenggarakan pelayanan keperawatan.

5. Menyelenggarakan pelayanan rujukan.

6. Menyelenggarakan pelayanan administrasi umum dan keuangan.

Universitas Sumatera Utara

Page 75: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

4.1.3. Struktur Organisasi

Dewan direksi Rumah Sakit Methodist Medan terdiri dari 3 orang yaitu

Direktur Utama, Wakil Direktur Pelayanan Medik dan Wakil Direktur Keuangan dan

Administrasi. Dewan direksi diangkat oleh Yayasan Rumah Sakit Gereja Methodist

Indonesia Gloria dengan masa dinas 2 tahun. Seluruh anggota yayasan merupakan

utusan resmi yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pihak Gereja Methodist Indonesia

Jemaat Gloria.

Adapun struktur organisasi Rumah Sakit Methodist Medan dapat dilihat pada

skema di bawah ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 76: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

YAYASAN RS GMI GLORIA

DIREKTUR

KOMITE MEDIK INTERNAL AUDIT

WAKIL DIREKTUR ADMINISTRASIKEUANGAN

WAKIL DIREKTUR PELAYANAN

MEDIS/PERAWATAN

MEDICAL RECORD

PERAWATAN

PERSONALIA

PENANGGUNG JAWAB LINGKUNGAN RUMAH

SAKIT

ADMINISTRASI/Umum

SEKRETARIAT

INSTALASI PEMELIHARAAN SARANA RUMAH

SAKIT

AKUNTANSI

ADM/KEUANGAN

KASIR

LOGISTIK

RAWAT JALAN

RAWAT INAP

INSTALASI LABORATORIUM/KLINI

K

IMAGING

FARMASI/KAMAR OBAT

STAFF DOKTER

UNIT GAWAT DARURAT

POLIKLINIK UMUM

KLINIK GIGI

KLINIK SPESIALIS

GIZI UNIT HEMODIALISIS

Gambar 4.1. Struktur Organisasi RSU Methodist Medan

53

Universitas Sumatera Utara

Page 77: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

4.1.4. Jenis Pelayanan

RSU Methodist adalah rumah sakit umum tipe B yang berlokasi di Jalan

M.H.Thamrin No. 105 Medan dengan luas lahan 3224 m2. Bentuk fisik rumah sakit

ini horizontal empat persegi panjang dan di tengah-tengah terdapat taman dan

di samping rumah sakit terdapat lapangan parkir yang cukup luas.

RSU Methodist Medan memiliki sarana pelayanan antara lain:

a. Instalasi Rawat Jalan

Instalasi rawat jalan melayani kasus-kasus rawat jalan yang terdiri dari 2 klinik

spesialis yaitu spesialis penyakit dalam dan spesialis saraf dan satu klinik gigi.

Jumlah kunjungan keseluruhan 3925 orang pasien selama tahun 2006.

b. Instalasi Gawat Darurat

Instalasi gawat darurat merupakan pintu masuk untuk kasus-kasus yang bersifat

gawat darurat dan kasus-kasus umum dan dibuka 24 jam dengan 7 (tujuh) orang

dokter jaga yang bertugas secara bergilir. Jumlah kunjungan sebanyak 5871 orang

dalam tahun 2006.

c. Instalasi Rawat Inap

Instalasi rawat inap RSU Methodist Medan memiliki kapasitas 99 empat tidur

rawat inap dengan penyebaran seperti pada Tabel 4.1 berikut ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 78: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Tabel 4.1. Distribusi Tempat Tidur RSU Methodist Medan Tahun 2006

Kelas Perawatan Jumlah (Tempat Tidur)

Persentase (%)

Royal Suite 4 4,04 Super Vip 9 9,09 Vip 5 5,05 Kelas I 12 12,12 Kelas II-A 16 16,16 Kelas II-B 8 8,08 Kelas III 29 29,30 Kebidanan 3 3,03 Neonati 4 4,04 Intensive Care Unit(ICU) 9 9,09

Jumlah 99 100,00 Sumber: Bagian Umum/Administrasi RSU Methodist Medan, 2006

Dari Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa RSU Methodist adalah rumah

sakit untuk kalangan menengah kebawah di mana tempat tidur yang disediakan

sekitar 65% adalah untuk Kelas I, II dan III dan rumah sakit juga menjalankan fungsi

sosial di mana hampir sekitar 30% dari total tempat tidur yang tersedia adalah tempat

tidur untuk Kelas III. Ini sudah melebihi ketentuan atau syarat pemerintah yang

mengharuskan rumah sakit swasta minimal harus menyediakan 25% kapasitas tempat

tidurnya untuk Kelas III. Jumlah pasien rawat inap selama tahun 2006 sebanyak 3356

orang.

d. Instalasi Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Instalasi kebidanan dan penyakit kandungan merupakan tempat dilakukannya

tindakan-tindakan persalinan serta tindakan kecil kebidanan dan kandungan lain

seperti kuretase. Mempunyai satu ruang persalinan serta tiga tempat tidur untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 79: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

rawat inap ibu dan 4 tempat tidur neonati. Jumlah pasien yang dirawat adalah 25

orang.

e. Instalasi Bedah Sentral

Instalasi bedah sentral terdiri dari tiga kamar operasi di mana dua kamar operasi

untuk tindakan operasi besar (major surgery) yang terencana maupun emergency

dan satu lagi adalah kamar operasi untuk tindakan operasi kecil (minor surgery).

Jumlah tindakan operasi di kamar bedah dalam tahun 2006 adalah 314 kasus.

f. Instalasi Laboratorium

Instalasi laboratorium merupakan sarana untuk pemeriksaan penunjang diagnostik

dengan kemampuan pemeriksaan sederhana sampai yang rumit/ canggih.

g. Instalasi Farmasi

Instalasi Farmasi adalah sarana untuk pelayanan kefarmasian bagi pasien-pasien

RSU Methodist Medan.

h. Instalasi Radiologi

Instalasi Radiologi merupakan unit penunjang diagnostik untuk pemeriksaan

radiologi dengan atau tanpa bahan kontras serta pemeriksaan Ultrasonography

(USG) dan CT-Scan. Instalasi ini melayani 3457 pasien selama tahun 2006.

i. Instalasi Hemodialisis

Instalasi Hemodialisis merupakan sarana pelayanan untuk proses hemodialisis

pasien-pasien yang mengalami gagal ginjal terminal. Dengan mesin hemodialisis,

dializer, cairan dialisat darah pasien dibersihkan dari racun-racun dan sisa

Universitas Sumatera Utara

Page 80: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

metabolisme. Jumlah tindakan hemodialisis selama tahun 2006 adalah sebanyak

1311 tindakan.

Tabel 4.2. Data Kegiatan Pelayanan Rumah Sakit Methodist Medan Januari - Desember 2006

Pasien Keluar Indikator Pelayanan Bulan

Pasien Masuk

Hidup Mati ≤48 j

Mati >48 j

Pasien keluar

hidup + mati

Lama rawatan pasien keluar

hidup + mati

Hari Rawatan

BOR (%)

AvLOS (hari)

TOI (hari)

BTO (kali)

GDR (�)

NDR (�)

Januari 337 326 10 8 344 1225 1229 40,04 3,56 5,35 3,47 52,32 23,25 Pebruari 309 281 9 11 301 1155 1298 46,82 3,84 5,37 3,04 66,44 36,54 Maret 293 285 14 9 308 1271 1097 35,74 4,13 6,40 3,11 74,67 29,22 April 218 188 7 10 205 905 975 32,83 4,41 9,73 2,07 82,93 48,78 M e i 271 267 7 12 286 1029 1163 37,89 3,60 6,66 2,88 66,43 41,96 Juni 263 239 9 4 252 876 970 32,66 3,48 7,94 2,54 51,59 15,87 Juli 267 255 11 12 278 1144 1076 35,06 4,11 7,17 2,81 82,73 43,16 Agustus 232 206 11 10 227 862 816 26,59 3,80 9,92 2,29 92,51 44,05 September 248 236 4 3 233 1256 895 30,13 5,17 8,54 2,45 28,80 12,34 Oktober 293 271 14 7 292 1054 1087 35,42 3,61 6,79 2,95 71,92 23,97 Nopember 311 293 12 7 312 1007 1061 35,72 3,23 6,12 3,15 60,9 22,43 Desember 339 311 15 8 334 1197 1177 38,35 3,52 5,66 3,37 68,86 23,95 Jumlah 3381 3158 123 101 3382 12981 12844 35,54 3,84 6,87 34,16 66,23 29,86

Sumber: Bagian Rekam Medik RSU Methodist Medan Tahun 2006 (Data diolah)

4.1.5. Ketenagaan/Sumber Daya Manusia (SDM)

RSU Methodist Medan memiliki ketenagaan yang tetap sebanyak 219 orang

dengan klasifikasi seperti pada tabel di bawah ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 81: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Tabel 4.3. Klasifikasi Ketenagaan RSU Methodist Medan Tahun 2006

No. Jenis Ketenagaan Jumlah (Orang) 1. Direksi 3 2. Dokter Umum 7 3. Dokter Gigi 3 4. Paramedis 111 5. Petugas Laboratorium 8 6. Petugas Farmasi 6 7. Petugas Radiologi 5 8. Petugas Dapur 16 9. Administrasi Umum 8 10. Administrasi Keuangan 11 11. Petugas Rekam Medis 2 12. Laundry 6 13. IPSRS 22 14. Supir 4 15. Satpam 6 16. Konselor Kerohanian 1

Jumlah 219 Sumber: Data Bagian Kepegawaian RSU Methodist Medan Tahun 2006

Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa jumlah ketenagaan yang ada di RSU

Methodist Medan sebanyak 219 orang, dan sebagian besar adalah paramedis

perawat/bidan yaitu sebanyak 111 orang atau sekitar 51,15%.

4.1.6. Tarif Hemodialisis

RSU Methodist Medan memulai pelayanan hemodialisis pada tahun 2003 dan

dalam menjalankan fungsi sosialnya tarif pelayanan hemodialisis yang ditetapkan

belum berubah sampai saat ini (31 Desember 2006) sebagaimana tertera pada Tabel

4.4 di bawah ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 82: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Tabel 4.4. Tarif Pelayanan Hemodialisis RSU Methodist Medan 2006

Jenis Hemodialisis Tarif (Rupiah) Single-use 600.000.- Reused 520.000.-

Sumber: Bagian Hemodialisis RSU Methodist Medan, Tahun 2006

4.1.7. Produk Pelayanan Unit Hemodialisis

Jumlah output Pelayanan Hemodialisis RSU Methodist Medan selama periode

Januari - Desember Tahun 2006 seperti tertera pada Tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5. Jumlah Pelayanan Hemodialisis di RSU Methodist Medan Tahun 2006

No Bulan Jumlah Pelayanan

1 Januari 67 2 Februari 62 3 Maret 75 4 April 78 5 Mei 100 6 Juni 100 7 Juli 125 8 Agustus 144 9 September 123

10 Oktober 160 11 November 146 12 Desember 131

Jumlah 1.311 Sumber: Bagian Rekam Medis RSU Methodist Medan Tahun 2006

Pelayanan hemodialisis selama tahun 2006 di RSU Methodist Medan yang

berjumlah 1.311 kali pelayanan hemodialisis sebanyak 18 kali merupakan single use

sedangkan sisanya sebesar 1.293 kali merupakan reused.

Untuk tahun 2006 di mana rata-rata 1 mesin melakukan 327,75 tindakan

hemodialisis dalam satu tahun atau dengan perkataan lain dalam 312 hari kerja per

tahun setiap mesin hanya melayani 1,05 pasien per hari. Dalam penelitian ini didapat

Universitas Sumatera Utara

Page 83: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

total hemodialisis yang dilakukan 4458 jam sehingga didapat rata-rata 3,4 jam per

pasien per kali hemodialisis ditambah waktu persiapan (priming time) serta waktu

mengakhiri hemodialisis (ending time) maka diperkirakan satu pasien memerlukan

waktu rata-rata 4-5 jam per pasien per kali hemodialisis.

4.2. Mekanisme Perhitungan Biaya Satuan

Pertama sekali dilakukan pengelompokan unit-unit yang ada di RSU

Methodist Medan yang dibagi menjadi unit penunjang dan unit produksi.

1. Unit penunjang

a. Direksi dan Administrasi.

b. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPSRS).

c. Laundry.

2. Unit Produksi yang terdiri dari 2 kelompok yakni:

a. Unit Hemodialisis.

b. Kelompok Non-Hemodialisis yang terdiri dari.

1). Kamar operasi,

2). Rawat jalan,

3). Rawat darurat,

4). Kebidanan,

5). Rawat inap,

6). Laboratorium,

7). Radiologi,

Universitas Sumatera Utara

Page 84: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

8). Farmasi,

9). Gizi.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan biaya satuan di Unit Pelayanan

Hemodialisis RSU Methodist Medan adalah merupakan biaya total dibagi dengan

jumlah produk pelayanan hemodialisis yang dihasilkan selama tahun 2006. Biaya

total merupakan penjumlahan dari biaya langsung dan biaya tidak langsung dalam

proses pelayanan hemodialisis di Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan selama

tahun 2006. Kegiatan analisis biaya ditelusuri melalui perhitungan biaya langsung

dan biaya tak langsung.

4.2.1. Biaya Langsung

Biaya langsung adalah biaya yang dimanfaatkan langsung di Unit

Hemodialisis yang dibentuk dari 2 komponen biaya yaitu biaya tetap dan biaya

variabel.

4.2.1.1. Biaya tetap

Biaya tetap adalah biaya di Unit Hemodialisis selama tahun 2006 yang

besarnya relatif tidak dipengaruhi oleh jumlah output atau produksi yang dihasilkan

yang terdiri dari:

a. Biaya investasi gedung.

b. Biaya mesin hemodialisis.

c. Biaya peralatan medis lain.

d. Biaya peralatan non-medis.

e. Biaya gaji personel.

Universitas Sumatera Utara

Page 85: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Investasi gedung besarnya ditetapkan dengan menghitung biaya penyusutan

gedung dengan menggunakan metode garis lurus yaitu setelah diketahui harga

perolehan gedung di mana unit hemodialisis berada yang kemudian dibagi dengan

umur ekonomisnya. Demikian juga halnya untuk menetapkan biaya penyusutan

mesin hemodialisis, biaya penyusutan peralatan baik peralatan medik maupun non-

medik.

Berikut ini adalah Tabel 4.6 yang menunjukkan tentang distribusi luas lantai

di RSU Methodist Medan menurut unit kerja masing-masing.

Tabel 4.6. Distribusi Luas Lantai di RSU Methodist Medan Tahun 2006

No. Unit Kerja Luas Lantai (m2) Persentase (%) 1. Direksi dan Administrasi 216 7,93 2. Laundry 328 12,04 3. IPSRS 50 1,84 4. Dapur 101 3,72 5. Kamar Operasi 157 5,76 6. Rawat Jalan 120 4,41 7 ICU 240 8,82 8. Kebidanan 69 2,54 9. Rawat Inap 1107 40,61 10. Laboratorium 33 1,21 11. Radiologi 190 6,97 12. Farmasi 35 1,30 13. Hemodialisis 80 2,94

Jumlah 2726 100,00 Sumber: IPSRS RSU Methodist Medan Tahun 2006 (Data diolah)

Dalam perhitungan biaya penyusutan gedung nilai ekonomis gedung

diperhitungkan untuk jangka waktu 20 tahun. Adapun harga perolehan gedung adalah

sebesar Rp. 3.319.673.080,00.- Dengan metode garis lurus diperoleh biaya

Universitas Sumatera Utara

Page 86: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

penyusutan gedung RSU Methodist Medan tahun 2006 adalah sebesar

Rp. 165.983.654,00.-

Tabel 4.6 di bawah ini menampilkan besaran biaya penyusutan gedung RSU

Methodist Medan tahun 2006 dengan jumlah total Rp. 165.983.654,00.- yang

diuraikan menurut unit kerja sebagai berikut:

Tabel 4.7. Data Biaya Penyusutan Gedung RSU Methodist Medan Tahun 2006

No. Unit Kerja Biaya Penyusutan (Rp) Persentase (%) 1. Direksi dan Administrasi 13.152.043,02 7,93 2. Laundry 19.971.620,88 12,04 3. IPSRS 3.044.454,40 1,84 4. Dapur 6.163.466,87 3,72 5. Kamar Operasi 9.543.432,57 5,76 6. Rawat Jalan 7.306.690,56 4,41 7. Rawat darurat 14.613.381,12 8,82 8. Kebidanan 4.208.388,67 2,54 9. Rawat Inap 67.284.513,30 40,61 10. Laboratorium 2.004.783,58 1,21 11. Radiologi 11.548.216,15 6,97 12. Farmasi 2.153.899,72 1,30 13. Hemodialisis 4.871.127,04 2,94

Jumlah 165.983.654,00 100,00 Sumber: Sub Bagian Keuangan dan IPSRS RSU Methodist Medan-2006, data diolah

Berdasarkan Luas Lantai Masing-masing Unit Dari Tabel 4.7 di atas tampak bahwa biaya penyusutan gedung terbesar berada

di unit rawat inap sebesar Rp. 67.284.513,30.- (40,61%). Biaya penyusutan gedung

untuk Unit Hemodialisis adalah sebesar Rp. 4.871.127,04 (2,94%).

Tabel 4.8 menunjukkan distribusi pemakaian listrik menurut masing-masing

unit kerja di RSU Methodist Medan selama tahun 2006.

Universitas Sumatera Utara

Page 87: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Tabel 4.8. Data Distribusi Pemakaian Listrik di Masing-Masing Unit Kerja di RSU Methodist Medan Tahun 2006

No. Unit Kerja Pemakaian Listrik (VA) Persentase (%) 1. Direksi dan Administrasi 9.005 3,36 2.

Laundry 200 0,08

3. IPSRS 27.372 10,21 4. Dapur 1.507 0,57 5. Kamar Operasi 19.056 7,11 6. Rawat Jalan-UGD 4.392 1,64 7. ICU 8.799 3,28 8. Kebidanan 2.813 1,05 9. Rawat Inap 53.822 20,07 10. Laboratorium 4.227 1,58 11. Radiologi 119.695 44,63 12. Farmasi 1.805 0,68 13. Hemodialisis 15.504 5,78

Jumlah 268.197 100,00 Sumber: IPSRS RSU Methodist Medan Tahun 2006 (Data diolah)

Dalam perhitungan penyusutan peralatan medis nilai ekonomis

diperhitungkan untuk jangka waktu 5 tahun. Untuk perhitungan penyusutan peralatan

medis dipisahkan antara mesin hemodialisis dengan peralatan medis lainnya. Mesin

hemodialisis yang berjumlah 4 (empat) unit di mana satu unit merupakan mesin yang

kontrak kerjasama dan yang 3 unit merupakan mesin yang dibeli pihak rumah sakit.

Biaya yang dikenakan untuk mesin kontrak kerjasama itu dibebankan ke bahan-bahan

habis pakai. Jadi dalam perhitungan biaya bahan habis pakai untuk keperluan

hemodialisis sudah termasuk biaya kontrak mesin tersebut. Dalam hal ini kontrak

pemakaian bahan habis pakai untuk satu unit mesin hemodialisis adalah 2400 set

bahan habis pakai. Jika target 2400 set tersebut telah dipenuhi maka mesin tersebut

menjadi milik pihak rumah sakit. Dalam kontrak kerjasama pemakaian mesin

Universitas Sumatera Utara

Page 88: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

hemodialisis sudah termasuk satu unit water treatment dengan sistem Reverse

Osmosis (RO).

Satu mesin dibeli tahun 2003 seharga Rp. 99.010.769.- per unit dan satu unit

merupakan mesin dengan sistem kontrak. Sedangkan 2 unit mesin dibeli pihak rumah

sakit pada tahun 2005 seharga Rp. 115.559.990.- per unit. Total harga perolehan

mesin hemodialisis adalah sebesar Rp. 330.130.749,00.- Dengan demikian dengan

perhitungan penyusutan metode garis lurus didapat penyusutan 3 unit mesin

hemodialisis adalah sebesar Rp. 66.026.149,80.-

Jadi total penyusutan mesin hemodialisis selama tahun 2006 adalah

Rp. 66.026.149,80

Dalam perhitungan biaya penyusutan peralatan medis lain, nilai ekonomis

juga diperhitungkan untuk jangka waktu 5 tahun. Total harga perolehan peralatan

medis lain selama tahun 2006 adalah Rp. 2.213.145.275,00.- Dengan perhitungan

memakai metode garis lurus diperoleh biaya penyusutan peralatan medis lain tahun

2006 adalah sebesar Rp. 442.629.055,00.- Tabel 4.9 di bawah ini menampilkan biaya

penyusutan peralatan medis lain di RSU Methodist Medan tahun 2006 sebesar Rp.

442.629.055,00.- dengan dasar alokasi jumlah pemakaian listrik di masing-masing

unit kerja.

Universitas Sumatera Utara

Page 89: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Tabel 4.9. Data Biaya Penyusutan Peralatan Medis Lain RSU Methodist Medan Tahun 2006

No. Unit Kerja Biaya Penyusutan

(Rp) Persentase (%)

1. Direksi dan Administrasi 14.861.742,08 3,36 2.

Laundry 330,077.56 0,08

3. IPSRS 45.174.414,68 10,21 4. Dapur 2.522.985,61 0,57 5. Kamar Operasi 31.470.925,81 7,11 6. Rawat Jalan 7.259.116,50 1,64 7. Rawat darurat 14.518.233,00 3,28 8. Kebidanan 4.647.605,08 1,05 9. Rawat Inap 88.835.651,34 20,07 10. Laboratorium 6.993.539,07 1,58 11. Radiologi 197.545.347,25 44,63 12. Farmasi 3.009.877,57 0,68 13. Hemodialisis 25.587.612,35 5,78

Jumlah 442.629.055,00 100,00 Sumber: Subbagian Keuangan dan IPSRS RSU Methodist Medan Tahun 2006

dengan Distribusi Berdasarkan Pemakaian Listrik (Data Diolah)

Untuk peralatan non medis, seperti pada peralatan medis nilai ekonomi

diperhitungkan untuk jangka waktu 5 tahun. Harga perolehan peralatan non medis

adalah Rp. 487.344.635,00.- Dengan perhitungan metode garis lurus diperoleh biaya

penyusutan peralatan non medis selama tahun 2006 adalah sebesar

Rp. 97.468.927,00.-

Universitas Sumatera Utara

Page 90: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Tabel 4.10. Data Biaya Penyusutan Peralatan Non-Medis RSU Methodist Medan Tahun 2006

No. Unit Kerja Biaya Penyusutan (Rp) Persentase (%) 1. Direksi dan Administrasi 3.272.623,06 3,36 2. Laundry 72.684,58 0,08 3. Umum dan Pemeliharaan 9.947.611,16 10,21 4. Dapur 555.652,21 0,57 5. Kamar Operasi 6.931.030,21 7,11 6. Rawat Jalan 1.598.718,64 1,64 7. Rawat darurat 3.197.437,29 3,28 8. Kebidanan 1.023.569,87 1,05 9. Rawat Inap 19.564.806,78 20,07

10. Laboratorium 1.540.228,94 1,58 11. Radiologi 43.506.593,26 44,63 12. Farmasi 662.883,34 0,68 13. Hemodialisis 5.634.508,38 5,78

Jumlah 97.468.927,00 100,00 Sumber: Subbagian Keuangan dan IPSRS RSU Methodist Medan Tahun 2006 dengan Dasar

Distribusi Pemakaian Listrik (Data Diolah) Tabel 4.11 merupakan daftar gaji personel di Unit Hemodialisis RSU

Methodist Medan tahun 2006 berupa gaji pokok, tidak termasuk insentif.

Tabel 4.11. Daftar Gaji Personel Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan Tahun 2006

Gaji Personel Unit Hemodialisis No Bulan

A B C D E F 1 Januari 1.146.500 1.012.000 977.000 805.000 805.000 - 2 Februari 1.146.500 1.012.000 977.000 805.000 805.000 - 3 Maret 1.146.500 1.012.000 977.000 805.000 805.000 - 4 April 1.146.500 1.012.000 977.000 805.000 805.000 - 5 Mei 1.146.500 1.012.000 977.000 805.000 805.000 - 6 Juni 1.146.500 1.012.000 977.000 805.000 805.000 - 7 Juli 1.146.500 1.012.000 977.000 805.000 805.000 807.500 8 Agustus 1.146.500 1.012.000 977.000 805.000 805.000 807.500 9 September 1.146.500 1.012.000 977.000 805.000 805.000 807.500 10 Oktober 1.146.500 1.012.000 977.000 805.000 805.000 807.500 11 Nopember 1.176.500 1.013.000 978.000 805.000 925.500 807.500 12 Desember 1.176.500 1.013.000 978.000 925.500 925.500 807.500 Jumlah 13.818.000 12.146.000 11.726.000 9.780.500 9.901.000 4.845.000

Sumber: Subbagian Keuangan RSU Methodist Medan Tahun 2006 (Data Diolah)

Universitas Sumatera Utara

Page 91: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Dari Tabel 4.11 di atas didapat jumlah gaji 6 orang perawat di Unit

Hemodialisis selama tahun 2006 adalah sebesar Rp. 62.216.500.-

Tabel 4.12 merupakan rangkuman dari komponen biaya yang membentuk

biaya tetap di Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan tahun 2006.

Tabel 4.12. Biaya Tetap Unit Hemodialisis RSU Methodist Selama Tahun 2006

No. Jenis Biaya Nilai (Rp) Persentase (%) 1. Biaya penyusutan gedung 4.871.127,04 2,99 2. Biaya penyusutan mesin hemodialisis 66.026.149,80 40,43 2. Biaya penyusutan peralatan medis lainnya 25.587.612,35 15,67 3. Biaya penyusutan peralatan non medis 5.634.508,38 3,45 4. Gaji personel 62.216.500,00 38,10

Jumlah 163.335.897,57 100,00

4.2.1.2. Biaya variabel

Biaya variabel adalah biaya di Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan

selama tahun 2006 yang besarnya dipengaruhi oleh banyaknya produksi. Biaya

variabel di Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan terdiri dari:

a. Biaya listrik.

b. Biaya air.

c. Biaya bahan habis pakai/obat.

d. Biaya honor supervisor.

e. Biaya insentif perawat.

f. Biaya cucian.

Untuk tahun 2006 total biaya pemakaian listrik di RSU Methodist Medan

adalah sebesar Rp. 312.475.745,00.- Pada Tabel 4.13 menunjukkan data

Universitas Sumatera Utara

Page 92: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

pendistribusian biaya pemakaian listrik berdasarkan jumlah pemakaian listrik

di masing-masing unit kerja.

Tabel 4.13. Data Distribusi Biaya Pemakaian Listrik di RSU Methodist Medan Tahun 2006

No. Unit Kerja Pemakaian

Listrik (VA)

Biaya Pemakaian Listrik (Rp)

Persentase (%)

1. Direksi dan Administrasi 9.005 10.491.706,04 3,36 2. Laundry 200 233.019,57 0,08 3. IPSRS 27.372 31.891.058,04 10,21 4. Dapur 1.507 1.781.366,06 0,57 5. Kamar Operasi 19.056 22.220.197,70 7,11 6. Rawat Jalan 4.392 5.125.333,93 1,64 7. Rawat darurat 8.799 10.250.667,86 3,28 8. Kebidanan 2.813 3.281.463,80 1,05 9. Rawat inap 53.822 62.722.836,54 20,07 10. Laboratorium 4.227 4.937.821,71 1,58 11. Radiologi 119.695 139.477.837,31 44,63 12. Farmasi 1.805 2.125.138,46 0,68 13. Hemodialisis 15.504 18.063.676,89 5,78

Jumlah 268.197 312.475.745,00 100,00 Sumber: Subbagian Keuangan dan IPSRS RSU Methodist Medan Tahun 2006

dengan Dasar Distribusi Pemakaian Listrik (Data Diolah) Selama tahun 2006 total biaya pemakaian air di RSU Methodist Medan adalah

sebesar Rp. 173.966.625,00.- Pada Tabel 4.14 menunjukkan distribusi biaya

pemakaian air berdasarkan luas lantai di masing-masing unit kerja.

Universitas Sumatera Utara

Page 93: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Tabel 4.14. Data Distribusi Pemakaian Air di Masing-Masing Unit Pelayanan di RSU Methodist Medan Tahun 2006

No. Unit Kerja Biaya Pemakaian Air (Rp) Persentase (%) 1. Direksi dan Administrasi 13.795.553,37 7,93 2. Laundry 20.945.581,65 12,04 3. IPSRS 3.200.985,90 1,84 4. Dapur 6.471.558,45 3,72 5. Kamar Operasi 10.020.477,60 5,76 6. Rawat Jalan 7.671.928,17 4,41 7. Rawat darurat 15.343.856,33 8,82 8. Kebidanan 4.418.752,28 2,54 9. Rawat Inap 70.647.846,42 40,61 10. Laboratorium 2.104.996,17 1,21 11. Radiologi 12.125.473,77 6,97 12. Farmasi 2.261.566,13 1,30 13. Hemodialisis 5.114.618,78 2,94

Jumlah 173.966.625,00 100,00 Sumber: Subbagian Keuangan dan IPSRS RSU Methodist Medan Tahun 2006 (Data

Diolah Berdasarkan Luas Lantai Masing-masing Unit)

Dalam proses hemodialisis dibutuhkan biaya untuk bahan habis pakai/obat

yang terdiri dari bahan utama, bahan tambahan dan biaya reuse seperti yang tertera

pada Tabel 4.15 berikut ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 94: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Tabel 4.15. Bahan Habis Pakai dalam Proses Sekali Hemodialisis Tahun 2006

No Bahan Jumlah A Bahan Utama

1 Dialyzer 118.781,00 2 Bloodlines 45.685,00 3 AV Fistula 2x Rp.5.482 10.964,00 4 Concentrate 105.075,00

Jumlah 280.505,00 B Bahan Tambahan

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15

Sodium Chloride 0,9% 1000ml 2xRp 8300.- Infusion set Spuit 20ml, 5ml, 1ml Surgical Glove Nebacetine powder 1/10 Betadine solution 10 ml Alkohol 70% 25 ml Heparin 5000 3 cc Lidocain 2ml Band aid 2 bh Microspore Gauz pad/10 buah Masker/2 buah Sodium Hypocloride (Bayclin)-desinfectant mesin Citric acid 25 gr

16.600,00 4.700,00 9.800,00 8.150,00 1.900,00 1.350,00

500,00 14.500,00 1.000,00

400,00 1.375,00 2.750,00

600,00 1.100,00

575,00 Jumlah 65.300,00

C Biaya reuse 1 Formalin 4%, 300 cc 1.500,00 2 H2O2, 3% 150 cc 900,00 3 Air RO, 20 l 2.000,00

Jumlah 4.400,00 Sumber: Subbagian Keuangan dan Instalasi Hemodialisis RSU Methodist Medan

Tahun 2006 (Data Diolah)

Untuk single use biaya bahan yang habis dipakai per set Rp. 280.505.- Untuk

per set bahan habis pakai tanpa dialyzer Rp. 161.724.- Untuk yang reuse dengan

asumsi setiap dialyzer dipakai berulang sebanyak 5 kali sehingga didapat dari jumlah

Universitas Sumatera Utara

Page 95: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

1293 kali hemodialisis 258,6 kali dengan dialyzer baru dan 1034,4 kali dengan

dialyzer reuse, tanpa memakai dialyzer baru. Setiap kali dialyzer yang sudah dipakai

dibersihkan kembali dengan suatu proses dan bahan-bahan pembersih

di mana dibutuhkan biaya tambahan sebesar Rp. 4.400.- per kali reuse. Dialyzer yang

dipakai berulang hanya untuk pasien yang bersangkutan, tidak dipakai untuk pasien

lain.

Untuk total hemodialisis selama tahun 2006 sebanyak 1311 kali dibutuhkan

biaya bahan disposible/obat sebagai berikut:

Bahan utama untuk Single use 18 x Rp 280.505 = Rp 5.049.090,00.-

Bahan utama untuk Reuse a. 258,6 x Rp 280.505 = Rp 72.538.593,00.-

b. 1034,4 x Rp 161.724 = Rp167.287.305,60.-

Biaya reuse 1034,4 x Rp 4.400.- = Rp 4.551.360,00.-

Bahan tambahan 1311 x Rp 65.300.- = Rp 85.608.300,00.-

Jumlah = Rp335.034.648,60.-

Honor Supervisor Medis diberikan Rp. 60.000.- per kali tindakan hemodialisis. Jadi

untuk jumlah tindakan yang 1311 kali hemodialisis tahun 2006 dikeluarkan biaya

Supervisor Medis sejumlah Rp. 78.660.000.-.

Jumlah insentif yang diberikan kepada perawat Unit Hemodialisis adalah

Rp. 15.000.- per kali hemodialisis. Jadi selama tahun 2006 telah dikeluarkan biaya

sebesar Rp. 19.665.000.- sebagai insentif perawat hemodialisis.

Universitas Sumatera Utara

Page 96: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Biaya cucian di masing-masing unit kerja dihitung berdasarkan berat cucian

(kg). Tabel 4.16 menunjukkan distribusi biaya cucian RSU Methodist Medan tahun

2006.

Tabel 4.16. Data Distribusi Cucian RSU Methodist Medan Tahun 2006

No. Unit Kerja Kg.Cucian Kering

Biaya Persentase (%)

1. Direksi dan Administrasi 0,00 0,00 0,00 2. Laundry 0,00 0,00 0,00 3. Umum dan Pemeliharaan 0,00 0,00 0,00 4. Dapur 0,00 0,00 0,00 5. Kamar Operasi 3.790,00 3.895.833,67 26,96 6. Rawat Jalan 1.095,00 1.088116,75 7,53 7. Rawat darurat 1.570,00 1.560.645,54 10,80 8. Kebidanan 63,00 63.581.86 0,44 9. Rawat inap 7.370,00 7.323.473,67 50,68 10. Laboratorium 0,00 0,00 0,00 11. Radiologi 0,00 0,00 0,00 12. Farmasi 0,00 0,00 0,00 13. Hemodialisis 655,50 651.714,02 4,51

Jumlah 14.543,50 14.450.421,60 100,00 Sumber: Subbagian Keuangan dan Instalasi Laundry RSU Methodist Medan Tahun

2006 dengan Dasar Distribusi Berat Laundry (Data Diolah) Dari perhitungan di atas seluruh biaya variabel dapat dirangkum dalam Tabel

4.17 di bawah ini.

Tabel 4.17. Biaya Variabel Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan Tahun 2006

No. Jenis Biaya Jumlah (Rp) Persentase (%) 1. Biaya listrik 18.063.676,89 3,96 2. Biaya air 5.114.618,78 1,12 3. Bahan habis pakai 335.034.648,60 73,29 4. Honor supervisor medis 78.660.000,00 17,21 5. Insentif perawat 19.665.000,00 4,31 6. Biaya cucian 651.714,02 0,15

Jumlah 457.189.658,29 100,00

Universitas Sumatera Utara

Page 97: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Biaya langsung terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Pada Tabel 4.18

berikut ini menggambarkan biaya langsung beserta komponen-komponennya hasil

perhitungan di atas.

Tabel 4.18. Biaya Langsung Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan Tahun 2006

Jenis Biaya Jumlah (Rp) Persentase (%)

Penyusutan gedung 4.871.127,04 0,79 Penyusutan mesin hemodialisis 66.026.149,80 10,64 Penyusutan peralatan medis lainnya 25.587.612,35 4,13 Penyusutan peralatan non medis 5.634.508,38 0,91

Biaya Tetap

Gaji personel 62.216.500,00 10,03 Biaya listrik 18.063.676,89 2,92 Biaya air 5.114.618,78 0.83 Bahan habis pakai 335.034.648,60 54,00 Honor supervisor 78.660.000,00 12.68 Insentif perawat 19.665.000,00 3,17

Biaya Variabel

Biaya cucian 651.714,02 0,11 Jumlah 620.525.555,86 100,00

4.2.2. Biaya Tidak Langsung

Biaya tidak langsung berasal dari biaya yang terjadi di unit-unit penunjang

yang didistribusikan ke Unit Hemodialisis. Biaya yang terjadi di unit-unit penunjang

terdiri dari biaya penyusutan gedung, biaya penyusutan peralatan medis lain, biaya

penyusutan peralatan non-medis, gaji pegawai, biaya listrik dan biaya air yang terjadi

di unit penunjang tersebut. Biaya ini didistribusikan dari unit-unit penunjang tersebut

ke Unit Hemodialisis dengan menggunakan metode distribusi ganda. Distribusi ini

dilakukan secara terpisah untuk masing-masing item sehingga akan selalu tampak

item komponen tersebut di dalam biaya satuan yang dihasilkan. Untuk biaya-biaya

Universitas Sumatera Utara

Page 98: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

yang hanya terjadi di Unit Hemodialisis seperti biaya penyusutan mesin

hemodialisis, biaya bahan habis pakai/obat, honor supervisor, insentif perawat dan

biaya cucian tidak didistribusikan karena biaya-biaya tersebut merupakan biaya

langsung yang hanya terjadi di Unit Hemodialisis.

Distribusi tahap pertama adalah melakukan alokasi biaya yang dikeluarkan

oleh setiap unit penunjang ke unit penunjang lain dan unit produksi. Pada distribusi

tahap kedua dilakukan alokasi biaya yang diterima oleh unit penunjang sebagai hasil

alokasi pertama ke seluruh unit produksi. Distribusi kedua ini dilakukan secara tuntas

sehingga tidak ada lagi biaya yang tersisa di unit-unit penunjang.

Distribusi biaya ini, baik pada tahap pertama maupun tahap kedua, dilakukan

dengan menggunakan dasar alokasi yang berbeda-beda tergantung pada jenis

pelayanan yang diberikan oleh unit penunjang yang bersangkutan dan relevan

terhadap unit-unit yang menerima alokasi tersebut.

a. Biaya penyusutan gedung

Biaya penyusutan gedung dari unit-unit penunjang didistribusikan ke seluruh

unit produksi dengan menggunakan metode distribusi ganda. Sebagai dasar alokasi

yang dipergunakan adalah perhitungan luas lantai (Tabel 4.6). Distribusi biaya

penyusutan gedung dihitung berdasarkan luas lantai dengan asumsi semakin luas

lantai tempat unit tersebut semakin besar beban biaya penyusutan gedung yang

dibebankan ke unit tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 99: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Dari hasil perhitungan didapatkan alokasi biaya penyusutan gedung unit-unit

penunjang seperti tergambar pada Lampiran I di mana biaya yang harus dialokasikan

ke Unit Hemodialisis adalah seperti yang diuraikan pada Tabel 4.19 di bawah ini.

Tabel 4.19. Alokasi Biaya Penyusutan Gedung dari Unit-unit Penunjang ke Unit Hemodialisis RSU Metodist Medan Tahun 2006

No Unit Penunjang Alokasi I Alokasi II Jumlah 1 Direktur dan Administrasi 419.188,62 76.723,67 495.912,29 2 Laundry 666.275,93 78.492,88 744.768,81 3 IPSRS 91.015,08 25.456,49 116.471,57

Jumlah 1.357.152,67 b. Biaya penyusutan peralatan medis lain

Biaya penyusutan peralatan medis lain dari unit penunjang didistribusikan ke

seluruh unit produksi dengan menggunakan metode distribusi ganda. Sebagai dasar

alokasi yang dipergunakan adalah jumlah pemakaian listrik seperti yang diuraikan

pada Tabel 4.8. Distribusi biaya penyusutan peralatan medis lain mempergunakan

jumlah pemakaian listrik dengan asumsi makin besar jumlah pemakaian listrik makin

banyak peralatan medis yang dipakai di unit yang bersangkutan.

Dari hasil perhitungan distribusi biaya penyusutan peralatan medis unit-unit

penunjang ke Unit Hemodialisis sesuai perhitungan pada Lampiran 2, biaya yang

harus dialokasikan ke Unit Hemodialisis adalah sebagai yang diuraikan pada Tabel

4.20 di bawah ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 100: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Tabel 4.20. Alokasi Biaya Penyusutan Peralatan Medis Lain dari Unit Penunjang ke Unit Hemodialisis Tahun 2006

No Unit Penunjang Alokasi I Alokasi II Jumlah 1 Direktur dan Administrasi 888.979,79 113.811,10 1.002.790,89 2 Laundry 19.095,45 3.278,86 22.374,31 3 IPSRS 2.908.270,01 107.312,99 3.015.583,00

Jumlah 4.040.748,20

c. Biaya penyusutan peralatan non-medis

Biaya penyusutan peralatan non-medis dari unit penunjang didistribusikan ke

seluruh unit produksi dengan menggunakan metode distribusi ganda. Sebagai dasar

alokasi yang dipergunakan adalah jumlah pemakaian listrik seperti yang diuraikan

pada Tabel 4.8. Distribusi biaya penyusutan peralatan non medis mempergunakan

jumlah pemakaian listrik dengan asumsi makin besar jumlah pemakaian listrik makin

banyak peralatan non medis yang dipakai di unit yang bersangkutan.

Dari hasil perhitungan distribusi biaya penyusutan peralatan non medis unit-

unit penunjang ke Unit Hemodialisis sesuai perhitungan pada Lampiran 3, biaya yang

harus dialokasikan ke Unit Hemodialisis adalah sebagai yang diuraikan pada Tabel

4.21 di bawah ini.

Tabel 4.21. Alokasi Biaya Penyusutan Peralatan Non-Medis dari Unit Penunjang ke Unit Hemodialisis Tahun 2006

No Unit Penunjang Alokasi I Alokasi II Jumlah 1 Direktur dan Administrasi 195.757,38 25.061,72 220.819,10 2 Laundry 4.204,90 722,02 4.926,92 3 IPSRS 640.414,26 23.630,81 664.045,07

Jumlah 889.791,09

Universitas Sumatera Utara

Page 101: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

d. Biaya gaji pegawai

Biaya gaji yang terjadi pada unit penunjang didistribusikan ke seluruh unit

produksi dengan menggunakan metode distribusi ganda. Sebagai dasar alokasi yang

dipergunakan adalah distribusi jumlah pegawai seperti yang diuraikan pada Tabel

4.22 di bawah ini. Distribusi gaji pegawai berdasarkan jumlah personil dengan asumsi

makin banyak personilnya makin besar beban gaji yang dibebankan di unit

bersangkutan.

Tabel 4.22. Data Distribusi Gaji Berdasarkan Jumlah Pegawai di RSU Methodist Medan Tahun 2006

No. Unit Kerja Jumlah Pegawai

(Orang) Gaji (Rp)

Persentase (%)

1. Direksi dan Administrasi 25 329.152.031,05 11,42 2. Laundry 6 78.996.487,45 2,74 3. IPSRS 32 421.314.599,74 14,62 4. Dapur 16 210.657.299,87 7,31 5. Kamar Operasi 11 144.826.893,66 5,03 6. Rawat Darurat 13 171.159.056,14 5,94 7. Rawat Jalan 18 236.989.462,35 8,22 8. Kebidanan 6 78.996.487,45 2,74 9. Rawat Inap 67 882.127.443,19 30,60

10. Laboratorium 8 105.328.649,92 3,66 11. Radiologi 5 65.830.406,19 2,29 12. Farmasi 6 78.996.487,46 2,74 13. Hemodialisis 6 78.996.487,45 2,74

Jumlah 219 2.883.371.792,00 100,00 Sumber: Subbagian Keuangan dan Subbagian Personalia RSU Methodist Medan

Tahun 2006 Didistribusikan Berdasarkan Jumlah Personel (Data Diolah)

Jumlah gaji seluruh pegawai RSU Methodist Medan tahun 2006 adalah

Rp. 2.883.371792,00.-

Universitas Sumatera Utara

Page 102: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Dari hasil perhitungan distribusi biaya gaji unit-unit penunjang ke Unit

Hemodialisis sesuai perhitungan pada Lampiran 4, biaya yang harus dialokasikan ke

Unit Hemodialisis adalah sebagai yang diuraikan pada Tabel 4.23 berikut ini.

Tabel 4.23. Alokasi Biaya Gaji Pegawai dari Unit Penunjang ke Unit Hemodialisis Tahun 2006

No Unit Penunjang Alokasi I Alokasi II Jumlah 1 Direktur dan Administrasi 10.179.959,72 2.522.975,75 12.702.935,47 2 Laundry 2.225.253,17 911.464,43 3.136.717,60 3 IPSRS 13.518.115,50 2.544.659,05 16.062.774,55

Jumlah 31.902.427,62 e. Biaya listrik

Walaupun Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan telah menanggung biaya

listrik yang terjadi di Unit Hemodialisis sebagai biaya variabelnya, juga harus

menerima biaya listrik yang terjadi di unit-unit penunjang terkait sebagai biaya tak

langsung. Biaya listrik yang terjadi di unit-unit penunjang didistribusikan ke seluruh

unit produksi dengan menggunakan metode distribusi ganda. Sebagai dasar alokasi

yang dipergunakan adalah jumlah pemakaian listrik di masing-masing unit seperti

yang diuraikan pada Tabel 4.8. Distribusi biaya listrik mempergunakan jumlah

pemakaian listrik secara proporsional di masing-masing unit pelayanan.

Dari hasil perhitungan distribusi biaya listrik dari unit-unit penunjang ke Unit

Hemodialisis sesuai perhitungan pada Lampiran 5, biaya yang harus dialokasikan ke

Unit Hemodialisis adalah sebagai yang diuraikan pada Tabel 4.24 di bawah ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 103: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Tabel 4.24. Alokasi Biaya Listrik dari Unit Penunjang ke Unit Hemodialisis Tahun 2006

No Unit Penunjang Alokasi I Alokasi II Jumlah 1 Direktur dan administrasi 627.578,82 80.345,40 707.924,22 2 Laundry 13.480,51 2.314,73 15.795,24 3 IPSRS 2.053.104,80 75.758,03 2.128.862,83

Jumlah 2.852.582,29 g. Biaya air

Walaupun Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan telah menanggung biaya

air yang terjadi di Unit Hemodialisis sebagai biaya variabelnya juga harus menerima

biaya air yang terjadi di unit-unit penunjang terkait sebagai biaya tak langsung. Biaya

air yang terjadi di unit-unit penunjang didistribusikan ke seluruh unit produksi dengan

menggunakan metode distribusi ganda. Sebagai dasar alokasi yang dipergunakan

adalah luas lantai di masing-masing unit seperti yang diuraikan pada Tabel 4.6.

Distribusi biaya air berdasarkan luas lantai dengan asumsi makin luas unit pelayanan

makin banyak pemakaian air.

Dari hasil perhitungan distribusi biaya air dari unit-unit penunjang ke Unit

Hemodialisis sesuai perhitungan pada Lampiran 6, biaya yang harus dialokasikan ke

unit Hemodialisis adalah sebagai yang diuraikan pada Tabel 4.25 di bawah ini.

Tabel 4.25. Alokasi Biaya Air dari Unit Penunjang ke Unit Hemodialisis Tahun 2006

No Unit Penunjang Alokasi I Alokasi II Jumlah 1 Direktur dan Administrasi 439.349,47 80.413,69 519.763,16 2 Laundry 698.320,41 82.267,99 780.588,40 3 IPSRS 95.392,44 26.680,81 122.073,25

Jumlah 1.422.424,81

Universitas Sumatera Utara

Page 104: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Jadi dari perhitungan di atas seperti yang terlihat pada Tabel 4.19, Tabel 4.20,

Tabel 4.21, Tabel 4.23, Tabel 4.24 dan Tabel 4.25 dapat diketahui besarnya biaya

tidak langsung yang dialokasikan dari unit-unit penunjang ke Unit Hemodialisis RSU

Methodist Medan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.26 di bawah ini.

Tabel 4.26. Alokasi Biaya Tidak Langsung dari Unit-Unit Penunjang ke Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan Tahun 2006

Asal Biaya

Jenis Biaya Dir & Adm Laundry IPSRS

Jumlah %

Peny. gedung 495.912,29 744.768,81 116.471,57 1.357.152,67 3,20 Peny. peral. medis lain 1.002.790,89 22.374,31 3.015.583,00 4.040.748,20 9,52 Peny.peral. non medis 220.819,10 4926,92 664.045,07 889.791,09 2,10 Gaji pegawai 12.702.935,47 3.136.717,60 16.062.774,55 31.902.427,62 75,13 Biaya listrik 707.924,22 15.795,24 2.128.862,83 2.852.582,29 6,72 Biaya air 519.763,16 780.588,40 122.073,25 1.422.424,81 3,35

Jumlah 15.650.145,13 4.705.171,28 22.109.810,27 42.465.126,68 100,00

4.2.3. Biaya Total

Setelah didapatkan perhitungan biaya langsung dan biaya tidak langsung,

selanjutnya hasil kedua biaya tersebut dijumlahkan sehingga diperoleh angka total

biaya di Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan periode Januari-Desember 2006

dengan rincian sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 105: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Tabel 4.27. Biaya Total Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan Tahun 2006

Komponen Biaya Jumlah

(Rp)

Persentase (%)

Penyusutan gedung 4.871.127,04 0,74 Penyusutan mesin hemodialisis 66.026.149,80 9,96 Penyusutan peralatan medis lain 25.587.612,35 3,86 Penyusutan peralatan non medis 5.634.508,38 0,85

Biaya Tetap

(24,80%) Gaji personel 62.216.500,00 9,39 Biaya listrik 18.063.676,89 2,73 Biaya air 5.114.618,78 0,78 Biaya habis pakai 335.034.648,60 50,54 Honor supervisor 78.660.000,00 11,87 Insentif perawat 19.665.000,00 2,97

Biaya Langsung (93,79%)

Biaya Variabel (68,79%)

Biaya cucian 651.714,02 0,10 Penyusutan gedung 1.357.152,67 0,21 Penyusutan peralatan medis lain 4.040.748,20 0,61 Penyusutan peralatan non medis 889.791,09 0,14 Gaji pegawai 31.902.427,62 4,82 Biaya listrik 2.852.582,29 0,43

Biaya Tak Langsung (6,21%)

Biaya air 1.422.424,81 0,22 Biaya total 662.990.682,54 100,00

Dari Tabel 4.27 di atas dapat disimpulkan komponen-komponen yang

membentuk biaya total di Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan selama tahun

2006 adalah sebesar Rp. 662.990.682,54.-.

Pada biaya langsung yang merupakan 93,79% dari total biaya, terlihat

komponen bahan habis pakai sebesar Rp. 335.034.648,60.- dan ini merupakan porsi

terbesar (50,54%) dari total biaya dan porsi kedua terbesar merupakan komponen

honor supervisor medis sebesar Rp. 78.660.000.- (11,87%).

Dari biaya tak langsung, yang merupakan 6,42% dari total biaya terlihat

komponen biaya terbesar ada pada biaya gaji pegawai sebesar Rp. 31.902.427,62.-

(4,82%) dan kedua terbesar pada komponen peralatan medis lain Rp. 4.040.748,20.-

(0.61%).

Universitas Sumatera Utara

Page 106: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Dari penelitian ini total financial requirements Unit Hemodialisis RSU

Methodist adalah sebesar Rp. 662.990.682,54.- selama tahun 2006.

4.2.4. Biaya Satuan

Biaya satuan Unit Hemodialisis adalah biaya total Unit Hemodialisis dibagi

dengan jumlah pelayanan di Unit Hemodialisis.

Biaya total yang didapat adalah Rp. 662.990.682,54.- selama tahun 2006.

Jumlah pelayanan yang dihasilkan selama tahun 2006 adalah 1311 kali

pelayanan hemodialisis.

Dengan demikian didapat biaya satuan adalah sebagai berikut:

Rp 662.990.682,54.- = Rp. 505.713,72.- per kali pelayanan hemodialisis. 1311 Jadi biaya satuan Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan selama tahun

2006 adalah sebesar Rp. 505.713,72.

Universitas Sumatera Utara

Page 107: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Pendapatan Unit Pelayanan Hemodialisis RSU Methodist Medan

Jumlah pendapatan yang seharusnya dari Unit Pelayanan Hemodialisis RSU

Methodist Medan selama tahun 2006 seperti tertera pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Pendapatan yang Seharusnya Unit Pelayanan Hemodialisis RSU Methodist Medan, Periode Januari 2006 - Desember 2006

No. Jenis

Hemodialisis

Tarif Hemodialisis

(Rp)

Jumlah Tindakan (kali)

Total (Rp)

1. Single-use 600.000.- 18 10.800.000.- 2. Reused 520.000.- 1293 672.360.000.-

Jumlah 1.311 683.160.000.-

Jumlah pendapatan yang sebenarnya dari Unit Pelayanan Hemodialisis RSU

Methodist Medan selama tahun 2006 yang didapat dari laporan keuangan rumah sakit

selama 2006 seperti tertera pada Tabel 5.2 berikut ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 108: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Tabel 5.2. Pendapatan yang Sebenarnya Unit Hemodialisis RSU Methodist yang Diperoleh dari Laporan Keuangan Rumah Sakit Selama Tahun 2006

No. Bulan Penghasilan (Rp) 1. Januari 25.630.000.- 2. Februari 37.192.000.- 3. Maret 38.328.000.- 4. April 32.902.000.- 5. Mei 40.966.000.- 6. Juni 61.036.000.- 7. Juli 63.193.000.- 8. Agustus 77.090.000.- 9. September 66.368.000.- 10. Oktober 77.468.000.- 11. Nopember 73.588.000.- 12.. Desember 65.138.000.-

Jumlah 658.899.000.- Sumber: Sub Bagian Keuangan dan Sub Bagian Rekam Medis RSU Methodist

Medan Tahun 2006 (Data Diolah)

Pendapatan seharusnya adalah nilai moneter pendapatan yang didapatkan dari

hasil perkalian antara tarif dengan jumlah pelayanan hemodialisis yang diberikan.

Sedangkan pendapatan sebenarnya adalah sejumlah nilai moneter pendapatan yang

diperoleh dari pendapatan realita laporan keuangan.

Dari Tabel 5.1 dan Tabel 5.2 didapatkan bahwa ada selisih antara pendapatan

sebenarnya dan pendapatan seharusnya sebesar Rp. 24.261.000.- Hal ini disebabkan

adanya keringanan yang diberikan kepada pasien tertentu atas dasar permintaan dan

rekomendasi dari pihak Yayasan Rumah Sakit Gereja Methodist Indonesia Gloria/

Gereja Methodist Indonesia Jemaat Gloria sebagai wujud dari fungsi sosial lembaga

keagamaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 109: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

5.2. Total Financial Requirements Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan

Dibandingkan dengan tarif hemodialisis yang berlaku biaya satuan yang

didapat dalam penelitian ini masih lebih rendah, dengan demikian tarif yang berlaku

sebenarnya masih dapat menutupi biaya yang dikeluarkan Unit Hemodialisis RSU

Methodist Medan tetapi dalam perhitungan total financial requiments yang didapat

yaitu Rp. 662.990.682,54.- (Tabel 4.27). Secara keseluruhan masih lebih tinggi dari

penghasilan Unit Hemodialisis RSU Methodist yang sebenarnya yaitu

Rp. 658.899.000.- (Tabel 5.2), Jadi ternyata Unit Hemodialisis RSU Methodist

Medan masih mengalami defisit sebesar Rp. 4.091.682,54.- selama tahun 2006.

Dengan perkataan lain ternyata Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan masih

memberikan subsidi sebesar rata-rata Rp. 3.121,04 untuk setiap tindakan hemodialisis

selama tahun 2006. Hal ini disebabkan adanya kebijakan pihak yayasan rumah sakit

yang memberikan potongan khusus untuk pasien-pasien kurang mampu sebesar Rp.

24.261.000.- selama tahun 2006 sebagai wujud fungsi sosial rumah sakit yang

berbasis keagamaan.

5.3. Biaya Satuan Versus Tarif

Biaya satuan yang didapat sebesar Rp. 505.713,72.- sebenarnya masih

di bawah tarif hemodialisis yang berlaku di rumah sakit. Untuk yang single use

di mana tarif yang berlaku Rp. 600.000.- per kali hemodialisis terdapat profit yang

cukup besar yaitu Rp. 94.286,28 (15,72%), dan untuk tarif hemodialisis reuse dengan

tarif Rp. 520.000.- per kali hemodialisis masih memberikan profit walaupun sedikit

Universitas Sumatera Utara

Page 110: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

yaitu Rp. 14.286,28.- (2,75%) per kali hemodialisis sehingga secara perhitungan Unit

Hemodialisis masih dapat menutupi biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan

pelayanan hemodialisis.

Universitas Sumatera Utara

Page 111: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan yaitu:

1. Kebijakan pentarifan Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan dilakukan tidak

mengacu kepada kaidah ekonomi kesehatan yang berlaku, khususnya tidak

dilakukan dengan menggunakan metode analisis biaya satuan.

2. Dengan pengolahan data secara double distribution method Unit Hemodialisis

RSU Methodist Medan selama tahun 2006 memerlukan total biaya sebesar

Rp. 662.990.682,54 dalam melakukan 1311 kali tindakan hemodialisis, sedangkan

penghasilan sebenarnya dari Unit Hemodialisis RSU Methodist Medan selama

tahun 2006 adalah Rp. 658.899.000,00. Dengan demikian didapat defisit sebesar

Rp. 4.091.682,54 untuk seluruh tindakan hemodialisis selama tahun 2006.

3. Dari penelitian di atas didapat biaya satuan untuk tindakan hemodialisis selama

tahun 2006 adalah Rp. 505.713,72 per kali tindakan hemodialisis.

4. Biaya satuan yang didapat yaitu Rp. 505.713,72 lebih rendah dari tarif

hemodialisis yang berlaku yaitu Rp. 600.000,00.- per kali tindakan hemodialisis

untuk single use dan juga lebih rendah dari tarif tindakan hemodialisis reuse yang

tarifnya Rp. 520.000.-.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tarif hemodialisis yang ditentukan

RSU Methodist Medan sejak tahun 2003 di mana untuk single use maupun reuse

Universitas Sumatera Utara

Page 112: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

masih dapat menutupi biaya satuan yang dibutuhkan per kali hemodialisis. Untuk

single use tarif masih lebih besar Rp. 94.286,28 (15,72%) di atas biaya satuan per

kali hemodialisis sedangkan untuk reuse tarif berada sedikit di atas biaya satuan

yaitu Rp. 14.286,28 (2,75%) per kali hemodialisis, tetapi secara keseluruhan Unit

Hemodialisis mengalami defisit atau rumah sakit memberikan subsidi kepada

pasien karena pemberian potongan khusus kepada pasien tertentu atas permintaan

pihak yayasan sebagai wujud fungsi sosial sebagai rumah sakit keagamaan.

5. Dari penelitian ini didapatkan bahwa rata-rata satu mesin hanya melayani 1,05

pasien per hari kerja. Dengan waktu hemodialisis yang rata-rata 3,4 jam per

pasien per kali hemodialisis ditambah waktu persiapan (priming time) serta waktu

mengakhiri hemodialisis (ending time) maka diperkirakan satu pasien

memerlukan waktu rata-rata 4-5 jam per pasien per kali hemodialisis. Dengan

demikian sebenarnya mesin akan sangat efisien jika dapat dipakai untuk minimal

2 tindakan per hari per mesin hemodialisis.

6. Walaupun pelayanan hemodialisis di RSU Methodist Medan untuk tahun 2006

secara keseluruhan mengalami defisit tetapi dengan adanya Unit Hemodialisis dan

pasien-pasiennya ini telah memberikan intangible benefits kepada rumah sakit

antara lain pemanfaatan unit produksi lain seperti laboratorium klinik, radiology,

kamar obat, pemanfaatan kamar untuk opname dan lainnya. Unit Hemodialisis

juga sebagai pelengkap pelayanan terhadap pasien yang membutuhkan. Dengan

demikian walaupun mengalami defisit Unit Hemodialisis ini semestinya tetap

dipertahankan sambil dicari jalan perbaikan kinerja dan tarif yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara

Page 113: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

6.2. Saran

6.2.1. Saran untuk Pihak Manjemen Rumah Sakit

a. Meningkatkan kinerja Unit Hemodialisis dengan meningkatkan efisiensi

pemakaian mesin atau dengan perkataan lain jumlah pasien yang dilayani

diperbanyak, sehingga mesin tidak �idle� (menganggur).

b. Untuk menutupi defisit, tarif tindakan hemodialisis reuse yang memiliki

margin keuntungan yang sangat tipis (2,75%) disarankan untuk ditetapkan

lebih jauh di atas harga biaya satuan yang didapat dalam penelitian ini

sesuai dengan profit yang diinginkan pihak rumah sakit.

c. Disarankan pihak rumah sakit lebih selektif dalam pemberian subsidi atas

permintaan pihak yayasan dengan lebih memperketat ketentuan dan

kriteria dalam memberikan potongan khusus kepada pasien kurang

mampu.

6.2.2. Saran untuk Peneliti Lain

a. Penelitian yang sama dapat dilakukan di unit-unit pelayanan rumah sakit

yang lain sehingga tarif yang berlaku adalah berdasarkan unit cost

sehingga tarif yang ditentukan memberikan profit sesuai dengan keinginan

pihak manajemen rumah sakit.

b. Penelitian ini dapat lebih dikembangkan lagi sehingga didapatkan suatu

formulasi tarif yang benar-benar dapat bersaing di era globalisasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 114: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

DAFTAR PUSTAKA

Adomakoh, S.A, Adi C.N, Fraser, H.S, Nicholson, G.D,. 2004. Dialysis in Barbodos: the Cost of Hemodialysis Provision at Queen Elizabeth Hospital. Rev. Panam Salud Publica.

Arikunto, S, 2000. Manajemen Penelitian, Cetakan Kelima, Penebit Rineka Cipta,

Jakarta. Ariono, RPS, Analisis Biaya dan Alternatif Tarif Hemodialisis di Unit Renal RSPAD

Gatot Subroto selama Tahun Anggaran 1997/1998. Azwar, A, 1988. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, Penerbit Binarupa

Aksara. Jakarta. Berkowizt, E. N., 1996. Essentials of Health Care Marketing, Aspen Publishers, Inc,

Gaithersburg. Berman, H. J. et.al, 1986, The Financial Management of Hospital. 6th edt. Health

Administration Press. Michigan. Biro Perencanaan Depkes RI, Indoconsult, FKM, 1997. Analisis Biaya dan Penetapan

Tarif Rumah Sakit, Jakarta. Brown, C. 2001. Current Opinion and Controversies of Dialyzer Reuse. Saudi Journal

of Kidney Diseases and Transplantation. Vol 12;Issue 3;Page 352-363 Cleverley, W.O, 1986. Essentials of Health Care Finance, Aspen Publishers, Inc,

Rockville, Aryland. Depkes RI., 1992, Modul Pelatihan Rumah Sakit, Penganggaran dan Penetapan Tarif.

Vo. 3. Jakarta. Depkes RI., 1997. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Pola

Tarif Rumah Sakit Pemerintah, Jakarta. Depkes RI. 1999. Modul Pelatihan Perhitungan Unit Cost Rumah Sakit, Ditjen

Pelayanan Medik, Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

Page 115: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Finkler, S A. 1994. Cost Accounting for Health Care Organizations, Aspen Publishers, Inc., Gaithersburg, Mirlenand.

FKM UI. 1998. Ekonomi Layanan Kesehatan, Program Studi Kajian Administrasi

Rumah Sakit Universitas Indonesia, Jakarta. Fresinius Medical Care. 2001, Manual Prosedur Klinis Hemodialisis Gani, A. 1990. Pricing Policy untuk Rumah Sakit, Kursus Manajemen Rumah Sakit

Pasca Kongres PERSI 1990, IRSJAM, Jakarta. Gani, A. 1992a. Pentarifan Rumah Sakit, Pelatihan Pelaksanaan RS. Unit Swadana di

5 Rumah Sakit, Dirjen Yanmed Depkes RI Gani, A. 1992b. Analisis Biaya Rumah Sakit, FKM UI. Jakarta. Gani, A., 1996. Analisa Biaya dan Break Even Point Rumah Sakit, Cisarua, Bogor. Gani, A., 2002a. Rumah Sakit Sebagai Public Enterprise, Jurnal Manajemen &

Administrasi Rumah Sakit Indonesia, Vol 3, No.2. Gani, A., 2002b. Perimbangan Pembiayaan Rumah Sakit Dalam Konteks

Kebijaksanaan Desentralisasi, Jurnal Manajemen & Administrasi Rumah Sakit Indonesia, Vol 3, No.2.

Gani, A, 1995, Teori Biaya. Buku Panduan Analisis Biaya dan Penyesuaian Tarif

Pelayanan Kesehatan di Indonesia, FKM UI.Jakarta. Hansen, DR, Mowen, MM., 2000. Manajemen Biaya Akuntansi dan Pengendalian,

Edisi Pertama Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Isanov, D., 2003, Analisis Biaya Satuan Kamar Operasi Rumah Sakit Umum Daerah

Kota Dumai, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan. Kotler, P., 2002. Management Pemasaran, Edisi Milenium, Prenhallindo, Jakarta. Kusnadi, D, Mencari Bentuk dan Kelembagaan Rumah Sakit, Harian Pikiran Rakyat,

25 Januari 2007.

Universitas Sumatera Utara

Page 116: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Lameire, N., 2002. Management of Hemodialysis Patient: A Europen Perpective. Blood Purification.

Lazuardy, L., Penetapan Tarif Rasional Berdasarkan Biaya Satuan dan Kemampuan

Membayar Masyarakat di Poliklinik Kesehatan Gigi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Tahun Anggaran 1996/1997

Ludigdo, U., 2001. Strategic Cost Management: Suatu Perspektif Perkembangan

Akuntansi Management, Lintas Ekonomi, Vol. XVIII, No.1. Muninjaya, A.A.G, 2004. Manajemen Kesehatan, Edisi Kedua, Penerbit Kedokteran

EGC. Pasten,S., Bailey,J. 1998. Medical Progress: Dialysis Therapy. New England Journal

of Medicine, 338 (20), 1428-1437 Porter. ME. 1994. Keunggulan Bersaing, Binarupa Aksara, Jakarta. Shepard, DS, et al. 2000. Analysis of Hospital Cost: A Manual for Managers, World

Health Organization, Geneva. Sjaaf, AC. 1994. Pengawasan Biaya di Rumah Sakit; Keputusan Manajerial dalam

Lingkup Akuntansi Biaya, Jurnal Administrasi Rumah Sakit, Vol 1, No.4. Sjaaf, AC., 2000. Analisis Biaya Layanan Kesehatan Rumah Sakit, Program studi

Kajian Administrasi Rumah Sakit, Program Pascasarjana Universitas Indonesia.

Sjaaf, AC., 1998. Analisis Biaya-Volume-Profit (Cost-Volume-Profit), Program Studi

Kajian Administrasi Rumah Sakit, Program Pascasarjana Universitas Indonesia.

Supriyono, RA., 1999. Akuntansi Manajemen I, Konsep Dasar Akuntansi Manajemen

dan Proses Perencanaan, Edisi Pertama, Penerbit BPFE, Yogyakarta. Sulastomo. 2003. Manajemen Kesehatan, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama

Jakarta.

Universitas Sumatera Utara

Page 117: TESIS YOHAN.rtf - pdfMachine from Broadgun Software, http

Soeparman, Waspadji, S., 1990. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI-Jakarta.

Suver, JD., 1995. Management Accounting for Healthcare Organizations, Fourth

edition, Healthcare Financial Management Association and Precept Press, Westchester, Illionis.

Tambunan, L. 2001. Akuntansi Biaya, Konsep, Sistem dan Metode, Edisi 2, Penerbit

Universitas HKBP Nommensen, Medan. Thabrany, H dan Najib, M. 1996. Penetapan Tarif Rumah Sakit.Buku Rujukan

Analisis Biaya dan Penyesuaian Tarif Pelayanan Kesehatan di Indonesia, FKM UI, Jakarta.

Tim LPPM. 1996. Penetapan Tarif Dalam Manajemen Pemasaran. LPPM. Jakarta. Trisnantoro, L. 1994. Konsep Penetapan Tarif Dalam Manajemen Rumah Sakit, MM.

UGM. Trisnantoro, L. 2004. Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi dalam Manajemen

Rumah Sakit, Cetakan Pertama, Penerbit Gajah Mada University Press. Trisnantoro, L. 2006. Tarif Pelayanan Kesehatan: Sekarang dan Kecenderungannya,

Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan FK-UGM.

Universitas Sumatera Utara