144
TESIS PEMBERIAN MAGNESIUM SULFAT30 MG/KGBB INTRAVENA PRAINDUKSI MEMPERCEPAT MULA KERJA DAN MEMPERPANJANG LAMA KERJA ATRACURIUM I GEDE SUTANIYASA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014

TESIS SUTA

  • Upload
    vothuan

  • View
    232

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TESIS SUTA

TESIS

PEMBERIAN MAGNESIUM SULFAT30 MG/KGBB INTRAVENA PRAINDUKSI MEMPERCEPAT MULA

KERJA DAN MEMPERPANJANG LAMA KERJA ATRACURIUM

I GEDE SUTANIYASA

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2014

Page 2: TESIS SUTA

TESIS

PEMBERIAN MAGNESIUM SULFAT 30 MG/KGBB INTRAVENA PRAINDUKSI MEMPERCEPAT MULA

KERJA DAN MEMPERPANJANG LAMA KERJA ATRACURIUM

I GEDE SUTANIYASA NIM 0914108204

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2014

Page 3: TESIS SUTA

TESIS

PEMBERIAN MAGNESIUM SULFAT 30 MG/KGBB INTRAVENA PRAINDUKSI MEMPERCEPAT MULA

KERJA DAN MEMPERPANJANG LAMA KERJA ATRACURIUM

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Biomedik pada Program Magister,Program Studi Ilmu Biomedik,

Program Pasca Sarjana Universitas Udayana `

I GEDE SUTANIYASA NIM 0914108204

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2014

Page 4: TESIS SUTA

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI

TANGGAL 24 DESEMBER 2014 Pembimbing I, Pembimbing II, Prof. Dr.dr. Made Wiryana,SpAn.KIC.KAO dr. Tjokorda Gde Agung Senapathi, SpAn, KAR NIP. 195405041981031004 NIP. 197301232008011006

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof.Dr.dr.Wimpie I Pangkahila, SpAnd,FAACS Prof. Dr.dr. A.A. Raka Sudewi, SpS (K)

NIP. 194612131971071001 NIP. 195902151985102001

Page 5: TESIS SUTA

Tesis Ini Telah Diuji Pada

Tanggal 24 Desember 2014

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana,

Nomor : 4503/UN14.4/ HK/2014 Tertanggal 23 Desember 2014

Pembimbing I : Prof. Dr. dr. Made Wiryana, SpAn, KIC, KAO

Pembimbing II : dr. Tjokorda Gde Agung Senapathi, SpAn, KAR

Penguji :

1. dr. I Ketut Sinardja, SpAn, KIC

2. dr. I Gede Budiarta, SpAn, KMN

3. dr. I Made Gede Widnyana, SpAn, MKes, KAR

Page 6: TESIS SUTA
Page 7: TESIS SUTA

UCAPANTERIMAKASIH

Pertama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang

Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas

asungkertawaranugraha-Nya, tugas penyusunan tesis ini dapat terselesaikan.

Kepada Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD, KEMD,selaku Rektor Universitas

Udayana, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas perkenannya

memberikan kesempatan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan spesialis di

Universitas Udayana.

Kepada Prof. Dr. dr. Putu Astawa, SpOT(K), MKes,selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana, penulis juga mengucapkan terimakasih yang

sebesar – besarnya atas perkenannya memberikan kesempatan menjalani dan

menyelesaikan pendidikan spesialis di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Kepada dr.I Nyoman Semadi, SpB, SpBTKV,selaku Ketua TKPPPDS I Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana, penulis mengucapkan terimakasih atas kesempatan

yang diberikan sehingga penulis mampu menyelesaikan program pendidikan dokter

spesialis ini.

Kepada dr. Anak Ayu Sri Saraswati, MKes, selaku Direktur Utama RSUP

Sanglah, penulis menyampaikan terimakasih atas kesempatan yang diberikan untuk

menjalani pendidikan dan melakukan penelitian di RSUP Sanglah Denpasar.

Kepada Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, SpS(K), selaku Direktur Program

Pasca Sarjana Universitas Udayana, penulis menyampaikan terimakasih karena telah

Page 8: TESIS SUTA

diberikan kesempatan untuk menjalani program magister pada program studi ilmu

biomedik, program pascasarjana Universitas Udayana.

Kepada dr. I Ketut Sinardja, SpAn, KIC, selaku Kepala Bagian Anestesiologi

dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, penulis mengucapkan

terimakasih dan rasa hormat setinggi-tingginya atas bimbingan, inspirasi dan motivasi

yang telah diberikan selama penulis mengikuti program pendidikan dokter spesialis

ini.

Kepada dr. Ida Bagus Gde Sujana, SpAn, MSi,selaku Sekretaris Bagian

Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, penulis

mengucapkan terimakasih dan rasa hormat setinggi-tingginya atas bimbingan,

semangat, inspirasi dan motivasi selama penulis mengikuti program pendidikan

dokter spesialis ini.

Kepada Prof. Dr. dr. Made Wiryana, SpAn, KIC, KAO, selaku Ketua Program

Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif dan selaku pembimbing satu, penulis

mengucapkan terimakasih dan rasa hormat yang setinggi-tingginya atas keteladanan

dan bimbingan yang telah diberikan selama penulis menyelesaikan tesis dan

menempuh program pendidikan dokter spesialis ini.

Kepada dr. I Made GedeWidnyana, SpAn, MKes, KAR,selaku Sekretaris

Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif, penulis mengucap kanterima kasih

dan rasa hormat yang setinggi-tingginya atas bimbingan yang telah diberikan selama

penulis menempuh program pendidikan dokter spesialis ini.

Page 9: TESIS SUTA

Kepada dr. Tjokorda Gde Agung Senapathi,SpAn.KAR, selaku pembimbing

dua, penulis mengucapkan terimakasih dan rasa hormat yang setinggi-tingginya atas

bimbingan masukan dan motivasi yang telah diberikan selama penulisan dan

penyusunan tesis ini.

Kepada dr.I Wayan Sukra, SpAn, KIC, penulis mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya atas kemurahan hatinya dengan tidak mengenal lelah memberikan

bimbingan dan landasan berpikir tentang ilmu dasar anestesi.

Kepada semua guru: dr. I Made Subagiartha, SpAn, KAKV, SH; dr. I Gusti Putu

Sukrana Sidemen, SpAn, KAR; Dr. dr. I Wayan Suranadi, SpAn, KIC; dr. I Gede

Budiarta, SpAn, KMN; Dr. dr. I Putu Pramana Suarjaya, SpAn, MKes, KNA, KMN;

dr. Putu Agus Surya Panji, SpAn, KIC; dr. I Wayan Aryabiantara, SpAn, KIC; dr. I

Ketut Wibawa Nada, SpAn, KAKV; dr. Dewa Ayu Mas Shintya Dewi, SpAn; dr. I

Gusti Ngurah Mahaalit Aribawa, SpAn, KAR; dr. IG.A.G. Utara Hartawan, SpAn,

MARS; dr.Pontisomaya Parami, SpAn, MARS; dr I Putu Kurniyanta, SpAn; dr.

Kadek Agus Heryana Putra, SpAn; dr. Cynthia Dewi Sinardja, SpAn, MARS; dr.

Made Agus Kresna Sucandra, SpAn; dr. Ida Bagus Krisna Jaya Sutawan, SpAn,

MKes; dr. Tjahya Aryasa EM, SpAn, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar

– besarnya atas bimbingan yang telah diberikan selama menjalani program

pendidikan dokter spesialis ini.

Kepada dr. I Wayan Gede Artawan Eka Putra, M.Epid, selaku pembimbing

statistik, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar –besarnya atas kesediaan

Page 10: TESIS SUTA

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan statistik dalam penyusunan

penelitian ini.

Kepada semua senior dan rekan – rekan residen anestesi, penulis mengucapkan

terimakasih atas bantuan dan kerjasama yang baik selama penulis menjalani program

pendidikan dokter spesialis ini.

Kepada Ibu Ni Ketut Santi Diliani, SHd ans eluruh staf karyawan di Bagian

Anestesiologi dan Terapi Intensif, penulis mengucapkan terimakasih atas semua

bantuannya selama menjalani program pendidikan dokter spesialias ini, kepada

segenap piñata anestesi, paramedic dan seluruh pasien serta kepada semua karyawan

yang tidak bias penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu selama proses

pendidikan ini.

Kepada Bapak I Wayan Gde Sukarja dan Ibu Ni Wayan Sukerti selaku orang tua

yang telah merawat dan membesarkan penulis dengan kasih sayang yang tanpa

pamrih serta penuh kesabaran memberikan dukungan semangat dan doa supaya

penulis dapat menjalani dan menyelesaikan studi ini dengan baik.

Kepada istri tercinta Ni Made Seri Budayanti yang dengan kasih sayang yang

tanpa pamrih serta penuh kesabaran memberikan dukungan semangat, motivasi dan

doa supaya penulis dapat menjalani dan menyelesaikan studi ini dengan baik.

Serta terimakasih yang sebesar-besarnya kepada para pasien yang menjadi

“sumber ilmu” selama penulis menjalani proses pendidikan spesialisasi ini.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa selalu

memberikan berkat dan rahmat-Nya kepada semua pihak yang tertulis di atas maupun

Page 11: TESIS SUTA

yang tidak tertulis, yang tidak bias disebutkan satu persatu yang telah membantu

penulis selama proses pendidikan dan penyusunan tesis ini.

Denpasar, Desember 2014

dr. I Gede Sutaniyasa

Page 12: TESIS SUTA

ABSTRAK

PEMBERIAN MAGNESIUM SULFAT 30 MG/KGBB INTRAVENA PRA INDUKSI MEMPERCEPAT MULA KERJA DAN MEMPERPANJANG LAMA KERJA

ATRACURIUM

Selama induksi anestesi, pasien memiliki resiko untuk terjadinya aspirasi selama menunggu terjadinya relaksasi dari otot. Magnesium memiliki efek yang bersinergis dengan obat-obat pelumpuh otot. Kami ingin mengetahui efek pemberian magnesium sulfat untuk meningkatkan mula kerja dari obat pelumpuh otot atracurium sehingga resiko untuk terjadinya aspirasi bias diturunkan.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized double blind controlled trial pada pasien yang menjalani pembedahan dengan anestesi umum di kamar operasi RSUP Sanglah. Penelitian ini mengambil sampel 30 pasien ASA I dan II yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok M mendapatkan magnesium sulfat 30 mg/kgBB dalam 20 ml 0,9% salin normal (volume total 20 ml) dan kelompok S mendapatkan hanya 0,9% salin normal dalam volume yang sama diberikan intravena 15 menit sebelum induksi anestesi dengan propofol, fentanyl dan atracurium 0,5 mg/kgBB. Pemeliharaan anestesi dilakukan deng ananestesi volatile dan fentanyl. Respon kontraksi otot diukur dengan menggunakan single twitch 0,1 Hz untuk mula kerja atracurium dan train-of-four untuk mencatat lama kerja dan waktu pulih yang dipasangkan pada nervusulnaris. Mula kerja, lama kerja dan waktu pulih dicatat dalam menit, dan kadar ion magnesium dan kalsium pasien diperiksa sebelum dan sesudah anestesi. Uji statistic menggunakan Chi square, Mann-Whitney Test, independent sample T-test dan uji regresi linier (dengan derajat kemaknaan < 0,05). Analisis data menggunakan program SPSS v. 17,0 for windows (Statistical Package for the Social Sciences Inc, USA).

Pada penelitian ini didapatkan rerata mula kerja atracurium secara bermakna lebih cepat pada kelompok magnesium (3,17 ± 1,07) menit dibandingkan dengan kelompok salin (7,47 ± 1,13) menit (p < 0,05). Lama kerja (45,15 ± 10,90) menit dan waktu pulih (2,69 ± 0,46) menit pada kelompok magnesium memanjang dibandingkan kelompok salin (26,48 ± 6,25) menit; (1,98 ± 0,27) menit secara bermakna (p < 0,05). Namun pemanjangan waktu pulih pada kelompok magnesium secara klinis tidak berarti. Peningkatan kadar ion magnesium dan penurunan kadar ion kalsium pada kelompok magnesium sebelum dan sesudah anestesi juga berbeda bermakna. Tetapi peningkatan kadar magnesium dan penurunan kadar kalsium ini masih dalam rentang nilai yang normal.

Dapat kami simpulkan bahwa pemberian magnesium sulfat 30 mg/kgBB dapat mempercepat mula kerja dan memperpanjang lama kerja atracurium. Sehingga magnesium sulfat dapat digunakan sebagai alternative pilihan untuk mempercepat mula kerja atracurium.

Kata kunci : Magnesium sulfat, Atracurium, mula kerja, lama kerja,waktu pulih.

Page 13: TESIS SUTA

ABSTRACT

MAGNESIUM SULFATE 30 MG/KGBB INTRAVENOUSPREINDUCTIO N SHORTER THE ONSET OF TIME AND LONGER THE CLINICAL

DURATION OF ATRACURIUM

During the induction of anesthesia, patient are at risk of aspiration while awaiting full muscle relaxation. Magnesium has been shown to have synergistic effects with neuromuscular blocking drugs. We tested if magnesium sulfat as an adjunct, increases the speed of onset of muscle relaxationatrcurium, thereby decreasing the risk of aspiration.

The research design was used a randomized double-blind controlled trial in patients undergoing surgery with general anesthesia in operating room in Sanglah Hospital. Total sample of this study are 30ASA I and II patients were divided into two groups. Patients in each group received the magnesium sulfat 30 mg/kgBB(group M) in 0,9% normal salin (total volume 20 ml) and 0,9% normal saline (group S) alone intravenously for 15 min before induction of anesthesia with propofol, fentanyl and atracurium 0,5 mg/kgBB. Anesthesia was maintained with volatile anesthesia and fentanyl. Electromyographical responses were measure by single twitch 0,1 Hz responses for the onset of atracurium, clinical duration and reversal time were measured by train-of-four test was performed on the ulnar nerve. Time of onset, clinical duration dan reversal time of atracurium were measured in min and ionzed of magnesium and calcium also measured preanesthesia and post anesthesia. Using Chi square test, Mann-Whitney test, independent sample T-test and Regretion Linier test (with degrees of significance < 0.05).Analyses were performed with SPSS v.17.0 for windows (Statistical Package for the Social Sciences Inc, USA).

In this study the mean time of onset atracuriumwere significantly shorter in the magnesium group (3,17±1,07) min than the salin group (7,47±1,13) min (p<0,05). Clinical duration and reversal time were significantly longer in the magnesium group (45,15±10,90) min; (2,69±0,46) min than the salin group (26,48 ± 6,25) min; (1,98 ± 0,27) min (p<0,05). The concentrations of ionized magnesium were significantly increased and the concentration of ionized calcium were significantly decreased in magnesium group, but the measuredment was with in normal limit of both ionized.

We conclude that magnesium sulfat 30 mg/kgBB pretreatment were shortening of onset time, prolonged of clinical duration of atracurium.

Keywords :Magnesium sulfate, atracurium, onset time, clinical duratio, reversal time.

Page 14: TESIS SUTA

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ................................................................................................... i

PRASYARAT GELAR .......................................................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................. iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ....................................................................... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ........................................................ v

UCAPAN TERIMAKASIH .................................................................................... vi

ABSTRAK………………………………………………………………….........xi

ABSTRACT…………………………………………………………………..…xii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xviii

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ....................................................... xix

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xxi

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 5

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 5

1.3.1 Tujuan umum ............................................................................. 5

1.3.2 Tujuan khusus............................................................................5

Page 15: TESIS SUTA

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 6

1.4.1 Manfaat akademis..................................................................... 6

1.4.2 Manfaat praktis .......................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................... 7

2.1 FisiologiSaraf - Otot ............................................................................ 7

2.2Atracurium ............................................................................................ 8

2.2.1 Struktur kimia ............................................................................ 8

2.2.2 Metabolisme dan ekskresi .......................................................... 9

2.2.3 Dosis dan sediaan..................................................................... 10

2.2.4 Efek samping dan pertimbangan klinis .................................... 10

2.2.5 Temperatur dan sensitifitas PH ................................................ 11

2.3 Magnesium......................................................................................... 11

2.3.1 Fisiologi dan homeostasis magnesium .................................... 12

2.3.2 Mekanisme kerja magnesium .................................................. 15

2.4 Interaksi Pelumpuh Otot Non Depolarisasi dengan Obat Anestesi

Inhalasi .............................................................................................. 17

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DANHIPOTESIS

PENELITIAN .......................................................................................... 19

3.1 Kerangka Berpikir.............................................................................. 19

3.2 Konsep Penelitian .............................................................................. 20

3.3 Hipotesis Penelitian ........................................................................... 21

BAB IV METODE PENELITIAN ........................................................................ 22

Page 16: TESIS SUTA

4.1 Rancangan Penelitian ......................................................................... 22

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 23

4.3 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 23

4.4 Penentuan Sumber Data ..................................................................... 23

4.4.1 Populasi target ......................................................................... 23

4.4.2 Sampel penelitian ..................................................................... 23

4.4.3 Jumlah sampel ......................................................................... 24

4.4.4 Tehnik pengambilan sampel .................................................... 25

4.4.5 Alokasi sampel ......................................................................... 26

4.5 Variabel Penelitian ............................................................................. 26

4.5.1 Identifikasi variabel ................................................................. 26

4.5.2 Definisi operasional variabel ................................................... 27

4.6 Instrumen Penelitian .......................................................................... 31

4.7 Prosedur Penelitian ............................................................................ 32

4.7.1 Cara kerja ................................................................................. 32

4.7.2 Alur penelitian ......................................................................... 33

4.8 Pengolahan dan Penyajian Data Analisis Statistik ............................ 35

4.8.1 Uji karakteristik sampel ........................................................... 35

4.8.2 Uji normalitas .......................................................................... 35

4.8.3 Uji homogenitas ....................................................................... 35

4.8.4 Analisis perbedaan mean (rerata) ............................................ 35

BAB V HASIL PENELITIAN…………………………………………………..37

Page 17: TESIS SUTA

BAB VI PEMBAHASAN……………………………………………………….47

6.1 Karakteristik Sample………………………………………………..47

6.2 Perbandingan Mula Kerjadan Lama Kerja Atracurium ..................... 48

6.3 Perbandingan Waktu Pulih Atracurium 0,5 mg/kgBB……………...49

6.4 Pengaruh Pada Kadar Magnesium dan Kalsium Plasma ................... 50

6.5 Kelemahan Penelitian ........................................................................ 51

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN…………………………………………...53

7.1 Simpulan ............................................................................................ 53

7.2 Saran .................................................................................................. 53

DAFTARPUSTAKA ............................................................................................. 54

LAMPIRAN ........................................................................................................... 58

Page 18: TESIS SUTA

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar2.1 Cara kerja asetilkolin pada sinaps dan metabolism asetilkolin ............. 8

Gambar2.2 Struktur kimia atracurium ..................................................................... 9

Gambar2.3 Mekanisme aksi magnesium ............................................................... 12

Gambar2.4 Skema representasi magnesium pada ginjal ........................................ 14

Gambar 3.1 Kerangka konsep ................................................................................ 20

Gambar4.1 Bagan rancangan penelitian ................................................................ 22

Gambar4.2 Bagan alur penelitian........................................................................... 34

Gambar 5.1 Grafik mula kerja antar kedua kelompok perlakuan .......................... 40

Gambar 5.2 Grafik lama kerja antar kedua kelompok perlakuan .......................... 41

Gambar 5.3 Grafik perubahan kadar magnesium antar kelompok ........................ 44

Gambar 5.4 Grafik perbandingan kadar kalsium antar kelompok ......................... 45

Gambar 5.5 Grafik pengaruh kadar magnesium terhadap kadar kalsium ……….46

Page 19: TESIS SUTA

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel2.1 Manifestasi klinis hipermagnesemia ....................................................... 17

Tabel 5.1 Karakteristik sample .............................................................................. 38

Tabel 5.2 Perbandingan mula kerja ....................................................................... 39

Tabel 5.3 Perbandingan rerata lama kerja berdasarkan kelompok perlakuan........ 41

Tabel 5.4 Perbandingan rerata waktu pulih berdasarkan kelompok perlakuan ..... 42

Tabel 5.7 Perbandingan perubahan kadar magnesium dan kalsium antar kelompok

........................................................................................................................ 43

Tabel 5.8 Hasil analisis regresi linier pengaruh magnesium terhadap kadar kalsium

........................................................................................................................ 46

Page 20: TESIS SUTA

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

SINGKATAN

Ach : Asetilkolin.

AchR : Reseptorasetilkolin.

ASA : American Society of Anesthesiologist.

BB : beratbadan.

cAMP : cyclic adenosine monophosphat.

DJ : Denyut jantung.

dkk. : dan kawan-kawan.

EEG : Electroencephalography.

EMG : Electromyography.

G : gauge.

Hz : herzt.

HA : Hemodinamik awal.

H0 : Hemodinamik sesaat sebelum intubasi.

H1 : Hemodinamik 1 menit setelah intubasi.

H3 : Hemodinamik 3 menit setelah intubasi.

H5 : Hemodinamik 5 menit setelah intubasi.

IBS : Instalasi Bedah Sentral.

ICU : Intensive Care Unit.

IMT : Indeks Massa Tubuh.

Page 21: TESIS SUTA

kg/m2 : kilogram per meter persegi.

KTP : Kartu TandaP enduduk.

mA : miliamper.

mcg/kgBB : microgram per kilogram berat badan.

mg : miligram.

mg/kgBB : miligram per kilogram berat badan.

mL : mililiter.

N2O : nitrous oxide.

NaCl 0,9% : Natrium Chloride 0,9%

O2 : Oksigen.

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat.

SD : Standard Deviation.

SIM : Surat Ijin Mengemudi.

TB : tinggi badan.

TOF : train-of-four.

LAMBANG

X1 – X2 : selisih minimal rerata yang dianggap bermakna.

> : lebih dari.

Page 22: TESIS SUTA

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Ethical Clearance ............................................................................ 58

Lampiran 2 : Surat Ijin Penelitian .......................................................................... 59

Lampiran 3 : Surat Pernyataan Persetujuan Uji Klinis .......................................... 60

Lampiran 4 : Jadwal Penelitian .............................................................................. 61

Lampiran 5 : Penjelasan Penelitian/Informasi ....................................................... 62

Lampiran 6 : Lembar Penelitian ............................................................................ 64

Lampiran 7 : Lembar Observasi Pasien ................................................................. 69

Lampiran 8 : Tabulasi Data Penelitian ................................................................... 70

Lampiran 9 : Hasil Analisis SPSS ........................................................................ 71

Page 23: TESIS SUTA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam trias anesthesia dibutuhkan hipnotika, analgesia dan relaksasi otot.

Relaksasi otot dibutuhkan untuk tindakan laringoscopy intubasi, relaksasiotot

lapangan operasi dan sebagaifasilitasi ventilasi mekanik. Hal ini dapat dilakukan

dengan mendalamkan anestesi inhalasi, melakukan anesthesia regional, atau dengan

menggunakan obat-obat pelumpuh otot (Morgan dkk, 2013).

Selama induksi anestesi, ada resiko untuk terjadinya aspirasi selama

menunggu obat pelumpuh otot bekerja secara optimal sebagai fasilitas tindakan

laringoscopy dan intubasi.Supaya resiko terjadinya aspirasi dapat dikurangi,

dibutuhkan obat pelumpuh otot yang memiliki mula kerja yang singkat, dengan

gejolak hemodinamik yang minimal.

Berbagai teknik yang telah dikembangkan untuk mempercepat mula kerja

pelumpuh otot agar menyerupai mula kerja suksinilkolin, yaitu: 1) memberikan dosis

priming (Foldes dkk., 1984; Schwarz dkk., 1985; Mehta dkk., 1985); 2)

menggunakan prinsip timing (Morgan dkk, 2006); 3) meningkatkan dosis pelumpuh

otot (Rorvik dkk., 1988; Ginsberg dkk., 1989; Magorian dkk., 1993); dan 4)

mengombinasikan obat pelumpuh otot (Naguib, 1994).

Page 24: TESIS SUTA

Di era BPJS saat ini diharapkan efesiensi pemakaian obat sesuai dengan daftar

formularium, dimana untuk obat pelumpuh otot golongan non depolarisasi yang

tersedia di RSUP sanglah saat ini adalah atracurium dan rocuronium.

Atracurium adalah obat pelumpuh otot golongan non depolarisasi dengan

mula kerja antara 3 – 5 menit dan lama kerja sekitar 20 – 35 menit, yang umum

digunakan dalam memfasilitasi tindakan intubasi pemasangan pipa endotrakeal pada

anesthesia umum. Obat pelumpuh otot ini selain untuk memfasilitasi tindakan

intubasi pemasangan pipa endotrakeal juga digunakan untuk memberikan relaksasi

lapangan operasi selama tindakan pembedahan dan sebagai fasilitas memberikan

ventilasi mekanis. Atrakurium dimetabolisme secara efektif pada suhu tubuh dan PH

darah normal melalui eliminasi Hofmann dan dihidrolisa secara tidak spesifik oleh

plasma esterase, sehingga farmakokinetiknya tidak bergantung pada fungsi ginjal dan

hati (Stoelting dkk, 2006).

Efek pelepasan histamine atracurium lebih rendah dibandingkan dengan

tubacurarine, namun kemungkinan terjadinya pelepasan histamine yang bermakna

bisa terjadi pada pasien yang sensitif. Dengan dosis inisial 0,5 mg/kg peningkatan

kadar histamine plasma berkisaran 15% tetapi hemodinamik masih stabil. Pemberian

atracurium dengan dosis 0,6 mg/kg menunjukkan peningkatan kadar histamine

sampai 92 % setelah 5 menit kemudian diikuti dengan turunnya tekanan darah dan

dalam 2 – 3 menit kemudian diikuti dengan gambaran kemerahan di kulit. Dosis

inisial ini harus diturunkan 0,3 – 0,4 mg/kg dan diberikan secara perlahan atau

diberikan dalam dosis terbagi pada pasien dengan riwayat penyakit jantung yang

Page 25: TESIS SUTA

signifikan, mengingat kemungkinan terjadinya penurunan tekanan darah yang

bermakna pada pasien seperti ini. Adilah Miraj dan rekannya melaporkan terjadinya

bradikardi yang diikuti dengan terjadinya henti jantung sesaat setelah pemberian

atracurium (Miraj dkk, 2010).

Magnesium sulfat adalah obat yang murah, relatif tidak berbahaya, dan mudah

didapatkan, yang mana untuk pertama kali dikenal efikasinya sebagai anti artimia.

Selanjutnya magnesium sulfat lebih familiar digunakan dibagian obsteri dan

ginekologi untuk pengobatan maupun pencegahan terjadinya kejang pada pasien

hamil dengan preeklamsia, dan juga digunakan untuk menghentikan kejang pada

pasien dengan eklamsia (Montazeri dkk, 2005).

Efek magnesium pada otot secara umum dari penelitian yang telah dilakukan

diketahui bahwa ion magnesium bekerja secara kompetitif dengan ion kalsium untuk

menduduki prejunctional site. Masing – masing ion bekerja secara antagonis satu

sama lain, ion magnesium yang tinggi akan menghambat pelepasan asetilkolin

sedangkan ion kalsium yang tinggi akan meningkatkan pelepasan asetilkolin dari

presynaptic nerve terminal. Diketehui pula bahwa ion magnesium memiliki efek

inhibisi pada postjuctional potensial, yang menyebabkan turunnya eksitabilitas

membrane pada serat-serat otot (Edmundas S, dkk, 2002).

Selama tindakan anestesi terjadi penurunan kadar magnesium dalam darah,

dan akan kembali normal dalam waktu satu sampai tiga hari setelah operasi. Pada

penelitian yang dilakukan oleh Sasaki R dan rekannya, meyimpulkan bahwa

diperlukan tambahan suplemen ion magnesium selama tindakan anestesi, bila selama

Page 26: TESIS SUTA

tindakan operasi pasien mendapatkan cairan infus dalam jumlah cukup banyak

(Edmundas dkk, 2002).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Thomas Fuchs dan rekannya,

menyimpulkan bahwa pemberian magnesium sulfat 30 mg/kgBB sebelum pemberian

obat pelumpuh otot vecuronium dapat mempercepat mula kerja vecuronium untuk

tindakan intubasi endotrakeal, dan memperpanjang lama kerja vecuronium (Thomas

Fuchs dkk, 1995).Pada penelitian yang dilakukan oleh B. Kussman dan rekannya

didapatkan bahwa pemberian magnesium sulfat sebelum pemberian rocuronium dapat

memperpanjang efek relasasi otot, tetapi tidak mempercepat mula kerja rocuronium

(B. Kussman dkk, 1997). Pada penelitian yang dilakukan oleh Nivin dan rekannya

dengan pemberian magnesium sulfat 3 gram sebelum pemberian atracurium

dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 0,5 gram/jam, menghasilkan kondisi intubasi

yang baik, kestabilan dalam hemodinamik, dapat mempercepat mula kerja,

memperpanjang lama kerja atracurium dan memperpanjang waktu pemulihan setelah

pemberian neostigmin (Nivin dkk, 2002)

Apabila dengan pemberian magnesium sulfat dapat mempercepat mula kerja

dan memperpanjang durasi kerja atracurium, maka pemakaian jumlah obat

atracurium dapat dikurangi, efek buruk atracurium dapat dihindari dan biaya untuk

obat pelumpuh otot menjadi lebih murah pada tindakan operasi bedah mayor dengan

anestesi umum.

Page 27: TESIS SUTA

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan seperti telah disebutkan di

atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah pemberian magnesium sulfat sebelum pemberian atracurium

dapat mempercepat mula kerja atracurium sebagai obat pelumpuh otot

pada operasi bedah mayor dengan anestesi umum?

2. Apakah pemberian magnesium sulfat sebelum pemberian atracurium

dapat memperpanjang lama kerja atracurium sebagai obat pelumpuh otot

pada operasi bedah mayor dengan anestesi umum?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui efek kombinasi magnesium sulfat untuk meningkatkan kerja

obat pelumpuh otot atracurium.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui penggunaan magnesium sulfat intravena dapat mempercepat

mula kerja obat pelumpuh otot atracurium selama tindakan operasi bedah

mayor.

2. Mengetahui penggunaan magnesium sulfat intravena dapat

memperpanjang lama kerja obat pelumpuh otot atracurium selama

tindakan operasi bedah mayor.

Page 28: TESIS SUTA

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat praktis

Dari penelitian ini diharapkan dapat meminimalkan pengunaan obat pelumpuh

otot atracurium pada operasi bedah mayor sehingga efek samping bisa

diminimalkan dan biaya menjadi lebih murah.

2. Manfaat akademik

Hasil dari penelitian ini diharapkan nantinya dapat menjadi masukan dan

tambahan ilmu pengetahuan baru bagi sejawat dokter spesialis anestesi, dokter

umum dan mahasiswa kedokteran, sehingga pemberian magnesium sulfat

preoperatif dapat diberikan untuk mengurangi penggunaan obat pelumpuh otot

pada operasi bedah mayor. Selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat menjadi

dasar penelitian lebih lanjut.

Page 29: TESIS SUTA

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Fisiologi Saraf – Otot

Serabut saraf membentuk suatu kompleks terminal cabang saraf, yang

berinvaginasi ke permukaan serabut otot tetapi terletak di luar membrane plasma

serabut otot.Seluruh struktur ini disebut lempeng akhir motorik (motor andplate)

yang ditutup oleh satu atau lebih sel Schwann yang menyekatnya dari cairan di

sekelilingnya. Pada daerah inilah timbulnya proses kimiawi dengan dikeluarkannya

neurotransmitter yaitu asetilkolin yang terikat secara selektif pada reseptor endplate.

Membran yang mengalami invaginasi ini disebut parit sinaps atau palung sinaps, dan

ruangan antara terminal dan membrane serabut disebut celah sinaps atau ruang sinaps

yang lebarnya sekitar 20 sampai 30 nanometer (Gayton and Hall, 2008).

Bila suatu impuls saraf tiba di lempeng akhir motorik, sekitar 125 vesikel

asetilkolin dilepaskan dari terminal dan masuk ke dalam ruang sinaps. Pada sisi

dalam permukaan membrane saraf terdapat dense bar linier, yang mana disetiap sisi

dari dense bar terdapat partikel protein yang merupakan kanal kalsium bergerbang

voltase. Bila suatu potensial aksi menyebar ke seluruh terminal, kanal ini akan

terbuka dan memungkinkan sejumlah ion kalsium untuk berdufusi dari ruang sinaps

ke bagian dalam terminal saraf. Ion kalsium ini kemudian akan menarik vesikel

asetilkolin kearah membrane yang berdekatan dengan dense bar. Vesikel-vesikel ini

Page 30: TESIS SUTA

lalu berdifusi dengan membrane saraf dan mengeluarkan asetilkolinnya ke dalam

ruang sinaps (Gayton and Hall, 2008)

Gambar 2.1 Cara Kerja Asetilkolin pada Sinaps dan Metabolisme Asetilkolin

2.2 Atracurium

Atracurium besylate adalah merupakan obat pelumpuh otot golongan non

depolarisasi yang pertama kali disintesis oleh J. B. Stenleke pada tahun 1979. Di era

BPJS saat ini atracurium yang lebih banyak dugunakan, karena obat ini yang ada

dalam daftar formularium BPJS.

2.2.1 Stuktur kimia

Seperti halnya dengan obat pelumpuh otot yang lainnya, atracurium memiliki

grup kuartenari. Namun sebuah struktur benzilisoquinolin bertanggungjawab untuk

Page 31: TESIS SUTA

metode degradasinya yang unik. Obat ini merupakan campuran 10 stereoisomer

(Stoelting, 2006).

Struktur kimia atracurium.

Gambar 2.2 Struktur kimia atracurium

2.2.2 Metabolisme dan ekskresi

Atracurium dimetabolisme sepenuhnya dalam plasma sehingga

farmakokinetiknya tidak tergantung dengan fungsi hati dan fungsi ginjal dan kurang

dari 10 % diekskresikan tanpa berubah melalui ginjal lewat urin dan kandung empedu

(Stoelting, 2006).

Dua proses terpisah yang bertanggungjawab dalam metabolisme obat ini,

yaitu :

A. Hidrolisis ester

Aksi ini dikatalis oleh esterase non spesifik, bukan oleh asetilkolinesterase

atau pseudokolinesterase.

Page 32: TESIS SUTA

B. Eliminasi hoffman

Sebuah pemecahan kimia non enzimatik spontan terjadi pada pH dan suhu

fisiologis.

2.2.3 Dosis dan Sediaan

Dosis sebesar 0,5mg/kg diberikan intravena untuk tindakan laryngoscopy

intubasi dengan mula kerja antara 3 – 5 menit. Relaksasi intraoperaif didapatkan

dengan dosis 0,25 mg/kg inisial, lalu dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan sebesar

0,1 mg/kg setiap 10-20 menit. Pemberian secara kontinyu dapat diberikan dengan

dosis sekitar 5-10 mg/jam dapat menggantikan pemberian secara bolus intermiten

secara efektif. Meskipun kebutuhan dosis tidak begitu beragam sesuai usia,

atracurium dapat bekerja cepat pada anak dan bayi dibandingkan pada dewasa.

Atracurium tersedia sebagai solusi 10 mg/ml harus disimpan pada suhu 2-8˚C,

dan akan hilang 5-10% dari potensinya setiap bulan setelah terekspos pada suhu

ruangan. Pada suhu ruangan harus digunakan dalam waktu 14 hari untuk

mempertahankan potensinya (Stoelting, 2006).

2.2.4 Efek Samping dan pertimbangan klinis

A. Hipotensi dan takikardia

Efek kardiovaskular tidak biasa terjadi kecuali pada dosis melebihi 0,5 mg/kg

diberikan. Atracurium dapat juga menyebabkan penurunan yang drastis dari resistensi

vaskuler sistemik dan peningkatan pada index independensi jantung pada pelepasan

Page 33: TESIS SUTA

histamin apapun. Laju injeksi yang lambat akan meminimalkan efek ini (Miraj dkk,

2010).

B. Bronkospasme

Atracurium harus dihindari pada pasien asma. Namun begitu, bronkospasme

yang parah mungkin terjadi pada pasien tanpa riwayat asma (Miraj dkk, 2010).

C. Reaksi alergi

Reaksi anafilaksis jarang terjadi pada pemberian atracurium. Mekanismenya

termasuk imunogenisitas langsung dan aktivasi imun yang mediasi oleh akrilat.

Reaksi Antibodi mediasi-IgE diberikan langsung melawan komponen amonium

terganti, termasuk relaksan otot, telah diteliti. Reaksi terhadap akrilat, metabolit dari

atracurium dan komponen struktural dari beberapa membran dialisis, juga telah

dilaporkan terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa (Stoelting, 2006).

2.2.5 Temperatur dan sensitivitas pH

Dikarenakan metabolismenya yang unik, durasi aksi atracurium dapat

diperpanjang oleh hipotermia dan oleh asidosis inkompatibilitas kimia atracurium

akan berpresipitat sebagai asam bebeas jika diberikan pada jalur intravena yang

mengandung solusi alkalin seperti tiopental (Soelting, 2006).

2.3 Magnesium

Magnesium sulfat (MgSO4) merupakan bahan murah yang relatif tidak

berbahaya dan mudah didapatkan. Obat ini pertama kali dikenal efikasinya untuk

Page 34: TESIS SUTA

aritmia dan preeclampsia. Saat ini pentingnya magnesium dalam praktik anestesi

telah mendapat perhatian.

2.3.1 Fisiologis dan Homeostasis Magnesium

Magnesium adalah ion dengan jumlah berlimpah dalam tubuh manusia dan

memainkan peranan penting dalam berbagai fungsi seluler, seperti penyimpanan,

metabolisme, dan pembentukan energi. Magnesium berfungsi sebagai kofaktor untuk

berbagai proses biologis, termasuk sintesis protein, fungsi neuromuskular, dan

stabilisasi asam nukleat. Magnesium merupakan komponen intrinsik dari adenosin 5-

triphosphatases dan regulator endogen beberapa elektrolit (Herroeder dkk, 2011).

Gambar 2.3 Mekanisme Aksi Magnesium

Magnesium termasuk non kompetitif inhibitor dari inositol trifosfat-gated

saluran kalsium, magnesium berfungsi sebagai antagonis kalsium endogen dengan

mempengaruhi penyerapan dan distribusi. Magnesium juga menunjukkan efek

modulatory pada saluran natrium dan kalium, sehingga mempengaruhi membran

potential. Pada sistem saraf pusat, efek depresi timbul pada pemberian magnesium,

Page 35: TESIS SUTA

bertindak sebagai antagonis pada reseptor N-methyl D-aspartat (NMDA) glutamat

dan penghambat pelepasan katekolamin (gbr. 2.3) (Herroeder dkk, 2011).

Tubuh manusia dewasa mengandung rata-rata 24 gram (1 mol) magnesium,

disimpan terutama dalam tulang (60%) dan kompartemen intraselular otot (20%) dan

jaringan lunak (20%), terutama terikat sebagai chelators, seperti adenosin 5-trifosfat

dan DNA. Dua sampai tiga persen dari magnesium intraselular terionisasi dan

mengatur homeostasis magnesium ruang intraseluler. Ruang ekstraseluler hanya

mengandung magnesium 1% dari total magnesium tubuh, termasuk 0,3% didalam

plasma. Magnesium plasma terionisasi (60%), dalam bentuk anion (7%), atau protein

yang terikat (33%), dengan konsentrasi normal magnesium total plasma berkisar 0,7-

1,0 mM (1,7-2,4 mg / dl) (Herroeder dkk, 2011).

Pemeliharaan homeostasis magnesium sebagian besar diatur oleh penyerapan

usus dan ekskresi ginjal. Magnesium terutama diserap di usus halus melalui dua jalur

yang berbeda tergantung pada dosis dan formula dari asupan makanan. Pada

konsentrasi rendah intraluminal didominasi oleh transportasi transelular saturable

aktif dan dengan konsentrasi tinggi melalui difusi pasif nonsaturable (Herroeder dkk,

2011).

Ketersediaan hayati dari senyawa organik, seperti magnesium aspartat atau

magnesium sitrat, lebih baik dibandingkan dengan campuran anorganik. Bila kadar

magnesium normal, sekitar 40 – 50 % diserap. Mekanisme yang mendasari

penyerapan magnesium tergantung kondisi hypermagnesemia atau hipomagnesium.

Page 36: TESIS SUTA

Pada ginjal, sekitar 80% magnesium plasma diultrafiltasi melalui glomerulus, dengan

lebih dari 95% yang diserap di nefron (Herroeder dkk, 2011)

Pada ansa Henle diserap (70%), dan pada tubulus proksimal dan distal 15-

25% dan 5-10% dari reabsorpsi secara berurutan. Pada lengkung Henle , magnesium

diserap kembali melalui difusi pasif paracellular, didorong oleh gradien elektrokimia,

hasil dari reabsorpsi adalah natrium klorida. Tight jungtion protein claudin 16

diyakini memfasilitasi reabsorpsi magnesium paracellular karena mutasi pada

pengkodean gen paracellin-1 yang menyebabkan magnesium wasting syndrome

(Herroeder dkk, 2011)

Sedikit yang diketahui tentang mekanisme yang mendasari reabsorpsi

magnesium dalam tubulus distal. Pada usus halus, transportasi transelular aktif

melibatkan TRPM6. Patients dengan mutasi pada gen hypomagnesemia TRPM6

dapat mengalami hypokalsemia. Regulation sekunder transportasi magnesium tidak

memiliki kontrol endokrin khusus, meski beberapa hormon telah digunakan untuk

mengubah hemostasis magnesium (Herroeder dkk, 2011)

Page 37: TESIS SUTA

Gambar 2.4 Skema Representasi Magnesium pada Ginjal.

Parathormon dan vitamin D merangsang reabsorpsi magnesium ginjal dan

usus, sedangkan insulin dapat menurunkan ekskresi magnesium di ginjal dan

meningkatkan selular uptake. Tubuh manusia selalu menjaga Magnesium dalam batas

normal. Ekskresi magnesium biasanya 5 mmol/hari jika fungsi ginjal normal, tapi

bisa menurun hingga kurang dari 0,5 % (0,03 mmol/hari) akibat gangguan pada

extrarenal. Namun, orang sangat rentan terhadap hypermagnesemia pada gangguan

fungsi ginjal (Herroeder dkk, 2011)

2.3.2 Mekanisme Kerja Magnesium

Magnesium adalah kation terbanyak keempat dalam tubuh dan kation

intraseluler terbanyak kedua setelah kalium. Sekitar satu setengah dari total

magnesium tubuh terdapat dalam tulang dan 20% dalam otot rangka. Magnesium

Page 38: TESIS SUTA

diperlukan dalam pelepasan asetilkolin pada ujung saraf presynaptic dan dapat

menghasilkan efek yang mirip dengan obat yang menghambat masuknya calcium.

Ion magnesiumterlibat sebagai kofaktor dari sekitar 300 reaksi enzimatik dalam tubuh

dan juga berperan dalam beberapa prosespenting seperti pengikat reseptor

hormon,pintu saluran kalsium, masuknya ion melewati membran, regulasi system

adenil siklase, aktivitas neuronal, tonus vasomotor, perangsangan jantung dan

pelepasan neurotransmitter (Edmundas dkk, 2002).

Magnesium menghambat reseptor N-methyl-D-aspartat (NMDA), sehingga

dapat mencegah sensitisasi sentral yang disebabkan oleh stimulasi nociceptive

perifer. Magnesium memiliki efek anti nociceptive pada hewan dan manusia. Efek ini

terutama didasarkan pada efek magnesium dalam regulasi masuknya kalsium ke

dalam sel, yang secara fisiologis sebagai antagonis kalsium dan antagonis reseptor

NMDA. Terdapat hubungan terbalik telah ditunjukkan antara keparahan nyeri akibat

kondisi pembedahan dan konsentrasi serum magnesium (Edmundas dkk, 2002).

Peningkatan kadar plasma magnesium yang berhubungan dengan efek

samping magnesium (Tabel I). Oleh karena itu, perlu untuk mengamati beberapa

parameter klinis untuk menjamin keamanan. Parameter meliputi : diuresis 25

mL/jam, reflek patella positif, frekuensi napas lebih dari 12 kali per menit, dan

perubahan tanda-tanda vital (Tekanan darah, denyut jantung, dan tingkat kesadaran).

Magnesium menurunkan 52 % risiko kejang saat dibandingkan dengan diazepam, dan

67 % jika dibandingkan dengan phenytoin. Penelitian ini meningkatkan penggunaan

magnesium dari 2 % menjadi 40 % pada pasien dengan preeklampsia di Negara

Page 39: TESIS SUTA

Inggris. Namun benzodiazepin tetap diindikasikan untuk pengobatan kejang (Fabiano

Timbo Barbosa dkk, 2010).

Serum Level in mg/dl Symptom

5 – 9 Therapeutic

10 – 15 Areflexia

15 – 20 Respiratory arrest

≥ 25 Cardiac arrest

Tabel 1. Manifestasi Klinik Hipermagnesemia

Beberapa pasien yang mendapatkan terapi Magnesium menunjukkan

beberapa reaksi minor seperti badan terasa lemah, scotomata, mual, muntah,

pandangan kabur, penglihatan ganda dan kelemahan badan. Efek samping tersebut

dapat dihilangkan dengan pemberian calcium glukonas 1 gr intra vena (Fabiano

Timbo Barbosa dkk, 2010).

Magnesium merupakan antagonis alami kalsium dan antagonis non-kompetitif

reseptor N-methyl-D aspartat (NMDA). Hal ini terlibat dalam beberapa proses seperti

kontrol tonus vasomotor, eksitabilitas jantung, pelepasan neurotransmiter dan

modulasi nyeri. Magnesium bersaing dengan kalsium pada saluran membran. Hal ini

dapat menghambat banyak respons yang dimediasi kalsium seperti pelepasan

katekolamin dari kedua kelenjar adrenal dan terminal saraf adrenergik perifer dalam

merespon stimulasi simpatik dan memiliki sifat vasodilatasi. Magnesium juga

Page 40: TESIS SUTA

menghambat pelepasan asetilkolin presinap pada sambungan neuromuskuler dan

dapat mengakibatkan waktu onset dini dan potensiasi blokade neuromuskuler yang

tak terduga (Gautam Piplai dkk,2013).

2.4 Interaksi pelumpuh otot non-depolarisasi dengan obat anestesi inhalasi

Penggunaan obat anestesia volatil menurunkan dosis pelumpuh otot non-

depolarisasi sampai 15%. Derajat potensiasi paskasinaptik tergantung dari anestesi

inhalasi yang digunakan (desfluran > sevofluran > isofluran dan enfluran > halothan

> N2O/O2/narkotik) dan pelumpuh otot (pankuronium > vekuronium dan atrakurium)

(Morgan dkk., 2006).

Potensiasi tidak terlihat selama induksi anestesia tetapi akan menjadi signifikan

pada saat obat anestesia volatil mencapai konsentrasi jaringan yang diperlukan untuk

interaksi (umumnya setelah durasi yang panjang). Interaksi rokuronium dan obat-obat

anestesia intra vena dengan dosis standar dari fentanyl, etomidat, thiopental,

methoheksital, ketamin, gammahidroksibutirat dan propofol tidak memiliki efek yang

signifikan secara klinis terhadap rokuronium. Beberapa obat ini memiliki efek

potensiasi yang rendah pada dosis yang tinggi (Olkkola dan Tammisto, 1994).

Page 41: TESIS SUTA

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

1. Selama induksi anestesi, ada resiko untuk terjadinya aspirasi selama

menunggu obat pelumpuh otot bekerja secara optimal sebagai fasilitas

tindakan laringoscopy dan intubasi. Supaya resiko terjadinya aspirasi dapat

dikurangi, dibutuhkan obat pelumpuh otot yang memiliki mula kerja yang

singkat, dengan gejolak hemodinamik yang minimal.

2. Atracurium adalah obat pelumpuh otot golongan non depolarisasi, dengan

mula kerja antara 3 sampai 5 menit setelah pemberian dengan lama kerja

sedang antara 20 sampai 35 menit. Untuk dapat mempercepat mula kerja

dapat dilakukan dengan cara melakukan dosis priming, atau dengan cara

memberikan dengan dosis yang lebih besar. Sementara atracurium memiliki

efek pelepasan histamine yang bermakna terutama pada pasien yang dengan

riwayat alergi atau dengan riwayat serangan asma.

3. Magnesium sulfat (MgSO4) adalah obat yang murah, relatif tidak berbahaya,

dan mudah didapatkan, yang awalnya digunakan sebagai anti artimia, tapi

selanjutnya lebih familiar digunakan dibagian obsteri dan ginekologi untuk

tatalaksana pasien hamil dengan preeklamsia, dan juga pada pasien eklamsia.

4. Ion magnesium bekerja secara kompetitif dengan ion kalsium untuk

menduduki prejunctional site. Masing – masing ion bekerja secara antagonis

Page 42: TESIS SUTA

satu sama lain, ion magnesium yang tinggi akan menghambat pelepasan

asetilkolin sedangkan ion kalsium yang tinggi akan meningkatkan pelepasan

asetilkolin dari presynaptic nerve terminal. Diketehui pula bahwa ion

magnesium memiliki efek inhibisi pada postjuctional potensial, yang

menyebabkan turunnya eksitabilitas membrane pada serat-serat otot.

5. Dengan penambahan magnesium sulfat yang memiliki cara kerja seperti

diatas maka kualitas dari obat pelumpuh otot dalam hal ini atracurium dapat

ditingkatkan, mulai dari mula kerja dan lama kerja, namun masa pemulihan

yang diharapkan tidak memanjang.

3.2 Konsep Penelitian

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Magnesium Sulfat

Influx Ca di hambat oleh ion Mg

Variabel Kendali :

- Umur - IMT - Penyakit Otot - Obat anesthesia

inhalasi - Suplemen

analgesia

Kualitas Relaksasi Otot :

- Mula kerja lebih cepat - Lama kerja lebih lama

Kompetitif reseptor achetilcolin

Atracurium

Page 43: TESIS SUTA

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Pemberian magnesium sulfat intravena sebelum pemberian atracurium dapat

mempercepat mula kerja atracurium, yang diukur dengan TOF pada operasi

dengan anestesi umum.

2. Pemberian magnesium sulfat intravena sebelum pemberian atracurium dapat

memperpanjang lama kerja atracurium, yang diukur dengan TOF pada operasi

dengan anestesi umum.

Page 44: TESIS SUTA

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah uji klinik eksperimental dengan

penapisan subyek penelitian menggunakan teknik consecutive sampling dan alokasi

subyek ke dalam kelompok masing-masing dilakukan dengan permuted block

randomization tersamar ganda. Subyek pada penelitian ini dibagi menjadi 2

kelompok, yang mendapatkan perlakuan sesuai dengan kelompoknya. Untuk menilai

onset dan durasi kerja obat pelumpuh otot menggunakan TOF setelah pemberian

atracurium yang sebelumnya diberikan magnesium sulfat pada operasi dengan

anestesi umum di RSUP Sanglah Denpasar.

Gambar 4.1 Bagan Rancangan Penelitian

Populasi Terjangkau

Sample

Kelompok Perlakuan M : MgSo4 30mg/kgBB bolus pelan IV selama 5 menit

Kelompok Perlakuan S : Normal Salin dengan volume sesuai perlakuan A

Nilai TOF : Catat mula kerja, lama kerja dan waktu pulih atracurium

Penapisan Subyek

Random Alokasi

Nilai TOF: Catat mula kerja, lama kerja dan waktu pulih atracurium

Page 45: TESIS SUTA

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Instalasi Bedah Sentral RSUP Sanglah Denpasar dari

bulan nopember 2014 sampai desember 2014.

4.3. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan dalam bidang Ilmu Anestesi dan Terapi Intensif,

khususnya dalam ranah perioperatif di kamar operasi.

4.4 Penentuan Sumber Data

4.4.1 Populasi target

Populasi target dari penelitian ini adalah pasien dewasa yang akan menjalani

operasi bedah elektif dengan anestesi umum yang menggunakan pipa endotrakeal.

Populasi terjangkau penelitian ini diambil dari pasien yang menjalani operasi

bedah elektif dengan anestesi umum yang menggunakan pipa endotrakeal di ruang

Instalasi Bedah Sentral RSUP Sanglah Denpasar periode bulan nopember 2014

sampai desember 2014.

4.4.2 Sampel penelitian

Sampel penelitian ini adalah semua pasien yang akan dilakukan operasi bedah

elektif di ruang Instalasi Bedah Sentral RSUP Sanglah Denpasar, yang memenuhi

kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sebagai berikut:

Kriteria Inklusi:

1. Usia 18-55 tahun.

Page 46: TESIS SUTA

2. Status fisik ASA 1-2

3. IMT normal (19 kg/m2 – 25 kg/m2), dengan berat badan antara 50 - 60 kg.

4. Operasi bedah elektif dengan anestesi umum menggunakan pipa endotrakeal.

Kriteria Eksklusi:

1. Pasien menolak.

2. Tidak mengikuti prosedur cara kerja.

3. Pasien memiliki alergi terhadap MgSo4

4. Pasien riwayat asthma

5. Ketergantungan terhadap alcohol

6. Sedang mengkonsumsi obat-obatan yang mempunyai interaksi dengan

hubungan saraf otot, seperti: antibiotika golongan aminoglikosida (polimiksin,

linkomisin dan klindamisin) dan tetrasiklin; magnesium sulfat; calcium

channel blocker; lithium, anestesi lokal, antiaritmia, antiepilepsi, diuretik,

vasoaktif dan kortikosteroid.

7. Ada kemungkinan dan/atau terjadi kesulitan manajemen jalan nafas (kesulitan

ventilasi dan/atau kesulitan intubasi)

Kriteria drop out bila terjadi kegawatdaruratan selama operasi.

4.4.3 Jumlah sampel

Besar sampel dihitung berdasarkan rumus:

Page 47: TESIS SUTA

Keterangan:

n = besar sampel

s = simpangan baku

Zα = nilai Z untuk α 0,05 = 1,96

Zβ = nilai Z untuk power (1-β) 0,10 = 1,28

X1-X2 = selisih minimal rerata yang dianggap bermakna secara klinis antara

kelompok 1 dan 2

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nivin, dkk, 2003 diketahui nilai

rerata ± SD untuk mula kerja atracurium + MgSO4 = 1,76 ± 0,36 dan nilai rerata ±

SD untuk mula kerja atracurium = 2,14 ± 0,42. Untuk nilai rerata ± SD untuk lama

kerja atracurium + MgSO4 = 34,7 ± 5,91 dan nilai rerata ± SD untuk lama kerja

atracurium = 27,32 ± 3,74, maka didapatkan sampel masing-masing kelompok

sebagai berikut :

Untuk mula kerja didapatkan jumlah sampel sebanyak 13 orang dan untuk

lama kerja atracurium sebanyak 8 orang. Jadi pada masing-masing kelompok

penelitian diperlukan jumlah sampel minimal sebanyak 13 orang. Untuk

mengantisipasi adanya sampel yang drop out jumlah sampel ditambahkan 15 %

sehingga jumlah minimal sampel menjadi 15 orang. Jadi untuk penelitian ini

dibutuhkan jumlah sampel sebesar 30 orang.

4.4.4 Tehnik pengambilan sampel

Page 48: TESIS SUTA

Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik consecutive sampling, dimana

setiap pasien baru yang memenuhi kriteria eligibilitas dimasukkan dalam penelitian

sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi.

4.4.5 Alokasi sampel

4.4.6. Tehnik double blind

Kelompok M mendapatkan magnesium sulfat 30 mg/kgBB selama 15 menit,

sedangkan kelompok S mendapatkan NaCl 0,9 % dengan volume yang sama dengan

cairan pada kelompok M. Setiap pasien baru yang memenuhi kriteria dimasukkan

dalam penelitian sampai jumlah sampel terpenuhi. Penentuan sampel yang mendapat

intervensi dilakukan secara random menggunakan computer generated permutted

block randomization of graphpad quickcalcs software untuk menentukan subyek

penelitian masuk ke kelompok perlakuan M atau kelompok perlakuan S. Digunakan

amplop tertutup yang berisi kelompok intervensi mana yang akan diberikan, nomor

sampel, dan instruksi pelaksanaan. Pada pagi hari sebelum operasi, seorang dokter

residen anestesi pertama yang membantu penelitian akan membuka amplop tersebut,

membaca isinya, dan menyiapkan intervensi yang diberikan sesuai instruksi dalam

amplop. Kemudian dokter residen anestesi kedua akan memberikan obat yang telah

disiapkan oleh dokter residen anestesi pertama tanpa mengetahui apa isi cairan

tersebut. Kedua dokter residen anestesi ini kemudian tidak ikut terlibat dalam

evaluasi dan pengumpulan data selanjutnya.

Page 49: TESIS SUTA

4.5 Variabel Penelitian

4.5.1 Identifikasi variabel

Variabel bebas : MgSO4 intra vena 30 mg/ kgBBdalam spuit 20 ml yang

diberikan 15 menit sebelum induksi anestesi.

Variabel tergantung : waktu dalam detik yang dicatat menggunakan stop wacth,

meliputi onset kerja atracurium, durasi kerja atracurium dan

waktu pemulihan setelah pemberian neostigmin.

Variabel kendali : umur, indeks massa tubuh, status fisik ASA, penyakit otot,

obat anestesi inhalasi, suplemen analgesia, interval pemberian

MgSo4-propofol-atracurium dan saraf yang distimulasi AMG.

4.5.2 Definisi Operasional

Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan sebagai

berikut:

1. Perlakuan MgSO4 adalah MgSO4 intra vena 30 mg/ kgBBdalam spuit

20 ml yang diberikan 15 menit sebelum induksi anestesi.

2. Operasi bedah mayor adalah setiap operasi di mana pasien harus

diletakkan di bawah anestesi umum dan diberi bantuan pernafasan karena

dia tidak bisa bernapas secara mandiri. Selain itu, operasi besar biasanya

membawa beberapa tingkat risiko hidup pasien, atau potensi cacat berat

jika terjadi kesalahan selama operasi. (http://www.wisegeek.com/what-is-

a-major-surgery.htm diakses 12 april 2014).

Page 50: TESIS SUTA

3. Induksi propofol 2,5 mg/kgBB adalah penyuntikan obat 2,6-

diisopropylphenol sediaan ampul 10 mg/mL secara intravena dengan dosis

2,5 mg/kgBB yang diberikan dalam waktu 20 detik melalui three-way

stopcock, yang menyebabkan pasien yang awalnya sadar menjadi tidak

sadar. Pasien dikatakan terinduksi atau tidak sadar bila refleks bulu

matanya telah hilang. Hasilnya adalah jumlah propofol (dalam mg) yang

disuntikkan ke pasien.

4. Atracurium 0,5 mg/kgBB adalah obat atracurium besylate sediaan

ampul 10 mg/mL yang diberikan dengan dosis 0,5 mg/kgBB secara

intravena dalam waktu lima detik melalui three-way stop cock. Hasilnya

adalah jumlah atracurium (dalam mg) yang disuntikkan ke pasien.

5. Onset kerja atracurium adalah periode waktu yang dihitung mulai dari

akhir injeksi pelumpuh otot atracurium 0,5 mg/kgBB sampai terjadi

penurunan 95% dari kontrol (sampai terlihat angka 5% atau lebih rendah

pada layarmonitor saraf-otot AMGTOF-Watch®S), pada otot adductor

pollicis dengan menggunakan pola stimulasi single twitch 0,1 Hz

supramaksimal yang diukur dengan monitor saraf-ototAMG TOF-

Watch®S, dengan satuan detik. Misalnya 1 menit 25 detik, ditulis menjadi

1,42 menit.

6. Durasi kerja adalah periode waktu yang dihitung mulai dari tercapainya

onset kerja sampai terjadi penurunan dimana kerja pelumpuh otot75%

(sampai terlihat angka 25% pada layar monitor saraf-otot AMGTOF-

Page 51: TESIS SUTA

Watch®S), pada otot adductor pollicis dengan menggunakan pola TOF

yang diukur dengan monitor saraf-ototAMG TOF-Watch®S, dengan

satuan menit. Misalnya 20 menit 5 detik, ditulis menjadi 20,12 menit.

7. Waktu pemulihan adalah periode waktu yang dihitung setelah pemberian

obat antidotum atracurium (neostigmin 0,08 mg/kgBB dan sulfas atropine

0,01 mg/kgBB) pada penurunan kerja pelumpuh otot 50% (sampai terlihat

angka 50% atau lebih pada layar monitor saraf-otot AMGTOF-Watch®S),

mulai dihitung saat kerja obat pelumpuh otot mencapai 25% (sampai

terlihat angka 75% pada layarmonitor saraf-otot AMGTOF-Watch®S),

pada otot adductor pollicis dengan menggunakan pola TOF, sampai

terjadi penurunan kerja obat pelumpuh otot mencapai 5% (sampai terlihat

angka 95% pada layarmonitor saraf-ototAMGTOF-Watch®S dalam

satuan menit.

8. Umur adalah usia resmi dalam tahun, saat akan dilakukan operasi, yang

tercatat pada gelang tanda pengenal pasien atau pada dokumen resmi,

misalnya KTP atau SIM. Perhitungannya adalah sebagai berikut, tahun

dibulatkan keatas jika lebih besar atau sama dengan 6 bulan dan

dibulatkan ke bawah jika lebih kecil dari 6 bulan. Hasilnya adalah umur

pasien (dalam tahun).

9. Berat badan (BB) adalah berat badan dalam kilogram (kg) yang diukur

dengan alat timbangan dengan nama dagang Health Scale seri TZ 120,

dengan posisi berdiri, memakai busana seminimal mungkin.

Perhitungannya adalah sebagai berikut, kilogram dibulatkan ke atas jika

Page 52: TESIS SUTA

lebih besar atau sama dengan 0,5 kg dan dibulatkan ke bawah jika lebih

kecil dari 0,5 kg. Misalnya 55,5 kg, dibulatkan menjadi 56 kg.

10. Tinggi badan (TB) adalah panjang badan dalam sentimeter (cm) yang

diukur dengan alat ukur tinggi badan dengan nama dagang Health Scale

seri TZ 120, dengan posisi berdiri tegak tanpa alas kaki. Perhitungannya

adalah sebagai berikut, sentimeter dibulatkan ke atas jika lebih besar atau

sama dengan 0,5 cm dan dibulatkan ke bawah jika lebih kecil dari 0,5 cm.

Misalnya 155,5 cm, dibulatkan menjadi 156 cm.

11. Indeks massa tubuh (IMT) adalah pemeriksaan antropometri untuk

menentukan status gizi yang dinilai dengan cara membagi berat badan

dengan pangkat dua tinggi badan (IMT = BB/TB2), dengan satuan kg/m2.

12. Status fisik ASA adalah sistem penilaian dan pengklasifikasian status

fisik pasien praoperasi menurut American Society of Anesthesiologists

(ASA). ASA 1 adalah pasien sehat atau normal. ASA 2 adalah pasien

dengan penyakit sistemik ringan tanpa keterbatasan fungsional (Morgan

dkk., 2006).

13. Obat premedikasi adalah obat yang diberikan sebelum induksi obat

anestesia dengan tujuan sebagai anticemas. Obat premedikasi yang

digunakan pada penelitian ini adalah midazolam 2,5 mg yang diberikan

secara intravena, bolus selama 10 detik melalui three-way stopcock, sejak

terpasang akses intravena pada pasien di ruang penerimaan.

Page 53: TESIS SUTA

14. Suplemen analgesia adalah obat yang diberikan sebelum induksi obat

anestesia dengan tujuan sebagai analgetik saat dilakukan tindakan

laringoskopi-intubasi. Obat suplemen analgesia yang digunakan pada

penelitian ini adalah fentanyl 2 mcg/kgBB yang diberikan secara intravena

selama 30 detikmelalui three-way stopcock. Obat ini diberikan di kamar

operasi setelah pasien terpasang monitor dengan lengkap dan sudah

mendapatkan preoksigenasi O2 100% selama 3 menit.

15. Saraf yang distimulasi AMG adalah saraf yang diberikan pola stimulasi

single twitch melalui monitor saraf-otot AMG TOF-Watch®S. Pada

penelitian ini saraf yang diberi stimulasi adalah saraf ulnaris dengan

respon kedutan otot adductor pollicis yang tampak pada ibu jari.

4.6 Instrumen Penelitian

1. Alat untuk menilai TOF.

2. Lembar monitoring pasien.

3. Lembar pengumpulan data.

4. Alat pencatat waktu (Stop Wacth).

5. Obat midazolam 1 mg/mL.

6. Obat fentanyl 50 mcg/mL.

7. Obat MgSo4 20 %.

8. Obat propofol 10%.

9. Obat atracurium besylate 10 mg/mL.

Page 54: TESIS SUTA

10. Neostigmine 0,5 mg/ml dan Sulfas atropine 0,25 mg/ml

11. Larutan NaCl 0,9% 500 mL.

12. Spuit 20 mL sekali pakai untuk menyuntikkan obat perlakuan.

13. Spuit 20 mLsekali pakai untuk menyuntikkan obat induksi.

4.7 Prosedur Penelitian

4.7.1 Cara kerja

Cara kerja dalam melakukan penelitian dan pengumpulan data adalah sebagai

berikut:

Penelitian ini harus mendapatkan persetujuan dari komite etik penelitian

kedokteran FK UNUD. Seleksi dilakukan pada saat kunjungan pra anestesi sehari

sebelum tindakan operasi. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

ditetapkan sebagai sampel. Setelah mendapatkan penjelasan dan pasien setuju

dilanjutkan dengan menandatangani informed consent. Subyek dipuasakan selama 8

jam praoperasi, dilakukan pemeriksaan kadar Mg dan Ca serum preoperative di

ruangan. Obat diberikan di ruang operasi dengan pengawasan dokter residen anestesi.

Setelah sampel berada di ruang persiapan kamar operasi dilakukan pencatatan

identitas kembali, kemudian dilakukan pemasangan infus dengan menggunakan

kateter intravena G18. Sampel dimasukkan ke dalam ruang operasi, kemudian

dilakukan pemasangan alat monitor non invasif (tekanan darah otomatis, EKG, dan

pulse oksimetri). Tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, tekanan arteri

rerata, dan laju nadi diukur sebagai data dasar. Kedua kelompok perlakuan mendapat

Page 55: TESIS SUTA

anestesi umum menggunakan premedikasi midazolam 0,05 mg/kgBB, ondansetron

0,15 mg/kg. Diberikan MgSO4 20 % 50 mg/kgBB bolus intra vena pelan selama 15

menit. Preoksigenasi dengan oksigen 100% selama 3 menit. Diberikan fentanil 2

mcg/kgBB selama 30 detik, selanjutnya dilakukan induksi dengan menggunakan

propofol sesuai dengan dosis yang telah direncanakan. Kemudian diberikan obat

pelumpuh otot Atracurium 0,5 mg/kgBB intravena. Kemudian mulai dilakukan

pencatatan waktu saat obat atracurium selesai diberikan. Lakukan penilaian TOF,

catat mula kerja atracurium. Penderita diberikan ventilasi tekanan positif melalui

sungkup muka dengan oksigen 100% 12 kali per menit setelah tidak bernafas. Setelah

mula kerja fentanyl tercapai dalam 5 menit, dilakukan laringoskopi dan intubasi

trakea pada menit ke-5. Kemudian anestesi dipelihara dengan menggunakan oksigen :

N2O (1:2), volatile anesthesia, alat untuk menilai kerja pelumpuh otot (TOF) tetap

dipasang sampai lama kerja obat pelumpuh otot berakhir dilakukan pencatatan lama

kerja atracurium. Dilakukan pemeriksaan Mg dan Ca plasma setelah 1 jam di ruang

pemulihan. Jika tekanan sistolik < 90 mmHg atau MAP menurun > 20 % dari awal,

berikan efedrin 5 mg intra vena. Jika Nadi kurang dari 45 kali/menit berikan 0,5 mg

atropine intra vena. Jika terjadi keluhan pada pasien akibat pemberian MgS04 seperti:

badan terasa panas, mual, muntah, pandangan kabur, penglihatan ganda dan

kelemahan otot, gangguan irama jantung sebagai komplikasi pemberian MgSo4,

diberikan 1 gr Ca Glukonas intra vena. Pada akhir pembedahan, dilakukan pencatatan

lama pembedahan dan anestesi. Semua sampel diberikan reverse dan diekstubasi

setelah bernafas spontan adekuat, dengan tidal volume 6-8 ml/kgBB.

Page 56: TESIS SUTA

4.7.2 Alur penelitian

Gambar 4.2 Bagan alur penelitian

Populasi terjangkau

Kriteria inklusi

Kelompok M

Pemberian MgSO4 20% 50mg/kgBB (dilarutkan

dalam spuit 20 ml)

Induksi propofol 2,5 mg/kgBB

Pelumpuh otot Atracurium 0,5 mg/kgBB

Analisis Statistik

Kelompok S

Elegible subject

Kriteria eksklusi

Pemberian NaCl 0,9% dalam spuit 20 ml

Pasien-pasien dewasa yang menjalani operasi bedah elektif dengan anestesi umum dan memerlukan pemasangan pipa endotrakeal

Randomisasi

Laringoskopi-intubasi endotrakeal

Onset kerja, durasi kerja dan waktu pemulihan atracurium

Page 57: TESIS SUTA

4.8 Pengolahan dan Penyajian Data Analisis Statistik

Data yang terkumpul dianalisis menggunakan analisis statistik program

komputer SPSS versi 17.0 untuk Windows (SPSS Inc., Chicago, IL, USA). Nilai P <

0,05 dianggap bermakna, dengan langkah analisis seperti dibawah ini.

4.8.1 Analisis Karakteristik Sampel

Karakteristik sampel dalam hal usia, berat badan, tinggi badan, indeks massa

tubuh dipresentasikan dalam rerata ± simpang baku. Sedangkan jenis kelamin dan

ASA dalam tabel 2x2. Karakteristik sampel dianalisis dengan uji Shapiro-Wilk.

4.8.2 Uji normalitas

Data rerata mula kerja dan lama kerja pada kelompok M dan S diuji

normalitasnya dengan menggunakan Shapiro-Wilk test pada tingkat kemaknaan 5%,

dimana data dinyatakan normal bila p > 0,05 dan dinyatakan tidak normal bila p <

0,05.

4.8.3 Uji homogenitas

Varian data mula kerja dan lama kerja antara kelompok M dan S dilakukan uji

homogenitas dengan menggunakan Levene test untuk mengetahui homogenitas pada

tingkat kemaknaan p>0,05.

Page 58: TESIS SUTA

4.8.4 Analisis perbedaan mean (rerata)

4.8.4.1 Perbandingan rerata mula kerja

Perbandingan rerata mula kerja antara keloompok M dan S dianalisis dengan

menggunakan uji T tidak berpasangan (uji parametrik) bila distribusi kedua kelompok

normal.Bila data salah satu atau kedua kelompok berdistribusi tidak normal diuji

dengan Mann-Whitney (uji nonparametrik).

Page 59: TESIS SUTA

BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian uji klinis yang dikerjakan mulai bulan Nopember 2014 sampai

dengan bulan Desember 2014 pada 30 pasien dewasa yang menjalani operasi bedah

elektif dengan anestesi umum pemasangan pipa endotrakeal di ruang operasi IBS

RSUP Sanglah yang memenuhi kriteria eligibilitas sample penelitian. Seluruh subyek

yang diikutsertakan dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 kelompok yang masing-

masing berjumlah 15 orang, yaitu kelompok M yang mendapatkan perlakuan

pemberian magnesium sulfat 30 mg/kgBB intravena 15 menit sebelum induksi

propofol 2,5 mg/kgBB dan atracurium 0,5mg/kgBB dan kelompok S yang

mendapatkan perlakuan pemberian salin normal intravena 15 menit sebelum induksi

propofol 2,5 mg/kgBB dan atracurium 0,5 mg/kgBB. Penapisan subyek penelitian

menggunakan teknik consecutive sampling dan alokasi subyek ke dalam kelompok

masing-masing dilakukan dengan permuted block randomization tersamar ganda.

5.1 Karakteristik Sampel Penelitian

Gambaran karakteristik sampel penelitian terdiri dari variabel umur, jenis

kelamin, berat badan, tinggi badan, IMT, dan status fisik ASA.Oleh karena variabel

mengenai umur, berat badan, tinggi badan dan IMT berskala numerik dipresentasikan

dalam rerata ± SD perlu dilakukan uji normalitas terlebih dahulu. Berdasarkan hasil

Page 60: TESIS SUTA

uji normalitas didapatkan rerata umur dan tinggi badan tidak berdistribusi normal,

sedangkan untuk berat badan dan IMT berdistribusi normal. Maka untuk variable

umur dan tinggi badan dilakukan uji mann whitney, sedangkan variable berat badan

dan IMT menggunakan uji T. Sedangkan data jenis kelamin dan status fisik ASA

berskala katagorikal ditampilkan dalam table silang 2x2. Hasil analisis diskriptif

karakteristik sample dapat dilihat pada table 5.1.

Tabel 5.1 Karakteristik sampel penelitian berdasarkan kelompok perlakuan

Variabel Kelompok Nilai p

M (n=15) S (n=15)

Umur (tahun) 29,3 ± 12,8 35,3 ± 10,8 0,116c

Jenis kelamin

Laki-lakin(%) 5 (33,3) 5 (33,3) 1,000b

Perempuann(%) 10 (66,7) 10 (66,7)

Berat badan 53,9 ± 7,7 57,4 ± 7,5 0,213a

Tinggi badan 158,5 ± 6,1 160,5 ± 7,3 0,736c

IMT (kg/m2) 21,3 ± 1,8 22,2 ± 1,3 0,152a

Status fisik ASA

ASA 1n(%) 13 (86,7) 13 (86,7) 1,000b

ASA 2n(%) 2 (13,3) 2 (13,3)

Page 61: TESIS SUTA

Data ditampilkan dalam rerata ± SD, n (%).M : kelompok MgSO4, S : kelompok Salin Normal, n = jumlah sampel, auji t tidak berpasangan, bChi-Square, cMann-Whitney, signifikan p< 0,05.

Berdasarkan table 5.1 diatas didapatkan rerata umur pada kelompok

magnesium sebesar 29,3 ± 12,8 dan pada kelompok salin 35,3 ± 10,8 rerata berat

badan pada kelompok magnesium 53,9 ± 7,7 dan pada kelompok salin 57,4 ± 7,5

rerata tinggi badan pada kelompok magnesium 158,5,3 ± 6,1 dan pada kelompok

salin 160,5 ± 7,3. Dari data tersebut ada perbedaan rerata umur, berat badan dan

tinggi badan pada kedua kelompok perlakuan tetapi secara statistic tidak berbeda

bermakna.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan

karakteristik antara kelompok magnesium dengan kelompok salin, atau dengan kata

lain kedua kelompok sudah sebanding (comparable).

5.2 Perbandingan Mula Kerja Atracurium 0,5 mg/kgBB

Untuk membandingkan mula kerja Atracurium 0,5 mg/kgBB pada kedua

kelompok perlakuan, karena merupakan data numerik pertama dilakukan uji

normalitas data dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan tingkat kemaknaan

95%. Oleh karena data rerata mula kerja pada kedua kelompok perlakuan berdisribusi

normal, selanjutnya dilakukan uji t tidak berpasangan.

Page 62: TESIS SUTA

Tabel 5.2 Perbandingan rerata mula kerja berdasarkan kelompok perlakuan

Kelompok N Rerata ± SD

(menit)

Beda Rerata (IK 95%)

(menit)

Nilai p

MgSO4 15 3,17 ± 1,07 -4,30 (-5,13 s/d -3,48) < 0,001*

Salin Normal 15 7,47 ± 1,13

Uji t tidak berpasangan. Data ditampilkan dalam rerata ± SD. n = jumlah sampel, IK 95% : Interval Kepercayaan 95%, *signifikan p< 0,05

Berdasarkan table 5.2 diatas didapatkan rerata mula kerja pada kelompok

magnesium adalah 3,17 ± 1,07 menit dan pada kelompok salin 7,47 ± 1,13 menit.

Ada perbedaan rerata mula kerja pada kedua kelompok perlakuan sebesar 4,30 menit,

dan berdasarkan uji secara statistic didapatkan perbedaan yang bermakna (p < 0,05).

Page 63: TESIS SUTA

Gambar 5.1 grafik mula kerja antar kedua kelompok perlakuan

5.3 Perbandingan Lama Kerja Atracurium 0,5 mg/kgBB

Untuk membandingkan lama kerja atracurium 0,5 mg/kgBB pada kedua

kelompok perlakuan, karena merupakan data numerik pertama dilakukan uji

normalitas data dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan tingkat kemaknaan

95%. Oleh karena data rerata mula kerja pada kedua kelompok perlakuan berdisribusi

normal, selanjutnya dilakukan uji t tidak berpasangan.

Page 64: TESIS SUTA

Tabel 5.3 Perbandingan rerata lama kerja berdasarkan kelompok perlakuan

Kelompok N Rerata ± SD

(menit)

Beda Rerata (IK 95%)

(menit)

Nilai p

MgSO4 15 45,15 ± 10,90 18,67 (12,03 s/d 25,32) < 0,001*

Salin Normal 15 26,48 ± 6,25

Uji t tidak berpasangan. Data ditampilkan dalam rerata ± SD. n = jumlah sampel, IK 95% : Interval Kepercayaan 95%, *signifikan p< 0,05

Berdasarkan table 5.3 diatas didapatkan rerata lama kerja pada kelompok

magnesium adalah 45,15 ± 10,90 menit dan pada kelompok salin 26,48 ± 6,25 menit.

Ada perbedaan antara rerata lama kerja pada kedua kelompok perlakuan sebesar

18,67 menit, dan berdasarkan uji secara statistic didapatkan perbedaan yang

bermakna (p < 0,05).

Page 65: TESIS SUTA

Gambar 5.2 grafik lama kerja antar kedua kelompok perlakuan

5.4 Perbandingan Waktu Pulih Atracurium 0,5 mg/kgBB

Untuk membandingkan waktu pulih atracurium 0,5 mg/kgBB pada kedua

kelompok perlakuan, karena merupakan data numerik pertama dilakukan uji

normalitas data dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan tingkat kemaknaan

95%. Oleh karena data rerata waktu pulih pada kedua kelompok perlakuan tidak

berdisribusi normal, selanjutnya dilakukan Uji Mann Whitney.

Page 66: TESIS SUTA

Tabel 5.4 Perbandingan rerata waktu pulih berdasarkan kelompok perlakuan

Kelompok N Rerata ± SD

(menit)

Beda Rerata

(menit)

Nilai p

MgSO4 15 2,69 ± 0,46 - < 0,001*

Salin Normal 15 1,98 ± 0,27

Uji t Mann Whitney. Data ditampilkan dalam rerata ± SD. n = jumlah sampel, IK 95% : Interval Kepercayaan 95%, *signifikan p< 0,05

Berdasarkan table 5.4 diatas didapatkan rerata waktu pulih pada kelompok

magnesium adalah 2,69 ± 0,46 menit dan pada kelompok salin 1,98 ± 0,27 menit.

Ada perbedaan antara rerata lama kerja pada kedua kelompok perlakuan sebesar 0,71

menit, dan berdasarkan uji secara statistic didapatkan perbedaan yang bermakna (p <

0,05).

5.5 Perbandingan Kadar Magnesium Dan Kalsium Darah Antar Kelompok

Untuk membandingkan kadar magnesium dan kalsium pada kedua kelompok

perlakuan, karena merupakan data numerik pertama dilakukan uji normalitas data

dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk dengan tingkat kemaknaan 95%. Oleh karena

data rerata kadar magnesium pada kedua kelompok perlakuan tidak berdisribusi

normal, selanjutnya dilakukan uji Mann Whitney. Sedangkan data data kadar kalsium

pada kedua kelompok perlakuan berdisribusi normal, selanjutnya dilakukan uji t tidak

berpasangan.

Page 67: TESIS SUTA

Tabel 5.7 Perbandingan Perubahan Kadar Magnesium dan Kalsium Antar

Kelompok

Variable MgSO4

(n=15)

Salin

(n=15)

Nilai p

Kadar Magnesium

Sebelum perlakuan (mg/dL)

Sesudah perlakuan (mg/dL)

Kadar Kalsium

Sebelum perlakuan (mg/dL)

Sesudah perlakuan (mg/dL)

2,1±0,2

2,2±0,3

9,5±0,2

9,1±0,2

2,0±0,2

1,8±0,2

9,5±0,3

9,3±0,4

0,945

< 0,001

0,439

0,038

Berdasarkan table 5.5 diatas didapatkan rerata kadar magnesium pada

kelompok magnesium sebelum perlakuan adalah 2,1 ± 0,2 mg/dL, setelah perlakuan

2,2±0,3 mg/dL dan pada kelompok salin sebelum perlakuan 2,0 ± 0,2 mg/dL,

setelah perlakuan 1,8±0,2 mg/dL. Sedangkan untuk kadar kalsium pada kelompok

magnesium sebelum perlakuan adalah 9,5±0,2 mg/dL, setelah perlakuan 9,1±0,2

mg/dL, dan pada kelompok salin sebelum perlakuan kadar rerata kalsium adalah

9,5±0,3 mg/dL, setelah perlakuan 9,3±0,4 mg/dL.

Pemberian magnesium sulfat menyebabkan peningkatan kadar magnesium

darah pada level tertentu yang diikuti dengan terjadinya penurunan kadar kalsium

darah. Pada kelompok magnesium terdapat peningkatan kadar magnesium darah dari

nilai rerata 2,1 ± 0,2 mg/dL menjadi 2,2±0,3 mg/dL yang mana perbedaan rerata

Page 68: TESIS SUTA

kadar magnesium ini secara statistic bermakna (p < 0,05). Demikian juga halnya

dengan kadar kasium dimana terjadi penurunan kadar kalsium, pada kelompok

magnesium dari nilai rerata 9,5±0,2 mg/dL menjadi 9,1±0,2 mg/dL, bila

dibandingkan dengan kelompok salin, terdapat perbedaan nilai rerata yang bermakna

(p < 0,05).

Gambar 5.3 grafik perubahan kadar magnesium antar kelompok

Page 69: TESIS SUTA

Gambar 5.4 grafik perbandingan kadar kalsium antar kelompok

Berdasarkan kedua grafik pada gambar 5.3 dan gambar 5.4 diatas dapat

diinterpretasikan bahwa pada kedua kelompok pelakuan masing-masing terjadi

penurunan kadar kalsium. Namun pada kelompok magnesium M yang mendapatkan

magnesium sulfat, terjadi penurunan kadar magnesium yang lebih banyak.

Selanjutnya penting dicari seberapa besar pengaruh peningkatan kadar

magnesium terhadap penurunan kadar kalsium. Analisa tambahan yang dilakukan

untuk mengetahui hubungan kedua variable tersebut adalah dengan Uji Regresi

Page 70: TESIS SUTA

Linier. Adapun hasil Uji Regresi Linier pengaruh kadar magnesium terhadap kadar

kalsium ditampilkan dalam table 5.8 dan gambar grafik 5.5 dibawah ini.

Tabel 5.8 Hasil Analisis Regresi Linier pengaruh kadar magnesium terhadap

kadar kalsium

Variabel β Beda Rerata (IK 95%) Nilai p

MgSO4 -0,5 -0,999 – (-0,002) 0,049

Konstanta 10,2 9,181 – 11,258 <0,001

Uji Regresi Linier. Interval Kepercayaan 95%, *signifikan p< 0,05

Gambar 5.5 Grafik pengaruh kadar magnesium terhadap kadar kalsium

Page 71: TESIS SUTA

Berdasarkan table 5.8 dan gambar 5.5 grafik diatas terlihat bahwa setiap

peningkatan kadar magnesium 1 mEq/L terjadi penurunan kadar kalsium sebesar 0,5

mEq/L.

Page 72: TESIS SUTA

BAB VI

PEMBAHASAN

Secara umum berdasarkan penelitian - penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya, diketahui bahwa ion magnesium bekerja secara kompetitif dengan ion

kalsium untuk menduduki prejunctional site. Masing – masing ion bekerja secara

antagonis satu sama lain, dimana ion magnesium yang tinggi akan menghambat

pelepasan asetilkolin sedangkan ion kalsium yang tinggi akan meningkatkan

pelepasan asetilkolin dari presynaptic nerve terminal. Diketehui pula bahwa ion

magnesium memiliki efek inhibisi pada postjuctional potensial, sehingga

menyebabkan terjadinya penurunnya eksitabilitas membrane pada serat-serat otot

(Edmundas S, dkk, 2002).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian magnesium sulfat 30

mg/kgbb intravena sebelum induksi anestesi bisa mempercepat mula kerja

atracurium, sehingga resiko untuk terjadinya aspirasi dapat dikurangi selama

menunggu mula kerja obat pelumpuh otot sebagai fasilitas tindakan laringoscopy dan

intubasi. Dan lama kerja atracurium dapat diperpanjang, sehingga jumlah pemakaian

obat atracurium bisa dikurangi.

6.1 Karakteristik sample

Dari karakteristik data penelitian antara kelompok perlakuan yang

mendapatkan magnesium sulfat dan kelompok kontrol yang mendapatkan normal

Page 73: TESIS SUTA

salin tidak terdapat perbedaan yang bermakna dalam segi umur, jenis kelamin, berat

badan, tinggi badan, indek massa tubuh (IMT) dan status fisik ASA, sehingga

dianggap sampel pada penelitian ini sudah layak untuk dapat dibandingkan

(comparable) antar kedua kelompok.

6.2 Perbandingan Mula Kerja dan lama kerja Atracurium 0,5 mg/kgBB

Kalsium diperlukan dalam pelepasan asetilkolin pada ujung saraf presynaptic,

dengan pemberian magnesium sulfat prainduksi anestesi diharapkan kadar

magnesium yang meningkat akan menghambat masuknya kalsium sehingga

pelepasan acetilkolin pada presynap akan berkurang (Edmundas Širvinskas dkk

2002).

Pada penelitian ini didapatkan rerata mula kerja atracurium dengan dosis 0,5

mg/kgBB pada kelompok magnesium, yang mendapatkan perlakuan magnesium

sulfat 30 mg/kgBB intravena 15 menit sebelum induksi propofol 2,5 mg/kgBB adalah

3,17 ± 1,07 menit lebih cepat dibandingkan dengan rerata mula kerja pada kelompok

salin 7,47 ± 1,13 menit dan rerata lama kerja lebih lama pada kelompok magnesium

sebesar 45,15 ± 10,90 menit dibandingkan dengan rerata lama kerja pada kelompok

salin 26,48 ± 6,25 menit yang mendapatkan salin normal intravena prainduksi

propofol 2,5 mg/kgBB dan atracurium 0,5 mg/kgBB. Perbedaan rerata mula kerja dan

rerata lama kerja pada kedua kelompok penelitian ini setelah dilakukan uji t tidak

berpasangan dinyatakan bermakna dengan nilai (p< 0,05).

Page 74: TESIS SUTA

Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Nivin FT, 2002,

dimana didapatkan hasil rerata mula kerja yang lebih cepat pada kelompok

magnesium dibandingkan dengan kelompok salin dan perbedaan rerata lama kerja

yang lebih lama pada kelompok magnesium dibandingkan dengan kelompok salin.

Agak berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sang-Hun Kim dkk,

2012, dimana pada kelompok magnesium didapatkan perbedaan rerata mula kerja

cisatracurium lebih cepat sedangkan perbedaan rerata lama kerja pada kedua

kelompok dinyatakan tidak berbeda bermakna.

6.3 Perbandingan Waktu Pulih Atracurium 0,5 mg/kgBB

Pada penelitian ini didapatkan rerata waktu pulih atracurium dengan dosis 0,5

mg/kgBB pada kelompok magnesium adalah adalah 2,69 ± 0,46 menit dan pada

kelompok salin 1,98 ± 0,27 menit. Ada perbedaan antara rerata waktu pulih pada

kedua kelompok perlakuan sebesar 0,71 menit, dan berdasarkan uji secara statistic

didapatkan perbedaan yang bermakna (p < 0,05).

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nivin FT, 2002,

dimana waktu pulih pada kelompok magnesium didapatkan lebih lama dengan

perbedaan rerata 1,68 menit, dan dari hasil uji statistik dinyatakan bermakna.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sang-Hun Kim

dkk, 2012, dimana waktu pulih pada kelompok magnesium dengan kelompok salin

dinyatakan tidak berbeda bermakna.

Page 75: TESIS SUTA

Meskipun waktu pulih pada penelitian ini secara statistik dinyatakan berbeda

bermakna, namun kalau dilihat perbedaan waktunya secara nyata, rentang perbedaan

waktu pulih antara kedua kelompok penelitian tidak sampai lebih dari 1 menit.

6.4 Pengaruh Pada Kadar Magnesium dan Kalsium Plasma

Pemberian magnesium sulfat berdampak terjadinya peningkatan kadar

Magnesium dalam darah (Herroeder dkk, 2011). Selain itu, pemberian magnesium

juga dapat menurunkan kadar kalsium darah yang disebabkan karena dihambatnya

pelepasan paratiroid hormon yang meregulasi kalsium dalam tubuh (Joyce Wu,2007),

sehingga turunnya kadar kalsium dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan

terhadap pasien.

Anestesi umum pada pasien juga berdampak terjadinya penurunan kadar

magnesium dan kadar kalsium dimana penggunaan obat induksi seperti propofol,

pentotal dan sevoflurane menunjukan penurunan yang bermakna pada kadar

magnesium dan kalsium (Tae Dong Kweon, dkk, 2009).

Pada penelitian ini pemberian magnesium sulfat menyebabkan peningkatan

kadar magnesium darah pada level tertentu yang diikuti dengan terjadinya penurunan

kadar kalsium darah. Pada kelompok magnesium terdapat peningkatan kadar

magnesium darah dari nilai rerata 2,1 ± 0,2 mg/dL menjadi 2,2±0,3 mg/dL yang

mana perbedaan rerata kadar magnesium ini secara statistic bermakna (p < 0,05).

Tetapi peningkatan kadar magnesium ini tidak sampai melewati batas nilai normal

(nilai normal magnesium 1.5 – 2.5, mEq/L). Sedangkan penurunan kadar kalsium,

Page 76: TESIS SUTA

pada kelompok magnesium dari nilai rerata 9,5±0,2 mg/dL menjadi 9,3±0,4 mg/dL,

bila dibandingkan dengan kelompok salin, terdapat perbedaan nilai rerata yang

bermakna, namun masih pada rentang nilai normal (nilai normal kalsium 8.5 – 10.5,

mE/L).

Berdasarkan grafik 5.4 mengenai perubahan kadar kalsium pada kedua

kelompok perlakuan dapat disimpulkan bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi

penurunan kadar kalsium pada kedua kelompok perlakukan yaitu :

1. Karena pengaruh anestesi umum, dimana pada kelompok salin yang tidak

mendapatkan magnesium juga terjadi penurunan kadar kalsium.

2. Karena pengaruh magnesium sulfat, dimana pada kelompok magnesium

didapatkan penurunan kadar kalsium yang lebih curam.

Pada kelompok salin penuruan kadar kalsium terjadi akibat dari pengaruh

anestesi umum, sedangkan pada kelompok magnesium terjadinya penurunan kadar

kalsium yang lebih curam akibat dari peningkatan kadar magnesium. Untuk itu perlu

dilakukan uji regresi linier untuk mendapatkan hubungan antara peningkatan kadar

magnesium dan penurunan kadar kalsium. Berdasarkan uji regresi linier yang

dilakukan didapatkan hasil seperti pada (table 5.8). dimana setiap peningkatan kadar

magnesium 1 mEq/L terjadi penurunan kadar kalsium 0,5 mEq/L dari kadar kalsium

sebelum operasi yang secara statistic bermakna (P <0,05).

Page 77: TESIS SUTA

6.5 Kelemahan Penelitian

Data mula kerja atracurium 0,5 mg/kgBB yang didapatkan pada penelitian ini

adalah berdasarkan data obyektif yang didapatkan dari pengukuran otot perifer

menggunakan monitor AMG, sehingga tidak bisa menggambarkan mula kerja otot

laringeal dan diafragma yang lebih penting dalam hal memberikan kondisi intubasi

yang adekuat.

Page 78: TESIS SUTA

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pemberian

magnesium sulfat 30 mg/kgBB intravena 15 menit sebelum induksi propofol 2,5

mg/kgBB memberikan mula kerja atracurium 0,5 mg/kgBB yang lebih cepat dan

memperpanjang lama kerja atracurium 0,5 mg/kgBB secara signifikan dibandingkan

tanpa pemberian magnesium sulfat intravena.

7.2 Saran

Di rumah sakit daerah dengan terbatasnya ketersediaan obat pelumpuh otot,

maka pemberian magnesium sulfat perioperatif dapat menjadi alternatif pilihan, untuk

mendapatkan efek mula kerja yang lebih cepat dan lama kerja yang lebih lama pada

obat pelumpuh otot golongan non depolarisasi khususnya atracurium.

Perlu penelitian lanjutan dengan membandingkan dosis magnesium yang lebih

rendah atau lebih untuk mendapatkan dosis magnesium yang paling ideal untuk

mendapatkan mula kerja yang lebih cepat dan lama kerja yang lebih lama tentu

dengan pemanjangan waktu pulih yang tidak bermakna secara klinis.

Page 79: TESIS SUTA

DAFTAR PUSTAKA

Aguilera, I.M, Vaughan, R.S. Calsium and Anaesthetist, Review Article of Anaesthesia, 2000.55: p. 779-790

Arain, S.R., Kern, S., Ficke, D.J., dan Ebert, T.J. 2005. Variability of Action of Neuromuscular Blocking Drugs in Elderly Patients.Acta Anaesthesiol Scand, 49: 312-315.

Bevan, D.R. 1997. Neuromuscular Blocking Drugs: Onset and Intubation. Journal of Clinical Anesthesia, 9: 36-39.

Bevan DR, Donati F. Muscle relaxants and clinical monitoring. On : A practice of

Anaesthesia. 6th

ed. London : The Bath Press; 1995. 148 - 52

Bowman, W.C. 2006.Neuromuscular Block.Bristish Journal of Pharmacology, 147: S277-S286.

Carroll, M.T., Mirakhur, R.K., Lowry, D.W., McCourt, K.C., dan Kerr, C. 1998. Neuromuscular Blocking Effects and Train-Of-Four Fade with Cisatracurium: Comparison with Other Nondepolarizing Relaxants. Anaesthesia, 53 (12): 1169-1173.

Claudius, C., Garvey, L.H., dan Viby-Mogensen, J. 2009.The Undesirable Effects of Neuromuscular Blocking Drugs. Anaesthesia, 64 (1): 10-21.

Cynthia, A. R., Charles, R. B., 1991. Intraoperative Latex Anaphylaxis Compounded by Atracurium Sensitivity: A Case Report. Jurnal of the American Association of Nurse Anesthetists. 1991; p. 399-404.

Demirkaya, M., Kelsaka, E., Sarihasan, B., Bek, Y. dan Ustun, E. 2012.The Optimal Dose of Remifentanil for Acceptable Intubating Conditions during Propofol Induction without Neuromuscular Blockade. J Clin Anesth, 24: 392-397.

Donati, F. 1988. Onset of Action of Relaxants.Can J Anesth, 35 (2): S35-38.

Donati, F. dan Meistelman, C. 1991.A Kinetic-Dynamic Model to Explain the Relationship Between High Potency and Slow Onset Time for Neuromuscular Blocking Drugs. J Pharmacokinet Biopharm, 19: 537-552.

Donati, F. 2006. Muscle Relaxant for Rapid Sequence Induction. IARS Review Course Lecture. p. 40-46.

Page 80: TESIS SUTA

Donati, F. dan Bevan, D.R. 2006.Neuromuscular Blocking Agents.In: Barash, P.G., Cullen, B.F., dan Stoelting, R.K., editors. Clinical Anesthesia. 5th. Ed. Lippincott: Williams & Wilkins. p. 421-452.

Duley L. Magnesium Sulphate regimens for women with Eclamsia : message from the the Collaborative Eclamsia Trial. Br J Obstet Gynaecol 1996 ; 103 : 103 - 5

Fawcett WJ, Haeby EJ, Male DA. Magnesium physiology and pharmacology.Br J Anaesth ; 1999. 83 : 302 – 20

Fuchs BT, Smith OW, Burgeal A, Tasssonyi E. Interaction of MgSO4 with vecuronium induced neuromuscular block. Br J Anaesth; 1994.

Fuchs-Buder T, Wilder-Smith OH, Borgeat A. Interaction of magnesium sulphate with vecuronium induced neuromuscular block. Br J Anaesth 1995 ; 74 : 405 – 409.

Fuch-Buder, T., Tassonyi, E., 1996. Magnesium Sulphate enhances Residual Neuromuscular Block Induced by Vecuronium. Br J Anaesth 1996; 76: 565-566.

Foldes, F.F. 1984. Rapid Tracheal Intubation with Non-Depolarizing Neuromuscular Blocking Drugs: the Priming Principle. Br J Anaesth, 56 (6): 663.

Gayton, A.C., Hall, J.E., 2008. Eksitasi Otot Rangka: Penghantaran Neuromuscular dan Gabungan Eksitasi-Kontraksi. Textbook of Medical Physiology, 2008; ed.11: 87-94.

Hunter, J.M. 1995. New Neuromuscular Blocking Drugs.MEJM, 332 (25): 1691-1699.

James FM, Boer RE, Esser JD. Intravenous magnesium sulphate inhibits catecholamine release associated with tracheal intubation. Anaesth Analg2001 ; 68 : 772 - 6

Kussman, B., Shorten, G., Uppington, J., Comunale, M.E., 1997. Administration of Magnesium Sulphate before Rocuronium: effect on Speed of Onset and Duration of Neuromuscular Block. British Jurnal of Anaesthesia, 1997; 79: 122-124.

Lee C, Zhang X, Kwan WF. Electromyographic and mechanomyographic characteristics of neuromuscular block by magnesium sulphate in the pig.Br J Anaesth 1996 ; 76 : 278 – 83

Lieutaud, T., Billard, V., Khalaf, H., dan Debaene, B. 2003. Muscle Relaxation and Increasing Doses of Propofol Improve Intubating Conditions. Can J Anesth,50 (2): 121-126.

Page 81: TESIS SUTA

Manaa EM, and Alhabib AF, 2012. Effect of Magnesium Sulfate on the Total Anesthetic and Analgesic Requirements in Neurosurgary.J Neurol Neurophysiol2012 ; S11-001

Martyn, J.A.J., Fagerlund, M.J., dan Eriksson, L.I. 2009. Basic Principles of Neuromuscular Transmission. Anaesthesia, 64 (1): 1-9.

Martin JAJ, Standaert FG, Miller MD. Neuromuscular physiology and

pharmacology.In : Miller’s Anaesthesia. 5th

ed. Philadelpia : Churchill Livingstone; 2006. 735 – 51

Mehta, M.P., Choi, W.W., Gergis, S.D., Sokoll, M.D., dan Adolphson, A.J. 1985. Fascilitation of Rapid Endotracheal Intubations with Divided Doses of Nondepolarizing Neuromuscular Blocking Drugs. Anesthesiology, 62 (4): 392-395.

Mohammad, R.G., Amir, A.S., Ali, R.K., Faranak, R., Ali, R. P., Ali, R. N., Anjan, S., Nader, D. N. The effects of magnesium sulfate on neuromuscular blockade by cisatracurium during induction of anesthesia. Japanese Society of Anesthesiologists; 2012.

Morgan, G.E., Mikhail, M.S. dan Murray, M.J. 2006. Clinical Anesthesiology.4th Ed. New York: McGraw-Hill. p. 179-254.

Nivin, F. T. A., M.D., 2002. The Effect of Intraoperative Magnesium Sulphate Infusion on The Course of Neuromuscular Blockade of Atracurium. Jurnal of Egyption Nat. Cancer Inst., 2002; Vol.14: 137-144.

Padmaja, D., Srinivas, M., 2002.Monitoring of Neuromuscular Junction.Indian J. Anaesth.2002; 46 (4) : 279-288

Pino, R.M. dan Ali, H.H. 2008. Monitoring and Managing Neuromuscular Blockade. In: Longnecker, D.E., Brown, D.L., Newman, M.F., dan Zapol, W.M., editors.Anesthesiology. United States: McGraw-Hill Companies. p. 619-638.

Schlesinger, S. dan Blanchfield, D. 2001.Modified Rapid-Sequence Induction of Anesthesia: A Survey of Current Clinical Practice. AANA Journal, 69 (4): 291-298.

Schwarz, S., Ilias, W., Lackner, F., Mayrhofer, O., dan Foldes, F.F. 1985.Rapid Tracheal Intubation with Vecuronium: the Priming Principle. Anesthesiology, 62 (4): 388-391.

Shear, T.D. dan Martyn, J.AJ. 2009. Physiology and Biology of Neuromuscular Transmission in Health and Disease. Journal of Critical Care, 24: 5-10.

Page 82: TESIS SUTA

Silverman, D.G. 1994. Neuromuscular Block in Perioperative and Intensive Care. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.

Stoelting, R.K., Hiller, S. 2006. Pharmacology & Physiology in Anesthetic Practice. 4th Ed. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.

Savarese JJ, Caldwell JE, Lien CA, Miller MD.Pharmacology of muscle relaxants

and their antagonists.In : Miller’s Anaesthesia. 6th

ed. Philadelpia : Churchill Livingstone ; 2000. 412 – 90

Sparr, H.J. 2001.Choice of Muscle Relaxant for Rapid Sequence-Induction. EJA, 18 (23): 71-76.

Stoelting, R.K.,and Hiller, S.C., 2006. Pharmacology and physiology in anaesthetic

practice. 3rd

ed. Philadelpia : Lippincott Raven ; 1999: 126 – 39, 182 – 223, 748 – 51

Suresh, S.N. dan Singh, N.G. 2010.Comparison between Adductor Pollicis and Orbicularis Oculi as Indicator of Adequacy of Muscle Relaxation for Tracheal Intubation Following Rocuronium Induced Neuromuscular Block: Randomized Comparative Clinical Trial. Recent Research in Science and Technology, 2 (5): 130-135.

Tae Dong Kweon, Dong Jin Chang, Sun Jun Bae, Yeon-A Kim. 2009. Effect of various anesthetic induction agents on blood magnesium and calcium consentration: Korean Journal of Anesthesiology, 2009 Mar; 56(3): 254-8.

Viby-Mogensen, J., Howardy-Hansen, P., Chraemmer-Jorgensen, B., Ording, H., Engbaek, J., dan Nielsen, A. 1981.Posttetanic Count (PTC): a New Method of Evaluating an Intense Nondepolarizing Neuromuscular Blockade. Anesthesiology, 55 (4): 458-61.

WU Hong-liang, YE Tie-hu, SUN Li, 2009, Effect of Atracurium Pretreatment with Magnesium on Speed of Onset, Duration, and Recovery of Neuromuscular Blockade. Acta Acad Med Sin, 31(1): 73-76.

Xuan, Y.T. dan Glass, P.S. 1996.Propofol Regulation of Calcium Entry Pathways in Cultured A10 and Rat Aortic Smooth Muscle Cells.Br J Pharmacol, 117 (1): 5-12.

Page 83: TESIS SUTA

Lampiran 1

Page 84: TESIS SUTA

Lampiran 2

Page 85: TESIS SUTA

Lampiran 3

JADWAL PENELITIAN

No.

Kegiatan

Juli

2014

Agst

2014

Sept

2014

Okt

2014

Nop

2014

Des

2014

Januari

2014

1. Pembuatan

proposal

2. Seminar proposal

3. Koreksi/ijin

penelitian

4. Pelaksanaan

penelitian

5. Pengolahan data

6. Seminar hasil

7. Penyempurnaan

hasil

8. Ujian Tesis

9. Penyempurnaan

Tesis

Page 86: TESIS SUTA

Lampiran 4

PENJELASAN PENELITIAN/INFORMASI

Pemberian Magnesium Sulfat 30 mg/kgBB Intravena Prainduksi

MempercepatMula Kerjadan Memperpanjang Lama Kerja Atracurium

Bapak/Ibu/Saudara/I yang terhormat,

Bapak/Ibu/Saudara/I akan menjalani operasi terencana dengan prosedur standar

untuk pembiusan secara general/umum di RSUP Sanglah Denpasar. Saya ikut

mendoakan keberhasilan operasi yang Bapak/Ibu/Saudara/I jalani.Pada kesempatan

ini saya mengajak Bapak/Ibu/Saudara/I untuk mengikuti studi klinik yang bertujuan

untuk mengetahui efek magnesium sulfat sebagai tambahan untuk meningkatkan

kerja obat pelumpuh otot atracurium yang diberikan sebelum obat induksi (obat tidur)

dan pelumpuh otot atracurium sebagai bagian dari tindakan pembiusan yang cepat.

Setelah Bapak/Ibu/Saudara/I tertidur karena diberikan obat tidur,

Bapak/Ibu/Saudara/I akan menjalani tindakan pemasangan pipa melalui mulut

sebagai alat untuk memberikan nafas bantuan. Bapak/Ibu/Saudara/I akan diberikan

obat untuk melemaskan otot yang bertujuan untuk memperlancar tindakan tersebut

dan membantu memudahkan prosedur pembedahan yang memerlukan kondisi otot

yang lemas. Selama tindakan tersebut, Bapak/Ibu/Saudara/I akan terus dipantau

dengan menggunakan prosedur pemantauan standar secara terus-menerus.

Obat magnesium sulfat yang diberikan pada penelitian ini adalah dalam dosis

kecil diantara rentang dosis yang biasa digunakan sehingga risikonya kecil untuk

Page 87: TESIS SUTA

terjadinya goncangan tekanan darah dan denyut jantung. Selain untuk mempercepat

onset kerja obat pelumpuh otot, pemberian magnesium sulfat pada penelitian ini juga

bermanfaat untuk memperpanjang durasi kerja obat pelumpuh otot sehingga jumlah

obat yang digunakan selama tindakan operasi bias dikurangi, biaya obat-obatan bisa

di hemat dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat obat pelumpuh otot bisa

dihindari.

Segala efek samping yang timbul akan ditangani sesuai prosedur ilmiah dan

menurut standar pengobatan rumah sakit, yang menjamin kesembuhan dan

keselamatan penderita.

Bila Bapak/Ibu/Saudara/I yang ikut dalam studi ini sama sekali tidak akan ditarik

bayaran. Peserta studi ini adalah peserta yang bersedia secara sukarela untuk

mengikuti prosedurnya, oleh karena itu tidak akan mendapatkan bayaran ataupun

asuransi. Bila Bapak/Ibu/Saudara/I bersedia diikutsertakan dalam studi ini, saya

ucapkan banyak terima kasih, tetapi bila kemudian merasa ingin mengundurkan diri

dapat membatalkan persetujuan tanpa sangsi apapun. Bila tidak bersedia, tetap akan

diberikan pelayanan sebagaimana mestinya. Bila ada yang ingin ditanyakan dapat

menghubungi saya: dr. I Gede Sutaniyasa, melalui HP 08155113357 atau melalui

Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif RSUP Sanglah, telepon 0361-227911 ext.

139.

Hormat saya,

(dr. I Gede Sutaniyasa)

Page 88: TESIS SUTA

Lampiran 5

SURAT PERNYATAAN

PERSETUJUAN UJI KLINIK

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Alamat :

Pekerjaan :

Dengan ini menyatakan telah mengerti dengan Informed Consent yang telah

dijelaskan dan dengan suka rela setuju untuk mengikuti penelitian yang berjudul:

Pemberian Magnesium Sulfat 30 mg/kgBB Intravena Prainduksi Mempercepat

Mula Kerja dan Memperpanjang Lama Kerja Atracurium , serta bersedia

berperan serta dengan mematuhi semua ketentuan yang berlaku dan telah saya

sepakati dalam penelitian tersebut diatas dengan catatan, bila suatu saat saya merasa

dirugikan dalam bentuk apapun, saya akan mengundurkan diri dan membatalkan

persetujuan ini.

Denpasar, 2014

Peneliti, Peserta uji klinik

(dr. I Gede Sutaniyasa) (……………………………….)

Saksi: 1. Pihak keluarga (…………………………….....)

2. Pihak RSUP Sanglah (……………………………….)

Page 89: TESIS SUTA

Lampiran 6

LEMBAR PENELITIAN

Pemberian Magnesium Sulfat Intravena 30 mg/kgBBPrainduksi Mempercepat

Mula Kerja dan Memperpanjang Lama Kerja Atracurium

Data Umum

1. No. Rekam Medis : ……………………………..

2. No. sampel : ….…

3. Nama : ……………………………………………………..

4. Umur : ……………………………………………………..

5. Jenis kelamin : ……………………………………………………..

6. Tanggal : ……………………………………………………..

Data khusus

1. Diagnosis : ……………………………………………………..

2. Jenis operasi : ……………………………………………………..

3. ASA : ……………………………………………………..

4. Berat badan : …… kg

5. Tinggi badan : ….... cm

6. IMT : ….... kg/m2

Page 90: TESIS SUTA

Cara Kerja

Cara kerja dalam melakukan penelitian dan pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Seleksi dilakukan pada saat kunjungan prabedah sehari sebelum operasi. Pasien

yang memenuhi kriteria penerimaan dan pengeluaran ditetapkan sebagai populasi

sampel.

2. Setelah mendapat penjelasan dan pasien setuju dilanjutkan dengan

menandatangani informed consent dan menjadi subyek penelitian yang memenuhi

kriteria eligibilitas.

3. Pasien diacak secara random menggunakan tabel bilangan random (random

number) untuk menentukan subyek penelitian masuk kelompok perlakuan M

(magnesium) atau perlakuan S (salinnormal) oleh asisten peneliti, residen anestesi

semester 6-7 (pin hijau), yang membantu penelitian. Digunakan amplop tertutup

yang berisi kelompok perlakuan mana yang akan diberikan, nomor sampel, dan

instruksi pelaksanaan.

4. Pasien dipuasakan selama 8 jam di ruang perawatan, dilakukan pemeriksaan

kadar magnesium dan kalsium darah sebagai data dasar.

5. Setelah pasien berada di ruang persiapan kamar operasi, dilakukan pencatatan

kembali identitas pasien, kemudian dilakukan pemasangan infuse dengan

menggunakan kateter itravena G18 kemudian dilanjutkan dengan pemberian

cairan RL 15 ml/kgBB selama 20 menit.

6. Sample dimasukkan ke dalam ruangan operasi, kemudian dilakukan pemasangan

alat monitor invasive (tekanan darah, EKG, dan pulse oksimetri).

Page 91: TESIS SUTA

7. Pada kelompok MgSO4, pasien diberikan MgSO4 30 mg/kgBB diencerkan

dengan larutan NaCL 0,9% dalam spuit 20 ml, lalu diberikan secara intravena

menggunakan syringe pump selama 5 menit. Sedangkan pada kelompok kontrol

akan diberikan NaCl 0,9% dalam spuit yang sama dan tehnik pemberian yang

sama.

8. Pasien mendapatkan perlakuan anestesi umum dengan premedikasi midazolam

0,05 mg/kgBB, preoksigenasi dengan oksigen 100%, dan dilakukan induksi

dengan propofol.

a. Cara pemberian induksi propofol 2,5 mg/kgBB sebagai berikut : berat badan

pasien dikalikan dengan 2,5 mg kemudian hasilnya dibulatkan ke atas jika

lebih besar atau sama dengan 5 mg dan dibulatkan ke bawah jika lebih kecil

dari 5 mg. Misalnya 137,5, dibulatkan menjadi 140 mg.

b. Pemberian atracurium 0,5 mg/kgBB sebagai berikut: berat badan pasien

dikalikan 0,5 mg kemudian hasilnya dibulatkan ke atas jika lebih besar atau

sama dengan 0,5 mg dan dibulatkan ke bawah jika lebih kecil dari 0,5 mg.

Misalnya 33,6 mg, dibulatkan menjadi 34 mg.

9. Di kamar operasi pasien dipasang alat pantau, yaitu: elektrokardiografi,

sfignomanometer, saturasi oksigen perifer, dan AMG TOF-Watch®S.

10. Preoksigenasi dengan oksigen 100% selama 3 menit dengan sungkup muka oleh

residen anestesi semester 8 (pin biru)yang tidak terlibat secara keseluruhan dalam

penelitian ini, yang tidak mengetahui kelompok perlakuan yang diterima oleh

pasien.

Page 92: TESIS SUTA

11. Pencatatan hemodinamik (tekanan darah sistolik, diastolik, tekanan arteri rerata,

dan denyut jantung) pasien sebagai basal/HBdilakukan oleh residen anestesi

semester 1-3 (pin merah)yang tidak terlibat secara keseluruhan dalam penelitian

ini, yang tidak mengetahui kelompok perlakuan yang diterima oleh pasien.

12. Berikan suplemen analgesia dengan fentanyl 2 mcg/kgBB intravena dilakukan

oleh residen anestesi semester 6-7 (pin hijau) yang tidak terlibat secara

keseluruhan dalam penelitian ini, yang tidak mengetahui kelompok perlakuan

yang diterima oleh pasien. Obat ini diberikan secara bolus yang habis dalam

waktu 30 detik.

13. Catat waktu pemberian obat dilakukan oleh residen anestesi semester 1-3 (pin

merah).

14. Dua menit setelah awal injeksi suplemen analgesia diberikan bolus induksi

propofol 2,5 mg/kgBB yang habis dalam waktu 30 detik. Ketika refleks bulu mata

menghilang, dilakukan kalibrasi AMG TOF-Watch®S dengan menekan tombol

“Cal” kemudian berikan pola stimulasi single twitch0,1 Hz dengan arus listrik

supramaksimal secara kontinyu dengan menekan tombol fungsi sekunder

kemudian menekan tombol “1 Hz.” Selanjutnya berikan Atracurium 0,5 mg/kgBB

secara bolus yang habis dalam waktu 5 detik oleh residen anestesi semester 6-7.

15. Selama menunggu mula kerja Atracurium 0,5mg/kgBB, berikan ventilasi manual

dengan sungkup muka oksigen 100% oleh residen anestesi semester 8.

16. Catat mula kerja Atracurium 0,5 mg/kgBB oleh residen anestesi junior, sejak

akhir injeksi Atracurium sampai terjadi penurunan 95% dari kontrol (sampai

Page 93: TESIS SUTA

terlihat angka 5% atau lebih pada layar monitor saraf-otot AMG TOF-Watch®S),

pada otot adductor pollicis dengan menggunakan pola stimulasi single twitch0,1

Hz dengan arus listrik supramaksimal AMG TOF-Watch®S. Kemudian lakukan

laringoskopi dan intubasi pemasangan pipa endotrakeal oleh residen anestesi

semester 8.

17. Pemeliharaan dengan O2 50%, N2O 50%, dan Isofluran1 vol% dengan ventilasi

tekanan positif. Jika diperlukan dapat diberikan obat analgesia tambahan 5 menit

sebelum dilakukan incise kulit olet operator.

18. Catat status hemodinamik pasien pada menit 1, 3 dan 5 setelah intubasi sebagai

H1, H3danH5oleh residen anestesi anestesi semester 1-3.

19. Selanjutnya catat durasi kerja obat pelumpuh otot Atracurium yang dihitung

mulai dari tercapainya onset kerja sampai terjadi penurunan kerja pelumpuh otot

25% (sampai terlihat angka 75% pada layarmonitor saraf-ototAMGTOF-

Watch®S), pada otot adductor pollicis dengan menggunakan pola TOF yang

diukur dengan monitor saraf-ototAMG TOF-Watch®S.

20. Waktu pemulihan kerja obat pelumpuh otot atracurium dicatat pada saat

penurunan kerja obat pelumpuh otot mencapai 75% (sampai terlihat angka 25%

pada layarmonitor saraf-ototAMGTOF-Watch®S), pada otot adductor pollicis

dengan menggunakan pola TOF, yang selanjutnya mulai diberikan obat antidotum

atracurium (neostigmin 0,08 mg/kgBB dan sulfas atropine 0,01 mg/kgBB) dicatat

waktunya sampai terjadi penurunan kerja obat pelumpuh otot 95% (sampai

terlihat angka 5% pada layarmonitor saraf-ototAMGTOF-Watch®S.

Page 94: TESIS SUTA

Alur Penelitian

Populasi terjangkau

Kriteria inklusi

Kelompok M

Pemberian MgSO4 30mg/kgBB (dilarutkan

dalam spuit 20 ml)

Induksi propofol 2,5 mg/kgBB

Pelumpuh otot Atracurium 0,5 mg/kgBB

Analisis Statistik

Kelompok S

Elegible subject

Kriteria eksklusi

Pemberian NaCl 0,9%

dalam spuit 20 ml

Pasien-pasien dewasa yang menjalani operasi bedah elektif dengan anestesi umum dan memerlukan pemasangan pipa endotrakeal

Randomisasi

Laringoskopi-intubasi endotrakeal

Onset kerja, durasi kerja dan waktu pemulihan atracurium

Page 95: TESIS SUTA

Lampiran 7

LEMBAR OBSERVASI PASIEN

• Tiba di kamar operasi : pukul ………… WITA

• Nilai kadar magnesium dan kalsium preoperative dan postoperative dicatat di

tabel.

• Waktu pemberian perlakuan : pukul ………… WITA

• Pemberian suplemen analgesia : pukul ………… WITA, ………… mcg

• Pemberian obat induksi : pukul ………… WITA, ………… mg

• Pemberian pelumpuh otot : pukul ………… WITA, ………… mg

• Catat hemodinamik awal (HA), sebelum intubasi (H0), 1 menit setelah intubasi

(H1), 3 menit berikutnya (H3), 5 menit berikutnya (H5)

MULA KERJAATRACURIUM : ………………. menit

LAMA KERJA ATRACURIUM : ………………. menit

WAKTU PEMULIHAN : ………………. menit

Tabel 1. Kondisi Hemodinamik

Parameter HA H0 H1 H3 H5

Tekanan darah sistolik (mmHg)

Tekanan darah diastolik (mmHg)

Tekanan arterial rerata (mmHg)

Denyut jantung (x/menit)

Page 96: TESIS SUTA

Tabel 2. Nilai kadar magnesium dan kalsium pre dan postoperative

Preoperatif Postoperatif

Magnesium

Kalsium

Efek samping :

1. Somnolen: ya / tidak

2. Sakit kepala : ya / tidak

3. Vertigo : ya / tidak

4. Pruritus : ya / tidak

5. Mual : ya / tidak

6. Muntah : ya / tidak

7. Lainnya : …………………

OBSERVER : ….……………….

Page 97: TESIS SUTA

Lampiran 8

Rekapan Hasil Penelitian.

No RM KLP Nama JK Umur BB TB IMT ASA Diagnosis Tind akan MK LK WP M

(HA) M

(H0) M

(H1) M

(H3) M

(H5) Mg1 Mg2 Ca1 Ca2

1 14001264 M DNM P 36 th 62 158 24.8 1 MNT Total Thyroidektomy 4.35 34.42 2.38 96 79 74 70 83 2.1 2.1 9.31 8.89 2 14039081 M GDS L 32 th 50 160 19.5 1 OD Anopthalmia Repair soket 1.47 66.52 3.02 101 65 91 88 77 2.1 2.3 9.42 8.69 3 14063065 M NKW P 20 th 50 160 19.5 1 OD Massa kistik duc. Lakrimalis Extirpasi kiste 4.03 52.47 2.8 81 63 79 63 96 2.1 2.4 9.23 9.12

4 14063370 M NKR P 21 th 42 150 18.7 1 OMSK Timpanomastoidektomy 3.07 56.83 2.93 63 63 111 70 65 2.1 2.4 9.43 8.88 5 14056857 M MFD P 18 th 45 150 18.6 1 Tumor Palatum Ekscisi tumor 3.75 38.28 1.82 81 73 83 66 65 2.1 2.3 9.34 8.98 6 14063746 M MBG P 18 th 40 145 19.1 1 Ameloblastoma Reseksi tumor 3.13 38.37 2.93 89 62 80 64 77 2 2.1 9.69 8.92 7 14064726 M NNW P 55 th 55 160 21.5 1 Tumor mama D MRM 2.37 31.87 3.53 102 72 101 90 71 2.1 2.4 9.93 9.32 8 14054661 M BAJ P 18 th 55 160 21.5 1 Tumor parotis Parotidektomy 4.98 43.2 2.88 82 60 105 74 69 2.1 1.8 9.51 8.93 9 14053187 S NKM P 29 th 57 160 22.2 1 OD Ptosis OD Frontal Sling 6.35 34.28 1.68 83 61 82 67 65 2.1 2.1 9.56 9.43 10 14023357 M NWK P 33 th 64 165 23.5 1 Kista ductud tiroglosus Ekstirpasi Kista 2.5 58.16 3.13 89 62 87 70 71 2 2.5 9.44 8.91 11 14066507 M KMJ L 21 th 65 165 23 1 OD Glaukoma OD Trabekulektomy MMD 2.35 48.77 2.88 99 68 69 82 80 1.8 1.9 10 9.61 12 14058729 S JNK L 41 th 67 170 23.2 1 OD Tumor Conjungtiva OD Enucleasi Bulbi 7.35 31.53 1.23 91 74 88 113 98 1.7 1.6 9.57 9.55 13 14054662 S MYP P 18 th 55 160 21.4 1 MNT Total Thyroidektomy 8.25 36.31 2.05 86 64 86 80 81 1.9 1.6 9.59 9.47 14 13002676 M PTS L 32 th 60 165 22.2 1 OD Anopthalmia OD Repair soket + DFG 1.62 56.7 2.77 97 78 83 71 69 2 2.1 9.17 9.16 15 14043891 S KSW P 34 th 60 158 24 2 LABC D MRM 7.03 11.67 2.13 97 84 91 85 81 2.2 1.9 9.82 9.91 16 1481778 S APT P 39 th 62 160 24.2 1 Brachial Cyst Ekscisi Step Ladder 8.53 26.57 1.87 102 88 73 71 77 2.1 1.9 9.68 9.76 17 14069627 S WDN P 32 th 60 165 22.2 1 OD Enopthalmitis OD Vitrectomy + SO + Iris

Refrak 8.53 22.29 2.12 96 70 92 69 66 2 1.9 9.56 9.43

18 14014813 S RMS P 22 th 50 157 20.3 1 Degormitas Os Nasal Rekonstruksi 6.58 31.61 2.31 96 70 83 77 73 2.1 2.1 9.85 9.17 19 14068115 M WWS L 19 th 55 160 21.4 1 CF Neck Femur S Strutch graft, Canulated screw 3.25 36.43 2.46 85 65 71 72 73 2.1 2.1 9.56 8.96

20 14059761 S KYS L 49 th 65 168 23.1 1 Degloving Wound R. Brachii Debridement + Skin Graft 8.12 24.93 2.1 101 61 72 65 89 2.1 2.1 9.85 9.71

21 14011676 S NJR P 38 th 50 157 20.3 1 MNT Total Thyroidektomy 9.28 26.73 2.13 88 70 82 85 72 2.1 1.8 9.22 9.12 22 14039536 S SGT L 40 th 70 175 22.8 2 Post Osteotomy P-S Removal P-S 6.31 22.34 1.87 93 77 82 86 67 2 2 9.07 9 23 1620744 S CHS L 32 th 65 168 24.3 1 Sinusitis Maxilaris LCW + Koreksi septum 6.03 24.57 2.33 97 76 82 68 79 2.1 2 9.42 9.03 24 14064820 S ASN L 22 th 50 155 20.8 1 Sinusitis Ethmoidalis FESS + LCW 5.86 26.73 2.12 85 65 79 69 64 2.2 2 9 8.71 25 14057498 S NWS P 55 th 45 150 20 1 LABC S Ekcisi Biopsi 6.78 30.56 1.98 88 70 72 75 78 2.1 1.9 9.41 9.01 26 14052847 S NKM P 50 th 50 150 22.4 1 OME D Hipertropi konka Konkotomy + Pasang Gromet 8.23 28.31 1.87 75 75 96 83 83 1.9 1.9 9.12 8.87

27 13028369 M PTB L 21 th 55 160 21.4 1 Fr. Mandibula D Post mini plate Infeksi

Debridemnt + Aff Plate + Arch Bar

2.18 46.28 2.2 83 70 69 69 67 2.1 2.3 9.68 9.41

28 14066824 M SYT P 42 th 50 155 20.8 2 Silikonoma Hidung Open Rhinoplasty 4.38 36.22 1.93 98 72 104 86 99 2 2.3 9.62 8.92 29 14064936 S NMS P 29 th 55 155 22.8 1 Neglected Glono humeral S Close Reduction ORIF Pinning 8.87 18.98 1.87 82 90 102 86 85 2 2 9.14 9.36

30 14059570 M SKM P 54 th 60 165 22.2 2 OD Glaukoma Absolut OD Evicerasi Bulbi 4.12 32.78 2.72 100 85 115 83 85 2.1 2.3 9.83 9.24

Page 98: TESIS SUTA

Lampiran 9

HASIL ANALISIS SPSS

GET STATA FILE='C:\Users\Artawan Eka Putra\Documents\Bimbingan\Sutaniyasa\data

tesis10.dta'. SAVE OUTFILE='C:\Users\Artawan Eka

Putra\Documents\Bimbingan\Sutaniyasa\data

Kelompok

Case Processing Summary

Kelompok

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Umur MgSO4 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%

Salin 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%

imt MgSO4 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%

Salin 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%

Descriptives

Kelompok Statistic Std. Error

Umur MgSO4 Mean 29.33 3.300

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 22.25

Upper Bound 36.41

Page 99: TESIS SUTA

5% Trimmed Mean 28.54

Median 21.00

Variance 163.381

Std. Deviation 12.782

Minimum 18

Maximum 55

Range 37

Interquartile Range 17

Skewness 1.038 .580

Kurtosis -.002 1.121

Salin Mean 35.33 2.780

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 29.37

Upper Bound 41.30

5% Trimmed Mean 35.20

Median 34.00

Variance 115.952

Std. Deviation 10.768

Minimum 18

Maximum 55

Page 100: TESIS SUTA

Range 37

Interquartile Range 12

Skewness .207 .580

Kurtosis -.586 1.121

imt MgSO4 Mean 21.3199 .46560

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 20.3213

Upper Bound 22.3185

5% Trimmed Mean 21.2720

Median 21.4844

Variance 3.252

Std. Deviation 1.80325

Minimum 18.67

Maximum 24.84

Range 6.17

Interquartile Range 2.51

Skewness .376 .580

Kurtosis -.446 1.121

Salin Mean 22.1759 .34734

95% Confidence Interval for Lower Bound 21.4309

Page 101: TESIS SUTA

Mean Upper Bound 22.9209

5% Trimmed Mean 22.1833

Median 22.2656

Variance 1.810

Std. Deviation 1.34525

Minimum 20.00

Maximum 24.22

Range 4.22

Interquartile Range 2.22

Skewness -.298 .580

Kurtosis -.964 1.121

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Umur MgSO4 .276 15 .003 .821 15 .007

Salin .099 15 .200* .969 15 .845

imt MgSO4 .145 15 .200* .951 15 .535

Salin .160 15 .200* .934 15 .311

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Page 102: TESIS SUTA

NPAR TESTS /M-W= umur BY kelompok(1 2) /MISSING ANALYSIS.

NPar Tests

Notes

Output Created 05-Dec-2014 21:12:35

Comments

Input Data C:\Users\Artawan Eka

Putra\Documents\Bimbingan\Sutaniyas

a\data tesis spss.sav

Active Dataset DataSet1

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data

File

30

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated

as missing.

Cases Used Statistics for each test are based on all

cases with valid data for the variable(s)

used in that test.

Syntax NPAR TESTS

/M-W= umur BY kelompok(1 2)

/MISSING ANALYSIS.

Page 103: TESIS SUTA

Resources Processor Time 0:00:00.000

Elapsed Time 0:00:00.000

Number of Cases Alloweda 112347

a. Based on availability of workspace memory.

[DataSet1] C:\Users\Artawan Eka Putra\Documents\Bimbingan\Sutaniyasa\data tesis

spss.sav

Mann-Whitney Test

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Umur MgSO4 15 12.93 194.00

Salin 15 18.07 271.00

Total 30

Test Statisticsb

Umur

Mann-Whitney U 74.000

Wilcoxon W 194.000

Z -1.602

Asymp. Sig. (2-tailed) .109

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .116a

a. Not corrected for ties.

Page 104: TESIS SUTA

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Umur MgSO4 15 12.93 194.00

Salin 15 18.07 271.00

b. Grouping Variable: Kelompok

[DataSet1] C:\Users\Artawan Eka Putra\Documents\Bimbingan\Sutaniyasa\data tesis

spss.sav

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

JK * Kelompok 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

ASA * Kelompok 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

Page 105: TESIS SUTA

JK * Kelompok

Crosstab

Kelompok

MgSO4 Salin Total

JK Laki-laki Count 5 5 10

% within Kelompok 33.3% 33.3% 33.3%

Perempuan Count 10 10 20

% within Kelompok 66.7% 66.7% 66.7%

Total Count 15 15 30

% within Kelompok 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .000a 1 1.000

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .000 1 1.000

Fisher's Exact Test 1.000 .650

Linear-by-Linear Association .000 1 1.000

N of Valid Cases 30

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 106: TESIS SUTA

ASA * Kelompok

Crosstab

Kelompok

MgSO4 Salin Total

ASA 1 Count 13 13 26

% within Kelompok 86.7% 86.7% 86.7%

2 Count 2 2 4

% within Kelompok 13.3% 13.3% 13.3%

Total Count 15 15 30

% within Kelompok 100.0% 100.0% 100.0%

[DataSet1] C:\Users\Artawan Eka Putra\Documents\Bimbingan\Sutaniyasa\data tesis

spss.sav

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

imt MgSO4 15 21.3199 1.80325 .46560

Salin 15 22.1759 1.34525 .34734

Page 107: TESIS SUTA

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality

of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

imt Equal variances assumed .738 .398 -1.474 28

Equal variances not assumed -1.474 25.898

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference

imt Equal variances assumed .152 -.85598 .58088

Equal variances not assumed .153 -.85598 .58088

Page 108: TESIS SUTA

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

imt Equal variances assumed -2.04587 .33391

Equal variances not assumed -2.05024 .33827

[DataSet1] C:\Users\Artawan Eka Putra\Documents\Bimbingan\Sutaniyasa\data tesis

spss.sav

Kelompok

Case Processing Summary

Kelompok

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

BB MgSO4 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%

Salin 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%

TB MgSO4 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%

Salin 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%

Page 109: TESIS SUTA

Descriptives

Kelompok Statistic Std. Error

BB MgSO4 Mean 53.87 1.988

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 49.60

Upper Bound 58.13

5% Trimmed Mean 54.02

Median 55.00

Variance 59.267

Std. Deviation 7.698

Minimum 40

Maximum 65

Range 25

Interquartile Range 10

Skewness -.322 .580

Kurtosis -.742 1.121

Salin Mean 57.40 1.934

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 53.25

Upper Bound 61.55

5% Trimmed Mean 57.39

Page 110: TESIS SUTA

Median 57.00

Variance 56.114

Std. Deviation 7.491

Minimum 45

Maximum 70

Range 25

Interquartile Range 15

Skewness .067 .580

Kurtosis -1.096 1.121

TB MgSO4 Mean 158.53 1.576

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 155.15

Upper Bound 161.91

5% Trimmed Mean 158.93

Median 160.00

Variance 37.267

Std. Deviation 6.105

Minimum 145

Maximum 165

Range 20

Page 111: TESIS SUTA

Interquartile Range 10

Skewness -.965 .580

Kurtosis .292 1.121

Salin Mean 160.53 1.884

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 156.49

Upper Bound 164.58

5% Trimmed Mean 160.31

Median 160.00

Variance 53.267

Std. Deviation 7.298

Minimum 150

Maximum 175

Range 25

Interquartile Range 13

Skewness .428 .580

Kurtosis -.466 1.121

Page 112: TESIS SUTA

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

BB MgSO4 .159 15 .200* .949 15 .509

Salin .172 15 .200* .951 15 .544

TB MgSO4 .262 15 .007 .857 15 .022

Salin .196 15 .126 .949 15 .514

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

T-TEST GROUPS=kelompok(1 2) /MISSING=ANALYSIS /VARIABLES=bb /CRITERIA=CI(.95).

T-Test

[DataSet1] C:\Users\Artawan Eka Putra\Documents\Bimbingan\Sutaniyasa\data tesis

spss.sav

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

BB MgSO4 15 53.87 7.698 1.988

Salin 15 57.40 7.491 1.934

Page 113: TESIS SUTA

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

BB Equal variances assumed .008 .928 -1.274 28

Equal variances not assumed -1.274 27.979

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference

BB Equal variances assumed .213 -3.533 2.773

Equal variances not assumed .213 -3.533 2.773

Page 114: TESIS SUTA

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

BB Equal variances assumed -9.215 2.148

Equal variances not assumed -9.215 2.148

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

TB MgSO4 15 158.53 6.105 1.576

Salin 15 160.53 7.298 1.884

NPAR TESTS /M-W= tb BY kelompok(1 2) /MISSING ANALYSIS.

[DataSet1] C:\Users\Artawan Eka Putra\Documents\Bimbingan\Sutaniyasa\data tesis

spss.sav

Page 115: TESIS SUTA

Mann-Whitney Test

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

TB MgSO4 15 14.97 224.50

Salin 15 16.03 240.50

Total 30

Test Statisticsb

TB

Mann-Whitney U 104.500

Wilcoxon W 224.500

Z -.338

Asymp. Sig. (2-tailed) .736

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .744a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok

[DataSet1] C:\Users\Artawan Eka Putra\Documents\Bimbingan\Sutaniyasa\data tesis

spss.sav

Page 116: TESIS SUTA

Kelompok

Case Processing Summary

Kelompok

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

MK MgSO4 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%

Salin 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%

Descriptives

Kelompok Statistic Std. Error

MK MgSO4 Mean 3.1700 .27743

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 2.5750

Upper Bound 3.7650

5% Trimmed Mean 3.1639

Median 3.1300

Variance 1.155

Std. Deviation 1.07448

Minimum 1.47

Maximum 4.98

Page 117: TESIS SUTA

Range 3.51

Interquartile Range 1.77

Skewness .004 .580

Kurtosis -1.095 1.121

Salin Mean 7.4733 .29141

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 6.8483

Upper Bound 8.0984

5% Trimmed Mean 7.4626

Median 7.3500

Variance 1.274

Std. Deviation 1.12864

Minimum 5.86

Maximum 9.28

Range 3.42

Interquartile Range 2.18

Skewness .047 .580

Kurtosis -1.516 1.121

Page 118: TESIS SUTA

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

MK MgSO4 .134 15 .200* .959 15 .672

Salin .183 15 .187 .926 15 .242

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

T-TEST GROUPS=kelompok(1 2) /MISSING=ANALYSIS /VARIABLES=mk /CRITERIA=CI(.95).

T-Test

[DataSet1] C:\Users\Artawan Eka Putra\Documents\Bimbingan\Sutaniyasa\data tesis

spss.sav

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

MK MgSO4 15 3.1700 1.07448 .27743

Salin 15 7.4733 1.12864 .29141

Page 119: TESIS SUTA

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

MK Equal variances assumed .357 .555 -10.695 28

Equal variances not assumed -10.695 27.933

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference

MK Equal variances assumed .000 -4.30333 .40235

Equal variances not assumed .000 -4.30333 .40235

Page 120: TESIS SUTA

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

MK Equal variances assumed -5.12752 -3.47915

Equal variances not assumed -5.12761 -3.47906

* Chart Builder. GGRAPH /GRAPHDATASET NAME="graphdataset" VARIABLES=kelompok

MEANCI(mk, 95)[name="mk" LOW="mk_LOW" HIGH="mk_HIGH"]

Page 121: TESIS SUTA

[DataSet1] C:\Users\Artawan Eka Putra\Documents\Bimbingan\Sutaniyasa\data tesis

spss.sav

Kelompok

Case Processing Summary

Kelompok

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

LK MgSO4 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%

Salin 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%

Descriptives

Kelompok Statistic Std. Error

LK MgSO4 Mean 45.1520 2.81331

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 39.1181

Upper Bound 51.1859

5% Trimmed Mean 44.7028

Median 43.2100

Variance 118.721

Std. Deviation 10.89590

Page 122: TESIS SUTA

Minimum 31.87

Maximum 66.52

Range 34.65

Interquartile Range 20.50

Skewness .512 .580

Kurtosis -.954 1.121

Salin Mean 26.4753 1.61383

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 23.0140

Upper Bound 29.9367

5% Trimmed Mean 26.7570

Median 26.7300

Variance 39.067

Std. Deviation 6.25034

Minimum 11.57

Maximum 36.31

Range 24.74

Interquartile Range 9.01

Skewness -.721 .580

Kurtosis 1.109 1.121

Page 123: TESIS SUTA

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

LK MgSO4 .201 15 .104 .921 15 .197

Salin .118 15 .200* .962 15 .720

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

LK MgSO4 15 45.1520 10.89590 2.81331

Salin 15 26.4753 6.25034 1.61383

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

LK Equal variances assumed 7.813 .009 5.758 28

Equal variances not assumed 5.758 22.314

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

Sig. (2-tailed) Mean Difference

Std. Error

Difference

LK Equal variances assumed .000 18.67667 3.24333

Equal variances not assumed .000 18.67667 3.24333

Page 124: TESIS SUTA

Independent Samples Test

t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

LK Equal variances assumed 12.03301 25.32032

Equal variances not assumed 11.95590 25.39744

[DataSet1] C:\Users\Artawan Eka Putra\Documents\Bimbingan\Sutaniyasa\data tesis

spss.sav

Page 125: TESIS SUTA

Kelompok

Case Processing Summary

Kelompok

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

WR MgSO4 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%

Salin 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%

Descriptives

Kelompok Statistic Std. Error

WR MgSO4 Mean 2.6933 .11790

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 2.4405

Upper Bound 2.9462

5% Trimmed Mean 2.6954

Median 2.8000

Variance .209

Std. Deviation .45663

Minimum 1.82

Page 126: TESIS SUTA

Maximum 3.53

Range 1.71

Interquartile Range .55

Skewness -.446 .580

Kurtosis .100 1.121

Salin Mean 1.9787 .07041

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 1.8277

Upper Bound 2.1297

5% Trimmed Mean 2.0007

Median 2.0500

Variance .074

Std. Deviation .27268

Minimum 1.23

Maximum 2.33

Range 1.10

Interquartile Range .26

Skewness -1.447 .580

Kurtosis 3.232 1.121

Page 127: TESIS SUTA

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

WR MgSO4 .190 15 .150 .947 15 .481

Salin .212 15 .069 .868 15 .031

a. Lilliefors Significance Correction

NPAR TESTS /M-W= wr BY kelompok(1 2) /MISSING ANALYSIS.

Mann-Whitney Test

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

WR MgSO4 15 21.40 321.00

Salin 15 9.60 144.00

Total 30

Test Statisticsb

WR

Mann-Whitney U 24.000

Wilcoxon W 144.000

Z -3.678

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok

Page 128: TESIS SUTA

Kelompok

Case Processing Summary

Kelompok

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Mg1 MgSO4 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%

Salin 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%

Mg2 MgSO4 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%

Salin 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%

Ca1 MgSO4 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%

Salin 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%

Ca2 MgSO4 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%

Salin 15 100.0% 0 .0% 15 100.0%

Descriptives

Kelompok Statistic Std. Error

Mg1 MgSO4 Mean 2.0533 .02153

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 2.0072

Upper Bound 2.0995

Page 129: TESIS SUTA

5% Trimmed Mean 2.0648

Median 2.1000

Variance .007

Std. Deviation .08338

Minimum 1.80

Maximum 2.10

Range .30

Interquartile Range .10

Skewness -2.253 .580

Kurtosis 5.776 1.121

Salin Mean 2.0400 .03352

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 1.9681

Upper Bound 2.1119

5% Trimmed Mean 2.0500

Median 2.1000

Variance .017

Std. Deviation .12984

Minimum 1.70

Maximum 2.20

Page 130: TESIS SUTA

Range .50

Interquartile Range .10

Skewness -1.329 .580

Kurtosis 2.241 1.121

Mg2 MgSO4 Mean 2.2200 .05090

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 2.1108

Upper Bound 2.3292

5% Trimmed Mean 2.2278

Median 2.3000

Variance .039

Std. Deviation .19712

Minimum 1.80

Maximum 2.50

Range .70

Interquartile Range .30

Skewness -.772 .580

Kurtosis .010 1.121

Salin Mean 1.9200 .04047

95% Confidence Interval for Lower Bound 1.8332

Page 131: TESIS SUTA

Mean Upper Bound 2.0068

5% Trimmed Mean 1.9278

Median 1.9000

Variance .025

Std. Deviation .15675

Minimum 1.60

Maximum 2.10

Range .50

Interquartile Range .10

Skewness -1.022 .580

Kurtosis .689 1.121

Ca1 MgSO4 Mean 9.5320 .05879

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 9.4059

Upper Bound 9.6581

5% Trimmed Mean 9.5300

Median 9.5100

Variance .052

Std. Deviation .22770

Minimum 9.17

Page 132: TESIS SUTA

Maximum 9.93

Range .76

Interquartile Range .35

Skewness .175 .580

Kurtosis -.881 1.121

Salin Mean 9.4573 .07479

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 9.2969

Upper Bound 9.6177

5% Trimmed Mean 9.4609

Median 9.5600

Variance .084

Std. Deviation .28964

Minimum 9.00

Maximum 9.85

Range .85

Interquartile Range .54

Skewness -.176 .580

Kurtosis -1.263 1.121

Ca2 MgSO4 Mean 9.0627 .06293

Page 133: TESIS SUTA

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 8.9277

Upper Bound 9.1976

5% Trimmed Mean 9.0530

Median 8.9600

Variance .059

Std. Deviation .24373

Minimum 8.69

Maximum 9.61

Range .92

Interquartile Range .33

Skewness .872 .580

Kurtosis .369 1.121

Salin Mean 9.3027 .09056

95% Confidence Interval for

Mean

Lower Bound 9.1084

Upper Bound 9.4969

5% Trimmed Mean 9.3013

Median 9.3600

Variance .123

Std. Deviation .35072

Page 134: TESIS SUTA

Minimum 8.71

Maximum 9.92

Range 1.21

Interquartile Range .54

Skewness .099 .580

Kurtosis -.845 1.121

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Mg1 MgSO4 .379 15 .000 .616 15 .000

Salin .278 15 .003 .849 15 .017

Mg2 MgSO4 .258 15 .008 .905 15 .114

Salin .249 15 .013 .858 15 .022

Ca1 MgSO4 .124 15 .200* .972 15 .883

Salin .172 15 .200* .924 15 .224

Ca2 MgSO4 .233 15 .028 .911 15 .141

Salin .115 15 .200* .972 15 .893

a. Lilliefors Significance Correction

Page 135: TESIS SUTA

Tests of Normality

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Mg1 MgSO4 .379 15 .000 .616 15 .000

Salin .278 15 .003 .849 15 .017

Mg2 MgSO4 .258 15 .008 .905 15 .114

Salin .249 15 .013 .858 15 .022

Ca1 MgSO4 .124 15 .200* .972 15 .883

Salin .172 15 .200* .924 15 .224

Ca2 MgSO4 .233 15 .028 .911 15 .141

Salin .115 15 .200* .972 15 .893

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

[DataSet1] C:\Users\Artawan Eka Putra\Documents\Bimbingan\Sutaniyasa\data tesis

spss.sav

Page 136: TESIS SUTA

Mann-Whitney Test

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Mg1 MgSO4 15 15.60 234.00

Salin 15 15.40 231.00

Total 30

Mg2 MgSO4 15 21.13 317.00

Salin 15 9.87 148.00

Total 30

Test Statisticsb

Mg1 Mg2

Mann-Whitney U 111.000 28.000

Wilcoxon W 231.000 148.000

Z -.069 -3.555

Asymp. Sig. (2-tailed) .945 .000

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .967a .000a

a. Not corrected for ties.

b. Grouping Variable: Kelompok

* Chart Builder. GGRAPH /GRAPHDATASET NAME="graphdataset"

VARIABLES=MEANCI(mg1, 95) MEANCI(mg2, 95) kelompok MISSING=LISTWISE

Page 137: TESIS SUTA

[DataSet1] C:\Users\Artawan Eka Putra\Documents\Bimbingan\Sutaniyasa\data tesis

spss.sav

Page 138: TESIS SUTA

FILTER OFF. USE ALL. EXECUTE. REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS

CI(95) R ANOVA COLLIN TOL /CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT ca2

/METHOD=ENTER mg2.

Regression

[DataSet1] C:\Users\Artawan Eka Putra\Documents\Bimbingan\Sutaniyasa\data tesis

spss.sav

Variables Entered/Removedb

Model

Variables

Entered

Variables

Removed Method

1 Mg2a . Enter

a. All requested variables entered.

Page 139: TESIS SUTA

Variables Entered/Removedb

Model

Variables

Entered

Variables

Removed Method

1 Mg2a . Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Ca2

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .362a .131 .100 .30437

a. Predictors: (Constant), Mg2

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .392 1 .392 4.230 .049a

Residual 2.594 28 .093

Total 2.986 29

a. Predictors: (Constant), Mg2

b. Dependent Variable: Ca2

Page 140: TESIS SUTA

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 10.219 .507 20.156 .000

Mg2 -.501 .243 -.362 -2.057 .049

a. Dependent Variable: Ca2

Coefficientsa

Model

95.0% Confidence Interval for B Collinearity Statistics

Lower Bound Upper Bound Tolerance VIF

1 (Constant) 9.181 11.258

Mg2 -.999 -.002 1.000 1.000

a. Dependent Variable: Ca2

Collinearity Diagnosticsa

Model

Dimensi

on

Variance Proportions

Eigenvalue Condition Index (Constant) Mg2

1 1 1.994 1.000 .00 .00

2 .006 18.193 1.00 1.00

a. Dependent Variable: Ca2

* Curve Estimation. TSET NEWVAR=NONE. CURVEFIT /VARIABLES=ca2 WITH mg2

/CONSTANT /MODEL=LINEAR /PLOT FIT.

Page 141: TESIS SUTA

Curve Fit

[DataSet1] C:\Users\Artawan Eka Putra\Documents\Bimbingan\Sutaniyasa\data tesis

spss.sav

Model Description

Model Name MOD_3

Dependent Variable 1 Ca2

Equation 1 Linear

Independent Variable Mg2

Constant Included

Variable Whose Values Label

Observations in Plots

Unspecified

Case Processing Summary

N

Total Cases 30

Excluded Casesa 0

Forecasted Cases 0

Newly Created Cases 0

a. Cases with a missing value in any

variable are excluded from the

analysis.

Page 142: TESIS SUTA

Variable Processing Summary

Variables

Dependent Independent

Ca2 Mg2

Number of Positive Values 30 30

Number of Zeros 0 0

Number of Negative Values 0 0

Number of Missing Values User-Missing 0 0

System-Missing 0 0

Model Summary and Parameter Estimates

Dependent Variable:Ca2

Equation

Model Summary Parameter Estimates

R Square F df1 df2 Sig. Constant b1

Linear .131 4.230 1 28 .049 10.219 -.501

Page 143: TESIS SUTA

Model Description

Model Name MOD_3

Dependent Variable 1 Ca2

Equation 1 Linear

Independent Variable Mg2

Constant Included

The independent variable is Mg2.

Page 144: TESIS SUTA