75
i TESIS PERBEDAAN PEMBELAJARAN METODE CERAMAH DAN METODE DEMONSTRASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA SI-KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN Oleh: AHMAD RIFA’I SUBAGIYO NIM : S540209202 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

TESIS PERBEDAAN PEMBELAJARAN METODE CERAMAH …...Pendidikan Profesi Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta. ... pengumpulan data

Embed Size (px)

Citation preview

i

TESIS

PERBEDAAN PEMBELAJARAN METODE CERAMAH DAN METODE

DEMONSTRASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

SI-KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN

Oleh:

AHMAD RIFA’I SUBAGIYO NIM : S540209202

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

ii

2010

iii

PERBEDAAN PEMBELAJARAN METODE CERAMAH DAN

METODE DEMONSTRASI TERHADAP PRESTASI

BELAJAR MAHASISWA S1-KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Magister Kedokteran Keluarga (MKK)

Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh :

AHMAD RIFA’I SUBAGIYO

S. 540209202

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

iv

ABSTRAK

Ahmad Rifa’i Subagiyo, S. 540209202, 2010. Perbedaan Pembelajaran Metode Ceramah Dan Metode Demonstrasi Terhadap Prestasi Belajar Mata Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia (KDM) Pogram studi (Prodi) Strata 1 (S1) Keperawatan STIKES (Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan) Muhammadiyah Lamongan. Pendidikan Profesi Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar mahasiswa dengan menggunakan metode ceramah dan metode demonstrasi Prodi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen kuasi dengan post test only. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Prodi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan semester IV. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah semua mahasiswa semester IV Prodi S1 Keperawatan yang jumlah 98 mahasiswa. Teknik sampling pada penelitian ini adalah teknik exhausted sampling yang mengambil semua anggota populasi digunakan sebagai sampel kemudian dibagi menjadi 2 kelompok yang masing-masing kelompok berjumlah 49 mahasiswa. Kelompok yang pertama diberikan perlakuan dengan metode ceramah dan kelompok yang kedua diberikan perlakuan metode demonstrasi. Variabel bebas adalah metode ceramah, dan metode demonstrasi sedangkan variabel terikat adalah prestasi belajar. Teknik pengumpulan data menggunakan tes soal pada ujian akhir semester untuk mengetahui prestasi belajar mahasiswa. Teknik analisis data menggunakan uji t dengan uji pra syarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas, dengan taraf signifikansi penelitian 5% atau α = 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan, nilai rerata untuk prestasi belajar pada metode ceramah 23,85 dan nilai rerata untuk prestasi belajar pada metode demonstrasi 23,36, dan pada uji statistik dengan menggunakan uji t nilai ρ = 0,154.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan penggunaan metode pembelajaran ceramah dan metode pembelajaran demonstrasi terhadap prestasi belajar mahasiswa di Prodi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan.

Kata Kunci : Metode Ceramah, Metode Demonstrasi, Prestasi Belajar

v

Abstract

Ahmad Rifa'i Subagiyo, S. 540209202, 2010. Differences of the use lecture learning method and methods of demonstration to the achievement learnt KDM (Kebutuhan Dasar Manusia) in study program S1 (Strata) Nurse STIKES Muhammadiyah Lamongan, health professions education postgraduate medical education, Sebelas Maret University.

The research aimed to know the existence or nonexistence of the effect of the use lecture learning method and methods of demonstration to the achievement learnt in study program S1-Nursing STIKES Muhammadiyah Lamongan, health professions education postgraduate medical education, Sebelas Maret University.

The design of doing the research was quasy experiment with post test only. The population was all student of study program S1- Nursing semester IV STIKES Muhammadiyah Lamongan. Technical sampling in this study were technical sampling jenuh have all members of the population sampling technique used as sample, ass much 98 students and than devided into 2 groups the first group treated with the lecture method and the second group using the method of treatment demonstration. The variabel independent is lecture method, demonstration method variabel dependent is achievement learnt. The technique data collection is used a question test to know the achievement learn of student. For the data analyzing, the research used T-Test with the prerequisite test normally test, and homogeneity test with significant level 5% or α = 0,05.

The research result mean achievement academic for lecture learning method is 23,85 and mean achievement learnt for demonstration method is 23,36, and statistical test by using T test values of p=0,154.

Based on the research results it could be concluded that there is not different significant of the used lecture learning method and methods of demonstration to the achievement learnt in study program S1-Nurse STIKES Muhammadiyah Lamongan. keyword : lecture method, the method demonstration, academic achievement

vi

PERBEDAAN PEMBELAJARAN METODE CERAMAH DAN

METODE DEMONSTRASI TERHADAP PRESTASI

BELAJAR MAHASISWA S1-KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN

Disusun oleh

AHMAD RIFA’I SUBAGIYO

S. 540209202

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing

Pada tanggal : ……………………… Pembimbing I Pembimbing II Prof.Dr. Satimin Hadiwidjaja, dr. PAK MARS Dr.Nunuk Suryani, MPd NIP.19460405 197603 1 001 NIP.19661108 199003 2 001

Mengetahui :

Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr.MM, M.kes, PAK NIP. 19480313 197610 1 001

vii

TESIS

PERBEDAAN PEMBELAJARAN METODE CERAMAH DAN

METODE DEMONSTRASI TERHADAP PRESTASI

BELAJAR MAHASISWA S1-KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN

Disusun oleh

AHMAD RIFA’I SUBAGIYO

S. 540209202

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji

Pada tanggal : …………… Jabatan : Nama Tanda Tangan

Ketua : Prof. Didik Tamtomo, dr. PAK. MM. M.Kes ……………... NIP. 19480313 197610 1 001

Sekretaris : Ruben Dharmawan, dr., Ir., Ph.D. ……………... NIP. 19511120 198601 1 001 Anggota : 1. Prof. Dr. Satimin Hadiwidjaja, dr., PAK., MARS……………... NIP. 19460405 197603 1 001 2. Dr.Nunuk Suryani, MPd ……………... NIP. 19661108 199003 2 001

Surakarta, ………………………

Mengetahui :

Direktur PPs UNS Ketua Program Studi MKK Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr. MM.M.Kes.PAK NIP. 1957 0820 198503 1004 NIP. 194803131976101001

viii

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : AHMAD RIFA’I SUBAGIYO

NIM : S. 540209202

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis saya yang berjudul :

PERBEDAAN PEMBELAJARAN METODE CERAMAH DAN

METODE DEMONSTRASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR

MATA KULIAH KDM II PRODI S1-KEPERAWATAN STIKES

MUHAMMADIYAH LAMONGAN adalah benar-benar karya otentik

saya sendiri. Hal-hal yang terdapat dalam tesis ini dan yang bukan karya saya

diberi tanda kutipan dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila diketahui di

kemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh

dari tesis tersebut.

Surakarta, ..............................

Yang membuat pernyataan,

AHMAD RIFA’I SUBAGIYO

9

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan

karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini pada Program Studi

Magister Kedokteran Keluarga, minat utama Pendidikan Profesi Kesehatan, Program

PASCASARJANA Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul : PERBEDAAN

PEMBELAJARAN METODE CERAMAH DAN METODE

DEMONSTRASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH

KDM II PRODI S1-KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH

LAMONGAN Penulisan tesis ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan dari

berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan

terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Muh. Syamsulhadi,dr. Sp.Kj, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta, yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menempuh

pendidikan Pascasarjana(S-2).

2. Prof. Suranto, Drs. MSc. PhD. selaku Direktur Program PASCASARJANA Universitas

Sebelas Maret yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menyusun tesis ini.

3. Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr. MM. M.Kes.PAK, selaku Ketua Program Studi Magister

Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk menempuh pendidikan Pascasarjana (S-2) pada Program Studi

Kedokteran Keluarga

4. Prof Dr. Satimin Hadiwidjaja. dr. PAK. MARS selaku pembimbing I yang telah

meluangkan waktu dan mencurahkan perhatiannya kepada penulis, sejak awal hingga

selesainya penulisan proposal tesis ini

10

5. Dr.Nunuk Suryani MPd selaku pembimbing II yang dengan penuh kesungguhan

membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan proposal tesis ini.

6. Ketua STIKES Muhammadiyah Lamongan , Bapak H. Budi Utomo, M.Kes. yang telah

memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian dalam penyusunan tesisi

ini.

7. Segenap Civitas Akademika STIKES Muhammdiyah Lamongan, atas kerjasamanya

sehingga penulis mendapatkan fasilitas dan kemudahan dalam pelaksanaan penelitian

proposal tesis ini.

8. Para mahasiswa (sebagai informan penelitian) atas kesediaannya memberikan masukan

kepada penulis sebagai sumber data penelitian.

9. Semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan kepada penulis dalam

penyusunan proposal tesis ini.

Penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi pengelola pendidikan, mahasiswa dan

para pembaca yang budiman, namun penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih perlu

penyempurnaan, untuk itu kritik dan saran akan penulis terima dengan senang hati demi

kebaikan bersama.

Akhirnya dengan tulus penulis berdoa semoga amal kebaikan semua pihak mendapatkan

pahala dan imbalan yang setimpal dari Allah SWT, Amin.

Surakarta, ………………….

Ahmad Rifa’i Subagiyo

11

12

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i

ABSTRAK.................................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .................................................... iv

PERNYATAAN .......................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................... ix

DAFTAR TABEL......................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1

B. Batasan Masalah.................................................................................. 4

C. Rumusan Masalah .............................................................................. 4

D. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4

E. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 7

1. Kedudukan Metode Dalam Belajar Mengajar ............................. 7

2. Prestasi Belajar ............................................................................ 38

B. Peneliti Terdahulu .............................................................................. 44

C. Kerangka Berpikir............................................................................... 45

D. Hipotesis penelitian............................................................................ 46

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ............................................................................... 47

B. Populasi, sampel dan sampling .......................................................... 47

1. Populasi ........................................................................................ 47

2. Sampel .............................................................................. ........... 47

3. Sampling ...................................................................................... 48

13

C. Variabel Penelitian.............................................................................. 48

D. Definisi Operasional .......................................................................... 48

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 50

F. Analisa Data ....................................................................................... 53

G. Etika Penelitian .................................................................................. 54

H. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...................................................... 56

B. Hasil Prestasi Belajar. ............................................................................ 57

C. Uji Nomalitas ......................................................................................... 58

D. Uji Homogenitas .................................................................................... 59

E. Uji Hipotesis .......................................................................................... 59

F. Pembahasan ............................................................................................ 61

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan .......................................................................................... 65

B. Implikasi .............................................................................................. 65

C. Saran ..................................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 68

14

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil Analisis Uji Realibiltas............................................................... 52

Tabel 2 Jadwal Kegitan Penelitian ................................................................... 55

Tabel 3 Hasil analisa prestasi belajar pada metode ceramah ............................57

Tabel 4 Hasil Analisa prestasi Belajar pada metode demonstrasi..................... 57

Tabel 5 Hasil Analisis Uji Normalitas.............................................................. 58

Tabel 6 Hasil Analisa Uji Homoginitas ............................................................ 59

Tabel 7 Hasil Analisis Uji Hipotesis................................................................. 60

15

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka berfikir ........................................................................... 45

16

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan responden ................................................... 70

Lampiran 2 Lembar inform concent ................................................................ 71

Lampiran 3 Lembar Questioner ....................................................................... 72

Lampiran 4 RPP Demonstrasi .......................................................................... 78

Lampiran 5 RPP Ceramah ............................................................................... 89

Lampiran 6 Lembar Hasil penelitian ...............................................................100

Lampiran 7 Uji Statistik....................................................................................101

17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti

sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan

pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut

adalah pendidikan.

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya

manusia melalui kegiatan pengajaran. UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003,

menyatakan, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang bertakwa terhadap Tuhan

Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan

jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan (UU Sisdiknas : 2003).

Perguruan tinggi mempunyai tujuan yaitu menyiapkan peserta didik menjadi anggota

masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan,

mengembangkan dan/atau memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau

kesenian; mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau

kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat

dan memperkaya kebudayaan nasional (pasal 2 Peraturan Pemerintah Replubik Indonesia

Nomor 60 Tahun 1999)

18

Menurut Djamarah (1988) Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai

mahasiswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan perkuliahan di kampus.

Prestasi belajar yang dicapai oleh mahasiswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang

berasal dari diri mahasiswa (faktor internal) maupun dari luar mahasiswa (faktor eksternal).

Faktor internal diantaranya adalah minat, bakat, motivasi, tingkat intelegensi. Sedangkan faktor

eksternal diantaranya adalah faktor metode pembelajaran. Ada beberapa metode pembelajaran

yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran diantaranya adalah metode ceramah, metode

resitasi, metode ekperimen, metode diskusi, metode demonstrasi, metode problem solving,

metode tanya jawab, metode simulasi, metode inquery dan discovery, dan metode latihan dan

praktek.

Metode pembelajaran adalah cara atau pendekatan yang dipergunakan dalam

menyajikan atau menyampaikan materi kuliah (Bahri : 2002). Untuk itu dosen dituntut untuk

tidak hanya menyampaikan materi secara lisan atau ceramah saja tetapi harus memilih metode

yang dapat melatih mahasiswa, misalnya dengan diskusi, demonstrasi, seminar maupun

memperbanyak latihan mengerjakan soal. Selama ini dosen di STIKES Muhammadiyah

Lamongan dalam menyampaikan materi kuliah dengan ceramah secara lisan dan dengan

menjelaskan materi di slide sedangkan metode yang lain dalam hal ini metode demonstrasi

masih belum optimal padahal metode demonstasi akan membawa pemikiran mahasiswa kepada

hal-hal riel.

Menurut sumiati (2008 : 101). Metode pembelajaran demonstrasi merupakan

pertunjukan atau peragaan. Dalam metode pembelajaran demonstrasi dilakukan pertunjukan

sesuai proses, berkenaan dengan materi pelajaran. Hal ini juga dapat dilakuakan oleh dosen /

guru atau orang luar yang di undang ke kelas dan proses yang didemonstrasikan di ambil dari

obyek yang sebenarnya.

19

Dari sisi inilah memungkinkan mahasiswa lebih dapat mengerti dan memahami meteri

yang diajarkan sehingga dapat meningkatkan semangat belajar mahasiswa. Bagi mahasiswa

metode pembelajaran seperti demonstrasi akan mendorong mahasiswa untuk lebih

memperhatikan mata kuliah yang diajarkan. Selama ini metode pembelajaran di STIKES

Muhammadiyah Lamongan Program Studi S-1 Keperawatan belum optimal, hal ini dapat dilihat

dari kurangnya perhatian mahasiswa dalam menerima pelajaran di kampus.

Dari Penelitian awal yang dilakukan di STIKES Muhammadiyah Lamongan Program

Studi S-1 Keperawatan menunjukkan bahwa indeks prestasi semester (IPS) belum mencapai

hasil yang maksimal. Dari 147 siswa sebanyak 90 siswa tuntas dalam belajar dan masih ada 57

siswa belum tuntas.Standart Indeks Prestasi Semester Minimal (IPSM) yang ditetapkan STIKES

Muhammadiyah Lamongan Program Studi S-1 Keperawatan yaitu 2.75. Dan kebanyakan di

mata kuliah Kebutuhan Dasar Manusia (KDM) mahasiswa yang lulus mata kuliah hanya sekitar

60 % dari seluruh mahasiswa semester IV program studi S1-Keperawatan. Mata kuliah KMD II

juga merupakan suatu syarat mata kuliah yang harus lulus untuk mengambil mata kuliah di

semester selanjutnya.

Dari kenyataan tersebut dapat diindikasikan bahwa hasil belajar mahasiswa belum cukup

optimal. Hal itu dapat disebabkan karena faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

khusunya di mata kuliah KDM II. Atas dasar pemikiran di atas, penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian “perbedaan metode pembelajaran ceramah dan demonstrasi terhadap

prestasi belajar mata kuliah KDM II stikes muhammadiyah lamongan Prodi S-1 keperawatan

Lamongan tahun 2010”

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti membatasi penelitian ini

pada metode pembelajran ceramah dan metode demonstrasi terhadap prestasi belajar mata

20

kuliah KDM II Prodi S1-Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan sebagai obyek

penelitian.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Apakah terdapat perbedaan pembelajaran metode ceramah dan metode demonstrasi terhadap

prestasi belajar mahasiswa S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan.

D. Tujuan Penelitian

Terdapat tujuan penelitian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun tujuan kedua

tujuan tersebut secara rinci di uraikan sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui perbedaan pembelajaran metode

ceramah dan metode demonstrasi terhadap prestasi belajar mahasiswa S1-Keperawatan

STIKES Muhammadiyah Lamongan

2. Tujuan khusus

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan penjelasan ilmiah mengenai hal-hal sebagai

berikut:

1. Untuk menganalisis prestasi belajar mahasiswa dengan metode ceramah.

2. Untuk menganalisis prestasi belajar mahasiswa dengan metode demonstrasi.

21

3. Untuk mendiskripsikan perbedaan antara metode ceramah dan metode demonstrasi

terhadap prestasi belajar Mahasiswa S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah

Lamongan.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai masukan bagi pendidik dalam meningkatkan kemampuan dalam pengelolaan kelas

selama proses mengajar berlangsung.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Instansi

Dapat dipakai sebagai masukan dalam pengambilan keputusan, khususnya dalam rangka

peningkatan prestasi belajar siswa yang berhubungan dengan peningkatan kualitas

sumber daya manusia melalui sikap belajar dan motivasi belajar.

b. Bagi peneliti lain,

Dapat menambah referensi dalam menganalisa pengembangan lembaga pendidikan

khususnya yang berkaitan dengan masalah tersebut untuk dikembangkan lebih lanjut.

c. Bagi dunia ilmu pengetahuan,

Memberikan sumbangan pemikiran khususnya dalam lingkup peningkatan sumber daya

manusia.

22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori metode pembelajaran dan Prestasi belajar

1. Kedudukan Metode Dalam Belajar Mengajar

Peranan dan kompetensi guru/dosen dalam proses belajar mengajar meliputi banyak

hal, sebagaimana dikemukakan oleh Adam dan Decey dalam Basic Principle of Student

Teaching, antara lain guru/dosen sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur

lingkungan, partisipan, ekspiditor, perencana, supervisor, motivator dan konselor.

Guru/dosen memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas dan kuantitas

pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu guru/dosen harus memikirkan dan membuat

perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kualitas mengajarnya. Hal ini menuntut

perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar,

mengembangkan bahan pelajaran yang baik, pemakaian media pengajaran yang tepat guna

mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran (Usman: 1995:21).

Salah satu usaha yang tidak pernah guru/dosen tinggalkan adalah bagaimana

memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil

bagian dalam mencapai keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

Dari sekian banyak kajian metode pembelajaran yang banyak dilakukan, Sardiman

(1988:90) memberikan pemahaman tentang kedudukan metode dalam kegiatan belajar mengajar

adalah sebagai berikut:

a. Metode Sebagai Alat Motivasi Ekstrinsik

Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati peranan yang tidak kalah

penting dari komponen lainnya dalam kegiatan mengajar. Dengan demikian tidak ada satupun

23

kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pengajaran. Dalam hal ini metode

dipahami sebagai alat motivasi untuk mencapai tujuan. Sebagai alat motivasi ekstrinsik, berarti

motivasi yang berasal dari luar yang dapat merangsang atau membangkitkan belajar

seorang peserta didik. Guru/dosen dituntut untuk pandai mendapatkan suatu bahan untuk

dijadikan alat motivasi agar peserta didik tergerak dan mengikuti jalannya proses pengajaran

secara serius sehingga tujuan pengajaran tercapai.

b. Metode sebagai Strategi Pengajaran

Dalam kegiatan belajar mengajar, tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi

dalam waktu relative lama. Daya serap mahasiswa terhadap materi yang diberikan juga

bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang dan ada juga yang lambat, ini tergantung

dari faktor intelegensi yang dimiliki setiap mahasiswa.

Terhadap perbedaan daya serap anak didik tersebut, diperlukan strategi pengajaran yang tepat.

Ada kelompok mahasiswa yang mudah menyerap bila guru/dosen menggunakan metode Tanya

jawab, tetapi ada kelompok lain yang lebih mudah menyerap materi pelajaran bila guru/dosen

menggunakan metode demonstrasi atau metode eksperimen.

Menurut Roestiyah (1989:1) guru/dosen harus memiliki agar anak didik dapat belajar secara

efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu strategi itu adalah

guru/dosen harus menguasai tehnik-tehnik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar.

Dengan demikian, metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai

tujuan yang diharapkan.

c. Metode Sebagai Alat Untuk Mencapai Tujuan

Tujuan adalah pedoman yang memberi arah kemana kegiatan belajar mengajar

akan dibawa. Guru/dosen tidak bisa membawa kegiatan belajar mengajar menurut sekehendak

24

hatinya dan mengabaikan tujuan yang telah dirumuskan. Kegiatan belajar mengajar yang tidak

mempunyai tujuan sama halnya ke pasar tanpa mengetahui apa yang harus dibeli.

Menurut Zain (2002:85), metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan

memanfaatkan metode secara akurat, guru/dosen akan mampu mencapai tujuan pengajaran.

Mereka mengatakan, antara metode dan tujuan jangan bertolak belakang. Artinya, metode harus

saling menunjang pencapaian tujuan pengajaran. Bila tidak, maka akan sia-sia perumusan

tujuan yang telah ditentukan. Dengan demikian kegiatan belajar mengajar yang tanpa

mengindahkan tujuan, apalah artinya. Jadi menggunakan metode yang dapat menunjang

kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai

tujuan pengajaran.

1) Pemilihan Dan Penentuan Metode Pembelajaran

Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar adalah tercapainya tujuan

pengajaran (Zain, 2002:87). Dengan demikian apapun yang termasuk perangkat program

pengajaran dituntut secara mutlak guna menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.

Selanjutnya dikatakan, guru/dosen sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan

lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas. Salah satu kegiatan

yang harus dilakukan guru/dosen adalah melakukan pemilihan dan penentuan metode yang akan

digunakan untuk mencapai tujuan pengajaran.

Pemilihan dan penentuan metode ini didasari adanya adanya metode-metode tertentu yang tidak

dipakai secara bersama (degeneralisasi) untuk mencapai satu tujuan tertentu. Misalnya tujuan

pengajaran adalah agar anak didik dapat menggambarkan salah satu pulau di Indonesia, maka

guru/dosen tidak tepat jika menggunakan metode diskusi, tetapi yang tepat adalah metode

latihan.

25

Menurut Sudjana (1991:88), kegagalan seorang guru/dosen mencapai tujuan pengajaran terjadi

jika pemilihan dan penentuan metode tidak dilakukan dengan pengenalan terhadap karakteristik

dari masing-masing metode pengajaran. Hal ini dapat diartikan bahwa guru/dosen yang baik

adalah yang mengetahui setiap kelebihan dan kekurangan dari beberapa metode pengajaran

yang telah dikenal.

Dalam penjelasan di atas dapat diketahui bahwa penggunaan metode yang tidak sesuai dengan

tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Cukup

banyak bahan pelajaran yang terbuang dengan percuma oleh karena penggunaan metode yang

hanya menurut kehendak guru/dosen saja tanpa mempertimbangakan kebutuhan mahasiswa,

fasilitas, serta situasi kelas. Seharusnya penggunaan metode dapat menunjang pencapaian tujuan

pengajaran, bukan tujuan yang harus menyesuaikan diri dengan metode (Bahri, 2002:28)

Pengalaman menjelaskan bahwa kegagalan pengajaran salah satunya adalah disebabkan oleh

pemilihan metode yang tidak tepat. Kelas yang kurang bergairah, kondisi anak didik kurang

kreatif dikarenakan pemilihan dan penentuan metode yang kurang sesuai dengan sifat bahan dan

tujuan pengajaran. Karena itu dapat dipahami bahwa metode adalah suatu cara yang memiliki

nilai strategi dalam kegiatan belajar mengajar. Nilai strategisnya adalah metode dapat

mempengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar.

2) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Metode Pembelajaran

Sebagai suatu cara, metode tidaklah berdiri sendiri, akan tetapi dipengaruhi faktor-faktor lain.

Maka dari itu seorang guru/dosen harus mengenal dan memahami serta memahaminya ketika

akan melaksanakan pemilihan dan penentuan metode yang akan dipakai dalam pengajaran.

Tanpa mengindahkan hal ini, metode yang digunakan tidak akanberarti.

Winarno(1990:97) mengatakan bahwa setiap metode mempunyai sifat masing-masing, baik

mengenai kebaikan-kebaikan maupun kelemahan-kelemahannya. Selanjutnya dikatakan ,

26

guru/dosen akan lebih mudah menetapkan metode yang paling serasi untuk situasi dan kondisi

yang khusus dihadapinya, jika memahami sifat masing-masing metode yang diketahui. Berikut

ini adalah factor-faktor yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode menurut Sumiati

dan Asra (2008) :

a) Kesesuaian metode pembelajaran dengan tujuan pembelajaran

Metode pembelajaran adalah alat untuk mencapai tujuan, maka tujuan itu harus diketahui dan

dirumuskan dengan jelas sebelum menentukan dan memilih metode pembelajaran. Misalnya,

jika tujuan pembelajaran berkaitan dengan kognitif mahasiswa, maka metode pembelajaran

yang digunakan harus berbeda dengan tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan psikomotor.

Metode pembelajaran untuk kognitif bisa digunakan ceramah atau diskusi, sedangkan metode

pembelajaran untuk tujuan psikomotor bisa digunakan demonstrasi dan latihan.

b) Kesesuaian metode pembelajaran dengan materi pembelajaran

Materi pembelajaran dari masing-masing mata pelajaran tentu saja berbeda-beda. Misalnya

materi pelajaran Matematika yang lebih bersifat berpikir logis, akan berbeda dengan materi

pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Jasmani yang lebih praktis. Oleh karena itu, metode

pembelajaran yang digunakan harus sesuai dengan sifat materi pembelajaran tersebut.

Metode dan materi pembelajaran perlu dikuasai oleh guru/dosen karena saling mendukung.

Tidak ada istilah bahwa menguasai metode pembelajaran lebih penting daripada menguasai

materi pembelajaran, atau sebaliknya. Jika guru/dosen hanya menguasai metode pembelajaran

tanpa menguasai materi pembelajaran, maka yang terjadi adalah guru/dosen melakukan suatu

kegiatan yang tidak ada muatan yang dipelajari mahasiswa. Sebaliknya, jika guru/dosen

menguasai materi pembelajaran tanpa menguasai metode pembelajaran, maka yang terjadi

adalah materi pembelajaran hanya dimengerti sendiri oleh guru/dosen tanpa bisa ditransfer

kepada mahasiswa. Metode dan materi pembelajaran dapat dianalogikan dengan dua roda

27

sepeda, roda depan diibaratkan metode pembelajaran dan roda belakang diibaratkan materi

pembelajaran. Kedua-duanya diperlukan dan saling mendukung. Roda depan sepeda berfungsi

mengarahkan roda belakang sepeda. Metode pembelajaran berfungsi mengarahkan materi

pembelajaran agar dapat dipahami oleh mahasiswa.

c) Kesesuaian metode pembelajaran dengan kemampuan guru/dosen

Seorang guru/dosen dituntut untuk menguasai semua metode pembelajaran. Namun pada saat-

saat tertentu kemampuan guru/dosen terbatas, misalnya dalam keadaan sakit, sempitnya alokasi

waktu pembelajaran, atau keadaan kelas yang tidak memungkinkan. Oleh karena itu guru/dosen

dituntut pula cerdik mensiasatinya dengan menggunakan metode yang sesuai dengan

kemampuannya.

d) Kesesuaian metode pembelajaran dengan kondisi mahasiswa

Kondisi mahasiswa berhubungan dengan usia, latar belakang kehidupan, keadaan tubuh, atau

tingkat kemampuan berpikirnya. Mahasiswa yang tingkat berpikirnya tinggi, maka mengikuti

metode apapun akan siap. Berbeda dengan mahasiswa yang taraf berpikirnya kurang, maka

ketika mengikuti metode diskusi akan mengalami kesulitan, sehingga perlu digunakan metode

yang sesuai, seperti ceramah. Kondisi mahasiswa yang sehat dan segar akan berbeda dengan

mahasiswa yang sakit atau kelelahan setelah mengikuti olah raga dalam mengikuti suatu metode

pembelajaran.

Kondisi mahasiswa yang perlu diperhatikan, apakah mahasiswa belajar secara perorangan,

kelompok ataukah klasikal. Metode pembelajaran dengan pendekatan kelompok berkenaan

dengan pembelajaran suatu materi pembelajaran sama dalam waktu bersamaan untuk

sekelompok mahasiswa atau ditujukan untuk membimbing kelompok belajar mahasiswa.

Sedangkan pendekatan individual memungkinkan setiap mahasiswa dapat belajar sesuai dengan

bakat dan kemampuan masing-masing. Namun demikian, pendekatan kelompok pun harus tetap

28

memperhatikan adanya perbedaan individual pada mahasiswa. Hal ini tercermin dalam

penetapan penggunaan metode pembelajaran secara variasi disesuaikan dengan tujuan dan

materi pembelajaran yang dipelajari.

Metode pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (child centered) sangat menekankan agar

proses pembelajaran mengarah pada terbentuknya pribadi secara utuh. Oleh karena itu peranan

metode pembelajaran sangat penting karena dapat memberikan pengalaman sesuai dengan

kebutuhan, baik fisik maupun psikis, disesuaikan dengan bakat dan minat. Mahasiswa

melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran

yang mementingkan perkembangan pribadi mahasiswa secara utuh memang banyak

menguntungkan, terutama dari segi mahasiswa itu sendiri. Mereka dapat terbentuk pribadinya.

Dapat menyalurkan bakatnya, minat dan kemampuannya. Dan hal yang paling menonjol adalah

bahwa mereka dapat mewujudkan diri (aktualisasi diri). Namun demikian dari segi

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menghambat, karena peranan disiplin

ilmu pengetahuan diabaikan. Jika ini berlangsung dalam waktu lama, dapat menyebabkan

kemunduran bidang pengetahuan dan teknologi. Melalui berbagai metode pembelajaran, seperti

metode proyek yang dilakukan mereka akan memperoleh pengalaman yang berarti bagi

kehidupan. Jadi kegiatan apapun pada dasarnya dapat direncanakan, asalkan memberikan

kemungkinan kepada mahasiswa dapat belajar secara efektif dalam upaya mencapai tujuan.

e) Kesesuaian metode pembelajaran dengan sumber dan fasilitas yang tersedia

Sumber dan fasilitas yang tersedia di suatu sekolah tentu saja berbeda-beda dari segi kuantitas

dan kualitas. Sekolah yang sumber dan fasilitasnya lengkap, maka akan mudah menentukan

metode apapun yang akan digunakan dalam pembelajaran. Namun bagi sekolah yang sumber

dan fasilitasnya kurang lengkap, maka metode yang tepat untuk digunakan hendaknya

menyesuaikan dengan keadaan.

29

Sumber belajar yang akan digunakan sepatutnya sesuai dengan upaya mengefektifkan kegiatan

pembelajaran. Sumber-sumber belajar sebaiknya bervariasi agar memberikan pengalaman

belajar yang luas kepada mahasiswa. Setiap metode pembelajaran menuntut digunakan sumber

belajar tertentu yang cocok untuk menunjang keefektifan belajar. Sumber belajar ini termasuk

ke dalam lingkungan belajar, yang dapat meningkatkan kadar keaktifan dalam proses belajar.

Termasuk sumber belajar dan fasilitas adalah alat pelajaran. Penggunaan alat pelajaran yang

tepat, dapat membantu memperlancar proses pencapaian tujuan. Alat pelajaran disesuaikan

dengan tujuan dan materi pelajaran. Namun demikian, oleh karena kadar kekomplekan alat

pelajaran itu berbeda-beda, maka penggunaannya pun harus disesuaikan pula dengan tingkat

kemampuan intelektual. Alat pelajaran (teaching aids) dapat membantu proses belajar

mahasiswa. Alat yang relevan dapat menunjang efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran.

Oleh karena itu, guru/dosen harus memikirkan alat pelajaran apa yang dapat menunjang proses

pembelajaran.

Penggunaan alat pelajaran akan memberi dampak positif jika alat-alat tersebut merupakan

bagian yang terpadu dari suatu sistem pembelajaran. Oleh karena itu, betapapun lengkap dan

canggihnya alat-alat pelajaran yang tersedia, akan dirasakan tidak memberi makna apa-apa jika

guru/dosen tidak menempatkan alat-alat tersebut sebagai bagian terpadu dari sistem

pembelajaran. Dengan tersedianya berbagai alat pembelajaran di sekolah, bukan berarti

kedudukan guru/dosen digeser oleh alat-alat tersebut. Betapapun canggihnya suatu alat, tidak

akan dapat mengalihkan fungsi guru/dosen, karena guru/dosen adalah alat pendidikan yang

paling utama. Melalui tangan guru/dosenlah kemanfaatan suatu alat dapat dicapai.

f) Kesesuaian pembelajaran dengan situasi kondisi belajar mengajar

Situasi kondisi inidapat berkaitan dengan tempat di mana pembelajaran itu dilaksanakan,

apakah di daerah perkotaan yang memungkinkan menggunakan berbagai metode pembelajaran,

30

atau di daerah pedesaan dengan letak geografis yang terpencil yang tidak memungkinkan

menggunakan metode pembelajaran tertentu. Situasi kondisi ini berkaitan pula dengan jenis

lembaga pendidikan/sekolah apakah di Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah

Menengan atau Perguru/dosenan tinggi. Masing-masing jenjang pendidikan ini menuntut

metode pembelajaran yang berbeda karena adanya perbedaan usia atau daya pikirnya.

g) Kesesuaian metode pembelajaran dengan waktu yang tersedia

Penggunaan waktu untuk masing-masing metode pembelajaran dalam membahas suatu materi

pembelajaran tentu saja berbeda. Materi pembelajaran yang banyak bisa disampaikan dalam

waktu yang singkat melalui penggunaan metode ceramah. Sebaliknya, materi pembelajaran

yang sedikit namun mendalam bisa menyita waktu yang lama jika menggunakan metode

eksperimen. Penggunaan metode pembelajaran hendaknya memperhatikan pula waktu

pembelajaran berlangsung apakah pagi, siang, sore atau malam hari. Pagi hari ketika mahasiswa

masih segar fisik dan pikirannya, maka metode ceramah atau diskusi bisa digunakan. Namun

ketika siang hari pada akhir proses pembelajaran dengan kondisi fisik dan pikiran sudah lelah,

maka metode ceramah bisa tidak efektif, sebaiknya menggunakan metode yang lebih praktis

seperti demonstrasi dan eksperimen.

Seringkali guru/dosen terjebak oleh kurangnya waktu untuk membimbing mahasiswa belajar,

padahal target yang direncanakan belum tercapai. Untuk itu perlu dibuat alokasi waktu dengan

mempertimbangkan waktu yang tersedia dan waktu yang dibutuhkan, berdasarkan banyaknya

tujuan dan materi pembelajaran yang hendak dipelajari.

Waktu selalu merupakan hambatan kegiatan (time is always constraint). Ini berlaku kalau suatu

kegiatan tidak direncanakan alokasi waktu. Alokasi waktu harus disesuaikan dengan banyak

dan lama kegiatan. Dalam pembelajaran, alokasi waktu berpedoman pada tujuan. Berapa

31

banyak tujuan yang akan dicapai, ialah dasar pertimbangan kita. Sehingga waktu yang tersedia

dapat dikendalikan atau dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam proses pembelajaran.

Pengendalian waktu dapat dilakukan dengan jalan menyusun jadwal dan alokasi waktu. Berapa

lama suatu materi pembelajaran diperkirakan dapat dipelajari mahasiswa, merupakan dasar

dalam alokasi. Dengan berpegang pada waktu yang disesuaikan kurikulum, guru/dosen

membuat perincian waktu. Sehingga proses pembelajaran dapat berjalan sesuai waktu yang

direncanakan. Dengan demikian, waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan sebaik-

baiknya.

Agar waktu dapat diatur sebaik-baiknya, diperlukan perencanaan yang cermat,dengan

memperhitungkan:

1) Berapa banyak tujuan akan dicapai.

2) Berapa lama masing-masing tujuan diperkirakandapat tercapai dalam proses pembelajaran.

3) Berapa lama entry behavior membutuhkan waktu.

4) Berapa lama kegiatan evaluasi membutuhkan waktu

5) Berapa lama waktu yang dimiliki.

6) Dapatkah waktu yang tersedia digunakan untuk seluruh kegiatan yang direncanakan.

h) Kesesuaian metode pembelajaran dengan tempat belajar

Penggunaan metode pembelajaran perlu menentukan tempat di mana kegiatan itu dilakukan,

apakah di ruang kelas, di ruang demonstrasi, di laboratorium, atau di luar kelas dalam kegiatan

studi lapangan. Metode pembelajaran memberi warna pada proses pembelajaran yang

dilaksanakan di suatu sekolah.

Di samping kesesuaian metode pembelajaran dengan faktor disebutkan di atas, dalam praktek

pembelajaran guru/dosen harus memahami fungsi dan kegunaan serta batas-batas penggunaan

32

suatu metode pembelajaran. Hal ini jelas merupakan tuntutan yang dihadapi dalam

penyelenggaraan proses pembelajaran.

3) Macam-macam Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran sangat beraneka ragam. Dengan mempertimbangkan apakah suatu metode

pembelajaran cocok untuk mengajarkan materi pembelajaran tertentu, tidak adakah metode

pembelajaran lain yang lebih sesuai, guru/dosen dapat memilih metode pembelajaran yang

efektif untuk mengantarkan mahasiswa mencapai tujuan.

Metode pembelajaran menekankan pada proses belajar mahasiswa secara aktif dalam upaya

memperoleh kemampuan hasil belajar. Metode pembelajaran yang dipilih tentunya menghindari

upaya penuangan ide kepada mahasiswa sebagaimana terjadi dalam pembelajaran dengan

pendekatan imposisi.

Metode pembelajaran yang dipilih sepatutnya disesuaikan dengan bentuk belajar atau hasil

belajar yang diharapkan diperoleh mahasiswa. Masing-masing bentuk belajar menuntut metode

pembelajaran tertentu. Metode pembelajaran yang dipilih menekankan pada adanya keaktifan

mahasiswa dalam upaya mencapai bentuk hasil belajar tersebut. Dalam praktek, seringkali

penggunaan metode pembelajaran tidak berdiri sendiri, tetapi dipadukan dengan metode

pembelajaran lain.

Metode pembelajaran beraneka ragam. Setiap metode pembelajaran mempunyai keunggulan

dan kelemahan dibandingkan dengan yang lain. Tidak ada satu metode pembelajaran pun yang

dianggap tepat untuk segala situasi. Suatu metode pembelajaran dapat dianggap tepat untuk

suatu situasi, namun tidak tepat untuk situasi lain. Seringkali pembelajaran dilakukan dengan

menggunakan berbagai metode pembelajaran secara bervariasi. Dapat pula suatu metode

pembelajaran dilaksanakan secara berdiri sendiri. Ini tergantung pada pertimbangan didasarkan

33

situasi belajar mengajar yang relevan. Berikut beberapa metode pembelajaran yang

dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan :

a) Metode ceramah

Metode ceramah atau metode kuliah boleh dikatakan sebagai metode tradisional,

karena sejak dahulu metode ini telah digunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru/dosen

dengan anak didik dalam proses belajar mengajar. Meskipun demikian, metode ceramah tidak

dapat ditinggalkan karena masih dianggap efektif selagi dalam pendidikan dan pengajaran

tradisional seperti di pedesaan yang kekurangan fasilitas.

Dapat dijelaskan di sini bahwa metode ceramah adalah suatu cara mengajar yang

digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu pokok

persoalan serta masalah secara lisan. Metode ini cara penyajiannya adalah dengan penuturan

atau penjelasan lisan secara langsung terhadap mahasiswa. Dengan demikian metode ini yang

berperan aktif adalah guru/dosen.

Menurut Djamarah (2002:100), metode ini mempunyai kelebihan dan kekurangan.

(1) Kelebihan Metode Ceramah :

(a) Guru/dosen mudah menguasai kelas

(b) Mudah mengorganisasikan tempat duduk di kelas

(c) Dapat diikuti oleh jumlah mahasiswa yang besar

(d) Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya

(e) Guru/dosen mudah menerangkan pelajaran dengan baik

(2) Kelemahan metode Ceramah

34

(a) Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata) yang visual menjadi rugi, yang auditif

(mendengarkan) lebih besar menerimanya.

(b) Bila selalu digunakan terlalu lama dapat membosankan

(c) Guru/dosen menyimpulkan bahwa mahasiswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya

(tafsiran subyektif)

(d) Dapat menyebabkan mahasiswa menjadi pasif

(e) Tidak cocok untuk membentuk ketrampilan dan sikap dan cenderung menempatkan posisi

mengajar sebagai otoritas terakhir.

b) Metode Resitasi

Metode Resitasi adalah metode penyajian bahan yang guru/dosen memberikan tugas tertentu

agar mahasiswa melakukan kegiatan belajar (Djamarah, 2002:96). Metode ini dapat

dilaksanakan oleh mahasiswa dan dapat dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah, di

laboratorium, di perpustakaan, di bengkel, di rumah mahasiswa, atau di mana saja asal tugas itu

dapat dikerjakan.

Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak sementara waktu sedikit.

Karena bahan yang diajarkan dengan waktu yang disediakan tidak seimbang, maka metode

inilah yang biasanya digunakan guru/dosen untuk mengatasinya.

Resitasi dan penugasan, tidaklah sama dengan pekerjaan rumah (PR), tetapi sifatnya jauh lebih

luas. Penugasan ini merangsang peserra didik untuk aktif belajar baik secara individual maupun

kelompok. Karena itu, tugas dapat berbentuk seperti meneliti, tugas dilaboratorium dan lain-

lain.

Ada beberapa langkah yang harus diikuti dalam penggunaan metodetugas resitasi ini, yaitu:

(1) Tugas yang diberikan kepada mahasiswa hendaknya mempertimbangkan:

(a) Tujuan yang akan dicapai

35

(b) Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut

(c) Sesuai dengan kemampuan mahasiswa

(d) Ada petunjuk / sunber yang dapat membantu pekerjaan mahasiswa

(e) Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut

(2) Saat melaksanakan tugas hendaknya:

(a) Bimbingan / pengawasan oleh guru/dosen

(b) Diberikan dorongan sehingga mahasiswa mau bekerja

(c) Diusahakan/dikerjakan oleh mahasiswa sendiri, tidak menyuruh orang lain

(d) Diusahakan agar mahasiswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik

(3) Ada fase mempertanggungjawabkan tugas

Hal yang harus dikerjakan pada fase ini adalah:

(a) Mahasiswa membuat laporan baik lisan atau tertulis dari apa yang telah dikerjakan

(b) Ada Tanya jawab/diskusi kelas atas masalah tugas yang diberikan

(c) Hasil pekerjaan mahasiswa, wajib diberi penilaian oleh guru/dosen yang memberi tugas

Fase mempertanggungjawabkan tugas inilah yang disebut Resitasi Metode tugas dan Resitasi

mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan seperti yang dikemukakan oleh (Suparno,

1987:40)

(1) Kelebihan Metode Tugas Dan Resitasi

(a) Lebih merangsang mahasiswa dalam melakukan aktivitas belajar individual ataupun

kelompok

(b) Dapat mengembangkan kemandirian mahasiswa di luar pengawasan guru/dosen

(c) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin mahasiswa

(d) Dapat mengembangkan kreatifitas mahasiswa

(2) Kekurangan Metode Tugas Dan Resitasi

36

(a) Mahasiswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan ataukah orang lain yang

mengerjakan.

(b) Untuk tugas kelompok ada yang aktif, ada juga yang pasif. Sehingga partisipasinya tidak

bisa merata.

(c) Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu mahasiswa.

(d) Bila guru/dosen tak pandai membuat variasi tugas, maka tugas menjadi monoton sehingga

membosankan mahasiswa.

c) Metode Eksperimen (Percobaan)

Zain (2002:95), Menjelaskan bahwa metode eksperimen atau percobaan adalah cara penyajian

pelajaran, di mana mahasiswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan

sendiri sesuatu yang dipelajari.

Artinya, dalam proses belajar mengajar dengan metode Eksperimen ini, mahasiswa diberi

kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati

suatu obyek, menganalisis, atau proses sesuatu yang diamati/diteliti. Dapat disimpulkan di sini

bahwa mahasiswa dituntut untuk mengalaminya sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba

mencari atau membuktikan suatu hukum atau dalil, konsep dan menarik kesimpulan atas proses

yang dialaminya itu.

Berdasarkan pengalaman yang ada, metode percobaan ini memiliki kelebihan dan kekurangan

sebagai berikut:

(1) Kelebihan Metode Eksperimen

(a) Mahasiswa menjadi lebih percaya atas kebenaran dan kesimpulan berdasarkan percobaan

yang telah dilakukan

(b) Mahasiswa mampu membuat terobosan-terobosan baru atas penemuan yang telah ditelitinya

sehingga bermanfaat bagi kehidupan manusia mendatang

37

(c) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran manusia.

(2) Kekurangan metode Eksperimen

(a) Metode ini lebih sesuai dengan bidang sains dan teknologi

(b) Metode ini memerlukan berbagai fasilitas, peralatan yang tidak selalu mudah diperoleh dan

mahal

(c) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan

(d) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada

faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan dan pengendalian.

d) Metode Diskusi

Metode diskusi adalah cara penyajian pelajaran di mana mahasiswa-mahasiswa dihadapkan

pada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematik

untuk dibahas dan dipecahkan bersama (Jamarah, 2002:100)

Metode ini dapat diartikan memiliki tehnik proses belajar mengajar yang melibatkan dua atau

lebih mahasiswa dan terdapat interaksi diantara mereka, saling tukar pengalaman, informasi,

membahas atau memecahkan masalah sehingga semua aktif ikut berperan.

Selanjutnya diuraikan oleh Bahri, bahwa metode diskusi memilikikelebihan dan kekurangan

sebagai berikut:

(1) Kelebihan Metode Diskusi

(a) Merangsang kreativitas anak didik dalam bentuk ide, gagasan, atau terobosan baru dalam

pemecahan suatu masalah.

(b) Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain

(c) Memperluas wawasan

(d) Membina untuk terbiasa bermusyawarah untuk mufakat dalam memecahkan masalah

(2) Kekurangan Metode Diskusi

38

(a) Pembicaraan kadang menyimpang tidak efisien, sehingga memerlukan waktu yang panjang

(b) Tidakdapat dipakai pada kelompok yang besar

(c) Peserta mendapat informasi yang terbatas

(d) Mungkin suatu diskusi dikuasai oleh yang pandai bicara saja bila tanpa ada moderator yang

mengatur diskusi

e) Metode Demonstrasi

Sumiati (2008:101) mengemukakan bahwa demonstrasi berarti pertunjukan atau peragaan.

Dalam pembelajaran menggunakan metode Demonstrasi dilakukan pertunjukan sesuai proses,

berkenaan dengan materi pelajararan. Hal ini dapat dilakukan oleh guru/dosen atau orang luar

yang diundang ke kelas. Proses yang didemonstrasikan diambil dari obyek yang sebenarnya.

Dalam praktek, misalnya guru/dosen akan mengajarkan bagaimana membuat atau bagaimana

proses bekerjanya sebuah bel listrik. Seluruh komponen bel listrik disiapkan. Kemudian

pertunjukkan kepada mahasiswa cara membuat dan proses bekerjanya. Mahasiswa mengamati

secara seksama dan mencatat pokok-pokok penting dari demonstrasi itu.

Pelaksanaan demonstrasi seringkali diikuti dengan eksperimen, yaitu percobaan tentang sesuatu.

Dalam hal ini setiap mahasiswa melakukan percobaan dan bekerja sendiri-sendiri. Pelaksanaan

eksperimen lebih memperjelas hasil belajar, karena setiap mahasiswa mengalami melakukan

kegiatan percobaan. Proses belajar semacam ini sesuai dengan pandangan teori modern learning

by doing.

Perbedaan utama antara demonstrasi dan eksperimen, ternyata hanya pada pelaksanaan.

Demonstrasi hanya mempertunjukkan sesuatu proses di dalam kelas. Sedangkan eksperimen

memberi kesempatan kepada mahasiswa melakukan percobaan sendiri tentang proses yang

dimaksud. Namun demikian, demonstrasi itu sendiri jika dirangkaikan dengan eksperimen dapat

mempertinggi efektivitas pembelajaran yang dilaksanakan.

39

Pelaksanakan demonstrasi maupun eksperimen memerlukan peralatan yang memadai. Sebelum

pembelajaran dimulai, guru/dosen harus mempersiapkan semua peralatan yang dibutuhkan, juga

tata ruang kelas yang memungkinkan semua mahasiswa dapat menyaksikan maupun melakukan

percobaan. Pada sekolah yang memiliki biasanya demonstrasi atau eksperimen dilakukan di

ruang kelas “serba guna”.

Langkah-langkah dalam melakukan demonstrasi adalah:

1) Langkah Umum

(a) Merumuskan tujuan yang jelas tentang kemampuan apa yang akan dicapai mahasiswa

(b) Mempersiapkan semua peralatan yang dibutuhkan

(c) Memeriksa apakah semua peralatan itu dalam keadaan berfungsi atau tidak

(d) Menetapkan langkah pelaksanaan agar efisien

(e) Memperhitungkan/menetapkan alokasi waktu

2) Langkah Demonstrasi

(a) Mengatur tata ruang yang memungkinkan seluruh mahasiswa dapat memperhatikan

pelaksanaan demonstrasi

(b) Menetapkan kegiatan yang dilakukan selama pelaksanaan, seperti:

(1) Apakah perlu memberikan penjelasan panjang lebar sehingga mahasiswa dapat memperoleh

pemahaman luas

(2) Apakah mahasiswa diberi kesempatan mengajukan pertanyaan

(3) Apakah mahasiswa diharuskan membuat catatan tertentu

3) Langkah Eksperimen

(a) Memberikan penjelasan secukupnya tentang apa yang harus dilakukan dalam eksperimen

(b) Membicarakan dengan mahasiswa tentang langkah yang ditempuh, materi pelajaran yang

diperlukan, variable yang perlu diamati dan hal yang pelu dicatat

40

(c) Menentukan langkah-langkah pokok dalam membantu mahasiswa selama eksperimen

(d) Menetapkan apa follow-up (tindak lanjut) eksperimen

f) Metode Problem Solving (pemecahan Masalah)

Metode problem solving atau pemecahan masalah, bukan hanya sekedar metode pengajaran

tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam metode problem solving dapat

menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai mencari data sampai kepada menarik

kesimpulan (Roestiya, 1991:147)

Lebih lanjut ia mengemukakan langkah-langkah yang diperlukan untuk menggunakan metode

problem solving. Langkah-langkah tersebut antara lain:

(1) Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan (masalah ini diusahakan tumbuh dari mahasiswa

sesuai dengan taraf kemampuan mahasiswa)

(2) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.

Misalnya dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya, berdiskusi dan lain-lain

(3) Menetapkan jawaban sementara (asumsi) dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini

tentunya didasari dari data yang diperoleh.

(4) Menguji kebenaran jawaban tersebut apakah sesuai dengan yang telah diuji

(5) Menarik kesimpulan akhir tentang jawaban dari masalah tersebut

Metode problem solving selanjutnya dikatakan mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai

berikut:

(1) Kelebihan Metode Problem Solving

(a) Dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi relevan dengan kehidupan, khususnya dunia

kerja

41

(b) Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan diri pada

mahasiswa untuk terampil dalam memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari,

sehingga bermakna pada masa mendatang.

(c) Metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir mahasiswa secara kreatif dan

menyeluruh.

(2) Kekurangan Metode Problem Solving

(a) Sulit untuk menentukan tingkat kesulitan masalah sesuai dengan ingkat berpikir mahasiswa

dan tingkat sekolah mahasiswa. Dalam hal ini guru/dosen dituntut untuk mampu

menentukan masalah sesuai dengan tingkatannya.

(b) Memerlukan waktu yang cukup lama.

(c) Adanyakesulitan dari kebiasaan mahasiswa belajar mendengarkan dan menerima informasi

dari guru/dosen menjadi belajar dengan banyak berpikir sendiri atau kelompok

g) Metode Tanya Jawab

Dalam bukunya Winarno Surahmad(1991:78) menjelaskan bahwa Metode Tanya jawab adalah

cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru/dosen

kepada mahasiswa, tetapi dapat pula dari mahasiswa kepada guru/dosen.

Selanjutnya dikatakan metode Tanya jawab memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai

berikut:

(1) Kelebihan Metode Tanya jawab

Merangsanh mahasiswa untuk melatih dan mengembangkan daya piker dan daya ingat

Mengembangkan keberanian dan ketrampilan mahasiswa dalam menjawab serta

mengemukakan pendapat

Suasana kelas memungkinkan menjadi hidup

42

(2) Kekurangan Metode Tanya Jawab

(a) Tidak mudah untuk mendorong mahasiswa unuk aktif untuk bertanya atau menjawab

(b) Waktu sering terbuang jika mahasiswa tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau

tiga orang

(c) Dalam jumlah mahasiswa yang banyak (kelas gemuk) tidak mungkin cukup waktu untuk

memberikan pertanyaan kepada setiap mahasiswa

h) Metode Simulasi

Sumiati (2008:99) dijelaskan bahwa Simulasi dapat diartikan sebagai suatu cara pembelajaran

dengan melakukan proses tingkah laku secara tiruan. Jadi, simulasi pada dasarnya semacam

permainan dalam pembelajaran yang diangkat dari realita kehidupan. Tujuannya untuk

memberikan pemahaman tentang sesuatu konsep atau prinsip atau dapat juga untuk melatih

kemampuan memecahkan masalah yang bersumber dari realita kehidupan.

(1) Bentuk Simulasi

Bentuk-bentuk simulasi ada bermacam-macam. Diantara bentuk yang popular adalah:

Sosiodrama

Semacam drama social, berguna untuk menanamkan kemampuan menganalisis

situasi social tertentu. Seperti kenakalan remaja, pengaruh pergaulan bebas, dan sebagainya.

Dalam sosiodrama guru/dosen menyajikan sebuah cerita yang diangkat dari kehidupan social.

Kemudian meminta mahasiswa memainkan peranan-peranan tertentu sesuai dengan isi cerita

dalam sebuah drama.

Psikodrama

Psikodrama mirip dengan sosiodrama. Perbedaan terletak pada penekanannya.

Sosiodrama lebih menekankan kepada permasalahan social itu sendiri, sedangkan psikodrama

43

menekankan pada pengaruh psikologinya. Fungsi psikodrama, agar mahasiswa dapat

menemukan menemukan pemahaman lebih baik tentang dirinya, self konsep, dapat

menyatakan kebutuhan dirinya dan reaksi terhadap tekanan yang dihadapi. Psikodrama banyak

dimanfaatkan dalam rangka konseling.

Role Playing

Role playing atau bermain peran bertujuan menggambarkan suatu peristiwa masa

lampau. Atau data pula cerita dimulai dengan berbagai kemungkinan yang terjadi baik kini

maupun mendatang. Kemudian ditunjuk beberapa orang mahasiswa untuk melakukan peran

sesuai dengan tujuan cerita. Pemeran melakukan sendiriperannya sesuai dengan daya khayal

(imajinasi) tentang pokok yang diperankannya.

(2) Tata Cara Simulasi

Adapun tata cara melakukan permainan simulasi, dapat diikuti petunjuk sebagai berikut:

(a) Jika mahasiswa baru pertama kali melakukan permainan simulasi, berilah penjelasan

singkatan tentang teknik simulasi.

(b) Guru/dosen menyampaikan cerita, kemudian mengatur adegan-adegan permainan.

(c) Guru/dosen memintasejumlah mahasiswa (sesuai kebutuhan) untuk memainkan peran.

Kepada yang tidak bermain diminta untuk memperhatikan baik-baik

(d) Memberi petunjuk sekedarnya dari mana permainan dimulai

(e) Pada saat situasi permainan memuncak, guru/dosen menghentikan permainan.

(f) Diskusi tentang berbagai hal berkaitan dengan situasi yang dimainkan.

(g) Menarik kesimpulan diskusi

(3) Alat Simulasi

Simulasi dapat dilakukan dengan menggunakan alat. Alat simulasi diciptakan sedemikian rupa

sehingga orang yang menggunakan merasa seakan-akan berada pada situasi yang sebenarnya.

44

Alat semacam ini biasanya digunakan untuk melatih ketrampilan melakukan suatu pekerjaan

tertentu. Sebagai contoh, untuk melatih ketrampilan mengemudi digunakan suatu alat

permainan simulasi mengemudi. Orang yang menggunakan alat tersebut seakan-akan sedang

memegang kemudi sebuah kendaraan yang berjalan di jalan raya yang ramai dan melaju dengan

kecepatan yang dapat diatur, seperti halnya sedang memegang kemudi kendaraan yang

sebenarnya.

Perkembangan ilmu dan teknologi memungkinkan adanya alat-alat simulasi yang serba canggih

untuk melatih ketrampilan dalam berbagai bidang. Dengan alat tersebut, berbagai kerugian dan

kecelakaan yang mungkin dapat ditimbulkan jika langsung melakukan latihan pada situasi yang

sebenarnya, bisa dikurangi. Disamping itu, dengan alat simulasi juga dapat memungkinkan

latihan ketrampilan dilakukan secara intensif danefektif.

i) Metode Inquiry dan Discovery

Sumiati (2008:102) menjelaskan bahwa metode inquiry dan discovery pada dasarnya dua

metode pembelajaran yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Inquiry artinya penyelidikan,

sedangkan discovery adalah penemuan. Dengan melalui penyelidikan mahasiswa akhirnya

dapat memperoleh suatu penemuan.

Metode pembelajaran ini berkembang dari ide John Dewey (1913) yang terkenal dengan

“Problem Solving Method” atau metode pemecahan masalah. Langkah-langkah pemecahan

masalah sebagaimana dikemukakan di muka, merupakan suatu pendekatan yang dipandang

cukup ilmiah dalam melakukan penyelidikan dalam rangka memperoleh suatu penemuan.

Semua langkah yang ditempuh, dari mulai merumuskan masalah, hipotesis, mengumpulkan

data, menguji hipotesis dengan data dan menarik kesimpulan jelas membibng mahasiswa untuk

selalu menggunakan pendekatan ilmiah dan berpikir secara obyektif dalam memecahkan

45

masalah. Jadi, dengan menggunakan metode inquiry dan discovery, mahasiswa melakukan

suatu proses mental yang bernilai tinggi, di samping proses kegiatan fisik lainnya.

(1) Cara Pelaksanaan Metode Inquiry Dan Discovery

Pelaksanaan metode inquiry dan discovery mempunyai tiga macam cara, yaitu:

(a) Inquiry terpimpin

Pada inquiry terpimpin pelaksanaan penyelidikan dilakukanoleh mahasiswa berdasarkan

petunjuk-petunjuk guru/dosen. Petunjuk diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan

membimbing. Pelaksanaan pembelajaran dimulai dari suatu pertanyaan inti, misalnya mengapa

air yang mendidih mengeluarkan gelembung udara? Dari jawaban yang dikemukakan

mahasiswa, guru/dosen mengajukanpertanyaan melacak, dengan tujuan mengarahkan

mahasiswa ke suatu titik kesimpulan yang diharapkan. Selanjutnya mahasiswa melakukan

percobaan-percobaan untuk membuktikan pendapat yang dikemukakan proses inquirydan

discovery.

(b) Inquiry bebas

Dalam hal ini mahasiswa melakukan penelitian bebas sebagaimana seorang scientist. Masalah

dirumuskan sendiri, eksperimen (penyelidikan) dilakukan sendiri, dan kesimpulan-konsep

diperoleh sendiri.

(c) Inquiry bebas yang dimodifikasi

Berdasarkan masalah yang diajukan guru/dosen, dengan konsep atau teori yang sudah dipahami,

mahasiswa melakukan penyelidikan untuk membuktikan kebenarannya.

Jelaslah, metode ini sangat besar manfaatnya dalam proses pembelajaran. Pada umumnya

metode ini digunakan dalam pembelajaran IPA. Namun bukan berarti tidak dapat diterapkan

dalam pembelajaran ilmu-ilmu social (seperti IPS), karena prinsip pelaksanaan penemuan

sebagaimana digambarkan di atas dapat diterapkan dalam pembelajaran bukan IPA.

46

(2) Langkah-langkah melaksanakan metode inquiry dan discovery

Langkah-langkah umum dalam melaksanakan metode inquiry dan discovery secara umum

menurut Richard Suchman adalah sebagai berikut:

(a) Identifikasi kebutuhan mahasiswa

(b) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip pengertian, konsep, dan generalisasi yang

akan dipelajari

(c) Seleksi materi pembelajaran dan problema atau tugas-tugas

(d) Membantu memperjelas :

(1)Tugas problema yang akan dipelajari

(2) Peranan masing-masing mahasiswa

(e) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan

(f) Mencek pemahaman mahasiswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas

mahasiswa

(g) Memberi kesempatan kepada mahasiswa untukmelakukan penemuan

(h) Membantu mahasiswa dengan informasi / data jika diperlukan

(i) Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan

mengidebtifikasi proses.

(j) Merangsang terjadinya interaksi antar mahasiswa.

(k) Memuji dan membesarkan mahasiswa yang tergiat dalam proses penemuan.

(l) Membantu mahasiswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuan

Belajar melalui penemuan sesuai bentuk-bentuk belajar pemecahan masalah dan

dapat meningkatkan kreativitas mahasiswa. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara

47

perseorangan atau kelompok kecil (3 sampai 5 orang). Empat melaksanakannya pun dapat di

dalam atau di luar kelas.

j) Metode Latihan dan Praktek

Dalam belajar verbal atau belajar ketrampilan, meningkatkan kemampuan hasil belajar dapat

dicapai melalui latihan dan praktek. Latihan biasanya berlangsung dengan cara mengulang-

ulang suatu hal sehingga terbentuk kemampuan yang diharapkan, sedangkan praktek biasanya

dilakukan suatu kegiatan dalam situasi sebenarnya, sehingga memberikan pengalaman belajar

yang bersifat langsung.

Bentuk belajar seperti mempelajari bahasa, dan bentuk belajar ketrampilan seperti olah raga

atau pendidikan ketrampilan vokasional memerlukan bentuk-bentuk kecakapan yang dapat

dipertunjukkan dalam kondisi yang sebenarnya. Kecakapan demikian dapat dicapai melalui

latihan atau praktek sehingga kecakapan yang diharapkan dimiliki mahasiswa dapat benar-benar

dimiliki.

Latihan dan praktek dapat dilaksanakan secara perseorangan, kelompok, atau klasikal.

Menentukan apakah latihan yang dilaksanakan bersifat perseorangan, kelompok atau klasikal,

didasarkan atas memadainya sarana prasarana yang tersedia. Namun demikian, makin sedikit

jumlah yang ditangani dalam praktek dan latihan, makin memeroleh hasil yang lebih baik.

Langkah-langkah dalam melaksanakan latihan dan praktek baik untuk belajar verbal maupun

belajar ketrampilan sebagai berikut:

(1) Guru/dosen memberi penjelasan singkat tentang konsep, prinsip atau aturan yang menjadi

dasar dalam melaksanakan pekerjaan yang akan dilatihkan.

48

(2) Guru/dosen mempertunjukkan bagaimana melakukan pekerjaan itu dengan baik dan benar

sesuai dengan konsep dan aturan tertentu. Pada bentuk belajar verbal yang dipertunukkan

adalah pengucapan atau penulisan kata atau kalimat.

(3) Jika belajar dilakukan secara kelompok atau klasikal, guru/dosen dapat meminta salah

seorang untuk menirukan apa yang telah dilakukan guru/dosen, sementara mahasiswa lain

memperhatikan.

(4) Latihan perseorangan dapat dilakukan melalui bimbingan dari guru/dosen sehingga dicapai

hasil belajar sesuai dengan tujuan.

Pelaksanaan latihan dan praktek akan lebih mencapai keaktifan jika dibantu alat-alat yang

sesuai dengan kebutuhan. Alat-alat tersebut dapat berbentuk alat-alat sederhana, atau alat

simulasi yang canggih. Suatu hal yang tidak boleh diabaikan adalah bimbingan guru/dosen

dalam latihan maupun praktek.

Prestasi Belajar

Prestasi belajar seringkali diidentikkandengan nilai yang telah dicapai. Apabila seseorang

mempunyai nilai yang tinggi, berarti ia telah mencapai suatu prestasi yang tinggi pula. Pendapat

tersebut tidak sepenuhnya benar karena prestasi belajar merupakan hasil akhir yang diperoleh

mahasiswa akibat dari usaha belajarnya. Arifin, (1990:34) menjelaskan bahwa prestasi belajar

adalah suatu masalah yang paranial dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang

hidupnya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuannya. Selanjutnya

Arifin juga mengemukakan empat fungsi utama prestasi belajar, yaitu

a. Sebagai indikator kualitas dan kualitas pengetahuan yang telah dikuasai mahasiswa.

b. Lambang keingintahuan

c. Indikator tingkat produktivitas dan tingkat kesuksesan mahasiswa di masyarakat, dan

d. Indikator daya serap mahasiswa.

49

Dari keempat fungsi utama prestasi belajar di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa

prestasi bukan hanya sebagai nilai yang telah dicapa, akan tetapi sebagai taraf pemuasan hasrat

dan keinginan yang dapat dijadikan indikatos produktivitas dan kesuksesan suatu institusi

pendidikan.

Dalam kamus Bahasa Indonesia (1976) kata prestasi diartikan sebagai hasil yang dicapai.

Sedangkan prestasi belajar merupakan indikator kualitas dari pengetahuan yang telah dikuasai

oleh mahasiswa. Di sisi lain prestasi belajar mahasiswa merupakan hasil dari suatu system

pendidikan, sehingga tingkat keberhasilannya ditentukan oleh eemen-elemen dalam system itu

sendiri, seperti motivasi sebagai raw input, dan peranan guru/dosen sebagai instrument input

(Abdulah, 1985:12).

Prestasi belajar merupakan salah satu parameter untuk memahami tingkat keberhasilan seorang

mahasiswa dalam kegiatan belajar mengajar yang diikutinya di sekolah. Dengan demikian

prestasi belajar seorang mahasiswa dapat ditandai dari hasil belajar dalam batas rangking

tertentu. Batas ranking tersebut dapat dijadikan ukuran penentuan keberhasilan mahasiswa

setelah mengikuti proses pendidikan di sekolah. Senada dengan pengertian di atas, Djamarah

(1984:19) menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah

dikerjakan dan diciptakan baik secara individual maupun kelompok.

Pendapat Bloom (Nana Sudjana, 1992:180)menyebutkan bahwa prestasi belajar mahasiswa

dapat dirujuk pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Selanjutnya dikatakan bahwa

prestasi belajar merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga domain, yakni

pengetahuan, sikap, dan ketrampilan.

Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah kemampuan

yang diperoleh mahasiswa setelah melakukan proses belajar baik dalam bidang studi tertentu

maupun dalam suatu cakupan kurikulum sekolah dengan menggunakan tes yang standart dan

50

reliable sebagai tolok ukur untuk mengetahui adanya perubahan dalam aspek kecakapan,

tingkah laku, dan ketrampilan yang dimiliki mahasiswa.

1) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar seorang mahasiswa dipengaruhi factor yang merupakan hasil interaksi factor-

faktor tersebut (Slamet,1991). Faktor-faktor tersebut dapat bersifat internal yaitu keadaan

mahasiswa itu sendiri seperti, keadaan fisik dan psikologisnya. Sedangkan yang bersifat

eksternal adalah keadaan di luar mahasiswa seperti kondisi keluarga, lingkungan, sekolah, dan

masyarakat. Menurut Clark (1991), prestasi belajar mahasiswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh

kemampuan mahasiswa sendiri, sedangkan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan.

Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa menurut Sadiman

(1990:82) adalah sebagai berikut:

a) Faktor dari lingkungan mahasiswa meliputi:

(1) Lingkungan keluarga

(a) Orang tua

Orang tua berpengaruh sangat besar terhadap prestasi belajar anak-anaknya. Menurut Ahmadi

dalam tehnik belajar yang tepat:

Adapun hubungan orang tua dan anaknya yang baik adalah hubungan penuh pengertian yang

disertai dengan bimbingan dan bila perlu belajar anak. Begitu juga contoh sikap yang baik dari

orang tua sangat mempengaruhi belajar anak (Ahmadi, 1982:82).

(b) Suasana rumah

51

Suasana rumah yang selalu gadu, tegang, banyak terjadi perselisihan antar anggota keluarga

tidak akan mendukungprestsi belajar mahasiswa.

(c) Ekonomi keluarga

Faktor ekonomi juga menentukan prestasi belajar. Dalam hal alat-alat sekolah misalnya,

mahasiswa dari golongan kaya akan dapat membeli alat-alat sekolah dengan mudah, sedangkan

mahasiswa dari golongan kurang mampu kurang dapat memenuhi kebutuhan akan alat-alat

tersebut. Keadaan ini menyebabkan mahasiswa yang kurang mampu merasa kecewa, dan putus

asa sehingga dorongan belajar menjadi kurang.

(2) Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah terkadang juga menjadi hambatan bagi mahasiswa termasuk dalam hal ini:

(1) cara penyajian pelajaran yang kurang tepat, baik mengenai metode dan kesiapan guru/dosen,

(2) hubungan antara guru/dosen dan mahasiswa yang kurang harmonis, (3) hubungan antar

mahasiswa yang kurang harmonis, (4) kurang tersedianya alat-alat belajar, (5) jadwal pelajaran

yang kurang sesuai.

(3) Lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat yang menghambat kemajuan prestasi belajar mahasiswa adalah sebagai

berikut:

(a) Media masa seperti bioskop, radio, tv, surat kabar, majalah, play station. Semuanya dapat

memberi pengaruh yang kurang baik kepada mahasiswa karena mahasiswa akan berlebihan

dalam menonton atau membaca, bahkan apabila tidak dikendalikan akan mengendurkan

semangat belajar.

(b) Teman bergaul yang memberikan pengaruh kurang baik akan menyebabkan terbengkalainya

tugas-tugas belajar karena bermain-main dengan teman.

52

(c) Kegiatan masyarakat misalnya tugas-tugas organisasi yang berlebihan sehingga factor

kesempatan dan waktu untuk belajar terpakai untuk kegiatan tersebut.

b) Faktor dari dalam diri mahasiswa

Faktor dalam diri mahasiswa merupakan biologis yang meliputi:

(1) Kesehatan

Kesehatan adalah factor yang sangat penting dalam belajar. Mahasiswa yang tidak sehat tidak

akan dapat belajar dengan baik. Konsentrasi akan terganggu sehingga pemahaman materi

menjadi sukar. Begitu pula jika badan tidak sehat akan membuat mahasiswa tidak akan lama

dan mudah capek ketika belajar. Betapa cerdas dan rajin seorang mahasiswa, jika sedang sakit

pasti sukar untuk memusatkan perhatian dan pikiran terhadap materi pelajaran sehingga

berpengaruh terhadap prestasi belajarnya.

(2) Cacat badan

Bagi mahasiswa yang mengalami cacat badan akan senantiasa mempengaruhi proses belajar dan

berpengaruh terhadap prestasi belajar.

2) Indikator Keberhasilan Belajar Mahasiswa

Untuk mengetahui tingkat prestasi belajar tentu diperlukan indicator yang menjadi petunjuk

yakni, dilihat melalui proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan oleh guru/dosen. Hal-hal

berikut adalah indicator keberhasilan dalam proses belajar mengajar.

Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara

individu atau kelompok. Untuk mengetahui prestasi tersebut diadakan evaluasi berupa tes lisan,

tulis ataupun ketrampilan. Bahri (2002:120), memberikan taraf atau tingkatan keberhasilan

mengenai prestasi belajar sebagai berikut:

a) Istimewa/maksimal; apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh

mahasiswa.

53

b) Baik sekali/optimal: apabila sebagian besar (76 % s.d 99%) bahan pelajaran yang diajarkan

dapat dikuasai oleh mahasiswa.

c) Baik/minimal : apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d 75% dikuasai oleh

mahasiswa

d) Kurang: apabila bahan pelajaran yang dikuasai mahasiswa kurang dari 60%

Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran telah dicapai oleh mahasiswa baik secara

individual ataupun secara kelompok.

B. Peneliti yang relevan

Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Hanik Mudayati (2008) yang berjudul “ hubungan

persepsi mahasiswa tentang metode pembelajaran dan penguasaan materi dosen dengan prestasi

belajar mahasiswa” disimpulkan bahwa:

Ada hubungan positf persepsi mahasiswa tentang metode pembelajaran dengan nilai indeks

prestasi belajar sebesar 0,026.

Ada hubungan positif penguasaan materi dosen dengan nilai indeks prestasi mahasiswa 0,362

Persepsi mahasiswa tentang metode pembelajaran yang digunakan dan penguasaan materi dosen

mempengaruhi nilai indeks prestasi mahasiswa sebesar 74,3%.

Penelitian ini mempunyai persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, persamaan

tersebut terletak pada variabel Metode Pembelajaran dan Prestasi belajar akan tetapi peneliti

ingin lebih menggali metode yang efektif untuk meningkatkan prestasi belajar.

54

Kerangka Berpikir

55

Hipotesis Penelitian

Terdapat perbedaan antara penggunaan pembelajaran metode ceramah dan metode demonstrasi

dengan prestasi belajar mahasiswa Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan.

56

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimen kuasi atau semu.

Desain ini berupaya untuk mengungkapkan perbedaan dengan cara melakukan perlakukan

pada kelompok metode ceramah dan kelompok demonstrasi. Setelah pemberian perlakuan

selesai diadakan pengukuran kepada kelompok perlakuan baik kelompok metode ceramah

maupun metode demonstrasi.

B. Populasi, Sampel dan sampling

1. Populasi Penelitian

Populasi yang diambil pada penelitian ini adalah mahasiswa semester IV

Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan, dengan jumlah keseluruhan

98 mahasiswa.

2. Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah mahasiswa semester IV Prodi S-

1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan sejumlah 98 mahasiswa.

3. Teknik Sampling

Untuk memperoleh hasil yang maksimal dan untuk meminimalkan kesalahan

maka teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah exhausted sampling yaitu

pada mahasiswa semester IV Prodi S1-Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan.

57

C. Variabel Penelitian

Variable penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas : metode ceramah dan metode demonstrasi

2. variabel terikat : prestasi belajar

D. Definisi Operasional

1. Metode pembelajaran ceramah

Metode ceramah adalah cara penyampaian bahan kuliah/pelajaran dengan

komunikasi lisan dari pendidik ke peserta didik. Dapat dikatakan metode ceramah sebagai

satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi, dan paling

efektif dalam mengatasi kelangkaan literature atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan

kepahaman peserta didik.

a. Alat ukur

1) Rencana pelaksanaa pembelajaran (RPP)

2) Soal ujian mata kuliah KDM II.

b. Cara pengukuran

Dalam metode ceramah maka evaluasi dilakukan sesuai dengan tujuan

instruksional, maka cara pengukuran dengan soal kemudian dikerjakan secara tertulis

oleh peserta didik.

2. Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah dilakukan pertunjukan sesuai proses, berkenaan dengan materi

pelajaran.

a. Alat ukur

58

1) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

2) Soal ujian mata kuliah KDM II.

b. Cara pengukuran

Cara pengukuran metode pembelajaran demonstrasi dengan cara pengukuran dengan

soal kemudian dikerjakan secara tertulis oleh peserta didik.

3. Prestasi belajar

Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh mahasiswa setelah melakukan ujian.

a. Alat ukur

Dalam penilaian ini prestasi belajar diukur dengan menggunakan instrument skala

penilaian prestasi belajar yang berupa nilai absolute pada post test yang dilakukan pada

akhir pembelajaran mata kuliah KDM II.

b. Cara pengukuran

Cara pengukuran prestasi belajar dengan mengambil nilai absolute dari hasil post test

yang dilakukan pada akhir pembelajaran mata kuliah KDM II.

E. Teknik pengumpulan data

Pemilihan teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian antara lain :

1. Instrumen

Pengumpulan data merupakan langkah yang penting dalam prosedur penelitian,

dalam penelitian ini pengumpulan data dengan menggunakan angket dan menggunakan tes

yang dilakukan oleh responden atau sampel. Untuk mendapatkan instrument yang valid dan

reliabel, perlu memperhatikan prosedur penyusunan instrument sebagai berikut :

a. Menjabarkan variabel menjadi indicator dan deskriptor, termasuk membuat kisi-kisi

yang menunjukkan banyaknya butir untuk setiap variabel.

59

b. Menyusun item pertanyaan dan pernyataan sesuai materi yang diajarkan.

c. Melengkapi setiap instrument dengan petunjuk untuk mengerjakannya.

d. Mengujicobakan instrument terhadap responden.

e. Memeriksa lembar kerja responden, apabila terdapat tidaklengkapan data peneliti

meminta untuk melengkapinya.

f. Melaksanakan uji validitas dan reliabilitas untuk mengumpulkan data pada penelitian.

Untuk memperoleh data yang dipakai sebagai penunjang dalam penelitian ini

pemberian skor pada angket dan tes adalah dengan menggunakan metode sebagai

berikut :

1) Metode tes

Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang prestasi belajar mata kuliah

KDM II. Instrument tes berbentuk tes obyektif. Tes obyektif berbentuk pilihan ganda

dengan 5 alternatif jawaban dan masing-masing soal hanya mempunyai satu jawaban

yang benar. Penskoran tes obyektif dilakuakn dengan cara sebagai berikut :

Benar : skor 1

Salah : skor 0

2) Metode dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk memperoleh

keterangan berwujud data, catatan penting atau dokumen yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti.

Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk uji keseimbangan antara

kelompok eksperimen. Dalam hal ini dengan menggunakan hasil ujian semester yang

diperoleh dari Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan.

60

2. Uji validitas

Sebelum penelitian yang sebenarnya dilaksanakan, perlu terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan instrumen yang lebih shahih dan dapat diandalkan. Adapun instrumen yang akan diujicobakan ada dua jenis yaitu uji instrumen tes untuk prestasi belajar mata kuliah komunitas yang diolah dengan teknik korelasi point biserial dan instrumen angket kemampuan awal yang diolah dengan teknik korelasi produck moment dari person dalam SPSS 11,5.

Uji coba instrumen penelitian yang dilaksanakan di Program Studi DIII Keperawatan Lamongan yang mata kuliahnya sama dengan mata kuliah S1- Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan dengan jumlah responden keseluruhan sebanyak 80 mahasiswa.

Sebelum diujikan pada responden perlu dilakukan uji validitas dan rcliabilitas terhadap instrumen. Dari hasil uji coba instrumen pengumpulan data yang berupa tes diperoleh dala sebagai berikut, setelah diujicobakan dan kemudian dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap prestasi belajar mata kuliah KDM II pada sub pokok bahasan dari 35 butir soal obyektif yang diberikan, diperoleh 30. butir soal yang dinyatakan valid yaitu nomor soal 2, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34 dan 35. Sedangkan 5 soal yang dinyatakan invalid adalah nomor soal 1, 3, 5, 15, dan 27.

3. Uji Reliabilitas

Suatu tes dapat dikatakan reliabel manakala tes tersebut dapat menunjukkan hasil-

hasil yang tetap. Selanjutnya Arikunto (1998:86) menyatakan bahwa reliabilitas

berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf

kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Dengan

demikian, masalah reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes. Jika tes

tersebut memberikan hasil yang tetap dan tidak berubah-ubah meskipun diberikan

kapanpun, tes tersebut berarti telah memenuhi syarat reliabilitas.

Untuk menguji butir-butir soal dalam alat instrumen sebagai data reliabel

(mengungkap data yang relevan dan dapat dipercaya/diandalkan), peneliti dalam hal ini

menggunakan Reliabilitas eksternal, dengan cara tehnik ulang, yaitu perangkat instrumen

(alat tes)yang telah disiapkan diujicobakan dua kali kepada responden dan hasilnya sama.

Indeks reliabilitas dapat dikelahui dari analisis SPSS dengan Alpha Cronbach's

didapatkan hasil sebesar 0,9217 yang berarti bahwa soal tes obyektif tersebut mempunyai

nilai reliabilitas yang tinggi.

Tabel 1. Hasil Analisis Uji Reliabilitas

Cronbach’s Alpha N. of Item

,9217 30

61

F. Analisis Data

Teknik analisa data dalam penelitian ini ada dua, yaitu :

1. Analisis Univariat

Analisa univariat ini bertujuan untuk menggambarkan semua variabel secara deskriptif.

2. Analisis bivariat

Analisis ini untuk mencari perbedaan pembelajaran metode ceramah dan metode

demonstrasi antara kelompok control dan kelompok eksperimen dengan uji statistic yang

sesuai dengan tujuan penelitian, skala data, dan kenormalan data yakni uji t-test

independent dengan taraf signifikansi p < 0,05.

G. Etika penelitian

1. Inform consent atau lembar persetujuan

Lembar persetujuan diberikan pada responden. Lembar persetujuan diberikan pada subyek

yang akan diteliti peneliti, menjelaskan maksud dan persetujuan penelitian yang dilakukan

serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data, jika subyek

bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan, jika subyek menolak

untuk diteliti maka peniliti tidak memaksa dan menghormati hak-haknya.

2. Anonimity atau tanpa nama

Untuk menjaga kerahasiaan subyek peneliti tidak mencantumkan nama responden pada

lembar pengumpulan data, cukup diberi nomor pada masing-masing.

62

3. Confidentially atau kerahasiaan

Kerahasiaan informasi subyek dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja

yang akan disajikan atas laporan sebagai hasil riset.

H. Tempat dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Prodi S-1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan,

pada mahasiswa semester 4 tahun ajaran 2009/2010.

63

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Sekolah Tinggi Ilmu Kesetah Muhammadiyah Lamongan sebagai kelanjutan

pendidikan merupakan tempat pendidikan yang mengemban misi penyelenggaran

pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi merupakan kebutuhan bagi setiap individu yang

mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, perkembangan taraf sosial dan

budaya di masyarakat yang semakin maju. Kemampuan masyarakat di segala bidang

termasuk bidang kesehatan berimplikasi kepada semakin tingginya tuntutan terhadap upaya

pelayanan yang berorientasi kualitas dan profesionalisme.

Menyadari adanya dinamika dalam kehidupan dan seiring dengan kebutuhan

masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas dan profesional maka

dibutuhkan adanya tenaga pelayanan kesehatan yang cakap dan terampil agar mampu

menghadapi tantangan dan peluang di bidang pelayanan kesehatan tersebut. Dengan

komitmen yang sangat kuat dari Pengurus Badan Pelaksana Harian (BPH) STIKES

Muhammadiyah Lamongan mulai menunjukan eksistensi sebagai salah satu perguruan

tinggi yang berkembangan dan tumbuh pesat. Sebagai salah satu perguruan tinggi yang

mempunyai visi berkelanjutan Muhammadiyah Lamongan memiliki Jurusan/Program Studi

Keperawatan (S1) dan Kebidanan (D3) yang berupaya turut serta mewujudkan cita-cita

bangsa berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Penyelenggaraan

pendidikan di STIKES Muhammadiyah Lamongan berpedoman pada undang-unadng No.

20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan peraturan perundang-unadang lain

yang berlaku.

64

Ketua STIKES Muhammadiyah Lamongan di jabat oleh Drs. H. Budi Utomo, Amd.

Kep, M.Kes. dengan para pembantu Ketua sebagai berikut :

1. Pembantu Ketua I bidang Akademik : H. M. Bakrie PDA, S.Kp. M.Kep.

2. Pembantu Ketua II bidang Keuangan : Dr. H. Masram, MM. M.Pd.

3. Pembantu Ketua III bidang Kemaahasiswaan : H. Alifin. S.Km, M.MKes.

STIKES Muhammadiyah Lamongan memliki memiliki 2 Program Studi yaitu :

1. Program Studi S1 Keperawatan

2. Program Studi D3 Kebidanan

I. Hasil Prestasi Belajar

Metode Ceramah

Tabel.3. hasil analisa prestasi belajar pada metode ceramah

N minimum maksimum Mean Std.deviasi

Ceramah

Valid N

49 20.00 28.00 23.85 2.16

Dari tabel diatas menunjukkan rata-rata prestasi belajar pada metode ceramah 23.85 dengan

standart deviasi 2.16 dengan nilai prestasi belajar maximum 28 dan minimum 20.

Metode Demonstrasi

Tabel.3. hasil analisa prestasi belajar metode ceramah

N Minimum Maksimum Mean Std.deviasi

Demonstrasi

Valid N

49 19.00 28.00 23.36 2.53

Dari tabel diatas menunjukkan rata-rata prestasi belajar pada metode Demonstrasi 23.85

dengan standart deviasi 2.16 dengan nilai prestasi belajar maximum 28 dan minimum19.

65

J. Uji Normalitas

Data yang diperoleh diuji dengan menggunakan uji normalitas data menggunakan minus

One-Sample Kolmogorov-Srnirnov Test yang hertujuan unluk mengetahui apakah sampel

berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Tabel 5. Hasil Analisa Uji Normalitas

Ceramah Demontrasi N 49 49 Normal Parameters(a,b)

Mean 23.8571 23.3673

Std. Deviation 2.16025 2.53060 Most Extreme Differences

Absolute .098 .131

Positive .091 .131 Negative -.098 -.116 Kolmogorov-Smirnov Z .685 .919 Asymp. Sig. (2-tailed) .737 .366

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa data dari jumlah responden

sebanyak 98 mahasiswa, dengan nilai mean atau rerata 23,85 untuk metode ceramah dan

23,36 pada metode demonstrasi. Sedangkan simpangan baku atau standar deviasinya untuk

metode ceramah 2,16 dan 2,53 pada metode demonstrasi. Hasil menggunakan rumus One-

Sample Kolmogorov-Srnirnov Test diperoleh nilai p atau nilai signifikansi pada metode

ceramah adalah 0,685 dan pada metode demontrasi 0,919 sedangkan harga α = 0,05. Dengan

demikian nilai p > α, sehingga dikatakan sampel berdistribusi normal.

Uji Homogenitas

Sebelum dilakukan analisa data dengan menggunakan uji t, maka data harus diuji

homogenitasnya lerlebih dahulu untuk mcngetahui varian data. Syarat dalam melakukan

analisa uji t yaitu data memiliki varian yang sama atau levene's test dengan taraf

signifikansinya > 0,05. Berdasarkan data yang telah diujikan pada levene's statistic

66

diketahui nilai signifikansinya sebesar 0,054. Hal ini menunjukan bahwa data

memiliki varian yang sama atau nilai p > 0,05.

Tabel 6. Hasil Analisa Uji Homogenitas

Levene Statistic Df1 Df2 Sig.

3.811 1 96 .054

Uji Hipotesis

Setelah uji persyaratan terpenuhi yaitu variabel berdistribusi normal, sampel

berasal dari populasi yang homogen, kemudian dilanjutkan pengujian hipotesis penelitian

dengan uji t. Berdasarkan hasil analisa uji t maka hasil penelitian yang berjudul "Perbedaan

Pembelajaran Metode Ceramah dan Metode Demontrasi Terhadap Prestasi Belajar

Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan"

didapatkan nilai p = 0,154 > α (0,05) yang artinya tidak ada perbedaan antara metode

pembelajaran ceramah dan metode demonstrasi terhadap prestasi belajar mahasiswa.

Tabel 7. Hasil Analisis Uji Hipotesis

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper Pembelajaran

Equal variances assumed

3.811 .054 1.437 96 .154 .6939 .4830

0 -.26487 1.65262

Equal variances not assumed

1.437 92.872 .154 .6939 .4830

0 -.26528 1.65304

67

Berdasarkan analisa diatas maka hipotesis menyatakan tidak terdapat perbedaan

antara penggunaan metode pembelajaran ceramah dan metode pembelajaran demonstrasi

terhadap prestasi belajar pada mata kuliah KDM II di Program Studi S1 Keperawatan

STIKES Muhammadiyah Lamongan.

Pembahasan

Prestasi Belajar

Dalam penelitian prestasi belajar pada metode ceramah lebih baik dari pada metode

demonstrasi. Dapat dijelaskan di sini bahwa metode ceramah adalah suatu cara mengajar

yang digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi atau uraian tentang suatu

pokok persoalan serta masalah secara lisan. Metode ini cara penyajiannya adalah dengan

penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap mahasiswa. Dengan demikian

metode ini yang berperan aktif adalah guru/dosen sehingga peran guru/dosen sebagai

pendidik harus professional dalam proses pembelajaran. Pada tempat penelitian yaitu di

STIKES Muhammadiyah lamongan dosen dalam memberikan metode ceramah dilengkapi

dengan sarana dan prasarana yang memadai antara lain Wearless, LCD, penataan kelas yang

memungkin dosen bisa mengamati mahasiswa satu per satu sehingga mahasiswa lebih

antusias mendengarkan ceramah dari dosen.

Menurut Djamarah (2002:100), metode ceramah mempunyai kelebihan yaitu

guru/dosen mudah menguasai kelas, mudah mengorganisasikan tempat duduk di kelas,

dapat diikuti oleh jumlah mahasiswa yang besar, mudah mempersiapkan dan

melaksanakannya, guru/dosen mudah menerangkan pelajaran dengan baik.

68

Sedangkan pada metode demonstrasi dimungkinkan ada mahasiswa yang kurang

begitu memperhatikan di saat teman-temannya melakukan demonstrasi di depan kelas.

Perbedaan Metode Ceramah dan metode Demonstrasi terhadap prestasi belajar.

Dari penelitan yang telah dilakukan dapat dijelaskan tidak ada perbedaan

penggunaan metode pembelajaran ceramah dan metode demonstrasi terhadap prestasi

belajar mahasiswa S1-Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan. Hal ini

disebabkan oleh adanya keaktifan peserta didik atau mahasiswa dalam proses belajar

mengajar yang secara nyata selama proses belajar mengajar berlangsung baik metode

ceramah dan metode demonstrasi mudah untuk dimengerti dan dapat meningkatkan minat

mahasiswa untuk belajar. Pada saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di kelas,

peserta didik / mahasiswa termotivasi oleh adanya demonstrasi yang diajukan oleh pendidik

atau dosen untuk berusaha mendemonstrasikan secara baik. Sedangkan pada metode

ceramah peserta didik juga aktif memperhatikan penjelasan dari pendidik yang memungkin

mahasiswa lebih aktif untuk mengajukan pertanyaan jika ada yang tidak dimengerti dan

dosen juga selalu meyelipkan pertanyaan-pertanyaan kepada mahasiwa dalam proses

pembelajaran. Ini semua sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Hasibuan (2006: 13),

mengatakan bahwa ceramah adalah penuturan atau penerangan secara lisan oleh guru

terhadap kelas. Alat interaksi yang terutama dalam hal ini adalah "berbicara". Dalam

ceramahnya kemungkinan guru/dosen menyelipkan pertanyaan-pertanyaan. akan tetapi

kegiatan belajar mahasiswa terutama mendengarkan dengan teliti dan mencatat pokok -

pokok penting, yang dikemukakan oleh dosen bukan menjawab pertanyaan-pertanyaan

mahasiswa.

69

Sedangkan pembelajaran metode demonstrasi mengemukakan bahwa demonstrasi

berarti pertunjukan atau peragaan Sumiati (2008:101). Dalam pembelajaran menggunakan

metode demonstrasi dilakukan pertunjukan sesuai proses, berkenaan dengan materi

pelajararan. Hal ini dapat dilakukan oleh guru/dosen atau orang luar yang diundang ke

kelas. Proses yang didemonstrasikan diambil dari obyek yang sebenarnya.

Dalam praktek, misalnya guru/dosen akan mengajarkan bagaimana memberikan

injeksi pada pasien. Seluruh peralatan disiapkan kemudian pertunjukkan bagaimana

prosedur yang benar untuk memberikan injeksi pada pasien. Mahasiswa mengamati secara

seksama dan mencatat pokok-pokok penting dari demonstrasi itu.

Dalam hal ini setiap mahasiswa mencoba untuk melakukan sendiri-sendiri sehingga

daya ingat mahasiswa lebih kuat. Pelaksanaan demonstrasi lebih memperjelas hasil belajar,

karena setiap mahasiswa melakukan kegiatan percobaan. Proses belajar semacam ini sesuai

dengan pandangan teori modern learning by doing.

Perbedaan utama antara metode demonstrasi dan metode ceramah, ternyata hanya

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Demonstrasi hanya mempertunjukkan sesuatu

proses di dalam kelas. Sedangkan ceramah hanya memberi kesempatan kepada mahasiswa

melalui tanya jawab. Namun demikian, demonstrasi itu sendiri jika dirangkaikan dengan

ceramah dapat mempertinggi efektivitas pembelajaran yang dilaksanakan.

Pelaksanaan metode demonstrasi maupun ceramah memerlukan peralatan yang

memadai. Pada metode demonstrasi sebelum pembelajaran dimulai, guru/dosen harus

mempersiapkan semua peralatan yang dibutuhkan, juga tata ruang kelas yang

memungkinkan semua mahasiswa dapat memperhatikan dengan jelas. Sedangkan pada

metode ceramah sebelum pembelajaran dimulai, guru/dosen harus mempersiapkan semua

70

peralatan yang dibutuhkan juga tataruang kelas yang memungkinkan semua mahasiswa

dapat melihat dan mendengarkan dengan jelas.

71

BAB V

KESIMPULAN, IMPL1KASI DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan kajian teori yang didukung adanya hasil analisis serta mengacu

perumusan masalah yang telah diutarakan di muka, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Nilai rerata prestasi belajar dengan menggunakan metode pembelajaran ceramah adalah

23,86.

2. Nilai rerata prestasi belajar dengan menggunakan metode pembelajaran demonstrasi

adalah 23,36.

3. Tidak terdapat perbedaan antara penggunaan pembelajaran dengan menggunakan

metode ceramah dan metode demonstrasi terhadap prestasi belajar mata kuliah KDM II

di Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan dengan nilai P =

0,154.

B. IMPLIKASI

Berdasarkan Iandasan teori dan hasil penelitian, peneliti menyampaikan

implikasi sebagai berikut :

Salah satu solusi untuk pembenahan kualitas pembelajaran perlu adanya

pendekatan melalui metode pembelajaran yang sistematis agar, mahasiswa tidak jenuh

dalam mengkaji konsep ilmu yang erat dengan kehidupan secara menyeluruh. Hasil

penelitian yang menunjukkan bahwa pembelajaran KDM II dengan menggunakan metode

ceramah menghasilkan prestasi belajar mata kuliah KDM II yang lebih baik dibandingkan

dengan prestasi belajar dengan menggunakan metode demonstrasi. Untuk itu perlu

72

diterapkan dalam proses pembelajaran, karena penggunaan metode pembelajaran ceramah

memberikan perbedaan prestasi belajar yang signifikan pada mata kuliah KDM II di

Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan.

C. SARAN

Berdasarkan hasil penclitian ini, saran -saran yang peneliti sampaikan antara lain :

1. Bagi Pendidikan

a. Tenaga pendidik atau dosen hendaklah menciptakan.kondisi atau situasi yang

memungkinkan mahasiswa mcmbentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui

proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan yang sewaktu - waktu dapat

diproses dan dikembangkan lebih lanjut.

b. Tenaga pendidik atau dosen hendaklah mengembangkan lebih lanjut metode

pembelajaran demonstrsi melalui penerapan di kelas sendiri maupun pembahasan

bersama dengan rekan tcnaga pendidik.

c. Dalam menyampaikan materi pelajaran, hendaklah tenaga pendidik atau dosen benar

- benar mempersiapkan diri serta menguasai materi yang akan disampaikan,

sehingga apabila timbul pertanyaan dari peserta didik dapat menjawab dengan benar.

2. Bagi Peserta Didik

a. Peserta didik atau mahasiswa hendaklah membangun pengetahuannya

sendiri sccara aktif. Belajar adalah suatu kegiatan oleh mahasiswa,

bukan sesuatu yang dilakukan terhadap mahasiswa. Karena itu

hendaklah mahasiswa atau peserta didik tidak mencrima pengetahuan

dari pendidik atau kurikulum secara pasif.

73

b. Peserta didik atau mahasiswa hendaklah aktif mencari pengetahuan atau literatur

yang lebih up to date, mengingat perkembangan yang setiap harinya setiap waktu

ilmu berkembang. Untuk menggali informasi peserta didik menggunakan fasilitas

selain buku atau jumal – jurnal dapat menggunakan fasilitas dunia maya yaitu

internet.

74

DAFTAR PUSTAKA Abdullah, I.A.M. 1998. Prestasi Belajar, (Online) (http://spesialis-torch.com, diakses 22

Januari 2010).

Ahmadi, A. dan Widodo, S. 1997. Psikologi Belajar. Jakarta: Rhineka Cipta.

Arifin, Z. 1990. Evaluasi Instruksional (Prinsip-Teknik-Prosedur). Bandung: Remaja Rosdakarya

Aswan Z. 2002. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta Clark, N. 1991. Managing Personal Learning and Change, A Trainer’s Guide. London:

McGraw-Hill Book Company Djamarah, Syaiful, B. dan Aswan, Z. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful, B. 2002. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya : Usaha Nasional.

Fisher, S. L., & Ford, K. J. (1998). Differential effects of learner effort and goal orientation on two learning outcomes. Personnel Psychology, 51, 397–420.

Gagne, G. Robert, M. 1998. The Condition of Learning, New York Holt, Rinchart And Winston.

Hudoyo, H., 1998. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Departernen P & K, P3K.

Mappa, S., dkk., 1998. Belajar dan Mengajar. Jakarta : Proyek PLPTK Ditjen Dikti Depdikbud. Sudjana, N. 1991. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Pasaribu dan Simanjuntak. 1998. Proses Belajar Mengajar, Bandung : Penerbit Tarsito Bandung.

Peraturan pemerintah Republik Indonesia no 60 tahun 1999 PP, Nomor : 60 & 6l Tentang Pendidikan Tinggi dan Perguruan Tinggi, Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka. Roestiyah. 1989. Strategi Belajar Mengajar, PT. Aneka Cipta, Jakarta.

Sardiman, A.M. 1988. metode Belajar siswa, PT. Raia Grafinao Persada, Jakarta.

Slameto, W. 1991. Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhi, Jakarta: Penerbit Reneka Cipta. Slameto, W. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi, Penerbit Rineka Cipta,

Jakarta. Sumiati dan Asra. 2008. Metode Pembelajaran, CV. Wacana Prima, Bandung.

Suparno, P. 1987. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisus

Surakhmad, W. 1990. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, Dasar dan Teknik Pengajaran. Bandung. Tarsito

75

_________________. 1991. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar, Dasar dan Teknik

Pengajaran. Bandung. Tarsito

Suryabrata, S. 1997, Pengembangan Tes Hasil Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Syaiful, B. 2002 . Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta Tahun 1999. UU Sisdiknas 2003 Usman, U. 1995. Menjadi Guru Proposional. Bandung Remaja RosdaKarya