8
Tes Pendengaran Tes pendengaran yang dapat dilakukan secara sederhana adalah: I. Tes bisik II. Tes garpu tala (biasa disingkat TGT) I. Tes Bisik A. Syarat: - Tempat : ruangan sunyi dan tidak ada echo (dinding dibuat rata atau dilapisi ”soft board” / gorden) serta ada ajarak sepanjang 6 meter - Penderita (yang diperiksa) · Mata ditutup atau dihalangi agar tidak membaca gerak bibir · Telinga yang diperiksa dihadapkan ke arah pemeriksa · Telinga yang tidak diperiksa ditutup (bisa ditutupi kapas yang dibasahi gliserin) · Mengulang dengan keras dan jelas kata-kata yang dibisikkan - Pemeriksa · Kata-kata dibisikkan dengan udara cadangan paru-paru, sesudah ekspirasi biasa · Kata-kata yang dibisikkan terdiri dari 1 atau 2 suku kata yang dikenal penderita, biasanya kata-kata benda yang ada di sekeliling kita. B. Teknik Pemeriksaan - Mula-mula penderita pada jarak 6 m dibisiki beberapa kata. Bila tidak menyahut pemeriksa maju 1 m (5 m dari penderita) dan tes ini dimulai lagi. Bila masih belum menyahut pemeriksa maju 1

Tes Pendengaran

Embed Size (px)

DESCRIPTION

TES PENDENGARAN

Citation preview

Tes Pendengaran Tes pendengaran yang dapat dilakukan secara sederhana adalah:I. Tes bisik II. Tes garpu tala (biasa disingkat TGT)

I. Tes BisikA. Syarat: - Tempat : ruangan sunyi dan tidak ada echo (dinding dibuat rata atau dilapisi soft board / gorden) serta ada ajarak sepanjang 6 meter- Penderita (yang diperiksa) Mata ditutup atau dihalangi agar tidak membaca gerak bibir Telinga yang diperiksa dihadapkan ke arah pemeriksa Telinga yang tidak diperiksa ditutup (bisa ditutupi kapas yang dibasahi gliserin) Mengulang dengan keras dan jelas kata-kata yang dibisikkan- Pemeriksa Kata-kata dibisikkan dengan udara cadangan paru-paru, sesudah ekspirasi biasa Kata-kata yang dibisikkan terdiri dari 1 atau 2 suku kata yang dikenal penderita, biasanya kata-kata benda yang ada di sekeliling kita.B. Teknik Pemeriksaan- Mula-mula penderita pada jarak 6 m dibisiki beberapa kata. Bila tidak menyahut pemeriksa maju 1 m (5 m dari penderita) dan tes ini dimulai lagi. Bila masih belum menyahut pemeriksa maju 1 m, demikian seterusnya sampai penderita dapat mengulangi 8 kata-kata dari 10 kata-kata yang dibisikkan. Jarak dimana penderita dapat menyahut 8 dari 10 kata disebut sebagai jarak pendengaran.- Cara pemeriksaan yang sama dilakukan untuk telinga yang lain sampai ditemukan satu jarak pendengaran.C. Hasil tesPendengaran dapat dinilai secara kuantitatif (tajam pendengaran) dan secara kualitatif (jenis ketulian)

KUANTITATIFKUALITATIF

FUNGSI PENDENGARANSUARA BISIK

Normal6 mTULI SENSORINEURALSukar mendengar huruf desis (frekuensi tinggi), seperti huruf s sy c TULI KONDUKTIFSukar mendengar huruf lunak (frekuensi rendah), seperti huruf m n w

Dalam batas normal5 m

Tuli ringan4 m

Tuli sedang3 - 2 m

Tuli berat 1m

Sumber: Diktat Otoskopi, dr. Boy Arfandi, FKUH

II. TES GARPU TALA (TGT)Ada 4 jenis tes garpu tala yang sering dilakkukan:1. Tes batas atas dan batas bawah2. Tes Rinne3. Tes Weber4. Tes Scwabach

1. TES BATAS ATAS DAN BATAS BAWAH- Tujuan:Menentukan frekuensi garpu tala yang dapat didengar penderita melalui hantaran udara bila dibunyikan pada intensitas normal.- Cara:Semua garpu tala (128 Hz, 256 Hz, 512 Hz, 1024 Hz, 2048 Hz), dapat dimulai dari frekuensi terendah berurutan sampai frekuensi tertinggi atau sebaliknya, dibunyikan satu persatu, dengan cara dipegang tangkainya kemudian kedua ujung kakinya dibunyikan dengan lunak (dipetik dengan jari/kuku, didengarkan lebih dulu oleh pemeriksa sampai bunyi hampir hilang untuk mencapai intrensitas bunyi yang terendah bagi orang normal / nilai ambang normal), kemudian diperdengarkan pada penderita dengan meletakkan garpu tala di dekat MAE pada jarak 1 2 cm dalam posisi tegak dan 2 kaki pada garis yang menghubungkan MAE kanan dan kiri. - Interpretasi: Normal : mendengar garpu tala pada semua frekuensi Tuli konduksi : batas bawah naik (frekuensi rendah tak terdengar) Tuli sensori neural : batas atas turun (frekuensi tinggi tak terdengar) Kesalahan : garpu tala dibunyikan terlalu keras sehingga tidak dapat mendeteksi pada frekuensi mana penderita tidak mendengar

2. TES RINNE- Tujuan:Membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang pada satu telinga penderita.- Cara:Bunyikan garpu tala frekuensi 512 Hz, letakkan tangkainya tegak lurus pada planum mastoid penderita (posterior dari MAE) sampai penderita tak mendengar, kemudian cepat pindahkan ke depan MAE penderita. Apabila penderita masih mendengar garpu tala di depan MAE disebut Rinne positif, bila tidak mendengar disebut Rinne negatif.- Interpretasi: Normal : Rinne positif Tuli konduksi : Rinne negatif Tuli sendori neural : Rinne positif

3. TES WEBER- Tujuan:Membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga penderita.- Cara: Garpu tala frekuensi 512 Hz dibunyikan, kemudian tangkainya diletakkan tegak lurus di garis median, biasanya di dahi (dapat pula pada vertex, dagu, atau pada gigi insisivus) dengan kedua kaki pada garis horisontal. Penderita diminta untuk menunjukkan telinga mana yg mendengar atau mendengar lebih keras. Bila mendengar pada satu telinga disebut lateralisasi ke sisi tellinga tersebut. Bila kedua telinga tak mendengar atau sama-sama mendengar berarti tak ada lateralisasi. - Interpretasi: Normal : tidak ada lateralisasi Tuli konduksi : mendengar lebih keras di telinga yang sakit Tuli sensori neural : mendengar lebih keras pada telinga yang sehatKarena menilai kedua telinga sekaligus maka kemungkinannya dapat lebih dari satu.Contoh lateralisasi ke kanan dapat diinterpretasikan:o Tuli konduksi kanan, telinga kiri normalo Tuli konduksi kanan dan kiri, tetapi kanan lebih berato Tuli sensori neural kiri, telinga kanan normalo Tuli sensori neural kanan dan kiri, tetapi kiri lebih berato Tuli konduksi kanan dan sensori neural kiri

4. TES SCHWABACH- Tujuan:Membandingkan hantaran lewat tulang antara penderita dengan pemeriksa- Cara:Garpu tala frekuensi 512 Hz dibunyikan kemudian tangkainya diletakkan tegak lurus pada mastoid pemeriksa, bila pemeriksa sudah tidak mendengar, secepatnya garpu tala dipindahkan ke mastoid penderita. Bila penderita masih mendengar maka Schwabach memanjang, tetapi bila penderita tidak mendengar, terdapat dua kemungkinan yaitu Scwabach memendek atau normal. Untuk membedakan kedua kemungkinan ini maka tes dibalik, yaitu tes pada penderita dulu baru ke pemeriksa. Garpu tala 512 Hz dibunyikan kemudian diletakkan tegak lurus pada mastoid penderita, bila penderita sudah tidak mendengar maka seceptnya garpu tala dipindahkan pada mastoid pemeriksa, bila pemeriksa tidak mendengar berarti sama-sama normal, bila pemeriksa masih mendengar berarti Schwabach penderita memendek.- Interpretasi: Normal : Schwabach normal Tuli konduksi : Schwabach memanjang Tuli sensori neural : Schwabach memendekContoh Kasus (penulisan hasil tes pendengaran) : Kanan KiriTes bisik 5 m 4 mTes garpu tala Batas bawah naik Batas atas turun + 4096 - + 2048 - + 1024 - + 512 + - 256 + - 128 +

Tes Rinne (R) negatif positifTes Weber (W) lateralisasi kanan Tes Schwabach (S) memanjang memendekKesimpulan : Tuli konduksi kanan, tuli perseptif (tuli sensori neural) kiriReferensi1. Adams Boies Higler, BOIES Buku AjarPenyakit THT edisi 6, Penerbit EGC, Jakarta, 1997.2. Arfandy Boy, Otoskopi, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar, 2000.3. Rukmini Sri, Teknik Pemeriksaan THT, Penerbit EGC, Jakarta, 2005.4. Staf Pengajar Ilmu Penyakit THT FKUI. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tengorok Kepala Leher Edisi ke 6 Cetakan ke 1, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1990