Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TES PENAMAAN KATA DALAM EVALUASI PENGUASAAN KANJI
Mintarsih, Subandi
Universitas Negeri Surabaya, [email protected] Universitas Negeri Surabaya, [email protected]
Abstract
This paper attempts to submit an evaluation plan based on word naming tes perspectives. The uniqueness of the evaluation of this perspective is the use of psycholinguistic norms to identify inhibiting factors as well as supporting kanji recognition by learners. In addition, a detailed analysis of the kanji constituents is to be tested. The psycholinguistic norms and characteristics of the kanji constituents are exemplified in the design of the evaluation in this paper, including: frequency effects, cumulative frequency effects, family size effects, word complexity, and so on. While the kanji constituent seen from the visual form of kanji graphics on the phonetic and semantic radicals; and consistency of compound kanji pronunciation. This evaluation is based on a study of how information processing takes place in the mind of the learners. In the field of visual recognition of words, the task commonly used to test cognitive learning abilities is the word naming test. In this test the learners are asked to pronounce the visible kanji on the computer monitor quickly and accurately within the specified response time limit. Learners' answers will be recorded and then analyzed offline. Advantage of this evaluation is teacher or lecturer can identify factors causing learners difficulties in recognizing kanji. Keywords: word naming tes, ability to read kanji, evaluation
PENDAHULUAN
Tes penamaan kata atau membaca bersuara (word naming/reading
aloud) biasa dilakukan untuk mengukur kemampuan pemelajar dalam
mengenali kanji (kanji word recognition). Tugas penamaan kata dilakukan
dengan cara memperlihatkan stimulus visual kepada mahasiswa
pemelajar kanji. Stimulus visual berupa konfigurasi grafis kanji dengan
karakteristik tertentu. Stimulus visual ini merupakan kata kanji target yang
harus dibaca oleh mahasiswa. Tes penamaan kata berfungsi untuk
mengobservasi apakah pemelajar dapat mengenali kata kanji target yang
ditampilkan, dilihat dari mampu tidaknya pemelajar tersebut melafalkan
ASA, Vol. 4, September 2017
52 | E-ISSN: - http://journal.unesa.ac.id/index.php/asa
bunyi dari kata target tersebut. Yap dan Balota (2012) menyebut teknik
word naming/reading aloud dengan nama speeded pronunciation,
sedangkan Kess dan Miyamoto menyebutnya dengan istilah speech
recording view.
Pengenalan kata atau word recognition itu sendiri dalam
oxforddictionaries.com didefinisikan sebagai “the process or faculty
whereby a reader perceives and correctly understands word”. Dalam
Ed.gov, word recognition didefinisikan sebagai berikut, “the ability of a
reader to recognize written words correctly and virtually effortlessly. It is
sometimes referred to as “isolated word recognition” because it entails a
reader’s ability to recognize words individually -from a list, for example-
without the benefit of surrounding words for contextual help”. Sedangkan
dalam EMSTAC.org dinyatakan bahwa, “word recognition refers to the
ability of students to develop automaticity when reading isolated words”.
Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa word recognition
atau pengenalan kata adalah kemampuan pembaca untuk memahami
kata tertulis, secara benar tanpa usaha atau berlangsung secara otomatis
tanpa dipengaruhi konteks.
Selanjutnya Cooper (2000) dalam EMSTAC.Org (Elementary and
Middle Schools Technical Assistance Center) menyatakan bahwa yang
dimaksud dengan otomatisasi adalah keakuratan dan kecepatan siswa
dalam menyempurnakan tugas pengenalan kata. Otomatisasi dalam
pengenalan kata penting karena seberapa baik siswa dapat mengenali
kata dapat mempengaruhi seberapa lancar dalam membaca, dan
kelancaran adalah fondasi kearah pemahaman. Mengkonstruksi makna
adalah tujuan utama dari keterpahaman ‘literacy experience’. Untuk
mengenali kata secara otomatis, siswa memerlukan keterampilan yang
baik dalam memahami dan mengembangkan kemampuan penguasaan
kosa kata. Dengan demikian, dapat dipahami pentingnya rekognisi kata
dalam keberhasilan kemampuan membaca.
Mintarsih, Tes Penamaan Kata...
http://journal.unesa.ac.id/index.php/asa E-ISSN: - | 53
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian
kepustakaan, yaitu menelaah secara teoritis berbagai teks-teks, referensi,
catatan, dan literatur ilmiah, serta hasil-hasil penelitian sebelumnya yang
sejenis sebagai landasan konseptual guna menyusun rancangan konsep
yang ingin dilaporkan pada makalah ini.
PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan kajian konseptual yang didasarkan pada
teori psikologi kognitif dan psikolinguistik. Psikologi kognitif membahas:
persepsi terhadap informasi, pemahaman terhadap informasi, alur pikiran,
dan membahas formulasi dan produksi jawaban. Jadi psikologi kognitif
adalah ilmu yang menyelidiki pola pikir manusia. Dapat juga dipandang
sebagai studi terhadap proses-proses yang melandasi dinamika mental
(Solso, 2015, p.2). Psikologi kognitif terutama berkaitan dengan
bagaimana pengetahuan direpresentasikan dalam pikiran. Psikologi
kognitif merupakan ilmu mengenai pemrosesan informasi, yang berarti
psikologi kognitif berkutat dengan cara memperoleh dan memproses
informasi mengenai dunia, cara informasi tersebut disimpan dan diproses
oleh otak, cara menyelesaikan masalah, berpikir dan menyusun bahasa,
dan bagaimana proses-proses itu ditampilkan dalam perilaku yang dapat
diamati. Neisser (dalam Solso, 2015) menyatakan:”…istilah kognisi
mengacu pada seluruh proses dimana input sensorik diubah, dikurangi,
dimaknai, disimpan, diambil kembali, dan digunakan…jelaslah bahwa
kognisi dilibatkan dalam keseluruhan hal yang mungkin dilakukan
manusia; bahwa seluruh fenomena psikologis adalah fenomena kognitif”
(p.10). Psikologi kognitif mencakup keseluruhan proses psikologis dari
sensasi ke persepsi, pengenalan pola, atensi, kesadaran, belajar, memori,
formasi konsep, berpikir, imajinasi, bahasa, kecerdasan, emosi, dan
bagaimana keseluruhan hal tersebut berubah sepanjang hidup (terkait
ASA, Vol. 4, September 2017
54 | E-ISSN: - http://journal.unesa.ac.id/index.php/asa
perkembangan manusia) dan bersilangan dengan berbagai bidang
perilaku yang beragam.
Darjowidjojo menjelaskan bahwa pada saat proses berbicara atau
menulis terjadi, tanpa disadari kata-kata yang diperlukan untuk
menyampaikan informasi pada umumnya keluar otomatis seolah tanpa
melalui proses apapun. Demikian halnya ketika menjadi pendengar, atau
pembaca, informasi yang disampaikan lawan bicara atau yang tertulis
dengan mudah dapat dipahami seolah tanpa berpikir. Proses ini
kelihatannya sangat natural tetapi jika diselami lebih mendalam dapat
diketahui bahwa untuk mengeluarkan atau untuk memahami satu kata
diperlukan proses yang rumit (2014, p.84).
Leksikon mental itu sendiri adalah tempat penyimpanan kata dalam
diri manusia yang seringkali dirujuk sebagai ‘mental dictionary’ atau lebih
umum dikenal dengan sebutan leksikon mental ‘mental lexicon’. Leksikon
mental mempunyai sistem yang memungkinkan individu memanggil
kembali kata-kata secara cepat. Selain itu, isinya selalu berubah dan
memungkinkan manusia menciptakan kata sesuai aturan yang ada pada
bahasanya. Leksikon mental mampu menyimpan informasi yang lebih
banyak, lengkap, dan rinci daripada kamus biasa. Aitchison menegaskan
perbedaan utama antara mental leksikon dengan kamus adalah kata-kata
dalam kamus hanya memberikan sejumlah kecil informasi dari setiap
itemnya, sedangkan mental leksikon lebih luas dan kompleks (1990, p.14).
Dardjowidjojo (2014, p.7) mendefinisikan psikolinguistik sebagai ilmu
yang mempelajari proses-proses mental yang dilalui oleh manusia dalam
aktivitas berbahasa. Dardjowidjojo menyimpulkan definisi psikolinguistik
tersebut berdasarkan definisi-definisi yang dikemukakan Aitchinson,
Harley, Clark dan Clark. Secara jelas Aitchinson (1998) mendefinisikan
psikolinguistik sebagai suatu “studi tentang bahasa dan minda”. Harley
(2001) menyebutnya sebagai suatu “studi tentang proses-proses mental
dalam pemakaian bahasa”. Sementara itu, Clark dan Clark (1977)
menyatakan psikologi bahasa berkaitan dengan tiga hal utama:
Mintarsih, Tes Penamaan Kata...
http://journal.unesa.ac.id/index.php/asa E-ISSN: - | 55
komprehensi, produksi, dan pemerolehan bahasa.
Selanjutnya, secara rinci Dardjowidjojo menjelaskan keempat topik
utama dalam psikolinguistik sebagai berikut: (a) komprehensi, yakni,
proses-proses mental yang dilalui oleh manusia sehingga manusia dapat
menangkap apa yang dikatakan lawan bicara dan memahami apa yang
dimaksud, (b) produksi, yakni, proses-proses mental pada diri manusia
yang membuat manusia dapat berujar seperti yang diujarkan, (c) landasan
biologis serta neurologis yang membuat manusia bisa berbahasa, dan (d)
pemerolehan bahasa, yakni, bagaimana anak memperoleh bahasanya.
Berdasarkan kajian teoritis yang telah dilakukan serta kajian
penelitian-penelitian terdahulu, rekognisi pemelajar melalui tes penamaan
kata dapat mendeskripsikan bagaimana pemrosesan informasi
berlangsung dalam pikiran pemelajar bahasa Jepang. Bagaimanakah
pemelajar bahasa Jepang di Indonesia memproses kanji dalam upaya
pemerolehan bahasa Jepang?
Dardjowidjojo (2014, p.178-179) menjelaskan sedikitnya ada tiga
aspek untuk menyatakan individu mengetahui suatu kata, yaitu: aspek
semantik, kategori sintaktik, dan aspek fonologis dari kata tersebut. Dalam
aspek semantik individu dituntut tidak hanya mengetahui makna dasarnya
saja tetapi juga nuansa-nuansa lain yang terkait dengan makna itu. Aspek
kedua yaitu kategori sintaktik dimana pengetahuan tentang aspek ini
diperlukan karena susunan kalimat ditentukan oleh penempatan kategori
sintaktik pada tempat-tempat yang benar. Aspek ketiga yaitu fonologi
diperlukan guna mengetahui bunyi dari kata tersebut dan bagaimana
bunyi-bunyi tersebut diatur dalam susunan yang benar menurut sistem
bahasanya.
Kajian literatur terhadap penelitian-penelitian terdahulu ihwal
pemerolehan kata dan kanji menunjukkan bahwa proses akses leksikal
dalam merekognisi kanji melibatkan berbagai informasi yang ada pada
leksikon mental pemelajar. Pengaktifan informasi tersebut yakni grafis,
ASA, Vol. 4, September 2017
56 | E-ISSN: - http://journal.unesa.ac.id/index.php/asa
bunyi, ataupun makna dalam pikiran pemelajar terjadi karena adanya
stimulus visual yaitu konfigurasi grafis kanji secara tertulis maupun tugas
tertentu yang diberikan untuk melihat bagaimana pikiran memprediksi.
Aspek-aspek visual tersebut mengakibatkan berbagai komponen dalam
ketiga informasi ini berinteraksi melalui rute-rute tertentu yang
berkemungkinan saling mendukung atau menghambat. Secara teoritis
proses penyimpanan, pengaksesan, dan pengintegrasian yang terjadi
dalam leksikon mental berlangsung dalam rentang waktu yang tidak
sebentar dan mengikuti suatu model tertentu. Apakah mengikuti model
berurutan, model pararel ataukah model lainnya. Prosedur dalam model-
model tersebut melibatkan proses pengolahan aspek morfologis, aspek
semantik, kategori sintaktik, dan aspek fonologis secara interaktif. Dalam
hal proses pengenalan kanji, prosedur yang berlainan ini dipengaruhi
berbagai faktor lain misalnya pengaturan kontekstual untuk kanji yang
diberikan, fitur spesifik dari keakraban, frekuensi, kompleksitas kanji, dan
sebagainya. Disisi lain, karakteristik kanji itu sendiri sebagai ideograf,
menyebabkan proses akses leksikal yang terjadi berbeda dengan proses
akses kana maupun alfabet.
Lupker (2005, p.39) menyatakan, “... any successful model of visual
word recognition needs to incorporate the assumption of “interactivity,” that
is, that the various components of the visual word recognition system (i.e.,
orthographic, phonological, semantic) mutually activate and inhibit each
other while a word is being processed”. Pengenalan kata visual perlu
menggabungkan asumsi "interaktivitas," yaitu, bahwa berbagai komponen
dari sistem pengenalan kata visual (yaitu ortografi, fonologi, semantik)
saling mengaktifkan dan menghambat satu sama lain sementara kata
sedang diproses.
Berdasarkan pendekatan join efek dari beberapa variabel, yang
digunakan dalam penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa variabel-variabel
penjelas yang digunakan dalam variabel independen akan saling
mempengaruhi, baik diantara variabel-variabel penjelas itu sendiri maupun
Mintarsih, Tes Penamaan Kata...
http://journal.unesa.ac.id/index.php/asa E-ISSN: - | 57
antar variabel independen. Kemudian, berdasarkan model aktivasi
interaktif huruf dan model kecepatan pengucapan, peneliti berasumsi
bahwa variabel independen akan mempengaruhi variabel dependen yaitu
kemampuan mahasiswa dalam merekognisi kanji akan dipengaruhi fitur
visual dan konsistensi pelafalan dari kanji gabungan.
Penelitian ini didasari kesulitan mahasiswa pemelajar bahasa
Jepang dalam mempelajari kanji. Kesulitan mahasiswa dalam mengenali
kanji dapat disebabkan karena banyaknya jumlah kanji, kanji memiliki
coretan garis pembentuk yang banyak, detail, dan rumit, kanji memiliki
banyak cara baca/pengucapan karena karakteristik kanji itu sendiri yang
disebut morphografic multiple reading (bentuk grafis kanji memiliki banyak
cara baca), serta disebabkan polysemi kanji memiliki banyak makna
terutama ketika kanji tunggal membentuk kanji gabungan. Kesulitan-
kesulitan tersebut tidak mungkin semuanya diobservasi dalam satu
penelitian ini. Dengan asumsi bahwa kesulitan menulis huruf kanji, saat ini
banyak terbantu dengan kecanggihan teknologi yaitu adanya kamus
elektronik bahkan aplikasinya sudah dapat diunduh pada telephone pintar,
dan kesulitan yang disebabkan polysemi dapat dipahami dari konteks
wacana, maka pada penelitian ini akan difokuskan pada kesulitan
mengenali kanji yang disebabkan karakteristik kanji yang memiliki banyak
cara baca morphographic multiple reading sehingga sering
membingungkan pemelajar terhadap cara baca/pengucapan yang mana
dan kapan digunakan. Istilah morphographic sering juga disebut dengan
logographic atau ideographic (Sasanuma, 1986; Wydell, Patterson &
Humphreys, 1993 dalam Fushimi, Ijuin, Patterson, dan Tatsumi, 1999,
p.383). Verdonschot (2011) menggunakan istilah multiple reading untuk
kanji, dan multiple pronunciation untuk hanzi. Fushimi, dkk (1999, p.383),
menggunakan istilah multiple pronunciation untuk istilah multiple reading.
Karakeristik kanji morphographic multiple reading dalam penelitian ini
berkaitan dengan: pertama, bunyi onyomi (pelafalan/cara baca Cina) dan
ASA, Vol. 4, September 2017
58 | E-ISSN: - http://journal.unesa.ac.id/index.php/asa
kunyomi (pelafalan/cara baca Jepang) pada kanji tunggal individual kanji
baik kanji sederhana maupun kompleks simple and complex kanji, dan
kanji gabungan compound kanji (jukugo), jumlah stroke (coretan garis
pembentuk kanji), serta komponen-komponen pembentuk konfigurasi
grafis kanji yaitu radikal fonologi, radikal semantik, serta komponen bentuk
grafis lainnya. Kedua, konsistensi pelafalan kanji gabungan yang terdiri
dari dua huruf kanji.
Disisi lain, proses rekognisi kata termasuk kanji dipengaruhi banyak
faktor misalnya efek frekuensi kata, efek kata-bukan kata, efek
imageability kata, efek kekonkritan kata, efek keakraban dengan kata
familiarity, banyaknya jumlah kata yang sama bunyi homophone density,
jumlah formasi kata, jumlah makna kata, jumlah komponen, jumlah
coretan garis pembentuk grafis kanji, efek kedekatan kata neighborhood
effect, regularity, usia belajar, usia pemerolehan dan sebagainya. Dengan
demikian, selain dari sisi karakteristik kanji yang morphografic multiple
reading akan diobservasi juga bagaimana faktor-faktor tersebut
mempengaruhi proses rekognisi.
Dengan mempertimbangkan karakteristik karakter kanji yaitu
morfografis multiple reading dan kedalaman analisis hasil penelitian, maka
pada penelitian ini akan difokuskan pada aspek, yaitu: 1) fitur visual
(konfigurasi komponen visual grafis kanji), dan 2) konsistensi pelafalan,
serta 3) rekognisi kata kanji pada mahasiswa pemelajar bahasa Jepang.
Penelitian ini akan menggunakan pendekatan join efek untuk melihat
hubungan antar variabel independen yaitu fitur visual dan konsistensi
pelafalan, maupun variabel-variabel penjelas dari variabel-variabel
independen. Variabel-variabel penjelas yang tersebut dalam penelitian ini
merupakan karakteristik kata target. Variabel-variabel penjelas pada vitur
visual grafis kanji tunggal, yaitu: efek frekuensi, efek family size, efek
frekuensi kumulatif, kompleksitas kata yang terdiri dari jumlah stroke dan
jumlah komponen, dan efek semantik imageability (kata konkrit dan kata
abstrak). Sedangkan, variabel-variabel penjelas pada konsistensi
Mintarsih, Tes Penamaan Kata...
http://journal.unesa.ac.id/index.php/asa E-ISSN: - | 59
pelafalan kata kanji gabungan yaitu: efek frekuensi kata kanji gabungan,
efek frekuensi karakter (frekuensi setiap kata tunggal dari kanji gabungan),
efek mora, efek friends, efek neighbor, efek enemies, dan semantik
imageability (kata konkrit dan kata abstrak). Variabel-variabel tersebut
akan dianalisis menggunakan analisis cluster, sehingga akan
menghasilkan sejumlah kluster (kelompok). Analisis ini diawali dengan
pemahaman bahwa sejumlah data tertentu sebenarnya mempunyai
kemiripan diantara anggotanya; karena itu dimungkinkan untuk
mengelompokkan anggota-anggota yang ‘mirip’ atau mempunyai
karakteristik yang serupa tersebut dalam satu atau lebih dari satu kluster.
Dengan kata lain, tujuan analisis kluster yakni mengelompokkan objek-
objek berdasarkan kesamaan karakteristik diantara objek-objek tersebut.
Penelitian ini menggunakan kerangka kajian teoritis dari teori
rekognisi kata yaitu: model aktivasi interaktif huruf (McClelland dan
Rumelhart, 1981), model kecepatan pengucapan, dan pendekatan joint
efek dari beberapa variabel. Berdasarkan kajian teori tersebut, peneliti
mengajukan hipotesis bahwa kemampuan mahasiswa pemelajar bahasa
Jepang akan dipengaruhi secara signifikan oleh karakter kanji morfografis
multiple reading pada saat proses pengenalan kata kanji berlangsung.
Peneliti memprediksikan bahwa (1) efek fitur visual (konfigurasi visual
grafis kanji) yaitu kompleksitas grafis kanji, radikal fonologi dan
transparency dari radikal semantik pada kanji tunggal akan mempengaruhi
proses rekognisi pada mahasiswa berkemampuan baik dan kurang
terhadap kanji dengan cara berbeda; (2) efek konsistensi pelafalan
dengan kriteria konsisten-on, inkonistensi-on, dan inkonsistensi-kun akan
mempengaruhi proses rekognisi pada mahasiswa berkemampuan baik
dan kurang terhadap kanji dengan cara berbeda; (3) norma-norma
psikolinguistik yang ditetapkan dalam penelitian ini sebagai karakteristik
kanji juga akan mempengaruhi proses rekognisi pada mahasiswa
berkemampuan baik dan kurang terhadap kanji dengan cara berbeda.
ASA, Vol. 4, September 2017
60 | E-ISSN: - http://journal.unesa.ac.id/index.php/asa
Selanjutnya guna menguji prediksi tersebut akan dilakukan tes
simulasi dengan teknik pemberian tugas penamaan kata atau membaca
bersuara (word naming/reading aloud). Tugas penamaan kata dilakukan
dengan cara memperlihatkan stimulus visual kepada mahasiswa
pemelajar kanji. Stimulus visual berupa konfigurasi grafis kanji dengan
karakteristik tersebut diatas. Stimulus visual ini merupakan kata kanji
target yang harus dibaca oleh mahasiswa. Tugas penamaan kata
berfungsi untuk mengobservasi apakah pemelajar dapat mengenali kata
kanji target yang ditampilkan, dilihat dari mampu tidaknya pemelajar
tersebut melafalkan bunyi dari kata target tersebut. Kata kanji target yang
diuji dalam proses rekognisi dapat dikumpulkan misalnya dari kata-kata
kanji dalam buku teks pembelajaran bahasa Jepang untuk mahasiswa
yaitu Minna no Nihongo Shokyu jilid I dan II, Kanji jilid I dan II, Shokyu
Dokkai jilid I dan II, serta kanji pada buku-buku referensi lainnya yang
digunakan dalam perkuliahan. Kemudian faktor-faktor tersebut dianalisis
menggunakan analisis cluster, sehingga akan menghasilkan sejumlah
kluster (kelompok).
Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara memperlihatkan
kata kanji target kemudian mahasiswa menyebutkan kata tersebut dengan
cepat dan benar. Jawaban akan direkam melalui audiotape, kemudian
ditranskripsikan untuk dianalisis. Stopwatch digunakan untuk mencatat
respon time pemelajar terhadap kata target. Penampilan kata target
dibatasi dalam jangka waktu tertentu (misalnya 2 menit), dan tayangan
akan dihentikan jika siswa dapat menyebutkannya sebelum waktu habis.
Analisis data dilakukan secara kuantitatif. Pada saat analisis data
dilakukan, jawaban salah dan waktu respon yang terlalu lama akan
dikeluarkan (tidak dianalisis), demikian juga hasil tes dari partisipan tes
yang jumlah jawaban salahnya terlalu banyak tidak dianalisis. Data tes
penamaan kata berupa respon time (RT) dan kesalahan dianalisis
menggunakan analisis regresi linear berganda, sehingga dapat diketahui
bagaimana efek morfografis multiple reading dengan karakteristik tertentu
Mintarsih, Tes Penamaan Kata...
http://journal.unesa.ac.id/index.php/asa E-ISSN: - | 61
berpengaruh terhadap rekognisi kata kanji target pada pemelajar bahasa
Jepang hikanjiken.
SIMPULAN
Berdasarkan kajian tes penamaan kata kanji secara konseptual
diperoleh simpulan bahwa evaluasi penguasaan pemelajar terhadap kanji
melalui tes penamaan kata dapat memberikan deskripsi bagaimana
pemrosesan kata kanji berlangsung dalam leksikon mental pemelajar.
Banyak penelitian rekognisi kata telah dilakukan terutama di luar negeri,
tetapi masih diperlukan penelitian yang lebih mendalam agar informasi
pemrosesan kata pada pemelajar hikanjiken dapat menunjukan kejelasan
sehingga hasil penelitiannya dapat digunakan sebagai landasan teoritis
dalam penyusunan bahan ajar dan model pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Aitchison, Jean. (1990). Word in The Mind: An Intruduction to the Mental
Lexicon. Great Britain: T.J. Press, Ltd.
Dardjowidjojo, Soenjono. (2014). Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman
Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Evason, Fusaeda. (2011). Nihonjin gakudou to no gotou taishou bunseki o
chuushin ni shita suweedenjin nihongo gakushuusha no kanji shuutoku
teidou no ninchiteki kenkyuu. Ryuugakusei kyouiku, 8, 93-101.
Fushimi, Takao., Ijuin, Mutsui., Patterson, Karalyn., Tatsumi, F. Itaru.
(1999). Consistency, Frequency, and Lexicality Effects in Naming
Japanese Kanji. Journal of Experimental Psychology: Human
Perception and Performance, 25 (2), 382-407.
Kess, F. Joseph and Miyamoto, Tadao. (1999). The Japanese Mental
Lexicon: Psycholinguistic Studies of Kana and Kanji Processing.
Amsterdam: John Benjamin Publishing Company.
Solso, Robert., dan Maclin & Maclin. (2015). Psikologi Kognitif. Edisi
ASA, Vol. 4, September 2017
62 | E-ISSN: - http://journal.unesa.ac.id/index.php/asa
delapan. Jakarta: Erlangga.
www. Emstac.org >literacy>overview. (Elementary & Middle Schools
Technical Assistance Center). (2017, April 17).
www. Oxforddictionary.com>browse>recognition word definition. (2017,
April 17).