Upload
sandy-rosandy
View
389
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 3/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
130
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Karya
Pulau Madura yang terletak di sebelah
timur laut Pulau Jawa dengan Selat Madura
sebagai pemisah antara kedua pulau itu. Ma-
dura pada dewasa ini terbagi menjadi empat
wilayah kabupaten, yaitu; Sumenep, Pameka-
san, Bangkalan, Sampang. Masyarakat Madu-
ra merupakan masyarakat yang suka meran-
tau. Mengingat kondisi kepadatan penduduk
di Madura dan mata pencarian mereka yang
bergantung pada keadaan alam. Penduduk
Madura sebagian besar menggantungkan per-
ekonomian pada bidang pertanian, perikanan
APOLONG POTRET MASYARAKAT MADURA URBAN
Punjul Pitono
Abstrak
Karya Apolong terinspirasi dari kehidupan masyarakat Madura di Surabaya. Walaupun mendi-
ami lingkungan yang baru (Surabaya) namun pranata sosial di kampung halaman masih begitu
kuat dipertahankan. Perkampungan Madura bermunculan di Surabaya, termasuk di Sawah Pulo
dan Semampir Surabaya. Karya ini bertujuan untuk memberi pemahaman tentang keragaman
budaya di Surabaya. Di sisi lain juga berupaya melihat Madura dalam konteks kehidupannya
sebagai wilayah urban. Harapannya akan timbul kesadaran untuk saling menghargai, mema-
hami dan mengerti satu wilayah etnis dengan yang lain.
Kata Kunci: Apolong, Urban, Masyarakat Madura
Abstract
The work was inspired by the life of the Madurese community in Surabaya . Although they
have inhabited in Surabaya as their new environments , however, their social institutions of
hometown were still so strong maintained . Therefore, many villages of Madurese have sprung
up in Surabaya , including in Sawah Pulo at Semampir area . This work aimed to gave an un-
derstanding about cultural diversity in Surabaya, as well as, to see the Madura at the context
of their community life in urban areas . By the work, it would arise awareness to respect , un-
derstand and appreciate among the ethnic regions.
Keywords: Apolong, Urban, society Madura
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 4/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
131
atau industri garam bagi mereka yang tinggal
di daerah pantai, indusri garam justru lebih
menojol dari pada pe-rikanan, sehingga sering
disebut Madura sebagai “Pulau Garam”, akantetapi msyarakat Madura tidak bisa terlalu
mengharap perkembangan ekonomi dari hasil
pertanian atau hasil laut saja. Dalam kondisi
ini maka masyarakat Madura lebih memilih
merantau dengan tujuan meningkatkan ke-
hidupan yang lebih baik dari pada di tempat
asal.
Migrasi ke Jawa merupakan bagian
terpenting bagi tradisi merantau masyarakat
Madura. Salah satu daerah migrasi terpent-
ing adalah wilayah ‘Tapal Kuda’ yaitu Jawa
Timur yang membentang dari wilayah Pa-
suruan hingga Banyuwangi (Efendi, 1990:23).
Arti penting migrasi bagi masyarakat Madura
terlihat dari jumlah penduduk yang tinggal
di luar pulau Madura lebih banyak dari pada
yang tinggal di Madura sendiri, kajian dari
BAPEDA Jawa Timur memperki-rakan 75%
masyarakat Madura tinggal di perantauan se-
dangkan 25% saja yang tinggal di Madura.
Surabaya yang merupakan jantung kota
di Jawa Timur juga letaknya yang paling dekat
dengan Madura, tempat yang strategis untuk
tujuan migrasi penduduk Madura. Keberadaan
penduduk Madura di Surabaya hampir meratadari tiap kecamatan. Mereka sebagian meru-
pa-kan masyarakat urban permanen yaitu me-
netap di Surabaya, dan sebagian sebagai pen-
duduk musiman yang hanya tinggal sementara
untuk mencari penghasilan (Andang, 2004:
31). Dalam bermigrasi, penduduk Madura bi-
asanya membawa keluarga untuk turut hidup
di kampung rantau (Surabaya).
Prosentase terbesar penduduk Madura
yang berada di Surabaya terdapat di daerah
Surabaya Utara tepatnya di Kecamatan Se-
mampir. Ini karena letaknya dekat dengan pelabuhan Tanjung Perak dan penyeberangan
Ujung–Kamal. Mereka banyak tinggal dan
menetap di wilayah ini meskipun harus tinggal
berdesakan di gang-gang sempit dan terkesan
kumuh. Bahkan sebagian dari mereka harus
rela tinggal di gerobak–gerobak jualan/lapak
di pinggir jalan serta tidak jarang pula kita
jumpai beberapa dari mereka tidur di atas be-
cak. Semampir dipakai sebagai sumber riset
penulis karena prosentase masyarakat etnis
Madura hampir mencapai 70 % sedangkan si-
sanya masyarakat etnis lainnya (data statistik
kecamatan Semampir).
Masyarakat etnis Madura secara
umum memiliki beberapa kesamaan den-
gan etnis yang lain, yakni mereka cenderung
berkelompok membentuk koloni yang sangat
besar. Meskipun mereka sudah keluar dari
tempat asal dan tinggal di tempat baru yaitu
Surabaya tetapi kehidupan berkelompok ini
masih sangat kuat, artinya mereka tinggal se-
suai dengan daerah asal, misalnya di daerah
kampung Pegirian yang tinggal sebagian
besar berasal dari Bangkalan, di kampung
Sawah Pulo yang tinggal berasal dari Pa-mekasan, begitu seterusnya. Mereka tinggal
berkelompok berdasarkan daerah asal dan rasa
kekeluargaannyapun sangat kuat. Rata–rata
mereka berasal dari Madura bagian pendala-
man sehingga konon terdapat stereotip bahwa
perilaku mereka tertangkap sangat kasar dan
arogan, kerena terbawa dari kehidupan keras
mereka yang terbentuk dari alam asal mereka.
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 5/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
132
Sikap dan perilaku inipun terbawa di tempat
yang baru. Dan seolah membuat kelompok
masyarakat yang baru serta tidak sadar mer-
eka tetap membawa perilaku budaya asal kedalam struktur masyarakat baru/perkotaan.
Termasuk atribut–atribut yang berkaitan erat
dengan masyarakat Madura, baik yang positif
maupun yang negatif. Secara politik mereka
bebas tinggal di mana saja, mereka mengang-
gap di kota/wilayah baru lebih menjanjikan
secara ekonomi. Secara tidak langsung se-
makin besar koloni mereka semakin kuat sta-
tus mereka di masyarakat. Serta masyarakat
etnis ini sangat menjunjung tinggi nilai–nilai
moral dan etika, hal ini terlihat pada kehidu-
pan yang berhubungan dengan nilai–nilai
kagamaan/religius mereka. Nilai kebersamaan
mereka sangat kuat/kokoh terlebih lagi yang
ter-gabung dalam suatu organisasi sosial dan
budaya.
Di daerah Kecamatan Semampir ser-
ing ditemui bentuk tradisi yang ikut bermi-
grasi contohnya arisan bergilir ottok-ottok
(bahasa madura hampir sama dengan arisan),
bahkan “tradisi-minornya” juga mewarnai
tradisi mereka sebagai contoh tradisi carok
(perkelahian dengan menggunakan senjata
tajam berupa clurit, senjata khas Madura).
Angka ini bisa dilihat dari data kriminalitasdari kepolisian menunjukan bahwa 1% pem-
bunuh an dengan carok (data kriminal kepoli-
sian kecamatan Semampir). Carok ini biasa
mereka lakukan apabila harga diri mereka ter-
coreng. Kebiasaan masyarakat Madura apa-
bila mereka merasa terganggu dengan orang
lain yang menggoda istrinya, warisan, utang
piutung, dendam maka ini merupakan penghi-
naan harga diri dan penyele-saiannya adalah
carok (Latif, 2002;89 ). Maka berdasarkan
contoh tersebut bisa disimpulkan bahwa se-
cara tidak sadar juga kelompok masyarakatMadura ini membentuk struktur masyarakat
sendiri karena mereka merasa mempunyai ke-
samaan dalam perilaku budaya. Akan tetapi
carok di Surabaya sudah bergeser nilainya,
mereka melakukan carok terkadang karena
masalah yang sangat sepele, misalnya berebut
penumpang, atau berebut wilayah parkir, tem-
pat berjualan. Peristiwa–peristiwa sederhana
ini bisa memicu carok bagi masyarakat Ma-
dura di Surabaya.
Sikap dan perilaku masyarakat Madu-
ra sangat dominan dalam struktur masyarakat
pada umumnya, terlebih di lingkungan Se-
mampir, hal ini disebabkan jumlah kelom-
pok mereka sangat besar yang mempunyai
kesamaan perilaku. Hampir seluruh struk-
tur masyarakat di kecamatan Semampir di-
jalankan oleh masyarakat etnis Madura dan
ke-adaan ini sangat mendominasi. Mulai dari
penjual makanan, ikan, buah di pasar, sopir,
tukang parkir, makelar, preman, pengumpul
besi tua/rombeng, calo, sampai tukang becak
semua didominasi orang Madura. Bisa ditarik
kesimpulan bahwa mereka menempati posisi
sebagai tenaga kerja kasar sebagai mata pen-carian/pekerjaan. Apabila dilihat lebih dalam
lagi karena latar belakang pendidikan me reka
yang relatif cukup rendah, terutama pendidi-
kan formal.
Mayoritas masyarakat Madura me-
mandang bahwa pendidikan formal bukanlah
sesuatu yang penting untuk dilakukan, mereka
lebih memilih mengaji atau mondok dari pada
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 6/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
133
harus sekolah yang tinggi. Biasanya mereka
bersekolah cukup di tingkat sekolah dasar,
selebihnya mereka belajar di pesantren. Ma-
yarakat Madura memandang pendidikan tidakhanya diperoleh di bangku sekolah formal
saja, ada kecenderungan mereka lebih menitik
beratkan pada pendidikan religius. Selain itu
pendidikan agama merupakan landasan pokok
yang harus dikuasai, Madura dapat dikatakan
identik dengan Islam, Islam telah menjadi
bagian dari identitas etnik. Citra Madura seba-
gai “Masyarakat Santri” sangat kuat, misalnya
menjadi haji me-rupakan impian bagi setiap
orang Madura. Agama Islam dan para ulama
memiliki tempat khusus bagi masyarakat Ma-
dura. Dalam hal penghayatan ter hadap ajaran
agama dan penyebaran hampir sama dengan
Aceh. Sifat keislaman penduduk di aktualisasi-
kan dalam intuisi keagamaan, perilaku sosial,
dan intuisi kekerabatan (De Jonge 1989: 239-
240). Meskipun dalam perantauan sifat keisla-
man ini masih melekat kuat, bahkan tidak ja-
rang pula mereka yang mempunyai pekerjaan
sebagai preman pun tidak akan meninggalkan
ibadah. Biasanya setelah mereka berhenti
berbuat jahat ujungnya adalah naik haji, dan
akan menjadi orang yang disegani. Beribadah
haji menurut mereka adalah “kesempurnaan
hidup“ yang telah dilampauinya jika bisa men-gunjungi tanah suci (menurut Islam).
b. Pembicaraan Rujukan
SDN Ujung XI Surabaya merupakan
pendidikan formal bagi anak-anak sekitar
wilayah tersebut didominasi dengan murid-
murid Madura. Bahkan mereka yang berdarah
Jawa pun tidak jarang menyebut diri mereka
Madura. Kebanggaan sebagai orang Madura
sangat mempengaruhi sistim belajar mengajar
di sekolah tersebut. Dalam proses belajar disekolah bahasa yang mereka pergunakan ada-
lah bahasa daerah yaitu bahasa Madura, sangat
jarang sekali mereka memakai bahasa Indo-
nesia. Maka dalam kondisi seperti ini guru se-
bagai pengajar sepertinya dituntut untuk bisa
menguasai bahasa madura meskipun terbatas,
hal ini untuk menarik para siswa agar tidak
merasa sulit dalam mengikuti proses belajar di
sekolah khususnya dalam hal berkomunikasi,
sebagai contoh, ketika mereka sedang menger-
jakan soal dengan polos menyampaikan ke
guru “Bu soalnya mlarat, Bu”, presepsi guru
tersebut mereka menganggap soalnya miskin
(mlarat dalam bahasa Jawa=miskin), sedan-
gkan maksud mereka soalnya sangat sulit
(mlarat dalam bahasa Madura=sulit), sehing-
ga dengan kejadian tersebut meskipun tidak
bisa berbicara paling tidak guru bisa mengerti
artinya agar bisa terjalin komunikasi dengan
murid.
Sejauh ini penulis mengadakan
pengamatan terhadap anak-anak di sekolah
dasar di kecamat-an Semampir kususnya SD
Ujung XI yang 90 % Madura. Sering seka-
li dijumpai presensi kehadiran siswa sangatminim, meraka kurang memiliki kesadaran
untuk berdisiplin, tidak jarang juga mereka
membolos sampai berhari-hari bahkan min-
ggu. Tidak hanya itu, penulis juga mendapati
para murid pulang sebelum jam pelajaran se-
lesai, pekerjaan rumah yang diberikan guru
di sekolah juga bukan hal yang penting untuk
dikerjakan, padahal ini contoh paling seder-
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 7/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
134
hana. Dari beberapa kasus yang terjadi di atas
tidak lepas dari peran orang tua dalam hal ini
wali murid untuk turut serta men-dukung pen-
didikan formal bagi anak-anak mereka sangatkurang. Akan tetapi apabila kegiatan tersebut
berkaitan dengan hal yang bersifat agamis
mereka tidak boleh meninggalkan. Mereka
lebih memilih meninggalkan sekolah dari
pada tidak mengikuti kegiatan agama, con-
tohnya hari-hari besar agama atau pengajian
akbar (istiqosah). Didukung pula letak daerah
ini berdekatan dengan Sunan Ampel sehing-
ga sangat terasa nuansa Islami yang kental.
Didasari latar belakang masyarakat Madura
yang fanatik maka status Haji bagi masyarakat
Madura jauh lebih penting dari pada gelar dari
pendidikan formal. Sehingga anak-anak juga
tidak bisa lepas dari pengaruh tersebut.
Hal ini yang menarik bagi penulis
untuk mengadakan pengamatan dan meneliti
lebih jauh lagi. Yang menjadi menarik ba-
gaimana jika mereka harus dihadapkan den-
gan pendidikan kesenian kususnya tari yang
menurut mereka sesuatu yang asing, padahal
mereka sudah tinggal di Surabaya. Belajar
menari bagi murid SD Ujung XI adalah hal
yang baru, padahal kita bisa lihat kesenian tra-
disional di Madura cukup banyak, tapi kenapa
anak- anak kususnya perempuan justru belumtertarik untuk belajar menari (khususnya tari
tradisonal). Anak-anak lebih tertarik berjoged
dangdut atau menyanyi dangdut bahkan lagu-
lagu India mereka suka, bahkan sampai model
dandanan serta aksesorisnyapun mereka tiru.
Dengan latar belakang kaum perem-
puan Madura yang pesolek maka gaya perle-
man India menjadi Inspirasi dandanan mer-
eka, misalnya memakai perhiasan berlebih,
menggunakan celak pada mata disamping me-
niru gaya India mereka juga menyebutkan su-
nah rosul, memakai baju-baju yang berwarnacerah menyala. Meskipun demikian, baju yang
mereka pakai tidak pernah lepas dari sarung
baik kaum laki-laki maupun perempuannya.
Di manapun mereka berada pada acara resmi
maupun tidak, sarung tetap tidak bisa lepas
jadi bagian busana mereka. Fenomena ini juga
bisa dijumpai di lingkungan sekolah, wali mu-
rid yang datang ke sekolah pada acara resmi
tetap memakai sarung.
Melihat kondisi tersebut sangat disa-
dari bahwa latar belakang pendidikan inilah
yang sangat kurang selain sarung sebagai
identitas dalam berbusana bagi kaum mer-
eka. Cara berbusana yang terkesan semau-
nya terutama di linggkungan sekolah menjadi
hal yang menarik untuk diamati, karena hal
ini terbawa pula bagi anak-anak yaitu siswa.
Mereka datang ke sekolah untuk mengikuti
kegiatan exstra juga memakai pakaian yang
ter-kesan sekenanya juga padahal kegiatan
tersebut berada pada jam sekolah. Tidak ja-
rang guru sudah menghimbau atau memberi
pengumuman akan tetapi pengumuman bu-
kanlah kaharusan untuk ditaati. Selain tentang cara berbusana yang
sekena-nya penulis juga mendapati pada
siswa memakai pacar (biasanya digunakan di
kuku bagi kaum Islam) yang dilukiskan di-
lengan atau kaki dan kuku yang berwarna hi-
tam seperti pengantin India. Memakai hiasan
ini di sekolah merupakan hal yang biasa, dan
hampir 10% siswa perempuan memakai-nya.
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 8/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
135
Ini tidak pernah dijumpai pada siswa sekolah
lain yang terletak di Surabaya bagian tengah
kecuali hanya sekolah kampung Madura saja.
Guru maupun kepala sekolah tidak berpengar-uh meskipun sudah menyampaikan himbauan
dan memberi penjelasan tentang tata tertib
sekolah. Kesederhanaan pola pikir mereka
ini, menarik untuk diamati dan dilihat lebih
dalam lagi tentang kehidupan sosial mereka.
Dalam konteks kehidupan masyarakat
Madura yang sudah menetap di wilayah keca-
matan Semampir ini, lebih jauh dapat ditelusur
bagaimana pola perilaku kesehariannya. Ke-
hidupan normal untuk bekerja dimulai setelah
matahari terbit. Pilihan jenis pekerjaan seba-
gai pedadang kecil ( penjual ikan, buah-bua-
han, makanan, barang-barang bekas), sebagai
penjual jasa (sopir angkutan kota, truk, tukang
parkir, calo / makelar), pengumpul barang be-
kas/rombeng dijalani pada siang hari dan
dijalani oleh para remaja sampai orang-orang
tua. Sementara anak-anak laki dan perempuan
pada pagi hari sekolah di tingkat dasar sampai
siang hari. Siang sampai sore hari seperti kebi-
asaan anak-anak diisi kegiatan bermain sesuai
dengan kesenangannya masing masing. Dalam
berbaurnya, antara orang tua yang bekerja dan
anak-anak yang bermain seringkali terjadi
komunikasi timbal balik yang mengajarkantentang hidup. Bahwa pola perilaku anak
yang sedang bermain dalam situasi orang tua
bekerja adalah budaya yang berkelanjutan.
Anak meniru pola hidup orang tua dan peri-
laku pe-kerjaan, religi, sikap hidup orang tua
secara tidak langsung memberikan landasan
bagi kehidupan kelak bagi anak-anak mereka.
Adzan magrib merupakan batas dan bera-
khirnya bekerja dan bermain. Sholat magrib,
mengaji, dan berbanjari merupakan ciri khas
bagi masyarakat Madura di wilayah Kecama-
tan Semampir ini. Hal tersebut di atas menjadi sumber
inspirasi penulis untuk mengangkat dalam
sebuah karya. Dengan harapan yang sangat
sederhana yaitu ingin mengangkat dan men-
genalkan secara sadar bentuk seni dalam ben-
tuk apapun di lingkungan masayarakat ini.
Mengenalkan secara sadar bahwa seni itu bisa
bermanfaat bukan hanya mengaji,belajar itu
penting meskipun belajar tentang seni, karena
apabila berbicara tentang seni bisa sangat luas
se-hingga seni bisa didekatkan dengan ke-
hidupan religi mereka yang sangat kuat dalam
kehidupan keseharian mereka. Berdasarkan
inilah penulis mengadakan pendekatan lebih
jauh dan mengamati untuk bisa mengetahui
kira-kira jenis kesenian apa yang bisa berkem-
bang di masyarakat ini.
PEMBAHASAN
a. Gagasan
Penulis yang telah lama berdomisili
di daerah kampung Pegirikan kecamatan Se-
mampir yang nota bene sebagai sumber pe-
nelitian tentang masyarakat Madura di daerahini sekaligus sebagai guru tari di SD Ujung
XI. Dalam pendekatan dengan masyarakat
Madura di daerah ini tidak terlalu sulit. Per-
tama kali langkah yang dilakukan adalah pen-
guasaan bahasa Madura dan dialeknya, hal
ini yang memperlancar komunikasi dengan
masyarakat sekitar. Telah disinggung di atas
bahwa masyarakat di daerah ini sangat fana-
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 9/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
136
tik terhadap agama. Seni pun sangat terbatas
yang mereka tahu kususnya tari, hal ini ter-
jadi pula dengan murid dan orang tua murid di
SD Ujung XI yang berada di kampung SawahPulo ini dengan penduduk 100% Madura
yang sekaligus sebagai sumber riset penulis.
Menjadi sebuah pertanyaan yang pent-
ing tentang bagaimana orang tua dalam hal ini
wali murid menyikapi tentang pelajaran me-
nari untuk anak-anak. Dengan sangat seder-
hana menjawab bahwa hal tersebut bukan hal
yang penting bahkan bisa dikatakan tidak ber-
guna karena menari itu haram, dengan ala-
san perempuan tidak pantas untuk menari, dan
bergerak erotis, akan tetapi samroh merupa-
kan pilihan baik dalam memilih jenis ke-se-
nian. Penulis dalam mengadakan pendekatan
terhadap wali murid mencoba memberikan al-
ternatif jenis kesenian lain, misalnya musika-
lisasi puisi yang bernuansa islam, ternyata
mandapat respon yang hangat, ini merupakan
langkah awal yang baik. Bermusik merupa-
kan awal sebuah penawaran yang baik untuk
mencoba memasukkan seni dalam lingkungan
mereka.
Mengikuti sebuah kompetisi merupa-
kan alat pemicu yang jitu untuk lebih menarik
per-hatian selain juga mengenalkan dunia seni
yang lebih luas. Musikalisasi puisi yang mem- punyai unsur musik sudah berhasil masuk,
penulis mencoba mengembangkan ke dalam
bentuk kesenian lain yaitu tari, untuk men-
gawali pengenalan tari dengan menggunakan
lagu-lagu atau gending tari yang berunsur Ma-
dura. Respon yang terjadi ternyata cukup baik,
40 % wali murid mempunyai respon yang
positif artinya mereka mulai menerima pela-
jaran tari meskipun peminatnya masih sangat
sedikit.
Upaya penulis untuk mengajak lebih
jauh mengenalkan seni kususnya tari padasiswa SD Ujung XI tidak lepas dari peran
para guru yang aktif memberikan waktu untuk
mengikuti pelajaran menari di sela-sela pela-
jaran sekolah. Selain dari hal tersebut penulis
lebih menekankan pendekatan secara perlahan
terhadap wali muridnya dengan cara seperti
yang sudah disinggung di atas, yaitu menge-
nalkan bentuk kesenian yang bernafas Islam,
selain itu mengikuti kalender mereka misal-
nya merayakan hari besar agama dengan me-
nyisipkan kesenian yang bernafaskan agama,
di antaranya samroh, puisi, dan tari bernuansa
islam.
Dari kegiatan yang sekaligus meru-
pakan pembelajaran tersebut penulis mang-
harapkan mereka mampu menciptakan karya
seni sendiri untuk bisa mengexspresikan diri
mereka sendiri. Penulis masih mencoba meng-
gali bentuk kesenian yang cocok untuk dicip-
ta dan bisa diangkat dalam sebuah karya seni
untuk diapresiasikan, bisa berupa musik, tari,
lagu, maupun kerajinan. Sejauh yang penulis
jumpai, mereka mampu untuk bermusik mau-
pun menari. Apabila diamati lebih dalam, mer-
eka bisa juga dibawa pada seni body painting,karena dilihat dari seringnya mereka memakai
cat kuku/pacar untuk menghiasi tubuhnya.
Dalam prakteknya menggunakan pacar untuk
hiasan tangan dan kaki juga merupakan bagian
dari tata rias pengantin Madura di daerah ini.
Menggunakan pacar hampir mejadi bagian
yang tidak bisa lepas dari tata rias pengantin
karena mereka kebanyakan menggunakan
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 10/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
137
baju bernuansa India saat menikah. Ini sebuah
fenomena yang menarik. Ternyata cukup ban-
yak pula budaya yang mereka adopsi selama
mereka urban di perantauan yaitu Surabaya.Keberadaan mereka di Surabaya mempen-
garuhi pula kehidupan berbudaya masyarakat
ini, hampir bisa dikatakan kemaduraan sedikit
menipis karena sudah berbaur dengan komu-
nitas masarakat dari berbagai asal.
Dalam pendekatan lebih dalam den-
gan masyarakat kampung Sawah Pulo yang
juga termasuk wali murid penulis menemukan
tempat pendidikan agama yang diasuh oleh
wali murid pula yang sekaligus seorang ustad
yang cukup berpengaruh di kampung ini, ia
merupakan guru mengaji bagi sebagian anak–
anak SD Ujung XI dan sekolah–sekolah lain
di sekitarnya, ternyata di tempat Ustad Uslan
Tahir ini penulis menemukan kegiatan yang
bersifat intra yaitu Samroh di sela kegiatan
rutin mengaji bagi anak–anak. Hal itu meru-
pakan kegiatan pokok anak–anak di waktu
sore hari yaitu mereka harus mengaji, ini yang
tidak bisa mereka tinggalkan dari budaya asli
Madura bahwa agama adalah kewajiban yang
paling penting dan tidak bisa ditinggalkan di
manapun mereka berada, bahkan sempat pula
salah satu Ustad di masyarakat ini (Ustad
Husni) menyampaikan bahwa bukan orangMadura kalau sampai tidak bisa mengaji,
akan tetapi menjadi sebuah hal yang menarik
pula bahwa selain kegiatan mengaji ternyata
berkembang pula bentuk kesenian yang ber-
hubungan dengan musik dan berkaitan erat
dengan keagamaan di kampung Sawah Pulo
ini, yaitu seni Hadrah Banjari. Hal ini menjadi
menarik ternyata bentuk kesenian ini menjadi
pilihan yang baik bagi masyarakat urban ini.
Jika ditarik kesimpulan ada ke-
sinambungan ketika penulis mencoba me-
nawarkan bentuk kesenian musikalisasi puisiternyata siswa dan wali murid memberi re-
spon yang hangat, hal ini ternyata sangat ber-
hubungan sekali dengan seni yang bekem-
bang di lingkungan mereka, yaitu Hadrah
Banjari. Kesenian Hadrah Banjari ini dikel-
ola pula oleh Ustad Uslan Tahir di tempat-
nya mengajar yaitu madrasah AL-MADURI.
Kesenian ini dirintis oleh ustad sejak tahun
1997-an. Kesenian Banjari termasuk barang
baru yang berkembang di daerah ini, ada ben-
tuk seni Terbang yang lain misalnya Terbang
Ishari, namun pada Madrasah AL- MADURI
menjadikan Terbang Banjari sebagai pilihan
berkesenian dan beribadah. Para santri di Ma-
drasah ini selain diajarkan keagamaan, setiap
hari kamis mereka diajarkan seni Hadrah Ban-
jari untuk para remaja, sedangkan anak–anak
lebih diarahkan pada musik Samroh terutama
santri perempuan.
Mengamati seni Hadrah Banjari men-
jadi menarik karena dilihat kembali ke bela-
kang tentang latar belakang mereka sebagai
masyarakat santri bentuk Hadrah Banjari
ini mengikuti setiap kegiatan religi mereka.
Masyarakat di daerah ini lebih memilih ben-tuk kesenian Hadrah karena dalam kehidupan
mereka tidak bisa lepas dari kegiatan kea-
gamaaan yang kuat, sehingga seni Hadrah san-
gat berkembang di daerah ini. Sebagai contoh
apabila warga mengadakan tahlil atau istiqo-
sah Hadrah Banjari masuk dalam rangkaian
acara tersebut. Hadrah Banjari menjadi bagian
dalam ritual do’a bagi masyarakat kampung
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 11/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
138
Sawah Pulo ini.
Selain Hadrah Banjari menjadi budaya
yang menarik sebagai nilai keagamaan untuk
diamati, penulis menemukan permasalahan– permasalahan yang kompleks pula dalam
kehidupan masyarakat ini, baik ekonomi,
maupun budaya. Masyarakat Sawah Pulo dan
sekitarnya yang prosentase terbesar mereka
bekerja sebagai pedagang dan tenaga kasar,
yang menjadi bididkan penulis adalah mer-
eka yang menekuni pekerjaan sebagi tukang
rombeng (pengumpul barang bekas), karena
prosentase lebih besar. Hampir 40 % mereka
sangat ulet mengumpulkan barang bekas un-
tuk kemudian dijual kembali, minimal barang
mereka sendiri, keuletan ini yang menghasil-
kan rupiah, dengan modal mengumpulkan ba-
rang–barang bekas saja mereka sudah menc-
etak rupiah, apapun bentuk barang bekasnya
bisa berubah menjadi rupiah, dari yang paling
sederhana misalnya sampah plastik, barang
plastik, kertas, besi, besi tua, potongan per-
hiasan emas, sampai bangunan rumah bisa
berubah menjadi rupiah. Dari kalangan mer-
eka paling tidak dapat menciptakan lapangan
pekerjaan bagi orang lain. Di satu sisi mereka
juga sebagai produsen barang–barang bekas
(sampah industri) tidak jarang pula mereka
sukses dari barang bekas.
b. Garap
Garapan pada karya ini tidak men-
ceritakan secara detail bagaimana perilaku
masyarakat Madura di Kecamatan Semampir
ini, tetapi lebih pada aktualisasi perilaku-peri-
laku khas yang meliputi bagaimana masyarakat
Madura bekerja sebagai pengumpul barang
bekas. Karena pekerjaan yang digeluti adalah
pengumpul besi tua dan barang barang sejenis-
nya maka pekerjaan itu menghadirkan bunyi
khas yang menghadirkan rasa musik tersendi-ri. Anak laki-laki bermain di sekitar area para
orang tua bekerja yang ceria, nakal, dan gaduh.
Suasana keseharian seperti mandi, makan dan
aktitas-aktitas menjelang Sholat magrib.
Situasi belajar membaca Al,Qur’an/Ngaji dan
ber-banjarian yang selanjutnya menghadirkan
secara sepontan gerakan-gerakan menari.
Dari identikasi ide garapan ini maka dapat
dijelaskan tentang :
1. Pemain
Garapan ini terdiri dari tiga kelom-
pok pemain tetapi dapat melakukan beberapa
peristiwa. Kelompok pertama adalah pemain
sebagai pekerja. Kelompok ini terdiri dari
para pemuda atau yang juga disebut sebagai
orang tua. Kelompok ini memerankan fungsi
pekerja yang juga teater dan pemusik. Peran
sebagai pekerja dimaksudkan untuk menga-
dirkan suasana dan situasi bekerja di barang-
barang bekas. Dalam suasana bekerja ingin
disampaiakan keceriaan, keseriusan, kelakar
dan perselisihan. Fungsi sebagai pemusik ada-
lah untuk menghadirkan rasa-musikal spon-
tan yang selanjutnya terusun musikalisasisederhana. Pada konteks musik banjari ingin
menunjukkan musik terbangan khas Banjari
Madura di Semampir ini.
Kelompok anak-anak dapat dibedakan
menjadi tiga. Pertama adalah suasana bermain.
Anak laki-laki bermain tabuhan, bermain bola
dengan variasai bernyanyi sekedarnya. Berdia-
log, berkelakar, berselisih sesama temannya.
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 12/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
139
Kelompok anak-anak putri bermain, bernyanyi
dengan varisasi persoalan-persoalan anak-
anak yang muncul seperti pertemanan, kerja
sama, kekompakan tetapi juga muncul konikdan pertengkaran. Kedua situasi rileks sep-
erti mandi di sumur secara bersama-sama baik
anak-anak maupun para bapak-bapak setelah
seharian bekerja, dan makan dalam suasana
kekeluargaan. Ketiga suasana mengaji dan
banjarian. Suasana yang diharapkan muncul
adalah natural, serius tetapi santai, khusuk,
kelakar dan bersenang-senang. Kelompok Pekerja dapat dikelompok-
kan menjadi dua bagian. Pertama situasi bek-
erja dalam kerasnya keadaan, yang dimuncul-
kan adalah kebersahajaan tetapi juga keras,
kelakar dan juga perselisihan. Ke dua adalah
suasana santai, membersihkan diri dengan
mandi di sumur bersama-sama dengan anak-
anak. Ketiga adalah suasana khusuk dan riang
dalam banjarian.
2. Gerak tarian
Pada waktu Banjarian spontan mun-
cul gerak-gerak silat Dork khas Madura dan
gerakan tari sejenis Zapin yang dilakukan oleh
anak-anak.
3. Musik Secara natural musik dimaksudkan
adalah bunyian yang berasal dari situasi bek-
erja. Memukul dengan palu pada besi, seng
dan benda logam lainnya, yang selanjutnya
bunyi dan suara diarahkan pada susunan
musikalitas sederhana khas para pekerja di
besi tua. Selebihnya adalah musik terbangan
dalam Banjarian
4. Suasana
Suasana lain dimunculkan dalam kes-
an rileks menjelang magrib adalah para rema- ja putri sebagai pemain penjual makanan yang
melayani para pembeli makanannya.
5. Kostum
Dirancang secara natural khas
masyarakat Madura urban dan pekerja kasar
c. Bentuk Karya
Bentuk karya ini merupakan potret
dari sebagian perilaku masyarakat Madura di
Pegiri’an, Semampir, Surabaya. Sebuah buda-
ya khas Madura urban yang memiliki keunikan
yang menarik untuk diangkat. Sebagai sebuah
tradisi yang temurun yang menceritakaan laku
budaya yang dibingkai oleh ideologi keIsla-
man yang kental dan khas orang Madura ur-
ban. Ideologi keislaman yang telah mengalami
perpaduan budaya lokal Madura menghadir-
kan keunikan dalam bertingkah laku, berbaha-
sa, berbudaya, dan berpandangan hidup. Kes-
emuanya terangkum dalam suatu rangkaian
budaya menyeluruhnya kemudian dipilah dan
dipilih beberapa di antaranya untuk diaktual-
isasikan yang paling khas dan unik. Dengan
harapan adanya kesadaran bahwa berbudaya
dalam kesenian merupakan suatu nilai yang
dapat memperkasa khasanah kejiwaan mela-
lui penghayatan estetika dari gagasan komu-
nal yang diekspresikannya sendiri.
d. Media
Media yang digunakan meliputi: (1)
barang-barang bekas seperti besi tua dan ben-
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 13/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
140
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 14/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
141
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 15/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
142
bang Jidor merupakan satu-satunya alat yang
harus disediakan. (5) Bahasa dengan dialek
Madura khas masyarakat Madura urban yakni
bahasa Madura yang telah mengalami proses
akulturasi dengan bahasa (Jawa= arek) Sura-
baya. Kesemua media dimaksud untuk meng-
hantarkan pesan yang terangkum dalam karya
ini.
e. Deskripsi Sajian
Potret masyarakat Madura urban yang
kemudian di angkat dalam karya ini diketen-
gahkan berbagai ikon yang khas. Mata penca-
harian yang relatif keras seperti pengumpu-
lan barang bekas seperti besi tua dihadirkan
sebagai latar belakang yang utama, maka
bertumpuk-tumpuk barang bekas besi tua dan
jenis logam lainnya mendominasi wujud vi-
sual yang langsung mengenai pandangan kita.
Bertumpuk-tumpuk besi memadati ruang/gudang area pertunjukan. Para pedagang ma-
kanan seperti pedagang ikan bakar, martabak,
adalah ciri khusus pada masyarakat ini juga
menghiasi seputar arena pertunjukan. Demiki-
an pula tampilan sik, aroma makanan, tem-
pat mandi/sumur, kamar kecil secara natural
dan nyata hadir sebagai gambaran seperti pada
masyarakat sesungguhnya.
da benda logam lainnya. Benda-benda terse-
but sesuai dengan karakteristik masyarakat
Madura urban yang tergabunbg dalam koloni
besar sebagai pekerja kasar. Dihadirkannya
media barang-barang bekas untuk menunjuk-
kan secara natural pola kehidupan pekerjaan
dan strata dalam status sosial yang kemudian
menghadirkan estetika khas Masyarakat Ma-
dura urban pekerja kasar pengumpul barang
nekas.(2) bola, botol aqua untuk bermain
anak-anak laki-laki.
Bola merupakan sarana untuk aktual-
issi diri kecintaan dan rasa memiliki terhadap
olahraga sepak bola meskipun dimainkan
dalam kondisi area yang tidak sewajarnya.
Botol-botol aqua juga dipakai sebagai peng-
ganti bola menunjukkan tingkat minimalitas
keberadaan mereka sehingga keinginan untuk
bisa tetap bermain bola meskipun hanya den-
gan menggunakan botol aqua senagai peng-ganti bola. (3) Kitab Suci Al,Qur’an untuk sa-
rana mempelajari ajaran-ajaran agama Islam
meskipun sebatas pada bagaimana caranya
bisa membaca huruf-huru Arab dalam kitab
suci Al,Qur’an. (4) Terbang jidor dipakai
sebagai sumber bunyi untuk menghadirkan
musik nuansa Islami. Bahwa terbangan untuk
banjari, hadrah dan sejenisnya maka alat ter-
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 16/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
143
Pada gambaran seperti ini melatar-
belakangi para orang tua yang sibuk bekerja
memilah dan memilih barang bekasnya. Me-
mukul, menggergaji, melempar, menumpuk,mencuci, dan pekerjaan lainnya menghasilkan
berbagai bunyi dengan karakter yang berbeda-
beda. Bunyi yang berbeda bervariasi ini mela-
hirkan bangunan musik yang tidak beraturan.
Namun lambat laun ditata sedemikian pula
sehingga tertata musikalitas yang dapat diden-
garkan dan dirasakan yang ritmis dan melo-
dis. Sementara anak laki-laki bermain-main
di arena para orang tua bekerja sampai ke da-
lam tumpukan barang-barang bekas. Seperti
perilaku para orang tua, anak-anak kemudian
memukul-mukul besi, seng, dan barang logam
lainnya. Dari ketidak beraturan bunyi yang
dihasilkan sampai terwujud pukulan-pukulan
yang menghasilkan rasa melodis yang sede-
hana.
Anak-anak selanjutnya menemukan
botol-botol aqua untuk selanjutnya ditendang-
tendang. Botol aqua waktu selanjutnya me-
nginspirasi anak-anak pada permainan sepak
bola. Lambat-laun anak-anak berebut botol
aqua untuk dipakai main bola (sepak bola)
sampai pada waktu berikutnya salah satu anak
menemukan bola plastik untuk selanjutnya
dipakai pengganti bola dari botol aqua. Anak bermain, kadang bersifat persahabatan, keru-
kunan, tetapi pada saat yang lain muncul per-
saingan. Persaingan menimbulkan rasa per-
musuhan. Permusuhan yang semula dipahami
secara psikologis selanjutnya melontar pada
ucapan kata-kata. Meledaklah ucapan saling
mencaci maki, pertengkaran dan selanjutnya
beradu sik. Salah satu anak yang mengetahui
temannya bertengkar selanjutnya mengadukan
kepada orang tua anak yang bertengkar.
Pada kedudukan seperti ini orang tua
anak-anak terpancing juga amarahnya. Sem-ula hanya melerai sepihak, selanjutnya terjadi
saling tuding antar orang tua. Amarah semakin
besar. Timbul pertengkaran mulut sesama
orang tua dari anak yang tengah bertengkar
sebelumnya. Itulah sumber dari rasa benci dan
dendam dari anak menuju orang tua. Situasi
agak mereda ketika para anak perempuan da-
tang untuk bermain. Ngobrol berkelompok-
kelompok, bernyanyi, berkejaran. Terasa sekali
situasi persahabatan, pertemanan, tetapi selan-
jutnya diteruskan dengan permainan yang ber-
orientasi pada perlawanan. Pada kondisi ter-
tentu permainan mengarah pada persaingan.
Tak dapat dihindari muncul saling mengejek,
yang pada puncaknya terjadi percekcokan un-
tuk saling merebutkan kebenarannya sendiri-
sendiri. Pertengkaran mulut tak dapat dihin-
dari, maka pertengkaran sik memuncak pada
saling pukul, dan menjambak.
Para orang tua yang sedang bekerja
mengetahui anak-anaknya bertengkar timbul
keinginannya untk melerai. Bersamaan de-
ngan itu datang truk pengangkut barang bekas
memasuki arena. Pada saat itu anak-anak yang
bermain menuju sumur untuk membersihkandiri dengan mandi secara berama-sama. Se-
mentara itu para orang tua menurunkan barang
bekas dari atas truk yang baru datang, setelah
selesai menyusul mandi di sumur yang sama
seperti pada saat anak-anak mandi sebelum-
nya.
Terdengar suara adzan, Anak-anak dan
orang tua pulang sholat magrib. Kemudian
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 17/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
144
makan bersama keluarga. Kegiatan rutin anak-
anak setelah solat adalah belajar membaca Al-
Qur’an di tempat pendidikan Al-Qur’an (TPA)
setempat yang diasuh oleh da’i atau ustadz se-tempat. Masyarakat Madura di manapun sela-
lu membekali anak-anaknya untuk dapat den-
gan lancar membaca Al-Qur’an. Pandangan
bahwa lebih baik paham terhadap ilmu agama
dari pada ilmu umum yang di dapat dari seko-
lah benar-benar dibuktikan dalam kehidupan
masyarakat. Pondok pesantren adalah sarana
terbaik bagi anak-anaknya. Dapat di lihat pada
masyarakat Madura di Pegirikan ini bahwa be-
lajar secara formal di sekolah cukup sampai di
tingkat sekolah dasar adalah terbukti. Setelah
lulus sekolah dasar para anak-anak langsung
membantu pekerjaan orang tuanya atau men-
cari pekerjaan sendiri yang sesuai dengan ting-
kat keahliannya. Maka tak jarang ditemukan
anak-anak Madura yang terbatas pada bidang
pendidikannya menjalani pekerjaannya seba-
gai pedagang kecil sebagai penjual ikan bakar
di tepian jalan, pedagang sate, dan pedagang
makanan lainnya. Selebihnya adalah penjaga
parkir, tukang becak, sopir angkot, pedagang
jasa apa saja. Pengurusan sim, pengurusan
pengambilan Surat Tanda Nomor Kendaraan
yang telah ditahan kepolisian, dan pekerjaan
lainnya yang setara dengan pekerjaan dalamkategori pekerja kasar lainnya.
Situasi belajar membaca Al-Qur’an
seperti juga pada anak-anak lainnya, terdapat
sifat dan karakter yang berbeda-beda. Terdapat
anak yang khusu’ santun, tetapi juga ada yang
malas-malasan, bahkan juga ada yang suka usil
pada teman lainnya. Situasi ini khas terdapat
pada anak-anak di tempat di mana karya ini
digelar. Namun demikian peran ustadz men-
jadi sangat penting dan menentukan di mana
ketika anak-anak yang sedang dalam kondisi
seliar apapun oleh pak ustadz takluk dan ataululuh juga. Situasi gaduh akan menjadi tenang
ketika Ustadz yang melerainya. Secara rutin
dan penuh etika anak laki-laki berkelompok
sesama laki-laki dan begitu juga bagi anak
perempuan. Kesadaran untuk belajar agar
dapat lancar dan ada perkembangan mening-
kat maka anak-anak yang kurang memahami
bagian tertentu dari ayat-ayat Al-Qur’an yang
belum bisa dibaca dengan baik selalu mengh-
adap ustdz untuk minta bimbingannnya. Be-
gitu seterusnya sampai waktu menunjukkan
pelajaran membaca Al-Qur’an di akhiri de-
ngan pencak silat khas masyarakat setempat.
Kembangan silat dilakukan tiga orang, dan
dilanjutkan sabung silat sepasang.
Acara selanjutnya adalah Banjari-an,
yakni sejenis Sholawatan atau memuiji Kebe-
saran Nabi Muhammad SAW yang dilakukan
dengan cara bernyanyi dan bermusik yang
menggunakan instrumen terbang. Kegiatan
Banjari-an dilakukan dengan dua kelompok
yang menyatu yaitu anak-anak yang sebezx-
lumnya belajar membaca Al-Qur’an sebagai
pembaca Shalawat. Kelompok kedua adalah
penerbanga (penabuh terbang) dilakukan oleh para remaja atau orang tua. Suasana menjadi
khusuk karena dilakukan secara serius. Ben-
tuk musik dasar terbangan banjari-an dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
Jenis Alat Musik Al Banjari
1. Terbang Wedok‘an.
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 18/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
145
2. Terbang Lanangan.
3. Terbang Golongan Wedok‘an.
4. Terbang Golongan Lanangan.
5. Jidur.
Jenis Vokal Al Banjari
1. Vokal Tunggal.
2. Vokal Pengiring.
Bentuk Tabuhan terbang Al Banjari
1. Terbang Wedok’an;
|| -x x bb - x x x b ||
2. Terbang Lanangan;
|| x -b bx -x b ||
3. Terbang Golongan Wedok’ an ;
|| x b b b x - b ||
4. Terbang Golongan Lanangan ;
|| - x -b b x – b ||
5. Jidur;
|| xx -x x xx –x b bb –b b bb –b ||
|| xx -x x bx -x x xx -x x b x –x b ||
|| x -x xxx -x x b x –x b xx ||
|| -x bx -xb xx –x x bx -x bb x –x bx -x b ||
6. Vokal Pengiring;|| xxx x xx bx xxxx xxxb ||
|| bbbb bbbb bbbb bbbb ||
Tehnik pukulan bergantian, Terbang
Lanangan selalu bergantian dengan Terbang
wedok’an. Terbang Golongan Lanangan pu-
kulannya bergantian dengan Terbang Golon-
gan Wedok ‘an. Sedangkan Jidur berfungsi
sebagai bass, Jidur sendiri memberi nuansa
koploan pada bentuk terbang Banjari ini.
Yang menarik pula dalam rangkaian
musiknya dalam Hadrah Banjari terdapat isti-
lah koplo, ini semacam bentuk musik dangdu-tan yang sebenarnya mereka adopsi dari musik
dangdut, disini cukup jelas sekali bahwa pen-
garuh perkotaan Surabaya masuk dalam cara
berkesenian masyarakat urban ini.
Lagu Banjari-an dilakukan sebanyak
tiga lagu. 1). Sholawat salam dilanjutkan Sid-
nan Nabi, 2) Lagu Marhaban ya Ramadhon,
3). Lagu Bi Rosulillah. Pada saat lagu Sid-
nan Nabi dilantunkan 4 orang remaja putri.
Dilakukan secara bersama, berpasangan dan
bersama atau rampak kembali. Pada saat lagu
Marhaban Ya Ramadlon dikumandangkan
tiga orang anak menari menggantikan remaja
putri setelah menyelesaikan tariannya. Setelah
lagu ke tiga diselesaikan semua anggota Ban-
jari-an dihidangi makan secara besama-sama.
Suasana menjadi santai penuh persahabatan.
Namun demikian yang terjadi pada anak-anak
adalah suasana menjadi riuh, berisik dan bah-
kan cenderung gaduh. Wajar sekali bahwa
kejiwaan anak yang belum stabil bertingkah
laku cenderung masih liar. Namun demikian
keadaan tetap dalam kebersamaan. Berbeda
sekali dengan anggota yang remaja atau orang
tua. Situasinya tentram, tenang, sedikit ada percakapan, keriangan, dan rileks.
Seluruh rangkaian kegiatan banjari-an
selesai, Ustadz membubarkan kegiatan. Untuk
meninggalkan tempat Ustadz membagi setiap
kelompok anak berdasarkan wilayah tempat
tinggalnya, yakni merujuk pada gang atau
wilayah Rukun Tetangga atau RT masing-
masing. Sampai dengan seluruh anggota men-
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 19/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
146
inggalkan tempat kegiatan, suasana kembali
sepi.
PENUTUP
Bahwa karya ini merupakan potret
sebagaian dari bagian penting aktitas
masyarakat Madura di Pegirikan, Semampir,
Surabaya. Belum pernah sebelunya terjadi
suatu perhelatan atau pertunjukan yang serupa
dilakukan di wilayah ini. Artinya bahwa karya
ini murni dan terbebas dari bentuk penyaduran,
pengembangan dari yang sudah ada, penjipla-
kan, dan apalagi pembajakan. Disadari bahwa
karya ini adalah upaya untuk memberi penya-
daran kepada masyarakat setempat bahwa ak-
titas kemanusiaan yang terkemas dalam seni
merupakan bagian penting bagi usaha mengh-
aluskan budi dan perasaan kemanusiaan selain
agama. Bentuk penyadaran ini pula dilakukan
dengan harapan ke depan dapat menjadi picu
dan pacu untuk menumbuhkan secara sadar,
pengembangan selanjutnya, dan pelestarian-
nya.
DAFTAR PUSTAKA
Bouvier, Helene. 2002. LEB-
UR. Seni Musik dan Pertunjukan dalamMasyarakat Madura. Jakarta. Yayasan Obor
Indonesia
Soegianto. 2003. Kepercayaan,
Magi, dan Tradisi dalam Masyarakat Madura.
Jember.Tapal Kuda.
Andang. 2004. Benjang Gulat Asli
Yanah Jawa.Dalam Radar Ketawang Minggu
09 September 2012.
Latif, Wiyata. 2002. Carok dan Harga
Diri Orang Madura. Yogyakarta. LkiS.
De Jange. 1989.Agama, Kebudayaan
dan Ekonomi. Jakarta.
Data Statistik Kecamatan Semampir
Kota Surabaya
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 20/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
147
MENARI DI LAMPU MERAH; DARI KOMODIFIKASI HINGGA GER-
ILYA KESENIAN RAKYAT
Mukhlas Alkaf
Abstrak
Tulisan ini merupakan hasil penelitian penulis yang berusaha membahas keberadaan pengamen
tari di kota Yogyakarta. Kota Yogyakarta terkenal sebagai kota budaya dimana berbagai ragam
kesenian dapat dijumpai, mulai dari berbagai jenis tari-tarian dan drama tari, pementasan musik
tradisional maupun kontemporer, hingga berbagai ragam pameran seni rupa. Media maupun
area yang digunakan dalam ekspresi karya seni sangat beragam, ada seni mural yang meng-
gunakan tembok-tembok kosong di sepanjang jalan kota sebagai media membuat lukisan, ada
pementasan tari di area gedung pertunjukan, hingga menggunakan area lampu merah (trafc
light) sebagai lokasi pementasan. Fenomena penggunaan area lampu merah sebagai lokasi pe-
mentasan sebuah karya seni merupakan fakta menarik, bahwa terdapat gejala komodikasi seni
yang dilakukan oleh para seniman yang mengalami keterpinggiran (marginalisasi), tidak memi-
liki ruang maupun area pementasan yang memadai, sehingga menggunakan area-area yang
terbatas untuk mengungkapkan ekspresi seni.
Berdasar hasil penelitian penelitian, selain motif ekonomi ternyata terungkap adanya upaya
perlawanan (resistence) dari para pengamen tari untuk senantiasa berusaha berekspresi serta
lebih jauh sebagai upaya untuk menunjukkan eksistensi mereka di jagad kesenian.
Kata kunci: tari, lampu merah, komodikasi
Abstracts
This paper is the research result that the author tried to discuss the existence of dance infor-mal-singer in Yogyakarta . Yogyakarta is famous as a city of culture which can be found a wide
variety of art , various types of dance and dance dramas , traditional and contemporary music
performances , to a wide variety of art exhibitions . Media and areas used in the expression of
works of art , are very various ; there are art murals using blank walls along the streets of the
city as a medium to make a painting , dance performances in the theater area even to use the
red light area ( trafc light ) as a staging location. The phenomenon of the use of red light area
as the location of staging a work of art is an interesting fact , there are symptoms that the com-
modication of art made by artists who experience ofmarginalization , do not have the space or
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 21/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
148
adequate staging area , so using the limited areas to reveal artistic expression .
Based on the results of the research , beside economic motives, there are, the unfold, an effort
of resistance of the dance informal-singers expression and to continually strive further in an
attempt to demonstrate their existence in the world of art .
Keywords : dance, red light, commodication
PENDAHULUAN
Kesenian rakyat merupakan salah
satu aset kekayaan budaya yang dimiliki
masyarakat, banyak tumbuh di lingkungan
masyarakat, biasanya wariskan secara turun
temurun. Kesenian rakyat telah mengalami di-
namika perkembangan karena kreatitas ang-
gota masyarakat pendukung, serta banyak dil-
ibatkannya pementasan kesenian rakyat pada
upacara adat, religi, hajatan dan sebagainya.
Harus dipahami bahwa kesenian rakyat tidak
saja mampu menghibur, tetapi juga mampu
menampung berbagai kreatitas, membangkit-kan semangat kebersamaan komunitas, hingga
sarana pembentukan karakter melalui berbagai
ajaran moral yang termuat dalam materi kes-
enian rakyat. Berkesenian, menurut Sutrisno
(1993:6) merupakan salah satu ekspresi pros-
es kebudayaan, ia berkait erat dengan pandan-
gan jagat/dunia orang-orang dari kebudayaan
itu. Layaknya ragam kesenian lain, berbagaikesenian rakyat pada saat ini telah mengalami
proses komodikasi. Berbagai jenis kesenian
rakyat tidak saja sebagai sarana menuangkan
kreatitas semata, tetapi juga sebagian telah
mampu dikemas dalam sebuah karya yang
mampu menghasilkan uang, menjadi sarana
untuk menambah pendapatan ekonomi para
pekerja seni yang terlibat. Pada berbagai pe-
nelusuran, terungkap bahwa kesenian rakyat
yang telah dikemas hingga memiliki kelaya-
kan untuk dijual, telah mampu memberi kes-
ejahteraan yang cukup bagi pekerja seni yang
terlibat. Hal ini dapat dilihat pada beberapa
kalangan bintang panggung kesenian rakyat
seperti ludruk, tayub, gandrung, bajidor, yang
mampu memiliki rumah mewah, mobil, mo-
tor, pakaian bagus, serta berbagai pemenuhan
dan aset ekonomi lain. Fakta ini tentu saja
tidak menakan para pelaku kesenian rakyat
yang hidup dibawah garis kemiskinan. Terda-
pat bukti konkret bahwa kesenian rakyat telah
mampu memberi sumbangan terhadap per-ekonomian para pekerja seni.
Di sisi lain, keberadaan kesenian rakyat
saat ini memperoleh gempuran dari semakin
semaraknya kesenian populer yang ditawar-
kan melalui berbagai media, terutama media
elektronik seperti televisi. Kondisi ini ternyata
menciptakan penawaran baru, tidak saja pada
citarasa seni, tetapi sesungguhnya lebih luas pada perubahan orientasi nilai. Berbagai in-
formasi mengenai gaya hidup, fashion, dan se-
bagainya yang masuk ke ruang dalam rumah
masyarakat selanjutnya menciptakan kondisi
sebagaimana diungkap oleh Irwan Abdullah
(2006: 54), sebagai medan pertempuran baru
dalam percaturan politik nilai. Setiap orang
yang berada dalam wilayah informasi global
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 22/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
149
saat ini, senantiasa dihadapkan pada berbagai
pilihan atas gaya hidup, corak apresiasi mau-
pun ekspresi seni, bahkan orientasi nilai dan
agama. Proses dekonstruksi nilai yang diper-oleh dari berbagai akses global lebih jauh te-
lah merubah referensi nilai, dari yang sekedar
berasal dari orang tua, tetangga, sekolah, ling-
kungan adat, menjadi area yang merentang
sangat luas dan tanpa batas. Kehadiran televisi
merupakan tanda dari perubahan peradaban,
dari suatu ujung garis kontinum budaya satu
ke ujung garis kontinum yang lain. Bahkan
terdapat kecenderungan, bahwa televisi den-
gan berbagai tayangannya telah menggeser
titik pusat peradaban, dan pusat interaksi so-
sial. Bahkan televisi telah mampu menggeser
institusi keluarga, teman dan komunitas. Arus
globalisasi yang semakin canggih, telah mem-
buat dunia menjadi semakin kosmopolitan
serta saling mempengaruhi satu sama lain.
Kondisi masyarakat modern dengan
berbagai pilihan hiburan populer yang di-
tawarkan, terutama melalui berbagai media
terutama televisi, selanjutnya berdampak
pula terhadap semakin lemahnya posisi tawar
kesenian rakyat sebagai sarana yang mampu
memberi hiburan kepada alternatif kepada
masyarakat. Semakin sedikitnya permint-
aan atau minat masyarakat terhadap ekspresikesenian rakyat, menyebabkan semakin sem-
pitnya ruang bagi ekspresi kesenian rakyat.
Para seniman rakyat saat ini banyak yang ter-
gusur, semakin berkurang menerima job pe-
mentasan karena semakin berkurangnya mi-
nat masyarakat terhadap kesenian. Dampak
lebih lanjut dari kondisi ini adalah semakin
berkurangnya kesempatan untuk memperoleh
akses ekonomi melalui lahan pementasan kes-
enian di daerah asal.
Lokasi dan Urgensi Penelitian
Penelitian berusaha mengungkap
fenomena keberadaan pengamen tari di ka-
wasan Kota Yogyakarta. Kalangan pengamen
tersebut saat ini terlihat semarak di Kota Yo-
gyakarta. Penelitian akan berusaha mengung-
kap berbagai faktor dibalik aktivitas pengamen
tari, menelusuri motif-motif yang dimiliki,
alasan memilih tari rakyat sebagai media un-
tuk mengamen dan sebagainya. Penelitian ini
sengaja dilakukan di sesuai dengan tema pe-
nelitian. Berbagai faktor tersebut antara lain,
kota ini termasuk kawasan tujuan para pelaku
migrasi, baik migrasi sirkuler maupun migrasi
permanen dengan tujuan mencari nafkah. Kota
ini juga dikenal sebagai kota pelajar tempat
para generasi muda dari seluruh penjuru tanah
air datang untuk menuntut ilmu sehingga se-
cara pasti memberi dampak terhadap pesatnya
berbagai akses dinamika. Kota ini juga dikenal
sebagai kota budaya tujuan wisata sehingga
berbagai aktivitas kesenian tumbuh subur dan
memperoleh dukungan dari masyarakat. Se-
cara khusus, kota ini dipilih sebagai kawasan
penelitian karena banyaknya dijumpai aktivi-tas mengamen tari yang banyak ditemukan
pada berbagai kawasan trafc light.
Keberadaan para pengamen jalanan secara
umum sesungguhnya merupakan daya tarik
tersendiri bagi Kota Yogyakarta, terutama
dalam kapasitasnya sebagai kota yang ban-
yak memperoleh kunjungan dari masyarakat
luas. Yogyakarta dikenal sebagai kota budaya,
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 23/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
150
kota perjuangan, kota pendidikan, dan kota
wisata, yang memiliki aneka ragam daya tarik
wisata. Sebagai kota perjuangan dan pendidi-
kan, Yogyakarta mempunyai banyak museumyang menyimpan benda-benda sejarah masa
lalu. Beberapa museum diantaranya Museum
Biologi, Museum Sonobudoyo, Museum Sri
Sultan Hamengku Buwono IX dan museum
Jendral Sudirman, museum perjuangan, mon-
umen Jogja kembali dan sebagainya. Yogya-
karta dalam waktu lama telah dikenal sebagai
kota pelajar, karena hampir 20% penduduk
produktifnya adalah pelajar dan terdapat 137
perguruan tinggi. Kota Yogyakarta merupa-
kan kota yang diwarnai dinamika pelajar dan
mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah
di Indonesia. Perguruan tinggi yang dimiliki
oleh pemerintah adalah Universitas Negeri
Yogyakarta, Institut Seni Indonesia dan Uni-
versitas Islam Negeri. Keberadaan berbagai
kampus perguruan tinggi di Kota Yogyakarta
telah memberi dampak terhadap pesatnya di-
namika intelektual dan tradisi ilmiah yang
tumbuh dengan subur di kota ini. Kondisi ini
berdampak pula terhadap aktivitas kesenian
dan sosial budaya yang ada. Berbagai komu-
nitas seni banyak bermunculan dan tumbuh
serta menjadi warna baru yang turut memper-
kaya asset budaya. Sinergi pertumbuhan yangsignikan antara komunitas seni dan perkem-
bangan berbagai wacana intelektual selanjut-
nya turut memunculkan berbagai wacana seni
ke dalam berbagai ranah isu dan pengkajian.
Penelitian ini dirasa perlu untuk di-
lakukan karena berimplikasi terhadap tumbuh
dan berkembangnya berbagai kesenian rakyat
sehingga mampu menjadi aset kesenian yang
mampu memberi kesejahteraan pada para
pelaku seni. Merevitalisasi kesenian rakyat se-
bagai identitas bangsa, mampu memunculkan
kesenian rakyat sebagai kekayaan seni budayaagar mampu bersaing pada percaturan global,
serta memberi ruang ekspresi seni bagi para
seniman jalanan yang selama ini tidak mem-
peroleh penghargaan yang layak. Kesenian
rakyat, walaupun ditampilkan di area trafc
light, harus dipahami sebagai asset kekayaan
bangsa yang harus terus menerus dilestarikan
dan dikembangkan dengan modikasi agar
memiliki kekhasan, keunikan, keunggulan,
menghibur sekaligus mengandung nilai-nilai
luhur yang mampu menambah sejahtera ke-
hidupan manusia. Penciptaan ruang ekspresi
seni bagi para seniman rakyat yang berkarya
di jalan-jalan raya diharapkan mampu me-
munculkan peningkatan kualitas garap seh-
ingga disamping menghasilkan output karya
yang lebih menarik, juga mampu meningkat-
kan kesejahteraan para seniman, serta faktor
lebih penting adalah turut memperkaya ranah
kesenian di Kota Yogyakarta secara khusus,
dan Indonesia secara umum.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan sejumlahdata yang bersifat kualitatif, seperti pengama-
tan terlibat (participant observation), wawan-
cara mendalam (indepth interview) dengan
pedoman wawancara, dan penelusuran kasus-
kasus konkret yang ditemukan selama pene-
litian yang berpeluang untuk dikembangkan.
Penelitian kualitatif (termasuk penelitian his-
toris dan deskriptif) adalah penelitian yang
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 24/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
151
tidak menggunakan model-model matema-
tik, statistik atau komputer. Proses penelitian
dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan
aturan berpikir yang akan digunakan dalam penelitian. Asumsi dan aturan berpikir terse-
but selanjutnya diterapkan secara sistematis
dalam pengumpulan dan pengolahan data un-
tuk memberikan penjelasan dan argumentasi.
Dalam penelitian kualitatif, informasi yang
dikumpulkan dan diolah harus tetap obyektif
dan tidak dipengaruhi oleh pendapat peneliti
sendiri. Penelitian kualitatif banyak diterap-
kan dalam penelitian historis atau deskriptif.
Pada hakekatnya, penelitian kualitatif
mencakup berbagai pendekatan yang berbeda
satu sama lain tetapi memiliki karakteristik
dan tujuan yang sama. Berbagai pendekatan
tersebut dapat dikenal melalui berbagai is-
tilah seperti: penelitian kualitatif, penelitian
lapangan, penelitian naturalistik, penelitian
interpretif, penelitian etnograk, penelitian
post positivistic, penelitian fenomenologik,
hermeneutic, humanistik dan studi kasus.
Metode kualitatif menggunakan beberapa
bentuk pengumpulan data seperti transkrip
wawancara terbuka, deskripsi observasi, serta
analisis dokumen dan artefak lainnya. Data
tersebut dianalisis dengan tetap mempertah-
ankan keaslian teks yang memaknainya. Halini dilakukan karena tujuan penelitian kuali-
tatif adalah untuk memahami fenomena dari
sudut pandang partisipan, konteks sosial dan
institusional. Sehingga pendekatan kualitatif
umumnya bersifat induktif. Penelitian kuali-
tatif juga dikenal sebagai satu model peneli-
tian humanistik, yang menempatkan manusia
sebagai subyek utama dalam peristiwa sosial/
budaya. Berbagai hasil penelitian di lapangan
dalam penelitian ini juga ditambah dengan
penelusuran data-data dokumentasi serta ber-
bagai arsip maupun hasil penelitian terdahulu.Penelitian juga dilakukan dengan pengamatan
terlibat yang dilakukan dengan cara tinggal di
kawasan tempat para pengamen tari bermukim
dan mengunjungi tempat mereka melakukan
aktivitas. Dengan cara ini diharapkan akan
diperoleh data empiris yang konkret. Wawan-
cara mendalam terhadap informan dilakukan
dengan menggunakan pedoman wawancara
yang bersifat semi-structured, yakni wawan-
cara yang dilakukan dengan kombinasi antara
pedoman terstruktur dan tidak terstruktur.
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dicatat,
agar hal-hal yang kurang jelas atau membu-
tuhkan uraian lebih mendalam dapat ditelusuri
lagi kepada informan. Penelitian juga mem-
butuhkan penelusuran pustaka sebagai bahan
referensi. Dalam menunjang upaya ini peneli-
ti memanfaatkan data dari berbagai manuskrip
yang terdapat di berbagai perpustakaan.
PEMBAHASAN
Kesenian merupakan salah satu hasil
aktivitas budaya masyarakat dalam hidupnya
yang tidak pernah berdiri sendiri. Segala ben-
tuk dan fungsi seni senantiasa berhubunganerat dengan masyarakat pendukung dimana
kesenian itu tumbuh, hidup, dan berkembang.
Berbagai peranan yang dimiliki oleh kesenian
dalam hidupnya dan fungsi itu ditentukan oleh
keadaan masyarakat pendukungnya. Selain
itu kesenian juga merupakan peristiwa sosial
yang mempunyai fungsi sebagai sarana ko-
munikasi antar seniman, penghayat atau pe-
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 25/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
152
nonton, dan tempat mengingatkan, menyam-
paikan serta mendidik yang dapat bermanfaat
bagi masyarakat.
Dalam wacana antropologi, pembi-caraan tentang seni juga berarti pembicaraan
tentang paradigma atau perspektif yang di-
manfaatkan oeh para ahli antropologi untuk
menafsirkan, memahami, dan menjelaskan
suatu fenomena seni atau kesenian. Ahimsa
(2000:19) berbicara tentang dua bentuk kajian
yang dapat digunakan. Pertama, kajian yang
memandang fenomena kesenian (musik, tari,
sastra, sastra lisan, dan lain-lain) sebagai suatu
teks yang relatif berdiri sendiri. Kedua, adalah
kajian yang menempatkan fenomena tersebut
dalam konteks sosial budaya masyarakat tem-
pat fenomena seni tersebut muncul atau hidup.
Kajian tekstualistik dalam hal ini masih di-
dominasi oleh paradigma hermeneutik (inter-
pretative) dan paradigma struktural. Adapun
kajian kontekstualistik akan banyak didomi-
nasi oleh paradigma ekonomi politik, yang
melihat kesenian tidak lepas dari dari berbagai
kepentingan ekonomi dan politik individu-in-
dividu yang terlibat dengan kesenian tersebut.
Perspektif antropologi, akan melihat tari seba-
gai bagian dari kesadaran komunitas dimana
dengan tari tersebut berada dan mengada. Tari
dilihat secara kontekstual merupakan bagianimmanent dan integral dari dinamika sosial
budaya suatu komunitas atau masyarakat pen-
dukungnya.
Seni tari menurut Soemaryatmi
(2011:75) merupakan cabang seni yang meng-
gunakan gerak tubuh manusia sebagai media
ekspresi berupa gerak ritmis yang memiliki
unsur keindahan. Gerak yang indah adalah
gerak yang sudah terolah desainnya serta
mengalami perombakan dari bentuk asli dan
mengalami penghalusan gerak. Pada dasarnya
seni tari merupakan suatu ekspresi secara sa-dar, sebagai ungkapan untuk menanggapi alam
sekeliling melalui bahasa gerak. Adapun tari
rakyat merupakan bentuk tari yang biasanya
lahir, hidup dan berkembang di lingkungan
masyarakat pedesaan. Tari rakyat merupakan
salah satu dari berbagai varian kesenian rakyat
yang masih bertahan terhadap derasnya ber-
bagai alternatif hiburan yang muncul seiring
era modernitas. Pengkategorian bentuk kese-
nian rakyat, dalam hal ini antara lain merujuk
pada pendapat Edy Sedyawati (1981:43) yang
mengemukakan bahwa: Ciri-ciri tari rakyat
memiliki bentuk gerak, tata rias dan busana
umumnya sederhana, iringan berirama dina-
mis dan cenderung cepat, jarang membawa
lakon, jangka waktu pertunjukan tergantung
gairah penari yang tergugah, sifatnya sering
humoris, tempat pementasan berbentuk arena,
bertemakan kehidupan masyarakat.
Ruang pementasan yang dipergunakan
dalam sebuah pertunjukan tari sangat berane-
ka ragam, ada yang berupa panggung tertutup,
panggung terbuka, dipentaskan pada gedung
yang mewah, tobong sederhana, diselenggara-
kan secara besar-besaran atau hanya kecil-ke-cilan, ada yang dipentaskan dengan menyedot
perhatian para penonton yang rela berdesak-
desakan untuk menyaksikan, tetapi adapula
yang terkesan memaksa penonton untuk me-
nyaksikan. Dalam pementasan yang bersifat
memaksa ini, seorang penari secara aktif hadir
mengunjungi penonton, masuk ke ruang-ru-
ang publik dimana terdapat seseorang atau se-
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 26/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
153
kebudayaan, tetapi juga merupakan fakta ilm-
iah yang senantiasa menarik untuk dilakukan
penggalian. Fakta bahwa kesenian rakyat di-
pentaskan di area lampu trafc light tentu sajamenarik untuk dicermati, terutama berkait
dengan konteks social, budaya, hingga ekono-
mi yang melatar belakangi peristiwa tersebut.
Melakukan penelitian seni sebagai
fenomena sosial-budaya senantiasa mem-
butuhkan kecermatan yang lebih, karena ke-
beradaan seni senantiasa tidak berada dalam
sebuah ruang hampa. Seni senantiasa bersen-
tuhan dengan berbagai dimensi yang berada di
sekitarnya. Fenomena penari jalanan di Kota
Yogyakarta, merupakan fakta menarik bahwa
ekspresi seni tidak bisa dilepaskan dari ke-
pentingan ekonomi, berkait dengan dinamika
kependudukan yaitu arus migrasi desa-kota.
Penelitian terhadap fenomena komodikasi
kesenian rakyat di area trafc light ternyata
menyuguhkan fakta bahwa ekspresi seni cu-
kup memiliki peran dan berkait dalam proses
dinamika sosial di kawasan perkotaan. Kes-
enian rakyat yang selama ini banyak disebut
hanya eksis di kawasan pedesaan, ternyata
mampu menembus ruang ruang kawasan ur-
ban. Terdapat strategi “gerilya” yang telah di-
lakukan (baik secara sengaja atau tidak senga-
ja) para seniman rakyat ketika mereka mampumenembus kawasan urban, kemudian me-
mentaskan kesenian rakyat. Walaupun sempit
dan marginalnya ruang yang tersedia saat ini
(kawasan lampu merah) tetapi terbukti bahwa
telah terjadi terobosan yang luar biasa bagi
terjadinya de-urbanisasi kesenian rakyat.
Keberadaan kesenian rakyat, terutama
tari rakyat yang semakin terpinggirkan, tidak
kumpulan orang yang berada ditempat terse-
but untuk suatu kepentingan lain. Fenomena
pengamen tari di lampu-lampu merah adalah
realitas bahwa sang seniman tidak didatangioleh penonton, tetapi sebaliknya, secara aktif
mendatangi para penonton dan “memaksa”
untuk melihat penampilan mereka.
Berbagai fakta menarik di seputar ak-
tivitas berkesenian, menjadikan fenomena seni
menjadi bahan penelitian dan pengkajian yang
senantiasa menarik. Seni, ketika hadir diten-
gah-tengah masyarakat, tidak lagi semata seni
untuk seni, tetapi niscaya terikat oleh hukum-
hukum sosiologis, dimana seni menjadi enti-
tas dari dinamika sosial budaya yang terjadi.
Seni, sebagai suatu fenomena soaial sekaligus
kebudayaan merupakan gejala yang sangat
umum ditemukan dalam berbagai komunitas
masyarakat. Keberadaan seni sebagai gejala
sosial budaya merupakan salah satu gejala yang
banyak diteliti oleh berbagai ahli yang berasal
dari berbagai disiplin ilmu. Peran serta para
ahli dari berbagai disiplin ilmu tersebut selan-
jutnya turut melahirkan berbagai pendekatan
maupun perspektif yang dipergunakan dalam
melakukan pengkajian seni. Sebuah keyaki-
nan kemudian terbentuk, bahwa seni senan-
tiasa tidak berada dalam ruang hampa, seni
senantiasa bersinggungan dengan berbagai di-mensi yang ada disekitarnya. Terdapat aspek
masyarakat, manusia, sejarah, agama, yang
berada disekitar keberadaan suatu ekspresi
seni yang turut memberi peran dalam bentuk
dan eksistensi kesenian. Berbagai pendekatan
yang dipergunakan dalam melakukan pengka-
jian seni selanjutnya semakin mengukuhkan
fakta bahwa seni tidak hanya sekedar gejala
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 27/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
154
Gambar 1
Sepasang penari bersiap menari saat lampu berwarna
merah dan kendaraan berhenti di area trafc light.
(Foto koleksi: Mukhlas Alkaf)
terlepas dari adanya pengaruh global yang
menjadi dampak pasti bagi semakin majunya
perkembangan teknologi sehingga memuncul-
kan berbagai pilihan kolektif, termasuk dalamhal pemilihan seni sebagai sarana hiburan.
Fenomena semakin pudarnya pilihan kolektif
bangsa kita untuk memperhatikan aspek-aspek
nilai tradisi tidak terlepas dari adanya berbagai
pengaruh akses global yang banyak didukung
oleh berbagai media terutama elektronik. Ber-
bagai informasi mengenai gaya hidup, fashion,
dan sebagainya yang masuk ke ruang dalam
rumah kita selanjutnya menciptakan kondisi
sebagaimana diungkap oleh Irwan Abdullah
(2006: 54), sebagai medan pertempuran baru
dalam percaturan politik nilai. Setiap orang
yang berada dalam wilayah informasi global
saat ini, senantiasa dihadapkan pada berbagai
pilihan atas gaya hidup, corak apresiasi mau-
pun ekspresi seni, bahkan orientasi nilai dan
agama. Proses dekonstruksi nilai yang diper-
oleh dari berbagai akses global lebih jauh te-
lah merubah referensi nilai, dari yang sekedar
berasal dari orang tua, tetangga, sekolah, ling-
kungan adat, menjadi area yang merentang
sangat luas dan tanpa batas. Kehadiran televi-
si misalnya, merupakan tanda dari perubahan
peradaban, dari suatu ujung garis kontinum
budaya satu ke ujung garis kontinum yanglain. Terdapat kecenderungan yang muncul,
bahwa televisi dengan berbagai tayangannya
telah menggeser titik pusat peradaban, dan
pusat interaksi sosial. Bahkantelevisi telah
mampu menggeser institusi keluarga, teman
dan komunitas.
Dalam penelitian ini telah berusaha
dilaksanakan prosedur pelaksanaan penelitian
kualitatif. Prosedur penelitian kualitatif, dalam
pelaksanaan di lapangan senantiasa menun-
tut pengumpulan data menggunakan prose-
dur metode observasi partisipasi, wawancaramendalam, dan pengumpulan data sekunder (
Spradley, 1997: 24-27). Ketiga metode terse-
but dipergunakan secara bersama-sama guna
memperoleh pemahaman yang komprehensif
terhadap berbagai aspek yang berkaitan den-
gan problematika penelitian. Dalam penelitian
ini, peneliti berusaha memperoleh informasi
mengenai tempat tinggal para penari. Ke-
beradaan para penari yag biasanya merupakan
para pendatang, mengakibatkan keberadaan
rumah tinggal mereka adalah bukan merupa-
kan tempat tinggal permanen, tetapi biasanya
hanya berupa kamar kos atau rumah kontrak
yang ditempati bersama-sama para penari
dalam jumlah banyak dan berbagai variasai
pekerjaan, bukan hanya sebagai penari, tetapi
berbagai profesi lain seperti pedagang ason-
gan, buruh lepas, dan berbagai profesi infor-
mal lain. Kebersamaan mereka biasanya diikat
oleh persamaan asal daerah atau karena masih
memiliki hubungan kekerabatan.
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 28/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
155
Fenomena komodikasi kesenian
rakyat di area trafc light sesungguhnya
merupakan fenomena yang multi-tafsir. Ada
yang mengartikan peristiwa mengamen taridi kawasan lampu-lampu merah merupakan
pertanda bahwa kesenian rakyat sudah sede-
mikian terpinggirkan, sehingga harus “dijaja-
kan” sedemikian rupa, dengan sangat murah,
ditengah jalan raya yang panas dengan imbalan
sekedarnya. Adapula yang secara positif dan
penuh optimis mengartikan bahwa fenomena
mengamen tari di kawasan lampu merah ada-
lah bukti awal kebangkitan kesenian rakyat,
karena selama ini kesenian rakyat hanya hidup
dikawasan pedesaan atau daerah terpencil,
tetapi dengan adanya pementasan di kawasan
lampu merah perkotaan setidaknya telah mem-
buk-tikan bahwa kesenian rakyat telah mampu
menembus ruang-ruang kawasan urban, mam-
pu mengukuhkan eksistensi keberadaannya di
kawasan pusat-pusat kota, walaupun hanya se-
batas pementasan di area lampu merah.Upaya
untuk melakukan wawancara. di lokasi tempat
tinggal, berdasar pengalaman di lapangan, di-
dasarkan pada fakta bahwa sangat sulit untuk
melaksanakan prosedur wawancara di lokasi
tempat mengamen. Hal ini berkait dengan
kesibukan dan intensitas pekerjaan yang padat
yang dimiliki para penari sehingga di lokasimangkal para penari, wawancara hanya di-
lakukan sekedarnya. Pengalaman peneliti ke-
tika berusaha melakukan wawancara di lokasi
lampu merah tempat menari, menunjukkan
suasana ketidakefektifan yang luar biasa. Se-
tiap hendak memberi informasi penting, para
informan harus lari menuju tengah jalan un-
tuk menari di depan berbagai kendaraan yang
berhenti, karena kebetulan bersamaan dengan
nyala lampu merah. Suasana semacam ini
tentu saja sangat mengganggu jalannya proses
wawancara. Wawancara yang dilakukan dengan in-
tensif hanya dapat dilaksanakan ketika berada
di rumah atau tempat kos, saat para pelaku
memiliki waktu senggang atau sedang istira-
hat. Pada saat-saat seperti ini, para informan
juga memiliki kesempatan untuk berbagi ke-
luh kesah dengan peneliti seputar profesi mer-
eka sebagai penari jalanan. Dalam melaksana-
kan prosedur wawancara, tidak jarang peneliti
harus memiliki bekal kesabaran saat melaku-
kan wawancara, karena tidak jarang pembi-
caraan menjadi melebar dan tidak fokus pada
tema wawancara. Tidak jarang selama proses
penelitian dan wawancara peneliti malah dia-
jak berbincang mengenai masalah pribadi,
urusan keluarga, konik dengan suami atau
istri, pacar, atau hubungan dengan tetangga
rumah atau kos para penari. Dalam kondisi
seperti ini, kemampuan untuk berkomunikasi,
keterampilan membangun hubungan personal
antara peneliti dan informan sangat dibutuh-
kan. Demikian pula kemampuan untuk men-
gendalikan situasi wawancara juga diperlukan
karena mampu mencegah dari pembicaraan
yang terlalu menyita waktu dan menyimpangdari fokus penelitian. Tidak jarang peneliti
juga menjadi teman berkeluh kesah. Dari ber-
bagai keluh kesah yang muncul di kalangan
pengamen tari, nampak bahwa selama meng-
geluti profesi tari, kondisi sik atau psikis
mereka pun sangat dinamis dan penuh warna.
Adakalanya ditemukan berbagai cerita-cerita
lucu, namun tidak jarang muncul berbagai
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 29/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
156
Gambar 2.
Saat lampu berwarna hijau, seorang penari beristira-
hat untuk melepas lelah sambil menunggu waktu saat
lampu menyala merah. (Foto koleksi: Mukhlas Alkaf)
cerita sedih memilukan.
Profesi mengamen, dalam asumsi
dasar yang dipergunakan pada penelitian ini
dipergunakan sebagai sebuah bentuk strategi
dalam bertahan hidup dari keterbatasan sosial,
ekonomi, dan politik. Dalam kondisi kesulitan,
masyarakat miskin berusaha melakukan per-
lawanan terhadap kondisi ketidakberdayaan,
mereka memacu diri serta berusaha mencapai
derajat kesejahteraan hidup dan kehidupan
yang dianggap lebih menguntungkan. Berba-
gai respon yang ditampilkan suatu masyarakat
sesungguhnya menunjukkan adanya tingkat
kreatitas masyarakat dalam menghadapi per -
soalan kehidupan. Mereka senantiasa berusaha
merumuskan strategi-strategi yang efektif se- bagai reaksi terhadap kondisi dan perubahan
yangterjadi.
Setiap Strategi yang ditampilkan
menunjukkan tingkat kemandirian masyarakat
dalam memaksimalkan setiap sumber daya
yang dimiliki. Kleden (1985: 233) mengemu-
kakan bahwa setiap strategi yang dilakukan,
mempunyai tujuan untuk memecahkan berba-
gai masalah yang mereka alami. Keterbatasan
akses ekonomi yang dialami, telah memaksa
mereka untuk mengambil keputusan dengan
melakukan aktivitas lain yang diharapkanmampu memberi kontribusi ekonomi serta
menempatkan mereka pada tingkat kesejahter-
aan hidup yang lebih layak. Memilih profesi
sebagai pengamen tari, merupakan sebuah
respon yang ditampilkan berkait dengan ber-
bagai tuntutan kehidupan secara umum, dan
tuntutan ekonomi secara khusus yang mereka
alami.
Waktu mengamen biasanya di pilih
saat arus lalu lintas sedang ramai, yaitu pada
pagi hari sekitar pukul 06.30 s.d 09.00 atau
sore hari pukul 14.00 s.d 16.00. Pada jam-jam
tersebut kawasan jalan raya Kota Yogyakarta
biasanya penuh dengan para pengendara yang
sedang menempuh perjalanan untuk berang-
kat (06.30 sd 09.00) atau perjalanan untuk
pulang ke rumah (14.00 s.d 16.00). Mereka
seringkali berada dalam kelompok antara 3
s.d 5 orang, tapi tidak jarang hanya terdiri dari
2 orang, satu orang menabuh gamelan sedan-
gkan satu orang yang lain menari. Dari be-
berapa kelompok penari, tidak jarang mereka
terdiri dari satu keluarga dekat, misalnya ada
ayah, ibu, dan anak-anak, atau masih memili-
ki hubungan kerabat misalnya kakak beradik,saudara sepupu, atau setidaknya tetangga dari
kampung yang sama. Dengan demikian, para
penari biasanya memiliki tingkat keakraban
yang relatif tinggi disamping solidaritas serta
kemampuan bekerjasama.
Penelitian mengungkap bahwa para
penari jalanan di Kota Yogyakarta, ternyata
sebagian besar tidak berasal dari kawasan
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 30/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
157
Yogyakarta, tetapi kebanyakan berasal dari
kawasan-kawasan sekitar kota Yogyakarta
seperti Magelang, Temanggung, Purworejo,
Boyolali, Klaten, Wonogiri atau beberapa pe-
nari berasal dari beberapa kawasan di Jawa
Timur seperti Ponorogo atau Banyuwangi.
Motif mereka sebagian besar berdasar kepent-
ingan ekonomi, sebagaimana dalam berbagai
fenomena kependudukan menyebutkan bahwa
fenomena laju urbanisasi bergerak sebagaima-
na semut yang senantiasa mencari kawasan
yang banyak gula. Demikian pula arus para
pelaku urbanisasi, senantiasa bergerak men-
inggalkan kampung halaman untuk mencari
sumber pendapatan ekonomi yang dianggap
mampu menjadi penopang pendapatan kelu-arga. Terdapat faktor daya tarik (sentripetal)
yang dimiliki kota-kota besar, sehingga diang-
gap mampu menjadi lahan untuk arena men-
cari nafkah. Fakta ini berseberangan dengan
kondisi di pedesaan yang memiliki daya tolak
(sentrifugal) berupa lahan pertanian yang se-
makin sempit, langkanya peluang kerja di
pedesaan, semakin mahalnya pupuk, serangan
hama wereng, buruknya hasil panen, kemarau
yang panjang, semakin memburuknya kuali-
tas kesuburan tanah, dan sebagainya.
Fakta yang juga ditemukan dalam pe-nelitian ini adalah adanya berapa pengamen
yang secara sik terlihat masih dibawah
umur, mereka biasanya menari bersama dalam
sebuah kelompok yang beranggotakan orang-
orang dewasa. Berdasar wawancara, orang-
orang dewasa tersebut mengaku kerabat dari
si pengamen cilik, walaupun kebenaran ikatan
tersebut sulit untuk dibuktikan. Keberadaan
anak-anak dalam aktivitas mengamen ini
mengingatkan pada fenomena keberadaan
anak jalanan. Sangat mungkin terjadi, para pe-
nari cilik tersebut adalah anak-anak yang se-
cara sengaja dieksploitasi untuk mendapatkan
uang, sebagaimana banyak dialami oleh anak-
anakjalanan. Anak jalanan, dalam hal ini ada-
lah seseorang yang masih belum dewasa (se-
cara sik maupun psikis) yang menghabiskan
sebagian besar waktunya di jalanan dengan
melakukan kegiatan-kegiatan untuk mendap-
atkan uang guna mempertahankan hidupnya
yang terkadang mendapat tekanan sik atau
mental dari lingkunganya. Secara umum,
mereka berasal dari keluarga yang mengalami
masalah ekonomi.
Anak jalanan tumbuh dan berkembangdengan latar kehidupan jalanan dan akrab den-
gan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya
kasih sayang, sehingga memberatkan jiwa dan
membuatnya berperilaku negatif. Tidak jarang
anak jalanan sering mendapat perlakuan yang
tidak sewajarnya sebagaimana layaknya ses-
eorang yang mengalami proses eksploitasi.
Mereka sering mendapatkan penganiayaan
Gambar 3.
Seorang pengamen tari bergegas melarikan diri saat
hendak diwawancarai. (Foto koleksi: Mukhlas Alkaf)
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 31/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
158
oleh orang-orang yang tidak bertanggung
jawab dan merasa dirinya hebat. Tidak ber-
lebihan jika anak jalanan senantiasa berada
dalam situasi yang mengancam perkemban-
gan sik, mental dan sosial bahkan nyawa
mereka. Dalam kehidupan mereka sering di-
hadapi oleh situasi kekerasan. Pelajaran itulah
yang kemudian melekat dalam kepribadian
mereka. Karena alasan itu maka ketika mere-
ka dewasa, sangat besar kemungkinan mereka
menjadi salah satu pelaku kekerasan. Fenom-
ena pengamen tari di kota-kota besar sesung-
guhnya merupakan bagian dari kasus besar
yang berada diperkotaan seperti arus urban-isasi, persaingan kerja, dan keberadaan para
pengamen tari yang berusaha bertahan hidup
secara subsisten (survive) di perkotaan. Kon-
disi mereka yang secara ekonomi mengalami
marginalisasi menyebabkan mereka muncul
sebagai varian baru dari kaum miskin perko-
taan. Keberadaan kaum miskin kota berawal
dari adanya kaum urban dimana mereka sen-
gaja mendatangi kota, dan berharap mendap-
atkan pekerjaan dalam memenuhi kebutuhan
hidup mereka. Sementara untuk tetap meng-
gantungkan hidup di desa, mereka telah jenuh,karena kita tahu hanya sedikit sekali di sebuah
desa orang- orang yang memiliki tanah, dan
yang lain hanyalah berperan sebagai pengg-
arap. Populasi penduduk juga mempengaruhi,
lahan- lahan sawah kini banyak berganti peran
untuk tempat tinggal sehingga lahan untuk
persawahanpun menyempit, dimana sekarang
bertani diperlukan modal yang besar untuk
membeli bahan- bahan entah itu pupuk, pem-
basmi hama ataupun hal-hal yang lain,padahal
hasil yang mereka peroleh tidak sepadan de-
ngan biaya dan tenaga yang telah dikeluarkan.
Banyak yang mengatakan bahwa sekarang
ini kaum muda malu mempunyai profesi ber-
tani, hal ini sebenarnya bukan mereka malu,
tetapi kondisi yang sulitlah memaksa mereka
mengambil keputusan di lapangan kerja yang
lain, apalagi gambaran industrialisasi yang se-
lalu di gembor-gemborkan pemerintah sangat
berpengaruh, dan berhasil menggaet sebagian
besar penduduk desa untuk belok haluan,
dan mereka pun akhirnya memutuskan untuk
mengadu nasib di kota. Memang, kota begitu
menggambarkan suasana yang serba mudah,
entah dalam fasilitas sehari- hari seperti trans- portasi, hiburan, dan fasilitas- fasilitas yang
lain. Mereka berharap apabila telah sampai
dikota mereka dapat hidup lebih baik dengan
menjadi pegawai dalam berbagai perusahaan,
instansi pemerintah, ataupun sukses dalam bi-
dang wiraswasta. Meskipun demikian, bayan-
gan indah tentang kondisi perkotaan seringkali
tak selalu ditemui oleh para pelaku urbanisasi.
Gambar 4.Baliho berisi himbauan tidak memberi uang kepada
pengemis atau pengamen di jalan. (Foto koleksi:
Mukhlas Alkaf)
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 32/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
159
Pada kalangan pelaku urbanisasi yang tersisih
dari persaingan kerja formal, pada akhirnya
terpaksa harus menjalani berbagai pekerjaan-
pekerjaan pada berbagai sektor informal, ter-masuk salah satunya adalah menekuni profesi
sebagai pengamen tari.
SIMPULAN
Fenomena keberadaan pengamen yang
membawakan tari rakyat merupakan fenome-
na yang menarik untuk dicermati dari berbagi
sudut pandang. Pengamen tari yang banyak
ditemukan di Kota Yogyakarta dapat dimaknai
ke dalam berbagai pengertian. Dapat ditarik
kesimpulan bahwa keberadaan pengamen tari
muncul karena desakan ekonomi. Semakin
minimnya akses ekonomi di pedesaan seba-
gai akibat semakin sempitnya lahan produksi
akibat tergusur lahan pemukiman dan sistrem
waris, telah menyebabkan kalangan kaum mis-
kin di pedesaan kemudian berangkat ke kota,
mencari peluang untuk mencari nafkah. Se-
makin sempitnya lahan produksi di kawasan
pedesaan muncul sebagai daya tolak (sentrifu-
gal), adapun daya tarik kota dengan berbagai
pesona dan peluang yang ada telah menjadi
daya tarik (sentripetal). Fakta yang terjadi se-
lanjutnya adalah keberadaan para pengamen
tari telah menjadi bagian dari arus urbanisasi.Semakin besarnya jumlah pendatang yang ter-
tarik untuk menetap di kota-kota besar secara
pasti akan semakin memberi beban terhadap
kota yang menjadi tujuan, menjadi potensi ter-
hadap munculnya berbagai permasalahan so-
sial seperti kepadatan penduduk, kriminalitas
dan sebagainya. Pada pihak lain, banyaknya
anggota masyarakat yang merantau akan se-
makin membuat desa asal semakin kehilan-
gan sumber daya produktif untuk membangun
desa. Dampak dari hal ini adalah semakin tim-
pangnya pertumbuhan pembangunan antaradesa dan kota. Saran yang dianggap mampu
memberi solusi terhadap permasalahan ini
adalah sedapat mungkin diciptakan berbagai
peluang kerja di pedesaan sehingga arus ur-
banisasi menuju kota-kota besar dapat dice-
gah, serta terjadi keberimbangan antara desa
dan kota.
Beberapa pengamen tari mengaku
melakukan aktivitas sebagai pengamen jalan-
an karena semakin sedikitnya tawaran untuk
pentas pada berbagai hajatan di desa asal.
Fakta ini mengisyaratkan bahwa telah terjadi
sebuah proses marginalisasi kesenian rakyat
di kalangan masyarakat pedesaan. Kesenian
rakyat, yang pada masa lalu memperoleh per-
hatian luas, telah mengalami proses peminggi-
ran. Terdapat berbagai faktor penyebab, antara
lain arus globalisasi yang mampu menawarkan
berbagai ragam hiburan yang lebih menarik,
atau berkait dengan kualitas pementasan dari
para pemain sendiri yang telah mengalami
penurunan. Sebagai upaya solusi, perlu di-
lakukan pendampingan agar masyarakat pede-
saan kembali memberi dukungan terhadap
keberadaan kesenian rakyat. Perlu diselengga-rakan pendampingan dengan melibatkan para
ahli tari maupun karawitan sehingga mampu
memberi sentuhan baru terhadap berbagai
kesenian rakyat yang ada di pedesaan. Seda-
pat mungkin kualitas pertunjukan tari rakyat
dapat lebih meningkat sehingga mampu men-
jadi daya tarik bagi masyarakat secara lebih
luas.
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 33/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
160
Fakta bahwa terdapat beberapa penari
yang memiliki kualitas bagus, tetapi mengaku
tidak memiliki kesempatan untuk melakukan
pementasan sehingga mengalami keterham- batan aktualisasi seni selayaknya juga layak
mendapat perhatian. Aparat pemerintah atau
pengambil kebijakan selayaknya mencipta-
kan ruang-ruang pementasan yang mampu
menampung kreatitas para pengamen tari.
Bila dianggap memungkinkan, perlu dise-
diakan bangunan-bangunan sik atau gedung
pertunjukan tempat para pengamen memiliki
kesempatan untuk tampil. Secara rutin perlu
diselenggarakan berbagai festival atau ajang
kompetisi seni yang melibatkan para seni-man rakyat. Semakin banyaknya ruang-ruang
yang terbuka bagi para seniman jalanan un-
tuk mementaskan karya mereka, secara pasti
akan semakin membangkitkan gairah berkese-
nian serta secara pasti akan memberi dampak
positif bagi semakin meningkatnya kualitas
garap dan wujud kesenian yang mereka mi-
liki.
DAFTAR PUSTAKA
Ahimsa-Putra, Heddy Shri (ed). 2000. Ketika
Orang Jawa Nyeni. Yogyakarta: Galang press
Roice, Anya Peterson. 1977. The Antropologi
of Dance, Blomington and London: Indiana
University.
Read, Herbert. 1970 Art and Society. New
York: Shockken Book.
Sedyawati, Edi. 1981. Pertumbuhan Seni
Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan.
Simatupang, GR. 2000 “Budaya se-
bagai Strategi dan Strategi Budaya.” Dalam
Jurnal Seni Pertunjukan Indonesia tahun X.
Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indo-
nesia.
Spradley, James P. 1997. Metode Etnogra.
terj. Misbah Zulfa Elizabeth. Yogyakarta: Ti-
ara Wacana.
Soemaryatmi. 2011. Tari dan Pendidikan,
artikel dalam jurnal GELAR Vol 9 No: 1 Juli
2011. Surakarta: ISI Press
Sutrisno, Fx. Mudji. 1993. Estetika: Filsafat
Keindahan. Yogyakarta: Kanisius.
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 34/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
161
PENCIPTAAN MUSIK KOMODIFIKASI
( Dalam Karya Urbanic Entertainment “My Story”)
Ratna Mestikasari Putri
Abstrak
Pertunjukkan komodikasi musik etnik berbasis budaya Betawi ini merupakan karya musik
ilustratif yang menguraikan fakta kekinian dari personikasi cerita “Mirah Gadis Marunda” se-
bagaimana cerita klasik rakyat Betawi, dengan latar kondisi yang diangkat (transform) melalui
sudut pandang dan perasaan “MY STORY” seorang Ratna Mestikasari Putri yang kebetulan
tinggal di antara dinamika budaya sosial masyarakat Betawi dan sebuah gambaran problema-
tika dari pengalaman hidup. Komposer adalah seorang perempuan urban yang berkontribusi
untuk sebuah cita dan cinta. Karya musik ini difokuskan pada modikasi musik beraliran rock
kreatif, musik modern band dan musik tradisi betawi. Komposisi Penulisan tentang Penciptaan
musik ini dapat membantu para musisi terutama bagi para pemula yang sedang menciptakan
modikasi karya seni musik urban, bahwa dengan semangat dan keberanian mencoba mengem-
bangkan kreatitas dalam berkesenian, dapat berdampak positif untuk membangun dunia seni
dan budaya yang kreatif dan inovatif.
Kata Kunci : Komodikasi musik betawi, Urbanic Entertainment, My Story
Abstract
Shows the commodication of culture -based ethnic Betawi music is a musical work that outlin-
ing facts illustrative of the contemporary personication of the story “ Mirah Marunda Girl “
as a classic story of Betawi people , with elevated background conditions ( transform) through
the eyes and feelings of “ MY STORY “ a Mestikasari Ratna daughter who happen to live in the
community’s social dynamics Betawi culture and an overview of the problems of life experience. Composer is an urban women who contribute to a joy and love . This musical work is focused
on the modication of the creative rock music , modern music bands and music Betawi tradition
. Composition Writing about the creation of this music can help the musicians , especially for
beginners who are creating artwork modication of urban music , that the spirit and the cour -
age to try to develop creativity in art , can have a positive impact on the world of art and culture
to build a creative and innovative .
Keywords : Commodication Betawi music , Urbanic Entertainment , My Story
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 35/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
162
PENDAHULUAN
Gerakan postmodern berkeinginan
kuat merevisi paradigma modernisasi yangterlanjur di”cap” congkak dengan membatasi
dirinya terhadap ruang tradisional (budaya
asli) justru menggiring para penggiat seni tra-
disional mengkonstruksi kembali unsur-unsur
etnic culture hingga “layak” berada didalam
benak
Rasional sosialita masyarakat modern.
Melampaui sekadar untuk memenuhi tuntutan
industrialisasi budaya.Gejala positif ini begitu
menyemangati kita semua, seiring proses pe-
murnian kebudayaan nasional yang kini ses-
ungguhnya memang sedang berjalan pasti.
Prosesnya terus berjalan dinamis. Tidak han-
ya sebagai upaya pelestarianbudaya, apalagi
dipaksakan menjadi bagian dari budaya pop.
Dinamika ini membuat kami sedang optimis
dan bersegera untuk berperan serta didalam
progressitas mendorong kemajuan bagi ke-
budayaan nasional hingga melampaui keki-
nian.
Gejala positini yang mengungkapkan
bahwa proses pemurnian kebudayaan nasion-
al sesungguhnya sedang terjadi di Indonesia
dan belahan kebudayaan lainnya. Gejala yang
berjalan dinamis dan kedalamannya melebihi paradigma kebudayaan kontemporer yang
mendengungkan sebatas
Bagaimana melestarikan (established),
apalagi sekedar popular culture.
Di dalam menjalani kehidupan, manu-
sia sering dihadapkan pada berbagai macam
masalah, antara lain: sekolah atau pendidikan,
sosialisasi, rumah tangga, keuangan, karier
atau pekerjaan, cinta, dan sebagainya. Dari
beberapa macam masalah yang disebutkan di
atas, terlihat bahwa suatu masalah dapat dia-
lami oleh semua orang dari berbagai macamusia dan golongan. Masalah timbul karena
ketidaksesuaian antara harapan atau keinginan
manusia dengan kenyataan yang ada. Apabila
ketidaksesuaian itu terjadi maka akan menim-
bulkan efek rasa pada perasaan manusia yang
mengalaminya. Rasa yang timbul akibat suatu
masalah bukan merupakan rasa yang memba-
hagiakan atau menyenangkan hati melainkan
suatu rasa yang menyesakkan dada, tetapi
pada dasarnya suatu masalah yang menimpa
seseorang merupakan sebuah proses menuju
kekedewasaan, baik dalam berpikir, bersikap
dan bertingkah laku.
Dalam komposisi ini tema yang di-
angkat oleh penulis adalah “Emosi”. Emosi
itu sendiri merupakan keadaaan dan reaksi
psikologis dan siologis (kegembiraan, kes-
edihan, keharuan, kecintaan, keberanian yang
bersifat subyektif) (Tim Penyusun Kamus Be-
sar Bahasa Indonesia,1999: 261). Rapaport
dalam buku Pengantar Psikologi seperti yang
dikutip oleh (Atkinson, dkk, 1983: 365) me-
nyatakan bahwa:
Gagasan yang paling sederhana adalah
bahwa kita cenderung lebih banyak memikir-kan situasi emosional yang berisi hal-hal yang
positif atau negatif, daripada situasi yang ne-
tral. Kita mengulang dan mengorganisasikan
kenang-kenangan yang menarik perhatian kita
lebih sering daripada kenang-kenangan yang
lebih sederhana. Misalnya, kita biasanya da-
pat melupakan dimana kita menonton lm ini
atau lm itu. Namun, bila terjadi kebakaran
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 36/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
163
pada waktu kita kita sedang menonton lm itu,
kita tentu akan menguraikan kejadian tersebut
berulang-ulang pada kawan-kawan kita, den-
gan demikian kita telah mengulang dan men-gorganisasikannya. Banyak peneliti telah men-
emukan adanya ingatan yang lebih baik dalam
situasi emosional dibandingkan dengan situasi
yang tidak emosional.
Dengan kata lain emosi merupakan
ungkapan rasa dari perasaan manusia. Emosi
dalam diri manusia timbul karena seseorang
mengalami sesuatu, merasakan sesuatu atau
melihat sesuatu, sehingga dapat menimbul-
kan rasa sedih, bahagia, haru, benci, cinta, dan
sebagainya. Rasa tersebut diungkapkan oleh
manusia dengan menangis, tertawa, marah,
dan sebagainya. Kini penulis ingin mengung-
kapkan atau mengkomunikasikan emosinya
yang merupakan pengalaman pribadi penulis
dalam bentuk lain yaitu melalui sebuah karya
musik yang berjudul “MY STORY”.
Komposisi berjudul “MY STORY”
merupakan gambaran dari ungkapan atau pe-
lampiasan perasaan dari komposer. Perasaan
yang ingin disampaikan melalui sebuah kom-
posisi ini adalah perasaan sedih, lelah, penat
dan berharap ikhlas dalam menghadapi konf-
lik tentang kehidupan dan cinta sampai kom-
poser menemukan suatu ketenangan dalamhati. Konik yang mengundang pertentangan
dan pertengkaran ini merupakan kisah atau
pengalaman pribadi komposer. Kisah ini di-
akhiri dengan perasaan tenang dan damai di-
mana penulis telah menutup semua kisah yang
lalu dan bahagia dengan mulai membuka lem-
baran baru.
Penciptaan komposisi ini berawal dari
perasaan penulis saat mengalami masalah
percintaan. Keinginan penulis untuk menja-
lin cinta dengan akhir yang membahagiakan
tidak sesuai dengan kenyataan yang ada kare-na kontradiktif principal dan kondisi dan situ-
asi pihak ketiga. Pengalaman dalam menjalin
cinta karena adanya kontradiktif principal dan
pihak ketiga, menyebabkan banyak konik
yang terjadi. “aku bersama egoku memper-
tahankan apa yang menjadi pilihanku”, tetapi
semakin penulis mempertahankan egonya,
konik itu semakin memuncak. Pertentangan
dari pihak ketiga, guncangan penulis terasa
semakin kuat. Kehidupan semakin kacau,
perasaan yang dirasakan penulis semakin hari
semakin tidak nyaman dirasakan. Hanya rasa
yang menyesakkan dada saja yang singgah da-
lam hati.
Formulasi pada pagelaran komodika-
si musik betawi inipun adalah sebuah persem-
bahan lugas komposer sebagai tanggung jawab
moral dan kekaryaan positif.
Tujuan dan Manfaat
Penciptaan ini bertujuan untuk mengko-1.
munikasikan ide atau gagasan penulis
kepada masyarakat seni dalam bentuk
karya musik.
Penciptaan ini bertujuan menga-plikasi-2.kan karya musik dalam kenyataan
pentas.
Dapat menambah pengetahuan penulis3.
tentang bentuk penyajian karya musik
komodikasi musik tradisi dalam karya
entertainment urbanic dan analisis ben-
tuk musik secara menyeluruh.
Dapat memberikan motivasi bagi ge-4.
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 37/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
164
nerasi selanjutnya untuk menciptakan
konsep penyajian komodikasi dalam
pertunjukan.
PEMBAHASAN
Gagasan
Emosi secara umum merupakan lua-
pan perasaan yang berkembang dan surut da-
lam waktu singkat.
Emosi secara khusus adalah keadaan
dan reaksi psikologis dan siologis (kegembi-
raan, kesedihan, keharuan, kecintaan, kebera-
nian, yang bersifat subyektif ) .
Menurut JP. Chaplin (2002: 163):Emosi
dapat dirumuskan sebagai suatu keadaan
yang terangsang dari organisme, mencakup
perubahan-perubahan yang disadari yang
mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku.
Karena itu emosi lebih intens daripada peras-
aan sederhana dan biasa, dan mencakup pula
organisme selaku satu totalitas. Jika perasaan
lembut berisikan unsur kemarahan atau ke-
jengkelan tidak dapat diamati oleh orang lain
maka kegusaran selalu dibarengi perubahan
tingkah laku yang amat hebat, mendalam dan
ekspresif, yang jelas dapat dibedakan, bahkan
oleh pengamat yang awam sekalipun. Perasaan (feeling) adalah pengalaman
disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang
eksternal maupun oleh bermacam-macam
keadaan jasmani (JP. Chaplin, 2002: 163).
Lebih lanjut lagi Chaplin mengungkapkan
bahwa:Pada akhirnya tingkah-laku emosional
seringkali organisasinya kacau dan meng-
ganggu sifatnya, sedangkan tingkah-laku yang
bermotivasi secara khas bersifat terarah pada
tujuan. Dalam keadaan murka, teror, dukaci-
ta parah liar, dan kondisi semacam ini yang
lebih akut dan darurat, tingkah-laku seseorangmenjadi total kacau-balau kehilangan tujuan
dan arahnya, dan secara khas dicirikan den-
gan aksi tingkah-laku yang ekstrim, (Chaplin,
2002: 164).
Emosional adalah berkaitan den-
gan ekspresi emosi, atau dengan perubahan-
perubahan yang mendalam yang menyertai
emosi, mencirikan individu yang terangsang
untuk menampilkan tingkah-laku emosional,
(Chaplin, 2002: 164).
Lain halnya dengan pendapat Kartono
dan Dali Guno yang mengatakan bahwa:
Emosi adalah tergugahnya perasaan
yang disertai dengan perubahan-perubahan
dalam tubuh, misalnya otot-otot yang men-
egang, debaran jantung yang cepat dan seba-
gainya. Katarsisi emosional adalah pelepasan
kembali sesuatu pengalaman traumatis, (Kar-
tono dan Dali Guno, 2000: 146).
Emosi merupakan kesadaran seseorang
yang melibatkan perasaan sedih, senang, haru,
cinta, keberanian yang bersifat subyektif. Da-
lam hal ini sedih adalah susah hati, merasa
sangat pilu di hati, menimbulkan rasa susah.
Dalam keadaan sedih yang sangatmendalam, manusia dapat mengalami keka-
cauan emosi, sehingga mengakibatkan trauma
yang merupakan keadaan jiwa atau tingkah-
laku yang tidak normal sebagai akibat dari te-
kanan jiwa atau cedera jasmani, luka berat.
Menurut Mappiare (1985: 27): Kete-
gangan emosional seringkali dinampakkan
dalam ketakutan-ketakutan atau kekhawati-
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 38/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
165
ran-kekhawatiran. Ketakutan atau kekhawati-
ran yang timbul itu pada umumnya bergan-
tung pada ketercapaian penyesuaian terhadap
persoalan-persoalan yang dihadapi pada suatusaat tertentu, dan sejauh mana sukses atau
kegagalan yang dialami dalam peergumulan
persoalan. Sebelum usia pertengahan dewa-
sa awal (27-35), kekhawatiran berhubungan
dengan nilai-nilai moral dalam kontak-kontak
yang berwarna hubungan antara dua jenis ke-
lamin; misalnya kencan dan romansa (sejauh
mana yang boleh dilakukan; tidakkah apa yang
telah terjadi melampaui batas?, inilah bentuk
kekhawatiran dalam dalam hal ini).
Emosi dan gejala-gejala kejasma-
nian menurut Walgito (1085:135) adalah:
Bila seseorang mengalami emosi, pada indi-
vidu itu akan terdapat perubahan-perubahan
dalam kejasmaniannya. Misalnya kalau orang
mengalami ketakutan, mukanya menjadi pu-
cat, jantungnya berdebar-debar. Jadi adanya
perubahan-perubahan kejasmanian sebagai
rangkaian dari emosi yang dialami oleh indi-
vidu yang bersangkutan.
Penciptaan karya musik yang ber-
judul “MY STORY” berawal dari timbulnya
perasaan yang pernah dialami oleh komposer.
Perasaan yang dulu singgah dihati penulis, kini
muncul kembali dan menjadi inspirasi atau idedalam terciptanya karya musik yang berjudul
“My Story”. Rasa yang akan disampaikan da-
lam karya ini merupakan perasaan yang dira-
sakan dari awal kisah komposer sampai akh-
irnya penata merasa bosan dan lelah dengan
perasaannya saat itu.
“MY STORY” adalah “Kisahku”, cerita
hidup komposer, sebuah kisah yang pernah dia-
lami oleh komposer dan akan menjadi sejarah
dalam perjalanan hidupnya dalam berkontribusi
cinta dan cita.
Penciptaan komposisi ini mencerita-kan tentang perasaan penata saat mengalami
masalah percintaan. Keinginan komposer un-
tuk menjalin cinta dengan akhir yang mem-
bahagiakan tidak sesuai dengan kenyataan,
yang ada karena terjadi kontradiktif princi-
pal. Saat itu rasa sedih menyelimuti hati kom-
poser. Perasaan ini digambarkan pada bagian
awal dalam karya musik ini. Dentingan musik
modern yang dipadukan musik tradisi betawi
dapat mengungkapkan perasaan yang ingin
disampaikan oleh komposer dan sekaligus se-
bagai ungkapan urban dan kekinian. Pertun-
jukkan komodikasi musik betawi dan musik
modern dengan kemasan group band dengan
jenis musik rock progressive dan istilah dalam
karya “MY STORY” rock kreatif. Komposer
mencoba membuat karya seni pertunjukkan
komodikasi yang berkaitan dengan urban art
ke dalam karya “MY STORY” dengan konsep
pertunjukkan komodikasi musik modern dan
tradisi betawi.
“Aku bersama egoku memperta-
hankan apa yang menjadi pilihanku”, tetapi
semakin penulis memperta-hankan egonya,
konik itu semakin memuncak. Kehidupansemakin kacau, perasaan yang dirasakan kom-
poser semakin hari semakin tidak nyaman
dirasakan. Terkait dengan tema yang diangkat
yaitu komodikasi musik, hampir setiap hari
komposer menggeluti bidang tersebut. Ketika
komposer memasuki dunia urban di Jakarta,
dari situ timbul ide kreatif untuk membuat
karya seni musik komodikasi (urbanic enter -
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 39/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
166
tainment ) dalam kemasan seni pertunjukkan
komodikasi musik tradisi betawi.
Dari semua bar dalam penulisan notasi
karya musik, ada beberapa bagian yang meng-gambarkan saat itu komposer merasakan emo-
si kemarahan, kebencian yang membara dan
rasa ingin memberontak Pada bagian ini jenis
musik yang digunakan adalah rock progres-
sive. Komposer merasa bahwa jenis musik ini
cocok untuk mengungkapkan perasaan marah,
benci dan rasa ingin memberontak karena di-
namika musik jenis ini adalah forte (keras).
Dinamika tersebut terlihat pada semua jenis
alat musik dalam karya ini. Efek yang digu-
nakan pada gitar, motif permainan pada piano,
ute, ritmis yang dimainkan oleh drum serta
nada-nada yang disuarakan oleh vokal, tehyan
gambang dan kromong (musik tradisi betawi)
dapat memunculkan suasana yang diingink-
an.
Komposer mulai bosan dengan situasi,
kondisi dan suasana yang muncul dalam ke-
hidupannya. Komposer merasa lelah dan ingin
terlepas dari rasa-rasa yang selama ini mem-
belenggu kehidupan permasalahan percin-
taan komposer. Rasa yang menutup kisah ini
digambarkan pada bagian ke 292 dalam karya
musik ini. Pada bagian ini musik mulai hening
dan di akhiri suara drum. Suara drum (musikmodern) dan kromong (musik tradisi Betawi)
yang mengalun bersamaan dengan suara vokal
etnis dan modern menampilkan suasana lelah,
bosan, dan keinginan komposer untuk lepas
dari masalah dan menutup kisah ini dengan
ketenangan dan kedamaian.
Komposer mengambil “Emosi” se-
bagai tema dari karya yang akan di ciptakan.
Tema ini disesuaikan dengan judul dan ki-
sah atau cerita yang akan disampaikan. Tema
“Emosi”, dipilih karena dalam karya ini terda-
pat berbagai macam ungkapan rasa komposer.Rasa yang ingin disampaikan oleh komposer
adalah rasa sedih, marah, benci, keinginan
untuk memberontak, lelah dan bosan. Semua
bentuk emosi tersebut telah dialami oleh kom-
poser dan saat ini cerita tersebut telah menjadi
sebuah sejarah dalam kehidupan komposer.
Dari cerita yang ada dan tema yang telah di-
tentukan dan diberi judul “MY STORY” pada
karya ini. “MY STORY” merupakan sebuah
kisah (cinta) yang pernah dialami dan akan
diceritakan dalam bentuk sebuah pertunjuk-
kan karya musik.
Komposer mencoba mengkom-binasi-
kan musik tradisi dan musik modern ke dalam
pertunjukkan komodikasi musik urbanic
entertainment. Merangkai nada dan mencoba
menciptakan suasana sesuai dengan cerita
atau kisah yang akan disampaikan,
Alunan nada dan karakter suara vokal
mendukung suasana yang ingin di cipatakan.
Suasana tersebut tidak lepas dari pengung-
kapan rasa sedih, marah, benci, rasa ingin
memberontak,lelah dan bosan.
Dalam komposisi ini komposer meng-
gunakan sebelas instrument musik, antaralain: piano, guitar, bass, ute, tehyan (strings),
drum, keyboard (organ) dan 5 vokal yaitu:
vokal I sebagai lead vokal beserta backing
vokalnya dan vokal II sebagai vokal etnis
beserta backing vokalnya. Nada-nada yang
telah diciptakan kemudian di tulis dalam ben-
tuk patitur sibelius. Bagian-bagian yang telah
diciptakan dieksport dalam bentuk audio da-
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 40/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
167
lam program software Sibelius dan cool edit
pro.
Komposer menulis nada-nada pada
gitar, bass, ritmis drum dan alat musik tra-disi betawi dalam bentuk partitur kemudian
memberikan partitur yang telah dibuat kepada
player untuk dipelajari.
InovasiMusik
Munculnya Teori Difusi Inovasi dimu-
lai pada awal abad ke-20, tepatnya tahun 1903,
ketika seorang sosiolog Perancis, Gabriel Tar-
de, memperkenalkan Kurva Difusi berbentuk
S (S-shaped Diffusion Curve). Kurva ini pada
dasarnya menggambarkan bagaimana suatu
inovasi diadopsi seseorang atau sekolompok
orang dilihat dari dimensi waktu. Pada kurva
ini ada dua sumbu dimana sumbu yang satu
menggambarkan tingkat adopsi dan sumbu
yang lainnya menggambarkan dimensi wak-
tu.
Pemikiran Tarde menjadi penting kare-
na secara sederhana bisa menggambarkan ke-
cenderungan yang terkait dengan proses difusi
inovasi. Rogers (1983) mengatakan, (“Tarde’s
S-shaped diffusion curve is of current im-
portance because “most innovations have an
S-shaped rate of adoption”). Dan sejak saat
itu tingkat adopsi atau tingkat difusi menjadifokus kajian penting dalam penelitian-peneli-
tian sosiologi.
Pada tahun 1940, dua orang sosiolog,
Bryce Ryan dan Neal Gross, mempublikasikan
hasil penelitian difusi tentang jagung hibrida
pada para petani di Iowa, Amerika Serikat. Ha-
sil penelitian ini memperbarui sekaligus men-
egaskan tentang difusi inovasimodel kurva S.
Salah satu kesimpulan penelitian Ryan dan
Gross menyatakan bahwa (“The rate of adop-
tion of the agricultural innovation followed an
S-shaped normal curve when plotted on a cu-mulative basis over time.”).
Perkembangan berikutnya dari teori
Difusi Inovasi terjadi pada tahun 1960, di
mana studi atau penelitian difusi mulai dikait-
kan dengan berbagai topik yang lebih kon-
temporer, seperti dengan bidang pemasaran,
budaya, dan sebagainya. Di sinilah muncul to-
koh-tokoh teori Difusi Inovasi seperti Everett
M. Rogers dengan karya besarnya Diffusion of
Innovation (1961); F. Floyd Shoemaker yang
bersama Rogers menulis Communication of
Innovation: A Cross Cultural Approach (1971)
sampai Lawrence A. Brown yang menulis In-
novation Diffusion: A New Perpective (1981).
(Rogers, Everett M, 1995 ; 25).
Media
Terkait dengan konsep karya “MY
STORY” media yang digunakan adalah alat
musik modern dan musik tradisi betawi,
musik DJ, musik modern yang diambil adalah
musik band lengkap, drum set, keyboard, gitar
elektrik, gitar bass elektrik, ute, djimbe. Alat
musik tradisi betawi yang di gunakan adalahgambang, kromong, tehyan, dan gong. Di tam-
bah dengan musik sequencer suara musik du-
gem dari laptop dan multimedia giant screen
untuk identitas seorang komposer beserta para
pendukungnya. Untuk melengkapi bagian
dari pertunjukan,maka komposer memberi
tari kontemporer dan teater dalam karya MY
STORY”.
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 41/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
168
Deskripsi Sajian
1. Ide
Komposisi berjudul “MY STORY”merupakan gambaran dari ungkapan atau pe-
lampiasan perasaan dari komposer. Perasaan
yang ingin disampaikan melalui sebuah kom-
posisi ini adalah perasaan sedih, lelah, kom-
poser berharap ikhlas dalam menghadapi
konik tentang kehidupan dan cinta sampai
penata menemukan suatu ketenangan dalam
hati. Konik yang mengundang pertentangan
dan pertengkaran ini merupakan kisah atau
pengalaman pribadi komposer. Kisah ini di-
akhiri dengan perasaan tenang dan damai di-
mana penulis telah menutup semua kisah yang
lalu dan bahagia dengan mulai membuka lem-
baran baru.
Kisah yang bersumber dari cerita cinta
komposer dan perasaan-perasaan yang ingin
diungkapkan oleh komposer, membuat com-
poser berniat untuk menjadikannya sebagai
ide untuk penciptaan komposisi musiknya.
Pertunjukkan komodikasi musik
urbanic berbasis budaya Betawi ini merupa-
kan karya musik ilustratif yang menguraikan
fakta kekinian dari personikasi cerita “Mirah
Gadis Marunda” sebagaimana cerita klasik
rakyat Betawi. Meski dengan latar kondisiyang berbeda, diangkat (transform) melalui
sudut pandang dan perasaan “MY STORY”
seorang Ratna Mestikasari Putri yang kebetu-
lan merasakan tinggal di antara dinamika bu-
daya sosial masyarakat Betawi.Ilustrasi musik
dalam “MY STORY” Ratna Mestikasari Pu-
tri mengungkapkan utuhnya perasaan bathin
Mirah dengan kesungguhan, termasuk upaya
rekayasa rasa yang harus diperjuangkannya.
Perasaan Mirah sebagai pemudi Be-
tawi Jakarta kebanyakan diilustrasikan da-
lam pertunjukkan musik kali ini. Mirah yangterlanjur modern dengan kehidupan sosialita
ibukota tetap saja hampir-hampir tak berdaya
dengan “kutukan“ budaya sosialnya. Padahal,
ia sadar dengan Jakarta hari ini. Apa saja yang
berhubungan dengan modernisasi Indonesia,
Jakarta tempatnya. Mindset dunia modern cu-
kup dengan menghadirkan diri didalam Jakar-
ta. Dari mulai perkembangan dunia teknologi
informasi hingga lifestyle dan entertainment.
Jakarta-pun (mewakili Indonesia) terus me-
masuki dinamika mayarakat urban yang dina-
mis. Namun, dinamisnya modernisasi Jakarta
tidak mencukupi kesimpulan didalam nalar
dan perasaannya bahwa masyarakat Betawi
(termasuk keluarganya) seakan tidak mampu
menghadirkan dirinya sebagai Jakarta hari ini.
Sosialita Betawi masih dengan kemauannya
sendiri. Termasuk, urusan perjodohan yang
mendominasi perasaan Mirah yang terlanjur.
yang patriarki, ntah karena akar relijiusitas
masyarakat Betawi atau tumbuh akibat akar
sosial lainnya.
Pada proses perjalanan batin dan ga-
gasannya, Mirah mangalami letupan-letupan
protes maupun keceriaan yang mungkin me-wakili perempuan Betawi secara umum diba-
lik nilai-nilai lain dari kesahajaan, keluguan,
ketaatan, pertentangan bathin, protes hingga
obsesi.Sebagai masyarakat Jakarta, Mirah
yang juga mengenal dunia kafe sebagaimana
media atmosphere sosialita ibukota kekinian
berinteraksi dan super kompetitif (kebiasaan
urban). Dari mulai urusan privasi hingga pub-
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 42/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
169
lik, atau sekedar nongkrong (baca: hang-out)
layaknya anak gaul kota sambil menikmati cof-
fe latte (simbol minuman kafe selain espresso
atau capucino) kesukaannya. Disini, ia mem- peroleh kebebasan harapan dan pikirannya
yang visioner. Di sisi lain, pulang ke rumah,
Mirah harus berhadapan dengan orang tuanya
yang super ketat, relegius, hingga tunduk atas
upaya perjodohan yang dipaksakan terhadap-
nya. yang tidak tersampaikan dari seorang
perempuan Betawi yang tidak bisa memban-
tah kehadirannya sebagai bagian budaya Be-
tawi diantara laju modernisasi ibukota.
2. Sinopsis
Cinta adalah sebuah hal yang paling
misterius. Di dalamnya terdapat banyak para-
doks. Banyak orang yang mengaku pernah
mengalami cinta, namun sesungguhnya sangat
sedikit orang yang betul-betul pernah menga-
lami cinta. Bahkan pasangan yang mengaku
hidup berbahagia selama bertahun-tahun be-
lum tentu pernah mengalami cinta, namun se-
sungguhnya sangat sedikit orang yang betul-
betul tahu apa itu cinta. Begitu banyak karya
seni yang diabadikan atas nama cinta. Namun
ini pun tidak banyak menolong. Kita tetap buta
akan cinta. Untuk mempermudah kita mema-
hami tentang cinta, tulisan ini mencoba mem- bagi cinta dalam tingkatan – tingkatan, yang
satu merupakan tahapan yang lebih rendah
dan merupakan selubung bagi tahapan yang
lebih tinggi. Terkait dengan komposisi “MY
STORY” konsep yang diangkat yaitu tentang
cinta. Cinta yang berhubungan dengan teori
cinta plato masuk dalam klasikasi Cinta ada
tiga, yaitu Cinta sebagai ketertarikan, cinta
sebagai persahabatan, cinta sebagai kekeluar-
gaan (Ony, 2004 : 20).
Proses berkarya
1. Imajinasi
Dalam penciptaan karya musik ini,
komposer musik awal berkir dan merasakan
tentang emosi yang sedih dan senang kemudi-
an berusaha untuk selalu semangat, kemudian
dituangkan dengan cara bereksperimen mela-
lui alat musik yaitu olah vokal dan keyboard.
2 Eksplorasi.
Eksplorasi dalam penciptaan karya
musik ini yaitu, saat komposer mendengar-
kan beberapa lagu selama kurang lebih satu
minggu, composer terinspirasi dan mencoba
memadukan dengan nada-nada yang baru dan
dengan tempo serta dinamika, sehingga meng-
hasilkan suatu karya yang harmonis dan ber-
beda dari lagu yang penata gunakan sebagai
sumber inspirasi sekaligus sumber data.
3. Improvisasi karya musik
Berimprovisasi dalam medium seni
pertunjukkan adalah hal yang unik dan vari-
atif. Untuk penciptaan karya musik “MY
STORY” menggunakan metode improvisasi,
yaitu mengembangkan ekspresi berkesenianmusik sesuai dengan daya inspirasi dan ek-
splorasi materi karya musik tersebut.
4. Gaya
Gaya dalam keunikan karya musik
“MY STORY”, adalah gaya musik yang di-
gunakan dalam karya ini perpaduan musik
modern dengan musik tradisi. Gaya musik
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 43/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
170
yang digunakan oleh komposer berasal dari
sebuah perenungan. Sehingga dalam perenun-
gan itu muncullah beberapa gagasan ide nada
dan ritme hingga akhirnya dikembangkanmenjadi komposisi karya musik yang berjudul
“MY STORY”. Atau kalau dapat dikatakan,
gaya musik yang digunakan disini adalah gaya
musik rock kreatif etnis betawi. Gaya musik
“musik rock kreatif” adalah : hanya cendrung
menghidupkan kembali berbagai corak yang
pernah ada dalam bidang musik lain (musik
seni misalnya, atau musik etnia/etnis, seperti
sering terjadi di Indonesia.
KESIMPULAN
“MY STORY” merupakan karya
musik yang diciptakan berdasarkan pengala-
Gambar 1. Posisi pemain musik
man pribadi penulis. Masalah percintaan
yang pernah dialami, menimbulkan berbagai
macam emosi antara lain: sedih, marah, benci,
lelah dan bosan.Emosi yang pernah dirasakan ini, di-
tuangkan oleh penulis melalui sebuah karya
musik. Emosi merupakan keadaan dan reaksi
psikologis dan siologis (kegembiraan, kes-
edihan, keharuan, kecintaan, keberanian yang
bersifat subyektif). Dari pengalaman pribadi
penulis, penulis telah mendeskripsikan bentuk
penyajian musik dan proses penciptaan karya
musik ini mulai dari ide penciptaan, proses
penggarapan musik sampai karya ini dipen-
taskan.
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 44/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
171
DAFTAR PUSTAKA
Al-Juziyah, Qayyim Ibnu.2006. Taman Jatuh
Cinta. Lebanon : Irsyad Baitus Salam (IBS ).
Brewster. 1952. The Creative Process. Lon-
don : New American Library.
Chaplin. 2000. Kamus Lengkap Psikologi.
Jakarta: PT. Raja Grando Persada. Dajanti,
Syamsu. 2008. “JalanSunyi Musik Progresif”.
Gong, edisi 97/IX/2008.
Hardjana Suka. 2003. Corat-coret, Musik
Kontemporer, Dulu dan Kini. Jakarta:
Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
Karl dan Prier, Edmund. 1996. Ilmu Bentuk
Musik . Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.
Musar, Isfan dan Widyo, Nugroho. 2000.
Pengertian Dasar Musik . Surabaya: Departe-men P dan K Propinsi Jawa Timur.
Mack Dieter.Dr.Prof. 1995. Apresiasi Musik,
Musik Populer . Yogyakarta: Yayasan. Pustaka
Nusatama.
Scaruff, Piero. 1951. History Of Rock Music.
Australia : Compiled By Prodigy
Tim Penyusun. 1999. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Zaki Shahab, Yasmine. 2004. Identitas dan
Otoritas Rekonstruksi Tradisi Betawi.Depok:
Laboraturium Antropologi, FISIP UI.Ghiseli
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 45/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
172
PENCIPTAAN KARYA FOTOGRAFI MODEL DENGAN KONSEP EKSPERIMEN
PENCAHAYAAN DARI LCD PROJECTOR SEBAGAI CAHAYA UTAMA
Yulius Widi Nugroho
Abstrak
Pengkaryaan Fotogra ini merupakan karya fotogra model yang bersifat eksperimental yaitu
pencahayaan dengan menggunakan LCD Projector sebagai cahaya utama. Cahaya dari LCD
Projector ini bukan hanya sekedar cahaya dari LCD, tapi merupakan tampilan gambar-gambar
yang terpilih dari komputer dan ditembakkan dengan LCD Projector ke arah model. Pada pe-
motretan karya tersebut juga menggunakan cahaya tambahan berupa satu lampu bersifat con-
tinuous light untuk pencahayaan dari belakang (back light) untuk mencapai dimensi dari objek
model. Pelaksanaan pemotretan dilakukan di studio indoor yang kedap cahaya dari luar, seh-
ingga hanya cahaya utama LCD Projector dan cahaya backlight yang terekam. Konsep dari
gambar-gambar yang ditembakkan ke model bertema warna-warni dan bentuk-bentuk yang
dapat menimbulkan tekstur khusus terhadap model. Make up pada model dibuat sesederhana
mungkin dengan baju berwarna kulit dan polos tanpa asesoris yang menyolok. Dengan make
up sederhana tersebut dimaksudkan agar cahaya atau gambar-gambar yang ditembakkan dapat
maksimal membentuk tekstur atau efek yang diinginkan.
Kata Kunci: Fotogra Model, Cahaya LCD Projector, Eksperimental
Abstract
This project of Photography is the models photographic that the experimental using LCD
Projector lighting as the main light. Light from the LCD Projector is not just the light from the
LCD, but there are displaying of images selected from the computer and shooting with an LCD
Projector to the model. In shooting these works also use an additional light, continuous light
for illumination from the back (back light) to reach the dimensions of the object model. Imple-mentation of the shooting is done in indoor studio that light-proof from the outside, so that only
the main light LCD Projector and backlight recorded. The concept of the pictures that were
shoot into the model themed colors and shapes that can pose a special texture to the model.
Make up the model as simple as possible with a skin-colored shirt and plain without the ashy
accessories. With a simple makeup is meant to be light or pictures that can be shoot up to form
the desired texture or effect
Key words: Models Photography, LCD Projector Light, Experimental
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 46/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
173
LATAR BELAKANG KARYA
Fotogra adalah salah satu bidang dari
seni rupa yang merupakan media baru untukmengekspresikan konsep seni. Keunikan dan
keindahan itu membangkitkan rasa senang,
bahagia, sedih, dan haru. Keinginan untuk
mengungkapkan tersebut diekspresikan dalam
seni fotogra, dengan mengamati berbagai
sisi menarik dalam kehidupan sehari-hari. Ta-
hap penciptaan seni khususnya seni fotogra
yaitu; pengamatan, pematangan ide, persiapan
alat dan bahan, serta visualisasi.
Dalam Fotogra Seni sebuah pen-
ciptaan tidaklah dibatasi dengan aturan yang
begitu mengikatnya, akan tetapi kekuatan
Imajinasi tinggi dalam mengkreasikan sebuah
obyek hingga bisa berbicara kuat mempengar-
uhi psikologi pemirsa menjadi kunci utama
dalam penciptaannya. Tindakan memaanipu-
lasi obyek dengan berbagi macam teknik bisa
dibenarkan, bahkan menentang dari suatu re-
alitas keadaanpun hingga menciptakan suatu
ketidak wajaran dalam kehidupan bisa saja
dibenarkan. Kehadiran program komputer
gras yang berbasis pada pixel seperti pro-
gram Adobe Photoshop telah mengantarkan
para fotografer untuk mengeksplorasi dunia
imajinasinya lewat manipulasirangkaian foto-foto hingga menjadi
suatu karya yang dapat mengundang orang
menjadi terbengong melihatnya.
Penciptaan karya foto ini dilatarbelakangi
oleh pengamatan serta pengalaman pribadi
tentang LCD Projector sebagai sumber ca-
haya yang berfungsi utama untuk membantu
presentasi dengan mengkonversi gambar atau
tulisan secara digital diwujudkan dengan ca-
haya kemudian cahaya tersebut diproyeksikan
ke arah layar sehingga gambar atau tulisan
yang berasal dari komputer dapat terlihat dilayar tersebut.
Selama ini pencahayaan yang digu-
nakan pada penciptaan karya foto lazimnya
menggunakan ash atau continuous light yang
berfungsi untuk menerangi objek sesuai den-
gan ide fotografer. Dengan karakter cahaya
LCD Projector yang di atas, jika digunakan
untuk pencahayaan fotogra memiliki beber -
apa fungsi yaitu menerangi, memberi tekstur,
dan memberi warna pada objek.
Ide Penciptaan Karya
Dari pengamatan yang didukung per-
alatan dan material, didapat ide untuk mem-
buat karya foto dengan menggunakan cahaya
utama LCD Projector yang memproyeksikan
gambar-gambar yang telah dipilih, kemudian
cahaya tersebut ditembakkan ke arah model
dengan direkam menggunakan kamera digi-
tal. Model diekspose sebagai objek utama
pemotretan dengan berpose seperti biasa dan
dengan make-up dan baju yang polos tidak
bermotif. Tekstur dan warna ditampilkan dari
cahaya LCD Projector yang menembakkangambar dan warnasehingga memberi warna/
tekstur pada model. Model dan pencahayaan
tersebut direkam dengan kamera digital den-
gan teknik close-up, dan dilakukan di studio
foto yang tertutup dan gelap dengan maksud
hanya cahaya LCD Projector dan cahaya efek
saja yang terekam.
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 47/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
174
Tujuan Dan Manfaat Penciptaan
Tujuan karya foto ini mengkomu-
nikasikan eksplorasi imajinasi dalam melihatfenomena alam yang ada di sekitarnya. Fo-
togra Seni tidaklah sama dengan fotogra jur -
nalistik yang mempunyai tujuan khusus yaitu
menyampaikan informasi suatu peristiwa atau
kejadian di masyarakat melalui pengadegan
gambar-gambar menarik lewat media seperti
media cetak dalam bentuk koran, majalah dan
tabloid ataupun melalui media audio visual,
namun lebih bebas menyampaikan ide atau
pikiran sesuai dengan kemauan isi hatinya se-
bagai ungkapan ekspresi dari gejolak jiwanya.
Karya fotogra ini merupakan perwujudan
visualisasi obyek yang lebih ditekankan pada
permainan sumber lighting yang dieksplorasi
pada model, oleh karena itu hasil karya foto ini
merupakan bentuk nyata dari fungsi Fotogra
Seni adalah sebagai ungkapan ekspresi.
LANDASAN TEORI
Pengertian Fotogra Seni
Sebelum membahas tentang Fotogra
Seni, lebih baik membahas apa itu seni?
Menurut Dharmawan, seni adalah “....Lewat
karya seni yang dibuatnya, seorang senimanmenyatakan keberadaanya, mengungkapkan
jiwannya dan emosinya serta pengalamannya
dan penghayatan estetisnya; lewat karya seni
seorang seniman bercerita tentang pandangan
hidupnya, cita-cita, watak, dan karakternya,
serta suka duka atau rindu dendamnya dan se-
bagainya. Jadi jelasnya karya seni berfungsi
sebagai media ekspresi bagi pembuatnya... “,
Sedangan denisi seni menurut Ach-
diat K. Mihardja: “Seni adalah kegiatan ro-
han manusia yang mereeksikan realitet
(kenyataan) dalam suatu karya yang berkat bentuk dan isinya mempunyai daya untuk
membangkitkan pengalaman tertentu dalam
alam rohani si penerimanya”. Disamping un-
tuk membangkitkan pengalaman tertentu, seni
juga mempunyai sifat komunikatif, menurut
Tauk Abdullah dalam tulisannya mengenai
komunikasi ilmu dan seni, mengatakan bahwa
seni itu adalah satu dari berbagai cara untuk
melukiskan dan mengkomunikasikan. Seni
baru bisa mempunyai makna atau dapat dire-
sapkan jika pada dirinya terkandung kekuatan
pesan yang komunikatif dan seni yang tidak
komunikatif sama sekali tidak bisa dikata-
kan indah. Dari pernyataan ini bisa dikatakan
bahwa seni adalah media penyampaian pesan
dari seniman kepada orang lain dengan tujuan
mempengaruhi pikirannya.
Berdasarkan klasikasi yang dibuat
oleh Thomas Munro, fotogra dapat dimasuk -
kan sebagai cabang seni rupa (visual Art),
seni yang hanya bisa dirasakan melalui indera
penglihatan manusia. Jadi seni fotogra bisa
dikatakan sebagai kegiatan penyampaian pe-
san secara visual dari pengalama yang dimiliki
seniman / fotografer kepada orang lain dengantujuan orang lain mengikuti jalan pikirannya.
(Yekti Herlina: 2003)
Karya Fotogra Seni merupakan
sebuah karya foto yang mevisualisasikan
obyek berdasarkan proses eksplorasi imaji-
nasi tinggi dari kreatornya, hingga terkadang
hasil foto keluar dari logika pemahaman reali-
tas peristiwa. Dalam Fotogra Seni proses vi-
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 48/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
175
sualisasi tidak mengacu pada suatu peristiwa
nyata seperti layaknya Fotogra Jurnalistik,
akan tetapi nilai proses imajinasi pemikiran
dalam menghadirkan suatu peristiwa den-gan bantuan berbagai macam teknik dalam
pengolahannya itu, lebih berbicara daripada
logika faktanya. Dalam era teknologi digi-
tal ini, keberadaan Fotogra Seni dapat dis-
etarakan dengan Seni Lukis, dimana konsep
penciptaannya mengaitkan gejolak emosi
jiwa kreatornya dilampiaskan habis-habisan
di dalam karyanya, hal ini merupakan suatu
jalan pentransferan opini dari fenomena alam
melalui visualisasi dengan kekuatan ekspresi
jiwa kreatornya hingga membentuk kumpulan
goresan warna yang diterjemahkan menjadi
sebuah karya. Klasikasi untuk Fotogra Seni
dapat digolongkan Fotogra Seni berorientasi
sifat atraktif, Fotogra Seni berorientasi pada
sifat statis, serta Fotogra Seni berorientasi si-
fat simbolis/image.
Orientasi Fotograf Seni
Sebuah karya seni hendaknya mem-
punyai orientasi tertentu agar karya tersebut
tidak hanya berfungsi secara visual, tapi ada
nilai-nilai atau tujuan dari seniman untuk
mempresentasikan karyanya. Berikut Orien-tasi Fotogra Seni menurut Arba Wirawan;
a. Fotogra Seni Berorientasi Sifat Atrak -
tif
Fotogra Seni yang mencerminkan si-
fat atraktif merupakan penjabaran dari sebuah
karya fotogra dengan visualisasi obyek yang
bergerak. Pergerakan obyek disini mencer-
minkan adanya suatu aktitas kehidupan dalam
persepsi seorang kreator atau fotografernya
terhadap fenomena alam yang ada disekelil-
ingnya, untuk kemudian ditransfer melalui proses eksplorasi imajinasi dengan didukung
berbagai macam teknik manipulasi penciptaan
hingga menghasilkan sebuah karya fotogra
yang mampu membangkitkan dan menimbul-
kan suatu persepsi tertentu dari permirsanya.
Banyak karya fotogra pada kategori ini yang
ada di tengahmasyarakat baik melalui pamer-
an-pameran foto di berbgai tempat maupun di
dalam situs internet.
b. Fotogra Seni Berorientasi Sifat Statis
Mencerminkan sifat statis merupakan
penjabaran dari sebuah karya fotogra dengan
visualisasi obyek yang tidak bergerak. Susu-
nan obyek disini mencerminkan adanya suatu
keadaan atau situasi alam dalam persepsi se-
orang kreator atau fotografernya terhadap
fenomena alam yang ada disekelilingnya,
untuk kemudian ditransfer melalui proses ek-
splorasi imajinasi dengan didukung berbagai
macam teknik manipulasi penciptaan hingga
menghasilkan sebuah karya fotogra yang
mampu membangkitkan dan menimbulkan
suatu persepsi tertentu dari permirsanya. Ban-yak karya fotogra pada kategori ini yang ada
di tengahmasyarakat baik melalui pameran-
pameran foto di berbgai tempat maupun di da-
lam situs internet.
c. Fotogra Seni Berorientasi Sifat Sim-
bolis atau Image
Mencerminkan sifat simbolik meru-
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 49/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
176
pakan penjabaran dari sebuah karya fotogra
dengan visualisasi obyek yang tidak berg-
erak atau dibentuk dengan unsur-unsur ben-
da tertentu hingga menimbulkan pencitraantertentu dari asil foto tersebut. Pengaturan
benda-benda tertentu yang mewakili obyek
disini mencerminkan adanya suatu pencitraan
pemikiran dari persepsi seorang kreator atau
fotografernya melalui proses eksplorasi imaji-
nasi dengan didukung berbagai macam teknik
manipulasi penciptaan hingga menghasilkan
sebuah karya fotogra yang mampu mem-
bangkitkan dan menimbulkan suatu persepsi
tertentu dari permirsanya. Banyak karya fo-
togra pada kategori ini yang ada di tengah
masyarakat baik melalui pameran-pameran
foto di berbgai tempat maupun di dalam situs
internet. (Arba Wirawan, Komang: 2010)
Tentang LCD Projector
LCD ( Liquid Crystal Display) merupa-
kan sebuah teknologi yang umum digunakan
pada proyektor digital. Proyektor berfungsi
untuk memperbesar gambar sehingga dapat
terlihat dengan jelas pada layar yang disedia-
kan. LCD Proyektor merupakan perangkat
output untuk menampilkan gambar di sebuah
permukaan yang digunakan sebagai layar.LCD Proyektor sering digunakan untuk media
presentasi, karena mampu menampilkan gam-
bar dengan ukuran besar.
Proyektor LCD bekerja berdasarkan
prinsip pembiasan cahaya yang dihasilkan
oleh panel-panel LCD. Panel ini dibuat terpi-
sah berdasarkan warna- warna dasar, merah,
hijau dan biru (R-G-B). Sehingga terdapat tiga
panel LCD dalam sebuah proyektor. Warna
gambar yang dikeluarkan oleh proyektor mer-
upakan hasil pembiasan dari panel-panel LCD
tersebut yang telah disatukan oleh sebuah prisma khusus. Gambar yang telah disatukan
tersebut kemudian dilewatkan melalui lensa
dan dijatuhkan pada layar sehingga dapat di-
lihat sebagai gambar utuh. Gambar yang di-
hasilkan proyektor LCD memiliki kedalaman
warna yang baik karena warna yang dihasilkan
olah panel LCD l angsung dibiaskan lensa ke
layar. (Diah Kartika Dewi: 2013)
Semakin tinggi sebuah resolusi dari
Projector biasanya akan semakin tinggi pula
harganya. Jika menggunakan projector untuk
sebuah presentasi dengan powerpoint, maka
Resolusi SVGA cocok untuk hal ini. Semen-
tara XGA merupakan pilihan yg bagus untuk
menampilkan Numerical Data. Untuk kebu-
tuhan kualitas gambar yang baik, dibutuhkan
LCD Projector dengan resolusi yg lebih tinggi
sehingga tampilan yg lebih details.
Konsep Karya
Karya fotogra seni yang dirancang
dengan konsep tertentu dengan memilih objek
foto yang terseleksi dan diproses dihadirkan
sebagai luapan ekspresi artistik fotografernya,maka karya tersebut bisa menjadi sebuah karya
fotogra seni atau fotogra ekspresi. Sehingga
karya foto tersebut dimaknakan sebagai suatu
medium ekspresi yang menampilkan jati diri
fotografernya dalam proses penciptaan karya
fotogra seni. (Imanto, Teguh: 2012)
Fotogra sebagai salah bagian dari
seni rupa juga tidak terlepas dari nilai-nilai
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 50/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
177
dan kaidah estetika senirupa yang berlaku.
Setiap karya fotogra menurut fotografernya
tentunya juga memerlukan konsep perancan-
gan yang bermula dari ide dasar yang berkem- bang menjadi karya foto yang memerlukan
dukungan peralatan teknis dan non teknis.
Pada karya fotogra ini, menghadirkan mod-
el wanita sebagai subjek/subjectmatter dan
dalam pengambilan foto setiap objek perlu
dipotret beberapa kali dalam rangka eksperi-
mentasi dengan berbagai sudut pandang/angle
(pandangan estetik) maupun dengan teknik
komposisi dan panduan pecahanyaan yang
spesial yaitu pencahayaan dari LCD Projector
dimana menyinarkan berbagai macam image
terhadap model tersebut.
Semuanya digunakan dengan tujuan
untuk mendapatkan berbagai ragam alternatif
tampilan yang memiliki nilai estetis yang ber-
beda secara eksploratif dan dipastikan bisa
memberikan beberapa pilihan hasil foto yang
terbaik yang disesuaikan dengan hasil foto
yang terbaik yang disesuaikan dengan kebutu-
han nilai estetis yang diharapkan.
Proses Penciptaan
Mencipta berarti menggagas sesuatu
yang belum ada menjadi ada, dan menghasil-
kan sesuatu yang tadinya tidak ada menjadiada. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia,
kata penciptaan berasal dari kata “Cipta” yang
berarti kemampuan pikiran untuk mengada-
kan sesuatu yang baru; Angan-angan kreatif;
Tuhan-alam semesta. Mencipta pada dasarnya
adalah melahirkan sesuatu. Walaupun proses
kelahiran itu diwarnai oleh derita, rasa duka
atau rasa takut, kesemuanya akhirnya ber-
muara pada rasa suka cita (Humar Sahman
1993: 66).
Hal tersebut dapat menjadi rujukan
bahwa menciptakan tidak sebatas apa yangdilihat, namun sampai dengan apa yang mer-
eka khayalkan. Jadi dapat diasumsikan bahwa
penciptaan adalah proses menghasilkan ses-
uatu yang baru, dimana penciptaan tidak han-
ya dibatasi oleh penglihatan tetapi dapat juga
sesuai dengan apa yang dihayalkan seorang
pencipta atau fotografer.
Seni adalah ekspresi jiwa seniman
yang diwujudkan dalam bentuk karya dan
penciptaan seni terjadi oleh adanya cipta, rasa,
dan karsa. Penciptaan di bidang seni mengand-
ung pengertian yang terpadu antara kreativi-
tas dan inovasi yang sangat dipengaruhi oleh
rasa. Walaupun begitu, logika dan daya nalar
mengimbangi rasa dari waktu ke waktu dalam
kadar yang cukup tinggi. Rasa muncul karena
dorongan kehendak naluri yang disebut karsa.
Seni mempunyai hubungan yang erat dengan
unsur-unsur kebudayaan yang lain. Isi dan
bentuk seni tidak dapat dipisahkan dari nilai-
nilai yang terkandung dalam 7 (tujuh) unsur
pokok budaya. Tema-tema seni berakar pada
nilai-nilai agama, organisasi sosial, sistem
teknologi, sistem pengetahuan, bahasa dan
sistem ekonomi (Bandem, dalam jurnal pen-ciptaan dan pengkajian seni 2005 : 20).
Dari kutipan tersebut dapat diasumsi-
kan bahwa penciptaan karya seni bergantung
kepada pengalaman estetik dan menarik yang
diungkapkan melalui emosional yang dire-
nungkan secara mendalam. Hal ini juga di-
jelaskan dalam kutipan berikut:
Karya seni merupakan ungkapan emo-
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 51/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
178
sional atau ekspresi penciptanya. Ekspresi
yang terlahir merupakan ungkapan ide dan
pengalaman-pengalaman yang estetik dan ar-
tistik. Lahirnya ide tidak begitu saja, namunmelibatkan perenungan secara mendalam dari
hasil interaksi dengan objek di luar dirinya
yaitu alam lingkungan termasuk benda-benda
seni ciptaan manusia (Bambang, 2005).
Setiap orang tidak sembarangan dalam
menciptakan suatu karya seni, dari pengala-
man yang menarik, dipikirkan secara menda-
lam, muncul sebuah ide/gagasan untuk men-
ciptakan dan akhirnya diwujudkan pada suatu
karya seni yang artistik. Dari kutipan-kutipan
di atas, dapat disimpulkan bahwa teori pen-
ciptaan yaitu diawali dengan pemunculan ide/
gagasan, perencanaan menciptaan karya, dan
sampai pada tahap penciptaan itu sendiri.
Dalam proses penciptaannya Fotogra
Seni lebih bebas dalam menuangkan ide dan
tidak seketat dengan penciptaan Fotogra
Komersial yang bergantung pada selera kon-
sumen ataupun produsen, atau Fotogra Jur -nalistik yang telah diikat dengan aturan-aturan
dalam dunia jurnalistik atau dunia pemberi-
taan. Proses pengkreasiannya itu, kekuatan
nilai Fotogra Seni ditentukan pada proses
eksplorasi imajinasi dengan menggunakan
keragaman penguasaan teknik dalam meramu
berbagai macam komponen di dalamnya hing-
ga menghasilkan sebuah karya foto yang ses-
uai dengan ide penciptaannya. Dalam proses
penciptaan suatu karya seni rupa, menuang-
kan ide melalui beberapa tahapan, yaitu:
Proses kreatitas merupakan kebe-
basan penafsiran untuk mewujudkan suatu ide
dalam karya. Penerapan ide ditentukan oleh
konsep karya atas nilai-nilai yang terkandung
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 52/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
179
didalamnya. Untuk mewujudkan suatu ide
mengalami proses atau pengolahan materi, se-
hingga menghasilkan karya sesuai kehendak
yang diinginkan. Proses penciptaan karya seniini melalui beberapa tahapan :
Gagasan pada karya ini terinspirasi dari1.
karya seni yang sudah jadi tentang peng-
gunaan LCD Projector untuk membuat
image serta merekamnya. Ide timbul ter-
inspirasi dari karya foto yang sudah ada,
yaitu karya foto dari fotografer-fotografer
yang kebetulan mengeksplorasi sumber
cahaya LCD Projector ini, kebanyakan
dari mereka menggunakan cahaya contin-
uous light sebagai cahaya utama dan LCD
Projector sebagai cahaya tambahan. Da-
lam karya ini pemotretan dilakukan den-
gan menggunakan cahaya LCD Projector
sebagai cahaya utama yang mengenai ob-
jek, dan menggunakan cahaya tambahan
(continuous light ) sebagai cahaya pem-
bentuk efek tertentu.
Kemudian tahap berikutnya adalah ta-2.
hap ekplorasi, yaitu pengamatan secara
langsung dan mencari keterangan dari
informasi yang mendukung data tersebut.
Dieksplorasi pertama kali adalah LCD
Projector, yaitu bagaimana sifat cahaya
dari LCD Projector seberapa kuat ca-hayanya menyinari objek dan efek-efek
yang bisa ditimbulkan dari cahaya yang
dihasilkan. Setelah data terkumpul di-
analisis pada berbagai bagian, sehingga
mendapat gambaran atau konsep yang
jelas sebagai sumber acuan. Analisis di-
lakukan dengan mencoba langsung dan
mengamati bahwa cahaya LCD Projector
cukup kuat untuk direkam/difoto tanpa
bantuan cahaya lain. Kemudian tantang
tampilan warna yang bisa dihasilkan juga
dicoba dengan disinarkan ke objek perco- baan, dan hasilnya warna-warna yang di-
sinarkan dari LCD Projector cukup untuk
memberi warna pada objek foto dengan
tidak menghilangkan kontur objek utama,
sehingga seolah-olah objek utama diberi
warna sesuai dengan cahaya yang datang
dari LCD Projector. Kemudian percobaan
berikutnya yaitu penerapan cahaya LCD
Projector pada pelaksanaan pemotretan.
Awalnya ada keraguan bahwa cahaya
LCD Projector terlalu kuat seingga akan
sangat mengganggu model atau bahkan
membuat akibat yang tidak diinginkan.
Tapi setelah dilakukan test, diyakinkan
bahwa cahaya LCD Projector aman digu-
nakan jika ditembakkan langsung ke arah
model, dan model tidak merasa terganggu
dengan jenis cahaya ini. Sedangkan un-
tuk menentukan model dan kostum, dipi-
lih dua orang wanita muda karena faktor
interest secara umum, yaitu secara visual
model wanita lebih menarik dibanding-
kan model pria. Dipilih dua model wanita
yang pandai bergaya atau berpose dengan
harapan dapat memberikan kontribusiterhadap karya foto nantinya, misalnya
ekspresi model yang dapat membangun
mood atau suasana foto, pose tubuh yang
membentuk shape mengingat nantinya
cahaya dari LCD Projector secara lang-
sung menerpa sang model dengan ber-
bagai macam warna dan desain tertentu.
Untuk itu, dalam pemilihan kostum
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 53/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
180
adalah baju dengan warna skin tone atau
warna cream yang mendekati warna kulit
manusia, karena model disini akan terke-
na cahaya yang berwarna-warni menurutimage yang disinarkan oleh LCD Projec-
tor.
Setelah itu memasuki tahap pembuatan3.
karya, pada tahapan ini diperlukan impro-
visasi dengan memadukan hal teknis dan
non teknis. Hal teknis yaitu tentang per-
alatan fotogra yang diperlukan disesuai-
kan kebutuhan, penataan lighting, pemili-
han background, dan model. Kamera yang
digunakan adalah jenis SLR merk Canon
seri 30D dengan Lensa merk Canon den-
gan rentang focal leght 17-40mm. Kam-
era SLR tersebut dipilih karena dinilai cu-
kup untuk melakukan pemotretan dengan
cahaya minim (menggunakan ASA 800)
dengan sensor sebesar 8 MP sudah cukup
untuk dilakukan cetak foto ukuran 12 R.
Dipilih spesikasi lensa itu karena
Pemotretan dilakukan di studio foto yang4.
tidak begitu luas sehingga untuk menda-
patkan view foto yang lebih luas meng-
gunakan lensa wide angle.
Pencahayaan menggunakan LCD
Projector yang sudah disiapkan dibantu
dengan cahaya lampu (continuous light) dari lampu Flash Studio atau yang ser-
ing disebut Modelling Light, sifat lampu
ini adalah cahaya pijar dengan warna
kekuningan. Di studio foto menggunakan
background berwarna gelap agar dapat
memaksimalkan cahaya LCD Projector
ke model, dan semua lampu di studio foto
dimatikan kecuali cahaya yang sudah di-
siapkan. Hal non teknis yaitu tentang
pengetahuan dasar fotogra, teknik fo-
togra, persiapan-persiapan yang bersifat
non fotogras, serta komunikasi yang in-tens terhadap objek utama dan pada hal
ini adalah model untuk menjelaskan kon-
sep pemotretan, konsep kostum. Pengeta-
huan fotografer dibidang seni rupa sangat
diperlukan yaitu tentang kaidah-kaidah
dasar seni rupa seperti titik, garis, bidang,
bentuk, gelap-terang, tekstur, dan warna,
serta kaidah-kaidah komposisi yaitu kes-
atuan, keseimbangan, dan irama.Diperlu-
kan pengarahan khusus kepada model un-
tuk nantinya bagaimana mereka berpose
mengikuti arahan fotografer, sekaligus
membangun komunikasi yang yang baik
antara model dan fotografer agar proses
pemotretan menjadi lancar dan baik.
Penggunaan LCD Projector digunakan5.
untuk menembakkan gambar-gambar
yang telah dipersiapkan, sebagian gam-
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 54/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
181
bar tersebut adalah sebagai berikut;
Proses berikutnya adalah pelaksanaan6.
pemotretan, pengambilan foto dilaku-
kan di studio foto dengan menggunakan
background warna gelap karena yang
diekspos utama adalah tubuh model yang
terkena sinar LCD Projector, dengan
demikian image yang disinarkan akan
menyatu dengan model dan membentuk
shape baru untuk direkam. Perekaman
atau pemotretan dilakukan tanpa cahaya
ash karena jika menggunakan lampuash akan menghilangkan image yang di-
sinarkan oleh LCD Projector yang mem-
punyai intensitas cahaya yang jauh lebih
rendah, mengingat kekuatan cahaya LCD
Projector termasuk lemah, sehingga jika
dipadukan dengan cahaya ash cahaya
dari LCD Projector akan kalah dan tidak
bisa terekam. Karena menggunakan kon-
sep cahaya continuous, otomatis nilai ek-
sposure mengikuti cahaya yang ada.
Gambar-gambar atau image (Lihat
Gambar 1.1) satu per satu ditembakkan den-
gan LCD Projector melalui seperangkat kom-
puter atau laptop. Dengan menggunakan ap-
likasi browser atau picture previewer, image
tersebut diakses di laptop. Kemudian laptop
dihubungkan dengan LCD Projector untuk
disorotkan ke objek foto (model) sebagai
sumber cahaya utama. Pemotretan dilakukan
tidak hanya menggunakan cahaya LCD saja,
tetapi digunakan juga lampu pijar (continuous
light) untuk ditempatkan di belakang model
berfungsi sebagai cahaya pembantu. Cahaya
ini difungsikan sebagai cahaya dari belakang
objek (back light) untuk membentuk konturobjek sekaligus membentuk dimensi agar ha-
sil foto tidak kelihatan terlalu at. Sedangkan
pengaturan letak pemotretan dapat dilihat pada
Gambar 1.
Pemotretan dilakukan secara ber-
gantian baik image yang disorotkan maupun
modelnya, karena setiapimage mempunyai
efek tertentu dan setiap model mempunyai
Gambar 1.1
Gambar-gambar yang telah dipersiapkan untuk disi-
narkan dengan LCD Projector (Sumber: Download
dari www.google.com dan Dokumen Pribadi)
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 55/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
182
pose tertentu. Ada juga yang menggunakan
dua model sekaligus dengan berbagai macam
jenis image cahaya. Setelah proses pemotretan
dilakukan proses editing. Pada proses ini tidak banyak hal yang dilakukan, data dari kamera
ditransfer ke komputer kemudian diedit meng-
gunakan software Photoshop. Editing yang di-
lakukan hanyalah editing “kamar gelap”, arti-
nya yang diubah sebatascroping, brightness,
sharpen, dan saturasi warna agar warna dari
cahaya image dari LCD dapat lebih terlihat
dengan baik. (Lihat Gambar 1.2)
Penggunaan Photoshop saat ini me-
mang tidak bisa lepas dari dunia fotogra.Perkembangan ini tidak bisa kita tolak, jika
tidak malah akan jauh tertinggal. Hanya saja
yang perlu di ingat harus tetap berpandangan
dengan kaidah-kaidah yang ada dalam fo-
togra.
Sebenarnya bebas saja dalam men-
gedit foto, yang penting editan harus bisa
memperkuat foto dan mengambarkan sua-
Gambar 1.2 Contoh Editing (sebelum dan sesudah) (Sumber: Dokumen Pribadi)
sana/mood yang sesuai. Bila tidak, foto yang
sudah baik malah menjadi tidak begitu baik dan
membingungkan. Setiap foto membutuhkan
perlakuan yang berbeda, tidak bisa memaksa-kan perlakuan yang sama untuk semua foto dan
mengharapkan mendapatkan foto yang bagus.
Setelah diedit proses terakhir dicetak
di atas kertas foto. Pada tahap ini tentunya
tidak terlepas dari tahap sebelumnya yaitu se-
lain edit foto juga menentukan ukuran cetak
foto. Komputer adalah sebuah alat yang hanya
menunggu perintah begitu juga ketika men-
cetak foto, mencetak foto dapat menentukan
ukuran berapa saja sebatas memang bisa di-capai mesin cetak, dan salah satu yang me-
nentukan bagus atau tidaknya hasil cetak ber-
gantung pada ketepatan ukuran. Ada banyak
faktor yang mempengaruhi kualitas cetak, na-
mun untuk amannya memerlukan 250 dots per
inch (dpi) untuk menghasilkan kualitas cetak
foto yang bisa diterima, dan setidaknya 300
dpi agar dapat menghasilkan kualitas cetak
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 56/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
183
yang bagus.
Detail sebuah gambar digital dilihat
dari banyaknya piksel horizontal dan vertikal
yang dimiliki oleh gambar tersebut. Piksel inimerupakan titik terkecil yang berisi informasi
warna dan gambar, semakin banyak pikselnya
maka semakin jelas detil dari hasil cetak yang
dihasilkan. Pada karya ini ukuran piksel seban-
yak 3000 x 2000 (atau 6 juta piksel / 6 mega
piksel) dan diharapkan bisa terlihat tajam saat
dicetak pada ukuran 10R.
Pemotretan dilakukan di dalam studio
dengan skema lighting sebagai berikut;
Keterangan Skema gambar:
1.Background berwarna gelap.
2. Cahaya efek menggunakan ContinuousLight (sebagai Back Light).
3. Model.
4.LCD Projector (sebagai Main Light)
5. Kamera
6. Komputer/Laptop
Karya foto nal yang dihasilkan:
Gambar 1.3 Skema Pemotretan
(Sumber: Dokumen Pribadi)
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 57/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
184
Gambar 1.4
Hasil Karya Pemotretan. (Sumber: Dokumen Pribadi
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 58/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
185
DAFTAR PUSTAKA
Arba Wirawan, Komang. 2010. Ekspresi Es-
tetis Pada Karya Seni Fotogra, http://www. balipost.co.id
Bandem. 2005. Jurnal Penciptaan Dan Peng-
kajian Seni. ISI Yogyakarta
Bambang Sunarto. 2005. Etika Dan Pertim-
bangan I Wayan Sadra Dalam Penciptaan
Karya Seni. STTS Press
Dharmawan. Buku Pegangan Pendidikan
Seni Rupa. penerbit AMICO
Gusti Ayu Diah Kartika Dewi. 2013. LCD
Proyektor . Jurnal Makalah UNDIKSA
Humar Sahman. 1993. Mengenali Dunia Seni
Rupa : Tentang Seni, Karya
Imanto, Teguh. 2012. Teknik Kamera Fo-togra 6 (Fotogra Seni).
Mulyanta, Edi. S. 2007. Teknik Modern Fo-
togra Digital . Yogyakarta : Penerbit Andi.
Seni, Aktivitas Kreatif, Apresiasi, Kritik Dan
Estetika, IKIP Semarang Press
Sugiarto, Atok. 2006. Indah Itu Mudah, Buku
Paduan Fotogra. Jakarta : Gramedia Pus-
taka Utama.
Yekti Herlina. 2003. Kreatitas Dalam Seni
Fotogra – Nirmana - Volume 5
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 59/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
186
PERKEMBANGAN SENI RUPA PUBLIK DI YOGYAKARTA
Oleh. Bramantijo, Timbul Haryono, M. Agus Burhan
Abstrak.
Penggunaan ruang publik sebagai ruang ekspresi bagi seniman, tumbuh seiring dengan dina-
mika masyarakat yang menempatkan ruang publik sebagai ruang strategis. Ruang publik men-
jadi tempat yang paling efektif untuk memperjuangkan beragam kepentingan, dan seni publik
menjadi media yang paling mungkin digunakan untuk menyampaikan gagasan pada publik.
Perbedaan pemahaman dan lemahnya komunikasi pihak-pihak yang berkepentingan dengan ru-
ang publik khususnya pemerintah sebagai pengelola ruang publik dengan masyarakat pengguna
sering menimbulkan tindakan-tindakan represif. Kasus pembongkaran karya seni rupa publik
yang pernah terjadi di Indonesia menunjukkan bahwa pendekatan estetis dan kebebasan ber-
ekspresi seni masih menimbulkan perdebatan. Pembahasan dari aspek-aspek pemikiran yang
melatar belakangi peristiwa seni rupa publik serta bagaimana strategi visual penyajian seni rupa
publik dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran peran dan posisi seniman,
publik dan pemerintah dalam persoalan hadirnya karya seni rupa di ruang publik. Analisis ter-
hadap artefak karya seni rupa publik serta tanggapan publik dan aparat pemerintah yang terliput
media massa memberi gambaran bahwa tidak semua karya seni rupa publik mampu menjadi
media yang lembut dan kritis untuk menyampaikan gagasan. Diperlukan pemikiran yang lebih
cermat agar seni rupa publik tidak menimbulkan permasalahan baru bagi publik.
Kata kunci: Seni Publik, Ruang Publik.
Abstract.
The use of public space as a space of expression for artists grows in line with the dynamics of
the society that places it as a strategic space. Public space becomes the most effective way inenforcing a variety of interests, and public art becoming the most likely medium to be used to
convey ideas to the public. The differences of understanding and lack of communication that
use it, especially the government as a manager of a public space with the user community of-
ten lead to repressive acts. The case of demolition works of public art that have occurred in
Indonesia showed that the aesthetic approach and freedom of expression still causing debate.
Discussion of aspects of the background thinking of public art events as well as a visual repre-
sentation of how the strategy of public art in this research is expected to provide an overview
of the roles and positions of artists, the public and the government in matters of the presence of
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 60/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
187
A. Pendahuluan.
Istilah seni rupa publik digunakan un-
tuk menyebut karya seni (rupa) yang dihadir-
kan di ruang publik. Lazimnya karya seni rupa
ditempatkan di ruang-ruang privat seperti ru-
mah pribadi, studio, galeri, museum, sehingga
mengusung karya seni keluar dari ranah ruang
privat tersebut menjadi fenomena yang patut
dicermati. Seni di ruang publik, bisa dalam
bentuk apa saja: bisa berupa karya-karya seni
rupa, bahkan berupa seni (rupa) pertunjukan
(performance art), seni peristiwa (happening
art), seni lingkungan (environment art), dan
lain-lain. Penggunaan ruang publik sebagai
ruang ekspresi bagi seniman dan masyarakat
secara simultan terus terjadi dan tumbuh se-
cara fenomenal. Ruang publik menjadi tempat
yang paling efektif untuk memperjuangkan
beragam kepentingan dan seni menjadi media
yang paling mungkin meredam ekspresi kek-
erasan yang biasa terjadi pada aksi-aksi dem-
ostrasi yang dilakukan di ruang publik.
Sampai saat ini pengkajian secara teo-
retis terhadap seni publik sangat jarang dilaku-
kan. Kegelisahan ini juga diungkapkan Miles
(1997; 1), “Praktek seni publik saat ini memi-
liki keanekaragaman namun berjarak dengan
seni yang konvensional, dari pameran patung
di luar ruang, mural, seni di jalanan dan tro-
toar, dan beberapa lainnya tumbuh bersamaan
dengan perkembangan kota, namun sebagian
besar tidak dibarengi dengan perspektif teori-
tis seperti pada disiplin ilmu lain. Sebagai
hasilnya miskin dengan penulisan kritis. Seni publik, juga merupakan area yang dimarginal-
kan dalam praktek seni”.
Penggunaan ruang publik sebagai tem-
pat mengekspresikan ungkapan oleh sekel-
ompok masyarakat sudah lama terjadi di In-
donesia, yaitu sejak masa pendudukan oleh
Jepang hingga kini, masa kebebasan yang di-
picu gerakan Reformasi tahun 1998. Perkem-
bangan seni rupa di ruang publik juga sangat
dipengaruhi oleh perkembangan estetika yang
sedang menjadi pemahaman utama ketika per-
istiwa seni di ruang publik terjadi.
Artikel ini merupakan hasil penelitian
dengan perhatian utamanya adalah perkem-
bangan seni rupa publik yang terjadi di Yog-
yakarta dari tahun 1997 sampai 2012. Pemi-
lihan Yogyakarta sebagai wilayah penelitian
didasarkan pada asumsi bahwa Yogyakarta
merupakan salah satu barometer perkemban-
gan seni rupa publik Indonesia sejak masa
pergerakan hingga saat ini, sehingga apapun
peristiwa seni rupa yang terjadi di Yogyakarta
patut menjadi cacatan penting secara historis
dan menjadi bahan analisis para pemerhati
dan pelaku seni secara kritis.
works of art in public spaces. The analysis of public art, as well as public comment and govern-
ment ofcials that covered by media, illustrate that not all works of public art can be a soft and
critical medium to convey ideas. It requires more careful thought that the public art does not
pose a new problem for the public.
Keywords: Public Art, Public Space.
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 61/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
188
Permasalahan utama yang dibahas
dalam artikel ini adalah berbagai aspek pe-
mikiran yang melatar belakangi peristiwa seni
rupa publik di Yogyakarta dari tahun 1997sampai 2012 serta bagaimana strategi visual-
nya ? dengan tujuan memahami latar belakang
hadirnnya seni rupa publik serta pemikiran-
pemikiran yang berkaitan dengan strategi vi-
sual yang digunakan para perupa untuk men-
capai tujuan. Data utama penelitian adalah
artefak karya seni rupa publik di Yogyakarta
serta berbagai artikel populer maupun ilmiah
tentang seni rupa publik yang diperoleh mela-
lui studi dokumentasi dan observasi langsung
terhadap karya-karya seni rupa publik.
Pendekatan multidisiplin dengan me-
tode sejarah yang dipilih adalah kategori ”se-
jarah pemikiran”. Menurut Stomberg dalam
Kuntowijoyo, (2003; 189), history of thought/
history of ideas/intellectual history bermak-
na sebagai “the study of the role of ideas in
historical events and process” (Pengkajian
dari peran ide-ide dalam kejadian dan proses
bersejarah). Lebih lanjut Kuntowijoyo (2003;
191) menyatakan bahwa dalam praksisnya
teori sejarah pemikiran ini perlu memperhati-
kan kajian teks yang dikaitkan dengan konteks
historisnya. Pengamatan rangkaian peristiwa
dalam sistem sosial-kultural yang menghasil-kan artefak budaya, ketika peristiwa yang satu
mengakibatkan peristiwa yang lain, menggu-
nakan pendekatan sinkroniks dan diakronis
(Kartodirjo, 1982; 129-130). Pengamatan ar-
tefak dengan pendekatan analisis sinkronis,
dilihat sebagai sistem yang terstruktur, terdiri
dari unsur-unsur seni rupa serta dibatasi oleh
fungsi-fungsi nyata, misalnya fungsi, bentuk,
dan pesan. Pendekatan diakronis digunakan
untuk merekonstruksi secara eksplanatonis
latar belakang tampilnya artefak. Eksplanasi
dititik beratkan pada kekuatan-kekuatan ek-sternal atau yang berpusat pada diri manusia,
terutama terletak pada pemikiran ilmiah. Se-
dangkan data visual dan non visual dianalisis
dengan semiotika.
B. Pembahasan
1. Dari Ruang Privat Menuju Ruang Pub-
lik
“Publik” dan “privat” dalam ranah ar-
sitektur sebenarnya tidak merujuk pada aktivi-
tas tertentu, namun lebih kepada rasa, suasana,
dan pencerapan indera yang mempengaruhi
kesan kepemilikan terhadap sebuah locus
(Hutama, 2010; 323) . Semakin eksklusif ke-
san kepemilikan yang terjadi pada sebuah lo-
cus maka semakin privat locus tersebut, dan
begitu pula sebaliknya. Jadi ruang publik da-
lam arsitektur lebih menggambarkan batas ru-
ang yang nyata di mana ruang tersebut mampu
membangun suasana kepememilikian publik.
Ada fenomen menarik ketika suatu
kawasan publik menjadi kota: berbagai ke-
pentingan tumpah ke ruang publik, khususnya jalanan. Hertzberger (2000) menamakan ka-
wasan pembatas antara privat dan zona pub-
lik itu sebagai ruang ketiga (the third space),
ruang antara (in between space). Suatu ranah
yang mewarnai wajah kota. Dan, di ranah itu-
lah orang menempatkan tanda-tanda kehad-
irannya di tepi “ruang publik” dan sekaligus
juga berada di tepi ruang privat. Tanda-tanda
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 62/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
189
itu dalam konteks seni rupa bisa berupa pa-
tung publik, grati, mural, bahkan berupa seni
(rupa) pertunjukan ( performance art ), seni
peristiwa (happening art ), seni lingkungan(environment art ), dan seni instalasi.
Tahun 1970an, sejarah perkembangan
seni rupa Indonesia memasuki wacana seni
rupa kontemporer yang mendorong wajah
seni rupa Indonesia perlahan-lahan bergeser
paradigma estetisnya, dari seni rupa dengan
semangat modernisme yang elitis dan esoteris
dengan prinsip-prinsip harmoni yang kom-
pleks maupun esensialis, bergeser ke semangat
kontemporer yang berisi dunia banal keseha-
rian dan prinsip-prinsip hamoni yang dishar-
moni ( paradoxical juxtaposition). Seni tidak
hanya suntuk dengan olah konsep dan makna,
tetapi juga olah sensasi, ironi, dan parody. Da-
lam paradigma itu seni instalasi, happening
art, performance art, atau segala bentuk new
media art dapat berkembang (Burhan, 2003;
35). Situasi ini juga terjadi dalam perkemban-
gan seni rupa publik Yogyakarta.
Pergeseran paradikma estetis pada seni
rupa kontemporer mengembalikan ‘seni’ pada
konteks hidup sehari-hari, menjadikan seni
sebagai fenomena biasa saja. Pemilahan awal
antara ‘seni tinggi’ dan ‘seni pop’ tak lagi di-
anggap berarti. Karya hadir tidak hanya untuk“ditonton”, melainkan untuk didialogkan dan
lebih lagi : dialami. Dalam seni kontemporer
“karya” lebih merupakan “peristiwa”. Dalam
kerangka dialogis itu otomatis sang seniman
lebih berfungsi sebagai semacam “fasilitator”
yang memberi umpan atau perangsang bagi
penciptaan makna bersama pemirsanya. Den-
gan begitu seniman itu sendiri posisinya bu-
kan lagi pusat. Pusatnya adalah “makna” yang
diharapkan terbentuk dari interaksi dialogis
antara si seniman itu, karyanya dan persepsi
penonton. Lokus seni-rupa pun bergeser : darigaleri pribadi, ke museum, lantas ke medan-
medan institusi, masuk ke jaringan wacana
media, dan akhirnya kini melebur ke wilayah
sosio-kultural sehari-hari.
Istilah seni (rupa) publik digunakan
untuk menyebut karya seni (rupa) yang dihad-
irkan di ruang publik. Pada umumnya karya
seni rupa ditempatkan di ruang-ruang privat
seperti rumah pribadi, studio, galeri, museum,
sehingga mengusung karya seni keluar dari ra-
nah ruang privat tersebut menjadi fenomena
yang patut dicermati. Mendekatkan karya seni
pada masyarakat (publik penikmat karya seni)
menjadi alasan utama serta berbagai alasan
lain yang pada prinsipnya menyangkut ke-
butuhan seniman memperoleh respon publik
serta kontribusi kehadiran karya seni tersebut
bagi publik. Keterbatasan ruang-ruang privat
yang dapat mengakomodasi gagasan perupa
mendorong para perupa untuk terus mencari
ruang-ruang alternatif. Ruang alternatif (al-
ternative space), dibayangkan sebagai sebuah
ruang yang dapat memberikan semacam
‘kebebasan’ bagi seorang seniman untuk
mengeksekusi gagasannya. Dalam pandanganKurniawan (2003; 33-39) secara politik ru-
ang, ia berada di tengah-tengah antara studio
(ruang privat) dan ruang publik. Ruang pub-
lic yang berada di luar ruang seperti tembok
gedung, pagar, pedestrian, trotoar dan dinding
penyangga jalan layang saat ini menjadi pili-
han yang menarik terutama bagi para perupa
yang mengkhususkan diri pada gambar, sten-
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 63/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
190
sil, grafti, mural, patung publik, dan seba-
gainya.
Seni publik adalah seni yang digubah/
diproduksi oleh seniman (bersama komuni-tas pendukung, komunitas yang di/terbentuk
di sekitarnya), untuk dan dimiliki oleh suatu
komunitas atau masyarakat. Karena itu, tak
jarang karya seni publik merepresentasikan
”kepentingan” (kegelisahan, pikiran-pikiran,
impian, harapan, dan sebagainya) publik pen-
dukungnya, dan memang demikianlah sehar-
usnya. Situasi yang sama juga terjadi hampir
di semua kota-kota di berbagai belahan dunia,
karya seni rupa menjadi elemen estetis kota
dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
ruang publik kota (Miles, 1997). Menurut
Rath (2003; 4-15), ada kecenderungan para
p+erupa mendaur ulang wilayah-wilayah
praktik social dan budaya yang sampai kini
belum tergali oleh wacana praktik dominan,
seperti misalnya pengalaman hidup urban, bu-
daya pop, budaya media, dan ruang gender.
Perkembangan seni publik di Yogya-
karta dengan nafas kontemporer mulai meng-
isi ruang publik kota dirasakan sejak tahun
1980-an. Seperti halnya di kota-kota besar
lainnya di kalangan remaja muncul kelompok-
kelompok atau ‘geng’ meniru dari luar negeri
(Amerika). Untuk menunjukkan eksistensinyamereka menjadikan tembok-tembok kota se-
bagai media menuliskan nama gengnya dalam
bentuk gambar atau huruf tergores, di cat atau
ditandai dengan cara apapun pada property.
Menurut penelitian Barry (2008; 38), pada ta-
hun 1980-an di Yogyakarta setidaknya ada dua
geng yang ternama yang saling bersaing yaitu,
QZR atau Qizruh dan JXZ atau Joxzin (Joko
Sinting). QZR berbasis di Yogyakarta bagian
Utara, sedangkan JXZ berbasis di daerah sela-
tan sekitar Kauman.
Situasi menjelang reformasi tahun1998 menjadi momentum tumbuh suburnya
seni instalasi dan seni rupa pertunjukan (per-
formance art). Seni instalasi dalam konteks
visual merupakan perupaan yang menyajikan
visual tiga dimensional yang memperhitung-
kan elemen-elemen ruang, waktu, suara, ca-
haya, gerak dan interaksi audien (pengunjung
pameran) sebagai konsepsi akhir dari olah
rupa. Seni rupa instalasi dan seni rupa pertun-
jukan telah mendorong para perupa Yogya-
karta untuk mengangkat seni tradisi ke dalam
seni rupa kontemporer. Seni tradisi yang sela-
ma ini hanya dianggap sebagai seni rakyat dan
objek turisme, kini mendapat tempat khusus
di dalam seni rupa kontemporer. Seniman dan
masyarakat berkolaborasi mengekspresikan
diri dengan turun ke jalan dan menjadikan
ruang publik tersebut sebagai panggung dan
ruang pamer jalanan, di antaranya : (1) pada
Minggu 21 Juni 1998, Aksi seni rupa publik
dan seni rupa jalanan dilakukan di sepanjang
Boulevard UGM, Jl. Cik Di Tiro, Jl. Jendral
Sudirman, Tugu, Jl. Malioboro, dan Alun-alun
Yogyakarta. Di di beberapa titik jalan digu-
nakan untuk presentasi seni rupa pertunjukandan aksi seni rupa publik. Karya gambar,
poster, baliho, spanduk, instalasi, seni rupa
pertunjukan, karnaval, bendera, lukisan dind-
ing, atau apa saja yang diminati peserta disaji-
kan. Tujuannya adalah berkomunikasi dengan
publik serta membangun kesadaran perubahan
moralitas dengan cara terus-menerus meng-
gulirkan gerakan budaya. Motor penggerak:
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 64/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
191
Hendro Suseno, Anusapati, Samuel Indratma,
Agung”Leak”Kurniawan, Nindityo Purnomo
(Bernas, Rabu Pon, 17 Juni 1998). (2) mu-
lai 24 Juni s/d 7 Juli 1998, Yuswantoro Adimenggelar karya instalasi “Siapa Saja Boleh
Menjadi Presiden” di Halaman Kantor Harian
Bernas, Jl. Jenderal Sudirman 52 Yogyakarta
dengan menampilkan 2 buah karya masing-
masing bergambar uang Rp. 50.000,- dan
perangko bergambar Soeharto. Dalam gambar
yang dibuat di atas tripleks itu bagian kepalan-
ya dilubangi seukuran kepala manusia, di situ
setiap orang boleh dan dapat mencoba me-
masukkan kepalanya (Bernas, Rabu Kliwon,
24 Juni 1998). (3) Perupa Jalanan Malioboro
(Per-JAM) bersama komunitas Seni Jalanan
Malioboro menggelar pameran seni instalasi
di sepanjang jalan Malioboro tanggal 28-31
Desember 1999 dengan tema “ Dengan Seni
Menuju Masyarakat Tanpa Kekerasan” (Kom-
pas, Selasa, 28 Desember 1999 hal 9).
Seni Rupa publik menjadi media yang
efektif untuk memperjuangkan beragam ke-
pentingan dan menjadi media yang paling
mungkin meredam ekspresi kekerasan yang
biasa terjadi pada aksi-aksi demostrasi yang
dilakukan di ruang publik. Beberapa aksi
tersebut diantaranya: (1) “Public Art” yang
dilakukan para seniman yang bertujuan meng-kritisi pembangunan mal di Yogyakarta pada
hari Senin-Rabu, 11-13 oktober 2004. Publik
art dengan jargon “Di Sini akan Dibangun
Mal” dimaksudkan untuk mengkritisi kontro-
versi pembangunan mal yang cenderung tidak
mempertimbangkan kebutuhan dan karakter-
istik budaya masyarakat. Aksi itu diselengga-
rakan berbagai kelompok masyarakat, seperti
Komunitas Peduli Ruang Publik Kota (Keru-
puk), Jogja Heritage Society (HJS), Yayasan
Seni Cemeti, Kedai Kebun Forum, Bentara
Budaya Yogyakarta, dan Komunitas Senthir.Teks yang dirancang dalam aksi ini dimak-
sudkan untuk menyadarkan kelompok-kel-
ompok masyarakat, pengusaha dan pemerin-
tah agar kembali merenungkan pembangunan
mal secara kritis (Kompas edisi Jogja, Senin
11 Oktober 2004, hal 5). (2) kelompok Ma-
gersaren Art Project (MAP)— yang dimotori
Samuel Indratma, Ong Hari Wahyu, dan Butet
Kartaredjasa, memajang karya seni terpilih di
Nol Kilometer di dekat Jalan Malioboro setiap
enam bulan sekali. Awal Januari 2011 dipajang
patung setinggi sekitar 3 meter karya seniman
Budi Ubrux. Berbahan pelat, patung itu me-
nyerupai bentuk nasi dengan bungkus daun
pisang yang dilambari kertas koran. Pada ker-
tas koran itu, ada gambar Sultan Hamengku
Buwono X dan cuplikan pernyataannya terh-
adap tudingan sistem monarki terkait dengan
wacana keistimewaan Yogyakarta. Ada juga
gambar Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto
serta berita erupsi Gunung Merapi. Inspirasi
karya ini lahir dari peristiwa erupsi Merapi,
November 2010.
Gambar 1.
Seni Publik Nasi Bungkus di Nol Kilometer, Yogya-karta. (Dokumen peneliti)
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 65/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
192
Hadirnya karya-karya seni publik di
tengah sesaknya media komunikasi komer-
sial dan pembangunan yang terus menggu-
sur ruang-ruang publik beserta karakteris-tiknya, memberi suasana yang lebih segar dan
menghibur. seni publik sekaligus dapat meles-
tarikan nilai kearifan local, membongkar ba-
tas elitis dan eksklusif karya seni rupa dengan
publik menjadi elemen yang mampu mema-
nusiakan wajah kota, menjadikan ruang-ruang
kota menjadi hidup, dinikmati bersama, dan
milik semua warga.
2. Siasat Meraih Posisi Penting dalam Peta
Seni Rupa dan Publik
Tembok-tembok jalanan kota Yogya-
karta tidak pernah sepi menjadi tempat menyu-
arakan aspirasi publik yang tidak tertampung.
Media yang digunakan semakin bervariasi,
tidak hanya grafti tetapi ada juga sticker,
gambar temple (stensilan), dan mural. Ruang
publik dan jalanan di Yogyakarta semakin
dipenuhi dengan karya mereka. Beberapa kel-
ompok perupa dan ‘geng’ yang aktivitasnya
memanfaatkan ruang-ruang public, khususnya
tembok-tembok jalanan kota Yogyakarta tum-
buh menguat dan menemukan momentumnya
mengiringi gerakan Revormasi, MasyarakatYogyakarta umumnya menilai keberadaan
coretan-coretan dan gambar di tempat-tempat
umum memunculkan suasana yang kurang
nyaman. Kehadirannya dianggap mengotori
lingkungan dan tindakan vandalism (perusa-
kan), selain itu kebanyakan kurang menun-
jukkan nilai artistik serta sulit dipahami bagi
yang melihat. Pandangan masyarakat terh-
adap keberadaan coretan-coretan dan gambar
tersebut ternyata menimbulkan perdebatan,
ada yang menganggap wajar sebagai ekspresi
anak muda yang ingin menunjukkan identitasdiri dan kelompoknya, namun pada umum-
nya masyarakat Yogyakarta merasa terganggu
dengan jejak aktivitas mereka. Komentar-ko-
mentar masyarakat yang merasa lingkungan-
nya menjadi kotor oleh coretan-coretan yang
teksnya tidak mereka pahami, ada pula yang
geram karena dinding luar pagar bangunan
mereka yang selesai di cat, sudah ternodai
oleh grafti, tagging, ataupun poster-poster.
Pemerintah kota Yogyakarta juga merasakan
hal yang sama, banyak fasilitas publik yang
dipenuhi dengan coretan dan tempelan serta
memberi kesan suatu tindakan yang tidak ber-
tanggung jawab. Salah satu kelompok yang
popular membuat grafti dan tagging adalah
YORK. YORC merupakan gabungan dari
sekitar 42 perkumpulan kecil para pembuat
grafti yang punya hubungan teman dan ser -
ing bekerja sama dalam pembuatan grafti.
Kebanyakan dari mereka adalah alumni/jebo-
lan SMSR, SMKI dan SMK 5 Yogyakarta. Ko-
munitas ini tidak memiliki struktur organisasi
yang baku, melainkan karena kebersamaan
dalam aktivitas (Barry, 2008: 47-49). Dil uar
kelompok ini masih banyak kelompok lainyang melalkukan aktivitas yang sama, tetapi
sulit terdeteksi.
Masyarakat kota Yogyakarta merin-
dukan kembali ruang publik yang bersih dan
estetis, sehingga lahirnya gagasan estetisasi
ruang publik melalui mural, poster, dan gam-
bar tempel, dan gras di ruang publik kota.
Kelompok-kelompok perupa yang memiliki
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 66/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
193
interes ruang publik kota tersebut diantaran-
ya: Kelompok Apotik Komik yang dibentuk
oleh mahasiswa ISI tahun 1997 dengan ang-
gota Samuel Indratma, Popok Tri Wahyudi,Bambang ‘Toko’ Wicaksono dan Ari Diyanto
. Kelompok ini menggunakan bahasa komik
sebagai idiom dalam berkarya seni rupa. Mer-
eka cenderung memunculkan komik alternatif.
Kolompok Apotik Komik banyak membuat
mural di dinding jembatan layang dan tem-
bok-tembok bangunan di Yogyakarta (Mari-
anto, 2000; 234). Apotik Komik juga dikenal
sebagai pelopor “muralisasi” di ruang publik
kota Yogyakarta. Lahirnya gagasan estetisasi
ruang publik dengan mural ini adalah sebagai
reaksi atas maraknya grati dan coretan liar
yang mengganggu kebersihan dan estetika
kota. Estetisasi ruang publik ini pada waktu
berikutnya di gerakkan oleh JMF (Jogja Mural
Forum).
Pada tahun 1998 berdiri kelompok
Lembaga Budaya Kerakyatan ‘Taring Padi’
yang pada tahun 2003 diketuai oleh Yustoni
Voluntero. Kelompok Taring padi memfokus-
kan diri pada karya gras dengan teknik cukil
kayu yang dicetak di atas kertas maupun kain.
Karya-karya gras Taring Padi umumnya
bertemakan kritik social dengan subjek uta-
manya petani dan buruh. Karya gras TaringPadi yang berukuran besar dicetak di atas kain
dan biasanya difungsikan sebagai baliho atau
barnner untuk diarak dalam kegiatan arak-
arakan budaya atau unjuk rasa. Karya-karya
poster mereka sering ditempel di tembok-
tembok maupun pagar-pagar kota Yogyakarta
(Harsono, 2003; 54-91).
Kelompok ‘Daging Tumbuh’ didirikan
oleh Eko Nugroho pada tahun 2000. Karya
Daging Tumbuh dimulai dengan komik under-
ground kemudian berkembang ke mural, em-
broidery, gambar, patung, instalasi dan wayangkulit. Daging Tumbuh pada awalnya hanyalah
sebuah buku komik yang dimaksudkan seba-
gai galeri untuk memajang karya-karya komik
mahasiswa ISI yang belum tertampung di gal-
eri formal (Rusydi, Ibnu. ‘Seni Daging Tum-
buh’, Majalah Tempo Interaktif (07 Agustus
2009) online http://www.tempointeraktif.com/
hg/seni/2009/08/07/brk,20090807-191287,id.
html. diunduh tanggal 16 Juli 2012
Apotik Komik, LBK Taring padi, dan
Daging Tumbuh memiliki kesamaan dalam
beberapa hal misalnya, mereka sama-sama
menggunakan materi dasar berupa gambar
komik, ilustrasi, dan poster yang diusung ke
ruang publik dan memiliki bobot komunikasi
visual dibanding sebagai ekspresi murni. Ru-
ang publik menjadi sarana yang efektif bagi
kelompok-kelompok yang selama ini berada
di luar arus utama menjadi perbincangan in-
ternasional dan menempatkan mereka dalam
catatan sejarah seni rupa kontemporer Indone-
sia serta diterima galeri-galeri komersial.
Kelompok Sepi (Seniman Pinggi-
ran) yang menempuh karir berkesenian tan-
pa melalui ‘jalur’ formal, seperti ISI, tetapimempunyai keteguhan bahwa kesenian bu-
kan hanya milik sekelompok orang. Seni rupa
adalah sebuah wilayah yang paling demokra-
tis untuk dimasuki. Arena yang memperbole-
hkan setiap orang untuk berlaga tanpa harus
berakhir dengan kalah atau menang (Ade
Tanesia. “ Another Art is Posible’ , http://ad-
etanesia.wordpress.com/2008/08/15/another-
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 67/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
194
tas akibat dominasi iklan, sehingga mural
digunakan sebagai strategi untuk merebut
ruang publik. Bisa dikatakan hampir selu-
ruh ruang publik yang ada di Yogyakartahabis dikapling untuk kepentingan promo-
si industri dan partai politik. Wajah kota
dipenuhi papan reklame, seakan-akan se-
luruh ruang kosong di kota menjadi hak
para pengiklan. Penataan kota semakin
menyedihkan, banyaknya papan reklame
di setiap bagian kota berprilaku “men-
eror” kesadaran warga kota. Memang
ada semacam perlawanan dari sebagian
warga masyarakat terhadap penataan kota
semacam itu. Sebagian seniman misalnya,
ada yang menjuluki kotanya sebagai “Yo-
gya Berhati Iklan” yang diplesetkan dari
“Yogya Berhati Nyaman”.
Mengendalikan vandalism pada ruang pub-3.
lik dan areal privat akibat coretan-coretan
liar dan grafti yang maknanya tidak jelas.
Tindakan vandalism ini menimbulkan
masalah yang lebih luas di masyarakat,
masyarakat menjadi terganggu dan ruang
publik menjadi kotor dan tidak estetis.
Gambar 2.
Proyek Mural “Midnight Live Mural Project”,
tahun 2006. (Dokumen peneliti)
art-is-possible/ diunduh tanggal 6 Juli 2012).
Menurut Ouda Tena salah satu aktivis Kelom-
pok Sepi, ‘Konsepsi Seni Pinggiran ini berasal
dari situasi berkesenian yang dilalui oleh paraanggota kelompok yang cenderung memilih
berkarya di kampung-kampung, juga karena
mereka tidak berlatar belakang pendidikan
seni (rupa)’ (http://oa.ivaa-online.org/ oa/ ?rid
= &code=0&id=343 diunduh tanggal 6 Juli
2012).
Lahirnya muralisasi atau karya seni
rupa lainnya di ruang publik kota sebenarnya
tidak murni akibat vandalism grafti oleh para
“Bomber”, tetapi proyek-proyek tersebut juga
dilatar belakangi oleh beberapa faktor :
Mendekatkan seni visual pada publik dan1.
menjadikan ruang publik kota sebagai gal-
eri alternative. Strategi ini dimaksudkan
untuk mencuri perhatian guna mendulang
popularitas dan memperebutkan kesem-
patan masuk dalam jaringan seni nasional
maupun internasional karena galeri kon-
vensional dan agen-agen seni cenderung
kurang memperhatikan mereka. Kesem-
patan ini dimanfaatkan secara tepat oleh
perupa kontemporer, khususnya kelompok
Apotik Komik dengan mengusung gaya
visual mereka ke dinding-dinding ruang
publik kota dalam bentuk mural. Karak-ter pribadi mereka sangat kental, sehingga
masyarakat dapat mengapresiasi karya
mereka di ruang publik yang telah dijadi-
kan galeri alternatif.
Merebut ruang publik dari dominasi kepent-2.
ingan komersial dan politik. Ruang publik
yang biasa digunakan oleh masyarakat un-
tuk berkreasi dan berekspresi sangat terba-
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 68/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
195
Dalam dua dasawarsa terakhir, kota
Yogyakarta mulai menyadari benar penting-
nya ruang bagi masyarakat kota yang bersi-
fat partisipatif dan mencerminkan ekspresimasyarakatnya, sehingga kebijakan publik
pemerintah kota memberikan ruang bagi
masyarakat untuk berpartisipasi mengisi ru-
ang publik dengan berbagai karya seni dan
pertunjukan seni, khususnya yang berkaitan
dengan even seni. Karya seni rupa kontempo-
rer, seperti seni instalasi, patung, mural, graf-
ti, dan yang lainnya silih berganti mengisi
ruang publik kota, sejalan dengan even kes-
enian yang berlangsung. Kampung-kampung
di kota Yogyakarta tampil lebih ekspresif
dengan menghadirkan mural yang dikerjakan
oleh warganya. Thomas Eric Bantley, pakar
arsitektur kota asal Amerika Serikat menya-
takan, “aspek imajinasi sangat penting dalam
pertumbuhan pembangunan perkotaan, secara
kejiwaan hal tersebut bisa memacu semangat
dan kreativitas warganya.
C.Penutup
Hadirnya kelopok-kelompok seniman
ataupun perupa yang memanfaatkan ruang
publik sebagai ruang ekspresi ini tidak lepas
dari kondisi ruang publik kota yang telah ke-hilangan sifat kepublikannya. Ruang publik
kota juga sarat dengan warna dan suasana
politik dan ekonomi. Kehadiran karya seni
rupa di ruang publik pada periode pra-refor-
masi, seperti monumen, diorama, poster men-
jadi sangat prakmatik dan bermuatan politik,
sehingga ruang publik kota kehilangan sifat
puitiknya. Karena kecenderungan sifat steri-
otip dan hegemonik dalam pemanfaatannya,
ruang publik dan karya seni rupa publik men-
jadi kehilangan kewajaran dan daya guguhnya.
Ruang publik tidak lagi menjadi ruang yangdemokratis. Situasi ini menjadi momentum
penting bagi perupa-perupa muda untuk mere-
but ruang publik sebagai ruang ekspresi yang
demokratis dan dinamis. Ruang yang mampu
menjadi medan magnit bagi publik seni dan
masyarakat luas untuk melihat dan memperhi-
tungkan eksistensi mereka
Ketatnya persaingan memasuki gal-
eri seni sebagai media presentasi karya serta
membangun jaringan dalam art world tergan-
tikan oleh ruang-ruang publik sebagai galeri
alternatif yang tak pernah tutup dan dapat di-
akses oleh siapapun dan kapanpun. Para perupa
dengan karakteristik karyanya masing-masing
menjadi sangat dikenal masyarakat, ditun-
jang publikasi media massa yang merespon
positif aktivitas mural dengan peliputan yang
tak berkesudahan. Para perupa memperoleh
publikasi secara intensif yang tentu sangat
bermanfaat untuk meningkatkan popularitas
mereka. Mereka memanfaatkan momentum
ini untuk memperluas jaringan internasional
dan memperkokoh posisinya dalam peta seni
rupa kontemporer.
Daftar Pustaka
Buku:
Barry, Syamsul. 2008. Jalan Seni
Jalanan Yogyakarta. Yogyakarta: Stadium.
Burhan, M. Agus. 2003. ”Cemeti se-
bagai Tanda Perubahan Zaman” dalam 15
Years Cemeti Art Hause Exploring Vacuum.
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 69/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
196
Yogyakarta: Cemeti Art House.
Harsono, FX. 2003. ‘Kerakyatan da-
lam Seni Lukis Indonesia: Sejak Persagi
hingga Kini’ dalam Adi Wicaksono dkk., ed,Politik dan Gender: Aspek-aspek Seni Visual
Indonesia. Yogyakarta: Yayasan Seni Cemeti.
Hertzberger, Herman. 2000. Space and
the Architect : Lessons in Architecture 2. Neth-
erlands: 010 Publishers.
Hutama, David. 2010. ”Ruang Publik
dalam Arsitektur” dalam F. Budi Hardiman,
Ruang Publik : Melacak”Partisipasi Demokra-
tis” dari Polis sampai Cyberspace. Yogyakar-
ta: Kanisius.
Kartodirjo, Sartono. 1982. Pemikiran
dan Perkembangan Historiogra Indonesia
Jakarta: PT. Gramedia.
Kuntowijoyo, 2003. Metodologi Seja-
rah. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya beker-
jasama dengan Jurusan Sejarah FIB UGM.
Marianto, Dwi. 2000. ‘Gelagat Yogya-
karta Menjelang Milenium Ketiga’ dalam Jim
Supangkat, ed, OUTLET : Yogya dalam Peta
Seni Rupa Kontemporer Indonesia. Yogya-
karta: Yayasan Seni Cemeti.
Miles, Malcolm. 1997. Art, Space and
The City: Public Art and Urban Futures. Lon-
don: Routledge.
Stromberg, Roland N.2003. “Euro- pean Intellectual History Since 1789” dalam
Kuntowijoyo , Metodologi Sejarah Yogyakar-
ta: Tiara Wacana Yogya bekerjasama dengan
Jurusan Sejarah FIB UGM.
Jurnal :
Kurniawan, Agung. 2003. ‘Pemberon-
takan dari Ruang Tamu’, Jurnal Karbon edisi
5 No.5, hal. 33-39.Rath, Amanda Katherine. 2003. ‘Peri-
hal Seni Alternatif dan Ruang Seni Alternatif,
Jurnal Karbon, edisi 5, No. 5. Hal. 4-15.
Majalah dan Koran :
Bernas, Rabu Pon, 17 Juni 1998, “Aksi
Seni Rupa Publik, Aksi Seni Rupa Jalanan”
Bernas, Rabu Kliwon, 24 Juni 1998,
“Siapa Saja Boleh Jadi Presiden”.
Kompas edisi Jogja, Senin 11 Oktober
2004, hal 5, “Dengan Seni Menuju Masyarakat
Tanpa Kekerasan”.
Internet :
Ivaa-online. http://oa.ivaa-online.org/
oa/ ?rid = &code=0&id=343 diakses tanggal
6 Juli 2012).
Rusydi, Ibnu. ‘Seni Daging Tumbuh’,
Majalah Tempo Interaktif (07 Agustus 2009)
online.http://www.tempointeraktif.com/hg/
seni/2009/08/07/brk,20090807191287,id.
html . diunduh tanggal 16 Juli 2012.
Tanesia, Ade. “Another Art is Posible’,
http://adetanesia.wordpress.com/2008/08/15/
another-art-is-possible/ diakses tanggal 6 Juli2012).
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 70/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
197
PENGEMBANGAN DESAIN PRODUK UNGGULAN IKM DI KABU-
PATEMALANG JAWA TIMUR YANG BERDAYA SAING TINGGI
Christin Mardiana,Ratna Puspitasari
Abstrak
Saat ini IKM di Jawa Timur masih berorientasi pada kegiatan produksi serta rendah ino-
vasi dalam pengembangan produk dan pemasaran, sehingga diperlukan peningkatan wawasan
dalam memanfaatkan sumber daya lokal yang meliputi: teknologi, SDM, bahan baku, dan po-
tensi alam.
Permasalahan disini adalah masih kurang kompetitifnya produk IKM di Jawa Timur
(Kabupaten Malang) dari segi desain dan marketingnya, permasalahan lain adalah kesenjan-
gan kompetensi antara perguruan tinggi dan dunia industri IKM dalam pengembangan kualitas
produk, akses pasar dan proses manufaktur untuk dapat bersaing dipasar global. Pengemban-
gan desain produk ini diharapkan mempermudah membangun jembatan kerjasama antara per-
guruan tinggi dan sentra IKM Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Hal tersebut diatas bertujuan agar Kabupaten dapat mengembangkan daya saing
produknya dan tidak lagi bergantung pada daerah lain yang lebih maju. Selain itu, adanya
pengembangan desain produk unggulan dapat meningkatkan kompetensi SDM IKM sekaligus
dapat meningkatkan kualitas desain produk dan teknologi rancang bangun, pada sektor industri
kreatif.
Hasil dari kegiatan ini adalah pengembangan desain produk IKM diantaranya: pengem-
bangan ide dan konsep produk, dokumentasi desain (gambar-gambar, 3D rendering, gambar
produksi, spesikasi desain), purwarupa pengembangan desain, dan Artikel ilmiah untuk pen-
gajuan ke jurnal nasional serta dan rekomendasi Program Pengembangan Produk Unggulan di
Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Kata Kunci : IKM, Pengembangan Desain, Produk Unggulan, Jawa Timur
Abstract
Currently SMEs in East Java is still oriented on production activities and low for inno-
vation in product development and marketing, so it is necessary to increase insight in utilizing
local resources which include: technology, human resources, raw materials, and natural poten-
tial.
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 71/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
198
The problem here is lack of competitive SME’s products in East Java (Malang) - in
terms of design and marketing - another issue is the competence gap between universities and
industry ( SMEs ) in the development of product quality , market access and process manu-
facturing to be competitive in the global market . Development of this product is expected to facilitate the design of building bridges of cooperation between universities and SMEs centers
Malang , East Java .
It is intended, that the district of Malang should develop the competitiveness of their products
and are no longer depend on other more advanced areas. In addition, the development of fea-
tured or superior product design increase the competency of human resources as well as im-
proving the quality of product design and engineering technologies in creative industries.
The results of this research is the development of the SME product design including : the
development of ideas and product concepts , design documentation ( drawings , 3D renderings
, production drawings , design specications ), product prototyping from design development,
and articles submission for national journals and recommendations for Featured Product De-
velopment Programs in Malang , East Java.
Keywords : SME (small medium enterprise), Design Development , Featured Products , East
Java
PENDAHULUAN
Jawa Timur memiliki 38 Kabupaten
/ Kota yang mana memiliki keanekaragaman
seni dan budaya serta potensi alam yang ada
di setiap wilayah. Keanekaragaman seni, bu-
daya serta potensi alam di setiap daerah da-
pat dijadikan sebagai produk unggulan untuk
daerah tersebut.
IKM Jawa Timur pada kondisi seka-
rang masih berorientasi pada kegiatan produk-
si, dan kurang berinovasi dalam mengem-
bangkan produk dan pemasarannya, masih
perlu ditingkatkan wawasan dan kompetensi
kapasitas SDM, kemampuan dalam meman-
faatkan sumber daya lokal. Desain produk in-
dustri, inovasi teknologi, dalam mengelola ba-
han baku, potensi alam agar Kabupaten / Kota
dapat meningkatkan daya saing produknya.
Tidak semua Kabupaten di Jawa Timur
telah memiliki produk unggulan. Perlunya
produk unggulan ini sendiri sebagai upaya un-
tuk meningkatkan pencitraan daerah tersebut
serta daya saing komoditas.
TINJAUAN PUSTAKA
Kabupaten Malang
Kabupaten Malang memiliki pola
pertumbuhan industri yang unik, dimana se-
bagian besar industrinya didukung oleh sek-
tor industri kecil dan mikro. Hanya terdapat
beberapa industri manufaktur besar yang ter-
dapat di Kabupaten Malang sebagian disusun
atas industri manufaktur padat karya.
Industri Manufaktur
Industri Rokok •
Industri Tekstil & Garmen•
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 72/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
199
Industri Kecil dan Mikro
Industri Tempe dan Keripik Tempe•
Industri Makanan & Minuman•
Industri Kerajinan Kaos Arema•Industri Kerajinan Sarung Bantal Deko-•
rasi
Industri Kerajinan Rotan•
Industri Kerajinan Mebel•
Industri Kerajinan Topeng Malangan•
Industri Kerajinan Lampion•
Industri Kerajinan Patung & Taman•
Industri Kerajinan Keramik & Gerabah•
Industri Advertising dan Percetakan•
Kompleks Industri Manufaktur & Sentra
Industri Mikro
Kompleks Industri Karya Timur •
Kompleks Industri Karanglo•
Kompleks Industri Pandanwangi•
Sentra Industri Keripik Tempe Sanan•
Sentra Industri Mebel Blimbing•
Sentra Industri Rotan Arjosari•
Sentra Industri Keramik Dinoyo•
Sentra industri sarang burung•
Referensi
Ada beberapa Produk Unggulan dari
Kabupaten / Kota yang ada di Jawa Timur dap-
at dijadikan Referensi dan Contoh dari Produkyang telah berdaya saing dan bisa dikembang-
kan.
Aneka makanan camilan
Berbagai macam makanan camilan
diproduksi oleh IKM yang berada di kabu-
paten Malang, antara lain sagon,keripik sing-
kong, keripik tempe, kacang kulit, marning
jagung, dan rengginang. IKM makanan cami-
lan ini tersebar di beberapa daerah di Kabu-
paten Malang; Sagon di desa Sedayu-Turen,
keripik singkong dan kacang kulit di desaTalok-Turen, marning jagung di Wajak, dan
rengginang di desa Sumber Pucung.
Keripik dan Sari buah
Malang terkenal dengan kota pengha-
sil buah. Keripik buah dan sari buah adalah
salah satu hasil olahan buah yang dapat men-
ingkatkan daya tahan buah untuk bisa lebih
lama dijual. Produksi keripik buah di kabupat-
en Malang terdapat di desa Swaru-Pagelaran
dan daerah Singosari.
Gambar 1.
Keripik Singkong dan Rengginang
Malang
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 73/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
200
Produk kulit
Produk kulit di Kabupaten Malang
banyak dihasilkan di daerah Bululawang dan
Singosari. Produk-produk yang dihasilkan
antara lain tas, dompet, jaket kulit dan sepatu.
Produk kulit dari Malang ini terkenal pada
kualitas jahitan dan kerapiannya.
Gambar 2.
Keripik Buah dan Sari Buah Malang
Gambar 3.
Produk Kulit Malang
Sumber Ide-Ide Kreatif
Budaya: (culture) pengembangan de-
sain da produksi batik, anyam-anyaman, ukir-ukiran.
Gaya hidup: (life style) produk IKM
melingkupi kelengkapan hidup saat ini, seba-
gai contohi: fashion, gadget, home accesso-
ries, dan sebagainya.
Pasar : Dibagi menjadi dua macam,
pasar maya (on-line) dan pasar off-line. Men-
ciptakan virtual market place (VMP), pasarmaya yang tidak terbatas waktu operasional-
nya, tidak dibatasi dengan batas wilayah seh-
ingga IKM dapat membuka pasar baru selain
pasar regional yang selama ini digeluti; dengan
metode pemasaran market to product, yaitu
membuat purwarupa secara digital (digital
prototyping) untuk ditawarkan ke konsumen
melalui pasar maya yang dijelaskan sebelum-
nya.
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 74/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
201
Proses : (technology processing) me-
nemukan sistem produksi baru dan atau lebih
esien dalam penggunaan bahan/material,
waktu produksi, nishing, teknologi laminasi,dan seterusnya.
Material : Rekayasa dengan memung-
kinkan lebih dari satu macam bahan dalam
satu produk (mix-material). Menciptakan sin-
ergi antar IKM yang berbeda produk dan ma-
terial. Sebagai contoh produk tungku aroma
terapi: berbahan kayu & metal atau kayu &
batu, modul kayu bisa dikerjakan di Malang,
modul metal bisa dikerjakan di Pasuruan,
modul batu bisa dikerjakan di Mojokerto. Atau
bisa dimungkinkan dikerjakan oleh beberapa
IKM (IKM metal, batu dan kayu) dalam satu
kabupaten/kota yang nantinya bisa menjadi
satu sentra baru yang berdaya saing dan kom-
petitif.
Desain Gras
Istilah desain muncul sebagai hasil
revolusi industri dengan pola indutri massal
yang dimiliki serta pemikiran modernisme
dengan asas spesialisasinya. Secara singkat is-
tilah desain dapat diartikan sebuah hasil karya
manusia yang harus dapat berfungsi untuk
memecahkan suatu masalah serta memudaah-kan kerja masyarakat konsumen yang tertentu.
Pada awalnya desain disebut sebagai seni-
terapan (applied arts). Namun setelah perkem-
bangan industri modern terjadi perkembangan
proses spesialisasi yang memisahkan seni tera-
pan menjadi sebuah bidang profesi tersendiri
yang dinamakan “desain”.
Kata ”desain gras” diartikan sebagai:
“generic term for the activity of combining ty-
pography, illustration, photography and print-
ingfor purposes of persuasion, information,
or instruction” (Livington, 1994:90). Desaingras adalah proses merancang gambar atau
bentuk-bentuk visual dwimatra (dua dimensi)
untuk kepentingan proses komunikasi yang
fungsional dan efektif. Secara garis besar ada
empat elemen dasar dalam Desain Gras:
Ilustrasi, Fotogra/lm, Simbol, Tipogra
(headline, subheadline, bodycopy).
Prinsip-prinsip Dasar Desain Gras
a. Keseimbangan
Keseimbangan adalah pembagian
beban secara merata. Keseimbangan sangat
penting, sehingga perasaan tidak nyaman
akan muncul saat melihat sesuatu yang tidak
seimbang. Begitu pula dengan keseimbangan
dalam layout. Bila layout tidak memiliki ke-
seimbangan, pembaca akan merasa ada yang
salah dengan halaman tersebut.
Ada dua pendekatan dalam mencapai
keseimbangan. Yang pertama adalah keseim-
bangan simetris. Keseimbangan simetris ter-
capai ketika berat dari komposisi terbagi rata
di sekitar sumbu vertikal maupun horizontal.Keseimbangan simetris dapat menyampaikan
kekuatan dan kestabilan, cocok untuk karya
yang tradisional dan konservatif. Keseimban-
gan simetris secara normal diasumsikan den-
gan bentuk yang identik ditinjau dari kedua
sisi dari sumbunya.
Pendekatan satunya adalah asimetris,
yang bisa dilakukan dengan cara menata
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 75/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
202
obyek-obyek yang berlainan sehingga men-
capai berat yang sama pada masing-masing
sisi halaman. Untuk elemen penyeimbang da-
lam desain asimetris, bisa digunakan warna,value, ukuran, bentukan dan tekstur. Daerah
yang gelap terlihat lebih berat daripada daerah
yang terang, sehingga sebuah bentukan kecil
berwarna hitam di sebelah kiri bisa menyeim-
bangkan ruang kosong besar di sebelah kanan.
Keseimbangan asimetris menunjukkan perbe-
daan, variasi, gerakan, kejutan dan ketidakfor-
malan pada suatu karya. Asimetris cocok un-
tuk karya yang harus menginformasikan dan
menghibur, misalnya brosur perjalanan.
Ada berbagai cara untuk menciptakan
keseimbangan, yaitu mengulang suatu ben-
tukan dengan jeda yang teratur baik secara
horizontal ataupun vertikal, memusatkan el-
emen-elemen pada satu halaman, meletakkan
beberapa gambar kecil dalam satu area untuk
menemani satu blok teks atau satu gambar
ukuran besar, menggunakan satu atau dua ben-
tukan tidak umum dan biarkan yang lainnya
berbentuk biasa saja, mencerahkan karya yang
berisi banyak teks dengan visual yang cerah
dan berwarna-warni, berikan white space yang
banyak di sekitar satu blok teks atau foto yang
sangat gelap, penataan sebidang besar daerah
terang di tengah karya dan secuil daerah ge-lap di bagian ujung, meletakkan beberapa cuil
teks yang dikelilingi banyak white space untuk
menemani foto atau ilustrasi yang besar dan
gelap, dan membagi halaman dengan jumlah
yang sama antara baris dan kolom (Siebert
dan Ballard 30-1).
b. Irama
Irama adalah sebuah pola yang tercip-
ta melalui pengulangan elemen-elemen yang
bervariasi. Irama dapat menciptakan rasa berg-
erak, dan dapat membentuk pola dan tekstur.Irama dapat diciptakan melalui repetisi (rep-
etition) dan variasi (variation). Repetisi ada-
lah pengulangan elemen-elemen yang sama
secara konsisten. Repetisi mempersatukan
suatu karya. Tapi tanpa variasi, repetisi bisa
jadi membosankan. Variation adalah peruba-
han pada bentuk, ukuran atau posisi elemen.
Halaman-halaman dengan kolom teks yang
identik harus diberi jeda dengan mengguna-
kan headline atau gambar. Dengan menyeim-
bangkan antara repetisi dengan variasi, karya
dapat terlihat sebagai satu-kesatuan namun
ada elemen-elemen yang tetap membuat pem-
baca merasa tertarik.
Dalam sebuah karya, irama dapat me-
nyatakan perasaan atau nuansa. Menempatkan
elemen-elemen pada jarak dan jeda yang tetap
dapat menimbulkan nuansa yang tenang dan
menenangkan, dan membuat teks lebih mu-
dah dibaca. Perubahan yang mendadak dalam
ukuran dan jarak antar elemen (irama cepat
dan hidup) membangun nuansa yang men-
gasyikkan. Iklan sering menggunakan irama
cepat untuk menarik dan menahan perhatian
audience.
c. Aksentuasi
Aksentuasi adalah penekanan pada apa
yang diinginkan untuk dilihat pertama kali oleh
audience. Untuk menarik perhatian pembaca,
setiap layout membutuhkan focal point. Tanpa
adanya focal point, pembaca akan berlalu de-
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 76/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
203
ngan cepat. Namun bila terlalu banyak point of
interest, pembaca tidak akan tahu yang mana
yang harus dilihat terlebih dahulu, dan akan
menyerah. Dengan kata lain, memberi teka-nan pada semuanya berarti tidak menekankan
pada apapun. Karena itulah maka elemen yang
paling penting harus dipilih, berdasarkan pe-
san yang akan dikomunikasikan dan berdasar-
kan target audience. Setelah memilih elemen
yang akan ditekankan, ada banyak metode
yang bisa dilakukan untuk menarik perhatian
ke sana. Aturan umumnya adalah bahwa focal
point diciptakan ketika suatu elemen berbeda
dengan yang lainnya. Pada suatu penataan di
mana semuanya vertikal, elemen yang hori-
zontal akan terlihat menonjol. Sebuah ilustrasi
kecil dan detil yang dikelilingi bidang besar
dan berwarna datar dapat membentuk focal
point. (Siebert dan Ballard 35).
d. Kesatuan
Kesatuan adalah ketika semua elemen
terlihat seperti saling berhubungan satu sama
lain. Salah satu cara untuk menyatukan teks
dan gambar adalah dengan mengelompokkan-
nya. Elemen-elemen yang berdekatan akan
terlihat menyatu. Cara lainnya adalah dengan
pengulangan. Sebuah warna, bentukan atau
tekstur yang diulang pada desain akan terlihatmenyatu. Misalnya dengan mengambil warna
dari foto untuk digunakan sebagai background.
Variasi bisa digunakan untuk membuat kesat-
uan layout tidak membosankan. Untuk men-
ciptakan kesatuan, berbagai hal bisa dilakukan
misalnya dalam satu layout hanya mengguna-
kan satu atau dua jenis typeface lalu divariasi-
kan dalam ukuran dan ketebalan.
Kemasan
Menurut Dedi D dan Listia Natadjaja
(2005), Dahulu kemasan digunakan untuk me-lindungi barang. Kemasan sebagai tempat agar
barang mudah dibawa kemana saja, kemudian
berkembang menambah nilai fungsional dari
proses mulai konsep penciptaan sampai ditan-
gan konsumen.
Fungsi kemasan sebagai factor penga-
man melindungi produk terhadap berbagai
kmemungkinan yang dapat menimbulkan
kerusakan barang dari cuaca, sinar, tumpu-
kan, kuman, serangga dan lain-lainnya. Fak-
tor ekonomi perhitungan biaya produksi harus
efektif termasuk pemilihan bahan kemasan.
Sebagai factor distribusi kemasan mudah di-
distribusikan dari pabrik ke distributor atau
pengecer sampai konsumen. Sebagai media
komunikasi yang menerangkan atau mencer-
minkan produk, citra merek dan juga sebagai
bagian promosi dengan pertimbangan mudah
dilihat, dipahami dandiingat.Faktor ergonomic
berbagai pertimbangan kemasan mudah diba-
wa, dipegamng, dibuka, diambil/dihabiskan
isinya. Faktor estetik merupakan daya tarik
visual yang mencakup pertimbangan warna,
bentuk, logo atau merek, ilustrasi, tipogra
dan komposisi. Kemasan harus berbeda den-gan kemasan yang lain, memiliki identitas
produk agar mudah dikenal dalam membeda-
kan dengan yang lain (unik).
Daya tarik kemasan daya tarik visual
dengan unsure-unsur gras antara lain warna,
ilustrasi, tipogra, bentuk kemasan, logo/mer -
ek dan tata letak/komposisi. Daya tarik prak-
tis, efektitas dan efesiensi pada kemasaan
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 77/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
204
mudah dipajang, dibawa, dipegang, menjamin
dapt melindungi produk , mudah dibuka dan
ditutup kembali untuk disimpan dan dapat di-
gunakan kembali serta porsi kemasan sesuaiuntuk makanan/minuman.
Dalam suatu desain, warna memegang
peranan yang penting karena menjadi salah
satu elemen dan pembeda yang paling signi-
kan. Warna adalah kualitas dari mutu cahaya
yang dipantulkan ke mata manusia sehingga
dapat membangkitkan perasaan manusia
(“Komunikasi Peranan Cetak” 38).
Dalam penggunaannya, warna terbagi
atas tiga jenis yakni praktis, psikis teknis, dan
estetis. Praktis berfungsi sebagai tanda pem-
beritahuan, seperti warna merah sebagai tem-
pat peralatan pemadam kebakaran, putih seba-
gai garis lalu lintas dan sebagainya. Sebagai
psikis teknis, warna dapat mempengaruhi ke-
muan kerja, mendorong pusat perhatian, dan
sebagainya. Dan sebagai estetis, warna ber-
peran dalam bentuk dan tampilan lukisan, pa-
tung, arsitektur serta benda-benda guna lain-
nya.
Daya tarik kemasan1.
Menurut Wirya (1999 : 15) antara lain :
Kemasan yang menjamin dapat me-•
lindungi produk Kemasan yang mudah di buka atau di•
tutup kembali untukdisimpan
Kemasan dengan porsi yang sesuai•
Kemasan yang dapat di gunakan kem-•
bali
Kemasan yang mudah di bawah, di pe-•
gang dan dijinjing.
Kemasan yang memudahkan pemaka-•
ian dalam menghabiskan dan mengis-
inya kembali.
2. Daya Tarik Visual
Daya tarik visual mengacu pada penampi-
lan kemasan atau lebel suatu produk mencak-
up warna, bentuk, merk/logo, ilustrasi, teks/
tipogra, tata letak (Wirya, 1999:28-30).
HASIL ANALISA
Demogra
Jumlah penduduk Kota Malang 800.000
(2012), dengan tingkat pertumbuhan 3,9% per
tahun.Sebagian besar adalah suku Jawa, serta
sejumlah suku-suku minoritas seperti Madura,
Arab, dan Tionghoa.
Agama mayoritas adalah Islam, diiku-
ti dengan Protestan, Katolik, Hindu, Buddha,
dan Kong Hu Chu. Bangunan tempat ibadah
banyak yang telah berdiri semenjak zaman ko-
lonial antara lain Masjid Jami (Masjid Agung),
Gereja Hati Kudus Yesus, Gereja Kathedral
Ijen (Santa Maria Bunda Karmel), Klenteng
di Kota Lama serta Candi Badut di Kecama-
tan Sukun dan Pura di puncak Buring. Malang
juga menjadi pusat pendidikan keagamaan
dengan banyaknya Pesantren, yang terkenal
ialah Ponpes Al Hikam pimpinan KH. HasyimMuhsyadi, dan juga adanya pusat pendidikan
Kristen berupa Seminari Alkitab yang sudah
terkenal di seluruh Nusantara, salah satunya
adalah Seminari Alkitab Asia Tenggara.
Bahasa Jawa dengan dialek Jawa Timuran
adalah bahasa sehari-hari masyarakat Malang.
Kalangan minoritas Suku Madura menuturkan
Bahasa Madura. Malang dikenal memiliki di-
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 78/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
205
alek khas yang disebut Boso Walikan, yaitu
carapengucapan kata secara terbalik,misalnya,
Malang menjadiNgalam, bakso menjadi os-
kab, burung menjadi ngurub, dan seterusnya.Gaya bahasa masyarakat Malang terkenal
egaliter dan blak-blakan, yang menunjukkan
sikap masyarakatnya yang tegas, lugas dan
tidak mengenal basa-basi.
Geogra
Terletak pada ketinggian antara 429-667
meter diatas permukaan air laut. 112,06°-
112,07° Bujur Timur dan 7,06°-8,02° Lintang
Selatan, dengan dikelilingi gunung-gunung :
Utara (Gunung Arjuno), Selatan (Gunung
Kawi & Panderman), Timur (Gunung Se-
meru), Barat (Gunung Kelud).
Batas dari kota Malang:Utara:Kab. Pa-
suruan dan Kab. Mojokerto. Timur:Kabupaten
Probolinggo, Kabupa-ten Lumajang. Barat:
Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri. Sela-
tan Samudra Indonesia.
Kondisi iklim Kota Malang selama tahun
2006 tercatat rata-rata suhu udara berkisar
antara 22,2 °C-24,5 °C . Sedangkan suhu mak-
simum mencapai 32,3 °C dan suhu minimum
17,8 °C . Rata kelembaban udara berkisar 74%-
82%. dengan kelembaban maksimum 97% dan
minimum mencapai 37%. Seperti umumnyadaerah lain di Indonesia, Kota Malang mengi-
kuti perubahan putaran 2 iklim, musim hujan,
dan musim kemarau. Dari hasil pengamatan
Stasiun Klimatologi Karangploso curah hujan
yang relatif tinggi terjadi pada bulan Januari,
Februari, Maret, April, dan Desember. Sedan-
gkan pada bulan Juni, Agustus, dan Nopember
curah hujan relatif rendah.
IKM
Industri Kecil yang ada di Kabupaten Ma-
lang sebanyak 2553 unit usaha. Jumlah ini
tersebar di 20 kecamatan dengan keunggulan-nya masing-masing, antara lain .
Potensi
Kota Malang memiliki pola pertumbuhan
industri yang unik, dimana sebagian besar in-
dustrinya disokong oleh sektor industri kecil
dan mikro. Hanya terdapat beberapa industri
manufaktur besar yang terdapat di Kota Ma-
lang sebagian disusun atas industri manufak-
tur padat karya.
Industri Rokok •
Industri Tekstil & Garmen•
Industri Kecil dan Mikro
Industri Tempe dan Keripik Tempe•
Industri Makanan & Minuman•
Industri Kerajinan Kaos Arema•
Industri Kerajinan Sarung Bantal Deko-•
rasi
Industri Kerajinan Rotan•
Industri Kerajinan Mebel•
Industri Kerajinan Topeng Malangan•
Industri Kerajinan Lampion•
Industri Kerajinan Patung & Taman•
Industri Kerajinan Keramik & Gerabah•Industri Advertising dan Percetakan•
Kompleks Industri Manufaktur & Sentra
Industri Mikro
Kompleks Industri Karya Timur •
Kompleks Industri Karanglo•
Kompleks Industri Pandanwangi•
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 79/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
206
Sentra Industri Keripik Tempe Sanan•
Sentra Industri Mebel Blimbing•
Sentra Industri Rotan Arjosari•
Sentra Industri Keramik Dinoyo•
Sentra industri sarang burung•
No Kecamatan Nama Sentra Desa ? Unit
1 Bululawang Kulit Bululawang 18
2 Dampit Klompen Majang-tengah 223 Donomulyo Emping mlinjo Kedung-salam 51
4 Gedangan Anyaman bambu Gedangan 25
5 Gondanglegi Genteng Gondang-legi 236
6 Karangploso Tempe Ngijo 12
7 Lawang Kerajinan kayu Bedali 15
8 Ngajum Tape Banjarsari 72
9 Ngantang Cobek batu Tulungrejo 37
10 Pagelaran Gerabah Merah Pagelaran 76
11 Pakis Tempe Sumber-kradenan 195
12 Pakisaji Kasur Wadung 8613 Ponco-
kusumo
Tikar Mendong Jambesari 417
14 Singosari Tempe,Kompor Taman-harjo 194
15 Sumber-manjing
Wetan
Kapur Druju 16
16 Sumber pucung
Rengginang Sambigede 50
17 Tumpang Tahu Tulusbesar 1518 Turen Kue kering, camilan,
sangkar burung
Talok, sedayu,
gedogwetan
496
19 Wajak Tampar tikar mendong Kidangbang,
Blayu, sukolilo, patok picis
476
20 Wonosari Barang dari kayu Kebobang 44
IKM Kabupaten Malang
ANALISA KECUKUPAN DATA UJI KE-
CUKUPAN DATA
Dari 405 lembar kuisoner yang dis-
ebarkan terdapat 57 kuesioner dianggap ru-
sak. Kerusakan yang dimaksud adalah kerena
pengisian yang dilakukan tidak sampai 50%
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 80/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
207
atau tidak diisi lengkap oleh responden. Se-
lanjutnya peneliti menentukan jumlah sampel
minimal, dengan menggunakan persamaan
Berneoulli sebagai berikut:
Diketahui:
Z (α/2) = 1,96 (tabel distribusi Normal dengan
tingkat signikansi 95%)
N = 405 sampel
p (jumlah sampel kuisioner yang dapat digu-
nakan) = 348 sampel
q (jumlah sampel kuisioner yang rusak) = 57
sampel
e = 0,05 ( 5% )
Maka dapat ditentukan jumlah sampel kuision-
er yang harus disebarkan sebanyak:
Jadi, jumlah kuisoner yang harus disebarkan
sebanyak 239 kuisoner.
REKOMENDASI
Program–Program Usulan Pengembangan
IKM
Tahapan program desain yang diperlukan bagi
IKM :
Pelatihan / workshop.1.
Pelatihan desain yang diperuntukkan
bagi IKM produk untuk membukawa-wasan tentang desain terkini dan informasi
teknologi produksi.
Pendampingan Desain dan Teknologi2.
Pendampingan desain dilaksana-
kan sebagai kegiatan lanjutan dari
pelatihan desain, dilaksanakan di
masing-masing IKM/sentra dibimb-
ing oleh tenaga ahli yang kompeten
dibidangnya.
Pengembangan produk/prototype3.
Pengembangan produk/pembuatan
purwarupa dari produk IKM. Pengemban-
gan produk ini diwujudkan dalam bentuk
3 Dimensi sehingga memudahkan IKM
untuk memahami masukan desain yang
diberikan juga sebagai e-katalog untuk
membantu pemasarannya.
Klinik Desain4.
Sebagai wadah evaluasi dan konsul-tasi desain bagi IKM yang membutuhkan
bantuan dalam pengembangan desain dan
produk-produknya.
Bimbingan/Pelatihan yang dapat dilaku-
kan untuk memajukan IKM antara lain :
Bimbingan Teknologi1.
Memberikan bimbingan terhadap
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 81/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
208
IKM dengan menghadirkan tenaga ahli di
bidang teknologi untuk membantu kemu-
dahan proses produksi.
Bimbingan Bisnis dan Managementz2.
Memberikan bimbingan mengenai ba-
gaimana menyusun bisnis plan bagi IKM.
Bimbingan HAKI3.
Memberikan wawasan terhadap IKM
tentang HAKI bagi produk yang te-
lah diproduksi sehingga memiliki hak
paten/hak intelektual terhadap produk-
produknya.
# Jenis Pertanyaan R tabel R hitung Ket.
1 Skala Usaha 0,088 0,138 VALID2 Proses Produksi 00,088 0,146 VALID
3 Harga Produk 00,088 0,336 VALID
4 Jalur Distribusi 00,088 0,168 VALID
5 Cara Distribusi 00,088 0,403 VALID
6 Segmentasi Pasar 00,088 0,317 VALID
7 Cara/Sistem Promosi 00,088 0,273 VALID
8 Tenaga Desain 00,088 0,271 VALID
9 Dokumen Desain 00,088 0,247 VALID
10 Imitasi/Duplikasi Produk
(tidak banyak IKM yang
duplikasi)
00,088 0,068 Data tidak
cukup
11 Permasalahan yang
Dihadapi
00,088 0,149 VALID
12 Layanan Desain Merk
(IKM belum memiliki
merek sendiri)
00,088 0,039 Data tidak
cukup
13 Layanan Desain Kemasan 00,088 0,236 VALID
14 Layanan Desain Produk 00,088 0,265 VALID
15 Layanan Desain Promosi 00,088 0,297 VALID16 Program Layanan Desain
Produk Industri yang
dibutuhkan
00,088 0,180 VAL ID
17 Apakah Sentra Produk
IKM ini merupakan salah
satu produk unggulan
Kab/Kota Malang ?
00,088 0,257 VALID
18 Fasilitas Eksisting IKM 00,088 0,435 VALID
HASIL UJI VALIDITAS
Tabel 2. Hasil Uji Validitas Data
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 82/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
209
Bimbingan Pemasaran4.
Memberikan bimbingan tentang peny-
usunan strategi pemasaran, melihatcelah
pasar yang akan dibidik dan layanan purna jual (after sales service) untuk konsumen
produk IKM.
Bimbingan Akses Pendanaan5.
Memberikan informasi akses pendan-
aan untuk IKM antara lain dari pihak per-
bankan/non-bank dan BUMN untuk bisamenjadi bapak angkat atau menjadikan
sebagai IKM binaan mereka.
R e k o m e n d a
s i / K e g i a t a n
S D M
T E K N O L O G I
P R O D U K
P A S A R
P e l a t i h a n D e
s a i n
P e n d a m p i n g a n D e s a i n
w o r k s h o p
I n o v a s i
K l i n i k D e s a i n P r o d u k
d a n K e m a s a n
P u r w a r u p a / P
r o t o t i p e
P r o m o s i P e m
a s a r a n
K o m u n i k a s i
V M P
P e n g e m b a n g a n
D e s P r o
Tabel 3. Matrik Rekomendasi Kegiatan
Gambar 4. Rencana Pengembangan Program
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 84/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
211
Gambar 8 - Purwarupa
Gambar 7. Pengembangan desain wayang kayu
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 85/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
212
KESIMPULAN
Setelah melaksanakan kegiatan peneli-
tian ini banyak manfaat yang diperoleh dalammengenal berbagai permasalahan yang terjadi
pada IKM di Kabupaten Malang. Kegiatan ini
berguna untuk meng-update data IKM yang
ada di Kabupaten Malang, melihat permasala-
han IKM lebih nyata(real) sehingga solusi
untuk pemecahan masalahnya bisa tepat pada
sasaran.
Harapan dari kegiatan ini adalah adan-
ya masukan dan usulan dari dinas dan pemer-
intah daerah setempat untuk meningkatkan
program-program pengembangan IKM, baik
dari segi pelatihan, evaluasi, pengembangan
dan pendampingan desain, dan aspek akses
permodalan sebagai langkah konkret pemer-
intah terhadap keberadaan IKM.
DAFTAR PUSTAKA
Hayashi, M., 2002. ‘SME Development and
Subcontracting in Indonesia : A Comparison
with Japan’s Historical Experience,’ PhD The-
sis, The Australian National University, Can-
berra.
Nazir, Moh.2003. Metode Penelitian.Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Nita, 2007, Desain Kemasan Menentukan Nilai Produk . Direktorat Jenderal Industri Ke-
cil dan Menengah Kementrian Perindustrian.
Pirous, AD. 1989. ‘’Desain Gras pada Ke-
masan’’, Simposium Desain Gras, FSRD
ISIYogyakarta.
Sachari, Agus. 2007. Budaya Visual Indone-
sia. Fakultas Seni Rupa dan Dsain, Erlangga,
Bandung.
Sachari, Agus. 2005. Pengantar Metodologi
Penelitian Budaya Rupa: Desan, Arsitektur,
Seni Rupa dan Kriya. Erlanga. Jakarta.
Supratikno, H., 2004. ‘Thedevelopment of
SME Clusters in Indonesia’, dalam D. Hew
and L.W. Nee (eds), Entrepreneurship and
SMEs in Southeast Asia, ISEAS,
Tambunan, T., 2000. Development of Small-
Scale Industries During the NewOrder Gov-
ernment in Indonesia, Ashgate, Singapore.
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 86/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
213
PENDAHULUAN
Perkembangan IPTEK pada satelit
merupakan kemajuan yang menentukan
pada revolusi manusia yaitu informasi bisa
SLOGAN THINK GLOBALLY, ACT LOCAL DALAM POSTMODERN
MASA KINI
Ningroom Adiani
Abstrak
Informasi sejarah postmodern dan perkembangannya sampai saat ini bisa didapat dengan san-
gat murah dan mudah di dunia Cyber dengan teknologi satelit. Postmodernisme muncul sebagai
wujud penentangan terhadap modernisme yang telah trend sebelum Perang Dunia ke-1. Sebe-
lum kemunculannya, ditandai dengan munculnya trend penggunaan kembali hasil karya dengan
mengandalkan keahlian para seniman/desainer (craft revival) bukan mengandalkan produksi
mesin.
Slogan “Think Globally, Act Locally” yang banyak didengungkan pada saat ini merupakan
dampak positif dari revolusi informasi yang melanda dunia sejak ditemukannya satelit. Hubun-
gan antara slogan tersebut dengan gaya postmodern perlu ditelaah dan dikaji secara ilmiah
melalui sejarah dan dampaknya pada produk dan kriya pada saat ini.
Kata Kunci : cyber, craft revival, revolusi informasi
Abstract
Informasi of postmodern history and development the latest can be get easly and cheaper in
cyber world with satelit technologi. Postmodernisme turnout as refusal the modernisme that it
had trend since before rst war world. Before it turnout, that signed used product hand made
revival whithout mecine product.
The motto of “think globally, act locally” constitute positif impact that it echo from informasi
revolution at now. That attacked violently world since satelit technologi founded. Relationship
with the motto and postmodernisme should research knowledge scientic by way of history and positif impact to product and craft at now.
Keywords : cyber, craft revival, revolusi information
diperoleh dan dikirim dengan sangat cepat.
Teknologi informasi berkembang berdasarkan
gelombang elektromagnetik , dimana infor-
masi berupa audio dan visual diubah menjadi
sinyal-sinyal listrik dan medan magnet dengan
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 87/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
214
kecepatan cahaya. Dengan disempurnakan IP-
TEK pada komputer, serat optik, dan IC (inte-
grated Circuit) telah membuat jaringan infor-
masi menjadi sangat mudah, murah dan bisadidapat dimanapun kita berada; hal itu terke-
nal dengan sebutan teknologi internet. Infor-
masi sejarah postmodern dan trendnya pada
saat ini bisa didapat dengan sangat murah dan
mudah di dunia Cyber dengan teknologi inter-
net tersebut.
Upaya menghidupkan kembali lo-
cal identity dan menumbuhkan kembali rasa
individualistis di daerah kota dan pedesaan
merupakan bagian dari teori sosial postmod-
ern. Dengan teknologi internet, informasi
sosial budaya masyarakat di luar lingkungan
pengguna telah menambah wawasannya ber-
kir baik secara rasional maupun irrrasional,
sehingga dia bisa membuat inspirasi-inspirasi
baru di tempat dia berada. Akhirnya muncul
slogan “Think Globally, Act Locally” yang
banyak didengungkan pada saat ini.
Adakah hubungan antara slogan
“Think Globally, Act Locally” dengan gaya
postmodern di era sekarang. Para seniman
dan desainer Banyak yang berpendapat bahwa
slogan tersebut adalah tren postmodern pada
masa kini. Hal tersebut perlu dibuktikan den-
gan telaah dan pengkajian ilmu lebih lanjutdari sejarah awal lahirnya postmodern sam-
pai postmodern sekarang dan persamaan dan
perbedaan dengan trend-trend gaya yang telah
dan akan berkembang sampai saat ini.
TUJUAN
Pengkajian slogan “Think Globally,
Act Locally” yang dikaitkan dengan gaya de-
sain postmodern akan dijabarkan melalui te-
laah sejarah dan telaah produk-produk yang
sedang tren pada saat ini. Isu-isu/narasi kecilsebagai bagian dari lahirnya postmodern akan
dikaji melalui contoh-contoh produk.
ERA BERIMAJINASI DIGITAL
Dengan ditemukannya IC (integreted
Circuit ) dan Microchip pada dekade lalu, te-
lah mengubah kinerja komputer. Pada mulan-
ya, Komputer digunakan untuk mempercepat
dan mempermudah pekerjaan dan terpisah
dari fungsi untuk telekomunikasi. Sekarang
bertambah kinerjanya menjadi pemberi infor-
masi secara cepat, murah dan bisa di dapatkan
dimanapun kita berada. Teknologi microchip
telah membuat komputer bisa diperkecil ben-
tuknya sebesar genggaman tangan. Sekitar
tahun 2010 telah berkembang komputer mini
yang bisa digunakan untuk mencari dan men-
girim informasi dengan cepat, murah, dan
dimanapun kita berada; contohnya telephon
genggam/Hp.
Dengan Teknologi telephon ini, bisa
diibaratkan kita bisa mendapatkan informasi
dari belahan dunia manapun dari genggaman
tangan kita. Dengan informasi seluruh dunia berada digennggaman kita, maka kita bisa
membuat inspirasi dan imajinasi dimanapun
dan kapanpun sesuai keinginan kita.
Imajinasi yang terwujud dengan
adanya benda berteknologi digital, banyak
melanda generasi penerus kita. Dari tingkat
Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi ham-
pir selalu menggunakan teknologi satelit ini.
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 88/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
215
Untuk para seniman dan desainer bisa mencari
inspirasi lewat dunia tanpa batas (Hiperreali-
tas) dan mereka juga bisa berdiskusi, bersaing
dan memberitahukan karyanya melalui duniamaya/internet tersebut. Jadi di era sekarang
sangat mustahil bila dikatakan bahwa ses-
eorang tersebut tidak mengetahui informasi
dari luar lingkungannya.
Dalam Upaya menunjukkan jati diri
dan keberadaannya, para seniman mencoba
menghidupkan kembali local identity dan
menumbuhkan kembali rasa individualis-
tisnya. Dia mencoba menggabungkan unsur
kadaerahannya dengan inspirasinya yang
didapatkan baik dari dunia maya atau dari
pengalaman pribadi.
Upaya menghidupkan kembali local
identity dan menumbuhkan kembali rasa in-
dividualistisnya di daerah kota dan pedesaan
merupakan bagian dari teori sosial postmod-
ern. Berkir, berimajiansi, berinspirasi sesuai
selera masyarakat dunia, tetapi berbuat dan
mewujudkan inspirasinya untuk perkemban-
gan lingkungan dan pribadinya. Hal tersebut
terkenal dengan slogan “Think Globally, Act
Locally” yang banyak didengungkan pada
saat ini.
Lahirnya Postmodern
Modernisme yang dianut oleh jer-
man dan amerika mendapat sorotan tajam
dari masyarakat eropa pada umumnya. Mer-
eka mengkritik rakyat amerika yang sedang
mencari jatidiri budayanya dengan kritikan
“cacat budaya” dan terlalu bersifat material-
istis. Frenk Lleoyd Wrigh (seorang Arsitek
Amerika) mencoba membalas dengan sikap
positifnya bahwa mesin adalah teknologi
yang digunakan manusia untuk memudahkan
menyingkap kenyataan alam dan keindahanmaterial. Ia juga menyatakan bahwa tidak ada
kontradiksi antara nilai-nilai kemanusiaan
dengan produksi massa. Kemampuan mesin
justru mengurangi beban kerja manusia yang
menjenuhkan dan monoton. Tetapi masyarakat
menganggap bahwa modernisme telah gagal
mengimplementasikan nilai-nilai kemanu-
siaan pada produk industrinya. Produk-produk
yang dihasilkan “dunia mesin” cenderung
geometris, serba kaku, dan tidak nyaman tat-
kala digunakan. ( Yan Yan Sunarya, hal 44)
Tahun 1970 ahli lsafat dan ilmu
sosial sudah menularkan paham postmod-
ern. Dalam senirupa, arsitektur, dan desain.
Fenomena kontemporer (menggabungkan un-
sur lama dengan unsur baru) berkembang di
masyarakat pada masa itu dan mempengar-
uhi semua aspek kehidupannya. fenomena ini
menandai berakhirnya sebuah cara pandang
universal. etos postmodern menolak penjela-
san yang harmonis, universal, dan konsisten.
Penghargaan terhadap perbedaan dan kepada
yang khusus ( partikular dan lokal) serta mem-
buang yang universal, merupakan sikap post-
modern.Etos postmodern dapat kita lihat di
masyarakat pada saat ini. Pemikiran dan pa-
ham akan penolakan terhadap pola pikir
pencerahan yang universal, supra-kultur, dan
permanen. Mereka Melakukan penceraian
radikal terhadap pola pikir masa lalu (mod-
ernisme). Postmodern juga merupakan pan-
dangan hidup yang meyakini bahwa hidup di
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 89/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
216
muka bumi bersifat rawan.
Sikap kooperatif dengan alam, karena
masa depan manusia sedang di persimpan-
gan jalan akibat dari ulah manusia menguasaialam. Penguasaan alam dengan cara eksplo-
lasi besar-besaran terhadap sumber daya alam
mengakibatkan kerusakan alam dimana-mana.
Hal ini memunculkan isu-isu tentang perbai-
kan alam di antaranya : redesign, greendesain,
pola hidup sehat, dan lain-lain. Narasi-narasi
kecil tersebut digaungkan oleh para postmod-
ern untuk dijadikan narasi besar yaitu isu ling-
kungan hidup.
Meragukan konsep kebenaran uni-
versal yang dibuktikan melalui usaha-usaha
rasio. Rasio bukan tolak ukur kebenaran, ada
pengetahuan yang lebih tinggi dari itu yaitu
melalui emosi dan intuisi. Kebenaran adalah
aturan-aturan dasar yang bertujuan bagi kes-
ejahteraan diri dan komunitas bersama-sama.
Postmodern lebih mengutamakan emosi dan
intuisi.
Postmodern juga menganut sikap
relatif dan menghargai perbedaan. Bukan
menjadi individu yang mengatur dirinya se-
cara penuh, tetapi menjadi pribadi seutuhnya.
Berusaha sadar akan keberadaan diri dalam
lingkup ketuhanan/agama/kerohanian. Ke-
sadaran akan lingkungan dimana kita berasalmencakup ekosistem dan komunitas. Kesa-
daran yang menganut sikap relativisme dan
pluralisme.
Tahun 1977 charles Jencks dalam
bukunya “The Language Of Postmodern Ar-
chitecture”, menjelaskan bahwa postmodern
sebagai gaya pencampuran yang berkaitan
dengan :
Ingatan kesejarahan (terutama dalam arsi-•
tektur)
Permasalahan setempat/local•
Metafora dan ambiguitas (Arief Adityawan•: 112)
Modernisme telah membuat dunia
industri menghasilkan produk massal, tetapi
kaum muda amerika dan eropa pada saat itu
menentang adanya produksi massal karena
menghasilkan limbah. ....... Sikap hidup dari
sebagian kelompok berusia muda ini mem-
pertanyakan kembali makna produksi massal
yang menghamburkan enerji dan menghasil-
kan limbah. Produksi massal juga menghasil-
kan budaya massa, dimana nilai-nilai individu
terkikis ............. (Arief Adityawan : 97). IP-
TEK tentang pengolahan limbah sangat diper-
lukan dan mendesak dilakukan pada abad
ini. Hal ini juga mempengaruhi gaya desain
postmodern yang berkembang pada saat ini.
Secara tidak langsung, isu lingkungan hidup
yaitu recicle ( barang bekas yang diolah kem-
bali untuk dijadikan bahan produk) dan reuse
(menggunakan kembali barang bekas untuk
dijadikan barang produk) merupakan bagian
dari desain postmodern itu sendiri.
Dari narasi-narasi kecil yang menen-
tang keberadaan narasi besar yang didengung-
kan gaya modernisme memunculkan beberapatrend desain yang termasuk di dalam postmod-
ernisme. Tren tersebut antara lain : Craft re-
vival, Green design, Ergonomic design, Gaya
punk, Gaya new wave, Gaya kitch, Gaya al-
chimia dan memphis, dan Urban art.
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 90/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
217
Craft Revival
Karya seni dan desain dengan men-
gandalkan intuisi dan kreatitas pembuatnya berkembang kembali mengisi tren gaya yang
telah berkembang saat ini. Istilah sekarang
terkenal dengan sebutan produk hand made.
Beberapa contoh produk/karya yang memer-
lukan keahlian tangan seorang seniman atau
desainer.
Gambar 1
Desain meja Village karya Peter Pierobon terbuat dari
bahan kaca dan kayuSumber : Dolce, Joe, Product De-sign 3, PBC International, INC, 1988
Gambar 2
Desain meja Terrible karya Michele Oka Doner terbuat
dari bahan kaca dan kayuSumber : Dolce, Joe, Product
Design 3, PBC International, INC, 1988
Dari gambar di atas, kaca yang di-
pakai untuk alas meja-meja merupakan hasil
dari produksi pabrik/industri kaca. Sedangkan
kaki-kaki mejanya harus dibuat oleh seorang
desainer atau seniman karena semua kakinya
tidak ada yang sama bentuknya sehingga me-
merlukan kreatitas dalam pembuatan dan pe-
rakitannnya. Pembuatan rak dari kayu dengan leku-
kan pada sisi kanan dan kiri memerlukan
ketelitian dan intuisi seorang yang trampil.
Terutama pada perakitannnya, dimana setiap
komponen rak merupakan bagian yang tidak
sama satu dengan yang lain.
Seni grar/menggambar pada kaca
pada desain vas di samping, memerlukan ke-
trampilan dan kreatitas seorang seniman,
karena mesin tidak bisa membuatnya.
Gambar 3
Furnitur berbentuk garis leng-
kung dua sisi karya Shiro Kura-
mata diproduksi. tahun 1970.
(Sumber : 100 Design/100
Years, Byars With Barre De-
spond, Roto Vision, 1999)
Gambar 4
Desain vas Girls Play With Ball, karya :
Edward Hald terbuat dari bahan kaca
(Sumber : 100 Design/100 Years, Byars
With Barre Despond, Roto Vision)
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 91/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
218
tahan terhadap air/kelembapan dijadikan seba-
gai komponen untuk memperindah vas bunga
berbahan kaca yang tahan terhadap air. Per-
paduan bahan ini terlihat unik karena sifatnyayang berlawanan tetapi bisa dipadukan oleh
pembuatnya dengan sangat tepat.
GREEN DESIGN
Pemanfaatan limbah organik dan anor-
ganik untuk dibuat menjadi karya-karya seni
dan produk yang bermanfaat dan bernilai jual
lebih tinggi banyak diminati dan dilakukan
oleh industri kecil rumahan/home industri.
Seperti contoh di samping, bunga dari kulit
jagung. Kulit jagung diolah dan diberi pewar-
na tektil lalu dibuat menjadi bunga bertang-
kai dan berdaun. Proses pembuatannya 100%
hand made, membuat produksinya tidak bisa
mencapai ratusan dalam satu hari, karena tidak
sembarang orang bisa membuatnya. Daya kre-
atitas dan intuisi pembuat sangat diperlukan
dalam proses pembuatannya.
Beberapa kriya lain dari bahan sampah
juga bisa dihasilkan, seperti pada contoh
dibawah ini :
Gambar 5
Vas Bunga Dibuat oleh Paolo Grasselli,
1987. Sumber : Alessi, Michael Collins,
Periplus Editions (HK) Ltd, 1999
Gambar 6
Bunga Dari Kulit Jagung
Sumber : Foto Pribadi, 2012
Vas bunga dengan memaatkan bahan
kayu sebagai center pointnya membuat kriya
tersebut terlihat unik. Bahan kayu yang tidak
Gambar 7
Partisi berbaha sampah
enceng gondok yang
telah diolah dan dik-
eringkan secara alami.
(Sumber: dokumen
Jurusan Desain Produk,ITATS, 2013)
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 92/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
219
ERGONOMIC DESIGN
Ilmu ergonomi yang dikembangkan
dan dibukukan secara ilmiah oleh Henry Drey-fuss untuk mempermudah pekerjaan para pen-
desain, telah mengalami perkembangan yang
cukup berarti sejak tahun 1974. Bahan polim-
er/plastik yang telah ditemukan setelah perang
dunia ke-2 membuat ilmu ergonomi semakin
mudah diterapkan didalam produk, gras dan
kriya. Lekukan-lekukan berupa lembah dan
bukit yang mengikuti bentuk anatomi peng-
guna/pemakai baik manusia atau hewan, bisa
diwujudkan dengan sangat mudah.
Barang produk bisa dihasilkan dalam jumlah banyak melalui teknologi pencetak-
kan bahan polimer dengan cetakan baik mela-
lui pemanasan atau dengan campuran kimia.
Casing benda-benda elektronik seperti kam-
era bisa dibentuk dengan bahan polimer ini.
Dengan mengikuti bentuk lekukan tangan, se-
hingga kamera itu nyaman, aman dan mudah
difungsikan oleh pengguna.
Gambar 9
Kriya mainan baling-baling terbang
dari bahan sampah plastik, kayu, lampu
LED, baterai litium dan karet gelang.
(Sumber : dokumen pribadi, 2010)
Gambar 8
Kriya mainan kupu-kupu terbang dari bahan
sampah kresek yang diberi gras menarik dengan
cat, kayu dan karet gelang. (Sumber : dokumen
pribadi, 2010)
Gambar 10
Kriya tas berbahan sampah tali
plastik yang dianyam dan dipilin
(Sumber : dokumen pribadi, 2010)
Gambar 11
Kursi Dari Bahan Poliester/Plastik Dengan Fiberglass
Dibuat Oleh Verner Panton Tahun 1960. (Sumber :
100 Design/100 Years, Byars With Barre Despond,
Roto Vision, 1999)
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 93/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
220
Teknologi bahan keramik telah me-
nemukan perpaduannya dengan bahan lain,
contohnya produk pencukur yang dipadukan
antara aluminium oksida dengan keramik
melalui pemanasan yang cukup tinggi. Den-
gan bahan tersebut ketahanan terhadap ben-
turan, tidak mudah patah dan dapat dibentuk
walau bentuknya terdapat beberapa lekukan.
Lekukan-lekukan tersebut membuat benda
tersebut nyaman bila digunakan.
Gambar 12
Kamera Nikon D90 D-SLR dengan bentuk leku-kan tangan dan gerigi pada lensa fokusnya.
(Sumber : majalah vista 2003)
Gambar 13
Produk pencukur dengan lekukan dari bahan alumin-
ium dan keramik dibuat oleh Ross Lovegrove tahun
1993.
(Sumber : 100 Design/100 Years, Byars With Barre
Despond, Roto Vision, 1999)
Gaya Kitsch
“kitsch follows taste, and does not set
it, so its roduce always ‘safe’ (in their exploi-tation of accepted icons) and recognizable. “
(Duro, 1994 : 171; Arief Adityawan : 116)
Kitch di Amerika dikembangkan oleh
Keith Harring (lahir 1958) dan Jean Michel
Basquiat (1960-1988). Kitch dapat diartikan
sebagai sesuatu yang ‘murahan’. Karya-kary-
anya dianggap murahan atau mempunyai nilai
seni rendahan. Dalam seni grati banyak di-
hubungkan dengan kegemaran para seniman
jalanan dalam menuangkan idenya di tembok-
tembok sepanjang jalanan.
Gambar 14
Product Hand-screened Fabrics for Interiors by
Children’s Art Carnival Collection.
(Sumber : Dolce, Joe, Product Design 3, PBC Inter-
national, INC, 1988)
Gambar 15
Product Asterix Tiles by Dorothy Hafner
(Sumber : Dolce, Joe, Product Design 3,
PBC International, INC, 1988)
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 94/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
221
Gaya Alchimia Dan Memphis
Secara khusus dalam dunia desain, se-
mangat anti-modernisme yang radikal berkem-
bang di Italia, khususnya yang tergabung da-
lam Studio Alchymia. Salah satu yang besar
Gambar 18
Product Heavy Texture Wallcovering by Gary and
Carrie Golkin. (Sumber : Dolce, Joe, Product De-
sign 3, PBC International, INC, 1988)
Gambar 16
Product I Problemi Sul Tappeto by Bruno Munari.
(Sumber : Dolce, Joe, Product Design 3, PBC Interna-
tional, INC, 1988)
Gambar 17
Product Edge Snowboard by Bob Katz.
Sumber : Dolce, Joe, Product Design 3, PBC
International, INC, 1988
Gambar 19
Product Max Bo by Marco Zanini, Aldo Cibic, Ettore Sott-
sass. (Sumber : Dolce, Joe, Product Design 3, PBC In-
ternational, INC, 1988)
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 95/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
222
pengaruhnya adalah Memphis, yang dimo-
tori oleh Ettore Sottsass Jr. dan Alessandro
Mendini. Awalnya, gerakan ini anti industri
yang cenderung menghasilkan produk ber-citra mesin. Memphis, dengan menekankan
arti penting kebebasan berekspresi melalui
permainan bentuk, warna dan corak secara
radikal. Sehingga karyanya berkesan sebagai
satu-satuya penentu bentuk yang dibuat secara
industri. (Yan Yan Sunarya : 114)
Alchimia
Alchimia merupakan sebuah studio di
Italia dengan pendesain Alessandro Mendini.
beliau merupakan penganjur postmodrenisme.
“”…….alchimia believes that memory and
tradition ate important…….alchimia believes
in despecialization : ‘cofuseed’ methods of
creation and production can live side by
side…………..” (Hiesinger 1993: 278)
desain-desainnya berciri antara lain:
Orientasi desain eksperimental•
Banyak menggunakan symbol historis•
Memphis
Desain-desainnya berciri antara lain:
Orientasinya komersil untuk pengguna in-•
ternasional
Gambar 20
Product Cedit Tiles by Ettore Sottsass, MarcoZanini.
(Sumber : Dolce, Joe, Product Design 3, PBC Interna-tional, INC, 1988)
Banyak menggunakan desain/seni pada•
masa lalu
Sangat memperhatikan unsur dekorasi/•
hiasan Nilai estetika dan metasis dilihat dari•
warna, dekorasi permukaan serta bentuk
yang tidak beraturan
Penggunaan bahan dan elemen berkonota-•
si high-tech harus dilepaskan dari konteks
symbol teknologi.
Pemakaiannya hanya pada batas kualitas•
sik semata.
Urban Art
Tren urban art muncul sekitar tahun
2000-an di Indonesia, telah membuat sebuah
pertanyaan yaitu adakah hubungannya den-
gan gaya postmodern yang telah lebih dulu
berkembang sekitar tahun 1900-an. Urban art
adalah pembauran dari seni kedaerahan yang
dimiliki leluhur dari seniman/desainer dengan
seni daerah tempat seniman/desainer tersebut
tinggal dalam menciptakan karyanya.
Masuknya masyarakat atau beberapa
orang dari pedesan ke daerah perkotaan telah
membuat kota harus menerima keberadaan-
nya. Masyarakaturban tersebut akan menun-
jukan jati diri dan kelompoknya agar diterimamasyarakat perkotaan. Cara meraka antara
lain menggabungkan unsur kedaerahaannya
dengan unsur perkotaan tempat tinggal mereka
di kota. Tumbuhnya sosial budaya masyarakat
urban yang mempunyai ciri khas tersendiri,
menambah tren desain yang berkembang.
Berikut contoh produk atau kriya dari
gaya urban art.
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 96/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
223
Gambar 21
Product Urban Garden #1 by Robert Gaul. Sumber
: Dolce, Joe, Product Design 3, PBC International,
INC, 1988
POST MODERN DI BIDANG DESAIN
GRAFIS
Postmodern di bidang desain memun-
culkan gaya new wave di Eropa dan Amerika
dan gaya punk di Inggris.
Gaya New Wave
New wave adalah aliran dalam desain
gras dengan teknik desain Swiss modern-
isme.
Gaya Punk
Karya-karya gaya punk cenderung
membuat keterkejutan dan pemberontakan.
Sobekan kolase juga digunakan dalam gaya
ini, guna memberi kesan kasar dan berani.
Beberapa konsep lain yang berkaitan
dengan post modern (menurut Arief
Adityawan: 112-115), antara lain :
Eklektisme•
Narasi kecil•
Dekonstruksi•
Parodi•
Eklektisme
Upaya untuk menggabungkan unsurlama dengan unsur baru, misalnya : peng-
gabungan budaya lokal dengan budaya asing
atau tren lama dengan tren terbaru. Peng-
gabungan tersebut lebih dikenal dengan is-
tilah kontemporer.Gaya kalsik di eropa dulu
berkembang gaya yunani dan gaya romawi.
di wilayah asia, berkembang gaya mesir, gaya
Mongolia, gaya Taiwan atau gaya india. se-
dangkan di Indonesia berkembang perpaduan
budaya jawa/sumatera/bali/irian dan seba-
gainya, dengan budaya modern.
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 97/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
224
Gambar 22
Karya mahasiswa DKV Univ. Kristen Petra pada matakuliah Nirmana. Sumber : dokumen pribadi, 2008
Tren gaya yang menggunakan kon-
sep eklektisme, antara lain : Art Deco. Beri-
kut diberikan beberapa motif batik tradisional
yang ditata ulang menggunakan ilmu prinsip-
prinsip desain yang telah diterapkan diseko-
lah-sekolah seni dan desain pada saat ini.
Narasi Kecil
Pada masa modernisme banyak terjadi
peristiwa atau pemikiran yang harus diterima
oleh masyarakat atau bangsa di dunia (Narasi
Besar) seperti, paham marxis, paham liberalis,
atau paham kapitalis. Pada masa postmodern
isu-isu budaya-sosial yang lebih khusus (nara-
si kecil), misalnya isu lingkungan hidup, isu
feminisme, isu persamaan hak antara kaum
laki-laki dengan kaum perempuan, isu hak
kebebasan berkeluarga dan berkumpul bagi
kaum gay atau lesbian, isu kebebasan menu-
angkan pendapat lewat visual, dan lain-lain.
Tren gaya yang menggunakan konsep
narasi kecil, antara lain : green desain, ergono-
mi desain, dan urban art.
Dekonstruksi
Dekonstruksi berarti meniadakan (de)
tatanan (konstruksi). tidak sesuai tatanan baku
baik di bidang social-budaya, ekonomi, kes-
ehatan, dan lain-lain, yang telah dibangun
secara rasional oleh paham modernisme. sep-
erti contoh di bidang arsitektur yaitu gambar
fasad di samping; dimana konstruksi kolom
diletakkan miring dan diberi warna sangat
cerah sehingga menyolok secara visual. Ko-lom biasanya diletakkan tegak lurus dengan
tanah bangunan, tetapi seperti contoh di samp-
ing peletakannya tidak menurut aturan terse-
but. Pembuatan kolom tersebut dimaksudkan
sebagai fokus point pada bangunan yang me-
nandakan bahwa wilayah sekitarnya adalah
pintu masuk utama bangunan.
Gambar 23
Fasad rumah tinggal dengan sentuhan kon-
temporer. (Sumber : majalah IDEA, cetakan
pertama, april 2007)
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 98/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
225
Parodi
Parodi artinya upaya untuk mengkritik
dan menertawakan hal-hal/nilai-nilai yang di-
anggap wajar oleh sistem/peraturan yang ber-
laku atau yang diakui oleh masyarakat may-
oritas.
Seperti contoh di bawah ini; tatakan
untuk memotong diberi gambar kekanak-ka-
nakan, padahal pemakai produknya kebanya-
kan orang dewasa. Pendesain mencoba men-
ertawakan tentang memasak bahwa memasak
bukan kegiatan yang formal/serius dan mema-
sak juga bisa dilakukan oleh anak-anak.
Seperti juga desain penutup botol,
tempat tusuk gigi, dll pada gambar di bawah
ini, yang diberi gambar wajah dengan ekspresi
bermacam-macam. Hal tersebut menunjukkan
ketidak formalan dan pendesainnya terkesan
tidak serius dalam menuangkan ide.
Gambar 24
Product Deconstruction Clock Monalisa by Constantin
Boym. (Sumber : Dolce, Joe, Product Design 3, PBC
International, INC, 1988)
Gambar 26
Product Simple, yet comic pick holders and botlle
stoppers by David Rooz, 1995. Sumber : Alessi,
Michael Collins, Periplus Editions (Hk) Ltd, 1999
Gambar 25
Product Cutting boards, 1996, Free Flow Form and
Patterns reect the fashion for revival of Formica and
melamine from the 195os. (Sumber : Alessi, Michael
Collins, Periplus Editions (Hk) Ltd, 1999)
KESIMPULAN
Pada abad sekarang, para seniman
mencoba menghidupkan kembali local iden-
tity dan menumbuhkan kembali rasa individu-
alistisnya. Dengan menggabungkan unsur ka-
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 99/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
226
daerahan dan inspirasinya yang didapatkan
baik dari dunia maya atau dari pengalaman
pribadi, dia mencoba memunculkan karya atau
trend yang relevan bisa diterima masyarakatmodern. Upaya menghidupkan kembali local
identity dan menumbuhkan kembali rasa indi-
vidualistis merupakan bagian dari teori sosial
postmodern.
Beberapa sikap postmodern antara lain
: Penghargaan terhadap perbedaan dan kepada
yang khusus ( partikular dan lokal) serta mem-
buang yang universal, sikap kooperatif dengan
alam, lebih mengutamakan emosi dan intuisi
daripada rasio, dan kesadaran yang menganut
sikap relativisme dan pluralisme. Narasi-nara-
si kecil tersebut menentang keberadaan narasi
besar yang didengungkan gaya modernisme.
Narasi-narasi kecil tersebut digaungkan oleh
para postmodern untuk dijadikan narasi besar.
Tren tersebut antara lain : Craft revival, Green
design, Ergonomic design, Gaya kitch, Gaya
alchimia dan memphis, dan Urban art. Post
modern di bidang desain gras memunculkan
gaya new wave dan gaya punk.
Beberapa konsep lain yang berkaitan
dengan post modern, antara lain :eklektisme,
narasi kecil, dekonstruksi, dan parodi. Kon-
sep eklektisme melahirkan gaya art deco masa
kini. Konsep narasi kecil memunculkan trengaya green design, ergonomic design, gaya
kitch, gaya alchimia dan memphis, dan urban
art.
Berkir, berimajiansi, berinspirasi se-
suai selera masyarakat dunia, tetapi berbuat
dan mewujudkan inspirasinya untuk perkem-
bangan lingkungan dan pribadinya terkenal
dengan slogan “Think Globally, Act Locally”.
Berimajinasi dan berkir secara menyeluruh
sangat bisa dimungkinkan di era teknologi
satelit saat ini. Dalam dunia hiperrealitas,
siapa pun bisa mendapatkan informasi ataumemberikan/menyampaikan produk/karyan-
ya kepada siapa saja, sesuai dengan yang di-
inginkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Dolce, Joe, 1988. Product Design 3,
PBC International, INC,
Alun Jones & michelle Stam.1987. De-
sign In Context , p, Quarto Publishing Plc,
Alessi, Michael Collins,1999. Periplus
Editions (HK) Ltd,
Byars With Barre Despond. 1999. 100
Design/100 Years, , Roto Vision.
Arief Adityawan. 1999. Tinjauan De-
sain dan Revolusi Industri Hingga PostMod-
ern, Universitas Taruma-negara.
Yan Yan Sunarya. 2000. Sejarah Seni
Rupa & desain Modern, Depar-temen Seni,
ITB.
Ary Dwi Jatmiko. 2010. Green Design
Product , , www.tuvie.com, April-June
Majalah IDEA, 2007. April. Cetakan
Pertama.
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 101/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
228
pagi, tampaknya bila ada perayaan besar, dialun-
alun, di halaman kabupaten dan sebagainya. Se-
dangkan ronggengnya sebanyak 10 sampai 12
orang (R.Tjetje Somantri, Ibid). Pada tahun dua- puluhan ramailah dimana-mana di Jawa Barat
diperagakan atau dipelajarkan suatu bentuk tar-
ian yang disebut Tari Kursus, terutama keluaran
Rancaekek.
Perkumpulan itu bernama Wirahmasa-
ri, yang dipimpin R.Sambas Wirakusumah
yang pada waktu itu menjabat sebagai lurah
(Loc.Cit.,:31). Adapun tari yang dikursuskan
adalah tari Lenyepan, Ponggawa, Gunung-
sari, Gawil dan Kastawa (C.J.Benny Sunarno,
1976:26). Patokan gerak Tari Kursus Wirah-
masari terutama Tari Lenyepan naek Mong-
gawa bila dibandingkan dengan patokan ger-
ak Tari Topeng Tumenggung Cirebon banyak
sekali persamaannya. Karena itulah penulis
tertarik untuk dijadikan masalah dalam pem-
bahasan penulisan ini.
PEMBAHASAN
Tari Kursus
Menurut L.Serrurier dalam DeW-
ayangPurwa (Leiden1896), Tari Topeng pada
akhir abad ke-19 tersebar di Jawa dan Madu-
ra, sedangkan di Jawa Barat terdapat ditem- pat-tempat: Cirebon, Sukapura, Limbangan,
Tasikmalaya, Sukabumi, Cicalengka, Kara-
wang, Pandeglang, dan Serang. Tersebarnya
tari topeng kedaerah-daerah dibawa oleh para
pemain keliling disebut WongBebarang dan
pertunjukannya disebut TopengBabakan atau
TopengBarangan. Mereka berkeliling dari
desa kedesa, dari kota kekota kemudian me-
luas lebih jauh lagi, hingga pada suatu daerah
dimana yang dapat dianggap menghasilkan
pencaharian yang diharapkan, maka disitulah
mereka tinggal agak lama bahkan ada pulayang sampai menetap, sehingga tersebarnya
tari Topeng di Jawa Barat.
Dalam perjalanannya mereka tidak
hanya mengadakan pertunjukan, tetapi ada ka-
lanya memberi pelajaran tari kepada siapa saja
yang menginginkannya (R.Maman Suryaat-
madja, 1976:5). Dari mula-mula tahun 1900,
Sumedang, Garut, Bandung, dan Tasikmalaya
sering didatangi rombongan Topeng (serupa
Wayang Orang) dari Cirebon. Dalangnya ada
dua orang yaitu Wentar dan Kontjer (R.Tjetje
Somantri, 1951:28). Pada waktu itu di Prian-
gan sudah berkembang tari pergaulan baik di
masyarakat bangsawan maupun di masyarakat
biasa. Tayub adalah sejenis tari pergaulan yang
dilakukan oleh kalangan bangsawan(menak)
sedangkan pada masyarakat biasa disebut-
KetukTilu. Baik tayubmaupun ketuktilu pe-
nari pria ditemani oleh ronggeng.
Pertunjukan tayub maupun ketuk tilu
sering terjadi gejala-gejala yang tidak baik.
Dalam kesempatan tayuban penari pria me-
nari menurut kemauannya masing-masing
tanpa ada patokan yang mengikat. Gelang-
gang tayuban pada waktu itu sering kali di- jadikan bermain-main dengan ronggeng, bah-
kan mengganggunya serta mabuk-mabukan
minuman keras. Sikap dan gerak tari tayub
sederhana saja, tetapi memiliki gerak ritmis
yang indah.
Tari Tayub tidak terikat dengan pa-
tokan/standard atau susunan yang berurutan.
Tarian ini ditarikan dengan bebas tetapi tidak
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 102/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
229
berarti bebas dari irama gendhing. Irama ken-
dang tetap jadi lulugu/dominan, para penab-
uh gamelan terutama pengendang dikenda-
likan penari (R.Oe.Joesoef Tedjasoekmana,1977/78:2). Begitupun ketuktilu kadang-
kadang dipakai kesempatan untuk berkelahi
kalau seseorang sedang bermusuhan, melihat
musuhnya sedang menari maka masuklah ia
kedalam pekalangan itu, sambil sarungnya/
kainnya dipakai menutup kepala dan mukan-
ya sendiri, sekonyong-konyong ia mengambil
gobang/goloknya dan dibacoklah musuhnya
lalu ia lari agar supaya jangan sampai ditang-
kap polisi (R.H.B, 1951:13).
Jelaslah baik tayuban maupun ketuk
tilu sering menimbulkan ekses-ekses yang
tidak baik, melanggar tata susila dan norma-
norma agama. Keadaan yang demikian ini
mendorong beberapa tokoh tari untuk men-
gadakan penertiban. Tokoh Tari Sunda yang
mula-mula mengadakan usaha kearah itu ada-
lah R.Gandakusumah atau yang lebih dike-
nal dengan nama Aom Doyot, seorang bang-
sawan Sumedang. Usaha itu mulai belajar
tari pada Dalang Topeng berasal dari Cirebon
bernama Wentar dan Kontjer, ketika beliau
(R.Gandakusumah) menjabat Manteri Kabu-
paten di Tasikmalaya 1903-1904 (R.Maman
Suryaatmadja, 1976:5).Selanjutnya beliau merintis untuk
melaksanakan tayuban secara tertib dan sopan.
Tarian ini diberi susunan tertentu, ronggeng
tidak diperbolehkan menarihanya duduk den-
gan para nayaga sambil menyanyi. Minuman
keras masih diperbolehkan hanya tidak sampai
ada yang mabuk (Atik Soepandi, BA., Enoch
Atmadibrata, 1977:84). Oleh karenanya tarian
beliau sudah dapat dinikmat oleh para tetamu
yang hadir sehingga beliau (R.Gandakusumah)
bertindak sebagai penari tayub yang baik
(Jumnadi Harjawinata, 1972:5).Penertiban di dalam tayuban lebih di-
intensifkan kembali oleh salah seorang murid
beliau yaitu R.Sambas Wirakusumah, yang
lebih memperdalam lagi belajar tari kepada
dalang topeng Cirebon yaitu Wentar dari Pali-
manan untuk mengajar di Rancaekek. Selain
di Rancaekek Wentar dan Kontjer mengajar
di Bandung. R.Tjetje Somantri menjelaskan
tentang mula-mula Wentar dan Kontjer men-
gajar Ibing/Tari Kursus di Bandung, dimana
R.Tjetje Somantri turut serta sebagai peserta.
Pada tahun 1918 dengan ikhtiarnya
Asep Berlian putra Haji Abdul Syukur di
Bandung, Wentar dan Kontjar dengan kelu-
arga beserta dengan pembantu-pembantunya
ditempatkan di rumahnya. Para putra Haji
Abdul Syukur yaitu Asep Berlian, Endang
Tamim, Endang Ashari mengambil pelajaran-
nya. Selain mereka ada pula jejaka pasar, para
bangsawan dari golongan lainnya mengam-
bil pelajarannya termasuk R.Tjetje Somantri
sendiri.Adapun patokan yang diajarkan pada
saat itu terdiri dari 9 yaitu: adeg-adeg (kuda-
kuda), jangkung ilo, gedut, keupat, mincig
gigir, tincak opat, pakblang, batarubuh, dangaleong. Sedangkan gerakan pada tahap kes-
atu dan kedua pada dasarnya sama, hanya be-
danya tahap kedua gerakkannya gagah. Bentuk
tarian inilah yang menyebar ke seluruh Jawa
Barat yang oleh khalayak ramaidisebut Ibing/
Tari Kursus (R.Tjetje Somantri, Loc-Cit).
Selanjutnya muncul dua tokoh tari
lainnya yang berasal dari Cirebon juga memb-
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 103/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
230
awakan bentuk Tari Kursus menurut gayanya
masing-masing. Maka di Pasundan terdapat
tiga gaya Tari Kursus yang terkenal dengan
patokan Rancaekek, patokan Resna dan pato-kan Kamsi.
Patokan Kamsi
Lenyepan:1.Pasang 2.Ngareundeuk cic-
ing 3.Keder 4.Galeong 5.Jangkung ngilo 4x
6.Koma 7.Gedut 8.mincig 9.Kedet 10.Malik
11.Keupat 12.Keupat Gancang 13.Lengkah
opat 14.Jalak pengkor 15.Mindid angka S Ker-
ing I: 1.Sepak Soder 2x 2.Adegan 3.Soder 2x
4.Jangkung ngilo 4x 5.Gedut 6.Mincig 7.Soder
2x 8.Pakbang 9.Jalak Pengkor 10.Mincig
11.Soder 2x 12.Mincig 13. Keupat manggung
14.Mandapan 15. Sembah.
Patokan Resna
Lenyepan: 1.Tapak deku 2.Ngalalamba 2x
3.Malik keupat gancang 4.Kuda-kuda di-
hareupeun gamelan 5.Koma, keupat serong
6.Koma, incig biasa7.Koma, incig gancang
8.Jangkung ngilo I 9.Kedut I bari maju
10.Mincid salse miring 11.Keupat sabeulah
nyekel keris 12.Incig kewer nyanggigir 13. Se-
lup Cikalong 14.Jangkung ngilo II 15.Masekon
ngatuhu 16.Mincig kerep. Kering I: 1.Wiletmiceun soder 2.Sepak soder 3.jangkung ngilo
III 4.Gedut bapang 5.Mincid salse 6.Sepak
soder 2x 7.Keupat 8. Lengkah opat 9.Ngayun
katuhu 10.Cikalong gancang 11.Sepak sod-
er 12.Pakbang I 13.Kewer galak 14.Mincig
cicing 15.Sepak soder. Kering II: 1.Linggek
Beuheung 2.Keupat 3.Dringting 4.Incig gan-
cang 5.Sepak soder 2x 6.Pakbang ngajurung -
kunung 7.Galeong gancang 8.Sepak soder
2x 9.Adu bapa 10.Mincig 11.Sepak soder 2x
12.Jangkung ngilo sorog 13.Mandapan (sem-
bah). Kering III (Waled): 1.Jangka panjang2.Sepak soder 2x 3.Ngarenghap 4.Malik, sepak
soder 5.tepak Ma Inang 6.Kuda-kuda ngayun
7.Keupat tilu tumpang kaki 8.Mincig lemes
9.Mincig gancang 10.Sepak soder 11.Jangkung
ngilo V 12.Gedut gendong 13.Salse gan-
cang 14.Sepak soder 15.Pangbang kempreng
16.Geleser ngayun 17.Salse miring 18. Sepak
soder 19.Pakbang II 20.Galeong21.Manda-
pan 22. Sembah (A.Tisna Werdaya, 1980:3).
Adapun dalam perkembangan dari ke-
tiga patokan tersebut ialah patokan Rancaekek
dikembangkan dengan mendirikan Wirah-
masari pada tahun 1925, yang dipimpin oleh
R.Sambas Wirakusumah (Jumnadi Harjawina-
ta, Loc.Cit).Beliau memberikan pelajaran tari
juga disekolah-sekolah pada waktu itu. Yaitu
Sekolah Raja (Kweekschool), Sekolah Menak
(Bestuurschool), MULO, HBS, MOSVIA,
OSVIA, dan HIK (Anis Sujana, 1993:99).
Dua tokoh tari dari yaitu Resna dan
Kamsi pada tahun 1921 giat mengajar di daer-
ah Banjaran (Bandung), yang mendatangkan
Resna adalah Lurah Ciapus yaitu Suparta dan
yang mendatangkan Kamsi adalah Lurah Sin-dang Panon. Selain di daerah Banjaran, Resna
juga mengajar di Bandung, Soreang, Subang,
Cianjur, Bogor, Purwakarta dan Sumedang.
Pada tahun 1924 Kursus Tari yang pertama
kali di Sumedang diselenggarakan di pend-
hapa kabupaten, pelatihnya bernama Resna.
Kursus tari tersebut diselenggarakan
atas prakarsa Bupati R.A.A Kusumadilaga.
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 104/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
231
Juga Kamsi selain di Banjaran banyak daerah-
daerah lain yang didatangi sehingga banyak
murid-murid yang mengambil pelajarannya.
Daerah- daerah yang didatangi Kamsi adalahBandung, Soreang, Bogor, Sukabumi, Pur-
wakarta, Subang, Cianjur, dan Jakarta. Pada
tahun 1926 Kamsi beserta keluarga dan rom-
bongannya menetap di desa Baros (Cimahi),
di rumah Haji Haris, selain keluarga Haji Haris
juga banyak para pemuda yang mengambil
pelajarannya. Materi yang diajarkan selain tari
Kursus, juga tari Wayang, sedangkan untuk
kaum wanita tari Topeng (Toto Sudarto: 1980:
14-15).
Gambar 1.
Tari Keursus
Beberapa sikap dalam tari kursus. yang
diperagakan oleh para menak, tidak diketahui
siapa para pelakunya dan di mana. Penari di
tengah menunjukkan sikap nyembah; penari
dari kiri yang kesatu dan ke empat melakukan
sikap dasar tangan lontang; penari kedua dan
kesembilan: sikap tumpang tali: penari ke-
lima: sinjang kirut; penari keenam: nyawang;
penari ketujuh: sonteng; penari ke delapan:
pocapa (Irawati Durban Ardjo, 1998:155).
Dalam perkembangan selanjutnya Tari
Kursus sebagai tontonan dapat pula diperlom-
bakan sebagimana halnya pernah dilakukan
pada permulaan Jaarbeurs diadakan Concours
ngibing (perlombaan menari). Pada pesta
atau perayaan pasar malam, Tari Kursus se-
lalu tampil sebagai pertunjukan atau festival/ pasanggiri, sebagai penilaian di bidang seni
tari (Moh.Tarya, 1978/79:3). Sampai pada pe-
merintahan Jepang pun sering diselenggarakan
festival/pasanggiri (Panji Pustaka, No.20/21,
Agustus 1943, tahun XXI).
Dengan tersebarnya Tari Kursus maka
di dalam tayuban penyelenggaraannya tidak
lagi seperti tayuban sebelum ada Tari Kursus,
tetapi merupakan tayuban versi baru. Di da-
lam tayuban versi baru ini para penari lebih
menitik beratkan pada segi keindahan gerak.
Para ronggeng masih diadakan tetapi ber-
fungsi hanya sebagai penyanyi atau pesinden
saja. Sering pula menari menemani penari pria
tetapi sangat terbatas. Mairan yaitu menari
bersama pada laki-laki masih dilakukan, begi-
tu pula tari saka masih menambah meriahnya
suasana (Atik Soepandi, BA,-Enoch Atmadi-
brata, 1977:48).
Tari Kursus berkembang pesat di antara
tahun 1930-1945, di sana-sini berdiri kursus-
kursus Tari Sunda bukan di pusat-pusat kota
saja, namun menyebar luas sampai ke luar kota
(R.Oe.Joesoef Tedjasoekmana, 1977/78:6).
Dengan bergeloranya revolusi kemerdekaanTari Kursus mengalami kemunduran. Setelah
kemerdekaan Tari Kursus dapat berkembang
kembali. Perkembangan Tari Kursus sangat-
lah cepat karena diajarkan disekolah-sekolah
seperti S.G.B., S.G.A. Tari Kursus sebagai
performing dance selalu tampil untuk me-
nyambut tamu-tamu dari luar negeri maupun
luar daerah.
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 105/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
232
Tari Kursus sekarang merupakan per-
formingdance yang sangat menarik. Pada
azasnya Tari Kursus ini hanyalah dimaksud-
kan sebagai Tari Tayub tetapi kemudian orang berusaha untuk dijadikan tarian di atas pen-
tas sebagai tontonan (Maman Suryaatmadja,
1972:242). Dalam perkembangan selanjut-
nyaTari Kursus Wirahma Sari diajarkan lebih
terperinci lagi. Untuk kepentingan pengajaran
maka pada tahun 1955 atas prakarsa Enoch
Atmadibrata dan kawan-kawan, dilakukan
pemadatan Tari Lenyepan, tetapi hal initidak
merubah susunan koreogra yang telah diten-
tukan.
Dengan adanya pemadatan maka pe-
mentasannya dapat diperpendek menjadi lebih
kurang 12 menit. Sebenarnya pemadatan su-
dah dilakukan sebelumnya tetapi untuk ke-
pentingan festival atau pasanggiri bukan untuk
kepentingan pengajaran. Dengan berdirinya
suatu Lembaga Pendidikan Tinggi Tari Sunda
yaitu KORI yang berdiri tahun 1968 yang ke-
mudian perkembangan selanjutnya menjadi
ASTI sekarang STSI, Tari Kursus Wirahma
Sari menjadi materi mata kuliah pokok.Un-
tuk memenuhi kebutuhan mata kuliah dasar
Tari Kursur di KORItahun 1970, tari Lenye-
pan dipadatkanoleh R.Oe.Joesoef Tedjasoek-
mana, tanpa menghilangkan gerak yang telahada,hanya penyederhanaan pengulangan ger-
aknya saja. Hal ini telah dicoba disusun Tari
Lenyepan yang hanya memakan waktu kurang
lebih 5 menit saja dalam menarikannya den-
gan tetap menggunakan iringan lagu ageung.
Tari Topeng Cirebon
Ada dua macam topeng di Cirebon
yaitu wayang wong dan topeng babakan.
Wayangwong adalah pertunjukan topeng yang
menggunakan cerita wayang purwa, sedang-kan topeng babakan adalah pertunjukan topeng
yang hanya menyajikan tari-tarian tunggal dari
tokoh-tokoh cerita Panji. Pada topengbabakan
seorang penari baik laki-laki maupun perem-
puan membawakan 5 sampai 6 karakter dalam
satu kali penampilan. Topeng Cirebon tersebar
di daerah-daerah: Slangit, Gujeg, Kreo, Ka-
lianyar, Gegesik, Suranenggala Lor, Paliman-
an. Urutan tarian pada pertunjukan topeng-
babakan di Cirebon berbeda-beda menurut
daerahnya. Urutan tarian pada topengbaba-
kan daerah Palimanan adalah:Panji, Pamindo
I (Galuh/sejenis Candra-kirana), Pamindo
(Gimbal/sejenis Gunungsari), Patih, Tumeng-
gung, Pe-rang Tumenggung Jinggananom,
Klana, Rumyang (Risyani, 1984/85:25).
Pada beberapa daerah tradisi pertun-
jukan wayang topeng telah berkembang se-
jak lama dan diteruskan pada generasi-genari
penurusnya secara turun temurun. Pewaris
aktif inilah yang menjaga kontinyuitas tradisi
hingga berlangsung sampai beberapa generasi
dalam jangka waktu relative panjang. di Pali-
manan secara kronologis dapat disebutkan
bahwa pertunjukan wayang topeng dimulaidari pangeran Panggung, Raden Nurkaman,
Ki Bluwer, Ki Kerta-wangsa, Ki Bayalangu,
Ki Kembang, Ki Hangga Seraya, Ki Tarum,
Ki Rangkep, Ki Sentor, Ki Kolab, Ki Gedog,
Ki Semita, Ki Konya alias Kontarut, dan ge-
narasi paling muda adalah Kudung alias Wen-
tar.
Di desa kebagusan Ki Karta Semita
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 106/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
233
R. Sambas Wirakusumah mengajar-
kan Tari.Kursus disesuaikan dengan tatakrama
orang Sunda dan dihubungkan pula dengan
nilai kebatinan.Ada lima tahapan dalam Tari Kursus
yaitu: 1. Lalamba; 2. Lenyepan; 3. Nyatria; 4.
Monggawa, dan 5. Kalana (ngalana)
Lalamba: hartosna bubuka, ngamitian,
niat, tekad kareteg ati, naon nu bade dilampa-
han jolna tina kareteg ati.
Lenyepan: hartosna mikiran, segala
rupa anu hade dimaksad, memeh prak dil-
ampahan teh tangtos kedah dilenyepan heula.
Nyatria : hartosna jujur sagala laku
lampah kedah jujur sinatria.
Ponggawa: hartosna gagah senggut,
upami digawe lanca –linci moal aya buahna,
kedah senggut.
Kalana (Ngalana): hartosna ngala
buahna, sagala pagawean anu dihanca kujalan
nu opat tadi, arang langka teu kaala buahna nu
nyugemakeun (Wirahmasari, 1951:2).
(Lalamba: artinya pembuka, memulai,
niat, tekad keinginan hati, apa yang akan di-
lakukan munculnya dari getar hati.
Lenyepan: artinya memikirkan, segala
rupa maksud yang baik, sebelum mulai dilak-
sanakan, tentunya harus dipikirkan dulu.
Nyatri: artinya jujur, segala tingkah pola/perbuatan harus jujur sebagai seorang sa-
tria.
Ponggawa: artinya gagah bersemangat,
kalau bekerja setengah-setengah/kesana-kemari
tidak akan menghasilkan apa-apa, harus giat
bersemangat.
Kalana(ngalana): artinya memetik
buahnya, segala pekerjaan yang dilakukan
diteruskan oleh generasi penerusnya yaitu Ki
Payu, dalang topeng- dalang wayang kulit,
Ki Wartama, dalang wayang kulit, Ki Kadok
Kencar, dalang topeng- dalang wayang ku-lit, Ki Kempi, bikin wayang, Ki Ardi, dalang
wayang kulit, Ki Ken, dalang wayang kulit, Ki
Kewat, Ki Kendar, Ki Konya, dalang topeng
(ayah Wentar alias Kudung), Ki Kasmaran,
peñata karawitan.
Wentar di desa Bojong Kecamatan Palimanan
berputra:
Nyi Mini di Bongas Sumberjaya, dalang1.
Topeng
Nyi Dasih alias Nesi, dalang topeng2.
Satja, peñata karawitan3.
Nyi Amih, dalang topeng4.
Nyi Sujinah alias Suji, dalang topeng (Toto5.
S udarto, 2001:78-79).
Gambar 2
Pasangan Ngumis dalam tari Topeng
Tumenggung
(Foto: Koleksi Pribadi)
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 107/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
234
Tari Lenyepan Naek
Monggawa
Tari Topeng Tumenggung
Sila Mando / Sineba - Sembah
Deku - SembahAdeg-adeg – Lontang, - Pundak
SoderUngkleuk tujuh
Jangkung iloGedut
Mincid cicing
KeupatTindak tiluEngkeg gigir / Jalak pengkor
Sekar tibaAdeg-adeg capang ngumis
Laras kondaJangkung ilo sonteng
GedutMincid Cikalongan
Keupat Saruk / Nyungkur
Engkeg gigir/ Jalak PengkorPak bangBaksarai
MamandapanDeku - Sembah
Deku – SembahPasangan capang sonteng
Pasangan- Ngincek- Meneng arang,
- Meneng kerep, - Engkok bahuJangkung ilo
Lembean / klepatBarongsae miring
Jalak pengkor muter
Pak bang selutGendut / ngeyegIncek angka 8
Pasangan capang sontengBarongsae selut
Bango lengekPak bang tumpang tali
Gendut / ngeyegPasangan terap kedok- capang ngumis
-buang ules
Pancer papat - Tumpang tali- Capangngumis -Cantel , -Capang ngumis-Mola soder -Capang ngumis
Gendut / ngeyegIncek kerep
MamandapanDeku Sembah
Analisa Perbandingan Koreogra Tari Lenyepan Naek Monggawa Dengan Koreogra
Tari Topeng Tumenggung (Yang Diajarkan Nyi Suji)
dengan jalan yang empat tadi, jarang yang
tidak memetik buahnya, pasti memuaskan).
Lalamba: Sila Mando/sineba – semba-
hanDeku/jengkeng – sembahan
Lenyepan: Adeg-adegJangkung ilo, Gedut,
Mincid cicing, Keupat, Tincak tilu, Engkeg
gigir/jalak pengkor
Nyatria : Sekar tiba
Monggawa: Adeg-adeg capang ngu-
mis, Laras konda, Jangkung ilo sonteng,
Gedut, Mincid Cikalongan, Keupat saruk/
nyungkur, Pak bang
Ngalana: Adeg-adeg tumpang tali/lontang
kembar, Pundak soder cengkat, Sonteng, Pak
bang barongsae, Mincid Cirebonan/soder/
sampur, Baksarai, Mamandapan, Deku/ jeng-
keng– sembahan.
Karakterisasi Tari Keursus
Tari Lenyepan / Leyepan: Lenyep (halus/lung-
guh)
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 109/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
236
DAFTAR PUSTAKA
Ardjo, Irawati Durban. 1998. Perkem-
bangan Tari Sunda Melacak Jejak Tb. Oemay-Martakusuma dan Rd.Tjetje Somantri. Band-
ung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia
Ali Cs, Moh. 1975. Sejarah Jawa Barat
Sekitar Permasalahannya. Bandung: Proyek
Peningkatan Kebudayaan Jawa Barat.
Enoc Atmadibrata. 1977.“Pola-Pola
Dasar Tari Sunda Yang Bersumber Dari Tari
Keurseus, Tari Topeng, Tari Karya R.Tjetje
Somantri”. Bandung: Proyek Peningkatan/
Pengembangan ASTI Bandung.
Harjadinata, Jumnadi. 1972. “Tari
Kursus Sebagai Tari Sunda Klasik” Skripsi
Sarjana Muda. Bandung: ASTI Bandung.
Pigeaud, Th., 1938. Javaanse Volks-
vertoningen, Batavia: Volkslectuur..
Suryaatmadja, Maman R.I., Atja,
1970. “Drama Tari Ramayana Gaya Sunda”.
Yogyakarta: Panitia Penyelenggara Seminar
Sendra Tari Ramayana Nasional,.
Suryaatmadja, Maman R.I,1976.
”Perkem-bangan Tari Sunda Dan Masalah
Studi Dari Tari Gaya Sunda di Jawa Barat”.
Bandung: Proyek Akademi Kesenian Jawa
Barat.
……1976. ”Materi Tari Sunda Seba-
gai Mata Kuliah di ASTI Bandung”. Bandung:
Proyek Akademi Kesenian Jawa Barat.
Risyani. 1984/85.“Pertunjukan Topeng
Cirebon, Suatu Studi Tentang Tata Cara Pe-
nyajian Topeng Hajatan”.Bandung: Proyek
Pengembangan Institut Kesenian Indonesia
(IKI) Sub/Bag Proyek Pengembangan ASTI
Bandung.
Soepandi, Atik. Atmadibrata ,Enoch.
1977. Khasanah Kesenian Daerah Jawa Ba-
rat. Bandung: Pelita Masa.
Serrurier. 1896.De Wajang Poerwa.
Leiden: Boekhanden en Drukkerij,.
Sudarto, Toto. 1980. “Tinjauan Komp-
eratif Tentang Tari Lenyepan Naek Monggawa
Dengan Tari Topeng Tumenggung”. Skripsi
Sarjana Muda. Bandung: ASTI Bandung.
Tedjasoekmana R, Oe.Joesoef..
1977/78. “Tari Lenyepan”, Bandung: Proyek
Peningkatan/Pengembangan ASTI Bandung.
Tarya, Moh. 1978/79. “Tari Gawil
Naek Kering II (Monggawa)”. Bandung:
Proyek Pengembangan ASTI Bandung.
……………., 2001.“Topeng Babakan
Cirebon 1990-1999. ”,Tesis, Program Studi
Sejarah, Yogyakarta: Fakultas Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada.
8/18/2019 Terob April 2014
http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 110/112
TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014
237