112

Terob April 2014

Embed Size (px)

Citation preview

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 1/112

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 2/112

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 3/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

130

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Karya

  Pulau Madura yang terletak di sebelah

timur laut Pulau Jawa dengan Selat Madura

sebagai pemisah antara kedua pulau itu. Ma-

dura pada dewasa ini terbagi menjadi empat

wilayah kabupaten, yaitu; Sumenep, Pameka-

san, Bangkalan, Sampang. Masyarakat Madu-

ra merupakan masyarakat yang suka meran-

tau. Mengingat kondisi kepadatan penduduk

di Madura dan mata pencarian mereka yang

 bergantung pada keadaan alam. Penduduk

Madura sebagian besar menggantungkan per-

ekonomian pada bidang pertanian, perikanan

APOLONG POTRET MASYARAKAT MADURA URBAN

Punjul Pitono

Abstrak 

Karya Apolong terinspirasi dari kehidupan masyarakat Madura di Surabaya. Walaupun mendi-

ami lingkungan yang baru (Surabaya) namun pranata sosial di kampung halaman masih begitu

kuat dipertahankan. Perkampungan Madura bermunculan di Surabaya, termasuk di Sawah Pulo

dan Semampir Surabaya. Karya ini bertujuan untuk memberi pemahaman tentang keragaman

 budaya di Surabaya. Di sisi lain juga berupaya melihat Madura dalam konteks kehidupannya

sebagai wilayah urban. Harapannya akan timbul kesadaran untuk saling menghargai, mema-

hami dan mengerti satu wilayah etnis dengan yang lain.

Kata Kunci: Apolong, Urban, Masyarakat Madura

 Abstract 

The work was inspired by the life of the Madurese community in Surabaya . Although they

have inhabited in Surabaya as their new environments , however, their social institutions of

hometown were still so strong maintained . Therefore, many villages of Madurese have sprung

up in Surabaya , including in Sawah Pulo at Semampir area . This work aimed to gave an un-

derstanding about cultural diversity in Surabaya, as well as, to see the Madura at the context

of their community life in urban areas . By the work, it would arise awareness to respect , un-

derstand and appreciate among the ethnic regions.

 Keywords: Apolong, Urban, society Madura

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 4/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

131

atau industri garam bagi mereka yang tinggal

di daerah pantai, indusri garam justru lebih

menojol dari pada pe-rikanan, sehingga sering

disebut Madura sebagai “Pulau Garam”, akantetapi msyarakat Madura tidak bisa terlalu

mengharap perkembangan ekonomi dari hasil

 pertanian atau hasil laut saja. Dalam kondisi

ini maka masyarakat Madura lebih memilih

merantau dengan tujuan meningkatkan ke-

hidupan yang lebih baik dari pada di tempat

asal.

  Migrasi ke Jawa merupakan bagian

terpenting bagi tradisi merantau masyarakat

Madura. Salah satu daerah migrasi terpent-

ing adalah wilayah ‘Tapal Kuda’ yaitu Jawa

Timur yang membentang dari wilayah Pa-

suruan hingga Banyuwangi (Efendi, 1990:23).

Arti penting migrasi bagi masyarakat Madura

terlihat dari jumlah penduduk yang tinggal

di luar pulau Madura lebih banyak dari pada

yang tinggal di Madura sendiri, kajian dari

BAPEDA Jawa Timur memperki-rakan 75%

masyarakat Madura tinggal di perantauan se-

dangkan 25% saja yang tinggal di Madura.

  Surabaya yang merupakan jantung kota

di Jawa Timur juga letaknya yang paling dekat

dengan Madura, tempat yang strategis untuk

tujuan migrasi penduduk Madura. Keberadaan

 penduduk Madura di Surabaya hampir meratadari tiap kecamatan. Mereka sebagian meru-

 pa-kan masyarakat urban permanen yaitu me-

netap di Surabaya, dan sebagian sebagai pen-

duduk musiman yang hanya tinggal sementara

untuk mencari penghasilan (Andang, 2004:

31). Dalam bermigrasi, penduduk Madura bi-

asanya membawa keluarga untuk turut hidup

di kampung rantau (Surabaya).

  Prosentase terbesar penduduk Madura

yang berada di Surabaya terdapat di daerah

Surabaya Utara tepatnya di Kecamatan Se-

mampir. Ini karena letaknya dekat dengan pelabuhan Tanjung Perak dan penyeberangan

Ujung–Kamal. Mereka banyak tinggal dan

menetap di wilayah ini meskipun harus tinggal

 berdesakan di gang-gang sempit dan terkesan

kumuh. Bahkan sebagian dari mereka harus

rela tinggal di gerobak–gerobak jualan/lapak

di pinggir jalan serta tidak jarang pula kita

 jumpai beberapa dari mereka tidur di atas be-

cak. Semampir dipakai sebagai sumber riset

 penulis karena prosentase masyarakat etnis

Madura hampir mencapai 70 % sedangkan si-

sanya masyarakat etnis lainnya (data statistik

kecamatan Semampir).

Masyarakat etnis Madura secara

umum memiliki beberapa kesamaan den-

gan etnis yang lain, yakni mereka cenderung

 berkelompok membentuk koloni yang sangat

 besar. Meskipun mereka sudah keluar dari

tempat asal dan tinggal di tempat baru yaitu

Surabaya tetapi kehidupan berkelompok ini

masih sangat kuat, artinya mereka tinggal se-

suai dengan daerah asal, misalnya di daerah

kampung Pegirian yang tinggal sebagian

 besar berasal dari Bangkalan, di kampung

Sawah Pulo yang tinggal berasal dari Pa-mekasan, begitu seterusnya. Mereka tinggal

 berkelompok berdasarkan daerah asal dan rasa

kekeluargaannyapun sangat kuat. Rata–rata

mereka berasal dari Madura bagian pendala-

man sehingga konon terdapat stereotip bahwa

 perilaku mereka tertangkap sangat kasar dan

arogan, kerena terbawa dari kehidupan keras

mereka yang terbentuk dari alam asal mereka.

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 5/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

132

Sikap dan perilaku inipun terbawa di tempat

yang baru. Dan seolah membuat kelompok

masyarakat yang baru serta tidak sadar mer-

eka tetap membawa perilaku budaya asal kedalam struktur masyarakat baru/perkotaan.

Termasuk atribut–atribut yang berkaitan erat

dengan masyarakat Madura, baik yang positif

maupun yang negatif. Secara politik mereka

 bebas tinggal di mana saja, mereka mengang-

gap di kota/wilayah baru lebih menjanjikan

secara ekonomi. Secara tidak langsung se-

makin besar koloni mereka semakin kuat sta-

tus mereka di masyarakat. Serta masyarakat

etnis ini sangat menjunjung tinggi nilai–nilai

moral dan etika, hal ini terlihat pada kehidu-

 pan yang berhubungan dengan nilai–nilai

kagamaan/religius mereka. Nilai kebersamaan

mereka sangat kuat/kokoh terlebih lagi yang

ter-gabung dalam suatu organisasi sosial dan

 budaya.

  Di daerah Kecamatan Semampir ser-

ing ditemui bentuk tradisi yang ikut bermi-

grasi contohnya arisan bergilir ottok-ottok

(bahasa madura hampir sama dengan arisan),

 bahkan “tradisi-minornya” juga mewarnai

tradisi mereka sebagai contoh tradisi carok

(perkelahian dengan menggunakan senjata

tajam berupa clurit, senjata khas Madura).

Angka ini bisa dilihat dari data kriminalitasdari kepolisian menunjukan bahwa 1% pem-

 bunuh an dengan carok (data kriminal kepoli-

sian kecamatan Semampir). Carok ini biasa

mereka lakukan apabila harga diri mereka ter-

coreng. Kebiasaan masyarakat Madura apa-

 bila mereka merasa terganggu dengan orang

lain yang menggoda istrinya, warisan, utang

 piutung, dendam maka ini merupakan penghi-

naan harga diri dan penyele-saiannya adalah

carok (Latif, 2002;89 ). Maka berdasarkan

contoh tersebut bisa disimpulkan bahwa se-

cara tidak sadar juga kelompok masyarakatMadura ini membentuk struktur masyarakat

sendiri karena mereka merasa mempunyai ke-

samaan dalam perilaku budaya. Akan tetapi

carok di Surabaya sudah bergeser nilainya,

mereka melakukan carok terkadang karena

masalah yang sangat sepele, misalnya berebut

 penumpang, atau berebut wilayah parkir, tem-

 pat berjualan. Peristiwa–peristiwa sederhana

ini bisa memicu carok bagi masyarakat Ma-

dura di Surabaya.

  Sikap dan perilaku masyarakat Madu-

ra sangat dominan dalam struktur masyarakat

 pada umumnya, terlebih di lingkungan Se-

mampir, hal ini disebabkan jumlah kelom-

 pok mereka sangat besar yang mempunyai

kesamaan perilaku. Hampir seluruh struk-

tur masyarakat di kecamatan Semampir di-

 jalankan oleh masyarakat etnis Madura dan

ke-adaan ini sangat mendominasi. Mulai dari

 penjual makanan, ikan, buah di pasar, sopir,

tukang parkir, makelar, preman, pengumpul

 besi tua/rombeng, calo, sampai tukang becak

semua didominasi orang Madura. Bisa ditarik

kesimpulan bahwa mereka menempati posisi

sebagai tenaga kerja kasar sebagai mata pen-carian/pekerjaan. Apabila dilihat lebih dalam

lagi karena latar belakang pendidikan me reka

yang relatif cukup rendah, terutama pendidi-

kan formal.

  Mayoritas masyarakat Madura me-

mandang bahwa pendidikan formal bukanlah

sesuatu yang penting untuk dilakukan, mereka

lebih memilih mengaji atau mondok dari pada

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 6/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

133

harus sekolah yang tinggi. Biasanya mereka

 bersekolah cukup di tingkat sekolah dasar,

selebihnya mereka belajar di pesantren. Ma-

yarakat Madura memandang pendidikan tidakhanya diperoleh di bangku sekolah formal

saja, ada kecenderungan mereka lebih menitik

 beratkan pada pendidikan religius. Selain itu

 pendidikan agama merupakan landasan pokok

yang harus dikuasai, Madura dapat dikatakan

identik dengan Islam, Islam telah menjadi

 bagian dari identitas etnik. Citra Madura seba-

gai “Masyarakat Santri” sangat kuat, misalnya

menjadi haji me-rupakan impian bagi setiap

orang Madura. Agama Islam dan para ulama

memiliki tempat khusus bagi masyarakat Ma-

dura. Dalam hal penghayatan ter hadap ajaran

agama dan penyebaran hampir sama dengan

Aceh. Sifat keislaman penduduk di aktualisasi-

kan dalam intuisi keagamaan, perilaku sosial,

dan intuisi kekerabatan (De Jonge 1989: 239-

240). Meskipun dalam perantauan sifat keisla-

man ini masih melekat kuat, bahkan tidak ja-

rang pula mereka yang mempunyai pekerjaan

sebagai preman pun tidak akan meninggalkan

ibadah. Biasanya setelah mereka berhenti

 berbuat jahat ujungnya adalah naik haji, dan

akan menjadi orang yang disegani. Beribadah

haji menurut mereka adalah “kesempurnaan

hidup“ yang telah dilampauinya jika bisa men-gunjungi tanah suci (menurut Islam).

b. Pembicaraan Rujukan

  SDN Ujung XI Surabaya merupakan

 pendidikan formal bagi anak-anak sekitar

wilayah tersebut didominasi dengan murid-

murid Madura. Bahkan mereka yang berdarah

Jawa pun tidak jarang menyebut diri mereka

Madura. Kebanggaan sebagai orang Madura

sangat mempengaruhi sistim belajar mengajar

di sekolah tersebut. Dalam proses belajar disekolah bahasa yang mereka pergunakan ada-

lah bahasa daerah yaitu bahasa Madura, sangat

 jarang sekali mereka memakai bahasa Indo-

nesia. Maka dalam kondisi seperti ini guru se-

 bagai pengajar sepertinya dituntut untuk bisa

menguasai bahasa madura meskipun terbatas,

hal ini untuk menarik para siswa agar tidak

merasa sulit dalam mengikuti proses belajar di

sekolah khususnya dalam hal berkomunikasi,

sebagai contoh, ketika mereka sedang menger-

 jakan soal dengan polos menyampaikan ke

guru “Bu soalnya mlarat, Bu”, presepsi guru

tersebut mereka menganggap soalnya miskin

(mlarat dalam bahasa Jawa=miskin), sedan-

gkan maksud mereka soalnya sangat sulit

(mlarat dalam bahasa Madura=sulit), sehing-

ga dengan kejadian tersebut meskipun tidak

 bisa berbicara paling tidak guru bisa mengerti

artinya agar bisa terjalin komunikasi dengan

murid.

  Sejauh ini penulis mengadakan

 pengamatan terhadap anak-anak di sekolah

dasar di kecamat-an Semampir kususnya SD

Ujung XI yang 90 % Madura. Sering seka-

li dijumpai presensi kehadiran siswa sangatminim, meraka kurang memiliki kesadaran

untuk berdisiplin, tidak jarang juga mereka

membolos sampai berhari-hari bahkan min-

ggu. Tidak hanya itu, penulis juga mendapati

 para murid pulang sebelum jam pelajaran se-

lesai, pekerjaan rumah yang diberikan guru

di sekolah juga bukan hal yang penting untuk

dikerjakan, padahal ini contoh paling seder-

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 7/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

134

hana. Dari beberapa kasus yang terjadi di atas

tidak lepas dari peran orang tua dalam hal ini

wali murid untuk turut serta men-dukung pen-

didikan formal bagi anak-anak mereka sangatkurang. Akan tetapi apabila kegiatan tersebut

 berkaitan dengan hal yang bersifat agamis

mereka tidak boleh meninggalkan. Mereka

lebih memilih meninggalkan sekolah dari

 pada tidak mengikuti kegiatan agama, con-

tohnya hari-hari besar agama atau pengajian

akbar (istiqosah). Didukung pula letak daerah

ini berdekatan dengan Sunan Ampel sehing-

ga sangat terasa nuansa Islami yang kental.

Didasari latar belakang masyarakat Madura

yang fanatik maka status Haji bagi masyarakat

Madura jauh lebih penting dari pada gelar dari

 pendidikan formal. Sehingga anak-anak juga

tidak bisa lepas dari pengaruh tersebut.

Hal ini yang menarik bagi penulis

untuk mengadakan pengamatan dan meneliti

lebih jauh lagi. Yang menjadi menarik ba-

gaimana jika mereka harus dihadapkan den-

gan pendidikan kesenian kususnya tari yang

menurut mereka sesuatu yang asing, padahal

mereka sudah tinggal di Surabaya. Belajar

menari bagi murid SD Ujung XI adalah hal

yang baru, padahal kita bisa lihat kesenian tra-

disional di Madura cukup banyak, tapi kenapa

anak- anak kususnya perempuan justru belumtertarik untuk belajar menari (khususnya tari

tradisonal). Anak-anak lebih tertarik berjoged

dangdut atau menyanyi dangdut bahkan lagu-

lagu India mereka suka, bahkan sampai model

dandanan serta aksesorisnyapun mereka tiru.

  Dengan latar belakang kaum perem-

 puan Madura yang pesolek maka gaya perle-

man India menjadi Inspirasi dandanan mer-

eka, misalnya memakai perhiasan berlebih,

menggunakan celak pada mata disamping me-

niru gaya India mereka juga menyebutkan su-

nah rosul, memakai baju-baju yang berwarnacerah menyala. Meskipun demikian, baju yang

mereka pakai tidak pernah lepas dari sarung

 baik kaum laki-laki maupun perempuannya.

Di manapun mereka berada pada acara resmi

maupun tidak, sarung tetap tidak bisa lepas

 jadi bagian busana mereka. Fenomena ini juga

 bisa dijumpai di lingkungan sekolah, wali mu-

rid yang datang ke sekolah pada acara resmi

tetap memakai sarung.

Melihat kondisi tersebut sangat disa-

dari bahwa latar belakang pendidikan inilah

yang sangat kurang selain sarung sebagai

identitas dalam berbusana bagi kaum mer-

eka. Cara berbusana yang terkesan semau-

nya terutama di linggkungan sekolah menjadi

hal yang menarik untuk diamati, karena hal

ini terbawa pula bagi anak-anak yaitu siswa.

Mereka datang ke sekolah untuk mengikuti

kegiatan exstra juga memakai pakaian yang

ter-kesan sekenanya juga padahal kegiatan

tersebut berada pada jam sekolah. Tidak ja-

rang guru sudah menghimbau atau memberi

 pengumuman akan tetapi pengumuman bu-

kanlah kaharusan untuk ditaati.  Selain tentang cara berbusana yang

sekena-nya penulis juga mendapati pada

siswa memakai pacar (biasanya digunakan di

kuku bagi kaum Islam) yang dilukiskan di-

lengan atau kaki dan kuku yang berwarna hi-

tam seperti pengantin India. Memakai hiasan

ini di sekolah merupakan hal yang biasa, dan

hampir 10% siswa perempuan memakai-nya.

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 8/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

135

Ini tidak pernah dijumpai pada siswa sekolah

lain yang terletak di Surabaya bagian tengah

kecuali hanya sekolah kampung Madura saja.

Guru maupun kepala sekolah tidak berpengar-uh meskipun sudah menyampaikan himbauan

dan memberi penjelasan tentang tata tertib

sekolah. Kesederhanaan pola pikir mereka

ini, menarik untuk diamati dan dilihat lebih

dalam lagi tentang kehidupan sosial mereka.

Dalam konteks kehidupan masyarakat

Madura yang sudah menetap di wilayah keca-

matan Semampir ini, lebih jauh dapat ditelusur

 bagaimana pola perilaku kesehariannya. Ke-

hidupan normal untuk bekerja dimulai setelah

matahari terbit. Pilihan jenis pekerjaan seba-

gai pedadang kecil ( penjual ikan, buah-bua-

han, makanan, barang-barang bekas), sebagai

 penjual jasa (sopir angkutan kota, truk, tukang

 parkir, calo / makelar), pengumpul barang be-

kas/rombeng dijalani pada siang hari dan

dijalani oleh para remaja sampai orang-orang

tua. Sementara anak-anak laki dan perempuan

 pada pagi hari sekolah di tingkat dasar sampai

siang hari. Siang sampai sore hari seperti kebi-

asaan anak-anak diisi kegiatan bermain sesuai

dengan kesenangannya masing masing. Dalam

 berbaurnya, antara orang tua yang bekerja dan

anak-anak yang bermain seringkali terjadi

komunikasi timbal balik yang mengajarkantentang hidup. Bahwa pola perilaku anak

yang sedang bermain dalam situasi orang tua

 bekerja adalah budaya yang berkelanjutan.

Anak meniru pola hidup orang tua dan peri-

laku pe-kerjaan, religi, sikap hidup orang tua

secara tidak langsung memberikan landasan

 bagi kehidupan kelak bagi anak-anak mereka.

Adzan magrib merupakan batas dan bera-

khirnya bekerja dan bermain. Sholat magrib,

mengaji, dan berbanjari merupakan ciri khas

 bagi masyarakat Madura di wilayah Kecama-

tan Semampir ini.  Hal tersebut di atas menjadi sumber

inspirasi penulis untuk mengangkat dalam

sebuah karya. Dengan harapan yang sangat

sederhana yaitu ingin mengangkat dan men-

genalkan secara sadar bentuk seni dalam ben-

tuk apapun di lingkungan masayarakat ini.

Mengenalkan secara sadar bahwa seni itu bisa

 bermanfaat bukan hanya mengaji,belajar itu

 penting meskipun belajar tentang seni, karena

apabila berbicara tentang seni bisa sangat luas

se-hingga seni bisa didekatkan dengan ke-

hidupan religi mereka yang sangat kuat dalam

kehidupan keseharian mereka. Berdasarkan

inilah penulis mengadakan pendekatan lebih

 jauh dan mengamati untuk bisa mengetahui

kira-kira jenis kesenian apa yang bisa berkem-

 bang di masyarakat ini.

PEMBAHASAN

a. Gagasan

  Penulis yang telah lama berdomisili

di daerah kampung Pegirikan kecamatan Se-

mampir yang nota bene sebagai sumber pe-

nelitian tentang masyarakat Madura di daerahini sekaligus sebagai guru tari di SD Ujung

XI. Dalam pendekatan dengan masyarakat

Madura di daerah ini tidak terlalu sulit. Per-

tama kali langkah yang dilakukan adalah pen-

guasaan bahasa Madura dan dialeknya, hal

ini yang memperlancar komunikasi dengan

masyarakat sekitar. Telah disinggung di atas

 bahwa masyarakat di daerah ini sangat fana-

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 9/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

136

tik terhadap agama. Seni pun sangat terbatas

yang mereka tahu kususnya tari, hal ini ter-

 jadi pula dengan murid dan orang tua murid di

SD Ujung XI yang berada di kampung SawahPulo ini dengan penduduk 100% Madura

yang sekaligus sebagai sumber riset penulis.

Menjadi sebuah pertanyaan yang pent-

ing tentang bagaimana orang tua dalam hal ini

wali murid menyikapi tentang pelajaran me-

nari untuk anak-anak. Dengan sangat seder-

hana menjawab bahwa hal tersebut bukan hal

yang penting bahkan bisa dikatakan tidak ber-

guna karena menari itu haram, dengan ala-

san perempuan tidak pantas untuk menari, dan

 bergerak erotis, akan tetapi samroh merupa-

kan pilihan baik dalam memilih jenis ke-se-

nian. Penulis dalam mengadakan pendekatan

terhadap wali murid mencoba memberikan al-

ternatif jenis kesenian lain, misalnya musika-

lisasi puisi yang bernuansa islam, ternyata

mandapat respon yang hangat, ini merupakan

langkah awal yang baik. Bermusik merupa-

kan awal sebuah penawaran yang baik untuk

mencoba memasukkan seni dalam lingkungan

mereka.

  Mengikuti sebuah kompetisi merupa-

kan alat pemicu yang jitu untuk lebih menarik

 per-hatian selain juga mengenalkan dunia seni

yang lebih luas. Musikalisasi puisi yang mem- punyai unsur musik sudah berhasil masuk,

 penulis mencoba mengembangkan ke dalam

 bentuk kesenian lain yaitu tari, untuk men-

gawali pengenalan tari dengan menggunakan

lagu-lagu atau gending tari yang berunsur Ma-

dura. Respon yang terjadi ternyata cukup baik,

40 % wali murid mempunyai respon yang

 positif artinya mereka mulai menerima pela-

 jaran tari meskipun peminatnya masih sangat

sedikit.

  Upaya penulis untuk mengajak lebih

 jauh mengenalkan seni kususnya tari padasiswa SD Ujung XI tidak lepas dari peran

 para guru yang aktif memberikan waktu untuk

mengikuti pelajaran menari di sela-sela pela-

 jaran sekolah. Selain dari hal tersebut penulis

lebih menekankan pendekatan secara perlahan

terhadap wali muridnya dengan cara seperti

yang sudah disinggung di atas, yaitu menge-

nalkan bentuk kesenian yang bernafas Islam,

selain itu mengikuti kalender mereka misal-

nya merayakan hari besar agama dengan me-

nyisipkan kesenian yang bernafaskan agama,

di antaranya samroh, puisi, dan tari bernuansa

islam.

  Dari kegiatan yang sekaligus meru-

 pakan pembelajaran tersebut penulis mang-

harapkan mereka mampu menciptakan karya

seni sendiri untuk bisa mengexspresikan diri

mereka sendiri. Penulis masih mencoba meng-

gali bentuk kesenian yang cocok untuk dicip-

ta dan bisa diangkat dalam sebuah karya seni

untuk diapresiasikan, bisa berupa musik, tari,

lagu, maupun kerajinan. Sejauh yang penulis

 jumpai, mereka mampu untuk bermusik mau-

 pun menari. Apabila diamati lebih dalam, mer-

eka bisa juga dibawa pada seni body painting,karena dilihat dari seringnya mereka memakai

cat kuku/pacar untuk menghiasi tubuhnya.

Dalam prakteknya menggunakan pacar untuk

hiasan tangan dan kaki juga merupakan bagian

dari tata rias pengantin Madura di daerah ini.

Menggunakan pacar hampir mejadi bagian

yang tidak bisa lepas dari tata rias pengantin

karena mereka kebanyakan menggunakan

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 10/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

137

 baju bernuansa India saat menikah. Ini sebuah

fenomena yang menarik. Ternyata cukup ban-

yak pula budaya yang mereka adopsi selama

mereka urban di perantauan yaitu Surabaya.Keberadaan mereka di Surabaya mempen-

garuhi pula kehidupan berbudaya masyarakat

ini, hampir bisa dikatakan kemaduraan sedikit

menipis karena sudah berbaur dengan komu-

nitas masarakat dari berbagai asal.

  Dalam pendekatan lebih dalam den-

gan masyarakat kampung Sawah Pulo yang

 juga termasuk wali murid penulis menemukan

tempat pendidikan agama yang diasuh oleh

wali murid pula yang sekaligus seorang ustad

yang cukup berpengaruh di kampung ini, ia

merupakan guru mengaji bagi sebagian anak– 

anak SD Ujung XI dan sekolah–sekolah lain

di sekitarnya, ternyata di tempat Ustad Uslan

Tahir ini penulis menemukan kegiatan yang

 bersifat intra yaitu Samroh di sela kegiatan

rutin mengaji bagi anak–anak. Hal itu meru-

 pakan kegiatan pokok anak–anak di waktu

sore hari yaitu mereka harus mengaji, ini yang

tidak bisa mereka tinggalkan dari budaya asli

Madura bahwa agama adalah kewajiban yang

 paling penting dan tidak bisa ditinggalkan di

manapun mereka berada, bahkan sempat pula

salah satu Ustad di masyarakat ini (Ustad

Husni) menyampaikan bahwa bukan orangMadura kalau sampai tidak bisa mengaji,

akan tetapi menjadi sebuah hal yang menarik

 pula bahwa selain kegiatan mengaji ternyata

 berkembang pula bentuk kesenian yang ber-

hubungan dengan musik dan berkaitan erat

dengan keagamaan di kampung Sawah Pulo

ini, yaitu seni Hadrah Banjari. Hal ini menjadi

menarik ternyata bentuk kesenian ini menjadi

 pilihan yang baik bagi masyarakat urban ini.

  Jika ditarik kesimpulan ada ke-

sinambungan ketika penulis mencoba me-

nawarkan bentuk kesenian musikalisasi puisiternyata siswa dan wali murid memberi re-

spon yang hangat, hal ini ternyata sangat ber-

hubungan sekali dengan seni yang bekem-

 bang di lingkungan mereka, yaitu Hadrah

Banjari. Kesenian Hadrah Banjari ini dikel-

ola pula oleh Ustad Uslan Tahir di tempat-

nya mengajar yaitu madrasah AL-MADURI.

Kesenian ini dirintis oleh ustad sejak tahun

1997-an. Kesenian Banjari termasuk barang

 baru yang berkembang di daerah ini, ada ben-

tuk seni Terbang yang lain misalnya Terbang

Ishari, namun pada Madrasah AL- MADURI

menjadikan Terbang Banjari sebagai pilihan

 berkesenian dan beribadah. Para santri di Ma-

drasah ini selain diajarkan keagamaan, setiap

hari kamis mereka diajarkan seni Hadrah Ban-

 jari untuk para remaja, sedangkan anak–anak

lebih diarahkan pada musik Samroh terutama

santri perempuan.

  Mengamati seni Hadrah Banjari men-

 jadi menarik karena dilihat kembali ke bela-

kang tentang latar belakang mereka sebagai

masyarakat santri bentuk Hadrah Banjari

ini mengikuti setiap kegiatan religi mereka.

Masyarakat di daerah ini lebih memilih ben-tuk kesenian Hadrah karena dalam kehidupan

mereka tidak bisa lepas dari kegiatan kea-

gamaaan yang kuat, sehingga seni Hadrah san-

gat berkembang di daerah ini. Sebagai contoh

apabila warga mengadakan tahlil atau istiqo-

sah Hadrah Banjari masuk dalam rangkaian

acara tersebut. Hadrah Banjari menjadi bagian

dalam ritual do’a bagi masyarakat kampung

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 11/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

138

Sawah Pulo ini.

Selain Hadrah Banjari menjadi budaya

yang menarik sebagai nilai keagamaan untuk

diamati, penulis menemukan permasalahan–  permasalahan yang kompleks pula dalam

kehidupan masyarakat ini, baik ekonomi,

maupun budaya. Masyarakat Sawah Pulo dan

sekitarnya yang prosentase terbesar mereka

 bekerja sebagai pedagang dan tenaga kasar,

yang menjadi bididkan penulis adalah mer-

eka yang menekuni pekerjaan sebagi tukang

rombeng (pengumpul barang bekas), karena

 prosentase lebih besar. Hampir 40 % mereka

sangat ulet mengumpulkan barang bekas un-

tuk kemudian dijual kembali, minimal barang

mereka sendiri, keuletan ini yang menghasil-

kan rupiah, dengan modal mengumpulkan ba-

rang–barang bekas saja mereka sudah menc-

etak rupiah, apapun bentuk barang bekasnya

 bisa berubah menjadi rupiah, dari yang paling

sederhana misalnya sampah plastik, barang

 plastik, kertas, besi, besi tua, potongan per-

hiasan emas, sampai bangunan rumah bisa

 berubah menjadi rupiah. Dari kalangan mer-

eka paling tidak dapat menciptakan lapangan

 pekerjaan bagi orang lain. Di satu sisi mereka

 juga sebagai produsen barang–barang bekas

(sampah industri) tidak jarang pula mereka

sukses dari barang bekas.

b. Garap

  Garapan pada karya ini tidak men-

ceritakan secara detail bagaimana perilaku

masyarakat Madura di Kecamatan Semampir

ini, tetapi lebih pada aktualisasi perilaku-peri-

laku khas yang meliputi bagaimana masyarakat

Madura bekerja sebagai pengumpul barang

 bekas. Karena pekerjaan yang digeluti adalah

 pengumpul besi tua dan barang barang sejenis-

nya maka pekerjaan itu menghadirkan bunyi

khas yang menghadirkan rasa musik tersendi-ri. Anak laki-laki bermain di sekitar area para

orang tua bekerja yang ceria, nakal, dan gaduh.

Suasana keseharian seperti mandi, makan dan

aktitas-aktitas menjelang Sholat magrib.

Situasi belajar membaca Al,Qur’an/Ngaji dan

 ber-banjarian yang selanjutnya menghadirkan

secara sepontan gerakan-gerakan menari.

Dari identikasi ide garapan ini maka dapat

dijelaskan tentang :

1. Pemain

Garapan ini terdiri dari tiga kelom-

 pok pemain tetapi dapat melakukan beberapa

 peristiwa. Kelompok pertama adalah pemain

sebagai pekerja. Kelompok ini terdiri dari

 para pemuda atau yang juga disebut sebagai

orang tua. Kelompok ini memerankan fungsi

 pekerja yang juga teater dan pemusik. Peran

sebagai pekerja dimaksudkan untuk menga-

dirkan suasana dan situasi bekerja di barang-

 barang bekas. Dalam suasana bekerja ingin

disampaiakan keceriaan, keseriusan, kelakar

dan perselisihan. Fungsi sebagai pemusik ada-

lah untuk menghadirkan rasa-musikal spon-

tan yang selanjutnya terusun musikalisasisederhana. Pada konteks musik banjari ingin

menunjukkan musik terbangan khas Banjari

Madura di Semampir ini.

  Kelompok anak-anak dapat dibedakan

menjadi tiga. Pertama adalah suasana bermain.

Anak laki-laki bermain tabuhan, bermain bola

dengan variasai bernyanyi sekedarnya. Berdia-

log, berkelakar, berselisih sesama temannya.

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 12/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

139

Kelompok anak-anak putri bermain, bernyanyi

dengan varisasi persoalan-persoalan anak-

anak yang muncul seperti pertemanan, kerja

sama, kekompakan tetapi juga muncul konikdan pertengkaran. Kedua situasi rileks sep-

erti mandi di sumur secara bersama-sama baik

anak-anak maupun para bapak-bapak setelah

seharian bekerja, dan makan dalam suasana

kekeluargaan. Ketiga suasana mengaji dan

 banjarian. Suasana yang diharapkan muncul

adalah natural, serius tetapi santai, khusuk,

kelakar dan bersenang-senang.  Kelompok Pekerja dapat dikelompok-

kan menjadi dua bagian. Pertama situasi bek-

erja dalam kerasnya keadaan, yang dimuncul-

kan adalah kebersahajaan tetapi juga keras,

kelakar dan juga perselisihan. Ke dua adalah

suasana santai, membersihkan diri dengan

mandi di sumur bersama-sama dengan anak-

anak. Ketiga adalah suasana khusuk dan riang

dalam banjarian.

2. Gerak tarian

  Pada waktu Banjarian spontan mun-

cul gerak-gerak silat Dork khas Madura dan

gerakan tari sejenis Zapin yang dilakukan oleh

anak-anak.

3. Musik   Secara natural musik dimaksudkan

adalah bunyian yang berasal dari situasi bek-

erja. Memukul dengan palu pada besi, seng

dan benda logam lainnya, yang selanjutnya

 bunyi dan suara diarahkan pada susunan

musikalitas sederhana khas para pekerja di

 besi tua. Selebihnya adalah musik terbangan

dalam Banjarian

4. Suasana

  Suasana lain dimunculkan dalam kes-

an rileks menjelang magrib adalah para rema- ja putri sebagai pemain penjual makanan yang

melayani para pembeli makanannya.

5. Kostum

  Dirancang secara natural khas

masyarakat Madura urban dan pekerja kasar

c. Bentuk Karya

  Bentuk karya ini merupakan potret

dari sebagian perilaku masyarakat Madura di

Pegiri’an, Semampir, Surabaya. Sebuah buda-

ya khas Madura urban yang memiliki keunikan

yang menarik untuk diangkat. Sebagai sebuah

tradisi yang temurun yang menceritakaan laku

 budaya yang dibingkai oleh ideologi keIsla-

man yang kental dan khas orang Madura ur-

 ban. Ideologi keislaman yang telah mengalami

 perpaduan budaya lokal Madura menghadir-

kan keunikan dalam bertingkah laku, berbaha-

sa, berbudaya, dan berpandangan hidup. Kes-

emuanya terangkum dalam suatu rangkaian

 budaya menyeluruhnya kemudian dipilah dan

dipilih beberapa di antaranya untuk diaktual-

isasikan yang paling khas dan unik. Dengan

harapan adanya kesadaran bahwa berbudaya

dalam kesenian merupakan suatu nilai yang

dapat memperkasa khasanah kejiwaan mela-

lui penghayatan estetika dari gagasan komu-

nal yang diekspresikannya sendiri.

d. Media

  Media yang digunakan meliputi: (1)

 barang-barang bekas seperti besi tua dan ben-

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 13/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

140

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  

 

   

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 14/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

141

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 15/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

142

 bang Jidor merupakan satu-satunya alat yang

harus disediakan. (5) Bahasa dengan dialek

Madura khas masyarakat Madura urban yakni

 bahasa Madura yang telah mengalami proses

akulturasi dengan bahasa (Jawa= arek) Sura-

 baya. Kesemua media dimaksud untuk meng-

hantarkan pesan yang terangkum dalam karya

ini.

e. Deskripsi Sajian

  Potret masyarakat Madura urban yang

kemudian di angkat dalam karya ini diketen-

gahkan berbagai ikon yang khas. Mata penca-

harian yang relatif keras seperti pengumpu-

lan barang bekas seperti besi tua dihadirkan

sebagai latar belakang yang utama, maka

 bertumpuk-tumpuk barang bekas besi tua dan

 jenis logam lainnya mendominasi wujud vi-

sual yang langsung mengenai pandangan kita.

Bertumpuk-tumpuk besi memadati ruang/gudang area pertunjukan. Para pedagang ma-

kanan seperti pedagang ikan bakar, martabak,

adalah ciri khusus pada masyarakat ini juga

menghiasi seputar arena pertunjukan. Demiki-

an pula tampilan sik, aroma makanan, tem-

 pat mandi/sumur, kamar kecil secara natural

dan nyata hadir sebagai gambaran seperti pada

masyarakat sesungguhnya.

da benda logam lainnya. Benda-benda terse-

 but sesuai dengan karakteristik masyarakat

Madura urban yang tergabunbg dalam koloni

 besar sebagai pekerja kasar. Dihadirkannya

media barang-barang bekas untuk menunjuk-

kan secara natural pola kehidupan pekerjaan

dan strata dalam status sosial yang kemudian

menghadirkan estetika khas Masyarakat Ma-

dura urban pekerja kasar pengumpul barang

nekas.(2) bola, botol aqua untuk bermain

anak-anak laki-laki.

  Bola merupakan sarana untuk aktual-

issi diri kecintaan dan rasa memiliki terhadap

olahraga sepak bola meskipun dimainkan

dalam kondisi area yang tidak sewajarnya.

Botol-botol aqua juga dipakai sebagai peng-

ganti bola menunjukkan tingkat minimalitas

keberadaan mereka sehingga keinginan untuk

 bisa tetap bermain bola meskipun hanya den-

gan menggunakan botol aqua senagai peng-ganti bola. (3) Kitab Suci Al,Qur’an untuk sa-

rana mempelajari ajaran-ajaran agama Islam

meskipun sebatas pada bagaimana caranya

 bisa membaca huruf-huru Arab dalam kitab

suci Al,Qur’an. (4) Terbang jidor dipakai

sebagai sumber bunyi untuk menghadirkan

musik nuansa Islami. Bahwa terbangan untuk

 banjari, hadrah dan sejenisnya maka alat ter-

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 16/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

143

  Pada gambaran seperti ini melatar-

 belakangi para orang tua yang sibuk bekerja

memilah dan memilih barang bekasnya. Me-

mukul, menggergaji, melempar, menumpuk,mencuci, dan pekerjaan lainnya menghasilkan

 berbagai bunyi dengan karakter yang berbeda-

 beda. Bunyi yang berbeda bervariasi ini mela-

hirkan bangunan musik yang tidak beraturan.

 Namun lambat laun ditata sedemikian pula

sehingga tertata musikalitas yang dapat diden-

garkan dan dirasakan yang ritmis dan melo-

dis. Sementara anak laki-laki bermain-main

di arena para orang tua bekerja sampai ke da-

lam tumpukan barang-barang bekas. Seperti

 perilaku para orang tua, anak-anak kemudian

memukul-mukul besi, seng, dan barang logam

lainnya. Dari ketidak beraturan bunyi yang

dihasilkan sampai terwujud pukulan-pukulan

yang menghasilkan rasa melodis yang sede-

hana.

  Anak-anak selanjutnya menemukan

 botol-botol aqua untuk selanjutnya ditendang-

tendang. Botol aqua waktu selanjutnya me-

nginspirasi anak-anak pada permainan sepak

 bola. Lambat-laun anak-anak berebut botol

aqua untuk dipakai main bola (sepak bola)

sampai pada waktu berikutnya salah satu anak

menemukan bola plastik untuk selanjutnya

dipakai pengganti bola dari botol aqua. Anak bermain, kadang bersifat persahabatan, keru-

kunan, tetapi pada saat yang lain muncul per-

saingan. Persaingan menimbulkan rasa per-

musuhan. Permusuhan yang semula dipahami

secara psikologis selanjutnya melontar pada

ucapan kata-kata. Meledaklah ucapan saling

mencaci maki, pertengkaran dan selanjutnya

 beradu sik. Salah satu anak yang mengetahui

temannya bertengkar selanjutnya mengadukan

kepada orang tua anak yang bertengkar.

  Pada kedudukan seperti ini orang tua

anak-anak terpancing juga amarahnya. Sem-ula hanya melerai sepihak, selanjutnya terjadi

saling tuding antar orang tua. Amarah semakin

 besar. Timbul pertengkaran mulut sesama

orang tua dari anak yang tengah bertengkar

sebelumnya. Itulah sumber dari rasa benci dan

dendam dari anak menuju orang tua. Situasi

agak mereda ketika para anak perempuan da-

tang untuk bermain. Ngobrol berkelompok-

kelompok, bernyanyi, berkejaran. Terasa sekali

situasi persahabatan, pertemanan, tetapi selan-

 jutnya diteruskan dengan permainan yang ber-

orientasi pada perlawanan. Pada kondisi ter-

tentu permainan mengarah pada persaingan.

Tak dapat dihindari muncul saling mengejek,

yang pada puncaknya terjadi percekcokan un-

tuk saling merebutkan kebenarannya sendiri-

sendiri. Pertengkaran mulut tak dapat dihin-

dari, maka pertengkaran sik memuncak pada

saling pukul, dan menjambak.

Para orang tua yang sedang bekerja

mengetahui anak-anaknya bertengkar timbul

keinginannya untk melerai. Bersamaan de-

ngan itu datang truk pengangkut barang bekas

memasuki arena. Pada saat itu anak-anak yang

 bermain menuju sumur untuk membersihkandiri dengan mandi secara berama-sama. Se-

mentara itu para orang tua menurunkan barang

 bekas dari atas truk yang baru datang, setelah

selesai menyusul mandi di sumur yang sama

seperti pada saat anak-anak mandi sebelum-

nya.

  Terdengar suara adzan, Anak-anak dan

orang tua pulang sholat magrib. Kemudian

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 17/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

144

makan bersama keluarga. Kegiatan rutin anak-

anak setelah solat adalah belajar membaca Al-

Qur’an di tempat pendidikan Al-Qur’an (TPA)

setempat yang diasuh oleh da’i atau ustadz se-tempat. Masyarakat Madura di manapun sela-

lu membekali anak-anaknya untuk dapat den-

gan lancar membaca Al-Qur’an. Pandangan

 bahwa lebih baik paham terhadap ilmu agama

dari pada ilmu umum yang di dapat dari seko-

lah benar-benar dibuktikan dalam kehidupan

masyarakat. Pondok pesantren adalah sarana

terbaik bagi anak-anaknya. Dapat di lihat pada

masyarakat Madura di Pegirikan ini bahwa be-

lajar secara formal di sekolah cukup sampai di

tingkat sekolah dasar adalah terbukti. Setelah

lulus sekolah dasar para anak-anak langsung

membantu pekerjaan orang tuanya atau men-

cari pekerjaan sendiri yang sesuai dengan ting-

kat keahliannya. Maka tak jarang ditemukan

anak-anak Madura yang terbatas pada bidang

 pendidikannya menjalani pekerjaannya seba-

gai pedagang kecil sebagai penjual ikan bakar

di tepian jalan, pedagang sate, dan pedagang

makanan lainnya. Selebihnya adalah penjaga

 parkir, tukang becak, sopir angkot, pedagang

 jasa apa saja. Pengurusan sim, pengurusan

 pengambilan Surat Tanda Nomor Kendaraan

yang telah ditahan kepolisian, dan pekerjaan

lainnya yang setara dengan pekerjaan dalamkategori pekerja kasar lainnya.

  Situasi belajar membaca Al-Qur’an

seperti juga pada anak-anak lainnya, terdapat

sifat dan karakter yang berbeda-beda. Terdapat

anak yang khusu’ santun, tetapi juga ada yang

malas-malasan, bahkan juga ada yang suka usil

 pada teman lainnya. Situasi ini khas terdapat

 pada anak-anak di tempat di mana karya ini

digelar. Namun demikian peran ustadz men-

 jadi sangat penting dan menentukan di mana

ketika anak-anak yang sedang dalam kondisi

seliar apapun oleh pak ustadz takluk dan ataululuh juga. Situasi gaduh akan menjadi tenang

ketika Ustadz yang melerainya. Secara rutin

dan penuh etika anak laki-laki berkelompok

sesama laki-laki dan begitu juga bagi anak

 perempuan. Kesadaran untuk belajar agar

dapat lancar dan ada perkembangan mening-

kat maka anak-anak yang kurang memahami

 bagian tertentu dari ayat-ayat Al-Qur’an yang

 belum bisa dibaca dengan baik selalu mengh-

adap ustdz untuk minta bimbingannnya. Be-

gitu seterusnya sampai waktu menunjukkan

 pelajaran membaca Al-Qur’an di akhiri de-

ngan pencak silat khas masyarakat setempat.

Kembangan silat dilakukan tiga orang, dan

dilanjutkan sabung silat sepasang.

  Acara selanjutnya adalah Banjari-an,

yakni sejenis Sholawatan atau memuiji Kebe-

saran Nabi Muhammad SAW yang dilakukan

dengan cara bernyanyi dan bermusik yang

menggunakan instrumen terbang. Kegiatan

Banjari-an dilakukan dengan dua kelompok

yang menyatu yaitu anak-anak yang sebezx-

lumnya belajar membaca Al-Qur’an sebagai

 pembaca Shalawat. Kelompok kedua adalah

 penerbanga (penabuh terbang) dilakukan oleh para remaja atau orang tua. Suasana menjadi

khusuk karena dilakukan secara serius. Ben-

tuk musik dasar terbangan banjari-an dapat

dideskripsikan sebagai berikut:

Jenis Alat Musik Al Banjari

1. Terbang Wedok‘an.

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 18/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

145

2. Terbang Lanangan.

3. Terbang Golongan Wedok‘an.

4. Terbang Golongan Lanangan.

5. Jidur.

Jenis Vokal Al Banjari

1. Vokal Tunggal.

2. Vokal Pengiring.

Bentuk Tabuhan terbang Al Banjari

1. Terbang Wedok’an;

|| -x x bb - x x x b ||

2. Terbang Lanangan;

|| x -b bx -x b ||

3. Terbang Golongan Wedok’ an ;

|| x b b b x - b ||

4. Terbang Golongan Lanangan ;

|| - x -b b x – b ||

5. Jidur;

|| xx -x x xx –x b bb –b b bb –b ||

|| xx -x x bx -x x xx -x x b x –x b ||

|| x -x xxx -x x b x –x b xx ||

|| -x bx -xb xx –x x bx -x bb x –x bx -x b ||

6. Vokal Pengiring;|| xxx x xx bx xxxx xxxb ||

|| bbbb bbbb bbbb bbbb ||

  Tehnik pukulan bergantian, Terbang

Lanangan selalu bergantian dengan Terbang

wedok’an. Terbang Golongan Lanangan pu-

kulannya bergantian dengan Terbang Golon-

gan Wedok ‘an. Sedangkan Jidur berfungsi

sebagai bass, Jidur sendiri memberi nuansa

koploan pada bentuk terbang Banjari ini.

Yang menarik pula dalam rangkaian

musiknya dalam Hadrah Banjari terdapat isti-

lah koplo, ini semacam bentuk musik dangdu-tan yang sebenarnya mereka adopsi dari musik

dangdut, disini cukup jelas sekali bahwa pen-

garuh perkotaan Surabaya masuk dalam cara

 berkesenian masyarakat urban ini.

Lagu Banjari-an dilakukan sebanyak

tiga lagu. 1). Sholawat salam dilanjutkan Sid-

nan Nabi, 2) Lagu Marhaban ya Ramadhon,

3). Lagu Bi Rosulillah. Pada saat lagu Sid-

nan Nabi dilantunkan 4 orang remaja putri.

Dilakukan secara bersama, berpasangan dan

 bersama atau rampak kembali. Pada saat lagu

Marhaban Ya Ramadlon dikumandangkan

tiga orang anak menari menggantikan remaja

 putri setelah menyelesaikan tariannya. Setelah

lagu ke tiga diselesaikan semua anggota Ban-

 jari-an dihidangi makan secara besama-sama.

Suasana menjadi santai penuh persahabatan.

 Namun demikian yang terjadi pada anak-anak

adalah suasana menjadi riuh, berisik dan bah-

kan cenderung gaduh. Wajar sekali bahwa

kejiwaan anak yang belum stabil bertingkah

laku cenderung masih liar. Namun demikian

keadaan tetap dalam kebersamaan. Berbeda

sekali dengan anggota yang remaja atau orang

tua. Situasinya tentram, tenang, sedikit ada percakapan, keriangan, dan rileks.

Seluruh rangkaian kegiatan banjari-an

selesai, Ustadz membubarkan kegiatan. Untuk

meninggalkan tempat Ustadz membagi setiap

kelompok anak berdasarkan wilayah tempat

tinggalnya, yakni merujuk pada gang atau

wilayah Rukun Tetangga atau RT masing-

masing. Sampai dengan seluruh anggota men-

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 19/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

146

inggalkan tempat kegiatan, suasana kembali

sepi.

PENUTUP

  Bahwa karya ini merupakan potret

sebagaian dari bagian penting aktitas

masyarakat Madura di Pegirikan, Semampir,

Surabaya. Belum pernah sebelunya terjadi

suatu perhelatan atau pertunjukan yang serupa

dilakukan di wilayah ini. Artinya bahwa karya

ini murni dan terbebas dari bentuk penyaduran,

 pengembangan dari yang sudah ada, penjipla-

kan, dan apalagi pembajakan. Disadari bahwa

karya ini adalah upaya untuk memberi penya-

daran kepada masyarakat setempat bahwa ak-

titas kemanusiaan yang terkemas dalam seni

merupakan bagian penting bagi usaha mengh-

aluskan budi dan perasaan kemanusiaan selain

agama. Bentuk penyadaran ini pula dilakukan

dengan harapan ke depan dapat menjadi picu

dan pacu untuk menumbuhkan secara sadar,

 pengembangan selanjutnya, dan pelestarian-

nya.

DAFTAR PUSTAKA

  Bouvier, Helene. 2002. LEB-

UR. Seni Musik dan Pertunjukan dalamMasyarakat Madura. Jakarta. Yayasan Obor

Indonesia

 

Soegianto. 2003. Kepercayaan,

Magi, dan Tradisi dalam Masyarakat Madura.

Jember.Tapal Kuda.

  Andang. 2004. Benjang Gulat Asli

Yanah Jawa.Dalam Radar Ketawang Minggu

09 September 2012.

  Latif, Wiyata. 2002. Carok dan Harga

Diri Orang Madura. Yogyakarta. LkiS.

  De Jange. 1989.Agama, Kebudayaan

dan Ekonomi. Jakarta.

  Data Statistik Kecamatan Semampir

Kota Surabaya

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 20/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

147

MENARI DI LAMPU MERAH; DARI KOMODIFIKASI HINGGA GER-

ILYA KESENIAN RAKYAT

Mukhlas Alkaf 

Abstrak 

Tulisan ini merupakan hasil penelitian penulis yang berusaha membahas keberadaan pengamen

tari di kota Yogyakarta. Kota Yogyakarta terkenal sebagai kota budaya dimana berbagai ragam

kesenian dapat dijumpai, mulai dari berbagai jenis tari-tarian dan drama tari, pementasan musik

tradisional maupun kontemporer, hingga berbagai ragam pameran seni rupa. Media maupun

area yang digunakan dalam ekspresi karya seni sangat beragam, ada seni mural yang meng-

gunakan tembok-tembok kosong di sepanjang jalan kota sebagai media membuat lukisan, ada

 pementasan tari di area gedung pertunjukan, hingga menggunakan area lampu merah (trafc

light) sebagai lokasi pementasan. Fenomena penggunaan area lampu merah sebagai lokasi pe-

mentasan sebuah karya seni merupakan fakta menarik, bahwa terdapat gejala komodikasi seni

yang dilakukan oleh para seniman yang mengalami keterpinggiran (marginalisasi), tidak memi-

liki ruang maupun area pementasan yang memadai, sehingga menggunakan area-area yang

terbatas untuk mengungkapkan ekspresi seni.

Berdasar hasil penelitian penelitian, selain motif ekonomi ternyata terungkap adanya upaya

 perlawanan (resistence) dari para pengamen tari untuk senantiasa berusaha berekspresi serta

lebih jauh sebagai upaya untuk menunjukkan eksistensi mereka di jagad kesenian.

Kata kunci: tari, lampu merah, komodikasi

 Abstracts

This paper is the research result that the author tried to discuss the existence of dance infor-mal-singer in Yogyakarta . Yogyakarta is famous as a city of culture which can be found a wide

variety of art , various types of dance and dance dramas , traditional and contemporary music

 performances , to a wide variety of art exhibitions . Media and areas used in the expression of

works of art , are very various ; there are art murals using blank walls along the streets of the

city as a medium to make a painting , dance performances in the theater area even to use the

red light area ( trafc light ) as a staging location. The phenomenon of the use of red light area

as the location of staging a work of art is an interesting fact , there are symptoms that the com-

modication of art made by artists who experience ofmarginalization , do not have the space or

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 21/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

148

adequate staging area , so using the limited areas to reveal artistic expression .

 Based on the results of the research , beside economic motives, there are, the unfold, an effort

of resistance of the dance informal-singers expression and to continually strive further in an

attempt to demonstrate their existence in the world of art .

 Keywords : dance, red light, commodication

PENDAHULUAN

 

Kesenian rakyat merupakan salah

satu aset kekayaan budaya yang dimiliki

masyarakat, banyak tumbuh di lingkungan

masyarakat, biasanya wariskan secara turun

temurun. Kesenian rakyat telah mengalami di-

namika perkembangan karena kreatitas ang-

gota masyarakat pendukung, serta banyak dil-

ibatkannya pementasan kesenian rakyat pada

upacara adat, religi, hajatan dan sebagainya.

Harus dipahami bahwa kesenian rakyat tidak

saja mampu menghibur, tetapi juga mampu

menampung berbagai kreatitas, membangkit-kan semangat kebersamaan komunitas, hingga

sarana pembentukan karakter melalui berbagai

ajaran moral yang termuat dalam materi kes-

enian rakyat. Berkesenian, menurut Sutrisno

(1993:6) merupakan salah satu ekspresi pros-

es kebudayaan, ia berkait erat dengan pandan-

gan jagat/dunia orang-orang dari kebudayaan

itu. Layaknya ragam kesenian lain, berbagaikesenian rakyat pada saat ini telah mengalami

 proses komodikasi. Berbagai jenis kesenian

rakyat tidak saja sebagai sarana menuangkan

kreatitas semata, tetapi juga sebagian telah

mampu dikemas dalam sebuah karya yang

mampu menghasilkan uang, menjadi sarana

untuk menambah pendapatan ekonomi para

 pekerja seni yang terlibat. Pada berbagai pe-

nelusuran, terungkap bahwa kesenian rakyat

yang telah dikemas hingga memiliki kelaya-

kan untuk dijual, telah mampu memberi kes-

ejahteraan yang cukup bagi pekerja seni yang

terlibat. Hal ini dapat dilihat pada beberapa

kalangan bintang panggung kesenian rakyat

seperti ludruk, tayub, gandrung, bajidor, yang

mampu memiliki rumah mewah, mobil, mo-

tor, pakaian bagus, serta berbagai pemenuhan

dan aset ekonomi lain. Fakta ini tentu saja

tidak menakan para pelaku kesenian rakyat

yang hidup dibawah garis kemiskinan. Terda-

 pat bukti konkret bahwa kesenian rakyat telah

mampu memberi sumbangan terhadap per-ekonomian para pekerja seni.

  Di sisi lain, keberadaan kesenian rakyat

saat ini memperoleh gempuran dari semakin

semaraknya kesenian populer yang ditawar-

kan melalui berbagai media, terutama media

elektronik seperti televisi. Kondisi ini ternyata

menciptakan penawaran baru, tidak saja pada

citarasa seni, tetapi sesungguhnya lebih luas pada perubahan orientasi nilai. Berbagai in-

formasi mengenai gaya hidup, fashion, dan se-

 bagainya yang masuk ke ruang dalam rumah

masyarakat selanjutnya menciptakan kondisi

sebagaimana diungkap oleh Irwan Abdullah

(2006: 54), sebagai medan pertempuran baru

dalam percaturan politik nilai. Setiap orang

yang berada dalam wilayah informasi global

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 22/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

149

saat ini, senantiasa dihadapkan pada berbagai

 pilihan atas gaya hidup, corak apresiasi mau-

 pun ekspresi seni, bahkan orientasi nilai dan

agama. Proses dekonstruksi nilai yang diper-oleh dari berbagai akses global lebih jauh te-

lah merubah referensi nilai, dari yang sekedar

 berasal dari orang tua, tetangga, sekolah, ling-

kungan adat, menjadi area yang merentang

sangat luas dan tanpa batas. Kehadiran televisi

merupakan tanda dari perubahan peradaban,

dari suatu ujung garis kontinum budaya satu

ke ujung garis kontinum yang lain. Bahkan

terdapat kecenderungan, bahwa televisi den-

gan berbagai tayangannya telah menggeser

titik pusat peradaban, dan pusat interaksi so-

sial. Bahkan televisi telah mampu menggeser

institusi keluarga, teman dan komunitas. Arus

globalisasi yang semakin canggih, telah mem-

 buat dunia menjadi semakin kosmopolitan

serta saling mempengaruhi satu sama lain.

  Kondisi masyarakat modern dengan

 berbagai pilihan hiburan populer yang di-

tawarkan, terutama melalui berbagai media

terutama televisi, selanjutnya berdampak

 pula terhadap semakin lemahnya posisi tawar

kesenian rakyat sebagai sarana yang mampu

memberi hiburan kepada alternatif kepada

masyarakat. Semakin sedikitnya permint-

aan atau minat masyarakat terhadap ekspresikesenian rakyat, menyebabkan semakin sem-

 pitnya ruang bagi ekspresi kesenian rakyat.

Para seniman rakyat saat ini banyak yang ter-

gusur, semakin berkurang menerima job pe-

mentasan karena semakin berkurangnya mi-

nat masyarakat terhadap kesenian. Dampak

lebih lanjut dari kondisi ini adalah semakin

 berkurangnya kesempatan untuk memperoleh

akses ekonomi melalui lahan pementasan kes-

enian di daerah asal.

Lokasi dan Urgensi Penelitian

  Penelitian berusaha mengungkap

fenomena keberadaan pengamen tari di ka-

wasan Kota Yogyakarta. Kalangan pengamen

tersebut saat ini terlihat semarak di Kota Yo-

gyakarta. Penelitian akan berusaha mengung-

kap berbagai faktor dibalik aktivitas pengamen

tari, menelusuri motif-motif yang dimiliki,

alasan memilih tari rakyat sebagai media un-

tuk mengamen dan sebagainya. Penelitian ini

sengaja dilakukan di sesuai dengan tema pe-

nelitian. Berbagai faktor tersebut antara lain,

kota ini termasuk kawasan tujuan para pelaku

migrasi, baik migrasi sirkuler maupun migrasi

 permanen dengan tujuan mencari nafkah. Kota

ini juga dikenal sebagai kota pelajar tempat

 para generasi muda dari seluruh penjuru tanah

air datang untuk menuntut ilmu sehingga se-

cara pasti memberi dampak terhadap pesatnya

 berbagai akses dinamika. Kota ini juga dikenal

sebagai kota budaya tujuan wisata sehingga

 berbagai aktivitas kesenian tumbuh subur dan

memperoleh dukungan dari masyarakat. Se-

cara khusus, kota ini dipilih sebagai kawasan

 penelitian karena banyaknya dijumpai aktivi-tas mengamen tari yang banyak ditemukan

 pada berbagai kawasan trafc light.

Keberadaan para pengamen jalanan secara

umum sesungguhnya merupakan daya tarik

tersendiri bagi Kota Yogyakarta, terutama

dalam kapasitasnya sebagai kota yang ban-

yak memperoleh kunjungan dari masyarakat

luas. Yogyakarta dikenal sebagai kota budaya,

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 23/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

150

kota perjuangan, kota pendidikan, dan kota

wisata, yang memiliki aneka ragam daya tarik

wisata. Sebagai kota perjuangan dan pendidi-

kan, Yogyakarta mempunyai banyak museumyang menyimpan benda-benda sejarah masa

lalu. Beberapa museum diantaranya Museum

Biologi, Museum Sonobudoyo, Museum Sri

Sultan Hamengku Buwono IX dan museum

Jendral Sudirman, museum perjuangan, mon-

umen Jogja kembali dan sebagainya. Yogya-

karta dalam waktu lama telah dikenal sebagai

kota pelajar, karena hampir 20% penduduk

 produktifnya adalah pelajar dan terdapat 137

 perguruan tinggi. Kota Yogyakarta merupa-

kan kota yang diwarnai dinamika pelajar dan

mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah

di Indonesia. Perguruan tinggi yang dimiliki

oleh pemerintah adalah Universitas Negeri

Yogyakarta, Institut Seni Indonesia dan Uni-

versitas Islam Negeri. Keberadaan berbagai

kampus perguruan tinggi di Kota Yogyakarta

telah memberi dampak terhadap pesatnya di-

namika intelektual dan tradisi ilmiah yang

tumbuh dengan subur di kota ini. Kondisi ini

 berdampak pula terhadap aktivitas kesenian

dan sosial budaya yang ada. Berbagai komu-

nitas seni banyak bermunculan dan tumbuh

serta menjadi warna baru yang turut memper-

kaya asset budaya. Sinergi pertumbuhan yangsignikan antara komunitas seni dan perkem-

 bangan berbagai wacana intelektual selanjut-

nya turut memunculkan berbagai wacana seni

ke dalam berbagai ranah isu dan pengkajian.

  Penelitian ini dirasa perlu untuk di-

lakukan karena berimplikasi terhadap tumbuh

dan berkembangnya berbagai kesenian rakyat

sehingga mampu menjadi aset kesenian yang

mampu memberi kesejahteraan pada para

 pelaku seni. Merevitalisasi kesenian rakyat se-

 bagai identitas bangsa, mampu memunculkan

kesenian rakyat sebagai kekayaan seni budayaagar mampu bersaing pada percaturan global,

serta memberi ruang ekspresi seni bagi para

seniman jalanan yang selama ini tidak mem-

 peroleh penghargaan yang layak. Kesenian

rakyat, walaupun ditampilkan di area trafc

light, harus dipahami sebagai asset kekayaan

 bangsa yang harus terus menerus dilestarikan

dan dikembangkan dengan modikasi agar

memiliki kekhasan, keunikan, keunggulan,

menghibur sekaligus mengandung nilai-nilai

luhur yang mampu menambah sejahtera ke-

hidupan manusia. Penciptaan ruang ekspresi

seni bagi para seniman rakyat yang berkarya

di jalan-jalan raya diharapkan mampu me-

munculkan peningkatan kualitas garap seh-

ingga disamping menghasilkan output karya

yang lebih menarik, juga mampu meningkat-

kan kesejahteraan para seniman, serta faktor

lebih penting adalah turut memperkaya ranah

kesenian di Kota Yogyakarta secara khusus,

dan Indonesia secara umum.

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini menggunakan sejumlahdata yang bersifat kualitatif, seperti pengama-

tan terlibat (participant observation), wawan-

cara mendalam (indepth interview) dengan

 pedoman wawancara, dan penelusuran kasus-

kasus konkret yang ditemukan selama pene-

litian yang berpeluang untuk dikembangkan.

Penelitian kualitatif (termasuk penelitian his-

toris dan deskriptif) adalah penelitian yang

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 24/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

151

tidak menggunakan model-model matema-

tik, statistik atau komputer. Proses penelitian

dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan

aturan berpikir yang akan digunakan dalam penelitian. Asumsi dan aturan berpikir terse-

 but selanjutnya diterapkan secara sistematis

dalam pengumpulan dan pengolahan data un-

tuk memberikan penjelasan dan argumentasi.

Dalam penelitian kualitatif, informasi yang

dikumpulkan dan diolah harus tetap obyektif

dan tidak dipengaruhi oleh pendapat peneliti

sendiri. Penelitian kualitatif banyak diterap-

kan dalam penelitian historis atau deskriptif.

Pada hakekatnya, penelitian kualitatif

mencakup berbagai pendekatan yang berbeda

satu sama lain tetapi memiliki karakteristik

dan tujuan yang sama. Berbagai pendekatan

tersebut dapat dikenal melalui berbagai is-

tilah seperti: penelitian kualitatif, penelitian

lapangan, penelitian naturalistik, penelitian

interpretif, penelitian etnograk, penelitian

 post positivistic, penelitian fenomenologik,

hermeneutic, humanistik dan studi kasus.

Metode kualitatif menggunakan beberapa

 bentuk pengumpulan data seperti transkrip

wawancara terbuka, deskripsi observasi, serta

analisis dokumen dan artefak lainnya. Data

tersebut dianalisis dengan tetap mempertah-

ankan keaslian teks yang memaknainya. Halini dilakukan karena tujuan penelitian kuali-

tatif adalah untuk memahami fenomena dari

sudut pandang partisipan, konteks sosial dan

institusional. Sehingga pendekatan kualitatif

umumnya bersifat induktif. Penelitian kuali-

tatif juga dikenal sebagai satu model peneli-

tian humanistik, yang menempatkan manusia

sebagai subyek utama dalam peristiwa sosial/

 budaya. Berbagai hasil penelitian di lapangan

dalam penelitian ini juga ditambah dengan

 penelusuran data-data dokumentasi serta ber-

 bagai arsip maupun hasil penelitian terdahulu.Penelitian juga dilakukan dengan pengamatan

terlibat yang dilakukan dengan cara tinggal di

kawasan tempat para pengamen tari bermukim

dan mengunjungi tempat mereka melakukan

aktivitas. Dengan cara ini diharapkan akan

diperoleh data empiris yang konkret. Wawan-

cara mendalam terhadap informan dilakukan

dengan menggunakan pedoman wawancara

yang bersifat semi-structured, yakni wawan-

cara yang dilakukan dengan kombinasi antara

 pedoman terstruktur dan tidak terstruktur.

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dicatat,

agar hal-hal yang kurang jelas atau membu-

tuhkan uraian lebih mendalam dapat ditelusuri

lagi kepada informan. Penelitian juga mem-

 butuhkan penelusuran pustaka sebagai bahan

referensi. Dalam menunjang upaya ini peneli-

ti memanfaatkan data dari berbagai manuskrip

yang terdapat di berbagai perpustakaan.

PEMBAHASAN

  Kesenian merupakan salah satu hasil

aktivitas budaya masyarakat dalam hidupnya

yang tidak pernah berdiri sendiri. Segala ben-

tuk dan fungsi seni senantiasa berhubunganerat dengan masyarakat pendukung dimana

kesenian itu tumbuh, hidup, dan berkembang.

Berbagai peranan yang dimiliki oleh kesenian

dalam hidupnya dan fungsi itu ditentukan oleh

keadaan masyarakat pendukungnya. Selain

itu kesenian juga merupakan peristiwa sosial

yang mempunyai fungsi sebagai sarana ko-

munikasi antar seniman, penghayat atau pe-

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 25/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

152

nonton, dan tempat mengingatkan, menyam-

 paikan serta mendidik yang dapat bermanfaat

 bagi masyarakat.

  Dalam wacana antropologi, pembi-caraan tentang seni juga berarti pembicaraan

tentang paradigma atau perspektif yang di-

manfaatkan oeh para ahli antropologi untuk

menafsirkan, memahami, dan menjelaskan

suatu fenomena seni atau kesenian. Ahimsa

(2000:19) berbicara tentang dua bentuk kajian

yang dapat digunakan. Pertama, kajian yang

memandang fenomena kesenian (musik, tari,

sastra, sastra lisan, dan lain-lain) sebagai suatu

teks yang relatif berdiri sendiri. Kedua, adalah

kajian yang menempatkan fenomena tersebut

dalam konteks sosial budaya masyarakat tem-

 pat fenomena seni tersebut muncul atau hidup.

Kajian tekstualistik dalam hal ini masih di-

dominasi oleh paradigma hermeneutik (inter-

 pretative) dan paradigma struktural. Adapun

kajian kontekstualistik akan banyak didomi-

nasi oleh paradigma ekonomi politik, yang

melihat kesenian tidak lepas dari dari berbagai

kepentingan ekonomi dan politik individu-in-

dividu yang terlibat dengan kesenian tersebut.

Perspektif antropologi, akan melihat tari seba-

gai bagian dari kesadaran komunitas dimana

dengan tari tersebut berada dan mengada. Tari

dilihat secara kontekstual merupakan bagianimmanent dan integral dari dinamika sosial

 budaya suatu komunitas atau masyarakat pen-

dukungnya.

  Seni tari menurut Soemaryatmi

(2011:75) merupakan cabang seni yang meng-

gunakan gerak tubuh manusia sebagai media

ekspresi berupa gerak ritmis yang memiliki

unsur keindahan. Gerak yang indah adalah

gerak yang sudah terolah desainnya serta

mengalami perombakan dari bentuk asli dan

mengalami penghalusan gerak. Pada dasarnya

seni tari merupakan suatu ekspresi secara sa-dar, sebagai ungkapan untuk menanggapi alam

sekeliling melalui bahasa gerak. Adapun tari

rakyat merupakan bentuk tari yang biasanya

lahir, hidup dan berkembang di lingkungan

masyarakat pedesaan. Tari rakyat merupakan

salah satu dari berbagai varian kesenian rakyat

yang masih bertahan terhadap derasnya ber-

 bagai alternatif hiburan yang muncul seiring

era modernitas. Pengkategorian bentuk kese-

nian rakyat, dalam hal ini antara lain merujuk

 pada pendapat Edy Sedyawati (1981:43) yang

mengemukakan bahwa: Ciri-ciri tari rakyat

memiliki bentuk gerak, tata rias dan busana

umumnya sederhana, iringan berirama dina-

mis dan cenderung cepat, jarang membawa

lakon, jangka waktu pertunjukan tergantung

gairah penari yang tergugah, sifatnya sering

humoris, tempat pementasan berbentuk arena,

 bertemakan kehidupan masyarakat.

Ruang pementasan yang dipergunakan

dalam sebuah pertunjukan tari sangat berane-

ka ragam, ada yang berupa panggung tertutup,

 panggung terbuka, dipentaskan pada gedung

yang mewah, tobong sederhana, diselenggara-

kan secara besar-besaran atau hanya kecil-ke-cilan, ada yang dipentaskan dengan menyedot

 perhatian para penonton yang rela berdesak-

desakan untuk menyaksikan, tetapi adapula

yang terkesan memaksa penonton untuk me-

nyaksikan. Dalam pementasan yang bersifat

memaksa ini, seorang penari secara aktif hadir

mengunjungi penonton, masuk ke ruang-ru-

ang publik dimana terdapat seseorang atau se-

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 26/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

153

kebudayaan, tetapi juga merupakan fakta ilm-

iah yang senantiasa menarik untuk dilakukan

 penggalian. Fakta bahwa kesenian rakyat di-

 pentaskan di area lampu trafc light tentu sajamenarik untuk dicermati, terutama berkait

dengan konteks social, budaya, hingga ekono-

mi yang melatar belakangi peristiwa tersebut.

  Melakukan penelitian seni sebagai

fenomena sosial-budaya senantiasa mem-

 butuhkan kecermatan yang lebih, karena ke-

 beradaan seni senantiasa tidak berada dalam

sebuah ruang hampa. Seni senantiasa bersen-

tuhan dengan berbagai dimensi yang berada di

sekitarnya. Fenomena penari jalanan di Kota

Yogyakarta, merupakan fakta menarik bahwa

ekspresi seni tidak bisa dilepaskan dari ke-

 pentingan ekonomi, berkait dengan dinamika

kependudukan yaitu arus migrasi desa-kota.

Penelitian terhadap fenomena komodikasi

kesenian rakyat di area trafc light ternyata

menyuguhkan fakta bahwa ekspresi seni cu-

kup memiliki peran dan berkait dalam proses

dinamika sosial di kawasan perkotaan. Kes-

enian rakyat yang selama ini banyak disebut

hanya eksis di kawasan pedesaan, ternyata

mampu menembus ruang ruang kawasan ur-

 ban. Terdapat strategi “gerilya” yang telah di-

lakukan (baik secara sengaja atau tidak senga-

 ja) para seniman rakyat ketika mereka mampumenembus kawasan urban, kemudian me-

mentaskan kesenian rakyat. Walaupun sempit

dan marginalnya ruang yang tersedia saat ini

(kawasan lampu merah) tetapi terbukti bahwa

telah terjadi terobosan yang luar biasa bagi

terjadinya de-urbanisasi kesenian rakyat.

Keberadaan kesenian rakyat, terutama

tari rakyat yang semakin terpinggirkan, tidak

kumpulan orang yang berada ditempat terse-

 but untuk suatu kepentingan lain. Fenomena

 pengamen tari di lampu-lampu merah adalah

realitas bahwa sang seniman tidak didatangioleh penonton, tetapi sebaliknya, secara aktif

mendatangi para penonton dan “memaksa”

untuk melihat penampilan mereka.

  Berbagai fakta menarik di seputar ak-

tivitas berkesenian, menjadikan fenomena seni

menjadi bahan penelitian dan pengkajian yang

senantiasa menarik. Seni, ketika hadir diten-

gah-tengah masyarakat, tidak lagi semata seni

untuk seni, tetapi niscaya terikat oleh hukum-

hukum sosiologis, dimana seni menjadi enti-

tas dari dinamika sosial budaya yang terjadi.

Seni, sebagai suatu fenomena soaial sekaligus

kebudayaan merupakan gejala yang sangat

umum ditemukan dalam berbagai komunitas

masyarakat. Keberadaan seni sebagai gejala

sosial budaya merupakan salah satu gejala yang

 banyak diteliti oleh berbagai ahli yang berasal

dari berbagai disiplin ilmu. Peran serta para

ahli dari berbagai disiplin ilmu tersebut selan-

 jutnya turut melahirkan berbagai pendekatan

maupun perspektif yang dipergunakan dalam

melakukan pengkajian seni. Sebuah keyaki-

nan kemudian terbentuk, bahwa seni senan-

tiasa tidak berada dalam ruang hampa, seni

senantiasa bersinggungan dengan berbagai di-mensi yang ada disekitarnya. Terdapat aspek

masyarakat, manusia, sejarah, agama, yang

 berada disekitar keberadaan suatu ekspresi

seni yang turut memberi peran dalam bentuk

dan eksistensi kesenian. Berbagai pendekatan

yang dipergunakan dalam melakukan pengka-

 jian seni selanjutnya semakin mengukuhkan

fakta bahwa seni tidak hanya sekedar gejala

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 27/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

154

Gambar 1

Sepasang penari bersiap menari saat lampu berwarna

merah dan kendaraan berhenti di area trafc light.

(Foto koleksi: Mukhlas Alkaf)

terlepas dari adanya pengaruh global yang

menjadi dampak pasti bagi semakin majunya

 perkembangan teknologi sehingga memuncul-

kan berbagai pilihan kolektif, termasuk dalamhal pemilihan seni sebagai sarana hiburan.

Fenomena semakin pudarnya pilihan kolektif

 bangsa kita untuk memperhatikan aspek-aspek

nilai tradisi tidak terlepas dari adanya berbagai

 pengaruh akses global yang banyak didukung

oleh berbagai media terutama elektronik. Ber-

 bagai informasi mengenai gaya hidup, fashion,

dan sebagainya yang masuk ke ruang dalam

rumah kita selanjutnya menciptakan kondisi

sebagaimana diungkap oleh Irwan Abdullah

(2006: 54), sebagai medan pertempuran baru

dalam percaturan politik nilai. Setiap orang

yang berada dalam wilayah informasi global

saat ini, senantiasa dihadapkan pada berbagai

 pilihan atas gaya hidup, corak apresiasi mau-

 pun ekspresi seni, bahkan orientasi nilai dan

agama. Proses dekonstruksi nilai yang diper-

oleh dari berbagai akses global lebih jauh te-

lah merubah referensi nilai, dari yang sekedar

 berasal dari orang tua, tetangga, sekolah, ling-

kungan adat, menjadi area yang merentang

sangat luas dan tanpa batas. Kehadiran televi-

si misalnya, merupakan tanda dari perubahan

 peradaban, dari suatu ujung garis kontinum

 budaya satu ke ujung garis kontinum yanglain. Terdapat kecenderungan yang muncul,

 bahwa televisi dengan berbagai tayangannya

telah menggeser titik pusat peradaban, dan

 pusat interaksi sosial. Bahkantelevisi telah

mampu menggeser institusi keluarga, teman

dan komunitas.

  Dalam penelitian ini telah berusaha

dilaksanakan prosedur pelaksanaan penelitian

kualitatif. Prosedur penelitian kualitatif, dalam

 pelaksanaan di lapangan senantiasa menun-

tut pengumpulan data menggunakan prose-

dur metode observasi partisipasi, wawancaramendalam, dan pengumpulan data sekunder (

Spradley, 1997: 24-27). Ketiga metode terse-

 but dipergunakan secara bersama-sama guna

memperoleh pemahaman yang komprehensif

terhadap berbagai aspek yang berkaitan den-

gan problematika penelitian. Dalam penelitian

ini, peneliti berusaha memperoleh informasi

mengenai tempat tinggal para penari. Ke-

 beradaan para penari yag biasanya merupakan

 para pendatang, mengakibatkan keberadaan

rumah tinggal mereka adalah bukan merupa-

kan tempat tinggal permanen, tetapi biasanya

hanya berupa kamar kos atau rumah kontrak

yang ditempati bersama-sama para penari

dalam jumlah banyak dan berbagai variasai

 pekerjaan, bukan hanya sebagai penari, tetapi

 berbagai profesi lain seperti pedagang ason-

gan, buruh lepas, dan berbagai profesi infor-

mal lain. Kebersamaan mereka biasanya diikat

oleh persamaan asal daerah atau karena masih

memiliki hubungan kekerabatan.

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 28/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

155

  Fenomena komodikasi kesenian

rakyat di area trafc light sesungguhnya

merupakan fenomena yang multi-tafsir. Ada

yang mengartikan peristiwa mengamen taridi kawasan lampu-lampu merah merupakan

 pertanda bahwa kesenian rakyat sudah sede-

mikian terpinggirkan, sehingga harus “dijaja-

kan” sedemikian rupa, dengan sangat murah,

ditengah jalan raya yang panas dengan imbalan

sekedarnya. Adapula yang secara positif dan

 penuh optimis mengartikan bahwa fenomena

mengamen tari di kawasan lampu merah ada-

lah bukti awal kebangkitan kesenian rakyat,

karena selama ini kesenian rakyat hanya hidup

dikawasan pedesaan atau daerah terpencil,

tetapi dengan adanya pementasan di kawasan

lampu merah perkotaan setidaknya telah mem-

 buk-tikan bahwa kesenian rakyat telah mampu

menembus ruang-ruang kawasan urban, mam-

 pu mengukuhkan eksistensi keberadaannya di

kawasan pusat-pusat kota, walaupun hanya se-

 batas pementasan di area lampu merah.Upaya

untuk melakukan wawancara. di lokasi tempat

tinggal, berdasar pengalaman di lapangan, di-

dasarkan pada fakta bahwa sangat sulit untuk

melaksanakan prosedur wawancara di lokasi

tempat mengamen. Hal ini berkait dengan

kesibukan dan intensitas pekerjaan yang padat

yang dimiliki para penari sehingga di lokasimangkal para penari, wawancara hanya di-

lakukan sekedarnya. Pengalaman peneliti ke-

tika berusaha melakukan wawancara di lokasi

lampu merah tempat menari, menunjukkan

suasana ketidakefektifan yang luar biasa. Se-

tiap hendak memberi informasi penting, para

informan harus lari menuju tengah jalan un-

tuk menari di depan berbagai kendaraan yang

 berhenti, karena kebetulan bersamaan dengan

nyala lampu merah. Suasana semacam ini

tentu saja sangat mengganggu jalannya proses

wawancara.  Wawancara yang dilakukan dengan in-

tensif hanya dapat dilaksanakan ketika berada

di rumah atau tempat kos, saat para pelaku

memiliki waktu senggang atau sedang istira-

hat. Pada saat-saat seperti ini, para informan

 juga memiliki kesempatan untuk berbagi ke-

luh kesah dengan peneliti seputar profesi mer-

eka sebagai penari jalanan. Dalam melaksana-

kan prosedur wawancara, tidak jarang peneliti

harus memiliki bekal kesabaran saat melaku-

kan wawancara, karena tidak jarang pembi-

caraan menjadi melebar dan tidak fokus pada

tema wawancara. Tidak jarang selama proses

 penelitian dan wawancara peneliti malah dia-

 jak berbincang mengenai masalah pribadi,

urusan keluarga, konik dengan suami atau

istri, pacar, atau hubungan dengan tetangga

rumah atau kos para penari. Dalam kondisi

seperti ini, kemampuan untuk berkomunikasi,

keterampilan membangun hubungan personal

antara peneliti dan informan sangat dibutuh-

kan. Demikian pula kemampuan untuk men-

gendalikan situasi wawancara juga diperlukan

karena mampu mencegah dari pembicaraan

yang terlalu menyita waktu dan menyimpangdari fokus penelitian. Tidak jarang peneliti

 juga menjadi teman berkeluh kesah. Dari ber-

 bagai keluh kesah yang muncul di kalangan

 pengamen tari, nampak bahwa selama meng-

geluti profesi tari, kondisi sik atau psikis

mereka pun sangat dinamis dan penuh warna.

Adakalanya ditemukan berbagai cerita-cerita

lucu, namun tidak jarang muncul berbagai

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 29/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

156

Gambar 2.

Saat lampu berwarna hijau, seorang penari beristira-

hat untuk melepas lelah sambil menunggu waktu saat

lampu menyala merah. (Foto koleksi: Mukhlas Alkaf)

cerita sedih memilukan.

  Profesi mengamen, dalam asumsi

dasar yang dipergunakan pada penelitian ini

dipergunakan sebagai sebuah bentuk strategi

dalam bertahan hidup dari keterbatasan sosial,

ekonomi, dan politik. Dalam kondisi kesulitan,

masyarakat miskin berusaha melakukan per-

lawanan terhadap kondisi ketidakberdayaan,

mereka memacu diri serta berusaha mencapai

derajat kesejahteraan hidup dan kehidupan

yang dianggap lebih menguntungkan. Berba-

gai respon yang ditampilkan suatu masyarakat

sesungguhnya menunjukkan adanya tingkat

kreatitas masyarakat dalam menghadapi per -

soalan kehidupan. Mereka senantiasa berusaha

merumuskan strategi-strategi yang efektif se- bagai reaksi terhadap kondisi dan perubahan

yangterjadi.

Setiap Strategi yang ditampilkan

menunjukkan tingkat kemandirian masyarakat

dalam memaksimalkan setiap sumber daya

yang dimiliki. Kleden (1985: 233) mengemu-

kakan bahwa setiap strategi yang dilakukan,

mempunyai tujuan untuk memecahkan berba-

gai masalah yang mereka alami. Keterbatasan

akses ekonomi yang dialami, telah memaksa

mereka untuk mengambil keputusan dengan

melakukan aktivitas lain yang diharapkanmampu memberi kontribusi ekonomi serta

menempatkan mereka pada tingkat kesejahter-

aan hidup yang lebih layak. Memilih profesi

sebagai pengamen tari, merupakan sebuah

respon yang ditampilkan berkait dengan ber-

 bagai tuntutan kehidupan secara umum, dan

tuntutan ekonomi secara khusus yang mereka

alami.

  Waktu mengamen biasanya di pilih

saat arus lalu lintas sedang ramai, yaitu pada

 pagi hari sekitar pukul 06.30 s.d 09.00 atau

sore hari pukul 14.00 s.d 16.00. Pada jam-jam

tersebut kawasan jalan raya Kota Yogyakarta

 biasanya penuh dengan para pengendara yang

sedang menempuh perjalanan untuk berang-

kat (06.30 sd 09.00) atau perjalanan untuk

 pulang ke rumah (14.00 s.d 16.00). Mereka

seringkali berada dalam kelompok antara 3

s.d 5 orang, tapi tidak jarang hanya terdiri dari

2 orang, satu orang menabuh gamelan sedan-

gkan satu orang yang lain menari. Dari be-

 berapa kelompok penari, tidak jarang mereka

terdiri dari satu keluarga dekat, misalnya ada

ayah, ibu, dan anak-anak, atau masih memili-

ki hubungan kerabat misalnya kakak beradik,saudara sepupu, atau setidaknya tetangga dari

kampung yang sama. Dengan demikian, para

 penari biasanya memiliki tingkat keakraban

yang relatif tinggi disamping solidaritas serta

kemampuan bekerjasama.

  Penelitian mengungkap bahwa para

 penari jalanan di Kota Yogyakarta, ternyata

sebagian besar tidak berasal dari kawasan

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 30/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

157

Yogyakarta, tetapi kebanyakan berasal dari

kawasan-kawasan sekitar kota Yogyakarta

seperti Magelang, Temanggung, Purworejo,

Boyolali, Klaten, Wonogiri atau beberapa pe-

nari berasal dari beberapa kawasan di Jawa

Timur seperti Ponorogo atau Banyuwangi.

Motif mereka sebagian besar berdasar kepent-

ingan ekonomi, sebagaimana dalam berbagai

fenomena kependudukan menyebutkan bahwa

fenomena laju urbanisasi bergerak sebagaima-

na semut yang senantiasa mencari kawasan

yang banyak gula. Demikian pula arus para

 pelaku urbanisasi, senantiasa bergerak men-

inggalkan kampung halaman untuk mencari

sumber pendapatan ekonomi yang dianggap

mampu menjadi penopang pendapatan kelu-arga. Terdapat faktor daya tarik (sentripetal)

yang dimiliki kota-kota besar, sehingga diang-

gap mampu menjadi lahan untuk arena men-

cari nafkah. Fakta ini berseberangan dengan

kondisi di pedesaan yang memiliki daya tolak

(sentrifugal) berupa lahan pertanian yang se-

makin sempit, langkanya peluang kerja di

 pedesaan, semakin mahalnya pupuk, serangan

hama wereng, buruknya hasil panen, kemarau

yang panjang, semakin memburuknya kuali-

tas kesuburan tanah, dan sebagainya.

  Fakta yang juga ditemukan dalam pe-nelitian ini adalah adanya berapa pengamen

yang secara sik terlihat masih dibawah

umur, mereka biasanya menari bersama dalam

sebuah kelompok yang beranggotakan orang-

orang dewasa. Berdasar wawancara, orang-

orang dewasa tersebut mengaku kerabat dari

si pengamen cilik, walaupun kebenaran ikatan

tersebut sulit untuk dibuktikan. Keberadaan

anak-anak dalam aktivitas mengamen ini

mengingatkan pada fenomena keberadaan

anak jalanan. Sangat mungkin terjadi, para pe-

nari cilik tersebut adalah anak-anak yang se-

cara sengaja dieksploitasi untuk mendapatkan

uang, sebagaimana banyak dialami oleh anak-

anakjalanan. Anak jalanan, dalam hal ini ada-

lah seseorang yang masih belum dewasa (se-

cara sik maupun psikis) yang menghabiskan

sebagian besar waktunya di jalanan dengan

melakukan kegiatan-kegiatan untuk mendap-

atkan uang guna mempertahankan hidupnya

yang terkadang mendapat tekanan sik atau

mental dari lingkunganya. Secara umum,

mereka berasal dari keluarga yang mengalami

masalah ekonomi.

  Anak jalanan tumbuh dan berkembangdengan latar kehidupan jalanan dan akrab den-

gan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya

kasih sayang, sehingga memberatkan jiwa dan

membuatnya berperilaku negatif. Tidak jarang

anak jalanan sering mendapat perlakuan yang

tidak sewajarnya sebagaimana layaknya ses-

eorang yang mengalami proses eksploitasi.

Mereka sering mendapatkan penganiayaan

Gambar 3.

Seorang pengamen tari bergegas melarikan diri saat

hendak diwawancarai. (Foto koleksi: Mukhlas Alkaf)

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 31/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

158

oleh orang-orang yang tidak bertanggung

 jawab dan merasa dirinya hebat. Tidak ber-

lebihan jika anak jalanan senantiasa berada

dalam situasi yang mengancam perkemban-

gan sik, mental dan sosial bahkan nyawa

mereka. Dalam kehidupan mereka sering di-

hadapi oleh situasi kekerasan. Pelajaran itulah

yang kemudian melekat dalam kepribadian

mereka. Karena alasan itu maka ketika mere-

ka dewasa, sangat besar kemungkinan mereka

menjadi salah satu pelaku kekerasan. Fenom-

ena pengamen tari di kota-kota besar sesung-

guhnya merupakan bagian dari kasus besar

yang berada diperkotaan seperti arus urban-isasi, persaingan kerja, dan keberadaan para

 pengamen tari yang berusaha bertahan hidup

secara subsisten (survive) di perkotaan. Kon-

disi mereka yang secara ekonomi mengalami

marginalisasi menyebabkan mereka muncul

sebagai varian baru dari kaum miskin perko-

taan. Keberadaan kaum miskin kota berawal

dari adanya kaum urban dimana mereka sen-

gaja mendatangi kota, dan berharap mendap-

atkan pekerjaan dalam memenuhi kebutuhan

hidup mereka. Sementara untuk tetap meng-

gantungkan hidup di desa, mereka telah jenuh,karena kita tahu hanya sedikit sekali di sebuah

desa orang- orang yang memiliki tanah, dan

yang lain hanyalah berperan sebagai pengg-

arap. Populasi penduduk juga mempengaruhi,

lahan- lahan sawah kini banyak berganti peran

untuk tempat tinggal sehingga lahan untuk

 persawahanpun menyempit, dimana sekarang

 bertani diperlukan modal yang besar untuk

membeli bahan- bahan entah itu pupuk, pem-

 basmi hama ataupun hal-hal yang lain,padahal

hasil yang mereka peroleh tidak sepadan de-

ngan biaya dan tenaga yang telah dikeluarkan.

Banyak yang mengatakan bahwa sekarang

ini kaum muda malu mempunyai profesi ber-

tani, hal ini sebenarnya bukan mereka malu,

tetapi kondisi yang sulitlah memaksa mereka

mengambil keputusan di lapangan kerja yang

lain, apalagi gambaran industrialisasi yang se-

lalu di gembor-gemborkan pemerintah sangat

 berpengaruh, dan berhasil menggaet sebagian

 besar penduduk desa untuk belok haluan,

dan mereka pun akhirnya memutuskan untuk

mengadu nasib di kota. Memang, kota begitu

menggambarkan suasana yang serba mudah,

entah dalam fasilitas sehari- hari seperti trans- portasi, hiburan, dan fasilitas- fasilitas yang

lain. Mereka berharap apabila telah sampai

dikota mereka dapat hidup lebih baik dengan

menjadi pegawai dalam berbagai perusahaan,

instansi pemerintah, ataupun sukses dalam bi-

dang wiraswasta. Meskipun demikian, bayan-

gan indah tentang kondisi perkotaan seringkali

tak selalu ditemui oleh para pelaku urbanisasi.

Gambar 4.Baliho berisi himbauan tidak memberi uang kepada

 pengemis atau pengamen di jalan. (Foto koleksi:

Mukhlas Alkaf)

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 32/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

159

Pada kalangan pelaku urbanisasi yang tersisih

dari persaingan kerja formal, pada akhirnya

terpaksa harus menjalani berbagai pekerjaan-

 pekerjaan pada berbagai sektor informal, ter-masuk salah satunya adalah menekuni profesi

sebagai pengamen tari.

SIMPULAN

  Fenomena keberadaan pengamen yang

membawakan tari rakyat merupakan fenome-

na yang menarik untuk dicermati dari berbagi

sudut pandang. Pengamen tari yang banyak

ditemukan di Kota Yogyakarta dapat dimaknai

ke dalam berbagai pengertian. Dapat ditarik

kesimpulan bahwa keberadaan pengamen tari

muncul karena desakan ekonomi. Semakin

minimnya akses ekonomi di pedesaan seba-

gai akibat semakin sempitnya lahan produksi

akibat tergusur lahan pemukiman dan sistrem

waris, telah menyebabkan kalangan kaum mis-

kin di pedesaan kemudian berangkat ke kota,

mencari peluang untuk mencari nafkah. Se-

makin sempitnya lahan produksi di kawasan

 pedesaan muncul sebagai daya tolak (sentrifu-

gal), adapun daya tarik kota dengan berbagai

 pesona dan peluang yang ada telah menjadi

daya tarik (sentripetal). Fakta yang terjadi se-

lanjutnya adalah keberadaan para pengamen

tari telah menjadi bagian dari arus urbanisasi.Semakin besarnya jumlah pendatang yang ter-

tarik untuk menetap di kota-kota besar secara

 pasti akan semakin memberi beban terhadap

kota yang menjadi tujuan, menjadi potensi ter-

hadap munculnya berbagai permasalahan so-

sial seperti kepadatan penduduk, kriminalitas

dan sebagainya. Pada pihak lain, banyaknya

anggota masyarakat yang merantau akan se-

makin membuat desa asal semakin kehilan-

gan sumber daya produktif untuk membangun

desa. Dampak dari hal ini adalah semakin tim-

 pangnya pertumbuhan pembangunan antaradesa dan kota. Saran yang dianggap mampu

memberi solusi terhadap permasalahan ini

adalah sedapat mungkin diciptakan berbagai

 peluang kerja di pedesaan sehingga arus ur-

 banisasi menuju kota-kota besar dapat dice-

gah, serta terjadi keberimbangan antara desa

dan kota.

  Beberapa pengamen tari mengaku

melakukan aktivitas sebagai pengamen jalan-

an karena semakin sedikitnya tawaran untuk

 pentas pada berbagai hajatan di desa asal.

Fakta ini mengisyaratkan bahwa telah terjadi

sebuah proses marginalisasi kesenian rakyat

di kalangan masyarakat pedesaan. Kesenian

rakyat, yang pada masa lalu memperoleh per-

hatian luas, telah mengalami proses peminggi-

ran. Terdapat berbagai faktor penyebab, antara

lain arus globalisasi yang mampu menawarkan

 berbagai ragam hiburan yang lebih menarik,

atau berkait dengan kualitas pementasan dari

 para pemain sendiri yang telah mengalami

 penurunan. Sebagai upaya solusi, perlu di-

lakukan pendampingan agar masyarakat pede-

saan kembali memberi dukungan terhadap

keberadaan kesenian rakyat. Perlu diselengga-rakan pendampingan dengan melibatkan para

ahli tari maupun karawitan sehingga mampu

memberi sentuhan baru terhadap berbagai

kesenian rakyat yang ada di pedesaan. Seda-

 pat mungkin kualitas pertunjukan tari rakyat

dapat lebih meningkat sehingga mampu men-

 jadi daya tarik bagi masyarakat secara lebih

luas.

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 33/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

160

  Fakta bahwa terdapat beberapa penari

yang memiliki kualitas bagus, tetapi mengaku

tidak memiliki kesempatan untuk melakukan

 pementasan sehingga mengalami keterham- batan aktualisasi seni selayaknya juga layak

mendapat perhatian. Aparat pemerintah atau

 pengambil kebijakan selayaknya mencipta-

kan ruang-ruang pementasan yang mampu

menampung kreatitas para pengamen tari.

Bila dianggap memungkinkan, perlu dise-

diakan bangunan-bangunan sik atau gedung

 pertunjukan tempat para pengamen memiliki

kesempatan untuk tampil. Secara rutin perlu

diselenggarakan berbagai festival atau ajang

kompetisi seni yang melibatkan para seni-man rakyat. Semakin banyaknya ruang-ruang

yang terbuka bagi para seniman jalanan un-

tuk mementaskan karya mereka, secara pasti

akan semakin membangkitkan gairah berkese-

nian serta secara pasti akan memberi dampak

 positif bagi semakin meningkatnya kualitas

garap dan wujud kesenian yang mereka mi-

liki.

DAFTAR PUSTAKA

Ahimsa-Putra, Heddy Shri (ed). 2000. Ketika

Orang Jawa Nyeni. Yogyakarta: Galang press

Roice, Anya Peterson. 1977. The Antropologi

of Dance, Blomington and London: Indiana

University.

Read, Herbert. 1970  Art and Society. New

York: Shockken Book.

Sedyawati, Edi. 1981.  Pertumbuhan Seni

 Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan.

Simatupang, GR. 2000 “Budaya se-

bagai Strategi dan Strategi Budaya.” Dalam

Jurnal Seni Pertunjukan Indonesia tahun X.

Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indo-

nesia.

Spradley, James P. 1997.  Metode Etnogra.

terj. Misbah Zulfa Elizabeth. Yogyakarta: Ti-

ara Wacana.

Soemaryatmi. 2011. Tari dan Pendidikan,

artikel dalam jurnal GELAR Vol 9 No: 1 Juli

2011. Surakarta: ISI Press

Sutrisno, Fx. Mudji. 1993.  Estetika: Filsafat

 Keindahan. Yogyakarta: Kanisius.

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 34/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

161

PENCIPTAAN MUSIK KOMODIFIKASI

( Dalam Karya Urbanic Entertainment “My Story”)

Ratna Mestikasari Putri

Abstrak 

  Pertunjukkan komodikasi musik etnik berbasis budaya Betawi ini merupakan karya musik

ilustratif yang menguraikan fakta kekinian dari personikasi cerita “Mirah Gadis Marunda” se-

 bagaimana cerita klasik rakyat Betawi, dengan latar kondisi yang diangkat (transform) melalui

sudut pandang dan perasaan “MY STORY” seorang Ratna Mestikasari Putri yang kebetulan

tinggal di antara dinamika budaya sosial masyarakat Betawi dan sebuah gambaran problema-

tika dari pengalaman hidup. Komposer adalah seorang perempuan urban yang berkontribusi

untuk sebuah cita dan cinta. Karya musik ini difokuskan pada modikasi musik beraliran rock

kreatif, musik modern band dan musik tradisi betawi. Komposisi Penulisan tentang Penciptaan

musik ini dapat membantu para musisi terutama bagi para pemula yang sedang menciptakan

modikasi karya seni musik urban, bahwa dengan semangat dan keberanian mencoba mengem-

 bangkan kreatitas dalam berkesenian, dapat berdampak positif untuk membangun dunia seni

dan budaya yang kreatif dan inovatif.

Kata Kunci : Komodikasi musik betawi, Urbanic Entertainment, My Story

 Abstract 

Shows the commodication of culture -based ethnic Betawi music is a musical work that outlin-

ing facts illustrative of the contemporary personication of the story “ Mirah Marunda Girl “

as a classic story of Betawi people , with elevated background conditions ( transform) through

the eyes and feelings of “ MY STORY “ a Mestikasari Ratna daughter who happen to live in the

community’s social dynamics Betawi culture and an overview of the problems of life experience. Composer is an urban women who contribute to a joy and love . This musical work is focused

on the modication of the creative rock music , modern music bands and music Betawi tradition

. Composition Writing about the creation of this music can help the musicians , especially for

beginners who are creating artwork modication of urban music , that the spirit and the cour -

age to try to develop creativity in art , can have a positive impact on the world of art and culture

to build a creative and innovative .

 Keywords : Commodication Betawi music , Urbanic Entertainment , My Story

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 35/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

162

PENDAHULUAN

  Gerakan postmodern berkeinginan

kuat merevisi paradigma modernisasi yangterlanjur di”cap” congkak dengan membatasi

dirinya terhadap ruang tradisional (budaya

asli) justru menggiring para penggiat seni tra-

disional mengkonstruksi kembali unsur-unsur

etnic culture hingga “layak” berada didalam

 benak

Rasional sosialita masyarakat modern.

Melampaui sekadar untuk memenuhi tuntutan

industrialisasi budaya.Gejala positif ini begitu

menyemangati kita semua, seiring proses pe-

murnian kebudayaan nasional yang kini ses-

ungguhnya memang sedang berjalan pasti.

Prosesnya terus berjalan dinamis. Tidak han-

ya sebagai upaya pelestarianbudaya, apalagi

dipaksakan menjadi bagian dari budaya pop.

Dinamika ini membuat kami sedang optimis

dan bersegera untuk berperan serta didalam

 progressitas mendorong kemajuan bagi ke-

 budayaan nasional hingga melampaui keki-

nian.

  Gejala positini yang mengungkapkan

 bahwa proses pemurnian kebudayaan nasion-

al sesungguhnya sedang terjadi di Indonesia

dan belahan kebudayaan lainnya. Gejala yang

 berjalan dinamis dan kedalamannya melebihi paradigma kebudayaan kontemporer yang

mendengungkan sebatas

Bagaimana melestarikan (established),

apalagi sekedar popular culture.

  Di dalam menjalani kehidupan, manu-

sia sering dihadapkan pada berbagai macam

masalah, antara lain: sekolah atau pendidikan,

sosialisasi, rumah tangga, keuangan, karier

atau pekerjaan, cinta, dan sebagainya. Dari

 beberapa macam masalah yang disebutkan di

atas, terlihat bahwa suatu masalah dapat dia-

lami oleh semua orang dari berbagai macamusia dan golongan. Masalah timbul karena

ketidaksesuaian antara harapan atau keinginan

manusia dengan kenyataan yang ada. Apabila

ketidaksesuaian itu terjadi maka akan menim-

 bulkan efek rasa pada perasaan manusia yang

mengalaminya. Rasa yang timbul akibat suatu

masalah bukan merupakan rasa yang memba-

hagiakan atau menyenangkan hati melainkan

suatu rasa yang menyesakkan dada, tetapi

 pada dasarnya suatu masalah yang menimpa

seseorang merupakan sebuah proses menuju

kekedewasaan, baik dalam berpikir, bersikap

dan bertingkah laku.

  Dalam komposisi ini tema yang di-

angkat oleh penulis adalah “Emosi”. Emosi

itu sendiri merupakan keadaaan dan reaksi

 psikologis dan siologis (kegembiraan, kes-

edihan, keharuan, kecintaan, keberanian yang

 bersifat subyektif) (Tim Penyusun Kamus Be-

sar Bahasa Indonesia,1999: 261). Rapaport

dalam buku Pengantar Psikologi seperti yang

dikutip oleh (Atkinson, dkk, 1983: 365) me-

nyatakan bahwa:

  Gagasan yang paling sederhana adalah

 bahwa kita cenderung lebih banyak memikir-kan situasi emosional yang berisi hal-hal yang

 positif atau negatif, daripada situasi yang ne-

tral. Kita mengulang dan mengorganisasikan

kenang-kenangan yang menarik perhatian kita

lebih sering daripada kenang-kenangan yang

lebih sederhana. Misalnya, kita biasanya da-

 pat melupakan dimana kita menonton lm ini

atau lm itu. Namun, bila terjadi kebakaran

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 36/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

163

 pada waktu kita kita sedang menonton lm itu,

kita tentu akan menguraikan kejadian tersebut

 berulang-ulang pada kawan-kawan kita, den-

gan demikian kita telah mengulang dan men-gorganisasikannya. Banyak peneliti telah men-

emukan adanya ingatan yang lebih baik dalam

situasi emosional dibandingkan dengan situasi

yang tidak emosional.

  Dengan kata lain emosi merupakan

ungkapan rasa dari perasaan manusia. Emosi

dalam diri manusia timbul karena seseorang

mengalami sesuatu, merasakan sesuatu atau

melihat sesuatu, sehingga dapat menimbul-

kan rasa sedih, bahagia, haru, benci, cinta, dan

sebagainya. Rasa tersebut diungkapkan oleh

manusia dengan menangis, tertawa, marah,

dan sebagainya. Kini penulis ingin mengung-

kapkan atau mengkomunikasikan emosinya

yang merupakan pengalaman pribadi penulis

dalam bentuk lain yaitu melalui sebuah karya

musik yang berjudul “MY STORY”.

  Komposisi berjudul “MY STORY”

merupakan gambaran dari ungkapan atau pe-

lampiasan perasaan dari komposer. Perasaan

yang ingin disampaikan melalui sebuah kom-

 posisi ini adalah perasaan sedih, lelah, penat

dan berharap ikhlas dalam menghadapi konf-

lik tentang kehidupan dan cinta sampai kom-

 poser menemukan suatu ketenangan dalamhati. Konik yang mengundang pertentangan

dan pertengkaran ini merupakan kisah atau

 pengalaman pribadi komposer. Kisah ini di-

akhiri dengan perasaan tenang dan damai di-

mana penulis telah menutup semua kisah yang

lalu dan bahagia dengan mulai membuka lem-

 baran baru.

  Penciptaan komposisi ini berawal dari

 perasaan penulis saat mengalami masalah

 percintaan. Keinginan penulis untuk menja-

lin cinta dengan akhir yang membahagiakan

tidak sesuai dengan kenyataan yang ada kare-na kontradiktif principal dan kondisi dan situ-

asi pihak ketiga. Pengalaman dalam menjalin

cinta karena adanya kontradiktif principal dan

 pihak ketiga, menyebabkan banyak konik

yang terjadi. “aku bersama egoku memper-

tahankan apa yang menjadi pilihanku”, tetapi

semakin penulis mempertahankan egonya,

konik itu semakin memuncak. Pertentangan

dari pihak ketiga, guncangan penulis terasa

semakin kuat. Kehidupan semakin kacau,

 perasaan yang dirasakan penulis semakin hari

semakin tidak nyaman dirasakan. Hanya rasa

yang menyesakkan dada saja yang singgah da-

lam hati.

  Formulasi pada pagelaran komodika-

si musik betawi inipun adalah sebuah persem-

 bahan lugas komposer sebagai tanggung jawab

moral dan kekaryaan positif.

Tujuan dan Manfaat

Penciptaan ini bertujuan untuk mengko-1.

munikasikan ide atau gagasan penulis

kepada masyarakat seni dalam bentuk

karya musik.

Penciptaan ini bertujuan menga-plikasi-2.kan karya musik dalam kenyataan

 pentas.

Dapat menambah pengetahuan penulis3.

tentang bentuk penyajian karya musik

komodikasi musik tradisi dalam karya

entertainment urbanic dan analisis ben-

tuk musik secara menyeluruh.

Dapat memberikan motivasi bagi ge-4.

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 37/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

164

nerasi selanjutnya untuk menciptakan

konsep penyajian komodikasi dalam

 pertunjukan.

PEMBAHASAN

Gagasan

  Emosi secara umum merupakan lua-

 pan perasaan yang berkembang dan surut da-

lam waktu singkat.

  Emosi secara khusus adalah keadaan

dan reaksi psikologis dan siologis (kegembi-

raan, kesedihan, keharuan, kecintaan, kebera-

nian, yang bersifat subyektif ) .

  Menurut JP. Chaplin (2002: 163):Emosi

dapat dirumuskan sebagai suatu keadaan

yang terangsang dari organisme, mencakup

 perubahan-perubahan yang disadari yang

mendalam sifatnya, dan perubahan perilaku.

Karena itu emosi lebih intens daripada peras-

aan sederhana dan biasa, dan mencakup pula

organisme selaku satu totalitas. Jika perasaan

lembut berisikan unsur kemarahan atau ke-

 jengkelan tidak dapat diamati oleh orang lain

maka kegusaran selalu dibarengi perubahan

tingkah laku yang amat hebat, mendalam dan

ekspresif, yang jelas dapat dibedakan, bahkan

oleh pengamat yang awam sekalipun.  Perasaan (feeling) adalah pengalaman

disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang

eksternal maupun oleh bermacam-macam

keadaan jasmani (JP. Chaplin, 2002: 163).

Lebih lanjut lagi Chaplin mengungkapkan

 bahwa:Pada akhirnya tingkah-laku emosional

seringkali organisasinya kacau dan meng-

ganggu sifatnya, sedangkan tingkah-laku yang

 bermotivasi secara khas bersifat terarah pada

tujuan. Dalam keadaan murka, teror, dukaci-

ta parah liar, dan kondisi semacam ini yang

lebih akut dan darurat, tingkah-laku seseorangmenjadi total kacau-balau kehilangan tujuan

dan arahnya, dan secara khas dicirikan den-

gan aksi tingkah-laku yang ekstrim, (Chaplin,

2002: 164).

  Emosional adalah berkaitan den-

gan ekspresi emosi, atau dengan perubahan-

 perubahan yang mendalam yang menyertai

emosi, mencirikan individu yang terangsang

untuk menampilkan tingkah-laku emosional,

(Chaplin, 2002: 164).

  Lain halnya dengan pendapat Kartono

dan Dali Guno yang mengatakan bahwa:

  Emosi adalah tergugahnya perasaan

yang disertai dengan perubahan-perubahan

dalam tubuh, misalnya otot-otot yang men-

egang, debaran jantung yang cepat dan seba-

gainya. Katarsisi emosional adalah pelepasan

kembali sesuatu pengalaman traumatis, (Kar-

tono dan Dali Guno, 2000: 146).

  Emosi merupakan kesadaran seseorang

yang melibatkan perasaan sedih, senang, haru,

cinta, keberanian yang bersifat subyektif. Da-

lam hal ini sedih adalah susah hati, merasa

sangat pilu di hati, menimbulkan rasa susah.

  Dalam keadaan sedih yang sangatmendalam, manusia dapat mengalami keka-

cauan emosi, sehingga mengakibatkan trauma

yang merupakan keadaan jiwa atau tingkah-

laku yang tidak normal sebagai akibat dari te-

kanan jiwa atau cedera jasmani, luka berat.

  Menurut Mappiare (1985: 27): Kete-

gangan emosional seringkali dinampakkan

dalam ketakutan-ketakutan atau kekhawati-

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 38/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

165

ran-kekhawatiran. Ketakutan atau kekhawati-

ran yang timbul itu pada umumnya bergan-

tung pada ketercapaian penyesuaian terhadap

 persoalan-persoalan yang dihadapi pada suatusaat tertentu, dan sejauh mana sukses atau

kegagalan yang dialami dalam peergumulan

 persoalan. Sebelum usia pertengahan dewa-

sa awal (27-35), kekhawatiran berhubungan

dengan nilai-nilai moral dalam kontak-kontak

yang berwarna hubungan antara dua jenis ke-

lamin; misalnya kencan dan romansa (sejauh

mana yang boleh dilakukan; tidakkah apa yang

telah terjadi melampaui batas?, inilah bentuk

kekhawatiran dalam dalam hal ini).

  Emosi dan gejala-gejala kejasma-

nian menurut Walgito (1085:135) adalah:

Bila seseorang mengalami emosi, pada indi-

vidu itu akan terdapat perubahan-perubahan

dalam kejasmaniannya. Misalnya kalau orang

mengalami ketakutan, mukanya menjadi pu-

cat, jantungnya berdebar-debar. Jadi adanya

 perubahan-perubahan kejasmanian sebagai

rangkaian dari emosi yang dialami oleh indi-

vidu yang bersangkutan.

  Penciptaan karya musik yang ber-

 judul “MY STORY” berawal dari timbulnya

 perasaan yang pernah dialami oleh komposer.

Perasaan yang dulu singgah dihati penulis, kini

muncul kembali dan menjadi inspirasi atau idedalam terciptanya karya musik yang berjudul

“My Story”. Rasa yang akan disampaikan da-

lam karya ini merupakan perasaan yang dira-

sakan dari awal kisah komposer sampai akh-

irnya penata merasa bosan dan lelah dengan

 perasaannya saat itu.

  “MY STORY” adalah “Kisahku”, cerita

hidup komposer, sebuah kisah yang pernah dia-

lami oleh komposer dan akan menjadi sejarah

dalam perjalanan hidupnya dalam berkontribusi

cinta dan cita.

Penciptaan komposisi ini mencerita-kan tentang perasaan penata saat mengalami

masalah percintaan. Keinginan komposer un-

tuk menjalin cinta dengan akhir yang mem-

 bahagiakan tidak sesuai dengan kenyataan,

yang ada karena terjadi kontradiktif princi-

 pal. Saat itu rasa sedih menyelimuti hati kom-

 poser. Perasaan ini digambarkan pada bagian

awal dalam karya musik ini. Dentingan musik

modern yang dipadukan musik tradisi betawi

dapat mengungkapkan perasaan yang ingin

disampaikan oleh komposer dan sekaligus se-

 bagai ungkapan urban dan kekinian. Pertun-

 jukkan komodikasi musik betawi dan musik

modern dengan kemasan group band dengan

 jenis musik rock progressive dan istilah dalam

karya “MY STORY” rock kreatif. Komposer

mencoba membuat karya seni pertunjukkan

komodikasi yang berkaitan dengan urban art

ke dalam karya “MY STORY” dengan konsep

 pertunjukkan komodikasi musik modern dan

tradisi betawi.

  “Aku bersama egoku memperta-

hankan apa yang menjadi pilihanku”, tetapi

semakin penulis memperta-hankan egonya,

konik itu semakin memuncak. Kehidupansemakin kacau, perasaan yang dirasakan kom-

 poser semakin hari semakin tidak nyaman

dirasakan. Terkait dengan tema yang diangkat

yaitu komodikasi musik, hampir setiap hari

komposer menggeluti bidang tersebut. Ketika

komposer memasuki dunia urban di Jakarta,

dari situ timbul ide kreatif untuk membuat

karya seni musik komodikasi (urbanic enter -

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 39/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

166

tainment ) dalam kemasan seni pertunjukkan

komodikasi musik tradisi betawi.

Dari semua bar dalam penulisan notasi

karya musik, ada beberapa bagian yang meng-gambarkan saat itu komposer merasakan emo-

si kemarahan, kebencian yang membara dan

rasa ingin memberontak Pada bagian ini jenis

musik yang digunakan adalah rock progres-

sive. Komposer merasa bahwa jenis musik ini

cocok untuk mengungkapkan perasaan marah,

 benci dan rasa ingin memberontak karena di-

namika musik jenis ini adalah forte (keras).

Dinamika tersebut terlihat pada semua jenis

alat musik dalam karya ini. Efek yang digu-

nakan pada gitar, motif permainan pada piano,

ute, ritmis yang dimainkan oleh drum serta

nada-nada yang disuarakan oleh vokal, tehyan

gambang dan kromong (musik tradisi betawi)

dapat memunculkan suasana yang diingink-

an.

  Komposer mulai bosan dengan situasi,

kondisi dan suasana yang muncul dalam ke-

hidupannya. Komposer merasa lelah dan ingin

terlepas dari rasa-rasa yang selama ini mem-

 belenggu kehidupan permasalahan percin-

taan komposer. Rasa yang menutup kisah ini

digambarkan pada bagian ke 292 dalam karya

musik ini. Pada bagian ini musik mulai hening

dan di akhiri suara drum. Suara drum (musikmodern) dan kromong (musik tradisi Betawi)

yang mengalun bersamaan dengan suara vokal

etnis dan modern menampilkan suasana lelah,

 bosan, dan keinginan komposer untuk lepas

dari masalah dan menutup kisah ini dengan

ketenangan dan kedamaian.

  Komposer mengambil “Emosi” se-

 bagai tema dari karya yang akan di ciptakan.

Tema ini disesuaikan dengan judul dan ki-

sah atau cerita yang akan disampaikan. Tema

“Emosi”, dipilih karena dalam karya ini terda-

 pat berbagai macam ungkapan rasa komposer.Rasa yang ingin disampaikan oleh komposer

adalah rasa sedih, marah, benci, keinginan

untuk memberontak, lelah dan bosan. Semua

 bentuk emosi tersebut telah dialami oleh kom-

 poser dan saat ini cerita tersebut telah menjadi

sebuah sejarah dalam kehidupan komposer.

Dari cerita yang ada dan tema yang telah di-

tentukan dan diberi judul “MY STORY” pada

karya ini. “MY STORY” merupakan sebuah

kisah (cinta) yang pernah dialami dan akan

diceritakan dalam bentuk sebuah pertunjuk-

kan karya musik.

  Komposer mencoba mengkom-binasi-

kan musik tradisi dan musik modern ke dalam

 pertunjukkan komodikasi musik urbanic

entertainment. Merangkai nada dan mencoba

menciptakan suasana sesuai dengan cerita

atau kisah yang akan disampaikan,

  Alunan nada dan karakter suara vokal

mendukung suasana yang ingin di cipatakan.

Suasana tersebut tidak lepas dari pengung-

kapan rasa sedih, marah, benci, rasa ingin

memberontak,lelah dan bosan.

  Dalam komposisi ini komposer meng-

gunakan sebelas instrument musik, antaralain: piano, guitar, bass, ute, tehyan (strings),

drum, keyboard (organ) dan 5 vokal yaitu:

vokal I sebagai lead vokal beserta backing

vokalnya dan vokal II sebagai vokal etnis

 beserta backing vokalnya. Nada-nada yang

telah diciptakan kemudian di tulis dalam ben-

tuk patitur sibelius. Bagian-bagian yang telah

diciptakan dieksport dalam bentuk audio da-

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 40/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

167

lam program software Sibelius dan cool edit

 pro.

  Komposer menulis nada-nada pada

gitar, bass, ritmis drum dan alat musik tra-disi betawi dalam bentuk partitur kemudian

memberikan partitur yang telah dibuat kepada

 player untuk dipelajari.

InovasiMusik 

  Munculnya Teori Difusi Inovasi dimu-

lai pada awal abad ke-20, tepatnya tahun 1903,

ketika seorang sosiolog Perancis, Gabriel Tar-

de, memperkenalkan Kurva Difusi berbentuk

S (S-shaped Diffusion Curve). Kurva ini pada

dasarnya menggambarkan bagaimana suatu

inovasi diadopsi seseorang atau sekolompok

orang dilihat dari dimensi waktu. Pada kurva

ini ada dua sumbu dimana sumbu yang satu

menggambarkan tingkat adopsi dan sumbu

yang lainnya menggambarkan dimensi wak-

tu.

  Pemikiran Tarde menjadi penting kare-

na secara sederhana bisa menggambarkan ke-

cenderungan yang terkait dengan proses difusi

inovasi. Rogers (1983) mengatakan, (“Tarde’s

S-shaped diffusion curve is of current im-

 portance because “most innovations have an

S-shaped rate of adoption”). Dan sejak saat

itu tingkat adopsi atau tingkat difusi menjadifokus kajian penting dalam penelitian-peneli-

tian sosiologi.

  Pada tahun 1940, dua orang sosiolog,

Bryce Ryan dan Neal Gross, mempublikasikan

hasil penelitian difusi tentang jagung hibrida

 pada para petani di Iowa, Amerika Serikat. Ha-

sil penelitian ini memperbarui sekaligus men-

egaskan tentang difusi inovasimodel kurva S.

Salah satu kesimpulan penelitian Ryan dan

Gross menyatakan bahwa (“The rate of adop-

tion of the agricultural innovation followed an

S-shaped normal curve when plotted on a cu-mulative basis over time.”).

  Perkembangan berikutnya dari teori

Difusi Inovasi terjadi pada tahun 1960, di

mana studi atau penelitian difusi mulai dikait-

kan dengan berbagai topik yang lebih kon-

temporer, seperti dengan bidang pemasaran,

 budaya, dan sebagainya. Di sinilah muncul to-

koh-tokoh teori Difusi Inovasi seperti Everett

M. Rogers dengan karya besarnya Diffusion of

Innovation (1961); F. Floyd Shoemaker yang

 bersama Rogers menulis Communication of

Innovation: A Cross Cultural Approach (1971)

sampai Lawrence A. Brown yang menulis In-

novation Diffusion: A New Perpective (1981).

(Rogers, Everett M, 1995 ; 25).

Media

  Terkait dengan konsep karya “MY

STORY” media yang digunakan adalah alat

musik modern dan musik tradisi betawi,

musik DJ, musik modern yang diambil adalah

musik band lengkap, drum set, keyboard, gitar

elektrik, gitar bass elektrik, ute, djimbe. Alat

musik tradisi betawi yang di gunakan adalahgambang, kromong, tehyan, dan gong. Di tam-

 bah dengan musik sequencer suara musik du-

gem dari laptop dan multimedia giant screen

untuk identitas seorang komposer beserta para

 pendukungnya. Untuk melengkapi bagian

dari pertunjukan,maka komposer memberi

tari kontemporer dan teater dalam karya MY

STORY”.

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 41/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

168

Deskripsi Sajian

1. Ide

  Komposisi berjudul “MY STORY”merupakan gambaran dari ungkapan atau pe-

lampiasan perasaan dari komposer. Perasaan

yang ingin disampaikan melalui sebuah kom-

 posisi ini adalah perasaan sedih, lelah, kom-

 poser berharap ikhlas dalam menghadapi

konik tentang kehidupan dan cinta sampai

 penata menemukan suatu ketenangan dalam

hati. Konik yang mengundang pertentangan

dan pertengkaran ini merupakan kisah atau

 pengalaman pribadi komposer. Kisah ini di-

akhiri dengan perasaan tenang dan damai di-

mana penulis telah menutup semua kisah yang

lalu dan bahagia dengan mulai membuka lem-

 baran baru.

  Kisah yang bersumber dari cerita cinta

komposer dan perasaan-perasaan yang ingin

diungkapkan oleh komposer, membuat com-

 poser berniat untuk menjadikannya sebagai

ide untuk penciptaan komposisi musiknya.

  Pertunjukkan komodikasi musik

urbanic berbasis budaya Betawi ini merupa-

kan karya musik ilustratif yang menguraikan

fakta kekinian dari personikasi cerita “Mirah

Gadis Marunda” sebagaimana cerita klasik

rakyat Betawi. Meski dengan latar kondisiyang berbeda, diangkat (transform) melalui

sudut pandang dan perasaan “MY STORY”

seorang Ratna Mestikasari Putri yang kebetu-

lan merasakan tinggal di antara dinamika bu-

daya sosial masyarakat Betawi.Ilustrasi musik

dalam “MY STORY” Ratna Mestikasari Pu-

tri mengungkapkan utuhnya perasaan bathin

Mirah dengan kesungguhan, termasuk upaya

rekayasa rasa yang harus diperjuangkannya.

Perasaan Mirah sebagai pemudi Be-

tawi Jakarta kebanyakan diilustrasikan da-

lam pertunjukkan musik kali ini. Mirah yangterlanjur modern dengan kehidupan sosialita

ibukota tetap saja hampir-hampir tak berdaya

dengan “kutukan“ budaya sosialnya. Padahal,

ia sadar dengan Jakarta hari ini. Apa saja yang

 berhubungan dengan modernisasi Indonesia,

Jakarta tempatnya. Mindset dunia modern cu-

kup dengan menghadirkan diri didalam Jakar-

ta. Dari mulai perkembangan dunia teknologi

informasi hingga lifestyle dan entertainment.

Jakarta-pun (mewakili Indonesia) terus me-

masuki dinamika mayarakat urban yang dina-

mis. Namun, dinamisnya modernisasi Jakarta

tidak mencukupi kesimpulan didalam nalar

dan perasaannya bahwa masyarakat Betawi

(termasuk keluarganya) seakan tidak mampu

menghadirkan dirinya sebagai Jakarta hari ini.

Sosialita Betawi masih dengan kemauannya

sendiri. Termasuk, urusan perjodohan yang

mendominasi perasaan Mirah yang terlanjur.

yang patriarki, ntah karena akar relijiusitas

masyarakat Betawi atau tumbuh akibat akar

sosial lainnya.

Pada proses perjalanan batin dan ga-

gasannya, Mirah mangalami letupan-letupan

 protes maupun keceriaan yang mungkin me-wakili perempuan Betawi secara umum diba-

lik nilai-nilai lain dari kesahajaan, keluguan,

ketaatan, pertentangan bathin, protes hingga

obsesi.Sebagai masyarakat Jakarta, Mirah

yang juga mengenal dunia kafe sebagaimana

media atmosphere sosialita ibukota kekinian

 berinteraksi dan super kompetitif (kebiasaan

urban). Dari mulai urusan privasi hingga pub-

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 42/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

169

lik, atau sekedar nongkrong (baca: hang-out)

layaknya anak gaul kota sambil menikmati cof-

fe latte (simbol minuman kafe selain espresso

atau capucino) kesukaannya. Disini, ia mem- peroleh kebebasan harapan dan pikirannya

yang visioner. Di sisi lain, pulang ke rumah,

Mirah harus berhadapan dengan orang tuanya

yang super ketat, relegius, hingga tunduk atas

upaya perjodohan yang dipaksakan terhadap-

nya. yang tidak tersampaikan dari seorang

 perempuan Betawi yang tidak bisa memban-

tah kehadirannya sebagai bagian budaya Be-

tawi diantara laju modernisasi ibukota.

2. Sinopsis

  Cinta adalah sebuah hal yang paling

misterius. Di dalamnya terdapat banyak para-

doks. Banyak orang yang mengaku pernah

mengalami cinta, namun sesungguhnya sangat

sedikit orang yang betul-betul pernah menga-

lami cinta. Bahkan pasangan yang mengaku

hidup berbahagia selama bertahun-tahun be-

lum tentu pernah mengalami cinta, namun se-

sungguhnya sangat sedikit orang yang betul-

 betul tahu apa itu cinta. Begitu banyak karya

seni yang diabadikan atas nama cinta. Namun

ini pun tidak banyak menolong. Kita tetap buta

akan cinta. Untuk mempermudah kita mema-

hami tentang cinta, tulisan ini mencoba mem- bagi cinta dalam tingkatan – tingkatan, yang

satu merupakan tahapan yang lebih rendah

dan merupakan selubung bagi tahapan yang

lebih tinggi. Terkait dengan komposisi “MY

STORY” konsep yang diangkat yaitu tentang

cinta. Cinta yang berhubungan dengan teori

cinta plato masuk dalam klasikasi Cinta ada

tiga, yaitu Cinta sebagai ketertarikan, cinta

sebagai persahabatan, cinta sebagai kekeluar-

gaan (Ony, 2004 : 20).

Proses berkarya

1. Imajinasi

  Dalam penciptaan karya musik ini,

komposer musik awal berkir dan merasakan

tentang emosi yang sedih dan senang kemudi-

an berusaha untuk selalu semangat, kemudian

dituangkan dengan cara bereksperimen mela-

lui alat musik yaitu olah vokal dan keyboard.

2 Eksplorasi.

  Eksplorasi dalam penciptaan karya

musik ini yaitu, saat komposer mendengar-

kan beberapa lagu selama kurang lebih satu

minggu, composer terinspirasi dan mencoba

memadukan dengan nada-nada yang baru dan

dengan tempo serta dinamika, sehingga meng-

hasilkan suatu karya yang harmonis dan ber-

 beda dari lagu yang penata gunakan sebagai

sumber inspirasi sekaligus sumber data.

3. Improvisasi karya musik

Berimprovisasi dalam medium seni

 pertunjukkan adalah hal yang unik dan vari-

atif. Untuk penciptaan karya musik “MY

STORY” menggunakan metode improvisasi,

yaitu mengembangkan ekspresi berkesenianmusik sesuai dengan daya inspirasi dan ek-

splorasi materi karya musik tersebut.

4. Gaya

Gaya dalam keunikan karya musik

“MY STORY”, adalah gaya musik yang di-

gunakan dalam karya ini perpaduan musik

modern dengan musik tradisi. Gaya musik

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 43/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

170

yang digunakan oleh komposer berasal dari

sebuah perenungan. Sehingga dalam perenun-

gan itu muncullah beberapa gagasan ide nada

dan ritme hingga akhirnya dikembangkanmenjadi komposisi karya musik yang berjudul

“MY STORY”. Atau kalau dapat dikatakan,

gaya musik yang digunakan disini adalah gaya

musik rock kreatif etnis betawi. Gaya musik

“musik rock kreatif” adalah : hanya cendrung

menghidupkan kembali berbagai corak yang

 pernah ada dalam bidang musik lain (musik

seni misalnya, atau musik etnia/etnis, seperti

sering terjadi di Indonesia.

KESIMPULAN

  “MY STORY” merupakan karya

musik yang diciptakan berdasarkan pengala-

Gambar 1. Posisi pemain musik 

man pribadi penulis. Masalah percintaan

yang pernah dialami, menimbulkan berbagai

macam emosi antara lain: sedih, marah, benci,

lelah dan bosan.Emosi yang pernah dirasakan ini, di-

tuangkan oleh penulis melalui sebuah karya

musik. Emosi merupakan keadaan dan reaksi

 psikologis dan siologis (kegembiraan, kes-

edihan, keharuan, kecintaan, keberanian yang

 bersifat subyektif). Dari pengalaman pribadi

 penulis, penulis telah mendeskripsikan bentuk

 penyajian musik dan proses penciptaan karya

musik ini mulai dari ide penciptaan, proses

 penggarapan musik sampai karya ini dipen-

taskan.

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 44/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

171

DAFTAR PUSTAKA

Al-Juziyah, Qayyim Ibnu.2006. Taman Jatuh

Cinta. Lebanon : Irsyad Baitus Salam (IBS ).

Brewster. 1952. The Creative Process. Lon-

don : New American Library.

Chaplin. 2000.  Kamus Lengkap Psikologi.

Jakarta: PT. Raja Grando Persada. Dajanti,

Syamsu. 2008. “JalanSunyi Musik Progresif”.

Gong, edisi 97/IX/2008.

Hardjana Suka. 2003. Corat-coret, Musik

 Kontemporer, Dulu dan Kini. Jakarta:

Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Karl dan Prier, Edmund. 1996.  Ilmu Bentuk

 Musik . Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.

Musar, Isfan dan Widyo, Nugroho. 2000. 

 Pengertian Dasar Musik . Surabaya: Departe-men P dan K Propinsi Jawa Timur.

 

Mack Dieter.Dr.Prof. 1995. Apresiasi Musik,

 Musik Populer . Yogyakarta: Yayasan. Pustaka

 Nusatama.

Scaruff, Piero. 1951. History Of Rock Music.

Australia : Compiled By Prodigy

Tim Penyusun. 1999.  Kamus Besar Bahasa

 Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Zaki Shahab, Yasmine. 2004.  Identitas dan

Otoritas Rekonstruksi Tradisi Betawi.Depok:

Laboraturium Antropologi, FISIP UI.Ghiseli

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 45/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

172

PENCIPTAAN KARYA FOTOGRAFI MODEL DENGAN KONSEP EKSPERIMEN

PENCAHAYAAN DARI LCD PROJECTOR SEBAGAI CAHAYA UTAMA

Yulius Widi Nugroho

Abstrak 

 

Pengkaryaan Fotogra ini merupakan karya fotogra model yang bersifat eksperimental yaitu

 pencahayaan dengan menggunakan LCD Projector sebagai cahaya utama. Cahaya dari LCD

Projector ini bukan hanya sekedar cahaya dari LCD, tapi merupakan tampilan gambar-gambar

yang terpilih dari komputer dan ditembakkan dengan LCD Projector ke arah model. Pada pe-

motretan karya tersebut juga menggunakan cahaya tambahan berupa satu lampu bersifat con-

tinuous light untuk pencahayaan dari belakang (back light) untuk mencapai dimensi dari objek

model. Pelaksanaan pemotretan dilakukan di studio indoor yang kedap cahaya dari luar, seh-

ingga hanya cahaya utama LCD Projector dan cahaya backlight yang terekam. Konsep dari

gambar-gambar yang ditembakkan ke model bertema warna-warni dan bentuk-bentuk yang

dapat menimbulkan tekstur khusus terhadap model. Make up pada model dibuat sesederhana

mungkin dengan baju berwarna kulit dan polos tanpa asesoris yang menyolok. Dengan make

up sederhana tersebut dimaksudkan agar cahaya atau gambar-gambar yang ditembakkan dapat

maksimal membentuk tekstur atau efek yang diinginkan.

Kata Kunci: Fotogra Model, Cahaya LCD Projector, Eksperimental

 Abstract 

This project of Photography is the models photographic that the experimental using LCD

 Projector lighting as the main light. Light from the LCD Projector is not just the light from the

 LCD, but there are displaying of images selected from the computer and shooting with an LCD

 Projector to the model. In shooting these works also use an additional light, continuous light

 for illumination from the back (back light) to reach the dimensions of the object model. Imple-mentation of the shooting is done in indoor studio that light-proof from the outside, so that only

the main light LCD Projector and backlight recorded. The concept of the pictures that were

 shoot into the model themed colors and shapes that can pose a special texture to the model.

 Make up the model as simple as possible with a skin-colored shirt and plain without the ashy

accessories. With a simple makeup is meant to be light or pictures that can be shoot up to form

the desired texture or effect 

 Key words: Models Photography, LCD Projector Light, Experimental 

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 46/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

173

LATAR BELAKANG KARYA

  Fotogra adalah salah satu bidang dari

seni rupa yang merupakan media baru untukmengekspresikan konsep seni. Keunikan dan

keindahan itu membangkitkan rasa senang,

 bahagia, sedih, dan haru. Keinginan untuk

mengungkapkan tersebut diekspresikan dalam

seni fotogra, dengan mengamati berbagai

sisi menarik dalam kehidupan sehari-hari. Ta-

hap penciptaan seni khususnya seni fotogra

yaitu; pengamatan, pematangan ide, persiapan

alat dan bahan, serta visualisasi.

  Dalam Fotogra Seni sebuah pen-

ciptaan tidaklah dibatasi dengan aturan yang

 begitu mengikatnya, akan tetapi kekuatan

Imajinasi tinggi dalam mengkreasikan sebuah

obyek hingga bisa berbicara kuat mempengar-

uhi psikologi pemirsa menjadi kunci utama

dalam penciptaannya. Tindakan memaanipu-

lasi obyek dengan berbagi macam teknik bisa

dibenarkan, bahkan menentang dari suatu re-

alitas keadaanpun hingga menciptakan suatu

ketidak wajaran dalam kehidupan bisa saja

dibenarkan. Kehadiran program komputer

gras yang berbasis pada pixel seperti pro-

gram Adobe Photoshop telah mengantarkan

 para fotografer untuk mengeksplorasi dunia

imajinasinya lewat manipulasirangkaian foto-foto hingga menjadi

suatu karya yang dapat mengundang orang

menjadi terbengong melihatnya.

Penciptaan karya foto ini dilatarbelakangi

oleh pengamatan serta pengalaman pribadi

tentang LCD Projector sebagai sumber ca-

haya yang berfungsi utama untuk membantu

 presentasi dengan mengkonversi gambar atau

tulisan secara digital diwujudkan dengan ca-

haya kemudian cahaya tersebut diproyeksikan

ke arah layar sehingga gambar atau tulisan

yang berasal dari komputer dapat terlihat dilayar tersebut.

Selama ini pencahayaan yang digu-

nakan pada penciptaan karya foto lazimnya

menggunakan ash atau continuous light yang

 berfungsi untuk menerangi objek sesuai den-

gan ide fotografer. Dengan karakter cahaya

LCD Projector yang di atas, jika digunakan

untuk pencahayaan fotogra memiliki beber -

apa fungsi yaitu menerangi, memberi tekstur,

dan memberi warna pada objek.

Ide Penciptaan Karya

  Dari pengamatan yang didukung per-

alatan dan material, didapat ide untuk mem-

 buat karya foto dengan menggunakan cahaya

utama LCD Projector yang memproyeksikan

gambar-gambar yang telah dipilih, kemudian

cahaya tersebut ditembakkan ke arah model

dengan direkam menggunakan kamera digi-

tal. Model diekspose sebagai objek utama

 pemotretan dengan berpose seperti biasa dan

dengan make-up dan baju yang polos tidak

 bermotif. Tekstur dan warna ditampilkan dari

cahaya LCD Projector yang menembakkangambar dan warnasehingga memberi warna/

tekstur pada model. Model dan pencahayaan

tersebut direkam dengan kamera digital den-

gan teknik close-up, dan dilakukan di studio

foto yang tertutup dan gelap dengan maksud

hanya cahaya LCD Projector dan cahaya efek

saja yang terekam.

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 47/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

174

Tujuan Dan Manfaat Penciptaan

  Tujuan karya foto ini mengkomu-

nikasikan eksplorasi imajinasi dalam melihatfenomena alam yang ada di sekitarnya. Fo-

togra Seni tidaklah sama dengan fotogra jur -

nalistik yang mempunyai tujuan khusus yaitu

menyampaikan informasi suatu peristiwa atau

kejadian di masyarakat melalui pengadegan

gambar-gambar menarik lewat media seperti

media cetak dalam bentuk koran, majalah dan

tabloid ataupun melalui media audio visual,

namun lebih bebas menyampaikan ide atau

 pikiran sesuai dengan kemauan isi hatinya se-

 bagai ungkapan ekspresi dari gejolak jiwanya.

Karya fotogra ini merupakan perwujudan

visualisasi obyek yang lebih ditekankan pada

 permainan sumber lighting yang dieksplorasi

 pada model, oleh karena itu hasil karya foto ini

merupakan bentuk nyata dari fungsi Fotogra

Seni adalah sebagai ungkapan ekspresi.

LANDASAN TEORI

Pengertian Fotogra Seni

  Sebelum membahas tentang Fotogra

Seni, lebih baik membahas apa itu seni?

Menurut Dharmawan, seni adalah “....Lewat

karya seni yang dibuatnya, seorang senimanmenyatakan keberadaanya, mengungkapkan

 jiwannya dan emosinya serta pengalamannya

dan penghayatan estetisnya; lewat karya seni

seorang seniman bercerita tentang pandangan

hidupnya, cita-cita, watak, dan karakternya,

serta suka duka atau rindu dendamnya dan se-

 bagainya. Jadi jelasnya karya seni berfungsi

sebagai media ekspresi bagi pembuatnya... “,

  Sedangan denisi seni menurut Ach-

diat K. Mihardja: “Seni adalah kegiatan ro-

han manusia yang mereeksikan realitet

(kenyataan) dalam suatu karya yang berkat bentuk dan isinya mempunyai daya untuk

membangkitkan pengalaman tertentu dalam

alam rohani si penerimanya”. Disamping un-

tuk membangkitkan pengalaman tertentu, seni

 juga mempunyai sifat komunikatif, menurut

Tauk Abdullah dalam tulisannya mengenai

komunikasi ilmu dan seni, mengatakan bahwa

seni itu adalah satu dari berbagai cara untuk

melukiskan dan mengkomunikasikan. Seni

 baru bisa mempunyai makna atau dapat dire-

sapkan jika pada dirinya terkandung kekuatan

 pesan yang komunikatif dan seni yang tidak

komunikatif sama sekali tidak bisa dikata-

kan indah. Dari pernyataan ini bisa dikatakan

 bahwa seni adalah media penyampaian pesan

dari seniman kepada orang lain dengan tujuan

mempengaruhi pikirannya.

Berdasarkan klasikasi yang dibuat

oleh Thomas Munro, fotogra dapat dimasuk -

kan sebagai cabang seni rupa (visual Art),

seni yang hanya bisa dirasakan melalui indera

 penglihatan manusia. Jadi seni fotogra bisa

dikatakan sebagai kegiatan penyampaian pe-

san secara visual dari pengalama yang dimiliki

seniman / fotografer kepada orang lain dengantujuan orang lain mengikuti jalan pikirannya.

(Yekti Herlina: 2003)

  Karya Fotogra Seni merupakan

sebuah karya foto yang mevisualisasikan

obyek berdasarkan proses eksplorasi imaji-

nasi tinggi dari kreatornya, hingga terkadang

hasil foto keluar dari logika pemahaman reali-

tas peristiwa. Dalam Fotogra Seni proses vi-

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 48/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

175

sualisasi tidak mengacu pada suatu peristiwa

nyata seperti layaknya Fotogra Jurnalistik,

akan tetapi nilai proses imajinasi pemikiran

dalam menghadirkan suatu peristiwa den-gan bantuan berbagai macam teknik dalam

 pengolahannya itu, lebih berbicara daripada

logika faktanya. Dalam era teknologi digi-

tal ini, keberadaan Fotogra Seni dapat dis-

etarakan dengan Seni Lukis, dimana konsep

 penciptaannya mengaitkan gejolak emosi

 jiwa kreatornya dilampiaskan habis-habisan

di dalam karyanya, hal ini merupakan suatu

 jalan pentransferan opini dari fenomena alam

melalui visualisasi dengan kekuatan ekspresi

 jiwa kreatornya hingga membentuk kumpulan

goresan warna yang diterjemahkan menjadi

sebuah karya. Klasikasi untuk Fotogra Seni

dapat digolongkan Fotogra Seni berorientasi

sifat atraktif, Fotogra Seni berorientasi pada

sifat statis, serta Fotogra Seni berorientasi si-

fat simbolis/image.

Orientasi Fotograf Seni 

  Sebuah karya seni hendaknya mem-

 punyai orientasi tertentu agar karya tersebut

tidak hanya berfungsi secara visual, tapi ada

nilai-nilai atau tujuan dari seniman untuk

mempresentasikan karyanya. Berikut Orien-tasi Fotogra Seni menurut Arba Wirawan;

a. Fotogra Seni Berorientasi Sifat Atrak -

tif 

  Fotogra Seni yang mencerminkan si-

fat atraktif merupakan penjabaran dari sebuah

karya fotogra dengan visualisasi obyek yang

 bergerak. Pergerakan obyek disini mencer-

minkan adanya suatu aktitas kehidupan dalam

 persepsi seorang kreator atau fotografernya

terhadap fenomena alam yang ada disekelil-

ingnya, untuk kemudian ditransfer melalui proses eksplorasi imajinasi dengan didukung

 berbagai macam teknik manipulasi penciptaan

hingga menghasilkan sebuah karya fotogra

yang mampu membangkitkan dan menimbul-

kan suatu persepsi tertentu dari permirsanya.

Banyak karya fotogra pada kategori ini yang

ada di tengahmasyarakat baik melalui pamer-

an-pameran foto di berbgai tempat maupun di

dalam situs internet.

b. Fotogra Seni Berorientasi Sifat Statis

  Mencerminkan sifat statis merupakan

 penjabaran dari sebuah karya fotogra dengan

visualisasi obyek yang tidak bergerak. Susu-

nan obyek disini mencerminkan adanya suatu

keadaan atau situasi alam dalam persepsi se-

orang kreator atau fotografernya terhadap

fenomena alam yang ada disekelilingnya,

untuk kemudian ditransfer melalui proses ek-

splorasi imajinasi dengan didukung berbagai

macam teknik manipulasi penciptaan hingga

menghasilkan sebuah karya fotogra yang

mampu membangkitkan dan menimbulkan

suatu persepsi tertentu dari permirsanya. Ban-yak karya fotogra pada kategori ini yang ada

di tengahmasyarakat baik melalui pameran-

 pameran foto di berbgai tempat maupun di da-

lam situs internet.

c. Fotogra Seni Berorientasi Sifat Sim-

bolis atau Image

  Mencerminkan sifat simbolik meru-

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 49/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

176

 pakan penjabaran dari sebuah karya fotogra

dengan visualisasi obyek yang tidak berg-

erak atau dibentuk dengan unsur-unsur ben-

da tertentu hingga menimbulkan pencitraantertentu dari asil foto tersebut. Pengaturan

 benda-benda tertentu yang mewakili obyek

disini mencerminkan adanya suatu pencitraan

 pemikiran dari persepsi seorang kreator atau

fotografernya melalui proses eksplorasi imaji-

nasi dengan didukung berbagai macam teknik

manipulasi penciptaan hingga menghasilkan

sebuah karya fotogra yang mampu mem-

 bangkitkan dan menimbulkan suatu persepsi

tertentu dari permirsanya. Banyak karya fo-

togra pada kategori ini yang ada di tengah

masyarakat baik melalui pameran-pameran

foto di berbgai tempat maupun di dalam situs

internet. (Arba Wirawan, Komang: 2010)

Tentang LCD Projector 

  LCD ( Liquid Crystal Display) merupa-

kan sebuah teknologi yang umum digunakan

 pada proyektor digital. Proyektor berfungsi

untuk memperbesar gambar sehingga dapat

terlihat dengan jelas pada layar yang disedia-

kan. LCD Proyektor merupakan perangkat

output untuk menampilkan gambar di sebuah

 permukaan yang digunakan sebagai layar.LCD Proyektor sering digunakan untuk media

 presentasi, karena mampu menampilkan gam-

 bar dengan ukuran besar.

  Proyektor LCD bekerja berdasarkan

 prinsip pembiasan cahaya yang dihasilkan

oleh panel-panel LCD. Panel ini dibuat terpi-

sah berdasarkan warna- warna dasar, merah,

hijau dan biru (R-G-B). Sehingga terdapat tiga

 panel LCD dalam sebuah proyektor. Warna

gambar yang dikeluarkan oleh proyektor mer-

upakan hasil pembiasan dari panel-panel LCD

tersebut yang telah disatukan oleh sebuah prisma khusus. Gambar yang telah disatukan

tersebut kemudian dilewatkan melalui lensa

dan dijatuhkan pada layar sehingga dapat di-

lihat sebagai gambar utuh. Gambar yang di-

hasilkan proyektor LCD memiliki kedalaman

warna yang baik karena warna yang dihasilkan

olah panel LCD l angsung dibiaskan lensa ke

layar. (Diah Kartika Dewi: 2013)

  Semakin tinggi sebuah resolusi dari

Projector biasanya akan semakin tinggi pula

harganya. Jika menggunakan projector untuk

sebuah presentasi dengan powerpoint, maka

Resolusi SVGA cocok untuk hal ini. Semen-

tara XGA merupakan pilihan yg bagus untuk

menampilkan Numerical Data. Untuk kebu-

tuhan kualitas gambar yang baik, dibutuhkan

LCD Projector dengan resolusi yg lebih tinggi

sehingga tampilan yg lebih details.

Konsep Karya

  Karya fotogra seni yang dirancang

dengan konsep tertentu dengan memilih objek

foto yang terseleksi dan diproses dihadirkan

sebagai luapan ekspresi artistik fotografernya,maka karya tersebut bisa menjadi sebuah karya

fotogra seni atau fotogra ekspresi. Sehingga

karya foto tersebut dimaknakan sebagai suatu

medium ekspresi yang menampilkan jati diri

fotografernya dalam proses penciptaan karya

fotogra seni. (Imanto, Teguh: 2012)

  Fotogra sebagai salah bagian dari

seni rupa juga tidak terlepas dari nilai-nilai

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 50/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

177

dan kaidah estetika senirupa yang berlaku.

Setiap karya fotogra menurut fotografernya

tentunya juga memerlukan konsep perancan-

gan yang bermula dari ide dasar yang berkem- bang menjadi karya foto yang memerlukan

dukungan peralatan teknis dan non teknis.

Pada karya fotogra ini, menghadirkan mod-

el wanita sebagai subjek/subjectmatter dan

dalam pengambilan foto setiap objek perlu

dipotret beberapa kali dalam rangka eksperi-

mentasi dengan berbagai sudut pandang/angle

(pandangan estetik) maupun dengan teknik

komposisi dan panduan pecahanyaan yang

spesial yaitu pencahayaan dari LCD Projector

dimana menyinarkan berbagai macam image

terhadap model tersebut.

  Semuanya digunakan dengan tujuan

untuk mendapatkan berbagai ragam alternatif

tampilan yang memiliki nilai estetis yang ber-

 beda secara eksploratif dan dipastikan bisa

memberikan beberapa pilihan hasil foto yang

terbaik yang disesuaikan dengan hasil foto

yang terbaik yang disesuaikan dengan kebutu-

han nilai estetis yang diharapkan.

Proses Penciptaan

  Mencipta berarti menggagas sesuatu

yang belum ada menjadi ada, dan menghasil-

kan sesuatu yang tadinya tidak ada menjadiada. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia,

kata penciptaan berasal dari kata “Cipta” yang

 berarti kemampuan pikiran untuk mengada-

kan sesuatu yang baru; Angan-angan kreatif;

Tuhan-alam semesta. Mencipta pada dasarnya

adalah melahirkan sesuatu. Walaupun proses

kelahiran itu diwarnai oleh derita, rasa duka

atau rasa takut, kesemuanya akhirnya ber-

muara pada rasa suka cita (Humar Sahman

1993: 66).

  Hal tersebut dapat menjadi rujukan

 bahwa menciptakan tidak sebatas apa yangdilihat, namun sampai dengan apa yang mer-

eka khayalkan. Jadi dapat diasumsikan bahwa

 penciptaan adalah proses menghasilkan ses-

uatu yang baru, dimana penciptaan tidak han-

ya dibatasi oleh penglihatan tetapi dapat juga

sesuai dengan apa yang dihayalkan seorang

 pencipta atau fotografer.

  Seni adalah ekspresi jiwa seniman

yang diwujudkan dalam bentuk karya dan

 penciptaan seni terjadi oleh adanya cipta, rasa,

dan karsa. Penciptaan di bidang seni mengand-

ung pengertian yang terpadu antara kreativi-

tas dan inovasi yang sangat dipengaruhi oleh

rasa. Walaupun begitu, logika dan daya nalar

mengimbangi rasa dari waktu ke waktu dalam

kadar yang cukup tinggi. Rasa muncul karena

dorongan kehendak naluri yang disebut karsa.

Seni mempunyai hubungan yang erat dengan

unsur-unsur kebudayaan yang lain. Isi dan

 bentuk seni tidak dapat dipisahkan dari nilai-

nilai yang terkandung dalam 7 (tujuh) unsur

 pokok budaya. Tema-tema seni berakar pada

nilai-nilai agama, organisasi sosial, sistem

teknologi, sistem pengetahuan, bahasa dan

sistem ekonomi (Bandem, dalam jurnal pen-ciptaan dan pengkajian seni 2005 : 20).

  Dari kutipan tersebut dapat diasumsi-

kan bahwa penciptaan karya seni bergantung

kepada pengalaman estetik dan menarik yang

diungkapkan melalui emosional yang dire-

nungkan secara mendalam. Hal ini juga di-

 jelaskan dalam kutipan berikut:

  Karya seni merupakan ungkapan emo-

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 51/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

178

sional atau ekspresi penciptanya. Ekspresi

yang terlahir merupakan ungkapan ide dan

 pengalaman-pengalaman yang estetik dan ar-

tistik. Lahirnya ide tidak begitu saja, namunmelibatkan perenungan secara mendalam dari

hasil interaksi dengan objek di luar dirinya

yaitu alam lingkungan termasuk benda-benda

seni ciptaan manusia (Bambang, 2005).

  Setiap orang tidak sembarangan dalam

menciptakan suatu karya seni, dari pengala-

man yang menarik, dipikirkan secara menda-

lam, muncul sebuah ide/gagasan untuk men-

ciptakan dan akhirnya diwujudkan pada suatu

karya seni yang artistik. Dari kutipan-kutipan

di atas, dapat disimpulkan bahwa teori pen-

ciptaan yaitu diawali dengan pemunculan ide/

gagasan, perencanaan menciptaan karya, dan

sampai pada tahap penciptaan itu sendiri.

  Dalam proses penciptaannya Fotogra

Seni lebih bebas dalam menuangkan ide dan

tidak seketat dengan penciptaan Fotogra

Komersial yang bergantung pada selera kon-

sumen ataupun produsen, atau Fotogra Jur -nalistik yang telah diikat dengan aturan-aturan

dalam dunia jurnalistik atau dunia pemberi-

taan. Proses pengkreasiannya itu, kekuatan

nilai Fotogra Seni ditentukan pada proses

eksplorasi imajinasi dengan menggunakan

keragaman penguasaan teknik dalam meramu

 berbagai macam komponen di dalamnya hing-

ga menghasilkan sebuah karya foto yang ses-

uai dengan ide penciptaannya. Dalam proses

 penciptaan suatu karya seni rupa, menuang-

kan ide melalui beberapa tahapan, yaitu:

  Proses kreatitas merupakan kebe-

 basan penafsiran untuk mewujudkan suatu ide

dalam karya. Penerapan ide ditentukan oleh

konsep karya atas nilai-nilai yang terkandung

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 52/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

179

didalamnya. Untuk mewujudkan suatu ide

mengalami proses atau pengolahan materi, se-

hingga menghasilkan karya sesuai kehendak

yang diinginkan. Proses penciptaan karya seniini melalui beberapa tahapan :

Gagasan pada karya ini terinspirasi dari1.

karya seni yang sudah jadi tentang peng-

gunaan LCD Projector untuk membuat

image serta merekamnya. Ide timbul ter-

inspirasi dari karya foto yang sudah ada,

yaitu karya foto dari fotografer-fotografer

yang kebetulan mengeksplorasi sumber

cahaya LCD Projector ini, kebanyakan

dari mereka menggunakan cahaya contin-

uous light sebagai cahaya utama dan LCD

Projector sebagai cahaya tambahan. Da-

lam karya ini pemotretan dilakukan den-

gan menggunakan cahaya LCD Projector

sebagai cahaya utama yang mengenai ob-

 jek, dan menggunakan cahaya tambahan

(continuous light ) sebagai cahaya pem-

 bentuk efek tertentu.

Kemudian tahap berikutnya adalah ta-2.

hap ekplorasi, yaitu pengamatan secara

langsung dan mencari keterangan dari

informasi yang mendukung data tersebut.

Dieksplorasi pertama kali adalah LCD

Projector, yaitu bagaimana sifat cahaya

dari LCD Projector seberapa kuat ca-hayanya menyinari objek dan efek-efek

yang bisa ditimbulkan dari cahaya yang

dihasilkan. Setelah data terkumpul di-

analisis pada berbagai bagian, sehingga

mendapat gambaran atau konsep yang

 jelas sebagai sumber acuan. Analisis di-

lakukan dengan mencoba langsung dan

mengamati bahwa cahaya LCD Projector

cukup kuat untuk direkam/difoto tanpa

 bantuan cahaya lain. Kemudian tantang

tampilan warna yang bisa dihasilkan juga

dicoba dengan disinarkan ke objek perco- baan, dan hasilnya warna-warna yang di-

sinarkan dari LCD Projector cukup untuk

memberi warna pada objek foto dengan

tidak menghilangkan kontur objek utama,

sehingga seolah-olah objek utama diberi

warna sesuai dengan cahaya yang datang

dari LCD Projector. Kemudian percobaan

 berikutnya yaitu penerapan cahaya LCD

Projector pada pelaksanaan pemotretan.

Awalnya ada keraguan bahwa cahaya

LCD Projector terlalu kuat seingga akan

sangat mengganggu model atau bahkan

membuat akibat yang tidak diinginkan.

Tapi setelah dilakukan test, diyakinkan

 bahwa cahaya LCD Projector aman digu-

nakan jika ditembakkan langsung ke arah

model, dan model tidak merasa terganggu

dengan jenis cahaya ini. Sedangkan un-

tuk menentukan model dan kostum, dipi-

lih dua orang wanita muda karena faktor

interest secara umum, yaitu secara visual

model wanita lebih menarik dibanding-

kan model pria. Dipilih dua model wanita

yang pandai bergaya atau berpose dengan

harapan dapat memberikan kontribusiterhadap karya foto nantinya, misalnya

ekspresi model yang dapat membangun

mood atau suasana foto, pose tubuh yang

membentuk shape mengingat nantinya

cahaya dari LCD Projector secara lang-

sung menerpa sang model dengan ber-

 bagai macam warna dan desain tertentu.

Untuk itu, dalam pemilihan kostum

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 53/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

180

adalah baju dengan warna skin tone atau

warna cream yang mendekati warna kulit

manusia, karena model disini akan terke-

na cahaya yang berwarna-warni menurutimage yang disinarkan oleh LCD Projec-

tor.

Setelah itu memasuki tahap pembuatan3.

karya, pada tahapan ini diperlukan impro-

visasi dengan memadukan hal teknis dan

non teknis. Hal teknis yaitu tentang per-

alatan fotogra yang diperlukan disesuai-

kan kebutuhan, penataan lighting, pemili-

han background, dan model. Kamera yang

digunakan adalah jenis SLR merk Canon

seri 30D dengan Lensa merk Canon den-

gan rentang focal leght 17-40mm. Kam-

era SLR tersebut dipilih karena dinilai cu-

kup untuk melakukan pemotretan dengan

cahaya minim (menggunakan ASA 800)

dengan sensor sebesar 8 MP sudah cukup

untuk dilakukan cetak foto ukuran 12 R.

Dipilih spesikasi lensa itu karena

Pemotretan dilakukan di studio foto yang4.

tidak begitu luas sehingga untuk menda-

 patkan view foto yang lebih luas meng-

gunakan lensa wide angle.

Pencahayaan menggunakan LCD

Projector yang sudah disiapkan dibantu

dengan cahaya lampu (continuous light) dari lampu Flash Studio atau yang ser-

ing disebut Modelling Light, sifat lampu

ini adalah cahaya pijar dengan warna

kekuningan. Di studio foto menggunakan

 background berwarna gelap agar dapat

memaksimalkan cahaya LCD Projector

ke model, dan semua lampu di studio foto

dimatikan kecuali cahaya yang sudah di-

siapkan. Hal non teknis yaitu tentang

 pengetahuan dasar fotogra, teknik fo-

togra, persiapan-persiapan yang bersifat

non fotogras, serta komunikasi yang in-tens terhadap objek utama dan pada hal

ini adalah model untuk menjelaskan kon-

sep pemotretan, konsep kostum. Pengeta-

huan fotografer dibidang seni rupa sangat

diperlukan yaitu tentang kaidah-kaidah

dasar seni rupa seperti titik, garis, bidang,

 bentuk, gelap-terang, tekstur, dan warna,

serta kaidah-kaidah komposisi yaitu kes-

atuan, keseimbangan, dan irama.Diperlu-

kan pengarahan khusus kepada model un-

tuk nantinya bagaimana mereka berpose

mengikuti arahan fotografer, sekaligus

membangun komunikasi yang yang baik

antara model dan fotografer agar proses

 pemotretan menjadi lancar dan baik.

Penggunaan LCD Projector digunakan5.

untuk menembakkan gambar-gambar

yang telah dipersiapkan, sebagian gam-

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 54/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

181

 bar tersebut adalah sebagai berikut;

Proses berikutnya adalah pelaksanaan6.

 pemotretan, pengambilan foto dilaku-

kan di studio foto dengan menggunakan

 background warna gelap karena yang

diekspos utama adalah tubuh model yang

terkena sinar LCD Projector, dengan

demikian image yang disinarkan akan

menyatu dengan model dan membentuk

shape baru untuk direkam. Perekaman

atau pemotretan dilakukan tanpa cahaya

ash karena jika menggunakan lampuash akan menghilangkan image yang di-

sinarkan oleh LCD Projector yang mem-

 punyai intensitas cahaya yang jauh lebih

rendah, mengingat kekuatan cahaya LCD

Projector termasuk lemah, sehingga jika

dipadukan dengan cahaya ash cahaya

dari LCD Projector akan kalah dan tidak

 bisa terekam. Karena menggunakan kon-

sep cahaya continuous, otomatis nilai ek-

sposure mengikuti cahaya yang ada.

  Gambar-gambar atau image (Lihat

Gambar 1.1) satu per satu ditembakkan den-

gan LCD Projector melalui seperangkat kom-

 puter atau laptop. Dengan menggunakan ap-

likasi browser atau picture previewer, image

tersebut diakses di laptop. Kemudian laptop

dihubungkan dengan LCD Projector untuk

disorotkan ke objek foto (model) sebagai

sumber cahaya utama. Pemotretan dilakukan

tidak hanya menggunakan cahaya LCD saja,

tetapi digunakan juga lampu pijar (continuous

light) untuk ditempatkan di belakang model

 berfungsi sebagai cahaya pembantu. Cahaya

ini difungsikan sebagai cahaya dari belakang

objek (back light) untuk membentuk konturobjek sekaligus membentuk dimensi agar ha-

sil foto tidak kelihatan terlalu at. Sedangkan

 pengaturan letak pemotretan dapat dilihat pada

Gambar 1. 

Pemotretan dilakukan secara ber-

gantian baik image yang disorotkan maupun

modelnya, karena setiapimage mempunyai

efek tertentu dan setiap model mempunyai

Gambar 1.1

Gambar-gambar yang telah dipersiapkan untuk disi-

narkan dengan LCD Projector (Sumber: Download

dari www.google.com dan Dokumen Pribadi)

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 55/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

182

 pose tertentu. Ada juga yang menggunakan

dua model sekaligus dengan berbagai macam

 jenis image cahaya. Setelah proses pemotretan

dilakukan proses editing. Pada proses ini tidak banyak hal yang dilakukan, data dari kamera

ditransfer ke komputer kemudian diedit meng-

gunakan software Photoshop. Editing yang di-

lakukan hanyalah editing “kamar gelap”, arti-

nya yang diubah sebatascroping, brightness,

sharpen, dan saturasi warna agar warna dari

cahaya image dari LCD dapat lebih terlihat

dengan baik. (Lihat Gambar 1.2)

Penggunaan Photoshop saat ini me-

mang tidak bisa lepas dari dunia fotogra.Perkembangan ini tidak bisa kita tolak, jika

tidak malah akan jauh tertinggal. Hanya saja

yang perlu di ingat harus tetap berpandangan

dengan kaidah-kaidah yang ada dalam fo-

togra.

  Sebenarnya bebas saja dalam men-

gedit foto, yang penting editan harus bisa

memperkuat foto dan mengambarkan sua-

Gambar 1.2 Contoh Editing (sebelum dan sesudah) (Sumber: Dokumen Pribadi)

sana/mood yang sesuai. Bila tidak, foto yang

sudah baik malah menjadi tidak begitu baik dan

membingungkan. Setiap foto membutuhkan

 perlakuan yang berbeda, tidak bisa memaksa-kan perlakuan yang sama untuk semua foto dan

mengharapkan mendapatkan foto yang bagus.

Setelah diedit proses terakhir dicetak

di atas kertas foto. Pada tahap ini tentunya

tidak terlepas dari tahap sebelumnya yaitu se-

lain edit foto juga menentukan ukuran cetak

foto. Komputer adalah sebuah alat yang hanya

menunggu perintah begitu juga ketika men-

cetak foto, mencetak foto dapat menentukan

ukuran berapa saja sebatas memang bisa di-capai mesin cetak, dan salah satu yang me-

nentukan bagus atau tidaknya hasil cetak ber-

gantung pada ketepatan ukuran. Ada banyak

faktor yang mempengaruhi kualitas cetak, na-

mun untuk amannya memerlukan 250 dots per

inch (dpi) untuk menghasilkan kualitas cetak

foto yang bisa diterima, dan setidaknya 300

dpi agar dapat menghasilkan kualitas cetak

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 56/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

183

yang bagus.

Detail sebuah gambar digital dilihat

dari banyaknya piksel horizontal dan vertikal

yang dimiliki oleh gambar tersebut. Piksel inimerupakan titik terkecil yang berisi informasi

warna dan gambar, semakin banyak pikselnya

maka semakin jelas detil dari hasil cetak yang

dihasilkan. Pada karya ini ukuran piksel seban-

yak 3000 x 2000 (atau 6 juta piksel / 6 mega

 piksel) dan diharapkan bisa terlihat tajam saat

dicetak pada ukuran 10R.

  Pemotretan dilakukan di dalam studio

dengan skema lighting sebagai berikut;

Keterangan Skema gambar:

1.Background berwarna gelap.

2. Cahaya efek menggunakan ContinuousLight (sebagai Back Light).

3. Model.

4.LCD Projector (sebagai Main Light)

5. Kamera

6. Komputer/Laptop

 

Karya foto nal yang dihasilkan:

Gambar 1.3 Skema Pemotretan

(Sumber: Dokumen Pribadi)

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 57/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

184

Gambar 1.4

Hasil Karya Pemotretan. (Sumber: Dokumen Pribadi

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 58/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

185

DAFTAR PUSTAKA

Arba Wirawan, Komang. 2010.  Ekspresi Es-

tetis Pada Karya Seni Fotogra, http://www. balipost.co.id

Bandem. 2005. Jurnal Penciptaan Dan Peng-

kajian Seni. ISI Yogyakarta

Bambang Sunarto. 2005. Etika Dan Pertim-

bangan I Wayan Sadra Dalam Penciptaan

 Karya Seni. STTS Press

Dharmawan. Buku Pegangan Pendidikan

Seni Rupa. penerbit AMICO

Gusti Ayu Diah Kartika Dewi. 2013. LCD

 Proyektor . Jurnal Makalah UNDIKSA

Humar Sahman. 1993. Mengenali Dunia Seni

 Rupa : Tentang Seni, Karya

Imanto, Teguh. 2012. Teknik Kamera Fo-togra 6  (Fotogra Seni).

Mulyanta, Edi. S. 2007. Teknik Modern Fo-

togra Digital . Yogyakarta : Penerbit Andi.

Seni, Aktivitas Kreatif, Apresiasi, Kritik Dan

 Estetika, IKIP Semarang Press

Sugiarto, Atok. 2006. Indah Itu Mudah, Buku

 Paduan Fotogra. Jakarta : Gramedia Pus-

taka Utama.

Yekti Herlina. 2003. Kreatitas Dalam Seni

 Fotogra – Nirmana - Volume 5

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 59/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

186

PERKEMBANGAN SENI RUPA PUBLIK DI YOGYAKARTA

Oleh. Bramantijo, Timbul Haryono, M. Agus Burhan

Abstrak.

Penggunaan ruang publik sebagai ruang ekspresi bagi seniman, tumbuh seiring dengan dina-

mika masyarakat yang menempatkan ruang publik sebagai ruang strategis. Ruang publik men-

 jadi tempat yang paling efektif untuk memperjuangkan beragam kepentingan, dan seni publik

menjadi media yang paling mungkin digunakan untuk menyampaikan gagasan pada publik.

Perbedaan pemahaman dan lemahnya komunikasi pihak-pihak yang berkepentingan dengan ru-

ang publik khususnya pemerintah sebagai pengelola ruang publik dengan masyarakat pengguna

sering menimbulkan tindakan-tindakan represif. Kasus pembongkaran karya seni rupa publik

yang pernah terjadi di Indonesia menunjukkan bahwa pendekatan estetis dan kebebasan ber-

ekspresi seni masih menimbulkan perdebatan. Pembahasan dari aspek-aspek pemikiran yang

melatar belakangi peristiwa seni rupa publik serta bagaimana strategi visual penyajian seni rupa

 publik dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran peran dan posisi seniman,

 publik dan pemerintah dalam persoalan hadirnya karya seni rupa di ruang publik. Analisis ter-

hadap artefak karya seni rupa publik serta tanggapan publik dan aparat pemerintah yang terliput

media massa memberi gambaran bahwa tidak semua karya seni rupa publik mampu menjadi

media yang lembut dan kritis untuk menyampaikan gagasan. Diperlukan pemikiran yang lebih

cermat agar seni rupa publik tidak menimbulkan permasalahan baru bagi publik.

Kata kunci: Seni Publik, Ruang Publik.

 Abstract.

The use of public space as a space of expression for artists grows in line with the dynamics of

the society that places it as a strategic space. Public space becomes the most effective way inenforcing a variety of interests, and public art becoming the most likely medium to be used to

convey ideas to the public. The differences of understanding and lack of communication that

use it, especially the government as a manager of a public space with the user community of-

ten lead to repressive acts. The case of demolition works of public art that have occurred in

 Indonesia showed that the aesthetic approach and freedom of expression still causing debate.

 Discussion of aspects of the background thinking of public art events as well as a visual repre-

 sentation of how the strategy of public art in this research is expected to provide an overview

of the roles and positions of artists, the public and the government in matters of the presence of

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 60/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

187

A. Pendahuluan.

  Istilah seni rupa publik digunakan un-

tuk menyebut karya seni (rupa) yang dihadir-

kan di ruang publik. Lazimnya karya seni rupa

ditempatkan di ruang-ruang privat seperti ru-

mah pribadi, studio, galeri, museum, sehingga

mengusung karya seni keluar dari ranah ruang

 privat tersebut menjadi fenomena yang patut

dicermati. Seni di ruang publik, bisa dalam

 bentuk apa saja: bisa berupa karya-karya seni

rupa, bahkan berupa seni (rupa) pertunjukan

(performance art), seni peristiwa (happening

art), seni lingkungan (environment art), dan

lain-lain. Penggunaan ruang publik sebagai

ruang ekspresi bagi seniman dan masyarakat

secara simultan terus terjadi dan tumbuh se-

cara fenomenal. Ruang publik menjadi tempat

yang paling efektif untuk memperjuangkan

 beragam kepentingan dan seni menjadi media

yang paling mungkin meredam ekspresi kek-

erasan yang biasa terjadi pada aksi-aksi dem-

ostrasi yang dilakukan di ruang publik.

  Sampai saat ini pengkajian secara teo-

retis terhadap seni publik sangat jarang dilaku-

kan. Kegelisahan ini juga diungkapkan Miles

(1997; 1), “Praktek seni publik saat ini memi-

liki keanekaragaman namun berjarak dengan

seni yang konvensional, dari pameran patung

di luar ruang, mural, seni di jalanan dan tro-

toar, dan beberapa lainnya tumbuh bersamaan

dengan perkembangan kota, namun sebagian

 besar tidak dibarengi dengan perspektif teori-

tis seperti pada disiplin ilmu lain. Sebagai

hasilnya miskin dengan penulisan kritis. Seni publik, juga merupakan area yang dimarginal-

kan dalam praktek seni”.

  Penggunaan ruang publik sebagai tem-

 pat mengekspresikan ungkapan oleh sekel-

ompok masyarakat sudah lama terjadi di In-

donesia, yaitu sejak masa pendudukan oleh

Jepang hingga kini, masa kebebasan yang di-

 picu gerakan Reformasi tahun 1998. Perkem-

 bangan seni rupa di ruang publik juga sangat

dipengaruhi oleh perkembangan estetika yang

sedang menjadi pemahaman utama ketika per-

istiwa seni di ruang publik terjadi.

Artikel ini merupakan hasil penelitian

dengan perhatian utamanya adalah perkem-

 bangan seni rupa publik yang terjadi di Yog-

yakarta dari tahun 1997 sampai 2012. Pemi-

lihan Yogyakarta sebagai wilayah penelitian

didasarkan pada asumsi bahwa Yogyakarta

merupakan salah satu barometer perkemban-

gan seni rupa publik Indonesia sejak masa

 pergerakan hingga saat ini, sehingga apapun

 peristiwa seni rupa yang terjadi di Yogyakarta

 patut menjadi cacatan penting secara historis

dan menjadi bahan analisis para pemerhati

dan pelaku seni secara kritis.

works of art in public spaces. The analysis of public art, as well as public comment and govern-

ment ofcials that covered by media, illustrate that not all works of public art can be a soft and

critical medium to convey ideas. It requires more careful thought that the public art does not

 pose a new problem for the public. 

 Keywords: Public Art, Public Space.

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 61/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

188

  Permasalahan utama yang dibahas

dalam artikel ini adalah berbagai aspek pe-

mikiran yang melatar belakangi peristiwa seni

rupa publik di Yogyakarta dari tahun 1997sampai 2012 serta bagaimana strategi visual-

nya ? dengan tujuan memahami latar belakang

hadirnnya seni rupa publik serta pemikiran-

 pemikiran yang berkaitan dengan strategi vi-

sual yang digunakan para perupa untuk men-

capai tujuan. Data utama penelitian adalah

artefak karya seni rupa publik di Yogyakarta

serta berbagai artikel populer maupun ilmiah

tentang seni rupa publik yang diperoleh mela-

lui studi dokumentasi dan observasi langsung

terhadap karya-karya seni rupa publik.

Pendekatan multidisiplin dengan me-

tode sejarah yang dipilih adalah kategori ”se-

 jarah pemikiran”. Menurut Stomberg dalam

Kuntowijoyo, (2003; 189), history of thought/

history of ideas/intellectual history bermak-

na sebagai “the study of the role of ideas in

historical events and process” (Pengkajian

dari peran ide-ide dalam kejadian dan proses

 bersejarah). Lebih lanjut Kuntowijoyo (2003;

191) menyatakan bahwa dalam praksisnya

teori sejarah pemikiran ini perlu memperhati-

kan kajian teks yang dikaitkan dengan konteks

historisnya. Pengamatan rangkaian peristiwa

dalam sistem sosial-kultural yang menghasil-kan artefak budaya, ketika peristiwa yang satu

mengakibatkan peristiwa yang lain, menggu-

nakan pendekatan sinkroniks dan diakronis

(Kartodirjo, 1982; 129-130). Pengamatan ar-

tefak dengan pendekatan analisis sinkronis,

dilihat sebagai sistem yang terstruktur, terdiri

dari unsur-unsur seni rupa serta dibatasi oleh

fungsi-fungsi nyata, misalnya fungsi, bentuk,

dan pesan. Pendekatan diakronis digunakan

untuk merekonstruksi secara eksplanatonis

latar belakang tampilnya artefak. Eksplanasi

dititik beratkan pada kekuatan-kekuatan ek-sternal atau yang berpusat pada diri manusia,

terutama terletak pada pemikiran ilmiah. Se-

dangkan data visual dan non visual dianalisis

dengan semiotika.

B. Pembahasan

1. Dari Ruang Privat Menuju Ruang Pub-

lik 

 

“Publik” dan “privat” dalam ranah ar-

sitektur sebenarnya tidak merujuk pada aktivi-

tas tertentu, namun lebih kepada rasa, suasana,

dan pencerapan indera yang mempengaruhi

kesan kepemilikan terhadap sebuah locus

(Hutama, 2010; 323) . Semakin eksklusif ke-

san kepemilikan yang terjadi pada sebuah lo-

cus maka semakin privat locus tersebut, dan

 begitu pula sebaliknya. Jadi ruang publik da-

lam arsitektur lebih menggambarkan batas ru-

ang yang nyata di mana ruang tersebut mampu

membangun suasana kepememilikian publik.

  Ada fenomen menarik ketika suatu

kawasan publik menjadi kota: berbagai ke-

 pentingan tumpah ke ruang publik, khususnya jalanan. Hertzberger (2000) menamakan ka-

wasan pembatas antara privat dan zona pub-

lik itu sebagai ruang ketiga (the third space),

ruang antara (in between space). Suatu ranah

yang mewarnai wajah kota. Dan, di ranah itu-

lah orang menempatkan tanda-tanda kehad-

irannya di tepi “ruang publik” dan sekaligus

 juga berada di tepi ruang privat. Tanda-tanda

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 62/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

189

itu dalam konteks seni rupa bisa berupa pa-

tung publik, grati, mural, bahkan berupa seni

(rupa) pertunjukan ( performance art ), seni

 peristiwa (happening art ), seni lingkungan(environment art ), dan seni instalasi.

Tahun 1970an, sejarah perkembangan

seni rupa Indonesia memasuki wacana seni

rupa kontemporer yang mendorong wajah

seni rupa Indonesia perlahan-lahan bergeser

 paradigma estetisnya, dari seni rupa dengan

semangat modernisme yang elitis dan esoteris

dengan prinsip-prinsip harmoni yang kom-

 pleks maupun esensialis, bergeser ke semangat

kontemporer yang berisi dunia banal keseha-

rian dan prinsip-prinsip hamoni yang dishar-

moni ( paradoxical juxtaposition). Seni tidak

hanya suntuk dengan olah konsep dan makna,

tetapi juga olah sensasi, ironi, dan parody. Da-

lam paradigma itu seni instalasi, happening

art, performance art, atau segala bentuk new

media art dapat berkembang (Burhan, 2003;

35). Situasi ini juga terjadi dalam perkemban-

gan seni rupa publik Yogyakarta.

Pergeseran paradikma estetis pada seni

rupa kontemporer mengembalikan ‘seni’ pada

konteks hidup sehari-hari, menjadikan seni

sebagai fenomena biasa saja. Pemilahan awal

antara ‘seni tinggi’ dan ‘seni pop’ tak lagi di-

anggap berarti. Karya hadir tidak hanya untuk“ditonton”, melainkan untuk didialogkan dan

lebih lagi : dialami. Dalam seni kontemporer

“karya” lebih merupakan “peristiwa”. Dalam

kerangka dialogis itu otomatis sang seniman

lebih berfungsi sebagai semacam “fasilitator”

yang memberi umpan atau perangsang bagi

 penciptaan makna bersama pemirsanya. Den-

gan begitu seniman itu sendiri posisinya bu-

kan lagi pusat. Pusatnya adalah “makna” yang

diharapkan terbentuk dari interaksi dialogis

antara si seniman itu, karyanya dan persepsi

 penonton. Lokus seni-rupa pun bergeser : darigaleri pribadi, ke museum, lantas ke medan-

medan institusi, masuk ke jaringan wacana

media, dan akhirnya kini melebur ke wilayah

sosio-kultural sehari-hari.

  Istilah seni (rupa) publik digunakan

untuk menyebut karya seni (rupa) yang dihad-

irkan di ruang publik. Pada umumnya karya

seni rupa ditempatkan di ruang-ruang privat

seperti rumah pribadi, studio, galeri, museum,

sehingga mengusung karya seni keluar dari ra-

nah ruang privat tersebut menjadi fenomena

yang patut dicermati. Mendekatkan karya seni

 pada masyarakat (publik penikmat karya seni)

menjadi alasan utama serta berbagai alasan

lain yang pada prinsipnya menyangkut ke-

 butuhan seniman memperoleh respon publik

serta kontribusi kehadiran karya seni tersebut

 bagi publik. Keterbatasan ruang-ruang privat

yang dapat mengakomodasi gagasan perupa

mendorong para perupa untuk terus mencari

ruang-ruang alternatif. Ruang alternatif (al-

ternative space), dibayangkan sebagai sebuah

ruang yang dapat memberikan semacam

‘kebebasan’ bagi seorang seniman untuk

mengeksekusi gagasannya. Dalam pandanganKurniawan (2003; 33-39) secara politik ru-

ang, ia berada di tengah-tengah antara studio

(ruang privat) dan ruang publik. Ruang pub-

lic yang berada di luar ruang seperti tembok

gedung, pagar, pedestrian, trotoar dan dinding

 penyangga jalan layang saat ini menjadi pili-

han yang menarik terutama bagi para perupa

yang mengkhususkan diri pada gambar, sten-

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 63/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

190

sil, grafti, mural, patung publik, dan seba-

gainya.

  Seni publik adalah seni yang digubah/

diproduksi oleh seniman (bersama komuni-tas pendukung, komunitas yang di/terbentuk

di sekitarnya), untuk dan dimiliki oleh suatu

komunitas atau masyarakat. Karena itu, tak

 jarang karya seni publik merepresentasikan

”kepentingan” (kegelisahan, pikiran-pikiran,

impian, harapan, dan sebagainya) publik pen-

dukungnya, dan memang demikianlah sehar-

usnya. Situasi yang sama juga terjadi hampir

di semua kota-kota di berbagai belahan dunia,

karya seni rupa menjadi elemen estetis kota

dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari

ruang publik kota (Miles, 1997). Menurut

Rath (2003; 4-15), ada kecenderungan para

 p+erupa mendaur ulang wilayah-wilayah

 praktik social dan budaya yang sampai kini

 belum tergali oleh wacana praktik dominan,

seperti misalnya pengalaman hidup urban, bu-

daya pop, budaya media, dan ruang gender.

  Perkembangan seni publik di Yogya-

karta dengan nafas kontemporer mulai meng-

isi ruang publik kota dirasakan sejak tahun

1980-an. Seperti halnya di kota-kota besar

lainnya di kalangan remaja muncul kelompok-

kelompok atau ‘geng’ meniru dari luar negeri

(Amerika). Untuk menunjukkan eksistensinyamereka menjadikan tembok-tembok kota se-

 bagai media menuliskan nama gengnya dalam

 bentuk gambar atau huruf tergores, di cat atau

ditandai dengan cara apapun pada property.

Menurut penelitian Barry (2008; 38), pada ta-

hun 1980-an di Yogyakarta setidaknya ada dua

geng yang ternama yang saling bersaing yaitu,

QZR atau Qizruh dan JXZ atau Joxzin (Joko

Sinting). QZR berbasis di Yogyakarta bagian

Utara, sedangkan JXZ berbasis di daerah sela-

tan sekitar Kauman.

Situasi menjelang reformasi tahun1998 menjadi momentum tumbuh suburnya

seni instalasi dan seni rupa pertunjukan (per-

formance art). Seni instalasi dalam konteks

visual merupakan perupaan yang menyajikan

visual tiga dimensional yang memperhitung-

kan elemen-elemen ruang, waktu, suara, ca-

haya, gerak dan interaksi audien (pengunjung

 pameran) sebagai konsepsi akhir dari olah

rupa. Seni rupa instalasi dan seni rupa pertun-

 jukan telah mendorong para perupa Yogya-

karta untuk mengangkat seni tradisi ke dalam

seni rupa kontemporer. Seni tradisi yang sela-

ma ini hanya dianggap sebagai seni rakyat dan

objek turisme, kini mendapat tempat khusus

di dalam seni rupa kontemporer. Seniman dan

masyarakat berkolaborasi mengekspresikan

diri dengan turun ke jalan dan menjadikan

ruang publik tersebut sebagai panggung dan

ruang pamer jalanan, di antaranya : (1) pada

Minggu 21 Juni 1998, Aksi seni rupa publik

dan seni rupa jalanan dilakukan di sepanjang

Boulevard UGM, Jl. Cik Di Tiro, Jl. Jendral

Sudirman, Tugu, Jl. Malioboro, dan Alun-alun

Yogyakarta. Di di beberapa titik jalan digu-

nakan untuk presentasi seni rupa pertunjukandan aksi seni rupa publik. Karya gambar,

 poster, baliho, spanduk, instalasi, seni rupa

 pertunjukan, karnaval, bendera, lukisan dind-

ing, atau apa saja yang diminati peserta disaji-

kan. Tujuannya adalah berkomunikasi dengan

 publik serta membangun kesadaran perubahan

moralitas dengan cara terus-menerus meng-

gulirkan gerakan budaya. Motor penggerak:

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 64/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

191

Hendro Suseno, Anusapati, Samuel Indratma,

Agung”Leak”Kurniawan, Nindityo Purnomo

(Bernas, Rabu Pon, 17 Juni 1998). (2) mu-

lai 24 Juni s/d 7 Juli 1998, Yuswantoro Adimenggelar karya instalasi “Siapa Saja Boleh

Menjadi Presiden” di Halaman Kantor Harian

Bernas, Jl. Jenderal Sudirman 52 Yogyakarta

dengan menampilkan 2 buah karya masing-

masing bergambar uang Rp. 50.000,- dan

 perangko bergambar Soeharto. Dalam gambar

yang dibuat di atas tripleks itu bagian kepalan-

ya dilubangi seukuran kepala manusia, di situ

setiap orang boleh dan dapat mencoba me-

masukkan kepalanya (Bernas, Rabu Kliwon,

24 Juni 1998). (3) Perupa Jalanan Malioboro

(Per-JAM) bersama komunitas Seni Jalanan

Malioboro menggelar pameran seni instalasi

di sepanjang jalan Malioboro tanggal 28-31

Desember 1999 dengan tema “ Dengan Seni

Menuju Masyarakat Tanpa Kekerasan” (Kom-

 pas, Selasa, 28 Desember 1999 hal 9).

Seni Rupa publik menjadi media yang

efektif untuk memperjuangkan beragam ke-

 pentingan dan menjadi media yang paling

mungkin meredam ekspresi kekerasan yang

 biasa terjadi pada aksi-aksi demostrasi yang

dilakukan di ruang publik. Beberapa aksi

tersebut diantaranya: (1) “Public Art” yang

dilakukan para seniman yang bertujuan meng-kritisi pembangunan mal di Yogyakarta pada

hari Senin-Rabu, 11-13 oktober 2004. Publik

art dengan jargon “Di Sini akan Dibangun

Mal” dimaksudkan untuk mengkritisi kontro-

versi pembangunan mal yang cenderung tidak

mempertimbangkan kebutuhan dan karakter-

istik budaya masyarakat. Aksi itu diselengga-

rakan berbagai kelompok masyarakat, seperti

Komunitas Peduli Ruang Publik Kota (Keru-

 puk), Jogja Heritage Society (HJS), Yayasan

Seni Cemeti, Kedai Kebun Forum, Bentara

Budaya Yogyakarta, dan Komunitas Senthir.Teks yang dirancang dalam aksi ini dimak-

sudkan untuk menyadarkan kelompok-kel-

ompok masyarakat, pengusaha dan pemerin-

tah agar kembali merenungkan pembangunan

mal secara kritis (Kompas edisi Jogja, Senin

11 Oktober 2004, hal 5). (2) kelompok Ma-

gersaren Art Project (MAP)— yang dimotori

Samuel Indratma, Ong Hari Wahyu, dan Butet

Kartaredjasa, memajang karya seni terpilih di

 Nol Kilometer di dekat Jalan Malioboro setiap

enam bulan sekali. Awal Januari 2011 dipajang

 patung setinggi sekitar 3 meter karya seniman

Budi Ubrux. Berbahan pelat, patung itu me-

nyerupai bentuk nasi dengan bungkus daun

 pisang yang dilambari kertas koran. Pada ker-

tas koran itu, ada gambar Sultan Hamengku

Buwono X dan cuplikan pernyataannya terh-

adap tudingan sistem monarki terkait dengan

wacana keistimewaan Yogyakarta. Ada juga

gambar Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto

serta berita erupsi Gunung Merapi. Inspirasi

karya ini lahir dari peristiwa erupsi Merapi,

 November 2010.

Gambar 1.

Seni Publik Nasi Bungkus di Nol Kilometer, Yogya-karta. (Dokumen peneliti)

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 65/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

192

  Hadirnya karya-karya seni publik di

tengah sesaknya media komunikasi komer-

sial dan pembangunan yang terus menggu-

sur ruang-ruang publik beserta karakteris-tiknya, memberi suasana yang lebih segar dan

menghibur. seni publik sekaligus dapat meles-

tarikan nilai kearifan local, membongkar ba-

tas elitis dan eksklusif karya seni rupa dengan

 publik menjadi elemen yang mampu mema-

nusiakan wajah kota, menjadikan ruang-ruang

kota menjadi hidup, dinikmati bersama, dan

milik semua warga.

2. Siasat Meraih Posisi Penting dalam Peta

Seni Rupa dan Publik 

  Tembok-tembok jalanan kota Yogya-

karta tidak pernah sepi menjadi tempat menyu-

arakan aspirasi publik yang tidak tertampung.

Media yang digunakan semakin bervariasi,

tidak hanya grafti tetapi ada juga sticker,

gambar temple (stensilan), dan mural. Ruang

 publik dan jalanan di Yogyakarta semakin

dipenuhi dengan karya mereka. Beberapa kel-

ompok perupa dan ‘geng’ yang aktivitasnya

memanfaatkan ruang-ruang public, khususnya

tembok-tembok jalanan kota Yogyakarta tum-

 buh menguat dan menemukan momentumnya

mengiringi gerakan Revormasi, MasyarakatYogyakarta umumnya menilai keberadaan

coretan-coretan dan gambar di tempat-tempat

umum memunculkan suasana yang kurang

nyaman. Kehadirannya dianggap mengotori

lingkungan dan tindakan vandalism (perusa-

kan), selain itu kebanyakan kurang menun-

 jukkan nilai artistik serta sulit dipahami bagi

yang melihat. Pandangan masyarakat terh-

adap keberadaan coretan-coretan dan gambar

tersebut ternyata menimbulkan perdebatan,

ada yang menganggap wajar sebagai ekspresi

anak muda yang ingin menunjukkan identitasdiri dan kelompoknya, namun pada umum-

nya masyarakat Yogyakarta merasa terganggu

dengan jejak aktivitas mereka. Komentar-ko-

mentar masyarakat yang merasa lingkungan-

nya menjadi kotor oleh coretan-coretan yang

teksnya tidak mereka pahami, ada pula yang

geram karena dinding luar pagar bangunan

mereka yang selesai di cat, sudah ternodai

oleh grafti, tagging, ataupun poster-poster.

Pemerintah kota Yogyakarta juga merasakan

hal yang sama, banyak fasilitas publik yang

dipenuhi dengan coretan dan tempelan serta

memberi kesan suatu tindakan yang tidak ber-

tanggung jawab. Salah satu kelompok yang

 popular membuat grafti dan tagging adalah

YORK. YORC merupakan gabungan dari

sekitar 42 perkumpulan kecil para pembuat

grafti yang punya hubungan teman dan ser -

ing bekerja sama dalam pembuatan grafti.

Kebanyakan dari mereka adalah alumni/jebo-

lan SMSR, SMKI dan SMK 5 Yogyakarta. Ko-

munitas ini tidak memiliki struktur organisasi

yang baku, melainkan karena kebersamaan

dalam aktivitas (Barry, 2008: 47-49). Dil uar

kelompok ini masih banyak kelompok lainyang melalkukan aktivitas yang sama, tetapi

sulit terdeteksi.

Masyarakat kota Yogyakarta merin-

dukan kembali ruang publik yang bersih dan

estetis, sehingga lahirnya gagasan estetisasi

ruang publik melalui mural, poster, dan gam-

 bar tempel, dan gras di ruang publik kota.

Kelompok-kelompok perupa yang memiliki

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 66/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

193

interes ruang publik kota tersebut diantaran-

ya: Kelompok Apotik Komik yang dibentuk

oleh mahasiswa ISI tahun 1997 dengan ang-

gota Samuel Indratma, Popok Tri Wahyudi,Bambang ‘Toko’ Wicaksono dan Ari Diyanto

. Kelompok ini menggunakan bahasa komik

sebagai idiom dalam berkarya seni rupa. Mer-

eka cenderung memunculkan komik alternatif.

Kolompok Apotik Komik banyak membuat

mural di dinding jembatan layang dan tem-

 bok-tembok bangunan di Yogyakarta (Mari-

anto, 2000; 234). Apotik Komik juga dikenal

sebagai pelopor “muralisasi” di ruang publik

kota Yogyakarta. Lahirnya gagasan estetisasi

ruang publik dengan mural ini adalah sebagai

reaksi atas maraknya grati dan coretan liar

yang mengganggu kebersihan dan estetika

kota. Estetisasi ruang publik ini pada waktu

 berikutnya di gerakkan oleh JMF (Jogja Mural

Forum).

  Pada tahun 1998 berdiri kelompok

Lembaga Budaya Kerakyatan ‘Taring Padi’

yang pada tahun 2003 diketuai oleh Yustoni

Voluntero. Kelompok Taring padi memfokus-

kan diri pada karya gras dengan teknik cukil

kayu yang dicetak di atas kertas maupun kain.

Karya-karya gras Taring Padi umumnya

 bertemakan kritik social dengan subjek uta-

manya petani dan buruh. Karya gras TaringPadi yang berukuran besar dicetak di atas kain

dan biasanya difungsikan sebagai baliho atau

 barnner untuk diarak dalam kegiatan arak-

arakan budaya atau unjuk rasa. Karya-karya

 poster mereka sering ditempel di tembok-

tembok maupun pagar-pagar kota Yogyakarta

(Harsono, 2003; 54-91).

Kelompok ‘Daging Tumbuh’ didirikan

oleh Eko Nugroho pada tahun 2000. Karya

Daging Tumbuh dimulai dengan komik under-

ground kemudian berkembang ke mural, em-

 broidery, gambar, patung, instalasi dan wayangkulit. Daging Tumbuh pada awalnya hanyalah

sebuah buku komik yang dimaksudkan seba-

gai galeri untuk memajang karya-karya komik

mahasiswa ISI yang belum tertampung di gal-

eri formal (Rusydi, Ibnu. ‘Seni Daging Tum-

 buh’, Majalah Tempo Interaktif (07 Agustus

2009) online http://www.tempointeraktif.com/

hg/seni/2009/08/07/brk,20090807-191287,id.

html. diunduh tanggal 16 Juli 2012

  Apotik Komik, LBK Taring padi, dan

Daging Tumbuh memiliki kesamaan dalam

 beberapa hal misalnya, mereka sama-sama

menggunakan materi dasar berupa gambar

komik, ilustrasi, dan poster yang diusung ke

ruang publik dan memiliki bobot komunikasi

visual dibanding sebagai ekspresi murni. Ru-

ang publik menjadi sarana yang efektif bagi

kelompok-kelompok yang selama ini berada

di luar arus utama menjadi perbincangan in-

ternasional dan menempatkan mereka dalam

catatan sejarah seni rupa kontemporer Indone-

sia serta diterima galeri-galeri komersial.

  Kelompok Sepi (Seniman Pinggi-

ran) yang menempuh karir berkesenian tan-

 pa melalui ‘jalur’ formal, seperti ISI, tetapimempunyai keteguhan bahwa kesenian bu-

kan hanya milik sekelompok orang. Seni rupa

adalah sebuah wilayah yang paling demokra-

tis untuk dimasuki. Arena yang memperbole-

hkan setiap orang untuk berlaga tanpa harus

 berakhir dengan kalah atau menang (Ade

Tanesia. “ Another Art is Posible’ , http://ad-

etanesia.wordpress.com/2008/08/15/another-

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 67/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

194

tas akibat dominasi iklan, sehingga mural

digunakan sebagai strategi untuk merebut

ruang publik. Bisa dikatakan hampir selu-

ruh ruang publik yang ada di Yogyakartahabis dikapling untuk kepentingan promo-

si industri dan partai politik. Wajah kota

dipenuhi papan reklame, seakan-akan se-

luruh ruang kosong di kota menjadi hak

 para pengiklan. Penataan kota semakin

menyedihkan, banyaknya papan reklame

di setiap bagian kota berprilaku “men-

eror” kesadaran warga kota. Memang

ada semacam perlawanan dari sebagian

warga masyarakat terhadap penataan kota

semacam itu. Sebagian seniman misalnya,

ada yang menjuluki kotanya sebagai “Yo-

gya Berhati Iklan” yang diplesetkan dari

“Yogya Berhati Nyaman”.

Mengendalikan vandalism pada ruang pub-3.

lik dan areal privat akibat coretan-coretan

liar dan grafti yang maknanya tidak jelas.

Tindakan vandalism ini menimbulkan

masalah yang lebih luas di masyarakat,

masyarakat menjadi terganggu dan ruang

 publik menjadi kotor dan tidak estetis.

 Gambar 2.

Proyek Mural “Midnight Live Mural Project”,

tahun 2006. (Dokumen peneliti)

art-is-possible/ diunduh tanggal 6 Juli 2012).

Menurut Ouda Tena salah satu aktivis Kelom-

 pok Sepi, ‘Konsepsi Seni Pinggiran ini berasal

dari situasi berkesenian yang dilalui oleh paraanggota kelompok yang cenderung memilih

 berkarya di kampung-kampung, juga karena

mereka tidak berlatar belakang pendidikan

seni (rupa)’ (http://oa.ivaa-online.org/ oa/ ?rid

= &code=0&id=343 diunduh tanggal 6 Juli

2012).

  Lahirnya muralisasi atau karya seni

rupa lainnya di ruang publik kota sebenarnya

tidak murni akibat vandalism grafti oleh para

“Bomber”, tetapi proyek-proyek tersebut juga

dilatar belakangi oleh beberapa faktor :

Mendekatkan seni visual pada publik dan1.

menjadikan ruang publik kota sebagai gal-

eri alternative. Strategi ini dimaksudkan

untuk mencuri perhatian guna mendulang

 popularitas dan memperebutkan kesem-

 patan masuk dalam jaringan seni nasional

maupun internasional karena galeri kon-

vensional dan agen-agen seni cenderung

kurang memperhatikan mereka. Kesem-

 patan ini dimanfaatkan secara tepat oleh

 perupa kontemporer, khususnya kelompok

Apotik Komik dengan mengusung gaya

visual mereka ke dinding-dinding ruang

 publik kota dalam bentuk mural. Karak-ter pribadi mereka sangat kental, sehingga

masyarakat dapat mengapresiasi karya

mereka di ruang publik yang telah dijadi-

kan galeri alternatif.

Merebut ruang publik dari dominasi kepent-2.

ingan komersial dan politik. Ruang publik

yang biasa digunakan oleh masyarakat un-

tuk berkreasi dan berekspresi sangat terba-

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 68/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

195

  Dalam dua dasawarsa terakhir, kota

Yogyakarta mulai menyadari benar penting-

nya ruang bagi masyarakat kota yang bersi-

fat partisipatif dan mencerminkan ekspresimasyarakatnya, sehingga kebijakan publik

 pemerintah kota memberikan ruang bagi

masyarakat untuk berpartisipasi mengisi ru-

ang publik dengan berbagai karya seni dan

 pertunjukan seni, khususnya yang berkaitan

dengan even seni. Karya seni rupa kontempo-

rer, seperti seni instalasi, patung, mural, graf-

ti, dan yang lainnya silih berganti mengisi

ruang publik kota, sejalan dengan even kes-

enian yang berlangsung. Kampung-kampung

di kota Yogyakarta tampil lebih ekspresif

dengan menghadirkan mural yang dikerjakan

oleh warganya. Thomas Eric Bantley, pakar

arsitektur kota asal Amerika Serikat menya-

takan, “aspek imajinasi sangat penting dalam

 pertumbuhan pembangunan perkotaan, secara

kejiwaan hal tersebut bisa memacu semangat

dan kreativitas warganya.

C.Penutup

  Hadirnya kelopok-kelompok seniman

ataupun perupa yang memanfaatkan ruang

 publik sebagai ruang ekspresi ini tidak lepas

dari kondisi ruang publik kota yang telah ke-hilangan sifat kepublikannya. Ruang publik

kota juga sarat dengan warna dan suasana

 politik dan ekonomi. Kehadiran karya seni

rupa di ruang publik pada periode pra-refor-

masi, seperti monumen, diorama, poster men-

 jadi sangat prakmatik dan bermuatan politik,

sehingga ruang publik kota kehilangan sifat

 puitiknya. Karena kecenderungan sifat steri-

otip dan hegemonik dalam pemanfaatannya,

ruang publik dan karya seni rupa publik men-

 jadi kehilangan kewajaran dan daya guguhnya.

Ruang publik tidak lagi menjadi ruang yangdemokratis. Situasi ini menjadi momentum

 penting bagi perupa-perupa muda untuk mere-

 but ruang publik sebagai ruang ekspresi yang

demokratis dan dinamis. Ruang yang mampu

menjadi medan magnit bagi publik seni dan

masyarakat luas untuk melihat dan memperhi-

tungkan eksistensi mereka

Ketatnya persaingan memasuki gal-

eri seni sebagai media presentasi karya serta

membangun jaringan dalam art world  tergan-

tikan oleh ruang-ruang publik sebagai galeri

alternatif yang tak pernah tutup dan dapat di-

akses oleh siapapun dan kapanpun. Para perupa

dengan karakteristik karyanya masing-masing

menjadi sangat dikenal masyarakat, ditun-

 jang publikasi media massa yang merespon

 positif aktivitas mural dengan peliputan yang

tak berkesudahan. Para perupa memperoleh

 publikasi secara intensif yang tentu sangat

 bermanfaat untuk meningkatkan popularitas

mereka. Mereka memanfaatkan momentum

ini untuk memperluas jaringan internasional

dan memperkokoh posisinya dalam peta seni

rupa kontemporer.

Daftar Pustaka

Buku:

  Barry, Syamsul. 2008.  Jalan Seni

 Jalanan Yogyakarta. Yogyakarta: Stadium.

  Burhan, M. Agus. 2003. ”Cemeti se-

bagai Tanda Perubahan Zaman” dalam 15

Years Cemeti Art Hause Exploring Vacuum.

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 69/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

196

Yogyakarta: Cemeti Art House.

  Harsono, FX. 2003. ‘Kerakyatan da-

lam Seni Lukis Indonesia: Sejak Persagi

hingga Kini’ dalam Adi Wicaksono dkk., ed,Politik dan Gender:  Aspek-aspek Seni Visual

 Indonesia. Yogyakarta: Yayasan Seni Cemeti.

Hertzberger, Herman. 2000. Space and

the Architect : Lessons in Architecture 2. Neth-

erlands: 010 Publishers.

  Hutama, David. 2010. ”Ruang Publik

dalam Arsitektur” dalam F. Budi Hardiman,

 Ruang Publik : Melacak”Partisipasi Demokra-

tis” dari Polis sampai Cyberspace. Yogyakar-

ta: Kanisius.

Kartodirjo, Sartono. 1982.  Pemikiran

dan Perkembangan Historiogra Indonesia 

Jakarta: PT. Gramedia.

Kuntowijoyo, 2003. Metodologi Seja-

rah. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya beker-

 jasama dengan Jurusan Sejarah FIB UGM.

Marianto, Dwi. 2000. ‘Gelagat Yogya-

karta Menjelang Milenium Ketiga’ dalam Jim

Supangkat, ed, OUTLET : Yogya dalam Peta

Seni Rupa Kontemporer Indonesia. Yogya-

karta: Yayasan Seni Cemeti.

Miles, Malcolm. 1997. Art, Space and

The City: Public Art and Urban Futures. Lon-

don: Routledge.

  Stromberg, Roland N.2003. “Euro- pean Intellectual History Since 1789” dalam

Kuntowijoyo , Metodologi Sejarah Yogyakar-

ta: Tiara Wacana Yogya bekerjasama dengan

Jurusan Sejarah FIB UGM.

Jurnal :

  Kurniawan, Agung. 2003. ‘Pemberon-

takan dari Ruang Tamu’, Jurnal Karbon edisi

5 No.5, hal. 33-39.Rath, Amanda Katherine. 2003. ‘Peri-

hal Seni Alternatif dan Ruang Seni Alternatif,

Jurnal Karbon, edisi 5, No. 5. Hal. 4-15.

Majalah dan Koran :

  Bernas, Rabu Pon, 17 Juni 1998, “Aksi

Seni Rupa Publik, Aksi Seni Rupa Jalanan”

  Bernas, Rabu Kliwon, 24 Juni 1998,

“Siapa Saja Boleh Jadi Presiden”.

  Kompas edisi Jogja, Senin 11 Oktober

2004, hal 5, “Dengan Seni Menuju Masyarakat

Tanpa Kekerasan”.

Internet :

  Ivaa-online. http://oa.ivaa-online.org/

oa/ ?rid = &code=0&id=343 diakses tanggal

6 Juli 2012).

  Rusydi, Ibnu. ‘Seni Daging Tumbuh’,

Majalah Tempo Interaktif (07 Agustus 2009)

online.http://www.tempointeraktif.com/hg/ 

 seni/2009/08/07/brk,20090807191287,id.

html . diunduh tanggal 16 Juli 2012.

  Tanesia, Ade. “Another Art is Posible’,

http://adetanesia.wordpress.com/2008/08/15/

another-art-is-possible/ diakses tanggal 6 Juli2012).

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 70/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

197

PENGEMBANGAN DESAIN PRODUK UNGGULAN IKM DI KABU-

PATEMALANG JAWA TIMUR YANG BERDAYA SAING TINGGI

Christin Mardiana,Ratna Puspitasari

Abstrak 

  Saat ini IKM di Jawa Timur masih berorientasi pada kegiatan produksi serta rendah ino-

vasi dalam pengembangan produk dan pemasaran, sehingga diperlukan peningkatan wawasan

dalam memanfaatkan sumber daya lokal yang meliputi: teknologi, SDM, bahan baku, dan po-

tensi alam.

  Permasalahan disini adalah masih kurang kompetitifnya produk IKM di Jawa Timur

(Kabupaten Malang) dari segi desain dan marketingnya, permasalahan lain adalah kesenjan-

gan kompetensi antara perguruan tinggi dan dunia industri IKM dalam pengembangan kualitas

 produk, akses pasar dan proses manufaktur untuk dapat bersaing dipasar global. Pengemban-

gan desain produk ini diharapkan mempermudah membangun jembatan kerjasama antara per-

guruan tinggi dan sentra IKM Kabupaten Malang, Jawa Timur.

  Hal tersebut diatas bertujuan agar Kabupaten dapat mengembangkan daya saing

 produknya dan tidak lagi bergantung pada daerah lain yang lebih maju. Selain itu, adanya

 pengembangan desain produk unggulan dapat meningkatkan kompetensi SDM IKM sekaligus

dapat meningkatkan kualitas desain produk dan teknologi rancang bangun, pada sektor industri

kreatif.

  Hasil dari kegiatan ini adalah pengembangan desain produk IKM diantaranya: pengem-

 bangan ide dan konsep produk, dokumentasi desain (gambar-gambar, 3D rendering, gambar

 produksi, spesikasi desain), purwarupa pengembangan desain, dan Artikel ilmiah untuk pen-

gajuan ke jurnal nasional serta dan rekomendasi Program Pengembangan Produk Unggulan di

Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Kata Kunci : IKM, Pengembangan Desain, Produk Unggulan, Jawa Timur 

 Abstract 

  Currently SMEs in East Java is still oriented on production activities and low for inno-

vation in product development and marketing, so it is necessary to increase insight in utilizing

local resources which include: technology, human resources, raw materials, and natural poten-

tial.

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 71/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

198

  The problem here is lack of competitive SME’s products in East Java (Malang) - in

terms of design and marketing - another issue is the competence gap between universities and

industry ( SMEs ) in the development of product quality , market access and process manu-

 facturing to be competitive in the global market . Development of this product is expected to facilitate the design of building bridges of cooperation between universities and SMEs centers

 Malang , East Java .

 It is intended, that the district of Malang should develop the competitiveness of their products

and are no longer depend on other more advanced areas. In addition, the development of fea-

tured or superior product design increase the competency of human resources as well as im-

 proving the quality of product design and engineering technologies in creative industries.

  The results of this research is the development of the SME product design including : the

development of ideas and product concepts , design documentation ( drawings , 3D renderings

 , production drawings , design specications ), product prototyping from design development,

and articles submission for national journals and recommendations for Featured Product De-

velopment Programs in Malang , East Java.

 Keywords : SME (small medium enterprise), Design Development , Featured Products , East

 Java

PENDAHULUAN

  Jawa Timur memiliki 38 Kabupaten

/ Kota yang mana memiliki keanekaragaman

seni dan budaya serta potensi alam yang ada

di setiap wilayah. Keanekaragaman seni, bu-

daya serta potensi alam di setiap daerah da-

 pat dijadikan sebagai produk unggulan untuk

daerah tersebut.

  IKM Jawa Timur pada kondisi seka-

rang masih berorientasi pada kegiatan produk-

si, dan kurang berinovasi dalam mengem-

 bangkan produk dan pemasarannya, masih

 perlu ditingkatkan wawasan dan kompetensi

kapasitas SDM, kemampuan dalam meman-

faatkan sumber daya lokal. Desain produk in-

dustri, inovasi teknologi, dalam mengelola ba-

han baku, potensi alam agar Kabupaten / Kota

dapat meningkatkan daya saing produknya.

  Tidak semua Kabupaten di Jawa Timur

telah memiliki produk unggulan. Perlunya

 produk unggulan ini sendiri sebagai upaya un-

tuk meningkatkan pencitraan daerah tersebut

serta daya saing komoditas.

TINJAUAN PUSTAKA

Kabupaten Malang

  Kabupaten Malang memiliki pola

 pertumbuhan industri yang unik, dimana se-

 bagian besar industrinya didukung oleh sek-

tor industri kecil dan mikro. Hanya terdapat

 beberapa industri manufaktur besar yang ter-

dapat di Kabupaten Malang sebagian disusun

atas industri manufaktur padat karya.

Industri Manufaktur

Industri Rokok •

Industri Tekstil & Garmen•

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 72/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

199

Industri Kecil dan Mikro 

Industri Tempe dan Keripik Tempe•

Industri Makanan & Minuman•

Industri Kerajinan Kaos Arema•Industri Kerajinan Sarung Bantal Deko-•

rasi

Industri Kerajinan Rotan•

Industri Kerajinan Mebel•

Industri Kerajinan Topeng Malangan•

Industri Kerajinan Lampion•

Industri Kerajinan Patung & Taman•

Industri Kerajinan Keramik & Gerabah•

Industri Advertising dan Percetakan•

Kompleks Industri Manufaktur & Sentra

Industri Mikro

Kompleks Industri Karya Timur •

Kompleks Industri Karanglo•

Kompleks Industri Pandanwangi•

Sentra Industri Keripik Tempe Sanan•

Sentra Industri Mebel Blimbing•

Sentra Industri Rotan Arjosari•

Sentra Industri Keramik Dinoyo•

Sentra industri sarang burung•

Referensi

  Ada beberapa Produk Unggulan dari

Kabupaten / Kota yang ada di Jawa Timur dap-

at dijadikan Referensi dan Contoh dari Produkyang telah berdaya saing dan bisa dikembang-

kan.

Aneka makanan camilan

  Berbagai macam makanan camilan

diproduksi oleh IKM yang berada di kabu-

 paten Malang, antara lain sagon,keripik sing-

kong, keripik tempe, kacang kulit, marning

 jagung, dan rengginang. IKM makanan cami-

lan ini tersebar di beberapa daerah di Kabu-

 paten Malang; Sagon di desa Sedayu-Turen,

keripik singkong dan kacang kulit di desaTalok-Turen, marning jagung di Wajak, dan

rengginang di desa Sumber Pucung.

Keripik dan Sari buah

Malang terkenal dengan kota pengha-

sil buah. Keripik buah dan sari buah adalah

salah satu hasil olahan buah yang dapat men-

ingkatkan daya tahan buah untuk bisa lebih

lama dijual. Produksi keripik buah di kabupat-

en Malang terdapat di desa Swaru-Pagelaran

dan daerah Singosari.

Gambar 1.

Keripik Singkong dan Rengginang

Malang

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 73/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

200

Produk kulit

Produk kulit di Kabupaten Malang

 banyak dihasilkan di daerah Bululawang dan

Singosari. Produk-produk yang dihasilkan

antara lain tas, dompet, jaket kulit dan sepatu.

Produk kulit dari Malang ini terkenal pada

kualitas jahitan dan kerapiannya.

Gambar 2.

Keripik Buah dan Sari Buah Malang

Gambar 3.

Produk Kulit Malang

Sumber Ide-Ide Kreatif 

  Budaya: (culture) pengembangan de-

sain da produksi batik, anyam-anyaman, ukir-ukiran.

  Gaya hidup: (life style) produk IKM

melingkupi kelengkapan hidup saat ini, seba-

gai contohi: fashion, gadget, home accesso-

ries, dan sebagainya.

  Pasar : Dibagi menjadi dua macam,

 pasar maya (on-line) dan pasar off-line. Men-

ciptakan virtual market place (VMP), pasarmaya yang tidak terbatas waktu operasional-

nya, tidak dibatasi dengan batas wilayah seh-

ingga IKM dapat membuka pasar baru selain

 pasar regional yang selama ini digeluti; dengan

metode pemasaran market to product, yaitu

membuat purwarupa secara digital (digital

 prototyping) untuk ditawarkan ke konsumen

melalui pasar maya yang dijelaskan sebelum-

nya.

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 74/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

201

  Proses : (technology processing) me-

nemukan sistem produksi baru dan atau lebih

esien dalam penggunaan bahan/material,

waktu produksi, nishing, teknologi laminasi,dan seterusnya.

  Material : Rekayasa dengan memung-

kinkan lebih dari satu macam bahan dalam

satu produk (mix-material). Menciptakan sin-

ergi antar IKM yang berbeda produk dan ma-

terial. Sebagai contoh produk tungku aroma

terapi: berbahan kayu & metal atau kayu &

 batu, modul kayu bisa dikerjakan di Malang,

modul metal bisa dikerjakan di Pasuruan,

modul batu bisa dikerjakan di Mojokerto. Atau

 bisa dimungkinkan dikerjakan oleh beberapa

IKM (IKM metal, batu dan kayu) dalam satu

kabupaten/kota yang nantinya bisa menjadi

satu sentra baru yang berdaya saing dan kom-

 petitif.

Desain Gras

  Istilah desain muncul sebagai hasil

revolusi industri dengan pola indutri massal

yang dimiliki serta pemikiran modernisme

dengan asas spesialisasinya. Secara singkat is-

tilah desain dapat diartikan sebuah hasil karya

manusia yang harus dapat berfungsi untuk

memecahkan suatu masalah serta memudaah-kan kerja masyarakat konsumen yang tertentu.

Pada awalnya desain disebut sebagai seni-

terapan (applied arts). Namun setelah perkem-

 bangan industri modern terjadi perkembangan

 proses spesialisasi yang memisahkan seni tera-

 pan menjadi sebuah bidang profesi tersendiri

yang dinamakan “desain”.

  Kata ”desain gras” diartikan sebagai:

“generic term for the activity of combining ty-

 pography, illustration, photography and print-

ingfor purposes of persuasion, information,

or instruction” (Livington, 1994:90). Desaingras adalah proses merancang gambar atau

 bentuk-bentuk visual dwimatra (dua dimensi)

untuk kepentingan proses komunikasi yang

fungsional dan efektif. Secara garis besar ada

empat elemen dasar dalam Desain Gras:

Ilustrasi, Fotogra/lm, Simbol, Tipogra

(headline, subheadline, bodycopy).

Prinsip-prinsip Dasar Desain Gras

a. Keseimbangan

  Keseimbangan adalah pembagian

 beban secara merata. Keseimbangan sangat

 penting, sehingga perasaan tidak nyaman

akan muncul saat melihat sesuatu yang tidak

seimbang. Begitu pula dengan keseimbangan

dalam layout. Bila layout tidak memiliki ke-

seimbangan, pembaca akan merasa ada yang

salah dengan halaman tersebut.

  Ada dua pendekatan dalam mencapai

keseimbangan. Yang pertama adalah keseim-

 bangan simetris. Keseimbangan simetris ter-

capai ketika berat dari komposisi terbagi rata

di sekitar sumbu vertikal maupun horizontal.Keseimbangan simetris dapat menyampaikan

kekuatan dan kestabilan, cocok untuk karya

yang tradisional dan konservatif. Keseimban-

gan simetris secara normal diasumsikan den-

gan bentuk yang identik ditinjau dari kedua

sisi dari sumbunya.

  Pendekatan satunya adalah asimetris,

yang bisa dilakukan dengan cara menata

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 75/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

202

obyek-obyek yang berlainan sehingga men-

capai berat yang sama pada masing-masing

sisi halaman. Untuk elemen penyeimbang da-

lam desain asimetris, bisa digunakan warna,value, ukuran, bentukan dan tekstur. Daerah

yang gelap terlihat lebih berat daripada daerah

yang terang, sehingga sebuah bentukan kecil

 berwarna hitam di sebelah kiri bisa menyeim-

 bangkan ruang kosong besar di sebelah kanan.

Keseimbangan asimetris menunjukkan perbe-

daan, variasi, gerakan, kejutan dan ketidakfor-

malan pada suatu karya. Asimetris cocok un-

tuk karya yang harus menginformasikan dan

menghibur, misalnya brosur perjalanan.

  Ada berbagai cara untuk menciptakan

keseimbangan, yaitu mengulang suatu ben-

tukan dengan jeda yang teratur baik secara

horizontal ataupun vertikal, memusatkan el-

emen-elemen pada satu halaman, meletakkan

 beberapa gambar kecil dalam satu area untuk

menemani satu blok teks atau satu gambar

ukuran besar, menggunakan satu atau dua ben-

tukan tidak umum dan biarkan yang lainnya

 berbentuk biasa saja, mencerahkan karya yang

 berisi banyak teks dengan visual yang cerah

dan berwarna-warni, berikan white space yang

 banyak di sekitar satu blok teks atau foto yang

sangat gelap, penataan sebidang besar daerah

terang di tengah karya dan secuil daerah ge-lap di bagian ujung, meletakkan beberapa cuil

teks yang dikelilingi banyak white space untuk

menemani foto atau ilustrasi yang besar dan

gelap, dan membagi halaman dengan jumlah

yang sama antara baris dan kolom (Siebert

dan Ballard 30-1).

b. Irama

  Irama adalah sebuah pola yang tercip-

ta melalui pengulangan elemen-elemen yang

 bervariasi. Irama dapat menciptakan rasa berg-

erak, dan dapat membentuk pola dan tekstur.Irama dapat diciptakan melalui repetisi (rep-

etition) dan variasi (variation). Repetisi ada-

lah pengulangan elemen-elemen yang sama

secara konsisten. Repetisi mempersatukan

suatu karya. Tapi tanpa variasi, repetisi bisa

 jadi membosankan. Variation adalah peruba-

han pada bentuk, ukuran atau posisi elemen.

Halaman-halaman dengan kolom teks yang

identik harus diberi jeda dengan mengguna-

kan headline atau gambar. Dengan menyeim-

 bangkan antara repetisi dengan variasi, karya

dapat terlihat sebagai satu-kesatuan namun

ada elemen-elemen yang tetap membuat pem-

 baca merasa tertarik.

  Dalam sebuah karya, irama dapat me-

nyatakan perasaan atau nuansa. Menempatkan

elemen-elemen pada jarak dan jeda yang tetap

dapat menimbulkan nuansa yang tenang dan

menenangkan, dan membuat teks lebih mu-

dah dibaca. Perubahan yang mendadak dalam

ukuran dan jarak antar elemen (irama cepat

dan hidup) membangun nuansa yang men-

gasyikkan. Iklan sering menggunakan irama

cepat untuk menarik dan menahan perhatian

audience.

c. Aksentuasi

  Aksentuasi adalah penekanan pada apa

yang diinginkan untuk dilihat pertama kali oleh

audience. Untuk menarik perhatian pembaca,

setiap layout membutuhkan focal point. Tanpa

adanya focal point, pembaca akan berlalu de-

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 76/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

203

ngan cepat. Namun bila terlalu banyak point of

interest, pembaca tidak akan tahu yang mana

yang harus dilihat terlebih dahulu, dan akan

menyerah. Dengan kata lain, memberi teka-nan pada semuanya berarti tidak menekankan

 pada apapun. Karena itulah maka elemen yang

 paling penting harus dipilih, berdasarkan pe-

san yang akan dikomunikasikan dan berdasar-

kan target audience. Setelah memilih elemen

yang akan ditekankan, ada banyak metode

yang bisa dilakukan untuk menarik perhatian

ke sana. Aturan umumnya adalah bahwa focal

 point diciptakan ketika suatu elemen berbeda

dengan yang lainnya. Pada suatu penataan di

mana semuanya vertikal, elemen yang hori-

zontal akan terlihat menonjol. Sebuah ilustrasi

kecil dan detil yang dikelilingi bidang besar

dan berwarna datar dapat membentuk focal

 point. (Siebert dan Ballard 35).

d. Kesatuan

  Kesatuan adalah ketika semua elemen

terlihat seperti saling berhubungan satu sama

lain. Salah satu cara untuk menyatukan teks

dan gambar adalah dengan mengelompokkan-

nya. Elemen-elemen yang berdekatan akan

terlihat menyatu. Cara lainnya adalah dengan

 pengulangan. Sebuah warna, bentukan atau

tekstur yang diulang pada desain akan terlihatmenyatu. Misalnya dengan mengambil warna

dari foto untuk digunakan sebagai background.

Variasi bisa digunakan untuk membuat kesat-

uan layout tidak membosankan. Untuk men-

ciptakan kesatuan, berbagai hal bisa dilakukan

misalnya dalam satu layout hanya mengguna-

kan satu atau dua jenis typeface lalu divariasi-

kan dalam ukuran dan ketebalan.

Kemasan

 

Menurut Dedi D dan Listia Natadjaja

(2005), Dahulu kemasan digunakan untuk me-lindungi barang. Kemasan sebagai tempat agar

 barang mudah dibawa kemana saja, kemudian

 berkembang menambah nilai fungsional dari

 proses mulai konsep penciptaan sampai ditan-

gan konsumen.

  Fungsi kemasan sebagai factor penga-

man melindungi produk terhadap berbagai

kmemungkinan yang dapat menimbulkan

kerusakan barang dari cuaca, sinar, tumpu-

kan, kuman, serangga dan lain-lainnya. Fak-

tor ekonomi perhitungan biaya produksi harus

efektif termasuk pemilihan bahan kemasan.

Sebagai factor distribusi kemasan mudah di-

distribusikan dari pabrik ke distributor atau

 pengecer sampai konsumen. Sebagai media

komunikasi yang menerangkan atau mencer-

minkan produk, citra merek dan juga sebagai

 bagian promosi dengan pertimbangan mudah

dilihat, dipahami dandiingat.Faktor ergonomic

 berbagai pertimbangan kemasan mudah diba-

wa, dipegamng, dibuka, diambil/dihabiskan

isinya. Faktor estetik merupakan daya tarik

visual yang mencakup pertimbangan warna,

 bentuk, logo atau merek, ilustrasi, tipogra

dan komposisi. Kemasan harus berbeda den-gan kemasan yang lain, memiliki identitas

 produk agar mudah dikenal dalam membeda-

kan dengan yang lain (unik).

  Daya tarik kemasan daya tarik visual

dengan unsure-unsur gras antara lain warna,

ilustrasi, tipogra, bentuk kemasan, logo/mer -

ek dan tata letak/komposisi. Daya tarik prak-

tis, efektitas dan efesiensi pada kemasaan

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 77/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

204

mudah dipajang, dibawa, dipegang, menjamin

dapt melindungi produk , mudah dibuka dan

ditutup kembali untuk disimpan dan dapat di-

gunakan kembali serta porsi kemasan sesuaiuntuk makanan/minuman.

  Dalam suatu desain, warna memegang

 peranan yang penting karena menjadi salah

satu elemen dan pembeda yang paling signi-

kan. Warna adalah kualitas dari mutu cahaya

yang dipantulkan ke mata manusia sehingga

dapat membangkitkan perasaan manusia

(“Komunikasi Peranan Cetak” 38).

Dalam penggunaannya, warna terbagi

atas tiga jenis yakni praktis, psikis teknis, dan

estetis. Praktis berfungsi sebagai tanda pem-

 beritahuan, seperti warna merah sebagai tem-

 pat peralatan pemadam kebakaran, putih seba-

gai garis lalu lintas dan sebagainya. Sebagai

 psikis teknis, warna dapat mempengaruhi ke-

muan kerja, mendorong pusat perhatian, dan

sebagainya. Dan sebagai estetis, warna ber-

 peran dalam bentuk dan tampilan lukisan, pa-

tung, arsitektur serta benda-benda guna lain-

nya.

Daya tarik kemasan1.

Menurut Wirya (1999 : 15) antara lain :

Kemasan yang menjamin dapat me-•

lindungi produk Kemasan yang mudah di buka atau di•

tutup kembali untukdisimpan

Kemasan dengan porsi yang sesuai•

Kemasan yang dapat di gunakan kem-•

 bali

Kemasan yang mudah di bawah, di pe-•

gang dan dijinjing.

Kemasan yang memudahkan pemaka-•

ian dalam menghabiskan dan mengis-

inya kembali.

2. Daya Tarik Visual

Daya tarik visual mengacu pada penampi-

lan kemasan atau lebel suatu produk mencak-

up warna, bentuk, merk/logo, ilustrasi, teks/

tipogra, tata letak (Wirya, 1999:28-30).

HASIL ANALISA

Demogra

Jumlah penduduk Kota Malang 800.000

(2012), dengan tingkat pertumbuhan 3,9% per

tahun.Sebagian besar adalah suku Jawa, serta

sejumlah suku-suku minoritas seperti Madura,

Arab, dan Tionghoa.

  Agama mayoritas adalah Islam, diiku-

ti dengan Protestan, Katolik, Hindu, Buddha,

dan Kong Hu Chu. Bangunan tempat ibadah

 banyak yang telah berdiri semenjak zaman ko-

lonial antara lain Masjid Jami (Masjid Agung),

Gereja Hati Kudus Yesus, Gereja Kathedral

Ijen (Santa Maria Bunda Karmel), Klenteng

di Kota Lama serta Candi Badut di Kecama-

tan Sukun dan Pura di puncak Buring. Malang

 juga menjadi pusat pendidikan keagamaan

dengan banyaknya Pesantren, yang terkenal

ialah Ponpes Al Hikam pimpinan KH. HasyimMuhsyadi, dan juga adanya pusat pendidikan

Kristen berupa Seminari Alkitab yang sudah

terkenal di seluruh Nusantara, salah satunya

adalah Seminari Alkitab Asia Tenggara.

Bahasa Jawa dengan dialek Jawa Timuran

adalah bahasa sehari-hari masyarakat Malang.

Kalangan minoritas Suku Madura menuturkan

Bahasa Madura. Malang dikenal memiliki di-

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 78/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

205

alek khas yang disebut Boso Walikan, yaitu

carapengucapan kata secara terbalik,misalnya,

Malang menjadiNgalam, bakso menjadi os-

kab, burung menjadi ngurub, dan seterusnya.Gaya bahasa masyarakat Malang terkenal

egaliter dan blak-blakan, yang menunjukkan

sikap masyarakatnya yang tegas, lugas dan

tidak mengenal basa-basi.

Geogra

Terletak pada ketinggian antara 429-667

meter diatas permukaan air laut. 112,06°-

112,07° Bujur Timur dan 7,06°-8,02° Lintang

Selatan, dengan dikelilingi gunung-gunung :

Utara (Gunung Arjuno), Selatan (Gunung

Kawi & Panderman), Timur (Gunung Se-

meru), Barat (Gunung Kelud).

Batas dari kota Malang:Utara:Kab. Pa-

suruan dan Kab. Mojokerto. Timur:Kabupaten

Probolinggo, Kabupa-ten Lumajang. Barat:

Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri. Sela-

tan Samudra Indonesia.

Kondisi iklim Kota Malang selama tahun

2006 tercatat rata-rata suhu udara berkisar

antara 22,2 °C-24,5 °C . Sedangkan suhu mak-

simum mencapai 32,3 °C dan suhu minimum

17,8 °C . Rata kelembaban udara berkisar 74%-

82%. dengan kelembaban maksimum 97% dan

minimum mencapai 37%. Seperti umumnyadaerah lain di Indonesia, Kota Malang mengi-

kuti perubahan putaran 2 iklim, musim hujan,

dan musim kemarau. Dari hasil pengamatan

Stasiun Klimatologi Karangploso curah hujan

yang relatif tinggi terjadi pada bulan Januari,

Februari, Maret, April, dan Desember. Sedan-

gkan pada bulan Juni, Agustus, dan Nopember

curah hujan relatif rendah.

IKM

Industri Kecil yang ada di Kabupaten Ma-

lang sebanyak 2553 unit usaha. Jumlah ini

tersebar di 20 kecamatan dengan keunggulan-nya masing-masing, antara lain .

Potensi

Kota Malang memiliki pola pertumbuhan

industri yang unik, dimana sebagian besar in-

dustrinya disokong oleh sektor industri kecil

dan mikro. Hanya terdapat beberapa industri

manufaktur besar yang terdapat di Kota Ma-

lang sebagian disusun atas industri manufak-

tur padat karya.

Industri Rokok •

Industri Tekstil & Garmen•

Industri Kecil dan Mikro

Industri Tempe dan Keripik Tempe•

Industri Makanan & Minuman•

Industri Kerajinan Kaos Arema•

Industri Kerajinan Sarung Bantal Deko-•

rasi

Industri Kerajinan Rotan•

Industri Kerajinan Mebel•

Industri Kerajinan Topeng Malangan•

Industri Kerajinan Lampion•

Industri Kerajinan Patung & Taman•

Industri Kerajinan Keramik & Gerabah•Industri Advertising dan Percetakan•

Kompleks Industri Manufaktur & Sentra

Industri Mikro

Kompleks Industri Karya Timur •

Kompleks Industri Karanglo•

Kompleks Industri Pandanwangi•

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 79/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

206

Sentra Industri Keripik Tempe Sanan•

Sentra Industri Mebel Blimbing•

Sentra Industri Rotan Arjosari•

Sentra Industri Keramik Dinoyo•

Sentra industri sarang burung•

No Kecamatan Nama Sentra Desa ? Unit

1 Bululawang Kulit Bululawang 18

2 Dampit Klompen Majang-tengah 223 Donomulyo Emping mlinjo Kedung-salam 51

4 Gedangan Anyaman bambu Gedangan 25

5 Gondanglegi Genteng Gondang-legi 236

6 Karangploso Tempe Ngijo 12

7 Lawang Kerajinan kayu Bedali 15

8 Ngajum Tape Banjarsari 72

9 Ngantang Cobek batu Tulungrejo 37

10 Pagelaran Gerabah Merah Pagelaran 76

11 Pakis Tempe Sumber-kradenan 195

12 Pakisaji Kasur Wadung 8613 Ponco-

kusumo

Tikar Mendong Jambesari 417

14 Singosari Tempe,Kompor Taman-harjo 194

15 Sumber-manjing

Wetan

Kapur Druju 16

16 Sumber pucung

Rengginang Sambigede 50

17 Tumpang Tahu Tulusbesar 1518 Turen Kue kering, camilan,

sangkar burung

Talok, sedayu,

gedogwetan

496

19 Wajak Tampar tikar mendong Kidangbang,

Blayu, sukolilo, patok picis

476

20 Wonosari Barang dari kayu Kebobang 44

IKM Kabupaten Malang

ANALISA KECUKUPAN DATA UJI KE-

CUKUPAN DATA

  Dari 405 lembar kuisoner yang dis-

ebarkan terdapat 57 kuesioner dianggap ru-

sak. Kerusakan yang dimaksud adalah kerena

 pengisian yang dilakukan tidak sampai 50%

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 80/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

207

atau tidak diisi lengkap oleh responden. Se-

lanjutnya peneliti menentukan jumlah sampel

minimal, dengan menggunakan persamaan

Berneoulli sebagai berikut:

Diketahui:

Z (α/2) = 1,96 (tabel distribusi Normal dengan

tingkat signikansi 95%)

 N = 405 sampel

 p (jumlah sampel kuisioner yang dapat digu-

nakan) = 348 sampel

q (jumlah sampel kuisioner yang rusak) = 57

sampel

e = 0,05 ( 5% )

Maka dapat ditentukan jumlah sampel kuision-

er yang harus disebarkan sebanyak:

Jadi, jumlah kuisoner yang harus disebarkan

sebanyak 239 kuisoner.

REKOMENDASI

Program–Program Usulan Pengembangan

IKM

Tahapan program desain yang diperlukan bagi

IKM :

Pelatihan / workshop.1.

Pelatihan desain yang diperuntukkan

 bagi IKM produk untuk membukawa-wasan tentang desain terkini dan informasi

teknologi produksi.

Pendampingan Desain dan Teknologi2.

Pendampingan desain dilaksana-

kan sebagai kegiatan lanjutan dari

 pelatihan desain, dilaksanakan di

masing-masing IKM/sentra dibimb-

ing oleh tenaga ahli yang kompeten

dibidangnya.

Pengembangan produk/prototype3.

Pengembangan produk/pembuatan

 purwarupa dari produk IKM. Pengemban-

gan produk ini diwujudkan dalam bentuk

3 Dimensi sehingga memudahkan IKM

untuk memahami masukan desain yang

diberikan juga sebagai e-katalog untuk

membantu pemasarannya.

Klinik Desain4.

Sebagai wadah evaluasi dan konsul-tasi desain bagi IKM yang membutuhkan

 bantuan dalam pengembangan desain dan

 produk-produknya.

Bimbingan/Pelatihan yang dapat dilaku-

kan untuk memajukan IKM antara lain :

Bimbingan Teknologi1.

Memberikan bimbingan terhadap

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 81/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

208

IKM dengan menghadirkan tenaga ahli di

 bidang teknologi untuk membantu kemu-

dahan proses produksi.

Bimbingan Bisnis dan Managementz2.

Memberikan bimbingan mengenai ba-

gaimana menyusun bisnis plan bagi IKM.

Bimbingan HAKI3.

Memberikan wawasan terhadap IKM

tentang HAKI bagi produk yang te-

lah diproduksi sehingga memiliki hak

 paten/hak intelektual terhadap produk-

 produknya.

# Jenis Pertanyaan R tabel  R hitung  Ket.

1 Skala Usaha 0,088 0,138 VALID2 Proses Produksi 00,088 0,146 VALID

3 Harga Produk 00,088 0,336 VALID

4 Jalur Distribusi 00,088 0,168 VALID

5 Cara Distribusi 00,088 0,403 VALID

6 Segmentasi Pasar 00,088 0,317 VALID

7 Cara/Sistem Promosi 00,088 0,273 VALID

8 Tenaga Desain 00,088 0,271 VALID

9 Dokumen Desain 00,088 0,247 VALID

10 Imitasi/Duplikasi Produk

(tidak banyak IKM yang

duplikasi)

00,088 0,068 Data tidak

cukup

11 Permasalahan yang

Dihadapi

00,088 0,149 VALID

12 Layanan Desain Merk

(IKM belum memiliki

merek sendiri)

00,088 0,039 Data tidak

cukup

13 Layanan Desain Kemasan 00,088 0,236 VALID

14 Layanan Desain Produk 00,088 0,265 VALID

15 Layanan Desain Promosi 00,088 0,297 VALID16 Program Layanan Desain

Produk Industri yang

dibutuhkan

00,088 0,180 VAL ID

17 Apakah Sentra Produk

IKM ini merupakan salah

satu produk unggulan

Kab/Kota Malang ?

00,088 0,257 VALID

18 Fasilitas Eksisting IKM 00,088 0,435 VALID

HASIL UJI VALIDITAS

Tabel 2. Hasil Uji Validitas Data

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 82/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

209

Bimbingan Pemasaran4.

Memberikan bimbingan tentang peny-

usunan strategi pemasaran, melihatcelah

 pasar yang akan dibidik dan layanan purna jual (after sales service) untuk konsumen

 produk IKM.

Bimbingan Akses Pendanaan5.

Memberikan informasi akses pendan-

aan untuk IKM antara lain dari pihak per-

 bankan/non-bank dan BUMN untuk bisamenjadi bapak angkat atau menjadikan

sebagai IKM binaan mereka.

   R  e   k  o  m  e  n   d  a

  s   i   /   K  e  g   i  a   t  a  n

   S   D   M

 

   T   E   K   N   O   L   O   G   I

   P   R   O   D   U   K

   P   A   S   A   R

   P  e   l  a   t   i   h  a  n   D  e

  s  a   i  n

   P  e  n   d  a  m  p   i  n  g  a  n   D  e  s  a   i  n

  w  o  r   k  s   h  o  p

   I  n  o  v  a  s   i

   K   l   i  n   i   k   D  e  s  a   i  n   P  r  o   d  u   k

    d  a  n   K  e  m  a  s  a  n

   P  u  r  w  a  r  u  p  a   /   P

  r  o   t  o   t   i  p  e

   P  r  o  m  o  s   i   P  e  m

  a  s  a  r  a  n

   K  o  m  u  n   i   k  a  s   i

   V   M   P

   P  e  n  g  e  m   b  a  n  g  a  n

   D  e  s   P  r  o

     

Tabel 3.  Matrik Rekomendasi Kegiatan

Gambar 4. Rencana Pengembangan Program

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 83/112

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 84/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

211

Gambar 8 - Purwarupa

Gambar 7. Pengembangan desain wayang kayu

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 85/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

212

KESIMPULAN

Setelah melaksanakan kegiatan peneli-

tian ini banyak manfaat yang diperoleh dalammengenal berbagai permasalahan yang terjadi

 pada IKM di Kabupaten Malang. Kegiatan ini

 berguna untuk meng-update data IKM yang

ada di Kabupaten Malang, melihat permasala-

han IKM lebih nyata(real) sehingga solusi

untuk pemecahan masalahnya bisa tepat pada

sasaran.

  Harapan dari kegiatan ini adalah adan-

ya masukan dan usulan dari dinas dan pemer-

intah daerah setempat untuk meningkatkan

 program-program pengembangan IKM, baik

dari segi pelatihan, evaluasi, pengembangan

dan pendampingan desain, dan aspek akses

 permodalan sebagai langkah konkret pemer-

intah terhadap keberadaan IKM.

DAFTAR PUSTAKA

Hayashi, M., 2002. ‘SME Development and

Subcontracting in Indonesia : A Comparison

with Japan’s Historical Experience,’ PhD The-

sis, The Australian National University, Can-

 berra.

 Nazir, Moh.2003. Metode Penelitian.Jakarta:

Ghalia Indonesia.

 Nita, 2007,  Desain Kemasan Menentukan Nilai Produk . Direktorat Jenderal Industri Ke-

cil dan Menengah Kementrian Perindustrian.

Pirous, AD. 1989. ‘’Desain Gras pada Ke-

masan’’, Simposium Desain Gras, FSRD

ISIYogyakarta.

Sachari, Agus. 2007.  Budaya Visual Indone-

 sia. Fakultas Seni Rupa dan Dsain, Erlangga,

Bandung.

Sachari, Agus. 2005.  Pengantar Metodologi

 Penelitian Budaya Rupa: Desan, Arsitektur,

Seni Rupa dan Kriya. Erlanga. Jakarta.

Supratikno, H., 2004. ‘Thedevelopment of

SME Clusters in Indonesia’, dalam D. Hew

and L.W. Nee (eds), Entrepreneurship and

SMEs in Southeast Asia, ISEAS,

Tambunan, T., 2000.  Development of Small-

Scale Industries During the NewOrder Gov-

ernment in Indonesia, Ashgate, Singapore.

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 86/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

213

PENDAHULUAN

  Perkembangan IPTEK pada satelit

merupakan kemajuan yang menentukan

 pada revolusi manusia yaitu informasi bisa

SLOGAN THINK GLOBALLY, ACT LOCAL DALAM POSTMODERN

MASA KINI

 Ningroom Adiani

Abstrak 

Informasi sejarah postmodern dan perkembangannya sampai saat ini bisa didapat dengan san-

gat murah dan mudah di dunia Cyber dengan teknologi satelit. Postmodernisme muncul sebagai

wujud penentangan terhadap modernisme yang telah trend sebelum Perang Dunia ke-1. Sebe-

lum kemunculannya, ditandai dengan munculnya trend penggunaan kembali hasil karya dengan

mengandalkan keahlian para seniman/desainer (craft revival) bukan mengandalkan produksi

mesin.

Slogan “Think Globally, Act Locally” yang banyak didengungkan pada saat ini merupakan

dampak positif dari revolusi informasi yang melanda dunia sejak ditemukannya satelit. Hubun-

gan antara slogan tersebut dengan gaya postmodern perlu ditelaah dan dikaji secara ilmiah

melalui sejarah dan dampaknya pada produk dan kriya pada saat ini.

Kata Kunci : cyber, craft revival, revolusi informasi

 Abstract 

 Informasi of postmodern history and development the latest can be get easly and cheaper in

cyber world with satelit technologi. Postmodernisme turnout as refusal the modernisme that it

had trend since before rst war world. Before it turnout, that signed used product hand made

revival whithout mecine product.

The motto of “think globally, act locally” constitute positif impact that it echo from informasi

revolution at now. That attacked violently world since satelit technologi founded. Relationship

with the motto and postmodernisme should research knowledge scientic by way of history and positif impact to product and craft at now.

 

 Keywords : cyber, craft revival, revolusi information

diperoleh dan dikirim dengan sangat cepat.

Teknologi informasi berkembang berdasarkan

gelombang elektromagnetik , dimana infor-

masi berupa audio dan visual diubah menjadi

sinyal-sinyal listrik dan medan magnet dengan

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 87/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

214

kecepatan cahaya. Dengan disempurnakan IP-

TEK pada komputer, serat optik, dan IC (inte-

grated Circuit) telah membuat jaringan infor-

masi menjadi sangat mudah, murah dan bisadidapat dimanapun kita berada; hal itu terke-

nal dengan sebutan teknologi internet. Infor-

masi sejarah postmodern dan trendnya pada

saat ini bisa didapat dengan sangat murah dan

mudah di dunia Cyber dengan teknologi inter-

net tersebut.

  Upaya menghidupkan kembali lo-

cal identity dan menumbuhkan kembali rasa

individualistis di daerah kota dan pedesaan

merupakan bagian dari teori sosial postmod-

ern. Dengan teknologi internet, informasi

sosial budaya masyarakat di luar lingkungan

 pengguna telah menambah wawasannya ber-

kir baik secara rasional maupun irrrasional,

sehingga dia bisa membuat inspirasi-inspirasi

 baru di tempat dia berada. Akhirnya muncul

slogan “Think Globally, Act Locally” yang

 banyak didengungkan pada saat ini.

  Adakah hubungan antara slogan

“Think Globally, Act Locally” dengan gaya

 postmodern di era sekarang. Para seniman

dan desainer Banyak yang berpendapat bahwa

slogan tersebut adalah tren postmodern pada

masa kini. Hal tersebut perlu dibuktikan den-

gan telaah dan pengkajian ilmu lebih lanjutdari sejarah awal lahirnya postmodern sam-

 pai postmodern sekarang dan persamaan dan

 perbedaan dengan trend-trend gaya yang telah

dan akan berkembang sampai saat ini.

TUJUAN

Pengkajian slogan “Think Globally,

 Act Locally” yang dikaitkan dengan gaya de-

sain postmodern akan dijabarkan melalui te-

laah sejarah dan telaah produk-produk yang

sedang tren pada saat ini. Isu-isu/narasi kecilsebagai bagian dari lahirnya postmodern akan

dikaji melalui contoh-contoh produk.

ERA BERIMAJINASI DIGITAL

  Dengan ditemukannya IC (integreted

Circuit ) dan  Microchip pada dekade lalu, te-

lah mengubah kinerja komputer. Pada mulan-

ya, Komputer digunakan untuk mempercepat

dan mempermudah pekerjaan dan terpisah

dari fungsi untuk telekomunikasi. Sekarang

 bertambah kinerjanya menjadi pemberi infor-

masi secara cepat, murah dan bisa di dapatkan

dimanapun kita berada. Teknologi microchip

telah membuat komputer bisa diperkecil ben-

tuknya sebesar genggaman tangan. Sekitar

tahun 2010 telah berkembang komputer mini

yang bisa digunakan untuk mencari dan men-

girim informasi dengan cepat, murah, dan

dimanapun kita berada; contohnya telephon

genggam/Hp.

Dengan Teknologi telephon ini, bisa

diibaratkan kita bisa mendapatkan informasi

dari belahan dunia manapun dari genggaman

tangan kita. Dengan informasi seluruh dunia berada digennggaman kita, maka kita bisa

membuat inspirasi dan imajinasi dimanapun

dan kapanpun sesuai keinginan kita.

  Imajinasi yang terwujud dengan

adanya benda berteknologi digital, banyak

melanda generasi penerus kita. Dari tingkat

Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi ham-

 pir selalu menggunakan teknologi satelit ini.

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 88/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

215

Untuk para seniman dan desainer bisa mencari

inspirasi lewat dunia tanpa batas (Hiperreali-

tas) dan mereka juga bisa berdiskusi, bersaing

dan memberitahukan karyanya melalui duniamaya/internet tersebut. Jadi di era sekarang

sangat mustahil bila dikatakan bahwa ses-

eorang tersebut tidak mengetahui informasi

dari luar lingkungannya.

  Dalam Upaya menunjukkan jati diri

dan keberadaannya, para seniman mencoba

menghidupkan kembali local identity dan

menumbuhkan kembali rasa individualis-

tisnya. Dia mencoba menggabungkan unsur

kadaerahannya dengan inspirasinya yang

didapatkan baik dari dunia maya atau dari

 pengalaman pribadi.

  Upaya menghidupkan kembali local

identity dan menumbuhkan kembali rasa in-

dividualistisnya di daerah kota dan pedesaan

merupakan bagian dari teori sosial postmod-

ern. Berkir, berimajiansi, berinspirasi sesuai

selera masyarakat dunia, tetapi berbuat dan

mewujudkan inspirasinya untuk perkemban-

gan lingkungan dan pribadinya. Hal tersebut

terkenal dengan slogan “Think Globally, Act

 Locally” yang banyak didengungkan pada

saat ini.

Lahirnya Postmodern

  Modernisme yang dianut oleh jer-

man dan amerika mendapat sorotan tajam

dari masyarakat eropa pada umumnya. Mer-

eka mengkritik rakyat amerika yang sedang

mencari jatidiri budayanya dengan kritikan

“cacat budaya” dan terlalu bersifat material-

istis. Frenk Lleoyd Wrigh (seorang Arsitek

Amerika) mencoba membalas dengan sikap

 positifnya bahwa mesin adalah teknologi

yang digunakan manusia untuk memudahkan

menyingkap kenyataan alam dan keindahanmaterial. Ia juga menyatakan bahwa tidak ada

kontradiksi antara nilai-nilai kemanusiaan

dengan produksi massa. Kemampuan mesin

 justru mengurangi beban kerja manusia yang

menjenuhkan dan monoton. Tetapi masyarakat

menganggap bahwa modernisme telah gagal

mengimplementasikan nilai-nilai kemanu-

siaan pada produk industrinya. Produk-produk

yang dihasilkan “dunia mesin” cenderung

geometris, serba kaku, dan tidak nyaman tat-

kala digunakan. ( Yan Yan Sunarya, hal 44)

  Tahun 1970 ahli lsafat dan ilmu

sosial sudah menularkan paham postmod-

ern. Dalam senirupa, arsitektur, dan desain.

Fenomena kontemporer (menggabungkan un-

sur lama dengan unsur baru) berkembang di

masyarakat pada masa itu dan mempengar-

uhi semua aspek kehidupannya. fenomena ini

menandai berakhirnya sebuah cara pandang

universal. etos postmodern menolak penjela-

san yang harmonis, universal, dan konsisten.

Penghargaan terhadap perbedaan dan kepada

yang khusus ( partikular dan lokal) serta mem-

 buang yang universal, merupakan sikap post-

modern.Etos postmodern dapat kita lihat di

masyarakat pada saat ini. Pemikiran dan pa-

ham akan penolakan terhadap pola pikir

 pencerahan yang universal, supra-kultur, dan

 permanen. Mereka Melakukan penceraian

radikal terhadap pola pikir masa lalu (mod-

ernisme). Postmodern juga merupakan pan-

dangan hidup yang meyakini bahwa hidup di

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 89/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

216

muka bumi bersifat rawan.

  Sikap kooperatif dengan alam, karena

masa depan manusia sedang di persimpan-

gan jalan akibat dari ulah manusia menguasaialam. Penguasaan alam dengan cara eksplo-

lasi besar-besaran terhadap sumber daya alam

mengakibatkan kerusakan alam dimana-mana.

Hal ini memunculkan isu-isu tentang perbai-

kan alam di antaranya : redesign, greendesain,

 pola hidup sehat, dan lain-lain. Narasi-narasi

kecil tersebut digaungkan oleh para postmod-

ern untuk dijadikan narasi besar yaitu isu ling-

kungan hidup.

  Meragukan konsep kebenaran uni-

versal yang dibuktikan melalui usaha-usaha

rasio. Rasio bukan tolak ukur kebenaran, ada

 pengetahuan yang lebih tinggi dari itu yaitu

melalui emosi dan intuisi. Kebenaran adalah

aturan-aturan dasar yang bertujuan bagi kes-

ejahteraan diri dan komunitas bersama-sama.

Postmodern lebih mengutamakan emosi dan

intuisi.

  Postmodern juga menganut sikap

relatif dan menghargai perbedaan. Bukan

menjadi individu yang mengatur dirinya se-

cara penuh, tetapi menjadi pribadi seutuhnya.

Berusaha sadar akan keberadaan diri dalam

lingkup ketuhanan/agama/kerohanian. Ke-

sadaran akan lingkungan dimana kita berasalmencakup ekosistem dan komunitas. Kesa-

daran yang menganut sikap relativisme dan

 pluralisme.

  Tahun 1977 charles Jencks dalam

 bukunya “The Language Of Postmodern Ar-

chitecture”, menjelaskan bahwa postmodern

sebagai gaya pencampuran yang berkaitan

dengan :

Ingatan kesejarahan (terutama dalam arsi-•

tektur)

Permasalahan setempat/local•

Metafora dan ambiguitas (Arief Adityawan•: 112)

  Modernisme telah membuat dunia

industri menghasilkan produk massal, tetapi

kaum muda amerika dan eropa pada saat itu

menentang adanya produksi massal karena

menghasilkan limbah. ....... Sikap hidup dari

sebagian kelompok berusia muda ini mem-

 pertanyakan kembali makna produksi massal

yang menghamburkan enerji dan menghasil-

kan limbah. Produksi massal juga menghasil-

kan budaya massa, dimana nilai-nilai individu

terkikis ............. (Arief Adityawan : 97). IP-

TEK tentang pengolahan limbah sangat diper-

lukan dan mendesak dilakukan pada abad

ini. Hal ini juga mempengaruhi gaya desain

 postmodern yang berkembang pada saat ini.

Secara tidak langsung, isu lingkungan hidup

yaitu recicle ( barang bekas yang diolah kem-

 bali untuk dijadikan bahan produk) dan reuse

(menggunakan kembali barang bekas untuk

dijadikan barang produk) merupakan bagian

dari desain postmodern itu sendiri.

  Dari narasi-narasi kecil yang menen-

tang keberadaan narasi besar yang didengung-

kan gaya modernisme memunculkan beberapatrend desain yang termasuk di dalam postmod-

ernisme. Tren tersebut antara lain : Craft re-

vival, Green design, Ergonomic design, Gaya

 punk, Gaya new wave, Gaya kitch, Gaya al-

chimia dan memphis, dan Urban art.

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 90/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

217

Craft Revival

  Karya seni dan desain dengan men-

gandalkan intuisi dan kreatitas pembuatnya berkembang kembali mengisi tren gaya yang

telah berkembang saat ini. Istilah sekarang

terkenal dengan sebutan produk hand made.

Beberapa contoh produk/karya yang memer-

lukan keahlian tangan seorang seniman atau

desainer.

Gambar 1

Desain meja Village karya Peter Pierobon terbuat dari

 bahan kaca dan kayuSumber : Dolce, Joe, Product De-sign 3, PBC International, INC, 1988

Gambar 2

Desain meja Terrible karya Michele Oka Doner terbuat

dari bahan kaca dan kayuSumber : Dolce, Joe, Product

Design 3, PBC International, INC, 1988

  Dari gambar di atas, kaca yang di-

 pakai untuk alas meja-meja merupakan hasil

dari produksi pabrik/industri kaca. Sedangkan

kaki-kaki mejanya harus dibuat oleh seorang

desainer atau seniman karena semua kakinya

tidak ada yang sama bentuknya sehingga me-

merlukan kreatitas dalam pembuatan dan pe-

rakitannnya.  Pembuatan rak dari kayu dengan leku-

kan pada sisi kanan dan kiri memerlukan

ketelitian dan intuisi seorang yang trampil.

Terutama pada perakitannnya, dimana setiap

komponen rak merupakan bagian yang tidak

sama satu dengan yang lain.

  Seni grar/menggambar pada kaca

 pada desain vas di samping, memerlukan ke-

trampilan dan kreatitas seorang seniman,

karena mesin tidak bisa membuatnya.

Gambar 3 

Furnitur berbentuk garis leng-

kung dua sisi karya Shiro Kura-

mata diproduksi. tahun 1970.

(Sumber : 100 Design/100

Years, Byars With Barre De-

spond, Roto Vision, 1999)

Gambar 4 

Desain vas Girls Play With Ball, karya :

Edward Hald terbuat dari bahan kaca

(Sumber : 100 Design/100 Years, Byars

With Barre Despond, Roto Vision)

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 91/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

218

tahan terhadap air/kelembapan dijadikan seba-

gai komponen untuk memperindah vas bunga

 berbahan kaca yang tahan terhadap air. Per-

 paduan bahan ini terlihat unik karena sifatnyayang berlawanan tetapi bisa dipadukan oleh

 pembuatnya dengan sangat tepat.

 

GREEN DESIGN

  Pemanfaatan limbah organik dan anor-

ganik untuk dibuat menjadi karya-karya seni

dan produk yang bermanfaat dan bernilai jual

lebih tinggi banyak diminati dan dilakukan

oleh industri kecil rumahan/home industri.

Seperti contoh di samping, bunga dari kulit

 jagung. Kulit jagung diolah dan diberi pewar-

na tektil lalu dibuat menjadi bunga bertang-

kai dan berdaun. Proses pembuatannya 100%

hand made, membuat produksinya tidak bisa

mencapai ratusan dalam satu hari, karena tidak

sembarang orang bisa membuatnya. Daya kre-

atitas dan intuisi pembuat sangat diperlukan

dalam proses pembuatannya.

  Beberapa kriya lain dari bahan sampah

 juga bisa dihasilkan, seperti pada contoh

dibawah ini :

Gambar 5

Vas Bunga Dibuat oleh Paolo Grasselli,

1987. Sumber : Alessi, Michael Collins,

Periplus Editions (HK) Ltd, 1999

Gambar 6

Bunga Dari Kulit Jagung

Sumber : Foto Pribadi, 2012

  Vas bunga dengan memaatkan bahan

kayu sebagai center pointnya membuat kriya

tersebut terlihat unik. Bahan kayu yang tidak

Gambar 7

Partisi berbaha sampah

enceng gondok yang

telah diolah dan dik-

eringkan secara alami.

(Sumber: dokumen

Jurusan Desain Produk,ITATS, 2013)

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 92/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

219

ERGONOMIC DESIGN

  Ilmu ergonomi yang dikembangkan

dan dibukukan secara ilmiah oleh Henry Drey-fuss untuk mempermudah pekerjaan para pen-

desain, telah mengalami perkembangan yang

cukup berarti sejak tahun 1974. Bahan polim-

er/plastik yang telah ditemukan setelah perang

dunia ke-2 membuat ilmu ergonomi semakin

mudah diterapkan didalam produk, gras dan

kriya. Lekukan-lekukan berupa lembah dan

 bukit yang mengikuti bentuk anatomi peng-

guna/pemakai baik manusia atau hewan, bisa

diwujudkan dengan sangat mudah.

Barang produk bisa dihasilkan dalam jumlah banyak melalui teknologi pencetak-

kan bahan polimer dengan cetakan baik mela-

lui pemanasan atau dengan campuran kimia.

Casing benda-benda elektronik seperti kam-

era bisa dibentuk dengan bahan polimer ini.

Dengan mengikuti bentuk lekukan tangan, se-

hingga kamera itu nyaman, aman dan mudah

difungsikan oleh pengguna.

Gambar 9

Kriya mainan baling-baling terbang

dari bahan sampah plastik, kayu, lampu

LED, baterai litium dan karet gelang.

(Sumber : dokumen pribadi, 2010)

Gambar 8

Kriya mainan kupu-kupu terbang dari bahan

sampah kresek yang diberi gras menarik dengan

cat, kayu dan karet gelang. (Sumber : dokumen

 pribadi, 2010)

Gambar 10

Kriya tas berbahan sampah tali

 plastik yang dianyam dan dipilin

(Sumber : dokumen pribadi, 2010)

Gambar 11

Kursi Dari Bahan Poliester/Plastik Dengan Fiberglass

Dibuat Oleh Verner Panton Tahun 1960. (Sumber :

100 Design/100 Years, Byars With Barre Despond,

 Roto Vision, 1999)

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 93/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

220

  Teknologi bahan keramik telah me-

nemukan perpaduannya dengan bahan lain,

contohnya produk pencukur yang dipadukan

antara aluminium oksida dengan keramik

melalui pemanasan yang cukup tinggi. Den-

gan bahan tersebut ketahanan terhadap ben-

turan, tidak mudah patah dan dapat dibentuk

walau bentuknya terdapat beberapa lekukan.

Lekukan-lekukan tersebut membuat benda

tersebut nyaman bila digunakan.

Gambar 12

Kamera Nikon D90 D-SLR dengan bentuk leku-kan tangan dan gerigi pada lensa fokusnya.

(Sumber : majalah vista 2003)

Gambar 13

Produk pencukur dengan lekukan dari bahan alumin-

ium dan keramik dibuat oleh Ross Lovegrove tahun

1993.

(Sumber : 100 Design/100 Years, Byars With Barre

 Despond, Roto Vision, 1999)

Gaya Kitsch

  “kitsch follows taste, and does not set

it, so its roduce always ‘safe’ (in their exploi-tation of accepted icons) and recognizable. “

(Duro, 1994 : 171; Arief Adityawan : 116)

  Kitch di Amerika dikembangkan oleh

Keith Harring (lahir 1958) dan Jean Michel

Basquiat (1960-1988). Kitch dapat diartikan

sebagai sesuatu yang ‘murahan’. Karya-kary-

anya dianggap murahan atau mempunyai nilai

seni rendahan. Dalam seni grati banyak di-

hubungkan dengan kegemaran para seniman

 jalanan dalam menuangkan idenya di tembok-

tembok sepanjang jalanan.

Gambar 14

 Product Hand-screened Fabrics for Interiors by

Children’s Art Carnival Collection.

(Sumber : Dolce, Joe, Product Design 3, PBC Inter-

national, INC, 1988)

Gambar 15

Product Asterix Tiles by Dorothy Hafner

(Sumber : Dolce, Joe, Product Design 3,

PBC International, INC, 1988)

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 94/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

221

Gaya Alchimia Dan Memphis 

Secara khusus dalam dunia desain, se-

mangat anti-modernisme yang radikal berkem-

 bang di Italia, khususnya yang tergabung da-

lam Studio Alchymia. Salah satu yang besar

Gambar 18

Product Heavy Texture Wallcovering by Gary and

Carrie Golkin. (Sumber : Dolce, Joe, Product De-

sign 3, PBC International, INC, 1988)

Gambar 16

 Product I Problemi Sul Tappeto by Bruno Munari.

(Sumber : Dolce, Joe, Product Design 3, PBC Interna-

tional, INC, 1988)

Gambar 17

Product Edge Snowboard by Bob Katz.

Sumber : Dolce, Joe, Product Design 3, PBC

International, INC, 1988

Gambar 19

 Product Max Bo by Marco Zanini, Aldo Cibic, Ettore Sott-

sass. (Sumber : Dolce, Joe, Product Design 3, PBC In-

ternational, INC, 1988)

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 95/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

222

 pengaruhnya adalah Memphis, yang dimo-

tori oleh Ettore Sottsass Jr. dan Alessandro

Mendini. Awalnya, gerakan ini anti industri

yang cenderung menghasilkan produk ber-citra mesin. Memphis, dengan menekankan

arti penting kebebasan berekspresi melalui

 permainan bentuk, warna dan corak secara

radikal. Sehingga karyanya berkesan sebagai

satu-satuya penentu bentuk yang dibuat secara

industri. (Yan Yan Sunarya : 114)

Alchimia

  Alchimia merupakan sebuah studio di

Italia dengan pendesain Alessandro Mendini.

 beliau merupakan penganjur postmodrenisme.

“”…….alchimia believes that memory and

tradition ate important…….alchimia believes

in despecialization : ‘cofuseed’ methods of

creation and production can live side by

 side…………..” (Hiesinger 1993: 278)

desain-desainnya berciri antara lain:

Orientasi desain eksperimental•

Banyak menggunakan symbol historis•

Memphis

Desain-desainnya berciri antara lain:

Orientasinya komersil untuk pengguna in-•

ternasional

Gambar 20

 Product Cedit Tiles by Ettore Sottsass, MarcoZanini.

(Sumber : Dolce, Joe, Product Design 3, PBC Interna-tional, INC, 1988)

Banyak menggunakan desain/seni pada•

masa lalu

Sangat memperhatikan unsur dekorasi/•

hiasan Nilai estetika dan metasis dilihat dari•

warna, dekorasi permukaan serta bentuk

yang tidak beraturan

Penggunaan bahan dan elemen berkonota-•

si high-tech harus dilepaskan dari konteks

symbol teknologi.

Pemakaiannya hanya pada batas kualitas•

sik semata.

Urban Art

  Tren urban art muncul sekitar tahun

2000-an di Indonesia, telah membuat sebuah

 pertanyaan yaitu adakah hubungannya den-

gan gaya postmodern yang telah lebih dulu

 berkembang sekitar tahun 1900-an. Urban art

adalah pembauran dari seni kedaerahan yang

dimiliki leluhur dari seniman/desainer dengan

seni daerah tempat seniman/desainer tersebut

tinggal dalam menciptakan karyanya.

  Masuknya masyarakat atau beberapa

orang dari pedesan ke daerah perkotaan telah

membuat kota harus menerima keberadaan-

nya. Masyarakaturban tersebut akan menun-

 jukan jati diri dan kelompoknya agar diterimamasyarakat perkotaan. Cara meraka antara

lain menggabungkan unsur kedaerahaannya

dengan unsur perkotaan tempat tinggal mereka

di kota. Tumbuhnya sosial budaya masyarakat

urban yang mempunyai ciri khas tersendiri,

menambah tren desain yang berkembang.

  Berikut contoh produk atau kriya dari

gaya urban art.

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 96/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

223

Gambar 21

Product Urban Garden #1 by Robert Gaul. Sumber

: Dolce, Joe, Product Design 3, PBC International,

INC, 1988

POST MODERN DI BIDANG DESAIN

GRAFIS

  Postmodern di bidang desain memun-

culkan gaya new wave di Eropa dan Amerika

dan gaya punk di Inggris.

Gaya New Wave

  New wave adalah aliran dalam desain

gras dengan teknik desain Swiss modern-

isme.

Gaya Punk 

  Karya-karya gaya punk cenderung

membuat keterkejutan dan pemberontakan.

Sobekan kolase juga digunakan dalam gaya

ini, guna memberi kesan kasar dan berani.

Beberapa konsep lain yang berkaitan

dengan post modern (menurut Arief

Adityawan: 112-115), antara lain :

Eklektisme•

 Narasi kecil•

Dekonstruksi•

Parodi•

Eklektisme

 

Upaya untuk menggabungkan unsurlama dengan unsur baru, misalnya : peng-

gabungan budaya lokal dengan budaya asing

atau tren lama dengan tren terbaru. Peng-

gabungan tersebut lebih dikenal dengan is-

tilah kontemporer.Gaya kalsik di eropa dulu

 berkembang gaya yunani dan gaya romawi.

di wilayah asia, berkembang gaya mesir, gaya

Mongolia, gaya Taiwan atau gaya india. se-

dangkan di Indonesia berkembang perpaduan

 budaya jawa/sumatera/bali/irian dan seba-

gainya, dengan budaya modern.

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 97/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

224

Gambar 22

Karya mahasiswa DKV Univ. Kristen Petra pada matakuliah Nirmana. Sumber : dokumen pribadi, 2008

  Tren gaya yang menggunakan kon-

sep eklektisme, antara lain : Art Deco. Beri-

kut diberikan beberapa motif batik tradisional

yang ditata ulang menggunakan ilmu prinsip-

 prinsip desain yang telah diterapkan diseko-

lah-sekolah seni dan desain pada saat ini.

Narasi Kecil

  Pada masa modernisme banyak terjadi

 peristiwa atau pemikiran yang harus diterima

oleh masyarakat atau bangsa di dunia (Narasi

Besar) seperti, paham marxis, paham liberalis,

atau paham kapitalis. Pada masa postmodern

isu-isu budaya-sosial yang lebih khusus (nara-

si kecil), misalnya isu lingkungan hidup, isu

feminisme, isu persamaan hak antara kaum

laki-laki dengan kaum perempuan, isu hak

kebebasan berkeluarga dan berkumpul bagi

kaum gay atau lesbian, isu kebebasan menu-

angkan pendapat lewat visual, dan lain-lain.

  Tren gaya yang menggunakan konsep

narasi kecil, antara lain : green desain, ergono-

mi desain, dan urban art.

Dekonstruksi

  Dekonstruksi berarti meniadakan (de)

tatanan (konstruksi). tidak sesuai tatanan baku

 baik di bidang social-budaya, ekonomi, kes-

ehatan, dan lain-lain, yang telah dibangun

secara rasional oleh paham modernisme. sep-

erti contoh di bidang arsitektur yaitu gambar

fasad di samping; dimana konstruksi kolom

diletakkan miring dan diberi warna sangat

cerah sehingga menyolok secara visual. Ko-lom biasanya diletakkan tegak lurus dengan

tanah bangunan, tetapi seperti contoh di samp-

ing peletakannya tidak menurut aturan terse-

 but. Pembuatan kolom tersebut dimaksudkan

sebagai fokus point pada bangunan yang me-

nandakan bahwa wilayah sekitarnya adalah

 pintu masuk utama bangunan.

Gambar 23

Fasad rumah tinggal dengan sentuhan kon-

temporer. (Sumber : majalah IDEA, cetakan

 pertama, april 2007)

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 98/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

225

Parodi

  Parodi artinya upaya untuk mengkritik

dan menertawakan hal-hal/nilai-nilai yang di-

anggap wajar oleh sistem/peraturan yang ber-

laku atau yang diakui oleh masyarakat may-

oritas.

  Seperti contoh di bawah ini; tatakan

untuk memotong diberi gambar kekanak-ka-

nakan, padahal pemakai produknya kebanya-

kan orang dewasa. Pendesain mencoba men-

ertawakan tentang memasak bahwa memasak

 bukan kegiatan yang formal/serius dan mema-

sak juga bisa dilakukan oleh anak-anak.

  Seperti juga desain penutup botol,

tempat tusuk gigi, dll pada gambar di bawah

ini, yang diberi gambar wajah dengan ekspresi

 bermacam-macam. Hal tersebut menunjukkan

ketidak formalan dan pendesainnya terkesan

tidak serius dalam menuangkan ide.

Gambar 24

 Product Deconstruction Clock Monalisa by Constantin

Boym. (Sumber : Dolce, Joe, Product Design 3, PBC

International, INC, 1988)

Gambar 26

Product Simple, yet comic pick holders and botlle

stoppers by David Rooz, 1995. Sumber : Alessi,

Michael Collins, Periplus Editions (Hk) Ltd, 1999

Gambar 25

 Product Cutting boards, 1996, Free Flow Form and

 Patterns reect the fashion for revival of Formica and

melamine from the 195os. (Sumber : Alessi, Michael

Collins, Periplus Editions (Hk) Ltd, 1999)

 

KESIMPULAN

  Pada abad sekarang, para seniman

mencoba menghidupkan kembali local iden-

tity dan menumbuhkan kembali rasa individu-

alistisnya. Dengan menggabungkan unsur ka-

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 99/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

226

daerahan dan inspirasinya yang didapatkan

 baik dari dunia maya atau dari pengalaman

 pribadi, dia mencoba memunculkan karya atau

trend yang relevan bisa diterima masyarakatmodern. Upaya menghidupkan kembali local

identity dan menumbuhkan kembali rasa indi-

vidualistis merupakan bagian dari teori sosial

 postmodern.

Beberapa sikap postmodern antara lain

: Penghargaan terhadap perbedaan dan kepada

yang khusus ( partikular dan lokal) serta mem-

 buang yang universal, sikap kooperatif dengan

alam, lebih mengutamakan emosi dan intuisi

daripada rasio, dan kesadaran yang menganut

sikap relativisme dan pluralisme. Narasi-nara-

si kecil tersebut menentang keberadaan narasi

 besar yang didengungkan gaya modernisme.

 Narasi-narasi kecil tersebut digaungkan oleh

 para postmodern untuk dijadikan narasi besar.

Tren tersebut antara lain : Craft revival, Green

design, Ergonomic design, Gaya kitch, Gaya

alchimia dan memphis, dan Urban art. Post

modern di bidang desain gras memunculkan

gaya new wave dan gaya punk.

  Beberapa konsep lain yang berkaitan

dengan post modern, antara lain :eklektisme,

narasi kecil, dekonstruksi, dan parodi. Kon-

sep eklektisme melahirkan gaya art deco masa

kini. Konsep narasi kecil memunculkan trengaya green design, ergonomic design, gaya

kitch, gaya alchimia dan memphis, dan urban

art.

Berkir, berimajiansi, berinspirasi se-

suai selera masyarakat dunia, tetapi berbuat

dan mewujudkan inspirasinya untuk perkem-

 bangan lingkungan dan pribadinya terkenal

dengan slogan “Think Globally, Act Locally”.

Berimajinasi dan berkir secara menyeluruh

sangat bisa dimungkinkan di era teknologi

satelit saat ini. Dalam dunia hiperrealitas,

siapa pun bisa mendapatkan informasi ataumemberikan/menyampaikan produk/karyan-

ya kepada siapa saja, sesuai dengan yang di-

inginkannya.

DAFTAR PUSTAKA

  Dolce, Joe, 1988.  Product Design 3,

PBC International, INC,

Alun Jones & michelle Stam.1987. De-

 sign In Context , p, Quarto Publishing Plc,

Alessi, Michael Collins,1999. Periplus

Editions (HK) Ltd,

Byars With Barre Despond. 1999. 100

Design/100 Years, , Roto Vision.

  Arief Adityawan. 1999. Tinjauan De-

 sain dan Revolusi Industri Hingga PostMod-

ern, Universitas Taruma-negara.

  Yan Yan Sunarya. 2000. Sejarah Seni

 Rupa & desain Modern, Depar-temen Seni,

ITB. 

Ary Dwi Jatmiko. 2010. Green Design

 Product , , www.tuvie.com, April-June

Majalah IDEA, 2007. April. Cetakan

Pertama.

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 100/112

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 101/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

228

 pagi, tampaknya bila ada perayaan besar, dialun-

alun, di halaman kabupaten dan sebagainya. Se-

dangkan ronggengnya sebanyak 10 sampai 12

orang (R.Tjetje Somantri, Ibid). Pada tahun dua- puluhan ramailah dimana-mana di Jawa Barat

diperagakan atau dipelajarkan suatu bentuk tar-

ian yang disebut Tari Kursus, terutama keluaran

Rancaekek.

Perkumpulan itu bernama Wirahmasa-

ri, yang dipimpin R.Sambas Wirakusumah

yang pada waktu itu menjabat sebagai lurah

(Loc.Cit.,:31). Adapun tari yang dikursuskan

adalah tari Lenyepan, Ponggawa, Gunung-

sari, Gawil dan Kastawa (C.J.Benny Sunarno,

1976:26). Patokan gerak Tari Kursus Wirah-

masari terutama Tari Lenyepan naek Mong-

gawa bila dibandingkan dengan patokan ger-

ak Tari Topeng Tumenggung Cirebon banyak

sekali persamaannya. Karena itulah penulis

tertarik untuk dijadikan masalah dalam pem-

 bahasan penulisan ini.

PEMBAHASAN

Tari Kursus

Menurut L.Serrurier dalam DeW-

ayangPurwa (Leiden1896), Tari Topeng pada

akhir abad ke-19 tersebar di Jawa dan Madu-

ra, sedangkan di Jawa Barat terdapat ditem- pat-tempat: Cirebon, Sukapura, Limbangan,

Tasikmalaya, Sukabumi, Cicalengka, Kara-

wang, Pandeglang, dan Serang. Tersebarnya

tari topeng kedaerah-daerah dibawa oleh para

 pemain keliling disebut WongBebarang dan

 pertunjukannya disebut TopengBabakan atau

TopengBarangan. Mereka berkeliling dari

desa kedesa, dari kota kekota kemudian me-

luas lebih jauh lagi, hingga pada suatu daerah

dimana yang dapat dianggap menghasilkan

 pencaharian yang diharapkan, maka disitulah

mereka tinggal agak lama bahkan ada pulayang sampai menetap, sehingga tersebarnya

tari Topeng di Jawa Barat.

Dalam perjalanannya mereka tidak

hanya mengadakan pertunjukan, tetapi ada ka-

lanya memberi pelajaran tari kepada siapa saja

yang menginginkannya (R.Maman Suryaat-

madja, 1976:5). Dari mula-mula tahun 1900,

Sumedang, Garut, Bandung, dan Tasikmalaya

sering didatangi rombongan Topeng (serupa

Wayang Orang) dari Cirebon. Dalangnya ada

dua orang yaitu Wentar dan Kontjer (R.Tjetje

Somantri, 1951:28). Pada waktu itu di Prian-

gan sudah berkembang tari pergaulan baik di

masyarakat bangsawan maupun di masyarakat

 biasa. Tayub adalah sejenis tari pergaulan yang

dilakukan oleh kalangan bangsawan(menak)

sedangkan pada masyarakat biasa disebut-

KetukTilu. Baik tayubmaupun ketuktilu pe-

nari pria ditemani oleh ronggeng.

  Pertunjukan tayub maupun ketuk tilu

sering terjadi gejala-gejala yang tidak baik.

Dalam kesempatan tayuban penari pria me-

nari menurut kemauannya masing-masing

tanpa ada patokan yang mengikat. Gelang-

gang tayuban pada waktu itu sering kali di- jadikan bermain-main dengan ronggeng, bah-

kan mengganggunya serta mabuk-mabukan

minuman keras. Sikap dan gerak tari tayub

sederhana saja, tetapi memiliki gerak ritmis

yang indah.

Tari Tayub tidak terikat dengan pa-

tokan/standard atau susunan yang berurutan.

Tarian ini ditarikan dengan bebas tetapi tidak

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 102/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

229

 berarti bebas dari irama gendhing. Irama ken-

dang tetap jadi lulugu/dominan, para penab-

uh gamelan terutama pengendang dikenda-

likan penari (R.Oe.Joesoef Tedjasoekmana,1977/78:2). Begitupun ketuktilu kadang-

kadang dipakai kesempatan untuk berkelahi

kalau seseorang sedang bermusuhan, melihat

musuhnya sedang menari maka masuklah ia

kedalam pekalangan itu, sambil sarungnya/

kainnya dipakai menutup kepala dan mukan-

ya sendiri, sekonyong-konyong ia mengambil

gobang/goloknya dan dibacoklah musuhnya

lalu ia lari agar supaya jangan sampai ditang-

kap polisi (R.H.B, 1951:13).

Jelaslah baik tayuban maupun ketuk

tilu sering menimbulkan ekses-ekses yang

tidak baik, melanggar tata susila dan norma-

norma agama. Keadaan yang demikian ini

mendorong beberapa tokoh tari untuk men-

gadakan penertiban. Tokoh Tari Sunda yang

mula-mula mengadakan usaha kearah itu ada-

lah R.Gandakusumah atau yang lebih dike-

nal dengan nama Aom Doyot, seorang bang-

sawan Sumedang. Usaha itu mulai belajar

tari pada Dalang Topeng berasal dari Cirebon

 bernama Wentar dan Kontjer, ketika beliau

(R.Gandakusumah) menjabat Manteri Kabu-

 paten di Tasikmalaya 1903-1904 (R.Maman

Suryaatmadja, 1976:5).Selanjutnya beliau merintis untuk

melaksanakan tayuban secara tertib dan sopan.

Tarian ini diberi susunan tertentu, ronggeng

tidak diperbolehkan menarihanya duduk den-

gan para nayaga sambil menyanyi. Minuman

keras masih diperbolehkan hanya tidak sampai

ada yang mabuk (Atik Soepandi, BA., Enoch

Atmadibrata, 1977:84). Oleh karenanya tarian

 beliau sudah dapat dinikmat oleh para tetamu

yang hadir sehingga beliau (R.Gandakusumah)

 bertindak sebagai penari tayub yang baik

(Jumnadi Harjawinata, 1972:5).Penertiban di dalam tayuban lebih di-

intensifkan kembali oleh salah seorang murid

 beliau yaitu R.Sambas Wirakusumah, yang

lebih memperdalam lagi belajar tari kepada

dalang topeng Cirebon yaitu Wentar dari Pali-

manan untuk mengajar di Rancaekek. Selain

di Rancaekek Wentar dan Kontjer mengajar

di Bandung. R.Tjetje Somantri menjelaskan

tentang mula-mula Wentar dan Kontjer men-

gajar Ibing/Tari Kursus di Bandung, dimana

R.Tjetje Somantri turut serta sebagai peserta.

  Pada tahun 1918 dengan ikhtiarnya

Asep Berlian putra Haji Abdul Syukur di

Bandung, Wentar dan Kontjar dengan kelu-

arga beserta dengan pembantu-pembantunya

ditempatkan di rumahnya. Para putra Haji

Abdul Syukur yaitu Asep Berlian, Endang

Tamim, Endang Ashari mengambil pelajaran-

nya. Selain mereka ada pula jejaka pasar, para

 bangsawan dari golongan lainnya mengam-

 bil pelajarannya termasuk R.Tjetje Somantri

sendiri.Adapun patokan yang diajarkan pada

saat itu terdiri dari 9 yaitu: adeg-adeg (kuda-

kuda), jangkung ilo, gedut, keupat, mincig

gigir, tincak opat, pakblang, batarubuh, dangaleong. Sedangkan gerakan pada tahap kes-

atu dan kedua pada dasarnya sama, hanya be-

danya tahap kedua gerakkannya gagah. Bentuk

tarian inilah yang menyebar ke seluruh Jawa

Barat yang oleh khalayak ramaidisebut Ibing/

Tari Kursus (R.Tjetje Somantri, Loc-Cit).

Selanjutnya muncul dua tokoh tari

lainnya yang berasal dari Cirebon juga memb-

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 103/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

230

awakan bentuk Tari Kursus menurut gayanya

masing-masing. Maka di Pasundan terdapat

tiga gaya Tari Kursus yang terkenal dengan

 patokan Rancaekek, patokan Resna dan pato-kan Kamsi.

Patokan Kamsi

 Lenyepan:1.Pasang 2.Ngareundeuk cic-

ing 3.Keder 4.Galeong 5.Jangkung ngilo 4x

6.Koma 7.Gedut 8.mincig 9.Kedet 10.Malik

11.Keupat 12.Keupat Gancang 13.Lengkah

opat 14.Jalak pengkor 15.Mindid angka S Ker-

ing I: 1.Sepak Soder 2x 2.Adegan 3.Soder 2x

4.Jangkung ngilo 4x 5.Gedut 6.Mincig 7.Soder

2x 8.Pakbang 9.Jalak Pengkor 10.Mincig

11.Soder 2x 12.Mincig 13. Keupat manggung

14.Mandapan 15. Sembah.

Patokan Resna

 Lenyepan: 1.Tapak deku 2.Ngalalamba 2x

3.Malik keupat gancang 4.Kuda-kuda di-

hareupeun gamelan 5.Koma, keupat serong

6.Koma, incig biasa7.Koma, incig gancang

8.Jangkung ngilo I 9.Kedut I bari maju

10.Mincid salse miring 11.Keupat sabeulah

nyekel keris 12.Incig kewer nyanggigir 13. Se-

lup Cikalong 14.Jangkung ngilo II 15.Masekon

ngatuhu 16.Mincig kerep. Kering I: 1.Wiletmiceun soder 2.Sepak soder 3.jangkung ngilo

 III 4.Gedut bapang 5.Mincid salse 6.Sepak

 soder 2x 7.Keupat 8. Lengkah opat 9.Ngayun

katuhu 10.Cikalong gancang 11.Sepak sod-

er 12.Pakbang I 13.Kewer galak 14.Mincig

cicing 15.Sepak soder. Kering II: 1.Linggek

 Beuheung 2.Keupat 3.Dringting 4.Incig gan-

cang 5.Sepak soder 2x 6.Pakbang ngajurung -

kunung 7.Galeong gancang 8.Sepak soder

2x 9.Adu bapa 10.Mincig 11.Sepak soder 2x

12.Jangkung ngilo sorog 13.Mandapan (sem-

bah). Kering III (Waled): 1.Jangka panjang2.Sepak soder 2x 3.Ngarenghap 4.Malik, sepak

 soder 5.tepak Ma Inang 6.Kuda-kuda ngayun

7.Keupat tilu tumpang kaki 8.Mincig lemes

9.Mincig gancang 10.Sepak soder 11.Jangkung

ngilo V 12.Gedut gendong 13.Salse gan-

cang 14.Sepak soder 15.Pangbang kempreng

16.Geleser ngayun 17.Salse miring 18. Sepak

 soder 19.Pakbang II 20.Galeong21.Manda-

 pan 22. Sembah (A.Tisna Werdaya, 1980:3).

  Adapun dalam perkembangan dari ke-

tiga patokan tersebut ialah patokan Rancaekek

dikembangkan dengan mendirikan Wirah-

masari pada tahun 1925, yang dipimpin oleh

R.Sambas Wirakusumah (Jumnadi Harjawina-

ta, Loc.Cit).Beliau memberikan pelajaran tari

 juga disekolah-sekolah pada waktu itu. Yaitu

Sekolah Raja (Kweekschool), Sekolah Menak

(Bestuurschool), MULO, HBS, MOSVIA,

OSVIA, dan HIK (Anis Sujana, 1993:99).

  Dua tokoh tari dari yaitu Resna dan

Kamsi pada tahun 1921 giat mengajar di daer-

ah Banjaran (Bandung), yang mendatangkan

Resna adalah Lurah Ciapus yaitu Suparta dan

yang mendatangkan Kamsi adalah Lurah Sin-dang Panon. Selain di daerah Banjaran, Resna

 juga mengajar di Bandung, Soreang, Subang,

Cianjur, Bogor, Purwakarta dan Sumedang.

Pada tahun 1924 Kursus Tari yang pertama

kali di Sumedang diselenggarakan di pend-

hapa kabupaten, pelatihnya bernama Resna.

Kursus tari tersebut diselenggarakan

atas prakarsa Bupati R.A.A Kusumadilaga.

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 104/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

231

Juga Kamsi selain di Banjaran banyak daerah-

daerah lain yang didatangi sehingga banyak

murid-murid yang mengambil pelajarannya.

Daerah- daerah yang didatangi Kamsi adalahBandung, Soreang, Bogor, Sukabumi, Pur-

wakarta, Subang, Cianjur, dan Jakarta. Pada

tahun 1926 Kamsi beserta keluarga dan rom-

 bongannya menetap di desa Baros (Cimahi),

di rumah Haji Haris, selain keluarga Haji Haris

 juga banyak para pemuda yang mengambil

 pelajarannya. Materi yang diajarkan selain tari

Kursus, juga tari Wayang, sedangkan untuk

kaum wanita tari Topeng (Toto Sudarto: 1980:

14-15).

Gambar 1.

Tari Keursus

  Beberapa sikap dalam tari kursus. yang

diperagakan oleh para menak, tidak diketahui

siapa para pelakunya dan di mana. Penari di

tengah menunjukkan sikap nyembah; penari

dari kiri yang kesatu dan ke empat melakukan

sikap dasar tangan lontang; penari kedua dan

kesembilan: sikap tumpang tali: penari ke-

lima: sinjang kirut; penari keenam: nyawang;

 penari ketujuh: sonteng; penari ke delapan:

 pocapa (Irawati Durban Ardjo, 1998:155).

  Dalam perkembangan selanjutnya Tari

Kursus sebagai tontonan dapat pula diperlom-

 bakan sebagimana halnya pernah dilakukan

 pada permulaan Jaarbeurs diadakan Concours

ngibing (perlombaan menari). Pada pesta

atau perayaan pasar malam, Tari Kursus se-

lalu tampil sebagai pertunjukan atau festival/ pasanggiri, sebagai penilaian di bidang seni

tari (Moh.Tarya, 1978/79:3). Sampai pada pe-

merintahan Jepang pun sering diselenggarakan

festival/pasanggiri (Panji Pustaka, No.20/21,

Agustus 1943, tahun XXI).

  Dengan tersebarnya Tari Kursus maka

di dalam tayuban penyelenggaraannya tidak

lagi seperti tayuban sebelum ada Tari Kursus,

tetapi merupakan tayuban versi baru. Di da-

lam tayuban versi baru ini para penari lebih

menitik beratkan pada segi keindahan gerak.

Para ronggeng masih diadakan tetapi ber-

fungsi hanya sebagai penyanyi atau pesinden

saja. Sering pula menari menemani penari pria

tetapi sangat terbatas. Mairan yaitu menari

 bersama pada laki-laki masih dilakukan, begi-

tu pula tari saka masih menambah meriahnya

suasana (Atik Soepandi, BA,-Enoch Atmadi-

 brata, 1977:48).

Tari Kursus berkembang pesat di antara

tahun 1930-1945, di sana-sini berdiri kursus-

kursus Tari Sunda bukan di pusat-pusat kota

saja, namun menyebar luas sampai ke luar kota

(R.Oe.Joesoef Tedjasoekmana, 1977/78:6).

Dengan bergeloranya revolusi kemerdekaanTari Kursus mengalami kemunduran. Setelah

kemerdekaan Tari Kursus dapat berkembang

kembali. Perkembangan Tari Kursus sangat-

lah cepat karena diajarkan disekolah-sekolah

seperti S.G.B., S.G.A. Tari Kursus sebagai

 performing dance selalu tampil untuk me-

nyambut tamu-tamu dari luar negeri maupun

luar daerah.

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 105/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

232

  Tari Kursus sekarang merupakan per-

formingdance yang sangat menarik. Pada

azasnya Tari Kursus ini hanyalah dimaksud-

kan sebagai Tari Tayub tetapi kemudian orang berusaha untuk dijadikan tarian di atas pen-

tas sebagai tontonan (Maman Suryaatmadja,

1972:242). Dalam perkembangan selanjut-

nyaTari Kursus Wirahma Sari diajarkan lebih

terperinci lagi. Untuk kepentingan pengajaran

maka pada tahun 1955 atas prakarsa Enoch

Atmadibrata dan kawan-kawan, dilakukan

 pemadatan Tari Lenyepan, tetapi hal initidak

merubah susunan koreogra yang telah diten-

tukan.

Dengan adanya pemadatan maka pe-

mentasannya dapat diperpendek menjadi lebih

kurang 12 menit. Sebenarnya pemadatan su-

dah dilakukan sebelumnya tetapi untuk ke-

 pentingan festival atau pasanggiri bukan untuk

kepentingan pengajaran. Dengan berdirinya

suatu Lembaga Pendidikan Tinggi Tari Sunda

yaitu KORI yang berdiri tahun 1968 yang ke-

mudian perkembangan selanjutnya menjadi

ASTI sekarang STSI, Tari Kursus Wirahma

Sari menjadi materi mata kuliah pokok.Un-

tuk memenuhi kebutuhan mata kuliah dasar

Tari Kursur di KORItahun 1970, tari Lenye-

 pan dipadatkanoleh R.Oe.Joesoef Tedjasoek-

mana, tanpa menghilangkan gerak yang telahada,hanya penyederhanaan pengulangan ger-

aknya saja. Hal ini telah dicoba disusun Tari

Lenyepan yang hanya memakan waktu kurang

lebih 5 menit saja dalam menarikannya den-

gan tetap menggunakan iringan lagu ageung.

Tari Topeng Cirebon

Ada dua macam topeng di Cirebon

yaitu wayang wong dan topeng babakan.

Wayangwong adalah pertunjukan topeng yang

menggunakan cerita wayang purwa, sedang-kan topeng babakan adalah pertunjukan topeng

yang hanya menyajikan tari-tarian tunggal dari

tokoh-tokoh cerita Panji. Pada topengbabakan

seorang penari baik laki-laki maupun perem-

 puan membawakan 5 sampai 6 karakter dalam

satu kali penampilan. Topeng Cirebon tersebar

di daerah-daerah: Slangit, Gujeg, Kreo, Ka-

lianyar, Gegesik, Suranenggala Lor, Paliman-

an. Urutan tarian pada pertunjukan topeng-

 babakan di Cirebon berbeda-beda menurut

daerahnya. Urutan tarian pada topengbaba-

kan daerah Palimanan adalah:Panji, Pamindo

I (Galuh/sejenis Candra-kirana), Pamindo

(Gimbal/sejenis Gunungsari), Patih, Tumeng-

gung, Pe-rang Tumenggung Jinggananom,

Klana, Rumyang (Risyani, 1984/85:25).

  Pada beberapa daerah tradisi pertun-

 jukan wayang topeng telah berkembang se-

 jak lama dan diteruskan pada generasi-genari

 penurusnya secara turun temurun. Pewaris

aktif inilah yang menjaga kontinyuitas tradisi

hingga berlangsung sampai beberapa generasi

dalam jangka waktu relative panjang. di Pali-

manan secara kronologis dapat disebutkan

 bahwa pertunjukan wayang topeng dimulaidari pangeran Panggung, Raden Nurkaman,

Ki Bluwer, Ki Kerta-wangsa, Ki Bayalangu,

Ki Kembang, Ki Hangga Seraya, Ki Tarum,

Ki Rangkep, Ki Sentor, Ki Kolab, Ki Gedog,

Ki Semita, Ki Konya alias Kontarut, dan ge-

narasi paling muda adalah Kudung alias Wen-

tar.

Di desa kebagusan Ki Karta Semita

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 106/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

233

  R. Sambas Wirakusumah mengajar-

kan Tari.Kursus disesuaikan dengan tatakrama

orang Sunda dan dihubungkan pula dengan

nilai kebatinan.Ada lima tahapan dalam Tari Kursus

yaitu: 1. Lalamba; 2. Lenyepan; 3. Nyatria; 4.

Monggawa, dan 5. Kalana (ngalana)

  Lalamba: hartosna bubuka, ngamitian,

niat, tekad kareteg ati, naon nu bade dilampa-

han jolna tina kareteg ati.

  Lenyepan: hartosna mikiran, segala

rupa anu hade dimaksad, memeh prak dil-

ampahan teh tangtos kedah dilenyepan heula.

  Nyatria : hartosna jujur sagala laku

lampah kedah jujur sinatria.

  Ponggawa: hartosna gagah senggut,

upami digawe lanca –linci moal aya buahna,

kedah senggut.

  Kalana (Ngalana): hartosna ngala

 buahna, sagala pagawean anu dihanca kujalan

nu opat tadi, arang langka teu kaala buahna nu

nyugemakeun (Wirahmasari, 1951:2).

  (Lalamba: artinya pembuka, memulai,

niat, tekad keinginan hati, apa yang akan di-

lakukan munculnya dari getar hati.

  Lenyepan: artinya memikirkan, segala

rupa maksud yang baik, sebelum mulai dilak-

sanakan, tentunya harus dipikirkan dulu.

  Nyatri: artinya jujur, segala tingkah pola/perbuatan harus jujur sebagai seorang sa-

tria.

  Ponggawa: artinya gagah bersemangat,

kalau bekerja setengah-setengah/kesana-kemari

tidak akan menghasilkan apa-apa, harus giat

 bersemangat.

  Kalana(ngalana): artinya memetik

 buahnya, segala pekerjaan yang dilakukan

diteruskan oleh generasi penerusnya yaitu Ki

Payu, dalang topeng- dalang wayang kulit,

Ki Wartama, dalang wayang kulit, Ki Kadok

Kencar, dalang topeng- dalang wayang ku-lit, Ki Kempi, bikin wayang, Ki Ardi, dalang

wayang kulit, Ki Ken, dalang wayang kulit, Ki

Kewat, Ki Kendar, Ki Konya, dalang topeng

(ayah Wentar alias Kudung), Ki Kasmaran,

 peñata karawitan.

Wentar di desa Bojong Kecamatan Palimanan

 berputra:

 Nyi Mini di Bongas Sumberjaya, dalang1.

Topeng

 Nyi Dasih alias Nesi, dalang topeng2.

Satja, peñata karawitan3.

 Nyi Amih, dalang topeng4.

 Nyi Sujinah alias Suji, dalang topeng (Toto5.

S udarto, 2001:78-79).

Gambar 2

Pasangan Ngumis dalam tari Topeng

Tumenggung

(Foto: Koleksi Pribadi)

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 107/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

234

Tari Lenyepan Naek

Monggawa

Tari Topeng Tumenggung

Sila Mando / Sineba - Sembah

Deku - SembahAdeg-adeg – Lontang, - Pundak

SoderUngkleuk tujuh

Jangkung iloGedut

Mincid cicing

KeupatTindak tiluEngkeg gigir / Jalak pengkor

Sekar tibaAdeg-adeg capang ngumis

Laras kondaJangkung ilo sonteng

GedutMincid Cikalongan

Keupat Saruk / Nyungkur

Engkeg gigir/ Jalak PengkorPak bangBaksarai

MamandapanDeku - Sembah

Deku – SembahPasangan capang sonteng

Pasangan- Ngincek- Meneng arang,

- Meneng kerep, - Engkok bahuJangkung ilo

Lembean / klepatBarongsae miring

Jalak pengkor muter

Pak bang selutGendut / ngeyegIncek angka 8

Pasangan capang sontengBarongsae selut

Bango lengekPak bang tumpang tali

Gendut / ngeyegPasangan terap kedok- capang ngumis

-buang ules

Pancer papat - Tumpang tali- Capangngumis -Cantel , -Capang ngumis-Mola soder -Capang ngumis

Gendut / ngeyegIncek kerep

MamandapanDeku Sembah

Analisa Perbandingan Koreogra Tari Lenyepan Naek Monggawa Dengan Koreogra

Tari Topeng Tumenggung (Yang Diajarkan Nyi Suji)

 

dengan jalan yang empat tadi, jarang yang

tidak memetik buahnya, pasti memuaskan).

  Lalamba: Sila Mando/sineba – semba-

hanDeku/jengkeng – sembahan

Lenyepan: Adeg-adegJangkung ilo, Gedut,

Mincid cicing, Keupat, Tincak tilu, Engkeg

gigir/jalak pengkor 

  Nyatria : Sekar tiba

  Monggawa: Adeg-adeg capang ngu-

mis, Laras konda, Jangkung ilo sonteng,

Gedut, Mincid Cikalongan, Keupat saruk/

nyungkur, Pak bang

 Ngalana: Adeg-adeg tumpang tali/lontang

kembar, Pundak soder cengkat, Sonteng, Pak

 bang barongsae, Mincid Cirebonan/soder/

sampur, Baksarai, Mamandapan, Deku/ jeng-

keng– sembahan.

Karakterisasi Tari Keursus

Tari Lenyepan / Leyepan: Lenyep (halus/lung-

guh)

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 108/112

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 109/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

236

DAFTAR PUSTAKA

  Ardjo, Irawati Durban. 1998. Perkem-

 bangan Tari Sunda Melacak Jejak Tb. Oemay-Martakusuma dan Rd.Tjetje Somantri. Band-

ung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia

Ali Cs, Moh. 1975. Sejarah Jawa Barat

Sekitar Permasalahannya. Bandung: Proyek

Peningkatan Kebudayaan Jawa Barat.

 

Enoc Atmadibrata. 1977.“Pola-Pola

Dasar Tari Sunda Yang Bersumber Dari Tari

Keurseus, Tari Topeng, Tari Karya R.Tjetje

Somantri”. Bandung: Proyek Peningkatan/

Pengembangan ASTI Bandung.

 

Harjadinata, Jumnadi. 1972. “Tari

Kursus Sebagai Tari Sunda Klasik” Skripsi

Sarjana Muda. Bandung: ASTI Bandung.

 

Pigeaud, Th., 1938. Javaanse Volks-

vertoningen, Batavia: Volkslectuur..

  Suryaatmadja, Maman R.I., Atja,

1970. “Drama Tari Ramayana Gaya Sunda”.

Yogyakarta: Panitia Penyelenggara Seminar

Sendra Tari Ramayana Nasional,.

  Suryaatmadja, Maman R.I,1976.

”Perkem-bangan Tari Sunda Dan Masalah

Studi Dari Tari Gaya Sunda di Jawa Barat”.

Bandung: Proyek Akademi Kesenian Jawa

Barat.

  ……1976. ”Materi Tari Sunda Seba-

gai Mata Kuliah di ASTI Bandung”. Bandung:

Proyek Akademi Kesenian Jawa Barat.

  Risyani. 1984/85.“Pertunjukan Topeng

Cirebon, Suatu Studi Tentang Tata Cara Pe-

nyajian Topeng Hajatan”.Bandung: Proyek

Pengembangan Institut Kesenian Indonesia

(IKI) Sub/Bag Proyek Pengembangan ASTI

Bandung.

  Soepandi, Atik. Atmadibrata ,Enoch.

1977. Khasanah Kesenian Daerah Jawa Ba-

rat. Bandung: Pelita Masa.

 

Serrurier. 1896.De Wajang Poerwa.

Leiden: Boekhanden en Drukkerij,.

  Sudarto, Toto. 1980. “Tinjauan Komp-

eratif Tentang Tari Lenyepan Naek Monggawa

Dengan Tari Topeng Tumenggung”. Skripsi

Sarjana Muda. Bandung: ASTI Bandung.

  Tedjasoekmana R, Oe.Joesoef..

1977/78. “Tari Lenyepan”, Bandung: Proyek

Peningkatan/Pengembangan ASTI Bandung.

 

Tarya, Moh. 1978/79. “Tari Gawil

 Naek Kering II (Monggawa)”. Bandung:

Proyek Pengembangan ASTI Bandung.

  ……………., 2001.“Topeng Babakan

Cirebon 1990-1999. ”,Tesis, Program Studi

Sejarah, Yogyakarta: Fakultas Pasca Sarjana

Universitas Gadjah Mada.

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 110/112

TEROB VOLUME IV NOMOR 2 APRIL 2014

237

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 111/112

  

 

 

 

 

 

 

 

   

 

8/18/2019 Terob April 2014

http://slidepdf.com/reader/full/terob-april-2014 112/112