16
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul TERMOREGULASI PADA HEWAN, Salawat dan salam penulis persembahkan kepada sang guru sejati Nabi Muhammad saw yang telah mengajari manusia sampai akhir hayatnya. Dalam menyelesaikan makalah ini, mulai dari perencanaan, pengumpulan dan penyusunan terdapat hambatan dan rintangan yang penulis hadapi. Namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak semua kesulitan dan hambatan dapat teratasi. Selanjutnya terimakasih penulis sampaikan kepada dosen mata kuliah Fisiologi Hewan yang begitu banyak memberi bimbingan kepada penulis, serta sahabat-sahabat seperjuangan yang selalu memberi motivasi dan masukan kepada penulis. Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran konstruktif demi kesempurnaan dimasa yang akan datang. Mudah-mudahan makalah ini menjadi sumbangan

TERMOREGULASI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TERMOREGULASI

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul TERMOREGULASI PADA HEWAN, Salawat dan salam penulis

persembahkan kepada sang guru sejati Nabi Muhammad saw yang telah mengajari

manusia sampai akhir hayatnya.

Dalam menyelesaikan makalah ini, mulai dari perencanaan, pengumpulan dan

penyusunan terdapat hambatan dan rintangan yang penulis hadapi. Namun berkat bantuan

dan dorongan dari berbagai pihak semua kesulitan dan hambatan dapat teratasi.

Selanjutnya terimakasih penulis sampaikan kepada dosen mata kuliah Fisiologi

Hewan yang begitu banyak memberi bimbingan kepada penulis, serta sahabat-sahabat

seperjuangan yang selalu memberi motivasi dan masukan kepada penulis.

Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya,

untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran konstruktif demi kesempurnaan

dimasa yang akan datang. Mudah-mudahan makalah ini menjadi sumbangan pikiran

dalam meningkatkan hasil produk bagi perusahaan demi tercapainya tujuan yang telah

direncanakan.

Darussalam,17 Februari 2010

Penulis

Page 2: TERMOREGULASI

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar blakang

Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu

internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir (Campbell, 2004). Berdasarkan

Tobin (2005), suhu berpengaruh kepada tingkat metabolisme. Suhu yang tinggi akan

menyebabkan aktivitas molekul-molekul semakin tinggi karena energi kinetiknya makin

besar dan kemungkinan terjadinya tumbukan antara molekul satu dengan molekul lain

semakin besar pula (Chang, 1996). Akan tetapi, kenaikan aktivitas metabolisme hanya

akan bertambah seiring dengan kenaikan suhu hingga batas tertentu saja. Hal ini

disebabkan metabolisme di dalam tubuh diatur oleh enzim (salah satunya) yang memiliki

suhu optimum dalam bekerja. Jika suhu lingkungan atau tubuh meningkat atau menurun

drastis, enzim-enzim tersebut dapat terdenaturasi dan kehilangan fungsinya

Di dalam tubuh organisme (tingkat individu) pasti ada mekanisme regulasi untuk

mencapai keadaan yang homeostatic. Homeostatik pada dasarnya merupakan suatu upaya

mempertahankan atau menciptakan kondisi yang stabil dinamis (“steady state “) yang

menjamin optimalisasi berbagai proses fisiologis dalam tubuh. Untuk mencapai keadaan

tersebut, tubuh melakukan berbagai aktivitas regulasi, sebagai mekanisme untuk

mencapai homeostatis yang diharapkan. Regulasi dan homeostatis juga terjadi di tingkat

populasi dan komunitas dalam suatu ekosistem.

Regulasi merupakan suatu proses untuk mencapai keadaan yang stabil. Regulasi

dilakukan dalam banyak bentuk, misalnya regulasi untuk mempertahankan cairan tubuh,

osmolaritas tubuh, keasaman, suhu, kadar lemak, gula dan protein darah,dsb. Pada tubuh

manusia, regulasi diperankan oleh antara lain adalah syaraf dan hormone.karena kedua

komponen merupakan pengendali utama dalam proses regulasi dalam tubuh. Pengaturan

Page 3: TERMOREGULASI

suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen

dari homeostasis. Pada topik yang dibahas yaitu mengenai termoregulasi (pengaturan

suhu tubuh) beruang kutub.

Dalam pengaturan suhu tubuh, hewan /manusia harus mengatur panas yang diterima

atau yang hilang ke lingkungan. Mahluk butuh suhu lingkungan yang cocok, agar

metabolisme dalam tubuh berjalan normal. Jika suhu lingkungan terlalu rendah ia harus

mengeluarkan energi lebih besar daripada biasanya berupa panas . Enzim bekerja dalam

suhu optimum. Kalau suhu rendah enzim tak bisa bekerja, berarti metabolisme terhalang.

Page 4: TERMOREGULASI

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Termoregulasi

Termoregulasi adalah kemampuan yang dimiliki oleh hewan untuk

mempertahankan panas tubuhnya. Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan

cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi

dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-blood animals) dan hewan berdarah panas

(warm-blood animals). Namun, ahli-ahli Biologi lebih suka menggunakan istilah

ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan.

Hewan ektoterm adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu di lingkungan luarnya

untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang dihasilkan dari keseluruhan sistem

metabolismenya hanya sedikit contoh ikan dan amfibia. Sedangkan hewan endoterm,

adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari produksi panas di dalam tubuh, yang

merupakan hasil samping dari metabolisme jaringan contoh aves dan mamalia.

Cara adaptasi hewan eksoterm menghadapi suhu yang sangat tinggi yaitu dengan

meningkatkan laju pendinginan dengan penguapan melalui kulit, bagi hewan yang

berkulit lembab atau dengan cara berkeringat untuk hewan yang mempunyai kelenjar

keringat dan melalui saluran napas, bagi hewan yang kulitnya tebal dan kedap air; dan

mengubah mesin metaboliknya agar bisa bekerja pada suhu tinggi. Sebaliknya cara

adaptasi hewan eksoterm pada suhu sangat dingin yaitu dengan menambah zat terlarut ke

dalam cairan tubuhnya untuk meningkatkan konsentrsasi osmotik dan menambah protein

anti beku ke dalam cairan tubuhBeberapa cara hewan endoterm dalam mengantisipasi

pengaruh cekaman dingin yaitu Pengurangan Gradien Termik (T1-T2), Penurunan

Konduktans Termik (C), Penurunan Panas Melalui Evaporasi dan Peningkatan

Termogenesis. Sebaliknya pada lingkungan yang panas, hewan endoterm akan

menurunkan termogenesis dan meningkatkan termolisis. Respon hewan endoterm dalam

Page 5: TERMOREGULASI

mengantisipasi variasi temperatur pada lingkungan baru yaitu dengan aklimatisasi dan

akhirnya Hewan golongan homeoterm dalam menghadapi perubahan suhu lingkungan

cenderung mempertahankan suhu tubuhnya dengan cara meningkatkan adaptasi atau

penyesuaian diri terhadap lingkungan. Ada juga mempertahankan suhu tubuhnya karena

golongan homeoterm mempunyai kemampuan faal untuk mengontrol suhu tubuhnya,

sehingga hewan homeoterm memiliki tingkat adaptasi yang lebih tinggi dibanding hewan

golongan poikiloterm Contoh hewan yang tergolong eksoterm yaitu ikan salmon (22 oC),

ikan saumon (18 oC), crapaud bufo boreas (27 oC), alligator (buaya) (32 - 35 oC), iguana

38 oC), lezard anolois sp (30 - 33 oC), dan larva lalat rumah (30 - 37 oC.

Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara perolehan panas dari dalam

(metabolisme) atau luar dengan kehilangan panas. Untuk menghadapi cuaca yang sangat

buruk (terlalu dingin atau terlalu panas) hewan perlu menghemat energi dengan cara

hibernasi atau estivasi.

Hewan yang mampu mempertahankan suhu tubuhnya dinamakan homeoterm,

sedangkan yang ridak mampu mempertahankann suhu tubuhnya disebut poikiloterm.

1. Pengaruh suhu pada lingkungan, hewan dibagi menjadi dua golongan, yaitu

1.1 poikiloter.

Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian

dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga

disebut hewan berdarah dingin.

1.2 homoiterm

Homoiterm sering disebut hewan berdarah panas. Pada hewan homoiterm

suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga

dapat mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm dapat melakukan aktifitas pada suhu

lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuh. Hewan

homoiterm mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur,

Page 6: TERMOREGULASI

faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam, faktor

makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air.

Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada

suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan

sekitarnya. Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang

menyejukkan badan. Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap

konstan. Contoh hewan berdarah panas adalah bangsa burung dan mamalia. Hewan

yang berdarah dingin adalah hewan yang suhu tubuhnya kira-kira sama dengan suhu

lingkungan sekitarnya. Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan antara

panas yang diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang hilang.

2. Panas yang hilang dapat berlangsung secara radiasi, konveksi, konduksi dan

evaporasi.

2.1 Radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan medium

untuk merambat dengan kecepatan cahaya.

2.2 Konduksi merupakan transfer panas secara langsung antara dua materi padat yang

berhubungan lansung tanpa ada transfer panas molekul. Panas menjalar dari yang

suhunya tinggi kebagian yang memiliki suhu yang lebih rendah.

2.3 Konveksi adalah suatu perambatan panas melalui aliran cairan atau gas. Besarnya

konveksi tergantung pada luas kontak dan perbedaan suhu.

2.4 Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju konveksi

kehilangan panas karena evaporasi .

3. Adaptasi yang berhubungan dengan pengaturan suhu tubuh hewan

Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya adanya

bulu dan rambut pada burung dan mamalia, otot, dan modifikasi sistim sirkulasi di

bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat

exchange adalah salah satu cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh. Perilaku

adalah hal yang penting dalam hubungannya dengan termoregulasi. Migrasi, relokasi,

Page 7: TERMOREGULASI

dan sembunyi ditemukan pada beberapa hewan untuk menurunkan atau menaikkan

suhu tubuh. Gajah di daerah tropis untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi

atau mengipaskan daun telinga ke tubuh. Manusia menggunakan pakaian adalah salah

satu perilaku unik dalam termoregulasi.

Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan.

Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju

metabolisme dengan perubahan hormon-hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga

meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi

terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme

lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di dalam sarangnya.

3.1 Adaptasi Morfologi

Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan

kebutuhan organisme hidup. Misalnya seperti gigi singa, harimau, citah, macan, dan

sebagainya yang runcing dan tajam untuk makan daging. Sedangkan pada gigi sapi,

kambing, kerbau, biri-biri, domba dan lain sebagainya tidak runcing dan tajam karena

giginya lebih banyak dipakai untuk memotong rumput atau daun dan mengunyah

makanan.

3.2 Adaptasi Fisiologi

Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang

menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup

dengan baik. Contoh adapatasi fisiologis adalah seperti pada binatang / hewan onta yang

punya kantung air di punuknya untuk menyimpan air agar tahan tidak minum di padang

pasir dalam jangka waktu yang lama serta pada anjing laut yang memiliki lapisan lemak

yang tebal untuk bertahan di daerah dingin.

3.3 Adaptasi Tingkah Laku

Page 8: TERMOREGULASI

Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku /

perilaku terhadap lingkungannya seperti pada binatang bunglon yang dapat berubah

warna kulit sesuai dengan warna yang ada di lingkungan sekitarnya dengan tujuan untuk

menyembunyikan diri.

Adaptasi yang dilakukan hewan ektoterm terhadap lingkungan adalah dengan

tingkah lakunya. Contoh adaptasi yang dilakukan hewan ektoterm antara lain :

Ikan (Pisces).

Jika lingkungan panas adaptasi yang dilakukan ikan adalah dengan berenang ke

perairan yang lebih dasar atau menuju ke tempat yang intensitas sinar matahari lebih

sedikit seperti dibawah pepohonan.

Katak (Amphibi)

Pada lingkungan yang panas hewan ini beradaptasi secara morfologi dengan cara

menguapkan panas dari dalam tubuhnya . Sedangkan secara tingkah laku yan dilakukan

katak adalah bersembunyi pada bongkahan tanah yang dianggap lebih rendah suhunya.

Namun jika suhu lingkungan ekstrim panas katak menggunakannya untuk

memaksimalkan reproduksinya. Dengan tujuan melestarikan spesiesnya. Telur yang

dihasilkan ditempelkan pada daun atau ranting pohon. Ketika lingkungan sudah

memungkinkan seperti pada saat musim penghujan, Maka telur tersebut akan

berkembang menjadi berudu yang akhirnya akan menjadi katak dewasa yang baru.

Belalang (Insecta)

Pada lingkungan panas belalang beradaptasi secara morfologi dengan cara

mengubah warna tubuhnya. Secara tingkah laku yang dilakukan belalang adalah

bersembunyi dabalik daun.

Buaya (Reptile)

Buaya memiliki kulit yang tebal sehingga untuk beradaptasi pada lingkungan panas dia

mengurangi penguapan dengan kulitnya yang tebal tersebut. Secara tingkah laku yang

dilakukan buaya adalah dengan membuka mulut untuk menguapkan panas tubuhnya

(Evaporasi). Kelompok hewan melata (reptil) adalah binatang bertulang belakang

berkulit berkulit kering, bersisik, dan bernapas dengan paru-paru. Hewan

Page 9: TERMOREGULASI

melata termasuk kelompok hewan berdarah dingin, artinya hewan yang

memanfaatkan suhu lingkungan untuk mengatur suhu tubuhnya.

Ular

Secara tingkah laku ular melakukan adaptasi pada lingkungan panas dengan

bersembunyi dibawah tanah atau dalam liangnya. Pada beberapa ular gurun adaptasi pada

lingkungan panas dilakukan dengan berjalan karah menyamping bersudut sekitar 45o.

Page 10: TERMOREGULASI

BAB III

KESIMPULAN

Termoregulasi merupakan proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur suhu

tubuhnya supaya tetap konstan, paling tidak supaya suhu tubuhnya tidak mengalami

perubahan yang terlalu besar. Tidak semua hewan mampu mempertahankan suhu tubuh

yang konstan.

Hewan yang mampu mempertahankan suhu tubuhnya dinamakan homeoterm,

sedangkan yang ridak mampu mempertahankann suhu tubuhnya disebut poikiloterm.

Hewan ektoterm adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu di

lingkungan luarnya untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang dihasilkan

dari keseluruhan sistem metabolismenya hanya sedikit. Sedangkan hewan endoterm,

adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal dari produksi panas di dalam tubuh, yang

merupakan hasil samping dari metabolisme jaringan.

Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara perolehan panas dari dalam

(metabolisme) atau luar dengan kehilangan panas. Untuk menghadapi cuaca yang sangat

buruk (terlalu dingin atau terlalu panas) hewan perlu menghemat energi dengan cara

hibernasi atau estivasi.

poikiloter.

Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian

dalam lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga

disebut hewan berdarah dingin.

homoiterm

Page 11: TERMOREGULASI

Homoiterm sering disebut hewan berdarah panas. Pada hewan homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. http://id.wikipedia.org/wiki/ (diakses pada tanggal 2010)

Anonim 1997. Kamus Istilah Kesehatan Hewan dan Peternakan. Penerbit kanisius. Yogyakarta

Kuncoro, EB. 2008. Akuarium Laut. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Lesmana, DS. 2006. Budi Daya Ikan Hias Air Tawar Populer. Penebar Swadaya. Jakarta

Prahara, W. 2003. Perawatan dan Penangkaran Burung Paruh Bengkok yang Dilindungi. Penebar Swadaya. Jakarta