Upload
nuu-nur-hasana
View
62
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PRAKTIKUMKIMIA FISIKA
PENENTUAN KALOR REAKSI ( TERMOKIMIA )
NAMA : ARIS TAOEMESA
NIM : H311 11 252
KELOMPOK : III (TIGA)
HARI/TANGGAL : SENIN / 11 MARET 2013
ASISTEN : ALFANI MARING DATU
LABORATORIUM KIMIA FISIKAJURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Termodinamika merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang
kalor, kerja dan energi, dengan kesetimbangan dalam reaksi kimia serta dalam
perubahan keadaan. Termokimia merupakan bagian dari termodinamika yang
membahas tentang perhitungan kalor suatu reaksi kimia, jadi termodinamika
mencakup termokimia dan cabang ilmu termodinamika.
Dalam reaksi kimia dikenal adanya sistem dan lingkungan. Sistem
merupakan bagian dari dunia yang menjadi perhatian khusus, yang dapat berupa
tabung reaksi, gelas kimia, mesin, dan lain-lain. Sedangkan lingkungan adalah
bagian di sekitar sistem tempat melakukan pengamatan.
Antara sistem dan lingkungan dapat terjadi perpindahan kalor. Proses
pelepasan energi sebagai kalor dari sistem ke lingkungan disebut reaksi eksoterm.
Sedangkan proses yang menyerap energi sebagai kalor dari lingkungan ke sistem
disebut reaksi endoterm.
Pengukuran jumlah kalor yang dilepaskan pada suatu reaksi kimia disebut
kalorimetri. Sedangkan alat yang digunakan untuk mengukur kalor reaksi disebut
kalorimeter. Penentuan dengan kalorimeter terbatas pada reaksi-reaksi
berkesudahan yang berlangsung cepat dan tidak terjadi reaksi samping.
Secara eksperimen tetapan kalorimeter dan kalor penetralan dapat
ditentukan dengan menggunakan kalorimeter adiabatik sederhana. Untuk dapat
memahami cara penentuan tetapan kalorimeter dan kalor penetralan tersebut,
maka diadakanlah perobaan ini.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud percobaan
Maksud dari percobaan ini ialah untuk mengetahui dan mempelajari
tetapan kalorimeter dan kalor penetralan secara kalorimetrik.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu :
1. Menentukan tetapan kalorimeter secara kalorimetrik.
2. Menentukan kalor penetralan suatu reaksi netralisasi HCl oleh NaOH secara
kalorimetrik.
1.3 Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan ini yaitu pada penentuan tetapan kalorimeter,
mencampurkan air dengan air yang telah dipanaskan kemudian diukur suhunya
pada selang waktu setengah menit selama 5 menit. Pada penentuan kalor
penetralan, mereaksikan larutan asam (HCl) dengan larutan basa (NaOH) dan
diukur suhunya pada selang waktu setengah menit selama 5 menit, kemudian
menambahkan indikator metil jingga untuk membuktikan terjadinya penetralan
secara sempurna.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam memulai pembelajaran tentang termodinamika, sangatlah penting
untuk memahami dengan tepat istilah dari termodinamika dan istilah istilah lain
yang digunakan. Definisi berikut telah diekspresikan secara ringkas oleh J. A.
Beattie. Sebuah sistem termodinamika adalah bagian fisik dari alam semesta dan
sifat-sifat yang berada di bawah penyelidikan atau pusat perhatian. Sistem ini
terbatas pada tempat tertentu di sauatu batas ruang dengan batas yang
memisahkannya dari lingkungan sekitar di alam semesta. Sebuah sistem terisolasi
ketika ada batas pencegah interaksi antara sistem dengan lingkungan. Sebuah
sistem terisolasi tidak menghasilkan efek yang dapat diamati atau gangguan di
sekitarnya. Sebuah sistem disebut terbuka, ketika massa melewati atau melintasi
batas. Sistem dikatakan tertutup, ketika massa tidak melewati batas, (Castellan,
1982).
Sifat dari suatu sistem adalah keberadaan fisiknya yang dirasakan oleh
indra, atau dibuat jelas dengan metode eksperimental dan pengamatan tertentu.
Bagian-bagian sistem dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu: (1) non-terukur,
sebagai jenis zat menyusun sistem dan kaedaan agregasi bagian-bagiannya, dan
(2) terukur, seperti tekanan dan volume, untuk nilai yang numerik, dan dapat
diberikan oleh perbandingan langsung atau tidak langsung dengan standar,
(Castellan, 1982).
Sebuah sistem dalam keadaan tertentu ketika masing-masing memiliki
sifat-sifatnya yang nilainya pasti. Kita harus tahu, dari studi eksperimental, dari
sistem atau dari pengalaman dengan penilaian yang setara dengan sistem, sifat-
sifat apa yang harus dipertimbangkan agar keadaan sistem dapat didefinisikan
dengan ketepatan yang cukup untuk tujuan yang sesuai dengan harapan,
(Castellan, 1982).
Sistem akan mengalami perubahan dari suatu keadaan awal yang telah
ditentukan ke keadaan akhir tertentu. Perubahan keadaan-keadaan ini
didefinisikan ketika awal dan akhir keadaan ditentukan. Jalan dari perubahan
keadaan didefinisikan dengan memberikan keadaan awal, urutan keadaan diatur
dalam urutan yang dilalui oleh sistem, dan keadaan akhir, (Castellan, 1982).
Sebuah proses merupakan metode operasi dengan cara perubahan keadaan
yang berpengaruh. Deskripsi prose dinyatakan dalam hal-hal sebagai berikut:
batas, perubahan keadaan, jalan, atau efek yang dihasilkan dalam sistem selama
setiap tahap proses; dan efek yang dihasilkan di lingkungan pada setiap tahapan
proses, misalkan bahwa sistem telah mengalami perubahan keadaan kembali ke
keadaan awal, maka jalur transformasi tersebut disebut siklus, dan proses dengan
cara transformasi dilakukan disebut proses siklis, (Castellan, 1982).
Termodinamika statistik memberikan hubungan antara sifat mikroskopis
materi dan sifat massal. Ada dua kata kunci yang diperkenalkan dalam bagian
termodinamika ini, yang pertama adalah distribusi Boltzmann, yang digunakan
untuk memprediksi populasi dari keadaan-keadaan dalam sistem termal pada
proses kesetimbangan. Dalam bagian ini kita melihat derivasi dalam hal distribusi
partikel lebih yang tersedia pada suatu keadaan. Derivasi menunjukkan kealamian
untuk pengenalan fungsi partisi, yang merupakan konsep matematika pusat ini.
Kita dapat melihat bagaimana menafsirkan fungsi partisi dan bagaimana cara
menghitungnya dalam sejumlah kasus sederhana. Kami kemudian melihat
bagaimana untuk mengekstrak informasi termodinamika dari fungsi partisi. Pada
bagian akhir, kita menyamaratakan diskusi untuk memasukkan sistem yang terdiri
dari susunan partikel berinteraksi. Persamaan hampir sama dengan yang pertama
ditentukan, tetapi cakupaannya berlaku jauh lebih luas, (Atkins, 2006).
Molekul dapat dihitung, ditentukan spektroskopis, dan segala sesuatu yang
ada hubungannya dengan strukturnya. Langkah utama berikut adalah untuk
melihat bagaimana mengetahui tingkat energi dapat digunakan untuk menjelaskan
sifat materi dalam jumlah besar. Untuk melakukannya, kita akan memperkenalkan
konsep termodinamika statistik, hubungan antara sifat molekul individu dan sifat
termodinamika massal. Langkah penting dalam proses mekanika kuantum
molekul individu dengan termodinamika sampel massal adalah untuk mengenali
bahwa kedua penawaran dengan rata-rata perilaku sejumlah besar molekul.
Misalnya, tekanan gas tergantung pada gaya rata-rata yang diberikan oleh
molekul, dan tidak perlu untuk menentukan molekul yang kebetulan memukul
dinding pada setiap saat. Juga tidak perlu mempertimbangkan fluktuasi tekanan
sebagai nomor yang berbeda dari molekul yang bertabrakan dengan dinding pada
saat-saat yang berbeda. Fluktuasi tekanan sangat kecil dibandingkan dengan
tekanan stabil: itu sangat tidak mungkin bahwa akan ada jeda tiba-tiba dalam
jumlah tabrakan, atau gelombang tiba-tiba. Fluktuasi termodinamika lainnya juga
terjadi, tetapi untuk sejumlah besar partikel mereka diabaikan dibandingkan
dengan nilai rata-rata, (Atkins, 2006)
Termokimia mempelajari panas yang menyertai suatu reaksi kimia.
Misalnya untuk reaksi:
C (grafit)(p) + O2(g) CO2 (g)
∆H298_= -94,052 kal/mol
∆H : panas reaksi pada tekanan konstantan atau merupakan perubahan enthalpi
bila reaktan bereaksi dan menghasilkan produk. Harga mutlak dari enthalpi sendiri
umumnya tidak perluh diketauhi, (Respati, 1992).
Reaksi kimia yang menyangkut pemecahan dan atau pembentukan ikatan
kimnia selalu berhubungan dengan penyerapan atau pelepasan panas. Reaksi
eksotermik adalah suatu reaksi yang melepaskan panas. Jika reaksi berlangsung
pada suhu tetap, berdasarkan perjanjian, ∆H akan bernilai negatif, karena
kandungan panas dari sistem akan menurun. Sebaliknya, pada reaksi endotermik
yaitu reaksi yang membutuh panas berdasrkan perjanjian, ∆H akan bernilai
positif. Tetapi yang perlu diingat adalah bahwa kadang-kadang beberapa buku
menggunakan tanda yang sebaliknya, dari yang telah diuraikan di atas, karena itu
dalam penulisan bidang termodinamika, dianjurkan untuk selalu menggunakan
tanda yang digunakan, (Bird, 1993).
Panas reaksi adalah banaknya panas yang dilepaskan atau diserap ketika
reaksi kimia berlangsung, biasanya jika tidak dicantumkan keterangan lain berarti
berlangsung dalam tekanan tetap. Banyaknya zat yang bereaksi dinyatakan dalam
mol, jadi misalnya bila ditulis:
N2(g) + 3 H2(g) 2 NH3(g) ∆H = -100 kJ
Berarti bahwa apabila 1 mol gas N2 bereaksi dengan 3 mol gas H2 membentuk 2
mol gas NH3, akan membebaskan panas sebesar 100 kJ, (Bird, 1993).
Enthalpi pembentukan molar standar (∆Hfo) suatu senyawa adalah
banyaknya panas yang diserap atau dilepaskan ketika 1 mol senyawa tersebut di
bentuk dari unsur-unsurnya dalam keadaan standar. Disini harus diperhatikan
bahwa tidak terdapat nilai mutlakE dan H. Biasanya utnuk menyatakan entalpi
dan energi dalam yang digunakan keadaan standar sebagai titik acuan, karena
dalam menyatakan entalpi atau energi dalam sebenarnya yang dikukur adalah
perbedaan entalpi atau energi dalam suatu keadaan dengan keadaan standarnya,
(Bird, 1993).
Panas netralisasi dapat didefenisikan sebagai jumlah panas yang
dilepaskan ketika 1 mol air terbentuk akibat reaksi netralisasi asam oleh basa atau
sebaliknya. Untuk netralisasi asam kuat, nilai selalu tetap yaitu -57kJ/mol, (Bird,
1993)
Panas pengenceran adalah banyaknya panas yang dilepaskan atau diserap
ketika suatu zat atau larutan diencerkan dalam batas konsentrasi tertentu. Sebagai
contoh apabila gas HCL diencerkan dengan sejumlah tertentu air, akan didapat
persamaan reaksi berikut, (Bird, 1993):
HCL(g) + 25 H2O HCL(aq) ∆H = -72 kJ/mol
Hukum penjumlahan panas Hess, sebenarnya merupakan bentuk lain
dalam menyatakan hukum kekalan energi. Hukum ini menyatakan bahwa
banyaknya panas yang lepas ataupun yang diserap dalam suatu reaksi kimia, akan
selalu sam, tidak bergantung pada jalannya reaksi, apakah berlangsung dalam satu
tahap ataukah beberapa tahap. Agar hukum ini berlaku disyaratkan bahwa
keadaan awal reaktan dan keadaan akhir produk pada berbagai proses tersebut
adalah sama, (Bird, 1993).
Kalori meter dipergunakan untuk mengukur perubahan panas yang terjadi
pada reaksi kimia umumnya reaksi dilakukan pada suatu tempat yang diisoler.
perubahan temperatur diukur dengan termometer yang sensitif, (Respati, 1992).
Hasil perkalian antara kenaikan temperatur dan kapasitas paas total dari air
dan kalori meter, merupakan ukuran dari panas yang terjadi. Kapasitas panas dari
air dapat diperoleh dengan menimbang airnya, sedangkan kapasitas panas dari
kalori meter diperoleh dengan melakukan reaksi dimana panas yang terjadi telah
diketahui atau dilakukan pemanasan dengan pemanasan listrik, sehingga panas
yang dipergunakan dapat dihitung, (Respati, 1992)
Adapun penerapan dari termokimia dapat kita lihat pada serangga mellon
yang kontaminasi serat kapas yang dapat mengganggu carding, keliling, dan
lingkungan sekitar proses di pabrik, dan dengan demikian memberikan kepedulian
untuk industri tekstil. Ada beberapa metode untuk mendeteksi serangga melon di
atas dipanton serat, namun tak ada satupun yang terbukti cukup handal, hemat
biaya, dan cepat yanf cukup untuk digunakan sebagai metode skrining online.
Keadan aktitiv dari penelitian ini adalah untuk menentukan apakah proproduksi
senyawa volatil yang dihasilkan dari pemanasan melon-terkontaminasi kapas
dapat digunakan untuk mengukur tingkat kontaminasi, ( Gamble, 2003).
Disediakan 17 sampel katun dengan berbagai tingkat konsentrasi melon
kontaminasinya, dipanaskan sampai 180oC di bawah aliran udara. Embun madu
hadir pada kapas mengalami degradasi termokimia dengan produksi seiring
dengan komposisi, 5-hidroksimetil-2-furaldehyde (HMF). HMF volatile pada
180oC dan dikumpulkan dari fase gas menggunakan dilapis serat dengan adsorbsi
membungkuk material dan selanjutnya diukur dengan menggunakan kromatografi
gas. Hasil menunjukkan bahwa tingkat produksi HMF dari melon kontaminasi
kapas berkorelasi dengan lengket, ( Gamble, 2003).
Tingkat yang diukur dengan kapas lengket dengan termodetektor (R2 =
0,77) dan dengan kadar gula sebagaimana diukur oleh kedua anion kinerja tinggi
kromatografi penukar (R2 = 0,73) dan oleh glukosa oksidase enzim metode (R2 =
0,74). Prkoses kerja ini adalah studi kelayakan untuk pengembangan yang
berpotensi cepat, hemat biaya, dan portable. Metode untuk mendeteksi kapas
lengket berdasarkan pada rilis dan pengukuran senyawa volatil, ( Gamble, 2003).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan
Bahan- bahan yang dipakai pada percobaan ini yaitu larutan NaOH 1 M,
larutan HCl 1 M, larutan indikator metil jingga, akuades, tissue roll, dan kertas
label.
3.2 Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu gelas ukur 100 mL,
pembakar gas, kaki tiga, kasa, pipet tetes, sikat tabung, stopwatch, gelas kimia 50
mL, rangkaian alat kalorimeter yang terdiri dari termometer 100 °C, pengaduk
lingkar, wadah kaca dengan penutupnya, gelas kimia 250 mL, bahan isolasi dari
pecahan plastik, dan gabus.
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Penentuan Tetapan Kalorimeter
Pertama-tama, isusun alat kalorimeter seperti gambar berikut.
Pengaduk lingkar
Termometer Wadah kaca
Bahan isolasi
Gelas kimia Gabus
Setelah itu, imasukkan 50 mL air ke dalam kalorimeter dan dibiarkan beberapa
saat agar sistem mencapai kesetimbangan termal, suhu air dicatat (T1). Digunakan
gelas kimia lain dan dimasukkan 50 mL air, lalu dipanaskan hingga ± 50 °C,
sambil diaduk perlahan-lahan dengan termometer. Pemanas dimatikan dan dicatat
suhu air (T2). Setelah itu, ke dalam kalorimeter dituangkam air yang telah
dipanaskan tadi, bersamaan dengan itu dijalankan stopwatch. Sambil diaduk
perlahan-lahan, dicatat suhu air dalam kalorimeter tiap setengah menit selama 5
menit.
3.3.2 Penentuan Kalor Penetralan
Pertama-tama disiapkan larutan NaOH 1 M sebanyak 50 mL dan larutan
HCl 1 M sebanyak 50 mL, dibiarkan pada suhu kamar sampai kedua larutan ini
mempunyai suhu yang sama. Dicatat suhunya (T). Setelah itu, dimasukkan larutan
HCl 1 M ke dalam kalorimeter, dan dituang larutan NaOH 1 M ke dalam larutan
HCl 1 M, lalu kalorimeter ditutup dengan cepat. Bersamaan dengan
dituangkannya larutan basa, stopwatch dijalankan. Sambil diaduk secara
perlahan-perlahan, suhu dicatat setiap setengah menit selama 5 menit. Setelah itu,
ditambahkan 2 sampai beberapa tetes larutan indikator metil jingga untuk
mengetahui apakah telah terjadi penetralan dengan sempurna.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Penentuan Tetapan Kalorimeter
T1 = 30 °C = 303 K
T2 = 50 °C = 323 K
Vtotal = 100 mL = 0,1 L
Tabel Pengamatan
t (menit) T (°C) T (K)
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
40
39
38,8
38,8
38,7
38,5
38
37,9
37,8
37
313
312
311,8
311,8
311,7
311,5
311
310,9
310,8
310
4.1.2 Penentuan Kalor Penetralan
THCl = 27,8 °C = 30o,8 K
TNaOH = 27,8 °C = 300,8 K
THCl + TNaOH
T = = 27,8 °C = 300,8 K 2
Vtotal = 100 mL = 0,1 L
Mr NaCl = 58,8 g/mol
M = 1 mol/L
m NaCl = M x Mr NaCl x V
= 1 mol/L x 58,5 g/mol x 0,1 L
= 5,85 g
Tabel Pengamatan
t (menit) T (°C) T (K)
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
32
32,2
32,5
32,6
32,5
32,7
32,7
32,5
32,5
32,6
305
305,2
305,5
305,6
305,5
305,7
305,7
305,5
305,5
305,6
4.2 Grafik
4.2.1 Penentuan Tetapan Kalorimeter
4.2.2 Penentuan Kalor Penetralan
4.3 Perhitungan
4.3.1 Penentuan Tetapan Kalorimeter
T1 + T2 – 2Ta
W = V x ρair X CH2O Ta – T1
Dimana :
W = tetapan kalorimeter (J/K)
V = volume (mL)
ρair = massa jenis air (gr/mL)
CH2O = kapasitas kalor air (4,2 J/K.gr)
Ta = 313 K
T1 = 303 K
T2 = 323 K
(303 K + 323 K) – 2 (313) KW = 100 mL x 1 gr/mL X 4,2 J/K.gr
313 K – 303 K
626 K – 626 K = 420 J/K
10 K
= 420 J/K x 0
= 0 J/K
Jadi, nilai tetapan kalorimeter adalah 0 J/K.
4.3.2 Penentuan Kalor Penetralan
∆HT = -(4,2 m + W) (T’ – T) x 1000/M.V
Dimana :
∆HT = kalor penetralan (J/mol)
m = massa larutan (g)
M = konsentrasi larutan (M)
V = volume larutan (mL)
T’ = 305,6 K
1000∆HT = -(4,2 J/K.g x 5,85 g +0 J/K) (305,6 K – 303 K) x 1 M x 100 mL
= -(24,57 J/K) (2,6 K) (10 mol-1)
= - 638,82 J/mol
= - 0,63882 KJ/mol
4.4 Pembahasan
Pada saat melakukan percobaan ini digunakan alat kalorimeter adiabatik
sederhana yang disusun sendiri. Alat kalorimeter ini terdiri dari wadah kaca dan
penutupnya, yang dilengkapi dengan termometer sebagai pengukur suhu dan
pengaduk lingkar untuk mengaduk larutan agar homogen. Penutup kalorimeter ini
berfungsi untuk mencegah terjadinya pertukaran kalor dengan lingkungan. Di
dalam wadah kaca dimasukkan gelas kimia yang berfungsi sebagai tempat
mereaksikan larutan. Pada bagian bawah gelas kimia diletakkan gabus dan ruang
antara gelas kimia tersebut diisi dengan bahan isolasi yang terbuat dari potongan-
potongan plastik. Hal ini bertujuan untuk menyangga gelas kimia, sekaligus untuk
memperlambat pertukaran kalor dengan lingkungan.
Pada percobaan penentuan tetapan kalorimeter digunakan air sebagai
bahan utama, dimana air diberikan dua perlakuan yaitu sebanyak 50 mL dibiarkan
hingga mencapai kesetimbangan termal, dan sebanyak 50 mL dipanaskan hingga
suhunya mencapai 50 °C. Hal ini bertujuan untuk mengetahui suhu dari
pencampuran kedua air tersebut, sehingga kita dapat mengetahui dan menentukan
tetapan kalorimeter.
Ketika air dalam kalorimeter dicampurkan dengan air panas, terjadi
perubahan suhu. Perubahan suhu tersebut diukur setiap setengah menit selama 5
menit. Pada 30 detik pertama suhu kalorimeter mencapai 40 °C. Hal ini terjadi
karena suhu air yang ada di dalam adalah 30oC sedangkan yang ditambah 50oC,
dan ini mungkin terjadi kesalahan, karena seharusnya air dingin dan air panas
seharusnya tidak secepat itu bercampur. Setelah pencampuran, air yang memiliki
suhu lebih tinggi akan melepaskan kalor ke air yang suhunya lebih rendah.
Setelah 5 menit, suhu air mengalami penurunan sampai mencapai 37°C.
Karena kalorimeter biasanya tidak sepenuhnya bersifat adiabatik dan
selalu ada pertukaran kalor dengan lingkungan, maka perlu dilakukan koreksi
terhadap kalor yang hilang. Karena itulah pada pengukuran suhu dilakukan setiap
selang setengah menit selama 5 menit. Kemudian dari data yang diperoleh dibuat
grafik suhu terhadap waktu.dan kurva diekstrapolasi hingga diperoleh nilai suhu
akhir (Ta). Untuk penentuan tetapan kalorimeter diperoleh diperoleh nilai Ta yaitu
40°C. Dari nilai Ta tersebut dapat dihitung tetapan kalorimeter yaitu sebesar 313
K. Dari hasil di atas hasilnya adalah 0, yang seharusnya tidak terjadi, maka disini
kita dapat lihat bahwa dalam penguran mungkin terjadi kesalahan.
Selanjutnya, pada percobaan penentuan kalor penetralan, digunakan
larutan asam (HCl) dan larutan basa (NaOH). Pada percobaan ini digunakan HCl
dan NaOH yang memiliki suhu dan konsentrasi yang sama agar dapat terjadi
reaksi penetralan yang sempurna. Pertama-tama larutan HCl dimasukkan ke
dalam kalorimeter kemudian ditambahkan dengan NaOH. Hal ini dilakukan agar
terjadi keseimbangan antara larutan asam dan basa sehingga terjadi reaksi
netralisasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan penambahan indikator metil jingga,
warna hanya berubah sedikit jadi kuning, dan sangat kecil perubahnnya (bisa
dikatakan tidak ada perubahan)
Pada percobaan ini juga dilakukan koreksi yaitu dengan mengukur suhu
campuran HCl dan NaOH dalam kalorimeter setiap setengah menit selama 5
menit. Hasil pengamatan menunjukkan pada setengah menit pertama, suhu larutan
adalah 32°C dan setelah 5 menit suhunya menjadi 32,6°C. Dari data tersebut
kemudian dibuat grafik dan grafik diekstrapolasi hingga didapat suhu akhir (T’)
yaitu 305,6 K. Dari nilai T’ dihitung kalor penetralan dan hasil yang diperoleh
yaitu - 0,63882 KJ/mol. Hal ini menunjukkan reaksi bersifat eksoterm. Jika hasil
yang diperoleh dari percobaan ini dibandingkan dengan teori, terdapat perbedaan.
Secara teori seharusnya tetapan kalorimeternya adalah 0 KJ/mol. Perbedaan ini
dapat disebabkan karena adanya kesalahan pada saat percobaan, misalnya
kesalahan pada saat membaca skala termometer.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini yaitu :
1. Nilai tetapan kalorimeter adalah 0 J/K.
2. Nilai kalor penetralan adalah - 0,63882 KJ/mol.
5.2 Saran
- Untuk praktikum
Sebaiknya dalam praktikum harus dibagi kerjanya, sehingga bisa
menghemat waktu dan saling berbagi pengetahuan.
- Untuk asisten
Sebaiknya lebih dipermantap cara enyampaian dan penjelasannya kepada
praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P., 1994, Physical Chemistry, Freeman and Company, New York.
Bird, T., 1993, Kimia Fisik Untuk Universitas, diterjemahkan oleh Kwee Ie Tjien, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Castellan, J.W., 1983, Physical Chemistry, Addison-Wesley Publishing Company, California.
Gamble, G.R., 2003, Evaluation of Cotton Stickiness via the Thermochemical Production of Volatile Compounds, The Journal of Cotton Science, (Online), 7(-); hal.45-50.
Respati, 1992, Dasar-dasar Ilmu Kimia, Rineka Cipta, Jakarta
LEMBAR PENGESAHAN
Makassar, 11 Maret 2013 Asisten Praktikan
ALFANI MARING DATU ARIS TAOEMESANIM : H311 09 209 NIM : H311 11 252
BAGAN PROSEDUR KERJA
1. Penentuan Tetapan Kalorimeter
- Diisi sebanyak 50 mL - Diisi sebanyak 50 mL dalam
dalam kalorimeter gelas kimia
- Dibiarkan beberapa saat agar sistem - Dipanaskan hingga 50 °C
mencapai kesetimbangan termal - Pemanas dimatikan dan dicatat
- Dicatat suhunya suhunya
- Air panas dituangkan ke dalam
kalorimeter
- Stopwatch dijalankan
- Diaduk dan dicatat suhunya tiap setengah menit selama
5 menit.
Air Air
Kalorimeter
Hasil
2. Penentuan Kalor Penetralan
- Dibiarkan sampai suhunya sama - Dibiarkan sampai suhunya sama
dengan HCl dengan NaOH
- Dicatat suhunya - Dicatat suhunya
- Dimasukkan ke dalam - Dimasukkan ke dalam
kalorimeter yang berisi HCl kalorimeter
- Stopwatch dijalankan
- Diaduk dan dicatat suhunya tiap setengah menit selama
5 menit.
- Ditambahkan 2-3 tetes larutan indikator metil jingga
NaOH 1 M 50 mL HCl 1 M 50 mL
Kalorimeter
Hasil
Lampiran 1. Foto rangkaian alat
Lampiran 2. Foto perubahan warna
Lampiran 3. refensi