49
Pertamina Refinery unit V Balikpapan I. PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum Refinery Unit V Balikpapan Refinery Unit V Balikpapan merupakan salah satu Unit Pengolahan yang dimiliki oleh PT Pertamina (Persero). Kilang minyak ini dibangun di kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Pada mulanya dibangun kilang minyak yang disebut Balikpapan I pada tahun 1922 dengan kapasitas 60 MBSD. Untuk meningkatkan efisiensi pengolahan, pada tahun 1980 PT Pertamina (Persero) membangun kilang minyak baru yang menjadi 1 wilayah di Refinery Unit V Balikpapan yaitu kilang minyak Balikpapan II. Kilang minyak ini mempunyai kapasitas 200 MBSD. Desain pertama kilang minyak Refinery Unit V Balikpapan digunakan untuk mengolah crude oil (minyak mentah) dari Handil sebesar 60 % dan Bekapai sebesar 40 % dengan kapasitas pengolahan total 260 MBSD. Untuk menunjang kelancaran operasional proses produksi, terdapat suatu organisasi yang terpadu. Sehingga, dibuatlah struktur organisasi PT Pertamina (Persero) RU V Balikpapan. Kilang minyak ini dipimpin oleh seorang General Manager (GM) yang membawahi beberapa Fungsi/Bidang. Sedangkan Fungsi/Bidang tersebut dikepalai oleh seorang Manager Fungsi/Kepala Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 1

terbaru viks '03

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

I. PENDAHULUAN

1.1 Tinjauan Umum Refinery Unit V Balikpapan

Refinery Unit V Balikpapan merupakan salah satu Unit Pengolahan yang

dimiliki oleh PT Pertamina (Persero). Kilang minyak ini dibangun di kota

Balikpapan, Kalimantan Timur. Pada mulanya dibangun kilang minyak yang

disebut Balikpapan I pada tahun 1922 dengan kapasitas 60 MBSD. Untuk

meningkatkan efisiensi pengolahan, pada tahun 1980 PT Pertamina (Persero)

membangun kilang minyak baru yang menjadi 1 wilayah di Refinery Unit V

Balikpapan yaitu kilang minyak Balikpapan II. Kilang minyak ini mempunyai

kapasitas 200 MBSD.

Desain pertama kilang minyak Refinery Unit V Balikpapan digunakan

untuk mengolah crude oil (minyak mentah) dari Handil sebesar 60 % dan Bekapai

sebesar 40 % dengan kapasitas pengolahan total 260 MBSD.

Untuk menunjang kelancaran operasional proses produksi, terdapat suatu

organisasi yang terpadu. Sehingga, dibuatlah struktur organisasi PT Pertamina

(Persero) RU V Balikpapan. Kilang minyak ini dipimpin oleh seorang General

Manager (GM) yang membawahi beberapa Fungsi/Bidang. Sedangkan

Fungsi/Bidang tersebut dikepalai oleh seorang Manager Fungsi/Kepala Bidang

pada masing-masing Fungsi/Bidang. Untuk lebih jelasnya, akan diuraikan

beberapa Fungsi/Bidang sebagai berikut.

1.1. 1 Fungsi/Bidang di RU V Balikpapan

1. Bidang HSE ( Health , Safety & Environment )

Bidang ini mempunyai beberapa bagian yaitu Safety, Fire & Insurance (Pemadam

Kebakaran), Occupational Health dan Environment (Lindungan Lingkungan)

2. Fungsi General Affair

Fungsi ini mempunyai beberapa bagian yaitu Security, Public Relation, dan Legal.

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 1

Page 2: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

3. Fungsi Keuangan Region IV

Fungsi ini mempunyai beberapa bagian yaitu Kontroler, Perbendaharaan, dan

Akuntansi Kilang.misalnya rugi laba perusahaan, pembayaran pengadaan barang

dan jasa, dan lain-lain

4. Bidang IT Region IV

Bidang ini mempunyai beberapa bagian yaitu Operasi dan Pengembangan.

5. Fungsi Eng Dev (Engineering dan Pengembangan)

Fungsi ini mempunyai beberapa bagian yaitu PE (Proses Engineering), Fas Eng

(Facility Engineering), Project Engineering, dan Energi Konservasi & Loss

Control & TQM.

6. Fungsi Ref. Planning & Optimization

Fungsi ini mempunyai beberapa bagian yaitu Ref. Planning, Supply chain &

Distribution dan Budget & Performance.

7. Fungsi Reliability

Fungsi ini mempunyai beberapa bagian yaitu Equiptment Reliability

dan Plant Reliability.

8. Fungsi Production

Fungsi ini mempunyai beberapa bagian yaitu Dis & Wax, HSC, HCC, LAB, UTL,

dan Oil Movement.

9. Fungsi Human Resources Area

Fungsi ini mempunyai beberapa bagian yaitu Organization Development, People

Development, dan Industrial Relationship.

10. Fungsi Procurement

Fungsi ini mempunyai beberapa bagian yaitu Inventory, Purchasing, Contract

office, dan Servis & warehousing.

11. Fungsi Maint.Planning & Scheduling

Fungsi ini mempunyai beberapa bagian yaitu Planning&Scheduling, Stationary

enginner, RE enginner, Elec&Inst enginner, TA koordinator.

12. Fungsi Maintenance Execution

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 2

Page 3: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

Fungsi ini mempunyai beberapa bagian yaitu MA I, MA II, MA III, MA IV,

Workshop & General Maintenance,

1.1.2. Struktur Organisasi RU V Balikpapan

Gambar 1: Struktur Organisasi RU V

1.2 Orientasi Umum ME

Orientasi umum ini dilaksanakan di Fungsi Maintenance Execution atau

yang sekarang menjadi maintenance area. Seperti yang telah dibahas pada Bab I,

Fungsi ini dikepalai oleh seorang Manager yang membawahi 6 wilayah kerja.

Masing-masing wilayah kerja dipimpin oleh seorang Kepala Bagian. Secara

umum Fungsi ini bertanggung jawab melaksanakan tugas yang berhubungan

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 3

Page 4: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

dengan pemeliharaan dan perawatan di area masing-masing. Secara sederhana

diagram organisasi ME seperti dibawah ini:

Gambar 2: Organisasi ME

1.2.1 Maintenance Area I

Mantenance area I mempunyai beberapa Seksi diantaranya RE (Rotating

Equipment), NRE (Non Rotating Equipment), Listrik, dan Instrument.

Bagian ini bertanggung jawab melaksanakan pemeliharaan peralatan kilang di

area CDU V, HVU III, PP I, PP II, Demin Plant, RPAL, CWI, dan SWD.

1.2.2 Maintenance Area II

Maintenance area II mempunyai beberapa Seksi diantaranya RE, NRE, Listrik,

dan Instrument.

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 4

GM RU V

OPERATION & MANUFACTURING

MAINT. EXECUTION

MAINTENANCE

AREA I

GENERAL

MAINTENANCE

WORKSHOP

MAINTENANCE

AREA II

MAINTENANCE

AREA III

MAINTENANCE

AREA IV

Page 5: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

Bagian ini bertanggung jawab melaksanakan pemeliharaan peralatan kilang di

area CDU IV, NHTU, Platforming Unit, LPG Recovery Unit, SWS, Flare Gas

Recovery Unit, Wax Plant, DHP, dan EWTP.

1.2.3 Maintenance Area III

Maintenance area III mempunyai beberapa Seksi diantaranya RE, NRE, Listrik,

dan Instrument.

Bagian ini bertanggung jawab melaksanakan pemeliharaan peralatan kilang di

area HVU II, HCU A/B/C (common facilities), Hydrogen Plant A/B/C (common

facilities), CWU, Nitrogen Plant, Plant 31, Plant 25, dan Plant 15.

1.2.4 Maintenance Area IV

Maintenance area IV mempunyai beberapa Seksi diantaranya RE, NRE, Listrik,

Instrument untuk kilang Balikpapan dan terminal Lawe-lawe.

Bagian ini bertanggung jawab melaksanakan pemeliharaan peralatan kilang di

area TBL, LAB, K3LL, Bengkel, Gudang, WTP Pancur dan Gunung IV, serta

Sungai Wain.

1.2.5 Workshop

Workshop mempunyai beberapa Seksi diantaranya Las & Konstruksi, Listrik,

Instrument, Tube Bundle, Bubut, Pompa, Small Tool, Kendaraan dan Penunjang.

Bagian ini bertanggung jawab melaksanakan perbaikan dan perawatan peralatan

kilang secara keseluruhan sesuai dengan Fungsinya.

1.2.6 General Maintenance

General maintenance mempunyai bertanggung jawab melakukan perbaikan dan

pemeliharaan perumahan, perkantoran, dan fasilitas umum secara keseluruhan di

area luar dan dalam kilang Refinery Unit V.

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 5

Page 6: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

II. PROSES REWINDING MOTOR DEGASSER VENTILATOR

DEMINT PLANT DI BENGKEL LISTRIK RU V

2.1 Latar Belakang

Dalam industri minyak dan gas, untuk mencapai kelancaran proses produksi

dibutuhkan peralatan- perlatan pendukung berupa mesin-mesin penggerak. Salah

satu diantaranya peralatan motor listrik. Dipilihnya motor listrik karena

mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya putaran konstan, pemakaian tenaga

bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan mudah dalam perawatannya. Untuk itu

penting sekali menjaga kondisi motor listrik agar dapat menjamin kelancaran

proses produksi.

Pada kilang minyak RU V Balikpapan sangat mengandalkan tenaga listrik

untuk menggerakkan peralatan kilang diantaranya motor listrik, penerangan area,

instrumentasi, dan lain-lain. Namun pemakaian daya yang dominan adalah motor

listrik, dimana motor listrik tersebut digunakan untuk penggerak diantaranya

sebagai berikut:

Pompa minyak

Pompa air

Kompressor

Mixer

Fan blower

Fin fan

Dan lain-lain

Sehingga motor listrik merupakan peralatan yang sangat penting di kilang

minyak, bila motor listrik mengalami gangguan maka harus cepat ditanggulangi

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 6

Page 7: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

untuk mencegah kemungkinan yang tidak dikehendaki akibat dari gangguan

tersebut.

2.1.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1.1 Uraian Umum Tentang Motor Listrik Induksi

Motor listrik adalah suatu mesin listrik yang dapat merubah energi listrik

menjadi energi mekanik yaitu berupa momen putar. Motor induksi tiga fasa

adalah motor listrik induksi yang dijalankan menggunakan sumber listrik tiga

fasa. Dikatakan motor induksi, karena perpindahan energi listrik dari stator ke

rotor secara induksi, ini berarti tidak ada kontak langsung antara bagian stator dan

rotor. Energi yang dihasilkan tersebut digunakan untuk menggerakkan pompa,

kompressor, mixer, blower, mesin-mesin perkakas dan lain sebagainya.

Prinsip kerja motor listrik tiga fasa adalah apabila kumparan medan (stator)

dihubungkan dengan tegangan tiga fasa, maka akan timbul medan magnet putar

dengan kecepatan : Ns =

Dimana :

Ns = Kecepatan medan stator

f = Frekuensi

P = Jumlah kutub

Dan medan putar stator tersebut akan memotong batang konduktor pada

rotor sehingga pada batang konduktor tersebut akan timbul tegangan induksi

(ggl).

Karena kumparan rotor tersebut merupakan rangkaian tertutup, maka akan

menghasilkan arus listrik berada dalam medan magnet, maka akan menimbulkan

gaya pada rotor. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya pada rotor cukup

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 7

Page 8: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

besar untuk memikul beban, maka rotor akan berputar searah dengan medan putar

stator.

Gambar 3: Terjadinya medan magnet putar

Arus yang di induksikan ini akan menghasilkan medan magnet di sekitar

penghantar rotor, berlawanan polaritas dari medan stator, yang akan mengejar

medan magnet pada stator. Karena medan pada stator terus menerus berputar,

rotor tidak pernah dapat menyamakan posisi dengannya alias selalu tertinggal dan

karenanya akan terus mengikuti putaran medan pada stator sebagaimana

ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 8

Page 9: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

Gambar 4: Induction Motor

Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa rotor pada motor induksi tidak pernah dapat

berputar dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan medan putar. Persentase

perbedaan antara kecepatan rotor dan kecepatan medan putar disebut dengan slip.

Semakin kecil slip, semakin dekat pula kecepatan rotor dengan kecepatan medan

putar.

Dimana:

Ns = Putaran Stator (RPM)

NR = Putaran Rotor (RPM)

2.1.1.2 Konstruksi Motor Listrik 3 Phasa

Kontruksi motor induksi secara umum dapat dilihat pada gambar di bawah

ini:

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 9

Page 10: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

Gambar 5: Kontruksi motor listrik induksi

2.1.1.2.1 Stator

Stator adalah bagian dari motor yang tidak bergerak atau bagian yang statis.

Stator terdiri dari rumah stator dan kumparan stator. Rumah stator terbuat dari

besi baja lunak yang berlapis-lapis dengan ketebalan 2-3 milimeter, untuk

mengurangi terjadinya arus pusar (eddy current). Fungsi inti besi adalah untuk

jalannya arus magnet, dibuat dari bahan yang mempunyai hambatan magnet yang

rendah. Disekeliling bagian dalamnya dibuat alur-alur (slot) tempat meletakkan

kumparan stator.Kumparan stator adalah kumparan yang digunakan untuk

mengubah arus listrik menjadi medan magnet putar. Karena ada tiga fasa arus

listrik, maka diperlukan tiga kumparan stator, masing-masing kumparan

diletakkan pada alur-alur dengan perbedaan sudut sebesar 120 L.

Ketiga kumparan tersebut dapat dihubungkan dalam dua kemungkinan, yaitu

hubung bintang atau segitiga. Hubungan pada motor tersebut harus disesuaikan

dengan tegangan listrik yang akan digunakan agar tidak terjadi kerusakan atau

agar motor tersebut dapat bekerja secara optimal.

2.1.1.2.2 Rotor

Rotor adalah bagian motor yang bergerak, berfungsi untuk merubah daya

listrik menjadi daya mekanik yaitu berupa putaran. Ada dua macam rotor yaitu :

rotor sangkar dan rotor lilit. Kedua jenis rotor mempunyai inti besi berlapis-lapis

dan beralur-alur tempat memasang batang konduktor atau kumparan rotor.

Perbedaannya terletak pada cara bagaimana konduktor tersebut dipasang.

2.1.1.2.3 Bearing

Bearing merupakan salah satu bagian dari elemen mesin yang memegang

peranan cukup penting karena fungsi dari bearing yaitu untuk menumpu sebuah

poros agar poros dapat berputar tanpa mengalami gesekan yang berlebihan.

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 10

Page 11: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

bearing harus cukup kuat untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya

bekerja dengan baik.

2.1.1.2.4 Bracket / Cover (DE/NDE)

Bracket / Cover adalah bagian motor yang berada pada kedua sisi motor,

tempat ini berfungsi sebagai menopang rotor dan menopang poros rotor agar tetap

berada ditengah- tengah, agar tidak terjadi gesekan.

2.1.1.2.5 Terminal dan cover terminal

Terminal berfungsi menghubungkan sumber listrik dengan motor. Cover

terminal digunakan untuk melindungi terminal motor yang berhubungan dengan

sumber listik.

2.1.1.3 Class winding temperature

Karena adanya berbagai variasi kondisi lingkungan motor, baik perbedaan

ambient temperature dimana motor tersebut terpasang serta adanya variasi pada

temperature operasi motor itu sendiri, maka isolasi winding motor dikelompokkan

dalam range temperature dimana masih dapat beroperasi. Terdapat 4 rating

insulation class yang umum,yaitu :

CLASS 20,000 HOUR LIFE TEMPERATURE

A 105oC

B 130oC

F 155oC

H 180oC

Tabel 1: Tabel Insulation Class

Untuk class F, jika temp winding motor <120oC maka lifetimenya 100,000 hrs.

setiap kenaikan temp. sebesar 10oC akan menurunkan lifetime sebesar 50 %

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 11

Page 12: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

(contoh untuk class F, jika beroperasi 155oC life time 20000 hrs, jika beroperasi

145oC life time 30000 hrs dst).

Jadi kesimpulannya makin rendah temperatur winding maka insulation life

expectancy nya akan semakin tinggi demikian sebaliknya.

Gambar 6: Grafik Life Temperature

2.1.1.4 Vibrasi

Adanya getaran yang tidak normal dapat mengakibatkan hal-hal sebagai berikut:

- Meningkatkan beban pada bantalan, sehingga dapat mengurangi umur

elektro Motor

- Meningkatkan tegangan pada komponen mesin, sehingga dapat

menimbulkan masalah kelelahan (fatique)

- Elastisitas, lenturan yang menerima beban dan gerakan yang berubah-

ubah, menyebabkan kelonggaran pada poros dan bantalan.

2.2 Metode Pendekatan Dan Sistematika Pelaksanaan

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 12

Page 13: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

Untuk Metode dan sistematika pelakasanaan penulis ke lapangan untuk

mempelajari fungsi dari motor listrik tersebut. Langkah langkah yang dikerjakan :

- Mengumpulkan data yang dibutuhkan

- Melakukan diskusi dengan pihak area

Sistematika Pelaksanaan dalam penulisan Kertas Kerja Wajib (KKW) adalah

sebagai berikut :

- Mencari penyebab gangguan pada Motor Listrik

- Melakukan pengamatan dan mencatat data Elektro Motor Degasser

Ventilator Di Workshop.

- Menganalisa data

- Menyimpulkan masalah

2.3 Identifikasi Masalah

Electro Motor Degasser Ventilator merupakan motor type Induksi 3 phasa

yang terpasang sejak tahun 1982 digunakan sebagai pendingin pada tangki Anion

Kation di area demint plant dengan cara menghembuskan udara sehingga udara

dalam ruangan tersirkulasi dan menimbulkan perubahan suhu pada tangki. Pada

tahun 2009 Motor Degasser ini mengalami kegagalan operasi sehingga motor fail

dan tidak dapat di operasikan kembali.

Untuk mengetahui kondisi elektro motor dilakukan pemeriksaan dan pengukuran

antara lain:

Melakukan pemeriksaan pada motor circuit control (MCC) ditemukan

pada pengaman (fuse) sudah tidak dapat di fungsikan (putus).

Insulation Resistance Test (megger test) pada belitan motor dengan hasil

sebagai berikut:

U - V - W = 0 Ω

U,V,W to Ground = 0 Ω

2.4 Pembahasan Masalah

2.4.1 Data dan Informasi

Data Elmot Degasser Ventilator demint plant

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 13

Page 14: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

Manufacturer : Mitsubisi

Rated voltage : 380 Volt

Out put : 55 KW

Current : 11,7 A

Poles : 4 poles

Insulation class : F

Rated speed : 1450 RPM

Type : SF – FN

Frekuency : 50 Hz

Lubrication system : Grease Alvania R3

Diameter kawat : 1,05 mm

Bearing DE : 6308 2 rs

Bearing NDE : 6308 2 rs

Tabel 2 . Hasil Pemeriksaan Dan Pengukuran Pada Bearing Housing

IN BOARD OUT BOARD

X 1 – 1 90.040 X 1 - 1 90.030

2 – 2 90.040 2 - 2 90.040

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 14

Page 15: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

3 – 3 90.040 3 - 3 90.030

4 – 4 90.040 4 - 4 90.040

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Dan Pengukuran Pada Shaft

IN BOARD OUT BOARD

X

1 – 1 40.010

X

1 - 1 40.010

2 – 2 40.010 2 - 2 40.010

3 – 3 40.010 3 - 3 40.010

4 – 4 40.010 4 - 4 40.010

2.4.2. Interpretasi Data

Informasi yang telah didapatkan dari pemeriksaan dan pengukuran di tiap

fasanya pada tanggal 23-5-2009 ditemukan terjadinya short circuit antar fasa,

adapun data yang di dapatkan:

Ground to phase U,V,W = 0 MΩ

U – V – W = 0 MΩ

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 15

Page 16: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

Gambar 7: Rangkaian Segitiga Dalam

2.4.2.1 Evaluasi

Berdasarkan data yang ada menunjukkan bahwa electro motor degasser

mengalami short circuit antara phasa-phasa dan phasa-ground yang disebabkan

terjadinya degradasi isolasi akibat kelembaban pada di sekitar stator.

2.4.3 Pemecahan Masalah

Berdasarkan analisa kerusakan motor lebih disebabkan karena terjadi

kelembaban pada statornya yang membuat windingnya terbakar. Maka agar motor

degasser ventilator ini dapat di fungsikan kembali, dilakukan langkah-langkah

perbaikan yang tepat meliputi:

Melakukan pemeriksaan motor secara teratur untuk pemakaian bearing dan

rumahnya (untuk mengurangi keausan pada shaft rotor karena gesekan) dan

untuk kotoran / debu pada saluran ventilasi motor (untuk menjamin

pendinginan pada motor).

Pemeriksaan kondisi beban untuk meyakinkan bahwa motor tidak kelebihan

beban.

Penyediaan ventilasi yang cukup dan menjaga agar saluran pendingin motor

bersih untuk membantu penghilang panas,di samping itu umur isolasi pada

motor akan lebih lama.

Sebelum melakukan proses rewinding yang perlu di perhatikan adalah test

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 16

Page 17: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

core stator yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan laminasi pada core

stator.setelah melakukan test core dan dinyatakan kondisi core masih baik maka

langkah berikutnya adalah melakukan proses rewinding. Adapun proses

rewinding adalah sebagai berikut:

2.4.3.1 Pendataan belitan

Pada pendataan belitan, data yang perlu diperhatikan agar mempermudah

proses pembelitan ulang atau rewinding antara lain adalah:

a) Jumlah group

Jumlah group adalah belitan-belitan yang membentuk untaian kelompok

dan membentuk kutub, dan setiap group memiliki peluang membentuk 4 kutub.

Gambar menunjukkan simbol group belitan dengan ujung group belitannya ada 4

buah, yaitu ujung atas group belitan A dan ujung bawah group belitan B. Ujung

group ini akan membentuk jumlah kutub sesuai cara penyambungan pada ujung

group belitan selanjutnya akan berpengaruh terhadap jumlah putaran motor

induksi.

Gambar 8: Simbol grup belitan

b) Jumlah alur stator

Jumlah alur stator adalah banyak lubang (slot) tempat belitan motor listrik

pada bagian stator. Dari jumlah alur pada stator motor listrik secara keseluruhan

dapat dicari jumlah alur tiap phasa. Misalkan stator motor induksi 3 phasa jumlah

alurnya (S) 36 dan putaran sinkron 1500 rpm. Maka jumlah alur tiap phasa adalah:

karena putaran motor degasser ventilator ini (n) 1500 rpm maka jumlah kutub

dapat dicari dengan rumus:

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 17

Page 18: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

p=

Ket :

P = jumlah pasang kutub

f = frekuensi (Hz)

n = jumlah putaran (rpm)

c) Jumlah alur tiap kutub tiap phasa

Jumlah alur tiap kutub tiap phasa adalah banyaknya alur dibagi jumlah

phasa dan jumlah kutup. Pada contoh, jumlah alur tiap kutup tiap phasa adalah:

36/4/3=3. Jumlah alur tiap kutub tiap phasa adalah identik dengan jumlah

kumparan tiap group dalam satu phasa.

d) Langkah belitan

Pada pelaksanaan pembongkaran, perlu dilakukan pendataan langkah belitan

karena langkah belitan akan berpengaruh kepada putaran motor induksi dan salah

dalam langkah belitan akan berakibat terjadinya counter antar belitan. Selain

dengan melakukan pendataan pada saat pelaksanaan langkah belitan dapat dicari

dengan cara dihitung

Karena dalam jumlah kutub sama dengan 4 dan jumlah derajad listrik satu kutub

adalah 180 o listrik, maka jumlah derajad listrik adalah: o listrik = p.180o listrik

= 4.180o listrik

= 720 o listrik

Jarak alur satu dengan lain terdekat adalah sama dengan jumlah derajad listrik

keseluruhan dibagi dengan jumlah alur

=

= 20 o listrik

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 18

Page 19: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

Jadi jarak alur terdekat 20o listrik

Langkah belitan yang normal dan diperpendek adalah :

Keterangan:

s = jumlah alur

p = jumlah kutub

Sehingga pada langkah belitan adalah dari alur 1 menuju ke alur 10 seperti

ditujukan pada gambar.

Gambar 9: Langkah Belitan Normal.

e) Jenis belitan

a) Jenis belitan sesuai bentuk kumparan

Jenis belitan yang di gunakan pada motor degasser ventilator ini adalah jenis

belitan gelung. Pada jenis belitan gelung, langkah belitannya sama dalam 1

kumparan.

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 19

Page 20: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

Gambar 10: Belitan gelung (susun sirih).

b) Jenis belitan motor induksi menurut jumlah lapisan

Untuk Jenis belitan motor degasser ini menggunakan jumlah lapisan single

layer winding.

f) Jumlah konduktor tiap alur

Jumlah konduktor tiap alur merupakan jumlah kawat konduktor dalam satu

alur stator. Jumlah konduktor antara lain tergantung pada jenis motor, bahan inti,

dan daya motor induksi.

Bentuk-bentuk alur, jumlah sisi kumparan, dan rangkap tiap konduktor

ditunjukkan pada Gambar.

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 20

Page 21: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

Gambar 11: alur dengan 1 sisi kumparan

g) Jumlah rangkap tiap konduktor

Jumlah rangkap tiap konduktor merupakan jumlah kawat konduktor yang

dipararel dan menjadi sebuah kawat konduktor tiap alur Hal ini dilakukan untuk

memperpadat konduktor yang masuk pada setiap alurnya, mempermudah dalam

melakukan pekerjaan memasukkan konduktor kedalam alur, dan untuk mengatasi

kebutuhan penampang yang besar karena persediaan konduktor dengan

penampang besar sesuai kebutuhan terbatas di pasaran. Pada pelaksanaan, dapat

dilakukan dengan memparalel beberapa konduktor atau dengan merangkap

konduktor menjadi satu sesuai dengan penampang yang dibutuhkan. Adakalanya

dalam satu rangkap, ukuran penampang konduktor berbeda.khususnya pada motor

degasser ini kawat konduktornya di parallel 2 hal ini di sebabkan karena

terbatasnya kawat pada gudang.

h) Jumlah rangkaian group

Jumlah rangkaian group adalah jumlah percabangan pada belitan tiap phasa.

Contoh rangkaian group dalam satu phasa ditunjukkan dalam Gambar

Gambar 12: Rangkaian grup pada 1 phasa

Dalam satu phasa, jumlah rangkaian yang diparalel bervariasi, ada yang lebih dari

dua kumparan, tergantung kebutuhan. Pada motor induksi 3 phasa, karena jumlah

rangkaian yang di parallel sama dan hanya sudut antar phasanya yang berjarak

120o listrik.

i) Ukuran penampang konduktor

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 21

Page 22: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

Ukuran penampang konduktor merupakan ukuran luas konduktor pada suatu

belitan stator. Ukuran penampang konduktor tergantung dari besar kapasitas dan

besar arus listrik yang mengalir pada konduktor. besar arus yang mengalir pada

konduktor, semakin besar pula penampang konduktornya.pada motor degesser ini

kawat yang di desain pada pabrik 1,05 mm,tetapi karena keterbatasan kawat pada

gudang dan equipment ini mengoperasikan mesin yang sangat vital maka saya

bersama teman-teman di bengkel merubah diameter kawat tanpa merubah tahanan

dan arus yang mengalir.

adapun rumus yang digunakan:

L=

=0,8654625 mm2

Setelah itu kita membagi 2 /paralel 2 (sesuai dengan keinginan kita),hal ini

bertujuan untuk memudahkan pemasangan pada saat memasukkan kawat pada

alur stator dan mencari persamaan luas penampang kawat dari kawat pertama.

setelah mendapatkan hasil dari luas penampang, maka perhitungan yang di

gunakan untuk mengetahui diameter kawat seperti terlihat di bawah ini:

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 22

Page 23: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

0,7426212025 mm

karena diameter kawat diatas 0,7426212025, maka kami mengambil diameter

yang terdekat

yaitu: 0,75 mm

j) Panjang kabel terminal

Panjang kabel terminal adalah panjang kabel penghubung antara belitan

stator dengan terminal motor listrik. Untuk pekerjaan melakukan penyambungan

dapat dilakukan penyolderan, dan untuk melindungi pada sambungan harus

dilakukan pengisolasian dengan menggunakan selongsong asbes. Perlu

diperhatikan dalam penyambungan, solderan harus kuat dan rapat, termasuk

dalam penyambungan pada terminal motor listrik.Adapun panjang kabel terminal

untuk motor degasser ini sekitar 40 cm.

k) Ukuran fisik belitan (kumparan)

Dalam uraian ini, ukuran belitan terdiri dari tinggi dan diameter belitan.

Tinggi belitan terdiri dari tinggi atas dan tinggi bawah belitan. Tinggi atas (ta)

belitan adalah jarak antara inti stator dengan sisi terluar belitan stator bagian atas

dan tinggi bawah belitan (tb) adalah jarak antara inti stator dengan sisi terluar

stator bagian bawah. Diameter belitan terdiri diameter atas belitan (da), yaitu jarak

antara sisi kiri dan kanan belitan bagian atas. Diameter bawah belitan (db) adalah

jarak antara sisi kiri dan kanan belitan stator bagian bawah. Belitan stator yang

terpasang pada inti stator ditunjukkan pada gambar.

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 23

Page 24: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

Gambar 13: stator terpasang pada inti

l) Jenis hubungan antara group

Agar lebih mudah dalam mencari jenis hubungan antar goup, maka cukup

didata dari salah satu phasa saja, misalnya pada U-X sedangkan phasa selanjutnya

mengikuti (120o listrik).

Untuk menentukan jumlah derajad listrik antar alur terdekat dapat menggunakan

rumus:

R =

Keterangan;

R = jarak antar alur

2p = jumlah pasang kutub

180 = ketetapan

S = jumlah alur

Gambar 14: jenis hubungan antar grup

Keterangan:

A = Ujung atas group belitan

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 24

da

ta

tb

db

Page 25: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

B = Ujung bawah group belitan

Gambar 15: Bentangan belitan rantai lapis tunggal.

Gambar 16: Skema langkah belitan

2.4.3.2 Pelaksanaan Rewinding

Rewinding merupakan proses inti dari pelaksanaan dari perbaikan motor

yang mengalami short pada kumparannya. Dalam mengerjakan pembelitan, kita

harus benar-benar mengerti dan memahami striping data. Pekerjaan winding

meliputi:

a) Pembongkaran belitan dari inti stator

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 25

Page 26: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

Pembongkaran pada belitan dari inti stator merupakan proses pelepasan

belitan dari inti stator. Pembongkaran pada belitan dari inti stator langkah-langkah

adalah

sebagai berikut:

1) Stator berada pada posisi vertikal sehingga salah satu sisi belitan di atas dan sisi

lain berada di bawah.

2) Pemotongan salah satu ujung belitan dengan menggunakan alat betel sampai

putus pada bagian kumparan yang keluar menonjol

(kepala kumparan)

b) Test core stator

Proses ini bertujuan mengetahui kekuatan laminasi dan mengetahui fluks

magnetnya pada core stator dengan cara pada core dililit kumparan dan dialiri

arus, sehingga akan diketahui suhu keseluruhan pada core. Apabila suhu pada core

normal dan merata berarti kondisi core masih baik, dan apabila ada salah satu

bagian atau seluruh bagian terjadi panas tinggi maka ada laminasi core yang mulai

melemah. Sehingga perlu dilaminasi ulang. Untuk melihat kondisi ini dapat dilihat

dengan infra merah.

c) Pengovenan ke 1 dan pemberian Red Oxyde

Setelah selesai memasang core stator kedalam rumah stator, proses

selanjutnya adalah melakukan pengovenan core stator selama + 1 jam dengan

temperatur antara 70o C sampai 80o C. Setelah proses pengovenan terselesaikan,

dilakukan pelapisan dengan menyemprotkan cairan Red Oxyde dan dilakukan

pengeringan dengan suhu ruang selama 60 sampai 90 menit.Setelah proses

pemberian pelapisan Red Oxyde selesai, maka dapat dikatakan bahwa semua

proses restacking pada core stator tersebut selesai dan pada core stator siap

dilakukan pembelitan ulang (Rewinding).

Fungsi Red Oxyde adalah :

Melindungi stator dan inti stator dari sifat korosif.

Melindungi belitan pada saat proses pemasukan belitan ke dalam alur stator.

Memberi kenyamanan Winder saat bekerja.

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 26

Page 27: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

Memberi nilai tambah dari segi kebersihan.

d) Pengemalan belitan (cod manufacture)

Proses pengemalan tiap belitan dilakukan dengan mesin otomatis yang

dapat diset sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan atau secara manual.

Sebelum mulai dilakukan pengemalan, dapat dilakukan pengukuran belitan

sesuai dengan langkah belitan yang sudah ditentukan. Pengukuran mal

menggunakan sebuah kawat konduktor yang dimasukkan pada alur. Perlu

diperhatikan bahwa untukr mempermudah dalam proses pemasukan belitan ke

dalam alur stator, pengemalan dilakukan untuk tiap group belitan.

e) Persiapan isolasi (insulation preparation)

a) Isolasi alur stator

Bahan isolasi alur stator ditunjukkan pada Gambar 17.a Bahan yang

digunakan Nomex murni, atau campuran Nomex dan Milar (NMN), dan Milar

murni dengan ketebalan sesuai kebutuhan.

Gambar 17: Isolasi alur stator

b) Penutup alur stator

Penutup bagian dalam alur stator

Sebagai bahan penutup bagian dalam alur stator dapat menggunakan Nomex

murni, campuran Nomex, Milar (NMN), dan Milar murni. Ketebalan sesuai

dengan kebutuhan (tegangan kerja pada motor induksi).

Penutup bagian dalam alur stator berbentuk persegi panjang melengkung dengan

panjang sesuai dengan panjang inti stator.

Penutup luar alur stator (wedgest)

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 27

Page 28: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

Contoh bentuk penutup bagian luar alur stator (wedgest) seperti

ditunjukkan pada Gambar 17 c.

Dibuat dari bahan isoglas dengan jenis ketebalan sesuai dengan kebutuhan.

Penutup bagian luar alur stator berbentuk persegi panjang dengan panjang sesuai

dengan panjangnya penutup dalam alur stator.

f) Pemasukan (Insertion)

Pemasukan isolasi terdiri dari pemasukan isolasi alur stator, penutup alur

stator dan pemasukan belitan kedalam alur stator.

a) Pemasukan isolasi alur stator

Salah satu cara untuk membantu proses masuknya belitan kedalam alur

stator dan sekaligus melindungi belitan dari luka akibat goresan digunakan

pelindung belitan berupa Milar seperti ditunjukkan pada gambar diawah ini Milar

dilepas kembali setelah semua kawat/belitan masuk kedalam alur stator.

a b

Gambar 18

(a) Alur stator dengan milar pelindung

(b) Isoglas runcing untuk menekan belitan

b) Pemasukan belitan ke dalam alur stator

Untuk mempermudah masuknya belitan kedalam alur stator digunakan

isoglas diruncingkan pada salah satu ujungnya. Gambar 18 b menunjukkan contoh

isoglas runcing yang berbentuk persegi panjang runcing pada salah satu ujungnya

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 28

Page 29: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

digunakan menekan belitan agar lebih mudah dan cepat masuk ke dalam alur

stator. Setelah belitan benar-benar masuk ke dalam alur stator maka segera ditutup

dengan penutup dalam alur stator (Wedget).

g) Penataan belitan

Perlu juga diketahui bahwa dalam rangka untuk memudahkan proses

masuknya belitan lain, maka setiap belitan yang telah berhasil masuk ke dalam

alur stator ditata/dirapikan terlebih dahulu. Selain dipakai untuk memudahkan

dalam masuknya belitan lain, penataan juga berfungsi untuk mempemudah

pengaturan kepala belitan dan tidak mengganggu proses masuknya rotor ke dalam

stator.

h) Pemisahan antar group

Untuk mencegah terjadinya hubung singkat antar phasa digunakan

pemisah antar group dengan bahan separator yang memiliki ketebalan sesuai

kebutuhan.

i) Penyambungan (connection)

Pekerjaan setelah pemisahan antar group adalah penyambungan yang

berfungsi untuk menghubungkan antar group belitan sehingga menjadi satu

hubungan secara lengkap dan sesuai dengan tujuan atau spesifikasi motor induksi.

Setelah pekerjaan penyambungan selesai, maka segera dilakukan (tapping), yaitu

proses memberikan lapisan isolasi pada titik-titik sambungan.

Pada penyambungan digunakan las acitelin menggunakan bahan

tambahan silver.

Kabel penghubung ke terminal digunakan kabel Nivin.

Setelah pengelasan selesai, bagian yang dilas diberikan isolasi dengan bahan

yellow tape.

Proses akhir dari penyambungan pada sambungan belitan adalah selongsong

asbes pada bagian yang telah dilas.

j) Mengikat belitan (banding)

Tujuan pengikatan belitan adalah untuk mencegah pergerakan belitan.

Bahan yang dipakai untuk mengikat belitan adalah Nilon Rope. Pengikatan

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 29

Page 30: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

dilakukan memutar pada sela-sela kumparan belitan..

k) Tes

1) Tes nilai resistansi belitan

Tujuan tes nilai resitansi belitan adalah untuk mengetahui nilai resitansi

belitan pada setiap phasa, apakah nilainya seimbang dari ketiga phasa atau

mendekati sama serta untuk apakah ada bagian yang terputus pada sambungan

atau sambungan kurang sempurna. Untuk memeriksa apakah ada sambungan

terputus atau kurang sempurna dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan

alat low resistance ohm meter.

Pengukuran besar nilai tahanan resistansi meliputi:

Pengukuran resistansi belitan phasa U-V = 0,254 Ω

Pengukuran resistansi belitan phasa U-W = 0,254 Ω

Pengukuran resistansi belitan phasa V-W = 0,254 Ω.

2) Tes nilai Tahanan Isolasi Belitan

Tes nilai tahanan isolasi belitan bertujuan untuk mengetahui nilai tahanan

isolasi belitan. Selain itu juga untuk memeriksa apakah terjadi hubung singkat

antara phasa dengan grounding atau (pentanahan). Semakin tinggi nilai tahanan

isolasi, maka semakin baik kualitas belitan ditinjau dari nilai tahanan isolasi dan

jika tahanan isolasi terlalu kecil maka perlu dilakukan pengecekan ulang atau

diperbaiki. Demikian pula jika terjadi hubung singkat baik antar phasa maupun

antara phasa dengan bodi.

Pengukuran tahanan isolasi belitan phasa dengan ground

Alat yang di gunakan untuk mengukur tahanan isolasi adalah insulation tester

atau megger.Dimana tegangan injeksi dapat di atur sesuai tegangan kerja motor

Degasser Ventilator adalah 380 V maka pengukuran dilakukan dengan

tegangan injeksi 500 V.

U-V-W to Ground = 500 MΩ

l) Pengovenan ke-2

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 30

Page 31: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

Pengovenan ke 2 (dua) merupakan proses untuk pemanasan stator motor

listrik dengan tujuan supaya varnis yang digunakan mudah meresap ke dalam

sela-sela belitan stator. Pengovenan ke 2 dilakukan selama 7 jam dengan suhu

antara 40oC – 80oC.

m) Pemvarnisan

Pemvarnisan merupakan proses pelapisan belitan dengan cairan lekat yang

bertujuan menambah nilai tahanan isolasi belitan dan penahan pergerakan belitan.

Cara yang digunakan dalam pemvanisan adalah: dipping impregnation, yaitu

dilakukan pencelupan untuk motor induksi kecil dan penyiraman untuk motor

induksi besar yang dilakukan minimal 2 kali

n) Pengovenan ke-3

Pengovenan ke 3 (tiga) dilakukan dengan tujuan mengeraskan belitan stator

setelah divarnis dan berlangsung selama 7-8 jam dengan suhu antara + 80oC –

100o C.

o) Cleaning

Proses cleaning adalah merupakan proses untuk pembersihan stator dari

sisa-sisa varnis setelah melalui pengovenan ke- 3.

p) Assembling

Assembing merupakan proses pemasangan kembali bagian-bagian motor

listrik dengan tujuan agar motor induksi yang telah diperbaiki dalam keadaan utuh

(bagian-bagian motor) pada saat penyerahan kepada maintenance area. Dalam

pelaksanaan assembling diharuskan memperhatikan dismantling data karena pada

dasarnya assembling merupakan kebalikan dismantling data.

q) Tes running

Tes running bertujuan untuk pemeriksaan ulang, karena telah dilakukan

pada tahap sebelumnya. Tes running terdiri dari:

Pengukuran Arus start = 12 A.

Pengukuran Vibrasi.

DE V/H AX 0,6 0,4 0,3

NDE V/H AX 1,4 1,1 -

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 31

Page 32: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

Pengukuran arus running

R S T

7,25A 7,25A 7,25A

Temperatur

Temperatur DE / NDE / Body 40 - 36

r) Painting

Painting adalah suatu proses pengecatan kembali motor induksi setelah

diperbaiki sesuai dengan warna aslinya dengan tujuan agar tampak bersih, rapi

dan serasi dengan lingkungan serta untuk memperjelas name plat sehingga lebih

mudah dibaca.

s) Delivering

Delivering merupakan proses dalam persiapan untuk pengiriman atau

penyerahan motor kepada maintenance area. Dengan koordinasi fungsi angkutan.

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 32

Page 33: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

III. PENUTUP3.1 Kesimpulan

Perbaikan atau merewinding kembali kumparan stator adalah metoda

perbaikan yang dapat dilakukan untuk mengembalikan atau

memfungsikan kembali elactro motor degasser ventilator sesuai dengan

performance awal.

Dengan melakukan rewinding kumparan stator motor akan lebih

menghemat maintenance cost jika dibandingkan dengan melakukan

penggantian unit baru.

Kerusakan atau terbakarnya kumparan stator motor degasser ventilator

lebih disebabkan oleh faktor kelembaban, sehingga untuk mengurangi

kejadian sama perlu dilakukan pemeriksaan secara periodic terhadap

nilai insulation resistance (megger) terlebih untuk motor-motor yang

tidak beroperasi dengan waktu yang cukup lama.

3.2 Saran

Hambatan yang sering di jumpai pada pelaksanaan proses rewinding

adalah keterbatasan material sehingga untuk mempercepat proses

perbaikan electro motor degasser ventilator perlu dilakukan perubahan

ukuran kawat tanpa merubah kapasitas motor. Diharapkan agar material

kawat di gudang dapat disediakan sesuai dengan kebutuhan atau dilihat

dari kondisi motor yang sering mengalami perbaikan (rewinding).

Untuk mengetahui kondisi motor sebelum dan sesudah perbaikan perlu

dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh seperti: core test, surge

comparation test, hipot test dll,karena keterbatasan alat sehingga

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 33

Page 34: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

pengujian tidak dapat dilakukan. Untuk itu perlu dilakukan pengadaan

peralatan tersebut.

Mengingat kondisi motor listrik terpasang telah berusia lebih dari 20

tahun maka diharapkan bagi teman-teman di maintenance area

khususnya di bagian electrical agar lebih mengefektifkan dalam hal

preventive pada motor, Dan apabila di temukan indikasi yang bisa

membuat motor itu rusak sebaiknya di berikan tindakan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Tugino ST MT, course note motor (operation and protection)

Ir.H.Sutedjo Abdurrahman MT, course note motor induksi 3 phasa

http://www.pdfqueen.com/pdf/pe/penyebab-gangguan-stator-motor-induksi-3-

fasa/

http://soemarno.org/2008/11/beberapa-sebab-kerusakan-motor-listrik/

http://soemarno.org/2008/07/tip-rewinding-motor-listrik/

http://www.scribd.com/doc/6542918/Motor-Listrik

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 34

Page 35: terbaru viks '03

Pertamina Refinery unit V Balikpapan

Syaiful Islam 529/BPAT V/2009 35

LAMPIRAN