Upload
ngongoc
View
242
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Konseling Kelompok Terapi Realitas | 1
“Terapi Realitas: Konsep dan Aplikasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai makhluk yang senantiasa memiliki peran sosial, manusia
berkecenderungan membutuhkan orang lain untuk berinteraksi baik untuk mencapai
tujuan yang sama atau sekedar mencapai aktualisasi diri dalam ruang lingkup sosial.
Dalam memenuhi kebutuhannya tersebut, manusia berinisiatif untuk membentuk
sebuah kelompok. Individu sebagai bagian dari kelompok merupakan makhluk yang
berbudaya, menyandang fungsi ganda sebagai makhluk biologis )individu) dan
makhluk social beings (sosial).
Dalam pergerakannya, manusia tidak hanya membentuk kelompok, namun
terjadi kegiatan dinamis, konflik yang harus dihadapi, peraturan paten yang ditetapkan.
Serta perpecahan yang mungkin terjadi. Fenomena tersebut terangkum dalam tahapan
dinamika kelompok yang mengalami 5 tahap, yaitu “Forming”, “Storming”,
“Norming”, “Performing” dan “Adjourning”.
Namun, situasi global dewasa ini banyak menciptakan berbagai tuntutan yang
serba cepat, serta menuntut penggunaan waktu yang serba efektif dan efisien.
Persaingan pun menjadi semakin ketat, sehingga menimbulkan gejala-gejala stress
pada orang yang berada di dimensi tersebut. Manusia memiliki keterbatasan dalam
berfikir, ada masanya dimana manusia merasa sudah tidak sanggup lagi menerima
ujian dari Allah SWT. Padahal Allah SWT menyatakan dalam surat Al-Baqoroh ayat
terakhir, “Allah Tidak akan memberikan ujian yang mana melebihi batas kemampuan
hamba Nya (tidak akan sanggup menghadapi atau menerimanya)”.
Terapi realitas, merupakan pendekatan dalam konseling yang prosesnya relatif
lebih cepat, dan dalam prosesnya menekankan / berorientasi pada saat ini, bisa
Konseling Kelompok Terapi Realitas | 2
diterapkan dalam berbagai konseling, serta menekankan pada perubahan perilaku
individu menjadi lebih baik.
Terapi kelompok merupakan wahana yang efektif dalam melakukan penerapan
prosedur terapi realitas. Proses kelompok dapat menjadi agen yang kuat dalam
membantu konseli melaksanakan rencana dan komitmennya.
Berangkat dari ilustrasi di atas maka kami menulis makalah mengenai terapi
realitas dan penerapannya dalam kelompok, dengan tujuan menunjukan dan
memberikan alternatif layanan bimbingan dan konseling dengan situasi kelompok
untuk menambah optimalnya dampak dari proses konseling terhadap seseorang .
B. Tujuan dan Manfaat Pembahasan
a) Memperoleh pemahaman mengenai terapi realitas
b) Mengenal dan memahami lebih jauh dan dalam tentang terapi realitas dan
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari, terutama penerapannya dalam
kelompok
c) Mengetahui konsep dasar dan teknik dalam terapi realitas yang digunakan
dalam terapi individu dan kelompok
d) Mengenal terapi kelompok realitas untuk perbandingan dengan teori konseling
kelompok lain
e) Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya
f) Memenuhi salah satu tugas kelompok dari mata kuliah Teori Bimbingan dan
Konseling Kelompok
C. Rumusan masalah
Untuk memudahkan pembahasan makalah, maka penulis membuat rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa itu Konseling kelompok?
2. Bagaimana Konsep dalam terapi realitas mengenai konseling kelompok?
Konseling Kelompok Terapi Realitas | 3
3. Bagaimana teori realitas diaplikasikan dalam konseling kelompok?
4. Apa saja tahap yang perlu diperhatikan dalam konseling kelompok yang
menggunakan terapi realitas?
5. Apa saja Keterbatasan dan Kelebihan dari konseling kelompok yang
menggunakan terapi realitas?
6. Apa saja keterampilan konselor yang menunjang dalam proses konseling
kelompok terapi realitas?
D . Metode Pembahasan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan beberapa metode
sehingga diharapkan mampu mencakup makalah laporan ini. Dan metode yang
digunakan berupa kajian pustaka (library research).
Kajian pustaka berusaha mengungkapkan konsep-konsep baru dengan cara
membaca dan mencatat informasi-informasi yang relevan dengan kebutuhan. Bahan
bacaan mencakup buku-buku teks, jurnal atau majalah-majalah ilmiah dan hasil-hasil
penelitian (Pidarta, 1999: 3-4).
Selain itu data diperoleh secara online dengan bantuan search engine
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam menulis makalah ini
adalah :
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan pembahasan
C. Rumusan Masalah
D. Metodologi Penulisan
E. Sistematika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Bimbingan dan Konseling kelompok
Konseling Kelompok Terapi Realitas | 4
B. Konseling Kelompok
C. Terapi Realitas sebagai Teori yang Digunakan dalam Konseling Kelompok
1. Sejarah Perkembangan Terapi Realitas
2. Pandangan Mengenai Manusia
3. Kebutuhan Dasar Manusia dalam Terapi Realitas
4. Ciri-Ciri Terapi Realitas dalam Konseling kelompok
5. Tugas dan Peran Konselor dalam Konseling Kelompok
6. Penerapan Terapi Realitas dalam Konseling kelompok
BAB III Analisis
A. Kelebihan dan Keterbatasan
B. Keterampilan Konselor yang Menunjang Konseling Kelompok Terapi Realitas
BAB IV KESIMPULAN
Daftar Literatur
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Bimbingan dan Konseling Kelompok
Seperti telah dikemukakan Aristoteles, manusia itu merupakan mahkluk sosial,
sehingga tiap-tiap manusia memiliki keinginan untuk berkelompok dengan teman-
teman sosialnya. Gerungan, 1966 (dalam Walgito, 2005) mengungkapkan bahwa
“kegiatan-kegiatan manusia itu seperti dikatakan oleh Kuypers, dapat digolongkan ke
dalam 3 golongan utama secara hakiki. Kegiatan-kegiatan itu merupakan kegiatan yang
bersifat pribadi, yang bersifat sosial dan kegiatan-kegiatan yang bersifat ke-Tuhanan.
Hal itu terjadi karena adanya 3 segi utama pada manusia, bahwa manusia secara hakiki
sekaligus merupakan makhluk individual, sosial dan makhluk berke Tuhanan”.
Konseling Kelompok Terapi Realitas | 5
Dengan memperhatikan hal tersebut, maka penyelenggaraan bimbingan dan
konseling kelompok mempunyai dasar psikologis sesuai dengan sifat hakiki individu
sebagai manusia.
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Kelompok
Manusia baik individu atau kelompok merupakan sasaran bimbingan dan
konseling. Kelompok dalam rangka bimbingan dan konseling bukan suatu himpunan
individu-individu yang karena satu alasan tergabung bersama, melainkan suatu satuan
orang yang mempunyai tujuan yang ingin dicapai bersama, berinteraksi dan
berkomunikasi secara intensif satu sama lain pada waktu berkumpul, saling tergantung
dalam proses kerja sama dan mendapat kepuasan pribadi dari interaksi psikologis
dengan seluruh anggota kelompok itu.
Bimbingan Kelompok, merupakan bimbingan yang diberikan kepada
kelompok yang dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan
pada diri individu yang ada dalam kelompok. Sedangkan Konseling Kelompok, yaitu
merupakan usaha bantuan kepada kelompok dalam rangka memberikan kemudahan
dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
Bimbingan dan konseling kelompok, yaitu proses belajar antar anggota
kelompok sebagai konseli dengan konselor yang berperan sebagai pemimpin kelompok
yang membantu konselinya untuk membuat pilihan dan keputusan yang tepat akan
hidupnya, membimbing dalam mencegah dan mengatasi masalah perkembangan dan
atau hambatan dalam hidup para konselinya untuk memudahkan penguasaan tugas
perkembangan yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir dengan baik
dalam rangka mengoptimalkan perkembangannya. Kegiatan ini ditujukan kepada
individu-individu yang normal dalam sebuah kelompok yang mengalami kesulitan
dalam masalah pribadi, pendidikan, pekerjaan dan sosial dimana mereka mengalami
hambatan dalam membuat keputusan yang tepat dan mempunyai masalah akan
penguasaan tugas perkembangannya. Konseling ini pun diberikan kepada individu-
individu dengan tujuan untuk membantu kelompok mengetahui kekuatan dan
Konseling Kelompok Terapi Realitas | 6
kelemahan kelompok dan masing-masing anggota serta mengembangkan pemikiran
positif terhadap diri dan kelompoknya.
2. Karakteristik dan Tujuan Bimbingan dan Konseling Kelompok
Bimbingan dan konseling kelompok tentu berbeda dari layanan bimbingan dan
konseling individual. Selain berbeda dari bentuk kegiatan dan layanan yang dilakukan,
perbedaan terdapat pula pada karakteristik dan tujuan proses bimbingan dan konseling
tersebut. Berikut pemaparan mengenai karakteristik bimbingan kelompok, konseling
kelompok serta tujuan dari bimbingan dan konseling kelompok.
Karakteristik Bimbingan Kelompok antara lain; Bimbingan biasanya
diberikan dalam bentuk penyampaian informasi tentang masalah pendidikan,
pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial ; penyampaian informasi berbentuk pelajaran ;
Berbentuk kelas yang beranggotakan 20-30 orang ; kegiatan biasanya dipimpin oleh
konselor pendidikan atau guru ; berorientasi pada perkembangan.
Karakteristik Konseling Kelompok yaitu; sifatnya pencegahan dan
penyembuhan ; diarahkan pada kemudahan perkembangan dan pertumbuhan ;
hubungannya berupa antarpribadi yang dinamis ; terpusat pada pemikiran dan perilaku
yang sadar dan melibatkan fungsi-fungsi terapi. Bimbingan dan konseling kelompok
merupakan salah satu bentuk realisasi bimbingan dan konseling. Disamping dapat
mengefisienkan fungsi bimbingan dan konseling ternyata bimbingan dan konseling
kelompok pun dapat membantu individu di dalamnya menjalin sebuah dinamika antar
satu dengan lainnya.
Tujuan Bimbingan dan Konseling Kelompok adalah adanya perubahan sikap
dari anggota kelompok; mengenali kemajuan atau perkembangan positif yang terjadi
dalam diri dan kelompok; mencegah timbulnya masalah baru; meningkatkan
kemampuan berkomunikasi dengan pribadi-pribadi yang memiliki peranan dan fungsi
berbeda untuk menciptakan kesempurnaan lingkungan belajar; membantu kelompok
agar memiliki kemampuan untuk berfungsi secara wajar sebagai anggota masyarakat;
menciptakan interaksi yang optimal dalam kelompok untuk pemahaman diri dan
Konseling Kelompok Terapi Realitas | 7
pemahaman terhadap orang lain ; menciptakan komunikasi yang interaktif dalam
kelompok untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan akan nilai-nilai dan
tujuan-tujuan tertentu. Namun, tujuan utama dilakukannya bimbingan dan konseling
kelompok ternyata adalah mencapai kesejahteraan kelompok, serta menambah
keberfungsian kelompok dalam masyarakat melalui pengoptimalan perkembangan
individu dalam kelompok tersebut.
B. Konseling Kelompok
Konseling kelompok merupakan bentuk khusus dari layanan konseling, yaitu
konsultasi dan konseling antara konselor professional dengan beberapa individu yang
dibentuk dalam satu kelompok. Konseling kelompok adalah suatu proses dinamis antar
pribadi yang terpusat pada pemikiran & perilaku yang disadari. Proses itu mengandung
ciri teurapeutik seperti pengungkapan pikiran & perasaan secara leluasa, berorientasi
pada kenyataan, pembukaan diri mengenai perasaan – perasaan mendalam yang
dialami, saling percaya, saling pengertian, saling perhatian & saling mendukung. Ciri
teurapeutik itu diciptakan & dibina dalam suatu kelompok dengan cara pengemukaan
hal – hal secara diskusi.
Data & Fakta tentang pribadi-sosial, dunia pekerjaan, dunia pendidikan serta
proses perkembangan juga kerap diinformasikan kepada kelompok, misalnya… satuan
kelas dalam rangka bimbingan kelompok. Pemberian informasi secara kelompok dapat
membantu individu-individu di dalamnya untuk melakukan perencanaan masa depan,
antara lain karena interaksi antar-anggota kelompok dengan membuka pikiran mereka
terhadap hal–hal yang belum disadari sebelumnya.
Pemberian informasi secara kelompok membawa keuntungan – keuntungan
seperti menghemat waktu & tenaga bila dibandingkan dengan proses bimbingan &
konseling secara individual, menciptakan kesempatan bagi semua individu untuk
berinteraksi dengan konselor yang memungkinkan individu lebih berkeinginan untuk
membicarakan perencanaan masa depan, kehidupan pribadi – sosial dalam wawancara
Konseling Kelompok Terapi Realitas | 8
konseling sehingga konseli terdorong untuk berusaha menghadapi kenyataan itu
bersama – sama & saling mendiskusikannya.
Dalam hal ini, Konseling kelompok juga memiliki beberapa kelemahan seperti
tidak semua masalah dapat dibahas secara spesifik karena tidak dapat sepenuhnya
dilayani, terkecuali bila ditindak lanjuti dengan konseling individual; informasi yang
disampaikanpun biasanya tidak terlalu mendalam, beranggapan saja informasi itu
diselaraskan dengan rata–rata kebutuhan kelompok yang walaupun pada kenyataannya
didalam suatu kelompok tidak semua anggotanya memiliki keinginan yang sama dalam
menentukan suatu hal; Tidak semua individu akan tertarik & melibatkan diri dalam
proses ini karena daya tangkap, minat & tingkat kedewasaan tiap orang dalam
kelompok berbeda. Oleh karena itu, Proses pemberian informasi kepada suatu
kelompok merupakan tantangan bagi konselor yang harus menemukan prosedur &
penentu materi yang sesuai bagi kelompok yang dilayani.
Layanan konseling kelompok ini dapat diorganisasi sesuai dengan pola–pola
dasar pelaksanaan bimbingan & konseling dalam rangka pola kurikuler (kursus
bimbingan), pola generalis (proses akademik konselor), pola spesialis (pendidikan
profesi konselor). Tiap penggunaan pola akan efektif bila disesuaikan dengan informasi
yang dibutuhkan oleh anggota konseling kelompok dalam proses konseling kelompok.
Konseling kelompok merupakan konseling yang dilakukan melalui hubungan antar
pribadi dalam suatu kelompok dengan lebih menekankan kepada pengembangan
pribadi. Dalam kelompok, para anggota bisa belajar satu sama lainnya mengenai
masalah yang sedang dihadapi, atau berbagi pengalaman untuk dijadikan pelajaran
hidup.
Terapi realitas merupakan terapi berjangka pendek dan memfokuskan aspek
“here and now”, juga menekankan pada kekuatan individu untuk memandang realita
dalam rangkah merubah dirinya menjadi lebih baik. Terapi realitas diharapkan dapat
bermaanfaat dalam konseling kelompok untuk menangani permasalahan para
anggotanya atau permasalahan kelompok dalam memenuhi kebutuhan dan
mengembangkan identitas keberhasilan dan perilaku bertanggung jawab.
Konseling Kelompok Terapi Realitas | 9
C. Terapi Realitas Sebagai Teori yang Digunakan dalam Konseling
Kelompok
Tulisan mengenai terapi realitas akan memperkaya bahan kajian aplikatif
teoritis terhadap layanan konseling baik untuk individu secara pribadi maupun bagi
individu dalam setting kelompok. Terapi realitas adalah terapi yang didasarkan atas ide
empiris individu yang bertanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukan untuk
mencapai identitas keberhasilan.
Terapi realitas, dapat diaplikasikan dalam konseling individual maupun
kelompok dan biasa digunakan di sekolah-sekolah, rumah sakit, juga tempat-tempa
rehabilitasi termasuk rumah tahanan, rumah-rumah kumuh dan sebagainya (Marja,
2005). Terapi kelompok merupakan wahana yang efektif dalam melakukan penerapan
prosedur terapi realitas. Proses kelompok dapat menjadi agen yang kuat dalam
membantu konseli melaksanakan rencana dan komitmennya.
1. Sejarah Perkembangan dan Konsep Utama Terapi Realitas
Terapi Realitas dikembangkan oleh William Glasser pada tahun 1960-an.
Wiliam Glasser merupakan seorang psikiatris Amerika, dia lahir di Cleveland, Ohio,
1925. Glasser mempunyai banyak pengalaman bertahun-tahun sebagai psikiatri
psikoanalisa. Namun, ia mulai mengamati bahwa apa yang dia dipraktekkan tidak
sesuai dengan keyakinannya, akhirnya Glasser mengalami kekecewaan. Dia mulai
meneliti mengenai intervensi yang efektif mengenai pendekatan fasilitator terhadap
sebuah situasi terapi yang ternyata berbeda dari metode yang diajarkan psikoanalisa.
Glasser melakukan penyelidikan mengenai suatu pendekatan yang berbeda
yang mana berpusat pada “here and now” dan mulai menerapkan pertanyaan pada
konseli tentang “apa yang mereka lakukan sekarang untuk membantu diri mereka
keluar dari masalah yang dihadapi?”.
Glasser memandang bahwa perilaku itu merupakan pilihan dan dia mulai
meng-eksplore perilaku sebagai pilihan itu terhadap konselinya. Ternyata hal itu
Konseling Kelompok Terapi Realitas | 10
merupakan langkah awal bagi bentuk pendekatan yang segera meluas di dunia dan
memberikan dampak bagi pendidikan, terapi, manajemen, konseling, parenting, dsb,
yaitu Choice Theory. Teori choice menjadi bingkai kerja dan tiang fondasi teori serta
pendekatan terapi realitas.
Filsafat dasar dari terapi realitas sendiri adalah “orang membutuhkan identitas
dan mampu mengembangkan “identitas keberhasilan” maupun “identitas kegagalan”.
Terapi realitas berlandaskan motivasi pertumbuhan dan antideterministik. Kelompok
yang di konseling melalui terapi realitas merupakan kumpulan individu normal dan
sehat mental, karena pendekatan teori realitas menolak model medis dan konsep
tentang penyakit mental. Berfokus pada apa yang bisa dilakukan sekarang, dan
menolak masa lampau sebagai variabel utama menjadi konsep utama untuk
mengantarkan kelompok pada sikap bertanggung jawab pada perbuatannya sebdiri
tanpa menyalahkan hal-hal diluar dirinya terutama kejadian dimasa lalu.
Pertimbangan nilai dan tanggung jawab moral ditekankan pada tiap anggota
kelompok dalam proses konseling, bertujuan untuk mencapai kesehatan mental yang
dianggap sama dengan penerimaan atas tanggung jawab baik individu yang berperan
sebagai pribadi ataupun berperan sebagai anggota kelompok.
2. Pandangan Mengenai Manusia
Terapi realitas berlandaskan premis bahwa ada suatu kebutuhan psikologis
tunggal yang hadir sepanjang hidup, yaitu kebutuhan akan identitas yang mencakup
kebutuhan untuk merasakan keunikan, keterpisahan, dan ketersendirian. Kebutuhan
akan identitas menyebabkan dinamika-dinamika tingkah laku, dipandang sebagai
universal pada semua kebudayaan.
Menurut terapi realitas, akan sangat berguna apabila menganggap identitas
dalam pengertian “identitas keberhasilan” lawan “identitas kegagalan”. Dalam
pembentukan identitas, masing-masing dari manusia mengembangkan keterlibatan-
keterlibatan dengan orang lain dan dengan bayangan diri, yang dengannya manusia
merasa relatif berhasil atau gagal.
Konseling Kelompok Terapi Realitas | 11
Manusia sebagai makhluk sosial diakui oleh konsep terapi realitas. Setiap
manusia mempunyai persepsi masing-masing mengenai identitas keberhasilan dan
identitas kegagalan, maka dari itu perlu bantuan dari orang lain untuk membuat
persepsi itu. Individu yang lain memainkan peran yang berarti dalam membantu
menjelaskan dan memahami identitas individu yang lain juga. Pandangan tentang
manusia mencakup pernyataan bahwa suatu “kekuatan pertumbuhan” akan mendorong
individu untuk berusaha mencapai suatu identitas keberhasilan. Glaser dan Zunin
(dalam Corey, 2006) menyatakan mereka percaya bahwa masing-masing individu
memiliki suatu kekuatan ke arah kesehatan atau pertumbuhan. Pada dasarnya, manusia
ingin memuaskan hati dan menikmati suatu identitas keberhasilan. Menunjukan
tingkah laku yang bertanggung jawab dan memiliki hubungan interpersonal yang
penuh makna.
Penderitaan pribadi bisa diubah hanya dengan perubahan identitas. Pandangan
terapi realitas menyatakan bahwa karena individu-individu bisa mengubah cara hidup,
perasaan, dan tingkah lakunya, maka mereka pun bisa mengubah identitasnya. Maka
dari itu, perubahan identitas bergantung pada perubahan tingkah laku. Terapi realitas
tidak berpijak pada filsafat deterministik tentang manusia, tetapi dibangun atas asumsi
bahwa manusia adalah agen yang menentukan dirinya sendiri. Prinsip ini menyiratkan
bahwa masing-masing orang memikul tenggung jawab untuk menerima konsekuensi-
konsekuensi dari tingkah lakunya sendiri.
Kelompok konseling yang dimaksud atau dipandang sebagai sekumpulan
individu yang harus dibantu menurut persepsi terapi realitas mengenai manusia adalah,
kelompok atau individu-individu yang belum mampu mengembangkan identitas
keberhasilannya secara penuh yang salah satu caranya adalah dengan penerimaan
terhadap tanggung jawab atas perbuatan dan penerimaan diri / kelompok secara
positif baik dari segi kekuatannya atau kelemahannya. kelompok konseling terapi
realitas, merupakan kumpulan individu yang sedang ada dalam proses
pengoptimalan perkembangan dalam rangka menumbuhkan identitas keberhasilan
dan menjauhkan identitas kegagalan dari diri atau kelompoknya
Konseling Kelompok Terapi Realitas | 12
3. Kebutuhan Dasar Manusia dalam Terapi Realitas
Setiap manusia mempunyai kebutuhan, manusia berkelompok pun pasti
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Kelompok konseling dalam terapi
realitas pun terbentuk dalam rangka membantu akan pemenuhan kebutuhan-
kebnutuhan dari anggota kelompoknya. Terapi realitas terpusat pada lima jenis
kebutuhan yang harus terpenuhi dalam diri individu. Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi
kebutuhan fisik dan psikologis. 4 diantara 5 kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan
psikologis, yaitu
a) Kebutuhan LOVE and BELONGING, merupakan kebutuhan untuk cinta dan
keterkaitan sosial. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan untuk menjadi bagian
dari beberapa bagian atau menjadi bagian dari sebuah hubungan. Dalam hal
ini kebutuhan kelompok tercipta dalam bentuk; kebutuhan untuk dihargai oleh
masyarakat; diakui keberadaan kelompoknya; serta mendapat perhatian
dengan cara wajar atas eksistensi kelompoknya, dsb.
b) Kebutuhan POWER, yaitu kebutuhan untuk meraih sebuah tingkat yang
tinggi dari kualitas dalam kehidupan kerja atau mendapatkan level penting
dalam hidup. Kebutuhan kelompok dalam power antara lain; sukses bersama;
keberhasilan belajar (pada kelompok belajar); mendapat penghargaan yang
bermakna dari masyarakat; berhasil dalam mengaktualisasikan identitas
kelompoknya,dll.
c) Kebutuhan FREEDOM, yaitu kebutuhan untuk untuk membuat keputusan,
untuk bertindak dan menyukai apa yang menurut kita menarik. Kebutuhan ini
terpenuhi manakala sebuah kelompok merasakan kebebasan dalam
mengekspresikan keunikannya, mendapat kebebasan untuk melakukan
rutinitas kelompok atau hobi bersama, merasakan keterbukaan lingkungan
dalam menerima pendapat atau pemikiran kelompok, dsb.
d) Kebutuhan FUN, yaitu kebutuhan untuk bersenang-senang dalam bermain,
belajar mencipta atau menemukan solusi. Kebutuhan kelompok yang
termasuk Fun antara lain; melakukan hal-hal yang disenangi bersama; belajar
Konseling Kelompok Terapi Realitas | 13
bersama; main dan refreshing bersama-sama; mengunjungi tempat-tempat
wisata untuk liburan, berlibur bersama, dsb.
Yang terakhir merupakan kebutuhan fisik yaitu,
e) Kebutuhan SURVIVE, merupakan kebutuhan untuk memuaskan kebutuhan
fisik dalam menjalani hidup (contoh, makanan, minuman, pakaian,
reproduksi, dsb).
4. Ciri-Ciri Terapi Realitas dalam Konseling kelompok
Terapi realitas memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Corey,2006) :
1. Terapi realitas menolak tentang penyakit mental. Asumsinya adalah bahwa
bentuk-bentuk gangguan tingkah laku yang spesifik adalah akibat dari ketidak
bertanggung jawaban. Pendekatan terapi realitas tidak menggunakan
diagnosis-diagnosis psikologis, tetapi mempersamakan gangguan mental
yang dihadapi kelompok dengan tingkah laku yang tidak bertanggung jawab
dan mempersamakan kesehatan mental kelompok yang ditunjukkan dengan
tingkah laku atau kegiatan kelompok yang bertanggung jawab.
2. Terapi realitas berfokus pada tingkah laku sekarang. Terapi realitas
menekankan kesadaran atas tingkah laku sekarang. Terapi realitas juga tidak
bergantung pada pemahaman untuk mengubah sikap-sikap, tetapi
menekakankan bahwa perubahan sikap mengikuti perubahan tingkah laku.
Jika sebuah kelompok ingin menumbuhkan identitas keberhasilan melalui
sikap mereka, maka yang diperhatikan dalam konseling kelompok adalah
“apakah yang sekarang harus dilakukan kelompok untuk mencapai
keberhasilan tersebut?” dan “bagaimana perilaku tersebut akan mengantarkan
kelompok pada keberhasilan di masa yang akan datang?”
3. Terapi realitas berfokus pada saat sekarang, bukan kepada masa lampau.
Karena masa lampau itu telah tetap dan tidak bisa diubah, maka yang bisa
diubah hanyalah saat sekarang dan masa yang akan datang. Terapis terbuka
untuk mengeskplorasi segenap aspek dari kehidupan kelompok saat ini,
Konseling Kelompok Terapi Realitas | 14
mencakup harapan-harapan kelompok untuk masa depan, ketakutan-
ketakutan apa yang sekarang sedang dihadapi. Dan dalam proses konseling
kelompok, konselor harus menekankan kekuatan-kekuatan, potensi-potensi,
keberhasilan-keberhasilan, dan kualitas-kualitas yang positif dari kelompok.
Glasser tidak menganjurkan penghitungan kembali sejarah dan
pengeksplorasian masa lampau karena menurutnya hal itu merupakan usaha
yang tidak produktif. Oleh karenannya, ia mengajukan pertanyaan, “Mengapa
terlibat dengan orang yang dulunya tidak bertanggung jawab? Kita ingin
terlibat dengan orang yang kita tahu bisa menjadi orang yang bertanggung
jawab” (Glasser, 1965, hlm.32 dalam Corey, 2006).
4. Terapi realitas menekankan pertimbangan-petimbangan nilai. Terapi realitas
menempatkan pokok kepentingannya pada peran anggota kelompok dalam
menilai kualitas tingkah lakunya sendiri dan anggota kelompok lainnya dalam
menentukan apa yang membuat kegagalan dalam kelompok.
Jika tiap anggota kelompok sadar bahwa mereka tidak akan memperoleh apa
yang mereka inginkan dan bahwa tingkah laku mereka justru menimbulkan
kegagalan, maka ada kemungkinan yang nyata untuk terjadinya perubahan
positif, semata-mata karena mereka menetapkan bahwa alternatif-alternatif
bisa lebih efektif daripada perilaku mereka sekarang yang tidak realistis.
5. Terapi realitas tidak menekankan transferensi. Terapi realitas tidak
memandang konsep tradisional tentang transferensi sebagai hal yang penting.
Ia memandang transferensi sebagai suatu cara bagi konselor untuk tetap
bersembunyi sebagai pribadi. Terapi realitas menghimbau agar konselor
menempuh cara beradanya yang sejati, bukan sebagai orang lain. Glasser
(1965) menyatakan bahwa individu tidak mencari suatu pengulangan
keterlibatan di masa lampau yang tidak berhasil, tetapi mencari suatu
keterlibatan manusiawi yang memuaskan dengan orang lain dalam
keberadaan mereka sekarang.
Konseling Kelompok Terapi Realitas | 15
6. Terapi realitas menekankan aspek-aspek kesadaran bukan aspek-aspek
ketaksadaran. Teori psikoanalitik, yang berasumsi bahwa pemahaman dan
kesadaran atas proses-proses ketaksadaran sebagai suatu prasyarat bagi
perubahan kepribadian, menekankan pengungkapan konflik-konflik tak sadar.
Sebaliknya, terapi realitas menekankan bagaimana tingkah laku sekarang
hingga kelompok tidak mencapai tujuannya dan bagaimana kelompok
menyusun bisa suatu rencana bagi tingkah laku yang berlandaskan tingkah
laku yang bertanggung jawab dan realistis.
7. Terapi realitas menghapus hukuman. Glasser mengingatkan bahwa
pemberian hukuman guna mengubah tingkah laku tidak efektif dan bahwa
hukuman untuk kegagalan melaksanakan rencana-renana mengakibatkan
perkuatan identitas kegagalan konseli dan perusakan hubungan terapeutik.
Alih-alih penggunaan hukuman, Glasser menganjurkan untuk membiarkan
kelompok mengalami konsekuensi-konsekuensi yang wajar dari tingkah
lakunya.
8. Terapi realitas menekankan tanggung jawab, yang oleh Glasser (1965)
didefinisikan sebagai “kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
sendiri dan melakukannya dengan cara tidak mengurangi kemampuan orang
lain dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka”. Bagian yang esensial
dari terapi realitas mencakup moral, standar-standar, pertimbangan-
pertimbangan nilai, serta benar dan salahnya tingkah laku karena semuanya
itu berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan akan rasa berguna
(Corey,2006). Menurut Glasser, kelompok yang bertanggung jawab
melakukan apa-apa yang memberikan kepada kelompoknya perasaan
bermanfaat bagi anggota kelompoknya dan bagi orang lain.
5. Tugas dan Peran Konselor dalam Konseling Kelompok
Tugas dasar Konselor adalah melibatkan diri dengan kelompok dan kemudian
membuatnya menghadapi kenyataan selain bertindak sebagai pembimbing yang
Konseling Kelompok Terapi Realitas | 16
membantu kelompok agar bisa menilai tingkah lakunya sendiri secara realistis. Menilai
tingkah laku tersebut termasuk mengevaluasi tingkah laku melalui keterlibatan
kelompok dan dengan membuka tingkah laku yang sebenarnya secara terang-terangan
Konselor diharapkan memberikan pujian apabila ada anggota kelompok
bertindak dengan cara yang bertanggung jawab dan menunjukkan ketidaksetujuan
apabila mereka tidak bertindak demikian. Fungsi Konselor pun adalah sebagai guru,
konselor harus mengajari kelompok bahwa tujuan terapi tidak diarahkan kepada
kebahagiaan. Terapi realitas berasumsi bahwa kelompok bisa menciptakan
kebahagiannya sendiri dan bahwa kunci untuk menemukan kebahagiaan adalah
penerimaan tanggung jawab. Untuk itu konselor dalam proses konseling harus mampu
terlibat untuk melibatkan kelompok dalam konseling.
6. Penerapan Terapi Realitas dalam Konseling kelompok
Terapi realitas digunakan dalam konseling kelompok. Terapi kelompok
merupakan wahana yang efektif dalam melakukan penerapan prosedur terapi realitas.
Proses kelompok dapat menjadi agen yang kuat dalam membantu konseli
melaksanakan rencana dan komitmennya. Para anggota dalam kelompok tersebut
diminta menuliskan kontrak-kontrak khusus dan membacakannya dihadapan
kelompok. Keterlibatan dengan para anggota lain dengan cara yang bermakna dapat
menjadi perangsang untuk tetap pada komitmen yang telah dibuat.pemakaian asisten
terapis sering dilakukan dan telah diketahui sangat membantu dalam kelompok-
kelompok terapi realitas.
Terapi realitas dalam adegan kelompok menantang konseli untuk menguji
produktivitas perilaku mereka dan perubahannya, ketika perlu melalui perencanaan dan
pencapaian keberhasilan mereka. Terapi realitas adalah suatu model aktif, direktif dan
didaktik. Penekanannya pada perilaku sekarang, bukan pada sikap, wawasan, masa
lalu, atau motivasi ketidaksadaran (Marja, 2005; Corey,2006). Seperti analisis
transaksional, terapi realitas pada awalnya lebih banyak digunakan dalam kelompok
dari pada individual. Terapi realitas juga menjadi tumpuan dalam lingkungan
Konseling Kelompok Terapi Realitas | 17
kerja/tugas, seperti pergerakan kualitas total, yang menekankan bekerja secara
kooperatif dan produktif dalam kelompok-kelompok kecil. Terapi realitas sebagai
suatu pendekatan teori control, berbeda dari cara kerja dalam kelompok yang
berdasarkan akal-sehat lain. Pendekatan ini menekankan bahwa “semua perilaku
dihasilkan dalam diri mereka sendiri untuk memenuhi satu atau beberapa tujuan
(kebutuhan dasar)” (Glasser,1984 dalam Supriatna M, 2003:192).
Penerapan terapi realitas dalam konteks kelompok berdasarkan suatu proses
yang rasional. Terapi menekankan pada perilaku yang tampak pada kejadian “here and
now”. Ada beberapa variasi dalam menerapkan terapi realitas dalam adegan kelompok,
tetapi delapan tahap dasar terapi realitas umumnya digunakan baik dalam konteks
kelompok maupun individual (Glasser, 1984)
1) Berteman/ membangun suatu hubungan yang bermakna. Langkah pertama
konselor adalah usaha membangun hubungan baik (rapport) dengan setiap
anggota kelompok
2) Menegaskan perilaku sekarang/ bertanya apa yang dilakukan sekarang.
Langkah ini terfokus pada proses pilihan, terapi realitas menekankan
pentingnya penggunaan berfikir dan bertindak, dari pada perasaan atau
fisiologi untuk membawa perubahan, anggota kelompok diminta untuk
konsentrasi pada pengontrolan perilaku mereka sekarang.
3) Menegaskan apakah tindakan-tindakan konseli sesuai dengan apa yang
mereka inginkan. Langkah ini menekankan tentang pertimbangan anggota
kelompok atas perilaku mereka dan mempelajari perilaku yang mereka
control. Satu bagian dari proses ini memfokuskan pada nilai-nilai personal,
sedangkan bagian kedua berdasarkan aturan system kehidupan masyarakat.
Orang-orang dengan kesulitan mungkin mengulangi perilakunya dengan
pertimbangan yang baik atau sesuai dnegan kebijakan masyarakat
4) Membuat suatu rencana positif untuk berbuat lebih baik. Langkah ini
merupakan tahapan kritis dalam proses kelompok. Langkah ini meliputi
perencanaan, menasihati, membantu, dan mendorong. Perencanaan, pada
Konseling Kelompok Terapi Realitas | 18
dasarnya merupakan tindakan individual, namun anggota dan pemimpin
kelompok dapat sangat efektif memberikan input dan sugesti-sugesti yang
akan membuat perencanaan lebih potensial. Wubbolding, 1988 (dalam
Supriatna, 2003) menyatakan bahwa ada beberapa komponen yang harus
dimiliki agar rencana tersebut efektif dalam kelompok, antara lain ;
berhubungan erat dengan kebutuhan anggota; sederhana dan mudah dipahami;
realistic dan dapat dicapai; melibatkan tindakan-tindakan positif; independen
terhadap kontribusi orang lain; dapat dipraktekan secara teratur; dapat
dilakukan dengan segera; berorientasi proses; dan terbuka untuk input yang
membangun dari anggota kelompok melalui tulisan dan diformulasikan
dengan baik.
5) Membuat kesepakatan untuk rencana positif selanjutnya. Tidak cukup untuk
membuat rencana tindakan, anggota kelompok harus mengikuti tahap
selanjutnya. Suatu rencana yang tidak memiliki kerangka komitmen konseli
yang kuat mungkin akan gagal, untuk itu tiap anggota kelompok bertanggung
jawab terhadap kehidupan mereka agar proses pencapaian lebih terkontrol
6) Tak ada alasan. Anggota kelompok tidak akan berhasil dalam rencana
tindakan mereka bila sering memaafkan kesalahan. Penerimaan alasan yang
diberikan seseorang dalam kelompok menunjukkan bahwa ide mereka lemah,
tidak dapat berubah dan akibatnya tidak mampu mengontrol kehidupan
mereka.
7) Tidak ada hukuman. Glasser mengemukakan bahwa “hukuman adalah siksaan
yang menyakitkan dengan cara meredakan tanpa alasan atau mengakhiri
perasaan sakit tanpa materi yang berkaitan dengan kesalahan orang. Terapi
realitas menekankan, bahwa seseorang yang tidak mengikuti rencana tindakan
mereka, harus hidup dengan konsekuensi alami dari hasil perbuatannya
tersebut.
8) Tidak pernah berhenti. Perubahan selalu memerlukan waktu, khususnya jika
konseli memiliki sejarah kegagalan yang banyak. Masing-masing anggota
Konseling Kelompok Terapi Realitas | 19
kelompok harus enjadi teman yang baik, yang tidak pernah berhenti berusaha
membantu dengan sungguh-sungguh.
7. Peran Pimpinan Kelompok Dalam Terapi Realitas
Pemimpin kelompok terapi realitas aktif dan terlibat dengan anggota kelompok,
berusaha hangat dan mengkonfrontasi individu yang menunjukkan ke luar realitas
anggota kelompok secara langsung.
Ada empat kriteria pemimpin terapi realitas yang efektif yaitu:
1) Mereka harus menjadi pribadi yang bertanggungjawab dan mampu memenuhi
kebutuhan mereka
2) Mereka harus kuat mental dan mampu menentang kesenangan anggota
kelompok untuk simpati dan berdalih atas perilaku yang tidak produktif
3) Berkualitas untuk menerima anggota kelompok siapapun mereka
4) Pemimpin kelompok realitas harus terlibat secara emosional dan mendukung
setiap anggota kelompok
Praktisi terapi realitas harus berusaha mengangkat fungsi-fungsi yang lain.
Fungsi yang lebih umum yaitu mereka tampil sebagai model personal yang berperilaku
bertanggungjawab (seorang yang beridentitas berhasil). Pemimpin kelompok terapi
realitas harus membantu perkembangan proses penilaian diri para anggota kelompok,
membangun suatu struktur dan batasan sesi kelompok, membantu anggota kelompok
memahami ruang lingkup proses kelompok dan kebutuhan untuk menerapkan pelajaran
dalam kelompok kepada kehidupan mereka sehari-hari. Hansen, et al. (1980)
menyatakan bahwa dalam mengemban tanggung jawab dalam kelompok, pemimpin
kelompok terapi relitas umumnya bersifat eklektik di dalam teknik-teknik kerja
mereka.
Dalam adegan kelompok, ada beberapa hal yang diharapkan terjadi dalam
kelompok terapi realitas. Hal yang terpenting adalah perubahan pengalaman anggota
kelompok dalam perpindahan pola-pola perilaku merusak diri pada masa lalu. Tiap
Konseling Kelompok Terapi Realitas | 20
anggota kelompok berusaha membuat rancangan perilaku baru untuk membantu
mencapai tanggung jawab mereka, atau tujuan-ujuan yang berorientasi pada masa kini.
Anggota kelompok datang dari pengalaman terapi realitas dengan kesadaran
yang tinggi akan nilai-nilai mereka. Melalui kelompok, mereka menyadari memiliki
pilihan tentang apa yang mereka lakukan. Mereka bebas untuk merealisasikan
peraturan bermain dalam mengendalikan hidup mereka. Intinya para anggota
kelompok harus dapat bertanggung jawab dan dapat memilih untuk berubah.
BAB III
ANALISIS
A. Kelebihan dan Keterbatasan
Dalam tiap teori pasti ada kekuatan dan kelemahan. Terapi realitas dalam
adegan kelompok pun tak lepas dari keterbatasan dan kelebihan, berikut merupakan
kelebihan dan keterbatasan terapi realitas dalam format kelompok,
Kelebihan :
1) Terapi realitas menekankan pada tanggung jawab. Individu bertanggungjawab
untuk memutuskan apa yang mereka hargai dan inginkan untuk berubah dalam
hidup mereka.mereka mempelajari bahwa mereka harus bekerja
Konseling Kelompok Terapi Realitas | 21
mengimplementasikan perubahan dan tanggung jawab ditempatkan secara
tepat pada anggota kelompok.
2) Pendekatan ini menekankan pada tindakan dan berfikir sebagai lawan dari
perasaan dan fisik. Melalui penekanan bahwa anggota kelompok membuat
rencana dan melakukannya, terapi realitas melepaskan kesuraman masa lalu
dan membuat klien lebih mampu untuk berubah. Bagian proses
tindakan/berfikir melibatkan penolakan untuk menerima alasan dan tidak
menghukum (Glasser, 1984). Dimensi tindakan/berfikir terapi realitas
ditujukan pada keterarahan positif, seperti memenuhi kebutuhan dan perubahan
yang tepat.
3) Dimensi yang berharga dari kelompok terapi realitas adalah kelangsungan
hidup orang dalam masyarakat sebagaimana yang mereka inginkan. Kelompok
terapi realitas memungkinkan bekerja secara produktif dengan populasi lain
yang dipandang sebagai sesuatu yang sulit dan tidak dapat diperbaiki.
Pendekatan ini sangat efektif dalam konseling krisis dan konseling jangka
panjang.
4) Pendekatan ini menekankan pada batasan prosedur kerja dengan individu-
individu dalam kelompok (Glasser, 1986). Terapi realitas sangat terang-
terangan dalam menekankan apa yang dibutuhkan dan kapan pemimpin
kelompok berbuat.
5) Penggunaan terapi realitas dalam kelompok adalah perlakuan yang kontinyu
sampai partisipan mampu memecahkan kesulitan. Sebagai suatu cara
mendorong perubahan yang positif, terapi realitas merupakan pendekatan yang
relative singkat (Wubbolding, 1988). Banyak individu hanya memiliki waktu
yang terbatas untuk bekarja menghadapi kesulitan mereka, apakah dalam
konterks terapeutik atau dalam konteks organisasional. Terapi realitas sanggup
realistis dan membantu anggota kelompok untuk terlibat dengan orang lain dan
memperkuat perencanaan setiap orang agar lebih berhasil.
Keterbatasan :
Konseling Kelompok Terapi Realitas | 22
1) Menekankan pada pertukaran komunikasi, secara verbal atau tulisan. Banyak
terapis realitas menggunakan kontrak dalam kelompok mereka untuk
mengkalirifikasi tujuan angota dengan tepat. Individu yang tidak dapat atau
tidak mau berkomunikasi dalam cara ini tidak memperoleh manfaat dari metode
pendekatan seperti ini.
2) Keterbatasan metode ini adalah kesederhanaannya. Delapan tahapan metode
Glasser memandu suatu kelompok yang mungkin keliru diterapkan oleh
pemimpin kelompok secara “mekanis” yang tidak memahami atau menghargai
kompleksitas hakikat dan perubahan manusia.
3) Ekstrim tentang beberapa isu. Terutama isu mengenai beberapa teori yang lebih
menekankan aspek ketak sadaran individu atau masa lalau. Terapi realitas jelas
menolak menghadapi ketaksadaran dan menyangkal pentingnya kejadian masa
lalu kecuali sebagai cara untuk memahami perilaku seseorang.
4) Teori ini kurang efektif dalam kerja kelompok. Glasser emmbantah bahwa
terapi realitas hanya teori yang lebih popular dalam pendidikan, penjara, dan
program penyalahgunaan narkoba, tetapi validasi empiris teori ini terkadang
harus dipenuhi melalui penelitian.
5) Menekankan pada konformitas dan kegunaan. Anggota kelompok diharapkan
menyesuaikan realitas mereka. Meskipun penekanan ini bersifat pragmatis, itu
juga dapat mengurangi perilaku kreatif dan independen. Terapi realitas juga
menekankan jauh dari perubahan lingkungan seseorang. Terapi realitas
merupakan teori yang tidak hanya lebih memfokuskan pada perubahan individu
dalam kelompok alih-alih menekankan perubahan lingkungan.
Tiap teori mempunyai kekuarangan dan kelebihan, oleh karenannya dalam
praktik konseling, satu teori saja tidak cukup. Alangkah tidak bijaksana bila kita hanya
menggunakan atau berkiblat pada satu pendekatan saja dalam proses konseling karena
bisa saja satu pendekatan yang kita gunakan tersebut tidak atau kurang sesuai dengan
kebutuhan konseli, serta kondisi sosial, budaya dan agama.
Konseling Kelompok Terapi Realitas | 23
Untuk itu disarankan agar para konselor tidak menggunakan teori atau
pendekatan tunggal pada semua kasus untuk diselesaikan. Akan tetapi harus dicoba
secara kreatif memilih bagian-bagian dari beberapa pendekatan yang relevan,
kemudian secara sintetis-analitis diterapkan pada kasus yang dihadapi. Allen Ivey,1980
(Willis,2004:55) memperkenalkan CSA ”Creative-Synthesis-Analytic”. CSA
membuat konselor lebih kreatif dan luas wawasannya. Selain itu sebagai seorang calon
konselor haruslah memahami setiap teori konseling agar dapat memberikan pelayanan
yang terbaik, artinya memberikan pelayanan sesuai dengan kesulitan atau masalah
yang dihadapi konseli.
B. Keterampilan Konselor yang Menunjang Aplikasi Terapi Realitas dalam
Konseling Kelompok
1. Kelompok dan Pengaruhnya pada Perilaku Komunikasi
Para pendidik melihat komunikasi sebagai metode pendidikan yang efektif.
Para manajer menemukan komunikasi kelompok sebagai wadah yang tepat untuk
melahirkan gagasan-gagasan kreatif. Para psikiater mendapatkan komunikasi
kelompok sebagai wahana untuk memprbaharui kesehatan mental. Para ideology juga
menyaksikan komunikasi kelompok sebagai sarana untuk meningkatkan kesadaran
politik-ideologis. Pengaruh Kelompok pada Perilaku Komunikasi antara lain terlihat
pada 3 aspek dibawah ini
1. Konformitas (conformity). Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan
atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk
mengatakandan melakukan hal yang sama.
2. Fasilitas Sosial. Fasilitas sosial dapat diartikan kelancaran atau peningkatan
kualitas kerja karena ditonton kelompok
3. Polarisasi
2. Bentuk-bentuk Komunikasi Kelompok
1. Komunikasi Kelompok Deskriptif
Kelompok Tugas : Model Fisher. Pada model ini kelompok melewati empat tahap :
orientasi, konflik, pemunculan, dan peneguhan.
Konseling Kelompok Terapi Realitas | 24
Kelompok Pertemuan : Model Bennis dan Shepherfd. Pada model ini terdiri dari dua
tahap, yaitu (1) kebergantungan pada otoritas, dan (2) kebergantungan satu sama lain.
Kelompok Penyadar : Model Chesebro, Cragan, dan McCullough.Model ini
melewati empat tahap, kesadaran diri akan identitas baru, identitas kelompok melalui
polarisasi, menegakkan nilai-nilai baru bagi kelompok, dan menghubungkan diri
dengan kelompok revolusioner lainnya.
2. Komunikasi Kelompok Preskriptif.
Diklasifikasikan pada dua kelompok besar : privat dan public. Yang termasuk
kelompok privat : kelompok pertemuan, kelompok belajar, panitia, dan konferensi.
Sedangkan yang termasuk kelompok public adalah: panel, wawancara terbuka, forum,
dan symposium.