30
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, suka sama sejenis sudah tidak dianggap sebagai sebuah gangguan kejiwaan. Tentu saja acuan dari pernyataan diatas adalah DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder atau buku acuan diagnostik secara statistikal untuk menentukan gangguan kejiwaan) yang dibuat oleh ‘kiblat’ ilmu kejiwaan saat ini, yaitu APA alias Asosiasi Psikiatri Amerika. Di dalam DSM, yang sudah masuk ke edisi ke empat, suka dengan sejenis sudah tidak masuk ke dalam kategori gangguan kejiwaan. Salah satu alasannya adalah karena syarat bagi sebuah perilaku untuk diklasifikasikan sebagai gangguan jiwa dalam DSM adalah jika perilaku tersebut mengganggu kehidupan orang yang menderitanya. Lesbian adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama perempuan. Istilah ini juga merujuk kepada perempuan yang mencintai perempuan baik secara fisik, seksual, emosional, atau secara spiritual. Disebuah artikel dinyatakan bahwa: 10% laki-laki adalah homoseks, sedang perempuan adalah 5%, dan 37% dari semua individu pernah melakukan hubungan seks sejenis ini di dalam kehidupannya. Beberapa homoseks melaporkan bahwa mereka menyadari ketertarikan untuk melakukan hubungan seks sejenis ini timbul sebelum masa pubertas atau akil balig. Aktivitas ini biasanya mula-mula dilakukan di lingkungan peer group (kelompok sepermainan) mereka. Dilaporkan pula bahwa homoseks perempuan atau lebih dikenal dengan lesbian, sebanyak 56% sebelumnya mempunyai hubungan seksual dengan lawan jenis, sedangkan yang laki-laki sebesar 19%. 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum

TEORI TRANSGENDER

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KEPERAWATAN TRANSKULTURAL

Citation preview

Page 1: TEORI TRANSGENDER

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSaat ini, suka sama sejenis sudah tidak dianggap sebagai sebuah gangguan

kejiwaan. Tentu saja acuan dari pernyataan diatas adalah DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder atau buku acuan diagnostik secara statistikal untuk menentukan gangguan kejiwaan) yang dibuat oleh ‘kiblat’ ilmu kejiwaan saat ini, yaitu APA alias Asosiasi Psikiatri Amerika. Di dalam DSM, yang sudah masuk ke edisi ke empat, suka dengan sejenis sudah tidak masuk ke dalam kategori gangguan kejiwaan. Salah satu alasannya adalah karena syarat bagi sebuah perilaku untuk diklasifikasikan sebagai gangguan jiwa dalam DSM adalah jika perilaku tersebut mengganggu kehidupan orang yang menderitanya.

Lesbian adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama perempuan. Istilah ini juga merujuk kepada perempuan yang mencintai perempuan baik secara fisik, seksual, emosional, atau secara spiritual. Disebuah artikel dinyatakan bahwa: 10% laki-laki adalah homoseks, sedang perempuan adalah 5%, dan 37% dari semua individu pernah melakukan hubungan seks sejenis ini di dalam kehidupannya. Beberapa homoseks melaporkan bahwa mereka menyadari ketertarikan untuk melakukan hubungan seks sejenis ini timbul sebelum masa pubertas atau akil balig. Aktivitas ini biasanya mula-mula dilakukan di lingkungan peer group (kelompok sepermainan) mereka. Dilaporkan pula bahwa homoseks perempuan atau lebih dikenal dengan lesbian, sebanyak 56% sebelumnya mempunyai hubungan seksual dengan lawan jenis, sedangkan yang laki-laki sebesar 19%.

1.2 Tujuan1.2.1 Tujuan Umum

Mengaplikasi Konsep Community as Partner pada Kasus Klien dengan Lesbian

1.2.2 Tujuan Khususa. untuk mengetahui dan memahami model konsep community as partner pada

klien dengan lesbian;b. untuk mengetahui dan memahami aplikasi community as partner lesbian;c. untuk mengetahui dan memahami askep pada klien dengan lesbian.

1.3 Manfaat1.3.1 Untuk Mahasiswa

Dapat menambah wawasan atau ilmu mengenai askep pada klien dengan lesbian

1.3.2 Untuk masyarakatMemandirikan masyarakat dalam upaya pencegahan perluasan klien dengan

lesbian

Page 2: TEORI TRANSGENDER

BAB II. TINJAUAN KONSEP

2.1 Pendahuluan tentang konsep Community as Partner Model Model konseptual adalah sekelompok konsep atau ide yang berhubungan,

tetapi hubungannya tidak eksplisit. Model adalah suatu perspektif abstrak atau kerangka kerja yang mewakili realitas. Model menggunakan konsep untuk menyimbolkan makna, tetapi model bukanlah dunia yang nyata. Model konseptual mempunyai “serangkaian konsep”; namun demikian, hubungan pernyataan yang menguraikan hubungan diantara konsep tidak jelas sehingga tidak dapat dipertanggungjawabkan untuk pengujian. Model lebih abstrak dengan konsep yang lebih sedikit didefinisikan secara khusus dibandingkan teori, dan model tidak menjelaskan bagaimana atau mengapa suatu fenomena terjadi (Christensen, 2009).

Model ini sebagai panduan proses keperawatan dalam pengkajian komunitas; analisa dan diagnosa; perencanaan; implementasi komunitas yang terdiri dari tiga tingkatan pencegahan; primer, sekunder, dan tersier, dan program evaluasi (Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999). Konsep Community as Partner diperkenalkan Anderson dan McFarlane. Model ini merupakan pengembangan dari model Neuman yang menggunakan pendekatan totalitas manusia untuk menggambarkan status kesehatan klien. Neuman memandang klien sebagai sistem terbuka dimana klien dan lingkungannya berada dalam interaksi yang dinamis. Menurut Neuman, untuk melindungi klien dari berbagai stressor yang dapat mengganggu keseimbangan, klien memiliki tiga garis pertahanan, yaitu fleksible line of defense, normal line of defense, dan resistance defense.

Agregat klien dalam model Community as Partner ini meliputi intrasistem dan ekstrasistem. Intrasistem terkait adalah sekelompok orang-orang yang memiliki satu atau lebih karakteristik. Agregat ekstrasistem meliputi delapan subsistem yaitu komunikasi, transportasi dan keselamatan, ekonomi, pendidikan, politik dan pemerintahan, layanan kesehatan dan sosial, lingkungan fisik dan rekreasi (Allender & Spradley, 2005).

Delapan subsistem dipisahkan dengan garis putus-putus artinya sistem satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Di dalam komunitas ada lines of resistance, merupakan mekanisme internal untuk bertahan dari stressor. Rasa kebersamaan dalam komunitas untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan contoh dari line of resistance. Anderson dan McFarlane (2000) mengatakan bahwa dengan menggunakan model Community as Partner terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri dari dua bagian utama yaitu inti dan delapan subsistem yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari pengkajian keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

Komunitas sebagai klien atau partner berarti kelompok masyarakat tersebut turut berperan serta secara aktif meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengatasi masalah kesehatannya.

Page 3: TEORI TRANSGENDER

2.1.1 PengkajianPengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis

terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis dan sosial ekonomi maupun spiritual dapat ditentukan. Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses tindakan untuk mengenal komunitas. Mengidentifikasi faktor positif dan negatif yang berbenturan dengan masalah kesehatan dari masyarakat hingga sumber daya yang dimiliki komunitas dengan tujuan merancang strategi promosi kesehatan. Dalam tahap pengkajian ini terdapat lima kegiatan, yaitu :

a. Pengumpulan DataTujuan pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi

mengenai masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukam tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :

1) Data Intia) Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas

Riwayat terbentuknya sebuah komunitas (lama/baru). tanyakan pada orang-orang yang kompeten atau yang mengetahui sejarah area atau daerah itu.

b) Data demografiKarakteristik orang-orang yang ada di area atau daerah tersebut, distribusi (jenis kelamin, usia, status perkawinan, etnis), jumlah penduduk,

c) Vital statistikMeliputi kelahiran, kematian, kesakitan dan penyebab utama kematian atau kesakitan.

d) Nilai dan kepercayaanNilai yang dianut oleh masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan, kepercayaan-kepercayaan yang diyakini yang berkaitan dengan kesehatan, kegiatan keagamaan di masyarakat, kegiatan-kegiatan masyarakat yang mencerminkan nilai-nilai kesehatan.

2) Subsistem a) Lingkungan fisik

Catat lingkungan tentang mutu air, flora, perumahan, ruang, area hijau, binatang, orang-orang, bangunan buatan manusia, keindahan alam, air, dan iklim.

b) Pelayanan kesehatan dan sosialCatat apakah terdapat klinik, rumah sakit, profesi kesehatan yang praktek, layanan kesehatan publik, pusat emergency, rumah perawatan

Page 4: TEORI TRANSGENDER

atau panti werda, fasilitas layanan sosial, layanan kesehatan mental, dukun tradisional/pengobatan alternatif.

c) EkonomiCatat apakah perkembangan ekonomi di wilayah komunitas tersebut maju dengan pesat, industri, toko, dan tempat-tempat untuk pekerjaan, adakah pemberian bantuan sosial (makanan), seberapa besar tingkat pengangguran, rata-rata pendapatan keluarga, karakteristik pekerjaan.

d) Keamanan dan transportasiApa jenis transportasi publik dan pribadi yang tersedia di wilayah komunitas, catat bagaimana orang-orang bepergian, apakah terdapat trotoar atau jalur sepeda, apakah ada transportasi yang memungkinkan untuk orang cacat. jenis layanan perlindungan apa yang ada di komunitas (misalnya: pemadam kebakaran, polisi, dan lain-lain), apakah mutu udara di monitor, apa saja jenis kegiatan yang sering terjadi, apakah orang-orang merasa aman.

e) Politik dan pemerintahanCatat apakah ada tanda aktivitas politik, apakah ada pengaruh partai yang menonjol, bagaimana peraturan pemerintah terdapat komunitas (misalnya: pemilihan kepala desa, walikota, dewan kota), apakah orang-orang terlibat dalam pembuatan keputusan dalam unit pemerintahan lokal mereka.

f) KomunikasiCatat apakah orang-orang memiliki tv dan radio, apa saja sarana komunikasi formal dan informal yang terdapat di wilayah komunitas, apakah terdapat surat kabar yang terlihat di stan atau kios, apakah ada tempat yang biasanya digunakan untuk berkumpul.

g) PendidikanCatat apa saja sekolah-sekolah dalam area beserta kondisi, pendidikan lokal, reputasi, tingkat drop-out, aktifitas-aktifitas ekstrakurikuler, layanan kesehatan sekolah, dan tingkat pendidikan masyarakat.

h) RekreasiCatat dimana anak-anak bermain, apa saja bentuk rekreasi utama, siapa yang berpartisipasi, fasilitas untuk rekreasi dan kebiasaan masyarakat menggunakan waktu senggang.

b. Jenis dataJenis data secara umum dapat diperoleh dari:

1) Data subjektif: yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.

2) Data objektif: data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran.

c. Sumber data1) Data primer: data yang dikumpulakn oleh pengkaji dalam hal ini

mahasiswa atau perawat kesehatan masyarakat dari individu, keluarga, kelompok dan komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.

Page 5: TEORI TRANSGENDER

2) Data sekunder : data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya : kelurahan, catatan riwayat kesejatan pasien atau medical record.

d. Cara pengumpulan data1) Wawancara atatu anamnesa2) Pengamatan3) Pemeriksaan fisik4) Observasi

e. Pengolahan data1) Klasifikasi data atau kategorisasi data2) Perhitungan presentase cakupan dengan menggunakan tally3) Tabulasi data

f. Interpretasi data analisis dataTujuan analisis data :

1) Menetapkan kebutuhan komuniti;2) Menetapkan kekuatan;3) Mengidentifikasi pola respon komuniti;4) Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.

g. Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatanh. Prioritas masalah

Prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria:1) prevalensi kejadian;2) berat ringannya masalah;3) kemungkinan masalah untuk diatasi;4) tersedianya sumber daya masyarakat;5) aspek politis.

2.1.2 Diagnosa keperawatanDiagnosis keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan

baik yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. American Nurses Of Association (ANA). Dengan demikian diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.

2.1.3 Perencanaana. tahapan pengembangan masyarakat

persiapan, penentuan prioritas daerah, pengorganisasian, pembentukan pokjakes (kelompok kerja kesehatan)

b. tahap diklatc. tahap kepemimpinan

koordinasi intersektoral, akhir, supervisi atau kunjungan bertahap.

2.1.4 Pelaksanaan/Implementasi

Page 6: TEORI TRANSGENDER

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994., dalam Potter & Perry, 2005).Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.Menurut Craven dan Hirnle (2000) secara garis besar terdapat tiga kategori dari implementasi keperawatan, antara lain:a. Cognitive implementations, meliputi pengajaran/ pendidikan,

menghubungkan tingkat pengetahuan klien dengan kegiatan hidup sehari-hari, membuat strategi untuk klien dengan disfungsi komunikasi, memberikan umpan balik, mengawasi tim keperawatan, mengawasi penampilan klien dan keluarga, serta menciptakan lingkungan sesuai kebutuhan, dan lain lain.

b. Interpersonal implementations, meliputi koordinasi kegiatan-kegiatan, meningkatkan pelayanan, menciptakan komunikasi terapeutik, menetapkan jadwal personal, pengungkapan perasaan, memberikan dukungan spiritual, bertindak sebagai advokasi klien, role model, dan lain lain.

c. Technical implementations, meliputi pemberian perawatan kebersihan kulit, melakukan aktivitas rutin keperawatan, menemukan perubahan dari data dasar klien, mengorganisir respon klien yang abnormal, melakukan tindakan keperawatan mandiri, kolaborasi, dan rujukan, dan lain-lain.

2.1.5 Evaluasi atau penilaianMenurut Ziegler, Voughan – Wrobel, & Erlen (1986) dalam Craven & Hirnle (2000), evaluasi terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:a. Evaluasi struktur

Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi dalam pemberian pelayanan. Persediaan perlengkapan, fasilitas fisik, rasio perawat-klien, dukungan administrasi, pemeliharaan dan pengembangan kompetensi staf keperawatan dalam area yang diinginkan.

b. Evaluasi prosesEvaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat dan apakah perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai wewenang. Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis informasi yang didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari perumusan diagnosa keperawatan, dan kemampuan tehnikal perawat.

c. Evaluasi hasilEvaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons prilaku klien merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil.

Page 7: TEORI TRANSGENDER

2.2 Kerangka konsep Community as Partner Model Model adalah gambaran yang mendekati kenyataan dari konsep. (Riehl

and Roy, 1980). Model konseptual adalah sintesis seperangkat konsep dan pernyataan yang mengintegrasikan konsep-konsep tersebut menjadi suatu kesatuan. Model keperawatan dapat didefinisikan sebagai kerangka piker, sebagai satu cara melihat keperawatan, atau satu gambaran tentang lingkup keperawatan. Model ini sebagai panduan proses keperawatan dalam pengkajian komunitas; analisa dan diagnosa; perencanaan; implementasi komunitas yang terdiri dari tiga tingkatan pencegahan; primer, sekunder, dan tersier, dan program evaluasi (Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999).

Community as Partner Model merupakan model keperawatan yang berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat dengan melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi penuh dalam setiap praktik, keilmuan maupun metode dalam model ini. Fokus utama dari model Community as Partner adalah menjadikan komunitas sebagai mitra dan proses keperawatan. Komponen utama pengkajian yang ada pada model ini adalah core dan subsistem. Core memiliki pengertian yaitu sesuatu yang penting dan mendasar yang terdiri dari riwayat terbentuknya aggregate, demografi, vital statistik, nilai, dan kepercayaan. Sedangkan pada subsistem terdapat lingkungan fisik, pelayanan kesehatan dan sosial, ekonomi, transportasi dan keamanan, politik dan pemerintahan, komunikasi, pendidikan, dan rekreasi.

Page 8: TEORI TRANSGENDER

Gambar 2.1 Community as PartnerFokus pada model ini komunitas sebagai partner dan penggunaan proses

keperawatan sebagai pendekatan. Neuman memandang klien sebagai sistem terbuka dimana klien dan lingkungannya berada dalam interaksi yang dinamis. Menurut Neuman, untuk melindungi klien dari berbagai stressor yang dapat mengganggu keseimbangan, klien memiliki tiga garis pertahanan, yaitu fleksible line of defense, normal line of defense, dan resistance defense.

Garis pertahanan fleksibel adalah kondisi kesehatan yang dinamis yang merupakan hasil dari respon terhadap stressor yang tidak menetap misalnya stressor lingkungan maupun kelurga. Garis pertahanan normal merupakan gambaran pencapaian tingkat kesehatan masyarakat dari waktu ke waktu misalnya

Page 9: TEORI TRANSGENDER

penurunan angka kelahiran anak dengan tunanetra dan penurunan jumlah penderita tunanetra akibat pengaruh lingkungan fisik. Sedangkan garis pertahanan resisten adalah mekanisme internal yang berlaku untuk melindungi klien dengn tunanetra terhadap stressor misalnya dengan melakukan terapi kelompok .

Stressor merupakan tekanan yang menimbulkan adanya suatu rangsangan yang memiliki potensi untuk menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan didalam sistem. Stressor terbagi menjadi dua yaitu internal dan eksternal. Stressor internal yaitu tekanan yang berasal dari dalam masyarakat, sedangkan stressor eksternal adalah tekanan yang berasal dari luar masyarakat misalnya suara bising dari lingkungan sekitar tempat masyarakat tinggal. Stressor pada awalnya akan menembus garis pertahanan fleksibel dan normal dari masyarakat sehingga terjadi gangguan dalam masyarakat, saat layanan kesehatan yang tersedia tidak mencukupi, maka stressor akan berinteraksi dengan garis pertahanan resisten dan kemudian bersama-sama menjadi bagian dari diagnosa keperawatan komunitas dengan menimbulkan derajat reaksi. Derajat reaksi adalah jumlah ketidakseimbangan atau gangguan yang diakibatkan oleh stressor yang berhubungan dengan pertahanan masyarakat. Derajat reaksi digambarkan dengan peningkatan jumlah penderita tunanetra.

Agregat klien dalam model community as partner ini meliputi intrasistem dan ekstrasistim. Intrasistem terkait adalah sekelompok orang-orang yang memiliki satu atau lebih karakteristik (Stanhope & Lancaster, 2004). Agregat ekstrasistem meliputi delapan subsistem yaitu komunikasi, transportasi dan keselamatan, ekonomi, pendidikan, politik dan pemerintahan, layanan kesehatan dan sosial, lingkungan fisik dan rekreasi (Helvie, 1998; Anderson & McFarlane, 2000; Ervin, 2002; Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999; Stanhope & Lancaster, 2004; Allender & Spradley, 2005).

Delapan subsistem dipisahkan dengan garis putus-putus artinya sistem satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Di dalam komunitas ada lines of resistance, merupakan mekanisme internal untuk bertahan dari stressor. Rasa kebersamaan dalam komunitas untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan contoh dari line of resistance Anderson dan McFarlane (2000) mengatakan bahwa dengan menggunakan model community as partner terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri dari dua bagian utama yaitu inti dan delapan subsistem yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari pengkajian keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

Page 10: TEORI TRANSGENDER

BAB III. PEMBAHASAN

3.1 Aplikasi Konsep Community as Partner pada Kasus Klien dengan LesbianLesbian adalah suatu istilah bagi perempuan yang mengarahkan pilihan

orientasi seksualnya kepada sesama perempuan baik secara seks maupun jender (Sembiring, 2014). Sedangkan konsep community as partner (CAP) sendiri merupakan suatu model perawatan kesehatan masyarakat yang praktek, metode, dan kelimuannya melibatkan peran partisipasi penuh dari masyarakat dimana dalam hal ini berperan sebagai 2 komponen, yaitu sebagai mitra dan proses keperawatan.

3.1.1 PengkajianPada aplikasinya, konsep community as partner (CAP) ini dalam menyikapi

kasus lesbian tetap memperhatikan tiga komponen utama dari CAP sebagai acuan dalam pengkajian dalam kasus diabetes melitus, yaitu: core (inti), subsistem, dan persepsi yang akan dibahas sebagai berikut.1) Data inti (core)

Data inti ini meliputi empat hal, yaitu: a) Sejarah

Dalam data ini hal-hal yang dapat dikaji adalah riwayat terbentuknya sebuah komunitas lama dan komunitas baru. Hal yang dapat dikaji antara lain sebagai berikut.

1. Sejarah atau asal daerah tersebut 2. Berapa lama komunitas tersebut telah tinggal (hal ini berhubungan

tentang warga asli yang menempati atau berdomisili oleh pendatang) 3. Apakah tindakan warga dalam menanggapi suatu masalah, sebagai

salah satu contoh kasusnya disini kami mengangkat tentang kasus lesbian.

4. Dapat pula dikaji tentang kemungkinan penyebab dari perilaku lesbian yang terjadi di masyarakat, misal karena trauma dengan lawan jenis pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan bersama lawan jenis, pola asuh keluarga, dan hubungan dengan anggota keluarga.

b) Demografis Dalam data demografis hal yang dapat dikaji adalah distribusi masyarakat berdasarkan beberapa aspek dan berdasarkan hasil statistik. Aspek-aspek tersebut antara lain sebagai berikut.1. Usia

Kasus lesbian saat ini paling banyak dialami oleh remaja dan dewasa muda. Menurut hasil penelitian dan penelusuran Yayasan Priangan Jawa Barat, pada tahun 2003 kasus homoseksual di kalangan pelajar di Bandung sudah tinggi. 21% siswa SMP dan 35% siswa SMU disinyalir melakukan per buatan homoseksual (Faridatunnisa, 2010).

Page 11: TEORI TRANSGENDER

2. Status sosial Lesbian tidak dipengaruhi oleh status sosial seseorang. Lesbian dapat terjadi pada kalangan yang memiliki status sosial yang rendah hingga tinggi.

3. Jenis kelamin Berdasarkan jenis kelamin, lesbian adalah suatu istilah bagi perempuan yang mengarahkan pilihan orientasi seksualnya kepada sesama perempuan baik secara seks maupun jender (Sembiring, 2014). Sedangkan pada laki-laki yang menyukai sesama jenisnya disebut dengan istilah gay.

4. Suku Lesbian tidak ada hubungannya dengan faktor suku, namun di beberapa negara seperti Amerika Serikat pada suku Indian, homoseksual seperti lesbian dan gay dianggap legal.

5. Tingkat pendidikan Lesbian biasanya terjadi pada masyarakat dengan segala jenis tingkat pendidikan. Namun, ada beberapa faktor resiko yang menyebutkan bahwa kurangnya informasi terkait pendidikan seks dapat menyebabkan seseorang mengalami homoseksual seperti lesbian.

6. Vital statistic (data penting) Data vital ini mencerminkan mengenai dua hal yaitu status kesehatan kelompok yang beresiko dan rentan. Hal-hal yang dapat dikaji, antara lain sebagai berikut.

a. Sikap dan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan seksual;b. Pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan upaya preventif

lebih dini untuk mencegah terjadinya lesbian;c. Sumber-sumber dukungan sosial;d. Pola dan perilaku seksual yang tidak sehat.

Dalam data vital dapat berupa: angka kejadian lesbian atau biasanya disebutkan homoseksual (gay dan lesbian).

c) Nilai dan kepercayaan Lesbian tidak ada hubungannya dengan nilai dan kepercayan masyarakat. Namun di beberapa negara seperti suku Indian di Amerika Serikat telah melegalkan pernikahan sesama jenis atau homoseksual (gay dan lesbian) karena merupakan sebuah tradisi dan budaya dari suku tersebut untuk menerima perbedaan dari orang lain.

2) Data subsistem Dalam subsistem ini ada 8 komponen yang dapat dikaji dalam kasus lesbian, antara lain sebagai berikut.a) Lingkungan fisik

Pada aspek lingkungan fisik hal-hal yang dapat dikaji antara lain kebiasaan berkumpul dan kegiatan yang dilakukan masyarakat, apakah ada perilaku yang memicu timbulnya perilaku lesbian.

b) Pelayanan sosial dan kesehatan

Page 12: TEORI TRANSGENDER

Pada aspek pelayanan sosial dan kesehatan yang dapat dikaji antara lain sebagai berikut.1. Pelayanan

Apakah telah terdapat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas, klinik dll. yang memberikan informasi terkait dengan kesehatan seksual.

2. OngkosApakah ada jaminan kesehatan untuk mencegah dan mengatasi masalah lesbian yang ada di masyarakat.

3. Jenis pelayananApakah ada pelayanan yang berbasis rehabilitatif atau kuratif yang bertujuan untuk mengatasi masalah lesbian yang ada dimasyarakat.

4. Sumber daya dan tenagaApakah telah ada sumber daya manusia khususnya tenaga medis dan non medis yang memiliki pengetahuan yang baik untuk memberikan informasi terkait kesehatan seksual.

5. TempatApakah telah tersedia tempat perawatan bagi klien dengan lesbian.

6. FasilitasApakah telah terdapat fasilitas yang mendukung dalam upaya penanganan lesbian yang ada dimasyarakat.

7. StatistikBagaimana kondisi ekonomi dan sosial dari klien dan pendidikan klien dengan lesbian.

8. Sarana kesehatanApakah sarana kesehatan telah tersedia dan terjangkau dalam pengaksesannya.

c) EkonomiDitinjau dari aspek ekonomi menyangkut pendapatan dari klien.

Berdasarkan pendapatan yang diperoleh klien, akan berpengaruh terhadap keadaan klien sendiri. Aspek ekonomi juga dapat menyangkut mengenai biaya yang dikeluarkan keluarga untuk mengadakan program rehabilitasi untuk klien lesbian di masyarakat. Selaras dengan konsep dari CAP dimana metodenya melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi penuh dalam meningkatkan kesehatannya, maka dari itu petugas kesehatan, khususnya perawat bersama masyarakat harus saling bekerjasama dalam program perawatan untuk klien lesbian. Hal-hal yang perlu dikaji dalam subsistem ini yaitu: pendapatan, pengeluaran, pekerjaan, karakteristik pekerjaan, dan pendapatan rata-rata keluarga.

Perawat komunitas dapat menyusun program pelayanan kesehatan bagi kelompok lesbian dan mengimplementasikan program rehabilitasi untuk klien lesbian yang disusun bersama masyarakat. Perawat komunitas juga dapat berperan dalam pencegahan terjadinya dampak dari perilaku lesbian ini seperti penularan HIV AIDS.

Page 13: TEORI TRANSGENDER

d) Transportasi dan keamanan (keselamatan)Transportasi menyangkut sarana yang digunakan oleh masyarakat

untuk menjangkau tempat pelayanan kesehatan dalam melakukan upaya pencegahan dan pengobatan pada klien lesbian. Keamanan berkaitan dengan jenis pelayanan perlindungan yang ada di komunitas tersebut, misalnya tempat rehabilitasi bagi klien lesbian, agar klien dengan lesbian merasa nyaman dan dapat melakukan upaya perawatan yang baik sehingga dampak yang ditakutkan dapat dihindari.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengkajian subsistem transportasi dan keamanan (keselamatan) yaitu sebagai berikut.

1) Transportasi, meliputi jenis transportasi yang digunakan oleh masyarakat untuk menjangkau layanan kesehatan, transportasi yang ada dan memungkinkan untuk menjangkau tempat pelayanan kesehatan.

2) Keamanan, meliputi jenis pelayanan perlindungan yang ada di komunitas, misalnya tempat rehabilitasi bagi klien lesbian, mengenai jaminan keamanan kepada masyarakat dan klien lesbian di komunitas tersebut, mengenai upaya perlindungan yang dapat dilakukan oleh keluarga dan orang-orang terdekat untuk mencegah perilaku lesbian yang lebih parah dan dampak dari perilaku tersebut seperti penularan penyakit menular seksual (PMS).

e) Politik dan pemerintahan Upaya pemerintah dalam menangani kasus lesbian masih belum

terlihat di Indonesia. Saat ini, pemerintah menolak adanya homoseksual (gay dan lesbian) dengan cara melarang adanya pernikahan sesama jenis. Peraturan-peraturan tentang pernikahan sesama jenis yang dilarang oleh Pemerintah menurut Tobing (2012) yaitu sebagai berikut.

1) Pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang PerkawinanPerkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

2) Pasal 2 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang PerkawinanPada Pasal 2 ayat 1 disebutkan bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya. Hal tersebut berarti selain negara hanya mengenal perkawinan antara wanita dan pria, negara juga mengembalikan lagi hal tersebut kepada agama masing-masing.

3) Pasal 34 ayat 1 Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi KependudukanPerkawinan yang sah berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana di tempat terjadinya perkawinan paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak tanggal perkawinan. Yang dimaksud dengan "perkawinan" adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan

Page 14: TEORI TRANSGENDER

seorang wanita sebagai suami istri berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

4) Pasal 45 ayat 1 Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 2 Tahun 2011 tentang Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan SipilSetiap perkawinan di Daerah yang sah berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan, wajib dilaporkan oleh yang bersangkutan kepada Dinas di tempat terjadinya perkawinan paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak tanggal sahnya perkawinan. Yang dimaksud dengan "perkawinan" adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

f) Komunikasi Ada beberapa hal yang perlu dikaji dalam komunitas mengenai komunikasi, antara lain sebagai berikut.

1) Apakah ada “area umum” dimana orang-orang berkumpul. Area umum yang digunakan masyarakat untuk berkumpul dapat memiliki peranan dalam perilaku penyimpangan seksual seperti lesbian. Misalnya, apabila seseorang seringkali berkumpul dengan kelompok lesbian maka seseorang tersebut beresiko juga untuk melakukan perilaku lesbian. Karena itu diperlukan penyuluhan oleh petugas kesehatan, dalam hal ini adalah perawat mengenai pola seksual yang sehat, konsep diri yang baik, dan informasi yang benar mengenai kesehatan seksual.

2) Apakah surat kabar atau media massa lain dapat diakses pada lingkungan tersebut. Surat kabar atau media masssa lain yang dapat diakses oleh masyarakat juga dapat mempengaruhi terjadinya perilaku lesbian. Dalam hal ini, jenis bacaan yang dibaca dan tontonan yang seringkali dilihat memiliki peran yang penting. Apabila pengetahuan masyarakat tentang kesehatan seksual sudah cukup baik, maka informasi yang terdapat dalam media massa tersebut dapat disaring dengan sendirinya. Namun apabila pengetahuan masyarakat kurang, hal tersebut dapat menimbulkan resiko perilaku lesbian.

3) Apakah orang-orang memiliki TV dan radio. TV dan radio merupakan sarana komunikasi yang berperan penting dalam penyampaian informasi mengenai kesehatan seksual, namun pada kenyataannya saat ini banyak tontonan tentang perilaku seksual yang kurang baik. Hal tersebut perlu diperbaiki oleh pemerintah dalam penyaringan tontotan yang boleh dintonton sendiri atau membutuhkan pendampingan dari orang tua.

4) Apakah yang di lihat dan di dengarkan. Persepsi masyarakat mengenai lesbian umumnya masih negatif. Di Indonesia, kelompok lesbian banyak menimbulkan pro dan kontra dari masyarakat, ada dampak negatif yang ditimbulkan karena lesbian sendiri masih merupakan fenomena yang mengandung kontroversi. Sedangkan, masyarakat yang pro akan lesbian yaitu dapat dilihat dengan

Page 15: TEORI TRANSGENDER

munculnya LSM serta situs-situs di internet khusus untuk kaum lesbian (Nurmala, et al, 2006).

5) Apa saja sarana komunikasi formal dan informal yang ada di area tersebut? Di masyarakat ada beberapa macam sarana komunikasi yang memiliki peran penting dalam masyarakat, seperti gosip atau isu yang tersebar di masyarakat yang dapat dimulai dari berkumpulnya ibu-ibu seperti arisan, lalu sarana komunikasi yang formal adalah saat diadakannya rapat balai desa, karang taruna, dan perkumpulan dharma wanita. Selain itu jika diperhatikan, masyarakat lebih percaya kepada kader atau tokoh pemimpin desa daripada petugas kesehatan yang memberikan penyuluhan, dan selain itu bahasa yang digunakan masyarakat juga dapat berpengaruh.

g) Pendidikan Dalam sub sistem pendidikan terdiri dari 2 elemen penting, yaitu :

1. Tingkat pendidikan pada masyarakat. Pada klien dengan lesbian dapat tejadi pada semua tingkatan pendidikan.

2. Minat masyarakat terhadap pendidikan kurang, sehingga pengetahuan dan informasi tentang kesehatan seksual pada masyarakat masih kurang.

3. Kurangnya penyuluhan dan informasi dari tenaga kesehatan maupun tenaga pendidikan serta tokoh masyarakat dan agama terkait tentang kesehatan seksual.

h) RekreasiSubsistem rekreasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh individu dan masyarakat pada waktu senggang. Pemanfaatan untuk rekreasi ini tergantung pada masing-masing individu dalam pemanfaatan waktunya agar merasa terhibur. Dalam hal tersebut, klien juga membutuhkan rekreasi untuk menghibur diri, sehingga tidak bisa dilarang untuk berbaur dengan masyarakat lainnya. Pada waktu senggang dapat diisi dengan kegiatan-kegiatan yang dapat membuat masyarakat lebih produktif. Selain itu juga bisa ditawarkan wisata kerohanian untuk kesehatan spiritual.

3) Persepsi Dalam aspek persepsi ini hal-hal yang dikaji terkait kasus lesbian antara lain sebagai berikut.

a. Persepsi masyarakatBagaimanakah perasaan dan penilaian masyarakat mengenai komunitas masyarakat tersebut? Bagaimana pendapat masyarakat mengenai permasalahan lesbian di komunitas? Adakah masalah-masalah lainnya selain masalah lesbian yang sedang merebak di komunitas masyarakat tersebut?

b. Persepsi tenaga kesehatanPernyataan umum dari petugas kesehatan mengenai status kesehatan di komunitas tersebut berkaitan dengan adanya kasus lesbian di komunitas tersebut. Apa saja kelemahan dan kekuatan dari komunitas tersebut

Page 16: TEORI TRANSGENDER

sebagai koping adanya stressor lesbian? Adakah masalah lain yang teridentifikasi?

Aplikasi dari konsep model Community as Partner dalam melakukan asuhan keperawatan komunitas pada kasus lesbian meliputi pengkajian pada core dan delapan subsistem (lingkungan fisik, pelayanan kesehatan dan sosial, pemerintah dan politik, keselamatan dan transportasi, ekonomi, pendidikan, komunikasi, dan rekreasi), serta upaya promosi yang telah dilakukan terkait dengan upaya pendidikan, pencegahan, dan perlindungan; diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

Perlu adanya upaya sosialisasi kepada masyarakat tentang lesbian dan peran serta masyarakat dalam mencegah adanya perilaku penyimpangan seksual tersebut.

3.1.2 Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan yang dapat diangkat pada kasus lesbian menurut

NANDA (2012) antara lain sebagai berikut.1. Isolasi sosial berhubungan dengan harga diri rendah ditandai dengan

diasingkan oleh masyarakat, diskriminasi dan pelecehan verbal atau intimidasi, memiliki perasaan komunitas (sense of community) yang rendah

2. Gangguan performa peran berhubungan dengan ketidakadekuatan sosialisasi peran ditandai dengen perubahan persepsi peran, perubahan pola tanggung jawab, adaptasi yang tidak memadai untuk berubah, kebebasan yang tidak memadai

3. Gangguan identitas diri berhubungan dengan kacau identitas sosial3.1.3 Perencanaan

1. Diagnosa : Isolasi sosial berhubungan dengan harga diri rendah ditandai dengan diasingkan oleh masyarakat, diskriminasi dan pelecehan verbal atau intimidasi, memiliki perasaan komunitas (sense of community) yang rendahTujuan pasien mampu berinteraksi dengan masyarakat dalam 3x24 jam setelah dilakukan asuhan keperawatan Intervensi:

1. Membina hubungan saling percaya dengan pasien2. Mengkaji penyebab isolasi sosisal3. Informasikan pada klien pentingnya berinteraksi dengan orang lain4. Berikan dukungan yang positif dan dukungan emosi5. Bantu klien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap

2. Diagnosa : Gangguan performa peran berhubungan dengan ketidakadekuatan sosialisasi peran ditandai dengen perubahan persepsi peran, perubahan pola tanggung jawab, adaptasi yang tidak memadai untuk berubah, kebebasan yang tidak memadaiTujuan pasien akan memahami dampak situasi pada hubungan personal, gaya hidup, dan penampilan yang sangat menyenangkan dalam 1x24 jam

Page 17: TEORI TRANSGENDER

Intervensi 1. bantu pasien mengidentifikasi berbagai macam peran dalam hidup dan

keluarga2. bantu pasien dalam mengidentifikasi kekuatan diri3. ajarkan pasien dan keluarga mengenai perilaku baru untuk memenuhi

suatu peran4. bantu pasien dan keluarga untuk meningkatkan hubungan dengan

mengklarifikasi perilaku peran yang spesifik

3. Diagnosa : Gangguan identitas diri berhubungan dengan kacau identitas sosialTujuan pasien akan menunjukkan identitas diri dalam 3x24 jam setelah diberikan asuhan keperawatanIntervensi :

1. bantu klien untuk mengidentifikasi dan mengeksplorasi perasaannya2. bantu klien untuk mengidentifikasi evaluasi diri yang positif3. kaji hubungan antara perilaku dan penilaian diri4. kaji dan gerakkan sistem pendukung yang ada saat ini

3.1.4 Implementasi KeperawatanImplementasi yang akan dilakukan sesuai dengan perencanaan dan dilengkapi dengn hasil atau respon yang diterima oleh klien.

3.1.5 EvaluasiS : respon subjektif klien setelah diberikan implementasiO : respon klien berdasarkan pengamatan perawat setelah diberi

implementasiA : hasil analisis perawat terhadap kondisi klien setelah dilakukan implementasiP : rencana tindakan keperawatan selanjutnya

Page 18: TEORI TRANSGENDER

BAB IV. PENUTUP

4.1 KesimpulanLesbian adalah suatu istilah bagi perempuan yang mengarahkan pilihan

orientasi seksualnya kepada sesama perempuan baik secara seks maupun jender. Lesbian merupakan hal yang kompleks karena banyaknya pro dan kontra di kalangan masyarakat. Karena masyarakat merupakan sekumpulan individu yang bervariasi, maka terdapat bermacam-macam tanggapan tentang lesbian. Mulai dari tanggapan yang sah-sah saja dalam penyimpangan seksual ditengah kehidupan bermasyarakat, hingga tanggapan yang berujuk pengucilan terhadap kaum lesbian. Jika di luar negeri memang legal dalam hal percintaan sesama jenis, namun di Indonesia hal ini masih menjadi hal yang tabu dan terkadang masih ada kesan penolakan. Dalam dunia keperawatan, lesbian menjadi perhatian khusus dalam kategori perawatan dalam kebutuhan khusus. Tepatnya keperawatan komunitas, terkenal dengan konsep community as partner (CAP). Dimana untuk menyikapi kasus lesbian tetap memperhatikan tiga komponen utama dari community as partner (CAP) sebagai acuan dalam pengkajian dalam kasus diabetes melitus, yaitu: core (inti), subsistem, dan persepsi. Dilanjutkan kembali dalam perumusan diagnosa keperawatan dapat disimpulkan meliputi, isolasi sosial berhubungan dengan harga diri, gangguan performa peran berhubungan dengan ketidakadekuatan sosialisasi peran, dan gangguan identitas diri berhubungan dengan kacau identitas sosial. Untuk intervensi hingga evaluasi menyesuaikan dari diagnosa yang telah dirumuskan.

4.2 SaranPenulis hingga saat ini terus berfikir bahwa dalam pengaplikasian asuhan

keperawatan dengan klien kebutuhan khusus (lesbian) tak semudah seperti dipenyampaian teoitis dalam beberapa referensi. Dibutuhkan kesabaran ekstra dalam memilih dan memilah hingga menemukan klien yang memang bersedia di berikan pengkajian secara kompleks seperti dalam konsep community as partner (CAP). Setelah ditemukan klien yang bersedia untuk dilakukan pengkajian pun, belum tentu bersedia diberikan perlakuan/intervensi keperawatan yang bertujuan positif untuk klien. Karena realitanya, beberapa kaum lesbian memiliki persepsi bahwa posisinya sebagai penyuka sesama jenis dianggap wajar saja. Persepsi tersebut didapatkan dari peristiwa legalisasi percintaan sesama jenis diluar negeri. Ditambah lagi dengan kenyamanan kaum lesbian dalam menjalani hubungan dengan wanita pasangannya, yang kemudian enggan untuk merubah diri ke orientasi seksual yang sewajarnya. Saran untuk pembaca, memang laporan praktikum ini jauh dari kesempurnaan. Dibutuhkan arahan dan kritik membangun dalam menuju kerapihan laporan praktikum ini. Dan juga disarankan dalam mendekati klien dengan lesbian dibutuhkan kiat-kiat dan beberapa perlakuan khusus agar tercipta hubungan terapeutik & kerja sama yang bagus dalam proses keperawatan (pengkajian - evaluasi).

Page 19: TEORI TRANSGENDER

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T., and McFarlane, J.(2000). Community as partner: Theory andpractice in nursing, 3rd.ed, Philadelpia: Lippincott

Anonim. _____. Pengelolaan Pelayanan Keperawatan. [ serial online ]. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37097/4/Chapter%20II.pdf [22 september 2014].

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.

Christensen, Paula J. 2009. Proses Keperawatan: Aplikasi Model Konseptual.Jakarta: EGC

Clark, M.J.(1999). Nursing in the community: Dimensions of community healthnursing, Standford, Connecticut: Appleton & Lange

Christensen dan Kenney. 2009. Proses Keperawatan: Aplikasi Model Konseptual. alih bahasa Yuyun Yuningsih, Yasmin Asih. Jakarta: EGC.

Faridatunnisa, Ayu. 2010. Gambaran Status Identitas Remaja Puteri Lesbi. Jurnal Psikologi Volume 8 Nomor 2, Desember 2010. http://ejurnal. esaunggul.ac.id/index.php/Psi/article/view/90 [22 September 2014]

Makhfudli. 2009. Model Konseptual Keperawatan Kesehatan Komunitas. Universitas Airlangga Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan. [serial online]. http://ners.unair.ac.id/materikuliah/3b.%20MODEL%20KONSEPTUAL%20KEP%20KES%20KOM.pdf [22 september 2014].

NANDA. 2012. Diagnosa Keperawatan Nanda: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC

Nurmala, Dwi, Choirul Anam, Hadi Suyono. Studi Kasus Perempuan Lesbian (Butchy) di Yogyakarta. Humanitas : Indonesian Psychological Journal Vol. 3 No. 1 Januari 2006 : 28 – 37 http://www.academia.edu/ 6568952/STUDI_KASUS_PEREMPUAN_LESBIAN_BUTCHY_DI_YOGYAKARTA [22 September 2014]

Sembiring, Febry Eva Lovina. 2014. Konsep Diri Lesbian (Sebuah Etnografi Mengenai Lesbian di Kota Medan). http://repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/41288/5/Abstract.pdf [22 September 2014]

Page 20: TEORI TRANSGENDER

Tobing, Letezia. 2012. Hukum Perkawinan Sesama Jenis di Indonesia. http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50c9f71e463aa/hukum-perkawinan-sesama-jenis-di-indonesia [22 September 2014]